Saenai Heroine no Sodatekata (Indonesia):Jilid 2 Bab 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Susah dikatakan, tapi rasa~nya bukan deh #kalimat yang memunculkan niat membunuh[edit]

"Aku benar-benar minta maaf untuk akhir pekan !"

"............"

Senin pagi awal minggu.

Aku yang menemukan Katou berjalan cepat sembari menghilangkan kehadirannya dari stasiun ke sekolah di tengah orang banyak dengan mengerahkan seluruh pancaindra, langsung bergegas menyusulnya.

......tidak, walau menurutku bukan berarti menghilangkan kehadirannya dengan sengaja, sulit loh menemukan Katou itu.

"Lain kali pasti akan kutebus ! Jadi cerialah !"

"............"

Lalu, walau aku sepenuh hati mencoba minta maaf sejak saat menyusulnya, bagaimana pun juga reaksinya tidak baik.

Mulutnya tertutup rapat-rapat, pandangannya lurus ke sini, hampir tidak bereaksi.

Yah, walau tidak bisa dikatakan tidak seperti sikap datarnya yang biasa, dari semuanya, ia tidak menjawab.

"A-ada apa ? Mungkinkah semarah itu ?"

"Ah, tidak, anu, aku hanya sedikit terharu"

"Pa-pada apa ?"

"Pada Aki yang merendah untukku"

......kalau dipikir-pikir, pada akhirnya itu memang reaksi yang seperti Katou.

"Eh, tapi kau tidak menganggapku orang yang setinggi itu kan ?"

"Ya, kurasa begitu, pada orang selain aku"

"......apa kau tidak merasa itu justru karena Katou adalah main heroine yang spesial bagiku ?"

Walau lega karena akhirnya keseharian seperti biasanya juga, tapi yah untuk sementara kalau dipikir lagi, aku bersumpah akan berhubungan dengan Katou sedikit lebih baik lagi.

Pertama, mari tahan diri dari ungkapan luar biasa tidak sopan yang halus semacam sulit ditemukan, terpendam, atau orang rendahan.

......eh, 'halus' dan 'luar biasa' itu tidak cocok ya, secara halus.


"Ngomong-ngomong, maafkan aku juga ya ? Tidak datang menjengukmu"

"Ah, bukan apa-apa"

Karena perkataan dan tindakan pahit manis macam 'Hah ? Aku tidak menunggumu ! Toh kalau datang juga cuma jadi gangguan !' sudah kemarin, jadi tidak apa-apa.

"Aku memang bingung mau pergi atau tidak, akhirnya setelah berkonsultasi kuhentikan saja"

"Aku mengerti, kak Utaha menghentikanmu kan ?"

"Bukan, Sawamura loh ?"

"Hah ?"

"Kan kita pernah bertemu sebelumnya di rumah Aki, jadi aku juga coba mengajaknya menjenguk bersama kali ini tapi......"

"......terus bagaimana ?"

"Katanya karena waktu SD saat masuk angin Aki memburuk memusnahkan hingga satu kelas jadi tidak usah"

"......hoo"

Jadi aku waktu SD adalah senjata biologis entah di mana.

Tapi, dengan ini aku paham arti kalimat 'Kenapa ia !?' yang dikatakan Eriri saat kak Utaha datang kemarin.

Di antara mereka, kemungkinan bertemu secara kebetulan waktu itu hanya dengan Katou......

"Pagi, para Otaku"

"Ah, pagi"

"Pagi Miiko"

Sembari bertukar sapaan pagi dengan gadis teman sekelas 1, aku mati-matian menyusun strategi yang dilakukan dua orang gadis kemarin dalam kepalaku.

Mungkinkah setelah kak Utaha mengecoh Eriri, kemudian melindunginya ?

Betapa tak berartinya ya pertarungan pikiran yang mereka lakukan, klubku......


"Ya, aku berbincang macam-macam. Dengan kak Kasumigaoka itu"

"Hee"

Lalu pembicaraan tanpa henti berubah, kali ini gosip kak Utaha.

"Jadi dengan kata lain artinya aku bicara dengan Utako Kasumi......rasanya hebat ya"

"Makanya, kalian kan tiap minggu bertemu......"

Sebaliknya, rasa sejauh ini walau hubungannya sampai mendapat kursus drama kilat.

Inikah yang namanya beda 'status' ?

"Tapi ya, memang yang namanya pengarang, selera percakapannya bagus ya~"

"Kau mengerti soal itu ya......"

Maksudku, kak Utaha yang membuka pembicaraan berselera bagus dengan Katou ini memang novelis yang hebat......novelis ?

"Ngomong-ngomong, Katou......"

"Ng ? Apa ?"

Saat itu, aku mengingat hal yang penting.

"Apa yang dikatakan Kak Utaha, soal aku ?"

"Eh......?"

'Kemudian inti pembicaraan mendekati soal pengalaman pertamaku dan Rinri......'

Bahwa kak Utaha, novelis yang luar biasa......adalah penyombong yang buruk.

"Erm, walau kurasa tidak ada, soal aku lelaki yang kejam, terrendah, mengejekku soal semacam itu, gunjingan, gosip, atau fakta......"

"......itu semua memang termasuk dalam fakta kan"

"Ia mengatakannya !?"

"Eh, ermm......yah, cuma sedikit"

"Ceritakan ! Ayo semuanya, segala-galanya !"

"I, itu tidak mungkin. Karena ada perjanjian sesama gadis tidak bisa kukatakan ~"

"Katou, kalau kau mendapat pelecehan seksual dari atasan oleh kak Utaha akan kuberi bimbingan loh ?"

"Kalau aku mendapat pelecehan otaku, seksual, dan dari atasan oleh Akiorang lain aku diskusi dengan siapa ya ?"

Sialan, emang kak Utaha, sempurna menyegel mulut Katou.

Eh ? Sumpah yang tadi ? Soal apa ya......?

"Oh, geng Tomoya, pagi ya"

"You, kau yang lambat. Tidak ada latihan pagi ya hari ini ?"

"Pagi Nagashima"

Terlepas dari itu, sembari bertukar sapaan pagi dengan pria teman sekelas 2 anggota klub rugby seperti ini, tiba-tiba aku merasa sesuatu......

Baru-baru ini, akhirnya pandangan teman sekelas terhadap Katou berubah.

......bukan sebagai teman atau pacarku, tapi anggota komunitas otakuku.


※ ※ ※


Ruang audiovisual biasanya, sepulang sekolah......

Di ruangan luas sebesar dua ruang kelas lain digabungkan, dan mungkin 100 orang dapat masuk jika dijejalkan, hari ini pun hanya ada suara 4 orang bergema sia-sia.

Seperti membuktikan nama audiovisual, di keempat pojok ruangan terpasang layar LCD besar, lalu seperti menyertainya di langit-langit ada proyektor, di depan ruangan ada layar ekstra besar bertenaga listrik.

Apalagi dan lagi, bagian belakang ruangan berdampingan dengan ruangan siaran sekaligus ruangan persiapan audiovisual, dipisahkan oleh jendela berkaca tebal, yang pada festival sekolahsaat genting bisa dijadikan teater mini untuk perkumpulan penayangan marathon anime.

Ada alasan mendalam kenapa klub tanpa nama seperti kami (bahkan artinya benar-benar tidak punya nama) bisa menduduki tempat yang dilengkapi peralatan paling mahal seantero sekolah seperti ini setiap hari.

Akibat sejak kelas satu 'Aku paling mahir menggunakan ruang audiovisual !' dan menggunakan ruangan ini dengan efektif, aku dianggap sangat berguna sebagai tipe baru dari guru-guru yang gaptek.

Berkat itulah bagi guru mana pun, sudah jadi standar untuk langsung memanggilku dari ruang siaran di sana jika terjadi suatu masalah saat pelajaran menggunakan peralatan di ruangan ini, tanpa disadari, terbentuk suasana kalau aku menduduki ruangan ini pun tidak akan mengatakan apa-apa.

"Nah Katou, tolong ekspresi kesal kali ini"

"Ke, kesal......?"

"Itu loh, muka saat ada hal yang sedikit tidak disukai. Rasanya seperti sedikit menggembungkan pipi 'apa-apaan itu, tidak mau tahu lagi ah'"

"Eh ? Eh ?"

"Bentaar, tadi aku kan tidak meminta ekspresi yang kebingungan...wajah yang kesal cepat, kesal ! Soalnya aku harus mengumpulkan semua pola ekspresinya hari ini juga !"

"Ba, baiklah !"

Lalu, di ruang audiovisual sepulang sekolah yang telah menjadi rutinitas dengan perasaan seperti itu, suara marah yang melayang ini juga jadi rutinitas.

Biarpun begitu, hari ini, ada satu hal yang lepas dengan rutinitas sampai sekarang itu......

"Hei Katou......susah jadinya kalau kau tanpa ekspresi seperti pipi yang penuh kapas karena pengobatan gigi itu. Bisa tidak sedikit lebih marah lagi ~"

"Ma, maaf, Sawamura......anu, nah, seperti ini ?"

Walau suara marahnya berasal dari orang yang sama, tapi orang yang menerimanya dengan serius berbeda.

"......itu sih, 'ekspresi yang sedikit menyesal' menurut situasi saat ini"

"Su, sulit ya......"

Katou meluruskan punggung, dengan wajah yang tegang duduk tegak lurus di kursi.

Eriri juga duduk di kursi, di hadapannya berdiri kanvas besar, sambil dengan lincah mengayunkan pensilnya.

Apalagi, pose Eriri lagi buruk-buruknya, jarak antar wajahnya dengan kanvas tidak terpisahkan bahkan sepuluh senti saja.

Soalnya ia sama sekali tidak memakai kaca mata di depan orang banyak.

"Coba bayangkan......situasi seperti dikatai Tomoya hal-hal yang kejam, atau saat mendapatkan pelecehan seksual"

"Aku tidak pernah melakukannya ! Sungguh, sama sekali tidak, sedikit pun !"

"Maaf Aki, bagaimana pun kau mengatakannya itu bohong"

"Ah, ekspresinya jadi datar lagi......sudahlah, akan kuulang dari awal !"

"Hii"

Yah, terlepas dari itu, situasi ini nampaknya persis seperti Eriripelukis yang mengarahkan Megumimodel tentang ekspresi yang detail, kalau orang yang hanya tahu Eriri biasanya melihat ini, tidak salah lagi akan melihatnya seperti ini pasti kegiatan klub seni.

Atau mungkin, entah berapa banyak manusia yang sadar kalau sebenarnya ini kerjaan desain karakter untuk galge......

"Lalu Tomoya !"

"Ya ! Kalau ada sesuatu yang bisa kubantu......"

"Aku ingin lemon tea"

"Eh......"

"Kurasa kau tahu sih, tapi jangan lip**n ya ? Itu lebih ke teh hitam jadi tidak cocok dengan lidahku"

Ya, ini adalah pekerjaan desain karakter game.

Akhirnya, rencana yang kubuat sudah mulai berjalan.

Makanya, lihat, disuruh melakukan pekerjaan penting seperti ini......eh, oi.

"Anu, aku kan produser sekaligus direktur rencana ini......"

Dengan kata lain, adalah keberadaan yang tidak mungkin dihilangkan, tidak hanya pada rencana ini, pada tempat ini juga.

"Ah, begitu ya ? kalau dipikir benar juga ya"

Entah akhirnya Eriri mengerti apa yang ingin kukatakan kah, ia menepuk tangannya......

"Katou mau apa ?"

"Eh, anu......?"

Dengan kebaikan hatinya, ia sampai menanyakan pesanan Katou juga.

"Tidak mungkin Tomoya hanya membelikan punyaku kan. Selain suasana tempat ini akan memburuk, sebagai direktur juga tidak memperlakukan seluruh staf secara adil kan"

"Begitukah, Aki ?"

"......Katou kopi saja ya ?"

Kalau aku berkata 'Bukan begitu !' atau semacamnya di sini, suasana tempat ini akan memburuk, sebagai direktur juga tidak memperlakukan seluruh staff secara adil kan......

"Nah, aku ingin cafe au lait"

"Baiklah......"

Lalu, akhirnya, sifatnya yang rendah hati tapi tidak segan-segan itu seperti Katou.

"Erm, uangnya......"

"Tidak usah Katou. Karena yang seperti ini biasanya traktiran produser"

"............"

Ya, aku adalah produser sekaligus direktur rencana ini, Tomoya Aki......

Hanya saja sekarang, sembari menikmati kegembiraan produksi game yang sudah mulai berjalan, diam-diam hanya mengerjakan apa yang bisa kulakukan.

"Ah, sekalian aku juga ingin makanan yang tidak mengotori tanganku"

"............"

Aah, sibuk, sibuk.


"Kak Utaha......aku membelikan minuman"

"............"

Orang ini berada pada sisi jendela yang berlawanan dengan Eriri......

Pada tempat duduk paling ujung di sisi koridor, di mana cahaya matahari terbenam pun tak sampai ke sana, tampak sosok Kak Utaha diam-diam mengetik keyboard notebooknya.

"Kakak kopi hitam tidak apa-apa kan ? Ini"

"............"

Tangannya yang mengetik keyboard tidak berhenti.

Tapi, mulutnya lebih tidak bergerak daripada biasanya.

Sungguh, diam-diam sedang keasyikan.

Ini luar biasa. Aku tidak pernah melihat kak Utaha yang sedang berkonsentrasi sejauh ini.

"Lalu kuenya juga ada......silakan jika lapar"

"............"

Ah, tidak, tapi mungkin sampai sekarang aku cuma tidak pernah menyaksikan produksi sungguhan di tempat sebenarnya.

Tapi, serius, gaya konsentrasi ini menakjubkan.

Barangkali ini, pertanda lahirnya mahakarya......

"Rinri"

"Ya ?"

Lalu, aku yang mau menunggu ke belakang supaya tidak mengganggu kak Utaha yang berkonsentrasi itu, sebaliknya malah dihentikan olehnya.

"Ada yang manis-manis ?"

"Erm, kalau Pocky"

"Nah, berikan itu"

Bukannya mencari di kantong makanan, seperti biasa matanya tidak terpisah dari layar dan tangannya terus tidak terpisah dari keyboard.

"Ya, kalau begitu ini, silakan"

Makanya aku, kalau bisa membantu barang sedikit, membuka wadah Pocky, meletakkannya tepat di sebelah di tangan kanan kak Utaha, dan menunggu di belakang lagi......

"Kubilang berikan itu kan ?"

"Makanya di situ"

"Bagaimana aku memakannya dalam kondisi seperti ini ?"

"Makanya pakai tangan kanan"

"Seperti biasanya tidak berguna......!"

"Eh......?"

Ketika kukira kak Utaha mengejek sambil menjulurkan lidahnya, ketikan keyboardnya jadi semakin cepat dan kasar.

Saat tanpa sengaja kuintip layarnya, di sana huruf-huruf tampil dengan kecepatan yang tak terkejar mata......


'Dasar kakanda payah ! Chicken ! Pengecut !'

'Bisa makan sendiri kan ? Ruri, tahun ini sudah berapa umurmu......'

'Bukan itu masalahnya ! Sudah kubilang kan kalau aku sibuk, tak bisa melepaskan tanganku......cih !'


"......anu, saat ini, benar-benar sedang membuat plot kah ?'

Daripada itu, ini kalau dikatakan secara jujur 'A ~ hAku lagi sibuk tau !'......?

"............"

"............"

Pada pertanyaanku yang itu pun kak Utaha tidak bereaksi.

Hanya saja, dialog karakter adik perempuan di layar semakin bertambah ekstrem, kemudian jadi kekanak-kanakkan......

"............"

"Anu, artinya seperti ini, kah......?"

Jadi, aku mengambil sebatang pocky dari bungkusnya, kubawa dekat wajah kak Utaha supaya tidak menghalangi pandangannya, lalu ujungnya ke bibir......

Saat itu.

"gajigajigajigaji"

"Uwaah !?"

Tanpa sempat tersentak, pocky yang kupegang di tangan, telah habis menghilang dan hanya menyisakan bagian yang tak dilumuri coklat.

Pocky game neraka macam apa ini. Bisa sampai makan jariku kurasa.

Lalu, selagi aku memikirkan hal itu pun, produksi plot kak Utaha terus berlanjut, dialog baru menutupi layar.


'Kakanda ! Satu suapan lagi ! Satu suapan lagi !'

'Semanja apa sih kamu ini......'


"Kak Utaha......"

"............"

Dari kata-katanya, dari kalimatnya, apa tak punya rasa malu orang ini ?

Tidak, mungkinkah ini yang namanya kelakuan pengarang......tapi kurasa bukan.

"Anu......kalau begitu, ini sebatang lagi"

"pokipokipokipoki"

"Makanya jangan serakus itu kak"

Tapi bagiku, sudah cukup terbiasa pada batang yang kedua.

Dengan kata lain, kurasa daripada disebut pocky game, ini memberi makan koi......

"Bakki"

"Kyaah ?"

Saat kukira aku sudah kembali tenang, kali ini dari sisi ruang kelas yang berlawanan, suara seperti kayu kering yang patah dan suara terkejutnya Katou.

"Tidak bisa, pensil untuk sketsa kasarnya sudah patah. Segera belikan direktur"

"Eriri......"

Kalau pensilnya patah, jadikan di ujungnya, bukan batangnya......


※ ※ ※


Kemudian, setelah itu kegiatan klub berlanjut dengan baik-baik saja...

"Apa-apaan ini ? Katou, pandangan jijik pun kau tak bisa ya !?

"Orang normal tak bisa melakukannya kan......"

Tegangan kemarahan Eriri......setelah membuatku mengira tinggal dua tingkat, naik dengan cepat.

"Ah mau bagaimana lagi, nah berikutnya ekspresi marah......dengan perasaan ada tanda marah di dahimu"

"Anu, jadi Sawamura......"

"Hah ? Itu juga tidak bisa ? Kalau tanda keringat ? Atau mungkin di wajahmu juga tidak bisa diberi garis tegak lurus !?"

"Daripada mungkin, apa level kemungkinannya itu, begitu"

"Kalau begitu tidak ada satu pun desain SD yang bisa dibuat kan ! Bagaimana sebaiknya ya......"

"Ma, maafkan aku......?"

Atau harus kukatakan, mau bagaimana pun juga kurasa siapa pun tidak bisa apa-apa dengan itu......


"Fu, fu, fu......?"

"Ka, kakak......"

"Ku......kukkukku......apa-apaan ini, emang gawat ya anak ini, kelewat tidak berguna !"

Lalu, kali ini kak Utaha yang dirasuki sesuatu.

"uffuffuffuffu......khaa, a, ahahahahahaa"

Mengetuk meja dan keyboard keras-keras, hingga dengan ganasnya menggoyangkan kaki......siapa orang ini ?

"kejaam ~ kedua orang ini sangat lekat ~ tak dapat dimengerti ~"

"Kakak ? Kak Utaha ! A, anu, sebentar......ya ?"

SaeKano v02 ch04 01.jpeg

Wajah kak Utaha yang kemarin tersenyum sambil mengatakan 'Apa pun akan kulakukan untukmu kan ?", sekarang sudah tidak ada lagi.

Perubahannya selevel ragu-ragu ketika dikatakan oleh teman untuk memberikan pukulan terakhir macam "Serang ! Serang Tomoya ! Ia sudah bukan kak Utaha yang kau kenal lagi !".

"Ahaa, ahahaa, kukkukukuku......eh !? Eh hey Rinri !"

"I, iyaa !?"

Ekspresi wajah kak Utaha yang akhirnya menyadari panggilan dan tatapanku mendadak berubah lagi.

Persis seperti......itu loh, topeng Noh yang tiba-tiba berubah jadi wajah Hannya, di boneka karakuri.

"Jangan melihat ke sini ! Jangan tanya apa-apa ! Jangan katakan apa-apa !"

"Aku sungguh-sungguh minta maaf !"

......mungkinkah 'balas budi burung bangau' itu, sang wanita pekerja yang saat tengah menenun suasananya jadi misterius seperti ini hingga dijauhi oleh sang pria lalu menangis saat berpisah yang menulisnya, tak punya situasi tersembunyi macam itu kan ?

Bagaimana pun juga......

Kegelapan kreator itu, dalam ya.


※ ※ ※


"Akhirnya dimulai ya ~"

"Iya ~"

Persinggahan sepulang sekolah, kafe bergaya log-house yang biasanya.

Di sana, ada aku dan Katou, yang mengadakan pesta kecil-kecilan, perayaan jalannya pembuatan game.

"Maksudku, melelahkan ya ~"

"Iya ~"

......atau sebaiknya kukatakan dari hari pertama sampai aku harus mendukung Katou, kegiatan klub hari ini tanpa ampun telah mengikis habis kekuatan fisik dan mental kami.

Buktinya tanpa melihat menu Katou berturut-turut memesan makanan manis, terlebih lagi sampai menambahkan topping ogura.

Bahkan aku pun menanyakannya dua kali. Pesanan yang tidak seperti ia 'pesan' itu.

"Rasanya, seperti hari ini baru pertama kalinya aku bertemu dengan Sawamura yang asli......"

"Begitu kah, untunglah"

Tingkat pencemarannya yang kurang dari 10 tahun dibandingkan denganku itu, sungguh manusia yang bahagia.

"Maksudku, Sawamura itu, aslinya "gue banget" ya"

"Akhirnya kau mengerti kah, sifat aslinya yang bengis......"

Eriri bengis, kak Utaha jahat......

Di sini pun, aku menangkap sulitnya nuansa dalam bahasa Jepang.

"Tapi ya, aku ragu saat Aki menjelaskan itu dengan tampang sok tahunya"

"Soalnya itu, jujur saja ya orang yang paling menderita karenanya itu adalah aku ini......"

"Kurasa sebaliknya"

"Sebaliknya ?"

"Aki sendiri, bisa saja kan kau memberikan pengaruh yang fatal terhadap pembangunan karakter Sawamura ?"

"............sama sekali tidak, sungguh, sedikit pun tidak"

Aku ingin membalasnya dengan paling tidak harusnya katakan 'pengaruh yang penting' kan ?, tapi kalau aku mengatakan itu mungkin artinya aku mengakui kesalahan fatalku jadi kutolak seluruhnya (segala tuduhannya).

"Atau maksudku, bayangan Aki berkedip pada setiap kata-kata Sawamura......oleh karena itu aku bisa disebut terkejut, bukannya bingung, gini loh rasanya kau hanya bisa jadi dirimu yang biasanya"

"Makanya kataku itu cuma perasaanmu saja kan, kubunuh juga anak satu ini......eh gak, maaf"

Ups, hampir saja kepribadianku terbagi dengan gaya bicara yang terlalu kejam.

Untuk menenangkan diri, aku membasahi tenggorokanku dengan es kopi dalam sekali tenggak.

Pada rasa kopi yang lumayan pahit, tersebar dengan ajaibnya tajamnya manis madu, gum syrup, susu dan krim segar......keseimbangannya terlalu buruk kan ini.

"Ah, yaah, cepat atau lambat kau akan bisa mengatasi Eriri......daripada itu cerita yang lain dong"

"Kalau begitu, kali ini giliran evaluasi kegiatan dari Aki"

"Susah......kebanyakan tidak melakukan apa-apa"

"Ah, maaf"

Tentunya aku tidak merasa kalau aku tidak bisa menunjukkan rasa keberadaanku hingga dikasihani Katou.

Bicara soal apa yang kulakukan hari ini, yaitu sambutan sebelum kegiatan yang tidak selesai akibat gangguan dari Eriri, dan sambutan setelah kegiatan yang dibatalkan akibat dua orang yang lekas-lekas pulang......

"Ya, nah, sebaiknya berjuanglah untuk yang berikutnya ya ? Sampai tidak jadi gangguan bagi semuanya"

"Apa-apaan pengumuman di luar kekuatan perang itu ! Katou, jangan-jangan kau, merasa kalau aku tidak akan muncul ke permukaan lagi ya ?"

"Memang ?"

"Pekerjaan direktur itu baru setelah ini tahu !"

Ya, terlalu lekas kalau merasa depresi di sini.

Memang, aku tidak bisa menggambar, juga menulis karangan. Dan tentu, jadi heroine saja tidak mungkin (kecuali trap).

Untuk menunjukkan keberadaanku pada lokasi produksi game, aku hanya bisa mengawasi barang yang telah selesai, menyusunnya, serta mengecek kemajuan produksi.

Oleh karena itu langsung memulai pekerjaan seperti sekarang, dan tidak menghentikan pekerjaan siapa pun, jadi adalah wajar kalau tidak melakukan apa-apa pada kondisi saat ini yang tak ada hasilnya.

"Jadi begitu, dasar sok. Jadi ada artinya kau memaksaku kan ?"

"Tidak, itu bukan pekerjaan direktur, tapi selera produser"

"Fuun ?"

"......ah, tadi bukan apa-apa"

Padahal tadi aku bermaksud mengatakan hal macam 'Memaksa itu tak ada di industri mana pun ! Karena itu legenda kota !"......tapi aku memang sudah kecapekan.

"Yah, ngomong-ngomong, akhirnya pembuatan gamenya dimulai ya ~"

"Begitulah, ya, akhirnya ya"

"Kalau selesai untuk sementara aku ingin pergi main ~"

"Eh, woy, baru mulai sudah langsung merencanakan waktu selesai"

"Ahaha, maaf"

"Yah, tapi ada rasa tidak berterima kasih yang minggu lalu......tunggu kau, Mal Rokutenba......!"

"......err, kalau sampai terasa sebegitu menekannya, ke tempat lain tidak apa-apa lho ?"

"Aku tidak merasa begitu !" Siapa menyebarkan kabar burung macam itu ! Aku juga ingin cuci mata, nonton film romantis, kapan saja aku siap ayo !?"

"Oleh karena itu, tidak usah melakukan yang tidak-tidak. Di Jo*polis[1] pun aku bisa sepenuhnya bersenang-senang"

"Apa-apaan pandangan dari atas itu, menjengkelkan ! Kalau begini jadinya apa pun yang terjadi aku akan pergi ke Mal Rokutenba ! Masuk ke toko makan kue sepuasnya dan hanya pesan satu minuman ! Terlebih lagi dengan dua sedotan !"

"Ermm, kalau itu aku yang tidak mungkin melakukannya"

"Yeah aku menang !"

"Eh, sekarang aku yang kalah?"

Seperti itu......

Untuk sesaat, kami benar-benar seperti pasangan sungguhan, bersenang-senang ngobrol.


Ah, setelah itu......

Kami berdua, sampai akhir tidak menyebut-nyebut soal kak Utaha hari ini .


※ ※ ※


"......jadi , ini adalah versi pertama plotnya. Tapi masih latar dasar dan cerita seputar main heroinenya saja sih"

"Cepatnya !?"

Kemudian hari berikutnya, masih di ruang audiovisual sepulang sekolah.

The Untouchable kak Utaha Kasumigaoka kemarin, sembari menggosok mata yang jelas membengkak, melemparkan berkas yang diikat klip ke atas meja.

Pada sampulnya, tertulis dengan font MSP Gothic, ukuran huruf 24 seperti ini.


'Rencana galge Rinri yang sangat sehat dan penuh dengan etika, oleh Rinri (sementara)'


"......jadi, apa judul sementara ini ?"

"Sehat kan ? Kalau begini CER*[2] tidak akan melayangkan keluhan"

"Tidak, yang jadi target pemeriksaan kan bukan cuma judulnya. Juga justru karena doujin tidak ada kaitannya dengan lem**** moral[3]"

Pertama-tama, meski sama sekali tidak menyentuh soal isinya seperti biasa, apa ada artinya susah-susah memberi judul baru sementara ini......?

"Yah, pokoknya, dengan ini bagian pekerjaan untuk minggu ini untuk sementara bisa dianggap selesai kan ?"

"Errr......lebih dari cukup"

Kucoba membalik-balik halamannya, beberapa lembar kertas A4 kosong dipadati oleh huruf-huruf, dilihat bagaimana pun juga, tidak kurang dari dua kali lipat proposal yang kutulis selama golden week.

Terlebih lagi mungkin, tidak hanya volumenya, isinya juga nampaknya beberapa kali lebih tebal.

Ini hanya dalam satu malam......pengarang komersial......

"Jadi, itu, aku ingin sedikit mendiskusikannya untuk ke depannya"

Saat aku kehilangan kata-kata karena terlalu kagum seperti itu, kak Utaha menunjukkan ekspresi wajah yang agak menyesal.

"Nah, bukan berarti aku bilang aku tidak suka ikut serta kegiatan ini ya ? Tapi......"

"Ah......"

"Hanya saja, dari sekarang aku ingin menahan diri dari pekerjaan di tempat ini, bagaimana ya......"

Walau memberikan wajah seperti itu setelah mencapai hasil yang sampai sejauh ini pun, aku agak tidak mengerti maksudnya, tapi dengan melanjutkan kata-kata sebelumnya, yah rasanya bermacam-macam tujuan jadi kelihatan jelas.

"Ah, sebenarnya aku tidak bilang kalau aku pulang saja hari ini. Bagaimana pun juga kalau nanti aku menuju ke masyarakat, meski hanya aku yang pekerjaannya selesai lebih awal dan tidak ada yang dikerjakan pun, harus sengaja lembur karena mencocokkan dengan rekan kerja yang lambat kerjanya yang bahkan hanya kerja di waktu normal, dikatakan oleh atasan 'ada masalah dengan rasa kerjasama', nilainya malah lebih rendah daripada rekan kerja yang tak punya kemampuan, organisasi busuk macam itu pun ada"

"Hentikanlah berkata hidup seperti ini susah macam itu dengan kedudukan sosial sebagai siswi SMA !?"

......walau terasa nadanya menyesal, tapi lidah tajamnya seperti biasa menusuk ke segala arah, atau haruskah kukatakan memang begitulah kak Utaha ?

"Jadi, sekalian, sungguh ini benar-benar sepele, sedikit saja, ada satu lagi permintaanku......kalau bisa melupakan tingkah laku dan perkataanku yang kemarin itu, aku tertolong"

Lalu pada akhirnya, ia bicara mengenai masalah utama yang dilihat semua orang itu.

Yah, meski pembukaannya terlalu panjang, ketika selesai mengatakan apa yang ingin dikatakan, kak Utaha sedikit lega, sedikit kegelisahan muncul di matanya, dan menatap kami.

"Aku sih tidak peduli. Masalah macam itu"

"Be, benarkah itu ? Tomoya......?"

"Ya, soalnya mengeluarkan suara aneh, tertawa terkekeh-kekeh, menggoyang-goyangkan kaki dengan kejam dan membuat kami menjauhkan diri itu, kak Utaha adalah kak Utaha kan"

"Kau menarik diri kan, kau peduli kan......"

Akibat ekspresi gelisahnya yang lebih baru daripada yang kuduga lebih manis daripada yang kuduga, secara refleks aku telah menginjak ranjau tanpa memikirkan akibatnya.

Tapi, berkebalikan dari jawaban karena rasa penasaranku itu......

"Itu, kalau seorang kreator adalah sifat yang wajar kan ?"

"Sawamura......?"

Orang yang sepertinya paling gampang dipanas-panasi, malah memberikan jawaban aneh yang melegakan.

"Saat dalam kepala lagi membuat sesuatu, ia akan memisahkan diri dari dunia, tenggelam dalam khayalan yang mustahil, dan sepenuh hati mengikis hati. Tidak aneh kalau isinya itu sedikit keluar lewat mulut"

"Ya, memang begitu lho ? Pokoknya aku lagi melakukan produksi. Barang yang tingkatnya dewa. Aku harus angkuh, dan tentu saja akan ngamuk saat dunia tidak berjalan sesuai dengan keinginanku"

"Ka, kak Utaha......?"

Lalu, kak Utaha yang bersimpati dengan bantuan yang sangat-sangat langka itu, menunjukkan lanjutannya seperti 'enak saja, aku dewa tahu'.

"Oleh karena itu kendalikan. Taklukkan dunia. Pelukis dengan warna, pengarang dengan kata-kata. Soalnya, hanya itu senjata yang bisa kami gunakan"

Kalau dipikir-pikir dewanya bertambah jadi dua......?

Apa-apaan para pasien chuunibyou tersembunyi ini ? Apa semua kreator begini ?

"Pastinya seperti itu. Mungkin itu lumayan jauh dari akal sehat di dunia ini. Tetapi, saat membuat cerita tidak terasa seperti itu. Kalau aku harus mengatakannya, dunia lah yang aneh, kurasa"

"Mengerti......aku mengerti ! Biarpun begitu, betapa banyaknya orang di dunia ini, yang tak menghadapi kesulitan apa pun, sekedar mencari kesalahan pada karya orang dan merendahkan karena merasa ia di atas......cih"

Terlebih lagi, sampai menderita perasaan teraniaya yang parah !?

"Sungguh, aku ingin menghancurkannya......orang-orang bodoh itu"

"Aku punya banyak pola cara untuk menghancurkannya dalam kepalaku"

"Sawamura, kau lebih suka mengabaikannya secara fisik, atau secara sosial ?"

"Yah, utamanya secara sosial......tapi aku sudah memikirkan banyak pola cara-cara untuk menyudutkannya"

"Kalau kekuatan mengendalikan internet itu, sampai sejauh mana ya kau memilikinya~"

"Kemampuan super hacker dalam kepalaku lumayan tinggi loh ? Mau kubeberkan speknya ?"

"Hentikan ! Kalian berdua sudah hentikan !?"

Kenapa kedua orang ini cuma saat isinya memanaskan kepala seperti ini mereka jadi akrab.

Begini ya yang namanya otak kreator itu......dunia yang sama sekali tidak bisa kuikuti.


Ah, kemudian, hari ini sampai sini Katou tidak berbicara sedikit pun, dengan ini kujelaskan kalau ia hanya gemetaran di sampingku seperti anjing kecil.

......terus ada kan ? Selalu.


※ ※ ※


Kemudian hari ini pun, kegiatan produksi yang sehat dan penuh dengan etika dimulai......

"Tidak bisa ! Sama sekali tidak bisa ! Benar-benar tidak bisa ! Rehat bentar !"

"I~yaa"

"Hey Katou, dalam situasi ini jangan menjawab dengan riang seperti itu......"

"Maaf Sawamura......ah, ngomong-ngomong aku punya Roll Cake, mau makan bareng ? Tapi cuma barang murah dari toserba sih"

"Coba serius cerita orang itu......yah, aku terima"

"Aku juga bawa kopi, tidak apa-apa hitam ?"

"Ah ~, kalau bisa aku ingin susu"

Dalam waktu 30 menit, nampaknya terhambat dengan sehatnya.


"Hey Sawamura"

"Apa ?"

"Karakterku setipis itu ya ?"

"Ya, tipis"

"Sekitar apa, sejauh apa ?"

"Sama rata, apalagi kepalang tanggung tipisnya"

"Artinya itu tanpa ekspresi ?"

"Kalau tanpa ekspresi bisa berdiri sebagai karakter yang tak punya perasaan. Dalam kasusmu, karena tidak bisa menetapkan ekspresi wajah sejauh itu, didorong jadi tipe aya****[4] pun tidak bisa. Sungguh, baru kali ini ada karakter yang tidak bisa digunakan sejauh ini"

"Uu~mm, maaf ya tidak bisa membantu"

"......tidak marah dan mengubah ekspresi ya"

"Eh, mungkinkah, tadi itu sengaja memancing supaya mengeluarkan perasaanku ya. Memang hebat Sawamura, menggunakan berbagai cara ya ~"

"Tapi tidak berguna, mau bagaimana lagi"

Sedikit obrolan gadis antara kedua orang itu......pengajaran karakter yang sama sekali tak bisa disebut demikian, dari sisi berlawanan ruang kelas, terdengar sayup-sayup.

Terlepas dari pokok pembicaraan yang tak ada hasilnya itu, kedua orang itu nampaknya jadi semakin akrab.

Dalam tim desain karakter yang sama sekali tidak berlanjut, hanya itulah satu-satunya penolong.


※ ※ ※


Kemudian, kondisi sekarang tim pembuat skenario yang terlalu mulus di sini......

"Zzzzzz......"

Satu orang, di tempat duduk paling ujung di sisi koridor sama dengan kemarin, adalah team leader yang tertidur nyenyaknya dengan wajah tertelungkup di atas meja.

Di tengah-tengah suara adu mulut kedua orang itu......atau omelan satu arah itu, bisa-bisanya ia tertidur.

Yah, kalau malam tadi begadang apa boleh buat?

"Ng, ngu......"

Kalau diingat-ingat, mungkin pemandangan yang lumayan sering kulihat tahun kemarin......


'Kakak'

'......zz,zzzz......"

'Kak, kak Utaha'

'......ng ~?'

'Ayo cepat bangun'

'......ada apa ? Tomoya ?'

'Anu, soalnya tempat ini mau tutup'

'......jam berapa ?'

'Jam 10 malam'

'Begitu, aku masih belum puas bicaranya......ayo kita pindah ke restoran keluarga'

'Lah kakak kan sampai sekarang terus-terusan tidur'


Sambil memberikan alasan yang cocok macam rapat evaluasi, kumpul-kumpul fans, atau pertemuan pertukaran ide, dan berjanji, terus-terusan tidur mengabaikan orang, tidak hanya sekali dua kali saja.

Begitulah, sehari sebelumnya waktu itu, atau mungkin beberapa hari sebelumnya, terus-terusan begadang......

"Ng, nuu"

Tapi, aku sama sekali tidak bosan, seingatku.

Bagaimana pun juga, karena ada 'Koisuru Metronome' di dekatku.

Selain itu setelah ia pelan-pelan bangun, ia bicara tentang ide cerita.

Karena saat itu, bagiku yang merupakan fans yang tergila-gila dengan karya itu, aku sudah kenyang hanya dengan informasi karakter baru dan ringkasan jilid berikutnya yang tidak lebih dari tiga menit dalam tiga jam itu.

"Zzzz......"

Tapi, entah sejak kapan......

Tidak, aku mengerti, saat 'Koisuru Metronome' mendekati akhirnya.

Kami, pertemuan kami berdua seperti itu lambat laun menjauh.

Hal itu, entah akibat kak Utaha yang sibuk menghadapi penyelesaian karyanya, ataukah......


※ ※ ※


"Sungguh, padahal yang sebelum ini rasanya lumayan bagus loh Katou"

"Yang sebelum ini......versi demo saat golden week ?"

"Iya, gadis menarik bernama Megumi Katou yang kaya dengan ekspresi saat itu sudah pergi ke mana......?"

"Bi-biar kau memujiku setinggi itu pun......tidak bisa"

"Sebaliknya, aku mengkritikmu habis-habisan sekarang, jadi kuharap kau jangan malu begitu"

"Ng ~ Tapi, bagiku niat untuk mengubah apa pun......ah kalau aku harus bicara"

"Kalau harus bicara ?"

"Sudah kuduga......mungkin untung ada skenario itu"

"Skenario......?"

"Skenario itu, bahkan menurutku yang amatir ini luar biasa. Rasanya, seperti dipenuhi bermacam-macam diriku, kalimat yang membuatku memiliki bermacam-macam perasaan pun banyak"

"Itu, artinya......"

"Hanya dengan berperan mengikuti skenario, secara sendirinya aku tertawa, jadi senang, tanpa disadari jadi sedih, marah......"

"Apa, ujung-ujungnya wanita itu......eh, hey Tomoya !"


※ ※ ※


"Eh......?"

Tepat saat aku berbisik dalam pikiranku 'akibat sibuk, ataukah......', suara melengking Eriri mengembalikanku pada kenyataan.

"Apa yang kau lakukan ! Kau mau menyentuh gadis yang sedang tidur !"

"Eh ? Apa maksudmu......ah, aaah !?"

Ketika aku melihat kembali pada diriku sendiri untuk menyangkal tuduhan tak masuk akal itu, di sanalah tangan kananku terulur dengan mulusnya menuju arah yang tak mampu memberi alasan.

SaeKano v02 ch04 02.jpeg

Ya, hingga sepertinya sedikit lagi bisa menjangkau kepala kak Utaha......

"I-ini bukan seperti itu !"

"Apanya yang bukan dasar mesum !"

"Rambutnya ! Hanya rambut panjangnya kak Utaha !"

"Itu kan mengincar titik paling moenya ! Kesalahannya bahkan lebih berat dasar mesum !"

"Eh, beratnya kejahatan pelecehan seksual itu ditentukan oleh sudut pandang ini ya......"

"Kau tidak usah menyerap pengetahuan yang tidak perlu Katou !"

"N, ng ~......?"

Mengerikan......

Jadi ini kah yang namanya memperbaiki ingatan dengan adegan kilas balik......


Proposal doujin game (Edisi pertama)


Karakter (Karakter utama hanya dua, heroine direncanakan ditambah 2~3 orang)

  • Protagonis (masa kini) : Seiji Azumi/ 16 tahun
Siswa pindahan. Pindah tempat tinggal karena perpindahan tempat kerja orang tuanya. Mudah terbawa suasana.
  • Protagonis (kehidupan sebelumnya) : Souma Hinoe/ 18 tahun
Kehidupan Seiji sebelumnya (kakek buyut). Punya rasa tanggung jawab yang kuat dan berkepribadian serius.
  • Main Heroine (masa kini) : Meguri Kanou / 16 tahun
Siswi SMA kelas dua. Walau tipenya sedikit pendiam jadi tidak terlalu menonjol, kalau dilihat baik-baik adalah seorang gadis cantik.
  • Main Heroine (kehidupan sebelumnya) : Ruri Hinoe / 12 tahun
Kehidupan Meguri sebelumnya (nenek buyut). Adik perempuan Souma. Tubuhnya lemah dan berkulit pucat. Mencintai kakaknya Souma dengan serius.


Garis besar cerita

  • Sang protagonis, Seiji, pindah ke suatu kota di daerah karena kepindahan pekerjaan orang tuanya.
  • Ketika tersesat di tanjakan dengan barisan pohon sakura dekat rumahnya, tanpa sengaja ia bertemu dengan gadis lokal.
  • Ia bertemu lagi dengan gadis itu di kelas sekolah barunya. Namanya adalah Meguri Kanou.
  • Suatu hari, secara kebetulan Seiji dan Meguri pulang sekolah bersama-sama. Mereka melalui tanjakan dengan barisan pohon sakura tersebut.
Seiji menceritakan saat pertemuan mereka, tapi Meguri menyebut itu sebagai 'pertemuan kembali'.
Saat berpisah, Meguri berbisik pelan 'Selamat tidur, kakanda'.
  • Sejak itu, beberapa minggu telah berlalu. Kedua orang itu saling memastikan perasaan masing-masing, dan menjadi sepasang kekasih.
  • Tetapi, bersamaan dengan waktu itu, penampilan Meguri sedikit demi sedikit berubah.
Kelekatannya yang aneh terhadap Seiji, kadang menampilkan rasa takut tanpa sadar, ingatan saat masa sebelum dilahirkan.
Persis seperti, ada orang lain yang bukan dirinya dalam dirinya......
  • Kemudian bersamaan dengan ingatan yang mundur, Meguri mengingat kembali kejadian keluarga dan cintanya di masa lalu.
Bahwa dalang di balik kehancuran keluarganya, masih berada di kota ini.
Kenyataan bahwa ia terikat dengan kota ini supaya fakta itu tidak terbongkar keluar.
Tiap kali ia mengingat kembali masa lampau, kejadian misterius mulai bermunculan di sekitar mereka berdua.
  • Dengan berkali-kali mengalami kejadian yang mengancam nyawa, kedua orang itu bertekad bertarung menghadapi musuh untuk melindungi satu sama lain.
Membangunkan ingatan Ruri, Meguri semakin mendekati kebenaran peristiwa itu.
Mencampuri tindakan Souma di masa lalu, Seiji 'menciptakan' ingatan masa lalu baru.
  • Krisis menghilang setelah pertarungan, Seiji dan Meguri, bukan, Souma dan Ruri terhubung setelah 70 tahun.

'Setelah ini pun, kita akan terus bersama ya kak'


"Ini juga......memberi gubahan yang drastis"

Senja ketika kegiatan klub tepat sebelum berakhir, kak Utaha pun telah bangun.

Eriri yang selesai membaca plotnya, bersamaan dengan kalimat itu mengembuskan nafas panjang yang bisa ditangkap sebagai kagum atau takjub.

"Daripada gubahan, ini sih hampir orisinal"

"Yep, karena proposal awalnya tidak ada informasi apa-apa selain 'menjadikan Katou main heroine', apa boleh buat"

"Mohon maaf aku menyesal tolong ampuni aku"

Celah proposal yang kosong itu sudah diisi oleh pengarang light novel Utako Kasumi atau siswi akademi Toyogasaki kelas 3 C kak Utaha Kasumigaoka, itu pun dengan selera chuuni yang semerbak.

"Kukira Utako Kasumi hanya bisa menulis cerita cinta yang jorok"

"Bagaimana kau punya gambaran tetap seperti itu pada pengarang yang hanya meluncurkan satu karya, nona Eri Kashiwagi ?"

"Hey Eriri, kau juga sudah baca 'Koisuru Metronome' ya ?"

"Hah ? Aku tidak membacanya ! Aku cuma mengatakan gambaran sekenanya !"

"Tidak, ungkapanmu itu, baik sebagai pengguna, atau sebagai kreator adalah paling rendah......"

Meski dalam berbagai arti gaya bicara Eriri tak perlu dipertimbangkan, tapi sebenarnya aku pun memikirkan hal yang sama adalah rahasia hanya di sini.

Ini pastinya, rute yang sama sekali tak bisa dibayangkan dari warna Utako Kasumi sampai sekarang......

"Bagaimana menurut Katou ? Ada suatu pendapat ?"

"Ermm......kurasa latarnya rumit"

"......begitu ya"

Reaksi yang selalu membuat orang mengira 'ah tidak ditanya......' dalam suatu arti adalah berharga.

"Perubahan plot kasar secara tiba-tiba seperti ini, dalam bisnis akan hancur,tapi kalau doujin, dalam arti yang baik, gampang jadi bahan pembicaraan. Oleh karena itu kali ini ayo kita coba sedikit mengincarnya"

"Ah, memang ada kecenderungan seperti itu"

Bungkusnya digambarkan penuh dengan sekolah moe, pas wadahnya dibuka isinya battle, horror, rape......karena tidak ada hubungannya dengan karya untuk semua umur jadi tinggalkan saja......

Yah, pokoknya aliran yang menjauh dari genre awalnya di tengah jalan seperti itu, kalau zaman dahulu bisa, dalam bisnis baru-baru ini menjadi cara curang yang sama sekali tidak boleh dilakukan.

Jangan anggap enteng kemarahan otaku saat heroine macam '****tan haa haa'[5] yang moe sampai beberapa saat lalu tiba-tiba dibantai. Sumbernya aku saat benar-benar marah.

Tapi doujin yang awalnya tidak setinggi itu, juga dari awal diterima sebagai 'kesukaannya pencipta', tidak ada yang namanya cara curang. Er, tapi harus disensor juga. Terutama dakimakura, CD koleksi gambar cosplay, harus memerhatikan barang-barang yang gampang diabaikan.

Sebaliknya, pada maha karya yang terkumpul satu masa sampai sekarang, selalu ada elemen kejutan seperti perubahan plot kasar di suatu tempat. Bohong ! Tidak, benar itu.

"Ada apa Rinri ?"

"Ah, anu......kurasa ini akan jadi menarik"

Tentu, ini, tergantung cara membuatnya sepertinya lumayan baik.

Akibat rumitnya latar dan perkembangan, kurasa perlu skill yang cocok pada teks atau skenario, tapi saat yang mengurusi skenario itu adalah pengarang light novel aktif yang aku merupakan fans beratnya, seakan-akan sudah seperti janji kalau akan jadi karya dewa bagiku.

Selain itu, di atas semuanya......

"Main heroinenya adalah adik perempuan di kehidupan sebelumnya ya, apalagi kalau dilihat bagaimana pun juga yandere, betapa liciknya......"

Ya, seperti yang ditunjukkan oleh Eriri, benar-benar licik.

Dipanggil 'kakak' oleh gadis teman sekelas, didorong (ke i*c*st[6]) setelah dimanjakan sepenuh hati, betapa penuh dengan emosi.

"Jadi, keputusannya Meguri dan Ruri ini kerjaannya Katou ?"

"Tapi memang dibuat dengan tujuan itu kan"

"Eh, aku sendiri adalah teman sekelas, nenek buyut dan adik perempuan bertubuh lemah ?"

Ya, terlebih lagi selain adik perempuan, diberikan keluasan peran dengan menambahkan bermacam-macam karakter itu......

"Katou......sebagai tes, coba kau katakan 'kakak'. Ah, sebenarnya 'kakanda' juga tidak masalah"

"Eh, apa itu......"

"Cepat ! Dengan wajah menengadah, dicampur keluhan tapi pakai nada yang manis !"

"Ta, tapi karena aku hanya punya kakak perempuan aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya"

"Kalau begitu anggap saja aku sepupumu Keiichi ! Ah sudah kuduga itu mustahil !"

"Sepertinya sampai kapan pun terus ribut soal Keiichi ya Aki"

Ya, mengikuti dengan teguh konsepku 'ingin menarik berbagai pesona gadis bernama Megumi Katou'.

Sambil memberikan warnanya sendiri, dengan pasnya memenuhi permintaan klien......

Sebagaimana yang diharapkan kak Utaha, pekerjaan profesional yang unggul tanpa cela.

Tapi......

"Kalau begitu, bisakah ini dijadikan versi final ?"

"............"

"Rinri ?"

Sampai barusan, aku yang harusnya sudah mengembangkan macam-macam khayalan dengan dasar plot ini......

"......maaf, tolong tunggu kesimpulannya sebentar saja lagi"

Meski begitu, aku tidak bisa memberikan keputusan "GO" terakhir.

"Kenapa ?"

"Tidak, ini bagus, luar biasa, sempurna malah, tapi......"

"Tapi, apa ?"

"Ermm, anu......"

Aku tidak menemukan masalah yang menonjol.

Karakter Katou sebagai adik perempuan, yandere, atau peran yang membunuh, penuh dengan hal yang penting khasku.

Apalagi karya romansa baru Utako Kasumi, rencana yang didambakan puluhan ribu fans.

Tapi, sesuatu......

Bukan pada kail seperti romantis, reinkarnasi, time leap, yang mudah dimengerti itu, ada sesuatu yang lebih mendasar......

Ada sesuatu, yang mengganggu pikiranku......

"......baiklah, kita tunda dulu untuk hari ini"

"Maaf"

Pada sikapku yang bimbang itu, kak Utaha menghela nafas dengan enteng dan meninggalkan tempat duduknya.

Pada wajah itu, ada kelelahan selesai begadang, kantuk, dan hanya sedikit saja kekecewaan.

"Kalau ada sesuatu yang ingin dikoreksi, katakan dalam minggu ini ya. Soalnya aku ingin menyelesaikannya sebelum akhir pekan"

"Maafkan aku, kak......"

"Tidak apa-apa, dah"

Kata Kak Utaha, meski mengatakan kata-kata yang baik padaku, dengan cepat meninggalkan ruang kelas tanpa memandang sekilas ke arahku.

Setelah itu, tinggal tiga orang yang dan kemudian suasananya jadi sedikit lesu.

Yah, tapi kalau suasana jadi tak enak macam itu pun, mau bagaimana lagi.

Tanpa menghiraukan baik buruknya, aku yang selalu segera membuat keputusan, aku sendiri kecewa pada perasaan raguku yang aneh.

Apa mungkin, ini yang namanya tekanan produser itu ?

Untuk menggerakkan rencana besar ke depan, perlu kekuatan mental yang lebih kuat ?

Ya, justru karena itu aku merekomendasikan orang yang kusukai atau seperti memaksanya dengan wajah yang keren......

"Kenapa senyum-senyum dalam situasi ini Tomoya?"

"Ah, tidak......"

Erm, tidak ada kan ya ?

Hal sebagus itu, dalam industri apa pun, tidak ada kan......?


※ ※ ※


Kemudian......

"Sampai kapan mau membuatku menunggu......?"

"......maaf"

Jumat. Ruang audiovisual seperti biasanya. Kegiatan klub seperti biasanya.

Suhu harian menurun, tapi suara dan suasana hati kak Utaha menusukku.

Tapi kelakuan kak Utaha itu, bagaimana pun orang melihatnya adalah hal yang tepat secara satu arah.

"Sudah cukup Tomoya. Emangnya kau merasa punya kemampuan untuk menyalahkannya ?"

Ya, bahkan Eririmusuh alaminya sampai sepenuhnya membuatku merasa bersalah......

Plot yang harusnya sudah selesai tiga hari lebih cepat, pada akhirnya diawetkan selama tiga hari.

Apalagi, seharusnya hal seperti itulah yang paling tidak boleh dilakukan......

Bagiku ini, yang seharusnya paling sensitif terhadap batas waktu.

"Sudah tidak melakukan apa-apa cuma menghambat saja. Menurunkan motivasi pencipta saja. Kau ini direktur yang paling menggambarkan 'hanya kerugian tanpa keuntungan'"

Eriri yang sesama kreator, walau yang diurus berbeda dan biasanya selalu bertengkar, hari ini sudah seutuhnya jadi kawan kak Utaha......dengan kata lain musuh dari musuhnya.

"Ini sih namanya cuma jadi keras kepala saja kan ?"

"Keras kepala......?"

"Samar-samar kau pernah bilang tidak baik, tapi tanpa menemukan di mana tidak baiknya itu, sudah terlalu jauh untuk mundur bukan ?"

Jadi, sebagai pengganti kak Utaha yang terdiam, beralih membujukku sekarang.

Nada dan sikap orang ini, meski sama sekali tidak terlihat seperti itu, tetapi entah bagaimana tersampaikan padaku yang sudah lama kenal dengannya.

"Sudah biarkan saja, untuk sementara kita lanjut dengan garis ini dulu, setelah itu kalau ada yang sesuatu yang kau sadari kita revisi sedikit, begitu jalannya"

Saat ini, di tempat ini, orang yang paling berjuang untuk penyelesaian secara baik-baik, mungkin adalah ia.

Tetapi......

"Maaf, tidak bisa seperti itu"

"Tomoya !?"

"............"

Eriri yang jelas ekspresinya bercampur baur setengah marah dan setengah terkejut.

Lalu, kak Utaha yang ekspresinya semakin menghilang.

Tapi, itu sama sekali beda dengan datarnya Katou, kurasa pasti ada kemarahan besar dan dalam yang terus makin mengendap.

"Mungkin, hanya sedikit meleset dari apa yang kubayangkan. Kalau tidak langsung diperbaiki, akan jadi gawat setelahnya"

Biarpun begitu, aku yang sekarang hanya bisa bertahan 'keras kepala' seperti kata Eriri.

Soalnya, bukan berarti aku pun dalam tiga hari ini meninggalkan keadaan ini begitu saja.

Entah sudah berapa ratus kali aku membaca beberapa lembar plot itu berulang-ulang.

Pas kutuliskan satu demi satu hal yang kupikirkan atau bagian yang kuragukan, kertasnya jadi merah.

Juga pada bagian yang tidak bisa kuselesaikan sendiri, bahkan kutanyakan berkali-kali pada kak Utaha.

Terlebih lagi, kukatakan.

"Tak bisa mengatakan 'yang meleset' itu dengan konkret, sepenuhnya adalah kekurangan kemampuanku......"

Tidak salah lagi tidak cukup kemampuan pada diriku.

Sudah tentu yang tidak dapat menyelesaikannya pada waktu yang ditetapkan akan disalahkan.

Tapi, mungkin......

"Kalau diteruskan seperti ini......aku tidak senang"

Perasaanku ini, tidak salah lagi.

Beda dari kebimbangan yang 'entah bagaimana' di awal.

Pada aku yang sekarang, ada keyakinan.

Bahwa tidak bisa jika dijalankan seperti ini.

Bahwa ini akan jadi bukan gameku.

Hanya perasaan itu yang terus semakin menguat.

Hanya saja, perasaan itu tidak bisa diungkapkan dalam kata-kata, menjengkelkan......

"Kalau begitu lebih baik kalau kau kerjakan sendiri kan !"

"Eriri, itu......"

"Kalau mengatakan itu artinya selesai sudah kan, Sawamura"

"A...... !?"

Kemudian, saat ketika pembicarannya akan mengalir ke arah yang paling kutakutkan......

Yang menghalangi aliran itu, sungguh-sungguh orang yang tak diduga-duga.

"Layaknya ada hal yang tidak boleh dilakukan direktur pada kreator, ada juga kata-kata yang tidak boleh dikatakan kreator pada direktur. Sekarang itu ya ini"

Orang yang, paling merasakan seperti itu pun tidak aneh.

"Utaha Kasumigaoka......! Ka, kau......kau pikir untuk siapa aku melakukannya !

"Setidaknya, bukan untukku saat ini"

"Cih......!"

Tapi, itu sama sekali bukanlah teman yang menolongku.

Mungkin, hanya harga dirinya atau bagian yang tak dapat diserahkannya tak sengaja disentuh Eriri.

"Sudahlah, pulang saja......"

"Ah......"

Buktinya, suhu sikapnya padaku tidak berubah sedikit pun.

Baik pandangannya, juga nada bicaranya.

Kemudian, ekspresi wajahnya yang sepenuhnya mendingin itu.

"Terulang lagi ya, Rinri......"

"Eh......"

Kalau dipikirkan, yang terakhir tadi sedikit......

"Kau tidak memberikan kesimpulan, lagi......"

Hanya sedikit saja, secara halus, ekspresi wajah itu berubah.


"............"

"Aki"

"......ah, Katou ya"

"Eh, bukannya dari tadi hanya ada aku ?"

"Ya......"

Kedua orang itu pulang, sudah satu jam lebih waktu berlalu.

Lalu, selama aku masih menggerutu kesukaran mengembangkan plot kak Utaha, sepertinya Katou bermain-main dengan ponsel dan memainkan semacam social network game.

......walau aku tertarik apa ia memakai uangnya, tapi sekarang bukan saatnya untuk itu.

"Segera pulang yuk ? Sudah waktunya pintu depan ditutup"

"Ya......"

Memang, sudah lebih gelap dari waktu pulang biasanya.

"Kalau ada yang dipikirkan, mau lanjutkan di kafe biasanya ?"

"Ya......"

Meski begitu Katou, yang nampaknya menyuruh segera pulang tadi, justru ia sendiri tidak pulang, dan entah bagaimana mengkhawatirkanku lebih dari sebelumnya.

Yah, kalau melihat yang tadi itu, mengkhawatirkan pun hal yang lumrah ya.

"Anu, Aki"

"Ya......"

Kemudian, aku......

Aku yang baru saja menghadapi krisis runtuhnya klub lagi......

"Mengenai kak Kasumigaoka......"

"Hey, Katou......"

"Eh ?"

Yang didorong punggungnya dengan kekhawatiran oleh Katou itu, telah menetapkan satu tekad.

Karena kurasa kunci untuk membuka kesukaranku ini, hanya ada di sana.

"Ayo kencan esok ?"

"Takk"

"......eh~"

Hanya ada di main heroine yang kupaksa......

"Ayo kencan ? Kita berdua"

"............ya ?"

Dengan ajakanku yang juga bisa ditangkap mengarah ke lusa itu, ekspresi Katou, hanya sedikit saja beda dari datar seperti biasanya.

Yah, soal bedanya ke arah mana, kita tinggalkan saja.

"............"

"............"

Ruang kelas yang akan segera diliputi kegelapan.

Dua orang saling menatap dengan rasa yang sedikit berbeda dari biasanya, sepertinya.


Lalu, meski kurasa ada seperti suara aneh yang berbunyi di koridor, kuputuskan untuk tidak memedulikannya sekarang.


Catatan[edit]

  1. Joypolis, taman hiburan berbasis Sega.
  2. CERO (Computer Entertainment Rating Organization).
  3. Lembaga moral, organisasi yang menilai apakah suatu produk mematuhi peraturan tentang moral yang berlaku. Sofurin game dewasa (kecuali doujin), Eizourin DVD, film & computer game.
  4. Rei Ayanami NGE.
  5. **** bisa merujuk siapa saja yang sangat moe hingga (´Д`;).
  6. Incest.