Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid05 Bab4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 4 - Crimson Reunion[edit]

Pada hari sabtu, Hisui berjalan-jalan tanpa tujuan.

Tanpa tempat yang ingin dia kunjungi dan tidak ada yang ingin dia lakukan, dia hanya pergi keluar untuk menghabiskan waktu.

Ketika Rushella masih ada, Hisui terus-menerus diganggu oleh dia untuk melakukan ini dan itu, tak pernah mendapatkan saat-saat yang damai dan tenang.

Meskipun hanya berusia enam belas tahun, dia tampaknya telah mengalami bagaimana rasanya menjadi seorang ayah yang masih harus kerja untuk keluarganya pada hari libur disamping kerja siang malam.

Sejak Rushella menghilang, Hisui menghabiskan waktu setiap Hari Sabtu untuk mencari dia.

Mengunjungi tempat-tempat dimana dia mungkin berada, dengan Mei atau Eruru menemani dia kadang-kadang.

Bagaimanapun juga, Rushella punya wajah cantik yang tiada bandingannya dan sosok yang mengagumkan. Hisui juga berusaha mengumpulkan informasi di internet tentang kecantikan dari dunia lain.

Lalu bagaimana dengan sekarang?

Sejujurnya, dia tidak tau apa lagi yang bisa dia lakukan. Berjalan di jalanan, dia tidak mampu memperbaiki suasana hatinya.

Rushella masih belum bisa ditemukan.

Bahkan jika Hisui menemukan dia, apa selanjutnya?

Meminta dia untuk kembali?

Karena dia kemungkinan besar telah pergi dengan kehendaknya sendiri, kata-kata semacam itu tidak akan berguna.

Itu mungkin bahwa dia pergi karena dia mendapatkan kembali ingatannya.

Mungkin dia hanya kembali ke bagaimana seharusnya para vampir bertindak.

"....Mungkin dia sudah melupakan aku, menghisap darah orang lain seperti vampir normal, tinggal di sebuah kastil disuatu tempat."

Hisui tak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan kata-kata ini keluar dari mulutnya. Cara dia terus merindukan Rushella benar-benar menjijikan.

Matahari telah lama terbenam dan sekeliling sudah gelap.

Dia sudah makan malam. Jika dia terus diluar lebih lama lagi, dia kemungkinan besar akan diseret untuk bimbingan perbaikan.

Menatap langit berbintang, Hisui mendesah dan pulang.

Tak ada lampu yang menyala dirumah dan itu tampak seperti Miraluka masih belum kembali.

Sejak pertengkaran dengan Eruru, dia belum pulang sama sekali.

Hisui secara bijaksana bertanya pada Eruru tetapi dia tidak tau juga.

Eruru mengatakan bahwa "Aku akan memberitahu kamu jika dia melakukan sesuatu yang memerlukan hukuman." Candaan ini sepenuhnya tidak lucu dan Hisui tidak tau apakah dia harus mempercayai dia atau tidak.

Selain itu, Hisui mengirim pesan pada dia dengan nada obrolan yang santai.

Dimasa lalu, Eruru akan selalu menjawab dengan gaya polosnya tanpa emoticon atau teks ekspresi.

Namun, dia tidak menanggapi kali ini.

Hisui kebingungan sekarang ini, jadi dia mencoba mengirim pesan teks pada Mei dan Kirika juga. Tetapi hasilnya adalah sama: kedua gadis ini biasanya menjawab dengan pasti, tetapi mereka mengabaikan dia hari ini.

"Apa aku dikucilkan oleh mereka? Apa yang ketiga gadis itu lakukan?"

Mendapati beberapa pertemanannya menjadi jauh juga, Hisui mendesah dan berjalan ke kamar mandi.

Mengisi bak mandi dengan air panas terasa terlalu menyakitkan, sehingga dia memutuskan untuk mandi.

Aku akan mandi air panas untuk membersihkan pikiranku.

Duduk pada kursi mandi di kamar mandi, dia memulai dengan membasuh rambutnya.

Saat dia hendak memutar keran, sebuah suara akrab menyapa dia.

"Hai, selamat datang."

——Apa?

Hisui berbalik, hanya untuk melihat bak mandi penuh dengan air panas dan tubuh pucat yang telanjang berendam disana.

Atau lebih tepatnya, itu adalah Miraluka menikmati mandi.

Draculea V05 - BW07.jpg

"Ehhhhhhhhhhhhhhhhhh!?"

"Berhenti menjerit, itu sangat berisik."

Mengernyit tidak senang, Miraluka meraup segenggam air panas dan mencipratkan pada wajah Hisui.

Menerima segenggam air panas pada wajah, sirkuit mental Hisui akhirnya kembali ke jalurnya.

"Eh... K-Kenapa kamu disini!?"

"Apa yang salah dengan mandi di rumahku sendiri?"

"Aku bertanya kapan kamu pulang!?"

"Kamu tidak melihat sepatuku di pintu masuk? Aku melepaskan sepatuku ketika aku memasuki rumah, kamu tau."

"Uh, tetapi tidak ada lampu yang menyala dirumah dan kamar mandi juga gelap..."

Hisui menyadarinya setelah mengatakan kata-kata ini.

Wanita dihadapan matanya adalah——

"Ketahuilah bahwa aku seorang vampir. Walaupun tidak berarti bahwa penglihatan malam lebih unggul, pencahayaan tidak lebih dari kesenangan daripada kebutuhan. Aku ingin memikirkan tentang banyak hal, sehingga aku mematikan lampu kamar mandi. Pikiranku akan lebih tajam didalam kegelapan, kamu sudah mengetahui ini sejak lama, bukan?"

"....ya."

Akhirnya memahami situasinya, Hisui menjadi tenang juga.

Dia sudah memegang handuk mandi untuk menutupi tubuh bagian bawahnya dengan aman.

"Umm, bagaimana aku harus menempatkan ini? Itu tidak baik untuk mengganggu seorang wanita yang mandi, aku akan pergi sekarang..."

"Kenapa kamu berbicara seolah-olah kamu adalah seorang mak comblang yang menjauhkan diri dari meja? Jangan malu-malu, ini adalah kesempatan bagus bagiku untuk menggosok punggungmu mulai sekarang dan seterusnya."

Mengatakan itu, Miraluka berdiri.

Tubuh telanjangnya sepenuhnya terbuka untuk dilihat.

Sebelum Hisui punya kesempatan untuk mengalihkan tatapannya, tubuh Miraluka sudah sampai dihadapan matanya.

Kulitnya yang seputih salju, murni dan bersih, putih murni dan mempesona tanpa kemerahan apapun meskipun setelah direndam dalam air panas begitu lama.

Kulit cantiknya tidak memiliki bintik atau tahi lalat sedikitpun dan seperti batu giok putih tanpa cacat. Hanya telapak tangannya yang masih memiliki luka yang belum sembuh karena peluru perak Eruru.

Luka tersebut tampaknya telah pulih sebagian sejak malam itu, tetapi permukaan kulitnya masih sedikit memilukan untuk dilihat.

Meski demikian, cidera kecil ini tidak bisa menyembunyikan kecantikan yang sempurna dari tubuh telanjangnya, sangat menakjubkan.

Karena selain tangannya, seluruh tubuhnya sangat cantik, begitu cantik bahwa hal itu membuat seseorang mengabaikan cacat yang kecil.

Saat dia melangkah keluar dari bak mandi, payudara besarnya juga berguncang naik turun.

Buah berair tersebut mempertahankan bentuk sempurnanya tak peduli dari sudut mana seseorang mengaguminya. Keluar dari bak mandi, payudara itu tampak bahkan lebih lembut dan segar daripada biasanya.

Embun menetes turun dari kuncup bunga yang menggemaskan dan sedikit menonjol, mengalir melewati bagian bawah perutnya, menghilang di semak-semak—akhirnya mengalir ke kakinya.

Bahkan fenomena alami dari tetesan air yang menetes karena aksi gravitasi berubah menjadi keindahan yang menggoda dihadapan matanya.

Ke-feminiman yang dia wujudkan adalah sesuatu yang tak dimiliki oleh gadis-gadis yang Hisui kenal sejauh ini.

Sejak bertemu Rushella, dia telah menyaksikan tubuh telanjang perempuan berkali-kali dalam situasi yang tak bisa dihindari. Tetapi kali ini, itu sudah pasti adalah kesalahan wanita itu tanpa diragukan lagi.

Sebenarnya, tak ada perlunya bagi dia untuk merasa malu.

Sejak usia dini, tubuh ini yang tetap tak berubah selama bertahun-tahun telah muncul dihadapan matanya dalam jumlah yang tak terhitung.

Pinggang yang sempit, kaki panjang, rambut hitam yang sedikit basah—semuanya sama seperti dulu.

Saat dia memperoleh kembali akal sehatnya, Miraluka sudah memutari dipunggung Hisui.

"Hei, tunggu!"

"Ada apa? Jangan bergerak. Tak pernah ada pria dalam sejarah yang bisa membuat aku menggosok punggungnya."

"Tetapi pria yang setuju untuk berlutut dan menjilat kakimu ada sebanyak bintang di langit."

"Mau aku beritahu rinciannya?"

"Tidak terimakasih, aku tidak mau dunia dalam pikiranku menjadi jungkir balik."

Hisui menyerah pada perlawanan dan menyerahkan kendali punggungnya pada Miraluka.

Miraluka menggunakan spon mandi untuk memeras busa sabun kemudian menggosok punggung Hisui dengan cara cara yang berpengalaman.

Yah.... Itu cukup nyaman.

Juga ada semacam... perasaan nostalgia.

Dulu ketika dia masih terlalu kecil untuk membasuh rambutnya sendiri, mereka berdua akan mandi bersama-sama seperti ini.

Mungkin... hal ini tidak buruk sekali-kali.

Tetapi bukan lagi menggosok punggung.

"...Eh?"

Kemudian dia merasakan sebuah perasaan lembut dan menggoda di punggungnya.

Bukan hanya itu membawa tingkat elastisitas milik Rushella dan Mei, itu bahkan lebih unggul dalam hal volume.

Justru karena itu, sensasi sentuhan tersebut membuat dia memasuki ekstasi.

Lebih jauh lagi, sisa busa membuat puncak kembar pada punggung Hisui lebih terlumasi.

"M-Miraluka-san, apa yang kamu lakukan?"

"Apa? Aku mencuci tubuhmu untuk kamu. Aku benar-benar tak masalah jika kamu mau berbalik juga, oke?"

"Tidak tidak.... Tidak mungkin!"

"Maka itu saja yang bisa aku lakukan. Atau bagaimana dengan menggunakan payudaraku? Aku belum pernah mencobanya tetapi aku pernah mendengar bahwa pria suka melakukan seperti itu."

Mengatakan itu, Miraluka mengangkat payudaranya dari bawah, secara sengaja menekankan volume payudara itu.

Menekan kuncup bunga yang menonjol itu pada punggung Hisui, dia mendesak Hisui untuk menjawab.

Untuk sesaat, Hisui hampir ingin meminta dia untuk melakukan itu. Tetapi dengan kekuatan kehendak, dia berhasil untuk menjaga mulutnya tetap tertutup.

Tenanglah.

Aku pernah menemui hal semacam ini sebelumnya.

Selain dari serangan Mei di kamar mandi, dia telah mengalami banyak krisis serupa.

Dia telah bertahan dari banyak cobaan dan kesengsaraan.

Didepan matanya tak lebih dari tipe tubuh milik para gadis itu, tetapi orang yang ada didepannya bukanlah gadis-gadis itu.

Memang, tubuh ini milik keluarganya. Memikirkan itu akan baik-baik saja.

Oleh karena itu, dia tidak akan termakan keinginan.

Dia tidak punya ibu atau kakak perempuan sejak awal.

Dia hanya kebetulan punya orang ini sebagai satu-satunya keluarga.

Memainkan ulang tubuh-tubuh dari para gadis cantik dalam pikirannya, Hisui dengan panik melafalkan sebuah mantra untuk memperkokoh pikirannya.

"Ini adalah tubuh anggota keluarga... Ini adalah tubuh anggota keluarga... Ini adalah tubuh anggota keluarga..."

"Apa sebenarnya yang kamu gumamkan? Oh yah, terserahlah, jika kamu tidak menyukai payudara, maka aku akan membasuh kamu dengan cara normal."

Mengabaikan Hisui yang berada dalam kepanikan sepenuhnya, Miraluka dengan hati-hati menggosok punggung Hisui.

Dia melakukan tugas tersebut dengan serius tetapi payudaranya masih menyentuh dia berkali-kali, menyentuh dia lagi dan lagi sepanjang waktu.

Tetapi jika dia melarikan diri, Miraluka pasti akan memukuli dia setengah mati, jadi dia terjebak diantara batu dan tempat yang keras.

"Tubuhmu masih begitu halus. Kamu harus tumbuh menjadi lebih kuat."

"Diam, aku menganggapnya sebuah kekalahan jika aku menjadi berotot."

"Apa yang kamu bicarakan?"

Miraluka melanjutkan percakapan tetapi tangannya meluncur dari sisi ke pahanya kemudian diantara kakinya——

"....Berhenti. Aku akan melakukannya sendiri ditempat ini."

"Jangan malu-malu, hal itu adalah pemandangan yang akrab bagiku sejak milikmu masih sekecil kecil ini."

"Diamlah dan berhenti menggunakan jarimu untuk mengisyaratkan ukuran. Tidak terimakasih, berpikir tentang hal ini, kamu tidak menginginkannya juga jika bertukar peran, bukan?"

"Tidak akan. Oh benar, hal ini cukup tidak benar jika hanya aku yang melayani kamu. Aku sudah mencuci kamu sampai bersih hari ini, jadi lain kali, itu adalah giliranmu..."

"Aku akan mengatakan ini terlebih dulu, sudah pasti tidak mungkin!"

Hisui mati-matian menggunakan handuk untuk mempertahankan wilayah keramatnya dan menegaskan.

Tak seperti dia, Miraluka pasti akan duduk berhadapan dengan murah hati untuk membiarkan Hisui menggosok dia tanpa perasaan malu seperti ini.

Permainan kamar mandi macam apa ini?

"Kamu selalu mengatakan tidak pada semuanya. Apa sekarang, kamu tidak puas aku mencuci kamu? Jika kamu tidak suka spons, maka aku akan menggunakan tanganku untuk mencuci kamu? Atau bagaimana dengan payudara... Seperti ini."

Mengatakan itu, Miraluka meremaskan payudaranya yang lentur, meraba-rabanya naik turun didepan mata Hisui.

Untuk berpikir dia bahkan menjepit botol untuk mencuci tubuh pada belahan dadanya, sungguh kelakuan yang sangat rinci.

"Hmm, sesuatu yang mengerikan akan terjadi jika kamu terus melakukan hal ini, jadi tolong ampuni aku!"

Hisui mulai meraung sehingga Miraluka tak punya pilihan selain berhenti menginvasi wilayah keramatnya.

Ini adalah krisis yang belum pernah terjadi yang wilayah keramat belum pernah temui sejak itu didirikan. Saat Hisui menghembuskan nafas lega karena selamat dari krisis tersebut, dia tiba-tiba merasakan daun telinganya digigit oleh sepasang bibir.

"Maka aku akan melakukan ini."

Miraluka memasukan lidahnya secara langsung pada saluran telinganya, bermain-main dengan Hisui sesukanya.

Hisui merasakan sensasi tajam menjalar ke seluruh tubuhnya seolah-olah tulang punggungnya telah tersengat listrik.

Tanpa memberi dia kesempatan untuk beristirahat, Miraluka mengarahkan jari-jari rampingnya ke dadanya dan memainkan puting Hisui.

Gosok gosok——

"Hyauh!"

Hisui menjerit dengan nada tinggi seperti seorang gadis, membungkukkan tubuhnya kedepan.

Perasaan kesenangan yang tidak diketahui membuat seluruh tubuhnya berkedut saat Miraluka menatap dia dengan senang. Menciduk air panas dari bak dengan sebuah bajan mandi, dia menyiramkan air pada tubuh Hisui dan tubuhnya.

Membasuh busa-busa, tubuh mereka akhirnya selesai dimandikan.

"Jangan meremehkan aku. Bahkan tanpa mengekspose tubuh telanjangku, aku masih bisa membuat banyak pahlawan tunduk hanya dengan menggerakkan jari ini."

"T-Teknisian..."

Mengatakan kata-kata terakhirnya, Hisui ambruk kedepan ke lantai.

Adegan terakhir yang dia saksikan adalah tubuh telanjang Miraluka.

Lebih jauh lagi, kerena dia menatap keatas dari lantai, seluruh tubuh Miraluka, termasuk taman pada pangkal kakinya yang indah juga sepenuhnya dalam pandangan.

Mungkin mati seperti ini adalah semacam kebahagiaan.

"Kalau begitu aku akan keluar. Nikmati berendam disini. Oh benar, datanglah ke kamarku setelah kamu selesai."

Miraluka melambai ringan kemudian dengan santai meninggalkan kamar mandi.

Hisui membutuh waktu yang cukup lama sebelum dia bisa berdiri lagi.

"...Lalu kenapa aku harus menggunakan pengering rambut untuk mengeringkan rambutmu?"

"Apa boleh buat, rambutku panjang. Hal ini berlaku sama bagi manusia dan vampir. Aku sudah menunggu kamu untuk menyelesaikan mandimu dan bahkan sekarang, rambutku masih basah."

Sama seperti yang Miraluka minta, Hisui pergi ke kamarnya segera setelah dia keluar dari kamar mandi.

Hisui telah menebak ini sebelumnya. Segera setelah dia memasuki kamar tersebut, Miraluka melemparkan pengering rambut pada dia, meminta Hisui menggeringkan rambutnya.

Memegang sisir di tangan kanannya sambil menggunakan pengering rambut dengan tangan kirinya, dia menyisir dan mengeringkan rambut Miraluka seperti seorang penata rambut profesional.

Berpikir kebelakang, Hisui mulai melakukan pekerjaan ini sejak masih kecil.

Sebelum dia mempelajari mencuci piring dan mencuci baju, Miraluka sudah memerintah dia untuk memegang sisir dan pengering rambut untuk merapikan rambutnya.

Mereka berdua selalu melakukannya di kamar Miraluka, diatas ranjang yang ekstra besar ini.

Mungkin berbicara secara normal, duduk didepan cermin meja rias akan lebih tepat tetapi sayangnya, cermin tidak menampilkan pantulan dari vampir.

Oleh karena itu, Miraluka selalu duduk dengan santai di ranjang, memanggil Hisui untuk mendekat ke dia.

"Kemampuanmu belum berkarat. Aku begitu senang aku mengajarimu secara pribadi."

"Jangan mengatakan itu begitu aneh. Bahkan ketika kamu tidak ada, tanganku tidak pernah mendapatkan saat-saat untuk menganggur."

Itu benar—Hisui telah memikirkan tentang hal ini sepanjang waktu.

Selama musim panas, setelah insiden dengan Fergus dan Touko, untuk beberapa alasan, Rushella mulai memerintah Hisui untuk mengeringkan rambutnya setiap kali dia keluar dari kamar mandi.

"Terlalu banyak kerumitan." "Tidak bisa diganggu." Hisui menolak dia dengan tidak adanya motivasi sepenuhnya, kemudian Rushella memukuli dia. Pada akhirnya, hal itu menjadi tugas kesehariannya.

"Dunia yang tak adil macam apa ini? Apakah seluruh ras vampir perempuan punya sesuatu terhadap aku?"

"Aku tidak tau tentang yang lain dan aku juga tidak punya ketertarikan untuk tau. Tetapi kamu harus mengingat ini: membicarakan tentang wanita lain didepan seorang wanita adalah sebuah tabu tak peduli ras apa kamu berurusan."

Melihat tatapan menusuk dari Miraluka, Hisui dengan panik mengalihkan tatapannya.

Dia tau dia salah.

Hal semacam ini telah terjadi berkali-kali dengan Rushella juga.

Setiap kali dia menyebutkan Miraluka didepan Rushella, dia akan mengeluarkan amarahnya. Sehingga kebalikannya juga sama—hal ini tidak sulit untuk diperkirakan.

"....Selesai."

Setelah mengeringkan rambutnya, Hisui meninggalkan sisi Miraluka.

Rambutnya yang indah dan cantik berkilauan, membuktikan prestasi Hisui.

Keterampilannya sempurna.

Hisui mengembalikan sisir dan pengering rambut ke tempat asalnya dan bersiap meninggalkan kamar tersebut. Pada saat ini, Miraluka meraih lengannya.

"Hei, layanilah aku sekali-kali. Ini bukan seperti kamu akan dihukum memijat pundak dan punggungku."

"Aku sudah melakukannya sedikit untukmu barusan."

"Kalau begitu aku meminta lebih. Pijatan seluruh tubuh."

Miraluka membaringkan dirinya sendiri pada ranjang, menarik lengan Hisui tanpa melepaskan dia.

Tetapi Hisui tidak menyetujui.

"Tidak, aku tidak dalam mood hari ini."

"Kalau begitu bagaimana kalau aku yang akan memijatmu?"

Miraluka berbicara secara nakal, menarik lengan Hisui.

Itu adalah sebuah gerakan ringan tak peduli bagaimana kamu melihatnya, tetapi karena itu adalah kekuatan seorang vampir—seorang Leluhur Sejati—dimalam hari, Hisui tertarik ke udara seperti sebuah bulu sebelum jatuh ke ranjang.

Mereka berdua bertukar posisi dengan Hisui berbaring menghadap ke atas dan Miraluka merayap diatas dia.

"...Hei."

"Apa?"

Miraluka mengistirahatkan dagunya pada tangannya sementara sikunya pada dada Hisui seolah-olah bertanya "apa masalahnya?"

Tindakannya yang menggemaskan ini sangatlah sexy.

Mereka berdua mengenakan pakaian tidur mereka.

Hisui mengenakan kaos dan berkeringat sementara Miraluka mengenakan daster hitam berenda.

Karena kain yang tipis, Hisui bisa dengan jelas melihat garis besarnya sementara kehangatan tubuhnya ada dalam jangkauan lengan.

Namun, suhu tubuh seorang vampir jauh lebih rendah daripada manusia.

Kedang-kadang orang akan menggambarkan vampir sedingin menusuk tulang tetapi Miraluka bisa dianggap tipe yang relatif hangat.

Detakan jantung mereka perlahan-lahan semakin cepat dalam irama, panas tubuh saling mengalir satu sama lain, detakan jantung mereka secara bertahap tersingkron.

"....Menyingkir."

"Kenapa? Kenapa kamu begitu muram sejak aku kembali? Beritahu aku jika sesuatu mengganggu kamu."

"Bukan apa-apa. Jika aku harus mengatakan mengatakan apa yang mengganggu aku, itu adalah situasi saat ini. Juga omong kosong yang kamu katakan di kamar mandi barusan!"

"Apa yang harus dimalukan antara kamu dan aku?"

"Aku sudah.... bukan anak kecil."

Hisui memalingkan wajahnya dan mengenang.

Memang, mereka berdua sering mandi bersama-sama dimasa lalu.

Tetapi setelah dia mencapai tahun-tahun diatas sekolah dasar, Hisui mulai bersikeras mandi sendiri.

Miraluka tidak peduli dan dengan santai akan menyerbu masuk saat Hisui sedang mandi. Tetapi setelah Hisui mulai sekolah menengah, Miraluka mulai menunjukan lebih banyak penahanan diri.

Meski demikian, pamer secara terang-terangan di ruang tengah hanya berbalut handuk mandi adalah perilaku sehari-hari bagi Miraluka. Sebagai hasilnya, yang disebut penahanan dirinya mungkin berjumlah sedikit.

"Aku tidak mengerti, apa yang begitu mengganggu kamu?"

"Itu wajar saja bahwa seorang vampir abadi tidak mengerti hati seorang pria muda. Oke, cepat menyingkir dari aku."

"Kamu membuat aku semakin dan semakin bingung. Apa yang mengganggu kamu? Hal itu sangat wajar bagi pria untuk bernafsu pada seorang yang cantik. Tetapi mengingat hubungan kita, apa kamu masih perlu untuk malu-malu? Hal itu adalah hukum alam bagi usiamu untuk maju seiring waktu. Karena kamu sudah mencapai usia ini, mengejar aku tak bisa dihindari lagi."

"....Aku tidak paham. Katakan lagi?"

Tanpa menjawab, Miraluka hanya melepaskan ikatan tali bahu dasternya.

Kain diatas dadanya meluncur turun, mengungkapkan payudara berlimpah yang terbalut dalam bra-nya.

Bra dan daster tersebut sama-sama hitam tetapi kainnya sangat minim.

Pakaian dalam yang cabul itu nyaris gagal untuk menutupi putingnya, ada hanya untuk merayu laki-laki.

Miraluka adalah seorang wanita yang suka memakai pakaian yang mengungkapkan sejak awal, tetapi Hisui belum pernah melihat dia berpakaian dengan cara yang provokatif.

"Uh...."

"Dulu aku selalu membuka garis leherku seperti ini sepanjang waktu untuk memainkan peran ibu."

"...Jangan menyinggung kenangan yang menjengkelkan itu."

"Seperti yang aku bilang, tak perlu malu. Atau lebih tepatnya... aku adalah orang yang merampas kamu dari ibumu."

"....."

Memang.

Wanita didepan matanya, dalam kontak fisik yang intim, adalah orang yang membunuh orang tuanya.

Saat orang tuanya memaksa dia melakukan bunuh diri, Miraluka adalah orang yang telah menyelamatkan dan membesarkan dia.

"Umurku tak terbatas tetapi aku belum pernah menjadi seorang ibu. Melihat ibu orang lain begitu sering, tampaknya aku telah mempelajari bagaimana untuk melakukannya. Melihat kamu menangis untuk ibu, aku menjadi ibumu... tidak cukup baik untuk kamu?"

"...mana aku tau. Aku tidak punya kesan yang baik tentang ibu kandungku lagian, bahkan jika aku punya, aku tidak mengingatnya. Aku tidak begitu kehilangan nilai-nilai kemanusiaan untuk berpikir hal-hal yang lebih baik hanya karena kamu membunuh orang tuaku.... Ataupun aku akan membencimu tanpa diskriminasi karena itu."

"Ini pertama kalinya bagiku mendengarkan kamu berbicara tentang ini."

Miraluka tersenyum.

Memang, Hisui menyinggung hal ini pada dia untuk pertama kalinya.

Dia tidak pernah bisa berbicara tentang hal itu.

Sesuatu yang begitu sederhana, Hisui masih tidak bisa membawa dirinya sendiri untuk mengatakannya bahkan sampai hari Miraluka mati sekali.

"Aku bukan lagi anak kecil yang harus menempel pada ibunya sepanjang hari... Aku tidak perlu seorang ibu kedua. Kamu hanyalah seorang kakak, kan...? Oh yah, kecuali jauh lebih tua."

"Aku mengerti, kamu benar. Tetapi kamu bisa hidup mandiri saat aku tidak ada, sehingga kamu tidak memerlukan seorang kakak, kan?"

"Tidak seperti itu... Aku tidak mau bergantung padamu sepanjang waktu. Aku punya kemampuan untuk hidup mandiri tetapi aku tidak memiliki sarana keuangan."

Hisui memang terbiasa untuk hidup sendirian.

Tak peduli perasaan apa yang dia punya didalam hatinya, bahkan jika ibu dan kakak ini tidak ada disampingnya, dia masih mampu untuk memenuhi kebutuhan dan terus hidup.

"Lalu kamu tidak membutuhkan aku?"

"Tidak, bukan itu yang aku maksud..."

"Benar. Jika aku tidak bisa menjadi keluarga, masih ada kegunaan lain bagiku."

Mengatakan itu, Miraluka mengangkat tangan kanan Hisui dan menggerakkannya kearah dadanya.

"Hei...."

"Kamu pikir aku tidak menyadari? Sejak sekolah menengah, kamu dengan sengaja menghindari menatap aku disini. Kenapa?"

"I-Itu...!"

"Kerena aku adalah ibu dan kakakmu, kamu tidak harus menjadi sadar diri bahkan jika kamu menatap aku disini. Tak masalah. Disisi lain, aku tidak bisa."

Miraluka menekankan payudaranya pada Hisui dan menggulurkan tangan untuk memegang tangannya.

Kemudian menarik tangan Hisui, dia melepaskan bra-nya.

Kain yang hampir gagal untuk bertindak sebagai pakaian dalam itu meluncur turun, mengekspose payudara ke udara.

Seperti buah yang berat bergetar disebuah cabang, daging yang lembut menonjol dengan volume yang luar biasa.

Meskipun melihat mereka dari dekat sebelumnya, Hisui mendapati bahwa daging seputih susu dihadapan matanya memancarkan berbagai jenis warna.

Kehangatan yang berasal dari payudara itu ditangannya tidak berbeda dengan manusia.

Buah di ujung payudaranya sudah mengeras, kekakuannya adalah sesuatu yang Hisui bisa rasakan secara nyata.

Miraluka melepaskan tangan Hisui.

Sekarang ini, Hisui tengah menyentuh tubuhnya menggunakan tangannya sendiri.

"Silahkan, lakukan sesukamu."

"....."

"Disini juga."

Miraluka berbisik pada telinga Hisui, menarik tangan kiri Hisui yang kosong kearah pantatnya.

Kelima jari Hisui tenggelam kedalam daging yang indah yang menyerupai dataran bersalju.

Didekat ujung jarinya adalah simpul untuk celana dalam Miraluka—kain disana seminim kain bra.

Miraluka mungkin telah membulatkan pikirannya ketika dia memanggil Hisui ke kamarnya.

"Miralu...."

Sebelum dia bisa memanggil, bibir Hisui telah tersegel.

Dia sudah bersalah menjadi iblis pencium dimasa lalu sehingga ini bukanlah yang pertama kali dia melakukan hal ini.

Meski demikian, ciuman hari ini berbeda dari yang semua sebelumnya.

Ciuman ini tidak seperti di maksudkan untuk mengekspresikan persahabatan, tidak datang dari seorang ibu atau seorang kakak, berbeda dari ciuman dari keluarga.

Ini sebuah ciuman diantara pria dan wanita.

Bibir itu, yang seharusnya telah meminum darah segar yang tak terhitung jumlahnya, tidak membawa bau darah.

Sebaliknya, kaya akan rasa manis.

Ini adalah sebuah aroma yang akrab bagi Hisui.

Aroma ini telah memenuhi seluruh ruangan. Bahkan tempat tidur memancarkan aroma menggoda ini.

Tak ada lagi aroma Rushella disini.

Itu tipe aroma sabun, dipenuhi dengan kemewahan namun diam-diam mengandung rasa kesopanan sudah menghilang.

Setelah ciuman yang panjang, Miraluka memisahkan bibir mereka.

Dia membiarkan tangan Hisui untuk tetap menekan payudara dan pantatnya, kemudian menggulurkan kedua tangan untuk membuai kepala Hisui.

"Apa yang akan kamu lakukan? Kamu bisa melakukan apapun yang kamu inginkan, oke?"

"....."

"Atau mungkin... Kamu mau aku untuk menunjukkan senioritasku dan memandu kamu?"

Miraluka tersenyum lembut dan memisahkan dirinya sendiri dari Hisui.

Melepaskan dasternya, dia mulai perlahan-lahan melepaskan celana dalamnya dengan cara yang menggoda.

Miraluka kemudian menekankan berat tubuhnya pada Hisui dan dalam diam mengangkat kaosnya.

Menekan payudaranya erat-erat pada dada kurus Hisui, suhu tubuh mereka bersatu lagi.

Bibir dan bibir mendekat lagi.

Lidah semerah darah menjulur keluar dari bibir yang berwarna sama.

Ciuman ini berbeda dari yang sebelumnya, lebih kaya, lebih manis, sebuah poin tidak bisa kembali segera setelah ciuman dimulai.

Saling menghembuskan nafas pada wajah masing-masing, mereka menyentuhkan bibir mereka secara ringan bersama-sama.

Miraluka memejamkan matanya.

Tetapi Hisui membuka matanya lebar-lebar.

"Berhenti....!"

Hisui mendorong Miraluka saat dia mendekat.

Tentu saja, kekuatan Hisui sepenuhnya tak berdaya melawan seorang vampir dimalam hari.

Tetapi Miraluka dalam diam turun dari ranjang. Masih sepenuhnya telanjang, dia bertanya tanpa ekspresi:

"...Apa kamu tidak puas dengan aku dengan cara apapun?"

"...."

"Pada akhirnya.... Aku tidak lebih dari keluarga? Atau aku harus mengetahui tempatku dan menjadi senang bahwa seorang vampir belaka bisa seintim ini dengan kamu?"

Masih mempertahankan penampilan tanpa ekspresi itu, kata-katanya dipenuhi dengan kepahitan.

Seorang pria yang mampu membuat dia, seorang Leluhur Sejati, berbicara dengan suara seperti itu, mungkinkah ada yang lain selain dia?

Dibawah keheningan yang berat, Hisui berbicara dengan tekad.

"Siapa sebenarnya... kamu?"

Miraluka mengernyit tidak senang.

Pertanyaan ini sudah ditanyakan selama reuni mereka.

Dan dia menanggapi dengan sebuah jawaban sempurna.

Jawaban ini tidak akan berubah bahkan sekarang.

"Aku Miraluka, siapa lagi? Kamu harusnya mengenali tubuhku juga."

Miraluka merentangkan lengannya, menunjukkan tubuhnya yang telanjang sepenuhnya didepan mata Hisui.

Dia tau.

Kecantikan abadi yang telah diukir kedalam matanya.

Tubuh porselen ini, tidak berkurang sedikitpun, sudah pasti bukan replika.

Matanya tidak mungkin salah.

Ini adalah tubuh dari wanita yang bertindak sebagai ibunya, kakak perempuannya dan orang yang dia cintai.

Namum....

"Kenapa?"

"Apa yang kamu tanyakan?"

"Tanganmu... Kenapa itu tidak sepenuhnya sembuh?"

Duduk di tempat tidur, Hisui menatap muram pada tangan kanan Miraluka.

Itu adalah tangan dengan luka bakar.

Meskipun kekuatan regenerasinya telah sedikit berpengaruh, tangan yang telah memblokir peluru perak masih ternoda oleh jejak luka bakar yang parah.

"...Aku tidak mengerti apa yang kamu tanyakan. Itu adalah peluru perak bagaimanapun juga, penyembuhan membutuhkan waktu."

"Kamu hanya memblokir peluru tersebut. Itu tidak masuk kedalam tubuhmu sehingga kerusakan seharusnya terbatas. Dan mengingat kekuatanmu, luka setingkat ini bukan tak terpulihkan."

"Aku seorang vampir, apa kamu lupa hal itu? Luka dari peluru biasa akan sembuh dengan segera. Tetapi luka yang disebabkan oleh kerusakan suci akan meninggalkan bekas luka permanen dalam sekenario kasus terburuk."

"Sama seperti 'ciuman' dari kaummu, bahkan jika luka tersebut terkoyak bersama daging, luka itu akan muncul lagi ketika tempat tersebut terregenerasi.... Seperti itu?"

Ini adalah apa yang Miraluka beritahukan pada dia sebelumnya.

"Tanda ciuman" menusuk korban vampir—hal ini adalah sebuah kutukan. Kecuali vampir itu hancur, luka tersebut tidak akan pernah menghilang.

Bahkan menggunakan operasi untuk menghilangkan daging pada lokasi luka, "tanda ciuman" akan masih teregenerasi.

Inilah tepatnya penjelasan bahwa "ciuman" seorang vampir bukanlah luka sederhana atau infeksi melainkan sebuah kutukan magis.

Fenomena yang sama terjadi pada vampir sendiri.

Ketika diserang oleh senjata dengan sifat suci, luka permanen akan tertinggal pada vampir meskipun kehidupan mereka kekal dan abadi.

Fenomena ini tergantung pada interaksi berbagai kondisi termasuk peringkat vampir, kedalaman luka, kekuatan dari senjata, kekuatan si pengguna dan tidak ada jawaban sederhana tetapi hal itu benar-benar ada.

"...Sungguh berlebihan. Pertama-tama, tak ada yang bisa memverifikasi luka permanen. Misalkan luka semacam itu tetap terbuka, mungkin itu akan manjadi dangkal setelah seratus tahun dan bahkan menghilang setelah seribu tahun. Bagi kami para vampir, menunggu selama itu bukanlah masalah. Bagaimanapun juga, ini bukanlah luka yang parah bagiku, itu akan menghilang tanpa jejak setelah satu minggu."

"Mungkin, apa yang kamu katakan seharusnya benar. Itulah sebabnya aku mendapati itu aneh."

"Kenapa? Ini adalah luka yang dihasilkan oleh senjata yang dimaksudkan untuk melawam kaumku. Apa boleh buat."

"Tidak. Mungkin hal itu benar bagi vampir yang lain, tetapi kamu berbeda."

"...."

Miraluka terdiam.

Dia menebak apa yang Hisui tidak katakan dengan keras.

"Tentu saja, hal ini juga terkait dengan fakta bahwa kamu seorang Leluhur Sejati. Cidera kecil setingkat ini tidak sembuh secara langsung terasa tidak normal. Tetapi sebelum itu, kamu mungkin memiliki potensi kekuatan regenerasi tertinggi dari semua vampir. Kamu bahkan selamat setelah dihanguskan oleh sinar matahari. Akankah seseorang sekuat itu akan terbakar hanya dengan memblokir sebuah peluru perak? Dan meninggalkan bekas luka?"

Miraluka ingin mengatakan sesuatu tetapi Hisui melanjutkan penyerangan lisan tanpa melunak.

"Juga... kamu memiliki cukup persediaan obat-obatan dan makanan serta lebih banyak darah yang tidak akan pernah bisa habis kamu gunakan. Kamu telah menimbun sejumlah besar darah di ruang bawah tanah, kan? Meskipun darah untuk transfusi tersebut rasanya tidak terlalu baik, dengan begitu banyak darah, memulihkan kesehatan penuh seharusnya bukanlah masalah. Tetapi tanganmu belum pulih."

"....."

"Setidaknya Miraluka yang aku kenal akan mampu menyembuhkan luka kecil semacam ini seketika. Jadi..."

"Jadi aku palsu? Ini bahkan tidak terhitung sebagai bukti yang menentukan. Pada akhirnya, hal yang paling krusial adalah apakah kamu percaya aku atau tidak."

Miraluka menggelengkan kepalanya dengan ringan.

Ada kesedihan pada wajahnya.

"Karena kamu mencurigai aku, maka kamu benar-benar harus mengkonfirmasi dengan tubuhmu, kan? Aku tidak bisa menipumu di area itu."

Miraluka naik ke tempat tidur lagi.

Tetapi ketika dia merangkak ke tempat tidur, Hisui melompat.

Kemudian dia berlari ke pintu sementara suara melengking Miraluka memanggil dia dari belakang.

Itu adalah suara dari satu-satunya keluarganya, sama seperti biasanya di masa lalu.

"Aku tidak berubah, dari kepala sampai kaki. Kamulah satu-satunya yang berubah, kan?"

"Apa maksudmu dengan itu?"

Hisui berpura-pura tenang tetapi suaranya bergetar.

"Aku hidup sebagai bukti eksistensiku sendiri, itu saja. Tetapi hal itu tampaknya berbeda untuk kamu."

"....."

"Datanglah kembali kapanpun jika kamu menginginkan aku."

Hisui tidak membalas, dia bahkan tidak melihat kebelakang.

Karena dia tidak mampu melakukan apapun, dia hanya bisa memilih untuk melarikan diri dengan cara ini.

Pagi itu, dia kabur dari rumah.

"...Jadi kamu kabur kerumahku? Apa kamu tidak punya malu?"

Hari minggu pagi, Eruru mengejek dia dengan tidak senang di ruang tamu apartemennya sendiri.

Eruru duduk di sofa. Hisui duduk di lantai dengan rasa malu diseluruh wajahnya, kontras dengan Eruru.

"Ngomong-ngomong, kenapa kamu datang kerumahku hanya karena kamu merasa tidak nyaman dirumahmu? Jika kamu pergi ke rumah Sudou-san atau Uno-san, mereka dengan senang akan menerima kamu."

"Rumah Sudou.... aku merasa seperti dia pasti akan membuat segala macam tuntutan padaku untuk membalas dia. Adapaun untuk Senpai... aku tidak mau merepotkan keluarganya."

"Kamu datang padaku karena aku tinggal sendirian? Maka aku akan berterus terang, kamu sangat menjengkelkan."

"....Apa aku salah."

Hisui tidak bisa menemukan bantahan apapun.

Takut berduaan dengan Miraluka di kamar yang sama, dia tak punya pilihan selain kabur.

Dia bahkan cukup pertimbangan untuk membawa seragam sekolahnya, sungguh menyedihkan.

Tetapi Hisui punya alasan untuk datang kesini.

"Tentang Miraluka... apa kamu punya berita pada pihakmu?"

"....."

"Tak satupun dari kalian bertiga membalas pesan teksku kemarin, aku khawatir.... Apa sesuatu terjadi?"

Hisui dengan hati-hati memilih kata-katanya untuk mengejar permasalahan.

Eruru mengatakan kebenarannya dengan cemberut.

"Tidak banyak. Sekarang ini, kemungkinan tentang mengungkap sebuah kejahatan tampaknya sangat sulit. Tetapi aku percaya dia adalah tipe abu-abu yang sangat dekat dengan hitam."

"Aku mengerti...."

"Juga, kami terlalu sibuk dengan hal lain kemarin untuk membalas."

"Apa, apa sesuatu terjadi?"

"Kami bertemu Rushella."

Wajah Hisui berubah dengan waspada kemudian tenang.

Eruru melanjutkan secara tanpa ampun.

"Aku akan menyingkat rincian tentang apa yang terjadi. Dia pergi ke Badan Investigasi Supranatural untuk menyelidiki asal-usulnya tetapi dia gagal untuk menemukan petunjuk. Kemudian dia pergi."

"Benarkah....? Lalu dimana dia sekarang!?"

Hisui mendongak dan bertanya dengan emosional.

Tetapi melihat tatapan Eruru sedingin es, dia terdiam lagi.

"Apa yang akan kamu lakukan jika kamu mengetahuinya?"

"Apa maksudmu, apa..."

"Dia meninggalkan kamu kemungkinan besar karena kemauannya sendiri. Menilai dari situasi kemarin, tidak ada yang memaksa dan dia tidak punya rekan juga. Karena dia bertekad untuk pergi, apa yang bisa kamu lakukan?"

"Itu....."

"Aku akan bertanya lagi. Apa dia tak tergantikan bagimu?"

Sebuah pertanyaan yang kejam.

Kenapa mencari Rushella? Hisui telah berusaha untuk menjawab pertanyaan ini sendiri sepanjang waktu.

Jika itu yang sebelumnya, Hisui pasti akan menjawab dengan cara setengah bercanda, "jangan menanyakan sesuatu yang sudah jelas, hal ini tidak membutuhkan alasan."

Tetapi sekarang....

"Dia merasa bahwa kamu tidak membutuhkan dia lagi, itu sebabnya dia pergi. Pasti kamu telah mencapai kesimpulan ini, kan?"

Pertanyaan ini membuat Hisui merasa seperti hatinya tengah ditusuk oleh pisau. Eruru mengetahui itu.

Justru karena itu, dia menyinggung hal ini tanpa emosi.

"Bagi kalian berdua... Bukan, bagi Rushella-san, apakah kamu tidak merasa bahwa hal ini adalah masalah yang menyakitkan?"

Setiap kata-kata Eruru sangat tanpa ampun.

Berdiri di wilayah pertengahan antara manusia dan vampir, Eruru mengetahui dengan sangat baik seberapa sulitnya bagi kedua ras tersebut untuk berdampingan.

Apalagi fakta bahwa ada Miraluka disamping Hisui.

Hisui tidak menjawab dan terus menundukkan kepalanya.

Mengepalkan tinjunya, menggertakkan giginya, dia merasa seperti hatinya tengah mengamuk dengan segala macam emosi.

Keheningan bertahan dan Hisui masih tidak menjawab.

"Dia saat ini sangat berbahaya mengingat dia belum meminum darah sedikitpun. Aku merasa bahwa dia tidak memiliki tipe tubuh yang bisa menahannya dengan baik, jadi situasinya cukup buruk. Jika dia terus menjauhkan diri dari darah, dia akan menjadi gila cepat atau lambat."

Eruru berdiri dan berbicara.

"Jika itu terjadi... Akankah Badan Investigasi Supranatural menanganinya?"

"Aku tidak akan menyangkalnya. Tetapi asal kamu tau, menghancurkan seorang vampir yang mengamuk cukup rumit. Sejujurnya, itu akan lebih baik untuk menemukan dia terlebih dulu dan membuat dia meminum darah bagaimanapun caranya. Oh yah, itu akan sia-sia jika dia menolak dan memuntahkan darahnya. Oleh karena itu jika kamu ingin pendapatku, akan lebih baik untuk memiliki sumber darah disamping dia yang dia sukai."

"Kamu...."

Mendengar pesan sebenarnya dalam kata-kata Eruru, Hisui menatap kosong pada dia.

"Keberadaannya tidak diketahui secara pasti, tetapi aku sudah mempersempit area perkiraan. Karena dia mengunjungi Badan Investigasi Supranatural sekali, maka itu akan lebih baik untuk melacak dari MPD sebagai awal. Jika dia menggunakan suatu macam transportasi, akan ada catatan yang tertinggal. Jika dia melarikan diri dengan kaki, akan ada saksi mata. Bagaimanapun juga, penampilannya begitu menakjubkan bahwa menanyai saksi untuk petunjuk tidak akan didengar. Dalam hal ini, aku sudah punya pemikiran dimana dia kemungkinan bersembunyi."

"Dimana... tempat itu!?"

"Sepertinya di kota tetangga. Aku tidak pernah menduganya begitu dekat."

Nada suara Eruru sangat serius dan ekspresinya tidak santai.

"Hmmm, yah... Oke, kenapa dia memilih tempat aneh ini? Hal ini tidak bersembunyi didepan mata ataupun sepenuhnya mustahil untuk di tebak.... Jarak ini benar-benar mudah untuk dijangkau."

"Ingin menghindari pergi jauh namun tidak mau ditemukan olehmu... Aku percaya itu adalah yang dia pikirkan."

"....Bisakah aku memberi pendapat jujurku?"

"Silahkan."

"Sungguh menyakitkan."

"Aku setuju."

Mereka berdua mengangguk.

Hisui tampaknya menenangkan dirinya sendiri.

"Lalu... Aku akan pergi menyelidiki. Jika kamu tak punya sesuatu untuk dilakukan, maka jangan sungkan-sungkan untuk bersantai disini sesuka kamu."

"...Aku akan pergi juga. Kenapa kamu menanyakan sesuatu yang sudah jelas?"

"Aku tidak membaca pikiran."

Lalu mereka berdua pergi bersama-sama.

Masih ada diwajah Hisui adalah kemuraman yang tak bisa dibersihkan.

Bertemu dengan Mei dan Kirika yang menunggu di depan stasiun, tim tersebut kembali pada barisan mereka yang biasanya.

"Ngomong-ngomong, apa kalian melakukan sesuatu dibalik punggungku? Sudou tampak terluka. Jika ini tentang menemukan Rushella, bukankah itu benar-benar berarti untuk membiarkan aku dalam kegelapan?"

"Siapa yang tau, bagaimana dengan kamu, Senpai?"

"Aku hanya menemani Kariya-san, iya kan, Kariya-san?"

"Aku tidak punya waktu atau energi untuk disia-siakan pada orang yang tak berguna yang berkubang dalam masalahnya sendiri. Jangan menghitung dia. Kita bertiga harus melakukan yang terbaik."

"Perlakuan macam apa ini....?"

Eruru tampak seperti dia turun dari sisi yang salah dari tempat tidur hari ini.

Merasa sangat marah, Hisui mengikuti kelompok tersebut ke jalan utama yang ramai didepan stasiun.

"Umm... Kita akan mulai mencari dari sini? Tetapi ada masalah kemana harus pergi, apa kamu punya petunjuk ke lokasi tertentu?"

"Dia pasti melewati stasiun ini kemarin, tetapi jejaknya terputus setelah itu. Jika dia belum meninggalkan tempat ini, dia seharusnya masih berada dalam jarak berjalan kaki."

Eruru sendiri tampaknya tidak memiliki petunjuk yang pasti juga, memasuki pemikiran mendalam.

Mereka berempat menyerahkan pemberitahuan orang hilang sambil bertanya di kereta bawah tanah, tetapi upaya ini sulit membuahkan hasil.

Misalkan Rushella melihat mereka dari kejauhan, dia pasti akan bersembunyi dengan segera.

"Tetapi penyelidikan rahasia sangat terbatas dalam semua aspek...."

Mei mulai berpikir.

Kirika juga berusaha untuk membantu memikirkan solusi.

Pada saat ini, Hisui menemukan seorang peserta yang tak diundang.

"Oh."

"Apa ada masalah?"

Mendengar suaranya, Eruru mengikuti tatapan Hisui.

Kemudian dia melihat juga.

Berdiri di jalan dengan bangga dengan tangannya bertolak pinggang—Rangetsu.

"Hmph, sepertinya kalian berada dalam kesulitan, bukan?"

" " " "Tidak, tidak sama sekali." " " "

Mereka berempat membantah secara bersamaan kemudian mulai pergi.

"Pokoknya, mari kita mengatur waktu kemudian berpencar untuk mengumpulkan informasi. Aku akan memeriksa cafe."

"Aku rasa aku akan pergi ke rumah yang ditinggalkan dan toko-toko kosong."

"Kalau begitu aku akan memeriksa restoran dan toko-toko. Mungkin dia pergi untuk membeli sesuatu beberapa kali."

"Lalu aku akan pergi ke tempat umum yang lainnya dimana dia mungkin telah muncul. Mungkin dia pergi ke pusat komunitas yang terbuka untuk umum secara gratis..."

Mereka berempat membuat rencana yang spesifik.

Saat mereka mengkonfirmasi peran masing-masing dan bersiap untuk bubar, Rangetsu meraih kerah mereka semua sekaligus dari belakang.

"Hei, kenapa kalian mengabaikan aku!? Untuk berpikir aku datang jauh-jauh kesini untuk membantu....!!"

"Ini tidak seperti kami memintamu."

"Katakanlah, kenapa kamu disini?"

"Apa kamu bertindak sebagai perwakilan dari Badan Investigasi Supranatural? Seorang mata-mata?"

"Umm, kami bertindak secara pribadi disini."

Mereka berempat menolak dia.

Mereka semua memberi getaran mengusir dia.

"Apa artinya ini!? Dan bagaimana kalian berniat untuk mencari!? Dengan hanya sedikit dari kalian, meskipun Badan Investigasi Supranatural tidak bisa memberi tenaga kerja karena insiden kemarin, tetapi tanpa menggunakan taktik besar-besaran, kalian masih tidak akan menemukan apa-apa bahkan sampai senja, kalian tau!?"

"Tidak, kami sudah sampai pada sebuah kesimpulan. Kami tau ini sulit tetapi jika kami tidak mengambil tindakan maka kami tidak akan pernah menemukan dia."

Hisui membantah dengan alasan.

Rangetsu jelas-jelas tidak senang bahwa rencananya telah digagalkan.

"Umm, maka jika kamu akan mencari, semakin banyak yang membantu semakin baik... kan?"

Rangetsu memutar-mutar jari dengan canggung, menatap dengan mata memohon dan membungkuk.

Sejujurnya, pendekatan semacam ini tidak sesuai dengan citranya sama sekali, benar-benar tidak manis.

Hisui menjauhkan dirinya sendiri dari dia dengan cara yang berlebihan sementara ketiga yang lainnya mundur juga.

"Hei, kenapa kamu menghindar!?"

"Uh, kamu terlalu mencolok dan suaramu keras."

"Kami hanya sekelompok siswa, apa yang kau pikirkan, mencoba untuk menargetkan pusat kami?"

"...Bolehkah aku bertanya apakah kau berusaha untuk membuat kami merekrutmu kedalam tim kami?"

"Berhenti bertindak sok."

Pada akhirnya, Kirika bergumam dengan kasihan.

Dicemooh oleh kelompok anak-anak ini, Rangetsu meraung dengan wajahnya yang merah.

"M-Mari kita lihat siapa yang akan berhasil! Karena kalian sudah mengatakan sebanyak ini, aku akan mencari sendiri, aku akan menunjukkan padamu ketika aku menemukan dia, tunggu saja dan lihatlah! Ingat itu!"

"Kalau begitu carilah. Mari kita melakukan yang terbaik, secara terpisah."

"Hanya saja jangan menghalangi kami, oke?"

"Semoga berhasil."

Hisui dan Mei melihat dia pergi dengan ekspresi kosong.

Kirika melambaikan tangan dibelakang mereka.

Tak mampu menarik kembali kata-katanya, Rangetsu menanyai mereka dengan suara kecil.

"...Kalian tidak meminta aku untuk tinggal?"

"Huh? Bukankah kau yang mengatakan akan pergi?"

"Kompetisi mendorong motivasi."

"Kami tidak pernah memanggilmu kesini sejak awal."

Mereka bertiga menolak dia tanpa menahan.

Mata mereka tampak seperti mereka tengah berusaha mengusir dia.

Terjebak didalam posisi yang canggung, Rangetsu berdiri membeku disana, tak tau harus berbuat apa. Pada saat ini, Eruru mengulurkan tangan pertolongan.

"Yah, semuanya tolong tunggu dulu. Sangat disesalkan, dia memiliki kekuatan yang kita tidak punya, jadi kita harus meminta dia untuk membantu sekarang ini. Bagaimana, Rangetsu, akankah kau menggunakan bakatmu?"

Eruru tiba-tiba mengubah sikap secara drastis dan menjadi sopan dalam nada.

Rangetsu tampaknya menjadi senang, membusungkan dadanya dan mengangguk.

"Baik, baik. Aku bisa melihat bahwa kalian menghadapi situasi yang sulit juga. Apa yang kau inginkan untuk aku lakukan? Apa spesialisasiku lagian?"

Bukannya menjawab, Eruru mengeluarkan pakaian dalam kantong plastik dari tas tangannya.

Tak peduli bagaimana Hisui melihatnya, pakaian tersebut adalah seragam dari sekolah Hisui—dan milik perempuan.

"Apa ini...?"

"Seperti yang bisa kamu lihat, sebuah seragam."

"Tidak, tentu saja aku tau itu, tetapi apa yang kamu mau untuk aku lakukan? Dan milik siapa ini?"

"Rushella-san meninggalkannya. Dia sepertinya pergi memakai pakaiannya sendiri tanpa membawa ini atau pakaian olahraganya, mungkin karena dia merasa bahwa dia tak lagi membutuhkannya."

Eruru berbicara secara terpisah.

Rangetsu dan Hisui perlahan-lahan menyadari niat Eruru.

"Lalu... Apa yang kamu lakukan dengan itu?"

"Enduslah lalu temukan keberadaan Rushella-san menurut aromanya."

"Apa!? Kau memerintah aku seperti aku seekor anjing polisi!?"

Rangetsu meraih seragam tersebut dan melemparkannya ke lantai.

Martabatnya telah ditolak oleh orang lain dengan berbagai cara.

"Hei, apa yang kamu lakukan? Jangan biarkan itu terkontaminasi oleh bau lain, hal itu akan menyia-nyiakan upaya yang sebelumnya, kan!?"

Hisui dengan panik mengambil pakaian tersebut.

Beruntungnya, itu tidak menyentuh tanah secara langsung, terisolasi oleh kantong plastik.

"Diam! Meskipun indra penciumanku memang setajam anjing, untuk menemukan seseorang... Bukan, untuk menemukan vampir adalah sangat mudah, tetapi kenapa aku harus melakukan pakerjaannya anjing!?"

"Hmm? Aku pikir itu menggunakan bakat dengan tepat."

"Benar. Dan bukankah kau barusan setuju untuk membantu?"

"Seorang petugas polisi menarik kembali kata-katanya?"

Hisui, Mei dan Kirika menatap dia.

Eruru hanya melihat dengan dingin dari samping, berpura-pura seperti hal itu tidak ada hubungannya dengan dia.

Rangetsu hendak menangis, dengan hanya dirinya sendiri yang disalahkan kerena mengatakan sesuatu tanpa berpikir.

Tetapi dia adalah seorang petugas polisi bagaimanapun juga. Tentu saja dia mengetahui dengan sangat baik bahwa ini sumber tindakan mereka yang terbaik mengingat situasi saat ini.

Dengan hanya sesaat ragu-ragu, Rangetsu membenamkan wajahnya pada seragam tersebut.

Dia mengendus keras kemudian melihat ke sekeliling dengan wajah tidak senang.

Mengendus, Rangetsu akhirnya mengunci tatapannya pada titik tertentu.

"....Kesini, tak ada kesalahan tentang itu! Cepat bergerak!"

Dia berlari pada kecepatan penuh seolah-olah melampiaskan rasa frustasinya.

Hisui dan yang lain mengetahui mereka tidak bisa mengimbangi kecepatannya dan hanya bisa bergegas mengejar secepat yang mereka bisa.

Kerumunan orang membuka jalan untuk Rangetsu, bertindak sebagai tanda yang mencegah kelompok Hisui dari kehilangan dia.

Sambil mengejar dia, Hisui menanyai Eruru secara tak berdaya.

"...Kamu pasti telah memperhitungkan ini sejak awal, kan? Kamu terus menutup mulut sepanjang waktu, apa ini strategi dari polisi baik, polisi jahat?"

"Menggunakan seorang interogator yang keras dan menakutkan untuk menakuti tersangka kemudian mengirim seorang rekan yang baik hati untuk menerapkan penahanan diri, kemudian tersangka akan bekerjasama dan membuka rahasia. Ini adalah sebuah trik yang sering terlihat dalam drama kejahatan. Tetapi aku tak pernah menyangka hal itu akan bekerja begitu baik pada seorang polisi yang bertugas."

"Setelah Rushella menghilang, kamu mengambil hal-hal yang dia tinggalkan, apa itu untuk ini?"

"Karena dia adalah seorang vampir bagaimanapun juga, aku tidak mau menggunakan anjing polisi yang biasa. Terlepas dari itu, dia adalah pilihan terbaik karena dia bisa menentukan lokasi Rushella-san sampai batas tertentu, bisa menggunakan indra penciuman anjing pasti kesempatan yang muncul, lebih kuat daripada seekor anjing namun tidak masalah jika dia mati dalam sebuah kecelakaan."

"Apa kamu benar-benar seorang iblis?"

Hisui benar-benar tidak mau menjadi musuhnya.

Mengobrol seperti ini, mereka berlari mengikuti jejak Rangetsu.

Menjaga kecepatan tingginya, dia segera mencapai area dengan sedikit orang.

Ada sangat sedikit pejalan kaki di tempat ini yang berada pada bayangan diantara celah-celah gedung tinggi.

Melihat tempat ini, hal itu sangat mudah bagi seseorang untuk menyimpulkan ini adalah wilayah vampir dari praduga.

Setelah sesaat ragu-ragu, Rangetsu berhenti didepan reruntuhan.

Meskipun reruntuhan itu sendiri tak bisa dikenali, menilai dari dekorasi bangunannya itu masih mungkin untuk menebak penampilan aslinya.

Tempat ini... kemungkinan besar adalah reruntuhan sebuah gereja.

"...Bau disini sangat kacau. Tetapi setidaknya, dia pasti menghabiskan waktu yang lama disini baru-baru ini. Tetapi mungkin tidak didalam gereja, mari kita memeriksa cafe terdekat terlebih dulu...."

"Tidak, mulai disini. Jepang punya sangat sedikit gereja yang benar-benar bisa mengusir vampir."

"Menilai dari kepribadiannya, dia mungkin akan mencoba untuk bertentangan dan dengan sengaja memilih untuk memperlakukan tempat paling berbahaya sebagai area paling aman."

"Sebagai seorang dhampir, aku bisa merasakan bahwa tidak ada masalah dengan bangunan ini, hampir sepenuhnya tak berbahaya."

"Kalau begitu ayo pergi."

Kelompok tersebut mengabaikan Rangetsu yang malu dan memasuki interior dari bangunan tersebut.

Tak ada yang suci didalam dan semua artikel dengan simbol gereja telah diambil.

Cahaya didalam sangat redup dan bahkan di siang hari, sinar matahari tidak sampai kedalam.

Tidak akan mengejutkan bagi entitas demonic untuk bersembunyi ditempat ini.

Menilai dari eksterior bangunan ini, tampak lebih seperti sebuah sarang tersembunyi bagi entitas supranatural.

Tetapi tempat ini kosong, tidak memiliki hawa kehadiran yang lain.

Namun, mereka berlima tidak menurunkan penjagaan mereka. Memeriksa sekeliling mereka, mereka mencari dalam arah yang berbeda.

Terutama memeriksa lantai, Eruru menyimpitkan matanya.

"Ada jejak kaki yang jelas dan berbeda pada debu. Karena itu belum tertutup oleh debu yang baru...."

"Itu artinya seseorang berkunjung baru-baru ini..."

Bertugas mencari kearah depan, Hisui mempertinggi kewaspadaannya.

Pada saat ini, suara papan lantai ditarik terpisah bisa didengar didepan.

Kemudian ada suara langkah kaki di tangga.

Seseorang datang dari bawah tanah.

Ada gerakan didalam ruang kosong beberapa meter didepan.

Terselubung didalam bayangan, jelas ada sesuatu didepan.

Mereka berlima menyiapkan posisi mereka, membuat isyarat untuk diam dan menunggu waktu.

Kemudian Eruru mengeluarkan senter kecil yang dia bawa dan mengarahkan cahayanya kedepan.

Pada saat yang sama, suara gemerisik pakaian datang dari depan.

Melihat ke lantai, ada pakaian yang akrab—terutama bagi Hisui.

Ini adalah bagian dari seragam yang ditetapkan oleh sekolah—kemejanya sekaligus piyama Rushella.

Hisui ingat bahwa Rushella membawanya ketika dia menghilang.

Berkat itu, Hisui harus mengeluarkan uang lagi—sigh, terserahlah, hal itu tak lagi penting.

Kerena piyama tersebut telah dilepaskan, itu artinya bahwa seseorang sedang dalam proses berganti pakaian.

Dalam kenyataannya, disamping dia adalah pakaian formal dan pakaian dalam yang dilipat rapi.

Dengan kata lain... Dia saat ini telanjang.

Diterangi oleh cahaya senter yang menyilaukan, tubuh telanjang Rushella yang pucat terungkap sepenuhnya dihadapan seluruh kelompok.

Berdiri didepan adalah Hisui.

Reuni ini cukup tak sedap dipandang.

Payudara menggairahkan, pinggang yang sempit, pantat yang ketat dan elastis, kaki ramping dan indah—semuanya sangat jelas dalam pandangan Hisui.

Saat semua orang membatu, Hisui dengan takut-takut... berkata dengan suara keras.

"Halo lagi....."

"JANGAN LIHAAAAAAAAAAAAAAATTT!!!"

Teriakan nyaring bergema didalam saat Rushella mengambil kemeja di lantai dan melemparkannya pada Hisui.

Bukan hanya Hisui tetapi pandangan semua orang terblokir.

Rushella memanfaatkan ini untuk dengan cepat memakai pakaiannya.

Tanpa mempedulikan tentang memperbaiki penampilan yang acak-acakan, dia berlari keluar seperti kepulan asap.

"Hei, tunggu!"

Hisui mengejar dia.

Dengan cepat Rangetsu dan Mei juga mengejar tetapi dihalangi oleh Eruru.

"Jangan mengejar, serahkan saja pada Kujou-san. Jika kita mengejar mereka, kita harus mengambil jalan memutar untuk memotong jalan kaburnya dalam formasi penjepit. Kemungkinan besar, peti matinya masih disini sehingga dia pada akhirnya akan kembali. Tinggalkan satu orang untuk standby disini. Uno-senpai, bisakah aku mengandalkan kamu untuk itu?"

"Ya, tentu...."

Menerima perintah, Kirika mengambil kursi lipat yang bersandar di dinding dan duduk.

"Maka kita harus berangkat dan memulai permainan petak umpet."

"....Meskipun kamu mengatakan itu, kamu sebenarnya berharap Hi-kun untuk menangkap dia, kan? Meskipun aku tidak bisa mengejar, kecepatan Oogami sudah pasti bisa mengejar dia."

"Kamu berlebihan memikirkan sesuatu. Mari kita pergi."

Eruru mengabaikan komentar Mei dan berjalan keluar bangunan.

Mereka berdua pergi ke arah yang berbeda dari Rushella telah lari. Pada saat ini, seseorang yang tidak mengerti akhirnya tidak bisa mentolerir lebih jauh lagi.

"Hei pemikiran apa yang ada disini? Kenapa kamu tidak membiarkan aku, seorang werewolf, mengejar dia? Seorang vampir selama siang hari benar-benar bukan tandinganku dalam kecepatan..."

"...Kamu sangat menjengkelkan."

"Apa maksudmu!? Ini semua berkat aku bahwa kalian bisa menemukan tempat ini...."

"Iya iya, kerja bagus. Oogami, kau benar-benar tidak mengerti hati seorang pria~"

"Apa katamu!?"

Mendengar ejekan Mei, Rangetsu memutar antagonisme-nya pada dia.

"Kalian, untuk apa kalian menghadang orang dewasa kompeten seperti aku disini—"

"Oogami."

Mei tiba-tiba menatap dia dengan mata serius.

Rangetsu memiringkan kepalanya dalam bingung sementara Mei menepuk bahunya.

"Kamu seorang perawan, kan?"

"HUHHHHHHHHH!?"

"...Lebih tepatnya, kamu belum pernah bergaul dengan pria, bukan?"

Mei menjatuhkan bom.

Dia benar-benar memandang rendah senior ini dari posisi yang tinggi.

Meskipun pengalaman mereka yang sebenarnya berada pada tingkat yang sama, Mei memegang keuntungan besar dalam pengetahuan yang disimpan dan kemampuan yang diasah.

"O-Omong-kosong apa yang kamu bicarakan? Pada hari itu..."

"Pada hari itu?"

"....Pada hari itu ketika aku masih berada di permukiman werewolf yang tersembunyi, aku cukup populer... Kurasa."

"Bolehkah aku bertanya berapa rasio gendernya? Aku pernah mendengar bahwa diantara para werewolf, pria merias sebagian besar?"

Eruru tanpa ampun mengekspose dia.

Dia benar-benar berdarah dingin selama saat-saat seperti ini.

"Ingin mencari jodoh, kamu meninggalkan kampung halamanmu dan akhirnya sampai di MPD, kan? Lalu apa kamu sudah menemukan jodoh?"

Mei menghantamkan pukulan terakhir.

"....Belum."

Rangetsu menatap langit dengan sedih.

Hari langit benar-benar biru dan cerah.

Tetapi seolah takdir, beberapa awan memblokir pandangannya.

Awan gelap yang menghalangi ini mungkin mencerminkan perasaan batinnya sekarang ini.

Mei dan Eruru meninggalkan Rangetsu yang semangatnya melemah dan dengan cepat pergi.

"Sungguh menyedihkan.... Mengabaikan apakah dia seorang monster, tampak seperti hal itu tak ada harapan untuk dia. Sebuah kue Natal. Eruru-chan, kamu lebih baik berhati-hati juga♪"

"Jangan bandingkan aku dengan dia...!"

Eruru tampaknya benar-benar marah saat dia melaju dalam kemarahan.

※ ※

"Hei tunggu!"

Hisui berteriak saat dia berlari.

Tetapi berlari didepan, Rushella tidak punya niat untuk berhenti.

Dia berlari sekuat yang dia bisa, tidak memanfaatkan gang-gang kecil ataupun bangunan untuk menghindari Hisui, hanya berusaha untuk menyingkirkan dia melalui stamina dan kecepatan belaka.

Berlari tanpa tujuan, jalannya secara alami terhalang oleh para pejalan kaki dan mobil-mobil tetapi dia tidak peduli.

Seakan itu adalah takdir, karena Rushella membuka jalan didepan, Hisui tidak memiliki kesulitan mengikuti ruang yang dibuka oleh pejalan kaki untuk membiarkan dia lewat. Selain itu, Rushella memegang payung dan hambatan udara membatasi kecepatannya seperti peralatan rem alami.

Terlepas dari semua itu, jarak diantara mereka berdua tidak menyusut.

Meskipun matahari belum terbenam, hal ini seperti yang diduga mengingat lawannya adalah seorang vampir.

Sebuah pertanyaan segera muncul di benak Hisui setelah dia mengejar untuk sementara waktu.

Kecepatannya sudah pasti cepat.

Tetapi dia masih berhasil mengimbangi.

Rushella tidak tampak dia secara sengaja mempermudah untuk Hisui tetapi ini jelas bukan tingkat kekuatannya yang sebenarnya.

Kemungkinan, dia belum meminum darah sejak dia meninggalkan Hisui.

Terlepas dari alasan itu, sesuatu didalam dirinya tampaknya telah melemah pada tingkat dasar.

Hisui punya perasaan ini.

Saat ini, Rushella tidak lebih dari seorang gadis biasa yang bisa berlari cepat.

Mungkin tingkatnya akan membuat dia satu-dari-seratus diantara siswa SMA, mampu mengimbangi seorang atlit atletik dari sekolah yang terkenal.

Namun....

"Sisi tubuhku mulai sakit...."

Poin kuncinya adalah bahwa pengejaran berlangsung terlalu lama.

Seorang pecundang dalam pertandingan berlari sejak awal, dia tidak mahir pada lari jarak jauh, ditambah sisi tubuhnya semakin dan semakin sakit.

Dalam kenyataannya, dari seluruh tim pencari Rushella, dia memiliki kaki terpendek.

Pemandangan punggung Rushella semakin jauh, segera akan menghilang.

"Tahan dan tunggu!"

Hisui berteriak dengan kekuatan terakhir yang bisa dia peras tetapi kemungkinan besar Rushella tidak mendengarnya.

Bahkan jika dia mendengar, sudah pasti dia tidak akan berhenti.

Saat Hisui berada dalam keputusasaan, dia merasakan perasaan dingin diwajahnya.

Dia berhenti dan mendongak ke langit.

Tetesan hujan segera jatuh pada wajahnya.

Belum lama tadi, hanya ada sedikit awan di langit tetapi sekarang langit telah tertutupi oleh awan gelap.

Kemudian tetesan hujan berubah menjadi hujan deras.

Hujan yang deras menghantam seluruh tubuh Hisui.

Ini adalah bencana yang tak terduga, para pejalan kaki disekeliling menggunakan tas mereka untuk melindungi kepala mereka dan berlari kebawah naungan teras.

Tetapi bagi Hisui, hujan ini datang pada waktu yang tepat.

Mengatur nafasnya, dia mulai berlari lagi.

Angin dan hujan menghantam wajahnya.

Bahkan dengan sebuah payung, berjalan akan sulit dalam angin yang mengamuk semacam ini.

Tetapi bagi Hisui, kesempatan ini adalah hadiah dari surga.

Karena jika itu adalah hujan biasa, Rushella tidak akan berhenti berlari.

Melambatnya metabolisme akan membuat dia melambat sedikit tetapi payungnya juga dua kali lipat dari payung biasa. Air hujan saja tidak akan menghentikan langkah kakinya.

Berhenti untuk menemukan tempat berlindung dari hujan akan beresiko ditemukan.

Oleh karena itu, dia hanya bisa terus berlari.

Yang bisa dia lakukan adalah berlari tanpa henti, berlari sampai dia membuat Hisui kehilangan jejaknya sepenuhnya.

Namun.

Dengan angin, hal ini benar-benar situasi yang berbeda.

Bertiup secara horisontal, air hujan menghindari permukaan payung, menyerang tubuhnya.

Air alami adalah hal yang tabu bagi para vampir.

Bahkan tanpa menyebabkan cidera kritis, hal itu akan memperlambat aktivitas biologis seluruh tubuhnya. Dalam kasus terburuk, hal itu akan mengubah dia menjadi sesuatu seperti mayat.

Hujan badai bisa dianggap sebagai hadiah bagi Hisui.

Oleh karena itu, dia tidak berhenti berlari.

Mengabaikan selip dibawah kaki, pakaian luar yang basah kuyub, dia hanya berlari melintasi jalanan.

Kemudian dia akhirnya menemukan dia.

"Ini pernah terjadi sebelumnya juga."

Didepan matanya adalah Rushella yang ambruk di jalan.

Meskipun dia memegang payung, air hujan menyerbu dari samping membasahi seluruh tubuhnya.

Dia masih berusaha menjauhkan dirinya sendiri dari Hisui, lalu berakhir dalam keadaan ini.

"Kamu benar-benar tau bagaimana untuk membuat masalah bagi orang lain."

Hisui tersenyum masam saat dia memeluk Rushella dalam lengannya.

Namun, Rushella dengan lemah menyingkirkan tangannya.

"...Apa?"

"Sungguh berisik, menyingkir dari aku...!"

"Jangan berlagak keras, kamu jelas-jelas sudah begitu lemah, apa kamu sudah meminum darah dengan benar? Tetapi tidak, kamu tidak bisa meminum secara tak bertanggung jawab."

"Diam, aku tidak membutuhkan bantuanmu..."

Rushella menutup mulutnya, suaranya begitu lemah nyaris tidak terdengar.

Merangkak di tanah, dia berhasil dengan susah payah untuk memindahkan dirinya sendiri kebawah naungan bangunan untuk menghindari korosi air hujan. Namun, hal ini hanya bertindak untuk mengindikasi seberapa lemah dan rentannya dia saat ini.

"Ya ampun, aku sudah mengatakan untuk berhenti berlagak keras. Terutama ketika kamu jelas-jelas seorang vampir."

"Hmph... S-Sampai poin ini, keperluan apa yang kamu miliki hingga kamu harus mencari aku!?"

"...Yah, itu bukanlah keperluan tepatnya... Kamu harus memberitahu aku sebelum pergi keluar."

Akhirnya sebuah reuni dengan dia setelah banyak kesulitan tetapi saling bertatap muka, dia tidak tau harus berkata apa.

Kenapa dia harus menemukan dia? Apa selanjutnya setelah dia menemukan dia? Hisui sama sekali tidak pernah mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan ini.

"U-Uang, aku sudah meninggalkannya untuk kamu! Itu adalah uang sewa untuk segalanya sampai sekarang! Atau kamu mendapati itu terlalu sedikit? Sungguh orang yang serakah!"

"Mempertimbangkan semua masalah yang sudah kamu sebabkan padaku, mungkin itu benar-benar tidak cukup, tetapi abaikan dulu tentang masalah uang, kamu setidaknya harus mengatakan sesuatu sebelum pergi! Kenapa sih... kamu pergi?"

Ini sebenarnya cukup sulit bagi Hisui untuk bertanya.

Hisui sudah menebak alasannya secara samar-samar... Tetapi pada akhirnya, dia masih ingin mendengar jawabannya langsung dari mulutnya.

"...I-Itu karena, aku sudah lelah hidup dengan kamu! A-Aku ingin menjalani... s-sebuah kehidupan yang lebih menarik dan penuh peristiwa!"

"Apa kamu seorang pengantin baru yang lelah dengan kehidupan pernikahan? Meninggalkan rumah untuk mencari sensasi?"

"Kamu sungguh berisik, diam! B-Bahkan jika aku tetap bersama kamu. Aku benar-benar tidak bisa menemukan ingatanku atau pertunjuk apapun sama sekali, jadi....!"

"Apa kamu seorang wanita kantor yang melakukan perjalanan untuk mencari jati diri? Maka lakukan penerbangan ke luar negeri, seperti Eropa contohnya. Pergi ke kota tetangga, apa-apaan sih! Suatu tempat yang begitu dekat, apa perbedaannya dibandingkan dengan area yang sebelumnya dimana kamu mencari ingatanmu!?"

Hisui berteriak keras, mencurahkan hal-hal yang seharusnya tidak dikatakan.

Rushella mulai menangis dan mulai memukul dia.

"Kamu sungguh berisik, diam!! Kamu jelas-jelas tidak datang untuk menemukan aku!"

"Apa-apaan sih!? Karena kamu menyembunyikan dirimu sendiri, bahkan jika itu hanya rumah kosong disebelah, aku tidak akan bisa menemukan kamu, kan!?"

"Diam, diam!! Kamu pasti tidak pernah mencari aku dengan serius, kan!?"

"Tetapi aku mencari melalui hujan deras dan menyiksa! Dan kamu menyembunyikan dirimu sendiri dengan baik, bukankah itu artinya kamu tidak mau ditemukan!? Juga, kamu terus berlari hingga sekarang!"

"Diam, kamu tidak diijinkan untuk menyalahkan aku jika kamu tidak berusaha yang terbaik!"

Rushella mengirim tangan kanannya lurus pada wajah Hisui.

Air hujan membasahi tinju Rushella sehingga itu tidak terlalu sakit... Tetapi ini masih membuat kemarahan Hisui meledak.

"...Sudah cukup! Kamu sebaiknya mulai memikirkan perasaan orang lain! Apa kamu tau seberapa khawatirnya aku....!"

Ditengah kalimat, Hisui berhenti.

Menggigit bibirnya, Rushella menatap dia.

Bahunya gemetar.

Matanya dipenuhi air mata.

"Pembohong...."

Suara marahnya terdengar seperti suara penuh dendam. Hisui tidak tau bagaimana untuk menjawab.

Menyeka air matanya dengan punggung tangannya, Rushella mulai memukulkan tinjunya pada wajah Hisui lagi.

"Bagaimanapun juga, kamu pasti tidak membutuhkan aku! Kamu pasti bermesraan dengan wanita itu!"

"...."

"Kamu harusnya mencari lebih serius! Kamu harusnya mengejar lebih keras! Kamu harusnya... Kamu harusnya...."

Saat dia menyadarinya, Rushella telah berhenti menggerakkan tangannya.

Memukulkan pukulan akhir pada dada Hisui, dia menundukkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa.

Melihat dia, Hisui berputar untuk menatap kearah samping dan menggumamkan sebuah kata.

"Menjengkelkan...."

Mendengar dia, Rushella tiba-tiba mendongak dengan wajah yang mengerikan.

"Apa katamu!?"

"Apa kamu tau seberapa banyak masalah bodohmu merepotkan aku begitu lama, benar-benar menjengkelkan."

"...Yah aku minta maaf! Baiklah, hal ini terhitung sebagai salam perpisahanku untuk kamu! Aku akan menyelidiki urusanku sendiri. Kali ini... Kali ini benar-benar perpisahan!"

Tak lama setelah Rushella mengatakan kata-kata ini. Hisui memeluk dia erat-erat.

Dia menekankan mulut Rushella pada dadanya, menyebabkan pikiran Rushella terhenti.

Tetapi dengan segera, dia mulai berteriak lagi.

"A-Apa yang kamu lakukan!? Bagaimanapun juga, aku membuat masalah untuk kamu sekarang ini, bukan!?"

"Ya, itu merepotkan, super merepotkan. Moment tertentu ini benar-benar sangat merepotkan."

"...Maka lepaskan aku! Bagaimanapun juga, aku hanya merepotkan, kan!?"

Hisui menyerah pada permintaannya dan melepaskan Rushella.

Wajah mereka tepat dihadapan satu sama lain.

Hisui menunjukkan wajahnya yang tanpa motivasi seperti biasanya saat dia berkata acuh tak acuh:

"Jangan pergi begitu saja."

Rushella tercengang.

Saat mereka menyadarinya, hujan telah berhenti.

"...Kepergianmu sebenarnya adalah yang paling merepotkan dari semuanya."

Mendesah, Hisui memeluk Rushella lagi.

Kali ini berbeda, sebuah pelukan yang sangat hangat.

Rushella akhirnya menangis.

Draculea V05 - BW08.jpg

Tetesan besar air mata tertuang seperti air dari bendungan yang hancur. Seluruh wajahnya berubah karena tangisannya.

Kemudian—Dia mulai memukulkan tinjunya pada wajah dan dada Hisui.

Seperti anak kecil, dia hanya tau bagaimana untuk menggunakan tinjunya untuk melampiaskan perasaan dalam hatinya.

"Hei, itu sakit, berbelas kasihanlah, Rushella-san, itu benar-benar sakit! Menangis atau memukul, pilih salah satu oke!? Tidak tunggu, aku lebih suka kamu tidak memilih keduanya!"

"Sungguh berisik, diam....!"

Rushella berkata ringan kemudian mengulurkan tangannya kebelakang Hisui untuk memeluk dia.

Lalu meremas tubuhnya dengan keras, menjepit dia setengah mati seolah-olah tidak membiarkan dia kabur.

"Hei, itu benar-benar sakit! Hentikan, menjauh! Lepaskan aku sekarang!"

"Tidak."

"Umm, ini berada diluar di jalanan terbuka!"

"TIDAK!"

Haaaaah, vampir ini begitu menjengkelkan.

Tetapi Hisui menyerah setelah beberapa pemikiran, memasang senyum masam sambil membiarkan dia untuk memeluk dia.

Beruntungnya, tak ada siapa-siapa didekat sini.

Bahkan ada jalan untuk kendaraan bermotor dan jalan utama ini seharusnya ramai pejalan kaki tetapi untuk suatu alasan, sama sekali tak ada yang datang.

Ini tidaklah buruk sama sekali—Saat Hisui memikirkan itu, sebuah suara dipenuhi dengan kekesalan terdengar dari belakang.

"Apa yang kalian berdua lakukan?"

Hisui menatap kebelakang dengan terkejut, hanya untuk melihat seseorang mengenakan pakaian jubah hitam, berjalan dengan elegan kearah mereka, keliman roknya berkibar tertiup angin.

Miraluka.

Kulitnya yang seputih salju berkilauan terang, jelas-jelas menggunakan perantara pemblokir cahaya.

Langit sudah cerah dengan sinar matahari melewati awan, berhamburan. Sepenuhnya tak terpengaruh, dia berjalan dibawah matahari.

Rushella dan Miraluka saling menatap dengan Hisui berdiri ditengah-tengahnya.

Cahaya petir semerah darah mengguncang suasana saat kedua Leluhur Sejati saling berhadapan disini.


Sebelumnya Bab 3 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 5