Seirei Tsukai no Blade Dance:Jilid14 Epilog

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Epilog[edit]

Dibawah hujan yang tak kunjung berhenti...

Kamito menusukkan Demon Slayer pada tumpukan puing-puing.

Leschkir Hirschkilt telah sepenuhnya kehilangan kesadaran, terkapar secara menyedihkan di tanah.

Namun, tampaknya dia masih bernafas. Meskipun pergerakan ini mustahil untuk ditahan, dia telah menghindari terkena serangan pada area vital. Bagaimanapun juga sebagai seorang anggota Numbers, dia tak akan mati semudah itu.

Kamito menatap tangannya sendiri.

Tidaklah sulit bagi dia untuk menyadari bahwa kekuatan yang bergejolak yang memancar dari dalam tubuhnya sekarang perlahan-lahan memudar layaknya sebuah gelombang.

(....Apa yang terjadi barusan?)

Sembrono sesaat saja maka dia akan terlahap oleh suatu dorongan untuk menghancurkan segalanya dan menundukkan semua mahluk.

(....Kekuatan Elemental Lord Kegelapan huh?)

Tepat seperti yang dikatakan Rubia, kekuatan itu telah terlepas—

"...!"

Tiba-tiba merasa kehabisan tenaga, Kamito jatuh.

"...Kamito-kun!"

Fianna dengan panik menangkap lengan Kamito.

"Aku akan menerapkan sihir penyembuhan sekarang."

"Ya, makasih..."

Kekuatan kegelapan yang mengamuk telah mereda. Asalkan mereka terus menjaga kontak fisik yang dekat, kekuatan sihir milik Fianna mungkin tidak akan dipantulkan.

Jari-jari Fianna membelai lengan Kamito dengan lembut ketika cahaya penyembuhan mendorong pemulihannya dari kelelahan. Sudah pasti, kekuatannya juga telah diperkuat.

Lalu, Fianna merangkulkan lengannya pada Kamito dari belakang.

"...Fianna?"

"Maaf, biarkan aku tetap seperti ini selama beberapa saat."

"..."

Mendengar suaranya yang bergetar, Kamito merilekskan dirinya.

".....Uh, maaf untuk yang sebelumnya... Memaksamu—"

"Nggak perlu meminta maaf, idiot."

"....M-Maaf."

Kamito tersipu. Melihat itu, Fianna tersenyum.

Namun, rasa bersalah Kamito tidak menghilang. Meskipun adanya paksaan keadaan, dia pada akhirnya berbagi kekuatan Elemental Lord Kegelapan dengan Fianna.

"Fianna, uh, tentang yang barusan—"

"Y-Ya, itu adalah rahasia kita."

"B-Bukan itu yang aku maksud—"

Kamito menggaruk pipinya karena malu.

(....Menilai dari yang terlihat saat ini, Fianna tidak tampak dihadapkan pada efek buruk apapun.)

Fianna membenamkan wajahnya pada punggung Kamito.

"Aku percaya kamu pasti akan datang."

"....Ya, maaf aku terlambat."

Fianna menyeka air matanya dengan gaunnya.

Lalu dengan penampilan penuh tekad....

"Smooch♪"

Dia mendaratkan sebuah ciuman pada pipi Kamito seperti patukan ringan dari seekor burung.

"...Fianna!?"

Matanya yang berwarna senja bergetar.

Tak ada sedikitpun tanda-tanda kejahilan seperti dirinya yang biasanya.

Matanya menatap lurus pada Kamito dengan sungguh-sungguh.

Sebagai tanggapan—

Kamito hendak berbicara, lalu pada saat itu....

Dia merasakan rasa dingin yang tajam di punggungnya.

"...!?"

Seketika, dia mendorong Fianna menjauh.

Lalu, sebuah tikaman menyerang, secepat kilat—

"...Ah, urgh...!"

Serangan itu menikam perut Kamito.

Darah yang terhambur mewarnai tanah, yang basah karena hujan, menjadi merah.

"Kamito-kun!?"

Dia mendengar suara Fianna.

Apa-apaan yang terjadi? Kamito masih belum sepenuhnya memahami situasinya.

Namun, suatu relitas yang tak terelakkan muncul.

(....Gerakan yang barusan, mungkinkah—)

Dia tak melihat apa-apa.

Jangankan tebasan sebuah pedang, dia bahkan tak mendeteksi pergerakan apapun.

(—Absolute Blade Arts... Purple Lightning...?)

Dan juga, itu pada tingkat yang lebih cepat daripada yang bisa dilakukan Kamito, tidak, beberapa tingkat lebih cepat lagi.

(...Mustahil, seharusnya aku adalah satu-satunya orang yang mewarisi Absolute Blade Arts...)

"Oh? Meskipun aku tidak mengerahkan semuanya, aku tak pernah menyangka bahwa serangan barusan meleset dari targetnya—"

"...!?"

Mendengar suara itu, Kamito mendongak secara paksa.

(....Tidak mungkin.... Mustahil, kan?)

Yang berdiri disana adalah—

STnBD V14 288.jpg


Sebelumnya Bab 10 Kembali Ke Halaman Utama Selanjutnya Prolog