Tokyo Ravens (Indonesia):Volume 2 Chapter 5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 5 – Oni Berlengan Satu[edit]

Bagian 1[edit]

…Shikigami Yakou……!?

Kakugyouki, yang telah dikatakan Investigator Mistis, menamakan dirinya sebagai Hishamaru. Harutora memiliki kesan pada kedua nama tersebut, dan ia ingat bahwa mereka adalah shikigami khusus yang terkenal dari seluruh shikigami Yakou, namun kenapa shikigami Yakou berada disini? Pikirannya bingung dan tatapannya menatap dengan intens terhadap oni yang ada dihadapannya, tak mampu bergerak.

“Be-benarkah? Apakah itu Kakugyouki sungguhan? Tidak mungkin!?”

“Diamlah, Tenma, bagaimana aku bisa tahu itu sungguhan atau bukan!”

Kyouko menegur Tenma yang panik disebelahnya, namun keterkejutan dirinya jelas terdengar dari suara marahnya, ia hanya menegur yang lainnya untuk membuat dirinya tetap tenang.

Tatapan Touji tenang, dan ia bertanya pada Natsume yang terbaring diarena: “Natsume! Bisakah kau mengetahuinya?”

Namun Natsume, yang terbaring diatas tanah dan berada pada jarak yang cukup dekat untuk melihat figur aneh tersebut, tidak mampu menjawab pertanyaan untuk sesaat. Pikirannya tertutup lumpuh, dan apa yang bisa dilihat olehnya dari posisi sedekat ini adalah tubuh raksasa Kakugyouki.

Ia menjawab lamat-lamat “Aku tidak tahu……”, tatapannya masih berada pada oni yang ada didepannya.

“Aku tidak tahu, Kakugyouki adalah shikigami pembantu, yang mana wujudnya harus dimaterialisasikan! Terlebih lagi, itu adalah ‘iblis’ kuno yang hidup beberapa abad lalu – rumornya adalah oni sungguhan. Berdasarkan rumor yang beredar tersebut, penampilan luarnya dapat berubah secara berkala…… Ke-kecuali untuk karakteristik spiritual dari lengan satunya……”

Sang Investigator tak mampu untuk tak menyeringai mendengar penjelasan Natsume. Natsume dapat melihat ‘link’ kekuatan spiritual antara sang Investigator dan oni tersebut, dan oni ini – Kakugyouki – pastinya adalah shikigami yang ia gunakan.

“Aku mewujudkannya, tapi kau masih tidak menunjukan tanda-tanda bangkit……”

“Sungguh menyusahkan, Natsume-kun. Sepertinya ini akan cukup memakan waktu.”

Sang Investigator mengeluarkan dua macam suara yang berbeda dengan satu dan yang lainnya dengan tatapan yang terpesona, dua suara yang jelas-jelas berbeda.

“Ada apa? Keberadaan Hishamaru dan Kakugyouki tidak diketahui setelah kematian Yakou, dan mereka masih tidak diketahui bahkan hingga hari ini! Apa yang sedang kau mainkan?”

“Aku tidak berniat menjawab pertanyaan yang kau tanyakan, Rajaku.”

“Tak apa, Kakugyouki – keadaannya sederhana, Natsume-kun. Sebagaimana Yakou telah bereinkarnasi didalam tubuhmu, aku adalah reinkarnasi Hishamaru, dan itulah mengapa Kakugyouki berada disisiku. Kami selalu mengumpulkan rekan, menunggun tuanku untuk bangkit.”

Sang Investigator bagaikan kesurupan, berbicara untuk Kakugyouki – oni yang ada dibelakangnya – dan reinkarnasi Hishamaru – dirinya – diwaktu yang bersamaan. Natsume tanpa sadar menatap dengan tertegun.

“……Ini, bagaimana hal bodoh semacam ini……”

“Itu tak berguna, Raja. Realita terpampang dihadapannmu, tak bisa dipungkiri.”

“Hishamaru, cukup berbicara, mari bereskan bocah tengil itu terlebih dahulu.”

Senyum sadis muncul dari mulut sang Investigator, seperti kucing yang menyiksa tikusnya.

Disaat yang bersamaan Kakygyouki mengambil aksinya.

Targetnya adalah – Harutora.

—Apa?

Tubuh Kakugyouki sangatlah besar, dan sangat sulit membayangkan pergerakannya yang cukup lihai. Kepalan tangannya mendekat dalam hitungan jarak, berayun menuju bangku penonton – tepat pada pembatas dimana Harutora berdiri.

Pola didinding pun berkilat denga intens, dan yang awalnya pelindung tersebut tak berwarna dan transparan kini menyala dengan kilatan-kilata yang tak terhitung, udara pun bergoncang kuat. Bentuk dari pelindung Omnyouji Kelas Pertama Nasional pun terdistorsi, retak.

Meskipun begitu, pelindung dari lapangan latihan sihir yang menjadi kebanggaan Akademi Onmyou tidak mengalami keretakan sedikit pun, namun tak mampu menghalang gelombang kejut fisik yang intens. Harutora yang berdiri menaikan kakinya di pagar pembatas tersebut pun kehilangan keseimbangannya karena goncangan yang terjadi pada arena tersebut dan terjatuh.

“Ah!?”

Harutora terjatuh ke dalam arena dari pagar pembatas tersebut. Arena tersebut secara khusus dipasang untuk tidak bereaksi terhadap manusia tanpa pemikiran keselamatan.

“Harutora!”

Natusme menjerit kaget ketika ia melihat Harutora terjatuh, dan Kyouko dan Tenma pun turut berteriak. Touji mengutuk, dengan cepat berlari menuju bagian depan bangku penonton.

“H-h-h, Harutora-sama!”

Kon dengan segera mengejar Harutora dengan takut, menghantam pelindung sebagai hasilnya. Touji yang dengan segera menarik kon dari ekornya, berteriak: “Masuklah lewat pintu masuknya!” dan melemparnya.

Kon dengan segera mengambil kesempatan tersebut untuk segera pergi dari bangku penonton, dan melihat demikian, Kyouko juga turut memerintah Hakuou dan Kokufuu untuk segera pergi dan mengejar Kon.

Shikigami masih dikendalikan dari luar pelindung arena setelah mereka memasuki area tersebut. Sebenarnya ia masih belum memikirkan tindakan apa yang kaan shikigaminya dan Kon lakukan setelah mereka memasuki arena, dikarenakan pikirannya saat ini masih kosong, bingung karena keadaan.

Tenma berlari ke depan bangku penonton seperti Touji.

Kyouko pun turut serta setelahnya.

“Hei, apa kau baik-baik saja!?”

“Harutora-kun!”

Harutora mendengar suara yang memanggilnya dari atas. Ia menahan rasa sakit dari jatuh tersebut, berdiri didalam arena.

Ia tepat berada pada kaki Kakugyouki tersebut.

“…!”

Kakugyouki menendang dengan kaki kanannya, menyapu menuju Harutora dan membiarkannya pergi tanpa persembunyian. Ia dengan segera menghindar dan menghalangnya dengan shakujou, namun itu tidak pasti apakah tindakan tersebut efektif atau tidak. Sebelum ia menyadarinya, ia tengah melayang diudara seolah-olah seperti ia telah ditabrak oleh mobil.

Tr2 275.png

“Harutora!”

Natsume berteriak kembali. Tepat setelah, tubuhnya terpental ke tanah, tepat setelah melakukan beberapa jumpalitan dan berguling-guling, akhirnya tubuhnya pun terkapar ditanah.

Seluruh tubuhnya terasa lumpuh, dan rasa kejut terbakara yang kini dirasakannya masih terasa ditempat dimana ia terkena pukulan. Rasa lumpuh sesaat itu pun berubah menjadi rasa sakit yang intens mengalir melalui tubuh Harutora bagaikan tersengat listrik.

Desahan ringan pun terdengar dari mulut Harutora.

…Tidak, tidak bagus! Sekarang bukanlah saatnya mengerang kesakitan!

Ia, dengan bantuan shakujounya mencoba untuk berdiri.

Pertama ia mengecek posisinya, terkejut bahwa tendangan tersebut telah membuatnya menyebrangi seluruh arena. Dan sekarang, Kakugyouki tersebut pun mulai menyiapkan serangannya kembali untuk menendang.

Ia berdiri sebelum sang lawan mempersiapkan serangannya – tidak, lawannya sebenarnya tidak benar-benar mengejarnya.

“Ugh……”

Ia berdiri dengan gemetar, suara lengkingan pun terdengar ditelinganya.

Touji dan yang lainnya berteriak dari kursi penonton, dan Natsume pun turut menyuarakan sesuatu kepadanya, namun ia tidak mengetahui apa yang mereka katakana. Seluruh tubuhnya terasa panas, jantungnya terasa berdetak dua kali atau entah berapa kali lebih cepat, berdetak dengan intens seolah-olah ingin meledak.

“……Itu benar-benar bukan palsu, huh……”

Telinganya menangkap apa yang ia gumamkan, dan hingga kemudian ia mengonfirmasi bahwa gendang telinganya masih berfungsi. Ia mencoba menggerakan tubuhnya, mengabaikan rasa sakit yang diberikan dari setiap gerakan yang ia buat. Sebuah keberuntungan bahwa tulang-tulangnya tidak ada yang patah, sungguh keberuntungan diantara ketidakberuntungan lainnya.

Namun—

“Ada apa? Mencoba untuk melawan!”

“Haha, Kakugyouki, jangan seperti itu.”

Disaat yang bersamaan ketika sang Investigator mengejek, Kakugyouki melompat. Lebih lima meter tingginya hingga hampir membentur langit-langit arena tersebut, dan adegan mengejutkan tersebut membuat Harutora tak mampu untuk tidak diam ternganga – hingga kemudian, penglihatannya tiba-tiba menggelap.

Sebuah bayangan menutupinya.

“—Sial!”

Harutora berlari dengan seluruh kemampuannya, berlari menuju sampingnya. Kakugyouki dengan segera menjatuhkan dirinya tepat disebelahnya sebagaimana ia melompat. Lantai pun berguncang karena dampak dari guncangan, dan Harutora terhuyung-huyung. Kakugyouki pun menendang kembali.

Udara disekitarnya pun menimbulkan suara ringan, dan Harutora pun mengayunkan shakujou ditangannya dengan refleks.

Dampak dari tendangan yang diberikan membuat Harutora melayan, namun kali ini ia tidak memberikan celah pada sikap berdirinya. Dengan segera ia mendapatkan kembali keseimbangannya sebagaimana ia terjungkal, membiarkan kakinua menyentuh tanah. Medkipun ia telah tergelincir beberapa meter ke belakang, kaki-kakinya masih tetap seimbang dan ia tidak lagi tersungkur ke tanah.

…Benar! Shakujou ini…

Shakujou ini telah menghadang tendangan Kakugyouki.

Serangan yang baru saja dilayangkan tersebut, tidak menyebabkan luka karena ia telah mengayunkan shakujou tersebut dalam bentuk pertahanan. Tentu saja, tongkat kecil tersebut tidak mampu menghalang serangan dari raksasa tersebut dari sudut pandang fisik, namun ketika shakujou tersebut menemui tendangan Kakugyouki, ia merasakan shakujou tersebut memantulkan dampaknya kembali. Sihir telah diberikan pada shakujou ini.

…Kerja bagus, Ohtomo-sensei! Sekarang aku melihatmu dengan berbeda!

Sayangnya, ia tidak bisa bersantai. Kakugyouki tidak memberikan Harutora jeda saat ini, menendang kembali dengan cepat dan terus-menerus. Harutora dengan susah payah menangkis serangan tersebut.

Rasanya seperti ia sedang berdiri ditengah-tengah jalan raya yang mengharuskan kendaraannya dengan kecepatan tinggi, sebagaimana tiap-tiap tendangan Kakugyouki memberikan desiran angina yang hampir-hampir menarik seluruh tubuhnya. Ia mengelak serangan tersebut pada kecepatan yang gesit, tiba-tiba berdiri dan menyelam, berusaha untuk menghindari serangan Kakugyouki dengan shakujou sebagai perisai.

“Hm.”

“Oh sayang, tidak buruk. Mainan yang kini ada ditanganmu cukup menarik.” Sang Investigator tertawa. Diamlah dan mati kau, sialan! Harutora berteriak marah didalam hatinya, namun ia tidak memiliki energi untuk mengeluarkan suaranya. Shakujounya masih terpegang, namun tangan yang menggenggam shakujou tersebut telah lama mendekati ambang batasnya dan kini mulai terasa mati rasa.

Hingga kemudian.

“Stop!”

Natsume berteriak, dan Kakugyouki secara serentak pun turut berhenti.

“Tolong, jangan terus bertarung……!”

Ia menundukan kepalanya dari tempat dimana ia terbaring, suaranya terdengar pahit. Harutora ingin memangggil Natsume, namun napasnya menghentikannya untuk melakukan hal tersebut. Ia menggunakan sisa-sisa kekuatannya untuk fokus bernapas terlebih dahulu, dan bahkan ia tidak bisa mengeluarkan suaranya.

Sang Investigator hanya ber’hmph’ ria.

“Oh, Raja……”

“Sepertinya akhirnya kau mau mulai untuk bekerja sana. Aku akan memenuhi perintahmu, Rajaku.”

Kakugyouki perlahan merilekskan kuda-kudanya ketika mendengar hal tersebut, bergerak mundur dari Harutora. Harutora menggertakan gigi-giginya dan menahan, tak sadar terduduk dilantai. Kekuatannya pun secara drastis habis terpakai atas serangan-serangan keras tersebut.

“Apa kau mengerti sekarang?”

“Kau harus menerima takdirmu, dan juga kami, tentunya. Kami selalu menunggu, dan akan terus melayani dimasa depan nanti. Apakah kau mau mengakui kami?”

Sang Investigator bertanya, nadanya terdengar cukup arogan. Natsume menundukan kepalanya, dalam diam mendengarkan apa yang dikatakannya. Helaian rambutnya yang terurai pun menutupi wajahnya, menyembunyikan ekspresinya, dan pipi putih yang terekspos dibaliknya pun dengan pelan bergerak.

Harutora mengambil napasnya dalam—

“Tunggu, Natsume.”

Mendengar kalimat tersebut, Natsume menoleh.

Mata hitamnya yang berkaca-kaca menatap Harutora dari celah-celah poninya yang terkulai. Harutora menunjukan senyuman tabah pada teman masa kecilnya.

Ia berusaha dengan sangat meregulasikan pernapasannya, memaksa untuk menelan salivanya.

Ia mendorong hal-hal sepele seperti rasa sakit dan lelah jauh ke belekang pikirannya, berdiri dengan bangga, dan menaruh shakujounya diatas tanah, menyuarakan bunyi metalik.

“Kau tidak perlu memerdulikan perkataan orang gila ini, dan kau tidak perlu untuk bergantung pada kehidupan masa lalumu sebagai subjek untuk membantu. Bukankah teman-temanmu saat ini ada disini semua?”

“……Harutora……”

Untuk sesaat Natsume melupakan keadaan disekitarnya, matanya lurus menatap hanya kepada Harutora. Harutora pun membalas tatapannya, sambil bernapas terengah-engah.

“Maafkan aku atas perkataan yang kukatakan padamu siang tadi. Aku tidak peka, tapi aku tidak berpikir bahwa apa yang kukatakan itu salah. Kau memang butuh keberanian, bahkan keberanian yang lebih dari apa yang kukatakan saat siang tadi. Jadi…” Harutora berbicara dengan memaksa dirinya. Ia jelas-jelas memaksakan diri – gugatan tersebut memanglah sulit dan menyakitkan, namun ia masih terus berbicara dengan terus terang.

“Jadi, janganlah terpengaruh dengan rumor bodoh masa lalu tersebut, janganlah kau tanggung semuanya sendiri, dan jangan berpura-pura. Bahkan jika ada orang-orang yang takut padamu dan orang-orang yang merasa bermasalah karenamu, pasti masih ada orang yang mau untuk memberikan tangannya padamu. Jadi, janganlah takut untuk berteman dengan yang lainnya. Beranilah dan bergantunglah pada kami.”

“…………”

Mata Natsume melebar sebagaimana dengan sungguh ia menatap Harutora. Ia telah mendengarnya, karena Harutora benar-benar merasa seperti itu. Ia pun merasa kekuatannya kembali, nyeri diubuhnya berkurang, dan kekuatannya yang hampir habis kini muncul kembali.

Tuan dan shikigami.

Kekuatan dari dua orang yang saling berinteraksi melalui ikatan yang ada diantara mereka. Saling menguatkan satu sama lain.

Namun—

“Bodoh!”

“Sangat.”

Sang Investigator mencerca, suara dan nandanya denga jelas menunjukan kegagalannya dalam mengerti.

“Kau membingungkan sang Raja, kau bocah tengil! Sudah kuduga, aku tak bisa membiarkanmu sendiri!”

“Benar, Hishamaru, mari kita urus bocah ini sesegera mungkin.”

Kakugyouki yang telah mundur sekali lagi berlari menuju Harutora. Harutora menaikkan shakujounya, berusaha menahan serangan sang raksasa yang menyebabkan arena berguncang.

Beranilah dan bergantunglah pada bantuan teman-temanmu.

Kalimat yang bukan hanya untuk Natsume seorang saja, sebagaimana hal tersebut juga sesuai dengan dirinya yang masih belum dewasa. Disaat yang bersamaan sebagaimana Harutora melawan Kakugyouki, ia melihat figur mereka perlahan mendekati dari ujung matanya.

“Lakukan, aku mengandalkan kalian!”

Teriak Harutora, dan Hakuou dan kokufuu, yang mana telah melingkari titik buta arena terseubt, dengan segera menyerang Kakugyouki. Katana dan tombak pun menyerang kaki Kakugyouki. Raksasa tersebut meneriakan erangan tanpa kata, pergerakannya menjadi tidak beraturan, dan Harutora dengan segera langsung bergerak maju mengayunkan shakujounya untuk menyerang.

“Ambil ini!”

Lingkaran kecil pada bagian atasnya pun bergemerincing, menghasilkan bunyi. Lingkaran-lingkaran tersebut menbentuk sebuah pedang dengan menggunakan aura, seperti Gulotin yang melingkar diudara.

Ia mengayunkan shakujounya, memukul tangan kanan Kakugyouki yang mencoba menopang tubuhnya. Kulit berwarna kehitaman tersebut pun robek, menghasiljan reaksi ‘lag’ yang intens.

“Ha-harutora.”

“Jangan khawatir, Natsume! Ini kecil dibandingkan dengan laba-laba itu!”

Ia berteriak, setengah dari keyakinananya dan setengah lagi untuk memaksanya.

Oni ini memanglah shikigami yang menakutkan. Bagi Harutora, Tsuchigumo saat itu dan Kakugyouki yang ada didepannya saat ini adalah monster yang tidak pernah terbayang olehnya.

Namun, pada akhirnya keduanya adalah shikigami. Tidak peduli sekuat apapun shikigami tersebut, mencari tahu kekuatan sang pengendali berarti adalah kesempatan menang. Ia tidak merasakan rasa mengerikan yang diberikan oleh Dairenji Suzuka dari sang Investigator yang kini menjadi lawannya.

Harutora mengayunkan kembali shakujounya, mengambil kesempatan pada momen Kakugyouki yang berhenti bergerak dikarenakan ‘lag’.

Ia melingkari bagian samping, menyayat pada perut Kakugyouki. Setiap kali ia menyerang, ia dapat merasakan shakujounya sedikit banyak menyerap aura dan mengembalikannya lebih keras pada lengannya.

…Jadi ini seperti ini, tidak heran shakujou begini mudah digunakan……!

Ketika ia bertarung dengan Armored Juggernaut, Natsume telah memberikannya ‘Pedang Pelindung’, dan sensasi yang diberikan keduanya serupa. Sihir yang diberikan oleh Ohtomo pada shakujou ini sama memiliki macam sihir yang sama dengan Pedang Pelindung tersebut.

“A-ada apa, berpikir kaau begini memalukan! Gunakan seluruh kekuatanmu, Kakugyouki!”

Sang Investigator berteriak dengan suara serak. Shikigami berlengan satu tersebut mengikuti perintah tuannya, berbalik menyerang tanpa menghiraukan luka ditubuhnya.

Kakugyouki dengan siap berbalik mengarah pada dua Yaksha dibelakangnya, menendang dengan kaki yang terluka. Harutora melompat mundur, menghindari serangan. Hakuou dan Kokufuu menyayat kembali dengan senjata mereka, yang mana punggungnya tersayat, jatuh runtuh ke tanah.

Kesempatan bagus.

Momen ketika dimana Harutora memikirkan hal ini, Kakugyouki yan gterjatuh tidak terduga mengayunkan lengan kanannya, tidak berencana untuk menjaga tubuhnya sendiri.

Lengan kasar tersebut beberapa kali lebih besar dan tubuh Harutora tersapu ke tanah. Harutora dengan segera menaikkan shakujounya untuk menghadang, namun tidak mampu menghalang dampaknya, menabrak keras dinding yang mengelilingi arena.

Walaupun shakujou telah menyerap sebagian dari kekuatan serangan shikigami Kakugyouki, hanya dampak fisik dari menabrak dinding membuat Harutora megap-megap. Rasa nyeri yang intens menyerang seluruh tubuhny, pandangannya pun sedikit kemerahan, dan paru-parunya pun terasa berhenti bekerja. Ini adalah keberuntungan dari sebagian ketidakberuntungan mengetahui ia tidak kehilangan kesadarannya, dan ia dengan perlahan menurunkan tubuhnya, menopang dirinya dengan lutut dan shakujounya.

Serangan tersebut cukuplah kuat, dan ia bahkan tidak bisa menggerakan jari-jarinya dengan rasa sakit yang baru saja menyerang tubuhnya.

Kakugyouki menaikan lengan kanannya yang telah mengenai Harutora dari tempat dimana ia telah runtuh ke tanah. Hakuou dan Kokufuu dengan segera menyayatkan senjata mereka untuk membantu, namun Kakugyouki tidak menghiraukan mereka sama sekali. Wajah yang berada dibalik topeng tersebut mematuhi perintah tuannya, dan hanya ada Harutora dimatanya.

…Sial!

Serangan datang dari atas, dan ia tidak bisa menghindari serangan tersebut, atapun energi untuk menghalangnya.

Namun, sebagaimana wajahnya memucat karena ketakutan, figur kecil melintas dihadapan Kakugyouki.

Itu adalah Kon.

Sebuah ledakan dari api biru pucat.

Api rubah Kon terhalang oleh topeng tersebut, hampir tidak memberikan bekas, namun cukup untuk mengalihkan fokus dari Kakugyouki, menghasilkan efek gangguan.

Kon yang menggunakan api tersebut dengan segera bergegas menuju Harutora, menyambarnya dan berguling ke samping – kepalan Kakugyouki dengan segera mengikuti, memukul terhadap tempat Harutora berlutut.

Harutora mengeratkan rahangnya sebagaimana dampak yang menggelora menyerangnya. Ia berdiri, bersandar pada dinding dibelakangnya, memaksa kaki-kakinya untuk tetap stabil diatas tanah.

“Hah!”

Dengan paksa shakujou tersebut menusuk topeng Kakugyouki yang terbaring didekatnya.

Ia mengumpulkan seluruh kekuatan spiritualnya, menggunakan seluruh tenaganya.

Serangan kekuatan penuh Harutora memukul topeng Kakugyouki.

Disaat itu.

Kakuyouki melolong dengan sangat.

Wajah yang tampak mirip seperti wajah manusia tampak dari balik topeng Kakugyouki.

Namun, wajah tersebut terlihat sangatlah buruk, terasa kurang nyata, seperti boneka yang dimana wajahnya dengan serampangan ditambahkan, jelas terlihat seperti bukan makhluk hidup.

Wajah penuh duka yang muncul berteriak dengan seluruh genapnya.

Ini adalah kali pertamanya Kakugyouki mengeluarkan suaranya, dan kekesalan, kemarahan, dan panik terdengar dari suara tersebut.

“Ini……”

Harutora menusuk topeng tersebut dengan sekali serang, mengukir lubang didahi sang oni. Darah mengalir keluar dari luka, dan Kakugyouki dengan marah terbangun, berteriak pada atap. Teriakan tersebut seperti tangisan bayi – tulus, kuat, dan merupakan lolongan yang penuh duka.

Hingga kemudian.

“Harutora-sama!”

Kon merentangkan tangannya, menyambar Harutora dan terbang dari Kakugyouki dengan seluruh kekuatannya sebagaimana ia hamoir membawa dirinya. Kakugyouki tidak mengejar, namun malah menginjak-injak tanah dengan seluruh kemampuannya, berbalik mundur ditengah udara.

Ia menedang ke arah langit-langit dan dipukul mundur oleh pelindung, menyebabkan arena terguncang untuk sesaat sebgaimana dengan cekatan turun seperti kucing ketika jatuh. Ia memukul dinding, menghantam tanah dengan dahinya, dan meronta-ronta dengan lengan kanan dan kakinya, benar-benar diluar kendali. Hakuou dan Kokufuu dengan segera mundur dari Kakugyouki, hampir terkena pada serangan menggilanya.

“A-ada apa! Kenapa benda itu menggila!”

Harutora berteriak dengan terkejut, namun kon yang susah payah untuk terbang tidak memiliki energi untuk menjawab.

“Ka-kau idiot!”

Sang Investigator berteriak, tatapannya bukanlah tatapan santai lagi. Bahkan sikap gilanya telah hilang tanpa jejak.

“To-topeng tersebut adalah segel Kakugyouki! Dengan ini, aku bahkan tidak bisa mengontrol Kakugyouki! Ia tidak akan berhenti marah sampai ia menghancurkan sekelilingnya!”

Suara rendah yang ia sebutkan sebagai Kakugyouki tidak terdengar kembali, hanya meninggalkan suara dirinnya dengan penuh teror dan putus asa, yang mana lebih memiliki keaslian daripada apapun yang ia katakan.

“Apa yang kau bilang!” Harutora melihat ke arah Kakugyouki dari nbalik lengan kecil Kon. Kakugyouki tersebut tidak lagi mengincar siapapun – bahkan tidak dirinya – dan hanya menghancurkan sekitarnya tanpa peduli sambil berteriak, pergerakannya bahkan lebih ganas dan sembrono dibandingkan ketika dirinya ditutupi oleh topeng.

Mereka tak berdaya – mungkin lebih tepatnya mereka tidak bisa melakukan apa-apa, sebagaimana bahkan mendekati saja terlihat sulit.

“Sial, sial, kau bocah sialan! Lihat apa yang telah kau perbuat!”

Sang Investigator menggertakan gigi-giginya, terus-menerus mengutuk. Namun, wajahnya pucat, dan kejadian tersebut sudah jelas tidak bisa terelakan.

Ketika kepalan Kakugyouki jatuhh didekatnya – “Eek!” rasa kaget membuat tubuh sang Investigator gemetar, dan ia mundur sambil terhuyung-huyung, dan melarikan diri menuju pintu keluar tanpa memedulikan apapun.

“Sialan—!”

Harutora memiringkan tubuhnya dalam lengan Kon, menghindari shikigamiyang mencoba menghentikannya dan menjatuhkan dirinya ditengah udara.

Namun ia tidak mampu mengejar. Sang Investigator berada disisi lain arena, dan Kakugyouki yang mengamuk telah menghalangi ruang diantara mereka. Sang Investigator telah berdiri disekitar pintu keluar semenjak ia mulai mengendalikan Kakugyouki, memastikan jalan keluar. Harutora hanya bisa berdiri dengan khawatir dan melihat figur berjas tersebut menghilang melalui pintu keluar

Hingga kemudian—

“Harutora-kun!”

“Tenma?”

“Kau juga cepat dan pergi dari sana! Shikigami tersebut telah kehilangan kendali, jadi ambil kesempatan ini untuk kabur sebisa mungkin!”

Aksi Kakugyouki saat inidapat dideskripsikan tidak memiliki tujuan, dan hanya dengan jahatnya menghancurkan segala yang ada disekitarnya, terlihat semaunya.

“Tapi bisakah kita membiarkan hal itu menghancurkan arena?”

“Itu tidak akan menghancurkan pelindung disini, jadi shikigami tersebut tidak bisa meninggalakan tempat ini, kita tidak perlu khawatir untuk mengurusinya!”

Harutora mengangkat kepalanya untuk berteriak ke arah kursi penonton, dan Kyouko turut berteriak menjawab pertanyaan tersebut disebelah Tenma. Shikigaminya telah mulai meninggalkan arena pertarungan.

“Harutora-sama, mari pergi!”

Dari keadaan yang ada dihadapannya, Harutora tidak mampu untuk menghentikan Kakugyouki yang mengamuk bahkan jika ia tetap berada diarena. Bahkan Kon yang berada disisinya turut mendesak tuannya.

Namun—

“Harutora!”

Teriakan keras bagaikan tembakan terdengar dari Touji, dan teriakan tersebut bukan untuk mendesak Harutora untuk segera meninggalkan arena.

Sebenarnya, itu justru berkebalikan. Suara tersebut untuk memberanikannya dan memberikannya dorongan dari belakang. Ketika ia mengerti maksud Touji, sesaat listrik pun seperti menjalari tubuh Harutora.

…Natsume!

Setelah sang Investigator melarikan diri, hanya Natsume yang masih tertinggal diarea tersebut. Ia terbaring ditanah, tangan dan kakinya terikat, susah payah merangkak ditanah dan mencoba untuk mencari perlindungan denga bersembunyi dekat dinding.

Kakugyouki berteriak dibelakangnya, dan Harutora telah melebarkan kakinya dan berlari maju sebelum ia memiliki waktu untuk berpikir.

Ia memusatkan dirinya untuk berlari.

Kakugyouki meronta-ronta tanpa mendiskriminasi, menghancurkan lantai dan memukul dinding dengan momentum yang cukup untuk membuat udara disekitar mendidih. Dengan amukan yang menghancurkan seperti itu, Harutora bahkan tidak memiliki waktu untuk berteriak pada Natsume, hanya bergegas berlari untuknya. Ia bahkan menjatuhkan shakujou yang ada ditangannya ke samping, berlari sekuat tenaga menuju Natsume.

Kakugyouki lompat dihadapannya, teriakan menggelegar pun datang dari mulutnya.

Teriakan penuh amarah keluar, dampaknya menghantam Harutora. Harutora pun merinding, kulit yang ada pada seluruh tubuhnya terasa mati rasa seolah-olah ia telah tersengat listrik, namun ia tidak menghentikan kakinya, merentangkan tangan kanannya dan mencari-cari kotak jimat yang berada pada pinggangnya. Jari-jarinya membuka penutup dari kotak tersebut – dan dengan segera mengeluarkan jimat tersebut.

Tr2 283.png

“Order!”

Itu hampir bisa dideskripsikan sebagai satu-satunya kemampuan Harutora – dengan cepat melempar jimat tersebut. Kyouko dan Tenma pun tak mampu menahan keterkejutannya dari kursi penonton sebagaimana mereka melihat pada pergerakannya dan pelemparan jimat yang tanpa ragu. Ia melemparkan jimat pelindung yang bersinar diudara, membentuk pelindung sihir dan menghalang pergerakan Kakugyouki.

Namun itu hanya bertahan beberapa detik.

Ketika Harutora mencoba untuk memutari tubuh Kakugyouki, lengan kanan Kakugyouki dengan paksa diayunkan untuk meninju lantai yang hampir rusak tersebut, menghancurkan pelindung jimat pelindung dan meninggalkan tanda lima jari ditanah. Lalu, mendekati Harutora.

Disaat itu—

Kon menerobos diudara seperti anak panah yang dilemparkan, ujung wakizashinya menusuk mata kiri oni tersebut. Kakugyouki dengan refleks mengayunkan tangan kanannya, melewati kepala Harutora.

Kakugyouki berteriak dengan marah kembali.

Kon berputar diudara, dengan cepat meninggalkan Kakugyouki. Harutora mengambil kesempatan tersebut untuk bergegas menuju Natsume.

“Natsume!”

Harutora berlutut disisi Natsume, mengangkatnya langsung tanpa memikirkan untuk melepaskan ikatan yang ada ditangan dan kakinya terlebih dahulu. Masalah masih belum terselesaikan. Ia dengan segera bergegas menuju pintu keluar, namun Kakugyouki menghalangi jalannya kembali. Kakugyouki, yang seharusnya sudah menggila, ‘mengidentifikasikan’ Harutora dan mengaum, menunjukan taringnya pada Harutora.

…Sial, aku tidak bisa kabur?

Harutora menggendong Natsume pada lengannya, terdiam ditempat.

Shakujou telah dilemparkan ditengah arena, dan bahkan jika ia membawa shakujounya ditangannya saat ini, ia tidak akan bisa melindungi Natusme sambil menghadang serangan. Kon dengan cepat terbang menghampiri Harutora untuk melindungi tuannya dan menghadapi Kakugyouki, namun figurnya terlalu kecil dibandingkan dengan raksasa yang mendekati dirinya dihadapannya.

Ia hanya mampu untuk menggunakan momen tersebut untu berlari melewati bagian bawah Kakugyouki sambil membawa Natsume.

Sebagaiman Harutora meyakinkan dirinya – Natsume berbicara dari balik lengan Harutora:

“Itu tidak perlu.”

Seragam yang ada ditubuhnya berantakan dan rambut hitamnya kusut dikarenakan dirinya tadi yang merangkak, kontras kuat nan mengejutkan dengan penampilan dirinya yang cantik bagaikan boneka porcelain.

Kedua matanya berisi kilat kuat dari balik rambut hitamnya, seperti bintang yang samar-samar berkerlap-kerlip.

Harutora menatap Kakugyouki.

“Harutora-kun, sobeklah empat jimat yang menempel pada tubuhku.”

Harutora dengan segera mengerjakan apa yang dipintanya tanpa bertanya.

Kakugyouki pun semakin mendekat, napas membakar pun berhembus keluar dari mulut sang raksasa.

Namun, Harutora tidak bergerak sama sekali, sebagaimana Natsume yang berada dilengannya membebaskan dirinya dari segala rasa takutnya.

Natsume dengan tenang dan memaksa memanggil didalam gendongan shikigaminya.

Ia memanggil shikigami yang lain.

“Aku perintah kau dengan nama Tsuchimikado Natsume. Datanglah, Hokuto. Kuperintahkan kau untuk menyerang—“

Beberapa detik kemudian, cahaya emas muncul diatas kepala Harutora dan Natsume.

Cahaya pun terkeluarkan, secara bertahap meluas keatas, dan tubuh raksasa panjang bergoyang seakan-akan mematahkan rantai yang mengikatnya.

Sebuah kilat cahaya emas melonjak perlahan diudara.

Seekor naga.

Binatang penjaga Tsuchimikado yang telah diwariskan pada pewaris utama keluarga Tsuchimikado yaitu Natsume – shikigami pembantu, Hokuto.

Kyouko dan Tenma menyaksikan pertarungan tersebut dengan napas tertahan dari kursi penonton ternganga, dan mulut Touji pun menipis, matanya melebar melihat kejadian yang ada didepannya. Bahkan Kon yang berada disisi Harutora melebarkan matanya, tubuhnya gemetar, menunjukan bagaimana terkejutnya Kon.

Hokuto tidak menghiraukan pandangan terkagum-kagum yang ditujukan padanya sama sekali, dengan nyaman merentangkan tubuhnya diudara.

Sang naga terlihat seperti menikmati kebebasannya, dengan jelas terlihat riang, dan sama sekali mengabaikan oni yang napas tertahan didepannya. Untuk mendeskripsikan sikapnya lebih baik, itu adalah kemalasan, dan untuk mendeskripsikannya dengan buruk, itu adalah kelambanan. Perbedaan keduanya seperti angin yang melambai-lambai, dan ia menjelajahi luasnya arena sesuka hati.

Terdapat banyak kesempatan untuk melukai seluruh tubuh naga tersebut, namun sang oni tidak mengayunkan tangan kanan kasarnya. Terlebih lagi, sang oni tidak mampu untuk tidak mengerang dan melangkah mundur seolah-olah ia ketakutan.

Sang naga baru saja muncul, namun aura sang naga memberikan rasa kehadiran yang sangat.

Harutora yang telah mengalaminya hanya bisa melihat dengan takjub, bahkan merasa seperti kehadiran Hokuto membuat Kakugyouki yang kuat dan mengancam dengan instan menjadi amat kecil.

“……Hokuto!”

Natsume memerintah kembali, dan Hokuto hanya bisa memutar tubuhnya dengan pasrah.

Dengan cekatan mengambil persiapan bertarung ditengah udara bagaikan panah yang telah dipersiapkan.

Kilat api pun terlihat dari mata tenangnya, memberikan peringatan pada sang musuh terhadap kehancuran yang akan datang.

Ekspresi Kakugyouki pun mengeras.

Dalam sekejap, seperti serangan pedang dari tuannya – sisik emas Hokuto bersinar, dan tubuhnya yang tertekuk tiba-tiba memanjang, bergegas lurus menuju Kakugyouki dengan menggunakan kekuatan pantulan.

Seperti longsor salju yang menuruni gunung, Hokuto telah mendekati Kakugyouki saat dimana Kakugyouki baru menyadarinya.

Kakugyouki mengangkat lengan kanannya, mencoba untuk berlindung dari serangan Hokuto, namun sebelum tangannya terangkat, tubuh bergelombang Hokuto berputar, berbalik arah.

Keduanya saling tumpang tindih untuk sejenak.

Taring sang naga pun telah menggigit leher sang oni.

Darah pun keluar bagaikan air mancur, menghilang menjadi kabut sebelum mengotori lantai.

Figur raksasa sang oni menjadi samar-samar, berosilasi dan berkerlap-kerlip dengan intens.

Kakugyouki pun menghilang karenanya.

Aura yang membentuk sang oni dengan cepat tercerai-berai.

“……Apa kita menang?”

Mereka dengan tidak terduga menang dengan mudahnya – sebagaimana Harutora berpikir demikian, kekuatan tubuhnya menghilang dengan segera. Ia terhuyung-huyung sambil menggendong Natsume, namun untungnya Kon dengan cepat datang membantunya.

“……Apa kita mengalahkan Kakugyouki?”

Lebih tepatnya, itu adalah tindakan Hokuto, bukan mereka, namun Natsume masih menjawabnya: “Iya.” Ia perlahan mengangguk.

“Ha-ha-harutora-sama, pertarungan ini luar biasa!”

“Ah, aku tidak…… sebaliknya, aku sudah mencapai ambang batas……”

Kaki Harutora terasa lemas kembali, dan ia terduduk ditanah dengan bantuan Kon. Setelah terduduk, ia masih tidak berani untuk percaya bahwa pertarungan telah selesai.

Namun kini permasalahan telah selesai. Sang Investigator telah kabur, dan sayangnya Harutora tidak bisa mengejarnya sekarang. Itu tak ada pilihan, ia hanya bisa puas untuk saat ini, dan meninggalkan sisanya untuk orang lain – membiarkannya untuk diurusi oleh seseorang yang memiliki cukup kekuatan untuk berdiri.

Diatas Harutora dan yang lainnya, Hokuto, yang telah memusnahkan sang musuh, menunjukan sikap senang penuh kemenangan, berkeliaran dengan bangga diudara.

Touji melompat ke dalam arena dari bangku penonton, dan Tenma dan Kyouko mengikuti nya setelah ragu untuk sesaat.

Ketiganya bergegas menuju Harutora dan Natsume, dan mengabaikan Touji untuk sesaat, dua yang lain mengenakan ekspresi yang sama seperti Harutora, ekspersi dimana mereka masih belum perrcaya kalau pertarungan telah selesai. Namun, ketika melihat Harutora dan Natsume hidup dan selamat, kerutan yang ada diwajahnya pun akhirnya merileks.

…Kita berhasil.

Harutora dengan sangat mengapresiasi fakta tersebut. Puas dan senang pun membubuhi dirinya, dan tak ada momen yang paling indah selain momen saat ini dihati Harutora kini.

Hingga kemudian, Natsume tiba-tiba ambruk diatas Harutora, dengan ringan membenamkan wajahnya pada dada Harutora.

Tr2 291.png

Apa ia pingsan? Pikir Harutora, sedikit panik.

Namun.

“Natsume? Kau baik-baik saja?”

“……Yah.”

Suara pelan dari dadanya pun menjawab panggilannya, tidak lagi suara tegas ketika ia memanggil Hokuto. Harutora heran, dan ketika ia berpikir untuk ingin melihat wajahnya lebih jelas, ia menolehkan dirinya.

“Na-natsume?”

Ia memanggil dengan khawatir.

“……Aku sangat senang kau datang untuk menyelamatkanku, terima kasih……”

Ucap Natsume dengan serak. Setelah berkata demikian, ia membenamkan kembali wajahnya pada dada Harutora seolah-olah unutk kabur. Sensai lembut dengan bisikan halus menusuk Harutora.

Detak jantungnya berdegup kencang.

“Uh, oke.”

Ia menjawab dengan kesulitan yang bahkan menurut dirinya terasa sangat komikal. Kon yang berada disisinya dengan miwterius terlihat kesal, dengan jengah menatap dari ujung matanya pada Harutora dan Natsume yang membenamkan tubuhnya pada Harutora.

“……Seperti yang kupikirkan, ini…… berbeda.” Hingga kemudian, gumaman pelan Touji memotong keheningan yang ada diarena tersebut.

Harutora dan Natsume menoleh ke sumber suara, dan Kyouko dan Tenma berhenti.

Touji berhenti ditempat dimana Kakugoyuki itu telah menghilang, melihat ke tanah dengan ekspresi suram. Lalu, ia berlutut.

“……Aku berpikir ada hal yang aneh sebelumnya. Shikigami tersebut sangatlah kuat…… Namun oni yang sesungguhnya tidaklah hanya memiliki kapasitas seperti itu.”

Touji mengambil jimat rusak yang hampir tersobek sebagaimana ia berkata demikian.

“……Apa, apa maksudnya itu?”

Harutora memiringkan kepalanya karena ia gagal untuk mengerti, namun ekspresin yang lainnya berubah ketika melihat jimat tersebut.

“Sebuah jimat shikigami?”

“Dan itu juga…… sebuah jimat shikigami baru? Terlebih lagi, itu hanyalah jimat biasa yang dijual dipasaran."

Natsume dan Kyouko berucap dengan kebingungan.

“Pe-pelan, bagaimana jimat shikigami ini dijual dipasaran? Kakugyouki bukanlah tipe buatan manusia, seharusnya ia adalah tipe pembantu, bukan?”

Tenma juga mengeluarkan keraguannya, dan hingga kemudian Harutora menyadari apa yang salah.

Ketika shikigami tipe pembantu mengambil bentuk sebagai wujud spiritual, situasi yang paling sering dijumpai adalah dengan beberapa objek yang termaterialisasi sebagai objek intinya, seperti pedang yang berlumuran darah, busana liturgis yang biarawan pakai, atau terkadang bahkan dalam bentuk manusia, dengan aura disekitarnya yang menghasilkan aura spiritual yang sangat.

Namun, jimat shikigami ada jimat yang digunakan sebagai wadah dari shikigami, alat yang digunakan dalam shikigami buatan manusia.

Dikarenakan hal tersebut memiliki jimat shikigami – dan terlebih lagi ‘jimat shikigami baru yang dijual dipasaran’ – sebagai wadahnya, itu berarti oni tersebut – shikigami tersebut yang muncul dengan wujud oni – adalah shikigami buatan manusia.

Dengan kata lain…

“……Kakugyouki tersebut palsu?”

Natsume bergumam bingung.

Tidak ada diantara mereka yang mengangguk membenarkan, namun juga tidak ada yang berbicara untuk tidak menyetujuinya.

Lalu……

Bagian 2[edit]

Laki-laki tersebut kabur dari pintu belakng gedung Akademi Onmyou dengan wajah pucat. Laki-laki tua yang melihat adegan tersebut mendesah pelan dengan kecewa.

Laki-laki tua itu duduk dikursi belakang limusin yang terhenti dijalan bagian area parkir tidak jauh dari pintu belakang. Ia membuka kaca jendela, menatap dengan marah pada laki-laki yang berusaha keras untuk kabur.

“Sungguh diluar ekspetasiku.”

Garis mulut yang dipenuhi kerutan mengeluarkan suara yang terdengar muda diluar dugaan.

“Atau seharusnya kukatakan bahwa performa anak-anak tersebut lebih baik dibandingkan yang diduga…… namun ini sungguh gangguan mata melihat pria yang begitu bermartabat jatuh dengan rendahnya.”

Laki-laki tua itu menggunakan kimono hitam legam, dengan kacamata merah darah diwajahnya. Helaian rambut putihnya telah dibentuk rapi dan teratur.

Laki-laki tua itu seperti seorang senior, namun lebih tepatnya ia terlihat seperti pria mati yang sudah lama dibunuh. Meskipun ia menggunakan kacamata, tak ada ekspresi yang muncul diwajah pria tua tersebut. Ia hanya berucap sambil dengan cuek menggerakkan bibirnya.

Namun, nadanya yang terdengar muda dan penuh akan emosi, jelas berbeda dengan penampilan dingin seperti orang mati yang ia kenakan, seperti orang muda dengan semangat berlimpah telah dimasukan ke dalam tubuh sang pria tua yang akan mati.

Sang laki-laki yang sedang kabur dari gedung akademi berbelok diujung jalam. Figurnya menghilang.

Hingga kemudian, kegelepan yang tiba-tiba datang menutupi jendela. Itu seperti seolah-olah matahari bersembunyi dibalik awan gelap, namun yang menghalangi matahari bukanlah sebuah awan.

“…Yo.”

Sebuah suara kasar datang dari balik kaca jendela, dan itu adalah laki-laki yang menghalangi sinar matahari. Ia bersandar pada limusin, mengintip ke dalam jendela tanpa peringatan.

Itu adalah laki-laki yang besar, tubuhnya memiliki tinggi sekitar dua meter, dengan otot yang cukup impresif yang terdapat diseluruh tubuhnya dan kerangkanya yang besar pun turut memberikan kesan yang sangat.

Dari balik rambut emas pendeknya terdapat wajah yang kontras dengan tipe tubuhnya, dengan fitur yang dalam seolah-olah ia adalah keturunan dari eropa selatan.

Alis laki-laki tersebut terlihat indah, dan matanya sedikit sipit dengan lengkungan kelopak mata. Hidungnya yang mancung dan bibirnya yang penuh. Jas bergaris yang dikenakan cukup modis untuk seorang pria yang terlihat serampangan, hingga memberikan kesan cerdas sebagai gantinya. Disisi lain, setiap bagian tubuh sang pria tersebut memberikan kesan seorang karnivora yang bahkan tidak bisa ia sembunyikan meskipun ia mencoba. Namun, setiap pergerakan yang dibuat oleh sang pria jelas memberikan kesan dewasa, mendunia, dan elegan, membentuk semacam pesona seperti sebuah parfum yang terdapat disekitarnya.

Bahkan orang buta saja dapat mengetahui bahwa ia bukanlah orang normal, dan ‘seorang pemimpin mafia’ mungkin deskripsi yang tepat untuknya. Umurnya terlihat lebih dari tiga puluhan, namun tidak terlihat dirinya telah menginjak umur empat puluh.

Sang pria menaruh lengan kekarnya diatas atap limusin tersebut, berbicara pada pria tua didalamnya:

“Bisakah kau tidak menggunakan nama orang semaumu.”

Kalimat tersebut terdengar seperti sebuah tuduhan, namun tidak ada amarah dalam nadanya. Sang pria tua pun turut menjawabnya dengan santai seolah-olah ia bersenda-gurau: “Kau menangkapku.” Wajahnya masih memiliki ekspresi seperti orang mati, dan ia tidak berbicara dengan rasa bersalah yang tulus sama sekali, namun jelas terdengar gembira seolah-olah mereka sedang bersenang-senang.

“Apa sebenarnya kau sangat penasaran?”

“Tidak juga.”

“Dinginnya, bukankah enam puluh tahun berjalan dengan cepat?”

“Mereka bahkan bukan enam puluh tahun yang cepat, ini bukanlah saatnya untuk merasa nostalgia.”

Sang pria berbicara dengan tenang, dan sang pria tua tertawa pelan sebagaimana ia mendengarkan.

“Benarkah? Aku mengakumulasikan sedikit kebencian selama enam puluh tahun ini. Aku bisa dengan sangat menyebut waktu tersebut nostalgik.”

“Jangan terlalu dianggap serius.”

“Kau berkata demikian, namun aku selalu mendepatkan disposisi ini.”

“Benarkah…… Kau harusnya tetap saja dibelakang layar. Kapanpun kau muncul, selalu muncul masalah secara signifikan.”

Laki-laki tersebut berbicara seolah-olah ia kesal, namun sebenarnya ia hanyalah berpura-pura, dan sama sekali tidak peduli dalam hatinya. Pada akhirnya, ia masih tidak berencana untuk turut ikut campur bahkan jika keadaan bermasalah tersebut bertambah atau meningkat.

Sang pria tua terlihat mulai marah dengan sikapnya yang tidak peduli, dengan keras kepala bertanya:

“Apa kau benar-benar tidak peduli sama sekali?”

“Aku tidak bisa bilang bahwa aku benar-benar tidak peduli, namun aku tidak akan terburu-buru untuk mengonfirmasi. Metodeku berbeda dengan Hishamaru.” Dengan tak sabar sang pria menjawab.

“Hmph, Begitu…… Jadi, kau masih belum bisa berkontak dengan Hishamaru? Orang tersebut cukup dingin.”

“Itu bukan urusanmu.”

Laki-laki tersebut pun menjawab dengan dingin. Interaksi diantara mereka terlihat kaku, namun respon mereka terlihat seperti mereka familiar satu sama lain. Sebenarnya, perjanjian diantara keduanya sudah terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama.

“Benar, aura hantu dari tubuhmu sedikit terlalu kuat. Sudah kuperingatkan sebelumnya, bisakah kau menyembunyikan dirimu dengan sedikit lebih serius?”

“Maaf, aku sudah tidak terlalu memerdulikannya lagi sejak lama.”

“Kau sudah setua ini…… Ah, kau lihat, kau bahkan membuatku disadari, dan itu bahkan oleh pemuda tersebut! Sungguh……”

Sang pria tua bergumam dengan jijik. Jika ekspresinya dapat berubah, wajahnya sudah pasti akan mengerut sekarang.

Sang laki-laki pun menyandarkan diri pada mobil tersebut dan menolehkan leher kekarnya.

“……Laki-laki itu huh, ia tidak terlalu buruk seperti yang kau katakan. Apa kau saling mengenal?”

“Kami saling bersinggungan sebelumnya. Rekan arogan tersebut menyerah untuk melarikan diri dariku.”

Pria tua tersebut mengutuk dengan sebal. Sang laki-laki tersenyum ringan, dengan tulus mengatakan: “Laki-laki tersebut memiliki masa depan yang menjanjikan.” Kalimat tersebut membuat sang pria tua tak senang.

“Bagaimanapun juga, kepala sekolah Onmyou Akademi adalah seorang peramal yang handal, dan mungkin dia sudah lama melihat tipu muslihatmu.”

“Bersekongkol melawan satu sama lain adalah bagian yang menarik.”

“Sungguh ketertarikan yang buruk.”

Sang pria mengangkat lengannya dari atap mobil tersebut sebagaimana ia berkata demikian, tubuhnya pun turut meninggalkan sandaran pada mobil tersebut.

“Bagaimanapun juga, aku tidak tertarik untuk mengetahui seberapa buruk ketertarikanmu itu, namun jangan gunakan namaku semaumu untuk permainan bodohmu. Aku hanya datang untuk memeringatimu itu.”

Ia pun membalikkan tubuhnya, meninggalkan limusin tersebut. Sang pria tua tidak memaksanya untuk tetap tinggal, ataupun membuka mulutnya untuk mengucapkan selamat tinggal.

Sebagaimana ia akan pergi, sang laki-laki tiba-tiba berhenti.

“……Benar, darimana tepatnya bocah tengil tersebut?”

“Nn? Bocah mana?”

“Harimau.”

“Ahh, sepertinya dia adalah anak yang berasal dari keluarga cabang, kemampuannya tidak terlalu buruk. Dengan ini, sang harimau dan sang naga saling berdampingan, namun sang harimau benar-benar lemah…… Apa kau tertarik dengan orang tersebut?”

Sang pria tua bertanya, tidak mengerti. Seseorang yang jeli mungkin akan bisa menyadari bahwa ada sedikit rasa ingin tahu yang terbersit dibali suara sang pria tua.

“……Tidak, bukan apa-apa. Ingat untuk tidak melakukannya berlebihan, Doman.”

“Hei hei, bukankah kau baru saja bilang bahwa kau tidak tertarik dengan ketertarikan orang lain?”

Sang pria tua membalas seperti ia sedang memarahi seorang anak kecil. Sang pria hanya tersenyum kecut, akhirnya meninggalkan limusin tersebut.

Ia berjalan dengan punggung yang menghadap sang pria tua dan gedung akademi.

“……Kau tidak berubah sama sekali, masih sangat setia.”

Tidak ada orang selain dirinya yang mendengar gumaman tersebut.

Sang pria dengan perlahan berjalan pergi.

Tangan kanannya ia taruh dikantung celananya.

Tangan kiri dari pakaiannya pun melambai-lambai pelan diudara.

“Sial…… Sial…… Sialan……”

Air mata mengalir menuruni wajah sang Investigator Mistis sebagaimana ia berusaha kabur, bahunya bergerak naik turun sebagaimana ia bernapas.

Ini seharusnya tidak berjalan seperti ini, semuanya berjalan berantakan. Kenapa ia terjatuh dan memiliki takdir yang menyedihkan? Ia tidak mengerti.

“Kenapa? Aku Hishamaru, aku adalah Hishamaru, namun Kakugyouki…… Ahh, sial, apa yang harus kulakukan untuk mendapatkan pengakuan dari pria hebat itu!”

Pikirannya tidak beroperasi dengan normal karena kebingungan dan putus asa yang melandanya. Untuk saat ini, ia hanya bisa untuk kembali kepada rekan-rekannya dan mendengarkan instruksi pria tersebut. Sang pria tua yang tiba-tiba muncul dihadapannya suatu hari, memberitahukannya tentang kehidupan masa lalunya, dan mengizinkannya untuk bertemu kembali dengan sekutu masa lalunya Kakugyouki. Ia sangat percaya bahwa sang pria hebat tersebut pasti memiliki cara untuk membereskan kesulitan yag ia hadapi—

“……Meskipun aku telah pergi untuk beberapa saat, kualitas dari Investigator Mistis telah sedikit menurun.”

Sang Investigator pun berteriak dan berhenti bergerak, tidak mengetahui ada dimana sumber suara tersebut.

Ia tidak melihat satu orang pun meskipun ia telah melihat ke seluruh pelosok jalan kecil diantara dua gedung tersebut. Namun—

“……Kurasa bencana spiritual telah bertambah, jadi seluruh orang yang cukup berbakat dilarikan ke divisi excorcist. Sungguh menyedihkan, itu sungguh berbahaya……”

Suara tersebut datang dari belakangnya – dan terlebih lagi suara yang tadinya berada cukup jauh darinya kini menjadi terasa sangat dekat. Ia ingin dengan segera berbalik dan kabur, namun seluruh tubuhnya tidak bisa bergerak, bahkan satu jari pun – tidak, bahkan ia tidak bisa menggerakkan lidahnya sendiri.

Ini adalah sihir. Ini berbeda dengan jimat sihir yang telah ia gunakan ketika Natsume tak sadarkan diri, ini adalah metode penaklukan Shugendo, Pengikat Rantai Emas – Unmoving Golden Chain. Namun, lawan telah menggunakannya tanpa mantra, dan ia bahkan sama sekali tidak merasakan keberadaan sang pengguna. Sihir tak terdeteksi. Dan itu bukanlah sihir tak terdeteksi biasa - ia takut bahwa itu adalah Sihir tak terdeteksi Marici – Marici Stealth Tantra.

Kehadiran yang ada dibelakangnya tiba-tiba mendekat, membuat suara ‘clunk’ dari langkah kakinya. Suara keras nan dingin yang berbeda dengan suara benturan alas kaki pada tanah pun menggema dalam gang kecil tersebut.

Sang pengguna yang telah mengikatnya berjalan dihadapan dirinya yang terikat, namun disaat yang bersamaan, sihir yang mengikat tubuhnya juga mengambil indera penglihatannya, membutakan penglihatannya dan dengan kejam menjatuhkannya ke dalam kegelapan.

Ia bersikeras mencoba untuk membuka matanya yang perlahan menggelap, memaksa dirinya untuk melihat kaki sang pengguna sihir. Sebuah tongkat berjalan, dan kaki kayu palsu yang terlihat seperti mainan. Disaat itu, memorinya pun teringat olehnya.

Ketika ia berada di Inestigator Mistis, ada sebuah rumor mengenai Investigator Mistis yang berkemampuan hebat yang telah lama menjadi sebuah legenda. Orang tersebut memiliki kualifikasi kemampuan untuk menjadi Onmyouji Nasional Kelas Satu, salah satu dari Dua Belas Pemimpin Suci, namun namanya tidak diketahui publik karena dirinya yang dirahasiakan.

Ia telah meninggalkan barisan depan setelah kehilangna kaki kanannya, dan dirumorkan bahwa hanya beberapa para petinggi yang tahu dimana keberadaan Onmyouji tersebut setelah menghilang. Ia awalnya percaya bahwa itu hanyalah sebuah rumor kosong belaka, dan ia tidak pernah berpikir bahwa ia akan bertemu dengannya ditempat seperti ini.

Lalu—

Sebagaimana pemikiran tersebut terbersit dalam benaknya, sihir yang mengikatnya bukan hanya terdapat pada penglihatannya semata, namun bahkan juga pikirannya.

Disaat yang bersamaan dimana cahaya menghilang dari matanya, kesadarannya pun turut jatuh dalam kegelapan.

“Oh sungguh, pemuda ini bahkan mengharuskanku kerja lemburan. Sungguh melelahkan.”

Ohtomo merendahkan kepalanya untuk melihat sang Investigator yang terjatuh, bergumam dengan kesal.

Hingga kemudian, kucing calico kecil berjalan memasuki gang tersebut tempat dimana tempat Ohtomo berada dengan mengeong.

Ohtomo dengan segera memberengut ketika melihat kucing tersebut. Sang kucing tidak mengindahkan reaksi Ohtomo, dengan tanpa bersuara berjalan dengan kaki-kakinya.

Mengecek sang Investigator yang terjatuh dan kemudian melihat ke arah Ohtomo.

“Kau telah bekerja keras, Ohtomo-sensei.”

Suara kepala sekolah Kurahashi pun muncul dari mulut sang kucing, dan Ohtomo merespon dengan wajah yang sedikit kesal: “Jangan disebutkan.”

“Lagipula ia hanyalah hal kecil, untuk sedikit lebih kejamnya, namun kurasa sepertinya masih banyak orang-orang sepertinya yang berkeliaran saat ini.”

“Ia kemungkinan sudah sangat terpengaruh sejak lama. Berdasarkan apa yang kulihat diarena, kepribadiannya memiliki perpecahan yang serius.”

“Oh, sandiwara satu orang dengan dua kepribadian tersebut? Kau juga melihatnya, kepala sekolah?”

“Tentu saja, mereka adalah murid-murid kesayanganku.”

Ekspresi sang kucing tidak ada perubahan, dan Ohtomo pun menolehkan wajahnya dan berkata: “……Kau dengan sengaja memonitoriku, bukan?”

“Apa itu, Ohtomo-sensei?”

“Tidak, kepala sekolah, aku tidak mengatakan apapun.”

Ucap Ohtomo dengan polos, menunjukan senyum seri-seri palsu yang tak biasa.

Sang kucing pun membenarkan posturnya.

“Biarkan aku dengan benar berterimakasih kembali padamu, Ohtomo-sensei. Namun, pertunjukan yang dilakukan oleh murid-murid tersebut sedikit berbahaya, dan aku tidak bisa menyetujuinya. Kau seharusnya menengahinya ketika ia memanggil Kakugyouki palsu tersebut.”

“Itu akan sedikit sulit. Abaikan penguntit bodoh tersebut, bagaimana dengan dua mata besar tersebut yang dengan ganas terlihat dari samping tersebut? Jika aku kehilangan kakiku lagi, karirku dimasa depan nanti sebagai guru akan jadi sebuah masalah.”

“Aku bisa dengan khusus membuatkanmu sebuah shikigami kursi dorong untukmu. Penawaran gratis.”

“Uwah, sungguh menakutkan…… Kenapa nenek tua ini tidak dengan segera mati……”

“Apa?”

“Tidak, bukan apa-apa.”

Ohtomo mengambil napas, mundur dengan berlebihan.

“Dan aku sudah mengambil tindakan pencegahan sebelumnya. Melihat pedang kayu tersebut hancur benar-benar mengejutkanku. Meskipun itu adalah benda sihir yang kubuat dengan tak sengaja, tidak pernah terpikir olehku bahwa itu akan hancur! Namun, karena pelajaran tersebut, kau bisa menyebutkan bahwa shakujou tersebut adalah mahakaryaku, dan bukankah itu sebenarnya cukup berguna juga? Dan juga, cucumu juga berusaha dengan bagus! Kau melihat efek dari strategiku kemarin, pertemanan diantara mereka meningkat karena rencana gurunya yang kelelahan, dan itulah mengapa mereka mampu menggunakan kekuatan dari pertemanan mereka yang indah dan mengurus oni jahat palsu tersebut!”

Ohtomo pun menari kegirangan dan dengan sangat membangga-banggakan hasil kerjanya. Sang kucing shikigami pun dengan diam hanya memerhatikan Onmyouji berkaki palsu tersebut, menunjukan tatapan skeptic yang lazim.

“Juga, mungkinkah kau terlalu kebingungan saat ini, Kepala sekolah? Kau tahu bahwa idiot tersebut adalah seorang fanatik Yakou sejak lama, bukan? Namun berpikiran bahwa kau hanya membiarkannya…… itu sedikit berisiko.”

Sang kucing pun menggoyang-goyangkan ekornya mendenganr sarkam Ohtomo, jelas tidak mengkhawatirkannya sama sekali.

“Yang kuketahui hanyalah bahwa ia ada hubungannya dengan Sindikat Tanduk Kembar, aku tidak melihatnya lebih jauh. Ini adalah kesempatan bagus untuk kita.”

“Jadi maksudmu, kau benar-benar menggunakan muridmu sebagai umppan, dan kau bahkan berkata ‘aku tidak menyetujui’ kepada orang lain.”

“Tolong untuk terbiasa dengan hal-hal kecil semacam ini sesegera mungkin. Juga, aku telah mengingatkan pihak yang dikhawatirkan sebelumnya.”

Sang kucing berbicara dengan tenang, dan Ohtomo mengernyitkan alisnya dengan tidak senang.

“……Munafik……”

“Apa?”

“Tidak tidak, bukan apa-apa.”

Sang kucing pun mendesah pada Ohtomo yang berpura-pura, kemudian membalikan badannya, meninggalkan Ohtomo dengan senyum kecutnya.

“Aku harus pergi untuk menginformasi Agensi Onmyou, jadi kuserahkan sisanya padamu.”

“……Tidakkah aku akan mendapatkan uang lemburan?”

“Oh sungguh, bukankah ini untuk murid kesayanganmu? Uang seharusnya bukanlah masalah, bukan?”

“……Masalahnya bukanlah uang, tapi ketulusannya……”

Keluh Ohtomo, dan sang kucing pun tidak membahas lebih jauh.

Sang kucing pun meninggalkan gang kecil tersebut dengan langkah ringan, dan bawahan yang melihat shikigami tersebut pergi, dengan kekanak-kanakannya menjulurkan lidahnya ke tempat dimana kucing tersebut pergi.

Bagian 3[edit]

Harutora berada diasramanya dengan terburu-buru mengerjakan tugasnya dihari Minggu pertama semenjak kedatangannya di Tokyo.

Pemandangan diluar sungguh indah, dengan cahaya matahari akhir musim panas yang menyinari. Ia awalnya berencana untuk pergi keluar membeli beberapa kebutuhan sehari-hari, namun setelah insiden tersebut, ia telah terus-menerus mengistirahatkan dirinya dan tidak mampu untuk pergi datang ke kelas. Sekarang ia dengan sangat berusaha menyalin catatan-catatan pelajaran kelas untuk mengejar ketinggalan. Namun ia hanya menyalin, dan tidak benar-benar mengerti apa isi dari catatan tersebut.

Touji, yang datang untuk menyerahkan catatan tersebut, juga berada didalam kamar Harutora. Ia duduk didekat jendela sambil melihat pemandangan yang diberikan, membicarakan perkembangan terkini yang ia alami selama Harutora beristirahat. Sebenarnya, Touji hanya mengantarkan catatan tersebut, dan Tenmalah orang yang mencatat pelajaran tersebut. Touji sebenarnya tidak mencatat pelajaran dikelas, dan Natsume telah mulai bekerja sama dengan Investigator Mistis dengan investigasinya kembali, jadi ia juga tidak benar-benar bisa mendatangi kelas.

“……Pada akhirnya, masalah tersebut tak benar-benar terselesaikan.”

“Yah, sama seperti masalah sebelum kita ke sini. Fanatik Yakou menemukan Natsume, tapi pada akhirnya kita masih belum mengetahui pasti siapa mereka dibaliknya.”

Para guru yang akhirnya datang setelah kejaian tersebut sangatlah terkejut pada keadaan lapangan latihan sihir dan denan segera melindungi Harutora dan yang lainnya. Sang kepala sekolah telah menghubungi Agensi Onmyou, dan Investigator Mistis – kepercayaan Harutora pada Investigator Mistis telah cukup menurun – memeriksa setiap rekaan adegan satu persatu, mengumpulkan barang bukti pada temat kejadian perkara dan dilanjut dengan sesi tanya jawab, dan wali kelas mereka guru Ohtomo baru saja sampai sepuluh menit sebelumnya, lima jam lebih dari ketika Harutora dan yang lainnya berhadapan dengan bahaya. Evaluasinya sebagai guru wali kelas kini akan menemui akhirnya.

Kemudian, mereka telah mendengar bahwa sang Investigator yang kabur telah ditangkap, namun proses interogasi tidak berjalan lancar. Semakin mereka menginterogasi, semakin membuktikan bahwa sang Investigator telah diperguna tanpa mengetahui apapun.

“Ia bilang ia memiliki rekan lainnya, jadi apakah kita telah mengalahkan salah satu fanatik Yakou?”

“Tidak, sepertinya memori terblokir dengan sihir, dan Agensi Onmyou sedang berusaha untuk membukanya, tapi mereka tidak memberitahukan identitas mereka kepada satu sama lainnya sejak awal, jadi itu sedikit meragukan berapa banyaknya yang mampu mereka gali.”

“……Bagaimana dengan Kakugyouki?”

“Seperti yang diduga, itu adalah palsu, dan tentu saja laki-laki tersebut yang memanggil dirinya sebagai Hishamaru adalah kebohongan besar, dan ia tertipu daya oleh sihir – singkatnya, ia hanya berfantasi, jadi perkataan Natsume sebenarnya telah memukul telak orang tersebut.”

Touji menatap pemandangan yang ada diluar jendela, menunjukan tatapan tajam yang sulit dimengerti.

“……Namun itu tidak benar-benar tidak diduga. Hal tersebut bahkan tidak bisa dibandingkan dengan oni yang pernah kulihat.”

Ia menyebutkannya dengan santai, namun Harutora tak mampu untuk tidak berhenti menyalin catatannya dan menolehkan wajahnya untuk melirik ke arah jendela.

“Itu berisik.” Harutora sedikit memberengut, dan kemudian ia sadar bahwa ruangan dimana suara tersebut berasal datang dari kamar yang seharusnya kosong. Ia pun tak mampu untuk tidak terheran-heran entah seseorang diam-diam menggunakan ruangan tersebut sebgai gudang.

Sebagaimana ia berpikiran demikian, Touji yang telah kembali menjadi normal untuk beberapa poin lanjut berbicara:

“Apa yang menarik adalah style dimana Kakugyouki palsu tersebut dan wadah kodoku dibuat dengan sangat berbeda, seolah-olah mereka dibuat oleh orang yang berbeda.”

“I-itu berarti…… orang tersebut tidak membuat shikigami oni tersebut?”

“Sepertinya ia percaya bahwa itu adalah Kakugyouki sungguhan, dan berdasarkan pernyataanya, ada seseorang yang memerintahkannya.”

“Siapa?”

“Aku tidak tahu itu.”

Touji menjawaa dengan dingin. Lagipula, insiden tersebut masih dalam investigasi, dan aka nada dimana hari mereka akan mendapatkan lebih banya detilnya. Mereka hanya bisa mengerti beberapa hal sekarang.

Hingga kemudian, suara keras pun datang dari kamar yang ada disebelahny, seperti seseorang yang sedang memindah-mindahkan barang.

“Sebenarnya ada apa ini?”

Harutora berencana untuk mengetahui apa yang sedang terjadi ketika suara ketukan datang dari luar.

Ia berdiri dan melewai luasnya ruangan untuk membukakan pintu. Kon berdiri didepan pintu dengan baki merah ditangannya dan cangkir the yang diletakkan diatasnya. Ia telah dengan segera menuju lantai satu untuk membuatkannya the hanya karena tuannya memiliki seorang tamu.

“Oh, jadi itu Kon. Terima kasih untuk tehnya.”

Berkata demikian, ia membukakan pintu dan bergeser untuk membiarkan Kon memasuki ruangan, namun Kon tetap berdiri dikoridor, tidak bergerak.

“H-h-harutora-sama, sebenarnya……”

Telinga Kon berkedut-kedut khawatir dan ia melirik sekilas ke arah koridor – ke arah ruangan sebelah dimana suara tersebut berasal. Harutora bertanya: “Ada apa?”, menjulurkan kepalanya keluar dan melihat ke arah koridor.

Natsume berdiri disana.

Ia berada didepan ruangan sebelah dengan pintu yang tebuka, melihat-lihat keadaan didalamnya dengan banyaknya kotak dan koper yang ada disekitar kakinya. Mata Harutora pun melebar karena terkejut.

“Natsume?”

Apa yang kau lakukan disini – sebagaimana ia berpikiran untuk membuka mulutnya bertanya, sebuah bayangan humanoid datang dari dalam ruangan sebelah. Natsume tidak mengindahkan Harutora yang terkejut, sikapnya jelas-jelas terlihat tenang. Sang bayangan berlutut didepan Natsume, mengangkat kotak yang tergeletak dikoridor dan kembali ke ruangan tersebut.

Harutora pun berlari keluar dari kamarnya, panik.

“N-n-natsume? Benda apa itu?”

“Oh Harutora, apakah tugasmu sudah selesai?”

Natsume menoleh dan tersenyum seperti seolah-olah ia baru saja menyadarinya sekarang, ia terlihat sangat senang.

“Aku sedang mengerjakannya sekarang. Sungguh benda hitam apa itu sebenarnya?”

“Itu hanyalah shikigami sederhana yang aku buat untuk membantuku memindahkan barang-barang.”

“Memindahkan barang apa?”

“Aku juga akan tinggal disini mulai hari ini.”

Ucap Natsume dengan bangga dan Harutora pun ternganga dengan bodohnya ketika mendengar hal tersebut.

“Tinggal disini…… Kau?”

“Bukankah aku berkata demikian?”

“Tapi ini adalah asrama laki-laki!?”

“Aku seorang laki-laki, ingat.”

Ucap Natsume dengan yakin, dan Harutora pun tak mampu menemukan kata untuk membalas. Meskipun ia ingin menganggap ini hanyalah sebuah candaan, ia tahu Natsume tidak bercanda mengenai ini, terlepas dari seberapa sedikitnya ia mengerti tujuan Natsume.

Natsume pun mengerucutkan bibirnya marah sebagaimana ia melihat Harutora yang terdiam.

“Kau sungguh lamban, Harutora. Insiden besar telah terjadi sebelumnya, tapi mungkinkah itu tidak membuatmu merasa waspada sama sekali?”

“Wa-waspada…… Waspada apa?”

“Haruskah aku menjelaskan? Tentu saja faka bahwa aku akan selalu dalam bahaya setiap waktu!”

“……Jadi?”

“Kenapa kau masih tidak mengerti juga! Kau adalah shikigamiku, dan itu adalah tugasmu untuk melindungiku selama dua puluh empat jam!”

Natsume berbicara serius seolah-olah ia adalah ketua kelas yang sedang menjelaskan peraturan kelas kepada yang lainnya.

“Uh, jadi kau ingin aku untuk menjagamu, tapi kau……”

Kau tidak perlu takut apapun selama kau memiliki Hokuto, jadi itu tidak diperlukan jika aku ada atau tidak, bukan?

Harutora hampir saja menyuarakan kalimat tersebut.

“Tapi kaulah yang menginginkanku untuk melakukan hal tersebut.”

“Aku?”

“Kau ingin aku untuk lebih berani dan mengandalkan orang disekitarku.”

“Ah……”

Semburat merah pun muncul ketika ia mengingat kembali perkataannya dan bagaimana emosinya yang menggelora saat itu. Tuannya pun turut memerah sebagaimana dalam diam ia menatap shikigaminya. Ketika ia melihat tatapan yang dipenuhi akan kepercayaan tersebut, Harutora pun tak mampu untuk tidak merasakan bahwa Natsume, yang telah dengan sukarela mengubah dirinya agar sesuai dengan pendapatnya, terlihat lebih tulus dan manis dibandingkan biasanya.

“Tapi, pertama! Bukankah ini sedikit berisiko? Itu tidak mungkin bagimu untuk tinggal diasrama laki-laki!”

“Bantu aku.”

“Bantu? Bagaimana aku membantumu!”

“Apa, bukankah kau menginginkanku untuk mengandalkanmu?”

Natsume merajuk kembali, menaikkan tatapannya untuk melihat ke arah Harutora sebagaimana ia berbicara, seolah-olah menghukumi Harutora karena tidak berperasaan. Pertanyaan tersebut membuat Harutora terdiam, dan kemudian ia menyadari bahwa Kon dan Touji mengintip dari kamarnya dan memerhatikan adegan tersebut.

Hingga kemudian— “Huh? Apa yang kau lakukan, Harutora-kun?” tenma berjalan memasuki koridor asrama. Bukan hanya ia telah memberikan catatan kelasnya, bahkan ia dengan sukarela untuk menjelaskannya. Kyouko pun turut mengikuti dibelakangnya.

“Tenma, dan…… Kurahashi? Kenapa kau datang juga?”

“……Apa, apa aku tidak disambut?”

“Tidak, bukan itu……”

Ia telah tak sadarkan diri setelah insiden tersebut selesai dan tidak sempat berbicara dengan Kyouko. Meskipun mereka telah bekerja sama untuk melewati krisis tersebut, sebelumnya keduanya tidaklah akur, dan Harutora tidak tahu sikap apa yang harus ia berikan.

Sebagaimana Harutora ragu-ragu dan bimbang—

“Tenma-kun, Kurahashi-san, terima kasih atas kejadian sebelumnya dan maaf telah merepotkan kalian.” Natsume melangkah maju.

Tenma ddan Kurahashi seperti tidak menduga Natsume untuk berada disini. keberadaan Natsume yang tiba-tiba, dan juga ia yang membungkuk unutk berterima kasih, membuat keduanya bingung.

“Ja-jangan berkata begitu, apalagi dikarenakan…… aku tidak terlalu banyak membantu sama sekali.”

“Itu tidak benar, aku sangat berterimakasih atas bantuan kalian.”

Natsume sekali lagi berterimakasih dengan sikap yang tulus.

Sebenarnya, Natsume adalah orang yang keras kepala dan enggan untuk bergaul dengan yang lain, namun setelah ia membuka hatinya, ia sangatlah tulus bagaikan anak kecil. Tenma dan Kyouko pun hanya bisa menunjukan senyum kaku menghadapi perubahan yang tiba-tiba ini.

“Kyouko-san, aku juga harus berterimakasih padamu.”

“Uh, itu……”

“Meskipun aku banyak mengatakan perkataan yang cukup kasar padamu, tolong percaya bahwa aku tidak memiliki maksud jahat sama sekali. Juga, kau mau membantuku meskipun aku memiliki sikap yang buruk terhadapmu, aku sangat berterimakasih. Aku akan mengikuti rasa toleransimu, jadi kumohon semoga kita bisa berteman baik nantinya.”

“…………”

Natsume menatap dengan tatapan polosnya terhadap Kyouko yang terdiam. Wajah Natsume tersenyum berseri-seri, dan Kyouko melihat dengan bingung, wajahnya pun memerah dan semakin memerah.

“Jangan berkata seperti itu…… Aku hanya……”

Ia menjawab malu-malu, tak mampu menjawab dan menolehkan wajahnya malu-malu sebelum ia selesai berbicara.

Lalu— “Ha-harutora-kun, coba ke sini sebentar—“

Ia menarik lengan Harutora dan meninggalkan Natusme dan Harutora yang kebingungan, berlari melewati koridor, berjalan menuruni tangga, dan turut membawa Harutora yang kebingungan menuju tangga.

“A-apa ini, kenapa kau tiba-tiba membawaku kemari?”

“Mungkinkah Natsume-kun telah memikirkan hal sebelumnya? Mungkinkah dia mengingat janjinya denganku?”

Wajah Kyouko sangatlah merah sebagaimana ia bertanya kkepada Harutora dengan senang. Ia terlihat telah salah menanggapi perubahan sikap Natsume yang tiba-tiba sebagaimana ia mengingat pertemuannya sebelumnya.

“Uh……” Harutora menjawa dengan canggung. “……Maaf, aku tidak bertanya padanya, tapi aku berpikir bahwa situasinya seperti apa yang kau pikirkan.”

“La-lalu kenapa dia tiba-tiba mengubah sikapnya?”

“Sebenarnya kau tidak bisa menyebutnya tiba-tiba. Bukankah ia bilang bahwa ia berterimakasih bahwa kau telah membantunya? Itulah mengapa.”

Harutora menjelaskan. Kyouko pun mengertakan bibirnya seolah-olah ia masih tidak mampu menerima pernyataan tersebut. Ketika Harutora berhenti berbicara, Kyouko tiba-tiba sadar bahwa ia masih mengenggam lengan Harutora, dan dengan segera melepaskannya.

“Itu benar bahwa satu-satunya yang ada dikepalanya adalah dirinya dan keluarga Tsuchimikado, namun itu semua adalah sikap yang secara tidak sadar untuk melindungi dirinya. Setelah ia berpikir kau adalah temannya, sikapnya akan menjadi terlihat lebih tulus. Kepribadian anak tersebut sebenarnya seperti anak kecil, dan karenanya, sikapnya juga sangat simpel.” Ucap Harutora lebih jelas.

“Teman? Aku? Tapi aku terlalu merendahkan Harutora-kun sebelumnya……”

“Meskipun aku tidak mengerti kenapa kau selalu mencari-cari masalah dengan keluarga Tsuchimikado, dia tidak membencimu, ataupun marah. Dia pun juga tidak membenci dirimu sebelum insiden ini terjadi.”

Ia hanya berasa bahwa kau tidak beralasan – Harutora tidak mengatakan hal tersebut, menggedikan bahu.

Berkata demikian, Kyouko tiba-tiba menundukan kepalanya.

Wajahnya yang memerah pun berubah menjadi bercahaya, seolah-olah alam gelap nan panjang telah datang, dan menyambut cahaya penuh harapan tersebut. Ia jelas dalam jiwa yang bercahaya dan sangat bersemangat.

“Aku……”

“Apa itu?”

“Aku…… sangat menyukai Natsume-kun.”

“Begitu, itu bagu – Apa kau bilang?”

Harutora hanya bisa meragukan dirinya entah ia salah mendengar atau tidak. Tidak terpengaruh dengan keterkejutan Harutora, Kyouko menunjukan senyum malu-malu dan polosnya seorang wanita diwajahnya.

“Meskipun sangat disayangkan bahwa Natsume-kun lupa dengan janjinya…… Aku sebenarnya sadar bahwa aku tidak bisa menyalahkannya, karena itu adalah sesuatu yang telah terjadi beberapa tahun lalu. Jadi, aku akan menyerah untuk mengonfirmasikannya terhadapnya – tidak, aku tidak akan menyerah, namun untuk sekarang aku telah memutuskan untuk memulai kembali dari awal. Aku akhirnya mengerti bahwa aku sangat menyukai Natsume-kun sampai saat ini.”

“…………”

Harutora ternganga, matanya melebar karena terkejut, menatap Kyouko yang terlihat tidak waras. Perubahan dalam sikapnya mengalahkan Natsume. Sungguh ada dimana gadis yang penuh dengan kesombongan itu menghilang?

Untuk apa ia terus-terusan harus menderita?

“K-kau menyukai Natsume? Tapi lalu kenapa—“

“Bodoh, jangan mengatakannya keras-keras! Natsume-kun itu berbakat dan keren dan lembut, dan khususnya ia terlihat begitu polos dari penampilan luarnya, tapi ia sangatlah lembut didalamnya, jadi kenapa aku tidak bisa menyukainya? Juga, aku telah menyukainya semenjak aku kecil, jadi kau tidak diperbolehkan menentangnya.”

“Aku, aku tidak bermaksud demikian, itu hanya saja……”

Wajah Kyouko memerah, ia berbicara dengan cepat seolah-olah untuk menutupi rasa malunya. Harutora sudah tau semenjak mereka pertama kali bertemu, namun ini kali pertama dirinya mendengar bahwa Kyouko menyukai Natsume setelah pertemuan mereka. Untuk sesaat ia tidak tahu harus merespon seperti apa. Hingga kemudian Kyouko berkata “benar,” terlihat seperti ia sedang memikirkan sesuatu.

“Aku membantumu sangat banyak diinsiden tersebut, jadi kau berhutang padaku. Bantu aku untuk mendekatkan diri pada Natsume-kun sebagai gantinya.”

“Mendekatkan diri!?”

“Be-benar, apa yang salah dengan itu? Bukannya kau harus membantuku? Kenyataanya, aku bisa saja termasuk sebagai penyelamatmu! Mungkinkah kau enggan melakukannya?”

Kyouko berubah, mendapatkan kembali kepribadian aslinya, menatap Harutora dengan alis yang saling bertaut dan nada yang mengintimidasi.

“I-itu bukannya aku enggan, tapi itu sangat sulit untukku untuk membantu…...”

“Kenapa?”

“Uh, dia sebenarnya memiliki bebrapa rahasia, atau mungkin bisa kukatakan ‘tradisi’ yang ia hormati, jadi……”

Dikarenakan ia tidak bisa memberitahukan identitas asli Natsume, ia tidak bisa membantu permintaan Kyouko.

Tatapan Kyouko pun terpaut kepada Harutora dengan tatapan meneliti, dan tiba-tiba, ia menunjukan tatapan mengerti dan angkuh sebagaimana ia mendapat pencerahan.

“Mungkinkah kau menyukaiku?”

Harutora tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya, matanya membulat.

“……Hah?”

“Jadi begitu…… Kau melihatku seolah-olah kau kaget ketika kau pertama kali melihatku diruang kelas juga. Benar, itu pasti begitu.”

“Tidak, tunggu, itu salah paham!”

Harutora dengan cepat menggeleng-gelengkan kepalanya. Sebenarnya, ia memeang sedikit menyukai Kyouko pada hari pertama sekolah, namun ia tidak berpikir bahwa ia akan menyadarinya.

Kyouko sangatlah manis – meskipun hanya terbatas pada penampilan luarnya saja – dan itu tidak data dipungkiri, namun kesan ‘baik’ pertama tersebut telah hancur berkeping-keping dihari itu juga. Tentu saja, ia tidak memeiliki keberanian untuk langsung mengatakan hal tersebut langsung didepan orangnya.

“Sayangnya, perasaanku seperti apa yang baru saja kukatakan tadi, jadi kau harus menbantuku, mengerti? Ini adalah janji.”

Kyouko bergerak maju menuju Harutora, melihatnya dan mengulangi perkataanya dengan mengangkat jari telunjuknya. Ia tidak mendengarkan pendapat Harutora sama sekali, membuat Harutora sakit kepala.

Namun disisi lain, namun itu tidaklah tidak terduga mengetahui sikap dengan kepercayaan diri yang sangat tersebut muncul dari kepribadian Kyouko yang feminin. Itu terlihat lebih cocok untuknya dibandingkan saat ia melihat dirinya pertama kali dikelas, ataupun saat dimana ia tengah bertengkar dengan Natsume, atau bahkan ia telah memanggil Harutora untuk mengeluh. Matanya bersinar, bibirnya tersenyum senan. Penampilannya saat ini dapat menunjukan pesona uniknya yang sangat, sebuah pembuktian yang jauh lebih baik dibandingkan ribuan kata.

Bertekad kuat, namun memesona.

……Huh?

Disaat itu—

Adegan yang telah terlupakan oleh masa lalu pun tiba-tiba muncul didalam pikiran Harutora.

Sebuah remang-remang memori lama, yang membuatnya merasa penasaran dan nostalgik – memori tersebut seperti ditunjukan didalam sebuah lemari, masih terlihat indah, dan cemerlang meskipun telah tertimbun oleh pasir-pasir waktu.

“—Harutora?”

Suara rendah, berat nan kaku pun memanggil. Ketika ia menoleh, Natsume menatap pada Harutora dan Kyouko yang sedang berbicara dari koridor lantai dua seperti sebuah pengulangan atas adegan dari tangga darurat akademi. Hati Harutora pun melompat, dan wajh Kyouko dengan cepat memerah, menjawab dengan suara lemah nan lembut: “Natsume-kun.”

“Maaf, Harutora-kun tiba-tiba saja bilang kalau dia ada hal penting yang harus dibicarakan denganku.”

“Aku?”

“Tapi kami sudah selesai berbicara. Meskipun aku datang tanpa memberitahu, bisakah aku masuk?”

“Bisakah? ……Bukankah itu ruanganku?”

Keluh Harutora, namun Kyouko berpura-pra tidak mendengarnya. Natsume menjawab: “Silakan.” Kyouko dengan senang hati berjalan naik menuju lantai dua.

Sebelum ia berbelok menuju koridor, ia memberikan harutora tatapn mengingatkan untuk tidak melupakan janji mereka, seperti ratu yang memerintah bawahannya untuk pergi dengan tatapan kuat nan arogannya. Kyouko adalah anak kesayangan keluarga Kurahashi, dan sepertinya memang cocok jika yang lainnya memanggilnya ‘tuan putri’.

Sebagaimana Harutora berpikir bagaimana untuk mengatasi masalah yang diakibatkan oleh Kyouko— “……Maaf mengganggu pembicaraanmu.” Natsume menyelanya, suara dan tatapannya terdengar dingin bagaikan es batu. Ia menyandarkan bahunya pada dinding terdekat, menundukan wajahnya untuk melihat denga dingin ke arah tangga. Harutora dengan instan merasa bahwa situasinya telah berubah menjadi sangat berbahaya.

“A-ada apa, Natsume, mungkinkah kau mendengar pembicaraan tersebut?”

“Tidak.”

Jawab Natsume cepat, dan Harutora menyimpulka dari nadanya bahwa Natsume pasti mendengar sesuatu.

Masalahnya adalah apa yang ia dengar…

“……Harutora, kau dapat ‘menyukai’ siapaun yang kau suka, tapi jangan lupakan kewajibanmu.”

“Aku tahu, kau mendenar semuanya dari situ!”

Mengapa ia mulai menguping dibagian yang paling buruk seolah-olah mencari kesempatan padanya untuk mengancamnya? Harutora dengan cepat menaiki tangga, namundengan sengaja Natsume pergi darinya, dengan dingin meninggalkan shikigaminya.

“Kau salah, Natsume, itu tidak seperti yang kau pikirkan!”

“Aku tidak peduli aku benar atau salah, dan aku tidak peduli jika itu benar. Aku tidak peduli sama sekali, bahkan aku tidak peduli sedikit pun.”

“Kau jelas sangat peduli! Dan kau sangat-sangatlah peduli!”

Harutora tergagap dengan perkataanya, dan Natsume berbalik menghadap Harutora, tak mampu untuk menahan amarahnya lebih lama lagi. Ia bergumam pelan:

“……Harutora-ku, kau sungguh playboy……”

“Tu-tunggu, Natsume… san? Apa kau takut tetang rahasiamu yang akan terbongkar?”

“……Dan kau terus berbicara……”

“Juga, aku mendengarkan seluruh perasaanmu, Natsume-san. Sungguh itu sebuah kesalahpahaman.”

“……Kau bilang kau ingin membantuku, tapi sekarang kau malah seperti ini, jadi itu semua hanya omong kosong……”

“Tolong dengarkan aku, semuanya adalah salah paham!”

Karena suatu hal, Natsume menyilangkan kedua lengannya dengan marah, keluhan terus keluar dari mulutnya. Harutora berusaha dengan sangat untuk menjelaskan terhadap punggung mungil tersebut.

Helai hitam pun melambai-lambai dari punggung Natsume.

Sebuah pita mengikar rambut tersebut, melambai-lambai pelan diantara sang tuan dan salah satu shikigami tuannya.

Bertahun-tahun sebelumnya…

Ia telah lama mendengardari kedua orang tuanya bahwa Keluarga Tsuchimikado memiliki anak yang seumuran dengannya, namun Kyouko tidak pernah melihatnya.

Nenek dan orang tuanya tidak memberitahukannya, namun ia dapat mengetahui dari ekspresi relatif lainnya bahwa keluarga Tsuchimikado sudah melewati masanya dan sedang mengalami penurunan. Orang-orang tersebut menggunjuingkannya dengan sangat, namun mereka sebenarnya tidak sadar bahwa mereka termasuk dalam kelompok yang mengalami ‘penurunan’. Karena hal ini, tanda-tanda buruk pun telah menghantui keluarga Tsuchimikado dimata Kyouko kecil, memberikan kesan buruk yang mengerikan maupun tak berdaya.

Didepan anak keluarga tersebut, bahkan lebih dari seseorang yang peduli sebagaimana identitas ‘putri’ keluarga Kurahashi lebih memiliki ‘status yang rendah’, dan ketika ia tidak mampu menyembunyikan identitasnya, hal tersebut membuat sangat sedih. Hal tersebut mengganggunya, dan ia menjadi bimbang mekipun ia terlihat kuat dari luar.

Jadi hari itu – ketika ia mendengar bahwa ada anak kecil yang harus dirawat karena sakit, kali pertama ketika ia memasuki kediaman lama keluarga Tsuchimikado membuat kupu-kupu diperut Kyouko menjadi tenang. Ia dengan segera mendapatkan kembali sifat angkuhnya serta suasana hatinya pun membaik, dikarenakan awalnya ia telah berpikir bahwa ia harus memamerkan sesuatu terhadap anak tersebut.

Kenapa kau tidak bermain dihalaman.

Ketika Kyouko mendengar hal tersebut, ia berjalan memasuki halaman dengan tanpa rasa takut, bermain dengan sepenuh hatinya dalam luasnya halaman.

Hingga ketika ia menyadari, pitanya telah lama menghilang.

Itu bukanlah pita biasa, itu adalah pita yang sangat berharga yang dibuatkan oleh neneknya untuknya. Ia telah mngeikatkan pita tersebut untuk menyemangatinya agar tidak kalah dengan anak Tsuchimikado tersebut. Itu adalah harta kesayangannya.

Ia pun bersusah payah untuk mencari pita tersebut dengan wajah yang menahan tangis dan berakhir dengan ia tersesat dalam luasnya halaman tersebut. Halaman yang tadinya layak bagaikan ‘kerajaan pribadinya’ kini menjadi lingkungan yang asing baginya. Matahari menyinari dengan teriknya, namun pohon-pohon tinggi tersebut menghalangi sinar tersebut, memberikan rasa gelap pada hati Kyouko.

Ia telah terjatuh dalam seramnya perangkap Tsuchimikado, dan ia takut bahwa ia tidak akan bisa pulang. Ketika ia berpikiran demikian, ia pun sangat ketakutan hingga akhirnya ia bersembunyi dibalik pohon sambil menangis. Hingga kemudian seseorang muncul.

Ia adalah laki-laki yang seumuran dengannya, ia terlihat ceria dan nakal.

Ia menyadari Kyouko dan bertanya dengan terkejut dan mata yang membulat: “Apa kau menangis?”. Suara lembut dan jujur darinya pun terdengar oleh Kyouko yang merasa putus asa, menyelamatkannya.

Kyouko dengan segera menyeka airmatanya. Menjawab dengan kesal: “Aku tidak menangis.” Sang laki-laki pun terkejut. Meskipun ia ingin bertanya lebih lanjut, Kyouko mengulangi jawabannya dengan suara kesal bahwa ia tidak menangis, dan akhirnya ia pun menutup mulutnya karena bingung. Kemarahan Kyouko telah mengintimidasinya.

Kyouko pun mendapatkan kembali sikap memaksanya ketika melihat hal tersebut dan berpikir didalam hatinya bahwa ia harus memanfaatkan keadaan saat ini untuk menunjukan bahwa ia tak akan kalah dengan Tsuchimikado. Kyouko pun mengambil sikap provokatif.

“Apa kau anak dari keluarga ini?”

“Huh? Aku bukan.”

“Bohong, bukankah kau Tsuchimikado?”

“Yah, itu betul, tapi……”

Laki-laki tersebut masih ingin melanjutkan perkataannya, namun Kyouko menyelanya, dengan keras menyatakan identitasnya dan memerintah:

“Aku adalah Kurahashi, sanak saudaramu. Aku datang kesini untuk berkunjung, jadi aku adalah tamu penting. Ketika tamu penting sepertiku kehilangan pitanya dihalaman, sebagai anak dari keluarga ini, kau harus meminta maaf padaku, bukan?”

Sang laki-laki pun hanya menatap Kyouko untuk sesaat.

“Kau sangat manis, tapi kau seperti laki-laki.”

Sikap keras dan memaksa yang Kyouko gunakan pun hampir saja hancur ketika ia mendengar kalimat tersebut. Kau sangat manis – kalimat tersebut telah lama membuat dirinya lelah mendengarnya kini memberikan keterkejutan yang berbeda dari sebelumnya, menggebu-gebu didalam dadanya. Disaat yang bersamaan, kalimat selanjutnya membuatnya marah dan malu yang belum ia alami sebelumnya. Ia menjadi gelisah dan hanya bisa berpikir untuk kabur.

Ia beruasaha memendam pergolakan yang ada pada dirinya.

“Jadi, bagaimana kau akan membalasnya?”

“Baiklah, aku akan mencarikannya untukmu.”

Sang bocah laki-laki menjawab dengan sungguh. Dan Kyouko kecil pun untuk sesaat tak berani untuk memercayainya.

“Benarkah?”

“Yah.”

“Kau benar-benar akan membantuku mencarinya?”

“Yah.”

Sang laki-laki menganggukan kepalanya sambil tersenyum, tulus, lembut dan jujur, sama seperti ketika ia bertanya pada sang anak perempuan entah ia menangis atau tidak.

Jadi, keduanya mencari pita tersebut bersama-sama.

Sebagaimana mereka mencari pita yang hilang, sang bocah laki-laki mengambil inisiatif untuk berbincang dengan Kyouko. Awalnya Kyouko menjawab dengan dingin, namun ia dengan segera melepaskan ketegangan yang ada didalam hatinya, bahkan tertawa. Bukankah ia seharusnya ada dikamarnya kalau ia sakit? Keragu-raguan pun muncul sesaat, namun pertanyaan tersebut tersingkirkan ketika ia melihat bocah laki-laki yang sehat tersebut didepannya.

Untuk sesaat Kyouko tidak menghentikan sikap ketuanputriannya, namun bukan hanya sang laki-laki tidak menunjukan ketidaksukaanya, sebaliknya ia bahkan terkadang menggodanya karena terlalu serius. Anehnya, perkataan tersebut tidak membuatnya marah, dan ia bahkan dengan riang berpura-pura untuk terlihat marah.

“Kau benar-benar seperti laki-laki.”

“Itu sungguh keterlaluan.”

“Lihatlah, ada batu disana, hati-hati.”

“Aku mengerti, kenapa kau tidak memberitahukanku sebelumnya.”

Candaannya membuat Kyouko kecil tertawa, dan bahkan jika ia marah ia pun hanya menyunggikan senyumannya saja. Ia perlahan pun terpesona dengan bocah laki-laki tersebut, dan waktu pun terus berjalan.

Pada akhirnya mereka tidak menemukan pita yang hilang.

Sang matahari sudah diufuk barat, dengan halaman yang tersirami oleh cahaya senja, dan bocah tersebut jelas terlihat kebingungan, menghadap Kyouko bertanya apa yang harus Kyouko lakukan. Ia pun meminta maaf dengan sangat dan dengan ekspresi yang merasa bersalah:

“Aku akan mencarinya benar-benar kembali.”

“Benarkah? Benarkah kau akan menemukannya untukku?”

“Yah, akan kuusahakan untuk mencarinya lagi.”

“Oke, kalau begitu aku memaafkanmu, tapi…”

Kyouko pun mendekatkan diri sebagimana ia berkata demikian, menghadap sang bocah laki-laki dan mengangkat jari telunjuknya sebagaimana ia mengulanginya.

“Dengar, jangan berani-berani kau melupakan ini, janji.”

Sang bocah sedikit ketakutan, menganggukan kepalanya berulang-ulang dengan wajah yang serius. Kyouko merasa sangat senang untuk suatu alasan ketika ia melihat sang bocah laki-laki dengan ekspresi tersebut.

Ketika mereka bertemu selanjutnya, jika ia mengambil pita tersebut dari tangan sang bocah laki-laki, ia akan mengikatkan pita tersebut dirambutnya, dan membiarkan sang bocah laki-laki melihat sisi manisnya.

Ia bertekad tidak akan membiarkan laki-laki tersebut berpikir bahwa ia seperti seorang laki-laki lagi.

Kyouko berjanji dihatinya, mengucapkan selamat tinggal pada sang laki-laki. Dan teringat setelahnya bahwa ia masih belum menanyakan namanya.

Ia akan bertanya pada neneknya ketika ia pulang ke rumah.

Sebagaimana ia mendengarnya dari mulut sang nenek kemudian, ia menjaganya didalam hatinya, tidak pernah sekali pun melupakannya.

…itu terjadi bertahun-tahun lalunya.

Peristiwa masa lalu diteriknya siang yang tersembunyi dalam dimemori Harutora.

Beberapa tahun yang lau, atau mungkin puluhan tahun yang lalu…


Terangnya rembulan yang menggantung dilangit.

“Apa kau pergit?”

Sang oni bertanya.

Oni yang sangat kuat yang telah hidup lama. Setelah tuannya mati, ia tidak lagi melayani manusia sebagai shikigami, an kembali menjadi sebuah oni biasa kembali – seorang oni yang legenda. Sekarang, ia percaya bahwa taka da sebuah alsan untuk melanjutkan kesetiaan tersebut. Ia mengakui koneksi emosional diantara tuannya dan dirinya, dan ia menyukainya, namun karena ia mencintai kebebasan, ia tidak menemukan maksud lain untuk melanjutkan kesetiannya pada seseorang yang sudah mati.

Namun, rekannya berpikir lain.

“Aku pergi.”

Rekannya berkata dengan keyakinan tanpa adanya jejak keraguan. Mereka telah berjanji bahwa ia akan tetap menunggu, meskipun dengan berapa bayak kesengsaraan dan tahun yang ia lewati. Rekannya akan memulai perjalanan panjang untuk memenuhi janji tersebut, mencari untuk bersatu kembali dengan tuannya yang hilang.

“Kita akan berpisah disini. Jaga dirimu.”

Setelah berkata demikian, rekannya pergi tanpa menghiraukannya. Sikap dedikasi yang sangat tersebut selalu membuatnya kesal, dan ia telah mengejeknya berkali-kali.

Namun sekarang, itu sangat-sangatlah memesona. Kenapa itu?

“……Sungguh rekan yang sangat setia.”

Ia tersenyum miring dan bergumam dalam diam sebagaimana ia memerhatikan punggung sang rekan.

Rembulan yang ada dilangit pun dalam diam melihat perpisahan keduanya.

…Bertahun-tahun sudah terlewat sejak itu, bahkan berpuluh-puluh tahun.

Didalam memori oni berlengan satu tersebut, tirai pun diturunkan untuk mengakhiri tahun-tahun kejayaan mereka.