Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid19 Bab 6

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 6 - Menghilangnya Ibukota Suci[edit]

Bagian 1[edit]

Berita menghilangnya Ibukota Suci Alexandria segera menyebar ke seluruh benua.


Sebuah kota besar beserta isinya menghilang secara tiba-tiba, itu merupakan hal yang belum pernah terjadi di seluruh sejarah benua.


Menerima laporan itu, Fianna segera memanggil para bangsawan untuk mengadakan rapat darurat dewan kekaisaran.


"Tak bisa dipercaya, Alexandria lenyap?"


Didalam aula bulat di dewan kekaisaran, seorang aristokrat berseru.


"Itu memang sulit dipercayai. Apakah laporannya bisa dipercaya?"


"Konfirmasinya masih dalam proses. Akan tetapi, menurut laporan-laporan dari perbatasan kita, berita itu kemungkinan besar memang benar."


Berdiri ditengah aula, Fianna berbicara.


"Bukannya hancur, tapi lenyap...?"


"Itulah yang dikatakan sumber kita."


"T-Tapi apa itu mungkin....?"


Dewan kekaisaran dilanda kebingungan.


(....Oh yah, memang wajar sih mereka begitu.)


Bersandar di dinding aula dewan kekaisaran, Kamito bergumam sambil menyilangkan tangan.


Gak ada laporan terperinci pada saat ini, cuma ada rumor gak jelas saja. Ditambah fakta bahwa Kekaisaran belum lama ini dalam keadaan kacau, cuma bisa memaklumi saja kalau para bangsawan kehilangan ketenangan mereka.


"Itu emang betul? Kabar menghilangnya Ibukota Suci–"


Claire berbisik.


"....Untuk saat ini masih belum bisa dipastikan."


"Sebuah kota lenyap dalam sekejap, itu belum pernah terjadi sebelumnya."


"Sylphid Knight pernah mengadakan tur latihan yang mana termasuk menginap di Ibukota Suci. Kota itu kira-kira seluas kota Akademi. Gak habis pikir kota itu bisa lenyap–"


Ellis memiringkan kepalanya penuh kebingungan.


"Mungkinkah kota itu dilanda suatu bencana yang sama yang menghancurkan kampung halamanku?"


Memikirkan sesuatu, Claire menopang dagunya.


"Claire, apa ada yang terpikirkan olehmu?"


"Ya, avatar Elemental Lord Api ada dikota itu."


"Oh...."


Mendengar bisikan Claire, Kamito mengerang.


Pemenang Blade Dance, Kamito dan timnya telah berhasil membebaskan Elemental Lord Api.


Tapi menurut Rubia, jiwa Elemental Lord Api yang telah bebas sepertinya dipindahkan ke Ibukota Suci.


Kerajaan Suci pasti telah merencanakan untuk menguasai Elemental lord Api sejak lama.


Nyatanya, di Kota Raja Iblis Elemental Lord Api bersama Sacred Spirit Knight.


"Apa Kerajaan Suci mengacau, menyebabkan Elemental Lord Api mengamuk?"


"Bisa saja begitu. Kalau kekuatan Elemental Lord Api dilepaskan, menghancurkan sebuah kota sangatlah mudah."


"Itu benar–"


Bahkan piramida Makam Raja Iblis dilelehkan dalam sekejap mata oleh Elemental Lord Api.


Melenyapkan Ibukota Suci dalam sekejap bukanlah hal yang mustahil.


"Tapi menurut Lily, kota itu lenyap secara tiba-tiba tanpa ada tanda kehancuran."


"...Ya, itu cukup sulit dipercaya."


Claire berpikir secara mendalam lagi.


Saat dewan terus dalam kondisi kacau, seorang princess maiden masuk ke tengah aula.


"Siapa itu?"


"Oh, itu Lady Rosamia Ashel!"


Rinslet berseru pelan.


"Eh, itu sang Heavenly Eyes yang terkenal–"


Penuh ketertarikan, Kamito menatap princess maiden yang memiliki rambut hitam indah itu.


"Heavenly Eyes" Rosamia Ashel.


Kamito pernah mendengar namanya saat dia masih di Sekolah Instruksional.


Dia adalah Number kedua, serta ksatria operasi khusus peringkat tertinggi.


Di usia 25, dia adalah Number tertua.


Rasamia Ashel membungkuk pada para bangsawan sebelum merapal sihir ritual.


"Dia mau apa?"


"Ini adalah sihir roh Clairvoyance. Kemampuan untuk mengamati situasi dari jauh."


"Seperti sihir yang digunakan oleh Putri Linfa dari Four Gods, huh?"


"Ya, tapi tingkatannya lebih tinggi–"


Setelah beberapa saat, sebuah bola transparan muncul di tengah aula.


Yang diproyeksikan pada permukaan bola itu adalah sebuah gambaran jernih. Aula itu segera menjadi ramai.


Gambaran itu diproyeksikan dari mata seekor roh.


"A-Apa itu?"


"Apa yang terjadi?"


Claire dan para cewek juga memfokuskan pandangan mereka pada gambaran yang ada pada bola itu.


Pegunungan Londinia yang besar tercungkil.


Gak ada yang tersisa yang membuktikan bahwa sebuah kota megah pernah ada disana.


Gak ada jejak kehancuran sedikitpun.


Yang tersisa hanyalah ruang kosong yang gelap yang mana bahkan cahaya gak bisa menebusnya.


"Apa sebenarnya yang terjadi?"


Saat Kamito bertanya terkejut.


"–Tanda-tanda dari Astral Shift."


Sebuah suara tenang terdengar dari belakang dia.


"N-Nee-sama!?"


Kamito dan Claire menoleh ke belakang, dan melihat Rubia berdiri disana memakai sebuah topeng merah.


"Astral Shift kau bilang?"


"Ya, tepat. Menurut laporan, saat alam manusia dan Astral Zero bersatu, ruang kosong semacam ini akan tertinggal di lokasi dimana Astral Shift terjadi. Akan tetapi, semua laporan sebelumnya hanya berkaitan dengan pergeseran berskala kecil yang terjadi secara alami di tempat-tempat seperti Hutan Roh–"


"Jangan bilang seluruh kota itu melakukan Astral Shift..."


"Lalu Ibukota Suci dipindahkan ke Astral Zero?"


"Ya, sepertinya begitu."


Rubia mengangguk.


"mungkinkah Astral Shift di Akademi adalah percobaan untuk ini?"


"....Kemungkinan begitu. Tapi apa tujuannya...?"


Gambaran mengerikan yang ditampilkan di bola itu membuat dewan kekaisaran semakin kacau.


Seluruh aula menjadi berisik.


"Tenanglah–"


Fianna berbicara tegas. Lalu....


Gambaran pada bola itu berguncang keras.


"...!?"


Pegunungan itu diselimuti cahaya yang menyilaukan. Lalu, gak ada yang bisa dilihat.


"Dame Rosamia, apa ini!?"


Fianna berbalik untuk menanyai Rosamia Ashel.


Yang dia lihat–


"...Ah, ah, ahhh, ah... Ooh, ahhhhhhhhh!"


Sang princess maiden Heavenly Eyes memegang kepalanya dan mulai mengerang kesakitan.


"Dame Rosamia!? A-Apa kau baik-baik saja?"


"...Ah, ooh... Ahhh, telah.... dikeluarkan...."


"...Huh?"


".....Sebuah peringatan.... telah, dikeluarkan... Ahhhhhhhhhhhhhhhh!"


Mata Rosamia berputar dan dia berteriak, pingsan ditempat, jatuh ke lantai.


Aula langsung ribut.


"Gangguan roh! Segera pasang sebuah penghalang!"


Fianna yang pertama mengetahui hal ini segera mengeluarkan perintah pada Number yang bertindak sebagai pengawal.


Seseorang telah membajak roh terkontrak milik Rosamia.


(....Seseorang menganggu roh milik salah satu Number Kekaisaran dari luar?)


Dengan tangannya berada di gagang kedua pedangnya, Kamito terkejut.


Berapa banyak elementalis yang mampu melakukan hal itu di benua?


Dua ksatria yang berdiri di sudut aula segera mengeluarkan sebuah penghalang isolasi.


Harusnya ini merusak gangguan pada Rosamia–


Lalu, bola yang melayang di udara berubah.


Cahaya menyilaukan tersebut menghilang dan sebuah gambaran muncul.


"H-Hei, jangan bilang itu....!?"


Claire menunjuk bola tersebut dan berteriak.


"...!?"


Melihat sosok yang muncul di bola itu, Kamito juga terkesiap.


Itu adalah seorang cewek muda pirang, mengenakan armor putih.


Yang muncul disana adalah–


Sacred Maiden legendaris yang telah bangkit di Kota Raja Iblis.


"Sacred Maiden Areishia..."


Sang Sacred Maiden di bola itu menatap para bangsawan dengan matanya yang berwarna biru.


`–Aku Holy Lord Alexandros. Aku mengeluarkan peringatan terakhirku pada kalian.`


Itulah yang dia katakan.

Bagian 2[edit]

Holy Lord Alexandros.


Itulah dia, menggunakan penampilan Sacred Maiden Areishia, menyebut dirinya sendiri.


Cahaya suci dan murni dari Sacred Maiden memberi perasaan takut dan hormat yang absolut.


Para bangsawan di dewan menahan nafas mereka, menatap dia penuh kekaguman.


"P-Penampilan sakral itu–"
"Sang Holy Lord?"
"Sulit dipercaya....."


Gak seorangpun di dunia ini yang pernah melihat penampilan para Elemental Lord.


Bahkan Sacred Maiden Areishia yang dikenal pada generasi-generasi selanjutnya hanya melalui gambaran saja.


Akan tetapi, semua orang yang ada percaya bahwa mereka sedang menatap Holy Lord asli.


Kemuliaan absolut itu memberi rasa takut sejati pada manusia.


"...!?"


Bahkan Kamito dan rekan-rekannya gak bisa berkata apa-apa, dikuasai oleh hawa kehadiran yang sangat kuat.


"Aku gak pernah menyangka, menampakkan diri disini–"


Claire menyeka keringat di keningnya.


"....Apa yang sedang terjadi?"


Lalu–


"Pelayan setia dari para Elemental Lord, manusia dari alam manusia–"


Didalam aula yang hening, suara Sacred Maiden bergema.


"–Kuberikan peringatan terakhir pada kalian."


(....Peringatan terakhir, lagi?)


Pikiran Kamito keruh.


Kebingungan muncul diantara para bangsawan, diredakan oleh cahaya mulia.


Di seluruh sejarah, para Elemental Lord gak pernah mengeluarkan sebuah peringatan dengan cara seperti itu.


Dan juga–


(Dia bilang terakhir–)


"–Tiga hari lagi, dunia ini akan menghilang."


Itu dinyatakan oleh Holy Lord dengan penampilan seorang cewek muda.


"....! A-Apa!?"
"Barusan itu apaan...?"
".....Menghilang?"


Aula itu seketika menjadi kacau.


"A-Apa maksudnya ini!?"
"Apa?"


Pernyataan yang betul-betul sepihak itu bahkan membuat Claire dan para cewek yang lain, yang mana sudah mengetahui tujuan Holy Lord, tak mampu menyembunyikan keterkejutan mereka.


Itu antara ungkapan ramalan, sebuah teka-teki atau sebuah perumpamaan.


–Itu betul-betul sebuah peringatan.


Disampaikan dengan jelas bahwa niatnya adalah untuk menghapus dunia saat ini.


"Aku yang akan membangun kembali dunia yang telah jatuh ke jalan yang salah ini. Alam manusia dan Astral Zero akan sepenuhnya dihapuskan, untuk menciptakan dunia yang tepat–"


Sebuah suara damai dipenuhi rasa sayang yang lembut terdengar.


Semua bangsawan tak bisa berkata apa-apa, mendengarkan peringatan itu dengan syok.


Manusia tak bisa membantah perkataan Elemental Lord.


Tanggapan yang bisa mereka berikan pada Elemental Lord agung adalah ritual persembahan.


Bahkan saat Elemental Lord Api menghancurkan wilayah Elstein dan mengambil kekuatan api–


Rakyat Ordesia tak berdaya, hanya bisa patuh menahan amarah itu.


"–Saat gerbang penghancuran terbuka, aku memberi kalian kesempatan untuk menikmati saat-saat terakhir. Ini adalah berkah pada ras manusia yang telah memberi kesetiaan."


"–Gak masuk akal!"


Crack.


Claire memukul lantai dengan Flametongue.


Matanya yang jernih seperti rubi menatap Sacred Maiden yang ada didalam bola.


"Apanya yang berkah? Aku gak akan membiarkanmu bertindak seenak jidatmu!"


"H-Hei, Claire?"


Sacred Maiden menatap dingin Claire.


"–Kau memang tidak salah. Dunialah yang salah."


"....! Apa kau bilang!?"


"Kuharap kau bisa menikmati kebahagiaan terakhirmu–"


Setelah membuat gerakan rest in peace dengan tangannya didepan dadanya, sang Sacred Maiden–


Dia menghilang ditengah cahaya yang menyilaukan.

Bagian 3[edit]

Dewan kekaisaran dipaksa berakhir ditengah kekacauan.


Pertama menghilangnya Ibukota Suci, dilanjutkan dengan peringatan dari Holy Lord untuk menghapus dunia.


Sudah wajar kalau mereka panik.


"Peringatan Holy Lord barusan sepertinya mencapai semua kuil diseluruh benua."


Sambil berjalan di koridor menuju ruangannya, Fianna berbicara.


"Dengan kata lain, setiap negara saat ini dalam keadaan kacau juga."


"Ya, sepertinya begitu...."


Fianna menjawab muram pada bisikan Claire. Setelah menyuruh pergi para ksatria pengawalnya, dia cuma bersama Claire dan tim Scarlet.


"Sebuah pernyataan sepihak untuk menghapus dunia, siapa yang bisa menerimanya!?"


"Terlalu gak masuk akal!"


Ellis dan Rinslet memprotes dalam kemarahan.


Memakai sebuah topeng, Rubia tetap diam.


"Ngomong-ngomong, aku gak menyangka mereka bekerja secepat ini."


Membuka gerbang ke Dunia Lain, mengambil kekuatan para malaikat, menciptakan ulang dunia.


Apa rencana Holy Lord akhirnya akan dikerjakan?


(Dia menyebutkan semacam gerbang pemusnahan. Apa-apaan gerbang itu....?)


–Saat Kamito berpikir secara mendalam....


Fianna tiba-tiba berhenti berjalan.


"Ada apa, Fianna?"


"–Seekor roh dikirim oleh Divine Ritual Institute."


Fianna menunjuk ke udara.


Titik-titik cahaya kecil berkumpul disana, membentuk roh berwujud seekor burung berkaki tiga.


"—Yatagarasu, huh? Diantara roh-roh penyampai pesan, roh itu dianggap peringkat tertinggi."


Rubia langsung memahami identitasnya.


Burung hitam berkaki tiga itu mengepakkan sayapnya dan mendarat di tangan kiri Fianna.


"Uh, siapa yang mengirim ini?"


Saat Fianna bertanya-tanya kebingungan....


"Lama tak jumpa, Senpai."


(Hmm, dimana aku pernah mendengar suara ini sebelumnya...)


Kamito merasa suara itu agak familiar.


"...Reicha?"


Fianna sedikit melebarkan matanya.


Suara itu milik Ratu Api Reicha Alminas.


Dia adalah juniornya Fianna dan Rubia. Sebelum turnamen Blade Dance, princess maiden ini pernah membantu Kamito.


Dengan ekspresi serius, Fianna menatap roh yang ada ditangan kirinya.


"–Soal peringatan Sacred Maiden, kan?"


"Tepat."


Mendengar itu, Yatagarasu dengan suara Reicha mengangguk. Mengirim seekor roh penyampai pesan di saat seperti ini kemungkinan besar dikarenakan kejadian itu.


"Tentang peringatan barusan, apa penafsiran Divine Ritual Institute?"


"Tidak salah lagi itu adalah peringatan Holy Lord. Akan tetapi–"


Berkata begitu, Reicha berhenti sebentar.


"Divine Ritual Institute tak bisa menerima peringatan semacam itu."


"Aku senang mendengarnya."


Fianna menghela nafas lega.


Dia kuatir apakah Divine Ritual Institute akan berakhir terjerumus dalam perselisihan atas peringatan itu.


"Uh, ada satu hal yang harus kuberitahukan padamu, Senpai."


"Apa itu?"


Mendengar suara gugup Reicha, semua orang yang ada memberi perhatian lebih.


Selain peringatan Holy Lord, apa sesuatu yang lain terjadi di Divine Ritual Institute...?


"Ibukota Suci Alexandria telah muncul di Ragna Ys."


"Apa!?"


"Apa kau bilang!?"


Bahkan Kamito sampai berteriak setelah mendengar laporan yang mengejutkan itu.


(Ibukota Suci ada di Ragna Ys...?)


Ragna Ys adalah panggung dimana Blade Dance diadakan.


Bagi Tim Scarlet, itu adalah sebuah tempat yang dipenuhi dengan kenangan spesial.


Dari semua tempat, siapa yang akan menyangka Ibukota Suci akan muncul disana–


"Tunggu sebentar. Ragna Ys sangat luas, lho. Dimana tepatnya?" Tanya Claire.


"Itu–lokasi dimana Ibukota Suci muncul adalah di kuil Lima Elemental Lord Agung."


"Apa!?"


Kamito dan yang lainnya saling bertukar tatap.


Kuil Lima Elemental Lord Agung.


Itu adalah sebuah tempat yang hanya pemenang Blade Dance yang diijinkan untuk masuk.


"....Kenapa disana?"


"Entahlah. Sulit dipercayai kalau itu hanyalah kebetulan belaka–"


Yatagarasu yang menyampaikan suara Reicha menggelengkan kepalanya.


–Sudah sewajarnya, itu bukanlah kebetulan belaka.


"Apa ada sesuatu yang terjadi di Ragna Ys?" tanya Fianna.


"Tidak, saat ini tidak ada yang terjadi, tapi–"


Setelah berhenti sebentar, Reicha melanjutkan.


"Aku punya firasat yang sangat buruk."


–Itu bukanlah sekedar firasat.


Ini adalah naluri dari seorang Ratu, seorang princess maiden tertinggi di benua.


"Jadi rencananya adalah membuka gerbang di Ibukota Suci bersamaan dengan kuil Elemental Lord, huh...."


"Kurasa begitu–"


Meski gak diketahui bagaimana caranya Holy Lord membuka gerbang ke Dunia Lain–


"......"


Setelah keheningan sejenak, Claire berbicara.


"Ayo pergi, ke Astral Zero–"


"Oke."
"Ya."
"....Aku setuju."


Fianna, Ellis dan Rinslet mengangguk secara bersamaan.


Setelah Holy Lord membuka gerbangnya, entah itu alam manusia atau Astral Zero, keduanya mungkin akan menghilang sebagai hasilnya.


Jika nggak begitu, pasukan malaikat pasti akan menghancurkan segalanya.


....Gak peduli yang manapun itu, itu gak bisa diterima.


Meski ini adalah dunia yang cacat yang telah rusak.


(...Ini adalah dunia tempat kami tinggal)


Sebelumnya Halaman Utama Selanjutnya