Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid02 Bab2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 2 - Resep Penyihir[edit]

"Lambat! Apa yang kamu lakukan!?"

...Meskipun dia menduga ini, segera setelah Hisui melangkah kedalam rumahnya, dia dihadapkan dengan omelan Rushella.

Berdiri di pintu masuk dengan lengan disilangkan, dia menyerupai dewa pintu yang keras. Tidak menjawab, tidak masuk — aura semacam inilah yang dipancarkan oleh Rushella.

"Hmm... Hanya melakukan sesuatu yang kecil."

"Kenapa kamu tidak mengejar aku!? Kebaikan tahu berapa kali aku berhenti dan melihat kebelakang, tetapi aku bahkan tidak bisa melihat sekilas bayanganmu!"

"...Apa. Bukankah kamu yang lari? Dan kamu akhirnya menginginkan aku untuk mengejar kamu?"

Pertanyaan Hisui membuat wajah Rushella menjadi merah.

"D-Diam, kamu diwajibkan untuk tinggal disampingku sepanjang waktu! Ini sudah jelas!!"

"...Sungguh menjengkelkan."

Hisui bergumam saat dia melepaskan sepatunya dan memasuki rumah.

Menaruh tasnya, dia berencana untuk kembali ke kamarnya secara langsung ketika Rushella meraih dia di pergelangan tangan.

"...Apa?"

"Apa yang terjadi dengan pergelangan tanganmu?"

Pergelangan tangan kanan Hisui terbungkus perban hitam. Akan merepotkan jika orang lain melihat goresan dari kucing hitam tersebut, sehingga dia membeli perban saat perjalanan pulang untuk menutupinya.

Dia awalnya berniat menggunakan sebuah pelindung pergelangan tangan olahraga yang lebih modis, tetapi luka tersebut terlalu panjang untuk ditutupi oleh pelindung pergelangan tangan yang biasa.

Rushella menemukannya sebagai hasilnya.

"Hanya terkilir, tidak banyak."

"Ditubuhmu... ada bau darah."

Rushella bertanya dengan serius.

Hisui tahu dengan baik dia tidak bisa menyembunyikan hal-hal seperti ini dari dia.

Mengenai masalah yang berhubungan dengan darah, vampir adalah ahlinya.

"Manusia membunuh anak kucing, jadi aku memberi beberapa upacara terakhir dengan cara manusia."

"Apa itu!? Aku melarang kamu menyembunyikan apapun dari aku!"

"Aku tidak menyembunyikan apa-apa. Ini sudah jelas bukan darah manusia, kamu seharusnya bisa mengetahuinya, kan?"

"...Memang. Tetapi juga ada bau darahmu."

"Hanya goresan kecil ketika tangan kananku terkilir."

Kucing mati dan lingkaran sihir, serta kebangkitan sesaat dan mantra terkutuk — menjelaskan semuanya akan cukup merepotkan. Memberitahu Rushella akan setara dengan mengucapkan selamat tinggal pada kedamaian dan ketenangan. Dalam kasus terburuk, Rushella mungkin akan menarik dia kembali kesekolah.

"...yah terserahlah. Aku punya sesuatu untuk ditanyakan padamu."

"Apa?"

"Kamu juga memiliki bau seorang wanita padamu... Berbeda dari si palsu itu... apa wanita itu bernama Eruru."

Rushella membawa wajahnya mendekati dada Hisui, menatap matanya dan bertanya.

"...Ada apa dengan indera penciumanmu yang khusus itu? Aku cukup akrab dengan vampir berkat keadaan diluar kendaliku, tetapi ini adalah pertama kalinya aku mendengar tentang kemampuan semacam ini?"

"Aku tahu apa yang aku tahu. Jadi kamu dengan wanita itu?"

"....Ya."

Itu tidak seperti dia melakukan sesuatu yang tidak benar.

Selain itu, dia tidak memiliki kewajiban untuk melaporkan pada vampir arogan ini dengan siapa dia pergi.

Meski demikian, untuk beberapa alasan yang tak diketahui — Hisui tak bisa memaksa dirinya sendiri untuk menatap secara langsung pada mata merahnya yang tengah terfokus pada dirinya.

"Terakhir kali, kalian berdua juga pergi ke rumah sakit bersama-sama, kan!?"

"Hanya untuk pemeriksaan sederhana. Disisi lain, karena kamu menghisap darahku setiap hari, bisakah kamu menunjukan sedikit kepedulian terhadap kesehatanku?"

"Apa yang bagus tentang wanita seperti itu? Begitu pendek dan mungil, hampir seperti anak kecil!"

"...Sejak aku bertemu dengan kamu dan Sudou, aku telah menyadari bahwa sosok wanita hanya menduduki sebagian kecil dari daya tarik mereka."

Hisui berseru dengan perasaan tulus.

Ini adalah pengalaman pribadinya.

"Apa maksud kamu dengan itu!? Kamu pikir aku tidak menyadari identitas sejati wanita itu!?"

Identitas sejati Eruru — setengah vampir, adalah sesuatu yang Hisui belum memberitahukan pada Rushella.

Tidak ada kewajiban untuk mengungkapkan itu. Itu dianggap sebagai salah satu alasan. Tapi yang lebih penting, Eruru sangat membenci asal-usulnya, itu tidak tepat untuk mengungkapkan rahasianya dengan santai.

Menurut Eruru, satu-satunya yang menyadari fakta ini adalah eselon top dari Badan Investigasi Supranatural. Sepertinya, bahkan Mei tidak mengetahui fakta tersebut. Namun, itu memungkinkan bahwa naluri tajamnya mungkin sudah menyadarinya.

Adapaun untuk Rushella... dia terdengar seperti dia sudah tahu.

Vampir dilahirkan dengan mata berapi-api dan pupil emas yang mana memungkinkan mereka untuk membedakan manusia dan eksistensi non-manusia. Dia pasti telah merasakan sesuatu terhadap Eruru yang mewarisi setengah dari darahnya dari ras yang sama.

"Jika wanita Sudou itu disebut si palsu, maka wanita ini seharusnya disebut..."

"Jangan katakan itu. Aku melarangnya. Jika kamu mengatakannya, aku akan membencimu karena itu."

Hisui hanya menyatakan secara acuh tak acuh dengan nada khasnya.

Tetapi kehendak tak kenal mengalah yang melekat pada kata-katanya menyebabkan Rushella berhenti berbicara.

Dia tahu bahwa Hisui adalah seseorang yang menjadi hampir seperti orang yang berbeda dalam situasi kritis, dan tidak boleh dianggap remeh.

"Hmph, tak ada masalah menyukai atau membenci dalam hubungan kita! Diantara tuan dan pelayan, perasaan semacam itu tidak diperlukan!"

"Ah, begitukah? Yah, kurasa itu benar bahwa tak ada pelayan yang tidak menyukai tuan mereka."

"...Aku lapar. Siapkan makan malam."

"Ya ya."

Hisui tidak membantah Rushella yang tidak senang dan segera menuju dapur.

Dengan hampir tak ada percakapan di meja makan malam, Hisui mencuci piring setelah itu, sementara Rushella mandi.

Rushella suka menikmati mandinya secara perlahan dan santai. Sambil menunggu dia selesai, Hisui keluar untuk mengambil cucian yang tergantung yang telah kering, dan mulai menyetrikanya.

Ditengah-tengah pekerjaannya, hisui membuka perbannya untuk memeriksa goresan itu.

Apa yang awalnya luka dangkal sekarang menjadi garis merah muda halus. Namun, karena kulitnya yang pucat, itu agak mencolok.

Normalnya, cedera setingkat ini seharusnya menghilang setelah beberapa saat, tetapi bagi Hisui, ini adalah situasi yang cukup tidak biasa.

Luka kecil semacam ini seharusnya telah tersembuhkan dengan segera.

Itu adalah konstitusi Hisui.

Bahkan ciuman kutukan yang seharusnya tidak menghilang sampai vampir tersebut hancur, tubuh Hisui bisa menyembuhkannya dalam sekejap. Tetapi karena alasan yang tak diketahui, luka didepannya sembuh lebih lambat.

"...apa aku benar-benar dikutuk?"

Menatap keatas, Hisui mendesah, sedikit gelisah, dan melanjutkan menyetrika.

Memegang kemeja yang selesai dia setrika, dia mengangguk puas. Pada saat ini, seseorang disampingnya menyambar kemeja tersebut.

"Ya, bagus!"

Tak perlu berputar untuk melihat. Menilai dari suara dan rasa panas, dia tahu itu adalah Rushella.

Baginya, kemeja yang Hisui kenakan dibalik jaket sekolahnya adalah pakaian sehari-hari Rushella saat dirumah. Segera setelah dia selesai menyetrika, itu akan disambar dari tangannya setiap kali seperti ini.

"Katakanlah, kenapa kamu memakai kemejaku setiap saat!? Setidaknya pilihlah sesuatu yang lama yang berwarna, oke!? Kenapa kamu terus menyambar satu-satunya yang baru saja aku setrika!?"

"Pakaian yang disetrika terasa nyaman! Untuk mengenakan sesuatu yang berkerut, akan seberapa tak pantas itu!?"

"Kenapa kamu keras kepala di area seperti ini!?"

Hisui berbalik pada dia dan langsung menyadari kesalahannya.

Karena Rushella kebetulan menyesuaikan pakaian bagian dalamnya.

Dengan kata lain, sampai saat ini, dia tak berpakaian apa-apa selain handuk mandi.

Lalu melemparkan handuk itu kesamping, dia berada dalam momen yang indah saat berpakaian.

Payudaranya yang menggairahkan dan wilayah rahasia dibawah pinggangnya yang sempit terpampang dari kemejanya yang belum dikancingkan.

"Melihat dilarang -- !!"

Pukulan tak masuk akal menghantam wajah Hisui seperti hujan, memukul dia ke lantai.

"Apa yang kamu lakukan!? Itu salahmu sendiri, tiba-tiba berganti pakaian ditempat!"

Hisui menyatakan keberatannya. Dia awalnya bermaksud untuk berdiri dan menegakkan keadilan — tetapi dia tidak bisa bangun.

Rushella menahan dia di lantai dan membawa wajahnya mendekat.

Payudara besarnya, ditekankan pada dada Hisui, tampaknya sangat menyerukan perhatian pada ukuran dan kekenyalannya. Dikombinasikan dengan aroma sabun dari kecantikan yang baru keluar dari bak mandi, serta aroma yang berasal dari rambut lembabnya, pikiran Hisui masuk kedalam kekacauan sepenuhnya.

Draculea V02 - BW03.jpg

"Kenapa kamu berbaring diatasku?"

Menjauhkan tubuh galmor Rushella tidaklah terlalu sulit.

Meskipun dia sudah pasti menderita serangan balik berkekuatan penuh dari vampir setelah matahari terbenam, tetapi terlepas dari itu... untuk beberapa alasan yang dia tidak mengerti, Hisui tidak bisa menolak.

"...Jika aku memindahkan tubuhku menjauh, kamu akan menatapku tanpa henti. Kamu pikir aku tidak menyadari kamu menatap aku keluar dari kamar mandi?"

"Kamu tak memakai apa-apa selain handuk saat keluar dari kamar mandi, dan adapun untuk pakaian yang kamu pakai hanyalah kemejaku yang tersampir padamu. Aku khawatir kamu akan kedinginan, itu saja. Kamu seharusnya berterimakasih padaku untuk kepedulian dan perhatianku, bahkan lebih luas dari lautan."

"Siapa yang tahu apakah itu benar atau tidak?"

Rushella menghindari tatapan Hisui tetapi menekankan tubuhnya bahkan lebih erat.

Untuk mencegah Hisui melarikan diri, dia melilitkan kakinya yang indah dan lentur pada kaki Hisui.

"Umm... Bukankah sudah saatnya untuk melepaskan aku?"

"Klub... Kamu tak bisa menyelamatkannya?"

"Huh?"

Dihadapkan dengan sikap memohon Rushella yang tiba-tiba, Hisui terkejut untuk sesaat.

Rushella memalingkan wajahnya kesamping saat dia berbaring pada dada Hisui, menghindari tatapannya.

Cemberut, dia melanjutkan.

"Saat wanita sombong itu mengatakan, segala macam hal harus dilakukan dengan benar... jika kita semua melakukan itu, maka klub bisa dilanjutkan?"

"....."

"Kenapa dia tidak bisa menutup mata dan mengabaikan kasus kita? Aku benci wanita itu."

Bergumam berulang-ulang pada dirinya sendiri, Rushella mulai membuat lingkaran didada Hisui dengan jarinya.

Kecemasan bisa dirasakan dari gerakan ujung jarinya, saat kukunya menggores ringan pada Hisui dari waktu ke waktu.

"Kenapa kamu begitu terobsesi? Apa kamu begitu ingin menemukan masa lalumu? Aku pasti akan membantumu, kamu tahu? Meskipun ada beberapa kekuatan, tetapi Sudou memiliki urusannya sendiri, dan Kariya... harus memprioritaskan masalah dari Badan Investigasi Supranatural. Berdasarkan pada kebenaran masa lalumu... dia bisa berakhir menjadi musuhmu."

"...."

Rushella kemungkinan memahami jauh dikedalaman hatinya.

Eruru telah mencoba membunuh dia pada satu titik. Meskipun dibersihkan dari kecurigaan untuk sekarang ini, segera setelah Rushella menghisap darah seorang manusia selain dari Hisui, anggota inti dari Badan Investigasi Supranatural itu pasti akan mengarahkan pistol dengan peluru perak pada dia tanpa ragu-ragu.

Mencari masa lalu Rushella, pada akhirnya hanya bagian dari penyelidikannya — hanya untuk tujuan menetapkan kebijakan yang tepat terhadap ancaman vampir kelas 'Leluhur Sejati', Rushella Dahm Draculea.

"...Aku tidak benar-benar peduli tentang itu. Ya, aku ingin mengembalikan ingatanku tetapi menjadi tidak sabaran tidak akan membantu. Selain itu, aku tak pernah menginginkan untuk bergantung pada orang-orang itu."

"Lalu kenapa kamu menginginkan sebuah klub?"

"Aku belum memutuskan... tetapi aku ingin melakukannya."

"Melakukan apa?"

Rushella terdiam.

Dia membenamkan wajahnya pada dada Hisui.

"Maaf... Rushella-san?"

"Orang-orang yang bergabung dengan klub... semuanya tampak sangat bahagia."

"...? Tentu saja, orang-orang bergabung dengan klub karena ketertarikan mereka. Meskipun jadwal latihan klub olahraga cukup keras... namun... itu masih dianggap sebagai kepuasan ditengah-tengah kesulitan."

"Dengan kata lain... mereka terlibat dalam 'masa muda', kan?"

"Huh—!?"

Istilah yang diucapkan Rushella membuat mata Hisui terbelalak kaget. Istilah itu jelas-jelas hal terjauh yang akan orang asosiasikan dengan vampir.

"Ada apa dengan penampilan itu, kamu keberatan?"

"Tidak tidak tidak... Aku hanya tak pernah menduga kamu mengatakan sesuatu seperti itu begitu blak-blakan. Apa yang terjadi, apa kamu terpengaruh oleh drama sekolah atau televisi?"

"Kamu menyebalkan, diam! Aku tidak mengatakan sesuatu yang salah! Bagi orang-orang di usiamu, 'masa muda' sangat diperlukan!!"

"Ya, yah, bisa dibilang..."

Berdasarkan kamus definisi, itu pada dasarnya tepat. Adapun apakah itu diterapkan dalam kenyataan, itu terbuka untuk ditanyakan.

"Apa masalahnya sih... Bahkan seseorang seperti aku, umm... akan suka untuk menikmati 'masa muda' apalah ini dengan senang hati!"

"Katakanlah, aku bahkan tidak yakin berapa umurmu sekarang? Tak peduli bagaimana penampilanmu, itu tidak akan mengejutkan jika kamu berusia lebih dari satu abad. Bagimu, mungkin masa muda telah terbang seperti burung sejak lama, tidak akan pernah kembali..."

Hisui berusaha mengeluarkan beberapa citra puitis, tetapi dia menemukan Rushella memelototinya segera setelah dia selesai.

"Ah... ngomong-ngomong, kamu masih belum... mengalami masa muda, kan?"

Lebih tepatnya, dia tak memiliki kenangan mengalami masa muda.

Mungkin dia memang berusia satu abad, atau bahkan lebih lama dari itu.

Bagi Rushella yang tak memiliki ingatan, sekarang ini adalah segalanya yang dia punya.

Apa yang dia miliki, adalah periode yang dia alami setelah bertemu Hisui, serta usia mental yang sesuai dengan penampilan remajanya.

Karena itu, melihat orang lain dalam kelompok usianya secara antusias berpartisipasi dalam kegiatan klub sangat mempengaruhi dia.

Masa lalu itu yang pernah dia nikmati — seolah-olah mencoba mendapatkan lagi kenangan yang hilang, dia memutuskan untuk menciptakan kenangan masa mudanya sendiri.

Hisui pada dasarnya memahami niatnya, dan mulai menggaruk kepalanya dengan tidak sabar.

"Baiklah baiklah, aku mengerti. Aku akan mencoba yang terbaik, oke?"

"Benarkah!? Ya, sungguh patuh!"

Mata Rushella langsung berkilau dengan kegembiraan.

Sementara Rushella masih dalam suasana hati yang bagus, Hisui memutuskan untuk menanyakan pertanyaan yang dia pendam sejak dia memasuki posisi ini... atau lebih tepatnya, sejak dia mulai tinggal bersama Rushella.

"Katakanlah..."

"Apa itu?"

"Sampai sekarang, aku belum menanyaimu pertanyaan ini. Sebenarnya aku tidak berpikir saat ini sangat mungkin, tetapi..."

"Apa sebenarnya yang ingin kamu katakan!? Jika kamu punya pertanyaan, katakanlah, berhenti tergagap!"

"...Apa kamu memakai pakaian dalam dengan benar?"

Ekspresi Rushella membeku.

Hisui berusaha menghindari menatap wajahnya saat dia teringat segalanya yang telah terjadi sampai sejauh ini.

Karena kemeja yang dia kenakan sebagai pakaian santai didalam ruangan adalah putih, itu wajar saja cukup mudah untuk melihat melalui itu.

Meski demikian, tak peduli seberapa keras dia menatap, dia tidak pernah bisa menangkap kilasan kain itu yang sulit dipahami namun mempesona.

Satu-satunya gambaran yang tercermin kedalam matanya adalah lekukan seksi tubuh galmornya.

Dari hari dia mulai tinggal dengan dia, Hisui telah termakan keraguan dalam hatinya, mungkinkah...

Yang lebih penting, ketika dia memakai kemeja tersebut barusan, dia keluar dari kamar mandi hanya berpakaian sebuah handuk.

Berdasarkan akal sehat... entah itu atas atau bawah, dia seharusnya tak mengenakan apa-apa.

"...Kenapa kamu tidak menyangkal aku? Mungkinkah kamu benar-benar..."

"D-Diam, apa masalahnya! Bukankah kamu setengah telanjang juga setelah kamu mandi? Selain itu, kamu tak bisa melihat apa-apa ketika aku mengenakan kemeja... baiklah, itu semua salahmu karena menatapku seperti itu, kamu yang salah!!"

Rushella berargumen dengan wajahnya merah padam.

Mendapati reaksinya tepat seperti yang diduga, Hisui memutar matanya dan menatap langit-langit.

"Aku mendengar bahwa wanita biasanya tidak mengenakan bra untuk tidur, jadi itu bukanlah masalah besar bagiku... asalkan kamu mengenakannya ketika kamu ke sekolah atau pergi keluar."

Rushella bergidik setelah mendengar kata-kata Hisui dan dengan kaku memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapan Hisui.

"Ayolah... itu tidak bisa!?"

Tanpa menjawab, dia hanya menghitung dengan jari-jarinya dan kemudian menatap Hisui sekali lagi.

"...Itu tidak apa-apa!"

"Apa maksudmu, itu tidak apa-apa!! Itu terjadi...? Berapa kali!? Berapa kali kamu pergi ke sekolah tanpa mengenakan pakaian dalam!?"

"Yang sudah lewat biarkan lewat..."

Tak seperti biasanya, Rushella tidak membalas dengan keras tetapi sebaliknya, dia menatap kedepan tanpa suara.

"...Aku berusaha untuk membantu kamu di kehidupan sekolah, tetapi area yang satu ini aku tidak bisa membantu... Tolong, kamu harus memperhatikan dirimu sendiri."

"Begitu menjengkelkan, diam!!!"

Rushella berteriak dan mengangkat tangannya diatas kepalanya dan duduk diatas tubuh Hisui, hendak memukul Hisui seperti biasanya.

Tetapi tindakan ini menjadi awal dari tragedi.

Bagi Hisui, seperti itulah.

Kemeja Rushella — masih tak terkancing.

Jika dia mempertahankan postur sebelumnya dimana dia dengan erat menekankan dirinya pada Hisui, itu masih mungkin untuk menyembunyikan daerah vital.

Tapi sekarang... Itu hanya kemeja yang menutupi bahunya.

Dada Rushella yang menggairahkan tengah terbuka didepan mata Hisui, melompat keluar dengan tampilan penuh.

Tetesan air mandi yang tersisa ditubuhnya, mengalir melalui kulit putih murninya, mengalir sepanjang kuncup bunga payudaranya, turun ke dahi Hisui.

"U-Ummm...."

"B-Bajingan biadap—!!"

Rushella memukul tanpa ampun dengan kedua tinjunya.

Bidang merah mulai mekar diwajah Hisui.

"T-Tunggu sebentar... kenakanlah pakaianmu terlebih dulu! Kancingkan! Mereka memantul... ketika kamu memukuli aku, mereka memantul-mantul tanpa henti!!"

"Sungguh menyebalkan, diam! Melihat itu dilarang—!!"

"Aku berbicara tentang....!!"

Saat suara jeritan dan rintihan Hisui menggema di ruang tengah, Rushella mengabaikan sanggahannya.

Setelah itu, tak perlu dikatakan, dia meminum darah Hisui untuk merehidrasi dirinya sendiri setelah mandi.

※※

"....Berdasarkan hal-hal diatas, hidupku saat ini dalam bahaya, bisakah kamu memikirkan cara untuk menolong?"

Dengan ekspresi sedih, Hisui memohon pada Kirika saat dia kebetulan sedang menyiram bunga-bunga. Hisui benar-benar tampak menyedihkan.

"Apa yang kamu bicarakan dengan tiba-tiba? Apa sesuatu terjadi?"

"...Tidak ada."

Pagi-pagi, Hisui pergi mengunjungi Kirika. Kelelahan dan keletihan tertulis diwajahnya, wajah androgininya juga penuh dengan luka dari pukulan.

Rushella benar-benar marah kemarin, ditambah fakta bahwa malam hari adalah yang terbaik untuk aktivitas vampir, bencana itu berlangsung cukup lama.

Berkat pemulihan manusia super milik Hisui, sebagian besar pendarahan sembuh dengan cepat, tetapi rasa sakit dari memar masih tersisa di tubuhnya, tak bisa menghilang.

Jika dia membiarkan darahnya dihisap dipagi hari sesuai dengan misinya setiap hari, itu pasti akan terlalu berat untuk ditanggung. Oleh karena itu, Hisui bangun sebelum Rushella bangun — meninggalkan sarapan dan catatan, dia meninggalkan rumah sendirian.

"Senpai datang lebih awal. Apa seluruh dewan mahasiswa seperti ini?"

"Tentu saja tidak, hanya aku, itu saja. Bahkan jika orang lain sampai lebih awal, itu pasti karena kegiatan klub, mungkin. Datang ke sekolah lebih awal karena latihan pagi, mereka memperlakukan kantor dewan mahasiswa sebagai daerah penyimpanan mereka, dan menghilang... pada dasarnya seperti itu."

Kirika terus menyirami bunga tanpa berhenti untuk berbicara.

Menyelesaikan satu bagian, dia berpindah ke yang selanjutnya. Kapanpun dia menemukan tanda-tanda yang jelas dari gulma, dia juga mencabut mereka dengan serius.

Meskipun Hisui tidak tahu banyak tentang berkebun, Hisui bisa mengatakan dari tindakan wakil presiden ini bahwa dia bukan hanya berpengetahuan tentang tanaman, dia juga sangat menyukai mereka. Tidak peduli bahwa tangan putih pucatnya kotor dengan tanah, Kirika melakukan pekerjaan berkebun dengan dedikasi penuh.

"Mungkinkah, menyiram semua bunga-bunga di sekolah... dilakukan oleh senpai sendiri?"

"Ya. Itu hal yang bagus untuk sekolah memiliki bunga-bunga tumbuh disemua tempat, tetapi petugas pembersih terlalu sibuk. Karena tak ada anggaran tambahan untuk mempekerjakan lebih banyak personil, merawat tanaman telah ditugaskan pada dewan mahasiswa."

"...yah, kenapa hanya senpai sendirian? Bukankah itu cukup melelahkan?"

"Karena tak ada lagi yang mau melakukannya."

Kirika berseru kesal saat dia terus membenamkan dirinya sendiri dalam pekerjaan.

Melihat dia seperti ini, Hisui teringat rumor tetangganya dikelas, Sera Reina, telah memberitahu dia.

Uno Kirika, yang bertindak bahkan lebih tepat daripada presiden — tengah dikucilkan oleh anggota dewan mahasiswa yang lain. Mereka berada dalam hubungan yang cukup buruk.

Sementara Kirika membenamkan diri pada pekerjaan dewan mahasiswa dengan semangat besar, anggota lain dari dewan mahasiswa hanya memenuhi tugas-tugas mereka dengan usaha minimum, menghasilkan konflik yang besar.

"Itu pasti sulit bagimu."

"Ini semua pilihanku sendiri. Selain itu, aku hanya mencapai posisi ini melalui penilaian semua orang, kan? Jika aku benar-benar tidak mau malakukannya, aku akan berhenti dari awal. Selain itu—"

"Selain itu?"

"...Bukan urusanmu."

Meskipun Kirika dengan dingin menolak untuk menjawab, Hisui bisa menebak kira-kira apa itu alasannya yang tak terucapkan.

Ini juga rumor yang dia dengar dari Reina.

Gadis berbakat dan bertanggung jawab ini yang benar-benar mematuhi aturan dan kedisiplinan sekolah — dia bertindak seperti ini untuk alasan yang sangat sederhana.

Kerena dia mencintai sekolah.

Oleh karena itu dia melakukan tugas-tugas dewan mahasiswa lebih serius daripada siapapun.

Tetapi akibatnya, dia adalah seorang musuh yang tangguh.

"...Jadi? Apa kamu punya urusan yang lain?"

"Haha, yah... tentang klub, bisakah kamu menunjukan sedikit kelonggaran...."

"Daripada berbicara padaku, kamu seharusnya mencari seorang guru kan? Bagaimanapun juga, seorang penasihat klub sangat penting."

".....Kamu benar."

"Klub seperti apa yang kamu jalankan?"

"....Klub Penelitian Ilmu Gaib, kurasa."

Ini adalah hasil setelah pemikiran yang manyakitkan dimalam hari.

Bagaimanapun juga, mengingat kelompok ini non-manusia, mereka pada dasarnya termasuk gaib.

Vampir, manusia buatan, dan setengah vampir, ditambah dirinya sendiri dengan keadaan tubuh yang tidak biasa yang mencegah dia berubah menjadi vampir.

"Apa-apaan itu? Apa kamu benar-benar berpikir sekolah akan menyetujui sesuatu yang begitu tidak ilmiah?"

"...Itu benar~"

Dia hanya berbicara santai, tetapi berakhir dengan penolakan datar. Tetap saja, dia telah menduga hasil ini.

"Ah... tetapi aku pikir telah ada satu sebelumnya. Hanya sebuah kelompok hobi tak resmi."

"...Benarkah?"

Mata Hisui bercahaya saat dia terserang inspirasi yang tiba-tiba.

Kemarin dia telah mendengar dari Eruru tentang penjelajahan mahluk supranatural, dan telah menyaksikan ritual terkutuk.

Itu sedikit peregangan, tetapi dia merasa seperti ada beberapa hubungan diantara mereka.

"Namun, aku tidak benar-benar tahu tentang rinciannya. Legenda perkotaan... atau harus aku katakan, lebih seperti rumor aneh di sekolah. Mungkin terhitung sebagai Tujuh Keajaiban sekolah kita. Klub Penelitian Ilmu Gaib yang memecahkan misteri dari 'Penyihir'.... mungkin sesuatu seperti itu?"

"Penyihir?"

Mendengar dia mengulangi istilah tersebut, Hisui tanpa sadar bergerak mendekat pada Kirika.

Seketika, wajah mereka nyaris bersentuhan, mereka bisa merasakan nafas satu sama lain.

Kemudian sebuah ekspresi ketakutan melintas sekilas di wajah Kirika saat dia dengan cepat mendorong Hisui menjauh.

"...Jangan mendekat begitu tiba-tiba!"

"Ah... Maaf."

Melihat ketakutan Kirika, Hisui dalam diam melangkah mundur. Senior yang biasanya tampak kuat dan mengintimidasi pada orang lain, saat ini sedang berbicara dengan kepatuhan semacam itu... begitu genit tak seperti biasanya.

Pada saat ini, rumor yang lain yang dia dengar dari Reina muncul dalam ingatannya.

Dia sangat membenci anak laki-laki, terutama yang lemah.

"Klub Penelitian Ilmu Gaib itu... hanyalah sebuah rumor bagaimanapun juga. Sebuah rumor yang beredar sebelum sekolah dibangun ulang."

"....?"

"Kamu tidak tahu? SMA kita, tepat sebelum aku mendaftarkan diri, baru saja mengalami renovasi dan rekonstruksi besar-besaran. Akibatnya, tata letak bangunan saat ini sangat berbeda dari sebelumnya. Berkat itu, Tujuh Keajaiban, Klub Penelitian Ilmu Gaib, rumor-rumor konyol semacam ini telah dihapuskan."

"Aku mengerti... jadi itu sebabnya aku tak pernah mendengar mereka."

"Jika kamu tertarik, cobalah bertanya pada guru wali kelasmu, Horie-sensei. Dia mungkin orang yang paling senior dalam komunitas ini."

"Benarlah...."

Sepertinya guru wali kelas mungil berwajah anak-anak itu memiliki sedikit pengetahuan.

"Apa ada yang ingin kamu katakan lagi? Aku masih punya tugas lain untuk menyibukkan diriku sendiri. Aku ingin menyelesaikan penyiraman sebelum apel pagi."

Mengatakan itu, Kirika menyibukkan dirinya sendiri dengan mancabuti gulma.

Kemudian Hisui bergabung.

"...Apa yang kamu lakukan? Tolong jangan mendekat padaku begitu santai, oke?"

"Aku akan membantu kamu. Ini akan mengotori tanganmu. Lihat, itu sudah kotor."

"....."

"Kamu belum menyelesaikan penyiraman, kan? Kenapa kamu tidak melakukan ditempat yang lain terlebih dulu?"

Tanpa menunggu Kirika menanggapi, Hisui berlutut dan mulai bekerja.

"Bahkan jika kamu malakukan ini... jangan berpikir memberiku keuntungan, oke? Tak ada yang dibahas lagi mengenai klubmu."

"Aku tak pernah mengharapkan itu sejak awal."

Hisui menjawab tak terpengaruh, fokus pada pekerjaan ditangan.

Kirika menatap dia untuk sementara waktu, kemudian menunjuk perban di pergelangan tangan Hisui dan bertanya:

"...Apa yang terjadi padamu?"

"Sebuah cidera kecil, bukan hal besar."

"...berhati-hatilah terhadap infeksi. Kamu harus mencuci tanganmu dengan benar sepanjang waktu."

"Kamu benar-benar terdengar seperti seorang perawat sekolah."

Hisui tersenyum saat dia berbicara. Mendengar itu, Kirika tersipu.

Saat dia berencana untuk terus bekerja, dia mendengar langkah kaki yang berbahaya.

"Akhirnya aku menemukanmu! Beraninya kamu melarikan diri dari tugas pagi hari, lari meninggalkan aku sendirian!!"

"Sial...."

Berbalik, dia menemukan Rushella memegang payung, berdiri dibelakangnya.

Mendekat dengan kemarahan, dia memegang Hisui dari belakang, mengangkat dia.

"Kemarin kamu meninggalkan aku, dan lagi hari ini, kenapa!?"

"Ceritanya panjang..."

"Sungguh menjengkelkan, diam!"

Rushella mengabaikan usaha Hisui untuk menjelaskan dan secara langsung mendekatkan bibirnya pada leher Hisui.

Tugas Hisui dipagi hari... dengan kata lain, waktu penghisapan darah, dilakukan disekolah.

"Hei, tahan, pertimbangkan situasi terlebih dulu!"

Tentu saja, Rushella tidak bisa dihentikan, oleh karena itu bibir merah cerahnya ditekankan pada leher Hisui.

Kemudian dia memperlihatkan taringnya dan bersiap untuk menggigit. Hisui dengan panik menjerit.

"Aku bilang berhenti!! Senpai melihat!!"

"Mmmm... Apa yang kamu lihat!?"

"Penjahat ini melemparkan tuduhan terlebih dulu!?"

Hisui dengan rasa bersalah memandang Kirika... seperti yang diduga, dia menatap Hisui dengan cemoohan.

"Tugas pagi hari eh? Jadi kamu melakukan ini setiap hari?"

"Ya! Meskipun pria ini selalu menjerit dan berteriak, menolak pada awalnya, dia selalu patuh pada akhirnya!"

"Berhenti menggunakan penggambaran yang mudah disalahpahami seperti itu... pada akhirnya, kamu selalu menahanku dengan paksa, kan?"

"Bagaimanapun juga, kenapa kamu tidak mengunci pintu? Dalam kenyataannya, kamu menantikan kedatanganku, kan!?"

"Karena jika aku mengunci pintu, pintu itu akan menemui nasib menyedihkan... tidak ada jalan keluar."

Hisui menggerutu dengan suara yang terlalu pelan untuk didengarkan Rushella, kemudian dia memandang Kirika lagi dengan keraguan.

Rasa jijik diwajahnya tak membutuhkan penjelasan, dan tatapannya seperti dia tengah melihat sesuatu yang kotor.

"...Kalian berdua benar-benar saling tergila-gila satu sama lain. Jadi, dalam menginginkan membuat klub, apa kamu mau melakukan hal semacam ini disekolah juga?"

"Ya, itu benar, aku selalu merasakan desakan untuk menghisap dari waktu ke waktu. Dengan ruang kelas klub tersebut, aku tak perlu khawatir dengan begitu banyak hal..."

"Idiot....!!!"

Pernyataan Rushella telah mengungkapkan identitas rahasianya.

Hisui dengan panik menutupi mulut Rushella dengan tangannya, tetapi Kirika telah berhenti memandang ke arah mereka.

"Aku minta maaf, kamu tidak punya hak untuk anggaran dan ruang kelas. Jika kamu ingin membuatnya, harap melakukannya diluar sekolahan."

Kemudian dia pergi tanpa melihat kebelakang.

Hisui mendesah saat dia menggaruk kepalanya.

"Kamu benar-benar... datang dan menghancurkan semua harapan. Sepertinya masalah ini disegel... aku merasa seperti bahkan jika kita menerapkannya, itu akan ditolak secara langsung."

"Berhenti khawatir."

"Aku bilang, ini semua salahmu... hei, kenapa kamu mulai menghisap! Hei, itu sakit, hentikan....!!"

Jeritan Hisui berkumandang, Rushella telah mengisi dirinya, melemparkan Hisui ke tanah.

Tak mampu bergerak, dia harus menunggu untuk beberapa saat sebelum kembali ke ruang kelas, menekankan tangannya pada lehernya. Dia tidak tahu, ada sosok mengawasi setiap pergerakkannya dari bayang-bayang.

"Oke~ para siswa, semuanya tolong perhatikan. Cobalah untuk tidak terluka saat kalian sedang bekerja~"

Guru wali kelas Horie Jyuri sedang mengarahkan para siswa untuk bekerja dengan suara santainya yang manis.

Kelas Hisui menjalani pelajaran ekonomi saat jam pelajaran tiga dan empat dan mereka sedang paktek memasak.

Jyuri sendiri adalah guru sejarah dunia. Jika ada yang bertanya kenapa dia berdiri di podium tersebut, bandana dikepalanya, mengenakan celemek, itu karena guru ekonomi tiba-tiba jatuh sakit dan berada dirumah di tempat tidur.

Di ruang kelas ekonomi yang berperlengkapan penuh, para siswa membentuk kelompok empat atau lima orang. Mengerjakan tugas memasak yang telah ditugaskan.

Meskipun itu dianggap waktu pelajaran, itu selalu terasa seolah-olah ada banyak kesempatan untuk mengulur-ulur waktu.

Kapanpun mereka menjalani pelajaran ini, para siswa dengan senang hati mengobrol saat mereka bekerja pada masakan mereka.

Kelas Hisui tentu saja bukan pengecualian. Namun, karena hasil pekerjaan mereka hari ini akan berfungsi sebagai makan siang mereka, setiap orang menempatkan usaha yang sedikit lebih serius dalam memasak.

....Semuanya terkecuali satu.

"Ya, semua orang menunjukan antusiasme, sangat bagus!"

"...Hei kamu, cepat kesini dan membantu!"

Mendengar Rushella yang berdiri disamping, dengan tegas bertindak sebagai komandan, Mei hanya bisa membalas dia.

Mengetahui bahwa kata-kata tersebut adalah sia-sia, Hisui hanya berfokus pada mengupas kentang tanpa mengucapkan sepatah katapun. Perwakilan hati nurani kolektif dari kelas, ketua kelas Sera Reina berada pada kebingungan tidak tahu apa yang harus dilakukan, tatapannya bergerak bolak-balik diantara keduanya, teramat sangat kebingungan.

"Selain itu, kamu bahkan bukan dalam kelompok kami, oke!? Kelompok adalah campuran gender dan berdasar pada nomer siswa. Kenapa kamu disini!?"

"Seseorang dengan senang hati setuju untuk bertukar dengan aku. Apa ada masalah?"

"Ya, jelas-jelas kamu menggunakan 'mata mistik'mu, kan?"

Hisui melihat anak laki-laki yang matanya masih menerawang.

Siswa itu awalnya dalam kelompok yang sama dengan Hisui tetapi berakhir tertangkap oleh Rushella dan kemudian bertukar ke kelompok lain secara langsung.

"Serius, apa ini tidak apa-apa, membiarkan dia melakukan apa yang dia suka?"

Mei bergerak mendekat pada Hisui dan berbicara cukup pelan agar tidak terdengar oleh orang lain.

"...tentu saja tidak, tetapi membiarkan gadis itu bersama dengan kelompok lain akan lebih mengerikan. Karena Kariya tidak dalam kelompok kita, jika sebuah situasi muncul, hanya kamu dan aku yang bisa menanganinya. Jangan biarkan ketua kelas mengetahuinya, aku mengandalkan kamu."

"Tak masalah. Bagaimanapun juga, ini adalah pembagian tugas kita, eh?"

"Entah kenapa itu terasa seperti aku jatuh kedalam suatu jebakan. Oh yah terserahlah. Bisakah kamu membantu aku memotong sayur-sayuran?"

"Tentu~"

Hisui menyelesaikan pengupasan dan keduanya memasuki tahap pemotongan sayur-sayuran.

Bagi Hisui yang bertanggung jawab pada dapur dirumah, pekerjaan semacam ini sangatlah mudah. Dan dari cara Mei menangani pisau dapur untuk mengiris sayuran, dia jelas sangat terampil juga.

"Eh... Sungguh tak terduga."

"Oh my, kamu pikir siapa aku? Sebagai model terbaru dari manusia buatan, untuk memuaskan keinginan laki-laki, entah itu formula rahasia untuk membangkitkan setengah bagian bawahmu atau telanjang berapron, semuanya adalah masalah peralatan standart."

"Uh maaf, aku sangat berharap fungsi-fungsi milikmu itu tetap tersegel selamanya."

"Hei kalian berdua yang disana, menempel satu sama lain adalah dilarang. Tak ada pembicaraan, mulai bekerja!"

Rushella memaksakan dirinya sendiri diantara mereka.

"Hei, hati-hati... Aku memegang pisau disini..."

Meskipun Hisui telah memperingatkan, dia masih berreaksi sesaat terlalu lambat.

Ditekan oleh Rushella, jari telunjuknya teriris oleh pisau dapur.

"Aduh...."

"Apa kamu tidak apa-apa, Hi-kun? Hei, kamu disana, perhatikan situasinya!"

Ditegur oleh Mei, Rushella mundur dengan ekspresi menyesal.

"Kujou-kun, apa kamu baik-baik saja? Haruskah aku pergi memberitahu guru dan mendapatkan plester untuk kamu?"

Ketua kelas Reina yang berada di tengah-tengah mempersiapkan panci untuk merebus, bergegas mendekat, sangat khawatir.

Meskipun jari Hisui teriris, mengingat konstitusinya, itu bukanlah masalah besar.

"Ah... tidak apa-apa. Sebentar lagi, itu secara otomatis akan..."

Owwww.

Sebelum dia bisa menyelesaikan, Hisui merasa ujung jarinya terselimuti oleh bibir lembut dan lembab.

Darah yang keluar dari jarinya, Rushella perlahan-lahan menghisapnya kedalam mulutnya. Sementara dia menahan pergelangan tangan Hisui dengan tangan rampingnya, itu bahkan bukan sebuah gigitan ringan melainkan penghisapan yang lembut.

"Hei...."

Jangan menghisap darah ditempat semacam ini -- adalah apa yang ingin dia katakan, tapi pada akhirnya, dia membiarkan Rushella menghisap secara bebas.

Rushella tidak menancapkan taringnya seperti biasanya, tetapi hanya membelai lembut jarinya dengan bibirnya dan memasukan kedalam mulutnya.

Memperpanjang lidahnya untuk mencari lukanya, dia membelai dengan sentuhan yang sangat ringan.

Kemudian dia mengambil darah tersebut — atau lebih tepatnya, dia sedang menghisap darah saat ini hanya untuk menenangkan rasa sakit dari luka tersebut.

Meskipun dengan konstitusi Hisui, luka semacam ini akan segera sembuh.

Adapun rasa sakit hanya berlangsung sesaat dan sebelum pemulihan, dia tak ada bedanya dari orang biasa.

Rushella menghisap sejumlah kecil rasa sakit dan darah diantara ujung lidah dan bibirnya.

Seolah-olah terpesona oleh cahaya merah dari matanya, semua orang di sekelilingnya berdiri tanpa bergerak.

Dikelililingi oleh suasana tenang, hanya suara dari lidah dan bibir, menjilati jari Hisui dengan kasih sayang yang lembut terdengar didalam ruangan.

Segera, kencan singkat namun berharga berakhir. Dengan menjilat lembut, Rushella menjauhkan bibirnya dari jari Hisui.

Luka tersebut telah lenyap, Rushella melengkapi dengan ciuman ringan pada jari yang baru dibaptis.

"Tidak apa-apa sekarang. Aku telah membantumu menghentikan pendarahan. Kamu pastinya merasa terhormat. Juga, kamu tidak diperbolehkan untuk berdarah sembarangan. Seluruh darah dari tubuhmu, setiap tetes adalah milikku!"

"T-Terima kasih....."

Jelas-jelas itu adalah kesalahan Rushella, tetapi entah kenapa Hisui berakhir berterimakasih pada dia, dan dengan jantungnya yang berpacu.

Tetapi dalam detik selanjutnya, dia kembali sadar dan dengan panik mengamati sekeliling... orang lain dari kelas berpaling malu satu demi satu.

Beberapa anak laki-laki untuk alasan yang tak diketahui membungkuk kedepan.

Dan para gadis menyembunyikan pipi mereka yang memerah.

Bahkan Eruru... bukan pengecualian.

Mei juga menampilkan wajah meratap.

"...sungguh menggerakkan hati. Sepertinya dia sedikit mengalahkan aku dalam keterampilan lidah."

Dia bahkan menggumamkan itu.

Dan kemudian, Reina, orang yang mewakili hati nurani bersama — bergumam tak bisa diemengerti, wajahnya memerah padam.

"I-Itu... ini hal itu, kan? Itu... Luar negeri, sangat umum, hal semacam ini?"

"....kurasa."

Hisui tiba-tiba teringat, dalam inspirasi sekejap, dia telah memperkenalkan Rushella sebagai kerabat jauhnya yang telah kembali dari luar negeri.

"Itu, hanya, perawatan luka... itu benar. Hal semacam ini, sangat umum..."

Meskipun dia tahu dalam hatinya ini sudah pasti tidak biasa.

Hisui hanya bisa mengangguk dan setuju.

Draculea V02 - BW04.jpg

"Oh, kalian tahu bagaimana melakukan ini juga? Aku melakukannya setiap pagi dengan orang ini, jadi orang lain punya kebiasaan seperti ini juga?"

Suasana didalam ruang kelas langsung membeku.

Terutama Reina yang memasuki mode kaku, pemikirannya sepenuhnya terhenti.

"Selalu berperilaku patuh setelah penghisapan, tetapi dia selalu meronta sebelum dilakukan. Sejujurnya, itu benar-benar merepotkan aku. Apa kalian punya solusi yang bagus?"

"S-Siapa yang tahu....? Aku belum, umm, benar-benar hal semacam ini..."

Reina mengalihkan tatapannya dari mata Rushella yang polos murni dan berlari untuk merebus air, menambahkan sup dasar, sayuran dan sosis.

Tema hari ini adalah sup kental — waktu perebusan yang lama adalah ciri khas utama.

"Apa, kamu tidak tahu? Tetapi setiap kali guru menanyai kamu sebuah pertanyaan di kelas, kamu selalu menjawab dengan lancar. Jangan pelit, cepat beritahu aku."

"T-Tapi, ini...."

"Apa masalahnya, apa kamu malu?"

Reina dengan hati-hati menuangkan air soda ketika Rushella mendekat untuk mendesak dia.

Melihat tatapan memohonnya yang menyedihkan, siswa yang lain diam-diam menatap tajam pada Hisui.

"...sungguh sebuah bencana."

"....ya."

Mei meletakkan tangan pada bahu Hisui saat dia mengantungkan kepala, kehilangan kekuatan.

Itu terasa seperti dia telah kehilangan sesuatu yang berharga di hari ini.

Beruntungnya sup selesai cukup baik, jadi ada keberuntungan ditengah kemalangan.

"Wow, bagus sekali! Ini cukup lezat."

"Cepat berterimakasih pada ketua kelas yang bertanggung jawap pada perebusan. Sudah pasti ini menakjubkan. Aku benar-benar ingin menemukan rician resepnya."

Mendengar pujian Hisui, Reina secara sederhana melambaikan tangan.

"Tidak ada yang khusus sungguh. Aku hanya menambahkan sedikit bumbu dasar sup siap pakai yang dijual di pasar. Itu karena sayuran dan dagingnya diiris dengan baik, kan?"

Saat Reina berbincang, dia dengan tekun menyerahkan pada setiap orang sebuah cangkir dan menuangkan air dari ceret.

Siswa diijinkan membawa minuman mereka sendiri tetapi sekolah juga telah menyiapkan air panas dan ceret.

"Ah, tetapi ini benar-benar sungguh hebat. Apa kamu menambahkan beberapa resep bumbu rahasia?"

"Yah....."

Reina hendak menjawab ketika terdengar suara piring menghantam lantai.

"Apa yang terjadi?"

Piring Rushella telah jatuh. Supnya telah habis dan beruntungnya piring tersebut tidak pecah, jadi lantai tak memerlukan pembersihan.

"Bu...kan apa-apa. Tanganku hanya tergelincir."

Rushella menepuk wajahnya, meminum air dan mengambil piring itu dan meletakkan di meja.

Lalu... dia berdiri tak stabil.

"Aku kenyang. Sudah istirahat makan siang eh... aku perlu mendapatkan sedikit, udara...."

Mengejutkan, Rushella meninggalkan ruang kelas ekonomi saat dia selesai berbicara.

Hisui dan Mei bertukar pandang dan mengangguk.

Sesuatu tidak beres.

"Aku minta maaf, piring-piring dan pembersihan... bisakah aku menyerahkan padamu?"

"Tak masalah. Tapi aku mengharapkan penghargaan setelahnya."

"Aku mengerti."

Mengatakan itu, Hisui menghabiskan sup kental yang tersisa dalam dua suapan dan meminum air di cangkirnya.

"Aku selesai. Ketua kelas, kita akan berbicara tentang resepnya lain kali."

"Ya, baiklah...."

Mengabaikan keraguan ketua kelas, Hisui bergegas keluar dari ruang kelas dan mencari Rushella.

tak butuh banyak berlari disepanjang koridor untuk menemukan dia.

Tidak jauh dari rangan ekonomi, Rushella berada disana.

Dia bersandar pada dinding koridor, terengah-engah.

"Hei, apa yang terjadi!?"

"Hisui, apa itu kamu...."

Rushella menyebut namanya dengan pelan lalu runtuh di dada Hisui.

"Hei....!"

Dia tidak menjawab. Kulit putih pucatnya basah dengan keringat, Rushella sepenuhnya telah kehilangan kesadaran.

"Apa yang terjadi?"

Hisui melihat kebelakang untuk menemukan Eruru. Dia pasti menyadari tanda-tanda dari Rushella yang tidak biasa dan mengikuti.

"Dia pingsan... tak bergerak sama sekali. Apa sebenarnya yang terjadi....? Akankah dia bangun jika aku menyuapi dia dengan darahku....?"

"Meskipun darah adalah obat utama dan makanan bagi vampir, simpan itu untuk usaha terakhir. Mari kita membawa dia ke ruang perawatan untuk membaringkan dia di tempat tidur terlebih dulu. Adapun untuk alasannya... mengatakan kurang tidur dan anemia seharusnya baik-baik saja."

"Benar."

Dengan bantuan Eruru, Hisui membawa Rushella ke ruang perawatan, sehingga mengurus tantangan pertama.

"...Apa vampir bisa sakit?"

"Siapa yang tahu... Bahkan jika kamu tidak tahu, apalagi aku."

Dengan dingin didesak oleh Eruru, Hisui meninggalkan ruang perawatan.

Itu adalah semacam perasaan yang aneh.

Kesadaran kabur. Tubuh juga tidak mendengarkan perintah.

Itu terasa seolah-olah seluruh tubuh telah terikat oleh rantai, tetapi pada saat yang sama itu terasa berbeda dari rantai perak suci yang dia alami sebelumnya.

Daripada mengikat tubuh secara eksternal, rantai tersebut terasa seperti dihasilkan dari dalam.

Mengunakan istilah manusia — ini mungkin terasa seperti penyakit semacam flu.

Tetapi itu benar-benar tak ada gunanya mempertimbangkan kemungkinan semacam itu, secara alami itu mustahil.

Meskipun vampir bisa disakiti, konsep penyakit tidaklah ada untuk mereka.

Jika orang benar-benar memaksakan perbandingan, hanya keinginan akan darah segar hampir tidak dihitung.

Meski itu adalah fenomena yang menyerupai naluri, itu tidak masuk akal untuk melihatnya sebagai penyakit. Dan jika darah tidak dihisap, rasa lelah pada tubuh akan meningkat.

Meski demikian, dia sudah memakannya pagi ini. Pada pertengahan hari itu hanyalah sejumlah kecil, tetapi itu terhitung sebagai saat kedua.

Dalam hal volume, seharusnya sudah mencukupi, tetapi tubuhnya terasa tak berdaya.

Apa sebenarnya — yang terjadi?

Saat pertanyaan berputar-putar didalam benaknya, aroma manis bisa tercium saat ini.

Itu adalah aroma menyihir yang begitu kuat hingga memberi sakit kepala.

"Apa yang terjadi....?"

Seolah-olah dipandu oleh bau tersebut, Rushella duduk di tempat tidur.

Dia terlebih dulu mengamati sekelilingnya dan mendapati dirinya sendiri berada dalam sebuah ruangan yang asing.

Perabotan ruangan tersebut putih dan bersih, dengan banyak lemari penuh obat-obatan. Ada tirai yang memisahkan tempat tidur — meskipun dia tidak pernah kesini sebelumnya, ini pasti 'ruang perawatan' kan?"

Mencari-cari dalam ingatannya, gambaran terakhir yang dia miliki adalah dipeluk dalam lengan Hisui.

Dia pasti ada didekat sini — Rushella menatap ke kanan tempat tidur dengan harapan samar-samar.

Memasuki pandangannya hanyalah tirai putih yang menandakan batas antara tempat tidur.

Melalui tirai tersebut, siluet seseorang bisa dilihat.

Pada saat yang sama, aroma itu menyebar. Itu menyerupai pembakaran dupa. Asap ungu samar-samar bisa diliat mengapung kearah sini dari luar tirai.

"Siapa kau...?"

"Vampir rendahan, kau tak layak mengetahui namaku."

Suara tersebut terdengar seperti wanita tua dan seorang gadis muda disaat yang sama. Melalui tirai, penampilan orang lain tersebut tidak bisa dilihat, bahkan sosoknya atau kontur wajahnya tidak bisa dilihat.

"Beraninya kau berbicara padaku dengan cara seperti itu, cepat tunjukan dirimu sendiri!"

Rushella berteriak dan mengulurkan tangan untuk menarik tirai. Tetapi meskipun kata-katanya sangat mengintimidasi, pergerakannya sangat lambat. Aroma tersebut mengganggu pikirannya.

"....!"

Menarik tirai tersebut kesamping — tak ada siapapun disana.

Hanya sebuah tempat lilin bergaya tua dengan lilin ungu yang terbakar, apinya berkedip lembut.

"Bagaimana...."

Rushella bergumam pelan dan menyadari seseorang dibelakang dia pada saat yang sama.

Draculea V02 - BW05.jpg

Berbalik, dia menemukan 'orang' itu berdiri di sudut ruangan.

Berdasarkan pada penampilannya dia pasti seorang perempuan, tetapi Rushella tidak bisa benar-benar yakin. Ini adalah karena pikirannya yang bingung, ditambah fakta bahwa seluruh tubuh orang itu berpakaian dalam jubah merah aneh, hanya menampilkan wajahnya yang menghadap Rushella. Kepalanya juga tertutupi oleh tudung yang tidak hanya mengaburkan tatapannya tetapi membuat ekspresinya mustahil untuk dibaca.

"...Pakaianmu benar-benar aneh. Selama saat-saat ketika kami para vampir mendominasi dunia, ada banyak orang yang tampak sepertimu, menampilkan sihir yang menakjubkan. Itu tercatat dalam ingatanku.

"Tepat... Aku seorang pembangkit seni yang hilang. Namun, tak ada kebutuhan bagi rasmu untuk bangkit. Kenapa kau kembali? Kenapa... kau di sekolah ini?"

"Siapa yang tahu? Aku juga ingin bertanya, siapa sebenarnya aku?"

"Jangan bercanda..."

Dia mengulurkan tangannya dari jubahnya, seputih salju. Meskipun usianya tak bisa ditentukan dari suaranya, kulit itu jelas-jelas milik seorang wanita di usia muda.

Dia mewujudkan sebuah bola hitam seukuran kelereng di tangannya dan menembakkannya pada Rushella.

".....!"

Secara naluri, dia menyadari bahaya. Dia memasukkan tangannya kedalam roknya. Ketika dia memakai seragamnya, itu adalah tempat dimana dia menyimpan pedang pendek favoritnya.

Sebelum bola tersebut sampai, dia melemparkan pedang untuk menahannya.

Ketika pedang menyentuh bola tersebut, percikan kecil tersebar saat api ungu muncul di udara.

"Apa....!?"

Api ungu tersebut tidaklah besar dan dengan cepar lenyap diudara. Tetapi didampingi dengan meningkatnya aroma mematikan kelima indera Rushella.

"Aroma ini... seperti yang barusan... tetapi lebih kuat... siapa kau sebenarnya?"

"Untuk saat ini, panggil saja aku — penyihir. Rasmu bukan satu-satunya yang tinggal di masyarakat modern."

"Aku mengerti... Sisa-sisa dari perapal mantra kuno? Tetapi kenapa kau memperlakukan aku sebagai seorang musuh?"

"Itu adalah kau yang menyusup kedalam wilayahku. Enyahlah dan kembalilah ketempat dimana kau berasal. Jika tidak — aku akan mengeksekusimu disini."

Meninggalkan kata-kata ini, 'Penyihir' tersebut memutar jubah panjangnya dan melompat keluar jendela.

Rushella ingin mengejar, tetapi tubuh lesunya tidak bisa mengikuti kehendaknya.

Peningkatan aroma secara intens di ruangan tersebut membuat kelopak matanya terasa berat dan lebih berat.

Menggertakkan giginya, Rushella tak bisa melakukan apa-apa saat kesadarannya tenggelam kedalam kegelapan.

※※

"...Jadi ruangan biologi tampaknya kehilangan bahan percobaan. Aku mendengar itu adalah item berharga yang dikirim sebagai hadiah dari seorang mantan guru. Jika ada yang menemukannya, harap menyerahkannya pada guru~ Seperti apa bentuknya? ...sepertinya mirip dengan ini, disimpan dalam botol, terendam dalam formaldehida. Bentuknya terlihat seperti jenis ginseng? Semuanya tolong bantu mencarinya."

Pelajaran ekonomi berakhir, saat ini adalah pertemuan kelas. Suara Jyuri seperti anak-anak, yang sangat tidak sesuai untuk seorang guru, bergema didalam kelas.

Mungkin karena tak ada yang tertarik dengan pelajaran tersebut, tak satupun dari para siswa memperhatikan dengan serius.

Biasanya pelajaran tidak pernah dilakukan di "ruangan biologi". Tempat itu pada dasarnya setara dengan sebuah gudang penyimpanan. Sangat mungkin, dibawah dewan mahasiswa, atau lebih tepatnya, penyelidikan Kirika, ruangan itu akan menghilang.

"Lalu pertemuan akan disimpulkan disini~"

Dengan suara manis, Jyuri menyatakan kesimpulan kelas hari ini.para siswa mulai meninggalkan ruang kelas, menuju ke rumah dari sekolah atau bergegas ke klub mereka. Disisi lain, Mei dan Eruru masih tetap diruang kelas.

"...Jadi kenapa Rushella merasa tidak enak badan, Eruru-chan?"

"...Aku tidak yakin. Juga, Sudou-san, bisakah kamu berhenti memanggilku 'Eruru-chan' tolong? Aku dikelas yang sama dengan kamu!"

Eruru berbicara saat dia menekan kacamatanya, sementara Mei memprotes dengan keras kepala.

"Apa masalahnya? Jangan melibatkan aku kedalam pengelompokan kelas status sosial polisi. Ngomong-ngomong, dimana Hi-kun?"

"Dia pergi ke tempat Rushella. Dia adalah seorang vampir bagaimanapun juga, sehingga aku tak percaya ada yang serius... Kenapa dia begitu khawatir?"

Selama pelajaran siang, Eruru telah memikirkan tentang hal ini.

Jika dia hanya merasa tidak enak badan, tidak ada alasan untuk kekhawatiran, tetapi bagi seorang vampir kesempatan dari ini pada dasarnya mendekati nol.

Dengan kata lain, dia pasti telah memakan sesuatu yang menyebabkan tubuh seorang vampir menunjukan gejala abnormal.

"Sebelum gejala itu muncul, apa yang dia makan... pertama darah Kujou-san, ini seharusnya aman. Mempertimbangkan penghisapan darah oleh Rushella, dia bahkan menghindari memakan bawang putih sepanjang waktu, kan?"

"Itu benar. Pria itu tampaknya telah mengukir identitas pelayannya ke dalam tulangnya. Maka itu mungkin sup kental? Tetapi aku menemukan itu cukup lezat, tak ada masalah disana."

"Itu adalah satu-satunya hal yang tersisa untuk dipertimbangkan. Tetapi kita membawa bahan-bahannya sendiri dan dasar sup dibeli di pasar. Bumbunya mungkin bervariasi diantara orang-orang tetapi itu seharusnya bukanlah masalah. Biasanya, bawang putih atau semacamnya tidak ditambahkan, kan?"

"Tentu saja tidak. Hi-kun sangat penuh perhatian, selain itu, gadis itu sendiri pasti akan menyadari. Pada jarak yang sedekat itu, bahkan indera penciuman Eruru-chan bisa mengerti, kan?"

"...Memang. Sepertinya alasan dia merasa tidak enak badan pasti terletak didalam ruang ekonomi itu. Tetapi apa sebenarnya yang menyebabkan dia..."

Eruru mulai merenungkan dengan sungguh-sungguh saat Mei melihat dia dengan ekspresi penuh arti.

"...Ada apa?"

"Bukan apa-apa. Aku hanya terkejut kamu akan merenungkan begitu serius tentang vampir, kebencian terbesarmu. Jika itu adalah beberapa waktu yang lalu, Eruru-chan pasti akan mengatakan, vampir seharusnya mati, aku tidak peduli... aku benar kan? Apa kamu telah dipengaruhi oleh Hi-kun?"

"B-Berhenti mengolok-olok aku! Itu hanya apa yang kamu pikirkan, bukan sama sekali..."

Eruru bergumam lirih dan menghindari tatapannya saat Mei terus menatapnya dengan geli.

"A-Aku hanya khawatir tentang masalah itu sendiri!"

"Masalah itu sendiri?"

"...Manusia baik-baik saja tetapi hanya vampir yang menunjukan gejala. Jika ini adalah disengaja, maka seseorang itu pasti memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus untuk menargetkan mahluk supranatural."

"....."

"Jika orang itu hanya bertujuan untuk menghancurkan mahluk supranatural, tidak terlalu banyak menyebabkan kekahawatiran. Namun, kekuatan ini... sangat berbahaya, sangat sangat berbahaya....."

Melihat Eruru terdiam, Mei juga menjadi serius. Beralih ke ekspresi serius, dia menawarkan dorongan sebagai seorang kolabolator eksternal Bagian Investigasi Supranatural.

"Aku akan membantu kamu, tetapi tidak secara gratis."

"Belum ada petunjuk spesifik yang telah ditemukan. Bagaimanapun juga, kita juga harus pergi ke Kujou-san. Aku juga sedikit khawatir tentang kondisi Rushella."

Eruru bangkit dari kursinya. Pada saat yang sama, pengunjung aneh datang ke ruang kelas.

Membuat suara mengeong yang lucu, seekor anak kucing hitam telah menyelinap kedalam ruangan.

"Oh my, sungguh anak kucing yang lucu. Apa kamu tersesat?"

Mei mengulurkan tangannya pada kucing hitam tersebut seolah-olah mencoba untuk memimpinnya keluar dari ruangan.

Saat dia mendekati kucing hitam didepan mereka.

Eruru hanya menonton dengan santai pada awalnya, tetapi teringat adegan kemarin, dia segera berteriak tajam untuk menghentikan Mei.

"Hentikan... Menjauh dari itu!"

"Huh?"

Saat Mei menoleh terkejut, kucing hitam tersebut muncul di sebelah wajahnya.

Itu langsung melompat ke pundaknya.

Dari pergerakannya, itu tampak sepenuhnya tak berbobot. Mei dan Eruru tersentak sesaat.

Namun, suara kucing itu jelas-jelas mencapai telinga mereka.

"Kalian berdua... juga temannya vampir itu?"

Kedua gadis saling memandang dengan kaget.

Tak salah lagi, suara manusia keluar dari mulut kucing tersebut.

Itu menyerupai suara wanita tua dan suara gadis muda, benar-benar tak bisa dibedakan. Satu-satunya fakta tertentu adalah itu perempuan.

"Jika kalian temannya vampir itu — bergegaslah dan pergilah. Atau...."

"Atau?"

Eruru perlahan-lahan mendekati untuk menahan kucing tersebut. Dalam kasus terburuk, dia tidak akan sungkan-sungkan menggunakan peluru dari pistol suci tercintanya, "Argentum". Ini adalah senjata berbilik dengan peluru perak, meskipun dikhususkan untuk vampir, itu masih sama efektifnya terhadap mahluk supranatural yang lain.

"Mati."

Kucing tersebut mencemooh.

Jelas-jelas tubuh seekor kucing, tetapi wajahnya menyerupai manusia. Itu membawa apa yang terasa seperti ekspresi manusia.

Menghadapi penampilan buas itu, bahkan Mei dan Eruru merasakan sedikit teror terhadap keuletan pantang menyerah mereka.

Detik berikutnya, kucing tersebut melompat turun dari pundak Mei dan meludahkan sesuatu ke lantai. Kemudian itu pergi meninggalkan ruang kelas dengan langkah yang cepat dan singkat.

"Apa itu... barusan?"

"...."

"Itu berbicara, kan...? Apa mungkin itu, seekor kucing iblis? Atau seekor roh kucing!?"

"Bukan, mungkin hanya seekor kucing biasa. Satu-satunya hal yang spesial tentang itu adalah bahwa itu adalah seekor 'familiar' atau sebut itu pengantar pesan."

"Apa... Eh, apa itu berbicara dengan perut!? Mengkoordinasi dengan pergerakan kucing tersebut, seseorang berbicara didekat sini!? Atau seseorang melakukan trik sulap?"

"Itu sudah jelas sebuah trik, tetapi itu sudah jelas bukan pekerjaan sihir."

Eruru mengeluarkan saputangan dan mengambil apa yang kucing tersebut ludahkan.

Itu adalah sepotong kuno dari perkamen.

Melebarkan perkamen tersebut yang telah dilipat berulang kali, itu mengungkapkan lingkaran sihir yang sama yang dia saksikan dengan Hisui kemarin, hanya lebih kecil dalam ukuran.

Dari bau yang samar-samar, Eruru dengan cepat memahami itu dibuat dari darah.

Ada juga aroma samar dari Silver Vine serta berbagai herbal.

"Ini adalah...? Apa, membuat itu tampak seperti sihir. Dan menggunakan kucing hitam sebagai familiar, itu pada dasarnya seperti...."

"'Penyihir'.... Kamu benar."

Eruru mengucapkan kata-kata yang mengirimkan rasa dingin pada tulang punggung Mei.

"Kita harus bergegas dan bertemu dengan Kujou-san. Penyelidikan akan segera dimulai sesegera mungkin."

"Paham....!"

Keduanya bergegas keluar dari ruang kelas dan berlari kearah ruang perawatan.


Sebelumnya Bab 1 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 3