Sword Art Online Bahasa Indonesia:The Celeste Fairy

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Catatan Terjemahan cerita pendek yang ditulis oleh Kawahara Reki, Sword Art Online, dari lampiran Marugoto Issatsu yang diberikan bersamaan dengan Dengeki Bunko vol. 31.

The Celeste Fairy (チェレステの妖精)[edit]

The Celeste Fairy

Celeste. Celeste.

adalah kata yang jarang didengar bagi sebagian orang… tidak, tujuh puluh persen, atau mungkin sampai lebih dari sembilan puluh persen warga jepang jarang mendengarnya.

Kata tersebut bermakna «celestial» atau «langit biru». Dan diturunkan menjadi «biru dalam warna langit». Gambaran langit biru biasanya diucapkan ketika mendeskripsikan warna pada langit, namun orang-orang tertentu suka menggambarkan sebuah warna biru pucat pada satu kata, celeste. Berbagai corak biru pucat memang ada, tapi bagian mint dari es krim coklat mint entah bagaimana memang mirip rasanya.

Dikatakan bahwa «beberapa hobi» secara alami tidak digambarkan tentang contoh es krim. Perusahaan pembuat sepeda tertua di dunia, Bianchi, yang berasal dari italia, menggambarkan perusahaannya dengan warna celeste. Asuna pernah berkomentar “Ooh, jadi itu seperti warna tiffany blue, kan?” setelah aku berkata padanya tentang hal ini, namun, benarkah… seperti itu?

Bagaimanapun, aku percaya dengan penuh keyakinan bahwa siapapun di Jepang, yang mengingat warna mint es krim ketika mendengar warna “celeste”, mempunyai ketertarikan dalam bersepeda.

Dikarenakan alasan yang disebutkan di atas bahwa aku dapat berteriak “Woah, itu Bianchi!” secara tiba – tiba ketika mengarahkan mataku pada sepeda yang muncul pada jumat malam, 10 April 2025, bahkan tanpa memastikan logo pembuatnya.

Saat aku menggantungkan blazer-jenis seragam, aku belum terbiasa memakainya dan menggantungkan ke dinding didalam kamarku serta membuka jendela yang menghadap selatan, sebuah sorakan dengan volume maksimal terbang kearahku.

“Oni—cha—n!!”

Setelah terkejut dengan mengucap“woah”, aku melihat ke bawah pada taman dari jendela. Ketika aku melihat, Suguha mengenakan jersey, tampaknya dia telah pulang ke rumah sebelum aku pulang, berada disana melambaikan kedua tangannya kesana kemari.

“Keluarlah kesini sebentar, ayo, cepat!!”

“H… hei, semua tetangga bisa mendengar suaramu, jika mereka punya anak perempuan seusiamu …”

Meskipun aku mencoba memperingatkannya sebagai seorang kakak, Aku dikejutkan dengan ucapan “Siapa yang peduli!” yang keluar dari mulut Suguha. Mengangkat tangan kananku dengan enggan untuk menyampaikan balasan, aku menuruni tangga dengan dasi yang setengah mengikat pada kerahku.

Aku turun ke taman melewati ruang tamu dan disana, aku akhirnya menyadari sebuah benda besar disamping Suguha. Karena kain putih menutupinya dari atas, tak ada yang bisa dilihat namun sebuah siluet sudut, panjang, dan sempit.

“Benda apa ini… apaan sih?”

Setelah tersenyum riang sambil melihat wajahku, karena aku menundukkan kepalaku hampir selama lima detik, Suguha mencengkram kain puth dengan kedua tangannya. Pasti sulit menemukan kain sebesar itu; tunggu, itu adalah seprei kan; ibu pasti marah padamu nanti… pikiran itu datang padaku karena-

“Ta-da!”

Membuat efek suara seperti itu dengan mulutnya, Suguha merobek kain tersebut secara tiba-tiba sehingga kain itu terbang. Apa yang muncul dari bawah kain adalah sebuah sepeda sport kualitas atas, sebuah warna biru celeste yang bercahaya dibawah sinar matahari … umumnya disebut road bicycle.

Woah, ini sepeda Bianchi; apa yang kamu rencanakan dengan sepeda ini; jangan bilang kamu membelinya; pasti harganya sangat mahal… setelah dikejutkan oleh serangan pertanyaan begitu gencar sekali lagi, dengan telapak tangan kanannya, Suguha menjawab dengan senyum lebar.

“Tentu aku membelinya, namun tak begitu mahal kok. Sepeda ini bekas dan ada beberapa macam alasan dibaliknya, jadi paman di Rinrindou memberiku diskon besar.”

Rinrindou merupakan toko sepeda terdekat yang mana Suguha dan aku sering kunjungi sejak TK. Sepeda gunung yang aku tunggangi sekarang juga dibeli dari sana, jadi tak mungkin paman di Rinrindou mencoba serta memaksa menjual sepeda miliknya dengan sumber yang mencurigakan, seperti sepeda yang terlibat dalam kecelakaan atau pencurian, tapi—

“Meskipun didiskon… sepeda ini dilengkapi kerangka karbon dan bagian-bagian lainnya masih bagus, jadi aku yakin sepeda ini normalnya dihargai dua ratus ribu dolar* bahkan ketika bekas, meskipun”

“Eeh, sungguh? Wow, aku mendapatkannya dengan harga sangat murah …”

Seberapa jauh si kamu meminta harga diturunkan; aku melihat sepeda tersebut beberapa kali dengan pikiran seperti itu dan akhirnya menyadari sesuatu.

“tidak, tunggu sebentar, bukankah sepeda ini tidak cocok dengan ukuranmu, Sugu? Coba naiki, sepeda ini mungkin terlalu besar.”

Suguha membuka matanya lebar kali ini ketika aku berkata seperti itu, kemudian menampar lengan kiriku tanpa memberi peringatan.

“Apa yang kamu katakan! Tak mungkin aku mengendarai sesuatu seperti ini. Sepeda ini milikmu, oniichan, milikmu, untuk merayakan pendaftaranmu!”

“Heh? Punyaku?”

Setelah membalas dengan “tak perlu kau katakan, kau idiot” dalam nada yang hampir mirip milik Klein, Suguha akhirnya mamberi penjelasan dari awal.

Rupanya, Suguha dan orang tuaku telah mendiskusikan sebuah hadiah untuk merayakan satu tahun keterlambatanku dalam sekolah—atau untuk lebih jelasnya, sebuah sekolah kejuruan menargetkan pada SAO survivor. Sebagai hasilnya aku banyak berdiskusi dengan mereka, mereka mengambil referensi dari road bicycle yang pernah aku minati secara serius dan tampaknya telah diberikan cuma - cuma namun dana mereka pada paman Rinrindou, mempercayakannya dengan pembuatan serta ukuran.

“…Jadi itu alasan dibaliknya ketika berkata padaku bahwa posisi mengendarai sepeda gunungku miring lalu mengukur tinggi dan panjang kaki ketika aku jatuh di hari lain…”

“Ahaha, seperti kucing yang tak bisa keluar dari karung meskipun tuannya berkata ‘dia mungkin menyadari ketika aku melakukan perubahan ukuran’.”

“Hal itu sama sekali tak terjadi padaku…”

Setelah menggelengkan kepalaku, aku mencoba menggosok dengan lembut kerangka sepedanya, yang dicat celeste dan hitam, ketika posisi sepeda ini didirikan menggunakan standar sederhana. Suguha mengatakan bahwa sepeda ini bekas, namun tampaknya pemilik sebelumnya merawat sepeda ini dengan baik karena tak ada tanda-tanda kerusakan yang jelas, bagian logamnya juga dipoles dengan hati-hati, dan bannya ditukar dengan yang baru. Setelah menatap sepeda ini, yang begitu cantik dan hampir membuatku menarik nafas dalam – dalam selama sepuluh detik, aku berbalik dan berbicara pada Suguha.

“Terima kasih banyak, Sugu. Aku akan merawat sepeda ini… rasanya seperti aku akan menghabiskan waktu untuk benar – benar mengendarainya…”

Setelah itu, adik kecilku membalas dengan senyum malu.

“Ehehe… namun akan menyedihkan untuk sepeda ini jika kamu tidak mengendarainya. Banyaklah berkendara dan tetap jaga keselamatan!”


Lalu, setelah kejadian itu—

Jam sepuluh pagi pada hari minggu, dua hari kemudian pada 12 April, Aku berada di jalan setapak di depan rumahku ketika sedang bersiap-siap, menggunakan helm, kacamata hitam, sarung tangan, dan sepatu untuk berkendara.

Sepeda Bianchi yang bersandar berlawanan pada pintu gerbang yang berdekatan, berkemerlip seolah bermandikan cahaya musim semi. Kemarin, aku berfikir untuk menanyakan detail «alasan tertentu» ketika menerima penyetelan di Rinrindou, namun bukan disebabkan karena suatu masalah seperti kerangka yang retak, hanya saja sebuah bagian yang disebut bottom bracket[1] tersangkut dan tidak bisa di copot.

‘Besi mungkin baik – baik saja, namun ini karbon, kau lihat; sungguh mengerikan untuk menariknya keluar … oke, sepertinya tidak terlihat memberimu masalah ketika mengendarainya, Kazu.’

Dan itulah apa yang dikatakannya. Sepeda Biachi ini memiliki poros putar (batang yang menempel pada pedal), jadi bantalan didalamnya tidak aus, tapi jarak tempuh bersepeda santaiku adalah sepuluh atau duapuluh ribu kilometer dengan kurangnya kekuatan kakiku tidak akan menimbulkan banyak masalah besar pada porosnya.

Setelah menambahkan perlengkapan lain seperti botol minum, kantong pelana, dan lampu LED, Aku memasang terminal portableku pada setang sepeda. Tentunya, data catatan khusus untuk bersepeda telah tersedia, namun ada alasan mengapa aku tidak menggunakannya.

Selesai dengan pemanasan sederhana, aku mengatur sedel sedikit lebih tinggi daripada sepeda gunungku. lalu mulai bersepeda dengan hati – hati bahkan ketika merasa gugup karena postur membungkukku ketika bersepeda, merasa benar – benar tidak tahan karena tekanan tinggi dari ban yang bergulir sepanjang jalan dan kecepatan berakselerasi setelah sedikit menekankan kakiku ke pedal sepeda.

Ketika aku hendak keluar dari jalan kecil ke jalan yang lebih lebar, aku berbisik kedalam mikrofon kecil yang terpasang pada kerah baju olahragaku.

“Yui, kamu bisa keluar sekarang.”

Setelah itu, layar dari terminal portable yang dipasang pada setang sepeda samar – samar bersinar dan seorang gadis kecil berbaju putih satu setel meloncat keluar. Tinggi badannya sedikit lebih pendek dari sepuluh centimeter, tubuhnya lebih tipis dari kabel pengatur gear di sisinya. Tentu, dia tidak benar – benar ada di dunia nyata. Aku dapat menatapnya seolah – olah ia nyata berkat layar tembus yang ada di kacamata hitamku, bisa disebut ‘AR image’.

Setelah mendarat ke layar terminal portable yang menghitam sekali lagi, gadis berambut hitam panjang dan mengenakan pakaian putih yang terkibar karena angin lalu menyeringai.

‘Selamat pagi, Papa!’

Gadis ini bernama Yui. Aku, Kirito / Kirigaya Kazuto, bertemu dengannya, seorang AI, di Kastil melayang Aincrad yang telah tiada.

Program utama Yui sekarang berada di desktop PC dalam kamarku, setelah dibebaskan dari SAO. Kami sering bertemu di dunia virtual, namun masih mungkin untuk mambuat suatu percakapan melalui sebuah terminal portable, atau untuk bisa melihatnya dengan menggunakan kacamata hitam yang telah dipasang layar tembus seperti ini di dunia nyata. Kacamata ini masih agak kasar, sehingga sulit ketika memakainya sepanjang waktu, namun kacamata ini terasa tidak aneh ketika mengenakannya saat mengendarai sebuah sepeda gunung.

‘Wah, bunga sakura sungguh cantik, benar kan?’

Sambil menatap bunga sakura yang mekar sepenuhnya yang keluar dari trotoar, Yui berbicara dalam suara senang. Namun, bidang pandangan yui dibatasi oleh kamera internal dalam terminal portable pada setang sepeda, jadi resolusi penglihatannya buruk dan sudut pandangnya juga tidak bisa disesuaikan. Sesuatu seperti kamera kubah kecil dimana Yui bisa memutar akan menjadi lebih baik, tapi seperti yang diharapkan, barang seperti itu tidak bisa ditemukan baik di internet atau di Akihabara.

Aku juga merasa menghargai bunga sakura yang berada di atas kepalaku, namun sepeda gunung yang aku tunggangi pertama kalinya ini memiliki tingkat respon yang lebih cepat dari yang diharapkan, karena hampir tidak memberiku kesempatan untuk berpaling saat mengendarai. Sambil fokus kedepan, aku memberi perintah kepada Yui.

“Nah, tolong mulai pengecekan sistem.”

‘Ya, Papa!’

Yui sigap menjawab lalu ekspresinya menghilang bersamaan dengan alis panjangnya yang sedikit dinaikkan. Sebuah suara yang terdengar seperti mesin mengalir keluar dari kerangka speaker yang berada di dalam kacamata.

‘Koneksi sensor kecepatan … OK. Koneksi sensor suara … OK. Koneksi sensor detak jantung … OK. Temperatur atmosfir, temperatur tubuh, sensor ketinggian… OK. Koneksi GPS … OK. Koneksi kamera belakang … OK. Semua system lancar. Navigasi dan data logging, standby.‘

“Ooh, itu menakjubkan, Yui. Kamu seperti benda nyata.”

Sebuah ekspresi bingung muncul pada si peri mungil yang menaikkan wajahnya atas komentarku.

‘Benda nyata…dibandingkan dengan apa, tepatnya?’

“Ah, nah, itu…”

Menjawab jujur “manusia robot raksasa” disini sepertinya akan menyebabkan masalah dalam pendidikan putriku, jadi –

“Kamu paham kan, tampaknya ada AI yang dimuat ke dalam sistem navigasi mobil akhir – akhir ini. Tentu saja, kamu memiliki fungsi lebih dari AI tersebut, Yui!”

Dan begitulah aku menghindari masalah dari Yui, yang membanting kedua tangannya ke pinggang dan membusungkan dadanya ke depan dengan nada seperti “Tak perlu dikatakan!”, sebelum aku memberikan perintah lain.

“Yah, ayo nyalakan data logging, juga, tampilkan rute hingga tujuan A.”

‘Paham!’

Begitu Yui menjawab, kecepatan bersepeda, arah, kecepatan angin, detak jantung, temperatur, dan data lainnya, bersamaan dengan gambar dari kamera bagian belakang dan bahkan panah penunjuk rute juga ditampilkan. Aku sempat takut bagaimana bersepeda mungkin menjadi lebih sulit dengan pandanganku yang bercampur aduk, namun aku merasa sebuah tampilan pengguna VRMMO akan menerima informasi lebih melalui inderaku. “Kecilkan layar data. Juga, pindahkan kamera belakang sedikit ke kanan bawah … OK. Selanjutnya, Ayo mulai!”

‘Ayo mulai!’

Yui duduk kembali menghadap depan lalu aku mulai mengayuh pedal sekuat yang aku bisa, mengacungkan lengan kanan kecilnya sebagai tanda untuk melaju ke depan. Angin musim semi yang mendahului sepedaku merontokkan beberapa kelopak bunga sakura sehingga bertaburan di depanku.


Bersepeda 5 kilometer ke timur melalui rute 51 prefektur dari Kawagoe, Saitama, dimana rumahku berada, aku memasuki jalan sepeda Arakawa. Tujuan yang aku atur sebelumnya adalah sebuah taman 13 kilometer ke selatan, jadi sehingga perjalanan pulang pergi dari rumah akan membuat jarak total 36 kilometer. Jarak tersebut dapat dilakukan orang yang bersepeda secara serius sambil bersenandung, namun rute itu terlalu jauh untukku, yang telah kembali ke dunia nyata selama setengah tahun belakangan ini.

Pada hari minggu, tentu saja terlihat padat, namun cahaya matahari terasa nyaman dan pikiran, “Dunia nyata juga sungguh menyenangkan”, melintas di pikiranku secara tak sadar ketika memandang pada langit yang biru dan bumi yang hijau. Dengan berkurangnya angin yang bertiup ke arah muka, aku bersikeras pada diriku sendiri bahwa hal tersebut akan membuat perjalanan pulang menjadi lebih santai ketika aku mengayuh pedal sepeda.

Hal itu terjadi setelah aku bersepeda dengan santai selama sekitar dua puluh menit dengan tubuh yang terasa terbang. Yui, yang sedang duduk di setang sepeda dengan tubuhnya bergoyang karena jalanan mengatakan ‘Huh?’ dalam suara kecil.

“Sesuatu terjadi?”

Ketika aku berbisik dalam suara yang bisa didengar para pesepeda yang lewat, Yui menatapku dan berkata sesuatu diluar perkiraanku.

‘Aku telah menerima gelombang elektromagnetik dari ANT+ protokol sejak lima detik lalu. Sumber transmisinya berasal dari … Sepeda milik Papa, Aku yakin.’

“Apa? Dari sepeda ini…?”

Aku melihat ke bawah pada kerangka sepeda diantara kakiku dalam kebingungan, tapi aku tidak ingat memasang peralatan wireless lain selain sensor yang terhubung dengan terminal portable. Alat itu mungkin dipasang oleh pemilik sebelumnya, namun paman Rinrindou seharusnya menyadari jika ada sesuatu di sepeda ini.

Aku menginstruksikan Yui setelah lima detik merasa ragu.

“Tolong pasangkan dengan layar terminal.”

‘Mengerti.’

Yui menutup matanya dan alis indahnya bergerak sedikit—lalu matanya terbuka.

“Ap-Apa itu? Apa kamu menemukan alat macam apa sebenarnya?”

‘Ya. Aku akan memvisualisasikanya sekarang.’

…Memvisualisasikan? Memvisualisasikan apa?

Dan dengan sekejap mata.

Gemerlap cahaya biru terbentuk di atas layar terminal portable disamping Yui lalu tiba – tiba menghilang, bersatu, dan melahirkan sebuah bentuk kecil … bukan, seorang gadis.

“Wah!”

Aku akhirnya membanting setang sepeda karena benar – benar terkejut dan setelah menstabilkan sepeda yang terguncang karena panik, aku menatap kembali si gadis yang berdiri di atas terminal (meskipun dia sebenarnya berada di layar kacamata hitam) sekali lagi.

Dia berukuran sama persis dengan Yui. Dia memiliki rambut pendek dan mengenakan pakaian senam dimana rambut dan pakaiannya berwarna turquoise—warna biru celeste blue yang sama persis dengan sepeda ini.

Si gadis misterius tiba – tiba mengangkat wajahnya, wajahnya terlihat sedikit lebih dewasa daripada milik Yui, dengan mengangkat alisnya secara bersamaan. Matanya yang berwarna aquamarine menatapku lalu bibirnya membuka.

‘Selamat Pagi, Master. Sudah berlalu sembilan ratus tujuh hari sejak berkendara terakhir.’

Dia tampak seperti personifikasi antarmuka yang levelnya sama dengan yang dijual secara komersil, tidak menyebut beberapa tahun usianya, dengan intonasi canggungnya dan ekspresi datarnya. Sebelum mataku tertuju padanya, si gadis tersebut melanjutkan ucapannya.

‘Koneksi tak bisa dihubungkan dengan GPS serta sensor lainnya. Sisa baterai dibawah sepuluh persen. Sekarang sedang di isi ulang melalui dinamo internal.’

“D-dinamo internal, katanya?”

Aku menatap kerangka sepeda sekali lagi. Dinamo disebut sebagai pembangkit tenaga dan untuk lampu depan sepeda biasanya dipasang pada poros roda bagian depan untuk sepeda santai, seperti sepeda yang Suguha kendarai, mamachari, namun tidak mungkin ditempatkan disitu untuk sepeda gunung. Melihat ke bagian lain yang berputar, disana ada wheel hub[2] dan juga, bottom bracket.

“Ah… jangan katakan padaku bahwa ada dinamo yang di pasang di kerangka bottom bracket… … dan seperti itulah bagaimana sepeda biachi ini terjebak karena modifikasi yang dipaksakan …”

Dibalik kerangka sepeda Biachi mungkin menyimpan alat yang berisi gadis berwarna biru celeste ini. Baterai kosong yang di isi ulang tenaga listrik olehku karena putaran kayuhan dari rumah hingga sampai sini, hingga alat tersebut menyala.

Modifikasi dengan memasukkan dinamo dalam sepeda biachi mungkin meningkatkan daya tahannya, meskipun hanya sedikit, Hal itu seharusnya menjadi tindakan yang bermasalah kepada pengendara sepeda golongan orthodox, tapi hal itu bahkan tidak dapat dibayangkan untuk seseorang yang berani untuk memasang personifikasi antarmuka seperti itu dan membuatnya untuk memanggilnya sebagai «Master». Dan pasti bukanlah topik yang aku, sebagai «Papa», dapat mengatakan hal apapun.

Menghentikan sepedaku di tempat parkir pada sisi jalan bersepeda untuk mengumpuklan pikiranku pada saat bersamaan, aku menekan air botol dan melakukan peregangan. Meskipun punggung dan pinggangku sudah mulai mengeluh karena sedel sepeda yang keras serta postur membungkuk ke depan tak begitu akrab denganku, tapi rasa sakit ini jelas bukanlah rasa sakit yang tidak menyenangkan.

‘Kerja bagus, Papa. Jarak perjalanan sekarang adalah 12.7 kilometer dan waktu untuk sampai di tujuan sekitar pukul 11:20.’

Disamping Yui yang dengan lancar menyampaikan laporan sambil duduk pada setang sepeda, si gadis yang berpakaian biru terang masih tetap berdiri tanpa berkata apapun. Yui berusaha membuat Cel yang sebuah avatar, agar bisa ditampilkan pada monitor kecil data catatan, sebagai sebuah objek tiga dimensi yang dapat kulihat. Jadi, sudah sewajarnya kalau ia tak bisa begitu banyak bergerak, biar begitu, tidak ada yang dapat kuperbuat selain merasakan corak warna keputusasaan dari sosok seorang gadis yang sedang menunggu perintah.

Aku melakukan pencarian tentang alasan dibalik perbaikan sepeda Biachi, namun hal itu menimbulkan keraguan. Mengapa si pemilik sebelumnya tidak mencabut perangkat yang dipasang? Bahkan jika perangkat ini tidak bisa dicopot karena memang terpasang disana, mengapa data catatannya tidak dihapus? Semakin banyak aku memikirkannya, semakin menumbuhkan kepercayaan pada satu jawaban. Bahwa, sepeda Biachi ini (dan si gadis biru celeste) ditinggalkan pemilik sebelumnya tanpa niat yang disengaja—

Tidak mungkin jika paman Rinrindou akan mengijinkan sepeda curian untuk ditukarkan. Tapi. Sepeda gunung jarang didaftarkan karena keamanan dan paman mungkin tidak tahu asal usul sepeda ini setelah berpindah pemilik dan toko beberapa kali, mengutip cacat sepeda biachi sebagai alasan. Jika sepeda Bianchi ini adalah sepeda curian, si pemilik asli pasti mencari dengan sungguh - sungguh, hingga sekarang, setelah melakukan kostumisasi sebanyak ini.

Pemilik sekarang, aku, bisa juga disebut, «pembeli yang beruntung», dan si gadis celeste berkata ‘sudah berlalu sembilan ratus tujuh hari sejak berkendara terakhir’ sebelumnya—itu berarti telah berlalu lebih dari dua tahun sejak si pencuri dan aku tidak mempunyai kewajiban untuk mengembalikan sepeda ini untuk alasan hukum. Untuk tambahan, sepeda ini adalah hadiah selamat atas pendaftaranku dari Suguha dan orang tuaku, jadi aku tidak tahu seberapa besar syok yang Suguha terima jika aku mengembalikan sepeda ini karena sepeda ini adalah sepeda curian.

Namun, bagaimanapun juga, aku tidak percaya bahwa pura – pura tidak tahu dan melanjutkan bersepeda seperti ini adalah pilihan yang benar untuk dipilih. Terlebih lagi, aku punya ide untuk melacak dimana si pemilik tinggal.

“Hei, Yui. Gadis ini tidak merespon perintah suara, kan?”

Ketika aku bertanya sambil memegang botol di tanganku, Yui memberi anggukan singkat.

‘Betul, Papa. Tampaknya dia hanya bereaksi melalui monitor layar sentuh. Tapi aku bisa mengubah perintah suaramu dan menyampaikan padanya, Papa.’

“Aku paham. Lalu… Pertama – tama, siapa namanya?”

Mendengar pertanyaanku, Yui menggerakkan matanya ke samping dan si gadis misterius dengan cepat mengangkat wajahnya lalu menjawab.

‘Aku «Cel».’

“Cel… huh.”

Tentunya, nama tersebut kemungkinan diambil dari kata caleste. Sambil mengangguk, aku melanjutkan pertanyaanku.

“Cel, apakah kamu mempunyai cara untuk menghubungi mastermu?”

‘Data yang cocok tak bisa ditemukan di penyimpanan.’

Well, hal itu normal. Umumnya seseorang tidak akan mendaftarkan nomor telepon atau alamat email mereka di data catatan sepeda. Setelah mendapat jawaban, aku menginstruksikan pertanyaanku selanjutnya.

“Lalu, tolong tampilkan rute perjalanan sebelumnya.”

‘Ya, Master.’

Setelah dua detik lag, peta bagian selatan Saitama ditampilkan dalam pandanganku. Setelah memperbesar bagian pinggiran Arakawa, garis biru muda muncul. Pemilik sebelumnya pastinya juga melewati jalan ini juga. Sambil merasa lega bahwa lokasi itu tidak begitu jauh, aku fokus pada rute yang telah ditampilkan.

Total jarak perjalanan satu arah ini 30 kilometer dan tujuannya adalah—Fujimi, Saitama. Tentu saja, tujuan itu seharusnya adalah rumah si pemilik sepeda sebelumnya. Taman yang aku set sebagai tujuanku kurang lebih 2 kilometer atau lebih, jadi aku bisa mengembalikan sepeda ini juga. Selama si pemilik tidak pindah.

Disamping itu, keputusanku.

“…Cel. Aku bukan mastermu. Apa kamu ingin kembali kepada mastermu yang asli?”

Mendengar pertanyaan tersebut, Yui dengan lembut menggeleng bersamaan bulu matanya turun.

‘Maaf papa. Aku tak bisa mengubah pertanyaan itu.’

“Aah… Aku paham, aku hanya berharap. Maaf.”

Tentu, Cel tidak menunjukkan respon apapun, tapi hatiku telah memutuskan. Tidak ada kesempatan lain ketika dia ingin kembali ke pemiliknya, kan?

“Yui, atur ulang tujuan menuju titik keberangkatan menurut data yang diterima dari Cel.”

‘…Ya, Papa. Pengaturan ulang rute tujuan selesai.’

“Oke…Ayo pergi!”

Mengayuh kaki kananku ke pedal sepeda, Aku mulai mengendarai sepeda Biachi melawan arah angin selatan sekali lagi.


Spesifikasi milik Cel seharusnya tidak bisa dibandingkan dengan Yui, namun dia menyembunyikan kemampuan yang tak terduga didalamnya. Setelah mendapat data GPS melalui Yui, Cel mulai menyampaikan poin penting jalanan sepeda secara rinci. Titik buta yang disebabkan baik itu penghalang untuk masuknya kendaraan roda empat maupun hambatan, dan di atas itu semua, bahkan celah dalam berbagai ukuran, secara akurat ditunjukkan olehnya, jadi perjalananku terasa jauh lebih meyakinkan. Tentunya, hal itu tidak mencakup hambatan yang tidak ada dua setengah tahun yang lalu, namun tampaknya Cel menggabungkan data tersebut secara otomatis.

Berdiri di atas terminal sambil memberikan instruksi seperti ‘Permukaan jalanan dalam kondisi buruk, lima puluh meter di depan’ atau ‘Ada perbedaan tingkat derajat kemiringan dua puluh sentimeter, mohon perlambat’, Cel seperti seorang peri yang tinggal didalam sepeda. Kuucapkan terima kasih padanya, aku akhirnya mencapai tujuan pertama, sebuah taman, sembilan puluh menit setelah meninggalkan rumahku tanpa menemui hambatan sepanjang jalan. Aku telah berencana untuk kembali ke sini untuk kedepannya, setelah mengisi botol minumku. Aku melintasi jembatan selatan taman dan memasuki Fujimi, aku bersepeda selama lima menit melalui kawasan perumahan sebelum panah navigasi menghilang dalam sekejap mata.

‘Papa, kita telah sampai pada tujuan.’

Aku mendengarkan Yui berbicara sambil melihat daerah sekitar.

Di kanan jalan adalah sebuah taman bermain anak – anak. Di kirinya adalah sebuah gerbang terpisah menuju rumah. Jadi, rumah ini kemungkinan adalah tempat tinggal pemilik sepeda ini sebelumnya. Setelah pikiran itu melintas di kepalaku, aku akhirnya menyadari bagaimana aku akan menyerah jika tempat tinggal pemilik sebelumnya adalah sebuah apartemen atau sebuah condominium[3] di tujuanku, namun aku kira semuanya akan berbalik menjadi yang terbaik pada akhirnya.

Turun dari sepeda Bianchi, Aku mengintip ke dalam bangunan melalui pagar hitam. Sebuah mini van putih diparkir di tempat mobil pada halaman dan tiga buah sepeda, mamachari, diparkir di pintu masuk. Akan dilaporkan oleh tetangga si penghuni rumah jika aku mengintip lebih lama, jadi aku menguatkan tekadku dan mengulurkan tanganku menuju interkom.

Suara ‘ya’ yang kedengarannya diseret tiba – tiba muncul, lalu aku menyebutkan namaku dan memberanikan diri mengatakan tujuanku berkunjung kesini. Yaitu, bahwa aku membawa kembali sepeda yang mungkin dicuri dari rumah ini.

Seseorang yang keluar dari pintu gerbang adalah seorang wanita yang tampaknya berumur pertengahan dua puluh tahunan. Dia melewati halaman depan setengah berlari, sandalnya mengeluarkan bunyi khas, lalu dia membuka gerbangnya, terkejut ketika dia melihatku—bukan, melihat sepeda lebih tepatnya. Meskipun sekitar delapan puluh persen aku telah siap bahwa sepeda Bianchi ini merupakan sepeda curian, aku masih tetap menjelaskan detail ceritanya. Bagaimana sepeda ini dibeli bekas dari toko sepeda di Kawagoe. Bagaimana aku menemukan data catatan aneh yang ditinggalkan dan bagaimana aku sampai di sini melalui catatan rute perjalanan sebelumnya. Dan akhirnya, bagaimana keinginanku untuk mengembalikan sepeda ini ke pemilik aslinya—

“Aku mengerti… jadi begitulah bagaimana ceritanya. Aku meminta maaf telah membuatmu bersepeda jauh sampai ke sini.”

Si wanita yang menundukkan kepalanya, rambutnya yang diikat kebelakang bergoyang, berasumsi ekspresinya agak rumit dan berkelanjutan. “Sepeda ini milik adik laki - lakiku, seorang siswa universitas … dulunya. Tapi, sepeda ini tidak dicuri atau apapun.”

“Eeh… jika sepeda ini bukan ditukarkan? Jika seperti itu, mengapa datanya masih …”

Ketika aku bertanya kembali, terkejut bahwa sepeda ini bukan sepeda curian, si wanita membuat ekspresi yang tampaknya sebuah kehilangan akan sesuatu untuk menjawab. Meletakkan kedua tangannya dari saku depan jaket warna birunya, dia menatap ke lantai dua. Satu dari jendela yang bersebrangan beranda rumah itu tertutup rapat tanpa celah, meskipun saat ini siang hari.

Mengembalikan tatapan matanya kepadaku setelah beberapa saat, si wanita secara perlahan mulai bercerita.

“…Adik laki – lakiku menolak mengendarai sepeda karena keadaan yang disebabkan tiga tahun lalu. Keadaan tersebut bukanlah sebuah luka, penyakit, ataupun yang seperti itu… hingga musim gugur yang lalu, selama dua tahun lebih, bagaimana aku mengatakan ini.. dia terbaring di ranjang …”

Tepat ketika aku mendengar si wanita bercerita sampai ke bagian itu, aku menarik napas dalam dan membuka dua mataku lebar-lebar. Semua berawal tiga tahun yang lalu, pada musim gugur 2022; kejadian tersebut berakhir pada musim gugur 2024; terbaring di ranjang dengan alasan selain cedera maupun penyakit. Jika kasusnya seperti itu, untuk lebih jelasnya, «keadaan» yang dibicarakan si wanita mungkin … Menatapku yang terdiam membisu, si wanita melanjutkan ceritanya sambil menurunkan matanya.

“Tubuhnya benar – benar melemah ketika dia sadar… meskipun dia bisa berjalan lagi setelah mendapat rehabilitasi, dia mengunci dirinya sendiri di kamarnya sejak kembali ke rumah. Dia tidak berangkat ke universitas dan tentunya, dia bahkan tidak memandang sepedanya … dia hanya bermain game VR sepanjang waktu. Dan ketika dia tidak berhenti setelah tahun berganti, ayah menyingkirkan sepedanya ketika marah tanpa peduli konsekuensinya. Sepeda itu seharusnya menjadi hadiah untuknya ketika masuk universitas …”

Memahami inti ceritanya, si wanita menaikkan wajahnya dan tertawa.

“Saya sungguh meminta maaf telah membuatmu mendengarkan semua cerita itu meskipun tidak ada sangkut pautnya terhadapmu. Itulah mengapa sepeda ini bukanlah sepeda curian. Aku yakin adikku tidak akan mengendarai sepeda ini lagi, jadi aku percaya sepeda ini akan lebih senang jika kamu mengendarainya.”

“……Aku mengerti, jadi itulah bagaimana sepeda ini bisa…”

Aku berguman dan menjatuhkan pandanganku ke sepeda Bianchi.

Setelah memahami percakapan bersama si wanita, Yui menunjukkan wajah khawatir di atas setang sepeda, tapi ekspresi wajah milik Cel masih tetap pakem sambil berdiri di atas terminal portable. Menunggu perintah selanjutnya dari «Master» tanpa membuat sedikit gerakan.

“…Apakah adik laki – lakimu berada di fakultas ilmu pengetahuan?”

Si wanita berkedip sekali, lalu tersenyum dan mengangguk atas pertanyaanku.

“Ya, dia sering menghadiri kuliah pada universitas ilmu pengetahuan dan teknologi di Tokyo. Mengapa?”

“Ada modifikasi pada sepeda ini pada level yang tak mungkin jika dilakukan oleh amatir. Aku berterima kasih atas modifikasi tersebut karena bisa sampai sini, meskipun…”

“Aku paham… Kirigaya-kun… kan? Terima kasih banyak, aku menghargai tindakanmu. Aku akan memberitahu adik laki – lakiku bahwa kamu datang. Dan bahwa sepedanya masih cukup kuat hingga sekarang.”

“……Oke.”

Aku tak bisa melakukan apapun namun hanya bisa merendahkan kepalaku sebagai bentuk jawaban.

Aku yakin sekitar sembilan puluh persen bahwa pemilik sepeda Biachi yang sebelumnya, adik laki – laki si wanita yang berada di hadapanku ini, adalah seorang «SAO survivor» seperti diriku. Aku juga, telah mengalami bagaimana rasanya tubuh ini melemah karena koma dua tahun belakangan ini. Khususnya bagi para pengendara sepeda, hal ini pasti sulit untuk menerima rasa kehilangan yang datang karena melemahnya otot kaki yang selama ini dilatih. Hal itu tidaklah aneh untuknya untuk tidak pernah ingin mengendarai sepeda lagi.

Namun.Aku ingin mempercayai. Setidaknya, adik laki – laki si wanita ini masih mempunyai perasaan kepada «Cel… Personifikasi antarmuka yang sangat dia cintai, cinta yang dia miliki saat sedang memasang dinamo di Sepeda Bianchi yang berguna untuk mengubah kayuhan kakinya menjadi listrik dan memasukkannya ke dalam baterai «Cel»."

“Erm… bolehkan aku menanyai adik laki – lakimu sebuah pertanyaan?? Apakah dia tidak ingin mengambil data catatannya?

Aku berkata, dan si wanita memiringkan sedikit kepalanya, namun menjawab “oke” lalu mengeluarkan sebuah terminal portable dari kantongnya.Wanita tersebut tidak membuat sebuah panggilan namun mengirim sebuah email dan melihat ke lantai dua rumah yang berada di belakangnya.

Untungnya, mungkin dia tidak dalam dive sepenuhnya pada saat ini karena tirai jendela bergerak sedikit—atau begitulah kelihatannya. Sebuah ringtone terdengar dari terminal si wanita setelah beberapa saat.

“Erm… po… ‘posnya harus dikeluarkan terlebih dahulu, kemudian kamu bisa mencopot data catatannya jika kamu menekan cincin didalam tabung jok‘… hei, Kirigaya-kun, kamu memahaminya?”

“Ya, tentu.”

Aku mengangguk sambil tersenyum dan mengendurkan tempat duduk Bianchi yang disandarkan di sisi gerbang. Menarik seluruh sedel dari kerangka sepeda dan mengintip ke dalam tabung, Aku bisa melihat sebuah cincin kecil didalamnya. Karena dia tidak menyadari cincin ini, paman Rinrindou mungkin tidak mencoba mengambilnya keluar.

Memasukkan jariku ke dalam cincin dan dengan lembut menekannya, aku dapat merasakan sensasi akan sesuatu yang keluar. Dengan hati – hati aku mengeluarkan cincin yang memiliki data terminal berukuran kecil. Memotong kabel yang kemungkinan ada pada dinamo, aku menyerahkan terminal tersebut kepada si wanita.

Sebuah pikiran lalu melintas di pikiranku kemudian aku menatap setang sepeda ini; sosok Cel masih di sini. Mungkin dikarenakan terminalnya telah di isi pada level tertentu, namun tampaknya koneksi menuju Yui masih dipertahankan. Tetapi, ANT+ merupakan protokol komunikasi wireless yang sangat pendek, jadi seharusnya koneksinya terputus ketika si wanita kembali ke dalam rumah.

“…Terima kasih. Aku akan menyerahkannya ke adik laki - lakiku, lalu..”

Si wanita yang menerima data catatan lalu merendahkan kepalanya dan berbicara seolah-olah bahwa pikiran tertentu baru saja melintas di pikirannya.

“Betul, Kirigaya-kun, jika kamu tidak keberatan, dapatkah kamu memberitahuku alamat yang bisa dihubungi? Aku akan menyuruh adik laki – lakiku untuk berkunjung ke Kawagoe sebagai rasa terima kasih jika dia mendapat mood untuk keluar dan membeli sepeda yang baru.”

“Eh, tidak, kamu tidak harus…”

Aku menerima terminal milik wanita tersebut lalu mengetik nama dan alamat emailku sebelum mengembalikannya sesopan mungkin. Dia juga memberitahu namanya, dan membungkuk sebagai tanda terima kasih.

“Aku benar – benar berterima kasih. Jagalah sepeda itu.”

Memalingkan mataku dari wanita yang berjalan masuk ke dalam rumah, aku menatap setang sepeda Bianchi.

Koneksinya telah terputus dan si celeste fairy yang sedang berdiri di atas terminal portable menghilang; segera sebelum menghilang—


Dia menyeringai manis, atau begitulah yang aku lihat.

Angin musim semi berubah – ubah dan pada saat aku berbalik arah untuk kembali ke Kawagoe, angin tersebut berganti arah dari selatan ke utara. Dengan kata lain, perjalanan pulangku juga akan melawan arah angin.

Terkadang setelah aku mulai bersepeda melalui kesulitan pada jalanan sepeda, Yui berteriak sambil menunjuk jalanan di depan.

‘Papa, ada jalan berlubang tiga puluh meter di depan!’

“Huh, bukankah kita bersepeda berlawanan arah sebelumnya?”

Yui mengejutkanku sambil puas membusungkan dadanya.

‘Aku menerima data permukaan jalanan dari Cel-san! Kami juga berbicara tentang banyak hal!’

“Berbicara… tentang…”

—Cel tidak bisa berbicara sepertimu, kan; menahan kata tersebut, dengan enteng aku berkata, “aku mengerti” dan tersenyum. Bahasa manusia tidak lebih dari satu protokol komunikasi diantara banyak protokol untuk Yui.

Duduk di setang sepeda lalu menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri ketika dia melaporkan kondisi permukaan jalanan, Yui tiba – tiba berbalik dan berbicara.

‘Papa. Kita akan bertemu dengan Cel-san lagi, kan?’

“Yeah, kita akan bertemu dengannya, aku percaya.”

Sambil mengangguk, aku menaikkan gigi sepeda, lalu mengayuh pedal sekuat tenaga.


Catatan Pengarang Kawahara disini. Aku baru saja menyelesaikan tulisan yang ditandai sebagai cerita pendek SAO meskipun game didalamnya kurang lengkap dan sepenuhnya mengekspos hobiku untuk pertama kalinya di cerita ini. Cerita yang aku pikirkan pertama kali seperti «Kirito memberikan gadis – gadis coklat sebagai ungkapan syukur», tapi mengapa aku tidak menulisnya, karena sebuah paket pengiriman ekspres dikirimkan dari bagian editorial pada pertengahan Febuari, berlabelkan «Berisi : bahan Makanan», jadi aku berfikir, ‘Pasti coklat untukku ini berasal dari pembaca!’, lalu membuka isi paket tersebut untuk mengantisipasi sebelum melihat bahwa isinya adalah contoh dari «AW x SAO White-Black Manjuu», menyebabkanku ambruk di lututku. Nah, Manjuu tersebut sebenarnya benar – benar lezat. Meskipun aku juga menerima coklat di hari selanjutnya. Terima kasih banyak. Dan itulah bagaimana, cerita pendek ini menjadi ‘Sebuah cerita tentang Kirito mengendarai sebuah sepeda’, namun cerita ini juga adalah cerita yang aku ingin tulis sejak masa lalu, jadi aku akan senang jika para pembaca menikmatinya. Aku akan menulis sebuah cerita yang melibatkan game di cerita selanjutnya.

Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Bottom Bracket, bagian sepeda yang menghubungkan poros kayuhan pedal ke sepeda agar berputar secara bebas
  2. Wheel Hub, suatu bagian sepeda. untuk lebih jelasnya silahkan kunjungi http://en.wikipedia.org/wiki/Wheel_hub_assembly
  3. Condominium, adalah bentuk kepemilikan perumahan dan real properti lainnya di mana bagian tertentu dari sebuah real estate (biasanya dari sebuah rumah apartemen) dimiliki secara individual