Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 4 Bab 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Pergantian Pemeran dan Bayangan Alurnya[edit]

Part 1[edit]

Selasa, 20 Oktober

Dengan waktu kurang dari dua minggu sebelum dimulainya festival budaya, klub drama mulai menggelar gladi bersih di atas panggung setengah jadi di dalam gymnasium. Properti panggungnya sudah diletakkan di tempatnya, dan meskipun itu merupakan buatan Koutarou dan teman-temannya, anehnya, properti itu terlihat asli saat diterangi beragam cahaya lampu.

"Ya, ini boleh juga"

"Aku senang kita bisa selesai tepat waktu untuk gladi bersih"

Theia dan si ketua klub tersenyum saat mereka melihat panggungnya.

"Kita kerja keras juga, bocah kelas satu"

"Memang sih...tapi belum kelar semua..."

Dibelakang mereka berdua terdapat anggota klub drama, Koutarou, dan beberapa orang dari klub lain yang membantu mereka. Theia berbalik dan memanggil Koutarou dan yang lainnya.

"Izinkan aku untuk memuji kalian semua. Kalian telah bekerja dengan sangat baik"

Theia telah menolong Koutarou dan yang lainnya saat dia sedang senggang, jadi dia juga tahu kesulitan mereka.

"Biasanya aku bakal komplain, tapi kali ini aku biarin deh"

Tulip kayaknya tergila-gila sama si Ksatria Biru sampai dia mau ngalihin pandangannya, ya...

Koutarou telah mendengar dari Ruth kalau rasa suka Theia terhadap Ksatria Biru adalah karena pengaruh ibunya. Dia sendiri juga sudah melihat bagaimana kerja keras Theia untuk membuat drama tersebut menjadi nyata, dan dia menghargai itu.

Ruth muncul saat Koutarou dan yang lainnya sedang berisitirahat.

"Terima kasih untuk kerja keras kalian, Satomi-sama, dan yang lainnya"

"Ruth-san"

Ruth datang dengan membawa banyak handuk di atas nampan. Itu adalah caranya berterimakasih kepada Koutarou dan juga yang lain atas kerja keras mereka membuat properti panggung.

"Semuanya, silahkan ambil handuk ini untuk mengelap keringat kalian"

"Oh, Ruth-chan, perhatian banget"

"Makasih! Udah banjir keringat nih"

"Perhatian ini bikin pikiran tenang ya. Coba cewek-cewek klubku bisa belajar hal kayak ini..."

Para murid laki-laki yang bekerja membuat properti panggung menegepung Ruth dan mulai mengambil handuk.

"Eh, kok ngambil dua!?"

"Emangnya nggak boleh!? Satu buat oleh-oleh!"

"Curang woi! Aku juga mau!"

Tapi, karena banyak yang mulai mengambil dua atau tiga handuk, jumlah handuknya berkurang dengan cepat.

"Ah, jangan begitu semuanya! Tolong satu orang satu handuk!"

Ruth mencoba mengambil alih keadaan, tapi tetap saja tidak membuahkan hasil.

"Ah, aku nggak kebagian!"

Tepat saat Koutarou yang ada di paling belakang sampai, nampannya sudah kosong.

"Ha~h, rasanya segerr..."

"Nyerah aja deh, bocah kelas satu. Kita udah mendapat cintanya Ruth-chan sampai habis"

"Cih, aku terlalu lambat!"

"Hey, Satomi. Nanti kukasih handukku kalau udah selesai"

"Siapa juga yang mau itu!?"

Sementara Koutarou berteriak ke arah tim properti, Ruth menunjukkan raut wajah penuh penyesalan sambil memegang nampan yang kosong.

"Aku benar-benar minta maaf, Satomi-sama...Ah, betul juga!"

Namun, saat dia sedang meminta maaf, raut wajahnya berubah menjadi lebih cerah. Sambil merogoh sakunya dengan tangan kanan, dia memanggil Koutarou dengan ayunan tangan kirinya.

"Satomi-sama, tolong kesini sebentar"

"Ada apa, Ruth-san?"

Saat Koutarou mendekat, Ruth menyuruhnya maju lebih dekat lagi.

"Tolong dekatkan wajahmu"

"Haa.."

Meskipun dia tidak mengerti apa yang Ruth mau, karena tidak ada alasan baginya untuk menolak, Koutarou melakukan apa yang diminta Ruth.

"Tolong diam seperti itu, Satomi-sama"

Saat Ruth mengatakan itu kepada Koutarou, dia menarik keluar sebuah sapu tangan dari sakunya dan mulai mengelap keringat Koutarou - sapu tangannya mempunyai harum bagaikan bunga. Karena itulah, setiap kali Ruth mengusapkan sapu tangannya ke wajah Koutarou, sapu tangannya menyerap keringat dan meninggalkan aroma bunga.

"Ruth-san, nggak perlu repot-repot begini. Aku cuma perlu cuci muka, loh"

"Tidak, Satomi-sama. Ini terima kasihku untuk semua pertolonganmu"

Ruth menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dan terus menggerakkan sapu tangannya. Dan sebelum Koutarou bisa mengatakan hal lain, dia berbisik dengan suara yang hanya bisa didengar Koutarou:

"...Dan kau kelihatannya telah menunjukkan banyak perhatian juga, Satomi-sama"

Saat Ruth mengatakan itu, dia melirik ke arah Theia, yang saat itu masih memandangi panggung dengan ceria.

Kayaknya aku nggak bisa nyembunyiin apapun soal Tulip dari Ruth-san...

Saat Koutarou melihat ke arah Theia dan tersenyum kecut, raut wajah Ruth bertambah cerah dan dia tersenyum lebar.

"Waaah, bocah kelas satu! K-kau, hal enak apa yang kamu dapet!?"

"Sialan kamu! Nih, aku kasih handukku, jadi, tukeran tempat dong!!"

Tapi, mendadak tim properti mengepung mereka, dan senyuman indah itu hanya bertahan beberapa saat saja.


Part 2[edit]

Ksatria Biru, Layous Vatra Veltlion, seperti yang ditunjukkan namanya, memakai zirah berwarna biru. Tapi, zirah itu belum selesai dan Kenji sedang memakai jubah berwarna putih yang pernah digunakan dalam drama yang lain. Orang yang menangani bagian kostum kesulitan dengan membuat zirahnya, dan telah menyarankan untuk mewarnai jubah itu menjadi biru.

Kenji, yang diberkahi dengan wajah tampan dan badan yang tinggi, nampak seperti aktor profesional saat ia melepas kacamatanya dan mengikat rambutnya. Karena alasan itulah, mereka sepakat mewarnai jubah itu menjadi biru.

"Sialan, aku tidak berpikir kalau mereka akan meracuni seluruh sungai hanya untuk menangkap seorang wanita! Itu tidak lebih dari tindakan pengecut! Aku benar-benar tidak akan memaafkan mereka! Darah mereka akan melumuri pedangku!"

Masalahnya, seperti yang sudah diharapkan, adalah kemampuan aktingnya. Kenji masih seorang siswa SMA yang baru saja mengikuti klub drama selama setengah tahun, jelas saja jika aktingnya masih berantakan.

"Hmmm, yah, standar lah"

Tapi, si ketua klub drama tidak menganggap aktingnya yang berantakan sebagai masalah besar.

"Ken-chan udah latihan serius, dan aku tahu kalau dia udah betul-betul baca naskahny...Tampangnya juga ganteng, kalau aja dia tetap latihan kayak gini, aku yakin dia bakal bisa kok"

Bagi ketua klub drama, akting Kenji sudah cukup memuaskan baginya untuk ditampilkan pada drama nanti.

"Gimana menurutmu, Theiamillis-san?"

"Hmmm..."

Namun, Theia yang berada disebelahnya justru bermuka masam.

"Apa ada yang salah?"

"...Parasnya cukup tampan, dan aktingnya cukup bagus. Kalau dia tetap berlatih seperti ini, akuk yakin hasilnya akan bagus. Tapi, aku masih merasa ada yang kurang"

Theia melemaskan pundaknya - Dia tidak melihat adanya masalah yang betul-betul menonjol pada Kenji, tapi dia merasa ada sesuatu yang belum tepat.

"Aku masih nggak ngerti...."

"Begitu pula diriku. Tapi, karena kita tidak mengerti alasannya, mungkin masih bisa kita terima"

Theia berbalik melihat kearah panggung selagi mengatakan hal itu.

Aku penasaran, kenapa aku masih merasa ini kurang tepat...Seperti melihat harimau dan orang bilang kalau itu adalah singa...

Theia memiringkan kepalanya sambil berpikir dalam-dalam. Saat isitirahat diantara jeda latihan, Koutarou muncul dari belakang panggung dengan mengenakan baju kerja.

"Keren banget, Ksatria Putih-sama!"

"Bikin eneg, Kou. Berhenti deh"

"Aku juga sih"

"Kalau gitu, ngapain juga..."

"Nyesel juga sih. Yang penting lagi, Mackenzie, jangan berdiri di tempat yang salah. Kamu berdiri agak jauh dari yang udah ditandain tuh"

"Beneran?"

"Iya. Nanti kuwarnain pake warna yang lebih mencolok deh"

"Sip deh"

Sementara Koutarou dan Kenji sedang berbicara, Koutarou mengganti selotip yang menandai posisi para pemain pada saat adegan berlangsung. Sampai saat itu, mereka masih menggunakan selotip hitam dan putih, tapi Koutarou akan menggantinya dengan selotip yang berwarna.

"Ah..."

Tepat saat Theia melihat Kenji dan Koutarou, Theia teringat Koutarou pada kejadian beberapa hari yang lalu.

"Tolong maafkan kekasaran hamba, Yang Mulia Theiamillis"

Senyuman yang lembut; kata-kata yang kuat.

Penampilan Koutarou membuat Theia lupa dengan Kenji, dan justru membuatnya merasa kalau Koutarou cocok dengan penampilan Ksatria Biru.

"Ada apa, Theiamillis-san?"

"..Ah, tidak, bukan apa-apa.."

Hanya bayanganku saja...Si primitif adalah aktor yang buruk. Dia tidak cocok dengan peran Ksatria Biru...

Theia menggelenkan kepalanya dan mengusir ide itu dari kepalanya, tapi dia tetap tidak bisa melepaskan pandangannya dari Koutarou yang masih berada di atas panggung.

"Oke. Selanjutnya adalah penampilan sang Puteri Perak..akhirnya! Satomi-kun, bisa tolong panggilkan Sakuraba-san masuk?"

"Oke, tunggu sebentar"

Ah..

Saat Koutarou melompat kembali ke belakang panggung, Theia akhirnya sadar dengan tingkahnya yang masih memandangi Koutarou dengan penuh kekaguman dan merasa malu - darah mengalir ke kepalanya dan membuat wajahnya memerah, dia sendiri bahkan tidak percaya dengan perbuatannya.

A-Apa yang terjadi denganku...?

Theia benar-benar kebingungan - dia seharusnya melihat penuh kagum ke arah Ksatria Biru, bukan ke arah Koutarou yang mengerjakan setting panggung. Bagi Theia, ini adalah impiannya yang menampilkan penampilan pertama sang Ksatria Biru diatas panggung. Tapi, untuk suatu hal, dia malah memandangi Koutarou. Sudah sewajarnya jika dia kebingungan dengan perasaannya sendiri.

"Sakuraba-senpai akan tampil!"

"M-Mohon bantuannya!"

Di saat itu, Koutarou kembali ke panggung, dan disebelahnya adalah Harumi yang menggunakan gaun putih bersih dan tiara keperakan di kepalanya. Gaun putih itu sangat cocok dengannya, dan tiara yang kontras dengan rambut hitamnya yang indah mewarnai dirinya. Ditambah dengan kehidupannya yang memang dari kalangan atas membuat gerakannnya begitu anggun.

"Oooohh..."

Saat dia melangkah ke atas panggung, banyak aktor dan staff yang tercengang dengan penampilannya. Saat itu, dia benar-benar bagaikan sang Puteri Perak dari dalam naskah.

Awalnya, banyak yang menolak saat Harumi akan memainkan peran itu, tapi saat ini, dengan penampilannya yang memukau, semuanya menjadi yakin kalau tidak ada orang lagi selain Harumi yang benar-benar pantas mendapat peran itu.

"S-Satomi-kun..."

Tapi, karena semua orang memandang ke arahnya, Harumi bersembunyi dibelakang badan Koutarou yang besar. Untuk menenangkannya, Koutarou memanggilnya seperti biasa.

"Tenanglah, Sakuraba-senpai"

"Tapi...aku benar-benar gugup kalau dilihat semuanya..."

"Semuanya melihatmu karena kamu cantik, senpai. Percayalah sama dirimu sendiri, senpai"

"Meskipun kamu bilang begitu..."

Harumi menunduk melihat tangan kanannya - tangannya yang terbalut sarung tangan berwarna putih bersih gemetaran disaat itu. Koutarou memegang tangannya dan memanggil Theia dan si ketua klub yang berada di depan panggung.

"Ketua-san, Tulip, kita mulai dari adegan yang mana?"

"Hmmm, aku mau lihat kemampuannya dulu. Jadi, mungkin adegan dimana dia mau berpisah dengan si Ksatria Biru. Gimana denganmu, Theiamillis-san?"

"...Tidak masalah denganku"

Suara Theia terdegar gemetaran - dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari tangan yang sedang dipegang Koutarou.

"Aku mengerti. Sakuraba-senpai, tolong kesini"

"B-Baik"

Koutarou menarik tangan Harumi dan menuntunnya ke posisi pertamanya dari adegan yang dimaksud. Tepat disaat itu, tangannya berhenti gemetar.

Tangan Satomi-kun...begitu hangat...

Lalu, Harumi pun menggenggam tangan Koutarou juga.

"Ini posisimu. Adegan ini adalah adegan terbaik yang bisa kamu lakukan, dimana kamu akan berpisah dengan sang Ksatria Biru yang akan pergi bertarung. Yah, semuanya bakal baik-baik saja selama kamu melakukannya seperti biasa"

Koutarou melepaskan tangan Harumi setelah dia menuntunnya ke posisinya. Setelah dia melakukan itu, Harumi merasa pasrah kembali.

"Berjuanglah, senpai!"

Tapi, Koutarou yang telah membantunya berlatih tidak merasa kuatir sedikitpun. Bagi Koutarou, sudah cukup bagi Harumi untuk berakting sebagaimana halnya dia berlatih dengan Koutarou. Meskipun masih ada bagian yang bermasalah, masih ada banyak waktu baginya untuk berlatih - itulah kenapa Koutaoru tidak merasa kuatir dengan Harumi.

Setelah meninggalkan Harumi di atas panggung, Koutarou memanggil Kenji yang ada di dekat situ.

"Tolong ya, Mackenzie. Di atas panggung nanti, cuma kamu yang bisa jadi tumpuan Sakuraba-senpai"

"Aku tahu. Pasti aku dampingin kok"

"Memang ya, kalau soal cewek"

"Siap-siap bogem mentah ya, dasar sialan"

"Wah, kabur dulu ah"

Setelah berbicara kepada Kenji, Koutarou berbalik dari hadapan Kenji dan Harumi

"Eh, K-Kamu mau pergi, Satomi-kun?"

"Yah, iya lah. Kalau nggak, nanti nggak bisa mulai"

"B-Benar juga, tapi..."

Meskipun Harumi dengan putus asa memanggil Koutarou, dia dengan santainya melompat dari atas panggung.

Berjuanglah, Sakuraba-senpai! Buat semuanya kaget sejadi-jadinya!

Koutarou benar-benar yakin dengan kemampuan akting Harumi. Itulah kenapa, meskipun dia kelihatan gugup, Koutarou tidak kuatir dengannya.

"Nah, mari kita mulai!"

Setelah Koutarou meninggalkan panggung, ketua klub memberi tanda dimulainya gladi bersih. Koutarou berjalan ke arah Theia dan si ketua klub dan melihat ke arah panggung bersama dengan mereka, bersaamaan dengan Kenji yang memulai dialognya.

"...Yang Mulia Alaia, kelihatannya hanya sejauh ini hamba bisa bersama anda"

Dialognya dapat terdengar lebih jelas, lebih lantang dan lebih mudah didengar dibandingkan dengan Koutarou yang melakukannya, dan Kenji menyelesaikannya tanpa terbata-bata sedikitpun maupun meleset satu kata. Dengan sikap berdirinya saat itu, Kenji benar-benar tampil layaknya seorang ksatria.

Memang betul-betul deh, Mackenzie. Dia emang hebat dalam segala hal...dan berikutnya Sakuraba-senpai. Dia bakal maju selangkah sambil manggil nama Ksatria Biru

Koutarou telah berlatih adegan ini dengan Harumi berulang kali, jadi dia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya tanpa harus melihat naskahnya.

Harumi terlihat terkejut dan mulai maju selangkah - dia akan menghentikan sang Ksatria Biru yang akan mengucapkan salam perpisahan.

Itu dia, habis ini dia bakal bilang 'Layous-sama!?'

Koutarou mengingat kembali suara Harumi saat itu - Harumi telah melatih dialog itu berulang kali, tentu saja tidak ada tanda-tanda akan terjadinya masalah.

"Ah..."

Tapi, Harumi terlihat gugup. Kalimat yang ingin didengar Koutarou tidak muncul dari balik mulut Harumi.

"Ah, saya..."

Harumi hanya bisa memandang Kenji dengan gugup tanpa bisa mengucapkan dialognya.


Part 3[edit]

"Aku minta maaf, semuanya..."

Harumi menunduk sedalam-dalamnya saat mengucapkan itu. Raut wajahnya terlihat murung, pertanda kalau dia benar-benar kecewa.

"Aku minta maaf karena sudah mengacaukan jalannya gladi bersih..."

Pada akhrinya, Harumi tidak bisa berakting di atas panggung. Dia tidak bisa mengucapkan dialognya sementara badannya gemetaran, tapi hal itu tidak bisa dianggap sebagai akting.

"Tapi aneh...kamu kemarin bisa akting bagus loh..."

Si ketua klub hanya bisa memiringkan kepalanya karena kebingungan. Itu karena dia sudah melihat Koutarou dan Harumi berlatih dan sudah bisa mengerti sedikit kemampuan akting Harumi. Tapi, Harumi saat itu tidak bisa berakting sebagaimana mestinya diatas panggung - itulah yang menurut si ketua klub aneh.

"Mackenzie, ngaku deh. Tadi senpai kamu apain"

"Ya nggak ku apa-apain! Baru ini aku bisa ngomong sama dia!"

Koutarou juga kebingungan, karena dia lebih tahu daripada yang lain seberapa bagus akting Harumi - itulah kenapa dia pikir Harumi bukanlah alasan kenapa akting Harumi sendiri menjadi seperti itu.

"Ini gawat...Kalau peran sang Puteri Perak diganti, ini akan sangat memalukan..."

"Maafkan aku, Theiamillis-san"

Harumi merasa semakin tertekan setelah mendengar kata-kata Theia - dia merasa ingin mengecil dan menghilang dari sana. Di saat itu, Koutarou maju diantara Theia dan Harumi.

"Itu nggak perlu, Tulip! Aku tahu senpai bisa!"

"Satomi-kun..."

Harumi, yang akan menangis, kembali tenang karena kata-kata Koutarou.

"Tapi, nyatanya dia tidak bisa. Ini mungkin terdengar kejam, tapi kita memerlukan rencana cadangan"

"Nggak apa-apa! Senpai cuma perlu terbiasa berdiri di atas panggung! Soalnya dia biasa latihan di lapangan atau ruang klub!"

"Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?"

"Tentu aja, kalau dia nggak terbiasa, ya tinggal dilatih! Kita bakal latih dia sampai dia bisa!"

Setelah dia mengatakan itu, dia berjalan ke arah Kenji-

"Mackenzie, buka"

-lalu menyentuh kostumnya.

"A-Apa?"

"Lepasin aja kostumya! Aku bakal latihan sama senpai di atas panggung, jadi kalian latihan di tempat lain!"

Dengan penuh semangat, Koutarou mulai membuka paksa kostum yang dikenakan Kenji.

"Oke, aku ngerti, jadi lepasin tanganmu! Jangan coba-coba lepasin bajuku disini!"

"Theiamillis-san, gimana menurutmu?"

"...Yah, mari kita biarkan mereka melakukannya. Saat ini dia tidak berguna sama sekali"

Saat Theia mengatakan itu, Koutarou melotot tajam ke arahnya.

"Jangan ngeremehin dia ya, Tulip. Kamu nggak tahu seberapa hebat Sakuraba-senpai!"

Tatapan tajam dan senyum penuh keyakinan Koutarou membuat Theia tidak bisa berkata-kata selama beberapa saat.


Part 4[edit]

"...Yang Mulia Alaia, kelihatannya hanya sejauh ini hamba bisa bersama anda"

"Layous-sama!?"

"Yang Mulia, tolong larilah dengan adik anda. Hamba akan melawan musuh sebanyak yang hamba bisa. Di saat itu, tolong larilah sejauh yang anda bisa"

"Tidak, saya tidak bisa meninggalkanmu sendiri, Layous-sama! Andalah alasan kita bisa pergi sejauh ini!"

Saat Koutarou dan Harumi mulai berlatih, semua orang yang kebetulan ada disana tidak bisa melepaskan pandangan mereka dari mereka berdua. Hal yang mereka lihat dengan penuh perhatian tentu saja pada akting Harumi. Nyatanya, Koutarou yang mengucapkan dialognya dengan nada yang monoton hanya mengganggu akting Harumi, tapi para penonton yang ada tetap tidak bisa melepaskan pandangan mereka dari panggung.

Harumi, yang menyuarakan dialognya dengan penuh ekspresi, betul-betul menggambarkan perasaan putus asa sang Puteri Perak. Di sisi lain, Koutarou yang masih gagap dengan dialognya sendiri hanya menghilangkan gambaran sang Ksatria Biru yang tulus.

"Berkat para rakyat negara inilah anda bisa pergi hingga sejauh ini. Jika bukan karena mereka, kita tidak akan pernah sampai ke tempat ini"

"Itu tidak benar, Layous-sama!"

"Mereka semua melakukannya karena mereka mencintai anda, Yang Mulia. Jadi, tolonglah, demi rakyat negara ini, dan demi anda sendiri, tolong larilah, puteri Alaia"

"Tunggu sebentar, Layous-sama!"

Hanya sedikit orang yang bisa menonton penampilan mereka berdua dengan tenang - si ketua klub dan Sanae, yang telah melihat mereka sebelumnya, dan Kiriha yang bisa mengerti dengan dalam perasaan seseorang.

"Itu dia, itu dia akting Sakuraba-san"

Si ketua klub mengangguk berkali-kali dengan senang. Adegan yang selama ini dia idam-idamkan sedang terjadi di depan matanya sendiri. DIa pun yakin kalau dia telah membuat keputusan yang tepat.

"Kalau dilihat-lihat, Koutarou kelihatannya jelek dalam berakting"

"Jangan bilang begitu. Hanya Koutarou yang bisa membuat Sakuraba Harumi bisa berakting seperti ini"

Di antara kerumunan penonton yang tertarik, hanya Sanae dan Kiriha yang bisa tetap tenang. Sanae yang selalu melihat Koutarou dan Harumi berlatih, dan Kiriha yang mengerti perasaan Harumi - bagi mereka berdua, adegan itu tidak begitu mengejutkan.

"Wah, wah, boleh juga nih..."

Kenji, yang sudah berganti baju setelah kostumnya dicuri oleh Koutarou, menganggukkan kepalanya. Dia mulai mengerti alasan kenapa Harumi dipilih dan kenapa Koutaoru begitu keras kepala soal itu.

"Kalau aku lihat kondisinya sekarang, ternyata memang..."

Kalau kita kesampingkan Kou, level akting Sakuraba-senpai jelas bukan di level anak SMA, ini...

Setelah berhasil memendam rasa kagetnya, Kenji nampak kagum.

"Sakuraba-senpai dan Satomi-san emang hebat...Aku senang peranku adalah pantat kuda...Aku nggak bisa akting kayak gitu..."

Saat itu, Yurika yang sedang memakai pakaian ketat berwarna coklat dan kostum bagian bokong kuda, melihat ke arah panggung dan menghela nafas lega. Dia merasa lega setelah melihat Harumi yang berada di atas panggung, meskipun sebelumnya dia sangat menginginkan peran Puteri Perak. Kalaupun dia menjadi sang Puteri Perak, dia tidak akan bisa berakting sebagus Harumi.

"Yang Mulia..ini..."

"Tidak mungkin...ini hampir terlihat seperti aslinya..."

Yang paling terkejut adalah dua orang dari Forthorthe: Theia dan Ruth, dengan Theia yang benar-benar terkejut selagi melihat kearah panggung dengan wajah keheranan. Sambil mengabaikan warna rambutnya, Puteri Perak yang diperankan Harumi benar-benar seperti apa yang diharapkan oleh Theia - puteri yang berwarna putih polos, yang terlihat rapuh dan santun, tapi juga mempunyai keteguhan yang kuat - imajinasi Theia menjadi layaknya kenyataan yang sekarang berada di atas panggung.

Yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah Koutarou.

Koutarou buruk dalam berakting dan mengucapkan semua dialognya dengan monoton, dan bukan tandingan Kenji yang sebelumnya sudah tampil lebih dulu.

Tapi, saat Koutarou mengucapkan dialognya, ada sesuatu didalam diri Theia yang mulai berteriak..kalau sang Ksatria Biru-lah yang saat itu berdiri dihadapannya.

Karena Harumi sudah bisa berakting dengan bagus kembali, si ketua klub mengisyaratkan untuk mengulang kembali gladi bersihnya.

Tapi, sesaat setelahnya, mereka berhenti lagi.

"Berhenti! Berhenti! Ada apa, Sakuraba-san?"

"M-Maafkan aku, akting memang tidak mungkin buatku..."

Harumi kembali menjadi alasan kenapa gladi bersihnya berhenti. Dia sudah menunjukkan akting yang benar-benar memukau dengan Koutarou yang menjadi Ksatria Biru, tapi saat mereka mengganti Koutarou dengan orang lain, aktingnya menjadi buruk lagi. Hal itu sama bagi Kenji maupun yang lain.

"Ketua-san, kelihatannya memang harus orang lain yang harus memerankan sang Puteri Perak. Masih ada waktu kalau kita menggantinya sekarang"

Harumi menyarankan agar dirinya mundur dari peran itu karena merasa bertanggung jawab atas kegagalannya sendiri. Tapi, si ketua justru menggelengkan kepalanya.

"Sakuraba-san, aku nggak bisa berpikir buat mengganti peran itu ke orang lain setelah melihat akting itu tadi. Bukan cuma aku, semuanya juga berpikiran sama"

"Tapi, kalau begini terus, aku pasti akan mengganggu yang lain.."

"Itu dia masalahnya. Saat kamu berakting dengan Koutarou, aktingmu selalu bagus..."

TIdak ada diantara ketua klub drama maupun anggota klub yang mau mengganti peran Puteri Perak dengan orang lain. Karena itulah, mereka harus memecahkan masalah akting Harumi, dan saat itu mereka semua sedang menggaruk kepala mereka karena belum mendapat solusi.

"...Semuanya, aku punya usul"

Di saat itu, Kiriha yang saat itu sedang membantu, mengangkat tangannya.

"Kurano-san, kalau kamu punya ide, silahkan katakan. Jujur saja, aku nggak punya ide sama sekali"

"Baiklah"

Kiriha mengangguk dan mulai berbicara.

"Sakuraba-senpai bisa berakting dengan baik dengan Koutarou-kun, jadi kenapa kita tidak kita lakukan itu terus dengan membuat Koutarou memerankan Ksatria Biru?"

"Mengganti pemeran Ksatria Biru dengan Koutarou?"

Mata si ketua klub terbuka lebar begitu mendengar saran Kiriha, dan Kiriha kembali mengangguk.

"Ya. Menurut kalian, manakah yang lebih cepat: membuat Sakuraba-senpai terbiasa dengan Kenji-kun atau mengajari Koutarou cara berakting? Menurutku, akan lebih cepat kalau Koutarou belajar untuk berakting"

"Begitu..ada benarnya juga...Ken-chan, Theiamillis-san, bagaimana menurut kalian?"

"Aku rasa ada benarnya juga. Aku nggak mau nyerahin peranku, tapi kalau diantara memilih aku atau Sakuraba-senpai, jelas aja kalau aku bakal milih Sakuraba-senpai"

Kenji tidak menolak usulan itu. Setelah melihat Harumi yang merasa kesulitan, dia hanya bisa merasa kalau dirinya telah mem-bully Harumi. Jadi, daripada melanjutkan itu, akan lebih mudah baginya untuk membiarkan Koutarou bekerja keras untuk berlatih berakting.

"Dan Theiamillis-san?"

"Aku..."

Theia mulai berpikir, tapi untuk sementara saja.

"Aku rasa tidak ada pilihan lain. Meskipun aku tidak mau, dalam situasi ini, tidak ada pilihan lain kecuali menjadikan Koutarou sebagai Ksatria Biru"

Tidak ada pilihan lain; tidak mau.

Theia menggunakan kata-kata itu karena sikap keras kepalanya. Tapi, sebenarnya dia sudah memikirkan untuk menjadikan Koutarou sebagai pemeran Ksatria Biru - tidak ada alasan sebenarnya bagi Theia untuk menolak pilihan itu.

"Baik, kalau begitu sudah diputuskan. Kita akan menjadikan Satomi-kun menjadi pemeran Ksatria Biru!"

"T-Tunggu dulu! A-Aku yang jadi Ksatria Biru!?"

Koutarou terkejut begitu mendengar hal itu. Dia sempat yakin kalau Kenji atau Theia akan menolak hal itu, tapi mereka justru setuju - perkembangan yang tidak terduga itulah yang membuatnya kaget.

"Itu benar. Sakuraba-san tidak mau melakukannya dengan orang lain kecuali kamu, jadi kalau begitu kami hanya tinggal menggunakanmu saja"

"S-Serius nih!? Kalian tahu kan, aktingku payah!"

"Oh, jadi kamu sadar dengan aktingmu yang payah itu, Koutarou. Kalau begitu, aku akan ringkas saja"

"T-Tulip?"

"Tidak usah kuatir"

Mata Theia mulai terlihat berbinar.

"Aku tahu tentang Ksatria Biru lebih baik dari semua orang. Aku akan mengubahmu menjadi Ksatria Biru yang hebat sebelum festival budaya!"

Di saat itu, seseorang diam-diam melirik ke arah Theia.

"Oh...Tidak kusangka mereka mementaskan drama tentang Ksatria Biru ditempat seperti ini...Theiamillis-san pasti sedang bersenang-senang..."

Lirikan yang dingin itu terus mengawasi Theia. Pemiliknya sedang merasa kagum dengan Theia yang mementaskan drama yang bisa dikatakan sebagai jiwa dari Forthorthe di planet yang terbelakang seperti ini, dan lebih pentingnya lagi dengan manusia-manusia purba semacam ini.

"Begitu juga, situasi ini menguntungkan juga bagiku. Mungkin aku seharusnya mengatakan terima kasih daripada kagum denganmu, Theiamillis-san..."

Orang yang melirik itu mulai tertawa dengan suara yang melengking dari seorang wanita.

Orang itu adalah seorang gadis yang seumur dengan Theia.

"Dengan ini, kemenanganku sudah pasti...Sampai waktunya tiba, nikmati saja dramamu dengan penuh riang"

Si gadis tertawa kembali sebelum mengalihkan lirikannya dari Theia dan berbalik arah.

"Tapi, Theiamillis-san, drama kecilmu tidak akan memiliki akhir yang bahagia..."

Yang tertinggal dari dirinya adalah suara tawa, dan suara tawanya terdengar kejam dan suram.


Part 5[edit]

Setelah diputuskan kalau Koutarou akan memerankan Ksatria Biru, hal pertama yang dilakukan Theia adalah membawanya ke anjungan kapal perangnya, kapal Ksatria Biru.

"Tulip, kamu ngapain bawa-bawa aku ke kapalmu?"

"Semuanya dimulai dari penampilan. Kita mempunyai pakaian yang akan kau pakai"

"Pakaian?"

"Tolong kesini, Satomi-sama"

Koutarou berjalan bersebelahan dengan Theia sambil mengikuti Ruth yang sedang mengarahkannya. Saat itu mereka sedang berjalan menyeberangi anjungan yang luas itu.

"Aku tahu kamu bilang pakaian, tapi ini dek penerbangan kapal ini kan? Memangnya ada pakaian macam apa disini?"

"Mungkin ini adalah sesuatu yang tidak terduga bagi dirimu, tapi memang ada pakaian disini. Aku akan memberitahumu tentang detilnya setelah kau melihatnya. Sulit untuk menjelaskannya sebelum kau melihatnya"

"Begitu..."

Koutarou dan Theia pun melanjutkan langkah mereka mengikuti Ruth, yang membawa mereka ke belakang anjungan - dimana tempat duduk komandan dan perlengkapan mengemudi kapal berada. Perlengkapan yang diperlukan untuk benar-benar mengendalikan kapal Ksatria Biru berpusat pada tempat itu., sisanya hanya dipakai saat kapal Ksatria Biru berfungsi sebagai kapal komando.

"Silahkan, Ruth"

"Baiklah, Yang Mulia"

Saat Ruth mendekati tempat duduk operator, dia menyentuh sesuatu yang ada di panel operasi.

"Apa yang bakal terjadi"

"Yah, tunggu dan lihatlah"

Di saat yang sama Theia mengatakan itu, sebuah lubang yang besar terbuka di lantai di dekat Koutarou dan yang lain.

"...Apa--?"

Dan dari lubang itu, seseorang setinggi dua meter muncul.

"Orang..?"

"Bukan seseorang. Ini adalah sebuah baju zirah"

"Baju zirah...?"

Apa yang Koutarou pikir adalah seorang manusia ternyata adalah sebuah baju zirah berwarna biru metal yang ditopang dengan beberapa lengan - layaknya sebuah pakaian yang digantung dengan sebuah gantungan baju.

"Aku ingin kau memakai ini"

"Ini? Yah, memang sih, zirah ini punya atmosfir kayak gitu..."

Dibandingkan dengan desain interior kapal Ksatria Biru, armor itu nampak ketinggalan zaman. Desainnya mirip dengan desain zirah ksatria abad pertengahan.

"Sebenarnya, ini dibuat sebagai tiruan dari zirah Ksatria Biru yang asli. Ibuku merancangnya berdasarkan dokumen-dokumen tua, jadi zirah ini cukup mirip dengan zirah yang asli"

"Jadi ini zirahnya Ksatria Biru..."

Koutarou mulai memeriksa zirah itu. Zirah biru itu nampak indah, dan saat dia mendekatkan wajahnya, dia bisa melihat pantulan wajahnya pada zirah itu. Zirah itu dibuat dengan banyak lengkungan, dan desainnya mempunyai kemiripan dengan senjata-senjata yang digunakan Theia. Meskipun zirah itu dirancang untuk melindungi badan, keindahannya bagaikan sebuah karya seni rupa.

Koutarou merasa zirah itu memiliki keindahan yang sama layaknya sebuah katana.

"Tapi, kenapa zirah ini ada disini? Nggak cocok banget sama tempat ini"

Zirah yang nampak dari abad pertengahan itu memang tidak terlihat cocok dengan anjungan kapal Ksatria Biru yang futuristik, seperti meletakkan barang antik di dalam bangunan yang sangat modern.

"Itu adalah hobiku"

"Hobi!? Jadi, hobimu cuma naruh zirah ini disini?"

"Fufufu, bukan itu maksudku. Jelaskan kepadanya, Ruth"

"Baiklah"

Ruth bergerak mendekati zirah itu sebelum melihat ke arah Koutarou dan memulai penjelasannya.

"Sebenarnya, zirah ini adalah salah satu perangkat untuk mengoperasikan kapal ini"

"Maksudnya, kayak setir buat kapal, begitu?"

"Tepat sekali. Bentuk kapal Ksatria Biru adalah seperti manusia, dan kapal ini bisa menggerakkan tangan dan kakinya dengan bebas. Itulah kegunaan zirah ini"

"Begitu...jadi, gimana cara pakainya?"

Karena tertarik, Koutarou mulai mempelajari zirah itu dari berbagai sudut. Ruth tersenyum kecil saat melihat itu.

"Yang perlu dilakukan hanyalah mengenakan zirah ini dan bergerak. Zirah ini akan mendeteksi gerakan itu, dan kapal ini akan menirukannya"

"Oh, hebat juga"

Secara umum, perangkat itu bisa dikatakan sebagai master/slave controller, dimana sebuah alat mempunyai kontrol satu arah terhadap alat yang lainnya. Karena hanya dengan bergerak akan mempengaruhi pergerakan kapal Ksatria Biru, semua orang bisa menggerakkan badan kapal jika mengenakan zirah itu.

"Dulu saat kau ada disini untuk kerja paruh waktu, kami berencana untuk membuatmu mengenakan ini dan bertarung. Untungnya, pada akhirnya, hal itu tidak diperlukan"

"Begitu, jadi itu tujuan aslinya"

Koutarou pernah dibawa naik kapal Ksatria Biru untuk sebuah kerja paruh waktu beberapa waktu lalu saat Theia dan Ruth mendeteksi sebuah kapal tempur lain didekat bumi. Dengan jumlah orang yang sedikit, menggunakan Koutarou yang memang cakap dalam berkelahi lebih efisien dibandingkan dengan jika Theia atau Ruth yang mengenakan zirah itu dan melakukannya.

"Tapi, kali ini kita akan menggunakan zirah ini sebagai kostum"

Ruth menyentuh pangkal lengan yang menopang zirah itu dan zirah itu jatuh dihadapannya bagaikan dua orang yang saling berhadapan.

"Tapi, Tulip, kayaknya aku nggak bisa pakai zirah yang keliatannya berat ini deh"

Koutarou mengetuk lempengan dada zirah itu, yang rasanya seperti benda metal yang berat dan kuat. Saat dia kembali mengetuknya, suara yang menggema didalam zirah itu keluar dengan keras. Koutarou memperkirakan kalau berat zirahnya sekitar 10 kilogram.

"Tidak apa-apa. Inti energi zirah ini akan membuatmu bergerak dengan leluasa"

"Begitu, kalau gitu sih nggak apa-apa"

Karena zirah itu adalah bagian dari kapal tempur, zirah itu memiliki fungsi yang bisa membuatnya sebagai baju luar angkasa. Maka dari itu, jika zirah itu terlalu berat untuk dipakai bergerak, zirah itu tidak akan berguna. Karena itulah zirah itu memiliki inti energi yang membuat penggunanya bisa bergerak dengan bebas.

"Satomi-sama, tolong kesini. Kami akan mengatur zirahnya agar cocok denganmu"

"Kayaknya merepotkan"

Saat Koutarou mengikuti Ruth, dia berkomentar seperti itu kepada Theia.

"Memang tidak dibuat secara khusus untuk seseorang"

Theia hanya tersenyum meledek sambil mengangkat pundaknya.

Karena zirah itu digunakan sebagai alat pengendali, tentu saja zirahnya bisa disesuaikan agar siapa saja bisa mengenakannya.

"Satomi-sama, tolong berdiri tegak seperti itu. Alat pengukurnya akan mengukur badanmu dan mengatur zirahnya setelahnya"

"Oke"

Koutarou membenarkan posisi badannya sesuai dengan yang diminta Ruth. Saat dia melakukannya, Ruth mengeluarkan sebuah alat seperti kamera kecil dan mengarahaknnya ke arah Koutarou - itulah alat yang disebutkan Ruth tadi.

Alat itu mengeluarkan bunyi di tangan Ruth, pertanda bahwa pengukurannya sudah selesai.

"Oh?"

Saat Ruth mengintip ke dalam monitor kecil di alat itu, dia nampak terkejut dan menepuk dengan pelan alat itu.

"Ada apa, Ruth?"

"Ini...Zirahnya tidak mau memulai pengaturannya. Dia tetap pada pengatuaran awal, dan tidak berubah sama sekali"

Ruth kelihatan gelisah, karena meskipun dia sudah memulai pengukurannya, zirahnya tidak secara otomatis mengatur ukurannya.

"Apa ada yang bermasalah?"

"Tidak, tidak ada laporan tentang itu"

Ruth menduga kalau alat pengukuran itu rusak lalu menepuknya pelan kembali dan menyalakannya ulang. Tapi, dia tetap tidak menemukan kejanggalan.

"...Yang Mulia, aku akan mencobanya sekali lagi. Satomi-sama, tolong izinkan aku mencobanya sekali lagi"

"Nggak masalah"

Ruth kembali mengarahkan alat itu ke arah Koutarou, dan Koutarou kembali berdiri tegak.

"Akan aku mulai"

Alat pengukuran itu mengeluarkan bunyi sekali lagi, namun hasilnya tetap sama.

"Aneh...alat ini berjalan dengan normal, tapi...tunggu, mungkinkah...?"

"Ada apa, Ruth?"

"Kelihatannya alat ini memang tidak rusak"

Ruth mendekati zirah itu sekali lagi, lalu memindahkan lambang naga dan ksatria dan menekan tombol yang tersembunyi dibawahnya. Zirah itu mulai mengalirkan udara yang terkompres didalamnya dan mulai terbuka. Untuk bisa memakai zirah ini, zirahnya akan terbuka dan didalamnya dapat terlihat berbagai mesin.

"Satomi-sama, silahkan masuk ke sini"

Bagian dalam zirah itu mempunyai ruangan yang cukup untuk satu orang. DIdalamnya juga terdapat lapisan-lapisan pelindung agar yang mengenakannya dapat merasa nyaman.

"Aku cuma perlu pakai aja kan?"

"Ya. Saat kau masuk, zirah ini akan secara otomatis menutup"

"Baiklah"

Koutarou menuruti Ruth dan masuk ke ruangan yang tersedia oleh zirah itu. Saat dia melakukannya, Koutarou merasa kalau ukurannya pas. Sesaat kemudian, mesinnya mulai berjalan dan zirah itu menutup dan kembali ke bentuk asalnya. Dalam beberapa detik saja, Koutarou sudah mengenakan zirah biru itu.

"Begitu..jadi memang begitu rupanya..."

Ruth melihat dengan takjub saat Koutarou mengenakan zirah itu tanpa masalah sama sekali dan mengangguk dengan puas.

"Aku penasaran, apa ini hanya kebetulan belaka..."

"Ada apa Ruth? Apa maksdunya?"

Theia yang melihat hal itu sebagai hal yang aneh memanggil Ruth. Di saat itu, Ruth yang masih memandangi Koutarou, kembali sadar.

"Begini, Yang Mulia, aku pikir tadinya ada kesalahan, tapi kelihatannya Satomi-sama punya bentuk badan yang sama dengan sang legenda Ksatria Biru"

"Apa!?"

Kali ini, Theia-lah yang takjub.

"Karena itulah, alat pengukurnya tidak secara otomatis mengatur ukurannya"

Zirah itu dibuat sebagai tiruan milik Ksatria Biru. Karena itulah, ukuran awalnya didesain dengan ukuran sang Ksatria Biru sendiri. Dan dari semua kemungkinan, Koutarou kebetulan memiliki bentuk fisik yang sama persis, yang membuat zirahnya tidak mengatur ukurannya.

"Jadi begitu, jadi si primitif...ini kebetulan sekali.."

Theia melihat kembali ke arah Koutarou dan membisu.

Koutarou telah mendapat peran Ksatria Biru dan juga mempunyai bentuk fisik yang sama meskipun dari planet yang berbeda. Hal itu tampak seperti kebetulan yang tidak mungkin.

"Yang Mulia, bisa jadi..."

"Ya...T-Tidak, apa yang kau bilang!? Itu tidak masuk akal! Manusia purba itu di planet terbelakang ini tidak mungkin adalah sang Ksatria Biru yang kedua! Ini hanya kebetulan semata!"

Semenjak kecil, Theia dan Ruth sudah mengagumi Ksatria Biru. Hanya dengan melihat seseorang dengan bentuk fisik yang sama dengannya sudah cukup untuk membuat mereka tertarik.

"Wow! Ini beneran! Rasanya enteng!? Tapi aneh juga, aku tahu lagi pakai zirah, tapi nggak berat sama sekali"

Namun, Koutarou sendiri masih terlalu sibuk dengan rasa herannya dengan zirah itu dan tidak mendengar khayalan Theia dan Ruth.

Hal berikutnya yang menanti Koutarou setelah mengenakan zirah itu adalah hari-hari pelatihan disiplin ala Sparta.

"Kau bodoh! Itu salah! Sang Ksatria Biru tidak seperti itu! Jangan membungkuk! Berdiri tegap! Angkat kepalamu! Turunkan dagumu! Kenapa kamu bahkan tidak bisa berjalan dengan lurus!?"

"D-Dibilang begitu juga..."

Koutarou dengan gugupnya berjalan di ruangan besar itu sambil diteriaki oleh Theia.

Ruangan itu adalah ruangan yang dipakai oleh Theia dan Ruth sehari-hari. Bagian dalamnya dirancang dengan desain yang antik, dan ruangan indah itu tidak terlihat seperti ruangan pada kapal tempur umumnya. Ruangan itu cukup besar, sampai-sampai beberapa kamar 106 bisa muat didalamnya. Ruangan itulah yang menunjukkan kalau Theia adalah seorang tuan puteri.

"Kita hanya punya kurang dari dua minggu sebelum festival budaya! Kita tidak punya waktu lagi! Aku akan membuatmu bersikap layaknya ksatria yang gagah dari Forthorthe pada hari ini!"

"Nggak mungkin!"

"Aku sudah tahu itu tidak mungkin! Tapi aku membutuhkanmu, ksatriaku, untuk bersikap demikian agar aku tidak mendapat malu!"

Tapi, Koutarou tidak punya waktu untuk mengagumi ruangan itu. Dia terlalu sibuk berlatih untuk bersikap seperti kaum bangsawan sementara Theia terus berteriak kearahnya.

"Ngapain repot begini sih!? Bukanya kita perlu latihan apa yang perlu dipentasin aja!?"

"Kau bodoh! Berakting datang dari hati! Kalau kau tidak tahu bagaimana para bangsawan bersikap, bagaimana mungkin kau bisa bersikap seperti mereka!? Aku akan membuat badan dan pikiranmu bersikap layaknya bangsawan! Kau akan menjadi Ksatria Biru milikku!"

"Tatapanmu aneh, Tulip!!"

"Bukan Tulip!! Panggil aku tuan puteri Theiamillis! Jangan terganggu dengan percakapan ini! Dan jangan goyangkan buku diatas kepalamu! Jalan lurus tanpa membuatnya bergoyang!"

"Siapapun, tolong aku!!"

"Tidak akan ada yang menolong! Kau hanya punya dua pilihan! Menjadi Ksatria Biru, atau mati disini!"

"Ahhh!! Si maniak Ksatria Biru mengejar!!"

Theia punya alasan kenapa dia melakukan semua ini - karena ini adalah Koutarou. Nyatanya, dia tidak akan meminta seperti ini dari Kenji. Kalau orang lain yang memerankan Ksatria Biru, Theia akan merasa baik-baik saja dengan level SMA. Tapi jika Koutarou yang memerankan Ksatria Biru, itu sudah menjadi hal lain baginya. Karena dia berniat menjadikan Koutarou sebagai hambanya, dia ingin agar Koutarou benar-benar bersikap selayaknya Ksatria Biru.

"Maniak, ya. Kau bisa menganggapnya begitu. Para gadis di Forthorthe sudah tergila-gila dengan Ksatria Biru selama lebih dari 2000 tahun! Kau harus memuaskan mereka!!"

"Waaaah! Enak aja!!"

Koutarou dengan putus asa melanjutkan latihannya diiringi teriakan THeia. Entah baik atau buruk, perasaan mereka tersampaikan saat itu - apalagi Theia, yang selama ini hidup dengan terus menjaga perasaannya. Adalah hal yang langka bagi dirinya untuk menunjukkan emosinya kepada orang lain.

"...Fufufu, Yang Mulia dan Satomi-sama kelihatannya sedang bersenang-senang"

Ruth mengawasi mereka dengan pengertian itu. Dia betul-betul bahagia dengan Theia yang bisa meluapkan perasaannya sebanyak ini, dan juga merasa berterima kasih kepada Koutarou yang membuat semua itu bisa terjadi.

Yang Mulia bilang jika Satomi-sama bukanlah Ksatria Biru yang kedua, tapi...kalau aku memikirkannya dari sisi lain, Satomi-sama memang bukanlah Ksatria Biru yang kedua, tapi aku yakin bahwa dia adalah Ksatria Biru tuan puteri...

Bagi Ruth, hal yang penting baginya adalah bahwa Theia bisa tersenyum. Bahkan jika Ksatria Biru yang asli sekalipun muncul, Ruth tidak akan ragu untuk memilih Koutarou, karena bagi Theia dan Ruth, keberadaan Koutarou semakin menjadi lebih dan lebih penting dibandingkan sang Ksatria Biru.


Part 6[edit]

Sementara Theia sedang melatih Koutarou untuk menjadi ksatria di dalam kapal Ksatria Biru, sebuah suasana yang damai bisa terasa di dalam kamar 106.

"Yurika, Sanae, kalian ingin apa untuk makan malam?"

"Ah, kalau Kiriha-san yang masak, aku mau sup miso babi sama tahu goreng!"

"Yurika, bukannya itu apa yang bakal dimakan sama orang-orang tua ya?"

Yang ada di kamar saat itu adalah Yurika, Sanae, Kiriha dan kedua haniwanya. Tanpa Koutarou, Theia, dan Ruth, kamar itu menjadi cukup sunyi.

"Orang tua..tapi, masakan khas Jepang buatan Kiriha-san enak kok"

"Aku setuju kalau itu. Aku juga mau sama apa yang Yurika mau"

"Baiklah"

Dengan menu makan yang sudah ditetapkan untuk hari itu, Kiriha kembali ke dapur. Sambil melihat ke belakangnya, Yurika teringat akan sesuatu dan menepuk tangannya.

"Oh iya,aku harus kasih makan Hercules-chan"

"Kalau kita nggak cepet-cepet, Koutarou sama yang lain bakal pulang"

Yurika dan Sanae mendekati lemari - mereka berdua menjaga kumbang yang dipelihata Yurika. Biasanya, Koutarou akan bergabung juga, tapi belakangan ini dia tidak punya waktu untuk itu.

"Waktunya makan malam, Hercules-chan ♪ "

Saat Yurika membuka lemari, sebuah sangkar plastik nampak dihadapan mereka berdua. Cahaya yang tiba-tiba masuk ke dalam lemari membuat si kumbang Herkules terkejut, dan bergerak dengan pelan untuk bersembunyi di bawah bayangan.

"Makanannya hari ini apa, Yurika?"

"Aku udah kasih buah kemarin, jadi hari ini kita kasih makanan yang biasanya"

"Roger"

Yurika mengambil sangkar itu sementara Sanae mengambil kaleng makanan khusus untuk si kumbang dan kembali ke meja teh.

"Maafin aku ya, selalu nyimpen kamu di tempat gelap, Hercules-chan, tapi ini semua biar kamu aman. Tahan sebentar lagi ya"

"Yurika, nih makanannya"

Sanae membuka tutup kaleng makanan itu dan memberinya kepada Yurika - kaleng itu penuh dengan makanan khusus serangga dan mengeluarkan bau yang khas. Awalnya, Yurika selalu mengerutkan wajahnya kapanpun dia membuka itu, tapi sekarang dia sudah terbiasa.

"Makasih. Ini dia makanannya datang, Hercules-chan"

Saat Yurika menuang makanan itu ke dalam sangkar, Hercules yang tadi bersembunyi di balik bayangan mulai muncul. Dia tahu kalau Yurika sudah menuang makanan ke dalam sangkarnya.

"Aku nggak mengira kalau dia berhubungan sama Kanabun[1]"

"Eh, benaran!?"

"Bener, Koutarou juga bilang gitu"

"Begitu..nggak nyangka kalau raja serangga punya kerabat yang biasa aja.."

"Itu kayak sadar kalau bapak dari idol terkenal cuma orang tua biasa"

Yurika dan Sanae memandangi sangkar itu. Saat mereka melakukannya, Hercules mengambil potongan makanan yang besar dan mulai makan. Karena nafsu makannya yang besar, dia langsung mengunyah makanan itu.

"Dimakan tuh, dimakan"

"Dengan nafsu makan kayak gitu, kamu pasti bakal tumbuh lebih gede"

Yurika dan Sanae tersenyum melihat Hercules yang sedang makan, tapi tiba-tiba sebuah bayangan menutupi sangkar itu.

"Tanduknya besar juga"

"Eh!?"

"Wah?"

Bayangan itu ternyata milik Ruth. Sebelum mereka sadar, dia sudah muncul di kamar itu dan memandangi sangkar itu dari sisi lain.

"R-Ruth-san!?"

"Ruth, kapan kamu...!?"

Wajah Yurika dan Sanae nampak ketakutan dengan kemunculan Ruth.

G-Gawat!

Habis sudah..

Ruth memiliki dendam yang teramat sangat terhadap kumbang. Karena sudah melihat Hercules, Yurika dan Sanae menyiapkan diri mereka untuk situasi terburuk - bayangan tentang Ruth yang menghabisi Hercules sampai berkeping-keping muncul di dalam kepala mereka. Mereka percaya bahwa takdir yang kejam telah menunggu Hercules.

"Jadi, apa nama serangga ini?"

Namun, berlawanan dengan bayangan mereka, Hercules tidak musnah. Ruth hanya melihat ke dalam sangkar itu dengan wajah penuh tanda tanya.

"Eeeeeh!?"

"R-Ruth, kamu nggak tahu ini apa!?"

"Ya...Ini pertama kalinya aku melihat serangga ini.."

Ternyata Ruth tidak tahu seperti apa kumbang itu - itulah yang mengagetkan mereka berdua. Meskipun dia tahu namanya, Ruth sama sekali tidak tahu makhluk seperti apa kumbang itu.

"Apa ada yang salah?"

"N-Nggak! Nggak sama sekali!"

"Nggak kok!"

Keduanya menggelengkan kepala mereka saat Ruth bertanya.

Untung sajaaaaaa!

Terima kasih, Tuhan!!

Sambil tetap menggelenkan kepala mereka, Yurika dan Sanae bersorak dalam hati mereka masing-masing.

"Lalu, serangga jenis apa ini?"

"Yah, ini adalah---"

Yurika, yang menghela nafas lega, hampir saja menyebutkan kenyataannya, dan membuat Sanae memukul bagian belakang kepalanya.

"Adalah..apa?"

"Dia..uhm, Kanabun! Ini adalah spesies langka yang disebut sebagai raja serangga, dan namanya adalah Hercules-chan!"

Sanae secara teknis tidak berbohong, tapi dia tidak menyebutkan bagian yang terpenting.

"Kanabun...Hercules... Penampilannya memang terlihat gagah, cocok untuk nama raja"

Tapi, Ruth tidak memperhatikan itu, dan hanya melihat ke arah sangkar dengan penuh kagum. Setelah perhatian Ruth beralih dari Sanae, Sanae berbisik ke arah Yurika.

"..Hei, Yurika. Yang bener aja!? Nyawa Hercules-chan dalam bahaya, tahu!"

"...Maaf, aku nggak sengaja"

Yurika berulang kali meminta maaf kepada Sanae dengan suara pelan.

"Wow, dia sedang makan! Aku rasa kalau dia sebesar ini, bahkan makanannya pasti besar!"

Untungnya, Ruth tidak memperhatikan mereka dan masih memandangi Hercules dengan penuh ketertarikan.

"....Buruan pergi sana, Ruth..."

"...Auuuu"

Meskipun Ruth tidak tahu kalau dia sedang melihat sebuah kumbang, Sanae dan Yurika hanya bisa menahan nafas mereka.


Part 7[edit]

Waktu menuju festival saat ini tersisa kurang dari satu minggu. Saat ini, mereka tidak bisa menunggu kemampuan akting Koutarou untuk meningkat dan sekarang sedang melakukan gladi bersih.

"T-Tinggal seminggu lagi....tinggal seminggu lagi, dan aku bakal bebas dari ini semua..."

"Apa kamu baik-baik saja, Satomi-kun?"

Karena sudah menuruti semua ajaran Theia setelah selama ini, Koutarou tampak sangat kelelahan. Tapi, dia dengan cepat menyemangati dirinya sendiri.

Gawat, aku nggak boleh bikin Sakuraba-senpai kuatir sama aku!

Koutarou menyemangati dirinya dan tersenyum kepada Harumi.

"Aku nggak apa-apa kok, Sakuraba-senpai"

"Yah, kalau begitu..."

Sesudah Harumi melihat senyuman Koutarou, dia merasa sedikit lega dan terus memandangi Koutarou - bukan dengan pandangan kuatir, tapi pandangan kekaguman.

Satomi-kun pasti sudah berlatih dengan sangat giat...

Koutarou memang kelelahan, tapi caranya bergerak sangat berbeda dibandingkan dengan seminggu lalu. Sikap badannya tegak dan cara berjalannya anggun. Setiap gerakannya terlihat terlatih dan indah. Penampilannya saat mengenakan zirah biru miliknya betul-betul memancarkan penampilan sang Ksatria Biru tanpa perlu berakting.

Entah kenapa, aku merasa aneh...

Sebuah perasaan yang misterius menyelimuti Harumi yang saat itu mengenakan pakaian sang Puteri Perak dan berdiri dihaapan Koutarou yang mirip dengan Ksatria Biru. Untuk suatu alasan, dia merasa rindu akan sesuatu. Harumi juga merasa, dengan posisi mereka berdua yang berhadap-hadapan seperti ini dengan penampilan mereka saat itu, adalah sesuatu yang memang seharusnya.

Aku rasa bahkan diriku sekalipun punya suatu keinginan romantis yang bahkan diriku tidak sadari...

Harumi mengartikan perasaannya saat itu dengan artian sedemikian rupa sembari terus memandangi Koutarou. Hanya dengan melakukan itu dia sudah merasa bahagia. Tapi, di saat itu, ada satu orang lagi yang memandangi Koutarou.

"Ya ampun, primitif, kau salah lagi!"

Pandangan itu berasal dari Theia, yang telah melatih Koutarou bagaimana seorang ksatria bersikap. Tidak seperti Harumi, Theia merasa tidak puas dengan bagaimana Koutarou bersikap. Koutarou telah membuat beberapa kesalahan, dan hal itu membuat Theia kesal.

"Setelah kita pulang, kita akan langsung kembali latihan! Berapa kali harus kukatakan kepadamu agar kau mengerti!?"

Theia mengencangkan pegangannya ke naskah yang dipegangnya.

Ngomong-ngomong, peran Theia dalam drama adalah sebagai adik Puteri Perak, sang Puteri Emas.

"Begitu, jadi begitu caranya kau melatih Koutarou dalam sopan santun dalam waktu yang sesingkat ini"

Kiriha tertawa dengan riangnya disebelah Theia. Biasanya, dia akan menangani bagian kostum, tapi karena kemampuannya untuk mengurus segala sesuatunya dengan baik, Kiriha juga baru saja mendapat peran hari ini. Perannya adalah biarawati yang melayani sebagai penasihat Puteri Perak. Karena kostum yang dipakainya, suara tawanya terdengar hangat dibandingkan biasanya.

"Yang Mulia memang keras kepala kalau berhubungan dengan Ksatria Biru"

Ruth juga tertawa dengan tawa yang sama dengan Kiriha. Kostum yang dipakainya mirip dengan kostum Koutarou - zirah yang dipakai dalam upacara yang telah diwariskan turun temurun dalam keluarga Pardomshiha. Ruth mendapat peran ksatria wanita yang bertugas melindungi sang Puteri Perak.

"Dia lebih mirip sama penguntit. Dia nempel terus sama Koutarou bahkan kalau dia pergi ke toilet atau kamar mandi"

Sanae tersenyum kecut sambil melemaskan pundaknya. Hari ini, dia sedang memakai pakaian peri. Dia membuat kostum itu sendiri beberapa tahun lalau untuk festival seni sekolah. Karena sudah dipakai saat festival seni sekolah, kualitasnya biasa saja, tapi saat dia terbang dia tampak seperti peri sungguhan. Sanae akan bergantung pada Koutarou seperti biasa dan menolongnya jika dia melupakan dialognya.

"Jaga bicaramu! Aku tidak tahu bagaimana pria bertingkah didalam toilet!"

"Jadi, kamu tahu gimana mereka bertingkah di kamar mandi?"

Shizuka tersenyum riang saat dia memainkan kostum pelayannya. Desain kostumnya dirancang berdasarkan kostum pelayan Forthorthe, dan itu cocok dengan sifat Shizuka yang tenang dan teratur - perannya adalah sebagai pelayan Puteri Perak.

"Tentu saja! Si primitif itu bahkan tidak tahu caranya masuk ke dalam bak mandi!"

"...Jadi itu kenapa Satomi-san bahagia banget pas dia masuk toilet..."

Yurika memandangi Koutarou dengan pandangan kasihan. Tapi, Yurika yang memakai pakaian coklat ketat dengan kostum bokong kuda adalah yang paling kasihan diantara mereka semua. Yurika juga memiliki beberapa peran lain selain menjadi bokong kuda.

"Baik semuanya, segera bersiap! Kita akan mulai gladi bersihnya dari adegan pertama!"

Di saat itu, si ketua klub memanggil semua orang dari atas panggung, pertanda bahwa pengaturan properti panggung sudah selesai.

"Giliran kita nih"

"Ah, tungguin dong!"

Sanae dengan cepat mengikuti Koutarou, dan Yurika sesaat setelahnya.

Adegan pertama mereka adalah saat sang Puteri Perak sedan dikejar oleh penjahat, dan diselamatkan oleh Ksatria Biru yang tiba-tiba lewat. Penghuni kamar 106 yang turut andil dalam adegan ini adalah sang Ksatria Biru, Koutarou, dan bokong kuda, Yurika.

"Yah, aku akan mulai dari sebelah sana, Satomi-kun. Sampai jumpa nanti"

Tempat mulai Harumi dan Koutarou berbeda, itulah kenapa Harumi mengatakan sampai jumpa kepada Koutarou dan mengarah ke bagian kiri panggung.

"Oke senpai, semoga berhasil!"

"Ya!"

Dan saat Harumi pergi dengan senyuman di wajahnya, seorang peri kecil dan sebuah bokong kuda muncul.

"Koutarou"

"Ya, aku mohon bantuan kalian berdua ya, buat hari ini"

"Ya"

"Hiehehehehe!"[2]

Setelah bergabung dengan Koutarou, mereka berdua terlihat bersemangat. Yurika, yang punya peran Bandit A nantinya, terlihat lebih bersemangat.

"Jadi, sekarang aku harus ngapain, Koutarou?"

"Hmmm..Mulai periksa aku salah dimana, baik akting atau dialognya. Kamu cuma perlu ngebantu dibagian dialog pas kita udah dekat festival budaya"

"Oke, jadi aku cuma perlu inget bagianmu yang salah aja kan?"

Meskipun dia sudah mulai membaik dalam berakting, Koutarou masih memerlukan bantuan Sanae jika dia akan melakukan kesalahan. Sanae memang cocok untuk tugas itu, karena ingatannya yang bagus dan orang biasa tidak bisa melihatnya. Selain itu, dia juga memiliki beberapa pekerjaan spesial, diantaranya membuat mantel Koutarou bergerak saat ada adegan dengan angin yang kuat.

"Yurika, kamu nggak bisa lihat depanmu, jadi awasi kakimu ya"

"Oke, aku udah latihan banyak kok!"

Koutarou naik ke atas panggung setelah berbicara dengan mereka berdua dan menunggu sampai gilirannya untuk tampil terdengar.

"...Huh?"

Dan saat Koutarou mulai naik, seorang gadis menuruni tangga panggung dan berpapasan dengannya.

Sebelumnya apa ada cewek kayak dia?

Koutarou berbalik dan melihat kearahnya. Gadis itu memiliki rambut kebiruan dan gaun berwarna hitam dan putih. Wajahnya dihiasi dengan kacamata yang terlihat antik. Koutarou hanya bisa merasa kalau dia belum pernah melihat gadis itu sebelumnya.

"Ada apa, Satomi-san?"

"Yah, aku baru aja ngeliat cewek yang sebelumnya nggak pernah aku lihat"

"Beneran?"

Yurika tidak bisa melihat gadis yang dimaksud karena kostumnya sendiri yang menghalangi pandangannya.

"Kostumnya elegan, mungkin dia dapet peran bangsawan atau semacamnya"

"Ya, mungkin"

Banyak pemain tambahan yang dibutuhkan dalam drama ini. Dengan banyaknya klub yang membantu, wajar jika Koutarou tidak mengenali semuanya. Koutarou pun mengangguk menyetujui kata-kata Sanae dan melihat kembali ke arah gadis yang dimaksud. Namun, dia tidak dapat melihatnya lagi. Gadis itu telah pergi entah kemana sementara Koutarou berbicara dengan Yurika dan Sanae.

Udah pergi toh..ya sudahlah...

Sesuatu tentang gadis itu mengganggu Koutarou, tapi Koutarou hanya menganggapnya sebagai pemain tambahan dan mengesampingkan hal itu - dia punya hal lain untuk dilakukan.

"Oke, ayo kita lakukan ini!"

Hal terpenting yang Koutarou harus lakukan saat ini adalah memerankan sang Ksatria Biru dengan selayaknya.


"S-Siapa anda!?"

"Tolong tenanglah, puteri Alaia. Saya mungkin hanyalah seorang ksatria pengelana yang jauh dari tempat asalnya, namun saya tidak kehilangan sedikitpun kesetiaan saya pada keluarga kekaisaran"

Akting Harumi dan Koutarou berlanjut di atas panggung. Akting mereka mengesankan, terlebih akting Harumi yang memukau.

Kamu memang hebat, Sakuraba-senpai...Kelihatannya memang tingkatannya berbeda, hampir kayak aslinya...

Koutarou adalah satu-satunya orang yang paling mengerti kehebatan Harumi. Mereka telah berlatih bersama semenjak mereka membaca berulang-ulang dialog mereka, jadi dia tahu seberapa serius dan tekun Harumi melakukan itu. Dan saat mereka berdua saling berhadapan, hal itu semakin terlihat jelas. Yang hanya dilakukan Koutarou hanyalah mengikuti arahan Harumi, dengan melakukan itu Koutarou bisa merasa seperti sang Ksatria Biru sesungguhnya.

Meskipun dia masih mengacau saat mengucapkan dialognya, Koutarou bisa berakting tanpa ragu-ragu.

"Tapi, membantu kami yang saat ini terus dikejar karena posisi saya adalah sama dengan membuat seluruh Forthorthe menjadi musuh anda!"

"Memang, hal itu seperti yang anda katakan, puteri Alaia"

"Kalau begitu--"

"Namun, saya tidak harus membuat harga diri, kepercayaan, dan yang terpenting rakyat Forthorthe sebagai musuh saya. Dan yang terpenting adalah bukanlah siapa musuh anda, melainkan siapa yang tidak akan mengkhianati anda"

Dan Harumi tahu Koutarou bisa dipercaya.

Kalau aku sedang bersama Satomi-kun, aku bisa melakukan ini..dan jantungku berdetak cepat..dengan perasaan seperti ini, aku yakin aku bisa melakukannya dengan baik!

Karena Harumi biasanya pemalu, berdiri diatas panggung sudah cukup untuk membuatnya gugup. Tapi, dengan Koutarou disisinya, dia bisa melupakan kegugupannya dan berakting dengan baik.

Dan aku yakin, Satomi-kun akan melindungiku...

Rasa aman itu memberi Harumi kekuatan dan membuatnya berakting sebagus yang dia bisa - dan itu tetap berlanjut, bahkan dalam adegan tanpa Koutarou. Rasa percayanya terhadap Koutarou yang akan menolongnya telah memberinya kekuatan.

"Yang Mulia...Satomi-sama dan Sakuraba-sama benar-benar hebat..."

"..."

Theia dan Ruth telah menyaksikan tingkatan akting yang lebih tinggi berulang-ulang kali di Forthorthe.

"Latihan yang kau berikan pada Satomi-sama kelihatannya membuahkan hasil, Yang Mulia"

"..T-Tidak...ini...tidak seperti..."

Dalam hal akting, mereka memang masih jauh dari para profesional. Cara mereka menyampaikan dialognya masih buruk dan cara mereka bergerak masih kurang baik. Tapi bagi Theia, mereka terlihat seperti Ksatria Biru dan Puteri Perak yang sesungguhnya. Akting mereka memicu sesuatu yang membuat Theia merasa seperti itu.

"Kalau begitu, tolong katakan kepadaku satu hal"

"Apapun yang anda minta"

"Lambang kekaisaran yang terukir pada lempeng dadamu. Penampilan anda, tingkah laku anda dan rasa percaya diri anda. Anda, tanpa saya ragukan lagi, adalah seorang ksatria Forthorthe yang sebenarnya. Tapi...saya tidak mengingat pernah melihat lambang yang terukir pada pedang anda. Darimanakah anda berasal?"

"...Dari waktu yang tak berujung dan jarak yang tak terhitung"

"Tapi..."

Theia hanya punya satu keluhan.

Kenapa aku disini? Kenapa aku hanya bisa menonton saja? Kenapa--

"..Apakah aku bukan sang puteri yang dilindungi oleh sang Ksatria Biru.."

Sebuah keluhan kecil lolos dari bibir Theia.

Dia telah mengagumi sang Ksatria Biru semenjak dia masih kecil.

Dia ingin menjadi tuan puteri yang layak bagi sang Ksatria Biru.

Dia ingin bertemu ksatria yang luar biasa hebat, layaknya sang Ksatria Biru, dan mereka berdua akan bekerja sama melindungi ibunya, Elfaria.

Itulah yang dirasakan Theia, yang meluap-luap didalam dirinya saat itu. Apa yang mendukung perasaan itu adalah rasa kagumnya yang kuat kepada sang Ksatria Biru.

Tapi, rasa kagum itu muncul karena melihat Koutarou yang sedang berakting. Rasa itu mulai mengalir keluar saat dia menagkui kalau orang yang berada diatas panggung saat itu memang benar-benar sang Ksatria Biru.

Ada satu orang lagi yang terkejut seperti halnya Theia.

"T-Tidak mungkin..Kata-kata itu, itu hal yang sama yang diucapkan seperti orang itu...?"

Dan orang itu adalah Kiriha. Senyumnya yang tenang, lembut dan penuh percaya diri tergantikan dengan raut wajah yang terkejut. Yang membuatnya terkejut adalah dialog yang dikatakan Koutarou diatas panggung.

Kiriha telah mendengar kata-kata itu sebelumnya.

Rokujouma V4 193.jpg

"Kenapa si Ksatria Biru mengatakan hal itu...?"

Kiriha dengan cepat membuka naskah yang dia dapat hari ini. Dia tidak salah mendengarnya; dialog itu memang salah satu dialog Ksatria Biru.

"Ini..apa yang.."

Dengan ekspresi yang kebingungan, dia merogoh saku bajunya dengan tangan kanannya dan menarik keluar sebuah kartu, yang merupakan kenangan dari cinta pertamanya yang diperolehnya sepuluh tahun lalu. Sambil melihat kartu itu, Kiriha mencoba mengingat masa lalunya.

"Onii-chan, kamu datang dari mana?"

"Hmm, susah buat dijelasin, tapi...bisa dibilang, dari waktu yang tak berujung dan jarak yang tak terhitung"

"Ahahahaha, kamu gagal keren, Onii-chan"

"Sebenarnya, aku juga mikir hal yang sama sih"

Di saat itu, Kiriha masih kecil, dan waktu sudah berjalan cukup lama sejak saat itu, jadi dia hanya bisa mengingat secara samar-samar bagaimana rupa cinta pertamanya. Dia mungkin sudah mendengar namanya, tapi dia ingat hanya memanggilnya dengan sebutan Onii-chan.

Tapi, Kiriha betul-betul mengingatnya. Kiriha bertanya dari mana aslanya, dan dia menjawabnya 'dari waktu yang tak berujung dan dari jarak yang tak terhitung'. Kalimat itu meninggalkan kesan yang mendalam baginya, bahkan dia bisa mengingatnya hingga saat ini.

Apa ada alasan lain? Tidak, itu tidak...Tidak mungkin ada alasan kalimat itu diucapkan baik di Forthorthe maupun di Bumi...Yang berarti, itu adalah kebetulan, tapi..

Kiriha sadar bahwa hal itu kemungkinan besar hanyalah kebetulan. Setelah Kiriha meyakinkan dirinya, dia mulai mencari Theia, dan dengan cepat menemukannya. Rambutnya yang panjang keemasan dan gaunnya yang berwarna putih terlihat mencolok, dan dia sedang berdiri tepat di sebelah lampu yang besar dan melihat ke arah panggung dengan penuh fokus.

Kelihatannya Theia-dono punya rasa yang kuat terhadap drama ini, sama sepertiku...

Dan hal itu terjadi saat Kiriha mulai tersenyum kecil - lampu disebelah Theia mulai miring.

"Tidak!"

Melihat lampu itu mulai miring, Kiriha berterak:

"Theia-dono! Cepat lari dari sana! Lampunya akan--!"


Part 8[edit]

Lampu itu jatuh tepat ke arah Theia.

"Theia-dono! Cepat lari dari sana! Lampunya akan--!"

"A-Apa!?"

Suara Kiriha terdengar oleh Theia, tapi karena dia terlalu terfokus ke arah panggung, dia terkejut dan hanya terdiam disana.

"Yang Mulia! Lampunya jatuh!"

Di saat yang sama dengan teriakan Ruth, Theia berbalik ke arah lampu itu.

"Apa-!?"

Lampu itu mulai jatuh dengan cepat dan jatuh ke arah Theia. Karena lampu itu lampu yang besar untuk menyinari panggung, Theia tentu akan mendapat luka serius jika sampai terkena lampu itu.

Sudah tidak sempat lagi!

Theia mencoba menghindar, tapi karena lampunya suah berada tepat didepannya, dia sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Kyaaa!"

Hal yang bisa dilakukannya adalah berteriak, menutup matanya dan menyiapkan dirinya.

Suara yang keras dan benturan yang kuat - Theia terlempar ke lantai ruang gymnasium, dan pingsan selama beberapa saat. Theia tidak tahu apa yang terjadi.

"Yang Mulia! Satomi-sama!"

Theia tersadar beberapa saat kemudian saat dia mendengar teriakan Ruth.

Apa dia bilang Satomi-sama...?

Saat Theia masih kebingungan kenapa Ruth memanggil nama Koutarou, dia bisa merasakan ada setetes air yang jatuh ke wajahnya.

Apa yang...?

Theia merasa kalau itu aneh, dan dia membuka matanya. Yang bisa dilihatnya adalah warna biru.

"Apa..?"

Sebelum dia mengingat apa itu, setetes air kembali jatuh ke wajahnya. Saat dia secara refleks melihat ke atas ke arah asal air itu jatuh, dia melihat wajah seseorang yang tidak diduganya.

"...Apakah dirimu terluka, tuan puteri?"

Apa yang mengenai wajahnya bukan air, melainkan darah orang itu. Setelah dia merasakan kehangatan dari darah itu, Theia teringat akan apa yang terjadi padanya.

"...K-Ksatria Biru-sama...?"

D-Dia melindungiku...? Ksatria Biru-sama datang menyelamatkanku...?

Dan karena itu, Theia hanya bisa memandangi orang di hadapannya.

"Oh, syukurlah, kelihatannya anda tidak terluka, tuan puteri Theiamillis"

Orang itu, Koutarou, telah menahan lampu yang jatuh dan melindungi Theia.

Saat Kiriha berteriak, Koutarou kebetulan sedang melihat ke arah Theia. Itu karena arahan adegan saat itu, tapi berkat itu, dia bisa melihat lampu yang jatuh ke arah Theia.

Tulip!!

Dengan cepat, Koutarou melesat ke arah Theia mengandalkan refleknya. Dia tidak punya rencana ataupun peluang untuk berhasil; pikirannya saat itu adalah bahwa dia harus menyelamatkan Theia.

Koutarou melompat dari panggung ke arah Theia, memeluknya dan di saat yang sama lampu itu menabrak badannya dan membuat suara benturan antara metal yang keras. Tapi, karena saat itu Koutarou sedang mengenakan zirah Ksatria Biru, dia bisa menahan benturan itu. Luka yang dialaminya hanyalah sayatan kecil di dahinya.

"...Apakah dirimu terluka, tuan puteri?"

Karena itulah, Koutarou masih punya kesempatan untuk membuat candaan seperti itu.

Koutarou bisa melindungi Theia karena dua hal yang cukup beruntung: yang pertama adalah karena dia sedang melihat ke arah Theia, dan yang kedua adalah karena dia sedang memakai zirah Ksatria Biru. Dia tidak akan bisa menyelamatkan Theia kalau dia tidak menyadari kejadian itu atau jika dia tidak memakai zirah itu.

Koutarou berhasil menyelamatkan Theia karena zirahnya meningkatkan kekuatan lompatannya dan lolos dari cedera karena perlindungan zirahnya.

"..K-Ksatria Biru-sama..?"

"Oh, syukurlah, kelihatannya anda tidak terluka, tuan puteri Theiamillis"

Yah, dia selamat..

Setelah Koutarou memastikan kalau Theia, yang sedang dipeluknya dengan kedua tangannya, baik-baik saja, dia menghela nafas lega. Yang dilakukannya selanjutnya adalah menggerakkan tangan kanannya untuk mendorong lampu yang ada di punggungnya.

"Haa"

Koutarou dengan mudah mendorong lampu itu dari punggungnya. Saat lampu itu mengenai lantai, Koutarou yakin telah berhasil menyelamatkan Theia dari bahaya.

"Fiuh..."

Koutarou kembali menghela lega dan berdiri sambil tetap memeluk Theia. Theia terlihat masih terkejut, dan hanya terdiam sambil menatap Koutarou setelah Koutarou berdiri.

"Tulip, kamu bisa berdiri?"

"Ah.."

Tulip.

Sesaat setelah Koutarou mengucapkan itu, Theia terhenyak dan kembali sadar. Dia lalu mengedipkan matanya beberapa kali sebelum melihat ke sekelilingnya, dan akhirnya mengerti keadaannya.

"A-Aku baik-baik saja, aku bisa berdiri"

Wajah Theia berubah merah saat Koutarou mengguncangnya. Setelah sadar kalau Koutarou masih memeluknya, Theia bertambah malu.

"Kalau gitu, aku lepas ya"

"Ya..."

Setelah Koutarou melepas Theia, dia memperhatikan aliran darah di sepanjang pipi Koutarou. Sayatan di dahinya mengeluarkan darah yang mengalir ke pipinya, menuju dagu dan jatuh ke lantai.

Ksatria Biru-sama terluka...

Setelah memperhatikan luka itu, Theia dengan tergesa-gesa merogoh sakunya dan mengeluarkan sapu tangan, lalu menjulurkan badannya dan mengarahkan sapu tangan itu ke dahi Koutarou.

"Hm? A-Ada apa, Tulip?"

Koutarou tidak sadar dengan lukanya sendiri, jadi dia tidak mengerti apa yang sedang dilakukan Theia. Koutarou justru melangkah mundur dari Theia dan menanyakan apa yang sedang dilakukannya.

"T-Tunggu, Ksatria Biru-sama, kepalamu terluka!"

"Luka...?"

Koutarou baru menyadari rasa sakit di dahinya setelah Theia memberitahunya. Dia lalu meletakkan tangannya di dahinya dan merasakan sesuatu yang hangat dan licin di ujung jarinya. Saat dia melakukan itu, Theia mendorong tangannya menjauh dan menyeka sapu tangan miliknya pada lukanya.

"Tenanglah, Tulip. Nggak masalah kok"

"Kenyataan bahwa Ksatria Biru-sama terluka demi diriku adalah masalah bagiku!"

Theia keliru menganggap Koutarou sebagai Ksatria Biru.

"Tenanglah. Aku bukan Ksatria Biru yang asli"

Koutarou menenangkan Theia karena menganggap itu muncul dari shock setelah insiden tadi.

"Ah..."

Aku bukan Ksatria Biru yang asli.

Setelah Theia mendengar kata-kata itu, dia berhenti bergerak sejanak. Dia mulai bergerak lagi setelahnya, tapi wajahnya berubah merah.

"...M-Maaf. Kelihatannya aku panik sedikit"

"Aku tahu. Tapi itu tadi imut juga"

Dalam kebingungannya, Theia salah mengira Koutarou sebagai Ksatria Biru, dan karena itulah Koutarou bisa melihat sisi lain Theia yang mengejutkan.

"...S-Seharusnya aku akan memukulmu, tapi kali ini akan kumaafkan"

"Terima kasih, tuan puteri"

Dalam situasi ini, Theia menjadi lebih tenang dibanding biasanya. Koutarou merasa dia tidak bisa meledeknya lebih jauh lagi dan benar-benar menyatakan terima kasihnya.

"Tidak...itu seharusnya kalimatku"

Theia menggelengkan kepalanya saat mengatakan itu.

"Bagus sekali, Koutarou"

Meskipun kata-kata itu merupakan kata terima kasih, itu adalah kata-kata normal Theia yang berasal dari hatinya.

"Y-Ya.."

Tapi kali ini, Koutarou tidak mengeluhkan hal itu.

"Satomi-sama, mari kita pergi ke ruang UKS"

"Aku nggak apa-apa, ini kecil kok"

"Kepalamu terluka. Menyerahlah dan pergilah"

"Tapi..."

"Kalau kau tidak pergi, begitu pula denganku"

"Oke, aku ngerti, ampun deh..."

Koutarou dan Theia pergi keluar gymnasium dengan ditemani Ruth. Meskipun Koutarou, yang benci dengan rumah sakit dan ruang UKS mengeluh, dia akhirnya menyerah dan keluar dari gymnasium bersama dengan mereka berdua.

"Syukurlah, Satomi-kun baik-baik saja..."

Setelah melihat mereka bertiga pergi, Harumi menghela nafas lega. Setelah tahu kalau Koutarou terluka, dia langsung panik sama seperti Theia. Tapi, setelah dia tahu kalau Koutarou baik-baik saja, Harumi bisa kembali tenang. Bukan hanya dia saja, tapi seluruh orang yang ada di gymnasium saat itu. Suasana yang tadinya tegang kembali pulih dan orang-orang bisa kembali tersenyum.

"Ya, syukurlah"

Kiriha mengangguk di sebelah Harumi. Tapi, tidak seperti orang-orang lain, raut wajah Kiriha nampak muram. Sayangnya, Harumi yang terlalu fokus terhadap Koutarou dan yang lainnya tidak memperhatikan itu.

"...Kenapa Kiriha? Wajahmu seram..."

Sanae yang kebetulan melayang didekatnya memperhatikan raut wajah Kiriha. Setelah melirik ke arah Sanae sekali, Kiriha menunjuk ke arah salah satu kaki dari lampu yang jatuh.

"Lihat ke sini, Sanae"

"Kenapa? Apa ada yang salah sama kaki lampu yang rusak ini?"

Kiriha menunjuk ke arah salah satu kaki dari ketiga kaki lampu itu. Lampu itu terjatuh karena salah satu kakinya rusak.

"Coba lihat baik-baik permukaannya. Kerusakannya terlalu rapi"

"Kamu benar. Ini hampir kayak--jangan-jangan!?"

Sanae terlihat terkejut setelah mengerti apa yang ditunjuk oleh Kiriha, dan Kiriha pun mengangguk ke arah Sanae.

"Itu benar. Kelihatannya kita menghadapi masalah serius"

Theia pernah bilang kalau ada kapal luar angkasa misterius yang muncul, tapi...

Kapal luar angkasa misterius.

Lampu yang jatuh ke arah Theia.

Kaki lampu yang kerusakannya terlalu rapi.


Kesimpulan yang diambil Kiriha mengarah pada munculnya musuh baru.



Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Kumbang khas Jepang dengan nama ilmiah Rhomborrhina japonica
  2. Yurika langsung masuk peran dengan menyuarakan ringkikan kuda


Kembali ke Bab 3 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 5