Hyouka Bahasa Indonesia:Jilid 1 Bab 2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Banyak yang menyebutkan kehidupan semasa SMA itu bagaikan “ berwarna seperti mawar ” Dengan tibanya akhir tahun 2000, kedatangan hari yang cocok dengan deskripsi yang didefinisikan dalam kamus Jepang mungkin tidak terlalu jauh.

Bagaimanapun, bukan berarti semua pelajar SMA akan mengharapkan sebuah kehidupan “berwarna mawar” itu. Apakah itu belajar, olahraga maupun percintaan, tetap akan ada beberapa orang yang lebih memilih kehidupan “berwarna abu-abu” ketimbang selain itu ; Aku tahu beberapa orang dalam perhitunganku. Tapi tetap saja, cara tersebut membuat seseorang cukup kesepian untuk kehidupan seorang manusia.

Disini aku sudah memulai percakapan dengan tema semacam itu dengan teman lamaku, Fukube Satoshi di ruang kelas, disinari oleh cahaya matahari senja. Seperti biasa, Satoshi selalu memaparkan senyumnya dan mengatakan “ Aku juga berpikir begitu. Ngomong – ngomong, Aku tak pernah tahu bahwa kau seorang yang masokhis. “

Betapa salah perkataannya. Lalu aku memprotes. “ Apa kau akan mengatakan bahwa kehidupanku “ berwarna abu – abu ? ”

“Memangnya aku berbicara begitu? Tapi Houtarou, apakah itu belajar, olahraga, atau apa satu lagi? Percintaan? Aku tak pernah berfikir kau akan serius dalam ketiganya. ”

“ Tapi aku juga tidak pernah memandang kebelakang untuk hal itu juga”

“ Yap, benar ”

Senyum Satoshi melebar.

“ Lagipula kau hanya “menghemat energi ”

Aku menyetujuinya dengan mendengus. Tidak masalah selama kau mengerti bahwa aku sebenarnya tidak terlalu benci membuat diriku aktif. Aku hanya tidak suka membuang – buang energiku untuk hal yang idak berguna. Gaya hidupku adalah menghemat energi untuk kemajuan planet ini. Dengan kata lain “ Jika aku tidak perlu melakukannya, Aku tidak akan melakukannya Jika aku harus melakukannya, Aku akan lakukan dengan cepat ”

Selagi aku mengucapkan motto ku, Satoshi mengangkat bahunya seperti biasa.

“ Entah itu “hemat energi” ataupun “sinisme” , keduanya sama, kan? Pernahkah kau mendengar tentang Instrumentalisme?

“ Tidak ”

“ Dengan kata lain, maksudnya untuk orang – orang sepertimu yang tidak punya ketertarikan sama sekali, hanya dengan melihat fakta bahwa kau tidak mengikuti satupun klub di SMA Kamiyama, “ Tanah Suci ” –nya semua aktivitas klub sekolah, membuatmu menjadi orang yang “berwarna abu – abu”

“ Apa? Apa kau akan mengatakan bahwa kematian karena pembunuhan sama dengan kematian karena kelalaian? ”

Satoshi menjawabnya tanpa ragu, “ Dari beberapa perspektif, ya. Walaupun masalah tersebut sangat berbeda jika engkau ingin mencoba meyakinkan orang mati bahwa kematiannya disebabkan kelalaian dirimu agar bisa menenangkan jiwanya ”

“ ... ” Dasar muka tebal sialan. Aku sekali lagi melihat orang didepanku ini. Fukube Satoshi, teman lamaku, sekaligus lawan yang pantas dan rival yang mematikan, tapi cukup pendek untuk seorang laki – laki. Bahkan sebagai murid SMA, dia sering dikelirukan sebagai orang yang agak feminim dan lemah, tapi sebenarnya sifat aslinya berbeda, Agak susah menjelaskan perbedaannya, sih. Tapi bagaimanapun, dia berbeda. Selain selalu tersenyum sepanjang waktu dan dia selalu terlihat membawa tas bertali, sebagaimana lambang “muka tebalnya” ia. Dia juga anggota Klub Kerajinan Tangan, jangan tanyakan kenapa.

Berdebat dengannya hanya mebuang – buang energi. Aku melambaikan tangan untuk menandakan akhir dari percakapan ini.

“ Yah, terserah. Pulanglah duluan. ”

“ Yap, kau benar. Aku tidak punya aktifitas klub hari ini. . mungkin aku akan langsung pulang. ”

Ketika ia meragangkan pinggangnya, ia langsung menyadari sesuatu dan langsung menatapku.

“ Pulanglah duluan? Jarang aku mendengarkannya darimu ”

“ Apa? ”

“ Jika itu pulang kerumah, bukankah kau yang biasanya duluan pulang kerumah bahkan sebelum mengucapkan kalimat itu? Apa yang akan kau lakukan sepulang sekolah padahal kau tidak ada mengikuti Klub manapun? ”

“ Ah ”

“ Aku menaikkan alisku dan mengambil secarik kertas dari saku kanan jaket seragamku. Setelah memberikannya dengan tenang kepada Satoshi, matanya terbuka lebar dalam ketakjuban. Tidak, Dia berlebihan. Dia tidak benar – benar terkejut, walaupun matanya benar – benar terbuka lebar. Yah, Satoshi memang terkenal dengan ekspresi berlebihannya.

“ Apa?! Bagaimana bisa ?! ”

“ Satoshi, tenangkan dirimu ”

“ Bukankah ini formulir pendaftaran Klub? Aku terkejut, Apa yang sebenarnya terjadi, seorang Houtarou tiba tiba berkeinginan mengikuti sebuah Klub . . ”

Kertas itu memang Formulir pendaftaran Klub. Setelah melihat nama Klub yang tertulis di kertas tadi, Satoshi menaikkan alisnya.

“ Koten-bu ? ” “ Klub Sastra Klasik ? ”

“ Kau pernah mendengarnya? ”

“ Tentu saja, tapi, kenapa Klub Sastra Klasik? Apakah kau tiba – tiba punya ketertarikan dalam hal literatur klasik? ”

Sekarang bagaimana aku harus menjelaskannya ?Aku menggaruk kepalaku dan mengambil secarik kertas lainnya dari saku kiriku.Kertas isi berisi tulisan tangan, yang aku berikan kepada Satoshi.

“ Bacalah ”

Satoshi langsung mengambil surat itu dan mulai membacanya, dan seperti yang kuduga, dia tertawa.

“ Haha, Houtarou, pasti merepotkan. Permintaan dari kakakmu, ya? Tidak mungkin kau akan menolaknya ”

Kenapa dia tampak sangat gembira? Disisi lain Aku sangat sadar bahwa aku menunjukkan ekspresi pahit. Surat dari India yang datang tadi pagi ini nampaknya mencoba untuk merubah gaya hidupki. Oreki Tomoe memang selalu begitu, mengirim surat untuk merubah hidupku.

“ Houtarou, tolong lindungi Klub Sastra Klasik, masa muda kakakmu dulu ”

Ketika aku membuka amplop surat ini dan membaca surat singkat tersebut tadi pagi. Aku sadar akan keegoisannya. Aku tidak punya kewajiban untuk melindungi memori masa lalu kakakku, tapi . .

“ Apa keahlian kakakmu? Jujutsu? ”

“ Aikido dan Taiho-Jutsu. Lumayan sakit kalau diniatkan untuk melukai. ”

Yap, kakakku, mahasiswi yang terampil baik di akademik maupun bela diri, tidak hanya puas dengan menaklukkan Jepang, dan dia memutuskan untuk keluar negeri dan menantang dunia, Tidak bijak mencari masalah dengannya.

Dan kemudian, ketika aku mencoba menolak dengan kebanggan yang kupunya, ada benarnya juga kalau aku hanya punya sedikit alasan untuk melawannya.Lagipula kakakku ada benarnya, bahwaaku tak punya kegiatan yang lebih berguna.Akhirnya aku menentukan lebih baik menjadi anggota klub pasif dibanding menjadi murid yang tidak bergabung ke klub manapun, dan akhirnya tanpa ragu “ Aku mengisi formulir itu tadi pagi.”

“ Kau tau apa artinya ini, Houtarou? ”

Satoshi berbicara sambil meliriksurat kakakku. Aku mengeluh dan berkata “ Yah, tidak ada keuntungannya dari hal ini ”

“ … Bukan, bukan itu maksudku. ”

Setelah mengalihkan pandangannya ke surat itu, Satoshi berbicara dengan nada senang yang agak aneh. Dia mengetuk surat tersebut dengan punggung tangannya dan berkata, “ Saat ini tidak ada satupun anggota di Klub Sastra Klasik, kan? Itu berarti hanya kau yang menjaga ruang klub itu sendirian.Bukankah itu hebat?Sebuah markas pribadi dalam komplek sekolah dimana kau dapat melakukan sesuatu sesukamu. ”

Markas pribadi?

“ . . . Mungkin kelihatannya menarik. ”

“ Tidakkah kau menyukainya? ”

Alasan yang aneh, Satoshi tadi mengatakan bahwa aku mungkin bisa memiliki sebuah markas rahasia di sekolah.Ide itu tak pernah terfikirkan olehku. Ruang pribadi, eh? ? Bukan seperti aku sangat menginginkannya dan akan bekerja keras untuk itu...Tapi tak terlalu buruk jika akhirnya dapat membuatku lebih senang. Aku mengambil kembali surat tadi dari Satoshi dan membalas,

“ Mungkin tidak terlalu buruk. Aku akan mengeceknya. ”

“ Bagus, Peluang hanya muncul bagi orang yang mencobanya."

Peluang muncul bagi yang mencobanya, eh? Yah, kalimat tersebut sebenarnya tidak cocok dengan kepribadianku sih, jadi aku hanya senyum pahit dan mengambil tas bahu ku. Aku masih memegang teguh motto ku.



Dari jendela yang terbuka, sahutan Tim Atletik bisa terdengar jelas.

“ … Semangat !Semangat !Semangat ! … ”

Aku tak akan terlibat dalam kegiatan yang membuang – buang energi. Jangan salah paham, Aku tidak bilang bahwa menghemat energi adalah pilihan yang lebih baik, jadi aku sama sekali tidak menilai orang aktif sebagai orang yang bodoh. aku berjalan menuju ruang Klub Sastra Klasik sambil mendengarkan mereka melanjutkan sorakan mereka.

Aku berjalan menyusuri koridor berkeramik dan terus sampai di lantai tiga. Aku bertemu oleh seorang penjaga sekolah yang sedang membawa tangga, aku menanyakan dimana ruang Klub Sastra Klasik, dan ternyata di Ruang Geografi yang terletak di lantai empat Gedung Kebutuhan Khusus.

Sekolah ini, SMA Kamiyama, jumlah muridnya maupun luas area sekolah ini bukanlah berlebihan.

Jumlah semua murid disini hampir seribuan. Sekolah ini menyediakan kurikulum untuk ujian tes universitas seperti sekolah lain, tapi tak terlalu terkenal dalam akademiknya. Dengan kata lain, sekolah ini hanya sekolah biasa. Tapi disisi lain, sekolah ini mempunyai jumlah Klub yang sangat banyak ( seperti Klub Melukis dam Klub Akapela, dan juga Klub Sastra Klasik), tapi karena itu sekolah ini terkenal karna mempunyai Festival Kebudayaan Tahunan yang meriah.

Di komplek sekolah ini ada tiga bangunan besar. Gedung Utama yaitu terdapatnya ruang kelas. Kemudian Gedung Keperluan Khusus yaitu terdapatnya ruang kelas untuk mata pelajaran khusus, dan terakhir Gedung Olahraga. Yah, ini semua memang normal. Satu lagi, disini juga terdapat Dojo dan Gudang Peralatan Olahraga. Dan Ruang Klub Sastra Klasik terdapat di lantai keempat dari Gedung Keperluan Khusus, cukup terpencil.

Sambil mengutuk karna membuang – buang energi, aku berjalan melalui koridor penghubung dan naik ke lantai empat, dan langsung menemukan Ruang Geografi. Tanpa ragu aku langsung membuka pintu geser itu, tapi ternyata terkunci. Sudah kuduga terkunci, karna biasanya semua ruang keperluan khusus memang dikunci jika kosong. Aku mengambil kunci yang lebih dulu kupinjam untuk “menghemat energi” dan membuka kuncinya.

Setelah membuka kuncinya, aku membuka pintunya, didalam Ruang Geografi yang kosong, matahari tenggelam bisa dilihat dari jendela yang mengarah ke barat.

Apa tadi kau bilang “kosong” ? Tidak, Ternyata tak seperti yang kuharapkan.

Didalam Ruang Geografi yang masih bermandikan cahaya senja, yang menjadi ruang Klub Sastra Klasik, ternyata sudah ada seseorang disana.

Seorang murid berdiri didekat jendela menatapkuku. Dia seorang gadis.

Ketika kata “anggun” dan “rapi” bukanlah kata pertama yang melintas di kepalaku setelah melihatnya, tapi kupikir tak ada kata lain yang cocok untuk menjelaskan penampilannya selain itu. Rambut hitam panjangnya terurai dibawah bahunya, dan seragam pelautnya sangat cocok baginya. Dia cukup tinggi untuk seorang gadis, mungkin lebih tinggi dari Satoshi.Dan sudah jelas bahwa dia seorang siswi, bibir tipisdan sosok kesepiannyamemperkuatgambaran klasikseorang siswi SMA dalam pikiranku.Sebaliknya, pupil matanya besar, dan bukannya anggun, matanya lebih terlihat bersemangat.

Dia adalah seorang perempuan yang aku tak pernah mengenalnya.

Tetapi, Setelah melihatku, dia tersenyum dan berkata, “Hello. Kamu pasti Oreki-san dari Klub Sastra Klasik, kan? ”

“ … Siapa kau? ”

Aku bertanya dengan terus terang. Yah aku memang tak terlalu pandai berinteraksi dengan orang lain, Aku tak bermaksud untuk bersikap dingin terhadap orang yang baru kukenal. Ketika aku tak mengenalnya, untuk alasan tertentu, sepertinya dia mengenalku.

“ Tidakkah kau mengenalku? Namaku Chitanda, Chitanda Eru. ”

Chitanda Eru. Walaupun dia telah memperkenalkan dirinya, aku masih tak ingat. Ngomong – ngomong, Chitanda adalah nama yang lumayan langka, dan nama depannya Eru. Tak mungkin bagiku untuk lupa nama seperti itu.

Aku menatap kembali gadis yang bernama Chitanda itu. Setelah kuyakin aku tak mengenalnya, aku membalas, “ Maaf, aku tak ingat siapa kau. ”

Masih dengan senyumannya, dia memiringkan kepalanya, tampaknya agak bingung.

“ Kau Oreki-san, kan? Oreki Houtarou dari Kelas 1-B ? ”

Aku mengangguk.

“ Aku dari kelas 1-A ”

Jadi kau ingat sekarang? Mungkin kalimat itu yang dimaksudkannya… Apa ingatanku yang separah ini?

Tunggu sebentar. Aku dari kelas B dan dia dari kelas A, Apa mungkin ada kami memiliki kesempatan berjumpa sebelumnya?

Walaupun di tingkat yang sama, tak mungkin murid dari kelas yang berbeda bisa berjumpa dengan kelas lainnya. Satu – satunya kesempatan yang memungkinkan adalah melalui aktifitas klub atau teman yang dikenal. Aku tak punya hubungan seperti itu. .

Berarti pertemuan ini harus melibatkan semua pelajar, tapi yang paling memungkinkan dari sana hanyalah saat upacara pembukaan sekolah pada awal semester. Disamping itu, Aku tak pernah berfikir seseorang telah memperkenalkanku ke orang lain diluar kelasku.

Tidak, tunggu sebentar. Aku ingat, Itu dia, kesempatan lain untuk bertemu kelas lain saat belajar, Jika hatus menggunakan peralatan khusus, akan lebih fleksibel mengajar lebih dari satu kelas sekaligus. Berarti kemungkinannya pada jam olahraga ataupun seni bela diri. Pada SMP juga ada pelajaran kejuruan, tapi berhubung SMA lebih kepada akademik, hal tadi tidak dihitung. Dan pelajaran olahraga laki – laki dan perempuan dipisahkan, berarti...

“ Mungkinkah kita dari kelas musik yang sama? ”

“ Ya, benar ! ”

Chitanda menganggukkan kepalanya dengan senang.

Meskipun aku telah menduganya, aku masih saja terkejut. Demi sisa kebanggaanku saat ini. Aku mengaku aku hanya pernah menghadiri sekali pelajaran seni tambahan semenjak aku masuk sekolah ini. Jadi tentu saja tidak mungkin bagiku untuk mengingat satupun nama ataupun wajah orang – orang disini !

Tapi disisi lain, gadis bernama Chitanda ini mampu mengingatku hanya dengan sekali pertemuan, jadi inilah bukti hidup bahwa hal itu bukannya mustahil. Asal kau tahu, dia pasti memiliki kemampuan mengamati dan mengingat yang mengerikan.

Tapi, bisa saja ini semua hanyalah kebetulan . “Orang yang berbeda akan memahami makna yang berbeda setelah membaca koran yang sama”. Setelah itu, Aku sadar akan sesuatu dan bertanya, “ Jadi, Chitanda-san. Kenapa kamu berada di Ruang Geografi? ”

Dia langsung menjawab, “ Aku baru saja bergabung dengan Klub Sastra Klasik, jadi kupikir aku harus kemari untuk memperkenalkan diriku ”

Bergabung dengan Klub Sastra Klasik, dengan kata lain, dia menjadi anggota.

Pada saat itu aku ingin dia menebak perasaanku. Jika dia bergabung kedalam klub, ini berarti akhir dari “markas rahasia”ku di klub ini maupun memenuhi kewajiban dari kakakku.. Aku tak punya alasan untuk bergabung ke klub ini. Aku mengeluh dalam hati... sia – sialah usahaku. Sambil berpikir begitu, aku bertanya, "Apa alasanmu bergabung ke klub ini?"

Aku tak mau bergabung ke klub ini !.Aku mencoba untuk menyampaikan pesan tersirat ini, tapi tampaknya dia tak menyadarinya.

“ yah, sebenarnya aku punya alasan pribadi untuk bergabung ke klub ini. ”

Dia bahkan mengelak pertanyaanku. Tak kusangka. Chitanda Eru ini agak mencurigakan.

“ Bagaimana denganmu, Oreki-san.? ”

“ Aku? ”

Nah ini yang susah. Bagaimana aku harus menjawabnya? Kupikir dia tak akan mengerti bahwa aku bergabung ke klub ini hanyalah perintah dari kakakku. Tapi ketika hendak memikirkannya, aku menyadari bahwa dia tampaknya tak sangat ingin alasanku,.

Tiba – tiba pintu bergeser terbuka dan suara dentumannya terdengar keras. “ Hei ! Apa yang kalian lakukan disini? ”

Dia seorang guru. Tampaknya berpatroli sekeliling sekolah setelah jam keluar. Dengan badan yang terbentuk dan kulit berwarna coklat, dia tampaknya guru Olahraga. Walaupun dia tak membawa pedang bambu, dia yang sekarang tak jauh beda jika membayangkannya membawa pedang. "Meski dia sudah melewati umur *terbaik* nya, dia masih memiliki aura wibawa.

Chitanda mundur selangkah setelah tiba – tiba dirinya diteriaki seperti itu, tapi dengan cepat kembali dengan senyumannya. Dia kemudian pergi untuk menyapa guru itu.

“ Selamat sore, Morishita-sensei. ”

Dia membuat sapaan yang tepat dengan caranya menundukkan kepalanya dengan sudut dan kecepatan yang tepat. Melihat bagaimana tata kramanya dimanapun dia berada, aku mulai merasa iri melihatnya. Kemudian guru yang bernama Morishita ini, menjadi terdiam karena kesopanannya, tapi kemudian berbalik berteriak keras lagi.

“ Aku melihat pintu terbuka dan aku langsung menghampirinya. Dan apa yang kalian lakukan disini, masuk seenaknya kedalam kelas ini tanpa izin? Siapa namamu dan dari kelas mana? ”

... Hmph, tanpa izin, eh?

“ Aku Oreki Houtarou dari Kelas 1 – B. Ngomong – ngomong, sensei, ini ruang Klub Sastra Klasik, dan aku khawatir kau telah mengganggu aktifitas klub kami. ”

“ Klub Sastra Klasik..? ”

Tanpa menyembunyikan curiganya, dia berkata, “ Kukira klub itu sudah bubar. ”

“ Yah, itu kemarin, sekarang sudah aktif kembali. Anda bisa mengkonfirmasinya dengan guru pengawas kami, umm. . . ”

“ Ooide-sensei, ”

“ Ya, anda bisa mengkonfirmasinya dengan Ooide-sensei. ”

Penjelasan yang tepat pada waktu yang tepat. Morishita kemudian menurunkan nada suaranya

“ Oh begitu, yah, silahkan lanjutkan apa yang kalian kerjakan. ”

“ Tapi anda hanya melihat kami ”

“ dan jangan lupa kembalikan kunci setelah selesai ”

“ Ya, Pak. ”

Morishita sekali lagi menoleh menatap kami sebelum menutup pintu dengan kasar. Chitanda sekali lagi tersentak tubuhnya karena suara yang keras, tapi kemudian bergumam, “Dia…”

“ Hmmm ? ”

“ Dia cukup ribut untuk seorang guru. ”

Aku tersenyum.

Bagaimanapun.

Rasanya aku tak ada urusan disini.

“ oke, sekarang kita sudah selesai dengan perkenalannya, bisakah kita pulang? ”

“ Eh? Kita tak punya aktifitas hari ini? ”

“ Well, Aku mau pulang. ”

Aku menyandang tas bahu ku, yang isinya tak banyak dan berbalik membelakangi Chitanda.

“ Kau yang mengunci pintu. Kau tak mau diteriaki lagi seperti tadi, kan? ”

“ Eh? ”

Aku kemudian meninggalkan ruang Geografi.

Atau lebih tepatnya. Ketika aku hendak keluar, aku berhenti oleh suara Chitanda.

“ Tunggu sebentar ! ”

Aku berbalik dan menatapnya, yang tampaknya dia memiliki sesuatu yang tak dapat dipikirkannya, dan dengan polosnya dia mengatakan, "A-aku tak bisa mengunci pintunya.”

“ Kenapa? ”

“ Karna aku tak punya kuncinya. ”

Oh iya. Kuncinya denganku. Tak banyak kunci cadangan yang boleh dipinjamkan, tampaknya begitu. Jadi aku mengambil kunci dari saku ku dan memegangnya kearahnya.

“ Ini, kau yang . . Maaf, maksudku, tolong jaga baik – baik, Chitanda-san. ”

Tapi Chitanda tidak merespon. Dia hanya menatap kunci ang menggantung di jariku, dan sesudah itu dia memiringkan mepalanya dan bertanya, “ Oreki-san, mengapa kau membawanya? ”

Apakah dia kehilangan beberapa skrup di kepalanya?

“ Yah, aku tak kan bisa masuk tanpa kunci. . Tunggu sebentar, bagaimana..., maaf, bagaimana mungkin kau bisa masuk kedalam ruangan ini, Chitanda-san? ”

“ Pintunya tak terkunci saat aku masuk. Kupikir seseorang telah ada di ruangan ini sebelumku, jadi aku dapat masuk tanpa kunci. ”

Oh begitu, kecuali semenjak dia menerima surat dari mantan anggota seperti punyaku, dia mungkin takkan tahu bahwa tak ada satupun anggota di Klub Sastra Klasik.

“ Oh begitukah? Tapi pada saat aku datang pintunya terkunci. ”

Ternyata sebuah kesalahan bagiku untuk bersikap acuh tak acuh, sebagaimana ekspresi pada mata Chitanda berubah pandangannya menjadi tajam. Hanya imajinasiku atau memang benar pupil matanya membesar?.

Ternyata menjadi sebuah masalah jika aku acuh tak acuh, sebagaimana ekspresi pada mata Chitanda berubah drastis dan pandangannya menjadi tajam. Entah itu hanya hayalanku atau memang benar pupil matanya membesar? Terkejut dengan sikap kagetku, dengan nada pelan dia bertanya, “ Ketika kau bilang pintunya terkunci, apa yang kau maksud pintu yang kau lalui itu? ”

Ketika aku masih bingung dengan ekspresinya untuk seorang gadis yang anggun, Aku menggangguk. Entah dia sadar atau tidak, Chitanda maju selangkah kearahku.

“ Jadi berarti aku tadi terkunci dari dalam, kan? ”



Suara pukulan dari Tim Bisbol dari luar terdengar disini. Ketika aku tak punya urusan diruangan ini, Chitanda tampaknya ingin berbicara denganku untuk beberapa saat. Aku mengeluh dan mengalah, dan meletakkan tas bahuku di meja.

Terkunci didalam, itukah yang Chitanda katakan?. Begitukah? Aku berfikir sejenak. Kuncinya denganku, ketika Chitanda didalam ruang ini. Aku tak pernah ingat aku mengunci pintu ini.Berarti jawabannya mudah.

“ Bukankah kau yang menguncinya dari dalam? ”

Namun Chitanda menggelengkan kepalanya dan menolaknya dengan tegas.

“ Aku tak pernah melakukannya. ”

“ Well, kuncinya denganku. Siapa yang mungkin mengunci pintunya selainmu? ”

“ ... ”

“ Well, terkadang beberapa orang lupa ketika mereka telah mengunci pintunya atau tidak. ”

Lalu Chitanda tampaknya mengabaikan penjelasanku, dan langsung menunjuk sesuatu di belakangku.

“ Ngomong – ngomong, apakah dia temanmu? ”

Aku berbalik, dan melihat siluet kerah seragam berwarna hitam diantara pintu geser itu,Pandangannya bertemu denganku. Aku mengingat seseorang yang memiliki mata berwarna coklat ditambah dengan senyumannya. Jadi aku meninggikan nada suaraku dan berkata, “ Satoshi! Kau dan hobi burukmu, menguping percakapan orang! ”

Pintunya terbuka, dan seperti yang kuduga, orang yang masuk itu adalah Fukube Satoshi. Tanpa malu , tanpa malu dia mengatakan, “ Yah, maaf. Aku bukan bermaksud menguping”

“ Kau mungkin tak bermaksud, tapi kau tetap saja melakukannya.”

“ Mungkin saja, Tapi aku tak bisa tahan ketika aku melihat seorang Houtarou Oreki yang pasif menghabiskan waktu berharganya sendirian bersama seorang gadis di ruang kelas spesial ketika senja. . Aku tak akan melewatkannya

Apa yang dia katakan?

“ Kupikir kau sudah pulang kerumah. ”

“ Yah, rencananya begitu, tapi kemudian aku melihatmu dengan gadis ini di kelas ini dari bawah. Tampaknya aku beum cukup berpengalaman dalam hal mengintip.”

Aku mengabaikan komentar Satoshi tentang melihat kami dari luar, paling itu hanya candaannya. Tapi untuk beberapa orang yang tak mengerti candaan ringan seperti itu, mereka menganggapnya serius.

Tampaknya Chitanda juga telah dibodohi.

“ Eh, eh, A-aku . . “

Ekspresi tenangnya beberapa saat tadi hilang, tergantikan oleh ekspresi kebingungan. Dia seseorang yang memiliki tipe selalu memancarkan ekspresinya di wajahnya, saat dia muncul dan mengatakan “ Lihat, aku sedang bingung sekarang” dengan gugup. Ketika cukup menyenangkan melihat dia seperti itu, aku sadar aku tak boleh membiarkannya terlalu lama seperti itu.

Syukurlah, untuk menunjukkan bahwa kata-katanya Saotshi adalah candaan belaka, pertanyaan yang kau butuhkan adalah, “ Apakah kau serius? ”

“ Tentu saja tidak. ”

Phew. Chitanda menghela nafasnya. Seperti motto Satoshi : “candaan itu dibuat saat itu juga, begitu juga kesalahpahaman, harus dihilangkan saat itu juga. ”

“ ... Oreki-san, siapa dia? ”

Setelah selesai dari joke nya Satoshi, Chitanda bertanya karna kebingungan. Tampaknya aku harus memperkenalkan Satoshi kepadanya, atau kami tak dapat pergi kemana – mana. Aku mengatakannya dengan singkat. “ Oh, dia? Dia Fukube Satoshi, seorang manusia “palsu” ?. ”

“ Palsu? ”

Perkenalan paling cocok baginya, yang Satoshi tampaknya menghargai humorku.

“ Haha, perkenalan yang bagus, Houtarou. Senang berkenalan denganmu. Dan kamu? ”

“ Chitanda, Chitanda Eru. ”

Setelah mendengar nama “Chitanda”, Satoshi bereaksi dengan aneh, awalnya dia tampaknya tak dapat berkata – kata. Tapi untuk seorang pembicara seperti Satoshi, jarang aku melihatnya seperti itu.

“ Chi.. Chitanda-san? Chitanda yang itu ? ”

“ Hmm? Aku tak tau Chitanda mana yang kaumaksud, tapi aku yakin hanya dia yang bernama Chitanda di sekolah ini ”

“ Berarti memang dia. Aku terkejut. ”

Ekspresi terkejut Satoshi kali ini asli.Dan jika dia terkejut, harusnya aku juga.aku baru mengerti kalau dia ini memiliki caranya sendiri untuk mendapatkan informasi –informasi yang sangat berharga. Tapi apa yang membuatnya begitu terkejut? Aku tak dapat menebaknya.

“ Hei, Satoshi, kali ini apa? ”

“ Kali ini apa, kau bilang? Aku tau kau tak tau banyak, tapi apa kau yakin tak pernah mengenal Klan Chitanda? ”

Kali ini, Satoshi menggelengkan kepalanya dan mengeluh berlebihan. Tentu saja, ini salah satu dari cara Satoshi melakukan joke nya. Sejak aku tau dia sangat berpengalaman mengumpulkan informasi yang sangat tak berguna, Tapi aku tetap tak malu bila menjadi temannya.

“ Bagaimana dengan keluarga Chitanda-san? ”

Mengangguk dengan perasaan puas, Satoshi mulai menjelaskan.

“ Waktu itu ada beberapa klan bergengsi di kota Kamiyama ini, tapi yang paling tekenal adalah empat ‘Exponential Clans’ ini. Yaitu Klan Juumonji (十文字) klan yang memiliki kuil Arekusu, Klan Sarusuberi (百日紅) klan yang mempunyai toko buku, Klan Chitanda (千反田) klan dengan sawah mereka yang luas, dan Klan Manninbashi (万人橋) yang menguasai areal gunung. Kanji pertama dari nama keluarga mereka diwakili oleh eksponensial dari angka sepuluh (十百千万), karenanya mereka dipanggil dengan ‘Exponential Clans’. Klan lainnya yang memiliki jejak yang sama dengan empat klan ini adalah Klan Irisu yang memiliki rumah sakit, dan Klan Togaito dengan dominasi mereka dalam edukasi.”

Aku tercengang, Aku berkedip dengan curiga dan bertanya, “ Empat Klan? Satoshi, apa kau serius? ”

" Kejamnya. Pernahkah aku berbohong tentang hal – hal seperti ini?"

Jika Satoshi mengatakan itu benar, berarti tak salah lagi memang benar adanya. Namun, klan bergengsi pada zaman sekarang? Ketika Satoshi masih merengut, Chitanda membantunya.

“ Umm, Aku pernah mendengar cerita itu sebelumya. Ya walaupun aku masih kurang yakin bahwa keluargaku mejadi klan yang terkenal. ”

“ Jadi semuanya benar? ”

“ Tapi ini pertama kali aku mendengar tentang empat ‘Exponential Clans’. ”

Ketika aku menatap Satoshi, dia hanya mengangkat bahunya. ”

“ Aku sudah bilang bahwa aku tak berbohong. ”

“ Tapi semuanya dibuat – buat, kan? ”

“ Ya, sesekali aku ingin memulai sesuatu seperti ini ”

Seolah – olah hendak mengakhiri topik ini, Satoshi bertepuk tangan dan berkata, “ Ngomong – ngomong, Houtarou, ada masalah apa? ”

Kau sangat ingin tahu. Untuk mempersingkat waktu, aku menjelaskan semuanya kepadanya.



Hari semakin gelap, dan Chitanda menghidupkan lampu.

Setelah mendengar cerita, Satoshi menyilangkan lengannya dan mulai mengeluh.

“ Hmm, kasus yang aneh. ”

“ Begitukah? Atau mungkin saja Chitanda lupa bahwa dia mengunci pintunya, kan? ”

“ Tidak, ini memang aneh. ”

Satoshi meluruskan lengannya kemudian bertepuk tangan.

“ Akhir – akhir ini, pihak sekolah sangat menuntut bagaimana kampus mereka beroperasi. Manajemen SMA Kami ini yang mengganggu. Jika kamu tidak menyadarinya, tidak ada satupun kelas yang dapat dikunci dari dalam. Ini alasan utntuk mencegah para murid melakukan hal yang mencurigakan didalam kelas.

Ketika Satoshi menjelaskannya dengan semangat, kecurigaan muncul di benak ku. Aku tau Satoshi bisa menjadi sangat rajin dalam hal menemukan pengetahuan sepele ini, tapi bukankah ia belajar terlalu banyak? Mengingat dia hanya baru berada di sekolah ini kurang dari sebulan.

“ Darimana kau tahu itu? ”

“ Ya, ketika aku mencoba bersembunyi didalam kelas untuk bereksperimen dengan sesuatu minggu kemarin, tapi aku sadar aku tak dapat mengunci pintu dari dalam. ”

“ Kau tau? Kupikir pintu sekolah ini didesain untuk mencegah seseuatu terjadi dari orang sepertimu “melakukan hal yang mencurigakan”. ”

“ yah, Kupikir begitu. ”

“ Sudah pasti ”

Kami berdua tertawa. Tapi karena tertawaan kami, Chitanda melangkah kebelakang, Menyadari hal ini, aku berhenti tertawa dan berkata, "Yah, berarti ada yang salah dengan kuncinya. Hari semakin gelap, saatnya aku pulang"

Aku berdiri dari kursi yang kududuki.

Aku merasakan seseorang memegang bahuku. Aku berbalik dan kulihat Chitanda, yang menghampiriku dari belakang tanpa kusadari.

“ Tunggu sebentar ! ”

“ Sekarang apa? ”

“ Aku penasaran ”

Setelah melihat muka Chitanda dari dekat, aku meringis.

“ Jadi? ”

“ Kenapa aku bisa terkunci dari dalam? . . atau jika aku tidak terkunci dari dalam, bagaimana bisa aku masuk kedalam kelas ini? ”

Pandangan Chitanda tampaknya memiliki kekuatan yang tak mau menerima jawaban bodoh sebagai alasannya. Merasa kewalahan tentang ini, aku membalas, “ Jadi tentang apa? ”

“ Kalaupun karena kesalahan seseorang, siapa dia? Dan mengapa dia mengunciku? ”

“ Tidak, kupikir ada yang salah dengan kuncinya.. ”

“ Aku sangat penasaran. ”

Dia mengatakan itusambil berjalan kearahku, memaksaku untuk mundur kebelakang.

Awalnya kupikir Chitanda adalah seorang gadis yang anggun, yang merupakan pengamatan pertamaku berdasarkan penampilannya, dan sekarang aku menyadari bahwa aku sedang melihat kepribadian aslinya sekarang. Terlebih lagi matanya yang terlihat bersemangat, yang mana berlawanan dengan penampilan keseluruhannya. Matanya mencerminkan kepribadian aslinya. “ Aku penasaran ”. Kalimat itu sendiri telah membuat gadis “Exponential Clan ” ini duta dari ‘rasa penasaran’ itu sendiri.

“ Apa yang sebenarnya terjadi? Oreki-san, dan juga Fukube-san, maukah kalian membantuku? ”

“ Kenapa aku harus melaku. . ”

“ Yah tampaknya menarik. ”

Memotong pembicaraanku, Satoshi langsung menerima tantangannya. Sudah kuduga Satoshi akan begitu, tapi, “ Well, Aku akan pulang, Aku tak tertarik. ”

Tanpa perlu alasan jelas lagi, bagiku, ini hanyalah membuang – buang energi. Dan jika aku tak perlu melakukannya, aku tak akan melakukannya.

Namun, Satoshi, yang seharusnya sangat tau kebiasaanku, mengatakan, " Oh ayolah Houtarou, bantu kami. Aku akan melakukannya jika aku bisa, tapi aku tak dapat berdeduksi hanya berdasarkan database ku. ”

“ Ini bodoh, Aku . . ”

Ketika aku hendak melanjutkan perkataanku, mata Satoshi berbinar. Setelah itu, Chitanda pun juga.

“ ... Ugh. ”

Dengan mulutnya yang tertutup, dan menggenggam roknya, dia melotot kearahku. Aku secara refleks mundur selangkah menjauhinya. Jika ini hanya tentang membandingkan intensitas kepribadiannya, dia takkan kalah dari kakakku. Ini peringatan dari Satoshi : Kupikir kau lebih baik mengikuti keinginannya

Menatapku secara bergantian, antara Chitanda dan Satoshi, aku menggangguk dengan lembut kearah Satoshi dan menerima sarannya. Sebaliknya, Kami mungkin mendatangkan kemalangan kepada kami sendiri.

“ ... Yeah, kupikir ini agak menarik. Aku akan memikirkannya. ”

Aku tak punya pilihan lain selain mengatakannya dengan nada datar. Namun respon itu cukup untuk membuat Chitanda berhenti menatapku.

“ Oreki-san, apakah kau sudah mendapatkan penjelasannya? ”

“ Tunggu sebentar. Houtarou adalah tipe yang “berfikir sebelum bertindak” .Namun jika ia mulai berfikir serius, dia akan menyelesaikannya, ”

Jangan banyak omong. Walaupun bertindak sebelum berfikir bukan hal yang bagus.

Dan aku mulai berfikir.



Ketika Chitanda masuk ke ruangan ini, kuncinya terbuka. Kemudian ketika aku disini, pintunya jelas terkunci.

Jika perkataan Satoshi ada benarnya, berarti tak mungkin Chitanda mengunci dirinya dari dalam. Bagaimanapun, , bukan tampak seperti alasan, pasti ini hanyalah aksi yang tidak disengaja. Contohnya, pintunya dalam keadaan setengah terkunci saat Chitanda masuk ke ruangan, dan pegas diantasa kuncinya mungkin menutup tepat pada saat dia masuk dan menyebabkan pintunya terkunci.

Setelah menjelaskan teori ini, Chitanda memiringkan kepalanya ketika menerima jawabanku, walaupun Satoshi langsung menaikkan nada suaranya.

“ Itu mustahil. Tak mungkin SMA Kamiyama akan membuat kuncinya bisa semi-terkunci berdasarkan desain kuncinya. Tak mungkin bisa. ”

“ Tak ada kemungkinan lain, eh? ”

Kalau begitu, berarti pintu pasti dikunci oleh seseorang. Kemudian aku bertanya. “ Apakah kau ingat kapan kau masuk ke ruangan ini? ”

Chitanda berfikir sejenak, dan mengatakan “ Tepat sebelum kamu, kupikir sekitar 3 menit. ”

Tiga menit, terlalu singkat. Tak cukup waktu, berhubung Ruang Geografi adalah ruang paling terpencil di SMA Kamiyama.

... nah ini agak susah. Ketika aku hendak memikirkannya lagi, Chitanda tiba – tiba menyahut, “ Ah! ”

“ Ada apa, Chitanda-san? ”

“ Aku tahu. Pikirkanlah, siapa lagi yang memiliki kunci? ”

“ Huh? Siapa? ”

Chitanda tersenyum. Untuk beberapa alasan, aku punya perasaan buruk tentang ini. Dan seperti yang kuduga, gadis ini berbalik kepadaku dan berkata, “ Oreki-san, tentu saja. Dia yang memegang kuncinya. ” Seperti yang kuduga. Daripada menyimpulkan bawha ini itu adalah deduksi yang tepat, dia menyadari sesuatu dan berkata, “ Ah, tapi apa mungkin? Bukankah Oreki-san orang yang dapat dipercaya? ”

Apa kau seharusnya mengatakan hal seperti itu kepada orang yang sedang khawatir? Ketika aku tak dapat berkata – kata, Satoshi tertawa dan mengatakan, “ Well, aku tak tahu tentang Houtarou adalah orang yang dapat dipercaya atau tidak, tapi kupikir dia bukan tipe orang yang akan bersenang – senang dengan mengurungmu disini. Dia tak untung sedikitpun dari hal ini, bagaimanapun juga. ”

Stop. Kau tau seperti apa aku ini – Aku tak akan melakukan hal yang tak menguntungkan bagiku.

Ini berarti bukan aku yang mengunci pintunya.

Kemudian . . Siapa orangnya?

Aku tak paham. Kemudian aku menggaruk kepalaku

Aku tak punya sedikitpun petunjuk. Untuk beberapa alasan, aku merasa bersalah dan bertanya, “ Percuma saja. Apa kau punya sebuah petunjuk? ”

“ Petunjuk? Maksudnya? ”

Pertanyaan balasan yang sangat singkat

“ Sebuah petunjuk adalah sebuah petunjuk ”

Satoshi membantu menjelaskan penjelasanku yang kelewat singkat.

“ Sesuatu yang berbeda dari biasanya. Apakah kau merasa berbeda atau aneh, Chitanda-san? ”

“ Hmmm, kalau dipikir – pikir . . ”

Apakah ada yang berbeda?. Ketika aku tak terlalu banyak berharap, Chitanda sudah melihat isi sekitar ruang geografi sebelum mengalihkan pandangannya kebawah dan berkata, “ Beberapa waktu lalu, Aku mendengar suara dibawah kaki ku. ” Suara?

Jadi seseorang mengunci pintunya? Aku tak punya ide.

Tidak, bagaimana kalau memang begitu duduk perkaranya.

... Begitu. Aku mulai mengerti semuanya. Satoshi menyadarinya dan berkata, “ Houtarou, kau tampaknya sudah menyadari sesuatu. ”

Secara diam – diam aku mengambil tas bahu ku.

“ Ke-kemana kau mau pergi, Oreki-san? ”

“ Kita akan pergi menyaksikan pemeragaan TKP. Jika kita beruntung, kita mungkin dapat melihatnya. ”

Aku melihat Chitanda langsung mengikutiku, dan Satoshi tepat dibelakangnya.

Sekarang sudah cukup telat untuk pulang berhubung sekolah tutup sebentar lagi. Tim bisbol sudah terlihat merapikan peralatan mereka. Chitanda dan Satoshi, yang aku tinggalkan tadi sudah berada menemaniku. Atau dengan kata lain, mereka mengikutiku

Chitanda berjalan disebelahku dan bertanya, “ Katakan kepada kami. Bagaimana kau menyadarinya. ”

Satoshi juga bertanya tepat dari sampingku. “ Dia benar. Tak seharusnya ada rahasia diantara kita. ”

Berhenti mengatakan hal – hal yang tak berguna. Tanpa memalingkan kepalaku, aku berkata, “ Sebenarnya ini bukan rahasia. Hal ini terlalu simpel sehingga tidak membutuhkan penjelasan. ”

“ Ini mungkin simpel bagimu, Oreki-san. Tapi aku tetap tak mengerti. ”

Chitanda cemberut.ini terlalu membosankan untuk dijelaskan, tapi mengelak pertanyaannya hanya akan membuang energi. Aku meluruskan tas bahu ku dan berpikir darimana aku harus mulai.

“ Oke, bagaimana jika kau terkunci oleh seseorang yang menggunakan kunci utama? ”

Setelah aku mengatakan sesuatu yang lain bukan fakta, Suara Chitanda langsung naik karna terkejut. Tampaknya kita akan memulai penjelasannya dari sini.

“ Eh? Bagaimana mungkin? ”

“ Ruang geografi cukup terpencil di kawasan sekolah ini. Jika seseorang menggunakan kunci biasa, dia pasti harus mengembalikan kunci ini ke ruangan staf sebelum aku meminjamnya. Tiga menit untuk itu mungkin tak cukup jika seseorang yang melakukannya. ”

“ Oh begitu. Berarti kunci lain, dan berhubung hanya ada satu kunci biasa, yang lain pasti kunci utama, bukan? ” Tepatnya, dan seharusnya, sudah wajar jika kunci utama tidak boleh digunakan oleh murid. Terlebih lagi, ada sepotong informasi berharga tadi.

“ Chitanda-san, tadi kau bilang kau mendengar sesuatu dibawahmu, kan? ”

“ Iya ”

“ Jika suara itu muncul dari lantai empat, apa yang akan kau pikirkan pertama kali ? ”

Satoshi, yang kelihatannya agak lega, menjawab. “ Suaranya datang dari atas lantai tiga? ”

“ Benar, dan dialah pengguna kunci utama nya. ”

Satu –satunya orang yang bekerja memperbaiki peralatan kelas setelah pelajaran selesai adalah. .

“ Aku kagum kau bisa memikirkan penjaga sekolah sebagai pelakunya. ”

Chitanda berbicara sambil mengangguk.

Orang yang kami lihat di lantai tiga tadi adalah seorang penjaga sekolah, yang membawa tangga besar. Setelah selesai dengan urusannya di kelas, ia meletakkan tangga itu di lantai dan mengeluarkan kunci dan sakunya. Dan yang kami lihat, dia mulai mengunci semua pintu kelas di lantai tiga satu persatu. Dengan kata lain, dia membuka semua kunci ruang kelas, kemudian mengerjakan apa yang patut ia kerjakan didalam kelas. Dan setelah selesai, dia kemudian mengunci semuanya sekaligus. Jika seseorang masuk ke kelas ketika kunci dibuka, jadi orang itu sangat tidak beruntung karna akan terkunci didalam kelas...Seperti Chitanda ini...

Dan melihat penjaga sekolah ini bekerja, aku tak punya ide. Dengan pergi ke banyak ruang kelas dan membawa sebuah tangga besar, mungkin pekerjaannya mengganti lampu untuk ruang kelas, atau mungkin mengecek batrai lampu atau alarm kebakaran atau semacamnya.Dengan kata lain, Pertanyan Chitanda sudah cukup terjawab. Dan kemudian kasus ini ditutup.

“ Ya kan? Sudah kubilang dia mampu menyelesaikannya jika dia serius.

“ Kau benar. Aku kagum. ”

Aku sendiri tak begtu kagum... Bagaimanapun, ini semua karna Satoshi yang telah memberitahuku tentang sistem manajemen kunci sekolah ini, dan Chitanda yang menyadari suara yang datang dari bawah. Awalnya rencanaku hanya untuk bertindak bodoh saja.. Oh well, mereka bisa memikirkan apa saja yang mereka inginkan dariku. Bagaimanapun, Aku telah berhasil menuntaskan masalah ini, tapi setelah melihat Chitanda dan kekaguman yang terpancarkan di matanya yang penuh arti itu, aku akhirnya terpaksa menelan semua complain yang kuterima.

“ Well, ngmong – ngomong Walaupun kau di dalam ruangan, aku masih tak paham bagaimana kau tidak bisa mendengar pintu tadi tekunci. ”

Namun Chitanda tidak menganggapnya sebagai kritik ataupun sindiran, dan hanya tersenyum.

“ Yap, Aku akan menjelaskannya. Aku ... ya, Aku sedang melihat sebuah bangunan dari jendela. ”

Dia berbicara sambil menunjuk ke sebuah bangunan di sisi jalan. Bangunan itu adalah Dojo Bela Diri.Bagunan dari kayu itu tampak lusuh, mulai lapuk karna sudah terlalu lama.Aku akhirnya memilih untuk (…) dan mengatakan pendapatku dengan jujur. “Tampaknya kau terpseona dengan bangunan itu.”Aku memutuskan untuk mengutip kata – kata dari buku Chitanda dan mengutarakan opiniku dengan jujur. “ Kelihatannya kau terlalu terpesona oleh bangunan itu.”

“ Tidak, aku pikir bangunan itu agak misterius. ”

“ Hmm. ”

Aku tak menerti kenapa dia mengatakan bangunan itu misterius, tapi Satoshi kelihatannya mengerti akan sesuatu ketika dia bergumam, “Ya, tampaknya bangunan itu cukup tua.”

“ Ya, begitulah. ”

Begitukah? Mungkin saja, bisa saja perhatiannya teralihkan oleh bangunan itu. Aku tak punya ide bagaimana dia tak menyadarinya.

Tak lama, kami sudah berada dekat lampu merah. Seperti kami, ada beberapa murid yang pulang dari sekolah.

“ Ngomong ngomong, kita belum berkenalan secara hormat. ” kata Chitanda

“ Perkenalan? ”

“ Ya, aktifitas Klub Sastra Klasik secara resmi dimulai hari ini Ayo kita bersenang – senang bersama. ”

Klub Sastra Klasik ! Aku benar – benar lupa akan hal itu ! Aku seharusnya kesini hanya untuk melihat – lihat ruangan ini, tapi semuanya sia – sia semenjak Chitanda bergabung ke klub ini. Tapi semuanya sudah terlanjur, formulirku sudah dikumpulkan dan tentu saja sudah dicatat dalam laporan. Disekolah ini, mustahil untuk keluar dari klub setelah mengikutinya kurang dari sebulan.

Setelah aku menundukkan kepalaku, Chitanda tersenyum kepada Satoshi,

“ Apakah kau mau bergabung ke Klub Sastra Klasik, Fukube-san? ”

Satoshi menyilangkan lengannya dan tampak sedang berfikir, tapi kemudian menjawab, “ Well, tampaknya menarik. Oke, Aku ikut. ”

“ Senang berkenalan denganmu, Fukube-san. ”

“ Salam kenal, dan, Senang berkenalan denganmu, Houtarou. ”

Aku melihatnya sekilas dengan tatapan mengejek, yang akhirnya memilih untuk tetap play-dumb Dan ketika lampu jalan berwarna hijau, aku mulai berjalan. Dengan tangan tetap dalam saku, aku merasakan ada surat didalamnya. Surat itu adalah surat dari kakakku. Memang, semenjak surat ini dari Oreki Tomoe telah sampai, Perasaanku semuanya sudah direncanakan

Kau senang sekarang, kak ? Sekarang ada tiga orang dalam masa mudamu, yaitu Klub Sastra Klasik. Klub Sastra Klasik sudah bangkit kembali. Ini mungkin juga pernyataan “selamat tinggal” kepada hari – hari indah hemat energiku. Seperti mengapa. .

“ Ah iya, ngomong – ngomong kita belum memilih seseorang sebagai ketua. Apa yang harus kita lakukan? ”

“ kau benar. Walaupun Houtarou tampaknya tidak cocok sebagai ketua klub ini. ”

Orang – orang ini takkan pernah mengerti bagaimana cara hidup hemat-energi ku. Kalaupun hanya Satoshi, aku bisa mengurusnya, tapi masalah iutamanya adalah. .

Pandangan kami bertemu. Chitanda Eru tersenyum dengan matanya yang lebar.

Masalah utamanya adalah gadis ini. Aku punya perasaan tidak enak tentang ini.