Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia: Railgun SS: Liberal Arts City Chapter3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 3[edit]


Fajar menyingsing, dan matahari tengah musim panas yang bersinar terang sekali lagi naik ke langit biru. Melihat sinar matahari yang jatuh menyinari bumi hampir membuat seseorang lupa bahwa saat itu adalah bulan September. Uiharu Kazari sedang memandang ke arah matahari yang bersinar sangat terang, memakai baju renang one-piece warna pink dengan motif tumbuhan. “Hey, Uiharu. Berhenti bengong disana dan cepat kesini, dasar cewek tengah musim panas.” “Saten-san. Jangan panggil aku cewek tengah musim panas. Dan apa sih artinya itu?” Uiharu menoleh dan melihat Saten Ruiko yang kelihatan kesal tentang sesuatu, mendekatinya. “Hm. Sepertinya kau mendapatkan kulit coklat yang bagus akibat bermain di luar seharian kemarin. Biarkan aku melihat bagian tubuh ‘sebelum dan sesudah berjemur’.” “Tunggu, ah!? Jangan tarik tali baju renangku!! Apa ini yang kau maksud dengan cewek tengah musim panas?!” Uiharu protes, tapi Saten meregangkan baju renangnya, lantas menatap ke garis yang berwarna antara putih susu dan coklat muda. “Rambutku panjang, jadi jikalau aku cuma berdiri di sana, ada beberapa bagian yang tidak menjadi coklat. Karena itu, aku memakai sunblock kuat, tapi kurasa yang kupakai itu terlalu kuat. Tubuhku benar-benar masih berwarna putih. Membosankan, aku sedikit bingung tentang apa yang akan aku lakukan hari ini. Mungkin lebih baik aku mengikat rambutku ke atas, supaya kulitku berubah menjadi coklat dengan cantik.” “T-tunggu! Jangan kupas bagian coklatnya! M-menjijikkan! Kau akan membuatnya jadi sangat buruk pada akhirnya, Saten-san!!” “Jangan khawatir! Kau bisa bermain sesukamu hari ini, jadi bagian itu akan menjadi coklat lagi!! Ga ha ha!” Ketika itulah Mikoto tiba. Mereka sarapan bersama, tapi mereka berpisah untuk balik ke hotel, sebelum kembali bertemu di pantai. “Hey. Maaf karena sudah menunggu lama.” “Oh, tidak masalah bagi kami...Huh? Shirai-san tidak bersamamu?” “Itulah yang memakan waktu begitu lama. Baju renang seksinya benar-benar terlalu berbahaya, jadi aku memeriksa seluruh barang bawaannya untuk mencari apakah dia masih punya baju renang yang setidaknya sedikit lebih baik. Dan akhirnya aku menemukannya. Suatu baju renang yang benar-benar normal.” “J-jadi...?” “Jadi aku disini untuk memperkenalkan ‘reinkarnasinya’ dengan baju renang sederhana ini!!” Mikoto mengayunkan lengannya menunjuk ke arah yang aneh. Yang berdiri di sana adalah Shirai Kuroko dengan ekspresi bosan di wajahnya. Baju renang yang dia pakai tidak lebih terbuka dibanding baju renang sekolah. Suatu baju renang one-piece berwarna keputihan. Baju renang itu memiliki beberapa garis lurus dan jauh lebih normal dibandingkan baju renang gila yang dipakainya di hari sebelumnya, yaitu baju renang yang hanya terdiri dari beberapa “garis”. Tapi Uiharu dan Saten terkejut. Mereka kelihatan seperti ingin muntah. “I-ini tidak cocok dengannya!! K-kenapa kelihatannya terlalu aneh ketika Shirai-san memakai baju renang biasa!?” “Itu tidak modis sama sekali!? Kelihatannya seperti baju renang itu bisa ditemukan di kantung undian murahan pada distrik perbelanjaan!” Shirai Kuroko, si samurai dari Jepang, sepertinya sudah menjadi cukup terkenal karena orang asing di sekitarnya (laki-laki) membuat kegaduhan karena kecewa. “Oh, hari ini dia pakai yang sederhana.” “Dasar idiot. Itu normal.” “Bushido* Jepang itu memang menakutkan, dia sudah menarik perhatian kita seperti itu.” [Bushido adalah peraturan tentang kehormatan dan moral yang dianut oleh para samurai Jepang. Bushido terdiri dari kata “Bushi” yang berarti samurai, dan “do” yang berarti cara.] Shirai menggeretakkan giginya. “I-inilah kenapa aku tidak mau memakai pakaian yang seperti ini!! Dan kalau memakai baju yang seperti ini bisa mengecewakan semua orang, maka aku harusnya memakai baju renang lebih terbuka!” Semacam uap keluar dari kepala Shirai ketika dia berteriak, tapi Mikoto tersenyum penuh kemenangan, lantas Uiharu dan Saten mundur. Shirai Kuroko akhirnya kehabisan kesabaran dan menyentuh senjata terkuatnya. “Mari kita mulai!! Tombol rahasia diaktifkan!!” “Ap-!?” “J-jangan bilang ini adalah baju renang seksi terkuat yang bisa berubah bentuk dan bergabung!? ...Huh?” Ketiganya menjadi waspada, tapi baju renang itu tidak lepas dan tidak memperlihatkan kulit Shirai Kuroko. Baju renang putih itu sepertinya terdiri dari kain bagian luar dan kain bagian dalam. Dengan menggunakan semacam taktik di kain bagian luar, warna biru di kain bagian dalam membuat pola pada baju renang putih itu. Segera setelahnya... “U-ugh!?” “Ap-? ...Eh? ...Tunggu! I-ini..!!” “Aku tidak tahu kenapa, tapi Shirai-san kelihatan sangat seksi!” Wajah Mikoto, Uiharu, dan Saten langsung memerah. Baju renang Shirai masih sama, yaitu tipe one-piece tidak fashionable yang semua orang, mulai dari anak kecil sampai wanita tua, bisa pakai. Itu adalah suatu pakaian renang berwarna putih tidak modis yang akan mengecewakan siapapun yang melihatnya. Walaupun ada beberapa daerah yang terbuka. Dan meskipun begitu... “Heh. Ini salahmu, Onee-sama. Aku tidak ingin menggunakan senjata terkuat ini, tapi kau memaksaku untuk memakainya hari ini.” “Gh...Gfh....Sebenarnya baju renang misterius apa itu...?” “Ini adalah kumpulan dari teknologi terbaik Academy City. Didesain berdasarkan percumbuan 38.000 ekor binatang. Semua yang dianggap seksi oleh makhluk hidup dikumpulkan menjadi satu, supaya daya tariknya tidak hanya menaikkan nafsu pria dan wanita, tua dan muda, tapi juga membuat semua jenis binatang menjadi birahi!!” “Tunggu, bukankan pertunjukan percumbuan yang lebih mencolok itu biasanya dilakukan oleh si jantan...?” “Bomber- percumbuan -penghilang-komplain!!” “Mgyaaaaaaaaahhhhh!?” teriak Mikoto melihat baju renang percumbuan itu. Dia mencoba untuk menahan efeknya, tapi sepertinya baju renang milik Shirai menggunakan lebih dari sekedar efek visual dari garis-garis itu. Ada speaker-speaker kecil yang terpasang, dan bahkan ada bau feromon* (disebarkan secara elektrik) yang disisipkan ke bahan kainnya. Baju renang yang menakutkan itu menyerang melalui tiap-tiap pancaindra. Kemungkinan besar, akan ada rasa birahi sehingga kau ingin menjilatnya, dan rasa birahi sehingga kau ingin menyentuhnya. Bahkan, dengan teknologi aneh seperti itu, mungkin baju renang tersebut memiliki birahi yang menyerang indra keenam. [Feromon adalah hormon pada binatang.] Yang berarti... “Ahah... Aku lah yang memakainya, dan aku juga ikut merasa sedikit pusing...” “Gwaah!! Si bodoh yang menjadi penyebab semua kekacauan ini malah menerima dampak paling besar!? H-hey, Kuroko! Paling tidak, beritahu kami dimana tombol untuk mematikannya sebelum kau tumbang!! Apa kau ingin menjadikan seluruh pantai ini sebagai tempat orang bercumbu!?” Pandangan Mikoto menjadi sedikit kacau dan semuanya berwarna pink pucat seperti sedang berilusi. Jika “bom cumbuan taktis” itu dibiarkan begitu saja, kejadian ini akan dilaporkan dalam berita sebagai cerita guyon. “O-Onee-sama...” “Apa, Kuroko!? C-cepat beritahu aku dimana tombolnya! Jika kita tidak mematikannya segera, aku akan menghentikannya walaupun harus mengoyaknya!!” “...Eh heh.” “T-tunggu, kenapa kau tersenyum? Kenapa kau menarik bibirmu dan diam saja!? Cepat!! Kau boleh memakai baju renang seksi yang kemarin atau apapun, yang penting singkirkan senjata berteknologi tinggi itu sekarang juga!!”

Pada akhirnya, Shirai menjadi lemas dan diam. Mikoto menganalisa baju renang itu sampai akhirnya berhasil menemukan tombol untuk mematikannya. Saten menghela napasnya dengan berat di pantai itu. (Shirai-san benar-benar kelihatan senang...) Saten mengingat ekspresi Shirai Kuroko ketika dia ditendang di punggungnya dan diusir kembali ke hotel. Efek baju renang “canggih” itu harusnya sudah hilang, tapi masih ada sesuatu yang mengganggu di kepala Saten. “Uiharu, aku sedikit haus, jadi aku akan pergi beli minum dulu.” “O-okay. Aku baru saja mau istirahat, jadi aku akan berbaring untuk berjemur di sana.” Setelah mendengar jawaban yang lelah dari Uiharu, Saten berjalan dari pantai buatan ke jalan sempit terbuat dari batu bata. (Tapi...) Saten berpikir ketika dia berjalan. (Yang kemarin itu apa?) Biasanya, Saten memang cenderung suka melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang (dan dia memang begitu), tapi tidak berarti dia tidak pernah memikirkan apapun. Ada ruangan seperti hangar di tengah Liberal Arts City, dan kapal-kapal mirip ikan terbang yang hancur. Dan ada juga percakapan antara Mikoto dan pegawai bernama Olive. Sepertinya mereka sudah menyepakati sesuatu, tapi Saten tidak tahu apa. Dia tidak tahu sama sekali apa yang telah terjadi, dan dia tidak bisa merasa santai sampai dia tahu akan hal itu. (Di perjalanan balik ke hotel, Misaka-san berkata bahwa terlibat perselisihan akan membawa perhatian yang tidak perlu dari para guru dan akan memberi masalah pada pelajar lain. Dia juga bilang bahwa membuat masalah bisa menghancurkan perjalanan ini, jadi aku tidak boleh membuat terlalu banyak keributan tentangnya...tapi untuk tujuan apa sebenarnya dia pergi ke sana?) Sebenarnya, dia tidak tidur nyenyak di malam sebelumnya. Mungkin kedengarannya bodoh, tapi dia merasa jendela kamarnya bisa pecah kapan saja, lantas satu tim pasukan khusus akan mendobrak masuk dengan tali seperti pada film. Tapi tidak ada yang terjadi. Langit dan laut masih berwarna biru seperti biasa, dan Saten Ruiko masih mengenakan baju renangnya seperti biasa. (Misaka-san sepertinya diam-diam sedang mengamati sekelilingnya... dan aku tahu seseorang sepertiku tidak bisa menyelesaikan apapun dengan mengkhawatirkannya, tapi...) Dia menghela napas, dan mencoba untuk mengenyahkan kekhawatiran itu ke sudut pikirannya. Pemandangan daerah di tempat dia berada sepertinya dibuat dengan suasana Hawaii atau Guam* sebagai model. Karena terdapat jalan yang melengkung dengan lembut di sebelah pantai, diiringi pohon palem yang berbaris di sisinya. Setelah berjalan sedikit jauh, dia menemukan suatu stan penjual minuman yang dibuat dengan memasukkan buah-buahan dan susu ke dalam mesin pembuat jus. Stan itu sebenarnya hanyalah RV* yang dirancang ulang, tapi rodanya lebih tebal, seperti kendaraan off-road supaya bisa dikemudikan di pantai. [Guam adalah kependekan dari Guamanian, adalah sebuah pulau di bagian barat Samudera Pasifik dan juga sebuah organized unincorporated territory Amerika Serikat. Ibukotanya adalah Hagatna, dulunya Agana. Mayoritas ekonomi Guam berasal dari sektor pariwisata (90% turis berasal dari Jepang) dan pangkalan Tentara Amerika Serikat. Sebagai salah satu teritorial AS yang paling dekat dengan Garis Tanggal Internasional, Guam dijuluki sebagai "tempat di mana Amerika dimulai", sehingga frasa itu menjadi semboyan teritorial pulau itu. Wikipedia Bahasa Indonesia tanpa perubahan.] [RV adalah singkatan dari Recreational Vehicle, yaitu kendaraan berbentuk caravan. Kamus Oxford.] Saten memperhatikan menu yang tertulis dalam bahasa Inggris, Jepang, dan Cina. (Kurasa, dasarnya adalah kombinasi pisang dan susu. Oh, tapi vanila adalah sesuatu yang lain. Hmm? Ada kelapa juga. Aku cukup yakin pernah minum soda kelapa sebelumnya, tapi aku penasaran rasa asli kelapa segar itu seperti apa...Tunggu!? Mereka menjual santan kelapa seperti tidak ada masalah apapun!!) Toko itu menjual berbagai jenis rasa, tapi Saten memilih minuman kelapa dengan alasan “terasa tropis”. Dia menggunakan kartu IC yang digantung di lehernya untuk membayar itu, dan mengambil gelasnya dari seorang pria berbulu tebal di tangan. (Sekarang, waktunya mengetahui rasa kelapa asli seperti apa.) Dia mengaduk isi gelasnya dengan sedotan sambil menelusuri jalan yang menuju tempat Uiharu berada. Tiba-tiba dia mendengar suara gesekan di semak-semak yang ada di dekatnya. Semak belukar itu terdiri dari pohon-pohon lebih kecil yang ditanam di belakang barisan pohon palem di sepanjang jalan. Kombinasi jalan, pohon palem, dan pohon-pohon pendek mirip seperti Baumkuchen*. Semak-semak itu seperti rambut afro berwarna hijau di atas tanah, mengeluarkan suara *kresek*, dan bergerak-gerak di depan mata Saten. [Baumkuchen atau "Kue Pohon" adalah kue khas Jerman yang populer pada saat perayaan penting dan pesta pernikahan. Bentuknya seperti menara dengan cincin tak rata berlapiskan coklat putih atau hitam. Kue ini berasal dari kota Salzwedel di Jerman dan diciptakan tahun 1820.Baumkuchen terbuat dari lapisan mentega yang disusun di atas putaran kayu di depan api. Perlu keahlian khusus untuk membangun 15 lapis jenis campuran bahan yang kemudian dipotong untuk membentuk cabang-cabang pohon. Wikipedia Bahasa Indonesia tanpa perubahan.] Umumnya, ada dua tipe reaksi manusia ketika melihat sesuatu yang aneh. Beberapa akan waspada dan bergerak mundur. Namun beberapa orang akan tertarik dan malah maju ke depan. Saten Ruiko pastilah merupakan tipe kedua. (A-apa? Apa apa apa apa ini?) Dia menjauh dari jalan yang dilaluinya, dan menyibak semak afro raksasa itu. Segera setelahnya, dua tangan coklat keluar dari afro. Sebelum Saten sempat bereaksi, tangan-tangan itu meraih lengan dan pinggangnya, lantas menariknya ke dalam afro. “Dwaaaaahh!? Sialan, minumanku!! Aku masih belum tahu bagaimana rasa kelapa segar!!” Ketika dia kehilangan keseimbangan dan terpeleset, isi gelasnya tumpah ke pasir. Setelah melihat minuman kelapanya terserap ke dalam bumi, Saten memelototi siapa yang telah melakukan tindakan tidak menyenangkan itu. Tapi dia hanya kesal karena minumannya tumpah, tidak lebih. Pemilik tangan warna coklat itu menggunakan semacam “jurus” lemparan aneh, dan semakin menggulingkan Saten. Saten sekarang berbaring telentang di atas pasir dengan seseorang berkulit coklat yang berada di atasnya. Paha orang itu digunakan untuk mencegah Saten untuk menggerakkan tangannya, dan tangannya digunakan untuk menutup mulut Saten. “Mgh!?” “...Kau bukan seorang pegawai. Cih. Aku hanya mendapatkan turis biasa. Padahal aku ingin menghajar salah satu dari mereka, dan mencuri bajunya...” Kata-kata itu diucapkan dalam suatu bahasa asing, oleh seorang gadis yang kelihatan seumuran SMA. Rambut sebahunya bergelombang dan matanya hitam dengan tatapan mata menusuk. Seakan-akan, cahaya matahari semakin mempertegas garis kulit coklatnya. Gadis berkulit coklat itu tetap menutup mulut Saten dengan tangannya, dan berbicara dalam bahasa Jepang. “Jika kau teriak, kubunuh kau.” Respon Saten Ruiko setelah mendengarnya cukuplah sederhana. Dia menggunakan mulut kecilnya untuk menggigit tangan coklat yang membungkam mulutnya. “Gwoh!?” Gadis berkulit coklat itu berteriak dengan cara yang sama sekali tidak feminim, dan dia menarik tangannya dari mulut Saten karena kesakitan. Di saat yang sama, Saten membuka mulutnya lebar-lebar. “T-tolong! Aku sedang dirampok! Ah, bagaimana mengatakan itu dalam bahasa Inggris!? U-um...Help!! Pinch!! I’m in a pinch here!!” Hey, kubilang aku akan membunuhmu jika kau teriak, kan!? Sialan... Tutup mulutm—ow!! Jangan gigit aku! Jangan gigit aku, dasar cewek bodoh!!” Gadis berkulit coklat itu melihat sekelilingnya sambil dengan susah payah berusaha menutup mulut Saten lagi. Ketika dia berhasil, tangannya menutup mulut Saten layaknya suatu jebakan beruang. Setelah digigit dua atau tiga kali, pasti itu telah membuat dia marah, karena dia menggenggam pasir putih dan memasukkannya ke mulut Saten. “Mghgmhgh!?” “...J-jika kau tidak menutup mulutmu, akan kutunjukkan seberapa penuh mulutmu bisa menampung pasir-pasir ini.” Saten akhirnya diam. Dia batuk untuk mengeluarkan pasirnya, tapi si gadis coklat yang menungganginya tidak bergerak. “Ueh. Uhuk. K-kenapa kau melakukan itu...?” Paha si gadis coklat akhirnya sedikit melemas dan Saten melihat bingung ke atas. “Kemarin, suatu Mixcoatl jatuh di sini.” “?” “Itu adalah nama kapal yang bertempur dengan pesawat tempur canggih. Salah satunya terdampar di pantai kemarin, kan? Aku ke sini untuk menyelamatkan rekanku yang ada di dalamnya, tapi aku harus meminjamkan kapal-pengintai-berawak-satu milikku ke pilot yang terluka, jadi sekarang aku tidak bisa pergi dari sini,” kata si gadis coklat dalam nada yang sedikit murung dan putus asa. Dia menoleh ke sampng dan hiasan bulu di telinganya sedikit melambai-lambai. (Aku tidak mengerti sedikit pun...) Saten benar-benar tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi dia tidak punya pilihan selain terus melihat ke arah gadis yang duduk di atasnya. Liberal Arts City adalah tempat yang aneh dimana semua orang memakai baju renang di setiap tempat. Meskipun begitu, pakaian si gadis coklat ini terkesan mencolok. Tapi bukan karena pakaiannya terlalu terbuka seperti baju renang Shirai Kuroko. Dia memakai semacam pakaian Indian atau suku lain. Bajunya tidak terbuat dari bahan bersinar yang umumnya dipakai pada kostum. Bajunya pudar dan bernoda seperti telah dipakai dalam jangka waktu yang panjang. Baju renang biasanya terbuat dari serat sintetis yang memberikannya “kesan ilmiah”. “Pakaian suku” milik si gadis coklat jadi terlihat mencolok di tengah-tengah baju renang yang lain. “...Sial, kurasa aku harus mengubah rencanaku. Hey, aku akan menggunakanmu,” kata si gadis coklat melihat ke bawah, ke arah Saten. “Berjalan di tempat terbuka dengan pakaian seperti ini akan mengundang para pegawai yang menggangguku. Jadi, aku perlu baju renang seperti yang kau pakai supaya aku bisa bersembunyi dalam kerumunan.” “Kenapa harus aku...?” “Aku bisa saja mencuri apa yang kau pakai sekarang. Mungkin akan lebih mudah jika aku membunuhmu,” kata si gadis coklat secara blak-blakan. Saten tidak bisa menebak seberapa serius perkataan gadis itu. “Aku tidak mau membunuh warga sipil jika tidak perlu, tapi jika kau tidak mau membantuku, jika kau bilang bahwa kau akan membelikan aku baju renang lantas kabur begitu saja, atau kau kabur ke para pegawai, maka...Yah, kita bilang saja: sebaiknya kau melakukan apa yang kuperintahkan.” “Week.” Dia mengoloknya, tapi kemudian dia merasakan sesuatu yang dingin ditekan ke tenggorokannya. Si gadis coklat telah mengulurkan lengannya. Dia memegang sesuatu, tapi Saten tidak bisa melihatnya karena benda itu ditekan ke tenggorokannya. “Kau mungkin belum pernah melihat suatu pisau obsidian, tapi ini bisa mengupas kulit, mencopot organ, mengiris otot dan lemak dari atas tulang. Pisau ini aslinya dibuat untuk digunakan pada daging manusia.” “...Benarkah?” “Jika kau tidak ingin aku menggunakannya, dengarkan apa yang aku katakan. Pisau ini tidak dibuat untuk memotong tanpa rasa sakit. Jika benda ini mengiris dagingmu, kau akan merasakan sakit yang luar biasa. Kau mengerti?” Saten mengangguk dengan cepat. Setelah melihat itu, si gadis coklat yang dari tadi menunggangi Saten, akhirnya berpindah. Saten menyapu pasir dari punggung dan bokongnya, sambil menggerutu dalam hati. “Sial... Oke, aku hanya perlu membelikanmu baju renang, kan? Jadi, ukuranmu berapa?” “84, 58, 81.” (Sial, aku kalah di semua ukuran.) “Kenapa matamu sayu begitu? Aku tidak peduli apa warnanya, tapi belikan baju renang yang memudahkanku bergerak.” “Oke, oke.” Saten menyibak semak-semak yang seperti rambut afro, dan mulai berjalan menuju jalanan berbatu. “Oh, ya. Siapa namamu?” “Xochitl.” “Hmm,” respon Saten tanpa berpikir. (Hm? Jika dia butuh baju renang untuk kamuflase, berarti dia belum ditemukan oleh pegawai Liberal Arts City...jadi dia tidak bisa berjalan di tempat terbuka, kan?) “Gwooohh!! Saatnya kabur! Aku harus berlari menuju zona aman...Gyh!?” “Aku sudah mengira kau akan melakukan itu, dasar idiot!!” Si gadis coklat mengulurkan lengannya lagi, dan menarik Saten Ruiko kembali ke dalam semak-semak afro. Xochitl berbicara dengan kepala menunduk dan senyuman gelap di wajahnya. “...Kelihatannya kau sedikit salah paham. Baju renang itu hanya kugunakan untuk memudahkanku menyatu dalam kerumunan. Jika aku mau, aku bisa bergerak diam-diam dari persembunyian satu ke persembunyian lain, kemudian mengejarmu. Aku hanya lebih suka rencana yang lebih aman dengan sedikit resiko.” “Fwa ha ha! Kau pikir aku akan diam saja setelah mendengar sesuatu yang seberbahaya it—fgh!?” Kata-kata Saten terpotong karena Xochitl telah mengeluarkan sesuatu dari kantungnya, dan memasukkannya ke hidung Saten. Sensasi yang sangat tidak mengenakkan bergerak di dalam hidungnya. “Gwooohhh!?” Saten mengangkat tangannya ke wajahnya, tapi benda misterius itu sudah tertanam sepenuhnya dalam hidungnya. Dia menggosok bagian bawah hidungnya, tapi dia tidak bisa merasakan apa pun. Sepertinya akan sangat sulit mengeluarkan benda itu. “Apa yang kau lakukan pada hidung seorang perawan!? Dan benda apa itu!?” “Kau ingin tahu? Itu adalah suatu benda seperti ini.” Di tangan Xochitl adalah suatu tongkat aneh berbentuk seperti setengah korek kuping. Dia lalu menekan semacam tombol di tangannya yang lain. Dengan suara kecil, duri-duri kecil keluar dari ujungnya dan seluruh tongkat itu mulai bergetar seperti sikat gigi elektrik. “Tujuan pembuatannya memang bukan ini, tapi benda-benda ini telah menjadi alat penyiksaan populer di masa sekarang. Membran lendir dalam hidung adalah organ yang sensitif. Jika dikikis mungkin akan terasa ‘sedikit’ sakit.” “...” Wajah Saten memucat. “Akan buruk jika benda ini diaktifkan ketika berada di dalam hidungmu. Jika kau tidak mau itu terjadi, maka belikan aku baju renang. Oh, dan jangan coba-coba menariknya keluar. Benda itu dikontrol dengan remot, jadi aku bisa mengaktifkannya kapan saja.”

Dan begitulah, Saten Ruiko akhirnya melakukan perintah seseorang di negara saing yang jauh. Dia pergi ke pusat perbelanjaan besar di Liberal Arts City, dan tidak punya motivasi selain membeli baju renang murah, kemudian langsung kembali agar tidak membuat gadis itu marah. “Kenapa kau lihat-lihat baju renang?” “Hm? Oh, si sutradara-yang-terlihat-mencurigakan,” tanpa berpikir panjang, Saten mengatakan itu pada Beverly Seethrough yang dadanya tetap besar seperti biasanya. Saten mungkin adalah tipe orang yang mengikuti semua hal populer terbaru. Tapi dia tidak tertarik jika hal-hal baru tersebut adalah genre-genre yang tidak membuatnya peduli. Beverly memperhatikan bikini merah milik Saten. “Sudah bosan dengan yang kau pakai?” “Ummm...bukan.” Jika dia menjelaskan apa yang tengah terjadi, sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi, jadi dia tidak punya pilihan selain menghindari pertanyaan sutradara itu. “Tali baju renang temanku putus, jadi aku dikirim dalam misi darurat. Sekarang dia sedang gemetaran di balik semak-semak.” “Oh, kasihan.” “Oh, tidak perlu merasa kasihan. Dia itu sangat arogan. Aku berpikir untuk balas dendam dengan memilih baju renang buruk yang sangat terbuka, sampai bisa membuat dia menangis.” “Hmm. Bagaimana dengan yang ini?” “Tidak, yang itu tidak cukup. Aku mau, paling tidak seburuk ini.” “Tidak, tidak, jika yang ini?” “Tidak, tidak, tidak, yang ini punya kekuatan ‘penghancur’ yang kucari, jadi...”

Organisasi tempat Xochitl bernaung didirikan dengan mengumpulkan orang-orang dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Mereka mengumpulkan teknik berbeda dari teknologi ilmiah yang sudah ada. Organisasi itu telah bertarung terus-terusan selama bertahun-tahun melawan Liberal Arts City. Gadis coklat yang berada sendirian di tengah-tengah garis pertahanan musuh, mungkin bisa diibaratkan seperti seekor hewan buas yang bersembunyi di dalam semak-semak. Tapi sebenarnya, dia merasa sedikit depresi. Bukan karena dia tidak bisa keluar dari semak-semak yang tampak seperti rambut afro itu. Dia sebenarnya telah bergerak melalui celah-cleah keamanan sejak kemarin. Tapi berpindah tempat sambil harus mengawasi sekitarnya dengan seksama telah membuat mentalnya jadi lelah. Itulah kenapa dia berpikir jika mencuri pakaian seorang pegawai atau mendapatkan baju renang, lantas membaur dalam kerumunan, adalah suatu metode yang jauh lebih mudah. (...Tapi aku masihlah berada di tengah-tengah daerah musuh. Kurasa semuanya tidak akan semudah itu.) Dia tidak tahu kapan rekan seperjuangannya akan datang untuk membantunya. Dia pasti akan kalah jumlah jika para pegawai menemukannya. Tak peduli seberapa mengerikan ancaman yang diberikannya pada Saten, sebenarnya dia tidak bisa melakukan apa-apa jika gadis yang dia suruh untuk membeli baju renang itu benar-benar kabur. Walaupun dia sanggup membalas dendam ke gadis itu dengan menggunakan remotnya, itu cuma berarti kehancuran bagi kedua belah pihak. Dan ditambah lagi, Xochitl telah sedikit terluka dalam upaya menyembunyikan dirinya. Bisa dibilang, dia belum makan apa-apa selama sehari penuh. Xochitl memeriksa senjata yang dimilikinya dalam situasi terisolasi itu. Tapi, dia hanya memiliki sedikit senjata. Dia tidak dilatih untuk pertempuran. Perannya adalah untuk menyelamatkan para pilot dari Mixcoatl yang terdampar atau tidak dapat lagi berfungsi. Dia berada di sana karena ada seorang pilot yang kabur dari Mixcoatl dan terdampar di pantai Liberal Arts City. Kemarin, orang itu telah mengirim sinyal SOS. Xochitl telah mengendarai kapal-pengintai-berawak-satu. Seharusnya, dia cukup mengkonfirmasi lokasi pilot yang terluka dan mengirimkan informasi tersebut ke tim penyelamat, tapi pilotnya terluka terlalu parah. Dia harus dibawa ke markas mereka secepatnya. Xochitl membiarkan pria yang terluka itu menggunakan kapal-pengintai-berawak-satu. Namun, itu artinya Xochitl lah yang sekarang gantian harus “diselamatkan” karena tertinggal di daerah musuh. “...” Xochitl melihat ke pisaunya yang terbuat dari obsidian dan menghela napas. Jika dia harus bertarung melawan para pegawai, dia harus mempersiapkan diri. Tapi ketika dia mulai fokus tentang persiapannya... “Hey, lama menunggu, kucing kecil? Saten-san sudah kembali dengan membawakan baju renang untukm—gfh!?” Si bodoh sudah kembali, jadi Xochitl menutup mulut dan menariknya masuk ke semak-semak. Xochitl menarik kantung plastik dari tangan Saten. Kantung itu memiliki logo Liberal Arts City di atasnya, dan itu sedikit membuat dia sebal. Saten membuat ekspresi cemberut dengan bibirnya. “Ayolah, kau tidak perlu sombong seperti itu.” “Diam.” “Oh, dan bisakah kau ambil benda itu dari hidungku?” “...Oke, baiklah.” Xochitl menggumamkan sesuatu di balik napasnya, dan Saten dengan panik meraih hidungnya. Kemungkinan besar dia merasa jika hidungnya ingusan, tapi yang keluar adalah tongkat tipis itu. “Aku akan ganti baju, jadi keluar,” kata Xochitl dengan nada sebal. “Oke, oke. Heh heh heh.” “Apa? Kenapa kau tertawa?” “Tidak ada alasan apa-apa, tidak ada. Geh heh heh.” Xochitl memandang Saten dengan aneh ketika gadis itu keluar dari semak-semak, lantas menuju jalan berbatu. Xochitl akhirnya membuka kantung plastik dengan baju renang di dalamnya, dan memasukkan tangannya ke dalamnya. Kemudian...

“Sudah selesai?” teriak Saten Ruiko dengan suara riang ke semak-semak yang mirip afro warna hijau. Tidak ada jawaban yang keluar, tapi seluruh semak-semak itu bergoyang seakan-akan menandakan betapa gemetarnya badan Xochitl. Saten tidak mempedulikannya, dan bertanya lagi. “Sudah selesai? Jika kau tidak keluar, aku akan masuk ke dalam.” “Apa...?” kata suatu suara dari dalam semak-semak. “Hanyah?” kata Saten dengan sengaja sambil memiringkan kepalanya ke samping, berpura-pura bingung. “Apa-apaan iniiiii!?” Dua tangan keluar dari afro hijau, dan Saten ditelan oleh semak-semak seakan-akan itu adalah anemon yang sangat besar dari lautan tropis. Saten merasa sebal karena banyak cabang dan daun yang menggeseknya. Xochitl berdiri dengan pose menakutkan di sisi lain semak-semak itu. Melihatnya, Saten tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. “Ah... Kau benar-benar memakai baju renang seksi itu...” “Bagaimana kau bisa mengatakan itu padahal kau sendiri yang membelinya!? Apa! Apaan! Ini!? Seberapa bodohnya kau!? Apa kau tidak merasa malu ketika membawa benda ini ke kasir!?” Yang Xochitl pakai adalah sesuatu yang umumnya disebut sebagai bikini.

RAILGUN SS1 03 018.jpg

Tapi, seluruh benang tipisnya ditutupi oleh manik-manik berbagai warna layaknya tasbih. Bagian kain sebenarnya terdiri dari lamé* yang bersinar. Bagian cup yang menutupi dadanya tidak terbuat dari kain. Bagian itu terbuat dari spiral benang dengan manik-manik merah, biru dan kuning yang hanya menutupi “apa yang harus ditutupi”. Ini membuat bagian bawah dada Xochitl hampir sepenuhnya terbuka. [Lamé adalah kain yang ditenun dengan benang emas atau perak. Kamus Oxford.] Saten meletakkan tangan ke mulutnya, dan senyuman melebar di wajahnya. “Heh heh. Itu namanya bikini perhiasan. Kau masih perlu banyak belajar Xochitl-kun. Bukankah kau terlihat seperti penari samba!?” “I-ini... Ini bukan waktunya untuk bermain-main!!” “Oh, hati-hati. Jika kau terlalu banyak bergerak, sesuatu akan keluar. Tidak seperti bikini zip-up-ku, pakaian itu tidak dibuat untuk melekat kuat ke kulitmu, jadi kau mungkin akan mempertontonkan ‘benda’ tertentu. ...Dan jangan coba-coba berenang. Gaya tahan air akan melepaskan bikini itu.” “Tidakkah aneh bagimu ketika kau melihat suatu bikini yang tidak bisa dipakai berenang?” Karena marah dan malu, wajah Xochitl menjadi merah padam, dan napasnya tak menentu. Sepertinya, dia ingin menyerang Saten saat itu juga, tapi dia tidak bisa karena dia takut bikini perhiasan itu akan tersangkut sesuatu. Xochitl akhirnya sadar jika dia berada dalam posisi yang tidak diuntungkan, jadi dia menyerah untuk menghajar Saten. “...Hey, ikutlah denganku.” “Eh? Tapi aku sudah membelikanmu baju renang.” “Jika kau tidak mau, aku siap ‘bertelanjang ria’ untuk menghajarmu. ...Apakah kau mau kita berdua mengadakan pesta bugil?” Saten Ruiko tidak bisa meremehkan apa yang dikatakan oleh Xochitl. Dia tidak tahu apakah Xochitl cuma sekedar menggertak ataukah serius. Saten juga tidak ingin tongkat aneh itu ditanamkan di hidungnya lagi.

Begitulah, Saten Ruiko akhirnya berkeliling Liberal Arts City dengan gadis coklat misterius bernama Xochitl. Xochitl tidak ingin pergi belanja, naik roller coaster, atau sejenisnya. Dia tidak berkeliling untuk tempat tujuan seperti itu. Ketika dia berjalan di samping pantai dan suatu pusat perbelanjaan, Xochitl menggeretakkan giginya. “(...Sialan. Aku mau menghancurkan paling tidak suatu fasilitas, tapi aku tidak punya kesempatan jika aku berpenampilan semencolok ini!!)” Mungkin karena baju renangnya yang terbuka, pandangan semua orang menuju padanya, kemana pun dia pergi. Manik-manik warna-warni berkilau di bawah sinar matahari dan makhluk hidup cenderung suka mengarahkan pandangan mereka ke benda yang bersinar. Jadi, pandangan semua laki-laki secara alami tertarik ke bikini yang menutupi dada dan pinggulnya. Butiran keringat muncul di kulitnya karena panas dan rasa malu. Keringatnya juga berkilau, tapi itu terkesan jauh lebih “sehat” dan “membangkitkan nafsu” dibanding manik-manik itu. “(...Y-yah, aku punya lebih dari satu tujuan. Jika aku tidak bisa menghancurkan apapun semauku, aku hanya perlu memindahkan fokusku ke hal lain. Mungkin aku bisa mencoba untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang musuh. Jika aku tidak mendapatkan sesuatu, kejadian ini akan sia-sia saja. Sampai-sampai, membuatku merasa ingin bunuh diri.)” “Kau menggumamkan apa?” “Tidak ada. Aku cuma berpikir jika aku perlu ‘mengganti wajahku’ jika benar-benar diperlukan.” “?” Saten memasang ekspresi kebingungan tapi tidak menanyakan hal lain, sembari dia terus mengikutinya. Saten ikut dibawa tanpa mengetahui kemana tujuan mereka. Pikiran Saten yang masih amatiran membuatnya berasumsi bahwa Xochitl berkeliling bersamanya, karena dia akan sedikit terkesan tidak mencolok jika berjalan-jalan dengan cewek lain. Tapi... (Oh, tidak. Aku memilih baju renang yang sangat terbuka untuknya, dan aku berani bertaruh jikau para pegawai telah ‘menandaiku’ setelah kejadian kemarin.) Keringat yang tidak menyenangkan mengucur dari pelipis Saten, tapi kelihatannya Xochitl tidak menyadarinya. Setelah berjalan melewati daerah terdiri dari beberapa pulau buatan yang terbuat dari kanal, Xochitl tiba-tiba meletakkan tangan ke pinggang kecilnya dan menghela napas. Setelah berjalan berkeliling melewati semua tempat, mereka tiba di dekat pusat perbelanjaan tempat Saten membeli bikini perhiasan itu. “... Yah, kurasa sedikit-banyak begitu.” “Apanya?” “Sisa-sisa fasilitas bawah tanah tidak bisa dihilangkan sepenuhnya. Ukuran umum suatu fasilitas bisa disimpulkan dari jumlah dan lokasi pipa. ...Dan begitu banyak rekanku yang terluka karena area-area bawah tanah gila itu.” “...Fasilitas bawah tanah?” “Pada dasarnya, mereka perlu mempersiapkan fasilitas untuk mengisi kesenjangan antara pertempuran sungguhan dan pertunjukan, dan mereka punya berbagai jenis amunisi yang tersimpan di sana.” Xochitl kelihatan sebal. “Tapi sepertinya, fasilitas utama untuk analisa dan riset tidak ada di sini. Kurasa tempat peluncuran roket yang ada di tengah kota itu kemungkinan besar adalah tempatnya. ...Hmph. Pulau buatan ini dibuat dengan menumpukkan pasir, dan benda buatan manusia di atas bebatuan yang menonjol dari dasar laut. Dengan ketinggian hanya 20 meter dari permukaan laut. Jika begitu, mereka tidak punya kedalaman yang cukup untuk suatu tempat perlindungan. ...Ya. Jika mereka menggali tanah terlalu dalam, mereka akan membuat lubang di bebatuan yang menyokong pulau ini. Itu akan melemahkan kedudukan pulau ini, dan mungkin membuat seluruh kota ini jadi miring.” “???” “Tempat perlindungan bawah tanah memang kuat, tapi itu hanya terjadi jika posisinya cukup dalam. Jika tidak, ada resiko besar kelongsoran karena guncangan dari suatu serangan, walaupun perlindungannya tidak terkena secara langsung. Dan alat penghancur-bunker milik negara ini kabarnya bisa meledakkan markas yang berada 20 atau 30 meter di bawah permukaan tanah. Jika begitu, memang lebih aman jika tidak membuat fasilitas yang paling penting di bawah tanah.” “Xochitl, apa yang sedang kau bicarakan...?” “Jangan bertanya. Lebih baik jika kau tidak tahu.” Saat itu, Saten Ruiko melihat beberapa jejak asap berwarna putih melintasi langit biru di atasnya. Skuadron Laveze dari film Alien Wars sedang melakukan pertunjukan akrobatik. Saten mengeluarkan suara yang kedengaran konyol, sembari dia melihat beberapa pesawat jet terbang lurus dari daratan menuju ke lautan. “Wow. Mereka juga melakukan pertunjukan pertempuran itu di hari ini!” Keduanya sedang berdiri di daerah tengah pulau, sedikit jauh dari pantai. Walaupun begitu, yang ada di bawah kaki mereka hanyalah pasir putih. Jalan yang tersusun dari batu bata, jalan raya, bangunan-bangunan seperti pusat perbelanjaan dan hotel... semuanya dibangun di atas pasir. Lautan biru bisa terlihat di kejauhan antara dua gedung. Akhirnya, Xochitl menggumamkan sesuatu. “Jadi mereka akhirnya tiba.” “?” Saten kelihatan bingung, kemudian suara ledakan yang sangat besar menghantam telinganya. Suara itu lebih keras dari apa yang dipikirkan seseorang pada suatu pertunjukan. Kedengarannya lebih seperti suatu kecelakaan yang terjadi pada pertunjukan akrobat di udara. Saten menutup telinganya yang kesakitan dengan tangannya, dan melihat asap hitam membubung di kejauhan. Asap itu seperti mengotori langit biru yang bersih. Bersamaan dengan suara ledakan yang lain, sesuatu melambai-lambai di udara. Ketika melihat ke atas, benda itu kelihatan seperti pecahan dari sesuatu, tapi sebenarnya itu adalah pesawat tempur besar sepanjang lebih dari 20 meter, dan pesawat itu terjatuh ke pantai. Suara uap keluar dari pesawat yang merupakan salah satu pesawat digunakan oleh Skuadron Laveze. Pilotnya pasti telah keluar dengan kursi lontar karena penutup kaca di atas kokpitnya sudah lepas. “Ap—Eh.. I-ini..? Saten tidak punya waktu untuk terkejut atau berpikir jika ini hanyalah suatu pertunjukan biasa. Berlusin-lusin garis putih memotong langit yang biru. Garis-garis itu mirip jejak asap yang sebelumnya, tetapi lebih tipis, lebih tajam, dan lebih cepat. Titik putihnya mengingatkan pada bentuk tombak. Tombak-tombak itu menusuk berbagai bagian dari Liberal Arts City, tanpa ampun meledak, menghancurkan dinding bangunan, menerbangkan pasir, dan menebarkan kerusakan serta kebingungan. Salah satu dari titik-titik putih itu mendarat di dekat Saten, dan dia terjatuh ke atas pasir yang panas walaupun tidak terkena secara langsung. Xochitl tetap berdiri dengan tenang. Ekspresi gadis itu tidak berubah sedikit pun ketika dia melihat ke langit dengan perlahan. Dia pun menggumamkan beberapa kata. “Kau menghabiskan waktu cukup lama.” Seperti respon terhadap pernyataan itu, pantai tepat di samping Xochitl meledak seakan-akan diangkat dari bawah. Bukan seperti sesuatu yang keluar dari tanah, tapi lebih mirip seperti ada sesuatu yang menerobos dari fasilitas bawah tanah. Yang muncul adalah salah satu dari benda-benda yang bertarung melawan Skuadron Laveze kemarin. Kapal itu kelihatan seperti terbuat dari dua unit kano sepanjang 5 meter yang saling tumpuk layaknya roti burger. Suatu sayap pendek dan sayap panjang berada di kedua sisi bagian depan kapal. Itu membuatnya tampak mirip seperti ikan terbang Xochitl menoleh ke arah ikan terbang itu, dan berbicara dalam nada yang jauh lebih ramah dibanding ketika berbicara dengan Saten. Dia berbicara dalam suatu bahasa yang tidak dimengerti Saten. “Jadi surveiku mengenai daerah musuh hanyalah sia-sia, hm? Prediksiku adalah, riset dan analisa asli tidak dilakukan pada fasilitas yang berada di kawasan ‘atraksi’, melainkan pada fasilitas peluncuran roket di tengah kota.” “Kau benar, tapi kedua fasilitas itu ‘berbagi’ area bawah tanah yang besar, jadi mereka bisa bergerak antara keduanya tanpa perlu keluar.” “Jadi kau berhasil masuk. Bagaimana hasilnya?” “Aku menghancurkan sesedikit mungkin, dan aku sudah mengambil ‘kau-tahu-apa’. Tapi bagian dalamnya dibangun lebih kuat dari perkiraanku. Secara pribadi, aku tidak suka.” “Jangan tamak. Kau seharusnya tidak pergi sejauh ini dengan menggunakan Mixcoatl yang merupakan tipe pertempuran laut.” “Kau pikir aku melakukan semua itu untuk siapa? Aku menggunakan jenis ini karena kau mungkin mengalami patah tulang. Membuatmu hanyalah menjadi beban untukku.” Dengan suara seperti kaleng soda yang terbuka, bagian atas seperti kano bergeser ke belakang, dan kapal itu pun terbuka. Di dalam badan utama bersudut lancip itu terdapat seorang gadis berkulit coklat, sama seperti Xochitl. Dia kelihatannya hanya sedikit lebih tua dari Xochitl. Selisih umur antara keduanya tidaklah banyak. Seorang dewasa akan memanggil mereka berdua sebagai anak-anak, tapi siswi SMP seperti Saten bisa mengenali selisih umur seperti itu. Mungkin ada “makna resmi”, atau mungkin itu adalah sejenis pakaian untuk pilot, tapi gadis itu memakai pakaian suku yang sama seperti dipakai Xochitl, ketika Saten pertama bertemu dengannya. Gadis di dalam kano tersebut melihat ke arah Xochitl, kemudian menunjuk ke belakangnya. “Ayo cepat naik. Keempat sayapnya hampir hancur karena aku memaksanya berjalan di daratan. Batasnya mungkin cuma sampai ke laut.” Xochitl berjalan ke kano seperti yang diperintahkan. “Ah...” kata Saten tanpa sengaja ketika melihat “teman” berkulit coklatnya itu hendak pergi. Bahkan, Saten saat itu bisa tahu bahwa dia tidak sedang melihat semacam pertunjukan. Dia tidak cuma melihat ledakan; dia terhempas karena hembusan dari ledakan itu. Dan sekarang Xochitl berjalan menuju orang yang sepertinya menjadi penyebab ledakan tersebut. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak ada yang keluar dari mulutnya. Xochitl tidak berbalik ke arah Saten. Xochitl meletakkan tubuh kecilnya ke bagian belakang kano, lantas bagian atasnya bergeser ke tempat semula untuk menutup kapal itu. Ikan terbang yang terbuat dari kayu, kain, dan obsidian itu bergetar seperti sedang gemetar. Benda itu menggunakan keempat sayapnya yang hancur di bawah dengan hati-hati untuk berjalan menjauhi Saten.

Mixcoatl itu berhasil mencapai lautan dari pantai, kemudian menggunakan sayapnya untuk melayang beberapa sentimeter di atas permukaan air. Lantas, “kendaraan” itu bisa mencapai kecepatan normalnya. Gadis di depan Xochitl yang sedang mengendalikan Mixcoatl itu bernama Tochtli. Dia berbicara tanpa berbalik. “Yah, sepertinya kau tidak terluka.” “Aku hanya tidak bisa menghubungimu. Yah, aku berterimakasih karena kau sudah repot-repot menjemputku.” “Aku terkesan kau berhasil bertahan dan menunggu di luar sana.” “Pusat daerah musuh yang telah kita hadapi selama bertahun-tahun itu membosankan seperti yang sudah kuduga.” Xochitl menghela napas. “...Aku yakin, Tecpatl tidak akan menutup mulutnya tentang ini, ketika aku kembali nanti.” “Yah, para petinggi takut kehilangan sedikit pun pasukan tempur mereka, jadi sepertinya kau tidak akan dihukum dengan berat.” Tochtli tidak menoleh ke arah Xochitl, tapi dari cara pundaknya bergoyang, sepertinya dia sedang tertawa. “Jadi kau bilang kau berhasil memperolehnya?” “Yeah.” Tochtli mengangguk tanpa menoleh ke belakang dan menunjuk ke sampingnya. Tepat di sebelahnya adalah suatu benda seukuran suatu bola softball. Sepertinya, benda itu diletakkan begitu saja di sana. Benda itu dibalut kain lembut seperti yang digunakan untuk mengelap kaca, jadi penampilan luarnya tidak bisa dilihat. “Begitu ya. Jadi akhirnya benda itu kembali ke tangan kita,” gumam Xochitl. “Walaupun kita sudah mendapatkannya, itu tidak berarti bahwa kita bisa mengaktifkannya dengan segera. Sepertinya, perangkaian dan pengaturannya akan memakan waktu. Walaupun begitu, kita sudah membuat sedikit kemajuan.” “...Xiuhcoatl, hm?” gumam Xochitl. Suasana kapal itu menjadi hening untuk sementara waktu. Akhirnya, Tochtli berbicara sambil mengemudikan Mixcoatl. “Dia adalah gadis yang baik.” “Apa?” “Gadis yang tadi itu cukup baik untuk membantumu walaupun kau terlihat sangat mencurigakan,” kata Tochtli dengan serius. “Apa kau melihat wajahnya saat terakhir? Wajahnya penuh dengan pertanyaan, dan dia ingin bertanya padamu tentang banyak hal,. Tapi, dia jelas-jelas merasa bingung karena dia tidak yakin bagaimana cara menanyakan pertanyaannya tanpa melukai perasaanmu. Akhirnya, dia kehabisan waktu dan tidak mengatakan apa pun. Namun, dia pasti seorang gadis yang baik. Kota ini sendiri mungkin gila, tapi kelihatannya memang ada orang-orang baik yang datang dari luar. Aku mengakui adanya hal-hal seperti itu.” “...” Xochitl tidak memberikan respon. Tochtli tidak mengatakan hal lain, dan hanya mengemudikan Mixcoatl keluar dari daerah kekuasaan Liberal Arts City. Akhirnya Tochtli mengingat sesuatu. “Ngomong-ngomong, Xochitl.” “Apa?” “Ada apa dengan baju renang menggelikan itu? Walaupun kau sedang mencoba untuk membaur dengan kerumunan manusia di daerah musuh, bukankah baju itu sedikit terlalu terbuka? Yah, kurasa itu akan jadi oleh-oleh yang bagus untuk para lelaki di markas.” “...Aku teringat sesuatu yang aku katakan di Liberal Arts City tempo hari: Aku bisa saja mencuri apa yang kau kenakan sekarang.” “...!?” Suara dua gadis yang saling berteriak satu sama lain, dan suara kehancuran yang enak didengar bergema dalam ikan terbang bernama Mixcoatl itu. “Kau pikir aku akan membiarkanmu!?” “Dasar idiot!” “Diam!” “Jika kau tidak suka, pikirkan cara yang lebih baik!”