Rokujouma no Shinryakusha!? (Indonesia): Jilid 11 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Kamar 106 pada Hari Itu[edit]

Part 1[edit]

Selasa, 16 Maret

Untuk bisa merawat bunga-bunga indah yang baru saja mereka dapatkan dari Koutarou, Theia dan Ruth masuk melewati kamar 106 dan langsung pergi menuju Blue Knight. Sebagai hasilnya, saat Koutarou sampai ke rumah setelah melalui jalan memutar, mereka berdua sudah tidak ada lagi di kamar itu.

"Kamu ngapain, Satomi-kun?"

"Ng-Nggak ngapa-ngapain..."

Shizuka memanggil Koutarou yang berdiri di depan pintu masuk dan mengintip. Dia sudah bertemu Koutarou di tengah jalan dan mereka berdua pulang bersama. Belakangan ini, Shizuka menghabiskan waktunya lebih banyak di kamar 106 dibandingkan di kamarnya sendiri. Hari ini pun dia pergi ke kamar 106 tanpa pulang ke kamarnya lebih dulu.

"Sikapmu aneh banget hari ini, apa kamu lagi berantem?" tanya Shizuka, yang suka dengan gosip, dengan mata berbinar-binar sambil mendekatkan dirinya.

"Nggak, bukan itu, tapi...", balas Koutarou sambil mendorong Shizuka menjauh sedikit.

"Oh? Sayang banget."

"Memangnya kamu kira ada apa?"

"Cek-coknya orang pacaran."

"Ibu Kos-san..."

"Selamat datang kembali, Shizuka, Koutarou", sapa Kiriha yang menyambut Koutarou yang keheranan dan Shizuka yang kecewa dengan sebuah senyuman. Saat itu, Kiriha sedang memakai celemek karena sedang menyiapkan makan malam sambil memegang sumpit di tangannya.

"Aku pulang, Kiriha-san."

"Aku pulang."

Shizuka masuk lebih dulu dengan Koutarou yang ikut di belakangnya. Bukan hanya Koutarou yang mengatakan bahwa dia sudah pulang, tapi Shizuka juga, dan tidak ada yang merasa bahwa itu aneh. Shizuka rupanya sudah membaur dengan para penghuni kamar 106 lainnya.

"Aku bantuin ya, Kiriha-san."

Setelah melepaskan sepatunya di pintu amsuk, Shizuka mengambil celemek yang tergantung di dinding.

Ngomong-ngomong, biasanya ada tiga celemek yang tergantung di kamar 106, yakni untuk Kiriha, Ruth dan Shizuka. Tentu saja, Shizuka mengambil celemeknya sendiri. Setelah memakainya dengan cepat, dia mendekat ke meja dapur di sebelah Kiriha.

"Kita hanya tinggal memotong sayurannya saja."

"Biar aku yang potong. Kamu tolong siapin tehnya ya, Kiriha-san?"

"Baiklah."

Shizuka mencuci tangannya dan mulai menggantikan Kiriha memotong sayuran. Berkat Shizuka, Kiriha bisa menyiapkan nampan dan mulai menyiapkan teh, karena dia lebih baik dalam menyajikan teh dibandingkan Shizuka. Shizuka bertukar posisi dengan Kiriha bukan hanya karena ingin membantu, tapi juga karena ingin meminum teh yang enak.

"Oh, jadi kita bakal makan nabe malem ini?"

Setelah selesai memasukkan belanjaan yang dibawanya ke dalam kulkas, Koutarou melewati mereka berdua. Sebuah panci besar terletak di atas kompor dan Koutarou bisa langsung tahu apa yang akan menjadi makan malam.

"Cuacanya masih dingin, tapi sebentar lagi sudah akan memasuki bulan April. Aku rasa ada baiknya kita menikmati nabe sekali lagi", ujar Kiriha yang berhenti sesaat menyiapkan teh sambil tersenyum. Dia lalu mengangkat tutup panci itu dan menunjukkan isinya pada Koutarou. Miso dan kuah kaldu khas Jepang menciptakan aroma yang harum dan menyebar memenuhi dapur. Malam ini mereka akan menikmati nabe jamur.

"Gitu ya? Kayaknya enak."

"Fufu, aku senang mendengarnya", kata Kiriha sambil tersenyum dan menutup panci itu. Yang dilakukan Kiriha adalah sikapnya yang biasa, tapi mata dan raut wajahnya membuat Koutarou bisa merasakan cinta dan kebaikannya yang besar.

"Koutarou, apa kau bisa membaw tas di rak sebelah kanan atas ke kamar dalam?"

"Oke."

Koutarou melakukan seperti yang diminta Kiriha dan mengeluarkan sebuah tas dari dalam rak. Di dalamnya terdapat kue beras yang ingin disajikan Kiriha bersama dengan teh.

"Biar aku yang bawa ini sekalian."

"Terima kasih, Koutarou."

Koutarou mengambil nampan dari tangan Kiriha dan masuk ke kamar bagian dalam. Kiriha pun mengikutinya, dengan beberapa langkah di belakangnya.

"Awas, Love Love Heart!!"

"Lari! Buruan!!"

Di kamar bagian dalam, Sanae dan Yurika terpaku menatap TV. Mereka berdua begitu terfokus sampai-sampai mereka tidak tahu kalau Koutarou sudah pulang. Koutarou merasa bahwa mereka nampak lucu dan memutuskan untuk tidak memanggil mereka sambil menaruh nampan yang dibawanya ke atas meja tanpa suara.

"Sisanya biar kamu yang urus ya, Kiriha-san."

"Baik, biar aku yang tangani."

Membuat teh adalah tugas Kiriha. Setelah memberi jalan bagi Kiriha, Koutarou mengeluarkan majalah, yang dibelinya saat dia berbelanja bersama Harumi, dari dalam tasnya dan duduk di sebelah Kiriha yang mulai menyiapkan teh.

"Ini dia! Serangan gabungan persahabatan!!"

"Special Attack! Love Killer Heart Punisher!!"

Koutarou mulai membaca majalahnya secara biasa, tapi lambat laun dia mulai memperhatikan Kiriha. Bukan karena ada masalah dengan Kiriha, malah, yang terjadi justru sebaliknya, saat Koutarou mulai memperhatikan lebih serius karena tidak ada masalah yang terjadi sama sekali.

"Hei, Kiriha-san?"

"Hmm"

Koutarou menutup majalahnya dan memanggil Kiriha, yang menjawab dengan cara berhenti menyiapkan teh. Karena Kiriha sedang menyaring daun teh dari dalam teko tehnya, dia punya waktu kosong. Koutarou melanjutkan bicaranya setelah Kiriha menoleh ke arahnya.

"Kenapa kamu masih sama kayak biasanya?" tanya Koutarou yang hanya bisa merasa keheranan.

Saat Hari Valentine, Kiriha akhirnya tahu bahwa cinta pertamanya adalah Koutarou, tapi setelahnya, Kiriha tetap bersikap sama seperti biasanya. Dia tidak mau dimanja seperti halnya Kii, ataupun meminta pada Koutarou untuk menjadi kekasihnya. Semua itu seakan-akan peristiwa yang terjadi pada Hari Valentine tidak pernah terjadi sama sekali.

Hal itulah yang membuat Koutarou bingung. Kiriha sudah begitu bersusah payah mencari cinta pertamanya, Koutarou, tapi saat ini dia sama sekali tidak terlihat seperti itu. Koutarou punya masalahnya sendiri karena dia akhirnya tahu bahwa Kii dan Kiriha adalah orang yang sama, tapi walau begitu, Koutarou tidak bisa membayangkan kenapa kelihatannya tidak ada perubahan sama sekali dalam diri Kiriha.

"Fufu."

Kiriha mengerti apa maksud pertanyaan Koutarou setelah berpikir sejenak, dan lalu tersenyum sambil menaruh tangannya di bibirnya. Kiriha lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Koutarou dan berbisik.

"...Itu karena jika Kii keluar sekarang, kamu akan kerepotan, benar bukan, Onii-chan? Itu berlaku juga buatku."

Saat dia membisikkan hal itu, Kiriha tersenyum seperti Kii. Namun setelah dia selesai membisikkan hal itu, Kiriha menjauh dari Koutarou dan kembali menunjukkan raut wajahnya yang terlihat dewasa seperti biasanya.

"Penjajahan permukaan tanah sedang berjalan dengan lancar. Sementara hal itu masih berjalan dengan lancar, aku masih harus menahan pihak oposisi. Jadi sayangnya, Kii tidak punya giliran untuk sementara waktu..."

"Gitu ya..."

Dari pembicaraan singkat ini, Koutarou tahu apa maksud Kiriha.

Kiriha-san lebih ngutamain Rakyat Bumi daripada perasaannya sendiri...

Pada akhirnya, Kiriha memiliki pemikiran yang sama seperti Theia.

"Lagipula, Koutarou, kalau dilihat dari kepribadianmu, kalau aku bertingkah mengikuti perasaanku, itu justru akan membuatmu menolakku, benar?"

"Mungkin itu bener."

Kiriha sudah mengerti Koutarou dengan begitu baik. Tidak mungkin Koutarou akan memilih seorang kekasih di antara para penjajah sampai masalah mereka masing-masing terselesaikan. Keseimbangan kekuatan di dalam kamar itu akan berubah, dan pertimbangan mereka masing-masing akan dipengaruhi oleh perasaan mereka masing-masing. Koutarou yang punya sifat serius ingin bisa menghindari hal semacam itu.

"Itulah sebabnya selama aku bersikap seperti biasanya, kamu tidak akan mendorongku jauh."

Dan karena Koutarou tidak mau memilih, memaksakan hal itu padanya akan membuatnya menolak Kiriha. Dalam kata lain, selama Kiriha tidak memaksakan hal itu, Kiriha akan bisa tetap berada di sisi Koutarou. Itulah keputusan yang sudah dibuatnya.

Hal itu adalah pilihan terbaik bagi Kiriha karena hal itu bisa membuatnya melanjutkan invasinya sambil terus mendambakan Koutarou.

"Kita mungkin akan mulai setelah semua masalah kita nantinya sudah terselesaikan."

Selain Kiriha, ada orang-orang lain juga yang punya perasaan terhadap Koutarou, dan mengabaikan perasaan-perasaan itu dan mengambil tindakan sendiri merupakan hal yang bertentangan dengan cara hidup Kiriha. Dia ingin menunggu sampai semuanya bisa mencapai garis start.

"Lagipula, kamu tahu bagaimana perasaanku terhadap dirimu. Kamu akan tetap berada di tempat dimana aku bisa menggapai dirimu. Aku bisa melihat senyum ceriamu, dan merasakan kehangatanmu di dekatku. Apa lagi yang bisa aku minta darimu saat ini?"

Selama sepuluh tahun ini, yang Kiriha bisa lakukan hanyalah menyatakan perasaannya dari jauh, tapi sekarang, orang yang dicintainya sudah berada di hadapannya. Mereka bisa tertawa bersama dan saling membantu, dan itu sudah cukup bagi Kiriha untuk saat ini.

"Bahkan setelah semuanya udah beres...aku mungkin nggak akan milih kamu loh."

"Itu benar. Ada kemungkinan kalau hal itu akan terjadi, tapi aku tidak akan merasa pesimis."

Kiriha juga punya satu alasan lain untuk tidak mengejar hubungannya dengan Koutarou.

Koutarou kemungkinan besar tidak akan memilih siapapun, bahkan meskipun masalah kami semua sudah dibereskan. Masih ada sesuatu yang penting yang kurang...

Berdasarkan pengalamannya hingga saat ini, Kiriha merasa bahwa ada sesuatu yang kurang dari pendekatan Koutarou terhadap wanita. Meskipun dia tidak punya bukti, karena dia sudah menghabiskan satu tahun bersamanya, Kiriha menyadari bahwa Koutarou punya tembok yang mengurung hatinya.

Sebelum Kiriha bisa mengerti sebabnya, tindakan seperti mendorong perasaannya pada Koutarou hanya akan membuat Koutarou kewalahan. Jadi, sebelum dia melakukan itu, Kiriha perlu melakukan sesuatu soal tembok di hati Koutarou.

Dalam kata lain, tidak ada orang yang punya cara untuk menjadi kekasih Koutarou saat ini. Karena dia sudah tahu akan hal itu, Kiriha tidak perlu cepat-cepat menjalin hubungan.

"Tapi itu--"

Keputusan Kiriha terlalu nyaman bagi Koutarou. Tentu saja, hal itu berlaku sama bagi Theia dan Ruth juga. Tidak peduli seberapa rumit masalah yang ada di kamar 106, orang yang kurang paham akan masalah cinta seperti Koutarou pun tahu bahwa tidak baik membuat seorang gadis menunggu sampai dia bisa membuat keputusan.

Itulah sebabnya Koutarou berusaha membantah.

"Berhenti."

Namun, dia dihentikan oleh Kiriha sebelum sempat membantah.

"Kamu mungkin tidak tahu, tapi berdasarkan seberapa rendahnya kemungkinan bagi kita untuk bisa bersama-sama, aku punya alasan untuk menunggu keputusanmu. Itulah bukti seberapa berharganya dirimu sebagai seorang pria."

Kiriha tidak punya niatan untuk melangkah mundur.

Tidak peduli seberapa rendahnya kemungkinan Koutarou untuk memilih Kiriha, karena Kiriha mencintainya lebih dari sepuluh kali orang lain mencintainya, Kiriha akan tetap menunggunya.

Kiriha tidak bisa membayangkan dirinya bersama orang lain selain Koutarou, dan dia yakin bahwa Theia dan Ruth pun memikirkan hal yang sama.

"Yang bener aja."

Kiriha akan tetap menunggu, meskipun Koutarou tidak bisa memilih siapapun karena posisinya. Koutarou akan senang kalau dia bisa menunjukkan niat baiknya, tapi di sisi lain, membuat Kiriha menunggu begitu menyakitkan baginya dan dia merasa kasihan karena dia tidak bisa memilih Kiriha. Perasaan yang rumit itu berubah menjadi kata-kata yang sejujurnya dan lepas dari mulut Koutarou.

"Aku tahu, tapi aku tetap yakin."

Kiriha nampak begitu percaya diri, berbeda jauh dengan Koutarou yang kuatir. Kiriha menepuk dadanya sendiri sambil tersenyum pada Koutarou.

"Biar aku katakan kepadamu apa yang sudah kukatakan pada hari dimana kita bertemu lagi di tempat ini, pada hari itu satu tahun yang lalu."

Di balik pakaian tempat tangan Kiriha bersandar, terdapat sebuah kartu metalik. Kartu itulah yang menjadi dasar dari semangatnya.

"Kii sudah menunggu di bawah tanah selama lebih dari sepuluh tahun."

"Ah...."

Koutarou pun teringat kembali. Setahun lalu, sebelum mereka tahu siapa Onii-chan dan Kii, Koutarou dan Kii sudah bertemu kembali di kamar ini.

Pada saat itu, Kiriha mengancam Koutarou menggunakan kata-kata yang hampir sama.

"Fufufu, itu artinya kami sudah menunggu selama 1000 tahun. Tapi berapa lama kamu akan bertahan? Setengah tahun? Satu tahun? Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu menurut", ujar Kiriha dengan penuh percaya diri.

Setelah semua masalah mereka masing-masing sudah diselesaikan dan Koutarou bisa melihat para penjajah sebagai para wanita, Kiriha akan menggunakan segala macam cara untuk membuat Koutarou menjadi miliknya.

Dengan perasaan dan emosi yang sudah bertumbuh hingga saat ini dan juga cinta dan ikatan yang akan ditambahkannya di masa yang akan datang, Kiriha yakin bahwa Koutarou tidak akan bisa menolak Kiriha dan Kii.

"Wahahaha! Sayang sekali, Love Love Heart! Tidak ada gunanya kau berjuang!"

Kiriha begitu yakin, dan keyakinannya itu tampak lebih besar daripada si tokoh penjahat yang ada di TV. Keyakinan yang sama bahwa ada sesuatu yang hangat yang menghubungkan Kiriha dan Koutarou dan mengikat mereka untuk selamanya.


Part 2[edit]

Setelah Kiriha selesai menyiapkan teh, Shizuka juga sudah selesai menyiapkan makan malam sementara Sanae dan Yurika selesai menonton anime. Mereka semua sekarang sudah berkumpul di meja teh.

"Ah, hari ini kue beras."

"Mari makan!"

Mata Sanae tampak berbinar melihat apa yang ada di atas meja, sementara Yurika langsung mengambil satu kue beras dan mulai makan sebelum meminum tehnya.

"Jangan serakah gitu dong, dasar..."

"Yurika, tunggu dulu!" seru Koutarou pada Yurika dengan tegas. Yurika hampir menggigit kue beras itu dan melotot pada Koutarou sambil terus menganga.

"Eeeeeehhhh~~"

"Apa kamu yakin sikapmu harusnya kayak gitu, Yurika? Aku nggak begitu peduli sih, tapi apa kamu sendiri nggak apa-apa, dengan sikap begitu?"

"Guk."

Yurika pun gemetaran mendengar perkataan Koutarou sementara dia mengembalikan kue beras yang sudah diambilnya.

Yurika sudah menggunakan sebagian uang makannya minggu ini untuk membeli shoujo manga, dan sekarang dia bergantung pada bantuan dari Koutarou. Karena itulah posisi Koutarou sekarang berada jauh, jauh di atas Yurika.

"Anak baik. Sekarang diam dulu sebentar ya."

"Guk!"

Yurika memandangi kue beras itu sambil duduk tegak sementara Kiriha membagikan cangkir teh ke atas meja. Ngomong-ngomong, ada dua cangkir yang diletakkan di depan Koutarou. Satu adalah miliknya sendiri, dan yang satu lagi untuk Sanae saat dia bergantung di punggungnya.

"Tangan."[1]

"Guk!"

"Kamu boleh makan."

"Guk! Guk!"

Sambil menunggu semunya mendapat teh, Koutarou memberi Yurika izin untuk memakan kue berasnya. Sebagai balasannya, Yurika dengan cepat mengambil satu kue beras dan membuka mulutnya lebar-lebar untuk mulai makan.

Saat Yurika menggigit kue beras itu, Koutarou hanya bisa merasa kecewa.

"...Apa kamu nggak bisa makan dengan lebih sopan, Yurika."

Belakangan ini, sudah menjadi tugas Koutarou untuk memperbaiki perilaku Yurika. Koutarou sendiri juga masih punya sikap buruk, tapi dia tidak bisa diam saja melihat tingkah Yurika.

"Sebentar lagi kamu bakal naik kelas dua, bakalan dapet adek kelas loh."

"????"

"Telen dulu sebelum ngomong."

"Hokeh", jawab Yurika yang lalu mengambil cangkirnya dan mulai minum teh.

"Hwoa!?"

Namun, saat dia mulai minum, raut wajahnya berubah.

"Haaaah!! Hanash hanash hanash!!"

Karena tehnya baru saja dituang, tentu saja tehnya masih panas. Kerongkongan Yurika pun terbakar saat tehnya mengalir masuk ke perutnya. Alhasil, dia memuntahkan sebagian tehnya dan mulai meronta-ronta.

"H-Hei, ini udah sempit, jangan gerak-gerak gitu, Yurika!!"

"H-Habish hanash shih!!"

"Hhh dasar..."

Koutarou lalu mengangkat Yurika dengan paksa dengan mengangkat kedua lengannya dan membawanya ke arah dapur. Di sana, dia menyuruh Yurika meminum air untuk meredakan kerongkongannya yang kepanasan oleh teh.

"Haaaah~...aku kira aku bakalan mati~~", tukas Yurika dengan santainya setelah meminum air.

"Yurika, kenapa sih kamu selalu kayak begitu?"

Namun, Koutarou bertanya dengan nada sedih.

Yurika bisa menjaga dirinya tetap tenang dalam keadaan darurat, tapi untuk urusan hidup sehari-hari, dia pasti akan berulah kapanpun itu memungkinkan. Koutarou mulai khawatir dengan masa depan Yurika. Tegurannya yang tiba-tiba itu berasal dari rasa kekhawatirannya.

"Kamu bilang begitu juga, itu tadi kan salahnya Satomi-san."

"Kenapa jadi salahku?"

"'Kan kamu tadi yang nyuruh aku cepat-cepat minum. Bukan salahku dong."

"Itu salahmu!"

"Oh? Gendongnya udahan? Ayo balik kayak gini~"

"Sana jalan sendiri!" "Kyaaaa!?"

Koutarou kembali ke kamar bagian dalam sambil merasa kesal. Yurika ikut di belakangnya, dengan kedua tangan yang mengelus dahinya sambil menangis.

"...Satomi-kun."

"Ya?"

Shizuka mulai bicara setelah menunggu Koutarou hingga duduk.

"Tolong terus rawat Yurika-chan selamanya ya."

"Aku!?"

"Ya. Aku rasa tidak ada orang lain lagi yang bisa menangani dia."

"Selamanya!?"

"Ya. Kalau kamu menyerah, dia mungkin bakal jadi anak yang nggak bener."

Shizuka rupanya sedang serius. Dia sudah mengamati Yurika selama ini, dan bisa mengambil kesimpulan bahw Yurika sedang berada dalam bahaya.

Yurika menjalani hidup dengan gaya hidup yang buruk. Kadang-kadang, Koutaroulah yang sampai menyisir rambut Yurika karena Koutarou tidak tahan dibuatnya. Kehidupan Yurika bisa terjaga berkat Koutarou yang serius dan bertanggung jawab berada di sisinya. Saat Koutarou menyerah untuk mengurus Yurika, kehidupan Yurika pasti akan jadi memburuk. Di saat yang sama, kehati-hatian Yurika terhadap lawan jenis terlalu longgar, dan kalau bukan karena Koutarou, Shizuka kuatir kalau Yurika sampai dibawa oleh pria-pria dengan niat jahat.

"Dia bener. Aku juga punya hak buat hidup", ujar Yurika mengangguk setelah duduk di sebelah Koutarou.Dia juga tahu bahwa bahaya kalau sampai Koutarou meninggalkan dirinya.

"Enak aja kamu ngomong begitu!"

"Kamu nggak jujur nih, Satomi-san~ Nyatanya kamu suka sama aku kan~~ dasar~~ kamu pemalu deh~~"

"Dasar genit, mau aku pukul bener-bener nih?"

"Kamu nggak akan mukul. Satomi-san kan baik, jadi pasti nggak akan mukul--"

Terdengarlah suara pukulan yang dari keras kamar 106 yang mengenai kepala seseorang.

"...A-Aku mau mohon ampun. Aku benar-benar minta maaf~"

"Asal kamu ngerti aja."

"Baik pak, boleh saya makan kue berasnya?"

"Izin diberikan."

"Hah, terima kasih banyak."

"Satomi-kun..."

Shizuka merasa begitu yakin setelah melihat Koutarou dengan mudahnya membuat Yurika menurut.

Aku nggak akan bisa melakukan hal itu...aku hanya bisa mempercayakan Yurika-chan pada Satomi-kun...

Shizuka tahu bahwa Yurika harus berada di sisi Koutarou, tidak peduli siapapun yang menjadi kekasih Koutarou nantinya, atau akan ada sesuatu yang buruk yang terjadi pada Yurika. Agar orang-orang yang kuatir terhadap Yurika tidak sampai resah, Shizuka bersumpah dalam hati untuk meyakinkan orang yang menjadi kekasih Koutarou nantinya untuk mengizinkan hal itu.


Part 3[edit]

Setelah itu, waktu berjalan dengan pelan. Karena masih ada waktu sampai makan malam tiba, para penghuni kamar meminum teh dan berbincang-bincang, atau membaca manga shojo, atau menonton berita di TV.

"Koutarou, kamu lagi baca apa?"

Sanae tidak punya hal untuk dilakukan untuk saat ini, jadi dia sudah bergantung di punggung Koutarou sedari tadi. Namun, hal itu sendiri mulai membuatnya jenuh. Itulah sebabnya dia mengintip apa yang sedang dibaca oleh Koutarou.

"Ini nih."

"Majalah Gulat Profesional Bulanan? Jadi ini isinya soal gulat profesional?"

"Yap."

Sanae menggunakan energi spiritualnya untuk membuat tangan Koutarou membalikkan halaman demi halaman majalah itu. Setelah membaca isinya, Sanae berhenti di satu halaman.

"Koutarou, aku mau coba gerakan yang ini."

"Scorpion Deathlock ya?"

Sanae rupanya ingin mencoba salah satu gerakan mengunci dalam gulat.

Scorpion Deathlock dilakukan dengan cara menggenggam kaki lawan yang berbaring tengkurap, dan membengkokkan badannya. Ini adalah teknik yang cukup mudah untuk dilakukan, bahkan oleh amatir sekalipun. Jadi, bagi Sanae, yang tidak punya pengalaman apapun dalam gulat profesional, ini adalah teknik yang mudah untuk dicoba.

Namun, terlalu banyak menumpu berat dalam melakukan teknik ini akan membuat lawan tidak bisa bernafas, jadi perlu berhati-hati agar jangan sampai kelewatan dalam melakukan teknik ini. Namun hal itu bukan masalah bagi Sanae. Kalau lawannya sudah mulai kesakitan, dia bisa langsung tahu berkat perubahan pada aura lawannya.

Itulah satu lagi alasan mengapa teknik ini menjadi pilihan pertama yang bagus bagi Sanae untuk masuk ke dalam dunia gulat. Koutarou pun setuju dengannya.

"Kayaknya asyik. Ayo kita coba."

"Yes!"

Sanae langsung mengangguk senang ketika Koutarou setuju.

"Oke, Koutarou, coba tiduran."

"Oke."

Sanae tersenyum saat menunjuk ke tatami. Koutarou mengikuti arahannya dan berbaring di atas tatami.

"Hehehe~"

Sanae lalu duduk di area di atas pinggang Koutarou dan melihat ke arah majalah gulat yang ada di atas meja. Dia lalu menggerakkan tangannya sambil mulai berpikir bagaimana melakukan teknik itu.

"Sane-chan, kalau Satomi-kun mulai sesak nafas, langsung berhenti ya?"

Shizuka sudah paham dengan ilmu bela diri, jadi dia memutuskan untuk setidaknya memberikan peringatan kepada Sanae. Shizuka tahu betul bahaya yang mungkin terjadi dalam menggunakan teknik ini, karena teknik ini terkadang bisa menyebabkan luka.

"Aha, tenang saja. Aku nggak akan ngelakuin sampai bikin Koutarou kesakitan."

Namun, Sanae tidak berniat untuk menyakiti Koutarou. Nyatanya, dia merasa senang selama dia bisa menempel dengan Koutarou.

Belakangan ini, ada perubahan besar yang terjadi dalam hubungan antara Koutarou dengan orang-orang di sekitarnya. Sekilas, nampak seperti tidak ada yang berubah, namun kalau dilihat dari auranya, Sanae bisa melihat ada perbedaan besar dalam diri Theia, Ruth dan Kiriha.

Aura yang mereka pancarkan selalu membungkus Koutarou dengan lembut. Sanae tidak tahu apa yang menyebabkan perubahan itu, tapi dia bisa membayangkan bahwa Theia dan yang lainnya sudah memperdalam hubungan mereka dengan Koutarou. Itulah sebabnya Sanae merasa iri dengan mereka.

Sanae merasa ditinggalkan dan kesepian karenanya. Itulah sebabnya dia ingin bisa akrab dengan Koutarou sebaik yang dilakukan yang lainnya, dan mengaa dia ingin menarik perhatian Koutarou dengan menempel padanya selama permainan gulat ini.

"Aku mulai ya, Koutarou!"

"Silahkan, lakukan sekuat mungkin."

"Ei!"

Sanae menggenggam kaki Koutarou dan menariknya, menirukan gerakan dari majalah. Hasilnya, badan Koutarou mulai terlihat seperti kalajengking dengan kakinya sebagai ekor kalajengking. Walau begitu, Sanae mengatur kekuatannya agar dia tidak menyakiti Koutarou.

"Gimana?"

"Aku bisa ngerasain punggungmu ketarik dan rasanya enak, tapi...rasanya masih ada yang beda."

Sanae sudah berusaha keras, tapi dia tetaplah seorang gadis dan seorang amatir. Dia masih kurang mengerti bagaimana teknik itu dilakukan dan teknik yang dilakukannya pun masih lemah. Alasannya adalah karena Sanae menggunakan energi spiritualnya untuk melakukan teknik itu. Karena efeknya terjadi seperti bagaimana Sanae membayangkannya, dia jadi kesulitan melakukan teknik yang tidak biasa dilakukannya.

"Kamu harus ngunci kakinya."

"Begini?"

"Nggak, bukan gitu, begini."

"Kalau begini?"

"Hmmm...hampir bener sih, tapi..."

Koutarou mencoba memberi tahu Sanae bagaimana cara melakukan teknik itu, tapi sulit untuk melakukannya sementara dirinya masih ditahan oleh Sanae.

"Sanae, gimana kalau kita berhenti sebentar dulu?"

"Oke."

Itulah sebabnya Koutarou meminta Sanae untuk melepasnya sebentar agar dia bisa menjelaskan dengan benar. Koutarou yakin bahwa cara itulah yang lebih cepat.

"Yurika, Yurika", panggil Koutarou pada Yurika yang ada di dekatnya.

"Hya?"

Yurika berhenti membaca shoujo manganya dan menoleh. Karena dia melakukannya sambil memakan kue beras, suaranya jadi tertahan.

"Bisa kamu ke sini sebentar?"

"Hada hapa?"

Karena Yurika fokus membaca shoujo manganya, dia tidak tahu apa yang dilakukan oleh Koutarou dan Sanae. Dia mendekati mereka berdua sambil terus mengunyah kue berasnya.

"Bisa kamu tengkurep di sana?"

"Hapa kamu mahu ngelakuhin hal meshum!? Dhi defan Shanae-chan!?"

"Ya jelas nggak."

"Halau hegitu....hegini?"

"Yap, begitu. Makasih ya."

"Haa...."

Yurika masih belum mengerti, tapi dia tetap menuruti arahan Koutarou. Yurika meregangkan badannya dan lalu berbaring tengkurap di atas tatami. Tidak banyak hal yang bisa dilakukannya dengan posisi seperti itu, jadi Yurika terus melanjutkan mengunyah kue berasnya.

"Fuah!?"

Tepat pada saat itulah Yurika menerima rasa sakit yang luar biasa. Kue berasnya sampai keluar dari mulutnya karena hal itu.

"A-Apa yang--!?"

Yurika tidak bisa bergerak sama sekali. Persendian di kakinya tertahan dan tidak mau bergerak, dan karena kakinya terangkat, badannya pun tertahan ke bawah dan membuatnya tidak bisa bergerak. Tangannya masih bebas bergerak, tapi meskipun Yurika sudah berusaha menggerakkannya kesana kemari, dia tidak bisa lolos.

"Aduh, auauauauau! Satomi-san, tolong! Sakit!"

"Begini nih, Sanae."

"Ooh, begitu ya."

Yurika, yang masih belum mengerti apa yang sedang dialaminya, segera meminta pertolongan kepada Koutarou, walaupun Koutarou sendirilah yang menjadi penyebab rasa sakitnya itu. Hasilnya, rasa sakitnya tidak reda sedikitpun karena dia sedang menjadi kelinci percobaan bagi percobaan teknik gulat Koutarou dan Sanae .

"Koutarou, aku juga mau coba dong."

"Sebelum itu, coba kamu peluk aku dan rasain dulu cara ngelakuinnya."

"Benar juga!...Ei!"

"Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!"

"Sanae, tahan sedikit."

"Oh iya. Maaf, Yurika."

"..S-Satomi-shan...bukannya ini berlebihan, c-cuma gara-gara aku lupa bersihin kamar mandi?"

"Em, Sanae, nggak usah ditahan-tahan deh."

"Oke."

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!"

Sanae memang anak yang rajin, tapi karena itulah, butuh waktu lama sampai Yurika bisa lepas dari neraka itu.

Setelah Sanae akhirnya menguasai Scorpion Deathlock, dia mulia memijat badan Koutarou karena dia ingat rasanya enak saat Koutarou meregangkan punggungnya saat Sanae bergelantungan padanya.

"Koutarou, kamu nggak boleh ngebiarin ini sampai seburuk ini. Sirkulasinya udah jelek."

"Oke, lain kali aku kasih tahu kalau aku ngerasain itu."

"Sip, biar Sanae-chan ini yang urus!"

Sanae memijat Koutarou seperti biasanya. Dengan menggunakan poltergeistnya, Sanae memijat otot-otot Koutarou dengan keras sambil menggunakan energi spiritualnya untuk meningkatkan sirkulasi energi spiritual Koutarou.

Sementara Koutarou sedang dipijat, ada seseorang yang terbaring lemas di sisinya.

"Kalian...jahat..."

Orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Yurika, yang sudah menjadi lawan tanding Sanae. Dengan bercucuran air mata, Yurika memandangi Koutarou yang berada di sebelahnya. Dia sudah mengeluh kepada Koutarou seperti itu selama beberapa saat ini.

"Kalau aja aku tahu bakalan begini, lebih baik aku dapet hal-hal mesum aja..."

Yurika tidak bisa menggerakkan badannya mulai dari pinggang ke bawah setelah persendiannya diserang. Yang bisa dilakukannya hanyalah mengeluh pada Koutarou.

"Maaf Yurika, kita tadi agak berlebihan", kata Koutarou yang menyesali perbuatannya. Jiwa atlitnya membara dan membuatnya bertindak sedikit berlebihan. Karena Koutarou tidak punya niat untuk menyakiti Yurika, dia benar-benar meminta maaf.

"Kalau kamu sampai minta maaf, tadi jangan dilakuin kalau begitu!"

Namun, itu saja masih belum cukup bagi Yurika yang masih terus mengeluh. Sekarang, berbalik dari keadaan sebelumnya, posisi Yurika sekarang jauh berada di atas Koutarou.

"Habisnya, cuma kamu yang bisa aku mintain tolong."

Tepat saat Koutarou berkata "cuma kamu", tangan Sanae mengejang sesaat. Namun, tidak ada yang menyadari perubahan kecil itu. Koutarou, bahkan Sanae sekalipun, tidak menyadari akan hal itu.

"Kamu nggak minta! Kamu langsung ngelakuin itu tiba-tiba!"

"Beneran?"

"Iya, beneran!! Kenapa cuma aku!? Ada yang lain yang bisa kamu mintain tolong kan!!" tanya Yurika sambil menggerakkan tangannya dan menunjuk ke gadis-gadis lain di kamar itu.

Di dalam kamar terdapat Kiriha dan Shizuka, bersama dengan Theia dan Ruth yang baru saja kembali.

Saat Yurika mendapat serangan Scorpion Deathlock, Theia dan Ruth sedang berada di tempat lain, namun baik Theia yang sering bertengkar dengan Koutarou maupun Ruth yang sudah menjalani latihan bertempur bersama dengan Koutarou juga bisa menjadi kandidat percobaan teknik itu. Jadi, dengan ditambah Yurika, Koutarou seharusnya memiliki lima pilihan, dan di antara mereka, dia memilih Yurika. Yurika ingin tahu apa alasannya.

"Habis, yang lain 'kan cewek?"

Itulah jawaban Koutarou setelah melihat para gadis itu secara berurutan.

Mereka semua adalah gadis yang masih remaja, dan itulah sebabnya Koutarou tidak mau meminta mereka menjadi kelinci percobaan. Dan secara khusus, Theia, Ruth dan Kiriha sudah menyatakan perasaan mereka pada Koutarou. Tentu saja Koutarou tidak mau menggunakan teknik gulat pada mereka, karena entah baik atau buruk, suasananya akan menjadi tidak nyaman.

"Aku juga cewek!!"

Yurika tidak merasa senang, karena Koutarou seakan berkata kalau Yurika bukanlah seorang gadis. Gadis-gadis lain pun mulai berbicara untuk menjawab Yurika.

"Yah...kalau Satomi-kun....dia nggak akan nyentuh aku di tempat yang aneh-aneh."

"Kami tidak akan keberatan, benar bukan, Ruth?"

"Benar. Yang Mulia dan aku selalu melakukan hal yang mirip dengan yang dilakukan Satomi-sama."

"Aku pun juga tidak merasa keberatan. Bukan hal yang buruk untuk mendapat hutang balas budi."

Shizuka mempercayai Koutarou berdasarkan sikapnya, dan karena Shizuka sendiri suka dengan bela diri, dan ketiga orang lainnya tidak punya alasan untuk menolak Koutarou. Malah, mereka ingin membantu.

Karena pemikiran baik keempat orang itulah Koutarou tidak bisa meminta tolong pada mereka, namun sayangnya pemikiran itu tidak memasukkan Yurika ke dalamnya.

"Nah kan, yang lain bilang begitu!! Jadi kenapa kamu milih aku!?"

"Itu karena kamu...gimana ngomongnya ya?"

Karena dia tidak bisa memilih keempat orang yang lain itu, Koutarou akhirnya memilih Yurika. Namun, seperti yang dikatakan Yurika, dia sendiri juga adalah seorang gadis. Jadi seharusnya ada alasan mengapa Koutarou memilihnya secara khusus.

"Aku mau penjelasan yang detail!"

"Itu karena...kamu...uh...."

Namun, Koutarou tidak bisa memikirkan apa alasannya.

Dari luar, Yurika nampak seperti gadis yang tidak berguna, namun Koutarou tahu kalau Yurika bisa dipercaya dalam keadaan darurat. Dia sudah menjadi orang yang bisa dipercaya semenjak Maki menghilang di gunung salju. Itulah sebabnya Koutarou menganggap Yurika menghargai teman-temannya dan berjuang keras untuk mereka.

Dari yang bisa dimengerti Koutarou, Yurika bisa menggunakan sihir dari Encyclopedia secara bebas. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, Yurika serius soal sihir dan mempelajarinya dengan cepat. Hasilnya, kalau kekuatan Yurika dibandingkan, dia mulai menyusul Theia dan Kiriha. Saat ini, dia sudah jauh dari kata tidak mampu.

Selain itu, sebagai sahabat dari Harumi, Yurika sudah banyak membantu. Dia terkadang memberikan saran dan pergi bermain bersama Harumi, yang akan selalu tersenyum kapanpun dia menyebutkan Yurika. Sudah tidak diragukan lagi bahwa Harumi betul-betul menghargai Yurika.

Karena tahu akan hal itu, Koutarou sudah jelas peduli dengan Yurika. Kalau tidak, dia pasti tidak akan menjaganya.

Koutarou sudah melihat Yurika sebagai seorang gadis yang sepantasnya, dan dia seharusnya tidak melakukan teknik gulat pada Yurika hanya karena dia mau melakukannya. Walau begitu, Koutarou tetap memilih Yurika. Saat Koutarou memikirkan ini, dia sadar bahwa dia sendiri pun tidak mengerti dengan hal ini.

"...Kamu ini apa sih?"

"Jangan tanya akuuu!!"

Koutarou masih belum bisa mendapat artinya, tapi dia sempat berpikir kalau dia bisa menanyakan itu pada Yurika. Itulah sebabnya Koutarou mulai menyadari bahwa gadis bernama Yurika itu merupakan seseorang yang spesial baginya.

Aku penasaran, apa artinya ini...?

Koutarou hanya bisa memiringkan kepalanya, tapi itu masih belum bisa membuatnya mengerti keinginannya sendiri. Jawaban untuk hal itu pun tidak akan muncul untuk sementara waktu.


Part 4[edit]

"Satomi-san masih kurang sayang sama aku!"

"Itu nggak bener. Aku malah mau ngasih kamu makan gratis buat hari ini."

"Beneran!? Aku tahu kamu orangnya baik dari hari pertama kita ketemu!! Bener juga~ Satomi-san bener-bener cinta sama aku~"

"Jadi, tolong bantuin aku ngelakuin teknik gulat yang lainnya ya."

"Nggak apa-apa~....tunggu, nggak, aku nggak mau!!"

Sambil mendengarkan Yurika yang masih marah dan Koutarou yang meminta maaf padanya, Theia bergumam sambil membuka kotak untuk permainan papan hari ini.

"Pada akhirnya, Koutarou mungkin paling terbuka terhadap Yurika..."

Gumamannya memang kecil, tapi terdengar oleh Kiriha yang duduk di sebelanya. Setelah menyeruput tehnya yang mulai dingin, Kiriha membalas menggumam pada Theia.

"Itu mungkin ada benarnya. Dibandingkan dengan kita, kewaspadaannya terhadap Yurika betul-betul rendah."

Ruth, yang juga duduk di samping Theia, membalas kata-kata Kiriha.

"Satomi-sama selalu meminta tolong hanya kepada Yurika-sama saja."

Kiriha dan Ruth rupanya menyadari hal yang sama dengan Theia.

Koutarou betul-betul baik kepada mereka yang akrab kepadanya, namun hal itu berlaku untuk satu sisi saja, karena Koutarou tidak pernah meminta sesuatu untuk dirinya sendiri selain permintaan sederhana seperti membuang sampah dan semacamnya. Koutarou tidak pernah meminta tolong untuk hal yang cukup serius, dan sejauh yang diketahui oleh Theia dan Kiriha, pengecualian untuk hal semacam itu adalah Yurika. Hanya dialah yang dimintai tolong oleh Koutarou untuk sesuatu yang serius.

Meminta Yurika untuk menjadi kelinci percobaan teknik gulat hari ini adalah salah satu contoh hal itu. Saat studi tur sekolah berlangsung, Koutarou meminta Yurika untuk bermain ski bersamanya, dan sebelum itu, mereka berdua sempat begadang semalaman menulis naskah untuk lomba naskah drama. Ada banyak lagi contoh yang lain, dan kapanpun Koutarou ingin meminta tolong semacam itu, Yurikalah yang selalu diminta tolong olehnya.

"...Aku ingin tahu kenapa...", ujar Kiriha sambil tersenyum simpul sambil melirik ke arah Koutarou dan Yurika, yang masih bertengkar sambil berbaring di atas lantai.

Meskipun dia sendiri masih belum menyadari hal itu, Yurika sudah menghancurkan tembok yang mengelilingi hati Koutarou, dan itulah yang membuatnya berada di tempat yang spesial. Meskipun dia masih butuh waktu sebelum betul-betul bisa menghancurkan tembok itu, Kiriha ingin tahu bagaimana Yurika bisa melakukannya, karena tembok itu adalah sesuatu yang harus dia hancurkan juga suatu hari nanti.

Tepat pada saat itulah Sanae berhenti memijat Koutarou.

"...Sekarang kalau aku pikir-pikir lagi..."

Sanae mendengar apa yang dibicarakan oleh Kiriha dan yang lainnya. Karena dia bisa mendengar gelombang spiritual lebih baik dibandingkan gelombang suara, selama suara itu mempunyai perasaan yang kuat di dalamnya, Sanae bisa mendengarnya bahkan lewat bisikan sekalipun.

Koutarou nggak pernah minta apapun sama aku...

Baru pada saat dia mendengar pembicaraan dan yang lainnya itulah Sanae sadar bahwa dia hanya bergantung pada Koutarou. Bahkan pijatan yang dilakukannya saat ini adalah sesuatu yang dimintanya kepada Koutarou. Saat dia memikirkan itu kembali, itulah yang sudah terjadi sejak mereka pertama kali bertemu. Koutarou tidak pernah meminta Sanae untuk melakukan sesuatu yang penting. Bahkan jika Koutarou menerima Sanae, dia tidak pernah membutuhkan Sanae.

Tapi...Yurika beda...kenapa...?

Saat Koutarou menggunakan teknik gulat pada Yurika, dia bisa melakukannya tanpa berpikir panjang, dan hal itu mengarah pada satu jawaban: Koutarou membutuhkan Yurika.

Aku...

Tanpa disadari, energi spiritual Sanae membara karena dirinya yang ingin memiliki hubungan yang lebih erat lagi dengan Koutarou. Kalau saja ada seseorang di sekitar tempat itu yang bisa melihat energi spiritual, orang itu pasti bisa melihat bahwa energi spiritual Sanae tidak hanya memenuhi seluruh kamar 106, tapi keseluruhan Rumah Corona. Itu menunjukkan seberapa dalam, kuat dan murninya perasaan Sanae terhadap Koutarou.

"Namun, Koutarou paling menghargai diriku."

"Kau terdengar begitu yakin, puteri alien."

Berlawanan dengan apa yang sedang dirasakan Sanae, Theia justru tampak percaya diri. Sambil mengeluarkan papan permainan dari dalam kotak, Theia tersenyum seakan tidak ada masalah.

"Tentu saja. Aku adalah puteri kebanggaan Kekaisaran Galaktik Suci Forthorthe. Selama aku menjadi bangsawan yang paling mulia, ksatria terkuat akan mematuhiku."

Theia tidak lagi merasa iri dengan hal-hal baik dari orang lain, karena dia akan membuat Koutarou berpaling padanya dengan sifat baiknya sendiri. Theia akan menghancurkan tembok di hati Koutarou dengan cara yang berbeda dari Yurika.

"Itu benar juga."

Kiriha betul-betul merasa bahwa Theia memang hebat. Dia juga mulai berpikir ada baiknya dia mulai melakukan hal yang sama. Dia seharusnya tidak menirukan apa yang dilakukan oleh Theia dan Yurika, tapi dia harus membuat Koutarou berpaling padanya dengan cara yang akan dilakukan oleh Kiriha dan Kii.

Aku mungkin sudah tertinggal sejak awal..pikir Kiriha yang tersenyum kecut.

Sementara Yurika tidak menyadari hal itu, dia sudah menghancurkan tembok di hati Koutarou sedikit demi sedikit. Sementara itu, Theia menantang tembok itu dengan semangatnya sendiri. Saat ini, bisa dikatakan kalau mereka berdua sudah berada jauh di depan Kiriha. Kiriha sendiri yakin bahwa dia bisa membuat Koutarou berpaling padanya, tapi awal mula tindakannya sudah tertunda.

"Kalian lagi ngomongin apa?"

Tepat pada saat itulah Shizuka kembali sambil membawa nampan. Dia tadi kembali ke dapur untuk menyiapkan lebih banyak teh.

"Kami baru saja membicarakan soal Koutarou dan Yurika yang begitu akur."

"Kayaknya memang begitu. Beberapa hari lalu, Mackenzie juga sempat mikir kalau mereka lagi pacaran."

Karena Shizuka suka dengan gosip semacam ini, pembicaraan Theia dan Kiriha berhenti sampai di situ.

"Koutarou, Sanae, Yurika, karena tehnya sudah ada lagi, kenapa kita tidak main satu permainan sebelum makan malam?" panggil Theia pada Koutarou dan yang lain sambil menyiapkan papan permainan di atas meja. Di saat yang sama, dia menertawakan dirinya sendiri dalam pikirannya.

Apa permainan ini punya makna lain lagi selain hiburan?

Dulu, Theia berencana merebut kamar 106 lewat permainan, tapi sekarang, permainan-permainan itu tidak punya makna lain selain hanya untuk dimainkan. Dalam kata lain, Theia sudah tidak peduli lagi kalau seluruh poin miliknya habis.

Penting bagi Theia untuk tidak menunjukkan sisi buruknya sebagai tuan puteri Forthorthe, tapi dia sadar bahwa hal yang penting baginya bukanlah untuk menang, dan dia yakin bahwa Koutarou akan mengikutinya karena hal itu.

Karena itulah, kemenangan Theia sendiri bukanlah hal yang penting untuk menyelesaikan ujian yang dijalaninya. Dia mulai berpikir bahwa ada baiknya jika Koutarou yang memenangkan hal itu baginya.

Walau begitu, Theia tidak akan mundur dari pertarungan, dan kalau dia memikirkan situasi yang dihadapi Kiriha, bukan hal yang bagus untuk membuang permainan-permainann itu. Karena itulah, permainan pun terus berlanjut - sebuah bentuk kehidupan yang lain bagi seorang tuan puteri.

"Oke, oke. Ayo, Sanae, Yurika."

"Oke..."

"Satomi-san, tolong bantuin aku bangun. Aku masih nggak bisa gerak."

"Kamu ini gimana sih..."

"Ini kan salahmu, Satomi-san."

"Iya, iya."

Tanpa menyadari sama sekali perasaan rumit seperti apa yang sedang dirasakan oleh para gadis yang lain, Koutarou dengan santainya membopong Yurika ke dekat meja teh.

"Kamu bisa duduk?"

"Aku mau sandaran ke tembok."

"Kamu bisa gerakin pionnya dari sana?"

"Kamu aja yang gerakin, Satomi-san."

"Yah, mau gimana lagi..."

Koutarou membuat Yurika duduk di dekat dinding dan merangkak menuju meja teh agar dia bisa berada di dekat Yurika.

"Oke---"

Ayo mulai.

Saat Koutarou akan mengatakan hal itu, pandangannya menjadi gelap dan dia menjadi goyah.

Apa!?

Koutarou tiba-tiba menderita vertigo saat merangkak. Dia pun terjatuh ke atas tatami setelah kehilangan keseimbangan.

"Koutarou!?"

"Ada apa!?"

"Satomi-san!?"

Para gadis langsung berteriak terkejut saat Koutarou tiba-tiba terjatuh. Namun untungnya, Koutarou bisa kembali pulih dengan cepat.

"Tua--Ah..bukan, Satomi-sama, apa anda baik-baik saja?" tanya Ruth yang meraih Koutarou yang terjatuh di depannya. Koutarou menggenggam tangannya dan kembali bangun.

"Makasih, Ruth-san. Kayaknya aku cuma pusing sedikit. Bukan masalah gede", ujar Koutarou sambil tersenyum pada para gadis yang kuatir dengannya.

Sebenarnya, matanya masih berkunang-kunang, tapi dia sendiri sudah merasa lebih baik. Itulah sebabnya Koutarou merasa kekuatiran para gadis berlebihan.

"...Koutarou, apa kamu sering mengalami hal itu?" tanya Kiriha yang nampak begitu kuatir dan memandangi Koutarou dengan pandangan serius.

"Udah lama sejak aku terakhir ngerasa pusing. Kayaknya karena aku duduk kelamaan."

Koutarou sendiri nampak tidak terlalu kuatir. Dia sudah duduk semenjak selesai melakukan Scorpion Deathlock dan menerima pijatan. Itulah sebabnya dia yakin kalau dia pusing karena bangun terlalu cepat.

"Kamu nggak usah terlalu kuatir."

"Begitu ya...Yah, kalau kamu sendiri yang berkata demikian.."

Meskipun Koutarou tersenyum, tatapan Kiriha masih nampak serius karena dia memikirkan apa yang mungkin sudah terjadi. Koutarou merasa aneh dengan hal itu, tapi karena Kiriha punya alasan yang pantas untuk mengkhawatirkan dirinya, Koutarou memutuskan untuk tidak menanyakan hal itu lebih jauh.

"Jangan bikin kita takut begitu dong, Satomi-kun."

"Kelihatannya kau tidak cukup dilatih. Kami harus melatihmu lagi."

"Kamu mungkin kekurangan zat besi. Ada baiknya kita makan hati atau semacamnya untuk besok."

"Aku nggak terlalu suka hati, tapi karena sayang kalau dibuang, tetep aku makan."

"Koutarou, nanti aku pijat lagi ya."

Semuanya pun nampak lega melihat Koutarou yang nampak baik-baik saja, dan Sanae yang tadinya nampak was-was pun sudah tersenyum lagi.

"Maaf udah bikin kalian takut. Sekarang, ayo kita mulai main. Makan malamnya udah nunggu."

Dengan begitu, Koutarou dan yang lainnya bermain seperti biasanya.

Mereka tidak lagi terlihat seperti para penjajah yang bertarung untuk memperebutkan wilayah, tapi seperti anak-anak yang berkumpul di dalam rumah untuk bermain.


Kembali ke Bab 1 Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Bab 3
  1. Perintah yang biasa diberikan pelatih anjing untuk membuat anjingnya memberi salam menggunakan salah satu kaki depannya.