Tate no Yuusha Jilid 3 LN Prolog (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Prolog[edit]

"Ini akan merepotkan. Kita harus menyelesaikannya."


Segalanya terjadi karena permintaan sederhana dari penduduk desa.


Mereka ingin kami melakukan sesuatu pada para monster di sekitar kota.


Bangkai Dragon Zombie yang membusuk telah menimbulkan polusi yang parah pada pegunungan. Setelah kami menyelesaikan masalah itu, para monster yang tinggal di pegunungan berpolusi menargetkan desa.


Pemikiran bahwa setelah para monster menyadari bahwa desa itu adalah sebuah tempat yang berbahaya bagi mereka, mereka akan menjauh. Jadi desa itu menyewa kami sebagai penjaga sementara untuk membuat para monster menyadari ancaman dari kota itu.


Sejujurnya, aku mau menolak pekerjaan itu, tapi mereka sudah berbuat banyak untuk kami yang mana ujung-ujungnya aku menerima pekerjaan itu atas dasar kewajiban. Mempertimbangkan semua hal yang mereka lakukan untuk menyembuhkan penyakit Raphtalia, kami nggak bisa membiarkan mereka begitu saja—jadi kami kembali ke pegunungan.


"Oh yah, ayo selesaikan ini."


Namaku Naofumi Iwatani, dan aku seorang mahasiswa berusia 20 tahun dari Jepang.


Aku juga sedikit Otaku.


Aku sedang di perpustakaan membaca sebuah buku tua berjudul The Records of the Four Holy Weapons saat tiba-tiba aku nggak sadar diri. Saat aku terbangun, aku mendapati diriku berada di dunia yang sama persis dengan yang digambarkan buku iyu, dan aku diberi tugas sebagai Pahlawan Perisai.


Mereka memanggilku ke dunia mereka karena mereka berada dalam ancaman dari suatu bencana yang disebut gelombang kehancuran. Gelombang-gelombang ini terdiri dari retakan yang menghubungkan antar dimensi, yang mana dari retakan itu muncullah kawanan besar monster. Sepertinya, mereka membutuhkan bantuan dari Empat Pahlawan Legendaris untuk mengatasi gelombang kehancuran itu.


Aku dipaksa memikul beban peran dari Pahlawan Perisai, dan aku nggak punya pilihan selain menghadapi gelombang itu saat gelombang tersebut muncul.


Awalnya itu seperti sebuah mimpi— terlalu bagus untuk jadi kenyataan. Tapi ternyata perisai yang dipaksakan untuk ku bawa memiliki sifat-sifat lain juga, beberapa diantaranya sangat menjengkelkan. Aku betul-betul nggak bisa memberi damage pada monster.


Aku mengerahkan segala kekuatanku pada seranganku, tapi monsternya cuma tergores saja, seolah aku ini nggak lebih dari seekor serangga yang mengganggu. Aku segera memahami bahwa aku sama sekali nggak bisa menyerang.


Akan tetapi, aku bisa menutupinya dengan tingkat pertahananku, yang mana sangat tinggi. Kau bisa bilang bahwa yang bisa kulakukan cuma bertahan.


Ujung-ujungnya, aku bisa mendapatkan sebuah party, dan kami mulai berpetualang di dunia. Disepanjang petualangan kami melalui banyak pertempuran—lalu, saat ini kami di pertengahan petualangan.


"....!?"


Seekor capung besar terbang kearahku, mengacungkan sengatnya.


Tapi capung itu terpental dari perisaiku seraya menghasilkan suara dentuman tumpul.


Perisai itu bisa menyerap berbagai monster dan material, yang mana membuatnya membuka bentuk perisai dan kemampuan baru. Kau bisa bilang bahwa perisai itu naik level bersamaku. Begitulah caranya aku mempelajari kemampuan-kemampuan baru.


Ada banyak kesulitan yang menyertainya, tapi perisai itu juga menyediakan bantuan besar.


Perisai itu membantuku meracik obat-obat yang sulit, dan meningkatkan kualitas masakanku—jadi kurasa cukup berguna dalam beberapa hal.


Adapun untuk perisainya, terkadang aku benar-benar ingin melepasnya, tapi perisai itu di kutuk atau semacamnya, dan aku sama sekali nggak bisa melepasnya. Perisai itu selalu menempel di tanganku. Jadi aku harus mengandalkan para anggota party. Aku menyerahkan penyerangan pada mereka.


"Tuan Naofumi! Apa kamu baik-baik saja?!"


Cewek bertelinga dan berekor rakun menebas seekor Poison Fly dan berbalik padaku.


Namanya Raphtalia. Dia adalah seorang demi-human tipe rakun. Setelah aku dijebak dan diusir dari istana, aku membeli dia sebagai seorang budak.


Saat pertama kali aku membeli dia, dia terlihat seperti dia berusia sekitar 10 tahun. Tapi tubuh para demi-human tumbuh saat level mereka naik. Dia menjadi dewasa dengan sangat cepat saat kami melawan berbagai monster, dan sekarang dia kelihatan seperti seorang cewek berusia 17 tahun.


Dia sangat cantik. Yah, dia memang manis.


Berkepribadian bijaksana, dia sangat serius. Memperhatikan dia, kesan yang kau dapatkan dari dia adalah dia secara terus-menerus mengevaluasi kemungkinan rute-rute tindakan— bahwa dia selalu berusaha untuk menentukan jalan yang "benar".


Sebelum aku dipanggil ke dunia ini, telah terjadi gelombang kehancuran yang besar, dan dia kehilangan keluarga dan desanya karena kekacauan yang terjadi. Kurasa itulah kemungkinan kenapa dia begitu termotivasi untuk melawan gelombang kehancuran bersamaku.


"Kuserahkan pertahanan padamu!"


"Aku tau!"


Beruntungnya, Raphtalia percaya padaku.


Aku melihat dia tumbuh di depan mataku, yang mana memberi inspirasi perasaan orangtua padaku. Meski berusia 20 tahun, rasanya agak aneh memiliki naluri orangtua, tapi setelah melihat pertumbuhan yang dia alami, aku nggak bisa membantah bahwa aku merasa bertanggungjawab atas dia. Kurasa dia mungkin merasakan hal yang sama. Dia bersamaku sejak dia masih anak-anak, jadi dia mungkin melihatku sebagai sosok ayah.


Jadi dia mempercayai aku, dan aku ingin mengurus dia.


Saat itulah itu terjadi. Sebuah bayangan muncul didepanku.


"Woah!"


Seekor monster burung besar dikenal seekor Filolial meluncur mendekati Poison Tree, condong ke belakang, lalu mengeluarkan bombardir tendangan yang ganas.


Filolial itu adalah salah satu rekanku juga.


Namanya Filo, dan dia adalah seekor Filolial yang sudah menempel padaku.


Filo punya kekuatan misterius, dia bisa berubah menjadi seorang manusia. Saat dia dalam wujud manusia, dia adalah seorang gadis kecil berambut pirang, mata biru, dan sayap kecil di punggungnya.


Tapi wujud sejatinya... Yah, dia adalah seekor Filolial, tapi bukan Filolial normal. Wujud Filolialnya seperti perpaduan antara seekor burung unta dan burung hantu raksasa.


Sepertinya dia adalah seekor Filolial Queen.


Dia cukup kuat untuk menarik sebuah kereta berat, dan dia makan lebih dari cukup untuk menutupi upayanya. Dia selalu memasukkan apapun kedalam mulutnya.


Jangan sampai kau terpedaya oleh manisnya dia. Dia bisa jadi pukulan telak.


Kepribadiannya... polos, bebas, dan murni.... murni mungkin kesimpulan yang terbaik. Wajahnya selalu kelihatan senang.


Penjual budak yang menjual Raphtalia padaku juga menjual telur, jadi aku mendapatkan dia dari sana. Aku memenangkan game semacam lotre telur. Telur-telurnya kelihatan sama persis, dan harga tiketnya 100 silver. Aku memilih telur yang kusukai, dan saat telur itu menetas, Filo keluar.


Dia sekarang... berusia dua minggu. Dia nggak kelihatan begitu sih— dia kelihatan jauh lebih tua daripada usianya.


Aku juga yang membesarkan dia.


"Kayaknya kita sudah hampir selesai sini, Tuan Naofumi."


"Tapi aku masih mau bertarung!"


Setelah kami mulai bertarung, rencananya bisa berjalan dalam satu jam. Kebanyakan monster melarikan diri ke pegunungan dan terus menjaga jarak.


"Apa kamu baik-baik aja, Raphtalia?"


Dia bergerak lebih lambat daripada biasanya karena kutukan yang dia derita. Kutukan itu sangat kuat.


Kutukan itu dia derita sejak kemarin. Kami melawan seekor Dragon Zombie dan aku... aku menggunakan sebuah kutukan.


Tapi kalau kau berpikir tentang hal itu, itu adalah kesalahan mereka—ketiga pahlawan yang lain. Mereka yang memulai kekacauan ini.


Saat kami melawan Dragon Zombie, Shield of Rage dari "Curse Series" terbuka dengan sendirinya, dan aku menggunakannya. Kutukan itu sangat kuat dan nggak bisa dikendalikan, dan kutukan itu mengenai Raphtalia, rekanku.


Kutukan itu telah menelanku sepenuhnya, dan dia mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan aku dari genggaman kutukan itu. Dia mengalami luka serius saat melakukannya.


Jadi meskipun aku nggak bisa menyerang sendiri, aku mulai berdiri di barisan depan pertempuran untuk melindungi Raphtalia.


"Adapun untuk luka-lukaku, nggak terlalu parah kok, Tuan Naofumi."


"Baguslah."


"Heh, heh, ....Senang rasanya kamu mengkhawatirkan aku."


"Aku betul-betul minta maaf."


"Janjilah kamu nggak akan mengatakan itu lagi."


Dia tersenyum untuk menunjukkan bahwa dia nggak peduli terhadap luka-lukanya, tapi itu cuma membuatku merasa semakin bersalah.


"Apa kau nggak apa-apa, Mbakyu?"


"Ya, aku baik-baik aja. Iya kan Tuan Naofumi?"


"Ya, tentu... tapi jangan memaksakan diri."


"Tentu... makasih sudah peduli padaku."


Sepertinya dia nggak terluka sangat parah, yang mana itu adalah hal yang bagus.


"Yah, ini adalah akhir dari pekerjaan kita untuk hari ini. Besok kita akan kembali ke istana di Melromarc agar Raphtalia bisa mendapatkan perawatan yang bagus."


Kami berjalan menuju ke kota. Saat kami meninggalkan pegunungan, ada sebuah jalan yang mengarah ke area dibelakang desa.


"Master! Apaan itu?!"


Seekor Filolial A liar muncul!
Seekor Filolial B liar muncul!
Seekor Filolial C liar muncul!
Seorang cewek berambut biru muncul di samping para Filolial!


Tate no Yuusha Volume 3 Image 6.jpg


Sialan.... Apa yang dilakukan seorang cewek bersama para Filolial liar?!


Aku mengutuk dalam hati dan memperhatikan dengan cermat. Tapi dia kelihatan seperti seorang gadis kecil normal.


"Hei kau! Apa kau berasal dari desa?!"


Kupikir aku harus bertanya, cuma untuk memastikan, tapi para Filolial menanggapi sebelum dia.


"Gah?!"


Para Filolial itu menatap Filo. Mereka tercengang!


Filolial A, B dan C langsung kabur!


"Ahh....


Cewek itu menjulurkan kepalanya menatap para Filolial yang kabur.


Ada apa dengan cewek itu? Apa dia bermain dengan para Filolial itu?


Yah, setelah menghabiskan sepanjang waktu ini bersama Filo, aku bisa menebak gimana para Filolial berperilaku. Gadis itu mungkin memberi mereka makanan atau semacamnya, karena mereka sangat rakus.


Sekilas, gadis itu kelihatan rapi. Mungkin dia seorang putri dari seorang merchant kaya?


"Ada apa?"


Para Filolial kabur dan meninggalkan dia sendirian, jadi kurasa dia bukan pemilik mereka.


Kurasa mereka itu liar.


Kalau para monster kabur saat kau mendekat, mereka mungkin sejenis monster langka yang menjatuhkan item-item berharga dan banyak exp poin. Tetap saja, mengalahkan sembarangan Filolial mungkin nggak akan memberikan exp yang banyak.


Mereka mungkin kabur karena mereka melihat Filo, Filolial Queen kami.


"Astaga, burung-burung itu kelihatan enak! Aku selalu berpikir begitu setiap kali menjumpai mereka di jalan."


"Burung-burung itu satu spesies denganmu."


Filo menjilat paruhnya sambil meneteskan air liur.


Kurasa segalanya kelihatan seperti makanan bagi dia. Dia bisa jadi kanibal secepat itu, huh? Menakutkan.


"Kalau kita mengejar mereka sekarang, kita bisa mendapatkan mereka! Master!"


"Biarkan saja."


Dia betul-betul tau gimana caranya meredakan ketegangan.


Adapun untuk exp, kurasa aku belum memeriksa level kami setelah kami melawan Dragon Zombie.


Naofumi Level 38 ★

Raphtalia Level 40 ★
Filo Level 40 ★


Bintang apaan itu?


"Ada bintang di samping indikator levelku. Apa ada yang tau artinya?"


Apaan itu? Aku punya perasaan yang buruk.


"Um..."


"Aku gak tau!"


Aku memutuskan untuk memeriksa layar bantuan.


Aku masih nggak memahaminya. Informasinya mungkin ada disana, tapi aku nggak bisa menemukan penjelasan mengenai bintang itu.


Kurasa kami akan tau dengan sendirinya nanti.


Huh? Gadis kecil yang bersama para Filolial menyadari kami, dan sekarang dia berjalan kearah kami.


"Wow, apa itu seekor Filolial?"


"Maksudmu Filo?"


"Apa dia bisa bicara?"


Gadis itu dan Filo saling bertatapan.


"Ya."


"Aku selalu memimpikan untuk berbicara dengan para Filolial! Kuharap kita bisa banyak mengobrol!"


Gadis itu sepertinya sangat tertarik, terus berbicara dengan Filo.


Dia kelihatannya sekitar 10 tahun. Rambutnya berwarna biru, tapi agak pudar. Mungkin seperti biru laut? Rambutnya di kuncir dan memancarkan kesan eksentrik dan kuat. Kau bisa bilang dia berasal dari keluarga yang mapan.


"Master, apa yang harus kita lakukan?"


Pertanyaan bagus. Apa yang harus kami lakukan? Itu terdengar seperti gadis kaya ini ingin mengambil Filo.


Kalau aku berhasil mendekati keluarganya, maka mungkin aku bisa mengarahkan ini ke arah yang menguntungkan. Itu nggak akan buruk.


Aku nggak memperkenalkan diriku sebagai Pahlawan Perisai tapi sebagai pria suci yang menyertai kereta dewa burung. Orang-orang mendekati aku berkali-kali untuk mencari tau apakah mereka bisa membeli Filo dari kami.


Tentu saja, aku nggak berencana menjual dia. Tapi aku menggunakan itu sebagai titik permulaan dan mengendalikan percakapan ke arah yang mana aku bisa membuat pelanggan membeli aksesoris baru.


Dan karena aku menyembunyikan fakta bahwa aku adalah Pahlawan Perisai, kebanyakan orang sangat bersahabat saat aku mendekati mereka. Dari sudut pandang itu, mungkin akan bagus untuk mencoba dan menyusun bisnisku agar masyarakat berada pada pihakku. Nggak ada salahnya membuat beberapa orang berhutang budi padaku.


Namun, gadis ini bisa tau bahwa Filo adalah seekor Filolial. Dia tau hal itu hanya dengan sekali tatap!


"Seekor Filolial yang bisa bicara, kan? Siapa namamnu?"


"Filo."


"Filo, ya? Namaku Mel!"


"Senang bertemu denganmu, Mel."


"Yay! Hei Filo, mau makan ini?"


Gadis bernama Mel mengeluarkan semacam dendeng dari sakunya dan memberikannya pada Filo.


Dia pasti tau banyak mengenai apa yang disukai para Filolial.


"Yay! Makasih!"


Filo dengan rakus menjejalkan dendeng itu ke dalam mulutnya.


Heh, heh, heh.


Mel tersenyum senang melihat Filo menjejali mulutnya. Dia mulai menepuk dia dengan lembut.


Aku bisa mengatakan dia menyukai para Filolial. Aku bisa bilang bahwa dia berbeda dengan orang-orang yang tertarik pada Filo—Mereka cuma peduli karena Filo itu langka.


Dia kelihatan seperti dia benar-benar ingin berteman dengan Filo. Sejujurnya aku nggak bisa merusak hubungan, jadi aku ingin mendukung Filo berteman dengan dia kalau aku bisa.


"Filo, kita masih punya pekerjaan yang harus dikerjakan di desa, jadi kau bisa main disini sebentar kalau kau mau. Bersenang-senanglah."


"Oke! Kau mau main?"


"Ya!"


Jadi Filo dan Mel pergi bermain.


* * * * *


Kami kembali ke desa dan terus melakukan apa yang kami bisa untuk menyingkirkan penyakit disana.


Aku menanyai dokter apakah dia butuh bantuan, dan dia memberiku tugas meracik obat. Menyiapkan bahan-bahanku, aku mulai bekerja. Pekerjaanya berjalan lebih cepat daripada yang kuduga, dan nggak lama kemudian aku selesai. Ada bagian dariku yang secara tulus berharap aku bisa merasakan penderitaan penduduk. Berharap desa ini kembali mendapatkan kedamaiannya.


Aku memandang kearah padang rumput dan bisa melihat Filo bermain dengan gadis itu disana.


"Um.... Yang Terhormat... bisakah kau...."


Kepala desa mendekatiku dan menyerahkan kantong uang padaku.


"Yang Terhormat, terimakasih atas bantuanmu. Tolong terimalah rasa terimakasih kami."


Itu mengingatkan aku: orang-orang ini masih nggak tau siapa aku ini. Bagi mereka, aku bukanlah Pahlawan Perisai kriminal dan menakutkan. Aku cuma seorang saint pengelana yang didampingi oleh seekor dewa burung.


"Um....."


Aku menerima kantong itu, membukanya, dan mulai menghitung isinya.


Lalu aku mengambil setengah uang itu dan memasukkan di kantong lain.


"Apa?"


"Aku nggak melakukan semua ini. Sebagian besar dokterlah yang melakukannya. Berikan ini pada dia."


"Oh, ya...."


Kalau dokter itu nggak ada disini, kami akan kesulitan. Sendirian, kurasa aku nggak bisa menghentikan penyebaran penyakitnya. Jadi ini semua betul-betul berkat dia.


"Baiklah."


Untuk menyembuhkan luka-luka Raphtalia, kami harus mengunjungi sebuah gereja besar, tapi sekarang sudah terlalu sore.


Kami harus menginap satu malam di kota sebelum berangkat.


Kami berantai di desa saat Filo kembali.


"Hei! Aku punya seorang teman baru!"


"Itu bagus. Apa itu adalah gadis yang kita temui saat kembali dari pegunungan?"


Tunggu. Apa dia memang punya teman sebelumnya? Bukankah gadis ini adalah teman pertamanya, bukan teman barunya?


Raphtalia bukanlah teman dan lebih seperti ibu, atau setidaknya kakak.


"Ya! Gadis itu, kau tau? Dia bepergian ke tempat-tempat yang sama yang sudah kita kunjungi!"


"Benarkah? Jadi dia seorang pengelana, huh? Dia tentunya berpakaian terlalu bagus untuk ukuran seorang pengelana."


Mungkin dia seorang putri merchant kaya, dan dia lewat desa ini saat penyakit melanda desa ini.


Kurasa Filo memang tipe yang populer dengan anak-anak. Maksudku, dia betul-betul populer dengan siapapun. Dan selain itu, sepertinya gadis itu nggak terlalu peduli saat Fiko berubah menjadi manusia. Jadi kurasa dia adalah seorang gadis yang gampang beradaptasi.


"Dan apa kau tau? Dia mengajari aku segala macam hal yang belum pernah kuketahui sebelumnya! Seperti monster seperti apa itu para Filolial, dan legenda apa yang ada!"


"Wow."


Aku cuma mengangguk saja dari waktu ke waktu biar dia puas. Filo kurang pandai berbincang-bincang, jadi terkadang susah untuk memahami apa yang ingin dia katakan.


Ini contohnya—saat aku bertanya pada dia bagaimana caranya menggunakan sihir, dia mengatakan sesuatu secara sembarangan seperti, "Kau tinggal pwweeeeep gitu aja!"


"Tapi saat dia bermain dengan para Filolial yang lain, dia terpisah dan tersesat. Saat itulah kita menemukan dia!"


"Wow."


"Um... Tuan Naofumi? Apa kamu mendengarkan ceritanya?"


"Huh?"


Sejujurnya aku nggak memperhatikan. Tapi aku mungkin bisa ingat apa yang dia katakan kalau memang perlu.


Filo berteman dengan gadis yang memperkenalkan dirinya sebagai Mel. Dan gadis itu terpisah dari rekan-rekannya? Kedengarannya seperti sebuah cerita menakutkan, jadi aku menatap Filo dan ternyata gadis itu ada disana juga, berdiri disamping dia.


"Aku minta maaf karena merepotkanmu di jam segini. Aku... Aku bertanya-tanya apakah kau nggak akan keberatan... aku ingin berkelana denganmu."


"Tunggu, tunggu sebentar. Aku harus meluruskan ini dulu. Namamu... Mel, kan? Kenapa kai kesini bersama Filo? Kalau kau terpisah, kenapa nggak kau cari teman-temanmu?"


"Ya, yah.... Seekor Filolial membawaku kesini, tapi aku nggak betul-betul tau dimana aku berada. Aku tau kemana aku mau pergi, tapi aku terpisah dari penjagaku beberapa saat yang lalu."


"Penjaga? Apa kau keluarga bangsawan atau semacamnya? Atau putri seorang merchant?"


"Aku.... Um..."


Mel memalingkan matanya sesaat, lalu mengangguk.


"Kau benar bahwa aku dari keluarga bangsawan, tapi tolong panggil aku Mel. Aku berbicara dengan Filo tentang pemilik keretanya. Apa kau tipe orang suci? Dan aku juga mendengar bahwa kau akan pergi ke Istana Melromarc besok. Bolehkah aku ikut denganmu?"


Dia sangat sopan saat dia berbicara padaku.


Aku bertanya-tanya... kalau kami membawa dia kembali ke Melromarc, kami mungkin akan mendapatkan uang sebagai rasa terimakasih. Kami mengembalikan seorang gadis yang hilang pada orangtuanya, yang mana merupakan anggota dari keluarga bangsawan—mereka pasti akan menujukkan rasa terimakasih mereka.


Tapi tetap aja, kalau Pahlawan Perisai adalah orang yang memulangkan dia, aku mungkin berakhir dituduh menculik dia. Mereka akan menemukan cara untuk menghancurkan kehidupanku lagi.


"Itu....."


"Master, aku ingin di ikut bersama kita! Dia dalam masalah!"


"Kalau kita menolong dia, kita mungkin akan berakhir memdapatkan masalah."


"Tuan Naofumi, aku juga berpikir kita harus mengajak dia. Kita nggak bisa meninggalkan seorang anak yang tersesat terombang-ambing oleh nasib!"


"Terimakasih banyak. Bolehkah aku ikut dalam perjalananmu?"


Raphtalia dan Filo memohon demi dia. Dan kami mungkin mendapatkan uang dalam prosesnya. Lagipula, dalam skenario terburuk aku tinggal lompat menaiki Filo dan kabur.


"Kami akan meminta bayaran untuk permintaannya. Filo akan mengunjungi keluargamu untuk menerima bayaran itu. Apa nggak masalah buatmu?"


"Tentu! Aku akan meminta pada ayahku, dan dia pasti akan setuju."


Kurasa nggak bisa dihindari lagi.


Lagian, kalau keluarganya memiliki sebuah kediaman di kastil Kota Melromarc, mereka pasti kaya. Kenapa seorang gadis kaya seperti itu bermain dengan para Filolial liar? Gimana kalau kami nggak mengawasi dia sepanjang waktu dan dia kabur? Gimana kalau dia, dan kami, mendapatkan masalah?


"Lebih baik kau jaga perilakumu, atau kami akan menurunkanmu di pinggir jalan."


"Aku mengerti. Terimakasih banyak, Holy Saint."


Jadi begitulah, kami berakhir melakukan perjalanan bersama temannya Filo, Mel, dalam perjalanan kami ke Kastil Kota Melromarc.


* * * * *


Kami naik ke kereta yang ditarik Filo dan memulai perjalanan kami kembali ke Kastil Kota.


"Terimakasih banyak atas semua yang telah kalian lakukan! Silahkan mampir lagi lain kali."


"Sampai jumpa."


Semua warga desa keluar untuk mengantarkan keberangkatan kami.


Saat perjalanan keluar dari kota aku terus bertanya-tanya—apakah mereka tetap akan memperlakukan kami seperti ini kalau mereka tau siapa aku sebenarnya? Cuma memikirkannya saja membuatku merasa aneh.


"Mel, aku menantikan perjalanan kita bersama. Namaku Raphtalia. Memang ini bukanlah perjalanan yang lama, tapi aku yakin kita akan mendapatkan saat-saat yang menyenangkan."


"Ya. Aku yakin begitu, Nona Raphtalia."


Aku betul-betul ingin memastikan bahwa Raphtalia sehat-sehat saja, jadi aku buru-buru kembali ke kota dan memberi dia air suci penyembuh.


"Mel, ingat baik-baik bahwa penyembuhan Raphtalia adalah prioritas tertinggi bagi kami."


"Apa yang terjadi pada Nona Raphtalia?" tanya Mel.


"Kami melawan monster iblis yang ganas di pegunungan, dan dia terkena kutukan."


"Jadi itu yang terjadi....?"


Aku menghasilkan uang dengan meracik dan menjual obat.


Tapi aku bertekad untuk menjadikan Raphtalia sebagai prioritas utamaku. Sejujurnya, aku betul-betul ingin menghasilkan uang agar kami bisa membeli equipment yang bagus untuk menghadapi gelombang kehancuran yang datang. Tapi kalau aku menimbang itu dengan luka-luka Raphtalia, sudah jelas kalau Raphtalia lebih penting.


Maksudku, akulah orang yang memberi kutukan pada dia, dan jika gelombang datang maka dia harus dalam kondisi terbaik untuk menghadapinya. Equipment bisa diatur belakangan, tapi Raphtalia punya penyakit yang harus disembuhkan sekarang. Kami harus menyembuhkannya sesegera mungkin.


"Kami membutuhkan air suci dari gereja besar."


"Kutukannya segitu kuatnya hingga kalian harus pergi ke gereja di ibukota, gitu?"


"Ya."


Dokter di kota itu memberitahu kami bahwa kami membutuhkan air suci yang kuat dari sebuah gereja.


Itu sebabnya aku bertekad untuk kembali ke ibukota. Tentunya ibukota memiliki gereha terbesar.


"Filo, kita akan ke ibukota. Larilah lebih cepat!"


"Roger, Kapten!"


"Woohoo!"


Filo berlari dengan cepat hingga Mel mengeluarkan teriakan.


Aku lupa mengatakan kalau Filo cenderung mengguncang kereta saat dia berlari. Kebanyakan orang berakhir mabuk.


Apa Mel nggak apa-apa?


"Ahahahahaha! Filo begitu cepaaaaaaaaat!"


"Ahahaha! Aku bisa lebih cepat lagi!"


Kurasa dia baik-baik aja.


"Jangan sembarangan! Itu bahaya! Tenanglah."


Raphtalia menegur Filo yang berlari, tapi Filo nggak menunjukkan tanda-tanda kalau dia mendengarkan.


Dia betul-betul lari lebih cepat daripada biasanya. Dia mungkin mencoba membuat Mel terkesan.


Tapi kalau dia terus lari kayak gini, Raphtalia mungkin akan mabuk.


"Tuan Naofumi, apa kamu keberatan kalau aku baring-baring?"


"Enggak."


Apa kami membuatnya lebih buruk?


"Ini berubah menjadi mimpi buruk yang sebenarnya. Aku harus memperbaikinya."


Aku bergumam sendiri.


Kami bertemu Mel karena kami setuju untuk mengusir para monster dari kota. Aku mulai menyesalinya, meski cuma sedikit.


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya