Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 12 Bab 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Darkness Rainbow[edit]

Part 1[edit]

Sabtu, 24 April

Harumi dan Kanae pertama kali bertemu beberapa tahun lalu saat Harumi masih dirawat di rumah sakit. Pada waktu itu, kondisi Sanae masih belum begitu buruk, jadi Harumi dan Sanae ditempatkan dalam ruangan perawatan yang sama. Itulah sebabnya Harumi tidak hanya kenal dengan Kanae tapi juga Sanae, meskipun hanya Sanae yang kalem yang dikenalnya. Setelah dilepas dari rumah sakit, Harumi terkadang mengunjungi Sanae dan bertemu Kanae dalam prosesnya.

Kanae saat iu berada di rumah sakit untuk mengambil beberapa barang yang tertinggal oleh Sanae. Pada perjalanan pulangnya, dia kebetulan bertemu dengan Harumi dan Yurika.

Setelah sama-sama menyelesaikan urusan mereka masing-masing, mereka bertiga meninggalkan rumah sakit itu dan memutuskan untuk makan siang di sebuah restoran. Saat ini, mereka sudah selesai makan dan sedang berbincang dengan tenang.

"Hmm, jadi kalian berdua sama-sama menyukai pria yang sama...wanita zaman sekarang memang berani, ya", ujar Kanae sambil menggoyangkan gelasnya untuk mengaduk es kopinya dan tersenyum dengan anggun.

"Menyukai..."

Harumi menjadi malu saat melihat wajah Kanae. Karena dia masih remaja, Harumi tidak memiliki rasa percaya diri sebesar orang dewasa.

"Apa aku salah?" tanya Kanae dengan tatapan yang menggoda Harumi. Rupanya dia senang melihat Harumi yang tersipu dengan polosnya.

"Aku rasa tidak, tapi...aku merasa kalau maknanya sudah berubah..."

"Fufu, tentunya tidak...tapi aku sedikit iri. Pertemanan dan cinta, ya...sudah lama aku tidak membicarakan hal itu..."

Kanae lalu mengenang sesuatu yang membuatnya tersenyum. Dia membayangkan dirinya dalam masa remaja keemasannya dan bermimpi kembali ke masa itu.

"Sekitar tiga puluh tahun lalu?"

Namun, dia hanya bisa merasa seperti remaja hanya untuk beberapa detik saja. Yurika yang tanpa sengaja berkomentar dengan kejamnya membuat Kanae kembali ke realita.

"Yurika-chan, apa kamu ingin berkelahi denganku?" tanya Kanae sambil tersenyum, namun dengan mata yang berkedut.

"Ng-Nggak kok!" balas Yurika dengan segera sambil menggelengkan kepalanya.

Aku kelepasan! Aku kelepasan lagi!

Yurika tahu bahwa bermusuhan dengan orang kaya adalah sesuatu yang berbahaya, dan dia juga takut dengan hukuman dari Koutarou. Itulah sebabnya dia terus menggelengkan kepalanya secepat yang dia bisa.

"Aku kesini untuk berkelahi, Kanae."

Tepat pada saat itulah ada suara baru yang bergabung. Si pemilik suara itu adalah seorang wanita berusia dua puluh tahunan yang memakai pakaian nila. Tepat pada saat mereka melihat wanita itu, raut wajah Yurika dan Kanae tampak terkejut.

"Lama tidak berjumpa, Kanae."

"Maya!? Kenapa kamu...!?"

"Orang ini makai sihir...tunggu, Darkness Rainbow!?"

"Senang bisa bertemu denganmu, Rainbow Yurika. Makiku sudah kau jaga dengan baik. Aku guru Maki, Maya."

Wanita yang muncul di hadapan Yurika dan yang lainnya adalah Maya, penyihir dari Darkness Rainbow.


Part 2[edit]

Guru Yurika, Nana, dan rekannya pada waktu itu, Kanae, sudah mengalahkan Maya beberapa tahun yang lalu. Pada saat itu, luka yang didapat Maya begitu serius dan membuatnya tidak bisa bertarung lagi. Itulah sebabnya muridnya, Maki, mewarisi gelarnya sebagai Dark Navy.

"Maya...tubuh apa itu...?"

"Kau akan segera tahu. Segera."

Namun, Maya nampak tidak terpengaruh oleh luka-luka itu. Pergerakannya terlihat sama seperti sebelumnya bagi Kanae, ditambah lagi, Maya terlihat lebih muda dibandingkan pada saat itu seakan-akan dia menjadi kembali muda selama beberapa tahun ini. Kanae lebih terkejut dengan hal itu dibandingkan dengan munculnya Maya.

"Nijino-san, ada apa? Siapa orang itu? Kenapa kita disini?"

Harumi menjadi lebih bingung lagi daripada Kanae.

Setelah Maya muncul, mereka bertiga kabur ke sebuah bangunan kosong. Sambil saling melempar niat membunuh antara satu sama lain, mereka juga saling melempar cacian.

Harumi, yang tiba-tiba terseret ke dalam dunia yang berbahaya, menjadi kebingungan dan tidak bisa berbuat apa-apa.

"Sakuraba-senpai, kita lagi ada di dalam bahaya, jadi tolong menjauh ya."

"Bahaya...kenapa?"

"Sebentar lagi bakal ada pertarungan. Orang itu musuhku sama Kanae-san."

"Musuh!?"

Harumi mengira bahwa Yurika sedang bercanda, sedang berpura-pura bahwa hal ini seperti berada dalam anime kesukaannya. Namun, suasanya yang dirasakan Harumi begitu berbeda. Terlalu serius untuk bisa dianggap sebagai candaan. Yurika sendiri belum pernah menunjukkan raut wajah seserius ini bahkan dalam drama.

Musuh...orang itu musuh Nijino-san dan Kanae-san...

Harumi melihat ke arah Maya, yang membuatnya bahkan bisa merasakan sesuatu yang berbahaya dari dirinya. Namun, akal sehat Harumi tetap bersikeras bahwa ini semua hanyalah candaan. Indra dan akal sehatnya pun saling bertentangan, dan hanya membuat Harumi semakin bingung.

"Aku jelasin semuanya nanti. Tolong lakuin apa yang aku bilang, Sakuraba-senpai."

"O-Oke, aku mengerti..."

Harumi melakukan seperti yang dilakukan Yurika dan menjauh dari ketiga orang itu. Dia masih belum mengerti apa-apa, namun dia tidak punya alasan untuk meragukan Yurika. Setelah memastikan bahwa Harumi berada pada jarak yang aman, Yurika mendekati Kanae. Sementara itu, percakapan antara Kanae dan Maya terus berlanjut.

"Maya, biarkan Sakuraba-san pergi. Dia tidak ada hubungannya dengan ini."

"Fufufu, aku tidak bisa melakukan itu. Aku punya permasalahanku sendiri", balas Maya yang menolak permintaan Kanae dengan penuh percaya diri. Namun di dalam benaknya, dia sedang memikirkan sesuatu yang berbeda.

Dari luar, dia adalah gadis yang lemah. Tapi, kepribadian keduanya mempunyai kekuatan yang begitu besar. Karena aku sudah tahu akan hal itu, tidak mungkin aku akan membiarkannya pergi begitu saja, benar bukan?

Maya sudah mendapatkan laporan dari Maki, jadi dia tahu tentang kekuatan yang dimiliki oleh Harumi. Dilihat dari tujuan Maya, dia tidak akan membiarkan Harumi pergi.

"Tidak peduli apapun alasannya? Sakuraba-senpai hanya manusia biasa", kata Yurika yang ada di sebelah Kanae dan ikut meminta agar Harumi dibiarkan pergi.

Yurika tidak tahu tentang kekuatan Harumi, karena dia pingsan saat Harumi menunjukkan kekuatannya. Itulah sebabnya dia mencoba menjauhkan Harumi dari bahaya sejauh yang dia bisa.

"Tidak peduli apapun alasannya, tidak peduli siapa gadis itu."

Walau begitu, Maya tetap tidak mau membiarkan Harumi pergi. Dia tersenyum menantang sambil melepaskan pakaian yang dikenakannya, membuat pakaian gadis penyihirnya yang dikenali oleh Kanae terungkap. Namun, hanya sebatas hal itulah yang dikenali oleh Kanae.

"Ganti mode, mode pertarungan! Pembesaran tingkat aura ke 1.5."

"Siap. Mode pertarungan dengan pembesaran tingkat aura ke 1.5 diaktifkan."

Setelah Maya memberi perintah, pergelangan tangannya mulai memancarkan nyala kenilaan seakan sedang memakai gelang. Di saat yang sama, garis-garis yang menyerupai tato di tubuhnya mulai berpendar dengan nyala yang sama dan terbuka sedikit. Dari celah itu, bisa terlihat mesin-mesin yang tampak rumit. Sebagian besar tubuh Maya rupanya sudah terbuat dari mesin.

"Maya!? Apa tubuh itu---!?"

Kanae, yang melihat mesin-mesin melalui celah di tubuh Maya, menyadari bagaimana Maya bisa kembali pulih, namun dia tidak bisa membayangkan bahwa hal itu bisa dilakukan dengan sains modern. Pemandangan itu begitu mengejutkan bagi Kanae.

"Apa kau iri? Aku sudah menemukan salon kecantikan yang begitu hebat. Tubuhku indah, bukan?"

"Cyborg!? Kanae-san, minggir! Dia berbahaya!" seru Yurika memperingatkan Kanae. Sebagai balasannya, Kanae mengikuti saran Yurika dan memberi jarak antara dirinya dan Maya. Berkat manga dan anime miliknya, Yurika bisa mengerti bahaya yang ada lebih cepat daripada Kanae.

"Intuisi yang bagus! Aku rasa murid Nana memang sehebat itu!" balas Maya sambil tersenyum sinis saat badannya berubah lebih jauh lagi. Beberapa mekanisme mulai bermunculan dari celah-celah di tubuhnya. Benda-benda seperti knalpot, zirah dan senjata bermunculan. Maya sudah membuang tubuhnya yang indah dan berubah menjadi mesin bertarung yang brutal.

"Datanglah, Angel Halo! Encyclopedia!"

Sebagai balasnya, Yurika memanggil tongkat-tongkat miliknya.

Intuisinya berkata bahwa jika dia tidak membongkar identitasnya sekarang dan menahan sihirnya, dia tidak akan punya peluang untuk menang.


Part 3[edit]

Setelah berubah menjadi gadis penyihir, hal pertama yang dilakukan oleh Yurika adalah memberikan senjata kepada Kanae dan membuat medan pembatas.

"Armed - Encyclopedia!"

Satu dari kedua tongkat yang berada di tangan Yurika berubah menjadi busur panah. Yurika lalu melemparnya kepada Kanae.

"Silahkan pakai itu, Kanae-san!"

"Terima kasih!"

Kanae dengan mudah menangkap busur itu saat masih melayang dan dengan cepat mengambil ancang-ancang. Saat dia melakukan itu, busur itu langsung menyesuaikan dirinya agar cocok dengan Kanae.

Cara kerjanya sama seperti saat dengan Nana-chan...aku bisa bertarung dengan ini!

Kanae lalu menarik tali busur itu dan anak panah pun muncul entah dari mana. Dia lalu mengingat kembali cara bernafasnya dari pertarungan-pertarungannya yang dulu lalu membidik panahnya ke arah Maya.

"Sanctuary - Modifier - Effective Area - Colossal!"

Di saat yang sama, Yurika selesai memasang medan pembatasnya. Dengan begini, mereka tidak perlu kuatir pertarungan mereka terlihat oleh orang-orang di luar bangunan.

"Apa kalian berdua siap?"

Meskipun dia sudah selesai bersiap-siap lebih dulu, Maya menunggu Yurika dan Kanae menyelesaikan persiapan mereka. Dia memang menunggu sampai medan pembatasnya terpasang, tapi alasan terbesarnya adalah karena dia sudah begitu yakin dengan kekuatannya sendiri sampai merasa bahwa dia tidak akan kalah melawan Kanae, yang sudah melemah seiring bertambahnya usianya, dan Yurika yang masih belum cukup dewasa.

"Rasa percaya dirimu itu akan berakibat gatal."

"Mungkin benar, kalau rekanmu Nana."

Alasan mengapa Maya dikalahkan oleh Nana adalah karena dia terlalu sombong dengan kekuatannya. Maya bisa menerima hal itu.

"Tapi kalian berdua tidak sekuat Kanae dan Nana yang dulu. Ditambah lagi--"

Maya mengambil ancang-ancang.

Saat dia melakukan itu, sebuah suara yang mirip dengan suara saklar yang ditekan bisa terdengar dari beberapa tempat di tubuhnya. Suara itu, yang berfungsi sebagai penanda dimulainya pertarungan antara mereka, adalah suara lepasnya pengaman senjata-senjata Maya.

"---aku jauh lebih kuat dari sebelumnya!"

Maya menjejakkan kakinya dan melesat maju. Tepat saat dia melakukan itu, Maya menghilang dari pandangan Yurika.

"Cepetnya!?"

"Di atas, Yurika-chan!"

Yurika sudah kehilangan jejak Maya, namun tidak untuk Kanae yang punya penglihatan yang bagus. Sambil memperingatkan Yurika, Kanae melepaskan anak panahnya.

"Kamu betul-betul jadi lebih lamban, Kanae!"

Maya menjejakkan kakinya dari langit-langit bangunan itu dan mengubah arahnya. Akibatnya, tembakan anak panah itu meleset.

"Mau kuberitahu salon yang bagus!?"

Maya kembali menjejakkan kakinya dari langit-langit dan melesat ke arah Kanae dengan kecepatan yang luar biasa. Maya lalu menarik tangannya, yang kemudian berubah menjadi sebilah pedang.

"Aku rasa tidak usah!"

Namun Kanae tidak membiarkan dirinya terkena serangan begitu saja. Dia memindahkan busur dari tangan kirinya ke tangan kanannya lalu mengayunkannya dengan cara yang mirip dengan mengayunkan tongkat golf.

"Aku masih muda!"

"Wah, sungguh disayangkan!"

Tangan kanan Maya dan busur Kanae berbenturan. Jika busur yang dipegang Kanae hanya busur biasa, busur itu pasti sudah hancur dalam benturan itu. Namun, karena busur itu sebenarnya adalah Encyclopedia, busur itu berhasil menahan benturannya.

"Mungkin kau seharusnya menghilangkan berat badanmu!"

Dengan tetap mempertahankan wujud busurnya, Encyclopedia melancarkan sebuah mantra. Busur itu membaca keinginan Kanae untuk menghempaskan Maya dan melancarkan mantra gelombang kejut.

"Akan kuberi tahu pada orang yang membuat tubuhku!"

Namun serangan gelombang kejut dalam jarak dekat pun tidak mempengaruhi kepercayaan diri Maya, yang kemudian mengarahkan tangan kirinya ke arah Kanae tanpa mencoba menghindar sama sekali.

Sesaat kemudian, gelombang kejut itu mengenai bagian tubuh Maya yang dilapisi zirah dan menyebar. Di saat yang sama, Maya menembakkan pistol yang mencuat dari tangan kirinya. Yang ditembakkannya bukanlah peluru-peluru biasa, melainkan peluru-peluru cahaya nila yang merupakan energi yang diluncurkan langsung dari tubuh Maya.

"Gawat!?"

Kanae bergegas menghindar, namun dia terlalu dekat untuk menghindari peluru-peluru itu. Dengan kondisi seperti ini, peluru-peluru itu pasti akan mengenainya.

"Quick Cast! Force Field!"

Namun tepat sebelum peluru-peluru itu mengenai Kanae, sebuah perisai cahaya berwarna kuning menghalangi peluru itu. Perisai itu menghadang sejumlah besar peluru, namun tidak bisa menahan serangan beruntun yang ada, mengakibatkan beberapa peluru terakhir terus melaju mengenai Kanae. Namun, berkat Yurika yang berhasil mengulur waktu, Kanae berhasil menghindari peluru-peluru itu. Dia kabur dengan luka gores di pipinya dan rambutnya.

"Oh....usahamu keras sekali."

Setelah kembali mengambil jarak, Maya menunjukkan sedikit rasa terkesannya saat melihat Kanae dan Yurika, namun rasa percaya dirinya tetap sama.

"Tolong hati-hati, Kanae-san."

"...Terima kasih, Yurika-chan."

Yurika lalu maju untuk mengawasi Maya, sementara itu, Kanae bangkit dan kembali bersiap menembakkan panahnya lagi. Saat dia melakukan itu, busur panahnya merubah bentuk dan tali busurnya mengikuti kemauan Kanae.

Memang, agak sulit untuk menariknya, tapi kalau aku tidak punya kekuatan yang cukup, aku tidak akan bisa mengalahkannya dalam kecepatan itu...

Kali ini Maya bergerak lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Memang, dia hebat dalam menggunakan sihir untuk memperkuat kemampuan tubuhnya, tapi dulu, dia bahkan tidak menjadi secepat ini.

"...Aku penasaran, dia itu apa...aku nggak tahu apa-apa soal badan sama senjatanya...", komentar Yurika sambil memegang tongkatnya dan memandangi badan Maya.

Biarpun itu bukan badan aslinya, dia masih bergerak selincah itu, dan dia bisa bergerak segitu cepetnya tanpa pake sihir apapun. Pertahanannya juga nggak kalah hebat. Tambah lagi, senjata yang barusan bener-bener aneh...senapan mesin sekalipun mestinya nggak bisa ngehancurin medan pembatas segitu mudahnya....mungkin itu bukan sihir, tapi sesuatu yang lain...

Kecepatan yang luar biasa, serangan yang sulit untuk ditahan dan juga pertahanan yang kuat. Yurika hanya bisa memikirkan satu orang dengan kekuatan seperti itu.

"Kalau aku nggak nganggep ini kayak bertarung ngelawan Satomi-san, aku bakal kebunuh!"

Maya membuat Yurika teringat dengan Koutarou. Dia mendapat bantuan dari Sanae, dan pelindung tangan Kiriha juga para haniwanya--- setelah Yurika mencapai titik itu dalam pikirannya, dia menyadari sesuatu.

"Gitu rupanya! Orang-orang bawah tanah yang ngebuat badanmu, bener kan, Maya-san!?"

Yurika mengingat sisa-sisa altar yang sudah ditunjukkan Kanae kepadanya kemarin, yang berupa pecahan-pecahan alat energi spiritual. Jika Maya punya hubungan dengan orang-orang bawah tanah pada waktu dahulu, kemungkinan besar dia masih memiliki hubungan itu saat ini. Dengan teknologi milik orang-orang bawah tanah, pergerakan halus dan kecepatan luar baisa Maya bisa dijelaskan.

"Hmm...aku rasa kau tidak sebodoh yang terlihat, seperti kata Maki...", balas Maya dengan senyum yang menghilang. Di saat yang sama, beberapa senjata baru muncul dari tubuhnya.

"Tapi karena itu, kamu sekarang harus mati."

Maya ingin menjaga agar hubungannya dengan orang-orang bawah tanah tetap menjadi rahasia. Namun karena Yurika sekarang sudah mengetahui hal itu, Maya harus membunuhnya atau hubungannya dengan orang-orang bawah tanah akan memburuk. Maya sudah mengulur waktu hingga saat ini, namun tujuannya sudah berubah menjadi membunuh Yurika dan yang lainnya. Waktu bermain-main pun telah usai.

"Kanae-san, aku tingkatin kekuatanmu pakai sihir! Tolong urus soal serangan ya!"

"Baik! Tolong terus bantu aku!"

"Ya!"

Kanae melesat maju sambil memegang panahnya. Karena Yurika tidak bisa membidik Maya, dia menyerahkan urusan menyerang pada Kanae.

"Quick - And - Double Cast! Lightning Reflex, Mighty Power!"

Yurika meningkatkan reflex dan kekuatan Kanae dengan sihir. Dengan ini, Kanae akan bisa mengejar Maya lebih mudah dan menggunakan panahnya dengan lebih mudah. Ada beberapa bagian lain yang ingin Yurika tingkatkan, namun karena Maya sudah mulai bergerak, bahkan dengan memaksa mantranya untuk lebih cepat, hanya dua yang bisa dilancarkan oleh Yurika.

"Bagaimana dengan ini!?"

Kanae menembakkan panah demi panah ke arah Maya. Dia bisa melihat Maya dengan jelas dan menarik tali busurnya dengan mudah. Anak-anak panah yang sudah ditembakkan meluncur lurus ke arah Maya.

"Bagus, Kanae! Kelihatannya kamu sudah kembali menjadi seperti dulu!"

"Sistem pencegahan otomatis diaktifkan. Memulai pencegahan."

Namun, Maya tidak hanya maju tanpa rencana begitu saja. Dua buah antena mencuat dari tubuhnya dan mulai menembakkan petir-petir yang kuat. Meskipun petir-petir itu tidak mengenai anak-anak panah secara langsung, gaya elektromagnet yang ditimbulkan mempengaruhi ujung anak-anak panah yang terbuat dari metal. Akibatnya, anak-anak panah yang tadinya melesat lurus ke arah Maya menjadi membelok dan meleset.

"Tapi kau masih sedikit meleset! Kau betul-betul sudah tua, Kanae!"

"Masih belum selesai!"

Di saat itu, busur di tangan Kanae berubah bentuk. Saat busur itu kembali ke wujud aslinya sebagai tongkat sihir, Kanae mengayunkannya. Kanae, yang ahli dalam menggunakan busur panah dan naginata[1], berusaha melawan Maya menggunakan tongkat sebagai pengganti naginata.

"Begitu rupanya, kau punya lebih banyak senjata dari sebelumnya!"

Sebagai balasan, Maya menembakkan senjata di tangan kirinya sambil terus maju.

"Protection From Soul Energy!"

Namun, kali ini peluru-peluru itu berhasil dihadang oleh mantra pertahanan Yurika. Karena dia tahu bahwa dirinya sedang berhadapan dengan teknologi milik orang-orang bawah tanah, Yurika sadar bahwa pertahanan dari energi spiritual akan jauh lebih efektif dibandingkan pertahanan dari serangan fisik.

"Haaaaaaaaaaaa!"

"Daaaaaaaaaaaa!"

Maya dan Kanae saling beradu, dengan bilah pedang Maya mengenai tongkat Kanae.

Meskipun tongkat yang dipegang Kanae terbuat dari kayu, berkat sihir yang ada di dalamnya, tongkat itu menjadi lebih kuat daripada besi. Akibatnya, tongkat itu berhasil menghadang bilah pedang Maya. Namun, serangan Maya masih terasa kuat, dan juga badannya berkat mesin-mesin yang ada di dalamnya. Ditambah lagi, kecepatannya juga tidak normal. Karena itulah Kanae tidak bisa menahan serangan itu lebih lama meskipun sudah diperkuat oleh sihir Yurika.

"Kena kau, Kanaeeeee!"

Dengan Kanae yang terhempas ke atas, Maya melancarkan tendangan dengan kakinya yang panjang. Sebuah bilah pedang pun muncul dari kakinya, seperti halnya dari tangannya. Maya berniat menghabisi Kanae dengan serangan ini.

"Quick Cast - Push!"

"Kyaa!"

Namun sebelum kaki Maya bisa menyentuh Kanae, Kanae terhempas oleh mantra dari Yurika. Berkat itu, serangan Maya menjadi meleset.

"Tongkat, tolong!"

Kanae lalu menggunakan sihir tongkatnya untuk membantunya mendarat. Namun meskipun dia sudah berhasil selamat dari krisis itu, wajah Kanae tetap terlihat tegang.

Dia kuat...dan pola serangannya betul-betul berbeda dari yang dulu...kalau aku lengah sedikit saja, aku pasti akan mati!

Tongkat itu lalu berubah kembali menjadi busur. Kanae ingin menyeka keringat dari dahinya, namun dia tidak punya waktu untuk itu.


Part 4[edit]

Pertempuran terus berlanjut dengan posisi Maya yang lebih unggul. Dia bisa terus menyerang dengan cara apapun yang dia mau berkat senjata-senjata yang dia miliki. Meskipun Yurika dan Kanae memiliki beberapa keunggulan, mereka terpaksa harus bertahan. Harumi tidak tahu apa-apa soal pertarungan, tapi bahkan dia pun tahu bahwa Yurika dan Kanae mulai terpojok.

"Apa yang terjadi...? Siapa sebenarnya Nijino-san dan Higashihongan-san...?"

Harumi hanya bisa terpana melihat situasi yang terjadi di depan matanya.

Sebuah pertarungan tiba-tiba terjadi dan Harumi tidak tahu apa penyebabnya. Dia bingung dengan munculnya wanita dengan tubuh mesin itu, dan Kanae yang bertarung melawan wanita itu. Namun, yang lebih membuatnya bingung adalah penampilan Yurika.

"Dia mirip penyihir...bukannya itu hanya cosplay...?"

Saat Yurika bertarung, dia terlihat seperti gadis penyihir yang ada di dalam anime, yang setiap kali mereka bertarung, bumi terbelah dan terjadi ledakan-ledakan di udara. Jelas, hal-hal seperti ini tidak akan bisa terjadi tanpa adanya efek-efek spesial. Namun, situasi yang ada di luar nalar itu sedang terjadi di hadapan Harumi dan membuatnya bertanya-tanya jika situasi ini memang nyata.

"...Huh...?"

Tepat pada saat itulah ada sesuatu yang mengganjal di benak Harumi, sesuatu yang membuatnya mengalami deja vu.

Bukankah aku pernah melihat hal seperti ini sebelumnya...?

Sebuah ingatan samar-samar muncul dalam pikirannya, yang memperlihatkan Yurika bertarung melawan seorang gadis berpakaian nila. Namun, ingatan itu begitu samar-samar dan Harumi tidak bisa betul-betul mengingatnya. Walau begitu, dia bisa merasa bahwa ingatan itu adalah sesuatu yang dulu pernah terjadi.

Apa ini...aku merasa sudah melupakan sesuatu yang penting...?

Harumi mulai berkonsentrasi, mencari setiap sudut ingatannya dan mencoba mengingat kembali ingatan yang samar-samar itu.

Bukan tahun ini. Mungkin setelah drama pertama...aku berbicara dengan Nijino-san dan Satomi-kun, dan lalu, kita semua dengan Matsudarisa-san pergi bermain bersama...bukan...apa sebelum itu?

Berdasarkan apa yang dia rasakan, pakaian yang dia pakai dan kondisi di sekitarnya, Harumi bisa mengira-ngira kapan hal itu terjadi. Dengan menggunakan hal itu sebagai petunjuk, ingatan Harumi mulai menjadi jelas.

Benar juga...dulu, wanita ini...tidak, bukan dia, mungkin wanita yang berbeda dengan pakaian yang mirip...aku diculik oleh wanita itu, dan tidak bisa bergerak...

Ada sesuatu yang berpendar di dahi Harumi, dan mulai bersinar semakin terang seiring jelasnya ingatan Harumi. Sinar yang putih bersih itu berubah menjadi aliran kekuatan sihir dan mencoba menghancurkan mantra yang menyegel ingatan Harumi.

Lalu...

Harumi bisa mengingat sebuah bola api yang besar. Di saat yang sama, ada sebuah bola api yang muncul juga pada saat itu.

"Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan, tapi aku tidak akan membiarkanmu berbuat sesuatu!"

Maya membuat bola api seperti yang dibuat oleh Maki di dalam ingatan Harumi. Maya bisa merasakan kekuatan sihir yang dikeluarkan oleh Harumi dan membuat langkah pertama untuk menjaga agar Harumi tidak menganggu pertarungannya melawan Yurika dan Kanae.

"Lari, Sakuraba-senpai!" seru Yurika. Situasi saat ini mirip dengan apa yang terjadi pada waktu itu, namun kali ini Yurika baru saja melancarkan sebuah mantra dan tidak bisa melindungi Harumi. Lalu, karena serangan kali ini bukan sihir, kecepatan serangan Maya jauh lebih cepat dari Maki. DItambah lagi, Kanae tidak bisa menghentikan serangan Maya dari posisinya saat itu. Dalam situasi ini, nyawa Harumi akan ada dalam bahaya.

"...Selamat tinggal, nona kecil."

Pada akhrinya, peringatan dari Yurika tidak cukup cepat untuk memperingatkan Harumi, yang bukan penyihir dan tidak memiliki kemampuan ataupun kemauan untuk bertarung. Harumi yang hanya seorang gadis biasa hanya bisa berdiri di sana dengan tatapan kosong.

"Sakuraba-senpaaaaaiiiiii!"

Lalu aku ditelan oleh api yang membara.


Part 5[edit]

Darkness Rainbow tidak hanya mengincar Yurika saja. Dark Green dan Dark Crimson berencana menyerang kamar 106 Rumah Corona. Tujuan utamanya, untuk mengambil alih kekuatan sihir yang terpusat di kamar 106. Serangan Maya terhadap Yurika hanyalah pengalihan untuk mengulur waktu. Kamar inilah tujuan asli Darkness Rainbow.

Rokujouma V12 Illustration 6.jpg

"Apa kamu udah siap, Green?"

"Sudah. Ramalanku memberitahuku untuk berhati-hati terhadap gadis berambut emas yang menggunakan kata kunci 'Blue Knight'. Aku bisa melihat berbagai macam serangan yang berbeda yang berasal dari hal itu. Satu peringatan lagi."

"Apa?"

"Jangan terlalu menikmati pertarunganmu dengan gadis bercelemek. Kalau kamu terlalu menikmatinya, aku bisa melihat beberapa masa depan dimana kamu yang akan kalah."

"Oke, oke. Biarpun wajahmu kalem begitu, kata-katamu keras juga..."

Setelah menyusup ke dekat Rumah Corona, Crimson dan Green melepaskan mantra yang membuat mereka menjadi tidak terlihat. Sebenarnya mereka sudah membuat medan pembatas untuk membuat orang-orang menjauh, jadi mereka sebenarnya tidak perlu kuatir akan terlihat.

"Crimson, segera melangkah ke kananmu."

"Oke, oke, kamu banyak maunya..."

Mereka berdua mengambil satu langkah ke kanan, dan tepat pada saat itulah sesuatu terjadi.

Seberkas cahaya muncul di tempat dimana mereka tadinya berdiri. Cahaya itu membuat sebuah lubang besar di tanah dan guncangan yang tercipta dari udara yang dipanaskan pun membuat mereka berdua terkejut.

"Kyaaaa!? Ada apa ini!?"

"...Serangan musuh. Mereka menyadari keberadaan kita saat kita memasang medan pembatas."

Green, yang sudah meramal adanya serangan musuh, hanya sedikit terguncang dari serangan laser musuh, namun Crimson kehilangan keseimbangannya karena hal yang sama. Dia lalu cepat-cepat menyeimbangkan dirinya dan mengeluh pada Green.

"Lain kali kasih tahu aku lebih cepat!"

"Tenang. Kita akan gunakan hubungan mental dari sekarang."

Saat Green menjalankan mantra barunya, orang-orang yang menyerang mereka berdua pun muncul. Orang-orang itu rupanya lima gadis yang seumuran dengan mereka berdua.

"Oh...tidak kusangka kalian bisa menghindarinya...menarik."

"Yang Mulia, ini rasanya aneh. Menurut data observasi, mereka berdua menghindar tepat sebelum senjatanya ditembakkan."

"Tapi, kayaknya mereka nggak ngerasain adanya aura."

"Kalau begitu, apa mereka nyadap kita? Dasar, aku harus hubungi pihak operator..."

"Kalau mereka menyadap kita, mereka seharusnya bergerak lebih awal. Kelihatannya ini sesuatu yang berbeda."

Theia, Ruth, Sanae, Shizuka dan Kiriha. Kelima gadis dari kamar 106 berdiri di hadapan Crimson dan Green, siap untuk bertarung.

"Tapi, apa nggak apa-apa, kita nyerang mereka tiba-tiba?"

"Tidak masalah. Dalam situasi seperti ini, mereka sudah pasti musuh."

Sanae sempat khawatir soal menyerang secara tiba-tiba, namun Theia sudah mengambil keputusan yang kuat. Sudah ada tanda-tanda yang memperingatkan Theia tentang serangan Darkness Rainbow.

Pertama, semua sinyal antara gelang Koutarou dan Blue Knight, kecuali sinyal yang menggunakan gelombang gravitasi, tiba-tiba terputus. Ruth, yang merasa ada yang janggal dengan itu, menyelidiki situasinya dan mendapati bahwa semua cara untuk menghubungi Koutarou telah terputus. Mereka juga kehilangan kontak dengan Yurika. Dalam situasi itu, komuniasi di Rumah Corona juga sudah terganggu, dan di saat yang sama, kedua gadis itu menyusup ke area Rumah Corona. Semua ini hanya bukti tidak langsung, namun Theia membuat keputusan bahwa kedua orang itu bukan orang baik dan menggunakan Blue Knight untuk menyerang tanpa ragu lagi.

"Aku suka sama keputusanmu yang cepat itu", kata Crimson sambil tersenyum. Ada api semangat yang membara di matanya, pertanda bahwa dia begitu semangat untuk melawan musuh yang kuat.

"Tentu saja. Ini adalah hal dasar dalam pertarungan. Lakukan serangan lebih dulu dengan kekuatan yang luar biasa. Salah kalian sendiri karena sudah mendekat dengan ceroboh setelah melakukan pengalihan yang tidak bagus....betul-betul tidak bagus", balas Theia sambil tersenyum anggun lalu menutupi mulutnya dengan kipas yang tidak kalah anggunnya. Crimson, yang mulai kesal dengan tingkah Theia, menyiapkan tongkatnya dan meraung.

"Kalau begitu, akan kuubah kau jadi arang sekarang juga! Akan kubuat kau menyesal sudah meremehkanku!"

Crimson menyadari kesalahannya sendiri, dan juga merasa malu dengan penampilannya yang kurang anggun saat dihujani serangan. Darah Crimson mulai memanas ketika Theia meledeknya.

"Tenang, Crimson."

"Tapi..."

"Aku mengerti apa yang kamu rasakan, tapi jangan sampai terpancing ejekan mereka. Gadis itu betul-betul cermat."

"Uhh...O-Oke..."

Namun dengan kata-kata yang menenangkan dari Dark Green, Crimson akhirnya bisa menahan dirinya. Melihat itu, Theia menutup kipasnya dan menghilangkan senyum sarkasnya.

"Begitu ya...jadi kombinasi semacam itu yang kalian berdua punya..."

Seperti yang dikatakan oleh Green, Theia hanya berusaha untuk memancing mereka karena dia bukan lagi orang yang akan membuat jengkel orang lain tanpa sebab. Theia, yang ahli dalam pertempuran, rupanya berusaha menarik informasi dari Crimson dengan membuatnya kesal.

Aku masih belum tahu banyak soal mereka, tapi aku sudah mengerti sedikit...merekalah dalang dibalik pengalihan itu...yang hijau mengurus bagian informasi, dan yang merah bisa menggunakan serangan energi tinggi. Si merah yang ceroboh dikendalikan oleh si hijau yang tenang. Berdasarkan hubungan ini, si hijaulah yang memimpin...dan lagi, tongkat yang akan digunakan si merah untuk menyerang...itu..bukan tongkat sihir, benar....?

Percakapan singkat itu sudah cukup bagi Theia untuk mendapatkan banyak informasi. Setelah menganalisa info itu, Theia mendapat sebuah kesimpulan. Untuk memastkan, dia bertanya pada Kiriha yang ada di sebelahnya.

"Kiriha, bagaimana menurutmu?"

"Aku rasa aku juga mendapat kesimpulan yang sama dengan anda, Theia-dono. Sayangnya, aku tidak bisa memikirkan hal yang lain."

"Begitu...jadi mereka memang...", ujar Theia sambil menggertakkan giginya. Jika Theia dan Kiriha benar, maka kedua orang di hadapan mereka akan menjadi musuh yang tidak mudah untuk ditangani.

"Apa maksudnya, Theia-chan?" tanya Shizuka yang masih belum mengerti.

"...Mereka berdua adalah penyihir."

"Eeeeeeehh!?"

"Yang bener!?"

Shizuka dan Sanae sama-sama terperanjat karena hal itu. Ruth yang ada di belakang mereka pun tidak kalah kaget.

"Yang Mulia, apa anda yakin!?"

"...Kau mungkin merasa bahwa aku sedang bercanda, tapi aku betul-betul yakin dengan hal ini. Mereka seperti Yurika, dalam artian yang bagus."

Seperti Yurika dalam artian yang bagus. Itu berarti mereka berdua memiliki kekuatan yang sama seperti Yurika miliki saat dia menyelamatkan Sanae. Artinya, mereka berdua bisa menggunakan sihir.

Dalam kata lain--

"Musuh kita adalah gadis penyihir. Jika kalian meremehkan mereka dan menganggap mereka sebagai cosplayer, bersiap-siaplah untuk kalah besar."

---mereka berdua adalah musuh yang merepotkan yang bisa bertarung dengan berbagai macam cara.


Part 6[edit]

Theia mengambil kesimpulan bahwa mereka berdua adalah gadis penyihir berdasarkan tongkat mereka dan situasi saat itu.

Tongkat yang mereka berdua miliki mempunyai bentuk yang berbeda. Gangguan komunikasi yang terjadi di Rumah Corona mirip dengan medan pembatas yang dipasang Yurika menggunakan Encyclopedia. Selain itu, jubah yang mereka pakai untuk menyusup betul-betul canggih dan membuat mereka bisa menyelinap melewati semua sensor yang sudah dipasang oleh Theia dan Ruth. Sulit untuk dipercaya bahwa hal itu bisa terjadi dengan menggunakan teknologi yang ada dari Bumi.

Koutarou membawa tongkat Yurika dari dunia lain, namun tongkat itu bekerja tanpa masalah di dunia ini. Itu berarti, hukum fisika memperbolehkan adanya sihir. Jika begitu, maka bukan hal yang aneh jika penyihir sungguhan itu ada.

Dengan ini, itu berarti kedua orang itu bisa dianggap sebagai penyihir, atau kemampuan sains mereka cukup maju untuk bisa menipu sensor-sensor buatan Forthorthe. Apapun alasannya, sudah jelas bahwa mereka berdua berbahaya, dan dalam kasus terburuk, yang paling berbahaya adalah jika mereka berdua adalah gadis penyihir. Berdasarkan usaha-usaha Yurika yang dulu, lebih merepotkan melawan sihir yang bisa digunakan untuk berbagai macam situasi daripada teknologi Forthorthe yang kegunaannya terbatas dalam pertempuran.

"Benar sekali. Kalian semua akan kalah dari sihir kami", ujar Crimson dengan senyum penuh percaya diri sambil menyiapkan tongkatnya. Saat melakukan hal itu, pakaian merah yang dikenakannya mulai berpendar merah, seakan sedang terbakar.

"Tapi, jangan masukin ke hati ya....Green, apa kamu siap?"

"Ya. Serangan pertama akan datang dalam 33 detik."

Green mengangguk dalam diam, namun suaranya sampai pada Crimson. Hal ini bisa terjadi berkat mantra telepati.

"Serangan macam apa?"

"Gadis bercelemek yang akan maju menyerang."

Saat Green menyiapkan tongkatnya, beberapa hologram muncul di sekitarnya. Hologram-hologram itu menampilkan tokoh dan gambar, dan terlihat mirip dengan hologram yang bisa ditampilkan oleh Clan menggunakan gelangnya.

"Musuh yang bisa ngelakuin apa yang dilakuin Yurika-chan waktu itu, ya...kalau gitu, biar aku yang maju dulu. Semuanya, tolong bantu aku."

"Shizuka, aku bantuin juga!"

"Tolong ya, Shizuka, Sanae. Blue Knight, pilih secara otomatis menggunakan laser anti-prajurit sebagai awalnya."

"Baiklah, tuan puteri."

"Karama, Korama, ubah pengaturan Medan Energi Spiritualnya, naikkan ketahanannya terhadap serangan elemental sebesar mungkin. Aku izinkan penggunaan senjata energi spiritual. Lepaskan pengaman kalian, aku izinkan kalian untuk memaksa diri kalian hingga ke titik dimana kalian bisa hancur jika diperlukan."

"Baik, Ho-!"

"Biar kami yang urus, Ho-!"

"Kita akan melawan musuh yang tidak kita ketahui sama sekali! Semuanya, tolong jangan terlalu memaksakan diri kalian sampai aku mendapat data yang cukup!"

Shizuka maju sebagai barisan terdepan dengan Sanae yang membantunya dengan kekuatan spiritual. Theia akan menembak dari jarak jauh untuk menggunakan kekuatan serangnya secara maksimal. Kiriha mengatur serangan dengan haniwanya yang lincah membantu semuanya. Ruth berjaga di belakang untuk mengumpulkan dan menganalisa data.

Aku harap ini sudah cukup...

Formasi mereka saat itu merupakan yang terkuat dan kokoh, namun Kiriha tetap merasa ada yang kurang. Berdasarkan pengalamannya sendiri saat menggunakan Encyclopedia, Kiriha tahu seberapa fleksibel sihir itu.

"Apa kalian masih belum siap?"

"...Jangan bermain-main terlalu lama, Crimson."

Sebagai buktinya, meskipun mereka berhadapan melawan lima orang, Crimson dan Green masih tampak percaya diri. Mereka tidak ragu bahwa merekalah yang akan menang.


Part 7[edit]

Para gadis penjajahlah yang menyerang lebih dulu.

"Ini dia!"

Dengan kekuatan dan kecepatan fisiknya yang luar biasa, rambut dan celemeknya berkibar saat Shizuka melesat ke arah penyerang dari pihak musuh, Crimson.

"Shizuka, aku nggak bisa nguatin badanmu jadi sekuat Koutarou, jadi jangan sampe kelewatan ya!"

"Oke, makasih, Sanae-chan!"

Saat Sanae mengatakan hal itu dari belakang, Shizuka menjejakkan kakinya ke tanah lalu melompat. Dengan tubuhnya yang diperkuat lebih lagi oleh energi spiritual dari Sanae, Shizuka melesat bagaikan peluru. Dia lalu berputar di tengah udara sambil mengayunkan kaki kanannya, terbang ke arah Crimson dan mencoba mengenainya dengan tendangan melayang.

"Trik murahan!"

"Tendangan itu hanya pengalihan. Serangan sebenarnya adalah serangan dari jarak jauh setelahnya, segera balas setelah kau menghindari itu."

"Oke!"

Saat tendangan Shizuka mendekat, Crimson mengambil langkah misterius. Setelah menjauh dari Shizuka sesaat, Crimson melangkah maju lagi seakan-akan memutari Shizuka.

"Belum selesai! Panah Dewa Sanae-chan--tunggu, apa!?"

Saat Sanae akan menyerang karena serangan Theia meleset, banyak Crimson yang muncul di sekitrnya. Serangan Sanae menjadi tertunda karena dia kaget dengan hal itu.

"Crimson, tidak ada serangan yang datang dari posisi ini."

"Hmm, kalau begitu ayo kita mulai balas menyerang!"

Beberapa lusin Crimson lalu menyiapkan tongkatnya di saat yang sama.

"Gawat!"

Shizuka, yang tendangannya meleset, mencoba mendarat sambil membungkuk lalu menyilangkan tangannya di depannya untuk bersiap menerima serangan dari Crimson. Dia bisa tahu bahwa dialah target serangannya berkat kekuatan untuk melihat niatan serangan dari Sanae.

"Sanae, itu semua cuma hologram! Serang terus!"

"Oke!"

Sanae menembakkan anak panah dari busur yang terbuat dari energi spiritual. Anak panah yang juga terbuat dari energi spiritual itu pun terbagi menjadi beberapa belas anak panah yang lebih kecil saat mengudara dan menyerang kerumunan Crimson itu.

"Semuanya bohongan!?"

Semua Crimson yang terkena anak panah Sanae langsung menghilang. Seperti yang dikatakan oleh Theia, semua Crimson itu hanyalah ilusi yang diciptkan oleh Green, namun karena begitu banyaknya hologram yang ada, Sanae tidak bisa menghilangkan mereka semua. Crimson yang asli masih ada di antara hologram-hologram yang tersisa.

"Infernal Fire - Modifier - High Concentration."

Tiga Crimson yang tersisa membuat gerakan yang betul-betul sama dan membuat sebuah bola api besar dari masing-masing Crimson. Bola-bola api itu lalu menegang dan mengecil menjadi seukuran bola tenis, membuatnya menghasilkan panas yang lebih besar dan bersinar seperti matahari tiruan.

"Makan ini!"

Ketiga bola api itu pun melesat menuju Shizuka.

"Kya kya kya!"

Shizuka tidak tahu mana bola api yang asli. Ditambah lagi, dia baru saja mendarat dan tidak bisa langsung menghindar tepat waktu. Itulah sebabnya dia hanya bisa menjerit.

"Karama, Korama!"

"Biar kami yang urus Ho-!"

"Shizuka-chan, kamu tenang saja Ho-!"

Tepat sebelum bola-bola api itu mengenai Shizuka, Karama dan Korama muncul di hadapannya. Mereka lalu mengarahkan tangan mereka ke depan dan memancarkan cahaya kuning yang berubah menjadi membran besar yang membungkus Shizuka dan para haniwa.

Tepat saat bola-bola api itu mengenai membran cahaya milik para haniwa, sebuah ledakan besar terjadi. Guncangan dari ledakan itu membuat seluruh Rumah Corona ikut terguncang. Karena ledakan itu, Shizuka dan para haniwa ditutupi oleh kobaran api yang membuat mereka tidak bisa terlihat dari luar kobaran api itu.

"*uhuk* *uhuk* *uhuk*"

"Shizuka-chan, ayo kita mundur Ho-"

"Aku tahu, tapi *uhuk*"

"Lewat sini Ho-"

Untungnya, Shizuka dan para haniwa kembali muncul sesaat kemudian. Para haniwa menuntun Shizuka yang sedang terbatuk-batuk kembali pada Theia. Baik Shizuka dan para haniwa menjadi sedikit kotor karena ledakan itu, namun mereka sama sekali tidak terluka.

"...Aku rasa kita bisa dibilang aneh, tapi ternyata kalian lebih aneh lagi. Biasanya, paling nggak satu orang mati karena itu", puji Crimson pada Shizuka yang berhasil selamat dari situasi genting itu. Karena Infernal Flame merupakan salah satu serangan terkuat Crimson, bisa selamat setelah terkena langsung serangan itu menjadi hal yang mengejutkan bagi Crimson. Namun, dia tidak hanya terkejut. Sambil memuji Shizuka, Crimson menghubungi Green tanpa menggunakan kata-kata.

"Green, apa selanjutnya?"

"Serangan selanjutnya akan terjadi dalam 18 detik. Mesin-mesin imut itu yang akan maju."

"Kasih tahu aku kalau kamu udah dapet detilnya."

"Baik."

Crimson dan Green yakin bahwa mereka akan menang, namun jika mereka bekerja sama tanpa membuat kesalahan satupun. Mereka berdua tidak bisa lengah.

"Yang Mulia, ini benar-benar aneh. Musuh bergerak kemana serangan kita tidak akan mengenai mereka tepat sebelum serangan itu ditembakkan. Rasanya seperti mereka sudah tahu kemana serangan itu akan terarah."

"Tapi mereka nggak ngebaca aura kita. Aku nggak ngerasain kalau mereka make energi spiritual sama sekali."

"Apa jangan-jangan profiling?"[2]

"Tidak...aku tidak bisa membayangkan kalau musuh kita mempunyai informasi yang cukup untuk melakukan hal itu. Akan lebih masuk akal kalau sihir yang berperan dalam hal ini. Aku tidak tahu apakah mereka membaca pikiran atau aura kita..."

Di saat yang sama, para gadis penjajah berusaha memperbaiki kerja sama mereka melawan kedua musuh yang asing itu. Mereka sadar bahwa mereka tidak punya peluang menang jika mereka bertarung sendiri-sendiri.

"Karama, Korama, jangan sampai mereka mendekat."

"Baik Ho-"

"Biar kami yang urus Ho-"

"Blue Knight, tahan mereka. Atur penghalangan ke mode reaksi otomatis."

"Baiklah, tuan puteri."

Kiriha dan Theia kembali dalam formasi untuk berusaha menahan kedua gadis penyihir itu sambil menyusun rencana selanjutnya. Jika serangan mereka bisa terbaca, mereka tidak bisa menyerang dengan gegabah. Sementara itu, kedua gadis penyihir itu juga tidak menyerang, menunggu para gadis penjajah untuk menunjukkan celah sambil menahan serangan dari Karama, Korama dan Blue Knight.

"...em, boleh aku ngasih pendapat yang aneh?" tanya Shizuka dengan malu-malu sambil mengebaskan debu dari pakaiannya.

"Silahkan. Aku berniat mencoba rencana apapun," jawab Theia yang mengangguk serius, siap untuk merencanakan apapun.

"Mereka berdua itu penyihir kan?"

"Benar. Sudah tidak diragukan lagi", ujar Kiriha.

Bola api yang ditembakkan Crimson dari tongkatnya sudah membuktikan bahwa mereka berdua adalah penyihir. Saat bola api itu sedang diciptakan, data yang dikumpulkan oleh Karama, Korama dan Blue Knight menunjukkan bahwa bola api itu tidak dibuat lewat sains atau energi spiritual.

"Kalau gitu...mungkin mereka bisa ngelihat masa depan dari bola kristal kayak penyihir-penyihir di cerita-cerita anak-anak?"

"Ramalan!"

Shizuka mengatakan hal itu dengan malu-malu dan siap untuk diledek, namun Kiriha dan Theia tidak melakukan hal itu. Malah, mata mereka terbelalak dan mereka saling memandang satu sama lain.

"Kiriha, berapa besar kemungkinannya!?"

"Itu tidak bisa diabaikan begitu saja."

Kiriha sudah menduga, karena Koutarou bisa pergi menjelajahi waktu, maka ada kemungkinan untuk bisa mendapatkan informasi mengenai masa depan entah bagaimana caranya. Masalahnya adalah apakah hal itu bisa dilakukan atau tidak.

"...Kita harus memastikan bagaimana mereka membaca gerakan kita, termasuk kemungkinan ramalan masa depan."

"Kalau gitu kita harus gimana?"

"Itu---"

Kiriha dengan cepat berpikir lalu menyampaikannya pada rekan-rekannya. Para gadis penjajah pun bergerak mengikuti arahan Kiriha. Sebuah senyuman pun muncul di wajah Crimson yang merasakan hal itu.

"Kelihatannya mereka mulai semangat. Akhirnya, aku mulai bosen main sama mainan-mainan ini."

"Gadis berambut emas akan bergerak lebih dulu dengan memanggil mesin lain. Jangan sampai kaget, karena akan ada banyak misil-misil yang akan terbang mengejarmu. Misil-misil itu mengejar sumber panas, jadi mereka akan mengikutimu. Gunakan Flare untuk menghindarinya."

"Bener-bener deh, berpa banyak kejutan lagi yang mereka punya? Multiple Energy Bolt!"

Sambil mendengarkan arahan dari Green, Crimson menyerang haniwa-haniwa yang melayang dengan bola energi dari sihir. Namun, karena para haniwa menghentikan serangan mereka dan mulai mundur, bola energi itu meleset dan terus terbang sampai tidak bisa terlihat lagi. Tepat setelahnya, Theia mengambil tindakan.

"Ayo maju! Blue Knight! Rentetan misil anti manusia!"

"Baiklah, tuan puteri."

Lubang ruang waktu terbuka di kedua sisi dekat Theia, dan sebuah kotak besar muncul dari tiap lubang. Kotak itu tingginya sekitar satu setengah meter dengan desain kotak khas Forthorthe.

"Target terkunci, memulai serangan."

Dengan tanda dari AI Blue Knight, kotak-kotak itu terbuka dan menampilkan 16 misil sepanjang 50 sentimeter. Misil-misil itu mengeluarkan api di saat yang bersamaan dan terbang keluar kotak itu, melaju lurus selama sesaat sebelum berbelok ke arah kedua gadis penyihir.

"Aku maju!"

Saat misil-misil itu mengubah arahnya, Shizuka mulai berlari. Sementara musuh mereka menghadang misil-misil itu, Shizuka berusaha mendekati mereka.

"Flare!"

Crimson memegang tongkatnya di atas kepalanya dan merapal mantra pendek. Saat dia melakukan itu, sebuah bola cahaya yang begitu terang muncul di antara dirinya dan misil-misil itu. Misil-misil itu salah mengenali cahaya itu sebagai target mereka dan mulai mengikutirny. Crimson mengendalikan bola cahaya itu untuk membawa misil-misil itu ke arah yang lain. Misil-misil itu pun terus mengejar bola cahaya itu entah kemana.

"Sekarang giliranku!"

Shizuka yang terus mendekati Crimson, sementara dia sedang mengatasi misil, menyerangnya sambil menjaga momentumnya.

"Ini yang aku tunggu-tunggu!"

Crimson memegang tongkatnya dengan kedua tangannya dan lalu maju untuk menghadang Shizuka. Bagi Crimson yang hanya mengejar kekuatan, pertarungan jarak dekat adalah sesuatu yang diinginkannya.

"Itu tidak perlu."

"Kyaaaa!"

Sesaat sebelum pertarungan Crimson dimulai, tanah di kaki Shizuka tenggelam. Karena Shizuka mau melangkah maju, dia jadi kehilangan keseimbangan.

"Hei, Green, biarin aku senang-senang juga dong!"

"Setelah kita mengurangi jumlah mereka sedikit."

"Beneran ya!"

Sementara Crismon mengeluh pada Green, Shizuka berguling dengan kecepatan yang tinggi. Karena dia jatuh dengan tetap waspada, Shizuka tidak mengalami luka serius, namun dia jadi terengah-engah dan tidak bisa bergerak.

"Dasar...aku bener-bener benci sama pertandingan buangan kayak ini..."

Crimson melompat ke hadapan Shizuka yang masih tidak bisa bergerak, lalu berjongkok di dekatnya. Dia berniat menghbisi Shizuka sementara dia tidak bisa bergerak dengan menendang perutnya.

"Tekuk kakimu, Crimson."

"Oke."

"Awas, Shizuka!"

Namun, anak panah energi spiritual yang ditembakkan Sanae berhasil menyelamatkan Shizuka. Karena Crimson harus menekuk kakinya untuk menghindari serangan Sanae, ada sedikit jeda yang terjadi pada serangannya. Dalam kurun waktu itulah Shizuka berguling dan berhasil menghindari serangan itu dengan sedikit luka gores di tubuhnya.

"Mundur tiga meter di belakangku."

"Oke, oke. Hhh, kita bener-bener sibuk ya?"

"Blue Knight, jauhkan musuh dari Shizuka! SIlahkan pilih sendiri cara serangnya!"

"Baiklah, tuan puteri."

Senjata yang sudah dipanggil Theia dari Blue Knight menembakkan banyak sekali peluru di antara Shizuka dan Crimson. Namun, karena Crimson sudah bergerak untuk menghindar, peluru-peluru itu tidak ada yang mengenainya. Dengan begitu, Crimson mundur semakin jauh ke dekat Green.

"Dia benar-benar menghindarinya!"

Meskipun serangan itu hanya dihindari, raut wajah Kiriha tampak begitu terkejut. Nyatanya, serangan Theia sudah menghasilkan sebuah informasi yang penting.

"Ruth, bagaimana situasinya!?"

"Mereka ada sedikit di luar pengaturan jarak serangan Blue Knight. Kelihatannya mereka seperti sudah menganalisa algoritma pertarungan Blue Knight!"

Semua serangan yang dilancarkan hingga saat ini telah dilancarkan dengan sebuah maksud tertentu.

Sebagai contoh, misil-misil itu berfungsi untuk mencari tahu apakah para gadis penyihir betul-betul menggunakan sihir untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh para gadis penjajah. Karena misil-misil itu memiliki berbagai macam cara untuk melacak targetnya, para gadis penjajah menguji apakah para gadis penyihir akan menggunakan tindakan balasan yang tepat dan menyimpulkan jika serangan mereka sedang dibaca entah bagaimana. Nyatanya, Crimson dan Green menggunakan panas dengan tepat untuk mengatasi misil-misil itu. Jika mereka tidak mengetahui cara lacak misil itu, akan lebih masuk akal jika mereka berdua menggunakan sihir untuk melindungi diri mereka. Ini berarti, serangan para gadis penjajah sedang dibaca, entah bagaimana caranya.

Serangan yang terpenting adalah serangan Theia yang terakhir. Theia menyerahkan cara serangannya pada Blue Knight. Dalam kata lain, jika para gadis penyihir menggunakan sihir untuk membaca pikiran atau niatan para gadis penjajah untuk menyerang, maka mereka berdua seharusnya tidak bisa menghindari serangan ini. Walau begitu, Crimson dan Green berhasil mundur keluar jarak serangan Blue Knight dengan tepat. Sulit untuk disimpulkan jika sistem serangan Blue Knight berhasil dianalisa dalam waktu sesingkat itu, dan hal itu menghasilkan sedikit sekali kemungkinan yang ada.

"Green, kelihatannya mereka udah tahu."

"Kelihatannya. Banyak sekali ramalan yang tiba-tiba menghilang."

Meskipun musuh mereka sudah mengetahui rahasia kekuatan mereka, Crimson dan Green masih tetap percaya diri. Mereka berdua tetap tersenyum di hadapan kelima gadis yang keheranan itu.

"Aku tidak merasa bahwa ini mungkin, tapi...kalian memang benar-benar membaca masa depan."

"Itu benar. Jadi, menyerahlah dan matilah."

Mereka berdua tahu bahwa keunggulan mereka tidak akan menghilang hanya karena rahasia mereka terbongkar.


Kembali ke Bab 3 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 5
  1. Tombak khas Jepang
  2. Teknik peramalan perilaku seseorang berdasarkan karakter psikologisnya