Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid20 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 2 - Serangan Balik[edit]

Bagian 1[edit]

Membawa Kamito dan Claire, Simorgh terbang di udara.


Tepat saat Simorgh merentangkan sayapnya dengan megah, tiba-tiba, mereka tertelan oleh ruang yang tak terlihat, lenyap tanpa jejak.


"A-Apa!?"


Berpegangan pada satu sayap, Claire berteriak terkejut.


Pandangan mereka terus berubah layaknya sebuah fatamorgana. Lalu, roh iblis angin itu mendarat.


"Kita ada dimana....?"


Kamito mengamati sekeliling.


Para roh bersinar samar beterbangan disekitar mereka.


Ada sebuah karpet merah di lantai. Disepanjang dinding batu yang ada dikedua sisi koridor, terdapat barusan patung mahluk-mahluk laut.


Itu seperti sebuah mansion milik aristokrat.


"Ini adalah perut dari Dire Whale, roh bawahan Elemental Lord Air."


Berkata demikian, Ellis turun dari punggung Simorgh.


"Seekor roh paus? Tapi kita nggak melihatnya."


"Itu karena sihir elemen air digunakan untuk menghasilkan tembus pandang, untuk menghindari deteksi."


"....Jadi begitu."


"Lewat sini. Hati-hati jangan menyentuh lukisan dinding atau kau akan berujung berada di ruangan lain."


Dengan dipandu Ellis, mereka berjalan di koridor.


"Kamito-kun!?"


"Claire, kau selamat!"


Segera, mereka bertiga sampai di sebuah aula besar, Fianna dan Rinslet menyapa mereka.


"Maaf sudah membuatmu kuatir..."


"Semuanya baik-baik saja. Itu luar biasa."


"Ya, aku betul-betul kuatir ada kecelakaan saat kami kehilangan kalian berdua."


Rinslet mengusap air matanya dengan jarinya dan memeluk erat Claire.


"T-Tunggu, Rinslet, ya ampun..."


Claire menggeliat, tampak cukup malu, tapi nggak menunjukkan niat menjauhkan Rinslet.


"Reicha dan yang lainnya saat ini beristirahat di ruangan lain. Uh, adapun untuk Rubia-sama–"


Fianna menatap Claire, ragu-ragu.


Sebagai tanggapan, Claire menggigit bibirnya dan mengangguk pelan.


"...Ya, aku sudah mendengar soal kakakku dari Ellis."


Saat melawan kardinal Millennia Sanctus, Rubia berhasil mengubah elemental waffe Ragnarok kembali ke wujud Elemental Lord Api. Tapi sebelum mereka bisa merasa tenang, tembakan cahaya yang mengerikan telah menghancurkan dataran Ragna Ys. Bersama dengan Elemental Lord Api, Rubia menghilang.


Apa dia jatuh ke hutan Astral Zero seperti Claire, atau–


Melihat bahu Claire sedikit bergerak, Rinslet dengan lembut menempatkan tangannya pada bahu Claire.


"Dia akan baik-baik saja. Bagaimanapun juga, dia adalah Rubia-sama."


"....K-Kurasa kau benar. Gimanapun juga, itu Nee-sama."


Claire mengangguk tegas seolah untuk menekan secara paksa kekhawatirannya.


Fianna juga menepuk bahu Claire.


"Aku yakin kita semua pasti lapar. Biar aku buat sesuatu."


Berkata begitu, Rinslet menjentikkan jarinya dan memanggil Fenrir.

Bagian 2[edit]

Dimeja di aula tersebut terdapat berbagai makanan yang Rinslet siapkan.


Sup tulang sapi muda, daging dan lobak.Telur dadar yang terbuat dari telur lokal Laurenfrost. Kacang goreng. Ikan bandeng yang diasinkan dengan herbal. Burung puyuh bakar dengan kulit yang renyah dan saus madu diatasnya. Beberapa jenis jamur dengan aroma sayuran. Roti kacang. Roti buah. Roti kismis kenari. Keju dan susu segar. Hidangan penutupnya adalah es krim tahu.


Meja itu dipenuhi uap yang mengepul dari hidangan. Gelombang aroma menyerbu langsung ke hidung.


Karena lapar, Kamito menelan ludah.


"Aku takjub kau bisa membuat sebanyak ini dalam waktu singkat."


Claire berseru.


"Tahu, tahu..."


Est yang membantu masak, sudah mulai makan es krim tahu.


"Est, makan terlalu cepat akan membuat kepalamu sakit."


"Jangan kuatir, Kamito."


Berkata begitu, Est tanpa ekspresi terus memakan es krim tersebut.


"Tambah lagi, cewek cemilan."


"Sudah habis!?"


"Masakanmu memang sangat lezat, Rinslet."


Orang yang berkomentar adalah Elemental Lord Air, duduk tenang di kursi, memegang roti saat dia berbicara. Mulutnya penuh dengan roti, membuat pipinya menggembung. Lord Iseria, itu bukan sikap yang bagus lho.


"Kita punya banyak roti."


Ketat terhadap sikap aristokrat, Rinslet langsung menenangkan dia.


"...Ahmm?"


"Nah lihat, banyak sekali sisa makanan."


Berkata begitu, Rinslet mengulurkan saputangan untuk mengelap sudut bibir Iseria.


Melihat pemandangan seperti ini, sangat sulit dibayangkan bahwa Iseria adalah sang Elemental Lord Air, salah satu penguasa Astral Zero.


Kalau Ratu Air Feilei Sin Quina, yang saat ini beristirahat di ruangan lain menyaksikan ini, dia mungkin akan langsung pingsan.


Gak pake malu-malu, Kamito mulai makan dan mengambil sepotong burung puyuh dan meletakkannya di mangkoknya.


Dengan kulit renyahnya, dipanggang dengan herbal, kemudian diolesi saus madu, hidangan khas Laurenfrost ini memang layak dipuji.


"Ini lezat sekali."


"Fufu, senang mengetahuinya!"


Mendengar gumaman pujian Kamito, Rinslet tersenyum senang.


"M-Mungkin aku harus belajar masak juga..."


Melihat itu, Claire bergumam pelan.


"Aku bisa mengajarimu lho."


"Hwah, kau dengar!?"


Saat Rinslet berbisik pelan ditelinganya, Claire langsung tersipu merah cerah.


"Lain kali, aku akan ikut masak juga."


"Yang Mulia, aku yakin anda harus mulai dengan dasar-dasar memasak terlebih dahulu–"


"Tunggu bentar, Ellis, apa maksudmu?"


Melihat Ellis mendesah, Fianna menatap dia nggak puas. Sejak Ellis mulai bekerja sebagai sekretaris sekaligus ksatria bodyguardnya, mereka berdua menjadi sangat dekat, mungkin karena mereka punya lebih banyak peluang untuk berinteraksi.


"Roh kegelapan, itu punyaku. Apa kau mau dilenyapkan dari muka bumi ini?"


"Ya ampun, itu salahmu sendiri karena menguasai semua es krimnya, Nona Roh Pedang."


"Ah, kembalikan, roh kegelapan–"


Sementara itu, pedang suci legendaris dan pedang iblis yang telah mewarisi kekuatan Ren Ashdoll juga saling menggoda.


Melihat seperti dia sedang menggoda seorang adik, Restia tampak menikmatinya.


(...Semua orang bersikap sama seperti biasanya meskipun jelas-jelas kita berada di ambang pertempuran akhir.)


Sambil tersenyum masam dalam benaknya, Kamito melahap makanan bernutrisi tersebut.

Bagian 3[edit]

Dengan demikian, setelah mengisi perutnya dengan makanan dan menghangatkan tubuhnya yang kedinginan karena hujan....


Kamito memberitahu semua orang tentang bagaimana kabut kegelapan melahap dia dan apa yang dikatakan avatar Ren Ashdoll.


Ini termasuk Kegelapan Dunia Lain yang ada di balik Gerbang itu, asal usul Astral Zero dan sifat sejati dari Kegelapan Dunia Lain, serta kebenaran dari Perang Roh yang terjadi antara Lima Elemental Lord Agung dan Elemental Lord Kegelapan.


Lalu ada kisah panjang bagaimana dia memurnikan Kegelapan Dunia Lain yang merusak Elemental Lord Kegelapan dan mewarisi kekuatan itu–


"Jadi dengan kata lain, Elemental Lord Kegelapan telah menghilang dari dalam Kamito."


Menaruh cangkir tehnya, Claire berkomentar.


"Ya. Dia hilang. Dia menyerahkan kekuatannya padaku dan Restia–"


Menyelesaikan ceritanya, Kamito menatap tangan kirinya, yang mana sarung tangannya telah dia lepas.


Lalu...


"T-Tunggu bentar, tahan dulu!"


Tiba-tiba, Ellis berdiri dan berteriak.


"Ellis, kau kenapa?"


Claire mengangkat alisnya terkejut.


"K-Kamito adalah Ren Ashbell-sama!?"


"Eh, baru sekarang?"


"J-Jadi anda sudah tau, Yang Mulia? Claire, kau juga?"


"Y-Ya...."


"M-Memang...."


Claire dan Fianna mengangguk canggung.


"Aku juga merasakannya samar-samar."


Rinslet menyibakkan rambutnya.


"Bagaimanapun juga, nggak ada upaya untuk menyembunyikannya secara sengaja."


"K-Kurasa begitu...."


Mendengar komentar Claire, Kamito mengangguk.


"B-benarkah? Jadi cuma aku yang gagal menyadarinya, huh...."


"M-Maaf, uh.... Itu karena aku nggak mau merusak impianmu."


"......."


Justru karena Ellis adalah fans berat Ren Ashbell, dia nggak menyadari identitas sejati Kamito, yang berada tepat di sampingnya.


Ellis terus menatap wajah Kamito.


Pipinya perlahan menjadi merah.


"Aku melihat beberapa kemiripan..."


"E-Ellis?"


Matanya terbelalak.


"Kamito, tolong dandan sebagai seorang cewek!"


"Yang betul saja."


Kamito segera menggeleng.


"Ren Ashbell-sama adalah Kamito.... A-Aku mengerti...."


Setelah bergumam pelan, Ellis mengangguk.


"....Aku paham. Aku bisa membayangkan perasaanmu. Maaf atas tindakanku."


"Tidak, akulah yang harus minta maaf...."


Ellis tersenyum ceria, lalu–


"Adapun untuk kakakku, aku ingin menjaga rahasia ini dari dia untuk saat ini. Bagaimanapun juga, perasaanya terhadap Ren Ashbell-sama pasti cukup rumit–"


"Nggak, Velsaria sebenarnya sudah menyadarinya sejak lama."


"N-Nggak mungkin–!"


Air mata menggenang di mata Ellis.

Bagian 4[edit]

"Eh, kesampingkan masalah Ren Ashbell–"


"U-Umm, maaf..."


Setelah Claire berdeham, Ellis duduk.


"Bagaimanapun juga, kita akan menghadapi bencana besar kecuali kita menghentikan Holy Lord."


"Ya, kau benar."


Kamito mengangguk.


Tujuan Holy Lord adalah menyegel otoritas para malaikat untuk menciptakan ulang dunia ini.


Meskipun mereka nggak tau seperti apa dunia ideal yang dibayangkan Holy Lord, tapi jika rencananya membuahkan hasil, alam manusia dan Astral Zero yang ada saat ini pasti akan hancur.


"Bagaimana situasi Gerbang di Ibukota Suci?"


"Biar aku tunjukkan."


Iseria menunjuk ke udara. Sebuah bola air transparan segera muncul, melayang diatas meja.


"Bola ini terhubung pada mata Dire Whale–"


Permukaan bola air itu berubah untuk memproyeksikan sebuah gambaran.


Itu adalah langit cerah dari Astral Zero.


Di kejauhan, Ibukota Suci yang mengapung di awan-awan bisa terlihat.


"....Ibukota Suci terbang ke langit?"


"Ya. Kamito-kun, saat kalian berdua menghilang, Ibukota itu memisahkan dirinya dari Ragna Ys."


Fianna menjelaskan.


"Menghindari gangguan, kurasa–"


"...Aku juga berpikir begitu."


Mendengar gumaman Claire, Kamito mengangguk.


Tiga pilar cahaya menjulang ke langit dari pusat Ibukota Suci.


Yang pertama manjadi sebuah Gerbang adalah Elemental Lord Api.


Lalu dua Gerbang lainnya adalah–


"Elemental Lord Angin dan Elemental Lord Tanah."


Suara Iseria terdengar cukup sedih.


"Bagaimana anda bisa tau?"


"Hembusan angin tidak stabil dan bergejolak. Selain itu, tanahnya menangis. Saat para Elemental Lord yang mengelola elemen kehilangan kekuatan mereka, keseimbangan Astral Zero mulai rusak. Selanjutnya, jika tubuh asliku dari Elemental Lord Air menjadi sebuah Gerbang juga, lorong yang mengarah ke Dunia Lain kemungkinan besar akan terbuka sepenuhnya."


Ketiga pilar cahaya itu menembus langit dan menghasilkan sebuah pusaran kehampaan yang sangat besar.


–sebuah Gerbang yang dipenuhi dengan kegelapan dan kekacauan.


Dunia origin yang telah menciptakan Astral Zero sudah menunjukkan dirinya.


"Sepertinya waktunya sudah habis. Lebih baik kita bergegas kesana secepat mungkin–"


"Tapi itu tidaklah mudah, kan?"


Mendengar gumaman Claire, Fianna mengangkat bahu.


"Memang. Ada para roh militer yang menjaga Ibukota Suci. Para Sacred Spirit Knight juga ada disana."


Sacred Spirit Knight dari Kerajaan Suci Lugia. Mereka adalah pasukan militer elit Kerajaan Suci dibawah komando langsung dari Des Esseintes.


Meski beberapa dari mereka telah pergi setelah mengetahui tujuan Holy Lord, sebagian besar dari mereka bersedia mengorbankan diri mereka untuk Holy Lord.


(....Itu cukup mirip dengan para petarung di Sekolah Instruksional.)


Sungguh ironis, pikir Kamito.


"Ada penghalang yang melindungi kota. Dan juga–"


Berkata begitu, Fianna kebingungan melanjutkan.


"Dan juga?"


"Pedang cahaya itu–"


"Maksudmu Terminus Est milik Holy Lord?"


Berkata demikian, Kamito menatap Demon Slayer.


Pedang cahaya itu telah menghancurkan tanah Ragna Ys. Satu salah langkah saja Dire Whale ini bisa hancur dalam satu serangan.


Kamito memegang gagang pedang suci miliknya erat-erat, lalu....


"Aku yang akan mengurus pedang cahaya itu, Terminus Est."


Dia berkata pelan.


"Apa?"


"Kamito, itu terlalu sembrono. Cahaya itu bisa–"


Menghancurkan tanah Ragna Ys berkeping-keping–sebelum Claire bisa melanjutkan....


"–gak usah kuatir."


Kamito menyatakan dengan tegas dan menatap Est.


"Est, bisakah kau melakukannya?"


"Ya, Kamito. Aku adalah pedangmu, keinginanmu adalah perintah bagiku."


Bilah putih perak milik Est bersinar terang.


Memang, nggak penting apakah musuhnya adalah tubuh asli Est, roh senjata terkuat, atau semacamnya.


Bagi Kamito, Est yang ini adalah pedang suci ultimate.


"Jadi sudah diputuskan. Serahkan pedang suci cahaya itu padaku."


Berkata begitu, Kamito memandang ke sekitar meja.


Claire dan Ellis, Rinslet dan Fianna, pasangan-pasangan cewek ini saling bertukar tatap.


"....Dimengerti. Kami serahkan itu padamu."


"Ya."


Mendengar itu, Kamito mengangguk tegas.

Bagian 5[edit]

"Kalau begitu sudah ditetapkan. Codename'nya adalah 'Operasi Mengubah Ibukota Suci Menjadi Arang'!"


"Aku nggak akan menerima codename semacam itu."


"Hmm, nggak bisakah kau memikirkan sesuatu yang lebih keren?"


Menyerbu Ibukota Suci secara langsung tanpa memainkan trik.


Saat tim itu memutuskan mengunakan pendekatan klasik Tim Scarlet....


"–Kalian semua, tunggu."


Restia kembali ke wujud roh dan menghentikan mereka.


"Ada apa, roh kegelapan?"


"Memang, kalian sudah lebih kuat. Dibandingkan dengan Blade Dance, kalian jauh lebih kuat. Meski demikian, lawannya tetaplah sangat kuat. Cuma kalian saja nggak akan cukup."


"....A-Aku tau itu, tapi–"


"–Aku punya ide."


Restia melambaikan tangannya untuk mengganggu bantahan Claire.


"Ide apa?"


"Kamito harus membagi kekuatan Elemental Lord Kegelapan dengan kalian semua."


"Huh?"


"Nona Roh Kegelapan, apa maksudmu?"


Rinslet mengangkat alis.


Restia mengangkat jari telunjuk dan menjelaskan.


"Setelah mewarisi kekuatan Elemental Lord Kegelapan, Kamito memiliki divine power yang hampir tak terbatas. Dan kebetulan ada sebuah ritual untuk menukarkan divine power itu dengan divine power milik kalian sendiri. Seribu tahun lalu, para selir Raja Iblis Solomon meningkatkan kekuatan mereka dengan menggunakan ritual itu."


"Divine power Elemental Lord Kegelapan? Apa itu betul-betul bisa dilakukan?" tanya Kamito.


"Ya, tapi–"


Restia berhenti sebentar lalu melanjutkan.


"Syarat untuk melakukan ritual itu–Kagura Kegelapan–adalah bahwa ikatan yang kuat harus dibentuk antara Raja Iblis dan para princess maiden. Jika tidak, akan berujung pada kegagalan, mereka akan dilahap oleh divine power kegelapan itu."


"...!"


Claire dan para cewek saling bertukar tatap.


"....I-Itu akan baik-baik saja!"


"Nggak ada masalah sama sekali!"


"Pertanyaan yang konyol!"


"M-Mmhmm.."


Semuanya segera menyetujuinya.


"Fufu, kalian cukup percaya diri soal hubungan kalian dengan Kamito, kan?"


"T-tentu saja. Masalah?" ayo gelud


Claire membusungkan dada ratanya.


"Namun, kau harus melakukan ini, lho?"


Restia terkikih dan mendekat ke telinga Claire, berbisik.


"...~! Hwaah! K-K-Kau pasti bohong, kami harus melakukan sejauh itu?"


Seketika, wajah Claire menjadi merah cerah.


"Memang sih, ini terlalu berlebihan bagi nona kucing neraka, kan?"


"Guh...!"


Mendengar ejekan Restia, Claire menggertakkan giginya.


"....L-Lihat saja, aku akan melakukan Kagura Kegelapan itu!"


Menunjuk Restia, dia menyatakan.


"Fufu, baiklah."


Sebagai tanggapan, Restia tersenyum puas dan berbalik menghadap Elemental Lord Kegelapan.


"Iseria-sama, bisakah anda menyiapkan sebuah ruangan dimana kami bisa melakukan ritual itu?"

Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya