Haken no Kouki Altina (Indonesia): Jilid 1 Bab 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Benteng penuh dengan diskusi tentang duel yang akan datang.


Seperti yang diperkirakan, kebanyakan orang merasa bahwa tidak mungkin bagi Altina untuk mengalahkan Jerome... Jadi, mengapa sang putri menantangnya?


Apakah dia pikir Margrave akan menahan diri jika lawannya adalah keluarga kekaisaran?


Para prajurit saling menceritakan rumor yang mereka dengar.


"Apakah akan menjadi seperti pertunjukan festival dengan Margrave menyerah setelah terkena beberapa serangan? Mereka yang menyerang keluarga kekaisaran akan dihukum mati, kan?"


"Kau berpikir seperti itu karena kau tidak melihat kejadian di alun-alun. Aku hampir kencing ketakutan ketika jenderal marah."


"Hei, apa tuan putri akan baik-baik saja?


"Margrave mengatakan bahwa ia akan menjadikan tuan putri sebagai istrinya, jadi dia mungkin tidak akan membunuhnya, kan?"


"Hehehe ... Cara yang ribet untuk mengusulkan pernikahan!"


"Wahahaha!"


Jika itu adalah duel yang sesungguhnya, Jerome pasti akan menang. Para prajurit bertanya-tanya apakah duel tersebut sunggguhan atau hanya lelucon. Jika itu adalah duel sungguhan, lalu apa yang akan Jerome lakukan kepada sang putri?


Isu tentang tantangan duel dianggap sebagai 'putri kekaisaran akan melawan pahlawan'. Bagaimana Margrave akan menangani ini? Apakah Margrave akan menikahi tuan putri, topik itulah yang menjadi fokus diskusi di antara kerumunan orang.


Regis berkeliling di zona barat dan mendengarkan rumor-rumor yang menyebar di sekitar benteng.


"... Yah, pasti tidak ada seorang pun yang berpikir Altina akan menang."


Sebagian besar tentara berpikir mereka adalah karakter pendukung dengan Margrave dan tuan putri sebagai pemeran utama. Tapi bukan itu masalahnya, para prajurit yang mendiskusikan rumor tersebut secara antusias tampak lebih penting.


Altina menantang Jerome untuk mendapatkan kepercayaan dari para prajurit. Jerome menerima tantangan tersebut karena para pasukan sedang menonton.


Bagaimana pandangan 3000 tentara di resimen tentang masalah ini?


Itulah yang menjadi perhatian Regis sekarang.


Itu tidak disengaja, tapi Regis masih berpikir dia harus mengambil tanggung jawab untuk meyakinkan Altina. Dia ingin membantu, sehingga ia perlu untuk memahami perasaan pasukan tentang hal ini.


Regis kembali ke menara pusat setelah mengelilingi sebagian besar benteng.


Ia mengunjungi ruangan Jerome berikutnya.


Dia merasa gugup, jantungnya berdetak dengan cepat.


Dia mengetuk pintu yang dicat hitam.


"Siapa itu?"


Sebuah suara rendah menjawab dari balik pintu.


Regis menelan ludah.


"...Ini Regis. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu, Sir Jerome, dan aku datang untuk menemuimu."


"Hmmp ... itu pasti tentang sesuatu yang membosankan."


"Itu mungkin benar ..."


"Masuk."


Jerome membuka pintu.


Ruang itu sama besar dengan ruangan Regis.


Ruang kerja Jerome berada di ruang sebelah, ada pintu lain di dalam ruang tersebut. Sebuah meja ditempatkan di samping pintu, rak yang berada di sudut ruangan penuh dengan buku-buku tentang hukum dan ekonomi.


Jerome berada di tengah-tengah ruangan, memegang tombak pendek dan berat.


Dia bertelanjang dada dan tubuhnya penuh keringat.


Ujung tombak berbentuk bola berat, tapi Regis terintimidasi oleh aura Jerome.


"..."


"Kukuku ... Apa kau datang ke sini untuk meracuniku atas perintah gadis kecil itu?"


"Jika kau khawatir tentang hal itu, kau harusnya berhati-hati terhadap Nona Clarisse."


"Ah, dia memang menakutkan. Dia mungkin akan benar-benar melakukannya... Dia tampak seperti gadis yang baik tapi kepribadiannya mengerikan. Sayang sekali."


"Aku ingin berbicara denganmu tentang duel..."


"Tidak ada gunanya mengatakan apa pun sekarang."


"...Kau benar."


Regis mendesah. Jika Jerome tidak termotivasi, masih ada beberapa cara yang bisa dia lakukan untuk menghentikan duel. Tapi Jerome tampak bersemangat tentang hal ini.


Sangat bersemangat sehingga ia memulai latihan untuk duel dengan segera.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - NCP8.JPG

"Fu ... Aku tidak sangka dia akan menantang secara terang-terangan. Aku pikir dia akan bermalas-malasan dan mengeluh sampai hari dia akan dinikahkan dengan seorang bangsawan kelas atas, kupikir dia hanya akan menjadi sampah yang akan membuang-buang waktunya setiap hari... Sepertinya aku salah menilai. "


"Jika dia bisa menjalani hidup dengan santai, itu akan membuat hidupku lebih mudah."


"Ada apa denganmu bocah? Kau pikir gadis kecil itu tidak bisa mengalahkanku?"


"Bukan hanya aku, itu adalah kesimpulan di antara semua prajurit resimen. Hanya tuan putri sendiri yang berpikir dia memiliki peluang menang."


Jerome menggeleng.


Dia mengayunkan tombak latihan yang berat sambil memegangnya secara horizontal. Lengan dan otot dadanya bergetar, membuat keringatnya jauh.


"Fu ... Itu salah."


"Maksudmu..."


"Aku tidak menganggap remeh kekuatan gadis kecil itu. Adalah hal bodoh untuk meremehkan seseorang yang bisa memegang pedang besar seperti itu."


"Aku mengerti."


Jerome menganggap duel ini sangat serius; Regis berpikir dan mendesah dalam hatinya.


Regis tidak bisa memahami detail dari kehebatan teknik bela diri, tidak peduli berapa banyak ia mengamatinya.


Pergerakan Jerome memegang tombak latihan terlalu cepat; hanya melihatnya saja, sudah membuat dia kesulitan.


Jerome menusukkan tombak sambil berkata:


"Pedang itu merepotkan ... Pedang atau tombak akan patah jika aku mencoba untuk memblok serangannya. Aku bisa mengganti dengan senjata yang baru di medan perang, tetapi aku akan kalah dalam duel jika senjataku hancur."


"Itu benar."


"Gadis kecil itu mungkin bertujuan untuk melakukan ini ketika dia bilang dia bisa menang. Dia mungkin akan menggunakan Grand Tonerre Quatre."


"Aku mendengar bahwa Sir Jerome memiliki tombak kuat yang mampu menandingi pedang itu?"


"Ya ... Tapi tombak itu hanya bisa dipakai saat berkuda. Sulit untuk menggunakannya dalam pertempuran tanpa menunggang kuda."


"Kau tidak berencana untuk menunggang kudamu?"


"Di alun-alun? Itu menggelikan. Kavaleri harus bertempur di dataran terbuka... Jadi dia berpikir tentang hal ini sangat dalam. Aku tidak dapat menggunakan tombakku atau teknikku. Dan itu bukan teknik penyerangan yang kukuasai. Gadis kecil itu mungkin bisa memenangkan duel ini. "


"Aku tidak berpikir bahwa kerugian yang dimiliknya dapat mengubah hasilnya."


Tidak hanya itu. Regis merasa kesempatan menang Altina memudar.


Regis berpikir bahwa Jerome boleh saja menganggap remeh duel jika Altina menantangnya dengan perbedaan besar dalam hal teknik bertarung. Ini seperti minum alkohol sebelum pertarungan atau hal-hal seperti itu.


Tapi Jerome tidak memberikan kesempatan sama sekali.


Kerugian kecil seperti itu hanya akan membuat lawan semakin waspada.


Tidak jelas apa tujuan Altina, tapi ini adalah strategi yang buruk.


"Hei Regis ... Apa kau berharap aku kalah?"


"Kenapa kau berpikir seperti itu?"


"Kau tidak akan berada di sini jika kau berharap aku menang. Kau akan membahas rumor-rumor dengan gembira bersama para pasukan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan; kau mungkin akan berakhir dengan melakukan pekerjaan administrasi yang kau sukai itu."


"Aku perlu meluruskan 2 hal."


"Apa?"


"Aku berharap untuk menyelesaikan masalah ini dengan damai."


Altina akan satu langkah lebih dekat untuk mewujudkan ambisinya jika dia menang. Tapi dia juga akan lebih dekat dengan bahaya.


Regis merasa bahwa ia harus membantu Altina mengamankan jalan untuk meraih ambisinya meskipun dia gagal menghentikannya.


"Kukuku ... Aku tidak berpikir adanya hal-hal seperti perdamaian di lini depan."


"Hal lain yang ingin aku luruskan ... adalah, aku tidak begitu suka dengan pekerjaan administratif. Kau pikir salah siapa, sehingga aku kekurangan jam tidur akhir-akhir ini!?"


Tanpa sadar, Regis lupa berbicara dengan sopan.


Regis berencana untuk menekan emosinya, tapi dia keceplosan dan mengungkapkan kekesalan yang dipendamnya.


Jerome menatap dengan mata terbuka lebar dan tertawa terbahak-bahak.


"Kuhahaha! Maaf tentang itu!Aku akan mengubah apa yang kukatakan kalau begitu - Aku pasti akan menang dan kau akan terus melakukan pekerjaan administratif yang kau benci untukku!"


"Itu terlalu kejam."


Bahu Regis terkulai.


Jerome merubah nada suaranya dan mengecilkan suaranya.


"Hei Regis ... Kau menyadarinya, kan?"


"... Apakah kau berbicara tentang anggaran?"


Jerome mengangguk diam.


Regis merasakan hawa dingin di lehernya.


Ia menemukan sesuatu setelah memeriksa lembaran dokumen.


"... Alasan sebenarnya kau mengusir perwira admin... adalah membiarkan orang-orang yang dapat menjaga rahasiamu untuk menangani buku akuntansi."

"Begitulah."


"Kenapa kau percaya padaku?"


"Karena ... aku tidak perlu memberitahumu masalah ini."


"Ketika kita pertama kali bertemu, kau mencoba menyuapku, dan kemudian mengancamku dengan garpu rumput. Semua karena ini?"


Sebagian dari anggaran resimen perbatasan Beilschmidt tidak dilaporkan ke departemen administrasi militer. Penggunaan dana tersebut tidak disebutkan dengan jelas.


Tapi jika kau mempertimbangkan keadaan Jerome, kau dapat menebaknya dengan mudah.


Jerome menyeringai.


"Fu ... Masalah itu ditunda karena kau sibuk dengan dokumen-dokumen akhir-akhir ini."


"Apa ini tentang siapa komandanku...?"


"Kau tidak perlu berbicara dengan gadis kecil tentang hal ini. Setelah duel 3 hari lagi, drama membosankan antara aku dan gadis kecil itu akan berakhir. Dan kau akan bekerja di bawahku."


Regis tampak tidak senang.


"Aku tidak cukup berharga bagi Margrave untuk khawatir tentangku."


"Jangan menyanjung dirimu sendiri, kau hanya hadiah pelengkap. Menyingkirkan komandan dengan gelar kosong, klan Beilschmidt menikahi keluarga kekaisaran ... Dan kau adalah apel pelengkap."


"Hah ... Jadi aku adalah apel."


Dirinya mungkin saja sebagai taruhan sampingan, tapi Regis merasa tidak nyaman sebagai subjek motivasi duel ini.


Margrave tidak menganggap remeh duel dengan Altina. Dia sangat bersemangat dan yakin akan menang.


Dia juga memiliki ambisinya sendiri.


Butuh banyak usaha bagi Regis unutk menyembunyikan kekhawatiran di wajahnya.


- Ini akan sulit. Altina, mengapa kau menyatakan tantangan ini?


Ada hal-hal yang perlu dia lakukan tidak peduli apa hasil dari duel 3 hari yang akan datang.


Ketika auditor dikirim ke unit ini dan melihat keadaan buku rekening, akuntan dan para komandan akan ditegur. Bahkan jika si komandan hanya memiliki gelar kosong.


Ini akan meningkatkan ditemukannya kemungkinan rahasia penggelapan.


Setelah kembali dari ruangan Jerome, Regis menyelesaikan sisa dokumen dengan terburu-buru.


Ia menyia-nyiakan beberapa waktunya karena serangan kantuk, tapi ia berhasil menyelesaikan dokumen dan menyegelnya.


Regis keluar dari kamarnya setelah menyelesaikan tugasnya.


Matahari sudah tinggi di langit. Pagi yang berawan, tapi cuaca cukup baik untuk mencairkan salju. Suhu cukup hangat untuk tidak memakai mantel.


Sebuah dinding manusia mengelilingi gerbang selatan.


Kurir periodik berada di sana.


Sebagian besar orang yang menerima surat dengan bahagia adalah para ksatria. Sebagian besar tentara regular buta huruf dan jarang mengirim surat.


"Kereta kuda berangkat~~ "


Sebuah lonceng berdentang keras.


Regis bergegas keluar.


"Tunggu sebentar! Tolong tunggu! Aku akan mendapat masalah jika ini tidak dikirim!"


Kurir periodik datang seminggu sekali.


Regis bergerak ke depan dan menyerahkan sebuah bingkisan kepada kurir yang bingung.


"Apakah ini ... perlu dikirim ke departemen administrasi militer? Bro, bukankah ada kurir lain untuk mengirimkan dokumen militer?"


"Ini adalah dokumen penting, akan terjadi hal buruk jika tidak dikirim. Ini adalah tanggung jawab yang berat, tapi aku mnyerahkan ini padamu."


"Tunggu! Kami adalah kurir sipil, bukan militer! Kau harus mengirimkan utusan untuk menyampaikan sesuatu yang penting seperti ini."


"Sir Jerome tidak suka mengirimkan tentaranya untuk memberikan dokumen, hal itu menyusahkanku."


"Hmm, departemen administrasi militer berada di ibukota, Aku pikir aku bisa mampir."


"Itu sangat membantu."


Regis memberinya koin tembaga Tonie sebagai bayaran.


Si Kurir memasukan bungkusan itu ke kantong pos sambil tersenyum.


Aku akan menganggap uang itu sebagai biaya yang diperlukan, pikir Regis yang kekurangan uang.


Kurir periodik keluar dari gerbang selatan.


Dia akhirnya bisa tidur.


Regis menguap lebar.


Dia mendengar suara cekikikan di dekatnya.


Dia berbalik dan melihat Clarisse yang membawa tumpukan besar cucian mendekatinya.


"Kau tampak agak lelah."


"Ah ... Menangani dokumen memang melelahkan, dan hal-hal yang tidak bisa kuabaikan terus bermunculan."


"Apakah itu tentang tuan putri? Kau tidak perlu khawatir tentang hal itu."


"... Bisakah kau melunagkan sedikit waktumu untukku sekarang?"


"Sungguh aneh bagimu untuk berpikir aku punya waktu."


Clarisse mengangkat sudut bibirnya saat ia membawa sejumlah besar cucian di tangan.


Pakaian dicuci dengan deterjen di ibukota kekaisaran, tetapi mencuci pakaian biasanya dilakukan dengan menggunakan papan cuci tradisional di benteng ini. Deterjen dianggap sebagai barang mewah di sini.


"Aku minta maaf, kau tampak cukup sibuk ... Tapi jarang melihatmu mencuci pada saat ini. Itu biasanya dilakukan pada pagi hari."


"Karena susu tumpah ke taplak meja. Jika aku tidak mencucinya sekarang, itu akan bau nanti."


"Ah, aku mengerti. Apa kau yang menumpahkannya?"


"Tidak, aku kebetulan sedang lengang saat ini. Jika kau tidak keberatan, aku bisa mencuci sambil mengobrol, aku akan mendengarkan apa yang ingin kau katakan."


"Tidak masalah. Biarkan aku membawa setengah dari cucian itu."


Clarisse tersenyum nakal ketika Regis mengulurkan tangannya.


"Apa kau yakin?"


"Tidak peduli seberapa lemah diriku, membantu seorang wanita membawa setengah cuciannya masih sanggup kulakukan."


"Bukan itu yang kumaksud. Ini terkena tumpahan susu lho?"


"Ugh ... Mau bagaimana lagi. Aku akan menyekanya dengan kain basah nanti."


"Fufufu ..."


Clarisse memberikan kain yang sedikit basah kepada Regis. Baunya seperti susu.


Regis berjalan menuju ruang cuci bersama dengan Clarisse.


Bagi pelayan, tugas yang membosankan sekaligus penting adalah memasak dan membersihkan rumah, demikian juga dengan mencuci.


Di sudut wilayah barat, di mana para prajurit berada, ada tempat yang permukaannya sedikit berada, dan lebih rendah dari permukaan tanah.


Salju cair mengalir ke tempat ini melalui pipa, sehingga membanjiri 10 stasiun cuci.


Clarisse menempatkan cucian ke dalam air. Dia membasahinya sebanyak mungkin, sehingga membuat kotoran keluar sebanyak mungkin.


Tangan lembut dan pucatnya menjadi merah segera setelah tercelup ke dalam air es.


"Ugh ..."


"Biarkan aku membantu."


"Aku baik-baik saja. Kau ingin berbicara denganku tentang tuan putri?"


"Benar ... Tapi kau melakukan tugas yang membosankan di depanku, sementara aku hanya berbicara. Itu membuatku tidak nyaman."


"Benar-benar hal yang aneh untuk diucapkan. Memang seperti inilah status sosial."


"Dengan logikamu, maka membantu hal yang aku inginkan adalah perwujudan dari status sosialku. Eh, aku hanya perlu melakukan ini?"


Regis mengambil taplak meja dari tumpukan cucian dan merendamnya ke dalam air, dia meniru apa yang dilakukan oleh Clarisse.


"Wah !?"


Tangannya merasakan sakit akibat air yang membeku.


"Dasar kau ini... keluarkan tanganmu dari air sesekali ketika kau mencuci. Tanganmu akan membeku jika kau merendamnya terlalu lama."


"Ah, begitukah? Apa kau baik-baik saja?"


"Aku sih sudah terbiasa."


"Ooh…"


"Ketika aku mencuci banyak cucian di pagi hari, aku akan menggunakan panci di sana untuk merebus air. Airnya dapat digunakan untuk menghangatkan tanganku, dan itu menghilangkan noda dengan mudah."


Ada panci besar di sudut ruang cuci.


Regis mengerti. Tidaklah mungkin untuk membersihkan begitu banyak cucian tanpa mempersiapkan air hangat. Seorang pemula seperti dia akan kesulitan untuk mencuci satu pakaian.


"Kau tidak merebus air hari ini?"


"Yah, hanya ada sedikit cucian hari ini. Apa hanya itu yang ingin kau bicarakan?"


"Tidak, aku baru akan mulai... Kuh..."


Regis memijat jari-jarinya yang merasa sakit akibat dingin, agar menghangatkan tangannya.


Tapi noda di kain belum mengliang.


Jadi Regis mengulangi 3 langkah, yaitu : menggosok kain, mengeluarkan tangannya dair air, dan menggosok jari-jarinya untuk menghangatkan tangannya.


"Kau baik-baik saja?"


"Ugugu ... Kenapa Altina menyatakan tantangan duel pada saat seperti ini?"


"Tuan putri mungkin tidak berpikir terlalu banyak tentang momennya. Itu pasti sesuatu yang dia pikirkan di pagi hari."


"Itu terlalu gegabah."


Dia akhirnya berhasil menghilangkan bau susu dari taplak meja.


Sebagian besar permukaan taplak meja berubah agak kuning, daerah yang cokelat juga telah berubah menjadi putih.


"Meskipun begitu, tidak akan masalah jika itu adalah ide tuan putri."


"Aku tahu sudah terlambat baginya untuk menyerah... Tapi, sepertinya kau juga tidak bisa berpikir optimis."


"Bukankah kau percaya pada tuan putri, Tn. Regis?"


"Aku tidak punya bakat untuk membedakan kehebatan bela diri seseorang. Tapi jika berpikir secara obyektif, maka Altina tidak mungkin bisa memenangkan duel tersebut. Andaikan saja Sir Jerome adalah seseorang yang akan kalah oleh gadis berusia 14 tahun yang tidak berpengalaman, dia pasti sudah mati di medan perang sejak dulu. "


"Aku mengerti, beberapa orang akan berpikir seperti itu."


"Tolong beritahu aku jika kau memiliki pendapat yang berbeda..."


Clarisse mengambil taplak meja dari air beku.


Suara gemericik air terdengar di ruang cuci.


"Karena tuan putri berkata padaku 'tidak ada masalah'♪"


"Kau hanya malas untuk berpikir. Apa yang kau‘percaya’ dan 'fakta' adalah hal yang berbeda."


"Jadi, apa yang akan kau lakukan?"


"... Mungkin tidak ada langkah yang tepat yang bisa kita ambil."


Setelah menyelesaikan tugas mencuci yang asing baginya, Regis mengucapkan selamat tinggal pada Clarisse dan berjalan menuju kamarnya sendiri.


Apakah langkah goyahnya karena kurang tidur atau terlalu banyak masalah dalam pikirannya?


Dia bisa mendengar suara pedang berayun dari halaman.


Dia pergi dan melihat Altina memegang Fauchard besar di halaman.


Altina mengayunkan Fauchard dengan satu tangan seperti ranting, meskipun kau biasanya membutuhkan dua tangan untuk memegang itu.


- Gadis normal tidak mungkin bisa melakukan itu.


Altina memiliki kekuatan lengan sangat kuat, yang tidak sesuai dengan penampilannya.


Dia mungkin menyadari kehadiran Regis.


Altina tersenyum pada Regis.


"Ara, kau ingin mengayunkan ini juga?"


"Aku tidak ingin dan aku tidak bisa. Aku tidak ingin menyombongkan diri, tapi ..."


"Kau bahkan tidak bisa mengangkatnya?"


"Aku mungkin tidak bisa."


Regis mengangkat bahu sedangkan Altina tersenyum canggung.


Dia mulai mengayunkan fauchard lagi.


"Kau ... Menakjubkan."


"Hanya kekuatan lengan... yang aku kuasai. Aku mengayunkan pedang untuk kepentingan orang dewasa ketika aku masih sangat muda."


"Yah, tidak hanya itu ... Tapi untuk menang melawan Jerome, terus terang ... Maksudku ... Bukankah itu terlalu sulit?"


"Pastinya. Jika dia adalah seseorang yang dapat dikalahkan dengan mudah, musuh-musuh kita tidak akan kesulitan menghadapinya."


"Apakah kau memiliki sebuah rencana? Kau cukup percaya diri untuk menyatakan tantangan."


Regis bertaruh pada peluang tipis ini.


Altina menatapnya dengan ekspresi bingung.


"Rencana apa? Bukankah duel dimenangkan oleh orang yang lebih kuat?"


"Ugh ... Kau benar-benar tidak berpikir apapun... Ada persiapan yang dapat kaulakukan untuk meningkatkan peluangmu menang."


"Hei, aku tidak bodoh."


"Jadi kau sudah berpikir tentang itu!?"


"Tombak akan lebih cepat pada serangan pertama. Setelah memblok itu, aku harus hati-hati terhadap hempasan tubuh karena pedangku berat. Apakah menendang lututnya ketika ia maju adalah tindakan melanggar aturan?"


Regis menundukkan kepalannya.


"Apa... kau berencana untuk melawan dia dengan jujur..."


"Ini tidak akan berarti jika aku tidak melawannya dengan jujur, tujuanku tidaklah untuk menang."


"Eh?"


"Membuktikan bahwa aku lebih kuat adalah tujuanku. Aku tidak akan mendapatkan kepercayaan dari para prajurit jika aku tidak memenangi duel dengan jujur. Dan kepercayaanmu juga."


Altina menyatakan itu dengan tenang.


Regis juga merasa bahwa Altina benar.


"... Tapi dia bukan seseorang yang bisa kaukalahkan tanpa rencana."


"Ini tidak akan berarti walaupun aku menang dengan sebuah rencana."


"Ugh, erm ..."


"Apa kau berpikir tentang sesuatu yang aneh?"


Altina menatap Regis dengan intens.

Regis mengalihkan tatapannya.


"... Ada banyak cara untuk melakukan sesuatu tanpa orang lain sadari,kan? Seperti memantulkan sinar matahari ke matanya dengan benda seperti pecahan kaca, atau beberapa perangkap di tanah."


Setelah mengatakan itu dengan pelan.


Suara hembusan angin terdengar.


Fauchard menghantam tanah di dekat kaki Regis dengan suara bang. Fauchard itu membuat celah yang dalam di tanah.


"Jangan bercanda denganku!"


"Hey, hey Altina!?"


"Ah ... Maaf. Aku terlalu gelisah..."


Aku juga - Regis menjawab gadis itu dan meminta maaf:


"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud mengganggumu."


"Yah,aku mengerti."


"Aku mengerti mengapa kau ingin berduel dengan jujur. Tapi tujuan utama bukanlah serangkaian kemenangan. Kita perlu mengambil pintu belakang kadang-kadang."


Seperti yang diperkirakan, ini terlalu kejam untuk gadis berusia 14 tahun.


Sebenarnya, Altina yang merupakan putri ke-4 tidak memiliki kesempatan untuk mewarisi tahta. Satu-satunya cara baginya untuk mengambil alih takhta adalah dengan merebut tahta itu sendiri.


Tetapi Altina memiliki hati yang murni dan jujur, jadi dia tidak akan melalui jalan yang dipenuhi kotoran dan kematian seperti itu.


Hanya jalan yang adil dan bersih tercermin di matanya.


Kalau begitu, Regis lah yang harus menjadi penjahatnya.


Regis mengepalkan tinjunya.


Sepasang tangan putih dan mungil ditempatkan di atas tangan Regis saat ini.

"Eh ...?"


Jari-jari yang sedikit hangat setelah berlatih ayunan tombak membelai kulit Regis.


Altina berada di sisinya sebelum ia menyadarinya.


Altina mengangkat kepalanya untuk melihat Regis, dengan mata merah yang cantik menatapnya.


"Aku tahu kau khawatir padaku. Aku juga memahami bahwa kau tahu tentang banyak hal."


"Ya, aku khawatir tentangmu ... Tapi aku tidak tahu cara hebat apapun yang bisa memenangkanmu..."


"Menurutku, taktik bukanlah hal yang buruk. Tapi kadang-kadang, kita harus menghadapi pertempuran secara langsung."


"... Maksudmu disaat seperti ini?"


"Ya, benar kan?"


Regis menutup matanya.


Dia membalik-balik buku di dalam pikirannya dan mengingat pengetahuan yang relevan.


Tapi dia memutuskan untuk menggunakan pengetahuan itu pada akhirnya.


"Jika aku membantumu memenangkan duel ini dengan skema curang... Kau akan kehilangan jalan kebajikan yang kau tempuh. Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada kehilangan jalanmu, dan menjadi bidak bagi orang lain."


"Eh... Aku tidak benar-benar memahami sesuatu yang begitu dalam, tapi naluriku mengatakan bahwa aku harus bertarung dan menang dengan jujur!"


"Haruskah aku percaya padamu...?"


"Aku akan membuktikan bahwa aku layak kau percayai, tunggu dan lihat saja!"


Altina menyentuhkan tinjunya pada tangan Regis yang dipegangnya.


Regis mengangguk dan memberikan dukungan pada Altina.


Saat ini, bagi Altina menggunakan skema curang untuk menang tidaklah efektif, dan akan memiliki konotasi negatif.


Tapi dia tidak bisa hanya diam dan menonton.


Regis menggosok mata mengantuknya ketika ia muncul di ruang makan perwira.


Tapi orang yang dia cari tidak ada, jadi Regis pergi ke kandang kuda.


Saat ia sedang berkeliling di kandang, orang yang dia cari menyapanya dengn keras.


"Oh, Sir Regis!"


"Kau di sini, Tn. Evrard..."


"Aku mencarimu!"


"Apakah kau ... mencariku untuk berbicara mengenai tuan putri?"


"Hmm? Maksudmu tentang duel? Wahaha! Aku tahu ini akan terjadi cepat atau lambat, tapi aku tidak berpikir gadis kecil itu akan menyatakan tantangan duel pada saat itu! Aku sangat terkejut!"


"Kau tahu itu akan terjadi?"


"Dia ingin melakukan sesuatu untuk mengubah status quo yang canggung ini."


"Eh..."


"Dan satu-satunya cara yang dia bisa pikirkan adalah membuktikannya dengan pedang!"


Regis memeluk kepalanya.


Ini berarti pemikiran Altina tidak berbeda jauh dari komandan ksatria berotak otot ini.


Setidaknya ketika mereka memegang pedang.


Kepalanya sakit.


Tidak, itu adalah alasan yang membuat Altina berpikir bahwa Regis perlu untuk membantunya sebagai ahli strategi.


"Kenapa jadi begini ... Dan pemenang duel sudah dapat ditentukan ..."


"Wahaha! Sir Regis, kata-katamu sungguh berani! Seorang ahli strategi memang hebat!"


"Salah. Aku bukan ahli strategi."


"Oh? bukankah kau mengusulkan rencana yang sangat baik ketika menangkap bandit?"


"Tidak, itu karena... Putri memintaku untuk menjelaskan apa yang aku tahu... aku tidak memiliki kemampuan untuk memikirkan rencana pertempuran."


"Apa yang buruk tentang itu? Menggunakan pengetahuan yang orang lain tidak miliki adalah cara yang baik untuk berkontribusi."


"Hah ..."


Tapi bagaimana jika ia tidak memiliki pengetahuan yang dibutuhkan pada saat genting? Pada saat itu mereka akan membutuhkan ahli strategi yang sesungguhnya dan kebijaksanaannya.


Seperti situasi saat ini.


Plak! Evrard menepuk punggung Regis dengan kuat. Pukulannya membuat kantuk Regis menghilang.


"Itu sakit!?"


"Beberapa nyawa orang selamat berkatmu."


"Ah...?


"Cucuku! Anak itu berada dalam tentara Marquis Thénezay dan selamat ketika mereka dikalahkan."


"Yah, markas komando dihancurkan setelah serangan dadakan, tetapi sebagian besar pasukan kami berhasil melarikan diri. Tapi aku tidak berpikir itu berkatku..."


"Maksudmu orang-orang yang berhasil lolos dari serangan orang-orang barbar?"


"Ya."


"Cucuku bersama denganmu dalam pasukan cadangan ketika kau ditempatkan di bagian belakang unit utama."


"Ah, memang ada pasukan cadangan."


"Pada akhirnya, dia tidak malu karena kekalahan. Dia dipuji karena membantu rekan-rekannya yang dikalahkan untuk melarikan diri."


Regis ingat apa yang telah terjadi.


Itu adalah kenangan yang menyedihkan.


"... Setelah menyadari adanya serangan dadakan, markas terbakar... Jadi aku menyarankan untuk tidak membantu mereka, tapi malah bersiap untuk menyerang... Tapi hanya itu yang bisa kami lakukan."


"Jangan merendah. Markas komando hancur dan tentara utama mundur. Alasan utama tentara tidak terbantai adalah karena pasukan cadangan menghentikan serangan orang barbar atas perintah perwira admin tingkat 5 Regis Auric."


"Aku tidak memerintahkan apa-apa ... Pasukan cadangan memiliki perwira tempur berpangkat tinggi yang memimpin mereka, jadi merekalah orang-orang yang melakukan pekerjaan itu."


"Tapi bukan itu yang dikatakan dalam surat tersebut."


Evrard menyerahkan sepucuk surat.


Regis mengambil surat itu.


Cucu Edward menggunakan bahasa yang luar biasa formal dan menulis apa yang telah dikatakan Evrard.


Bagaimana ia diselamatkan oleh usaha Regis ketika tentara Marquis Thénezay mundur.


Dia juga menyebutkan bagaimana Regis menyelamatkan banyak rekan lainnya.


Ia baru menyadari akhir-akhir ini bahwa Regis harus bertanggung jawab sebagai satu-satunya orang yang selamat dari markas komando, lantas dibuang ke perbatasan.


Dengan begitu--


"Untuk membayar hutang-hutangnya kepada Sir Regis, cucuku secara sukarela bergabung dengan resimen ini. Baik! Ini juga merupakan sebuah cara hidup!"


"Bagaimana bisa! Tingkat keselamatan dari resimen ini sedikit lebih tinggi daripada garis depan lainnya ... Tapi masih 10 kali lebih aman jika kau tinggal di ibukota. Mengapa ia secara sukarela datang ke sini?"


"Cucuku mungkin berpikir tentang melindungimu di tempat yang berbahaya ini."


"... Aku tidak layak."


"Wahahaha! Kau mengatakan hal-hal aneh. Hanya orang itu sendiri yang akan mengerti mengapa mereka bersedia mempertaruhkan hidup mereka!"


Regis merasa pernyataan Evrard mungkin benar.


Tapi Regis tidak berpikir ia telah menyelamatkan banyak nyawa, atau bahwa ia layak dilindungi.


"Tn. Evrard, bisakahkau menerima kenyataan ini? Cucu yang kau sayangi dengan sukarela ditempatkan di tempat yang berbahaya seperti ini?"


"Jika itu yang dia inginkan, aku tidak bisa berbuat apa-apa."


"Apakah aku layak dilindungi olehnya!?"


"Hm ... aku tidak bisa benar-benar menceramahinya."


Evrard tersenyum puas.


Regis memiringkan kepalanya, dia tidak mengerti apa yang Evrard maksud.


"... Maksudmu?"


"Maksudku, jika cucuku meninggal sia-sia karena ketidakcakapanmu, maka aku akan berbicara denganmu tentang tanggung jawab dengan tombakku!"


"Bukankah itu berarti kau marah!?"


"Tidak marah."


"Kalimatmu tidak masuk akal!"


Regis sungguh merasa senang bahwa seseorang dari unit lamanya merasa berterima kasih terhadap dirinya.


Berkat dia, Regis merasa bahwa umurnya semakin pendek secara bertahap.


Kembali pada topik.


"... Mari kita tinggalkan topik ini untuk sementara ... Aku ingin berbicara tentang tuan putri."


"Hmmm?"


"Apa kau pikir tuan putri bisa menang?"


"Akan sangat baik jika dia bisa bertahan 10 pukulan, bukan?"


Evrard menilai bahwa Jerome akan menang dalam 10 serangan.


Sebesar itulah perbedaan mereka dalam kecakapan bela diri.


"... Mungkin ini bertentangan dengan kode etik ksatria ... Tapi bisakah aku memintamu untuk menyelamatkan tuan putri jika dia terdesak?"


"Oh? Beritahu lebih rinci."


3 hari kemudian –


Bel siang akan berdentang.


Banyak tentara sudah berkumpul di alun-alun.


Salju telah turun sejak pagi hari; dan itu akan berubah menjadi badai salju jika angin bertiup.


Tapi kedua pihak tidak berencana untuk menunda duel karena cuaca buruk.


Regis berada di kamar Altina.


Insiden seperti beberapa hari sebelumnya tidak terjadi. Altina sedang menunggu duel dengan tenang. Dia mengenakan pelindung lengan, pelindung lutut dan pelindung dada pada gaun one-piecenya sembari ia duduk di kursi yang didesain elegan.


Cangkir teh ditempatkan di atas meja.


"Kau tidak terlihat sehat, Regis."


"Kau lah yang harus disalahkan jika aku jatuh sakit karena khawatir berlebihan, Altina."


"Bukan kau yang akan berduel, jadi santai sedikit, oke?"


"Apa kau pikir kau bisa menang? Melawan 'Pahlawan Erstein'?"


"Pastinya, aku telah mengatakan ini berkali-kali. Tapi kalian semua tidak akan percaya jika aku tidak membuktikannya."


"Dan membuat pertaruhan yang tidak menguntungkannmu..."


Altina berdiri.


Dia satu kepala lebih pendek daripada Regis, tapi auranya membuatnya cukup tinggi sehingga kau harus mendongak ke arahnya.


"Jika aku tidak berguna di tempat yang damai, bagaimana mungkin aku bisa menjadi kaisar?"


"Kau tidak akan bisa ... Tapi ada sesuatu yang dikenal sebagai manajemen risiko di dunia ini..."


"Ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa kau capai tanpa meraih kemenangan."


"Kau terlalu tergesa-gesa."


"Kau tidak akan percaya apa pun yang aku lakukan."


Altina tersenyum kesepian.


Regis tertegun.


- Haruskah ia percaya bahwa Altina akan menang bahkan jika ia tidak memiliki rekan lainnya?


"Kau akan kehilangan sesuatu yang tak tergantikan jika kau membuat keputusan yang salah ketika didorong oleh emosi. Aku tidak boleh terus gagal di tempat yang sama."


Regis teringat Marquis Thénezay.


Dia mungkin tidak akan pernah lupa bahwa dia tidak mengusulkan rencananya untuk ketiga kalinya. Atau tidak memperhatikan harga diri para bangsawan.


Sangatlah sia-sia jika hanya memiliki pengetahuan saja.


Fakta ini telah terukir dalam hatinya.


"Apakah kau akan menghentikanku? Mungkinkah kau berencana untuk melarikan diri denganku? Itu akan sangat romantis."


"Aku tidak bisa melakukan itu. Aku telah berpikir tentang hal itu sebelumnya, tapi kau cukup kuat untuk membuat Jerome waspada. Melarikan diri denganmu tanpa membuat keributan adalah hal yang mustahil. Dan jika kau adalah tipe orang yang bersedia melarikan diri, maka kau akan menghentikan duel ini sejak awal. "


"Kau benar. Sangat disesalkan bahwa ini tidak romantis sama sekali."


"Meskipun begitu, aku telah berpikir tentang apa yang harus dilakukan jika kau kalah..."


Altina mengerutkan kening.


"Apa rencanamu?"


"Aku akan menahan Jerome, pada saat itu, kau akan melarikan diri dengan seorang ksatria tertentu dari benteng. Tapi aku tidak bisa mengatakan siapa ksatria tersebut...."


Regis telah mempersiapkan dirinya jika Altina marah karena membuat rencana cadangan jika ia dikalahkan. Tapi tanpa diduga Altina malah tertawa.


Dia memegang perutnya sambil tertawa keras.


"Ha, haduh... Ahahaha ... Re, Regis kau benar-benar unik!! Ahahaha! Kau pikir aku pasti akan kalah! Hah ~ tertawanya berakhir di sini saja, oke!?"


"Aku merasa tidak nyaman melakukan hal ini padamu. Tapi hubungan pribadiku dengamu dan penilaian obyektif adalah dua hal yang berbeda. Aku harus membuat persiapan yang memadai untuk skenario terburuk ..."


"Ahahaha, itu benar! Aku pikir kau dibutuhkan olehku karena kau memang orang macam ini. Ini adalah penilaian tenang sebagai seorang ahli strategi."


"Ini bukan penilaian tenang dari seorang ahli strategi. Ini ... ini ... Bagaimana aku harus menjelaskannya?"


Ini akan menjadi tanggung jawab yang terlalu besar bagi seorang perwira admin tingkat 5.


Jadi, apakah sebagai teman Altina?


Sejak kapan dia berteman dengan Altina yang merupakan komandannya? Regis selalu berpikir bahwa Altina selalu menganggapnya sebagai teman, karena ia diizinkan untuk memanggil nama gadis itu dengan panggilan akrabnya, namun itu terlalu bodoh.


Regis merasa bingung dan terdiam.


Altina tertawa begitu keras sehingga bahunya gemetar.


Suara terengah-engah tercampur dalam tawa Altina.


"Ha, ha ... aku pikir aku akan mati karena tertawa sebelum duel. Aku tidak menyangka kau telah membuat persiapan jikalau aku kalah ... Ah ... ini sangat lucu."


"Aku tidak akan membuat banyak alasan. Aku tidak percaya kau akan menang."


Regis mengatakannya sekali lagi.


Altina tidak marah dan hanya mengangguk.


"Aku tahu. Hanya ada satu orang yang percaya pada kemenanganku tanpa ragu."


"Maksudmu Clarisse..."


"Ya. Tapi untuk mencapai tujuanku, seseorang yang tidak begitu mempercayaiku diperlukan juga."


"Apakah orang itu mengacu padaku?"


"Aku memastikan bahwa orang itu adalah kau, setelah kejadian ini. Untuk mendapatkan kepercayaanmu, aku tidak akan kalah dalam duel ini."


Altina menantang Jerome untuk memenangkan kepercayaan dari pasukan di resimen ini.


Termasuk Regis.


"... Dapatkah duel ini dibatalkan karena sikapku?"


"Hmmm ~~, mungkin?"


"Ugh ..."


Kelelahan mentalnya meningkat sebesar 30%.


Altina menggapai dengan tangannya.


Tangannya menyentuh dada kiri Regis, tepat di atas jantung.


"Hmmm?"


"Aku ingin menjadi seorang kaisar ... Jika keinginanku tidak terwujud, aku pasti akan mati. Ahli strategiku juga akan mati."


Tidak peduli tindakan apa yang mereka ambil, Altina pastinya bukan menjadi satu-satunya yang harus bertanggung jawab.


Jantungnya yang berada di bawah telapak Altina mulai berdetak kencang.


Altina belum selesai.


"Mengharapkanmu menjadi ahli strategiku, berarti mengharapkanmu untuk mempertaruhkan nyawamu."


"Benar..."


Regis memahami hal ini.


Itu sebabnya Regis ragu-ragu.


"Karena aku memintamu untuk mempertaruhkan nyawamu, maka adalah normal bagiku untuk mempertaruhkan nyawaku juga. Aku tidak ingin menjadi seorang ratu bodoh yang mengharapkan loyalitas hanya dengan duduk di atas takhta."


Altina menggeser tangannya dari dada Regis ke lehernya, dan kemudian wajahnya.


Tangannya terasa dingin.


"Perhatikan dengan matamu, aku akan membuktikan tekadku padamu ... Dan kau dapat mempertimbangkan tentang masalah yang kubicarakan pada malam itu."


"Jika aku tidak percaya pada diriku sendiri, maka kau lah yang akan mempercayaiku sebagai gantinya. Jadi aku harus percaya padamu, kan?"


Altina mengangguk dan menarik tangannya.


Dan dia meraih pedang besar yang bersandar di dinding.


Dia mencengkeram gagang pedang dengan erat.


"Sudah waktunya."


Altina dan Jerome berdiri berlawanan satu sama lain di tengah kerumunan tentara.


Mereka terpisah sekitar 10 langkah.


Di bawah kaki semua orang adalah salju.


Jarak pandang cukup buruk dan semuanya terlihat putih. Ini adalah badai salju.


Altina mengenakan pelindung lengan dan pelindung lututnya.


Di tangannya adalah Grand Tonerre Quatre.


Itu adalah pedang raksasa yang tidak cocok dengan gadis mungil itu.


Jerome di sisi lain tidak memakai armor apapun, hanya pakaian normal berupa kemeja hitam dengan celana militer. Dia memegang tombak pendek yang digunakan oleh infantri di hutan. Tombak itu panjangnya sekitar 27 Pa (2m), hampir menyamai panjang pedang raksasa Altina.


Regis berdiri di antara dinding manusia yang mengelilingi mereka berdua. Evrard mengenakan armor lengkap berjalan ke sisinya dan berkata:


"Kedua belah pihak terlihat tenang."


"Itu benar ... Bagaimana dengan persiapannya?"


"Tidak masalah, Nona Clarisse menunggu di kereta."


"Terima kasih."


Mereka membicarakan tentang rencana setelah duel berhenti.


Evrard mengelus jenggotnya.


"Margrave telah memikirkan duel ini dengan matang. Dia tidak menggunakan pedang untuk mendapatkan keunggulan dalam kecepatan, atau tombak panjang untuk mendapatkan rentang yang lebih baik. Dia memilih senjata yang tidak memberinya keunggulan apa pun."


"Aku tidak mengerti apa-apa tentang bentrokan antara pedang dan tombak ... Tapi tombak pendek yang digunakan oleh Margrave menempatkan dia di posisi yang kurang menguntungkan?"


"Tombak itu tidak ringan atau panjang, dan akan hancur dengan sebuah serangan dari pedang raksasa itu."


"Dia tidak akan menggunakan ini ... sebagai alasan untuk kekalahannya, kan?"


"Tombak itu telah dipersiapkan olehnya sejak awal; Itu tidak dapat digunakan sebagai alasan kekalahan. Dia bermaksud untuk menggunakannya dengan cara lain."


"Untuk mencegah tuan putri mencari alasan?"


"Ya! Sama seperti tuan putri yang tidak memberikan Margrave setiap celah untuk mencari alasan dengan meberikan segala macam persyaratan dan pengaturan duel 3 hari kemudian. Margrave menggunakan senjata yang merugikan dia untuk membungkam keluhan dari tuan putri -- Mereka mulai. "


"... !!"


Lonceng siang berbunyi seolah-olah mengumumkan awal pertarungan.


Decitan logam yang beradu membahana di alun-alun.


Kebanyakan orang berpikir putri muda akan mengayunkan pedangnya lebih dulu pada Margrave sementara ia berkelit.


"Ora ora ora!!"


Tapi yang berteriak dan menyerang terlebih dahulu adalah Jerome.


Jerome memijak keras salju di bawah kakinya dan menyerang.


Altina tidak bergerak. Atau dia tidak bisa bergerak?


Margrave memperpendek jarak 10 langkah dalam sekejap dan menusukkan tombaknya.


"Hah!"


Apakah duel akan selesai oleh serangan pertama--!! Para prajurit tercengang.


"Serangan semacam ini!!"


Altina menghela napas.


Dan menggunakan badan pedang untuk memblokir ujung tombak.


Jerome mengerang.


Dua potong logam berbenturan dengan suara berderit.


Tombak pendek yang menusuk ke arah bahu gadis itu dibelokkan.


Jerome mendesah.


"Ugh ... Tombak biasa bahkan tidak bisa menggoresnya!"


"Terbuat dari 'Tristei’[1]?"


Regis berkata dengan lembut.


Selama peperangan untuk mendirikan kekaisaran, ada legenda yang menceritakan bahwa pedang-pedang yang kuat terbuat dari perak dan diberikan kepada kaisar api.


Pedang itu mungkin terbuat dari logam alam, sebuah alloy[2] - para peneliti menjelaskan seperti itu. Dalam era ini, bahan yang lebih kuat dari baja dapat dibuat dengan peleburan beberapa jenis logam bersama-sama, dan merupakan pengetahuan yang umum.


Tapi sebuah paduan logam yang dapat menyaingi `Tristei’ belum ditemukan, sehingga beberapa orang percaya pedang tersebut memiliki berkat dari Elf.


Pedang raksasa menjadi perisai melindungi Altina yang mungil.


Setelah serangannya ditangkis, Jerome menarik kembali tombaknya untuk memantapkan dirinya. Kaki gadis itu sudah melompat sebelum itu.


Sebuah bunyi nyaring bergema dalam alun-alun.


"Ugh ..."


Sebuah tendangan kuat mendarat di lutut Jerome.


Postur pria kekar itu goyah.


Gadis itu berteriak:


"Bertarunglah dengan serius, Jerome!"


"Woah!?"


Pedang itu tidak menyentuh tanah ketika diayunkan, tapi salju tersebar oleh hentakannya. Kekuatan pedang itu cukup kuat untuk dapat diraskaan oleh para tentara di sekitar yang menonton.

Jerome berguling di tanah untuk menghindari serangan bagaikan bencana ini.


Tubuh dan tombaknya mungkin akan hancur jika ia memblok serangan tersebut.


Pasukan yang menonton pertarungan menjadi bersemangat karena pemembukaan yang mengejutkan ini.


Pedang sang putri memaksa Margrave untuk bergulir di lantai, sehingga mengotori pakaiannya dengan salju dan lumpur untuk menghindari serangan itu. Tidak ada yang menyangka hal ini.


"... Mungkin, dia bisa menang?"


Tapi kata-kata penuh harapan lirih yang keluar dari dada Regis didorong kembali oleh Evrard.


"Ini hanya awal!"


Jerome masih tersenyum saat ia mengambil kuda-kuda.


"Terlalu naif, gadis kecil. Kau akan menyesal tidak menghabisiku dengan serangan tadi."


"Tujuanku adalah untuk menunjukkan bahwa aku lebih kuat darimu, bukan untuk mencabik-cabik tubuh bawahanku."


"Apa kau bisa menglahkanku sambil menahan diri?"


"Kau mengincar bahuku juga. Apa kau khawatir bahwa kau tidak bisa menikahiku jika aku mati?"


"Kukuku ... Hal itu memang terlintas dalam pikiranku."


"Bertarunglah dengan segenap kekuatanmu!"


"Fu, menarik!"


Mereka berdua kembali saling menyerang.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - CP4.JPG

Jerome menyerang berkali-kali, Altina memblok dengan pedangnya.


Altina memegang bongkahan logam raksasa itu dengan lengan yang ramping bagaikan cabang pohon yang tampak begitu rapuh.


Altina menebas berulang kali sementara Jerome lebih sering menangkis.


Jerome sedang terpojok!?


Teriakan-teriakan terdengar dari para tentara.


Tangan Evrard gemetar.


"Oh ... Tidak disangka bahwa tuan putri sekuat ini ... Dia adalah seorang dewi!"


"Bisakah dia menang?"


"Ugh!! Erm ... Margrave ragu-ragu dalam serangan tusukannya. Dia khawatir jika dia membunuh tuan putri. Hal yang penting adalah, Margrave harus melepaskan kekuatannya ketika pedang itu memblok serangannya, atau tombaknya akan hancur. Sebaliknya, Margrave perlu menangkis dan membelokkan serangan dari pedang tuan putri. "


"Karena tombaknya akan hancur jika dia memblok secara langsung?"


"Benar, Margrave melindungi tombaknya saat menyerang dan bertahan, sehingga tuan putri memiliki keunggulan."


"Jadi mengapa dia tidak bisa menang?"


"Sayangng sekali, tuan putri bukanlah laki-laki."


"Eh? Itu ..."


Saat mereka menonton, situasi Jerome menyerang sementara Altina semakin bertahan.


Jerome masih memiliki banyak energi. Dia memutar-mutar tombaknya dari waktu ke waktu untuk menunjukkan ia menganggap mudah pertarungan ini.


Di sisi lain, Altina kehabisan napas.


Dia kekurangan stamina.


Dia mungkin memiliki kekuatan untuk mengayunkan pedang besar itu, tapi dia tidak bisa menyaingi pahlawan Jerome yang bertubuh kekar dalam pertempuran jangka panjang.


Pedang raksasa menjadi lamban; tidak bisa menyaingi kecepatan tombak pendek.


Secuil bagian dari gaunnya robek oleh ujung tombak.


Jerome masih bertempur dalam pertarungan yang berbahaya, di mana senjatanya akan hancur dengan satu gerakan yang salah, ini seperti berjalan di atas tali tipis. Tapi adegan itu perlahan-lahan berubah menjadi Jerome yang menyudutkan Altina dengan serangannya.


Bagian bahu gaun one-piecenya tertusuk, bahu Altina terlihat.


Darah mengalir dari kulit putihnya.


"Hah… hah..."


"Kau cukup baik, aku pikir kau akan kehabisan stamina lebih awal, gadis kecil."


"Aku tidak akan menyerah hanya karena napasku sedikit terengah-engah."


"Hmmp, aku akan mengakuimu kalau begitu. Tidak banyak orang di benteng ini yang bisa melawanku seperti ini. Dan kau masih muda. Kau mungkin akan menjadi pendekar yang hebat dalam 3 tahun."


"Hah, hah ... mengakuiku sebagai pendekar pedang? Apa otakmu kejepit pintu? Apa yang aku inginkan adalah diakui sebagai komandanmu."


"Para prajurit akan lebih bersedia untuk mendengarkan perintahmu jika kau sekuat ini. Kau tidak setingkat denganku, tapi kau cukup baik untuk menjadi wakil komandan."


"Begitukah ... kalau begitu ... aku tidak bisa menyerah sekarang!"


Altina mengangkat pedangnya.


Dia berlari melalui salju dan menyerang.


Dan mengayunkan pedangnya ke bawah.


"Hyaaa!!"


"Ara ara ... Terlalu serakah hanya akan mengakhirimu lebih cepat."


Pedang itu menghancurkan tanah.


Hamparan salju terpental dari tanah.


Sebuah ledakan keras meletus seperti guntur.


Jerome menghindari serangan itu dan menusuk dengan tombaknya.


"Hah!"


"Hee ...., Hya!"


Altina mengangkat pedang yang tenggelam ke dalam tanah.


Dia membidik tombak yang ditusukkan ke arahnya.


Tepat sebelum pedang hendak menghancurkan tombak, Jerome menarik tubuh dan senjatanya kembali dan mundur.


Itu adalah ayunan tipuan.


Dia menyadari niat Altina.


Serangan yang menggunakan segenap kekuatannya berhasil dihindari, sehingga pijakan Altina mulai goyah.


Jerome tidak melewatkan kesempatan ini dan mengayunkan tombaknya ke arah Altina.


Tidak dapat menghindar, tombak pendek menghantam lengan kiri Altina dan menghempaskannya.


"Ugu!?"


Armor di lengan gadis itu hancur.


Regis membungkuk.


"Altina!?"


Dia tidak bisa menahan teriakannya.


Gadis itu berguling-guling di tanah bersalju dengan keras. Pertandingan sudah berakhir - Pikir semua orang. Tapi tangan Altina tidak melepaskan gagang pedangnya.


Dan dia segera berdiri.


"Hah... hah... hah... hah... hah..."


Mata merah menyala Altina melotot ke arah lawannya.


Darah mengalir keluar dari lengan kirinya, membuat armor dan lengan gaunnya berwana merah.


Lengan kirinya tergantung lemas.


Itu mungkin retak atau mati rasa karena sakit.


Hanya tangan kanannya yang memegang pedang.


Sudah jelas bahwa Altina tidak dapat melanjutkan pertarungan. Tapi tidak terlihat seperti dia akan menyerah.


Jerome menarik dan menancapkan tombaknya ke tanah, dan melemaskan kuda-kudanya. Dia tetap waspada dan bertanya:


"Apa kau masih ingin melanjutkan?"


"Pasti... hah... haha... Aku tidak akan pernah menyerah..."


"Bahkan jika kau hanya memiliki satu lengan lagi?"


"Kau ... ugu ...jika kau hanya kehilangan satu lengan di medan perang ... hah ... Apa kau akan menyerah?"


"Hmmp, semangatmu luar biasa. Tapi apa yang akan kau lakukan setelah menjadi komandaan? Gadis kecil, bisakah kau menanggung nyawa 3000 orang di resimen perbatasan?"


"Hah ... hah ... Kau pikir aku menantangmu tanpa tekad setingkat itu ... Ugu ... Apa kau meremehkanku? Aku bahkan akan menanggung seluruh bangsa ini, lihat saja!"


Altina mengangkat pedang raksasa hanya dengan tangan kanannya.


Tidak hanya Regis yang teringat pada pria legendaris yang memegang pedang Thundering Sword dengan satu tangan ketika melihat postur Altina.


Para prajurit pun menjadi gaduh.


Tapi Jerome tidak memasang kuda-kuda dengan tombak pendeknya.


Dia bertanya sekuat tusukan dari tombaknya -


"Kau pikir ... seorang amatir sepertimu lebih cocok untuk menjadi komandan daripada aku? Ini bukan masalah yang dapat kau selesaikan hanya dengan tekadmu. Aku menanyakan apakah kau memiliki keterampilan yang relevan! Satu kesalahan saja, dan ribuan tentara akan mati sia-sia .Apa kau mengerti!?"


"... Cih!?"


Meskipun rasa sakit dan kelelahan sudah di luar batas tubuhnya, Altina masih waspada secara mental. Tapi ia bingung dengan pertanyaan ini!


Ada keraguan di mata merah gadis itu.


Matanya melirik kerumunan prajurit secara bergantian, lalu terfokus pada satu titik.


Jerome mengikuti tatapan Altina.


Para prajurit yang menonton duel melakukan hal yang sama. Sepasang mata yang tak terhitung jumlahnya menatap pada Regis. Bahkan Edward yang berdiri di sampingnya melakukan hal yang sama.


Regis merasa seolah-olah ia sedang ditimpa oleh tekanan besar.


Dia bisa merasakan beban tatapan semua orang.


Kebisingan di sekitarnya memudar.


Regis meletakkan tangan di atas jantungnya.


Dia hanya bisa mendengar jantungnya berdetak keras.


Mengapa, berubah menjadi seperti ini?


Kenapa.


(- Apakah ini tentang malam itu? Ketika Altina mengatakan dia percaya padaku, dan aku tidak menolaknya. Itu dia! Itu sebabnya ia bekerja begitu keras untuk seseorang yang tak berguna sepertiku!


Aku tidak tahu tentang situasi seperti ini.


Aku tidak mengerti.


Aku tidak pernah membaca tentang ini sebelumnya di buku manapun.


Lihat, aku tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar.


Bahkan bernapas saja sulit.


Aku akan pingsan.)


Regis memandang Altina dengan linglung.


Bibir Altina bergerak.


Bibir itu berisik sehingga dia tidak bisa mendengarnya, tapi maksud gerakan bibirnya tercermin jelas di matanya.


Aku. Percaya. Pada. Mu.


Ah,dasar--


"Mau bagaimana lagi, dia adalah tuan putri, tapi benar-benar..."


Regis maju selangkah.


Salju di bawah kakinya mengeluarkan suara.


"... Ini bukan 'kepercayaan'. Kau hanya tidak berpikir logis, dan menaruh harapan tanpa dasar apapun. Mendikte orang lain untuk menantang hal-hal di luar batas kemampuan mereka, hanya akan mengakibatkan tragedi. Contoh seperti ini pernah terjadi ribuan kali dalam sejarah. "


Ada kasus memaksakan cita-cita yang tidak masuk akal kepada orang lain dalam aliran panjang sejarah. Mereka mengambil tantangan yang tidak sesuai dengan bakat mereka, karena cita-cita tersebut, sehingga menghasilkan banyak cerita tragis.


Dengan desahan yang tercampur bersama dengan erangan, dia berkata seakan memaksakan kalimatnya keluar dari mulutnya.


"Ini sangat menyedihkan ... aku harus menghadapi tantangan yang tidak sesuai denganku juga. Aku merasa ingin menangisi kebodohanku. "


Regis melangkah keluar dari kerumunan tentara seorang diri.


Ia pergi ke sisi Altina.


Altina tersenyum dan menjawab dengan suara serak.


"Terima kasih, Regis."


"... Terlalu dini untuk mengatakan itu."


Jerome mengeluarkan niat membunuhnya dan bertanya dengan suara sangat rendah, bagaikan datang dari bawah bumi:


"Apa yang kau lakukan di sini? Kau hanya apel pelengkap yang bergulir di sudut!"


"Aku minta maaf, aku mungkin hanya lalat kecil bagimu Margrave, tetapi seseorang tidak berpikir seperti itu... Mari kita membuat janji, aku akan membantumu. Jika tuan putri memenangi pertarungan ini, aku, Regis Auric akan menjadi ahli strategimu!"


--Ahli strategi!?


Suara tekejut menyebar di antara para tentara.


Setelah kemampuan Regis diakui dengan tertangkapnya puluhan bandit, tidak ada lagi yang memperlakukan dia seperti orang yang tidak berguna.


Beberapa orang mungkin berpikir pangkat perwira admin tingkat 5 terlalu rendah baginya, tapi itu minoritas. Lagi pula orang dengan pangkat tertinggi adalah tuan putri.


Jerome menunjukkan tombaknya ke arah Regis.


"Bisakah kau melakukannya? Kau tidak memiliki tekad, keberanian atau bahkan semangat."


"... Itu benar, aku bahkan tidak percaya pada diriku sendiri. Aku tidak memiliki keyakinan. Namun demikian, ada seseorang yang percaya padaku. Selama dia terus percaya padaku, aku akan mencobanya. "


Regis tidak cukup bodoh untuk menolak posisi ini dengan beberapa alasan setelah membuat deklarasi berani semacam itu.


Dia tidak memiliki motif tersembunyi yang mendorongnya untuk membantu Altina. Tapi dia benar-benar ingin membantunya dari dasar hatinya.


"... Aku akan mengambil peran ini. Yang lebih penting lagi, Sir Jerome, kau berjanji untuk tunduk pada tuan putri dan bekerja di bawahnya jika dia menang. Jadi otoritas perintah yang sebenarnya tidak akan mempengaruhi struktur komando resimen."


"Hmmp, masih saja melemparkan kata-kata sombong seperti biasa. Aku tahu apa yang ingin kau katakan, jadi mundur sana, pertarungan masih berlanjut."


Regis perlahan kembali ke kerumunan.


Jerome mengambil kuda-kuda dengan tombak pendek.


"Waktu istirahat selesai, gadis kecil."


"Apa maksudmu? Aku tidak berniat mengulur waktu untuk beristirahat. Kau lah yang banyak bicara, kau terus mengatakan ini dan itu tentang perintah."


"Benar, perkembangan ini berada di luar perkiraanku ... Secara pribadi, aku lebih suka menyelesaikan ini dengan damai... Tapi pola pikir itu berhenti sekarang. Kau memiliki kemauan, tekad serta seorang ahli strategi, gadis kecil; Aku akan mengakui bahwa kau memiliki potensi untuk menjadi seorang komandaan. Tapi aku juga tidak boleh kalah!"


"Dari awal, apa yang aku ingin tunjukkan bukanlah keinginan atau tekadku ... tapi kekuatanku!"


Keduanya berteriak.


Tekanan dari mereka membuat udara bergetar.


Lengan Altina menggantung lemah bahkan setelah istirahat singkat.


Dia menggunakan tangan kanannya untuk mengayunkan pedang, dan membuat langkah pertama.


"Hyaaa!"


Pedang menebas turun dengan kekuatan yang cukup untuk memotong apa pun, dan dia pun menebaskan pedangnya secara horizontal. Pedang itu mengayun menuju pinggang Jerome.


Sebuah serangan yang sulit untuk diblok atau dihindari.


Jerome mengangguk.


"Itu benar, hanya ini pilihan seranganmu. Kau tidak memiliki banyak stamina tersisa untuk menggunakan pedangmu dengan lincah."


Tebasan itu dapat memotong Margrave menjadi dua.


Tapi Jerome menunjukkan kekuatan melompatnya yang luar biasa - lantas dia melompat untuk menghindari tebasan.


Jika ia membungkuk ke bawah untuk menghindar, Altina mungkin bisa menggunakan berat pedang untuk menyerang ke bawah.


Tapi sulit untuk mengikuti dengan serangan ke atas menggunakan senjata berat tersebut.


Untuk menarik pedangnya kembali setelah serangan yang gagal, Altina pun berbalik. Ini menyebabkan punggungnya tak terlindungi oleh serangan lawan.


Pertandingan berakhir - Sebagian besar orang mungkin berpikir begitu.


Tidak hanya pasukan, bahkan Jerome pun berpikiran sama.


Dia hanya perlu mengarahkan tombaknya ke leher Altina untuk mengakhiri duel. Ketika mereka berpikir tentang itu, sesuatu yang tidak terduga terjadi ...


Altina tidak berhenti setelah berbalik.


"Ahhhh!!"


"Apa!?"


Setelah gagal pada serangan awal, pedang itu berayun satu putaran dan menebas ke arah Jerome sekali lagi.


Dan itu lebih cepat dari sebelumnya.


Pedang itu semakin cepat setelah terakselerasi oleh momentum, dan mendekat ke sisi tubuh Jerome.


Jerome mengertakkan giginya.


"Cih!!"


Dia mencegat dengan tombak pendek di sudut, berusaha menangkis pukulan itu.


Sebuah suara keras akibat bentrokan logam yang tidak pernah terdengar di alun-alun sebelumnya, kini bergema.


Pedang itu meluncur sepanjang tombak pendek, dan dibelokkan menjauh dari Jerome.


Lengan kanan Altina berderak.


Persendiannya sedikit bergeser karena peregangan yang berlebihan.


"Hancurlah..ah!!!!!"


Pedang raksasa itu tidak menghantam tombak.


Pedang itu meluncur di sepanjang tombak.


Setelah benturan yang sangat keras, ujung tombak hancur dan jatuh.


Meski begitu, gagang tombak masih dapat digunakan sebagai senjata.


Altina kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah.


Wajahnya menghadap tanah.


Salju di tanah terpental.


Jerome mengangkat tombak tanpa ujungnya dengan kedua tangan.


Dia hanya perlu mengayunankan ke bawah dan berhenti sebelum mengenai kepala gadis itu. Hanya itu yang perlu dia lakukan untuk memenangkan duel ini. Tidak perlu untuk mengenai gadis yang berbaring di tanah.


Para prajurit menelan ludah saat mereka menonton.


Pada saat ini --


Tombak pendek yang diangkat di udara patah menjadi dua bagian seperti ranting.


"Apa...?"


Tidak bisa mengatakan apa-apa.


Bukan hanya Jerome, setiap orang yang melihat adegan ini kehilangan suara mereka.


Di tangan Jerome terdapat 2 batang kayu sepanjang pedang pendek. Itu masih bisa digunakan untuk bertarung bahkan dengan kondisi seperti itu.


Tapi tombak itu rusak.


Altina masih tergeletak di salju.


"Fu ... fu .... ugu ..."


Dia berusaha untuk berdiri, tapi ia tidak bisa menggerakkan lengan kirinya dan tangan kanannya, serta dia tidak memiliki kekuatan untuk menopang dirinya.


Kaki dan bahunya gemetar; dia tidak bisa terus memegang pedang berat itu.


Para prajurit menyaksikan tanpa mengeedipkan mata mereka sedetikpun.


Jerome melemparkan tombak yang patah.


"Fu... Senjata yang hancur dalam duel adalah cara yang paling menyedihkan untuk kalah."


Para prajurit menjadi gaduh ketika Jerome mengakui kekalahannya.


Sang jenderal kalah?


“Tuan putri menang?"


Apakah Altina yang sedang berbaring di salju memahami situasi ini?


Evrard meminta Jerome untuk mengkonfirmasi.


"Sir Jerome ... ini adalah kemenangan tuan putri."


"Mennyebalkan."


Komandaan Ksatria menundukkan kepalanya sembari mendengar kata-kata Margrave.


Para pasukan yang mengililingi 2 petarung itu berteriak dan mengerang setelah menyaksikan hasil yang tak terduga. Ada juga beberapa yang bersorak-sorai.


Kebisingan mengguncang seluruh benteng.


Regis bergegas ke sisi Altina.


"Tuan putri, kau telah menang. Tolong berdiri... Sekarang adalah saat yang kritis."


"Ugugu ..."


Altina mengangguk.


Dia telah mengerahkan tenaganya sampai melampaui batas.


Bahu kirinya masih berdarah.


Meski begitu, duel akan menjadi tidak berarti jika dia goyah sekarang.


Altina menopang dirinya untuk bangkit.


"Hah ... Hah ... itu benar ... Jerome yang kalah masih berdiri ... Ugu ... Aku, pemenang yang berbaring di tanah ... akan menjadi bahan tertawaan."


"..."


Regis mengangguk diam.


Dia merasa dadanya memanas karena tekad Altina dan usahanya yang kuat.


Dia tidak terlalu lama untuk memutuskan percaya padanya. Mengekspresikan perasaannya pada adegan klimaks duel juga tidak salah. Percayalah pada gadis ini.


Terus percaya padanya.


Regis menyeka sudut matanya yang memanas.


Altina berdiri. Dia mengulurkan jari kurus dan putihnya ke arah langit.


Ini adalah pengumuman kemenangan yang tenang dan indah.


Kebisingan di sekitar semakin menggila.


Dalam letusan kebisingan yang intens, Altina berbicara dengan Regis yang berdiri di sampingnya.


"Hei..."


"Hmmm?"


Altina meraih bahu Regis dengan tangan kanannya yang gemetar.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - NCP9.JPG

"Bagaimana? Apakau bersedia untuk percaya padaku sekarang?"


Regis mengangguk.


Dia tidak perlu mempertimbangkan lagi.


"... Ya, aku akan percaya padamu. Aku janji."


"Yeah, janji ya."


Altina tersenyum riang.


Ekspresinya bagaikan hari yang cerah di musim semi.


Adrenalin dari keruminan manusia masih terus memuncak, itu seperti sebuah festival tak berujung di alun-alun.


Kekacauan terasa seperti akan berlangsung selamanya.


Tiba-tiba, lonceng berdentang.


Tidak ada yang misterius tentang hal itu.


Dari menara pengawas tertinggi di benteng --


Lonceng yang terletak di menara itu berdentang tanpa henti.


Para prajurit tercengang, tidak mampu memahami apa yang terjadi pada saat itu.


Alun-alun menjadi tenang, dan suara yang datang dari menara pengawas menjadi jelas.


"Serangan musuhLogitechf1f4 (talk)!! Kita di serangLogitechf1f4 (talk)!! Datang dari utara, mereka orang barbar--!!"


Orang barbar menyerang di bawah samaran badai salju.


Kegelisahan menyebar di antara pasukan.


Mereka menatap Jerome dengan segera.


Regis berteriak:


"Margrave!"


Ini adalah saat untuk mengubah hubungan antara mereka berdua. Jika mereka tidak menunjukkan perubahan posisi sekarang, duel Altina dengan mempertaruhkan nyawanya akan menjadi sia-sia.


"... Jangan khawatir ... aku tahu."


Jerome berjalan ke depan Altina.


Dia berlutut di salju.


"Tuan putri, musuh ada dihadapan kita! Tolong beri perintah!"


Para prajurit menonton adegan ini dengan terkejut...


Dan mereka meniru Jerome dan berlutut.


Seperti riak di permukaan air, pasukan berlutut dengan Altina sebagai pusatnya, dan menundukkan kepala mereka.


Para prajurit menyatakan perubahan pemikiran mereka.


Tekad dari gadis muda itu berbuah.


Evrard berada di antara mereka yang berlutut. Dia tersenyum puas.


Altina yang merupakan pusat perhatian merasa kelelahan dan kakinya gemetar. Dia terus meraih bahu Regis karena dia akan jatuh jika ia melepaskan pegangannya.


Regis berbisik di telinga Altina.


Altina mengangguk dan mengeluarkan perintah seperti yang diusulkan oleh Regis:


"Aku memerintahkan Sir Jerome memimpin 100 kavaleri untuk mencegat musuh. Cari tahu jumlah pasukan musuh dan bentuk front pertempuran jika memungkinkan ... Jika kekuatan musuh terlalu besar, kau harus mundur dengan keselamatan pasukan kita sebagai prioritas!"


"Perintah diterima!!"


Sang jenderal berdiri setelah mengangguk.


"Kalian semua, perintah untuk bertempur telah diberikan, persiapkan kuda! Dan ambilkan tombakku! Aku akan mematahkan leher kalian jika kalian terlalu lama!"


Para prajurit bergerak setelah perintah Jerome selesai.


- Ini berhasil.


Sang putri telah menunjukkan posisi barunya pada publik.


Regis menopang punggung goyah Altina dengan tangannya.


"Ayo, tinggal sedikit lagi... sanggupkah kau berjalan sampai ke menara pusat?"


"Ten, tentu saja ..."


Mereka harus menghindari situasi dimana pecundang duel, Jerome, dapat memimpin serangan, sementara putri pemenang malah dipapah oleh tandu.


Ini adalah waktu untuk menunjukkan tekad gigihnya.


Evrard bergegas mendekat.


"Haruskah aku membawa tuan putri ke rumah sakit?"


"Akan memalukan untuk mengunjungi rumah sakit sekarang... Kita akan membawanya ke kamarnya untuk berganti baju sebagai alasan. Tolong panggil dokter ke sana dan obati luka-lukanya di sana."


"Aku mengerti sekarang."


"Ah, jika kita tidak membawa pedang ..."


"Aku akan menyuruh anak buahku untuk mengurus itu."


"Terima kasih - musuh menyerang di bawah samaran badai salju, sehingga jumlah mereka seharusnya terbatas. Kita merespon dengan cepat juga, kita bisa mengusir mereka kembali dengan barisan depan jika berbagai hal berjalan dengan lancar...."


"Apa yang harus aku lakukan?"


"Tn. Edward, tolong buat persiapan sebagai gelombang kedua. Bersiagalah dengan 200 kavaleri."


"Bersiaga? Kita tidak menyerang setelah bersiap?"


"Barisan depan masih belum stabil. Barisan depan mungkin terpaksa mundur, atau bisa berubah menjadi pertempuran kacau... Tolong menyerang setelah memahami situasi. Jika tidak, barisan depan akan bingung."


"Aku mengerti, serahkan ini padaku!"


Evrard mengumpulkan para ksatria.


Perlu mengatur para prajurit infantri untuk gelombang ketiga juga. Adapun untuk pertahanan benteng, tidak perlu memberikan perintah baru.


Terus terang, ia ingin berkonsultasi bersama Jerome yang paham mengenai pengoperasian resimen ini. Tetapi untuk menunjukkan hubungan baru antara Jerome dan tuan putri, dia harus dengan tegas mengerahkan Jerome pada gelombang pertama.


Penilaiannya sangat dipengaruhi oleh politik saat ini.


Keputusan taktis terbaik adalah untuk tinggal dan mempertahankan benteng. Setelah memahami situasi musuh, unit yang dipersiapkan dengan baik dapat dikerahkankan kemudian.


Contoh standar pada buku dan strategi catur tidak dapat digunakan secara membabi buta dalam pertempuran yang sebenarnya.


Barisan depan Jerome menyerbu keluar dari gerbang utama.


Prajurit dengan senjata di tangan bergegas ke stasiun mereka.


Para ksatria diperintahkan untuk membawa pedang raksasa memasuki menara pusat dengan cepat.


Hanya Altina yang terluka parah dan Regis yang menopangnya berjalan perlahan.


Altina berkata dengan lirih:


"Aku baik-baik saja ... jadi ... tolong fokus pada resimen, Regis ..."


Wajahnya tampak mengerikan karena kelelahan, kedinginan dan kehilangan darah.


Regis memaksa menunjukkan senyum percaya diri.


Untuk menenangkan Altina, ia terlalu melebih-lebihkan:


"Tidak masalah, Altina. Aku tahu banyak tentang hal-hal setingkat ini. Serahkan saja padaku."


"... Kau tampak dapat diandalkan."


"Tentu saja."


"Tidak seperti sifatmu sama sekali."


"Ah, errr..."


Dia mengetahuinya dengan mudah.


Regis tampaknya tidak memiliki bakat untuk bersandiwara.


Biarlah, pikir Regis.


"Yah, aku berharap ada cukup waktu untuk memahami pasukan kita. Dan untuk mengirim mereka keluar setelah memahami skala serangan orang barbar... Dan mengerahkan unit Sir Jerome sebelum pasukan di atas gerbang utama menembakkan panah pada musuh, tidak terlalu buruk juga. Aku merasa bahwa kita mampu menangkis serangan dadakan musuh. Ini akan berhasil... Mungkin. "


"Aku mengerti, itu hebat."


"Cukup tentang itu, apakah kau baik-baik saja?"


"Aku baik-baik saja. Aku benar-benar baik-baik saja ... Hey Regis ..."


"Ya?"


"Terima kasih, ketika aku ditanya selama duel ... Kau menyatakan kesediaanmu untuk menerima penunjukkan sebagai ahli strategi ... Itu membuatku benar-benar bahagia."


"Aku harus berterima kasih kepadamu. Aku selalu ingin memberitahumu... Altina, terima kasih karena telah mempercayaiku."


Gerbang utama terbuka dengan suara berat.


Suara terompet yang mengisyaratkan serangan dari gelombang kedua terdengar, para prajurit pun meraung.


Regis dan Altina menyaksikan tentara menyerbu ke medan perang.


Volume 1 tamat


Catatan Penerjemah[edit]

  1. Tristei adalah bahasa Perancis yang berarti “Elf Silver”.
  2. Alloy: campuran dari beberapa logam. Bahasa Indonesia juga make istilah ini dalam kima dan fisika.


Sebelumnya Bab 3: Ketetapan Hati Altina Kembali ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 1: Raja Orang Barbar