Silver Cross and Draculea (Indonesia):Jilid01 Bab5

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 5 - Ciuman yang Mencurigakan[edit]

"Kenapa aku harus bertelajang didepan orang lain?"

Rushella menggerutu, dia terganggu oleh tatapan disekeliling.

Setelah menyelesaikan pembersihan saat makan siang, Rushella pergi ke klinik.

Hari ini adalah pemeriksaan fisik.

Sebelum memasuki ruangan, semua siswa harus memakai pakaian gym tetapi setelah sampai di klinik, kebanyakan orang melepaskan pakaian, hanya menyisakan pakaian dalam.

Karena badan mereka terbuka pada orang lain selama pemeriksaan, setiap orang khawatir dan terutama memilih pakaian dalam mereka dengan hati-hati. Berbagai macam kain menutupi tubuh para gadis benar-benar pemandangan penuh warna.

Meskipun tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk mengukur tinggi badan, berat badan dan tinggi saat duduk, kebanyakan gadis akan mengambil kesempatan ini untuk mengeluarkan pita ukuran dan mencatat tiga ukuran mereka.

Dikumpulkan dalam kelompok, teman mengukur payudara dan pinggul orang lain.

"Apa yang membuat mereka begitu senang....?"

"Oh dear, apa kamu benar-benar tidak berencana untuk mengukur dirimu sendiri?"

Seseorang dibelakangnya tiba-tiba melepaskan kemeja Rushella.

Dibalut renda putih, dua buah berhambur keluar.

"Wha..."

"Wow, payudara itu benar-benar besar. Diantara kita, kita memiliki hasil yang imbang? Tidak... Kamu sedikit didepan!?"

Tangan terulur dari belakang untuk meraba dan meremas dengan berani. Rushella menjadi merah diwajah dan berbalik, berteriak dengan marah.

"K-Kau jalang....!!"

"Ini adalah F-cup mendekati Gs huh... Tidak, mereka mungkin telah menembus penghalang G. Payudara yang besar."

Mei tersenyum pada rival tangguhnya.

Dia sudah melepas pakaian gym-nya sendiri dan hanya berpakaian dalam. Benar-benar tidak malu. Desain pakaian dalam minimnya itu cukup cabul untuk seorang siswa SMA tahun pertama.

"K-Kau jalang, apa yang kau lakukan begitu tiba-tiba!?"

"Melakukan apa? ...aku hanya bertanya-tanya apakah aku harus membantumu mengukur. Ngomong-ngomong, bra-mu sedikit ketat. Karena Hi-kun menemanimu membeli itu, kenapa kamu tidak mengukur secara tepat sebelum membeli?"

"K-Karena aku tidak cukup paham, lagipula aku hanya membeli yang lucu itu saja..."

"Sungguh kencan belanja yang sia-sia. Hanya meminta staf toko untuk membantumu mengukur, tidakkah kamu terlalu bodoh dalam cara-cara dari Dunia?"

Draculea V01 - 164.PNG

"Kau sungguh berisik! Lagipula, aku tidak butuh bantuanmu!!"

"Jika kamu memakai bra yang tidak pas, bentuknya akan hancur, kamu tau? Jika kamu masih mau mengenakan jenis pakaian yang mengungkapkan garis leher seperti gaun yang kamu kenakan di hari pertama, aku menyarankan kamu untuk memberi sedikit lebih banyak perhatian, oke?"

"Ooh...."

Mei membuat titik halus. Rushella merasa terdiam, tak mampu menemukan bantahan. Bahkan tanpa ingatan, dia bisa mengatakan bahwa pengalaman Mei sebagai seorang wanita jauh lebih unggul dibandingkan dia.

"Hi-kun adalah seorang yang malang. Tak terpikir dia akan ditemani oleh seorang gadis yang sebodoh ini tentang kerapian. Mungkin standart penampilan Hi-kun sendiri mungkin telah menurun banyak."

"....Grrrrr."

Penyebutan nama Hisui menyebabkan Rushella mengubah ekspresinya dengan segera.

"Bagaimanapun juga, tiga ukuranku sudah diukur, aku tidak masalah jika aku langsung pergi... Bagaimana dengan kamu?"

Mei tersenyum dengan penuh ketenangan.

Rushella ragu-ragu untuk waktu yang lama lalu akhirnya meminta bantuan dari musuh.

"...bantu aku, mengukur."

"Harusnya begitu, seorang anak yang manis dan patuh. Lalu mari kita selesaikan ini dengan cepat."

Tangan Mei yang berpengalaman membuka gulungan pita pengukur dan mengukur tubuh Rushella.

"Seperti yang diduga, payudaramu melebihi angka 90cm... Pinggangnya... Wow, bahkan lebih sempit daripada punyaku..."

"Apa ada masalah?"

"B-Bukan apa-apa! Pinggul... tampaknya lebih kecil dari punyaku. Aku rasa aku harus senang huh... Hei, apa Hi-kun tipe seorang pria yang memuja payudara atau pantat? Untuk membuat bayi, aku kira pinggulku cukup subur."

"...tidak tahu. Kenapa aku perlu tau selera pria itu....."

"Oh dear, bagitukah? Lalu itu berarti kamu tidak tahu kenapa Hi-kun tidak hadir ke sekolah hari ini? Benar benar... aku juga mendengar bahwa ketua kelas tidak hadir juga. Apa kamu tahu alasannya?"

"....tidak tau. Pria itu tidak pulang tadi malam."

"Mm~hm... Dia tidak sehat? Bukankah itu karena kamu terus menghisap darahnya setiap hari?"

"Itu...."

Rushella melihat kebawah dan tidak bisa berbicara. Bagaimanapun juga, dia tahu dengan sangat baik bahwa kehilangan darah akan membebani tubuh manusia.

"...aku tidak meminum sebanyak itu dalam sehari. Setidaknya dia tidak dalam resiko kematian."

"Tapi itu bertambah setiap hari, kan? Meskipun Hi-kun selalu begitu santai, itu sebenarnya cukup sulit bagi dia, kan?"

"Orang itu pemalas..."

Meskipun Rushella membalas bertubi-tubi, nada suaranya jauh lebih lemah daripada biasanya.

Mei tidak repot-repot dengan argumen dan langsung mengejar.

"Oh yah terserahlah. Ngomong-ngomong, ketiga ukuranmu telah diukur... Selanjutnya, ketika kita beralih dengan anak laki-laki dan melakukan pemeriksaan gigi dan medis, itu akan bagus jika kamu bisa memeriksa aku... Bagaimanapun juga, mengingat identitas kita, itu cukup merepotkan."

"Itu benar... Struktur tubuhku berbeda dengan manusia."

"Aku seharusnya baik-baik saja dengan gigi, tapi medis disisi lain... jika aku mendatangi seorang pemeriksa bagian dalam yang berpengalaman, itu akan sangat beresiko. Kamu mungkin memiliki masalah dengan keduanya, tapi gigi akan menjadi masalah yang lebih besar. Taring panjangmu pasti menarik perhatian."

"Itu jauh lebih pendek daripada ketika aku menghisap darah, tapi keributan masih akan merepotkan. Oke, saatnya menggunakan mata mistik untuk melewati ini!"

"Bisakah kamu juga menghipnotis 'semuanya normal' pada pemeriksaanku? Sebagai hadiah... aku akan membantumu melakukan pemeriksaan gigi. Itu akan menjadi masalah jika taring kebanggaanmu menyebabkan masalah, kan?"

Mei tersenyum perhatian.

Rushella tidak menyadari motif tersembunyinya.

"Hah, sepertinya kamu akhirnya menunjukan hormat terhadap 'Leluhur Sejati'. Baiklah, lakukan dan merasalah sangat terhormat."

"...iya iya. Ngomong-ngomong, bagaimana kalau aku membantumu dengan beberapa pembersihan gigi? Membuat gigi kebanggaan itu bersinar dengan cemerlang?"

Mei tersenyum lembut dan mengeluarkan botol yang terisi cairan putih dan lengket. Lalu dia mengaduknya dengan sumpit sekali pakai.

"Pembersihan gigi...? Maksudmu menyikat gigi? Jika itu membuat gigi menjadi lebih cantik, lakukan."

"...oke, ayo, buka mulutmu."

"Ya, ah—"

Rushella membuka lebar mulutnya.

Mei menuangkan isi dari botol tersebut kedalam.

Cairan tersebut sedikit terciprat dan bahkan membuat wajah Rushella menjadi putih.

"(Apa ini!?)"

"Santai, ini tak berbahaya. Ini akan langsung mengeras di mulutmu... Lalu noda pada gigi akan menempel pada itu. Setelah diambil, gigimu akan bersinar cerah. Ayo, gigit dengan kuat~~"

"Sungguh...? Kenapa itu terasa begitu pahit... dan begitu lengket."

Rushella merasakan cairan tersebut mengeras perlahan-lahan dimulutnya. Rasanya mirip dengan 'mengunyah permen karet' yang dia coba baru-baru ini. Rushella tidak suka permen karet tetapi perasaan lengket dimulutnya ini bahkan lebih buruk.

"Bagus, tidak apa-apa sekarang— buka lebar, jangan merusak bentuknya ketika aku mengeluarkannya."

Rushella mengerutkan kening dan meludahkan bahan karet tersebut.

Giginya dengan jelas tercetak diatasnya. Mei dengan hati-hati menempatkan itu kedalam kantong plastik yang menyerupai yang digunakan untuk penanganan bukti kejahatan.

"...apakah sudah selesai? Bagaimana giginya?"

Rushella mengusap mulutnya tetapi masih ada beberapa noda kering dari cairan putih diwajahnya. Bahkan lidahnya masih ada jejak cairan putih dan buram. Wajah menawannya dipenuhi ketidaksenangan.

Mei menyerahkan tisunya dan memberi tahu dia hasil dari "pemeriksaan gigi."

"Ya, aha, benar... bagus dan putih, bukan? Tak ada masalah. Benar, pergi dan bilas mulutmu. Lalu pergilah ke gym dan tangani internis dan dokter gigi untukku, oke♪"

"Aku tahu. Mulutku terasa mengerikan... dan benda lengket ini di wajahku..."

Rushella merapikan pakaiannya yang kacau dan keluar dari klinik untuk membilas mulutnya.

Melihat dia pergi, Mei kemudian memandang tas ditangannya dan tersenyum dengan puas.

"Dapat."

"...jadi begitulah, misi selesai!"

"Terimakasih untuk usahamu, nona informer."

Selama istirahat setelah pemeriksaan fisik, Hisui berbicara pada Mei.

"Itu begitu kasar~ ini adalah pekerjaan, aku ulangi, pekerjaan. Aku hanya melaporkan pada polisi bahwa seorang vampir telah menyelinap ke SMA ini. Aku seharusnya dipuji karena perilaku seperti itu, kan?"

"Berkat kamu, aku terseret kedalamnya juga. Aku melalui begitu banyak hal-hal merepotkan~~"

Hisui merasa sulit untuk menerima apa yang telah terjadi kemarin. Dikombinasikan dengan kurang tidur, mood-nya mencapai posisi terendah.

"Apa masalahnya? Setidaknya itu membuktikan bahwa kamu benar-benar manusia, Hi-kun."

"Aku manusia, aku tidak perlu membuktikan itu. Entah darahku dihisap atau tidak, aku tidak terpengaruh. Tetapi aku harap kamu tidak mengungkapkan tentang konstitusiku, kan?"

Hisui sedang memverifikasi pertanyaan yang timbul selama "pemeriksaan" dan Mei mengangguk.

"Tidak, aku tidak melakukannya. Selain itu, aku masih merasa konstitusimu cukup tak bisa dipercaya. Itu mustahil, tergigit oleh seorang vampir namun tetap baik-baik saja."

"Darahku menjadi berkurang, itu tidak benar-benar baik-baik saja... Ngomong-ngomong, terimakasih untuk itu. Jika kamu mengungkapkan itu, aku mungkin akan ditangkap dan dibedah. Gaya gadis Eruru itu dalam melakukan sesuatu benar-benar tak seperti namanya. Siapa yang tau apa yang akan terjadi."

Teringat pelakuan tak adil tadi malam, wajah Hisui memucat dan menggelengkan kepalanya.

Perlakuan seperti itu hanya karena dia tinggal dengan seorang vampir. Jika dia telah berubah sepenuhnya menjadi seorang vampir, gadis itu pasti tidak akan menunjukkan belas kasihan.

"Ah~ itu benar, meskipun dia benar-benar manis dalam penampilan, dia cukup tak berbelas kasihan terhadap mahluk supranatural, terutama para vampir."

"...kenapa seperti itu?"

Hisui teringat keraguannya kemarin dan bergumam pada dirinya sendiri. Meskipun dia tidak tahu seberapa luar biasanya kemampuannya, sikapnya yang arogan dan dingin terhadap para vampir sangat tidak biasa. Dia merasa hampir seperti obsesi fanatik.

"Tapi dia sangat ketat pada pekerjaannya dan mendapatkan hasil. Karena kamu khawatir pada ketua kelas, bukankah itu yang terbaik untuk membiarkan dia menanganinya?"

"...saat ini, aku tidak bisa mempercayai orang itu."

Hisui berkata, sangat tidak senang.

Mei beroperasi hari ini adalah karena Hisui menerima misi Eruru dimalam sebelumnya.

Sebagai saksi pertama dari kejadian itu, Hisui dibawa ke kantor polisi untuk mencatat kesaksiannya setelah dia menghubungi polisi.

"Pertama-tama mendapatkan hal-hal buruk, kami menganggap vampir yang tinggal bersamamu sebagai tersangka utama. Ketika si korban pingsan, dia menunjuk 'Rushella' sebagai pelaku. Bukankah kau mendengarnya?"

"...aku mendengarnya."

Hisui tidak berpura-pura tidak tahu. Bagaimanapun juga, polisi sudah tahu tentang hal itu sehingga tak ada gunanya berbohong.

"Kalau begitu aku akan maju. Sepertinya kau menyadari kebodohanmu sendiri, kan? Karena kau meninggalkan seorang vampir sendirian dalam kasus ini, kau adalah pihak yang bertanggung jawab."

"...kau mau aku melakukan apa?"

"Kami harap kau bisa membantu penyelidikan. Untuk melenyapkan vampir itu, terlebih dulu bukti sangat diperlukan. Dengan kata lain, perlu membuktikan bahwa dia menyerang si korban."

"Kau mau aku mencari adanya bukti atau mengumpulkan sidik jari?"

"Kamu setengah benar. Apa yang aku ingin untuk kau lakukan adalah mendapatkan tanda gigi."

"Apa itu?"

"Seperti manusia, gigi vampir memiliki perbedaan kecil dalam bentuknya. Jika tanda gigitan pada korban sesuai dengan tanda gigi yang kau dapatkan, maka kesalahan vampir tersebut dikonfirmasi. Kami akan mempersiapkan alat-alat untukmu dan Sudou Mei akan membantumu. Pergi dan dapatkan tanda gigi miliknya."

—setelah menjelaskan itu, dia mengijinkan Hisui untuk pulang.

Dia telah pergi kesekolah di sore hari, bertemu dengan Mei yang sudah diberitahu, lalu hal-hal yang terjadi seperti yang telah dinarasikan sebelumnya.

Selanjutnya, tanda gigi tersebut diserahkan pada Eruru kemudian tugas mereka selesai.

"Kamu tampaknya cukup tidak senang, Hi-kun. Apa kamu tidak bersedia untuk mencurigai Rushella? Aku menemukan keanehannya dari awal. Bersikeras menyebut dirinya sendiri 'Leluhur Sejati' atau apapunlah... Setelah aku memberitahu Kishida-san, dia tertawa, kamu tahu? Pria poker face itu."

"Hmm... Tunggu, kamu juga melaporkan tentang gadis itu menyebut dirinya seorang 'Leluhur Sejati'?"

"....? Aku melaporkan itu, ya. Eruru-chan berharap kita bisa memberi informasi sedetil mungkin. Tetapi aku tidak berpikir dia benar-benar peduli tentang pernyataan itu."

"...aku paham."

Hisui melihat foto-foto yang Mei bawa sebagai bahan penyelidikan.

Mei mendekatkan kepalanya dan mengerutkan kening setelah melihat foto tersebut.

"Wow.... Itu foto dari tanda gigitan pada ketua kelas? Sungguh luka yang mengerikan..."

"Aku telah melihat banyak korban vampir sebelumnya... Tapi ini termasuk kasus yang paling serius. Hampir berada di ambang perubahan menjadi seorang vampir sepenuhnya. Cukup banyak darah yang terhisap."

"Apa ini tipe yang sangat langka?"

"Untuk mengubah seorang manusia menjadi vampir, darah orang tersebut perlu untuk di kuras sepenuhnya. Darah menduduki 8% dari tubuh seseorang. Karena ketua kelas lebih ramping dari kebanyakan orang, berat badannya mungkin tidak mencapai 50kg. Menghitung dari itu, darahnya kira-kira 4L. Meminum sejumlah ini dalam jangka waktu yang pendek adalah sebuah tugas yang cukup panjang bahkan bagi seorang vampir. Vampir biasanya menguras keseluruhan darah korban selama beberapa malam, bukan hanya karena prinsip atau aturan, tetapi juga yang lebih penting karena meminum semuanya sekaligus terlalu sulit."

"Mungkin kamu benar... namun, tubuh memproduksi darah setiap hari, kan? Jika periode waktu berlalu, bukankah darah akan terisi ulang? Lalu apa?"

"Apa yang aku maksud dengan 'keseluruhan darah' adalah berbicara secara konseptual. Sebagai sebuah analogi, itu seperti jumlah total dari 'jiwa'. Seperti HP bar seseorang dalam sebuah game. Lagi pula, itu adalah jumlah akumulasi dari darah yang perlu dikuras dari manusia untuk menyelesaikan proses perubahan vampir. Untuk manusia yang total darahnya 4L, itu bisa dilakukan sekali atau beberapa kali. Yang dibutuhkan adalah jumlah 4L. Pengisian ulang dari metabolisme bukanlah masalah. Penghisapan darah sebenarnya hanya sebuah ritual. Dibandingkan dengan situasi darah yang sebenarnya, memuaskan kondisi konseptual adalah yang lebih penting."

Aliran pengetahuan Hisui yang berkelanjutan cukup meyakinkan. Dan beberapa isinya membawa mereka mendekat pada inti dari vampir yang tak diketahui yang Mei tidak tahu.

"Vampir ini... ada kemungkinan bahwa dia cukup haus, tetapi dalam hal ini, tidak akan ada setetes darahpun yang tersisa pada ketua kelas. Aku pikir itu melampaui masalah dari perubahan menjadi vampir. Dia akan dihisap sampai kematian secara langsung. Selain itu, jika vampir tersebut hanya mencari darah, seharusnya ada lebih banyak korban. Dalam hal ini, aku akan diserang juga. Jadi—"

"Jadi?"

"Untuk beberapa alasan tertentu, pelaku sengaja menghisap banyak darah dari ketua kelas. Sampai pada titik tepat sebelum mengubah dia menjadi seorang vampir sepenuhnya. Apa sebenarnya yang direncanakan orang itu...?"

Aroma konspirasi membuat Hisui berpikir secara mendalam.

"...Cara aku melihatnya, menilai dari nada suaramu, kamu hanya berusaha untuk membersihkan Rushella dari kecurigaan?"

"Metode dari penghisapan darahnya tidak sesuai gayanya, itulah kebenarannya. Setelah digigit oleh dia, aku tahu dengan baik."

"Tapi bagaimana dengan kesaksian korban? Bahkan jika bekas gigi tidak dibandingkan, bukankah itu bukti yang cukup?"

"Mungkin."

Hisui berbicara dengan hampa. Mei mengangkat bahu.

"Oh yah terserahlah, sampel tanda gigi ini, aku akan mengantarkannya. Sebuah kesimpulan harusnya bisa dihasilkan hari ini."

"Hal itu... kamu menggunakan alat itu yang Kariya berikan untuk mendapatkan tanda gigi?"

"Ya, itu adalah versi yang telah ditingkatkan dari apa yang digunakan dokter gigi. Sebuah resin khusus yang super cepat kering. Itu mungkin akan mengeras sepenuhnya dalam beberapa saat."

"...aku paham."

Hisui menutup matanya dan berpikir sejenak, kemudian menyarankan.

"Ah, biarkan aku yang memberikan. Di kantor polisi, kan?"

"Ya... kenapa?"

"Aku memiliki sesuatu yang perlu aku konfirmasi. Sebelum matahari terbenam."

"Kamu berpikir akan pergi sekarang? Bagaimana dengan pelajaran sore?"

"Hari ini akan aku lewatkan. Guru bahkan tidak tahu aku datang ke sekolah... buat saja alasan lama."

Mengatakan itu Hisui berhati-hati untuk menghindari ketahuan dan berjalan ke gerbang sekolah.

"Kenapa kau disini?"

Kalimat pertama Eruru penuh kejengkelan.

Tentunya, Hisui tidaklah ramah juga.

"Aku datang untuk mengantarkan apa yang kau minta."

Hisui mengangkat kantong plastik barang bukti milik polisi kedepan matanya dan berkata. Ini sudah senja dan matahari yang terbenam membuat bayangan mereka terulur panjang.

"Dalam hal ini, tunggu saja di resepsi di kantor. Kenapa kau dengan sengaja pergi ke bangku diluar?"

Tepat seperti yang Eruru jelaskan, Hisui berlari keluar segera setelah dia mengatakan pada resepsi untuk memberitahu Eruru.

"Aku ingin merasakan angin diluar. Tetap didalam gedung itu membuat aku tak nyaman."

"Tak ada yang membutuhkan komentarmu. Cepat dan berikan padaku benda itu."

Eruru mengulurkan tangan dan mendesak Hisui untuk menyerahkan gambaran gigi tersebut.

Tetapi Hisui mengabaikan dia dan berdiri ditempat yang sama dengan punggungnya menghadap matahari terbenam, dia membuat tuntutan.

"Tentu saja aku akan memberikan ini padamu, tapi ada sebuah syarat."

"Syarat apa? Kau benar-benar mau uang? Sungguh tak tahu malu..."

"Bisakah aku menjenguk dia?"

"....?"

"Ketua kelas pasti telah dipindahkan kesini, kan?"

Hisui melihat kearah gedung berdinding putih disamping kantor polisi.

Itu adalah salah satu dari beberapa rumah sakit yang lengkap di wilayah tersebut. Dibangun di lokasi ini, itu mungkin cukup erat hubungannya dengan polisi.

"...kau cukup jeli. Entah itu kau tajam atau keras kepala... Aku benar-benar tidak bisa mengatakan terkadang."

"Sudah jelas dengan hanya sedikit berpikir. Jadi, apa jawabanmu? Hanya kunjungan singkat seharusnya tidak apa-apa, kan?"

"...baiklah. Ikuti aku."

Hisui mengikuti Eruru dan menuju Rumah Sakit Seidou.

Melewati pos pemeriksaan keamanan kartu dan scan retina, keduanya pergi ke ruang bawah tanah.

Korban gigitan vampir akan mewarisi karakteristik vampir dan takut cahaya. Reina mungkin ditempatkan dibawah tanah untuk menghindari kerusakan tambahan.

Akhirnya, Hisui dan Eruru sampai di tujuan. Lantai ini sama seperti fasilitas diatas tanah, memberi kesan bersih dan putih. Dan juga karena itu adalah bawah tanah, ada perasaan yang lebih menindas dari dinding sekeliling.

Tujuan fasilitas ini bukanlah untuk perawatan tetapi isolasi. Seperti itulah pemikiran orang dari lingkungan sekeliling.

"Kita sampai."

Eruru berhenti berjalan.

Mereka berdua berada didalam sebuah ruangan dengan berbagai perlengkapan medis, seperti unit perawatan intensif. Itu semua terhubung pada gadis yang tertidur di tempat tidur, mengatur nafas, metabolisme dan terutama kondisi darahnya dalam nilai numerik.

Mungkin bagi pengamat yang tidak tahu apa-apa, ini hanya sebuah kamar untuk orang sakit. Namun, melihat seorang gadis terikat pada tempat tidur dengan berbagai pengekang, ini jelas tampak seperti sebuah penjara.

Gadis dengan wajah pucat pasi tersebut memang Reina.

Ketika Hisui mendekati dia, Reina tiba-tiba membuka matanya.

"Kujou-kun....?"

"Hai."

Hisui mengangkat tangannya dan menyapa.

Reina menatap dia dengan mata kosong dan kemudian mengamati sekelilingnya.

Dia tampaknya belum paham dengan keadaannya. Matanya terus berkeliaran.

Kondisinya seperti pada umumnya korban vampir, kesadaran kabur. Dia mungkin sudah bangun beberapa kali sebelumnya tetapi ingatannya kemungkinan terhenti pada malam itu.

"Bagaimana perasaanmu?"

Hisui terdengar seperti seorang dokter. Reina menjawab dengan suara serak.

"Terasa seperti, begitu haus..."

"Biar aku belikan jus, bagaimana?"

Hisui mengatakan dialog khas pengunjung pasien dan mendekati Reina bahkan lebih dekat.

Reina cukup dekat untuk menyentuh lehernya.

"Apa yang ingin kamu minum?"

"...."

Saat Hisui menanyakan pertanyaan ini, mata Reina samar-samar bersinar dengan cahaya merah.

Dia melebarkan bibir keringnya dan mengungkapkan gigi yang bersih, putih dan sehat.

Diantara gigi tersebut, gigi taringnya sangat panjang.

"Apa yang ingin aku minum, adalah..."

Hanya kepala Reina yang bisa digerakkan. Hisui tidak bergerak.

"Menyingkir!"

Eruru menggeram marah dan dengan paksa mencengkeram lengan Hisui, menariknya menjauh dari Reina.

Pada saat yang sama, cahaya merah memudar dari mata Reina seolah-olah dia dibius dan dia tidur dengan nafas yang damai.

"Apa kau gila!? Apa kau benar-benar ingin dia meminum darahmu!?"

Eruru berkata dengan dingin. Mengarahkan pistolnya pada dahi Hisui tanpa ragu-ragu.

Tak seperti standart milik polisi S&W M3913 atau SIG Sauer P230JP, pistol ini memiliki desain yang elegan dan perak seluruhnya.

Ditutupi dengan pola hiasan sayap malaikat dan motif salib. Moncongnya terlihat seolah-olah itu menembakan laser bukannya peluru. Sebagai senjata mematikan, desainnya cukup rumit.

"Apa itu... darimana kau menariknya keluar!?"

"Ini adalah pistol suci, 'Argentum'. Biasanya digunakan melawan vampir tetapi juga bekerja pada manusia. Tapi daripada peluru perak, kau mungkin lebih suka menerima timbal."

Melihat Eruru menggerakkan jarinya pada pemicu, Hisui mengangkat tangannya dan menyerah, wajahnya menjadi pucat.

"Aku hanya bertanya apakah dia haus, oke? Bahkan jika ketua kelas meminum darahku, apa masalahnya? Sebagai seorang vampir tak sempurna, dia tidak memiliki kekuatan untuk membuat orang menjadi vampir melalui gigitannya, kan?"

Segera setelah Hisui menyelesaikannya, pistol tersebut menghantam dahinya. Mungkin dimaksudkan untuk menangani pertarungan jarak dekat dengan vampir juga, badan pistol itu terbuat cukup keras. Sebuah pukulan di kepala rasanya cukup sakit.

"Apa yang kau lakukan?"

"Kau layak mendapatkannya. Apa kau pernah berpikir tentang jika dia berubah kembali menjadi manusia dan mengingat dirinya sendiri meminum darah orang lain, bagaimana perasaannya?"

"..."

"Setelah tergigit oleh seorang vampir, masalahnya bukan sesederhana menjadi seorang vampir. Yang lebih penting, martabat manusia ditinggalkan. Jangan bertindak gegabah dengan pengetahuanmu yang setengah-setengah!!"

Berteriak dengan kebencian dan kemarahan, Eruru menunjuk lagi pada Reina yang tertidur.

Karakteristik Vampir #6 : setelah tergigit oleh vampir, saat proses vampirisasi berjalan, korban akan menunjukan kesetiaan pada sang vampir tuan dan secara bertahap berubah menjadi sesuatu seperti vampir.

Pengekang Reina bukan hanya untuk melindungi dia tetapi juga untuk menahan terhadap keberbahayaannya dia sendiri.

"Aku membawamu kesini untuk membiarkanmu melihat seberapa menyedihkannya dia. Tak peduli teori apa yang kau inginkan untuk mendukung, ini adalah sifat sejati seorang vampir. Mereka menghisap darah dan membahayakan orang-orang. Bahkan orang sepertimu bisa mengerti itu, kan?"

Draculea V01 - 181.PNG

Hisui tidak bisa membantah dan melihat kearah rak di ujung tempat tidur.

Itu mungkin tempat barang-barang pribadi Reina disimpan.

"Ini... milik ketua kelas?"

Hisui memegang sebuah salib berkilau dengan cahaya mulia ditangannya. Itu tampak cukup berkelas tinggi dan bukan sekedar perhiasan. Dia juga bisa merasakan kesucian memancar dari itu.

"...ya. Seluruh keluarganya dikabarkan orang kristen yang taat. Dia juga bersekolah di SMP katolik dan datang ke gereja dihari minggu. Orang tuanya tidak dirumah karena pekerjaan gereja. Menurut catatan, mereka hanya bisa kembali setelah selesai menangani pekerjaan mereka."

"Suatu keluarga yang taat, tetapi kenapa Tuhan tidak melindungi dia?"

"Jika dia mengenakan salib tersebut di lehernya saat itu, dia mungkin akan terhindar. Tetapi itulah bagaimana serangan vampir bekerja. Entah itu orang suci atau wanita berdosa, setelah tergigit, mereka akan jatuh dan menjadi monster. Ini adalah yang paling penyakit yang paling mengerikan didunia, memperlakukan secara setara semua orang."

"Aku mengerti."

Hisui mencubit pipi Eruru dengan keras.

"...apa yang kau lakukan?"

"Ini adalah balasan."

"Apa kau seorang anak kecil?"

"Biarkan aku bertanya. Bagimu, apa itu vampir?"

"...? Hama yang harus dibasmi. Bukankah sudah aku katakan?"

"Pertanyaan lain, jika itu adalah salah satu anggota berperingkat tinggi dari 'Murni'? Atau bahkan lebih tinggi... Seorang 'Leluhur Sejati'?"

"Sama saja. Itu hanya meningkatkan ancaman mereka. Kami akan meningkatkan kewaspadaan dan melenyapkankan mereka dengan lebih hati-hati. Namun, aku tidak percaya hal semacam itu masih ada dizaman ini. Anggota berdarah murni dari 'Murni', paling-paling satu atau dua, 'Leluhur Sejati', lebih tidak mungkin."

"Aku mengerti, aku paham. Oke, ini."

Hisui melemparkan gambaran gigi tersebut pada Eruru.

"Terimakasih. Hasil analisa akan keluar secepatnya. Kau bisa bercermin pada tindakanmu sendiri."

Hisui tidak menjawab tetapi menatap jari-jarinya yang baru saja mencubit pipi Eruru.

"Kau seharusnya kurang lebih mengerti. Vampir yang ada disampingmu hanyalah monster penghisap darah. Segera tinggalkan dia. Tak peduli apa pilihanmu, aku akan berhadapan dengan dia."

"Terimakasih. Kalau begitu bisakah kau mengantarku keluar? Aku tidak bisa keluar sendirian."

"Masih merepotkan bahkan disaat terakhir. Baiklah, ayo pergi."

Mengikuti Eruru, Hisui meninggalkan bangunan tersebut dan berjalan pulang.

Setelah Hisui pergi, Eruru segera memanggil Kishida dan menyerahkan gambaran gigi itu pada dia.

"Cetakan telah tiba. Segera analisa."

"Dimengerti. Setelah diputuskan, aku akan melapor padamu."

"Aku tau. Juga, pergilah kesana dan persiapkan peralatan tempur anti-vampir dan pasukan. Penangkapan tidak diperlukan, musnahkan secara langsung. Selesaikan malam ini."

Kishida bertanya pada bosnya yang tanpa ampun itu.

"Tapi konsultan khusus, hasilnya belum—"

"Analisa sebenarnya hanyalah berlebihan. Semakin tinggi... bukan, ini lebih mudah untuk menutup mulut orang-orang yang terus meneriakkan tentang berdampingan dengan para vampir dan meneliti keabadian. Hasil akhirnya bukanlah masalah. Lagipula, cepat persiapkan. Aku tidak mau kehilangan inisiatif."

Gadis itu menyampaikan pesan yang kejam dengan suara manis.

Pria tangan kanan yang setia tersebut tidak berkata apa-apa lagi dan hanya membungkukkan kepalanya dan mengikuti perintah.

"Dimengerti. Lalu aku akan mulai menganalisa dam mempersiapkan tim."

Kishida pergi dan Eruru duduk dibangku kantornya. Ini adalah dimana dia menginterogasi Hisui kemarin.

Ajudan yang disiplin waktu pasti akan menyelesaikan persiapan dengan cepat.

"....!?"

Eruru tiba-tiba terbatuk dan mendesis. Dia dengan panik menutup mulutnya.

Sambil terengah-engah, dia menarik laci disampingnya dan mengeluarkan botol kecil yang berisi tablet.

Gemetaran, dia menuangkan beberapa tablet, memasukkannya kedalam mulutnya, mengunyah dan menelannya.

Batuk tersebut tertahan beberapa saat kemudian tubuhnya akhirnya tenang. Eruru menghela nafas dalam-dalam.

Wajah cantiknya menunjukan kelelahan seperti pasien yang sakit keras, penuh dengan kekecewaan yang mendalam.

Menggigit bibir kecilnya, Eruru bergumam seperti mengutuk.

"Hancurkan... vampir, serahkan mereka semua padaku. Semuanya... Aku akan menghancurkan kalian."

Setelah "menjenguk" Reina, Hisui kembali kerumah. Rushella tengah berdiri di pintu.

Tak peduli bagaimana kamu melihatnya, dia pasti telah menunggunya.

Keduanya belum saling melihat selama sehari dan merasa malu. Dalam diam berdiri bertatap muka tanpa bergerak, Rushella akhirnya berbicara duluan.

"Kamu pulang sangat terlambat. Pergi kemana kamu...?"

"Hmm~~ ada sesuatu yang aku lakukan."

"Aku tidak mengira kamu berselingkuh dengan wanita palsu bernama Sudou, kan!?"

"Kamu benar-benar bertindak seperti seorang ayah dengan jam malam yang ketat. Ini tidak seperti kamu Miraluka."

Segera setelah Hisui mengatakan itu, Hisui mengetahui dia salah bicara.

Tapi sudah terlambat, Rushella melangkah maju seperti sebuah anak panah dan menginterogasi.

"Siapa Miraluka!?"

"Apa kamu seorang istri pendendam yang menginterogasi urusan suami? Kamu ingin memarahinya karena kucing pencuri?"

"Berhenti mengejekku. Cepat... katakan padaku. Apakah itu... wanita yang membesarkanmu?"

Melihat tatapan tulus Rushella, Hisui menyerah untuk berdebat. Menggaruk kepalanya dengan tidak senang, dia akhirnya mengangguk.

"...ya. Aku tidak tau nama belakangnya. Nama depannya adalah Miraluka."

"Wanita itu... yang memberitahumu banyak hal?"

"...dia hanya memainkan peran sebagai seorang ibu. Tapi dia sudah lama melewati usia untuk menjadi ibuku. Pada dasarnya seorang perempuan tua. Tetapi dia menjadi marah kalau aku mengatakan itu, bersikeras 'setidaknya panggil aku Onee-sama.'"

Meskipun dia tidak senang, Hisui tak bisa menyembunyikan emosi tersebut dalam suaranya.

Bertindak sebagai seorang ibu, usianya jauh lebih tua daripada seorang nenek, tetapi terlihat seperti seorang kakak. Seorang vampir seperti itu.

Hubungan seperti apa itu, Hisui sendiri tidak tau.

Mungkin keluarga — ini akan mengungkapkan lebih baik pada hubungan mereka.

Oleh karena itu, setiap kali Hisui menyebut dia, Hisui menggunakan kata itu.

Dia adalah keluargaku.

Melihat mata Hisui saat dia mengenang, Rushella memerintah tak senang:

"Cepat... masuk. Kemudian buat makan malam. Aku belum... makan sama sekali."

"Iya iya... Kenapa kamu begitu mengkhususkan tentang makanan ketika kamu bahkan tidak membutuhkannya untuk nutrisi?"

Hisui membuat penampilan masam dan berganti pakaian santai, memakai apron dan pergi ke dapur.

Menu malam ini adalah nasi, sup miso, ikan panggang dan sayuran acar. Makanan gaya jepang murni.

Setelah memasak, keduanya makan di ruang tengah.

Rushella awalnya tidak terbiasa dengan sumpit, tetapi dia hampir menguasainya sekarang.

Mereka mulai makan dalam keheningan tetapi Rushella dengan takut-takut berbicara.

"Kamu... memiliki sesuatu untuk dikatakan, kan?"

"Huh?"

"Maka segera katakan. Aku akan menjawab."

Rushella berbicara dan memalingkan kepalanya kesamping.

Setelah berhenti beberapa saat. Hisui menanyakan pertanyaan yang dia tidak bisa menanyakan malam kemarin:

"Apa kamu...menghisap darah ketua kelas?"

Rushella menggeleng tetapi bergumam khawatir pada saat yang sama.

"...aku tidak tau."

"Kamu tidak tau? ...apa maksudmu, kamu tidak tau?"

"Karena aku tidak minum darah kemarin, aku kehausan karenanya. Tapi... aku seharusnya bisa menahannya."

"Seharusnya? Tidakkah kamu mengetahui tubuhmu sendiri dengan baik?"

"Aku tidak tau... Aku tidak merasa haus sekarang ini, mungkin itu... karena aku meminum darah ketua kelas, mungkin..."

"Katakanlah, bahkan jika seperti itu, entah kamu meminum atau tidak, kamu seharusnya ingat..."

Dipertengahan, Hisui tiba-tiba teringat apa yang Rushella coba katakan.

Ingatan— ini cukup tidak jelas bagi dia.

Dia bahkan tidak tau siapa dirinya.

"Malam itu, aku mendengar seorang gadis menjerit. Instingku memberitahuku seseorang telah diserang oleh jenisku. Sehingga aku bergegas pergi ke suara itu— seharusnya seperti itu. Tapi aku tidak terlalu percaya diri..."

"Bahkan jika kamu kehilangan ingatanmu, kamu harusnya masih ingat kejadian baru-baru ini, kan?"

"...ya, tapi, aku merasa haus pada saat itu. Pada akhirnya, gadis itu jatuh ke tanah... Aroma darah memikat aku. Aku berpikir tentang menghisap darahnya, jika kamu tidak muncul saat itu... aku pasti akan menyerang dia secara langsung."

"...."

"Terkadang aku sangat takut."

"Takut apa...?"

"Takut pada diriku sendiri ketika aku haus akan darah segar... Takut aku akan berubah menjadi orang yang lain. Jika 'haus' tersebut tak bisa dihentikan, aku mungkin menyerang orang dalam pandangan tanpa berpikir... Perasaan ini sangat menakutkan."

Disaat haus darah — sebuah naluri dasar vampir yang tak bisa lepas.

Interval serangan rasa haus tersebut bermacam-macam antara setiap individu, tetapi mereka memiliki titik kesamaan — ketika rasa haus darah mencapai maksimal, mereka kehilangan rasionalitas dan menjadi binatang buas.

"Sehingga... Kadang-kadang aku takut. Berpikir kalau aku tak bisa menghisap darah dalam jangka waktu yang lama, apa yang akan terjadi. Aku akan menjadi orang yang berbeda, menjadi... monster yang tak tahu apa-apa selain menghisap darah, seperti apa yang Mei katakan, bahkan lebih buruk daripada seekor nyamuk."

"...."

"Aku telah berpikir. Kenapa aku tak memiliki ingatan? Mungkin, mungkin... sesuatu telah terjadi di masa lalu. Mungkin kehausan akan darah segar... Aku menjadi seekor binatang buas. Mungkin aku berubah menjadi orang lain. Oleh karena itu, oleh karena itu... aku yang saat ini, akankah sesuatu terjadi? Kemudian aku akan menghilang, aku selalu memikirkan hal itu..."

Jadi semuanya telah begitu kabur dan terganggu.

Takut pada naluri dasar seorang vampir dan kehilangan ingatan — terbebani oleh dua tekanan tersebut, Rushella mengerutkan kening mengejek diri sendiri dan meringkuk.

"Jadi... aku tidak tau. Mungkin aku meminum darah ketua kelas. Seperti sebelumnya, mungkin... aku lupa setelah aku meminumnya..."

Suara Rushella menjadi semakin pelan saat dia meringkuk.

Tak peduli bagaimana kamu melihatnya, penampilan rapuhnya tidak tampak seperti seorang anggota dari ras yang menguasai malam seperti raja sejak jaman kuno.

Hati rapuh dari masa pubertas adalah eksistensi yang sangat lemah dan rapuh.

Tak peduli berapa usianya yang sebenarnya, mentalnya sama dengan penampilannya. Gadis ini saat ini memikul kegelapan yang berat sendirian.

"Malam itu... aku pikir ada jejak darah di bibirmu. Tetapi aku tak pernah bisa mengerti, kenapa ada darah pada belati itu juga? Jika kamu menghisap darah ketua kelas, kamu tak memerlukan untuk menggunakan senjata, kan? Tangan kosong saja sudah cukup, ditambah ada mata mistik. Lalu kenapa?"

"Aku tidak mau mengatakannya."

Rushella enggan untuk berbicara karena suatu alasan dan memutar kepalanya kesamping.

"Kenapa? Ini melibatkan ketidak bersalahanmu, kamu tau!?"

"...."

Rushella menghindari kontak mata dan tetap diam.

Hisui terus menatap dia tanpa henti.

Akhirnya, Rushella menyerah dan berbicara muram.

"Aku... berlatih."

"Huh?"

"Aku berlatih menghisap darah."

"HUHHHHHHHHHHH!?"

Hisui menatap dengan mata yang melebar terkejut. Rushella memerah dan berkata dengan lembut.

"Itu karena kamu mengatakan aku menghisap darah begitu ceroboh, jadi... jadi aku pergi ke tukang daging untuk membeli sebongkah daging semirip mungkin dengan manusia, dengan relatif lebih banyak darah..."

"Lalu kamu memotong daging itu menjadi ukuran yang cocok dan menggigit... Apa itu yang kamu maksud dengan berlatih menghisap darah?"

Rushella mengangguk dengan wajahnya memerah cerah.

Hisui mencengkeram sisi tubuhnya, berusaha keras untuk menekan tawanya.

"Hei, tak mungkin!? Berlatih... latihan menghisap darah! Apa-apaan ini, itu tak pernah terjadi pada para vampir! Dan pergi ke toko tukang daging! Eh, apa itu, daging babi atau daging sapi? Jadi itu sebabnya ada darah di bibir dan pedangmu!?"

"Kamu benar-benar menyebalkan!! Itulah sebabnya aku tidak mau mengatakannya..."

Rushella begitu malu, dia nyaris menangis. Tangannya yang mungil memukul-mukul tubuh Hisui.

Hisui tertawa semakin keras, berguling-guling di lantai mencengkeran perutnya.

"Yang benar saja... Aku telah terjebak memikirkannya sepanjang hari, betapa bodohnya aku..."

"Kamu berisik, cepat tutup mulutmu!!"

Suasana hati Rushella sangat buruk dan dia cemberut tak senang.

Hisui akhirnya berhasil menghentikan tawanya dan bertanya lagi:

"...kenapa kamu ingin berlatih?"

"Aku sudah bilang. Karena kamu bilang aku ceroboh."

Rushella masih tidak mau menghadap pada Hisui.

"Umm, katakanlah..."

"Tidak meminum darah tidak ada sangkut pautnya. Namun... setidaknya itu lebih baik jika kamu tidak kesakitan ketika aku minum, kan? Dan aku mengontrol seberapa banyak yang aku minum..."

Mendengar suara Rushella yang lembut, Hisui menggaruk kepalanya dengan canggung.

"Lalu... bagaimana menurutmu?"

Sekarang giliran Rushella yang bertanya. Dia telah menjelaskan situasinya sepenuhnya.

Lalu apa yang Hisui pikirkan tentang dia?

"Apa kamu pikir... aku akan melanggar janjiku denganmu dan menghisap darah orang lain dengan santai?"

Rushella berbisik, perlahan-laham mendekati wajah Hisui.

Hisui tak bisa segera menjawab. Lalu dia bersiap untuk berbicara.

Tepat saat Rushella menunggu jawaban Hisui. Suara mobil berhenti dan banyak langkah kaki orang terdengar di pintu masuk.

"Sekarang apa, pengunjung di jam segini?"

"...tunggulah disini, jangan keluar."

Wajah Hisui sengat serius. Memerintah Rushella untuk tetap di ruang tengah, dia berjalan keluar sendirian.

Keluar dari rumah, dia menemukan unit polisi taktis berseragam berbaris di taman.

Mengenakan perlengkapan perlindungan disekitar leher mereka, jelas itu dirancang untuk melindungi terhadap vampir.

Lebih seperti, semua bahan yang digunakan pada seragam mereka terbuat dari serat yang kuat untuk menangkal gigi vampir.

Diluar halaman, tanda-tanda sebuah sebuah van lapis baja bisa dilihat. Beberapa lampu sorot diarahkan pada sekeliling Hisui, menerangi langit malam seterang siang hari, tak meninggalkan tempat bagi target untuk bersembunyi.

"Selamat malam, Kujou-san." Pemimpin pasukan tersebut adalah Eruru.

Sama seperti pertama kali mereka bertemu, Kishida berdiri disampingnya.

"Apa yang kau lakukan? Jangan menyebabkan masalah bagi para tetangga, cepat matikan lampu-lampu tersebut dan tetap tenang."

"Kami akan pergi setelah masalahnya selesai. Akankah kau menyerahkannya, hama itu?"

".... Apa hasil analisanya telah keluar?"

"Ya. Aku telah melalui prosedur yang tepat sebelum datang kesini. Jadi tidak perlu meminta persetujuanmu. Ini adalah peringatan yang pertama dan terakhir untukmu. Serahkan dia sekarang."

Wajah Eruru sangat serius dan tidak mentolerir keberatan apapun.

Dengan perintahnya, Hisui mungkin akan ditangkap oleh salah satu orang yang berdiri dibelakangnya.

Menghadapi saat-saat kritis ini sebelum krisis selanjutnya, Hisui mengepalkan tangannya dan memikirkan penanggulangan. Suasana disekeliling menjadi tegang.

Berhadapan dengan keheningan, terselubung dalam bahaya — keheningan tersebut dipecahkan oleh suara kasar dari belakang Hisui.

"Ada apa dengan orang-orang ini? Hei kamu, cepat jelaskan padaku!"

Rushella mengabaikan Hisui dan secara terbuka muncul dipintu.

"...Bodoh."

Hisui menggerutu, tetapi itu telah terjadi.

Penangkapan—bukan, menilai dari niat Eruru, ini pasti sebuah misi pembasmian. Para anggota unit taktis memasuki waspada tinggi pada kedatangan sang "musuh".

"Oh, ini jelas menyelamatkan aku dari usaha yang berlebihan."

"Apa yang kau rencanakan? Hei, pelayanku, siapa gadis ini? Kenapa si kerdil itu bertindak begitu superior?"

"Tolong jangan membuat masalah semakin rumit lagi..."

"Serius. Jika kau dengan patuh mengijinkan aku untuk menikam jantungmu dan memenggal kepalamu, setidaknya aku akan memberimu sebuah akhir yang cepat."

"Kau jalang...."

Merasakan niat membunuh menyelubungi sekeliling secara menyeluruh, sekarang Rushella memahami situasinya.

"Manusia biasa, apa yang mau kau lakukan padaku?"

"Menghancurkanmu. Bagaimana?"

"Kata-kata yang besar. Tetapi kau tak punya alasan. Aku membutuhkan darah untuk kelangsungan hidup dan kau tak punya alasan yang kuat untuk menghancurkan aku, kan?"

"Berbicara tentang alasan, fakta bahwa kau adalah vampir itu alasan yang cukup. Selain bukti berpakaian besi. Pria disampingmu memberi kami bukti."

"Apa!?"

Rushella menatap Hisui dalam keterkejutan, tetapi Hisui mengabaikannya dan hanya menatap Eruru.

"Aku tak pernah menyangka kau akan meminum darah begitu banyak dari perawan muda. Kau vampir rakus baru-baru ini di area ini."

"Kau berbicara tentang ketua kelas itu...? Tetapi tidak, aku tidak melakukannya..."

"Kau masih menyangkal? Sungguh tak sedap dipandang. Gigimu sepenuhnya sesuai dengan bekas gigitan pada korban. Orang ini membantu kami memverifikasi itu."

"Tanda gigi... milikku!? Kau...!"

Rushella teringat tindakan Mei saat pemeriksaan fisik.

Yang ternyata untuk ini. Dan alasannya adalah... intruksi Hisui.

"Kamu mencurigai aku...!?"

Rushella menggigit bibirnya dan berbicara, air mata sudah keluar di matanya.

Tetapi Hisui tetap tak bergeming.

"Omong kosong apa yang kau bicarakan? Jika seorang manusia mendapati darah mereka terhisap, maka itu wajar untuk mencurigai seorang vampir. Baiklah, Kujou-san, serahkan dia pada kami. Aku berkewajiban untuk menangani hama ini."

Eruru, Kishida dan polisi yang lainnya mendekat.

Kemudian Hisui akhirnya bereaksi.

Seolah-olah melindungi Rushella, dia berdiri didepannya, menghadang anggota tim polisi.

"Sekarang apa? Kau tidak berpikir tentang memihak hama itu, kan?"

"Maka biarkan aku memastikan bukti tersebut. Ngomong-ngomong, kenapa kalian mencurigai dia?"

Hisui mengarahkan jari telunjuknya pada Rushella.

Melihat wajah seriusnya, Eruru hanya bisa menghela nafas.

"...karena dia adalah seorang vampir. Karena korban telah muncul, mencurigai dia itu wajar saja, kan?"

"Selain dia, masih ada vampir-vampir yang lain."

"...bagaimana dengan kesaksian korban!?"

"Poin inilah tepatnya yang aku rasa sangat mencurigakan. Kenapa kau dengan mudahnya percaya dia? Mempercayai seseorang yang telah digigit?"

"Kenapa? ...Ah!"

Eruru terguncang tanpa sadar.

Memang— itu adalah eksistensi yang tak bisa dipercaya.

Setelah tergigit, seseorang tak bisa dipercaya.

Adapun kenapa begitu—

"Setelah tergigit, seseorang akan menunjukan kesetiaan terhadap orang yang menggigit mereka—sang tuan. Korban hanya akan membayar kebaikan dengan penghianatan terhadap orang yang berusaha melindungi mereka. Karena itu, kau tetap mengikat ketua kelas dengan aman. Maka kau seharusnya tau kan? Kau tak bisa percaya kata-kata dari seseorang yang telah digigit. Mereka biasanya akan membela tuan mereka. Mereka tidak mungkin menyerahkan identitas tuan mereka. Jika mereka mengatakannya... itu kemungkinan besar karena perintah sang tuan, untuk mendapatkan kambing hitam."

"....!"

Semua polisi mulai berbicara diantara mereka sendiri. Mereka semua memiliki pengetahuan substansial(inti) pada vampir. Oleh karena itu, mereka bisa memahami poin kunci yang Hisui katakan secara langsung.

Merasakan tatapan dari bawahannya, Eruru tetap tenang.

"Memang, apa yang kau katakan masuk akal. Namun, kesetiaan dari yang tergigit bervariasi secara substansial tergantung pada kekuatan mental seseorang dan tingkat vampirisasi. Dan dalam insiden ini..."

"Diambang menjadi seorang vampir sepenuhnya, korban adalah seorang gadis sekolahan yang lemah. Tak peduli bagaimana kau melihatnya, dia tidak mungkin bisa menentang kehendak tuannya. Aku juga pergi ke rumah sakit untuk mengkonfirmasi kondisinya. Kau seharusnya mengetahui lebih baik daripada aku, kan?"

Argumen Hisui bahkan lebih akurat.

Berdiri dibelakang Eruru, obrolan para polisi menjadi semakin keras.

Untuk mencegah kekacauan yang lebih jauh, Eruru mengeluarkan bukti.

"...tapi tanda giginya sesuai. Tak pernah ada dua orang dengan tanda gigi yang sepenuhnya identik. Ini sama seperti sidik jari. Benar-benar tidak ada kesalahan!"

"Benarkah?"

"Kau semakin menjengkelkan! Kenapa kau melindungi hama ini?"

"Mustahil."

Hisui menegaskan dengan penuh kepercayaan diri, langsung menekan aura yang mengintimidasi dari Eruru.

"Mustahil. Tanda gigi tersebut tak mungkin sesuai."

"Omong kosong apa yang kau katakan..."

"Seperti yang dia katakan... aku mencurigai dia pada satu titik."

Hisui menunjuk Rushella yang berada dibelakangnya dan berkata.

Memang, dia mencurigai Rushella beberapa waktu yang lalu.

Namun—

"Aku juga mencurigai kalian. Anggota dari Bagian Investigasi Supranatural?"

Melihat tatapan tajam Hisui, Eruru merasa terintimidasi. Tetapi dia tetap membenarkan dirinya sendiri dan mengejek dalam menjawab:

"Omong kosong apa yang kau katakan... Kami adalah organisasi kepolisian yang sebenarnya."

"Organisasi kepolisian yang dengan mudah mempercayai kesaksian korban gigitan. Mungkin kalian... membuat tuntutan pidana yang masuk akal, mencoba membasmi orang yang menumpang padaku... Aku merasa kalian memiliki niat itu, jadi untuk menguji apakah kalian bisa dipercaya... aku melakukan sedikit sabotase."

"Sabotase...? Apa yang sebenarnya kau lakukan...!?"

"Sebelum tanda gigi tersebut mengeras sepenuhnya, aku sedikit mengubah bentuknya."

Kata-kata Hisui membuat seluruh tim Eruru berdiri tak bisa berkata apa-apa.

Menaklukan vampir yang memakan darah manusia—alasan kebenaran ini mulai menunjukkan retakan.

"Jadi, itu pasti tak sesuai tanda gigi Rushella."

"Kau...!"

Wajah Eruru tak memiliki emosi.

Anak laki-laki yang dia benci sekarang berdiri dijalannya sebagai ancaman yang besar.

Hisui menekankan pada keuntungannya.

"Kenapa tanda gigi yang tidak sesuai itu berakhir menjadi sesuai pada tanda gigitan pada leher ketua kelas? Sangat sederhana, seseorang memfabrikasi bukti tersebut untuk menjebaknya sebagai pelakunya."

Eruru mengepalkan tinju mungilnya.

Tuduhan ini menyebabkan suasana menjadi tegang.

Kriminalnya bukan seorang vampir tetapi manusia.

Tim polisi tidak menyuarakan ini tetapi tatapan bertanya mereka meminta konfirmasi Eruru.

"Kamu mempercayaiku...?"

Diam sepanjang waktu, Rushella bertanya penuh syukur.

Hisui menggaruk kepalanya malu-malu.

"...aku mencurigaimu pada awalnya tetapi kemudian aku mempercayaimu. Jadi... apa yang akan kita lakukan disini?"

Hisui menjawab dalam nada santai dan menatap Eruru dengan tajam.

Sebelum Eruru bisa menjawab, wajahnya sudah pucat, Hisui terus mengejar inti permasalahan.

"Pada akhirnya, siapa yang menghisap darah ketua kelas? Aku memiliki petunjuk. Katakanlah, tuan, kenapa kau tidak melaporkan masalah tertentu itu!?"

Hisui menatap—Kishida.

Dan semua orang mengikuti pandangannya.

Pria tersebut yang berada dibawah perhatian semua orang hanya bergumam pelan.

"Sungguh seorang pria yang mengganggu."

"Eh...!?"

Yang pertama menyadari adalah Eruru.

Orang yang telah mengikutinya dengan setia seperti bayangan tiba-tiba menghilang.

Kemudian Hisui menyadarinya juga.

Pria yang telah dia temui beberapa kali sebelumnya, tiba-tiba lenyap dari pandangan.

Jelas-jelas lebih cepat daripada batas kecepatan manusia.

Ini tepatnya secepat seorang vampir.

Matanya memancarkan cahaya merah redup dan mulutnya penuh dengan gigi putih pucat dan tajam.

"Bocah sialan."

Kishida tertawa keras dan menggenggam lengan Hisui, menggigit lehernya!!

"Kau...!!"

Hisui merasakan rasa sakit tajam dari lehernya dan darahnya dihisap pada tingkat yang menakutkan.

Ini sepenuhnya penghisapan darah tanpa belas kasihan mengingatkan Hisui tentang kondisi tragis Reina malam kemarin.

Tak ada kesalahan, orang ini adalah pelaku sebenarnya.

"Sungguh seorang bocah yang cerdas, tetapi ini adalah garis akhir untukmu. Kau akan membantuku menghalangi orang-orang sialan ini."

"Dasar bajingan, menyingkir dari dia!!"

Lebih cepat dari siapapun juga, Rushella melaju kearah Kishida.

Tetapi Kishida telah menduganya dan tersenyum tanpa rasa takut, memisahkan dirinya dari leher Hisui. Penghisapan darah ini, dilakukan dengan maksud untuk menyakiti, merobek kulit dan daging dari leher Hisui saat gigi tersebut ditarik.

Kishida tersenyum kejam dan melempar Hisui pada Rushella.

"Hei, pertahankan dirimu!!"

Rushella sambil menangis menangkap Hisui di lengannya. Semua ini berjalan sesuai dengan perhitungan Kishida.

Menggunakan kesempatan ini, dia mengeluarkan perangkat penyemprot dan menyemprotkannya pada Rushella.

"Ini...!?"

Seketika, indra penciuman Rushella mati rasa.

Ini adalah aroma yang sama seperti serangan bawang putih yang dia rasakan dari Hisui waktu itu.

Tentu saja, aroma ini terkonsentrasi pada tingkat yang sepenuhnya berbeda daripada serangan kecil saat itu. Bukannya sebuah pencegah, ini adalah sebuah senjata yang tepat untuk digunakan melawan vampir.

Kishida menggunakan masker gas sederhana untuk menutupi mulut dan hidungnya, tetap tak terpengaruh. Sepertinya dia telah mempersiapkan sebelumnya untuk mencegah perlengkapan anti-vampir mempengaruhi dirinya sendiri.

"Kau bajingan..."

Rushella bahkan tidak memiliki kekuatan untuk berbicara. Tak mampu berdiri tegap, dia jatuh.

Kishida tertawa, meraih Rushella yang tak sadarkan diri dan berlari seperti kepulan asap.

Dia dengan mudah melompati dinding. Sosoknya saat dia berlari melintasi malam memang itu dari seorang vampir.

"Kejar dia, cepat!!"

Eruru segera mengeluarkan perintah. Beberapa orang mengikuti Kishida dengan berlari. Sisanya menaiki van lapis baja dan berangkat.

Vampir dan pemburu semuanya berangkat seperti sebuah badai, meninggalkan hanya Hisui dan Eruru di tempat kejadian.

"Apa kau tidak apa-apa!?"

Eruru bergegas mendekat pada Hisui dan segera memulai pertolongan pertama. Karena dia tidak membawa alat medis, dia hanya bisa menggunakan sapu tangan putih sebagai pengelap. Mencoba menghentikan pendarahan.

Melihat lukanya, Eruru hanya bisa mengerutkan kening dan mengalihkan tatapannya.

Luka tersebut sangatlah dalam.

Pembuluh arteri telah mengalami kerusakan yang parah, menghasilkan pendarahan yang mengerikan. Bagian dari kulit telah sepenuhnya tercabik. Tidak mati ditempat itu sudah sangat beruntung.

Meski demikian, dia berdiri.

"Bajingan itu... menghisap sesuka hatinya... Rushella jauh lebih baik daripada dia... Vampir serakah... aku rasa 2L telah terambil? Oh yah, itu menghemat usaha..."

Eruru begitu ketakutan dia langsung berteriak.

"Apa yang kau katakan!? Jika kau bergerak secara sembrono sekarang..."

Dari sudut pandang Eruru, hilangnya darah Hisui sudah cukup fatal. Apapun yang Hisui katakan hanya berusaha untuk bertindak kuat. Tetapi Hisui menunjukan lehernya pada dia, menyebabkan Eruru menatap dengan mata terbelalak, tercengang.

"Tidak mungkin..."

Bekas gigi yang menjijikkan dan mengerikan telah menghilang.

Tidak, lebih tegasnya, lukanya masih ada... tetapi itu menghilang didepan matanya.

Koyakan oleh gigi, luka tersebut masih merembes darah, tapi jejak "ciuman" vampir — telah tersembuhkan.

"Kenapa...!? Mungkinkah, kau adalah seorang vampir...!? Tidak, itu mustahil... Maka jenis mahluk supranatural yang lain... tapi, selama pemeriksaan."

"Aku hanya seorang manusia. Kecuali dengan sebuah konstitusi yang tak akan berubah menjadi vampir, itu saja."

Hisui berkomentar ringan. Setelah mengalami sebuah serangan seperti Reina, Hisui jauh lebih yakin bahwa Kishida adalah pelakunya.

"Kau tidak akan berubah menjadi seorang vampir...? Mustahil, hal semacam itu...!!"

Fenomena ini, menjungkirbalikkan pandangan dunianya, menyebabkan Eruru mengelengkan kepalanya berulang kali dalam penyangkalan.

Namun demikian, Hisui adalah manusia sejati. Hasil pemeriksaan jelas-jelas menulis itu. Dan orang yang melakukan pemeriksaan tersebut adalah dirinya sendiri.

Hanya dalam beberapa menit, sesuatu didalam otaknya telah runtuh sampai akarnya.

"Dengar, situasinya sedikit diluar perkiraan. Tapi itu membuktikan kau bukan orang yang memfabrikasi..."

"Tentu saja bukan!! Karena aku awalnya berpikir pelakunya sudah pasti..."

"Kau mengatakan itu berdasarkan kebencianmu, kau masih mengikuti peraturan? Sehingga pria itu memfabrikasi hasil analisa tersebut..."

"Sepertinya... begitu. Aku mendapatkan hasil dari dia... Jadi dia menuduh vampir lain untuk kejahatannya...? Tapi kenapa...?"

Eruru menggigit bibirnya dan menggelengkan kepalanya.

Awalnya begitu kuat, dia sekarang ini seorang gadis yang sangat gelisah di mata Hisui.

Itu tampak seperti pria itu dulu bawahannya yang cukup terpercaya.

Tapi pada kenyataannya, dia adalah vampir yang seharusnya dihancurkan.

Dan tepat disampingnya, namun dia tidak menyadarinya.

Meskipun situasinya sangat simpatik, tapi sayangnya, Hisui saat ini tidak punya waktu untuk itu.

"Pria itu... Kenapa dia menculik Rushella? Jika dia hanya ingin melarikan diri, membawa manusia yang paling tak berdaya, aku, akan menjadi pilihan yang terbaik. Tunggu, kenapa ketua kelas menuduh gadis itu? Karena dia tidak mau seorang ahli menyadari dia, bersembunyi secara terampil dalam masyarakat manusia, dia seharusnya tidak meminum darah ketua kelas dengan sembrono...."

"Aku tidak tau tentang itu...! Bagaimana aku bisa tau apa yang vampir pikirkan!?"

Eruru berteriak secara emosional kemudian menundukkan kepalanya.

Tubuhnya yang mungil dan halus tengah bergetar, tampak sangat rapuh dan tak berdaya.

"Selama beroperasi dengan pria itu, aku telah melihat dia dibawah matahari berkali-kali. Mengingat itu, dia pasti telah menunjukkan pada secara sengaja. Juga, dia sangat tepat waktu, itu mungkin karena tidak pernah lupa menerapkan perantara pemblokir cahaya. Kebiasaan mengenakan sarung tangan... untuk menghindari kontak kulit dengan aku."

"Kontak langsung akan membuatmu menemukan dia menggunakan perantara pemblokir cahaya. Sepertinya dia cukup berhati-hati. Tapi masalahnya adalah kenapa dia dengan sengaja menyusup ke dalam organisasi yang paling tidak menguntungkan bagi vampir?"

Keraguan Hisui yang terbesar mengenai Kishida adalah hal itu.

Meskipun dia mungkin berpikir "tempat paling berbahaya adalah tempat teraman" tapi menjadi bagian dari organisasi anti-monster sangatlah beresiko tinggi. Juga secara mental, harusnya ada cukup banyak stres.

Meski begitu, dia masih menyembunyikan identitasnya dan merendah di sisi Eruru.

Hisui punya sebuah teori mengenai alasan untuk ini.

"Orang itu... Dia menyimpan satu poin untuk dirinya sendiri ketika dia menerima laporan Sudou."

"Apa yang terjadi? Laporan Sudou-san diteruskan padaku melalui dia..."

"Tentang orang yang menumpang padaku, laporan seperti apa yang kau terima pertama kali?"

"Tak ada yang spesial, sangat biasa... Vampir menghadiri sekolah... Itu saja."

"Sudah kuduga..."

Itu masuk akal sekarang, Hisui mengangguk.

Eruru tampak terkejut dan bertanya.

"Apa yang coba kau katakan...? Apa ada sesuatu yang mencurigakan tentang laporan ini? Setidaknya, kemunculan seorang gadis vampir, pergi ke SMA yang sama denganmu— ini adalah fakta kebenaran, kan?"

"Memang. Tapi bagian paling penting telah dihilangkan. Orang yang menumpang padaku mengklaim seorang 'Leluhur Sejati'."

"Apa kau bilang!?"

Wajah Eruru berubah seketika.

Seorang vampir kelas-Leluhur Sejati— seseorang dengan status setinggi itu berada di tempat seperti ini!?

"Mustahil... vampir itu, tak bisa dipercaya, bagaimana... tak ada hal semacam itu dalam laporan...!"

"Tepat... itu tidak muncul dilaporan. Sudou mengatakan bahwa dia memberi laporan itu pada Kishida. Tapi dia menyembunyikan fakta ini dan tidak melaporkan padamu. Ini adalah salah satu alasan kenapa aku tidak bisa sepenuhnya mempercayai kalian. Jelas-jelas seorang vampir kelas Leluhur Sejati telah muncul, namun kau mengambil langkah-langkah biasa semacam itu. Dan terlepas apakah kau percaya atau tidak, setidaknya kau menanyaiku untuk konfimasi."

"Lalu... tujuan Kishida... dari awal adalah gadis itu...!?"

"Kemungkinan besar. Dengan tetap disampingmu, kemungkinan untuk berlari ke kaumnya sendiri menjadi lebih tinggi. Mungkin sambil membantu pekerjaanmu, dia mencari 'Leluhur Sejati' secara rahasia. Menghisap darah ketua kelas kemudian menuduh Rushella. Lalu menggunakan polisi untuk menangkap dia. Kemudian melaporkan padamu bahwa target telah dihancurkan, memungkinkan dia untuk memanjarakan Rushella di suatu tempat... Namun, alasan yang paling penting masih aku mengerti."

"Alasan tidaklah penting sama sekali! Seorang vampir kelas Leluhur Sejati... Sungguh memalukan, aku harus menghubungi kantor pusat untuk mengirim bala bantuan... tidak, terlebih dulu, peralatan perlu disesuaikan...!"

Eruru mengabaikan Hisui dan mulai mengeluarkan ponselnya untuk dioperasikan dengan memeras otaknya.

Dibandingkan Kishida, dibandingkan dengan korban, pemikirannya yang terutama adalah menghancurkan Leluhur Sejati Rushella—pada akhirnya, segala sesuatu dalam hatinya kembali ke titik awal.

Hisui mendesah ringan dan menanyai dia dengan putus asa.

"Hei, hei, kita sudah membersihkan dia dari kejahatan tersebut, apa kau masih berpikir membasmi dia?"

"Jika dia benar-benar seorang 'Leluhur Sejati' maka dia pasti telah menghisap darah orang yang tak terhitung jumlahnya sampai hari ini. Bukankah kejahatannya sudah jelas!?"

"Apa kau punya hak untuk berbicara tentang orang lain? Bagaimana dengan dirimu sendiri?"

Hisui mengulurkan tangan kirinya pada Eruru. Setelah menyeka luka di lehernya, masih terdapat darah yang belum kering ditangannya.

"....!"

Eruru memalingkan kepalanya dari tangan Hisui dan menutupi mulutnya. Bukan hanya itu, dia juga mulai batuk, tubuhnya sedikit gemetar.

"Apa kau takut darah?"

"Te-Tentu saja tidak... hanya penyakit lama. A-Aku bisa mengobatinya seketika..."

Mengeluarkan sebuah kotak obat dengan tangan yang gemetar, dia menuangkan tablet kedalam mulutnya.

Tapi Hisui menghentikan dia, menghamburkan tablet-tablet tersebut ke tanah.

"Apa yang kau lakukan...!?"

"Hentikan itu. Memakan itu berbahaya terhadap tubuhmu."

"Omong kosong... ini hanyalah obat biasa..."

"Memang benar. Hanya obat biasa untuk menekan doronganmu untuk menghisap darah."

Wajah Eruru langsung kehilangan ekspresi.

Dia menatap Hisui, wajahnya pucat—sepucat vampir.

"Apa yang kau katakan... Kau tidak mencurigai aku seorang vampir, kan? Bahkan sebagai sebuah lelucon, itu terlalu berlebihan!"

"Itu benar... kau baik-baik saja berdiri saat matahari terbenam."

Eruru tiba-tiba teringat apa yang terjadi sebelumnya.

Sebelumnya, ketika Hisui datang untuk menemuinya, kenapa dia secara khusus menunggu di luar ruangan.

Itu adalah untuk mengkonfirmasi. Mengkonfirmasi apakah dia terpengaruh oleh sinar matahari.

"Kau mencurigai aku...? Mencurigai aku seorang vampir!?"

"Ya. Melihat caramu membenci vampir, itu mengingatkan aku tentang kutub magnet yang saling bertolak satu sama lain. Meskipun tidak takut terhadap sinar matahari bisa disebabkan karena menggunakan perantara pemblokir cahaya, aku memeriksa itu juga... tapi hasilnya kau tidak menggunakan itu."

Mendengar kata-kata Hisui, Eruru hanya bisa menyentuh pipinya sendiri.

Sebelumnya... Hisui telah mencubit dia disana.

Dia awalnya berpikir Hisui hanya kekanak-kanakan untuk membalas dendam, tetapi sekarang dia mengetahui maksud sebenarnya di balik tindakannya.

Dia memeriksa bagaimana tekstur kulitnya.

Melalui tekstur, dia mengkonfirmasi apakah perantara pemblokir cahaya telah dipasang.

"Kau... kapan kau mulai mencurigai aku!?"

"Pertama kali kita bertemu. Fisik yang mungil seperti itu namun kau tampaknya kuat secara tidak normal. Juga, kau berpaling ketika aku mimisan, kan? Seorang ahli anti-vampir takut akan darah? Aku telah berpikir, mungkin kau bukan takut terhadap darah tetap kau sangat menyukainya— melihat darah, kau tidak bisa mengendalikan dirimu sendiri sehingga kau menghindarinya. Karena pria itu juga melakukan tindakan yang sama, aku juga menjadi curiga. Akhirnya bertindak sejauh sampai membuka jendela untuk ventilasi... Benar-benar mencurigakan."

"..."

Bagi Hisui, mengunjungi Reina hanyalah sebuah alasan.

Motif sejati Hisui adalah untuk mengkonfirmasi identitas Eruru.

"...kau sungguh licik. Tapi ini semua tebakanmu secara acak. Aku bukan seorang vampir."

"Benar, kau memang bukan. Tidak takut pada cahaya, kau bahkan menggunakan senjata dengan sebuah salib terukir diatasnya."

Hisui mengakui.

Tapi dia tidak menyerah.

Hampir dalam nada suara yang tanpa ampun, dia mengungkapkan identitas sejati Eruru.

"Kau seorang dhampir, kan?"

Eruru kehilangan warna di wajahnya. Dengan tatapan takut, dia mengambil langkah mundur.

Dhampir— keturunan persilangan antara vampir dan manusia.

Terlahir dalam kesenjangan antara cahaya dan kegelapan, siang dan malam, mewarisi darah dari kedua ras tersebut.

Dan tubuh mereka secara alami mewarisi karakteristik ganda dari manusia dan vampir.

Dengan niat yang cukup, mereka bisa menyamar sebagai manusia normal yang hampir sempurna, tetapi Hisui menemukan cacat kecil dalam perilaku Eruru.

Eruru memeluk dirinya sendiri, gemetaran tanpa henti.

Itu tampak seperti tanda-tanda berbahaya dari penghentian obat. Hisui menatap dia.

Eruru mengulurkan tangan yang gemetaran, berusaha untuk mendapatkan obat dari kotak tersebut tetapi Hisui berteriak dengan tajam.

"Bukankah aku bilang berhenti?"

Eruru menundukan kepalanya dan menggigit bibirnya.

Karakteristik paling tabu dari seorang dhampir— keinginan akan darah manusia sama seperti seorang vampir.

Tetapi tak seperti vampir, manusia tidak akan jatuh dibawah kendali mereka sebagai hasil dari gigitan. Ataupun mereka berubah menjadi vampir. Namun, keinginan akan darah segar tetap tidak berubah.

"Seperti vampir, dhampir tak bisa menghentikan keinginan mereka akan darah. Baik vampir ataupun dhampir akan mati karena tidak meminum darah tetapi kekuatan mereka akan berkurang. Tetapi ketika berkurang sampai pada batasnya, kekuatan mereka akan tiba-tiba meningkat pesat, mengubah mereka menjadi monster irasional yang hanya mencari darah. Kau seharusnya sudah mengetahui itu."

"..."

"Jika kau mempertimbangkan orang-orang disekitarmu, aku pikir kau seharusnya sedikit berkompromi. Menelan darah dalam jumlah sedikit sebenarnya akan jauh lebih baik. Jika kau terus menekannya, dorongan akhir akan menjadi mengerikan. Jadi...."

"Jadi apa!? Apa kau memintaku untuk pergi menghisap darah!? Memintaku untuk tanpa malu menghisap darah!?"

Eruru mendongak, matanya penuh dengan air mata. Dia terus berteriak histeris.

"Apa yang kau tau!? Apa kau mengerti aku yang menginginkan darah!? Apa kau mengerti bahwa jika aku tidak menekannya seperti ini, aku akan kehilangan kewarasanku!?"

Dia berteriak sekuat tenaga, hampir seolah-olah darah akan menyembur keluar dari tenggorokannya.

Dia telah menekan perasaan ini didasar hatinya. Ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan "seperti saling menolak satu sama lain."

"Situasi tragis ini, ini cukup aku untuk memikulnya sendirian. Itu sebabnya vampir harus di basmi...!"

Itu sebabnya dia mati-matian mempelajari tentang vampir dan mengejar karir ini.

Hisui mendengarkan permohonan misinya, tetapi mengusapkan jari telunjuknya pada bibir Eruru.

Ujung jarinya berlumuran darahnya sendiri.

Saat lipstik merah tersebut dioleskan pada bibir Eruru, sejumlah kecil darah tak sengaja memasuki mulutnya dan melegakan keinginannya akan darah segar.

"K-Kau...!"

"Sungguh orang yang baik."

"A-Apa yang kau katakan..."

"Ketika darahku terhisap barusan, kau langsung bergegas mendekat, menghawatirkan aku. Itu buruk... Aku telah diperintah oleh pria itu untuk menghentikan kalian. Kau seharusnya lebih waspada."

"I-Itu..."

"Sama dengan ketua kelas, kan? Kau mempercayai korban seperti orang normal. Ini wajar, kan? Aku pasti salah satu yang abnormal."

Eruru ingin mengatakan sesuatu. Hisui berbalik membelakangi dia dan dengan kikuk mengeluarkan ponselnya.

"Hei, ini aku. Bisakah kamu kesini? Dimana kamu? Toko di Nichoume? Sempurna... kalau begitu kesinilah... gadis itu telah tertangkap... apa, kamu sibuk? Biarkan aku memberitahumu, ini semua karena kamu! Aku akan menjelaskan nanti. Terimakasih."

Hisui menutup panggilan. Kemudian dia bergumam dengan punggungnya menghadap Eruru.

"Aku dibesarkan oleh seorang vampir. Namun, yang membunuh orangtua kandungku adalah vampir itu juga."

"Huh!?"

Hisui membeberkan asal-usulnya dalam menanggapi pengakuan Eruru.

Namun, sepenuhnya tak seperti Eruru, Hisui berbicara acuh tak acuh tanpa emosi. Nada suaranya juga sangat biasa.

"Aku tidak bisa benar-benar mengingatnya tapi sepertinya orangtuaku ingin membunuhku. Sebuah bunuh diri kolektif? Orang tuaku ingin membunuhku, yang tidak tau apa-apa pada saat itu, lalu melakukan bunuh diri. Kemudian seorang vampir kebetulan melintas, membunuh orang tuaku dan menyelamatkan aku dan membesarkan aku. Situasi semacam ini, menurutmu apa yang harus aku lakukan? Membenci vampir karena membunuh orang tuaku? Berterimaksih padanya karena menyelamatkan aku? Sebagai manusia, apa yang harus aku lakukan?"

Eruru tidak bisa menjawab.

Pertanyaan semacam ini tidak bisa dijawab.

"Menggelikan, vampir itu mati untuk menyelamatkan aku pada akhirnya. Demi aku, berubah menjadi abu."

Kenangan masa lalu muncul didepan mata Hisui.

Menahan pembakaran dari matahari di langit, vampir itu yang terus memompa dada untuk menyelamatkan anak laki-laki itu.

"Orang itu bukan hanya menyelamatkan aku tetapi juga banyak manusia dalam kejadian itu, akhirnya meninggal sendirian."

"...."

"Namun, manusia yang telah diselamatkan, semua orang mengutuk vampir itu. Mengatakan monster, kau layak mati dsb. Beberapa orang bahkan melepar batu pada dia. Hei, pihak mana yang benar dalam pandanganmu?"

Eruru tak bisa menjawab, dia sama sekali tidak mau dihadapkan dengan pertanyaan seperti ini.

"Apa yang harus aku lakukan? Karena aku manusia, haruskah aku mengikuti manusia-manusia itu dan mengutuk vampir yang membesarkan aku? Tetapi sebagai manusia, bukankah seharusnya aku mengatakan terimakasih terlebih dulu? Entah orang lain itu adalah seorang vampir atau monster atau bukan... aku harus terlebih dulu mengucapkan 'terimakasih', kan?"

Hisui berbalik untuk menatap Eruru tetapi wajah Eruru berpaling. Bukan, dia menghindari tatapan Hisui.

"Sebelum orang itu mati, dia merubah aku menjadi konstitusi semacam ini. Jika tidak aku pasti telah mati. Oleh karena itu... sejak saat itu, aku tidak akan berubah menjadi seorang vampir bahkan jika tergigit. Jadi... aku sekarang ini apa?"

"...?"

"Manusia menjadi vampir setelah digigit oleh vampir. Sebaliknya, seseorang yang tidak berubah menjadi vampir setelah tergigit bukanlah manusia. Lalu apa aku ini? Mahluk supranatural? Atau bukan manusia ataupun supranatural, semacam monster?"

Hisui terus menatap Eruru saat dia bertanya.

Eruru tidak bisa menjawab tetapi tidak menghindari tatapannya, menatap lurus padanya.

"Hal semacam ini aku rasa. Entah itu manusia atau vampir..."

"Jadi... kau mau menyelamatkan vampir itu? Menyelamatkan musuh umat manusia...?"

"Gadis itu... basah kuyub karena hujan. Ketika dia sangat menginginkan menghisap darah... dia tidak melakukannya. Jelas-jelas dia seorang vampir."

"..."

"Demi aku, dia bahkan berusaha melatih teknik pengisapan darahnya... barusan juga... berusaha menyelamatkan aku. Jadi bagaimana menurutmu, apa yang harus aku lakukan?"

Ini adalah nada suara yang disebut begitu tenang.

Tetapi dengan tegas membawa tekad. Eruru bisa merasakan hal itu dengan jelas.

"Gadis itu berjanji padaku. Sebelum mengetahui asal-usulnya, dia tidak akan menghisap darah siapapun selain darahku. Aku juga menanggapi janjinya. Sebelum itu... aku akan menjadi pelayannya. Sehingga aku harus pergi ketempat tuanku berada."

Mengatakan itu, Hisui masuk kedalam rumahnya sendiri.

Eruru menatap punggungnya, melamun, kemudian suara familiar terdengar dari belakang.

"Selamat malam~ ah, sepertinya suasananya kurang tepat. Ada keributan disekitar?"

Mei memakai seragamnya, membuka gerbang dan memasuki halaman.

"Sudou-san... kenapa kamu disini?"

"Hi-kun memanggilku kesini. Lalu... siapa yang tertangkap? Rushella?"

"Apa kamu bermaksud membantu dia...? Tak peduli apa yang aku instruksikan, camkan bahwa menyelamatkan dia adalah keputusan egois Kujou Hisui, oke? Aku tidak akan memberikan hadiah apapun."

"Ya~ oh yah, apa boleh buat. Siapa yang bisa menolak seorang kekasih?"

Meskipun secara tiba-tiba dipanggil kesini, Mei tidak terlihat terganggu.

Tak dapat memahami, Eruru hanya bertanya kebingungan.

"Kenapa...? Bukankah kamu membenci vampir juga?"

"Aku memang tidak menyukai mereka, ya... dan bagiku, dia terhitung sebagai seorang rival."

"Aku tidak mengerti. Khususnya... aku tidak mengerti Kujou Hisui. Kenapa dia bisa melakukan sejauh ini?"

"Benar. Tapi, jika Rushella benar-benar menghisap darah ketua kelas... dia pasti akan memusnahkan Rushella dengan tangannya sendiri."

"...!"

"Ini mungkin caranya untuk bertanggung jawab? Tapi dalam hatinya, dia percaya pada kepolosan Rushella. Itu sebabnya dia begitu merenungkan dan memastikan begitu banyak hal... mencari kebenarannya selama ini. Tetapi dia juga khawatir pada ketua kelas disaat yang sama. Manusia dan vampir—jelas-jelas memihak satu sisi sudahlah cukup tetapi dia mau keduanya dan menjalani jalan yang paling sulit. Sampai saat ini... dan mungkin seterusnya juga. Jika Rushella menghisap darah orang lain, dia akan memusnahkannya secara pribadi. Tekad seperti itulah yang telah dia buat."

"Siapa sebenarnya dia...?"

"Hanya seorang manusia. Tetapi seorang manusia yang memperlakukan entitas non-manusia secara sejajar. Setelah dia mengetahui identitasku... tidak ada yang berubah. Meskipun aku cukup percaya diri pada penampilanku... tetapi kebanyakan orang akan menjauh setelah mengetahui, kan? Tetapi dia tidak melakukannya. Tidak menjauh atau mendapatkan pemikiran aneh— hanya melanjutkan seperti biasa."

Mei berbicara dengan ekspresi yang cerah. Dia awalnya memperlakukan Hisui hanya sebagai target untuk misinya dalam membuat bayi, tetapi sebelum dia mengetahuinya, Hisui telah menjadi cinta sejatinya yang ditakdirkan. Bertemu manusia seperti ini, bahkan leluhur pertamanya mungkin menghindari membenci menjadi mahluk ciptaan dan hidup dengan bahagia sebagai gantinya.

"...aku tidak mengerti."

Eruru merasa terdiam. Langkah kaki terdengar dari belakang pada saat ini.

Berbalik, dia menemukan Hisui keluar. Saat dia melihat Hisui, Eruru merasakan perasaan pusing.

"Lebih baik kau jangan melihat. Bahkan jika kau adalah persilangan, ini masih saja fatal."

Hisui membawa sesuatu di punggungnya yang membuat Eruru, tidak, sesuatu yang membuat semua kerabat vampir merasa terkejut.

Sebuah salib perak raksasa.

Dia menariknya dari ruang bawah tanah, melilitkan rantainya ditangannya dan membawa salib tersebut di punggungnya.

"Apa itu...?"

Berhati-hati untuk tidak menatap salib dibelakangnya yang berdiri setinggi dia, Eruru memalingkan tatapannya dan bertanya.

"Pedang suci berbentuk salib, 'Tzara Blade'. Hanya dengan mengangkatnya, vampir biasa akan lumpuh. Bilahnya juga sangat tajam. Satu-satunya kelemahannya adalah terlalu berat. Mungkin 30kg."

"Aku telah meneliti salib dalam barisan pekerjaanku, milikmu... jelas-jelas sebuah senjata? Dan kesucian yang dibawanya... sangat luar biasa."

"Seorang penyelamat telah disalibkan pada benda ini dimasa lalu. Dengan demikian salib berubah dari simbol kematian menjadi simbol suci. Kabarnya, ini adalah benda antik yang bertahan dari jaman itu. Karena ditempa dari perak kemudian diolah, entah itu sebagai karya seni atau sebagai senjata melawan vampir, ini adalah berkelas tertinggi. Jika tidak ditangani dengan hati-hati, orang-orang di Vatikan mungkin akan datang untuk merebutnya."

"Bagaimana bisa item luar biasa semacam itu jatuh ketanganmu!?"

"Aku mewarisinya dari orang tua asuhku."

Hisui hanya menjelaskan dalam sebuah kalimat dan berpaling kearah Mei yang telah mendekat.

"Jadi, bisakah kamu membantu aku membawa ini? Aku sudah kehabisan kekuatan."

"Apa... kamu memperlakukan aku sebagai penggerak!?"

"Yah, kamu kuat. Tolong, darahku telah dihisap, aku sudah mulai melihat bintang-bintang."

"Baiklah... kalau begitu kamu harus pergi berkencan dengan aku lain kali, oke? Termasuk menginap semalam."

"Aku akan pulang saat matahari tenggelam dan kamu yang menanggung semua biayanya, tolong terima tawaranku."

Mei mengangkat bahu dan dengan enggan mengambil Tzara Blade. Kemudian dia mengangkatnya dengan mudah dengan satu tangan.

Lalu keduanya keluar dari taman, Eruru mengikuti mereka.

"T-Tunggu, kalian berdua. Kalian akan menyelamatkan vampir itu!? Kau tau dimana dia berada?"

"Kau memberi Sudou segala macam alat, kan? Aku melihat sebuah alat pelacak diantara itu semua, jadi aku diam-diam menempatkannya pada gadis itu. Kesampingkan vampir, jika wanita yang tak tau apa-apa itu tersesat, siapa yang tau seberapa banyak masalah yang dia sebabkan pada orang lain."

Tak terpikir Hisui begitu berpersiapan sebaik ini.

Dia dengan ringan mengangkat tangan kanannya dan berlari bersama Mei... Tapi tak lama setelah mereka mengambil langkah kedua, Eruru telah meraih kerah mereka dan menyeret mereka kembali.

"Kami terburu-buru kau tau?"

"Aku ingin menyelesaikan masalahnya dan pulang juga, ya?"

"Dalam situasi darurat ini, kau masih mau membawa benda mencolok itu ketempat terbuka, berlari dengan kakimu seperti orang bodoh? Gunakan sedikit otakmu. Aku akan memanggil mobil."

Pada poin tertentu, Eruru telah memulihkan kefasihannya.

Mungkin karena keributan sebelumnya, kacamatanya yang bebingkai setengah hampir jatuh. Eruru mendorongnya naik dengan tangannya, cahaya inspirasi berkilauan di matanya.

"Juga, mari kita bahas rencana kita."


Sebelumnya Bab 4 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 6