Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Berikut ini adalah ilustrasi dalam jilid ke 2:


Bab 1: Pertarungan Tim[edit]

Bagian 1[edit]

“U.....h......”

Akademi Roh Areishia, asrama kelas Raven.

Di sebuah ruangan, ke arah cahaya matahari pagi yang menyegarkan bersinar, Kazehaya Kamito bangun.

Hn, kalau kuingat ingat hari ini.......ada pertarungan tim di pagi hari

Biasanya, ia akan menikmati waktu bermalas malasan di ranjang, namun, hari ini ia tak bisa melakukan hal itu.

Ia sudah sering terlambat dan menerima omelan dari gurunya, Freya.

Berniat melipat selimutnya dan bangun, dia mengulurkan kedua tangannya, kemudian—

*Funyuu*.

......Tangannya memegang sesuatu yang lembut.

Apa ini? Kecil, lembut, agak dingin...........tapi terasa nyaman

*Funyuuu. Funyuuu*.

Masih setengah bangun, ia tengah bermain main dengan benda lembut misterius di telapak tangannya, kemudian—

“Kamu akhirnya bangun, Kamito.”

“..........”

Pada saat itulah, gerakan Kamito seketika membeku.

STnBD V02 023.jpg

Gadis cantik telanjang tengah duduk di atas dadanya.

Rambut peraknya berkilau disirami cahaya matahari pagi. Kulitnya yang kencang dan lembut terlihat seputih susu.

Tubuhnya, yang terdiri atas lekuk-lekuk lembut, terlihat kecil, namun menampakkan pesona wanita pada umumnya.

Pupil ungu misteriusnya melihat ke arah Kamito tanpa ekspresi.

“Ada apa? Kamu nggak mau bermain main dengan payudaraku lagi?”

“........Owaaaaa!”

Kamito bangkit dalam kepanikan dan sambil mengacungkan telunjuknya pada gadis didepannya,

“Ap......ap......apa yang kamu lakukan!? Dan lagi, kenapa kamu telanjang?”

“Aku nggak telanjang. Aku mengenakan kaos kaki selutut.”

Sambil menunggangi perut Kamito, gadis itu mengangkat lututnya untuk ditunjukkan padanya.

Terpana oleh tindakan itu, yang entah kenapa sangat erotis, Kamito membuang wajahnya dengan gugup.

“Nggak, itu lebih buruk! Karena dibandingkan telanjang, telanjang berkaos kaki itu lebih, emm......itu!”

“Jadi kamu mau aku melepas kaos kakiku? Kamito.........mesum.”

Ketika si cantik berambut perak masih tanpa ekspresi, ia menggosokkan lututnya dengan halus.

Kamito tak paham kenapa ia harus malu karena hal itu tapi, entah kenapa, bagi Roh ini, menunjukkan kaki telanjangnya sepertinya lebih memalukan.

Ya. Gadis cantik seperti Peri Salju ini bukan manusia.

Ia adalah Roh Pedang Est.

Ia adalah ‘Roh Tersegel’ yang memiliki kekuatan sangat besar dan membuat Kontrak Roh dengan Kamito beberapa hari yang lalu.

Namun dalam kondisinya sekarang, ia bahkan tak bisa menggunakan sepersepuluh dari kekuatan sesungguhnya.

Di dalam alam bawah sadarnya, Kamito terus menolak Kontrak Roh dengannya dan hasilnya, ia tak lagi mampu kembali ke Astral Zero dimana wujud aslinya berada.

“Po.......pokoknya minggirlah dulu, Est.”

“Paham, Kamito.”

Meskipun Est tampak tidak puas, namun ia dengan patuh meminggirkan posisinya.

Ia sedang menggeliat dalam selimut...........sensasi dari pahanya yang lembut sangat berbahaya bagi jantung Kamito.

Sambil menggaruk kepalanya dengan lega, Kamito akhirnya bangun dan pada saat itulah—

Cup.

“........!?”

Serangan yang betul-betul mengejutkan.

Meskipun menyadari kalau ia sedang dicium, situasi terhenti sesaat selama beberapa detik.

Sensasi dari bibir lembutnya terpisah dengan lembut. Pipi Kamito memerah panas.

“Kamu.......ap......apa yang kamu lakukan tiba-tiba!”

“Ciuman bangun tidur, Kamito.”

Est menjawab masih tanpa ekspresi.

“Tapi kenapa—“

“Karena kamu nggak adil. Apa hanya Claire? Apa itu karena kamu nggak mau melakukannya denganku?”

Menghadapi nada Est yang menyalahkan, Kamito memilih mengecilkan ucapannya.

“Kamu m.....melihatnya, kan?........I-itu....”

“Ya. Karena pada saat itu, aku juga berada disana.”

“..........Ah, kalau dipikir-pikir, benar juga ya.”

Kamito akhirnya mengingat peristiwa itu dan mendesah dengan berat.

Satu minggu yang lalu, waktu ketika ia bertarung dengan Roh Militer yang lepas kendali di Kota Akademi.

Est saat itu memang berada disana—dalam bentuk Pedang sebagai Senjata Elemental.

Sepertinya ia mengobservasi betul adegan pada waktu itu.

Adegan ketika Claire mencium Kamito, yang sudah kehilangan energinya, untuk membangunkannya.

Hal itu memang membangkitkannya dalam satu serangan, namun.........kalau dipikir-pikir sekali lagi, rasanya sangat memalukan.

“Kudengar ciuman adalah Upacara resmi dalam Kontrak Roh. Kalau begitu, Est juga.”

Est dengan lembut menyibakkan rambut perak yang menggantung di pipinya.

Ia menutup matanya, sedikit memajukan bibirnya yang berwarna merah delima, dan perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah Kamito.

“Terus, kenapa perkembangannya jadi seperti ini?”

“Itu hak alamiku. Karena aku adalah Roh Terkontrak Kamito.”

“..........!”

Meski dia adalah Roh Terkontrak, yang menyembunyikan kekuatan dahsyat, wujud Est saat ini adalah gadis manusia yang imut.

Didekati secara agresif seperti ini, tak bisa dipungkiri kalau jantung Kamito berdetak kencang.......ia lalu berpikir,

“He......hei, Est.......”

“Tutuplah matamu, Tuanku.”

Tepat sebelum bibir mereka berdua saling bersentuhan.

“Kamito, karena ada pertarungan tim pagi ini, buatkan sarapan yang lebih mewah dari—“

“........!”

Bam! Pintu kamar mandi dibanting terbuka.

Disana—

“Ap.....ap......ap.....ap......ap........”

Gadis cantik berambut merah tengah berdiri sambil membuka lebar pupil mata merah delimanya.

Tubuhnya terbalut handuk mandi dan menampakkan lekuk wanita yang menawan.

Payudaranya memang selevel anak kecil, tapi sedikit tonjolan itu juga cukup mempesona.

Dari ujung rambut merahnya yang basah, tetes-tetes air berjatuhan ke lantai.

Di atas ranjang, di hadapannya terdapat E—bukan........Est telanjang berkaos kaki.

Dan kemudian, waktu membeku sejenak.

“Claire.........kamu salah paham, ini........!”

Pada saat itulah ketika Kamito bangkit dalam kepanikan untuk menjelaskan,

*Gogogogogogogogo.............!*

“Ap.....apa yang kamu lakukan, dasar maniak seks mata keranjang......!”

“Guoo!”

Cambuk kulit, yang dipakai melatih hewan, datang meluncur tiba-tiba dan mendaratkan sabetan keras di pipi Kamito.

Kamito terjungkir dari seprai ranjang di sekitar tubuhnya dan jatuh ke lantai.

“A.....aku sudah salah menilaimu, kamu hewan liar, binatang buas.....!”

Sambil memegang handuk mandi dengan satu tangannya, gadis itu berjalan dengan kasar dan menginjak injak kepala Kamito, yang menggeliat di lantai, dengan tumit kaki telanjangnya.

Claire Rogue.

Temannya dari kelas yang sama, yang terikat hubungan kontrak Majikan-Pelayan dengan Kamito, karena takdir yang menggelikan.

Setidaknya wajahnya memang sangat cantik, namun, seperti inilah kepribadiannya, brutal ekstrim.

“Ap......apa yang tadi kamu lakukan? Hei, barusan apa yang mau kamu lakukan dengan Roh Pedang itu?”

*Pyashhh! Pyashhh! Pyashhh!*

“Hei, tunggu, stop.......guoo!”

Itu adalah sabetan cambuk yang terus diayunkan ke arah bawah. Rambut merahnya yang tergerai nampak bagaikan kobaran api.

--Kemudian, sepanjang sabetan dari cambukannya.

Kamito sadar. Ia menyadarinya—sangat.

“Tu.....tunggu Claire, bukankah ini gawat?”

Dan kemudian, karena sudah menyadarinya, ia harus mengatakannya, demi gadis itu.

Bodohnya, untuk hal yang semacam ini, entah kenapa Kamito menjadi pribadi yang sangat jujur.

“........? Apa?”

Mata merah delimanya melotot tajam ke arah Kamito.

“Emm, sudut itu.........bisa kelihatan,”

“Eh?”

Claire—selagi menempatkan kakinya di kepala Kamito, mengedipkan matanya.

Dan kemudian, ia akhirnya sadar.

Di atas kepala Kamito, dari celah handuk mandinya, pahanya, yang tak tertutupi apa-apa, sedang diintip.

“.........!”

Seluruh tubuh Claire terasa panas.

Ia membetulkan posisi handuk mandinya dengan gugup dan bahunya bergetar hebat.

“K......k.....ka........kamu..............kamu.........”

*Gogogogogogogo...........!*

“Tu.......tunggu, ini salah paham, rileks! Emm, aku nggak melihatnya sampai ke bagian dalam kok.”

Pernyataan jujur dari Kamito—

“..........”

--Menjadi senjata makan tuan.

“........Oh, aku paham.”

Claire berujar padanya dengan nada kalem menakutkan.

“Setelah ini, akan kuberikan dua pilihan, jawablah dengan jujur.”

Kamito menelan ludahnya dan mengangguk momen demi momen.

Disini, dia harus menjawab dengan hati-hati. Bergantung dari jawabannya, masih mungkin ia tak diubah menjadi batubara.

“Soal perencanaan masakanmu, lebih enak setengah matang? Atau yang matang?”

........Sejak awal yang namanya pilihan memang tidak ada.

“Ka.......kalau bisa, setengah matang juga boleh....”

Di saat yang sama Kamito menjawab,

“Scarlet!”

Dari ruang kosong, kucing neraka yang terselimuti oleh kobaran api muncul.

“Dipanggang, ya, sudah diputuskan.”

Bersama dengan senyum kematiannya yang menyegarkan, seolah ia bahagia secara spontan,

---

Kilatan ledakan kembali membahana di asrama kelas Raven seperti biasanya.


Bagian 2[edit]

Akademi Roh Areishia.

Sekolah latihan, dimana para gadis Tuan Putri, yang berkumpul dari seluruh Kerajaan, berlatih sebelum menjadi Kontraktor Roh resmi.

Di wilayahnya yang sangat luas, Akademi menguasai ‘Hutan Roh’dan Kota Akademi, beserta perumahan Guru, yang memiliki kekuatan sebanding dengan Ksatria Roh ibukota Kerajaan, tak jauh beda dengan negara kecil.

Ini adalah waktu ketika kabut pagi mulai lenyap dan lonceng pelajaran berbunyi, ketika terdapat sebuah kereta kuda mengunjungi Akademi.

Seorang butler tua berjas rapi tengah duduk sebagai pengemudi dari kereta satu kuda tersebut.

Si pengemudi turun dari kuda di depan gerbang dan membuka pintu kereta dengan cara yang elegan.

“Kita telah sampai, Nyonya Fianna.”

“Terima kasih untuk kerja kerasnya, pak.”

Yang keluar dari kereta adalah gadis cantik sekitar lima belas atau enam belas tahun.

Rambut hitam berkilaunya tergerai oleh hembusan angin lembut. Matanya yang tampak dingin memancarkan kehendak yang kuat. Kulit putih cemerlangnya bisa dibandingkan dengan gadis-gadis salju dalam keluarga Laurensfrost, dan seragam hitam dengan desain gaun nampak bersinar.

Si gadis, yang bernama Fianna, turun dari kereta dan menatap bangunan sekolah di hadapannya dan terpana.

“Ini adalah Akademi Roh Areishia, tempat dimana Kontraktor Roh dari seluruh Kerajaan berkumpul.”

“Mohon berhati-hati, Nyonya Fianna. Sangat mustahil untuk mengelabui mata Penyihir Senja itu dengan tipuan kecil.”

“Aku paham.”

Dengan anggukan, Fianna dengan lembut meraih sebongkah bijih Roh, yang tersembunyi dibalik lengan seragamnya.

Menurut mata uang Kerajaan, di sebuah artikel yang payah-tak ada-apa-apanya, bernilai sekitar 20 juta rood sepotongnya.

“Adik Rubia Elstein sepertinya juga ada di Akademi ini.”

“Tuan Putri, nama itu sangat tabu. Lebih baik anda tak mengatakannya disini.”

“Ah, benar juga.”

Ratu Bencana, yang pernah membawa bencana tak terduga pada Kerajaan.

Nama asli orang itu bahkan dilarang diucapkan dan akhirnya menjadi tabu.

Hanya dengan melafalkan namanya, dikatakan kalau kesucian seorang gadis akan tercemar.

Ia menganggap itu rumor yang menggelikan. Tak mengherankan bagi orang-orang, yang melihatnya di tempat terdekat di masa lalu, mereka merasa kalau tak ada secuilpun kebenaran dalam kemalangan itu.

.......Itu benar. Kebenarannya adalah aku harus terikat oleh terornya

Gadis itu menjernihkan tenggorokannya dan kemudian ia merendahkan suaranya lalu berbisik.

“Selain itu, aku juga penasaran dengan Kontraktor Roh bernama Kazehaya Kamito.”

“Hmm, Kontraktor Roh laki-laki itu? Beberapa hari lalu, dikatakan kalau ialah yang mengalahkan Roh Militer yang lepas kendali di Kota Akademi.”

“Ya, berdasarkan ucapan semua saksi mata, sepertinya dia menampilkan Tarian Pedang luar biasa yang sangat mirip dengan Ren AshbellPenari Pedang Terkuat.”

Suara Fianna terdengar senang seolah ia tengah bergembira.

Si butler tua menatapnya dalam kondisi seperti itu.

“Tuan Putri, jangan-jangan, anda jatuh cinta dengan laki-laki itu, ya kan?”

“Ja......jatuh cinta?.........”

Suara Fianna bergetar hebat. Pipinya memerah panas.

“I.....itu tidak mungkin, kan? Apalagi aku belum pernah menemui dia sebelumnya.......aku hanya tertarik mengetahui orang macam apa Kontraktor Roh laki-laki itu.”

Itu bohong.

Kontraktor Roh laki-laki, yang mengalahkan Roh Militer yang lepas kendali di Kota Akademi.

Momen ketika Fianna mendengarkan nama laki-laki itu, ia segera menyadari.

Memang dia.

Tiga tahun lalu, laki-laki itu, yang menyelamatkannya di hutan Astral Zero.

Meski berjanji untuk bertemu lagi, ia menghilang secara misterius setelah festival Tarian Pedang.

---Namun, aku akhirnya menemukannya

Saat ia mendengar laporan di hari lain, Fianna memutuskan untuk mendaftar ke Akademi Roh Areishia.

Kalau laki-laki itu mengumumkan keikutsertaannya dalam Tarian Pedang lagi—

Itu akan menjadi kesempatan emas baginya.

“Kamito, aku memaafkanmu meski sudah melanggar janji.”

Fianna menatap bangunan Akademi dan senyuman nakal muncul di wajahnya,

“Namun, aku nggak akan membiarkan kamu lolos lagi♪.”


Bagian 3[edit]

Sekitar delapan menit telah berlalu sejak awal pertandingan.

Di hutan yang lebat, yang diselimuti oleh kabut berwarna keunguan, dua bayangan tengah bergerak dengan cepat.

“Claire, awasi bagian semak belukar kiri. Ada serbuan dari sana!”

“Bagaimana kamu tahu?”

“Intuisi. Kalau itu aku, pastinya aku akan menyerbu dari arah sana—“

Pada saat itulah, peluru-peluru kilat putih-kebiruan ditembakkan dari arah semak belukar kiri, seperti yang Kamito prediksi.

“Cih—“

Kamito menendang tanah dan mempercepat geraknya. Ia melompat di depan Claire dan menangkis tembakan peluru kilat pada kecepatan suara menggunakan pedangnya.

Itu bukan kemampuan yang bisa dilakukan oleh pedang biasa. Diperkuat oleh kemampuan ketahanan sihir Roh, Senjata Elemental dari Roh Pedang Est—‘Est Pemusnah’ membuat semua macam serangan sihir tidak efektif.

“Claire!”

Sebelum Kamito berteriak, Claire sudah menangkap targetnya. Rambut merahnya tersapu oleh angin. Di bawah roknya yang bergelombang, sarung cambuk bisa terlihat jelas.

Selagi ia menempatkan kakinya di cabang pohon dan menghindari hujan peluru kilat yang ditembakkan, ia melepaskan Senjata Elementalnya—‘Lidah Api’.

Terjadi suara ayunan tajam dan memotong. Lidah Api, yang mampu memotong segalanya, dengan mudah memotong barisan pohon-pohon tinggi.

Dari tengah kumpulan pepohonan yang menjadi gundul dalam sekejap, Gadis Kontraktor Roh Petir muncul.

Itu adalah gadis, yang kedua matanya tertutup oleh kunci dahi dan terlihat sangat pemurung.

Terdapat pusaran peluru petir berwarna putih-kebiruan mengapung di sampingnya.

Itu bukan Roh level tinggi seperti Scarlet atau Est. Itu adalah Roh level rendah yang hanya bisa berada dalam kondisi tak-berwujud. Namun, cukup berguna sebagai baterai untuk menggunakan Sihir Roh.

Sepertinya peran gadis itu adalah pengalih perhatian dengan tembakan pendukungnya.

“Humph, Sniper yang menunjukkan dirinya sama saja kura-kura yang naik ke daratan!”

Claire menyabetkan cambuknya dalam deklarasi kemenangan. Sambil dikawal oleh Roh Petir di sampingnya, gadis Sniper itu berlari ke tengah-tengah hutan dalam ketakutan—

“Kamu tak akan bisa lolos, kejar dia, Scarlet!”

Di saat yang sama Claire berteriak, Senjata Elemental Lidah Apinya bertransformasi kembali ke bentuk Kucing Neraka, terselimuti oleh api.

Karena dirasuki oleh Roh Sinting, Scarlet pernah hanya seukuran anak kucing, namun, saat ini, dia sudah pulih sepenuhnya. Bentuknya adalah kucing imut namun kekuatannya sepadan seekor singa yang mengaum garang.

Kobaran Api merah menyerbu ke arah Gadis Kontraktor Roh Petir.

Namun, panas membara itu, yang bahkan bisa melelehkan logam, tak mampu membakar satupun bagian dari gadis itu.

Itu karena tempat ini adalah medan tempur di Astral Zero, yang dikendalikan oleh Akademi untuk latihan praktek.

Sehingga, ini adalah dunia lain, tempat tinggal para Roh.

Di dunia nyata, Roh harus berubah menjadi perwujudan kekuatan fisiknya namun disini, Roh bisa digunakan sebagai perwujudan kekuatan spiritual murni.

Dengan kata lain, kemungkinan mendapatkan luka fisik pada tubuh adalah nol.

Meski begitu, bukan berarti kejutan, rasa sakit, dan sebagainya hilang, konsekuensinya adalah luka yang sebanding akan diterima oleh pikiran; misalnya, kalau seseorang dicabik oleh cakar Scarlet, sudah tentu orang itu akan pingsan dan tak mampu bertarung lagi.

Sambil menghanguskan banyak pohon dalam hutan, Scarlet terus mengejar gadis itu. Namun, gadis itu sepertinya berpengalaman tempur baik dan sambil mengelabuinya dengan sihir Roh, ia dengan cepat meloloskan diri ke tengah hutan yang lebat.

“Erghh! Jangan kemana-mana!”

Kehilangan kesabarannya, Claire melompat ke tanah dari celah pepohonan.

“Karena sudah begini, aku akan melenyapkan semuanya sekaligus dengan sihir Roh terkuatku.”

“Tunggu, Claire, ada yang aneh dengan tanah disini—“

Kamito berteriak dan pada saat itu, Gempa dan pasir dalam jumlah besar meledak dari posisi kaki Claire.

“Ap.......!?”

Muncul dari tanah adalah gunting kepiting raksasa.

“Ketidaksabaran adalah musuh terbesar seseorang, Claire Rogue.”

Dari dalam tanah pasir beterbangan dan lubang besar terbuka di tanah, perisai karapaks raksasa yang tak terhitung jumlahnya bermunculan.

Itu adalah tipe Senjata Elemental yang menutupi seluruh tubuhnya dalam armor.

Claire terlempar oleh ledakan itu dan jatuh ke tanah. Serangan langsung Roh, apapun juga, serangannya, pasir, tanah, dan sebagainya akan memberi tubuh luka yang sebanding.

“Claire!”

Sebelum Kamito berlari ke arahnya, Kontraktor Roh Karapaks sudah siap menyerang. Ini bukanlah serangan kebetulan. Mereka dengan hati-hati mengincar momen ketika Claire jatuh ke tanah.

“Rasakan ini, Senjata Elemental dari KurasteRoh Karapaks—‘Lengan Penghancur’!”

“—Guu, api! Menarilah di tanganku, menarilah!”

Claire, yang terjatuh, melepaskan bola-bola api tak terhitung jumlahnya dari tangannya.

Namun, Senjata Elemental tipe armor tetap tak bergerak meski dihantam oleh bola-bola api.

“Ha, atribut api takkan efektif menghadapi Roh karapaks. Bukankah kamu mempelajari itu di kelas?”

Gaa—Pukulan bahu dari armor Karapaks kembali melempar tubuh Claire.

Kamito menendang tanah dan lekas berbalik posisi. Memegang Est di satu tangannya, ia dengan erat menerima dan menghentikan tubuh Claire yang terlempar.

“U...gh....”

Claire mengeluarkan suara kesakitan di lengannya.

Sepertinya dia sudah menguras banyak kekuatan spiritualnya dari serangan yang tadi; namun, sepertinya dia masih sadarkan diri.

Tepat sebelum hantaman, dia melepaskan bola api di tanah dan menghancurkan posisi lawannya. Hebat betul dia

“Hei, kamu baik-baik saja?”

“I.......i........iy.........iya...........Hei, apa yang kamu lakukan!?”

Tiba-tiba, wajah Claire menjadi merah.

Tubuh mungil Claire dibawa dengan cara punggung dan lututnya dipegang oleh kedua tangan Kamito.

Itulah yang dinamakan gendongan Tuan Putri.

“Fua.......Bo......bo.........bodoh! Lekas turunkan aku.......!”

“He.....hei! Jangan meronta, nanti kamu jatuh!”

“Diam! Diam! Pokoknya turunkan aku!”

Buk! Buk! Buk! Buk!

Claire, yang memukul-mukul dada Kamito selagi digendong seperti Tuan Putri, entah kenapa sangat imut seperti hewan kecil.

“Kalau soal aku, kamu nggak usah khawatir. Toh tubuhmu itu ringan.”

“Apa i....itu......karena dadaku rata?”

“Nggak, aku nggak bilang seperti itu. Aku hanya berpikir kalau kamu tampak manis seperti hewan kecil.”

“Ma.....manis..........?”

Selagi wajahnya memerah, Claire melihat ke arah bawah.

Dengan mendesah panjang, Kamito menurunkan Claire.

Kontraktor Roh karapaks sudah menghilang. Karena Claire kalah dalam serangan barusan, sepertinya dia menunggu kesempatan lain untuk serangan kejutan.........Dibandingkan penampilan luarnya, dia ternyata tipe yang hati-hati.

Dari kedalaman hutan, Scarlet, yang sejak tadi mengejar gadis Kontraktor Roh Petir, kembali.

Mereka sepertinya tak mendapatkan luka namun mereka tampaknya membiarkan mangsa lolos.

“Kontraktor Roh Petir itu sengaja menunjukkan dirinya pada kita.”

“Ya, saat aku turun ke tanah selagi mengejarnya, karapaks armor itu menghentikanku dengan serangan kejutan. Kita sudah cukup kesusahan oleh kerjasama tim mereka.”

Claire dengan kesal menyabetkan cambuknya ke tanah.

“Memang begitulah tim licik dari kelas Wolverine (manusia serigala)”

“Bukan berarti mereka licik atau semacamnya, mempertimbangkan kemampuan Roh Terkontrak mereka, itu adalah strategi yang alami.”

Ujar Kamito sambil mengangkat bahunya dan Claire dengan cemberut menutup mulutnya.

“Namun, aneh kalau mereka tak datang mengejar kita. Aku paham kalau mereka sangat hati-hati—biar begitupun—“

“Benar sekali. Sejak beberapa saat yang lalu, pergerakan Kontraktor Roh Petir itu hanya bisa dianggap sebagai cara mengulur waktu.”

Hutan Astral Zero kembali sunyi senyap.

Kamito tak bisa merasakan kehadiran mereka sama sekali, bukan dari semak di sekelilingnya, juga bukan dari bawah tanah.

Dengan strategi mengulur waktu, apa mereka punya senjata rahasia?

“Aku ingin mengirimkan pengintai untuk mencari lawan kita sih,”

“Kalau itu bisa dilakukan, pasti sudah kulakukan dari tadi.”

Yang jelas, hanya tinggal tiga orang tersisa di tim lawan. Dibandingkan mereka, mereka hanya punya dua orang. Tergantung situasinya, bisa jadi satu orang harus menghadapi dua atau tiga orang. Dalam pertarungan satu-lawan-satu, baik Kamito atau Claire tak akan kalah. Namun, kalau mereka dikepung dan diserang oleh lebih dari dua orang terkoordinasi, kemenangan akan menjadi sangat berat.

Juga, bahkan kalau terjadi pertarungan satu-lawan-satu, kemampuan Roh Terkontrak harus dipikirkan. Ada juga persoalan kecocokan bahwa atribut lebih efektif daripada kemampuan sejati Kontraktor Roh dalam pertarungan sebenarnya.”

“—Sepertinya kamu cukup kesulitan, Kazehaya Kamito.”

Tiba-tiba dari belakang, sebuah suara terdengar.

Kamito menoleh dan, dari dalam bayangan di permukaan tanah, sosok hitam muncul dengan cepat.

Sosok hitam itu segera berubah bentuk menjadi seorang wanita dewasa.

Ia memiliki rambut hitam kemilau. Ia memiliki penampilan intelektual berkacamata.

Ia mengenakan rompi putih berlengan panjang diatas pakaiannya, wanita cantik itu adalah—

“Guru Freya?”

Pengajar wali kelas Raven dan pengawas pertarungan ini, Freya Grandol.

Soal tentang ia bisa datang dari dalam bayangan adalah kemampuan dari Roh Terkontraknya—

“Apa tidak apa-apa? Muncul di tengah tengah pertarungan.”

“Apa, tak ada masalah memberi nasehat pada siswa yang bernilai jelek .”

Freya tiba-tiba tersenyum dan menaikkan kacamatanya.

“Meskipun yang sedang kalian hadapi saat ini adalah tim berperingkat lebih tinggi, cukup wajar kalau kalian mendapat banyak kesulitan. Menurut kekuatan individual, kalian berdua tak terkalahkan tapi kekuatan tim kalian sangat kurang.......Ngomong-ngomong, kenapa kamu terluka sebelum pertandingan?”

“Pagi ini, saya dipanggang.”

Ia melotot ke arah Claire di sampingnya dengan mata tajam dan Claire lekas membuang tatapannya.

“Sejak awal, kupikir aneh untuk melakukan pertandingan lima-lawan-dua sih,”

Meski memiliki dua orang, tim lawan yang mereka hadapi, punya lima orang. Mereka sudah kalahkan dua selain si sniper Kontraktor Roh Petir, tipe petarung jarak dekat Kontraktor Roh Karapaks, dan kemudian orang terakhir, yang belum menunjukkan dirinya, masih tersisa.

“Tahukah kalian? Fakta kalau tim kalian hanya punya dua orang itu buruk. Kalian takkan bisa masuk Festival Tarian Pedang tahun ini tanpa lima orang. Lantas apa rencana kalian selanjutnya?”

“Kami akan menemukan anggota sebelum batas akhir. Kami tak betul-betul membutuhkan semua lima anggota adalah Kontraktor Roh level tinggi. Bagaimanapun, rencana saya adalah saya, sendiri, dan Roh Budak ini untuk memenangkan semua ini.”

Claire bercuap cuap seenaknya dan Freya melotot ke arahnya dengan wajah serius.

“Jangan anggap enteng pertarungan tim, Claire Rogue. Kamu memang Kontraktor Roh yang hebat tapi kamu pastinya takkan bisa melawan tim yang terkoordinasi dengan baik.”

Setelah itu, dia menoleh pada Kamito.

“Pernah main catur?”

“Greyworth sering menjadikan saya lawannya. Namun, saya belum pernah menang.”

“Ratu adalah bidak terkuat di atas papan catur, jarang sekali ia kalah. Namun, tergantung situasinya, kadang ia bisa saja dijatuhkan oleh bidak pion, yang jelas tak punya kemampuan apa-apa.”

“Saya tahu hal seperti itu.”

“Tapi kamu tak memahaminya. Metode pertarungan kalian terasa—betul betul terisolir.”

Tanpa bisa menjawab balik, Kamito menutup mulutnya.

Pria ini, yang dulu pernah disebut—Penari Pedang Terkuat. Ia, yang dibesarkan sebagai assasin di sebuah institusi gila, ’Sekolah Instruksional’, belum pernah mengalami pertarungan dalam kerjasama tim dengan orang lain.

Menyusup dari punggung lawan dan menggorok lehernya—itulah cara bertarung aslinya.

Karena tuntutan Raja Roh, aturan Tarian Pedang diubah setiap kali diselenggarakan.

Tarian Pedang, lima belas tahun silam, adalah sistem pertarungan penghabisan.

Tarian Pedang, tiga tahun silam, adalah pertarungan eliminasi individual.

Dan kemudian, kali ini adalah Pertarungan Tim.

Jujur saja, dia tak berpikir kalau kerjasama timnya dengan Claire akan berjalan dengan lancar.

Sebagai Kontraktor Roh, ia telah mengalami tiga tahun masa kekosongan yang fatal.

Ia memiliki Roh Terkontrak, yang bahkan tak bisa menggunakan sepersepuluh dari kekuatan aslinya.

Ada banyak faktor yang mesti ia tangani.

“Claire Rogue, kamu juga. Kamu tak paham apa artinya bertarung dalam sebuah tim.”

“Saya selalu sendiri. P.....pria ini hanya Roh Budak.”

“Astaga, kalian berdua sama sama menyulitkan,yah.”

Guru Freya menghilang dan kembali menjadi bayangan lagi.

“.........Hmm, karena percakapan tadi, dua menit sudah usai. Waktu yang tersisa adalah lima menit.”

Karena itulah, kalau tak ada yang berhasil mencapai kemenangan, maka peringkat kedua tim di sekolah akan jatuh.

Bagi keduanya, yang masih peringkat bawah, hal itu akan menjadi pukulan berat.

--Kemudian, si Kucing Neraka, yang menggeliat disamping kaki Claire, mengeluarkan auman.

“Hei, Scarlet mengucapkan sesuatu.”

“Iya, hutan jadi kelihatan aneh. Apa ada Roh liar yang lepas kendali lagi?”

Claire entah kenapa mengernyit dengan wajah serius—

“Di sana—“

Dia tiba-tiba menghadap hutan dan menembakkan Sihir Roh atribut api.

Itu adalah bola api—sihir Roh level tinggi yang akan mengubah target menjadi abu dengan api super-panas.

Api merah panas benar-benar meratakan tanah dan hutan di sekitarnya berubah menjadi abu.

Dengan asap hitam mengepul ke atas, sebuah sosok muncul dan berjalan dengan gaya santai.

“Waw, sungguh Nona muda yang mengerikan.”

Gadis yang mengenakan armor karapaks sebagai Senjata Elemental di sekujur tubuhnya.

Meski menerima serangan langsung dari bola api, tak ada sedikitpun bekas terbakar padanya.

“Sungguh diluar dugaan........kamu datang juga. Apa kalian sudah menyerah dengan serangan kejutan?”

“Peran kami sudah selesai. Persiapan Ketua kami telah siap.”

“Persiapan?”

Claire dan Kamito mengernyit bersamaan.

Ke arah dimana asap hitam mulai menghilang—

“Hah....?”, ”Apa.....itu?...”

Sejumlah gelondongan kayu raksasa tampak digabungkan bersamaan.

Meski strukturnya sederhana, tanpa ragu itu berbentuk seperti kuil.

Di atasnya, terdapat gadis kecil, yang mengenakan seragam Akademi, sedang melakukan Tarian Upacara untuk suatu alasan.

Ia adalah gadis cantik berambut pirang platina, yang membawa tongkat kayu.

“Penjaga kami, sekaranglah waktunya, turunkanlah palu besi pada si pemangsa hutan.”

Dari puncak tumpukan raksasa, ia menghadap ke arah sini dan mengacungkan tongkatnya dengan keras.

“Ap....apa yang terjadi? Gadis itu.........kapan dia membangun kuil sebesar itu?”

“Kami mempersiapkannya tadi malam untuk pertarungan hari ini.”

Gadis Kontraktor Roh Karapaks dengan bangga mengacung acungkan sepasang capitnya.

......Memang, dengan kekuatan Roh, membangun kuil dalam waktu semalam bukan hal yang sulit.

“I....itu nggak adil! Hal seperti itu, Tarian Upacara Kagura!”

“He-eh, itu nggak adil! Tanpa Upacara berskala besar, aku takkan bisa memanggil Roh Terkontrakku.”

Si gadis, yang berdiri di puncak bangunan dan memegang tongkatnya, berteriak.

“Diam! Anak kecil jangan berisik!”

“Unn, siapa yang kamu sebut anak kecil, bukannya ukuran dadamu itu yang mirip anak kecil!?”

“Apa.......katamu!?”

Pakii! Suara ranting yang patah terinjak dan patah terdengar. Rambut merah Claire nampak menyala seperti kobaran api.

“Keluarga Druid.......”

Sambil menghapus tetes keringat di dahinya, Kamito menggumam,

Keluarga Druid adalah bangsawan di Kerajaan Orudeshia. Adalah Keluarga Kontraktor Roh kuno yang terhormat, yang sudah menempati hutan Roh sejak sebelum pendirian Kerajaan dan mewariskan hubungan darah dari Gadis Tuan Putri dengan cara orisinil mereka.

“Roh Terkontrak gadis itu cukup istimewa. Pemanggilannya butuh waktu.”

“Begitu, itulah alasanmu mengulur waktu....”

Tanah bergetar dengan hebat. Api dari obor, cahaya dari sekeliling dari kuil, mulai terbakar dengan gila-gilaan.

......Kamito merasakan udara yang sangat menekan. Yang gadis itu akan gunakan adalah Roh kelas tertinggi. Mungkin sebanding kekuatannya dengan Roh Militer yang mereka lawan tempo hari.

“—Tak akan kubiarkan, Scarlet!”

Claire melepaskan Scarlet dalam wujud Senjata Elementalnya, Lidah Api, dan memukul tanah dengan sangat keras.

“Kamito, aku akan menyibukkannya, kamu hancurkanlah kuil itu!”

“Paham!”

Kamito mengangguk dan berlari dengan ‘Est Pemusnah’ yang berkilau keperakan di tangannya.

Sebagai Kontraktor Roh, Claire adalah jenius.

Meskipun kompatibilitasnya dengan Roh Karapaks cukup buruk, dalam pertarungan satu lawan satu dia tak akan kalah.

Ada jarak yang cukup jauh ke arah kuil namun dengan kaki Kamito, ia masih bisa tepat waktu.

“......!?”

Mendadak tanah di depannya meledak.

Dari dalam gumpalan tanah, peluru petir sihir roh ditembakkan.

Itu adalah gadis Kontraktor Roh Petir yang tadi. Alaminya, Kamito sudah bisa memprediksi serbuan tak terduga didalam hutan.

Namun—

“Toryaaaa!”

“Uaaa....!”

Ini sungguh tak terduga—Kontraktor Roh itu sendiri ikut maju menyerbu.

Mustahil diabaikan. Kamito berhenti dan menoleh ke arahnya.

Aku akan menyelesaikannya dalam satu serangan--

Ia dengan cepat menyerbu maju dan mengarahkan pedangnya ke perut si gadis.

Pada saat itu, intensitas cahaya tinggi mendadak menerjang matanya.

Roh Petir, yang digunakan gadis itu, meledakkan dirinya tepat di depan Kamito.

Hujan serangan cahaya berintensitas tinggi menyerbu Kamito. Rasa sakit yang tajam dan rasa kekakuan menyebar di seluruh tubuhnya.

Tidak sampai membuatnya tak bisa bergerak, namun, gerakannya betul-betul terhenti.

Di depan matanya, si gadis, yang ikut terkena ledakan pingsan, dia sudah kalah.

Gadis itu memang sengaja menjadi umpan sejak awal--

Itu adalah taktik yang tak mungkin digunakan dalam pertarungan individual namun kalau memikirkan kemenangan tim, hal itu bukanlah pilihan yang buruk.

Tugasnya adalah menghentikan Kamito apapun yang terjadi. Dan ternyata, dia berhasil.

“Habislah kita......”

“Datanglah, Penguasa Tirani! Engkau, Raja Hewan pasukan kehancuran yang menghancurkan dan melenyapkan segalanya!”

Di puncak kuil, si gadis penari mengangkat tongkatnya ke udara dan melafalkan mantra pemanggilan.

Upacara pemanggilan telah sempurna.

“.....Nama dari Roh Raja Hewan ini adalah ‘Cernunos’!”

Dari arah sini dan disana dalam hutan, auman Hewan Buas yang tak terhitung jumlahnya terdengar.

“Roh Kelompok Hewan........Roh yang merasuki apapun dalam wilayah luas!”

Itu sama dengan Roh Sinting yang membuat gila Scarlet milik Claire dan Roh Militer, tipe Roh yang bisa merasuki targetnya—versi yang lebih luas.

*Dodododododododo!*

Sekelompok Hewan Sihir, yang dirasuki oleh Roh kelompok Hewan, membuat goncangan tanah keras dan datang membabi buta.

“Ka........karena mereka bukan Roh, kalau mereka diinjak, mereka akan mati. Normalnya.”

“Ka....kalau soal menangani binatang, aku juga nggak akan kalah!”

*Pishi! Pishi!* Claire, yang mengalahkan Kontraktor Roh Karapaks, menyabetkan cambuknya.

“Menyerah saja Claire, kita sudah kalah.”

“—Pertandingan selesai.”

Guru Freya, yang muncul secepat bayangan, meniup peluit yang menandai akhir pertarungan.


Bab 2: Siang Hari Para Gadis[edit]

Bagian 1[edit]

“Mugugug......”

STnBD V02 049.jpg

Claire Rogue tengah menjejalkan roti krim kedalam kerongkongannya.

Adegan tak biasa baginya, yang mengabaikan sebuah pepatah — bahwa bangsawan selalu elegan.

“Jangan rakus, nanti kamu bisa gemuk.”

Kamito menatapnya dengan mata setengah terbuka dan Claire memukul meja seperti orang frustasi.

“Tapi, tapi, urghhhh....”

“Claire, itu roti selaiku.”

Est memprotes dengan tenang.

Tempat ini adalah kafe salon yang terletak di dalam Akademi.

Dari bangunan yang terbuka, cahaya matahari yang hangat bersinar kedalam.

Mereka bertiga duduk dan menikmati makan siang yang sedikit terlambat di meja bundar dekat jendela.

Di dalam keranjang bambu, yang terletak tepat di tengah meja, tersedia tumpukan roti selai, roti melon, roti sosis, dan lain-lain; semua jenis roti.

Semua siswa bisa menggunakan kafe dan yang terpenting yaitu semua roti yang baru matang adalah kalian-semua-boleh-makan. Kopi dan Teh hitam juga disediakan secara gratis.

Memang terdapat kantin di Akademi namun harga makanannya sebanding dengan Restoran kelas tinggi. Bagi Kamito, yang memang bukan bangsawan, dan Claire, yang kekayaan dan wilayahnya sudah disita Kerajaan, mereka tak mungkin bisa menggunakannya.

“Peringkat tim kita jatuh lagi.”

Claire berbaring, dengan lesu, di atas meja sambil menggerutu.

“Kita bukan tandingan tim mereka. Apa boleh buat.”

“Itu mungkin benar........tapi kekuatan sejati kita jelas-jelas lebih tinggi.”

Claire dengan kencang menggigit dan menutup bibirnya. Meski mereka kalah dalam jumlah, ia tampaknya tak bisa memahami dan menerima kekalahan pada Kontraktor Roh yang levelnya lebih rendah.

Memang benar kalau level mereka sebagai Kontraktor Roh lebih tinggi.

Penyebab kekalahan mereka adalah kegagalan mereka melakukan koordinasi diantara keduanya. Claire terlalu mengandalkan kekuatannya dan mengejar lawannya terlalu jauh dan Kamito juga tak bisa mengandalkan skenario asal asalan Claire.

Dengan hanya bidak Ratu, mustahil bisa menang—dengan kata lain, itulah kekurangan mereka.

“Meskipun begitu, sekarang bukan waktunya berleha-leha di tempat begini.......”

Ada alasan kenapa Claire menjejalkan roti sampai penuh seolah dia terlihat terburu buru.

Aturan dalam Tarian Pedang dua bulan mendatang berbeda dari pertarungan individual tiga tahun silam, kalau mereka tak segera membentuk tim lima orang, mereka tak bisa ikut serta. Dan juga, hanya tim berperingkat tiga besar dalam sekolah yang bisa berpartisipasi dari Akademi Roh Areishia.

Kamito, yang baru masuk Akademi, tak punya prestasi apa-apa yang bisa menaikkan peringkatnya.

Untuk meningkatkan peringkat seseorang, ia harus menjalani latihan praktek normal seperti tadi pagi atau menyelesaikan misi yang diberikan oleh Akademi; namun, dia belum berhasil di keduanya.

Mengalahkan Roh Sihir raksasa tempo hari, berduel dengan Pemimpin Ksatria Sylphid Ellis Fahrengart atau bahkan menghabisi Roh Militer yang mengamuk, itu semua adalah pertarungan informal dan tidak mempengaruhi peringkatnya.

Di sisi lain, bagi Claire, yang jelas lebih unggul dan mungkin salah satu Kontraktor Roh terbaik diantara siswa sekelasnya—

Cukup mengejutkan kalau ternyata dia memiliki hasil terendah di kelasnya.

Hanya ada satu alasan. Itu karena dia selalu menyelesaikan semuanya seorang diri.

Ia gagal saat ia menantang misi yang seharusnya diselesaikan oleh sebuah tim dan ia kalah ketika ia menantang lawan seniornya sendirian dalam pertandingan Kejuaraan. Kalau ia melakukan hal seperti itu, tak peduli seberapa hebatnya ia sebagai Kontraktor Roh, tak mungkin peringkatnya akan naik.

Ada alasan mengapa Claire begitu terisolir dalam Akademi.

Rubia Elstein.

Empat tahun lalu, di mana ia memiliki posisi sebagai Tuan Putri Roh yang melayani Raja Roh Api, ia mengkhianati Raja Roh Api dan lenyap serta membawa bencana tak terduga kepada Kerajaan—Sang Ratu Bencana.

Claire, yang merupakan adik perempuannya, dipandang dengan mata penghinaan dan ketakutan dari kebanyakan siswa di Akademi.

Alasan Claire ikut serta dalam Tarian Pedang adalah mengembalikan nama keluarga Elstein dan—di atas semuanya—mengetahui kebenaran tentang kakaknya Rubia Elstein.

--Sekarang memang bukan waktunya bersantai di tempat seperti ini.

Emosi penuh semangat terisi dalam kata-kata keras Claire.

“Untuk sekarang, kita harus menemukan rekan tim secepatnya. Aku memahaminya dari pertandingan tadi pagi. Kalau kita tetap seperti ini saja, jangankan memenangkan Tarian Pedang, kita bahkan nggak mungkin masuk peringkat tiga besar dalam Akademi.”

Pria ini, yang disebut sebagai Penari Pedang Terkuat tiga tahun silam, menerima kelemahan terbesarnya dengan jujur.

Awalnya dia datang ke Akademi lantaran permintaan Greyworth namun sekarang ia jelas memiliki alasan sampai dia harus mengembalikan kekuatannya dari tiga tahun silam.

Yakni Sang Roh Kegelapan, Restia—mantan Roh Terkontraknya.

Agar bisa membawanya kembali dengan tangannya sendiri.

Gadis yang memberi cahaya bagi Kamito untuk yang pertamakalinya, yang terjebak dalam kegelapan sebelumnya.

Dan kemudian, gadis itu, yang memberikan Claire yang putus asa Roh Sinting dan mencoba membuat gila Roh Militer di tengah tengah kota.

Restia, yang ia temui lagi, benar-benar berbeda dari gadis yang Kamito pernah kenali dulu.

--Apa yang sebenarnya terjadi padanya?

Jadi, demi mengetahui hal itu, ia jelas-jelas harus bisa memenuhi syarat keikutsertaan dalam Tarian Pedang.

“Kamito, ada apa? Mendadak wajahmu jadi serius.”

“Apa kamu lupa menuangkan gula dalam kopimu?”

Claire dan Est melirik dengan wajah mereka disertai tatapan khawatir.

“Maaf, hanya saja........”

“Ngomong-ngomong, apa tentang mantan Roh Terkontrakmu?”

Claire entah kenapa sangat tajam di saat saat seperti ini.

Kamito lekas membuang pandangannya dari mata merah delima yang menatapnya.

“......Yaa, nggak apa-apa. Nanti kuceritakan padamu kalau aku merasa perlu.”

Claire mencoba tak menggalinya lebih dalam. Meski selalu bersikap arogan, kadang-kadang ada saat dimana ia menunjukkan sikap pengertian.

“—Ah, aku paham.”

Kamito mengangguk dan kemudian—

“Ah, kalian semua, sedang makan siang ya?”

Suara tsun elegan terdengar.

Kamito menoleh, dan disana terdapat—

Gadis cantik berambut perak platina berkilauan tengah berdiri.

Penampilan sejati seorang nyonya muda.

Dengan kulit putihnya yang lembut, mata emeraldnya nampak mengeluarkan pancaran kemilau.

Penampilan itu, di mana dia menyibakkan rambutnya dengan tangannya di pergelangan tangannya anehnya terlihat sangat menawan.

Rinslet Laurensfrost.

Siswa yang sekelas dengan Kamito dan Claire di kelas Raven dan mengaku ngaku saingan Claire.

Karena persaingannya dengan Claire, ia mencoba menjadikan Kamito sebagai pelayannya. Nyonya muda yang menyusahkan.

Berada di sampingnya adalah—

“Fufu, sungguh bau yang lezat.”

Si gadis, yang mengenakan seragam maid, tengah berdiri disana dengan senyuman lembut.

Ia mengenakan rok panjang yang tersusun atas renda renda mungil, rambutnya dipotong membentuk bob pendek dan ia mengenakan bando yang manis di atas kepalanya.

Ia adalah maid eksklusif Rinslet, Carol.

Kamito tak paham kenapa ada maid dalam Akademi tapi ia tak melihat maid selain Carol di tempat ini; mungkin ada perkecualian bagi keluarga Laurensfrost.

“........Kenapa kamu datang kesini, Rinslet?”

Claire menelan rotinya dan melotot tajam pada Rinslet.

“Aku cuma kebetulan lewat. Makan siangnya sederhana sekali, cuma makan roti.”

Rinslet menyibakkan rambutnya dan memandang rendah mereka bertiga dengan kalem.

“Maksud Nyonya adalah beliau ingin makan bersama kalian semua.”

“Ap.....Carol, bicara apa kamu!”

Poka! Poka![1] Wajah Rinslet menjadi kemerahan dan ia memukul bahu Carol.

Memang maid yang eksklusif, bisa menerjemahkan ucapan majikannya.

“Kalian berdua duduklah. Sudah datang kesini, lebih baik kita makan bersama.”

Saran Kamito dan Claire menginjak kakinya keras-keras.

“Ouw! Apa yang kamu lakukan!”

“Bukan apa-apa! Aku hanya berpikir kalau kamu nggak tahu malu........idiot!”

“I....ini......bu.....bukan berarti aku mau duduk bersama dan makan dengan kalian semua!”

“Maksud Nyonya beliau ingin duduk di samping Tuan Kamito.”

“Carol!”

Carol membujuk Rinslet, yang wajahnya semakin memerah, agar duduk di kursi.

Rinslet, yang duduk disamping Kamito, membuang tatapannya dan berbicara,

“......Ba.....bagaimana kondisi lukamu?”

“Ah, sudah hampir sembuh. Semuanya berkat kemampuan Roh Penyembuh.”

Tentang luka yang diperolehnya ketika menghadapi Roh Raksasa. Mungkin karena dia berlebihan, akan perlu lebih lama dari dugaannya, namun sudah diduga, Penyembuhan Roh di Akademi memang luar biasa.

“Fufu, Nyonya selama ini terus menerus khawatir tentang Tuan Kamito.”

Rinslet belingsatan dengan suara bergeretak,

“Namun, sudah alami kalau Nyonya cemas. Apalagi, Tuan Kamito tinggal seatap dengan Nona Claire, sehingga tidak aneh kalau sesuatu terjadi.”

“Ap....apa katamu, dasar maid bodoh! Nggak mungkin hal semacam itu akan terjadi!”

Kali ini Claire yang belingsatan.

“.......Kekhawatiran macam apa itu?”

Est tengah mengunyah dan memakan roti melon disamping Kamito, yang mendesah.

Dengan hanya itu, Rinslet dan Carol pun ikut makan siang juga.

Bahkan Claire, yang awalnya tampak jengkel, pada akhirnya mengobrol tentang pertandingan pagi ini, setelah itu tentang betapa enaknya roti di kafe dan betapa menjemukannya pelajaran tentang pengenalan dari pendirian pembelajaran Roh. Obrolan-obrolan ala gadis normal terus bermunculan.

Entah kenapa mereka berdua nampak sangat rukun. Khususnya Claire, yang terisolir dalam Akademi, bisa dikatakan kalau Rinslet adalah satu-satunya temannya.

“Saya jadi ingat, sepertinya ada murid pindahan baru yang datang ke kelas Raven.”

“Kelas kita? Selain Kamito yang datang baru-baru ini?”

“Iya, kudengar dia adalah putri dari status Keluarga Bangsawan.”

“Hmm, biar begitupun ada banyak yang berstatus bangsawan di Akademi ini. Misalnya keluarga Fahrengart dan keluarga Laurensfrost, ini bukan obral status sosial bangsawan.”

“Hei! Tolong jangan kelompokkan keluarga militer Fahrengart dengan keluarga silsilah sejati Laurensfrost!”

“Aku nggak peduli dengan hal seperti itu.......ada apa Kamito?”

Yang jelas, kelas Raven terkenal karena berisi siswa-siswa paling bermasalah di Akademi.

Kamito hanya berpikir kalau orang-orang seperti Claire dan Rinslet bertambah jumlahnya, akan makin merepotkan.

“Di Ujian Masuk Kemampuan Praktikal yang diselenggarakan pagi hari ini, ia sepertinya menggunakan tipe Roh Suci.”

Si maid, Carol, mengeluarkan memo dari dalam dadanya sambil berbicara.

Buku memo maid Carol—‘Catatan Carol’ terisi penuh oleh data tentang siswa Akademi dan para Guru.......Kamito tak paham untuk apa dia menggunakannya.

“Hmm, pengguna Roh Suci......?”

Roh Suci adalah satu dari kelima Roh Elemen besar dimana tak ada banyak Kontraktor Roh, yang bisa benar-benar menggunakannya,

Itu adalah Roh, yang harga dirinya sangat tinggi dan memilih penggunanya sendiri.

Diantara Gadis Tuan Putri, dikatakan kalau mereka hanya membuka hatinya pada gadis berdarah bangsawan murni yang spesial.

Karena dalam kompetisi tiga tahun silam, Pengguna Roh Suci membuatku cukup kerepotan......

Selain itu, Pengguna Roh Suci memiliki kompatibilitas yang sangat buruk dengan Roh Kegelapan yang Kamito gunakan.

Namun kemudian, pada waktu itu, kekuatan Kamito akhirnya berhasil melampaui Kontraktor Roh lawannya, itulah mengapa ia tidak kalah.

“Ah, ngomong-ngomong, sepertinya dia adalah gadis cantik berdada besar.”

“Carol, darimana kamu mendapatkan informasi itu?”

“Ah, Tuan Kamito, apa kamu tertarik?”

Carol menempatkan tangannya di mulutnya dan tersenyum.

“Hmm, kamu begitu penasaran dengan informasi tentang siswa pindahan berdada besar itu ya?”

“Eh?”

*Gogogogogogogo*[2].....!

Kamito menoleh dan Claire mengangkat alisnya sambil melotot tajam ke arahnya.

“Sungguh, semua laki-laki memang idiot!”

“Kamito, apa matamu itu tak berguna? Apa kamu hanya hewan buas tanpa akal sehat?”

Entah kenapa, bahkan Rinslet dan Est juga ikut memelototinya.

Gyuuuuuuuuu!

Pipi Kamito dicubit oleh mereka bertiga.

Ini tak beralasan.........


Bagian 2[edit]

Setelah beberapa hal, makan siang akhirnya selesai dan sekarang waktunya beristirahat.

“Ahh, aku jadi teringat—“

Ahem! Rinslet berdehem sejenak kemudian berujar,

“Apa kalian sudah mengumpulkan anggota untuk Tarian Pedang?”

“.......B.....belum.”

Claire menggeleng kepalanya dengan malu pada Rinslet, yang bertanya.

Sepertinya dia sudah tahu jawaban itu sebelumnya, Rinslet tersenyum,

“Ah, ternyata belum ya? Aku sudah menanyakan hal yang buruk.”

Fufun! Dia mengangkat cangkir tehnya dengan gaya elegan.

Claire dengan cemberut membalas ucapannya.

“Ini cuma gara-gara belum ada orang yang cocok dengan level kami. Kamu sendiri, apa kamu sudah punya?”

“It....itu......aku cuma belum menemukan orang yang seimbang dengan kemampuanku.”

“Eh? Rinslet, kamu belum dapat anggota juga?”

Kamito memiringkan kepalanya ke samping.

Kemampuan Rinslet, yang menggunakan Roh Es ‘Fenrir’ sebetulnya sebanding dengan Claire.

Kamito berpikir seandainya itu adalah dia, dia pasti bisa menjadi anggota yang bisa diandalkan.

“Un.....untuk sementara, masih belum, untuk sekarang!”

Wajah Rinslet memerah dan ia membuang wajahnya.

“Tuan Kamito, Nyonya—“

“Uh huh?”

Carol menarik lengan Kamito dan mendekat ke sampingnya, mengatakan alasannya di telinganya,

“Sebenarnya adalah (bisik-bisik)......”

“Hmm.......”

Menurut ucapan Carol—

Sepertinya dia sudah mencoba mengumpulkan anggota tim berkali-kali, sejauh ini, level yang ia harapkan dari anggotanya terlalu tinggi dan usahanya tak berjalan mulus karena harga dirinya yang kelewat tinggi. Tim yang ia kumpulkan, berkali-kali terpecah dan karena itulah, tak ada siswa tersisa yang bisa dia undang lagi.

......Kamito menganggap, itu memang alasan ala-Rinslet.

“Hmm, harga dirinya memang tinggi tapi......dia sebenarnya gadis yang baik kok.”

“Aku paham......”

Carol mengangguk setuju,

“Carol, apa yang kamu bicarakan dengan Kamito!”

“Kami membahas tentang urutan tempat Nyonya membasuh tubuhnya saat mandi.”

“Carol!”

Menatap Nyonya dan maid yang sangat akrab itu, Carol mendesah dalam,

“Haa.....apa mungkin nggak ada sama sekali ya. Kontraktor Roh superior yang mau bergabung kedalam tim kita.”

“.....Y....yaa, kondisi kalian sedang nggak bagus saja.”

Chiraa.

Rinslet terbatuk batuk dan melihat Claire dengan satu mata.

“Benar juga. Mungkin, aku harus mencoba dekati murid pindahan baru yang datang pagi ini. Mungkin, bisa dapat anggota yang tak terduga.”

“Itu benar. Tapi mungkin saja ada anggota yang lebih baik di dekat sini.”

Chiraa. Chiraa.

.......Kamito akhirnya sadar.

Ahh begitu—jadi itu alasan dia membahas topik tentang tim

“Hei, Claire, minta waktu sebentar—“

“Apa? Faa.....ja......jangan tiba-tiba bernafas di telingaku.”

“Kenapa wajahmu mesti memerah? Pinjam telingamu sebentar dan dengarkan dulu.”

Kamito berbisik ke telinga Claire dengan suara kecil.

“Menurutku, nyonya muda ini sebenarnya mau bergabung ke tim kita, kira-kira bisa tidak?”

“Pokoknya tidak!”

Claire menjawab seketika.

“Kenapa? Kemampuan tempur Rinslet cukup bagus.”

“Itu.......aku memang mengakui kemampuannya. Namun, nggak bisa! Kita kesusahan dalam duel melawan Ellis tempo hari kan? Karena dia nggak berpikir tentang kerja sama tim sama sekali.”

“Y-yaa.....”

Memang benar dalam duel melawan kelompok Ellis tempo hari, meski menjadi sniper, Rinslet entah kenapa justru berdiri di tempat yang mudah terlihat dan dijatuhkan sejak awal pertandingan.

“Se......selain itu, Rinslet.......tentang kamu.....”

“Hn? Kamu bilang apa?”

“Bu....bukan apa-apa. Pokoknya, nggak bisa! Rinslet nggak akan kuizinkan!”

“Nggak, tanpa mengatakan hal seperti itu, kamu nggak kasihan dengannya?”

“Ap.....apa yang kalian berdua bicarakan diam-diam?”

Sambil memainkan ke depan rambut pirang platinanya dengan jari telunjuknya, Rinslet menatap mereka dengan sikap cemas dan agak was-was.

“Ap.....?”

“...........”

Claire menggerutu, sepertinya kurang senang.

“...........Aku paham. Aku akan coba menanyakannya.”

Claire mendesah dan mengangguk. Masih dua bulan tersisa sampai pembukaan Tarian Pedang. Dia mungkin sudah sadar kalau sekarang bukan waktu untuk menuruti kemauan pribadinya lagi.

“Hei, Rinslet.”

“Ad....ada apa, Claire Rogue?”

Suara Rinslet terdengar tegang namun terselip nada senang diantaranya.

“Apa kamu, kalau nggak keberatan, bergabung kedalam timku?”

“Be....bego! Jangan tanya langsung ke Rinslet!”

Kamito berteriak dalam suara kecil.

Bertanya pada Rinslet, yang penuh dengan harga diri, dengan cara seperti itu—

Jemari Rinslet, yang sejak tadi memainkan rambutnya, mendadak berhenti.

“Hm, kalau berpikir tentang yang kamu katakan tiba-tiba tadi—“

Ia menempatkan tangannya di pinggangnya dan menunjuk pada Claire, dengan tegas.

“Bukannya kamu yang ingin bergabung dalam timku?”

“Hah?”

Alis mata Claire terangkat seketika,

“Bicara apa kamu!? Apa kamu idiot!? Kamu yang masuk kedalam timku!”

“Ditolak, ditolak, ditolak, kalian berdua yang akan masuk kedalam timku!”

Dua nyonya muda ini bertengkar karena persoalan sepele.

.......tapi sebenarnya mereka serasi.

“Yang manapun sama saja kan........”

Kamito menyela,

“Sangat berbeda!”, ”Sangat berbeda!”

Mereka berteriak dalam mode stereo. Hanya di saat seperti ini nafas mereka begitu sinkron.

“.....Uhm, nggak bagus, cewek-cewek ini, sesuatu seperti tim benar benar mustahil.”

“Astaga, tak bisakah kalian tenang? Ini tempat umum!”

Suara dingin menggema di dalam kafe salon.

Semua orang menoleh—

Di pintu masuk kafe, seorang gadis cantik berkuncir kuda, yang mengenakan armor ringan, tengah berdiri.

“Ellis.......”

Claire langsung cemberut......muncul lagi si pengganggu. Wajahnya menjadi seperti itu.

Ellis Fahrengart.

Pemimpin Ksatria Sylphid, yang mengawasi moral publik Akademi.

Ia memiliki penampilan mempesona yang tak cocok dengan pribadi tegasnya. Hubungannya dengan kelompok Claire, dari kelas Raven, yang umumnya membuat masalah, sepertinya buruk.

Meski bagi Kamito, bukan berarti dia orang yang cukup-susah-untuk-ditangani.

Awalnya, saat Kamito memasuki Akademi, hanya karena ia seorang Kontraktor Roh laki-laki, Ellis berlaku semena-mena padanya namun akhirnya ia meminta maaf karena perbuatan tidak menyenangkannya.

Bahkan meski ada waktu dimana dia terlalu serius dengan kepribadian tegasnya, di mana ia memegang rasa kepercayaan yang kuat, Kamito bisa menghormati bagian itu darinya yang membawa harga diri para Ksatria.

Ellis datang berjalan, dengan tegap, ke arah meja.

“Nyonya Pemimpin Ksatria, ada keperluan apa dengan kami?”

“Kalau mau duel ulang, akan kuterima kapan saja!”

Rinslet dan Claire, kedua mata mereka memancarkan cahaya berbahaya.

Tentang subyek itu, duel tempo hari menjadi tak terselesaikan karena campur tangan tiba-tiba dari Roh Raksasa.

Kamito berpikir kalau hasil pertandingan waktu itu harus ditentukan lagi—

..........Ampuni aku. Duel lagi? Nggak, makasih.

Datang ke arah sini, Ellis memandang rendah Claire dengan sorot tajam.

“Hmm, aku tak punya masalah menyelesaikannya disini dan sekarang, Claire Rogue.”

“Itulah yang kuinginkan.”

Ellis mencabut pedangnya dan Claire juga mengeluarkan cambuk kulit dari bawah roknya.

Dalam suasana yang sangat panas, para gadis, yang duduk mengelilingi meja, berdiri dengan garang.

“Hei, Claire--......”

Kamito mencoba menghentikannya.

“Ke....ketua, tenanglah.”

“Ka.....kamu tidak boleh mencabut pedangmu di sini.”

Dari pintu masuk kafe, dua orang gadis menyerbu masuk dengan ekspresi panik.

Mereka mengenakan armor Ksatria yang sama dengan Ellis.

Mereka adalah gadis berambut pendek yang tomboi dan gadis berambut kepang yang berwajah serius.

Kamito masih mengenali mereka berdua. Mereka adalah gadis Ksatria yang ia lawan dalam duel tempo hari.

Kalau ia ingat baik-baik, nama mereka adalah—Rakka, yang berambut pendek, dan Reishia, yang berambut kepang.

Terhenti oleh rekan Ksatrianya, Ellis dengan malu menyarungkan pedangnya.

“....Ma.....maaf, anak buah Ksatriaku.”

Merasa malu, ia berdehem dan meminta maaf pada kedua gadis—

Kali ini dia menoleh ke arah Kamito.

“Kazehaya Kamito.”

“Aku?”

Kamito memiringkan kepalanya ke sisi, merasa bingung. Kesampingkan Claire, ia tak ingat berbuat sesuatu yang membuatnya harus berurusan dengan Ksatria.

“Sepertinya kamu kalah telak melawan kelas Wolverine pagi ini.”

“Apa!? Sudah kuduga, kamu mau mengajak bertarung!”

Claire berdiri dengan suara ‘klank’.

“Bukan itu, se....sebenarnya, Kazehaya Kamito, kamu—“

Ellis menggeleng kepalanya, dan terus menerus merona kemerahan sambil menunduk.

“Hn, ada masalah apa?”

“Jadi, emm......”

“Ayolah, Ketua, sebaiknya cepat katakan saja.”

“Meskipun kamu selalu tegas, kamu lamban dalam hal seperti ini.”

Reishia dan Rakka berbisik di samping Ellis.

“Namun, Ketua yang malu-malu sungguh manis.......”

“Ahh, begitu rupanya, hampir seperti gadis yang tengah jatuh cinta—“

“Ja.....jangan permainkan aku! A.....aku nggak pernah memikirkan orang tak tahu diri macam dia!”

Ellis berteriak dengan wajah membara kemerahan.

Setelah itu dia terbatuk-batuk dan—

“Aku memang mendapat opini yang lebih baik tentang kamu karena kejadian hari itu,tapi......itu saja. Orang yang aku kagumi adalah wanita tangguh,seperti Ren AshbellPenari Pedang Terkuat. Pastinya bukan pria macam kamu!”

“..........”

Kamito menatap Ellis, yang bersuara dengan nada dingin, dengan matanya setengah terbuka.

.....Maaf, wanita yang kamu kagumi itu hanyalah ilusi

“Unh.....ad....ada apa dengan tatapan itu!”

Ellis mengarahkan pedangnya di belakang leher Kamito.

“Apakah aneh bagiku untuk mengagumi Ren Ashbell!?”

“.....Ti....tidak, bukan itu......”

Kamito panik dan menggeleng kepalanya.

Pada Tarian Pedang tiga tahun silam—Tarian Pedang, yang ditampilkan oleh Penari Pedang terkuat, meninggalkan kesan mendalam pada gadis-gadis di generasi yang sama. Karena itulah, dia menjadi aspirasi para Gadis Tuan Putri, yang berniat menjadi Kontraktor Roh.

Sepertinya Ellis juga bukan perkecualian.

“Sudah cukup. Cepat katakan apa urusanmu!”

“Diam, aku tahu itu!”

Setelah menoleh dan membalas ucapan Claire, Ellis menatap Kamito lagi—

“Kazehaya Kamito.”

“Ap....apa?”

“Emm, yang ingin aku katakan adalah......”

Ellis sepertinya gugup karena tangannya sedikit gemetaran.

STnBD V02 069.jpg

Selain itu, melihat posisi pedangnya saat ini, apa boleh dikata kalau situasi itu sangat berbahaya.

“Yang aku ingin katakan.......aku......aku ingin kamu!”

“............”

.................

--Kesunyian muncul.

Claire dan yang lainnya, bahkan Rakka dan Reishia, dibuat terbengong bengong.

“Ap......ap.......ap.......ap........”

Claire adalah yang pertama membuka mulutnya.

Wajahnya sangat merah dan mulutnya membuka dan menutup.

“........!?”

Ellis melebarkan matanya, sepertinya menyadari kesalahannya dan menggelengkan kepalanya.

“Bu.....bukan itu......kata itu.......barusan, nggak ada maksud semacam itu!”

“Ma......ma.....maksud semacam itu maksud yang seperti apa?”

“Maksudku.......ah—itu.....”

Setelah Ellis menghirup nafas panjang.

“Kazehaya Kamito, maukah kamu bergabung dalam timku?”

“Eh?”

Kamito tak bisa mempercayai matanya oleh kata-kata diluar dugaan itu.

.....Ellis dan aku, dalam tim?

“Apa katamu?”

Claire dan Rinslet juga menatapnya dalam keheranan.

Rakka dan Reishia melihat Ellis, yang merona kemerahan, dan tersenyum lebar.

“.......Hoi, apa maksudmu?”

“Ma.....maksudku itu. Kazehaya Kamito, aku menyambutmu dalam timku. Karena kamu mengalahkan Roh Militer itu, aku tak perlu meragukan kemampuanmu lagi.”

Ellis mengucapkannya dengan cepat dan lekas membuang tatapannya, melihat ke arah jauh.

Sebenarnya kebenaran dalam niatnya adalah untuk membujuk Kamito.

Dengan pedang diacungkan di belakang lehernya, ketimbang dibujuk, lebih tepat dibilang dia sedang ditodong.

Hasil Ellis sangat diakui oleh para seniornya dan level top. Kalau Kamito bergabung dalam timnya, sudah bisa dipastikan kalau kemungkinan ia berhasil mendapatkan kualifikasi masuk Tarian Pedang akan sangat meningkat.

Namun—

“Ellis, aku—“

“Nggak bisa. Bagaimanapun juga, dia adalah Roh Terkontrakku!”

Seseorang yang menginterupsi balasan Kamito sambil berteriak adalah Claire.

Ia berdiri dari kursinya dan dengan erat menggenggam lengan seragam Kamito.

“Claire, kamu.......”

Kamito menoleh dan menatapnya, dan matanya bertemu mata merah delimanya.

Mata Claire sepertinya penuh berisi kecemasan.

Sepertinya dia sendiri tidak sadar, namun ia memberikan tatapan penuh harap.

Begitu, dia--

Sudah tentu kalau dikhianati oleh kakaknya, Rubia Elstein, menyebabkan hatinya sangat terluka.

Ditelantarkan oleh seseorang—hal seperti itu, sangatlah mengerikan baginya. Apa boleh buat.

Itulah mengapa ia selalu seorang diri. Ia tak bisa bergantung pada siapapun.

Karena ia takut akan dikhianati lagi—

“..........”

Kamito—

Mengambil nafas dalam dan menggaruk kepalanya.

........Diperlihatkan wajah seperti itu......

Sambil tersenyum pahit, ia dengan lembut meletakkan tangannya di atas kepala Claire.

Sejak awal dia sudah memutuskan jawabannya. Claire tak perlu lagi cemas.

“Ellis, maaf,tapi aku adalah Roh Terkontraknya, aku tak berniat berganti tim.”

“.......Kamito!?”

Claire, merasa terkejut, melebarkan matanya dan mengangkat wajahnya.

“.......Begitu.”

Ellis menggigit bibirnya dengan erat.

Namun, pada saat berikutnya, dia sudah kembali pada ekspresi dinginnya semula.

“....Aku paham. Maaf sudah menanyakan hal tak beralasan padamu tiba-tiba.”

“Tidak, aku juga........terima kasih sudah mengajakku.”

Kamito meminta maaf dan Ellis menjadi sedikit tergagap.

“Ng.....nggak apa-apa. K......kamu memang pria seperti itu, makanya, aku—“

“Ya?”

Ellis sepertinya baru mengatakan sesuatu namun suaranya begitu lembut sampai Kamito tak bisa menangkapnya.

“Ahh, ditolak deh.....”

“Nggak apa-apa. Ketua kan masih punya kita.”

“K.....kalian.......ini nggak seperti itu!”

Ellis merona merah dan membentak kedua rekannya, yang tersenyum lebar dan menggodanya.

“H....hei.....Kamito....”

“Hn?”

Sambil masih memegang lengan baju Kamito, Claire mengucapkan sesuatu dengan ragu-ragu.

“Ada apa?”

“Te.....terima.....kasih.....”

“.....? Apa?”

Ia mencoba mengatakan sesuatu, namun suaranya terlalu halus, sehingga Kamito tak bisa mendengar apa-apa.

Cukup tak biasa bagi Claire untuk ragu-ragu seperti itu.

“Ja....jadi.....emm......”

Dan pada saat itulah. Bam! Pintu dibuka—

“Apa hewan li—bukan, Kazehaya Kamito ada disini?!”

Seorang gadis Akademi datang berlari ke kafe salon.

Ia sepertinya datang kemari dengan terburu-buru sampai kehabisan nafas.

Tunggu, sepertinya dia mau menyebutkan namaku sebagai hewan liar barusan.....

“Aku disini.”

Kamito mengangkat tangannya dan gadis itu merasa lega karena ia kemudian membusungkan dadanya.

“Direktur Akademi, memanggilmu. Jadi, segeralah datang kesana!”

“Greyworth?”


Bagian 3[edit]

Di sudut Kota Akademi yang dikuasai oleh Akademi Roh Areishia.

Di meja di sebuah warung kopi, yang langsung menghadap ke arah luar, sepasang pengunjung yang aneh sedang duduk.

Salah satu dari mereka adalah gadis berambut hitam dengan dandanan serba hitam.

Roh Kegelapan Restia. Pelaku yang membuat Roh Militer raksasa, yang dibawa kemari dari Ibukota Kerajaan, mengamuk dan menimbulkan kekacauan pada Kota Akademi seminggu yang lalu.

Dan kemudian, seorang lagi adalah—

Rambut hitam keras seperti baja. Seorang pria—tubuh kurus dengan kulit gelap.

Ia memiliki paras yang lumayan namun anehnya matanya tak bisa berekspresi selain tatapan tajam.

Mereka berdua jelas sangat mencolok di tempat seperti itu, tapi bukan hanya tak seorangpun di tempat itu memperhatikan mereka, sepertinya kehadiran mereka bahkan tak terdeteksi.

“—Jadi, aku harus mencuri material tersegel khusus dari perpustakaan Akademi?”

“Iya, karena insiden tempo hari, aku jadi tak bisa mendekat ke Akademi.”

“Cih, merepotkan sekali, memang buat apa lagi kita membutuhkan benda semacam itu?”

Pria itu meludah ke tanah. Namun, tak seorangpun menyalahkannya karena hal itu.

“Benda yang tertidur di Kota Tambang itu memang masalah yang cukup berat. Segel level tinggi yang dibuat Kerajaan Orudeshia berlapis-lapis. Dengan hanya melakukan Upacara, berapa bulan yang diperlukan untuk membangunkannya—“

“Hmm, Roh Militer yang dibuang—apa artinya mengumpulkan benda semacam itu?”

“Kamu tak punya kualifikasi untuk mengetahui prediksinya, Jio.”

Gadis dengan dandanan hitam dengan lembut menggeleng kepalanya. Si pria menjentikkan lidahnya.

“Karena kau bermain main dengan Roh Militer di Ibukota Kerajaan sesukamu, sekarang jadi masalah. Apa ada perintah untuk menyegelnya?”

“Tak apa-apa kan, toh aku bisa mengukur kekuatannya saat ini.”

“Benar juga. Jujur saja, aku kecewa. Cuma segitukah levelnya? Ren Ashbell (Penari Pedang Terkuat)?”

“Dia masih belum bangkit.”

“Kuharap begitu. Biarpun aku mengalahkan pria itu, yang kekuatannya masih belum bangkit, tak akan ada artinya.”

“Ah, kamu cukup percaya diri untuk mengalahkannya?”

“Aku akan mengalahkannya. Dan lalu akan kubuktikan. Bahwa Jio Jinzagi ini adalah penerus sejati dari Raja Iblis.”

Bibir merah pria itu menekuk. Di sekujur tubuhnya yang hitam, tak terhitung jumlah segel Roh tengah bersinar.

Sama dengan Raja Iblis Solomon—segel yang membawa tujuh puluh dua Roh.

Bab 3: Ratu yang Hilang[edit]

Setelah itu, Kamito, yang berpisah dari Claire dan yang lainnya, segera menuju ke kantor Direktur Akademi.

Ia mengetuk dan membuka pintu—

“Kau terlambat, berapa menit kau harus membuat wanita ini menunggu?”

Itulah hal pertama yang Greyworth, yang tengah duduk di meja kantornya, ucapkan dengan dingin.

Sang Penyihir Senja—Greyworth Ciel Mais.

Sosoknya tanpa ragu adalah seorang wanita yang sangat cantik namun ia sebenarnya adalah Ksatria Roh yang dengan layanan militer panjang, yang namanya telah memasuki urutan pertama dan daftar NumberDua belas Komandan Roh.

Ia memiliki rambut pirang-abu-abu bergelombang. Pupil abu abunya berkilau dibalik sepasang kacamata mungilnya.

“Maaf, kudengar kau ada urusan dan entah bagaimana mendadak kakiku jadi berat.”

“Hmm, jadi sekarang kau sudah bisa mengucapkan hal sekasar itu ya? Kemana perginya anak baik penurut beberapa hari yang lalu itu? Astaga, sesuatu bernama aliran waktu ini sungguh kejam.”

“Hanya kau yang tidak berubah, Greyworth. Penampilan luarmu tak ada bedanya dengan karakter penuh tipuanmu.”

Kamito tanpa ragu-ragu meluncurkan ucapannya.

Greyworth adalah satu dari sedikit orang, yang mengetahuinya tiga tahun silam.

Dan dia adalah dalang yang membuat Kamito, yang membuang nama Ren Ashbell, masuk kedalam Akademi dan mencoba membuatnya ikut serta dalam Tarian Pedang dua bulan lagi.

Ia tak mengatakan alasannya pada Kamito.

Meski demikian, seringkali terjadi kalau Sang Penyihir Senja membuat Kamito bekerja keras tanpa mengatakan apapun padanya.

“Itu benar, kau benar-benar sudah berubah. Dibanding tiga tahun silam, kamu menjadi sangat lemah. Di pertandingan praktikal tadi, apa itu penampilan payah saat menghadapi lawan selevel itu? Kalau itu adalah kau dari masa lalu, kau pasti akan mengalahkan telak satu orang itu dibawah tiga menit.”

“Jadi kau menontonnya? .........Seperti biasa, hobimu buruk sekali.”

“Dalam kondisi payah itu, kualifikasi keikutsertaanmu untuk Tarian Pedang juga diragukan. Atau, apa hanya kebetulan kau mengalahkan Roh Militer itu?”

“Waktu itu—“

Kamito sedikit merengut.

Bukan karena dia mengalahkannya dengan kekuatannya sendiri.

Kamito, yang mendapat kesempatan bertemu dengan Roh Terkontraknya yang sudah berubah dan diserang keputus asaan, diberikan kekuatan untuk berdiri sekali lagi oleh si gadis kucing neraka berambut merah itu.

.....!

Tiba-tiba, sensasi bibir lembutnya muncul kembali dalam pikirannya.

Untuk menyingkirkannya dan membuang pikiran jahat, Kamito menggeleng kepalanya dengan gugup.

“Aku juga berpikir kalau aku ini payah. Aku bahkan belum bisa menggunakan kekuatan penuh Roh Terkontrakku.”

Kamito menjatuhkan tatapannya pada tangan kanannya, yang tertempa oleh segel Roh.

“Apa karena kau masih belum bisa melupakan wanitamu sebelumnya itu? Dasar keras kepala.”

“Jangan bercanda! Bagiku, Restia tak mungkin seperti itu!”

“Kebalikannya, terus bersikap keras kepala membuatku semakin curiga. Kalau kau mau, bagaimana kalau mencari kekasih atau semacamnya di Akademi ini? Mungkin bisa sedikit menyingkirkan rasa kesepianmu.”

“Keka—“

“Atau, apa gadis gadis di Akademi terlalu kekanak kanakan? Kalau memang begitu........aku juga tak apa-apa.”

Greyworth tersenyum menggoda dan sedikit membuka area dadanya dengan ujung jarinya.

Dia tanpa sengaja menunjukkan pakaian dalam berenda hitam-dewasa di belahan dadanya.

“Ja......jangan main-main!”

“Cuma bercanda. Hmm, dengan nada itu, sepertinya kau masih belum mencapai level itu. Aku sudah dengar rumor kalau kau dibuat menunggu diatas gadis cantik berdada kecil dan Roh telanjang berkaos kaki dan menjalani kehidupan harem bersama yang tak senonoh.”

“Guu.......”

Mencoba menyangkal, Kamito kehabisan kata-kata.

.....Melihatnya secara objektif, itu semua benar sehingga cukup menyakitkan karena tak mampu membantahnya.

“Greyworth, apa kau memanggilku hanya untuk membuat lelucon murahan itu?”

“Itu benar—tapi tentu saja, bukan hanya itu saja.”

Greyworth menyibakkan rambutnya dan menghadap ke ruang tamu di bagian dalam ruangan.

“Ada gadis yang ingin kukenalkan padamu—oke, masuklah!”

“Baik.”

Dari dalam ruangan, datang suara seperti lonceng yang baru digoyangkan.

Seorang yang membuka pintu dan muncul adalah—

Seorang gadis yang mengenakan seragam seperti gaun hitam, berbeda dari seragam Akademi umumnya.

Ia adalah gadis cantik, yang rambut hitam panjang cantiknya sangat mengesankan, sampai Kamito merasa terpana memandangnya.

Ia memiliki pupil hitam cerah. Tanpa berpikir, Kamito terpesona oleh penampilannya yang bersih dan rapi.

“.......Eh?”

Ketika matanya bertemu dengannya, entah kenapa gadis itu membuat ekspresi agak terkejut.

“Emm, kamu..........Kazehaya Kamito-kun?”

Sambil mengedip ngedipkan matanya, si gadis bertanya.

“Ahh, itu benar, namun—“

“Namun kesanku itu sangat—“

.......Agak terasa aneh, tapi sepertinya gadis itu nampak agak kaget.

Me......memangnya ada apa?

“Tapi, benar juga...........dia kan laki-laki, dan sekarang sudah tiga tahun.”

Gadis itu menggumam sendiri dalam suara yang Kamito tak bisa dengar.

Setelah itu, ia menatap wajah Kamito lagi.

“Ya, memang ada kemiripan, ya. Selain itu, ini juga tak apa-apa—“

“Ada apa Fianna?”

Greyworth memanggilnya, sepertinya bingung.

“Ah, m....maaf! Em, ini pertama kalinya saya melihat Kontraktor Roh laki-laki!”

Si gadis bernama Fianna menggeleng kepalanya dengan panik.

“Emm.......siapa gadis ini?”

Kamito menghadap Greyworth dan bertanya.

Lalu, si gadis, entah kenapa, membuat ekspresi cemberut dan menggembungkan pipinya.

“Aku tahu, kamu tak ingat........yah, itu nggak apa-apa sih.”

“Dia murid pindahan yang akan memasuki kelas Raven sama denganmu.”

“Murid pindahan?”

Ah! Kamito mengangguk. Mereka membahasnya di kafe beberapa saat yang lalu.

Ternyata gadis ini orangnya.........

Carol menyatakan kalau dia adalah putri dari status keluarga bangsawan, tapi yang jelas, di sekolah ini gadis-gadis dengan status bangsawan ada dimana-mana, jadi Kamito tak merasa ada yang istimewa.

Apalagi, menurut Carol...........dadanya juga gede

Tanpa berpikir, Kamito melirik area dada seragam mirip gaunnya—

.......Memang, sangat betul

Kamito anehnya setuju.

“Dia adalah Putri kedua Kerajaan Orudeshia, Yang Mulia Fianna Ray Ordeshia.”

“.........Ordesia!?”

Kamito terpana untuk sesaat—

“Tak mungkin...........”

Matanya melebar karena terkejut.

Di Akademi Roh Areishia, yang menjadi tempat latihan Kontraktor Roh, banyak putri bangsawan sejati yang bersekolah. Ini adalah hasil kesetiaan kerajaan dan bangsawan melanjutkan garis darah Kontraktor Roh melalui tali pernikahan yang bahkan meluas sampai beberapa generasi.

Alaminya, ada juga perkecualian, namun, bicara soal Kontraktor Roh, normal bagi mereka menjadi putri dari Bangsawan.

Fahrengart, kepala dari keluarga militer, dan Laurensfrost, dengan sejarah panjangnya.

Wilayahnya saat ini disita, namun keluarga Claire Elstein juga garis darah bangsawan.

Namun, gadis di hadapannya adalah—putri kedua dari Kerajaan Orudeshia.

Dia bukan sekedar Bangsawan.

Dialah yang seharusnya disebut—Tuan Putri sejati.

Kenapa Tuan Putri Kerajaan ada di Akademi ini?

Putri-putri yang lahir dalam keluarga Bangsawan Orudeshia harusnya dijadwal menjalani latihan ketat sebagai kandidat Tuan Putri Roh, melayani kelima Raja Elemental Besar, dan organisasi pelatihan Tuan Putri Roh, yakni ‘Institut Upacara Kedewaan’.

Yang penting, Kamito menyimpan pertanyaan itu di dadanya untuk saat ini dan berlutut di tanah diatas satu lututnya.

“Mohon maafkan kekasaran saya, Yang Mulia.”

Bukan karena dia memberikan sumpah setianya secara spesial pada Kerajaan Orudeshia, namun ia tetap melakukannya sebelum Bangsawan mulai mencekalnya atas ulah mantan Roh Terkontraknya.

Namun, Fianna dengan tenang menggeleng kepalanya.

“Nggak apa-apa, kita sama-sama siswa disini. Selain itu, meski aku adalah Putri Kedua, sebenarnya aku Ratu yang Hilang, status sosialku sudah lenyap.”

“Ratu yang Hilang?”

Kamito bertanya balik—kemudian dia ingat,

Begitu, Tuan Putri kedua Kerajaan

Dia mendengarnya dari rumor.

Kalau kuingat lagi, gadis ini adalah kandidat Tuan Putri Roh yang melayani Raja Elemental Api

Empat tahun silam, sang Tuan Putri Roh Api—pengkhianatan Rubia Elstein terjadi.

Kerajaan mengalami kekacauan untuk beberapa lama oleh kemarahan Raja Elemental Api, yang memergoki pengkhianatannya.

Demi menenangkan amarah Raja Elemental Api, ’Institut Upacara Kedewaan’ mencoba mendukung Tuan Putri Roh kedua namun—

Pada saat itu, Tuan Putri Roh kedua seharusnya didukung sebagai penerus Rubia.

Namun, ia tak pernah menjadi Tuan Putri Roh. Pada saat itu, ia menyatakan mundur dari kandidat Tuan Putri Roh untuk suatu alasan kemudian eksistensinya dihapuskan dari keluarga Bangsawan.

Alasan mengapa ia menolak menjadi Tuan Putri Roh tak pernah diumumkan secara resmi sejauh ini.

Karena itulah, sang Tuan Putri kedua benar-benar tersingkir dari panggung utama.

Ratu yang Hilang itu adalah gadis di hadapannya?

“Seperti yang dia katakan. Selama kamu melewati gerbang Akademi ini, tak peduli status sosial yang gadis Tuan Putri miliki, tak ada perlakuan istimewa. Bahkan seorang Tuan Putri, Kontraktor Roh laki-laki, atau adik dari sang Ratu Bencana.”

“Jadi seperti itulah, aku adalah mantan Tuan Putri, tapi senang bertemu denganmu, Kazehaya Kamito-kun.”

Fianna tersenyum dan mengangkat sisi roknya dengan ujung jarinya, lalu membungkuk dengan elegan.

“A......ah, senang bertemu denganmu—“

Kamito berdiri dan ekspresinya membeku.

“Ada apa?”

“Itu, emm........”

Sambil menggaruk wajahnya, Kamito membuang wajahnya.

“?”

Fianna memiringkan kepalanya ke sisi.

“Kyaa!

Sepertinya dia sadar kalau yang dia angkat bukan ujung gaunnya, namun rok pendek seragamnya.

Celana dalam hitam dewasanya, dihiasi oleh renda renda, sudah terpatri kuat di retina Kamito.

“Ka.....Kamito-kun.........mesum!”

Wajah si mantan Tuan Putri merona kemerahan sambil menggumam malu-malu.

“Ma.....maafkan aku.....”

“Kalian berdua, jangan bercinta dan bersikap seperti kekasih di depan mataku. Menjengkelkan.”

Greyworth melotot pada Kamito, dengan mata yang dipenuhi hasrat haus darah.

“.........Maaf. Dan kenapa kau memanggilku?”

Tentang Penyihir ini. Pastinya bukan hanya untuk memperkenalkan si murid pindahan.

Mengenalkan Tuan Putri Kerajaan padaku, apa lagi yang dia rencanakan?

Seolah membaca pikiran Kamito, sang Penyihir mendorong kacamatanya, sepertinya cemberut.

“Cukup disesalkan, meski sudah sengaja menyiapkan misi istimewa demi dirimu.”

“Misi istimewa?”

“Itu benar. Kebetulan ada misi yang ingin kupercayakan padanya, jadi aku ingin timmu untuk menyertainya sebagai penjaganya.”


Bagian 2[edit]

—Misi.

Bersama dengan pertandingan resmi melawan sesama siswa Akademi, ia adalah sistem yang mendukung sistem peringkat di Akademi.

Misi yang diberikan bisa memberi tujuan beragam, dari Kagura dengan Tarian Pedang, menekan Roh yang mengamuk, Penelitian dan investigasi Roh Tersegel, sampai penangkapan Kontraktor Roh yang lepas kendali.

Dengan menyelesaikan misi yang terbagi kedalam peringkat tergantung level bahaya, siswa Akademi bisa meningkatkan peringkat tim mereka sama halnya memenangkan pertandingan resmi.

“Ngomong-ngomong, level kesulitan misi ini adalah peringkat S.”

“Peringkat S?”

Tanpa berpikir, Kamito seketika terkejut.

Misi peringkat S adalah misi dengan level kesulitan tertinggi dalam peringkat Akademi.

Jumlah poin peringkat yang didapatkan sangat tinggi, namun itu adalah misi berbahaya yang bahkan bisa berdampak pada kematian tergantung situasinya. Seharusnya tak mungkin ia mengajukannya melihat peringkat tim Kamito saat ini.

“Apa ada sesuatu yang kau siapkan di balik layar?”

“Telingamu buruk juga. Kubilang aku tak memberi perlakuan khusus. Maksudku, orang yang cocok menjalani misi ini adalah kau dan Fianna. Kalau kau tak setuju, maka akan kusebarkan berita misi ini pada tim yang lain.”

“.........”

Bukan kesepakatan yang buruk. Kebalikannya, melihat kondisi tim Kamito saat ini, itu adalah berkah Dewa.

Sampai pembukaan Tarian Pedang, hanya tinggal dua bulan tersisa. Tidak, ujian terakhir untuk menentukan tim tiga besar yang ikut serta akan diadakan lebih awal lagi.

Dengan kondisi mereka sekarang, mereka takkan sempat kalau hanya mengandalkan pertandingan resmi atau misi biasa.

Greyworth entah kenapa bersikeras membuat Kamito ikut dalam Tarian Pedang.

Meski demikian, memaksa perwakilan dari Kerajaan melalui kekuasaan Direktur Akademi juga tidak mungkin, sudah diduga.

Sehingga, ia memberi misi peringkat S, yang level bahayanya tinggi, dan bonus penyelesaiannya juga luar biasa tinggi.

Asal kita bisa menyelesaikan misi, semua akan beres — eh?

Ia tak merasa senang bergerak menurut kemauan Greyworth, namun—

Kalau misi untuk melindungi orang penting, Kamito sudah mengalami melakukan hal yang seperti itu beberapa kali di masa lalu.

Tentu, jauh lebih baik daripada meningkatkan peringkat inter-sekolah secara perlahan melalui pertandingan resmi.

“—Aku paham. Jelaskan rincian dari misi itu.”

“Itu baru semangat.”

Kamito merengut dan Greyworth tersenyum.

“Apa kau tahu Tambang Kota Gado?”

“Gado? Ya, aku sedikit kenal nama itu. Itu adalah kota yang sudah ditelantarkan sejak beberapa dekade lalu.”

Kota Tambang Gado. Dulunya Kota dengan Tanah Penambangan Bijih Roh besar, namun sepanjang Perang Ranbal kedua, jumlah Bijih Roh yang terkandung habis, dan akhirnya menjadi kota dengan tambang yang benar-benar ditelantarkan.

Saat ini mungkin sudah menjadi Kota berhantu.

“Sering terjadi peristiwa gempa gempa aneh di tambang itu akhir-akhir ini. Aku ingin kalian pergi kesana dan menginvestigasinya.”

“Menginvestigasi gempa bumi?”

Sampai-sampai Akademi mendapat permintaan Investigasi artinya mungkin itu bukan gempa bumi biasa.

Seringkali terjadi ketika Roh beratribut Tanah yang menguasai daratan itu memicu gempa bumi.

Kalau itu terjadi karena Roh mengamuk atau marah, ia bisa ditenangkan dengan Upacara Tarian Pedang. Tergantung situasinya, ada juga kasus dimana Unit Penangkapan dari Ksatria Roh dibentuk.”

Sebagai misi itu adalah hal yang tipikal namun—

“Jangan bercanda. Bagaimana bisa investigasi gempa bumi menjadi misi peringkat S?”

Kamito tak berpikir level bahaya itu ada hubungannya kalau hanya menginvestigasi Roh Bumi biasa.

Dibandingkan resiko misi, peringkat yang diberikan nampaknya kelewat tinggi.

“Kau lagi lagi susah dibuat percaya, tak bisakah kau mempercayai kebaikan hatiku?”

“Bisakah aku percaya? Kau tak pernah berbohong, tapi kau juga tak pernah berbicara kebenaran.”

“Hmm........yah, memang seperti itu.”

Greyworth tersenyum dan mengangkat bahunya tanda menyerah.

“Di Tambang itu, sepertinya Roh-kelas Militer-Tipe strategi, yang disegel oleh Ksatria lama Kerajaan Orudeshia, tertidur disana.”

“Roh Militer tipe Strategi?”

Kamito berujar secara spontan. Fianna disampingnya juga terdiam kaget.

Roh Militer tipe Strategi—ia tak bisa dibandingkan dengan Roh Militer yang mengamuk di Kota Akademi tempo hari.

Karena kekuatannya yang kelewat besar, mustahil bagi seseorang untuk mengendalikannya. Pada akhirnya, ia hanya bisa dikendalikan dengan Upacara Kagura yang ditampilkan oleh beberapa ratus Kontraktor Roh—bisa dibilang ia adalah Senjata Pemusnah Massal.

Di akhir Perang Ranbal kedua, bangsa-bangsa seluruh benua membuat kesepakatan, dan ketujuh bagian seharusnya sudah menyegel dan menyingkirkan Roh semacam itu, namun—

“Jangan-jangan, yang menyebabkan gempa adalah Roh Militer tipe Strategi itu?”

“Dalam kondisi terburuk, itu masih kemungkinan. Aku ingin mempercayakan kalian dengan investigasi ini. Kalau investigasi kalian mengkonfirmasi bahwa segelnya sudah dilepas—“

“Saya akan menampilkan penyegelan ulang dengan ‘Upacara Kagura’.”

Fianna dengan tenang membuka mulutnya untuk bicara.

“Itu benar. Bagimu, yang merupakan mantan kandidat Tuan Putri Roh, misi ini sangat cocok untukmu.”

“........Begitu. Itu alasan kau memanggil Tuan Putri ini.”

Tuan Putri Roh, yang melayani kelima Raja Elemental Besar, adalah pakar dalam ‘Upacara Kagura’ yang bisa menenangkan Roh.

Mereka tak menerima latihan seni bela diri khusus, dan sebagai hasilnya mereka tak cocok dalam pertempuran, namun semua bentuk Upacara telah ditempa kedalam tubuh mereka sejak masih anak-anak.

Di seluruh Akademi, hanya ada satu siswa Akademi mantan Tuan Putri Roh—Pengguna kemampuan istimewa; misi yang hanya bisa diselesaikan olehnya, dan mempertimbangkan kalau ada hubungannya dengan Roh Militer tipe Strategi, sangat tepat untuk menganggapnya sebagai misi peringkat S.

“..........”

Istilah itu tidak buruk. Namun, ada satu hal lagi yang ia ingin tanyakan.

“........Tapi apa Fianna tak keberatan? Dengan aku sebagai pelindungnya.”

Kalau hanya soal melindunginya, seharusnya ada Kontraktor Roh lain yang lebih kompeten.

Misalnya, Ellis Fahrengart. Kalau itu dia, yang rasa tanggung jawabnya kuat dan memiliki kemampuan hebat, tak ada ruginya menjadikan dia sebagai pelindung.

Tak ada untungnya bagi Tuan Putri untuk meminta Kamito, yang merupakan laki-laki, menjadi pelindungnya. Kalau Greyworth mengelompokkan mereka sesukanya, mengabaikan kemauan Fianna—Kamito berniat menolak tawaran ini.

Namun, Fianna—

“Tentu saja. Aku akan mengandalkanmu, Kamito-kun.”

“Apa Greyworth mengancammu untuk sekelompok denganku?”

“Bukan, selain itu, akulah yang memintamu secara pribadi.”

“Apa iya?”

“Ya. Bepergian dengan satu-satunya Kontraktor Roh laki-laki, bukankah itu hebat?”

Fianna menggenggamkan jarinya ke tangan Kamito dan menatapnya dengan mata berbinar.

Melihat langsung ke pupil hitam cerahnya, Kamito secara spontan merasa kaget.

“Hmm, bukankah kau populer?”

Ujar Greyworth, sepertinya kurang senang, dan menyerahkan dokumen dengan poin kunci misi tertulis di atasnya.

“Kalau kau berniat mengambil misi ini, tanda tangan disini. Ini seharusnya bukan kesepakatan buruk buatmu.”

Memang tidak buruk, selain itu, ini adalah kesepakatan yang sangat luar biasa untuk kondisi Kamito saat ini.

Namun—

“Aku tak bisa menentukan ini sendiri. Aku setidaknya harus bertanya pada Claire juga.”

“Hmm, baik, itu tak apa-apa. Tapi lekaslah, soalnya kalian akan berangkat besok.”

“Claire?”

Seorang yang mengangkat suaranya adalah Fianna.

“Ah, anggota timku, tapi—“

“Mungkinkah dia adalah Claire Elstein?”

“.....Kamu kenal dia?”

Kamito dengan canggung menggaruk kepalanya.

Benar juga, gadis ini.......kandidat Tuan Putri Roh bagi Raja Elemental Api

Ia adalah Gadis Tuan Putri yang berlatih di di ‘Institut Upacara Kedewaan’ yang sama dengan Sang Ratu Bencana—Rubia Elstein.

Kalau memang begitu, takkan aneh kalau dia mengenal bahkan Claire, yang merupakan adik gadis itu.

“Adik orang itu............”

Bibir Fianna sedikit gemetar.

Ia mungkin merasa agak menyesal usai mendengar kalau adik sang Ratu Bencana adalah salah satu rekan timnya.

“Maaf, tapi Claire adalah rekan timku. Aku akan menyelesaikan misi bersama dengannya.”

Kamito memberitahunya—

“Ya. Itulah yang juga kuharapkan.”

Sambil Fianna mengangguk, ia menggumam dalam suara lembut.

“Aku tak berniat kalah bahkan pada adiknya.”


Bagian 3[edit]

Saat mereka berdua meninggalkan kantor, Greyworth tersenyum.

“Namun, Tuan Putri itu melakukan hal yang berani juga.”

“—Anda kenal, Direktur Akademi?”

Dari dalam bayangan Greyworth, seorang wanita muncul dengan cepat.

Kontraktor Roh Bayangan—Guru Freya Grandol.

“Apa tentang dia menggunakan Bijih Roh selama Ujian Masuk? Tentu saja, aku menyadarinya. Dia melakukan hal yang boros. Bukankah harga batu itu dua puluh juta rood sepotongnya?”

“Berarti, saya pikir anda mengabaikan cara masuknya yang curang itu?”

“Tuan Putri Fianna berperingkat setelah Rubia Elstein sebagai Kandidat Tuan Putri Roh kedua di usia 13 tahun. Kalau dia bangkit sebagai Kontraktor Roh lagi, bukankah itu taruhan yang bagus?”

“Namun, kalau dia mencoba menjalani kehidupan Akademinya memakai benda itu, bukankah dia akan segera terekspos?”

“Kupikir dia juga memahami itu. Dia memahaminya namun masih nekat menjadi siswa Akademi. Kalau dia tak segera bangkit, habislah dia, namun kalau dia bangkit, akan sangat beruntung. Sehingga, aku mengelompokkannya dengan pria itu.”

“Direktur Akademi, apa yang sebenarnya anda—“

Freya bergumam, dan pada saat itu bola mata bersayap terbang masuk dari jendela kantor.

Itu adalah Roh Pengintai, yang digunakan oleh Greyworth.

“Hmm, sepertinya tamu tak diundang sudah menyusup ke Kota Akademi.”

“Apa dia adalah Roh Kegelapan dari tempo hari itu?”

“Yah, entahlah? Aku tak tahu apa yang mereka inginkan, namun......Freya Grandol, siapkan perintah pada Ksatria Sylphid untuk memperkuat pengamanan.”


Bagian 4[edit]

Kamito, yang meninggalkan kantor, mengajak Fianna berkeliling sepanjang gedung Akademi.

Ia memiliki cara berjalan ringan nan elegan. Sepertinya cara berjalan Tuan Putri Sejati juga dipoles dengan baik.

“Fianna, apa kamu mengenakan seragam ‘Institut Upacara Kedewaan’?”

“Ya, berlawanan dari seragam Akademi Roh Areishia, yang sepertinya desain terkini. Sepanjang waktu aku masih aktif, bahkan pernah memakai kostum Upacara yang lebih bombastis. Menurutku memang manis, namun semua gadis lebih suka mengenakan rok.”

“.....Hmmm, begitukah? Itu cocok denganmu.”

“Ah, meski itu hanya pujian biasa, tapi aku senang.”

Sembari mereka berjalan sambil mengobrol, nada Kamito menjadi lebih santai.

Karena dia adalah Tuan Putri Kerajaan Orudeshia dan Gadis Tuan Putri dari ‘Institut Upacara Kedewaan’—Kamito berpikir kalau akan muncul suasana sulit-untuk-akrab, namun secara mengejutkan gadis ini mudah diajak mengobrol.

Mereka berdua, yang bercakap-cakap sambil berjalan sepanjang koridor, sudah mengundang perhatian dari siswa Akademi lainnya.

“Hei, lihat itu. Kazehaya Kamito, lagi,akan memperkosa siswa pindahan itu!”, ”Demonstrasi khusus si hewan liar.”, ”Tapi aku jadi agak iri padanya.”, ”Bi.....bicara apa kamu!”, ”Ta.....tapi kalau aku ditatap oleh mata tajamnya itu.....aku......aku mungkin nggak bisa menolak.”, ”Meskipun hanya sedikit, meskipun hanya sebentar, aku ingin coba dipermainkan olehnya.......bukankah begitu menurut kalian?”, ”I.....Itu benar, ka......kalau dia mendekatiku dengan paksa.......hatiku pasti akan berdegup kencang”, ”Nggak mungkin, apalagi, dia adalah Raja Iblis, Raja Iblis yang memangsa semua wanita yang dia dekati.”, ”Sang Raja Iblis........”, ”Sang Raja Iblis di malam hari...........”

Keributan kecil semacam itu bisa terdengar di sepanjang koridor.

.......Apanya! Raja Iblis di malam hari!

Ia ingin membalas semua gosip itu, namun karena akan menjadi hal merepotkan, ia tak jadi melakukannya.

Dia sudah terbiasa menghadapi tatapan menyeramkan para gadis.

Namun, meski aneh, entah kenapa ada juga beberapa gadis yang memberinya tatapan mata terpesona.

Dan juga, entah kenapa, sepertinya ada banyak surat berpita dan kue-kue buatan tangan ditempatkan dalam lokernya.

.......Well, mungkin itu hanya lelucon.

“Hmm, Kamito-kun, kamu populer juga.”

“Mereka hanya menggodaku, apalagi, aku satu satunya Kontraktor Roh laki-laki di Akademi ini.”

“Apa iya?”

*Mugyu!*

“.......!?”

Mendadak, ia merasakan sensasi lembut di lengan atasnya.

Fianna menekan dadanya ke lengan Kamito.

“H......Hei, Fianna!”

“Hn, ada apa?”

Tuan Putri itu memberikan senyuman nakal dengan tatapan senang.

Degup di jantungnya tak mau dihentikan lantaran kelembutan luar biasa yang ditekan di lengannya.

“Anu, Tuan Putri.......emm, dadamu sedang menekan......”

“Nggak masalah kok, atau—“

Fianna memberikan sedikit senyum menggoda.

“Kamu nggak suka Tuan Putri yang nakal?”

“........”

Dari area dada seragam seperti-gaunnya, pakaian dalamnya bisa sedikit kelihatan.

........Kamito belingsatan, amat sangat belingsatan.

Ia merasa kalau ketajaman tatapan dari para gadis yang dilewatinya sepanjang koridor terus meningkat.

Fianna dengan enjoy menatap ke arah Kamito, yang merasa tegang.

“Fufu, sepertinya mereka semua cemburu.”

“Pastinya bukan begitu........”

Kamito mendesah berat,

“Ngomong-ngomong, kenapa Tuan Putri pindah ke Akademi ini?”

Tiba-tiba, ia mencoba menanyakan sesuatu yang sejak tadi berada dalam pikirannya.

Ia tak peduli tentang situasi apa yang membuatnya membuang posisinya sebaga kandidat Tuan Putri Roh. Ia hanya penasaran kenapa dia menjadi siswa Akademi sekarang, setelah pernah begitu saja menghilang dari panggung utama.

“Itu—“

Kaki Fianna mendadak berhenti. Kamito juga berhenti di saat yang sama.

“Uh?”

“Kalau kukatakan—aku datang untuk menemui Kamito-kun, maukah kamu mempercayaiku?”

“...........”

Saat Kamito sedikit merasa kebingungan.

“Tidak, tak mungkin kamu datang untuk menemuiku, bukannya kita baru bertemu, Fianna?”

“..........”

Fianna menggembungkan pipinya sambil cemberut karena mendengar balasan semacam itu dari Kamito.

“......Idiot.”

Fianna menggumam dan mendorong jari telunjuknya dengan lembut ke bibir Kamito.

Kemudian, ia mendekatkan wajahnya sampai bibir mereka berdua nyaris bersentuhan.

“—Ren Ashbell.”

Pada saat itu, ekspresi Kamito membeku.

Dengan nama tak terduga meluncur dari bibirnya—Kamito kehilangan kata-kata.

“....!? Bagai......mana.........”

Masih berdiri sambil terbengong bengong, Kamito mengeluarkan suara kering.

Satu-satunya orang yang mengetahui identitas sejati Kamito sebagai Ren Ashbell adalah Roh Terkontrak Restia dan sang Penyihir Greyworth—hanya dua orang itu.

Bagaimana bisa gadis ini......?

“......Aku tahu, kamu nggak ingat.”

Fianna menggembungkan bibirnya, merasa tidak puas.

Membuat wajah seperti itu pada jarak ini membuatnya terlihat seolah ia adalah kekasih yang minta dicium.

“Nggak apa-apa. Akan kurahasiakan dari semua orang, apalagi aku sudah memenuhi janjiku.”

“Janji?”

Kamito sepertinya mengingat sesuatu, pada saat itu.

“Kamito!”

Claire datang berlari dari sisi lain koridor. Sepertinya dia sedang mencari Kamito.

“Ayolah, apa yang sedang kamu—“

Pada saat itu, Claire mendadak berhenti.

Di tengah-tengah koridor, dia melihat sosok dua orang, yang hampir seperti pasangan kekasih tengah berciuman—

“Ka.......ka........ka.........ka........”

*Gogogo*.......bahunya mulai bergetar sedikit demi sedikit.

Rambut merahnya berkobar seperti nyala api merah dan menyala dengan getaran kuat.

“Ka.....ka......kamu budak.......ka.......kamu benar-benar nggak tahu diuntung.......”

*Pishii!*—Momen ketika cambuknya membuat suara, si kucing neraka, terselimuti api merah panas, muncul dari ruangan kosong.

Si kucing neraka bertransformasi menjadi bentuk Lidah Api dalam sekejap dan bertengger di tangan kanan Claire.

“Be......benar juga, aku akan melatihmu baik-baik hari ini.........”

“Tu......tunggu, jangan salah paham, Claire, cewek ini—“

“—Claire?”

Fianna bereaksi pada nama yang Kamito sebutkan.

Ia dengan lembut melepas tangannya dari Kamito dan memelototi Claire dengan tatapan tajam.

“Begitu, kamu adalah Claire Rogue.”

“Benar sekali. Lalu kenapa?”

“Kamu adalah adik orang itu..........”

Kamito merasa ada kilatan tak terlihat muncul di mata Fianna yang melotot pada Claire.


Bab 4: Perang Kucing[edit]

Bagian 1[edit]

“Takkan pernaaaah, takkan kuterima ini!”

Pada suatu sore. Suara kemarahan Claire menggema sepanjang asrama kelas Raven.

“Aku sudah setuju dia bergabung secara sementara dalam tim karena misi penjagaan, tapi—“

Dia menyibakkan rambut merah kuncir duanya dengan kesal.

“Kenapa gadis ini harus satu kamar dengan kita!?”

Dia melotot pada Fianna, yang tengah meneguk cangkir teh hitamnya dalam sisipan elegan, dan mengacungkan jari telunjuknya padanya.

STnBD V02 099.jpg

Menoleh dengan wajah santai, Fianna mendesah dan bergumam.

“Ruangannya kecil amat, nggak kusangka kalau ini adalah tempat tinggal bagi bangsawan.”

“Di.......diam! kalau mau protes, kenapa nggak minta sendiri sama Direktur Akademi!?”

“Aku bicara tentang betapa berantakannya ruangan ini. Tak bisakah kamu menangkap sindiran dalam ucapanku tadi?”

“Grh.....bi......biasanya kubereskan sampai rapi!”

Kamito mendesah mencoba mempertahankan kesabarannya. Mereka berdua sudah seperti ini sejak tadi.

“Hei, Kamito-kun, kamu juga setuju kan?”

“Emm, anu.....”

Mengarahkan tatapannya pada Claire yang hampir menangis, Kamito menjawab ragu-ragu,

“Jadi teringat, identitas Ren Ashbell sebenarnya—“

“Ahh, di sini memang berantakan. Claire setidaknya harus merapikannya.”

Claire menggigit bibirnya dengan mata berkaca-kaca.

.....Maaf Claire, aku nggak bisa melawan Tuan Putri ini

Entah kenapa, gadis ini mengetahui identitas asli Kamito.

Kamito berniat secepatnya memaksa ia memberi jawaban, namun dalam situasi ini, Claire juga akan mengetahuinya.

Tuan Putri ini sepertinya tak punya niat membocorkan rahasianya pada Claire, namun ia terus mengancamnya dengan menyebut nyebut nama itu sejak beberapa saat lalu.

Merasa seperti kucing diatas tumpukan bata panas, Kamito mendesah dalam.

Dimana kembang api tak terlihat berkilapan, Est tengah bermain dengan Scarlet dengan Green Foxtail[3].

Sepertinya Claire menyadari kalau dia bukan tandingan Fianna dalam bersilat lidah, dan mengalihkan alur pembicaraan pada Kamito.

“Selain itu, kenapa harus di kamarku?”

“Habis, karena kamu satu-satunya siswa di Akademi yang memiliki kamar untuk diri sendiri.”

“Bukan cuma aku, bahkan bukan cuma kita berdua. Termasuk Est, sudah ada tiga orang.”

“Bukannya kamu memperlakukan aku sebagai Roh Terkontrak? Menurut aturan asrama, Roh tidak dihitung sebagai penghuni kamar.”

“Uh, itu benar sih, tapi.....”

“Jadi, dengan kita semua, kurasa ruang ini akan jadi sesak. Lebih baik aku pergi.....”

Sejak awal, Kamito seharusnya tinggal di gubuk diluar.

Apalagi, akan gawat kalau rumor tentang seorang pria yang tidur di kamar wanita menyebar.

“Hei, apa yang akan kamu lakukan setelah pergi? Apa kamu berencana untuk tidur diluar juga?”

“Untuk sementara, tenda saja mungkin cukup. Nanti pasti bisa kutangani sendiri.”

Claire merebut punggung leher Kamito tepat saat ia mencoba meninggalkan kamar.

“Apa?”

“Nggak boleh.”

“Hah?”

“Pokoknya nggak boleh. Apalagi, kalau kamu pergi......”

Claire menundukkan kepalanya dan menggigit bibirnya.

“Siapa yang akan memasak dan mencuci nanti?”

“.......Emm, kamu dong,”

“Nggak mungkin. Selain itu, masakan yang kamu buat itu enak.....”

Sepertinya Claire, yang terbiasa mengkonsumsi makanan kaleng, telah terpikat perutnya oleh masakan buatan tangan Kamito.

“Selain itu, kalau kamu pergi,bukankah itu artinya kamu dan Est bisa berduaan saja? Itu nggak bagus. Rinslet dan, mungkin saja, Ellis akan datang mengusikmu. Bukan, bukan hanya Ellis dan yang lainnya. Apalagi, ada banyak gadis yang mengincarmu karena penasaran.”

“Kalau aku diincar.........aku dan Est tinggal mengenyahkan mereka.”

“Bu.....bukan itu maksudku.......bodoh!”

Claire melepaskan pegangannya dari punggung leher Kamito.

“Se......selain itu kamu adalah milikku. Aku takkan memberikanmu pada siapapun.”

“......Biarpun kamu bilang begitu.......”

Kamito mendesah pelan—

“Hei, apa maksudnya dengan milikmu?”

Fianna menggumam dalam suara kecil.

“Claire Rogue, hubungan macam apa yang kamu miliki dengan Kamito-kun?”

“Hu.....hubungan macam apa......itu.....”

Claire tersipu malu-malu,

“Hu....hu.....hubungan majikan dan budaknya!”

“Ap.....apa katamu.....!”

Fianna memandang Kamito dengan tatapan tak percaya.

“Ja.....jangan-jangan kalian berdua punya hubungan tak senonoh.....”

“Tunggu, jangan katakan apapun yang bisa memicu kesalahpahaman!”

“Hm....hmm, selain itu, hubungan macam apa yang kamu punya dengan Kamito? Meski cuma siswa pindahan baru, bukankah kalian berdua tampak dekat sekali?”

Kebalikannya, Claire yang bertanya balik kali ini.

Tak lama kemudian, Fianna terbatuk kecil—

“Aku? Aku.........adiknya, adik perempuan Kamito.”

“Eh!”

“....? Adik, aku.....”

“Hei, dengarkan, sebenarnya identitas asli Ren Ashbell adalah.......”

“Y....ya, dia memang adikku, adik perempuanku!”

Fianna menggumamkan kalimat sihir dan Kamito mengangguk begitu saja.

“Ad.....adik perempuan........begitu, jadi kamu punya adik perempuan.”

Entah kenapa dada Claire nampak lega.

“Namun, aku adik tirinya.”

“Adik tiri?”

“Itu benar, lebih jauh lagi, adik tiri yang nakal.”

“Adik.......adik tiri yang nakal?”

Wajah Claire memerah padam dalam sedetik.

........Apa yang sedang dia bayangkan?

“Kuberi petunjuk, adik tiri bisa menikah dengan kakak laki-lakinya, benar kan, Onii-sama♪”

Tiba-tiba, Fianna menekan erat dadanya pada Kamito.

Kamito dalam sekejap terpana oleh sensasi lembut menyenangkan itu—

“Ap.....ap.......ap.......apa yang kamu lakukan, dasar cabul !”

“Ouw, tunggu, ini salah paham, stop—“

Entah kenapa, air mata menetes di mata Claire sambil menyerang Kamito dengan cambuknya. *Pishi! Pishi!*

“Hei, apa yang kamu perbuat pada Kamito-kun!”

*Phishi!*—Fianna menggenggam lengan Claire yang mengayun.

“Uh, uh.....apa!”

“Kamito-kun bukan budakmu!”

“Iya, itu benar.”

Kamito mengangguk.

“Dia milikku.”

“Bukan, aku juga bukan milikmu, tahu?”

Kamito memprotes dengan mata setengah terbuka.

......Ya Tuhan, kenapa orang-orang seperti ini harus ada disekitarku.

“Sayang sekali. Kamito adalah Roh Budakku, bagaimanapun juga.....??”

“Bagaimanapun juga?”

Saat Fianna bertanya balik, pipi Claire sedikit merona.

“Bagaimanapun juga, emm.........aku bahkan......melakukan Upacara Roh dengan Kamito.”

“......”

Fianna membuka mulutnya.

Dia menghadap Kamito, yang kepalanya tengah berguncang hebat.

“Hei, apa itu benar, Kamito-kun?”

Dia memasang senyuman Iblis.

“Bukan, itu.......”

Jujur saja, dia merasa malu hanya dengan mengingat kejadian waktu itu.

Kamito merona merah dan menundukkan tatapannya, menampakkan reaksi sama dengan yang Claire tunjukkan.

Kalau itu sangat memalukan, yang jangan diucapkan—pikirnya, namun.

Setelah menyaksikan adegan tersebut dari mereka berdua, Fianna bergumam pelan,

“Begitu.....kalian berciuman.”

Nadanya memang kalem, namun di dalamnya mengandung sesuatu yang mengerikan.

..........Dia marah, dia betul-betul marah.

Tidak, kenapa juga Fianna harus marah?

Saat Kamito menunjukkan ekspresi ragu-ragu, Fianna mendadak berdiri—

Menghadap Claire, yang masih tersipu malu dan dengan tajam mengacungkan jari telunjuknya ke arahnya.

“Mari kita bertanding, Claire Rogue!”

“Bertanding?”

“Ya, pertandingan, di mana pemenangnya akan berhak mencintai Kamito-kun!”

“Tak......tak mungkin, hal semacam itu! Sejak awal, Kamito memang sudah milikku!”

“Sudah kubilang itu nggak benar..........”

Kamito mencoba memotong percakapan mereka, namun mereka berdua sepertinya tak mendengarnya.

“Kalau kamu menang, aku akan tinggalkan kamar ini. Lalu, kamu bisa melakukan hal-hal mesum sesukamu dengan Kamito-kun, hanya kalian berdua.”

“Aku......aku......aku nggak mungkin berbuat hal seperti itu!”

“Ahh, berarti, melakukannya sendiri lebih kamu sukai?”

“Ap......ap.......ap........apa yang.......”

Claire memerah padam dan uap mengepul dari kepalanya.

......Dia betul-betul dipermainkan.

Claire sangatlah lemah menghadapi debat sengit dalam area tersebut, dia adalah nona muda yang sangat lugu.

“Atau mungkin, kamu tak percaya diri? Kamu hanya nggak mau aku mengambil Kamito-kun?”

Fianna semakin memprovokasi Claire, yang akhirnya habis kesabarannya.

“Guu......se.......sesukamu saja! Datanglah, Kucing Neraka kobaran api!”

Dia memanggil Scarlet dan memegangnya di tangannya sebagai Senjata Elemental—Lidah Api.

“Hei, apa kamu berniat membakar asrama ini? Orang-orang dari Ksatria Sylphid bisa datang ke tempat ini.”

“Nggak masalah, karena akan kuselesaikan sebelum mereka datang!”

“Itu sendiri sangat tidak benar!”

Claire-san, matanya sangat serius.........dia betul-betul teguh.

“Jangan buru-buru, Claire Rogue.”

Namun, Fianna melambaikan tangannya dengan ekspresi tenang.

“Apa, karena sudah seperti ini, apa kamu mau minta ampun untuk nyawamu?”

“Aku nggak bilang apa-apa soal bertanding Tarian Pedang. Aku penasaran kalau menyelesaikan segalanya dengan kekerasan adalah sesuatu yang bangsawan sejati lakukan. Apa semua nutrisi yang seharusnya masuk ke kepalamu pindah ke dadamu—“

Fianna menatap dada Claire dan tersenyum.

“—Kurasa nggak juga ya.”

“Bakarlah menjadi ketiadaan, bola neraka panas merah!”

“Tunggu, Claire! Hentikan sihir Roh itu!”

Kamito panik dan menggenggamkan tangannya ke punggung Claire sebelum ia mencoba melafalkan bola api.

Paling banter, posisi mereka mendekati terbawah dalam peringkat inter-sekolah. Kalau mereka membuat masalah lagi, skor [Tim Scarlet] akan jatuh ke peringkat terendah.

“Guu.......lantas, pertandingan apa yang akan kita lakukan?”

“Itu—“

Menempatkan telunjuknya di dagunya, Fianna perlahan melihat situasi seluruh ruangan.

—Kemudian, tatapannya berhenti pada gunungan makanan kaleng, bertumpuk di dapur.

Kamito menyadari kalau mata Fianna berbinar-binar.

“Kalau begitu, orang pertama yang memuaskan tubuh Kamito, menang—bagaimana?”

“Me.....memuaskan tubuhnya....?”

Wajah Claire memerah padam.

“Ng.....nggak mungkin, hal seperti itu! Apalagi, aku tak tahu metode apapun........bukan, hal.......hal semacam itu pokoknya nggak boleh!”

“Aku tak paham kesalahpahaman macam apa yang kamu miliki, tapi yang aku bicarakan adalah duel memasak.”

“Memasak!?”

Wajah Claire membeku.

Itu alami. Pertama kali Kamito menemuinya, ia hanya mengkonsumsi makanan kaleng.

Dia tak mungkin bisa memasak sesuatu yang layak dimakan.

“Nggak mungkin, aku tak bisa menerima duel semacam itu!”

“Ah, menawarkan makanan untuk dinikmati Roh sendiri sama dengan [Kagura] dalam Tarian Pedang, keahlian bagi Kontraktor Roh berpengalaman. Bukankah itu juga ada dalam pelajaran inti akademi ini?”

“I.....itu......”

“Atau kamu nggak percaya diri? ..........Seperti dadamu itu.”

Dia menggeram. Pada saat itu, suara sesuatu yang menggeram terdengar.

“Aku......aku paham!”

“Ya?”

“Aku......aku menerimanya, duel memasak ini!”

Claire menghadap Fianna dan dengan tajam mengacungkan jarinya padanya tanda menerima tantangan duel.

Pada saat itu, sang Tuan Putri menampakkan senyuman nakal.

Tahu nggak Claire, dia sudah membaca kenyataan kalau kamu nggak bisa memasak


Bagian 2[edit]

Tak lama kemudian, duel memasak antara mereka berdua sudah hampir dimulai, namun—

Dua gadis cantik, yang mengenakan apron, tengah berdiri di sisi berlawanan di dapur.

Ini adalah dapur umum di lantai pertama Asrama Kelas Raven. Sepertinya selama seseorang adalah siswa penghuni asrama, ia bisa bebas menggunakan semua bahan yang tersedia disitu.

Est sang juri tengah duduk manis di belakang meja sambil memegang erat sendoknya.

Sambil merasa gugup tentang maksud lain menggunakan Scarlet untuk membereskan sisa-sisa nanti, Kamito duduk menonton dari belakang dapur.

......Jujur saja, Claire tak ada kesempatan menang

Dia memang belum pernah memakan masakan buatan tangan Claire, selain itu, dia adalah Nona Muda, yang menjalani hidup berbekal makanan kaleng sebagai hidangannya sejak datang ke Akademi.

“Ehh, tuna kaleng, tuna sarden.........dan sayuran sedikit dan juga pakai kepiting kaleng.”

Sambil bergumam, Claire menyusun bahan-bahan makanan kaleng. Kamito meragukan kombinasi makanan kalengnya namun, untuk sementara, terlihat bisa dimakan, jadi Kamito sedikit menghela nafas lega.

“Buah-buahan jadi mudah dimakan setelah diiris.”

Usai melihat Claire perlahan mengambil pisau dapur, Kamito menginterupsinya.

“Apa kamu bisa pakai itu? Jangan lukai jarimu.”

“Nggak apa-apa, apalagi, aku selalu menontonmu saat menyiapkan makanan.”

“Begitu.......hn, kamu selalu menontonku?”

“Bod......bu.......bukan itu, maksudku bukan seperti itu!”

“Waah, itu bahaya, jangan ayunkan pisau dapur itu!”

*Bun!* Kamito berhasil mengelak dari lemparan pisau dapur itu, yang nyaris mengenai hidungnya.

“Hmm, ka......karena kamu mengatakan hal bodoh!”

Wajah Claire, sampai ke kupingnya, memerah padam, dan ia dengan cepat memalingkan wajahnya.

“Kesampingkan itu, kamu mau masak apa?”

“Kare makanan laut, hidangan yang sering kamu buat. Karena aku menyukainya.”

“Eh, normalnya kamu takkan memakai tuna kaleng dan sarden kaleng untuk kare makanan laut, tahu?”

Sepertinya Claire mencampurkan semua bahan menjadi satu menurut yang ia pelajari dengan menonton Kamito.

“Di......diam........sama sekali nggak ada alasan mengingat nama ikan satu persatu. Sama saja dengan nggak mengingat wajah pasangan, yang menari denganmu di pentas.”

“......Kejam amat. Ingatlah itu baik-baik.”

Kesampingkan sifat Claire, penampilannya adalah gadis cantik yang mempesona. Kamito tak ragu kalau akan ada banyak bangsawan muda sebanyak jumlah bintang, yang akan terpesona oleh penampilan menawannya dan memintanya menari di pentas bersama.

“.......Selain itu Claire, kamu mengenakan gaun?”

“Apa, aku dulu adalah putri dari keluarga Duke sebelum wilayahku disita, jadi setidaknya aku juga mengenakan gaun.........atau mungkin, apa aku kelihatan aneh mengenakan gaun?”

“Nggak, aku hanya berpikir kalau gaun itu sangat cocok buatmu.”

“......Ap..........ap........apa yang kamu katakan, idiot!”

Kamito mengucapkan isi hati jujurnya dan Claire dengan cepat merona merah dan menundukkan kepalanya.

Claire sedikit mengangkat kepalanya dan melihat Kamito dengan tatapan keatas—

“Hei, apa kamu.........pikir.........aku terlihat bagus?”

“Ya, kupikir rambut merahmu terlihat indah dengan gaun putih bersih itu......aku nggak mau mengakuinya tapi jujur saja penampilanmu lebih cantik dari Tuan Putri manapun.”

“.....!”

“Juga, saat mengenakan gaun, volume dadamu jadi kelihatan lebih kempes. Memakai busa dada untuk menyumpalnya mungkin bisa—“

Lalu, Kamito mendadak menutup mulutnya.

*Gogogogogogogo*...........perangkat dapur berdentingan.

.......Sepertinya ia baru menginjak ranjau berbahaya lagi.

“Ah......bukan.......maaf......”

“.....Be......be.....benar juga. Kalau nggak pakai busa dada, aku nggak boleh pakai gaun, kan!?”

“Hei, Claire, kenapa kamu memegang benda seperti itu!? Itu alat tangan untuk mengupas sayuran, bukan untuk dipakai pada orang lain........uwaaa, stop—“


Bagian 3[edit]

“Kuu, nggak bisa kupercaya ada cara lain untuk menggunakan alat pengupas sayuran......”

Sambil Kamito mengutuk, ia berjalan ke sudut Fianna kali ini.

Ada sejumlah luka baret seperti cakaran kucing di pipinya.

“Meski nggak bisa memakai alat-alat dapur, dia berhasil menggunakannya sebagai senjata mematikan.”

Kalau terus begini, hari ketika Senjata Elemental Claire menjadi pengupas dari cambuk juga akan dekat.

Berubah jadi sereal bonito[4].....? Masa depan yang mengerikan?

Sambil mengusap pipinya, yang menderita rasa sakit memilukan, dia memikirkan hal seperti itu.

“—Hmm, kalian berdua akrab sekali.”

Mengangkat tatapannya dari papan iris, Fianna berujar dengan mata setengah terbuka.

Entah kenapa, dia sepertinya tampak kurang senang.

“Apa kelihatannya begitu? Tuan Putri, sepertinya ada yang salah dengan matamu.”

“Itu memang seperti kata-kata yang Gadis Tuan Putri dari [Institut Upacara Kedewaan] akan katakan.”

Kamito mengangkat bahunya dan berdiri di samping Fianna.

Fianna tengah mengiris wortel dengan ritme ketukan yang harmonis.

Karena dia adalah pakar [Kagura], yang menghibur Roh, sudah pasti keahliannya sangat hebat.

“Kamu sepertinya sangat percaya diri.”

“Tentu saja. Selama masih berada di [Institut Upacara Kedewaan], meski ada Upacara untuk menawarkan makanan yang dimasak pada Roh Peringkat Tinggi sebulan sekali, mereka semua puas hanya dengan makanan yang kusajikan dan kembali ke Astral Zero.”

“Sungguh? Hebat dong.”

Kamito jujur saja sangat kagum. Itu adalah pencapaian yang hebat. Alaminya, karena penampilan lebih penting daripada rasa untuk makanan yang disajikan pada Roh, Kamito penasaran apa ada bedanya dengan makanan yang biasa disantap manusia.

“Ngomong-ngomong, botol apa itu yang baru saja kamu tuangkan kedalam panci?”

“Lada. Aku memakainya untuk bumbu pedas.”

“Begitu, bumbu pedas.”

Bumbu pedas. Kuah dalam panci memang menjadi merah dan membuat bahan masakannya terlihat pedas.

Namun, apakah bumbu pedas memiliki makna tertentu?

“.....Apa tak apa-apa?”

“Ya, warnanya terlihat cerah dan indah, kan?”

......Entah kenapa hal itu mengundang kecemasannya namun Kamito memilih tak memikirkannya.

Fianna mengangguk, sepertinya puas, dan mengarahkan tatapannya ke papan iris kembali.

Sambil mendengarkan suara ritme ketukan pisaunya, Kamito menatap profil wajah Fianna.

Ia memiliki pupil mata hitam, alis panjang, dan kulit putih seperti wanita salju.

Rambut hitamnya, yang mencapai pinggangnya, saat ini tengah diikat agar tidak jatuh.

Tengkuknya yang putih entah kenapa sangat erotis.

Tanpa berpikir, Kamito merasa terpesona oleh profil wajahnya yang nampak dewasa.

Dengan hanya mengikat rambutnya, kesannya jadi berubah drastis.....?

Rambutnya yang diikat. Ada sesuatu yang tersangkut dalam pikiran Kamito.

.....Gadis ini, mungkinkah, aku pernah bertemu dengan dia sebelumnya?

Meski seharusnya mereka baru bertemu untuk pertama kali, gadis itu entah kenapa mengenal identitas sejati Kamito.

Namun, aku nggak punya kenalan Tuan Putri.....

Terasa menjengkelkan karena ia merasa mengingat sesuatu namun nyatanya tak bisa mengingat apa-apa.

Ia tengah menatap profil wajah Fianna dengan cara seperti itu—

“Hei, Kamito-kun? Kenapa kamu terus mencabuliku secara visual sejak tadi?”

Fianna menoleh ke arahnya dengan wajah sedikit cemberut.

“Ah, bukan.......pencabulan visual?”

“Misalnya seperti mengubah Tuan Putri jatuh ini menjadi tak berdaya, atau melatihnya seperti budak. Kamito-kun, kamu memang bebas menjadikan itu semua sebagai ilusi mesummu tapi......begini, jujur saja, aku merasa nggak nyaman kalau dijadikan ilusi kenikmatan pria pubertas sepertimu.”

“Kamu pikir aku ini orang macam apa?”

“Ah, sebaiknya kamu tak menganggap enteng Gadis Tuan Putri, yang melayani Raja Elemental dari [Institut Upacara Kedewaan]. Aku bisa membaca pikiranmu seperti memungut sesuatu.”

Setelah mengatakan itu, Fianna mendekatkan wajahnya dan dengan lembut menaruh tangannya di dahi Kamito.

Ia secara refleks terkejut oleh sensasi dari kulit dingin lembutnya.

“......Eh? Mustahil, maid telanjang, itu memalukan......”

STnBD V02 115.jpg

“Yang memalukan itu cara berpikirmu!”

Kamito secara spontan berteriak.”

Selain itu, kenapa malah maid telanjang? Apa itu variasi lain dari apron telanjang? Kamito sedikit penasaran.

Pada saat itulah—

“Kamito, tentang penyajian daging gilingku ini, lebih enak matang? Atau yang setengah matang?”

“Ahh, aku lebih suka setengah matang.......Owa!”

Ketika menoleh, sebelum ia menyadarinya, Claire sudah berdiri di sana dengan tersenyum dan bola api mengapung.

“Ka.....ka.......kamu yang ter........ter......terburuk, sampai memikirkan maid telanjang, dasar mata keranjang!”

*Gogogogogogo-----!!*

“Tunggu, itu tuduhan salah — Fianna!?”

Kamito meminta bantuan namun Fianna sudah meninggalkan TKP dengan senyum nakalnya.

“Be.......berubahlah jadi batubara bersama ilusi tak senonohmu, dasar cabul !”

Bola api yang Claire tembakkan meledakkan Kamito bersama dengan dapur.


Bagian 4[edit]

Tak lama kemudian, 30 menit berlalu.

Di meja dimana para juri tengah duduk, masakan buatan mereka berdua sudah dibariskan.

Est, Scarlet, dan Kamito, yang sudah kecapaian, tengah duduk sisi demi sisi dalam satu baris.

Sebagai hasil pengambilan undian, mereka akan menyantap masakan buatan Claire dulu, namun—

“.....Ah, setidaknya aku harus bertanya. Apa ini?”

Gumpalan hitam sesuatu tengah tersaji di atas piring di hadapannya.

Bukankah itu lebih mirip benda bernama batubara yang selalu Claire ucapkan?

“Kalau kuingat ingat, kare makanan laut......kan? Itu yang kamu buat kan?”

“......Se......sepertinya sedikit hangus.”

Benda di hadapannya memang sudah hangus.........ini bukan lagi soal rasa.

“Ehh, bukankah gawat kalau aku memakan ini?”

“Ja......jangan menilai penampilannya, yang penting itu rasanya kan!?”

“Rasanya pahit sekali.”

Est, yang mengambil sesuap, bergumam tanpa ekspresi.

“......Est, kamu mengkhianatiku.”

“Bukankah sudah jelas? Est, kerja bagus.”

“Ap.....apa, Scarlet saja memakannya dengan nikmat.”

“Itu karena dia Roh Api. Dia mungkin nggak memiliki sesuatu bernama indera pengecap.”

Gumpalan hitam gosong itu benar benar dimakan oleh Scarlet, namun Kamito merasa kalau ketimbang memakan sesuatu, ia tengah membersihkan limbah. Setelah ia selesai makan, ia bersendawa bola api kecil.

“......Bukankah Est juga Roh!? Kupikir dia nggak mungkin memahami rasa masakan yang lezat.”

“Penggunaan kata tidak sopan pada Juri. Claire mendapat pengurangan poin.”

Tanpa ekspresi, Est mengangkat kartu pengurangan poin.

“Guu.......”

“Dengan hanya benda hitam, nggak perlu memakannya. Aku yang menang.”

Fianna menaruh tangannya di mulutnya dan senyum lebar muncul di wajahnya.

Memang, sepertinya dia merasa pemenangnya sudah ditentukan, namun mereka setidaknya harus makan dan menilai hasil masakannya.

*........Gutsu, gutsu, gutsu, gutsu, gutsu,*

Mereka melihat hidangan yang dibawa ke meja—

“I.....itu....”

Kamito nyaris kehilangan kata-kata. Est juga melebarkan matanya, Scarlet mengeong kecil.

Sepertinya adalah........sayur rebus.

Warnanya merah. Jauh lebih merah ketimbang saat Kamito melihatnya beberapa saat lalu, itu adalah sayur yang bahan-bahannya tak kelihatan sama sekali.

“Ehh, apa........ini?”

“Ini adalah hidangan khas keluarga Bangsawan Orudeshia, Sayur Putih.”

“Apanya yang putih!?”

Setidaknya di permukaan, yang bisa dia lihat hanya satu warna, merah. Selain itu, ada aroma mengerikan yang menusuk-nusuk hidungnya.

Itu karena bumbu pedas yang dia gunakan tadi, Kamito yakin soal itu.

“Ap.....apa ini!? Nggak mungkin ada orang yang mau memakan hal semacam itu!!”

Claire mengesampingkan masalahnya sendiri dan memprotes.........Memang, dia memahami perasaan itu.

“Ahh, putri dari keluarga Elstein hanya berkomentar tanpa mau mencicipinya.”

Fianna menyibakkan rambut hitam lembutnya dan memandang rendah Claire.

“Ini tidak adil. Aku ragu itu sesuatu yang seorang bangsawan, yang menjadi figur masyarakat, akan lakukan.”

“Uggg.......!”

Kesampingkan ketidakadilan, Fianna juga tak mencicipi benda hitam Claire, namun Claire, yang terlalu membanggakan dirinya, sepertinya tak menyadari hal itu.

Atau mungkin Kamito harus menyimpulkan kalau ia lemah pada provokasi menyangkut status bangsawannya. Dia menjadi sangat lemah kalau harus melibatkan nama keluarga dan harga dirinya sebagai Bangsawan.

“Aku........aku paham, nggak masalah selama aku mencicipinya kan!? Lagipula aku tahan dengan makanan pedas.”

Setelah Claire mengangguk, Fianna menunjukkan senyum Iblis.

“Hei, Claire, itu sangat berbahaya—“

Tanpa waktu Kamito sempat menghentikan Claire, ia sudah menaruh sendok di mulutnya.

Dan, hanya sesaat kemudian—

“Hyguu-----!?”

*...........Patan!*

Tiba-tiba, dia jatuh ke meja.

“Cl......Claire, kamu nggak apa-apa!?”

Kamito membantunya dalam kepanikan namun mata Claire nampak berputar-putar.

“......Di.....dia benar benar pingsan!”

“Berarti aku yang menang.”

Fianna meletakkan tangannya di pinggangnya dan tersenyum.

“Emm, ini bukan pertandingan seperti itu?”

“Apa bukan?”

Fianna terlihat kaget.

Memang, Kamito merasa yakin kalau mereka tak memutuskan syarat yang tepat untuk menang.

“Tadi kamu bilang kalau kamu membuat Roh terpuaskan dengan Upacara dari [Institut Upacara Kedewaan] kan?”

“Iya, hanya dengan memakan sesuap, mereka kembali ke Astral Zero dengan puas.”

“Uh, kupikir mereka tak kembali dengan puas.”

“Masakan yang bahkan menghancurkan indera pengecap Roh........tak bisa mencegah gemetar.”

Est menggumamkan itu pelan.


Bagian 5[edit]

Ya Tuhan............hari ini sungguh banyak masalah

Sejak saat itu, satu jam sudah berlalu, Kamito tengah menggunakan shower yang dipasang di kamar mandi.

Karena Fianna bilang dia akan mandi nanti, Kamito memilih mandi terlebih dahulu tanpa halangan apa-apa.

Sekarang ini, Claire tengah dirawat oleh Scarlet dalam kamar. Saat ini dia mungkin sedang merintih di ranjang. Kamito berpikir dia sangat kasihan namun tak ada yang bisa dia lakukan.

Ini sudah waktunya bagi Est untuk tidur. Dia tak bisa kembali ke Astral Zero, jadi dia perlu banyak tidur, dan biasanya dia akan tidur selama setengah hari.

“Disamping itu....”—Kamito menggumam pelan sambil membasuh tubuhnya.

Fianna Ray Ordeshia.......ya?

Dia adalah gadis, yang merupakan Tuan Putri kedua dari Kerajaan Orudeshia dan kandidat Tuan Putri Roh kedua setelah Sang Ratu BencanaRubia Elstein. Kenapa dia bisa tahu identitas sejati Kamito? Kamito sama sekali tak paham apa niat sejati gadis itu mendekatinya.

Sepertinya dia juga nggak bermaksud membocorkan identitasku

Ketimbang mengancamnya dengan serius, Kamito berpikir kalau gadis itu hanya bersenang-senang dengan reaksinya.

.......Apa yang sebenarnya terjadi?

Pada saat Kamito hendak mematikan perangkat Roh Shower—

“Hei, Kamito-kun, aku masuk ya.”

Suara semacam itu datang dari ruang ganti pakaian.

“Hn, ah—“

Dia membalas.

“Ap......apa!?”

Kamito menoleh kebelakang dalam kepanikan.

*Gararaa*—pintu terbuka.

Yang berada disana—

“......Ada apa? Kamu kelihatan kaget sekali.”

Tuan Putri dengan selembar handuk mandi membalut tubuhnya.

“Ap......ap.......ap.......”

Kamito menjadi panik untuk sesaat.

“Fi.....Fianna, apa yang kamu lakukan?”

“Ya?”

Si Tuan Putri sedikit memiringkan kepalanya dan membuat senyum menawan.

Dia memiliki tubuh putih langsing. Dia memiliki pinggang sempit elegan. Selain itu, ada payudaranya yang membengkak besar. Kamito berpikir kalau kaki putih telanjangnya, yang terlihat dari celah handuk mandi, sangat mempesona tak seperti gadis berusia 16 tahun.

Kamito dibuat membisu—

“Apa, bahkan bagiku, melakukan hal seperti ini.............sangat memalukan, tahu?”

Lututnya saling bersentuhan dan ia bergumam halus.

Perlahan, Fianna melepas handuk mandinya.

“....!?”

Kamito spontan menutup matanya dengan kedua tangannya—namun,

“Ba.....baju renang?”

Fianna mengenakan baju renang terpisah dibalik handuk mandi.

Itu adalah baju renang festival air, dimana selapis kain tipis dikenakan di area dada dan kain tenunan dikenakan disekitar pinggangnya.

Dia memiliki kaki jenjang yang seksi dan pinggang langsing yang menunjukkan postur elegannya.

Lekuk-lekuk di tubuhnya sangat indah seperti bidadari yang turun dari langit.

Kamito dalam sekejap terpesona olehnya—

“Eh, ada.......apa?”

“Ap......apa?”

“Me......menunjukkan kulit telanjangku pada laki-laki.......Kamito-kun, kamu yang pertama, tahu.”

Suara Fianna sedikit bergetar saat dia bergumam dengan malu-malu.

“Ke.......kenapa?”

Kamito menelan ludahnya.

.....Dia sama sekali tak memahaminya. Kenapa gadis ini harus melakukan hal seperti itu?

Seolah keraguannya disingkirkan—

“Hei, duduklah.”

Fianna dengan lembut menyentuh bahu Kamito dengan tangannya dan membuat Kamito duduk menghadap arah berlawanan.

Itu adalah sensasi tangan dingin lembut seorang gadis. Detak jantungnya menjadi makin cepat.

“Fianna, apa yang kamu rencanaka.......”

*Fuyon!*

“....!”

Mendadak, sensasi lembut elastis ditekan di belakang punggungnya.

Punggung Kamito melompat dalam kepanikan.

Fianna terbatuk-batuk kecil—

“Se......seorang Tuan Putri sepertiku sedang menggosok punggungmu. Anggaplah ini kehormatan.”

Dia mulai menggosok punggung Kamito dengan handuk tubuh berbusa-busa.

“Em, tunggu sebentar, kenapa kamu—“

Kamito tak bisa memahami apa yang terjadi dan dalam kondisi pikiran kacau.

Namun, kalau dia menoleh kebelakang, dia akhirnya akan melihat penampilan baju renang seksi Fianna, jadi dia tak berani bergerak.

“Ja......jaga sikapmu, apa kamu mau membuatku malu?”

Ujar Fianna dengan nada cemberut dan menggosok kuat kuat punggungnya.

“Ba....bagaimana? Apa terasa nyaman?”

“Tapi, meskipun kamu menanyakan hal seperti itu........”

Jujur saja, terasa sangat nyaman.

Atau, dengan gadis cantik sedekat ini, tak mungkin tidak akan terasa nyaman.

Namun, Kamito merasa dia akan kehilangan sesuatu yang penting secara pribadi kalau dia mengujarkan pikiran jujurnya.

“Ka.....kamu ternyata sangat keras kepala.......cepatlah terjerat olehku!”

“Terjerat?”

*Funyu, Funyun.*

Dia merasa baru saja mendengarkan suara berbahaya, namun panca inderanya dibawa lari oleh sensasi payudara yang menekannya, dan pikirannya segera menjadi linglung.

Ini......gawat.....!

Kamito, yang dibesarkan sebagai Assasin sejak masih muda di [Sekolah Instruksional] tak pernah menerima latihan untuk melawan godaan semacam ini. Karena, dia masih dalam usia yang tak memerlukan cara-pencegahan untuk hal semacam itu, dan Roh Terkontraknya selalu menjauhkan semua wanita yang mencoba dekat-dekat dengannya.

Namun, Kamito sekarang adalah pemuda yang sudah di usia untuk menikah.

Dia sudah di ambang kehilangan akal sehatnya oleh sensasi payudara di belakangnya, ditekan melalui baju renang tipis.

“H....hei.....kamu menyentuh mana?”

“Ta.....tahanlah sedikit! Nanti kuceritakan identitasmu pada cewek itu.”

“Be......benar juga! Kenapa kamu tahu soal Ren Ashbell—“

Kamito hampir menoleh dan bertanya padanya—pada saat itulah,

Bam!----Tiba-tiba, pintu kamar mandi terbuka.

“......!?”

Yang berada di sana adalah—

“C.....Claire?”

Claire Rogue, yang tengah melihat ke arah bawah dan dengan bahu bergetar hebat.

“Kuu, tak bisa kupercaya kamu sudah siuman........”

Fianna menggigit bibirnya erat-erat.

“Ka......ka......kalian, ap......ap......apa yang kalian lakukan?”

“Ja.....jangan salah paham, ini,emm—“

*Gogogogogogo....!*

Rambut merah Claire bergetar kuat seperti api yang berkobar.

Kamito menyerah karena akan dijadikan batubara lagi seperti biasanya.

“........”

Pergerakan Claire, setelah mengangkat cambuknya ke atas, mendadak berhenti.

Di pupil merah delimanya, api membara dahsyat, sembari ia melotot tajam pada Fianna.

Fianna menunjukkan ekspresi tidak senang. *Pitoo*—dia menempelkan dadanya ke punggung Kamito.

“Fianna!? Ke.....kenapa kamu harus menambahkan minyak kedalam—“

Kamito mencoba memisahkan tubuh mereka dalam kepanikan namun lengannya dipegang erat-erat.

“Aku sedang menggosok punggung Kamito. Bisa tolong jangan ganggu kami?”

“Kuu, ka.....kalian........”

Ah.......habislah aku........

Kamito dengan aneh menutup matanya dengan mood tenang.

Namun, tindakan yang Claire lakukan selanjutnya sangat diluar dugaan.

Bukan Claire yang biasanya dimana dia akan menghajar Kamito dengan Lidah Apinya—

“Aku.....aku......aku juga akan menggosok punggungmu.”

“Eh?”, ”Hah?”

Ia menatap tajam pada mereka berdua yang terbengong bengong—dan menegaskan,

“Maksudku aku juga masuk ke kamar mandi!”


Bagian 6[edit]

STnBD V02 004-005.jpg

“Ba.....bagaimana Kamito? Apa terasa nyaman?”

“Ah, aku yang sudah membuatmu merasa nyaman kan?”

Tu......tunggu, apa.......situasi macam apa ini!?

Tiga menit kemudian, kepala Kamito penuh oleh kepanikan.

..........Dia berpikir kalau ia tengah mengalami mimpi buruk tak senonoh. Namun, sensasi yang ia rasakan di punggungnya itu sungguhan.

Di kamar mandi untuk satu orang, entah mengapa ia tengah tertutupi busa sabun dengan dua gadis cantik.

Makin parahnya, Claire bahkan tak mengenakan baju renang. Tubuh telanjangnya hanya dibungkus oleh handuk mandi.

Rambut merah berkilaunya nampak indah diatas kulitnya yang seputih susu.

Dia memiliki postur mungil dan proporsi tubuh langsing.

Tubuhnya yang seperti peri cantik itu sudah cukup mempesona, meskipun tak punya payudara.

Ada tanda sabuk merah di pahanya yang terlihat dari celah handuk. Claire memasang cambuk kulit untuk melatih binatang di sekeliling pahanya. Tanda itu entah kenapa nampak merangsang.

Kamito mati-matian berusaha tak melihat keduanya, namun karena ukuran ruangannya sangat kecil, dia akhirnya akan menempel di kulit mereka dengan hanya sedikit gerakan. Sensasi itu justru membuat imajinasinya semakin liar.

“Kyaa........hei, apa yang kamu sentuh, idiot!”

“Ah, kalau kamu bergerak seperti itu, kamu akan menggosok depanku.......Hyauu.”

Situasi itu terjadi hanya dengan menggerakkan tubuhnya sedikit karena merasa geli.

Ampuni aku......

Kalau laki-laki sebaya mendengar hal ini, mereka pasti akan menganggapnya Shangri-la atau mimpi, namun,bagi Kamito, ia merasa seolah-olah sedang duduk diatas ranjang paku.

.......Kenapa ini semua harus terjadi, ia sama sekali tak memahami hal itu.

Mungkin karena Claire memiliki sikap berlawanan dengan Fianna sampai dia mengeluarkan ucapan seperti itu, dan karena itulah ia tak bisa mundur namun—bagi Kamito, yang terseret dalam situasi ini, hal itu tak bisa ditolerir.

Ia harus keluar dari tempat ini secepat mungkin, tapi kalau dia bergerak sedikit saja, dia akan bersentuhan langsung dengan kulit mereka, jadi meskipun dia berniat kabur keluar, dia tetap tak bisa keluar.

“Hei, aku yang membuatmu merasa nyaman kan? Katakan kalau ini terasa nyaman!”

“Ouuuchh.......kamu mengelupas kulit di punggungku.”

“Eh, terasa begitu sakit ya? ........Wow, punggungmu penuh bekas luka.”

“Ahh, itu karena aku selalu dilukai oleh orang tertentu.”

“Ma......maaf......”

Kamito merintih dengan wajah kesakitan dan Claire meminta maaf dengan canggung.

“—Nggak, bercanda kok. Ini semua luka dari masa lalu.”

Luka-luka di punggungnya ia dapat ketika ia masih menyebut dirinya Ren Ashbell (Penari Pedang Terkuat) sebelumnya.

“......Hn? Fianna, apa yang kamu lihat?”

—Claire merengut dan menatap Fianna.

“Bu.....bukan apa-apa.”

“Ada apa dengan Segel Rohku?”

Fianna sudah melihat seksama segel Roh Claire di tangannya sejak tadi.

“Bu.....bukannya kukatakan tak ada apa-apa!”

Fianna mengeluarkan suara gugup tak seperti ia yang biasanya dan dengan cepat membuang tatapannya.

Claire menatapnya dalam kondisi semacam itu, sepertinya kebingungan—

“......Segel Rohmu ada di tempat seperti itu. Sungguh tak biasa.”

Ia sudah menatap sekilas pada sebagian Segel Rohnya di belahan dada Fianna, yang mengenakan baju renang.

“Kalau kuingat lagi, kamu pengguna Roh Suci kan?”

“Ya.....itu benar.”

Fianna, yang membalas ucapannya, memasang wajah kaku.

“Roh macam apa milikmu, panggil dan tunjukkan pada kami.”

Kamito juga cukup tertarik dengan hal itu. Sebagai rekan tim yang ikut dalam misi yang sama, mereka setidaknya harus memahami tipe Roh yang digunakan rekannya. Itu juga, tentu saja, tugas penting berada dalam tim.

Namun, entah kenapa Fianna membuang mukanya dengan wajah kurang senang.

“Nanti kutunjukkan kalau perlu. Kontraktor Roh tak bisa begitu saja memanggil Roh Terkontraknya.”

Memang, ada juga Kontraktor Roh dengan cara berpikir seperti itu diantara para siswa Akademi.

Karena ada kemungkinan Roh mereka akan diselidiki oleh lawan dari penampilan atribut mereka, kelemahan, dan sebagainya.

Di sisi lain—

“Kalau kamu nggak membuat komunikasi dengan Roh Terkontrakmu setiap hari, rasa saling percaya takkan bisa terbentuk.”

Ada juga yang cara berpikirnya seperti Claire, dan mereka adalah mayoritas dalam Akademi.

Karena kedua pilihan memiliki alasannya tersendiri, tak ada dari keduanya yang salah, namun—

Entah kenapa, kata-kata Claire itu membuat Fianna nampak marah.

“......Kamu takkan paham, Claire Rogue.”

“....? Hei, apa maksudmu dengan itu—“

“Aku keluar dulu.”

Fianna menggumam denga suara seperti es dan segera berdiri.

—Pada saat itu.

Kamito mendengar sedikit suara dentingan senjata dari kejauhan.

Itu adalah sesuatu yang takkan bisa didengar manusia normal, suara benturan logam.

Namun Kamito, yang pernah menerima latihan di [Sekolah Instruksional], mendengarnya dengan jelas.

“Kamito, ada masalah apa?”

“Ada pertarungan terjadi di dalam Akademi—“

Mungkin saja itu duel sesama siswa. Tidak, kalau itu terjadi, Ksatria Sylphid seharusnya menghentikannya dengan cepat.

“Aku mendapat firasat buruk.”

Ia merasakan ketidaknyamanan murni—Jujur saja, intuisinya sebagai Kontraktor Roh, yang sudah diasah melalui pertarungan tak terhitung jumlahnya—Itulah satu satunya yang ia ingin percaya bahwa instingnya masih belum tumpul.

Tak diragukan, ada sesuatu yang buruk terjadi—

Dia menyerbu keluar dari kamar mandi, buru-buru mengenakan seragamnya, dan kemudian Est bangun, menyeka matanya dan terlihat mengantuk, dalam piyama. Sepertinya Roh Pedang ini merasakan fenomena tidak biasa.

“Kamito, ada hal gawat terjadi diluar sana.”

“Ahh, maaf sudah membangunkanmu, Est.”

“Tidak, Kamito. Aku adalah pedangmu.”

Kamito menggenggam tangan kecil Est, dan tubuh gadis itu mendadak berubah menjadi partikel cahaya.

Tak berapa lama kemudian, tangan Kamito menggenggam Senjata Elemental—Est Pemusnah.

Ia merasa kalau Pedang yang dipegangnya lebih kecil dan kecerahannya lebih suram dibandingkan biasanya, namun karena Est baru bangun tidur, apa boleh buat.

Kamito melompat dari jendela ruangan.

“Tu......tunggu........ahh, ayolah! Datanglah, Scarlet!”

Claire memanggil Scarlet dan melompat keluar untuk mengejar Kamito.

Bab 5: Seorang Yang Akan Mewarisi Sang Raja Iblis[edit]

Bagian 1[edit]

“Apa-apaan ini.........”

Muncul dari hembusan angin kuat dari Roh Angin Sihir, Ellis, yang muncul dengan gagah, dibuat membisu.

Terdapat adegan yang sangat sulit dipercaya di hadapan matanya.

Para Ksatria dari Ksatria Sylphid, yang bertugas menjaga aturan publik Akademi, jatuh bertumpukan di tanah.

Hanya siswa Akademi dengan prestasi bagus yang bisa bergabung dalam Ksatria Sylphid. Namun kenyataannya—

Jangan-jangan mereka dikalahkan hanya oleh seorang penyusup!?

Di tengah tengah kegelapan, dimana hujan turun rintik-rintik.

Sesosok kecil, yang mengenakan jubah lebar berkerudung, tengah berdiri di tengah-tengah para gadis yang berjatuhan.

“Apa itu kamu, brengsek!? Yang melakukan semua ini!”

Ellis mengajukan pertanyaan. Tangannya sudah memegang Senjata Elemental—[Elang Cahaya].

Baru 30 menit lalu saat ia mendengar laporan bahwa ada penyusup yang muncul dalam Akademi dan telah mencuri material super rahasia tentang Spesifikasi Segel dari perpustakaan. Ellis segera menurunkan perintah pengejaran pada seluruh ksatria, dan selagi ia menggunakan Roh Anginnya untuk memberi perintah pada semua regu, dia mengejar si penyusup seorang diri.

Dan kemudian, usai melaju dengan kecepatan tinggi ke tempat ia kehilangan kontak dengan bawahannya, mereka sudah dalam kondisi seperti itu.

Kontraktor Roh di hadapannya masih terdiam. Hanya hawa kehadiran menekan yang ia rasakan darinya.

“—Baiklah, kalau begitu, aku akan membuatmu bicara entah kau menyukainya atau tidak.”

[Elang Cahaya], yang Ellis pegang dengan kuda-kuda, terselimuti oleh hembusan angin kencang.

Hanya dengan melihat, sosok Roh Terkontrak tak bisa ditemukan dari sekeliling orang itu. Sepertinya orang itu juga tak memegang Senjata Elemental.

Namun, si Kontraktor Roh di hadapan matanya, sudah menjatuhkan 5 gadis dari Ksatria Sylphid.

Apa dia menggunakan tipe Roh yang bisa merasuki tubuh manusia?

Identitas lawannya masih belum diketahui. Atau, jauh dari mengetahui sosok Roh Terkontrak, apa lawannya memang Kontraktor Roh?—Tidak, mungkin bukan hanya itu. Misalnya, kalau seseorang meluncurkan serangan kejutan, sampai-sampai seseorang, yang bahkan bukan Kontraktor Roh, mengalahkan lima anggota Ksatria seorang diri itu mustahil.

Kalau begitu, aku hanya perlu memastikannya dengan mata kepalaku sendiri—!

Ellis mengambil kuda-kuda dengan Elang Cahaya dan menyerang lurus ke depan.

Lawannya akhirnya bereaksi. Suara bergumam kecil terdengar dari balik kerudung—

“—Terwujudlah, Taring Serigala.”

Pada saat itulah, pola-pola garis muncul di tanah, dan Roh dengan penampilan serigala ganas dipanggil.

“Jadi itu Rohmu ya!? Sayangnya, itu bukan tandingan Roh Angin Sihirku!”

Sambil berlari, Ellis memegang tombaknya secara horizontal sempurna.

Hembusan angin kencang yang ia luncurkan menggilas pepohonan di sekelilingnya sambil menyerbu lurus ke arah Taring Serigala.

Ellis bergerak makin cepat seolah tersedot dalam pusaran angin buatannya sendiri, mengabaikan Taring Serigala yang bergerak melenceng, dan mengincar langsung ke arah Kontraktor Rohnya.

Tan!—Dia menendang tanah. Rok Akademinya berkibar dan Ellis telah melompat.

Dia hendak melepaskan jurus pamungkasnya, serangan menukik tajam dari langit. Itu adalah teknik yang telah mengalahkan para seniornya sepanjang Latih Tanding.

Dengan Roh Terkontraknya melenceng, si Kontraktor Roh, yang tanpa pertahanan, melihat ke atas.

Dan kemudian, orang itu menghadap Ellis dan mengarahkan telapak tangannya ke arahnya.

“Apa!?”

“—Terwujudlah, Gear Perusak!”

Pada saat itulah, halilintar putih kebiruan, meluncur dari telapak tangannya, ditembakkan ke arah Ellis.

Ellis, yang tak menyangka kalau serangan akan datang langsung ke arahnya, menerima serangan telak dan terlempar tanpa sempat mengelak di tengah udara.

Tanpa jeda, Taring Serigala menyerbu dan menyerangnya. Ia menekan Ellis, yang terlempar ke tanah, dan mencoba menggigit batang lehernya. Namun tepat sebelum itu terjadi—

*Hyuu!* Dia berpikir dia mendengar suara yang merobek udara, kemudian, tubuh Taring Serigala terpotong menjadi empat bagian dalam sekejap, dan terbakar menjadi debu.

“.....!?”

Ellis, mengangkat wajahnya, dan memandang warna merah tua yang baru saja merobek angin dengan matanya—

“Kamu berhutang satu padaku, Ellis Fahrengart!”

Claire Rogue dari kelas Raven turun dengan Lidah Api di tangannya.

Dan kemudian—

“Ellis, kamu baik-baik saja!?”

Bersenjatakan Pedang Perak, Kazehaya Kamito datang sambil berlari.


Bagian 2[edit]

Kamito menyerbu ke sisi Ellis, yang sudah terjatuh di tanah.

Bersenjatakan Senjata Elemental—Est Pemusnah, ia berdiri dengan melebarkan lengannya seolah melindungi Ellis.

Claire hanya beberapa jarak darinya, dan Fianna juga datang tak lama kemudian, sambil terengah engah.

“Ellis, kamu tak apa-apa!?”

“.....I-Itu bukan masalah besar.”

Kamito mengangkat Ellis dengan bahunya, dan Ellis tersipu sambil membuang wajahnya.

“Apa yang sebenarnya terjadi!? Siapa orang itu?”

“Itu sama sekali bukan urusan kalian. Ini adalah masalah para Ksatria, jadi kalian mundurlah.”

“Mana bisa begitu. Kita adalah Kontraktor Roh. Dan meskipun tak ada Ksatria, kita punya kewajiban bertarung untuk melindungi Akademi.”

“Itu benar, tapi—“

Menatap langsung ke wajah Ellis, Kamito berkata.

“Teman berharga kami terluka; apa menurutmu kami akan diam saja?”

“Kamito......”

Wajah Ellis merona merah, dan ia dengan erat menekan dadanya.

—Pada saat itulah.

“Hei, tak bisa kupercaya kau datang juga, Kazehaya Kamito.”

Kontraktor Roh di hadapannya mulai angkat bicara. Entah kenapa, nadanya terdengar menyebalkan.

“......Siapa kau? Kenapa bisa tahu namaku?”

“Namamu sangat terkenal, tahu? Kau sama denganku, Kontraktor Roh laki-laki.”

“Apa!?”

Kontraktor Roh di hadapannya perlahan melepas jubah lebar berkerudungnya.

Pada saat itulah, semua yang ada di tempat itu menelan ludah mereka.

Yang terlihat dari balik jubah itu adalah—

Kulit coklat gelapnya, yang dihiasi tato sepanjang tubuhnya; dengan merah mata tajam dan bersinar, ia adalah—laki-laki.

“Kenapa bisa........jangan-jangan, ada Kontraktor Roh laki-laki selain Kamito?”

Claire berbicara dengan nada terkejut.

Ia bukan wanita yang menyamar menjadi laki-laki.

Bukan hanya wajah dan suaranya, dilihat dari manapun ciri fisiknya, tanpa ragu ia adalah laki-laki.

Pria ini, siapa sebenarnya...........Tunggu, kesampingkan hal itu dulu—

Di hadapan Kamito, para gadis Ksatria yang terluka berjatuhan.

“—Apa itu semua perbuatanmu!?”

“Yea. Namun, aku tak membunuh mereka. Cewek-cewek itu dibesarkan di kebun miniatur mewah sehingga tak layak dibunuh.”

“Apa katamu!”

“Tenanglah, Ellis, itu hanya provokasi murahan.”

Ellis menggeretakkan giginya dan berbisik di dekat telinga Kamito.

“Berhati-hatilah Kazehaya Kamito. Dia memiliki Kontrak Ganda dengan Roh.”

“Kontrak Ganda!?”

Kontrak Ganda adalah, dengan kata lain, kontrak dengan dua Roh di saat yang sama.

Dengan menggunakan beberapa Roh, seseorang bisa menutupi kelemahan dari gaya bertarungnya.

Namun, membuat Kontrak dengan beberapa Roh hanya akan memberi dampak merugikan dalam banyak kasus.

Sesama Roh Terkontrak menyebabkan keikut campuran, sehingga mustahil untuk mewujudkan kekuatan orisinal mereka.

Kamito yakin berada dalam situasi itu sekarang. Selama Kontrak dengan Roh Kegelapannya belum hilang, hal itu akhirnya mengganggu kekuatan Est, yang pada dasarnya adalah Roh yang lebih kuat.

“.......Kontraktor Roh laki-laki, selain itu, Kontraktor Ganda?”

Ellis mengangguk.

“Hei, bisakah kalian lepaskan aku hari ini saja? Aku tak punya mood melawan kalian sekarang.”

“Apa-apaan itu?”

Kamito merengut pada pria itu, yang mengibaskan tangannya dengan santai seolah ingin mempermainkannya.

“Selama aku mendapatkan ini, semua beres.”

Pria itu mengeluarkan litograf hitam kecil dari kantong dadanya untuk ditunjukkan pada mereka.

“Apa itu?”

“Material super rahasia tentang Spesifikasi Segel yang aku curi dari Perpustakaan Akademi. Dengan memakai Perangkat Roh Khusus, ini terisi dengan informasi super padat yang sulit untuk ditranskripsi."

Sambil mempersenjatai dirinya dengan Tombak Angin Sihirnya, Ellis bergumam,

“Material Super Rahasia tentang Spesifikasi Segel? Kenapa kau harus mencuri hal seperti itu—“

Pada saat itu, cambuk kulit terbang ke arah tangan pria itu.

Itu adalah serangan kejutan Claire. Apa sudah diprediksi? Pria itu dengan mudah menghindarinya—

“—Kamito, Ellis!”

“Oke!”

Sebelum Claire berteriak, mereka berdua sudah bergerak.

“Cih, kalian semua benar-benar bodoh—“

“Brengsek kau—“

Merasa kalau rekan-rekan Ksatrianya sudah dilecehkan, Ellis mengamuk.

Dia mengayunkan Elang cahayanya secara horizontal sempurna—Bilah bilah angin, menari dengan putaran mematikan, meratakan pepohonan di kiri kanannya.

“Hah, serangan itu lagi? Kau benar-benar tak sabaran!”

Sambil menghindari amukan bilah-bilah angin, pria itu melompat.

Dia memiliki kekuatan lompatan super. Dengan mudahnya melewati semua itu dengan gerakan seperti bayangan, dia meluncurkan tinju keras ke perut Ellis, yang datang menyerbu.

“Guu—“

“Ellis!”

Kamito berteriak.

Dengan hanya satu serangan pada Ellis.......

Pria itu, yang membuat Ellis pingsan, sudah melompat ke dalam kegelapan.

“Jangan kabur!”

Claire segeran mengayunkan Lidah Apinya. Dengan indah menari membentuk busur, sabetan merah panas berkobar dengan anggun sepanjang gelapnya malam.

Sebuah patung, yang berbentuk Raja Elemental, terpotong dalam sekejap, dan terlempar dengan suara ledakan keras.

Kamito mengambil kuda-kuda dengan Est Pemusnah, dan melompat ke dalam kepulan debu.

Serangan barusan seharusnya bisa mengenainya. Dia mencari keberadaan musuh dengan hawa kehadirannya—

Pada saat itulah, hasrat haus darah terasa dari belakangnya.

Kamito segera melompat ke samping. Kilatan pisau pembunuh mengayun di tempat kepalanya berada beberapa saat lalu.

Pria itu berjalan tanpa suara sama sekali. Ia tak memberi kesempatan Kamito untuk mengambil jarak diantara mereka.

Tak ada pergerakan sia-sia—seolah itu adalah gerakan dari Pembunuh Tersembunyi.

Pria ini—apa dia seorang Assasin profesional!?

Kamito berhasil menghentikan tikaman pedang yang baru dicabut, berkilat dalam kegelapan,dengan pedangnya.

Pada saat itulah, hantaman hebat terasa di perutnya. Pukulan kuat dilancarkan, dan Kamito agak terhuyung. Pisau Assasin menyerbu ke arahnya—namun Kamito menangkis pisau dengan bagian bawah tinjunya, dan dengan paksa bergumul di tanah, untuk mencari jarak.

“Hei, bukankah kau hebat? Seperti yang kuduga dari Penari Pedang Terkuat.”

“Apa!?”

Mata Kamito melebar dalam kekagetan.

Pria ini, apa dia mengetahui identitas sejatiku?

Pada celah momen itu, ketika kesadarannya pergi untuk sesaat, pria itu tersenyum dan datang melompat lagi.

Tak ada senjata di tangannya. Kamito bersenjatakan Est Pemusnah—

“—Terwujudlah, Falchion!”

“Apa!?”

Kilatan api besar meletus. Est Pemusnah, yang diayunkan secara horizontal ke arahnya, berhasil ditangkis.

Yang pria itu pegang di tangannya adalah Pedang Biru besar yang bersinar.

Itu bukan pedang biasa—itu adalah Senjata Elemental dari Roh Pedang.

“Roh Terkontrak ketiganya!?”

Kamito sudah bersilang pedang berkali-kali dengan Kontraktor Roh yang menggunakan dua Roh di saat yang sama.

Namun, dia belum pernah dengar ada Kontraktor Roh menggunakan tiga atau lebih banyak Roh.

“Ini bukan hal yang patut dikagetkan. Raja Iblis Solomon dikatakan memiliki tujuh puluh dua Roh, tahu?”

“Jangan melucu......itu hanya legenda—“

“Bagaimana kalau eksistensi dalam legenda itu sekarang ada tepat di depan matamu?”

Pria itu menghias bibirnya dengan senyuman.

“Aku adalah Jio Jinzagi—seorang yang akan mewarisi Sang Raja Iblis.”

“Kamito, menyingkir!”

Pada saat itulah, tak terhitung bola api meluncur dari belakang. Itu adalah Sihir Roh Claire.

Kamito segera bereaksi dan melompat.

Itu adalah hujan bola api. Namun, pria itu—Jio Jinzagi mengacungkan tangannya dengan sikap tenang.

“—Terwujudlah, Aerial!”

Hembusan angin padat dilepaskan secara radikal.

Putaran angin kencang menghapus bola-bola api dan melempar puing-puing di sekelilingnya bersama dengan Kamito.

Aerial.......Roh Terkontrak keempatnya!?

Bayangan Jio muncul tepat di atas Kamito, yang terlihat kaget.

Di saat yang sama dengan meluncurkan Aerial, ia menggunakan kekuatan kakinya dan melompat.

Ujung Roh Pedang di tangannya berkilau keperakan.

“Matilah—Ren Ashbell!”

“......!?”

Ke arah jantung Kamito, ujung pedang berkilau itu mendekat—

Pada saat itulah, sebuah puing terbang ke arahnya dari sebuah arah.

“Cih—“

Jio menangkisnya secara refleks, dan pada saat itu—

Kilatan cahaya seperti matahari pagi mengisi seluruh bidang pandangnya.

Jio, yang matanya dibuat tak berdaya, kehilangan pedangnya dan menusuk tanah.

Kamito dengan cepat memulihkan posisinya.

*Katsun!*—Terdengar suara aneh. Batu transparan yang remuk jatuh di kaki Kamito.

........Ini kan Bijih Roh?

Kamito kaget dan menoleh ke belakang.

Disana—

“Hei, kalau bisa, tolong jangan lupakan aku?”

Fianna tengah berdiri disana dengan tangan di pinggangnya.


Bagian 3[edit]

Kamito mungkin menyadari kalau suara Fianna terdengar gemetaran.

Namun, Fianna tetap berdiri menatap tajam musuh di hadapannya—Jio Jinzagi.

Terdapat 3 Bijih Roh di tangannya. Setiap potong memiliki Roh Kilat tersegel di dalamnya.

Penampilannya mungkin terlihat mengkilat, namun kekuatan serangnya hampir tidak ada; paling banter hanya bisa dipakai untuk mengalihkan perhatian.

Memang bisa menjatuhkan pria itu dalam serangan kejutan tadi, namun dia mungkin bukan lawan yang akan terkena trik kekanak-kanakan seperti itu lagi.

Jio Jinzagi perlahan mengalihkan tatapannya pada Fianna.

Dipelototi oleh mata merah tajam nan menusuk itu, bahu Fianna bergetar,

“Hei, apa tadi kau yang sudah menggangguku?”

“Dia milikku. Jangan ganggu dia.”

“Begitu—“

Jio menghadap ke arahnya secara langsung dan mengacungkan tangannya.

“—Terwujudlah, Cahaya Bersinar!”

Tombak cahaya menyilaukan tercipta dari tangannya—dia memutuskan mengincar jantung Fianna.

“Ah—“

Fianna—bahkan tak bisa bergerak.

Seperti mangsa yang sudah diincar predator.

Bijih Roh yang digenggamnya berjatuhan. Ujung jarinya bergetar karena rasa takut.

“Tidak, ini sama seperti hari itu—“

Dalam pikirannya muncul kilas balik.

Empat tahun lalu, saat ia berdiri di hadapan dia, pada hari itu.

Hari itu dimana dia merasakan takut dan keputusasaan, ketika hati Fianna benar-benar patah.

Dia sudah berniat melawannya dan mencoba mengeluarkan keberaniannya, namun getar tubuhnya tak mau berhenti.

“Maka, matilah—“

Jio melempar tombak cahayanya.

“Fianna!”

Claire meluncurkan Lidah Apinya, namun takkan sempat dalam jarak sejauh itu.

Fianna menutup matanya. Sesaat kemudian, ia menyerah pada nasib karena merasa akan mati.

Namun—

“.....Eh?”

Rasa sakit ketika jantungnya ditembus yang seharusnya ada sama sekali tak terasa.

Ketika dia membuka matanya—

“Kamito-kun?”

Kamito berada di hadapannya dengan membuka lengannya, dan menghentikan tombak cahaya dengan tangan kirinya.

Darah merah mengucur dari telapak tangannya yang tertusuk.

“Whoa, aku salah menilaimu rupanya. Kau sampai melindungi orang tak berguna macam itu.”

“Berisik........Fianna adalah teman kami.”

Kamito merintih untuk menekan rasa sakitnya, dan berlutut di tempatnya berdiri.

“Tak masalah, kalau kau begitu ingin mati, maka akan segera aku bunuh—“

“Mana bisa kubiarkan, pria itu adalah Budakku!”

Pada saat itulah, Lidah Api yang diluncurkan oleh Claire menyerang Jio.

Api merah membara menjilat tanah. Jio mendecak lidahnya dan melompat.

—Pada saat itulah, suara armor dan helm berdentingan terdengar dari kejauhan.

Sepertinya karena mendengar suara pertarungan, pasukan bantuan yang terdiri dari sejumlah besar Ksatria telah datang.

“Cih, dalam situasi ini, kuampuni kau. Toh aku sudah mengambil material yang kuperlukan.”

“Takkan kubiarkan kabur!”

“Claire, jangan kejar dia terlalu jauh!”

Kamito menghentikan Claire, yang hampir akan mengejarnya.

“......Kamito, apa lukamu tak apa-apa?”

“Ahh, itu bukan hal bes.....Ouw!”

“Bo-Bodoh! Jangan memaksakan dirimu!”

Claire mendukung Kamito, yang masih menahan rasa sakitnya, di punggungnya.

“Kontraktor Roh laki-laki yang sama sepertimu.............siapa dia sebenarnya?”

“Yea.......Fianna?”

Kamito menyadari sesuatu dan menolehkan kepalanya.

Hasil dari ketegangan dan rasa takut tinggi membuat Fianna tergeletak pingsan di tempatnya tadi seperti benang yang diputuskan.


Bab 6: Pagi Keberangkatan[edit]

Bagian 1[edit]

—Empat tahun silam, adalah hari dimana hati si gadis yang masih kecil benar-benar hancur.

Api berkobar satu demi satu sepanjang kuil.

Api mengepulkan asap hitam dan berkobar dengan dahsyat. Terdengar teriakan dari para penjaga yang panik.

Pada hari itu, di kuil itu, dimana Sang Raja Elemental disembah, peristiwa besar yang mengguncang Kerajaan tengah berlangsung.

Tuan Putri Roh Api mendadak menyatakan pembangkangan dan mencuri Laevatein, Roh Api terkuat, dari dalam kuil.

Orang orang macam Ksatria Roh sama sekali bukan tandingannya. Laevatein yang mengamuk memegang Pedang Sihir Roh raksasa dan dengan mudahnya menggilas semua Roh yang menghalanginya.

Didalam lautan api dan asap hitam pekat, seorang gadis tengah berlari seorang diri.

Sang Tuan Putri dari [Institut Upacara Kedewaan], yang terbangun di kamar tidurnya, sudah kabur ke arah luar bangunan.

Namun tujuan si gadis bukan untuk melarikan diri.

Namun untuk menghentikan dia.

Gadis seniornya—Rubia Elstein, yang dia kagumi layaknya kakak perempuan dan sangat hormat padanya dari lubuk hatinya.

Ini pasti kesalahan, Rubia-sama tak mungkin melakukan hal—

Si gadis hampir kehabisan nafas, dan akhirnya mencapai gerbang masuk kuil.

Sang Tuan Putri Roh—ada disana.

Rambut merahnya berkibar di tengah hembusan angin kencang, dan di tangannya terdapat Pedang Api Merah membara.

Di malam mematikan itu, wajahnya, disinari oleh cahaya api, tampak sangat cantik.

“Rubia-sama.”

Si gadis menelan ludahnya.

Dia datang jauh jauh kemari untuk menghentikannya namun—

Di hadapan hawa haus darah mengerikan, berdiri saja sudah sulit baginya.

Namun, dia mengeraskan suaranya dengan berani.

Dia harus menghentikannya. Itulah tugas seseorang yang lahir dalam keluarga Kerajaan.

“Jangan — halangi aku.”

Sang Tuan Putri Roh memberi peringatan dengan suara tanpa emosi.

Pupil merah delimanya, membawa kobaran api panas, memandang rendah gadis di hadapannya seperti menembaknya habis habisan.

“Jangan, Rubia-sama. Tak mungkin saya akan membiarkan anda lewat begitu saja.”

Melotot balik pada mata tajam itu, si gadis melafalkan mantra pemanggilan Roh.

—Engkau, pelayan dari Sang Anak Raja, Ksatria dan Master Pendekar Pedang!
—Dengan Kontrak darah lama, jadilah pedang yang melindungiku, lekas dan datanglah ke sisiku!

Roh Terkontrak di gadis adalah Roh Suci peringkat tinggi, yang sudah melayani Keluarga Kerajaan Orudeshia selama beberapa generasi.

Meskipun dia tak bisa menang, dia seharusnya mampu mengulur sedikit waktu—

—Itulah yang dia pikirkan.

Namun.

“Kubilang jangan menghalangi aku.”

Pada saat itu, Sang Tuan Putri Roh mengayunkan Pedang Api Merah di tangannya.

Hanya dalam sesaat. Kilatan merah membunuh berkilau, dan Roh Suci yang baru saja dipanggil terkungkung dalam kobaran api membara dan lenyap.

“Ap......a.....”

Bukk. Si gadis jatuh di atas lututnya di tempat itu.

Sangat sulit untuk bernafas. Tenggorokannya terasa kram, dan dia bahkan tak bisa menghela nafas.

Itu adalah Roh Terkontrak yang selama ini sangat dia percayai.

Ksatria terkuat, yang selalu melindunginya sejak masih kecil, lenyap begitu cepat.

“T-Tidak, tolong aku......”

Ketakutan sia sia menghancurkan hati si gadis, yang sudah mengandalkan rasa kepercayaan dirinya, menjadi berkeping keping.

Membuang semua kehormatannya sebagai Bangsawan, si gadis menitikkan air mata dan mundur.

Si gadis itu bukanlah Tuan Putri kedua Kerajaan, maupun Gadis Tuan Putri elit dari [Institut Upacara Kedewaan].

Dia hanyalah gadis lemah dan tak berdaya.

Sang Tuan Putri Roh menepuk pinggangnya dengan lembut. Seluruh tubuh si gadis gemetar hanya karena itu.

“Fianna Ray Ordeshia—jangan pernah muncul di hadapanku lagi.”

Dia berbisik sangat dekat di telinganya, dan menghilang begitu saja di tengah tengah kobaran api.


Bagian 2[edit]

“......!?”

Fianna melompat dari ranjang.

Nafasnya tersengal sengal. Perasaan lengket tak nyaman tengah terasa di pakaiannya.

“Mimpi..........”

Setelah bergumam dan mengatur nafasnya, dia dengan erat menggenggam seprai ranjang.

Ini adalah kamar Claire di asrama Kelas Raven. Bersinar dari jendela adalah cahaya mentari pagi.

Sepertinya dia dibiarkan tidur sambil masih mengenakan seragamnya. Tak bisa dikatakan kalau itu nyaman untuk tidur, namun seragam dari [Institut Upacara Kedewaan], yang diperkuat oleh atribut suci, memiliki efek pemulihan rasa lelah.

Rahasiaku, sepertinya masih belum terekspos......

Sedikit membuka area dadanya, Fianna menghela nafas lega.

—Dan kemudian, ia ingat. Tentang tadi malam.

Kalau dia tak melindungiku pada waktu itu, mungkin sekarang aku—

Dia menggigit bibirnya, dan memperkuat tangannya yang menggenggam seprai.

.......Sama seperti hari itu. Pada akhirnya aku tak bisa berbuat apa apa.

Pada saat itu, pintu kamar mendadak terbuka—

“Fianna........kamu sudah bangun?”

“Kyaaa!?”

Fianna secara refleks berteriak, dan dengan cepat menutup area dadanya yang masih terbuka.

“M-Maaf!”

Kamito panik dan lekas membuang tatapannya.

“K-Kenapa kamu tiba tiba masuk..........”

“Maaf..........aku dapat sensasi yang sama seperti membangunkan seorang Ojou-sama, yang selalu bangun kesiangan.”

Sambil menggaruk kepalanya, Kamito meminta maaf. Di wajahnya nampak warna ketidaknyamanan.

“Tanganmu terluka. Apa nggak apa apa?”

“Ah, bukan hal besar. Apalagi Claire sudah memanggil tim medis.”

Kamito dengan santai mengibaskan tangannya, yang ditebas oleh Roh, untuk ditunjukkan padanya.

Kelihatannya luka lukanya memang sudah sembuh, namun ekspresinya tampak seperti ia tengah menahan rasa sakitnya.

“Maaf, gara gara aku. Karena aku tidak berguna.”

“Tidak, Fianna, kalau kamu tak memakai Bijih Roh waktu itu, habislah aku. Makasih sudah menolongku. Soal pelepasan Bijih Roh, bukankah harganya sangat mahal?”

“Bu-bukan hal istimewa, kamu pikir aku ini siapa?”

“Begitu.......kamu adalah mantan Tuan Putri Kerajaan.”

Sambil tersenyum garing, Kamito duduk di samping ranjang.

......Ng-nggak mungkin, kenapa wajahku jadi hangat, ada apa?

Jantung Fianna berdegup kencang.

Padahal aku hanya ingin memanfaatkannya tapi kenapa......

Entah kenapa supaya wajahnya tidak kelihatan, Fianna meletakkan tangannya di dekat lututnya dan melihat kebawah.

“Soal penyusup kemarin, sepertinya para Ksatria Sylphid masih menyelidikinya. Para Guru juga nampaknya dalam kondisi panik, namun, rencana kita berangkat untuk investigasi di Kota Tambang sudah direncanakan.”

Kamito memotong ucapannya disitu—

“Itu dia—sebelum kita berangkat untuk misi, ada yang harus kita bicarakan.”

“Bukankah terlalu awal untuk melamarku?”

“......Jangan pura pura bodoh. Kamu tahu kan? Tentang persoalan itu.”

Ujar Kamito dengan nada jengkel, dan kata, suara kecil terdengar dari luar ruangan.

Fianna tersenyum nakal. Itu adalah wajah seorang gadis saat ingin mempermainkan seseorang.

Sambil menyibakkan rambut hitam glamornya, dia dengan lembut meletakkan bibirnya dekat telinga Kamito—

“Aku paham. Hanya kita berdua saja, di tempat tanpa Claire, ada yang harus kita bicarakan berdua.”

“Hn? Ah, jadi begitu, tapi.....”

Cara bicaranya mengandung ketidak jelasan — Kamito mengernyit, dan pada saat itu—

Bam—pintu ruangan mendadak terbuka.

“Hei, Kamito, hanya kalian berdua saja, di tempat tanpa aku, hal penting macam apa yang kalian berdua bicarakan?”

*Gogogogogogogogogo......!*

“Claire!? Tu-tunggu, kamu salah paham, kata kata barusan bukan bermakna percakapan semacam itu—“

“Scarlet!”

Ketika Claire mengucapkan namanya, Kucing Neraka Panas muncul dari ruang kosong.

“K-K-Kamu punya dua pilihan.........dipanggang atau dibakar!?”

“—Fianna, mari kita kabur!”

“Eh.......Kyaaaaa!”

Kamito dengan lembut membopong Fianna, menendang jendela kamar dan melompat keluar.

“Ah, j-jangan kabur, tunggu!”


Bagian 3[edit]

Lapangan Akademi terasa sejuk dengan kabut pagi.

Rinslet Laurensfrost mengajak maid dan serigalanya berjalan jalan pagi.

“Carol, mari kita sarapan di ruang makan?”

“Baik, Nyonya.”

Carol mengangguk, sepertinya senang. Si serigala putih yang berjalan di sampingnya juga mengaum.

Kontras dengan penampilannya yang sangat garang, serigala ini secara mengejutkan membuat mata bundar yang imut. Ia adalah Roh Es Sihir peringkat tinggi [Fenrir], yang sudah melayani keluarga Laurensfrost selama beberapa generasi.

Mengajak jalan jalan Roh Terkontrak bukan hal yang aneh.

Roh sebenarnya sangat suka jalan jalan di hutan. [Hutan Roh] yang mengelilingi Akademi adalah lingkungan yang memberikan perasaan sangat bagus bagi Roh yang terwujud di dunia ini.

Para gadis dari Ksatria tengah berlari terburu buru di koridor Akademi yang mengelilingi lapangan.

“Ada apa ini? Sejak pagi berisik sekali.”

“Sepertinya ada pencuri yang menyusup ke Akademi tadi malam, Nyonya.”

“Sampai menyusup ke Akademi ini, berani betul pencuri itu—Ah?”

Tiba tiba mengernyit, Rinslet menaikkan suaranya.

Kamito tengah berjalan ke arah Hutan Roh dari Gedung Akademi.

Kamito tengah berjalan dengan gadis yang sangat cantik.

“Ah, itu Tuan Kamito. Gadis di sampingnya, kalau tidak salah, adalah siswa pindahan baru, Fianna-san.”

“......”

Rinslet menggembungkan pipinya, nampaknya cemberut.

“Entah kenapa, dadaku jadi terisi penuh oleh kemarahan.”

“Ah, Nyonya, apa anda membenci Tuan Kamito?”

“Iya, aku benci dia! Orang nggak tahu malu macam dia!”

“Namun, Nyonya, anda sepertinya sangat perhatian pada Tuan Kamito.”

“A-Aku cuma ingin mencuri budak Claire Rogue!”

Wajah Rinslet memerah, dan ia membuang mukanya.

—Dan kemudian, disana, ia mendapati kemunculan orang yang sangat dikenalnya dan mengernyit.

Tepat pada saat itu juga, Claire keluar dari gerbang terluar asrama kelas Raven.

Dia entah kenapa kelihatan aneh. Wajahnya dipenuhi oleh mimik depresi tak seperti biasanya.

Bahkan kuncir dua merahnya yang ia banggakan sekarang nampak kuyu.

“Apa yang sebenarnya terjadi?”

Rinslet bergumam, sepertinya cemas.

.......Dia mungkin rivalku, tapi tetap saja aku tak bisa mengabaikannya.

Biarpun mereka selalu berantem, dia tetap saja mengkhawatirkan teman kecilnya yang satu itu.

Meninggalkan Carol dan Fenrir di tempat itu, Rinslet dengan cepat mendekat dari belakang.

“Ke-Kenapa dia, apa dada besar itu bagus, gumpalan lemak itu.......”

“Ada apa dengan dada, Claire Rogue?”

“.....! Ri-Rinslet!”

Claire terkesiap dan berteriak.

“Bukankah dadamu yang kurang berkembang itu hal biasa?”

“Di-diam.......Oke, sudah cukup. Selain itu, apa kamu melihat Kamito?”

“Kamito-san, aku kebetulan melihatnya beberapa saat lalu. Dia sedang berjalan bareng cewek, hanya berdua saja.”

“A-Apa apaan itu!”

“Mereka masuk ke arah dalam Hutan. Kalau kamu mengejar mereka sekarang, mungkin masih sempat.”

Claire.......merintih.

“A-Aku nggak peduli sama cowok itu lagi! Kuharap dia mati tercekik karena tenggelam dalam dada!”

“Hei, Claire, apa yang sebenarnya terjadi?”

Rinslet bertanya, sepertinya kebingungan.

Claire menggigit erat bibirnya—

“Rinslet, jangan malu dan dengarkan.........Ke-kenapa dadaku kecil?”

Rinslet tersenyum ramah pada Claire, yang wajahnya membara merah.

“Kamu sama sekali nggak salah. Justru dadamu yang kurang berkembang itu yang salah. Selain itu, yang namanya pria maniak, seperti cowok itu, ada banyak di masyarakat.”

“Rinslet, bukankah kamu baru mengatakan hal penghancur hati sambil pura pura ingin menghiburku!?”

“Pasti cuma imajinasimu.”

Ujar Rinslet dengan enteng.

“Nggak masalah kok kalau aku bisa berbagi dan memberi dadaku buatmu, tapi—“

Dia bergumam—mendadak, Rinslet mengingat sebuah artikel yang ia baca dari suatu majalah.

“Claire, aku ingat metode untuk membesarkan dadamu.”

“Eh?”

Claire menatap Rinslet dengan mata penuh antisipasi untuk sesaat.

.......Namun, ia sekejap menggeleng kepalanya.

“.....Bo-bohong, nggak mungkin cara seperti itu ada. Aku pernah dengar rumor kalau ada Roh Dada Besar Legendaris di [Hutan Roh] waktu masih kecil dulu dan pernah memburunya, namun ternyata itu hanya rumor palsu.”

“Eh, ka-kamu sampai melakukan hal seperti itu?”

Rinslet, sudah diduga, terkejut setengah mati.

“D-Diam......sudah cukup. Biar kudengarkan metodemu itu.”

Ahem. Claire berdehem dan berbicara.

Dia bersikap seolah olah tidak tertarik, namun rasa keingintahuannya sudah ketahuan.

Hmm. Rinslet meletakkan tangannya di dagunya.

........Ini mungkin bisa kumanfaatkan untuk melakukan pertukaran.

Nampaknya kekhawatiran Claire bukan hal yang serius.

Kalau memang begitu, akan disayangkan kalau begitu saja memberi informasi pada rivalnya.

.......Jadi teringat, Tim Claire baru saja dapat misi peringkat-S.

Rinslet mengingat tentang hal yang tanpa sengaja ia dengar dari Carol kemarin.

“Nggak masalah sih. Tapi, aku nggak bisa mengatakannya secara gratis.”

“A-Apa?”

“Aku juga ingin diberi hak ikut serta dalam misi yang baru diambil Tim Scarlet.”

“......Hah? Kenapa juga kamu harus ikut?”

“Nggak adil kalau kalian saja yang bisa pergi piknik. Selain itu, akan merepotkan kalau pelayanku bisa dijinakkan sesuka hatimu di tempat yang nggak terjangkau mataku.”

“Itu bukan piknik, tapi misi. Selain itu, Kamito bukan pelayanmu.”

Claire dengan kesal menggeleng kepalanya. Itu wajar saja. Kalau jumlah anggota yang ikut serta dalam misi bertambah, maka poin peringkat yang diberikan per orang pasti akan berkurang.

“Begitu, sayang sekali ya, tapi aku nggak bisa mengatakan metode untuk membesarkan dadamu.”

“Guu.......”

Claire menggeretakkan giginya, sepertinya menimbang nimbang.

Selama beberapa detik, ia melotot tajam pada Rinslet—

“.......A-Aku paham.”

Pada akhirnya, ia mendesah tanda menyerah.

“Kamu boleh ikut serta. Namun, membentuk tim denganmu hanya sementara saja.”

“I-Itu sudah jelas! Siapa yang sudi bergabung kedalam timmu!”


Bagian 4[edit]

Sepanjang waktu itu, Kamito dan Fianna sudah berada jauh di dalam [Hutan Roh].

Di malam hari, ini adalah hutan kegelapan dengan Roh Roh berkeliaran dimana mana, namun sepanjang pagi, ia memberikan kesan layaknya kuil suci, sehingga [Hutan Roh] itu memiliki dua wajah berbeda.

Jadi teringat, aku ketemu Claire disini.........

......Namun itu, dalam banyak hal, adalah pertemuan terburuk yang pernah ada.

“Berjalan jauh jauh ke tengah Hutan berduaan saja. Rasanya seperti sedang kencan.”

“Ini bukan tempat yang cocok buat kencan. Ada Roh Roh yang nggak bisa terlihat mata berkeliaran dimana mana.”

“Nggak apa apa. Anggap saja aku tipe yang lebih bersemangat kalau dilihat jelas.”

“.....Ap.....Tuan Putri tak boleh mengatakan hal semacam itu!”

“Cuma bercanda. Kenapa wajahmu mesti memerah?”

Sambil berdialog seperti itu, keduanya sampai di lahan kosong di tengah tengah Hutan.

Kamito tak perlu khawatir ada orang yang mendengar obrolan mereka.

“Baiklah, ada satu hal yang mau kutanyakan—“

“Warna pakaian dalamku hitam.”

“Jangan seenaknya memberi jawaban. Bukan itu, aku nggak berniat mengajukan pertanyaan macam itu.”

Kamito menimpali dengan mata serius. Sangat gawat kalau dia terseret kedalam arus pembicaraan si Tuan Putri.

Ahem, dia terbatuk, dan menatap lurus ke mata Fianna—

“Kenapa kamu tahu identitas sejatiku?”

“.........”

Terjadi beberapa detik kesunyian.

Dan kemudian, Fianna dengan tenang mendesah.

Warna kekecewaan yang tak bisa dia ungkapkan muncul di wajahnya.

“.....Hei, apa kamu benar benar nggak mengingat apa apa?”

“Maaf, tapi aku nggak punya satupun kenalan Tuan Putri.”

Fianna mendesah lagi oleh jawaban Kamito.

Dia menggembungkan pipinya, ketimbang terkejut, dia tampak sedang marah.

“Petunjuk satu, apa kamu mengingat sesuatu setelah melihat Hutan ini?”

“Hutan?”

“Ya. Hutan di [Astral Zero].”

Astral Zero........ada sesuatu yang tersangkut di pikiran Kamito.

“Petunjuk dua, festival [Tarian Pedang].”

“Tarian Pedang, maksudmu yang tiga tahun lalu?.......jangan jangan, kamu salah satu lawan yang kuhadapi di Tarian Pedang itu?”

“Petunjuk tiga, gaya rambut.”

Berteriak dengan suara jengkel, Fianna mengikat rambutnya dengan kedua tangannya.

Dia menarik rambut glamornya di kedua sisi, wajah itu—

“Ah!”

Kamito secara spontan mengeraskan suaranya.

“........A-Aku ingat!”

Tiga tahun lalu, dia adalah gadis yang dia selamatkan saat tengah diserang oleh Roh di Hutan Astral Zero.

Selain itu, Kamito terlihat saat ia tak mengenakan pakaian wanitanya pada saat itu.

“Gadis yang waktu itu ternyata kamu, Fianna.”

“.....Iya, huuuuh.”

Fianna cemberut sambil menggembungkan pipinya.

“Emm, tapi atmosfirmu berbeda sekali........”

Kamito berbicara tak jelas. Bukannya dia tak mengingatnya sama sekali, namun waktu itu dia gadis yang masih belum tumbuh seperti sekarang.

“Apa, Kamito-kun, kamu sendiri juga sudah banyak berubah.”

“Banyak hal terjadi.”

Kamito dengan canggung mengalihkan tatapannya.

Tanpa sengaja pandangannya berhenti pada tangan kirinya yang terbungkus sarung tangan kulit.

—Tiga tahun silam tepat ketika segalanya berubah.

Apalagi, itu adalah hari Kamito kehilangan dia, mengulurkan tangannya pada [Permohonan] yang seharusnya tak pernah ia harapkan.

“Padahal sudah janji bertemu lagi, padahal aku menunggu sepanjang waktu ini. Kamu lenyap begitu saja.”

“......Maaf.”

Kamito meminta maaf dengan jujur.

Fianna meletakkan tangannya di pinggangnya,dan mendesah dalam kekecewaan.

“Nggak apa apa. Aku sudah memaafkanmu. Aku jengkel karena kamu nggak mengingatku, tapi, yah, itu saja. Bagi kamu, itu hanya satu gadis yang kebetulan kamu selamatkan.”

“Tapi hei—“, dia bergumam dengan tegas.

Mendadak, ia menekan lembut ujung jarinya ke bibir Kamito.

“Kamu sebenarnya cinta pertamaku.”

“Ap.....!?”

“Cuma bercanda.”

“......Ke-Kenapa kamu.”

Kamito melotot dengan tatapan serius, dan Fianna tertawa kecil.

“Begitu, jadi kamu gadis yang waktu itu.....”

Namun, meskipun demikian—

Kenapa dia harus mendekati Kamito? Alasan itu masih belum jelas.

“Fianna, kenapa kamu datang ke Akademi ini?”

“Tentu saja, untuk mencium Kamito-kun tercintaku.”

“.....Tidakkah kamu merasa malu mengatakan itu?”

“Y-Ya......barusan itu memang sedikit memalukan.”

Fianna tersipu malu dan melihat kebawah..........tentu saja, dia pasti malu.

“Aku datang kemari karena aku mendengar tentang Kamito-kun.”

“Tentang aku?”

“Yea. Beberapa hari lalu, aku dengar rumor dari butler di istanaku. Bahwa terdapat Kontraktor Roh laki laki, yang mengalahkan Roh Militer yang mengamuk. Setelah menyelidiki, nama itu—“

“Adalah namaku, yaitu orang, yang menghilang tiga tahun silam.”

“Itu dia. Namun, aku segera tahu dari bagian Kontraktor Roh laki lakinya.”

“Terus, kenapa kamu harus datang menemuiku?”

“I-Itu untuk berciuman dengan Kamito-kun—“

“Sudah cukup.”

Kamito menyela, dan Fianna sedikit cemberut sambil terus diam.

Dan kemudian, ia dengan tenang membuka mulutnya.

“Aku bermaksud mengancammu dengan rahasia masa lalumu dan dengan paksa bergabung kedalam timmu.”

“Apa maksudmu?”

“Kalau aku berada satu tim dengan Ren Ashbell, Sang Penari Pedang Terkuat, kupikir aku bisa menjuarai Tarian Pedang kali ini.”

“......Begitu. Maksudnya metode pendekatan penuh godaanmu yang tak alami itu juga bagian dari rencanamu?”

“Emm........ketahuan deh.”

“Tindakanmu terlalu ganjil. Tapi, kupikir kamu sudah berjuang bagus.”

Yang pasti, dia adalah Tuan Putri sungguhan, dan dengan cara keras, dia adalah Gadis Tuan Putri terkenal dari [Institut Upacara Kedewaan]. Karena berhubungan dengan bidang itu, katakan saja, bahwa dia gadis yang lebih lugu dari para Nona muda di Akademi ini.

“Namun, jangan salah paham! H-Hal semacam itu hanya akan kulakukan padamu saja, Kamito-kun!”

“Nggak, justru bagian itulah yang merepotkan.”

Kamito menggerutu dengan tatapan malas dan mendesah.

“Namun, kenapa kamu berniat mengikuti [Tarian Pedang]?”

“Itu......”

Fianna membuat ekspresi menimbang nimbang—

“Bukankah sudah jelas? Kalau aku memenangkan Tarian Pedang, aku bisa merebut kembali status dan kehormatanku yang hilang. Semua orang, yang terus melecehkanku—Sang Ratu Hilang, Tuan Putri tak berguna—akan kembali mengakui diriku.”

“.......Begitu.”

—Itu pasti bohong. Kamito menyadarinya. Bukan itu alasan sejatinya.

Pupil dinginnya mirip dengan Claire, membawa kehendak kuat menuju tujuan mereka.

Dengan alasan semacam itu, tak mungkin dia memiliki tatapan seperti itu.

“Hei, Kamito-kun. Kamu tak marah?”

“Hm, kenapa?”

“Soalnya, aku mencoba memanfaatkanmu.”

Kamito mengangkat bahunya pada Sang Tuan Putri, yang menjadi serius di waktu yang aneh.

“Bukan apa apa. Greyworth selalu memperalatku. Disamping itu, Claire memberiku perlakuan ala budak. Biarpun masalah nambah satu atau dua, nggak akan ada bedanya.”

“Ternyata Ren Ashbell juga punya banyak kesulitan.”

Fianna tersenyum pahit, pada saat itu—

Semak semak bersuara, dan suara dingin terdengar.

Kamito menoleh, dan seorang gadis, yang wajahnya sangat ia kenali, muncul dari sisi lain semak.

“Ellis?”

“.......Oh, ternyata Kamito.”

Ellis menghela nafas kelegaan dan menyarungkan pedangnya, kemudian, ia keluar dari semak semak dan berjalan ke arahnya.

Tak lama dari belakang, Rakka dan Reishia dari Ksatria muncul.

“Ellis, ada masalah apa? Kenapa kamu ada di tengah hutan?”

“Itu kata kata kami. Karena penyusup kemarin, para Ksatria jadi super sibuk. Aku ingin kamu lebih berhati hati dalam bertindak.”

Tak lama kemudian, sudut pandang Ellis berpindah pada Fianna, yang berdiri di samping Kamito.

Ekspresinya mendadak suram.

“Ka-Kalian, apa yang kalian lakukan berduaan saja di tempat semacam ini!?”

Sebelum Kamito menyadarinya, pedang sudah diacungkan di depan lehernya.

.......seperti biasa, cabutan pedangnya secepat Dewa.

“Tak mungkin, kalian—“

“Bodoh sekali, dengan pria dan wanita berduaan saja di hutan hanya satu hal yang perlu dipikirkan.”

“A-Apa apaan itu!”

Wajah Ellis memerah padam oleh ucapan Fianna.

Sudut tajam pedang semakin diacungkan ke arah Kamito.

“Oi, Fianna!?”

Kamito berteriak, namun Fianna pura pura bodoh.

“A-Akademi memang tak memiliki aturan yang melarang hubungan seksual terlarang. Tapi, itu karena sejak awal disini nggak ada lawan jenis. Namun, meski tak tertulis di aturan , para Ksatria tetap melarangnya! Apa yang kalian lakukan, ayo ngaku!”

“Anu, yang tadi kami lakukan. Pokoknya, apa saja yang kamu bayangkan di imajinasimu.”

Fianna menekan dadanya erat erat ke lengan Kamito.

Mata Ellis semakin meningkat level bahayanya.

“Fianna, kenapa kamu selalu bikin perkara, yang seperti menumpahkan minyak ke api?”

“Pa-padahal opiniku padamu sudah membaik..........kamu, dasar pria mata keranjang!”

Ia mengayunkan pedangnya.

Kamito melompat ke belakang dalam kepanikan oleh serangan tanpa ampun itu.

“Tu-Tunggu, Ellis! Bantu aku, para Ksatria, ada setan pembunuh mengamuk disini!”

“Dasar bodoh, aku juga Ksatria!”

“Sungguh ironis!”

Kamito berteriak.

“Ketua, kamu hanya membuang buang waktumu.”

Rakka meletakkan tangannya di bahu Ellis.

“Mohon maaf, saat ketua kami ada denganmu, emosinya selalu nggak stabil.”

“......I-Itu nggak benar!”

Wajah Ellis memerah padam, dan dia melotot pada Reishia, yang terkikik.

Untuk sementara waktu, sepertinya ancaman bahaya sudah lewat. Kamito menghela nafas lega.

“Astaga, Ellis, apa yang kamu lakukan pagi pagi begini?”

“Ah, sudah diputuskan kalau kami berangkat ke Tambang untuk misi. Untuk mencari sumber cahaya dalam lorong, kami datang untuk menangkap Roh beratribut cahaya.”

Yang menjawab tadi adalah Rakka.

Itu benar. Mereka membawa lentera yang terisi oleh Bijih Roh kecil di tangan mereka.

“Tambang? Jangan jangan, kalau tidak salah, misi investigasi Kota Tambang Gado seperti kami?”

“Ah, itu benar. Namun, misi kami bukan untuk menginvestigasi.”

“Apa maksudnya?”

“Itu misi yang baru kami terima pagi ini. Rinciannya adalah menangkap penyusup dan mengambil kembali material super rahasia yang dicuri.”

“Penyusup—bocah Jio Jinzagi itu.”

Dia adalah Kontraktor Roh laki laki, yang menggunakan beberapa Roh Terkontrak.

Kamito sepertinya mengetahui sesuatu tentang tujuan pria itu.

“Itu benar. Kami belum mengungkap identitas bocah itu, namun material super rahasia yang dicuri dari perpustakaan adalah benda yang sudah mencatat, Roh Militer Tipe StrategiJormungandr, yang tersegel di periode paska perang di Kota Tambang Gado. Sepertinya ada orang orang yang secara rahasia mengendalikan wilayah terluar Kota Tambang.”

Ellis menahan kemarahannya, meski masih nampak kesal.

“Gara gara Jio Jinzagi—bocah itu—kehormatan Ksatria Sylphid jatuh begitu rendah. Untuk mengembalikan harga diri Ksatria, aku, pemimpin Ksatria, harus menangkapnya.

Rakka dan Reishia mengangguk kuat oleh ucapan Ellis.

.......Sepertinya takkan berakhir sebagai investigasi gempa bumi biasa.

Sebuah firasat muncul di kepala Kamito.

Terdapat material super rahasia tentang Roh Militer Tipe Strategi yang dicuri.

Dan kemudian, muncul seorang Assasin, yang entah bagaimana mengenal identitas Kamito.

Mungkinkah Greyworth tahu sesuatu tentang Assasin itu?

Kamito sejujurnya tak paham apa yang Si Penyihir Senja itu rencanakan kali ini. Namun, ia berpikir kembali, sampai Greyworth memberikan misi peringkat S di waktu semacam ini, ia merasa ada unsur kesengajaan.

Penyihir itu.....

Kamito menggerutu dengan kesal.

Setelah itu, dia menghadap Ellis—

“.....Hei, Ellis. Karena tujuan kita sama, kenapa kamu tak bergabung dengan kami saja?”

Assasin bernama Jio Jinzagi itu sudah jelas bukan lawan yang biasa.

Kamito, tentu saja, mengetahui kemampuan Ellis, namun dia bukan lawan yang bisa dihadapi dengan keahliannya.

Namun, Ellis dengan tegas menggelengkan kepalanya.

“Kamito, kuhargai ajakanmu, tapi aku tak bisa begitu saja meminjam bantuanmu. Ini sesuatu yang harus diselesaikan oleh Ksatria Sylphid.”

“Baiklah, kalau itu memang keputusanmu, tapi jangan memaksakan dirimu.”

“A-Ah.......kamu juga.”

Ellis tersipu malu dan memalingkan wajahnya.

Fianna, yang melihat situasi itu, membulatkan pipinya, entah kenapa terlihat cemberut.


Bagian 5[edit]

Pada waktu itu, Claire tengah memeluk bantal di ranjangnya sambil berkhayal sendiri.

“Meminta laki laki yang aku su-sukai untuk menggosok da-dadaku!”

Dia berteriak dengan wajah merona merah, dan memukul mukul bantal. Boshun boshun.

—Untuk membesarkan dadanya, cara terbaik adalah meminta seorang laki laki untuk menggosoknya.

Rinslet yang mengatakan itu.

“Ng-nggak mungkin aku bisa lakukan itu! Selain itu, laki laki yang aku su-suka—“

Sambil memeluk bantal erat erat, dia berguling sembarangan di ranjangnya...........dan mendadak berhenti.

“............”

Pada waktu itu, wajah Kamito entah kenapa muncul dalam pikiran Claire.

Seperti pangeran dalam novel percintaan yang ditargetkan pada remaja, yang Claire suka baca, Kamito, dalam imajinasinya, dengan paksa mendorong Claire di ranjang—

“Fuwaaa, a-apa yang kamu lakukan, idiot, mesum!”

“Tak kusangka ternyata kamu punya payudara.”

“Eh?.......A-apa iya? Itu nggak benar, biasa saja, biasa saja kok.”

“Akan kubuat lebih besar lagi. Dengan teknik menakjubkan milikku ini.”

“Jangan, hei, fua, a-aa♪.”

Jemari Kamito dalam imajinasinya dengan erat meremas dada Claire.

Satu gosokan, dua gosokan, tiap tiap waktu dadanya terus membesar seperti kue yang mekar.

“Fua, hn, a-apa ini, sungguh hebat......!?”

Kancing seragamnya lepas seperti meletus, dan pakaian dalamnya robek, lalu—

“.........Nggak mungkin itu akan terjadi!”

Claire memukul bantal, dan merintih.

“A-Apanya yang teknik menakjubkan........bukankah aku i-idiot!”

“Nyaa?”

“Li-Lihat lihat apa kamu, Scarlet!”

Dia menghadap lantai dan melempar bantal, dan si Roh Api kabur dengan panik.

“Ahh, se-semua ini salah cowok itu!”

Sambil memeluk bahunya dengan kedua tangannya, dia mempercepat nafasnya.

.......Ada apa denganku. Kenapa aku jadi merasa panas. Apa mungkin aku demam.

Entah kenapa tubuhnya terasa panas. Claire menempatkan kedua tangannya di pipinya, dan mendadak dapat ide.

.......A-Apa mungkin bisa menjadi besar, kalau aku menggosoknya sendiri.

“Ku-Kucoba saja dulu.”

STnBD V02 171.jpg

Dengan jemarinya, dia sedikit memegangi dadanya.

“Ah, hn.....”

Dia tanpa sadar mengeluarkan suara karena sensasi kelu menyenangkan.

A-Apa yang sudah kulakukan..........tapi terasa begini nyaman.

Funyuu. Funyuu.

“Fua, ah, hn, nggak, ini.........terasa enak, tapi, hn.”

Dia terus menggosok dadanya dalam kondisi setengah sadar.

Gacha—suara pintu kamar yang terbuka terdengar.

“.....Ka-Kamu, lagi ngapain kamu?”

Kamito tengah berdiri disana dengan wajah nampak bingung.

“......Fua!? ng-nggak, ini bukan begitu!”

Tak lama kemudian, tak terhitung bola api yang diluncurkan Claire mementalkan Kamito.


Bagian 6[edit]

Dengan ini dan itu, satu jam telah lewat. Di plaza di depan gerbang, Kamito tengah mempersiapkan keberangkatan.

Itu bukan tempat yang jauh dari Akademi. Jaraknya mungkin bisa dicapai tak sampai sehari menaiki kuda melewati jalan utama.

Sepertinya tim Ellis sudah berangkat lebih dulu. Bagi gadis gadis itu, yang menerima perlindungan Dewa Roh Angin, mereka pasti sudah sampai ke tempat itu lebih awal.

Membawa Est, yang sudah berwujud pedang, di pinggangnya, ia sudah menyiapkan perlengkapannya.

“Maaf terlambat, Kamito-san.”

Ojou-sama pirang platina datang sambil menuntun kuda.

“Eh, Rinslet juga datang?”

Kamito bertanya pada Claire.

“Yea, itu adalah strategi pertukaran informasi kelas tinggi. Sebagai ganti informasi penting yang dia miliki, aku mengizinkannya ikut dalam misi ini.”

“Informasi penting? Apa itu?”

“Itu ra-rahasia......pokoknya itu informasi penting, jadi nggak bisa kukatakan padamu.”

“Memang, itu informasi penting buatmu. Metode untuk membesarkan dadamu—“

“Hei, Rinslet Laurensfrost, apa kamu mau diubah jadi batubara?”

“Hei, Claire, matamu, matamu serius sekali.”

Rinslet bergidik.

“Ah, saya khawatir, Nyonya. Sampai pergi ke tempat berbahaya itu.”

Di sampingnya, Carol, si maid, sangat mengkhawatirkan majikannya dengan kedua tangannya dikatupkan seolah sedang berdoa.

Karena dia bukan Kontraktor Roh, wajar kalau dia tak ikut dalam misi. Dia adalah pengurus Akademi.

“Nggak apa apa Carol. Justru aku yang khawatir padamu.”

Rinslet memeluk maid pemberaninya dengan rasa perhatian layaknya seorang majikan.

“Kuharap kamu masih bisa bangun pagi meski aku nggak ada. Makanlah teratur tiga kali sehari. Untuk mencuci, selesaikanlah sebelum tertutupi gelembung lagi.”

“Baik, Nyonya, saya akan terus bekerja keras meski Nyonya tidak ada.”

“.......Tunggu, itu aneh sekali.”

Kamito menimpali keduanya, yang entah kenapa nampak begitu bahagia, dengan tatapan serius.

“Ngomong ngomong, mungkinkah Carol adalah maid yang nggak bisa apa apa?”

Mendengar itu, Rinslet dengan jengkel menoleh dan melotot pada Kamito.

“Bicara apa kamu, nggak masalah asal maid itu imut!”

“Yah, kalau kamu maunya yang seperti itu, nggak apa apa sih, tapi.....”

Atau haruskah kukatakan kalau Rinslet adalah wanita super dalam semua pekerjaan rumah tangga?

......Hal itu nyaris sulit dipercaya.

“Masakan yang Nyonya buat sangat lezat.”

“Carol, kamu juga harus berusaha.....”

Kamito takjub melihat maid yang tak bisa apa apa itu.

“Be-berhenti, kubilang hentikan!”

Teriakan tersebut terdengar dari arah belakang.

Kamito menoleh, dan Fianna, yang berada di atas kuda, tengah diayun ayunkan—

“Kyaaa!”

—Thud! Pantatnya jatuh ke tanah. Sepertinya refleksnya sangat tidak bagus.

“Astaga, padahal Tuan Putri Kerajaan, kamu nggak bisa naik kuda? Menaiki kuda itu keharusan bagi setiap bangsawan, tahu?”

“Me-metode untuk menaiki kuda nggak pernah diajarkan di [Institut Upacara Kedewaan]!”

Sambil menepuk nepuk tanah yang melekat pada roknya, Fianna menjawab balik.

“Latihan mengendara kuda adalah subjek utama dalam Akademi, itu sesuatu yang harus kamu biasakan. Tapi, dengan dada segede itu, mungkin akan susah buat keseimbanganmu, sih?”

“Yea, benar sekali. Karena aku nggak punya dada aero[5]yang nggak menahan hambatan udara sepertimu, aku mungkin nggak cocok naik kuda. Karena aku menangkap hambatan udara.”

“Ap.......dada aero, apa! Jangan seenaknya membuat kata baru!”

Rinslet datang ke tempat dimana mereka kedua tengah bertengkar.

Menyibakkan rambut pirang platinanya, dia menghadap Fianna dan tersenyum.

“Aku Rinslet Laurensfrost, senang berkenalan denganmu. Dan, karena Kazehaya Kamito adalah pelayanku, bisa tolong kamu nggak dekat dekat dengannya sesukamu?”

“Ah, aku nggak berencana dekat dekat dengannya. Karena dia pelayanmu, bagaimana kalau kamu mendisiplinkannya dengan baik?”

“Kamu sungguh pandai bicara, yang Mulia.....hohoho.”

“Fufufu......”

Diantara mereka berdua, percikan api berkilapan.

“Kalian.......”

Kamito, yang berada di atas kuda, hanya terdiam sambil mendesah.

Fianna berbalik ke arah Kamito, dan senyuman nakal muncul di wajahnya.

“Hei, karena aku nggak bisa naik kuda, Kamito yang akan memberiku tunggangan.”

“Ha?”

Sebelum Kamito menjawab, Fianna sudah melompat di belakangnya.

“Ap.....!”,”Hei.....!”

Claire dan Rinslet mengeraskan suara mereka hampir bersamaan.

Fianna melingkarkan tangannya disekitar pinggang Kamito, dan memeluknya erat erat.

*Fuyon!* Sensasi payudara lembutnya terasa dengan jelas.

“Ke-kenapa aku? Minta Rinslet atau Claire yang memberi tunggangan.”

“Aku mau naik bareng Kamito. Atau, kamu mau identitasmu ketahuan?”

“Grh.....”

“Ng-Nggak bisa, itu nggak boleh!”

Claire menghajar tanah dengan sabetan cambuknya.

“Ah, kenapa?”

“Ke-kenapa........pokoknya, itu nggak diperbolehkan!”

“Biarpun kamu Putri Kerajaan, itu nggak adil!”

Rinslet juga dengan cemberut membulatkan pipinya.

.......Kamito tak paham bagian mana yang tidak adil.

“Ya ampun, makin banyak masalahku......”

Kamito mendesah dalam di atas kuda dengan Fianna duduk di belakangnya.

Bab 7: Pertarungan di Tambang yang Terlantar[edit]

Bagian 1[edit]

Saat ini tengah malam ketika, setelah menaiki kuda mereka sepanjang hari, kelompok akhirnya mencapai pintu masuk Kota Tambang.

Karena semua anggota secara teknis mengendara kemari tanpa istirahat, mereka benar benar kelelahan.

Namun, tak mungkin bagi mereka untuk beristirahat dengan santai.

“Ini Kota Tambang Gado.........seperti Kota hantu.”

Rinslet, yang melompat turun dari kuda, bergumam dengan tenang.

“Itu karena beberapa dekade sudah berlalu sejak itu menjadi tambang terlantar. Pastinya tak ada manusia yang tinggal disini.”

“Manusia—ya.”

Claire menyudutkan matanya menatap ke dalam kegelapan.

Untaian putih kebiruan tengah melayang disini dan disana di dekat reruntuhan.

Mereka adalah Roh Peringkat Rendah yang tengah beterbangan. Dalam reruntuhan semacam ini, ada banya Roh Roh liar berkumpul.

Sama halnya kondisi [Hutan Roh] di malam hari.

Di sisi lain dari kota terlantar, masih terisi lorong lorong tak terhitung jumlahnya, tambang besar berdiri menjulang sepanjang sekelilingnya.

Tambang Gado—dahulu pernah memproduksi Bijih Roh dalam jumlah besar, merupakan Tambang terbesar Kekaisaran.

Sepanjang peperangan, seluruh Bijih Roh digali sampai habis, dan bahkan belum sampai dua puluh tahun sejak ia menjadi tambang yang terlantar.

Dibawah tambang itu, Jormungandr Roh Militer-Tipe Strategi tengah tertidur; tersegel oleh para Ksatria Ordeshia pada saat itu.

“—Ngomong ngomong, kamu sebaiknya menjauh dari dia.”

Claire memelototi Fianna, yang dengan erat menempel di lengan Kamito.

“Aku nggak mau, apalagi, Kamito-kun akan melindungiku.”

“Kamu mungkin dalam posisi untuk dilindungi. Namun, sejak awal, ada masalah apa dengan Roh Terkontrakmu? Karena Kontraktor Roh itu mungkin sedang dalam persembunyian, buatlah dia dalam kondisi dimana kamu bisa segera menggunakannya.”

“Itu—“

Kata kata Fianna terhenti secara tidak normal.

Dia menutup bibirnya erat erat dan membuang wajahnya dengan canggung.

“I-Ini masih belum waktunya. Roh Terkontrak dari Keluarga Kerajaan Ordeshia tak boleh dipanggil secara tak terhormat. Ia jelas jelas berbeda dari kucingmu.”

“A-Apa apaan itu......!”

Tanah dimana mereka berempat berdiri mendadak berguncang dengan kuat.

“Gempa bumi.....?”

“Sepertinya kita harus buru buru. Aku dapat firasat buruk.”

Claire menggumam dengan lembut, dan di telapak tangannya, api sihir Roh menyala.

Tempat tujuan mereka ditemukan dalam sekejap bahkan tanpa mencari.

Di bagian terdalam dari jalan utama yang menuju ke Tambang terlantar—di depan pintu masuk kota, terdapat Kuil Agung raksasa.

Itu adalah Kuil megah yang menggunakan beberapa pilar batu raksasa.

Kuil Agung sebesar ini hanya ada di Ibukota bahkan di Kekaisaran Ordeshia.

Namun—

“Sungguh mengerikan, ini.........”

Kuil Agung, yang mana semua patungnya hancur, semua Bijih Roh yang terdapat di batu pilarnya dirampok dan membuat Roh disekitarnya kegirangan, telah bertransformasi menjadi reruntuhan yang bahkan nampak tragis untuk dilihat.

“Sungguh aneh—“

Seorang, yang menyadari fenomena tak biasa, adalah Fianna, yang telah menerima latihan sebagai Tuan Putri Roh.

“Apanya yang aneh?”

“Kuil ini, meskipun sudah menjadi reruntuhan, menunjukkan jejak kalau seseorang pernah repot repot menampilkan ritual. Lebih jauh lagi, beberapa kali sepanjang periode bulan bulan ini.”

“Ritual?”

Mengangguk pada Claire, yang mengernyitkan alis, dengan wajah serius, Fianna berlutut ke tanah.

Sepertinya ia tengah mencari jejak kaki dan jejak jejak luka dan semacamnya dari jalan batu.

“Tarian ini—Mungkin adalah ritual pelepasan. Nampaknya kurang lebih sangat diatur dengan baik, menurutku.”

“Ritual pelepasan...........”

Kamito menggumam dalam nada rendah.

Itu karena dia mengingat bagaimana Kontraktor Roh, yang juga Kontraktor Roh laki laki seperti kamito, menyerbu Akademi dan mencuri material sangat rahasia mengenai spesifikasi penyegelan.

“Apa bocah itu benar benar berniat melepaskan segel pada Jormungandr?”

Mustahil bagi setiap Kontraktor Roh untuk mengendalikan Jormungandr secara individual.

Kalau memang begitu, lantas apa tujuannya?

Yang jelas, kalau segel Roh itu dilepaskan, sudah tentu kalau kota di sekitarnya akan berubah menjadi daratan hangus.

“Apa segel itu hampir terlepas?”

“Belum, masih baik baik saja. Kuil ini bukan «Kuil Sejati» yang superior.”

“«Kuil Sejati».......? Apa maksudmu?”

“Kuil Agung disini, paling paling tujuannya adalah untuk menyembunyikan Kuil yang asli—yang mana berada di tempat penting seperti tambang. Ada banyak Kuil Agung megah yang dibangun tanpa tujuan di atas tanah untuk menyembunyikan eksistensi Kuil yang asli. Tentu saja, bukan berarti kuil ini tak bisa dipakai, sih.”

“Itu artinya ada Kuil yang asli entah dimana?”

“Ya, kemungkinan besar ia tersembunyi jauh di dalam tambang.”

Fianna mengangkat tangannya, pada saat itu.

“Hati hati, ada sesuatu disini!”

Rinslet, yang tengah mengawasi sekelilingnya, mendadak berteriak.

Kamito menoleh.

Di sekeliling kuil tempat mereka berada, terdapat kerumunan sosok sosok manusia yang meronta.

“Manusia? Bukan, mereka........”

“Api, menyalalah!”

Claire melafalkan mantra, dan Roh Api sihir menyala di ruang kosong.

Sosok yang disinari oleh cahaya api adalah—

“A-Apa!?”

Itu adalah sosok beberapa tengkorak yang memegang pedang dan tongkat berkarat di tangan mereka.

Dari celah tulang tulang mereka, sesuatu seperti kabut hitam mengepul.

“Apa, apa mereka.......Roh!?”

“Tengkorak yang dibiarkan sendiri sepertinya dirasuki oleh Roh Roh Level Rendah.”

Sambil bergumam—kamito menyadari sesuatu dengan “hmm”.

Claire sedikit menggenggam lengan seragam Kamito.

“......Kamu, jangan jangan, apa kamu takut dengan hal hal horor seperti ini?”

“Bu-Bukan itu! — Kamu pikir aku ini siapa!?”

“Kamu nggak perlu memaksa dirimu, tuh, lihat.”

“.....Sa-Sama sekali nggak seram!”

Claire, yang menyembunyikan wajahnya sambil menggigit bibirnya, nampak sangat imut.

“Yang jelas, ini aneh sekali.........”

Normalnya, yang dinamakan Roh Level Rendah tak akan merasuki makhluk tak bernyawa.

Biarpun ada saat saat langka ketika mereka menyerang manusia, seharusnya tak mungkin bagi mereka membentuk kelompok seperti ini.

“Kamito-kun, makhluk makhluk ini, kamu tahu. Merekalah yang melakukan ritual disini.”

“Apa apaan itu?”

Kamito terkejut dan menoleh. Fianna mengangguk.

“Pergerakan semua tengkorak itu sangat kasar, tapi.........sangat mirip Ritual Pelepasan.”

“Jangan jangan, para Roh Level Rendah itu melakukan Ritual Pelepasan lebih jauh?”

Kamito menatap pada sosok sosok yang mendekat. Sesuai ucapan Fianna, Kamito bisa melihat kalau semua tengkorak itu dirasuki Roh Roh yang bergerak dengan keteraturan tetap.

“Tidak, hal semacam itu mustahil.......Pasti ada praktisi yang memanipulasi Roh Roh itu.”

“Jadi, bukankah itu artinya makhluk makhluk ini takkan menyerang kita?”

Claire menggenggam erat lengan seragam Kamito sambil mengatakan itu.

Sekelompok tengkorak berjalan menaiki tangga Kuil dalam cara berjalan yang lamban.

“Taring Es Pembeku, tembuslah [Panah Pembeku]!”

Panah es, yang dilepaskan oleh Rinslet, terkumpul dan menggilas sekelompok tengkorak yang meronta.

Itu adalah Senjata Elemental dari Roh Es Sihir Peringkat Tinggi [Fenrir].

Bagi Kontraktor Roh, musuh selevel ini hanyalah lalat kecil.

Dari tengkorak yang remuk, kabut hitam mengepul keluar dan lenyap ke ruang kosong.

“Itu Roh beratribut kegelapan—“

Tiba tiba, sebuah kilasan melintas di pikiran Kamito.

“Jangan jangan—“

Ia mengarahkan pandangannya pada tangan kirinya yang terbungkus sarung tangan kulit hitam.

Rasa sakit seperti ditusuk terasa di tempat segel rohnya, pada saat itu—

“....!?”

Suara ledakan besar menderu keras dari arah Tambang.

“Jangan jangan pertarungan sudah dimulai!?”

“Ayo pergi, Kamito!”

Claire menyentakkan cambuk di tangannya, dan mulai berlari.


Bagian 2[edit]

Ini adalah tambang bijih Roh yang menjulang di atas kota terlantar. Mereka akhirnya sampai di pintu masuk—

Dari dalam lorong, suara keras benturan senjata menggema.

“Kamito, itu—“

Pada dalamnya kegelapan yang Claire tunjuk, sebuah percikan kilat terjadi.

Seorang, yang tengah bertarung, adalah Ellis Fahrengart, memegang tombak senjata elementalnya.

Rambut kuncir kudanya berayun di dalam angin yang menderu sangat keras.

Penampilannya adalah armor Ksatrianya hancur dan penuh bagian yang terkoyak. Dari itu, Kamito bisa melihat kalau terdapat banyak luka di sekujur tubuhnya.

“Ha, seperti yang kuduga dari Ketua Ksatria-sama, kau benar benar bisa menghiburku, bukan begitu?”

Tawa keras yang menghajar telinga menggema sepanjang lorong.

Di hadapan Ellis, berdiri seorang lelaki dengan mata merah melotot tajam.

Jio Inzagi—Kontraktor Roh laki laki, yang menyebut dirinya sebagai Penerus Raja Iblis.

Rakka dan Reishia, jatuh tergeletak di kakinya, penuh luka.

“Brengsek kau, teman temanku, beraninya kau—“

Ellis mengayunkan [Elang Cahaya]nya.

Dinding lorong hancur, dan batu batuan dasar yang keras pecah berkeping keping seperti kaca.

Jio menampakkan tawa menakutkan sambil melompat. Itu bukan gerakan yang mungkin bagi manusia—mungkin ada semacam Roh pemerkuat tubuh yang merasukinya.

“Hei, hei, apa itu saja? Apa menjadi Ksatria adalah bagian permainan anak anak?”

“Brengsek kau!”

Ellis mengamuk oleh hinaannya pada Ksatria.

"Angin jahat, engkau, jadilah pedang tak terhitung jumlahnya dan tebaslah musuhku—"

Ia melepaskan kekuatan [Elang Cahaya]nya—senjata elemental dari Roh Angin Sihirnya, [Simorgh].

Itu adalah tombak yang menciptakan bilah bilah angin, yang sudah cukup menyiksa Kamito dalam duel di Akademi. Biarpun dia menghindarinya dengan jarak setipis kertas, tak terhitung bilah angin yang ditambahkan setelahnya akan memotong lawannya kecil kecil—

Namun.

“Ceroboh sekali—pantulkanlah, Dinding cermin!”

Momen ketika Jio berteriak, cermin merah berkilau muncul di hadapan Ellis.

Momen ketika ujung tombak udaranya, yang terselimuti angin, menyentuh permukaan cermin, tak terhitung bilah bilah angin berbalik dan menyerang Ellis.

“.....!?”

Diserang oleh bilah bilah yang menari dengan ganas, tubuh Ellis terlempar ke dinding.

“—Ellis!”

Kamito berlari dengan Est Pemusnah di tangannya.

Sepertinya sudah menyadari kehadiran mereka—Jio menoleh, dan mendengus.

“Yo, makin banyak idiot yang berkeliaran.”

“Kamito, jangan!”

Pergerakan Kamito berhenti untuk sesaat ketika mendengar suara Claire dari belakang.

Pada saat itu, ukiran segel Roh di tangan kanan Jio bersinar—

“—Hembuskanlah hingga isi dalam paru paru mereka pedih, terwujudlah, Rafflesia!”

Kabut ungu kebiruan tebal mengepul dengan suara menggelegar.

Kabut racun yang bisa membakar kulit menyelimuti seluruh tubuh Kamito, dan menyerang paru parunya—

“Ga, ha....!”

Rasa sakit menyerbu matanya. Tenggorokannya panas seolah tengah dibakar.

Dari celah diantara jarinya yang menutupi mulutnya, darah mengalir dan menetes ke tanah.

“Ini Roh beratribut racun............apa kabut ini sendiri adalah Senjata Elemental!?”

Rintihan bergumam menggema di dalam lorong.

Menahan rasa sakit seperti terbakar, Kamito sedikit membuka matanya.

Ellis dan kedua gadis, bernafas tersengal sengal dalam kabut beracun, tengah gemetaran dalam kesakitan.

“Ellis......kuu!”

Otot tenggorokannya terasa kelu, sehingga ia tak bisa berbicara dengan lancar. Masih mungkin untuk berdiri disini, namun kalau dia terus bergerak maju, dia akan kehilangan kesadarannya sebelum bisa mencapai para gadis.

“......Kenapa dia tak terpengaruh oleh racun?”

Roh Tipe pemusnahan berskala besar seperti Rafflesia tak mungkin bisa ditangani secara normal.

Karena mengendalikannya sulit, kalau dia salah mengontrolnya, bisa bisa dia terkena racun dalam kabut juga.

Namun, Jio Inzagi hanya berdiri dengan tenang di dalam kabut racun mematikan.

—Kemudian, Kamito menyadarinya.

Ada sedikit aliran udara yang mengelilingi pria itu.

“......Begitu, dia menggunakan Roh beratribut Angin di saat yang sama.”

Kontraktor Roh yang menggunakan sejumlah Roh Terkontrak—dalam hal itu, dengan menggabungkan kekuatan dari roh roh lain, dia dengar kalau dia juga bisa menggunakan Roh yang pada dasarnya sangat sulit ditangani.

“.......Sialan, bukankah ini sama saja curang!?”

Kamito mengutuk dalam hatinya.

“Kalau pakai panah sihir Rinslet, bisakah dia menembak dari luar jarak efektif kabut beracun?”

Dia menoleh dan mengintip kebelakang, namun—

Rinslet mentakik panah esnya, dan tanpa bergerak, ia membatalkan incarannya pada Jio.

“—Dia tidak menembak?”

Keputusan Rinslet sangat benar.

Jio tengah menggunakan Dinding Cermin, yang telah memantulkan Senjata Elemental Ellis.

Kalau dia menembak sembarangan, bisa bisa dia ikut menghabisi Ellis dan yang lainnya, yang tergeletak di dekatnya.

Sepertinya Claire tengah berdiri di sana seolah sedang melindungi Fianna, yang sudah menyiagakan senjata elemental atribut apinya.

Itu hanya berpikir beberapa detik, namun selama itu, tubuh Ellis dan yang lainnya sedang dimangsa oleh racun.

“Sialan........”

Tubuhnya mengalami rasa sakit seperti terbakar.

—Pada saat itu.

Di lorong gelap, suara gemuruh kecil menggema.

“Ellis!?”

"Oh.....Angin, gilaslah lawanku—[Bom Angin]! "

Pada saat itu, hembusan angin kencang yang dilepaskan menyingkirkan seluruh kabut beracun tanpa meninggalkan jejak.

Dan kemudian—

“Haa, haa......kaa.....haa!”

Ellis menusuk tombak sihir anginnya ke tanah, dan berdiri.

Seragam kebal tusukannya robek robek, dan seluruh tubuhnya penuh dengan luka.

Kedua kakinya, yang tertutupi oleh kaos kaki panjang yang sobek sobek, mengalami kram serius.

Biarpun begitu, penampilannya ketika berdiri dengan kuat dan teguh adalah—

Sangat cantik sampai sampai Kamito dalam sekejap terpesona olehnya.

Ellis mempersiapkan tombak senjata elementalnya, kemudian dia memelototi Jio dan menyatakan dalam suara keras.

“Dengan mempertaruhkan nama Ksatria Sylphid, biarpun aku kalah.......kau akan dikalahkan!”

“Itu sakit.......kau pelolos kematian.”

Jio, yang menerima serangan langsung dari deru angin tadi, menyudutkan bibirnya, dan mendecak lidahnya.

“Kalau memang begitu, aku akan menghajarmu sampai mati sesuai harapanmu!”

Segel Roh yang terukir di seluruh tubuh Jio menyala dengan terang—

“—Mana bisa kubiarkan!”

Di saat yang sama ketika Kamito menghindar, dua hembusan bola api dilepaskan dan menyerang Jio.

Itu adalah Claire yang melindunginya. Momen ketika Jio menangkis bola api, Kamito mengambil kesempatan ini dan meluncur cepat—menutup jaraknya dengan Jio.

Dan kemudian, seperti mengisi seluruh ruang tempat Jio berada, Kamito secara langsung mengayun dengan diagonal memakai Est Pemusnah.

*Gaa+--batu batuan dasar, tersentuh oleh pucuk pedang, hancur berkeping keping.

“Haa, jangan buat wajah seram begitu, hei!”

Jio, yang mengelak dari ayunan pedang, melompat dan mendarat di atas area berbatu yang hampir runtuh.

Tanpa mengejar, Kamito bergerak ke arah Ellis dan yang lainnya.

Ellis nampak kehabisan nafas, dan sepertinya dia bisa pingsan kapan saja.

“Ellis, kamu baik baik saja, aku akan—“

“Ja-jangan lakukan hal........tidak perlu.”

Saat dia mencoba memberinya bantuan ketika Ellis nampak goyah, ia menggeleng kepalanya.

“Aku tak butuh semua bantuan—“

“Jangan keras kepala untuk hal sepele, pikirkanlah soal mereka!”

Ekspresi wajah Ellis membeku. Rakka dan Reishia tengah tergeletak di atas tanah. Mereka nampaknya masih hidup, tapi kalau mereka tetap dibiarkan seperti itu, nyawa mereka akan dalam bahaya.

Ellis sendiri berada dalam kondisi dimana dia nyaris tak kuat untuk berdiri.

“Guu........Kazehaya Kamito, aku berhutang padamu.”

“Itu bukan sesuatu seperti hutang. Wajar wajar saja untuk membantu temanku.”

“.....!”

Pipi Ellis bersemu merah oleh ucapan Kamito.

Membaringkan Ellis yang terluka di dinding untuk beristirahat, Kamito mengarahkan tatapannya pada Jio.

“Kau, beraninya kau—“

Ellis Fahrengart—ia adalah gadis dengan rasa keadilan kuat, dengan keseriusan dan keberaniannya.

Hanya dengan melihat penampilannya yang penuh luka, kemarahan muncul dan nampaknya terus mengalir.

“Jangan halangi aku, itu perpisahan yang lama dinanti dimana aku ingin menghajar wanita kurang ajar itu sampai mampus.”

Jio menyeringai sambil turun dari area berbatu.

“—Aku lega.”

Kamito memegang pedangnya dan melotot pada Jio.

“Kalau lawannya bocah menjijikkan sepertimu, aku bisa menghajarmu habis habisan.”

“Haa, bicara apa kau ini! Sayang sekali ya, tapi mustahil bagimu untuk mengalahkanku.”

“Kami juga ada disini!”

Claire dan yang lain datang dengan berlari. Memegang Lidah Apinya, dia berdiri di samping Kamito.

Rinslet mentakik panah di busur es sihirnya, dan Fianna memegang Bijih Roh di kedua tangannya.

“Fianna, bisakah aku mengandalkanmu untuk merawat Ellis dan yang terluka disini?”

“Ya, aku membawa beberapa Bijih Roh Penyembuh. Namun, efeknya terbatas pada sekedar memberi rasa kelegaan pikiran.”

Fianna mengangguk dengan ekspresi tegang.

“Kamito, kamu dan aku akan menyudutkan lelaki itu. Rinslet akan jadi baterai pendukung jarak jauh.”

“Apanya yang baterai pendukung jarak jauh! Aku ini pemanah handal!”

Rinslet mengomel, namun Claire tak merespon.

“—Hei, apa diskusinya sudah selesai?”

Jio tertawa dengan tenang sambil bergerak mendekat.

Segel roh yang terukir di tangan kanannya bersinar menyilaukan, dan kilatan putih kebiruan halilintar mendadak menyembul keluar.

Yang muncul di tangan itu adalah—pedang senjata elemental yang sama dengan Est.

“Bisakah kita cari tahu siapa yang lebih kuat, Gladius atau pedang itu?”

“Jangan melucu. Lebih baik kau tak menyamakan Est ku dengan roh pedang kelas tiga itu!”

Memegang Est Pemusnah, Kamito berteriak dengan ganas.


Bagian 3[edit]

Dan kemudian, Tarian Pedang dimulai.

Suara metalik bernada keras menggema bersamaan. Kapanpun kilatan pedang berlangsung, percikan menyebar di dalam cahaya suram.

“Jio Inzagi—apa sebenarnya tujuanmu!?”

“Hah, aku tak punya sesuatu bernama tujuan. Jujur saja, bagiku, aku tak peduli soal Jormungandr. Aku akan mengalahkanmu dan membuktikan kalau akulah penerus Raja Iblis—itu saja!!”

“Apanya yang Penerus Raja Iblis! Kau bocah megalomaniak!”

Kamito, yang melangkah di area ini, mengayunkan Est Pemusnah dengan kedua tangannya.

Tekanan pedang itu begitu luar biasa. Jio berhasil bertahan memakai Gladius—namun,

“Apa!?”

Disertai dengan suara logam bernada keras—Gladius Jio hancur berkeping keping.

Ekspresi Jio menjadi berubah dalam kekagetan.

“Hei, hei, sungguh senjata elemental hebat—melakukan itu pada Gladiusku dalam satu serangan?”

“Maaf, Est ku adalah Roh Pedang terkuat.”

Kamito melangkah lebih dekat.

Jio melafalkan mantra pemanggilan, dan memanggil Roh Pedang ke tangannya lagi.

“Aku masih punya banyak, pertarungan baru dimulai!”

“Sia sia saja—“

Mengincar Roh Pedang yang muncul dari ruang kosong, Kamito tanpa ampun mengayunkan pedangnya.

Terdengar suara logam pecah, dan Roh Pedang keduanya juga lenyap secara tragis.

Selain membuat Roh Pedang keduanya lenyap, Est Pemusnah tak memiliki bilah tajam pada sisinya.

Itu adalah Senjata Elemental yang memiliki dua nama, [Pedang Suci Pembunuh Raja Iblis], dan [Pembunuh Iblis].

Sangat mengerikan karena bahkan dengan ini, ia tak berada dalam kondisi sempurnanya.

Namun, Jio masih mempertahankan ekspresi tenangnya.

“Hmm, kalau begitu, ini akan jadi selanjutnya!”

Dari segel Roh di sekujur tubuhnya, kilatan cahaya memancar keluar—Pedang ketiga muncul di tangan Jio.

“.....Pria ini, apa apaan dia, berapa banyak Roh yang menjalin kontrak dengannya?”

Sudah diduga, bahkan wajah Kamito menampakkan ketidaksabaran.

Bahkan Roh Pedang terkuat Est memiliki titik lemah.

Konsumsi kekuatan spiritualnya terlalu besar.

Sebagai hasil terbiasa mengendalikannya, Kamito tak akan pingsan tiba tiba seperti sebelumnya, namun kalau pertandingan berlangsung lama, dia yakin kalau pada akhirnya dia akan kelelahan.

Kalau dia beranggapan bahwa Jio Inzagi benar benar mengontrak tujuh puluh dua Roh—

“Gawat kalau ini terus berlanjut—“

Ini bukan lawan yang bisa dia putuskan kemenangan dengan satu serangan, seperti Roh raksasa yang mengamuk di Kota Tambang.

Kalau ini menjadi pertandingan jangka panjang, kondisinya akan sangat tak menguntungkan.

“.......Namun, apa kekuatan spiritual pria itu tak ada habisnya?”

Kalau Jio menggunakan Roh sebanyak itu, konsumsi kekuatan spiritualnya seharusnya meningkat dengan cepat, namun—

“Kamito, aku akan menutupimu!”

Pada saat itu, Claire mengayunkan Lidah Apinya, dan ia datang meluncur membentuk busur.

Terdapat bekas bekas merah panas yang bersinar dalam kegelapan—cambuknya yang diarahkan dengan hati hati dengan cepat menebas wajah Jio.

“Cih, jangan halangi aku!”

Jio memanggil Roh sebagai bola es tembus pandang, dan mengarahkannya pada Claire, lalu melemparkannya.

“Apa, hal semacam itu!”

Claire melepaskan bola api sihir roh untuk menangkis Roh es—

Namun, itu adalah jebakan.

“....!?”

Bola es, yang meledak di depan matanya, bertransformasi menjadi jarum jarum tak terhingga, dan menyerbu seluruh tubuh Claire.

“Kyaa!”

“Claire!”

Konsentrasi Kamito goyah untuk sesaat karena teriakan Claire.

“Jangan melihat kemana mana!”

Memanfaatkan kesempatan itu, Jio dengan cepat maju dan menebas—

Kamito mati matian berhasil menghentikan serangan itu dengan Est Pemusnah.

Namun, Jio tak memperlambat serangannya. Dia terus maju, menekan dan semakin mendekat—

“Ada apa, Ren Ashbell—hanya inikah kemampuanmu?”

Sambil ia menghentikan pedang yang menekannya ke belakang, Kamito menggertakkan giginya.

Kalau dia masih seorang Ren Ashbell seperti tiga tahun silam—

Dia yakin untuk tak menoleh ke arah Claire dan memberi Jio kesempatan untuk menggunakan Rohnya.

Sebagai Kontraktor Roh, itu adalah masa kekosongan tiga tahun yang fatal.

Dia memiliki Roh Terkontrak yang bahkan tak bisa mengeluarkan kekuatan penuhnya.

“Ah, aku memang menjadi lemah. Namun—“

Menghirup nafas keras keras—Kamito mendadak melompat ke belakang.

“Taring Es Pembeku, tembuslah [Panah Pembeku]!”

Pada saat itu, Rinslet melepaskan panah es yang menghujani tempat mereka berdua berada.

Itu adalah serangan langsung—sosok Jio tertelan oleh derasnya hujan panah dan lenyap.

“Hmm, akan merepotkan kalau kamu melupakanku.”

Menempatkan tangannya di pinggangnya, Rinslet dengan cepat menyibakkan rambut pirang platinanya.

Selagi Kamito menghentikan pedang, Rinslet mencoba mengarahkan incarannya pada Jio.

Dari area bebatuan runtuh, terdapat kabut debu tebal yang mengepul ke atas.

Mereka tak berpikir kalau dia akan baik baik saja setelah terkena hujan panah.

Namun.

“Hn, apa kau tadi melakukan sesuatu?”

Jio—berdiri dari dalam kabut debu.

Dia menyeringai, dan menoleh pada Rinslet.

“Tak mungkin......seharusnya itu serangan langsung!”

“[Argos]—Roh Bumi yang melindungi Kontraktor Rohnya secara otomatis.”

Di sekeliling Jio, kerucut kerucut batu yang menyembul keluar dari tanah berdiri tinggi tinggi.

Panah pembeku Rinslet tertahan oleh benda benda itu.

“.....Apa apaan itu.......”

“Dan kemudian, yang satu ini, uh—bisa juga digunakan dengan cara seperti ini.”

Jio mengayunkan pergelangan tangannya.

“Kyaaa!”

STnBD V02 197.jpg

Pada saat itu, kerucut kerucut menyembul keluar dari tanah tempat Rinslet berdiri, dan mengekangnya ke dinding.

Seragam Akademinya robek robek, dan kulit putih berseminya menjadi terekspos.

Dengan kedua tangan terkunci di tembok, Rinslet menggigit bibirnya dengan rasa malu.

“Guu......I-Ini tak termaafkan......melakukan hal seperti itu.......padaku.....”

Melotot tajam pada Jio, tubuh Rinslet menggigil, sepertinya ketakutan.

“—Jio Inzagi!”

Kamito mengamuk, dan menyerang dengan Est Pemusnah.

Tebasan besar terkumpul dan menghancurkan kerucut yang berdiri tegak, lalu terus menyerbu ke arah Jio.

Namun, hanya sampai disitu saja.

“Guu.....”

Est Pemusnah yang merupakan Pedang berukuran besar mendadak menjadi pedang berukuran kecil.

Itu adalah hasil dari Est, yang mengkonsumsi kekuatan spiritual dalam jumlah besar, tak mampu mempertahankan wujudnya sebagai Senjata Elemental.

“Ren Ashbell—Kau bukan lagi Penari Pedang Terkuat.”

Jio mendengus.

“Mungkin itu benar. Apalagi, aku mengalami kekosongan tiga tahun.”

“Bukan, bukan karena itu. Alasan kau menjadi lemah adalah—“

Pada saat itu, tombak cahaya tercipta di telapak tangan Jio.

Itu buka senjata jarak dekat, namun senjata elemental untuk ditembakkan.

Kamito, yang membuat keputusan dalam sekejap, hendak mengelak, namun—

“—salah!”

Tepat sebelum itu, dia menyadari arah incaran Jio.

“Seperti ini!”

Itu bukan serangan yang diarahkan pada Kamito.

Tombak cahaya itu—

Diarahkan dan diluncurkan kepada Fianna dan para Ksatria yang terluka di belakang Kamito.

“Sial....!”

Kamito menyerbu ke arah itu secepat mungkin, dan menangkap tombak cahaya dengan seluruh tubuhnya.

Bagian 4[edit]

“—Apa?”

Fianna, yang tengah merawat Ellis dan yang lainnya, mengangkat wajahnya dengan kaget.

Pada saat itu, kilatan menyilaukan tercipta, dan ledakan yang seolah meledakkan gendang telinga menggema.

Dia secara refleks menutup matanya. Pecahan pecahan puing, yang terbang ke arahnya, menyerbu tubuhnya.

.....Tak lama kemudian, suara menggelegar itu berhenti.

“U.....”

Dia merintih kesakitan, sambil ia perlahan membuka matanya—

Di hadapannya, Kamito, yang terluka, telah jatuh.

“.....Ka-Kamito-kun?”

“.....Fia....nna.....kamu baik baik saja?”

Kamito menusukkan Est Pemusnah ke tanah, menempatkan lututnya di tanah, dan mencoba keras untuk berdiri.

Telah menerima serangan dari titik buta, seragam Akademinya, yang unggul dalam kemampuan pertahanan, telah sobek sobek tak karuan.

Ia nampaknya mencoba menahan rasa sakitnya, dan keringat dingin menetes di dahinya.

Fianna dengan cepat meneliti sekelilingnya.

Ellis dan kedua Ksatria lain sudah jatuh. Mereka sama sekali bukan dalam kondisi dimana mereka bisa berdiri.

Claire tengah terluka dan kehilangan kesadarannya, dan Risnlet tengah terkunci di dinding.

Dan kemudian—dari arah depan, Jio Inzagi perlahan mendekat.

—Hampir seperti Dewa Kematian.

“Itulah kelemahanmu. Aku tak peduli apakah kau melakukannya dengan sadar atau tidak, tapi kau terus menerus menghiraukan orang orang di belakangmu selagi kau bertarung.”

“Fianna.......mundurlah.”

Kamito memerintah Fianna, yang hendak mendekatinya, dengan tangannya.

“Kamito-kun!”

Dengan tubuh itu, tak mungkin ia bisa bertarung.

Dia juga tak bisa memakai Senjata Elementalnya secara efisien, dan kondisi saat ini sangat susah payah, dan namun disamping itu—

“Aku tak mau kehilangan hal hal penting—takkan pernah lagi.”

Kamito menghadap depan, dan berdiri.

Bukan cahaya harapan yang ada di matanya. Yang menutupi pupil matanya adalah keputus asaan gelap.

Meski begitu, ia tetap berdiri.

Pria ini yang dulu pernah disebut Penari Pedang Terkuat.

“........”

Jio mengangkat bahunya seolah dia sudah tak tertarik lagi.

Dan kemudian, berkata padanya dengan suara kejam.

“—Begitu. Maka, matilah.”

Segel Roh di sekujur tubuhnya memancarkan cahaya terang, dan kabut hitam berputar di tangan kanannya.

“Thanatos—ini salah satu Roh terkuat yang aku punya. Aku menerimanya dari Roh Terkontrakmu.”

“Roh Terkontrak......ku.....?”

Kamito bergumam dalam suara kering.

“.....Jangan jangan....ini soal Restia---!?”

Ujung ujung jari kematiannya mendekati Kamito, yang tak bisa bergerak dengan bebas—Tepat sebelum itu.

Fianna menyibakkan rambut hitam panjangnya, dan dengan cepat berdiri.

“Hei, bisakah kamu tidak menyentuh bendaku seenaknya begitu?”

“....Ah?”

Jio—begitu kaget sampai ia membuka mulutnya.

“.....Fianna?”

Kamito menatap profil wajahnya dengan ekspresi kebingungan lagi.

“Minggirlah, Kamito-kun.”

Fianna dengan tenang berdiri di depan Jio dan memblokir jalannya.

“Hei, apa ada yang salah dengan kepalamu, ojou-sama?”

“Awasi mulutmu, kamu pikir siapa aku?”

Fianna mengarahkan tatapan tajamnya pada Jio, yang mendengus.

Empat tahun lalu—seperti waktu itu dimana dia berdiri tegak dan mencoba menghalangi sang Ratu Bencana.

“Fianna, bodoh, cepat lari!”

Claire, yang merangkak dari puing puing tanah, berteriak.

Fianna perlahan menggelengkan kepalanya—

“Kamu sudah melindungiku—Karena itu kali ini, aku akan melindungimu!”

"—Akan kukatakan namaku, Fianna Ray Ordeshia, Tuan Putri Kekaisaran kedua Ordeshia! "

"—Aku adalah penghukum sebagai Penegak Keadilan, dan seorang yang membawa Keadilan suci dalam nama Raja! "

Pada saat itu, kilatan menyilaukan tercipta dari dada Fianna.

Ya, sumpah yang baru dia teriakkan memang—kata kunci pelepasan Roh.

Ia dengan cepat melepas tali yang mengikat dadanya, dan batu merah kemilau berguling ke telapak tangannya.

Itu adalah Bijih Roh yang dicetak seperti berlian berbentuk koma.[6]

“Tak mungkin, itu.......jangan jangan, Batu Darah!?”

Claire, yang menyadari identitas aslinya, melebarkan matanya.

“Dasar penyihir......!”

Dia mungkin secara insting merasakan datangnya ancaman, saat Jio melepaskan Thanatos pada gadis di hadapannya—

"Keluarlah, engkau, pedang keadilan yang mengubur kegelapan—Raja Suci dari Kehancuran [Magna Carta]! "

Bijih Roh merah meledak.

Tercipta kilatan yang sangat menyilaukan. Pilar cahaya raksasa menyerbu ke arah Jio Inzagi.

Dan kemudian, disertai suara menggelegar, langit langit lorong runtuh.

Bab 8: Pengakuan Fianna[edit]

Bagian 1[edit]

“Ug.......”

“Kamito!”

“Kamito-kun!”

Saat Kamito terbangun, terdapat wajah dua gadis di hadapannya.

“.....Claire, Fianna.”

“Syukurlah, kamu sudah bangun.”

“Kamu terlalu berlebihan........bego.”

......sepertinya dia menghabiskan kekuatan spiritualnya, dan pingsan.

Usai bangkit dari tanah yang dingin, Kamito melihat ke arah sekelilingnya.

Cahaya berkedip kedip dari Bijih Roh sedikit menyinari kegelapan.

Lorong telah runtuh dan sepertinya jalan benar benar terblokir oleh jatuhan tanah dan batu.

“Kalian berdua, apa luka kalian baik baik saja?”

“Ya, kami baik baik saja..........kamu nggak apa apa?”

“Ah, aku hanya sedikit berlebihan memakai kekuatan spiritualku. Apa, apa aku sudah mencemaskanmu?”

“Id-Idiot, bukannya aku khawatir pada kamu atau semacamnya!”

“Ouchhhhh!”

Telapan tangan Claire mendaratkan serangan tepat di lukanya. Kamito merintih oleh rasa sakitnya.

“.....Ayolah, apa yang kalian lakukan?”

Fianna menghela nafas dengan tercengang.

Kamito menekan bahunya yang sakit sambil ia meneliti situasi sekeliling.

“Apa yang lain selamat?”

“Ya......meski, sulit mengatakan kalau mereka selamat. Untuk sekarang, aku sudah lakukan perawatan darurat.”

Saat Fianna menyalakan cahaya, penampilan Ellis dan yang lainnya terbaring di tanah bisa terlihat.

......Kondisi mereka memang belum bisa dikatakan aman.

Rakka dan Reishia, yang menerima racun secara langsung, berada dalam kondisi kritis tak sadarkan diri.

Ellis nampaknya masih punya kesadarannya, namun sepertinya berjalan sangat mustahil dalam kondisinya saat ini.

Disebelah Rinslet, yang tengah bersandar dan duduk di dinding, Fenrir tengah menjilat luka majikannya.

“Apa yang sebenarnya terjadi pada dia—Jio Inzagi?”

“Fianna melepaskan Roh yang tersegel dalam Bijih Roh. Dia tertelan kedalam pilar cahaya dan menghilang........Tapi, meski begitu, kupikir dia belum mati.”

“Apa itu Bijih Roh........?”

Saat Kamito menghadap Fianna, dia mengangguk dengan “Ya”.

“Namun, Bijih Roh yang bisa menyegel Roh seperti itu—“

Itu sungguh kekuatan penghancur besar yang memukul balik Thanatos Jio Inzagi, dan membuat lorong runtuh.

Roh Suci yang Fianna lepaskan itu adalah, tanpa ragu, Roh Peringkat Tinggi.

Namun, Kamito belum pernah mendengar sesuatu seperti eksistensi Bijih Roh dan semacamnya yang bisa menyegel Roh Peringkat Tinggi.

“Batu Darah – harta karun yang diwariskan dalam keluarga Kerajaan Orudeshia.”

“....?”

“Hei kamu, kamu juga nggak tahu Batu Darah? Itu pengetahuan umum untuk Kontraktor Roh.”

Claire mendesah dengan tercengang pada Kamito yang mengernyit.

“Apa boleh buat, aku berbeda dari bangsawan, dan aku tak familiar dengan hal seperti itu.”

Saat Kamito mengatakan itu, Claire mengangkat bahunya dalam kekecewaan kemudian memberi penjelasan.

“Batu Darah bukan Bijih Roh biasa. Ia bisa menyegel sebagian kekuatan Roh Peringkat Tinggi dengan Bijih Roh istimewa yang ditambang di tanah suci Astral Zero. Tentu saja, itu bukan sesuatu yang bisa kamu beli dengan uang ataupun kekuasaan. Bagaimanapun juga, itu adalah harta karun asli tingkat nasional.”

“Begitukah......”

Meski eksistensinya dihapuskan dari keluarga Bangsawan, Fianna adalah mantan Tuan Putri kedua dari Kekaisaran Orudeshia. Momen ketika dia mendaftar ke Akademi Roh Areishia, dia mungkin menyembunyikan benda itu diam diam.

“Aku sudah menipu semua penjaga istana bodoh dan mengambilnya diam diam dari aula harta karun keluarga. Karena sudah kutukar dengan imitasi, nggak akan apa apa.”

Si Tuan Putri membusungkan dadanya.

“Ah, kupikir juga seperti itu........hn.”

Entah kenapa, Kamito merasakan kalau ada sesuatu yang terasa ganjil.

Identitas dari perasaan ganjil itu adalah..........Dada Fianna yang mengempis.

.....Kecil. Tampak jelas menjadi lebih kecil.

“Itu mengingatkanku. Barusan Fianna......”

Dia menyembunyikan Bijih Roh itu—Batu Darah di dadanya.

Meski itu bukan benda yang besar, bagaimana dia menyembunyikannya?

“Ug.....Ja-jangan lihat.......”

Fianna, yang menyadari arah tatapan Kamito, menyilangkan kedua tangannya dan dengan malu malu menutupi dadanya.

“Kamito, Fianna, kamu tahu, sudah mengelabui kita sepanjang waktu ini.”

Claire mengacungkan jari telunjuknya dengan keras seolah hendak menyalahkannya.

“Mengelabui?”

“Benar sekali, gadis ini adalah Tuan Putri Dada palsu.”

“....”

Kamito perlahan menoleh ke arah Fianna dengan ekspresi datar,

“....Uh, apa itu benar?”

“I-Itu benar, mereka hanya penyumpal.......apa itu salah?”

Pipi si Tuan Putri memerah, dan dia dengan cepat membuang wajahnya.

“Nggak, nggak perlu dibuat marah, tapi..........kenapa kamu melakukan hal seperti itu?”

“....Untuk melindungi Batu Darah. Takkan ada yang bisa mencurinya, kalau kusembunyikan dalam dadaku. Apalagi, la-laki laki suka gadis berdada besar, kudengar begitu.....”

Sejak awal, tujuannya datang ke Akademi adalah untuk menjerat Kamito dan menjadikan ia sebagai rekannya.

.....Itu mengingatkan Kamito kalau dia sering seenaknya datang dan menekankan dadanya, tapi apa itu untuk hal semacam itu?

“Nggak, ada juga laki laki yang suka wanita biarpun dada mereka kecil.”

“Eh?”

Entah kenapa, telinga Claire bereaksi dengan kedutan pada ucapan Kamito.

“Ka-Kamito, yang kamu katakan tadi........apa itu benar?”

“Ya, apalagi, tiap orang punya selera lawan jenis sendiri. Tapi, secara pribadi, kupikir dibanding nggak punya sama sekali, punya itu lebih baik.........Ouw!”

Pada saat itu, cambuk Claire terbang ke arahnya.

“Ka-kamu, kamu.......!”

“Bukan, yang kukatakan tadi Cuma pikiran pribadiku. Di dunia, ada banyak juga laki laki yang memiliki pilihan semacam itu........”

“Uuu!”

Air mata muncul di mata merah delimanya, sambil Claire menggigit bibirnya.

“Yang jelas, perasaan lembut itu dari penyumpal.....?”

.....Kamito betul betul tak menyadarinya. Sudah diduga, level teknologikal dari Ibukota Kekaisaran tak bisa dianggap enteng.

“Meski rencanaku adalah menggunakan Batu Darah dalam [Tarian Pedang] sebagai kartu truf.”

Menurunkan drastis suaranya, Fianna menepuk nepuk dadanya, sambil ia bergumam.

Meski begitu, ukurannya tidak kecil kecil amat. Ukurannya normal untuk gadis seusianya.

Setidaknya, itu bukan payudara tak berkembang seperti milik Claire—

“Uh, apa?”

“....Nggak, maaf. Bukan apa apa.”

Kamito memalingkan tatapannya dengan gugup dari Claire, yang melotot tajam dengan matanya yang berair.

Ahem, Kamito berdehem dan berpaling pada Fianna.

“Namun, kenapa kamu harus membawa Bijih Roh itu?”

Roh dan bagian kekuatannya, yang dilepaskan dari Bijih Roh, akan sekejap kembali ke Astral Zero, dan takkan bisa digunakan lagi.

Sehingga, Kontraktor Roh, yang memiliki Roh Terkontrak, normalnya tak menggunakan Bijih Roh. Bagaimanapun juga, akan jauh lebih efektif untuk menggunakan sihir Roh dan Roh Terkontrak sepanjang waktu dalam Tarian Pedang.

“....”

Saat Kamito bertanya, Fianna menundukkan kepalanya dan mendesah dengan tenang.

“Yah, suatu saat pasti akan ketahuan juga. Akan kukatakan pada kalian disini dan sekarang juga.”

“...?”

Kamito dan Claire saling bertukar tatap pada ekspresi serius tak wajar Fianna.

“—Itu terjadi empat tahun lalu, aku kehilangan kemampuan untuk menggunakan Rohku.”


Bagian 2[edit]

Untuk alasan inilah bahwa meski diharapkan sebagai kandidat Tuan Putri Roh setelah Rubia Elstein—Fianna Ray Ordeshia sang Tuan Putri kedua mengundurkan diri dari posisi itu dan dihapus dari keluarga kerajaan.

Itu karena dia tak bisa menggunakan Roh Terkontraknya.

“Gadis Tuan Putri, yang bahkan tak bisa memakai Roh Terkontrak, tak memiliki kualifikasi untuk menjadi Tuan Putri Roh yang layak melayani Raja Elemental.”

Fianna memandang kebawah, dan bergumam seolah mencela dirinya sendiri.

“....”

Kontraktor Roh yang tak bisa menggunakan Rohnya adalah—secara pasti—bukan lagi Kontraktor Roh.

Dan kemudian, situasi, dimana Kontraktor Roh mendadak tak mampu menggunakan Rohnya, bukan hal yang tidak biasa.

Misalnya, ada kasus dimana tubuhnya mungkin ternodai, atau sumpah yang dibuat sepanjang kontrak patah—bahkan diluar kasus kasus itu, ada kasus dimana seseorang menjadi tak mampu bertukar perasaan dengan Rohnya karena semacam trauma emosional.

Singkat kata, pertukaran perasaan dengan Roh sangat bergantung pada kondisi pikiran si Kontraktor Roh.

Apa insiden yang sudah menyebabkan itu—Fianna juga tak berbicara apa apa tentang itu.

Kamito bermaksud tak menggali lebih dalam.

“Namun, bicara soal empat tahun lalu—“

Itu adalah insiden besar besaran yang mengguncang Kekaisaran Ordeshia.

Itu adalah tahun dimana pembangkangan sang Ratu Bencana—Rubia Elstein berlangsung.

Dan kemudian, Fianna adalah Gadis Tuan Putri dari [Institut Ritual Kedewaan] yang sama dengannya.

Dia mengalami insiden itu, yang memberikan trauma emosional sampai membuatnya kehilangan kekuatan Kontraktor Rohnya.

Sebuah kebetulan—Kamito tak berpikir seperti itu.

“Maaf sudah menyembunyikannya. Meski begitu, aku bermaksud menceritakannya suatu hari......kalau aku diketahui tak mampu bertukar perasaan dengan Rohku, aku nggak akan diizinkan berada dalam Akademi.”

“Tapi, bagaimana kamu bisa lolos dalam Ujian masuk? Kalau aku tidak salah, pasti ada Ujian Praktek kan?”

Kamito diterima tanpa syarat tanpa Ujian karena kekuasaan Greyworth, namun, pada dasarnya, ada Ujian praktek yang sangat ketat di Akademi. Tidak semua orang yang memiliki kemampuan Kontraktor Roh bisa masuk.

“Aku menyembunyikan beberapa potong Bijih Roh di dalam lengan bajuku, dan melepaskannya berturut turut. Untuk berpura pura seolah aku sedang memakai Roh. Karena dulu aku memiliki prestasi saat masih menjadi kandidat Tuan Putri Roh di [Institut Ritual Kedewaan], mereka mudah dikelabui.”

“Kamu menggunakan Bijih Roh yang berharga untuk ujian masuk curang ke dalam Akademi?”

“Petugas Pengawas juga tak pernah berpikir kalau akan ada orang melakukan hal seperti itu.”

“Bego amat, kalau kamu masuk dengan cara itu, bukankah sudah jelas kalau kamu akan terekspos dalam sekejap? Sampai kamu melakukan hal seperti itu, kenapa kamu datang ke Akademi ini?”

“Itu—“

Fianna melirik ke arah Kamito.

Tujuannya adalah masuk dalam tim dengan Penari Pedang Terkuat dan memenangkan Tarian Pedang.

Namun, Kamito akan kelimpungan kalau Claire diberitahu seperti itu.......sangat kelimpungan.

Sehingga, Fianna tersenyum dengan cara yang hanya Kamito pahami.

“Itu untuk mencium Kamito-kun.....”

“Bukan itu. Hei, Claire, jangan angkat cambukmu.”

Fianna melihat alis Claire terangkat dan terkikik.

“Bercanda kok. Tujuanku adalah menang dalam Tarian Pedang dan mengabulkan [permohonan]ku. Untuk meraih kembali kekuatan Kontrak Rohku yang hilang.”

“Semua orang sama sama mengincar kemenangan dalam Tarian Pedang. Namun, kenapa kamu berpikir untuk masuk dalam tim kami? Memang aneh kalau aku mengatakan ini tapi, Tim kami punya peringkat terendah.”

“....”

Kemudian, Fianna tiba tiba menempatkan jarinya di bibirnya sambil merenung.

“.....Itu benar. Karena aku berpikir kalau kalian akan menerima aku.”

Itu sedikit berbeda dari nada nakal Fianna yang biasanya.

“Apa maksudmu?”

“Bagaimanapun juga, kalian memiliki Kontraktor Roh laki laki dan kamu adalah adik dari Ratu Bencana. Biarpun Ratu yang Hilang sepertiku, yang sudah kehilangan kualifikasi Kontraktor Rohnya bergabung, nggak akan terlihat ganjil, ya kan?”

Dia memakai nada bercanda. Ia memiliki nada kesepian seolah dia tengah menyalahkan dirinya sendiri entah kenapa.

Alasan mengapa Fianna datang ke Akademi dan mendekati Kamito.

Agar bisa memenangkan Tarian Pedang, ia akan menggunakan Kamito, yang pernah menjadi Penari Pedang Terkuat—itulah yang ia pikirkan.

Namun, alasan sejatinya – tanpa diduga – mungkin lebih dari ini.

Selalu kesepian, selalu diremehkan, Tuan Putri yang terbuang hanya menginginkan teman—

“Baiklah, aku sudah mengakui rahasiaku, tapi—“

Ahem, Fianna berdehem dan berujar.

“Apa yang aku harus lakukan? Sebuah Tim nggak akan memerlukan Kontraktor Roh yang nggak bisa memakai Roh Terkontraknya, jadi bagaimana?”

Tuan putri itu menatap Kamito dan Claire di hadapannya dengan ekspresi kesepian.

Nadanya memang dengan bercanda, namun pupil hitamnya bergetar kuat, seperti merasa cemas.

Dan kemudian, Claire mungkin juga menyadari. Kalau ujung jarinya sedikit gemetaran.

Tak lama kemudian—

“Nggak masalah, hal semacam itu.”

Kamito menghela nafas.

“Fianna, kamu melindungi kami dengan mempertaruhkan nyawamu. Kamu adalah rekan tim kami.”

“...!”

Fianna tercengang sambil melebarkan matanya.

“Hei, apa itu nggak masalah?”

Kamito menoleh ke arah Claire—

“Nggak apa apa.”

Claire mengangguk sambil menatap dada Fianna, yang sudah mengempis.

“Fianna, kamu adalah temanku. Teman dari aliansi tanpa dada.”

“Jangan samakan aku denganmu! Aku punya lebih banyak dari kamu, Claire!”

“A-Apa apaan itu!”

‘Gogogogogogo’.......Rambut Claire membara, berdiri sampai ujungnya; pada saat itu—

“.....!?”

Mendadak, tanah berguncang.

Dari langit langit yang hampir runtuh, pecahan puing puing berjatuhan dalam jumlah besar.

“.....Gempa lagi!?”

“Jangan jangan........Jormungandr sudah hampir bangun?”

“Sepertinya begitu. Namun, selama Jio Inzagi belum menemukan [Kuil Sejati], dia seharusnya takkan bisa melepas segel secara sempurna.”

“Berarti, asal kita bisa menemukan [Kuil Sejati] terlebih dulu........”

Claire berhenti di tengah kalimatnya dan menghela nafas dalam kekagetan.

“Material spesifikasi penyegelan yang dicuri dari Akademi—Lokasi keberadaan Kuil Sejati mungkin sudah tercatat di dalamnya.”

“Begitu! Kalau itu adalah tujuan dia mencuri material itu—“

“Bukan, material militer sudah dikodekan. Membaca kodenya seharusnya perlu waktu.”

Seorang, yang mengangkat suaranya, adalah Ellis yang mengangkat setengah tubuhnya dari tanah.

Sepertinya dia terbangun dari gempa barusan.

“Ellis, kamu sudah bisa bergerak?”

Kamito memanggilnya.

“Belum, aku masih belum kuat berjalan. Ini memalukan tapi kakiku lumpuh oleh racun.”

Ellis memukul lututnya yang tak mau bergerak sambil menggigit bibirnya, nampak sangat kecewa.

“Aku juga belum pulih sampai poin aku bisa bertarung.”

Kali ini adalah Rinslet, yang bersandar di dinding, mengeraskan suaranya.

“Fianna, biarpun kamu kehilangan kekuatan Rohmu, bisakah kamu menarikan ritual Kagura?”

“Ya, memang nggak sekuat saat aku masih di [Upacara Ritual Kedewaan], namun aku setidaknya bisa melakukan penyegelan ulang.”

Fianna mengangguk dan dengan lembut meletakkan tangannya di dagunya.

“Meski begitu, kita harus mencari Kuil Sejati tersembunyi lebih dulu, dan merebutnya.”

“Apa kita harus mencari di dalam tambang seluas ini.....?”

Yang jelas, ini adalah Tambang yang diabaikan beberapa dekade lalu. Lorongnya tidak dipertahankan, dan di atas semua itu, ada bahaya kalau itu akan runtuh sendiri bahkan oleh gempa kecil seperti yang barusan terjadi.

“Selain itu, bisa saja kita menemui Jio Inzagi itu lagi.”

Semua orang dibuat terdiam oleh gumaman Claire.

Ia adalah Kontraktor Roh laki laki, yang menggunakan tak terhitung jumlah Roh.

Biarpun para anggota, yang menyatakan memiliki kemampuan level top membentuk kelompok, mereka masih bukan tandingannya.

“Dia tahu soal Restia.........”

Kamito secara insting menggenggam tangan kirinya, yang tertutupi oleh sarung tangan kulitnya.

“Siapa dia sebenarnya?”

“Pria itu, seolah olah dia adalah Raja Iblis yang sebenarnya.......”

“Uh, dia terpukul mundur oleh serangan Fianna barusan, namun kupikir itu saja nggak mungkin mengalahkan dia.”

Ellis mengangguk dengan ekspresi setuju pada gumaman Rinslet.

Pada saat itu.

“Kamito, aku tahu lokasi dari Kuil Sejati.”

Suara datang dari pedang yang bersandar di dinding.

“Est?”

Kamito menyentuh gagang Est, dan membatalkan status senjata elementalnya.

Pembunuh Iblis menjadi partikel cahaya, lenyap ke ruang kosong, dan bertransformasi menjadi gadis cantik dalam sekejap.

“Apa maksudmu kamu tahu lokasi dari Kuil Sejati?”

“Ya, Kamito, pada waktu dahulu sekali sebelum tempat ini menjadi tambang – beberapa ratus tahun lalu, gunung ini sendiri adalah Kuil Peringkat Tinggi yang digunakan untuk memuja Roh. Aku mengunjungi tempat ini beberapa kali sebelum aku disegel kedalam pedang.”

Itu benar, Est pada dasarnya adalah Roh Peringkat Tinggi, yang disegel beberapa ratus tahun lalu. Tidaklah aneh bahkan kalau dia dipuja oleh semua orang di Gunung suci.

“Bisakah kamu memandu kami ke lokasi Kuil Sejati?”

“Tentu saja.”

“Hebat sekali, Est.”

“Ya, Kamito. Kalau begitu, tolong belai kepala Est.”

“Ahh.”

STnBD V02 217.jpg

*Suri suri*Nade nade*

“Hn, terasa nyaman, Kamito.”

Est menutup sebagian matanya seperti kucing yang dibelai dagunya.

“....”

Mereka berdua—

*Hyooooooo.......!*

Para gadis menatap mereka dengan tatapan seperti membeku.

“Ap-Apa.....”

“Aku sudah memikirkan ini sejak dulu, tapi Kamito, tidakkah menurutmu kamu terlalu lembut pada Est?”

“Ku-Kupikir nggak juga.”

Dia secara insting melangkah mundur oleh tatapan tajam para gadis.

Pada saat itu.

“......”

Berguncang lagi........kali ini, bahkan lebih kencang dari beberapa saat yang lalu.

“Kita sebaiknya buru buru.”

“Ah—“

Kamito mengangguk, tapi—dia mendadak berhenti dan menolehkan kepalanya.

Ellis menggeleng kepalanya saat ia menyadari apa yang Kamito tengah pikirkan.

“Kami baik baik saja. Selagi kamu tak sadarkan diri, aku sudah melepaskan dan mengirim Simorg ke Akademi. Para Ksatria pasti akan berdatangan untuk membantu kami disini di waktu subuh.”

“Ellis.......”

“Pergilah, Kazehaya Kamito. Kami gagal dalam misi kami. Kupercayakan sisanya pada kalian.”

“Sepertinya aku juga nggak bisa bertarung, aku akan tinggal disini untuk merawat mereka.”

“........”

Kamito meremas tinjunya kuat kuat—

“......Aku paham. Aku akan kembali sesegera mungkin.”

“Ayo pergi Kamito, Fianna.”

Claire mengangkat Lidah Api di atas kepalanya, dan menghempaskan gunungan puing puing yang memblokir jalannya.


Bagian 3[edit]

“—Cih, ouchh.....”

Suara rintihannya menggema sepanjang dinding lorong.

Jio tengah berkeliaran dalam kegelapan tebal yang mengelilingi dirinya seolah itu adalah kulitnya sendiri.

Sambil ia menempatkan tangannya di wajahnya yang terluka, dia berjalan dengan cara seperti hantu.

“Bukankah penantian panjang sang pria tampan rusak, hah?”

Sebuah senyum kaku muncul, saat dia berbicara dengan kegelapan di depannya, dan seorang yang membalas adalah—

“Kamu kelewat percaya diri, Jio Inzagi. Kamu tak sabaran.”

—Disana.

Mendadak, kegelapan yang bahkan lebih gelap mulai tercipta dalam kegelapan, dan mengambil bentuk gadis cantik.

“Diam, itu karena semua Roh Rohmu sangat payah.”

“Aku tak pernah menduga kalau akan ada pengguna Roh Suci diantara mereka. Meski Thanatos itu peringkat top untuk atribut kegelapan, kompatibilitasnya sangat buruk melawan Roh dengan atribut suci.”

“—Kemana mereka bergerak?”

“Mungkin menuju [Kuil Sejati] yang mengatur kendali Jormungandr. Karena aku masih terikat kontrak dengannya, aku secara kasar masih bisa mengetahui keberadaannya.”

Gadis hitam kelam dengan pasti menunjukkan segel roh yang terukir di tangan kirinya sendiri.

“Pandulah aku, Roh Kegelapan. Akan kubuat mereka menyesal karena membuat luka di wajah sang Raja Iblis.”

“Biarkan saja. Dialah Raja Iblis sejati—bagaimanapun juga, kamu tak lebih dari orang palsu, tak mungkin bisa menang. Selain itu, Ren Ashbell belum pernah kalah pada lawan manapun yang dia hadapi.”

“Perhatikan mulutmu, Roh Kegelapan. Aku bahkan bisa menjadikanmu milikku disini dan sekarang.”

Mata Jio melotot ke arahnya.

—Dia menunjukkan berlian merah berkilat berbentuk koma yang dipegang di tangannya.

“.....Astaga, sungguh pria bodoh.”

Si Roh Kegelapan menggumam dengan kecewa, menyibakkan gaun berwarna kegelapannya, dan lenyap ke ruang kosong.


Bagian 4[edit]

—Suara langkah kaki padat terdengar di lorong panjang yang seolah tak memiliki ujung.

Mereka bertiga pergi semakin dalam ke bawah tanah dengan Est, yang berjalan dengan tenang, sebagai pemandu.

Seolah olah tambang itu, yang dulu sangat berkembang sebagai tempat penambangan Bijih Roh, adalah labirin raksasa. Itu adalah lorong yang sangat besar untuk dilewati manusia. Roh Roh berukuran besar mungkin digunakan untuk melakukan penggalian.

Ada banyak pintu yang pernah disegel, namun mereka semua telah terbuka.

Mungkin itu adalah ulah dari orang orangnya Jio Inzagi, yang telah menyelenggarakan ritual di kuil di atas tanah.

Mendadak, sarung tangan kiri bersarung kulit Kamito terasa sakit tajam.

“Ada apa, Kamito? Apa lukamu sakit?”

“Bukan, bukan apa apa.....”

Kamito menggeleng kepalanya pada Claire, yang menatapnya dengan cemas.

Claire membulatkan bibirnya, tak puas dengan respon dari Kamito.

“......Entah kenapa aku merasa kalau kamu selalu bertarung sendiri.”

Dia bergumam dengan desahan.

“Juga seperti itu ketika kita membentuk tim untuk turnamen. Bukan, bukan hanya sepanjang pertandingan itu, aku merasa seperti itu juga saat kamu sedang mengikuti pelajaran, dan juga saat kamu berada di asrama.......bagaimana bilangnya ya, tak bisakah kamu lebih mempercayaiku, partnermu......bukan, majikanmu?”

“Begitukah?......Tapi yang jelas, aku nggak mau diberitahu seperti itu olehmu, yang nggak punya teman.”

“Di-Diam, aku punya teman!”

“Bukannya hanya Rinslet?”

“Di-Dia hanya kenalan sejak kecil, bukan berarti dia temanku!”

“Ah, kebetulan sekali. Aku juga selalu sendirian ketika memakan hidanganku saat aku masih berada di [Institut Ritual Kedewaan].”

“Fianna, kamu juga?.......Ada apa dengan kelompok menyedihkan ini?”

Sambil mereka terus mengobrol tanpa henti, mereka menuruni tangga bawah yang panjang.

“Hei, apa masih belum sampai juga, Est? Padahal, kita sudah berjalan lebih dari satu jam sejak tadi.”

“Beberapa jalur nampaknya berbeda sejak ratusan tahun lalu. Dan Claire juga berisik.”

“Ap!”

“Apa boleh buat, itu bahkan beberapa ratus tahun sebelum Est disegel.”

“Unh, Kamito, kamu berpihak pada Est lagi.......”

Sambil mereka bergerak turun, turun, sepanjang tangga bawah—akhirnya, mereka muncul di ruang yang luas.

Est terus berjalan lurus, dan berhenti di hadapan dinding raksasa.

“Disini, Kamito.”

“......Disini? Bukannya ini jalan buntu?”

Claire mengernyitkan alis dengan curiga.

Ada dinding batu yang menjulang dari sekelilingnya di hadapan mereka.

Est memegang cahaya, dan gambar pahatan yang terukir di permukaan dinding tercermin.

Itu bukan sesuatu yang diukir sepanjang masa beberapa ratus tahun ini—sepertinya itu adalah reruntuhan mistis dari zaman mitos.

“Ini adalah pahatan dari [Lima Raja Elemental Besar].....atau nampaknya begitu.”

Motif pada pahatan adalah hal yang cukup tipikal.

Api, air, angin, bumi, suci – Raja Raja dari lima atribut yang mengendalikan Astral Zero.

“Hn?”

Mendadak, Kamito merasakan ada keganjilan pada desain pahatan itu, dan mengernyitkan alis.

Ia memiliki komposisi dimana Raja Elemental atribut suci diletakkan di puncak dan sebuah gambar pentagram.

Di bagian terbawahnya – terdapat goresan besar seperti dinding yang dikelupas.

Itu terasa tak alami seolah eksistensi yang tergambar disitu dilenyapkan.

Est bergerak maju ke depan dan menempatkan tangannya dengan lembut di bagian yang digores itu.

“Ini adalah ukiran dari zaman mitos – pada zaman kemudian, eksistensi Ren Ashdoll dihapuskan.”

“...?Est, apa yang—“

Momen ketika Kamito merasakan ketidakberesan, raungan menggelegar menggema sepanjang lorong.

Celah kecil di dinding perlahan terbuka – cahaya biru bersinar.

“Pintu tersembunyi?—“

“Ini adalah reruntuhan historis dari zaman mitos. Pintu ini hanya bisa dibuka oleh Roh Peringkat Tinggi.”

Est bergumam tanpa ekspresi.

“Hebat sekali, Est.”

“Kamito, tolong puji aku lagi.”

“Ah, Est sungguh hebat.”

*Suri suri*Nade nade*

“Kamito, ini terasa nyaman........”

Usai menyibakkan rambut di kepalanya, Est dengan erat menutup matanya.

“.....”

Claire dan Fianna memelototi keduanya dalam cara itu.

“.....Sudah kuduga, kamu hanya lembut kepada Est.”

“Kamito-kun, kalau kita tak lekas lekas Jormungandr akan bangkit.”

“Ah, benar sekali.......”

Menarik tangannya kembali oleh Fianna yang anehnya meminta ia buru buru, Kamito berjalan ke tengah tengah pintu.

—Disana, terdapat gua yang luar biasa besarnya.

Ia memiliki lantai batu akik yang terpoles bagus. Juga memiliki langit langit stalaktit yang dihiasi dengan tak terhitung Bijih Roh.

Tiap tiap Bijih Roh memancarkan cahaya pucat misterius, dan mereka berkilau menyinari bagian dalam gua.

Di tengah gua raksasa – terdapat kuil yang dibuat dengan kristal dan logam yang mahal.

Dibandingkan dengan Kuil Agung di atas tanah, ini cukup sunyi, namun jauh lebih khidmat.

“—Nggak salah lagi. Ini memang [Kuil Sejati].”

“Yang Fianna harus lakukan adalah menampilkan ritual penyegelan ulang Kagura disini kan?”

“Ya. Namun, sebelum itu—“

Fianna menunjuk pada saluran air kecil di dekat Kuil Sejati.

Air bawah tanah yang jernih, yang menetes ke bawah dari stalaktit, tengah terkumpul.

“Aku harus melakukan ritual penyucian dan membersihkan tubuhku.”

“Benar juga, aku juga mau mandi. Kesucianku sudah sangat jatuh karena pertarungan beberapa saat lalu.”

Claire bergumam – mendadak, ia menyadari tatapan Kamito.

“....Emm, terus aku harus apa?”

“Ka-Kamu mengawasi diluar saja!”

Cambuknya datang menyerang dalam sekejap.


Bagian 5[edit]

-*Splash*.

Claire membuat suara ‘hyan’ yang seksi pada tetesan air yang jatuh dari stalaktit langit langit.

Dia memiliki kulit yang sangat halus. Ia memiliki tubuh yang menampakkan lekuk menawan. Payudaranya memang sangat disayangkan, namun entah kenapa nampak mempesona bahkan ketika dilihat oleh Fianna yang sama sama wanita.

“Mereka memang bersaudara, dia mendapat kecantikannya dari kakaknya........”

Profil wajahnya dengan rambut merah kuncir duanya tak diikat membuat Fianna mengingat wajah kakak Claire.

Sang Ratu Bencana – Rubia Elstein.

Seorang yang benar benar menghancurkan hati Fianna muda.

Bukan karena dia benci pada Claire, yang merupakan adiknya.

“Ngomong ngomong, aku bahkan nggak paham apakah aku membenci Rubia-sama atau tidak.....”

Yang menyeruak dalam hati Fianna bukanlah kebencian, namun rasa takut luar biasa.

Momen ketika dia bisa mengalahkan ketakutan itu, Roh terkontraknya akan kembali—

Fianna menjatuhkan tatapannya pada segel Roh yang terukir pada dadanya, dan tenggelam dalam pikirannya sendiri.

“Apa? Apa kamu melihat payudaramu dan membenamkan diri dalam rasa superioritas?”

Claire tengah memelototi payudara Fianna dengan mata mencemooh.

“Eh?”

“Bahkan tanpa penyumpalmu, bukankah milikmu lebih besar dariku? Aku pi-pikir kita ini teman.”

....Mata Claire membawa sedikit sensasi berbahaya.

Entah kenapa merasakan bahaya pada tubuhnya, Fianna mencipakkan permukaan air dan menjauh.

*Sususu*.*sususu*.*sususu*.

Akhirnya, dia terpojok di sudut kolam, dan bahunya dipegang dengan erat.

.....dia tak bisa melarikan diri lagi.

“Hei, Fianna, telan rasa malumu, ada sesuatu yang mau kutanyakan.”

Claire tengah mengatakan itu dengan ekspresi serius.

“Ap-Apa!?”

“Da-dada wanita akan menjadi besar kalau meminta laki laki yang disukai menggosoknya.......apa itu sungguhan?”

“.....Eh?”

Fianna membuka mulutnya lebar lebar pada Claire, yang wajahnya tersipu malu.

Dan kemudian—

Suara tawa ‘gusu’ lepas secara spontan.

Tak lama kemudian, Fianna memegangi perutnya dan tertawa.

“Ap-Apa! Itu bukan hal yang lucu!”

“Namun aku ada seseorang yang juga menanyakan hal yang sama di masa lalu.”

“....?”

Claire memiringkan kepalanya ke sisi tanpa menyadari apa yang dia maksudkan.

“Kalian memang bersaudara.”

Sambil Fianna tertawa terpingkal pingkal, dia menyeka air mata yang muncul di sudut matanya.

Pada subjek itu, sudah lama sekali sejak dia tertawa secara alami seperti itu.

Mungkin sudah........empat tahun lalu, sejak hari dimana dia kehilangan kekuatan Roh Terkontraknya.

“Claire Rogue, aku nggak membencimu.”

“Apa maksudmu?”

“Bukan apa apa. Ahh, nanti kalau kamu sudah dewasa, dadamu akan jadi besar dengan sendirinya.”

“Aku-Aku entah kenapa merasa kesal.......untuk suatu alasan.”

Funyuuuu.........

Claire meraba dada Fianna.

“Kyaa, a-apa yang kamu lakukan!”

“Aku mengonfirmasi apakah memang bisa membesar kalau digosok begini!”

“Kenapa nggak mengonfirmasinya dengan dadamu sendiri!?”

“.....Pu-Punyaku kecil dan nggak enak diraba.”

“He-hei, hentikan, hyaa, aan......”

Suara jeritan dan air yang keras menggema sepanjang kuil suci bawah tanah.

Bagian 6[edit]

“.....Aku bisa mendengar mereka berdua dari sini.”

Bersandar pada dinding di dekatnya, Kamito menggaruk pipinya.

Lorong menimbulkan gema lebih keras dari dugaannya. Bukan berarti dia memahami percakapan mereka, namun suara suara manis para gadis yang dia dengar terus menerus sangat gawat bagi jantungnya.

“Kamito, apa kamu menguping percakapan mereka, dan menjadi terangsang?”

“Uh, sama sekali nggak.......”

Kamito menimpali dengan ekspresi datar.

“Kalau begitu, apa?”

“—Jio Inzagi, aku memikirkan identitas sejati bocah itu.”

Dia adalah Kontraktor Roh laki laki, yang dengan bebas memakai tak terhitung Roh—dalam cara tertentu, sebuah eksistensi yang lebih terlarang dari Kamito.

Namun, Kamito mencurigai identitas sejatinya sampai poin tertentu sepanjang pertandingan tadi.

“Dia sama sekali bukan Raja Iblis, kalau dugaanku tepat.”

“Tentu saja. Dia tak layak menyebut dirinya Raja Iblis dengan levelnya saat ini.”

Est menjawab tanpa ekspresi, namun nadanya nampak sangat marah.

“Penerus Raja Iblis – lebih seperti Kamito.”

“...?Apa maksudmu?”

“Kamito adalah Raja Iblis di malam hari.”

“Est, itu berbeda.”

Kamito menimpali tanpa momen tunda.

.......Astaga, dari mana Roh Pedang ini mempelajari hal semacam itu?

“—Kita harus hentikan bicara santai kita disini, huh?”

“Sepertinya begitu.”

Kamito memisahkan tubuhnya dari dinding, dan menggenggam tangan kecil Est.

“Kamito adalah majikan Kontraktor Roh yang kasar.”

“Maaf. Nanti akan kutraktir parfait lain kali di Kota Akademi.”

“Tiba tiba, aku jadi punya motivasi.”

STnBD V02 231.jpg

Kamito membuat senyum masam, dan melafalkan mantra pelepasan Senjata Elemental.

'Ratu Baja berkepala dingin, pedang suci yang menghancurkan kejahatan – jadilah pedangku disini dan sekarang.'

Penampilan dari si gadis cantik berubah menjadi partikel cahaya dan lenyap ke ruang kosong—

Pada momen selanjutnya, tangan Kamito menggenggam Est Pemusnah, yang bersinar keperakan.

Dan kemudian – suara langkah kaki menggema dari dalamnya kegelapan.

“Yo, mari tentukan skor dan selesaikan ini – Ren Ashbell.”

Dengan mata merah bersinarnya menatap tajam, Jio Inzagi muncul.


Bab 9: Tim Scarlet[edit]

Bagian 1[edit]

Pada momen itu, Fianna mempersiapkan busana ritualnya dan memulai persiapan untuk penyegelan ulang.

Terdapat suara senjata berdentuman dengan keras diluar pintu Kuil Sejati.

“—Nampaknya dia sudah datang.”

Claire memanggil Lidah Apinya dan melotot pada pintu.

“Kamito dan aku akan melindungi pintu sampai titik penghabisan. Fianna, tunggulah disini!”

“Apa kamu berkata kalau kamu akan menyembunyikanku di tempat aman sendiri?”

“Ya, dia bukan lawan yang bisa kamu beri tipuan murahan beberapa kali. Biarpun kamu bisa, kamu tak lagi mempunyai Batu Darah.”

“Jangan meremehkan aku, Claire Rogue. Aku bukan Tuan Putri, yang hanya bisa dilindungi. Sekarang, aku adalah rekan yang sebanding dalam Tim.”

Fianna mengacungkan kipas berrangka besinya, yang digunakan untuk menampilkan ritual tarian, ke arah Claire.

“Aku adalah Gadis Tuan Putri kedua dari [Institut Ritual Kedewaan] – sebagai adik Rubia Elstein, kamu tahu kalau itu bukan eksistensi rapuh yang hanya bisa menampilkan tarian saja, kan?”

Dia memasang ekspresi seolah olah menantangnya. Claire menelan ludahnya oleh intensitas yang dipancarkan oleh si Gadis Tuan Putri peringkat-top.

Memang, Gadis Tuan Putri dari [Institut Ritual Kedewaan] tak menerima latihan tempur sebagai Kontraktor Roh.

Namun, bukan berarti mereka semua lemah. Kebalikannya, selama mereka memilih waktu dan tempat, ada kasus dimana kekuatan mereka bahkan melampaui Kontraktor Roh Peringkat Tinggi.

Dan, kuil ini sendiri adalah tempat yang paling cocok baginya untuk menampilkan kekuatan penuhnya.

“.....Aku paham.”

Claire menyibakkan rambut merah kuncir duanya ke atas.

“Aku akan melindungimu. Tampilkanlah Kagura yang paling hebat!”


Bagian 2[edit]

--Tak ada yang namanya tanda peringatan. Tarian Pedang mendadak dimulai.

Terdapat suara logam saling berdentingan. Kilatan Pedang Perak berkilau, percikan percikan api menyebar di dalam gua.

Est Pemusnah, yang diayunkan ke arah bawah oleh Kamito, ditangkis oleh pedang Jio.

Kamito melangkah lebih jauh dan mengayunkan pedangnya. Jio sedikit mengubah pusat gravitasinya dan mengelak dengan perbedaan setipis kertas. Dia membuat suara tertawa menggelegar, sambil melompat ke atas.

Seperti laba laba, dia melekat di langit langit—

“Hah, hanya segini saja!? Biarkan aku menikmati sedikit percakapan, Ren AshbellPenari Pedang Terkuat!”

“Sayang sekali, aku tak punya sesuatu bernama Roh murahan—seperti kau!”

“.....AP!?”

Jio melebarkan mata merahnya. Kamito menendang tanah dan melompat.

Est Pemusnah, mengayun di tengah udara dan menyerang pedang Jio.

Seolah olah logam yang diremukkan secara paksa, kertakan terdengar; dan Roh Pedang Jio hancur menjadi kepingan kepingan kecil.

Kamito tak berhenti. Dia menendang dinding lagi, mengubah arah serangannya dan menyerang sisi wajah Jio dengan tinjunya. Dia mengejar Jio, yang tertarik oleh gravitasi dan jatuh ke tanah, lebih jauh lagi, dia menendang langit langit dan berakselerasi.

Dengan pergerakan seperti burung yang memburu mangsanya, ia menggenggam kerah bajunya, dan punggung kepalanya menghantam tanah seperti itu.

Suara keras menggema. Itu adalah serangan tanpa ampun.

Dia meluncurkan tinju lagi dengan pergerakan seperti instrumen yang seksama—namun pada saat itu.

Segel Roh di tangan kanan Jio bersinar. Merasakan bahaya, dia segera melompat ke samping dari atas Jio.

Pada saat itu, kilatan berbentuk pedang memancar dari telapak tangan Jio.

Yang muncul di tangan Jio adalah Senjata Elemental yang baru.

Itu adalah pedang sempit dilekatkan dengan sebuah ornamen. Itu adalah Pedang Penusuk, bernama Rapier, digunakan secara eksklusif dalam menikam.

Kamito mundur dan mencoba mengambil jarak diantara mereka. Dia mempersiapkan Est Pemusnah di kedua tangannya.

“Seperti yang kuduga dari Ren AshbellPenari Pedang Terkuat—Sungguh pergerakan tak masuk akal.”

“Pergerakan multi-sisi tata-tinggi dalam lingkungan tertutup—teknik pertama yang diajarkan di [Sekolah Instruksional] Namun aku tak melakukannya seteliti dirimu.”

“....”

Jio dibuat diam membisu.

“Barusan, aku memahaminya saat pedang kita berbenturan. Kau sama denganku, anak yatim di [Sekolah Instruksional]— Raja Iblis yang gagal.”

Sekolah Instruksional—itu adalah nama dari institusi, dimana Kamito menerima latihan sebagai seorang assasin ketika dia masih anak anak.

Itu adalah institusi latihan rahasia yang didirikan sejumlah kaum bangsawan. Disana, mereka mengumpulkan para gadis yang memiliki kualitas sebagai Kontraktor Roh dari panti asuhan sepanjang benua untuk membesarkan sekelompok assasin terlatih.

Awalnya, pendirian dimaksudkan sebagai agensi untuk menyediakan assasin bagi bangsawan kolega mereka. Namun, para Guru di Sekolah Instruksional menjadi independen dari bangsawan sebelum mereka menyadarinya, dan akhirnya menjadi sesuatu yang berpegang pada satu prinsip fanatik.

--Yakni, kehadiran kedua dari Sang Raja Iblis.

Ia adalah satu satunya Kontraktor Roh laki laki dalam sejarah.

Ia adalah Raja Iblis, yang menggunakan tujuh puluh dua Roh dan membawa benua pada kehancuran.

Untuk menciptakan penerusnya.

Untuk alasan itulah, logika yang mereka ambil sangat sederhana.

Ia adalah satu satunya Kontraktor Roh yang tersisa dalam sejarah—kalau memang begitu, sangat wajar kalau penerusnya adalah anak laki laki.

Dengan pemikiran itu, mereka mengumpulkan para anak laki laki yang dipandang memiliki kemampuan bahkan sedikit bertukar perasaan dengan Roh, dan melakukan hipnotis, penerapan obat obatan, eksperimen penggunaan Roh dan lain lain. Namun, tingkat kesuksesannya nol besar.

Untuk alasan ini, momen ketika Kamito ditemukan delapan tahun silam, orang orang itu menjadi sangat kegirangan.

“—Benar.”

Jio Inzagi menampakkan senyum sangat mengerikan.

“Eksperimen untuk kehadiran kedua Sang Raja Iblis di tangan manusia—satu satunya yang sukses adalah aku.”

Kamito—

Menyudutkan mulutnya penuh sindiran, dan mengangkat bahunya.

“Kesuksesan satu satunya? Kau bercanda apa?”

“Aku paham perasaanmu yang tak mau mengakuinya. Tapi meski demikian, ini bukan lelucon.”

“Maksudku bukan begitu.”

Kamito menggeleng kepalanya seolah dia bersimpati.

“Kontraktor Roh laki laki, yang menggunakan tujuh puluh dua Roh—kalau itu dianggap sebagai kesuksesan, maka kau adalah Sama sekali bukan kesuksesan, tahu? .”

“......Apa?”

Mata Jio melebar, dan ekspresinya berubah menjadi kebencian.

“Aku awalnya juga dibodohi. Entah kau benar benar memakai tujuh puluh dua Roh Terkontrak—namun, ternyata aku salah.”

Kamito dengan santai memberitahunya.

“Semua Rohmu bukan Roh Terkontrak—Mereka hanyalah Roh Tersegel.”

“...!”

Benar sekali—semua Roh, yang Jio Inzagi gunakan, bukanlah Roh yang telah saling bertukar ritual kontrak.

Mereka adalah Roh yang disegel dan diperlakukan sebagai peralatan untuk segel yang terukir di tubuhnya.

Alasan Kamito menyadari itu adalah karena Jio tak pernah menggunakan Roh yang sama lagi.

“.......Selain itu, dia juga menggunakan beberapa Roh Pedang dengan tipe yang sama.”

Kecuali seseorang berniat menggunakan dan membuangnya sejak awal, tak ada artinya menjalin kontrak dengan Roh Pedang berjumlah besar dengan cara itu. Dibandingkan menangani beberapa Roh Pedang, akan jauh lebih efektif untuk memelihara cukup satu Roh Pedang.

Selain itu, tak peduli betapa kuatnya Senjata Elemental Est itu, aneh bahwa sebuah Roh Pedang, terkenal karena stamina tingkat tingginya, akan patah semudah itu.

“......Poinku adalah mereka semua sama dengan Bijih Roh yang Fianna gunakan dan buang.”

Selama ritual kontrak tidak dilakukan, Roh takkan dapat dijinakkan, dan kekuatan sejatinya sebagai Senjata Elemental juga takkan bisa dikeluarkan.

Kekuatan spiritual yang dia pikir tak ada habisnya juga hanyalah ilusi.

“Kau adalah Raja Iblis palsu, Jio Inzagi. Tidak, kau bahkan bukan Kontraktor Roh.”

Memang, dimana dia menyimpan Roh Tersegel sebanya itu di tubuhnya, fakta kalau dia bisa mempertahankan tubuhnya adalah kesuksesan yang pasti. Kalau dia adalah orang biasa, dia pasti akan menjadi gila karena reaksi penolakan Roh.

Namun, sangat tak sempurna baginya untuk menyebut dirinya sebagai Raja Iblis—Kontraktor Roh.

Dia berpura pura seolah dia mengontrak beberapa Roh, namun itu tak lebih dari muslihat.

“.....Hah, lantas kenapa?”

Mata merah Jio bersinar dengan tajam, dan dia meludah.

“Biarpun kau tahu itu, tak ada perubahan fakta kalau kau takkan bisa mengalahkanku.”

Jio menendang tanah. Roh Pedang Rapier berakselerasi seperti meledak di tangannya.

“Akulah Sang Raja Iblis! Kepastian itu akan kudapat dengan membunuh Ren AshbellStrongest Blade Dancer, kau!”

Tepat di hadapan Kamito, dia menunduk untuk merendahkan tubuhnya, mengincar tenggorokan Kamito, dan meluncurkan tikaman mematikan.

Kamito sedikit memiringkan kepalanya dan menghindarinya. Berputar di poros kakinya, dia kembali dengan tendangan balik.

Solnya menghantam dada Jio. Melanjutkan momentum itu, Kamito mengangkat Est di atas kepalanya.

“—Terwujudlah, BarguestRoh Serigala Api!”

Segel di lengan Jio bersinar—pada saat itu, taring api membara menyerang Kamito.

Itu adalah gumpalan lava, terselimuti dalam api hitam. Taring api menggigit lengan kirinya yang diangkat di atas kepalanya.

Rasa sakit memilukan menyebar ke seluruh tubuhnya, seolah darahnya mendidih. Namun—

“.....Raaaa!”

Kamito berputar, mengayunkan lengannya, dan meremukkan gumpalan lava yang menggigitnya ke dinding.

Api meledak dan terpecah pecah. Ada batu batuan lava yang hancur lebur. Kalau itu adalah Roh Terkontrak, dia akan kembali lagi untuk melindungi majikannya—Namun, Roh Tersegel, yang hanya dilepaskan secara paksa, lenyap ke ruang kosong seolah tak ada sisa.

“Sungguh hangat..........api dari Claire jauh lebih panas.”

Senyum yang sangat mengerikan muncul, dan Kamito segera mengayunkan Est Pemusnah secara horizontal.

Postur Jio sedikit goyah oleh tekanan angin—momen kesempatan itu sama sekali tak dilewatkan oleh Kamito.

Memegang Pedang Perak berkilau di atas kepalanya, dia meluncurkan serangan dengan segenap kekuatannya—

“—Terwujudlah, AegisRoh Perisai!”

Namun, serangan itu terhenti oleh Roh perisai yang Jio panggil.

Roh Pedang melawan Roh Perisai—bahkan bagi Est, kompatibilitas atributnya sangat rendah!

Namun, Kamito tak bergerak mundur. Tanpa berubah—dia semakin menekan pedangnya lebih jauh.

“—maju Est, tunjukkan padaku betapa seriusnya dirimu saat ini!”

Merespon teriakan Kamito, cahaya Est Pemusnah bersinar semakin terang.

Kecerahan itu menjadi kilatan panjang dan menyelimuti Pedang Suci—

Pada saat itu, ia mengubah penampilannya menjadi pedang raksasa yang jauh melebihi ukuran tubuh Kamito.

“Ap.....a!?”

“Ooooooo!”

Kamito berteriak kencang. Ia menciptakan retakan pada Roh Perisai yang dilepaskan.

Dan kemudian—ia hancur tepat menjadi dua.

“Ini tak masuk akal........Roh Pedang menghancurkan Roh Perisai!?”

“Inilah kekuatan dari Roh Pedang yang diikat oleh Segel Roh—Jio Inzagi!”

Kamito memegang Pedang raksasa di atas kepalanya lagi—pada saat itu.

“......Brengsek kauuu!”

“—Apa!?”

Menyembul dari tangan yang Jio acungkan, adalah berlian merah berkilau berbentuk koma.

Momen ketika Kamito melihat berlian itu, rasa merinding tak terjelaskan menyebar di sarafnya.

Est Pemusnah di tangannya berguncang dengan lemah.

Momen pedangnya menyentuh permukaan berlian—

*Pishi* -- Retakan kecil muncul di bilah Est.

“...!?”

Pembunuh IblisPedang Suci Pembunuh Raja Iblis kehilangan kecerahan menyilaukannya.

Dari tempat dimana retakan itu muncul, sesuatu seperti karat hitam mulai menyebar—

“--,Est sedang dikaratkan!?”

Kamito mencoba menarik mundur Est, dan pada saat itu.

Jio mendengus padanya.

“Aku sudah berkata kalau itulah kelemahanmu—Ren Ashbell.”

“Guu.....!”

Rapier yang dilepaskan telah menusuk sisi perut Kamito.

Sambil Kamito memegang Est, yang tengah dikaratkan menjadi hitam, dia jatuh di atas lututnya di tempat itu.

“Kau tak bisa menerima Roh sebagai alat. Sehingga, kau menjadi lemah.”

Jio dengan tenang berdiri sambil bermain dengan berlian merah berkilau berbentuk koma di satu tangan.

“Bijih Roh itu........jangan jangan—“

“Ahh?.......Benar sekali. Tuan Putri itu juga memegang hal yang sama.”

“Batu Darah.....?”

Itu adalah harta karun level nasional yang bisa menyegel kekuatan dari Roh Peringkat Top.

“Kenapa dia memiliki—“

“Benar sekali. Benda ini sendiri adalah sumber kekuatanku—kekuatan dari NebuchadnezzarRoh Raja Gila yang memerintah banyak Roh.”

Jio tertawa dengan keras dengan berlian di tangannya, dan segel yang terukir di seluruh tubuhnya memancarkan cahaya menyilaukan.

“......, begitu, alasan kau menggunakan Roh Tersegel sebanyak itu adalah kekuatan dari Roh Peringkat Tinggi yang tersegel di dalam berlian itu.”

Kontras dengan Batu Darah yang Fianna miliki yang pelepasannya hanya sekali, sepertinya yang Jio miliki, mewujudkan efeknya hanya dengan melekat pada tubuhnya.

“......Sungguh pemalsu sejati. Sungguh Raja Iblis-sama tak berotak.”

“Kau masih punya nyali mengatakan itu, aku akan jadikan Roh Pedangmu milikku disini dan sekarang—“

Karat hitam terus mengeroposkan Est Pemusnah. Tawa keras Jio menggema di dalam gua.

Namun, senyum tipis muncul di bibir Kamito.

“Jio Inzagi, apa kau tahu? Lorong ini bisa memantulkan suara dengan sangat baik.”

“Ahh? Bicara apa kau—“

“Menurutmu kenapa aku secara spesial memberimu pelajaran tentang wujud sejati dari trik sulapmu itu?”

“Apa?”

Itu benar, bukan berarti Kamito berbicara dengan sia sia.

Kamito melakukannya untuk menyalurkan informasi.

Bahwa Roh yang dia gunakan bukanlah Roh Terkontrak, namun hanya Roh Tersegel.

“Jangan salah paham. Seorang yang kau lawan bukanlah Ren AsbellPenari Pedang Terkuat.”

Pada saat itu, Lidah Api yang diluncurkan melingkari sekitar tangan kanan Jio.

“—Tapi Tim Scarlet.”

“....!?”

Pintu pada Kuil Sejati terbuka. Disana—

Menyibakkan rambut merah kuncir duanya, dan memegang Lidah Api di tangannya, Claire Rogue tengah berdiri.

“Kerja bagus, Kamito. Seperti yang diduga dari Roh Budakku!”

“Kenapa kamu........”

Menekan sisi perutnya yang terluka, Kamito merintih dengan tatapan datar.

Jio mengguncang Lidah Api, dan melotot pada Claire.

“Hah, terima kasih—kau membuka pintu Kuil Sejati secara khusus untukku.”

“Ya, untuk mengalahkanmu.”

Ada suara datang dari belakang Claire.

Fianna, yang telah mengenakan kostum ritual khidmat di tubuhnya, berjalan dengan tenang.

Bahkan untuk seorang gadis, yang bertindak seperti anak nakal, dia bukanlah gadis tanpa kekuatan yang hanya bisa diam ketakutan.

Berdiri dengan tegap—adalah Tuan Putri Roh berjubah.

“Akan kutunjukkan padamu. Ritual Kagura dari Tuan Putri Kekaisaran kedua, Fianna Ray Ordeshia.”


Bagian 3[edit]

Empat tahun lalu, hari itu—hati si gadis benar benar hancur berantakan.

Diserang habis habisan oleh rasa takut luar biasa dan rasa ketidakberdayaan, dia menjadi tak mampu menggunakan Rohnya.

Untuk menjadi Tuan Putri Roh yang membanggakan seperti Rubia-sama—si gadis, yang terpotong dari impian itu, sudah kehilangannya.

Yang menjadikan orang tuanya, bahkan saudari saudarinya, dan bahkan Nyonya Kekaisaran mengabaikannya karena mereka dengan cepat mengubah sikap mereka padanya.

Sikap dari si gadis, yang kelewat tegas pada dirinya dan orang lain, sepertinya sudah memicu kebencian sebelum dia mengetahuinya.

Sehingga, momen dia kehilangan kekuatannya diketahui, hasilnya adalah tak seorangpun mau peduli padanya lagi.

Sebelum dia menyadarinya, pada akhirnya si gadis menutup hatinya hampir pada semua hal.

Tanpa membuka hatinya pada siapapun, tanpa memiliki rasa ketertarikan apapun—dia terus mengurung dirinya di dalam istana.

--Namun, tiga tahun silam. Si gadis menemui dia.

Penari Pedang Terkuat, yang terus maju sepanjang Tarian Pedang dengan kekuatan sangat unggul.

Si gadis menjadi terpesona pada Tarian Pedangnya yang seolah olah bisa menghempaskan segalanya.

Dia merasa kalau Tarian Pedangnya telah mengubah sesuatu.

Sekali lagi, dia diberi kekuatan untuk bisa berdiri.

“Kamito-kun, alasan sejati aku datang ke Akademi ini—rasanya aku sudah memahaminya sekarang.”

Selama dia seorang diri, dia tak akan pernah menyadarinya.

Hal seperti [permohonan] telah ia dapatkan karena Tarian Pedang mungkin sangat tak penting baginya.

Dengan hanya dia, yang ia kagumi.

Dengan anak laki laki dari hari itu, mungkin karena itulah yang membuat ia ingin bertarung bersama.

“......Kamito-kun, kamu sudah berkata kalau aku adalah rekanmu.”

Bahkan ketika Kamito mengetahui kalau Fianna tak bisa memakai Roh terkontraknya, Kamito telah mengatakan itu.

“Selain itu, Claire Rogue.......dia juga menyambutku tanpa membeda bedakan diriku.”

Empat tahun lalu, waktu itu ketika dia berdiri melawan Sang Ratu Bencana, dia hanya seorang diri.

Namun, saat ini – dia memiliki rekan rekan yang harus ia lindungi.

Memegang kipas berrangka besi di kedua tangannya, Fianna Ray Ordeshia menarikan Kagura.

--Menarilah, kalian semua Roh, lepaslah dari ikatan tubuh itu, dan menarilah dengan gila bersamaku!

Ia adalah Gadis Tuan Putri berperingkat kedua dari institusi latihan Tuan Putri Roh satu satunya di benua – [Institut Ritual Kedewaan].

Kagura yang ia tengah mainkan bukanlah tarian pendukung pertarungan yang memperkuat Roh.

Mendengar percakapan Jio dan Kamito yang bisa terdengar dari sisi lain dinding, dia menyadarinya secara intuitif.

Kamito telah menyampaikan hal hal yang ia bisa lakukan sebagai pakar Tarian kagura.

Kalau sudah dipastikan bahwa Roh Jio Inzagi hanyalah Roh Tersegel—

Untuk mengetukkan kaki mereka seperti waktu yang terus berdetik dan bergerak kuat dengan pergerakan seperti mengalir.

Itulah gerakan Tarian sempurna yang mereka latih di [Institut Ritual Kedewaan] sebelum mereka mempelajari kata kata.

“Ritual ketujuh dari ritual Kagura—ritual dari perjamuan gila, akan kudedikasikan disini!”


Bagian 4[edit]

“Ga.....aaaah, ah, ah.......brengsek kau, apa yang kau lakukan padakuuuuu!”

Mendadak, tubuh Jio Inzagi berputar dan jatuh ke tanah.

Kedua tangannya terputar dengan arah yang mustahil, dan segel segel di seluruh tubuhnya mulai berkedip kedip dengan dahsyat.

“Roh Tersegelmu akan mulai lepas kendali. Mereka bereaksi pada ritual Kagura yang Fianna dedikasikan.”

Kamito perlahan bangkit dengan Est Pemusnah di tangannya.

“Apa.....itu....!”

“Dengar, tubuhmu yang merumahkan Roh Tersegel itu seperti Kuil yang mengelabui banyak Roh.”

Dia mengangkat bahunya sambil mengatakan itu padanya.

“Lebih jauh lagi, mereka tentunya bukan Roh Terkontrak yang terikat suatu ikatan. Karena kekuatan berlian itu, mereka hanya Roh Tersegel yang secara paksa dibuat tunduk. Tak mungkin mereka tak terpengaruh oleh keikutcampuran dari luar—seperti efek Kagura yang Fianna dedikasikan.”

“Guu........sial, gaaaa!”

Jio berteriak, sambil menghadap Fianna, yang tengah menarikan Kagura di Kuil Sejati, dan melepaskan Roh Roh.

Lima Roh dari atribut bervariasi menjadi terikat bersama, dan menyerbu keluar seperti merayap.

Itu—

“Sia sia saja.”

Claire, yang berdiri di depan pintu, mengumpulkan dan menghancurkan mereka semua dengan Lidah Apinya.

“Maaf tapi sesuatu seperti Roh yang kehilangan kendali sama sekali bukan lawan buatku.”

“Guu.....haaa.....”

Dengan kebebasan tubuhnya tercuri oleh Roh Tersegel yang lepas kendali, tubuh Jio berguncang dengan dahsyat.

“Aku akan meringkusmu. Dan, kami akan memaksamu berbicara tentang insiden pada JormungandrRoh Militer Tipe-Strategi.”

Kamito mendekatinya untuk menangkapnya, pada saat itu.

“—Itu akan merepotkanku, Kamito.”

Dari ruang kosong, suara gadis yang jernih bisa terdengar.

Di hadapan Kamito, yang menghentikan kakinya dengan spontan, kegelapan tebal muncul.

“...!?”

Itu adalah suara menyenangkan, yang tak mungkin pernah dia lupakan.

Tak lama kemudian, kegelapan, yang tercipta dari ruang kosong, bertransformasi menjadi sosok gadis cantik.

“Jio adalah tubuh eksperimental penting. Akan merepotkanku kalau kamu sampai menangkapnya.”

“Restia....”

Kamito berkesah seperti meremasnya keluar dari dalam tenggorokannya.

Ia adalah mantan Roh Terkontraknya—penampilan menawannya itu, yang sama sekali tidak berubah sejak tiga tahun silam.

Disamping itu Kamito bahkan sudah berubah banyak.

“Kamu, kamu Roh Kegelapan dari tempo hari.”

“Lama tak jumpa, ojou-san kucing neraka.”

Si gadis dengan manis melambaikan tangannya pada Claire, yang dibuat terbengong dan berteriak.

“.....Restia, apa itu kamu? Yang sudah mencoba melepaskan JormungandrRoh Militer Tipe-Strategi?”

Kamito mendapat firasat itu—firasat kalau Restia memang terlibat di balik layar dari insiden ini.

Terdapat fakta kalau Jio Inzagi mengetahui identitas sejati Kamito.

Dan kemudian, ada Roh Kegelapan yang menyelenggarakan ritual di kuil di atas tanah.

Diatas semua itu, rasa berdegup dari segel Roh, yang terukir di tangan kirinya, memberitahunya kehadiran dia.

Si Roh Kegelapan memasang senyum kesepian dan mengangguk.

“Benar sekali. Adalah misiku untuk melepaskan Roh yang tertidur disini.”

“Kenapa kamu melakukan..........”

“Karena itu adalah harapan dia. Itu saja.”

“.....Dia?”

“Kamito, kamu pasti akan menemui dia. Namun, belum sekarang. Kamu masih belum bangkit.”

“Restia, aku—“

--Pada momen itu, Jio, yang telah jatuh ke tanah, berteriak.

“Minggirlah, Roh Kegelapan. Aku masih belum kalah!”

“Menyerah sajalah. Sudah kukatakan, bukan? Kamu bahkan tak bisa mengalahkan dia yang sekarang.”

“Diam! Aku-akulah seorang, yang akan meneruskan Raja Iblis! Sampai dikalahkan oleh.......”

“Kamu bukan Raja Iblis. Kamu bahkan bukan Kontraktor Roh. Kamu hanya kegagalan........”

Si gadis Roh Kegelapan mengatakan itu dengan nada dingin.

“Bagaimanapun, seorang, yang akan meneruskan Raja Iblis adalah—“

“......Diam, diam, diam, diam, dasar sialaaaan!”

Mendadak, Jio, yang berteriak, menggenggam lutut Roh Kegelapan dengan tangannya.

Dia berdiri seperti itu, dan mengayunkan Restia dari atas ke bawah.

“Jio, apa yang kamu coba lakukan!?”

“Untuk berterima kasih. Aku akan menggunakanmu, Roh Kegelapan!”

Jio tertawa keras keras dengan wajah penuh oleh kegilaan.

Berlian bersinar dalam berbentuk koma digenggam dengan erat di tangannya. Itu—

Terpasang di tanah di dekat kakinya.

“Ap!?”

“Ha, hahahaha, ha! Inilah kekuatan dari Raja Iblis, yang dengan paksa bahkan bisa memerintah Roh Peringkat Tinggi!”

Batu Darah berwarna merah dalam membuat suara remuk redam da akhirnya hancur berkeping keping.

Kekuatan dari NebuchadnezzarRoh Raja Gila mengalir keluar, menjadi kepulan bayangan dan menelan seluruh tubuh Roh Kegelapan.

“Restia!”

Mengamuk, Kamito mengayunkan Est Pemusnah.

Namun, tebasan itu, yang diperkuat dan diluncurkan dengan segenap kekuatannya—tak bisa mengenai dan menebas Jio.

Pedang Iblis besar hitam legam tengah tergenggam di tangan Jio.

Itulah yang menghentikan pedang Est Pemusnah, dan menyerap pancaran cahayanya.

“Itu......jangan jangan..........Restia.......”

Itu adalah Senjata Elementalnya -- Pedang VorpalPedang yang menusuk kebenaran. Bentuknya memang berbeda, namun itu tiada lain adalah Pedang Iblis, yang Ren AshbellPenari Pedang Terkuat dulu gunakan.

“Scarlet!”

Claire berteriak.

Mengincar Jio, yang tengah tertawa gila dengan keras, kucing neraka membara menyerbu ke arahnya.

“Lalat kecil, jangan ganggu sang Raja Iblisss!”

Kehilangan ketenangan dirinya, Jio mengayunkan Pedang Iblis hitam legam.

Memaksa mundur pedang Kamito – tak terhitung kilatan hitam diluncurkan dari bilahnya.

“Kyaa!”

“Claire!”

Claire berteriak, seiring tubuh mungilnya terpental jauh.

“Jio Inzagi!”

Kamito berteriak, dan mengayunkan Est Pemusnah lagi.

“Kau juga – Matiiiiii!”

Menghadapi Kamito, yang menyerbu ke arahnya dari depan, ia meluncurkan serangan kilat hitam.

Itu adalah satu serangan kilat panjang yang memiliki kekuatan beberapa kali lipat dari sebelumnya.

Itu diarahkan secara langsung dan memusat pada Kamito—

“Mana bisa hal semacam itu kena—“

“—Akan kena!

Jio menampakkan senyum ganas.

Tepat sebelum mengelak, Kamito menyadarinya.

Fianna berada di belakangnya.


Bagian 5[edit]

Fianna tengah menatap serangan kilat hitam dari si penyerang dengan terbengong bengong.

Dia tak bisa menghindarinya. Kostum ritual yang berat telah mencuri kebebasan tubuhnya.

“.....Apa aku akan mati disini?”

Dada si gadis terisi oleh rasa penyerahan diri yang tenang. Ia secara refleks menutup matanya.

Namun—

“Fianna!”

Ia dibuat terjaga mendengarnya.

Saat dia membuka matanya, Kamito tengah menangkap serangan kilat yang mengamuk dengan pedangnya.

“Kamito-kun!?”

“Oooooooo!”

Selagi seluruh tubuhnya dihajar oleh serangan kilat, Kamito terseret mundur.

Ren AshbellPenari Pedang Terkuat, seorang yang menampilkan Tarian Pedang mengagumkan di arena Tarian Pedang.

Tengah melindungi Fianna dalam kondisi compang camping.

Biarpun dia menjadi berdarah darah dan nyaris tak kuat berdiri.

“Jangan, Kamito-kun! Kamu akan mati—“

“Aku tak pernah ingin kehilangannya lagi. Teman temanku yang berharga.”

“.....!”

Punggungnya sama dengan hari tiga tahun yang lalu.

Itu adalah milik anak laki laki, yang telah menolong si gadis tak berdaya di hutan Astral Zero.

Itu adalah punggung si anak laki laki, yang menjadi cinta pertamanya – dan saat ini berada tepat di depan matanya!

“Kali ini aku harus melindungi—“

*Ba-thump*. Emosi panas terisi dalam dada Fianna.

“—Aku ingin melindungi dia, seorang yang aku cintai!

Sejak hari itu – dia selalu seorang diri.

Tanpa dibutuhkan oleh siapapun, tanpa siapapun yang menyertainya, ia adalah Ratu yang Hilang.

Tanpa apapun yang bisa diharapkan, dia sudah menyerah pada segalanya.

“—Namun, saat ini berbeda.”

Ia melihat Tarian Pedang Ren Ashbell tiga tahun yang lalu.

Dan kemudian, saat ini dia tengah menyaksikan punggung Kazehaya Kamito.

“—Aku sudah berubah! Apalagi, aku punya permintaan yang aku ingin kabulkan!”

Dia ingin mengincar [Tarian Pedang] bersama dengan Kamito.

“Itu adalah – harapan sejatiku.”

Serangan kilat hitam tengah memukul mundur dan menutupi cahaya dari Est Pemusnah yang dipegang oleh Kamito.

Tubuhnya nampak seperti bisa jatuh kapan saja. Namun, dia masih tetap berdiri.

”---Engkau, budak dari Raja dari anak manusia, Ksatria dan master pendekar pedang!”

Bibir Fianna melafalkan bahasa pemanggilan Roh dengan sangat agung.

”—Dengan kontrak darah lama, jadilah pedang yang melindungiku, mohon lekaslah dan datang ke sisiku!”

Perasaan nostalgia terasa bangkit kembali di dadanya.

Itu adalah sensasi yang seharusnya telah hilang empat tahun lalu – degup dari segel Roh.

Ksatria sang Tuan Putri, yang tak pernah merespon tak peduli berapa kalipun ia memanggilnya sejak hari itu, sekarang—

”Datanglah, Roh Ksatria Suci [Georgios] – engkau akan menjadi pedang yang melindungiku!”

Cahaya menyilaukan mengalir deras di hadapan matanya.

Itu adalah Ksatria Suci yang melenyapkan segala macam kegelapan. Itu adalah cahaya yang selalu melindungi Fianna.

Ksatria berarmor, dipersenjatai pedang perak dan perisai besar, tengah berdiri di hadapannya.

Itu adalah Roh Ksatria Suci, yang diwariskan dalam Kekaisaran Orudeshia – [Georgios].

Tak memerlukan kata kata. Fianna dengan lembut tersenyum pada penampilan nostalgia itu.

Roh atribut suci adalah Roh yang hanya bisa digunakan oleh Gadis Tuan Putri yang memiliki jiwa amat sangat murni.

Fianna, yang telah tergores ke dalam dadanya rasa sakit namun telah pulih—

Sekarang diakui sebagai majikan aslinya kembali.

“Aku memerintahkanmu dalam nama Tuan Putri Kekaisaran Orudeshia kedua – lindungi Kamito-kun!”

Fianna, terselimuti kehormatan layaknya seorang Ratu, menempatkan tangannya di pinggang dan memberinya perintah.

Si Roh Ksatria Suci mengangguk tanpa kata kata dan mengangkat pedang raksasanya, yang kira kira bahkan sebanding dengan tinggi tubuhnya.

Membuat gemuruh bawah tanah, seperti tanah berguncang kuat, ia menyerbu pada serangan kilat hitam yang tengah mengamuk.

“—Kenapa kau, apa kau membangkang Raja Iblis!?”

Jio Inzagi berteriak. Serangan kilat menjadi aliran deras dan mengalir maju ke depan.

Namun – [Georgios] menyerbu ke depan untuk menghadapinya.

Serangan kilat hitam berhasil ditangkis oleh perisai yang dipegangnya.

Roh Suci Peringkat Tinggi memiliki daya tahan penuh melawan atribut kegelapan.

Pedang Ksatria raksasanya menebas dan membersihkan kegelapan, dan menjernihkan jalur di depan Kamito!

“Ap.....a!?”

Wajah Jio berubah menjadi kekagetan – Kamito tak melewatkan kesempatan itu.

“Maju, Est!”

Kamito mengalirkan seluruh kekuatan spiritual yang ia miliki kepada Est.

Pembunuh IblisPedang Suci Pembunuh Raja Iblis, yang tertelan kedalam kegelapan dan kehilangan cahayanya, bersinar dengan cerah sekali lagi.

“Oooooo!”

Kamito berlari dengan Est Pemusnah, yang menjadi pedang raksasa, di tangannya.

“Cih—Terwujudlah, Roh Api!”

Mengincar Kamito, yang menyerbu ke arahnya dari depan, Jio melepaskan Roh api—

“Takkan kubiarkan!”

*Hyun*-- kilatan merah pembunuh tercipta dan menelan api itu.

Claire, dengan tubuh penuh luka, berdiri dengan Lidah Api di tangannya.

“—Sudah kubilang. Kami adalah Tim!”

Sambil ia menyerbu ke dada Jio, Kamito memberitahunya.

“Sehingga, aku akan terus menjadi kuat. Lebih kuat dari saat aku disebut sebagai Ren AshbellPenari Pedang Terkuat.”

Dan kemudian – serangan tunggal Kamito memotong tangan si Raja Iblis palsu.


Epilog[edit]

—Esok paginya, Kamito terbangun di atas ranjang di kantor kesehatan.

Dia, sejujurnya, tak mengingat banyak tentang apa yang terjadi setelah itu.

Dia sudah memaksakan kekuatan spiritualnya dalam memakai Est, dan kesadarannya menjadi kabur.

Jio Inzagi kemudian diringkus oleh para Ksatria dari Akademi, yang datang menyerbu, dan diserahkan pada militer Orudeshia sebagai pelaku dari insiden. Raja Iblis palsu itu, yang kehilangan kekuatan Batu Darahnya, tak lagi memiliki kekuatan untuk melawan.

JormungandrRoh Militer Tipe-Strategi, yang tertidur di bawah tambang, telah disegel ulang tanpa masalah oleh Fianna yang menyelenggarakan ritual penyegelan Kagura. Kuil, di atas tanah, juga telah dihancurkan tanpa sisa oleh para Ksatria. Semestinya takkan ada waktu lagi dimana dia akan dilepaskan.

Roh Kegelapan Restia telah lenyap tepat saat lengan Jio terpotong.

Bukan berarti dia sudah lenyap—itulah yang detak pada segel Roh, yang terukir di tangan kirinya, beritahu padanya.

“Restia, apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan?”

—Karena itu adalah harapan dia. Mantan Roh Terkontraknya mengatakan itu. Dan kemudian, bahwa Kamito akan menemui dia suatu saat nanti.

Siapa sebenarnya dia yang ia sebutkan? Apa dia menyebut Ren Ashbell lain yang ikut serta dalam Tarian Pedang putaran ini?—

“Pokoknya, selama kita terus maju, kita pasti akan bisa bertarung dengannya.”

Peringkat sekolah mereka meningkat pesat karena pencapaian misi peringkat S kali ini, namun masih banyak Tim yang berperingkat lebih tinggi. Selain itu, biarpun mereka mencapai [Tarian Pedang], juara juara elit akan dipilih, bukan hanya dari Akademi ini, namun dari setiap negara di benua.

“Ini bukan waktunya untuk berbaring disini.........”

Membuat senyum pahit, Kamito mencoba bangun dari ranjang, pada saat itu—

Sensasi lembut tengah menggeliat di bawah selimutnya.

“....E-Est! Kamu lagi!?”

Dia membalikkan selimut dengan panik.

Est telanjang—

—Tak ada di atas ranjang.

“......Fianna!?”

Kamito membiarkan mulutnya terbuka lebar.

Seorang yang berada disana, adalah Fianna, yang mengenakan seragam seperti gaun di tubuhnya.

“Mengecewakan, aku ketahuan deh. Padahal aku sudah berniat memainkan beberapa hal setelah ini.”

Sang Tuan Putri menyibakkan rambut hitam glamornya, dan dengan imut menjulurkan lidahnya.

Ditatap oleh pandangan lembut yang seksi, Kamito dengan spontan merona merah.

“Ap-Ap-Ap-Apa yang kalian lakukan!?”

“Fufu, apa kamu tahu kalau Gadis Tuan Putri dari [Institut Ritual Kedewaan] mengetahui banyak teknik untuk bisa menghibur Roh?”

“K-Kamu, apa yang kamu rencanakan......”

“Bercanda kok. Namun, lihat, apa kamu merasa kalau vitalitasmu sudah pulih?”

“....? Ya, memang......”

Dia merasa ada semacam energi yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Normalnya, kekuatan spiritualnya takkan pulih sebanyak ini hanya dengan beristirahat satu hari.

“Itu adalah ritual Kagura rahasia dari [Institut Ritual Kedewaan] untuk mendistribusikan kekuatan spiritual Gadis Tuan Putri – Namun, untuk menggunakannya, kulit kita harus saling bersentuhan. Kalau kamu keberatan, maaf ya.”

Fianna dengan cepat tersipu malu, dan dengan canggung melihat ke bawah.

“Kamu nggak berpikir kalau aku ga-gadis tak tahu malu kan? Bahkan aku.........sangat malu.”

“M-Maaf......makasih. Namun, kamu nggak perlu memaksa dirimu.”

Kamito meminta maaf dengan gugup.

Fianna berpura pura bersikap dewasa, namun sebetulnya dia Tuan Putri yang polos. Setelah membuatnya secemas ini, Kamito tak mungkin memintanya untuk menyingkir.

“Aku nggak memaksa diriku, aku melakukannya karena a-aku suka.”

Fianna dengan cepat membuang wajahnya dengan wajah masih merah.

“.....Hei, Fianna, tak apa apakah kalau kamu tak kembali ke [Institut Ritual Kedewaan]?”

Alasan untuk dia berpartisipasi dalam Tarian Pedang seharusnya adalah mendapatkan kembali kekuatan Roh Terkontraknya dengan [permohonan] yang diberikan pada pemenang.

[harapan] itu sudah terkabul, jadi – tak ada lagi artinya tetap berada di Akademi ini.

“Tak mungkin aku bisa kembali setelah sepanjang waktu ini. Selain itu, kamu tahu—“

Fianna menyibak rambut hitam panjangnya, dan dengan lembut mendekatkan wajahnya.

“Aku mempunyai [permohonan] lain yang aku ingin kabulkan.”

“Apa? Apa harapanmu yang lain itu?”

“Rahasia—“

Ada sensasi lembut di pipinya.

Seiring bibir merah seperti cherry-nya mendekat, ia bersentuhan dan lepas dengan lembut.

“......Kamu belum menyerah untuk menjeratku, kan?”

Kamito menggerutu dengan ekspresi datar.

“Ya, benar sekali. Kali ini aku serius.”

Si Tuan Putri memasang senyum nakal – dan, pada saat itu.

*Gacha* - pintu ruangan terbuka.

“Ka-Kamito!?”

Rambut kuncir kuda yang berayun.

Itu adalah Claire yang membawa sejumlah besar makanan persik kaleng.

....sepertinya dia datang untuk menengok Kamito.

Ia melihat Kamito, yang menempel erat dengan Fianna di atas ranjang.

*Gogogogogogogogo.......!*

“K-Kamu b-berdua, a-a-apa yang kalian lakukan....”

“Tunggu, ini salah paham. Karena ini nggak seperti pikiranmu.......”

“Oh, Kamito-kun, apanya yang salah paham?”

Fianna dengan erat menempelkan tubuhnya pada Kamito.

“Ke-Kenapa kamu membuat kepura puraan seperti melempar kayu bakar ke mulut gunung berapi!?”

“.....Scarlet, panggang mereka!”

“Georgios, usir keluar cewek berisik itu!”

Pada saat itu, kucing neraka dan ksatria berarmor muncul dari ruang kosong.

Saat kucing neraka membuat intimidasi, si ksatria mengacungkan pedangnya.

“Hei, stop, ini ruang kesehatan—“

Teriakan Kamito itu terhapus dengan sia sia oleh suara keras dari benturan senjata.

Ruang kesehatan yang damai berubah menjadi medan tempur Tarian Pedang untuk beberapa saat.


Kata Penutup[edit]

Penulis[edit]

-Apa kalian suka Tuan Putri yang tidak sopan?


Dengan ini, telah dua bulan masa ketenangan. Ini Shimizu Yuu. Jilid kedua dari Komedi Pertarungan x Harem Akademi “Seirei Tsukai no Blade Dance”, dimana pedang, Roh, dan gadis gadis cantik menari dengan riuh, telah dihantarkan!

Fianna, yang masuk ke kelas Raven, adalah mantan Tuan Putri kedua Ordeshia. Dia, yang entah bagaimana mengetahui masa lalu Kamito, datang mengusik ke dalam kamar Claire—

.....Ya, saya entah kenapa merasakan firasat dari adegan pertarungan menakutkan (merinding).

Pertarungan tak bermoral dari gadis kucing neraka tsundere dan Tuan Putri ero-imut. Musuh misterius yang menyebut dirinya penerus Raja Iblis. Dan kemudian, rahasia, yang Fianna – yang disebut sebagai Ratu yang Hilang – sembunyikan dalam dadanya, adalah—?

Ojou-sama menyedihkan Rinslet, gadis cantik berambut poni Ellis, Roh telanjang berkaos kaki Est juga terlibat, dan pertarungan serta komedi romantis juga diantarkan dalam jumlah besar!

Baiklah, ini adalah jilid serial yang saya mulai di akhir tahun lalu namun berkat kalian semua, penjualannya sangat memuaskan, dan cetak ulang tambahan telah diputuskan segera setelah peluncurannya. Kalian semua, yang sudah membelinya, saya sangat berterima kasih!

“Seirei Tsukai no Blade Dance” adalah sesuatu yang saya ingin tulis tanpa memikirkan hal hal rumit dimana masih tetap menarik sebagai Novel Ringan dan enak dinikmati. Setelah ini, saya juga akan terus sungguh sungguh untuk tetap maju, jadi terima kasih!

Waktunya terima kasih. Pertama adalah Sakura Hanpen-sensei, yang menggambar ilustrasi menakjubkan tanpa jeda untuk satu jilid, saya sangat berterima kasih. Tiap tiap dan semua desain karakter, yang tak perlu saya katakan lagi, ekspresi wajah dan postur tubuhnya sangat imut. Khususnya, kekuatan penghancur dari gambar halaman depan Est sangat dahsyat. Saya sampai kehabisan kata kata terima kasih. Saya juga menantikan kerjasamanya dengan anda untuk mengorganisir pertarungan Tim.

Kepala Penyunting Misaka, Tim Pengkoreksi cetakan, Tim Penjilidan, Tim Penjualan, dan semua toko buku, terima kasih banyak untuk semuanya. Terutama, pedagang eceran baru Anibro Gamers, yang sudah memberi banyak masukan soal Raja Tarian Pedang. Saya mendapat kehormatan untuk melihatnya secara pribadi, dan sangat kewalahan oleh kekuatannya. Terima kasih, terima kasih.

Dan kemudian, terima kasih nomor satu saya pada anda para pembaca yang memegang buku ini di tangan kalian. Hingga serial ini mampu disampaikan seperti ini, itu semua berkat dukungan anda para pembaca!

Semuanya, yang sudah mengirim kuesioner, saya sudah hati hati membaca masukan anda semua. Hal itu memberi saya dorongan besar, jadi saya akan senang kalau anda semua mengirimnya satu demi satu!

Saya juga akan tetap menulis untuk Jilid ketiga, jadi terima kasih banyak.

Pertarungan dengan serbuk sari akan dimulai dari sekarang!

Januari 2011, Shimizu Yuu.


Ilustrator[edit]

Senang bertemu kalian, atau lebih tepatnya, lama tak jumpa, ini Sakura Hanpen!

Ini adalah Jilid kedua, Wah, *Tepuk Tangan*!! Ini adalah karakter baru, Fianna-chan.

Secara pribadi, dia memiliki sedikit sifat yandere, dan sangat imut.......

Itu kesan saya pribadi tentang Fianna-chan. Saya cukup suka yandere.


Demi bisa mendapat hak untuk menjilat Shimizu-sensei, saya juga akan berjuang untuk selanjutnya.....!

Saya berpikir mencoba menggambar adegan nakal Scarlet selanjutnya, namun.

Saya pikir itu sangat mustahil, jadi saya menjadikan ia membuat huruf M dengan kaki terbuka lebar!


Baiklah, seperti ini saja, Jilid kedua telah berakhir!

Mari bertemu kembali di Jilid ketiga!


Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Suara memukul mukul kecil seseorang karena malu
  2. Suara bergetar dari tubuh seseorang dengan aura mengerikan seolah ingin membunuhmu (biasanya ditemukan dalam anime)
  3. Dalam Bahasa Jepang bernama 'Matatabi' (マタタビ). Sejenis tumbuhan mirip rumput, orang suka memakai tangkai bunganya yang lembut dan berbulu untuk bermain main dengan kucing. Info lebih lanjut lihat di sini.
  4. Kira-kira sama dengan Koko Krunch. Itu lho, sereal cokelat yang dituangi susu
  5. Aero seperti dalam 'Aerodinamis', maksudnya desain objek yang dirancang memiliki hambatan udara sekecil mungkin. Seperti bagaimana mobil dan pesawat dirancang,
  6. Lihat Magatama.
Mundur ke Jilid 1 Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Jilid 3