Tate no Yuusha Jilid 4 LN Bab 12 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 12 - Ganjaran[edit]

Aku mengatakannya bahkan tanpa berhenti untuk memikirkannya. Hatiku pasti sangat membenci mereka—hingga yang kulakukan tampak cukup alami.


Sejujurnya, memang gak ada pilihan lain selain kematian. Apa lagi yang bisa menyingkirkan kebencianku pada mereka?


"Mati, hmm? Yah, mengingat semua masalah yang mereka sebabkan, itu memang sangat tepat."


"Ya, dan mereka benar-benar merusak Melromarc dalam pandangan internasional."


Ren dan Itsuki memperhitungkan dengan dingin.


Sangat mudah untuk memperhitungkan masalah orang lain. Selama mereka gak harus bertanggung jawab atas apa yang mereka katakan, mereka bisa mengatakan apapun yang mereka inginkan.


"Tapi kau! Kau...."


"Kau pasti bercanda!"


Ratu mengangkat tangannya, dan mereka diam.


"Jika kita mengeksekusi mereka, akankah kau benar-benar puas?"


Aku merasakan perasaan yang aneh bahwa sihir milik ratu mengalir padaku.


Inilah yang orang-orang maksudkan saat mereka bilang merinding. "Gak mengenakkan..." itulah kata yang bisa mendeskripsikan perasaan itu secara sempurna.


"Tentu saja mereka mungkin akan mati. Akan tetapi, ada pilihan lain juga. Kita bisa menyiksa mereka, membiarkan mereka berpikir mereka akan bebas, dan setelah kebebasan mereka tampak sudah bisa dipastikan, dan senyum melintas di wajah mereka, LALU kita akan membunuh mereka."


"Anda... benar-benar—silahkan."


"Aku mengatakan bahwa mengeksekusi mereka begitu saja akan membosankan. Kita juga bisa memberi mereka pekerjaan-pekerjaan sederhana, dan saat mereka belajar untuk membuat diri mereka berguna, kita bisa menyuruh-nyuruh mereka seperti binatang peliharaan... mempermainkan mereka sampai mati. Aku akan sangat menikmati itu."


Gak disangka dia akan membuang anggota keluarganya sendiri tanpa emosi... Ratu mungkin merupakan orang paling gelap di seluruh kerajaan.


"Apa menurut lu bahwa dia benar-benar yang ada dibelakang semua ini? Dia tampak sanggup melakukannya."


"Lu betul. Itu teramat sangat dingin."


Para pahlawan geblek itu terus mengalihkan topik!


"Lagipula, ini hanya sekedar saran saja. Aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi tentang masalah. Ini adalah emosi akhirku."


"Oh, kurasa aku akan mengikuti anda."


Dia mengatakan bahwa aku bisa melakukan apapun yang ku mau, tapi dia gak mau mereka mati. Dia akan menghukum mereka dengan cara lain.


"Setelah semua tindakan jahat dari gereja, itu akan menyebabkan cukup kegemparan jika ratu menggunakan wewenangnya untuk membunuh anggota keluarga kerajaannya sendiri. Aku yakin itu akan menyebabkan suatu efek pada posisi kita dalam komunitas internasional."


"Disisi lain, setelah semua masalah yang disebabkan oleh dua orang dungu yang tidak berguna ini, mungkin dengan menyiksa mereka akan memberi pesan pada komunitas bahwa kita serius."


"Perisai... Bangsat kau!"


Sampah itu berteriak, tapi ratu mengabaikan dia dan berbicara.


"Normalnya aku akan setuju denganmu. Tapi kurasa hal itu tidak berlaku untuk Aultcray."


"Kenapa tidak?"


"Si dungu ini dulunya cukup mengesankan. Di masa lalu perbuatan-perbuatannya dipuji-puji di seluruh dunia. Dulu dia dihormati oleh orang lain, bisa jadi masih dihormati sampai saat ini. Jika kita membunuh dia...."


Aku gak tau apa yang telah dilakukan Sampah itu untuk membuat dirinya terkenal—tapi terserahlah. Aku paham apa yang ratu katakan.


Sampah itu sangat terkenal.


Selain itu, dia memegang wewenang kerajaan sepanjang waktu ini. Dia sangat dikenal luas.


Sepertinya dia adalah seorang prajurit terhormat dimasa lalu dan telah membuktikan dirinya sendiri dalam banyak pertempuran. Orang-orang yang bekerja bersama dia dan bertarung bersama dia gak akan tinggal diam kalau mereka mengetahui bahwa dia akan dieksekusi.


Itu mungkin menarik untuk melihat bagaimana kelanjutannya. Kalau Sampah itu dulunya seorang pahlawan, lalu dia mengotori tangannya dan masih terus menjalani kehidupan tanpa rasa hormat yang biasa dia terima, itu mungkin menarik untuk menyaksikan semua itu terjadi.


"Aku mengerti. Kami akan ikut dengan ide anda."


"Terimakasih."


"—Dengan satu syarat. Mereka boleh hidup, tapi mereka harus menderita."


"Tentunya... Nah sekarang, apa yang jadi hukuman mereka yang pertama?"


Ya... Aku bisa melakukan apapun selain membunuh mereka...


"Kita bisa memulai dengan memotong tangan dan kaki mereka..."


"Tuan Naofumi...."


Raphtalia menatapku seolah dia ingin mengatakan sesuatu.


Dia mungkin berpikir bahwa, ketika aku memiliki wewenang untuk memerintahkan hal semacam itu, dan meski mereka layak menerimanya, aku mungkin harus sedikit menahan diri.


Mau gimana lagi...


Selain itu, kalau aku membiarkan mereka lolos sekarang, aku gak yakin aku akan mendapatkan kesempatan lain.


"....Tuan NaoFUMI."


Lonte mengusap air matanya dan memohon padaku. Cara dia mengucapkan namaku berbeda dengan intonasi Raphtalia atau Melty. Apa yang coba dia katakan?


Matanya berlinang air mata. Matanya berkilauan. Pipinya merona merah. Itu betul-betul tampak seperti dosa-dosanya mulai meresap.


Dia adalah seorang aktris sejati kapanpun dia mau. Kalau aku belum tau siapa dia, aku pasti telah terbodohi.


Dia mungkin selalu seperti ini pada Motoyasu.


Aku tiba-tiba menyadari bahwa ini adalah pertama kalinya dia memanggil aku dengan namaku.


"Harap jangan melakukan sesuatu yang sebodoh melakukan balas dendam. Balas dendam hanya akan menghasilkan balas dendam lagi. Jika kau, Tuan NaoFUMI, bisa menunjukkan belas kasihan, maka aku yakin ratu akan sangat senang...."


"Whoa....."


Ren menatap Lonte seolah dia gak bisa mempercayai telinganya. Itsuki juga terkejut. Dia menggaruk kepalanya kebingungan. Melty memegang kepalanya dan menatap lantai. Raphtalia membelalakkan matanya tak percaya. Filo... Gilor memiringkan kepalanya kebingungan.


Adapun untuk diriku sendiri....


...hm.


"Yah...."


Nanti, para prajurit akan menunggangi kuda, Filolial, dan naga mereka. Mereka menunggangi apapun yang mereka miliki dan pergi ke seluruh desa dan kota untuk menyampaikan pesan.


"Untuk bertanggung jawab atas semua hal mengerikan yang telah terjadi di Melromarc, mulai dari sekarang sampai selamanya, Raja Aultcray dan Putri Malty akan dikenal dengan nama 'Sampah' dan 'Lonte'. Siapaiint yang memanggil mereka dengan nama mereka yang sebelumnya, apapun alasannya, akan langsung dijatuhi hukuman!"


Mereka menulisnya pada selebaran dan papan pengumuman dan menyebarkannya serta memasangnya di semua kota dan desa di Melromarc.


Semua penduduk, terlepas dari posisi mereka dalam masyarakat, semua berdiri didepan pengumuman itu dan mengatakan hal yang sama:


"Apa?"


"Hal bodoh apa yang akan menyertai hal semacam itu? Dasar idiot!"


"Apa yang kau lakukan? Dasar iblis!"


Wajah Lonte dipenuhi dengan kemarahan.


Mulai dari sekarang, saat orang-orang membicarakan mereka berdua, mereka akan berkata seperti, "Jadi Lonte itu..." atau "Gimana dengan Sampah....?"


Itu terasa sangat bagus sekali. Aku gak pernah menyangka aku akan mendapatkan kesempatan ini.


"Mengerikan...."


"Aku juga berpikir begitu. Memang benar bahwa hukuman itu mengerikan, tapi itu juga sepadan."


Ren dan Itsuki gak bisa menahan diri untuk gak berkomentar.


"Bangsat kau!"


Wajah Sampah itu menjadi semakin merah, dan dia berteriak marah.


Tate No Yuusha Vol 4 (12).jpg


"Ahahaha! Wajah itulah yang selalu ingin kulihat selama ini!"


Akhirnya, seluruh dunia akan memanggil dia dengan sentuhan pribadiku untuk dia: Sampah.


"Balas dendam hanya akan menghasilkan balas dendam lagi... redamlah? Sungguh kata-kata yang indah—kusarankan kau untuk menerima saranmu sendiri, Putri Ma... maksudku, Lonte."


"Diam! Aku tidak akan pernah memaafkanmu!"


Dia tampak seperti dia siap mengayunkan pukulan padaku, tapi para penjaga ratu gak akan membiarkan itu terjadi.


"Jangan lupa bahwa Lonte juga menggunakan nama palsu untuk berpetualang. Apa yang harus kita lakukan mengenai nama itu?"


"Pelacur."


"Pelacur...?"


Ren dan Itsuki gak mengatakan apa-apa. Mereka tampak agak tersinggung. Kurasa aku gak bisa menyalahkan mereka.


"Baiklah, aku akan mendaftarkan nama barunya sebagai gelar petualang miliknya. Jadi dia tidak akan lagi bisa menggunakan nama 'Myne' untuk mendaftar pengambilan quest atau menginap di penginapan."


"Aku akan membunuhmu! Jika kau berbalik, aku akan membunuhmu!"


Dia sangat marah—murka. Tapi aku merasa sangat lega. Ledakan kemarahannya gak bisa menggangguku.


"Silahkan saja kalau mau mencoba. Kalau kau menyerangku, kematian menantimu."


"Ya, dia telah kehilangan semua hak-haknya. Jika dia melakukan tindakan pelanggaran, segel budak akan membunuh dia."


Aku paham apa yang dia katakan. Itu akan menyebabkan masalah jika sang ratu mengeksekusi seorang anggota keluarga kerajaan. Itu sebabnya ratu mencoret Lonte dari KK dan mengubah namanya. Lalu ratu akan bebas membunuh dia tanpa perlu mengkhawatirkan akibat yang menyertainya. Itu adalah cara yang cerdas dan efesien. Aku menyukainya.


Bukan cuma itu saja, namun hal itu disertai dengan sebuah peraturan bahwa Lonte gak diperbolehkan menyerangku. Ratu pasti ingin Lonte tau gimana rasanya menjadi diriku—yang gak bisa menyerang.


"...Tidakkah lu pikir lu udah keterlaluan?"


Itsuki angkat bicara. Aku gak peduli.


"Enggak! Rasanya sangat menyenangkan!"


"Nah sekarang, untuk membayar kerjasama tuan Iwatani, kami harus memenuhi permintaan lamanya, kan?"


"Apa maksud anda?"


"Sebelum semua ini terjadi, kamu meminta Sampah untuk bersujud didepanmu, kan?"


Sang ratu menepukkan tangannya, dan para shadow serta para knight muncul di belakang Sampah. Mereka memegang pundaknya dan memaksa dia serta Lonte untuk bersujud.


"Hei, tunggu sebentar! Kalian pikir siapa aku?!"


"Ya, aku adalah ra...."


"Seorang petualang dan seorang prajurit, kan?"


Sang ratu menyuruh mereka berlutut di lantai. Dia membuat mereka memahami posisi baru mereka.


"Sekarang sujud pada kami. Tentu saja kau juga, Lonte. Jika kau tidak patuh, segel budak akan menyiksamu."


"Tapi... Ratuku! Aku... Tidak... Aku tidak akan bersujud! Aku tidak mau!"


"Kau pasti bercanda. Kenapa aku harus bersujud pada dia? Aku....AAHHHHHHHHHH OUCH!"


Para knight memegang bagian belakang kepala mereka dan memaksa mereka tunduk sampai kening mereka menyentuh lantai.


Lonte sangat marah. Meskipun segel budak menyiksa dia, dia masih melawan.


Mereka berlutut sambil kepala mereka menyentuh lantai, dikelilingi bilah para shadow, dan terus berteriak.


"Kumohon..."


“AAARRRRHRHHH!”


“AAAAAHHHHH!”


Sampah dan Lonte berteriak gak membiarkan orang lain berbicara.


"Diam!"


Sang ratu menjentikkan jarinya, dan Sampah serta Lonte segera dibungkam.


“MMMMGHHMMMM!”


“MMMMUUUUUHHHH!”


Mereka menggunakan segala kekuatan mereka yang tersisa untuk melawan, tapi mereka gak bisa berbuat banyak.


"‘Kumohon! Pahlawan Perisai! Bantu kami!’ begitu saja."

"Pahlawan Perisai! Ku mohon bertarunglah demi negeri kami!"


Ada suatu kesan yang luar biasa dari keduanya.


"Bagaimana?"


"Apa maksud anda adalah....?"


Rasanya menyenangkan sekali melihat mereka berdua dipaksa sujud didepanku. Rasanya amat sangat menyenangkan sekali, tapi... maksudku rasanya memang betul-betul menyenangkan, tapi bukan itu tepatnya yang kuinginkan.


"Mereka gak tampak menyesalinya, kan? Kurasa wajar sih..."


"Apa lu yakin ini gak keterlaluan?"


Ren dan Itsuki saling berbisik.


Aku gak punya alasan untuk menghentikannya. Semua orang hatus tau siapa penjahat yang sebenarnya disini. Mereka harus mengerti.


Lonte dan Sampah menjerit dan memprotes keras. Itu nyaris tampak seperti mereka akan mengalami serangan jantung dan tewas disini.


Pada akhirnya mereka tenang dan diam. Pembungkam mereka dilepas.


Lonte tampak seperti.... dia tampak seperti dia habis diperkosa. Matanya hanya menatap kosong, dan air mata mengalir di pipinya.


Apa dia segitunya membenciku? Apa dia segitu bencinya berlutut?


Ren berjalan mendekati Sampah dan melambaikan tangannya didepan wajahnya. Sampah gak beraksi karena dia gak bisa melihatnya. Setelah memastikan ini, Ren kembali ke tempatnya. Lonte terus meratap.


"Mungkin ini sudah cukup untuk menyiksa mereka berdua."


Ratu mengangkat tangannya dan mengeluarkan perintah.


"Bawa mereka keluar dari ruang singgasana!"


"Baik!"


Mereka berdua dibawa keluar dari ruangan.


Setelah mereka sudah gak ada, aku menoleh dan melihat Raphtalia menatap kecewa padaku. Melty juga tampak marah. Filo tersenyum dan bersenang-senang. Tapi tampaknya mereka telah merubah pendapat mereka tentang aku.


Mereka nggak mengatakan apa-apa, tapi mereka terlihat seperti mereka berpikir bahwa aku sudah keterlaluan.


"Dan itu akan jadi akhir dari hukuman mereka untuk saat ini. Tuan Amaki, tuan Kawasumi, dan anggota party mereka silahkan menuju kamar yang sudah dipersiapkan di istana dan beristirahatlah. Aku masih punya beberapa urusan yang ingin aku bicarakan dengan tuan Iwatani, Jadi aku minta tuan Iwatani tetap berada di sini."


"Ah.... Ah."


"Aku lebih senang tidak menaruh kepercayaanku pada orang yang bersikap seperti itu, tapi...."


"Tunggu. Dibandingkan dengan situasi yang mereka sebabkan pada negeri ini, hukuman ini sangatlah lembut. Itu mungkin terlihat keterlaluan, tapi itu hanya karena kau berada disini untuk menyaksikannya."


"Itu mungkin benar."


Ren dan Itsuki membicarakan kejadian hari ini saat mereka meninggalkan ruangan bersama party mereka.


"Sekarang kita telah menghukum mereka dengan cara ini, aku ingin meminta kerjasamamu, tuan Iwatani."


"Yah...."


Aku gak bisa mencari alasan yang bagus untuk menolak dia.


Tetap saja, apa itu bijaksana untuk mempercayai seseorang yang memperlakukan keluarganya sendiri seperti ini? Yah mereka memang layak menerimanya sih. Itu semua kesalahan mereka. Kau menuai apa yang kau tanam.


"Apa yang harus kita bicarakan terlebih dahulu? Aku punya ide. Mari kita bicara tentang para Pahlawan dalam legenda."


Sang ratu mulai berbicara.


"Sebenarnya aku cukup suka tentang legenda dari empat Pahlawan Suci. Meski itu sedikit berbeda dari legenda di negeriku sendiri...."


"Kok bisa?"


"Tuan Iwatani, aku yakin kamu sudah membicarakan ini dengan Melty. Boleh aku mengasumsikan kamu sudah memiliki pemahaman dasarnya?"


Aku mengangguk.


"Baiklah kalau begitu, seperti yang sudah kamu ketahui, Pahlawan Perisai tidak ada didalam legenda negeri ini. Dia secara permanen dihapus dari kisahnya, dan orang-orang membicarakan dia seolah dia adalah seorang iblis."


"...uh huh."


Buku yang kubaca sebelum aku dipanggil ke dunia ini, The Records of the Four Holy Weapons, nggak memiliki informasi tentang Pahlawan Perisai. Bagian itu sepenuhnya kosong.


Aku menyadari bahwa halaman-halamam itu kosong karena aku dipanggil untuk mengisi halaman itu... tapi mungkinkah buku itu merupakan sebuah catatan legenda versi Melromarc?


Ada sesuatu yang salah. Aku gak berpikir kalau tebakanku akurat, tapi kurasa aku cuma perlu mengikutinya untuk saat ini.


"Pahlawan Perisai bekerja bersama manusia dan demi-human. Karena itulah, sering kali para Pahlawan lain menganggap dia sebagai musuh. Akan tetapi pada akhirnya mereka bisa berdamai."


Sekarang semuanya masuk akal. Kalau itu adalah bagian dari legenda, maka itu akan menjelaskan kenapa para demi-human bersedia mempercayai aku.


"Seperti yang kamu tau, Melromarc adalah sebuah negara supremasi manusia. Kami memang mempersiapkan sebuah distrik khusus dimana para demi-human bisa hidup damai, tapi mereka mengalami kehidupan yang sangat sulit."


"Uh huh..."


Aku berada di dunia ini selama lebih dari tiga bulan sekarang. Aku tau bahwa para demi-human pada dasarnya merupakan para budak di Melromarc.


"Karena semua inilah, hubungan kami dengan Siltvelt sangat buruk. Kami berperang selama bertahun-tahun."


Situasinya berkebalikan dengan Siltvelt, dimana para manusia dianggap kelas budak. Melromarc dan Siltvelt layaknya air dan minyak.


Sangat masuk akal bagi mereka untuk saling bermusuhan.


"Sekarang, karena kamu mungkin sudah tau, kepercayaan Siltvelt juga merupakan cabang dari Church of the Four Heroes, tapi bukannya memuja tiga Pahlawan, mereka memuja Pahlawan Perisai secara eksklusif."


"Aku sudah menebak sampai sejauh itu, dan nampaknya aku benar."


"Ya.... Dan sekarang adapun seperti apa itu Church of the Three Heroes... Kurasa kamu sudah mengetahuinya kan, tuan Iwatani?"


Church of the Four Heroes yang original telah terbagi menjadi dua arah yang berbeda pada Melromarc dan Siltvelt. Di Melromarc menjadi Church of the Three Heroes, sedangkan di Siltvelt menjadi Church of the Shield.


Ratu mengatakan bahwa negeri-negeri berperang dalam waktu yang lama, yang mana itu artinya....


"Aku di panggil tepat ke tengah negeri musuh?"


Aku adalah jujungan dari musuh mereka. Siapa yang mengharapkan memperlakukan junjungan musuh mereka dengan hormat? Manusia gak sepolos itu.


Gak diragukan lagi bahwa buku-buku tua dari Church of the Three Heroes dipenuhi dengan daftar-daftar tindakan jahat yang dilakukan oleh Pahlawan Perisai. Hal yang serupa terjadi di dunia asalku. Dewa dari agama musuh dipandang sebagai iblis.


Semua itu sesuai.


Mungkinkah Sampah berprasangka buruk terhadapku karena perang-perang yang dia alami melawan Siltvelt?


"Penyelidikan-penyelidikan telah menyimpulkan bahwa semua masalah ini merupakan hasil dari tindakan-tindakan yang diambil oleh Gereja, tetapi tindakan-tindakan itu juga banyak yang sudah kubatalkan."


"Aku bersimpati padamu."


"Terimakasih."


"Ya... Melty, kamu paham semua ini, kan?"


"Y...Ya!"


"Masalah besarnya masih ada. Saat keempat Pahlawan dipanggil, ada suatu upacara penting yang dilakukan yang mana setara dengan memperburuk situasinya."


"Tapi keempat pahlawan telah terpanggil."


"Ya... itu sebabnya masalahnya begitu gawat."


"Jika itu merupakan sebuah masalah yang sebesar itu, kenapa negeri-negeri lain tidak menyerang Melromarc?"


"Berkat negosiasiku... meskipun aku tidak bisa mengambil semua kreditnya. Sebagian besar karena tindakanmu, dan berkat para Pahlawan lain."


"Bunda bekerja begitu keras. Beliau sampai demam. Sekeras itulah beliau bekerja!"


"Melty."


"A...Apa?"


"Jangan terlalu kaku. Santailah sedikit. Kau membuatku kaget."


"Apaan itu?!"


"Ah... Sepertinya Melty akhinya mulai bersikap sesuai dengan usianya. Sebagai ibunya, aku sangat senang. Aku sudah pasti tidak akan membandingkan dia dengan kakaknya, tapi Melty peduli terdapat mata publik sejak dia masih kecil. Hal itu membuatnya sulit untuk menjadi dirinya sendiri."


"Bunda, bukan begitu!"


"Sampai kau tumbuh dan menjadi dirimu sendiri, mungkin kamu harus terus bersama tuan Iwatani."


"Bunda!"


Melty sangat marah. Dia betul-betul menghentikan alur pembicaraannya.


"Kenapa Gereja tidak membunuhku lebih awal?"


"Aku yakin mereka ingin ketiga Pahlawan lain yang melakukannya untuk mereka."


"Jadi mereka menunggu ketiga Pahlawan lain sampai cukup kuat?"


"Aku tau bisa memikirkan cara yang lebih baik untuk mengatakannya, tapi... para Pahlawan lain terkadang tidak terlihat memikirkan masa depan. Gereja tak diragukan lagi berpikir bahwa mereka akan mudah untuk dikendalikan."


"Ah... ya. Aku bisa memahami itu."


Mereka masih belum bisa sepenuhnya keluar dari pola pikir bermain game. Itu sangat jelas bahwa mereka terpedaya, tapi mereka gak memahami situasinya. Mereka gak pernah meragukan apa yang ada tepat didepan mata mereka.


"Tentu saja, ada banyak yang harus kita lakukan, terutama mengenai kamu, tuan Iwatani. Sangat banyak orang dari komunitas internasional yang ingin bertemu denganmu."


"Itu....."


Aku ingat bahwa Melty pernah mengatakan sesuatu seperti itu. Saat aku sedang apes, dihajar dan sendirian, orang-orang mendekati aku, dan aku menyuruh mereka untuk menjauh. Ratu menyadari bahwa aku tau apa yang beliau maksudkan dan mengangguk.


"Karena itulah, aku bisa melihat cukup banyak penipuan."


"Apa maksud anda?"


"Aku mengatakan pada dewan bahwa para Pahlawan sedang sibuk menghilangkan wabah di negeri kami."


Untuk menjaga dunia dari perang disaat-saat seperti ini... beliau pasti bekerja sangat keras.


Di dunia asalku, saat aku mengelola sebuah guild di game online yang kumainkan, ada saat-saat ketika para anggota guild lain akan mencari masalah.


Butuh banyak upaya yang harus kukerahkan untuk memadamkan api yang mereka sulut. Biasanya aku hanya perlu mengeluarkan mereka, tapi aku gak bisa melakukannya menurut peraturan. Ratu pasti merasakan hal yang sama.


"Saat tuan Iwatani berkeliling negeri membersihkan kekacauan yang ditinggalkan oleh para Pahlawan lain, itulah pukulan terakhirnya[1]"


"Para pahlawan lain tidak tau kenapa hanya aku yang didiskriminasi?"


"Kitamura bekerja bersama Lonte, dan tuan Amaki serta tuan Kawasumi menerima semua informasi dari guild. Orang-orang cenderung percaya pada wewenang dari orang di sekitar mereka. Mereka menerima apa yang dikatakan oleh mereka."


Jadi mereka cuma mempercayai apa yang dikatakan tokoh-tokoh berwewenang... Kurasa jika kau gak punya akses pada informasi lain, maka itu adalah hal yang wajar untuk dilakukan.


Kalau mereka tau bahwa mereka dibohongi, mereka pasti akan mendukung aku.


Mereka cuma gak tau. Itu sebabnya mereka tampak gak punya otak. Ya, pada akhirnya Ren dan Itsuki sepertinya mengetahuinya.


"Saat aku akhirnya bisa menenangkan semua orang dan siap kembali ke Melromarc, semua ini terjadi. Aku tidak pernah menyangka bahwa Gereja memiliki sebuah replika dari empat Senjata Suci."


Bagaimana bisa beliau tau? Siapa yang menyangka Gereja memiliki sesuatu seperti itu?


"High priest adalah seorang pria yang bodoh... Saat kamu menyerang, dia harusnya mengubah senjatanya menjadi Perisai dan selamat..."


"Jadi benda itu bisa berubah menjadi sebuah perisai juga?"


"Itu benar, meskipun kamu tak bisa mengharapkan lebih dari seperempat dari kekuatan senjata aslinya."


"Jadi itu hanya seperempat dari kekuatan aslinya?"


Kalau kami naik level, kami akan empat kali lebih kuat daripada high priest? Sangat sulit untuk mempercayainya.


Gimanapun juga itu hanyalah sebuah legenda. Aku yakin bahwa seiring berjalannya waktu, sedikit pelebih-lebihan telah dilakukan... Tunggu, kalau memperhitungkan kekuatan yang dimiliki Fitoria, tampaknya itu memang memungkinkan.


Sejujurnya—kami semua mungkin memang agak terlalu lemah.


Kalai kami gak menemukan cara untuk naik level secepatnya, kami gak akan bisa selamat dari gelombang yang akan datang.


"Tindakan Sampah telah mengancam berakhirnya perdamaian jangka panjang. Dia adalah pria yang terampil, tapi yang dia tau hanyalah bagaimana caranya menyulut konflik."


Sampah pasti betul-betul ingin menjauhkan aku dari Siltvelt. Itu sebabnya dia telah meningkatkan keamanan perbatasan sampai setinggi itu.


"Akhirnya... Ya, aku ingin melakukan apapun yang aku bisa untuk mendukungmu kedepannya. Mengetahui itu, akankah kamu masih ingin pergi ke Siltvelt, memberitahu mereka kebenarannya, dan memulai perang?"


"Hmmm...."


Itu artinya, kalau beliau mau menghindari perang, ratu akan melakukan apapun yang beliau bisa untuk melindungi aku.


Tapi sejujurnya, aku betul-betul ingin mengucap "selamat tinggal" dan pergi. Tapi aku sudah berjanji pada Fitoria....


Dan Curse Series sangatlah kuat hingga aku gak bisa mengabaikan apa yang dikatakan Fitoria.


"Dan juga, entah itu Siltvelt atau Shieldfreeden, haruskah aku memberitahumu apa yang akan terjadi jika kamu pergi kesana?"


"Hm?"


"Yang pertama, sang Putri dan para putri bangsawan akan meminta bertemu denganmu. Para wanita demi-human akan membentuk harem di sekitarmu."


"Ew!"


Mereka akan mendatangi aku, menginginkan memiliki anak Pahlawan Perisai? Setelah apa yang dilakukan Lonte, pemikiran tentang wanita membuatku jijik.


Hal terakhir yang kubutuhkan dalam hidupku bukanlah wanita yang menjijikkan.


"Tentunya, mereka akan memberimu apapun yang kamu inginkan. Jika kami menyuruh mereka untuk menyerang Melromarc, mereka akan mengikutimu dan siap mempertaruhkan nyawa mereka."


Itu gak kedengaran begitu buruk, tapi masalah harem ini....


Haruskah aku melanjutkannya? Tapi... kalau aku ingin selamat sampai akhir, aku harus bekerjasama dengan para pahlawan lain. Haruskah aku meminta mereka ikut bersamaku? Apa mereka mau?


"Secara teori, semua itu tidak masalah. Tapi ingatlah bahwa tak peduli negeri mana yang kamu datangi, orang-orang yang berkuasa dan orang-orang yang memanipulasi kepercayaan orang memiliki hati yang hitam."


"Apa?"


"Tuan Iwatani yang malang, secara tiba-tiba tertimpa penyakit yang sekuat itu...."


"Aku paham maksud anda."


"Hal itu terjadi pada salah satu Pahlawan Perisai dimasa lalu."


Aku gak mau tau tentang itu.


Beliau mengatakan bahwa orang-orang mungkin memang memuja Pahlawan Perisai, tapi orang-orang yang berkuasa—orang-orang dengan sesuatu yang akan hilang—gak akan senang jika aku begitu saja mendapatkan apapun yang kuinginkan.


Kurasa itu juga masuk akal. Siapa yang mau seseorang gak jelas dari dunia lain muncul di wilayah mereka dan mulai mengubah semuanya?


Aku paham itu, tapi aku juga gak mau mati. Pilihan apa yang kupunya?


"Ngomong-ngomong, sepertinya kamu didekati oleh beberapa petualang dengan permintaan-permintaan palsu..."


"Ya."

Itu terjadi beberapa hari setelah aku dipanggil. Orang-orang bilang mereka akan bergabung dengan partyku, tapi aku harus membayar mereka. Aku membuat para Balloon menyelesaikan masalah itu.


"Bebarapa hari setelah pertemuan kalian, mayat mereka ditemukan—dipenuhi luka yang mengerikan."


"Apa?!"


Semakin banyak hal yang lebih suka gak kudengar....


"Selain itu, dalam beberapa hari, knight penjaga diserang oleh sejumlah orang dan terbunuh. Kami tidak menemukan siapa yang bertanggung jawab. Itu mungkin....."


Siltvelt adalah sebuah negeri yang ekstrim.


Itu kedengaran seperti baik surga maupun neraka tengah menantiku kalau aku pergi kesana.


Tentu saja itu cuma berlaku kalau apa yang dikatakan rayu memang benar.


"Oleh karena itu, aku percaya bahwa lebih aman bagimu untuk tetap disini, karena akhirnya kamu telah mendapatkan kepercayaan dari orang-orang."


"........"


Aku nggak betul-betul ingin bekerjasama.


Semua penderitaan dan rasa sakit yang telah kulalui gak akan menghilang begitu saja hanya karena ratu yang memerintahkannya.


Bahkan jika ratu secara langsung terlibat dalam penghukuman Sampah dan Lonte, dia hanya melakukan apa yang sewajarnya dan sesuai dengan posisinya sebagai pemimpin negeri.


Sekarang beliau bertindak seperti membantuku dan meminta kerjasamaku? Segalanya begitu mudah bagi beliau.


Selain itu, aku menghormati kemampuannya—tapi bukan berarti aku mempercayai beliau.


Sangat mudah untuk mengatakan apa yang beliau mau.


Kenyataannya adalah bahwa beliau gak mau aku mengunjungi negeri lain.


Tetap saja, kalau apa yang ratu katakan memang benar, maka aku bisa mengharapkan sambutan yang hangat dari negeri lain, bukan cuma Siltvelt atau Shieldfreeden.


Gak ada sesuatu yang istimewa pada Melromarc.


"......"


Aku sedang memikirkan semua yang beliau katakan, lalu sang ratu berlutut didepanku.


"Segala yang terjadi padamu sampai sekarang merupakan kesalahanku—tanggung jawabku. Aku mengerti bahwa itu terdengar aku meminta terlalu banyak padamu."


Beliau menundukkan kepalanya dalam-dalam padaku.


Melty sepenuhnya nggak bisa berkata apa-apa. Raphtalia melihat dengan mata terbelalak kaget. Bahkan Filo tampaknya mengerti kalau sesuatu yang penting sedang terjadi.


"Tapi mohon mengertilah. Aku tidak... bukan, negeri ini tidak punya pilihan lain selain bergantung padamu. Jika memenggal kepalaku akan meredakan amarahmu, maka lakukanlah. Jika mengubah namaku akan meredakan amarahmu, maka lakukanlah."


"Bunda...."


"Jadi kumohon, berbelaskasihanlah. Mulai dari sekarang aku akan mencegahmu diperlakukan secara tidak adil. Aku bersumpah atas namaku: Mirellia Q. Melromarc. Aku akan menandatangi sebuah kontrak sihir."


Wanita ini.....


Dia menggunakan wewenangnya untuk mencegah Sampah dan Lonte terbunuh, lalu berbalik dan menawarkan nyawanya sendiri?


Kalau dia menawarkan kepala Lonte atau Sampah padaku, aku mungkin gak akan pikir panjang—tapi aku betul-betul gak mau melihat ratu mati.


Melromarc pasti berada dalam situasi yang betul-betul buruk.


Dia mengatakan bahwa masa depan negeri bergantung... padaku?


Kalau aku mau, aku bisa menggunakan dunia untuk melawan mereka dan membakar negeri ini sampai rata dengan tanah.


Tapi...


"Sekali saja."


"Apa maksudmu?"


"Salah satu shadow milik anda datang menyelamatkan kami. Dan karena anda membantu kami mengalahkan high priest."


"Itu artinya...."


"Aku akan mempercayai anda—tapi sekali saja. Namun apapun yang terjadi, aku tidak akan mempercayai anda setelah itu."


"Terimakasih."


Dia membungkuk dalam-dalam padaku sekali lagi, dan menyatakan rasa terimakasihnya.


Apa aku jadi lemah?


Tapi kalau aku terus meragukan segalanya, aku gak akan pernah bisa melangkah maju.


Aku ingat apa yang dikatakan Fitoria.


Nggak ada waktu buat para pahlawan untuk saling bertengkar sendiri. Si Filolial Legendaris yang besar itu bakal datang membunuh kami kalau kami terus bertikai.


Musuh para pahlawan bukanlah sebuah negeri, tapi gelombang.


Jika negara-negara berperang, lalu dimusnahkan oleh gelombang, maka gak ada artinya sama sekali.


Dan aku tentunya gak bisa melupakan bahwa, demi semua niat dan tujuan, para pahlawan telah kalah dalam pertempuran saat gelombang terakhir.


Nggak ada gunanya menghasilkan lebih banyak musuh.


Aku selalu dikelilingi musuh sepanjang waktu ini, tapi sekarang hal itu akan berubah.


Aku gak peduli tentang apa yang terjadi pada dunia ini, tapi satu-satunya cara aku bisa kembali ke dunia asalku adalah jika aku bisa mengalahkan gelombang.


Aku harus berfokus pada gelombang... Pada Glass.


Cuma menyadari hal itu saja merupakan langkah maju yang besar.


Ratu kembali berdiri dan menutupi bibirnya dengan kipas yang terlipat.


"Bisakah kamu merahasiakan pembicaraan kita dari para Pahlawan lain? Seorang Pahlawan juga merupakan anak seseorang. Jika mereka mendengar bahwa salah satu dari mereka menerima perlakukan khusus...."


Beliau benar. Ada banyak poin dalam pembicaraan ini yang lebih baik para pahlawan lain gak tau.


Aku gak tau tentang Ren atau Motoyasu, tapi nampaknya Itsuki mungkin akan ngambek kalau sampai dengar.


Selain itu, mencegah perkembangan yang dramatis lebih lanjut lagi, itu tampak seperti aku telah meningkat pesat.


"Baik. Aku tidak akan mengatakannya...."


"Ya. Terimakasih. Aku akan menerima tanggungjawab atas pengelolaan masalah ini kedepannya."


"Begitukah? Kalau begitu aku akhirnya bisa mencoret satu musuh dari daftarku..."


"Aku sungguh minta maaf. Kamu di panggil ke sini padahal sama sekali tidak ada hubungannya dengan konflik-konflik kamu... Lalu kamu dipaksa untuk bertarung. Kuharap aku bisa berbuat lebih banyak untukmu, tapi saat ini tanganku masih terikat. Aku minta maaf."


"Tidak usah pikirkan itu. Mari kita fokus pada langkah selanjutnya. Anda bilang kita harus membicarakan sesuatu dengan tiga pahlawan yang lain."


"Ya, tapi aku ingin kamu menjadi bagian dari pembicaraan itu. Jadi mari kita bicarakan saat makan malam."


"Baik."


Catatan Penerjemah[edit]

  1. sebenarnya di versi Inggrisnya memakai phrase the final straw yang mana definisinya adalah "kejadian terakhir dari serangkaian kejadian yang gak menyenangkan dan gak diinginkan yang mana sudah tak bisa dimaklumi lagi situasinya." Karena aku bingung gimana meringkasnya, jadi aku sederhanakan saja jadi "pukulan terakhir".


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya