Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo (Indonesia):Jilid 10 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 1[edit]

Angin malam membuat hutan terbakar tanpa henti. Di jalan raya yang menjauhi Kota Kouen, para pengungsi berebut menyelamatkan diri tanpa diperintah. Walaupun begitu, para penjaga kerajaan Salamandra mencoba yang terbaik untuk mendahulukan evakuasi. Namun, mereka masih tidak sadar.

[Gerbang Astral] yang menjadi satu-satunya rute pelarian telah dihancurkan oleh Raja Iblis Maxwell. Jika fakta itu tersebar, kekacauan yang disebabkan oleh para pengungsi akan menyebabkan situasi menjadi tidak terkendali.

Di ujung belakang garis kekacauan.

Kasukabe Yō yang ditugaskan di bagian penjagaan paling belakang, menggertakkan giginya dan menatap Maxwell si penyerang.

(Itu adalah langkah terburuk kita ...! Dengan hancurnya Gerbang Astral, tidak ada cara lain untuk lari ...!)

Namun, itu bukan satu-satunya hal buruk yang terjadi.

Dia telah berusaha mati-matian untuk memaksakan tubuh bagian bawahnya untuk bergerak dan bangun, tetapi tidak ada tanda-tanda pergerakan pada kakinya. Setiap kali dia menghela napas, paru-parunya terasa tertekan, dan juga ujung jari-jari dan lidahnya menjadi kelu.

Dia mengingat sensasi itu. Seolah-olah tubuhnya telah kembali ke keadaan sebelum ia mendapatkan [Pohon Genom] dari ayahnya.

Garuda yang Hebat

Dengan meniru salah satu dari kelas Burung Agung terkuat, Kasukabe Yō mampu menggunakan kekuatan serangan menakjubkan dalam perwujudannya untuk menghancurkan klon Aži Dakāha. Namun, sebagai konsekuensi, tubuhnya kembali ke waktu dimana tubuhnya masih sakit-sakitan dan lemah. Dengan begini, kemampuan bertarungnya telah menurun. Tidak hanya di bawah tingkat Raja Iblis, tetapi menjadi seorang manusia biasa.

Sambil menggertakkan gigi, Yō mendongak ke arah gadis muda berambut kuncir kembar yang berdiri di depannya.

Gadis itu, Willa sang Ignis Fatuus, masih memiliki tanda-tanda kekanakan di wajahnya. Dia mengambil kuda-kuda mengintimidasi dengan merentangkan kedua tangannya, mencoba melindungi Yō.

Maxwell yang menatapnya dengan tatapan penuh kemenangan, mengibarkan jubahnya dan merentangkan tangannya ke arah Willa.

“Saatnya memutuskan, pengantinku. Maukah kamu datang kepadaku untuk membantu para pengungsi kabur, atau mengabaikan para pengungsi dan datang kepadaku!! Pilihlah sesukamu!!”

“... Ewww ...!!!”

Willa ketakutan sampai-sampai hampir menangis. Namun, dia tidak membiarkan keinginan bertarungnya memudar.

Karena Yō sudah roboh, dia adalah satu-satunya orang yang bisa melindungi tempat ini. Tidak peduli seberapa mengerikan lawan penguntitnya, kali ini dia tidak bisa kabur .

Willa menengok ke belakang, ke arah Yō yang melemah. Matanya berkedut. Maxwell adalah musuh yang sangat kuat, hampir menyamai Yō dan Willa di kondisi terbaik mereka. Mungkin penting, tetapi cukup jelas setelah mengamati sesuatu yang terjadi ke tubuh Yō. Hasil pertarungan Willa sendiri cukup mudah diprediksi.

(Meskipun aku bertarung dengan Maxwell ... aku tidak bisa membantu semua orang untuk kabur ...!)

Dia mulai gemetar dan semakin pucat.

Dengan kekuatannya yang mampu melampaui batasan hidup dan mati, dia tidak bisa menteleportasi orang atau makhluk hidup. Lebih tepatnya, bisa saja dia menteportasi seseorang, tetapi karena dia tidak punya cukup kekuatan untuk membiarkan gerbangnya terbuka, dia tidak mampu menjamin keselamatan mereka. Satu-satunya yang mampu melintasi gerbang antara hidup dan mati kemudian tetap hidup adalah para roh agung di atas tingkatan Dewa Kematian.

Di sisi lain, teleportasi Maxwell adalah melompat melewati dua titik pada bidang yang sama. Agar bisa memanggil kelompok besar raksasa secara instan, kemampuan itu sangat cocok.

Dia bisa mengevakuasi para pengungsi tanpa perlu menggunakan [Gerbang Astral] yang sudah hancur. Akan tetapi ... agar itu tercapai, Willa harus menyerahkan tubuhnya kepada si penguntit itu. Memikirkannya saja begitu mengerikan, tubuhnya merinding karenanya.

(Menjijikkan ... menakutkan ... tetapi ...!!)

Dia mengeluarkan Kartu Hadiah dengan api biru terukir di atasnya, lalu mengulum bibirnya.

Willa memiliki penampilan layaknya anak kecil, tetapi dia adalah pemimpin komunitasnya.

Ketika dia ditekan untuk memutuskan, bahkan jika setiap helai rambut di tubuhnya berdiri karena negosiasi mengerikan, dia harus merespons. Terlebih, hal ini juga berhubungan dengan menyelamatkan anggota aliansi mereka dengan [No Name].

Ada cukup banyak alasan untuk menguatkan keputusannya.

“... Maxwel. Jika aku pergi bersamamu ... akankah kamu sungguh-sungguh ... semua orang ....”

“Sekarang, Alma!!”

Yō dan Willa langsung mendongakkan kepala.

Dalam sekejap, sebuah petir menerjang ke depan.

Dari bayang-bayang hutan, sebuah petir melaju ke depan mengembangkan atmosfer dari gesekan panas diikuti dengan gemuruh halilintar. Petir itu menyerang cepat menarget Maxwell yang terbang dan bergerak lurus ke arahnya.

Serangan itu sangat mengejutkan. Tanpa ada waktu untuk sekadar mengalihkan tatapannya, Maxwell yang mabuk kemenangan, bagian sisi tubuhnya berlubang oleh tanduk Almathea.

Namun, Almathea tidak menahan diri terhadap serangan selanjutnya.

“Itu adalah pukulan telak ...! Master, serang lagi!”

“Aku tahu!”

Di saat bersamaan, dia mengeluarkan tiga permata dari Kartu Hadiah merah anggurnya.

Asuka mengayunkan serulingnya. Dengan itu, permata-permata itu telah dianugerahi keagungan semu yang mempertinggi kekuatan serangan sampai tingkat maksimum. Permata itu berubah menjadi bola cahaya yang merobek tangan Maxwell dan menusuk tubuhnya. Seluruh tubuh bagian bawah kanan dan kirinya lenyap oleh serangan mereka; tetapi, itu bukan akhir dari serangan beruntun mereka.

Yang terkandung di dalam kulit binatang agung adalah petir yang memesona.

Petir agung yang menyaingi Petir Dewa Langit mulai menghancurkann lawan sampai tingkat molekuler.

Maxwell terkena pukulan petir yang mampu menghapus hujan darah dalam sekejap, tetapi dia hanya menatap remeh mereka seolah sedang melihat serangga dan menyatakan sesuatu tanpa emosi, “... Dengan panas serendah itu, kaupikir bisa mengisi panas cintaku?”

“Mustahil ...!”

Tubuh Maxwell tidak diragukan lagi menguap oleh api dari keagungan semu yang menghancurkan naga berkepala kembar. Terlepas dari itu, tubuhnya mulai memperbaiki diri secara langsung dengan berkumpulnya debu.

Serangan itu seharusnya mampu mengakhiri hidupnya. Namun, Maxwell seolah-olah hanya terkena serangan angin dingin saat menatap kosong Asuka. Dia tidak sedang berakting kuat.

Bahkan ketika petir agung mengutuk tubuhnya, dia tidak merasakan sakit.

{“Ini ..., Master, tolong pegangan erat! Aku akan menjaga jarak saat ini juga.”}

Almathea yang merasakan bahaya, menendang Maxwell dengan tapak kakinya dan menjauh. Saat itu juga, Maxwell memperbaiki tubuhnya yang rusak, dan beberapa saat kemudian dia sudah pulih sepenuhnya.

Ini berbeda dari kekuatan pemulihan Roh Agung, atau ketahanan luar biasa milik Kuryuu. Almathea menggoyangkan tanduknya setelah dia gunakan untuk menyerang Maxwell sebelumnya, dan mulai merenungkan misteri tubuh Maxwell.

Kekuatan spiritual Iblis Maxwell tercipta berdasarkan eksperimen pemikiran sains yang menunjuk pada kontradiksi hukum kedua termodinamika.

Kita asumsikan keberadaan dari makhluk “X” yang mampu mengobservasi pergerakan molekul individu. Kemudian, si “X” mampu memisahkan molekul positif dan negatif ke ruang berbeda; menciptakan suhu berbeda tanpa meningkatkan energi apa pun. Lompatan ruang miliknya tidak lebih dari bagian kecil kemampuan yang dia gunakan untuk memisahkan molekul.

Hadiah paling mengerikan Iblis Maxwell adalah kepermanenannya. Namun, kekuatan spiritual Iblis Maxwell pernah ditiadakan, yang seharusnya membuatnya menjadi iblis tingkat bawah yang sesuai dengan hukum kedua tekmodinamika. Tidak diketahui seberapa banyak kekuatan energi spiritualnya, tetapi panas nyata yang telah dimaksimalkan oleh keagungan semu di antara kelas tertinggi fenomena fisik. Namun, setelah Maxwell terkena serangan oleh panas itu, kekuatan spiritualnya tidak menunjukkan tanda-tanda melemah.

(Dia tidak memmiliki tubuh fisik seperti roh ...? Tidak, sebagai hukum, kekuatan spiritual roh seharusnya berakar pada massa atau sumber panas secara fisik. Walaupun begitu, seandainya dia tidak punya bentuk fisik, seharusnya dia tidak mampu menjaga wujudnya ketika diserang oleh energi yang melebihi kekuatan spiritalnya.)

Sehingga, itu mengartikan jika kekuatan restorasi Maxwell pasti sesuatu seperti kemampuan regenerasi; berlaku seperti keabadian. Jika mereka terus-terusan meledakannya dengan serangan terkuat Asuka, mereka pasti bisa membunuhnya saat itu juga.

Disamping itu, Maxwell yang tidak terluka membuat gerakan menyapu debu di mantelnya. Kemudian, seolah kehilangan minat, dia menatap remeh mereka dengan tatapan dingin.

“Hmm, bahkan sepertinya Binatang Agung tidak mampu memahami kekuatan spiritualku. Yaa, Dewa tua yang ketinggalan zaman sepertimu seharusnya tidak pernah berharap menyaingi Raja Iblis kekinian sepertiku.”

{“... Seorang cecunguk yang baru hidup beberapa ratus tahun sudah banyak omong. Sepertinya kamu mendapatkan sedikit raison détre. Namun, di Taman Mini, kekuatan spiritual tidak ditentukam dari seberapa kuatnya kamu. Kaupikir bisa menghancurkan kami yang memperhatikan seluruh sejarah manusia, dengan kekuatan spiritual berusia ratusan tahun yang menyedihkan.”}

Dia meringkik, mendengus, dan menendang tidak setuju.

Di Taman Mini, semakin lama keberadaan seseorang, semakin kuat pula kekuatan spiritual mereka. Ketimbang sebuah Hadiah, itu adalah hukum dasar yang diperlukan sehingga Taman Mini bisa hadir setiap periode.

Dengan kata lain, dengan seluruh kronologis yang ada di waktu yang sama, menginvestigasi keturunan pastinya akan menghasilkan beberapa jenis perbedaan dalam urutan acara.

Jika dua entitas bentrok dan yang lebih tua tidak ada lagi, maka akan menyebabkan keruntuhan seluruh sejarah di dunia luar.

Untuk menghindari paradoks substansial, baik yang berskala kecil maupun besar, salah satu tindakan balasan adalah Hadiah “semakin lama makhluk spiritual hidup, dia akan memperoleh kekuatan lebih.”

Walaupun yang lebih tua menghilang, kasus luar biasa pemanggilan ulang, atau istilah lainnya pembangkitan, bisa dilakukan. Entah pemanggilan ulang adalah seseorang yang menghilang atau orang lain dengan potensi berbeda, akan bergantung sepenuhnya pada ragam orang yang melakukan pemanggilan ulang.

{“Maxwell, keabadianmu bukan berasal dari sistem cadangan Taman Mini. Mengingat bahwa itu cukup berharga, jika kami mengetahui metode untuk membunuhmu, yang dibutuhkan hanyalah satu serangan untuk memusnahkan kekuatan spiritualmu. Apakah aku salah, paaradoks Maxwell?”}

Tidak ada yang lebih sederhana dari membunuh raja iblis yang kelemahannya sudah diketahui.

Antara Hadiah Asuka dan kekuatan spiritual Maxwell, Asuka-lah yang paling diuntungkan. Namun, sebagai penolakan atas latihan berpikirnya, Maxwell mencoba menahan cemoohnya.

“Kuku ... itulah kenapa kamu itu Dewa Kuno, dasar j*lang tidak berpendidikan.”

{“Apa?”}

“Jangan mengira jika kelompok dewamu akan selalu menang. Setidaknya, tidak akan ada tempat tersisa untukmu di peradaban baru yang diciptakan oleh [Aliansi Raja Iblis]!””

Maxwell membelalakkan mata, merentangkan tangan, dan mewujudkan badai salju kuat yang menutupi wilayah itu.

Asuka dan lainnya khawatir jika Maxwell berniat melenyapkan semua orang termasuk para pengungsi, tetapi kebengisan lelaki itu melebihi ekspektasi mereka.

“Memanggil [Phrase Gate][1] ―dari Perapian Neraka, datanglah! Bentara Naga Berkepala Tiga!”

“Apa kaubilang?” Asuka berseru sambil memegangi rambutnya di tengah-tengah badai salju.

Namun, seruannya tenggelam dalam ratapan berkelanjutan.

Pandangan sangat terbatas, tetapi di luar badai salju terdengar suara langkah kaki yang membuat gempa.

Dan tidak hanya satu atau dua pasang.

Guncangannya bisa terdengar dari segala arah, ada banyak suara tumpang tindih dan bergerak menuju para pengungsi. Dari setiap ancaman yang terasa, Yō yang lemah memucat dan semakin pucat.

“Kloning Aži Dakāha ...!? Itu buruk, kalau mereka menyerang sekarang, kita semua akan mati!”

"Maxwell, hentikan! Aku akan memenuhi permintaanmu, bantu saja Yō dan lainnya untuk kabur!”

Willa memohon dengan suara sendu.

Dia menatap Maxwell dengan ketakutan di matanya.

Maxwell menatapnya dengan senyum kasih sayang dan berkata, “Itu tiak cukup!”

“… Ha?”

“Aku baru saja memikirkannya dengan lebih tenang. Sikapmu itu sedikit tanpa perasaan. Yaa, aku mengerti kalau itu adalah cara lain bagimu mengekspresikan cintamu terhadapku. Manusia memiliki satu kata ini, tsundere, ‘kan? Bahkan aku mengetahuinya. Kalau aku tidak salah … itu adalah ekspresi cinta dimana seseorang menunjukkan sikap sebaliknya. Meskipun mereka memang jatuh cinta, jauh di lubuk hatinya sedang tergila-gila tentang dia dan ingin dikuasai olehnya. Itu tidak terlalu buruk juga …, tetapi aku ingin ekspresi cinta yang terus terang dan sebenar-benarnya.”

—Pengantinku pasti memahaminya tanpa kujelaskan lebih lanjut, ‘kan?”

Maxwell berbicara seakan sedang dalam suatu hubungan dimana kata-kata tidak dibutuhkan. Dengan suara acuh ‘tak acuh, dia menginginkan kata-kata yang sangat ingin dia dengar, layaknya seorang istri yang mengatakannya setiap hari.

“Sekali lagiiiii, Willa! Biarkan aku mendengarnya sekali lagi, pengantinku. Kata-kata sumpahmu. Sebagai pasanganku, berkatalah yang lembut dengan cinta abadimu kepadaku! Dengan mendekap tangan, seperti berdoa kepada Dewa, katakan sumpahmu, Willa sang Ignis Fatuus!!!”

*Biku*, tubuh Willa merintih sakit.

Willa yang terintimidasi pun memucat dan matanya mulai sembap ketika dia bersimpuh. Dia sangat paham benar kegilaan dari Maxwell yang mabuk, tetapi dia bahkan lebih mengancam kali ini. Tatapan lemah lembutnya yang biasa telah lenyap dan dia berbicara dengan suara dingin dan mendatangi Willa dengan mata merah.

Satu alasan untuk itu adalah karena fakta bahwa dia yakin akan kemenangannya, tetapi sifatnya memang begitu. Dia akan menundukkan target dan membuatnya bersimpuh pada kesetiaannya dan menafsirkan kata-kata jengkel dan aksi yang dia lihat cocok.

Dia tidak butuh persetujuan kelompok lain untuk memenuhi keinginannya. Sesuatu seperti itu tidak boleh ada di antara mereka. Seorang diktator, dimana orang-orang di sekitarnya hanyalah pelayan.

Itulah sifat asli Raja Iblis Maxwell.

“ … Pria ini, benar-benar yang terburuk …”

Asuka mendengarkan percakapan mereka sambil menggertakkan gigi.

Sebagai wanita, kata-kata dan aksi Maxwell lebih dari cukup untuk membuat geram, tetapi dia juga tidak sebodoh itu untuk tidak bisa memahami situasi.

Asap muncul di ujung jalan utama. Suara ledakan mendadak serta Willa dan Maxwell yang bertukar kata/tatapan.

‘[Gerbang Astral] telah hancur’, tidak butuh waktu lama bagi Asuka untuk menyimpulkan demikian.

(Aku tidak bisa membiarkan bajingan ini memiliki Willa, tetapi …!!)

Dia melirik Yō. Dalam keadaan ini, tidak aneh bagi Yō yang peduli untuk memberikan serangan bunuh diri. Akan tetapi, kedua kakinya terlihat sangat lemah dan tidak menunjukkan tanda-tanda bergerak. Sesuatu juga pasti terjadi kepadanya, Asuka segera menyadarinya.

(Aži Dakāha tentu saja tidak lemah, tetapi aku khawatir pada Kuro Usagi, Pest, dan juga yang lainnya. Apakah mereka berdua tidak di sini …?)

Dia mencari Kuro Usagi dan yang lainnya di dalam badai salju yang besar.

Kuro Usagi telah masuk ke dalam pertahanan Istana Salamandra, tetapi sekarang naga-naga berkepala kembar itu menyerang bersamaan, akan lebih berbahaya jika menyebar.

Ketika situasinya menjadi semakin rumit, Willa mulai bersumpah dengan pelan.

“Da … dalam sehat dan … sakit ….”

“Yang keras, Sekali LAGI!!!”

“M-maaf …!”

Willa mendekap kedua tangannya di depan dada, tetapi mimik takut kekanakannya tertutup oleh tangisan, dan sumpah setia yang sudah susah payah akan dia ucapkan, terdengar hampa.

Cemas, teror, dan kesedihan memojokkan Willa dan membuatnya bingung.

Maxwell yang kesal dengan keraguan tanpa akhir Willa, mendecakkan lidah dan mengayunkan tangan kanannya.

“Oh sayang …, kamu memang pengantinku yang menyusahkan. Sepertinya kamu tidak bisa membuat keputusan tanpa ada pengorbanan.”

Kanan kanannya bergoyang dan berkilauan akibat panas. Sebuah bayangan muncul di dalam badai salju, perlahan namun pasti menyerupai wujud sesosok manusia, kemudian tumbuh menjadi seseorang.

Ekspresi semua orang membeku ketika mereka melihat orang yang muncul di dalam bayangan dengan kilauan udara panas.

“Ku-kuro Usagi?!” sergah Asuka dengan penuh pergolakan.

Kuro Usagi seharusnya sudah dievakuasi bersama Pest, tetapi bagi Maxwell yang bisa dengan bebas menggunakan kemampuan melompati ruang, jarak bukan halangan.

Kuro usagi yang bingung, mengerjapkan mata dua kali untuk menyadari bahwa dirinya ada di tangan Maxwell dan memahami keadaan berbahaya yang dimasukinya.

“Ma-maxwell …?! Asuka dan juga Yō!”

“Selamat datang, Putri Bulan. Saya minta maaf karena memanggilmu di dalam situasi seperti ini.”

Dengan senyum hormat, Maxwell menyambut Kuro Usagi.

Asuka sudah mempelajari bahaya dibalik ekspresi gila itu, dan menyadari bahwa ini bukan waktunya untuk merenungkan situasi ini. Dia harus membuat pergerakan sekarang—atau Kuro Usagi dalam bahaya.

“Alma, serang!!!”

{“T-tapi, Master …”}

“Lakukan saja, cepat!”

Karena tidak ada waktu untuk kalah, Asuka berseru sambil mengeluarkan Hamelin, Seruling Pemecah Angin, dari Kartu Hadiahnya. Alma sedikit ragu karena situasi itu, tetapi dia tidak bisa mengabaikan Masternya. Alma merubah seluruh tubuhnya menjadi petir dan mulai mencongklang; menginjak tanah kuat-kuat dengan tapaknya.

Jejak petir yang melebar di tanah membentuk lingkaran.

Dikarenakan kekuatan tiga semu keagungan, Almathea menjadi Petir Surga, dan mulai menyamai kemunculan Raja Iblis Maxwell, bahkan lebih panas dari sebelumnya. Halilintar meraung di udara yang memanas dan mengguncang tabir kegelapan. Semburan kekuatan yang menyamai kekuatan Vajra kemungkinan besar akan menghanguskan seluruh wilayah, meninggalkan bekas gosong pada bumi ketika bangun.

Jika mereka bertarung, maka ini akan menjadi satu serangan mematikan. Dengan hasil itu, Alma melepaskan seluruh kekuatan roh yang telah dianugerahkan kepadanya, dan dari benteng ‘tak tertembus, dia berubah menjadi sebuah kilat pertir.

{“Raja Iblis Mxwell, persiapkan dirimu!!”}

Sebuah serangan yang tidak bisa diikuti mata, melewati Kuro Usagi, targetnya adalah tengkorak kepala. Sebuah serangan dengan Hadiah terkuat yang bisa Kudou Asuka siapkan, 'Pachin!' ditiadakan dengan suara lembut.


{”!?”}

Kekuatan Alma mendadak hilang tanpa peringatan. Setelah kehilangan keagungannya, dia mencoba menyelesaikan serangannya dengan sebuah momentum, bagaimana pun caranya, tetapi dia dengan mudah dihindari, dan dengan kecepatan yang sama, dia melesat ke hutan dan berguling-guling di tanah.

{“Master! Kamu baik-baik saja?!”}

Alma mendarat dengan berguling-guling, tetapi setelah memikirkan keamanan Masternya, dia segera bangun. Saat itulah dia menyadari ada yang tidak beres.

Masternya, gadis lembut dan rapuh yang berpegangan di punggungnya—Kudou Asuka tidak ada. Mengira jika dia terjatuh, Alma langsung mencari ke sekitar, tetapi dia tidak terlihat di mana pun.

Asuka menghilang layaknya kabut.

Yang ada di atas tanah adalah Kartu Hadiah Anggur Merah milik Asuka yang berisi seluruh Hadiahnya. Alma yang ketakutan, mendongak dan melolong pada Maxwell.

{“T-tidak …. Dasar Bajingan!! Di mana Masterku?!”}

“Entahlah. Ngomong-ngomong, karena terjadi mendadak, mungkin dia mendarat di lautan atau terdampar di sebuah gunung. Yah, perintahnya berubah sedikit. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”

Maxwell bicara acuh ‘tak acuh seolah dia tidak peduli.

Namun, keputusasaan yang mendera [No Name] sungguh tidak terduga.

Kudou Asuka adalah gadis yang pandai, tetapi tubuhnya tidak berbeda dari gadis normal. Dia didampingi Hadiah sang sangat kuat, seperti Raksasa Besi Suci Langka dan Binatang Agung Adamantite. Namun jika sendirian, kekuatannya tidak sebesar itu.

Dia dipanggil ke Taman Mini dengan situasi seperti itu.

Metode kemenangan pasti yang sangat mirip seperti buangan.

“Apa … apa yang kaulakukan …?!!!” Kuro Usagi berucap dengan suara bergetar dan memelototi Maxwell.

Dia tidak pernah merasa putus asa tentang ketidakberdayaannya. Jika dia ada di dalam kondisi terbaik, dia sudah pasti melayangkan Tombak Kemenangan Pasti kepada Maxwell.

Dengan seluruh kemampuannya, dia mencoba memberontak di tangan Maxwell, tetapi kemampuan fisiknya menurun hingga ke tingkat gadis biasa. Tidak peduli seberapa kuat dia mencoba, genggaman itu tidak akan mengendur.

Karena sekarang sudah seperti ini, dia menatap ke arah Yō dan Willa dan memohon kepada mereka.

“Yō! Willa! Abaikan saja Kuro Usagi dan kalahkan bajingan ini! Jika bersama-sama, kalian pasti …!!!”

“Bocah berisik.”

*Patan!* Suara jentikan jari. Bersamaan dengan itu, Kuro Usagi mendadak hilang. Dia bahkan tidak meninggalkan jejak, seolah dihilangkan; dia langsung lenyap.

Tidak perlu dijelaskan apa yang sedang terjadi.

Seperti itulah, Kuro Usagi menghilang di suatu tempat di Taman Mini yang luas.

Sebagai gadis normal, tanpa kekuatan, kehilangan kekuatan spiritualnya.

“Ma-Maxwell …!!”

“Sayang sekali, aku harus melakukannya. Ini salahmu, Willa! Seandainya kamu merespons dengan lebih cepat, itu tidak akan terjadi.”

Menyalahkan orang lain karena kesalahan diri sendiri. Namun, Maxwell memang berpikiran seperti itu.

Ketika tangan iblis mulai mendekati Yō, Willa yang bergetar berdiri di depannya.

“H-hentikan …! A-akan kulakukan keinginanmu, jadi …!!”

“Willa …!”

Willa paham jika keadaan Yō buruk, jadi dia mengumpulkan setiap keberaniannya dan mempertahankan Yō.

Di sisi lain, Yō hanya bisa berbaring di tanah dan memperhatikan perkembangan situasi.

Dia masih belum bisa meraskan kakinya yang tidak berfungsi.

Tidak hanya kehilangan kekuatan bertarung, tetapi tubuhnya juga.

Teman-teman pertamanya, bukti persahabatan itu, Hadiah … semua harta karun yang seharusnya dia raih, segalanya menjauh dari gapaiannya sebelum dia mampu memikirkan itu.

Sebuah memento yang dia miliki tentang ayahnya, [Pohon Genom] saat ini tidak lebih dari sekadar ukiran kayu.

(Sial … sial, sial!!! Kenapa aku tidak bisa menggerakkan kakiku di saat genting begini ….)

Dia merasakan kenyataan keras merayap di kaki lumpuhnya. Kekuatan bukanlah satu-satunya yang hilang. Teman-teman pentingnya, waktu yang akan dia lewati bersama mereka, yang seperti keluarga baginya. Segalanya yang dia harapkan telah lenyap di hadapannya, seperti bunga tidur.

Dia hampir menangis.

Pipinya perlahan basah karena frustrasi.

Melihat pipi berkilauan itu, Maxwell mulai tertawa keras sampai-sampai otot perutnya bergoyang.

“Ha … hahahahaha!!! Kamu menangis frustrasi karena kehilangan rekan! Kaumenangis karena frustrasi?!! Namun, penghinaan yang kuterima dari ayahmu lebih parah dari ini!”


“Diam!!!” Yō berteriak sekeras yang dia bisa. Tubuh lemahnya mulai batuk dan mengejang sebagai bentuk reaksi.

Dia benci menunjukkan kelemahan kepada lelaki ganas ini, tetapi yang sangat dia benci adalah ketika dia mengatakan “sesuatu seperti” kehilangan teman-temannya; meremehkan.

Tidak masalah jika [Pohon Genom] tidak bekerja.

Jika kakinya bisa bergerak, dia bisa menyerang walaupun itu berarti mati hanya untuk menunjukkan sebuah tantangan. Namun, kakinya tidak mau bergerak sedikit pun, seolah terikat oleh rantai.

Mondaiji-tachi ga isekai kara kuru soudesu yo v10 p53.jpg

Perasaan tidak berdaya dan kesedihan itu berubah menjadi air mata dan mulai jatuh.

Dia tidak punya kemampuan untuk bertarung atau menunjukkan keinginannya untuk membalas menyerang, dia hanya berbaring menyerupai mayat.

Yō mengulum bibirnya, berpikir jika dia pernah merasa terhina sepanjang hidupnya ketika dia mulai berpijak.

“Fufu … karena pengalaman baik ini sudah selesai, ayo pergi, pengantinku?”

“.... uh......!”

Melihat Yō yang dipermalukan dan Willa yang gemetar, Maxwell menunjukkan ekspresi gembira sekaligus geram. Dari sekeliling mereka, gempa yang disebabkan oleh para naga kepala kembar dan raungan binatang terdengar.

Karena sekarang [Gerbang Astral] telah hancur, tidak ada cara untuk mengatasi krisis ini tanpa kekuatan Maxwell.

Yō dan Almathea hanya bisa menggertakkan gigi dan menatap frustrasi.

Mereka mencoba mati-matian memikirkan cara untuk melakukan sesuatu, tetapi tidak bisa menemukan satu petunjuk pun.


—Dengan ini, pertarungan di Kota Kouen berakhir.

Daratan luluh lantak dan kebanggaan saudara mereka terinjak-injak.

Yō menenangkan tubuhnya dan membiarkan dirinya berbaring di tanah, seolah-olah menerima kekalahannya.

—.Walaupun begitu, bangunlah, dengarnya.

Sebuah suara bergema di dalam jiwa Kasukabe Yō.


Translator's Notes[edit]

  1. Tulisan aslinya memang diketik begini dengan tulisan Inggris, tetapi di dalam kanji artinya Freeze Gate alias ‘Gerbang Beku’. [sumber: English translator]
Kembali Ke Halaman Utama