Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume14

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ilustrasi[edit]



Chapter 1: Laju Perubahan yang Terlalu Cepat. In_a_Long_Distance_Country.[edit]

Part 1[edit]

Ada sejumlah aula ekshibisi internasional di Distrik 3 Academy City.

Terdapat sambungan langsung rel kereta menuju ke sana dari pintu masuk kota dari negara lain, Distrik 23. Ada banyak fasilitas bagi orang asing di Distrik 3 ini dan tingkat hotel yang ada di sana adalah yang tertinggi di seluruh Academy City. Fasilitas bagi para tamu ditempatkan begitu jauh dari Distrik 23 yang terpusat pada bandara agar para tamu tidak perlu khawatir tentang suara ribut dari pesawat.

Setiap saat, selalu ada sejumlah event yang digelar di Distrik 3.

Ada show kendaraan bermotor yang memiliki teknologi terbaik, show robot yang mempertunjukkan hasil karya teknik mesin murni, dan banyak lagi. Ekshibisi-ekshibisi ini bukan hanya untuk bersenang-senang; tujuan utamanya adalah mempromosikan teknologi terbaru dari Academy City, teknologi yang oleh Dewan Direktur telah dianggap berada pada tingkat yang cocok untuk digunakan di luar kota. Barang teknologi ini dipajang dan perusahaan dari luar kota yang memberikan penawaran terbaik dipilih (Academy City tidak “mencari” perusahaan-perusahaan ini, melainkan hanya “memilih”), dan perusahaan itu akan membayar jumlah besar pada Academy City untuk teknologi itu.

Dan pada hari itu, ada satu show tertentu yang sedang digelar.

Beragam teknologi yang sedang dipajang adalah helikopter serbu tanpa awak, powered suit[1] terbaru, alat penembak runduk dengan sinar ultra-violet yang merupakan senjata optik dengan output tinggi yang menggunakan gelombang cahaya tertentu untuk melukai, membunuh, dan bahkan bisa digunakan untuk pengeboman dari udara. Event itu disebut dengan “Interceptor Show”[2], jadi tidak ada teknologi yang terlalu berbahaya yang bisa dipertunjukkan.

“Phhaa.”

Tarikan napas dalam terdengar.

Itu adalah milik Yomikawa Aiho, yang sedang melepas helm dari powered suit yang dipakainya, di sekitar sudut aula ekshibisi internasional berbentuk kubah itu. Biasanya dia memakai sebuah jersey yang tidak fashionable yang membuatnya menonjol dalam kerumunan dan membuat lelaki-lelaki muda sedikit tidak nyaman, tapi dia terlihat konyol ketika memakai powered suit yang berukuran besar itu.

“Panasnya... Kenapa mendemonstrasikan sebuah powered suit begitu melelahkan?”

Yomikawa terlihat muak dengan apa yang dilakukannya sambil memegang helm itu di lengannya dan melirik seorang wanita yang memakai pakaian dinas di sebelahnya. Wanita itu adalah bagian dari tim pengembang powered suit, jadi biasanya dia memakai sebuah jas lab putih. Karena ini, pakaian dinas terlihat sama tidak-pada-tempatnya seperti pakaian anak-anak pada festival Shichi-Go-San.

“Jangan khawatir. Bukan cuma kau saja. Seluruh aula ekshibisi ini memang panas.”

Di atas pangkuan insinyur wanita itu terdapat sebuah laptop dengan sebuah kartu, yang kelihatan seperti ponsel tipis, yang ditancapkan di sisinya. Layar laptop itu menunjukkan detail-detail dari powered suit itu.

“Itu tidak membuatku merasa lebih baik.”

“Aku memang tidak mengatakannya untuk membuatmu merasa lebih baik. Omong-omong, kenapa ada begini banyak orang di sebuah pertunjukan seperti ini pada hari kerja? Bukankah aula ekshibisi ini sudah melebihi kapasitas?”

“Hari ini adalah hari kerja, jadi ini belum terhitung banyak. Besok, pertunjukan ini dibuka untuk umum, jadi akan jadi neraka seutuhnya.”

“Itu tidak membuatku merasa lebih baik!”

“Aku memang tidak mengatakannya untuk membuatmu merasa lebih baik.”

Yokikawa muram karena perkataan si insinyur dan meletakkan helmnya di atas tanah.

Helm itu memiliki lebar hampir 50 cm (20 in). Kelihatannya kau bisa meletakkan helm itu di atas robot berbentuk drum yang berkeliaran di Academy City. Bagian lainnya dari powered suit itu terlihat seperti baju zirah ala Barat yang sedikit lebih tebal, yang membuat bagian kepalanya terlihat sangat besar.

“Ahh. Kurasa aku akan melepaskan seluruh suit ini.”

Ketika mengatakan ini, Yomikawa mulai menyelip keluar melalui bagian helm suit yang sekarang sudah tak berhelm. Di dalam powered suit itu, dia memakai pakaian warna hitam yang mirip dengan pakaian yang dipakai pasukan khusus.

Dia duduk bersandar pada powered suit yang tak bergerak itu dan mengipasi wajahnya dengan tangannya.

“Benar-benar, kenapa kami harus memakai pakaian berpelindung di dalam powered suit ini? Tidak bisakah kalian membuat pakaian khusus untuk mengoperasikan sebuah powered suit yang lebih memudahkan untuk bernapas?”

“Yah, kau harusnya menyetujui saran kepala proyek untuk keluar dari powered suit dengan bikini seksi. Kau pasti akan mendapat tepuk tangan yang meriah dari pers.”

Nada monoton dari insinyur ini ketika mengatakannya membuatnya kedengaran seperti tidak benar-benar peduli.

Yomikawa menghapus keringat dari wajahnya dengan menggunakan handuk.

“Omong-omong, kenapa kepala proyek itu kelihatan begitu semangat ketika bicara tentang menyuruh seorang wanita mempresentasikan suit ini?”

“Dia punya ketertarikan pada wanita yang melakukan hal-hal seperti itu. Kasihan.”

“Dan kenapa dia pikir seseorang sepertiku mau mmelakukan itu? Aku ini mungkin adalah wanita yang paling tidak halus di Jepang. Ada orang yang membuat kesalahan besar ketika memilihku.”

“Pasti berat menjadi seorang Anti-Skill. Kau terjebak dengan pekerjaan-pekerjaan yang lebih aneh dari seorang anggota JSDF.”

“Kami hanya terjebak untuk melakukan hal-hal seperti ini ketika tidak ada hal lain yang bisa dilakukan. Jadi melakukan hal seperti ini benar-benar menunjukkan betapa damainya suasana sekarang.”

Yomikawa berhenti bicara dan melihat ke sekitar.

Seluruh stan di sekelilingnya memperlihatkan berbagai alat yang digunakan untuk membunuh orang.

Sebelumnya, seluruh senjata yang diperlihatkan pada show-show seperti ini memiliki sedikit tanda bahwa senjata itu diciptakan untuk menghentikan esper yang mengamuk sambil menyebabkan sedikit mungkin kerusakan. Tapi kali ini ada sebuah tank, dan di sebelahnya, sebuah senjata kuat yang bisa menembus tank tersebut dan membunuh orang di balik tank itu.

(Aku cuma bisa memikirkan satu hal yang bisa menjelaskan pergantian fokus yang tiba-tiba ini...)

Yomikawa melirik laptop yang digunakan oleh si insinyur. Layarnya tidak hanya menunjukkan data dari powered suit ketika Yomikawa melakukan demonstrasi, tapi juga ada jendela kecil yang menayangkan siaran televisi.

Yang sedang tayang adalah sebuah acara berita dan pembawa acaranya sedang membaca berita terkini.

“Sekarang ini tepat sebelum fajar di Prancis bagian selatan, di mana sebuah protes religius pecah di kota industri Toulouse. Warga memenuhi beberapa kilometer jalan raya yang jalurnya berada di sisi Sungai Garonne, yang mengalir membelah pusat kota. Lalu lintas yang terhambat sekarang ini menyebabkan efek besar pada infrastruktur kota.”

Rekaman yang ada menunjukkan kota yang gelap itu diterangi api dari obor ketika sejumlah besar orang berkeliling. Pria dan wanita bisa terlihat memegang spanduk-spanduk dengan pernyataan marah yang tertulis dalam bahasa Prancis dan pemuda-pemudi membakar poster-poster Academy City.

Mereka sedang mengikuti sebuah protes; mereka bukanlah gerombolan yang mengamuk tanpa kontrol. Meskipun begitu, puluhan ribu orang yang marah dan berjalan berbaris-baris adalah suatu pemandangan yang mengintimidasi.

“Aksi mereka terpusat di sebuah daerah lokasi banyak perusahaan mobil Jepang. Diperkirakan ini adalah sebuah demonstrasi terhadap Academy City. Sekitar 80% dari warga Prancis dikatakan beragama Katolik Roma, jadi hal yang sama terlihat di kota-kota di seluruh negeri.”

Meskipun begitu, hal itu dengan mudah bisa jadi lebih buruk.

Sementara Yomikawa menonton dari layar itu, berita dari pagi itu diputar kembali.

“Di Dortmund, kota di bagian tengah Jerman, sebuah bulldozer yang diperkirakan telah dicuri ditabrakkan ke sebuah Gereja Katolik Roma dan sembilan orang pendeta di dalamnya terluka. Diperkirakan ini terjadi sebagai respons dari protes-protes yang dilaksanakan, tetapi sampai sekarang belum ada seorang pun yang maju dan mengklaim sebagai orang di balik tindak kejahatan ini. Ketakutan bahwa konflik antara Gereja Katolik Roma dan Academy City akan terus memburuk menyebar ke mana-mana.”

Dia telah melihat berita ini sebelumnya, tapi berita ini masih mengganggunya.

Mirip seperti percikan kecil yang menyebar ke tumpukan jerami. Pergerakan dunia telah berubah pesat dalam beberapa hari belakangan ini. Demonstrasi-demonstrasi yang digelar oleh Gereja Katolik Roma di seluruh dunia dan berbagai reaksi berlebihan terhadapnya terjadi semakin marak.

Dan, seolah-olah sebagai respons dari semua ini, Academy City sekarang sedang menggelar pertunjukan penuh persenjataan ini.

Dilihat sekilas, ini bisa dilihat sebagai pernyataan resmi Dewan Direktur yang mengatakan bahwa mereka tidak akan tunduk pada demonstrasi-demonstrasi itu.

(Tapi semuanya terjadi sedikit terlalu efisien.)

Mengembangkan senjata bukanlah hal yang sama dengan membuat model plastik. Kau harus melamar untuk pekerjaan itu, memperhitungkan dana perkiraan berulang kali, mengajukan agar dana itu diperiksa, menciptakan model percobaan, membangun setiap bagian senjatanya, dan melewati simulasi puluhan ribu kali. Hanya setelah kau mendapatkan hasil yang baguslah baru kau akhirnya bisa merilis sebuah “produk”.

Demonstrasi itu baru mulai memburuk beberapa hari yang lalu.

Tidak ada cukup waktu untuk melalui proses pengembangan senjata yang biasanya berada dalam hitungan tahun.

Yang berarti...

(Academy City memang sudah siap. Mereka telah memprediksikan hal ini akan terjadi dan memutuskan bersiap untuk mengontrol akibat pasca-kejadian dan bukannya menghentikan terjadinya kejadian ini.)

“Sialan,” gumam Yomikawa.

Mungkin bukan Academy City yang menarik pelatuk yang berujung pada perang. Tapi mereka jelas-jelas sedang memanfaatkan situasi ini dengan sebaik-baiknya.

Insinyur wanita yang memiliki laptop itu menghapus keringat dari alis matanya dengan menggunakan lengan kemejanya dan melihat berita di layar tanpa ketertarikan.

“Semuanya sama di tiap saluran. Saat-saat seperti inilah yang membuatku merasa ingin berlangganan saluran yang hanya menyiarkan variety show.”

“...Menurutmu bagaimana situasi ini?”

“Yah...”

Insinyur periset pengembangan senjata itu menarik napas dalam-dalam.

“Aku tidak suka menambah-nambah pekerjaan. Dan harus lembur tanpa dibayar itu lebih buruk lagi.”

“Apa ekshibisi ini begitu berbeda dengan biasanya?”

“Yeah, kepala proyek sangan antusias tentang pertunjukan yang ini. Dia mengatakan sesuatu tentang perlu menggulingkan pemikiran bahwa menjadi sebuah kontraktor militer itu adalah hal yang buruk agar kami bisa memiliki pangsa pasar yang benar-benar baru untuk dikerjakan. Dia juga berbicara terus-terusan bahwa sekarang ini adalah waktu yang bagus untuk menjadi seorang pengembang senjata. Kepala proyek itu begitu semangatnya sampai aku melemparkan es batu padanya untuk mencoba mendinginkan kepalanya.”

“Teknologi yang dipertunjukkan di sini jelas-jelas bukan berada di sini untuk dijual ke perusahaan luar. Jadi ini pasti adalah semacam latihan militer. Kita cuma mempertunjukkan persenjataan destruktif kita pada ‘musuh’ sebagai alat diplomatis.”

“Perusahaan yang sedang kami coba gaet tidak akan mendapatkan barang-barang di sini seperti yang ditunjukkan. Persis seperti senapan dijual di toko-toko dengan fungsi full-auto yang dihilangkan, barang-barang di sini akan dijual setelah dikurangi kemampuannya tiga atau empat tingkat. Senjata-senjata itu akhirnya berada pada tingkat yang baru saja bisa diciptakan oleh teknologi di luar Academy City.”

Yomikawa melirik beberapa pria dengan jas bisnis berbincang sedikit jauh, di sebelah sebuah panggung.

“Dan juga, lisensi untuk membuat bagian-bagian inti dari senjata-senjata itu dijual pada organisasi-organisasi yang bekerja sama dengan Academy City di berbagai negara. Mereka hanya perlu menginformasikan pada kami seberapa banyak yang mereka buat dan di mana senjata-senjata itu diberikan. Benar-benar, kenapa Academy City melakukan hal sejauh ini untuk mengumpulkan uang?”

“Dengan cukup uang, kita bisa memproduksi masal senjata-senjata yang menggelikan. Kepala proyek mengatakan sesuatu tentang robot raksasa yang bisa terbang di luar angkasa. Dia mungkin akan memilih bocah remaja untuk memilotinya.”

“...Kau kedengaran tidak memiliki motivasi.”

“Memang tidak.”


Part 2[edit]

Yomikawa Aiho tidak mungkin tahu, tapi yang ada di tengah konflik besar ini adalah seorang anak laki-laki.

Kamijou Touma.

Selain kekuatan spesialnya, Imagine Breaker, dia hanyalah seorang siswa SMA biasa. Tapi jika apa yang “Kursi Kanan Tuhan” katakan itu benar, dia telah menjadi musuh 2 milyar orang. Ketika dia memikirkan hal-hal yang melibatkannya beberapa bulan belakangan ini dan bagaimana dia menyelesaikannya sedikitdemi sedikit, sebenarnya tidak begitu mengejutkan.

Tapi di mana Kamijou Touma, anak laki-laki yang ada di pusat konflik itu, sekarang?

“Bisakah kau menjelaskan padaku kenapa kau melakukan apa yang kaulakukan?”

Dia sedang dimarahi oleh seorang guru wanita tinggi di ruang staffç

Sebenarnya, bukan Kamijou sendirian yang sedang dimarahi. Aogami Pierce dan Tsuchimikado Motoharu berbaris di sebelahnya.

Dan di belakang ketiga orang itu berdiri Fukiyose Seiri yang wajah marahnya kelihatan bertanya kenapa dia juga ada di sana.

Ruang staff itu penuh dengan meja kantor dari baja dengan berbagai benda terserak di atasnya. Saat itu adalah waktu istirahat makan siang, jadi ada banyak guru di sana. Beberapa sedang memakan bento masing-masing, beberapa sedang menilai ulangan, dan beberapa sedang duduk di atas kuda yang bergoyang-goyang dengan tenaga listrik yang katanya bisa menurunkan berat badan seseorang.

Di antara mereka, ada seorang guru yang tidak melakukan hal-hal seperti yang sudah disebutkan. Oyafune Suama duduk di sebuah kursi putar murah, menyilangkan kakinya yang ditutupi stoking warna beige, menyisir rambut hitamnya yang terlihat sekeras logam, dan memelototi Kamijou dan yang lainnya dengan mata tajam dari balik kaca mata segitiga terbaliknya, yang sepertinya merupakan merk mahal.

“Aku akan memintamu sekali lagi untuk menjelaskan padaku kenapa kau berkelahi dengan penuh tinju dan semangat yang membakar di tempat belajar ini.”

Dia dijawab oleh keheningan.

Pembaca berita bisa terdengar dari TV di dinding.

“Sebagai hasil dari demonstrasi dan protes yang berulang-ulang ini, liga sepakbola Italia mengumumkan bahwa pertandingan pagi ini telah dibatalkan dengan pertimbangan keamanan.”

“Kalian tidak bisa menjelaskan?”

Guru matematika pemakai hanya barang bermerk yang sedang marah itu terkenal di sekolah sebagai guru yang ketat ketika berhubungan dengan disiplin. Kelas Kamijou tidak diajar olehnya, jadi mereka tidak pernah bersilang jalan sebelumnya, tapi dia menangkap mereka hari ini.

Guru kepala dari kelas Kamijou adalah Tsukuyomi Komoe, tapi dia sendiri bahkan tidak bisa lagi mengikuti apa yang terjadi di dalam kelas saat istirahat makan siang itu. Oyafune Suama sedang berjalan melintasi ketika mereka berada di dalam perkelahian dan menyeret mereka ke ruang staff.

Setelah beberapa lama, Kamijou, salah satu dari tiga idiot, mulai bicara.

“Tapi...”

Pandangannya mantap.

“Tapi Aogami Pierce dan aku sedang berdebat yang mana antara gadis kelinci warna merah atau hitam yang lebih baik. Lalu Tsuchimikado datang dan mulai membualkan hal konyol tentang gadis kelinci warna putihlah yang terbaik!!”

Suama jatuh dari kursinya dengan suara keras.

Suara keras itu mengejutkan Kamijou, tapi sepertinya komentarnya telah lebih mengejutkan guru dengan kaca mata pendidik itu.

Guru matematika itu mengalihkan pandangannya dari tiga idiot itu ke Fukiyose Seiri yang berdiri di belakang mereka.

“J-jangan bilang kau juga ikut dalam argumen konyol itu.”

“Aku cuma berusaha membuat idiot-idiot ini diam!! Kenapa aku harus diseret ke sini bersama mereka!?”

Pembuluh wajah di pelipis Fukiyose menggembung ketika berteriak.

Ketika Oyafune masuk ke kelas Kamijou, Fukiyose sedang mengunci kepala Tsuchimikado, menendangi Aogami Pierce ke lantai, dan menyerang Kamijou Touma dengan dahinya yang keras di saat yang sama. Dia sudah jelas yang paling mem-bully di tempat itu.

Sementara itu, Tsuchimikado yang memakai sunglasses warna biru menghadap kedua sisi dan berteriak.

“Nyah! Kelinci putih DFC banzai!”

Aogami Pierce tidak bisa tetap diam setelah mendengar itu.

“Kenapa selalu dada rata!? Dan kau tidak benar-benar suka dengan gadis kelinci! Asal loli semuanya oke untukmu!!”

“Itu benar, Aogami Pierce. Kostum gadis kelinci, leotard untuk senam, atau pakaian renang sekolah, ketika dipasangkan pada keindahan yang adalah seorang loli, perbedaan kecil antara kostum itu bisa dibicarakan kemudian. Jadi argumenku adalah loli itu kelihatan cantik apa pun yang dipakainya, jadi gadis kelinci loli itu adalah gadis kelinci terbaik!!”

“Berengsek!! Jadi kau benar-benar tidak bicara tentang gadis kelinci sama sekali!!”

Tiga idiot itu mulai menggulungkan lengan bajunya untuk ronde dua ketika Oyafune Suama yang masih terbaring di lantai dengan kaca mata dan setelan formalnya mengeluarkan sebuah peluit dari sakunya.

Pweeet!! Suara bernada tinggi meledak dan Saigo-sensei, guru BP yang mirip gorilla, mendatangi mereka dari bagian belakang ruang staff.


Part 3[edit]

Pada akhirnya, Kamijou dan yang lainnya dipaksa untuk mencabuti rumput liar di belakang gym.

Daerah itu adalah daerah lembab yang tidak pernah disinari, tapi sepertinya rerumputan liartumbuh cukup subur di sana. Sekali lihat pada jumlah besar rumput liar warna hijau, dan dia kehilangan seluruh motivatsinya pada tugas itu. Rasanya tidak perlu membuat daerah itu terlihat cantik karena tidak ada orang yang pernah ke sana.

Tapi ada hal lain yang menurunkan motivasinya lebih jauh lagi.

“Sialan. Tsuchimikado dan Aogami Pierce sudah menghilang.”

Hanya dua dari empat orang yang diperintahkan untuk menyiangi tempat itu yang berdiri di sana: Kamijou dan Fukiyose.

Ketika melihat area di belakang gym itu, pundak Kamijou merosot. Dari balik dinding gym yang tipis, dia bisa mendengar suara enerjik dan gembira dari tim voli dan tim basket yang menikmati aktivitas usai sekolah mereka. Hal itu hanya membuat belenggu mental dari tugas yang keras itu terasa semakin berat.

Meskipun begitu, mengeluh tentang hilangnya Tsuchimikado dan Aogami Pierce tidak akan membuat rumput liar itu pergi.

Kamijou membawa sebuah gerobak sorong untuk memindahkan rumput yang sudah dicabut ke tempat pembuangan dan memasang sarung tangan tukang.

“Kau tahu, ketika hukuman ini selesai, kita akan melewati batas waktu yang dibolehkan bagi siswa untuk berada di sekolah. Lebih baik kita bekerja dengan santai sampai mereka mengusir kita.”

“Kalau saja kita bisa meminta bantuan seorang Pyrokineticist[3]. Kita akan segera menyelesaikan ini,” kata Kamijou mengeluh lebih jauh.

Fukiyose mengeluh tentang dihukum bersama dengan yang lain sambil mencabuti rumput liar dengan lebih efisien dari Kamijou.

Ketika Kamijou lelah mencabuti rumput setelah sekitar 5 menit, dia mencoba membuka pembicaraan dengan Fukiyose yang menunduk bekerja mencabuti rumput beberapa meter jauhnya.

“Hey, Fukiyose.”

“Apa?”

Pasti Fukiyose juga bosan, karena dia dengan cepat masuk ke pembicaraan itu.

Kamijou berbicara sambil terus bekerja.

“Midterm bulan Oktober sudah dibatalkan, tapi kau tetap menghabiskan seluruh waktu luangmu dengan belajar sendiri. Kenapa?”

“Pertanyaan macam apa itu?” respon Fukiyose. “Tanpa midterm, nilai semester dua kita akan menentukan pada ujian akhir. Dan bahan ujian itu akan menjadi dua kali lipat yang seharusnya. Itu berarti kita harus belajar lebih keras lagi.”

“...”

“Dan sebelum kau meminta: Aku tidak akan membolehkanmu melihat catatanku.”

Kamijou begitu senang karena mereka tidak akan mengikuti ujian midterm, jadi sikap tak peduli Fukiyose seperti mengusap garam pada luka.

Ketika menerima luka yang tidak disangka ini, Kamijou masuk ke dalam mode perlawanan.

“H-hmph. Bidang akademis itu bukan segalanya, kau tahu?”

“Kau mengatakan itu seperti aku tidak bisa melakukan hal lain di luar bidang akademik.”

“...Oh, kau bisa melakukan hal lain?”

“Tentu saja bisa!!” Fukiyose berteriak dari hatinya. “Mungkin aku tidak terlihat atletis, tapi aku bisa melemparkan forkball. Walaupun aku tidak begitu peduli pada baseball!!”

“Eh?”

Kamijou mengeluarkan suara bodoh.

“Kemungkinan kau cuma mempelajarinya dari kursus korespondensi atau tahu bagaimana cara forkball menjaga kesehatanmu atau semacamnya.”

“B-Bagaimana aku mempelajarinya itu bukan masalah; yang penting aku bisa melemparnya atau tidak! Jadi berhenti melihatku tidak percaya seperti itu dan akan kutunjukkan padamu!!”

“Yeah, tapi kita tidak punya bola.”

Kamijou mengatakan itu karena terkejut, tapi kemudian Fukiyose Seiri mengeluarkan sebuah bola besar dari dalam kantung roknya.

“Kau harus lebih mempersiapkan diri!!”

“...Um, di bola itu tertulis ‘remas bola ini 100 kali tiap hari untuk memberikan dirimu gelombang α yang menyehatkan’”

Kamijou benar-benar terkejut, tapi kelihatannya Fukiyose tidak peduli. Dia terlihat cukup semangat dengan permainan ini dan sedang menggesek-gesekkan kakinya ke tanah untuk menghaluskan tanahnya.

Sekarang mereka punya bola, tapi tidak ada sarung tangan catcher. Tetapi sepertinya Kamijou tidak punya banyak pilihan lain, jadi dia memasang sarung tangan tukang berlapis-lapis dan berjongkok sedikit jauh dari Fukiyose seperti yang dia lihat dari catcher-catcher.

Kamijou berbicara dalam monoton nyaris seperti sedang menghela napasnya.

“Oke, silakan Fukiyose.”

“Oke, Kamijou. Perhatikan lemparan 150 km/h kuat dan cepat ini dan jangan jatuh!!”

Forkball dengan kecepatan 150 km/h!? Aku mau tumbang karena syok mendengar gertak sambal itu!!”

Kamijou gugup.

Fukiyose kelihatan begitu semangat melakukan ini ketika dia menggenggam bola putihnya dan menggerakkan tubuhnya ke posisi pitching.

Dia sedang membangun tenaganya ketika Kamijou berteriak.

“B-ber-berhenti, Fukiyose!!”

“Apa!?”

Fukiyose berteriak sambil goyah dalam pose pitching-nya yang terganggu.

Kamijou ragu bagaimana cara menjelaskan situasinya, jadi dia hanya memberikan inti informasinya saja.

“Rokmu!!”

“...?”

Fukiyose terlihat kebingungan pada komentar ini, lalu dia menyadari arah mana yang sedang dilihat Kamijou. Ketika dia melihat ke bawah ke pinggangnya, dia melihat bahwa kaki yang sedang diangkatnya mengangkat rok pendeknya, membuat celana dalam dengan desain imutnya terlihat.

Fukiyose Seiri melakukan pitching-nya yang kuat dan cepat.

Timing Kamijou salah dan bola karet yang lembut itu mengenainya tepat di perut. Hantaman ini mengeluarkan suara yang sangat keras.

Sambil menggeliat kesakitan, dia berbicara dengan nada bergetar.

“...I-itu bukan forkball. Lemparannya benar-benar lurus...”

“Yang tadi tidak dihitung!!”

Fukiyose menyatakan itu dengan tenaga yang sedikit terlalu banyak untuk mencoba membodohinya dan mengambil bola itu lagi.

“Kali ini akan jadi forkball. Bolanya akan bengkok ke bawah, jadi rendahkan tanganmu.”

Fukiyose kembali ke mode pitching, tapi dia pasti telah mematuhi peringatan Kamijou tentang roknya karena dia menjaga pergerakan kakinya seminimal mungkin.

Mungkin itulah alasan tubuhnya sedikit bergoyang tidak seimbang. Meskipun begitu, dia berhasil memberikan tenaga yang besar pada bolanya. Bola itu menghantam tangan Kamijou yang dibalut sarung tangan dengan suara keras. Tangannya terasa pedas setelahnya, meskipun mereka menggunakan bola mainan dan bukan bola keras yang seharusnya dipakai. Dan juga, Fukiyose tidak melakukan lemparan bawah seperti pemain softball; dia melakukan lemparan atas seperti pemain baseball profesional. Dan lemparannya juga cukup baik.

Kamijou meremas dengan lembut bola yang dia tangkap.

“...Apa bolanya tadi menukik?”

“Iya!! Apa kau melihatnya? Apa kau tidak melihat bolanya menukik tepat di depan tempat batter harusanya berada!?”

“Ehh? Yang tadi itu seperti pitch biasa bagiku.”

“K-Kamijou!! Kau tidak bisa menyadarinya karena kau tidak melihatnya dari perspektif si batter!! Kalau kau memegang bat, kau pasti bisa melihat efek forkball itu seterang siang hari!!”

“Oh? Sekarang kau sudah menantangku, Fukiyose.”

Kamijou tersenyum dan menggenggam gagang plastik sepanjang 50 cm dari sapu kecil yang mereka persiapkan kalau-kalau diperlukan.

“Kuterima tantanganmu.”

Dia menggenggam sapu itu seperti bat baseball dan mengayunkan ujungnya dengan gerakan pergelangan tangannya seperti sedang mengukur timing-nya.

Sementara itu, Fukiyose menangkap bola yang dilemparkan dengan pelan oleh Kamijou, dan seringai menantang muncul di bibirnya.

“Kau pikir kau bisa memukul bola yang dilempar oleh pemain liga utama sepertiku? Konyol.”

“Akan kupukul sampai homerun.”

“Kalau begitu kau akan kuberi tahu rasa malu dikalahkan forkball yang sebenarnyaaaaaa!!”

“Bolanya akan kupukul ke luar lapangaaann!!”

Fukiyose melemparkan bola putih itu.

Bola itu terbang melintasi di udara.

Jika Kamijou menunggu untuk melihat apa bolanya akan menukik atau tidak, akan terlambat untuk bisa memukulnya.

Sambil mengukur niat sebenarnya dan kemampuan sesungguhnya milik Fukiyose, dia mulai bergerak.

Tenaga dan ketegangan mengaliri tubuhnya.

Dia menghitung timing-nya, mengeluarkan napas pendek, mengumpulkan tenaga di kakinya, mengayunkan pinggangnya seiring dengan pergerakan kakinya, dan mengayunkan sapu di tangannya sekeras yang dia bisa.

Dan...


Part 4[edit]

Dar;i setelan dan kaca matanya hingga ke stokingnya, Oyafune Suama dipenuhi pakaian bermerk. Dia adalah wanita yang mengetahui keuntungan yang diberikan oleh kecantikan seseorang.

Dia tahu ini karena dulu dia adalah orang yang berada dalam posisi tidak menguntungkan karena tidak cantik.

Tapi siapapun bisa mencapai tingkat kecantikan tertentu jika berusaha. Teori Suama adalah: kau mungkin tidak bisa menjadi “yang terbaik di antara yang terbaik” atau bahkan “berada di antara yang terbaik” dengan usaha keras saja, tapi paling tidak kau bisa menjadi “lebih baik dari kebanyakan orang”. Dan sebagai seorang yang “lebih baik dari kebanyakan orang”, kau bisa merasakan berkah yang diperoleh orang cantik.

Menjadi orang cantik itu menguntungkan.

Murid-murid mendengarkannya ketika di kelas, guru-guru lain tidak melihat rendah padanya, dan orang-orang memberikan kursi mereka padanya di kafetaria ketika tidak ada kursi yang kosong. Dan semua itu adalah hasil dari menghaluskan tubuhnya luar-dalam dengan mandi beberapa kali sehari, mengoleskan lotion ke wajahnya sebelum tidur, sarapan setiap hari, menjaga berat badannya agar tidak mempengaruhi kulitnya, menghabiskan waktu lebih dari satu jam tiap pagi untuk merias diri, dan menghabiskan sejumlah besar uang untuk membeli pakaian ala Barat dari majalah dan internet.

Ketika jam sekolah berakhir, Oyafune Suama selalu sangat khawatir apakah riasannya mungkin pudar dan khususnya apakah alis yang diriasnya dengan pensil alis sudah kabur karena keringat. Tapi mood dan sikap seseorang adalah bagian penting dari menjadi seorang yang “cantik”. Jika dia memperlihatkan tanda-tanda khawatir tentang riasannya, “berkah kecantikan” akan berkurang, jadi dia tidak bisa selalu memeriksa cermin kecilnya atau pergi ke kamar kecil.

(...)

Suama perlahan-lahan melihat sekelilingnya.

Dia sedang berada di ruang staff. Pada jam-jam segini, kebanyakan guru-guru telah pergi untuk mengawasi aktivitas klub, jadi biasanya tidak banyak orang di sana. Dia bermaksud untuk memeriksa alis matanya jika tidak ada orang lain di sana, tapi...

“Hoahm. Membuat rencana pembelajaran itu pekerjaan yang berat.”

Mata Suama bergerak ke guru wanita yang kelihatan seperti siswi SD yang duduk hampir di sebelahnya.

Dia adalah Tsukuyomi Komoe.

Melihat gunungan kertas di sekitarnya, jelas bahwa dia sedang mengerjakan material yang melebihi tugas satu orang guru. Guru kecil ini selalu memeriksa data tiap-tiap murit dan memberikan rencana pembelajaran terbaik bagi tiap-tiap murid, tapi sekarang dia juga mengerjakan tugas itu untuk kelas milik guru lain.

Cukup banyak Anti-Skill yang sedang berada di luar sekolah dan melakukan persiapan perang, jadi mereka tidak punya waktu untuk membuat rencana pembelajaran. Ini artinya guru non-Anti-Skill harus membantu mereka.

Suama juga telah terpaksa membuat rencana pembelajaran milik guru lain juga, tapi guru berkaca mata segitiga terbalik itu lebih tertarik pada tubuh kecil Komoe-sensei.

“Sistem kesehatan apa yang kaugunakan untuk menjaga agar kulitmu tetap begitu muda? Bahkan, angka-angkanya tidak cocok.”[4]

“??? Ada masalah apa? Matematikaku cukup bagus, kalau kau butuh bantuan.”

Guru setinggi 135 cm itu dengan cepat berjalan mendekati Suama ketika mendengar suara kebingungannya. Suama tahu bahwa dia harusnya belajar dari guru yang lebih senior darinya, tapi guru yang ini benar-benar terlihat seperti anak SD.

Tsukuyomi Komoe mengambil dokumen-dokumen di atas meja Suama dan mengangguk-angguk ketika memeriksa tiap-tiap dokumen itu.

“Omong-omong, Oyafune-sensei. Kudengar murid-muridku menyebabkan masalah untukmu, jadi aku ingin minta maaf.”

“Tidak, tidak ada masalah.”

“Oh, aku jadi ingat. Aku ingin bicara dengan Kamijou-chan dan yang lainnya. Apa kau tahu di mana mereka? Sepertinya mereka pergi entah ke mana tepat setelah homeroom.[5] Apa kau pikir mereka pulang?”

“O-oh.”

Suama melihat jam yang tergantung di dinding.

Hampir jam enam sore.

Sudah beberapa jam berlalu sejak dia menyuruh mereka mencabuti rumput.

“Sial... Maaf, Tsukuyomi-sensei. Aku akan membawa mereka ke sini sekarang!!”

“Haah. Tapi di mana mereka?”

Oyafune Suama memunggungi guru seniornya dan berlari ke luar ruang staff. Aktivitas klub akan segera berakhir dan murid-murid yang tidak mengikuti klub sudah sejak lama pulang, jadi lorong remang-remang itu hampir sepenuhnya kosong. Ketika dia berjalan menuju pintu masuk khusus staff, kekosongannya membuat hari terasa lebih larut dari waktu yang sebenarnya.

(Tidak, anak nakal yang berkelahi di sekolah tidak mungkin tetap melakukan tugasnya selama ini. Mereka mungkin tidak sedang mencabut rumput di luar sana; kemungkinan besar mereka sudah berhenti dan pergi sejak lama.)

Awalnya dia berniat untuk memeriksa tugas mereka setelah setengah jam dan membiarkan mereka pulang setelah memarahi mereka, jadi dia merasa bersalah. Tetapi, mereka sedang dihukum, jadi dia tidak bisa meminta maaf begitu saja.

Pada saat itu, dia sudah sampai ke pintu masuk khusus staff, memakai pantofel kelas atas, dan dengan cepat menuju bagian belakang gym.

Dan yang dilihat guru matematika itu di sana adalah...

Part 5[edit]

“Hey hey heeey!! Sudah 13-9!! Forkball-mu menyedihkan!!”

Kamijou memegang sebuah sapu pendek di tangannya dan mengayun-ayunkannya sambil memanas-manasi Fukiyose.

“Diam!! Dan jangan anggap 9 kekalahanmu itu tidak ada... Dan kalau aku punya bola baseball yang sebenarnya, semuanya akan berbeda!!

Sejak mereka memberikan peraturan baru di mana yang kalah tiap ronde harus mencabuti rumput sebanyak yang mereka bisa selama lima menit, Kamijou dan Fukiyose menjadi begitu semangat hingga mereka lupa bahwa pekerjaan itu akan jauh lebih mudah jika mereka mengerjakannya bersama-sama.

Kamijou mengayun-ayunkan pemukulnya dengan mood yang bagus, sementara Fukiyose menggenggam bola putih itu dan pundaknya naik turun, napasnya tersengal-sengal. Dia lalu memeriksa jam di ponselnya.

“Cuma ada 30 menit lagi sebelum kita harus keluar dari sekolah... Tapi itu lebih dari cukup untuk membalikkan keadaan ini!!”

“Hey, apa lemparanmu benar-benar menukik seperti seharusnya?”

“Sudah kubilang lemparanku itu menukik! Lemparanku tukikannya gila!! Kenapa kau tidak bisa melihat bolanya tiba-tiba menukik tepat di depanmu!?”

“Eh? Cuma kelihatan seperti jalur parabolik bagiku...”

“Perhatikan lagiiii!!”

Fukiyose berteriak sekeras yang dia bisa dan melempar bolanya.

Sebagai respon untuk bola putih yang melesat ke arahnya, Kamijou memulai gerakan untuk ayunan penuh.

(Forkball...)

Dia akhirnya bereaksi pada kata-kata Fukiyose dan membenarkan jalur sapunya menjadi sedikit lebih ke bawah.

Tapi jalur bolanya tidak berubah.

Bola itu terus terbang dengan lurus.

“Sialan... Lihat? Kau tidak melemparnya dengan benar!!”

Dia mencoba mengembalikan jalur pemukulnya, tapi sudah terlambat.

Bat-nya memang bergerak sedikit ke atas, tapi tidak cukup mencapai jalur yang ditempuh oleh bolanya.

Meskipun begitu, dia bisa mengetahui bahwa gagang sapunya menyentuh ujung bola.

“Gwoohhhhh!!”

Kamijou berteriak, tapi dia bisa merasakan pada pergelangan tangannya bahwa dia tidak berhasil mengenai bolanya dengan utuh.

Bola putih itu menyerempet gagang sapu, jalurnya sedikit terubah miring ke atas, dan terbang ke belakang Kamijou.

(Sial, aku meleset!)

Tidak ada aturan foul dalam permainan ini. Jika bolanya terpukul ke depan, Kamijou menang. Selain itu dihitung sebagai kemenangan Fukiyose. Mereka memutuskan apakah lemparan itu strike atau ball hanya dengan penglihatan saja.

Satu hal yang menjengkelkan adalah siapa yang kalah harus mengambil bolanya lagi. Dan karena yang kalah juga harus mencabut rumput selama lima menit, pergi ke tempat yang jauh untuk mengambil bola adalah tugas yang sangat menyebalkan.

Masih memegang sapu yang digunakan sebagai pemukul, Kamijou mulai memikirkan sebuah rencana.

(Dah. Tadi 13-9, ‘kan? Kurasa aku sudah kalah 10 kali sekarang. Mungkin aku bisa dengan sengaja melama-lamakan waktu mengambil bola selagi aku masih unggul.)

Tapi kemudian dia mendengar suara aneh dari belakangnya.

“...?”

Kamijou tidak tahu apa yang barusan terjadi, tapi hanya dari melihat ekspresi syok Fukiyose saja, dia sudah mulai memucat.

(??? Apa yang ada di belakangku?)

Kamijou berbalik.

Dia melihat kaca mata segitiga terbalik yang dikotori rumput dan tanah.

Oyafune Suama berdiri di sana dan bola putih itu jelas sudah mengenainya tepat di wajahnya.

Bola itu harusnya menenai perut Suama, tapi bat Kamijou telah cukup mengubah jalur bolanya hingga meluncur tepat ke wajah Suama.

“...”

Oyafune Suama menarik napas panjang dalam-dalam, tapi tubuhnya jelas-jelas gemetar marah.

Ketika Kamijou mulai panik, semua sudah terlambat.

Suama menerjang maju ke arah Kamijou dan tinjunya mengayun ke arah Kamijou. Kamijou menunduk minta maaf tanpa menyadari apa yang dilakukan Suama dan dengan ajaib berhasil menghindari tinjunya. Penuh amarah karena bola yang mengenai wajahnya dan karena memukul udara kosong, guru matematika itu menginjak punggung Kamijou dengan hak runcing sepatunya.


Part 6[edit]

Oyafune Suama bergegas kembali ke ruang staff.

Komoe-sensei pasti sedang pergi entah ke mana karena dia tidak ada di sana.

Suama telah menggunakan sapu tangannya untuk membersihkan rumput dan tanah yang menempel.

(Wah!! Tanah, tanah, TANAH!! Di wajahku, DI WAJAHKU! Oh, tidak! Aku mungkin menghapus alis mataku dengan sapu tangan ini!! Apa yang harus kulakukan!? APA YANG HARUS KULAKUKAN!?)

Dia jelas panik, dan setelah memastikan tidak ada orang lain di ruang staff, dia mengeluarkan cermin kecilnya untuk memeriksanya, lupa untuk pergi ke kamar kecil lebih dulu.

Paling tidak alis matanya tidak apa-apa.

Tapi itu saja tidak cukup untuk menenangkannya.

Yang juga berarti menjadi tidak cantik itu merugikan.

(Biar kulihat. Ada tanah di bajuku. Di sini juga. Dan di sini!! Rambutku berantakan, dipenuhi keringat, dan jahitan stokingku lepas[6] karena berjalan terlalu cepat. Mulai dari mana harus kubenarkan semua ini!?)

Dia mulai dengan melepaskan jas dari setelannya dan menghapus tanah dari blus putihnya. Lalu dia mulai melepas kancing blusnya untuk menggoyangkannya agar tanah yang tidak bisa dibersihkan hanya dengan menyikatnya dengan tangan. Kemudian dia melepaskan stoking warna beige yang lepas jahitannya dan memakai stoking cadangan yang disimpannya di tas. Untuk melakukan ini, dia harus mengangkat roknya yang ketat, tapi dia tidak punya waktu untuk memedulikan hal ini. Dia harus kembali menjadi dirinya yang cantik dan sempurna seperti biasa secepat mungkin.

Tetapi...

Tiba-tiba pintu ruang staff mulai bergeser membuka.

Suama sedang mengangkat satu kakinya untuk memakai stoking dan dia melompat terkejut.

“Ah Tunggu. Berhenti!!”

Dia berusaha menghentikannya.

“Eh? Ada apa?”

Kata-katanya jelas mencapai siapapun yang ada di balik pintu, tapi tetap saja pintu itu terbuka.

Kamijou Touma berdiri di sana.

Bagian depan blus Oyafune Suama terbuka, jadi bra warna hitamnya kelihatan. Dan juga, rok ketatnya masih terangkat untuk memakai stoking.

“Ky-“

Dia nyaris berteriak, tapi menghentikannya.

Sebagai gantinya, tangannya diulurkan ke mejanya, mengambil penggaris segitiga magnetis berukuran 50 cm dan melemparkannya sekuat tenaga ke arah pintu masuk ruang staff.

Kamijou menutup pintu dengan membantingnya dan ujung penggaris segitiga itu menancap di pintu seperti shuriken.

Bagian lain dari penggaris segitiga itu bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan.

Suama mendengar Kamijou berteriak dari koridor.

“Waaaaahh!! Apa kau mencoba membunuhku!?”

“Kenapa kau membuka pintunya setelah kusuruh berhenti!?”

Setelah dia selesai memakai stokingnya, menutup bagian depan blusnya, dan memasang jas setelannya yang tadinya tergantung di punggung kursinya, dia keluar menuju lorong.

Tapi dia mendengar suara koyakan dari pahanya.

“...”

Suama melihat ke pahanya untuk melihat apakah stoking yang baru saja dibelinya dan dipakainya selama dua menit lepas jahitannya.

“U-um... Permisi...”

Seolah-olah sudah memerkirakan waktunya, Kamijou perlahan membuka pintu ruang staff sekali lagi.

Dia melihat Oyafune Suama yang sedang berdiri dengan kaki yang dikangkangkan, rok yang terangkat, dan sedang membungkuk melihati bagian selangkangannya.

Ini bukan lagi adegan yang tidak boleh diperlihat seorang yang cantik pada orang lain; ini adalah adegan yang tidak boleh diperlihatkan seorang wanita pada orang lain.

“!!”

Kali ini guru matematika itu tanpa suara mengambil busur raksasa yang dipakai untuk papan tulis dan melemparkannya ke arah pintu. Peralatan mengajar lain sekarang menancap ke pintu yang sekali lagi tertutup.

Suara gemetar datang dari arah lorong.

“Aku cuma ingin menjelaskan kenapa aku tadi masuk!!”

“Alasan apa yang kau punya untuk membuat situasi ini bahkan lebih buruk seperti itu!? Jelaskan alasanmu sesingkat mungkin!!”

“Um, waktu yang diperbolehkan untuk tetap berada di sekolah sudah hampir lewat. Bisakah kami berhenti mencabut rumput sekarang?”

“Cuma itu!?”

Urat nadi di pelipis Oyafune Suama menggembung. Dia mengambil kompas raksasa yang digunakan untuk papan tulis dan berlari keluar dari ruang staff, berniat untuk memukul murid bermasalah itu dengan kompasnya.

Tapi Kamijou Touma sudah menghilang.

Dia melihat sekilas sebuah figur yang berlari ke arah tangga di sudut koridor.

“Apa yang terjadi di sini...?”

Suama menggumamkan kalimat itu dalam kelelahan, tapi tidak ada orang yang ada di sana untuk mendengarnya.


Part 7[edit]

“Sial... Kupikir aku benar-benar akan mati.”

Kamijou meninggalkan sekolah dan bicara pada dirinya sendiri selagi berjalan lesu di jalan pulang yang gelap.

Saat itu Oktober, jadi jam-jam sekarang ini mulai dingin. Itu mungkin yang menyebabkan kenapa rasanya tidak banyak orang yang berada di luar seperti pada musim panas. Dia bisa mendengar suara yang datang dari balon udara yang melayang di langit yang muram, sebuah pengumuman yang memberikan peringatan tentang kebakaran karena udara yang kering.

Kamijou berjalan di trotoar dengan perlahan, menghindari robot-robot pembersih dan memikirkan apa yang akan dimasaknya untuk makan malam. Dia memutuskan untuk pergi ke mal di dekat stasiun kereta karena dia sedikit khawatir makanan di kulkasnya tidak cukup. Ada supermarket yang lebih murah yang jaraknya sedikit lebih jauh, tapi jika dia tidak akan pulang tepat waktu jika dia pergi ke sana. Jika itu terjadi, Index akan menjadi gila di dalam kamar asramanya karena perutnya yang kosong.

Ketika menuju stasiun, dia melihat seorang gadis berambut coklat yang memakai seragam SMP Tokiwadai. Misaka Mikoto.

Dan dia sedang menendang sebuah vending machine dan memiringkan kepalanya kebingungan ketika tidak ada yang keluar dari dalamnya.

Melihat ini, Kamijou dengan cepat berbalik 180 derajat dan bergegas pergi.

“Menghindari bahaya itu adalah yang terbaik. Kata orang, biarkan anjing yang tidur tetap berbaring.”

“Apa maksud kata-katamu itu?”

Ketika komentar lepasnya pada dirinya sendiri mendapat respon dari belakangnya, punggung Kamijou menegak ketakutan.

Dia dengan hati-hati berbalik 180 derajat lagi dan melihat Misaka Mikoto yang berdiri di sana dengan wajah kebingungan.

“Uuh...” Kamijou menghela napas pendek penuh penderitaan. “Tolong maafkan aku...”

“Aku bertanya apa yang kau maksud dengan kata-katamu tadi.”

“Aku begitu capek karena mencabut rumput dan semua hal yang terjadi hari ini! Jadi tolong maafkan aku dan jangan tambah masalah untukku lagi!!”

“Sekali lagi. Apa maksud kata-katamu itu!?”

Mikoto menahan tengkuk Kamijou, yang mencoba lari dengan kecepatan suara, dan berteriak dari jarak yang sangat dekat dengan telinganya sampai Kamijou berpikir bahwa Mikoto akan menggigit telinganya.

“Kenapa kau selalu memotong percakapan kita di tiap kesempatan yang kaudapatkan!? Kau bahkan belum membalas email yang kukirim padamu. Sini, perlihatkan ponselmu!!”

“Email...? Kau mengirimkan email padaku?”

“Iya!!”

Kamijou memikirkannya sejenak, mengeluarkan ponselnya, lalu membuka kotak masuknya untuk diperlihatkan pada Mikoto, dan memiringkan kepalanya ke samping dengan bingung.

“...Kau mengirimkannya?”

“Kubilang aku mengirimkannya!! Apa? Tidak ada apa-apa di kotak masukmu!? Jangan bilang ponselmu menganggap alamat emailku sebagai spam!!”

Awalnya Mikoto terkejut tentang email miliknya, tapi kemudian dia menemukan kebenaran yang lebih dalam.

Dia mengulurkan tangannya dan menahan tangan Kamijou untuk mencegahnya menekan tombol lain dan memandangi sebuah nama dalam folder email yang diterima Kamijou.

“...Kenapa kau punya alamat email ibuku di ponselmu?”

“Hah?”

(Setelah dipikir-pikir, hari itu aku memang pernah bertemu Misaka Misuzu ketika dia mabuk.)

Mikoto mengernyitkan alisnya dan mulai menekan tombol ponsel Kamijou dengan jempolnya. Dia sedang menelepon Misuzu.

“H-hey, tunggu!”

Telepon Kamijou tidak memiliki opsi loudspeaker, jadi volume ponselnya cukup tinggi. Karena hal ini dan fakta bahwa dia tidak begitu jauh dari Mikoto, dia bisa mendengar dering telepon dari ujung satunya.

“Ya, Ibu? Aku ingin menanyakan sesuatu padamu.”

“Hah? Layarku pasti rusak. Layarnya tidak menunjukkan nomormu, Mikoto-chan.”

Misuzu kedengaran bingung.

Dari apa yang bisa didengar Kamijou dari percakapan Mikoto dan Misuzu, Mikoto sedang menanyakan penjelasan detail kenapa nomor Misuzu bisa ada di ponsel Kamijou.

“Hmm...”

Jawaban Misuzu dimulai dengan perlahan.

“Kurasa aku bertemu anak itu di Academy City pada satu malam...tapi aku sedang mabuk, jadi aku tidak ingat detailnya. Tapi aku tidak tahu kapan nomorku bisa ada di ponselnya. Ha ha ha.”

“Aku mengerti. Begitu.” Mikoto mengangguk kecil dan memutuskan panggilannya.

Dia tersenyum dan dengan elegan mengembalikan telepon itu pada Kamijou.

“Apa-apaan yang kaulakukan dengan ibuku ketika dia mabuuuukkk!?”

“Hahhh!? Kesimpulan gila macam apa itu!? Dan aku yakin ibumu ingat semua yang terjadi! Tawa terakhirnya itu benar-benar membuatnya kedengaran sedang berbohong!!”

Ini adalah satu hal yang harusnya bisa dipikirkan matang-matang dengan mudah oleh seseorang, tapi Mikoto pasti berpikir bahwa ini adalah sebuah krisis yang bisa menghancurkan keluarganya, karena wajahnya memerah dan dia kehilangan ketenangannya.

“Mari ubah hal yang kita bicarakan!!” Kamijou memutuskan untuk mengubah jalur percakapan ke arah lain. “D-dengar! Aku harus mencuci beras untuk makan malam ketika aku kembali ke asrama dan saat ini pasti sudah mendekati jam malam di asramamu! Matahari sudah mulai tenggelam!”

“Apa? Jam malam? Itu sangat mudah untuk dilewati.”

Kamijou ingin mengubur kepalanya ke tangannya karena cepatnya Mikoto memberikan responnya.

Mikoto pasti sama sekali tidak sadar tetang keadaan mentalnya, tapi paling tidak dia berhasil mengubah pokok pembicaraan.

“Tapi memang benar, mereka mulai semakin ketat dalam memeriksa. Mungkin karena semuanya begitu sibuk akhir-akhir ini. Bahkan orang-orang yang tidak pernah membaca koran sibuk memeriksa berita di TV di ponsel mereka dan situs-situs berita di internet.”

“...”

“Tapi kurasa siapapun akan khawatir dengan apa yang sudah terjadi.”

Mikoto kemungkinan besar sedang merujuk pada hal yang terjadi pada tanggal 30 September.

Peristiwa itu telah menjadi pelatuk yang memulai sebuah perang yang tak terlihat.

Peristiwa di mana gerbang menuju Academy City dihancurkan, warga di seluruh kota, tak peduli guru atau murid, “diserang”, fungsi Anti-Skill dan Judgment sebagai penjaga ketertiban publik ditahan sepenuhnya, dan sebuah kawah kehancuran berukuran 100 meter tercipta di dalam kota.

Semua itu tidak terjadi karena satu orang saja. Ini adalah hasil dari sejumlah organisasi dan pemikiran mereka yang beradu. Bahkan Kamijou yang beradaa di tengah semua itu tidak mengetahui cerita seutuhnya. Bahkan, dia meragukan bahwa ada satu orang pun yang mengerti seluruh situasi tersebut.

Dan jika orang yang berada di tengah semuanya merasa seperti itu, hanya sedikit sekali yang akan dimengerti oleh orang yang hanya terlibat ke dalamnya seperti Mikoto.

Mungkin karena Mikoto berada pada jarak yang jauh dari pusat semuanyalah dia merasa bahwa dia bisa menginvestigasinya dari jarak yang aman.

Dan pastinya Mikoto tidak sepenuhnya memercayai cerita resmi bahwa serangan itu dilaksanakan oleh seorang esper yang dikembangkan secara rahasia oleh sebuah grup religius dari negara lain.

Mikoto melepaskan pandangannya dari wajah Kamijou dan melihat ke kejauhan.

Sekitar 500 meter dari tempat mereka berdiri adalah area yang hancur oleh kemunculan seorang “malaikat agung”. Kamijou berpikir bahwa Mikoto mungkin sedang mengingat kembali insiden yang terjadi pada tanggal 30 September itu, tapi hal itu sebenarnya lebih mirip pada “Mikoto sedang memandangi balon udara yang melayang di langit yang muram”.

Siaran berita sedang diputar di layar besar di sisi balon udara itu.

“Sejauh ini demonstrasi dan protes-protes berskala besar yang digelar oleh anggota Gereja Katolik Roma hanya terjadi di Eropa, tapi sekarang demonstrasi-demonstrasi ini juga sudah dimulai di Amerika.”

Rekaman mulai diputar.

Kemungkinan besar, rekaman itu dari LA.

Seharusnya saat itu adalah larut malam di Amerika, tapi yang terlihat pada rekaman itu adalah siang hari.

(Sial. Protes ini menyebar cukup cepat...)

Wajah Kamijou memperlihatkan ekspresi orang yang melihat luka parah.

Persis seperti sesaat setelah dimulainya lomba lari maraton, satu sisi dari jalan tol tiga lajur dipenuhi manusia. Mereka membakar poster-poster Academy City yang mereka buat dan mengoyak-ngoyak spanduk-spanduk Academy City.

Mereka memenuhi jalan-jalan utama selama beberapa jam dalam satu protes untuk menyampaikan betapa marahnya mereka. Mereka tidak membiarkan kemarahan mereka mengambil alih dan berkeliaran menghancurkan seluruh kota.

Tapi suasana ini masih tidak sepenuhnya aman.

Pasti sudah ada perkelahian yang terjadi. Rekaman itu menunjukkan seorang pria dengan darah yang mengalir dari kepalanya sedang bersender pada ambulans. Seorang biarawati dengan memar warna gelap di seluruh wajahnya sedang menyokong seorang pendeta yang tidak bisa berdiri dengan kekuatannya sendiri dan berteriak meminta pertolongan.

Semua orang yang ada di sana hanyalah orang-orang biasa.

Tidak ada di antara mereka yang terlihat seperti memiliki hubungan ke dunia esper dan penyihir.

Memang benar bahwa orang-orang yang mengikuti demonstrasi itu secara teknis adalah bagian dari dunia esper dan penyihir dengan menjadi penganut agama dalam Gereja Katolik Roma. Mereka memakai kalung salib di lehernya dan mereka mungkin bisa membaca hapalan beberapa bagian Injil.

Tapi sulit dibayangkan bahwa mereka memiliki hubungan pada bagian yang lebih dalam dari Gereja Katolik Roma atau mengenal orang-orang seperti Vento dari Depan. Mereka pergi ke sekolah dan mereka pergi ke tempat kerja. Pada akhir pekan, mereka akan bermalas-malasan di rumah dan memasak makanan di halaman belakang mereka yang luas. Mereka adalah orang-orang biasa.

“...Apa yang sedang terjadi?”

Mikoto menggumamkan itu sambil memandangi layar di balon udara itu.

“Aku tidak tahu apa yang terjadi pada 30 September, tapi bukan ini yang kuinginkan. Meskipun mereka mengatakan bahwa insiden itu menyebabkan hal ini, Academy City masih berada dalam damai. Kenapa orang-orang itu berkelahi dan melukai satu sama lain karena ini? Orang di balik semua ini tetap tersembunyi, sementara orang-orang itu menderita. Ini tidak adil.”

“...”

Kamijou mendengarkan kata-kata Mikoto dalam diam.

Orang di balik ini.

Mikoto tanpa sadar memutuskan bahwa ada seseorang di baliknya. Mungkin itulah kenyataan yang dia harapkan. Jika ada seseorang di baliknya, kau bisa menyelesaikan satu masalah itu dan semuanya akan kembali normal. Karena Mikoto memiliki kekuatan hebat yang dikenal sebagai “Railgun”, itu adalah cara yang paling mudah baginya dalam memikirkan situasi ini.

Tapi tidak ada satu orang di balik semuanya.

Memang benar bahwa insiden pada tanggal 30 September yang memulai semuanya disebabkan oleh orang-orang tertentu: Vento dari Depan dan Kazakiri Hyouka. Dan ada “seseorang” di belakang tindakan mereka. Jika peristiwa hari itu dihentikan dengan benar, semuanya mungkin akan berhasil diselesaikan dengan metode yang diinginkan Mikoto.

Tapi situasi saat ini bukanlah percikan yang menjadi asal mula api yang membakar.

Ini adalah api besar yang membara yang dihasilkan oleh percikan tadi.

Ini sudah jauh melewati tahap di mana menangkap orang di baliknya akan menghentikan kejadian ini.

Semua orang yang menggelar demonstrasi-demonstrasi ini adalah orang biasa. Dan mereka tidak terpaksa melakukannya karena perintah seseorang. Mereka membaca koran atau menonton siaran berita dan memutuskan untuk ikut serta karena marah. Mereka hanya sekadar bertindak sesuai kepercayaan pribadi mereka sendiri.

Untuk “menghentikan orang di balik ini”, kau harus memukul setiap orang di seluruh dunia yang ikut serta dalam demonstrasi-demonstrasi ini.

Itu bukanlah solusi nyata.

Tapi bagaimana lagi semua ini bisa diselesaikan?

“...Apa yang sedang terjadi?”

Mikoto hanya mengulangi apa yang dikatakannya sebelumnya, tapi kali perkataannya menembus hati Kamijou.

Ini bukanlah masalah yang bisa dipikirkan jawabannya oleh seorang bocah.


Di Antara Baris 1[edit]

Menara London adalah atraksi turis yang terkenal di Inggris.

Dulu tempat itu dikenal sebagai fasilitas penyiksaan, darah, dan eksekusi yang menjadi perhentian terakhir bagi tahanan. Bahkan dikatakan bahwa sekali kau melewati gerbangnya, kau tidak akan keluar hidup-hidup. Tapi sekarang tempat itu dibuka untuk umum dan hanya dengan harga yang lebih sedikit dari 14 pound (kurang dari harga yang dibutuhkan untuk menikmati teh di restoran pada sore hari) siapapun bisa masuk dan melihat-lihat. Yang ditampilkan di sana bukan hanya alat eksekusi yang bersejarah; kau juga bisa melihat harta karun keluarga kerajaan.

Tapi di saat yang sama, ada “titik buta” yang besar di mana fasilitas itu masih digunakan untuk tujuan aslinya.

Sama seperti bayangan gelap yang disebabkan oleh cahaya terang, orang bisa mendekati Menara London sebagai pelancong; tapi masih terdapat “titik buta” yang seperti labirin. Tahanan masih dipenjara di sana dan mereka disiksa atau dieksekusi tanpa ragu sesuai keperluan. Menara London terkenal karena eksekusinya dan tujuan gelap itu masih dilaksanakan sampai hari ini.

Jika seseorang masuk dari pintu masuk biasa, bagian gelap itu sama sekali tidak bisa dicapai.

Jika seseorang masuk dari pintu masuk rahasia, dia tidak bisa lepas dari bagian gelap itu.

“...Tempat ini sama suramnya seperti biasa.”

Stiyl Magnus menggumamkan itu ketika menghembuskan asap dari rokoknya.

Tidak seperti area yang dibuka untuk turis, area yang digunakan untuk tujuan awal memiliki lorong-lorong gelap dan sempit. Tumpukan batu yang membentuk dinding dinodai warna hitam jelaga dari lampu minyak dan apinya membuat noda-noda itu kelihatan seperti bergerak. Pasti tidak banyak yang dilakukan untuk mengeluarkan kelembaban, karena bagian atas lantai dipenuhi oleh embun-embun dingin.

Gadis yang berjalan di samping Stiyl mulai bicara.

Dia adalah Agnese Sanctis, mantan biarawati Gereja Katolik Roma.

“Jadi kita akan menginterogasi Lidvia Lorenzetti dan Biagio Busoni?”

“Aku ingin menanyakan pada mereka beberapa hal tentang ‘Kursi Kanan Tuhan’. Karena pemimpin unit sepertimu tidak tahu, mungkin akan lebih cepat jika menanyakannya pada VIP seperti mereka.”

“...Apa kau pikir mereka akan memberitahumu? Mereka itu sudah seperti bangsawan.”

“Kau bisa lihat dan pelajari beberapa hal tentang cara kami menangani hal-hal seperti itu di Inggris. Mengajarkan ini tiap anggota Pasukan milikmu itu menyusahkan, jadi kau bisa menjelaskan ini pada mereka nanti.”

Stiyl berhenti di depan sebuah pintu.

Pintu tebal dari kayu yang warnanya menjadi gelap karena kelembaban yang diserapnya.

Dia membuka pintu itu tanpa mengetuk lebih dulu dan ada sebuah ruangan kecil di baliknya. Ruangan itu berbentuk persegi dengan ukuran hanya 3 meter di tiap sisinya. Ruangan ini hanya dipakai untuk “interogasi”, jadi tidak ada alat-alat penyiksaan yang diasosiasikan orang dengan Inkuisisi. Yang di dalamnya adalah sebuah meja yang langsung disekrup ke lantai dan sepasang kursi-dua-orang yang juga ditahan ke lantai.

Ada sedikit bantalan di kursi yang berada di sisi kanan meja.

Di sisi lain, dudukan kursi di sisi kiri meja hanya kayu saja. Dan di sandaran tangannya terdapat sabuk dan fitting logam untuk mengikat lengan seseorang.

Dan di atas kursi-dua-orang di sisi kiri ada dua orang yang diikat.

Mereka adalah Lidvia Lorenzetti dan Biagio Busoni, keduanya adalah orang penting yang memegang posisi khusus di dalam Gereja Katolik Roma.

“Aku yakin kalian tahu apa yang ingin kubicarakan di sini.”

Stiyl duduk di kursi di sisi kanan dan berbicara dengan nada jengkel. Afnese tidak tahu apakah dia harus duduk juga, dan memutuskan untuk berdiri di sampingnya.

Biagio, seorang uskup setengah baya, diikat di kursinya dengan sebuah sabuk. Dia memelototi Stiyl. Pandangan Biagio tidak pernah jatuh ke dirinya, tapi Agnese tetap berjengit karena dia adalah mantan anggota Gereja Katolik Roma. Tetapi Stiyl kelihatannya tidak peduli.

Mungkin ini disebabkan fakta bahwa dia kekurangan tidur hingga membuat pikirannya lelah tapi tidak sampai berpengaruh pada kesehatannya, tapi Biagio tidak terlihat sehat. Rambut dan kulitnya kehilangan kilaunya dan sekarang hanya terlihat kering dan pecah-pecah.

“...Jadi kau ingin bicara. Kalau kau akan ceramah tentang Injil, hari Minggu saja.”

“Beri tahu aku semua yang kau ketahui tentang ‘Kursi Kanan Tuhan’.”

“Keluarkan alat penyiksaan yang begitu dibanggakan Gereja Anglikan. Aku akan menunjukkan pada seorang amatir sepertimu seperti apa ketaatan yang sesungguhnya itu.” Kesombongan Biagio tetap setinggi biasanya.

Sementara itu, Lidvia tidak kelihatan tertarik sedikit pun pada pembicaraan itu. Bukan karena dia berusaha untuk menekan emosinya; dia benar-benar tidak merasa apa-apa yang cukup kuat untuk terlihat di wajahnya. Lidvia mungkin memiliki kesabaran yang lebih tinggi dibandingkan Biagio yang kejengkelannya jelas terlihat di wajahnya.

Ini tepat seperti yang diperkirakan Agnese dan dia tahu bahwa ini akan memakan waktu cukup banyak.

“Jangan remehkan Necessarius.”

Bukan hanya Biagio yang arogan; Stiyl Magnus dengan perlahan menghembuskan asap rokok dan tersenyum kejam.

“Kami tidak begitu peduli apakah kau akan mati karena penyiksaan. Necessarius memiliki cara untuk mengambil informasi dari otak seorang mayat. Walau itu hanya pertanyaan tingkat pertahanan dan tingkat kerusakan.”

Bahkan Agnese merasa ngeri merayap di tulang belakangnya ketika mendengar itu. Biagio pasti mengerti bahwa Stiyl bukan sekadar menggertak, karena dia memberi pandangan jengkel. Dan Lidvia akhirnya juga kelihatan tertarik, dia menggerakkan matanya untuk memandang Stiyl.

Stiyl mulai bicara dengan nada jengkel yang terdengar seperti seseorang yang akan memulai sebuah pekerjaan yang tidak dia nantikan.

“Apa yang kalian sebut dengan ‘penyiksaan’ dan apa yang kami sebut ‘penyiksaan’ itu adalah dua hal yang berbeda. Sebarkan pemikiran konyol seperti itu dan kalian akan mendapatkan bahwa ‘kedamaian dalam kematian’ itu tidak akan cukup di sini. Aku tidak peduli jika kalian melawan, tapi kalian hanya akan mati sia-sia.”

Ada keheningan selama beberapa detik. Biagio terus memelototi Stiyl dan Lidvia mulai berbicara.

“Kami juga tidak peduli dengan ‘hal-hal remeh seperti itu’.”

Pandangannya bertemu dengan mata Stiyl ketika berbicara.

“Tapi ada satu hal yang aku ingin tahu. Seperti apa situasi ‘di luar’?”

Stiyl terlihat bingung oleh pertanyaan itu, tapi kemudian dia ingat.

(Setelah dipikir-pikir, ada laporan tentang itu.)

Lidvia Lorenzetti adalah seorang aneh bahkan di dalam Gereja Katolik Roma, yang akan mengulurkan tangan ke orang-orang yang sudah dibuang oleh masyarakat. Baginya, dipenjara di dalam Menara London tanpa bisa mendengar apa yang terjadi “di luar” membuatnya khawatir sebagai seorang pelindung. Yang dia dengar hanyalah bahwa kekacauan menyebar di seluruh dunia. Setelah mengingat ini, seringai muncul di bibir Stiyl.

“Aku yakin kau bisa menebak apa yang terjadi.”

“...”

Ekspresi Lidvia sedikit goyah. Tentu saja, korban pertama yang jatuh dari kerusuhan dan kekacauan adalah orang-orang lemah yang selalu dia bantu.

“...Hmph.” Di sisi lain, Biagio Busoni adalah tipe orang elitis yang percaya bahwa klerus itu lebih tinggi dari yang lainnya. Dia lebih tertarik pada efek dan hasil dari kekacauan ini dibandingkan kerusakan yang disebabkannya.

Lidvia memandang wajah Stiyl dan berbicara. “Sebagai ganti kerja samaku, aku minta kau melepaskan semua ‘rekan’ku yang ditahan di sini. Aku ingin mereka dilepaskan agar mereka bisa membantu sebanyak mungkin untuk menghentikan kekacauan ini dan memberi perlindungan pada orang lemah yang terjebak di dalamnya.”

Yang bereaksi pada perkataanya adalah Biagio, bukan Stiyl. Lidvia sepenuhnya tenang, sedangkan Biagio tidak berusaha sedikit pun untuk menyembunyikan kejengkelannya. Dia berdecak begitu keras hingga terdengar seperti sedang meludah.

Sementara itu, Stiyl tidak memiliki reaksi nyata. “Apa kau pikir kami akan menyetujui itu?”

“Aku akan membuat kalian menyetujuinya.”

“Bagaimana?”

Setelah Stiyl menanyakan pertanyaanya, Lidvia berhenti bernapas untuk waktu singkat. Kemudian, bibir mulusnya mulai bergerak meskipun dia terikat ke kursi.

“San Pietro elude le trappole dell’imperatore e del mago. (St. Peter melepaskan diri dari genggaman sang penguasa dan si penyihir.)"

Stiyl terlihat kebingungan oleh kata-katanya. Mereka telah mengambil semua benda spiritual dan kalung-kalung magis darinya. Dia harusnya tidak bisa melakukan sihir hanya dengan merapal mantra di sini.

Cahaya bersinar, bukan dari Lidvia Lorenzetti, tetapi dari samping Stiyl. Lebih spesifik lagi, cahaya itu datang dari salib Katolik Roma yang tergantung di leher Agnese.

“Tch!!”

Sebelum Stiyl sempat bereaksi, seberkas cahaya melesat dari salib itu. Berkas cahaya itu mengarah ke Lidvia seperti paku dan menghancurkan sabuk dan fitting metal yang menahan lengan kanannya di kursi.

Lidvia mengambil sepotong patahan logam yang tajam dan mengulurkannya ke arah Stiyl. Lengan mereka berdua bersilangan dengan suara yang terdengar seperti tembakan.

“…”

“…”

Stiyl dan Lidvia diam. Di tenggorokan Stiyl ada potongan logam yang tajam; di leher Lidvia ada sudut sebuah kartu rune.

“…! Lidvia!!”

Setelah sadar dari keterkejutannya, Agnese segera mengambil Lotus Wand-nya[7] yang disenderkan pada dinding, tapi Stiyl menggunakan tangan satunya untuk memberi tanda untuk mengusir Agnese sambil memelototi Lidvia.

Si penyihir jelas sedang menikmatinya. Seolah-olah dia sedang berkata bahwa beginilah harusnya interogasi itu.

“Apa kau benar-benar pikir kau bisa mengambil nyawaku semudah itu?”

“Kalau kau tidak mau melepaskan jumlah orang yang diperlukan, aku tidak punya pilihan lain.”

Lidvia berbicara dengan nada tidak peduli.

“Aku menuntut kalian melepaskan Oriana Thomson agar dia bisa membimbing mereka yang sudah ditelan oleh kerusuhan ini.”

“Kenapa kau tidak memikirkan lagi apakah kau berada dalam posisi untuk membuat tuntutan?”

Suara Stiyl tidak goyah.

Oriana adalah kurir berbakat yang pernah bekerja sama dengan Lidvia.

“Kurir itu tahu tentang situasi dunia. Dan dia datang dengan kesepakatan untuk ‘pemimpinnya Lidvia Lorenzetti agar bisa melindungi yang lemah.’ Gereja Anglikan membuat kesepakatan di mana dia bekerja sama dengan kami untuk sementara. Kalau kau ingin melepaskan dirinya dari itu, kurasa dia sendiri tidak akan menyetujuinya.”

“…”

Lidvia dan Oriana memiliki pikiran yang sama; Oriana bertindak lebih cepat. Dia tetap diam ketika Stiyl melanjutkan bicaranya.

“Jangan sia-siakan apa yang telah dilakukannya. Situasi ini disebabkan oleh Gereja Katolik Roma… bukan, oleh ‘Kursi Kanan Tuhan’. Jadi jika mereka dikalahkan, situasi ini mungkin bisa diselesaikan, benar ‘kan?”

Lidvia tidak merespon. Biagio mendecakkan lidahnya dan memalingkan wajahnya seolah-olah berkata bahwa ini konyol.

Setelah keheningan yang sangat hening dan panjang, Lidvia dengan perlahan membuka mulutnya. “…Apa yang kalian inginkan?”

“Tujuan Necesarrius sudah jelas.” Stiyl kelihatan bosan ketika berbicacra. “Kami ingin menyelamatkan domba-domba tersesat yang telah ditelan oleh kekuatan besar berupa sihir. Tujuan kami tetap sama seperti sebelumnya.”

Lidvia memelototi Stiyl, tapi Stiyl tidak berjengiit. Entah apa yang Lidvia amati pada Stiyl, tapi akhirnya dia menghela napasnya dan merilekskan tubuhnya.

“…Aku tidak pernah bertemu langsung dengan mereka, tapi aku pernah berkesempatan untuk mendengar potongan-potongan informasi tentang mereka.”

Kata-kata Lidvia Lorenzetti bergema di ruang interogasi yang gelap itu. Agnese akhirnya duduk di samping Stiyl dan menghamparkan sepotong parkemen untuk mencatat apa yang dikatakan.

“Dan dari apa yang kudengar, sepertinya ‘Kursi Kanan Tuhan’ itu…”


Catatan[edit]

  1. Pakaian mekanis dengan tenaga listrik, mungkin bisa dianggap sebagai armor semi-robot
  2. lit: Pertunjukan Pencegat, Interceptor biasa merupakan sebutan alutsista yang tugasnya mencegat pesawat atau persenjataan musuh.
  3. Pengendali api...
  4. Antara umur dan wajah.
  5. Tiap kelas ada wali kelasnya, homeroom ini adalah jam pelajaran yang digunakan bagi siswa dan wali kelas untuk membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan kelas masing-masing.
  6. Maksudnya seperti ini, saya ga tahu gimana nulisnya dengan benar. http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Stocking_run.jpg
  7. lit: Tongkat Teratai



Chapter 2: Sebuah Pelatuk yang Menjadi Pukulan Penentu. Muzzle_of_a_Gun.[edit]

Part 1[edit]

Setelah berpisah dengan Mikoto, Kamijou pergi menuju mal dekat stasiun seperti yang direncanakannya sejak awal. Dia melihat bagian barang segar di basement tingkat satu dan memutuskan untuk membeli sayuran yang cukup untuk empat hari karena harganya yang murah hari itu.

(...Hm, bagian yang menjual makanan siap saji kelihatannya populer, sedangkan di bagian daging, sayuran, dan bahan-bahan lainnya tidak banyak orang.)

(Apa sudah semakin sedikit yang memasak sendiri sekarang ini?)

Kamijou memiringkan kepalanya bingung ketika memikirkan ini dan meninggalkan toko itu.

Dia melihat ke atas ke arah balon udara yang melayang di atas, memperlihatkan berita. Sama seperti sebelumnya, berita ini tentang protes-protes di Amerika...atau begitulah yang dia pikir. Berita kali ini sepertinya tentang Rusia. Semua berita yang ada adalah tentang protes-protes yang terjadi, jadi sulit untuk membedakan antara cerita lama dan yang baru.

“...”

Kamijou berhenti untuk berpikir sambil memegang kantung belanjaannya dengan kedua tangan.

Dia tidak bisa mengeluarkan apa yang Mikoto katakan padanya dari kepalanya.

Bukannya tidak ada sebab di balik demonstrasi-demonstrasi dan protes-protes di seluruh dunia; masalah ini terlalu besar dan terlalu banyak penyebabnya, dan karenanya tidak ada cara sederhana untuk menyelesaikannya.

Mikoto mungkin benci karena digunakan dalam insiden tanggal 30 September. Usaha mereka untuk mengembalikan kedamaian malah digunakan untuk membawa kekacauan yang benar-benar lain dari sebelumnya.

Kamijou juga ingin melakukan sesuatu tentang hal ini.

Vento dari Depan yang menyebabkan kekacauan itu memang memiliki alasan untuk melakukannya. Dan Kazakiri Hyouka yang berdiri di titik tengah antara Sains dan Sihir tidak menginginkan kekacauan itu. Yang sekarang melemparkan dunia ke dalam kekacauan adalah sekumpulan orang “dari luar”. Ini jelas salah.

Tapi...

(Apa yang bisa kulakukan...?)

Kamijou menggertakkan giginya sambil memandangi balon udara yang melayang di udara.

(Masalah ini harus diselesaikan. Yang ingin kulakukan sudah jelas, tapi apa yang bisa kulakukan?)

Dia bisa mengontak Tsuchimikado yang mengenal sisi bawah Academy City. Atau dia bisa mengontak Kanzaki dan yang lainnya di Gereja Anglikan. Tapi Kamijou bahkan tidak bisa membayangkan orang sehebat mereka bisa sepenuhnya menyelesaikan sebuah masalah yang sudah tumbuh begitu besar. Dia merasa bahwa bekerja di balik layar untuk mencegah masalahnya menjadi sebesar ini adalah cara mereka manangani mereka hal seperti ni.

(Yah, berdiri di sini tidak akan menyelesaikan apapun. Dan aku bahkan tidak tahu caranya mengontak Gereja Anglikan. Kurasa aku sebaiknya kembali ke asrama dan mengunjungi Tsuchimikado.)

(Dan aku perlu bicara padanya tentang kaburnya dia dari hukuman mencabut rumput.)

(Kurasa memiliki kontak dengan seorang agen seperti Tsuchimikado membuatku berada pada posisi yang lebih baik dari murid kebanyakan...)

Kamijou memaksakan pikirannya ke arah yang lebih positif dan mulai berjalan menyusuri jalan yang remang.

Mungkin karena pikiran yang berputar-putar di kepalanya, tapi kantung belanjaan di tangannya terasa lebih berat dari biasanya. Saat itu adalah waktu di mana semua orang mulai pulang jadi jalanan memang padat, tapi dia masih merasa seperti menabrak lebih banyak orang dibandingkan biasanya. Dia mulai berpikir menyiapkan makan malam dan menyiapkan bak mandi setelah dia sampai di asrama akan sangat menyusahkan dan mulai bertanya-tanya apakah ada resep mudah yang hanya perlu menggunakan microwave atau rice cooker dan melompati bagian paling sulit dalam memasak makan malam. Sepertinya Index akan menggigitnya karena tidak tahan menunggu dan melihatnya memasak makan malam dengan santai seperti biasanya.

Ketika memikirkan semua ini, dia bertabrakan dengan orang lain lagi.

Kali ini seorang wanita tua yang kelihatan seperti berumur 50 atau 60-an.

“Oh, maaf.”

“Tidak apa-apa.”

Wanita itu tersenyum anggun dan menundukkan kepalanya.

Punggungnya tidak bungkuk, tapi tingginya sekitar dua kali lebih kecil dari Kamijou bahkan ketika berdiri. Dia memakai pakaian yang cukup tebal untuk ukuran awal Oktober, dengan sebuah mantel yang terlipat di tangannya yang dilipat dan sebuah syal di lehernya. Kamijou mengasumsikan mungkin dia mudah kedinginan.

Wanita tua itu mengangkat kepalanya yang tadi ditundukkan dan mulai berbicara dengan nada tenang.

“Akulah yang harusnya minta maaf.”

“Tidak, tidak. Akulah yang menabrakmu.”

“Bukan, bukan. Bukan tentang itu.”

Kamijou baru saja akan menaikkan alisnya pada kalimat wanita tua itu ketika dia melanjutkan perkataannya.

“Aku perlu meminta maaf untuk masalah yang akan kusebabkan untukmu sekarang.”

Kamijou mendengar sebuah suara metalik.

Dia menurunkan pandangannya ke tempat suara itu berasal-daerah di depan perutnya.

Tangan wanita tua itu juga ada di sana. Tetapi kain tipis dari mantel yang terlipat di atasnya menyembunyikan area dari sikunya hingga tepat setelah pergelangan tangannya, jadi Kamijou tidak bisa melihat dengan jelas.

Yang dia tahu pasti hanyalah apa yang dirasakannya di perutnya.

Rasanya seperti ujung sebuah tongkat keras dan tubuh Kamijou sedikit menegang karena perasaan itu.

“Maafkan aku. Aku benar-benar minta maaf.”

Wanita tua itu mengatakan kata-kata tersebut dengan perlahan dan menundukkan kepalanya sekali lagi.

Part 2[edit]

Misaka Mikoto tiba-tiba berhenti.

(Nnn...)

Dia sepenuhnya lupa ketika bertemu idiot itu, tapi ada yang ingin dibicarakannya dengan Kamijou.

(...Ichihanaransai.)[1]

Dia ingin bicara padanya tentang event semacam festival budaya yang digelar di seluruh Academy City itu. Hari pembukaan festival tahun ini masih lebih dari sebulan jauhnya, tapi karena hasil buruk dari Daihaseisai[2] (hasil sebenarnya adalah campuran bagus dan jelek, tapi karena inilah dia mulai memikirkannya sejak sekarang), dia merasa bahwa dia harus segera mengambil tindakan untuk memastikan kesuksesan di Ichihanaransai.

(Setelah dipikir-pikir, hampir setengah dari tujuh hari Daihaseisai cuma masalah berturut-turut yang berkaitan dengan idiot itu. Kalau itu yang akan terjadi, aku harusnya mengekang kendalinya dari awal...)

Tentu saja, tindakan yang akan dilakukannya adalah membuat Kamijou berjanji untuk berkeliling di festival bersamanya.

(Kenapa harus berakhir seperti ini? ...Yah, kurasa aku bisa menanyakannya lewat telepon.)

Mikoto memutuskan untuk melakukan itu dan mengeluarkan ponselnya.

Dia mengambil paket pasangan[3] dengan Kamijou di ponselnya pada 30 September, jadi dia memiliki nomor Kamijou di ponselnya.

(Merencanakannya benar-benar menyusahkan, tapi kurasa sekarang cukup berguna.)

Tapi setelah dia menggerakkan kursor ke nomor Kamijou di daftar nomor, matanya terhenti pada tanda antena di layar.

Tidak ada sinyal.

“...!!”

Mikoto melihat sekelilingnya, tapi jalan tempat dia berdiri sebenarnya tidak begitu kecil, jadi dia berlari ke jalan yang lebih besar. Dia memperhatikan tanda antena di ujung layar dan ketika dia mendapat sinyal yang baik, dia menggerakkan kursornya kembali ke nomor Kamijou dan menekan tombol panggil.

Tetapi dia hanya mendapatkan pesan tanpa emosi yang mengatakan bahwa telepon yang ditujunya tidak dapat dihubungi.

Kali ini ponsel Kamijou yang tidak punya sinyal.

“Be-benda ini sulit digunakan... Apa gunanya sebuah ponsel kalau kau tidak bisa menggunakannya untuk menelepon orang lain ketika dibutuhkan!?”

Mikoto menyimpan ponselnya dengan ekspresi kesal di wajahnya, melihat sekeliling, lalu berlari untuk mencari Kamijou.

Belum begitu lama sejak mereka berpisah.

Pasti dia masih berjalan di sekitar daerah ini.


Part 3[edit]

Kamijou dan si wanita tua berjalan bersamping-sampingan menyusuri jalan.

Ada banyak orang di sekitar mereka, tapi tidak ada yang melihat mereka lebih dari sekali. Mereka kelihatan tidak lebih dari seorang siswa SMA yang membawa kantung belanjaan dan seorang wanita tua dengan mantel di atas tangannya. Apa ada yang terlihat lebih tidak berbahaya dari itu?

Kamijou melirik ke samping ke wanita itu tanpa memutar kepalanya, dan wanita itu tersenyum yang kelihatan tidak cocok dengan situasi yang ada.

“Kau tidak perlu segugup itu.”

Dia menyuruh Kamijou untuk mematikan ponselnya dan memberikan sedikit instruksi seperti ke mana Kamijou harus berjalan. Kamijou tidak bisa menolak karena benda yang disembunyikan oleh mantelnya. Dia tidak tahu benda apa sebenarnya itu, tapi dia tahu dia tidak bisa menurunkan kewaspadaannya.

Dia berpikir bahwa dia mungkin bisa membalikkan situasi ini jika dia menunggu kesempatan yang datang dan menyerang wanita itu.

(Tapi aku tidak tahu apa yang dipegangnya... Kalau aku mengambil tindakan yang salah, semuanya bisa berubah dari buruk menjadi lebih buruk.)

Sementara Kamijou memikirkan semua ini, wanita itu berbicara dengan pelan.

“Cukup bersikap seperti biasa. Aku tidak bilang bahwa kau tidak boleh bergerak sama sekali.”

“Yeah, ...Kau bilang begitu, tapi apa yang ada di balik mantel itu?”

“Hatsyuu!”

“Hati-hati!!”

Si wanita tiba-tiba bersin dan Kamijou berteriak tanpa berpikir.

Siswa-siswa lain di daerah itu melihat Kamijou dengan pandangan aneh, tapi pandangan mereka segera pindah ke arah lain.

“Sudah kubilang, kau tidak perlu khawatir. Apa yang begitu kautakutkan?”

“Yang paling utama adalah apapun itu yang ada di balik mantelmu hingga perlu disembunyikan!! Memangnya apa yang kau tekan ke sisi badanku!?”

“Oh, kau tidak perlu khawatir tentang itu. Benda itu tidak akan meletus hanya dengan bersin saja.”

“M-meletus? Jadi benda itu sama seperti yang kupikirkan!?”

“Dan suaranya juga cukup besar. Meskipun ada alat kecil di atasnya yang meredam suaranya.”

“Itu petunjuk yang cukup besar!!”

Perkataan itu membuat Kamijou gemetar ketakutan, tapi wanita tua itu sepertinya tidak peduli.

Ketika Kamijou dikawal, dia sadar bahwa mereka telah meninggalkan distrik perbelanjaan besar, berbelok ke jalan kecil, dan sekarang sedang menuju ke sebuah daerah dengan asrama siswa yang berjejer. Tapi daerah itu bukan daerah tempat asramanya berada. Dan asrama-asrama ini pasti tidak membolehkan hewan peliharaan karena Kamijou melihat beberapa siswi SD berkumpul di depan salah satu gedung dan memberikan kaleng makanan pada beberapa kucing liar.

Kemudian si wanita tua tiba-tiba berhenti.

“Kita sampai.”

“?”

Bahkan setelah mendengar itu, Kamijou tidak benar-benar mengerti apa yang terjadi.

Mereka telah sampai ke sebuah taman untuk anak-anak.

Tempat itu tidak kelihatan seperti daerah yang disisihkan khusus untuk menjadi taman, tapi lebih seperti dibuat hanya untuk mengisi lahan sisa dari proyek pembangunan. Mungkin karena jumlah standar perlengkapan taman bermain yang dipaksakan ke dalamnya, tapi taman itu terasa padat.

(Kenapa di sini???)

Sambil melihat tempat masuk ke taman yang sudah ditelantarkan itu, Kamijou memiringkan kepalanya ke samping dengan bingung.

Paling tidak dia tidak dibawa ke semacam “tempat khusus” seperti yang dia pikirkan setelah seseorang menodongkan sesuatu ke sisinya di jalan.

“Maafkan aku tentang semua ini. Sekarang mari masuk.”

Sambil mengatakan ini, wanita itu terus menodongkan apapun yang ada di balik mantelnya ke sisi tubuh Kamijou. Kamijou tidak punya pilihan lain selain melakukan apa yang disuruhnya, tapi tidak dapat membayangkan apa keuntungan yang didapat wanita itu dengan masuknya Kamijou ke dalam taman.

Mematuhi instrusi si wanita, Kamijou duduk di sampingnya di atas sebuah bangku di ujung taman.

Kamijou tadinya memperkirakan bahwa ada seseorang yang menunggu mereka di taman atau ada seseorang yang akan dating dan menemui mereka di sana, tapi rasanya bukan seperti itu.

Kamijou menunduk sedikit dan meletakkan kantung belanjaannya di tanah. Si wanita tidak menghentikannya. Jika Kamijou punya senjata di sepatunya, dia bisa melawan balik, tapi dia bukan tipe yang mempersenjatai dirinya sendiri seperti ninja.

Dia berpikir untuk melempar batu ke wanita itu, tapi menyadari bahwa jika dia tidak memiliki kesempatan pasti, yang berhasil dilakukannya hanyalah meningkatkan kewaspadaan wanita itu.

Dia memutuskan untuk menyerah untuk saat itu dan kembali duduk.

Lalu dia menanyakan wanita itu sebuah pertanyaan.

“Jadi? Apa yang kau coba mulai di sini?”

“Tidak, tidak. Bukan masalah besar seperti itu.”

Si wanita tua dengan “sesuatu yang besar” yang tersembunyi di balik mantel yang ditodongkan ke sisi tubuh Kamijou tersenyum ketika berbicara.

“Mari kita bicara.”

“Bicara?”

“Ya. Tentang kekacauan besar yang terjadi di seluruh dunia.”

Part 4[edit]

Dia tidak bisa menemukan si idiot itu.

“Aneh...”

Mikoto kembali ke jalan kecil tempatnya tadi berdiri dan memiringkan kepalanya kebingungan sambil terus mencari.

Dia tidak merasa bahwa sudah lama sejak mereka berpisah, tapi Kamijou tidak ada di depan stasiun di mana mereka sebelumnya bertemu, dan bahkan ketika dia mencari di jalan-jalan yang berbeda dari sana, dia tidak bisa menemukan Kamijou.

(Mungkin dia masuk ke salah satu toko di sini.)

(Atau mungkin dia naik kereta atau bus dan pergi.)

(...Sebenarnya di mana asrama si idiot itu? Aku bukan stalker, jadi aku tidak tahu ke mana aku harus pergi untuk bertemu dengannya.)

Karena dia selalu berjumpa dengan Kamijou di jalan, dia rasa asrama Kamijou tidak cukup jauh. Tapi ketika dia benar-benar memikirkannya, dia tidak tahu sedikit pun di mana Kamijou tinggal.

Mikoto melipat tangannya.

(Yah, bukannya aku harus bicara padanya tentang Ichihanaransai sekarang. Aku bisa pergi untuk hari ini.)

Tepat setelah dia memiliki pikiran gembira itu, dia melihat sebuah jalan kecil di ujung penglihatannya dan mulai merasa gugup.

(...Ku-kurasa aku bisa mencarinya sedikit lebih lama lagi.)

Dan dengan itu, dia mengeluarkan peta GPS di ponselnya untuk melihat apakah ada jalan yang belum dia periksa.

Tapi kemudian dia melihat wajah Shirai Kuroko di kerumunan orang yang sedang pulang ke rumah masing-masing.

Mikoto dengan cepat bersembunyi di balik salah satu gedung di dekatnya.

(H-hah? ...Kenapa aku sembunyi?)

Dia menanyakan itu pada dirinya sendiri karena entah kenapa dia punya firasat bahwa dia tidak boleh membiarkan adik kelas berkuncir dua itu melihatnya di sini. Shirai adalah seorang Teleporter, jadi akan sulit bagi Mikoto untuk kabur darinya dengan kedua kakinya jika ketahuan.

Shirai, seorang Level 4, sedang berjalan menyusuri jalan sambil berbicara dengan gadis di sampingnya.

Dari jumlah besar bunga buatan di kepalanya, gadis itu kemungkinan besar adalah Uiharu Kazari dari Judgment.

(...)

Dia merasa dua orang gadis itu sedang berjalan ke arahnya, jadi Mikoto bergerak dari balik gedung ke sebuah jalan kecil di sampingnya. Dia lalu berjalan terus lebih ke dalam lagi.

Dan kemudian dia menyadarinya...

(Hm? Aku tidak tahu jalan ini???)

Dia melihat sekelilingnya lagi, tapi dia tidak mengenali apapun yang ada di sana.

Dia pikir dia familier dengan hampir keseluruhan Distrik 7, tapi ini pertama kalinya dia ada di sini.

Tempat itu adalah area pemukiman biasa di Academy City. Tentu saja, sebagai sebuah area pemukiman Academy City, tempat itu tidak terdiri dari gedung-gedung apartemen atau rumah-rumah; tempat itu adalah sebuah blok berisi asrama-asrama siswa. Barisan gedung bertingkat 5 sampai 10 yang tidak cukup pantas untuk disebut gedung tinggi. Ada area sampah tepat di bawah sebuah kincir angin. Seseorang pasti menggunakan gerakan kincir angin itu untuk mengusir gagak dan merpati dari sana.

Karena di SMP Tokiwadai seluruh makanan disediakan oleh sekolah, wangi hidangan makan malam yang datang dari area itu terasa sangat enak bagi Mikoto.

“...Yah, ini tidak buruk. Aku akan mencari di sekitar sini, lalu cukup untuk hari ini.”

Dia memutuskannya begitu saja, lalu berjalan menyusuri area pemukiman itu.

Part 5[edit]

Kamijou memperhatikan wanita tua itu dengan curiga.

Hanya ada satu hal yang mungkin dia maksudkan dengan kekacauan yang menyebar ke seluruh dunia. Dan itu adalah protes-protes dan demonstrasi-demonstrasi skala besar yang dilakukan oleh pendukung Academy City dan pendukung Katolik Roma.

Tapi...

“...Apa maksudmu kita akan bicara tentang itu? Tidak ada apapun yang perlu kaudiskusikan denganku tentang hal itu.”

“Oh, tapi sebenarnya ada. Aku perlu pendapatmu tentang itu untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.”

“Bukankah kau seharusnya meminta pendapat orang dari PBB atau presiden negara tertentu?”

“Organisasi-organisasi yang berisi negara biasanya lemah terhadap konflik agama dan ideologi.”

Wanita itu berbicara dengan nada yang mulus.

Kamijou tidak menyangkanya.

“Organisasi-organisasi yang biasanya disebut dengan negara punya catatan buruk dalam menyelesaikan masalah seperti ini. Banyak negara yang mengatakan bahwa mereka telah menyelesaikannya, tapi kebanyakan hanya membungkam masalah itu dengan kekuatan militer. Seringkali, ini hanya memperburuk situasi yang terjadi.”

Wanita itu terus berbicara di taman yang sudah ditelantarkan itu.

Ada banyak tipe orang intelek, tapi dia terlihat sangat mirip dengan seorang pengajar.

“Kekacauan yang sekarang terjadi di seluruh dunia ini cukup serius. Tidak hanya masalah ini tidak akan mudah diselesaikan, tapi juga akan menyebabkan masalah-masalah yang lebih buruk lagi. Jika tidak ditangani dengan tepat, ini bahkan akan berujung pada pemberontakan-pemberontakan yang akan melumpuhkan seluruh neagara. Protes dan demonstrasi yang terjadi tidak dihentikan dengan kekuatan militer untuk mencegah itu terjadi. Apa yang negara-negara di seluruh dunia sebenarnya inginkan adalah sebuah contoh cara menyelesaikan masalah sulit seperti ini untuk diikuti. Semua negara itu sedang menunggu negara lain untuk bergerak agar mereka bisa melihat apakah cara itu berhasil dan efek-efek apa yang dihasilkan tindakan itu.”

“...Sebenarnya kau ini siapa?”

Kamijou menanyakan pertanyaannya dengan hati-hati.

Wanita yang duduk di sampingnya tidak terlihat seperti seorang agen yang ahli dalam pertarungan atau pembunuhan seperti Tsuchimikado Motoharu atau Stiyl Magnus.

Caranya berbicara mengingatkan Kamijou pada seorang pengajar, tapi seorang guru biasa tidak akan menyembunyikan senjata di balik mantelnya hanya untuk mengontak Kamijou.

(...Dia kelihatan berbeda dari orang-orang yang pernah kutemui sebelumnya.)

Itulah yang sedang Kamijou pikirkan ketika dia mendengarkan jawaban dari wanita itu dengan waspada.

“Oyagune Monaka.”

Tapi dia hanya memberikan nama panjangnya pada Kamijou.

Dan dia meneruskannya dengan sesuatu yang bahkan lebih mengejutkan lagi.

“Aku adalah anggota Dewan Direktur Academy City. Ini harusnya cukup untuk memberitahumu apa yang perlu kau ketahui.”

“...Apa?”

Kamijou merespon tanpa berpikir.

Dewan Direktur adalah grup yang hanya terdiri dari 12 orang yang mengelola seluruh Academy City. Grup itu pada dasarnya adalah institusi tertinggi di kota itu. Dia pernah mendengar bahwa ada seorang “Pengawas Umum” yang bahkan berada di atas mereka, tapi keistimewaan Dewan Direktur itu benar-benar di luar norma.

Tapi pada saat yang sama...

(...Apa dia benar-benar seperti apa yang dikatakannya?)

Salah satu dari 12 anggota Dewan Direktur Academy City harusnya memiliki penjaga pribadi atau bisa mengontrol Anti-Skill sepenuhnya hanya dengan sebuah perintah. Dia datang sendiri untuk mengontak Kamijou itu aneh. Dan ditambah lagi dengan membawa senjata. Dan juga, sebuah taman kecil untuk anak-anak tidak memiliki skala seperti yang kaupikirkan untuk pertemuan seperti ini.

Sementara Kamijou meragukan perkataannya, wanita yang menyebut dirinya sendiri Oyafune Monaka hanya tersenyum.

“Kau tidak memercayaiku?”

“Oh, umm. Aku cuma sedang berpikir kalau syalmu terlihat terlalu pendek. Kupikir seorang anggota Dewan Direktur harusnya memakai syal yang lebih bagus dari itu.”

Kamijou hanya mengeluarkan perkataan itu dalam kebingungannya, tapi sepertinya ini membuat Oyafune terkejut. Dia tiba-tiba memindahkan satu tangannya ke lehernya dan menyentuh syal miliknya.

“I-ini buatan tangan dari putriku untukku. Aku tidak akan membiarkanmu mengatakan hal jelek tentangnya.”

“O-oh, aku mengerti.”

Kamijou mengangguk canggung, tapi kemudian sesuatu terlintas di pikirannya.

“Tunggu dulu. Putrimu sekarang pasti sudah dewasa. Tapi kalau begitu, tingkat kemampuan seperti itu... Oke, oke!! Aku tidak akan membicarakannya lagi! Kita bisa bicara tentang hal lain, jadi berhenti menggoyangkan apapun yang ada di mantelmu itu!!”

Dia memutuskan untuk berhenti memprovokasinya tanpa tujuan setelah itu.

(Oyafune Monaka. Dewan Direktur.)

Kamijou mengambil kesimpulan bahwa dua informasi itu mungkin tidak benar.

(Tapi dia mungkin mendekatiku dengan nama palsu untuk memberiku beberapa informasi asli. Aku tidak suka digunakan oleh orang lain, tapi selama aku bisa memilih dan memutuskan bagaimana aku melakukan apa yang mereka inginkan, kurasa aku bisa menerimanya.)

“...Jadi apa sebenarnya yang ingin kaubicarakan?”

Kamijou langsung menuju masalah utama dan Oyafune mengangguk senang.

“Sebuah masalah besar sedang terjadi di dunia. Masalah itu adalah sejenis kekacauan yang muncul dalam bentuk demonstrasi dan protes-protes.”

“Aku juga tahu itu.”

“Aku ingin memintamu untuk menyelesaikan masalah itu.”

“Bagaimana?”

Kamijou menurunkan alisnya karena perkataan wanita itu dan bicara.

“Kalau aku bisa menyelesaikannya sendiri, aku akan dengan senang hati melakukannya. Aku yakin ada banyak orang di seluruh dunia yang memikirkan hal yang sama, tapi itu tidak mengubah apapun. Belum ada sedikit pun yang diselesaikan. Kita semua tahu kalau masalah itu harus diselesaikan, tapi belum ada yang menyelesaikannya. Apa kau tahu kenapa?” Kamijou meneruskan tanpa menunggu respon dari Oyafune.

“Karena tidak ada ‘alasan’ atau ‘sebab’ sederhana di baliknya. Tidak ada yang bisa memecahkan soal yang tidak memiliki jawaban. Jadi meskipun orang-orang menginvestigasi masalah ini hanya untuk menunjukkannya pada orang lain, tidak ada yang melakukan apapun tentang masalah ini. Apa masalah ini bisa dipecahkan? Kau pasti tidak sedang menyuruhku untuk pergi keliling dunia dan membujuk setiap orang yang mengikuti protes dan demonstrasi untuk berhenti.”

“Omong-omong...”

Oyafune Monaka merespon tanpa sedikit pun tanda-tanda keraguan.

Sepertinya dia sudah memprediksi pertanyaan Kamijou.

“Bagaimana jika ada ‘alasan’ atau ‘sebab’ sederhana di baliknya?”

“Apa?”

“Itulah kenapa aku bicara dengamu. Aku menginginkan sesuatu yang kaumiliki yang tidak dimiliki oleh seorang pun di PBB dan diplomat negara mana pun.”

“Dan apa itu?”

“Tangan kananmu.”

“...”

Sesuatu yang hanya dimiliki oleh Kamijou Touma.

Dia menurunkan pandangannya ke tangan kanannya tanpa bermaksud melakukannya.

Imagine Breaker.

Pasti itulah yang dia maksud. Tangan itu memiliki kemampuan khusus untuk meniadakan segala jenis kekuatan supernatural, entah sihir maupun psikis. Tapi tangan itu tidak memilik efek apapun pada peristiwa-peristiwa biasa yang tidak memiliki unsur supernatural seperti demonstrasi dan protes.

Yang berarti...

“Maksudmu...itu yang sedang terjadi?”

“Benar.”

“Jadi ada suatu hal supernatural di balik semua kekacauan ini dan kalau aku menghancurkannya semua akan kembali menjadi normal? Ini bukan hasil dari apa yang terjadi pada 30 September; ini adalah suatu hal yang terus berlanjut sejak saat itu? Dan aku bisa menyelesaikan semua ini karenanya?”

“Tepat sekali.”

Oyafune hanya mengangguk.

“Omong-omong, Academy City bukanlah sumber dari kekacauan ini. Menurut Pengawas Umum, grup religius terbesar di dunia, Gereja Katolik Roma, juga memiliki sebuah institusi ilmiah pengembangan kemampuan psikis juga.”

“...?”

Kamijou baru saja akan menurunkan alisnya karena komentar Oyafune, tapi kemudian dia mengerti.

Itulah yang dikatakan Academy City pada dunia luas.

Bagi mereka, sihir itu tidak ada.   Identitas dari fenomena yang dikenal dengan “sihir” disebut secara ilmiah sebagai “kekuatan psikis”.

Topik pembicaraan mereka sampai ke sini, tapi jika Kamijou membenarkan pemikiran yang salah itu, semuanya hanya akan menjadi lebih rumit.

Oyafune melanjutkan bicaranya dari sudut pandang yang murni “ilmiah”.

“Tentu saja, kita di Academy City tidak memiliki keuntungan apapun yang bisa didapatkan dari kekacauan ini. Jadi orang yang berada di baliknya pasti adalah Katolik Roma.”

“Begitu...”

Kamijou mengangguk, tapi ketika dia sudah tenang, dia menyadari ada sesuatu yang menganggunya.

“Tapi tunggu dulu. Mereka juga tidak mendapat keuntungan dari kekacauan ini. Demonstrasi dan protes-protes itu terjadi di kehidupan sehari-hari anggota gereja mereka. Jadi anggota gereja merekalah yang paling menderita karena ini. Kau tidak mendapatkan apapun dengan membuat orang-orang di sisimu menderita.”

“Bagaimana jika mereka punya keuntungan yang didapatkan dari kekacauan ini?”

“...Apa?”

“Cukup sederhana.”

Oyafune berkata dengan lancar.

“Contohnya, jumlah resmi penganut ajaran Gereja Katolik Roma adalah sekitar 2 milyar. Itu adalah jumlah yang menakutkan. Bahkan jika kau menghitung semua penduduk Academy City dari yang paling muda hingga yang tertua, kita cuma punya 2.3 juta orang. Jika akhirnya pecah perang terbuka, kita tidak akan punya kesempatan hanya dari perbedaan itu saja. Bahkan meskipun kau memperhitungkan faktor-faktor lain, sulit dibayangkan untuk menang dengan perbedaan sebesar itu.”

“Apa tujuanmu mengatakan itu?”

“Oh, apa kau tidak merasa aneh?”

Oyafune menjawab pertanyaan Kamijou dengan pertanyaan miliknya sendiri.

“Gereja Katolik Roma bisa menghancurkan Academy City sekarang juga. Jadi kenapa mereka memilih untuk menyebabkan demonstrasi dan protes-protes di seluruh dunia? Kenapa mereka tidak memilih metode pasti untuk menghancurkan Academy City hanya dengan jumlah? Pastinya sebuah serangan yang terpusat akan lebih efektif dibandingkan mengacau secara terpisah di seluruh dunia. Cara ini rasanya terlalu tidak langsung, bukan? Jika mereka benar-benar bisa mengontrol 2 milyar orang, mereka harusnya langsung menyelesaikannya.”

“Maksudmu mereka...?”

“Maksudku begitu.”

Oyafune tersenyum.

Informasi yang mengatakan bahwa mereka bisa mengendalikan 2 milyar orang itu bohong. Kalau mereka bisa melakukan itu, mereka pasti sudah melakukannya sekarang. Mungkin memang benar bahwa ada 2 milyar orang di seluruh dunia yang memakai salib Gereja Katolik Roma, membawa-bawa Injil, dan pergi ke gereja tiap Minggu.”

“Tapi,” Oyafune Monaka menggerakkan bibirnya.

“Pertanyaannya sekarang menjadi berapa banya orang yang mau melakukan pembunuhan atas nama gereja. Dan mungkin memang ada beberapa yang mau. Dunia sekarang dipikirkan terbagi menjadi dua. Antara Academy City dan sebuah grup religius raksasa. Tapi...apakah itu benar? Apakah garis yang memisahkannya sejelas itu?”

“...”

“Orang-orang yang pergi ke gereja tiap Minggu menonton TV dan menggunakan ponsel. Atlet yang melatih tubuhnya dengan ilmu obat-obatan untuk olahraga mungkin berdoa pada Tuhan sebelum pertandingan besar. ...Begitulah dunia di luar Academy City. Garisnya cukup samar dan orang-orang membangun dunia mereka sendiri dari apa yang mereka percayai dengan menggunakan yang terbaik dari kedua dunia itu.”

“Sisi Sains dan sisi Sihir...saling menimpa...”

Oyafune terlihat bingung dan mengatakan “Sisi Sisir...?” karena apa yang digumamkan Kamijou.

Tapi kemudian dia melanjutkan.

“Ya. Mayoritas orang-orang di dunia berpikir seperti itu dan mayoritas biasanya menang. Mereka tersebar dengan tipis. Orang-orang merencanakan hidupnya di sekitar pinjaman dari bank yang dikelola oleh organisasi-organisasi yang terkait dengan Academy City dan di saat yang sama mereka menikah di gereja Katolik Roma. Orang-orang seperti itu yang mengambil keuntungan dari sains dan agama memenuhi bumi.”

“Jadi,” Kamijou mulai bicara.

Dia bisa merasakan tenggorokannya mulai mengering.

“Gereja Katolik Roma sedang berusaha memenangkan suara orang-orang yang mengambil keuntungan dari kedua sisi itu?”

“Tepat sekali. Mereka tidak ingin orang mengambil keuntungan dari kedua sisi. Mereka ingin penggunaan eksklusif dari tiap-tiap orang di dalam 2 milyar orang itu. Mereka ingin sebanyak mungkin sekutu yang bisa didapatkan. Jadi mereka telah memulai sesuatu. Dan sebagai hasilnya, mereka telah menggerakkan gerigi-gerigi yang memulai demonstrasi-demonstrasi ini.”

Oyafune telah menyebutnya sebagai “sesuatu”.

“Sesuatu” itu adalah kunci dari insiden ini.

“Tujuan mereka bukanlah memulai demonstrasi. Mereka menggunakan ‘kekacauan’ ini untuk menambah jumlah mereka dan menggunakan Academy City untuk memperkokoh fondasi mereka untuk menyerang dunia.”

Kata-kata Oyafune jelas berasal dari sisi Sains.

Kamijou tidak terlalu suka caranya bicara, tapi berdebat tentang itu tidak akan membantu sedikit pun.

“Academy City khususnya merasa khawatir karena tindakan yang telah diambil oleh Gereja Katolik Roma.”

“Apa kau benar-benar takut bahwa demonstrasi-demonstrasi ini akan membawa orang-orang ke sisi Katolik Roma?”

“Itu salah satunya,” balas Oyafune.

“Tapi meskipun itu tidak terjadi, demonstrasi-demonstrasi ini bisa berujung pada perkembangan lain. Kami sekarang sedang bersiap untuk satu hal yang kami sebut dengan ‘pengeboman ekonomi’.”

“Pengeboman…ekonomi?”

“Jika terus berlanjut sampai waktu yang lama, kekacauan ini bisa memberi dampak negative pada ekonomi. Dan itu bisa menjadi pelatuk sebuah kepanikan global. Bahkan meskipun Gereja Katolik Roma tidak tumbuh karenanya, ini bisa mengoyak-ngoyak Academy City.”

Pembicaraan tentang ekonomi dan kepanikan bukanlah suatu hal yang berarti banyak bagi seorang siswa SMA seperti Kamijou.

Dia menanyakan sebuah pertanyaan pada Oyafune yang duduk di sebelahnya.

“…Apa negara-negara modern bisa dihancurkan semudah itu? Negara-negara itu sampai sekarang belum menunjukkan tanda-tanda terpengaruh oleh kekacauan ini. Dan aku tidak begitu tahu tentang uang atau ekonomi di tingkat nasional, tapi aku tidak bisa percaya sebuah pasukan besar hancur karena suatu hal seperti ekonomi.”

“Perwakilan dan simbol dunia ilmiah di luar Academy City sebagian besar adalah kekuatan militer besar dunia. Tapi negara-negara itu khususnya lemah pada ekonomi.”

Oyafune dengan perlahan menjawab pertanyaan Kamijou.

“Menjaga kekuatan militer memerlukan jumlah dana yang sangat besar. Dan di saat terjadinya kekacauan glopbal, persediaan untuk dana tersebut terbatas. Dan tak peduli seberapa turunnya pendapatan negara, jumlah yang harus dikeluarkan untuk menjaga kekuatan militer selalu berjumlah sama. Jadi yang akan paling menderita ketika terjadi kepanikan ekonomi adalah kekuatan militer mayor dunia. Semakin besar militernya, semakin parah mereka hancur.”

Kamijou tidak bisa memercayainya.

Beberapa kekuatan militer besar dunia terpikir olehnya, tapi dia tidak bisa membayangkan satu pun dari mereka terkena pengaruh besar oleh kejadian ini.

“Tapi negara-negara dengan militer yang besar itu menyimpan cadangan minyak dan amunisi, ‘kan? Apa mereka tidak bisa bertahan selama beberapa tahun dengan mengandalkan itu?”

“Ha ha. Perang tidak dimulai ketika cadangan darurat habis. Ketika itu terjadi, mereka tidak lagi bisa melawan. Ketika kelihatannya cadangan darurat itu pasti akan habis, mereka menarik pelatuknya. Dan kurasa sebuah kekuatan besar yang menarik pelatuk cukup untuk mengoyak dunia ilmiah yang pusatnya diduduki oleh Academy City.”

Pernyataan penuh keputusan dari Oyafune membuat Kamijou terdiam.

Dia pasti punya perhitungan di dalam kepalanya yang mendukung pendapatnya.

“Aku tidak tahu apakah ini terkait dengan alur kejadian yang mungkin terjadi itu, tapi Academy City sedang berusaha mati-matian mengumpulkan dana untuk perang.” Oyafune melanjutkan bicaranya.

“Kami mungkin sedang mencoba untuk mengalahkan perbedaan jumlah itu dengan perlengkapan terbaru dan persenjataan tanpa awak. Atau mungkin ada alasan lain. Kami melakukannya dengan membuat senjata yang relatif tidak signifikan yang untuk membuatnya tidak memerlukan teknologi yang begitu canggih, dan menjualnya dengan harga tinggi sebagai senjata termutakhir yang dibuat oleh Academy City. Dan kami melakukan semua itu dengan alas an merendahkan kelas senjata yang dipertunjukkan dalam ekshibisi dan untuk menunjukkan bahwa barang-barang itu diproduksi secara massal.”

“…”

“Sementara itu, Gereja Katolik Roma juga mengumpulkan dana untuk perang dalam bentuk ‘persembahan’ dari penganut ajaran gereja. Mereka melakukan itu dengan alasan bahwa dana itu akan dipakai untuk membantu mengembalikan dunia ke dalam kedamaian dari kekacauan sekarang ini. Orang-orang yang melakukan pengumpulan dananya sebenarnya tidak punya rencana nyata untuk dana itu, tapi atasan mereka dengan jelas mengatakan bahwa dana itu akan digunakan untuk membawa kedamaian.”

Semakin besar kekacauan ini tummbuh, semakin banyak “dana” yang akan mereka terima.

Gereja Katolik Roma adalah sebuah denominasi raksasa yang terdiri dari 2 milyar penganut. Jika setiap anggota memberikan satu yen saja, mereka akan memiliki 2 milyar yen. Tentu saja, mereka tidak diharuskan untuk memberi, jadi banyak dari mereka yang tidak akan memberikan uangnya. Tapi sepertinya ada tradisi di antara orang kaya di mana semakin banyak yang diberikan seseorang, semakin tinggi status yang mereka dapatkan, jadi sepertinya mereka bisa dengan mudah mendapatkan lebih dari 2 milyar yen.

“Sepertinya indulgensi telah kembali dalam bentuk lain.”

Kamijou tidak begitu mengerti apa yang dikatakan Oyafune.

(Apa “indulgensi” itu semacam istilah sejarah?)

“Tidak termasuk orang-orang yang benar-benar taat, kebanyakan akan memilih sains dibandingkan agama mereka jika mereka harus memilih yang mana yang lebih menguntungkan. Orang-orang mengatakan bahwa surga itu ada, tapi kau tidak pernah mendengar mereka mengatakan karenanya mereka tidak peduli jika mereka mati. Sains itu praktis dan juga begitu mudah dimengerti. Kemudahan untuk mengertinyalah alasan yang membuat begitu banyak orang mendekati sains. Tapi beberapa orang tidak suka ini. Orang-orang itu telah menggunakan semacam trik. Dan trik itu memiliki efek pada cara kerja gerigi-gerigi dalam pikiran manusia. Inilah yang menyebabkan kekacauan besar yang sedang kita lihat. Begitulah aku melihat situasi ini.”

“…”

Tapi apa memang benar begitu?

Sebagai contoh, apakah begitu sulitnya berpikir bahwa Academy City yang berada di balik masalah ini, bukan Gereja Katolik Roma? Academy City dengan 2.3 juta penduduknya harus melawan Gereja Katolik Roma dengan 2 milyar penganutnya. Jadi mungkin saja mereka menyebabkan kekacauan ini di dalam Gereja Katolik Roma untuk mengikis jumlah mereka sebanyak mungkin. Apa begitu sulitnya berpikir bahwa hal ini mungkin terjadi?

(…Ini rumit.)

Memang benar bahwa Gereja Katolik Roma berada di pusat demonstrasi dan protes yang terjadi, tapi potensi perang mereka tidak tersebar tipis seperti yang dikatakan Oyafune Monaka. Dia berpikir seperti itu hanya karena dia tidak mengerti sisi sihir dari gereja. Kamijou tidak bisa membayangkan pemain besar dari Gereja Katolik Roma seperti Agnese Sanctis atau Biagio Busoni ikut dalam demonstrasi-demonstrasi itu.

Sulit untuk dipikirkan bahwa rencana yang dihasilkan Academy City ini akan mengurangi potensi perang Gereja yang sebenarnya.

Dan bahkan meskipun orang-orang yang ikut dalam demonstrasi ini adalah orang-orang yang berada di titik tengah antara sihir dan sains, mereka masih tetap diperlukan untuk menjaga agar ekonomi kapitalis tetap berjalan. Jika orang-orang yang harusnya bekerja malah terfokus pada demonstrasi, itu saja bisa menjadi pukulan bagi ekonomi. Dan jika ada 2 milyar orang, itu akan menjadi pukulan yang cukup telak. Jika mereka memerlukan uang untuk membiayai perang, mereka tidak perlu susah-susah melakukan sesuatu yang akan mengempiskan persediaan dana mereka.

Kamijou memang berpikir bahwa sudah sepantasnya berpikir bahwa Gereja Katolik Roma berada di balik kekacauan ini jika memang benar-benar ada konspirasi di baliknya. Bagaimanapun juga, mereka bisa mengambil orang-orang yang jatuh ke sisi mereka.

Dan jika ini terkait dengan sisi bawah yang tersembunyi dari Gereja Katolik Roma, Imagine Breaker akan menjadi cukup berharga.

“Tapi…”

Setelah memikirkan semua itu, Kamijou mulai bicara.

“Meskipun Gereja Katolik Roma menyebabkan ini dan meskipun mereka menggunakan semacam trik untuk melakukannya, apa yang sebenarnya mereka lakukan? Kekuatanku cukup terbatas. Kita tidak tahu di mana mereka berada atau apa yang mereka gunakan. Aku tidak bisa melakukan apapun pada hal seperti itu. Kalau kau ingin aku melakukan sesuatu, paling tidak kau harus membimbingku ke tempat yang harus kudatangi untuk melakukannya.”

“Ya. Tentang itu-“

Oyafune Monaka mulai berbicara, tapi tiba-tiba berhenti.

Sesosok figur baru telah muncul di taman kecil untuk anak-anak itu.

“Tsuchimikado?”

Kamijou tanpa sengaja menggumamkan nama itu ketika melihat wajah yang memakai sunglasses milik figur tersebut.

Dia adalah teman sekelas Kamijou, Tsuchimikado Motoharu. Dia berada bersama dengan Kamijou sampai sekolah selesai, tapi ketika waktu untuk hukuman mencabut rumput mereka tiba, dia tiba-tiba menghilang. Kamijou berpikir untuk menanyakannya tentang itu, tapi sadar bahwa ini bukan waktunya.

Atmosfer yang ada terlalu salah untuk pertanyaan seperti itu.

Tsuchimikado dipenuhi aura yang berbeda dari biasanya.

“Apa kau sudah menyelesaikan diskusimu?”

Tsuchimikado tidak sedang berbicara pada Kamijou.

Matanya yang ditutupi oleh lensa biru sunglasses-nya hanya melihat pada Oyafune Monaka.

Dan Oyafune tidak terlihat terkejut oleh kemunculannya.

Dia mungkin mengenalnya sebagai agen yang bernama Tsuchimikado Motoharu.

“Belum sepenuhnya, tapi tidak masalah… Kau bisa menangani sisanya.”

“Aku mengerti.”

Tsuchimikado merespon dengan singkat.

Dia lalu menghela napas pendek seperti sedang bersiap untuk melakukan tugas yang melelahkan.

“Aku yakin kau sudah menetapkan hatimu tentang ini.”

“Sudah, sejak kemarin.”

“Kalau begitu, kau tidak masalah jika aku mulai?”

“Tidak ada yang perlu kauragukan.”

Oyafune Monaka tersenyum sambil menjawab dan Tsuchimikado sedikit mengalihkan pandangannya.

Tsuchimikado lalu menggerakkan tangannya ke belakangnya dan mengeluarkan sesuatu dari ikat pinggangnya.

“…Tsuchimikado?”

Kamijou sudah sedikit bingung karena percakapan yang berlanjut tanpa dirinya, tapi sekarang dia melihat sesuatu yang benar-benar tidak bisa dipercayainya.

Tsuchimikado sedang memegang sepotong metal warna hitam yang bersinar di tangan kanannya.

Panjangnya sekitar 15 centimeter.

Benda itu adalah…

(…Pistol?)

Bahkan setelah mengerti itu, Kamijou tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikan Tsuchimikado Motoharu.

Bukan karena dia tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan Tsuchimikado setelahnya.

Karena dia tidak bisa percaya bahwa Tsuchimikado melakukan sesuatu seburuk yang kelihatannya akan dilakukannya.

Dor!! Suara tembakan terdengar di taman kecil untuk anak-anak itu.

Meskipun begitu, Oyafune Monaka terus tersenyum.

Tubuhnya gemetar dan dia jatuh dari bangku dan tumbang ke tanah.

Part 6[edit]

Mikoto sedikit terkejut karena sebuah suara besar yang tiba-tiba terdengar.

Suara itu terdengar seperti ledakan mesiu.

Suara nyaring itu menembus telinganya dan bergema ke langit.

(A-apa itu???)

Dia pikir mungkin itu adalah kembang api, tapi Oktober bukanlah musim untuk kembang api.[4]

Mungkin juga suara itu berasal dari seorang esper dengan sejenis kekuatan yang terkait dengan api.

Dia mendengar suara jendela-jendela yang terbuka dari asrama-asrama siswa di daerah itu. Suara sekeras itu memang menarik perhatian orang banyak. Tapi tidak satu siswa pun yang sampai meninggalkan gedung tempat mereka berada. Suara itu tidak cukup menarik perhatian siapapun untuk meninggalkan persiapan makan malam mereka.

(Jadi seorang esper sedang menyebabkan masalah, hm?)

Mikoto tidak telalu ingin menangani masalah itu sekarang, tapi dia tetap menuju ke arah suara itu.

Dia adalah si Electromaster Level 5, Railgun. Dia bisa menangani hampir semua esper sendirian dan dia merasa percaya diri bahwa dia bisa menangani masalah apapun yang menjebaknya. Jika seorang esper yang mengamuk dan Anti-Skill sedang bertarung, dia bisa masuk ke tengah semua itu dan keluar tanpa tergores sedikit pun.

Meskipun begitu, dia pernah menghadapi sesuatu yang tidak bisa ditanganinya sendiri sebbelumnya...

(...Khh!! B-bagaimanapun juga, aku hanya perlu menuju arah suara itu. Apa arahnya dari sini?)

Mikoto menggeleng-gelengkan kepalanya untuk memusatkan pikirannya dan berjalan ke arah suara itu berasal.

Dia tidak bisa melihat hal lain selain asrama-asrama siswa di area pemukiman ini.

Part 7[edit]

Oyafune Monaka telah ditembak di perutnya.

Butuh beberapa detik bagi Kamijou untuk menyadari fakta itu.

Dan Tsuchimikado Motoharu telah menembaknya.

Butuh beberapa detik lagi untuk membiarkan fakta itu meresap.

Oyafune tidak melawan. Dia menodongkan sesuatu yang tersembunyi di balik mantelnya ke sisi tubuh Kamijou, tapi tampaknya dia bahkan tidak mencoba untuk mengarahkannya pada Tsuchimikado. Dia telah menerima peluru itu ketika dia mengerti semua yang terjadi dengan baik. Begitulah kelihatannya.

(Tsuchi...mikado?)

Kamijou dengan perlahan mengalihkan pandangannya dari tubuh Oyafune yang roboh.

Tidak ada perubahan yang terjadi pada ekspresi Tsuchimikado.

Pistol yang dipegang di tangan kanannya masih mengeluarkan sejumput asap putih. Tsuchimikado memindahkan pistol itu ke balik punggungnya, memasukkannya ke ikat pinggangnya, dan menyembunyikannya di balik jas seragam sekolahnya. Dia lalu mengambil selongsong kosong yang jatuh ke tanah dan memasukkannya ke dalam katntungnya.

Dia melakukan semua ini seolah-olah ini hanyalah sebuah tugas yang tidak menarik baginya.

Dan kemudian emosi Kamijou meledak.

“Tsuchimikadoooooooooo!!”

Index v14 101.jpg

Kamijou dengan penuh tenaga berdiri dari bangkunya dan mencengkeram baju Tsuchimikado. Bahkan setelah itu, tidak ada perubahan pada mata di balik sunglasses itu. Ketika Kamijou menyadari hal ini, dia mengepalkan tinjunya nyaris murni karena refleks dan memukul wajah Tsuchimikado sekeras mungkin. Dia merasakan perasaan khas dari memukul seseorang di jemari dan pergelangan tangannya. Tubuh bagian atas Tsuchimikado membengkok ke belakang dan dia jatuh ke tanah. Tapi bahkan ketika dia jatuh ke posisi duduk, ekspresinya tidak berubah. Dia jelas tidak merasakan sakit sedikit pun.

(Dasar berengsek!!)

Kamijou menggertakkan giginya dan maju selangkah.

Tapi ada yang menghalanginya.

Sebuah tangan lemah sedang memegang pergelangan kakinya.

Oyafune Monaka, wanita yang baru saja ditembak Tsuchimikado.

“...Tolong...”

Dia berbicara meskipun bibirnya rapat dengan tanah.

“Tolong jangan...salahkan dia...”

Kata-kata itu cukup untuk melemparkan Kamijou ke dalam kebingungan.

Oyafune Monaka meneruskan.

Dia tersenyum ketika berbicara.

Itu adalah ekspresi terima kasih untuk kemarahan Kamijou pada situasi itu.

“Tindakanku...bukanlah tindakan seorang perwakilan Academy City... Pendapatku...berbeda dengan orang-orang dalam Dewan Direktur secara keseluruhan...”

“Apa?”

“Mereka ingin perang ini memanas...dan kehancuran seutuhnya grup ilmiah lain yang menyebut dirinya sendiri sebagai agama yang mewakili Gereja Katolik Roma... Mereka ingin mengambil keuntungan dari kekacauan ini, jadi mereka tidak ingin hal ini diselesaikan dengan mudah...”

Kamijou melihat ke wajah Tsuchimikado lagi.

Seperti sebelumnya, ekspresinya tidak berubah.

Itu adalah wajah seseorang yang telah mengetahui semuanya sejak awal.

“Membiarkan perang ini memanas itu...benar-benar absurd... Ini harus dihentikan.”

Oyafune bicara dengan perlahan.

Ada rasa sakit yang tercampur dalam kata-katanya.

“Tapi bahkan sebagai seorang anggota Dewan Direktur...kekuatan yang kumiliki terbatas. Aku tidak bisa membalikkan situasi ini... Jika kau melawan keinginan orang yang ‘di atas’, kekuatanmu akan dicopot dan yang bisa kaulakukan sangata terbatas. Jadi aku harus mengontak seseorang yang bisa menghancurkan situasi ini...”

Dia melihat ke atas ke arah Kamijou.

Dia terus berbicara sambil melihat Kamijou tepat di mata.

“...Pertemuanku denganmu pada akhirnya akan diketahui. Dan kemudian aku harus ‘dihukum’ karena pengkhianatan. Aku bisa mencegahnya jika cuma aku saja...tapi kalau aku melakukan itu, target ‘hukuman’-nya akan berubah.”

Target.

Kamijou merasakan rasa ngeri menjalar di tulang belakangnya ketika memikirkan itu.

“Jadi kalau kau kabur, mereka akan mengincar keluargamu...?”

“...”

Oyafune tidak menjawab.

Itu adalah keheningan dari seseorang yang tidak ingin membuat orang lain khawatir.

“...Aku...memintanya untuk melakukan ini.”

Oyafune pindah ke topik yang lain.

“Ketahuilah... Dia bilang dia tidak ingin melakukan ini. Jadi tolong jangan salahkan dia... Dia memberikanku ‘hukuman’-ku dengan sedikit meleset dari organ vitalku... Akulah yang memberinya permintaan sekonyol itu...”

“Jangan bicara.”

Akhirnya Tsuchimikado Motoharu berbicara.

Dia dengan perlahan berdiri dan melihat ke bawah ke wajah Oyafune Monaka.

Kamijou tidak bisa melihat ekspresinya dari tempat dia berdiri.

Tapi dia tidak benar-benar ingin melihatnya.

“Aku akan menangani sisanya. Kau telah menjalankan bagianmu dengan sempurnya. Aku yakin banyak hal yang ingin kautanyakan padaku, tapi cuma satu jawaban yang bisa kuberikan: Jangan khawatir. Kau hanya perlu mengingat itu.”

Senyuman Oyafune melebar dengan perlahan karena kata-kata Tsuchimikado.

Ada sebuah syal buatan-tangan, tapi tidak begitu bagus, di lehernya.

Kemungkinan besar itulah tujuan Oyafune Monaka bertarung.

Alasannya menghentikan perselisihan antara Academy City dan Gereja Katolik Roma dan untuk memastikan bahwa dia menerima “hukuman” karena tindakannya ada di sana.

Tsuchimikado berjongkok dan memeriksa barang-barang milik Oyafune. Dia mengeluarkan sebuah ponsel dan memanggil ambulans. Dia lalu menghapus sidik jarinya dan meletakkan ponsel itu ke tanah.

Kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari mantel milik Oyafune.

Benda itu terlihat seperti sebuah pistol kecil untuk pertahanan-diri.

Tsuchimikado meletakkannya di ikat pinggangnya dan melihat ke arah Kamijou.

“Kita harus bergerak, Kami-yan.”

“Aku mengerti.”

Kamijou menggertakkan giginya dan memandangi wanita bodoh yang tergeletak di tanah.

“...Dia susah payah mengatur semua ini hanya untuk membuatku bergerak. Apa-apaan itu? Tidak langsung juga ada batasnya.”

Kamijou Touma sebenarnya bukanlah orang yang terkenal.

Jika dia ingin Kamijou bergerak, dia hanya perlu memberitahunya apa yang harus Kamijou lakukan.

Dan meskipun begitu, dia mempertaruhkan hidupnya hanya untuk permintaan kecil seperti itu.

Kamijou mengepalkan tinju kanannya ketika memikirkan itu.

“Kita tidak punya waktu. Aku akan jelaskan nanti.”

Tsuchimikado melanjutkan bicaranya.

“Kita akan menuju Distrik 23. Ada pesawat yang menunggu kita. Itu adalah satu-satunya yang dipersiapkan Oyafune Monaka dengan kekuatannya. Kita tidak boleh menyia-nyiakannya.”

“Sialan...”

Kamijou menggumamkan itu ketika mengikuti Tsuchimikado keluar dari taman untuk anak-anak itu.

Satu-satunya yang tersisa di taman itu adalah Oyafune Monaka yang dipenuhi darah.

Kamijou menggertakkan giginya ketika dia mendengar suara sirine ambulans dari kejauhan.

Part 8[edit]

Misaka Mikoto menemukan sebuah taman kecil untuk anak-anak.

Tempat itu tidak terlihat seperti area yang memang disisihkan untuk sebuah taman; lebih seperti taman itu dibuat untuk mengisi lahan sisa setelah asrama siswa di sekitarnya dibangun.

Ada sejumlah kendaraan yang parkir di depan tempat masuknya.

Kendaraan milik Anti-Skill.

Mikoto mulai berjalan ke arah itu, tapi seorang pria berbaju serba hitam menghalangi jalannya. Tempat masuknya disegel dengan sejumlah lapisan pita kuning.

Dia melirik ke area yang lebih dalam di taman itu.

Ada sejumlah pria Anti-Skill seperti pria di depannya yang berkumpul di dalam, tapi tidak ada “orang biasa”. Mereka tampaknya sedang memeriksa area di sekitar sebuah bangku di pinggir taman.

Dia tidak tahu sama sekali apa yang terjadi di sana.

Dia tidak tahu apa yang terjadi, tapi apapun itu, tampaknya sudah selesai.

Di antara baris 2[edit]

“Sepertinya ‘Kursi Kanan Tuhan’ adalah sebuah grup yang berusaha menang dari ‘dosa awal’.”

Suara Lidvia Lorenzetti terdengar nyaring di dalam ruang interogasi kecil di Menara London.

Alis mata Stiyl dan Agnese terangkat sedikit karenanya. Tidak ada istilah yang lebih dikenal di Gereja Kristen dibandingkan dosa awal.

“Maksudmu ‘dosa’ yang diterima Adam dan Hawa ketika memakan buah dari Pohon Pengetahuan? ‘Dosa’ yang diteruskan ke seluruh umat manusia karena kita adalah keturunan mereka?”

“Benar, sampai di situ ada di Perjanjian Lama.”

Lidvia mengambil alih percakapan itu dan melanjutkan.

“Dan di Perjanjian Baru, ‘Putra Tuhan’ memainkan peran yang menghilangkan ‘dosa’ itu. Dia disalib agar dia bisa mewarisi dosa seluruh umat manusia dan menghilangkannya sendiri. Karena ini, jika kita berdoa pada salib, makan darah dan daging Tuhan dalam misa, dan menjaga keimanan kita sampai saat terakhir, ‘dosa’ kita akan dicuci pada ‘Penghakiman Akhir’ dan kita akan dibimbing menuju ‘Kerajaan Suci’.”

“Omong-omong,” kata Lidvia.

“...Ada sebuah pengecualian dari dosa awal ini.”

“Pengecualian?”

Agnese menanyakan pertanyaan ini tanpa berpikir sambil mencatat semuanya di atas perkamen.

Stiyl memelototi Agnese, tapi membiarkan percakapan itu diteruskan.

“Ada seseorang yang tidak memiliki ‘dosa’ yang harusnya diberikan ke seluruh manusia.”

Dari sana, Stiyl bisa mengerti siapa yang sedang dibicarakannya.

“Perawan Maria.”

Biagio yang terikat pada kursi di samping Lidvia mendecakkan lidahnya.

Meskipun begitu Stiyl tetap meneruskan.

“Sebagai wanita yang melahirkan ‘Putra Tuhan’, dosa Perawan Maria hilang karena dia tersentuh begitu dalam oleh Roh Kudus. Ini dikenal sebagai ‘Konsepsi Imakulasi’. Dengan kata lain, Perawan Maria tidak memiliki ‘dosa awal’. Karena seluruh umat manusia turun dari Adam dan Hawa, mereka menanggung ‘dosa awal’ dan meneruskannya pada anak-anak mereka.”

“Dan karena itu ada sebuah pengecualian.

Itulah respon sederhana dari Lidvia.

“Dalam Perjanjian Baru, karena tidak ada cara lain untuk menghilangkan ‘dosa awal’ selain dengan diambil oleh ‘Putra Tuhan’-lah dia mengambil jalan menuju eksekusi. Jika kau mengambil itu sebagai dasar dan menambahkan fakta bahwa ‘dosa’ Perawan Maria telah hilang, kurasa jawabannya sudah jelas.”

“Kau mengatakan ada metode untuk menghilangkan ‘dosa awal’ selain dengan beriman pada ‘Putra Tuhan’?”

“Dengan mantra yang bisa dibilang curang, ya. Aku pernah dengar bahwa ‘Kursi Kanan Tuhan’ telah berhasil mengencerkan ‘dosa’ mereka sebanyak mungkin, tapi mereka belum berhasil menghilangkannya seluruhnya.”

Lidvia terikat pada kursinya, tapi dia bicara dengan ketenangan seolah-olah dia berada dalam kendali penuh.

“Tapi karena mereka telah menghilangkan ‘dosa’ mereka meskipun tidak sepenuhnya, mereka bisa merapal mantra dengan tingkat yang melebihi apa yang bisa dilakukan orang biasa. Katanya mereka bahkan bisa menggunakan mantra-mantra yang biasanya tidak bisa digunakan yang berhubungan dengan malaikat dan Sang Raja.”

“...Yah, kurasa menghilangkan ‘dosa awal’ itu benar-benar tujuan akhir dari umat manusia. Dan jika kau berhasil melakukannya, ‘kualitas’-mu sebagai manusia bisa mendekati kualitas seorang malaikat. Tapi...”

“Ya. ‘Dosa’ dalam kasus ini juga berarti buah dari Pohon Pengetahuan. Kalau kau kehilangannya, kau juga kehilangan kemampuan menjadi penyihir biasa dan menggunakan sihir yang memang ditujukan untuk digunakan manusia.”

Stiyl sedikit menghela napasnya.

Penghilangan “dosa awal”.

Tidak terlalu sulit membayangkan kedalaman Gereja Katolik Roma memegang bom seperti itu. Dihilangkannya “dosa awal” seseorang melalui keimanan dalam Gereja Kristen dan dibimbing ke “Kerajaan Suci” yang dibuat Tuhan setelah melalui “Penghakiman Akhir” dianggap sebagai kebahagiaan yang sesungguhnya. Sangat sesuai bagi Gereja Katolik Roma untuk selalu meriset ritual rahasia yang akan menghilangkan “dosa awal”.

Setelah memikirkan semua itu, Stiyl bertanya pada Lidvia.

“Jadi tujuan akhir dari ‘Kursi Kanan Tuhan’ adalah sepenuhnya menghilangkan ‘dosa’ yang tersisa di tubuh mereka?”

Jika mereka berhasil melakukannya, “Kursi Kanan Tuhan” bisa dengan bebas menggunakan mantra para malaikat. Dan ketika mereka bisa melakukan itu, bahkan mungkin saja seorang Santo tidak bisa menghentikan mereka.

“Hee hee.”

“Bukan itu?”

“Tidak. Menghilangkan ‘dosa’ mereka hanyalah satu jalan untuk mencapai tujuan bagi ‘Kursi Kanan Tuhan’. Tujuan akhir mereka adalah sesuatu yang benar-benar berbeda.”

“...Menghilangkan ‘dosa awal’ itu sendiri adalah prestasi yang cukup besar. Dan itu cuma sekadar jalan untuk mencapai tujuan?”

(Kalau begitu, apa tujuan asli mereka?)

Lidvia menahan tawanya dan melanjutkan bicaranya.

“Mereka sudah mengumumkan tujuan mereka keras-keras sejak awal.”

“Apa?”

“‘Kursi Kanan Tuhan’. Itulah yang diincar mereka.”

Catatan[edit]

  1. lit: Festival Pertunjukan Terdepan
  2. lit: Festival Bintang Juara; Festival olah raga antarsekolah Academy City.
  3. Paket tarif telepon
  4. Biasanya kembang api dinyalakan di musim panas, Juli-Agustus/September


Chapter 3: Sesuatu yang Jauh dari Penyihir. Power_Instigation.[edit]

Part 1[edit]

Distrik 23 Academy City adalah sebuah zona industri yang berspesialisasi di bidang penerbangan dan luar angkasa. Semua bandara besar Academy City dipusatkan di Distrik 23.

Distrik itu dipenuhi oleh landas pacu dan situs peluncuran roket, jadi tidak ada gedung-gedung tinggi seperti bagian lain kota. Sejauh mata memandang, yang ada hanya aspal datar dengan beberapa menara kontrol dan laboratorium yang kadang-kadang mencuat.

“Seperti lapangan dari batu dan besi...”

Kamijou mengatakan ini ketika keluar dari kereta dan melihat lansekap yang luas di depannya.

Ini adalah tempat dia bertarung dengan Oriana Thomson saat Daihaseisai, tapi dia mendapat impresi bahwa keamaanannya bahkan menjadi lebih ketat lagi.

Dia meletakkan kantung belanjaan yang dia bawa di dalam sebuah loker koin[1] di stasiun. Karena ada banyak periset di kota ini, loker koin yang ada kedap udara dan kau memiliki pilihan untuk mendinginkan isi lokernya.

Tapi...

“...Ini mahal. Apa benda-benda ini biasanya harga per jamnya semahal ini!?”

“Nyah. Kelihatannya akan lebih murah kalau kau membuang kantung itu dan membeli isinya lagi di supermarket murah ketika kita kembali.”

Tsuchimikado benar, tapi Kamijou tidak suka membuang-buang makanan. Dia memasukkan kantung belanjaannya ke dalam loker, merekam sidik jarinya, mengunci lokernya, lalu mengaktifkan pilihan refrigerasi.

“Karena kita ada di Distrik 23, kuasumsikan kita akan naik pesawat?”

“Yah, kita akan ke luar negeri.”

“Serius!? ...Tunggu, ada yang membawa pasporku?”

“Tidak.”

Kamijou terdiam karena jawaban satu kata dari Tsuchimikado.

Tsuchimikado terdengar bosan sambil terus bicara.

“Kita juga bukan pergi untuk jalan-jalan ke luar negeri. Aktivitas kita sepenuhnya tidak resmi. Dan jika kita ketahuan, kita akan berada dalam masalah internasional yang jauh melebihi sekadar tidak memiliki satu dua stempel di paspormu.”

“A-aku mengerti.”

Ada banyak hal yang ingin dikatakan Kamijou, tapi cara bicara Tsuchimikado yang mengatakannya seperti semuanya sudah pasti membuatnya bertanya-tanya apakah jalan ini memang lebih baik.

Setelah keluar dari stasiun, mereka berada di sebuah terminal bus skala besar. Di Distrik 23, orang-orang pergi dari satu tempat ke tempat lain dengan bus, bukan dengan berjalan.

Tsuchimikado menemukan bus yang menuju bandara internasional dan menaikinya; Kamijou juga melakukan hal yang sama.

Karena distrik itu memiliki banyak landas pacu dan kurang gedung, jalannya selurus anak panah. Batas kecepatan juga cukup tinggi; tanda-tanda yang dipasang menunjukkan 100 kph.

Dengan dataran dari aspal yang terlihat dari jendela, bahkan horizon warna abu-abu itu adalah buatan manusia.

Awan putih besar dari uap air bisa terlihat membumbung dari horizon.

Gemuruh bernada rendah menggoyangkan kaca, menyebabkan getaran pada kaca.

“Oh, roket. Sepertinya roket itu meluncur dengan baik.”

Tsuchimikado menghela napasnya ketika mengatakan itu.

Kamijou mengeluarkan ponselnya dan mengaktifkan fungsi televisi di dalamnya. Berita sedang menunjukkan berbagai sudut dari sebuah roket yang meninggalkan tanah.

“Katanya itu satelit keempat Academy City. Aku penasaran apakah ini benar atau tidak.”

“Kalau mereka meluncurkan roket sekarang, salah satu alasannya adalah untuk membuat orang-orang berspekulasi tentangnya. Orang-orang akan mengatakan semua hal, mulai dari sebuah satelit militer hingga tes peluncuran ICBM. Semakin banyak kemungkinan, semakin efektif dia dalam menahan yang lainnya agar tidak bergerak.”

(Jadi ini yang disebut dengan peperangan informasi...)

Kamijou tiba-tiba membatu.

“...Tunggu. Bagaimana dengan Index?”

Dia tidak ingin membawa Index ke tempat yang berbahaya, tapi dia juga tidak bisa meninggalkannya sendirian tanpa makanan begitu saja.

“Jangan khawatir. Maika akan pergi ke kamarmu, Kami-yan. Dia mungkin cuma lapar sepertiga dari biasanya setelah Maika selesai dengannya.”

Kamijou lega mendengarnya, tapi kemudian menyadari bahwa satu-satunya tujuan dirinya di mata Index adalah untuk membuatkan makanan untuknya.

Tidak lama, bus itu tiba di bandara internasional.

Kamijou turun dari bus dan memeriksa jam di ponselnya.

“Tsuchimikado. Memangnya ke mana kita akan pergi?”

“Prancis.”

Tsuchimikado menjawab dengan santai.

“Ugeh!? Eropa! Itu jauh... Tunggu, berapa lama kita akan pergi? Dan bukankah penerbangan ke Eropa itu lamanya sekitar 10 jam?”

“Tidak, kita akan sampai di sana hanya dalam waktu di bawah satu jam.”

“Hah?”

Kamijou menjawab dalam kebingungan.

Tsuchimikado terlihat jengkel jika harus menjelaskan, jadi dia hanya menunjuk ke landas pacu yang sedikit jauh dari gedung terminal.

Ada sejumlah pesawat penumpang ukuran besar yang berjejer, masing-masingnya memiliki panjang lusinan meter.

“Kita akan naik salah satunya.”

“...Tolong bilang kau sedang bercanda.”

Kamijou nyaris tidak bisa berkata apa-apa ketika menanyakan kepastian dari Tsuchimikado.

Dia pernah naik pesawat seperti itu sebelumnya.

“Kalau ingatanku benar, itu tipe pesawat yang membawaku dari Venesia ke Jepang.”

“Yeah, kudengar begitu, Kami-yan. Aku tidak begitu banyak terlibat dalam insiden ‘Ratu Adriatik’, jadi aku tidak tahu detailnya.”

“Jadi pesawat-pesawat itu benar-benar pesawat yang terbang dengan kecepatan 7000 kph?”

“Hahaha,” Tsuchimikado tertawa. “Lebih cepat lebih baik, ‘kan?”

“Itu terlalu cepat!! Ketika aku naik benda itu, rasanya seperti ada lempengan metal tebal yang dengan perlahan menghancurkan tubuhku! Index akhirnya mulai membuka hatinya ke sisi sains dan benda itu membuat hatinya tertutup ketat!!”

Ada juga bagian di mana Index memesan makanan dalam penerbangan dan makanan itu terbang ke belakangnya dengan spektakuler.

“Oh, ayolah, Kami-yan. Kita pergi dalam misi tidak resmi ke luar negeri. Apa kau benar-benar berpikir kita akan ke Prancis sambil makan di pesawat dan menonton film dengan santai?”

“Y-yah, tidak. Aku mengharapkan sedikit lebih tegang lagi, tapi... Tunggu. Kita benar-benar akan naik benda itu? A-aku benar-benar tidak bisa merekomendasikan pengalaman menaikinya!!”

“Jangan khawatir. Jangan khawatir. Setelah melewati Mach 3, seorang amatir tidak akan merasakan perbedaannya.”

“Bagaimana itu bisa membuatku lebih tidak khawatir!?”

Kamijou terus mengeluh, tapi Tsuchimikado berhenti mendengarkannya dan mulai menjelaskan apa yang akan mereka lakukan setelah mereka naik ke pesawat. Sepertinya tidak ada pesawat lain, jadi mereka benar-benar tidak punya pilihan lain. Tsuchimikado membawa Kamijou melewati sebuah pintu “khusus staff” dan melalui koridor yang membawa mereka ke pesawat penumpang supersonik, tidak melewati gate untuk umum.



Part 2[edit]

“Dokumen-C. Itulah nama benda spiritual di tengah semua ini.”

Suara Tsuchimikado bergema di pesawat yang luas itu.

Pesawat penumpang supersonik itu lebih besar dari pesawat penumpang biasanya, tapi selain kru pesawat, hanya mereka berdua yang ada di atasnya, membuat pesawat itu terasa kosong.

Karena hanya mereka berdualah penumpang yang ada, Kamijou dan Tsuchimikado duduk tepat di tengah area dengan kursi kelas satu yang paling nyaman. Tidak seperti kursi ekonomi yang sempit, kursi-kursi ini memiliki ruang yang cukup untuk menyelonjorkan kaki mereka.

Tsuchimikado sedang melihat kursi di sampingnya, tempat Kamijou duduk.

“Nama resminya adalah Dokumen Constantine.[2] Gereja Kristen pada awalnya melalui penyiksaaan oleh Kekaisaran Romawi hingga akhirnya Kaisar Constantine mengakuinya sebagai sebuah agama resmi. Dokumen-C adalah sebuah dokumen yang dibuat oleh Constantine untuk Gereja Katolik Roma.”

Kata-kata itu bukanlah kata-kata teman sekelas yang dikenal Kamijou. Tsuchimikado Motoharu sekarang berada dalam mode penyihir penuh.

“Dokumen-C menyatakan bahwa Paus Roma adalah pemimpin Gereja Kristen dan bahwa tanah di Eropa yang dikuasai Constantine adalah milik sang Paus. Karena Constantine memiliki mayoritas tanah Eropa, ini sama saja artinya dengan Paus memiliki Eropa dan seluruh orang yang tinggal di sana harus mematuhi Gereja Katolik Roma. Dari sudut pandang mereka, ini adalah sebuah sertifikat yang memberikan Gereja Katolik Roma hal-hal yang kedengarannya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.”

Tsuchimikado terus berbicara sambil mengulik LCD layar sentuh di samping kursinya.

“Sebagai sebuah benda spiritual, kekuatan Dokumen-C... yah, kau bisa mengatakan kekuatannya mirip dengan kompas. Untuk tanah yang dikuasai Constantine lebih dari 1700 tahun yang lalu, kau bahkan bisa menggunakan Dokumen-C bahkan hingga hari ini untuk membuat simbol-simbol yang mengindikasikan bahwa tanah itu diwarisi dari sang kaisar muncul. Karena warisan sang kaisar terdiri dari hal-hal yang diberikan pada Gereja Katolik Roma, Gereja Katolik Roma diberikan tanah dan benda-benda yang sesuai dengan Dokumen-C untuk digunakan atau dikembangkan sesuai yang diperlukan.”

Tsuchimikado berhenti bicara dan memandangi wajah Kamijou.

“Kami-yan, apa kau mendengarkanku?”

“Ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ugh-ughh-ughhh-ughhhh!!”

Kamijou tidak bisa merespon.

7000 kph. Gaya-G kuat yang dihasilkan kecepatan seperti itu sedang meremukkan organ dalam Kamijou Touma, membuatnya tidak bisa menjawab dengan baik. Rasanya seperti ada sebuah bola basket yang ditekan ke perutnya dan ada orang yang menginjak bola itu sekuat yang dia bisa.

Dengan baik-baik saja dalam keadaan seperti itu, Tsuchimikado lah yang aneh.

“Yah, terserah. Cukup dengarkan aku.”

“Ugh-gh!!”

Tsuchimikado tidak yakin apa itu adalah jawaban atau erangan.

“Seperti yang sudah kukatakan, Dokumen-C terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan bagi Gereja Katolik Roma. Bahkan, seorang akademisi abad 15 menyatakan bahwa dokumen itu palsu, dan dia benar. Kekuatan dan efek Dokumen-C sebagai sebuah benda spiritual sedikit berbeda.”

“Ggh-gh-ghh-gh!!”

“Kekuatan Dokumen-C yang sebenarnya bertindak pada skala yang jauh lebih besar. Kekuatannya membelokkan apa yang dikatakan oleh Paus Roma menjadi ‘informasi akurat’.”

Tsuchimikado dengan mulus menggerakkan bibirnya ketika berbicara dengan pelan.

“Contohnya, jika Paus mendeklarasikan bahwa anggota kepercayaan tertentu adalah musuh kemanusiaan yang mengganggu ketertiban umum, itu akan menjadi sebuah fakta sejak saat dia mengatakannya. Jika dia mendeklarasikan bahwa ‘tanganmu tidak akan terbakar jika kau menyentuh lempengan metal yang panas selama kau berdoa ketika melakukannya’, itu juga akan dipercayai tanpa bukti sedikit pun.”

“Ohh-gh-gh-gh!”

“Ayolah, Kami-yan! Paling tidak lihat ke arahku!”

Tubuh bagian atas Kamijou sedang bergetar parah tapi dia masih berhasil bicara.

“Jadi... jika dia menggunakan Dokumen-C itu... semua yang dikatakan sang Paus... adalah benar...?”

Sepertinya dia bisa mengikuti pembicaraan itu dengan cukup baik hingga bisa menangkap sampai situ. Kamijou sedang berusaha melihat apakah berbicara, bukannya mendengarkan, akan meringankan rasa sakit yang dialaminya. Itu adalah usaha terakhirnya.

“Jadi... dia bisa membuat apa pun yang dia inginkan menjadi nyata? ...Mirip Ars Magna dalam alkimia? ...Oghh!!”

“Tidak, bukan seperti itu.”

Tsuchimikado terlihat begitu santai hingga dia nyaris terlihat seperti akan bersenandung.

“Dokumen-C hanya bisa membuat orang-orang ‘percaya’ bahwa hal-hal yang dikatakannya benar. Tak peduli sekonyol apapun, dokumen itu membuat orang-orang berpikir bahwa itu pasti benar karena sang Paus mengatakan bahwa itu benar. Dokumen itu sebenarnya tidak mengubah hukum-hukum fisika.”

Tsuchimikado melakukan sesuatu ke layar sentuh yang terpasang pada sandaran tangan kursi.

“Dan juga, dokumen itu hanya membuat orang-orang percaya jika mereka memedulikan apa yang dikatakan Gereja Katolik Roma. Sebaliknya, orang-orang yang tidak peduli apakah yang dikatakan oleh Gereja Katolik Roma itu benar atau tidak, tidak terpengaruh olehnya. Entah lebih baik atau lebih buruk, benda spiritual ini hanya untuk digunakan oleh Gereja Katolik Roma saja.”

“J-j-jadi... itu adalah benda spiritual yang membuat orang-orang berpikir bahwa apa yang kaukatakan tu benar? T-tapi itu... Ugh.”

“Haha. Kurasa itu mungkin terdengar curang. Tapi ada banyak trik yang digunakan untuk menjaga keagungan seseorang jauh ketika hal-hal yang dikatakan orang yang kuat dianggap sebagai hukum absolut. Bagaimanapun juga, keagungan orang-orang yang memiliki kekuatan tu ditentukan dari apakah orang-orang memercayai hukum-hukum absolut mereka atau tidak. Dan jika kepercayaan itu goyah, seluruh negara bisa berada dalam bahaya. Bahkan di zaman Edo di Jepang ada praktek membelah seseorang jadi dua jika mereka mengatakan hal buruk tentang samurai. Apa ada cara lain yang lebih mudah untuk mengatur apa yang dipikirkan orang-orang?”

“J-j-j-j-jadi...mereka membuat Dokumen-C karena...”

“Ya, karena mereka takut. Mereka takut kehilangan kontrol dunia yang mereka ciptakan. Gereja Katolik Roma telah menghadapi berbagai krisis sepanjang sejarah. Tapi Gereja Kristen dan Tuhan harusnya absolut. Tuhan harusnya adalah entitas yang akan menyelamatkan manusia dari krisis apapun. Dan meskipun begitu, populasi Eropa jatuh begitu rendah ketika Wabah Hitam, banyak kegagalan selama Perang Salib, dan tidak ada yang tahu kapan Turki Usmani akan menyerbu Eropa.”

Tsuchimikado mengatakan semua ini dengan nada tidak berperasaan, tapi ada kilatan lembut di matanya.

“Pemikiran bahwa ‘Tuhan itu absolut’ ditantang berkali-kali. Dan Gereja Katolik Roma perlu menjaga agar pemikiran itu tetap ada. Itulah kenapa mereka memerlukan Dokumen-C. Dengannya, mereka bisa memastikan bahwa hati orang-orang akan tetap bersama mereka bahkan dalam krisis paling parah.”

Kau mungkin bisa mengatakan bahwa itu adalah sebuah benda spiritual yang mengisi celah antara kenyataan dan yang ideal.

Itu adalah alat yang melindungi harapan orang-orang dengan memaksa mereka untuk “percaya”.

Mungkin terlihat sedikit kejam, tapi di saat yang sama terdapat kebaikan dalam niat di baliknya.

(J-j-jadi Gereja Katolik Roma sedang menggunakan Dokumen-C itu...)

Kamijou mengambil napas dalam ketika berpikir.

(Mereka membuat orang memercayai bahwa informasi orang-orang Academy City lah yang jahat itu “benar”. Dan karena mereka memaksakan informasi itu pada orang-orang, kekuatannya muncul dalam bentuk gila berupa demonstrasi-demonstrasi ini.)

Kamijou lalu menggerakkan bibirnya yang sudah menjadi pucat karena efek gaya-G.

“T-t-t-t-tapi...jika mereka punya benda spiritual yang semengerikan itu...kenapa mereka belum menggunakannya...?”

“Karena efek Dokumen-C itu besar sekali. Sekali satu hal dinyatakan sebagai ‘benar’, sulit mengembalikannya bahkan dengan menggunakan Dokumen-C lagi. Karenanya, mereka tidak bisa menyatakan setiap hal kecil sebagai ‘benar’.”

Tsuchimikado menjawab pertanyaannya dengan mulus.

“Dan juga, Dokumen-C itu sebenarnya tidak semudah itu digunakan. Seperti yang sudah kukatakan, benda itu membuat orang-orang berpikir bahwa yang dikatakan Popa Roma itu ‘benar’. Tidak bisa digunakan siapa saja dan tidak bisa digunakan di mana saja. Dokumen itu awalnya dibuat agar hanya bisa digunakan ketika berada di pusat Vatikan. Perintah yang dikatakan menyebar ke seluruh dunia di saat yang sama dari sana melalui gari-garis ley.”

“Eh?Ghh... T-tapi bukankah kita...pergi untuk mencegah mereka menggunakannya?”

“Memang.”

“J-jadi kenapa Prancis? Kau barusan bilang...Dokumen-C hanya bisa...digunakan di Vatikan...”

“Hm? Oh, benar. Tentang itu.”

“D-dan...kau bilang...setelah mereka menggunakannya...mereka tidak bisa menghapus perintah itu, ‘kan? Tapi itu berarti...kita tidak bisa melakukan apa-apa...padanya.”

“Mari kita lihat. Pertanyaan mana yang harus kujawab lebih dulu?”

Ketika Tsuchimikado berbicara, sebuah nada elektronik halus terdengar dari pengeras suara di pesawat.

Lalu sebuah suara wanita yang terdengar sintetis membuat pengumuman. Pengumuman itu dalam bahasa asing, tapi Kamijou rasa bukan bahasa Inggris. Setelah mendengar pengumuman itu, wajah Tsuchimikado menjadi suram.

“...Yah, kelihatannya kita kehabisan waktu. Kami-yan, apa kau baik-baik saja? Kalau kau merasa tidak terlalu enak, coba ambil napas dalam dalam. Ayo, tarik napas.”

“Huhh.”

“Keluarkan.”

“Hoo.”

“Tarik napas lagi.”

“Huhh.”

“Dan keluarkan lagi.”

“Hoo.”

Setelah melakukan itu, Kamijou memang merasa lebih baik...atau paling tidak dia pikir dia merasa lebih baik.

Tapi wajah Tsuchimikado terlihat lebih suram lagi.

“Tidak terlihat begitu bagus. Mungkin kau akan merasa lebih baik kalau kau muntah? Yah, ayo, Kami-yan. Lepaskan sabuk pengamanmu dan ikuti aku. Ayo, tidak ada pramugari, jadi kau tidak perlu khawatir terlibat dalam masalah, Kami-yan.”

Tsuchimikado berdiri dari kursinya dengan tenang dan Kamijou dengan perlahan mengikuti. Kamijou tidak merasa seperti bergerak karena kehendak bebasnya sendiri; dia merasa seperti dilepaskan dari situasi yang ada dan tubuhnya bergerak dengan sendirinya.

Tsuchimikado berjalan melalui lorong antara kursi, membuka sebuah pintu, berjalan masuk ke lorong yang bahkan lebih kecil lagi, melangkah melalui sebuah lubang palka yang begitu pendek hingga kelihatannya kepalanya akan terantuk, dan berjalan ke dalam sebuah area yang hanya terdiri dari logam di mana suara deru bisa didengar dari segala arah.

(Kita di mana?)

Kamijou berada dalam kebingungan dan mengambil benda seperti ransel yang diberikan Tsuchimikado padanya.

“Ini. Pasang.”

“??? Tsuchimikado? Yang tadi apa, merasa lebih baik kalau aku muntah?”

“Jangan khawatir. Jangan khawatir. Aku akan segera membukanya, jadi cepat pasang itu.”

Tsuchimikado sudah memasang sabuk yang ada di ransel itu ke tubuhnya. Semuanya cukup berlebihan. Sabuk yang menghubungkan ransel itu padanya tidak hanya berada di kedua pundak, tapi mengelilingi perut dan dadanya juga.

Kamijou tidak terlalu mengerti apa yang sedang terjadi, tapi dia memasang sabuknya dengan cara sama seperti yang dilihatnya dilakukan Tsuchimikado.

“Oke, Kami-yan. Sepertinya kau sudah siap.”

Tsuchimikado menggunakan telapak tangannya untuk menekan sebuah tombol besar di dinding yang terlihat seperti tutup kaleng timah.

“Oke, sekarang kau bisa muntah sebanyak yang kauinginkan!!”

Kamijou mendengar suara keras yang aneh.

Tepat setelah Kamijou menyadari bahwa itu adalah suara pompa besar, bagian besar dari dinding itu tiba-tiba membuka, memperlihatkan hanya langit biru saja.

“Apa?”

Kamijou terkejut.

Dan sebelum dia sempat berpikir hal lain, angin keras muncul di dalam pesawat dan mulai menghisap semuanya ke luar.

“Ts-Ts-Ts-Ts-Tsuchimikadoooooooo!?”

Kamijou dengan panik menggenggam sebuah tonjolan di dinding, tap dia ragu dia bisa bertahan untuk waktu lama.

Di tengah angin yang bergemuruh, terdapat seringai besar di wajah Tsuchimikado.

“Ayo, Kami-yan. Kau sudah siap, jadi silakan muntah sebanyak yang kau mau.”

“Diam kau!! K-kenapa kau membuka pintu palka bagasi!?”

“Karena kalau kita mendarat di bandara Prancis seperti kumpulan idiot, para berengsek Katolik Roma itu akan tahu. Pesawat ini menuju London. Kita turun di tengah jalan di Prancis.”

“Apa kau bodoh!? Pikirkan seberapa cepat pesawat ini bergerak! Membuka pintu palka di kecepatan lebih dari 7000 kph akan mengoyak-ngoyak pesawat ini berkeping-keping!!”

“Maaf, tapi sudah terbuka.”

“Kita akan mati!!”

“Kaulah yang bodoh, Kami-yan. Kalau aku benar-benar melakukan itu, kita tidak akan bisa berbicara seperti ini.”

Pesawat itu pasti sudah menurunkan kecepatannya untuk menurunkan mereka. Dan memang benar bahwa Kamijou merasa lebih baik karena dia tidak terpengaruh oleh gaya G sebanyak sebelumnya...

“H-hei. Kalau begitu untuk apa kau menyuruhku mengambil napas dalam-dalam!? Tidak ada artinya, ‘kan!?”

“Ayolah, Kami-yan. Berhenti berusaha sia-sia dan lepaskan saja dindingnya.”

“Aku berterima kasih. Aku benar-benar berterima kasih kau mengkhawatirkanku!! Dan meskipun begitu kau baru saja menjadi seorang berengsek!!”

“Diam saja dan pergi.”

Tsuchimikado menendang tangan Kamijou dari tonjolan di dinding dan anak laki-laki berambut spiky itu kehilangan pegangan terakhirnya.

Angin keras yang bertiup ke luar pesawat mengangkatnya dan dia terbang keluar dari pintu palka bagasi menuju ke langit kosong.

Saat itu adalah tengah hari waktu lokal.

Di bawah langit biru yang menyegarkan, seorang siswa SMA sedang berteriak dari paru-parunya yang paling dalam.

“Gyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh!!”

Index v14 131.jpg

Hanya ada langit biru 360 derajat di sekelilingnya.

Mungkin karena dia mengayun-ayunkan tangan dan kakinya dan juga karena tahanan udara menggerakkan angin dengan cara yang aneh, tapi tubuhnya jatuh berbelok-belok dalam arah yang membingungkan.

(A-apa yang terjadi? Baru saja beberapa jam yang lalu aku bermain kompetisi forkball dengan Fukiyose. Jadi kenapa aku dijatuhkan ke langit di atas Prancis!?)

Ketika dia jatuh, dia berhasil melihat Tsuchimikado melompat dari pesawat, tersenyum seperti seseorang yang sangat berminat pada olahraga udara.

(Aku akan membunuhnya... Ketika kita sampai ke tanah, aku akan membuat si berengsek itu babak belur!!)

(...Sebenarnya, bagaimana kita akan mendarat dengan aman?)

Wajah Kamijou memucat.

Tapi kemudian ransel yang dipakainya meledak.

Sebuah parasut besar membuka dari dalamn ya. Pasti benda itu diatur agar aktif secara otomatis pada ketinggian tertentu.

Tapi itu benar-benar mengejutkan Kamijou.

“Ghhh!? Leherku! T-talinya tersangkut di-...!”

Dia tidak sempat menyelesaikan keluhannya.

Tangan dan kakinya menggantung lemas sementara dia melayang turun dalam postur yang sangat natural.

Dia tidak mungkin tahu bahwa parasutnya tertiup angin dan meleset dari area tempat dia seharusnya mendarat dan bahwa dia mendarat di Sungai Rhone yang dikenal memiliki lebar lebih dari 100 meter.



Part 3[edit]

Kamijou mendengar suara air.

Yang membuatnya bingung adalah suara itu datang dari mulutnya sendiri.

Parasutnya tertiup angin dan dia berakhir di tengah sungai. Dia tidak bisa menyentuh dasar sungai di bawah kakinya. Dia tidak begitu hebat dalam berenang, tapi juga tidak terlalu buruk. Tetapi, dengan bajunya yang basah dan parasut raksasa yang melilitnya, dia tidak terapung dengan baik.

Tidak ada tanda-tanda Tsuchimikado mendarat di dektanya. Tapi karena dia sedang tenggelam, terpisah dari Tsuchimikado adalah hal terkecil yang dikhawatirkannya.

Dia tidak tahu seberapa dalam air sungai itu.

Mungkin saja tidak terlalu dalam, tapi itu pasti cukup untuk menenggelamkan Kamijou karena betapa bingungnya dia. Air itu tidak melakukan apapun selain membuatnya panik.

Dia mulai mendayung dengan tangannya pada laju 2 atau 3 kali lebih lambat dari pikirannya yang berlomba.

Lengannya gemetar hebat.

Gemetarannya karena ototnya yang lemah, air yang merampok panas tubuhnya, dan ketakutan bahwa dia tidak akan pernah bisa mengeluarkan kepalanya dari dalam air. Semua ini membuatnya merasa seperti ada yang menahan gerakannya.

(Sial.)

Udara yang disimpannya di mulutnya bocor keluar.

Dia bisa melihat sinar matahari yang menyinari permukaan air di atas kepalanya.

Sinar yang bergoyang-goyang itu menghilangkan sense jaraknya.

(Dipikir-pikir, ini pernah terjadi padaku ketika aku dilemparkan dari kapal es di Chioggia...)

Ketika Kamijou memandangi permukaan air, dia melihat sesuatu yang terlihat seperti lentera aneh yang berputar-putar turun ke arahnya.

Permukaan air terbuka dengan sejumlah besar gelembung udara.

(...!!)

Sebelum Kamijou sempat terkejut, sebuah tangan langsing terulur dari balik tirai putih gelembung udara.

Baru saja dia sadar bahwa pasti ada seseorang yang terjun ke dalam air, tangan putih itu menggenggam pinggangnya.

Dia lalu ditarik ke atas oleh sebuah tenaga besar.

Anehnya tubuh Kamijou lemas ketika dia ditarik seperti oleh sebuah tali ke permukaan air.

Tidak sampai 10 detik bagi wajahnya untuk menembus permukaan air dan bertemu udara.

Dia mendengar suara percikan air yang besar.

Otot-otot yang menggerakkan tenggorokan dan paru-parunya tidak bekerja dengan baik.

“A-apa kau baik-baik saja!?”

Dia mendengar suara seorang gadis di dekatnya.

Parasutnya terus menjadi beban yang menarik tubuh Kamijou ke bawah. Gadis itu meninggikan suaranya sementara dia menyokong berat badan keduanya.

“Aku akan menuju tepi sungai. Jangan lemas begitu!!”

Ketika merka sampai ke dekat sisi sungai...atau lebih tepatnya bagian yang lebih dangkal dari sungai itu, Kamijou berhasil duduk. Karena baju dan parasutnya menyerap begitu banyak air, dia merasa sangat berat. Dan tali parasutnya terbelit-belit ketika dia berusaha di dalam air membuat parasutnya tidak lebih dari sebuah beban saja.

“A-apa begini caranya?”

Gadis itu mengulurkan tangan langsingnya.

Kamijou mendengar sebuah suara klik besar dan mendapati dirinya akhirnya terbebas dari parasut itu.

Dia melihat ke atas dan melihat matahari yang tinggi di langit, jadi saat itu pasti baru saja lewat tengah hari. Tapi tidak ada orang lain di sekitar, selain Kamijou dan gadis itu. Mungkin orang-orang tetap berada di dalam gedung karena ketakutan pada demonstrasi dan kerusuhan.

Dia melihat sekelilingnya.

Ada sebuah jembatan batu berbentuk melengkung di dekatnya, tapi jembatan itu hancur setengah dan hanya memanjang hingga ke tengah sungai

Gadis itu mungkin melompat ke dalam air dari sana.

Kamijou lalu berbalik ke arah gadis yang menyelamatkannya.

Dia harusnya berada di Prancis, tapi gadis itu adalah orang Jepang.

Dia terlihat seumuran dengan Kamijou.

Dia berambut hitam sebahu dan berkelopak mata ganda. Dia memakai tank top warna pink dan celana putih setinggi lutut. Siluet keseluruhannya langsing.

“Apa ada air yang tertelan...?”

Gadis yang melihatnya dengan khawatir terlihat familier.

Dia cukup yakin bahwa gadis itu adalah...

“Uhuk. Itsuwa dari Amakusa?”

“Ah, iya. Senang bertemu kau lagi.”

Itsuwa menundukkan kepalanya dengan manis.

Tapi dia seharusnya tinggal di London bersama anggota Amakusa yang lain. Dia tidak akan berada di Prancis tanpa alasan.

(Kenapa Itsuwa ada di sini? ...Sebenarnya, cuma ada satu alasan kenapa dia ada di sini.)

“Hei, Itsuwa. Apa kau dipanggil ke sini oleh Tsuchimikado?”

“Um... Siapa Tsuchimikado-san?”

Tidak seperti harapan Kamijou, Itsuwa memiringkan kepalanya ke samping kebingungan.

“Uhuk. Hah, bukan itu?” Kamijou jelas tidak menyangka hal itu. “Maksudku, kau pasti ada di sini karena Gereja Katolik Roma menggunakan Dokumen-C untuk menyebabkan demonstrasi dan protes-protes di seluruh dunia, ‘kan?”

“B-bagaimana kau bisa tahu tentang itu!?”

Itsuwa mengangkat tangannya ke mulutnya terkejut.

“M-memang benar kami sedang menginvestigasi Dokumen-C, tapi bagaimana kau tahu tentang petunjuk yang kami dapatkan setelah begitu lama mencari!? Kurasa inilah yang diharapkan dari orang yang mengalahkan Priestess[3] dalam satu pukulan saja!!”

Matanya entah kenapa bersinar-sinar, tapi Kamijou tidak mengingat hal semacam itu karena ingatannya yang hilang. Sebenarnya hal ini sedikit membuatnya takut.

(Hal macam apa yang kulakukan pada Kanzaki?)

“Um, yah, uh... Kenapa kau tiba-tiba melayang turun dengan parasut? Apa sekolahmu di Jepang baik-baik saja?”

Kamijou dihadapi oleh pertanyaan yang lebih dasar lagi.

Dia menggaruk rambutnya yang basah oleh air sungai yang kotor ketika menjawab.

“Aku datang ke sini dengan Tsuchimikado untuk menghentikan Dokumen-C. Apa Gereja Anglikan tidak memberitahumu tentang tindakan Tsuchimikado?”

“Kami sedang menginvestigasi garis-garis ley dan sifat-sifat sihir lain dari tanah di Prancis karena permintaan dari Gereja Anglikan.”

“Aku mengerti.”

Kamijou tidak begitu memperhatikan. Tapi kemudian dia mengerjap.

“Kami?”

“Iya,” kata Itsuwa mengangguk kecil. “Ke-52 anggota siap tempur Gereja gaya-Amakusa . Kami semua berkeliling di kota-kota besar Prancis. Aku bertanggung jawab untuk Avignon, tapi kemudian kau jatuh dari langit...”

“...Begitu. Jadi ini Avignon.

Dia diseret dan dijatuhkan dari pesawat oleh Tsuchimikado, jadi dia tidak tahu sama sekali di mana dia berada. Ketika dia memikirkannya, dia sangat beruntung bertemu dengan seorang Jepang yang dia kenal.

Dan karena Tsuchimikado membawanya ke Avignon, kemungkinannya tinggi bahwa Gereja Katolik Roma menyimpan Dokumen-C di sini.

Ini berarti tempat ini adalah markas musuh.

Dan Kamijou jatuh tepat ke tengahnya.

“Hei, Itsuwa. Tsuchimikado bilang Dokumen-C hanya bisa digunakan di Vatikan.”

“I-itu benar.”

“Jadi kenapa kalian menginvestigasi Prancis dan bukan Itali? Aku menanyakan ini padanya, tapi aku dilempar keluar dari pesawat sebelum dia sempat menjawab.”

Itsuwa pasti berpikir bahwa bagian terakhir itu adalah semacam lelucon yang tidak dimengertinya, karena dia kelihatan tersenyum terpaksa.

Lalu Itsuwa mengingat sesuatu.

“U-um... Bisakah aku mengambil tasku sebelum menjawabnya?”

“Tasmu?”

“Aku meninggalkannya di atas jembatan. A-aku sedikit khawatir kalau tasku dicuri.”

Dia pasti mengacu pada jembatan melengkung setengah-hancur yang ada di dekat mereka.

Sepertinya, dia benar-benar melompat dari jembatan itu.

“Aku mengerti. Oh, dan terima kasih. Aku benar-benar akan berada dalam masalah jika kau tidak menyelamatkanku.”

“T-tidak, tidak! Itu bukan apa-apa, benar!!”

Itsuwa menggelengkan kepalanya dengan kecepatan mengagumkan dan melambai-lambaikan kedua tangannya di depan wajahnya ketika mengatakan itu. Tetesan kecil air terbang dari ujung jemarinya.

Melihat itu, Kamijou menanyakan satu pertanyaan padanya.

“Oh, satu lagi, Itsuwa. Apa kau punya baju ganti di tasmu?”

“Eh? Y-ya, Gereja gaya-Amakusa memang menspesialisikan diri pada kerahasiaan.”

Dia kebingungan karena pertanyaan Kamijou yang tiba-tiba, tapi sedikit rasa bangga bisa terlihat di ekspresinya ketika memberikan penjelasan itu.

“Hampir semua barang bawaanku ada di hotel, tapi aku punya sepasang baju ganti untuk menguntit seseorang atau untuk kabur. Walaupun aku belum menggunakannya sampai sekarang.”

“Begitu. Bagus.”

“?”

Itsuwa masih tidak mengerti apa yang dibicarakan Kamijou.

Tapi Kamijou merasa ragu untuk memberitahunya secara langsung.

Jadi dia mengalihkan pandangannya dari Itsuwa ke arah langit biru dan menunjuk ke apa yang sedang dibicarakannya.

“...”

Itsuwa mengikuti jari Kamijou dengan matanya dan melihat apa yang sedang ditunjuknya.

Dadanya.

Lebih spesifik lagi, ke tank top warna pink yang sudah bisa dilihat tembus dan melekat pada tubuhnya karena basah dan karenanya menyebabkan siluet penuh tubuhnya terlihat.



Part 4[edit]

Jadi, Itsuwa adalah seorang gadis dengan kepribadian yang jujur dan damai.

Meskipun Kamijou sedang menunjuk langsung ke masalahnya, dia tidak melakukan tindakan eksentrik seperti menampar Kamijou, menggigit kepalanya, memanggangnya dengan listrik satu milyar volt, atau hal lain. Wajahnya hanya menjadi merah padam dan tertawa getir. Dia hanya mengatakan, “Ah. Ah ha ha. Maaf sudah menunjukkannya padamu. Ah ha ha ha ha,” dan menyilangkan tangannya untuk menyembunyikan dadanya dan berlari kecil ke arah jembatan batu tempat tas berisi baju gantinya berada.

Dia tersenyum, tapi ada sedikit tanda air mata di matanya. Terasa seperti reaksi yang dewasa dan bijaksana.

“Hmm...”

Entah kenapa, Kamijou merasa sangat canggung tentang semua ini.

Dia memandang ke kejauhan, berharap Itsuwa paling tidak berteriak atau semacamnya.

Sepuluh menit kemudian, Itsuwa kembali dengan memakai baju yang berbeda, membuat Kamijou bertanya-tanya di mana dia mengganti bajunya. Sekarang dia kering, tapi dia pasti masih berbau air sungai, karena Kamijou tahu bahwa dia memakai parfum.

“M-maaf membuatmu menunggu.”

Itsuwa membawa tas besar di bahunya.

Dia memakai blus hijau pucat seperti-es krim dan celana coklat tua yang cukup pendek untuk membuat pahanya terlihat. Blusnya terbuat dari bahan yang sangat tipis hingga nyaris membuatmu berpikir bahwa kau bisa melihat tembus jika matahari bersinar di atasnya. Pakaiannya tidak tertutup oleh kancing, tapi sekadar diikat tepat di atas pusar.

Hanya pakaian itu yang dipakainya di tubuh bagian atasnya.

“...I-Itsuwa-san?”

“A-aku tidak punya pilihan lain! Aku cuma punya baju ini untuk dipakai di atas tank top-ku agar membuatnya terlihat seperti pakaian lain! Jadi tolong jangan katakan apa-apa!!”

Sepertinya dia mengatakan yang sebenarnya, karena setelah diperiksa lebih jauh, blus itu bahkan tidak memilik kancing. Mengikat bagian depannya adalah satu-satunya cara untuk membuatnya tetap tertutup.

Dia pasti tahu bahwa dia sedang menantang batas dengan pakaian itu, karena dia sedikit meringkuk untuk menghindari pandangan diam Kamijou.

Tapi dia terjebak dalam situasi ini karena dia lompat ke sungai untuk menyelamatkan Kamijou.

Kamijou menggunakan seluruh sumber daya yang terbatas dari otaknya untuk berusaha mencari sesuatu untuk dikatakan.

“Yah, dengan cara berpakaian Kanzaki, ini tidak apa-apa, ‘kan?”

“Priestess tidak berpakaian seperti pelacur seperti ini!!”

Itsuwa langsung menyangkal bahwa Kanzaki berpakaian tidak sopan, tapi kemudian kembali sadar bahwa dia sendiri sedang berpakaian “seperti pelacur” dan seluruh wajahnya memerah.

(Yah, dengan bagaimana Kanzaki bertindak seperti bisa berpesta sepanjang malam, pakaiannya bekerja. Dengan Itsuwa yang malu, berusaha menyembunyikan dirinya sendiri, dan menggeliat-geliat, pakaian ini membuatnya lebih mencolok lagi.)

“Aku tidak begitu tahu siapa Tsuchimikado-san itu, tapi, kalau kau di sini untuk mengambil Dokumen-C, mungkin kita bisa bekerja bersama sampai kau bertemu dengannya.”

Itsuwa mungkin ingin memindahkan topik pembicaraan dengan cepat dari pakaiannya, karena dia sedikit memaksakan topiknya ke arah tugas mereka.

Karena Kamijou tidak tahu bahasa Prancis sedikit pun dan tidak membawa paspor, dia tidak bisa kembali ke Jepang sendiri begitu saja, jadi dia berharap semuanya akan berhasil jika dia mengikuti saran Itsuwa.

“Y-yah, akan sangat membantuku jika kita bisa melakukan itu.”

“Oke, pertama, mari cari tempat untuk duduk. Kita bisa mendiskusikan beberapa hal.”

Kamijou baru saja akan menyetujui, tapi kemudian dia melihat ke bawah dan melihat seperti apa dia terlihat.

“Aku basah kuyup... Paling tidak aku ingin membersihkan lumpur ini.”

Punggung Itsuwa tiba-tiba menegak setelah mendengar komentar kasual Kamijou.

Dia dengan segera mengobok-obok tasnya.

“Y-y-yah...A-aku punya handuk basah yang bisa kau...”

Sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, sebuah handuk menutupi kepala Kamijou.

Kamijou berbalik terkejut dan melihat seorang pria kulit putih yang berjalan dengan seekor anjing besar. Pria itu bahkan tidak berbalik dan melambaikan sebelah tangannya sambil mengatakan sesuatu dengan nada jengkel yang pasti berarti sesuatu di sekitar “Kau bisa menyimpannya”.

“...Ah. Ada orang baik di sini. Kenapa orang Prancis punya cara keren untuk melakukan segalanya? ...Hm? Itsuwa, kenapa kau menegang seperti itu?”

“T-tidak ada apa-apa...”

Pundak Itsuwa melorot. Kamijou memiringkan kepalanya bingung sambil menyapu lumpur dari wajah dan pakaiannya dengan handuk itu.

“Oh, iya. Mereka mengadakan demonstrasi dan kerusuhan itu di sini, ‘kan? Apa ada pemeriksaan? Kau tahu, aku tidak membawa pasporku denganku.”

“Ada cukup banyak pemeriksaan, tapi paling jauh mereka hanya memeriksa barang bawaanmu. Aku rasa mereka tidak akan menanyakan paspormu. Dan aku bisa menipu pemeriksanya dengan menggunakan sihir.”

Itsuwa mengatur kembali tali tas di bahunya sambil menggumamkan sesuatu tentang handuk hangat bekerja lebih baik dibanding handuk biasa.


Avignon.

Kota tua di Prancis bagian Selatan itu dikelilingi dinding kastil sekitar 4 kilometer. Ada sejumlah besar bangunan yang dipadatkan ke dalam ruang terbatas itu. Di zaman keemasannya, kota itu memiliik pengaruh besar pada seluruh budaya Eropa. Sebagiannya karena ini, kota itu masih menjadi salah satu tempat turistik terdepan di Prancis.

“...Hmm. Jadi kau sedang menginvestigasi Avignon untuk Dokumen-C? Aku mengerti sejauh itu, tapi...” Kamijou meminta penjelasan dari Itsuwa selagi mereka berjalan melewati gerbang kastil yang melengkung menuju ke dalam dinding besar dari batu dan ke dalam kota tua Avignon yang dikelilingi dinding.

Mereka memasuki sebuah area seperti plaza dan Kamijou melihat tempat yang terlihat seperti kafe yang buka. Di tanda kafe itu yang ada di sisi jalan tertulis sesuatu dalam bahasa Prancis (paling tidak Kamijou rasa begitu. Dia tidak yakin.) dan dalam bahasa Inggris. Pasti itu adalah sebuah kafe untuk turis karena kafe itu memiliki banyak hal untuk membantu akomodasi orang-orang yang datang ke sini untuk pertama kalinya.

Itsuwa membawa Kamijou menjauh dari plaza itu dan ke dalam sebuah lorong kecil. Kamijou mengasumsikan bahwa pasti ada tempat tersembunyi yang diketahui Itsuwa.

“Aku tahu kau bilang kita akan pergi ke tempat di mana kita bisa duduk, tapi...”

“Y-ya?”

“Kenapa Drory Coffee? Maksudku, aku tahu kalau itu perusahaan asing, jadi tidak mengejutkan kalau ada di Prancis, tapi ini tidak persis dengan rantai toko yang ada di Jepang. Tidak bisakah kita pergi ke toko yang lebih...kau tahu, jenis tempat yang tidak terlalu terkenal yang didirikan oleh pasangan tua atau semacamnya?”

“Y-yah, ada tempat-tempat seperti itu, tapi...”

Itsuwa terdengar seperti meminta maaf.

“Um... Tempat-tempat seperti itu biasanya banyak dikunjungi penduduk lokal, jadi orang Jepang seperti kita akan lebih mencolok. Akan jauh lebih aman berada di sebuah rantai toko yang banyak dikunjungi turis Jepang...”

“Nnn...” Kamijou mendesah.

Dia sedikit setuju dengan Itsuwa, tapi kemudian dia menyadari sesuatu yang lain.

“...Tunggu sebentar, Itsuwa. Aku masih cukup kotor.”

Dia telah diberikan handuk di sungai tadi, tapi dia tidak bisa membersihkan semuanya dengan itu. Dia hampir sepenuhnya kering sekarang, tapi lumpurnya tidak akan pergi ke mana-mana.

“Kalau aku masuk ke toko seperti ini, bukankah aku akan ditendang keluar ketika mereka melihatku?”

“Kau akan baik-baik saja.” Itsuwa menjawab dengan biasa. “Dengan keadaan sekarang, kau baik-baik saja.”

Kamijou mengerti apa yang dimaksudnya segera setelah dia masuk ke dalam toko.

Tata ruang toko itu persis sama dengan toko-toko rantai yang sama di Jepang.

Dinding yang menghadap jalan ditutupi kaca dan di depan kaca itu terdapat meja panjang dengan kursi yang berjejer di depannya. Bagian tengah ruangan memiliki meja restoran untuk empat orang dan konter tempat memesan berada jauh di belakang. Kamijou tidak bisa membaca bahasa Prancis, tapi dari tanda “dilarang merokok” di atas plakat-plakat yang ditempatkan di sekitar toko, seluruh toko itu pasti merupakan area “tanpa rokok”.

Satu-satunya perbedaan dari toko di Jepang adalah orang-orang di dalamnya.

Tentu saja, orang-orang itu adalah orang Prancis dan bukan orang Jepang.

Tidak ada orang di sekitar tempat dia mendarat dengan parasut, tapi toko itu penuh. Mereka mungkin takut pada demonstrasi dan kerusuhan, tapi mereka masih harus keluar untuk bekerja. Orang-orang hanya pergi ke tempat ke mana mereka harus pergi yang menyebabkan arus manusia terkonstentrasi ke area-area spesifik.

Dan ada satu perbedaan lagi.

Mayoritas pengunjung berambut dan berpakaian acak-acakan, dipenuhi lumpur, dan perban-perban membalut anggota tubuh mereka. Semuanya, dari orang dewasa yang terkuat hingga anak yang paling kecil, paling tidak memiliki memar di wajahnya. Kau akan sangat kesulitan mencari seseorang yang tidak terluka.

“Jadi ini hasil dari demonstrasi dan protes-protes itu...”

Kamijou menghela napasnya ketika bicara.

Sejauh ini, Academy City dan Gereja Katolik Roma telah menunjukkan oposisi satu sama lain, tapi belum ada aksi militer penuh yang dilakukan. Tapi meskipun begitu, ini telah menyebabkan perunahan yang memiliki efek nyata pada dunia. Meskipun tidak ada seorang pun yang menginginkan perubahan mengerikan ini.

“Kita harus melakukan sesuatu tentang ini secepat mungkin,” kata Itsuwa dengan suara pelan.

“...Aku tahu. Dan kita di sini untuk mencari tahu cara melakukannya,” jawab Kamijou.

Ini bukan waktunya untuk makan dengan santai, tapi Itsuwa mengatakan bahwa mereka akan terlihat mencolok jika mereka duduk tanpa memesan apa-apa. Kamijou setuju karena dia pasti akan merasa canggung berdiskusi sambil dipelototi oleh para pegawai, dan dia pergi menuju konter.

Tentu saja, wanita muda yang berdiri di balik meja kasir adalah orang Prancis.

(Sekarang...)

“I-Itsuwa-san. Karena aku ada di Prancis, apa aku harus bicara bahasa Prancis?”

“Apa?”

“Aku sedang berpikir apakah ada kemungkinan orang Prancis mengerti bahasa Inggris.”

“Yah, kurasa kebanyakan orang di UE mengerti bahasa Inggris. Tidak seperti negara pulau seperti Jepang, rasa nasionalitas di sini sedikit lebih lemah. Lihat, pengunjung di sana orang Jerman. Oh, dan yang itu orang Itali. Karena mereka harus bicara dengan orang-orang dari banyak negara berbeda, kebanyakan pegawai yang menangani pengunjung di toko berantai harus tahu bahasa lain selain bahasa Prancis.”

“A-aku mengerti!” Kamijou tiba-tiba dipenuhi motivasi.

Waktunya telah tiba untuk menunjukkan hasil kerja kerasnya dengan aplikasi “English Training Made Easy” di ponselnya.

Dia sebenarnya sedikit jatuh semangat karena dia terjebak di latihan tingkat 4, tapi ini bukan waktunya mengkhawatirkan itu. Dia berjalan dengan penuh tujuan dan bicara sebelum pegawai itu sempat menanyakan pesanannya.

“Coffee and sandwich, please!!”

Pengucapannya sedikit buruk, tapi kasir wanita itu mengangguk.

(D-dia mengerti aku!!)

Tapi tepat ketika Kamijou merayakan kemampuan bahasa Inggrisnya, wanita itu mengatakan sesuatu dalam bahasa asing yang pasti berarti “Semuanya 7 euro”.

Kamijou panik.

Mereka tidak menerima yen.

“A-apa yang harus kulakukan...!!”

Ekspresi Kamijou membuatnya terlihat seperti baru saja disambar petir, tapi Itsuwa memberikannya selembar uang Euro.

(Oke, aku harus membayarnya balik. ...Tunggu, satu Euro itu berapa yen?)

Ketika Kamijou bertanya-tanya tentang itu, Itsuwa berkata pada pegawai itu.

“U-um, aku ingin satu espresso, satu sandwich babi hitam, dan stik sayuran yang menyehatkan.”

Pegawai Prancis itu mengangguk lagi, menunjukkan dia mengerti dan Kamijou teriak syok.

“Ehh, bahasa Jepang!? Aku tadi bisa memakai bahasa Jepang!?”

Ketika dia melihat lebih dekat pada para pegawai, dia menyadari bahwa mereka memiliki sejumlah badge berbentuk bendera di bahunya. Badge-badge itu kemungkinan besar menunjukkan bahasa-bahaa yang mereka mengerti.

Ini membuat Kamijou benar-benar meragukan kemampuan bahasa Inggrisnya. Mungkin saja wanita itu mengerti pengucapan Kamijou hanya karena dia tahu bahasa Jepang.

Kamijou cukup sedih ketika dia mengambil bakinya dan pergi lebih dulu untuk mencari meja. Itsuwa datang beberapa saat kemudian.

Pertama Itsuwa meletakkan bakinya ke atas meja, lalu meletakkan tas yang tergantung dari punggungnya ke dekat kakinya.

Kamijou bisa mendengar suara dentang metalik berat dari dalam tasnya.

“...?”

Dia melihat ke arah tas itu.

Ketika dia melakukan itu, wajah Itsuwa memerah dan dia menggoyang-goyangkan tangannya di depan wajahnya.

“J-jangan khawatir tentang itu.”

“Yeah, tapi...”

Dia baru saja akan melanjutkan ketika Itsuwa bicara nyaris tanpa menggerakkan bibirnya.

“(...Um, aku punya senjata di dalamnya.)”

“Hah?”

“(...Gagangnya dipisahkan jadi lima bagian. Ketika aku perlu menggunakannya, aku bisa menyambungkan bagian-bagiannya untuk membuat sebuah tombak. Aku tahu kalau menambah sendi membuat tombaknya sedikit lebih lemah, tapi dengan begini aku bisa membawanya bersamaku.)”

(Setelah kupikir-pikir, aku memang melihatnya mengayun-ayunkan tombak besar di Chioggia.)

“Omong-omong, apa kau sudah bisa menghubungi orang bernama Tsuchimikado itu?”

“Belum.”

Kamijou mengeluarkan ponselnya dari kantungnya.

“...Kami terpisah ketika turun dan aku tidak bisa menghubunginya. Aku bisa membuat panggilan keluar, tapi sepertinya ponselnya mati atau dia berada di luar jaringan. ...Yah, kalau dia, dia pasti tidak apa-apa tak peduli apa yang terjadi.”

Dia mencoba meneleponnya sekali lagi, tapi tidak ada tanda-tanda panggilan itu terhubung dengan ponsel Tsuchimikado.

(Ini ponsel yang tangguh. Aku jatuh ke dalam sungai itu dan ponsel ini masih baik-baik saja.)

Kamijou memasukkan ponselnya kembali ke kantungnya.

Kamijou bermaksud melakukan diskusi strategi dengan Itsuwa sambil memakan sandwich-nya, tapi kemudian dia menyadari tidak ada tisu di bakinya.

“Ah, sekarang bagaimana? Aku ingin mengelap tanganku sebelum makan...”

Entah kenapa, mata Itsuwa bersinar-sinar setelah mendengar komplainnya.

“K-k-k-k-kalau begitu, aku bisa...”

Wajahnya merah padam dan dia mulai mengaduk-ngaduk tas di dekat kakinya, tapi kemudian seorang pegawai wanita yang sedang mendekati mereka mengatakan sesuatu dalam bahasa Prancis yang terdengar seperti permintaan maaf dan meletakkan setumpuk tisu.

Itsuwa membeku dalam syok sambil entah kenapa mengulurkan sebuah handuk basah milik pribadi.

Setelah mengelap tangannya dengan tisu, Kamijou memutuskan untuk masuk ke masalah utama.

“Jadi, sebelumnya kau bilang bahwa kau ada di sini untuk menginvestigasi sekitar Avignon...Hah? Ada apa, Itsuwa?”

“T-tidak ada apa-apa...”

Dia terlihat kehilangan seluruh tenaganya seperti tanaman rumah yang ditinggalkan terlalu lama di samping jendela selama musim panas.

Kamijou mulai bicara lagi.

“Jadi kau sedang mencari-cari di sekitar Avignon, ‘kan? Jadi kenapa kau mencari di Prancis dan bukan Vatikan? Apa kau menemukan hal yang mencurigakan?”

“I-iya,” Itsuwa mengangguk. “Sebenarnya aku berencana untuk mengumpulkan sedikit informasi lagi, lalu menghubungi anggota Amakusa lain yang tersebar di Prancis.”

“Jadi kau menemukan apa yang kau cari?” Kamijou menanyakan untuk konfirmasi dan Itsuwa tidak menyangkalnya.

“Apa kau tahu gedung yang disebut Istana Paus?”

“?”

“Itu adalah fasilitas Katolik Roma terbesar di Avignon. Atau lebih tepatnya, kota Avignon dibangun mengelilinginya.”

“Paus...” gumam Kamijou.

(Dengan “paus”, apa maksudnya paus “Sang Paus” yang itu?)

“Hm? Tapi bukankah harusnya Istana Paus ada di Vatikan? Namanya membuatnya terdengar sangat penting.”

“Yah...” Itsuwa memulai bicaranya.

Kelihatannya dia kesulitan mencari tahu apa yang harus dikatakan.

“Ada keadaan rumit yang menyelimuti kota Avignon.”

“Keadaan rumit?”

“Di akhir abad ke-13, ada perselisihan antara Paus Katolik Roma dan raja Prancis. Dan pemenang perselisihan itu adalah raja Prancis. Dia mendapatkan hak untuk memerintah Sang Paus pada saat itu. Salah satu perintahnya adalah agar Sang Paus meninggalkan markasnya untuk datang dan tinggal di Prancis.

“Ini memulai apa yang dikenal sebagai Kepausan Avignon,” tambah Itsuwa.

“Dan markas Sang Paus saat itu adalah Vatikan?”

“T-tidak. Saat itu dikenal sebagai Negara Kepausan.

“Tampaknya, Prancis ingin mengontrol Sang Paus untuk menggunakan berbagai keistimewaan dan keuntungan yang dimiliki Gereja Katolik Roma. Avignon dipilih sebagai tempat untuk memenjarakan Sang Paus. Dan istana tempat dipenjarakannya Sang Paus dinamakan Istana Paus.”

“Dipenjarakan, huh?”

“Selama 68 tahun Kepausan Avignon, ada beberapa Paus dan mereka semua terpaksa bertindak sebagai Paus dari sini.”

Itsuwa mengunyak sebuah stik sayuran.

“Tapi ada banyak hal yang harus dilakukan Sang Paus yang hanya bisa dilakukan di Negara Kepausan. Hal-hal seperti pentahbisan para Kardinal dan berbagai rapat dewan ekumenis bisa dilakukan oleh seorang wakil. Tapi hal-hal yang harus dilakukan di dalam Negara Kepausan, di gedung-gedung di dalam Negara Kepausan, atau dengan benda-benda spiritual tertentu di dalam Negara Kepausan tidak bisa dilakukan dari Avignon dengan cara yang sama.

“Melakukannya akan sama dengan menciptakan Negara Kepausan yang benar-benar baru,” jelas Itsuwa. “Jadi Gereja Katolik Roma perlu menyiapkan sebuah trik.”

“Trik?”

“Mereka tidak bisa menciptakan alat-alat di Avignon yang sama dengan yang mereka miliki di Negara Paus , tapi dengan membuat saluran magis ke Avignon, mereka bisa mengontrol alat-alat di Negara Kepausan dari jarak jauh.”

“...Jadi mirip dengan menghubungkan sebuah komputer agar bisa mengakses server besar?”

“Ketika Sang Paus pindah kembali dari Prancis di akhir Kepausan Avignon, saluran itu harusnya sudah diputuskan, tapi dari pola detak magis di area ini, pasti ada sebuah fasilitas yang masih tersambung di mana mereka bisa menggunakan Dokumen-C atau mereka mungkin menyambungkan kembali saluran yang putus itu.”

“Hm...” Kamijou mengangguk.

Dia berpikir tentang apa yang baru saja diberitahukan padanya, lalu bicara.

“...Apa kau sudah memeriksa ke dalam Istana Paus?”

“B-belum.”

Itsuwa mengerut di kursinya dan menggelengkan kepalanya.

“Aku hanya disuruh menginvestigasi... Setelah aku punya cukup informasi, aku harusnya menghubungi Paus Pengganti[4] agar sebuah tim besar bisa dikumpulkan dan menerobos masuk bersama-sama.”

Tampaknya, Tatemiya Saiji, si Paus Pengganti, memiliki sebuah “benda spiritual spesial” yang diturunkan oleh anggota Amakusa, tapi kelihatannya Itsuwa berpikir bahwa bertindak sendirian bukanlah ide yang bagus ketika berhubungan dengan sebuah benda yang memengaruhi seluruh dunia.

(...Setelah dipikir-pikir, ini membuat aksiku dan Tsuchimikado cukup tidak biasa, ya ‘kan?)

“Karena Tsuchimikado datang ke sini, dia pasti telah memastikan bahwa Avignon kelihatan mencurigakan dari sumber informasi lain. Yang berarti kemungkinan kau benar tentang Gereja Katolik Roma menggunakan Dokumen-C di dalam Istana Paus itu tinggi.”

Tapi kemudian Kamijou memikirkan hal lain.

“Dokumen-C itu milik Gereja Katolik Roma, ‘kan?”

“I-iya.”

“Jadi kenapa dokumen itu harus digunakan di dalam Negara Kepausan?...atau sekarang Vatikan, kurasa. Aku tidak bisa memikirkan alasan apa pun kenapa mereka tidak bisa mengeluarkannya dari markas mereka. Dan hanya karena mereka bisa mengontrol alat-alat di Vatikan dari Avignon tidak berarti ada sihir yang hanya bisa diaktifkan di dalam Avignon, ‘kan?”

“Yah, ada beberapa teori tentang itu...”

Itsuwa berpikir sejenak kemudian melanjutkan.

“Mungkin butuh waktu yang lama untuk mendapatkan persetujuan untuk menggunakan Dokumen-C. Seluruh 141 Kardinal di tingkat teratas Gereja Katolik Roma harus menyetujuinya. Sang Paus memiliki kekuatan besar di dalam gereja, tapi dia tidak bisa menggunakan Dokumen-C hanya berdasarkan keputusannya sendiri saja. Kurasa itulah kenapa dokumen itu jarang digunakan sampai sekarang.

“Ada konflik antara faksi-faksi di dalam Gereja Katolik Roma dan peraturan itu mencegah Dokumen-C digunakan selama konflik-konflik tersebut

“Menurut informasi yang kudengar, mereka tidak memerlukan persetujuan seluruh Kardinal untuk mengendalikan dengan dokumen melalui Avignon karena metodenya begitu tidak biasa. Tapi di saat yang sama, karena mereka tidak mengaktifkannya di Vatikan secara langsung, persiapan yang harus dilakukan di Avignon menyebabkan pengaktifan dokumen itu tidak secara instan seperti biasanya. Dan itu berarti jika kita menghentikan Dokumen-C sekarang, kita mungkin bisa menghentikan sepenuhnya kekacauan yang menyebar ke seluruh dunia.”

“Tapi bagaimanapun juga, kau harus menginvestigasi Istana Paus, hm...”

“A-aku hanya perlu sedikit informasi lagi agar cukup untuk membuat yang lainnya bergerak. Kurasa kami akan siap untuk menyelinap masuk ke dalam Istana dalam beberapa hari.”

Ini adalah perang antara Sains dan Sihir, tapi Itsuwa dan anggota Amakusa lainnya sepertinya bertarung untuk menghentikan Gereja Katolik Roma.

Anglikan sepertinya tidak menyukai fakta bahwa Gereja Katolik Roma sedang memegang tali kekang sisi Sihir. Di sisi lain, mereka juga tidak ingin membuat masalah langsung ke mereka sendiri. Dia mengatakan “Amakusa”, bukan “Gereja Anglikan”. Dengan kata lain, Gereja Anglikan menggunakan anggota Amakusa untuk menghentikan Dokumen-C, dan jika Amakusa gagal, mereka akan mengatakan bahwa itu hanyalah sebuah faksi kecil yang bertindak di luar kendali mereka.

“...”

Kamijou terpisah dari Tsuchimikado.

Dia merasa bekerja sama dengan Itsuwa dalam rencananya menyusup ke dalam Istana Paus adalah rencana yang lebih baik dibandingkan menuju ke sana sendirian sekarang.

Itu berarti dia harus membantu Itsuwa mengumpulkan informasi yang dia perlukan.

“Itsuwa, apa ada yang bisa kubantu?”

“Eh?”

“Kau bilang kalian tidak akan menyusup ke dalam Istana sampai beberapa hari ke depan, tapi kita perlu menyelesaikan ini secepat mungkin.”

“I-itu benar. Kalau begitu...”

Itsuwa terlihat kebingungan bagaimana dia harus menjawab pertanyaan Kamijou.

Tapi dia tidak pernah mendapat kesempatan untuk menjawabnya.

Terdengar suara pecah yang keras ketika seluruh jendela yang menghadap jalan pecah bersamaan.

Bukan karena lemparan batu. Bukan juga karena dipukul dengan pipa logam atau pemukul baseball.

Karena tangan manusia.

Ratusan tangan mendorong kaca jendela itu bersamaan dan tekanan yang dihasilkannya memecahkan kaca itu. Banyak teriakan dari dalam toko dan segerombolan orang membanjiri toko itu. Seperti adegan dalam film zombie.

Kamijou dengan cepat menyadari apa yang menyebabkan kejadian yang jelas tidak biasa ini.

“Kerusuhan!?”

“K-ke sini!!”

Itsuwa mengambil tasnya dari lantai, menarik lengan Kamijou dengan tangan satunya, dan mulai berlari. Dia tidak menuju pintu keluar utama; dia menuju pintu keluar darurat. Sepanjang waktu itu, ratusan orang menyerbu ke dalam dan toko itu tiba-tiba menjadi terlalu penuh untuk bergerak, seperti di kereta yang penuh sesak.

“Mereka orang Jepang!”

“Apa mereka dari Academy City!?”

“Hancurkan mereka. Jangan ragu. Mereka musuh!!”

Kamijou tidak mengerti bahasa Prancis, tapi dia mengerti inti yang dikatakan mereka dari nuansa yang diberikan emosi mereka pada suaranya. Banyak tangan berusaha meraih punggungnya, tapi sebelum mereka berhasil menyentuhnya, dia berhasil keluar melalui pintu metal darurat yang terbuka dalam gerakan yang nyaris seperti berguling.

Dia berbalik untuk melihat ke belakang.

Dia mendengar banyak teriakan dari dalam gedung yang datang dari beberapa wanita dan anak kecil di dalam. Tapi sebelum dia sempat kembali ke dalam untuk membantu mereka, Itsuwa menutup pintu darurat itu dengan menendangnya.

“Itsuwa!!”

“Aksi mereka tidak cukup untuk membunuh seseorang. Mereka terlalu banyak. Jumlah perusuh yang banyak tidak lebih dari menghalangi gerakan mereka sendiri. Selama mereka tidak berjatuhan seperti domino, harusnya bahkan tidak ada luka parah.”

“Itu bukan masalahnya!! Kita paling tidak harus membantu anak-anak agar-!!”

“Hal yang sama...!!” teriak Itsuwa memotong Kamijou. “Hal yang sama dengan ini sedang terjadi di seluruh dunia. Kalau kita kembali ke gelombang manusia itu, apa yang bisa kita lakukan? Kita di sini untuk menghancurkan sumber semua ini secepat yang kita bisa, ‘kan?”

“...Sialan.”

“Kalau kita bisa menghentikan Dokumen-C, kerusuhan ini akan berhenti. Kalau kita terjebak di dalam kerusuhan ini, kita tidak melakukan hal lain selain membatasi pergerakan kita sendiri. Dan kalau begitu, tidak ada lagi orang yang menghentikannya.”

(Gereja Katolik Roma menyebabkan kerusuhan-kerusuhan ini dan Academy City tidak melakukan apapun untuk menghentikannya.)

“...Berengsek!!” Kamijou mengumpat, lalu menggertakkan giginya.

(Dan satu-satunya yang menderita adalah orang-orang yang terjebak di tengah semuanya! Aku sama sekali tidak bisa mengabaikan ini. Aku akan menghentikannya di sini. Aku harus menghentikan kekacauan ini secepat yang aku bisa!!)

Kamijou dan Itsuwa berlari melalui lorong yang ditutupi oleh dinding yang tinggi di kedua sisinya.

Kamijou bisa mendengar suara teriakan seorang pria serak. Suara kaca yang pecah bergema di telinganya. Dia bisa mendengar tangisan bernada tinggi. Dan bahkan dia bisa mendengar ledakan dari gas atau bensin yang dibakar.

Dia sama sekali tidak tahu apa yang ditarget oleh kerusuhan itu.

Mungkin menarget rantai perusahaan yang dimiliki orang Jepang atau mungkin menyerang hotel-hotel yang sering menjadi tempat menginap pelancong Jepang. Apapun targetnya, mereka telah kehilangan tujuan awal mereka dan sekarang membanjiri jalanan, menyebabkan kekacauan parah.

“Itsuwa, sejauh apa kita akan berlari!?”

“Untuk sekarang, aku ingin mencari area di mana kita tidak akan ditelan kerumunan, tapi...”

Dia memutuskan kalimatnya.

Mereka bisa melihat grup perusuh lain di jalan.

(Sial, timing mereka bagus...)

Kemudian pundak Kamijou bergetar ketika dia memikirkan sesuatu yang mengganggunya.

“Hei, Itsuwa. Kau sudah menginvestigasi di sini untuk beberapa waktu, ‘kan? Apa kau pernah terjebak dalam kerusuhan seperti ini ketika itu?”

“Eh? T-tidak. Gereja Amakusa berspesialisasi dalam menyatu dengan lingkungan. Biasanya, aku akan pergi segera setelah aku menemukan tanda datangnya kerusuhan...”

“...Jadi aku benar.”

Kata-kata Itsuwa mengonfirmasikan apa yang dipikirkannya.

Timing mereka terlalu bagus.”

“Apa maksudmu...?”

“Kalau musuh yang mengendalikan Dokumen-C berada di Avignın bersama kita, mereka mungkin melihatku yang turun dengan parasut. Dan meskipun mereka tidak melihatku secara langsung, mereka mungkin mendeteksi sebuah pesawat penumpang supersonik Academy City menjatuhkan sesuatu di atas kota. Reaksi ini masuk akal jika orang-orang yang menggunakan Dokumen-C sedang berjaga-jaga.”

“Jangan bilang...”

“Kerusuhan ini adalah metode mereka untuk mencegat kita!!”

Ketika Kamijou berteriak, kumpulan orang yang menutupi jalan semakin mendekat.

Istana Paus berada di dalam kota tua Avignon yang merupakan sebuah kota kecil yang dikelilingi dinding kastil yang tua. Karena mereka terus membangun lebih banyak gedung ke ruang yang terbatas itu, jalanan menjadi begitu kecil hingga sebuah mobil pun sulit melaluinya. Dan karena jalan-jalan itu dikelilingi oleh gedung-gedung dengan tinggi lebih dari 10 meter, semacam perasaan claustrofobia tercipta.

Dan jalan-jalan kecil ini ditutup oleh gelombang manusia di berbagai titik.

Orang-orang yang terlibat dalam kerusuahan itu bahkan terlihat melukai diri mereka sendiri.

Kamijou berpikir sejenak dan menyerahkan dirinya pada apa yang harus dilakukan.

Kecuali mereka memaksa menembus gunungan manusia di depan yang berjalan ke arah yang berlawanan, mereka tidak akan pernah bisa sampai ke Istana Paus. Dan mengambil jalan lain tidak akan memecahkan masalah itu. Semakin lama mereka menundanya, semakin banyak orang yang akan luka.

“Ayo pergi, Itsuwa.”

Index v14 165.jpg

“Eh...?”

“Kita tidak punya waktu untuk menunggu kesempatan menghubungi Tsuchimikado. Dan anggota Amakusa tidak bisa ke sini segera, ‘kan? Jadi kita tidak punya pilihan selain menembus orang-orang ini dan menuju Istana Paus. Kalau musuh tahu kita ada di sini, mereka mungkin tidak akan tetap di sini untuk waktu lama. Bahkan kalau mereka kabur kembali ke Vatikan, mereka bisa terus menggunakan Dokumen-C. Membiarkan mereka membawa Dokumen-C kembali ke markas mereka cuma berarti hal buruk. Aku benar-benar amatir dalam hal seperti ini dan bahkan aku pun bisa mengerti sampai situ. Kita harus menghancurkannya di sini juga dan sekarang juga!!”

Itsuwa sedikit ragu, tapi akhirnya mengangguk ke arah Kamijou.

Dia memutuskan bahwa mereka tidak memiliki waktu untuk menunggu para anggota Amakusa yang tersebar di seluruh Prancis untuk berkumpul di sini.

Sementara mereka berbicara, ratusan perusuh mendekat di jalan yang kecil itu.

Dinding padat yang terbuat dari manusia seperti bagian dalam kereta yang penuh.

“...Tetap merunduk ketika kita melalui kerumunan ini,” kata Itsuwa pelan sambil melihat ke arah para perusuh. “Kalau kepala kita muncul di atas kerumunan, kita dengan mudah bisa menjadi target. Kita akan lebih susah ditemukan kalau kita bersembunyi di belakang orang-orang ini. Meskipun kerusuhan ini adalah cara musuh untuk menghentikan kita, mereka tidak punya kendali utuh.”

“Mengerti,” kata Kamijou yang anehnya merasa gugup. “Ayo.”

Ketika mengatakan itu, Kamijou dan Itsuwa berlari langsung ke arah para perusuh.

Perusuh-perusuh itu sepadat dinding, tapi mereka berhasil masuk ke tengah-tengahnya. Ada terlalu banyak orang bagi mereka untuk berlari. Mereka nyaris tidak bisa jalan dan awalnya mereka hanya berhasil berjalan sejauh beberapa meter.

Seseorang berteriak dan memukul kepala Kamijou.

Dia berhasil maju, tapi jemari gemuk menarik pakaiannya.

Dia terus maju serampangan. Dia menggigit tangan yang menariknya, membenturkan bahunya ke dinding manusia, dan maju dengan orang-orang yang masih bergelayutan padanya. Dia merasakan kuku menembus sisi tubuhnya dan darah mengalir. Dia bisa mencium bau tubuh para pria yang sekarang sudah mengamuk. Teriakan yang meledak di telinganya dan tekanan dari orang-orang yang mendorongnya dari segala arah sedikit demi sedikit memakan kesadarannya.

(Sialan...)

Kaki Kamijou mulai melemah.

Dia kehilangan tenaga untuk maju.

(Sialan...!!)

Tepat ketika dia merasa bahwa dia akan ditelan oleh kumpulan kejijikan, dinding manusia itu tiba-tiba menipis.

Sekarang karena udara tidak terdiri dari buangan napas orang lain, dia menghirup oksigen segar dalam-dalam.

“A-apa kau baik-baik saja!?” tanya Itsuwa dari dekatnya.

Ada setetes darah yang mengalir dari pelipisnya. Tampaknya, dia juga tidak bisa melewati kumpulan manusia tanpa tergores. Dia memang memiliki tombak di dalam tasnya, tapi dia pasti tidak ingin mengayun-ayunkannya di sini.

Kamijou mulai berlari keluar dari kerumunan orang sambil bernapas berat. Kakinya gemetar dan dia merasa sedikit pusing. Dia harus berhati-hati agar tidak menabrak dinding batu di sisi jalan keci itu.

“...I-Itsuwa. Di mana Istana Paus?”

“Di depan. Yang bisa kau lihat di sana itu atapnya. ...Selanjutnya kita harus melewati itu.”

Kamijou dengan perlahan melihat ke arah yang ditunjuk Itsuwa.

Yang dilihatnya di sana adalah sebuah kerusuhan besar yang membuat kerusuhan yang baru saja mereka lewati terlihat seperti bukan apa-apa.



Part 5[edit]

Jalan menuju Istana Paus tidak dapat dilewati.

Kamijou dan Itsuwa berada di kota tua Avignon yang kecil, yang hanya dikelilingi oleh dinding kastil sepanjang 4 km, tapi mereka tetap saja tidak bisa menuju ke satu titik. Jalanan di kota tua itu kecil. Hanya selebar 3 meter dan dikelilingi oleh kompleks perumahan dari batu setinggi 15 meter di kedua sisinya, menyulitkan mereka mengambil jalan memutar. Dan untuk maju, mereka harus menembus dinding padat dari ratusan jika bukan ribuan perusuh. Seperti berusaha pindah dari ujung gerbong kereta yang padat ke gerbong padat lainnya.

Jika terus begini, mereka tidak akan pernah bisa sampai ke Istana Paus.

Mereka akan tumbang di sini sebelum punya kesempatan untuk menghancurkan Dokumen-C.

“Tidak lagi...” kata Itsuwa, napasnya tercekat dan dia memerhatikan grup perusuh baru di depan mereka.

Beberapa dari pria perusuh itu menunjuk dan meneriaki mereka dengan mata merah. Kamijou tidak mengerti bahasa Prancis, tapi mereka mungkin berteriak, “Mereka orang Jepang!”, atau “Mereka dari Academy City!”, atau yang mirip dengan itu.

Sebelum grup perusuh itu sempat bergerak, Itsuwa menarik lengan Kamijou dan mulai berlari.

“Ini tidak akan berhasil. Ayolah. Ini hanya akan berakhir dengan remis!”

“Hei, jadi bagaimana dengan Istana Paus!?” teriak Kamijou sementara Itsuwa menuntunnya kembali ke arah mereka datang.

Kelihatannya pria-pria yang tadi memelototi Kamijou dan Itsuwa mulai mengikuti mereka, tapi pria-pria itu ditelan lagi oleh massa perusuh yang besar.

Itsuwa sama tidak sukanya dengan situasi ini seperti Kamijou.

“...Grup perusuh itu jelas-jelas yang paling besar sampai sekarang. Kita tidak akan bisa melaluinya hanya dengan berlari!”

“Jadi kau akan mencari rute lain? Tapi...”

Kamijou mulai bicara, tapi dia melihat beberapa pemuda yang ikut dalam kerusuhan lainnya di depan. Jalan kecil itu tertutup sepenuhnya oleh dinding manusia.

Ini tidak terlalu mengejutkan, Kamijou dan Itsuwa baru saja melewati grup perusuh yang itu.

“Di sini juga!?”

Suara Itsuwa entah kenapa terdengar jengkel dan dia menarik tangan Kamijou sambil berlari ke arah kompleks perumahan yang menjadi dinding jalan. Mereka melompat ke dalam sebuah gedung dari batu yang nyaris terlihat seperti terbuat dari tebing.

Mereke menutup pintu kayu tebal dengan punggung mereka.

Suara dan hantaman dari para perusuh yang ada di sisi lain menggedor pintu itu. Tapi bukan karena ada yang mencoba menghancurkan pintunya; itu hanya dari bahu dan lengan para perusuh yang padat di jalan dan menggesek pintunya.

Kamijou merosot ke lantai sambil tetap menahan pintu dengan punggungnya.

“...Apa yang akan kita lakukan tentang ini? Kalau begini terus, kita tidak akan bisa sampai ke Istana Paus.”

“Maju melalui kerusuhan-kerusuhan ini sulit...” kata Itsuwa dengan suara pelan.

Dia menurunkan tasnya ke lantai dan mengeluarkan beberapa tongkat sepanjang 70 cm. Tongkat-tongkat itu menyatu menjadi satu tongkat ketika dia menyambungkannya menggunakan persendian yang terlihat seperti katup pipa gas. Terakhir, Itsuwa menyambungkan sebuah bilah baja ke ujungnya.

Itu adalah tombak salib ala Barat.

Kamijou pikir namanya adalah Tombak Friuli.[5]

(Haah... Yah, aku sudah berpikir banyak tentang hal yang disebut misi rahasia ini, tapi...)

Ketika berpikir, dia melihat sesuatu ynag membuatnya tersedak.

Dia melihat belahan dada Itsuwa yang kelihatan karena bagian depan blusnya yang diikat seadanya. Kamijou merasa ada banyak masalah pada cara berpakaian Itsuwa, tapi Itsuwa sendiri tampaknya tidak menyadarinya.

“Apa yang kita lakukan sekarang? Aku bertindak agar menghindari kerusuhan, jadi aku tidak benar-benar tidak punya rencana atau mantra yang bisa digunakan jika aku terjebak di dalamnya.”

“Y-yeah...Kita perlu ke Istana Paus untuk menghentikan kerusuhan ini dan kita harus menghentikan kerusuhan ini untuk pergi ke Istana Paus...Sialan. Ini cuma bergerak melingkar saja.”

Dan ditambah lagi, jika musuh merasakan bahaya bahwa mereka akan mengambil Dokumen-C, musuh akan kembali ke Vatikan sementara Kamijou dan Itsuwa terjebak di sini. Jika Dokumen-C digunakan di sana, akan lebih sulit lagi untuk mengambilnya. Dan kalau begitu, kerusuhan-kerusuhan ini bisa tidak pernah berakhir.

Mereka harus bertindak sekarang, tapi mereka sedang terjebak. Ini adalah dilema berat.

Tiap detik yang terbuang terasa seperti puluhan jika bukan ratusan kali lebih panjang.

Tapi kemudian...

Kamijou mendengar ponselnya berdering di dalam kantungnya.

Dari Tsuchimikado.

“Kami-yan, kau baik-baik saja!?”

“Kau di mana!? Apa kau terjebak dalam kerusuhan juga? Apa kau terluka!?”

“Aku sedang menuju bangunan yang dikenal sebagai Istana Paus. Kalau Dokumen-C benar-benar digunakan di Prancis, dokumen itu pasti ada di sana.”

“Istana Paus...? Jadi kau sedang menuju ke sana juga?”

“?”

Kamijou melanjutkan sebelum Tsuchimikado sempat merespon.

“Jadi parasutku tidak meleset jauh dari target. Sasaran kita benar-benar Avignon.”

“Yah, benar... Kami-yan, bagaimana kau bisa tahu tentang Istana Paus? Kupikir kita lompat dari pesawat sebelum aku menjelaskan tentang itu.”

“Aku bertemu dengan Itsuwa dari Amakusa di sini dan dia menjelaskannya padaku. Tapi kerusuhannya begitu parah hingga kami tidak bisa sampai ke Istana. Kau bagaimana?”

“Sama juga di sini. Yah, banyak hal yang sudah terjadi. Gelombang manusia ini bekerja terlalu baik dalam menutup jalanan kecil di Avignon. Tidak mungkin kita bisa lewat kalau seperti ini.”

Dan dengan itu, keduanya mengerti situasi satu sama lain.

Tsuchimikado pasti terjebak dalam kerusuhan dan sekarang sedang bersembunyi entah di mana.

“Hei, Tsuchimikado. Aku ingin agar kita bertemu. Apa kau tahu tempat yang bagus?”

“Kerusuhan ini sedang terjadi di seluruh kota. Aku tidak ingin menetap di satu tempat untuk waktu yang lama.”

“Jadi apa yang akan kita lakukan? Menunggu kerusuhan ini mereda?”

“Itu akan menjadi rencana yang bagus kalau kerusuhan ini terjadi secara natural, tapi kerusuhan-kerusuhan ini disebabkan oleh Dokumen-C. Gereja Katolik Roma bisa membuat kerusuhan ini berlangsung selama yang mereka perlukan, jadi semua tidak akan membaik seiring waktu.”

“Tapi memangnya ada hal lain yang bisa kita lakukan!?”

“Ada,” Tsuchimikado menjawab dengan sigap. “Kita harus mengubah cara berpikir kita tentang hal ini. Kalau kita tidak bisa ke Istana Paus, kita hanya perlu memecahkan masalahnya dengan cara yang tidak mengharuskan kita pergi ke sana.”

“...?”

“Karena kau sudah diberi penjelasan oleh orang Amakusa itu, aku yakin kau tahu kenapa kita fokus pada Istana Paus di Avignon, ‘kan?”

Kamijou memikirkannya sejenak.

“Yah, mereka bisa mengoperasikan peralatan di Vatikan dari sana, ‘kan? Itulah kenapa mereka bisa menggunakan Dokumen-C di sini.”

“Benar. Jadi kita hanya perlu memutuskan saluran magis yang menghubungkan Avignon dan Negara Kepausan yang sekarang adalah Vatikan. Kalau kita melakukan itu, mereka harusnya tidak bisa menggunakan Dokumen-C lagi. Mungkin terlalu sulit untuk pergi ke Istana, tapi kita harusnya bisa sampai ke saluran sihir itu.”

“Oh,” respon Kamijou.

(Setelah kupikir-pikir, itu benar...)

“Tapi pastinya orang-orang yang menggunakan Dokumen-C di dalam Istana akan sadar kalau mereka tidak bisa menggunakannya lagi. Ketika itu terjadi, mereka akan kabur.”

“Cukup benar. Aku tidak bisa menyangkalnya. Itulah kenapa jadwal kita menjadi penting. Ini semua akan tergantung pada apakah kita bisa sampai ke Istana setelah memutuskan salurannya.”

Kamijou berpikir bahwa rencana Tsuchimikado masuk akal.

Dia pasti telah mengumpulkan informasi sebaik ini sebelum mereka naik ke atas pesawat. Dan dia pasti terus menginvestigasi sambil dikejar-kejar oleh para perusuh setelah mereka terpisah.

Tapi Kamijou, seorang amatir, menemukan satu masalah dalam rencana itu.

“Meskipun kita tahu Dokumen-C itu ada di dalam Istana Paus, kita tidak tahu siapa yang menggunakannya. Bukankah mereka bisa sembunyi begitu saja di antara kerumunan perusuh? Kalau begitu kita tidak akan pernah menemukan mereka.”

“...”

Tsuchimikado diam sejenak sebelum mulai bicara.

“Yah, kita akan menyeberangi jembatan itu ketika sampai di sana[6] Yang harus dilakukan lebih dulu adalah menghentikan Dokumen-C.”

Kamijou memiliki firasat buruk tentang kata-kata Tsuchimikado.

(Dia tidak berencana menggunakan sihir untuk mencari lokasi musuh lagi, ‘kan?)

Tsuchimikado Motoharu memiliki kelemahan besar berupa dia melukai dirinya sendiri ketika dia menggunakan sihir.

Tapi Kamijou tahu dia akan mengabaikan kelemahannya dan menggunakan sihir jika dia harus. Dia telah melacak Oriana Thomson ketika Daihaseisai bahkan ketika dia dipenuhi darah.

Entah sadar tentang ketidaknyamanan yang dirasakan Kamijou atau tidak, Tsuchimikado melanjutkan.

“Sekarang akhirnya kita tahu persis apa yang harus dilakukan, Kami-yan.”



Part 6[edit]

Kamijou dan Itsuwa melalui kompleks perumahan itu dan keluar melalui pintu belakang.

“Itsuwa, apa anggota Amakusa yang lain belum bisa datang?”

“M-maaf. Aku tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi. Aku sudah menghubungi mereka, tapi mereka akan tiba di sini paling cepat besok pagi. Kalau saja kita berada di Jepang di mana kami bisa menggunakan ‘pusaran’ dari mantra transportasi ‘Ziarah Miniatur’...”

Jalan tempat mereka berada kosong dari perusuh dan nyaris terlihat seperti mereka bisa sampai ke Istana Paus tanpa insiden.

Tapi mereka tidak tahu kapan kerumunan perusuh akan menutup jalan mereka dan lebih baik tidak berjalan melalui jarak yang jauh. Sepertinya Tsuchimikado benar tentang mengganti target mereka ke saluran magis yang lebih dekat.

“K-ke sini.”

Itsuwa menunjukkan jalan pada Kamijou sambil memegang tombaknya.

Kamijou rasa “dinding” di kedua sisi jalan bahkan lebih tinggi dari yang biasanya, dan setelah diperiksa lebih lanjut, ada bangunan dari batu yang dibangun di atas bangunan-bangunan biasa di sini. Karena bangunan-bangunan ini terlihat mirip sekali dengan benteng pertahanan dan dindingnya penuh noda hitam yang membuatnya terlihat seperti semacam dinding benteng, sulit untuk mengetahui bangunan apa itu hanya dengan melihat sekilas. Rumah-rumah, toko, dan gereja-gereja, semuanya terlihat seperti benteng dari luar.

“Um, aku tahu tempat yang dikatakan Tsuchimikado-san...tapi apakah saluran yang terhubung ke Vatikan benar-benar ada di sana?”

“Jangan tanya aku...” gumam Kamijou sambil melihat ke ponselnya.

Suara Tsuchimikado terdengar riang.

“Yah, metode membaca garis-garis ley berbeda di tiap kebudayaan, tapi aku cukup yakin tentang ini.”

Tampaknya, titik yang mereka tuju ada di dekat Kamijou dan Itsuwa. Karena tempat itu cukup jauh dari Tsuchimikado, dia menyerahkan pemutusan saluran magis itu pada mereka.

“Hei, saluran ini bentuknya seperti apa? Tidak muncul di atas tanah atau semacamnya, ‘kan?”

“Garis ley adalah arus kekuatan yang mengalir di bumi. Meskipun tipe kekuatan dan arah alirannya bisa sedikit berbeda. Bukan tidak biasa sebuah kekuatan yang krusial bagi sekte tertentu tidak ada artinya sama sekali bagi sekte lain. Itulah kenapa metode membacanya begitu berbeda antara kebudayaan yang satu dengan yang lainnya.”

Kamijou memiringkan kepalanya kebingungan karena suara yang datang dari speaker dan Itsuwa menjelaskan kalau itu seperti penggunaan bahan-bahan dalam hidangan budaya-budaya yang berbeda.

Daging babi hitam yang digunakan dalam masakan Barat tidak dihiraukan dalam masakan Jepang (tidak termasuk inovasi-inovasi baru). Dengan cara yang mirip, merasakan dan menarik tipe kekuatan yang diperlukan dari berbagai tipe yang ada adalah kunci menggunakan garis ley.

Ketika Itsuwa menjelaskan ini semua dengan mulus, Kamijou menduga bahwa dia mungkin berspesialisasi dalam mantra-mantra garis ley tipe Amakusa.

“Kau tahu, Kami-yan. Tidak ada bagian tertentu di bumi yang lebih baik dari bagian yang lainnya. Kita manusialah yang memasang nilai seperti itu padanya.”

“Jadi seorang amatir sepertiku tidak akan bisa tahu kalau garis ley itu ada di sana, hah.”

“Bagaimanapun juga, sebuah garis ley yang penting bagi Gereja Katolik Roma menghubungkan Avignon dan Vatikan. Tapi itu adalah sebuah garis tidak lurus yang tercipta oleh orang yang menghancurkan dan membangun kembali bentuk tanah yang ada,” jelas Tsuchimikado. “Garis-garis ley cukup mudah untuk digerakkan. Bahkan, itulah ide di balik feng shui.”

“Haah. Aku tidak terlalu mengerti garis ley ini, tapi apakah ini adalah sebuah garis yang langsung terpahat dalam bumi?”

“Seperti yang sudah kukatakan, dengan menghancurkan bentuk tanah, kau bisa mengubah garis ley. Trik untuk mengetahui antara tanah yang baik dan yang buruk dalam feng shui didasari di mana ada gunung, ke arah mana sungai mengalir, dan hal-hal seperti itu. Dan sekarang ini, menimbun sungai dan menghancurkan gunung tidak begitu jarang terjadi.”

“Penyihir yang menggunakan bumi harus berusaha untuk memastikan agar titik-titik magis yang penting tidak dihancurkan seperti itu,” tambah Itsuwa.

(...Kedengarannya sangat menyulitkan.)

“Tapi kau juga bisa mengubah bentuh tanah dalam cara yang sudah diperhitungkan. Mirip seperti memiliki garis ley tipe mana yang ingin kau perkuat dari berbagai jenis garis ley yang ada di area itu. Tapi kalau kau gagal, keseimbangan akan hilang dan ini bisa menjadi bencana. Karena itu, ini hanya bisa dilakukan sebagai proyek besar dalam tingkat nasional.”

“Jadi begitulah saluran milik Gereja Katolik Roma dibuat...”

“Seperti yang sudah kukatakan, ada banyak tipe kekuatan yang mengalir melalui tanah dalam berbagai arah. Itulah kenapa sulit untuk menemukan satu garis yang spesifik kalau kau tidak punya petunjuk.” Tsuchimikado berbicara dengan mulus. “Tapi kalau aku tahu aku sedang mencari sebuah garis yang menghubungkan Istana Paus dengan Vatikan, aku punya beberapa kriteria untuk mencarinya. Mirip dengan sebuah sistem navigasi mobil yang mengarahkanmu ke sana. Bagaimanapun juga, kalau kau bisa menghancurkan saluran itu saja, ini akan menjadi bantuan besar. Um, Itsuwa, benar?”

“I-iya!!”

“Untuk memastikan saja. Kau tahu metode dan mantra untuk menghancurkan saluran itu, ‘kan?”

“U-um... Aku mengikuti gaya-Amakusa, jadi aku tahu semua mantra standar Shinto, Buddha, dan Kristen...”

“Itu cukup. Kau selesaikan segera setelah kau lihat salurannya.”

Kamijou hanya kebingungan oleh percakapan mereka.

“Tunggu. Tidak bisakah aku menghancurkan garis ley atau saluran atau entah apalah itu dengan tangan tangan kananku?”

Dia memiliki sebuah kekuatan yang dikenal sebagai Imagine Breaker.

Dia bisa menghancurkan kekuatan supernatural apapun baik sihir maupun psikis.

Tapi Tsuchimikado tidak setuju dengan pandangan Kamijou.

“Aku tidak yakin Imagine Breaker-mu bisa meniadakan garis ley, Kami-yan.”

“Eh?” Kamijou terlihat syok. “Tapi garis ley itu...um...bersifat sihir...’kan? Jadi...”

“Iya, tapi...” Tsuchimikado memotongnya. “Aku tidak bisa mengerti apa sebenarnya tangan kananmu itu. Kau bilang tanganmu bisa meniadakan kekuatan sihir atau psikis apapun. Tapi coba lihat satu kekuatan occult seperti ‘tenaga kehidupan’ sebagai contoh. Kau tidak bisa membunuh orang hanya dengan bersalaman dengannya, ‘kan?”

“Yah, tidak...”

“Aku punya firasat ada beberapa ‘pengecualian’ yang aneh. Dan garis ley kemungkinan besar adalah salah satu pengecualian itu. Aku sangat meragukan kau bisa menghancurkan seluruh bumi hanya dengan menyentuh tanah.”

Tapi di saat yang sama, Misha Kreutzev menghindari sentuhan tangan kanan Kamijou dan Kazakiri Hyouka tanpa sadar takut pada tangannya.

“...”

Kamijou menatap tangan kanannya tanpa suara.

(Pengecualian...? Bagaimana cara kerjanya?)

Ketika memikirkannya dengan tenang, Kamijou menyadari bahwa dia tidak tahu detail apapun tentang cara kerja kekuatannya. Mungkin karena dia kehilangan ingatannya, tapi mungkin juga dia juga tidak tahu sebelum kehilangan ingatannya. Paling tidak, tidak ada satu pun dari “pengetahuan” yang tersisa setelah dia kehilangan ingatannya memiliki petunjuk apapun untuk menemukan jawabannya.

Tapi sekarang yang harus didahulukan adalah memutuskan saluran itu.

Dia mempersiapkan dirinya dan melihat ke depan.



Part 7[edit]

Kamijou dan Itsuwa sampai ke sebuah museum kecil di Avignon.

Itu bukanlah sebuah bangunan besar yang hanya digunakan sebagai museum. Sama seperti kompleks perumahan dan toko-toko, museum itu menggunakan satu bagian dari bangunan-bangunan mirip benteng yang menjulang di kedua sisi jalan. Tidak ada cukup ruang di kota tua Avignon yang dikelilingi oleh dinding kastil dan mereka mungkin ingin menjaga rasa keseragaman di pemandangannya.

Ada tanda dalam bahasa Prancis di pintu masuk utama, tapi pintu kayunya ditutupi oleh shutter metal di depannya. Plat yang tergantung di gagang pintunya kemungkinan besar mengatakan “tutup”.

Ini adalah tengah hari di hari kerja.

“Mereka pasti tutup lebih cepat karena takut pada kerusuhan ini,” kata Itsuwa sambil melihat ke atas ke gedung itu.

Kamijou memperhatikan shutter yang kelihatan kokoh itu dan bicara.

“Tapi Tsuchimikado bilang saluran yang tak kelihatan itu melewati museum ini, ‘kan? Kita harus masuk entah bagaimana caranya. Apa ada mantra pembuka kunci ala Amakusa atau-...”

“Eyah!”

Kamijou dipotong oleh sebuah teriakan yang imut.

Ujung tombak Itsuwa menancap ke celah antara shutter dan tanah dan dia menggerakkan tombaknya sesuai prinsip tuas. Gerigi yang menggerakkan shutter itu sendiri hancur dengan suara berderak.

Itsuwa mengabaikan alarm keamanan yang mulai berdering dan mengangkat shutter-nya lebih tinggi lagi. Lalu dia menghancurkan pintu kayu dengan menggunakan prinsip tuas juga.

Dia memasuki gedung itu dengan ekspresi manis di wajahnya.

“Ayo, cepat.”

“Um...Itsuwa-san?”

Kamijou memandangi wajah gadis pendek itu dengan terkejut.

Mata Kamijou kelihatan seperti berkata “Dan kupikir kau cuma seorang gadis biasa...”, tapi ekspresi Itsuwa tidak berubah. Itsuwa pasti sudah siap untuk melumpuhkan pegawai museum yang datang untuk memeriksa apa yang terjadi.

Sementara alarm keamanan terus berdering, Kamijou juga masuk ke dalam gedung itu.

Pencahayaannya cukup remang-remang. Bahkan, di dalamnya nyaris gelap sepenuhnya. Semua jendela ditutup agar barang-barang yang dipertunjukkan tidak menerima sinar matahari secara langsung. Jika dengan lampu fluoresen biasa, tidak akan menjadi masalah, tapi Kamijou sedikit tidak yakin pada pijakannya hanya dengan cahaya remang dari tanda pintu keluar darurat.

“Tsuchimikado bilang tempatnya...”

“Aku bisa tahu di mana tempatnya sekarang karena kita sudah sedekat ini. Di arah sini.”

Itsuwa terus berjalan lebih ke dalam museum itu sambil memegang tombaknya dengan satu tangan.

Kamijou mengikutinya dan tidak menemukan apapun selain lantai biasa. Tapi melihat pengaturan letak lemari kaca untuk barang museum, pola yang biasanya tidak diikuti, yang membuatnya kelihatan kosong.

Itsuwa dengan perlahan berjalan mengitari lantai yang anehnya kosong itu. Dia melihat sekelilingnya sejenak, lalu mengangguk puas.

“Benar, di sini. Aku bisa merasakan satu kekuatan yang dibuat oleh Gereja Katolik Roma. Rasanya seperti sejenis kekuatan yang dimurnikan yang digunakan dalam mantra-mantra sekte lain. Ini adalah karakteristik garis ley milik komunitas gereja Barat. Mereka melakukan pekerjaan sempurna dalam menyembunyikannya; sulit untuk dirasakan sampai kau nyaris berada tepat di sampingnya.” Dia berbicara sambil melihat ke arah Kamijou. “...Tsuchimikado-san belum sampai ke sini, tapi aku perlu menyelesaikan ini sebelum musuh sadar. Aku akan memutuskan salurannya, jadi tolong mundur.”

“Aku tidak melihat apapun di sini,” kata Kamijou sambil memandangi lantai di samping Itsuwa. “...Dan apakah memutuskan saluran magis begitu mudah dilakukan?”

“Yah, sepenuhnya memutuskan sebuah garis ley memerlukan banyak orang.

“Ah ha ha.” Itsuwa tertawa. “Tapi kalau kita hanya perlu membuat garis yang menghubungkan Istana Paus dan Vatikan tidak bisa digunakan, aku bisa melakukannya. Intinya, aku akan memberinya kerusakan yang akan membuat arahnya sedikit berpindah.”

“Aku mengerti...” Kamijou mengangguk meskipun dia tidak benar-benar mengerti.

Dia tidak ingin mengacaukannya dengan Imagine Breaker, jadi dia menjauh dari Itsuwa.

Gadis Amakusa itu meletakkan tasnya dan mengaduk-aduk isinya. Sepertinya dia sedang memilih benda-benda sehari-hari yang diperlukan untuk mantra ini.

Kamijou menanyakan sebuah pertanyaan sambil memerhatikan Itsuwa.

“Jadi Gereja Amakusa menggunakan benda- benda seperti itu untuk membuat mantra?”

Index v14 185.jpg

“I-iya. Untuk mantra ini aku perlu kamera, sendal, pamflet, air mineral, dan celana dalam warna putih...”

Ketika dia mengeluarkannya, Itsuwa berteriak dan buru-buru memasukkannya kembali ke dalam tasnya. Kemungkinan besar celana dalam itu adalah celana dalam yang dipakainya sebelum ganti baju tadi.

Wajahnya memerah dan dia berhenti bergerak.

“A-ada apa, Itsuwa?”

“...mantra ini.”

Itsuwa bicara sambil masih tidak bergerak.

“Aku memerlukannya untuk menyelesaikan mantra ini...”

Semua harapan musnah dari wajahnya dan dia dengan perlahan mengeluarkan kembali celana dalam itu dari tasnya. Itsuwa terlihat seperti akan menangis, dan Kamijou berpikir untuk berbalik, tapi dia tidak bisa menggerakkan dirinya setelah Itsuwa memberitahunya bahwa dia tidak perlu khawatir tentang ini.

Itsuwa menjejerkan benda-benda yang dikeluarkannya dari dalam tasnya di atas lantai. Bagi Kamijou, itu hanya kelihatan seperti sebuah lingkaran biasa, tapi pasti ada aturan-aturan halus untuk melakukannya yang diikuti Itsuwa.

Ketika dia selesai menyusun benda-benda itu, dia mengayunkan tombaknya di tangannya sehingga ujungnya mengarah ke bawah.

“Ayo lakukan ini,” kata Itsuwa sambil menusukkan tombaknya ke lantai.

Tombaknya mengenai tepat di pusat lingkaran.

Tidak ada suara bilah tombak yang mengenai lantai batu.

Ujung tombak itu menghilang ke dalam lantai seperti tenggelam ke dalam lumpur.

(Setelah Itsuwa memutuskan salurannya, Dokumen-C akan berhenti bekerja. Dengan kata lain, kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di sini harusnya sedikit menenang.)

Gadis Amakusa itu menggumamkan sesuatu selagi tombaknya tertancap di dalam lantai.

Tombak itu dengan perlahan-lahan tenggelam lebih dalam ke lantai.

(Tapi orang-orang yang menggunakan Dokumen-C di Istana Paus akan sadar bahwa mereka telah gagal. Ketika mereka telah memastikan bahwa situasinya tidak lagi menguntungkan mereka, mereka mungkin kabur ke Vatikan bersama dengan Dokumen-C.)

Itsuwa mengetuk lantai dengan tumitnya.

Dia juga mengetuk pelan tapi berirama gagang tombaknya dengan jari telunjuk tangan yang memegang tombak.

(Jadi ini adalah lomba melawan waktu. Kami harus segera ke Istana Paus setelah kerusuhan mereda. Kami akan bergabung dengan Tsuchimikado dan menghentikan mereka sebelum mereka bisa pergi.)

Sekarang tombak itu sudah lebih dari setengah jalan ke dalam lantai dan ujung gagangnya hanya setinggi dada Itsuwa.

Dia melepaskan tombaknya dan mengatur pegangan tangannya.

Seolah-olah dia sedang memutar sebuah kunci raksasa.

Kemudian, terdengar suara.

Tetapi...

Suara itu tidak disebabkan oleh tombak Itsuwa.

Dengan suara keras, dinding luar museum itu tiba-tiba pecah terbuka karena semacam serangan. Serangan itu disasarkan pada Itsuwa dan tombaknya yang tenggelam ke dalam lantai.

Serangan itu terlihat seperti sebuah pedang raksasa yang diayunkan.

Putih.

Terbang dalam garis lurus menuju Itsuwa.

Ketika Itsuwa menyadarinya, dia mengubah posisinya tanpa menggerakkan tombaknya agar dia berada di baliknya. Serangan itu lewat persis di samping Itsuwa, tapi sepotong dinding yang hancur...atau lebih tepatnya, sepotong batu yang terlalu besar untuk dilingkari oleh tangan, mengenai tepat di tombaknya.

“Itsuwa!!”

Tombak itu patah dengan rapi menjadi dua di tempatnya kena.

Itsuwa terhempas cukup jauh sambil memegang tombaknya yang patah.

Setelah menyebabkan kehancuran ini, seranga putih itu berfluktuasi dan menghilang seperti asap.

“Sialan...!!”

Itsuwa memegang kedua belahan tombaknya yang patah. Dia melepaskan potongan yang patah dari susunan tombaknya dan membuangnya. Dia lalu menendang tasnya ke atas dari lantai dan mengambil sebuah tongkat pengganti dari tasnya yang masih melayang. Dia menggunakan potongan itu untuk membuat ulang tombaknya.

Serangan kedua datang segera setelahnya.

“Pedang putih” itu datang dan menembus dinding luar lagi.

Gerakan “pedang putih” yang bergerak dari satu dinding ke dinding lain itu kasar seperti seorang anak yang mengayunkan-ayunkan ranting pohon. Tapi ini memiliki kekuatan destruktif yang mengerikan. Lantai dan dinding batu rubuh, lemari kaca untuk barang museum pecah, dan pecahan-pecahannya menyebar ke segala arah.

Suara kehancuran terdengar bersambung-sambungan.

Kamijou menunduk dan melihat serbuk halus yang jatuh dari langit-langit.

(Ini buruk... Gedung ini tidak akan bertahan!!)

“Itsuwa!!” Kamijou berteriak dan menggerakkan tangannya untuk memberitahu Itsuwa agar lari ke pintu keluar.

Sementara itu, “pedang putih” itu terus berterbangan menghancurkan dinding seperti seekor predator yang mengejar mangsanya.

Dengan tiap serangan, pedang itu terlihat semakin dekat dan semakin dekat ke sasarannya.

Siapapun yang mengendalikannya mungkin sudah mendapatkan feeling bagaimana Kamijou dan Itsuwa menghindarinya.

Atau mungkin si penyerang sedang menyerang dari jarak jauh dan dia dengan perlahan mulai semakin dekat.

Kamijou nyaris tidak bisa menghindari ketika pedang itu jatuh seperti sebuah guilotin. Dia melompat dari jalur pedang itu dan keluar dari museum dengan gerakan yang nyaris seperti berguling.

Dan kemudian...

“Ah, ah. Tampaknya ketika menyerang dari jarak jauh, ketepatanku berkurang.”

Suara itu datang dari dekatnya.

Cukup dekat. Hanya lusinan centimeter dari wajahnya.

Kamijou terkejut karena pria itu pasti telah menunggunya di sana.

Pria di depan mata Kamijou mengayunkan tangan kanannya tanpa menunggu Kamijou merespon.

Sesuatu warna putih muncul di belakang lengannya yang bergerak.

Tidak seperti gerakan tangan pria itu yang lambat, benda putih itu menuju ke leher Kamijou dengan kecepatan sebuah guilotin yang jatuh.

Terdengar suara menggelegar ketika benda itu terbang melalui udara.

“Ohhhhhhh!?”

Kamijou segera mengangkat tangan kanannya dan “pedang putih” itu mengenainya.

“Pedang putih” itu pecah berkeping-keping tepat ketika mengenai tangannya. Secara harfiah. Serbuk putih memang benar-benar tersebar di area itu.

Tirai dari serbuk yang seperti kabut itu berfluktuasi dan kembali berkumpul ketika si penyerang menggerakkan jarinya.

“Mundur!!” teriak Itsuwa dari belakang Kamijou dan Kamijou segera mengambil jarak antara dirinya dan si penyerang.

Kamijou akhirnya bisa fokus pada seluruh tubuh si penyerang.

Dia adalah seorang pria yang memakai baju seremonial warna hijau.

Dia memakai warna hijau dari kepala sampai ujung kaki.

Dia cukup pendek untuk ukuran kulit putih karena tingginya sekitar Kamijou atau mungkin lebih pendek lagi. Di sisi lain, dia terlihat sekitar dua kali umur Kamijou. Dia cukup kurus, jadi baju seremonialnya sangat longgar. Pipinya yang berlesung memberinya rasa vitalitas yang aneh.

Kamijou mengulurkan tangan kanannya dan menanyakan sebuah pertanyaan pada si penyerang berbaju seremonial.

“...Apa kau dari Gereja Katolik Roma?”

“Benar, tapi aku lebih suka kalau kau mengatakan bahwa aku dari Kursi Kanan Tuhan.”

Kamijou kehilangan kata-kata karena betapa santainya jawaban pria itu.

Kursi Kanan Tuhan.

Seorang anggota lain grup itu, Vento dari Depan, telah nyaris melumpuhkan Academy-City sepenuhnya pada 30 September.

Jika pria ini berada pada level yang sama dengannya...

“Namaku Terra dari Kiri.”

Serbuk putih yang terkumpul di tangannya mengambil bentuk.

Seperti sebelumnya, bentuknya adalah guilotin.

Bilah berbentuk papan yang terlihat seperti sebuah persegi berukuran 70 cm yang bagian bawahnya dipotong diagonal. Pria itu memegangnya di cincin yang biasanya memiliki ikatan tali yang digunakan untuk mengangkatnya.

“Kelihatannya giliranku akhirnya tiba. Karena kami dari Kursi Kanan Tuhan tidak bisa menggunakan sihir biasa, aku harus menyerahkan pengoperasian Dokumen-C pada penyihir lain.”

Terra tersenyum sambil membiarkan bilah eksekusi itu tergantung begitu saja di sisinya.

“Dan karenanya aku berharap kalian bisa membantuku menghabiskan waktu. Kalianlah orang pertama yang tertangkap oleh pemeriksa mantra-anti -garis-ley-ku, jadi kuharap kalian akan bagus untuk hiburanku.”



Part 8[edit]

Kamijou, Itsuwa, dan Terra berdiri di depan dinding luar museum yang hancur itu. Debu yang berterbangan mengurangi penglihatan, jadi mereka berusaha mengipas-ngipaskannya.

Lalu Terra dari Kiri mengayunkan tangan kanannya.

Dia mengayunkannya dari kiri ke kanan.

Sesuai gerakan itu, guillotine putih itu bergerak. Bukan seperti dia memegangnya, tapi lebih seperti melayang di udara sambil terhubung dengan tangannya. Bentuk guillotine yang sedetik yang lalu panjangnya satu meter hancur. Berubah menjadi sebuah tsunami putih yang ditembakkan dalam garis horizontal.

Tsunami itu meraung melewati udara.

“Ohhhh!?”

Kamijou mengangkat tangan kanannya.

Kehancuran yang berputar-putar mengikuti guillotine itu. Jalanan di kota tua Avignon kecil. Serangan itu memahat gedung-gedung seperti tebing yang ada di sisi jalan, menerbangkan mobil-mobil yang diparkirkan, dan membengkokkan seluruh gedung.

Sekarang ada perbedaan yang jelas antara jalan tua yang masih tidak tersentuh di kanan Kamijou dan tumpukan puing-puing di kirinya.

Guillotine putih itu sangat destruktif dan bisa membelah menembus seseorang, tapi...

(Aku bisa menanganinya dengna tangan kananku!!)

“Itsuwa!” teriak Kamijou, tapi dia berlari ke arah Terra tanpa menunggu jawaban dari Itsuwa.

Dia akan mengalihkan perhatian serangan Terra dan Itsuwa akan mendekat untuk menyerangnya. Itulah pola serangan terbaik untuk situasi ini.

Dan Terra kelihatan terfokus pada tangan kanan Kamijou.

Matanya yang terlihat seperti orang sakit memicing dan dia bicara dengan nada yang menunjukkan kekaguman.

“Kau harusnya sudah terbunuh oleh serangan itu. Aku mengerti. Jadi inilah Imagine Breaker. ...Aku sudah dengar bahwa kau mengalahkan Vento dari Depan.”

Terra mengayunkan guillotinenya sambil menyeringai.

Dia mengayunkannya dari belakang ke depan.

Sesuai dengan gerakan itu, pedang putih itu meruncing seperti sekrup dan terbang dengan serangan runcing yang langsung ke dada Kamijou.

“...!!”

Kamijou entah bagaimana berhasil menggerakkan tangan kanannya untuk mengenai serangan itu, tapi dia terlalu fokus pada pertahanan hingga dia kesulitan menggerakkan kakinya dengan kecepatan yang diperlukan.

Wuush.

Itsuwa berlari melewati sisi Kamijou sambil memegang tombaknya dengan sedikit merunduk.

“Hmph.”

Guillotine Terra menuju ke arahnya.

Suara keras memasuki telinga Kamijou. Itsuwa telah menunduk di bawah pedang putih yang terbang dalam garis lurus. Tapi dia tidak berhenti di sana. Dia menghindari pedang itu untuk kedua dan ketiga kalinya, mengangkat Tombak Friuli-nya, lalu melompat menerjang dada Terra.

Dia menarik tombaknya ke belakang, lalu menusukkannya ke depan lagi dengan kuat

Terra menangkis serangan tombak itu dengan ayunan guillotine horizontal.

Dia lalu mengayunkan guillotine-nya secara horizontal lagi ke arah berlawanan. Kali ini dia mengincar Itsuwa.

Ini seperti gerakan untuk membalas pedang besar itu.

“!!”

Itsuwa tidak berusaha menghentikan pedang itu; dia melompat diagonal ke arah depan dan terus maju untuk menghindarinya. Sambil melakukan ini, dia menarik tombaknya lagi untuk mengumpulkan kekuatan, lalu menyerang ke depan.

Mungkin ini karena dia harus menghindari serangan pedang itu, tapi dia kehilangan keseimbangannya dan ada sedikit jeda pada serangannya.

Terra menggunakan waktu itu untuk mengayunkan guillotine-nya lagi.

Tampaknya pedang putih milik Terra akan mencapai Itsuwa sebelum tombak miliknya mencapai Terra.

Tapi ada kilapan cahaya kecil di depan wajah Terra.

Terra menyadari garis-garis cahaya yang bersilangan di depan matanya dan beberapa garis cahaya yang lurus tersebar di sekelilingnya seperti jaring laba-laba.

“Maaf tentang ini...” Itsuwa mengatakan kata-kata ini, sementara suara seperti ada yang ditegangkan bisa terdengar.

Suara sesuatu yang ditegangkan sampai batasnya muncul dari...

“Tujuh Pedang Tujuh Ajaran!!”

Kawat.

Dengan suara udara yang teriris, kawat-kawat itu menyerbu ke arah Terra dengan kecepatan mengagumkan. Pedang super-tipis itu menyerang bersamaan dari 7 arah yang berbeda dan diatur untuk menebas Terra di beberapa tempat, dari pergelangan kakinya hingga jantungnya.

Terra tidak memiliki waktu untuk menghindari kawat-kawat itu.

Kamijou rasa kawat-kawat itu mungkin bergerak lebih cepat dari peluru.

Tetapi...

“Pendahuluan.”

Ekspresi Terra tidak berubah.

Dia hanya sekadar menggumamkan satu kata itu saja. Ketujuh kawat yang mengarah ke tubuhnya tidak memotongnya berkeping-keping; kawat-kawat itu hanya melilitnya tanpa melukai kulitnya seolah-olah kawat itu tidak lebih dari benang pancing.

Ekspresi Itsuwa berubah menjadi ekspresi syok.

Terra dengan ringan mengayunkan tangan kanannya dan ketujuh kawat yang melilit kulitnya terputus-putus seolah-olah kawat itu hanyalah jaring laba-laba.

“!!”

Itsuwa mengeluarkan napas pendek dan menusuk ke depan dengan tombaknya yang sudah ditarik ke belakang lebih dulu.

Ujung tajam itu ditusukkan ke arah pundak Terra dengan kecepatan kilat.

“Presedensi: Dinding Luar –Lebih Rendah, Tubuh Manusia – Lebih Tinggi.”

Tapi kemudian Terra menggumamkan kata-kata itu.

Dia menghilang ke dinding di belakangnya seolah-olah dia memasuki sebuah pintu yang tidak kelihatan.

“!?”

Tombak Itsuwa mengenai dinding dan suara nyaring terdengar.

Itsuwa meringis, efek tabrakan tombaknya ke dinding merambat di tangannya.

Lalu...

“Presedensi: Dinding Luar – Lebih Rendah, Pergerakan Bilah – Lebih Tinggi.”

Guillotine putih itu menghancurkan dinding dan menyerang ke arah torso Itsuwa secara horizontal.

Itsuwa membuang pikiran untuk menangkisnya dan praktis jatuh ke tanah, menghindari serangan horizontal itu.

Beberapa helai rambutnya melayang di udara.

Sementara itu, Terra lompat melalui lubang yang baru tercipta di dinding.

Dia menemukan Itsuwa segera setelah tindakan menghindarnya dan dengan santai mengayunkan guillotine miliknya lagi.

Karena perut Itsuwa menyentuh di tanah, dia tidak bisa menghindari serangan itu kali ini.

Jadi Kamijou melompat, berusaha mengambil posisi antara Itsuwa dan Terra.

“Ooooaaahh!?”

Dia nyaris tidak berhasil menghancurkan bilah guillotine raksasa yang mengayun ke arah leher Itsuwa itu dengan tangan kanannya.

Guillotine itu meledak dan serbuk putih tersebar di daerah itu.

Ekspresi Terra tidak berubah.

Dia tidak kelihatan khawatir sedikit pun.

“Presedensi: Dinding Luar – Lebih Rendah, Pergerakan Bilah – Lebih Tinggi.”

Terra mengatakan kata-kata yang sama lagi dan dia dengan santai menusukkan pedang putih yang kini sudah terbentuk kembali ke arah dinding bagian samping.

Guillotine itu mengayun sepanjang dinding luar seperti tangan yang menjatuhkan barang-barang dari atas rak.

Dinding luar runtuh dan lusinan batu seukuran melon berterbangan di udara.

“!!”

Sementara Itsuwa berusaha berdiri, Kamijou menggenggam lengannya dan menariknya ke belakang. Bahan-bahan bangunan menghancurkan tempat mereka berada sesaat yang lalu.

Terra berjalan dengan santai melangkahi puing-puing ke arah mereka, tidak mengejar dengan buru-buru.

“Aku pernah dengar tentang Imagine Breaker sebelumnya, jadi aku cukup menunggu sesuatu.” Terra tersenyum, sementara bilah warna putih dengan sifat yang tidak diketahui tergantung dari tangan kanannya. “Tapi kelihatannya, kau bukan apa-apa. Sejujurnya, aku sedikit kecewa, seandainya aku tidak melihat ini. Tampaknya kau memenangkan pertarunganmu dengan Vento, tapi itu hanyalah disebabkan oleh dihancurkannya ‘Hukuman Langit’-nya olehmu dan Academy City menggunakan ‘malaikat yang jatuh’ yang punya ‘tekanan dari alam’ untuk menahan gerakannya. Kalau dia berada dalam kekuatan penuh, dia tidak akan kesulitan sedikit pun melawanmu.”

(Ini...)

Kamijou merasa menggigil yang merayap di tulakng belakangnya ketika dia menyadari sesuatu.

Seorang pria yang berada pada level yang sama dengan Vento tidak akan menyerang dengan sebuah pedang saja.

(Dia anggota dari Kursi Tangan Tuhan...!!)

Kamijou tanpa sadar menggertakkan giginya, tapi dia ragu Terra akan menunggunya sampai tenang.

“Ah ah, ada apa?” Terra tersenyum dan mengangkat guillotine yang menyeramkan itu. “Tentunya kau tidak sedang berpikir kalau kau bisa mengalahkanku dengan menjaga jarak. Paling tidak biarkan aku lebih menikmatinya sedikit lagi. Kalau cuma ini saja yang kau punya, aku bahkan tidak perlu melakukan ‘penyesuaian’.”

“Kh!!”

Kamijou dan Itsuwa menyeret maju tubuh mereka yang berat dan menyerang Terra secara bersamaan.

Terra mengarahkan guillotine di tangan kanannya ke depan dan berkata.

“Presedensi: Pergerakan Tombak – Lebih Rendah, Udara – Lebih Tinggi.”

Dan dengan kata-kata itu, gerakan Itsuwa tiba-tiba berhenti.

Ujung bilah tombaknya yang mengarah ke tenggorokan Terra berhenti seperti dihalangi oleh dinding udara.

Sambil melihat kejadian ini dari samping, Kamijou mengepalkan tinju kanannya dan mengayunkannya ke dada Terra.

Terra lebih cepat.

Dia dengan santai mengayunkan tangannya secara horizontal dan bilah warna putih itu mengikutinya. Pedang raksasa itu menghindari tangan kanan Kamijou dan mengayun ke tubuhnya.

(Sia-!?)

Dia bahkan tidak memiliki waktu untuk menyelesaikan kalimat di pikirannya.

Ketebalan bilah itu lebih tebal dari jempol Kamijou. Dia merasakan bilah itu menekan kulitnya dan masuk ke dagingnya. Rasa sakit meledak di dalam tubuhnya.

Tubuh Kamijou terguling karena tenaga guillotine dan diterbangkan ke dinding bagian samping.

Segera setelah dia mendengar suara tabrakan yang keras, dia mendengar suara retak yang menyakitkan dari tubuhnya.

(...!?)

Dia tidak bisa bicara. Tenaga yang menekan perut dan punggungnya membuatnya tidak bisa bernapas.

“Gha...!?”

Tetapi, lukanya hanya sampai begitu saja. Kamijou tidak terbelah menjadi dua seperti dinding luar.

Dia memukul guillotine yang menekannya ke dinding dengan tinju yang gemetar. Bilah raksasa itu meledak menjadi serbuk dan Kamijou terduduk ke tanah, berusaha mengendalikan napasnya yang terengah-engah.

“...”

Terra memandang guillotinenya yang hancur dengan ketertarikan tinggi. Dia mundur selangkah dan sedikit menggerakkan jemarinya, memanggil serbuk bilah itu kembali padanya.

(Aku masih... hidup...?) pikir Kamijou sambil mengusap perutnya yang perih oleh rasa sakit. (Serangan itu mengenaiku, tapi aku masih hidup...?)

Serangan kejut pertama dari Terra dengan mudah menghancurkan dinding luar museum. Kamijou juga telah terkena serangan yang sama, jadi tubuhnya harusnya gepeng atau pecah.

Yang berarti...

(Serangan ini dan yang sebelumnya tipenya berbeda...?)

Kamijou memindahkan pandangannya dari perutnya ke arah Terra.

Terra yang berdiri di depan museum yang hancur itu masih terlihat tidak tertarik.

(Apa ada yang membesarkan kekuatan destruktifnya? Apa ada trik tertentu pada pedang itu?)

Ada satu hal yang mencolok dan mencurigakan

Kamijou memperhatikan Terra, sementara Terra memastikan guillotine-nya berada dalam kondisi bekerja setelah ditiadakan oleh Kamijou.

“Presedensi...” gumam Itsuwa sambil mengambil posisi untuk melindungi Kamijou, menarik tombaknya yang tidak mau menyentuh Terra.

Dia lalu memperhatikan serbuk yang melekat di ujung tombaknya.

“...Tepung?”

Dia berpikir sejenak, dan tubuhnya menegang sementara keterkejutan muncul di wajahnya.

“Apa senjata itu berfungsi dengan menggunakan ‘Daging Tuhan’...?”

“Oh, jadi seorang Asia juga bisa mengetahuinya.”

Itsuwa nyaris terdiam seribu bahasa ketika Terra mencoba memprovokasi dirinya.

“Selama misa, anggur diperlakukan sebagai ‘Darah Tuhan’ dan roti sebagai ‘Daging Tuhan’. Dan aku yakin aku tidak perlu memberitahumu bahwa misa dilakukan mencontoh eksekusi ‘Putra Tuhan’ di salib.”

Itsuwa menggigit bibirnya ketika mendengar kata-kata Terra.

Kamijou tidak mungkin tahu, tapi kata-kata itu cukup destruktif bagi seseorang yang mengetahui sihir.

“Kalau kau memikirkan fakta bahwa ‘Putra Tuhan’ disalib di atas salib dengan tenang, kau akan menyadari bahwa seorang manusia biasa harusnya tidak bisa membunuh ‘Putra Tuhan’. Itu adalah tugas yang sulit, bahkan untukku. Pada beberapa waktu di dalam alkitab, ‘urutan presedensi’ diubah. Contohnya, agar ‘Putra Tuhan’ bisa mengambil ‘dosa awal’ seluruh kemanusiaan, presedensi alami harus diubah agar dia bisa dibunuh oleh seorang manusia biasa.”

Guillotine itu mulai hancur.

Meskipun Kamijou meningkatkan kewaspadaannya, Terra kelihatan makin menikmati keadaan ini.

“Salah satu ritual rahasia yang diperlukan untuk menyelesaikan cerita ‘Putra Tuhan’ adalah pengubahan urutan presedensi. Dan itulah mantra yang kugunakan. Mantra ini disebut ‘Eksekusi Cahaya’. Kemampuan untuk mengubah bentuk tepung yang digunakan sebagai medium dengan bebas menjadi benda tajam itu semacam efek samping mantra ini. Apa kau mengerti sekarang?”

Pada dasarnya, ini berarti bahwa jika “tubuh Terra” diberikan presedensi lebih tinggi dari “kawat”, tubuhnya tidak akan terluka. Jika “pedang dari tepung” diberikan presedensi lebih tinggi dari “dinding luar”, pedang itu bisa dengan mudah menghancurkan dinding. Jika “udara” diberikan presedensi lebih tinggi dari “tombak”, serangan Itsuwa akan terhenti di udara.

“Kekuatan dan kelemahan tidak ada artinya bagiku. Bagaimanapun juga, aku bisa mengubah urutan keduanya begitu saja.”

Ini adalah kekuatan Kursi Kanan Tuhan.

Vento dari Depan memiliki kekuatan yang berhubungan dengan Tuhan, “Hukuman Langit”, dan telah menggunakannya untuk melumpuhkan Academy City.

Kali ini adalah eksekusi Putra Tuhan.

Semua penyihir berhubungan dengan teori dan hukum-hukum yang tidak diketahui Kamijou sedikit pun, tapi dia memiliki firasat bahwa teori-teori yang dipakai Kursi Kanan Tuhan adalah sesuatu yang spesial.

“Hm, tapi apa yang harus kulakukan sekarang? Aku mungkin telah menunjukkan trikku, tapi itu tidak berarti ini sudah selesai. Jangan bilang kalian pikir ini selesai ketika kalian memecahkan misterinya.”

Kamijou mengepalkan tinju kanannya erat-erat karena kata-kata Terra.

Terra benar.

Mereka tahu bagaimana cara kerjanya, tapi mereka tidak tahu cara mengalahkannya.

Itulah kenapa Terra bisa menunjukkan rahasianya pada mereka sambil tetap percaya diri.

“Mungkin aku akan memberikan kalian sedikit waktu,” kata Terra dengan nada menggoda. “Memperlama pertarungan ini tidak akan merugikanku sedikit pun. Aku beri kalian waktu 10 detik. Dalam waktu itu, kalian bisa menemukan rencana untuk mengalahkanku atau rencana untuk kabur. ...Tapi jangan salah sangka. Aku tidak bilang rencana seperti itu benar-benar ada, oke?”

Terra kelihatan semakin menikmati ini ketika bicara.

“Berengsek,” umpat Kamijou.

Tidak ada jarak yang besar antara mereka dan Terra dari Kiri.

Kamijou menggertakkan giginya dan Terra kelihatan menikmati tiap-tiap reaksi dari Kamijou.

Tapi kemudian...

“Oh, betapa dermawannya. Aku bisa menemukan tiga rencana yang berbeda jika diberikan 10 detik.”

Kamijou tiba-tiba mendengar suara lelaki yang dia kenal baik datang dari luar jangkauan penglihatannya.

Sebelum dia sempat melihat arah suara itu, sebuah peluru warna merah melesat di udara. Sebuah origami oranye yang terbakar. Kertas yang dilipat itu terbang ke arah wajah Terra dengan tenaga yang cukup untuk meretakkan beton.

Terra hanya sekadar mengikutinya dengan matanya.

“Presedensi: Sihir –Lebih Rendah, Kulit Manusia – Lebih Tinggi.”

Serangan itu mengenainya. Tapi tepat ketika menyentuh kulit Terra, origami itu tiba-tiba berubah arah dan menghantam dinding tepat di samping Itsuwa. Seperti peluru yang terpental dari dinding metal.

Kamijou akhirnya berbalik untuk melihat si pengganggu.

Seorang anak laki-laki dengan sunglassess warna biru sedang berdiri di sana.

Karena dia memaksakan dirinya untuk menggunakan sihir, ada aliran darah dari bibirnya.

“Tsuchimikado...!?”

Tsuchimikado mengangguk sedikit sebagai respon.

Pandangannya tidak pernah pindah dari Terra.

“Jangan bilang,” Terra sedikit tersenyum, guillotine-nya tergantung dari tangan kanannya. “itu adalah satu dari rencanamu.”

“Sayang sekali...” Tsuchimikado juga tersenyum. Serangannya sepertinya gagal, tapi dia tidak terlihat khawatir sedikit pun. “Aku sudah menyudutkanmu.”

“...?”

“Dan setelah ini adalah skakmat. Aku sudah membuktikan kebenaran teoriku.”

Yang dia keluarkan ketika mengatakan itu bukanlah sebuah benda magis.

Sebuah pistol hitam mengkilap.

Pistol yang sama dengan yang dia gunakan untuk menembak Oyafune Monaka.

“Apa kau benar-benar pikir kau bisa mengalahkanku dengan mainan seperti itu?”

Tsuchimikado tidak memberikan respon apapun.

Dia mengumpulkan tenaga pada jari di atas pelatuk.

Terra tidak berusaha mencari perlindungan; dia hanya berdiri di sana dan berkata dengan perlahan.

“Presedensi: Peluru –Lebih Rendah, Kulit Manusia – Lebih Tinggi.”

“Presedensi: Peluru –Lebih Rendah, Kulit Manusia – Lebih Tinggi.”

Tsuchimikado berbicara bersamaan dengan Terra.

Suara sejumlah tembakan terdengar.

Tapi peluru timah itu memantul dari wajah dan dada Tsuchimikado.

Itu adalah hasil yang sangat berat sebelah.

Tapi meskipun begitu, sebuah senyuman tetap muncul di bibir Tsuchimikado.

“Sudah kubilang, Terra dari Kiri.”

Tsuchimikado memegang pistolnya di satu tangan dan memasukkan tangan satunya ke dalam kantungnya.

Dia mengeluarkan sepotong origami warna hitam.

“Sudah kubilang kali ini adalah skakmat.”

“...”

Terra dari Kiri terdiam setelah mendengar kata-kata Tsuchimikado.

Dia lalu dengan perlahan menghadap Tsuchimikado dan menyiapkan guillotine-nya.

Jalanan harusnya penuh oleh para perusuh, tapi area itu anehnya hening.

(Bergeraklah...) pikir Kamijou.

Entah lebih baik atau lebih buruk, sebuah perubahan besar akan terjadi dalam pertarungannya.

Kamijou begitu terserap dalam konfrontasi antara Tsuchimikado dan Terra, jadi dia tidak menyadari Itsuwa yang mendekat. Itsuwa berbisik di telinganya.

“(Um, kita harus memanfaatkan gerakan Tsuchimikado selanjutnya dan lari.)”

“Eh?”

“(...Dia menyuruh kita dalam instruksinya. Dia bilang menghentikan Dokumen-C di Istana Paus lebih penting dibandingkan mengalahkan musuh di sini.)”

Itsuwa sedang memegang sepotong origami.

Instruksi Tsuchimikado pasti tertulis di dalamnya. Kamijou tidak tahu persis kapan, tapi Tsuchimikado pasti telah melemparnya ke Itsuwa ketika bicara dengan Terra.

Tsuchimikado dan Terra melangkah mendekati satu sama lain dengan perlahan.

Dan tepat ketika Kamijou merasa mereka akan menyerang, suara yang begitu kuat hingga dia pikir gendang telinganya akan meledak terdengar.

(...!?)

Ini bukan suara sihir.

Ini adalah suara lansekap kota Avignon yang dihancurkan oleh peledak.

Tentu saja, bukan Tsuchimikado dan bukan juga Terra penyebabnya.

Ada pihak ketiga yang ikut campur.

Buktinya bisa dilihat dari keduanya dengan jengkel mendecakkan lidah mereka dan keduanya mundur untuk mengambil jarak antara satu dengan lainnya.

Kamijou dikejutkan oleh kejadian tiba-tiba ini dan memperhatikan kompleks-kompleks perumahan yang menjulang di kedua sisi jalan mulai rubuh. Ini menghasilkan debu warna abu-abu yang menghalangi pandangan Kamijou.

Index v14 210-211.jpg

Dia bisa melihat siluet-siluet dari penyebab ledakan di sisi lain.

Tapi siluet-siluet itu bukanlah siluet manusia.

“...Apa yang terjadi? Apa-apaan yang sedang terjadi!?” gumamnya.

Siluet aneh di sisi lain tirai abu-abu itu mulai bergerak.



Part 9[edit]

Unit lapis baja tidak resmi milik Academy City mulai menginvasi kota tua Avignon dari luar dindingnya.

Peralatan utama mereka adalah HsPS-15, dikenal juga sebagai “Large Weapon”. Itu adalah sebuah powered suit yang dikembangkan dengan menggunakan semua teknologi terbaik Academy City.

Powered suit itu adalah senjata baru Academy City yang menutup tubuh dengan armor yang terlihat seperti baju zirah ala Barat. Sendi-sendinya digerakkan dengan tenaga listrik dan manusia di dalamnya diberikan mobilitas mulai dari dua kali biasanya hingga lusinan kali lipat.

Powered suit memiliki berbagai ukuran standar dan daya tempur, tapi yang ada di sini adalah kumpulan metal raksasa setinggi 2.5 meter.

Suit ini memiliki kamuflase biru-abu-abu dan “armor” seperti robot itu memiliik dua lengan dan kaki dan tangannya masing-masing memiliki lima jari. Tapi, jika kau menanyakan seseorang apakah powered suit itu “mirip manusia”, jawabannya adalah “tidak”. Bagian “kepala”nya benar-benar besar. Mungkin karena armor dadanya sangat tebal, tapi ini terlihat seperti ada satu dari robot keamanan berbentuk drum yang dipasang di atas kepala suit . Tidak ada leher. “Kepala”nya tersambung langsung dengan dadanya, tapi kepalanya masih bisa berputar.

Ada suara nyaring dari sesuatu yang keras dihancurkan.

Itu adalah suara dari kaki-kaki ber-armor yang menginjak puing-puing selagi mereka maju.

Paving dari batu dan puing-puing dari batu bata telah bertahan selama ratusan tahun, tapi sekarang keduanya dengan mudahnya hancur.

Tangan powered suit-powered suit itu memegang senjata khusus dengan barel yang begitu lebar hingga senjata itu terlihat aneh.

Senjata-senjata itu terlihat seperti senapan besar yang dibuat dengan memendekkan barel meriam utama sebuah tank secara paksa. Senjata itu adalah revolver shotgun[7] anti-pelindung.

Selongsong yang digunakan di senjata itu khusus. Di dalam satu selongsong terdapat beberapa lusin peluru yang biasanya diklasifikasikan sebagai anti-material. Tiap tembakan bisa menembus sebuah tank dan pada jarak dekat, beberapa tembakan bisa mendobrak pintu bunker nuklir. Biasanya, barel senjata tidak bisa menahan tenaga eksplosif dari mesiu, tapi, dengan mengontrol tipe dan peletakan mesiu dengan teliti, arah dari tenaga eksplosif bisa dikendalikan agar sesedikit mungkin kerusakan terjadi pada barel dan kekuatan destruktif paling besar dikeluarkan.

Beberapa lusin powered suit menuju ke dinding kastil yang mengelilingi Avignon sambil memegang senjata besar yang dikembangkan untuk tujuan menembus dinding bunker tebal yang mungkin menjadi tempat bersembunyi musuh ini.

“Mulai invasi.”

Hanya dua kata saja.

Ketika suara itu terdengar, shotgun-shotgun anti-pelindung ditembakkan. Setiap kali pegangan yang mirip aksi-pompa ditarik, silinder revolvernya berputar.

Dalam sesaat, dinding batu yang telah menghalangi masuk dan keluarnya orang dari kota itu selama ratusan tahun diterbangkan seolah-olah terbuat dari kertas.

Para powered suit itu melangkahi puing-puingnya dan memasuki kota tua Avignon.

Kaki-kaki buatan itu bergerak lebih mulus dari kaki seorang manusia asli.

Mereka menemukan pemuda-pemudi Avignon yang baru saja merusuh sebelumnya.

Pemuda-pemudi itu tidak diselimuti ketakutan atau kemarahan murni. Ini terjadi begitu tiba-tiba hingga mereka tidak bisa mengatur perasaan mereka. Ini membuat mereka gemetar di dalam pusaran emosi yang bercampuran.

Di sisi lain, respon para powered suit benar-benar seragam.

Mereka menggerakkan barel lebar dari shotgun anti-pelindung yang telah meledakkan dinding kastil dalam satu tembakan milik mereka dan membidikkannya secara langsung ke arah manusia yang terdiridari darah dan daging di depan mereka.

Sebuah suara memberikan laporan pendek pada rekannya melalui radio.

“Pasukan musuh ditemukan.”

Part 10[edit]

Kamijou tercengang ketika melihat jumlah besar powered suits yang meledakkan dinding sementara berjalan melalui Avignon tanpa menghiraukan susunan jalan-jalan kecil yang rumit. Salah satu bangunan seperti tebing yang menjulang ke atas hancur, dan dia bisa melihat “mereka” di sisi lain puing-puingnya.

Benda-benda itu harusnya tidak ada di dunia biasa.

Harusnya idak ada institusi selain Academy City yang bisa mengembangkan powered suits dengan tingkat seperti itu.

Mereka memiliki revolver shotgun anti-pelindung di tangan.

Mereka meledakkan bangunan dan mobil-mobil yang menghalangi jalan mereka dan tanpa ampun mengarahkan senjata mereka ke para perusuh yang sembrono berusaha melawan balik.

Shotgun-shotgun itu menembakkan selongsong dari barel senjata yang dengan mudah bisa muat untuk sebuah tinju.

Orang-orang dengan mudah ditumbangkan ketika shotgun-shotgun itu ditembakkan.

Tapi kemungkinan besar ini tidak dilakukan dengan amunisi hidup. Kamijou tidak tahu cara kerjanya, tapi kelihatannya revolver shotgun anti-pelindung itu bisa menggunakan berbagai jenis selongsong yang berbeda. Mungkin jenis selongsongnya terbagi antara ruang genap dan ganjil di dalam silinder revolver yang berputar, dan revolver itu berputar dua ruang sekaligus. Dengan begitu, senjata itu bisa diganti dalam mode genap dan mode ganjil.

Mereka menembakkan peluru kosong.

Tapi gelombang kejut dari ledakan besar yang disebabkannya cukup untuk menguras oksigen dari paru-paru seseorang dan menumbangkan mereka ke tanah. Ketika baris pertama dari para perusuh yang sok kuat dibungkam, baris kedua dan ketiga dari perusuh yang mendekat menjadi pucat dan mulai berlarian panik.

Para powered suit itu tidak membiarkan mereka pergi.

Para suit itu berjalan melewati warga kota yang meringkuk gemetar di sudut jalan dan jika mereka menunjukkan tanda-tanda akan melawan, para suit itu tanpa ampun akan menembakkan peluru kosong ke arah mereka, menerbangkan mereka tanpa ampun dengan hulu ledak suara. Sementara para perusuh itu menjadi tidak efektif karena ini, para powered suit itu akan menghubungkan shotgun-shotgun ke bagian mirip ransel metal di punggung mereka untuk mengisi ulang peluru secara otomatis.

(...Apa yang sedang terjadi?)

Situasi itu begitu gila hingga Kamijou tidak bisa melakukan apapun selain melihatnya.

(Bukankah Tsuchimikado bilang Academy City tidak akan bertindak? Dan sekarang ketika mereka sudah bergerak...Kenapa harus terjadi seperti ini!?)

Oyafune Monaka telah berkata bahwa para pemimpin Academy City tidak ingin menangani masalah di Avignon dan akan membiarkan kekacauan ini memburuk.

Tampaknya waktu untuk bergerak telah tiba.

Sekarang saat kekacauan ini telah menyebabkan jumlah kerusakan yang diperlukan, mereka mengakhiri semuanya seolah-olah dengan menekan saklar.

Kamijou menggigit bibirnya.

Para pemimpin Academy City.

Dewan Direktur.

Dan orang yang mengendalikan mereka, yang benar-benar berada di puncak sisi Sains.

“Begitu. Jadi akhirnya begini,” kata Terra terdengar senang.

Dan dengan kata-kata itu, atmosfer yang diwarnai keterkejutan kembali fokus kepada Terra.

Tsuchimikado mengangkat pistolnya sementara asap masih keluar dari ujungnya, dan ada begitu banyak rasa permusuhan yang keluar dari dirinya hingga rasanya permusuhan itu saja bisa menusuk menembus Terra.

“Yah, orang-orang yang memanipulasi Dokumen-C di Istana Paus cuma penyihir biasa, jadi ini benar-benar bisa berakhir dengan buruk. Padahal aku bisa mendapat lebih banyak data medan tempur untuk mantra presedensiku ‘Eksekusi Cahaya’. Ya sudahlah.”

Selagi bicara, Terra tidak melihat ke arah Kamijou atau yang lainnya dan berjalan seperti tanpa tujuan melalui salah satu dari lubang-lubang besar yang dibuka oleh powered suit di salah satu kompleks perumahan.

“Tunggu!!” teriak Tsuchimikado, tapi dia segera melompat ke samping setelahnya.

Sebelum Kamijou sempat mengerti alasannya, sebuah ledakan besar yang kemungkinan datang dari serangan salah satu powered suit yang muncul dari dalam kompleks perumahan itu.

Tubuh kecil Kamijou diterbangkan ke belakang oleh ledakan itu.

Lubang yang tadi dimasuki Terra dipenuhi api.

“Ow...!?”

“A-apa kau baik-baik saja!?”

Itsuwa dengan panik memegang tangan Kamijou.

Kamijou memegang tangan Itsuwa untuk membantunya bangkit, dan Tsuchimikado berteriak padanya.

“Apa kau bisa bergerak, Kami-yan? Kita harus ke Istana Paus!!”

Powered suit-powered suit itu dari Academy City, ‘kan!? Kupikir mereka tidak akan bergerak! Ini benar-benar sudah menjadi rumit! Apa kita bisa pergi begitu saja tanpa menghentikan mereka!?”

“Mengejar Terra adalah prioritas kita!! Dan mereka juga mengincar Dokumen-C. Semua kekacauan ini mungkin mereda ketika benda spiritual itu hancur!!”

“Sialan. Apa mereka benar-benar berencana menghentikan kekacauan ini?” gumam Kamijou jengkel.

Di Avignon ada para perusuh yang dipengaruhi Dokumen-C dan para powered suits. Sisi mana yang sebenarnya dibencinya?

“Ayolah, Kami-yan. Anggota Kursi Kanan Tuhan itu mungkin masih meremehkan kita, tapi dengan keadaan sekarang ini, mereka benar-benar akan kabur. Ini adalah satu-satunya kesempatan kita untuk menghancurkan Dokumen-C!!”

“Berengsek,” umpat Kamijou.

Pada saat itu, sejumlah powered suit melangkah ke jalan sempit dari lubang yang dilewati Terra yang sekarang sudah dipenuhi api.

Seharusnya yang berada di dalam powered suit itu adalah sesama orang Academy City, tapi barel senjata mereka tepat mengarah ke arah Kamijou dan Tsuchimikado.

Tampaknya, mereka tidak membuang waktu untuk memeriksa di sisi mana orang-orang berpihak. Mereka menyerang semua orang di kota Avignon begitu saja.

“...Kami-yan, kita berpisah di sini. Itsuwa, ya ‘kan? Kau dan Kami-yan pergi ke Istana bersama.”

“Tsuchimikado?”

“Kelihatannya ada dua masalah di Avignon ini. Aku tadi berpikir kita bisa membiarkan para powered suit itu untuk sekarang, tapi pilihan itu sudah hilang. Kami-yan, kalian kejar Terra dan lakukan sesuatu tentang Dokumen-C. Aku akan menghentikan idiot-idiot Academy City ini.”

“Tapi tidak...”

Kamijou akan menyelesaikan kalimat itu dengan “mungkin kau bisa melakukan itu”, tapi Tsuchimikado memotongnya.

“Mereka bukan musuh seutuhnya. Memang, aku harus bertarung sebentar, tapi aku akan mencari kesempatan untuk bicara dengan mereka. Dan aku lebih baik dalam taktik jenis ini dibandingkan kau.”

“...Sialan.”

“Pergi, Kami-yan!!”

“Sialan!!”

Kamijou berlari bersama Itsuwa melalui jalan yang sempit ketika berteriak. Dİ belakangnya, dia mendengar suara powered suit beroperasi dan (Tsuchimikado pasti telah melakukan sesuatu) suara berulang dari es yang pecah. Kamijou menggertakkan giginya, mengetahui bahwa Tsuchimikado akan bermandikan darah meskipun dia hanya menggunakan sihir sekali saja, tapi dia tidak bisa melakukan apapun tentang itu sekarang.

Dia berlari melalui jalanan sempit kota tua Avignon.

Bau mesiu dan asap memenuhi hidungnya.

Dia melihat orang-orang yang berlarian dan powered suit-powered suit yang mengejar mereka.

(Apa-apaan yang sedang terjadi!?)

Ini membuat demonstrasi dan kerusuhan-kerusuhan yang terjadi kelihatan seperti bukan apa-apa. Ketika melihat aksi militer yang kejamnya berlebihan ini, Kamijou rasa pembuluh darah di kepalanya akan meledak.

Itsuwa tahu lokasi Istana Paus dari investigasinya tentang Avignon sebelumnya. Kamijou melihat ke arah yang ditunjuk Itsuwa dan melihat sebuah siluet yang dia rasa pasti adalah Istana itu di kejauhan.



Di antara baris 3[edit]

Stiyl Magnus keluar dari Menara London.

Cuaca di London cukup bagus, tapi jarang ada pelancong yang kelihatan. Tidak seperti negara-negara lain, tidak ada kerusuhan skala besar yang terjadi di Inggris, tapi masih ada ketegangan yang menyebar ke seluruh kota.

“Kursi Kanan Tuhan, hah...?” gumam Stiyl sambil meletakkan rokok baru di antara bibirnya.

Menurut Lidvia Lorenzetti, hanya ada empat anggota dan masing-masing memegang atribut satu dari empat malaikat agung.

“Bagaimana menurutmu, tentang apa yang dia katakan?” kata Agnese Sanctis karena bosan sambil keluar dari bangunan itu di samping Stiyl. “Apa ada sedikit pun yang benar? Aku tidak pernah dengar hal seperti itu ketika aku masih berada dengan Gereja Katolik Roma. Bisa saja itu cuma kebohongan untuk mengganggu kita.”

“Aku tidak bisa menyangkal kemungkinan itu, tapi semua yang dikatakan di ruang interogasi direkam secara magis. Itulah yang kautuliskan di perkamen. Kalau kita menganalisa ulang perkamen itu, kita harusnya bisa mengetahui seberapa akurat yang dikatakannya.

“Tentu saja, kita tidak bisa yakin seratus persen,” tambah Stiyl.

Stiyl berpikir sambil bicara.

Jika Lidvia berbicara jujur, “Kursi Kanan Tuhan” adalah nama sebuah grup di kedalaman Gereja Katolik Roma, dan di saat yang sama, juga nama tujuan akhir mereka.

(...Kursi di sisi kanan. Nyaris seperti sebuah petunjuk, tapi aku tidak yakin. Aku masih belum bisa menyempitkan semua kemungkinan. Kurasa aku harus bicara lebih banyak dengan mereka.)

Stiyl melihat ke wajah Agnese.

“Kurasa kita perlu istirahat sejenak.”

“Tidak, aku ingin menyelesaikan ini segera.”

“Begitu,” respon Stiyl pendek.

Kemudian mereka kembali ke dalam Menara London yang gelap.



Catatan[edit]

  1. Loker untuk umum; masukin koin dan lokernya bisa dipakai.
  2. Constantine biasa diindonesiakan menjadi Konstantinus, tapi karena singkatannya Dokumen-C, jadi...
  3. Pendeta wanita, mengacu pada Kanzaki Kaori, pendeta tertinggi Amakusa
  4. Bukan Paus Gereja Katolik Roma, tapi Paus dari Gereja Campuran gaya-Amakusa
  5. Memang ada btw. http://www.artic.edu/aic/collections/citi/images/standard/WebLarge/WebImg_000055/98729_510837.jpg
  6. Idiom yang berarti tidak mengkhawatirkan tentang satu masalah yang mungkin akan muncul sekarang, tapi akan menghadapinya ketika masalah itu muncul.
  7. Shotgun dengan sistem peluru seperti pistol revolver


Chapter 4: Kumpulan Baja yang Menutupi Langit. Cruel_Troopers.[edit]

Part 1[edit]

Kamijou dan Itsuwa berlari-lari di jalanan Avignon.

Para perusuh yang menakutkan sudah tidak ada lagi.

Kebanyakannya sudah dimusnahkan.

Beberapa bagian jalan mencuat dan gedung-gedung dan dindingnya runtuh, jadi jalan itu sulit untuk dilalui. Ada banyak mobil yang diparkir. Sementara Kamijou berlari ke arah Istana Paus, udaranya penuh bau asap dan mesiu dan kadang dia harus mendaki puing-puing atau merunduk melalui lubang-lubang di dinding.

Ada banyak powered suit di berbagai tempat di seluruh kota.

Beberapa di jalan, beberapa di atap-atap bangunan.

(Kalau aku bisa menemukan sebanyak ini hanya dengan berlari saja, pasti ada ratusan atau ribuan powered suit di Avignon. Apa-apaan yang terjadi...?)

Kamijou menggertakkan giginya selagi berlari melewati sebuah jalan yang terendam karena pipa air yang rusak dan melompati sebuah lampu jalan yang tumbang.

(Yang memulai perang ini adalah Gereja Katolik Roma. Academy City harusnya bergerak masuk untuk berusaha menghentikannya. Jadi kenapa ini terjadi!?)

Ada satu hal yang jelas-jelas kurang di medan perang ini.

Bau darah.

Karena revolver shotgun anti-pelindung milik powered suit menggunakan jenis-jenis selongsong yang berbeda, manusia darah dan daging hanya ditembak dengan peluru hampa. Tapi tembakannya yang tercipta dari bahan peledak dalam jumlah besar berubah menjadi gelombang kejut. Selongsong udara ini tanpa ampun menyapu para perusuh di Avignon.

Tumpukan-tumpukan perusuh yang tak sadarkan diri tersebar di seluruh kota. Dan di samping salah satunya, ada beberapa powered suit yang sedang menggembungkan balon raksasa dengan serat anti-peluru yang dijahit ke dalamnya.

(Apa itu untuk pengintaian...?)

Kamijou pernah melihat benda seperti itu di sebuah drama TV Academy City.

Balon itu dilengkapi dengan sebuah kamera kecil dan bergerak menggunakan udara panas, persis seperti balon udara[1]. Kelemahan utamanya adalah baterai untuk tungku api elektrik yang memanaskan udara cepat melemah, tapi balon itu bergerak dengan suara lebih kecil dibandingkan balon dengan baling-baling, dan juga murah dan portabel.

Balon yang digembungkan oleh powered suit-powered suit ini beberapa kali lebih besar dibandingkan dengan balon yang dilihatnya di dalam drama dan terdapat keranjang yang juga terbuat dari serat anti-peluru yang sama di bawah balonnya.

Kemungkinan besar, balon itu akan digunakan mirip dengan balon udara. Mereka akan memindahkan orang-orang yang tak sadarkan diri ke dalamnya dan secara otomatis dibawa keluar area operasi.

Ketika Kamijou melirik lagi, dia melihat sejumlah besar balon warna hitam yang mengambang di udara seperti biji-biji dandelion yang terbang.

Sebanyak itulah jumlah orang yang telah dilumpuhkan oleh para powered suit itu.

“...”

Mereka mungkin memiliki pikiran yang sama dengan Tsuchimikado.

Para perusuh yang berjalan di jalanan sempit Avignon akan menjadi penghalang bagi misi mereka. Dan musuh yang menggunakan Dokumen-C bisa menyatu ke dalam para perusuh. Jadi strategi terbaik adalah membungkan para perusuh terlebih dahulu.

Tapi...

“Tsuchimikado tidak akan melakukannya dengan cara seperti ini...”

“Eh?” Itsuwa menolehkan kepalanya ke arah Kamijou, tapi Kamijou tidak menjawab.

Sambil berlari, Kamijou melihat mobil-mobil yang meledak dan mengepalkan tinjunya dengan erat.

(Hanya karena aksi-aksimu didahulukan, itu bukan alasan menggunakan kekerasan untuk membuat kota tunduk padamu!!)

Kamijou akhirnya mengerti apa persisnya yang Oyafune Monaka, salah satu anggota Dewan Direktur, ingin hentikan. Bukannya dia membenci Gereja Katolik Roma. Dan bukan pula dia ingin mengalahkan musuh Academy City. Dia ingin menghentikan situasi seperti ini, yang berubah menjadi sebuah konflik di mana semuanya hancur.

(Aku harus menghentikan ini.)

Kamijou menggertakkan giginya dan berlari melalui kota yang sekarang adalah sebuah medan perang.

(Aku tidak bisa mengabaikan spiral kehancuran ini begitu saja. Kalau ada seseorang yang mencoba memberikan alasan logis untuk situasi ini, aku akan menghancurkan ilusi mereka hingga keping terakhirnya!!)

“K-kita sampai. Itu dia...!!”

Dan begitulah, Kamijou dan Itsuwa telah tiba di Istana Paus.

Nama bangunan itu membuat Kamijou membayangkan sebuah gereja yang kudus atau tempat yang mewah, tapi bangunan sebenarnya lebih mirip benteng abad pertengahan dibandingkan sebuah benteng. Bangunan raksasa itu adalah kumpulan batu dari tambang batu dan memberikan rasa penolakan bagi yang melihatnya.

Dinding luar yang menjulangi Kamijou memiliki tinggi lebih dari 10 meter, tapi dia terlihat terkejut ketika melihat tempat itu.

“Lubang...” gumam Itsuwa sambil membawa tombaknya di satu tangan.

Pintu masuk utama berupa pintu ganda raksasa dihempaskan ke arah dalam dan dinding di sekitar beberapa jendela di lantai yang lebih tinggi telah hancur. Seseorang pasti telah berada di dalam karena ada suara tembakan dan ledakan yang bersahut-sahutan yang datang dari dalam.

“Sudah mulai. Ayo, Itsuwa!!”

“O-oke!!”

Memasuki sebuah bangunan dengan suara tembakan dari dalamnya bukanlah ide yang bagus, tapi mereka tidak punya pilihan lain.



Part 2[edit]

Tsuchimikado Motoharu bermandikan darah.

Bukan karena dia telah ditembak oleh para powered suit. Ini adalah efek samping sihir origami yang telah dia gunakan untuk mengalihkan perhatian mereka ke tempat lain.

Dia telah menggunakan kesempatan kecil dari sihir itu untuk berlari melalui sebuah jalan sempit. Dia terlihat seperti akan jatuh ketika bersembunyi di belakang sebuah mobil yang diparkirkan.

Sejumlah suara tembakan terdengar ke arahnya.

Meskipun tembakan-tembakan ini menggunakan peluru kosong, hempasan udaranya efektif dalam menghentikan para perusuh. Dengan satu tembakan saja, jendela mobil pecah dan pintu metal bengkok.

(Sialan mereka...)

Tsuchimikado mendecakkan lidahnya sementara dia bersandar di sisi mobil.

Dia tidak akan mati jika terkena tembakannya, tapi dia akan pingsan. Dan ketika dia bersembunyi di balik tamengnya, dia mendengar suara dentum yang berbeda.

Dia melihat ke arah suara itu dengan terkejut dan melihat salah satu powered suit telah menggunakan tenaga melompatnya yang mengagumkan untuk menutup jarak 10 meter lewat udara dan sedang mendekati dari arah tepat di atas Tsuchimikado.

“Sial!!”

Tsuchimikado segera melompat ke belakang dan, hampir di saat yang sama, powered suit raksasa itu mendarat di atas mobil itu. Mobil itu hancur di bawah beban yang berat dan meledak. Ledakannya mendorong Tsuchimikado lebih jauh dari yang bisa dibawa oleh tenaga lompatan miliknya sendiri.

Sementara dia berguling di tanah, powered suit yang masih dikelilingi api itu tanpa suara mengarahkan shotgun anti-pelindungnya ke arahnya.

Area tempat dia berada hanya memiliki sebuah garis bangunan-bangunan seperti tebing di kedua sisi jalan. Tsuchimikado berusaha pergi ke balik bangunan di sudut jalan, tapi powered suit itu lebih cepat. Hempasan udara yang datang bersamaan dengan tembakannya mengenai kaki Tsuchimikado.

Dia terjatuh seolah-olah disandung oleh seseorang.

Dia entah bagaimana berhasil pergi ke balik sudut jalan dengan merangkak.

(Gh...Ahhh!?)

Ketika dia melihat pergelangan kakinya, tempat itu memiliki memar parah. Entah bagaimana, tulangnya tidak patah, tapi tetap saja gerakannya terhambat.

(Kelihatannya ada empat belas powered suit. Armor mereka terlihat tipis, tapi mereka harusnya bisa menerima serangan misil anti-tank secara langsung. Belum lagi...)

Selagi mendengar mesin-mesin yang bergerak dari balik sudut jalan, Tsuchimikado mengeluarkan perban pertolongan pertama dari kantungnya dan menggunakannya untuk membalut pergelanagan kakinya.

(Mereka menggunakan alat koreksi drive yang baru. Driver yang mempelajari kondisi medan tempur dan secara otomatis mengatur semuanya untuk mengeluarkan performa tertinggi.)

Ketika menggunakan senjata yang sama di sebuah hutan hujan tropis atau Antartika, performanya bisa berubah tergantung lingkungan. Di gurun pasir, kau harus memastikan pasir tidak masuk ke dalam senjata dan di tanah basah kau harus memastikan lumpur tidak masuk.

Cara paling mudah untuk menjaga agar senjata tetap bekerja, dan karakteristik senjata yang digunakan berbeda-beda tergantung daerahnya. Tapi powered suit-powered suit ini berbeda. Mereka memindai lingkungan di sekitarnya dan secara otomatis melakukan koreksi yang diperlukan, jadi mereka bisa digunakan dalam pengaturan standarnya di mana saja di dunia.

(Aku cukup yakin informasi koreksi otomatisnya dipancarkan ke seluruh powered suit dalam satu misi. Ha ha. Mungkin merekalah yang mengetahui cara terbaik untuk berjalan melalui Avignon sekarang.)

Untuk senjata dengan kaki, keseimbangan adalah masalah terbesar, tapi kelemahan itu tidak ada pada powered suit. Mereka bisa berjalan di atas tanah yang runtuh, bahkan lebih baik dari yang bisa dilakukan manusia asli.

(Sialan. Bagaimana aku bisa menyerang...?)

Tsuchimikado Motoharu memeriksa pergelangan kakinya yang diperban.

Dan saat itu, mereka semakin mendekat.



Part 3[edit]

Bagian dalam Istana Paus sangat luas.

Tapi Kamijou merasa keluasannya itu memberikan bangunan itu perasaan terisolasi yang kesepian. Paling tidak, tidak ada apapun di dalam. Dindingnya bahkan tidak dilapisi wallpaper; hanya batu saja. Selain pilar-pilar yang ditempatkan dengan interval yang sama, tidak ada benda lain di sana. Seperti sebuah piramid setelah seluruh harta karun di dalamnya diambil.

(Kelihatannya Gereja Katolik Roma benar-benar tidak punya pasukan yang besar di sini. Beberapa orang tertentu ingin menggunakan Dokumen-C tanpa diketahui anggota gereja lainnya. Atau mungkin Terra beraksi sendirian dengan menggunakan skuad pribadi.)

“Kelihatannya tidak ada orang di sini...” kata Itsuwa sambil memegang tombaknya siaga.

Situs itu dibuka untuk para pelancong pada hari kerja, tapi tidak ada yang berjalan-jalan pada waktu seperti ini. Sebelumnya, Avignon dibuat takut oleh para perusuh dan sekarang para powered suit mengacau di daerah itu.

Tembakan dan ledakan terus berlanjut.

Jika tembakan dan ledakan berlanjut, artinya ada pertarungan yang berlangsung, bukannya penindasan satu pihak.

Terra bukanlah satu-satunya penyihir di kota itu karena harus ada penyihir yang mengoperasikan Dokumen-C. Powered suit itu mengagumkan, tapi para penyihir Katolik Roma itu pastilah hebat untuk melawan para powered suit itu secara langsung seperti itu.

Karena dia tidak ingin menarik perhatian kedua sisi, Kamijou sedang berjalan tanpa suara.

“...Dari mana tepatnya powered suit itu datang?”

“Eh?” Itsuwa melihat ke arah Kamijou.

“Apa ada orang Academy City yang memilotinya? Atau powered suit-powered suit itu dipinjamkan ke sebuah organisasi yang bekerja sama dengan Academy City? Dan mereka tidak bisa begitu saja menyembunyikan apa yang mereka lakukan di sini. Apa yang Academy City pikirkan...?”

Ponsel Kamijou memiliki fungsi televisi.

Membuat suara yang tidak perlu itu berbahaya, tapi dia membutuhkan informasi.

Kamijou memeriksa sekitarnya untuk memastikan tidak ada orang di dekatnya, mengeluarkan ponselnya, lalu mencoba menghidupkan fungsi televisi ponselnya. Tetapi, tidak ada yang muncul. Mungkin fungsi televisi itu tidak bekerja dengan stasiun luar negeri. Dia berpikir sejenak, lalu memunculkan nomor yang tersimpan di ponselnya. Dia menelepon salah satunya.

“Misaka!!”

“A-apa?”

Dia menelepon Misaka Mikoto.

“Apa kau sedang sibuk? Ada yang ingin kutanyakan padamu.”

“O-oh, begitu. Apa harus aku? Apa kau tidak bisa menanyakan orang lain? Seperti ibuku mungkin.”

“Hm? ...Oh, kurasa kau benar. Aku bisa menanyakan pada Misuzu-san atau orang lain saja...”

“Non non non non!! Kupikir kau meneleponku karena ada yang ingin kautanyakan padaku!”

“??? Yah, kurasa orang di Academy City akan lebih berguna dibandingkan Misuzu-san.”

Kamijou memiringkan kepalanya bingung dan mengatakan alasan dia menelepon.

“Misaka, apa kau bisa memeriksa berita? Dari internet juga bisa. Bisakah kaulihat apakah berita luar negeri mengatakan sesuatu terjadi di kota Avignon?”

“Hah?” respon Misaka.

Mungkin pertanyaan Kamijou terlalu tiba-tiba.

...Atau begitulah yang dia pikirkan. Tampaknya keadaannya bukan begitu.

“Apa yang kaubicarakan? Kalau kau hidupkan TV manapun, kau akan melihat laporan berita khusus. Avignon itu kota di Prancis, ‘kan? Kelihatannya ada grup religius yang melanggar hukum internasional dengan menggunakan semacam senjata penghancur khusus di sana, dan sebuah operasi untuk membersihkan mereka sudah dimulai. Ada keributan besar tentang ini.”

“...Apa?”

Kamijou benar-benar syok, lalu Mikoto melanjutkan.

“Mereka bilang, biasanya pemerintah Prancis yang menangani ini, tapi mereka memerlukan ahli dengan akses ke teknologi khusus, jadi Academy City terlibat ke dalamnya. ...Memangnya kau di mana? Sangat sulit mencari tempat yang belum memiliki informasi ini.”

“Y-yah...” Kamijou berpikir tentang cara menjelaskan keadaan ini, tapi sesuatu mengalihkan perhatiannya.

Dia tidak bisa mendengar suara lain lagi.

Suara tembakan dan suara-suara lain dari pertarungan di dekat mereka telah berhenti entah sejak kapan. Ini adalah keadaan natural di Istana Paus, tapi keheningan ini nyaris melukai telinganya.

(...)

Mikoto mengatakan sesuatu di ujung lain ponselnya, tapi Kamijou tidak merespon.

Dia berhenti bernapas dan memfokuskan perhatiannya, tapi masih tidak bisa mendengar apapun.

Dia bertukar pandang dengan Itsuwa yang berdiri di sampingnya dan dengan perlahan bergerak maju.

(Apa yang terjadi di sini...?)

Dia merasa seperti ada ketegangan misterius yang merembes keluar dari kedalaman lorong, dari retakan di dinding, dan dari sisi lain pintu-pintu. Rasanya seluruh atmosfer di daerah itu telah diubah.

Kamijou tidak bisa mengerti apa yang menyebabkannya.

Karena jawabannya menunjukkan dirinya sebelum dia bisa mengerti.

Dengan suara keras, dinding tebal di samping Kamijou meledak terbuka.

Sebuah powered suit menembus dinding.

Powered suit itu menghantam Kamijou dan menjatuhkannya ke lantai. Ponsel di tangannya jatuh ke lantai dan layar LCD-nya pecah.

“!?”

Itsuwa segera menusukkan ujung tombaknya ke powered suit itu, tapi menghentikan tusukannya di tengah jalan.

Ini karena tangan dan kaki powered suit itu tergantung lemah, menunjukkan bahwa powered suit itu telah kehilangan semua fungsionalitasnya. Benda itu pasti telah dilemparkan ke sana oleh seseorang.

Sejumlah benda berbentuk silinder berserakan di sekitar powered suit itu. Silinder-silinder berukuran kaleng minuman 350 mililiter adalah selongsong untuk shotgun anti-pelindung yang digunakan powered suit. Revolver shotgun raksasa itu terletak di lantai dekatnya.

“Kh...” Menggelengkan kepalanya, Kamijou berdiri dan mendengar suara langkah kaki.

Dia mengangkat kepalnya.

Itsuwa memegang tombak miliknya untuk melindungi Kamijou.

Dan di depannya...

Di balik dinding yang hancur, seorang penyihir yang memegang pedang putih raksasa berdiri.

Terra dari Kiri.

Lelaki yang telah menghancurkan powered suit itu tanpa mengeluarkan setetes keringat pun dengan menggunakan sihir “presedensi” miliknya.

“Mereka benar-benar sudah melakukannya...” katanya perlahan dengan tanda-tanda jengkel yang sengaja dimasukkan. “Aku tidak menyangka mereka akan mendiamkan kekacauan dari kerusuhan dengan menciptakan kekacauan yang lebih besar lagi hingga aku bisa terjebak di dalamnya. Ini menunjukkan seberapa seriusnya Academy City. Mereka merasa bahwa mereka harus melakukan sesuatu tentang ini meskipun mendatangkan kritik internasional.”

Di tangan kirinya, tangan yang tidak memegang guillotine putih, dia memegeng sepotong perkamen yang digulung. Gulungan itu kecil. Panjangnya hanya sekitar 15 cm dan diameter gulungannya 3 cm. Perkamen yang disegel dengan lilin itu adalah...

“Dokumen-C...” gumam Itsuwa benar-benar terkejut.

Itu adalah benda spiritual yang membuat kata-kata seseorang dipikirkan sebagai “sepenuhnya benar” bagi Gereja Katolik Roma. Dan jika Terra yang memegangnya dan bukan penyihir-penyihir yang tadinya menggunakannya...

“Ini benar-benar menyusahkan. Aku bisa dengan mudah mengalahkan mereka sendirian, tapi mereka memusatkan serangan mereka pada para penyihir yang menggunakan ini. Dan itu pastinya akan berefek pada mantranya. Benar-benar, kadang tidak bisa menggunakan mantra untuk manusia bisa menjadi masalah. Sekarang kemenanganku sudah diambil dari genggamanku karena penyihir-penyihir biasa itu. Kelihatannya berhenti di sini dan pergi ke tempat lain akan menjadi rencana terbaik sekarang.”

“Apa kau benar-benar berpikir kami akan membiarkanmu pergi?” kata Kamijou sambil dengan perlahan mengangkat tangan kanannya. “Kalian bisa menggunakan Dokumen-C ketika kembali ke Vatikan. Apa kau benar-benar berpikir kami akan membiarkanmu pergi setelah mengetahui ini?”

“Tapi apa yang bisa kaulakukan? Bahkan unit Academy City yang menyerang Avignon itu tidak bisa menghentikanku. Atau kaupikir kau lebih kuat dari seluruh powered suit itu dengan tangan kananmu itu? Apa kau punya buktinya?”

“...”

Karena tidak ada lagi tembakan dari mana pun di dalam Istana Paus, lebih baik diasumsikan bahwa seluruh powered suit sudah dikalahkan oleh Terra.

Dengan kekuatan sebanyak itu di tangannya, Terra tersenyum mengejek ke arah Kamijou dan Itsuwa.

“Tapi, kurasa akan sulit meyakinkan kalian kalau aku tidak melakukan apapun.” Dia meletakkan Dokumen-C ke kantungnya dengan tangan kirinya dan mengangkat guilotin putih dengan tangan kanannya. “Tantang aku sampai kalian puas lalu menyerahlah sesuka kalian. Aku merasa ini akan lebih menyenangkan kalau begitu.”



Part 4[edit]

Kota Avignon semakin hancur.

Para perusuh dibuat tak sadarkan diri oleh peluru hampa yang mirip gelombang kejut, diseret menjadi tumpukan-tumpukan oleh para powered suit, lalu dibawa pergi oleh balon-balon yang dijahit dengan serat anti-peluru.

Dan di tengah semua itu, Tsuchimikado Motoharu sedang berlari.

Dia bergerak dari bersembunyi di balik puing-puing ke bersembunyi di balik mobil, hanya berada di tempat terbuka dengan waktu sesingkat mungkin. Dia sedang kabur dari powered suit yang mengejarnya. Meskipun dia besembunyi di balik perlindungan sebanyak mungkin, tembakan-tembakan terus berlanjut. Dia menghindari tanah datar sebanyak yang dia bisa dan berjalan di jalan-jalan dengan lampu jalan yang tumbang dan jalan-jalan yang sudah hancur.

Tetapi...

(Tch. Jadi mereka benar-benar tidak bisa jatuh hanya dengan itu. Alat koreksi drive mereka bekerja...!!)

Meskipun powered suit berjalan dengan dua kaki yang sulit untuk diseimbangkan dan powered suit itu cukup berat, mereka bergerak tanpa menunjukkan tanda-tanda goyah sedikit pun. Mereka tidak berjalan selangkah demi selangkah seperti di tanah datar; mereka bergerak dengan mulus seperti kecoa.

Powered suit-powered suit itu memindai lingkungan dan secara otomatis membuat koreksi paling optimal untuk situasinya. Mereka mengejar Tsuchimikado secepat mobil dan menempuh medan lebih mulus dari yang bisa dilakukan seorang manusia.

Hanya masalah waktu sampai skakmat.

Tsuchimikado berhenti di tengah jalan. Bangunan-bangunan tinggi di kiri dan kanannya hancur dan menghalangi jalan seperti pada longsor. Tidak terlalu banyak untuk didaki, tapi powered suit itu tidak akan memberinya waktu yang cukup untuk mendakinya. Ini hanya akan berakhir dengan ditembaknya dia di punggung ketika merapat ke dinding.

Dia mendengar suara metalik dari belakangnya.

Seperti sebuah gerigi yang berputar.

Dia merasa menggigil di tulang belakangnya. Itu adalah sebuah suara yang belum pernah dia dengar, yang menandakan bahwa ada sesuatu yang telah berubah.

Dia punya tebakan bagus tentang apa yang berubah.

(...Shotgun anti-pelindung.)

Itu adalah suara dari peluru hampa yang digunakan untuk menekan para perusuh diganti dengan amunisi hidup yang dimaksudkan untuk membuka gerbang bunker nuklir.

(Datang!!)

Tsuchimikado melompat ke samping dengan seluruh tenaganya tanpa perlu berbalik untuk melihat. Segera setelahnya, suara ledakan mengenainya seperti sebuah pukulan fisik. Gunungan reruntuhan yang tadi menghalangi jalannya diledakkan menjadi kekosongan. Dalam satu tembakan, sebuah lubang dengan diameter beberapa meter tercipta.

“...!!”

Menutupi telinganya, Tsuchimikado melihat ke belakang.

Powered suit itu mengarahkan barel senjata yang cukup untuk dimasuki sebuah kepalan tangan ke arah Tsuchimikado dan meletakkan jarinya di atas pelatuk.

Jalanan Avignon sempit.

Dia tidak bisa melompat ke samping untuk menghindarinya kali ini.

“!? Hei, tongkat kayu. Sekali ini bergunalah dan jadilah tameng!! (Gunakan jimat kayu biru dan lindungilah tubuhku!!)”[2]

Tsuchimikado meneriakkan ini sambil mengeluarkan sepotong origami, sementara tembakan-tembakan eksplosif datang tepat dari depannya.

Beberapa lusin peluru anti-materiel yang ditembakkan bergerak seolah-olah terpantulkan oleh sebuah tameng yang berada sedikit di depan Tsuchimikado dan menghancurkan dinding yang terkena pantulannya.

Darah mengalir dari antara bibir Tsuchimikado.

Ini adalah efek samping dari penggunaan sihirnya.

Meskipun begitu, dia mengeluarkan sepotong origami lain, kali ini warna hitam.

“Ayolah, bangunlah berengsek. Hancurkan benda-benda dan tertawalah terbahak-bahak!! (Warna hitam adalah simbol air. Bukalah jalan yang mirip dengan kekerasan!!)”

Sebuah bola dari air dengan diameter satu meter tiba-tiba muncul entah dari mana dan terbang ke arah powered suit, menghempaskannya ke belakang.

Tapi hanya itu yang dilakukan air itu.

Karena dia telah menggunakan sihirnya dua kali berurutan dengan cepat, darah mengalir dari bagian samping badan Tsuchimikado. Dia mencoba menyandarkan dirinya ke dinding yang kuno, tapi salah satu kakinya menyerah sebelum tangannya meraih dinding.

“Sialan...”

Dia melihat sekelilingnya dan melihat sejumlah powered suit. Dan bahkan ada beberapa lagi di atap-atap bangunan yang mengincarnya.

(...)

Sambil memeriksa lokasi para suit itu, Tsuchimikado mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya.

Lalu dia menggerakkan bibirnya dan bicara.

“Aku menyerah. ...Lakukan apapun yang kalian suka padaku.”

“Tapi,” lanjutnya. “Itu hanya jika kalian bisa melakukannya.”

Tepat ketika dia mengatakan kata-kata itu, sesuatu pada powered suit-powered suit yang membidiknya berubah.

Powered suit-powered suit yang bisa bergerak lebih mulus dibandingkan manusia dari darah dan daging tiba-tiba menjadi kaku. Sementara para pilotnya segera memeriksa tingkah laku suit-suit mereka, suara gerigi yang tersangkut bisa terdengar. Tampaknya jari-jarinya bahkan tidak bisa bergerak, karena tidak ada lagi suara tembakan.

“Aku yakin kalian ingin tahu apa yang terjadi.”

Selagi mendekat dengan perlahan, Tsuchimikado bisa merasakan suasana terkejut yang datang dari dalam suit-suit itu. Senjata-senjata kuat ini masih tetap dipiloti oleh manusia biasa.

Suit-suit itu dilengkapi dengan alat koreksi drive baru. Entah di gurun pasir atau di Antartika, mesinnya akan secara otomatis memeriksa lingkungan dan melakukan pengaturan.

“Tapi,” kata Tsuchimikado, “dalam situasi tertentu, itu bisa menjadi penghalang. Contohnya, jika kondisi-kondisi khusus tertentu dipenuhi dengan urutan tertentu, ini akan membuat galat dalam alatnya. Sederhananya, ada lubang keamanan yang memperlambat kemampuan pengambilan keputusan yang dimiliki sistem powered suit ketika menerima sejumlah kondisi yang kontradiktif seperti ‘belok ke kiri’ dan belok ke kanan’. Apa kalian lupa bahwa HsPS-15 adalah sebuah prototipe yang baru saja sampai ke titik di mana bisa ditunjukkan dalam ekshibisi?”

Sebagai tambahan lagi, versi powered suit yang digunakan di Avignon dibuat untuk membagi data lingkungannya dengan suit lainnya. Ini berarti sebuah galat pada satu unit bisa mempengaruhi semuanya.

Tsuchimikado berjalan ke samping salah satu powered suit yang membeku dan dengan paksa mengambil shotgun anti-pelindung dari genggamannya.

“...Galat dalam alat koreksi drive dikirimkan ke suit lainnya. Sekarang, kalian harus secara manual mengganti pengaturan pada escape equipment[3] bahkan hanya untuk keluar dari dalamnya. Ada banya pekerjaan menyebalkan yang harus dilakukan untuk menghidupkan suit-suit ini dan paling tidak ini akan memakan 10 menit,” katanya sambil membawa shotgun besar yang terlihat seperti meriam utama sebuah tank yang dipendekkan di atas pundaknya.

Kelihatannya pilot-pilot di dalam powered suit benar-benar tercengang karena hal yang dikatakan Tsuchimikado. Mereka pasti sedang bertanya-tanya bagaimana laki-laki di depan mereka mengetahui masalah pada suit-suit>/i> yang bahkan mereka sendiri tidak ketahui.

Sementara itu, Tsuchimikado mengetuk armor dari suit di sampingnya dan berbicara dengan nada bosan.

“Kalau kalian akan keluar, kalian harus cepat-cepat. Ketika mereka mengetahui bahwa kalian tidak bisa bergerak, para perusuh itu akan mulai menyerang.”

Setelah itu, sebuah suara klik datang dari para powered suit itu. Kelihatannya mereka buru-buru ingin keluar. Tsuchimikado berpikir sambil memperhatikan ini.

(Sekarang...)

Dia telah berhasil merampok fungsionalitas dari para suit untuk sementara, tapi prajurit di dalamnya sendiri masih hidup.

(Di sinilah pertarungan yang sesungguhnya dimulai.)

Paling tidak mereka terkurung di dalam sampai mereka bisa memperbaiki escape equipment mereka. Karena mereka tidak bisa melawan, mungkin dia bisa bicara dengan mereka.

(Pertama, aku perlu menjelaskan bahwa aku bertindak sebagai seorang agen Academy City. Tidak, kurasa kali ini aku sedang bertindak melawan keinginan para atasanku. Kuharap aku bisa melakukan percakapan ini tanpa membuat semuanya lebih buruk.)

Tsuchimikado sedang merencanakan bagaimana dia akan “bernegosiasi”, tapi pikirannya dipotong dan dia tiba-tiba melihat ke atas.

Dia bisa mendengar raungan keras.

Dia melihat sebuah pesawat jet bomber warna hitam terbang melalui langit biru yang damai.

Dan bomber kelas 100 meter itu tidak sendirian. Lebih dari 10 bomber sedang berputar-putar dalam lingkaran raksasa di atas Avignon.

Tsuchimikado menggertakkan giginya karena melihat siluet yang karakteristik itu.

(Itu Bomber Siluman Supersonik HsB-02 milik Academy City!)

Bomber-bomber itu diciptakan menggunakan teknologi yang sama dengan pesawat penumpang supersonik yang ditumpangi dirinya dan Kamijou ke Avignon dan bisa terbang lebih dari 7000 kmh. Katanya pesawat-pesawat itu bisa lepas dari bidikan misil cukup dengan terbang lurus saja.

Setelah pikirannya menenang, sebuah pertanyaan muncul di pikirannya.

Dari mana jumlah besar powered suit itu datang?

Ini adalah jawabannya.

Powered suit-powered suit itu dimuat ke dalam bomber-bomber ini dan dibawa ke Prancis dalam waktu sekitar satu jam. Lalu mereka terjun dengan parasut ke Avignon. Ini adalah prestasi yang cukup hebat, tapi teknologi rumit dari Academy City telah membuatnya menjadi kenyataan.

Tentu saja, HsB-02 itu memiliki lebih dari suit-suit yang dimuat di dalamnya. Pesawat-pesawat itu pasti memiliki perlengkapan yang diperlukan untuk pengeboman juga.

(Sialan...) pikir Tsuchimikado sambil memelototi langit. (Mereka menjatuhkan powered suit-powered suit ini lebih dulu untuk memastikan bahwa Dokumen-C ada di sini. Setelah itu dikonfirmasikan, mereka cuma berencana untuk menggunakan bomber-bomber ini untuk meledakkan Istana Paus, ya ‘kan!?)

Itu adalah rencana kasar dan mudah dimengerti, tapi sulit untuk dibayangkan rencana ini akan berhasil mengingat mantra khusus yang dimiliki Terra dari Kiri.

Tsuchimikado menggedor-gedor armor powered suit di sampingnya.

“Hei! Apa orang-orang Avignon sudah dievakuasi!? Kapan pengeboman ini akan terjadi!? Itu adalah HsB-02 yang baru. Mereka tidak sedang berencana menggunakan itu di sini, ya kan!?”

Selagi berteriak, dia bisa merasakan pikirannya tercampur aduk ketika dia berpikir dengan panik.

(Apa yang sedang kaupikirkan, Aleister? Aku bisa mengerti kalau ini pekerjaan yang lainnya, tapi kau tahu tentang dunia sihir. Kalau semuanya bisa diselesaikan dengan aksi militer biasa, organisasi seperti Necessarius tidak akan ada. Apa kau tidak tahu kalau ini tidak cukup untuk menghancurkan Dokumen-C?)

Tsuchimikado memikirkan hal lain.

(Atau kau masih punya hal lain yang kausembunyikan di balik lengan bajumu?)



Part 5[edit]

Sembilan ribu meter di atas Avignon, seorang Level 5 yang memakai tongkat sedang berada di atas salah satu dari sebelas Bomber Siluman Supersonik HsB-02. Hanya si Level 5 dan beberapa kru pemeliharan yang berada di dalam ruang besar yang biasanya dipenuhi bom itu.

Alarm bernada tinggi berdering dari pengeras suara di dalam bomber dan sebuah transmisi dengan bising statik mengikutinya. Salah satu kru pemeliharaan berbalik ke arah si Level 5 setelah mendengar transmisi itu.

“Bagian A selesai! Sekarang kita bisa bergerak ke Bagian B. Dinding di sana akan terbuka ketika Bagian C dimulai. Kau perlu memakai parasutmu!!”

“Aku tidak perlu parasut,” jawab si Level 5 dengan suara jengkel.

Si Level 5 dengan tenang memegang tongkatnya dan memandangi monitor berpanel datar di dinding.

(Tuhan, ini benar-benar menyusahkan. Aku cukup sibuk dan mereka menendangku keluar Academy City. Aku harus menyelesaikan ini dan kembali ke masalah utama.)

Dilihat dari atas, Avignon adalah sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh dinding batu yang kuno. Mungkin karena area itu dibatasi oleh dinding, bagian dalamnya terlihat seperti dipadati oleh gedung-gedung tinggi.

Melihat itu, si Level 5 tertawa.

“Ha ha. Seperti miniatur Academy City.”

“Hah?”

“Tidak ada apa-apa. Tapi dunia ini benar-benar nyaman. Kita bisa pergi dari Academy City ke Prancis dalam waktu sekitar satu jam.”

“Heh. Kurasa memang bisa nyaman.” Anggota kru pemeliharaan memilih kata-katanya dengan hati-hati ketika berbicara dengan si Level 5. “Ketika terbang dengan kecepatan supersonik, tahanan udara meningkatkan temperatur permukaan rangka pesawat secara signifikan. Dalam kecepatan penuh, temperaturnya mendekati 1000 derajat, jadi ada pipa-pipa untuk pendingin cair di seluruh pesawat ini.”

“Oksigen cair dan hidrogen cair?”

“Benar. Pipa-pipa yang dipenuhi cairan pendingin dengan titik beku yang rendah melewati tangki-tangki ini untuk menambah efek pendinginannya. Oksigen cair dan hidrogen cair juga digunakan sebagai propelan untuk pesawat luar angkasa dan juga merupakan bagian dari bahan bakar yang digunakan pesawat ini. Tapi itu berarti efek pendinginannya mulai hilang sementara kita menggunakan bahan bakar.”

“Jadi kita benar-benar akan pergi ke London dan bukannya berbalik dan kembali. Aku tidak percaya mereka setuju untuk memberikan kita suplai untuk bomber-bomber ini. Jepang bahkan belum meberikan kita izin untuk memiliki bomber.”

Sementara si Level 5 berbicara dengan kekaguman, alarm berdering lagi dari pengeras suara.

Setelah mendengar pengumumannya, anggota kru pemeliharaan meninggikan suaranya.

“Bagian B dimulai!!”

Ketika dia mengumumkannya, empat bomber yang terbang di dekat mereka mengubah jalurnya.

Keempat pesawat itu berputar dan bergerak menjauh 15 km seperti melebarkan radius sebuah lingkaran.

Lalu hidung pesawatnya dibelokkan dan menjauh dengan cepat.

Bomber-bomber itu memiliki satu bagian di bawah rangkanya, yang tidak dimiliki oleh bomber yang dinaiki oleh si Level 5.

Sebuah pedang warna hitam pekat hampir setengah panjang pesawat bomber itu sendiri.

Pedang itu dipanjangkan seperti sebuah baton dan permukaannya dibuat agar bisa memendek secara elektrik. Dalam keteletian 1/100 milimeter, kecekungan/kecembungan dan polanya bisa dikendalikan.

Pedang yang panjang namun sensitif itu memotong udara ketika pesawat bomber supersonik itu terbang dengan kecepatan 7000 kph.

Hanya dari itu saja, arus angin yang tercipta oleh pedang itu memiliki kekuatan destruktif yang mengerikan.

Tapi apa yang akan terjadi jika sejumlah kecil pasir besi dimasukkan ke dalam gerakan itu?

Jawaban pertanyaan itu akan segera diperlihatkan.

Keempat bomber itu menyebabkan tanah diiris bentuk persegi dengan Avignon terjebak di dalamnya.

Hanya beberapa gram pasir besi yang dikeluarkan dari sisi pedang itu.

Karena serbuk metal itu mencapai kecepatan mengerikan yang lebih tinggi dari 10.000 kph, sebuah kilatan warna oranye memotong ke dalam tanah meskipun kilatan itu dimulai dari beberapa ribu meter di udara.

Bomber yang dinaiki oleh si Level 5 bergetar.

Udara terganggu oleh lewatnya sebuah pesawat bomber rekan.

“...”

Si Level 5 meletakkan satu tangannya tanpa mengalihkan matanya dari monitor.

Tembakan pertama telah menghasilkan sebuah parit selebar 20 meter dan sedalam 10 meter.

Segera setelahnya, parit itu meleleh menjadi warna oranye dan runtuh. Tanah sendiri sedang dimasak hingga menjadi seperti magma. Dan hanya begitu saja, kota tua Avignon terjebak di dalam sungai lava. Saluran listrik dan air, dan bahkan Sungai Rhone yang mengalir di dekat kota terpotong. Bagian luar kota sudah mulai direndam banjir.

Sekarang semua orang di dalam kota tua Avignon sudah terjebak sepenuhnya.

Memang ada bagian kota yang berada di luar dinding kota, dan warga di area yang akan menjadi sungai lava itu sudah dipaksa mengungsi oleh para powered suit, tapi tak satu pun dari warga di sana akan merasa berterima kasih.

(Ha. Jadi ini “Earth Blade”[4]. Hanya dengan 3 kg pasir besi dan waktu satu jam, dia bisa memotong seluruh benua Eurasia menjadi dua. Academy City memang membuat benda-benda yang menarik.)

Biasanya, bomber dilindungi oleh beberapa pesawat tempur.

Tidak seperti pesawat tempur yang berukuran kecil, bomber yang besar tidak bisa berbelok dengan tajam. Jika melakukannya, bomber akan segera stall dan bahkan mungkin dihancurkan oleh inersia dan pecah berkeping-keping di udara. Dengan kata lain, jika musuh berhasil mengunci, bomber tidak punya jalan untuk menghindari misil yang ditembakkan. Chaff atau flare bisa membantu sampai tingkat tertentu, tapi ini bukanlah metode yang sempurna. Karenanya, pesawat tempur ditempatkan di sekeliling sebuah bomber untuk membantu mencegah musuh berhasil mengunci bomber.

Tapi bomber supersonik HsB-02 berbeda.

Karena bomber ini hanya bisa terbang lurus, pesawat ini dibuat agar bisa lepas dari kejaran misil hanya dengan terbang lurus saja.

Kecepatan mengagumkan lebih dari 7.000 kph membuat hal itu menjadi nyata. Dengan misil udara-ke-udara yang ditembakkan oleh pesawat tempur dan bahkan misil darat-ke-udara yang menunggu di titik-titik pengeboman, ide dasarnya adalah untuk melakukan pengeboman dan pergi ke luar jarak tembak segera setelah musuh berhasil mengunci.

Bomber supersonik itu mengubah aturan pertempuran udara tradisional melalui kekuatan murni .

Dan ketika fungsionalitas-siluman tenaga tinggi milik Academy City ditambahkan, hampir mustahil bertahan melawan serangan HsB-02.

“Area objektif dikonfirmasikan terisolasi!!” kata anggota kru pemeliharaan dengan suara keras.

Bomber-bomber yang telah menembakkan Earth Blade terbang sejauh 20 km dan mulai melambatkan kecepatannya. Bomber-bomber itu pasti telah mengubah “pola” dari permukaan pedang di bawahnya karena aliran angin sudah berhenti.

“Sekarang kita akan berpindah ke pengeboman aerial pada seluruh area misi!!”

Earth Blade memberikan kesan sebagai serangan yang sangat tidak memiliki presisi, tapi, dengan mengontrol “pola” permukaannya secara elektronik, dia bisa menyerang dalam bentuk melengkung atau di satu titik sebagai ganti garis lurus. Earth Blade bisa menyebabkan kehancuran dengan cukup tepat hingga bisa memotong sebuah potongan puzzle jigsaw. Tampaknya, sebuah bomber bisa membuat beberapa garis serangan dalam waktu yang sama jika diperlukan.

“Bomber ini akan mengubah jalur terbang untuk memastikan jalur dari delapan bomber yang akan digunakan dalam pengeboman selanjutnya. Hati-hati dengan hempasan yang tak terduga!”

Target selanjutnya adalah area di dalam kota tua Avignon.

Mereka tidak hanya membidik Istana Paus; mereka membidik seluruh kota tua. Unit powered suit masih berada di bawah sana, tapi pilot-pilotnya dilengkapi dengan sejenis pemancar yang dideteksi bomber-bomber itu dan membakar kota Avignon menjadi lautan lava sambil menghindari titik-titik dari pemancar itu.

Rencananya adalah membuang powered suit itu dan dilelehkan oleh Earth Blade. Pilot-pilotnya akan berpura-pura menjadi warga lokal dan pergi ke pesisir Laut Mediterania di mana mereka akan meninggalkan Prancis dengan kapal selam yang sudah menunggu. Melakukan perjalanan jarak jauh dalam powered suit akan terlalu mencolok, jadi peralatan yang tidak bisa diambil ulang itu akan dilelehkan saja.

Tapi untuk kesuksesan rencana itu, unit yang ada di darat harus menyebrangi lautan lava dengan kekuatan mereka sendiri. Mereka pasti memiliki perlengkapan untuk membantu mereka melakukan itu. Dengan kota yang sudah menjadi lava, akan ada banyak arus udara ke atas, jadi mungkin mereka memiliki perlengkapan yang membuat mereka bisa mengambang di udara dan menyeberangi lautan lava itu seperti biji-biji dandelion.

“...”

Menurut monitor, masih ada banyak orang yang belum keluar dari kota tua Avignon. Mereka yang cukup beruntung berada di dekat pilot-pilot powered suit akan selamat, tapi kebanyakan dari mereka akan terbunuh oleh pedang 8000 derajat itu.

“Rencana berubah.”

“Hah?”

“Sasaran kita adalah Istana Paus, ‘kan? Pertama, fokuskan serangan kalian ke sana. Kalau itu tidak berhasil, aku sendiri yang akan turun. Kalau kalian tidak mendengar kabar dariku setelah itu, maka kalian boleh menyerang seluruh kota tua seperti yang sudah direncanakan.”

“Tapi...kau harusnya hanya turun di Bagian C. Perhitungan yang sudah dilakukan mengatakan bahwa kita harusnya bisa memusnahkan pasukan musuh hanya dengan Bagian B saja.”

“Rencana berubah,” ulang si Level 5.

Punggung si anggota kru pemeliharaan menegang. Dia ingat kenapa si Level 5 ada di dalam bomber itu.

Dia adalah sebuah bom.

Sama seperti bom atom atau bom hidrogen, dia adalah sebuah bom yang dimuat ke atas bomber, akan dijatuhkan sebagai bagian dari misi.

Anggota kru pemeliharaan memegang radionya dan mulai melakukan transmisi. Tampaknya dia sedang bernegosiasi dengan atasannya yang memegang kendali operasi ini dan dia mengulangi permintaannya berkali-kali. Setelahnya, dia meletakkan radionya dan melihat ke arah si Level 5 tanpa suara.

“...P-permintaanmu diterima. Rencana untuk Bagian B telah diubah. Kita akan memusatkan serangan ke Istana Paus."

Dia pasti bertanya-tanya kenapa atasannya yang keras kepala itu menyetujui permintaan ini, karena wajahnya kelihatan penasaraan.

Sementara itu, bibir si Level 5 merekah menjadi sebuah senyuman.

“Bagus.”

“T-tapi kenapa...?”

Si Level 5 mendecakkan lidahnya, jengkel karena pertanyaan itu.

Kota Avignon yang terisolasi dan orang-orang kecil yang sedang kabur yang terlihat seperti bulir-bulir nasi terpampang di monitor.

“Mungkin bagimu semuanya kelihatan sama, tapi ada jenis dan tingkat-tingkat berbeda dari kejahatan.”

Sebuah suara elektronik bergema di seluruh bomber, suara yang pasti adalah persiapan untuk membuka pintu bom.

Mendengar itu, si Level 5 berbalik ke arah si anggota kru pemeliharaan dan bicara.

“Seorang penjahat kelas satu tidak mengincar nyawa orang biasa.”



Part 6[edit]

Raungan keras yang terdengar seperti suara air dingin yang dipercikkan ke atas plat besi yang panas, dibesarkan ratusan kali, bergema di seluruh Istana Paus.

Pasti ada sesuatu yang terjadi di luar bangunan itu, tapi Kamijou, Itsuwa, dan Terra tidak melihat untuk mencari tahu apa yang terjadi.

Kamijou mengangkat tangan kanannya dan memelototi Terra.

Jarak mereka sekitar 7 meter.

Dia berada di dalam jarak guillotine milik Terra. Ditambah lagi Terra memiliki kemampuan “presedensi”.

Kondisi lantai buruk. Potongan-potongan dinding batu yang telah dihancurkan Terra berserakan dan sejumlah selongsong berbentuk silinder milik powered suit yang telah jatuh juga berserakan.

“Aku ingin meminta sekali lagi, tapi aku benar-benar ragu kau akan menyerahkan Dokumen-C itu.”

“Tidak. Jadi terima sajalah kekalahanmu.”

Kamijou menerjang maju setelah mendengar itu.

Terra merespon dengan mengayunkan pedang tepung di tangan kanannya.

Kamijou mengayunkan tangan kanannya ke depan sebagai cara bertahan selagi dia berlari.

Tapi...

“Presedensi: Udara – Lebih Rendah, Tepung – Lebih Tinggi.”

Guillotine dari tepung itu tiba-tiba membesar dengan suara raungan.

Guillotine itu bertindak seperti sebuah kipas raksasa selebar 3 meter dan terbang ke arah Kamijou, membawa bersamanya udara dengan jumlah yang sangat besar.

“!?”

Kamijou tidak bisa merespon.

Itsuwa telah berlari ke arah Terra bersama Kamijou, dan dia memegang lengan Kamijou dengan kuat. Itsuwa menghindar ke samping, menyeret Kamijou bersamanya, sementara udara yang harusnya tidak memiliki berat atau ketajaman menghantam lantai dan dinding Istana. Sejumlah selongsong yang berserakan di lantai meledak seperti kembang api. Suara seperti gelombang kejut yang dihasilkannya nyaris membuat Kamijou tercekik.

Itsuwa melepaskan lengan Kamijou dengan lembut.

Dan kemudian dengan kecepatan yang tidak bisa dibayangkan orang setelah melihat kelembutannya yang sebelumnya, dia mengangkat tombaknya lagi dan menusukkannya ke arah tenggorokan Terra dengan ganas.

Suara udara yang sedang dipotong bergema.

“Presedensi: Bilah – Lebih Rendah, Kulit Manusia – Lebih Tinggi.”

Dengan kata-katanya, serangan Itsuwa dipentalkan oleh kulit Terra.

Dentang metalik bergema di seluruh Istana Paus.

Itsuwa merasakan sakit di tangannya, seperti dia baru saja menyerang batu raksasa dengan tombaknya.

Tapi dia tidak berhenti bergerak.

Dia menjaga postur menyerangnya, dan menendang kerikil-kerikil di kakinya ke arah mata Terra.

Terra tidak menggerakkan kepalanya untuk menghindar. Dia bahkan tidak menutup matanya.

Dia dengan santai mengayunkan tangan kanannya.

Sebuah serangan horizontal terbang ke arah kerikil-kerikil itu, dan Itsuwa dan bahkan Kamijou dihempaskan ke belakang karena serangan Terra dari sudut yang baru itu.

Suara pukulan benda tumpul terdengar ketika Kamijou dan Itsuwa dihempaskan ke lantai.

“Ow...!?”

Itsuwa berusaha bangkit, tapi dia meringis kesakitan.

Ketika tumbang, dia terjatuh ke atas puing-puing dari dinding batu yang telah dihancurkan Terra. Jatuh ke atas batu itu telah menyebabkan luka pada pergelangan kakinya.

Dan Terra dari Kiri tidak membiarkan fakta ini begitu saja.

“Presedensi: Daging Manusia – Lebih Rendah, Tepung – Lebih Tinggi.”

Guillotine itu terbang.

Itsuwa tidak bisa bergerak dengan kakinya yang luka, jadi dia dengan cepat mengangkat tombak miliknya.

Kamijou pergi ke antara mereka berdua dari arah samping.

Dia mengulurkan tangan kanannya dan meledakkan serangan Terra berkeping-keping.

Terdengar raungan keras.

Terra mengayunkan tangan kanannya lagi dan Itsuwa mendorong Kamijou ke samping sambil melompat ke arah berlawanan dengan kakinya yang terluka.

Guillotine milik Terra terbang di antara mereka berdua.

“Oh, betapa beraninya,” Terra tersenyum kecil sambil melihati Itsuwa yang menahan rasa sakit. “Tapi kau sudah sampai ke batasmu. Sekarang ini, kau hanya menghalangi bocah itu.”

Kamijou baru saja akan mengamuk marah karena kata-kata Terra, tapi...

“...Itu benar,” kata Itsuwa pelan.

Tapi ada senyuman di bibirnya.

“Tapi akhirnya kau telah menunjukkan kelemahanmu. Kelemahan yang fatal.”

“Dan apakah kelemahanku itu?”

“Yang dibicaran oleh Tsuchimikado-san. Kelemahan mantra presedensimu, ‘Eksekusi Cahaya’. Aku telah menemukan keanehan yang jelas terlihat dalam gerakan-gerakanmu...”

“Oh?” kata Terra tertarik.

Itsuwa dengan perlahan mengarahkan ujung tombaknya ke arah Terra dan mulai bicara.

“Gereja Amakusa tidak menggunakan rapalan dan lingkaran sihir untuk mantra kami; kami mengumpulkan benda-benda sehari-hari dan kebiasaan-kebiasaan yang memiliki arti magis di dalamnya untuk membuat mantra kami. Dan karena ini, kami cukup hebat dalam mencari arti-arti magis itu.”

“Begitu. Itu memang sebuah masalah.” Terra bicara tanpa emosi dalam suaranya. “Tapi apa kau punya waktu untuk melakukan apapun dengan pengetahuan yang kau mengerti dari kekuatanku ini?”

Sambil bicara, Terra mengangkat tangan kanannya ke atas kepalanya.

Guillotine miliknya meruncing seperti sekrup dan menusuk langit-langit yang tinggi.

“Presedensi: Langit-langit – Lebih Rendah, Tepung – Lebih Tinggi.”

Ketika Terra menggerakkan tangannya seperti menarik tali untuk menghidupkan lampu fluoresen, langit-langit itu turun.

Persis seperti jebakan dalam kastil tua, langit-langit di lantai tempat mereka berada turun.

Pilar-pilar yang menyokong langit-langit itu tenggelam tidak natural ke dalam lantai.

“!!”

Itsuwa segera memegang tombaknya vertikal.

Dia mengganjalkan tombaknya antara langit-langit yang jatuh dan lantai dan nyaris saja mati tertimpa.

Tapi dengan melakukan itu, dia kehilangan senjatanya.

Terra lalu menyerang dengan guillotine miliknya tanpa ampun.

Terdengar suara raungan keras.

Guillotine yang terbang secara horizontal menghantam tubuh Itsuwa yang tanpa pertahanan secara langsung. Dia terbungkuk bersamaan dengan suara pukulan benda tumpul dan hantamannya menerbangkan tubuh kecilnya ke udara. Tubuhnya terguling beberapa meter dan terpental-pental dua tiga kali sebelum akhirnya kehilangan momentum dan berhenti.

Dia terbaring lemas dan tidak bangkit.

Tangan dan kakinya terkulai, tapi dadanya perlahan naik dan turun, jadi dia belum tewas. Tetapi, kelihatannya dia tidak akan kembali sadar dalam waktu dekat.

(Sialan...)

Kamijou menggertakkan giginya.

“Itsuwa!!”

“Yah, ini sudah sepantasnya. Seorang penyihir biasa tidak mungkin bisa mengimbangi seorang anggota Kursi Kanan Tuhan.”

Selagi Terra bicara, langit-langit yang tadi jatuh kembali ke ketinggiannya semula. Pilar-pilar yang memendek juga kembali ke panjang normalnya.

Tombak Itsuwa yang telah mencegah diremukkannya tubuhnya jatuh ke lantai.

“Dasar berengsek...”

Kamijou dengan perlahan, dengan sangat perlahan memusatkan lebih banyak tenaga ke tinju kanannya.

Tapi Terra tidak terlihat khawatir sedikit pun oleh ekspresi di wajah Kamijou.

“Ah, ah. Marah hanya akan menyebabkan lebih banyak masalah. Ini sebuah pertarungan. Kau tidak sedang berpikir aku akan membiarkanmu meninjuku berkali-kali tanpa menyerang balik, ya ‘kan?”

“...”

“Sebenarnya, akulah yang kecewa di sini. Kupikir melawan Imagine Breaker akan menjadi pertarungan yang sulit, tapi aku tidak menyangka Imagine Breaker begitu belum sempurnanya seperti ini. Kalau fungsionalitas aslinya kembali, kau harusnya bisa melindungi penyihir itu dari serangan tadi.”

“Apa?” Kamijou terlihat bingung.

(Fungsionalitas asli...Imagine Breaker?)

Kamijou memandangi tangan kanannya tanpa bermaksud melakukannya, dan senyuman tipis muncul di bibir Terra.

“Oh. Apa kau tidak tahu?”

“...”

“Heh heh. Tapi itu tidak mungkin. Kau harusnya tahu. Tidak mengetahuinya berarti... Hm? Apa mungkin kau tidak ingat beberapa hal yang harusnya kau ketahui?”

“Kau...!!”

“Oh, tepat? Kelihatannya aku sudah menemukan bahan riset yang menarik!!”

“...!”

Mungkin tidak masuk akal, marah hanya karena itu.

Tapi pembicaraan “tidak ingat” menusuk ke dalam hati Kamijou karena dia telah kehilangan ingatannya.

“Ha ha!!” Terra tertawa terbahak-bahak sambil melihat Kamijou yang entah bagaimana berhasil berdiri goyah. “Begitu! Jadi begitu! Aku tidak ingat pernah mendengar laporan tentang ini... Apa kau menyembunyikannya? Untuk apa? Apa kau sudah memberitahukan ini pada penyihir yang tergeletak di sana? Mencari tahu bagaimana kau kehilangan ingatanmu dan apa yang kaulakukan tentang hal ini mungkin akan sedikit menarik.”

(Sialan!!)

Kamijou mengendalikan amarahnya.

Dia telah menetapkan bahwa dia tidak akan membiarkan siapapun tahu bahwa dia telah kehilangan ingatannya. Semua demi gadis putih yang ditemuinya tepat setelah kehilangan ingatannya. Itu adalah aturan miliknya. Dia harus mengikutinya. Dihancurkannya aturan itu seperti ini nyaris menjadikannya gila.

“Kau bisa memberitahuku.” Terra dari Kiri mengucapkan kata-kata tak masuk akal itu sambil tersenyum. “Kau akan mati di sini, jadi kau tidak perlu khawatir tentang apapun. Aku tidak tahu kenapa kau begitu marah, tapi aku akan menyelesaikan masalah itu untukmu.”

Selagi Terra dengan perlahan mengangkat guillotine tepungnya, Kamijou menggertakkan giginya begitu kerasnya hingga rasanya rahangnya akan patah.

(...Kekuatan bilah guillotine itu sendiri tidaklah fatal.) Kamijou berpikir sambil memelototi serbuk putih yang berputar-putar di sekeliling Terra. (Masalah utamanya adalah “presedensi” itu. Kalau saja aku bisa menemukan kelemahan dalam kekuatan yang dia gunakan untuk penyerangan dan juga pertahanan itu, aku bisa mengalahkannya!! Tentu saja, kalau memang ada kelemahannya.)

Tsuchimikado dan Itsuwa telah memastikan bahwa ada kelemahan di kekuatan Terra.

Atau mungkin saja itu hanyalah gertakan dalam percakapan mereka dengan Terra.

(Ada sesuatu di kekuatannya.)

Kamijou memperkirakan jarak antara dirinya dan Terra.

(Setelah dipikir-pikir, ada yang aneh pada serangan-serangan Terra. Ada kesalahan-kesalahan yang menguntungkan kami, yang tidak begitu kupikirkan dan aku hiraukan begitu saja. Oh, benar. Ada...)

“Oh, kau tidak datang untuk menyerangku?” kata Terra sambil mengayunkan pelan guillotine tepungnya. “Yah, aku tidak suka menunggu, jadi akulah yang mendatangimu!!”

Sambil mengatakan itu, dia menyerang dengan bilah guillotine putihnya.

Dan ketika Kamijou Touma melihat itu, dia...



Part 7[edit]

Bilah guillotine dari tepung yang meraung ke arah Kamijou tidak mengenai tangan kanannya.

Dia menghindari serangan yang mengincar wajahnya dengan menggerakkan kepalanya keluar dari jalur serangan itu.

Sambil melakukan itu, dia dengan sengaja menjatuhkan diri ke lantai dan mengambil satu potongan dinding yang telah hancur seukuran kotak bento dari lantai.

Selagi berdiri lagi, Kamijou melemparkan batu itu ke arah Terra sebagai serangan balik.

“Presedensi: Batu – Lebih Rendah, Kulit Manusia – Lebih Tinggi,” kata Terra nyaris seperti sedang bersenandung.

Batu itu mengenai Terra tepat di dahi, tapi ekspresinya tidak berubah sedikit pun.

Mencocokkan waktu dengan kenanya batu itu, Kamijou memasukkan tangannya ke dalam kantung. Terra memandangi Kamijou dengan bengis, tapi Kamijou mengabaikannya, membidik mata Terra, lalu melempar benda yang berada di dalam kantungnya.

Guillotine tepungnya meraung.

Tapi ketika melihat benda yang terkoyak-koyak oleh guillotinenya, Terra terlihat bingung.

Hanya sebuah dompet biasa.

Kamijou telah melempar potongan kulit sintetis yang tidak memiliki efek apapun sebagai senjata dan memperhatikan reaksi Terra.

“Sekarang, kenapa kau melakukan itu?” Kamijou mengatakan kata-kata yang menusuk ini. “Kau dengan mudah mementalkan tombak Itsuwa dan sihir Tsuchimikado. Jadi kenapa kau tidak menggunakan ‘presedensi’ milikmu pada sebuah dompet biasa?”

“...!?”

Terra mengayunkan guillotine tepungnya seolah-olah menjaga agar Kamijou tidak bicara lagi.

Kamijou terus bicara sambil menghancurkan guillotine itu dengan tangan kanannya.

“Kalau kau memikirkannya, ada beberapa hal yang tidak masuk akal.”

Kamijou melangkah maju, seolah-olah untuk membelah serbuk sisa-sisa dari guillotine.

“Contohnya, Itsuwa dan aku terkena serangan langsung dari pedang putih itu, tapi kami masih hidup. Kau tidak punya alasan untuk menahan diri dan kau jelas-jelas tidak terlihat seperti tipe yang membiarkan orang yang kalah darimu pergi. Jawabannya sederhana. Ketika serangan bilah itu mengenai kami, bukannya kau tidak merasa perlu membunuh kami. Kau tidak bisa membunuh kami walaupun kau ingin melakukannya.

Bilah tepung itu tidak memiliki kekuatan destruktif pada dirinya sendiri yang cukup untuk membunuh manusia. Kekuatannya harus diamplifikasikan menggunakan mantra presedensi.

Yang berarti...

“‘Presedensi’ milikmu tidak begitu mudah beradaptasi. Kekuatan pedang itu selalu berkurang pada serangan pertama setelah kau menghentikan salah satu serangan kami. Dengan kata lain, ‘presedensi’ milikmu tidak bisa digunakan pada beberapa target di waktu yang sama. Ketika kau pindah dari presedensi yang satu ke yang lainnya, kau harus me-reset tiap-tiap presedensi itu. Pasti kekuatanmu semacam ini.”

“Heh,” Terra tertawa.

Dia sekali lagi mengangkat bilah raksasanya sementara ekspresinya merileks.

“...Jadi itu kelemahan dalam ‘Eksekusi Cahaya’ yang dibicarakan teman-temanmu.”

Suaranya dipenuhi kelegaan karena misteri yang sudah terpecahkan itu.

“Kau tahu, ini belum disesuaikan. Sebenarnya aku cukup penasaran tentang apa yang mereka maksud.”

Pendeta itu tersenyum.

“Tapi,” suara Terra kembali menjadi penuh cemooh, “sekarang aku tahu kalau mereka berdua tidak perlu dikhawatirkan. Terra dari Kiri tidak segitu naif hingga kalah karena hal seperti itu!!”

Pedang putihnya terbang dengan suara udara yang dipotong.

Kamijou meledakkannya dengan tangan kanannya dan mengejar Terra yang telah melangkah mundur.

“Terra!!”

Dia berteriak, tapi Terra lebih cepat darinya. Terra mengayunkan guillotine tepungnya lagi dan mengatakan mantranya ketika serangannya mengayun lurus ke bawah.

“Presedensi: Lantai – Lebih Rendah, Tepung – Lebih Tinggi.”

Lantai batu yang tebal itu meledak dan potongan-potongan kecil darinya terbang ke arah Kamijou. Anak laki-laki itu melompat ke samping untuk menghindari batu-batu itu dan berteriak.

“Kenapa kau melakukannya sampai sejauh ini!? Bukan kita saja! Kau membuat semua orang di kota Avignon terjebak di dalamnya! Apa ini benar-benar pantas harganya!?”

“Ha. Hampir seluruh kekacauan disebabkan oleh pihak kalian, Academy City!”

Terra mundur dengan lompatan-lompatan kecil dan mengumpulkan tepung ke tangannya.

“Ini demi Kerajaan Suci, tujuan akhir dari keseluruhan Gereja Kristen.”

“Apa?”

“Oh? Lebih banyak orang dalam budaya Kristen yang tahu tentang ini dibandingkan orang yang tahu tentang arti lampu lalu lintas. Tapi kurasa seseorang dari negara pulau non-religius di Timur Jauh tidak bisa diharapkan untuk tahu.” Terra bicara dengan sedikit rasa bosan dan kekecewaan. “Itu adalah kerajaan yang akan diciptakan oleh Tuhan sendiri setelah Penghakiman Akhir. Hanya mereka yang telah membaktikan diri mereka pada keimanan yang kuat yang dibolehkan masuk ke sana. Tempat keselamatan abadi. Bukankah ini terdengar sangat indah? Itulah tujuanku dan aku ingin membantu orang lain yang juga ingin mencapai tempat itu.”

Terra mengayunkan guillotine tepungnya dan Kamijou meledakkannya dengan tangan kanannya.

Beberapa selongsong silindris di lantai diterbangkan oleh tekanan angin yang dihasilkan.

Terra berbicara sambil memandangi senjatanya yang telah diubah menjadi serbuk.

“Tapi aku memiliki pemikiran.”

Tidak ada angin yang berhembus, tapi serbuk tepung itu kembali ke tangan Terra dengan presisi yang nyaris mengerikan.

“Bukankah orang-orang akan menghasilkan konflik di dalam Kerajaan Suci itu? Meskipun Tuhan menciptakan sebuah kerajaan sempurna dan hanya mereka yang memiliki iman yang nyata yang dikumpulkan di sana, akankah berbagai ‘grup’ yang diciptakan orang-orang benar-benar sesuai dengan ekspektasi-Nya?”

Kamijou berlari maju sambil mendengarkan.

Terra menembakkan guillotinenya untuk menghentikan Kamijou.

“Tuhan akan membimbing mereka yang menjaga keimanan mereka pada Gereja Kristen ke dalam Kerajaan Suci. Tapi, bahkan organisasi seperti Gereja Katolik Roma terpisah-pisah menjadi faksi-faksi yang tak terhitung. Meskipun Tuhan hanya memberikan keselamatan pada penganut Katolik Roma yang taat, masalah-masalah yang muncul dari faksi-faksi berbeda di dalam Gereja Katolik Roma hanya akan dipindahkan ke Kerajaan Suci.”

Terra menggerakkan tangan kanannya dan tepung menggeliat dan membentuh sebuah bilah raksasa.

Guillotine putih itu menghantam tinju Kamijou.

“...Tak peduli sesempurna apa kerajaan yang diciptakan Tuhan, itu tidak ada artinya selama ada pembagian-pembagian faksi yang buruk di antara orang-orang di dalamnya. Kalau konflik yang kita hadapi sekarang akan dibawa ke kerajaan yang harusnya sempurna itu, semuanya tidak ada artinya. Aku tidak akan menyebut itu ‘keselamatan abadi’.”

Sementara guillotine tepung itu ditiadakan oleh tangan kanannya, Kamijou mendengarkan.

Terra pasti telah memutuskan bahwa mundur lebih jauh itu tidak ada artinya, karena dia mulai bergerak maju.

“Aku menginginkan keselamatan. Dan aku ingin membawa keselamatan pada orang lain. Meskipun rencana Tuhan itu sempurna, kita manusia bisa menghancurkannya kalau kita tidak memenuhi ekspektasi-Nya! Itulah kenapa aku harus tahu apakah umat manusia akan tetap memiliki konflik yang ada sekarang di Kerajaan Suci!! Dan kalau konflik itu tetap ada, aku hanya perlu membimbing semua orang ke jalan yang benar sebelum Penghakiman Akhir!!

“Itulah tujuan dari Kursi Kanan Tuhan!” Terra meraung.

Tidak seperti satu anggota lain, Vento dari Kanan, dia memilih jalan ini demi Gereja Katolik Roma.

Dia mungkin melakukan sejauh ini karena dia benar-benar ingin melindungi mereka yang percaya pada Gereja Katolik Roma.

Tapi...

“...Apakah keselamatan benar-benar seperti itu?” kata Kamijou sambil menggertakkan giginya.

Wajah wanita yang menerima peluru untuk membuat dirinya bergerak, Oyafune Monaka, muncul ke pikiran Kamijou.

Dia memikirkan Tsuchimikado dan Itsuwa yang telah bertempur di sampingnya.

“Tidak mungkin Gereja Katolik Roma yang salah di sini. Aku tidak bisa membayangkan ajaran dari gereja yang membesarkan Orsola dan Agnese bisa segila itu. Masalahmu lebih dasar dari itu. Kau tidak tahu apa arti kata ‘keselamatan’!”

Para perusuh mengamuk di seluruh kota Avignon.

Dan powered suit-powered suit, yang telah datang untuk menekan kerusuhan-kerusuhan, yang telah dihancurkan Terra.

“Tidak mungkin tuhanmu ini menyebarkan keselamatan untuk menciptakan konflik seperti ini! Persetan dengan ini. Kalau kau mau menciptakan definisi keselamatan milikmu sendiri dan puas dengan definisi itu...”

Dia memelototi pria di depannya.

Itu adalah musuhnya.

“Maka aku akan menghancurkan ilusi gila itu di sini sekarang juga!!”

Kamijou melompat ke arah Terra sambil berteriak.

Terra mundur dan mengangkat guillotinenya dengan tangan kanannya. Kalau begini terus, Kamijou tidak akan pernah bisa menyusulnya.

Tapi walaupun begitu, dia terus maju.

Telapak kakinya mendarat di atas salah satu selongsong di lantai, tapi dia mengabaikannya dan melangkah lebih keras lagi.

Dan dia menendang sesuatu di kakinya ke depan sekeras yang dia bisa.

Tombak Friuli yang dijatuhkan Itsuwa.

Tombak tidak begitu mudah untuk ditendang ke atas, jadi tombak itu hanya meluncur di lantai. Tombak itu mengenai shotgun anti-pelindung yang telah dijatuhkan powered suit dan menuju pergelangan kaki Terra dengan jalur yang sedikit terubah.

“!!”

Terra mengayunkan guillotinenya ke bawah dan menghempaskan tombak Itsuwa ke lantai.

Dia bersusah-susah menggunakan guillotinenya untuk menangkis serangan yang bisa dengan mudah dihindari dengan mengangkat kakinya.

(Aku benar.)

Kamijou mengambil kesempatan itu untuk semakin mendekati Terra.

Dia sampai tepat ke samping Terra, tempat yang tidak bisa dia raih sebelumnya.

(Kalau Terra sendiri punya kekuatan besar sejak awal, dia tidak memerlukan sihir yang menggantikan urutan presedensi. Orang-orang yang berkuasa di atas tidak perlu mengubah apapun. Kekuatan intrinsiknya tidak spesial sama sekali.)

Kamijou mengumpulkan seluruh tenaganya ke tinju kanannya.

(Dengan kata lain,) dia menyimpulkan, (Terra dari Kiri tidaklah sekuat itu. Orang yang terlihat kuat sambil bersembunyi di tempat aman tidak mungkin bisa lebih kuat dibandingkan orang-orang seperti aku atau Itsuwa yang benar-benar melangkah ke dalam medan perang!!)

Setelah Terra menghempaskan tombak Itsuwa ke tanah, dia menggumamkan “presedensi” dan menembakkan guillotine tepung sebagai balasan, tapi Kamijou menghancurkan serangan itu dengan tinju kanannya.

“Lambat!!”

Tinjunya terus maju dan menghantam wajah Terra.

Suara keras terdengar.

Kamijou merasakan umpan balik dari pukulannya merambat dari tinjunya yang terkepal erat menuju ke pergelangan tangannya.

Karena dia telah meletakkan seluruh berat tubuhnya ke dalam pukulan itu, tubuhnya ikut maju ke depan.

(Dia kalah!!)

Dia yakin tentang ini.

Tapi Terra tidak tumbang.

“Dasar kera kafiiiiiiiiir!!”

Kekuatan kembali ke anggota Kursi Kanan Tuhan bersamaan dengan amarahnya.

Bagian bawah sepatunya terseret di lantai. Terra nyaris jatuh ketika kakinya menabrak powered suit yang tumbang. Dia kehilangan keseimbangan dan tubuhnya terbengkok ke arah belakang, tapi semangat bertarungnya belum hancur. Terra mengayunkan tangan kanannya sambil masih berada dalam postur yang tidak seimbang itu dan guillotine tepung itu terbang dengan ganas ke arah perut Kamijou.

“Presedensi: Tubuh Manusia – Lebih Renadah, Tepung – Lebih Tinggi!!”

Pedang itu dibuat untuk membelah manusia.

Dan Kamijou baru saja melemparkan pukulannya ke wajah Terra.

Itu adalah posisi yang sulit untuk menyentuh guillotine dengan tangannya. Hal yang sama untuk menghindari serangan itu.

(...!!)

Index v14 274.jpg

Kamijou dengan cepat menginjak benda-benda di dekat kakinya.

Yang ada di sana hanyakah shotgun anti-pelindung yang tebal milik powered suit yang telah dikalahkan Terra.

Shotgun itu terletak miring karena puing-puing di lantai, jadi shotgun itu bergerak seperti jungkat-jungkit ketika Kamijou menginjaknya. Kumpulan metal itu berdiri di depan Kamijou.

“Kau terlalu naif!!”

Tapi ekspresi Terra tidak berubah.

Shotgun anti-pelindung itu berat, jadi Kamijou tidak bisa mengangkatnya dengan mudah. Dan bahkan meskipun dia bisa mengambil senjata raksasa itu, butuh beberapa detik sebelum dia bisa membidik Terra dan menarik pelatuknya. Rencana terakhirnya tidak akan berhasil. Selagi Kamijou berusaha mati-matian mengambil shotgun itu, senjata itu dihantamkan dengan tenaga kuat ke perutnya oleh guillotine milik Terra.

Suara menggelegar bergema di Istana Paus.

Darah merah terbang ke udara.

Cairan itu menetes dari mulut Kamijou sementara dia membungkuk. Dia tidak bisa menangkis serangan itu dengan tangan kanannya. Dia tidak sempat menghindar dari jalur serangan. Dia dihantam oleh serangan yang menuju langsung ke perutnya dan seluruh tenaga hilang dari tubuhnya.

“Ap-...?” terdengar suara terkejut.

Tapi itu adalah suara milik Terra dari Kiri, bukan Kamijou.

Tapi kau tidak bisa menyalahkan dia.

Dia telah mengamplifikasi kekuatan destruktif dari guillotinenya dengan sihir presedensi, namun tubuh Kamijou tidak terbelah menjadi dua.

“...”

Kamijou menyeringai dan menggunakan tangan kanannya untuk memegang guillotine yang telah menghantam perutnya.

Dan dengan itu, pedang tepung itu hancur.

Terra dari Kiri mulai mundur, tapi Kamijou bergerak maju sebelum dia sempat melakukannya.

Sekarang dia berada di dalam jarak tinju Kamijou.

“Hasil macam apa itu? Imagine Breaker harusnya cuma ada di tangan kananmu. Apa yang terjadi? Jangan bilang seekor kera kafir sepertimu telah mendapatkan kekuatan itu!!”

“Bukan itu.”

Kamijou mengepalkan tinju kanannya erat-erat.

“Itu tidak ada hubungannya dengan Imagine Breaker.”

“Kalau begitu ap-...!?”

Kamijou bergerak sebelum Terra selesai berteriak.

Dia langsung mengincar wajah Terra dari Kiri yang sekarang penuh warna keterkejutan.

“Apa kau benar-benar pikir aku akan menjawab pertanyaanmu?”

Suara keras bergema.

Kali ini, tubuh Terra terlempar ke lantai.



Part 8[edit]

“Gh...”

Kamijou memegangi perutnya yang berdenyut kesakitan, mengumpulkan tenaga ke kakinya yang goyah, dan nyaris tidak bisa tetap berdiri.

Perutnya tidak terbelah di tempat yang terkena serangan guillotine, tapi memar warna gelap tetap terbentuk.

(Kelihatannya...aku berhasil.)

Dia melihat shotgun anti-pelindung yang bengkok karena hantaman serangan guillotine dan tombak Itsuwa, dan akhirnya menghela napas lega.

Ketika menembakkan guillotinenya untuk terakhir kali, Terra mengincar Kamijou, jadi dia menggunakan sihirnya untuk memberikan guillotine miliknya presedensi lebih tinggi dibanding tubuh Kamijou. Jika guillotine itu langsung mengenai Kamijou, serangan itu akan membelah tubuh Kamijou.

Dia masih tetap hidup karena shotgun anti-pelindung milik powered suit yang ditendangnya berdiri sebelum serangan itu mengenainya.

“Presedensi” milik Terra memang kuat, tapi sihir itu hanya bisa mengubah satu presedensi dalam satu waktu. Untuk mengganti presedensi dari yang satu ke yang lainnya, setting sebelumnya harus di-reset setiap kali.

Dengan kata lain, ketika memiliki presedensi di atas tubuh Kamijou, guillotine itu tidak memiliki presedensi lebih tinggi dari benda lain. Jadi guillotine itu bisa dihentikan dengan meletakkan benda lain antara dirinya dan guillotine. Benda-benda yang memang lemah seperti udara atau dompet tidak akan berhasil melakukannya, tapi shotgun terbuat dari metal.

Kekuatan intrinsik guillotine itu tidak cukup untuk menghancurkan organ dalam. Jika benda yang cukup kuat digunakan sebagai tameng, tidaklah sulit bertahan melawan serangan guillotine itu.

Satu masalah adalah apa persisnya yang dihitung sebagai “tubuh Kamijou”. Baju dan barang-barang yang dibawanya termasuk daerah abu-abu, tapi sesuatu yang bukan miliknya, seperti shotgun itu, tidak akan dihitung sebagai bagian tubuh Kamijou.

Tombak Itsuwa yang ditendang Kamijou sebelumnya adalh benda milik orang lain, sama seperti shotgun itu. Itulah kenapa Terra tidak bisa membelah Kamijou menjadi dua bersama dengan tombak itu. Jika tombak itu adalah benda yang biasa dibawa oleh Kamijou, Terra mungkin bisa membelah Kamijou.

Kamijou menyadari kelemahan Terra karena tombak itu. Tanpanya, dia mungkin sekarang sudah menjadi dua bagian.

“...”

Kamijou melihat Terra yang tergeletak di lantai.

Jumlah besar tepung itu tidak membentuk bilah dan sekarang tersebar di sekelilingnya.

(Kelihatannya sudah selesai... Apa Itsuwa baik-baik saja? Tsuchimikado... Yah, dia mungkin masih bertarung melawan para powered suit...)

Kamijou melihat tepung yang telah kehilangan efek magis dan sedang ditiup angin.

Dia kesakitan, tapi masih menghela napas lega.

Dia melihat ke wajah Terra lagi.

Sesuatu berbentuk silinder telah jatuh dari kantung Terra. Gulungan perkamen tua itu adalah benda spiritual kuat yang dikenal sebagai Dokumen Constantine atau singkatnya Dokumen-C.

Kamijou membungkuk dan menggenggamnya dengan tangan kanannya.

Sebenarnya, dokumen itu hancur sebelum dia sempat menggenggamnya.

Tepat ketika ujung jemarinya menyentuh Dokumen-C, perkamen itu pecah berkeping-keping seperti ujung rokok yang diketukkan di atas asbak. Dokumen itu kehilangan bentuknya, menjadi debu dan diterbangkan lembut oleh angin.

Ini terjadi begitu cepat.

Membuat semua kerusuhan yang terjadi nyaris terlihat tidak berarti.

Kamijou mengalihkan perhatiannya dari Dokumen-C yang sudah hancur dan berpikir tentang musuh yang dihadapinya.

(...Terra.)

Dia melihat ke bawah ke arah pria yang tak sadarkan diri itu.

Ini bukan Academy City. Sekarang ketika pertarungan ini selesai, dia tidak bisa membiarkan semuanya diurus oleh Anti-Skill begitu saja. Dia tidak bisa santai sampai dia mengikat Terra dan membawanya ke tempat yang tepat.

(Kupikir-pikir, apa Tsuchimikado baik-baik saja? Kurasa aku perlu mengontaknya dan berdiskusi dengan Gereja Anglikan tentang apa yang harus dilakukan. Aku punya firasat kalau pengaruh Academy City di sini cukup lemah...)

Powered suit-powered suit yang telah menyerang Avignon berasal dari Academy City, tapi anehnya Kamijou tidak pernah berpikir untuk berkonsultasi dengan mereka tentang ini. Mungkin kesan pertamanya pada mereka terlalu buruk.

Kamijou melihat sekeliling area itu.

Itsuwa tergeletak sedikit jauh.

Kamijou mendekati Itsuwa, memegang pundaknya yang langsing, dan menggoyang-goyangkan tubuhnya, tapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun. Hanya ada suara napas teratur yang datang dari bibirnya ketika dadanya sedikit naik dan turun.

“Oh, iya. Tombaknya...”

Kamijou pergi untuk mengambil tombak yang telah ditendangnya dan kembali ke samping Itsuwa.

Dia meletakkan senjata berbahaya itu di samping Itsuwa.

“Terima kasih, Itsuwa. Kalau kau tidak ada di sini, mungkin aku tidak bisa menang,” kata Kamijou lembut sambil melihat mata terpejam gadis itu.

Karena pingsan, Itsuwa tidak mungkin mendengar diskusi antara Kamijou dan Terra tentang hilangnya ingatan Kamijou. Tapi Kamijou tidak bisa mengatakan kalau dia “lega” karena ini. Bagaimanapun juga, Itsuwa telah bertarung di sisinya tanpa mengetahui tentang ini.

“...”

Tidak ada yang lain selain hal pahit di dadanya.

Tapi dia menyingkirkan hal-hal pahit itu dan berpikir.

(Aku perlu bicara dengan Tsuchimikado...)

Dia baru saja akan menelepon Tsuchimikado dengan ponselnya, tapi ponselnya tidak ada di dalam kantungnya. Dia melihat sekeliling dan menemukan benda yang terlihat seperti ponselnya di lantai yang sedikit jauh.

Tapi ketika dia mengambil ponselnya, layar LCD-nya telah pecah jadi dia tidak bisa melihat isinya dan ada bagian yang tersangkut jadi layar ponselnya tidak bisa ditutup.[5]

“Sialan,” umpatnya, lalu dia mendengar suara dari belakangnya.

“!!”

Kamijou segera berbalik, tapi Terra masih terbaring di lantai seperti sebelumnya. Hanya posisi lengannya yang sedikit berubah. Dia pasti telah berusaha bangkit tapi tidak bisa mengumpulkan tenaga yang cukup.

“Ha ha. Aku mengerti. Imagine Breaker memang sulit untuk kami tangani. Imagine Breaker meniadakan semua sampai hal-hal kecil, dan bahkan rasanya seperti meniadakan usaha yang kami lakukan juga.”

Bibir gemetar Terra bergerak perlahan, sementara dia tergeletak di lantai, memelototi Kamijou jengkel.

“...Apa kau tidak akan bertanya?”

“Tentang apa?”

“Tentang Imagine Breaker.”

Kamijou berhenti bergerak ketika mendengar jawaban yang tidak disangkanya itu.

Imagine Breaker.

Dia hanya menggunakan kekuatan itu seolah-olah ini adalah biasa dan tidak pernah benar-benar mempertanyakan kekuatan itu. Dan tampaknya Terra mengetahui sesuatu tentangnya. Itu berarti kekuatan itu pasti adalah sesuatu dari sisi Sihir dan bukan sisi Sains. Tapi Index tampaknya tidak mengetahui tentang Imagine Breaker meskipun memiliki hapalan 103.000 grimoir.

Kamijou berpikir sejenak.

“Apa kau tahu apa Imagine Breaker ini?”

“Heh heh.” Terra dari Kiri tertawa kejam karena kata-kata Kamijou. “Kalau kau perlu menanyakannya, kurasa kau benar-benar telah kehilangan ingatanmu.”

“...”

“Heh heh. Kau perlu memikirkan kenapa Imagine Breaker memiliki hubungan dengan ‘tangan kanan’-mu. Ada jawaban besar yang tersembunyi di sana. Ada juga arti di balik fakta bahwa Imagine Breaker bisa meniadakan semua sihir...”

Terra tersenyum menikmati sambil memperhatikan Kamijou.

“Cukup sederhana,” katanya.

Suara pelan pernapasan Terra terdengar berkali-kali lipat lebih besar di telinga Kamijou.

Terra dengan perlahan menggerakkan bibirnya.

“Identitas sebenarnya dari Imagine Breaker adalah-...”

Kamijou tidak bisa mendengar sisa kalimat itu.

Ini karena ada suara menggelegar dan tubuh Terra dari Kiri tiba-tiba meledak.

Tidak, secara teknis Kamijou tidak melihat persis saat Terra meledak.

Sebuah kilatan oranye turun melalui langit-langit tepat di atas Terra. Pilar cahaya itu sekitar 3 meter lebarnya, dan tepat ketika mengenai lantai, ledakan mengerikan meraung di ruangan dalam Istana Paus itu. Kaki Kamijou terlepas dari lantai dalam sekejap dan dia terbang beberapa meter ke belakang seperti gumpalan debu. Itsuwa dan powered suit yang ada di sana juga terkena hempasan itu dan terbang ke belakang bersama Kamijou.

“Gwaaaaaaaaahhhh!?” Kamijou berteriak ketika mengenai lantai.

Rasa sakitnya tidak begitu tajam, karena hanya ada rasa sakit yang membakar di lengannya. Rasanya seperti terbakar matahari satu hari sebelumnya. Ketika dia melihatnya, kulitnya sedikit merah. Dia telah terbakar.

(A- apa yang baru...?) Dia menggoyang-goyangkan kepalanya yang pusing dan melihat area yang telah meledak itu.

Ketika dia melakukan ini, tubuhnya menegang.

Area tempat Terra tadi tergeletak telah menjadi pusaran lava. Beberapa meter lantai dari batu telah berubah menjadi kolam oranye yang menyala-nyala, dan yang terlihat seperti benda yang sama menetes-netes dari lubang di langit-langit. Kamijou mendengar suara air yang menguap. Ketika dia mencoba mendekat, sebuah dinding panas yang tak terlihat mengenai kulitnya.

Dia bisa melihat sesuatu dari jendela.

Benda-benda yang terlihat seperti diciptakan dari noda-noda hitam yang sedang berputar-putar di langit biru itu adalah...bomber.

Di tempat bomber biasanya memiliki pintu untuk menjatuhkan bom, bomber-bomber ini memiliki pedang metal warna hitam pekat.

Dia tidak tahu apa yang baru terjadi, tapi itu jelas adalah semacam serangan.

“Terra...”

Karena dia tidak bisa mendekat karena panas, Kamijou memanggil nama musuhnya.

Sayap-sayap baja yang terbang di udara datang kembali ke arahnya.

Bomber-bomber itu telah mengambil jarak yang cukup dan sedang berakselerasi hingga kecepatan yang mengerikan.

“Terraaaaaaaaaaaaaaaa!!”

Teriakannya terhapuskan.

Beberapa pilar cahaya mengoyak langit-langit dan mengenai tepat di titik Terra tadinya berada. Dengan akurasi seperti itu, rasanya lebih mirip sniping dibandingkan pengeboman. Cahaya oranye itu menghilangkan penglihatan Kamijou. Tubuhnya dihempaskan ke lantai berkali-kali oleh semacam efek setelah serangan.

Dia pingsan.

Tapi meskipun dia tidak pingsan, dia tetap tidak akan bisa menemukan Terra.

Langit-langit dan lantai menghilang di daerah di depan Kamijou karena semuanya berubah menjadi lautan lava. Sepertiga Istana Paus juga menghilang dengan cara yang sama.

Dan Terra menghilang tanpa meninggalkan mayat.

Catatan[edit]

  1. Yang untuk transportasi/iklan, bukan yang mainan anak-anak
  2. Mantra-mantra Tsuchimikado selalu ditulis dengan frase deskriptif yang berada di dalam kurung di terjemahan ini dan frase kasar yang ditulis dalam furigana (di novel asli), frase yang dia katakan.
  3. Peralatan yang biasanya digunakan untuk mengeluarkan pilot ketika dalam bahaya
  4. lit:Pedang Bumi
  5. TN: Ponselnya harusnya tipe clam shell, jadi ditutup ini maksudnya...ditutup.


Epilog: Jawaban itu Mengarah ke Misteri Selanjutnya. Question.[edit]

Hentakan itu membangunkan Itsuwa.

Dia sedang berada di Istana Paus. Tepat sebelum pingsan, dia tumbang di tengah lantai...atau begitulah yang dia pikirkan. Sekarang dia berada tepat di samping dinding. Tombaknya berada di sampingnya.

Dia masih terluka, jadi gerakannya lambat dan mendapati dirinya sulit bergerak.

Dia mengambil tombaknya dengan gerakan lamban.

Dia merasa panas.

Kemudian dia menyadari alasannya.

Beberapa meter di depannya, dinding batu, lantai, dan langit-langit telah meleleh menjadi cairan kental warna oranye. Dia mendengar suara yang mirip dengan air yang dipercikkan ke plat metal yang telah dipanaskan dan hampir seluruh penglihatannya dihalangi oleh uap putih.

“Apa...yang terjadi...?”

Dia melihat sekeliling.

Sedikit jauh darinya, sebuah powered suit tergeletak tak bergerak. Di sampingnya, bocah Imagine Breaker tergeletak telentang. Tampaknya dia tidak sadarkan diri. Ketika Itsuwa mendekati Kamijou, dia melihat bahwa kulit Kamijou berwarna merah. Bukan karena cahaya; Kamijou telah terbakar ringan.

Tidak cukup untuk meninggalkan bekas luka bakar.

Akan sangat bagus jika Itsuwa bisa meletakkan es di atas lukanya, tapi dia tidak memiliki es di dekatnya dan tidak begitu hebat dalam sihir es. Dia mencari-cari di kantungnya, mengeluarkan sebuah handuk basah, dan dengan lembut menekannya ke lengan Kamijou. Luka itu terlihat tidak dalam, dan dia menghela napas lega.

(Di mana Terra dari Kiri...?) pikir Itsuwa tidak serius selagi memberikan pertolongan pertama. (Dan Dokumen-C? Apa Terra yang menyebabkan semua ini? Tapi ini adalah fenomena yang sangat berbeda dengan yang dilakukannya sebelumnya...)

Apakah mereka menang, atau kalah?

Bahkan dia tidak tahu hal itu.

Dari apa yang bisa dia lihat, luka bocah Imagine Breaker tidak dalam. Dia memutuskan untuk menunggunya sadar dan menanyakan padanya apa yang terjadi. Dan jika perlu, mereka akan mengejar Terra.

“...”

Dia tidak bisa tetap berada dalam pertempuran dengan Terra sampai akhir.

Dia telah kehilangan kesadaran di tengah pertarungan dan menyerahkan pertarungan itu kepada seorang amatir.

Itsuwa menggertakkan giginya karena ketidakberdayaan dirinya sendiri.

(Aku harus melakukan sesuatu...) pikirnya.

Tapi krisis itu bahkan tidak memberikannya waktu sebanyak itu.

“Tch. Ini benar-benar menjadi masalah yang menjengkelkan.”

Ketegangan merambat ke seluruh tubuh Itsuwa ketika dia mendengar suara yang tiba-tiba itu.

Suara itu sendiri terdengar cukup mengerikan, tapi yang paling mengejutkannya adalah arah suara itu berasal.

Itsuwa mempersiapkan tombaknya dan mengarahkan matanya untuk melihat sesuatu yang tidak bisa dia percaya.

Suara itu datang dari depannya.

Dari lorong yang telah berubah menjadi lava.

Dia yakin bahwa suara itu datang dari arah itu.

Karena uap air yang menyelimuti, dia tidak bisa memperhatikan detail figur di sana.

Tapi dari siluet yang bisa dilihatnya, dia tahu figur itu sedang berdiri dengan cara yang sangat normal dan natural.

Meskipun orang itu sedang berdiri di lava yang pasti bersuhu beberapa ribu derajat.

Meskipun uap air yang menyelimutinya lebih dari 100 derajat dan dia berada di tengah semua itu.

“Seseorang perlu memberi tahu berengsek-berengsek itu kalau ada yang disebut kekerasan yang terlalu banyak. Menggunakan pedang yang digunakan untuk membelah benua pada manusia dari daging dan darah itu jelas salah. Maksudku, bagaimana aku bisa mengkonfirmasikan mayatnya? Yah, karena kerusuhan-kerusuhan berhenti setelah ledakan ini, kurasa objektif misi sudah diselesaikan.”

Figur itu tampaknya tidak peduli pada Itsuwa.

Dia bahkan tidak melihat ke arah Itsuwa.

Kata-katanya juga tidak ditujukan pada Itsuwa. Dia pasti menggunakan radio atau ponsel untuk berbicara dengan orang yang berada di tempat yang jauh.

(Ini juga bagus,) pikir Itsuwa.

Dia bisa merasakan keringat keluar dari tangannya yang memegang tombak.

Dia tidak tahu bagaimana dia bisa mengetahuinya, tapi figur yang berdiri di tengah lava itu berada di level yang berbeda. Figur itu berada di atas level di mana kau memikirkan cara untuk melawannya atau level di mana kau mungkin menang jika sebuah mukjizat terjadi. Itsuwa merasa menghadapinya adalah seperti mengayunkan tombak kecilnya ke arah potongan besi raksasa.

Figur itu berbicara.

Dan selama itu, Itsuwa dan bilah tombaknya bahkan tidak pernah memasuki jangkauan penglihatan figur tu.

“Aku akan memeriksa mayatnya di daerah ini, tapi kalau aku tidak menemukannya dalam 10 menit, aku keluar dari sini. Kalian bisa memeriksa area ini setelah mendingin, cari rambut atau bercak darah untuk melakukan tes DNA atau semacamnya. Ah? Kau ingin aku membawa powered suit-powered suit yang sudah tak berfungsi? Suruh orang lain melakukan itu. Ada organisasi dan agensi-agensi yang bekerja dengan Academy City di Prancis, ‘kan?”

Dia berhenti bicara di sana.

Index v14 291.jpg

Pembicaraannya dengan siapapun itu pasti telah berakhir.

“...”

Itsuwa menahan napasnya seperti seekor herbivora yang bersembunyi di semak-semak, menunggu seekor predator lewat.

Figur itu tidak sekali pun melihat ke arahnya.

Meskipun begitu, tubuh Itsuwa diselimuti ketakutan.

Ini tak terduga.

Figur itu mengabaikan Itsuwa yang memegang tombaknya dengan tangan gemetar, dan berbalik ke arah yang berlawanan dari Itsuwa. Kelihatannya dia masuk lebih dalam ke Istana Paus. Dia menghilang ke dalam lorong dari lava.

Itsuwa tidak mengejarnya.

Dia bahkan tidak bisa berteriak.

Setelah figur misterius itu menghilang, dia terlalu gugup bahkan untuk bergerak selama beberapa waktu.


Di ruang interogasi Menara London, Stiyl Magnus dan Agnese Sanctis mendengarkan Lidvia Lorenzetti. Biagio Bussoni yang duduk di samping Lidvia terlihat berniat tetap tidak bekerja sama sampai akhir. Dia belum membuka mulutnya untuk mengatakan satu kata pun.

“Di Gereja Kristen, Tuhan tidak muncul ke hadapan manusia setelah kematian Putra Tuhan,” suara Lidvia terdengar di ruang interogasi kecil itu. “Tapi sebagai gantinya, malaikat-malaikat-Nya lebih sering muncul ke hadapan orang-orang. Ceritanya mengatakan bahwa malaikat dan setan pernah berperang dahsyat. Dan karena ini sampai ke titik hingga seorang teolog merasakan keperluan untuk membagi malaikat ke dalam sembilan grup, pasti jumlah mereka cukup besar.”

“Ke mana arah pembicaraan ini?” potong Stiyl, tapi Lidvia hanya melanjutkan.

“Kursi Kanan Tuhan adalah organisasi praktis. Jika Dia tidak muncul di hadapan orang-orang, apakah Tuhan benar-benar ada? Atau apakah Tuhan hanya sekadar berpura-pura menjadi seorang malaikat dan tetap melakukan kontak dengan kita? Kursi Kanan Tuhan menanyakan pertanyaan seperti itu, dan karenanya mengejar keberadaan ‘seseorang yang tercampur di antara malaikat’.”

Di dalam legenda-legenda non-Kristen, ada banyak cerita tentang dewa-dewa yang muncul di bumi dalam bentuk manusia atau bahkan makhluk-makhluk yang lebih rendah dari manusia.

(Mungkin mereka mendapatkan pikiran ini dari cerita-cerita semacam itu,) pikir Stiyl di sudut pikirannya, dan berkata.

“Apa hubungannya ini dengan nama ‘Kursi Kanan Tuhan’? Kaubilang itu adalah nama organisasinya dan juga tujuan akhir mereka.”

“Manusia tidak bisa menjadi tuhan,” lanjut Lidvia, bukannya langsung menjawab pertanyaan Stiyl. “Ada banyak hipotesis tentang keberadaan mantra seperti itu, tapi aku belum pernah mendengar hal seperti itu berhasil dilakukan. Tetapi, untuk satu langkah lebih rendah—yaitu malaikat—ahli-ahli alkimia dan sejumlah akademisi telah melaporkan contoh-contoh evolusi seperti itu. ...Tentu saja, contoh-contoh ini benar-benar langka.

“Dengan kata lain,” kata Lidvia menginformasikan mereka, “mereka menginginkan sebuah metode untuk menjadi malaikat, di atas menghilangkan dosa asal yang mengikat manusia. Dan mereka tidak ingin menjadi malaikat biasa. Mereka mendasarinya pada dia yang muncul di bumi dalam bentuk malaikat tapi bukan seorang malaikat. Dengan kata lain, Tuhan.”

Itu adalah si sombong yang tidak hanya ingin menggunakan kekuatan Tuhan, tapi juga mengambil kekuatan itu menjadi miliknya sendiri.

Belum lagi tidak ada bukti bahwa Tuhan benar-benar turun dan bercampur di antara malaikat.

Stiyl membengkokkan bibirnya menjadi senyuman.

“...Itu adalah sekte yang cukup sesat.”

“Sekarang, mereka mengincar Mikail, makhluk dengan kekuatan tingkat tertinggi yang diciptakan untuk melawan Lucifer.”

Suara Lidvia seragam, tidak berubah.

“Lucifer adalah satu-satunya makhluk yang pernah dibolehkan duduk di sisi kanan Tuhan. Dan Mikail, yang mengalahkan Lucifer dan menjadi penguasa seluruh malaikat, adalah makhluk yang lebih tinggi dari Lucifer, yang dulunya pernah berada di tingkat yang sama dengannya. Atau begitulah yang dipercayai Kursi Kanan Tuhan.”

Sisi kanan.

Dalam Gereja Kristen, posisi itu mengindikasikan kesetaraan. Martir Kristen pertama, Stephen, menggunakan kata “kanan” ketika memuliakan tuhan untuk mengindikasikan bahwa Putra Tuhan adalah keberadaan yang setara dengan Tuhan.

Dia menggunakan “kanan” dengan cara itu karena, menurut konsep trinitas, Tuhan dan Putra Tuhan dijunjung sebagai setara.

Tapi bagaimana dengan malaikat?

Kenapa Lucifer bisa duduk di sisi kanan Tuhan? Dan apakah Mikail benar-benar memiliki kekuatan yang dahsyat hingga dia bisa mengalahkan seorang malaikat agung yang dulunya duduk di sisi kanan Tuhan?

Karena Tuhan adalah sebuah entitas unik dan entitas paling agung di dunia, harusnya tidak ada yang duduk di kursi kanan yang “setara” itu. Belum lagi sulit dipikirkan bahwa Tuhan akan memberikan kursi itu pada salah satu dari malaikat yang Dia ciptakan sebagai hamba dan alat.

Mereka pasti berpikir bahwa ada arti khusus dalam fakta bahwa seorang malaikat, makhluk yang lebih rendah, tetap diberikan kursi itu.

“Grup itu diciptakan dengan tujuan untuk duduk di Kursi Kanan Tuhan. Dan mereka percaya bahwa setelah mereka berada di Kursi Kanan, mereka akan bisa menggunakan kekuatan itu untuk berevolusi lagi menjadi eksistensi yang berbeda dari malaikat.”

Nama eksistensi itu adalah...

“La persona superiore a Dio.”

Stiyl dan Agnese mengernyit ketika mendengar kata-kata itu.

Dengan kata lain...

“Dia yang Berada di Atas Tuhan[1]. Itulah sebutan yang kudengar.”


Suara langkah kaki bisa terdengar di Basilika St. Peter di Vatikan.

Sela antara langkah kaki itu benar-benar seragam, tapi sangat tenang dan perlahan. Ritme pelannya mengindikasikan keadaan pikiran dari orang yang berjalan itu.

Langkah kaki itu tiba-tiba berhenti.

“Terra.”

“Oh, rupanya kau, Acqua...” kata orang yang tadi berjalan, Terra dari Kiri, sambil memelototi Acqua dari Belakang yang muncul di depannya.

Kata-katanya terasa seperti kata-kata seseorang yang jengkel karena pikirannya terputus oleh dimulainya percakapan.

Bomber supersonik yang telah menyerang Terra di Istana Paus memang kuat, tapi bagi Terra, semua itu adalah satu jenis serangan, dan karenanya mudah bertahan dengan menggunakan “presedensi” miliknya. Hanya berbagai serangan di saat yang sama yang dia takuti.

“Kelihatannya kau kehilangan Dokumen-C.”

“Yeah,” jawab Terra sederhana pada kata-kata Acqua. “Mereka menggunakan Imagine Breaker itu yang menyebabkan pengambilan dokumennya sulit.”

“Kau kelihatan berada dalam mood yang cukup bagus, melihat hal yang terjadi.”

“Ha ha. Acqua, bukan itu saja yang ingin kukatakan padamu.”

Terra tersenyum kecil sambil berbicara.

“Gereja Ortodoks Rusia telah secara resmi setuju untuk bergabung dengan kita.”

Acqua tetap diam selama beberapa saat.

Akhirnya dia membuka mulutnya untuk berbicara.

“Kita adalah penganut Gereja Katolik Roma. Kita tidak merayakan bekerja samanya denominasi lain dengan kita.”

“Heh heh. Kita hanya menggunakan mereka. Dan aku yakin mereka juga tahu ini.”

Ekspresi Terra tetap tenang.

Dia belum menyerah.

“Di insiden Dokumen-C ini, Academy City dan Gereja Anglikan bekerja sama secara rahasia. Yah, walaupun aku yakin kedua pihak itu tidak akan mengakuinya.”

“Ah, dan masalahnya adalah apakah Gereja Ortodoks Rusia mengetahui hal ini.”

“Sudah ada semacam hubungan antara Academy City dan Gereja Anglikan. Dan kalau Gereja Ortodoks Rusia datang sebagai pemain baru dan meminta kooperasi, mereka mungkin tidak akan diperlakukan dengan baik. Dan karena mereka ingin mendapatkan keuntungan dari perang ini, mereka pasti berpikir bahwa tidak akan bagus untuk mereka jika sisi Sains menang.”

Sekarang ini, keseimbangan kekuatan antara Academy City dan Gereja Katolik Roma sangat dekat.

Sisi yang dipilih oleh kekuatan pihak ketiga seperti Gereja Anglikan dan Gereja Ortodoks Rusia jadi sangat penting.

Mereka ingin mendapatkan Gereja Anglikan dan Gereja Ortodoks Rusia ke dalam sisi Sihir jika memungkinkan, tapi Gereja Anglikan telah memiliki hubungan dengan Academy City.

Dan melihat insiden dengan The Book of the Law dan Orsola, dan insiden dengan Daihaseisai dan Croce di Pietro, jelas bahwa ada jurang yang dalam antara Gereja Katolik Roma dan Gereja Anglikan.

Jadi mereka memutuskan untuk menyerah meminta dukungan para Anglikan.

Demi mencegah situasi terburuk—Gereja Anglikan dan Gereja Ortodoks Rusia bergabung ke sisi Sains—terjadi, mereka harus membawa orang-orang Rusia ke sisi mereka.

Itulah fungsi digunakannya Dokumen-C.

Kehilangan benda spiritual itu adalah kerugian yang besar, tapi mereka telah menyelesaikan tujuan asli mereka.

“Sekarang. Garis sudah digambar antara pihak Roma/Rusia dan pihak Academy City/Anglikan. Yah, kurasa Academy City dan Gereja Anglikan sebenarnya berada di ‘sisi’ berbeda dalam pandangan yang lebih luas, jadi aliansi mereka bisa pecah di sambungan-sambungannya. Dan dengan Rusia di pihak kita, kita memiliki pijakan yang lebih kuat untuk menginvasi Jepang. Kurasa sekarang kau bisa mengatakan kalau kita bisa membawa pedang kita ke tenggorokan mereka. Mungkin kita perlu mendiskusikan cara menggerakkan pasukan kita sejak saat ini dengan Fiamma dari Kanan. Aku sebenarnya ingin waktu lebih banyak untuk melihat bagaimana respon Academy City dan untuk mengamati Imagine Breaker, tapi kurasa ini tidak masalah.”

“Aku mengerti. Tapi ada yang ingin kudiskusikan denganmu lebih dulu.”

Suara Acqua suram.

Terra menjawab dengan ceria.

“Apa?”

“Oh, masalah sederhana. Aku telah menerima informasi bahwa kau menggunakan anak-anak dan pelancong di bagian luar Roma untuk membuat pengaturan arah untuk mantra khususmu, ‘Eksekusi Cahaya’. Apa ini benar?”

“Benar.” Secara mengejutkan, Terra mengakuinya dengan mudah.

Dan dia meneruskan.

“Apa itu benar-benar perlu diangkat?”

Terra dari Kiri membiarkan masalah ini di situ.

Mata Acqua memicing.

“...Bukankah kau bertindak demi menyelamatkan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi? Bukankah kau bertindak demi mencari tahu apakah masalah-masalah yang disebabkan oleh faksi-faksi yang diciptakan manusia akan berlanjut di Kerajaan Suci?”

“Yah, benar.” Terra menjawab dengan ekspresi seseorang yang baru saja ditanyakan sebuah pertanyaan bodoh. “Memang benar bahwa aku berencana menyelamatkan seluruh umat manusia tanpa diskriminasi. Tapi orang kafir bahkan tidak bisa disebut manusia. Acqua, apa kau sudah memeriksa dokumentasinya? Aku memastikan bahwa target untuk pengaturan arah itu bukanlah penganut ajaran Gereja Katolik Roma.”

“...”

“Oh, apa kau khawatir tentang cerita dari Spanyol tentang kriminal-kriminal brutal yang tidak bisa dieksekusi? Kukatakan padamu sekarang, aku tidak memiliki kaitan apa-apa dengan itu. Mereka adalah penganut ajaran denominasi Katolik Roma dari gereja Kristen, dan karenanya adalah orang-orang yang harus kuselamatkan. Bawahan-bawahan aku memiliki kebiasaan berupa membawa kriminal-kriminal padaku, tapi harusnya mereka tidak melakukan itu. Target-target yang kugunakan tidak boleh penganut Katolik Roma.”

Bagi Terra dari Kiri, itu adalah “tanpa diskriminasi”.

Dia mengatakan bahwa dia sedang menyelamatkan seluruh umat manusia, tapi definisi “manusia” miliknya cukup terbatas. Dia merasa bahwa orang-orang yang tidak memenuhi definisi “manusia” miliknya bisa diperlakukan sebagai hewan. Pendeta itu dinodai oleh pemikiran itu sampai ke dalam-dalamnya.

Acqua dari Belakang tetap diam dan Terra melanjutkan dengan jengkel.

“Setelah mereka dikirimkan ke api penyucian, dosa yang menutupi jiwa mereka akan dicuci dan mereka akan diberikan jalan menuju Kerajaan Suci. Aku hanya bertindak sebagai anggota rohaniwan dan mengirimkan mereka ke langkah pertama dengan membuat mereka menyerahkan nyawa mereka. Dan mereka yang tidak akan pernah bisa pergi ke Kerajaan Suci bahkan tidak akan dikirimkan ke api penyucian. Mereka akan menderita abadi di neraka.”

“...Aku mengerti.” Acqua memberikan jawaban pendek. “Jadi kau telah melakukan pemeliharaan pada mantra itu sejak kau mulai menggunakannya.”

“Ayolah, cukup dengan hal ini, Acqua. Ada banyak hal yang harus kulakukan. Aku harus memikirkan bagaimana menjalankan serangan berikutnya ke sisi Sains. Aku telah menemukan satu titik yang membutuhkan peningkatan...atau lebih tepatnya, keanehan di sihir presedensi ‘Eksekusi Langit’ milikku. Tampaknya aku perlu melakukan sedikit pengaturan kecil.”

“Tidak, ada sesuatu yang harus kaulakukan sebelum itu.”

Terra bahkan tidak sempat berteriak terkejut.

Dengan suara menggelegar, tubuh Terra dari Kiri benar-benar hancur berkeping-keping.

Yang telah dilakukan Acqua dari Belakang sederhana.

Dia telah mematahkan salah satu pilar yang menyokong langit-langit Basilika St. Peter dan mengayunkannya ke tubuh Terra dengan satu tangan. Tapi kekuatan dan kecepatan mengerikan ketika dia melakukannya menghasilkan sesuatu yang terlihat seperti gelombang angin.

Sihir predensi yang seperti mukjizat milik Terra dari Kiri, ‘Eksekusi Langit’, telah menyelamatkan dia dari pengeboman supersonik skala besar dari Academy City, tapi Acqua dari Belakang tidak memberikan Terra waktu untuk menggunakannya.

Suara daging yang hancur bisa terdengar.

Hampir seluruh tubuh Terra lenyap. Yang tersisa hanyalah dada bagian atas, tangan kanan, dan kepalanya.

“Oh...ah...?”

Terra mendongak dengan ekspresi seseorang yang tidak tahu sama sekali apa yang terjadi.

Tampaknya dia mencoba menggunakan “Eksekusi Cahaya” untuk menutup lukanya, tapi kepalanya gagal mengaktifkan mantra itu, jadi tidak ada yang terjadi.

Acqua dari Belakang melihat ke bawah ke arahnya dengan jijik.

Terra masih bisa berpikir.

Tapi bukan karena sesuatu yang dilakukan Terra sendiri; karena serangan Acqua yang sangat cepat hingga tubuhnya belum memiliki cukup waktu untuk mati.

“Fh...ha...”

Terra mengeluarkan suara, tapi tidak bisa berbicara atau bernapas.

Acqua mengernyit.

Terra telah hancur berkeping-keping, tapi dia tidak menunjukkan ketakutan pada kematian.

Ekspresinya tetap tenang.

“...Ada apa, Terra dari Kiri?” tanya Acqua, tapi dia menyadari jawabannya bahkan sebelum menunggu jawaban dari Terra.

Kerajaan Suci.

Bagi Terra, kematian hanyalah proses bagi seseorang untuk menemukan keselamatan yang nyata. Meskipun dia mati di sini, pada akhirnya dia akan dipilih oleh Tuhan pada Penghakiman Akhir dan dibimbing menuju Kerajaan Suci. Dan karenanya Terra akan diselamatkan.

(Dia adalah orang yang hebat dalam caranya sendiri.)

Dia berniat menjadi seekor domba taat yang mengikuti ajaran Gereja Katolik Roma bahkan hingga sekarang.

Acqua menghela napas ketika memikirkan semua ini.

“Agar kau tahu saja, tidak mungkin kau akan dipilih oleh Tuhan. Aku tidak menyangka kau tetap sesat sampai saat ini. Apa kau benar-benar berpikir kau memiliki tempat selain neraka?”

Ketika Acqua melihatnya dengan wajah penuh cemooh, ketenangan Terra menghilang.

Digantikan oleh amarah.

Taip Acqua tidak meneruskan percakapan itu dengan serius. Dia hanya sekadar berbicara dengan cara yang murni bisnis.

“Tuhan tahu segalanya. Kau bisa bertanya tentang detailnya pada-Nya pada Penghakiman Akhir.”

Waktu terus berjalan, kumpulan daging itu mati dan Terra benar-benar menjadi tidak lebih dari noda di lantai. Hanya setelah itulah Acqua memalingkan pandangannya.

Dan ketika dia melakukannya, sesosok figur baru muncul dari balik salah satu pilar.

Seorang pria tua dengan punggung bungkuk—Sang Paus Roma.

Dia melihat keduanya; daging manusia di tanah dan pilar yang ditancapkan Acqua ke lantai.

“Ini adalah Basilika St. Peter. Aku lebih senang jika kau tidak menghancurkannya seperti ini.”

“Aku minta maaf.”

Acqua dengan patuh menundukkan kepalanya karena kata-kata kritik ini.

“Melihat nilai sejarah dan akademis tempat ini, aku harusnya tidak bertarung di sini. Aku telah merusakkan sebuah bangunan indah.”

“...Ini juga adalah benteng terbesar Katolik Roma. Kalau kau menghancurkannya begitu saja, kau akan menghadapi masalah dengan fungsionalitas bertahannya.”

“Hm...” Acqua berpikir sejenak.

Akhirnya, dia berbicara.

“Ini adalah masalah yang kita hadapi di mana saja, bukan hanya di Basilika St. Peter. Ambil Kursi Kanan Tuhan sebagai contoh. Bahkan dengan organisasi sehebat itu dan meskipun anggota-anggota yang memiliki kemampuan terhebat dikumpulkan, kalau kami hilang kendali meskipun sekejap saja, semuanya akan hancur. Persis seperti Terra di sini.”

“...”

“Kau berharap ketika Kursi Kanan Tuhan menyelesaikan tujuannya dan menjadi ‘Dia yang Berada di Atas Tuhan’, ini akan secara langsung menyelamatkan lebih banyak penganut lagi. Aku memuji tujuan itu, tapi itu saja tidak cukup.”

Acqua memandang langsung ke wajah Sang Paus Roma.

“Agar Kursi Kanan Tuhan terus berfungsi seperti yang seharusnya, organisasi ini memerlukan seseorang yang berada di luar organisasi untuk mengawasi dan membimbingnya. Dan kupikir kau adalah orang yang paling cocok untuk posisi itu.”

Mendengar kata-kata itu, Sang Paus Roma tersenyum kecil.

“Ketika aku pertama kali mendengar tentang Kursi Kanan Tuhan, aku sangat senang karena ada jalan yang begitu cepat untuk membimbing para penganut,” katanya sambil tersenyum. “Tapi Tuhan tidak menginginkan adanya jalan mudah menuju keselamatan. Kelihatannya Bapa yang menjagaku benar-benar menyukai ujian dan godaan.”

Ketika Sang Paus Roma berhenti bicara, Acqua mengangguk.

“Apakah gerakan kalian selanjutnya?”

“Vento tidak bisa bergerak. Terra sudah dibersihkan. Ini hanya menyisakan satu pilihan.”

“Apa kalian akan menyerang Jepang melalui Rusia seperti yang disarankan Terra?”

“Aku menyadari sesuatu selama semua kejadian ini. Warga sipil harusnya tidak berdiri di medan perang. Hanya prajuritlah yang perlu beradu pedang.”

Kelihatannya pernyataan ini menyiratkan bahwa dia sendiri akan bergerak.

Sang Paus Roma bergumam ke dirinya sendiri sambil mengingat kembali karakteristik khusus Acqua dari Belakang.

“...Jadi pria yang merupakan anggota Kursi Kanan Tuhan dan juga memiliki sifat seorang Saint akan bertindak.”


Misaka Mikoto duduk kaku sambil memegang ponselnya.

Dia tidak bisa bergerak sejak mendengar kata-kata dengan bising statik yang keluar dari speaker ponselnya.

Dia bisa merasakan keringat dingin di seluruh tubuhnya.

Kamijou tidak mungkin mengetahui ini, tapi, meskipun layar LCD ponselnya telah pecah dan sendi ponselnya rusak sehingga tidak bisa ditutup, ponselnya belum kehilangan fungsionalitas meneleponnya. Dengan kata lain, percakapan antara Kamijpu dan Terra di Istana Paus telah sampai ke telinga Mikoto melalui telepon.

Dia tidak mengerti kebanyakan dari percakapan mereka.

Tidak, meskipun dia mengerti, dia telah melupakan hampir semuanya.

Yang menyebabkan rasa menyempit di dadanya adalah satu pernyataan sederhana.

“...”

Dia menyadari bahwa tidak ada suara yang keluar ketika dia mencoba bicara.

Dia menggerakkan tangannya yang gemetar dan berhasil mematikan ponselnya. Dia hanya memandangi ponsel yang tidak lagi tersambung. Dia berpikir untuk tetap dalam posisi itu sampai tubuhnya berhenti gemetar, tapi tampaknya gemetarannya tidak akan berhenti.

Selagi dengan perlahan keluar dari keterkejutannya sedikit demi sedikit, dia berhasil menggerakkan bibirnya. Dia tidak bermaksud untuk bicara, tapi dia tahu bahwa suara serak yang menyeramkan itu datang dari mulutnya sendiri.

Dia berbicara dengan suara sangat pelan.

“...Dia...tidak ingat...?”

Setelah mengatakan kata-kata ini, Misaka Mikoto memikirkan lagi arti kata-kata ini.

(Dia kehilangan ingatannya?)

Catatan[edit]

  1. Dalam versi Jepang, “Dia yang Berada di Atas Tuhan” dibaca sebagai “Kamijou”, tapi menggunakan huruf yang berbeda dengan nama belakang Touma.



Kata Penutup[edit]

Bagi kalian yang membeli buku-buku ini satu per satu: Selamat datang kembali.

Bagi kalian yang membeli semuanya sekaligus: Selamat datang.

Saya Kamachi Kazuma.

Sekarang, banyak hal yang terjadi di Volume 14. Banyak masalah yang belum benar-benar disentuh di serial ini karena, kurasa kalian bisa bilang, saya telah menahan diri untuk menggunakannya, muncul di sini.

Tema keseluruhannya adalah “grup”. Kurasa kata kunci occult-nya adalah sesuatu seperti “Penghakiman Akhir”. Beberapa hal langsung terkait dengannya sementara yang lainnya terkait secara tidak langsung. (Beberapa hal yang mudah dimengerti adalah Dosa Asal dan Misa.)

...Sebenarnya, saya merasa bahwa nyaris semua hal di Gereja Kristen terkait dengan Penghakiman Akhir. Tapi saya rasa saat ini “lebih dekat ke permukaan” dibandingkan biasanya.

Jika saya harus memilih satu sisi atau yang lainnya, ini adalah sebuah cerita sisi sihir, tapi karena banyak senjata-senjata baru dari Academy City yang muncul, saya rasa saya membuatnya agar kalian yang menyukai sisi sains bisa rileks juga.

Banyak terima kasih pada ilustrator saya, Haimura-san, dan orang yang bertanggung jawab terhadap proyek ini, Miki-san. Ada banyak hal yang bisa kalian keluhkan, jadi saya benar-benar berterima kasih pada kalian untuk tetap bersama saya. Dan kali ini saya ingin berterima kasih pada Manaka Junichi-san. Kuliahnya tentang cara kerja pesawat tempur siluman dan bidang militer pada umumnya sangat membantu. Dan saya ingin berterima kasih pada Fukushima Yuuko-san. Pengawasannya pada bahasa Itali benar-benar membantu.

Sekarang, untuk kalian, para pembaca. Termasuk SS, sekarang ada 15 buku dalam serial ini. Semua ini berkat kalian hingga saya bisa sampai sejauh ini. Tolong tetap membaca serial ini di masa depan.

Dan sekarang kalian akan menutup halaman-halaman ini.

Saya berdoa agar kalian akan membuka halaman-halaman buku berikutnya.

Dan saya akan meletakkan pena saya untuk sekarang.

Sekarang, apa perbedaan antara “神上” dan “神浄”…?[1]

-Kamachi Kazuma


Catatan[edit]

  1. Keduanya dibaca sebagai “kamijou”. Yang pertama berarti “Dia yang Berada di Atas Tuhan” dan yang kedua berarti “Dia yang Menyucikan Tuhan”. Nama Kamijou Touma sendiri memakai “上条”untuk bagian “kamijou”.