Tate no Yuusha Jilid 2 LN Bab 8 (Indonesia)

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 8 - Wortel dan Tongkat[edit]

"Penjual Budak!"


Hal pertama di pagi hari, kami pergi ke tensar si penjual budak.


"Apa ada, Pahlawan? Pagi-pagi buta seperti ini?"


"Segel monster yang kau pasang pada Filolial-ku nggak bekerja. Itu sampah. Bergantung gimana kau menanggapi keluhanku, monster dan budakku mungkin akan mengacau ditempatmu ini."


"Aku lapar, jadi aku akan kembali nanti."


"Kalau kau nggak menjaga sikapmu, kami akan membuat sarapan dengan menggunakan kau sebagai bahannya."


"Segel yang kita pasang pada Filo nggak bekerja, dan aku bahkan nggak bisa melepasnya."


"Jangan-jangan? Katakan padaku lebih banhakt tentang hal itu."


Aku menjelaskan kejadian pagi tadi pada si penjual budak. Sangat sulit untuk melanjutkan dari sana. Pada akhirnya aku menenangkan Filo dan menyuruh dia untuk kembali ke wujud manusia, dan kemudian kami datang ke tenda ini. Raphtalia jelas-jelas sibuk, kuatir sepanjang waktu dan menjaga Filo dari melakukan sesuatu yang gila.


"Sepertinya sebuah segel monster normal tidak cukup kuat untuk mengendalikan seekor Ratu Filolial. Begitulah tuan."


"Apa artinya itu?"


"Monster yang sangat kuat tidak selalu bisa dikekang oleh sebuah segel monster normal. Contohnya, para Knight Dragon, membutuhkan sebuah segel khusus."


"Jadi sebuah segel normal nggak cukup untuk mengendalikan Filo?"


"Itu benar."


Si penjual budak membuka sebuah buku catatan dan dengan panik mulai menulis, seperti dia nggak bisa membiarkan perkembangan baru ini hilang begitu saja tanpa dicatat.


"Jadi apa kau akan memasangkan sebuah segel khusus untukku atau gimana?"


"Sayangnya kami tidak menyediakan layanan itu secara gratis disini."


"Apa?"


"Yah itu membutuhkan uang yang cukup banyak untuk melakukannya, oleh karena itu kami tidak bisa menawarkannya secara gratis. Hanya sampai situlah yang bisa kami lakukan. Begitulah tuan."


Jadi kurasa dia nggak akan melakukannya secara gratis.


"Berapa biayanya?"


"Dengan bertanya demikian, aku yakin aku bisa mengharapkan anda kelak, Pahlawan, aku akan memberi anda tawaran cukup 200 silver."


Ugh.... Mahal sekali.


"Bukankah ada sesuatu...."


"Sebelum anda melanjutkan, aku akan memberitahu anda bahwa harga pasar pada umumnya adalah 800 silver. Aku sangat menghormati anda, Pahlawan, dan oleh karena itu aku tidak akan perang berbohong pada anda."


Ugh! Itu tepat mengenai pada tempat yang sakit.


Aku pulih dari syok dan, pikiran masih terguncang, dan dengan keraguan yang ekstrim, menyerahkan 200 silver pada si penjual budak.


"Kalau kau bohong, aku akan menyuruh temanku ini memcabik-cabikmu."


"Tentu tuan."


Secara tiba-tiba aku menyadari bahwa Filo telah kembali ke wujud Filolial Queen. Raphtalia memegang salah satu sayapnya, seolah itu adalah tangannya Filo, dan membawa Filo masuk kedalam ruangan.


"Diam saja disitu sebentar, mengerti Filo?"


"Kenapa?"


"Kalau kau bisa diam, aku akan memberimu hadiah nanti."


"Sungguh?"


"Beneran."


Filo kelihatan senang, dia pergi ke tempat yang ditunjuk si penjual budak dan berdiri diam.


Bagus, ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan sihir. Aku menatap mata si penjual budak dan memberi sinyal bahwa dia harus mulai, dan dia segera mengangguk. Tiba-tiba 12 orang berjubah muncul dan membentuk lingkaran disekitar Filo. Mereka kemudian menuangkan suatu jenis ramuan ke lantai, dan kemudian menghadap Filo dan mulai merapal. Lantainya mulai bersinar, dan sebuah lingkaran sihir muncul.


"Ap...Apa?!"


Filo menyentakkan paruhnya dengan cepat sambil memprotes, tapi dia nggak bisa melawannya, dan lingkaran itu meluas menutupi dia.


"Ow! Ouch! Hentikan!"


Sepertinya mantra pengendali monster menyakiti dia, dan dia berlari berputar-putar, mematukkan paruhnya disana sini. Lingkaran sihir itu mulai bergucang.


Para pria berjubah itu terkesiap terkejut.


"Kami sudah melakukan semua tindakan pencegahan, menggunakan orang sebanyak yang kami punya. Aku belum pernah melihat seekor monster yang mampu bergerak dibawah tekanan seperti itu. Siapa yang tau apa yang mampu dia perbuat. Begitulah tuan."


Itu mengingatkan aku, Filo baru berlevel 19. Coba bayangkan seberapa kuat dia saat berlevel 70 atau sesuatu seperti itu. Kata-kata si penjual budak mengandung bobot yang besar.


Akhirnya mantra itu mereda, mantra pengendali monster terpasang pada dadanya, dan dia menjadi tenang.


"Sudah selesai tuan."


Aku bisa melihat sebuah ikon monster menyala di sudut pandanganku, tapi itu terlihat berbeda dari yang sebelumnya, seolah untuk menyiratkan tingkat pengendalian yang lebih besar. Aku bahkan nggak berhenti berpikir, tapi aku segera memeriksa kolom yang merincikan kesesuaian yang diperlukan pada perintahku.


Huff... Huff....


Filo terengah-engah saat dia berjalan kearahku.


"Master! Itu sakit sekali!"


Aku merasa sedikit bersalah tentang mencobanya secepat ini, tapi aku segera memberi dia sebuah perintah.


"Berubahlah jadi manusia."


"Tapi itu sakit sekali, jadi aku nggak mau! Beri aku sesuatu yang lezat!"


Dia segera menolak perintahku dan meminta makanan, jadi kutukan didadanya mulai bersinar.


"Apa? Tidak! Aku nggak suka ini! Buat ini berhenti!"


Filo melepaskan suatu jenis sihir yang bergerak kearah kutukan itu, tapi kali ini nggak bisa menghancurkannya, dan kutukan itu mulai bereaksi.


"Ouch! Ouch!"


Filo jatuh ke lantai karena kesakitan.


"Kalau kau nggak melakukan apa yang kukatakan, itu cuma akan semakin menyakitkan."


"Ouch! Owwwww!"


Dia mengeluh sepanjang waktu, tapi akhirnya berubah menjadi manusia. Setelah dia melakukannya, kutukan itu berhenti bersinar dan menghilang.


"Heh! Akhirnya segel itu bekerja kali ini. Bagus, Penjual Budak."


"Ya, itu adalag sihir yang sangat kuat. Sihir itu tidak mudah untuk dihancurkan, seperti yang anda lihat sendiri. Begitulah tuan."


Aku berdiri didepan Filo yang terbaring di lantai.


"Butuh 100 silver untuk membelimu, dan sekarang butuh 200 silver untuk mengendalikanmu. Totalnya 300 silver. Kau harus mengembalikan uang itu."


"Tapi..... Master!"


Dia mengulurkan tangannya untuk meraihku. Itu terasa buruk, memperlakukan anak kecil seperti ini. Meski begitu, aku nggak bisa terus maju kalau anggota partyku nggak mau mendengarkan apa yang kukatakan.


"Lakukan apa yang kukatakan."


"Tidak!"


"Baiklah kalau begitu. Kau nggak mau nurut aku? Aku akan memberikan kau pada pria tua yang menakutkan disebelah sana. Kau mau itu?"


"....!?"


Filo akhirnya tampak memahami posisinya, dan berhenti memprotes. Wajahnya dipenuhi dengan emosi.


Si penjual budak menatapku. Dia tampak agak tertekan, tapi juga sangat senang.


"Berapa kau mau membeli dia?"


"Pertanyaan yang bagus. Dia sangat langka, tapi mengingat seberapa menyusahkan dia untuk ditangani, kupikir 30 gold akan sesuai. Sekarang dia telah menerima kutukan yang lebih kuat, dia harusnya lebih mudah untuk dikendalikan, dan tentunya nggak ada habisnya pekerjaan yang bisa kuberikan pada dia. Begitulah tuan."


Dasar penjual budak bangsat. Sebelumnya dia bilang dia nggak menginginkan dia, dan nggak bisa menjual dia—dan sekarang dia sudah menetapkan harga di kepalanya! Aku nggak tau apa dia serius, tapi aku mendapat kesan bahwa kalau aku memberikan Filo pada dia, itu akan jadi akhir bagi Filo.


Dan Filo, dia menatapku, ada teror dimatanya.


Itu buruk. Kupikir bahwa semua kebaikan yang ada dihatiku udah lenyap, dan ternyata masih ada, berusaha bangkit kembali. Apakah kebaikan itu benar-benar kembali atau enggak, akan bergantung pada perilaku Filo.


Aku bukanlah kakaknya yang penyayang—dan aku bukanlah tipe yang memanjakan peliharaan.


"Kalau kau bertingkah seenakmu lagi, aku nggak akan menolongmu, kau dengar? Aku akan memberimu ramuan yang pahit dan kotor yang akan menyebar diseluruh pembuluh darahmu dan membunuhmu."


"Tidak! Tidaaaaaaaaaaaaak!"


Filo langsung menjerit.


"Master! Jangan benci aku! Jangan benci aku!"


Dia merangkak kearahku dan memeluk kakiku saat dia berteriak.


Ugh! Ini memilukan.....


"Kalau kau mendengarkan apa yang kukatakan, aku nggak akan membencimu. Kau harus menurut padaku."


"B...Baik!"


"Oke, bagus. Jadi saat kita tidur di penginapan, kau nggak boleh berubah menjadi burung. Kau harus berjanji."


"Baik!"


Dia menatapku, wajahnya berseri-seri. Ini memberi dampak pada hati nuraniku.


Tapi kemudian aku berpaling dari wajah memohonnya, dan si penjual budak menyadari dan mendekat, dengan ketertarikan pada perkembangan adegan ini.


"Sifat pemarah yang kejam ini sungguh menakjubkan, ya. Aku hormat padamu lagi. Anda betul-betul sang Pahlawan Perisai Legendaris."


Aku nggak mengapresiasi aspek dari karakterku yang dia puji, tapi kurasa nggak ada yang perlu dikeluhkan.


"Tuan Naofumi... Bukankah ini sudah cukup?"


"Kalau nggak aku giniin, dia nggak akan nurut dengan yang kukatakan. Kamu juga sama kan, ingat?"


Raphtalia mengangguk.


"Kamu benar. Memang seperti itu."


"Ada waktunya untuk membiarkan seseorang bertindak sesuka mereka, dan ada waktunya kamu harus mengekang mereka."


Aku nggak menyebut bahwa aku menganggap diriku sebagai hakim dari masalah semacam itu.


"Ah ya, wortel dan tongkat! Wortel dan tongkat[1]! Begitulah tuan."


"Aku nggak bicara padamu, Penjual Budak."


Dan kuharap dia nggak beranggapan serius.


"Maaf buat semua masalahnya."


"Jika anda merasa demikan, maka buatlah semuanya lebih mudah dimasa mendatang, anda harus memgajariku caranya merawat Fil..."


"Ngomong-ngomong, kami harus mendatangi suatu tempat hari ini, jadi kami pamit."


"Ah, ya. Sekali lagi aku terkesan bahwa anda nggak membiarkan diri anda menjadi subjek untuk kepentinganku... Ya, kehendak anda memang sungguh mengesankan, Pahlawan."


Jadi itu adalah akhir dari percakapan kami hari ini, dan kami ke luar dari tenda.


Catatan Penerjemah[edit]

  1. Wortel dan Tongkat (carrot and stick) merupakan idiom dari Hadiah dan Hukuman sebagai sebuah metode pembujukan dengan cara memberi hadiah agar orang mau melakukan sesuatu dan memberi hukuman jika orang tersebut menolaknya


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya