Skeleton Knight Going Out to the Parallel Universe (Indonesia): Jilid 1 Bab 9

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

「Apa, Itu Bukan Tanaman Obat? Itu Seekor Monster!」 - Bagian 2[edit]


Entah bereaksi dengan gerakan Marca atau sorakanku, makhluk itu menggerakkan tubuh besarnya, sebelum akhirnya berdiri.


Aku bisa melihat seluruh tubuhnya dari sini. Dari kepala hingga ekornya, itu adalah makhluk mirip kadal dengan tubuh berukuran sekitar 6 meter. Ia mempunyai enam kaki yang terlihat kuat, dan sisik hijau bertotol kelabu. Di atas kepalanya terdapat jengger hijau, dan di punggungnya terdapat sisik yang bisa berubah warna, dan di ekornya tersusun duri berliku-liku. Di tengah tubuhnya adalah sepasang bola mata yang lebih besar dari kepalanya, memberinya kesan makhluk yang perawakannya mirip bunglon.


Ia membuka mulutnya lebar, menampilkan rahangnya yang penuh dengan taring, dan melepaskan sebuah raungan aneh.


“kurororororooooooooo!”


Aku mengingat makhluk seperti ini dari dalam game.


Giant Basilisk.


Seekor monster yang levelnya antara 150-170, bisa dibilang monster itu bukanlah monster dengan nilai serang yang kuat. Akan tetapi, untuk pemula dan pemain menengah, kombinasi mata pembatunya, napas racun, dan cakar pelumpuh membuatnya menjadi kombo mematikan dengan efek abnormalnya.


Sungguh hutan yang sangat berbahaya, akan sangat tidak mungkin bagi para penduduk desa untuk berurusan dengannya. Tunggu, mengapa monster semacam ini ada di sini?


Setelah melihat monster itu, Marca mulai menjauh dari pohon Kobumi dan kembali kepadaku.


Akan tetapi, monster itu mengejarnya. Giant Basilisk itu mengangkat keenam kakinya dan mengejar Marca, hingga akhirnya monster itu berhenti tiba-tiba tanpa alasan, dan mulai menggoyangkan kepalanya ke atas dan ke bawah. Gerakan aneh ini membuatku bisa melihat jenggernya mulai berubah menjadi merah.


Jangan bilang ini sama seperti di game?!


Sepertinya monster itu akan menggunakan serangan tatapan pembatunya, tatapan yang biasanya dilancarkan dalam lengkungan berbentuk seperti kipas untuk kerusakan yang lebar.


Kulempar kantungku, dan memakai perisai yang kupanggul. Aku berlari menuju Marca dan menggendongnya, sebelum kulindungi dia di balik perisai di tangan kananku.


Perlengkapan tingkat mistik, 『Heavenly shield of Titus』. Perisai ini bisa menghalau hampir semua efek status abnormal berdasarkan dari perbedaan levelnya, dan perisai ini juga meningkatkan ketahanan terhadap semua abnormalitas. Dengan perisai ini, kuambil ancang-ancang bertahan.


Kemudian, sebuah suara “paan” dari bom sonik terdengar melalui seluruh wilayah saat gelombang kejut yang keras membentur perisainya. Kulihat Marca, di dalam bayang-bayang perisaiku, menutup telinganya dan juga matanya. Dari tempatku berdiri, semuanya aman. Pembatuannya kelihatannya telah terhalau.


Di dalam game, terdapat waktu cooldown untuk serangannya, tapi aku tak bisa bergantung pada hal itu. Karena, mustahil untuk mengambil keuntungan dari pola serangan musuh.


Dengan cepat aku bergerak maju, dan menyembunyikan Marca di belakangku. Kucengkeram pedangku yang ada di pinggulku. Dengan adanya Marca, pertarungan ini akan kuakhiri dengan serangan jarak jauh.


Skill Holy Knight 【Sword of judgment】!!


Pedangku mulai bersinar dengan cahaya, saat aku menghunusnya dan kuayun ke arah monster itu. Dengan cepat, sebuah lingkaran sihir terbentuk di bawah kaki basilisk raksasa itu, dan sebuah pedang cahaya muncul dari atas kepalanya.


“guroroororoooooooo!!!”


Pedang dengan panjang 5 meter itu menusuk tubuh besar basillisk raksasa itu. Kemudian, sebuah suara seperti logam pecah pun terdengar, saat pedang cahaya itu mulai menghilang.


Sembari ketenangan mulai kembali, tubuh besar basillisk raksasa itu terkepar di tanah. Aku tak bergerak seinci pun, aku memeriksa sekeliling masih dengan posisi setelah mengayun pedang ke bawah. Kekuatan serangan itu sepertinya telah berhasil membunuhnya......


Apakah 【Sword of judgment】 selalu memunculkan sebuah pedang raksasa semacam itu? Apakah ketegangan situasi ini membuatku menggunakan skill yang lebih kuat daripada biasanya? Ataukah ini sama seperti sebelumnya, hanya kekuatannya bertambah di kehidupan nyata...... keduanya tak menjadi penjelasan yang bagus, karena; aku tak tahu mana yang benar.


Sembari memegangku dari belakang, Marca halnya bisa melihat monster yang tumbang itu dan menjawab dengan sebuah “Wow!”


“Marca, apakah monster itu sering muncul di sekitar desa?”

“Tidak. Monsternya tak sebesar ini. Kurasa yang berada di sekitar desa itu disebut Fanged Boar?”


Kuncir kuda Marca bergoyang saat ia menengokkan kepalanya. Menyadari sesuatu, ia menunjuk ke arah jurang dan berseru.


“Ah! Di sana juga ada lagi!!”


Aku melihat ke arah telunjuknya menunjuk, dan bisa dipastikan, di sana ada basilisk raksasa lainnya di sisi lain jurang. Saat aku membuat kontak mata, monster itu mundur dengan cepat.


“Hmm, mereka pergi entah ke mana.”


Mungkin mereka berhati-hati karena kawannya telah dikalahkan. Karena tak ada tanda kemunculan lainnya, pengumpulan tanaman obatnya bisa kami lanjut.


“Marca. Apakah tanaman Kobumi ini masih bagus?”


Saat aku menanyakannya, dia berlari ke pohon Kobumi itu. Saat dia mencapai dasar pohonnya, dia mulai memetik tangkai dari bunga putih tersebut.


Setelah melihat pemandangan tersebut, aku kembali memandang basilisk raksasa yang kukalahkan. Tubuhnya dengan panjang 6 meter tergeletak di tanah. Seekor monster mestinya mempunyai sebuah batu sihir, namun aku tak tahu di mana lokasi jantungnya. Mencarinya di dalam tubuh sebesar ini pasti sangat sulit. Apakah posisinya sama dengan posisi jantung buaya atau kadal?


Kugulingkan tubuh besar monster itu hingga punggungnya. Ajaibnya, sangat mudah melakukannya. Apakah posisi jantung buaya di dekat abdomennya atau kaki depannya? Karena kelihatannya akan sedikit susah kalau kulakukan dengan pisau belati di sakuku, aku harus menggunakan pedangku untuk mengambil jantungnya. Saat kuiris perut basilisk itu, sebuah batu seukuran telapak bayi muncul. Kuangkat batunya ke arah cahaya matahari, dan batu itu memantulkan sebuah cahaya ungu ke mataku. Dengan batu ini, aku akan baik-baik saja untuk sementara.


Karena kemungkinan kau tak bisa memakan basilisk seperti orc kemarin, tubuhnya akan menjadi peninggalan untuk hutan ini. Lagi pula, orc mirip babi itu masih butuh seratus tahun dari bunglon raksasa ini. Lagi pula dengan semua keanehannya, bunglon ini tak terlihat lezat. Kelihatannya juga susah untuk dibawa pulang......


“Kishi-sama, bisakan anda mengambil bunga-bunga di atas itu?”


Saat aku tengah mengambil bagian dari basilisk raksasa itu, Marca meminta bantuanku. Kutaruh batu sihirnya di dalam tasku, lalu aku berjalan ke pohon Kobumi di sebelah Marca.


Bunga dari pohon Kobumi mekar di setiap tangkainya. Terdapat susunan dari lima kelopak bunga kecil berwarna putih, dan mengeluarkan aroma manis yang tak bisa dijelaskan.


Marca sudah mulai mengumpulkan bunga-bunga di tangkai yang lebih rendah.


“Efek apa yang ada pada bunga-bunga ini?”

“Hmm~~ ayah tak memberitahukannya padaku. Setelah mereka dikeringkan dan dijadikan bubuk, dia hanya menjualnya pada para orang dewasa dengan harga tinggi. Karena itu bisa menyembuhkan penyakit, mungkin itu juga sebuah tanaman obat, benar? Kishi-sama, apa anda tahu suatu penyakit yang hanya dimiliki para orang dewasa?”


Tanpa berhenti terlebih dulu, Marca menanyakan pertanyaan semacam itu. Sebuah penyakit yang hanya diderita orang dewasa......, seperti penyakit geriatrik? Akan tetapi itu adalah nama umum sebuah penyakit dan namanya telah diganti setelah seorang anak meninggal karenanya. Aku tak tahu.


“Tidak, aku tak tahu penyakit semacam itu.”

“Begitu~~. Lain kali, akan kutanyakan pada ahlinya. Kalau aku tak tahu efek dari barang jualanku, bisa saja aku dimanfaatkan nantinya.”


Dia tertawa setelah berkata seperti itu.


Kami berdua bekerja dengan cepat untuk memetik bunga-bunganya, dan tak lama keranjangnya penuh. Aku juga menaruh beberapa tangkai bunga ke dalam kantungku. Setelah kantungnya penuh, kupanggul di pundakku dan bersiap untuk kembali.


Dalam perjalanan pulang, aku tetap mengikuti di belakang Marca. Kelihatannya dia menggunakan topografi untuk menemukan jalan di sekitar hutan, tapi bagiku semuanya kelihatan sama saja. Kalau bukan bersamanya, ekspedisi ini akan berakhir menjadi sebuah bencana.


Sembari lebatnya hutan mulai berkurang, wilayah di sekitar desa mulai bisa terlihat kembali. Di sana, sebuah babi hutan besar berwarna hitam tengah menggali tanah.


“Ah, Fanged Boar! Itu adalah monster yang menyerang desa waktu itu. Ia terlalu dekat dengan desa.”


Entah menyadari kehadiran kami atau suara Marca, Fanged Boar itu mengangkat kepalanya dan meraung. Makhluk itu dan burba pada dasarnya berbeda dalam ukurannya. Tubuh makhluk itu panjangnya sekitar 2 meter dan tingginya sama seperti Marca. Ia juga memiliki empat gading yang menonjol di rahang bawahnya.


Setelah mengumpulkan kekuatan di kakinya, babi itu menyerang ke arah kami. Segera kutaruh kantungku dan menatap Fanged Boar yang mendekat.


Lagian larinya sama sekali tak terlihat cepat bagiku. Berhadapan langsung dengannya, kupegang sepasang gadingnya dengan tanganku, dan membanting babi hutan itu ke tanah. Kepala Fanged Boar itu membentur tanah dengan kecepatan tinggi, dan setelah itu, ia terdiam.


Dengan marah, kutusuk perutnya dengan pedangku, lalu aku mengingat suatu hal. Walau babi hutan itu bisa bergerak liar dengan kaki kuatnya, kalau kutahan kepalanya, semua akan menjadi mudah.


“Marca, aku akan menghabisinya. Tanyakan pada seorang pemburu di desa atau seseorang barangkali makhluk ini bisa berguna untuk dibawa ke desa?”

“Ba-Baik. Saya mengerti! Tolong tunggu sebentar!!”


Marca merespon dengan cepat, lalu berlari menuju desa. Melihatnya pergi, kuharap dia tak terjatuh saat pergi ke sana.


Setelah beberapa menit, beberapa pasang warga datang sembari membawa sebuah gerobak. Saat mereka tiba, babi hutan ini telah tertutupi dengan darahnya sendiri dan telah kehilangan kemampuan geraknya. Sekarang ia hanya bisa mengeluarkan napas kecil.


Para warga desa menatap Fanged Boar yang sekarat dengan terkejut, sebelum mengeluarkan sebuah decak kagum. Dengan instruksi dari seorang pemburu, aku menaruh makhluk buas yang sudah mati ini ke gerobak.


“Bagaimana kami harus mengurus pembagian makhluk ini, Kishi-sama? Kulitnya bisa digunakan, dan gadingnya juga bisa dijual dengan harga tinggi. Sudah pasti dagingnya juga lezat. Anda bisa membawanya ke kota kalau anda menyewa beberapa warga.”


Sembari si pemburu memeriksa hewan buruan ini, aku bertanya tentang pembagiannya.


“Hmm, kudengar makhluk ini adalah seekor monster. Bisakah kau samak kulit bulunya, dan kau ambil gading dan batu sihirnya sebagai hadiah? Dan juga, berikan samakkan kulit bulunya kepada Marca kalau sudah jadi.”

“Huh? Tak masalah buat anda?”

“Eh, saya mendapat kulit bulunya?! Kishi-sama!”


Mereka berdua terkejut dengan tawaranku. Walaupun mereka bilang kulit bulunya berharga tinggi, aku tak memerlukannya. Jadi aku berikan saja pada Marca, aku puas dengan kebahagiaan dari mensedekahkannya. Seorang paman berusia 40 tahun yang dermawan terhadap anak kecil (latar belakang).


“Aku tak masalah. Kurasa kau juga harus membagikan dagingnya pada penduduk desa.”


Para warga menarik gerobaknya setelah mendengar perkataanku, dan menyuarakan rasa terima kasih mereka bersamaan. Karena monster sering muncul di ladang, desa ini sepertinya telah mengamali kesulitan. Mereka bahkan berpikir untuk membentuk kelompok berburu, atau menaruh sebuah permintaan kepada guild petualang.


Sepertinya Fanged Boar ini muncul di dekat desa karena telah terusir oleh basilisk raksasa tadi.


Setelah berada di desa, Fanged Boar itu dipotong-potong di samping rumah pemburu. Saat berita itu mulai tersebar, semua warga desa mulai mengintip-intip, saat mereka datang untuk melihat. Bahkan sang kepala desa menghampiriku untuk berterima kasih kepadaku. Tak terasa, matahari mulai terbenam.


Karena aku tak bisa melakukannya, kuserahkan pembagian dagingnya dan pemisahan kulitnya kepada si pemburu dan para relawan. Sedangkan, aku kembali ke rumah Marca. Lagian, aku harus mengantar panenan tanaman Kobumi yang masih berada di kantongku.


Marca berada dalam mood yang bagus karena dia akan bisa makan daging untuk sementara waktu.


“Ibu, aku pulang! Coba tebak! Kishi-sama dapat mengalahkan monster yang telah menyerang desa!!”


Saat Marca masuk, hal yang pertama kali ia bicarakan bukanlah tentang hasil panenannya, melainkan tentang mengalahkan monster.


“Huh!? Kau bertemu dengan monster!? Apa ada yang terluka!? Apa kau terluka?!”


Ibunya panik, dan memeganginya untuk memeriksa barangkali ada luka. Dia menghembuskan napas lega setelah tahu semuanya baik-baik saja. Saat dia menyadari ibunya yang menangis, mata Marca mulai berkaca-kaca dan meminta maaf padanya berulang kali. Helena si putri termuda muncul dan mulai memeluk kakaknya dari belakang.


“Terima kasih banyak telah menjaga putriku. Saya tak tahu harus berterima kasih bagaimana......”

“Berdasarkan permintaannya, aku berperan sebagai pengawal Marca. Marca, karena tugasnya sudah selesai, bisakah kau berikan plakat penyelesaiannya padaku?”

“Ah, ya!”


Mendengar permintaanku, dia mengeluarkan sebuah balok kayu, seukuran kartu bisnis, dari kantong bajunya. Nomor seri permintaannya tertulis pada balok kayu tersebut.


“Terima kasih atas semuanya.”


Setelah mengangguk puas, Marca yang imut membungkukkan kepalanya dan berterima kasih kepadaku. Aku mendekat dan berbisik lembut padanya.


“Marca, jaga rahasia kalau kita bertemu dengan monster besar itu. Aku tak ingin membuat ibumu lebih khawatir lagi.”


Saat aku berkata demikian, dia tertawa dengan setuju. Aku menaruh balok kayu itu di tas bawaanku sebelum pergi meninggalkan rumah, sembari melabai balik pada Marca.


Setelah meninggalkan rumah, aku masih bisa mendengar suara omongan para warga dari rumah pemburu. Mungkin mereka masih memotong-motong daging Fanged Boar itu. Sembari matahari terbenam mewarnai langitnya oranye, sekawanan burung terlihat masuk ke dalam hutan.


Aku harus kembali ke Rubierute sebelum gerbangnya di tutup. Dengan menggunakan 【Dimensional step】, aku bisa berpindah ke tengah kota dari luar dinding, namun hal itu akan menjadi tempat peristirahatan terakhirku.


Aku berjalan kaki melalui jalan dari gerbang desa, sembari berpapasan dengan para petani yang pulang. Setelah aku melewati ladang, kehadiran orang lainnya mulai hilang, dan hanya suara gemeresik dedaunan dan tumbuhan yang bisa terdengar.


Aku akan mencoba kembali ke kota dengan 【Transfer gate】 kali ini. Terakhir kali aku mencobanya, aku hanya berpindah sejauh 7 meter dari tempat asalku. Masih ada kemungkinan bahwa sihir ini bisa bekerja kalau kau bisa membayangkan lokasi yang ingin kau tuju.


Kupasang pemandangan bukit Rubierute sebagai lokasi perpindahannya. Itu adalah sebuah lokasi dengan sedikit orang singgah dan aku bisa membayangkannya dengan jelas di benakku. Kalau aku berhasil melakukannya, maka aku akan mempunyai cara yang mudah untuk kembali ke tempat yang telah kukunjungi. Lokasi dengan tata tanah yang sama mungkin akan mustahil.


Pertama-tama, kucoba untuk merekam desa Rata ke dalam ingatanku. Melihat ke belakang, kulihat asap dari berbagai cerobong dari desa menjulang ke langit. Hal tersebut mengingatkanku bahwa aku masih memiliki roti yang kubeli tadi pagi.


Berbalik dari desa, kupasang Kota Rubierute ke dalam pikiranku.


“【Transfer gate】!”


Formasi sihir cerah berdiameter 3 meter muncul setelah kuaktifkan sihirnya. Penglihatanku menjadi gelap untuk beberapa saat, dan menyisakan perasaan melayang di benakku. Sebelum aku menyadarinya, pemandangannya telah sepenuhnya berubah.


Aku telah berdiri di bukit yang menghadap Rubierute. Kelihatannya 【Transfer gate】nya berhasil. Sekarang kalau kutambahkan jumlah destinasinya, aku akan bisa berkelana dengan mudah. Sungguh sihir yang hebat.


Aku memasuki kota lewat gerbang timur, dan berjalan menuju gedung guild petualang. Aku mendengar lonceng penutupan gerbang segera setelah kedatanganku, sepertinya aku hanya sedikit beruntung.


Memasuki gedung guild, aku disambut dengan senyum jahat dari paman beruang dalam kandang. Aku sedikit tersanjung Marca bisa datang ke tempat ini, di mana sesosok orang brutal sepertinya tinggal, dan membuat permintaannya.


“Permintaannya telah diselesaikan. Bisakah aku dapatkan bukti penyelesaiannya?”


Kubuka tas bawaanku, dan menaruh plakat permintaan dan penyelesaiannya di counter. Setelah memastikannya, paman beruang itu menyerahkanku sekeping koin perak. Dengan ini, tugas pertamaku telah selesai.


Hari ini aku juga akan menetap di penginapan murah lagi, tapi apa yang harus kulakukan esok dan seterusnya?



Mundur ke Bab 8 Kembali ke Halaman Utama Teruskan ke Bab 10