Tate no Yuusha Vol 1 Chapter 7 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Tuduhan Palsu[edit]

Berbagai hal terjadi dengan begitu cepat. Aku dibawa dan diseret di dalam dinding istana, dan di dalam ruang kunjung, para ksatria mengacungkan tombak mereka kepadaku.

Di dalam juga ada raja berkelakuan buruk dan menterinya.

Begitu juga…


“Mein!”


Itsuki, Ren, dan Motoyasu, bersama dengan rekan-rekan mereka, juga berkumpul disana.

Setelah memanggil Mein, dia bersembunyi di belakang Motoyasu dan aku terkejut.


“A-apa-apaan, sikap itu.”


Semua orang melihatku seolah aku ini seorang penjahat.


“Kau benar-benar tidak ingat?”


Motoyasu memeriksaku berkali-kali dengan gaya sok penting.

Punya masalah apa dia ini?


“Ingat apa? Tunggu dulu… chain mail itu!”


Si keparat Motoyasu itu memakai chain mail-ku!


“Jadi kau perampoknya!”[1]

“Siapa juga yang menjadi perampok?! Jangan pikir kau bisa kabur dari dosamu dengan alas an tidak masuk akal itu!”

“Dosa? Dosa apa?”


Seolah menjawab pertanyaanku, ruang kunjung itu mulai memancarkan suasana seperti persidangan seorang penjahat.


“Nah sekarang, tuduhan apa yang diberikan kepada Pahlawan Perisai?”

“Tuduhan? Tuduhan untuk apa?”

“Uhu… Hiks… Pahlawan Perisai-sama mabuk kemarin… Hiks… Ke-kemudian tiba-tiba dia masuk ke kamarku, meluapkan nafsu buasnya sambil memaksaku.”

“Hah?”

“Pahlawan Perisai berkata, ‘Malam masih panjang’ dan kemudian merobek bajuku dengan kasar.”


Kemudian Motoyasu menenangkan Mein yang menangis.


“A-aku ketakutan… Aku keluar kamar, berteriak meminta tolong dan saat itu lah Motoyasu-sama muncul dan melindungiku.”

“… Apa?”


Tadi itu bicara tentang apa?

Kemarin malam setelah aku berpisah dengan Mein, aku langsung menuju kasur. Jadi kapan semua itu terjadi?

Mein hanya menangis seolah telah dipermalukan.


“Bicara apa kau? Setelah makan malam kemarin aku langsung ke tempat tidur.”

“Berhenti berbohong, kau keparat. Jelas sekali alasan Mein menangis itu karena kau.”

“Kau ini punya alas an tersembunyi apa untuk melindungi Mein seperti itu? Lupakan, darimana kau curi chain mail itu!?”


Kalian hanya bertemu kemarin, ‘kan?


“Ah, ya, kemarin aku melihat Mein minum sendirian di tempat makan, dan dia memberikanku chain mail ini sebagai hadiah.”

“Hah?”


Tidak peduli bagaimana kau melihatnya, itu memang punyaku.

Tentu saja, ada kemungkinan kalau Mein membelinya dengan uangnya sendiri, tapi Motoyasu memilikinya saat punyaku hilang. Ini semua terlalu mencurigakan.

Cerita Motoyasu penuh dengan dusta. Aku harus meyakinkan hal itu kepada sang raja.


“Ah, ya! Raja! Kamarku dirampok dan semuanya diambil kecuali perisai ini! Tolong tangkap pelakunya.”

“Diam, kau iblis!”


Sang raja menyatakannya dengan lantang dan mengabaikan pembelaanku.


“Dengan brutal kau melakukan pemerkosaan terhadap wargaku, penjahat! Kalau kau bukan seorang pahlawan, aku pusah sudah menjatuhkan hukuman mati saat ini juga!”

“Ini kesalahpahaman yang besar! Aku tidak melakukan kejahatan apapun!”


Sayangnya, semua orang sudah mengadiliku sebagai orang bersalah bahkan sebelum pengadilannya dimulai.

Aku bisa merasakan darahku mendidih dan amarahku memuncak.

Apa ini? Apa-apaan ini? Apa-apaan yang terjadi ini!?

Aku tidak mengingat semua omong kosong ini, jadi kenapa aku harus dicaci seperti ini!?

Aku melihat mata Mein sambil berusaha menyatakan permohonanku untuk pertolongannya. Tapi sebagai balasannya, Mein tersenyum sambil menjulurkan lidahnya saat semua orang fokus memperhatikanku.

Mein tersenyum sambil menjulurkan lidahnya...


... Saat itulah aku menyadarinya.


Aku memandang tajam Motoyasu.

Aku bisa merasakan emosi gelap dan pekat, keluar dari dalam diriku, mengalir menuju perutku.


“Kau keparat! Kau pasti membuang semua baju dan uangmu untuk membuat alibi atas kejahatanmu!”


Motoyasu menunjuk dan menuduhku dengan teriakan yang sangat lantang.


“Apa! Apa maksudmu aku ini seorang pemerkosa!?”


Motoyasu melindungi Mein dengan tubuhnya, mencoba menunjukkan lagak kepahlawanannya yang palsu.


“Jangan bercanda! Aku sudah menggunakan semua uangku untuk membeli perlengkapan untuk rekanku!”


Sepertinya Mein, yang pada awalnya berniat untuk menjadi rekan Motoyasu, merencanakan ini sebelumnya. Karena aku seorang pecundang yang hanya bisa menggunakan perisai, aku membelikan dia semua perlengkapan yang bagus. Dan setelah mendapatkan semua yang dia mau dengan rayuan manisnya, Mein menelantarkanku dan mencuri semua sisa uangku. Kemudian ia akan kembali kepada sang raja sambil menangis, seolah dia adalah korbannya, dan kemudian berniat membunuhku.


... Ini benar-benar sinting.


Sejak awal, Mein selalu memanggilku dengan sebutanku, Pahlawan-sama, sementara ia memanggil Motoyasu dengan namanya.

Kalau ini tidak cukup sebagai buktinya, maka apa lagi.

Apa artinya dunia ini hanya membutuhkan satu pahlawan?


“Bahkan setelah datang ke dunia paralel, aku masih harus berurusan dengan orang-orang sampah.”

“Itu benar. Tapi aku tidak ada ruang simpati untukmu dariku.”


Tanpa ragu Ren menilaiku bersalah.

Jadi begitu... Semua orang di sini sudah berkonspirasi sejak awal pertama... Karena aku menggunakan perisai, karena aku ini lemah, dan karena aku tidak tahu apa-apa; mereka sudah berniat membuangku karena aku ini hanyalah beban bagi mereka.


——Bajingan murahan


Tidak peduli kemana aku pergi, keparat menjijikan seperti ini akan selalu ada.

Orang-orang di negeri ini tidak menganggapku ada dari awal.

Kau tahu!? Kenapa juga aku harus melindungi wargamu!?

Mati saja sana! Dunia mengerikan ini!


“... Baik, aku tidak peduli. Kau cuma butuh kembalikan aku ke dunia asalku, ‘kan? Setelah itu, panggil saja Pahlawan Perisai yang baru.”


Dunia paralel? Ha!

Aku juga tidak akan mau datang ke dunia ini kalau aku tahu hal seperti ini akan terjadi!


“Melarikan diri saat keadaannya tidak menguntungkan? Rendah sekali.”

“Kurasa kau benar. Tidak bertanggung jawab kepada diri sendiri, kemudian memaksakan hubungan dengan wanita..."

“Pergi sana, pergi! Aku menolak untuk mengakui sampah seperti ini sebagai seorang rekan pahlawan!”


Ren, Motoyasu, dan Itsuki memandangku dengan nafsu membunuh.

Pengalaman yang menyenangkan, kurasa, berada di dunia paralel ini. Tapi itu semua dihancurkan oleh keparat ini.


“Ayo! Kirim aku kembali ke dunia asalku!”


Kemudian, raja menggeram sambil memegang kepalanya.


“Sayangnya, tidak diketahui cara untuk mengirim pahlawan kembali ke dunia mereka masing-masing... Bahkan jika aku ingin memanggil kembali pahlawan baru, maka semua yang ada sekarang harus mati terlebih dahulu.”

“... Ke-kenapa?”

“Itu...”

“Ti-tidak mungkin...”


Ketiga pahlawan lainnya, terkejut, menjawab bersamaan.

Tidak ada sihir yang bisa mengembalikan kami ke dunia asal kami?


“Kalau begitu aku tidak bisa pulang sekarang?!”


Jangan bercanda!


“Berikan aku kejelasannya!”


Aku memaksa lepas dari ksatria yang menahanku.


“Hei! Berhenti melawan!”

“Lepaskan!”


Salah satu ksatria itu memukulku.

Guh!

Suara benturan terdengar, tapi rasanya lebih seperti gatal daripada sakit.

Aku langsung membalas si ksatria, tapi bukannya menyakitinya, tanganku malah menjadi mati rasa.


“Jadi, Raja? Apa hukumanku?”


Aku bertanya sambil menahan tanganku, menunggu mati rasanya hilang.


“... Untuk sekarang, kau tidak akan menerima hukuman langsung karena kau berharga untuk melawan serbuan yang akan datang. Tetapi, kami akan menyebarkan rumor tentang kejahatanmu kepada warga. Itu akan menjadi hukumanmu. Jangan pikir kau bisa mencari pekerjaan yang layak di negeriku.”

“Baik baik, terima kasih untuk perkataan anda!”


Itu artinya aku hanya bisa bertualang untuk menaikkan level-ku dan bersiap menghadapi serbuan yang akan datang.


“Serbuan selanjutnya diperkirakan datang dalam satu bulan. Meskipun kau adalah seorang penjahat, iblis sepertimu tetaplah Pahlawan Perisai. Kau tidak akan bisa melarikan diri dari tanggung jawabmu.”

“Aku tahu! Karena aku ini lemah. Waktu sangat berharga untukku, kau tahu!”


Cring...

Ah, benar juga. Bahkan setelah semua yang terjadi, hanya perisai ini yang setia kepadaku.


“Yo! Kau ingin ini, ‘kan?!”


Aku mengambil kantong berisi sisa 30 koin Silver-ku dan melemparnya ke wajah Motoyasu.


“Uwa! Apa yang kau lakukan!? Kau—— “


Aku berpura-pura tidak mendengar hinaan dari Motoyasu.

Setelah meninggalkan istana dan memasuki jalan utama, orang-orang melihat dan menunjukku sambil berbisik satu sama lain.

Sungguh, gosip menyebar dengan cepat.

Bukankah sangat mengagumkan?

Terserah lah, semuanya sudah melihatku dengan tatapan keji.

Karena itu aku hanya menaruh kepercayaanku kepada uang... dan tidak kepada yang lainnya. Jadi sekarang tirai petualangan baruku terbuka dengan cara yang paling buruk.



Translator note[edit]

  1. Seperti di chapter sebelumnya, menggunakan istilah troll/monster bantal. Di sini Naofumi menyebut Motoyasu sebagai troll/monster-nya.
Sebelumnya Chapter 6 – Perangkap dan Seni Pengkhianatan Kembali ke Halaman Awal Selanjutnya Chapter 8 – Jatuhnya Ketenaran