Rokujouma (Indonesia):Jilid 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ilustrasi Novel[edit]

Ini adalah ilustrasi novel yang termasuk dalam 'Volume 2' .


Satu Hari dalam Kamar 106[edit]

Part 1[edit]

Jumat, 24 April

Kemampuan Satomi Koutarou untuk bangun tidur benar-benar mengerikan. Tidak terkecuali hari ini;meskipun matahari sudah menyinari wajahnya, ia tetap tertidur pulas.Mulutnya menganga lebar saat ia mendengkur sekeras kompresor kulkas.

Cahaya matahari pagi mengganggunya dan ia pun menggeliat, bagaimanapun saat dia persis di sebelah dinding, dia hanya bisa berputar setengah sebelum menabraknya.

Sebenarnya Koutarou menggelar kasurnya di tengah ruangan,tapi ia berguling-guling dalam tidurnya. Sebelum ia sadar,dia sudah menggelinding ke pojok ruangan.Namun, karena itulah sinar matahari tidak menyinarinya lagi dan ia kembali tertidur lelap.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Mentari pagi di luar jendela bersinar cerah dan langit biru yang luas membentangi cakrawala.

Sekarang sudah penghujung April dan suhu udara pun mulai menghangat. Kalau jendela dibuka, udara segar akan segera masuk.Namun,yang terbuka pertama kali di kamar 106 Rumah Korona bukanlah jendela.

Dengan suara yang kecil,tatami yang terdekat dengan pintu masuk terangkat sedikit, dan tas plastik di atasnya mulai bergoyang, yang mana di dalamnya bisa terlihat beberapa bungkus mi instan.Namun,tas plastik itu berhenti bergoyang.

Sesaat kemudian, tikar itu terangkat dan seorang gadis muncul dari bawahnya.

"..Aku sudah memberitahunya untuk meletakkannya agak jauh.."

Karena gadis itu mengangkat tataminya, mi instannya tumpah dari tas plastik.

Gadis itu melihatnya dan mengeluh. Dia pun naik ke kamar 106 dengan rambut hitam panjangnya yang mengayun.

Nama gadis itu adalah Kiriha. Pakaiannya menyerupai kimono dan seragam gadis kuil, matanya yang sipit membuat mereka yang melihatnya terkesan. Dia adalah salah satu gadis yang berusaha mengambil alih kamar 106.

"Hey Ho-, Hey Ho-"

"Ho-,Ho-,Hohoho"

Dua haniwa setinggi 30 sentimeter mengikuti Kiriha dari bawah tatami.

Di saat yang sama Kiriha memasang kembali tatami, salah satu dinding mulai bersinar, dan seorang gadis lain muncul di kamar 106. Gadis itu berambut pendek dan berpenampilan rapi dengan bajunya yang menyerupai seragam militer.

Namanya adalah Ruth. Dia adalah makhluk luar angkasa yang datang ke planet ini dari jarak 10 tahun cahaya.

"Kyaaa!?"

Ruth masuk ke ruangan dan menjerit. Bukan karena dia jatuh, tapi karena dimana dia muncul.

Rokujouma V2 011.jpg

"Maaf,Satomi-sama!! Aku segera minggir!!"

Ruth muncul tepat di atas Koutarou. Kakinya yang terbalut stocking menginjak tepat di muka Koutarou.

Dinding yang bersinar itu berfungsi sebagai penghubung antara kapal luar angkasa Theia dan kamar 106. Saat berjalan melewatinya, seseorang akan berpindah secara instan ke kapal luar angkasa yang mengorbit dekat Bumi. Namun,tidak seperti pintu, tidak ada cara mengetahui apa yang ada dibaliknya sampai orang tersebut melewatinya. Karena itulah Ruth secara tidak sengaja menginjak wajah Koutarou.

"Aku benar-benar minta maaf karena menginjakmu setiap pagi, Satomi-sama!"

Ruth cepat-cepat menyingkir dan meminta maaf.

"..."

Namun,Koutarou tidak merespon.

"Sa-Satomi-sama?"

"Betul-betul deh, Satomi Koutarou."

Kedua gadis itu memandang Koutarou; Ruth kaget sedangkan Kiriha berdecak kagum.

Koutarou masih tertidur lelap dan mendengkur. Meskipun terinjak, Koutarou tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun, hampir seperti tidak terjadi apapun.

Dengan munculnya Kiriha dan Ruth,ruangan itu pun mulai hidup.

Mengesampingkan identitas mereka, sekarang mereka sudah memakai celemek dan terlihat sebagaimana gadis seumuran mereka bertingkah.

"Kiriha-sama, apa yang harus kulakukan dengan sayuran panjang dan ramping ini?"

"Kita akan menambahkan bawang ke sup misonya, jadi potong sayur itu bulat-bulat."

"Baik, aku mengerti."

Kiriha memegang sendok sup di depan kompor dan Ruth mengambil pisau di depan bak cuci. Keduanya sedang membuat sarapan bersama. Namun, Ruth tidak terbiasa memasak makanan Bumi, jadi Kiriha yang membuatnya sedangkan Ruth membantu Kiriha. Mereka berdua memasak bersama seperti teman akrab. Tidak banyak yang tahu kalau mereka berdua sebenarnya adalah musuh.

"Selaaaaaaamat paaagiiiiiiiiiii!"

Dan salah satu dari sedikit yang tahu hubungan mereka berdua pun muncul. Dia adalah seorang gadis SD dengan gaun musim panas.

"Selamat pagi."

"Selamat pagi, Sanae."

"Nnn..."

Gadis itu menggosok matanya yang masih mengantuk sembari muncul dari langit-langit. Dia tidak mengangkat tikar atau membuat dinding bersinar,tapi benar-benar muncul menembus langit-langit. Namanya adalah Sanae. Dia adalah hantu yang tinggal di kamar 106.

"Sarapan hari ini apa?"

"Nasi dan sup miso, dan ikan yang dibeli kemarin...Kiriha-sama,apa nama ikannya?"

"Salmon, dan ada sosis yang tidak muat masuk ke kotak bekal."

Namun,Kiriha dan Ruth sama sekali tidak terkejut dengan cara Sanae muncul. Mereka bertingkah sebagaimana orang berbicara dengan temannya karena mereka berdua sudah terbiasa dengan Sanae.

"Apa bentuknya seperti gurita?"

"Sebaik yang bisa seorang gadis buat."

"Benarkah?"

"Dia bohong. Kiriha berbohong dengan wajah datar..Oh ya, aku hampir lupa. Boleh aku cicip!?"

"Silahkan. Nanti akan aku berikan ke Koutarou kok."

"Yes!"

Saat Kiriha mengizinkannya, Sanae terlihat senang. Sanae, yang masih muda, terlihat sangat kekanakan saat dia kegirangan. Namun, untuk suatu alasan, dia tidak menyentuh sosisnya tapi langsung menuju ke ruangan dalam.

"Bangun Koutarou! Hey!"

"Nnn..."

Setelah masuk, Sanae langsung berusaha membangunkan Koutarou. Dia butuh Koutarou untuk merasakan makanan, karena Sanae adalah hantu dan tidak bisa makan sendiri. Agar dia bisa merasakan makanan, dia harus merasuki seseorang dan berbagi indra perasa dengan mereka. Yang dia rasuki tidak lain adalah Koutarou. Karena Sanae dan Koutarou mengadakan gencatan senjata, sebagai gantinya Sanae boleh merasuki Koutarou.

"Cepat bangun! Guritanya keburu dingin!"

"Nnn..Aku nggak bisa makan lebih banyak lagi..mhm.."

"Nggak akan aku biarkan hanya kamu yang makan enak!!"

Namun, Koutarou masih belum mau bangun setelah diguncang-guncang dan diteriaki. Sepertinya Koutarou sedang bermimpi memakan sesuatu, dan ini membuat Sanae lebih kesal.

"Hehehe, Mackenzie, kamu yang bayar ya...mm..."

"Kenapa kamu selalu menolak keberadaan hantu!! Aku nggak akan minta kamu buat kaget, tapi paling nggak dengerin suaraku!! Kalau kamu terguncang buka matamu!! Bilang 'Selamat pagi, malaikatku' ke Sanae yang manis ini!!"

"Jangan menangis karena hal seperti itu..kasihan sekali."

"Siapapun pasti menangis!!"

Koutarou, yang masih belum terlihat akan bangun, mengejutkan Sanae dan membuatnya lebih kesal.

"..Kalau begitu.."

Sanae, yang sudah mulai menangis, membuat fenomena Poltergeist dan mengangkat sebuah ensiklopedia.

"Lihat saja, kalau kamu pikir gadis ini hanya diam saja, kau salah besar!!" ujar Sanae sambil tersenyum jahat. Dia kemudian memutar ensiklopedianya,berencana untuk menghujam kepala Koutarou dengan ujungnya.

"..Hm?"

Namun,saat Sanae hendak melakukannya, dindingnya mulai bercahaya, dengan cara yang sama saat Ruth muncul. Hal yang berbeda adalah orang yang muncul berikutnya, dan sisanya tetap sama.

Gadis yang muncul dari dinding itu sedikit lebih tua dari Sanae. Dia memiliki rambut kuning keemasan yang indah, gaun putih dan mata biru gelap. Namanya adalah Theia. Dia adalah tuan putri luar angkasa, dan Ruth adalah pelayannya.

"Guaaaaaaah!?"

"Aku tidak sadar kau ada disini, Primitif."

Dan seperti Ruth, dia menginjak wajah Koutarou. Namun,tidak seperti Ruth, dia tidak berusaha untuk menghindari Koutarou,dan dia juga memakai sepatu hak tinggi. Ujung hak sepatunya menusuk kepala Koutarou.

"Auauauauauau!?"

"Kamu tidak belajar ya? Kenapa kau tetap tidur disana?..Inilah sebabnya kau hanya seorang Primitif"

Saat Theia mengatakannya, dia mengangkat kakinya dari wajah Koutarou dan menginjak tatami. Ujung gaunnya berkibar dengan anggun, tapi Koutarou tidak peduli dengan hal itu.

"Kau idiot, Tulip!! Sudah berapa kali kubilang!! Jangan menginjak orang!! Dan jangan pakai sepatu di dalam sini!!"

Memar merah nampak di dahi Koutarou. Karena berat Theia difokuskan ke hak sepatunya, Koutarou pun akhirnya terbangun.

"Kau berani memanggilku idiot lagi, Primitif?"

"Akan aku bilang sebanyak mungkin, dasar idiot!"

"Beraninya kau bertindak lancang dihadapan tuanmu!!"

Koutarou dan Theia beradu kepala dan saling memaki satu sama lain.

"Kenapa kau hanya mempermaslahkan aku!? Aku yakin bukan hanya aku saja yang menginjak dirimu!!"

"Aku benar-benar minta maaf, Satomi-sama. Aku menyesal sudah menginjak dirimu berulang kali."

Ruth masuk dan membungkuk penuh sesal ke arah Koutarou.

"Nggak, Ruth nggak perlu minta maaf. Angkatlah kepalamu"

Koutarou tidak punya niat untuk mengeluh kepada Ruth.

"Yang salah si Tulip."

"Tapi.."

"Primitif! Kenapa hanya Ruth yang kamu maafkan? Ini salah! Kenapa kamu lebih memihak Ruth?!" seru Theia dengan wajah memerah sambil menghentakkan kakinya, membuat hak sepatunya merobek tatami berulang-ulang.

"Ya jelaslah, dasar putri bodoh! Bagaimana kalau kamu sentuh dadamu dan tanyakan dirimu sendiri!"

"Dada..?"

Theia memandang kosong dadanya, dan lalu melirik ke arah dada Ruth.

"Y-Yang Mulia?"

Hasilnya, Ruth tersipu malu dan menutupi dadanya dengan tangan.

"...Dada.."

Amarahnya yang sempat hilang dengan pandangan kosong mulai muncul kembali.

"Jadi kau memaafkannya hanya karena dadanya besar?!"

Theia mulai tidak peduli dengan sekitarnya saat dia berteriak marah kepada Koutarou.

"Bukan begitu!!"

"Koutarou, siapa yang peduli soal dadanya. Kamu bahkan nggak tahu kalau dia punya atau enggak. Yang lebih penting lagi, cicip makanan!"

"Kau mau berkelahi denganku ya?!"

"Jangan, Yang Mulia!!"

Dan dengan begitu, keributan terjadi pagi itu di dalam kamar kecil itu.

"..Mm, rasanya enak."

Namun, Kiriha yang masih ada di dapur tidak terlihat peduli. Malahan, dia mencicipi sup misonya dan terlihat puas.

"Kali ini akan kutunjukkan siapa tuanmu sesungguhnya!"

"Coba saja, Tulip! Tempatmu seharusnya di padang bunga!"

"Mau sebanyak apa kau mencemooh tuanmu sebelum kau puas?! Kau manusia purba!"

"Kalian berdua, tolong hentikan!"

"Tes cicip! Tes cicip!"

"Satu lagi hari yang damai...atau tidak.."

Kiriha tidak terlihat cemas, ini adalah hal yang biasa di kamar 106.


"Nah, mari makan!"

"Selamat makan!"

Setelah sarapan disajikan, Sanae melompat ke punggung Koutarou dan memeluk lehernya. Menurut Sanae, inilah yang diperlukannya untuk merasuki seseorang. Sekilas, hal itu nampak seperti seorang anak yang digendong bapaknya.

"Cepatlah makan,Koutarou!"

"..."

Meski Sanae ingin Koutarou cepat-cepat makan, Koutarou sendiri tidak melihat makanannya, tapi melotot jauh ke depan.

"..."

Yang duduk di seberang meja tidak lain adalah Theia, yang membalas melotot ke arah Koutarou. Keduanya sudah melakukan ini cukup lama.

Selain memar di dahinya, terlihat bekas-bekas cakaran dan gigitan pada Koutarou. Theia, di sisi lain, memiliki memar di dekat matanya. Itu adalah luka bekas perkelahian yang baru saja terjadi.

"Yang Mulia, makanannya akan segera dingin kalau anda tetap melakukan hal ini"

"Harusnya itu yang kau katakan kepada si Primitif! Apa yang salah dengan mendisiplinkan orang bodoh yang mencoba menantang tuannya?!"

Ruth duduk diantara keduanya, berusaha sekuat tenaga untuk membuat mereka berdamai.

"Heh, kau memanggil seseorang bodoh?"

"Hmph, dasar makhluk rendahan."

Namun, keduanya tetap tidak mau berdamai dan malah mendongkol. Meski keduanya tidak bisa akur, sifat keras kepala mereka juga sama kerasnya.

"Bagaimanapun, Yang Mulia, anda adalah orang yang memicunya dahulu."

"Aku tidak peduli. Seorang hamba seharusnya tidak peduli dengan keadaannya dan harusnya malah menghormatiku."

"Siapa yang kau panggil 'hamba'?"

"Dewasalah, kalian berdua.."

"Aku sudah dewasa. Tulip yang salah."

Keduanya mengalihkan pandangan dan mulai berdebat secara tidak langsung. Ini karena mereka mengakui satu sama lain sebagai lawan.

"Tidak bisa begitu, Koutarou."

Koutarou melihat Kiriha tersenyum masam di sudut pandangannya. Saat itu Kiriha duduk di seberang Ruth, di antara Theia dan Koutarou.

Mereka duduk mengelilingi meja dengan urutan: Koutarou dan Sanae, Ruth, Theia, Kiriha.

Belakangan, mereka dengan alaminya duduk seperti ini.

Koutarou pun menghadapkan wajahnya ke arah Kiriha.

"Kenji dan Shizuka akan khawatir kalau kau membuat wajah seram seperti itu."

"Tapi,Tulip-"

"Cukup."

Koutarou mencoba membantah, tapi Kiriha menghentikannya dengan meletakkan jarinya didepan bibir Koutarou. Kiriha tersenyum ke arah Koutarou sembari menunduk kearahnya.

"Aku tidak suka Koutarou yang seperti itu, aku lebih suka saat kau tersenyum."

"Eh.."

Ujung jarinya yang lembut dan hangat menyentuh bibirnya seperti sebuah ciuman. Senyumnya yang indah dan pandangan matanya yang tenang membuat Koutarou terhenyak.

"Dengar, Koutarou, tidak apa-apa kau membuat ekspresi seperti itu saat diperlukan, tapi bukan berarti kau bisa menunjukkannya kepada mereka yang tidak bersangkutan. Kenji, Shizuka dan bahkan aku akan sedih. Kau tidak bisa menunjukkan amarahmu kepada mereka yang kau sayangi."

"Uh..."

"Berhentilah marah, Koutarou. Ini demi diriku dan dirimu juga."

Kiriha dengan tenang memperingatkan Koutarou, dan amarahnya pun reda. Koutarou marah kepada Theia karena keegoisannya, dan keegoisan yang sama berlaku juga saat dia marah kepada orang lain selain Theia. Koutarou menyadari itu saat dia melihat senyuman Kiriha.

"Tunggu sebentaaaaaar. Aku diam saja dan apa yang aku dengar?!"

"A-Apa?"

Saat Koutarou akan mengangguk ke arah Kiriha, Sanae yang masih memeluk Koutarou berteriak ke arah mereka berdua. Sanae lalu mengencangkan pelukannya di leher Koutarou seakan-akan mencekiknya.

"Kiriha! Jangan bertingkah kayak kamu bukan musuh Koutarou! Wajar kalau dia teriak ke arahmu, karena kamu juga berencana mengambil alih kamar ini! Jangan coba-coba bersikap normal kayak kamu nggak ada hubungannya!"

"Fufufu, kamu tegas sekali, Sanae.."

"Dan Koutarou! Kamu kenapa sih? Dia cuma bikin kamu lengah supaya dia bisa mengambil alih kamar ini! Ini yang biasa dia lakukan!"

"M-Maaf, itu refleks.."

"Jangan cuma bilang itu refleks! Yang benar saja, Koutarou! Sudah berapa kali kau hampir terjebak triknya belakangan ini?! Kamu pikir apa yang bakal terjadi kalau aku lagi nggak ada?!"

"Aku memang salah, jadi tolong tenang, ya?"

"..Apa kamu benar-benar mengaku kalau kamu salah?"

Saat Koutarou meminta maaf, suara dan cekikan Sanae pun mereda.

"Ya, tentu saja."

"Apa kamu punya kata-kata syukur kepada hantu cantik yang terus menolongmu?"

"Terima kasih karena kau selalu menjagaku."

Koutarou benar-benar berterima kasih kepada Sanae, karena alasan mengapa dia belum tertipu oleh Kiriha dan masih punya tempat tinggal adalah karena Sanae. Kalau bukan karena gencatan senjata dengan Sanae, Koutarou sudah pasti tertipu sejak lama.

"Bagus, sekarang ayo makan. Aku sudah lapar."

Senang dengan jawaban dari Koutarou, Sanae menunjuk ke arah meja. Di atas meja tersedia nasi, sup miso, salmon dan sosis yang dipotong membentuk gurita - sarapan yang sudah ditunggu Sanae.

"Baik, ayo makan."

"Koutarou, ambil sosisnya dulu!"

Saat Koutarou mengambil sumpit, suara Sanae kembali normal. Suaranya persis seperti rupanya, polos dan ceria.

"..Tunggu dulu, Sanae."

Sumpitnya berhenti tepat sebelum mengambil sosis.

"Apa?"

"Em,bukan apa-apa.."

Kamu udah takluk sama masakannya Kiriha...

Koutarou menjaga dirinya agar tidak keceplosan mengatakan itu.

"Oh? Kalau begitu, buruan!"

"Oke, oke."

Tapi, kenapa aku nggak mau bilang?

Koutarou sendiri bingung kenapa dia tidak mengatakannya.


"Yang Mulia, sudah hampir saatnya."

"Baiklah kalau begitu, mari kita pergi"

Ruth, yang sudah selesai mencuci piring, kembali ke ruang tengah dan mengatakan hal itu. Theia, yang sedang memainkan cangkirnya, meletakkannya kembali ke meja dan berdiri. Di saat itu bagian rok dari gaunnya membentang dan menutupi sebagian ruangan. Di ruangan sekecil ini, gaunnya adalah penghalang baginya.

"Dengan begitu, semuanya, sampai jumpa nanti."

"Jangan terlambat, Primitif."

"Aku nggak akan terlambat."

"Baguslah kalau begitu. Kegagalan seorang hamba adalah kegagalan tuannya. Sepertinya kau sadar kalau kau adalah hambaku. Bagus sekali."

Theia dan Ruth kembali ke sisi lain dinding yang bersinar. Mereka kembali ke kapal luar angkasa untuk berganti pakaian, setelahnya mereka mengambil rute sendiri untuk pergi ke sekolah.

"..Dia tetep aja ngomong hal-hal yang egois.."

"Cewek itu semangat banget buat bikin kamu jadi pelayannya."

Koutarou dan Sanae, yang minum teh di dekat meja, memandang dinding yang bersinar dan menghela nafas. Kiriha, yang duduk di sebelah mereka, tersenyum masam dan menurunkan bahunya.

"Itu adalah hal yang harus dia lakukan untuk naik tahta. Dia tidak bisa mundur. Tentu saja, aku pun tidak bisa mundur. Dengan begitu.."

Kiriha menunggu Koutarou menghabiskan tehnya dan membawa cangkirnya ke tempat cuci.

"Ho-!"

"Hey Ho-!"

Di saat yang sama kedua haniwa mengangkat tatami terdekat ke pintu depan. Dibawahnya terdapat terowongan yang mengarah ke markas rahasia Kiriha. Awalnya itu hanya lubang di tanah, namun sebelum ada yang menyadarinya lubang itu sudah disemen dan diberi keramik. Kedua haniwa itulah yang mengerjakannya.

"Aku akan pamit juga. Sampai ketemu di ruang kelas nanti, Koutarou, Sanae."

Seperti Theia dan Ruth, Kiriha akan pergi ke SMA Harukaze menggunakan rute lain. Baik Kiriha dan Theia tidak ingin menimbulkan keributan.

"Ya,sampai jumpa nan-"

"Stoooooop!"

Pukulan Sanae mengenai kepala Koutarou saat ia hampir membalas salam dari Kiriha.

"Kamu lagi ditipu! Nggak usah dibalas salamnya!"

"O-oke"

Gawat, aku benar-benar terseret kebaikannya Kiriha..pikir Koutarou memperingatkan dirinya sendiri.

Koutarou hampir mengikuti tingkah normalnya Kiriha. Namun, semua yang Kiriha ucapkan adalah perangkap untuk melemahkan kewaspadaan Koutarou. Jika Koutarou terperangkap kebaikannya, bisa jadi saat dia bangun esok hari kamarnya sudah dipakai untuk kepentingan invasi.

"Fufufu, jadi kau takkan percaya kalau aku mempunyai rasa kepada Koutarou?"

"Yang bener aja! Mana ada kata 'romansa' di dirimu?!"

"Koutarou, apa kau merasakan hal yang sama?"

Senyum Kiriha menghilang bersamaan dengan wajahnya yang menunduk sedih.

Kiriha meletakkan tangannya didepan dadanya dan berbisik kepada Koutarou dengan lembut.

"Ugh..."

Saat dihadapkan dengan matanya yang sendu dan suaranya yang manis, Koutarou secara tak sadar menelan ludahnya. Meskipun dia tahu Kiriha adalah musuhnya, Koutarou tetaplah seorang remaja dalam masa puber. Saat Kiriha bertingkah seperti itu,wajar saja jika Koutarou mulai goyah.

"Koutarou! Sadar!"

"Y-Ya, m-maaf Sanae."

Gawat, biar udah tahu, aku masih aja kena...

Serangan Kiriha semakin susah dihadapi tiap harinya. Ini karena Kiriha mulai mengenal Koutarou ,dan Kiriha mulai mengubah taktiknya sedikit demi sedikit.

"Fufufu, gagal lagi ya...sampai jumpa nanti, Koutarou."

Kiriha menghilang ke dalam terowongan sambil meninggalkan senyuman. Kedua haniwa itu pun ikut masuk, dan akhirnya tataminya dikembalikan seperti semula.

"..Ini bahaya buat jantungku.."

Jantung Koutarou berdebar kencang saat dia memandangi tatami yang dimasuki Kiriha.

"Wanita itu memang godaan paling besar.."

Sementara itu Sanae mengerutkan wajahnya dan menghela nafas panjang

"Sanae, ayo berangkat."

"Tunggu sebentar."

Koutarou sudah mengganti bajunya dengan seragam dan bersiap pergi ke sekolah. Sementara, Sanae sedang berusaha memakai seragamnya. Syal di lehernya terlihat miring, sebagian jaketnya terselip di rok, celana dalamnya tersembul keluar, dan Sanae hanya memakai sebelah kaos kakinya.

"Nggak bisa lebih baik lagi...?"

"M-Maaf...ehehehe."

Sanae tersipu malu saat dia memakai kaos kakinya yang sebelah satunya. Koutarou menarik jaket Sane yang terselip dari roknya, dan membetulkan syalnya.

Rokujouma V2 033.jpg

"Terima kasih, Koutarou."

"Nggak masalah, tapi buat apa kamu pake seragam?"

"Biar kelihatan imut, ya kan?"

Setelah selesai berbenah, Sanae berputar sekali di depan Koutarou. Ukuran seragamnya sedikit lebih besar dari badannya, namun itu justru menambah keimutannya,dan Koutarou setuju kalau Sanae terlihat imut.

"Ya, tapi aku lebih penasaran kenapa hantu bisa ganti baju. Lebih pentingnya, darimana kamu dapat seragam yang bisa dipakai hantu? Aku benar-benar ingin tahu."

"Ini nggak masalah karena aku perempuan. Kalau kamu kepikiran hal sepele itu terus, lama-lama bakal botak loh."

"Nggak yakin kalau itu cuma hal sepele.."

Koutarou secara tidak sadar memandangi seragam Sanae. Sebagai balasan, Sanae memegang ujung roknya dan memberinya hormat.[1]

"Memang hal sepele kok. Hantu di film-film ganti kostum antar adegan setiap saat kok. Itu memang yang dilakukan hantu! Ah, sang tokoh wanita yang tragis, Sanae-chan.."

"Karena kamu bilang begitu..si pria misterius bertopeng hoki mengganti senjatanya antar adegan juga. Dari gergaji mesin ke machete ke kapak..dari mana dia dapat senjata itu.."[2]

"Jangan dibandingin sama itu! Kamu selalu begitu!"

"Eh?"

Sanae mencekik leher Koutarou dengan kesalnya. Bel pintu berbunyi, dan Sanae melepaskan pegangannya dari leher Koutarou dan melompat ke punggungnya.

"Hey Kou, udah bangun?"

"Satomi-kuuun!"

Suara dari teman Koutarou, Kenji dan Shizuka, terdengar dari balik pintu.

"Aku sudah bangun. Tunggu sebentar!"

Koutarou menuju pintu dengan membawa tas yang terletak didekatnya.

"Sanae, nggak ada yang kelupaan kan?"

"Nggak ada."

Sanae mematikan lampu-lampu dan menuju ke pintu dengan Koutarou.

"Kamu sendiri, Koutarou?"

"Aku.."

Koutarou yang tengah memakai sepatunya tiba-tiba berhenti.

"Hmm, rasanya ada yang kelupaan..."

"Apa? Apa yang kelupaan?"

"Nggak tahu deh. Yah, kalau pun nggak bisa segera teringat, mungkin cuma hal sepele.."

"Kalau begitu, ayo berangkat, Koutarou."

"Yeah."

Koutarou menangguk ke arah Sanae dan melanjutkan memakai sepatunya.

"Jangan sampai kelupaan buat menyamar biar nggak keliatan sama Ibu Kos-san ya?"

"Siap kapten~"


Part 2[edit]

Koutarou dan yang lain sudah beranjak dari kamar 106, dan bunyi yang tersisa hanyalah detik jarum jam dan kulkas. Selain itu, suara burung-burung dan mobil dari luar juga bisa terdengar dari dalam. Namun, saat waktu terus berjalan, suara-suara dari luar mulai bertambah keras. Jam sibuk dimulai dan kerumunan orang mulai terlihat di stasiun-stasiun. Banyak mobil dan sepeda mulai beranjak ke tempat kerja atau sekolahnya masing-masing. Seiring berjalannya waktu untuk mulai sekolah, suara peluit anak-anak TK bisa terdengar dari dalam kamar. Namun, setelah 30 menit, suara-suara itu berhenti. Kesunyian memenuhi kamar itu.

Di saat itu sebuah suara terdengar dari dalam kamar 106. Suara itu berasal dari dalam lemari baju.[3]

Setelah hening sesaat, pintu lemari itu terbuka dengan keras.

"Aku telaaaaaaat!"

Seorang gadis terlihat duduk di bagian atas lemari. Bagian bawah lemari berisi barang-barang milik Koutarou, tapi untuk suatu hal bagian atasnya berisi gadis yang sedang duduk di atas kasur sembari menangis.

"Ke-Kenapa enggak ada yang bangunin aku?! Semuanya juga udah berangkat!"

Nama gadis itu adalah Yurika. Dia adalah cosplayer yang sudah dikenal Koutarou dan yang lainnya. Koutarou, yang merasa melupakan sesuatu, merujuk ke Yurika.

"Ini bakal jadi hari ke 10 aku telat! Pasti nanti bakal kena marah guru! Mereka semua jahat! Mereka tahu aku sering bolos dan tetap ninggalin aku!"

Yurika buru-buru memakai seragamnya selagi di dalam lemari. Banyak laci-laci kecil terlihat di bagian atas lemari, yang berisikan barang-barang milik Yurika. Meskipun bagian dalam lemari sangat sempit, nampaknya tidak berpengaruh untuk Yurika yang dapat mengganti bajunya dengan lihai didalamnya. Yang mengejutkan, Yurika memakai bagian atas lemari itu sebagai kamar miliknya.

"Oke, aku sudah selesai ganti! Kalau enggak buru-buru, aku bakal telat buat pelajaran pertama!"

Setelah selesai berganti baju, Yurika mengambil tasnya dan melompat keluar lemari. Suara yang aneh terdengar saat dia mendarat.

"..Hm?"

Mendengar suara itu, Yurika melihat ke bawah dan dia melihat tas plastik putih di bawah kakinya.

"Ng-Nggak mungkin..."

Saat dia melihat tas itu, Yurika tersentak. Meskipun sedang terburu-buru, Yurika yang nampak terkejut dengan pelan mengangkat kakinya. Jika isi tas itu berisi apapun yang ada di pikiran Yurika, itu akan menjadi masalah yang lebih serius dibandingkan terlambat sekolah.

"Ti-Tidaaaaaaaaaaaak!!"

Apa yang ada di bawah Yurika adalah hal yang ditakutinya: tas plastik miliknya yang berisi mi instan. Saat dia mendarat dari lemari, kakinya menghancurkan sebagian besar mi instan miliknya.

"Kenapa bisa ada disini? Kemarin aku taruh di situ deh! Kenapa bisa kayak begini?!"

Yurika langsung panik. Karena resesi ekonomi, harga mi instan melambung tinggi. Harga termurah yang ada adalah 98 yen di saat-saat tertentu saja.

Yurika telah menghancurkan makanan penting itu. Dia telah menginjak dan menghancurkan enam bungkus mi instan. Makanan seharga dua hari telah hancur dalam satu injakan.

"Bisa dimakan nggak ya, kalau aku kumpulin semua?"

Kerusakan mental yang Yurika alami sangat besar dan dia berhenti bergerak setelah dia membungkuk dan menatapi mi instannya yang hancur.

"..Enggak, kamu nggak boleh begini, Yurika! Ngumpulin sisanya buat dimakan itu..Lagian, itu nggak bagus buat badan!"

Sesaat dia berpikir untuk memakannya, tapi harga dirinya berhasil menghalangi. Namun, dengan situasi ekonomi seperti ini dan rasa sukanya pada mi instan, harga dirinya pun mulai runtuh.

"Tapi, aku harus pungut sisanya! Kalau aku nggak makan buat dua hari..tapi...kalau aku pungut dan makan sisanya, harga diriku sebagai manusia..tapi..nggak makan buat dua hari..DUA HARI!"

Yurika pun ragu. Setelah dia mengambil mi instan itu dari lantai, dia ragu antara memakannya atau membuangnya. Itu memang pilihan yang simpel, tapi bagi Yurika hal itu sangat penting.

Sebuah konflik batin berkecamuk hebat di dalam pikiran Yurika.

Akankah dia membuang makanan yang dibutuhkannya untuk hidup, atau harga dirinya sebagai manusia? Yurika sedang menghadapi pilihan yang penting menyangkut kemanusiaannya.

"...Tapi kalau aku buang harga diriku perutku bisa terisi! Ya, Yurika! Kamu nggak bisa hidup dari harga diri! Kamu harus isi perutmu dulu! Kamu harus bertahan hidup, kalau enggak harga dirimu nggak bisa tertolong!"

Akhirnya, Yurika membuang harga dirinya. Dia tidak bisa begitu saja membuang mi instannya. Dia tidak bisa melupakan rasanya yang sintetis dan tekstur dari mi instan.

"Aku harus menghargai hidupku! Aku harus mencapai tujuanku sebagai gadis penyihir! Aku harus mengajarkan anak-anak berbagai hal yang penting!"

Yurika dengan cepat menjalankan rencananya dan memungut mi instan yang sudah hancur ke dalam tas plastik. Dia tidak akan sempat hadir ke jam pelajaran kedua hari ini. Kalau begini terus, dia tidak akan bisa naik kelas.

"Yurika semangat! Yurika semangat!"

Hanya satu hal yang penting bagi Yurika saat ini. Dia harus mengumpulkan makanannya; itu adalah hal terpenting baginya setelah nyawanya sendiri. Dia tidak memikirkan hal yang lain.

"Ini adalah tugas gadis penyihir! Tugas penting! Mau bagaimana lagi!"

Yurika adalah seseorang yang menyatakan dirinya adalah penyihir cinta dan keberanian, Rainbow Yurika. Semua orang yakin kalau Yurika hanyalah cosplayer.

Saat Yurika berangkat ke sekolah, sekali lagi ruangan itu menjadi sunyi. Sekitar saat ini, suasana damai berada di kamar 106.

Dari waktu ke waktu, suara-suara ibu rumah tangga yang pergi berbelanja dapat terdengar, dan kadang-kadang suara truk yang lewat juga terdengar. Tapi umumnya, keadaan Rumah Corona sunyi, dan terus berlanjut sampai siang.

Saat pukul 2 siang, anak-anak yang berjalan pulang terlihat melewati Rumah Corona. Saat mereka berjalan pulang, mereka berjalan sambil memainkan sesuatu, atau membicarakan apa yang tayang di TV kemarin, atau bagaimana puding yang mereka makan itu rasanya enak; pembicaraan mereka masuk satu demi satu ke dalam kamar 106.

Seiring berjalannya waktu, usia mereka yang melewati Rumah Korona pun bertambah, dan suara anak-anak yang bermain di taman pun dapat terdengar. Saat itulah orang-orang mulai kembali ke kamar 106.

"Aku pulaaaaaang."

Yang pertama tiba adalah Ruth. Suaranya menggema di dalam ruangan itu. Dia berdiri di depan pintu sambil memegang tas belanjaan. Tidak seperti keempat gadis lainnya, Koutarou memepercayakan masalah belanja kepada Ruth, yang lalu membawa bahan-bahan makanan yang diinginkan Koutarou dan yang lainnya untuk dimasak.

"Oh? Apa ini?"

Saat Ruth menaruh belanjaannya ke kulkas, dia memperhatikan tas plastik dekat bak cuci piring. Dia mengintip ke dalamnya danmelihat bungkusan mi instan yang rusak dan mi instan yang sudah hancur.

"Kelihatannya seperti sampah."

Selain bungkusan mi instan dan mi instan itu sendiri, banyak sekali debu di dalam tas itu. Ruth tahu kalau mi itu makanan, tapi tidak akan ada orang yang mau makan makanan yang sudah tercampur sampah. Meskipun Ruth merasa sayang, dia membuang tas itu ke tempat sampah. Dia juga memilah sampahnya saat membuangnya.

"Nah, selanjutnya..."

Setelah ia selesai membuang sampah, Ruth mencuci tangannya dan kembali membereskan belanjaannya di kulkas. Meski awalnya dia merasa bingung bagaimana harus bersikap di Bumi, sekarang dia sudah tidak ragu lagi. Ini karena dia sudah berada di Bumi selama setengah bulan, dan kepribadiannya pun menjadi faktor pembantu. Meski dia mempunyai jabatan petugas pelindung, Ruth sangat terampil dalam urusan rumah tangga.

Saat Ruth selesai membereskan belanjaannya, dua orang lagi tiba di kamar 106.


Part 3[edit]

"Bagaimanapun juga, bermain kartu setiap saat akan membosankan. Bagaimana jika kita menggunakan festival olahraga bulan depan?"

"Seperti yang kau katakan, Theia-dono, bermain kartu setiap saat memang membosankan. Tapi, festival olahraga akan menjadi suatu tantangan di bagian stamina."

Dua sosok tampak saat pintu terbuka: Kiriha dan Theia. Keduanya sedang membicarakan festival olahraga yang akan diadakan bulan Mei.

"Misalnya saja, ada marathon halang rintang untuk klub, bukan? Kita bisa bertanding secara adil dengan cara itu, benar?

"Begitu, dengan cara itu bisa saja..."

"Selamat datang kembali Yang Mulia, Kiriha-sama."

"Ahh,aku pulang."

"Aku juga."

Ruth menyambut mereka sembari menutup kulkas. Theia dan Kiriha masuk seakan-akan itu adalah kamar mereka sendiri.

"Yang Mulia, sepatu anda! Sepatu anda!"

"Oh, ya."

Theia sudah menginjak tikar di dalam kamar meskipun masih memakai sepatu. Dia buru-buru kembali ke pintu masuk dan melepasnya.

"..Negara ini punya kebiasaan yang aneh."

"Engkau tidak perlu menyebutnya."

"Si Primitif itu adalah hambaku, jadi semestinya dia harus menghargai budayaku dibanding budayanya."

"Sudah jadi suatu tata krama untuk menghargai budaya suatu bangsa."

Theia menyuarakan keluhannya tentang harus melepas sepatu. Koutarou akan marah kapanpun Theia lupa melepas sepatunya. Theia yang keras kepala mungkin akan menolak melepas sepatunya kalau saja Koutarou tidak benar-benar marah.

"Itu sudah bukan masalah lagi. Kiriha, aku berpikir untuk mengusulkan apa yang kita bicarakan kepada Koutarou. Bagaimana menurutmu?"

"Tidak masalah bagiku. Aku akan mendukung usulmu, Theia-dono."

Kiriha dengan patuh menyetujui saran Theia, karena Kiriha sendiri memiliki rencana. Jika mereka nantinya bertanding di festival olahraga, Theia yang secara fisik lebih lemah akan kurang unggul. Theia juga tidak terbiasa dengan olahraga di Bumi. Karena Sanae sendiri adalah hantu, kompetisinya hanya akan berfokus kepada Kiriha dan Koutarou.

Begitu juga, siapa tahu apa yang dia pikirkan..aku tidak boleh lengah.

Namun, Theia tersenyum penuh keyakinan. Melihat senyum itu membuat Kiriha was-was. Sebuah rencana pun mulai terbentuk di pikiran Kiriha. Dia harus mulai bersiap-siap dan berjaga-jaga.

Saat Kiriha dan yang lainnya tengah berbicara, pintu depan terbuka. Satu orang lagi muncul.

"Aku pulaaaaang."

"Selamat datang, Yurika-sama"

"Aku pulang, Ruth-san."

Yurika telah kembali pulang. Untuk suatu alasan, Yurika menghela napas di depan pintu.

"...Apakah ada sesuatu yang terjadi, Yurika-sama?"

"Itu..ada guru yang marah gara-gara aku keseringan telat.."

"Begitukah?"

Yurika menghela napas karena dia terkena teguran gurunya. Setelah pulang sekolah, Yurika ditegur dan sekarang depresi.

"Semangatlah, Yurika-sama"

"Terima kasih, Ruth-san. Kamu benar, aku nggak boleh terus depresi! Yurika, semangat!"

Setelah disemangati oleh Ruth, Yurika pulih sedikit dan tersenyum kecil. Namun, sesaat setelahnya, Yurika menatap bak cuci piring dengan wajah terkejut.

"Eh?"

"Apa ada yang salah?"

"Ru-Ruth-san, bu-bukannya tadi ada tas plastik di sini?! Tas plastik putih besar dari supermarket?!"

Yurika mulai panik. Yurika meninggalkan tas plastiknya di dekat bak cuci piring tadi pagi. Dia berencana memakan isi tas itu sepulang sekolah, tapi sekarang tas itu sudah tidak berada di tempatnya.

"Oh, kalau kau berbicara soal sampah itu, tadi sudah kubuang"

"Di-dibuang?! Sudah kamu buang?!"

"Iya..Apa ada masalah?"

"AAAAAAAAAAAAAAAA!!"

Yurika tidak menjawab Ruth, sudah bukan saatnya lagi. Dia buru-buru melepas sepatunya dan berlari ke tempat sampah dekat bak cuci piring.

"Kumohon, semoga masih bisa!"

Yurika memohon dengan sangat saat dia membuka tutup tempat sampah.

"Yurika-sama?"

"Ahh....."

Namun, realita memang kejam. Ruth sudah membuka tas plastiknya dan memilah isinya. Bungkus mi yang mudah terbakar sudah disatukan dengan sampah mudah terbakar lainnya sementara mi instannya sendiri sudah dibuang bersama sampah yang lain.

"Ke-kenapa bisa begini..."

"Ada masalah apa, Yurika-sama?"

Mi instannya sudah bercampur dengan sampah yang lain. Di titik ini, bahkan Yurika sekalipun tidak akan berpikir untuk memakannya.

"AAAAAAAAaaaaaa"

Yurika benar-benar terpukul, dan rasa lapar yang luar biasa juga menyerangnya detik itu. Kehilangan apa yang harusnya akan dia makan membuat rasa laparnya justru bangkit.

"Sudah nggak ada harapan buat dibenerin.."

Air mata mengalir di pipi Yurika disaat perutnya berbunyi. Suaranya bahkan cukup keras untuk didengar Ruth.

"Kenapa...Kenapa hal ini selalu terjadi denganku..aku sudah bekerja sekeras mungkin.."

"Yurika-sama, ada apa? Yurika-sama!"

Yurika sudah tidak bisa mendengar suara Ruth lagi, dan menangis sembari menatapi lantai. Air matanya yang mengalir melewati pipi jatuh ke lantai membentuk pola. Di tengah-tengahnya, sepotong mi instan mengambang. Melihat hal itu, Yurika buru-buru mengambilnya dari air matanya.

"Yang Mulia! Kiriha-sama! Yurika-sama..."

"Kenapa, apa ada sesuatu yang terjadi?"

"Yurika?"

Saat dipanggil oleh Ruth, Theia dan Kiriha melihat ke arah dapur, tapi Yurika masih melihat ke arah lantai.

"Ini saja...? Aku harus hidup selama dua hari hanya dengan sepotong kecil ini saja?"

Perut Yurika berbunyi keras saat dirinya menatap potongan kecil mi instan di tangannya.

Part 4[edit]

Di kamar 106, bermain kartu setelah makan malam adalah hal yang wajar. Tapi, itu bukan permainan untuk mempererat pertemanan mereka, melainkan pertarungan untuk memperebutkan kamar tersebut.

Di kamar 106, ada 6 tikar tatami. Satu dari tatami tersebut sudah ditutupi perabotan, menyisakan lima tikar. Jumlah orang yang memperebutkan kamar itu juga berjumlah lima. Karena itu, setiap orang memiliki satu bagian tikar tatami. Koutarou menguasai tatami bagian tengah. Saat meja tehnya tidak diletakkan disitu, disanalah dia biasa duduk. Koutarou juga menggelar kasurnya disana.

Di sisi selatan, tikar tatami dekat jendela dimiliki oleh Sanae. Itu adalah tempatnya, tapi karena Sanae biasanya berada di punggung Koutarou, dia jarang dijumpai disana. Namun, saat meja teh diletakkan di tengah ruangan, Koutarou duduk di tatami dekat jendela, dan di saat itulah Sanae bisa dijumpai disana.

Tikar tatami milik Kiriha adalah yang paling dekat dengan dapur. Terowongan menuju bawah tanah juga terdapat di bawah tatami itu. Itu bisa menjadi tempat tinggal yang aneh, tapi setelah masuk terowongan Kiriha akan langsung masuk ke markas rahasianya, jadi dia tidak merasa tidak nyaman.

Tatami milik Yurika bersebelahan dengan milik Kiriha, dan posisinya berada di depan lemari. Yurika mulai hidup di dalam lemari sebelum ada yang sadar dan secara alami tatami itu menjadi miliknya. Namun, karena dia lemah terhadap tekanan, Yurika terkadang membiarkan yang lain masuk dan menderita karenanya.

Tatami milik Theia berada di bagian belakang kamar, di depan dinding yang bersinar. Dia kadang-kadang meletakkan meja kecil dan kursi untuk minum teh. Karena gaunnya yang besar, kadang-kadang gaunnya masuk ke tatami yang lain. Yang paling sering menerobos tatami Yurika adalah Theia.

Setiap tikar dikonversi menjadi 180 poin, dan kontrol dihitung dari poin itu. Satu poin berarti satu sentimeter, dan 180 poin berarti 180 sentimeter, yang berarti satu tikar tatami. Dengan menggunakan permainan kartu, mereka bertarung memperebutkan poin itu, yang berarti bahwa memperoleh kemenangan akan memperluas wilayah pemenang.

Rokujouma V2 053.jpg

Biasanya ada lima permainan dalam sehari, dan tiap orang bisa memilih permainannya masing-masing. Ini terus diulang sampai seseorang memiliki kelima tatami, atau 900 poin, yang berarti mereka benar-benar mengambil alih kamar itu. Ini adalah cara mereka bertarung setelah menandatangani Perjanjian Corona.

Saat ini, Yurika adalah satu-satunya yang kalah, poinnya jatuh di bawah 160. Keempat orang yang lain tetap menjaga banyak poin yang mereka miliki di sekitar 180 poin. Theia kadang-kadang menginvasi wilayah Yurika karena hal ini. Kalau terus begini, Yurika akan segera didepak keluar.

Seperti biasanya, mereka berencana memainkan lima permainan juga hari ini, namun tidak ada tanda-tanda permainan akan dimulai meskipun kelimanya sudah berkumpul di sekeliling meja.

"Kiriha-san, ada apa dengan Yurika?"

"Yah, sepertinya dia baru saja kehilangan jatah makan selama dua hari."

"Jadi itu sebabnya dia bertingkah kayak gitu..."

Koutarou dan yang lain belum memulai permainannya karena Yurika.

"Ahahaha~ Ufufufu~ Semangat~ Yurika Semangat~ Aku suka mi instan~"

Yurika, dengan tatapan yang kosong, tertawa dan menyanyikan lirik lagu yang aneh. Saat Koutarou dan Sanae kembali dari kerja paruh waktunya Koutarou, Yurika sudah seperti itu. Mereka tidak bisa mengizinkan Yurika ikut bermain bersama mereka dengan keadaan seperti itu, jadi permainannya pun dibatalkan.

"Jadi, apa yang sedang dia pegang erat-erat?"

"Itu adalah potongan kecil mi instan miliknya yang tersisa. Kelihatannya semua mi instan kecuali bagian kecil itu telah terbuang sia-sia."

"Semangat~ Yurika Semangat~ Aku adalah gadis penyihir~"

"Satomi-sama, sebenarnya, akulah yang salah mengira kalau makanan milik Yurika adalah sampah dan membuangnya."

Ekspresi Ruth terlihat muram saat dia melihat ke arah Yurika yang sedang dalam keadaan menyedihkan sembari menjelaskan situasinya kepada Koutarou.

"Mi-mi tersebut tadinya terkumpul menjadi satu dengan bungkusnya yang hancur dan juga debu, jadi aku tadi yakin kalau itu adalah sampah.."

Ruth, yang merasa bertanggung jawab untuk insiden ini, tampak begitu menyesal.

"Begitu ya..baiklah."

Mendengar penjelasan dari Ruth, Koutarou dengan cepat memutuskan sesuatu. Jika kejadiannya hanya menyangkut Yurika saja, Koutarou akan tinggal diam. Tapi karena Ruth juga terlibat, situasinya menjadi berbeda. Koutarou berencana menyelesaikan situasi itu secepat mungkin.

"Apa yang akan kamu lakukan?"

"Tunggu dan lihatlah...hei Yurika."

"Aku percaya pada cinta dan keberanian~ Hal yang paling penting adalah hidup dan ikatan~ Aku cinta semuanya~ Banyak makanan~ B-Banyak makanan..."

"Oh?"

"Uuuu.."

Namun Yurika tidak mendengar Koutarou sama sekali, tapi malah mulai menangis. Yurika membuat dirinya sendiri bertambah depresi dengan lirik lagu yang ia sendiri nyanyikan.

Banyak makanan.

Untuk Yurika , lirik itu terlalu menyakitkan.

"Sekarang karena sudah begini..."

Meskipun dia terkejut saat Yurika mulai menangis, Koutarou tidak ingin meninggalkan Yurika seperti ini. Koutarou mulai mendekati Yurika lagi dan mencuri potongan kecil mi instan dari tangan Yurika.

"Aaah!? Kembaliin!! Tolong kembaliin!! Cuma itu makanan yang aku punya sampai besok malam!!?

Karena itu, Yurika akhirnya mulai memperhatikan Koutarou. Karena dia kehilangan potongan makanan terakhirnya, Yurika mulai panik.

"Hey Yurika, kamu lebih milih makan makanan normal dibanding ini kan?"

"Eh...?"

Karena kata-kata Koutarou, Yurika berhenti bergerak dan perutnya mulai berbunyi. Perutnya mengatakan hal yang sebenarnya.

"I -Itu mimpi yang jadi kenyataan buatku, ta-tapi kamu nggak berencana ngambil atau minta beberapa poin dariku sebagai gantinya kan?!"

"Inginnya sih, tapi karena ini bukan tentang dirimu saja, jadi akan aku abaikan untuk dua hari ke depan."

"Be-Beneran?!"

"Satomi-sama! Terima kasih banyak!"

Yurika dan Ruth tersenyum.

"Oooooh, Satomi-san, aku tahu kamu emang orang baik dari pertama kali kita ketemu!"

"Jangan buat aku ketawa.."

Yurika mulai menangis bahagia saat dia memegan tangan Koutarou dan menyalaminya terus-terusan.

Melihat tingkah Yurika, Sanae yang bergelantung di punggung Koutarou menghela nafas.

Hari di mana mereka bertemu, Sanae memanggil Koutarou orang yang jahat dan penindas.

Aku nggak pernah berpikir kalau bakal jadi begini tadinya...

Saat Sanae berpikir seperti itu, dia mengencangkan pelukannya ke Koutarou sedikit.

"Terima kasih sudah menjaga kami, Satomi-sama."

"Ahaha, aku lebih memilih memberi makan Yurika selama dua hari daripada melihatmu murung."

Manusia tidak akan mati karena tidak makan dua hari, itu lebih terdengar seperti diet yang sulit. Namun karena Ruth tadinya berwajah murung, Koutarou tidak bisa membiarkannya begitu saja.

"Oh....Terima kasih banyak, Satomi-sama..."

Ruth tersenyum selagi tersipu-sipu dan membungkuk dalam-dalam. Karena kata-kata terima kasih dari Ruth, Koutarou merasa kikuk dan bahagia.

"Tolong angkat kepalamu, Ruth-san. Ini bukan masalah besar kok."

"Tapi, ini bukan masalah besar atau kecil jika ini membuat orang bisa bertahan hidup, Satomi-sama."

"Hey Primitif."

Di saat itu, pandangan tajam Theia menembus Koutarou.

"A-Ada apa?"

"Ini sama seperti tadi pagi, tapi kenapa perilakumu berbeda dalam menanggapi aku dan Ruth? Ini seperti kamu bersedia melayani Ruth!" ujar Theia dengan kesalnya sambil menggigit bibirnya dan menggembungkan pipinya saat dia melototi Koutarou. Untuk orang biasa, Theia mungkin terlihat imut, tapi dia sedang benar-benar marah.

"Hhh, aku kira kamu mau ngomong apa..."

"Apa?! Kalau begitu coba jelaskan!"

Kemarahan Theia semakin menjadi saat Koutarou menghela nafas. Koutarou mengabaikan teriakan Theia dan menunjuk Sanae, Theia, Yurika dan Kiriha secara berurutan.

"Orang aneh, orang aneh, orang aneh banget, dan orang aneh. Ada empat orang aneh di ruangan ini. Tentu saja aku ingin menjaga orang normal lainnya dengan penuh perhatian!"

"Omong kosong apa itu?! Kenapa aku jadi orang aneh?! Aku adalah tuanmu!!"

"Siapa yang kau panggil 'tuan'?! Lihat kesulitan yang harus dihadapi Ruth!!"

"I-Itu bukan apa-apa.."

"Dengar, Primitif. Ruth sendiri bilang itu bukan apa-apa!"

"Orang yang sopan kayak Ruth nggak akan bilang dia menderita persis di depan penyebabnya!"

"Aku betul-betul tidak merasa kesulitan! Sungguh!"

Koutarou dan Theia membuat keributan dengan Ruth, di sisi mereka, yang juga mulai panik. Perilaku Ruth sudah mengatakan apa yang sebenarnya dia rasakan, tapi Koutarou dan Theia terlalu sibuk untuk memperhatikan.

"Hmph, itu tidak masalah. TIdak peduli apapun yang kau pikirkan,sepanjang aku mengambil alih ruangan ini, aku akan mengendalikan dirimu!"

"Memangnya sesimpel itu!"

"Akan aku buat simpel! Itulah kekuatan bangsawan!"

"Akan aku tolak mentah-mentah!"

Saat Koutarou dan Theia salain melotot satu sama lain, Kiriha yang selama ini diam saja mulai angkat bicara.

"Tentang itu, Koutarou, kami punya usulan."

"...Usulan?"

Saat Koutarou mulai kalem, ia melihat ke arah Kiriha.

"Itu benar. Kau dan aku punya banyak sekali semangat untuk bertanding, tapi, hanya bermain kartu saja sepanjang hari membuat kita cepat bosan. Dengan pertimbangan itu, kami punya ide untuk pertandingan yang berbeda. Tentu saja, jumpah poin yang dimainkan akan lebih tinggi."

"Apa maksudmu?"

"Yah, ada lari marathon halang rintang untuk klub di festival olahraga mendatang, bukan? Kita akan berpartisipasi dan bertanding menggunakan itu. Hanya bermain kartu sepanjang hari membosankan, bukan?"

Kiriha mulai menjelaskan dan Theia ikut melanjutkan. Theia sudah lebih tenang dan sekarang kembali normal.

Aku hanya perlu memenangkan lomba ini dan menunjukkan kepada si Primitif itu superioritasku.

Itulah yang direncanakan Theia.

"Kedengarannya menarik. Keteganannya pasti lebih besar dengan pertandingan spesial seperti itu. Aku setuju", jawab Koutarou dengan cepat menyetujui usulan itu.

Koutarou, yang telah menjadi juara di festival olahraga sebelumnya, tidak punya alasan untuk menolak.

Hehehe, akan kubuat kau menyesal menantangku dalam pertandingan olahraga, Tulip...

Koutarou tersenyum penuh percaya diri.

"Aku juga setuju."

Yurika, yang biasanya akan merajuk kalau ada masalah yang diselesaikan tanpa partisipasi dirinya, dengan sendirinya setuju.

"Tunggu dulu. Aku gimana? Aku nggak bisa ikut festival olahraga."

Namun, saat itulah Sanae si hantu angkat bicara karena dia tidak bisa berpartisipasi.

"Tidak apa-apa. Kami sudah memikirkan tentang dirimu. Kau bisa memilih salah seorang dari kami dan mendapat peringkat yang sama dengan orang yang kau pilih"

"Memilih? Maksudnya?"

"Contoh, anggap saja kau memilihku."

"Enak saja."

"Tunggu, ini hanya contoh. Anggaplah aku dapat juara dua. Berarti, Sanae nantinya juga juara dua. Bisa dibilang ada dua orang yang mendapat juara dua."

Artinya, juara ketiga menjadi juara empat, dan juara lima menjadi juara enam. Mudahnya, Sanae akan mendapat peringkat yang sama dengan orang yang dipilihnya.

"Begitu, jadi kami akan berada dalam situasi yang sama."

"Betul sekali. Meskipun dengan cara ini kemampuanmu akan diabaikan dan kau akan mengalami sedikit kerugian. Itulah sebabnya jikalau kau tidak memilih siapapun juga, kau akan mendapat juara ketiga. SIlahkan pilih cara yang menurutmu paling baik"

Karena ada lima orang yang bertanding, menjadi juara ketiga berarti tidak akan kehilangan poin. Dalam kata lain, Sanae bisa memilih untuk tidak ikut bertanding.

"Hmm.."

Sambil terus bergantung di punggung Koutarou, Sanae bertopang dagu dan berpikir.

"Aku nggak bisa nggak ikut tanding, rasanya pasti membosankan..."

Sanae melihat ke arah Kiriha, Theia dan Yurika secara berurutan dan akhirnya melihat Koutarou yang berada di depannya.

"Oke, sudah kuputuskan! Koutarou, aku memilihmu!"

"Hm? Kamu yakin?"

"Meskipun banyak halang rintang, intinya itu tetap marathon kan? Dan kamu kelihatannya yang punya paling banyak stamina. Lagian, kita juga sedang ngadain gencatan senjata kan?"

"Gitu ya? Aku nggak akan bikin kamu menyesal milih aku, Sanae"

"Nyahaha, mohon bantuannya ya."

Sanae tersenyum dan mengangguk pada Koutarou sembari menaruh tangannya kembali untuk memeluk leher Koutarou.

"Baik, dengan begitu sudah diputuskan! Untuk pertandingan spesial kita akan ikut serta dalam lomba marathon halang rintang untuk klub!"

Dan dengan itu, Koutarou dan yang lainnya akan melakukan pertandingan spesial dalam event festival olahraga.


Satu Hari untuk Para Penjajah[edit]

Part 1[edit]

Senin, 27 April.

Sudah setengah bulan berjalan sejak keempat penjajah masuk secara paksa ke kamar 106.

Selama itu, mereka memperebutkan kamar itu dengan bermain kartu dengan kondisi poin yang datang dan pergi. Namun Koutarou merasa permainan saja tidak cukup untuk meyelesaikan masalahnya.

Dia sedang menggunakan setiap sel dalam kepalanya yang kurang cerdik untuk menyusun rencana balasan.

Itulah kenapa dia mendatangi klub cosplay SMA Kitsushouharukaze.

Tentu saja tujuannya adalah untuk menghadapi para penjajah tersebut.

"...Dan seperti itu, dia bercosplay tanpa memperhatikan situasi maupun tempatnya. Itulah kenapa aku ingin kalian mengajarinya arti sesungguhnya dari cosplay"

Koutarou sedang duduk belakang meja rapat dan berbicara dengan enam orang gadis.

Keenam gadis tersebut adalah ketua klub cosplay dan kelima anggotanya.

Klub cosplay itu hanya punya wanita sebagai anggota dan, seperti klub merajut, mereka adalah klub yang lemah.

Koutarou menjelaskan situasinya saat berkunjung ke klub cosplay.

Bahwa dia punya kenalan seorang cosplayer.

Dan bahwa si cosplayer ini bercosplay tanpa melihat waktu, tempat dan suasana.

"Dan inilah foto orangnya"

Setelah menjelaskan sebagian besar situasinya, Koutarou mengeluarkan selembar foto dan menaruhnya di atas meja.

Ketua klub yang duduk diseberang Koutarou mengambil foto itu.

"Begitu. Jadi gadis ini.."

Foto itu menunjukkan Yurika yang sedang memakai kostum penyihirnya.

"Imut juga. Apa ini kostum gadis penyihir?"

"Kualitas bajunya kelihatan cukup tinggi"

"Penasaran, apa itu dibuat sendiri? Dibuat sendiri atau nggak, harganya pasti lumayan..."

"Lihat tongkatnya! Kualitasnya tinggi banget!"

"Paling nggak, dia emang bener-bener niat"

Para anggota klub berkumpul melihat foto itu dan berkomentar.

"Kalau kita membiarkannya seperti ini dia akan menimbulkan masalah untuk kalian semua. Jika dia berkeliling dengan memakai kostum ini, orang akan mencurigai salah satu dari kalian..."

"Ya, itulah yang akan mereka pikir.."

Kata ketua klub yang menundukkan wajahnya.

Waduh, apakah dia marah?

Adalah hal yang jelas bahwa Yurika akan membuat masalah bagi klub ini entah sekarang atau nanti.

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Ketua!"

Anggota yang lain memperhatikan perilaku ketua mereka dan melihat dengan gugup.

"Jadi bagaimana? Akankah kau melakukannya?"

Saat Koutarou mengatakannya, setetes air mata mengalir dari wajah ketua klub dan jatuh.

Air mata itu jatuh ke atas foto Yurika, membelokkan alur luar foto itu.

Melihat itu, Koutarou berpikir bahwa negosiasi telah gagal.

"Fu, fufufu, fufufufu"

Bahu si ketua bergetar saat dia tertawa dengan suara kecil.

Dan suara tawanya berangsur membesar.

"Ahahahaha!"

Dan saat wajahnya terangkat, si ketua menunjukkan senyum yang lebar.

"Bagaimana bisa!?"

"...?"

Si ketua menangis dalam tawanya.

Koutarou tidak mengerti arti dari tingkah laku si ketua dan Koutarou terlihat bingung dengan senyumnya.

"Ketua, bagaimana dengan permintaannya!?"

"Bagus! Betul-betul bagus! Hari ini adalah hari yang sangat indah!"

Si ketua dengan semangat menghentakkan kedua tangannya ke meja dan menendang kursinya saat dia berdiri.

"Jadi apa kau akan menerimanya?"

"Tentu saja! Ini adalah cinta, cinta yang amat dalam! Satomi-kun tidak akan membuat permintaan ini tanpa mengerti perilaku dari cosplayer dan memiliki cinta yang kuat untuk itu!"

"Kalau begitu, Ketua!"

"Kalian semua mengerti, kan!? Kalau kita tidak menjawab cintanya Koutarou, bagaimana kita bisa memanggil diri kita cosplayer! Mari kita gabungkan kekuatan kita dan ubah gadis ini, Yurika-san, menjadi cosplayer kelas atas!"

"Ya!"

"CosKluuub!"[4]

Kelima anggota itu menjawab ketua mereka dengan harmonis.

Semua anggota klub itu terlihat sangat bersemangat.

"Em..."

Sempat terkejut dengan perkembangan situasi itu, Koutarou akhirnya mulai kalem kembali.

"...Dalam kata lain, kau akan melakukannya?"

"Ah, M-maaf Satomi-kun, kami agak kelewatan.."

Pipi si ketua terlihat memerah karena malu.

"Aku tidak tahu kalau ini hanya iseng, tapi ada yang mulai menjelek-jelekkan cosplay belakangan ini..Selain itu, kami juga harus menghadapi kritikan dan ejekan dari orang-orang..Itulah sebabnya kami sangat senang ketika ada orang normal sepertimu yang mengerti.."

Wajah si ketua masih terlihat merah.

Anggota yang lain juga menunjukkan hal serupa, beberapa menggaruk hidungnya dan yang lain menggaruk kepalanya; mereka menunjukkan rasa malunya dengan cara yang berlainan.

Mereka melihat ke arah Koutarou dengan rasa bersahabat.

Begitu, rupanya mereka juga sedang kesusahan...

Koutarou bersimpati dengan para gadis itu.

Klub merajut dan klub cosplay memiliki hal yang sama dalam artian sama-sama terisolir.

"Terima kasih banyak, semuanya. Aku tidak akan melupakan hal ini. Jika kau nantinya menghadapi masalah tolong beritahu aku"

Koutarou datang kesana sebagai pencegahan untuk para penjajah, tapi perasaannya untuk menggunakan CosKlub telah menghilang.

Koutarou berpikir kalau berkonsultasi dengan mereka jauh-jauh hari sebelumnya adalah hal yang bagus.

Akan sangat bahaya nantinya jika Yurika menyebabkan masalah untuk CosKlub.

"Kalau begitu, bisa aku minta tolong, Satomi-kun?"

"Ya, apa yang bisa kubantu?"

"Em...bisakah kau datang ke sini sekali-kali?"

Si ketua menyatukan tangannya dan memasang wajah penuh mohon.

"Nggak masalah..tapi kenapa?"

"S-Soalnya, klub kami hanya punya cewek di dalamnya, benar?"

Si ketua menunjuk ke arah anggota di sisi-sisinya.

"Kami ingin mendengar pendapat dari cowok soal desain..tapi susah buat bertanya ke cowok normal..lebih gampang bertanya ke Satomi-kun yang nggak punya pikiran aneh atau buruk.."

Suara si ketua terdengar mengecil dan mengecil.

Dan akhirnya suara itu menghilang dan si ketua melihat ke arah Koutarou dengan gugup.

"Aku mengerti. Karena kalian sudah mendengarkan permintaanku, aku nggak ada alasan untuk menolak. Aku ingin bekerja sama dengan kalian"

Setelah mendengar penjelasan dari si ketua, Koutarou menganggukkan kepalanya.

Karena Koutarou meminta tolong kepada mereka soal Yurika, ini seperti perjanjian yang adil untuknya.

"Terima kasih, Satomi-kun!"

"Kalau begitu, langsung saja, Ketua!"

"Eh, sekarang juga!?"

"Tentu saja, Satomi-kun! Nggak lama kok!"

Mendengar balasan dari Koutarou, para gadis itu pun langsung beraksi.

Mereka mengambil kostum-kostum dari dalam lemari dan berlarian kesana kemari.

Mereka terlihat sangat senang.

Okelah kalau begitu.

Koutarou, yang sempat terkejut, dengan cepat menenangkan dirinya sembari membetulkan posisi duduknya.


Part 2[edit]

"Kalau begitu, aku pergi dulu"

"Terima kasih, Satomi-kun. Percayakan Yurika-san kepada kami"

"Silahkan datang kembali, Satomi-kuuun!"

"Itu salah!"

"Oh,ya!"

"Satu,dua.."

"Sampai jumpa Tuan! Kami akan menunggu anda datang kembali!"

"Ahaha, kalau begitu, sampai jumpa nanti"

Koutarou meninggalkan ruangan klub itu sembari diantar oleh senyuman dan suara dari CosKlub.

Koridor tanpa jendela itu terlihat redup dan dingin, berlawanan dengan ruangan CosKlub.

"Mereka hebat juga. Bercosplay harusnya diatur kayak gitu"

Para anggota CosKlub tidak akan pergi ke tempat lain tanpa izin selama bercosplay.

Mereka tidak akan berjalan di koridor selama masih memakai kostumnya.

Bahkan saat pergi ke toilet mereka memastikan untuk mengganti kostumnya dulu.

"Aku benar-benar setuju"

Dan tiba-tiba, Sanae yang dari tadi diam agar tidak mengganggu Koutarou akhirnya mulai bicara.

Sanae bergantung di punggung Koutarou dengan tangannya melingkari leher Koutarou dan mencolek pipi Koutarou.

"Licik juga kamu, ngejual Yurika ke CosKlub"

"Tadinya rencanaku sih gitu. Tapi setelah ngomong sama mereka, aku ngerasa ngomong ke mereka itu ide yang bagus"

"Beri dan terima?"

"Seperti itulah"

"...Bukannya gara-gara kamu seneng sama kostum maid?"

"Bukan!..Yah,aku juga ngga benci sih"

"Kalau kamu bilang begitu..Dengan begini lawanmu berkurang satu kan?"

"Hehehe, itu baru satu.."

Koutarou tersenyum licik dan tertawa.

Kalau Yurika masuk ke Klub Cosplay, dia tidak akan membutuhkan kamar 106 lagi sebagai tempat beraktingnya.

Itu adalah tujuan Koutarou.

Mengesampingkan Klub Cosplay, berkurangnya satu penjajah pantas untuk dirayakan.

"..Kau betul-betul licik, kau tahu?"

"Ah,masa?"

Koutarou dan Sanae keluar dari bangunan klub selagi bicara.

Dengan itu, negosiasi antara Koutarou dan Klub Cosplay berakhir dengan damai.

Mereka meninggalkan bangunan klub menuju ruang kelas karena istirahat siang akan segera selesai.

Ngomong-ngomong, meskipun Sanae melayang di udara, tidak ada satupun murid yang ribut karenanya.

Hanya mereka yang tinggal di kamar 106 yang dapat melihat Sanae di sekolah.

Pengecualian untuk Shizuka; dia dapat melihat Sanae di Rumah Korona dan kalau Sanae tidak menyembunyikan keberadaannya.

Untuk Kenji dan Shizuka, hanya Koutarou yang terlihat kembali ke dalam kelas karena Sanae menyembunyikan keberadaannya.

"Selamat datang kembali, Satomi-kun"

"Tadi kamu kemana, Kou?"

"Aku ada urusan di bangunan klub"

"Urusan?"

"Ya, aku pergi ke salah satu klub dan berbicara soal Yurika"

"Soal Nijino-san? Klub macam apa?"

Karena nama Yurika disebut, Kenji membetulkan kacamatanya dan mendekat.

Hubungan Kenji dan Yurika belakangan ini meningkat karena Yurika duduk disebelahnya.

Kenji, yang biasanya memperhatikan temannya yang lain, tidak bisa membiarkan Yurika begitu saja. Dia merasa bahaya untuk meninggalkan Yurika sendiri, lebih dari pada Koutarou.

"Aku nggak bisa bilang, bahkan ke kamu. Ini soal hobi pribadinya Yurika"

"Hmm...baiklah kalo gitu. Lebih penting lagi, Kou, dimana kamu ketemu empat oran g itu?"

"Empat orang apa?"

"Jangan belagak bego. Yang aku maksud ya Nijino-san, Kurano-san, Ruth sama Theia"

"Oh, mereka rupanya"

Koutarou tidak berlagak bodoh, karena termasuk Ruth ada lima penjajah. Jadi adalah aneh baginya kalau yang disebut hanya empat orang saja.

Kenji tidak tahu soal Sanae, ini hanya salah paham saja.

"Kalian udah pernah ketemu sebelum mereka pindah ke sini kan?"

"Ya, aku pernah ketemu mereka pas lagi belanja"

"Belanja..?"

Kenji memiringkan kepalanya, dia biasanya menghabiskan banyak waktu bersama Koutarou tapi tidak pernah mengingat pernah bertemu dengan salah satu dari keempat orang itu saat berbelanja bersama Koutarou.

Itulah kenapa Kenji merasa ada yang aneh dengan penjelasan Koutarou.

"Pas belanja yang kapan--"

"Gi-gimanapun, empat cewek itu betul-betul menarik ya, Mackenzie-kun?"

"Eh? Iya juga. Bisa dibilang mereka beragam banget.."

Setelah merasakan kemana arah pembicaraan tadi, Shizuka, yang sudah mengetahui keadaannya, mengalihkan perhatian Kenji ke arah lain.

Kenji tidak berniat mencari tahu lebih dan dengan patuh membalas topik yang dibicarakan Shizuka.

"Fiuuhh..."

Hampir saja. Terima kasih, Ibu Kos-san

Saat perhatian Kenji berpindah ke Shizuka, Koutarou menghela nafas lega.

Shizuka tersenyum saat pandangannya bertemu Koutarou.

Dalam situasi saat ini, Shizuka adalah salah satu dari rekan seperjuangan Koutarou dan akan membantunya baik sekarang maupun nanti.

"Mackenzie-kun, dari empat cewek itu, tipemu yang mana?"

"Aku?"

"Ya, aku tertarik soalnya"

"Kalau Mackenzie pasti cewek di klub drama itu,ya kan? Dia bahkan ikut klub drama cuma buat ngejar cewek itu"

"Enak aja. Aku diajak sama kenalanku buat ngimbangin jumlah anggotanya"

Kenji mengeluh saat Koutarou berkomentar.

Hal itu sudah sempat disinggung beberapa kali.

"Kalau gitu, kasih tahu dong Mackenzie-kun! Temenku selalu tanya tipemu yang kayak apa!"

"Hmm...dari empat cewek itu.."

Kenji melihat ke arah empat gadis itu.

Koutarou pun ikut melihat ke arah itu juga.

Selain Sanae, keempat gadis yang dimaksud sedang berkumpul dan berbincang-bincang.

Ada beberapa murid disamping keempatnya dan keempatnya sedang berbincang dengan mereka.

Saat mereka pertama hadir mereka terlihat menonjol, tapi sekarang mereka sudah becampur menjadi bagian kelas.

"Apa kamu lagi pacaran sama seseorang, Kurano-san?"

"Jangan gitu. Kalian para cowok selalu begitu.."

"Kalian juga tertarik kan?"

"I-Itu..."

"Fufufu, tidak apa-apa. Aku tidak sedang berpacaran dengan siapapun"

"Oke!! Aku! Aku! Aku mau!"

"Dasar bodoh..."

"Tapi sudah ada seseorang yang aku pilih"

"Eh, beneran? Siapa!?"

"Ahaha, itu rahasia"

Kiriha terkenal di kelas sebagai murid teladan.

Kiriha tidak akan bertingkah berbeda dengan dirinya yang biasa.

Dia termasuk aktif dan cepat tanggap, baik kepada semua orang dan karenanya banyak yang tertarik kepada Kiriha.

Kenyataannya, sebagian besar murid-murid disekitar para penjajah adalah teman dan kenalan Kiriha.

Akting Kiriha memang bagus, tapi untuk Koutarou yang sudah tahu sosok aslinya hanya bisa merasa kasihan kepada mereka yang berada dekat Kiriha.

"Ah, tinggal lima menit! Dan masih ada enam soal, ngga bakal sempat! Uhm..Eh..! Fuuuee!"

"Yurika-san, apa kamu mau nyontek PR-ku lagi?"

"Beneran!?"

"Kalau aku dibeliin jus"

"...Nggak apa-apa, aku kerjain sendiri aja.."

Dibandingkan dengan Kiriha, Yurika terkenal tidak berguna.

Yurika tidak bisa tenang dan perilakunya mencurigakan. Dia kadang gagal dalam kuis dan sering terlambat.

Melupakan PR-nya adalah hal yang biasa dan sekarang dia sedang berusaha keras mengerjakan PR matematikanya.

Yurika dan Kiriha kadang terlihat bersama, ini hanya meningkatkan ketidak bergunaannya

Namun, orang yang dipermasalahkan tidak menyadarinya sama sekali.

"Aku kurang suka dengan musik rock"

"Kalau begitu, musik jenis apa yang kamu dengar, Theia-chan?"

"Normalnya musik klasik. Tapi aku juga tertarik dengan enka.[5] Lagu hit terkenal tahun lalu 'Drum Api Festival' benar-benar membuatku takjub"

"Itu benar-benar lagu hit di dunia enka, ya kan?"

"Kerennya...memang benar-benar seorang tuan putri.."

Yang paling menyolok dari keempatnya adalah Theia.

Tidak seperti Kiriha, Theia tetap bertingkah sebagaimana biasanya.

Namun dia tidak bisa memanggil dirinya sendiri putri luar angkasa, jadi dia mengganti latar belakangnya menjadi murid internasional dari Eropa.

Dia bilang dia adalah tuan putri dari kerajaan dimana monarki masih berkuasa.

Mesin penerjemah yang digunakannya memiliki kemampuan untuk menambah topik, jadi Theia tidak memiliki banyak masalah dalam percakapan sehari-hari.

Karena itulah dia diterima dikelas sebagai tuan putri.

"Jadi, apakah Ruth-chan membuatkanmu bekal makan siang juga?"

"Ya. Tapi aku masih mempelajari makanan yang dimakan oleh penduduk negeri ini"

Rokujouma V2 081.jpg

"Hebatnya. Seandainya aku bisa masak..."

"Kalian iri ya? Ruth adalah teman masa kecilku, ya kan?" "Ya"

DIbandingkan dengan ketiga gadis lain yang memiliki keunikannya masing-masing, Ruth terlihat kurang mencolok.

Ruth tidak berbicara di luar topik dan diluar bentuk badannya dia tidak memiliki kekurangan apapun.

Dia selalu berada di balik layar, tersenyum di samping Theia.

Namun, banyak juga yang tertarik dengan kepribadiannya yang sedang-sedang saja, dan Ruth juga populer secara rahasia.

Meski tidak bisa dibandingkan dengan ketiga gadis yang lain, dia masih terlihat mencolok.

"Hmm.."

"Jangan berlagak merenung, Mackenzie. Dari keempat cewek itu kamu pasti milih Yurika"

Koutarou tersenyum dan memanggil ke arah Kenji yang sedang berpikir.

"Jangan seenaknya milih sendiri"

"Ooooh tidak. Aku benar. Kamu emang selalu kayak gitu. Kamu selalu tertarik sama cewek yang terlalu bahaya buat ditinggal sendiri"

"Hahaha, itu bener ya, Mackenzie-kun?"

"Ya enggak lah, Kasagi-san. Kou cuma bercanda"

Kenji buru-buru menepisnya.

"Kalau begitu, siapa dong?"

"..."

Namun saat Koutarou mendesak lebih jauh, Kenji malah terdiam.

"Nah kan. Memang Yurika"

"Salah! Cuma kebetulan aja!"

"Kalau dipikir-pikir lagi, Satomi-kun juga terlalu bahaya buat ditinggal sendiri. Itu emang bener-bener tipemu ya, Mackenzie-kun?"

"Tolong jangan bilang yang seram-seram kayak gitu, Kasagi-san"

"Ah, nggak usah malu"

"Kamu diem aja! Bukan kayak gitu, Kasagi-san..."

Setelah membentak Koutarou, Kenji buru-buru mencoba menjelaskan kepada Shizuka.

Di saat tertentu, Sanae yang tadinya melayang di dekat mereka mulai menempel ke punggung Koutarou.

"Hey Koutarou, kamu sendiri gimana?"

"Hm?"

"Dari kita berlima, tipemu yang mana?"

Sanae bergantung di Koutarou dan berbisik ke telinganya.

Dan Koutarou pun membalas berbisik.

"...Dalam situasi kayak begini, udah jelas kan"

"Maksudnya aku!? Aku selalu bersamamu dan aku polos, penuh energi dan berani. Si hantu cantik Sanae-chan!?"

Mata Sanae berbinar penuh harap.

Namun, Koutarou menggelengkan kepalanya.

"Ya tentu aja bukan. Aku pilih Ruth-san. Di antara kalian berlima itu nggak bisa dibilang ada kontes"

Untuk Koutarou yang kesusahan setiap harinya, pilihan baginya hanya Ruth, yang tidak ikut bertanding.

"Yang bener aja! Yang paling imut pasti aku!"

"Gueh"

Sanae mengencangkan pelukannya di leher Koutarou dan mencekiknya.

"Aku selalu disampingmu, nggak bisakah kamu bilang sesuatu kayak di lawakan cinta kayak jantungmu berdebar-debar dan kamu pikir aku imut!?"

"N-Nggak, aku nggak ngerasa begitu.."

"Aku bahkan ngedukung kamu buat festival olahraga!!!"

Dengan penuh semangat, Sanae mengencangkan pelukannya di leher Koutarou lebih lagi.

"L-Lagian, akhirnya nanti kamu juga bakal ngusir aku dari kamar itu kan.."

"Tapi aku pikir itu nggak adil!"

Dengan beban di lehernya, Koutarou merasa bahwa dia akan pingsan. Tapi untuk orang lain, Koutarou terlihat seperti duduk biasa di kursinya.

Tidak hanya keempat penjajah, hubungan aneh Koutarou dan Sanae pun sudah menjadi bagian dari kelas.


Part 3[edit]

Sepulang sekolah, Kiriha pergi sendirian ke bangunan klub.

"Untuk bisa mengikuti marathon halang rintang untuk klub, aku perlu bergabung ke salah satu klub juga, tapi.."

Tujuan Kiriha tentu saja adalah untuk mengikuti festival olahraga bulan depan.

Event yang akan mereka ikuti adalah marathon halang rintang untuk klub.

Dan seperti yang dijelaskan oleh namanya, dua orang perwakilan dari tiap klub akan berpartisipasi dan berlomba dalam grup.

Karenanya, mereka perlu bergabung dalam suatu klub dan terpilih sebagai salah seorang perwakilan.

"Nah..Aku harus masuk klub apa.."

Kiriha berdiri di pintu masuk bangunan klub dan melihat papan petunjuk arah.

Di papan itu terdapat daftar nama klub.

Kiriha melihat daftar itu dan memikirkan rencananya untuk marathon.

Karena ada dua orang yang berpartisipasi, jika aku nantinya mengalami masalah, partnerku harus bisa diandalkan. Yang berarti, hal yang kubutuhkan pertama adalah kaki yang cepat. Karena ini adalah marathon, sudah pasti klub olahraga adalah pilihan mutlak. Bergantung pada kemampuan klub budaya adalah pilihan yang salah. Dan karena ini adalah lomba rintangan,memiliki badan kecil menjadi keuntungan. Klub pertama yang muncul di pikiran adalah...

Saat Kiriha mengumpulkan idenya, nama sebuah klub muncul di pandangannya.

"Klub atletik wanita"

Sebuah senyum muncul di wajah Kiriha yang menyebut nama klub itu.

Klub atletik wanita..boleh juga. Sekarang yang kubutuhkan adalah terpilih menjadi salah satu partisipan, aku harus mencoba menjelaskannya. Tapi jika tidak bisa, aku bisa berpindah ke klub yang lain. Aku masih punya waktu...

"Karama, Korama, kalian disini, benar?"

"Kami disini Ho-!"

"Tentu saja Ho-!"

Yang ada disitu hanya Kiriha, tapi suara haniwa pelayannya bisa didengar entah dari mana.

Mereka mengikuti Kiriha secara rahasia menggunakan alat pelindung di dalam tubuh mereka.

"Rekam pembicaraan di tempat aku menuju. Aku perlu menganalisa karakter setiap orang dan hubungan mereka, jadi semakin banyak yang kalian rekam, semakin baik"

"Mengerti Ho-!"

"Kami akan lakukan yang terbaik Ho-!"

Kiriha tadinya berencana memaksa masuk ke klub ateltik wanita dengan cara yang sama dia lakukan kepada Koutarou.

Dia akan memeriksa karakter setiap anggota klub itu dan dengan lihai mengarahkan mereka untuk memilihnya menjadi salah satu partisipan marathon.

"Baiklah"

Kiriha mengangguk kepada kedua haniwa itu dan masuk ke dalam bangunan klub.

"Tidaaaaak!" Aku tidak mau bergabung dengan klub cosplay! Sudah kubilang ini bukan cosplay!"

"Cewek ini ngelawan lebih keras dari yang aku pikir"

"Ini demi kepentingan Satomi-kun juga. Jangan pedulikan dia dan bawa dia masuk"

"Baik!"

"Tidaaaaaaak!"

Saat Kiriha melewati pintu masuk, dia berpapasan dengan grup yang aneh. Namun, dia tidak menghiraukan mereka.

Yang dipikirannya sekarang adalah membuat klub atletik wanita memilihnya menjadi partisipan lomba.

"Fufufu, aku penasaran bagaimana dengan yang lainnya..."

Kiriha tersenyum penuh keyakinan dan pergi ke arah ruang klub atletik wanita, dengan kedua haniwanya.

Saat Kiriha berusaha bergabung dengan klub ateltik wanita, seorang penjajah lain mencoba bergabung dengan suatu klub.

"Jadi, dia bergabung dengan klub atletik wanita"

"Ya. Baru saja dipastikan bahwa dia baru saja masuk ruang klub itu"

"Kerja bagus, Ruth. Tetap pantau terus keadaannya"

"Dimengerti"

Dengan suara 'beep', suara Ruth yang terdengar dari gelang Theia pun terputus.

Gelang milik Theia yang terpasang di tangan kanannya punya beberapa fungsi lain selain memanggil senjata.

Komunikasi adalah salah satunya; Theia bisa berkomunikasi dengan Ruth kapanpun dia mau.

Setelah menerima laporan dari Ruth, Theia menaruh kedua tangannya di pinggangnya.

"Kukuku, jadi Kiriha bergabung dengan klub atletik wanita...itu memang hal yang semestinya untuk situasi semacam ini...namun!"

Theia membuka matanya dan melihat ke arah bangunan di depannya.

Saat Theia melakukannya, bangunan itu terlihat sangat besar. Namun kenyataannya, itu hanya karena ukuran badannya yang kecil.

"Kompetisi itu tentang kekuatan organisasional dan gabungan kekuatan! Aku akan menyerahkan kekuatan fisik kepada bawahanku! Kau memilih klub yang salah, orang bumi! Kukuku"

Bangunan di depannya adalah bangunan klub juga, tapi berbeda dengan bangunan klub biasa.

Itu adalah pondok yang disusun dan digunakan oleh klub cheerleading pria.

Karena mereka membuat banyak suara saat latihan, mereka ada di bangunan yang berbeda.

"Apa yang kucari adalah kesatuan dan loyaitas yang total! Akan kubuat kalian mati demi diriku, tim cheerleader pria!"

"Ayo! Ayo! Ha-ru-ka-ze!"

"Ayo, ayo, Harukaze! Ayo, ayo , Harukaze!"

Saat Theia tertawa keras, suara keras dari para pria yang digabungkan dengan tabuhan drum yang keras dari dalam pondok itu menggetarkan tanah.

"Bagus, sangat bagus! Memang cocok untuk pasukanku! Siapkan diri kalian!"

"Ayo, ayo, Harukaze! Ayo, ayo, Harukaze!"

Suara drum dan pria yang keras mengaum jelas; terlihat seperti akan mendorong badan Theia jauh.

Namun hal itu tidak membuatnya takut, dia berjalan dengan pandangan yang teguh dan mengetuk pintu.

"Salam!"

"Ada apa? Kami sedang sibuk latihan. Kalau kau punya urusan dengan kami, kembalilah nanti"

Segera setelah Theia mengetuk pintu, pintu itu pun terbuka dan seorang pria dengan tampang kasar muncul.

Seragam yang dia pakai terlihat klasik.

Hem kemeja dan celananya lebih panjang dan punya banyak sulaman.

Dia punya ban lengan di lengan kirinya yang bertuliskan 'ketua'. Dia adalah pemimpin klub ini.

Dan hal yang paling menonjol darinya adalah sosoknya yang sangat besar.

Dia terlihat seperti akan tersangkut di pintu, dan jika dibandingkan dengan Theia, dia terlihat seperti raksasa.

"Itu tidak akan terjadi. Mulai dari hari ini, aku akan menjadi pemimpin klub ini"

Berhadapan dengan sosok sebesar itu, senyum Theia tidak menghilang sedikitpun.

Senyumnya yang penuh percaya diri memang cocok dengannya yang bersosok pemimpin.

Dan Theia menunjuk ke arah pria raksasa di depannya.

"Serahkan kepemimpinan tim cheerleader kepadaku sekarang juga dan semua anggota harus mematuhi setiap perintahku!"

"Apa!? Kau pikir kau bisa melukai harga diri tim kami dengan badan kecilmu itu!?"

"Bagus sekali! Bagaimanapun, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja! Aku akan mendidikmu dengan tegas dan membuatmu menyesal telah memanggil tuanmu dengan sebutan kecil!"

"Omong kosong! Jangan kelewat ge-er, cebol! Tim, bersiap! Jangan sungkan-sungkan biar pun dia cuma cewek kecil! Dia sudah menghina tim kita!"

Para anggota tim berlari keluar ruang klub setelah dipanggil oleh ketua mereka.

Mereka semua berbadan besar dan saat mereka mengepung Theia, dia sudah tidak bisa dilihat lagi dari luar.

"Bagus sekali! Itulah sikap yang kuharapkan dari hamba-hambaku!"

"Cukup basa-basinya!"

"Jangan pikir kau bisa keluar dari sini hidup-hidup!"

Para anggota tim itu pun mulai marah dan mengancam Theia.

Situasi itu terlihat seperti kerumunan binatang buas yang berburu kelinci.

"Tentu saja aku akan keluar dari sini hidup-hidup! Itulah yang kau sebut kemenangan! Bersiaplah untuk putri ketujuh dari Kekaisaran Suci Galaktik Forthorthe, Theiamillis Gre Forthorthe!!"

Namun, binatang paling buas disini adalah si kelinci kecil.


Part 4[edit]

Sekitar satu jam kemudian.

Sosok Theia bisa dilihat di dalam pondok susun.

Dia dengan tenang duduk di atas kursi elegan di bagian terdalam bangunan.

Dan di lengan kirinya terpasang ban lengan ketua.

Sebagai tambahan, awalnya bendera SMA Kitsushouharukaze terpasang di belakangnya, tapi bendera itu sudah diganti dengan bendera yang mempunyai lambang yang sama dengan gelangnya.

Lambang dari kerajaan Forthorthe.

Tim cheerleader terlihat berjejer di hadapan Theia.

Anehnya, mereka semua mempunyai luka dengan ukuran yang berbeda-beda.

Selain memar dan keseleo, ada luka bakar, tonjolan biru, dan beberapa malah terbakar rambutnya.

Namun, mereka yang bersemangat baja bukanlah tipe orang yang menangisi hal itu,dan mereka berdiri dengan badan tegap dan penuh percaya diri.

Sepuluh pria yang memakai seragam hitam itu meninggalkan kesan yang kuat.

Mereka berbaris layaknya tentara.

Pengecualian untuk orang yang tadinya memakai ban lengan kapten, dia terluka parah dan terbaring lemas di sudut ruangan.

"Tidaaaaaak, aku nggak mau pakai itu dan ikut festival olahraga! Maafkan aku!"

"Menyerahlah, Yurika-chan"

Suara-suara dari luar bisa didengar dari dalam pondok itu, tapi para pria didalamnya tidak menghiraukannya.

Theia melakukan hal yang sama dan tersenyum puas selagi memandangi anggota tim cheerleader yang berbaris rapi dan berdiri.

Dia menaruh tangannya di pinggang selagi berpidato secara terhormat.

"Dengarlah, mulai dari saat ini tim cheerleader akan terlahir kembali! Kalian tidak akan bersorak untuk sesuatu yang samar seperti sekolah! Mulai dari saat ini, kalian semua adalah tim cheerleader kekaisaran, dan hanya akan bersorak untukku! Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah panjang kekaisaran Forthorthe bahwa seorang anggota kekaisaran memiliki sebuah tim cheerleader langsung! Aku ingin kalian betul-betul sadar dengan hal itu dan kalian harus menjalaninya dengan segenap hati dan jiwa kalian!"

"Terpujilah tuan puteri! Terpujilah tuan puteri!"

Sebagai balasan dari pidato Theia, kesepuluh pria itu pun berseru.

Suara mereka yang kuat yang telah dilatih setiap harinya mengguncang bangunan itu.

Namun, itu sudah tidak bisa dibilang lagi sebagai sorakan tapi lebih sebagai bukti kesetiaan kepada Theia.

"Agungkan dan pujilah namaku yang mulia! Kekalahan tidak diizinkan di Forthorthe! Jangan lupa, Forthorthe adalah kata lain dari kemenangan!"

"Kemenangan bagi yang mulia Theiamillis! Terpujilah keluarga kekaisaran Forthorthe!"

Theia telah menaklukkan tim cheerleader dengan kekuatan militer.

Cara Kiriha yang mengarah ke pengambilalihan secara pelan-pelan tidak cocok untuk Theia.

Saat Theia mengambil alih sebagai pemimpin tim cheerleader, dia merubah strukturnya secara radikal. Dia membuat tim itu sebagai tim cheerleader yang ada hanya untuknya.

Rokujouma V2 095.jpg

Theia bermaksud mengikuti festival olahraga dengan tim cheerleader barunya.

"Lawanlah musuh keluarga kekaisaran! Terlukalah untukku! Disiplin dan kepercayaan penuh totalitas pada rekanmu, dan bersumpah setia kepadaku akan membawa kita kepada kemenangan!"

"Terpujilah tuan puteri! Terpujilah tuan puteri!"

"Kukuku, apa yang akan kau lakukan sekarang, Primitif!? Karena sekarang aku sudah mendapat pasukan yang tak terkalahkan!"

Theia, yang sedang gembira, memikirkan Koutarou.

Lihat saja, Primitif. Akan kutunjukkan kepadamu seberapa kuatnya loyalitas dan kesatuan!

Theia belum menyadarinya.

Sebagian alasan kenapa dia mengambil alih tim cheerleader adalah untuk membalas Koutarou yang tidak mau bersumpah setia kepadanya.


Part 5[edit]

Koutarou sedang merajut di ruang klub merajut.

Dia bahkan tidak sadar dengan perkembangan invasi dari Kiriha dan Theia.

Kenyataannya, dia benar-benar lupa dengan kehidupan normalnya yang sangat kacau.

Saat Koutarou sedang merajut bersama Harumi sepulang sekolah, dia merasakan suatu kepuasan yang mirip saat dia sedang tidur.

"Satomi-kun, hasil rajutanmu tambah bagus"

"Benarkah?"

"Ya. Kamu sudah nggak ragu lagi saat sudah mulai merajut"

"Hahaha, aku hanya menggunakan cara yang sama sejak memulai, aku rasa aku sudah mulai nggak kikuk lagi"

Koutarou yang tidak sadar dengan kemajuannya baru sadar setelah diberi tahu oleh Harumi.

Seperti yang Harumi bilang, dia sudah tidak ragu lagi saat memulai.

Hasil rajutannya semakin panjang...

Koutarou berhenti menggerakkan jarumnya dan melihat hasil kerjanya untuk hari ini.

Hasil rajutannya sudah sepanjang 30 sentimeter, dan kalau dia tetap bekerja seperti ini, dia bisa menyelesaikan sebuah selendang.

Bagian yang ini hasilnya agak jelek...

Bagian awal rajutannya terlihat berantakan.

Bagian itu terlihat kusut disana-sini, dan hasilnya kurang rapi.

Tapi dalam 10 dan 20 sentimeter kemudian, kualitasnya pun meningkat.

Koutarou masih tidak bisa menandingi Harumi, tapi ada perbedaan antara saat dia mulai pertama kali dulu dan sekarang.

Sekarang kalau dilihat-lihat lagi, hasilnya semakin rapi

Karena kualitas hasil rajutan bisa diketahui hanya dengan melihat, Koutarou bisa melihat perkembangan dirinya.

"..Kau betul-betul bekerja keras untuk itu ya, Satomi-kun"

"Eh?"

Saat Koutarou menoleh, dia melihat Harumi yang memeriksa hasil kerjanya.

"Melihat hasil rajutanmu, aku bisa tahu"

Dengan pelan dan lembut, Harumi menepuk hasil kerja Koutarou.

"Kamu pasti suka merajut ya, Senpai"

Harumi menyentuh lembut rajutan itu dengan ujung jarinya.

Melihat itu, Koutarou mengerti seberapa suka Harumi merajut.

Harumi tersipu sedikit dan menundukkan wajahnya saat Koutarou berkomentar.

"Ya, aku menyukainya. Itulah kenapa...kau tahu..saat Satomi-kun mengerjakannya dengan penuh semangat itu membuatku bahagia.."

"Kalau begitu aku harus bisa mencapai harapanmu"

Koutarou tersenyum ke arah Harumi dan mulai merajut lagi.

Koutarou mulai menikmati merajut, bahkan ketika dia meninggalkan alasan awalnya untuk mulai merajut

Bahkan lebih menyukainya lagi karena tahu bahwa dia mulai berkembang.

"N-Nggak usah buru-buru..Ayo ngobrol lebih lama la-"

"Ya?"

"N-Nggak apa-apa, nggak apa-apa kok"

Saat Koutarou kembali menoleh, karena suatu alasan muka Harumi memerah dan Harumi mulai merajut selagi tersipu-sipu.

Pola yang dirajutnya terlihat kasar dan tidak rata, bahkan Koutarou tidak melihat ketenangan Harumi yang biasanya saat sedang merajut.

Ada apa dengannya?

Koutarou melihat ke arah Harumi dan memiringkan kepalanya saat Koutarou berhenti merajut.

Setelahnya, wajah Harumi semakin memerah dan pola yang dihasilkannya semakin kacau.

"Tolong berhenti melepas bajuku! Aku bisa ganti baju sendiri!"

"Tenang saja, semua akan baik-baik saja"

"Tolong berhenti bergerak dan tetap diam. Ini supaya kami bisa mengukur ukuran kostum yang akan kamu pakai untuk marathon halang rintang di festival olahraga nanti"

"Aku nggak mauuuuuu!!"

Ah, aku benar-benar lupa!

Mendengar suara dari luar, Koutarou mengingat sesuatu yang dia lupakan dan memanggil Harumi.

"Ngomong-ngomong, Senpai, aku punya sesuatu untuk dibicarakan"

"Y-Ya!"

Harumi membetulkan posisi badannya seakan-akan terkejut.

Meski Koutarou menganggapnya aneh dia terus berbicara.

"Apakah kau mau ikut lomba marathon halang rintang untuk klub denganku?"

"Marathon halang rintang...?"

Saat Harumi mengulang kata-kata itu, dia kembali normal.

Sesaat kemudian alisnya mengkerut dan wajahnya terlihat sedih.

"Tapi, aku nggak cocok dengan olahraga jadi...aku mungkin nanti malah menghalangimu.."

"Nggak apa-apa, itu bukan masalah"

Koutarou menggelengkan kepalanya

"Aku bertaruh dengan beberapa temanku soal lomba itu. Yang pertama sampai finish bisa menyuruh-nyuruh yang lain. Tapi lomba itu butuh grup dari dua orang, jadi aku tidak bisa ikut sendirian"

"Dengan temanmu.."

"Lagipula, meskipun mulainya sebagai grup, hanya hasil terbaik yang dicatat. Jadi, jika kamu mundur tepat setelah lombanya mulai itu nggak masalah, aku hanya ingin kamu ikut lombanya saja"

Marathon halang rintang untuk klub membutuhkan dua orang perwakilan dari tiap klub.

Namun, dari kedua orang tersebut, hanya hasil terbaiklah yang dicatat.

Dalam kata lain, jika Koutarou mencoba ikut sendirian dia akan ditolak. Tapi jika Harumi mundur saat start, itu tidak menjadi masalah.

"Dipikir-pikir juga, itu adalah salah satu aturannya..aku mengerti. Kalau begitu keadaannya, aku mau ikut"

"Terima kasih banyak, Senpai"

"Ah, ini bukan apa-apa"

Akhirnya, Harumi menerima tawaran Koutarou dengan senyuman.

Harumi sempat ragu karena dia mungkin hanya akan menghalangi Koutarou. Tapi itu bukan masalah lagi karena Harumi bisa mundur di saat lomba.

Koutarou dan Sanae tidak beranjak pulang dari SMA Harukaze sampai pukul 16:30.

"Kegiatan dan anggota klub merajut betul-betul datar~"

"Pergi saja kalau begitu"

Namun, pada saat itu adalah jam paling cepat bagi kegiatan klub untuk selesai.

Itu karena Harumi harus pergi ke rumah sakit.

Kapanpun Harumi pergi ke rumah sakit, mereka akan selesai lebih awal atau justru tidak ada kegiatan klub sama sekali hari itu.

"Tapi apa nggak apa-apa setim sama cewek lemah itu? Kalau kamu mundur kita bakal dapet peringkat terakhir loh"

"Itu nggak masalah asal aku menang. Fufufu. Untungnya, dulu aku pernah jadi juara pas festival olahraga"

"Perasaanku jadi nggak enak"

Koutarou dan Sanae sedang bercanda saat keduanya lewat gerbang sekolah.

Orang lain tidak bisa melihat Sanae, jadi saat Koutarou berada di tempat ramai dia akan diam.

Dan saat Koutarou melewati gerbang depan sekolah, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Sanae mengerti akan hal itu dan tidak mempermasalahkannya, dan setelah mereka melewati area yang ramai mereka mulai berbicara lagi.

"Jangan main-main, Koutarou. Kali ini kita senasib"

"Serahkan saja padaku"

"Aku benar-benar kuatir.."

"LIhat saja. Aku akan mulai latihan besok, jangan kaget sama kemampuanku ya, Sanae"

"Semoga saja benar begitu"

"..."

Di saat itu Koutarou berhenti berbicara,bukan karena ada orang disekitarnya.

Saat itu Koutarou sedang berjalan sepanjang pagar lapangan sekolah.

"Apa yang lagi kamu lihat?"

"Hm? Oh, hanya sesuatu"

Koutarou sedang melihat klub baseball yang sedang berlatih.

Lapangannya dilengkapi dengan lampu untuk malam hari, jadi mereka akan tetap berlatih hingga larut.

Latihan mereka baru saja akan dimulai.

"Klub baseball ya..dulu kamu di klub baseball juga kan?"

"Hm? Ya, aku dulu di klub baseball sampai lulus SMP"

"Kamu punya banyak barang-barang kayak gitu di kamar"

Sanae teringat hari dimana dia bertemu Koutarou.

Saat itu, ada bola baseball, tongkat pemukul, dan sarung tangan penangkap yang bertebaran.

Sanae juga sempat dikejar oleh Koutarou yang memegan tongkat baseball.

"Sekarang aku sudah nyaman di klub merajut"

"Itu karena senpai itu adalah tipemu"

"Lebih daripada kalian, tentunya"

"Apa-apaan itu~ Nggak perlu sampai segitunya kan~"

Sanae menggembungkan pipinya begitu mendengar balasan Koutarou.

Koutarou tersenyum sinis saat melihat Sanae, dan saat dia mau mengatakan sesuatu Koutarou buru-buru menoleh ke arah belakang.

"Eh?"

"Kenapa? Ada apa?"

Karena tingkah Koutarou yang tiba-tiba, Sanae pun terkejut dan pipinya kembali normal.

"Aku ngerasa kayak ada yang ngawasin.."

"Nggak ada siapa-siapa disini"

"Pasti cuma perasaanku saja"

"Wah, kelewat percaya diri nih. Gawat, ini yang mereka bilang awal dari seorang yang narsis"

"jangan samakan aku dengan Mackenzie"

"Eh? Si kacamata itu narsis"

"Yep. Cukup narsis untuk masuk ke klub drama"

"Hmm..Jadi dia suka apa yang dia lihat ya"

"Benar kan?"

Entah baik atau tidak, Sanae sudah lupa akan kekesalannya tadi.

Tidak ada dari mereka yang sadar akan hal itu saat percakapan mereka dengan tenang berlanjut.

"Ngomong-ngomong, mungkin itu orang yang bakal senang ketemu aku?"

"Yang benar aja. Mana mungkin"

"Hm? Apa itu tadi?"

"Bukan apa-apa~ Berhentilah merhatiin hal-hal aneh dan tetaplah berjalan"

"Ya,ya"

Setelah keduanya melewati beberapa perempatan, sebuah bayangan dengan gemetar keluar dari balik gang.

"S-Satomi-saaan"

Yang menghampiri mereka tidak lain adalah Yurika.

"Yurika?"

"Kamu kenapa?"

Penampilan Yurika bisa dibilang aneh.

Dia terlihat kelelahan dan ada bekas air mata di pipinya.

Pakaiannya terlihat kusut, syalnya miring, beberapa kancing yang tidak terkancing, dan pakaian dalamnya menyembul. Betul-betul terlihat berantakan.

"Tolong aku, Satomi-san. Ada klub aneh yang mengejar dan menggangguku!"

Yurika memegang seragam Koutarou dan melihat kearahnya dengan air mata yang berlinang. Yurika berusaha mendapat perhatiannya.

"Mereka melepas bajuku, mengukurku dan memakaikan pakaian aneh, aku udah nggak tahan!"

"K-Kelihatannya gawat"

"Aku rasa semua klub sedang kesulitan, aha, ahahaha"

Klub yang mengejar Yurika tak lain adalah klub cosplay yang Koutarou kunjungi sebelumnya. Namun, Koutarou tidak bisa mengatakan hal itu pada Yurika, jadi dia hanya bisa tersenyum palsu.

"Mereka bilang kalau mereka bakal ngukur dalemanku besok!! Aku nggak mau nunjukin diriku seutuhnya kecuali buat orang yang aku cinta!!"

"Aha, ahahaha"

"Nyaha, nyahahaha"

Saat Yurika menjelaskan situasinya yang gawat, Koutarou dan Sanae hanya bisa berpura-pura tidak tahu apapun.

Jadi itu tadi Yurika rupanya...

Dengan munculnya Yurika, Koutarou akhirnya mengetahui pandangan yang dia rasakan sesaat lalu.

Tapi, tidak seperti Koutarou, Yurika berada dalam situasi yang bahkan dia tak mengerti.


Latihan dan Rasa Menjaga Jarak[edit]

Part 1[edit]

Jumat, 1 Mei.

Saat bulan Mei datang banyak klub di SMA Kitsushouharukaze yang mulai berlatih untuk marathon halang rintang.

Awalnya ada banyak klub di sekolah itu, dan semakin kuat suatu klub, semakin kuat pengaruh mereka di dalam sekolah.

Itulah kenapa event dimana klub bisa bertanding satu sama lain mengundang banyak perhatian.

Karenanya, ada banyak orang dan klub yang terlihat di lapangan sekolah untuk latihan.

Klub atletik wanita yang diikuti Kiriha adalah salah satu klub yang sedang berlatih.

Mereka sedang mengukur waktu balapan jarak jauh sepanjang 5 kilometer, untuk memilih siapa yang akan ikut lomba nantinya.

"Hah, hah, hah"

Kiriha berlari di jalur lari itu dengan cara dan nafas yang teratur.

Cara berlarinya yang indah dan langkahnya yang teratur terlihat mencolok, bahkan untuk klub atletik wanita. Kiriha berlari dari start menuju finish dengan kondisi yang sama.

Namun, Kiriha berada di peringkat ketiga.

Ada dua gadis yang berlari di depannya.

Kiriha memang lincah, tapi karena perbedaan jumlah latihan dia masih kurang dalam hal stamina dan pengalaman. Badannya yang feminim juga kurang cocok untuk lomba jarak jauh.

Dengan hal itu, Kiriha masih berjuang keras.

"Kiri-chan, semangat~!"

"Hah, hah, hah"

Dengan sorakan dari salah seorang gadis yang telah melewati finish lebih dulu, Kiriha berlari melewati finish, masih di peringkat ketiga.

Para anggota dari klub atletik wanita pun melewati garis finish satu demi satu mengikuti Kiriha.

"Kamu lumayan cepat, Kurano-san. Nggak bisa dipercaya kalau kamu anak kelas satu yang masih nggak ada pengalaman lari"

"Fufufu, jangan bandingin Kiri-chan-ku dengan anak-anak normal dari kelas satu"

"T-Terima kasih banyak. Fuh, fuh"

Setelah melewati garis finish dan selagi Kiriha mengambil nafas, kedua anak kelas tiga yang sudah finish lebih dulu mendekati Kiriha.

"Kenapa jadinya kamu yang besar kepala gitu?"

"Kiri-chan dan aku sudah terikat oleh takdir, hanya itu yang kubutuhkan"

Sementara Kiriha masih terengah-engah, kedua kakak kelasnya yang sudah finish lebih dulu tidak terlihat kelelahan.

Keduanya pernah mengikuti lomba marathon, jadi lima kilometer bukan apa-apa bagi mereka.

"Tapi kamu nggak adil deh, Kiri-chan..Kamu cantik, dadamu gede, kamu pintar dan juga cepat"

"T-Tapi aku tidak bisa dibandingkan dengan kalian, Senpai"

"Kyaaan, bahkan kepribadianmu pun cantik"

"Kya!?"

"Bisakah kamu berhenti, kita sedang serius disini"

"Maaaaaaf, Kiri-chan"

"T-Tidak apa-apa.."

Anak kelas tiga yang bersemangat itu dipanggil Takahashi, dan yang lebih serius dipanggil Kawashima.

Itulah yang tertulis di bagian dada seragam olahraga mereka.

Selain itu, Kawashima juga ketua dari klub atletik wanita.

" Tapi, dengan begini kita punya perwakilan untuk marathon halang rintang"

"Kiri-chan dan aku!"

"Itu benar"

"Eh, aku?"

Meskipun itu terjadi sesuai rencananya, Kiriha sedikit terkejut.

"Itu benar. Dari dulu kita selalu memilih yang paling pintar dan yang paling fit sebagai perwakilan"

"Yang berarti, aku dan kamu, Kiri-chan. Bahkan kepalaku ngga begitu pintar"

"Jangan sombong soal itu, tolong.."

Kawashima kagum dengan keacuhan Takahashi, dan Kiriha bertanya kepada keduanya.

"Ngomong-ngomong, Senpai. Halangan macam apa saja yang berada di lomba nanti?"

"Kawa-chan, tolong jelaskan"

"Ya ampun, kamu selalu seperti itu"

Kawashima menghela nafas saat Takahashi dengan mudahnya menyerah untuk menjelaskan.

Dan setelahnya, dia mulai menjelaskan.

"Begini, Kurano-san, total halangannya ada sepuluh. Dulu ada halangan seperti lomba makan kare sampai membaca kanji, juga halangan yang umum di festival olahraga. Halangannya selalu berganti setiap tahun, jadi kami tidak tahu halangan macam apa yang ada tahun ini. Itulah kenapa--"

"Idiot kayak aku nggak bisa menang sendiri. Kalau ada halangan membaca tulisan bahasa Inggris atau kanji muncul, aku pasti kalah"

"Sudah kubilang jangan besar kepala soal itu"

"Tehehe, maaf"

Marathon halang rintang untuk klub terdiri dari jalur sepanjang lima kilometer dengan 10 halangan di dalamnya.

Yang berarti, dalam 400-500 meter akan ada halangan baru.

Halangannya muncul dalam berbagai bentuk: ada yang memerlukan kekuatan fisik, ada yang memerlukan kelincahan, dan ada yang memerlukan akal.

Tolak peluru,[6] balap sendok, kuis dan semacamnya adalah halangan yang cukup populer.

Ada batasan yang dipasang tergantung keberhasilan atau kegagalan dalam mengahadapi halangan. Hanya mengandalkan kecepatan tidak cukup untuk memenangkan lomba ini. Itulah yang membuat event ini cukup sulit.

Para klub punya berbagai strategi untuk event itu: mulai dari mengirimkan peserta yang kemampuannya cukup seimbang hingga mengirimkan peserta yang cepat untuk mengimbangi bagian akal.

Strategi yang digunakan oleh klub atletik wanita adalah mengirimkan mereka yang paling fit dan yang paling pintar sebagai pasangan.

"Begitu, aku mengerti"

"Ayo berjuang semampu kita, Kiri-chan"

"Ya, Takahashi-senpai"

"Kuserahkan kepada kalian berdua ya"

Kiriha memperlihatkan senyumnya yang cerah, tapi di sisi lain dia merasa puas.

Semua berjalan sesuai yang kuiinginkan

Takahashi adalah yang tercepat di klub, dan ukuran badannya cukup kecil.

Dia sangat cocok dengan gambaran partner yang ada di pikiran Kiriha.

Sekarang yang tersisa adalah

Kiriha mengisyaratkan sesuatu dengan tangannya dengan cara yang tersembunyi.

"Ho-, Apakah kau memanggil kami, Kakak Ho-?"

"Ada apa Ho?"

Kedua haniwa bernama Karama dan Korama dengan segera menyahut.

Mereka menggunakan sistem tembus pandang di tubuh mereka untuk menyembunyikan diri mereka selama mengikuti Kiriha.

"Aku sudah terpilih menjadi perwakilan sesuai rencana. Aku ingin kalian berdua untuk fokus mengumpulkan informasi tentang halangan apapun"

"Dimengerti Ho-"

"Akan segera kami kerjakan Ho-"

"Catat semua orang di lapangan yang lebih fit dariku. Dan jangan lupa untuk mengambil data tentang fisik mereka"

"Ho-, Serahkan pada kami Ho-"

"Kakak bisa latihan dengan tenang Ho-"

"Bagus. Dan setelah kalian melakukan itu, aku ingin kalian menyiapkan sejumlah uang. Kita masih punya emas yang tadinya akan kuserahkan kepada Koutarou, benar?"

"Hoho- Dimengerti Ho!"

"Siap Ho! Akan kubawakan Ho-"

Sesaat setelahnya, keberadaan kedua haniwa itu terasa menjauh.

Dan saat Kiriha merasakannya dia tersenyum.

"Kalau kau berpikir aku bermain sesuai aturan, kau salah, Theia-dono"

Kiriha menunjukkan senyumnya yang berani dan penuh percaya diri.

Dia yakin tidak akan kalah dari Theia.

"Apa yang sedang kamu lakukan, Kiri-chan? Latihannya mau dimulai"

"Maaf, aku akan segera ke sana!"

Kiriha kembali berakting sebagai murid teladan dan berlari menuju rekan setimnya.


Part 2[edit]

Sementara itu, Theia juga sedang bersiap untuk festival olahraga.

Dia berteriak ke arah tim cheerleader yang sudah diambil alihnya secara mutlak.

"Belatung, apa kemampuan kalian?"

"Kesatuan! Sorakan! Kemenangan!"

"Siapa majikan kalian!?"

"Terpujilah tuan puteri! Terpujilah tuan puteri!"

"Mana suara kalian!"

"Terpujilah tuan puteri! Terpujilah tuan puteri!"

Saat anggota tim cheerleader bersorak membalas Theia, mereka berbaris dengan formasi mengelilingi pondok susun.

Theia berada di belakang formasi, mengayunkan sebilah pedang bambu dan mendorong mereka maju.

"Maukah kalian mati untukku!?"

"Seperti yang kau inginkan, tuan puteri!"

"Serahkan jiwa dan rekan kalian untukku! Curahkan hidup kalian untuk kemenangan!"

"Hei Ho! Hei Ho! Hei Ho!"

Pemandangan yang terdiri dari pria-pria berbadan kekar berseragam hitam legam yang diatur oleh seorang gadis berpakaian olahraga terlihat layaknya ilusi, namun mereka sedang serius melakukannya.

Adapun orang-orang yang melawan telah disingkirkan oleh Theia.

"Bagus! Sekarang bernyanyilah, kalian para belatung! Ikuti aku!"

"Satu, dua, tiga, ya! Kami adalah tim cheerleader yang hebat♪"

" Kami adalah tim cheerleader yang hebat♪"

Suara yang mengikuti nada tinggi Theia adalah suara nada rendah para pria.

Suara mereka terbawa oleh angin dan menyebar ke seluruh penjuru lapangan sekolah.

"Percaya pada rekanmu dan lindungi tuan puterimu♪"

"Percaya pada rekanmu dan lindungi tuan puterimu♪"

"Sangat hebat!"

"Sangat hebat!"

"Sangat hebat!"

"Sangat hebat!"

"Kami 'kan bekerja hingga kami lelah♪"

"Kami 'kan bekerja hingga kami lelah♪"

Saat Theia dan tim cheerleader baru itu baru saja menyelesaikan lagu pertama mereka, gelang milik Theia berbunyi.

Itu pertanda adanya pesan dari Ruth.

"..Oh, itu Ruth..Baru saja akan ke bagian bagusnya...Hey, kalian semua tetap berbaris seperti itu"

"Terpujilah tuan puteri! Terpujilah tuan puteri!"

Theia memerintahkan para pria itu sedemikian rupa dan mereka melanjutkan berbaris dan bersorak.

Dan saat mereka menghilang di balik gedung sekolah, Theia memerintahkan gelangnya untuk berkomunikasi dengan Ruth dengan sedikit kesal.

"Ksatria Biru, hubungkan dengan Ruth"

"Seperti yang kau inginkan, tuan puteri"

"Ruth, ini aku"

"Yang Mulia!"

"Kenapa, apa ada sesuatu yang terjadi?"

Suara serius Ruth bisa terdengar dari gelang.

Suaranya tidak memiliki nada tenang yang biasanya.

Theia dengan cepat menangkap perilaku Ruth dan ekspresi kesalnya menghilang

"Aku menemukan dua benda terbang yang tidak teridentifikasi di atas SMA Kitsushouharukaze"

"Benda terbang tidak teridentifikasi?"

"Ya. Tapi mereka bersembunyi menggunakan kamuflase suhu optik elektromagnetis, jadi butuh waktu sebelum aku menemukan mereka . Mereka kelihatannya sedang mengumpulkan informasi dari lapangan sekolah dari jarak sekitar 100 meter di langit"

"Mengumpulkan informasi...Apa kamu punya dugaan siapa pelakunya?"

"Aku punya dugaan"

"Coba jelaskan"

"Saat komputer utama Ksatria Biru menganalisa sedikit kebocoran energi dari kamuflase mereka, dapat diperhitungkan bahwa 63% itu adalah kedua haniwa"

"Haniwa..Aku tidak tahu apa yang sedang dia selidiki tapi..apa yang kau rencanakan untuk festival olahraga, Kiriha?"

Dengan latihan pertamanya terganggu, Theia yang kesal setelah mengetahui pergerakan lawannya, melihat ke arah langit dengan penuh senyum.

Senyuman dari seekor binatang buas.

"Tidak akan kubiarkan Kiriha berbuat sesukanya..Ksatria Biru, halangi area di atas lapangan sekolah. Kirimkan kapal penyerang tanpa awak dan hancurkan kedua benda melayang itu saat kau menemukannya"

"Seperti yang kau inginkan, tuan puteri"

"Yang Mulia, bertarung dengan Kiriha-sama bertentangan dengan hasil konvensi!"

Ruth membicarakan soal Konvensi Korona yang ditandatangani oleh Theia dan yang lainnya.

Di dalamnya, salah satu ayatnya dengan jelas menyatakan bahwa bertarung diluar kamar 106 dilarang.

Dan sementara Ruth kuatir akan campur tangan Shizuka, senyum Theia tidak memudar.

"Kukuku, kalau itu memang milik Kiriha, maka sikapku memang berarti bertentangan"

"Yang Mulia?"

"Tapi, itu adalah benda terbang tak teridentifikasi. Tidak pasti bahwa mereka adalah milik Kiriha. Mengganggu jalannya seseorang yang berusaha mengintip tidak termasuk sebagai bertarung melawan Kiriha"

"Apakah anda berpura-pura tidak peduli?"

"63% itu menyelamatkanku, Kurano Kiriha! Wahahahaha!"

Dengan identitas dari benda terbang itu tidak betul-betul pasti, Theia berencana untuk berpura-pura cuek.

Jika Theia memang bertarung melawan Kiriha, itu akan melanggar hasil konvensi, tapi itu tidak akan dianggap jika melawan seorang pengintip.

Theia akan mengklaim tidak mengetahui jika itu Kiriha tapi jika itu adalah seorang pengintip.

"Tolong hentikan, Yang Mulia! Jika kau berbuat seperti itu, entah apa yang akan--"

"Sepertinya kau merencanakan sesuatu, tapi itu berakhir di sini, Kurano Kiriha! TIdak akan kubiarkan semua berjalan sesuai rencanamu!"

Namun suara Ruth tidak mencapai Theia yang sedang kegirangan.

Theia menyaksikan saat sebuah kapal penyerang tanpa awak keluar dari lubang hitam di udara dan tersenyum gembira.

Kapal penyerang milik Theia berukuran sepanjang 1 meter dan bentuknya mirip pesawat terbang.

Namun, kapal penyerang tanpa awak itu lebih cepat dari yang dibayangkan, dan kapal itu terus mengelak dari serangan listrik Korama.

"Cepatnya Ho-!"

Saat Korama sedang terkejut, kapal penyerang itu membuka salah satu sisinya untuk serangan laser.

Mengetahui hal itu, Karama dengan cepat menuju ke posisi antara Korama dan kapal itu.

Serangan kapal itu terhalang oleh pelindung ether kuning milik Karama.

"Apa kau baik-baik saja, Korama!?"

"Karama! Kau menyelamatkanku Ho-!"

"Hati-hati Ho! Jangan menuju ke posisi dimana dia bisa menyerang habis-habisan Ho!"

Kapal penyerang itu hanya bisa menyerang dengan laser karena dia tidak bisa menggunakan misil atau peluru atau senjata lain yang bisa meninggalkan jejak.

Dan kapal itu tidak bisa merusak lingkungan sekitarnya, jadi dia mengurangi kekuatannya dan hanya menembak lasernya saat sejajar dengan tanah atau saat menukik ke atas.

Jika Theia tidak memerintahkan kapal serangnya untuk memikirkan hal-hal itu, kedua haniwa itu akan kesulitan menghadapi serangannya.

"Kita tidak bisa kalah dari mesin tanpa jiwa Ho!"

"Kita akan tunjukkan keberanian kita Ho!"

Kedua haniwa itu menggunakan listrik dan api dan berhadapan dengan kapal serang itu.

Pertarungan di atas SMA Harukaze akan mencapai puncaknya.

Namun, tidak ada seorang murid pun yang sadar dengan pertarungan yang terjadi di atas mereka.

Yang melihat ke arah langit hanya dua orang yang terlibat, Kiriha dan Theia.


Part 3[edit]

Pandangan para murid mengarah ke keributan yang terjadi di lapangan sekolah.

"Tidaaaaak, aku nggak mau lepas baju, aku bener-bener nggak mau!"

"Semua akan baik-baik saja, tenang saja"

"Yurika-san, kau tidak bisa lari kemanapun, jadi kenapa tidak menyerah saja?"

Di pusat keributan itu adalah gadis yang setengah menangis dalam seragamnya dan enam gadis lain yang mengejarnya dengan pakaian penuh warna.

"Kami akhirnya mendapatkan izin untuk memakai pakaian ini, jadi kau tidak bisa menjadi satu-satunya yang memakai seragam, Yurika-san"

"Tidak, terima kasih! Memakai itu sama saja dengan nggak memakai apa-apa! Aku menolak! Lagian, aku nggak ingat kalau akau bergabung dengan klub cosplay!"

Ketujuh gadis itu adalah Nijino Yurika dan anggota klub cosplay.

Adalah hal yang wajar bagi klub untuk punya seragam khusus untuk marathon halang rintang.

Untuk klub cosplay seragam itu tentu saja pakaian cosplay, namun teknisnya itu bukan pakaian seragam, jadi mereka tidak bisa menggunakannya sampai mendapat izin.

Itulah kenapa hari ini adalah hari pertama mereka bisa latihan dengan kostum mereka.

"Ayolah Yurika-chan. Tapi kalau kau nggak terlalu suka, kau bisa memakai kostummu sendiri"

"Tapi itu seragam, bukan benar-benar cosplay.."

"Benarkah? Seragam kosplay cafe dimana? Jahitannya bagus sekali"

"Ya, bahannya juga bukan dari polyester atau nilon, aku iri banget~"

"Sudah aku bilang kalian salah!"

Klub cosplay sedang berusaha membuat Yurika memakai kostumnya.

Kostumnya dibuat khusus oleh para anggota klub untuk Yurika.

Tapi Yurika tidak mau memakainya dan kabur.

Namun karena Yurika tidak punya banyak stamina, dia tidak bisa kabur dari mereka.

"T-Tolong lepaskan aku, aku nggak seperti itu!"

Karena kelelahan berlari, Yurika akhirnya terpojok di pagar sekolah.

Keenam gadis lainnya mendekati Yurika saat dia mencoba mencari jalan keluar, tapi Yurika tidak menemukannya.

"K-Kenapa aku selalu begini!? Ini bukan cosplay! Aku sudah berusaha keras dan tetap saja tidak ada yang mau mendengarku!"

"Tidak apa-apa. Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun, Yurika-chan. Tenangkan pikiranmu dan serahkan sisanya pada kami"

"T-Tidaaaaaaak!"

"Tangkap dia!"

Pada akhirnya, tidak ada yang mendengarkan Yurika.

Saat ketua klub cosplay meneriakkan itu, kelima anggota klub menangkap Yurika di saat yang bersamaan.

"L-Lepaskan!"

"Yang benar saja"

"Kami sudah menangkapmu, nggak mungkin kami lepaskan"

Kostum yang dipaksa untuk dipakaikan ke Yurika kadang-kadang cukup ekstrim, dan meskipun dia sudah berusaha kabur sekuat tenaga, dia tetap tertangkap, lagi.

"Bawa dia ke ruang loker dan ganti bajunya!"

"Siap, ketua!"

"Sudah kubilang aku nggak mauuu!!"

"Kaki Yurika benar-benar panjang jadi aku pikir gaun china yang panjang ini cukup bagus"

"Tidak, aku pikir kita tidak bisa membuang gadis penyihir begitu saja. Apalagi kalau kita memikirkan keinginannya"

"T-Tunggu sebentaaaar!"

Keempat anggota klub cosplay meninggalkan ketua dan wakil ketua mereka dan membawa Yurika pergi

"Hmm..gadis penyihir..gaun china"

Si ketua mengikuti kelima gadis itu dengan ekspresi tenang.

Si wakil ketua yang mengikutinya justru memasang wajah kuatir.

"Apa ada masalah, ketua?"

"Yah, aku hanya memikirkan apa yang bisa kita pakaikan ke Yurika-san agar Satomi-kun senang"

Si ketua tersipu malu dan menngoyangkan badannya sedikit.

"Itu cinta!"

Saat si ketua menyebutkan Satomi-kun mata si wakil ketua juga mulai berbinar.

"Itu karena cinta yang Satomi-kun tunjukkan!"

"Kau benar. Mulai dari sekarang kita tidak hanya bercosplay berdasarkan apa yang kita mau tapi juga mengambil opini dari orang lain. Mungkin kita juga bisa menemukan orang lain yang bisa mengerti kita seperti Satomi-kun"

"Kalau begitu bagaimana kalau kita lakukan dari hal yang paling dasar?"

"Ya..Sudah diputuskan! Mari kita buat Yurika-san memakai seragam maid!"

"Okaaay"

"Tidaaaaaaaaaak!!"

Yurika mulai berusaha melepaskan dirinya secara paksa, tapi dia tidak punya cukup tenaga untuk melepaskan dirinya dari empat gadis. Jadi, yang dia bisa lakukan hanyalah menggoyangkan badannya.

Si ketua dan wakilnya mengikuti kelima gadis itu.

Klub cosplay sedang dalam suasana yang gembira setelah menangkap Yurika.

"Hmm? Apakah kalian juga mau berlatih?"

Koutarou dan Harumi terlihat melintas memakai pakaian olahraga dan berniat berlatih untuk marathon.

"Ah, itu Satomi-kun!"

"Wah, halo Koutarou-kun!"

Para anggota cosplay klub pun melambai sambil tersenyum ke arah Koutarou satu-persatu.

Biasanya mereka akan mengelilingi Koutarou, tapi kali ini mengganti baju Yurika memiliki prioritas lebih tinggi.

"Hehe, kami akan mengganti bajunya Yurika. Kami akan mulai berlatih setelahnya"

"Begitu, semoga berhasil"

"T-Tolong aku Satomi-san! Aku mau ditelanjangi dan dipakaikan baju aneh!!"

Yurika sudah terpojokkan dan sedang berusaha meminta bantuan Koutarou.

Si ketua yang sedang tersenyum berjalan menghalangi pandangan Koutarou yang sedang terkejut.

"Ya ampun Yurika-san, walaupun itu Satomi-kun yang ada di situ, kamu nggak perlu malu"

"Apa Yurika selalu seperti itu?"

"Ya, dia cukup pemalu"

Si ketua tersenyum seakan tidak ada yang salah.

Melihat senyuman itu, Koutarou merasa lebih khawatir dengan masalah yang dia berikan ke klub cosplay dibandingkan dengan Yurika.

"Maaf, kelihatannya aku membuat kalian kerepotan"

"Tidak apa-apa. Ini juga untuk Satomi-kun..Tunggu saja, kau akan kagum saat kami sudah selesai mendandani Yurika"

Si ketua mengedip ke arah Koutarou dan pergi bersama anggota klub lainnya.

"Tidak, tunggu! Selamatkan aku, Satomi-san!"

Tentu saja mereka membawa Yurika bersama mereka.

Yurika berteriak minta tolong, tapi Koutarou tidak menunjukkan tanda-tanda akan menolong dan Yurika diseret menjauh oleh klub cosplay.


Part 4[edit]

"Ya ampun, dia bikin banyak banget masalah..dia malu banget soal hal-hal yang aneh.."

Koutarou menghela pelan.

Harumi yang sedari tadi melihat peristiwa itu menarik ujung baju Koutarou.

"Satomi-kun, cewek tadi minta tolong loh. Nggak apa-apa dibiarin kayak gitu?"

"Ya, dia cuma menutupi malunya kok"

"Itu menutupi malunya?"

Harumi benar-benar kaget.

"Dia suka cosplay, tapi nggak mau jujur sama dirinya sendiri. Dia sedang menikmati keadannya saat ini, Senpai"

"Begitu..."

Saat Harumi mengangguk ke arah Koutarou, dia melihat ke arah Yurika.

Menutupi rasa malunya...Itu benar, aku juga sama...

Harumi sempat merasa was-was saat Koutarou bergabung dengan klub merajut dan saat dia menyadari kalau Koutarou serius soal belajar merajut.

Memang memalukan, tapi menemukan orang yang punya hobi sama denganmu benar-benar suatu karunia

Harumi tersenyum kecil sembari memandang ke arah punggung anggota klub cosplay yang mulai menghilang.

Saat anggota klub cosplay memasuki gedung klub, Harumi bergumam.

"Tapi, hobinya unik juga..."

Harumi mengerti perasaan Yurika tapi tidak dengan hobinya.

Koutarou melihat ke arah Harumi dan menurunkan pundaknya.

"Akupun nggak begitu mengerti"

"...Aku merasa agak baikan setelah mendengar itu"

Harumi tersenyum lebar dan menunjukkan rasa leganya.

"Aku tidak punya hobi ekstrim seperti itu"

"Fufufu. Aku sebenarnya agak khawatir, apa yang akan kulakukan kalau Satomi-kun bilang dia suka pakai baju seperti itu"

"Kalau aku memang bilang begitu, apa yang akan kamu lakukan?"

"Aku akan merasa kesulitan"

"Ahaha, tenang saja. Aku nggak akan bilang sesuatu seperti itu"

Koutarou melihat ke lapangan sekolah selagi tertawa keras.

Dia melihat banyak murid yang berlatih untuk festival olahraga.

Kami harus berjuang keras. Lagipula, cewek-cewek itu juga mau latihan.

"Ayo kita pergi, Senpai. Kita juga harus latihan"

"...T-Tapi kalo kita cuma berduaan, aku nggak masalah sama apa yang kamu pakai.."

Koutarou menyarankan mereka mulai berlatih, tapi untuk suatu alasan pipi Harumi memerah dan dia membisikkan sesuatu.

"Apa ada, Senpai?"

"N-Nggak ada apa-apa!"

Saat Koutarou melihat ke arahnya, wajah Harumi semakin memerah dan dia mulai berjalan cepat seakan-akan kabur dari Koutarou.

"A-Ayo latihan..."

"Ya..."

Aku penasaran ada apa...

Koutarou merasa ada yang salah dan mengejar Harumi.

Koutarou duduk dengan kaki terbuka dan membungkukkan badannya, Harumi yang duduk disebelahnya melihat penuh rasa kagum.

Harumi juga sedang melakukan pemanasan, tapi dia tidak bisa membungkukkan badannya sampai setengah dari yang diperagakan Koutarou.

"Satomi-kun, badanmu lumayan lentur"

"Itu karena aku main baseball saat SMP"

"Baseball?"

Baseball dan kelenturan tidak terlihat menyatu di pikiran Harumi, dan dia memiringkan kepalanya karena kebingungan.

Dan saat Koutarou menyandarkan badannya dia memanggil Harumi.

"Aku selalu menjadi penangkap. Apa kau tahu kalau kau nggak bisa menjadi penangkap kalau badanmu nggak lentur?"

Koutarou mulai berpose sebagai penangkap dan menunjukkan Harumi beberapa gerakan.

Peregangan sehabis bola salah, memblokir home base, mengoper bola ke base kedua.

Seorang penangkap menggunakan keseluruhan badannya dan secara konstan akan bergerak naik atau turun.

Harumi mengangguk setelah melihat contoh dari Koutarou.

"Baseball punya beberapa bagian yang mirip dengan senam ya?"

"Itu pertama kalinya ada yang bicara seperti itu"

"Aku jarang menggerakkan badanku, jadi badanku kaku"

"Kalau begitu mari kita coba"

"Seperti ini..."

Harumi mengeluarkan suara yang imut saat dia membungkukkan badannya ke depan, dan meregangkan tangannya sejauh yang dia bisa.

Namun, seperti yang dia bilang, badan Harumi berhenti bergerak setelah mendekati 45 derajat.

"Hanya sejauh itu yang kamu bisa?"

"Iya"

"...Aku punya ide. Nggak apa-apa kalau aku dorong kan, Senpai?"

"Eh!?"

Koutarou buru-buru pindah ke belakang Harumi, tidak memperhatikan Harumi yang mendadak gugup.

"Nggak apa-apa...kamu nggak harus.."

"Tenang saja, nggak akan sakit kok.."

Harumi mulai panik, tapi Koutarou mengabaikannya dan menaruh tangannya di punggung Harumi.

"..."

Di saat itu, Harumi yang sedang menggeliat tiba-tiba berhenti bergerak.

Dan wajahnya berubah merah seperti tomat.

"Aku dorong ya"

"O-O-O-O-Oke!"

Harumi benar-benar kebingungan.

Harumi yang biasanya sendirian sepanjang waktu menjadi gugup hanya karena berlatih bersama seseorang.

Ditambah lagi, seorang pria menyentuh badannya.

Kenapa aku segugup ini...tapi...

Meskipun sedang kebingungan, dia tidak merasa sungkan karena disentuh Koutarou.

Normalnya, Harumi akan merasa takut jika seorang pria menyentuhnya.

Tapi, dia tidak merasa ketakutan meskipun tangan besar milik Koutarou menyentuh punggungnya.

Justru dia merasa hangat dan aman.

"...Jadi kalian bukan sepasang kekasih, tapi kau tertarik padanya, ya?"

Ah...

Harumi teringat kata-kata seorang gadis yang dia kenal saat di rumah sakit.

Kita bukan sepasang kekasih, tapi aku...tertarik...

Saat dia mengingat kata-kata itu dia menjadi lebih gugup dan menggerakkan badannya lebih lagi.

"Ahaha, badanmu benar-benar kaku, Senpai. Kelihatannya ini batasmu"

Namun Koutarou hanya tertawa biasa, tanpa menyadari perasaan Harumi saat itu.

Saat mereka mulai latihan lari, dibandingkan dengan kekakuan badannya, stamina Harumi yang sedikit nampak lebih jelas.

Harumi sudah berjuang sebisanya, tapi karena badannya yang lemah, kurangnya latihan dan kapasitas paru-parunya yang sedikit dia tidak bisa berlari bahkan setengah dari kecepatan Koutarou.

Karenanya, Harumi tertinggal jauh dari Koutarou tepat saat mulai latihan.

Koutarou bisa berlari lebih dari dua putaran sepanjang jalur 400 meter itu untuk setiap putaran yang dilalui Harumi.

Rokujouma V2 135.jpg

Koutarou mendekat ke arah Harumi yang berlari didepannya, karena dia akan melewati Harumi lagi.

"Koutarou, apa nggak apa-apa setim sama cewek itu?"

Wajar bagi Sanae untuk merasa cemas.

"Nggak apa-apa. Aku akan berjuang keras buat kita"

"Kamu bakal kalah deh"

Sanae terbang ke dekat Koutarou dengan wajah kuatir.

Sanae sudah mengelilingi jalur lari dengan Koutarou dengan cara itu sejak awal.

Sanae sudah bergantung pada Koutarou, jadi haknya untuk kamar 106 bergantung kepada peringkat klub merajut.

Dia butuh klub merajut untuk memenangkan marathon halang rintang.

"Kita akan menang. Aslinya, aku ingin Senpai menang"

"Kenapa?"

"Nggak ada alasan sih. Aku rasa cuma sebagai rasa terima kasih"

Awalnya Koutarou hanya ingin Harumi untuk ikut lomba, tapi sekarang dia ingin Harumi berada di podium.

Koutarou merasa itu adalah tugasnya saat dia melihat Harumi yang berjuang keras dengan kondisinya yang seperti itu.

"Hmm...Yah, bagaimanapun juga, kamu harus menang ya"

"Serahkan padaku"

Sanae tidak tahu apa yang Koutarou pikirkan, tapi dia bisa merasakan hasratnya jadi Sanae memilih untuk tidak menanyakan keputusannya lagi.

"Hmm?"

Koutarou tiba-tiba berhenti berlari dan Sanae pun juga.

"Ada apa?"

Beberapa murid berlari melewati mereka setelah mereka berhenti.

"Nggak, aku cuma ngerasa ada yang mengawasi kita lagi"

Koutarou melihat ke sekelilingnya, tapi tidak menemukan siapa yang sedang mengawasinya.

"Bukannya itu?"

"Hm?"

Koutarou melihat ke arah yang ditunjuk Sanae dan melihat Theia, Ruth dan Kiriha.

Mereka sedang mengelap keringat mereka dengan handuk dan minum dari botol.

Saat ketiganya memperhatikan Koutarou yang melihat ke arah mereka, Ruth membungkuk pelan, Kiriha tersenyum dan Theia dengan cemberut menoleh ke arah lain.

"Begitu, jadi mereka yang tadi mengawasi.."

Dengan puas Koutarou merilekskan pundaknya.

"Aku akan ke sana sebentar"

"Ya"

Sanae meninggalkan Koutarou dan pergi ke arah tiga orang itu.

Di saat yang sama, Harumi datang berlari seakan menggantikan Sanae.

"Hah, hah, hah, S-Satomi-kun, tadi kamu ngomong sama siapa?"

Kelihatannya dia mendengar pembicaraan Koutarou dengan Sanae.

"Eh, ya, aku tadi ngomong sendiri. Tadi aku sedang memikirkan strategi untuk festival olahraga"

"Hah, hah, M-Maaf, aku nggak begitu atletis..jadi aku cuma menghalangimu saja..."

Setelah mendengar penjelasan Koutarou, Harumi terlihat murung.

Mekskipun susah mendengarnya karena nafasnya yang terengah-engah, Harumi berbicara dengan nada penuh penyesalan.

"Nggak apa-apa, Senpai. Karena kamu juga ikut, nikmati saja selagi kamu berusaha ke garis finish. Orang bilang lebih penting untuk ikut, katanya"

"Hah, hah...Ya!"

Harumi tersenyum setelah disemangati oleh Koutarou.

"Kamu akhirnya bersemangat juga, jadi bersenang-senanglah. Lagipula, aku juga sudah bilang kalau kamu bisa mundur setelah lombanya mulai"

"Biar begitu aku..uh..nggak mau menghalangimu.."

Harumi tersenyum malu selagi masih terengah-engah.

Dan keinginan Koutarou untuk menaruh Harumi di podium semakin kuat.

Untungnya, marathon halang rintang untuk klub adalah event tim, jadi yang pertama melewati garis finish yang dicatat.

Itulah kenapa Harumi bisa bertanding dengan caranya sendiri sementara Koutarou berjuang sekuat mungkin.

Aku pasti akan membuatnya menang!

Di suatu waktu, membuat Harumi menang menjadi lebih penting dibanding pertandingan melawan para penjajah bagi Koutarou.


Part 5[edit]

"Ada apa dengan gadis itu?"

Sementara Koutarou mulai berlari dengan Harumi, Theia dengan kesal mengigit bibirnya.

Saat dia melihat Koutarou menyamakan kecepatannya dengan Harumi dan tersenyum, Theia merasa lebih kesal lagi.

"Dia adalah ketua klub yang diikuti Koutarou. Namanya adalah Sakuraba Harumi dari kelas 2-A"

Kiriha yang berdiri disebelah Theia menjelaskan siapa Harumi kepada Theia.

Kiriha sudah menyelidik orang-orang disekitar Koutarou.

Gadis itu mungkin akan menjadi penghalang bagi Koutarou untuk menyerahkan kamarnya...

Kiriha juga mulai tertarik kepada Harumi.

Berdasarkan perilaku Koutarou, beberapa alasan kenapa pendekatan mesra dari Kiriha mulai tidak berhasil mempengaruhi Koutarou adalah karena Harumi.

Dia juga adalah alasan kenapa Kiriha mulai mengurangi pendekatan mesranya dan bertarung secara adil.

"Dalam kata lain, Harumi adalah tuan puteri bagi Koutarou"

Itulah yang dikatakan Sanae saat dia mendatangi Theia dan yang lain. Kata-katanya terasa lebih agresif dari biasanya, yang mungkin karena festival olahraga mendatang.

Sanae mungkin berencana membuat mereka tertekan.

"Memangnya kenapa!? Apa itu berarti Koutarou bersumpah setia kepada wanita itu!?"

"Ya mungkin...bisa jadi seperti itu"

"Bagaimana mungkin!?"

Kata-kata Sanae membuat Theia jengkel, dan Sanae diam-diam merasa puas dengan keberhasilan rencananya.

Theia tidak menunjukkan pertanda kalau dia mengetahui rencana Sanae dan tetap merasa jengkel.

"Bagian apa dari wanita itu yang lebih menarik dariku!? Dasar bodoh, dia bersumpah setia pada orang yang salah!!"

Theia tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

Orang yang semestinya bersumpah setia kepadanya telah melakukannya kepada seorang gadis jelata.

Terlebih lagi, gadis itu lemah dan tidak punya kekuatan apapun.

Hal itu memukul harga diri Theia.

Theia tadinya yakin betul dengan dirinya sendiri.

Dia sudah yakin dengan rupa badannya, dengan posisinya sebagai tuan puteri ketujuh, dan juga dengan kekuatan mentalnya.

Theia percaya kalau dia lebih hebat dari Harumi dalam segala hal.

Tapi, Koutarou telah memilih si lemah Harumi daripada Theia.

Dan Koutarou sama sekali tidak menghargai Theia. Theia tentu saja tidak bisa menerimanya.

"Ini tidak berhubungan dengan logika atau nalar sama sekali"

"Apa maksudnya!?"

Ini tidak berhubungan dengan logika atau nalar sama sekali!?

Kata-kata itu membuat Theia semakin jengkel.

Meskipun si primitif tahu perbedaan yang tidak bisa diukur antara aku dan gadis itu, Koutarou tetap memilih dia!?

"Itu tidak mungkin! Hal seperti itu tidak mungkin terjadi!"

Theia tidak bisa menerimanya.

Untuk bisa berdiri diatas yang lain, dibutuhkan akal, kekuatan dan keberanian.

Keluarga kekaisaran Forthothe telah berjaya selama 1000 tahun dengan pemikiran itu.

Karena itulah Theia tidak bisa mengakuinya apapun alasannya.

Ruth tersenyum dan melihat kearah Theia.

"Yang Mulia, aku tidak mengikutimu berdasarkan nalar juga"

Ruth meletakkan tangannya di depan dadanya dan tersenyum halus.

Dia selalu menjaga Theia layaknya seorang kakak.

Akal, kekuatan maupun keberanian bukan hal yang penting bagi Ruth.

"Untuk Ruth, itu spesial! Keluarga Pardomshiha telah melayani keluarga kekaisaran Forthorthe sejak sebelum berdirinya kekaisaran kita!"

"Yang Mulia.."

Mendengar jawaban Theia, Ruth merasa senang dan sedih di saat yang bersamaan.

Theia yang masih muda tidak mengerti dengan benar perasaan Ruth.

Ruth mungkin akan tetap bersumpah setia kepada Theia meskipun dia tidak lahir dalam keluarga Pardomshiha.

Tapi jika Theia mengakuinya, akan sama saja halnya seperti Koutarou tidak menrima Theia.

Theia yang berjiwa muda dan memiliki harga diri tinggi tidak bisa melakukannya begitu saja.

"Terkutuk kau, Primitif. Kau selalu bisa menemukan cara untuk membuatku jengkel!"

Dan Theia dengan kesal mengigit bibirnya sembari melotot ke arah Koutarou dan Harumi.


Penjajah Festival Olahraga!?[edit]

Part 1[edit]

Minggu, 10 Mei.

Hari itu adalah hari dimulainya festival olahraga. Matahari bersinar dengan cerahnya di atas lapangan dan tidak ada awan sedikitpun di langit.

"Kelihatannya keputusan yang benar untuk datang ke sini"

"Halaman sekolah memang lebih tenang, dan nggak banyak debu.."

Koutarou dan Harumi berada di halaman sekolah.[7]

Permainan untuk jam pagi telah berakhir dan mereka mengarah ke sana untuk makan siang.

Lapangan sekolah penuh dengan orang-orang dan banyak debu yang berterbangan ditiup angin.

Itulah kenapa mereka bergegas pergi dari lapangan sekolah dan datang ke sini.

"Sebenarnya, aku malu mengeluarkan bekalku di depan orang banyak"

"Nggak usah malu. Itu kelihatannya enak"

"Benarkah?"

Harumi menutupi wajahnya dengan kain pembungkus kotak bekal miliknya dan dia mencuri pandang ke arah Koutarou.

Harumi menyiapkan bekalnya hari ini untuk dimakan mereka berdua.

Dia biasanya membiarkan ibunya yang membuatkan, tapi untuk festival olahraga kali ini dia bersemangat untuk membuat bekalnya sendiri.

"Ya. Nggak kelihatan seperti yang dibuat oleh orang yang baru pertama kali masak:

"Syukurlah..Aku sedikit kuatir"

Mendengar jawaban Koutarou, Harumi menyingkirkan kain yang menutupi wajahnya dan menghela nafas lega.

Dia kuatir akan mengecewakan Koutarou.

"Nggak usah kuatir. Kelihatannya dimasak dengan baik"

"Tapi..aku rasa aku nggak akan membantu banyak di lomba marathon halang rintang nanti, jadi paling nggak aku bisa membuatkanmu sesuatu buat dimakan.."

"Senpai, kamu terlalu kuatir. Cowok itu simpel, mereka pasti senang dibuatkan bekal makan dari cewek, nggak peduli seberapa bagus bekalnya"

"T-Tapi aku benar-benar kuatir soal rasanya..."

"Pasti susah jadi cewek..Yah, selamat makan"

Koutarou berhenti bicara dan mulai makan.

Dia sudah berjuang keras sejak pagi dan sekarang dia lapar.

Lima pita biru terlihat berjajar di baju olahraga Koutarou.

Pita-pita itu menunjukkan peringkat, dan biru berarti peringkat satu.

Koutarou memenangkan peringkat satu di kelima lomba yang dia ikuti.

Karenanya, dia menggunakan banyak stamina dan sekarang kelaparan.

"Rasanya...enak!"

"Ah..."

Harumi tersenyum ceria mendengar kata-kata Koutarou.

Makanannya tidak hanya terlihat bagus, rasanya pun ternyata enak. Harumi merasa bahagia sampai-sampai dia mau menari saat itu juga.

Nyatanya, bekal buatannya memang benar-benar bagus.

Omelet, hamburger dan sosis yang dimasaknya ditambah beberapa makanan tambahan mungkin terlihat biasa, tapi bekal itu dibuat dengan penuh perhatian.

Rasanya juga patut dipuji, bekal itu bisa dibilang sangat bagus untuk seorang pemula.

Koutarou, yang tumbuh besar sebagai seorang piatu dan memasak untuk dirinya sendiri, mengerti betul-betul akan hal itu.

Apa yang bisa kukatakan..memiliki seseorang yang mau memasak untukmu tanpa alasan tertentu adalah hal yang indah

Itulah yang dirasakan Koutarou saat dia memakan bekal itu.

Kehilangan ibunya saat dia masih kecil, adalah hal yang langka bagi seseorang untuk memasak bagi Koutarou tanpa alasan tertentu.

Belakangan Kiriha yang memasak, tapi itu karena dia berencana mengambil alih kamar 106.

"Apakah ada yang nggak kamu suka?"

"Nggak juga...nggak ada yang nggak aku suka sih"

Awalnya, Koutarou tidak bisa memikirkan apapun, tapi dia cepat-cepat diam.

Dan Harumi mulai gugup.

"Apa yang salah?"

"Nggak cukup"

"A-Apanya yang nggak cukup?"

Rasanya? Waktu yang dibutuhkan? Atau pengalamanku?

Harumi tidak bisa apa-apa kecuali merasa kuatir.

"Jumlahnya. Kalu ternyata bekalnya seenak ini, aku bisa makan tiga kali lipat porsi ini"

"J-Jumlahnya...?"

Mendapat balasan yang tidak semestinya, Harumi melamun sesaat.

"Yah, ada lebih banyak lomba lagi siang nanti, jadi porsi ini mungkin pas. Kalau aku makan sampai kenyang, akan susah buat bergerak nantinya"

"..."

"Lain kali, tolong bikin lebih banyak pas aku nggak akan banyak bergerak ya"

"Lain kali..."

Koutarou mulai menggerakkan sumpitnya sambil tersenyum.

Melihat itu, Harumi juga mulai tersenyum.

Lain kali..Lain kali, dia mau..makan lebih banyak lagi..dia suka bekalnya..

Harumi terlihat sangat bahagia, kata-kata tidak cukup untuk menggambarkannya.

Jadi ini rasanya punya teman..

Sejak kecil Harumi sering sakit-sakitan dan harus selalu keluar masuk rumah sakit.

Meski anak-anak dan perawat di rumah sakit sudah menjadi temannya, dia tidak punya teman seumurannya; Koutarou adalah teman sebaya pertamanya.

Hal itu sudah cukup untuk membuat Harumi menangis bahagia.

"Ada apa, Senpai?"

Koutarou yang sedang makan melirik ke arah Harumi yang tiba-tiba terdiam.

Dan dia melihat Harumi yang pipinya memerah dan matanya sembab.

Koutarou mulai panik saat dia melihat Harumi yang kelihatannya akan menangis.

"K-Kamu baik-baik saja!? A-Apa aku ngomong sesuatu yang salah!?"

Koutarou tidak bisa mengerti perasaan Harumi saat itu.

Sejak kecil, Koutarou, dengan Kenji, sudah punya banyak teman, jadi dia tidak mengerti betul perasaan Harumi.

Itulah kenapa dia merasa sudah berbuat salah dan mulai panik.

"Nggak apa-apa..mataku kelilipan..aku cuci muka dulu"

Harumi menundukkan wajahnya untuk menghindari lirikan Koutarou dan buru-buru berdiri.

Harumi bisa mendengar jantungnya berdetak cepat, dan kuatir kalau-kalau Koutarou bisa mendengarnya juga.

Kalau aku nggak tenang, aku bisa bilang sesuatu yang bisa membuat masalah dengan Satomi-kun...

Harumi lari dari halaman sekolah dengan jantung berdetak cepat dan kepala pusing.

"Senpai...?"


Part 2[edit]

Koutarou yang ditinggal sendiri tidak mengerti apa yang benar-benar terjadi dan hanya bisa memiringkan kepalanya.

Namun, Sanae yang bergantung di punggung Koutarou dapat mengerti sedikit perasaan Harumi.

"...Itu cukup bikin aku kesal"

Sanae mulai mencekek leher Koutarou untuk balas dendam.

Dia sudah bergantung di leher Koutarou untuk ikut merasakan makan siang Koutarou, mencekek lehernya dari posisi itu adalah hal yang mudah.

"Eh, Ehhhkkk!?"

"Sialan! Ahhh! Itu benar-benar bikin aku kesal!"

"K-Kamu kenapa sih, tiba-tiba begitu!?"

"Pikirkan situasimu sekarang daripada terbawa suasana! Kalau kamu nggak menang hari ini, kamu nggak tahu apa yang akan terjadi!"

"Sa-Sanae, j-jangan pikir trik yang sama bakal bekerja dua kali!"

Koutarou berusaha menjaga kesadarannya dan merogoh kantong kanan celananya.

Dan dia mendekatkan apa yang dia berhasil rogoh ke arah Sanae.

"Gyaah!?"

Di saat itu, ada ledakan kecil yang terjadi dan memukul Sanae mundur.

"Mantap! Terima kasih, nenek!"

Koutarou menggenggeam jimat kecil yang dihiasi benang emas di tangannya.

Untungnya, benda itu punya cukup kekuatan untuk melawan hantu seperti Sanae.

Perlindungan Keluarga.

Kata-kata dari emas itu berkilau dengan indahnya diterpa cahaya matahari.

"Kamu ngapain sih!"

Sanae kembali dengan tangan kanannya memegan kepalanya.

Dia melayang didepan Koutarou dan mulai menggerutu.

"Itu kalimatku! Kamu selalu mencoba mencekikku tanpa alasan jelas! Cobalah jadi seseorang yang pingsan tanpa alasan jelas!"

"Jangan merengek soal itu! Kamu cowok, buat apa marah hanya karena hal itu!? Bukannya normal buat hantu buat bikin orang kesakitan?"

"Kalau begitu jangan kesal kalau orang mencoba melawan! Dasar roh jahat!"

"Apa katamu!? Kamu nggak bisa memanggil orang seimut aku sebagai roh jahat!"

Dahi keduanya bertubrukan dan menghasilkan suara keras.

Kelihatannya pertengkaran mereka akan semakin menjadi saat orang ketiga muncul diantara mereka.

"Kelihatannya kamu cukup hebat, Koutarou"

Rokujouma V2 155.jpg

"Kiriha!?"

Ternyata Kiriha yang muncul.

Dengan rambutnya yang panjang berkibar tertiup angin, tanpa suara Kiriha telah mendekat ke arah Koutarou dan Sanae.

"Kamu sendiri juga kelihatan hebat, Kiriha-san"

Beberapa pita terpasang di bagian dada Kiriha.

Tiga pita biru dan dua pita kuning, lebih tepatnya.

Kiriha mendapat peringkat satu di tiga lomba dan peringkat dua di dua lomba sisanya.

"Kamu ngapain melihat ke arah dadanya, Koutarou!? Dasar mesum!"

"Salah! Coba lihat dulu!"

"Ngapain aku liat dada orang lain!? Apa kamu mau bilang kalau bra-nya kelihatan, begitu!?"

"Ya nggak lah! Pitanya! Aku lagi melihat peringkatnya Kiriha!"

"Ya, aku yakin kamu akan memberi nilai 100 untuk dadanya Kiriha"

"Coba dengerin aku dulu, hantu bodoh!"

"Apa-apaan, aku juga punya harga diri, tahu!"

"Apa harga diri hantu se-transparan itu!?"

Koutarou dan Sanae mulai bertengkar lagi, dan di saat itu ada orang lain yang muncul di halaman sekolah.

"Bagus juga dirimu masih penuh semangat, Primitif. Tidak akan ada artinya membuatmu merangkak di tanah jika kamu tidak sesemangat itu!"

Giliran Theia dan Ruth yang muncul, dan dibelakang mereka adalah pria-pria garang yang dipimpin oleh Theia.

Theia punya empat pita di dadanya, semua berwarna biru.

Nyatanya, Theia sudah ikut enam lomba sejak pagi ini, tapi dia membuang semua pita di bawah peringkat satu.

Dan tim cheerleader yang membantu dan bersorak untuk Theia sudah basah oleh keringat.

Di sisi lain, Ruth punya dua pita, kuning dan hijau, yang berarti peringkat dua dan tiga.

"Diam, Tulip! Aku sedang sibuk!"

"Betul! Nggak ada tempat buatmu di sini, dada terjal!"

Koutarou dan Theia tidak melirik sedikitpun ke arah Theia dan tetap saling melotot satu sama lain.

Dan Theia tidak tahan lebih lama lagi.

Sudah cukup baginya bahwa Koutarou tidak menghargai Theia sedikitpun, tapi di saat yang sama, Sanae sudah menyinggung hal yang paling dibencinya.

Akhrinya, Theia hilang kendali.

"Kalian mau cari gara-gara ya, para anjing kampung!? Akan kubuat kalian menjadi abu sekarang juga!"

"Jangan, Yang Mulia!!"

Bahkan dengan Ruth yang mencoba menghentikannya, Theia tetap tidak mau tenang.

Theia beranjak ke arah Koutarou dan Sanae dan ikut bertengkar dengan mereka.

"Coba saja kalau kamu bisa, Tulip!"

"Akan kubuat kalian menjadi abu setelah memperbaiki karakter busuk kalian!"

"Hei! Dengarkan aku!"

Dan saat ketiganya mulai ribut kembali, pertengkaran jarak dekat pun tak terelakkan.

"Yang Mulia, Satomi-sama"

"Biarkan mereka, Ruth. Mereka tidak saling membenci sebesar yang mereka bilang"

"Tolong berhenti bilang hal semacam itu, Kiriha-san! Tentu saja aku benci hal ini!"

"Apa yang kau maksud dengan 'hal semacam itu'!? Panggil aku Yang Mulia Theia, dasar Primitif!"

"Tarik itu kembali, Koutarou! Gimana bisa kamu bilan g orang secantik aku 'hal semacam itu'?"

"Buat apa, dasar idiot!"

Keributan mereka semakin memanas sejalan dengan saling melempar ejekan satu sama lainnya.

"Satomi-kun♪"

"Haloooo♪"

"Hm?"

Seruan ramah itu membuat Koutarou tenang sedikit.

Suara itu berasal dari keenam gadis anggota klub cosplay.

Pertengkaran antara Koutarou, Sanae dan Theia terhenti oleh kemunculan mereka.

"Kelihatannya kau sedang bersenang-senang, Koutarou-kun"

Mereka sedang mendorong ketua mereka yang ada di dalam gerobak dan mendekati Koutarou dan yang lainnya.

Para anggota klub cosplay tidak sedang bercosplay, mereka memakai pakaian olahraga yang biasa.

Mereka mengikuti aturan dan tidak akan memakai cosplay sampai mereka mendapat izin.

Apa yang sedang mereka lakukan?

Apa yang membuat Koutarou penasaran adalah gerobak yang dipakai para anggota klub cosplay untuk membawa ketua mereka.

Di dalamnya terdapat karung seukuran satu meter yang terlihat menggeliat kesana kemari/

"...!...!"

Kelihatannya karung itu berisi makhluk hidup.

"Hello"

"Halo, Satomi-kun. Dan halo juga untuk teman-temanmu.

Si ketua tersenyum dan memberi salam kepada semuanya, dan kesepuluh gadis lainnya pun mengikuti.

Tim cheerleader Theia berdiri paling menonjol, tapi mereka tetap diam.

Saat para gadis selesai memberi salam, si ketua klub cosplay memanggil Koutarou.

"Kau bisa menantikan hal bagus di marathon nanti, Koutarou-kun. Kostum hari ini adalah yang paling luar biasa"

"Kami begadang semalaman untuk membuatnya, loh!"

"Itu benar. Aku sampai lupa sudah seberapa banyak tangan kami tertusuk jarum"

"...Itu cuma kamu"

Saat para gadis itu berbicara, karung itu tetap bergerak kesana kemari.

"...!....!...!"

Yah, apa masalahnya...

Koutarou penasaran dengan isi karung itu, tapi dia memilih untuk tetap diam.

Saat itulah Harumi kembali ke halaman sekolah.

"Satomi-kun...?"

Sekarang ada banyak orang di sekeliling Koutarou.

Dan sekarang ada lebih dari 20 orang di halaman sekolah, Harumi hanya mengenal sedikit diantaranya.

"Oh, kamu cukup imut juga"

"Ah, b-berhenti! Jangan sentuh aku!"

"Mau bergabung dengan klub kami?"

"Nggak! Aku nggak mau bergabung dengan klub mencurigakan kalian!"

"Sayang sekali"

"Kalau begitu, bagaimana dengan kalian berdua?"

"Kalau Theia-sama tidak ingin bergabung, maka aku harus menolak"

"Aku sudah bergabung dengan tim atletik, jadi aku tidak bisa, Senpai"

"Tulip, kamu bergabung dengan tim cheerleader?"

"Itu benar. Tidak sepertimu, orang-orang ini punya loyalitas yang tidak tergoyahkan bagiku. Benar bukan!?"

"Terpujilah tuan puteri! Terpujilah tuan puteri!"

"Mereka sudah dicuci otak..."

"Yah, sepertinya tim cheerleader yang asli sudah tidak ada lagi..."

Semuanya sedang asyik berbicara dan tersenyum.

Dan bahkan Koutarou membuat ekspresi yang tidak pernah dilihat Harumi sebelumnya.

"Aku...tidak mungkin bisa mendekati mereka..."

Harumi terdiam di tempatnya, jantungnya yang berdetak kencang sudah kembali tenang dan perasaannya yang berbunga-bunga telah berganti.

Harumi sadar dia hanya tahu sedikit tentang Koutarou sebenarnya, dan itu membuatnya sedih.

"Satomi-kun tidak benar-benar tahu kalau aku..."

Harumi tidak bisa bergerak.

Dia tidak bisa berbaur begitu saja dengan kerumunan yang ada.

Terpisah hanya sejarak 20 meter bagaikan jarak yang sangat jauh bagi Harumi.


Part 3[edit]

Tiba-tiba, beberapa kembang api terlihat meledak di langit.

Meskipun hari masih siang, saat ada banyak kembang api yang ditembakkan di saat yang bersamaan, tentu saja mereka akan menjadi perhatian.

Itu adalah tanda bahwa lomba marathon halang rintang akan segera dimulai.

Lomba marathon itu terdiri dari jalur sepanjang 5 kilometer dan tantangan sebanyak 10 tantangan.

Karena lomba ini juga diikuti baik pria dan wanita, untuk para wanita diberikan tantangan yang lebih mudah sebagai kelonggaran.

Dan karena tantangannya tidak hanya terpusat pada tantangan secara fisik saja, pemenangnya selalu berganti setiap tahunnya.

SMA Kitsushouharukaze mempunyai banyak klub, dan karena banyak klub yang berpartisipasi, lomba marathon ini menjadi event utama.

"Fufufu, saat yang sudah kutungg-tunggu akhirnya datang juga..."

Koutarou meregangkan tangannya selagi melihat ke sekitarnya.

Ada lebih dari 100 orang yang berkumpul di garis start.

SMA Harukaze[8] punya lebih dari 50 klub dengan jumlah anggota yang bervariasi.

Dan dengan banyak sekali klub yang ikut lomba ini, tentu saja akan ada orang sebanyak ini yang terlihat.

Seragam yang dipakai pun beragam, dengan mayoritas seragam yang dipakai adalah seragam khas dari tiap klub.

Sisanya terdriri dari klub budaya yang memakai seragam olahraga.

"Kou, kamu kelihatannya percaya diri banget"

"Kelihatan ya?"

"Aku sudah lama menjadi temanmu loh"

"Seperti yang kuharapkan dari rekanku Mackenzie!"

Seselesainya pemanasan, Koutarou memukul punggung Kenji dengan tangannya yang besar.

"Owowow"

"Kemenangan hari ini akan berpihak kepadaku"

"Jangan naif. Kamu nggak pintar-pintar banget, nggak mungkin kamu menang. Aku nggak yakin kamu bisa mengalahkanku"

"Itu kata-kata yang cukup besar. Kalau begitu, kau mau bertaruh, Mackenzie?"

"Boleh. Siapapun dari kita yang pertama mencapai finish duluan, menang"

"Yang kalah harus traktir makan sekali, oke?"

"Oke"

Kenji menyeringai, dia yakin dengan caranya berlari.

Koutarou memang unggul dalam kekuatan fisik, tapi Kenji punya kelincahan dan kepintaran sebagai senjatanya.

Itulah kenapa Kenji bertaruh kalau dia bisa menang melawan Koutarou dalam lomba ini, yang menguji kekuatan peserta secara keseluruhan.

"Hah, kau membuat keputusan bodoh, Kou. Aku harap kau sudah siap membelikanku makanan yang spesial"

"Aku nggak mau dengar kau memanggilku bodoh saat kau sendiri memakai sesuatu seperti itu"

"Diamlah. Aku ada di klub drama, jadi mau bagaimana lagi"

Kenji tidak memakai pakaian olahraga, tapi tuxedo putih dan mawar merah yang berada di dadanya.

Itu adalah kostum panggung yang dimilliki klub drama.

"Oh, kelihatannya kalian berdua sedang melakukan sesuatu yang menarik"

"Ibu Kos-san"

Saat keduanya selesai mengobrol, Shizuka muncul.

Shizuka telah diminta oleh klub memasak untuk ikut marathon, dan dia memakai celemek yang menutupi pakaian olahraganya.

Shizuka jadi terlihat aneh, bahkan menyaingi Kenji.

"Bolehkah aku ikut dalam taruhan yang kalian bilang tadi?"

"Kasagi-san juga? Kami cukup yakin dalam hal ini loh"

"Yah, aku juga mau ikut karena aku juga yakin dengan diriku sendiri"

"Tapi--"

Kenji berusaha menyingkirkan Shizuka, tapi Koutarou berkata lain.

"Apa itu masalah buatmu, Mackenzie? Biarkan Ibu Kos-san ikutan juga"

"Jadi, boleh?"

"Yap"

Lagipula, aku juga nggak tahu kalau aku bisa menang melawan Ibu Kos-san atau nggak..

Tidak seperti Kenji, Koutarou sadar betul seberapa kuat Shizuka.

Koutarou tahu Shizuka tidak akan tertinggal jauh dalam lomba ini setelah dia bisa memukul jatuh empat orang penjajah dengan tangan kosong.

Shizuka juga sepintar Kenji.

"Kalau begitu kita tambah Kasagi-san ke dalam taruhan antar tiga orang ini"

"Aku nggak akan kalah loh"

"Silahkan saja, Ibu Kos-san"

Fufufu, dengan ini, Mackenzie akan beli dua porsi makanan..

Setelah Shizuka ikut berpartisipasi dalam taruhan mereka, bangku penonton dekat garis start mulai bersorak menyemangati Kenji.

"Kenji-kun! Kamu keren banget!"

"Rosenchevalier-sama! Lihat ke sini dong!"

Beberapa blitz kamera pun muncul setelahnya.

Mereka adalah penggemar Kenji.

Kenji sudah punya penggemar sejak dari SMP.

"Silahkan lambaikan tanganmu, Rosenchevalier-sama. Fansmu memanggilmu"

"Diam deh"

"Koutarou-kun! Arahin ksatrianya ke sini dong!"

"Oke, oke"

"H-Hey!?"

Koutarou memegang kepala Kenji dan secara paksa memutarnya ke arah bangku penonton.

Dan blitz kamera mulai bermunculan lagi.

"Nggak usah malu. Kamu cuma bikin para cowok sekitarmu kesal aja kok, termasuk aku tentunya"

"Bisa berhenti sekarang, Kou!?"

"Oh ya, maaf, cewek itu bakal sedih, tentunya"

Persis di sebelah Kenji, ada seorang gadis yang memakai gaun merah tua.

Dia adalah anggota klub drama, dan pakaian yang dipakainya juga dari sebuah drama yang sudah lama.

Hari ini mereka bermain sebagai Gadis Merah Tua dan Sang Rosenchevalier.

"Maaf, akulah yang mengundang Matsudaira-san untuk bergabung dengan klub. Aku rasa dia tidak punya keinginan untuk berpacaran denganku"

"Kau salah, nona! Kau sudah tertipu olehnya!"

Si gadis merah tua berusaha melindungi Kenji, tapi dia mulai goyah saat berhadapan dengan Koutarou.

"Akan kubunuh kau, sialan!"

"Kyaaa, tolong aku, Sakuraba-senpai! Mackenzie membullyku!"

"S-Satomi-kun?"

Saat Kenji mulai marah, Koutarou tertawa dan bersembunyi di belakang Harumi.

"H-Halo, Sakuraba-senpai"

"Halo, Matsudaira-kun"

Saat Harumi dan Kenji saling berhadapan, entah kenapa mereka sama-sama tersipu.

"Uhm...Eh.."

"Kau curang, Koutarou!"

Meskipun waktu telah berjalan dan mereka sudah mulai saling kenal, Harumi masih merasa kurang nyaman berada dekat Kenji.

Yang menjadi penyebab kenapa Harumi mendadak diam.

Kenji tahu apa yang Harumi rasakan dan tidak mau mengucapkan hal-hal yang salah.

"Senpai, mumpung lagi saatnya, sapalah juga anggota klub drama di sebelah Mackenzie dan Ibu Kos-san"

"Y-Ya! Halo!"

"Halo, Sakuraba-san"

"Halo, Sakuraba-senpai"

Harumi membungkuk ke arah Gadis Merah Tua dan Shizuka.

"M-Mari berjuang keras untuk lomba nanti"

"Aku kuatir kalau aku bisa sampai garis finish dengan kostum ini"

"Ahaha, gaun itu bagus sekali"

Setelah selesai saling sapa, suasana di sekitar Harumi pun mulai tenang.

"..."

"Kamu kenapa melotot begitu, Mackenzie?"

Koutarou memperhatikan Kenji yang melotot tajam ke arahnya.

"Kou, kamu nggak bisa pakai cara yang lebih mudah ya?"

"Kamu ngomong soal apa?"

"..Aku menyerah"

Kenji menurunkan pundaknya dan menggaruk kepalanya.

Karena sudah kenal Koutarou cukup lama, Kenji mengerti kalau Koutarou menarik Harumi secara paksa ke dalam grup.

Dan saat dia menghela kecil, Harumi kembali menyapanya.

"Aku minta maaf soal sebelumnya, Sakuraba-senpai"

"N-Nggak apa-apa kok"

"Sakuraba-senpai, seperti yang dibilang Satomi-kun, Mackenzie-kun sepertinya memang lihai dalam berburu cewek, jadi hati-hati ya"

"..B-Benarkah?"

"Itu bohong, udah jelas itu bohong!"

Semoga beruntng, Sakuraba-senpai

Koutarou berpaling dari mereka dan melihat ke arah garis start.

Dan seperti sebelumnya, ada banyak orang disana.

"...Kelihatannya nggak akan menang mudah"

Ada orang yang kelihatan besar dan kuat, dan juga orang yang kelihatan kecil dan lincah.

Untuk bisa membuat Harumi naik ke podium juara, Koutarou harus bisa menyelesaikan semua tantangan yang ada dan mencapai finish sebelum ada yang bisa.

"Oke! Ayo kita lakukan!"

Koutarou mulai menyemangati dirinya sendiri agar dia tidak lengah.

"Hey, Koutarou"

"Hm?"

Di saat itu, Sanae yang terbang di dekat Koutarou bergantung di lehernya.

Dan Sanae meletakkan tangannya yang langsing di sekeliling leher Koutarou sembari tersenyum.

"Kamu tahu? Nggak kusangka kamu..."

"Apa?"

"Bukan apa-apa. Nyahaha"

Pada akhirnya, Sanae tidak mengatakan apapun dan hanya tersenyum lebar.

Tapi Koutarou tidak bisa melihatnya karena Sanae bergantung di belakangnya, dan Sanae sendiri juga tidak sadar akan hal itu.

Hm?

Sanae memperhatikan apa yang sedang dilihat Koutarou; dua orang anggota klub baseball lengkap dengan seragamnya.

"...Koutarou, boleh aku tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Kalau kamu terus kepikiran soal itu, kenapa kamu nggak mulai main baseball?"

"Eh?"

Koutarou kaget dan menoleh ke arah Sanae.

Sudah kuduga...

Sanae memperhatikan Koutarou yang terkejut dan mulai ragu.

"Kamu selalu merhatiin klub baseball kapanpun ada kesempatan. Aku tahu itu"

"...Oh"

Koutarou memalingkan matanya dari Sanae dan melihat kembali ke arah anggota klub baseball.

Dia merasa tidak perlu menyembunyikan perasaannya dan mulai berbicara.

"Yah, aku suka baseball. Itu bukan jenis olahraga yang kamu bisa lakukan kalau hidup sendiri"

"Hmm..."

Koutarou terlihat kesepian selagi mengenang sesuatu, dan melihat hal itu, sebuah ide muncul di kepala Sanae.

Kalau aku bisa bantu beberes kamar, Koutarou mungkin bisa main baseball...

Memasak, mencuci, membersihkan kamar, menyiapkan bak mandi.

Kalau Sanae mengambil alih pekerjaan rumah tangga yang dilakukan Koutarou setiap harinya, Koutarou mungkin punya waktu luang yang dia butuhkan untuk bermain baseball.

Itulah ide yang muncul di kepala Sanae, tapi dia dengan cepat menolaknya dan mulai panik.

"A-Apa-apaan yang baru saja aku pikirkan!?"

Aku harus mengusirnya! Aku harus mengusir Koutarou dari kamar itu apapun caranya! Kenapa aku tiba-tiba berpikir untuk membantunya mengurus kamar!?

Sanae kebingungan dengan perasaannya sendiri; dia tidak percaya dia mau membantu seseorang yang harusnya dia usir.

Dan apa yang membuat Sanae ragu adalah bahwa dia tidak merasa muak untuk membantu Koutarou.

"Apa?"

"Bukan apa-apa! Bukan apa-apa! Lupakan itu!"

Saat Koutarou dengan cemas memanggilnya, Sanae bahkan merasa lebih bingung lagi.

Apa yang baru saja kulakukan!?

Saat ini, Sanae merasa lebih bingung daripada Koutarou.

Sementara itu, Theia juga berada di tengah kerumunan di garis start.

Dia berdiri di depan tim cheerleader dan sedang berpidato.

"Kalian semua, kalian sudah berjuang dengan sangat bagus hingga hari ini! Meskipun hanya ada satu diantara kalian yang akan ikut lomba denganku hari ini, itu adalah karena hasil latihan kalian! Bersoraklah untukku seperti kalian ikut berlomba denganku!"

Theia memakai ban lengan kapten tim cheerleader di tangannya, dengan kedua tangannya di pahanya sembari berdiri tegap.

Namun, badan kecil Theia tersembunyi oleh kerumunan orang.

Tapi kerumunan itu tidak bisa menyembunyikan suaranya yang lantang dan suaranya mencapai anggota tim cheerleader yang berdiri tegak.

"Terpujilah tuan puteri! Terpujilah tuan puteri!"

Suara keras para pria itu terdengar sepanjang garis start dan mengguncang tanah disekitarnya.

"Masalahnya bukan siapa yang menemaniku! Masalahnya adalah apakah aku menang atau tidak!"

"Untuk kemenangan Yang Mulia Theiamillis!! Terpujilah keluarga kekaisaran Forthorthe!"

Moral tim cheerleader itu sedang berada di puncak. Latihan keras yang mereka jalani hingga hari ini menguatkan rasa kesatuan mereka.

Tujuan mereka adalah kemenangan Theia, bukan mereka sendiri.

Karena itulah mereka bertahan dalam latihan keras itu.

Jika Theia menyuruh mereka untuk mati, mereka mungkin akan melakukannya.

Itulah loyalitas yang dicari oleh Theia.

"Semoga beruntung, Yang Mulia"

"Ya, serahkan padaku, Ruth. Aku pasti akan menang"

Ruth bukan orang yang akan menemani Theia, tapi anggota tim cheerleader yang terkuat dan tercepat.

Karenanya, Ruth ada bersama dengan sisa tim cheerleader di bangku penonton.

"Yang Mulia, sudah hampir saatnya"

"Baiklah, mari kita pergi"

"Terpujilah tuan puteri! Terpujilah tuan puteri!"

"Mari kita lihat apa yang kau punya, Kurano Kiriha..."

Theia pergi ke arah garis start selagi menyeringai.

Sementara itu, Kiriha sudah berada di garis start.

Karena mereka akan bertanding, dia tidak akan kalah jika mulai dari paling depan.

"Lombanya akan segera mulai, Kiri-chan. Ayo kita berjuang sekeras mungkin"

"Tentu saja, Takahashi-senpai"

"...Karama, bagaimana keadaannya?"

"Semuanya sudah dalam posisi, Korama sudah mengeceknya dari atas"

Kiriha berbisik, dan sebuah jawaban juga dibisikkan ke telinganya.

Sebuah haniwa yang tertutup kamuflase melayang di dekat Kiriha.

"Kelihatannya tidak ada penghianat Ho-. Serahkan sisanya pada kami Ho-"

"Baiklah, kuserahkan pada kalian"

"Dimengerti"

Sekarang, aku hanya perlu menunggu lombanya dimulai..

Setelah melakukan pengecekan terakhir, Kiriha terlihat tersenyum kecil.

Dan Takahashi yang berada di sebelahnya memperhatikan senyum itu.

"Kiri-chan, kamu kenapa senyum?"

"Sebenarnya, aku membuat taruhan dengan temanku"

Meski terkejut, Kiriha membalas dan tersenyum dengan wajar.

"Taruhan!? Dengan cowok!?"

"Ya"

"Apa yang jadi taruhannya?"

"Yang kalah harus menyerahkan sesuatu yang berharga kepada yang menang"

Kiriha menyebutkan sebagian kebenarannya.

Kiriha membuat taruhan dengan Koutarou dan penjajah yang lain, dan yang kalah harus menyerahkan sebagaian wilayah tataminya kepada yang menang.

"Kyaa! Berani banget! Tapi bukannya hasilnya sama, nggak peduli siapa yang menang!?"

Tapi Takahashi tidak tahu kalau Kiriha sedang bertarung memperebutkan wilayah dan menjadi salah paham.

Berbicara soal salah paham, klub cosplay yang berada di belakang telah membuat kesalahpahaman yang sangat besar.

Dari keenam anggota, bahkan lima orang yang tidak ikut lomba pun sedang bercosplay.

Hari ini semuanya memakai seragam pelayan yang sama.

Satu-satunya yang memiliki desain berbeda adalah si ketua yang memakai ban lengan dan bando.

Dia memakai kostum kepala pelayan.

Setelah melihat arlojinya, dia memanggil wakil ketua disebelahnya.

"Lombanya akan segera dimulai. Wakil ketua, tolong segera persiapkan Yurika"

"Baik, akan segera saya lakukan"

Yurika dan si ketua adalah dua orang yang mewakili klub cosplay dalam lomba marathon halang rintang nanti.

Dalam rangka mendidik anggota baru mereka, Yurika dan si ketua berpartisipasi dalam lomba.

Tapi, anehnya, Yurika tidak terlihat dimanapun.

"Semuanya, bawa Yurika kesini!"

"Okeee"

Saat si wakil ketua memberi sinyal kepada anggota lainnya, mereka membawa sebuah gerobak.

Gerobak itu berisi karung yang sempat Koutarou perhatikan sebelumnya.

Tapi, tidak seperti saat makan siang, karung itu tidak bergerak sama sekali.

"Dan sekarang, buka karung itu!"

"Okeee"

Para anggota klub membuka ikatan tali karung dan membalik karung itu.

Dan Yurika yang sudah memakai kostum pelayan jatuh keluar.

Mulutnya disumpal dan kaki tangannya diikat.

Yurika, yang tidak mau bercosplay, dipaksa memakai pakaian pelayan dan ditahan hingga saat ini.

Dan para anggota klub dengan cepat membuka ikatannya.

"Uuuuhh..A-Aku akhirnya bebas..."

Meskipun terbebas, Yurika tumbang ke atas tanah dan tidak bergerak.

Dia menggulungkan badannya saat dia mulai menangis.

"K-Kenapa aku harus mengalami hal ini..."

Tidak ada yang mau mendengarkan Yurika saat dia bilang dia benci cosplay.

Semua orang telah salah paham bahwa Yurika suka cosplay tapi tidak mau mengakuinya.

"...Aku sudah nggak bisa menikah..."

"Kamu kelihatan cantik, Yurika-chan"

"Berjuanglah buat hari ini!"

"Menjadi pengantin itu sudah kuno! Kamu akan dipekerjakan secara permanen oleh klub cosplay mulai dari sekarang!"

"Aku nggak mauuuu"

Selain Yurika, klub cosplay terlihat sangat antusias terlebih si ketua, yang matanya berbinar-binar.

"Bisakah kau berhenti melakukan itu, Yurika-chan? Dandananmu akan rusak"

SI ketua menyeka air mata Yurika dan mengeluarkan peralatan make-up miliknya untuk memperbaiki dandanan Yurika.

Meskipun belum bisa dibilang profesional, si ketua cukup lihai dalam hal itu. Yurika pun nampak lebih cantik.

"Ayo kita buat Koutarou-kun terkejut saat lomba nanti, oke?"

"Aku nggak mau bikin dia kaget dengan kostum ini!"

Seperti biasanya, tidak ada yang mendengarkan Yurika.

Ironisnya, dia terlihat lebih cantik dari semuanya, selagi dia terus menangis.


Part 4[edit]

Sang kepala sekolah terlihat naik ke podium di dekat garis start.

Adalah tugas sang kepala sekolah untuk memberi sinyal mulainya lomba.

Para peserta lomba yang berada di garis start memperhatikan sang kepala sekolah yang menaiki tangga podium.

Lapangan sekolah pun menjadi sunyi, dan semua orang dengan gugup menunggu lombanya dimulai.

Sang kepala sekolah mengangkat pistol aba-aba ke arah langit dan suara komentator terdengar dari speaker.

"Bersedia. Siap..."

Mengikuti aba-aba komentator, sang kepala sekolah pun menarik pelatuk pistol.

Pistol itu membuat suara keras yang terdengar ke seluruh penjuru lapangan.

Dan lapangan yang tadinya sunyi senyap mendadak mengeluarkan teriakan yang riuh.

Seperti yang sudah diharapkan semua orang, suasana lomba utama pun meningkat drastis.

"Ini dia, Kiri-chan"

"Ya, Takahashi-senpai"

Kedua anggota klub atletik wanita melesat memimpin di depan.

Dengan langkah yang indah, mereka melaju semakin cepat.

Itu adalah sikap start yang indah yang hanya bisa dilakukan tim atletik.

"Kita ketinggalan!?"

"Sialan, kejar mereka!"

"Jangan biarkan tim atletik wanita memimpin!"

Saat yang lain berusaha mengikuti tim atletik wanita, sesuatu yang tidak diharapkan terjadi.

Beberapa klub yang ada di depan berjatuhan.

Kelihatannya kaki mereka saling tersangkut satu sama lain karena kebingungan di awal lomba.

"Au, jangan injak kakiku, minggir dong!"

"Auauauau, sakit!"

"Itu kakiku! Jangan dibengkokin!"

"Hey, jangan sentuh yang macam-macam ya!"

Grup yang ada di depan rubuh dan keributan besar terjadi.

Mereka yang tidak terlibat keributan tidak bisa maju karena masih banyak yang jatuh dan benyak yang tertahan di garis start.

"Asyik! Aku nggak tahu apa yang terjadi, tapi ini kesempatan kita, Kiri-chan!"

"Ya, senpai!"

Ini adalah kesempatan besar untuk tim atletik wanita"

Melesat cepat sebagai pemimpin ditambah grup yang berada di depan sedang runtuh, tim atletik wanita dengan cepat meninggalkan peserta yang lain.

Kiriha dan Takahashi lari beriringan dan dengan cepat berbelok.

Setelah setengah putaran mengelilingi lapangan sekolah, jalurnya mengarah keluar sekolah.

Keduanya sudah berlari setengah putaran sebelum keributan di garis start mereda.

"Fufufu"

Sebelum mereka melewati gerbang sekolah, Kiriha menengok ke arah garis start dan tersenyum sesaat.

Kiriha dengan cepat berlari melewati gerbang sekolah dan menghilang.

"Kita dikerjai! Dasar Kiriha, dia pasti sudah merencanakan hal ini!"

Diiringi suara nyaring Theia, seorang pria besar dengan seragam model lama berdiri.

Dan di bawah pria itu terlihat Theia yang sedang kesal.

Theia juga terlibat dalam insiden itu, tapi dia tidak terluka.

Saat kecelakaan itu terjadi, rekan setimnya melindunginya.

"Apakah dia merayu mereka atau menyuap mereka...cara yang manapun, aku tetap kena! Sialan!"

Theia berasumsi kalau kericuhan ini adalah salah satu strategi Kiriha.

Kericuhan itu terjadi sesaat setelah tim atletik wanita melesat memimpin.

Theia tidak percaya kalau itu hanya sebuah kebetulan.

"Sudah kuduga, aku tidak boleh lengah di dekat wanita itu!"

Seperti dugaan Theia, kericuhan ini memang salah satu strategi Kiriha.

Kiriha sudah menyuap beberapa klub yang cukup kuat dan membuat kericuhan.

Dengan menyuap mereka, Kiriha mengurangi jumlah lawannya dan sekaligus mendapat jarak memimpin yang cukup jauh.

Sekali lempar, kena dua burung. Itu adalah taktik Kiriha yang sangat bagus.

"Tidak akan kubiarkan semuanya berjalan sesuai rencana wanita itu! Lempar aku ke depan sana!"

"Terpujilah tuan puteri!"

Si pria besar mulai bergerak saat dia mendengar perintah Theia.

Dia dengan mudahnya mengangkat Theia dan melemparnya layakanya bola basket.

Itu adalah aksi yang hanya bisa dilakukan karena kekuatan si pria dan badan Theia yang kecil.

"Aku akan pergi dahulu! Temui aku nanti!"

"Terpujilah tuan puteri!"

Setelah dilempar, Theia melayang melewati grup yang masih rubuh di tanah dan mendarat dengan kedua kakinya.

Dan dia mulai berlari tanpa menoleh ke belakang.

Theia berlari cukup cepat dengan badannya yang kecil.

"A-Apa kamu nggak apa-apa, Sakuraba-senpai?"

"Terima kasih, Satomi-kun. Apa yang terjadi?"

"Aku nggak tahu. Kelihatannya grup depan tiba-tiba jatuh"

Setelah tertinggal beberapa detik dari Theia, Koutarou mengangkat Harumi dan membawanya dengan kedua tangannya.

Saat grup depan rubuh, Koutarou dan Harumi berada di tengah-tengah grup itu.

Mereka terperangkap di antara grup depan dan orang-orang yang mendesak maju dari belakang. Mereka baru saja bebas dan mulai melihat sekeliling.

"Eh!?"

Di saat itu, Koutarou melihat Theia berlari.

Setelah selesai melewati jalur lapangan, Theia mengarah ke gerbang sekolah.

Gawat, kita ketinggalan!!

Koutarou melihat ke grup depan yang masih ricuh.

"Apa ya..kalaupun aku mencoba lewat sana.."

Kelihatannya kericuhan di depan tidak akan reda untuk sementara waktu.

Tapi di saat yang sama, Koutarou tahu kalau Kiriha dan Theia memimpin di depan sana.

"Koutarou, sebelah sana! Tiga orang itu!"

"Oh?"

Sanae yang bergantung pada Koutarou menunjuk ke arah depan.

Koutarou melihat tiga pria yang cukup kuat yang sedang berusaha berdiri.

Klub rugby, klub sumo dan klub judo. Mereka semua memakai seragam khasnya.

"Sekarang kesempatan kita!"

Saat Koutarou melihat mereka, dia mulai berlari.

Rokujouma V2 185.jpg

"Ayo pergi, Sakuraba-senpai!"

"Satomi-kun!?"

Koutarou berlari ke arah tiga orang itu, meningkatkan kecepatannya sebelum mendengar support dari Harumi

"Pegangan, Sakuraba-senpai!"

"Kyaaaaaa!!"

"Lompaaaaaat!"

Dan Koutarou melangkah di atas klub rugby, klub judo dan klub sumo sebelum melompat.

Mereka bertiga menjadi batu loncatan tepat sebelum mereka berdiri.

"Maaf!! Permisi!!"

"Siapa yang menginjakku!?"

"Aku jadi batu loncat!?"

"Met'[9] makan!?"

Koutarou dan Harumi melayang sesaat saat mereka melintas di atas grup depan.

Karena aksi yang tiba-tiba itu, Harumi dengan sekuat tenaga berpegangan pada Koutarou agar tidak jatuh.

Kedua kaki Koutarou dengan kuat menapak lapangan.

Berat mereka berdua mencapai lebih dari 100 kilogram.

Karenanya, terdengar suara yang cukup keras saat keduanya menyentuh tanah.

"Kyaa!?"

"Kamu baik-baik saja, Sakuraba-senpai?"

Sebelum Harumi pulih dari shock setelah mendarat, Koutarou langsung berlari.

"Itu kalimatku! Apa kamu baik-baik saja, Satomi-kun!?"

"Aku nggak apa-apa! Aku sudah cukup latihan kok!"

Setelah pulih dari shock, Harumi kuatir soal badan Koutarou, tapi Koutarou sendiri tersenyum penuh percaya diri.

Koutarou, yang pernah menjadi penangkap sampai lulus SMP, pernah memakai perlengkapan pelindung yang cukup berat termasuk sarung tangannya.

Untuk bisa melatih kemampuannya untuk bergerak, dia berlatih sembari memakai perlengkapannya atau berlari menarik ban. Badan bagian bawahnya menjadi kuat.

"...Benarkah?"

"Tolong simpan kalimat itu sampai kamu bertambah gemuk, Sakuraba-senpai"

Koutarou tersenyum saat dia berlari mengelilingi lapangan sambil membawa Harumi.

Dia kelihatan baik-baik saja...Kau hebat, Satomi-kun..

Terlahir dengan badan yang lemah, Harumi terkejut dengan kekuatan Koutarou.

Oh?

Saat Harumi mulai tenang, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang janggal.

Kericuhan di garis start masih berlanjut, tidak banyak orang yang sudah mulai berlari dan para penonton menyaksikan mereka berdua yang sedang berlari.

"Ada apa?"

"Begini, Satomi-k--"

Saat dia mau membalas pertanyaan Koutarou, Harumi menyadari apa yang janggal.

"Senpai?"

"Ah, Ahhh..."

Harumi kehilangan kata-kata dan matanya terbuka lebar karena kaget.

Koutarou terlihat terlalu dekat. Harumi bisa merasakan nafas Koutarou di pipinya. Dia bisa merasakan tangan Koutarou di punggungnya.

Dan tangan Harumi sendiri berada di leher Koutarou, memeluknya selagi badannya mulai tegang.

"Oh, Senpai, tolong jaga badanmu tetap tegang begitu ya, lariku jadi lebih gampang"

"Uh...S-Satomi-kun? Ehh!?"

Koutarou melesat lebih kencang, menghiraukan kebingungan Harumi.

Saat Harumi bertambah tegang dan badannya menjadi kaku, itu membuat Koutarou lebih mudah untuk menyeimbangkan diri dan menambah kecepatan larinya.

Di saat yang sama, Koutarou menguatkan pegangannya dan membawa Harumi lebih dekat ke badannya.

Dan karena itu, Harumi menjadi semakin tegang.

"T-Turunkan aku! Aku bisa lari sendiri!"

"Nggak apa-apa, kita bisa memimpin sedikit lebih jauh dengan ini"

Tersipu malu, Harumi berusaha turun dari gendongan Koutarou, tapi Koutarou menggelengkan kepalanya.

Akan lebih cepat jika Koutarou membawa Harumi untuk sementara waktu dibandingkan jika Harumi berlari sendiri.

Koutarou ingin Harumi menyelesaikan lomba, jadi dia berencana membawa Harumi sejauh mungkin seperti ini.

"I-Ini menggangguku!"

"Memangnya kenapa?"

"..."

Harumi tidak bisa menjawab, dan wajahnya semakin memerah.

Dia tidak bisa bilang kalau dibawa seperti ini memalukan baginya.

Lebih lagi, dia tidak menolak situasinya saat ini.

Harumi menundukkan wajahnya, jantungnya mulai berdetak cepat dan dia mulai pusing.

Harumi mulai kesulitan bernafas. Mungkin akan lebih mudah baginya jika dia berlari sendiri.

"Tetap pegangan erat seperti itu, ya!"

"...Uhm..Permisi!"

"Ya?"

"B-Bukan apa-apa!"

Seperti biasa, Koutarou tidak memperhatikan keadaan Harumi dan terus berlari.

Karena tidak ada orang lain yang berlari, penonton pun mulai memperhatikan Koutarou dan Harumi.

"Ah,Ahh..Auu..."

Harumi memutuskan untuk tidak memperhatikan pandangan yang mengarah ke arahnya.

Jika tidak, Harumi merasa jantungnya bisa meledak.

"Oke, kondisiku top sekali hari ini!"

"..Aku rasa aku mau pingsan"

Orang-orang memperhatikan Koutarou menggendong Harumi sepanjang lapangan dan saat mereka melewati gerbang sekolah, mengikuti jalur lomba.


Part 5[edit]

Saat Koutarou sudah meninggalkan lapangan, keributan di garis start mulai mereda dan para peserta lomba mulai meninggalkan garis start.

"Sialan, bocah kelas satu itu nggak akan kubiarkan begitu aja!"

"Kau mau membalasnya, klub judo!?"

"Mau banget! Gimana dengan kalian, klub rugby dan klub sumo?"

"Nggak usah ditanya! Aku juga mau!"

"Met' makan!"

"Aku jengkel gara-gara dia menginjakku, tapi yang bikin lebih jengkel lagi adalah dia pergi bareng-bareng cewek!"

"Betul! Nggak bisa dimaafin! Aku cemburu!"

"Met' makan!"

Sementara beberapa bergulat dengan emosinya masing-masing, sebagian besar peserta sudah meninggalkan garis start.

Tapi, ada satu peserta yang belum mulai sama sekali.

"Uh...Uuuuuu"

Orang itu terbaring di tanah menatap langit.

Rekan orang itu sudah menghilan di dalam kerumunan, dan sekarang dia tinggal sendirian.

"K-Kenapa ini selalu terjadi padaku.."

Dia memakai gaun pendek berwarna hitam dengan celemek yang menutupinya dan juga bando putih, pakaian yang semestinya terlihat indah sekarang kotor dengan tanah dan bekas injakan sepatu.

Ada jejak sepatu yang terlihat di mukanya juga.

Dia terjatuh di kericuhan yang telah terjadi dan peserta lain menginjak-injaknya.

"Tapi, aku harus pergi, atau aku akan kehilangan poin lebih banyak lagi..uuu"

Orang itu perlahan-lahan berdiri.

Setelah berdiri, dia berusaha membersihkan debu dari bajunya, tapi bekas injakan sepatu yang ada tidak mau menghilang.

"S-Semangat! Y-Yurika semangat! Semangat!"

Nama orang itu adalah Nijino Yurika.

DIa adalah gadis yang dikenal dengan hobi cosplaynya yang berlebihan.

Akhirnya, Yurika menyeret badannya maju dan mulai lari dengan gemetar.

"Paling nggak, aku ingin menunjukkan ini pada seseorang sebelum jadi kotor.."

Sampai beberapa saat lalu, dia hampir menangis karena dipaksa memakai pakaian itu dan didandani, tapi sekarang karena pakaiannya sudah kotor, Yurika berubah pikiran.

Tapi, bahkan air mata Yurika tampak seperti candaan dengan jejak sepatu di mukanya.

Rintangan pertama berada pada jarak 500 meter dari garis start.

Setelah berlari setengah dari jalur lari sepanjang 400 meter dan keluar dari sekolah, ini berarti rintangan pertama berada pada jarak kurang lebih 300 meter.

Rintangan itu berada dekat taman bermain dekat sebuah bukit kecil.

Setelah melewati rintangan pertama, jalur marathon berlanjut ke trotoar yang mengarah ke wilayah pantai.

Jalurnya berlanjut mengikuti jalan sepanjang pantai.

Dan ada beberapa rintangan yang ditempatkan di beberapa taman dan area istirahat di sepanjang jalan itu.

Koutarou mencapai rintangan pertama tepat saat Theia berhasil melewatinya.

Theia menunjukkan senyum yang mengejek saat dia melanjutkan larinya.

"Hahaha, kau akhirnya disini, Primitif! Kalau kau terus begini, kau tidak akan punya peluang untuk mengalahkanku! Kau sebaiknya menyerah!"

"Diam, Tulip! Mana mungkin aku kalah darimu!"

"Kau banyak omong juga! Aku ingin sekali menceramahimu, tapi sekarang bukan saatnya! Aku harus mengejar Kiriha!"

Theia berkata seperti itu dan mulai berlari.

Setelah dia mulai berlari, dia tidak menengok ke arah Koutarou lagi.

"Sial, Kiriha udah jauh di depan!? Senpai-"

"Ya"

Koutarou menaruh Harumi kembali dan mendekati rintangan pertama.

Dan Harumi mengikuti di belakangnya.

Sanae, yang sedari tadi mengikuti Koutarou, melihat ke arah Theia sejenak sebelum mengikuti Koutarou.

Rintangan di taman bermain itu adalah soal matematika.

Ada beberapa meja yang sudah disiapkan di taman bermain itu, dan para peserta harus menyelesaikan 10 soal matematika yang cukup mudah.

Dan mereka tidak boleh melanjutkan larinya sampai mereka berhasil menyelesaikan soal tersebut.

Pilihan untuk menyerah juga ada, tapi dalam kasus itu para peserta harus menunggu sebanyak satu menit untuk setiap soal yang tidak bisa mereka selesaikan.

Itu adalah aturan untuk mencegah para peserta terjebak di satu rintangan terlalu lama.

"Ahh, aku nggak ngerti. Tolong aku, Kiri-chan!"

Sudah ada seseorang yang berada di dekat meja.

Orang itu adalah rekan dari Kiriha, Takahashi.

Karena dia kurang pintar, dia sudah ditinggal duluan oleh Kiriha.

Dia dengan susah payah mengerjakan soal-soal itu, tapi sejauh ini dia baru mengerjakan setengahnya.

Kalau keadaannya terus seperti ini, dia mungkin terpaksa menyerah.

Koutarou duduk di kursi didekat Takahashi, mengambil pensil dan mulai mengerjakan soal yang ada, dan Harumi melakukan hal yang sama.

"Ayo Koutarou, jangan bengong, buruan kerjakan! Theia udah pergi duluan!"

"Mari kita lihat.. 5682 + 7940 adalah..? Waduh, susahnya.."

Semua soal-soal yang ada berada pada level SD.

Tapi, angka yang dipakai cukup besar, membuat soal-soal itu susah untuk dikerjakan.

"Sial, aku harap aku bawa kalkulator...2 lalu 4 dan 8 lalu bawa 1 ditambah 9 dan 6 dan 1..."

Koutarou buruk dalam hal berhitung jadi dia dengan pelan menghitung menggunakan jarinya.

"Itu gampang! Buruan selesaikan!"

"Jangan tiba-tiba memanggilku, aku nanti lupa sudah sampai mana"

"Ya ampun..."

Sanae melayang di depan Koutarou, menyilangkan tangannya dan menggembungkan pipinya.

Dia mulai kesal karena Koutarou tidak bisa mengerjakan soal yang dianggapnya mudah.

Poin yang didapat Sanae nantinya bergantung pada kesuksesan Koutarou, jadi Sanae berharap cemas.

"Oke, selanjutnya..."

Dan saat Koutarou muai mnegerjakan soal ketiga, Harumi yang ada disebeahnya meletakkan pensilnya.

"Aku selesai"

"Eh, kamu sudah selesai!?"

"Ya, bagaimana denganmu, Satomi-kun?"

"Aku masih harus mengerjakan beberapa soal lagi. Duluan saja, Senpai"

"Tapi..."

Harumi mengintip ke arah soal milik Koutarou; dia tidak bisa meninggalkan Koutarou begitu saja.

Koutarou memperhatikan itu dan tersenyum saat memanggil Harumi.

"Pergi duluan saja tanpa aku. Aku akan segera menyusul"

"Satomi-kun.."

"Kamu akan menyelesaikan lombanya kan, Sakuraba-senpai? Kalau kamu terlalu cemas denganku, kamu tidak akan bisa menyelesaikannya"

Meskipun Harumi masih ragu, saat Koutarou menyinggung soal menyelesaikan lomba Harumi pun menganggukkan kepalanya.

"Aku mengerti. Aku akan pergi duluan. Sebagai gantinya, tolong janjikan aku satu hal"

"Ya?"

"Kalau aku terjebak, tinggalkan aku juga"

"Aku mengerti, aku janji"

Koutarou tanpa ragu menyetujui hal itu.

Koutarou ingin Harumi berlari dengan iramanya sendiri dan menaruhnya di podium juara, untuk melakukannya Koutarou harus meninggalkan Harumi juga.

Jika Harumi harus berlari sesuai dengan irama Koutarou, dia akan jatuh pingsan.

Pada akhirnya nanti mereka akan berlari sendiri-sendiri.

"Kalau begitu sampai ketemu nanti"

"Ayo kita selesaikan ini, Senpai"

"Ya, Satomi-kun"

Harumi tersenyum sembari menyerahkan hasil jawabannya ke panitia lomba yang bertugas di rintangan itu.

"Senpai..."

Senyum milik Harumi terlihat lebih positif dan kuat dari sebelumnya.

Melihat senyum itu, Koutarou semakin ingin menaruh Harumi di podium juara.

Karenanya dia harus menyusul Theia dan Kiriha bagaimanapun caranya.

"Hei, apa itu tadi pacarmu?"

Di saat itu, Takahashi yang duduk di sebelah Koutarou menarik baju olahraganya.

"Ahaha, seandainya saja"

Koutarou tersenyum kering dan menurunkan pundaknya"

"...Kau nggak bisa lihat orang yang seperti itu lagi hari-hari ini. Tembak dia selagi sempat"

"Inginnya sih, tapi aku merasa sayang kalau senpai terjebak dengan orang yang kasar semacam diriku"

"Ahaha, aku juga sudah jarang melihat orang semacam dirimu"

"Yang benar?"

Koutarou dan Takahashi tertawa dan melanjutkan mengerjakan soal.

Saat Koutarou mulai mengerjakan soal terakhir, Sanae yang sedari tadi diam akhirnya angkat bicara.

"Kamu benar-benar bodoh, kau tahu?" "Diam saja!"

"Kenapa kamu perlu banyak waktu buat soal begini sih? Ampun deh!"

Sanae merajuk saat beberapa peserta lomba mulai tiba di rintangan pertama.

Saat Koutarou masih berkutat dengan soal terakhirnya, banyak peserta lain yang sampai, dan beberapa malah sudah selesai.

Takahashi dari tim atletik wanita baru saja menyelesaikan soal miliknya beberapa saat lalu.

"Aku pergi duluan, Satomi-kun!"

"Uwahahaha, aku akan pergi duluan, Kou! Makanan itu akan jadi milikku sekarang!"

Sebelum Koutarou berhasil menyelesaikan soal terakhirnya, Shizuka dan Kenji sudah selesai duluan.

Meskipun mereka sampai setelah Koutarou, karena mereka tidak kesulitan dalam berhitung, mereka dengan cepat menyelesaikan soal mereka.

"Kalian berdua udah selesai!?"

"Kamu cuma kelewat lambat"

"Sampai jumpa"

"Uwah, Kasagi-san, tunggu aku!"

"Ya ampun, aku kasih tahu jawabannya deh!"

"Jangan, Sanae"

Sanae mulai panik saat Kenji dan Shizuka pergi dan dia berusaha memberi tahu Koutarou jawabannya, tapi Koutarou dengan cepat menutup mulut Sanae.

"Hmmpfpfhm!! Hmppfhmhfmp!?"

Memangnya kenapa sih!? Kalau terus begini kita akan kalah!"

Sanae berusaha memprotes lewat tatapan matanya, tapi Koutarou dengan tenang menggelengkan kepalanya.

"Jangan. Ini bukan hanya tentang kita"

Kalau ini hanya pertandingan antara Koutarou dan para penjajah, dia mungkin akan mendengarkan Sanae.

Tapi, Koutarou ingin Harumi menang dan dia tidak mau melakukannya dengan cara curang. Harumi tidak akan puas dengan itu juga.

Di samping itu, ada juga taruhan dengan Kenji dan Shizuka/

Dia tidak bisa membiarkan Sanae membantunya begitu saja.

Saat Sanae mendengar jawaban Koutarou, dia menarik tangan Koutarou dari mulutnya.

"Kalau begitu, buruan!"

"Iya, iya, aku jangan diburu-buru"

Koutarou melanjutkan mengerjakan soal terakhirnya.

"Ampun deh, kamu nggak hanya bodoh, tapi juga keras kepala!"

Sanae berteriak mengatakan itu.

Tapi...teman adalah hal yang indah..

Di sisi lain, Sanae iri dengan hubungan yang dimiliki Koutarou.

"Kau bisa melakukannya Koutaro! Ada kurang dari sepuluh orang di depanmu!"

"Ya!"


Part 6[edit]

Koutarou melesat dengan Sanae yang menyemangatinya.

Jalan yang dilewati Koutarou punya jalur hijau[10] disisi-sisinya.

Selain itu, jalur itu selalu dibersihkan dan memberi suasana yang indah.

Sekitar saat ini di bulan Mei, matahari bersinar sangat cerah dan suhunya cukup tinggi.

Tapi, angin sejuk dari laut menyapu hal itu. Saat Koutarou sedang berlari, dia tidak merasa begitu kepanasan.

"Kalau kita terus berlari seperti ini, mungkin kita bisa menang!"

"Alangkah indahnya kalau memang seperti itu"

Koutarou tertinggal di belakang karena rintangan pertama. Setelahnya, semua berjalan dengan lancar. Tapi..

Rintangan kedua adalah melempar bola dengan jarak tertentu dan rintangan ketiga adalah membawa bola ping-pong dengan sendok. Koutarou berhasil melewatinya dalam sekali coba dan perlahan mulai menyusul perserta lain.

"Koutarou, lihat! Itu Theia! Kita berhasil menyusul!"

"Bagus, kita akan balap dia di rintangan berikutnya!"

Dan tepat sebelum rintangan keempat, Koutarou berhasil menyusul Theia.

Theia juga berlari dengan lancar, tapi dia sempat terhalang di rintangan ketiga.

Kenyatannya, karena kehidupannya sebagai seorang tuan puteri, dia agak kikuk.

Dan karena dia sendiri adalah seorang alien, dia cukup buruk dalam lomba yang belum pernah dia ikuti sebelumnya.

"Apakah itu kau, Primitif? Cih, untuk bisa melihatmu menyusul!"

"Wahahaha, sebaiknya kau menyerah kalau kau tidak punya kaki yang panjang!"

Memperhatikan datangnya Koutarou, Theia mempercepat larinya.

Koutarou juga mempercepat larinya dan mengejar Theia.

Dan dengan rintangan keempat ada di depan mereka, mereka pun dengan cepat berlari.

"Meskipun kau adalah hambaku, kau selalu seperti ini! Kenapa kau begitu keras kepadaku!?"

"Karena aku nggak mau jadi pelayanmu!"

"Kenapa kau tidak mau belajar dari tim cheerleader, kau pelayan bodoh! Mereka menjadi budakku setelah dirimu tapi mereka sudah berdedikasi lebih dulu kepadaku!"

"Aku menolak, dasar putri manja!"

"Apaaaa!?"

"Kalian berdua nggak pernah berubah..."

"Tidak mungkin aku berubah! Aku dan Koutarou sedang membahas hal penting!"

"Ini adalah momen penting! Akan kuubah kepribadian si idiot ini!"

Meskipun keduanya saling menyalahkan, saat Sanae mengeluh ke arah mereka, mereka membalas secara serempak.

"..Bukannya lebih gampang berlari kalau kalian berdua diam?"

"Bagaimana bisa aku berlari kalau aku membuang harga diriku!?"

"Itu benar! Bagaimana bisa aku membiarkan si idiot ini terus bicara!?"

"...Kalian berdua benar-benar..."

Bukannya mereka berdua kelihatannya akur banget?

Kalau Sanae mengatakan hal itu, mereka berdua akan segera membantahnya, tapi Sanae hanya bisa merasa seperti itu.

"Wahahaha, aku yang menang, Tulip!"

Saat mereka mencapai taman bola tempat rintangan keempat berada, Koutarou menyerukan kemenangannya.

"Apa itu tadi!? Ini masih bisa berubah!!"

"Tidak, ini kemenanganku! Kelihatannya takdir berpihak kepadaku!"

Ada alasan Koutarou menyerukan kemenangannya.

Rintangan keempat adalah adu cepat makan roti isi.

Ini adalah rintangan yang berpihak pada Koutarou.

"Perut Koutarou memang tidak ada ujungnya. Ini sih gampang"

"Jadi ini lomba untuk rakyat jelata yang hina!?"

"Diam!!"

"Kau budakku, benar!? Tolong makan dengan sopan! Kalau kau langsung melahap makanan itu begitu saja, itu akan membuatku malu! Aku bahkan bisa menunggu di sini kalau kau mau!"

"Itu bukan urusanmu!"

Saat mereka mencapai taman, Koutarou dan Theia masing-masing mendapat roti isi.

Dibandingkan dengan Koutarou, roti mliki Theia terlihat lebih kecil.

Itu adalah kompensasi untuk peserta wanita.

"Ahh, jangan langsung dilahap begitu saja! Makan kecil-kecil dan dengan sopan!"

"Apa kau bodoh!? Masa' aku harus membuang waktu untuk hal itu di tengah lomba seperti ini!"

Koutarou mengacuhkan keluhan Theia dan langsung melahap roti miliknya.

"Waaa!! Pikirkan posisiku untuk sesaat, Primitif!! Aku malu memiliki budak sepertimu!!"

Memangnya aku peduli!

Dan saat Koutarou mengunyah roti dimulutnya, ada suara lain memangginya.

"Satomi-kun!" "Saku..haup..ba-...hap..pai"

Suara itu berasal dari Harumi.

Dia merobek rotinya kecil-kecil dan memakannya.

"Seperti itu, dengan anggun mengunyah seperti itu adalah bagaimana kaum bangsawan-- Hey, aku belum selesai berbicara denganmu, Primitif!"

"Se...haup..ai!"

"Uh, wanita itu lagi!? Terkutuk kau, Sakuraba Harumi! Pria itu adalah budakku!"

Theia dengan kesal menghentakkan kakinya.

"Nggak usah cemburu"

"Siapa yang kau bilang cemburu! Si Primitif itu adalah milikku! Jelas aku marah kalau ada orang lain yang mengambilnya!"

"Itulah yang orang bilang cemburu"

"Kau salah!!"

Theia, yang terlalu kesal sampai-sampai mukanya memerah, memgang rotinya terlalu keras dan meremasnya.

Tidak memperhatikan perasaan Theia, Koutarou berlari ke arah Harumi.

Koutarou menelan roti yang tadi dikunyahnya dan mulai berbicara dengan Harumi.

"Senpai, kelihatannya kamu sedang berjuang keras"

"Aku sempat kesusahan di tantangan melempar bola, tapi aku sudah berjuang sejauh ini..."

Meskipun badan Harumi lemah, dia bisa melewati tantangan ketiga tanpa masalah.

Kecepatannya menyelesaikan tantangan itu menutupi larinya yang lambat dan Harumi sudah sampai di tantangan keempat sebelum Theia.

"Tapi aku nggak begitu bagus di tantangan ini..."

"Ya, kelihatannya kamu kurang cocok dengan hal seperti ini, Senpai"

Meskipun situasinya sempat berjalan mulus bagi Harumi, tapi tantangan makan cepat telah menghentikannya.

Selain mempunyai badan yang lemah dan lambat dalam makan, dia tidak merasa lapar setelah berlari selama itu.

Karenanya, meskipun sudah sampai di tantangan keempat beberapa saat lalu, rotinya masih tersisa setengah bagian.

"Bagaimana denganmu, Satomi-kun"

"Aku baru saja selesai"

"Cowok memang hebat..."

"Cuma ini keahlianku..."

"Fufu, aku agak iri"

Harumi tersenyum kecil dan menunjukkan rotinya.

"Satomi-kun, jangan pikirkan aku dan lanjutkan lombanya. Aku masih akan lama disini"

"Tapi--"

"Itu adalah janji kita, Satomi-kun"

Itu betul. Aku harus membiarkan Senpai berlari dengan iramanya sendiri...Kalau aku membuatnya terburu-buru, dia mungkin tidak akan sampai finish...

"Aku mengerti, Senpai. Cepat susul aku ya?"

"Ya, aku janji"

Harumi mengangguk kuat dan melanjutkan memakan rotinya.

"Kalau begitu aku pergi dulu"

"Semoga beruntung, Satomi-kun"

"Kau juga, Senpai"

"Jangan tinggalkan aku, Primitif!"

Koutarou meninggalkan Harumi dan berlari menuju tantangan berikutnya.


Part 7[edit]

Harumi tidak beranjak dari tantangan keempat beberapa menit setelah Koutarou.

Selama waktu itu, beberapa peserta telah melewatinya dan dia tertinggal jauh di belakang.

"Sudah kuduga ini akan terjadi.."

Meski telah berlari di jalur marathon, beberapa peserta juga kembali melewatinya; di saat Harumi telah menyelesaikan tantangan kelima dia berada di peringkat terakhir.

"Tapi, aku sudah janji dengan Satomi-kun kalau aku akan menyelesaikan ini, jadi aku harus terus berjuang!"

Namun, Harumi masih terlihat ceria dan tersenyum sembari berlari.

"Tinggal setengah bagian lagi, aku bisa melakukannya!"

Satomi-kun akan menungguku di garis finish!

Anggota terbaru klub merajut menunggu Harumi di garis finish.

Dengan hal itu di pikirannya, Harumi pun terus berlari.

"Uuu, aku nggak bisa lari lagi"

Tidak seperti Harumi, orang disebelahnya terlihat seperti akan mau menyerah.

Mukanya terlihat suram, badannya gemetaran dan langkahnya berat.

Meskipun sama-sama berada di peringkat terakhir, mereka terlihat sangat berbeda.

"M-Menyerah, iya juga, aku bisa menyerah dan ini semua akan selesai..! Tapi kalau aku menyerah, tatamiku akan...! Tapi aku sudah nggak sempat mengejar lagi sekarang! Aku bisa menyerah sekarang dan istirahat kan? Aku sudah berjuang sekeras mungkin..."

Orang ini hanya mengalami kemalangan sejak garis start.

Dia terjatuh dan peserta lainnya menginjaknya.

Dia kebingungan dengan soal berhitung di tantangan pertama. Di tantangan kedua, dia membuat rekor paling bawah sejauh dua meter.

Di tantangan ketiga, dia menjatuhkan bola ping-pongnya lima kali. Di tantangan keempat, dia menjatuhkan rotinya yang akhirnya kotor dengan tanah.

Di tantangan kelima, yaitu lompat galah, dia gagal mendarat dan jatuh dengan muka lebih dahulu.

"Ini sudah batasku...aku kepanasan...Aha, Ahahaha"

Namanya adalah Nijino Yurika.

Dia adalah orang yang mengaku sebagai gadis penyihir yang bertarung sendiri.

Yurika begitu gemetaran sampai-sampai dia tidak bisa lari dengan arah yang lurus.

Keringatnya membuat dandanannya berantakan dan kostum pelayannya sudah kotor oleh tanah. Tidak ada bekas kecantikan yang nampak lagi pada dirinya.

Dia sudah mencapai batasnya, baik fisik maupun mental. Yurika terlihat seakan-akan jatuh pingsan saat itu.

"Aku tidak bisa.."

"Bertahanlah"

"...?"

Saat Yurika akan jatuh, Harumi dengan halus menahannya.

"T-Terima kasih banyak. N-Nggak apa-apa kok, aku menyerah saja disini..."

"Tolong jangan menyerah, kamu sudah melewati setengah dari jalurnya"

Harumi berusaha menyemangati Yurika selagi menahannya agar tidak jatuh.

Harumi tidak bisa meninggalkan Yurika yang sama-sama berada di peringkat terakhir dengannya.

"Aku tidak bisa menang, nggak ada yang melihatku dan nggak ada yang bakal memujiku.."

"Jangan. Kalau kamu menyerah disini, kamu akan kalah dengan dirimu sendiri. Meskipun nggak ada yang melihatmu, kamu masih melihat ke dirimu sendiri. Lagipula, aku disini denganmu. Kalau kamu berhenti, aku akan sedih"

"Ah..."

Setelah mendengar kata-kata yang kuat dan baik itu, Yurika mulai melihat secercah harapan.

Setelah berusaha sekian lama tanpa ada yang mendengarnya, suara lembut Harumi betul-betul mempengaruhinya.

"Sekarang, berdirilah! Kalau kamu menyerah disini, kamu akan kalah dengan dirimu sendiri di masa depan juga"

Aku akan kalah dengan diriku lagi...Itu nggak boleh terjadi!

Yurika menggigit bibirnya dan mulai mengerahkan kekuatannya.

Badannya mulai terasa ringan saat Yurika melakukan hal itu.

"Aku...!?"

Itu adalah rasa yang misterius bagi Yurika.

Harumi tidak menggunakan sihir tapi kekuatan mengalir kembali ke Yurika.

"Bertahanlah, kuatkan kakimu!"

"Y-Ya!"

Yurika bisa memulihkan dirinya berkat Harumi.

Meski sebelumnya dia telah menyerah untuk terus berlari, Yurika merasa sekarang dia bisa kembali berjuang.

"..Em, terima kasih banyak"

Yurika membungkuk dengan sungguh kepada Harumi.

Dia benar-benar berterima kasih dari lubuk hatinya.

Dia masih bisa melanjutkan lomba karena Harumi.

"Tidak apa-apa, saat kita ada dalam masalah kita harus saling membantu"

Untuk Harumi yang berbadan lemah, ini adalah hal wajar baginya.

Harumi tahu seberapa sakit hal itu, lebih dari siapapun, dan itulah sebabnya dia tidak bisa meninggalkan Yurika sendiri.

Dia kuat banget..dia mungkin beberapa kali lebih kuat dari aku

Itulah yang dirasakan Yurika saat dia melihat Harumi tersenyum.

Meskipun Harumi tidak memliki kekuatan apapun, Yurika merasa dia akan kalah melawan Harumi.

Dan Yurika mengagumi Harumi karena itu. Yurika ingin menjadi seperti Harumi.

"Aku Sakuraba Harumi. Kamu sendiri?"

"Y-Yurika! Nijino Yurika!"

Meskipun mereka sempat saling melewati satu sama lain, ini adalah pertama kalinya mereka benar-benar bertemu secara langsung.


Part 8[edit]

Saat Harumi dan Yurika bertemu, grup paling depan sudah mencapai tantangan kedelapan.

Yang pertama mencapainya adalah Kiriha.

Dia berhasil menjaga peringkat terdepannya yang dia peroleh dari awal lomba.

Lomba ini cocok untuknya yang bisa melakukan segala sesuatunya dengan baik.

"Tantangan kedelapan adalah..."

Tapi saat Kiriha melihat ke sekitar tantangan kedelapan, beberapa peserta terlihat menyusulnya.

"Itu dia! Cewek itu yang mimpin!"

"Kita akhirnya nyusul!"

"Gawat, mereka akhirnya menyusul.."

Kiriha sudah kehilangan tenaga sejak awal lomba dan kecepatannya menurun.

Itulah kenapa peserta yang punya stamina lebih bisa menyusulnya.

Beberapa klub yang berpusat pada stamina seperti klub sepak bola dan klub atletik pria mulai bermunculan.

"Oh, itu Kurano-san"

"Kurano-san? Ah, betul"

Shizuka dan Kenji ada diantara para peserta yang menyusul.

Keduanya terlihat berjuang cukup keras. Kostum drama Kenji dan celemek Shizuka terlihat kotor dengan tanah.

Keduanya lari ke arah Kiriha dengan senyuman.

"Selamat datang, kalian berdua"

"Akhirnya kami menyusulmu, Kurano-san"

"Aku nggak pernah berpikir bakal hampir kalah oleh cewek..Kurano-san dan Kasagi-san, kalian berdua memang hebat"

Kenji terlihat terkesan dengan dua gadis itu.

Kenji merasa yakin dengan staminanya karena dulu dia juga ikut klub baseball dengan Koutarou.

Tapi, dua teman gadis sekelasnya berlari didepannya.

"Fufu, yah, kamu juga berhasil menyusul"

Kiriha tersenyum kepada Kenji, tapi sebenarnya Kiriha merasa lega.

Sudah kuduga, Kasagi Shizuka bukan orang biasa...Aku senang dia bukan lawanku...

Tidak sadar dengan bagaimana Kiriha memandangnya, Shizuka dengan ceria melihat ke arah tantangan kedelapan.

Di pertengahan jalur lomba, arahnya berbelok mengarah kembali ke sekolah.

Karena itu, tantangan kedelapan bertempat di tanah kosong di dekat sekolah.

"Jadi tantangan kedelapan adalah papan titian..kelihatannya cukup panjang"

Ada lima papan yang panjang di tantangan kedelapan.

Papan-papan itu rata-rata panjangnya 30 meter, dan dibuat secara khusus.

Dari sini, para peserta harus memilih satu papan untuk dilewati, tapi pilihan itu juga cukup sulit.

Kelima papan itu punya ketebalan yang bervariasi.

Papan yang ditengan punya ketebalan yang biasa, dan ada dua papan yang punya ketebalan lebih tipis dan dua papan yang lebih tebal.

Tidak perlu ditanyakan lagi kalau papan yang lebih tipis akan lebih susah untuk dilewati.

Tapi, memilih papan untuk dilewati tidak semudah memilih papan yang tebal.

Tergantung ketebalan papannya, jalannya terlihat bercabang.

Semakin tebal papannya, jalannya semakin panjang.

Jika peserta jatuh dari papan, mereka akan terkena bubuk putih dan dengan papan yang lebih tebal mereka harus mengulang dengan jarak yang cukup jauh.

Jadi memilih papan titian yang tepat menjadi hal yang penting.

Akankah para peserta memilih papan yang tipis untuk menjadi yang terdepan atau bermain aman dengan memilih papan tebal?

Itu adalah pilihan penting yang akan menentukan jalannya lomba.

"Aku bingung..Mackenzie-kun, papan mana yang akan kau pilih?"

"Hmm..aku akan ambil yang tengah. Nggak terlalu susah dan nggak terlalu panjang"

"Kamu cukup hati-hati juga, Matsudaira-san"

"Yah--"

Saat Kenji tertawa karena malu, ada suara keras yang terdengar dari jauh.

Mendenga suara itu, ketiga orang itu bergerak ke arah papan titian.

"Kenapa kamu justru bersumpah setia kepada wanita lemah itu dan bukan denganku!?"

"Itu karena hatimu kecil! Gimana kalau kamu coba belajar kesadaran diri, Tulip!?"

"Apa!? Coba bilang itu sekali lagi, budak bodoh!"

"Akan kubilang sebanyak mungkin! Badanmu, dadamu, dan hatimu memang kecil! Dasar putri nggak guna!"

"Ukuran badanku dan dadaku tidak ada hubungannya dengan hal itu! Tarik kembali ejekan itu!"

"Maaf sekali, tuan puteri tidak berguna! Hal yang kecil dari dirimu hanya hatimu! Puas!?"

"Kamu tidak sungguh-sungguh mengatakannya! Itu tidak terdengar seperti maaf sama sekali!"

"Tentu saja tidak! Memangnya aku mau minta maaf!"

"Kau..Kau berani bicara seperti itu, budak tak berguna! Terima ini! Dan itu!"

"Au, auauau! Mau berantem!?"

Koutarou dan Theia terlihat berlari sambil saling berteriak ke arah satu sama lain.

Sanae ada di dekat mereka, tapi Kenji dan Shizuka tidak bisa melihatnya.

Koutarou dan Theia saling menabrakkan bahunya dan saling menendang selagi mereka berlari.

Mereka mungkin bisa berlari lebih cepat kalau mereka tidak melakukan itu, tapi mereka tetap keras kepala dan tetap melakukannya.

Meski mereka tetap melanjutkan hal itu, kecepatan lari mereka cukup cepat.

Dengan adanya musuh disebelah masing-masing, mereka saling menolak untuk kalah.

"Kou!? Si bodoh itu sudah menyusul! Dan Theia-san juga bersamanya!?"

"Hmm..seperti yang sudah kuduga dari Satomi-kun"

"Hal yang dia punya memang cuma kekuatan dan stamina.."

Saat dia melihat Koutarou, Kenji berubah pikiran soal papan yang akan dia pilih.

Koutarou itu nekat, dia pasti akan pilih papan yang paling tipis! Jadi aku akan pilih yang sedikit lebih tebal dari itu! Cukup sudah bermain aman!

Kenji yang berniat mengambil papan yang di tengah tidak jadi bermain aman karena Koutarou sudah mendekat.

Dia lalu memilih papan disebelahnya dan menyeberanginya secepat mungkin.

"Aku duluan ya, Mackenzie-kun"

"Kasagi-san!?"

Tapi, Shizuka sudah loncat ke papan itu sebelum dia sempat naik.

Shizuka juga memikirkan hal yang sama dengan Kenji.

Kenji dengan cepat ikut di belakang Shizuka.

Tapi, Kiriha berpikir lain.

"Oke"

Daripada menyeberangi papan yang sudah ada orang lain di atasnya, aku akan pilih yang bisa langsung aku seberangi! Dengan tidak ada penghalang di jalurku aku bisa membayar waktu yang hilang nanti! Meskipun nanti tidak sempat, masih ada tantangan kesembilan dan kesepuluh!

Kiriha mulai menyeberangi papan tengah yang tadinya akan dipilih Kenji dan Shizuka.

Bahkan jika Kenji dan Shizuka mempercepat langkahnya, mereka tidak bisa melewati orang didepannya.

Itulah alasan Kiriha memilih papan yang tengah, karena tidak ada orang yang melewatinya sama sekali.

Kiriha berniat berlari menyeberangi papan itu.

Papannya memang lebih panjang, tapi dia sudah menduga kalau dia bisa menyeberanginya jika tidak ada orang lain di atasnya.

"Wah, papan titian! Ini pasti susah buatmu karena kamu nggak bisa jaga keseimbangan, Theia!"

"Tetaplah menggonggong, Primitif! Akan kutunjukkan perbedaan diantara kita!"

Koutarou dan Theia sampai di tantangan itu.

Dan seperti yang sudah diperkirakan oleh Kenji, Koutarou memilih papan yang paling tipis.

Koutarou bukanlah orang yang suka bermain trik sepele dan langsung mengincar jalan yang paling pendek.

"Cepat seberangi, Koutarou! Kita udah dekat garis finish!"

"Serahkan padaku!"

Berdasarkan situasi itu, kelihatannya Theia akan mengikuti Koutarou, tapi Theia malah memilih papan yang paling tebal.

"Hey Koutarou"

"Hm?"

"Theia pergi ke arah sana"

"...Kau benar. Kau penakut juga, putri tulip!"

Meskipun Koutarou sedang memanas-manasinya, Theia tidak sedikitpun terlihat marah.

"Kukuku, cepat tapi tidak terburu-buru. Itulah kata bijak yang selalu kuyakini. Ketidaksabaran bukanlah hal yang cocok untuk bangsawan!"

Theia tersenyum saat dia mulai menyeberangi papan itu.

Karena ketebalan papannya, tidak ada peluang dia akan kehilangan keseimbangan.

Dan Theia bisa bergerak beberapa kali lebih cepat daripada Koutarou.

Di antara mereka, yang pertama kali sampai di titik tengah adalah Kiriha.

Di posisi berikutnya adalah Theia, Shizuka, dan Kenji.

Koutarou adalah yang terakhir di antara kelima orang itu.

Dia menyusul belakangan dan papan yang tipis membuatnya susah untuk dilewati.


Part 9[edit]

Dan meskipun itu hanyalah masalah simpel soal menyeberangi papan titian, serangan tidak terduga tiba-tiba terjadi.

"Itu mereka! Itu para pemimpinnya!"

"Kita akhirnya menyusul! Sekarang dimana anak kelas satu sialan itu!?"

"Met' makan!"

Itu adalah ketiga kakak kelas yang diinjak oleh Koutarou di garis start.

Klub rugby, klub judo dan klub sumo.

Mereka yang terbakar oleh amarah mencapai area papan titian.

"Uwa, mereka disini!?"

Merasakan hawa berbahaya dibelakangnya, Koutarou menengok ke belakangnya.

Meski Koutarou mudah lupa, dia dengan jelas mengingat seragam khas yang dia gunakan sebagai batu loncatan di awal lomba.

"Koutarou, itu mereka bertiga! Kelihatannya mereka mencarimu! Apa yang akan kita lakukan!?"

"Meski kamu bilang begitu.."

Gawat!

Koutarou menundukkan wajahnya dan menegang.

Dia berharap bisa melewati tantangan itu sebelum ketiga orang itu menemukannya.

"Sial! Dimana bocah itu!?"

"Kamu nggak ingat, klub rugby!?"

"Cuma sebentar sih, jadi kurang ingat..."

Tapi ketiga orang itu lebih pelupa lagi dibanding Koutarou.

Tidak ada diantara mereka yang mengingat wajahnya.

"Bagus! Keberuntungan berpihak pada kita!"

Beruntung!

Saat Sanae bersorak, Koutarou juga turut senang dalam hatinya selagi dia menyeberangi papan titian.

"Met' makan!"

"Hm? Ada apa, klub sumo?"

"Met' makan!"

"Apa? Dia sedang bersama-sama cewek waktu itu? Betul juga, untung saja klub sumo tidak mengakui wanita! Kau memperhatikan hal yang bagus!"

"Klub rugby! Disana! Yang sedang bersama-sama dengan cewek cuma dia! Kita akhirnya menemukannya!"

"Kerja bagus! Saatnya balas dendam!"

"Met' makan!"

Ketiga orang itu memfokuskan pandangan mereka pada seorang siswa pria di atas papan titian.

"Mackenzie-kun, ada sesuatu yang aneh terjadi di belakang kita"

"Eh...?"

Tentu saja, orang yang mereka jadikan target adalah Kenji yang sedang bersama Shizuka.

"Heeey! Bocah kelas satu! Beraninya kamu memakai kami sebagai batu loncatan!"

"Dan dengan seorang cewek! Aku iri!"

"Met' makan!"

Tanah bergetar saat ketiga pria besar itu maju ke arah papan titian.

Beberapa murid yang berniat menyeberangi papan segera menyingkir dari dekat mereka.

"Kau tidak bisa lari lagi!"

"K-Kenapa!? Apa yang sedang terjadi!?"

Kenji, yang tidak mengetahui situasinya sama sekali, memiringkan kepalanya saat papan titiannya mulai bergetar saat ketiga pria itu mendekatinya.

Rokujouma V2 225.jpg

Kenapa mereka marah banget!? Dan kenapa mereka menuju ke arahku!?

Mereka salah mengira Kenji sebagai Koutarou, jadi Kenji tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Kamu pura-pura lupa ya!? Jangan bilang kamu lupa sudah menginjak kami di garis start!"

"Itu saja sudah cukup untuk menghukummu, tapi kamu ini kenapa sih!? Kamu bahkan pergi dengan seorang cewek manis! Aku iri!"

"Met' makan!"

"Kalian salah! Aku tidak menginjak kalian sama sekali!"

"Kau satu-satunya yang sedang sama cewek! Kamu nggak bisa bohong!"

"Betul! Kenalin kami dong, dasar sialan!"

"Met' makan!"

Kenji dengan payah mencoba membujuk ketiga orang dibelakangnya, tapi mereka tidak mau mendengarnya sama sekali. Mereka dengan cepat mendekat kearah Kenji.

"M-Mereka disini!"

"Kyahaha, berhenti menyentuhku di tempat yang aneh-aneh. Mackenzie-kun!"

"M-Maaf!"

Kenji mencoba berlari, tapi dengan Shizuka di depannya, dia terjebak.

"Sialan kau bocah kelas satu! Hal yang bikin iri apa yang lagi kau lakukan di situasi ini!?"

"Cukup sudah! Kenapa perlakuannya berbeda, hanya karena kamu lebih ganteng!?"

"Met' makan!"

Untuk ketiga pria itu, menangkap Kenji menjadi prioritas lebih besar daripada memenangkan lomba, jadi mereka merasa tidak masalah untuk jatuh dari papan titian.

Itulah kenapa mereka menyeberang lebih cepat daripada Kenji dan Shizuka.

Dengan keadaan seperti ini, hanya masalah waktu sampai mereka menangkap Kenji.

"Ya ampun, maaf, Makenzie"

Saat Koutarou melihat ke arah ketiga pria itu, ia membentuk sikap doa[11].

"...Koutarou, kau benar-benar licik"

"Memang ya?"

"Ah, begitu rupanya! Ini semua salahmu kan, Kou!?"

Melihat Koutarou yang bersikap seperti itu, Kenji akhirnya menyadari sesuatu.

Ketiga pria dibelakangnya mengejar tim pria-wanita yang mendapat start awal.

Tim yang cocok dengan kriteria itu hanya Koutarou dan Harumi.

"Jangan coba-coba menyeret orang yang tidak bersalah, Mackenzie-kun"

"Wah wah, kamu lancang ya..bukannya kamu juga yang menyeret mereka.."

"Ini dan itu adalah hal yang berbeda. Tentunya kamu tidak mau kalah kan, Sanae-kun?"

"Betul juga...kalau kupikir lagi, kamu memang orang yang jahat..."

"Memang ya?"

Sanae menatap Koutarou dengan dingin.

Tapi, Koutarou mengacuhkan hal itu.

"Dia benar! Jangan bikin sakit mata, bocah kelas satu!"

"Kalian salah! Orang itu, Kou, adalah pelaku sebenarnya!"

"Bocah itu sendirian, dan nggak populer sejauh kita lihat! Kau pembohong yang buruk!"

"Met' makan!"

Meskipun Kenji sudah berusaha membujuk mereka, ketiga pria itu tidak juga mengalihkan matanya dari Kenji dan mereka sudah sangat dekat.

Di saat itu, Kenji akhirnya memutuskan sesuatu.

"...Kalau terus begini, aku bakal tertangkap dan akan jatuh dari sini. Itulah kenapa aku akan membawamu juga, Kou!!"

"Apa yang mau kamu lakukan!?"

"Ini!!"

Sesaat berikutnya Kenji melpompat dari papan dan mencoba menendang Koutarou yang berada disebelahnya.

Itu adalah usaha Kenji untuk membalikkan keadaan.

Daripada dilempar oelh ketiga orang dibelakangnya, dia lebih memilih untuk menendang Koutarou jatuh dan lanjut berlari dari ketiga orang itu.

Meski dia mungkin kalah dari Shizuka, selama dia tidak kalah dari Koutarou, itu tidak menjadi masalah baginya.

Ini adalah rencana terbaik yang berhasil dia buat dalam situasi ini.

"Makan ini!"

"Awas Koutarou!! Menghindar!!"

Karena mereka sudah berteman sejak kecil, berkelahi adalah hal yang biasa bagi Koutarou dan Kenji.

Itulah alasan kenapa saat Kenji melompat, Koutarou sudah siap untuk membalasnya.

Aku ada di atas papan titian dengan pijakan yang lemah, musuhku datang dengan tendangan melayang, aku tidak bisa menghadangnya!

"Kalau begitu, bagaimana kalau aku melakukan ini!?"

Koutarou mengayunkan tangan kanannya dan mengenai kaki Kenji yang paling depan.

"Aahhhh!?"

Karena itulah, arahan Kenji menjadi meleset dan dia jatuh ke atas matras yang ditaburi bubuk putih.

"Uwaahh!?"

Setelah menangkis serangan Kenji, Koutarou kehilangan keseimbangan dan dengan buru-buru menayunkan tangannya untuk menjaga keseimbangan.

"Jangan pikir kau sudah menang!"

Tapi, sesaat sebelum Kenji jatuh ke atas matras dia menjulurkan tangannya.

Kenji berencana meraih tangan Koutarou yang masih mengayun dan membawanya jatuh.

"Koutarou, awas tanganmu!"

"Sial kau, Mackenzie!!"

"Wahahaha, Kou, akan kubawa kau jatuh ber--"

Tepat sebelum Kenji meraih Koutarou, kakinya menyentuh matras.

Tapi itu bukan masalah baginya, selama dia bisa menggapai tangan Koutarou.

Rencana Kenji benar-benar sempurna. Kecepatannya mengambil keputusan saat terpojok, tendangan melayang dan bahkan meraih tangan Koutarou disaat-saat terakhir semuanya berjalan sesuai rencananya.

Kalau itu memang situasi normal.

BOOM

Tapi, tidak peduli seberapa hebat Kenji tadinya, dia tidak punya peluang menang melawan ledakan yang tiba-tiba terjadi di bawah kakinya.

Karena ledakan kecil itu, Kenji menghilang.

Dan Koutarou, yang hampir kehilangan keseimbangannya, dengan beruntung terdorong oleh getaran yang terjadi dan badannya kembali seimbang.

"A-Apa!? Apa-apaan itu tadi!?"

Meskipun dia sudah kembali seimbang di atas papan titian, Koutarou masih kaget dengan ledakan yang baru saja terjadi.

"A-a-apa?"

"Koutarou, kamu baik-baik saja!?"

"Satomi-kun, bagaimana dengan Mackenzie-kun!?"

Tentu saja, Koutarou bukan satu-satunya yang kaget.

Sanae, Kiriha dan Shizuka juga sama-sama terkejut.

Dan Kenji, yang terkena ledakan, tidak punya waktu untuk kaget saat dia berguling-guling di atas matras.

Hanya sedikit orang yang terkejut dengan kejadian itu.

"Hey, si bocah klub drama yang sama cewek itu baru saja meledak!"

"Apa!? Orang yang bisa kau temui di klub malam itu balu saja meledak!?"

"Met' makan!"

"Apa kau dengar!? Si buaya darat berkacamata sialan itu baru saja meledakkan dirinya sendiri!"

"Apa? Dia gagal ngegombal cewek!?"

"itu yang mau aku dengar!"

Beberapa pria di tantangan itu bersorak.

"Horee, horee, horeee!!"

Dan mereka bersorak penuh syukur.

"Ohohohohohoo!"

Ada satu orang lagi yang tidak terkejut dengan situasi ini.

"Sungguh menakutkan, inilah kenapa orang barbar di ujung jagad raya betul-betul menakutkan! Bagi mereka untuk menanam ranjau darat di festival olahraga, sungguh menakutkan!"

Orang yang tertawa denga keras di papan titian paling ujung tidak lain dan tidak bukan adalah tuan puteri ketujuh dari Kekaisaran Suci Galaktik Forthorthe, Theiamillis Gre Forthorthe.

"Ranjau darat!? Jadi maksudmu, ini adalah ulahmu, Tulip!?"

Mendengar suara tawanya yang nyaring, Koutarou yakin bahwa Tulip adalah pelaku yang menananm ranjau darat.

"Ohohoho! Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, jangan sembarangan menuduh orang!"

Tapi, Theia pura-pura tidak tahu apa-apa.

Karena tidak ada bukti yang mengarah kepadanya, Theia yakin dirinya tidak akan tertangkap.

"Berhenti berbohong! Orang yang akan melakukan hal se-menjengkelkan ini hanya kamu dan Sanae!"

"Tunggu dulu! Kenapa aku juga diikutkan!? Tarik itu kembali dan bilang kalau kau mempercayaiku lebih dari apapun!"

"T-Tenanglah, itu cuma perumpamaan"

Dikelompokkan dengan Theia membuat Sanae marah, dan dia mulai menggoyang-goyangkan kepala Koutarou.

Karena Koutarou masih berada di atas papan titian, dia berusaha keras agar tidak jatuh.

Di saat itu, sebuah lagu asing yang terkenal mulai terdengar.

Sumber lagu itu berasal dari handphone di kantong Koutarou.

Itu adalah soundtrack dari film agen rahasia yang terkenal[12]

Koutarou telah mengatur lagu itu sebagai nada dering handphonenya jika dia mendapat panggilan dari Ruth.

"Kamu harus berhenti menganggapku sebagai pengganggu!"

"T-Tunggu, aku dapat telepon dari Ruth"

"Kamu pikir aku bakalan tertipu!?"

"Tolong tertipulah dulu sekarang!"

Sementara Sanae terus menggoyang-goyangkan dirinya, Koutarou mengambil handphonenya dan menjawab teleponnya.

"R-Ruth-san!"

"Satomi-sama!"

Suara Ruth yang tergesa-gesa dapat terdengar dari handphone.

Dia bicara dengan gugup dan terbata-bata.

"Sial! Apa Ruth berhasil menyusul!?"

Merasa bahwa Ruth sedang menelepon Koutarou, senyum percaya diri Theia menghilang.

"Aku punya berita buruk, Satomi-sama! 128 buah ranjau darat menghilang dari gudang sen-"

"Ksatria Biru, jalankan penghalangan area skala luas! Matikan semua komunikasi!"

"Seperti yang kau inginkan, tuan puteri"

Tapi, suara Ruth tiba-tiba menghilang di tengah pembicaraan.

"Ruth-san, ada apa dengan ranjaunya!? Ruth-san!?"

Koutarou dengan kebingungan memanggil Ruth berulang kali, tapi panggilannya terbalas dengan nada beep.

Koutarou mencoba memanggil Ruth kembali, tapi dia tetap tidak bisa terhubung dengan Ruth.

Layar handphonenya menampilkan pesan 'tidak ada sinyal'.

"Tidak ada sinyal!? Nggak mungkin, gimana bisa...?"

"Pasti Theia! Dia berbuat sesuatu lagi!"

"Sial, Tulip! Apa maksudnya ini!? Apa yang dia maksud dengan 128 buah ranjau!?"

"Sungguh mengerikan...kalau benar ada 128 buah ranjau darat dikubur disini, tidak akan ada yang bisa kabur. Terorisme memang benar-benar mengerikan"

"Kau sialan, memangnya kau bisa pura-pura tidak tahu apa-apa!?"

"Koutarou, aku rasa kamu nggak punya hak bicara begitu..."

Koutarou menggertakkan giginya, tapi Theia tetap tersenyum yakin.

Berdasarkan situasinya, sudah jelas kalau Theia adalah pelakunya, tapi tidak ada bukti yang mengarah kepada Theia.

"Apa yang akan kau lakukan sekarang, Primitif! Apa kau akan berani melangkah dengan mengetahui adanya ranjau dibawah kakimu!?"

"Kau brengsek..."

Theia menyombongkan kemenangannya.

Seperti yang Theia bilang, karena sudah tahu mereka akan jatuh ke ladang ranjau, para peserta tidak ada yang bisa maju dengan berani.

Ini adalah fakta yang tidak terbantahkan untuk mereka yang maju semakin cepat dan untuk mereka yang ada di papan tipis.

Semua peserta berhenti bergerak.

"Tuan puteri!"

"Ah, akhirnya kau menyusul juga!"

Rekan Theia, anggota tim cheerleader pria, sampai di tantangan itu.

"Cepatlah datang ke sisiku"

"Terpujilah tuan puteri!"

Anggota tim cheerleader itu mulai menyeberangi papan titian yang paling tebal tanpa ragu lagi.

Dan caranya melangkah tidak menunjukkan tanda-tanda kalau dia berhati-hati dengan ranjau dibawahnya.

Langkahnya begitu kuat tanpa keraguan.

"Aku mengerti! Theia-dono, tidak ada ranjau di bawah papan itu kan?"

Kiriha menunjuk ke papan yang diseberangi Theia dan berseru demikian.

"Jadi itu kenapa dia pilih papan yang paling tebal!?"

"Jadi jebakannya seperti itu!? Itu curang, Tulip!"

"Ohohoho! Tolong berhenti menuduhku! Aku dan tim cheerleader hanya menyeberangi papan ini dengan semangat yang tak mudah hancur, keberanian tak tergoyahkan, dan loyalitas yang absolut! Kau bisa tetap berada di tempatmu dan menyesali kelemahanmu sendiri selama mungkin!"

Theia menyombongkan dirinya saat dia berkumpul dengan rekan setimnya.

"Ayo maju! Kau dan aku akan masuk garis finish sebagai peringkat satu dan kedua!"

"Terpujilah tuan puteri!"

Theia telah mengambil 128 buah ranjau darat dari gudang senjata Ksatria Biru.

Ranjau-ranjau itu dikubur disini kemarin malam oleh tim cheerleader.

Jalan yang paling aman hanya dengan melewati papan yang paling tebal.

Jalan yang lain sudah dilengkapi dengan ranjau darat.

Kau terlalu naif, Primitif dan Kiriha! Apakah kau berpikir aku akan jatuh ke perangkap kalian tanpa rencana!?

Ranjau-ranjau darat itu berfungsi sebagai rencana balasan untuk gerakan mencurigakan dari Kiriha.

"Hei! Kelihatannya tidak ada ranjau yang dikubur dibawah papan yang itu!"

"Jadi, kita hanya perlu menyeberangi papan itu!?"

"Itu dia! Ayo maju!"

"Seberangi itu!"

"A-Apa!?"

Tapi, ada sesuatu yang tidak direncanakan Theia.

Saat peserta yang lain menyadari kalau papan titian yang lain adalah pilihan yang buruk, mereka mulai menyeberangi papan yang diseberangi Theia.

"W-Wa, t-tidak bisakah kalian menyeberang dengan lebih pelan!?"

"T-Tuan puteri!"

Karena ada banyak orang yang mulai menyeberang, papan titian itu mulai bergetar.

Ini menyebabkan masalah bagi anggota tim cheerleader yang berbadan besar itu.

Karena tidak bisa mengontrol keseimbangan badannya, dia mulai goyah.

"Hei, jaga keseimbanganmu!"

"Tapi! Tuan-- Uwaaa!?"

"L-Lepaskan aku, bodoh! Ahhh!"

Dan anggota tim cheerleader itu jatuh bersama dengan Theia.

Anggota tim cheerleader itu dan Theia menjadi putih setelah terjatuh karena bubuk putih di atas matras.

Theia bangun dengan kebingungan dan memegang baju si anggota cheerleader itu sembari berteriak.

"Dasar idiot! Kenapa kau membawaku jatuh bersamamu!? Kalau kau jatuh, jatuhlah sendi--"

BOOM

Tapi, Theia tidak sempat menyelesaikan memarahi rekannya karena ada ranjau yang meledak dibawahnya.

"K-Kenapa.."

Terlempar karena ledakan ranjau, Theia dan rekannya berguling-guling di atas matras dan menjadi putih sekali lagi.

"Sudah kukatakan untuk membuat papan paling ujung tidak dipasang ranjau.."

"T-Tuan puteri, aku mengira papan yang kau maksud adalah papan untuk mereka yang cacat.."

Di lomba marathon halang rintang ini, ada klub yang berpartisipasi dalam bekerja secara suka rela.

Karena itu, murid yang terluka dan menggunakan kursi roda juga berpartisipasi sebagai peserta.

Karenanya, ada papan titian yang khusus yang dipisah dari papan yang lain untuk para peserta itu, dan tim cheerleader tidak menanam satupun ranjau disana.

Ini karena Theia memerintahkan mereka untuk tidak menanam ranjau di papan titian yang paling kanan.

Mendengar itu, para anggota tim cheerleader tersentuh dengan kebaikan Theia, tapi sayangnya itu bukan tujuan asli Theia.

"Kau bo-doh..Kelihatannya loyalitas...dan keberanian membawa...hasil yang tidak memuaskan..ugh"

"Aku benar-benar, minta...ugh"

"Uwaaa, ada bom yang dikubur dibawah sini juga!"

"Balik! Lari!"

"Jangan dorong-dorong! Berhenti dong! Aku mau jatuh!!"

"Ranjaunya, ranjaunya bakal..!!"

Para peserta yang tersisa mulai panik.

Mereka berpikir papan yang paling tebal adalah yang paling aman dan semuanya mulai menyeberang di saat yang sama, tapi bahkan papan ini pun tidak aman.

Para peserta tidak bisa lari kemanapun.

Tidak hanya Koutarou dan yang lain, tapi semua peserta sekarang berhenti di atas papan titian.

Tapi, dengan banyak orang yang saling mendorong, hal itu tidak terjadi lama.

"Waaaaa! Aku nggak kuat lagi!"

"Kyaaaaaaa!"

"Ibuuuuuuuuuu!"

Beberapa peserta jatuh dari papan, dan melihat ke arah yang jatuh, peserta yang lain kehilangan keseimbangan.

"Kenapa! Apakah ini hukuman tuhan untukku karena aku terlalu cantik!?"

"Aku rasa itu hal yang sama untuk cowok jelek dimanapun mereka berada!"

"Met' makan!"

Beberapa kilatan cahaya dan ledakan bisa terlihat dan terdengar di tantangan kedelapan.

Situasi itu hanya bisa digambarkan sebagai medan perang.

Hal yang bisa disyukuri adalah bahwa ranjau-ranjau itu tidak betul-betul menyakiti siapapun, tapi untuk mereka yang terkena ledakan, fakta itu tidak membantu sama sekali.


Part 10[edit]

Meskipun ada keributan besar di tantangan kedelapan, hal itu tidak menjadi masalah untuk Harumi dan Yurika yang baru saja melewati tantangan keenam.

Mereka masih berada dalam jarak satu kilometer dari tantangan kedelapan.

"Woah"

"Apa kamu baik-baik saja, Nijino-san?"

"Aku baik-baik saja, Sakuraba-senpai"

"Jalurnya masih panjang, jadi bertahanlah"

"Ya, terima kasih banyak"

Mereka saling menyemangati satu sama lain selagi mereka menyeret badan mereka yang berat dan kelelahan menuju garis finish.

Kedua gadis yang sedang berlari di jalan membuat suatu atmosfir yang terlihat tenang, betul-betul berlainan dengan keadaan di tantangan kedelapan.

Keduanya terlihat sangat akur. Harumi, yang biasanya tertutup, tidak masalah berada dekat dengan Yurika untuk suatu alasan.

Alasannya mungkin karena saat dia bertemu Yurika, dia sedang berjuang sekeras mungkin. Yurika yang punya sifat kekanak-kanakan dan fakta bahwa mereka berpartisipasi di lomba yang sama membuat semuanya terlihat baik dan membuat Harumi terbuka.

Dan karena Harumi benar-benar mendengarkannya, Yurika pun menyukainya.

Dalam kata lain, kelihatannya mereka bisa menjadi teman baik.

Mereka berdua merasa kalau mereka berlari dengan irama yang sama sampai finish adalah hal yang baik-baik saja.

"Sakuraba-senpai, kenapa kamu berjuang sekeras ini?"

"Huh, hah, sebenarnya, aku sudah berjanji dengan teman satu klubku kalau aku akan menyelesaikannya"

Harumi kelihatan terengah-engah saat dia menjawab pertanyaan Yurika.

Dan kata-katanya terdengar terbata-bata karena nafasnya yang terengah-engah.

Kelihatannya Harumi hampir mencapai batasnya, tapi Harumi tetap tersenyum.

"Itulah kenapa, aku mau, mencapai finish. Itu adalah janji, yang berharga, dengan temanku.."

Harumi hanya punya sedikit orang yang bisa dia panggil teman karena saat masih kecil dia sering sekali tidak masuk sekolah.

Itulah kenapa Koutarou memiliki arti yang spesial baginya.

Meskipun janji untuk mencapai finish tidak memiliki arti yang seberapa besar untuk Koutarou, bagi Harumi sendiri itu adalah sebuah janji yang sangat penting.

"Teman...Orang seperti apa dia?"

Teman Harumi.

Tidak sadar kalau orang yang dimaksud adalah Koutarou, Yurika bertanya pada Harumi.

"Itu--"

Tapi, kata-kata Harumi berhenti dan kakinya berhenti bergerak.

Yurika, yang berlari dengan wajar, melangkah sedikit didepan Harumi.

"Sakuraba-senpai?"

Saat Yurika berhenti dan menoleh ke belakang, badan Harumi mulai miring.

"..."

Wajah Harumi terlihat pucat dan bola matanya bergetar, seakan-akan dia mencoba mengatakan sesuatu.

Tapi Harumi tidak mengatakan apapun dan hanya melihat ke arah Yurika dengan tatapan penuh maaf dan jatuh ke atas jalan.

"S-Sakuraba-senpai!!"

Tapi, Harumi tidak jatuh dengan keras ke tanah.

Yurika tanpa terduga bergerak cepat untuk menangkap Harumi.

"Bertahanlah, Sakuraba-senpai!"

"...N-Nijino-san..."

Darah berhenti mengalir ke wajahnya, bibirnya berubah warna menjadi ungu dan kaki juga tangannya menjadi dingin.

Meskipun itu bukan hal yang tidak mungkin, marathon sejauh lima kilometer mungkin terlalu berlebihan untuk Harumi.

Meskipun sudah berlatih sedikit, badan Harumi berteriak keras.

Sebelum dia bertemu Koutarou, Harumi mungkin sudah menyerah di tengah jalan.

Tapi, Harumi sudah berjuang sekeras mungkin, untuk menepati janjinya dengan Koutarou.

"Ma,af...aku punya, badan yang lemah.."

"T-Tunggu sebentar, aku akan segera mencari bantuan!"

Aku harus cepat-cepat, atau akan ada sesuatu yang buruk terjadi!

Yurika mengerti kalau kondisi Harumi jauh dari kata baik.

Wajahnya pucat dan nafasnya berat.

Dan meskipun suhu badannya menurun, jantungnya berdetak cepat.

Yurika, yang sedang panik, melihat ke sekelilingnya, tapi tidak ada seorang pun disekitarnya.

Yurika mencoba berdiri dan mencari bantuan.

Yang menghentikannya adalah suara lemah Harumi dan tangannya yang dingin yang memegang erat tangan Yurika.

"Niji,no-san...Maaf aku tidak, bisa bersamamu...sampai akhir.."

Dengan kata-kata terakhir itu, Harumi kehilangan kesadaran.

Tangan dingin yang tadinya memegang erat Yurika dengan pelan mulai lepas dan jatuh ke tanah.

"Sakuraba-senpai! Sakuraba-senpai!!"

Meski Yurika dengan cemas memanggil Harumi, dia tidak kunjung sadar.

Ini gawat! Sudah tidak ada waktu lagi! Kalau begini!

Yurika dengan lembut menaruh Harumi di atas jalan dan berdiri dengan wajah penuh keyakinan.

Dia menjulurkan tangan kanannya dan berteriak:

"Datanglah! Angel Halo!"

Dan sebuah bola biru bercahaya muncul di depan tangan kanan Yurika.

Saat bola biru bercahaya itu menghilang, sebuah tongkat penuh hiasan melayang sebagai gantinya.

Saat Yurika meraih tongkat itu, dia memegangnya dengan kedua tangan dan mulai fokus.

"Selanjutnya...Costume Change -- Modifier Quicken -- End -- Permanent!"

Saat dia mengangkat tongkatnya ke atas kepaanya, sebuah cahaya biru menutupi badannya, dan bajunya secara spontan berganti menjadi yang lain.

Dari baju pelayan menjadi baju gadis penyihir.

Itu adalah pakaian yang Yurika pakai saat dia pertama kali muncul di kamar 106.

"Tunggu sebentar, Sakuraba-senpai. Gadis penyihir ini, Rainbow Yurika akan menyelamatkanmu!"

Setelah mengganti pakaiannya dia menggenggam tongkatnya dan kembali berkonsentrasi.

Kali ini, dia mengarahkan ujung tongkatnya ke dada Harumi.

Mata Harumi tertutup dan dia tidak bergerak sama sekali.

Dia tidak sadar dengan apa yang terjadi di sekelilingnya karena kehilangan kesadaran.

"Remove Disease -- Modifier Maximus!"

Saat Yurika berteriak, cahaya biru dari tongkatnya menyelimuti badan Harumi.

Saat Yurika menggunakan sihir, ada tujuh jenis cahaya yang bisa muncul.

Cahaya biru muncul saat Yurika berusaha memanggil sesuatu.

Semua tiga mantra yang dia gunakan hari ini memiliki cahaya biru.

Dia adalah gadis penyihir, Rainbow Yurika.

Seorang gadis penyihir mampu menggunakan ketujuh warna pelangi.

Sayangnya, tidak ada seorang pun yang melihatnya berjuang.

Tapi, di saat ini, Yurika tidak peduli dengan dirinya sendiri.

Hal yang paling dia cemaskan saat itu adalah menyelamatkan Harumi.

"Bangunlah, Harumi-senpai!"

Yurika memegang tongkatnya lebih erat saat dia berteriak.

Dan cahaya biru itu menjadi semakin terang dan membungkus Harumi dalam beberapa lapisan.

Yurika dengan susah payah berusaha membuat Harumi bangun.

"Kamu ingin mencapai finish, ya kan!? Kamu sudah berjanji dengan temanmu, ya kan!?"

"..."

Tapi, Harumi tidak menunjukkan tanda-tanda akan bangun.

Harumi terlahir dengan penyakit yang diidapnya, itu bukanlah tugas yang mudah.

Penyakit itu bukanlah sesuatu yang bisa disembuhkan begitu saja, bahkan menggunakan sihir.

"Aku akan berlari bersamamu! Jadi, tolonglah!"

Yurika tetap memanggil Harumi dengan suara keras meskipun situasinya tetap seperti itu.

Harumi adalah orang yang mengajarkannya bagaimana untuk tidak menyerah.

"Ah!?"

TIba-tiba, sesuatu yang tidak terduga terjadi.

Cahaya yang mengalir dari tongkat Yurika mulai berubah, seakan-akan menjawab permohonan Yurika.

"Eh!? A-Apa ini!? Aku tidak pernah tahu soal sihir putih!"

Cahaya itu berubah dari biru menjadi putih bersih sebelum dia menyadarinya.

Dan cahaya itu bersinar lebih terang dari sebelumnya.

Peristiwa itu terlihat seperti ada matahari kecil yang muncul, dan cahaya putih itu menyelimuti Harumi dan Yurika.

"K-Kenapa!? Bahkan lukaku juga!? Dan rasa sakitnya juga menghilang!"

Kekuatan sihir yang digunakan Yurika pada Harumi meningkat dan mulai bereaksi tidak hanya pada Harumi, tapi juga Yurika.

Yurika punya beberapa luka karena terinjak, tapi saat dia diselimuti cahaya itu, lukanya menghilang seakan-akan tidak pernah ada.

Bahkan kelelahan yang membuat badannya berat pun menghilang.

"Apa ini!?"

Pada akhirnya, cahaya itu berubah menjadi pilar yang memanjang ke langit.

Dan Yurika bediri di tengah pilar dengan wajah datar.

"Kekuatan apa ini!?"

Sihir yang Yurika gunakan untuk Harumi hanya dimaksudkan untuk menyembuhkan satu orang dari penyakitnya.

Sihit itu tidak punya kekuatan untuk bekerja pada banyak orang, dan juga tidak menyembuhkan luka mereka maupun menghilangkan kelelahan mereka.

Itu adalah mantra yang betul-betul lain, selain itu efeknya juga tidak normal.

"Mungkinkah ini kekuatan yang ada di kamar 106!?"

Yurika tidak yakin dengan sumber kekuatan itu.

Tapi dia tahu satu hal yang pasti.

"Tidak, alasannya tidak penting! Dengan kekuatan sebesar ini aku bisa menyelamatkan Sakuraba-senpai!"

Wajah Harumi yang terlihat kesakitan pun menghilang dan (warna?) wajahnya pun kembali.

Suhu badannya yang rendah kembali normal. Detak jantung dan nafasnya pun mulai stabil.

Hal yang penting bagi Yurika adalah bahwa Harumi baik-baik saja.

Tidak ada hal lain yang penting bagi Yurika di saat itu.


Part 11[edit]

"S-Sialan! Aku nggak bisa, kalah disini! Aku h-harus, membuat senpai naik podium!"

"Bertahanlah Koutarou, kamu hampir sampai!"

Sekembalinya ke lapangan sekolah, sekujur badan Koutarou dipenuhi luka-luka.

Koutarou tidak bisa berjalan lurus dan hanya tinggal masalah waktu hingga dia pingsan dan terjatuh.

Dia menggunakan dahan pohon yang dia ambil di tengah jalan sebagai tongkat berjalan dan hampir menyeret badannya melewati gerbang sekolah.

Saat dia masuk ke lapangan, penonton yang ada di bangku penonton pun berdiri.

Meskipun dia berjuang dengan susah payah, saat ini dia ada di posisi pertama.

Meskipun marathon halang rintang sendiri adalah lomba tahunan, klub merajut tidak pernah meraih posisi pertama sebelumnya.

Karena itu, suasana yang dapat dirasakan di bangku penonton begitu meriah dan penuh antisipasi.

Tapi, bahkan sorak-sorai dari penonton tidak sampai ke telinga Koutarou.

"Tinggal sedikit lagi, finishnya udah dekat..."

"Lihat, itu tantangan kesepuluh! Cuma 30 meter lagi!"

Suara yang sampai kepada Koutarou yang sudah kelelahan hanyalah suara Sanae.

Koutarou bergantung pada suara itu selagi menyeret kakinya maju.

Alasan kenapa Koutarou bisa seperti ini adalah karena ranjau di tantangan kedelapan.

Tantangan kesembilan hanya memperburuk keadaannya.

Tapi, Koutarou tidak jatuh pingsan karena dia ingin Harumi menang dan karena Sanae tetap menyemangatinya.

Kalau bukan karena kedua hal itu, dia mungkin sudah jatuh pingsan sejak tadi.

"Kalau kamu melakukan tantangan itu, kamu bakal selesai!"

"Selesai? A-Aku sudah selesai!?"

Tapi, Koutarou membuat kesalahan besar.

Dia tidak mendengar sebagaian dari apa yang Sanae katakan kepadanya, dan berpikir kalau Sanae berkata "Kau sudah selesai"

"Waa, Koutarou, tidak! Kamu nggak bisa berhenti sekarang!"

"Aku akhirnya selesai..."

Biasanya, kesalahan kecil ini tidak akan menimbulkan masalah.

Tapi untuk Koutarou yang sudah sampai batasnya, setelah dia kehilangan semangatnya, tidak ada cara untuk membalikkan hal itu.

Badan Koutarou pun mulai berhenti dan dia dengan pelan terjatuh dengan senyum puas di wajahnya.

"Aku berhasil!"

"Belum! Dengarkan aku!"

"Uhehehehe, nggak usah memujiku sampai segitunya, Sanae"

"Bukan begitu!!"

Teriakan Sanae menjadi sia-sia saat Koutarou menutup matanya.

Karena kelelahan, Koutarou kehilangan kesadarannya.

"Zzzzz...."

Koutarou terlihat lega setelah ia mulai tertidur.

Raut wajahnya terlihat layaknya seseorang yang sudah selesai mengemban tugasnya.

"Kenapa kamu tidur sambil tersenyum puas begitu!? Tatamiku bagaimana!?"

Tapi untuk Sanae, ekspresi lega Koutarou dan senyum puasnya tidak mengenakkan baginya.

Saat Koutaru yang mendominasi posisi pertama jatuh, lapangan sekolah pun menjadi ricuh, dan si komentator meneriakkan komentarnya.

"Oh, ini kelihatannya akan menjadi masalah besar! Perwakilan klub merajut, Satomi Koutarou, gugur sebelum tantangan kesepuluh! Panitia yang paling dekat sedang berusaha membangunkannya! Kelihatannya, dia benar-benar pulas!"

Dan sebelum si gadis komentator menyelesaikan komentarnya, penonton mulai ribut kembali saat peserta dengan posisi kedua dan ketiga masuk ke lapangan sekolah.

"Rupanya kau disana, Sanae! Koutarou...Aha, setelah datang sejauh ini, dia jatuh pingsan! Tidak apa-apa, sebagai pengikutku, saat aku menang, kau juga akan kuberi hadiah!"

"Yang berarti, pemenang di antara kita berdua akan menjadi pemenang lomba//"

Theia dan Kiriha masuk ke lapangan sekolah.

Dari situasi saat itu, terlihat bahwa ada jarak yang cukup besar antara mereka dan peserta yang lainnya, karena tidak terlihat ada orang lain yang menyusul di belakang mereka.

Saat mereka memasuki lapangan, sorak-sorai dapat terdengar dari bangku penonton.

"Kurano-san! Kamu pasti bisa!"

"Kiriha-chan! Menangkan ini dan dapatkan uang buat festival budaya nanti!"

"Terpujilah tuan puteri! Terpujilah tuan puteri! Kemenangan untuk Yang Mulia Theiamillis! Terpujilah keluarga kekaisaran Forthorthe!"

Tapi, seperti Koutarou, mereka berdua kelihatan sangat lelah dan tidak bisa membalas sorak-sorai itu.

Sekujur tubuh mereka dipenuhi bubuk putih dan seragam mereka terbakar di sana-sini.

Mereka berdua sempat jatuh dari papan titian/

Setelahnya, mereka sempat bertarung dan kehilangan stamina. Saat mereka masuk lapangan sekolah, mereka sudah hampir tidak bisa bergerak.

Setetes keringat mengalir turun melewati bubuk putih itu setiap kali mereka melangkah.

"Balapan ini cukup dramatis, tapi kelihatannya kita harus menyelesaikannya sekarang"

"Itu juga adalah niatku dari awal. Mari kita selesaikan ini, Theia-dono"

Mereka tetap menyeret kaki mereka maju dan berlari meski sudah sangat kelelahan.

Tatami kamar 106 bergantung pada lomba ini.

Saat mereka berdua mendekati Koutarou, mereka memanggil Sanae yang berada di dekatnya.

"Sanae, apa Koutarou baik-baik saja?"

"Ya, dia cuma tidur"

"Begitu, baguslah kalau begitu"

"Kukuku, kelihatannya kau memilih rekan yang salah, Sanae!"

"Diam, tinggalkan aku sendiri!"

"Aku rasa itu yang akan aku lakukan, fuhahahahahaha"

Mereka berlari melewati Koutarou dan mencapai tantangan kesepuluh.

"Selamat datang kembali nona, dan selamat datang ke pemberhentian terakhir, tantangan kesepuluh~♪ "

Yang memberi salam kepada Theia dan Kiriha tidak lain adalah kelima anggota klub cosplay.

Dan mereka berbicara dengan serempak.

Selain Yurika dan si ketua klub, kelima anggota klub cosplay yang tidak ikut dalam lomba menjadi panitia yang menjaga tantangan kesepuluh.

Karena itu, mereka memakai seragam pelayan dan ban lengan yang bertuliskan 'staff'.

"Aku tidak punya waktu untuk bermain! Apa yang harus kulakukan disini!?"

"Tidak usah buru-buru"

Si wakil ketua yang menjadi penanggung jawab di tantangan itu mendekati mereka dengan sebuah kotak yang dihiasi dengan pita dan bunga.

"Ada apa dengan kotak ini?"

"Aku senang kau bertanya. Untuk tantangan kesepuluh, tantangannya adalah lomba meminjam barang. Silahkan ambil secarik kertas dari kotak ini dan pinjamlah barang yang tertulis di kertasi itu dari seseorang di lapangan ini. Setelah kau meminjamnya, larilah menuju garis finish"

"Aku mengerti!"

"Aku juga"

Theia dengan cepat memasukkan tangannya ke dalam lubang yang ada di atas kotak yang diikuti oleh Kiriha.

Dan saat mereka menarik tangan mereka, di tangan mereka masing-masing terdapat kertas yang sudah terlipat.

"Kalau begitu, silahkan kalian membaca isinya!"

Mengikuti arahan dari si wakil ketua, mereka berdua membaca kertas yang mereka pegang secara bersamaan.

"M-Mungkinkah ini!?"

"Kau mengatakan kepadaku untuk membawa benda ini!?"

Keduanya nampak terkejut dan saat mereka saling memperhatikan satu sama lain, mereka saling mengintip isi kertas lawannya.

"Fufufufufufufufu"

"Hahahahahahaha"

Setelah mengintip isi dari kertas lawan mereka, mereka mulai tertawa.

Meskipun mereka tertawa, pandangan mata mereka terlihat saling melotot tajam.

Dan mereka mengepalkan tangan mereka sambil memasang kuda-kuda.

Kelihatannya mereka akan mulai berkelahi.

"Sudah kuduga akan seperti ini...jalan menju invasi memang dipenuhi dengan darah.."

Ini adalah benda yang tertulis di kertas Kiriha:

"Pinjam bra ukuran A atau lebih kecil"

"Hah, silahkan saja, Kurano Kiriha!!"

Dan inilah yang tertulis di kertas Theia:

"Pinjam bra ukuran D atau lebih besar"

Kiriha terlihat kecewa dan Theia terlihat senang.

Meskipun perasaan mereka berbeda saat itu, apa yang akan mereka lakukan selanjutnya sama.

Apa yang mereka perlukan ada di depan mereka.

Mereka sama-sama berniat memukul jatuh yang lain dan mengambil apa yang mereka perlukan.

Harumi dan Yurika melewati peserta lomba yang lain setelah mulai berlari beberapa saat yang lalu.

Hal itu terjadi karena sebagian besar peserta yang mundur di tantangan kedelapan, dan juga karena mereka lari lebih cepat dari sebelumnya.

"Aku penasaran apa yang terjadi denganku...Tidak hanya aku merasa lebih baik, tapi aku berlari lebih cepat daripada sebelum aku pingsan..."

"Kamu nggak usah kuatir, Sakuraba-senpai. Lain ceritanya kalau kamu nggak enak badan, tapi sekarang kamu udah baikan kan?"

Setelah Harumi sadar kembali, keduanya, untuk suatu alasan, berlari lebih cepat.

Dan tidak peduli seberapa cepat mereka berlari, mereka tidak terengah-engah atau merasa capek.

Siapapun pasti merasa itu aneh, apalagi Harumi.

"Tapi, aku benar-benar penasaran..."

"Kalau begitu, bayangkan kalau itu sihir dariku. Aku tidak memakai ini hanya untuk pamer loh!"

"Nijino-san...Fufufu, aku rasa aku akan melakukan itu. Dengan begitu jadi lebih menarik kan?"

Senyum kembali ke bibir Harumi karena kata-kata ceria dari Yurika.

Meskipun tidak ada hal yang bernama sihir, akan lebih menarik seandainya hal itu benar-benar ada.

Setelah mendengar kata-kata Yurika, hal itulah yang berada di kepala Harumi.

"Ya! Aku adalah gadis penyihir cinta dan keberanian dan mimpi dan harapan!"

Melihat kesehatan mental Harumi yang juga kembali pulih, Yurika pun turut merasa senang.

Sebagai gantinya, Harumi menjadi yakin bahwa Yurika adalah seorang cosplayer, tapi Yurika tidak berniat membetulkan hal itu.

Meskipun tidak ada seorang pun yang percaya dengan Yurika saat dia berbicara tentang sihir.

Ini bukan sihir, ini karena kerja keras Sakuraba-senpai

Kenyatannya, itu terjadi karena sihir putih yang digunakan Yurika, tapi kalau dia meyakinkan Harumi tentang itu, itu akan sama seperti membantah semua kerja keras Harumi.

Itulah kenapa Yurika bersikeras bahwa itu adalah keberuntungan dari hasil kerja keras Harumi.

Aku nggak apa-apa dicap sebagai cosplay kalau perlu...Aku hanya ingin Sakuraba-senpai percaya dengan dirinya sendiri

Rokujouma V2 261.jpg

Yurika sempat membenci marathon halang rintang ini beberapa saat lalu, tapi sekarang dia kelihatan bersenang-senang.

"L-Lihat, Nijino-san, kita bisa melihat gerbang sekolah dari sini!"

"Kamu benar! Kita sudah hampir sampai!"

Garis finish yang mereka berdua coba raih dengan susah payah sekarang sudah sangat dekat.

"Guah!"

"Guha!"

Saat Harumi dan Yurika lari melewati gerbang sekolah, tinju Theia dan Kiriha terlihat mendarat di muka lawan mereka masing-masing.

"Itu dia! Saat Kurano mencoba memukul sebelah kanan, Theia langsung membalas balik, tapi Kurano memperbaiki arahnya dan mengenai targetnya! Mereka saling mengenai lawannya dengan pukulan berat dan saling menjatuhkan satu sama lain!!"

Tinju mereka bertubrukan dengan pipi yang lain, dan mereka berhenti bergerak dengan posisi itu.

"Mari kita dengarkan penjelasan dari pembimbing klub tinju, Tange-sensei! Sensei, bagaimana menurut anda?"

"Hampir, sedikit lagi! Kalau saja Theia bisa mengenai sedikit lebih lagi, hasilnya akan berbeda! Ini bukan salahnya! Jika saja ia bisa mengenai sedikit lebih lagi!"

Suara yang terdengar penuh semangat menjelaskan kejadian yang terjadi di lapangan sekolah.

Sementara itu, Theia dan Kiriha tetap diam, tapi akhirnya mereka kehabisan tenaga dan rubuh di saat yang bersamaan.

"Mereka berdua sudah jatuh!!"

"Bagus sekali Theia!! Pertandingannya mungkin seri, tapi dalam tinju kau adalah pemenangnya!"

Murid yang berada di bangku penonton berdiri sembari bersorak dan bertepuk tangan mengguncang lapangan.

Tapi, hal itu tidak mencapai Theia maupun Kiriha karena mereka sudah saling membuat yang lain jatuh pingsan.

"T-Tinju..?"

"Apa tantangan kesepuluhnya adalah bela diri!?"

Harumi dan Yurika dengan gugup lari melewati Theia dan Kiriha yang pingsan.

Mereka berdua tidak suka berkelahi, jadi tantangan kesepuluh ini membuat mereka takut.

"S-Satomi-kun!? Bahkan Satomi-kun juga!!"

"S-Siapa yang melakukan ini padanya!? Aku nggak mau berantem!"

Koutarou pingsan di sebelah Theia; melihat itu membuat Harumi dan Yurika semakin takut.

"Ini bukan tantangan semacam itu kok"

"...B-Benarkah?"

Saat Sanae yang bersama Koutarou mengatakan itu, Yurika bernafas lega.

"Koutarou pingsan karena kecapekan. Dan mereka berdua cuma berantem kok"

"Begitu, untunglah..."

Biasanya, Yurika ketakutan dengan Sanae, tapi sekarang dia sedang kaget dengan hal yang lain untuk memperhatikan itu dan menunjukkan senyum yang besar kepada Sanae.

Tapi, Sanae masih merasa kesal.

Dia kesal karena Koutarou yang masih belum bangun juga.

"Nijino-san, kamu bicara sama siapa?"

"B-Bukan siapa-siapa! Aku cuma ngomong sendiri!"

Harumi tidak bisa melihat Sanae, dan tentu saja suara Sanae tidak sampai kepadanya.

Itulah kenapa saat Yurika, yang memakai kostum itu, berbicara kepada Sanae terlihat aneh.

"Begitu. Baiklah.."

Harumi langsung menghela nafas lega.

Kalau hanya cosplay, itu bisa ditutupi hanya dengan menyebutnya hobi. Tapi jika dia berbicara kepada seseorang saat tidak ada orang lain di dekatnya, itu cukup menyeramkan.

Itulah kenapa Harumi merasa lega saat dia mendengar Yurika berbicara kepada dirinya sendiri.

"Selamat datang kembali, nona"

Sesaat setelahnya Harumi dan Yurika sampai di tantangan kesepuluh.

Dan tentu saja, klub cosplaylah yang menyambut mereka.

"Wakil ketua!"

"Kamu akhirnya disini, Yurika-chan"

"Emm, tantangan kesepuluhnya apa?"

"Lomba meminjam barang! Cepatlah ambil undian kalian! Ada beberapa yang sudah duluan, tapi kalau kamu gerak cepat, kamu masih bisa menang!"

Si wakil ketua menjelaskan dengan cepat dan membawa kotak undian ke arah mereka.

Klub cosplay sangat ingin Yurika menang, itulah kenapa mereka memaksanya untuk cepat-cepat.

Saat itu, Yurika dan Harumi ada di posisi ketujuh dan kedelapan.

Meski, dengan Koutarou, Theia dan Yurika pingsan mereka berada di urutan keempat dan kelima.

Yang berarti, ada tiga orang lagi di depan mereka.

Ketiga orang itu masuk ke bangku penonton untuk mencari yang harus mereka pinjam, jadi kalau Harumi dan Yurika bisa bergerak cepat, mereka masih bisa menang.

"Sakuraba-senpai"

"Ya"

Yurika dan Harumi memasukkan tangan mereka ke dalam kotak dan menarik kertas secara bersamaan.

Tidak seperti Theia dan Kiriha, mereka melakukannya dengan tenang, mereka juga tidak ada niatan untuk memukul mundur yang lainnya.

"Ah..."

"Auu.."

Saat mereka membuka kertasnya, wajah Harumi kelihatan berbinar, tapi wajah Yurika berubah sedih.

"Aku bisa bawa ini. Apa yang kamu dapat, Nijino-san?"

"Aku dapat ini..."

Keduanya saling memperlihatkan kertas mereka.

Harumi mendapat 'adik kelas di klubmu' di kertasnya dan Yurika mendapat 'seorang teman' di kertasnya.

"Baik, ayo pergi, Nijino-san"

"Auu..Pergilah duluan, Sakuraba-senpai. Aku akan mundur disini"

Yurika menurunkan bahunya dengan wajah sedih.

Matanya suram dan dia menghela nafas panjang.

"Kenapa?"

"Aku masih belum punya teman"

Harumi hanya perlu membawa Koutarou dengan dirinya, jadi dia tidak punya masalah.

Tapi, menemukan seorang teman di kota dimana Yurika baru saja pindah adalah sesuatu yang terlalu besar untuknya.

"Jadi, silahkan pergi duluan"

"Semua akan baik-baik saja, Yurika-san"

Tapi, Harumi tetap tersenyum, dan bicara dengan lembut kepada Yurika:

"Temanmu ada disini"

"Eh..."

"Apakah diriku tidak cukup?"

"T-Tidak, bukan apa-apa! S-Suatu kehormatan bagiku, Sakuraba-senpai!"

Yurika langsung tersenyum dan menangguk berkali-kali.

Dia menangis bahagia, menunjukkan betapa berartinya hal itu baginya.

"Tapi, aku ingin kamu melakukan sesuatu untukku"

"Sesuatu?"

Yurika menatap Harumi dengan bingung dan mengejapkan matanya beberapa kali.

Melihat hal itu, Harumi dengan gembira mengedip ke arah Yurika dan mengelurkan senyuman yang jarang dilihat orang lain.

"Bisakah kau membantuku membawa Satomi-kun?"

"T-Tentu saja! Selama yang kamu mau!"

"Terima kasih, Nijino-san"

"Tidak, seharusnya aku yang berterima kasih"

Dan selagi mereka tertawa senang, mereka berlari ke arah Koutarou.


Pemenang, Pecundang, dan Waktu Tambahan[edit]

Part 1[edit]

Minggu, 10 Mei.

"E-Eh..?"

Koutarou bangun tepat saat upacara kemenangan untuk lomba marathon halang rintang dimulai.

Sudah beberapa saat berlalu semenjak Koutarou pingsan dan pemandangan sekitar sudah diwarnai oleh matahari sore.

"Kamu akhirnya bangun juga.."

Di depannya terlihat Sanae yang masih kesal.

Sanae mulai kesal saat dia menunggu Koutarou bangun semenjak Koutarou pingsan.

"Sanae..Eh, tunggu, apa yang terjadi dengan lombanya!? Dimana aku!?"

Koutarou melompat dan melihat ke sekelilingnya.

Dia berada di tenda P3K tepat di sebelah tenda panitia festival olahraga.

Meskipun tenda itu tidak mempunyai perlengkapan medis yang lengkap.

Di dalam tenda P3K itu hanya terdapat tas tidur berwarna biru untuk peserta yang mengalami kecelakaan saat lomba.

Selain Koutarou, ada dua orang lagi yang berbaring di tenda itu, Theia dan Kiriha.

Panitia yang menjaga tenda itu semuanya berada di luar, di tantangan kedelapan.

"Lombanya udah selesai dari tadi. Kamu pingsan dan mundur pas sebelum tantangan kesepuluh"

"K-Kalau begitu siapa yang menang!? Theia!? Kiriha-san!? Siapa!?"

Koutarou menunjuk ke kedua orang itu dan menanyakan hasil lomba.

Dia tidak bertanya soal hasil lomba marathon, tapi peringkat dari penghuni kamar 106.

"Bukan mereka. Kita dan Yurika"

"Apa...?"

Mendengar jawaban Sanae membuat Koutarou tercengang; dia tidak menyangka hasilnya akan seperti itu.

Aku, Sanae dan Yurika menang..? Tapi aku mundur dari lomba!

"A-Apa maksudnya!? Gimana bisa aku dan Yurika menang!?"

Kebingungan, Koutarou mengguncang bahu Sanae.

"T-T-Tenang dulu!"

"Gimana aku bisa tenang!?"

Koutarou terus mengguncang Sanae.

Sanae mencoba sebisanya untuk menjawaw Koutarou setelah menyerah untuk kabur.

"T-Theia dan Kiriha gugur setelah adu tinju. Meskipun mereka dapat penghargaan spesial, mereka tetap dianggap mundur. Setelah itu, Harumi dan Yurika seri, jadi kamu, aku dan Yurika akan mengambil poin dari Theia dan Kiriha"

"T-Tunggu, Sanae! Itu berarti Sakuraba-senpai dan Yurika menang!?"

Kaget, Koutarou berhenti mengguncang Sanae sesaat sebelum mengguncangnya lebih keras dari sebelumnya.

Dia tidak percaya kalau Harumi dan Yurika menang.

"Heeeeeee-eeiii, K-Koooouuutaaroooouuuu, beeeeeerrrheeeeentiiiii..."

"Apa maksudmu!? Jelaskan sekarang!""

"Kalau mau aku jelasin, berhenti mengguncangku sekarang, dasar bodoh!!"

Sebuah kotak P3K jatuh ke kepala Koutarou.

Itu adalah ulah poltergeist Sanae.

"A-Au!"

Ujung kotak P3K itu mengenai kepala Koutarou.

Karena benturan itu, Koutarou melepaskan tangannya dari Sanae dan memegang kepalanya yang kesakitan.

"Fiuh, dasar.."

"Jangan keterlaluan gitu dong.."

"Kamu yang keterlaluan! Bener-bener..."

Sanae melayang menjauh setelah lepas dari Koutarou, berkacak pinggang sambil merengut ke arah Koutarou.

Tapi, setelahnya Sanae menjelaskan situasinya secara detail.

"Yah, sebagian besar peserta yang di depan jadi melambat gara-gara ranjau itu kan? Sebagian malah harus mundur"

"Ah"

"Di saat itu, Harumi dan Yurika menyusul dan menang"

Berkat ladang ranjau di tantangan kedelapan, sebagian besar peserta terpaksa merangkak untuk terus maju.

Banyak yang mencoba menyeberangi tantangan itu dengan buru-buru, tapi sebagian besar gagal dan akhirnya mundur.

Tepat saat Harumi dan Yurika sampai disana, sebagian besar ranjau sudah diledakkan dan mereka bisa menyeberang tanpa masalah.

Sebagai hasilnya, ladang ranjau itu menjadi bantuan besar untuk mereka berdua.

"T-Tapi, mereka berdua bisa menang meski mulainya dari posisi paling belakang, itu.."

"Daripada nggak yakin dengan kataku barusan, kenapa kamu nggak lihat upacara penyerahan hadiahnya?"

Sanae menunjuk ke arah luar tenda.

Dibalik itu ada podium dengan banyak sekali orang yang mengelilinginya.

Untuk bisa melihat itu, Koutarou keluar dari tenda.

"Oh.."

Seperti yang dikatakan Sanae, yang berdiri di atas podium adalah Harumi dan Yurika.

"Dan pemenangnya adalah klub merajut dan klub cosplay! Meskipun mereka berasal klub budaya! Selamat, kalian luar biasa!"

Suara kepala sekolah yang heboh dapat terdengar lewat speaker.

Harumi dan Yurika terlihat tersipu malu mendapat pujian dan sorakan dari orang-orang disekitarnya.

Karena mereka berdua introvert, mereka tidak terbiasa dengan hal semacam ini.

Tapi saat mereka mendapat piala dari kepala sekolah, mereka tersenyum sambil melihat ke arah satu sama lain.

"M-Mereka benar-benar menang.."

"Sudah kubilang"

"Aku nggak percaya.."

"Semua orang juga bilang begitu"

Bahu Sanae turun saat dia mengatakan itu.

Dengan kepala sekolah memberi selamat kepada harumi dan Yurika di atas podium, tidak masalah seberapa kecil Koutarou percaya akan hal itu.

Mereka berdua benar-benar menang.

"...Ya sudahlah, paling nggak semuanya sesuai rencana"

"Itu benar"

Harumi berdiri di atas podium dan Koutarou menang melawan penjajah lainnya.

Aku penasaran, apakah Tuhan memperhatikan usaha Sakuraba-senpai..

Saat Koutarou berpikir seperti itu, dia merasa yakin untuk suatu alasan.

Dan sembari tersenyum kecil, Koutarou memandang ke arah Harumi dan Yurika yang berada di atas podium.

Mereka mengangkat piala mereka sambil tersenyum.


Part 2[edit]

"..S-Semua nggak sesuai rencana.."

"Ibu Kos-san!?"

Shizuka tiba-tiba menyela Koutarou yang sedang melihat ke podium.

Seluruh badannya hitam legam dan rambutnya menjadi afro.

"Dimana si idiot yang menanam ranjau di tantangan kedelapan!?"

Alasan kenapa Shizuka terlihat seperti itu tentu saja karena dia terkena beberapa ledakan di tantangan kedelapan.

"Satomi-kun! Tidak ada untungnya kau menyembunyikan itu dariku!"

Badannya gemetaran dan matanya terbakar api amarah.

Shizuka benar-benar marah besar.

"D-Disana! Dia lagi tidur di tenda P3K!"

Kewalahan dengan kehadiran Shizuka, Koutarou langsung mengatakan kepadanya tempat Theia berada.

Koutarou tidak yakin bisa menyembunyikan hal itu dari Shizuka, meskipun dia sendiri tidak punya alasan untuk menyembunyikan hal itu.

"Jadi dia disanaaaa!?"

Shizuka menggertakkan tinjunya.

Dia bakal mati. Theia bakal mati..

Koutarou merasa umur Theia berkurang untuk setiap kali Shizuka menggertakkan tinjunya.

Shizuka meninggalkan Koutarou dan langsung menuju tenda P3K.

"Maafkan aku, Tulip"

Meskipun dia tahu kalau Theia dalam bahaya, Koutarou tidak bisa bergerak sama sekali.

Koutarou merasa begitu takut dengan Shizuka, dan dia sendiri masih marah dengan Theia.

"Tidak, aku tidak akan memaafkanmu"

Saat Koutarou sedang meminta maaf ke arah tenda P3K, ada orang lain yang menghampirinya.

"Mackenzie?"

"Bukan hanya aku"

Kenji muncul di depan Koutarou dengan tiga pria besar disampingnya.

Kenji kelihatan mirip dengan Shizuka, tuxedonya yang putih dan wajahnya sudah hitam legam, dan rambutnya berantakan.

"Hey, bocah kelas satu"

"Aku sangat ingin bertemu denganmu"

"Met' makan!"

Ketiga pria disamping Kenji adalah murid dari klub rugby, klub judo dan klub sumo.

Mereka juga hitam legam dan hanya bisa dibedakan lewat seragam khas yang mereka pakai.

"Begini, Kou. Para senpai ini ingin bicara denganmu"

Kenji menyeringai selagi dia membersihkan kacamatanya dengan sapu tangan.

"Ugh...A-Apa yang bisa kubantu, senpai?"

Nggak mungkin...

Rasa menggigil mengalir di punggung Koutarou.

Dengan Kenji berada di sebelah ketiga pria itu, hanya ada satu hal yang mereka mau.

"Kami ingin berterima kasih untuk apa yang kau lakukan di garis start"

"Karena kami sudah berterima kasih kepada si kacamata yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan itu, nggak adil rasanya kalau kami nggak memberi terima kasih padamu juga, kan?"

"Met' makan!"

"Sudah kuduga!"

Koutarou mulai panik dengan perkembangan kejadian yang mendadak itu.

Mackenzie dan orang-orang itu bekerja sama...

Alasan kenapa Kenji dan ketiga orang itu bekerja sama adalah karena ladang ranjau.

Untuk bisa lolos, mereka tidak punya pilihan selain bekerja sama, dan pada akhirnya mereka berempat punya rasa solidaritas.

"S-Selamatkan aku, Primitif! Gunakan apapun yang kau punya untuk melindungiku!"

"Tulip!?"

Di saat itu, Theia melompat ke arah Koutarou sambil menangis/

Koutarou menangkap badan kecil Theia meskipun ia terkejut dengan kejadian itu.

Theia terlihat ketakutan dan saat Koutarou meletakkannya ke atas tanah, dia dengan cepat bersembunyi di belakang Koutarou.

"D-Dia datang! Shizuka datang! Bersiaplah untuk bertarung, Koutaruo! Hidupku dalam bahaya!"

"Apa!?"

Shizuka keluar dari tenda tepat saat Koutarou melihat ke arah tenda.

Matanya masih terbakar amarah dan dia mendekati Koutaruo dan Theia, selangkah demi selangkah.

"Begitu...Satomi-kun, pada akhirnya kau melindunginya .."

"A-Apa-apaan dengan tekanan ini!?"

Pandangan mata Shizuka semakin tajam, dan menyimpan ancaman yang besar ke arah Koutarou.

Theia bersembunyi di belakang Koutarou atas inisiatifnya sendiri, tapi karena itu, Shizuka sekarang menganggap Koutarou sebagai musuh.

"Maju dan bertarunglah, Primitif! Aku akan membuatmu menjadi bangsawan! Jadi, matilah untukku!"

"Enak saja! Jangan libatkan aku dalam hal ini!"

"Tidak! Aku tidak mau menderita sendirian! Sudah sewajarnya bagi seorang pengikut untuk hidup dan mati dengan tuannya!"

"Aku bukan pengikutmu!!"

"Di saat ini, sudah bukan masalah lagi kalau kau pengikutku atau bukan! Mari menderita bersama!"

"S-Sialan kau, Tulip!"

"Ooohohoho♪ ”

Koutaruo dan Theia benar-benar putus asa.

Mereka tahu seberapa menyeramkannya Shizuka saat dia sedang marah.

Mereka punya peluang menang lebih besar jika berhadapan dengan tank.

Jadi Koutarou tidak mau terlibat bagaimanapun caranya, dan Theia tidak ingin ditinggal menderita sendiri.


Part 3[edit]

"..Seperti yang kalian lihat, beginilah keadannya"

"Begitu, aku mengerti sekarang, kacamata. Tolong maafkan aku yang sudah menyalahkanmu"

"Sialan kau, kenapa kau berpura-pura nggak populer!! Itu menyakiti harga diriku lebih daripada apapun!"

"Met' makan!"

Ketiga pria itu merasa mereka punya hubungan yang spesial dan memasang kuda-kuda saat mereka melihat Koutarou dan Theia berdebat.

Mereka juga mengakui Koutarou dan Theia sebagai musuh dan mulai mendekat, selangkah demi selangkah.

"Kami sudah memperlakukanmu dengan tidak adil, kacamata. Kami akan membiarkanmu memukuli kami sesukamu nanti. Tapi sekarang, kami akan menghukum manusia biadab itu dahulu!"

"Akan kubantu kalian"

"Bagus sekali, bocah kacamata! Ternyata masih ada orang sepertimu di antara orang-orang keren!"

"Saat ini kita semua hitam legam, keren atau tidak, itu bukan masalah"

"Met' makan!!"

"Itu betul-betul benar, kacamata. Aku suka gayamu!"

"Siapkan dirimu, Satomi-kun, Theia-san! Kami akan membalas semua yang sudah kalian lemparkan kepada kami!"

Kenji, Shizuka dan ketiga pria besar itu mendekati Koutarou dan Theia.

Menjelaskan sesuatunya kepada mereka tidak akan bekerja sekarang.

Jadi begini akhirnya..kelihatannya aku nggak punya pilihan lain!

Di depan kelima orang itu, Koutarou akhirnya memutuskan sesuatu.

"Ayo kabur, Tulip!"

"Y-Ya!"

Koutarou menarik tangan Theia dan mulai berlari.

"Kou! Tunggu!!"

"Kejar mereka! Jangan biarkan mereka kabur!!"

"Met' makan!"

"Mackenzie-kun, potong jalur kabur mereka!"

Tentu saja kelima orang itu mengejar mereka.

"Primitif, jadilah umpan demi diriku! Sebagai gantinya, aku berjanji tidak akan menginjakmu mulai besok!"

"Enak saja, aku nggak peduli kalaupun kamu injak, kamu saja yang jadi umpan!"

Marathon halang rintang memasuki perpanjangan waktu dengan Koutarou dan Theia berlari dari kejaran lima orang dibelakang mereka.

"Dasar idiot..."

"Jangan bilang itu. Theia-dono sudah berusaha mempertimbangkan Koutarou"

Sanae dan Kiriha berdiri di depan tenda P3K, dan mereka melihat Koutarou dan yang lainnya berlari.

"Mempertimbangkan Koutarou? Bohong"

"Tidak ada yang terluka maupun terbunuh, betul?"

"Betul sih, tapi...tentu saja Shizuka bakal marah kalau Theia memakai sesuatu seperti itu. Kenapa dia nggak mengerti juga..."

"Tuan puteri itu benci kekalahan. Dia melakukannya meski tahu itu akan terjadi"

Ranjau yang digunakan Theia dirancang untuk menggunakan sinar yang terang dan gelombang kejut untuk membuat korbannya lumpuh, jadi jarang sekali ada korban yang benar-benar terluka.

Luka bakar kecil dan rambut afro, setidaknya.

Dan saat Yurika melewati tantangan kedelapan, dia menggunakan sihir penyembuh, mengurangi jumlah korban lebih banyak lagi.

Tentu saja, tidak ada yang tahu kalau Yurika membantu.

"Jangan sok suci. Aku tahu. Mereka yang rubuh di awal lomba itu ulahmu kan?"

"Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan..."

Berdasarkan situasinya, Sanae merasa Kiriha berlari di depan adalah hal yang mencurigakan.

Tapi, Kiriha menepis tuduhan itu dengan senyuman.

Tidak ada bukti yang tersisa dalam kasusnya.

"...Sudah kuduga, kamu memang yang paling rumit"

"Jahat sekali. Aku hanya ingin menjadi kekasih Koutarou. Bersama, kami bisa membuat keluarga yang bahagia"

"Dasar pembohong, itu bukan apa yang kamu pikirkan...Ya ampun, semua orang kenapa sih.."

Hari ini, Sanae terlihat sebagai yang paling normal, sisanya bertingkah aneh.

"Fufufu, itu benar sekali"

"Aku harap kau mengerti apa yang kucemaskan...ampun deh"

Koutarou dan Theia berlari di depan Sanae saat dia sedang merajuk.

"H-Hei, primitif! Sebenarnya aku masih punya satu ranjau lagi!"

"Jangan, Tulip! Kalau kamu pakai itu, kamu akan benar-benar dibunuh!"

"Tapi kita akan tertangkap kalau begitu!"

"Jangaaaan! Pikirkan lagi!!"

Kenapa cuma Koutarou yang bersenang-senang sih!?

Sanae kesal karena merasa ditinggalkan.

"Lihat ini! Aku nggak percaya! Aku nggak pernah melihat hantu sepadat dan sestabil ini!!"

"Apa kamu pikir kita bisa menjualnya dengan harga tinggi kalau kita bisa menangkapnya!?"

Mereka berada di pojok lapangan sekolah, menunjuk ke sebuah alat aneh yang berbentuk seperti pengukur kecepatan ke arah Sanae dan mengukur sejumlah angka.

Dan mereka melompat kegirangan melihat hasil pengukuran itu.

"Yes! Kita akan menjadi miliarder! Kita bisa kabur dari kemiskinan!"

"Kita berhasil melakukannya, Kakak!"

Mereka telah membuntuti Sanae sejak mereka mengetahui keberadaan Sanae beberapa hari lalu.

Pandangan yang dirasakan Koutarou hari ini bukan pandangan seseorang yang mengawasinya, tapi pandangan mereka yang mengawasi Sanae.


Kata Penutup[edit]

Lama tidak berjumpa, Takehaya disini. Sudah empat bulan sejak volume pertama, dan sekarang aku sudah menyelesaikan volume kedua. Ini karena para pembaca yang sudah membeli volume pertama. Jadi, aku akan mulai dengan berterima kasih kepada semuanya.

Nah, sekarang aku akan memperkenalkan beberapa elemen novel ini. Para penjajah tidak puas hanya dengan kamar 106, dan mereka mulai menginvasi oasis milik Koutarou, SMA Kitsushouharukaze. Menggunakan segala macam cara, akankah mereka melibatkan keseluruhan sekolah?

Sebenarnya, saat aku sedang menulis kata penutup ini aku mendapat telepon dari temanku yang baru saja menikah. Dia bilang anaknya akan lahir bulan September ini. Ini sempat membuatku malu, jadi aku memutuskan untuk menulisnya disini.

Dasar sialan, kau pikir siapa dirimu sampai bisa bahagia.

Kau membuatku iri, dasar sialan.

Kau memberitahuku, tahu kalau aku masih single, ya kan, sialan.

Sebaiknya kau mengirimkanku foto bayimu nanti, dasar sialan.

Tapi, serius. Selamat!

Ngomong-ngomong, halamannya hampir kehabisan tempat, jadi cukup segitu saja.

Dan akhirnya, aku ingin berterima kasih kepada para penerbit, kepada sang ilustrator Poko-san, teman-temanku yang memberiku saran dan kepada semua orang yang sudah membeli novel ini.

Sampai bertemu lagi, dengan penuh harap di kata penutup volume ketiga.

Juni,2009.

Takehaya.




Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Sikap Curtsey
  2. Jason dari "Friday the 13th"
  3. Lemari baju yang modelnya sama yang dipakai oleh Doraemon
  4. Singkatan dari Cosplay Klub
  5. Genre musik khas Jepang. Hampir mirip dengan ballad dan blues.
  6. https://id.wikipedia.org/wiki/Tolak_peluru
  7. Halaman sekolah(courtyard) disini lebih mirip taman yang dikelilingi tembok gedung sekolah.
  8. Kadang-kadang SMA Kitsushouharukaze disingkat menjadi SMA Harukaze
  9. "Gottsan desu", singkatan dari "Gochisou san desu" (Selamat makan) yang digunakan oleh atlit sumo yang lebih banyak bicara dengan badan daripada mulut
  10. Lahan di tepi atau tengah jalan yang diisi dengan berbagai tanaman. Biasanya terdapat di jalan tol
  11. https://in.pinterest.com/pin/43910165088600052/
  12. Kemungkinan besar James Bond.https://www.youtube.com/watch?v=1qLl1MilV18


Ke Halaman Utama Selanjutnya ke Jilid 3