Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume15 Chapter4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 4: Perbedaan Setipis Kertas antara Menghina Diri Sendiri dan Rasa Bangga. Enemy_Level5.[edit]

Part 1[edit]

Pada akhirnya, dia menghanyutkan abu mayat tersebut di sungai.

Hamazura Shiage tidak sanggup membuang abu tersebut ke mesin pengolah sampah dapur otomatis. Dia tahu bahwa tindakannya hanya memuaskan dirinya sendiri dan melakukannya membuat lingkungan tercemar, namun dia tetap menahan diri dari pikiran untuk membuang apa yang tadinya adalah manusia ke tempat sampah dapur.

(...Aku menyedihkan.)

Dia telah berpisah dari Takitsubo dan sekarang sedang berbicara pada dirinya sendiri sambil menelusuri jalan di pinggir sungai.

(Aku tidak bersimpati pada orang di kantung tidur itu, aku cuma takut bahwa akulah yang berikutnya ada di sana. Aku hanya melakukannya karena aku tidak ingin dibuang seperti itu ketika aku mati.)

“Sialan...”

Dia menahan dorongan untuk menanyakan dirinya sendiri apakah dia benar-benar harus kembali ke ITEM dan mulai berjalan kembali ke arah mereka.

Saat itulah seseorang memanggilnya.

Hamazura tidak menghiraukan orang tersebut dan mulai melanjutkan jalannya, tapi orang itu memegang pundaknya dari belakang.

Sebelum dia sempat berbalik, sebuah pukulan mendarat.

Dia menerima pukulan di belakang kepalanya dan jatuh ke tanah yang kotor.

Dia mendengar suara tawa dan menoleh. Dia melihat tiga anak laki-laki yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya. Salah satu dari mereka memegang tongkat golf. Dialah yang telah memukul Hamazura barusan.

(...!? Perampok?)

Delapan puluh persen populasi Academy City terdiri dari pelajar. Pada jam-jam tertentu, asrama siswa nyaris kosong sepenuhnya. Ada beberapa grup pelajar berandalan bersenjata yang bekerja sebagai perampok dan menggunakan saat-saat seperti itu demi keuntungan mereka.

“Aku benar. Aku pernah melihat orang ini sebelumnya. Dia dari Skill-Out Distrik 7, ‘kan?”

“Bukannya mereka sudah musnah?”

“Siapa peduli? Kita akan membuatnya babak belur di sini.”

Dengan perkataan itu, mereka semua tertawa. Tendangan demi tendangan meluncur ke arah Hamazura dari segala arah sebelum dia sempat mengatakan apapun. Mereka semua hanya tertawa.

“Kau tahu, Skill-Out? Sampai beberapa waktu lalu, hidup kami sulit.”

“Pemimpin kalian...Komaba, ya ‘kan? Dia benar-benar menyusahkan. Dia membuat kami tidak bisa melakukan pekerjaan kami dengan baik.”

“Untuk membayarnya, kami akan membuat wajahmu begitu rusak hingga mereka hanya bisa mengidentifikasikanmu sebagai ‘Pemuda A’. Mengerti?”

Hamazura ingin mengatakan bahwa itu bukanlah salahnya, tapi sebuah tendangan mendarat di bagian samping perutnya. Dia kesulitan bernapas dan tidak bisa mengatakan apapun.

(Si...al...an...)

Wajah tak dikenal di dalam kantung tidur kembali ke pikirannya. Dia tidak bisa menghilangkan pemandangan lelaki itu dibakar di tungku elektrik dan abunya hanyut di sungai dari pikirannya. Fakta bahwa dia juga bisa dimusnahkan seperti itu dan remehnya kehidupan seorang Level 0 mengisi kepalanya.

Kemudian sebuah pipa logam kira-kira setebal jempol yang digunakan sebagai pipa gas propana berguling di tanah yang kotor tersebut.

Hamazura Shiage tidak ragu-ragu.

“!!”

Dia menggenggam pipa berbentuk L tersebut dan mengayunkannya ke samping dengan penuh tenaga.

Pipa itu mengenai lutut si berengsek dengan tongkat golf dan Hamazura merasakan tulangnya retak. Si idiot itu tumbang ke tanah sambil berteriak dan Hamazura berdiri dibasahi darah seolah-olah untuk menggantikan perannya. Hamazura mengayunkan pipa itu ke bawah lagi untuk mendaratkan satu pukulan lagi.

Kedua berandalan lain meneriakkan sesuatu, tapi Hamazura tidak menghiraukan mereka.

Dia mengayunkan pipa itu ke bawah sekali lagi ke orang yang tumbang tersebut dan teriakan-teriakan yang manis memasuki telinganya.

Salah satu berandalan mengeluarkan sebuah palu dari tasnya ketika mendengar itu.

Hamazura merasa mungkin dia benar-benar berada dalam masalah. Pipa metal itu cukup destruktif, tapi masih sulit untuk menumbangkan seseorang dalam satu pukulan. Jika ini berubah menjadi pertarungan tinju berkepanjangan, mungkin saja mereka berhasil mengalahkan satu sama lain.

Namun dia masih tidak merasa ingin menghentikan tangannya yang menyerang.

Tekstur kain sintetis dari kantung tidur warna hitam tersebut secara mengejutkan terasa segar di telapak tangannya.

Kemudian...

“Di sini, Hamazura!!”

Di saat yang sama dengan teriakan itu, leher anak yang memegang palu bengkok ke samping dengan suara retak. Sebelum Hamazura menyadari bahwa anak itu telah terkena sesuatu seperti batu bata, seseorang telah mengenggam lengannya.

“Ayo, dasar idiot! Ayo pergi dari sini!!”

Hamazura merasakan kelesuan yang aneh selagi dibawa berlari dengan lengan yang ditarik.

Setelah dibawa cukup jauh, dia akhirnya menyadari milik siapa suara itu.

“Itu...Hanzou?”

Dia adalah seorang pemuda yang dulunya adalah anggota Skill-Out bersama Hamazura dan sering beraksi bersama Hamazura. Hamazura memikirkan aktivitas-aktivitas yang dilakukannya ketika menjadi Skill-Out dan menyimpulkan bahawa Hanzou pasti sedang berpikir untuk mencuri ATM lain jika dia berkeliaran di daerah ini.

Hanzou berkata dengan suara yang benar-benar terkejut, “Dasar idiot! Apa kau sudah lupa aturan di jalanan? Kalau kau memikirkan siapa yang menang dan siapa yang kalah, kau akan mati. Kalau kau peduli pada nyawamu, kau harus membuang pikiran selalu ingin menang!”

Kedua pemuda tersebut melihat ke belakang untuk memastikan bahwa tidak ada yang mengejar mereka dan berhenti berlari.

Hamazura menengok wajah Hanzou dengan ekspresi kebingungan di wajahnya.

“Kenapa kau menyelamatkanku? Aku menghancurkan Skill-Out lalu kabur dari hukumanku.”

“Itu bukanlah hal yang patut kaukatakan,” jawab Hanzou dengan nada tidak tertarik. “Kau perlu menyadari bahwa kami tidak menyimpan dendam padamu. Kami tidak berpikir bahwa itu adalah salahmu. Tidak peduli siapapun yang menjadi pemimpin saat itu, Skill-Out tetap akan hancur.”

“...”

“Skill-Out bukanlah jalan yang cukup enak hingga membuatku tidak ingin melepas masa lalu. Yah, kuakui itu cukup menyenangkan sampai bagian di mana aku memoles rencananya, kau mendapatkan bantuan, dan Komaba memimpin serangannya.”

“Yeah,” jawab Hamazura dengan nada emosi. “Kau benar. Itu adalah kehidupan yang jelek, tapi menyenangkan.”

“...Apa yang akan kaulakukan sekarang?”

“Aku tidak tahu. Aku punya firasat bahwa semuanya akan sama saja di mana pun aku berada. Walaupun aku ke Skill-Out, rasanya tidak akan sama seperti yang dulu. Aku rasa tidak ada artinya kembali ke sana.”

Hamazura menembakkan kata-kata tersebut dan mulai membalikkan diri dari Hanzou.

Hanzou mengeluarkan sesuatu dari kantungnya dan melemparkannya pada Hamazura.

“Ambil itu. Dari apa yang terjadi di sana tadi, kurasa kau tidak punya apa-apa yang bisa disebut senjata.”

Benda itu adalah sebuah pistol yang gagangnya hanya sampai setengah telapak tangannya ketika dipegang.

“...Ini pistol perempuan.”

“Ada masalah? Senjata yang sedikit sulit digunakan itu sempurna. Kalau pistol itu begitu nyaman dipegang di tangan, kau hanya akan menumpahkan darah yang tidak perlu.”

Hamazura memutar pistol di tangannya dan memasukkannya ke dalam lengan baju.

Kali ini dia meninggalkan lorong tersebut tanpa menoleh kembali pada Hanzou.

Tugas berikutnya untuk ITEM kemungkinan besar sedang menunggunya.



Part 2[edit]

Hamazura Shiage kembali ke salah satu tempat persembunyian ITEM.

“Kau telat, Hamazura,” kata Mugino Shizuri tak acuh.

Mereka sedang berada di salah satu bagian sebuah gedung tinggi di Distrik 3. Tempat itu adalah sebuah fasilitas yang dipenuhi dengan tempat bersantai dalam ruangan seperti gym untuk olahraga dan kolam renang. Kelas para penggunanya cukup tinggi. Untuk memasuki gedung itu saja kau memerlukan kartu anggota dan tingkatan kartu tiap orang harus diperiksa untuk menggunakan fasilitas tertentu. Tampaknya, menjadi anggota di sini adalah tanda status tinggi di antara orang-orang kelas atas kota ini.

Hamazura dan yang lainnya sedang berada di sebuah kamar VIP.

Kamar-kamar pribadi bisa dipesan dengan kontrak tahunan dan hanya orang-orang dengan tingkat keanggotaan “Dua Bintang” dan yang lebih tinggi yang bisa memesannya, jadi kamar ini terasa berkelas tinggi.

Di area yang disebut kamar pribadi meskipun ukurannya jauh lebih besar dari sebuah 3LDK[1], Mugino sedang duduk di atas sofa.

Hamazura melihat semua yang berkumpul di sana dan menanyakan pertanyaan dengan bingung.

“Di mana Frenda?”

“Hilang,” respon Mugino sigap. “Mati atau tertangkap, aku tidak tahu. Dan sepertinya kita tidak punya waktu untuk mengganti posisinya, jadi ITEM harus bekerja hanya dengan tiga orang saja. Yah, SCHOOL juga sudah tinggal tiga orang, jadi pas. Mengajak mereka bertarung juga tidak sulit karena kita punya Takitsubo.”

Mugino bilang tiga orang.

Hamazura mengernyit karena tidak dihitung, tapi mengatakan ini tidak akan menghasilkan apapun.

“Hamazura, kau terluka,” kata Takitsubo sambil melihat wajah Hamazura.

“Ini bukan apa-apa,” jawabnya. “Apa yang akan kalian lakukan sekarang? SCHOOL telah mencuri Pinset, ‘kan?”

“Benar,” Mugino mengakuinya dengan cepat. “Itulah kenapa ini adalah giliran kita untuk menyerang. AIM Stalker milik Takitsubo bisa mencari lokasi esper mana pun yang medan difusi AIM-nya telah diingat olehnya. Kita sudah menghadapi mereka sekali di lab teknik partikel, jadi kita bisa melacak mereka. Alasan eksistensi ITEM adalah untuk mencegah orang-orang kelas atas dan organisasi-organisasi lepas kendali. Ayo lakukan tugas kita.”

Hamazura mengengok ke arah Takitsubo.

Seperti biasa, lengan dan kaki gadis itu menjulur lemas. Mungkin cara bicaranya yang tidak percaya diri adalah akibat merasakan medan difusi AIM orang lain setiap saat.

“Apa kau bisa mencari Dark Matter?”

“Siapa itu?”

“Level 5 nomor dua. Dialah si berengsek yang memimpin SCHOOL.”

Sementara Mugino menjawab pertanyaan Hamazura, Takitsubo mengeluarkan sebuah kotak kecil dengan bubuk putih di dalamnya.

Kinuhata menengok ke kotak bening itu dengan pandangan aneh.

“Kau super-kasihan, Takitsubo-san. Kau bahkan tidak bisa mengaktifkan kemampuanmu tanpa Body Crystal.”

“Tidak begitu buruk juga. Cara ini sebenarnya terasa normal untukku,” kata Takitsubo sambil sedikit menjilat bubuk putih itu.

Cahaya kembali ke matanya.

Seolah-olah ini adalah keadaan normalnya, Takitsubo Rikou berdiri dan meregangkan punggungnya.

“Memulai pencarian medan difusi AIM. Selesai menemukan medan difusi AIM yang diperkirakan dan mirip. Hasil untuk medan difusi AIM yang dicari akan dilaporkan. Lima detik tersisa hingga akhir pencarian.”

Dia berbicara seperti mesin.

Kemudian dia mengatakan jawaban yang tepat.

“Kesimpulan: Dark Matter berada di dalam bangunan ini.”

Sebelum orang-orang di sana sempat bereaksi terkejut, sesuatu terjadi.

Pintu kamar pribadi itu ditendang hingga terbuka dari sisi lain.

Satu orang lelaki berjalan masuk.

Melihatnya, Mugino Shizuri mengatakan sesuatu dengan jengkel.

“Dark Matter...!!”

“Aku lebih senang kalau kau memanggilku dengan namaku. Omong-omong namaku Kakine Teitoku.”

Lelaki itu memakai “cakar” aneh yang terbuat dari mesin di tangannya.

“Pinset...”

“Keren, ‘kan? Aku datang ke sini untuk menyatakan kemenanganku.”

“Ha. Kau cuma Rencana Cadangan yang tidak dipilih Aleister. Beberapa waktu yang lalu, kau kabur entah ke mana-mana, tapi sekarang kau segini percaya dirinya?”

“Oh, iya. Aku lupa berterima kasih padamu atas apa yang kaulakukan di lab teknik partikel. Karenamu, aku kehilangan salah satu dari 4 anggota resmi SCHOOL.”

“Apa kau lupa dengan sniper yang kami bunuh beberapa hari yang lalu? Apa kau sudah menggantinya?”

Percakapan antara kedua Level 5 itu tiba-tiba terpotong.

Penyebabnya adalah Kinuhata Saiai. Dia mengangkat meja yang ada di dekatnya dengan satu tangan tanpa bangkit dari sofa. Gadis yang kelihatannya berumur 12 tahun itu mengangkat meja yang dipenuhi hiasan yang membuat beratnya paling tidak lusinan kilogram dan melemparkannya dengan penuh tenaga ke arah Kakine Teitoku.

Suara keras terdengar.

Meja itu pecah berkeping-keping, namun ekspresi Kakine tidak berubah.

“Sakit,” katanya dengan begitu alami hingga bisa membuatmu berpikir kalau dia tidak berbohong. “Dan itu membuatku jengkel. Pertama kau yang akan kuhancurkan berkeping-keping.”

Seperti perkiraan, Kinuhata tidak menerima begitu saja.

Dia berlari ke dinding dan menghancurkan dinding kamar dnegna tinju kecilnya. Dia lalu menggenggam tangan Hamazura dan Takitsubo, mengedipkan matanya pada Mugino, kemudian melompat melalui dinding yang hancur tersebut.

Di sisi lain dinding itu adalah kamar mewah yang mirip. Ada orang di dalamnya, tapi Kinuhata membuat mereka pingsan dengan tinjunya. Ketika mereka keluar ke lorong, ada seorang pria yang kelihayannya adalah anggota organisasi bawahan SCOOL, tapi Kinuhata mengalahkannya dengan tinju juga.

Kinuhata Saiai tidak memiliki kekuatan manusia super. Kemampuan espernya membuatnya bisa mengontrol nitrogen di udara dengan bebas. Kekuatannya begitu hebat hingga dia bisa mengontrol massa nitrogen yang dikompresi untuk mengangkat mobil dan bahkan untuk menghentikan peluru. Namun jarak efektifnya sangat kecil. Jaraknya hanya menjangkau beberapa sentimeter dari telapak tangannya. Hal ini membuatnya terlihat seperti mengangkat benda dengan tangannya.

“Hamazura. Tolong super-cepat cari mobil untuk kita,” kata Kinuhata. “Salah satu alasan SCHOOL ada di sini adalah Takitsubo. Karena mereka tahu di mana tempat persembunyian kita, super-bisa diasumsikan mereka tahu semua informasi lain tentang kita. Kemungkinan besar, mereka mengetahui kekuatan Takitsubo-san akan menjadi masalah besar untuk mereka dan datang ke sini untuk merampas cara satu-satunya yang kita miliki untuk melacak mereka.”

“Kemampuan mencarinya?” tanya Hamazura.

Hanya dari betapa destruktifnya Mugino dan Kinuhata, dia pikir SCHOOL akan lebih khawatir tentang mereka...

“Walaupun mereka tidak membunuh semua orang di ITEM, tindakan kita akan super-terbatasi jika mereka mengalahkan Takitsubo-san. Ada atau tdaknya dia menentukan apakah kita yang mengejar atau yang dikejar. Kalau aku mereka, aku akan mengalahkan dia lebih dulu.”

“...”

“Di sisi lain, ini berarti selama Takitsubo-san baik-baik saja, kita bisa membalikkan keadaan. Jadi bawa dia ke mobil dan bawa dia super-jauh dari sini. Kalau kau bersembunyi di tempat yang bukan persembunyian ITEM, mencarimu akan memakan waktu cukup lama.”

Sambil berbicara, Kinuhata mengeluarkan sebuah stun gun dari kantongnya.

Dia meletakkannya ke tangan Takitsubo.

“Kebengonganmu itu super-berbahaya, jadi paling tidak bawalah ini sebagai senjata. Dan dengan ini kau tidak akan mati kalau tidak sengaja menghidupkannya.”

Mereka mendengar suara ledakan.

Suara itu datang dari kamar tempat Mugino dan Kakine berada.

“Pergilah. Kau harus super-cepat,” ujar Kinuhata sambil mendorong Hamazura dan Takitsubo dari belakang.

Sebelum Hamazura sempat mengatakan apapun, gadis kecil itu telah berlari ke medan perang.

Part 3[edit]

Karena goncangan dari ledakan tersebut seluruh bagian gedung berguncang, membuat gedung tersebut terasa tidak bisa diandalkan.

Kinuhata Saiai berjalan melalui lobby dari fasilitas bersantai dalam ruangan tersebut sementara para tamu berlarian panik.

Beberapa pria dari organisasi bawahan SCHOOL terkapar di lantai. Kinuhata telah melumpuhkan mereka. Dia berjalan ke samping mereka dan menendang pistol dan senapan mereka menjauh.

Tiba-tiba, wajahnya terlempar ke samping.

Saat dia menyadari bahwa dia telah terkena peluru, beberapa tembakan lagi mengenainya dan tubuh kecilnya terhempas ke lantai. Dia membiarkan tubuhnya terbawa gaya dari tembakan tersebut dan meluncur ke balik pilar di dekat situ.

(...Sniper. Di mana?)

Dia telah ditembak di kepala, dada, dan bagian bawah perutnya. Semua itu adalah area vital. Kalau bukan karena pelindung yang dihasilkan oleh kekuatannya, dia pasti telah tewas. Sambil berbaring di lantai, dia memegang salah satu peluru yang hancur di atas telapak tangannya.

(Peluru baja...Apa ini senjata sniper magnetis itu? Dari seberapa hancurnya peluru ini dan asumsi bahwa kecepatan awalnya di bawah kecepatan suara, si sniper pasti ada di jarak antara 500 sampai 700 meter.)

Sambil berpikir, Kinuhata mengulurkan satu tangannya ke kantung. Yang dipegangnya di antara lima jarinya adalah tongkat-tongkat metal sepanjang sekitar 30 cm dengan gumpalan metal seukuran kaleng minuman pada ujung-ujungnya. Tongkat-tongkat itu terlihat seperti maraca dan mirip granat dengan pegangan zaman dahulu, tapi keduanya bukanlah jawaban yang tepat.

Tongkat-tongkat itu adalah hulu ledak misil anti-tank.

Para tamu yang berlarian terlihat syok dan mengatakan sesuatu, namun Kinuhata mengabaikannya.

Dia mengarahkan hulu-hulu ledak yang dipegang di antara jemarinya ke arah depan dan memegang tali-tali pendek di ujung belakangnya dengan tangan satunya. Gerakan yang mirip dengan cara memakai party cracker dan mirip dengan memegang panah di busur. Dia berhenti sejenak, kemudian melompat dari balik pilar sambil melihat pemandangan di luar jendela yang rusak. Ketika melakukan ini, peluru mengenai dirinya tepat di antara matanya, namun dia menghiraukannya dan menyiapkan bidikannya.

Dia menarik tali-tali tersebut tanpa ragu.

Dengan suara udara yang dilepaskan, kekuatan dari udara yang dikompresi bekerja dan hulu ledak-hulu ledak tersebut terbang dari pegangannya. Setelah maju 10 meter, hulu ledak tersebut menyala dan dengan cepat melalui jarak 500 meter sambil menyebarkan nyala api.

Beberapa misil tersebut mengenai sisi sebuah bangunan yang meledak seperti kue mille-feuille yang hancur. Bangunan itu pasti dibangun agar tahan gempa, karena gedung itu nyaris saja tidak berhasil menghindari keruntuhan.

“Ooh, bagus. Kurasa si berengsek Sunazara itu hancur berkeping-keping bersama dengan senjata sniper magnetisnya, huh? Yah, dia dijadikan pengganti dalam waktu panggilan yang singkat, jadi kurasa aku harusnya tidak mengharapkan lebih darinya.”

Dia mendengar suara gembira.

Kinuhata berputar tepat waktu untuk melihat Dark Matter Kakine Teitoku berjalan keluar dari lorong.

“Ah, jadi kau adalah sisa dari Dark May Project.[2] Menyusahkan saja. Di proyek itu mereka melihat cara kerja pola kalkulasi Accelerator dan mencoba mengoptimisasikan Personal Reality esper-esper tertentu, ‘kan?”

“...”

“Dan sebagai hasilnya, kau mendapatkan kekuatan pertahanan otomatis. Tapi sepertinya kau aslinya adalah tipe pengontrol atmosfer. Kekuatan yang sama dengan refleksi milik Accelerator, tapi batas yang bisa kau lakukan adalah membuka medan defensif di sekelilingmu dengan kekuatanmu secara otomatis. Pernahkah kau berpikir betapa menyedihkannya itu?”

“Tidak juga,” jawab Kinuhata cepat. “Aku super-senang dibandingkan dengan subjek tes dari Produce. Otak mereka diiris seperti kue Natal untuk mengetahui di bagian manakah Personal Reality berada di otak mereka.”

“Begitu,” jawab Kakine tanpa ketertarikan.

Kinuhata memperhatikan pria di depannya dengan hati-hati dan membuka mulutnya.

“Apa yang terjadi pada Mugino?”

“Oh, bukan apa-apa,” adalah jawaban singkatnya.

Dan dengan itu, Kinuhata tahu. Seorang Level 4 seperti dirinya tidak bisa mengimbangi seseorang yang telah menangani Level 5 terkuat keempat di Academy City dengan begitu mudahnya. Ketika mereka bertarung di lab teknik partikel, dia sudah mendapatkan perkiraan kasar, tapi sekarang dia memiliki bukti kekuatan Kakine.

“Jadi di mana si AIM Stalker? Cuma itu saja yang aku ingin tahu. Kalau kau memberitahuku di mana dia, aku bisa membiarkanmu pergi.”

“Apa kau pikir ada orang yang begitu bodoh untuk menyetujui permintaanmu?”

“Iya. Frenda dari ITEM contohnya.”

“...”

“Aku cuma ingin memberitahumu kalau kau punya pilihan itu. Dan agar kau tahu saja, kau tidak bisa mengalahkan Dark Matter-ku dengan Level 4 Offense Armor.[3] Aku bukanlah orang yang bisa kau kalahkan dengan rencana cerdas atau semacamnya.”

Kinuhata tidak mengatakan apa-apa.

Kakine berbicara sekali lagi pada gadis yang memandanginya dalam diam.

“Di mana AIM Stalker?”

“Kelihatannya aku tidak punya hak untuk menolak...” kata Kinuhata dengan senyum kecil di wajahnya.

Selagi berbicara, dia memegang sebuah bangku di dekatnya dan melemparkannya.

Namun...

Sebuah ledakan yang tidak bisa diidentifikasi muncul dengan Kakine sebagai pusatnya.

Bangku tersebut pecah berkeping-keping, dan Kinuhata sampai terlempar.

Tubuh kecilnya terbang di udara 10 meter sebelum mendarat. Dia menabrak menembus dinding dan masuk ke dalam sebuah ruangan.

Melihat itu, Kakine tersenyum tipis.

“Jadi kau memilih harga diri lebih berharga dibandingkan kematian. Itu sentimental tapi tidak realistik.”

Kakine memerintahkan seorang pria dari organisasi bawahan untuk membawa Kinuhata.

“Membawanya? ...Maksudmu dia masih hidup?”

“Dia itu memang esper yang seperti itu.”



Part 4[edit]

Hamazura Shiage dan Takitsubo Rikou berlari menelusuri lorong menuju elevator.

Dia menekan tombol switch di dinding, kemudian lampu mengindikasikan bahwa elevator yang berada di lantai ke 48 segera turun ke lantai 25, tempat mereka berada. Sementara itu terjadi, Hamazura mengambil peralatan pembobol dari sakunya.

(…Tempat parkir ada di bawah tanah. Semua orang di sekitar sini pasti memiliki mobil mewah, tetapi aku tidak punya waktu untuk memilih-milih. Aku akan pilih mobil yang terdekat dari elevator...)

Elevator berhenti di lantai 25.

Dengan suara elektronik, pintu logam otomatis tersebut terbuka ke kiri dan ke kanan.

“Ah, di situ mereka.”

Hamazura mendengarkan suara yang merusak semua harapannya.

Seseorang lelaki dari SCHOOL sedang berjalan dari ruang masuk. Level 5 terkuat kedua yang telah mengalahkan Mugino Shizuri perlahan mendekati mereka dengan cakar aneh di tangannya.

“Aku sedang mencarimu. Benar-benar mencarimu. Kau adalah si esper pelacak kan?”

Sambil berbicara, lelaki itu mengangkat sesuatu yang dia seret dengan tangan kirinya dan melemparnya kepada mereka. Benda itu terbang beberapa meter melewati udara dan mendarat di kaki Hamazura. Benda itu adalah orang yang telah berpisah dengan mereka beberapa waktu yang lalu, Kinuhata Saiai.

“..!!”

“Dia membuat keputusan yang benar. Inti dari ITEM bukanlah si Level 5, tetapi kau. Kau tahu, akan jadi cukup buruk bila kau meloloskan diri.”

Maksud di balik kata-kata Kakine Teitoku adalah mereka tidak bisa meloloskan diri karena dia sudah berada di sana.

Setiap langkah yang akan dia ambil berikutnya adalah detik-detik berakhirnya nyawa Hamazura dan Takitsubo.

Hamazura memikirkan handgun yang ada di lengan bajunya. Dia melihat pintu elevator terbuka di dekatnya, kemudian berbicara kepada Takitsubo dengan suara sepelan mungkin.

“(...Pergilah ke elevator dan turun ke bawah..)”

“(...Tapi…Hamazura…)”

“(…Bahkan jika aku bisa meloloskan diri dari SCHOOL di sini dengan menelantarkanmu, ITEM tetap akan dihancurkan! Sial, aku terjepit di antara batu dan tempat yang sama kerasnya!!)”

Kakine Teitoku berhenti berjalan.

Dia ragu, tapi bukan ragu untuk memutuskan apakah dia akan membiarkan pergi. Mereka sudah berada pada jarak efektif dari serangan si Level 5.

“Apa yang akan kau lakukan? Berapa lama waktu yang kalian butuhkan untuk mengucapkan perpisahan?”

“…!! Pergilah!!”

Hamazura mendorong badan kecil Takitsubo ke dalam elevator.

Akan tetapi, Takitsubo juga menarik Hamazura.

Mereka berputar-putar, bertukar posisi seolah sedang berdansa, dan Takitsubo mendorong Hamazura ke dalam elevator. Hamazura terkejut dengan aksi tiba-tiba tersebut dan jatuh di elevator tepat pada pantatnya.

Cuma tangan Takitsubo yang ada di elevator.

Dia menekan tombol B1 yang berarti elevator akan turun ke lapangan parkir bawah tanah.

“Apa yang sedang kau…??”

“Maafkan aku, Hamazura.”

Takitsubo melihat kepadanya dari sisi lain pintu elevator yang sedang metutup.

“Aku menceritakan kepada yang lainnya tentang apa yang kau katakan ketika berada di dekat tungku itu. Aku tidak ingin kamu menjadi abu seperti itu.”

Ada senyuman kecil di matanya.

“Jangan khawatir, aku Level 4 dan kau Level 0. Jadi aku akan melindungimu, Hamazura.”

“..!!”

Sebelum dia sempat mengatakan apa-apa, pintu tertutup sepenuhnya dan elevator berkecapatan tinggi mulai bergerak ke bawah. Sesuatu yang mengerikan baru saja terjadi, namun anehnya tubuhnya merasa santai karena dia sudah terhindar dari bencana.

Ketika duduk di lantai dengan punggung bersandar di dinding, Hamazura menatap ke langit-langit.

(..Tetapi aku pikir esper tidak peduli dengan nyawa seseorang sepertiku..) pikir Hamazura selagi elevator itu memberikan perasaan seperti melayang seperti elevator berkecepatan tinggi pada umumnya.

Dia menutupi wajahnya dengan tangan sembari menatap ke atas langit-langit.

(Aku pikir kami mirip seperti sekumpulan payung supermarket yang bisa dibuang. Jadi jika aku mati, aku tidak akan cuma dibakar menjadi abu di tungku dan kemudian dibuang bersama dengan sampah dapur??)

“Sialan,” Hamazura bergumam.

Sepertinya, dia bukan satu-satunya yang mengalami shock ketika dia membakar karung tidur hitam pada tungku elektrik itu. Gadis yang melihat dari belakangnya merasakan shock yang sama seperti yang dialaminya. Mungkin Takitsubo Rikou selalu mencoba untuk melindungi level 0 atau mungkin insiden pembakaran itu telah memberikan perubahan di hatinya.

Di sisi lain, ada satu hal yang bisa dikatakan.

Takitsubo Rikou telah melawan lelaki yang menduduki peringkat kedua esper terkuat di Academy City dengan tujuan menyelamatkan Hamazura, si Level 0.

Hamazura menghantamkan telapak tangannya pada tombol di dinding untuk menghentikan elevator.

Hamazura menggertakkan giginya dan mengambil nafas dalam yang panjang.

Nyatanya, dia tidak memiliki harapan menang. Laki-laki bernama Kakine itu adalah seorang Level 5 dan dia tidak sendiri. Paling tidak ada beberapa lelaki berpakaian hitam-hitam yang kelihatannya berasal dari organisasi bawahan.

Tetapi..

“Apakah ada tempat untuk Level 0? Tentu saja ada! Apakah ada takdir lain dari mereka selain memangsa yang lainnya? Tentu saja ada!” Perkataan seorang Level 0 yang sepenuhnya berbeda berbeda darinya, yang bertemu dengannya di pusat database Universitas Dangai muncul di pikirannya secara alami.

“Jika saja kau memakai tenaga yang diperlukan untuk membentuk Skill-Out dan menggunakannya untuk menolong orang-orang yang lebih lemah darimu, semua akan berubah! Jika saja kau memakai tenaga yang kau gunakan untuk melawan balik esper kuat untuk menolong mereka yang membutuhkan, orang-orang di Academy City akan menerimamu!”

“…Yeah..”

Hamazura Shiage menekan tombol untuk lantai ke 25, tempat dia dan Takitsubo berpisah tadi dan pintu elevator pun tertutup.

Tentu saja begitu, dasar sampah!”

Dia menutup jalan kaburnya sendiri dan kembali ke medan perang tempat seorang Level 5 menunggu.



Part 5[edit]

Elevator berhenti di lantai 25

Hamazura keluar melalui pintu otomatis yang terbuka ke kiri dan kanan dan apa yang dilihatnya adalah pemandangan yang telah dia kira sebelumnya.

“Oh, kau kembali?”

Orang yang mengatakan itu dengan ringannya adalah Kakine Teitoku, si Level 5 dari SCHOOL.

Di dekatnya, Kinuhata Saiai terbaring di tanah, terlihat persis sama seperti saat Hamazura pergi.

Tetapi kini, Takitsubo Rikou tersungkur di dekat kaki si pria yang terlihat tanpa luka, jadi dia tidak bisa melihat wajah gadis itu. Bahkan dia tidak bisa mengatakan apakah gadis itu masih hidup atau sudah mati.

“Dia melakukan pertimbangan yang cukup baik karena dia tidak memiliki kemampuan bertarung langsung. Dia harusnya sudah menggunakan kemampuan pelacaknya untuk mengganggu medan difusi AIM milikku dan kemudian ‘membalikkan arusnya’ untuk mencoba menguasai kekuatanku. Sungguh, jika dia berkembang lebih baik, dia bahkan bisa menjadi Level 5 ke-8.”

Setiap komentar berupa pujian yang Kakine buat, terdengar seperti sedang mengejek gadis itu.

Hamazura tidak mengatakan apapun sebagai balasannya. Sebagai gantinya, dia mengambil handgun yang tersembunyi di lengan bajunya dan menodongkannya ke depan.

“Oh, kau belum selesai?” datang suara tiba-tiba.

Seorang gadis dengan gaun terbuka berjalan dari pojok di belakang Kakine.

(Si gadis di crane!!)

Sejenak, Hamazura tidak bisa memutuskan ke arah siapa pistolnya harus diarahkan. Tetapi..

“Kau harusnya menghentikan itu”

Dengan kata-kata itu, Hamazura Shiage tidak dapat menggerakkan tubuhnya.

“Penting untuk membunuhmu tadi, tapi karena sekarang kami punya Pinset, membunuh seseorang dari organisasi bawahan mereka tidak lagi diperlukan.”

(..!?..)

Bukannya tubuhnya lumpuh karena suatu alasan tertentu; tidak ada masalah pada tubuhnya secara jasmani. Itu hanyalah ‘perasaan’ bahwa dia tidak dapat menembak walaupun dia sangat menginginkannya.

Sama seperti dia tidak bisa menginjak kucing yang tidur di bawah kakinya.

Sama seperti dia tidak mampu membunuh seorang anak yang sakit dan mencuri kepunyaan anak tersebut.

Sama seperti dia tidak kuasa menodongkan pistolnya ke arah Takitsubo Rikou yang sudah jatuh tersungkur.

“Dari paras di wajahmu, kau pasti orang yang cukup baik. Aku harusnya sudah menggunakan kekuatanku sejak awal.”

Senyum lebar tampak pada gadis yang bergaun itu.

“Measure Heart milikku dapat dengan bebasnya mengatur jarak antara hati orang-orang. Menurutmu apa yang akan terjadi jika aku mengatur jarak hatimu dengan jarak dari orang-orang yang kau kenal?”

“Kh..!”

(Apa ini? Penggunaan telepati!?)

“Berhenti sajalah. Sekarang ini aku berada pada jarak 20. Dengan kata lain, aku menjaganya pada jarak hati yang sama antara ‘Hamazura Shiage – Takitsubo Rikou’. Kau tidak dapat menembakku seperti halnya kau tidak akan mampu menembak Takitsubo. Jika kamu berharap kembali untuk gadis itu, kau tidak akan pernah ingin melukainya kan?”

Tangannya yang memegang pistol gemetar.

Dia tidak dapat menembak. Dia tahu si wanita bergaun dan Takitsubo adalah dua orang yang berbeda, namun dia tidak bisa melakukannya.

Lantas Kakine mengganggu kesenangan rekannya dengan merusak suasana.

“Betapa membosankan. Kau membuat seakan-akan kita orang jahat di sini.”

“Seorang pria dan wanita saling melindungi satu sama lain mirip di film. Ini seperti pemandangan yang jarang terjadi yang membuatku tidak ingin menghancurkannya.”

“Ya, sayangnya si gadis akan mati dengan sendirinya tak peduli apa yang kita lakukan.”

Hamazura mulai berbicara ketika mendengar kata-kata itu.

“Apa…? Kata-kata sialan apa yang barusan kau katakan?”

Kakine menendang kotak bersih yang terjatuh di dekat Takitsubo kearah Hamazura.

“Ini adalah Body Crystal. Apakah kau tahu dia menggunakan ini?”

“Dia...menggunakan itu untuk mengaktifkan kekuatannya.”

“Sebenarnya, benda ini dengan sengaja menyebabkan penolakan yang berakibat pada lepasnya kendali kekuatan seorang esper. Jika kau ingin detailnya, dulu ini digunakan untuk memancing ledakan kekuatan seorang esper pada penelitian-penelitian yang menganalisa bagaimana cara kerja esper yang lepas kendali. Sering kali, lepas kendali ini hanya menjadi hal buruk, tapi pada beberapa kasus langka, kekuatan yang lepas kendali adalah sangat berguna. Dia pasti sudah menjadi seorang esper semacam itu.”

Kakine menerangkannya dengan nada yang menunjukkan betapa membosankannya hal itu.

“Dengan keadaan gadis ini sekarang, dia tidak akan tahan menggunakannya. Jika dia tidak menggunakan kekuatannya lagi, dia akan baik-baik saja, namun dia akan hancur bila dia menggunakannya sekali atau dua kali lagi.”

Hancur. Wajah Hamazura menjadi kaku ketika dia mendengar kata yang sangat mengganggu itu. Tapi Kakine mengabaikannya dan melanjutkan omongannya.

“Bahkan kami tidak perlu menghabisinya. Jika gadis ini tidak memiliki kemampuan pelacak, aku tidak peduli dia mati atau hidup.”

“Asal kau tahu saja, dia roboh seperti itu gara-gara tindakannya sendiri,” ucap si gadis bergaun. “Ini karena dia tetap memaksa menggunakan Body Crystal untuk melawan kami di bangunan ini. Jika kami menyerangnya dengan serius, tidak akan tersisa bahkan sepotong daging pun.”

Hamazura menatap mereka tanpa banyak bergerak, tetapi dia tetap berusaha untuk mengabaikan dua anggota SCHOOL ini dan kemudian menekan tombol elevator.

“Lantas, apa yangg harus kulakukan?” tanya Kakine dengan simpelnya sementara Hamazura menunggu elevator tiba. “Haruskah kubunuh dia atau membiarkannya pergi?”

“Kita bisa meninggalkannya sendiri, 'kan? Seorang anggota ITEM di ambang kehancuran tidak dapat menghentikan kita.” Hamazura menggertakkan giginya ketika gadis bergaun mengatakan “di ambang kehancuran”, tetapi dia tetap tidak dapat menarik pelatuk pistolnya. Dia benar-benar terjebak dalam kemampuan Measure Heart milik gadis itu.

“Tetapi akan lebih mudah untuk membunuh gadis ini.”

“Esper pelacak ini menggunakan AIM milikmu untuk mengacaukan Personal Reality-mu, kan? Bukankah kau harus mengeceknya? Kekuatanmu yang lepas kendali akan jauh lebih berbahaya dari anggota ITEM yang sudah setengah-kalah ini. Dan aku lebih suka tidak mati akibat tindakan teman yang lepas kendali.”

Kakine membunyikan lehernya karena tidak suka diperintah-perintah.

Kakine tidak punya pistol karena dia terlalu percaya dengan kekuatan yang telah dimilikinya. Tetapi jika kekuatannya lepas kendali, dia akan menjadi orang pertama yang menjadi korbannya.

“Baik, kita pergi. Melakukan pengecekan itu cukup mudah, tetapi kita tidak punya peralatannya di sini.”

Di waktu yang tepat, elevator pun tiba.

“Sialan!!” teriak Hamazura sembari menggunakan ibu jarinya untuk menurunkan hammer pada pistolnya.

Tetapi ekspresi gadis bergaun tidak berubah.

“Aku sekarang ada pada jarak 20. Berada pada jarak hati yang sama dengan 'Hamazura Shiage – Takitsubo Rikou'. Tetapi aku bisa memperpendek jaraknya."

“!!”

“Kau tidak ingin perasaanmu yang sesungguhnya ditutupi kebohongan, 'kan? Kau semestinya berbagi kenikmatan hidup dengan gadis yang sekarat itu.”

Mereka berdua menaiki elevator berhenti dan kemudian pintu otomatisnya tertutup.

Hamazura melihat ke bawah kepada kotak Body Crystal di kakinya dan Takitsubo Rikou yang masih tidak bergerak. Kemudian dia duduk dengan perlahan.

(Setelah menggunakan kekuatannya sekali atau dua kali lagi, Takitsubo akan hancur..)

Seorang preman idiot seperti Hamazura tidak tahu secara spesifik apa arti kata “hancur”. Namun dia bisa menebak itu adalah sesuatu yang tidak baik.

(Apa yang harus kulakukan?)

Hamazura menatap wajah Takitsubo. Tubuh gadis itu bahkan tidak bergerak sedikitpun. Dia tidak menunjukkan pertanda akan bangun. Dia pasti sudah berusaha dengan keras karena tubuhnya diselimuti keringat yang terlihat tidak menyenangkan.

Takitsubo Rikou sudah melawan Kakine sampai pada titik di manahal seperti ini terjadi padanya.

Sepertinya, dia melakukan ini dengan tujuan menyelamatkan Hamazura Shiage.

Dan dia memakai sesuatu yang bernama Body Crystal untuk melakukannya.

(……)

Hamazura menggertakkan giginya dalam diam.

Lelaki itu belum siap akan ini semua dan dia tidak memiliki sesuatu yang elegan seperti tekad. Namun dia telah memperoleh sesuatu yang memotivasinya untuk memaksa lengan dan kakinya bergerak.

“Sialan…”

Dia tidak bisa mengembalikan Takitsubo Rikou ke ITEM. Organisasi itu dengan mudahnya bisa mengganti anggota yang lenyap. Bahkan di keadaannya yang sekarang ini, Takitsubo sepertinya akan disuruh untuk menggunakan kekuatannya lagi.

Hamazura meletakkan pistol wanita di lengan bajunya dengan tangan bergetar. Dia mengambil tempat peluru dan mengecek berapa peluru yang dia punya. Mungkin karena magasinnya dibuat pendek, tetapi dia tidak punya banyak. Tidak, bahkan jika dia punya ribuan peluru, kemungkinan itu tidak cukup untuk melewati ini semua. Sisi gelap dari Academy City akan mengejar Takitsubo, bahkan ITEM akan menjadi musuh. Dapatkah dia melawan itu semua?

“Persetan!!”

Akan tetapi, dia harus melakukannya.

Jika Takitsubo melanjutkan menggunakan kekuatannya lagi, ini benar-benar akan berakhir.

Kinuhata yang roboh di dekat Takitsubo melihat Hamazura tanpa menggerakkan jari sekalipun. Sepertinya Kinuhata telah menyadari apa yang terjadi setelah melihat tingkah Hamazura yang tidak sabar.

“…Itu jawaban yang benar. Bawa Takitsubo-san dan enyahlah.”

“Terima kasih.”

“Aku tidak mengucapkan itu untuk terima kasih. Aku sedang menjelek-jelekkanmu. Kami tidak membutuhkan orang yang super-tidak berguna sepertimu dan Takitsubo-san di ITEM jadi aku menyuruhmu untuk minggir dari jalan kami.”

Ketika berbicara, ada senyuman tipis di bibir Kinuhata.

Dia bukannya tanpa cedera. Darah mengalir dari mulutnya. Dan dia masih tersenyum ketika memandang tindakan Hamazura demi Takitsubo.

“Adakah hal terakhir yang bisa kulakukan untukmu?”

“…Hmmm. Gunakan Kode 52 untuk mengontak organisai bawahan dan panggil tim penutup infomasi dan ambulans. Seperti yang kau lihat, aku super-tidak bisa bergerak.”

“Akan kulakukan,” kata Hamazura.

Meninggalkan Kinuhata dalam keadaan seperti itu menyakitkan, tetapi dia harus membawa Takitsubo dan melarikan diri.

(Toh, selama tidak menggunakan kekuatannya, dia akan baik-baik saja. Dia harus berhenti dari ITEM, tetapi itu lebih baik daripada tubuhnya hancur.)

Seperti dugaan Hamazura, HP miliknya tiba-tiba mulai berdering.

Ini dari Mugino Shizuri.

“Hamazuraaaaaaa. Apa Takitsubo di sana?”

“Apa kau baik-baik saja? Kau tadi melawan Kakine, 'kan? Apa yang ter-…”

“Oh, diam. Ini saatnya untuk serangan balik kita ke SCHOOL. Kita perlu menggunakan kekuatan Takitsubo untuk melacak mereka. Jika dia di sana, bawa dia kemari. Takitsubo akan memeberikan kita petunjuk bahkan jika itu membunuhnya.



Part 6[edit]

Hamazura meninggalkan bangunan tersebut sambil menggendong Takitsubo yang masih tanpa gerak seperti mayat di punggungnya. Dia tidak mengikuti instruksi Mugino Shizuri untuk memaksa Takitsubo menggunakan kekuatannya. Dia sedang melakukan kebalikannya. Dia sedang berusaha menjauhkan Takitsubo dari ITEM sejauh yang dia mampu.

Dia berada di atas sebuah jembatan pendek. Ada jalur kereta api dibawahnya, bukan sungai. Itu adalah salah satu tempat di mana jalur bawah tanah dengan singkat keluar ke permukaan tanah. Di sisi lain jembatan ada mobil sports.

“Aku tidak begitu mengerti apa yang sedang terjadi, tetapi aku akan membawa gadis itu?”

Yang mengatakan itu adalah Yomikawa Aiho dari Anti-Skill yang telah keluar dari mobil dan meletakkan tangannya di pinggang.

Rute yang akan digunakan Hamazura dan Takitsubo untuk melarikan diri dan tempat bersembunyi mereka adalah tempat-tempat yang juga dipakai ITEM, jadi Mugino bisa menemukan mereka dengan mudah. Dia memutuskan untuk mengalihkan Takitsubo kepada seseorang yang memiliki “rute” yang benar-benar berbeda.

“Hamazura, kau tahu betul apa pekerjaanku, 'kan? Aku adalah seorang Anti-Skill. Apakah kau benar-benar berpikir aku akan membiarkanmu lolos setelah menitipkan seorang gadis tidak sadarkan diri pada situasi yang jelas-jelas mencurigakan seperti ini padaku??”

“…Diam,” kata Hamazura sembari menggertakkan giginya.

Yomikawa mengernyit karena nada bicara tidak sabar Hamazura yang tidak terdengar seperti biasanya.

“Aku akan menjelaskan semuanya padamu nanti. Aku akan muncul kapanpun kau mau. Bawa dia ke tempat aman di mana pun itu secepat yang kau bisa. Keadaannya sekarang tidak baik. Dia telah menggunakan sesuatu yang disebut Body Crystal. Aku tidak memahami sepenuhnya, tetapi tampaknya dia bisa hancur kapan pun.”

“Body Crystal…? Tunggu, Hamazaura. Apakah kau tadi baru saja mengatakan Body Crystal!?”

Ekspresi Yomikawa benar-benar berubah setelah mendengar istilah itu, tetapi Hamazura tidak menerangkan lebih lanjut.

Waktunya sama sekali tidak tepat.

“…Hamazuraaaaaaa..”

Tiba-tiba sebuah suara datang dari belakangnya.

Dia memutar kepalanya dan melihat Mugino Shizuri berdiri bermandikan darah di sisi lain jembatan. Sebagian adalah darahnya sendiri, tapi sebagan adalah milik orang lain. Dia mengenali apa yang diseret oleh tangan kanan Mugino, yang sedikit terlihat seperti boneka dari potongan kain.

“Frenda…”

Secara teknis, hanya bagian atasnya saja.

Entah ke mana pun perginya, bagian tengah-ke-bawah tubuh Frenda telah lenyap dan sesuatu berwarna merah gelap menetes dari potongan melintang yang membelah tubuhnya.

“Itu benar. Tampaknya dia takut kepada SCHOOL lantas mengkhianati ITEM kemudian bersembunyi. Karena itu aku harus melakukan sedikit pembersihan… Apa yang sedang kau lakukan? Kau tidak membutuhkan pembersihan, 'kan?”

Mugino melepas Frenda jatuh ke tanah.

Dia bahkan tidak melihat ke arah Franda.

Pada akhirnya, hanya begitulah arti Frenda—hanya begitulah arti seorang rekan—bagi Mugino.

Wajah Hamazura menjadi kaku seketika setelah melihat Frenda yang, tidak seperti Takitsubo, jelas-jelas sudah menjadi mayat. Meskipun demikian, dia tidak ragu. Dia memberikan gadis di punggungnya kepada Yomikawa dan berbicara dengan pelan.

“…Kumohon, pergilah.”

“Hamazura. Seperti yang telah kukatakan, aku adalah seorang Anti-Skill. Aku tidak bisa menerima jika seorang bocah melindungiku…”

“Pergi!!!!!” teriak Hamzura memotong perkataannya. “Aku tahu kau tidak bisa mengabaikan kasus pembunuhan, namun wanita itu jauh melebihi level itu! Aku tidak paham detailnya, tapi Frenda adalah seseorang yang cukup ahli. Perempuan itu adalah seseorang yang dapat membunuhnya hanya dalam sekali serangan saja. Itulah kenapa aku menyuruhmu membawa Takitsubo dan pergi!!”

Setelah itu Hamazura melihat ke arah Takitsubo yang belum siuman dengan ekspresi yang seolah bakal roboh.

“Kumohon… Aku tidak ingin dia mati. Aku tidak pernah dapat membuat keputusan sebelumnya, tapi aku akhirnya paham apa yang ingin kulakukan. Maka kumohon pergilah. Aku tidak dapat melindunginya sendirian. Tanpa pertolonganmu, aku akan kehilangan semuanya di sini!!”

“Hamazura…”

“Apakah kau benar-benar berpikir kau dapat melakukan sesuatu sendirian? Wanita itu adalah level 5. Dia adalah monster menakutkan yang berperingkat ke 4 di Academy City! Aku akan mengulur waktu untukmu, jadi kumohon bawa Takitsubo dan pergi dari sini!!”

Hamazura berteriak hingga titik di mana dia kira tenggorokannya akan robek berkeping-keping. Yomikawa mendapati nafasnya seperti diambil oleh betapa putus asanya Hamazura. Dia ragu-ragu, tetapi akhirnya dia mengangguk, seolah-olah cahaya mata Hamazura sedang memaksanya.

“Begitu aku bawa gadis itu ke tempat aman, aku akan datang kembali dengan tim Anti-Skill bersenjata lengkap. Jadi jangan mati sampai aku kembali.”

“…Tentu,” respon Hamazura.

Yomikawa membuang rasa ragunya, naik ke kursi pengemudi, kemudian menginjak pedal gasnya. Mobil sportnya melaju dengan kecepatan tinggi dengan Takitsubo di dalamnya.

Hamazura mendengarkan sebuah siulan.

Dia berbalik dan melihat level 5 Mugino Shizuri mendekat sembari melintasi jembatan kecil itu.

“Pertarungan dengan hidupmu sebagai taruhannya. Seperti mati rasa, ya 'kan, Hamazura?”

“Aku…” dia mulai berbicara.

Sambil mendekat, Mugino mengayunkan tangannya ke samping dengan biasa. Tangannya memukul Hamazura dan dia terbang ke samping dan perutnya menghantam pagar besi dengan suara lebam. Rasa syok yang hebat membuatnya ingin muntah. Rasanya seperti kekuatannya pergi dari lengan dan kakinya, lantas dia tersangkut lemas di atas pagar besi itu seperti tilam yang digantung untuk dijemur. Dia bisa melihat jalur kereta api di bawah jembatan.

“Diam. Aku tidak menanyakan pendapatmu.”

Menghiraukan rintihan Hamazura, Mugino akhirnya sudah melintasi jembatan.

Yang tadi itu bukanlah kekuatan Level 5 miliknya. Itu hanyalah kekuatan lengannya. Dia sengaja menggunakan kekuatan fisiknya agar yang tadi itu tidak bisa dikatakan sebagai perbedaan antara Level 5 dan Level 0.

Mugino masih belum menyerah. Bahkan jika ini akan menghancurkan Takitsubo, dia tetap akan menemukan di mana SCHOOL berada.

“Ha ha” tawa Hamazura sembari tersangkut di atas pagar. “Memangnya kau bisa menghabisiku sekarang?”

“Ah?”

Mugino memandangnya dengan tatpan mata yang jengkel.

Kemudian matanya melebar.

Di tangan Hamazura ada kotak Body Crystal yang digunakan Takitsubo.

“Dia membutuhkan ini untuk menggunakan AIM Stalker, kan?”

“Kau bedebah, itu…!!”

Sementara kemarahan yang tampak jelas memasuki mata Mugino, Hamazura lompat melewati pagar besi dan kabur dari jembatan.

Sebuah kereta sedang lewat di bawahnya pada saat yang tepat.

Index v15 254.jpg

Tubuh Hamazura menghantam atap kereta. Dia tadinya berpikir bahwa atap kereta api itu datar, tetapi sebenarnya cukup bergelombang karena ada AC yang dipasang di atasnya. Tubuhmya berguling ketika dia mendarat, kulitnya tercabik seperti ketika sedang digesek dengan kikir, dia hampir terjatuh karena dia tidak mampu menyingingkirkan momentum dari tubuhnya. Walaupun demikian, akhirnya dia berhasil menahan dirinya dan berhenti.

Terbaring di atas kereta api, Hamazura tersenyum.

(Aku berhasil melewatinya. Tanpa Body Crystal ini, Takitsubo tidak bisa menggunakan kekuatannya. Sekarang dia tidak perlu dipaksa lagi. Selama aku bisa menjaga ini dari Mugino...)

Saat itulah kereta berhenti dengan tiba-tiba.

Tubuh Hamazura meluncur di atap kereta. Dia mengatur dirinya untuk berhenti, kemudian melihat sekelilingnya dengan terkejut. Dia melihat Mugino berdiri di atas rel kereta cukup jauh di belakang. Mugino pasti telah melompat dari atas jembatan seperti yang dilakukannya. Tangan Mugino menancap dalam ke tanah. Kabel daya untuk jalur kereta Academy City berada di tanah. Mugino telah menggunakan kekuatannya untuk memutuskan kabel daya itu untuk menghentikan kereta.

Dari ratusan meter jauhnya, Mugino Shizuri mengatakan sesuatu.

Hamazura tidak dapat mendengar suaranya, tapi dia memahaminya dari pergerakan mulut Mugino.

Aku – akan – membunuh – mu – bedebah.



Part 7[edit]

Di atap kereta, Hamazura tertegun mendengar apa yang dikatakan Mugino.

Si Level 5 yang telah menghentikan kereta dengan paksa, tersenyum hingga wajahnya tampak seperti terbelah menjadi dua.

“…!!”

Seluruh bulu kuduk di tubuh Hamazura bediri. Dia dengan segera turun dari atas atap kereta dan lari melewati jalur kereta yang berkerikil. Dia dikepung oleh tembok beton di kanan dan kirinya, yang membuat area tersebut mirip seperti sebuah sungai buatan, tetapi dia menemukan seperangkat tangga besi di tengah pelariannya. Dia mendaki tangga tersebut ke atas permukaan tanah.

Dia menengok ke sekitarnya.

Mugino sedang mendaki tangga beberapa meter jauhnya dari dia. Dia berada di jarak 20 atau 30 meter jauhnya dari Hamazura dan menatap ke arahnya melewati kerumunan orang. Dia telah memfokuskan dirinya kepada Hamazura yang dianggapnya sebagai mangsa.

(Sial! Aku tidak dapat meloloskan diri dengan berbaur di keramaian!)

Dia memotong kerumunan orang yang sedang liburan itu dan melanjutkan larinya. Namun beberapa saat kemudian dia mencapai batasnya. Dia melihat sekitar dan lantas menuju ke salah satu bangunan terdekat. Dia mendobrak pintunya sampai terbuka, tanpa sempat berpikir untuk mengecek apakah pintunya sedang terkunci atau tidak, dan kemudian dia berguling masuk ke dalam ruangan.

“…Sialan. Tempat apa ini?”

Tempat itu bukanlah gedung bisnis biasa. Banyak tumbuhan yang sedikit lebih tinggi dari Hamazura tumbuh di atas lantai. Di atas kepalanya banyak kawat melilit pada cabang pohon tersebut. Penerangan ungu kebiru-biruan itu pasti dari sinar UV untuk merangsang fotosintesis.

(Jadi ini penyulingan tanaman otomatis untuk bahan bakar bioetanol…)

Pengembangan bahan bakar bioetanol sedang digencarkan sebagai alternatif pengganti bensin. Normalnya, tebu atau jagung telah digunakan, tetapi, karena sesuatu dengan kemurnian alkohol taraf rendah seperti anggur digunakan di sini, ini pasti produk mutu tinggi yang menekankan merek. Nampaknya, orang-orang terkenal di District 3 bahkan ingin memiliki perbedaan antara bahan bakar yang mereka gunakan di mobil mereka dan bahan bakar yang digunakan orang-orang pada umumnya. Ini seperti mereka sedang membiarkan mobilnya minum wine.

“Betapa bagusnya tempat ini.”

Tubuh Hamazura mengaku ketika mendengar suara itu dari belakangnya.

“Kau punya selera untuk memilih fasilitas yang sepi, Hamazura. Ini adalah tempat yang baik untuk mati sendirian.”

Sebelum dia sempat menengok, sebuah hantaman mengenai punggungnya.

Dengan suara keras yang membingungkan, tubuh Hamazura terbang beberapa meter sebelum mendarat. Sejumlah besar kontainer hidroponik terhantam, banyak tanaman anggur rusak, dan tubuh Hamazura berguling bahkan lebih jauh dari situ.

Dalam satu serangan saja, dia merasakan rasa sakit yang sangat pada seluruh tubuhnya, hingga sempat mengira dia akan mati.

Tidak patahnya tulangnya adalah sesuatu yang mengejutkan.

“Sial…!!”

Hamazura meninggalkan area yang luas seolah-olah dia sedang menyeret tubuhnya yang terluka. Ada sebuah tangga, jadi dia naik. Dia menemukan seperangkat mesin berwarna perak yang tingginya dua kali tingginya dan mesin-mesin itu terhubung secara horizontal dan vertikal dengan pipa. Ini mirip seperti tempat pembuatan bir yang sesekali kau jumpai di iklan. Pada nyatanya, anggur difermentasikan untuk menghadirkan alkohol, maka peralatan ini bekerja pada cara yang sama. Pasti mesin-mesin ini jugalah yang menciptakan alkohol kosentrasi tinggi yang kemudian diubah menjadi bahan bakar mobil.

Dibandingkan sebelumnya, di sini terdapat banyak titik buta.

(Bahkan meskipun dia adalah Level 5, dia bukanlah tak terkalahkan.)

Hamazura melewati jarak di antara susunan pipa yang rumit itu dan menyandarkan punggungnya ke sebuah mesin besar yang ukurannya seperti ruangan kecil. Sambil bersandar, dia sesegera mungkin memikirkan apapun yang bisa memberikannya keuntungan.

(Ketika kami diserang mobil crane di dekat laboratorium teknik partikel, dia tidak mencoba untuk menghancurkan bola perusak raksasa itu dengan kekuatannya. Dan di kereta beberapa saat yang lalu, dia lebih memilih kabel bermuatan yang terkubur di dalam tanah daripada kereta yang bergerak cepat itu sendiri.)

Hamazura menggertakkan giginya karena rasa sakit yang diderita sekujur tubuhnya dan kemudian menyadari cara untuk keluar dari situasi ini.

(Sepertinya, kekuatan Mugino Shizuri memerlukan sejumlah waktu tertentu untuk membidik sebagai konsekuensi betapa kuat serangannya itu. Dengan kata lain, dia lemah terhadap serangan tiba-tiba. Dia tidak dapat menangani serangan tiba-tiba dari seseorang.)

Itu bukanlah karena Mugino belum cukup melatih kekuatannya, tetapi lebih karena cacat yang disebabkan dari kekuatannya yang terlalu besar. Jika dia tidak sangat berhati-hati dalam menggunakannya pada area tertentu, dia akan berakhir dengan terjebak dalam ledakannya sendiri.

Tetapi Hamazura tidak begitu peduli dengan alasan di balik kelemahan Mugino tersebut selama itu adalah celah untuk mengalahkannya.

Di area dengan banyak penghalang, Hamazura memiliki secercah peluang untuk menang.

Akan tetapi…

“Hamazuraaaaaa…”

Dengan satu kata saja, tubuh Hamazura serasa diselimuti oleh bahaya.

Dia mengabaikan teorinya dan tiarap di tanah pada saat bersamaan dengan datangnya “itu”.

Hujan cahaya beterbangan.

Dengan wanita yang dikenal bernama Mugino Shizuri di tengahnya, garis cahaya, tembakan yang terlihat tidak sehat terurai ke segala penjuru. Itu bukanlah sorotan elekton khusus yang ditembakkan dengan kekuatan penghancur bak halilintar. Seperti cahaya, elektron memiliki sifat partikel dan gelombang, tetapi Mugino memiliki kemampuan untuk mengontrol elektron secara paksa pada status “ambigu”-nya.

Ketika elektron yang dipaksa berada dalam status ambigunya mengenai obyek, mereka tidak dapat memutuskan kapan harus bertindak seperti partikel atau gelombang, maka elektron-elektron itu “berhenti” di sana. Normalnya elektron memiliki massa yang sangat-sangat dekat dengan nol, tetapi “berhentinya" elektron-elektron tersebut menciptakan tembok imajiner yang menyebabkan sejumlah kekuatan penghancur yang dapat ditembakkan ke tagretnya dengan kecepatan tinggi.

Itulah Meltdowner.

Klasifikasi teknisnya adalah Meriam Berkecepatan Tinggi Gelombang Partikel.

Tidak seperti si Nomor 3 Railgun, dia adalah Level 5 yang bisa memanipulasi elektron tanpa menggunakan gelombang ataupun partikel.

Tiap berkas cahayanya merobek besi seperti kertas, meleburkan dinding yang tebal, dan mewarnai semuanya menjadi oranye. Aliran panasnya pasti mengenai alkohol yang disuling tersebut, karena ledakan kecil terjadi di mana-mana. Entah bagaimana Hamazura telah berhasil menghindari hantaman langsung dari sinar Mugino, namun pecahan logam seukuran pick gitar menusuk lengan kirinya. Dan itu tidak hanya satu. Ada empat atau lima potong tertancap di sana.

“Gwaaaahh..!!”

Sembari memegang lengannya yang berdarah-darah, Hamazura tanpa sengaja berteriak.

Karena banyak penghalang di area itu yang mengganggunya, Mugino hanya akan menghancurkan semuanya. Sekali dia meratakan semuanya menjadi puing-puing, Hamazura akan mengahadapi Mugino pada situasi tanpa harapan.

“Mesin-mesin di sini seperti benda untuk menciduk ikan mas pada permainan di festival. Umm… Aku lupa apa itu disebut. Toh, itu tidak akan cukup untuk menjadi pelindung melawan Meltdowner milikku.”

Terkuat ke-4 se-Academy City.

Sekeumpulan mesin yang tadinya menutupi lantai sudah hancur menjadi puing-puing dengan satu serangan saja. Seluruh tempat berlindung telah dihancurkan, bahkan tembok bagian luar telah menerima kerusakan parah. Mugino berdiri di tengah-tengah kehancuran tempat itu, dia bisa dengan mudah menjadikan seisi bangunan runtuh, sembari senyuman dengan perlahan-lahan merebak di wajahnya.

“Ilmuwan-ilmuwan sialan itu mengatakan bahwa naluri survival milikku mencegahku mengeluarkan kekuatan yang lebih dari ini, tapi tampaknya kekuatan asliku cukup untuk membunuh Railgun dengan seketika. Aku tidak dapat protes terlalu banyak, karena mereka bilang rekoilnya akan meledakkan tubuhku menjadi serpihan bila aku benar-benar melakukannya.”

Rasa takut menyebar melalui tubuh Hamazura.

Si monster level 5 dengan tenang mendekatinya.

Part 8[edit]

Kehancuran yang melewati batas telah ditembakkan oleh Meltdowner milik Mugino Shizuri.

Hamazura beralih dari reruntuhan dan lari dengan panik untuk mendapatkan jarak sejauh mungkin antara dirinya dan Mugino Shizuri.

Dia lari ke lantai lain plantasi bahan bakar bioetanol dan Mugino tersebut masih mengejarnya.

“Hamazura, berhenti mencampuri urusanku kemudian serahkan Body Crystal dan Takitsubo. Aku tidak akan puas sebelum aku sudah membunuh semua orang di SCHOOL.”

Sembari melarikan diri, Hamazura menolak perkataan Mugino.

“Tidak. Aku tidak akan membiarkan Takitsubo menggunakan Body Crystal lagi. Dia sudah mencapai batasnya.”

“Terus kenapa? Jika Takitsubo hancur, kita bisa menggantinya dengan esper lainnya. Dia memang satu-satunya yang bisa melacak dengan menggunakan medan difusi AIM, tetapi esper jenis lainnya juga tidak apa-apa. Selama aku bisa menemukan para pecundang SCHOOL, itu tidak masalah.”

Hamazura berhasil sampai pada lantai tempat sisa-sisa anggur yang alkoholnya sudah diperah dikumpulkan, tetapi Meltdowner milik Mugino mengubahnya menjadi puing seketika.

Hamazura berbicara sembari sembunyi di balik gunungan reruntuhan logam yang sudah melepuh akibat panas.

“Maaf, tapi aku tak akan mengikuti apa yang kau inginkan.”

“Ah?”

“Kau tidak dapat mengalahkan pria bernama Kakine itu. Dengan pertarungan di laboratorium teknik partikel dan yang terakhir tadi, kau sudah melarikan diri dua kali darinya.”

Setelah mengucapkan itu, dia pikir dia hampir mendengar suara gertakan gigi Mugino.

Walaupun begitu, dia melanjutkannya.

“Setelah diriku bertemu langsung dengannya, aku dapat katakan. Ini bukan lagi perkara si terkuat no 4 melawan no 2. Sepertinya kau kalah dari Kakine Teitoku pada hal yang berbeda. Apa gunanya menemukan di mana dia berada?”

Adalah kenyataan bahwa SCHOOL terdiri dari orang-orang yang mengerikan, namun mereka masih memiliki rasa kemanusiaan yang cukup untuk membiarkan orang-orang kelas rendah kabur. Bahkan ketika Takitsubo sudah menggunakan semua kekuatannya di depan mata mereka, mereka tidak lantas menghabisinya.

Dia tidak berpikir bahwa seseorang seperti Mugino Shizuri, orang yang memperlihatkan taringnya kepada rekannya sendiri hanya karena dia tidak suka akan suatu hal, adalah lebih kuat dari Kakine dan semua yang ada di SCHOOL. Tak peduli seberapa hebat kekuatan Mugino terlihat, kesan Hamzura tidak bergeming sedikit pun.

“Ini bukanlah perkara menang atau kalah. Jika kau bertarung dengan mempertaruhkan nyawamu dan menang, yang kau dapat hanyalah kepuasan pribadimu. Aku tidak akan membiarkan Takitsubo ikut-ikutan dengan hal seperti itu. Aku tidak akan membiarkanmu menghabisi nyawanya untuk sesuatu yang sangat tidak berguna!”

“Ha…Ha…Ha!”

Mendengar jawaban Hamazura Shiage yang telah ditujukan kepadanya, Mugino tertawa menghina.

“Bagaimana dia menarikmu, Hamazura? Apakah kamu jatuh cinta pada wajahnya yang imut? Atau karena dia berbicara halus dengan Level 0 sepertimu??”

Hamazura tidak merespon dan senyuman Mugino semakin lebar.

“Betapa bodoh. Apakah kau pikir semua yang berbicara sopan padamu adalah orang baik dan siapa yang berbicara kasar padamu adalah orang jahat? Kau membuatnya seakan-akan kau berdiri di pusat dunia!!”

“..Aku tahu itu,” kata Hamazura.

Dia tidak menyangkalnya.

Jika Takitsubo tidak berbicara sopan kepadanya, dia ragu hatinya akan membuatnya melakukan semua ini.

“Tapi dia mengatakan bahwa dia tidak ingin seorang bajingan egois seperti aku mati. Dia adalah tipe orang yang mengatakan hal seperti itu. Semua orang seperti dia harus bahagia. Bukan orang sepertiku atau sepertimu yang harusnya berdiri di atas orang lain. Jika kita tidak mendirikan komunitas di mana seorang idiot yang baik berdiri diatas dan mengontrol semuanya, dunia keparat ini tidak akan jadi lebih baik!”

Tidak ada respon.

Sebuah berkas sinar putih yang begitu terang hingga membuat Hamazura berpikir itu adalah sebuah ledakan nuklir menghancurkan gunungan logam tempat Hamazura bersembunyi. Dia terpentalkan oleh hembusan angin kencang yang tercipta dan dia merasakan kehadiran seseorang yang berdiri tepat di belakangnya.

Sebelum dia sempat menengok, dia merasakan sesuatu yang aneh pada telinga kanannya.

Mugino Shizuri telah menancapkan obeng ke telinga Hamazura.

“Sepertinya pada kepalamu ada sekrup yang sedikiiiiiiit longgar.”

Ujung obeng itu perlahan bergerak lebih dalam masuk ke telinganya.

“Mau kukencangkan sekrupnya untukmu?”

Dia tidak dapat bergerak. Jika dia bergerak barang sedikitpun, bagian dalam telinganya akan rusak dan berdarah. Sambil memegang obeng di tempatnya, Mugino menadahkan tangan kirinya yang kosong di depan wajah Hamazura. Dia sedang memintanya untuk menyerahkan Body Crystal.

Hamazura meletakkan tangannya di sakunya.

Kotak bersih yang berisi Body Crystal itu ada di sana.

(Berengsek…)

Sembari menggertakkan gigi dan menutup matanya, Hamazura Shiage mempersiapkan dirinya.

Dia mengabaikan obengnya dan berputar dengan sepenuh tenaga.



Part 9[edit]

Hamazura mengabaikan obeng di telinganya dan berputar dengan sepenuh tenaga.

“Ap-…?”

Tentu saja, Mugino tampak sedikit kaget.

Obeng tersebut menggores masuk ke dalam telinganya. Rasa sakit yang intens meledak di kepala Hamazura dan suara dari telinga kanannya menjadi teredam seolah-olah dia memakai penyumbat telinga. Ditambah lagi, entah kenapa setengah penglihatnnya menjadi sedikit berwarna merah.

Mengabaikan itu semua, Hamazura mengeluarkan kotak Body Crystal dari kantongnya.

Kotak persegi kecil yang mirip dengan kotak ujung pensil mekanik.

Menggenggam itu dengan erat, dia menggunakan sudut kotak tersebut untuk memotong wajah Mugino yang berada di dekatnya.

Mata kanan Mugino hancur seketika, mirip seperti kapten bajak laut.

“Goo….ooooooooooooooooohhhhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!”

Mugino memegang wajah merahnya, basah kuyup oleh darah, dan terhuyung-huyung kebelakang.

Melihat itu, Hamazura memberikan senyum yang senyap.

“Telinga Level 0 untuk mata Level 5, huh?... Transaksi yang cukup bagus, ya 'kan?”

Dengan kata-kata itu, wajah Mugino langsung terbenam dalam kemarahan.

“Hamazuraaaaaaa…!!”

Sebuah kilatan cahaya terang membengkak keluar.

Lengan kiri Mugino Shizuri telah meledak dari pergelangan tangan sampai siku seolah-olah telah meleleh. Cahaya terang yang dihasilkannya diarahkan kepada wajah Hamazura Shiage. Dia menembakkan Meltdowner tanpa memedulikan pembidikan yang tepat.

“…!!”

Hamazura mengayunkan kepalanya ke samping tepat sebelum serangan itu mengenainya.

Itu adalah murni keberuntungan yang menyebabkan dia berhasil menghindari serangan yang hebat tersebut.

Mugino menjulurkan lengan kanannya yang berdarah, mendorong Hamazura yang telah kehilangan keseimbangannya hingga jatuh, dan kemudian menaiki tubuhnyaa. Kotak Body Crystal terlepas pada dari tangan Hamazura dan jatuh ke lantai dengan bergemericing, tetapi Mugino sudah tidak peduli lagi dengan kotak itu.

Dia menatap wajah Hamazura dengan mata kirinya yang tersisa dan berteriak dengan suara penuh amarah.

“Ini tidak ada hubungannya!! Ini sama sekali tidak ada hubungannyaaaaaaaa!!!! Telinga? Mata? Kau bisa merobek tangan dan kakiku dan menghancurkan organku, tapi kau tidak bisa mengubah perbedaan kekuatan kita!! Aku adalah si Level 5!! Terkuat nomor 4!! Si Meltdowner!! Jangan begitu bangga dengan dirimu, kau bedebah!! Aku dapat membunuh Level 0 sepertimu 100 kali tanpa menggerakkan satu jari puuuuuunnn!!!”

Busa tersemprot dari mulut Mugino dan dia memegang leher Hamazura dengan tangan kanannya. Jika dia mengaktifkan kekuatannya sekarang, kepala Hamazura pasti sudah musnah.

Hamazura tersenyum, sementara lehernya digenggam seperti kaleng minuman.

Dia mulai santai seakan-akan telah pasrah pada suatu hal.

“…Kau tahu, aku bukan seorang idiot. Aku sudah tahu bahwa ini akan berakhir seperti ini,” kata Hamazura sembari mendengarkan nafas terengah-engah Mugino. “Kau adalah tipe orang yang tidak tahan jika kau tidak bisa menyelesaikan suatu video game tanpa keakuratan 100%. Jika kau melakukan kesalahan, walaupun itu sangat kecil, kau akan mengamuk dan tidak akan menerima itu bahkan jika kau berhasil tamatkan game-nya.”

“Ah?”

“Ketika orang seperti itu melakukan kesalahan kecil, mereka akan menemukan tujuan lain untuk menutupi kesalahannya tadi. Ketika kau tidak mampu mendapatkan keakuratan 100%, kau malahan akan memburu skor tertinggi dan terpuaskan dengannya…. Tidak ada alasan untuk terobsesi kepada Level 0 sepertiku. Kau seharusnya sudah menggunakan kekuatan Level 5 milikmu yang sangat kau banggakan itu untuk menembak mati diriku dari jarak jauh.”

“Dengan kata lain,” Hamazura tersenyum sambil berbicara, “obsesi menggelikanmu terhadap kemenangan itulah yang menyisakan celah menguntungkan bagiku.”

Suara logam terdengar.

Itu adalah suara pistol wanita yang terbang dari lengan baju milik Hamazura Shiage ketika dia meregangkan lengannya.

“Ap-…?”

Sebelum Mugino sempat mengatakan apapun, Hamazura menarik pelatuknya.

Dor dor dor!! Dengan suara tembakan itu, beberapa lubang terbuka di badan atas wanita itu. Hamazura terus menarik pelatuknya sampai dia kehabisan peluru dan bahkan dia tetap melanjutkan menggerakkan jari telunjukknya untuk beberapa saat setelah pelurunya habis.

“…”

Mugino melihat tubuhnya yang berdarah-darah dengan syok.

Tidak lama, dia goyah ke samping, roboh, dan berhenti bergerak.

“Itu tadi terlalu mudah, Level 5,” kata Hamazura sembari bangkit seolah-olah dia menarik tubuhnya yang babak belur.

Dia memungut kotak Body Crystal yang telah jatuh ke lantai dan menaruhnya kembali ke sakunya.

Jika Hamazura Shiage mengeluarkan pistolnya dari awal, dia tak akan menang. Mugino akan dengan mudahnya menggunakan kekuatannya untuk berlindung dari tembakan tersebut. Itulah kenapa dia harus menunggu menggunakan handgun tersebut sampai detik terakhir yang menentukan. Dia tidak mengeluarkan pistol miliknya bahkan ketika dia ditusuk oleh obeng tadi, itu semua karena dia menunggu agar Mugino lebih mendekat, mengendorkan penjagaannya karena mengira Hamazura tidak memiliki senjata yang layak.

Sebelumnya, pemimpin Skill-Out, Komaba Ritoku, tinggal selangkah lagi dari menghabisi Level 5 terkuat Academy City dengan menyegel kekuatannya. Demikian pula dengan Hamazura.

Dia memasukkan jari kelingkingnya ke telinga kanannya yang terluka.

Gendang telingannya tampaknya tidak mengalami kerusakan. Dia menarik gumpalan darah yang menyumbat telinganya dan pendengarannya sedikit membaik.

“…Sial, itu tadi adalah benar-benar urusan yang menyusahkan,” dia mengatakannya dengan syok dan mulai meninggalkan tempat itu.

“…mazura..”

Rasa syok merayap di punggung Hamazura ketika dia mendengar suara yang mendengung dari dalam neraka.

Dia perlahan menengok dan…..

“Hamazuraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa………….!!!!!!!”

Seoarang wanita dengan lubang merah gelap di sekujur tubuhnya, lengan kiri sampai sikutnya lenyap, dan mata kanannya hancur, masih bisa berdiri dengan paksa. Sebuah cahaya putih yang tampak tidak sehat terbang dan mengumpul di sekitar tangan kanannya. Dia kelihatannya sedang memutar-mutarkan meriam berkecepatan tinggi gelombang partikel di tangannya. Satu hantaman saja oleh benda itu, pasti akan meledakkan Hamazura Shiage.

Tidak ada peluru tersisa di pistol wanita di tangan kanannya.

Itulah kenapa Hamazura tidak bergantung pada pistol.

“Oooooooooooooooohhhhhhhhhhhhhhh…!!!!!”

Melemparkan pistolnya, dia tanpa ragu berlari menuju Mugino.

Lengan mereka berpapasan.

Jika dia punya keragu-raguan bahkan sedikitpun, itu akan menciptakan lubang pada serangannya.

Tetapi Hamazura Shiage telah meneguhkan hatinya. Dia datang dengan ngotot, mengepalkan tinjunya sekeras batu, fokus pada wajah musuh yang harus dikalahkannya, dan menyerang sekuat tenaga.

Sebuah suara yang dahsyat bergaung.

Tenaga menghilang dari tubuh Mugino Shizuri dan dia roboh ke tanah. Cahaya putih menyeramkan di tangan kanannya tersebut menghilang di udara seolah-olah lenyap seketika. Tidak ada lagi tanda-tanda bahaya.

Hamazura memungut pistol wanita yang dilemparnya tadi dan melihat kearah Mugino sembari mengambil HP dari sakunya. Dia menelepon nomor Yomikawa. Dia mempunyai nomor tersebut karena Yomikawa telah memberinya, sambil mengatakan akan memberikannya bimbingan jika dia butuh seseorang untuk diajak berbicara.

“Ini Hamazura. Backup Anti-Skill tidak dibutuhkan lagi.”

Dia berjalan melewati lantai yang hancur dan menuju pintu keluar sambil berbicara.

“Benar. Ini semua telah berakhir.”



Part 10[edit]

Hamazura meninggalkan plantasi bahan bakar bioetanol di Distrik 3. Beberapa anggota organisasi bawahan ITEM sedang menunggu di luar untuk memusnahkan bukti-bukti peristiwa ini, tetapi tak ada satupun yang mencoba untuk menghentikannya. Bagi mereka, Hamazura adalah orang yang telah mengalahkan esper Level 5 terkuat ke-4 di Academy City. Mereka tidak mau menghentikannya dengan sembrono.

“Yo.”

Sebuah sosok yang berdiri di dekat bangunan itu memanggilnya.

“Hanzou?”

Seorang berandalan dari Distrik 7 tidak punya hubungan apa-apa dengan Distrik 3 yang dipenuhi para celeb. Hamazura meragukan dia berada di sini karena kebetulan. Dia pasti sudah memonitor saluran radio.

“Aku dengar, Hamazura.”

“Tentang apa? Dan seberapa banyak kau dengar?”

“Kau mengalahkan seorang Level 5 sendirian.”

Hamazura terkejut dengan betapa akuratnya informasi yang dimiliki Hanzou, tetapi dia mengucapkan hal lain seolah-olah baru teringat sesuatu.

“Benda itu berguna.”

“Itu?”

“Pistol wanita itu. Jika kau tidak memberikannya padaku, harusnya aku sudah mati.”

“Ha. Kau pasti seorang monster karena telah mengalahkan seorang Level 5 dengan benda seperti itu.”

Hanzou mencabut 2 batang rokok dan memberikan salah satunya kepada Hamazura sembari bicara.

“Lihat? Itu adalah hadiah yang bagus. Dengan prestasi seperti itu, kini tak ada seorang pun yang dapat meragukanmu. Walaupun kupikir pada dasarnya tidak banyak juga orang yang membencimu.”

“…"

“Kembalilah, Hamazura. Ada banyak orang menantimu.”

“Ma’af.” Hamazura menyalakan rokoknya dan tersenyum ringan. “Aku punya sesuatu yang harus kulakukan.”

“Tch. Itu membuatku iri.”

Hanzou mengatakan itu, namun dia tidak memaksa Hamazura lebih jauh. Hamazura telah menghadapi monster seperti Mugino Shizuri sendirian. Hanzou dapat merasakan perubahan pada kondisi mental Hamazura karenanya.

“Oke, terserah. Aku akan mengonsolidasikan Skill-Out setelah ini.”

“Maaf, Bro.”

“Tapi jangan lupa. Aku akan tetap menjaga posisimu terbuka. Sekali kau selesai dengan apa yang harus kau lakukan, kembalilah.”

Mereka berdua bicara, tersenyum, beradu kepalan tangan dengan ringan, dan lantas berpisah.



Di Antara Baris 4[edit]

Setelah berdiam di kamar hotel selama sekitar satu jam, si cewek bergaun kembali ke salah satu tempat persembunyian SCHOOL. Kakine Teitoku, si Level 5, disana.

“Oh, dari mana saja kau?”

“Cuma mengumpulkan uang. Ilmuwan itu mengerikan seperti biasanya. Mereka memastikan untuk menghitung sampai ke nilai dasarnya; mereka tidak memberimu tip sama sekali.”

“Hmmm. Satu jam tidaklah terlalu lama.”

“Bukannya aku melakukan sesuatu yang membuatku bersalah. Kami ada di kamar hotel, tetapi kami cuma berbicara sedikit sambil membalik-balik halaman majalah.”

“…Kau tidak melakukan sesuatu yang berbau seksual?”

“Tidak. Aku tidak butuh. Kurasa ini berbeda dari kasus ke kasus, tetapi pelangganku tidak mencari sesuatu seperti itu. Apa kau tahu kenapa lelaki kaya pergi ke toko dan memberi wanita uang? Bukan untuk melampiaskan nafsu seksualnya. Mereka ingin berhubungan dengan orang di luar pekerjaan mereka.”

“Aku sungguh tidak mengerti dunia itu,” kata Kakine.

Cewek bergaun itu berbicara dengan setengah tidak percaya.

“Kau tahu tentang workaholic, 'kan? Orang-orang yang sangat mencintai pekerjaan hingga tidak bisa lepas darinya dan berakhir dengan menghancurkan keluarganya. Bagi orang seperti itu, hubungan yang dibuat dari uang terasa seperti perwujudan dari keselamatan. Uang adalah hasil dari bekerja. Dengan membeli teman dan cinta menggunakan uang, mereka terpuaskan karena mereka pikir mereka membuat relasi dengan usahanya sendiri dan dengan begitu, mereka tidak sepenuhnya tidak cocok dengan komunitas. Aku mengambil uang dan memberi mereka kelegaan dari kompleks mereka.”

“Aku paham," jawab Kakine dengan suara yang benar-benar hampa dari ketertarikan.

Mendengar itu, si cewek bergaun kehilangan keinginan untuk menjelaskan.

“Oh, iya. Kelihatannya, ITEM yang mencari-cari kita telah diberi pelajaran. Ada perpecahan dalam kelompok yang membuat si Nomor 4 Mugino Shizuri tumbang. Sekarang organisasi itu sudah habis.”

“Apa? Pertarungan dalam kelompok? Jadi Mugino memang berhasil kabur dari seranganku… Tapi siapa yang mengalahkan Mugino? Frenda mengambil tawaran kita dan melarikan diri, aku mengalahkan Kinuhata Saiai, dan Takitsubo Rikou tidak memiliki kemampuan bertarung langsung...”

Suara Kakine mengecil.

“Jangan bilang…”

“Ya. Kalau bukan dari anggota inti, pasti seseorang dari organisasi bawahan.”

Si Level 0 yang kembali ke ruangan elevator dan melindungi Takitsubo Rikou muncul di pikiran mereka berdua. Kakine menyiulkan pujian terhadap Hamazura.

Si cewek bergaun menatap Kakine.

“Bagaimana dengan analisis Pinset?”

Kakine Teitoku memakai sarung tangan logam pada tangan kanannya yang memiliki cakar bening pada jari telunjuk dan tengahnya. Mata telanjang tidak bisa melihatnya, tapi di dalam sarung tanga tersebut terdapat semassa silikon yang telah dikumpulkan dari udara. Tentu saja, yang disebut massa ini hanya memiliki panjang melintang 70 nanometer dan memerlukan mikroskop elektron untuk membuktikan keberadaannya.

“Ada sesuatu yang selalu menggangguku sejak dulu,” gumam Kakine sembari membuat gerakan mencapit dengan cakarnya. “Si bedebah Aleister selalu tahu sedikit terlalu banyak tentang aksi-aksi kita. Terlalu banyak jika pengamatan itu hanya dilakukan oleh kamera pengawas, robot pengawas, atau bahkan satelit. Tetaplah suatu misteri bagaimana dia mengumpulkan informasi.”

“…”

“Jawabannya bukanlah sesuatu yang spesial. Dia menyebarkan sekitar sepuluh juta mesin tak kasat mata di seluruh kota untuk melakukan itu. Tidaklah mengejutkan jika dia tahu setiap hal kecil dengan itu.”

Dia sedang membicarakan Underline.

Mesin-mesin ini memiliki tubuh berbentuk bola dengan tiga silia berbentuk kawat di kiri dan tiga di kanan. Tidak berjalan di tanah, mereka mengapung di udara.

Mesin-mesin superkecil itu menggunakan konveksi udara untuk menghasilkan dayanya sendiri, mengumpulkan data tanpa batas waktu, menggunakan sinyal kuantum yang mereka produksi yang ditransmisikan dengan sinar elektron langsung untuk mengoper informasi ke sesama, dan menciptakan sejenis jaringan. Underline adalah satu-satunya jalur informasi langsung kepada bangunan tak berjendela itu, jadi mesin-mesin kecil itu harus menjaga informasi dari kedalaman kota tergelap yang akan mengguncangkan dunia jika dibocorkan.

“Meskipun sudah mengetahui keberadaannya, menemukan masin-mesin mikroskopis tidaklah mudah, dan walaupun kau berhasil menangkap beberapa, tidak ada cara untuk memaksa informasinya keluar. Kau harus membuka alat berukuran nano dan memasangkan kabel padanya. Belum lagi, kelihatannya mengamati sinyal kuantum di dalamnya secara sembrono akan menyebabkan informasi di dalamnya berubah."

Itulah mengapa Pinset sangat diperlukan.

Tidak peduli seberapa kecil nanodevice-nya, alat yang dikembangkan untuk menggenggam partikel elementer tidak akan memiliki masalah. Dengan itu, mengorek informasi dari Underline sangatlah mungkin.

Si cewek bergaun berbicara sambil melihat ke arah Kakine.

“Bagaimana dengan hasil analisisnya?”

“Tepat seperti dugaan,” respon Kakine. “Tidak bagus. Memang benar ada banyak data di Underline, tapi kurasa ini tidak cukup untuk bersaing dengan Aleister pada kedudukan yang sama. Kita harus menambah dorongan lain selain data ini.”

“Jadi, kau benar-benar akan melakukannya?”

“…Ya. Aku akan membunuh Nomor 1 di Academy City. Itu adalah satu-satunya cara. Hanya menjadi Spare Plan[4] tidak cukup jika aku ingin negosiasi dengan Aleister berlangsung lancar. Aku harus menjadi Main Plan[5] yang merupakan pusat dan tak tergantikan.”

“Aku paham,” respon si gadis bergaun tanpa emosi. “Lakukan apapun yang kau mau, tapi aku tidak ambil bagian di pertarungan melawan Accelerator.”

“Ah?”

“Measure Heart milikku mengatur jarak antara hati seseorang. Jadi jika aku mengambil jarak hati orang terdekat dengan Accelerator, aku mungkin bisa membuatnya ragu untuk menyerang.”

“Lantas?”

“Tetapi tidak semua bereaksi dengan menghentikan serangannya bila orang terdekatnya terasa seperti musuh. Beberapa orang menjadi gila dan bahkan akan menyerang lebih keras karena dia merasa orang tersebut telah mengkhianatinya…. Bisakah kita yakin Accelerator tidak akan melakukan itu? Maaf, tapi aku merasa dia akan menyerangku tanpa melihat ke mana aku mengatur jaraknya. Dia adalah terlalu keruh untuk bisa dibaca.”

“Hmmm..,” respon Kakine tanpa tertarik.

Tidak ada kekecewaan di nada bicaranya. Dia pasti memang sudah mengira si cewek bergaun tidak akan membantu banyak dalam pertarungan.

Si cewek bergaun melihat cakar di tangan kanan Kakine.

“Jika kau mendapatkan hasilnya, beri tahu aku. Aku ingin tahu kapan kita bisa bernegosiasi secara langsung dengan Aleister.”

“Pastinya,” kata Kakine, dan cewek bergaun meninggalkan tempat persembunyian SCHOOL.

Kakine Teitoku menatap ke Pinset dan tersenyum dengan santainya.

“…Accelerator, huh?”

Index v15 280-281.jpg



Catatan[edit]

  1. Ukuran apartemen: 3 room, living room, dining room, kitchen. 3 kamar, ruang keluarga, ruang makan, dapur.
  2. lit: Proyek Mei Gelap
  3. lit: Pelindung Ofensif
  4. lit: Rencana Cadangan
  5. lit: Rencana Utama


Previous Chapter 3 Return to Main Page Forward to Chapter 5