Konjiki no Master(Indo):Arc 1 Chapter 56

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 56: Pergerakan di Victorias[edit]

Setelah seminggu kepergian perjalanan Hiiro sekali lagi, sebuah surat tulisan tangan datang dari Maou di tangan Rudolf, Raja dari【Victorias】.

Setelah membaca keseluruhan isinya, dia menampilkan wajah pelik ketika ia menaruh surat tersebut ke dalam lacinya kembali. Dia saat ini sedang berada pada ruangan Raja, dengan bersama seorang perdana menteri kepercayaannya, Dennis Norman.

“Sekarang apa yang mesti aku lakukan…” (Rudolf)

“Kita telah menganalisis dan menyelidiki apa yang terjadi, tetapi kenyataan bahwa jembatan itu telah dihancurkan oleh Maou itu adalah kebenaran.”

“Benar… Maou... ” (Rudolf)

“Tidak seperti Maou sebelumnya, Maou yang sekarang berumur sangat muda dan seorang yang idealis, aku rasa.”

“Aku juga berpikiran seperti itu. Kalau tidak, dia tidak akan pernah melakukan hal seperti ini. Tetapi tetap saja, saat ini…” (Rudolf)

“Itu benar. Dengan ini, perasaan permusuhan antara [Gabranth] dan [Evila] akan semakin tinggi. Kecuali jika saja [Gabranth] menerima perjanjian itu, mungkin saja itu bisa sedikit meredamnya.”

“… Yeah, sayangnya itu tak terjadi.” (Rudolf)

“Yep, itu termasuk hal-hal yang tidak mungkin saat ini.”

Kali ini, tindakan yang dilakukan oleh [Evila] sama halnya dengan menginjak harga diri ras [Gabranth]. Bagi ras Demon, alasannya mungkin cukup tepat, tetapi bagi Beastmen, hal itu hanya terlihat sebagai bentuk menantang tekad Gabranth untuk berperang.

Apalagi, saat ini tak mungkin bagi [Gabranth] untuk memaafkan [Evila].

“Aku tahu kemana tujuan dari Maou yang sekarang. Jika tulisan ini benar-benar hal yang ia ingin katakan, lalu mereka pastinya mengharapkan untuk bersekutu dengan kita untuk mengurangi keinginan [Gabranth] untuk berperang.” (Rudolf)

“Itu masuk akal. Tetapi hanya dengan perjanjian di dalam surat itu, itu sama sekali bukan bukti dan tujuan asli mereka. Mungkin saja menghancurkan jembatan itu hanya untuk menjadikannya sebagai alasan, jadi mereka bisa fokus terhadap menghancurkan ras [Humas]. Hal yang aku ingin katakan adalah, masih ada banyak kemungkinan.”

“… Ini benar-benar sulit. Dengan menjadi aliansi, terlihat seperti tidak ada manfaatnya bagi kita.” (Rudolf)

“Tetapi saat ini kita berusaha menghindari perang dari 2 arah, … kan?”

“Jika bisa maka akan aku lakukan. Tapi dengan ini, aku bisa memahami keadaan sebenarnya dari para [Evila].” (Rudolf)

“Hal itu juga berlaku untuk mereka kepada kita.”

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Jika mereka membangun aliansi, dan menaikkan beberapa hubungan, mereka bisa saja saling memahami keadaan satu sama lain. Tapi bisa saja itu menyebabkan beberapa kelemahan mereka terkuak. Tetapi jika benar [Evila] benar-benar menginginkan untuk beraliansi, masih saja ada kelebihan dan kekurangan.

“Kondisi seperti apa yang diinginkan oleh mereka untuk memulai pertemuan itu?”

“Sesuai yang ada disana, mereka menyerahkan seluruhnya kepada kita.” (Rudolf)

“Astaga, astaga. Apa mereka benar-benar mempercayai kita, atau mereka terlalu percaya diri dapat menghancurkan kita…?”

“Mungkin bisa saja keduanya…”

“Tetapi jika kita bisa memilih beberapa kondisi yang membuat kita unggul, kita setidaknya bisa bermain aman…”

“Fumu, walaupun begitu, terlalu cepat bagi kita sekarang membuat keputusan. Bahkan jika kita membentuk aliansi ini untuk sekadar nama saja, ada banyak Humas yang telah kehilangan sesuatu. Dan aku juga kehilangan putri-putriku.” (Rudolf)

Wajah Rudolf mulai terlihat pahit.

“… Bagaimana dengan para Hero?” (Rudolf)

“Mereka tetap naik level dengan baik. Berdasarkan laporan Vale, ia sudah menghubungi, Judom Lankars, untuk melatih mereka, tetapi ia tetap tak menerima jawaban persetujuan.”

“Judom…”

Rudolf menutup matanya, dan mengeluarkan helaan nafas.

“Orang itu sudah sangat kurang ajar. Orang itu sepertinya salah prinsip seolah mengatakan Guild Master memiliki hak kuasa seperti raja.” (Dennis)

Denis mengeluarkan kata-kata serapah dengan kemarahannya.

“Dalam keadaan darurat, dia mungkin bisa diperhitungkan kekuatannya, dan karena banyak kepercayaan kepadanya ia memimpin banyak orang. Raja sebelumnya memang mengangkat hal itu karena ia percaya padanya. Tapi hingga kini ia adalah rakyat biasa!” (Dennis)

“Dennis, cukup.” (Rudolf)

“… Dimengerti.” (Dennis)

“Walaupun begitu, dia tetap lah teman lamaku. Jangan berbicara terlalu buruk kepadanya.” (Rudolf)

“Hamba mohon maaf.” (Dennis)

Dia menundukkan kepalanya, dan meminta maaf.

“Seperti biasanya, Judom pasti telah mempelajari banyak hal tentang pertemuan ini berdasarkan jaringan informasinya. Dan jika ia merasa curiga terhadap kita maupun mereka, ia pasti menahanku apa pun yang terjadi.” (Rudolf)

Orang yang mereka bahas sudah mengatakan hal yang sama itu sebelumya. Tentang bagaimana ia meminta Rudolf menerima ajakan pertemuan itu berkali-kali saat surat itu datang pada Rudolf. Dia meyakinkan Rudolf jika ia pasti akan melindungi Raja jika hal berbahaya sedang terjadi.

“Dennis, panggil segera Judom.” (Rudolf)

“… Kau yakin?” (Dennis)

“Yeah, apapun jawaban yang aku ambil, aku pasti membutuhkan kekuatan. Bukannya begitu… Dennis?” (Rudolf)

“… Dipahami.” (Dennis)

Dennis dengan hormat menundukkan kepalanya, dan meninggalkan ruangan itu.

“Akan selalu baik ketika ada banyak senjata yang dimiliki. Empat pahlawan, dan Judom… Demi saat itu, akan aku tunda sementara pertemuan itu, dan memperkuat para Hero sekarang.” (Rudolf)

Dengan wajah yang keras, dia menatap lurus keluar jendela..

.

“Perang telah selesai? Siapa yang menang?” (Taishi)

Keempat pahlawan sedang berkumpul untuk latihan harian mereka. Berdasarkan laporan yang diberikan Vale, satu-satunya pahlawan laki-laki, seorang Ikemen berambut kecoklatan, Aoyama Taishi bertanya ketika ksatria itu menyodorkan sebuah handuk untuk mengusap keringatnya.

“Tidak ada, kedua belah pihak sama sekali tak mendapatkan dampak. Sepertinya Maou menginginkan perang ini berakhir.” (Vale)

Sesaat setelah mengetahui kenyataan kehancuran jembatan itu, keempat pahlawan itu sedikit terkejut.

“Se-sekuat itu kah… Maou itu…” (Chika)

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Satu-satunya yang sudah tersadar dari lamunannya dengan wajah pucat, Suzumiya Chika. Dapat dengan mudah menghancurkan jembatan sejauh 30 kilometers itu seperti gimana gitu (was a little bit much).

“Jumlah rata-rata sihir yang mereka milik lebih dari kita, Humas. Tampaknya itu juga Aquinas.” (Vale)

“Ah, dari kelompok 《Cruel》 yang dirimu katakan sebelumnya?”

Orang yang mengatakan itu adalah seseorang yang menggunakan aksen Kansai, Akamori Shinobu.

“Ya, merekalah yang terkuat dari golongan para demon.” (Vale)

“O-orang seperti mereka benar-benar adanya. Seperti yang aku pikirkan…”

Dengan ekspresi cemas, Minamoto Shuri berbicara. Mereka berpikir jika mereka makin hari semakin kuat, tetapi saat ini mereka tak yakin untuk dapat menyeimbangi kekuatan semacam mereka. Maou yang dapat melakukan hal seperti itu dalam waktu singkat benar-benar overpowered.

“Aku penasaran berapa sebenarnya level mereka.” (Taishi)

Pertanyaan dari Taishi sebenarnya hal yg ditanyakan oleh semua orang. Dengan kekuatan sebesar itu, sebenarnya seberapa besar selisih kekuatan di antara mereka, dan karena itu, wajar bagi mereka untuk semakin khawatir.

Mereka mungkin akan segera berperang, jadi, ini akan menjadi informasi yang berharga. Namun, Vale sepertinya tak dapat bocoran level mereka.

“Aku tak tahu level pasti dari mereka, tetapi berdasarkan peringkat SSS, Judom-sama yang telah one-by-one dengan Aquinas sekali, beliau pun pernah hampir mati.” (Vale)

“Ah, Guild Master yang selalu dirimu katakan itu? Terakhir kali kita mendatanginya, dia sepertinya tak ingin bertemu dengan kita. Aku penasaran apa dia membenci kita.” (Chika)

“Salah, yang aku pikirkan adalah mungkin yang sebenarnya dia benci adalah… birokrasi negeri ini.” (Vale)

Vale memberikan jawaban dengan senyum masam. Melihat hal ini, Shinobu memukul punggungnya.

“Tetaplah semangat, Vale! Jangan lupa untuk berpikir positif sekarang!” (Shinobu)

Setelah melihat gadis itu dengan senyum cerah, dia tidak bisa berekspresi lebih kecuali merasa lebih baik.

“Ya, itu benar! JIka kita terus bekerja keras, sesuatu pasti terjadi!” (Shuri)

“Itu benar.” (Shinobu)

Shuri dan Shinobu saling tersenyum. Melanjutkan pembicaraan sebelumnya, Vale terbatuk sebentar, dan mendesah, sebelum ia berbicara setelahnya.

“Benar juga, level Judom-sama saat itu sudah melewati level 90, sepertinya.” (Vale)

“Se-sembilan puluh!?”

Taishi tanda aba-aba berteriak. Dan tentu saja. Mereka bahkan tidak sampai setengahnya saat ini. Terlebih orang yang sekuat itu saja masih hampir sekarat setelah berhadapan dengan Aquinas…

“Orang itu pasti benar-benar Final Boss…”

“Dan bisa saja belum sampai wujud terakhirnya.”

Chika melanjutkan kalimat Taishi, tetapi Vale hanya bisa memiringkan kepalanya, tak memahami maksud dari keduanya.

“Bi-bisakah kita menang… melawan orang seperti itu?” (Shuri)

“Shuri, semua akan baik-baik saja selama kita belum menyerah! Dan sepertinya mereka belum menyerang kita, kan?” (Shinobu)

“Ya, dan itulah yang terjadi.” (Vale)

“Jadi, sampai saat itu tiba, kita hanya perlu menaikkan level kita! Tujuan kita sampai kita mencapai Counter Stop!” (Shinobu)

(TL: Counter stop ketika nilai stat sudah sampai maksimum, jadi, penghitung stas tidak akan bertambah lagi, dan isiilah ini ada di gim yang mereka mainkan)

Shinobu meninjukan tangannya ke atas, tetapi sepertinya Vale masih belum memahami apa yang mereka maksud, tanda tanya masih mengambang di samping kepalanya.

“Ah, tetapi level 99 adalah level tertinggi, kan?” (Shinobu)

“Tidak, kita belum pasti akan hal itu. Maksudku adalah, seandainya kita perlu mengalahkan seorang berlevel 90-an, itu berarti kita perlu menjadi level 100, kan?”

“Hey, Vale?” (Shinobu)

“Apa itu?” (Vale)

“Berapa level tertinggi saat ini?” (Shinobu)

“Aku tak tahu, sayangnya. Tetapi berdasarkan apa yang aku dengar, sudah ada beberapa orang yang telah melewati level 100.” (Vale)

“Aku mengerti. Jadi, tidak ada counterstop…?” (Shinobu)

“Well, bukannya itu bagus? Itu berarti kita bisa menjadi sekuat apa yang kita inginkan? Itu membuat seluruh latihan kita sangat bernilai!” (Taishi)

Taishi mengucapkan itu dengan tersenyum, tetapi Chika mengeluarkan desahan.

“Serius, kau terlalu ‘riang’ mengenai hal itu.” (Chika)

“Aku tak ingin mendengarnya darimu!” (Taishi)

“A-apa!? Di antara kita, kaulah yang paling santai!” (Chika)

“Hah!? Apa maksudmu!?” (Taishi)

“Ah, ya ya ya, kita lupakan saja hal itu. Jika kalian mempunyai tenaga untuk berdebat bukannya, kalian lebih baik berlatih, kan?” (Shinobu)

“I-itu benar, kalian berdua. Kita harus bekerja keras lebih agar tak kalah.” (Shuri)

(Credit Musuyaba from Baka-tsuki (talk))

Setelah mendengar keduanya, Taishi and Chika mulai merendah, dan terlihat sedang malu.

“Haha, teamwork yang bagus. Aku akan mengandalkan kalian selanjutnya, semuanya!” (Vale)

Saat Vale sedang mengatakan itu, semuanya memberikan tanggapan yang beragam.

Tapi dia belum tahu. Roda gigi perang masih bergerak. Pertempuran itu semakin hari, semakin dekat.

Dan tidak ada di antara mereka yang tahu seperti apa perang yang akan terjadi. Waktu itu terlalu dekat bagi mereka, untuk mengerti makna sebenarnya dari perang yang sesungguhnya.

<< Sebelumnya | List Chapter | Selanjutnya >>