Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 9 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Latihan[edit]

Part 1[edit]

Senin, 8 Februari

Pagi hari bagi Koutarou dan Ruth dimulai sejak subuh. Saat jam menunjukkan pukul 5 pagi, mereka sudah bangun dan menjalani lari pagi rutin mereka. Untuk jalur lari mereka, mereka berlari dari Rumah Corona menuju sungai dan lalu mengikuti alur sungai itu di jalan setapak yang baru saja dibuat.

Latihan fisik yang dimulai oleh Ruth semenjak setengah tahun lalu menunjukkan hasil yang bagus saat sudah mulai memasuki bulan Februari, dan kebugaran badannya sudah betul-betul berubah sejak dia mulai menjalaninya. Latihan rutin yang tidak pernah dilewatinya membuat Ruth mengerti bagaimana cara menggerakkan badannya. Sebagai hasilnya, Ruth tidak berakhir pada nasib yang menyedihkan seperti Yurika.

Keturunan Flairhan memang hebat ya...Ruth-san memang punya bakat buat ini...

Perkembangan yang dialami Ruth sampai bisa membuat Koutarou kagum padanya. Awalnya Ruth betul-betul terengah-engah setelah berlari, tapi sekarang hal itu sudah tidak berlaku lagi. Dia dengan santai menyeka keringatnya dan tersenyum pada Koutarou.

"Satomi-sama, apa kita akan melakukan latihan otot juga hari ini?"

Setelah berlari beberapa kilometer di jalan setapak itu, mereka akan melanjutkannya dengan latihan otot di tempat yang lebih terbuka di pinggir sungai. Itulah menu latihan pagi mereka selama beberapa bulan ini. Saat itu, mereka baru saja selesai berlari dan biasanya mereka akan melanjutkannya dengan melakukan latihan otot.

Ngomong-ngomong, Sanae dan Yurika tadinya juga mengikuti latihan ini, tapi mereka dengan cepat menyerah dengan memberi alasan seperti terlalu dingin dan masih mengantuk. Sebagai hasilnya, yang menjalani menu latihan ini hanyalah Koutarou dan Ruth.

"Nggak, aku rasa udah waktunya kita mulai latihan utamanya."

Namun, Koutarou menggelengkan kepalanya. Jawaban yang tidak terduga itu membuat Ruth heran dan memiringkan kepalanya.

"Latihan utama?"

"Yap. Ruth-san, kekuatan fisikmu udah cukup, jadi aku rasa udah waktunya kita latihan teknik."

Tujuan asli Ruth adalah belajar bagaimana caranya bertarung dari Koutarou. Latihan fisik dan lari pun hanya sebagai persiapan untuk hal itu. Setelah melihat perkembangan Ruth, Koutarou memutuskan bahwa waktu bagi Ruth untuk belajar bertarung sudah tiba.

"Kalau begitu, apa anda akan mengajarkan aku bela diri!?" tanya Ruth yang terlihat senang, yang lalu membuat kedua tangannya mengepal dan mengeluarkan tinjuan-tinjuan ringan. Meskipun dia tidak terbiasa menyakiti orang lain, tinjuannya terlihat tidak akan begitu menyakitkan. Koutarou tersenyum saat melihat itu lalu menggelengkan kepalanya.

"Nggak, aku rasa ini bakal lebih cocok buatmu daripada bela diri."

"Ini?"

Ruth lalu menurunkan tangannya dan menaruh pandangan curiga pada Koutarou, yang meninggalkan Ruth dan mendekati barang bawaan yang tadi ditinggalkannya. Baran bawaan itu terdiri dari dua tas olahraga dan tas kulit untuk membawa tongkat baseball. Koutarou mengangkat tas kulis yang berisi baseball bat.

"Kita...akan menggunakan tongkat baseball?"

Tongkat baseball kayu milik Koutarou yang berat selalu berada di dalam tas kulit itu. Saat dia membantu Ruth melatih ototnya, Koutarou akan mengayunkan tongkat baseball itu dari waktu ke waktu. Ruth menjadi yakin kalau Koutarou akan mengajarkannya bertarung menggunakan tongkat baseball.

"Ahaha, nggak kok", balas Koutarou sambil tertawa saat dia mulai membuka tas kulit itu dan membuat isinya menjadi terlihat. Yang ada di dalamnya bukanlah tongkat baseball, tapi dua buah pedang. Yang satu adalah pedang ksatria tradisional Forthorthe, dan yang satu lagi pedang yang lebih tipis untuk menusuk. Rupanya, benda-benda itu adalah senjata latihan tanpa bagian yang tajam.

"Kalau begitu, latihan berpedang?"

"Benar. Aku rasa kalau ini lebih cocok buatmu, Ruth-san."

Sambil berkata begitu, Koutarou menyerahkan pedang yang tipis pada Ruth, yang kemudian mengayunkan pedang itu dengan pelan. Karena Ruth berasal dari keluarga ksatria, dia sudah menerima latihan bagaimana cara menggunakan pedang. Meskipun hal itu sudah terjadi dulu sekali, Ruth tidak merasa kesulitan menggunakan pedang itu.

Sudah kuduga, yang itu memang lebih pas...

Sebenarnya ada, kalau dijumlahkan, tiga alasan mengapa Koutarou mengajari Ruth bertarung dengan pedang daripada menggunakan bela diri.

Alasan pertama adalah karena badan Ruth yang terlalu kecil. Akan lebih realistis bagi Ruth untuk menggunakan senjata untuk bisa mencapai tingkatan pertempuran yang diinginkannya daripada bertarung dengan tangan kosong. Karena Ruth sendiri adalah seorang ksatria, senjata pilihannya sudah pasti jatuh kepada pedang. Dan kalau dia akan menggunakan pedang, maka pedang yang tipis yang paling bagus. Pedang ksatria tradisional Forthorthe terlalu besar untuk digunakan oleh Ruth yang berbadan kecil, dan pasti akan membuatnya kehilangan keseimbangan.

Alasan kedua adalah karena Koutarou lebih mahir menggunakan pedang daripada tinjunya. Pengalamannya di masa lalu Forthorthe sudah meningkatkan kemampuannya dengan pesat. Sebagai hasilnya, Koutarou menjadi lebih berpengalaman menggunakan metode yang lebih disiplin yang diajarkan oleh Theia daripada teknik bertarung yang dibuatnya sendiri.

Alasan terakhir adalah karena Koutarou ingat dengan Flair, yang merupakan ahli dalam menggunakan pedang tipis. Koutarou sudah menghabiskan hari-harinya berlatih bertarung melawannya selama Koutarou berada di Forthorthe. Sebagai hasilnya, Koutarou menjadi terbiasa dengan cara menggunakan pedang seperti itu. Jadi, dia hanya perlu mengajari Ruth caranya.

Dengan ketiga alasan itu, Koutarou memutuskan untuk mengajari Ruth cara bertarung menggunakan pedang dan bukan bela diri. Mengajarkan teknik yang digunakan oleh Flair kepada Ruth membuat hati Koutarou begitu bahagia.


Part 2[edit]

Ayunan pedang Ruth menembus dinginnya udara di pagi hari. Gerakannya masih terlihat kaku, tapi tidak terlihat terlempar oleh beratnya pedang yang dipegangnya. Inilah hasil latihan fisik yang sudah dijalani oleh Ruth hingga hari ini.

"Apa, ini, terlihat bagus?"

"Ya, terus kayak gitu. Tapi pastiin sikumu nggak terlalu maju pas kamu nusuk."

"Baik, Satomi-sama!"

Koutarou mengamati Ruth dari depan dan membuat sedikit perubahan pada kuda-kuda Ruth agar menjadi mirip dengan apa yang diingatnya tentang Flair.

Dia bener-bener mirip sama Flair...

Ruth terlihat begitu mirip dengan Flair, tidak hanya penampilannya saja tapi juga caranya memegang pedang. Ruth memang belum sebanding dengan Flair dalam hal bertarung, tapi penampilan mereka terkadang saling bertumpang tindih. Hal itu membuat raut wajah Koutarou menjadi lebih nyaman.

"Ah..."

Ruth, yang memperhatikan perubahan raut wajah Koutarou, mendadak berhenti menggerakkan pedangnya. Raut wajah yang nampak pada wajah Koutarou saat itu merupakan sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh Ruth sebelumnya, yakni raut wajah yang tenang dan kalem tapi tampak kesepian. Ruth merasa ingin terus menatap senyuman itu selamanya, tapi di saat yang sama dia ingin melakukan sesuatu terhadap senyuman yang misterius itu, yang seakan menggetarkan perasaan Ruth.

"Ada apa, Ruth-san?" tanya Koutarou yang bingung karena Ruth berhenti bergerak.

"Ah, m-maaf, Satomi-sama!"

Raut wajah Koutarou kembali berubah dan Ruth akhirnya kembali normal.

"Itu hanya, i-ini, ini rasanya begitu aneh...."

Walau begitu, Ruth tidak bisa begitu saja mengaku kalau dirinya memandangi Koutarou dengan rasa kagum, jadi Ruth dengan cepat berusaha menutupi hal itu.

"Aku tahu kok rasanya."

Koutarou sendiri gagal memahami tujuan Ruth dan hanya menganggukkan kepalanya. Dia menyetujui apa yang Ruth ingin katakan dengan susah payah dan tidak menyadari kalau wajah Ruth menjadi merah.

"Aku belajar caranya pakai pedang dari kamu, dan sekarang malah aku yang ngajarin. Rasanya memang aneh."

Hingga saat ini, Ruth menggunakan pedang yang besar selama bertarung, namun pedang yang merupakan hasil dari kemajuan teknologi Forthorthe itu tidak memungkinkan bagi Ruth untuk menggunakan kemampuannya sendiri. Dan saat Theia mengajari Koutarou bagaimana caranya menggunakan pedang untuk penampilan drama, Ruthlah yang menjadi lawan latihan bertarungnya. Bisa dibilang kalau Ruthlah guru berpedang bagi Koutarou, dan pertukaran peran ini rasanya sangat aneh.

"...Itu karena pedangnya kuat."

"Aku yakin kalau kamu juga bakal jadi lebih kuat kok, Ruth-san."

"Aku harap begitu..."

Setelah bercakap-cakap sejenak, Ruth kembali mengambil ancang-ancang. Melihat itu, Koutarou maju berhadapan dengan Ruth sambil membawa pedangnya sendiri.

"Satomi-sama?"

"Coba serang aku. Nanti dari situ kamu bisa lihat sejauh mana kamu udah berkembang."

Saat berkata demikian, Koutarou memusatkan penglihatannya, membuatnya bisa melihat berkas cahaya putih yang menyelimuti tubuh Ruth. Cahaya itu adalah energi spiritual yang mengalir di seluruh tubuhnya. Koutarou berniat memahami lebih detil perbedaan antara Flair dan Ruth dengan memeriksa aliran energi spiritual Ruth.

"Tapi, bukankah itu berbahaya?"

"Tenang aja, ini kan cuma senjata latihan", balas Koutarou sambil menyentuh mata pedangnya. Senjata yang saat itu mereka pakai memang diperuntukkan sebagai latihan, maka dari itu bahannya sudah diganti dengan bahan yang lebih halus. Singkatnya, mereka tidak perlu kuatir dengan adanya luka karena terkena serang.

"Baiklah, akan aku coba", angguk Ruth sambil menampilkan raut wajah serius. Dia lalu mengambil ancang-ancang dan mengarahkan ujung pedangnya pada Koutarou. Kuda-kudanya begitu bagus, persis seperti bagaimana Koutarou mengajarinya.

Hmm...sikap awalnya udah bagus, tapi arahannya masih ragu. Terus....

Niatan Ruth untuk menyerang masih bergerak di sekitar Koutarou, berusaha mencari adanya celah. Saat Koutarou berhadapan melawan Flair, Flair sudah memutuskan kemana dia akan menyerang. Karena ini adalah masalah perbedaan jumlah pengalaman, Koutarou hanya bisa pasrah menghadapi ini.

"Aku maju sekarang!"

Ruth pun melangkah maju. Pergerakannya berbeda dari gadis seusianya, menampilkan hasil dari latihan fisik yang sudah ditekuninya selama ini.

Sudah kuduga...

Namun, Koutarou merasakan adanya masalah dalam energi spiritual yang dipancarkan oleh Ruth. Dia merasa bahwa masalah itu lebih besar daripada belum menentukan target serangan.

"Ruth-san, yang serius dong."

"Aku sedang serius!"

Ruth bergerak dengan langkah yang cepat dan menusuk dengan mengulurkan tangannya. Koutarou membalas dengan mengubah posisi pedangnya sedikit. Saat Koutarou melakukan itu, tusukan pedang Ruth mengenai bagian datar dari pedang Koutarou dan memantul.

"Ini, usaha terbaikku!"

Meskipun serangan pertamanya berhasil ditangkis, Ruth tidak berhenti. Ruth berbicara sambil terus mengeluarkan serangan demi serangan. Kombinasi serangannya tidak terdiri dari hanya tusukan saja, tapi juga tebasan. Tidak diragukan lagi bahwa ini adalah serangan terbaik yang bisa diberikan oleh Ruth. Sementara itu, Koutarou membaca aura Ruth dan menangkis serangannya sambil memikirkan cara menyampaikan niatannya pada Ruth. Karena Ruth baru saja memulai latihannya, Koutarou masih punya cukup waktu untuk berpikir sambil terus menangkis serangan-serangan dari Ruth.

"Bukan itu maksudku...em, aku mau kamu coba serius buat ngebunuh aku."

Setelah menangkis beberapa tusukan, Koutarou bergerak dengan mulus sambil menjelaskan kepada Ruth.

"Mencoba membunuh...Satomi-sama...?"

Namun, Ruth yang baru mendengar hal itu langsung berhenti. Raut wajahnya pun terlihat kebingungan saat alisnya terlihat mengernyit sementara dia masih memegang pedang.

"Betul sekali. Ruth-san, kamu nggak mau aku sampai dapet luka, iya kan?"

"Itu...itu benar, tapi...."

Ruth menurunkan pedangnya dan setelah ikut menunduk melihatnya, dia mengalihkan pandangannya kepada Koutarou sambil berpikir dalam-dalam. Namun, dia dengan cepat menggelengkan kepalanya.

"Itu sulit bagiku, karena Satomi-sama bukan musuh..."

"Itu kan cuma senjata latihan, aku nggak akan kenapa-kenapa."

"Meskipun anda berkata begitu..."

Ruth begitu kebingungan. Karena dia begitu mempercayai Koutarou, sulit bagi Ruth untuk menghunus pedang untuk melawannya. Inilah masalah yang dirasakan oleh Koutarou: serangan pedang Ruth masih terlalu baik baginya. Meskipun keragu-raguan Ruth untuk mengambil sasaran adalah karena kurangnya pengalaman bertarung, kebaikan Ruth membatasi incaran target yang potensial. Sebagai hasilnya, kemampuan Ruth menjadi lebih dibatasi dibandingkan karena kurangnya pengalaman.

"Kalau gitu, gimana kalau begini. Bayangin kalau aku tiba-tiba mengkhianati kamu terus aku mau ngebunuh Theia."

Setelah berpikir sejenak, Koutarou akhirnya mendapat ide itu. Kebaikan Ruth memang begitu menguntungkan, tapi kalau terus begini, kebaikan itu akan menjadi penghalang dalam latihan mereka. Jadi, Koutarou ingin agar Ruth melupakan sejenak kebaikan dirinya selama latihan ini.

"Itu tidak mungkin."

Namun, Ruth kembali menggelengkan kepalanya. Baginya, jelas tidak mungkin kalau Koutarou akan berbalik melawan Theia. Kalau saja itu terjadi, Ruth tidak akan meminta Koutarou untuk turut melayani Theia.

"Sekarang gimana ya..."

Koutarou hanya bisa tersenyum pasrah sambil menggaruk kepalanya. Dia senang bahwa Ruth percaya padanya, tapi ini akan menjadi masalah kalau dia tetap ingin mengajari Ruth bertarung menggunakan pedang.

Memang kayak Yurika, Ruth nggak cocok buat bertarung...mungkin nanti tetep aja sama, meskipun musuhnya bukan aku.

Pedang Ruth pasti akan melemah bahkan jika dia berhadapan dengan Yurika, Sanae atau bahkan Kiriha. Dia memang terlalu baik.

"Kalau begitu, gimana kalau musuhmu bukan aku, tapi pembunuh yang ngincer Theia."

"Kalau begitu...bisakah anda menutup wajah anda...kalau aku melihat wajah anda, aku pasti akan menjadi tidak waspada, Satomi-sama..."

Ruth sebenarnya juga mengerti apa maksud perkataan Koutarou, tapi tetap saja sulit baginya untuk menghunuskan pedangnya kepada seseorang yang begitu dia percayai sama seperti Theia.

Satomi-sama terlalu keterlaluan. Tidak mungkin ada pembunuh yang punya wajah baik seperti itu...

Sudah cukup sulit bagi Ruth untuk bisa menjadikan Koutarou sebagai musuhnya seperti sekarang ini, tapi karena Koutarou sendiri akan menunjukkan raut wajah yang terlihat tenang namun kesepian setiap kali Ruth menghunus pedangnya, niat bertarungnya pasti akan segera terhapus begitu saja. Dalam arti lain, tidak ada orang lain lagi yang sulit dilawan oleh Ruth selain Koutarou.

"Apa wajahku kelihatan aneh?" tanya Koutarou sambil menyentuh wajahnya, tidak sadar akan apa yang dirasakan oleh Ruth. Melihat Koutarou seperti itu, perasaan Ruth secara tidak sadar berubah menjadi perkataan dan lepas dari mulutnya.

"....Bodoh...."

Kata-kata itu terdengar manis dari Ruth yang biasanya sopan.

"Tadi kamu bilang apa, Ruth-sa--"

Tepat saat Koutarou mau membalas perkataan Ruth, dia sadar kalau dia tidak punya waktu untuk bicara.

Ada musuh!?

Ada sesuatu yang melompat masuk ke dalam pikirannya: niat membunuh yang kuat dan enam niatan serangan. Tepat pada saat Koutarou merasakan hal-hal itu, dia langsung bergerak.

Penembak jitu!? Serangannya ada enam, apa dia di atas!?

Saat merasakan niat membunuh yang tidak bisa dibuat oleh Ruth, badan Koutarou yang sudah terlatih langsung bergerak mengikuti intuisi. Darah di dalam badannya mendidih dan energi spiritualnya mulai mengalir. Jalur energi spiritual yang digunakan Sanae untuk memperkuat Koutarou dari waktu ke waktu rupanya masih ada dan tangan Koutarou mulai bergerak sebelum perintah dari jaringan syarafnya sampai, membuatnya mengayunkan pedangnya di hadapan Ruth.

Sesaat kemudian, sebuah peluru membentur pedang itu.

"Kyaaa!?"

Ruth akhirnya sadar kalau mereka sedang diserang setelah mendengar suara benturan peluru yang mengenai pedang. Namun, karena Ruth menjadi betul-betul lengah, dia menjadi begitu terkejut dan tidak bisa mengambil tindakan apapun. Ruth memang tidak cocok untuk bertarung.

Sekarang tinggal...!

Sementara itu, Koutarou masih terus bergerak. Dia mengayunkan pedangnya dengan tangan kanannya sambil membuat gerakan mengelak yang besar. Tepat setelahnya, sebuah peluru melesat di tempat dimana bahu kanan Koutarou tadinya berada dan masuk ke sisi sungai. Tepat sesaat setelahnya, Koutarou mengayunkan pedangnya ke atas dan meletakkannya di depan wajahnya.

Lalu, dua buah peluru mengenai pedang itu: satu tepat di ujung pedang dan satu di dekat gagangnya. Rupanya peluru-peluru itu mengincar kepala dan dada Koutarou.

...Dua tembakan lagi!!

Masih ada dua niatan serangan yang mengejar Koutarou, mengincar kaki kanan dan badannya. Tepat pada saat itulah Koutarou menjejakkan kaki kirinya dan melompat. Dengan itu, dia bisa menghindari tembakan pertama yang mengincar kakinya, dan karena lompatan itu juga, tembakan kedua meleset dan hanya menggores sisi badannya.

"Itu udah enam tembakan!!"

Setelah menghindari semua enam tembakan, Koutarou dengan cepat melihat ke atas. Disana, dia melihat seorang gadis yang memegang sebuah senapan besar di tangannya dan melayang di udara tanpa bantuan apapun. Pemandangan itu tidak membuat Koutarou terkejut dan dia memanggil gadis itu.

"Caramu menyapa pagi ini lumayan kasar juga, Clan."

Nama si gadis yang melayang di angkasa itu adalah Clariossa Daora Forthorthe, atau Clan untuk singkatnya. Dia adalah salah seorang bangsawan Forthorthe, seperti halnya Theia dan punya hubungan yang cukup dalam dengan Koutarou.

"Aku cukup terkejut, Velt--uups, Koutarou, jadi kau juga bisa menangkis peluru bahkan tanpa zirah", ujar Clan sambil tersenyum sinis dan menurunkan senapannya. Alat yang digunakannya untuk melayang di udara pun juga merupakan buatannya. Performa alat itu betul-betul bagus, karena tidak ada satu pun bagian gaun yang dikenakannya bergerak sama sekali.

"Nggak ada hubungannya sama kekuatanku kok."

Koutarou tidak akan bisa menangkis peluru-peluru itu tanpa kekuatan yang diperolehnya dari Sanae. Dia lalu melemaskan bahunya dan menghela nafas, dan di saat yang sama, Ruth yang berada di sebelah Koutarou mengarahkan pedangnya pada Clan yang baru saja mendarat.

"Clan-sama!! Apa anda mengincar nyawa Satomi-sama lagi!?"

Ruth tidak bisa melakukan hal itu pada Koutarou, tapi dia menunjukkan niat membunuh terhadap Clan. Karena mereka sudah pernah diserang oleh Clan beberapa kali, Ruth melotot pada Clan degnan raut wajah penuh amarah.

"... Tenang, Ruth-san", kata Koutarou sambil tersenyum pada Ruth dan menurunkan pedang Ruth dengan tangannya.

"Tapi, Satomi-sama!"

"Itu cuma salam...emang agak kasar sih."

"Aku tidak mau mendengar kata-kata itu dari orang sepertimu."

Saat mendengar kata "kasar", Clan langsung terlihat cemberut sambil membetulkan kacamatanya lalu memberikan perintah pada gelang di tangan kanannya.

"Cradle, simpan senjataku."

"Baiklah, tuan puteri."

Sesaat setelahnya sebuah lubang hitam muncul di samping Clan, yang terhubung ke kapal luar angkasa miliknya, Cradle. Setelah Clan memasukkan senjata itu ke dalam lubang hitam, lubang itu pun menghilang, membuat senjata yang digunakannya untuk membidik Koutarou dan Ruth hilang tanpa jejak.

"Ruth-san, coba serang aku kayak gitu di latihan selanjutnya."

"S-Satomi-sama?"

Koutarou tersenyum pada Ruth yang kebingungan mendengar saran darinya, lalu meninggalkannya menuju ke arah Clan. Koutarou terlihat sangat lengah saat dia berjalan dengan santai ke arah Clan.

"Aku kira aku bisa mengenaimu kalau kau tidak memakai zirahmu, tapi kelihatannya itu tidak akan mungkin."

"Kalau itu memang peluru asli, kamu pasti bakal nembak nembus pedangnya."

"Dasar pembohong. Kau tahu kalau itu aku sejak awal tadi."

Dan Clan sendiri juga tidak terlihat aka menyerang Koutarou. Dia masih terlihat cemberut, tapi itu hanyalah ledekan terhadap seseorang yang sudah menjadi akrab baginya.

"Saya percaya bahwa Yang Mulia Clariossa yang begitu mulia tidak akan menggunakan peluru sungguhan karena dia amatlah licik."

"D-Dasar kau-- lain kali aku akan menyapamu dengan peluru sungguhan!! Aku akan melakukannya!!"

"Nah kan? Kamu bakal pakai peluru beneran."

"Kuh, balasanmu bagus juga! Kau memang pantas dibenci!"

"Suatu kehormatan mendapat pujian langsung dari tuan puteri."

"Aku tidak memujimu!!"

Percakapan antara Koutarou dan Clan yang riuh pun berlanjut, dan Ruth yang hanya menonton hanya bisa kebingungan karenanya.

Apa....yang terjadi...?

Ruth sudah tahu kalau Koutarou dan Clan harus bekerjasama untuk bisa kembali setelah terlempar keluar jagad raya. Begitu juga, mereka berdua tadinya adalah musuh antara satu sama lain, jadi setelah mereka kembali mungkin mereka akan kembali bermusuhan. Namun, ternyata hal itu tidak terjadi sama sekali. Percakapan antara Koutarou dan Theia terlihat begitu mirip dengan percakapan antara Koutarou dan Theia. Karena Koutarou dan Clan sudah mencoba untuk saling membunuh beberapa hari lalu, pemandangan itu membuat Ruth pusing.

Dan rasanya keahlian Satomi-sama dalam menggunakan pedang berada pada tingkatan yang berbeda dari sebelumnya...

Hal lain yang membuat Ruth bingung adalah kemampuan Koutarou yang begitu hebat dalam menggunakan pedang. Koutarou sudah menerima latihan formal dari Theia sebelum drama, bisa melihat energi spiritual berkat Sanae dan juga sudah pintar berkelahi dari awalnya. Namun, meski dengan semua itu, seharusnya hal itu tidak cukup untuk menangkis peluru. Pada kenyataannya, Koutarou baru mencapai tingkatan bertarung yang sesuai pada hari dia melawan Clan saat Koutarou sedang memakai zirah Ksatria Biru.

Rokujouma V9 027.jpg

Namun, sekarang Koutarou bisa menangkis serangan dari Clan meskipun tidak menggunakan kekuatan dari zirah itu, dan yang digunakannya hanyalah pedang latihan. Dalam kata lain, Koutarou sudah mendapat kemampuan yang cukup untuk menutupi kekuarangan kekuatan dari zirah itu.

Apa yang terjadi dengan Satomi-sama...tidak, yang lebih penting lagi, kemana Satomi-sama dan Clan-sama pergi selama beberapa menit itu...?

Perubahan hubungan antara Koutarou dengan Clan dan pertumbuhan kemampuannya yang pesat dalam berpedang hanya membuat Ruth semakin bingung.

"Yang lebih penting lagi, apa kamu udah selesaiin benda itu?"

"Yang lebih penting lagi, kau bilang!? Kalau bukan kau, aku sudah melemparmu sedari dulu ke penjara seumur hidupmu!!"

"Jangan marah dong. Cuma kamu yang bisa aku mintain tolong soal ini."

"...Caramu meminta betul-betul lihai dan aku benci itu. Dasar..."

Mereka berdua terus melanjutkan percakapan mereka dengan santai, mengabaikan apa yang dipikirkan oleh Ruth, tapi saat itulah mereka masuk ke inti pembicaraan.

"Cradle, keluarkan itu."

"Baiklah, tuan puteri."

Clan memerintahkan gelangnya dan memanggil sebuah kotak besar dari kapal luar angkasanya. Dia lalu membuka kotak itu di hadapan Koutarou dan mereka berdua saling berhadapan lalu mengintip ke dalamnya.

"Apa ini bendanya?"

"Ya. Aku membuatnya persis seperti bagaimana kau memintanya."

Di dalam kotak itu terdapat lima bola besi. Bola-bola itu punya ukuran dan berat yang berbeda. Yang terbesar besarnya seukuran semangka sementara yang terkecil hanya sebesar bola baseball. Bola-bola itu rupanya cukup berat, dan bahkan yang terkecil pun terasa sangat berat saat diangkat. Clan rupanya datang untuk mengirimkan bola-bola ini pada Koutarou, yang meminta Clan untuk membuatnya sebagai alat bantu latihan untuk dirinya dan Ruth yang semakin berkembang.

Kelima bola itu adalah alat untuk berlatih pedang, yang akan melayang di udara sambil menciptakan hologram yang akan menjadi target latihan yang juga bisa membalas serang. Ukuran bola akan menentukan besar kecilnya hologram dan kecepatan gerak hologram itu.

Clan punya banyak data lengkap dari pertarungan langsung dengan prajurit, yang membuatnya bisa membuat alat-alat itu sambil menganalisa data pertarungan itu. Tentu saja, data pertarungan Flair juga ada dalam bola-bola itu. Dan kalau semuanya berjalan sesuai rencana, Ruth nantinya akan bisa mencapai level bertarung yang sama dengan Flair.

Selain itu, alat-alat itu juga dirancang untuk membantu Koutarou berlatih juga. Di Jepang yang damai ini, tidak ada kesempatan baginya untuk menggunakan pedang. Jadi, agar dia bisa berlatih menggunakan pedang, dia perlu beberapa lawan latihan.

Koutarou sudah cukup kuat karena dia meminjuam kekuatan dari para gadis penjajah, tapi itu bukan berarti baik baginya untuk tetap lemah. Koutarou tidak merasa kalau dia harus menjadi luar biasa kuat, tapi dia ingin bisa menjadi cukup kuat untuk bisa meminjamkan kekuatannya kepada seseorang.

Karena itulah, Koutarou meminta Clan untuk membuat alat-alat latihan itu. Clan menerima permintaan itu dan memulai membuatnya lalu muncul pada hari ini untuk mengantarkan hasilnya.

"Jadi, gimana cara pakainya?"

"Aku mengaturnya agar kau bisa mengendalikan mereka menggunakan gelangmu. Perintahkan saja seperti caramu memerintahkan zirahmu."

"Oke, aku ngerti. Nanti aku coba dan aku hubungin kamu kalau ada yang aku nggak ngerti."

".....Dasar, mungkin hanya kau orang yang akan memperlakukan tuan puteri Forthorthe sebagai tukang."

Setelah selesai memberi penjelasan, Clan menyilangkan kedua tangannya, menggembungkan pipinya dan memasang wajah cemberut. Serangan tembakan jitunya yang menggunakan peluru latihan merupakan hasil dari rasa kesalnya itu.

"Mau gimana lagi, aku nggak tahu ilmuwan yang lebih hebat dari kamu."

"Yah, aku jadi merasa lebih baik setelah mendengar itu."

"Ngomong-ngomong, makasih banget udah ngebantu, Clan."

"Apa kau tidak bisa berbicara dengan sedikit lebih menghormati lagi?"

"Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya atas bantuan anda, tuan puteri Clariossa."

"Fufufu, sama-sama."

Karena rasa kesal Clan hanyalah caranya untuk bercanda dengan temannya, dia mulai tersenyum setelah Koutarou berterimakasih dengan tulus.

"Sekarang kau berhutang padaku."

"Iya, iya."

"Wajahmu berkata kalau kau tidak betul-betul mengerti...baiklah kalau begitu."

Karena urusannya sudah selesai, Clan melirik ke arah belakang Koutarou, dan sambil mengeluarkan senyuman sejahil yang ia bisa, Clan berbalik memunggungi Koutarou.

"Karena Pardomshiha sedang memelototiku dengan wajah yang begitu menyeramkan, aku rasa sudah waktunya bagiku untuk pergi."

Saat mendengar kata-kata itu dari Clan, Koutarou menoleh ke belakang dan melihat Ruth yang melotot tajam ke arah Clan.

Oh iya. Biar kejadian itu udah beberapa bulan buatku, itu cuma beberapa hari buat Ruth-san...

Koutarou dan Clan sudah menghabiskan banyak waktu bersama-sama. Namun, hal itu hanya berjalan beberapa menit saja bagi yang lain. Akan butuh waktu sedikit lebih lama lagi bagi Ruth untuk bisa memikirkan kembali apa yang harus diperbuat jika berhadapan dengan Clan kembali. Dengan begitu, Koutarou tidak menghentikan Clan, dan malah memberikan salam perpisahan padanya.

"Sampai jumpa, Clan. Nanti aku hubungi lagi."

"Aku tidak mau mendengar hal yang lebih bermasalah lagi", balas Clan sambil melirik sekilas ke arah Koutarou lalu menjejakkan kakinya ke tanah, membuat badannya melayang menuju langit. Gadis bergaun mewah yang sedang terbang itu nampak seperti peri.

"Ya jelas nggak bakal lah, dasar tolol."

"Fufufu, baiklah kalau begitu. Nah, sampai jumpa lagi."

Setelahnya, Clan menyatu dengan birunya langit pagi, meninggalkan sebuah senyuman. Dia menjalankan salah satu penemuannya lagi, yakni alat untuk menyembunyikan dirinya. Meskipun tidak banyak orang yang ada disana pada waktu sepagi itu, seorang gadis yang terbang tentunya akan menarik perhatian. Dengan begitu, Clan menjalankan alatnya dan kembali ke kapal luar angkasanya.


Kembali ke Ilustrasi Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 2