Saenai Heroine no Sodatekata (Indonesia):Jilid 3 Bab 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Kalau pengarang doujin sih, pernah memimpikan ini kan ?[edit]

"Lihat Katou...... ini adalah Kota Tokyo, Koutouku, Ariake 3-11-1, Tokyo Big Sight !"

"Kenapa sengaja sampai alamatnya segala ?"

"Tidak, bukan apa-apa"

Keluar dari rinkaisen stasiun Kokusaitenjijou, saat sengaja hanya melihat ke atas tanpa melihat ke bawah, di sana berdiri menjulang bangunan yang bentuknya sulit dijelaskan.

Ya, kalau dimisalkan seperti kepalanya Gyaos......eh, makanya sulit dijelaskan.

Pagi Sabtu di minggu kedua bulan Agustus, langit tak berawan yang cantik terbentang, digabungkan dengan panasnya lokasi acara, memberikan firasat teriknya siang hari.

Hari seperti itu adalah hari kedua comiket.

Kunjungan ke Big Sight yang kedua kalinya lanjutan dari kemarin bagiku, dan yang pertama kalinya bagi Katou.

Apalagi, kemarin aku sendirian naik kereta pertama rinkaisen, pertama menyerbu dari booth perusahaan di lantai empat aula barat, memperoleh berbagai barang promosi, buku, atau barang-barang yang diberikan secara gratis.

Meski begitu, sekarang ada pengumpulan dana demi partisipasi di fuyukomi, karena bujetnya sangat sedikit dibandingkan tahun biasanya, pengecekan hasil perang setelah sampai rumah jadi sangat tidak memuaskan.

......pengumpulan barang-barang yang diberikan secara gratis sebanyak ini mungkin baru pertama kalinya dalam hidupku.

Apa boleh buat, tak ada uang yang dihabiskan dan sepi......

"Aku pernah dengar dari gosip sih, tapi......memang, ini tidak sebanding dengan pengunjung mal Rokutenba ya"

Saat mengalihkan pandangan dari bangunan yang jauh ke plaza yang dekat, di sana sejumlah orang, orang-orang yang saling berkerumun yang menghitung jumlahnya saja merepotkan, atau malah tidak mungkin dihitung itu, dalam berbagai arti menampilkan aspek medan perang.

"Yang tidak sebanding bukan jumlah orangnya saja tahu. Daripada itu, yang patut disebutkan secara khusus adalah gaya kepemimpinan itu setelah eventnya dimulai"

"Begitukah ?"

"Yeah, bagaimana pun juga, walau orang-orang yang sebanyak ini saling berkerumun, tidak banyak muncul orang yang luka tiap kali diadakan lho ? Bisa dikatakan, tidak ada lagi event semacam ini, ke mana pun mencari di dunia ini !"

"Heeh ~, luar biasa ya......"

"......yah, tapi karena terlalu dipaksa yang tidak-tidak atau untuk bertahan dalam berbagai hal, ada banyak orang-orang yang kondisi fisiknya runtuh"

"Ah, rasanya seperti Aki waktu di mal Rokutenba ?"

"Tidak, itu dipaksa yang tidak-tidak dalam arti yang berbeda......sudahlah, aku lelaki yang lemah"

"Ah~ maaf, maaf. Tapi tidak perlu segitunya memikirkan itu lho, sepagi ini"

"Sepagi ini......?"

"Nah, kalau begitu ayo kita pergi ? Barisan ini sebaiknya dari mana mengantrenya ya ?"

Seperti biasanya seenaknya melemparkan aliran pembicaraan di tempat yang cocok, Katou meninggalkanku dan dengan cepat berjalan menuju tempat pertemuan.


Nah, Katou hari ini yang jadi familier tiap kalinya.....pertama baju putih yang bagian lengannya gembung (rasanya disebut puff sleeve), flare skirt biru, lalu mufler hijau (setelahnya dikoreksi jadi stole) padahal sepanas ini, dan sekalian sandal pada kaki telanjangnya, adalah setelan anak perempuan stabil yang sedikit pun bukan perlengkapan comiket.

Kalau membawa jalan anak perempuan yang sepertinya berjalan ke pusat kota dengan normal seperti ini, daripada disebut otaku yang datang untuk bertarung ke comiket, aku sepenuhnya kelihatan seperti riajuu yang datang untuk menertawakan comiket......meledak sana !


"Meski begitu, benar-benar orang yang luar biasa ya......gimana ya, kayak, pas semua orang masuk eventnya sudah selesai"

Karena trivia seperti 'Tidak, memang saat Harumi rasanya pernah ada waktu seperti itu, tapi sekarang dengan mengulangi bermacam-macam coba dan ralat dan perbaikan, biasanya, sebelum tengah hari semua orang sudah bisa masuk loh ?', mungkin 10 % pun tidak bisa dimengerti bagian yang kuceritakan jadi kubiarkan saja.

"Tidak apa-apa, Katou......hari ini, kita tidak perlu mengantre di barisan besar ini !"

Kataku, menunjukkan tiket itu, yang kudapat bulan lalu.

Ini adalah tanda masuk circle comiket.

Aslinya, adalah tiket supaya orang-orang yang menjual bukunya sendiri dan berpartisipasi sebagai circle masuk lebih awal dari partisipan umum untuk menyelesaikan persiapan stannya sebelumnya.

Tapi, tergantung situasi tidak untuk menyiapkan stan, juga bisa digunakan untuk memperoleh buku circle populer, dummy circle dibuat hanya untuk itu merajalela, mendapat jumlah uang yang besar dari transaksi di internet, partisipan yang memakai cara menyedihkan yang tak mengerti tujuan penyelenggara tidak ada habisnya.

Ya, ini persis seperti......

"Ah, itu fast pass ya"

"Bukan !"

Walau aku kepikiran seperti itu juga, terpaksa menyangkalnya kalau orang lain yang mengatakannya......


※ ※ ※


"Kakak datang !"

"Karena sudah menerima tiket, aku juga sudah jadi anggota circle kan"

Lalu, yang kami tuju adalah barisan yang entah bagaimana sudah terbentuk di depan shutter aula timur......bukan, sesuai dengan nomor yang dicetak di tiket circle, 'Fancy Wave' aula timur Ho04a.

Di sana, heroine junior yang memenuhi pertemuan kembali yang mengharukan bulan lalu......bukan, Izumi Hashima, tanpa henti merapikan selebaran di atas meja.

"Anu, selamat siang......apa kau ingat denganku ?"

Kata Katou yang tiba-tiba menampakkan wajahnya dari belakangku, dengan cepat menundukkan kepalanya.

Kemudian Izumi, segera setelah melihat wajah Katou wajahnya seperti mau......

"Pacar kakak juga ! Terima kasih banyak !"

"Ah, anu......"

"Ya~, jadi begini kah......"

Bagi Katou yang karakternya tipis, bisa diingat adalah keberuntungan, tapi pemberian atribut itu hampir paling buruk.

"......bagaimana nih Aki ? Kayaknya, selama aku dengan Aki, rasanya pertama kalinya dilihat seperti itu"

"Ah, karena ia anak SMP, masih belum melihat hingga bagian yang dalam"

"Aku tidak tahu menganalisis itu entah harus lega atau harus pasang wajah bingung kah ?"

Pada percakapanku dengan Katou yang sengit dan kering seperti itu, sambil melayangkan senyuman yang dipaksa, jelas di kepalanya melayang '???'.

Seperti menyadari Izumi itu, Katou juga melayangkan senyuman, dengan lembut membetulkan.

"Gini ya, karena panggilan seperti itu akan membuat berbagai orang bereaksi dengan sulit, panggil dengan namaku saja ya"

Eh, berbagai orang itu siapa ? Selain aku dan Katou siapa?

"Ba, baik, aku mengerti, Kamo !"

"............anu~"

"Ya~, di sini juga jadi begini kah......"

Bagi Katou yang karakternya tipis, bisa diingat adalah keberuntungan, tapi memang ujung-ujungnya buruk.

"Tapi gitu ya, kalau tidak salah Aki juga pada awalnya bilang yang mirip dengan itu"

"Tunggu, aku yakin Kanou. Rasanya masih lebih dekat dibanding dengan Kamo kan ?"

Lalu, pada percakapanku dan Katou yang sama sekali tak memberikan rasa lembap itu lagi, Izumi...... selama ia sedang menganalisis, Katou dengan cepat berbalik menghadap Izumi dengan senyuman.

"Aku Megumi......panggil dengan namaku ya ? Izumi ?"

"Ba, baik, Megumi !"

Ya, memang seperti Katou, penuh dengan keamanan, kepantasan, dan pertimbangan, titik kompromi yang baik.

Tapi dengan begini Izumi malah akan sepenuhnya mengingat Katou jadi Kamome Gumi......Kamo Megumi.


"Nah, kalau begitu kita mulai persiapannya ! Perintahkan apa saja, Izumi"

"Ah, kalau ada yang bisa kulakukan akan kubantu"

Karena itu setelah sapaan singkat selesai, dengan segera aku menggulung lengan baju dan mengambil kardus yang terletak di bawah space.

"Tidak ! Tidak usah. Aku tidak ingin membuat tamu bekerja !"

"Karena tidak ada tamu, semuanya partisipan"

"Bukan, bukan dalam arti seperti itu kak"

Kata Izumi, ketika mengambil kembali kardus yang kuangkat dan dengan cepat membuka kemasannya, mengambil buku satu demi satu dari dalamnya, menggelar taplak di meja dan menumpuk buku di atasnya, dan katalog bertuliskan '500 yen sebuah' di atasnya lagi......

"Ya ! Persiapan selesai !"

Dengan semangat mengumumkannya.

"......selesai ?"

"Ya, terima kasih atas kerja kerasnya~ !"

......selama itu, tiga puluh detik.

Kolaborasi yang menakjubkan dari baiknya persiapannya, baiknya keterampilannya, dan sedikitnya jumlah yang dibawa.

"Eh, anu, kalau begitu penjualnya......"

"Ah, itu juga tidak masalah lho ? Karena aku sendiri saja sudah cukup"

"Begitu ?"

"Ya, soalnya yang paling menjual sampai sekarang,'3', 50 buah langsung setelah penjualannya" "......begitu ?"

"Meski begitu kali ini aku terbawa suasana dan membuat bahkan 100 buah......50 dan 100 tidak sejauh itu beda biayanya, tanpa sengaja"

"............begitu ?"

Nah, aku mengerti kalau apa yang lagi dikatakan Izumi benar-benar cerita yang sangat normal.

Aku mengerti kalau sekitar lebih dari 90% circle yang berpartisipasi dalam comiket merasa seperti ini.

Hanya saja, circle yang dipimpin Iori......kakaknya, kalau lagi tidak bagus, bisa menjual lebih dari seratus kali lipat apa yang ditumpuk di sini dalam sehari.

Kalau sampai kepikiran itu, bagaimana pun juga, betapa......


'Soalnya Izumi, dalam dunia ini tidak ada hubungannya denganku'


Ya, bagaimana pun juga, aku jadi ingin mengatakannya......'bukan begitu, Iori'.

Padahal, sudah susah-susah adiknya berhadapan dengannya di dunia yang sama.

Padahal mengejar dengan tergopoh-gopoh dari belakangnya.

Meski begitu, kenapa kau tidak mengulurkan tangan......

Kalau aku, kalau ada anggota keluarga yang jadi sepemikiran entah seberapa bahagianya ?

Betapa banyak telah kupandang dengan iri pada paman dan bibi di tempat Eriri sejak masih kanak-kanak ?

"Tapi, ada hal yang lebih penting dari penjualan di sini"

"Eh ?"

"Soalnya orang-orang yang datang ke spaceku, semuanya mengajak bicara dengan hebatnya ! Itu menyenangkan"

"Se, segitunya ?"

Tapi, Izumi menganggap perasaan pahit yang menyelimutiku macam angin lalu, dengan mata yang gemerlap mulai bicara.

"Ya, 'LitRhap' itu banyak fans yang benar-benar panas ! Hanya dengan orang yang tak tahan kalau tak bicara itu, biasanya terus bicara selama 30 menit kalau datang ke space"

"Itu......ya, panas ya"

"Apalagi, orang lain yang ada di sana seenaknya ikut pembicaraan, dan orang-orang di circle sebelah pun bercampur sekalian, sekitar space sudah sepenuhnya jadi kumpul-kumpul......itu sih bukan saatnya jual buku kan, ahaha"

"Hal yang membahagiakan......sampai sejauh itu ya"

"Iya ! Karena hanya orang-orang yang datang ke space tiap kali event seperti itu, hampir semua wajahnya kuingat !"

Seperti itu, saat ini, ketika melihat Izumi di depan mata yang dengan cepat mengubah ekspresi tapi semuanya kelihatan bahagia, perasaan sulit yang kurasa hingga beberapa saat yang lalu jadi terasa bodoh.

Ya, begitulah, justru inilah jiwa doujin.

Orang-orang yang berminat sama berkumpul, mengekspresikan kesukaan masing-masing, saling bercerita sepuas-puasnya.

Tidak perlu mengkhawatirkan jumlah penjualan yang dari awal tidak diinginkan segala.

Sebaliknya, kita yang ingin bertempur pada hal-hal yang tidak berhubungan dengan karya seperti manuver mengambil anggota dari circle, pertarungan jumlah penjualan, sangat-sangat memalukan.

Membicarakan hobi dengan sudut pandang yang semenyimpang itu pun, mau tidak mau kah ? "Begitu......begitu kah ! Hebat ya Izumi, penuh dengan fans yang sedalam itu ya !"

"Tidaklah, bukan fansku, tapi fans 'LitRhap' tahu"

"Ah......begitu, iya !" Hey, Iori......berbahagialah.

Kau mungkin tidak tahu, tapi adik perempuanmu, beda denganmu, dibesarkan lurus sebagai otaku.

"Tapi, kalau begini kami jadi tidak ada gunanya. Bagaimana Katou ?"

"Hm~ dari awal aku juga tidak ada tujuan, tidak apa-apa kok" Persiapan selesai begitu saja, masih tersisa lebih dari tiga puluh menit hingga pembukaan.

Rencanaku satu hari yang berniat menjadi penjual, menyediakan barang, membuang kardus, seperti itu berlari-lari sampai suara serak seharian hari ini, dalam suatu arti telah hancur.

Eh, dalam aula tolong jangan berlari~. "Itu ! Bukannya tidak berguna !"

"Eh ?"

"Eh ?"

Tapi, sepertinya tidak enak dan tidak suka dengan monolog gurauanku itu, Izumi memelototiku dengan mata yang sedikit basah.

"Soalnya kakak sudah datang ! Sudah datang ke spaceku, yang tiga tahun lalu sekedar adik perempuan temannya ! Itu saja sudah membuatku sangat senang !"

"Eh, anu, itu, soalnya......hah ?" "Eh, kalau diabaikan aku juga susah lho" Mendapat tiket, lalu toh aku ikut perang seluruh hari comiket, menyapa circle kenalan adalah rasa hormat biasa, selain itu......

Mungkin akal sehat comiket, tidak berarti apa-apa di hadapan Izumi yang sekarang.

"Soalnya kakak, kakak......kak Tomoya bagiku, spesial......"

"I, Izumi !?"

"Ah......"

Jatuh setitik dari mata yang basah itu.

......betapa mudahnya tersentuh.

"Seandainya kakak tidak ada, sekarang, aku tidak akan berdiri di tempat ini. Tak bisa, melepaskan langkah dari hidup dengan 'LitRhap'......"

"Mengerti, aku mengerti......tenang"

Dari saku, kukeluarkan character scarf 'Ano Natsu no Prism' yang kudapat kemarin, kuberikan pada Izumi.

"......kurasa rute 'seandainya' itu pada dasarnya jauh lebih tepat" Lalu, real tweet Katou yang terdengar dari belakangku untuk sementara tak usah dikomentari.

"Makanya kak......kakak di sini saja. Hari ini, seharian membaca bukuku, berbicara di sisiku, terus menatapku dengan senyuman saja......"

"Ya, ya......baiklah"

"Anu, Izumi kan salah paham kalau aku pacarnya Aki. Meski begitu apa maksudnya bertingkah seperti ini ?"

"Sekadar perasaan sayang terhadap seniornya kan. Jangan melihatnya setajam itu"

"Pertama-tama Aki dan 'senior yang dikagumi' itu hubungan katanya terlalu buruk"

"Dari tadi kamu ngajak berantem ya"

Eh, Katou hari ini, rasanya karakternya agak berdiri ?


※ ※ ※


"Hee~......hmm, buku yang simpel. Ya, punya kesan bagus"

"......dengan dasar warna putih, menyelesaikan dengan desain dasar ya"

"Maaf putih bersih......tidak ada waktu menggambar sampul depan"

Untuk sementara, event spesial di depan space selesai, dalam bangunan yang masih 10 menit lagi baru dibuka, perlahan-lahan rasa ketegangan memuncak.

Terlepas dari itu, pandangan circle dari kedua sisi yang menatapku dari tadi itu sakit......

Yah, selain tadi membuat anak perempuan menangis di depan mata, sekarang membuat dua anak perempuan melayani, apalagi bisa dikatakan aneh kalau tidak mencurigai laki-laki dipajang di pulau yang diperuntukkan bagi anak perempuan.

Ah sudahlah, daripada itu, sekarang, adalah buku baru Izumi yang sudah lama ditunggu-tunggu.

Aku duduk di kursi sebelah Izumi, geregetan membalik halaman.

Jadi, sebenarnya buku apakah yang sudah diselesaikan......

"Selain itu, aku minta maaf lagi......berubah jadi pensil dari pertengahan......"

"Soal itu sebaiknya kau minta maaf sebaris saja di penutup"

Pokoknya, kalau minta maaf untuk itu aula ini akan tenggelam dengan suara minta maaf, ganti rugi dan penyesalan.

"Itu, kejadiannya saat hari aku bertemu kakak, hari itu batas akhir pengirimannya. Makanya sebenarnya waktu itu aku lagi loyo habis begadang sampai pagi......"

"Eh, itu sekitar satu bulan yang lalu kan ?"

"Iya, ada apa dengan itu ?"

"Tidak......"

Tapi buku Eriri, dengan santainya cuma menginjakkan kaki di bulan Agustus.

Atau, kalau tidak hati-hati, makan satu minggu yang tersisa sebelum event, apalagi, aku tahu beberapa circle yang bertahan dengan teguhnya mengirim dari sana.

Eh, yah itu mungkin sisi menyedihkan circle yang jumlah cetakannya sedikit.

Semakin banyak jumlah cetakannya semakin lambat pula tenggatnya, adalah salah satu dari tujuh keajaiban dunia percetakan......


"Nah, harusnya aku bersenang-senang dengan ini !"

Tanpa berkecil hati dari kesulitan itu, Izumi dengan gembira menggenggam tangannya.

Ya, memang dari naskah juga, bisa tersalurkan kalau ini digambar dengan senang.

"Aku baru setahun mulai membuat doujinshi, tapi ada berbagai hal yang benar-benar menyenangkan, kalau setelah ini pun bisa lama bergaul dengan orang-orang yang punya kesukaan yang sama"

Gambarnya saja sama sekali tidak buruk. Sebaliknya, tingkat kesempurnaannya tak terbayangkan dari 100 circle.

Hanya saja, mengenai isinya......

Tidak, bukan berarti itu juga sama sekali tidak menarik.

Sebaliknya, storyboardnya, dipoles dengan sangat baik dan patut dipuji.

"Tapi, karena sang protagonis adalah pusatnya, walau genrenya lumayan sama tapi yang seide sedikit"

"Heeh, padahal buku game cinta, kalau protagonisnya terlalu menonjol jelek ya ?"

Kata Katou yang membaca buku Izumi di depan space, menanyakan keraguan itu.

Memang, mungkin sensitivitasnya agak berbeda dari kami laki-laki penyuka galge.

"Emm, Megumi, anak perempuan yang suka otome game itu, banyak yang tidak menganggap bahwa protagonisnya adalah diri sendiri"

"Begitu ya ?"

"Ya, kalau harus dikatakan, mereka menganggapnya dengan perasaan seperti diri sendiri dengan karakter laki-lakinya"

"Jadi begitu, protagonisnya malah jadi rival"

Tapi yah, orang yang menganggap coupling antara karakter laki-laki juga ada......itu sedikit beda lagi, juga cerita yang banyak ada dalam genre yang ternama.

"Dalam arti seperti itu, aku adalah minoritas. Aku suka pandangan dunia dalam game, atau yang melengkapi ceritanya"

"Ya, aku mengerti itu......latar belakangnya juga digambar dengan hebat"

Memang, latar belakangnya lumayan banyak digambar.

Buku Izumi, tingkat kesempurnaannya lebih tinggi dari yang kupikirkan.

"Lalu, perasaan bagaimana pun ingin protagonisnya bahagia dengan pasangannya malah keluar dengan kuat......makanya jadi tidak populer, ahaha"

"Ah, itu juga aku mengerti......soalnya, gadis protagonisnya, digambar dengan sangat manis"

"Te, terima kasih banyak ! Kalau dikatakan demikian rasanya terbayar !"

......walau terasa kagum sesaat, sayangnya, seperti yang diberitahukan tadi, memasuki halaman pensil.

Karakternya, latar belakangnya, semuanya digambar campur aduk dengan pensil, berbeda kehitamannya dari halaman sebelumnya.

Gambar pensil itu juga, dibandingkan dengan punya Eriri, dihiasi dengan berapa banyak garis pensil yang rumit, sebagai pembaca, bingung sebaiknya mengambil garis yang mana.

Sungguh, padahal sampai pertengahan sudah susah-susah berjuang keras, dari sini langsung tingkat kesempurnaannya jatuh......

"............eh ?"


"Ngomong-ngomong, baru-baru ini, aku juga main game ini lho ? Di kamar Aki"

"Eeh, begitu kah ? Artinya sesama LitRhapler !"

"......terlepas dari apalah itu LitRhapler, cuma main yang '1' dikit"

"Izumi"

"Waah~, enaknya......sebenarnya, aku saja tidak memainkan yang '1'. Pas sudah tergila-gila, tidak dapat hardware yang bisa memainkan"

"......tapi yah, lebih aneh kamar Aki bisa memainkan game dua generasi yang lalu"

"Izumi......"

"Tapi aku terus menunggu remake di hardware yang baru......enak ya, eh Megumi, Megumi sendiri endingnya dengan siapa ?"

"Ah~, itu,......siapa orangnya ?"

"Eral ? Selvis ? Zeas ? Atau mungkin tuan Symphogne ?"

"A, anu......kau tidak memainkannya kan ? Izumi......"

"Izumi !"

Saat itu, akibat hardikanku tidak hanya kedua orang yang lagi akrabnya bercengkerama itu, termasuk circle di kedua sisi suara di sekitar semua terhenti.

Soal itu aku tidak bisa memberikan alasan......tapi saat ini, hanya itu yang bisa kulakukan.

"Kak Tomoya......?"

"A, Aki ? Kau tidak apa-apa ?"

Pandangan kedua orang itu, seperti menatapku dengan kekhawatiran.

Tapi, itu mau bagaimana lagi.

Mungkin, aku yang sekarang mestinya penuh keringat dingin di seluruh tubuh.

......terlepas dari bagi otaku yang berkumpul di aula natsukomi hal itu sama sekali tidak aneh.

"Izumi......tadi katamu berapa tahun sejak kau memulai circle ?"

"Emm, baru setahun. Sampai itu cuma pembeli......"

"Dalam setahun, kamu sudah menggambar ini ? Terlebih lagi seorang diri......?"

"Tidak. Memang sebuah buku tidak makan setahun. Sekitar satu setengah bulan mungkin ?"

Bukan dalam artian itu......tidak, mungkin memang begitu.

"Yah, karena memakan waktu segitu dan tidak sempurna jadi tidak tertolong ya, ahaha"

"............"

"Aki, benar kau tidak apa-apa ?"

Mendengar jawaban Izumi pun, bulu kudukku berdiri hingga Katou tidak bisa mengabaikanku lagi.

Aku mengerti detak jantung jadi semakin menjadi-jadi.

Apa-apaan ini, apa-apaan buku ini......!?

Iori, kau, apa ini......

"Nah, Izumi......"

Aku mati-matian menahan detak jantung, juga perasaan yang membanjiri, berpura-pura tenang, kuajak Izumi bicara.

"Buku ini, kalau habis terjual apa kau merasa tidak enak ? Kalau jadi bahan pembicaraan kau tidak suka ?"

"......eh ?"

"Apa memang, daripada saat menjual buku, lebih penting saat saling bicara dengan sesama fans ? Apa lebih baik tidak populer ?"

"Kak Tomoya......"

"......apa lebih baik, kalau tidak menjual ?"

Mungkin, omong kosongku itu, saat didengar dari luar tidak jelas artinya.

......tidak, ketika aku mengatakan omong kosong itu sendiri, tidak salah lagi tidak jelas artinya.

Buktinya, menerima langsung pandangan panas yang super serius dariku, Izumi seperti bingung sebaiknya harus apa.

"A, aha......"

Yah, meski begitu, setelah beberapa saat, pelan-pelan, ekspresi itu runtuh......

"A, ahaha, ahahahahah"

Lalu, pada akhirnya, tak tahan dengan itu, sambil menyembur, bicara terus terang.

"Tidak lah~ tidak ada pengarang doujin yang bilang tidak menjual pun tidak apa-apa kak"

"Be, beneran !?"

"Sudah jelas lah ! Membuat doujinshi itu menyenangkan, menarik, bahagia, sekalian kalau bisa menjual sudah tentu paling baik kan !"

"Kalau begitu, kalau diperhatikan, tidak suka.....?"

"Pokoknya, kalau menjual orang-orang yang bisa bicara bersama akan bertambah lebih dari sekarang kan ? Pasti yang seperti itu disambut dengan hangat !"

"Jadi kalau menjual......baik ?"

"Yang kukatakan tadi, itu lho, soal mana yang paling penting di antaranya. Aku hanya mengatakan yang paling utama adalah yang menyenangkan"

Komitmen, diterima......

"Tapi itu pun, kalau dikatakan sedikit saja, alasan kalau tidak terjual tidak tercampur di sana ya......ahaha"

Kalau begitu sisanya......hanya bergerak kan.

"Katou !"

"Ng ~ ?"

Saat aku berbalik ke arah Katou, entah ke mana sikap khawatir yang tadi, sekarang kelihatan santainya memainkan smart phone. Tidak bisa menyerah di tempat yang tidak terhubung dengan jaringan listrik seperti ini ya.

"Maaf ! Aku akan mundur sejenak ! Aku pasti kembali sebelum tutup !"

"Ka, kakak.....?"

"Ah~......baiklah"

Aku yang berdiri dari kursi, dan mau keluar dari space, dilihat begitu saja oleh Izumi, dan dilihat oleh Katou yang dari awal tidak niat melakukan apa-apa.

Walau ekspresi Izumi yang bercampur keraguan dan kesedihan sedikit menyakiti hatiku, tapi sekarang ada hal yang lebih penting.

Tentu, baginya juga.

"Lalu, ini !"

"Eh ?"

"Jual satu lagi ! Bagianku ! Untuk persediaan !"

Pada akhirnya, melemparkan 500 yen ke atas meja, aku bergerak cepat meninggalkan aula timur.

Yang kutuju......Kin**s[1] terdekat !

"Ma~ka~nya~ jangan berlari~ !"


"Ma~af "

......sambil membungkuk pada staf panitia persiapan, aku berjalan dengan langkah secepat mungkin.


※ ※ ※


"Ya, ini kembaliannya 500 yen. Terima kasih"

"............"

"Izumi"

"............"

"Izumi ?"

"Eh ? Ah, ya, ada apa ?"

"Koin 500 yennya tinggal sedikit, apa kau ada stok ?"

"Ah, kalau itu di dompet masih......"

"Kalau begitu, tolong tukar dengan 1000 yen"

"Ya......"


"Orang-orang yang datang ke space jadi lumayan sedikit ya"

"Iya, ya......"

"Sudah mau tengah hari sih"

"............"

"Selain itu, hari ini pengunjung yang datang untuk berbicara juga sedikit. Mungkin karena suasana di sini"

"Bukan pengunjung, partisipan......"

"......hal itu, memang diwarisi dari Aki ya"


"......hey, Megumi"

"Apa ?"

"Kak Tomoya, pergi ke mana ya ?"

"Entah ? Kurasa mungkin ke luar, tapi tahu sampai ke mana"

"Tidak khawatir ?"

"Pertama-tama, yang tidak dipedulikannya adalah aku"

"Ah, agak marah ya ?"


"Tapi, kurasa mungkin ia akan segera kembali deh"

"Tapi ada urusan lain yang muncul kan ? Kalau keluar setergesa-gesa itu......"

"Pertama-tama, sekarang Aki jadi bekerja sekeras itu demi Izumi"

"......bagaimana bisa tahu ? Kenapa bisa sepercaya itu ?"

"Emm, bukan begitu, justru karena aku sama sekali tidak percaya padanya jadi aku tahu"

"Ah, masih agak marah ya ?"


"Anu......"

"Mm ? Ada apa Izumi ?"

"Megumi......apa kau benar-benar pacarnya kak Tomoya ?"

"Bukan, main heroine"

"......apa itu ?"

"Aku juga ingin tahu, sungguh"


※ ※ ※


"Maaf ! Aku telat !"

Kembalinya aku ke aula timur Big Sight sekitar jam satu siang lewat sedikit.

"Ka, kakak...... !"

Di space yang sudah sepi termasuk di sekitarnya juga, Izumi menyambutku dengan ekspresi hampir menangis lagi. Benar-benar orang yang mudah tersentuh.

"Ah, selamat datang"

Lalu, sekalian Katou sambil seenaknya memainkan smartphonenya lagi, menyambutku tanpa melihat. Benar-benar monoton.

Tapi sekarang, aku bersyukur pada flatism itu.

Bagaimana pun juga, kalau dipikir dengan tenang, tidak marah besar dan pulang. Terlalu bergantung kan aku.

"Nah Katou, apa kau ahli dalam kerajinan tangan ?"

"Ya, mungkin biasa saja"

"Maaf, kalau begitu, bantu aku"

Pada dasarnya, ada banyak pola yang tidak biasa untuk jawaban itu, tapi, hanya dengan mengharapkan tentu kalau Katou akan benar-benar membalasnya dengan patuh, aku kembali ke tengah space.

"Kak Tomoya, anu, apa-apaan ini......?"

Kata Izumi, melihat apa yang kubawa memenuhi kedua tanganku dan berteriak seperti gelisah.

"Maaf, biarkan aku menggunakan space sebentar. Aku benar-benar minta maaf ya~ ?"

Tapi, sekarang untuk menjawab pertanyaan yang jelas seperti itu saja aku tidak punya waktu.

Sadar bahwa ini adalah gangguan, kulemparkan barang-barang yang kubawa ke tengah pulau.

Yang paling menarik perhatian pertama adalah papan iklan kayu berukuran A2.

Sebenarnya, sampai beberapa saat lalu, ini ditempeli gambar yang genrenya sama sekali berbeda dengan circle di sekitar sini.

......pinjaman dari circle dinding yang baru habis terjual beberapa saat lalu.

"Katou, ke sini sebentar, bentangkan ini !"

Berikutnya, membuka tabung poster yang kusandang, kutarik kertas besar berukuran A2 dari sana dan menyerahkannya ke Katou.

"Bisa kau menempel dan menggabungkan dengan pas poster itu ke papan iklan ini ? Ah, yang itu di atas"

"Lalu, apa yang akan kau lakukan ?"

"Menjual buku, sudah jelas kan ?"

"Fuuh, ya, okelah"

Memang Katou sepertinya tidak tertarik, tapi sambil memerhatikan dengan maksimal membentangkan kertas dengan hati-hati, dengan berjongkok mulai menumpuknya di atas papan iklan.

"Ah, ini......"

"Uh, waah......tunggu kak !"

Dengan dibentangkan sedikit demi sedikit seperti itu, saat gambar yang ada di kertas memasuki pandangan Katou dan Izumi, seperti yang diharapkan, keduanya memberikan reaksi yang berbeda.

Katou sedikit terkejut, Izumi kelihatannya lumayan malu.

"Ke, kenapa, dari semuanya bagian ini !?"

"Bagian ini ?"

Itu adalah fotokopi diperbesar dari doujinshi Izumi.

Normalnya, poster papan iklan menggunakan gambar sampul depan, tapi bagaimana pun juga karena buku kali ini hanya judul pada latar belakang putih, saking simpelnya hingga fatal jadi tidak digunakan.

Karena itu, ini adalah digest poster orisinal sederhana buatan Tomoya Aki, dibuat dari beberapa potongan dari dalam buku dan ditempel.

Itu pun......

"Soalnya cuma halaman yang tidak sempurna kan ?"

Ya, yang memalukan Izumi, hanya bagian akhir yang dibuat dengan pensil.

"Tidak sempurna ? Ini ?"

Tapi, aku tidak memedulikan Izumi yang tergesa-gesa seperti itu, mengangkat poster yang sudah sempurna dengan berani dan tinggi-tinggi.

"Nah Katou......hebat kan, ini ?"

"Sungguh, mengopinya dengan baik dan setepat ini"

"Bukan, makanya......"

Itu tentu, sekali lagi menscan kertas yang sudah kutempel, main-main dengan resolusi, mengatur gelapnya, mencetaknya saja berkali-kali mencoba-coba tahu ?

Makanya makan waktu selama ini tahu ?

Tapi sekarang, bukan soal itu yang ingin kuajukan banding......

"Bercanda kok, ya, halaman sekitar sini yang paling hebat"

"Megumi......?"

Katou pun, entah bagaimana dengan bangga melihat gambar yang diangkat ke poster.

"Izumi ! Bukunya tinggal berapa yang tersisa ?"

"Ah, anu......sisa kira-kira 60 lagi, mungkin ?"

Mengenai itu, yang sudah terjual selama pagi kasarnya 40% kah ?

Normalnya, lebih tidak mungkin jumlahnya naik di siang hari......

"Kalau begitu, tujuannya adalah habis terjual dalam waktu satu jam lagi"

"Kakak......?"

Menimbulkan hal yang tidak mungkin, itu yang namanya penjualan doujinshi kan ?


※ ※ ※


"Ya~, silakan melihat-liha~t !"

"Terima kasi~h ! Ini buku 'LitRhap 3' !"

Lalu, paruh kedua dimulai.

Pertarungan yang mengganti anggota dari paruh pertama, dan strateginya pun berganti, 3 menit dimulai tiba-tiba menciptakan peluang.

Partisipan laki-laki yang jelas bermaksud melewati depan pulau sebagai sekadar jalan kecil, melihat papan iklan diangkat tinggi-tinggi di depan mata tiba-tiba menghentikan kakinya.

Pada poster pensil kasar yang dilihat dari segala sisi asing itu, awalnya menunjukkan pandangan yang aneh, tapi perlahan-lahan mendekat dan menatap sebentar.

Kemudian, lagi-lagi ekspresinya ragu-ragu pada buku bersampul putih bersih yang menumpuk di depan space.

Setelah sedikit bimbang, akhirnya mengambil buku dan mencoba membukanya.

Tapi reaksi awalnya pun tidak bagus, sambil membandingkan isi dengan papan iklan membalik-balik halaman.

Pada keadaan itu dengan perasaan seperti berharap aku menatap memelototi.

Sedikit lagi, sedikit lagi......

Asal halamannya sampai di paruh kedua......

Beberapa detik setelahnya, reaksi laki-laki, atau kekuatanya membalik halaman jelas mulai berubah.

Saat itu, tanganku yang memegang papan iklan pun dipenuhi kekuatan.

Laki-laki itu, semakin mempercepat tangannya yang membalik halaman.

Baru dikira begitu, langsung kembali ke halaman sebelumnya dan mengulang membaca kembali.

Kemudian, wajah yang memerah, tak tahan dengan kesenangan.

......reaksi yang sama persis denganku, saat pertama kali membaca buku ini.

Makanya, pasti pertandingannya sudah......

"Maaf, mohon satu buah"

"Terima kasih banya~k !"

Tuh, menang.

Kejanggalan di awal, ada di tengah-tengah perkataan Izumi.

Itu, 'hampir mengingat wajah orang-orang yang selalu datang'.

Awalnya, kukira itu orang-orang yang berkumpul dalam genre LitRhap ini.

Tapi, bukan begitu.

Soalnya, fans LitRhap tidak mungkin jumlahnya sesedikit puluhan orang.

Selain itu, seandainya sasarannya adalah seluruh jenis LitRhap, buku semacam ini, kalau mencari ke seluruh pulau ada banyak, tidak mungkin melakukan kebodohan seperti susah-susah bicara panjang lebar dalam waktu yang lama di space tertentu.

Dengan kata lain, itu artinya......

Tujuan orang-orang itu, ada di antara genre 'LitRhap', lebih jauh lagi, sang pengarang 'Izumi Hashima' itu sendiri.


Ya, pada bukunya, ada kekuatan untuk membuat orang membeli tanpa terkait genrenya.

Sebaliknya, susah dikatakan apakah membelinya karena suka LitRhap.

Bagaimana pun juga, seperti yang dikatakan Izumi sendiri, di antara genre LitRhap pun, termasuk kategori minor.

Makanya, perlu appeal untuk mencuri perhatian selain orang yang susah-susah datang ke pulau LitRhap juga.

Untuk itu, sampul putih dan tidak ada penampilan sampelnya juga tak dapat dibenarkan.

Walau membuat orang membaca berdiri di space, tidak akan mulai kalau tidak diambil.

Sampai membuat orang membaca berdiri, tidak, bicara lebih jauh, sampai menunjukkan halaman paruh kedua adalah pertandingan, dari buku ini.

Sebaliknya, kalau sudah memikat sampai sana, tidak terpikirkan bayangan setelah itu sudah kalah.


"Eh......empat buah ? Eh, emm, beli sebanyak itu ?"

"Ah~, jangan-jangan ada batasannya ya ?"

"Tidak, hal seperti itu sama sekali......"

"Maaf, dibatasi dua saja !"

"Eh, kakak......?"

"Ah~, memang begitu ya......ya sudah, dua"

"Anu, kenapa baru sekarang itu......"

"Coba lihat ke belakang, mengantre sebanyak itu tahu !"

"Eh......"

"Wah......muncul sepuluh ribuan, bagaimana ini Aki ?"

Bagaimana pun juga, buku ini paruh keduanya kelewat hebat......

Karakternya, latar belakangnya, semuanya digambar campur aduk dengan pensil, berbeda kehitamannya dari halaman sebelumnya.

Gambar pensil itu juga, dibandingkan dengan punya Eriri, dihiasi dengan beberapa garis pensil yang rumit, sebagai pembaca, bingung sebaiknya mengambil garis yang mana.

Meski begitu, dibandingkan dengan paruh pertama, tingkat kesempurnaannya jangankan jatuh......

Dari garis pensil yang banyak itu, membentuk tiga dimensi persis seperti siluet karakternya muncul ke permukaan, kekuatan yang terlalu panas.

Lalu, termasuk ceritanya, cara ketegangannya naik menuju ke paruh kedua tidak biasa.

Terutama lima halaman terakhir itu aneh.

Keseimbangan cara memasukkan kekuatannya dengan paruh pertama berantakan.

Pasti, terbawa suasana hingga tidak bisa menahan diri sendiri.

Atau maksudku, bagaimana bisa kondisi menggambar isinya ini padahal sampul saja tidak digambar.

Terlepas dari sebagai karya, sebagai barang dagangan sama sekali tidak berhasil.

Hanya menggambar apa yang ingin digambar, meninggalkan appeal penampilan luarnya.

Atau harus kukatakan, saat membuat ini kau tidak memikirkan apa-apa kan, Izumi......

Sekarang pertanyaannya.

Jadi, bagaimana sebaiknya menjual buku ini ?

Jawabannya sederhana......sebaiknya mempertontonkan 'paruh kedua yang kelewat hebat' itu ke hadapan umum.

Aku, hanya melakukan hal yang sederhana itu......

Tapi......


"Mohon maaf habis terjual !"

"Sungguh, sungguh, terima kasih banyak !"

Hanya dengan hal yang sesederhana itu, 60 buah yang tersisa habis terjual hanya dalam 35 menit.

Meninggalkan puluhan orang, yang mengantre tapi tidak dapat membeli.

※ ※ ※

Bersamaan dengan suara pluk yang familier, cola jatuh ke lubang pengambilan mesin penjual minuman.

Di pinggiran luar yang terpisah di luar shutter aula timur, para pejuang yang memastikan barang rampasan perang duduk dalam jumlah besar, ramai seperti biasa.

Jam tiga siang, partisipan umum yang belanjanya segera berakhir berkerumun di stan, partisipan circle yang segera habis jualannya berkerumun di penerimaan jasa pengantar.

Aku membuka tutup cola dan memasukkannya ke tenggorokan dalam sekali teguk

"Wah, anget......"

Tapi memang, mengharapkan dinginnya mesin penjual di waktu ini dan tempat ini adalah salah.

Pindah hingga ke dinding di pinggiran luar untuk menghindari sinar matahari langsung, menyandarkan punggung ke beton putih itu, melihat langit.

Matahari sudah makin condong, tapi rasanya panasnya musim panas dan panasnya semangat gedung ini masih bertahan kah ?

"......fuuh"

Tidak, bukan hanya karena natsukomi, hari ini aku pun jadi panas.

Untuk menjual sebuah buku, entah berapa banyak lari berkeliling, entah berapa banyak bertarung dengan waktu ?

Sama sekali tak terpikir kalau setelah mengirim ke percetakan pun ada pertumpahan darah di saat terakhir seperti ini.

Tapi yah, bisa mengeluarkan hasil bekerja keras tersebut, bisa bertemu dengan buku hebat, selain itu, yang terbaik aku bisa sampai bertemu dengan harta baru lagi.

Sungguh, seberdebar-debar ini setelah membaca doujinshi itu, sudah berapa lama......

"Kau sudah melakukan hal yang tidak perlu, Tomoya......"

Saat aku bersulang sendirian dengan cola yang hangat, entah sejak kapan, orang menjengkelkan di sebelahku, menyandarkan punggungnya ke tembok sepertiku.

Tapi, itu sudah kupikir mungkin ia akan datang sih.

"Iori......kau menipuku kan?"

"Tentang apa ?"

"Apa~nya yang 'sebagai pengarang doujin agak......' !"

"Ya, sebagai pengarang doujin agak genius, Izumi itu"

"Kau......"

"Yah, tapi sepenuhnya masih dalam proses. Inkonsistensinya terlalu banyak"

Walau jijik pada permainan katanya yang biasa, pada kritik Iori terhadap Izumi itu, aku sedikit saja merasa lega.

Bagaimana pun juga, karena kurang lebih penilaiannya sama denganku.

"Aku jadi iri......padahal kita adalah otaku elite sejak lebih dari 10 tahun yang lalu, tapi sudah dikejar dengan cepat oleh otaku dadakan yang dirayu oleh lelaki jahat tiga tahun lalu"

"Kau......masih punya perasaan pada kreator kah ?"

"Tidak, sama sekali ? Aku tidak suka tindakan tidak efisien macam membuat benda yang menguras jiwa begitu"

"Kalau begitu jangan pakai gaya bicara yang melambungkan kesusahan seperti itu, menyesatkan !"

Padahal susah-susah rasanya jadi dalam seperti 'ah, ternyata orang ini juga mengalami macam-macam ya'.

Lalu, 'lelaki jahat' itu siapa ? Apa ada orang yang lebih jahat daripada kamu di dunia ini ?

"Yah, apa boleh buat kalau menampilkan diri. Aku berniat meluluskannya dari 'LitRhap' suatu saat, membuatnya bermain dalam berbagai genre"

"Lalu, menunggu waktu yang tepat dan debut yang mengejutkan dengan 'rouge en rouge' ?"

Tentu kalau bertahan di genre itu, Izumi akan susah mencetak nilai lebih dari ini.

Kurasa, bagi Izumi, juga bagi pengguna yang suatu saat akan berhubungan dengan karyanya pun adalah hal yang disayangkan.

"Tapi, itu bukan sekarang. Aku berniat membuatnya santai sedikit lebih lama lagi. Setidaknya dua atau tiga tahun lagi"

"Ya, memang masih SMP Izumi itu"

"Untuk itu, kucoba menyiapkan pengisi sementara untuk 'rouge en rouge'"

"Pengisi sementara......eh, kau, woi !?"

Itu adalah posisi Eriri......?

"Tentu, walau disebut pengganti sementara juga itu menjamin jalan pintas jadi pengarang terkenal tahu ? Tidak berarti aku memperlakukannya dengan enteng"

"Tapi, itu artinya......"

Artinya hanya bergantung dengan kemampuannya sekarang, niat untuk membesarkannya secuil pun tidak ada.

"Eri Kashiwagi sudah sempurna, semuda itu. Kau yang paling mengerti itu kan ?"

"Itu......"

Aku mengerti, tapi......

Kalau orang yang dimaksud mendengar, entah apa yang dipikirkannya, aku tidak ingin membayangkan itu.


"Tomoya......aku suka denganmu tapi......"

"Aah, jangan mengatakan lebih dari itu, jangan mendekat !"

"......begini, karena kurasa orang yang mengatakan sampai selesai bisa menyelesaikan kesalahpahaman, aku berani melanjutkan, aku suka denganmu, tapi aku jadi sedikit tidak suka"

Sambil melayangkan senyuman santai seperti biasanya......

Tapi tentu saja, nada suaranya menghadapiku jadi tajam.

"Akhirnya, Izumi telah ditarik ke kerasnya dunia. Padahal masih kelas tiga SMP"

"Tanpa aku pun, suatu saat akan begitu. Masalah waktu saja, dengan bakat itu"

"Tapi, aku ingin sebentar lagi saja, sebagai pengarang doujin tak terkenal yang hanya diikuti oleh beberapa fanatik, bisa menghabiskan waktu dengan damai"

"Yang penting kan seberapa jauh bisa dilihat oleh orang banyak. Kritik akan menumbuhkan pengarang"

"Lalu, terpapar ke hinaan yang dipenuhi kecemburuan di internet bagaimana ? Kalau hancur bagaimana ?"

"Melindunginya dari sana adalah tugas produser......kakaknya kan"

"......mungkin"

Ya......pengarang yang tidak melakukan apa-apa selain membuat sesuatu seperti Izumi, perlu produser yang ulung.

Lalu, justru karena orang yang pantas untuk itu berada di dekatnya, hari ini aku bisa sepenuh hati memopulerkan Izumi.

Ah, apa-apaan itu......apa aku percaya dengan orang ini ?

Saat kucuri pandang ke samping, seperti biasa sambil mengangkat ujung bibirnya Iori memandang langit.

Ngomong-ngomong, tidak hanya kulitnya putih, sama sekali tidak keringatan......

Bagaimana bisa laki-laki berpenampilan baik visual key seperti ini punya ambisi besar dalam dunia otaku.


"Nah, esok hari ketiga......akhirnya pertandingannya, Tomoya"

Ya, esok adalah hari ketiga.

Hari pertandingan antara 'rouge en rouge' Iori dan 'egoistic lily' Eriri yang berada di space yang bersebelahan.

"Aku tidak ada hubungannya dengan 'egoistic lily'. Tapi, meski begitu Eriri akan menang"

"Itu tidak mungkin, jumlah yang dibawa saja terlalu berbeda"

"Jumlah penjualan, indikator remeh semacam itu aku tidak peduli. Pertandingannya adalah isi"

"Kalau begitu bagaimana menilainya ?"

"Tidak perlu kan"

"Apa maksudnya ?"

"Dengan kata lain, berapa pun beda jumlah penjualannya, kami sama sekali tidak akan menyerah"

Walau tidak terjual, yang penting senang, yang penting bahagia.

Hari ini, ada orang yang telah mengingatkanku pada semangat gigih, keinginan mengembangkan diri yang tak terpuaskan itu.

Oleh karena itu, aku tidak mungkin kalah.

"Yah, untuk sementara aku menanti-nantikan hari esok"

"Buku kali ini pun adalah hasil yang bagus lho ? Walau cuma tipe rape"

"Aku akan menantikan itu, aku pasti mendapatkannya. Ah, tentu saja bukan barter, aku akan benar-benar mengeluarkan uang untuk membelinya lho ?"

"Eh tidak boleh, masih belum cukup umur !"


※ ※ ※


"Uu, hiks......ahaha, uwaaaah......"

"Ah, selamat datang Aki"

"......aku pulang"

Saat aku kembali ke space, Izumi masih menangis.

Padahal aku sudah kabur dengan dalih istirahat, tak tahan dengan suasana ini.

"Ka, kak, kakak......kak Tomoyaaaaa~ !"

"Ah~ iya,iya, cepat tenangkan diri ya Izumi"

"So, soalnya,ini......ini......ueeeeeh~"

Beberapa menit setelah drama habis terjual yang dramatis itu.

Izumi dengan cepat membereskan papan dan taplak di atas meja, meletakkan bawaan, seperti waktu persiapan, menyelesaikan persiapan mundur dalam sekejap.

Lalu, duduk di kursi lagi, menatap sesaat meja kosong yang tidak ada apa-apanya di depan mata......di atas meja itu, butiran besar air mata tumpah, mengeluarkan suara dan mulai menangis.

"Hari kedua akan segera berakhir kan ? Kau tidak bisa keluar dengan wajah seperti itu kan ?"

"Begitu kah ? Di sekitar sini banyak orang dengan berbagai penampilan luar biasa berjalan-jalan dengan gagahnya kan ?"

"Sebaiknya tidak usah terlalu banyak protes Katou......"

Di sebelah Izumi, Katou yang terus bertahan di space tanpa kabur sepertiku, seperti biasanya memerhatikannya dengan pandangan yang baik.

"Sejak mulai doujin, aku, belum pernah, sampai sekarang sebahagia ini......"

"Izumi......"

Sebenarnya tidak hanya Katou.

Orang-orang di circle sebelah atau di seberang juga, dari tadi terus tersenyum menyeringai......bukan, senyum terharu dan memerhatikannya.

Selain itu, saat terjual habis juga, sampai orang-orang yang tidak bisa membeli bertepuk tangan memberi selamat, beda rasanya dengan suasana di pinggiran luar atau dinding, terasa setelah sekian lama aku tersentuh dengan kebaikan di tengah pulau.

Sungguh, ini baru namanya doujin.

Mengetahui ini, jadi tidak bisa berhenti kan......

Dan sebagainya, ketika kami melamun menghabiskan waktu singkat yang menenangkan hingga penutupan......


"Tomoya......?"

"Eh ?"

Saat kutujukan pandanganku ke empunya suara, di sana berdiri orang yang bentuknya tak pernah ada dalam ingatanku.

Overall longgar dan T-shirt putih tak bercorak. Rambutnya dikumpulkan dengan ketat, dan dimasukkan dalam topi besar, kacamata berbingkai hitam menggantung di wajahnya.

Walau itu setelan yang sangat cocok di gedung ini, perasaan kalau itu tidak cocok habis-habisan dengan karakternya tidak tanggung-tanggung.

Tapi, akhirnya keraguan itu mencair.

Itu, rambut yang dimasukkan dalam topi itu, hanya sedikit mencuat keluar dari tengkuknya......

"Eriri ?"

"Eh, Sawamura ?"

Ya, warna pirang yang hanya sedikit kelihatan dari sana, akhirnya menceritakan asal muasal orang di hadapan mataku.

Kamuflase......Eriri Spencer Sawamura.

Kalau sampai sini menyembunyikan otakunya pun, malah terasa menyegarkan.

"Kamu, kenapa di sini......"

"Lah, kau sendiri kenapa ?"

"A, aku......itu, untuk melihat keadaan persiapan hari sebelumnya"

"Ah, begitu kah......?"

Seketika, aku hampir menyetujui, tapi ada sedikit kejanggalan yang tertinggal di pojok pikiranku.

Mulai persiapan hari sebelumnya, masih ada satu jam lagi.

Apalagi circle Eriri kalau tidak salah di timur 1......di sini timur 5, pada dasarnya aulanya beda.

"Lalu, kau dan Katou, kenapa ?"

"Ah, itu, untuk membantu circle anak ini......Izumi"

"Eh......"

Kata Katou meletakkan tangannya dengan lembut di kepala Izumi di sebelahnya, mata Eriri yang melihat itu, terbelalak seperti sedikit kaget.

"Apa......kak Sawamura ya ? Uwaah, terima kasih sudah datang !"

"Hashima, Izumi......"

Mata Izumi masih merah, tapi saat tahu bahwa pengunjungnya adalah Eriri, ia mati-matian menunjukkan senyuman.

"Ya......membantunya tadi, kami berdua"

"Izumi hebat lho ? Buku yang dibawanya, semuanya habis terjual"

Seperti menambahkan, Katou kembali mengelus kepala Izumi.

"Tidak hebat......aku, masih, sama sekali tidak hebat !"

Kata Izumi, seperti gatal dengan tangan Katou dan menggoyangkan kepalanya untuk melepaskan, menjawab semua orang dengan senyuman yang kelihatan seperti makin menangis.

"Soalnya, bukuku terjual itu, karena kak Tomoya sudah mati-matian berjuang......hiks"

Ya, itu adalah senyuman seluruh wajah, yang menenangkan hati semua orang.

Seharusnya.

"Tomoya yang......?"

"Ah, bukan hal yang sebesar itu"

"Iya ! Karena kakak sungguh hebat ! Ya kan, Megumi ?"

"Mengabaikan kalau aku juga membantu ya, Izumi"

"Ah, ah~ ! Itu kiasan !"

"............"


Setelah itu pun, pembicaran panas Izumi yang suara terisaknya masih belum kembali berlanjut.

......tapi mengabaikan bukunya sendiri, cuma cerita kepahlawananku.

Persis seperti aku adalah pemeran utama hari ini.

Bahasa tubuh yang besar diletakkan pada machine gun talk tanpa henti.

Padahal, sama sekali bukan begitu.

Padahal, hari ini semuanya bakat Izumi yang bisa melakukannya.


"Ah, iya......kak Sawamura, ini, silakan !"

"Eh......"

Izumi yang akhirnya selesai bicara besar secara umum (tentangku), dari dalam tasnya, mengambil satu buku bersampul putih itu dan menyerahkannya pada Eriri.

"Ya......buku baru hari ini"

"Itu, tidak usah......soalnya sudah terjual habis kan ?"

"Oleh karena itu aku ingin kakak menerimanya"

"Eh......"

"Buku yang habis terjual pertama kali dalam hidup......buku kenangan"

"Pertama kali, dalam hidup......"

Tentu kata-kata itu, tersampaikan bukan ke kepala Eriri, tapi langsung ke hatinya.

Soalnya, bagi Eriri yang sekarang tiap kali event selalu menjual habis, tidak salah lagi, ada hari di mana pertama kali habis terjual dalam hidupnya.

"Terima saja, Sawamura"

"............"

Katou pun mengerti.

Bahwa buku ini, sebuah buku ini tidak ringan.

Bagaimana pun juga, itu, sambil tertawa 'bagian yang untuk diberikan ke teman pun habis terjual juga' tadi, disimpan dengan sangat penting, adalah sebuah buku terakhir untuknya......

"Kalau begitu......terima kasih"

"Sama-sama, silakan"

Oleh karena itu, Eriri menerima buku Izumi.

......saat menerima, entah bagaimana anehnya kelihatan seperti tegang.

"Ternyata......buku LitRhap"

Sambil membalik halaman, Eriri berbisik, seperti lupa kalau sedang berada di pulau LitRhap.

"Ah, tidak suka LitRhap ya ?"

"Tidak, bukan......hanya saja, aku tidak terlalu tahu"

"Tapi, walau tidak tahu karya aslinya pun pasti menarik lho, buku itu. Aku pun begitu"

"Begitu......"

Tambahan dari Katou, diabaikan Eriri dengan tanpa perhatian.

Tapi, tangan itu sudah tidak menghentikan gerakan membalik halaman lagi.

Sepenuh hati berkonsentrasi, berhadapan dengan buku.

"............"

Tentu, Eriri akan paham dalam sekali tembak.

Bahwa buku ini kualitasnya tidak enteng.

Bahwa Izumi, adalah pengarang yang luar biasa yang sedang berkembang.

"......kh"

Akhirnya, memasuki halaman gambar pensil paruh kedua.

Tangan Eriri yang membalik halaman jadi bertambah cepat.

Saat kukira begitu, langsung kembali ke halaman sebelumnya dan mengulang membaca kembali.

Mengikuti reaksi yang sama denganku dan orang-orang yang membeli buku, seperti yang diharapkan.

Makanya, aku sudah mengerti.

Bahwa Eriri juga, sepenuhnya, telah tenggelam dalam dunia Izumi Hashima......


'Terima kasih banyak, comiket hari kedua berakhir'


"............"

"Eh ?"

Saat itu tepat jam empat.

Saat ketika pengumuman berakhirnya comiket hari ini, tepuk tangan para peserta bergema seperti mau pecah.

Eriri, saat menutup buku yang telah selesai dibaca sampai habis, berbisik sesuatu dengan mendesah.

Kemudian......

"Terima kasih Izumi......tapi, sudah kuduga ini, kukembalikan"

"Eh, kenapa......kak Sawamura ?"

Buku yang tertutup, diberikan kembali ke Izumi, di atas meja.

"Maaf......aku sungguh-sungguh minta maaf"

Entah tak tahan dengan pandangan Izumi yang menatap dirinya heran, Eriri mundur selangkah dua langkah.

Ekspresi itu.....entah bagaimana, lebih pucat daripada Izumi.

"Aku ada persiapan untuk esok......dah"

Lalu akhirnya, wajah yang kelihatan menangis lebih dari Izumi yang menangis sampai tadi, persis seperti kabur, meninggalkan space.

"Oi, Eriri !"

Aku tergesa-gesa melompati space dan mengejar Eriri.

Tapi, akibat untuk keluar dari pulau dulu makan waktu, jadi terpisah dalam jarak yang lumayan.

Makanya, dari sini sekuat tenaga berlari cepat......tidak boleh, dengan langkah cepat mengejarnya.

"A, Aki ?"

"Maaf Katou ! Aku akan langsung kembali jadi tunggu di sekitar sini !"

Dengan ini, aku telah meninggalkan Katou, hari ini saja sudah jadi dua kali.

Tapi sekarang, aku harus melakukan itu.

Aku harus mengejar Eriri.

Aku harus menangkapnya dan berbicara dengannya.

Kalau tidak begitu, akan jadi hal yang tak bisa diperbaiki.

"Tunggu kataku, oi, tunggu Eriri !"

Soalnya, aku telah melihatnya.

Gerakan mulut itu, saat ia berbisik sesuatu yang tercampur dengan pengumuman dalam gedung.


'Kau kejam, Tomoya......'


※ ※ ※


"Eriri !"

"Cih......"

Di sisi persimpangan yang menuju ke arah bundaran stasiun, akhirnya aku menyusul Eriri.

Karena di dalam gedung banyak orang, apalagi ada larangan berlari jadi tadi jaraknya sama sekali tidak menyusut, tapi untunglah Eriri keluar dari pinggiran luar aula timur.

Tapi ini adalah jalan pulang.

Arahnya jauh terpisah dari tujuan Eriri, persiapan hari sebelumnya.

"Kembali yuk ?"

"............"

Entah menyerah karena tersusul kah, Eriri berhenti di tengah trotoar, tapi tanpa melihat ke sini berdiri diam tertunduk.

Makanya walau aku tidak bisa melihat ekspresi itu, air mukanya, seperti saat kulihat di dalam gedung tadi, pucat.

"Kembali, dan minta maaf dengan Izumi ya ?"

"......tidak bisa"

"Kenapa ?"

Nada itu lemah, meski begitu, terdengar keinginannya menolak dengan jelas.

"Buku itu, aku tidak perlu......aku tidak ingin membacanya......"

Setelah membaca buku itu, ada manusia yang punya reaksi seperti ini tak bisa dibayangkan.

"Buku yang bagus, kan ?"

Pada pertanyaanku itu, Eriri mengangguk dan menunduk dengan patuh.

"Buku itu, Izumi, menguras jiwanya......"

"Aku mengerti"

Tapi, gaya suaranya bergetar itu, kira-kira seperti Izumi 10 menit yang lalu.

"Tidak mungkin aku tidak mengerti......dalam buku itu, berapa banyak hal yang dimasukkan, betapa hebatnya"

"Kalau begitu, kenapa kau......"

"Kalau tidak kukembalikan, akan jadi hal yang lebih kejam"

"Hal yang lebih kejam, itu ?"

"Sepertinya akan kusobek dan kubuang"

"A......"

Wajah Eriri yang mengatakan ungkapan kasar yang tak pantas bagi kreator itu masih pucat pasi.

Lalu, ketika entah bagaimana aku melihat wajah yang tertunduk itu, yang muncul di sana adalah......

"Makanya kukembalikan. Lalu melarikan diri"

Hanya ketakutan, yang terlihat.

Ya, Eriri takut.


"Salahku ?"

"............"

Eriri tidak menjawab, tapi juga tidak menyangkal.

Tapi, masing-masing sudah mengerti pertanyaan itu sekarang.

Karena baru tadi, tidak salah lagi Eriri telah menyalahkanku.

"Apa kau cemas ? Tentang pertandingan esok atau tentang rekrutmen"

"............"

Tidak menjawab lagi.

"Apa aku kelihatan seperti teman Iori ? Kalau begitu, aku ceroboh, aku minta maaf"

Izumi adalah adik perempuan Iori.

Aku yang menghabiskan waktu di circle adiknya Iori itu, kalau hanya melihat fakta, kelihatan seperti mengkhianati Eriri.

"Tapi, circlenya Izumi, sama sekali tidak ada hubungannya dengan Iori......"

"Tidak ada hubungannya"

Setelah beberapa lama mulut Eriri bergerak.

"Itu sama sekali tidak ada hubungannya. Aku tidak memikirkan soal esok. 'egoistic-lily' bukan circle selemah itu"

Dari nada itu, sedikit jengkel dan sedikit kebanggan mengintip.

"Kalau begitu, itu......kenapa ?"

Kalau demikian aku tidak mengerti.

Kegelisahan, ketakutan dan alasan keputusasaan Eriri, sama sekali tidak kumengerti.

"Apa dari buku itu yang sebegitunya kau benci ? Aku tidak mengerti pemikiran kalian para kreator"

Mungkin, itu karena sampai sekarang aku tidak pernah membuat sesuatu dengan serius.

"Apa yang kau pikirkan Eriri, aku tidak mengerti......"

Lalu karena aku......tidak mengenali orang ini, beberapa tahun yang lalu.

Karena aku tidak mengenalinya, lebih dari Izumi.


"Tomoya......setelah membaca buku itu, bagaimana menurutmu ?"

"Makanya, itu......beberapa kali kukatakan kan, hebat. Terutama paruh keduanya"

Tak lama kemudian, kali ini pertanyaan datang dari Eriri.

"Begitulah......ketegangannya naik dengan mantap kan"

"Apalagi tanpa dasar ya"

Itu juga, bukan nada yang murung sampai tadi, seperti yang biasa......

Tidak, lebih baik dari yang biasa, jadi tenang.

"Baru pertama kali buku dengan pendekatan seperti itu dalam LitRhap, itu pun mengejutkan"

"Ya, biasanya tentang karakter kah, gag sehari-hari atau porno. Bahan besar seperti itu dipikirkan dengan baik"

Entah bagaimana, terasa seperti aku dihindari, meski begitu, sekarang kunaiki aliran yang dibuat Eriri.

"Memang hebat, tapi kekurangannya juga ada"

"Atau, kalau dipikir dengan tenang, kekurangannya lebih banyak"

Soalnya, aku mengerti.

Bahwa Eriri, bukan orang yang semahir itu, juga bukan orang yang selicik itu.

"Pembagian kekuatannya, sepenuhnya salah kan"

"Izumi itu, katanya menghabiskan kekuatannya di paruh kedua, tapi bohong"

"Ya, walau sekedar tidak sempat memberi tinta, sebenarnya memasuki paruh kedua gambarannya semakin bertambah dengan cepat"

"Pasti itu, pensil di paruh kedua lebih memakan waktu daripada termasuk memberi tinta paruh pertama"

Biasanya selalu terang-terangan menantang, menolak segalanya sekuat tenaga, secara natural sombong di manapun.

Karena ia orang yang merepotkan, tapi sederhana seperti itu.

"Hanya saja, serasa cuma menggambar apa yang hanya ingin digambar saja"

"Itu sih, rasanya orangnya sendiri mengatakan yang seperti itu"

"Kalau begitu, sehebat apa pun buku ini, biasanya tidak terjual kan"

"Itulah masalahnya. Walau kali ini bisa menjual sampai habis, tapi sepertinya akan sulit kalau tiap kali seperti itu"

Karena sebanyak itu, aku berniat mengerti, tentang si Eriri.

"Padahal yang menarik orang pertama itu sampulnya ya. Buku itu harus dipikirkan semua kemasannya"

"Orang yang bisa membuatnya mengerti trik semacam itu perlu kan. Sebenarnya si Iori itu cocok tapi......ah, menjengkelkan !"

"Ya, seandainya anak itu, ada partner yang mengerti cara membuat buku yang baik, dan bisa mengatakan pendapatnya dengan tepat......kh"

"Ah......"

Makanya, lihat, sudah runtuh.

"Aku, dalam sekejap bisa dikejar kan......kh"

Menyakiti diri sendiri sambil lalu itu, tapi sikap yang sepenuhnya sambil lalu, tak bisa dipertahankan sama sekali.

"A, aha, ahaha......"

Walau aku tidak menginginkan jadi seperti ini, akhirnya kejadian juga.

......di sana, diletakkan kenyataan yang tak diharapkan.


Kalau tutupnya dibuka, ada hal yang terlalu sederhana.

Hanya saja, aku terlalu banyak berpikir dan berbelit-belit.

"Tunggu sebentar......tidak ada artinya kan membandingkan dengan itu ?"

Yang ditakuti Eriri adalah, sangat sederhana, buku itu.

Lalu, pengarang bukunya.

"Kau dan Izumi itu, sama sekali berbeda kan......genre, popularitas, juga posisi saat ini"

Musuh sebenarnya, bukan Iori, juga bukan 'rouge en rouge', anak ayam genius yang baru saja menetas.

Hal itu, persis seperti hanya dengan gosip turunnya reinkarnasi pahlawan yang legendaris, sang iblis berniat menghancurkan kota itu sendiri, terlalu berpikiran sempit, ketakutan yang terlalu tidak rasional.

"Hey, Eriri......"

"Menakutkan, aku takut !"

"Ch......"

"Aku takut bisa membuat buku seperti ini. Aku takut dikejar. Aku terlalu takut segalanya bisa diambil"

"Tidak, tidak mungkin diambil kan ? Apa yang kau katakan"

"Sungguh, aku sendiri tidak tahu apa yang kukatakan !"

Menyerahkan ke perasaan tinggi yang tak terkontrol, dengan keyakinan yang tak jelas artinya, Eriri berteriak sekuat tenaga.

Tapi, pada kata-kata sembarangan Eriri yang tidak rasional itu, aku tak bisa memberikan protes ringan seperti biasanya.

Soalnya, baru beberapa puluh menit lalu, ada orang yang mengatakan masa depan yang tak mungkin itu......

"Tenanglah, kalau kau mengkhawatirkan soal yang di depan itu, mau bagaimana lagi"

Oleh karena itu, aku menghindar dengan kata-kata yang sangat tidak sepertiku sama sekali.

"Tentu......Eriri yang sekarang, lebih baik beberapa tingkat di atas Izumi. Hanya, sebatas itu saja"

Untuk mencoba mendarat dengan selamat di tempat itu, mengerahkan seluruh rasa aman yang dimiliki.

Sambil sedikit saja, minta maaf dalam hati pada Izumi.

"Kalau begitu kutanya......apa aku, lebih hebat ?"

"Eh......"

Tapi, Eriri tidak mengizinkan sikap formalku seperti itu.

"Ayo jawab ! Bukuku, apa lebih hebat, daripada buku anak itu !?"

Apakah ketakutan adalah hal yang membangunkan tajamnya perasaan negatif seseorang kah ?

"Tidak, makanya......sebagian besar bukumu, 18+ kan"

"Apa kau berdebar-debar ketika melihat gambarku ? Apa kau merasa sesuatu yang menakutkan ? Apa kau merasa, kalau kau ingin menjualnya apa pun yang terjadi ?"

"Tak perlu dilakukan pun, bukumu sudah menjual kan......"

"Kau tidak menjawab apa-apa ! Dari tadi, kau tidak menjawab apa-apa Tomoya !"

"............"

Tak bisa menyangkal, satu kata pun.

Karena seperti kata Eriri, aku, tidak menjawab apa-apa.


Karena, perasaan untuk tidak menyangkal buku itu, buku Izumi, tak bisa disembunyikan.

Soalnya, soalnya......apa boleh buat kan.

Buku itu, di antara doujinshi satu tahun belakangan adalah yang paling kusukai.

Pada karya yang sangat kusukai itu, tidak mungkin aku berbohong kan......


Para otaku yang menuruni jalan, satu demi satu berbalik.

Terus menerus menatap bocah otaku yang sejenis dilihat bagaimana pun juga, membuat anak perempuan cantik yang tak sepadan menangis, adegan yang seperti event galge semacam itu.

"Kalau begini jadinya, aku tidak akan pergi ke pulau LitRhap segala"

Tapi, gambar event yang mengesankan itu, tanpa disadari berganti sepenuhnya jadi gambar karakter.

"......aku tidak akan mengingat, hal-hal masa lalu seperti itu"

Lalu, bahkan gambar karakter menghilang, sisanya hanya latar belakang dan mob character.


Tapi Eriri......terakhir, biarkan aku mengatakan sepatah kata saja.

Pokoknya kau itu, jangkauan risetnya terlalu sempit.

Kalau hanya mendengarkanku apa boleh buat kan. Perhatikanlah penilaian masyarakat.

Kalau begini, kau persis seperti bocah kelas tiga SD kan.



Catatan[edit]

  1. Kinko's