Konjiki no Master(Indo):Arc 3 Chapter 157

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 157 : Kawan Lama

Setelah Hiiro kembali ke kamarnya, Liliyn dengan sigap menginterogasinya tentang diskusinya dengan Aquinas, seperti yang dia duga sebelumnya. Untuk membuatnya mengerti, Hiiro memberitahunya tanpa menyembunyikan apa pun.

Tidak hanya itu, tetapi untuk beberapa alasan Liliyn sepertinya membuat ekspresi lega. Itu mungkin karena kekhawatirannya terbukti salah.

“Yah, jika itu memang keputusanmu, aku tidak akan melakukan apa pun untuk menghentikanmu.” (Liliyn)

“Nofofofofo! Ojou-sama benar-benar khawatir tentang Hiiro-sama dan terus bertanya ‘Apakah dia sudah kembali?’ dia tidak bisa tenang sama sekali!” (Silva)

“I-i-i-i-itu tidak benar, kau bodooooooooh!” (Liliyn)

“Buggh—?!” (Silva)

Karena pernyataan Silva yang seharusnya tak perlu diutarakan, wajah Liliyn langsung memerah cerah. Seakan-akan menyembunyikan perasaannya, dia menendang wajah Silva.

Meskipun Shamoe terkejut dengan kekerasan yang tiba-tiba, dia bergegas merawat Silva yang sekarang diam tergeletak di tanah.

“Haa haa haa haa…… Dengarkan baik-baik, Hiiro! Ocehan bajingan itu omong kosong! Bukan seperti itu, oke?!” (Liliyn)

Dengan mata agak berkaca-kaca, dia menunjuk jarinya dan dengan panik membantah kebenaran komentar Silva. Hiiro meliriknya dan—

“Begitukah...” (Hiiro)

Dia menjawab dengan sikap yang sama sekali tidak peduli. Tentu saja, Liliyn terkejut dengan  keacuhan yang dibuatnya. Liliyn hanya mampu melototnya dan berkata—

“K-k-k-k-kau bodoh! Suatu hari, aku akan membuatmu berlutut di hadapanku!” (Liliyn)

Bahkan saat dia berteriak, wajah Liliyn yang masih memerah dan tubuh mungil itu tak menyebabkan satu ons pun rasa takut. Sebaliknya, melihat tindakannya yang begitu putus asa akan membuat siapa pun tersenyum.

‘Apa kau berpura-pura sedang putus asa......’ (Hiiro)

Sayangnya, tak satu pun perkataan Liliyn yang bisa mempengaruhi Hiiro walau cuma sedikit. Dia hanya memberi jawaban kering sama seperti biasanya.

“Sh-shishou!” (Nikki)

Tanpa peringatan, Nikki mengepalkan tinjunya dan berteriak.

“Apa?” (Hiiro)

“S-Shishou akan, um... pergi ke duel, kan?!?!” (Nikki)

“Ya.” (Hiiro)

Nikki lalu memberi ekspresi gelisah. Hiiro mengerti apa yang ingin dia katakan dan dengan acuh tak acuh mengatakan padanya—

“Kau tak boleh ikut.” (Hiiro)

“Eeeh!? Ke-kenapa?!” (Nikki)

Nikki menunjukkan wajah yang sangat kecewa, tampak menerima kejutan besar.

“Itu wajar, ini masih terlalu awal untukmu.” (Hiiro)

“T-Tapi...... aku ingin membantu Shishou!” (Nikki)

“Permintaan ini ditunjukkan padaku. Kau dan kalian tak perlu terlibat.” (Hiiro)

“Uuuu……” (Nikki)

Dia terdiam atas penolakan lengkap Hiiro.

“Ini adalah duel yang melibatkan nasib negari ini. Kau masih harus menempuh jalan panjang sebelum kau dapat berpikir tentang memikul tanggung jawab seperti itu.” (Hiiro)

 “Uuuu~ kuat!” (Nikki)

“Ha?” (Hiiro)

“Lebih kuat, lebih kuat, aku akan lebih kuaaaaat! Jika aku menjadi lebih kuat,  bisakah aku bertarung bersama Shishou?!” (Nikki)

Bibirnya lurus dan memberikan Hiiro tatapan serius. Setelah melihat wajah seperti itu, Hiiro menghela nafas dan menganggukkan kepalanya.

“Mari kita lihat, menjadi kuat saja tak akan pernah cukup. Tapi, yeah, jika kau menjadi lebih kuat, mungkin aku mengizinkanmu bertarung bersamaku.” (Hiiro)

“Jadi, percayalah aku menjadi lebih kuat! Jadi ketika saatnya telah tiba, izinkan aku untuk bertarung denganmu... Shishou!” (Nikki)

“.....Yah, aku akan menunggunya.” (Hiiro)

Hiiro menjentikkan Nikki di dahinya, membuat suara *ton* . Ekspresi Nikki sangat terang, tapi Mikazuki merasa tidak puas dengan kejadian ini dan mengelus pipinya.

“Buu~! Kenapa hanya Nikki~? Mikazuki ingin dijentik juga!” (Mikazuki)

Meskipun Mikazuki mulai membuat ulah, Hiiro benar-benar mengabaikannya. Nikki membusungkan dadanya dengan bangga, membuat suara *fufun*, merasa lebih unggul dari Mikazuki.

“Ku…… Ku…… Kuiiii! Shamoe-chaaaaaan!” (Mikazuki)

Mikazuki yang terhina meringkuk ke dada Shamoe. Shamoe dengan lembut membelai kepala Mikazuki untuk menghiburnya.

“Ngomong-ngomong, kapan duelnya akan berlangsung?” (Silva)

Tanya Silva, yang telah pulih tanpa ada yang menyadarinya.

“Aku masih belum tahu. Bahkan jika kita menyelesaikan semua persiapannya, bukankah seharusnya kita juga khawatir tentang pihak lawan? Yah, bisa dipastikan mereka akan membawa petarung terbaik mereka.” (Hiiro)

"Hohou, maka [Three Warriors] pasti akan ada di sana. Beast King dan... Ada dua, kan? Kedua pangeran Gabrant.” (Silva)

Pemikiran Silva tidak menghasilkan apa pun kecuali nama-nama musuh kelas atas.

“Ya……” (Hiiro)

“Nofo? Adakah yang lainnya?” (Silva)

“...... Bukan apa-apa.” (Hiiro)

Hiiro mengingat percakapannya dengan Aquinas. Ketika mereka berbicara tentang kekuatan lawan, dia mendengar nama yang membuatnya bernostalgia.

‘Jangan bilang orang itu akan berpartisipasi. Tapi sekali lagi, masih ada kemungkinan kecil mereka akan berpartisipasi.’ (Hiiro)

Saat Hiiro menatap ke kejauhan, semua orang menatapnya dan memiringkan kepala mereka.

***

Di tempat yang penuh dengan botol alkohol, sesuatu bergerak dengan suara *goso goso*. Dari gerakannya, sepertinya itu adalah orang. Ketika setengah tertidur, orang itu berguling-guling dan memukul beberapa botol, menjatuhkannya dan membuat suara *karan!*.

Segera setelah itu, langkah seseorang terdengar mendekat. Setelah melihat orang yang sedang tertidur itu, orang itu mendesah sambil membuat ekspresi heran.

“Oi-oi, bahkan tak ada ruang untuk berdiri di sini.” (???)

Orang itu dengan terampil melangkahi botol-botol yang berserakan di sekitar dan mendekati orang yang tengah tertidur itu. Dia kemudian meletakkan tangan di bahunya dan mencoba untuk menggoyangkan badannya.

“Shishou? Hey Shishou?” (???)

“Munya…… ushishi……” (???)

Kau bisa tahu dari senyumannya kalau orang yang sedang tertidur itu sedang bermimpi indah. Wajah anak-anaknya itu tampak tak berubah dan terlihat sedikit air liur di ujung mulutnya. Tidak hanya itu, dia juga memeluk sebotol alkohol. Ada kesenjangan antara penampilan dan tindakannya yang menakutkan.

“Haa, benar-benar mengkhawatirkan. Orang ini benar-benar meyusahkan..... ” (???)

Saat dia berpikir jika dia sendirian, memikirkan seberapa besar orang ini menyukai alkohol?!, dia mulai mengguncang orang yang sedang tidur dengan lembut. Dia  telah diberitahu untuk membangunkannya pada waktu sekarang, sehingga dia tak mungkin berhenti mengguncangnya sampai orang yang tertidur itu bangun.

“Ini buruk, bisakah kau membantuku membersihkannya?” (???)

“Ah. Tentu, akan saya lakukan.” (???)

Tampaknya ada dua orang yang memasuki kamar, dan salah satu dari mereka meminta yang lain untuk membersihkan kamar itu.

“Shishou, tolong segeralah bangun. Jika tidak...... aku tak akan membuat camilan lagi untukmu?” (???)

“Aku t-tak bisa menerima itu!” (???)

 Orang yang tidur tiba-tiba mengeluarkan sebuah tinju ke udara. Tampaknya dia akhirnya terbangun.

“Aku mengerti, kau akhirnya bangun juga, Shishou.” (???)

“……… nh? Oh... jadi itu kau lolicon.” (???)

“Siapa yang kau panggil Lolicon?!” (Lolicon)

Lolicon itu berkata dengan suara yang sangat keras sehingga menggema di seluruh ruangan.

“Nahahahaha! Aku hanya bercanda!” (???)

Orang itu tertawa gembira dengan menggoyangkan rambut hijaunya. Saat orang itu meregang, telinga panjang yang bertengger di atas kepalanya secara lembut berdiri tegak. Gadis itu adalah [Were Rabbit] dengan perawakan seorang siswa sekolah dasar, yang selalu bisa ditemukan dengan mengenakan jas lab putih kotor.

“Astaga, jika saja saat pertama kali kalian bertemu, dan si bajingan itu tak mengatakan hal yang tak perlu kepada Shishou, maka aku tak akan memiliki panggilan itu.....” (Lolicon)

Sambil menjatuhkan bahunya dengan cara kecewa, orang itu mengingat orang yang memberinya panggilan “Lolicon” dan kemudian melepas niat membunuhnya.

“Nahaha! Berbicara tentang orang itu, sudah lebih dari setengah tahun sejak dia pergi, kan?” (Gadis Kelinci)

Mendengar perkataan itu, orang yang sedari tadi membersihkan ruangan itu dengan tenang tampak berhenti dan melihat ke bawah dengan tatapan ingin bertemu di matanya.

“Aa mou, pria itu sama sekali tak berpikir untuk menepati janjinya! Muir, kau juga tak perlu khawatir!” (Lolicon)

“U, un……” (???)

Muir Castrea. Itulah nama gadis itu. Dan satu lagi pria yang di ruangan itu adalah walinya, Arnold Ocean.

Mereka berdua adalah mantan teman seperjalanan Hiiro Okamura. Dan penyebab niat membunuh dari Arnold sebelumnya adalah Hiiro sendiri.

Lebih dari setengah tahun yang lalu, mereka bertiga tiba di tempat ini dan bertemu dengan anak kecil yang mengenakan jas putih : guru Arnold, Rarashik Fan'naru. Saat itulah Arnold meminta Rarashik untuk melatih Muir dan dirinya sendiri.

Namun, setelah diberitahu kalau akan membutuhkan waktu cukup lama bagi Muir untuk menjadi lebih dewasa, Hiiro memutuskan untuk meninggalkan keduanya, mengatakan kalau dia tak bisa lagi tinggal di [Beastman Capital : Passion]

Pada saat itu, dia mengatakan jika setelah setengah tahun dia senggang, dia akan datang dan bertemu dengan mereka lagi. Namun sejak saat itu, mereka sama sekali tak mendapat kabar darinya. Muir, yang telah menunggu untuk berbicara dengan Hiiro setelah sekian lama, menjadi murung.

Muir mulai memiliki ketertarikan dengan Hiiro. Selama perjalanan mereka, dia mungkin belum menyadarinya, tetapi ketika dia pergi, perasaan ingin bertemu dengannya sekali lagi tumbuh semakin kuat.

Keberadaan Hiiro menjadi jauh lebih penting dalam dirinya daripada yang dia duga, sampai pada titik di mana dia sendiri terkejut mengetahuinya. Jadi, untuk persiapan bertemu Hiiro setelah setengah tahun, Muir sepenuhnya mengabdikan dirinya dalam pelatihan yang dibuat Rarashik.

[Untuk menjadi lebih kuat.]

Untuk menanggapi kata-kata perpisahan Hiiro.

Rarashik mulai tersenyum ketika pandangannya beralih ke Muir.

“Serius, bocah itu benar-benar laki-laki yang kurang ajar. Aku pernah mendengar kalau Mimir-sama juga terpesona olehnya.” (Rarashik)

Mimir adalah putri kedua dari Beast Kingdom. Pada usia muda, sebuah penyakit telah merampas suaranya saat demam tinggi. Baginya, yang sangat menyukai bernyanyi di atas segalanya, kehilangan suaranya adalah nasib terburuk yang sebanding dengan rasa putus asa dengan kematian.

Namun, karena dia merasa membuat orang-orang di sekitarnya sedih, dia berusaha memakai senyuman palsu. Bagaimanapun juga, senyuman palsu itu, akhirnya telah direnggut oleh Hiiro, yang mana dokter terbaik pun tak mampu mengembalikannya. Hiiro menyembuhkannya menggunakan Word Magic hanya dalam waktu hitungan detik.

Sejak saat itu, Mimir terus memikirkan Hiiro sebagai penyelamatnya. Dia kemudian mencoba mendekatinya sembari menahan perasaan kekaguman yang begitu kuat, perasaan itu sebanding dengan sebuah pemujaan. Dan di dalam perasaan itu, gairah cinta yang samar mulai terbentuk. Orang bisa mengatakan jika dia telah jatuh cinta padanya pada pandangan pertama.

“Muir dan Mimir-sama, kah? Aku ingin tahu siapa lagi yang telah jatuh cinta pada pria ini dalam enam bulan ini. Nahahahaha!” (Rarashik)

Saat Rarashik mengatakan kata-kata ini dengan cara yang geli——

*crack!*

Terkejut, Arnold melihat ke asal suara dan melihat Muir yang dengan tangan telanjang mematahkan botol sake yang dipegangnya. Selain itu, tidak ada satu pun luka di tangannya.

“Mu-Muir.....?” (Arnold)

“Eh? Ah, umm…… A-Aku minta maaf! Aku akan membersihkannya segera!” (Muir) 

Entah dia tak menyadari apa yang telah dia lakukan atau bagaimana, Muir segera menyapu kaca yang pecah seolah-olah tak terjadi apa-apa. Tidak— jika kau perhatikan lebih dekat, di pipinya tampak sedikit rona saat dia sadar mengapa dia melakukan itu.

“Nahahaha! Menggoda Muir memang menyenangkan seperti biasa!” (Rarashik)  

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>