Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid8 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 3 - Iblis Es Dan Kucing Neraka[edit]

Bagian 1[edit]

Chrip, chrip, chrip.

Seekor burung kecil yang berkicau terdengar di luar jendela.

pagi hari kedua setelah kesimpulan dari «Tempest».

Kamito telah melepaskan dirinya untuk tidur menyenangkan.

"...... Onii-sama. Tolong bangun, onii-sama."

Ruffle ruffle. Ruffle ruffle.

"Uu, nn ...... Est, biarkan aku tidur sebentar lagi."

Kamito mengerang di tempat tidur. Kelelahannya dari pertempuran sesungguhnya yang belum mereda. Setidaknya untuk hari ini, dia ingin tidur dengan sepuas hatinya.

"Astaga, onii-sama, kamu tukang tidur!"

Mendesah kagum ...... entah bagaimana, sepertinya dia sudah menyerah.

Kamito merasa lega, dan pada saat itu.

Kiss...

Sebuah sensasi lembut pada pipinya.

"...... Apa!?"

Rasa kantuk Kamito benar-benar menghilang.

Dia langsung terbangun di tempat tidur dan,

"Ahh, kamu akhirnya terbangun!"

Seorang gadis cantik dengan rambut pirang platinum bersinar memandangnya dengan senyum cerah.

"Mi, Mireille!?"

Kamito berteriak terkejut.

Yang ada disana adalah adik termuda Rinslet, Mireille Laurenfrost.

Gaun putih rapi dan pita merah yang menyertainya yang sangat indah.

"Selamat pagi, onii-sama."

Mireille membungkuk sopan.

"Selamat pagi, Kamito."

Di sampingnya adalah satu orang lain, seorang gadis cantik.

Itu Milla Bassett, pemimpin «Rupture Division». Pakaian dasar hitam melengkapi rambut cokelat tua nya yang agak bergelombang.

Daripada itu ---

"Ada apa ini?"

Kamito bertanya sambil mengucek mata mengantuk nya.

"...... Umm, aku punya permintaan untuk onii-sama."

"Permintaan?"

"Ya, onee-sama dan Claire-sama bertengkar didalam kamar."

"Ahh, lagi ......"

Kamito mengerang.

Ini telah melunak sejak datang ke «Ragna Ys», tetapi mereka berdua selalu bertengkar di dalam kelas di akademi.

.... Itu telah kembali, tampaknya.

"Itu adalah sesuatu yang terjadi sepanjang waktu, bukankah akan baik-baik saja jika kita membiarkannya?"

"Pada tingkat ini, ruang kastil akan hancur."

Tepat setelah Milla mengatakan itu, gempa sengit datang dari lorong.

"Lupakan ruang kelas, menghancurkan bangunan «Divine Ritual Institute» adalah, seperti yang diduga, tidak bagus ......"

Kamito dengan letih mendesah dan bangkit dari tempat tidur. Ellis, yang biasanya akan menangani itu, saat ini keluar dari kastil.

"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Carol?"

"Dia mungkin masih tidur. Carol itu, dia tidak akan bangun kecuali onee-sama membangunkan dia."

"... Ini adalah pertama kalinya aku mendengar tentang seorang maid yang dibangunkan oleh tuannya."

...... Kamito heran seperti biasa pada maid yang selalu tidak berguna itu.

Bagian 2[edit]

Bergerak cepat menyusuri lorong, Kamito tiba di kamar Rinslet.

"Aku tidak bersalah!"

"... ~a-apa, kamu mencoba untuk mengatakan aku yang salah!"

....Percekcokan bisa didengar bahkan di luar pintu.

"Hei, kalian berdua ---"

Kamito membuka pintu dan masuk, dan lalu.

"Nafas iblis es pembeku --- «Freezing Fang»!"

"Makan ini, api pembakaran --- «Fireball»!"

Serangan sihir roh berbenturan dalam ruangan. Kamito terlempar oleh dampak dan menabrak dinding koridor.

"...... Guaa!"

"Kamito-san!" "Kamito!?"

Kedua berseru kaget dan segera berlari ke sisinya.

"h-hei, apa yang kamu pikirkan!"

Claire terdengar khawatir saat dia menatap wajah Kamito.

"....ka-kalian, kalian mencoba untuk menghancurkan ruangan?"

Kamito dengan gemetar berdiri sambil menekan kepalanya yang pusing.

"...i-ini tidak ada hubungannya denganmu!"

"i-itu benar! Ini adalah masalah kami!"

Kedua ojou-Sama mengalihkan pandangan mereka seolah-olah tidak nyaman.

"--- Aku yang memanggil Kamito-sama, onee-sama."

Dan dari ujung koridor datang kelompok Mireille.

"Mireille ......"

"Itu karena kalian berdua tidak mau menghentikan pertengkaran sama sekali."

"i-itu, bu-bukan salahku!"

Rinslet menggembungkan pipinya seakan cemberut dan berbalik.

"...... Jadi, apa penyebab pertengkaran ini?"

Kamito bertanya sambil mendesah.

"Itu kesalahan Claire!"

"Itu kesalahan Rinslet!"

Kedua menunjuk satu sama lain dan kilatan-kilatan api meletus diantara mereka.

"Yah, tenang. Aku akan mendengarkan kedua cerita kalian."

"...... ~!"

Dengan itu, dengan air mata berkumpul di mata ruby, Claire menunjukkan kepadanya sebuah buku.

Menebak dari ilustrasi sampul, itu adalah salah satu novel roman favorit Claire yang diarahkan pada remaja.

"Apa yang terjadi dengan buku ini?"

"Rinslet membocorkan kesimpulan!"

Claire menatap Rinslet dengan mata berkaca-kaca.

"...... Huh?"

"A-Aku pikir kamu sudah membacanya!"

"Aku belum baca! Meskipun aku sudah tak sabar untuk membacanya ketika kita kembali ke akademi."

"D-Di tempat pertama, kaulah yang mulai berbicara tentang buku itu!"

"tu-tunggu, tunggu!"

Kamito buru-buru menyela

"...... Kalian, bertengkar tentang hal semacam ini?"

"Apa maksudmu hal semacam ini!"

"Ah, tidak ......"

"Sudah tidak apa-apa, kamu tidak perlu mengembalikan buku ini!"

Claire menjerit dengan mata berkaca-kaca dan pergi dengan twintail nya berdiri di ujung.

"Hei, Claire ---"

"H-hmph, lakukan apa yang kamu inginkan!"

Rinslet melipat tangannya dan menoleh ke samping.

"Oh, ya ampun......"

....Yah, pertengkaran semacam ini terjadi sepanjang waktu. Seharusnya tidak terlalu serius.

Dia mendengar seseorang berdehem dengan ringan.

"Aku telah menunjukkan kepada kamu sisi tidak menyenangkan dari aku, Kamito-san."

Rinslet tampak seperti dia merasa canggung saat dia memutar-mutar rambutnya di jarinya.

"...... Kalian berdua, bisakah kalian sedikit lebih akur lagi?"

"t-tidak ada cara kami bisa akur!"

Wajah Rinslet memerah dan dia menggigit bibirnya.

"Aku bekerja sama dengan dia karena kami berada di tim yang sama sekarang, tapi kami awalnya ditakdirkan sebagai rival !"

"Rival, huh ......"

Kalau dipikir-pikir, keduanya dulu adalah teman masa kecil.

Tentu saja, seharusnya tidak ada masalah jika Kamito ada untuk memotong.

"Nah, bagaimanapun, besok adalah final. Pastikan untuk akur sebelum itu."

Kamito mengangkat bahu dan pergi, dan kemudian ---

...... Growl. Itu jenis suara konyol datang dari lorong.

"Kamito-san?" "Onii-sama?"

Rinslet dan Mireille mengangkat alis mereka dengan bingung.

"... Mungkinkah kamu belum memakan sarapan?"

"Y-Yeah, aku dibangunkan oleh adikmu belum terlalu lama."

Kamito mengangguk dengan semburat merah di pipinya.

Dalam sekejap, wajah Rinslet bersinar dengan kesenangan.

"ka-kalau begitu, aku akan membuat sesuatu. Ji-jika kamu ingin, kamu juga bisa makan."

"...... Benarkah?"

Sejujurnya, itu adalah tawaran yang sangat menggoda. Dia bisa mendapatkan sarapan melalui layanan kamar jika dia meminta princess maiden, tapi sarapan Rinslet itu pasti akan terasa lebih enak.

Bagaimanapun, dia tidak akan kalah bahkan terhadap koki pro.

"Kalau begitu, mungkin aku akan menyerahkan pada kamu urusan itu."

"Aku tidak bisa membuat sesuatu yang mewah karena tidak ada dapur nyata, tapi aku akan membuatnya."

Rinslet mengangguk riang.

"Ah, Onee-sama, aku ingin makan dengan kamu, juga!"

Dalam menanggapi Mireille yang mengangkat tangan dengan riang,

"Mireille sudah makan sarapan."

Milla sang maid menunjukkan hal itu dengan tenang.

"I-Itu tidak apa-apa! Jika masakan onee-sama, maka aku bisa makan tanpa henti ---"

Milla memegang Mireille di tengkuk saat dia mencoba untuk memasuki ruangan.

"Fuaa, apa yang kamu lakukan!"

"Ini adalah waktu belajar Mireille."

"Aku tidak mau! Datang sejauh ini, aku tidak ingin belajar!"

"Itu tidak bisa dilakukan. Kamu tidak akan menjadi bangsawan yang luar biasa seperti itu."

"Tidaaaak, sarapan onee-sama ~!"

Milla menyeret Mireille yang memberontak.

Tak lama, mereka berbelok dan jeritan Mireille tak bisa didengar lagi.

"Dia benar-benar mantan pemimpin «Rupture Division», bahkan pada usia tiga belas tahun, dia bertindak bersama-sama."

...... Tidak seperti maid tidak berguna tertentu, dia akan menjadi seorang maid yang mengagumkan.

Rinslet yang bersemangat mulai memakai apron.

"...... Apakah ada yang bisa aku bantu?"

"Fufuu, jangan khawatir. Harap duduk dan tunggu."

Rinslet mengambil wajan dari rak dan mulai menyalakan kristal roh api di dapur di sudut.

Bagian 3[edit]

"Hmm, hmhmhmm ~"

Rinslet sedang membuat pancake sambil bersenandung. Saat dia menatap rambut indah Rinslet yang bergoyang dan merasakan aroma madu yang menarik ---

Kamito mengambil novel yang Claire tinggalkan sebelumnya.

(...... "The Lady Blooming in the Dead of Night". judul generik yang lain.)

Dia menelusuri isinya.

Ini tampaknya tentang seorang gadis bangsawan cantik pantang menyerah yang tertangkap oleh demon lord yang kejam, menjadi tawanannya, dan mengalah dari pikiran dan tubuhnya.

(...... Hmm, Claire menyukai jenis buku ini.)

Sambil memikirkan itu, dia menutup buku itu dan,

"Selesai."

Rinslet yang mengenakan apron berbalik ke arahnya dengan wajah berseri-seri.

Ada tiga pancake pada plat, semua sarat dengan banyak madu. Tanda terbakar renyah tampak benar-benar lezat.

"Nah sekarang, silahkan makan."

"Yeah. Itadakimasu."

Nom. Kamito mengisi pipinya dengan pancake di garpu dan,

"......lezat!"

Mengatakan satu hal dengan suara pujian.

Bagian dalam berserabut sedangkan permukaan luar digoreng dengan tepat.

Mentega khusus Laurenfrost dan madu yang juga luar biasa.

"seperti yang diharapkan. Ini digoreng dengan kesempurnaan."

"Fufuu, aku senang."

Rinslet menatap gembira pada Kamito yang mengisi pipinya.

"Apa itu?"

"T-Tidak, bukan apa-apa!"

Kamito bertanya dengan ekspresi bingung dan Rinslet mengalihkan matanya malu-malu.

Sementara Rinslet menjaga jarak, Kamito memakan habis pancake mewah.

"...... Ahh, itu sungguh lezat. Terima kasih untuk makanannya."

"Fufuu, jika kamu mau, kamu bisa memiliki bagianku juga."

Rinslet menggulurkan pancake yang lain.

"...... Mm, apa tidak apa-apa?"

"Ya, aku tidak makan banyak di pagi hari."

"Kalau begitu aku akan menerimanya."

Nom nom nom.

"...se-seperti itu, kamu juga dapat beralih ke makan aku?"

"Huh?"

"H-Hanya berbicara pada diri sendiri!"

Rinslet buru-buru menggeleng.

--- Setelah Kamito selesai sarapan, Rinslet menuangkan teh hitam setelah makan.

Teh hitam dituangkan ke cangkir teh dan aroma yang kaya daun teh Laurenfrost memenuhi ruangan.

Tampaknya teh hitam telah disiapkan sebelumnya. Dia mungkin benar-benar merencanakan untuk sarapan bersama dengan Claire.

(Dia mungkin bermaksud untuk berbicara tentang buku itu ......)

Kamito mengulurkan buku di atas meja.

...... Dia mencoba menanyakan sesuatu yang dia ingin tahu tentang sebelumnya.

"Jadi, kamu juga membaca buku semacam ini."

"i-itu ......!"

Dalam sekejap, wajah Rinslet memerah.

"Itu, aku diperkenalkan pada buku itu oleh Claire pada awalnya, d-dan jika kamu membacanya, isinya sangat menarik, jadi aku ingin kamu untuk tidak memikirkan aku sebagai seorang gadis yang tidak sopan! Aku, pada akhirnya , seseorang pengejaran ilmiah --- "

Dia membela diri sambil malu-malu menggosok lututnya bersama-sama.

"Aku tidak berpikir itu adalah sesuatu yang kamu harus malu."

Kamito tersenyum mesam dan mengembalikan buku ke meja.

"Tetapi untuk berbagi buku, hubungan kamu cukup baik."

"i-itu hanya sebuah hubungan tak terpisahkan!"

Rinslet mengalihkan pandangan.

"Aku mengerti, sebuah hubungan tak terpisahkan ......"

Kamito meneguk teh hitam dan,

"Jadi kamu sudah menjadi rival sejak kecil, kan?"

"...yah, ya."

"Jika kamu baik-baik saja dengan itu, akankah kamu mengijinkan aku mendengar tentang itu? Tentang ketika kamu masih anak-anak."

"ke-kenapa?"

"Yah, kalian berdua selalu bertengkar. Aku hanya ingin tahu apakah sudah sama sejak lama."

"......"

Rinslet meletakkan tangannya pada pipinya seolah berpikir tentang hal itu sedikit dan ---

dia menghirup nafas seperti dia teringat jauh hari.

"...... Ini akan menjadi sedikit panjang. Aku akan merebus teh lagi."

Dia berdiri diam-diam dari tempat duduknya dan menempatkan poci pada kristal roh api.

"Ini adalah tentang ketika aku pertama kali bertemu dengannya dan mengakui dirinya sebagai rivalku."

"Ketika kamu pertama kali bertemu dengannya?"

"Ya. Itu tepatnya sepuluh tahun yang lalu. ketika ayahku membawa aku untuk memberikan salam kami ke rumah Marquis Elstein ---"

Seolah-olah terhanyut dalam nostalgia, dia mulai bercerita dengan lembut.

Bagian 4[edit]

Sepuluh tahun yang lalu ketika Rinslet menemani ayahnya dalam kunjungan ke wilayah Elstein. Suatu waktu ketika Rinslet itu masih berusia enam tahun.

Ayah Rinslet, Frontier Earl Laurenfrost, berencana untuk mendapatkan pendapat kepala rumah tangga Duke Elstein yang menghasilkan generasi-generasi «Ratu Api» pada ritual yang akan dikhususkan untuk «Lord Elemental Api».

Earl membawa serta putrinya sehingga dia bisa bertemu teman sekolah masa depannya pada usia yang sama, Claire Elstein.

"Elstein House menonjol bahkan dalam kerajaan. Bergaullah bersama dengan Lady Claire."

"Apakah kita bisa bergaul atau tidak tergantung pada dirinya."

Earl Laurenfrost mendesah pada putrinya yang terdiri wajah berusia enam tahun.

Kepribadian dominan nya adalah kekhawatiran rahasia dari earl.

--- Orang yang datang untuk menyambut keduanya yang melakukan perjalanan jarak jauh oleh pelatih adalah kepala Elstein House, Wolfram Elstein.

"Well, well, terima kasih telah datang dari begitu jauh."

Dia adalah seorang pria besar dengan kehadiran dari bangsawan tinggi. Istrinya masih bekerja di istana kekaisaran di ibukota jadi dia tidak hadir.

"Saya putri sulung Laurenfrost, Rinslet Laurenfrost. Saya akan berada dalam layanan Anda kali ini."

Rinslet memegang ujung gaunnya dan membungkuk elegan.

Bahkan jika dia berusia enam tahun, dia sudah melakukan dirinya seperti seorang model bangsawan.

"Ohh, seperti yang diharapkan dari putri Laurenfrost House. Dia punya tindakan bersama-sama. Aku tidak berpikir dia adalah usia yang sama seperti putriku."

"Tidak, tidak, putri Anda juga cukup cantik ---"

"......"

Rinslet membalas tanpa berpikir untuk pengendalian interaksi sosial dengan orang dewasa.

mata hijau emerald nya menatap ke tempat tepat di belakang Duke Elstein.

Twintails seperti ekor hewan yang bergoyang-goyang.

Gadis dalam gaun putih tampak meringkuk di balik duke.

(...... Ada apa dengan dia?)

Rinslet mempertajam tatapannya dan gadis itu menyusut kembali bahkan lebih.

...... Dia seperti seekor kelinci kecil.

(...... Dia itu tidak seperti apa yang diharapkan dari putri bangsawan tinggi.)

Rinslet menilai seperti itu pada pertemuan pertama mereka.

"Claire, sambutlah Earl Laurenfrost dan Lady Rinslet."

"...... ~ a-ayah!?"

Gadis itu melebarkan mata ruby nya ​​dan panik.

"u-umm, itu, saya ....."

"Claire, tenanglah."

"y-ya ......"

Claire mengambil napas dalam-dalam dan,

"Saya adalah putri kedua dari E-Elstein House, Claire Elstein."

Dia mencengkeram tepi roknya dan menunduk.

"Haha, sungguh seorang putri manis."

"Tidak, itu sangat memalukan bahwa dia memiliki semacam rasa takut mematikan pada orang asing."

Duke Elstein menggeleng sambil tersenyum masam.

"......"

Rinslet tanpa ampun mensurvei gadis di depannya.

Twintail merah diikat di masing-masing ujung kepalanya. Mata ruby ​​mengintip keluar.

Gaun putih cocok dengan bentuk ramping cukup baik.

Dia luar biasa berpenampilan bagus ...... tidak ada penyangkalan akan hal itu.

Namun, di luar itu ---

(Dia tidak terlalu menarik ......)

Itulah pikiran Rinslet yang jujur.

(Aku mengharapkan sedikit karena dia adalah anggota keluarga «Ratu Api» yang terkenal.)

Rinslet telah kehilangan ketertarikan pada Claire.

"Kalau dipikir-pikir, di mana anak Anda yang lain?"

Dan Earl Laurenfrost menyuarakan pertanyaannya.

"Saya minta maaf. Dia pingsan karena mempersembahkan ritual kepada roh-roh bumi. Setelah ritual besar, dia selalu tidur selama tiga hari."

"Anak anda sudah dipercayakan dengan ritual roh bumi?"

Earl Laurenfrost berbicara dengan terkejut dan Rinslet juga melebarkan mata emerald nya.

Seharusnya hanya ada tiga tahun perbedaan usia antara dirinya dan putri sulung Elstein, Rubia Elstein. Seperti yang diharapkan, itu adalah kejutan bahwa ritual roh bumi diserahkan kepada seseorang yang hanya berusia sembilan tahun.

"Tampaknya putri sulung saya memiliki potensi sebagai Ratu. Saya berencana untuk memasukan dia ke «Divine Ritual Institute» tahun depan."

"Ohh, «Divine Ritual Institute». Itu cukup besar."

Elstein House memiliki sejarah menghasilkan banyak «Ratu Api».

Putri sulung itu mungkin menjadi calon Ratu di masa depan.

(...... Rubia-sama menakjubkan. Benar-benar berbeda dari adiknya.)

adik itu memiliki sedikit senyum, mungkin karena dia senang bahwa kakaknya dipuji.

"Kalau begitu, Earl Laurenfrost, mari kita membahas ritual kali ini di ruang tamu atas."

"Ya. Rinslet, bermainlah dengan Lady Claire."

"...... Eh? a-ayah!?"

Rinslet memperlihatkan kondisi bingung yang langka.

(...... Aku harus bermain bersama-sama dengan dia? Ini bukan lelucon!)

"u-umm ......"

Claire juga tampak bingung.

"Rinslet, kamu seorang bangsawan dengan kehormatan, sehingga kamu tidak dapat mengelak tanggung jawabmu. Sekarang, mari kita pergi, Duke Elstein."

"t-tidak mungkin! Ayah ---"

Seolah-olah memotong permohonan Rinslet, pintu tertutup dengan kejam.

Bagian 5[edit]

"...... Umm, tunggu. Tunggu dulu."

Kamito menaruh cangkir teh di atas meja dengan suara klak dan ---

Mengganggu cerita Rinslet.

"Apa itu?"

Rinslet menggernyitkan alisnya, tampaknya tidak puas karena ceritanya dipotong.

"...... Tidak, yah, itu benar-benar Claire?"

Kamito bertanya dengan ekspresi setengah percaya, setengah tidak percaya.

...... Apa yang dia dengarkan sejauh ini tidak terdengar seperti Claire yang sekarang sama sekali.

(...... Sebaliknya, itu seperti orang yang sama sekali berbeda.)

"Kedengarannya sulit dipercaya, tapi itulah yang sebenarnya. Gadis itu dulu seorang pemalu dan penurut."

"J-Jadi begitu ......"

Yah, bahkan sekarang dia memiliki beberapa daerah yang menyerupai takut orang asing dan Kamito juga tahu dia punya poin lembut dan feminin nya.

(Meski begitu, kamu tahu ......)

"Bisakah aku lanjutkan?"

Rinslet berdeham.

"y-ya ......"

Kamito mengangguk sementara masih bingung.

Bagian 6[edit]

--- Ketika Duke Elstein dan Earl Laurenfrost keluar dari ruang tamu, itu sudah terjadi beberapa menit.

Claire bersembunyi di balik tirai dan tampaknya mengamati suasana hati Rinslet yang memutar-mutar rambutnya dengan jarinya.

(Haaa, aku bosan ......)

Meskipun Rinslet mendekati batasnya, tidak banyak waktu telah berlalu.

"Hei, Claire-san?"

"...... Eh?"

Bahu Claire bergetar seakan takut ketika Rinslet memanggilnya.

"Aku tamu terhormat. Bisakah aku setidaknya mendapatkan teh hitam?"

"...... Ahh! y-yeah!"

Claire mengangguk dan buru-buru membawa sebuah poci teh. Di dalam poci teh ada fragmen kristal roh api kecil yang menghangatkan itu.

"Ohh, kamu menggunakan daun teh yang cukup baik."

"Ya, kami menggunakan teh hitam terbaik karena seorang tamu datang."

Rinslet menyuarakan pujiannya dengan jujur ​​dan Claire tersenyum gembira.

"Ahh, kami juga memiliki makanan ringan. Mereka benar-benar lezat!"

Claire berlari dan kembali dengan sepiring kue dari suatu tempat.

"Mereka tampak lezat. Apakah kamu yang membuatnya?"

"Tidak, suvenir yang ayah dibeli di ibukota. Aku sangat suka makanan ringan di sana."

"Hmmm ......"

Rinslet dengan elegan mengambil kue dengan ujung jarinya dan meletakkannya di mulutnya.

"Rasa ini cukup baik. Aku suka itu."

"...... Aku senang."

Claire merasa lega karena dia merasa gugup.

Sementara Rinslet meneguk teh hitam, dia melihat ke sekeliling ruang tamu.

Seperti yang diharapkan dari sebuah keluarga terkemuka dari kekaisaran, desain interiornya mewah. Rasa di perabot juga baik.

Namun, sayangnya, tak ada yang akan mengurangi kebosanannya.

"Haa, aku bosan ......"

Sambil memegang kepalanya di tangannya di atas meja, dia mendesah.

"U, umm ......"

Dan Claire mulai bergumam seolah mencoba mengatakan sesuatu.

"Apa itu? Jika kamu seorang putri bangsawan, maka katakan dengan jelas apa yang kamu inginkan."

"U, umm ......"

Claire berulang kali membuka mulutnya dan,

"a-aku punya boneka!"

"Boneka?"

"y-ya, aku akan membawa mereka sekarang!"

Claire mengangguk gembira dan berlari keluar ruangan.

"...... Apa?"

Sementara menatap kosong, dia menunggu dan ---

Akhirnya, Claire kembali dengan kedua lengan penuh dengan boneka mainan.

Semua dari mereka adalah boneka kucinf yang lucu.

"Di sini. Pilih kucing yang kamu suka."

Claire membariskan boneka kucing di atas karpet dan,

"Aku akan meminjamkan ini. Ini kucing favoritku ......"

Dia mendorong kucing empuk merah ke Rinslet yang bingung.

"Nyan --- nyan ---"

"......"

"Nyan ---?"

"...... Apakah kamu mengolok-olok aku?"

Rinslet melemparkan kesamping kucing yang empuk itu.

"...... Eh?"

"Sesuatu yang kekanak-kanakan seperti bermain dengan boneka, tidak mengkin aku akan melakukannya!"

"......m-maaf."

Claire sekali lagi menjadi cemberut.

(.... Aku mungkin agak terlalu keras di sekarang.)

....Menampilkan ekspresi sedih, dia jelas akan merasa buruk.

Rinslet berdeham dan,

"Se-elain dari boneka, apakah ada hal lain yang bisa menghilangkan kebosanan ku?"

"Y-Ya, umm, maka ......sebuah buku cerita?"

"Buku cerita?"

Rinslet bertanya tanpa berpikir.

"Apakah kamu, kebetulan, membaca buku?"

"Ya, Rubia-nee-sama mengajarkan aku!"

Claire berlari lagi dan kali ini kembali dengan tumpukan buku.

"Sungguh jumlah yang mengesankan ......"

"Aku sangat suka buku-buku yang menarik. Bagaimana dengan kamu?"

"Y-Yah, aku baca. Jika itu adalah buku tentang politik, sejarah atau roh."

Rinslet mengatakan sementara mengudara.

"Wah, luar biasa! A-Aku suka buku cerita!"

Gadis yang telah ragu-ragu sampai sekarang memiliki matanya berkilau ketika pembicaraan beralih ke buku.

"Seperti ini, atau ini, dan ini dan ini, semua benar-benar menarik!"

Dia menumpuk buku favoritnya satu per satu di depan Rinslet.

"hmph, buku cerita bagi anak-anak!"

Rinslet, yang tidak memiliki ketertarikan dalam novel, menoleh ke samping.

"Tapi, mereka benar-benar menarik ......"

Claire membereskan buku-buku sambil terlihat sedih.

"...... Apakah ada sesuatu yang lebih menarik?"

"Umm ......"

Claire merapatkan bibirnya seolah-olah bermasalah dan,

"Hah ......"

Menekan pipinya perlahan-lahan.

"......a-apa yang kau lakukan?"

"Sebuah wajah yang menarik ......"

"......"

Rinslet menghela napas.

"...... Haa, aku bertanya-tanya berapa lama percakapan ayah kita akan berlangsung."

"Aku diberitahu itu akan berlanjut sampai malam."

"Malam!?"

Wajah Rinslet menegang.

"Kau bercanda, aku akan mati karena bosan!"

"Ya, jadi mari kita membaca buku bersama-sama!"

"Sebuah buku ......"

Pada saat itu, Rinslet teringat sesuatu.

"Kalau dipikir-pikir, aku mendengar bahwa ada koleksi buku-buku sihir berharga di «Perpustakaan Tersegel» diruang bawah tanah Elstein House."

Rumor dari perpustakaan tersegel Elstein House yang secara luas dikenal di kalangan bangsawan kekaisaran.

Segala macam buku langka untuk elementalists seharusnya berkumpul di sana.

Mungkin ada buku ada yang akan menarik minat Rinslet.

"Ini hal yang sempurna untuk menyingkirkan kebosanan!"

Claire bergegas untuk menghentikan Rinslet yang berdiri dengan semangat besar.

"K-Kamu tidak boleh! Ayah berkata kita harus tinggal di ruangan ini. Selain itu, ada buku-buku sihir berbahaya tersegel di perpustakaan bawah tanah ---"

"Oh, kamu takut?"

Rinslet menantang dia.

"Itu ......"

"Kamu tidak benar-benar harus ikut. Aku akan mencari sendiri."

"Ah, tu-tunggu --- Rinslet-chan!"

Rinslet meninggalkan ruangan dan Claire mengejarnya.

Rinslet berbalik di depan pintu dan berbalik melotot pada Claire.

STnBD V08 116.png

"Tunggu, siapa yang memberi izin untuk memanggil aku dengan nama?"

"...... Eh?"

Dia mengacungkan jarinya pada Claire yang sedang menatap kosong.

"Oke? Panggil aku putri Earl Laurenfrost."

"Tapi, onee-sama mengatakan kamu memanggil teman-teman dengan nama mereka ---"

"S-Siapa yang teman kamu!"

"Fuaa ......"

Rinslet berteriak dan Claire mundur dengan mata berkaca-kaca.

"...... Hmph, aku tidak akan mengakui seorang pengecut cengeng sebagai temanku."

Rinslet berbalik dan dengan cepat berjalan pergi sendirian.

Bagian 7[edit]

"--- Ada di sini, kan."

«Perpustakaan Tersegel» yang disebutkan diatas berada di dalam sebuah peviliun perpustakaan.

Sebuah pintu besi kokoh berdiri di depan Rinslet.

".....sial, itu terkunci."

Itu sudah pasti. Disana ada ratusan buku sihir roh berbahaya, setelah semua.

"Ya, itu sebabnya, mari kita kembali ke kamar."

Claire menarik-narik ujung gaunnya.

"Cukup dengan bicara ngelindurnya. Ini jenis kunci yang tidak berarti apa-apa bagi saya ---"

Rinslet tersenyum tak kenal takut dan mulai melantunkan bahasa roh dengan tenang.

Melakukan hal itu, sekaligus, enam lubang kunci dipenuhi dengan kunci es yang cocok dengan sempurna.

Memutarnya, pintu terbuka dengan suara berat.

"Menakjubkan ......!"

"Hmph, ini yang jelas jika salah satu rencana untuk masuk akademi roh Areishia."

tangga panjang terus menurun berada di balik pintu.

tidak ada cahaya, itu berlanjut di kegelapan hitam pekat.

"A-Apa kita benar-benar masuk?"

"Oh, kamu mendapati kaki dingin?"

"...... Aku pernah mendengar sesuatu. ada sebuah roh jahat yang menghuni sebuah buku tua."

"Hmph, kamu benar-benar penakut."

Rinslet berkata seperti dia kagum.

"Sejujurnya, aku kecewa. Bahwa anggota keluarga Elstein House yang menjadi «Ratu Api» memiliki semacam pengecut. Jika adiknya seperti ini, sang kakak juga harus tidak banyak --- "

"Berhenti bicara buruk tentang nee-sama!"

Rinslet menutup mulutnya menyadari suara dingin Claire.

"Aku adik nee-sama. Aku bukan pengecut."

Gadis itu menatap Rinslet dengan berlinang air mata ruby-nya.

"...... Begitukah."

Rinslet mengangkat bahu.

"Baik. Jika demikian, maka ayo pergi."

"...... o-oke."

Claire mengangguk seolah-olah dia telah membuat ketetapan hatinya.

(...... Untuk saat ini, sepertinya dia memiliki kehendak.)

Keduanya terus menuruni tangga.

"Sudah gelap, bukan. Apakah tidak ada lampu atau kristal roh cahaya?"

Rinslet mendesah dan,

"--- O api, terangilah."

Claire menciptakan api kecil bersinar di telapak tangannya.

"Oh, kamu bisa menggunakan sihir roh?"

Rinslet terkejut. Untuk dapat menggunakan sihir roh pada usia ini, dia memiliki banyak potensi.

"Nee-sama mengajari aku dasar-dasarnya."

"Hmm, kamu benar-benar putri Elstein House yang mengatur api. Meskipun tidak sampai ke tingkatku."

--- Dan pada saat itu. Dia menyadari sesuatu.

Bahkan jika itu tingkat pemula, bahwa dia telah berhasil menggunakan sihir roh diberkahi dengan elemen api berarti bahwa ---

"mungkinkah kamu sudah memiliki roh terkontrak?"

"Ya, aku punya satu."

Claire mengangguk.

"Sungguh?"

Dia menjadi lebih dan lebih terkejut. Memiliki roh terkontrak pada dasarnya menandai dirinya sebagai roh kontraktor penuh.

"Tunjukkan padaku sebentar. Roh terkontrakmu."

"Aku tidak bisa. Itu buruk untuk memanggil roh tanpa keperluan jika kamu tidak berpengalaman."

Claire menjawab dengan suara logika. Tapi Rinslet tidak mundur.

"Oh, jika kamu tidak mau menunjukkannya, aku kira itu roh yang rendah?"

"k-kau salah, «Scarlet» adalah roh yang sangat kuat!"

"Jika memang demikian, maka buktikan."

"...... ~!"

Claire hilang dalam keragu-raguan untuk sementara tapi ---

Itu tidak bagus untuk seorang kontraktor roh untuk memanggil roh terkontrak dengan ringan.

Akhirnya dia mengangguk dengan tegas dan,

"...... Baik, aku akan membuat pengecualian khusus untuk menunjukkan pada kamu."

Dia mengambil sebatang kapur dari dalam rok gaunnya.

Dia menggambar persegi ajaib di dinding dengan kesulitan dan mulai melantunkan ritual pemanggilan bahasa roh

--- Guardian api merah, penjaga perapian abadi!

--- Sekarang saatnya untuk mematuhi kontrak darah, datang dan lakukan perintahku!

Dalam sekejap, sebuah «Spirit Seal» dalam bentuk «Api» muncul di punggung tangan kanannya.

Sebuah bola api kecil muncul dari pusat lingkaran sihir dan tiba-tiba menjadi sosok seekor kucing neraka yang terselimuti dalam api.

Itu kira-kira seukuran tupai, kucing kecil dan menggemaskan.

"Ini Scarlet."

Claire memeluk kucing neraka yang terselimuti api dalam pelukannya.

"Oh, itu cukup kecil, bukan."

Rinslet tersenyum dengan tenang dan,

"S-Scarlet mungkin kecil, tapi dia kuat!"

Claire menggembungkan pipinya.

"Yah, aku akan memberikan poin karena mampu memanggil roh terkontrak mu. Tapi itu tidak dapat dibandingkan dengan «Fenrir» ku."

«Fenrir» adalah roh tingkat tinggi yang Rinslet telah kontrak pada hari ulang keenam.

Dia menggambar persegi sihir di dinding seperti Claire dan melantunkan ritual pemanggilan bahasa roh.

--- Oh binatang beku dengan gigi es, pemburu tanpa ampun dari hutan.

--- Sekarang adalah waktu untuk mematuhi kontrak darah, cepat ke sisiku seperti yang diperintahkan!

«Spirit Seal» mewakili «Ice» muncul di punggung tangan kanannya.

Dan badai angin dingin menyerbu melalui tangga dan ---

Seekor serigala putih besar muncul dari udara tipis.

"Menakjubkan ......!"

Mata ruby ​​Claire melebar.

"Fufun, iya kan?"

"......lucu!"

Rinslet merasa jatuh.

"d-dia tidak lucu atau sesuatu seperti itu, Fenrir adalah seekor serigala putih yang ganas!"

"Kuun ......"

Fenrir menjerit sedih disebut tidak lucu oleh tuannya.

"Itu tidak benar. Dia benar-benar lucu."

Claire menyentuh bulu Fenrir dan,

"j-jangan hanya menyentuhnya sesukamu!"

Rinslet mengacungkan jarinya dan mengembalikan roh terkontraknya ke «Astral Zero».

"Ahh ......"

"Nah, mari kita pergi."

"tu-tunggu ---!"

Claire juga mengirimkan Scarlet kembali dan bergegas mengikuti Rinslet.

--- Kedua terus turun menuruni tangga tak berujung.

"Ini cukup panjang. Sebaliknya, bahkan ada bawah?"

"Rinslet-chan, bukankah sudah saatnya untuk kembali ......"

"Berhenti memanggil aku Rinslet-chan!"

"y-ya ...... maaf, Rinslet-chan."

"Haaa, terserah sudah!"

Rinslet mendesah, terkejut.

Akhirnya, tangga berakhir dan kedua tiba di «Perpustakaan Tersegel».

Ini adalah ruang besar dengan langit-langit tinggi. Udara dingin.

Claire mengangkat nyala api tinggi-tinggi, menunjukkan banyak rak buku tinggi.

"Jadi ini adalah perpustakaan tersegel yang terkenal."

"Yeah, sungguh jumlah buku yang menakjubkan ......!"

Tampaknya bahwa itu juga pertama kalinya Claire menginjakkan kaki di sini jadi dia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.

Memang, rak buku yang berjajar dengan buku-buku yang tampaknya memiliki sejarah mereka.

"--- Aku ingin tahu apakah ini adalah tentang ritual."

Rinslet perlahan mengambil salah satu dari mereka di tangan.

Sekejap dia meniup debu pada sampul dan membukanya,

"Kyaa! a-apa ini!"

Dengan wajah semerah bit, dia melempar buku itu.

"a-apa yang salah!"

"a-ada gambar berpegangan tangan dengan seorang pria!"

".....t-tangan!?"

Claire takut-takut membalik buku dengan ekspresi meragukan.

"Fuaaa, y-yang satu ini telah mereka me-menghubungkan lengan!"

"su-su-sungguh tidak sopan!"

Keduanya menjerit kyaa, kyaa.

Untuk ojou-sama bangsawan terlindung, itu terlalu merangsang.

Rinslet dengan kasar menutup buku itu.

"i-ini adalah buku untuk orang dewasa! Mari kita mencari buku yang berbeda!"

"y-ya, itu benar ......!"

Keduanya memerah saat mereka saling mengangguk.

Bagian 8[edit]

--- Puluhan menit kemudian.

Rinslet menumpuk buku-buku yang telah diambil dari rak ke lantai.

"...... Fiuh, ada banyak yang berharga. Ini adalah koleksi yang menakjubkan."

Untuk beberapa alasan, dia mengibaskan buku dengan sampul kulit tua yang memiliki karakter rumit pada mereka.

Dia tidak benar-benar memahami isinya, tapi dia baru saja mengumpulkan setiap buku yang terikat mewah dan tampak sulit.

"Rinslet-chan, kamu bisa membaca buku-buku yang ditulis dalam bahasa roh?"

Mengambil salah satu buku dari tumpukan itu. Claire berbicara kaget.

Rinslet merapatkan bibirnya. Dia telah menerima pendidikan bagi anak-anak berbakat sejak dia masih kecil, tapi seperti yang diduga, dia masih tidak bisa membaca sandi bahasa roh.

"k-kamu bisa membacanya?"

"Ya, hanya sedikit. Nee-sama mengajari aku."

Claire mengangguk.

Rinslet langsung menggembungkan pipinya seakan tidak senang dan,

"s-sungguh kurang ajar!"

"Fuaa, Rinfure-yan, itu sait!"

Dia menarik di pipi Claire.

Dan kemudian.

"......?"

Bahu Claire sedikit menegang.

"Apa yang salah?"

Sementara menanyainya, Rinslet melepaskan pipi Claire.

"y-ya, saat ini, ada sesuatu --- aku merasa merinding."

"Merinding?"

Rinslet menggernyitkan alisnya.

Perpustakaan bawah tanah memang dingin, tetapi tidak sampai menggigil.

"Ayolah, jangan membuatku takut!"

"Tapi, aku benar-benar ---"

Whooooooooosh ---

"...... Kyaa!?"

Rinslet berteriak tanpa berpikir karena hembusan udara dingin dari suatu tempat.

"Rinslet-chan ......"

"Aku, tidak apa-apa, itu hanya aliran udara."

"Tapi tidak ada aliran udara sampai sekarang."

Claire membisikkan itu, terdengar khawatir dan mulai melihat-lihat di sekitarnya dengan gelisah.

...... Sama seperti hewan kecil yang ketakutan.

(...... Astaga, itu tidak bisa membantu.)

Rinslet mengangkat bahu sedikit dan ---

Diadakan menggigil tangan Claire.

"......?"

"Tenang. Aku di sini."

"y-ya ......"

Tampaknya dia menjadi tenang saat tangannya berhenti gemetar.

"...... Tangan Rinslet-chan hangat. seperti nee-sama."

"Ap-apa yang kamu katakan! Aku iblis es dingin!"

Wajah Rinslet memerah dan dia mengalihkan matanya.

"Bagaimanapun, ini adalah ......"

Suara angin bertiup secara bertahap semakin kuat.

Buku-buku di tanah mengepak dan rok gaun mereka terbang ke atas.

apa yang sebenarnya terjadi ---

"...... Sepertinya ide yang baik untuk kembali."

Rinslet bergumam dan kemudian.

"--- Siapakah orang yang telah mengganggu tidurku."

Suara mengerikan bergema dalam ruang bawah tanah.

"Kyaa!"

"Ap-apa!?"

"--- Siapakah orang yang telah mengganggu tidurku!"

Kali ini, suara lebih keras dari jauh mengguncang baris rak buku.

"...... Fuaaa!?"

Kedua menempel satu sama lain dan merasa ngeri.

"Rinslet-chan, b-buku itu ---"

Claire menunjuk tanah dan berteriak. Itu adalah salah satu buku yang Rinslet telah bawa. Halaman yang telah dibuka oleh angin dengan menghasilkan cahaya putih kebiruan.

"Mungkinkah ada «roh tersegel» disegel dalam buku itu!?"

"Apa katamu!?"

«Roh tersegel» --- itu adalah istilah umum untuk roh yang disegel ke item magis sebagai akibat dari keganasan mereka.

Itu adalah eksistensi yang elementalist dengan sedikit pengalaman paling takuti.

"h-hal berbahaya semacam itu ada dalam buku itu --- kyaaa!"

Banyak debu jatuh dari langit-langit sebagai akibat dari ruangan gemuruh.

Dan kemudian ---

"--- Siapakah orang yang telah mengganggu tidurkuuuuuuuuuuu!"

Sebuah persegi sihir dari cahaya terbentuk di sekitar buku.

Sebuah sosok es raksasa muncul di tengah-tengah cahaya yang menyilaukan ---!

"......!"

Itu naga --- tidak, itu adalah kadal besar terbuat dari es.

Tentu saja, tidak mungkin itu adalah makhluk hidup alami.

Itu roh --- Dan salah satu yang sangat kuat.

"Ice salamander --- ......"

Claire bergumam dengan suara gemetar.

"Kamu tahu apa itu?"

"Aku membaca tentang hal itu dalam sebuah buku. Ini adalah roh binatang es yang sangat ganas ......"

"......"

Rinslet menelan ludah mendengar kata-kata Claire.

Binatang es raksasa yang muncul dari persegi sihir melirik keduanya dengan mata merahnya.

"Jadi kalian berdua adalah persembahanku......"

Melambaikan lidahnya yang panjang, perlahan-lahan bergerak ke arah mereka.

Tampaknya hal itu terjadi untuk dapat memahami bahasa manusia, tapi itu tidak tampak seperti jenis yang bisa berbincang-bincang.

(...... Tidak ada cara selain untuk melakukannya!)

Rinslet meyakinkan dirinya dan dengan cepat melantunkan pemanggilan.

"--- jawablah perintahku, maju, sihir roh es «Fenrir»!"

Dalam sesaat, serigala putih muncul dari udara tipis. Dengan raungan tajam, dia menyerang binatang es.

"a-aku melakukannya!"

Memanggil tanpa persegi sihir adalah taruhan berbahaya namun ---

Tidak ada mangsa roh es sihir tidak bisa berburu.

--- Tapi pada kesempatan berikutnya. senyum kemenangan Rinslet membeku.

binatang es mengayunkan ekornya dan melemparkan Fenrir.

Fenrir membentur dinding dan terpecah menjadi partikel dengan hanya satu serangan.

"Tidak mungkin ......!"

Sebuah teriakan serak datang dari tenggorokan Rinslet.

Roh sihir es «Fenrir» adalah roh tingkat tinggi yang telah melayani generasi Laurenfrost House. Itu jauh di atas eksistensi roh tersegel seperti yang satu itu.

Tapi kontraktornya, Rinslet, tidak lebih dari seorang gadis berusia enam tahun. Karena kurangnya pengalaman sebagai kontraktor roh, itu tidak bisa melepaskan potensi penuh.

"--- Gadis bodoh."

Lidah yang panjang milik binatang es itu menjilat pipi Rinslet.

"Ah, ahh ......"

Seluruh tubuhnya meringkuk dalam ketakutan.

(Ini salahku ......)

Rinslet sangat menyesali tindakannya.

Ini akan menjadi yang terbaik untuk hanya melakukan seperti yang dikatakan Claire dan patuh bermain dengan boneka tadi di dalam ruangan.

(Ini salahku bahkan dia ---)

Dia memutar tatapannya ke belakang dan Claire pada lututnya gemetar.

"Claire, setidaknya kamu harus melarikan diri!"

"aku, aku tidak bisa ......!"

Claire menggeleng menggeleng.

"Tidak apa-apa, jadi larilah. Melindungi yang lemah juga merupakan bagian dari kewajiban bangsawan!"

Rinslet berteriak dengan suara gemetar dan berdiri di depan binatang es yang mendekat.

"Rinslet-chan!?"

"Cepat, sekarang!"

"Tidak! Aku tidak bisa lari dan meninggalkan seorang teman di belakang!"

"Claire ---"

Dalam sekejap, cakar raksasa es binatang itu melintas.

"Kyaaaaa!"

Tubuh kecil Rinslet itu dengan mudah terlempar dan membentur rak buku.

Suara membosankan dari dampak bergema dan banyak buku jatuh.

Gaun putih tersayat berwarna dengan warna merah darah murni.

"--- ......!?"

Sebuah jeritan tajam menyembur keluar dari tenggorokan Claire.

"...... Ah, h ...... kuu ......"

"Rinslet-chan, dapatkan suatu pegangan untuk diri sendiri! Rinslet-chan!"

Dia bisa mendengar suara Claire dari jauh.

Dia bisa tahu bahwa darah mengalir dari seluruh tubuhnya.

(Aku benar-benar bodoh ......)

Dalam hati nuraninya yang kabur ---

Penyesalan berputar-putar.

......Aku pikir aku bisa melakukan apapun. Aku tidak perlu takut.

Dia tidak menyadari sampai sekarang bahwa itu hanya kesombongan pemuda.

(Setidaknya, gadis itu ......)

Dia ingin setidaknya menyelamatkan gadis yang telah memanggilnya seorang teman.

"Cepat....,pergilah ......"

"...... Maafkan."

"Eh?"

Bahkan saat di ambang kehilangan kesadaran, suara yang sampai ke telinganya.

"--- Aku pasti tidak akan memaafkanmu!"

"......!"

Dia akhirnya menyadari bahwa itu suara Claire.

twintail merah bergoyang seperti api membara.

(......a-apa?)

Tubuhnya panas. Suhu di sekitarnya meningkat.

Mata ruby ​​yang bertempat api memelototi «Ice Salamander» seakan menusuk itu.

binatang es yang perlahan mendekat berhenti sejenak seolah-olah merasakan ketakutan.

"--- Lahir dari ketiadaan, api yang mengatur kehancuran!"

Lantunan bahasa roh terucap dari bibirnya.

Itu bukan sebuah lantunan informal. Itu adalah lantunan sebenarnya yang menarik segala divine power seseorang.

Kesadaran Rinslet yang terbangun oleh adegan luar biasa itu.

"--- Jangan bilang, «Fireball»!?"

Itu adalah mantra elemen api kelas menengah.

salamander es meraung.

Ini mengayunkan cakarnya untuk menghentikan mantra ---

Tepat sebelum itu, sihir roh selesai.

"Ambil ini, api pembakaran --- «Fireball»!"

Pembengkakan kobaran api melahap oksigen sekitarnya dan menyerang binatang es.

Rinslet dengan reflek melindungi dahinya dari ledakan mengamuk yang dia duga.

Namun ---

"......?"

Bahkan mengabaikan apakah itu melahap es binatang, tidak ada ledakan.

(...... Apa itu!?)

Di sisi lain dari udara yang bergetar ---

Teratai api merah yang rakus melahap semangat es.

Itu seperti karnivora predator raksasa telah membantai mangsanya.

api itu bergerak seolah-olah mereka memiliki kemauan sendiri dan tanpa henti melahap roh itu.

--- Apakah itu yang benar-benar sihir «Fireball»?

"......"

Akhirnya, dengan teriakan kematian akhir dari penderitaan dari binatang es, api lenyap.

"Haaa, haaa, haaa ......"

Claire yang telah kehabisan kekuatannya dari menembakkan api itu dan jatuh berlutut.

"......k-kamu dapat menggunakan jenis sihir yang menakjubkan?"

Rinslet bertanya sambil menekan di sisi pembekuan nya.

"y-ya ...... tapi, ayah bilang untuk tidak pernah menggunakannya ...... kuu ......"

"Tanganmu!?"

Rinslet tersentak.

....Tangan Claire terbakar.

"Aku, aku baik-baik saja, ini ......"

Dengan wajahnya dipenuhi rasa sakit, Claire tersenyum untuk bertindak kuat.

Rinslet mendesah.

"...... Aku bersumpah. Meskipun kamu seorang yang cengeng, kamu gegabah."

"......"

Tidak ada tanggapan. Apakah dia kehabisan vitalitas nya atau divine powernya, Claire telah kehilangan kesadarannya seakan telah tertidur.

Rinslet lembut menyentuh pipinya dan,

"Claire Elstein ---"

Lembut berbisik itu.

"Aku akan mengenali kamu sebagai rivalku yang ditakdirkan."

Bagian 9[edit]

"Ini adalah pertemuan pertama aku dengan dia ---"

Rinslet menyelesaikan cerita dan diam-diam meletakkan cangkir tehnya.

"Setelah itu, kami diselamatkan oleh ayah kami yang menyadari sesuatu yang aneh sedang terjadi, tapi Claire dan aku benar-benar takut."

"...... Aku paham. Nah, itu lega kalian berdua selamat."

Kamito merasa lega.

"Bagaimanapun, seperti yang diduga, bukankah kepribadian Claire terlalu berbeda?"

"Ya, anak itu berubah empat tahun lalu setelah insiden dengan Rubia-sama. Dia menutup hatinya kepada semua orang dan membuat dirinya sendiri hanya pada menjadi lebih kuat."

"......"

Tapi --- dan Rinslet melanjutkan.

"Akhir-akhir ini, tampaknya dia telah membuka hatinya lagi. --- Itu benar, sejak dia bertemu dengan Kamito-san."

"Kalau dipikir-pikir, ketika kami bertemu, dia mencoba untuk membuat aku jadi budaknya."

Kamito tersenyum masam untuk menyembunyikan rasa malunya dan,

"--- Terima kasih untuk makannya. Aku harus kembali ke kamarku segera."

Dia berdiri dari kursinya.

...... Mendengarkan cerita telah mengambil sedikit waktu.

Seorang anak laki-laki yang tinggal di kamar seorang gadis lebih lama lagi akan menjadi pelanggaran tata krama.

"......i-itu benar. Meskipun itu baik-baik saja jika kamu tinggal lebih lama."

Rinslet bergumam seolah-olah itu disayangkan.

--- Dan pada saat itu. Suara ketukan di pintu.

"...... Ya?"

"Rinslet, aku ---"

"Claire?"

Rinslet membuka pintu dan seorang yang berdiri disana adalah Claire yang memiliki sebuah kotak kecil di tangannya.

"Apa itu?"

"...... Umm, makanan ringan, aku membeli terlalu banyak kemarin, jadi kamu mau?"

Saat dia mengalihkan matanya, Claire mengulurkan kotak di tangannya kedepan.

...... Sepertinya kesempatan untuk memperbaiki persahabatan mereka.

Rinslet tampaknya memahami niatnya.

"Oh, itu cocok dengan baik karena aku membuat teh."

"Ah, jadi begitu ...... eh?"

Dalam sekejap, wajah Claire yang mengintip ke dalam ruangan menegang.

"Yo, Claire ---"

"a-apa... Kalian berdua sendirian sampai sekarang?"

"Ya. Kami makan sarapan bersama-sama."

"......hmph, aku mengerti. Sendirian dengan Kamito."

Ekspresi Claire dengan cepat memburuk menjadi suatu ketidaksenangan.

"K-Kamito adalah milikku, jadi jangan hanya memberinya makan semaumu!"

"Oh, Kamito-san bukan milikmu, dia milikku."

Percikan-percikan terbang diantara keduanya di pintu masuk.

Sementara dia mengamati keadaan mereka berdua ---

(...... Entah bagaimana, sepertinya pertarungan lain telah dimulai.)

Kamito mendesah, jengkel.




Back to Selingan Return to Halaman Utama Forward to Bab 4