Haken no Kouki Altina (Indonesia):Jilid 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - Cover.JPG


Bab 1: Gadis Dengan Rambut dan Mata Berwarna Merah[edit]

01b2.jpg

Awan berwarna kelabu menggantung di langit mendung. Langit juga seperti ini ketika aku menerima surat penunjukan yang mengusirku ke perbatasan, pikir Regis, kembali memandang tanah. Kota ini, yang mirip seperti warna di langit sangat berbeda dari ibukota. Aku tidak merindukan batu bata, patung marmer dan lampu jalan, tapi jalan-jalan berdinding mengingatkanku akan penjara.


Kota perbatasan Tuonvell. Berjarak 100 li (444km) dari ibukota dan membutuhkan 5 hari perjalanan dengan kereta kuda. Suasana jalan-jalan terasa remang bahkan di siang hari, dan hembusan angin dingin bahkan bisa menimbulkan rasa sakit. Cuaca berawan biasa terjadi selama musim dingin untuk tempat yang berada jauh di utara, dekat perbatasan. Tapi rasanya ini adalah seperti pertanda masa depannya.


Apakah aku orang yang gagal? Pikir Regis. Dia kehilangan tuan, status dan masa depannya, dan diasingkan ke garis depan di utara.


"Yah, itu tidak terlalu buruk ... Hidup ini bukan hanya tentang kemajuan karir. Bahkan, ini akan meningkatkan waktu luangku untuk membaca."


Bel sore berdering di gereja ketika karavan yang ditumpanginya tiba. Para penumpang menyebar keluar untuk mencari makan siang. Regis berjalan menuju sebuah toko yang tidak ada hubungannya dengan makanan. Jendela toko tersebut berisi dengan buku. Deretan rak buku berjajar di dalam bangunan yang terbuat dari batu. Bau kertas dan tinta tercium di udara.


"-Ah, Aku merasa bebas jika ada buku, dan tempat itu akan menjadi rumahku."


Dikutip dari Cello Romeros 'Bourgui Jurnals' - ia menambahkan diam-diam di dalam hatinya.


Regis mengaku penggemar buku, tapi ia sebenarnya adalah seorang bibliofilia[1].


Dia mencari dengan semangat di rak berlabel rilisan baru.


Mulutnya mulai melebar secara bertahap karena panik.


"Apa, apa yang terjadi ..."


"Hmmm? Ada apa tuan prajurit?"


Pemilik toko berjenggot di belakang meja yang berada jauh di dalam toko bertanya. Bekas luka di wajahnya dan tubuh berotot membuat dia terlihat lebih mirip pelatih instruktur militer daripada pegawai toko buku.


Regis terus mencari meskipun di bawah tekanan yang menyesakkan.


"Aku tidak dapat menemukan rilisan baru dari Cello. Atau Count Ludocell. Atau Profesor Illusi ... Apakah buku-buku itu terjual habis? Aku tahu mereka populer, tapi itu terlalu kejam."


"Tuan prajurit, kau datang dari ibukota?"


"Ah, aku datang dari ibukota..."


"Itu sebabnya kau tidak tahu. Buku-buku yang kau sebutkan tidak akan dijual di kota ini, sehingga sebagian besar toko buku tidak akan memesan buku-buku itu."


"...Apa katamu...?"


Regis terdengar seperti seorang pria yang terdampar di padang gurun yang kekurangan air.


Tenggorokannya kering dalam sekejap.


Pemilik toko itu mengangkat bahu, dia tampaknya tidak bercanda.


"Disini adalah zona perang. Yang dijual disini adalah kisah-kisah heroik dan novel erotis. Ah, ini adalah buku terlaris di toko milikku."


Dia menunjuk ke sebuah buku dengan judul 'Bagaimana menulis wasiatmu tanpa penyesalan'.


Tidak mungkin!! Regis memeluk kepalanya sambil berpikir.


"Tunggu, tunggu sebentar... tidak ada stok buku penulis terkenal? Apakah aku benar-benar masih di Belgaria? Apakah aku terdampar di pemukiman orang barbar?"


"Yah, ini adalah wilayah negara tetangga 50 tahun yang lalu."


"Uguu... Dan apa-apaan dengan harga ini? Ini 10 kali lebih mahal daripada di ibukota..."


Dia akhirnya menemukan sebuah buku yang dia inginkan, tapi Regis terlihat seperti akan menangis ketika ia menggapai buku itu. Pemilik toko berjenggot dengan santai mengatakan:


"Yah, buku itu berat dan bandit telah berkeliaran di sekitar sini akhir-akhir ini. Dibutuhkan banyak usaha untuk mengangkutnya ke sini, dan pelanggan buku hanya sedikit di dekat perbatasan... Buku adalah hobi mewah untuk kalangan kelas atas."


"Mengapa hal ini terjadi!?"


"Maaf tentang itu..."


Penjaga toko meraih buku yang dipegang Regis.


Regis memeluk buku itu dengan panik.


"Tunggu, tunggu tunggu, aku tidak mengatakan aku tidak akan membeli buku ini... !!"


"Eh? Apa kau serius? Kau terlihat seperti seorang prajurit muda. Ini aneh bagiku sebagai penjual tapi... maafkan aku, bukankah itu akan menghabiskan 1 minggu upahmu?"


"Uguu... Ini adalah neraka..."


Regis mengerang.


Pada saat ini, pemilik toko mengeluarkan suara aneh "Oh!?" dan menatap dengan mata terbuka lebar. Regis mengikuti tatapannya dan berbalik.


Di pintu masuk toko berdiri seorang gadis muda dengan punggungnya menghadap ke luar toko buku.


Seorang gadis muda yang cantik dengan rambut merah terlihat seolah-olah terbakar dan mata berwarna merah. Dia berumur sekitar 13-14 tahun. Tubuhnya masih sedikit kekanak-kanakan, tapi dia memiliki pesona yang memikat mata, membuatmu tidak dapat mengalihkan pandanganmu darinya.


Jari telunjuknya menyentuh bibirnya.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - NCP2.JPG


-- Diam? Kenapa? Apa yang dia maksud?


Pelanggan lain mengunjungi toko buku tidaklah istimewa. Tapi Regis anehnya terkesima.


Gadis muda itu menurunkan tangannya dan membuka bibir merah mudanya.


"Ada banyak rekrutan baru mengeluh tentang kondisi neraka dari zona perang setelah dikirim ke garis depan, tapi aku pikir kau adalah orang pertama yang mengeluh tentang itu di toko buku."


Suaranya menyejukkan bagai angin.


Gadis muda itu tersenyum riang.


"Kita akhirnya bertemu! Kau Regis Alric, perwira administrasi tingkat 5, benar?"


"Eh? Oh, aku?"


"Apa aku salah orang!?"


"Tidak, kau benar! Aku Regis..."


"Syukurlah~. Aku bertanya-tanya apa yang harus kulakukan jika salah orang."


Senyum leganya memiliki kepolosan yang cocok dengan usianya.


Pipi Regis menjadi hangat.


Karena gadis di hadapannya sangat cantik-- tidak. Bukan itu. Dia hanya merasa malu ketika seorang gadis yang jelas lebih muda dari dia menyapanya dengan memanggil namanya.


"Err, nama... Bagaimana kau tahu tentang aku?"


"Kau harus mengingat nama orang yang akan kau jemput. Jangan meremehkanku hanya karena aku seorang anak kecil."


"Tidak tidak, bukan itu yang kupikirkan... aku mengerti, kau berada di sini untuk menjemputku."


Regis melihat gadis itu lagi.


Dia mengenakan celana kulit dan sepatu bot di bawah jubah cokelatnya. Sebuah pakaian umum untuk pengemudi kereta kuda.


"Kau datang dari benteng untuk menjemputku, itu berarti kau adalah seorang prajurit?"


"Ara, apakah aku tampak seperti itu?"


"Tidak... Itu tidak mungkin, kau masih di bawah umur?"


"Yup, aku baru saja berumur 14."


Di Belgaria, kau sudah dewasa saat kau berumur 15. Tidak termasuk kasus yang ekstrim, anak-anak dibawah umur tidak bisa mendaftar dalam militer.


"Aku mengerti, kau pasti seorang pengemudi sementara... aku berencana untuk menumpang kereta kuda ke sana. Untuk mengirim seseorang untuk menjemputku, benar-benar hak istimewa."


"...Apa kau senang?"


"...Aku merasa sedikit murung untuk segera bekerja."


"Fufu, kau benar-benar jujur."


"Aku tidak suka berbohong."


"Benarkah? Tapi kau adalah seorang – ahli strategi, benar?"


Gadis itu menatapnya dengan mata merahnya.


Regis merasakan tekanan untuk berbicara dengan gadis 4 tahun lebih muda darinya.


"...Yah, ada beberapa yang mengatakan seperti itu... aku adalah seorang pustakawan di perpustakaan militer."


"Kau mengatakan beberapa hal menarik. Mari kita lanjutkan di dalam karavan."


"Baik..."


Regis merasa bahwa sulit untuk bernapas dan dia memijat pelipisnya.


Gadis itu berjalan keluar sembari ia menyuruhnya bergegas.


"Ayo, mari kita pergi. Awan semakin tebal, mungkin akan turun salju."


"Benar... Ah, aku lupa!"


Regis menuju keluar tapi kemudian teringat sesuatu, berjalan kembali menuju penjaga toko, dan menempatkan uang untuk membayar buku di kasir.


"Aku akan membeli buku ini... Hmm? Apa yang salah? Kau tampak sakit?"


"Tidak, tidak apa-apa. Terima kasih atas kunjunganmu, tuan prajurit."


Pemilik toko berjenggot menutupi mulut dengan tangannya dan menurunkan kepalanya untuk beberapa alasan. Dia tampaknya menahan sesuatu. Gadis itu mendekati Regis dengan ekspresi masam.


"Apa kau idiot!?"


"Apa, tiba-tiba begitu...?"


"Buku adalah hobi mewah di perbatasan. Hanya orang-orang kaya dan bodoh yang akan menghabiskan begitu banyak uang untuk membelinya."


"Yah, aku tidak berpikir aku orang pintar... Haus akan pengetahuan adalah kebanggaan umat manusia, membaca adalah jalan hidupku. Tidak peduli akan hambatan atau kekurangan uang, menyuruhku untuk berhenti membaca sama saja dengan menyuruhku untuk berhenti hidup."


Regis menutup mulutnya setelah selesai berkata, merasa malu karena begitu serius terhadap seorang anak kecil.


Gadis itu memiliki ekspresi serius yang tak disangka.


Dia mengangguk.


"Sama seperti menyerah untuk hidup... begitu, maka aku bisa mengerti. Aku juga..."


"Aku juga...?"


"Bukan apa-apa! Ayo kita pergi!"


"Ah, baiklah."


Regis menempatkan buku di bawah lengannya, menyeret kopernya keluar dari toko sembari ia mengejar gadis itu.


Sebuah karavan kecil yang ditarik oleh seekor kuda terparkir di depan toko.


Seekor kuda coklat muda menatap kearahnya.


Gadis itu dengan mudah melompat ke kursi pengemudi yang setinggi pinggang kuda.


"Hei, cepat!"


"Ya... Omong-omong, siapa namamu?"


Regis melihat gadis itu dan bertanya.


Matanya berubah tajam dan dia berbicara dengan nada rendah perlahan, kata demi kata.


"Aku—akan—meninggalkan—mu."


Regis memanjat naik ke kursi pengemudi dengan panik.


Itu bukan waktu yang tepat untuk bertanya.


Kratak kratak... Roda kayu berderit saat berputar di atas permukaan jalan. Mereka bergerak menuju gerbang utara yang tertutup dalam dinding batu. Posisi terdepan yang dikenal sebagai Benteng Sierck.


Seorang gadis yang memegang kendali sedang duduk di kursi pengemudi. Di sebelah kanannya adalah Regis dan barang bawaannya. Di belakang mereka adalah kayu dan batu bata yang tertutup oleh kain.


"-Jadi, ada apa dengan namaku?"


"Yah, bagaimana aku harus memanggilmu?"


"Betul juga..."


Gadis itu memegang rahangnya yang indah dengan tangan yang tertutup sarung tangan kulit, dan dia berpikir.


Apakah ini sesuatu yang harus kau pikirkan? Regis bingung.


Gadis itu melemaskan bibirnya yang tegang.


"Yup, kau bisa memanggilku Altina."


"Apakah itu sebuah nama samaran?"


Dia bertanya tanpa berpikir terlalu banyak tentang hal itu, tapi itu adalah sebuah kesalahan. Gadis bernama Altina mengerutkan keningnya.


"... Tidak sopan... Bukankah ini sebuah nama yang indah? Aku sedang mempertimbangkan memberikanmu hak istimewa untuk memanggilku Altina, haruskah aku membatalkannya?"


"Maaf, tolong biarkan aku memanggilmu Altina."


"Mah, aku akan mengijinkanmu jika kau benar-benar ingin."


"Aku benar-benar ingin."


"Fu~... Kau tidak terlihat seperti prajurit sama sekali."


"Haha, aku merasakan hal yang sama."


Regis tersenyum pahit, dan begitu pula Altina.


Terdapat ladang gandum yang luas di kedua sisi mereka. Bibit gandum tumbuh meskipun musim dingin. Dunia berwarna dalam palet langit abu-abu dan tanah coklat.


"Nah, kau tidak datang ke sini secara sukarela kan?"


"Tujuanku sejak bergabung dalam militer adalah menjadi pustakawan. Jujur, aku mendaftar karena masalah keuangan... Omong-omong, apakah ada perpustakaan di Benteng Sierck?"


"Aku pikir kamarmu akan dikenal sebagai perpustakaan suatu hari nanti."


"Ah, apa disana tidak ada Tuhan?"


"... Apa kau mempelesetkan kata kertas (Kami) dan Tuhan (Kami)? Membosankan."


"A-a, aku tidak membuat permainan kata-kata."


"Apa yang kau lakukan di unit terakhirmu?"


"Kenapa? Apa kau mempertanyakan tentang eksistensiku sebagai seorang prajurit?"


"Bukan itu, aku bertanya bagaimana kau bisa ditempatkan di garis depan?"


"Aku pikir itu adalah hukumanku karena kalah dalam sebuah pertempuran."


"Dan kau menerimanya? Kau hanya seorang bintara muda. Kau bahkan tidak memiliki otoritas untuk memberi komando, bukankah aneh bagimu untuk bertanggung jawab?"


Regis menatap pada kejauhan.


Ladang-ladang penuh berisi deretan gandum. Dia bisa melihat pegunungan bergelombang di atas cakrawala.

"... Dia orang baik."


"Siapa?"


"Majikanku sebelumnya. Aku sangat buruk dalam teknik berpedang dan menunggang kuda, menempati urutan terakhir dalam akademi militer. Orang yang mempekerjakanku adalah Marquis Tennessee[2]."


"Urutan terakhir? Tapi aku mendengar kau tidak pernah kalah sebelumnya di kelas strategi militer."


"Kau tahu banyak. Aku penasaran siapa yang memberitahumu... Yah, rumor ini tidak salah... Aku menutupi kekurangan nilaiku dengan strategi militer, tetapi itu mirip dengan bermain catur."


"Tapi Marquis Tennessee mempekerjakanmu sebagai ahli strategi, bukan pemain catur, benar?"


"Aku hanya staf strategi junior. Aku baru berumur 15 setelah lulus dari akademi militer, jadi itu seperti pekerjaan magang."


"Baik itu staf junior atau magang, aku pikir, menjadi ahli strategi di usia muda adalah hal yang luar biasa... Apa kau tidak puas?"


"Tidak! Aku pikir Marquis hanya mempekerjakanku karena kasihan... Tapi aku masih bersyukur karena kebaikannya, bahkan sampai sekarang."


Itulah sebabnya mata Regis menjadi berair ketika ia berpisah dengan Marquis. Regis mencengkeram kopernya dengan erat, merusak tasnya.

"... Marquis berkata bahwa aku dibutuhkan. Tapi... Aku meninggalkan dia menghadapi kematiannya."


Nada suaranya sangat rendah sehingga terdengar seperti suara orang lain.


Ekspresi Altina menjadi berat.


"Jika aku ingat dengan benar, Marquis Tennessee dalam pertempuran musim panas itu..."


"Ah..."


Dia tahu banyak sebagai pekerja sewaan sementara, pikir Regis. Apakah dia khawatir dengan perang karena dia tinggal di garis depan, atau Altina adalah orang yang aneh. Atau mungkin ada beberapa alasan lain.


"Meninggalkannya menghadapi kematiannya? Apa yang terjadi?"


"Itu hanya pendapatku..."


"Aku ingin tahu pendapatmu. Bukan melalui rumor, tapi langsung darimu... Nah, bisa kau ceritakan?"


Regis memempertimbangkannya.


Ini adalah perjalanan panjang. Tidak ada yang perlu disembunyikan, hal itu juga diterbitkan di surat kabar setelah sesi pengadilan militer.


Peristiwa ini terjadi di suatu hari saat musim panas--


Dia ingat kata-kata dan ekspresi orang-orang dengan jelas, tapi dia tidak tahu harus mulai dari mana. Dia membutuhkan beberapa waktu untuk mengatur pikirannya.


"... Saat dalam rapat perang... Marquis Tennessee menggunakan proposal yang diajukan oleh kepala ahli strategi. Yah, rincian kecil tidak penting. Kami bertempur melawan 500 orang barbar dengan 3000 tentara kekaisaran. Dengan kemenangan dalam genggaman kami, dewan tidak berfokus pada pertempuran dan lebih pada obrolan tentang anggur apa yang cocok dihidangkan bersama daging bebek untuk makan malam."


"Jadi mereka sudah merasa menang sebelum pertempuran dimulai?"


"Itu hal biasa, tentara kekaisaran memang kuat... Tapi masalahnya adalah kurangnya rencana cadangan jika orang-orang barbar mengepung dan menyerang barisan belakang kami."


"Lawannya orang barbar, benar? Bukankah membuang-buang waktu untuk merencanakan hal itu?"


"Itu benar, pasukan orang barbar yang tidak disiplin, tidak mungkin melakukan taktik tersebut dengan sukses, sehingga mereka lebih memilih untuk berhadapan langsung. Namun menurut catatan masa lalu, ada contoh dari mereka melakukan serangan dadakan seperti itu ketika ada perbedaan besar dalam jumlah pasukan. Perlu berhati-hati... aku mengusulkan ini dua kali. Tapi kepala ahli strategi mengusirku dan menyebutku sebagai seorang pengecut, dan menyarankan Marquis untuk melihat kemenangan kami dari belakang... itulah yang terjadi."


"Jadi kau diusir dari markas komando."


"Ah..."


Sidang pengadilan militer memiliki perdebatan serupa, dan suasana berganti menjadi interogasi terhadap Regis.


Haruskah ia mengusulkan ketiga kalinya bahkan jika mereka meneriakinya? Itulah yang dia pikir sekarang. Jika ia bersikeras pada sudut pandangnya, mereka bisa bertahan terhadap serangan dadakan tersebut.


Altina bergumam.


"Apa kau menyalahkan dirimu sendiri?"


"... Aku takut hukuman yang lebih berat daripada pengusiran dari markas... jadi aku tidak mengusulkan untuk ketiga kalinya."


"Kepala Taktisi adalah seorang bangsawan, benar?"


"Ya, aku pikir dia seorang bangsawan...?"


"Jika itu kasusnya, ia tidak akan menerima proposal dari orang biasa, tidak peduli berapa kali kau mencoba. Marquis Tennessee tidak bisa berbuat apa-apa jika berhubungan dengan status seorang bangsawan."


"Ah..."


Regis adalah orang biasa yang tidak terbiasa dengan aristokrasi, sehingga ia tidak memperhitungkan bahwa Marquis mungkin ragu untuk menolak proposal kepala taktisi.


Kalau saja dia berpikir lebih dalam. Dia memiliki pengetahuan tentang status sosial bangsawan.


Altina menghiburnya: "Itu sebabnya kau tidak harus menyalahkan dirimu sendiri."


"Tidak, sekarang aku ingat, aku menyadari alasan perilaku kepala taktisi... Ini adalah kesalahanku karena telah mengabaikan hubungan antar bangsawan... Jika aku mendekati Marquis secara pribadi, bukannya melakukannya selama rapat perang... Mungkin... Cih!!"


Regis mengeratkan giginya. Perutnya terasa berat dan matanya memanas. Air mata meresap ke dalam pandangannya.


Altina tiba-tiba memanggilnya dengan nada memerintah.


"Regis Alric!"


"Eh?"


Dibandingkan dengan namanya dipanggil, ketegasan suara Altina lebih mengejutkan baginya. Hal ini membuat dia ragu apakah gadis ini adalah benar-benar hanya seorang pengemudi karavan.


"Jangan terlalu keras pada diri sendiri. Kau melakukan yang terbaik, bukankah begitu?"


"... Ah, itu benar. Tapi aku tidak ingin berpikir bahwa Marquis mati untuk melindungi reputasi seorang bangsawan... Tapi karena aku terlalu naif."


Tapi aku mengerti tentang hal itu sekarang, pikir Regis.


Altina mengangguk.


Melihat ke atas, mereka melihat beberapa bayangan putih melayang jatuh dari langit.


"Salju..."


Dia bergumam.


Regis mengangkat bahu.


"Turun salju pada hari pertamaku di sini... Mereka menyambutku... Hahaha."


"Kau tidak akan bisa tertawa jika ini berubah menjadi badai salju."


"Ya aku tahu."


"Kau tinggal di utara sebelumnya?"


"Aku membacanya di buku."


"... Ah, begitu... aku perlu untuk mempercepat kudanya, berpeganganlah dan jangan jatuh!"


Altina mengeluarkan suara yang merupakan campuran marah dan terkejut saat ia menyambuk kuda.


Serigala melolong dari jauh.


Aauuuu!!!! Suara binatang buas mengintimidasi pengembara. Ini juga dirasakan oleh kuda penarik karavan.


Kuda itu tiba-tiba menggeleng dan membelok dari jalur.


"Kembali!"


Altina menarik tali kekang.


Kuda itu mulai meringkik.


Regis tertegun.


Karavan tergelincir di jalan yang tertup salju saat roda kehilangan gaya gesek di permukaan jalan. Karavan miring ke salah satu sisi. Batu bata dan kayu yang tertutup kain berjatuhan dengan suara keras. Kebisingan berhenti dengan suara yang tidak menyenangkan dari kayu yang patah.


Daya dorong melempar Regis ke udara.


"Uwah!?"


"Pegangan!"


Yang berteriak adalah Regis, sementara Altina meraih bahunya dan menahannya.


Mereka berhasil tidak terjatuh dari karavan.


Karavan berhenti di tengah jalan.


Kuda itu berhenti dan mulai meringkik.


Setelah beberapa saat kuda itu mulai tenang dan melihat kursi pengemudi.


Aku mengacaukannya - Kuda itu tampaknya menyadari hal ini. Sama seperti anak yang gelisah karena mengacau.


Altina melompat dari kursi pengemudi dan membelai kepala kuda itu.


"Apakah kau baik-baik saja? Di mana kau terluka?"


Kuda itu meringkik sebagai balasan.


Regis tidak tahu apa artinya, tapi ia melihat bahwa Altina sedang memeriksa kaki belakang kanan kuda.


"Apa kuda itu terluka?"


"... Kuda ini dapat berjalan jika kita memaksanya... Tapi jika kakinya memburuk melampaui penyembuhan, dia akan dibunuh[3]."


Dia mendesah sambil membelai kuda.


Dia melepaskan tali kekang kuda untuk membiarkannya beristirahat, dan mengikatkan tali di tanah untuk mencegahnya berkeliaran.


Regis melihat cakrawala yang berawan di atas dataran bersalju.


"Berapa jauh kita dari benteng Sierck?"


"Sekitar 5 li(22km)... Tapi tidak mungkin untuk mulai berjalan."


"Kenapa?"


"Karena badai salju datang. Tanpa penerangan apapun, akan menjadi gelap gulita pada malam hari. Jika kita tersasar ke ladang gandum, kita tidak akan mencapai Benteng bahkan jika kita berjalan sampai malam hari. Kita bahkan mungkin jatuh ke dalam parit."


"Yah, aku juga tidak ingin berjalan 5 Li dengan membawa bawaanku."


"Apa kau benar-benar seorang prajurit!?"


"Haha, nilai berjalan membawa bebanku buruk. Ini lebih mirip latihan bertahan hidup daripada latihan berjalan membawa beban."


Ha~, Altina mendesah sambil menekan pelipisnya.


Regis memiringkan kepala.


"Bagaimana sekarang?"


"Bukankah itu pekerjaan seorang taktisi untuk memikirkan cara?"


"Yah, kemampuan komandoku telah dipuji sebelumnya... tapi situasi ini lebih cocok untuk prajurit, pedagang atau petualang."


"Bukankah kau seorang prajurit?!"


"Oh, itu benar."


"Pria yang mengejutkan."


"Hei, tenang Altina. Manusia bisa melakukannya jika kita berusaha"


"Benar... Kau akan berusaha keras agar tidak mati beku di dalam badai salju."


"Kejam banget."


"Jadi kau benar-benar tidak punya ide?"


"Hmmm, benar... mari kita baca ini."


Regis mengambil buku yang dibelinya di kota.


"Ah, maksudmu buku itu dapat digunakan dalam situasi ini? Bagus!"


"Mungkin. Karya ini menceritakan kehidupan seorang pemuda yang bertemu peri dan 6 wanita cantik di sekelilingnya. Sebuah novel fantasi tentang kehidupan sehari-hari."


"Apa kau bodoh? Ini bukan waktunya untuk cerita tidak masuk akal!?"


"Tidak sopan menganggap buku ini omong kosong. Minta maaflah kepada penulis."


"Kau akan membeku menjadi es loli[4] jika ini berlangsung, maka kau tidak akan dapat membaca lagi! Ah, tapi Pendeta akan membacakan ayat suci untukmu."


"Itulah sebabnya... aku ingin membaca buku terakhir yang aku beli."


"Kau menyerah terlalu mudah!"


"Hanya bercanda. Tidak baik untuk panik. Kita harus tenang dan berpikir. Mari kita naik ke dalam karavan. Ini jauh lebih baik untuk memiliki tempat berlindung dari salju."


"...Kau benar."


Kepala dan bahu Altina tertutup salju ketika dia memasuki karavan.


Kayu dan batu bata tertumpuk di satu sisi karena karavan yang tergelincir sebelumnya.


Regis duduk di tempat yang kosong.


Altina duduk di dekatnya.


"Sangat bagus karena angin terhalang."


"Tapi ini masih dingin."


"Mau bagaimana lagi. Aku akan mandi air hangat ketika kita mencapai benteng. Pasti!"


"Sangat mewah untuk seorang sopir... Apa kau kenal dengan orang penting di dalam benteng?"


"Urgh."


Entah kenapa, Altina panik.


Apakah tebakannya dekat dengan kebenaran?


"Yah, aku akan mencari tahu ketika kita mencapai benteng."


"Jika kita mencapai benteng..."


Salju dan angin bertiup kencang.Ini adalah badai salju.


Hembusan angin cukup kuat untuk masuk ke dalam karavan, membuat bahu Altina menggigil.


"Ugugu..."


Regis mencari melalui ingatannya tentang sebuah buku yang pernah dibaca.


"Seperti yang kupikir, lebih baik untuk tidak berkeliaran di situasi seperti ini..."


"Apakah begitu?"


"Dibandingkan dengan mengeluarkan energi untuk bergerak, lebih baik menunggu karavan lain lewat. Menurutmu seberapa khawatir orang-orang di benteng padamu? Apakah mereka akan melupakan seorang sopir sewaan? Atau ada teman-teman yang menunggumu?"


"Yah... Aku pikir mereka tidak akan melupakanku. Mereka seharusnya... khawatir tentangku. Mungkin."


"Dalam hal ini, ada kemungkinan tinggi regu pencari akan datang sebelum malam tiba. Hanya ada satu jalan antara benteng dan kota. Mereka akan melihat kita jika mereka pergi ke kota, ini akan mengurangi beban kita."


"Aku mengerti... pemikiranmu ternyata cukup cepat."


"Ini hanya sepengetahuanku."


Aku membaca sebuah cerita dengan situasi yang mirip - untuk Regis, itu saja.


"Berikutnya adalah dengan menggunakan item yang akan membantu kita mengurangi dingin."


"Ya, ada sesuatu!"


"Hmmm?"


"Ada kain di atas bagasi. Tapi kain ini agak kecil."


Altina menarik keluar sepotong kain dari bawah kayu saat ia berbicara.


"Ini benar-benar kecil."


"Tapi kain ini tebal dan hangat, jadi gunakan ini."


"Terima kasih... Pakai ini, Altina."


"Eh...?"


"Aku mungkin terlihat seperti ini, tapi aku masihlah seorang prajurit. Melindungi warga adalah tugas seorang prajurit, kan?"


"Itu hanya ungkapan."


"Tapi aku serius."


"Fu, orang yang menarik, kau... Bagaimana dengan ini?"


Altina mengambil kain, duduk di sebelah kiri Regis dan bersandar pada dirinya.


Lengan kiri Regis berkaitan dengan lengan kanan Altina.


"Ap, Apa!?"


"Dengan cara ini, satu potong kain dapat memberikan kehangatan untuk dua orang, kan?"


"Ah... aku mengerti, apa ini tidak masalah?"


Dibandingkan dengan kain, panas tubuh gadis muda itu membuatnya lebih hangat.


Jantungnya berdetak dengan cepat sehingga membuat punggungnya berkeringat.


Regis berkata dalam hati – tenanglah diriku. Dia baru berusia 14 tahun. Dia masih gadis di bawah umur yang lebih muda dariku. Dia benar-benar cantik, tapi kehilangan kontrolku karena tangan kita terkait benar-benar memalukan bagi orang dewasa.


Wajah Altina mendekat.


"Apa kau baik-baik saja? Wajahmu benar-benar merah ..."


"Ini, bukan apa-apa."


"Apakah begitu..."


Regis menenagkan dirinya.


Dia hanya bisa mendengar angin dan sura napas Altina.


"...Regis."


"Eh? a, apa?"


"Aku pikir kau adalah orang yang menarik."


"Haha... Aku sering dibilang seperti itu."


"Tentara harus melindungi warga sipil, itu hanya sebuah motto resmi yang diucapkan tetapi tidak dilakukan. Ada banyak orang yang berpikir tentara lebih berharga."


"Mungkin begitu... Tapi bukankah seharusnya orang-orang yang memiliki kekuatan melindungi mereka yang tidak? Itulah alasan mengapa manusia membentuk kelompok sosial. Sama seperti orang dewasa melindungi anak-anak, sama halnya dengan yang kuat melindungi yang lemah ... Jadi tentara harus melindungi warga sipil, itulah yang aku pikir."


"Itu berarti, bangsawan harus melindungi rakyat jelata, kaisar harus melindungi warganya, benar?"


"Seharusnya memang begitu. Meskipun para bangsawan melakukan perang yang tak berarti dan menyia-nyiakan nyawa dan kekayaan warga."


"Apakah perang dengan orang barbar tidak berguna? Kita tidak bisa memulai negosiasi perdamaian dengan mereka, dan kita akan dibantai jika kita kalah dalam perang, benar?"


"...Itu benar, orang barbar memang menakutkan. Tapi mereka seharusnya memancing orang barbar ke posisi yang lebih mudah untuk bertahan dan membangun dinding panjang dan kokoh jika mereka benar-benar ingin melindungi bangsa."


"Bukankah mereka bisa memanjat dinding dengan mudah?"


"Akan sulit bagi kavaleri dan karavan untuk lewat, sehingga akan cukup untuk mencegah tentara besar menyerbu."


"Oh aku mengerti... Mengapa para jenderal tidak melakukan hal itu? Mereka tidak memikirkan hal itu?"


"Apa yang aku katakan adalah pengetahuan umum yang ada pada buku. Kalangan atas ingin berperang karena ini adalah bisnis bagi mereka. Melawan orang barbar akan memberikan mereka prestise sebagai seorang prajurit. Senjata dan makanan dapat dijual dengan harga tinggi selama perang. Pelatihan akademi militer juga merupakan sumber pendapatan bagi para bangsawan. Ini membebani bangsa secara keseluruhan, tetapi mereka yang memiliki otoritas akan mendapatkan keuntungan... "


"Ini tak bisa dimaafkan!"


Wajah Altina mendekat pada wajah Regis, hampir mengenainya.


Regis terdorong kebelakang oleh aura mengintimidasi Altina dan mundur.


Namun ia tidak bisa melarikan diri karena lengan mereka terkait.


"Tenang, tenang Altina... Aku tidak mengatakan semua bangsawan seperti itu. Aku pikir Marquis Tennessee tidak bertindak seperti ini."


"...Benarkah?"


"Ya, ia bahkan mengusulkan pada kaisar menentang perluasan wilayah kekaisaran, dan untuk fokus pada penguatan keamanan negara. Dia adalah orang yang menyarankan rencana untuk membangun tembok pertahanan selama konferensi aristokrat."


"Itu adalah ide bagus! Itu akan mengurangi korban dan tingkat kemiskinan setelah pertempuran!"


Mata Altina berkilau karena kata-kata Regis.--


Keduanya terdiam beberapa saat.


Regis melihat ekspresi berbahaya Altina untuk seketika.


"...Mungkinkah kejadian ini?"


"Hmmm? Ada apa Altina?"


"Yahh, aku hanya memikirkan sesuatu yang tidak penting. Itu benar, ada berbagai macam orang di antara para bangsawan."


"Ya, itu sebabnya akan bermasalah jika kaisar tidak mengelolanya dengan baik."


Regis berkata sambil tertawa pahit.


Tubuh Altina gemetar. Regis menyadarinya karena mereka begitu dekat.


"...Apa kau pikir kaisar yang memerintah saat ini... buruk?"


"Jika aku mengatakan dia buruk, aku akan dihukum karena pengkhianatan..."


Mungkin sudah terlambat sekarang. Tapi ini di tengah-tengah badai salju. Hanya Altina dan seekor kuda yang mendengarkan.


Regis memulai monolognya.


"Kaisar yang memerintah saat ini telah memerintah terlalu lama. Tubuhnya terlalu lemah untuk menangani tugas-tugas administratifnya. Pangeran pertama seharusnya menggantikannya 5 tahun yang lalu. Tapi pangeran pertama sakit-sakitan dan lemah sedangkan pangeran kedua menampilkan bakatnya dalam politik dan militer. Pangeran kedua memiliki dukungan yang kuat juga."


"Itu tampaknya rumit."


"Pangeran pertama lahir dari selir kedua. Pangeran kedua lahir setelahnya dari ratu. Ratu juga menikmati statusnya yang lebih tinggi sebagai bangsawan. Hal ini mengakibatkan masalah penerus dalam kekaisaran."


"Perebutan tahta antar pangeran... adalah pertarungan antara para pendukung mereka. Hal ini menyebabkan perpanjangan waktu kaisar di atas takhta. Hal ini menyebabkan para bangsawan melakukan hal sesuka mereka dan gelombang korupsi merajalela."


"Ada anak-anak kaisar selain mereka."


"Yah, pangeran ketiga hanya seorang pelajar berusia 15 tahun. Dia adalah kuda hitam yang mungkin tidak dapat bersaing dengan saudara-saudaranya."


"Ada, ada satu lagi... benar?"


"Hmm? Ah... Omong-omong, komandan di Benteng Sierck adalah seorang keluarga kekaisaran."


"Ya! Bagaimana dengan orang itu?"


Altina bersandar lagi dan Regis mundur ke kanan. Dia hampir jatuh dari bagasi.


"Erm, Arrow-Sparrow Princess. Tidak ada yang ingat nama lengkapnya karena terlalu panjang."


"Yah, itu memang agak panjang..."


"Aku pikir dia disebut Marie Quatre Argentina de Belgaria[5]... Aku ingat cerita dalam buku-buku, tetapi sulit untuk menghafal nama panjang seperti itu."


"Jangan memaksakan diri. Omong-omong, apa itu Arrow-Sparrow Princess?"


"Aku akan berada di bawah perintahnya mulai sekarang, ini akan bermasalah untuk mengatakan hal-hal yang mirip dengan mencemoohnya... ini adalah julukannya di ibukota."


"Jadi, apa artinya?"


"Apa yang aku ketahui adalah dari mulut ke mulut... Yah, kami juga memiliki waktu yang luang. Ini adalah kisah tentang seorang putri menyedihkan yang dipaksa ditugaskan di perbatasan negara--"


15 tahun yang lalu--


Sebagai latar belakang, mari kita bicara tentang ibu dari Marie Quatre.


Di ibukota kekaisaran Versailles, Kaisar mengadakan pesta ulang tahun ke-50nya dengan megah.


Orkestra kekaisaran memainkan waltz[6]. Hidangan mewah disajikan satu demi satu, para jenderal menceritakan laporan kemenangan mereka sebagai hadiah. Tidak hanya bangsawan yang mempunyai kekuasaan tinggi dan konglomerat terkenal yang hadir, bahkan bangsawan kelas bawah dan keluarga mereka diundang, itu menggambarkan betapa mewahnya pesta tersebut.


Di antara para rakyat biasa yang duduk di kursi paling belakang, duduklah seorang gadis muda yang sangat mempesona.


Rambutnya gelap seperti malam dan matanya hitam seperti obsidian, kontras dengan kulit putih saljunya, membuatnya bahkan lebih putih. Yang luar biasa, seseorang yang mengobrol dengan gadis berusia 16 tahun itu adalah kaisar yang meninggalkan tahtanya dan berjalan perlahan melintasi ruangan.


"Maukah kau berdansa denganku, nona?"


Menurut catatan dari juru tulis kekaisaran, Claudette Bartholomew membungkuk dengan sopan dan menjawab: "Ini adalah kehormatan bagi saya. Bagaimana saya memanggil Anda?"


Adapun mengapa dia bertanya nama kaisar, ada beberapa teori. 'Tidak memperhatikan' tampaknya terlalu menyinggung.'Menyadari, tetapi mengikuti kebiasaan dalam pesta' dan 'dia adalah wanita berani yang berani bercanda dengan kaisarnya' adalah teori yang lebih meyakinkan.


Tapi dia adalah satu-satunya yang tahu kebenaran.


Gadis cantik berambut cokelat mengulurkan tangannya, dan kaisar tersenyum saat ia mememgang tangannya.


"Maafkan aku. Aku Liam Fernando de Belgaria. Orang-orang memanggilku Liam ke 15."


"Kalau begitu, panggil saya Claudette."


Konduktor yang dikenal sebagai yang terbaik di kekaisaran mengayunkan tongkat setelah beberapa saat ragu-ragu dan orkestra kembali “hidup”.


Hal ini umumnya dikenal sebagai insiden Claudette.


Setengah tahun kemudian--


Nona Claudette yang kini berusia 17 menjadi selir ke 4 kaisar.


Namanya diubah menjadi 'Marie Claudette de Belgaria'. Ada rumor bahwa dia hamil selama pernikahan.


Selir itu mengandung pewaris kaisar ke 4 sebelum ulang tahun kaisar yang ke-51. Dia adalah Marie Quatre Argentina de Belgaria.


Dia secara resmi putri yang sah dari Kaisar, tetapi dia dianggap anak haram oleh orang-orang.


Ketika Liam ke 15 menerima kabar tentang kelahiran anak ke-4nya ia diceritakan bertanya "Apakah rambutnya merah?".


Kaisar pertama Belgaria dikenal sebagai 'Kaisar api' memiliki rambut merah, mata merah dan tubuh kekar. Ia mengalahkan suku barbar di sekitarnya dan membentuk pondasi dari kekaisaran.


Liam ke 15 adalah sama, ia adalah seorang yang berbadan besar dengan rambut merah dan mata merah, walaupun memiliki tubuh yang lemah. Meskipun ketiga pangeran memiliki mata merah, mereka mewarisi warna rambut pirang dan coklat dari ibu mereka, dan juga tubuh mereka tidak besar. Liam ke 15 tidak menyibukkan diri dengan urusan militer dan keuangan, tetapi penurunan warisan gen dari kaisar pertama membuatnya sedih.


Kepala bendahara kekaisaran gelisah saat ia membungkuk dan melapor: "Yang Mulia, rambutnya merah, tapi dia adalah seorang gadis."


Kecemasan Liam ke 15 untuk anak-anaknya tampaknya berhenti pada saat ini.


Seorang rakyat biasa menjadi selir dan melahirkan anak dalam waktu kurang dari satu tahun. Hal ini adalah penghinaan yang tak tertahankan untuk para bangsawan yang lapar akan kehormatan.


Jika anak dari Claudette adalah laki-laki, ia mungkin telah dibunuh. Rumor telah menyebar, mengatakan 'tubuh pangeran pertama lemah karena diracuni'.


Untungnya, Marie Quatre lahir sebagai seorang gadis dan dibesarkan dengan damai sampai ia berusia 13 tahun.


Dia belajar tentang pedang dan politik meskipun dia adalah seorang gadis, tindakannya yang aneh telah menjadi lelucon di dalam istana. Tapi saat ia menjadi cukup dewasa untuk memasuki lingkaran sosial, masalah timbul.


Kecantikan Marie Quatre melebihi ibunya.


Pada saat ini, penyair tampan dengan suara yang keras sangat populer di dunia sosial. Pria ini diundang ke istana oleh ratu-- ketika ia melewati Marie Quatre, penyair itu mulai bernyanyi memuji kecantikannya.


"Oh ~ betapa hari yang sangat, sangat indah! Bidadari yang seperti matahari ini membuatku terpesona! Apimu membakar jiwaku, ruby mempesona mencuri kata-kata dan kesengsaraanku!"


Dan tentu saja, ini membuat marah sang ratu. Penyair itu diusir dari istana dan dikucilkan dari dunia sosial.


Hal-hal tidak berakhir di sini. Anak dari Ratu, pangeran ke dua Allen Deux Latreille de Belgaria adalah orang yang berbahaya dengan pikiran setajam pedang. Meskipun ia hanya komandan dari divisi pertama, ia telah memerintah seluruh militer sejak usia 23, menggantikan ayahnya yang tua dan kakak laki-laki yang tubuhnya lemah.


Latreille mengusulkan proposal kepada kaisar tua.


"Jika seorang putri cantik menjadi komandan tentara, itu akan memicu gairah di antara pasukan. Saya sarankan menempatkan putri ke zona perang utara."


"Sebuah rencana yang brilian."


Pada saat ini, kekaguman Liam ke 15 untuk Claudette benar-benar hilang.


Tahun kekaisaran 850--


Kaisar tua duduk di singgasananya dengan para bangsawan tersenyum dingin berjajar di kedua sisi karpet merah.


Selir ke 4 tidak hadir.


Marie Quatre mengibaskan rambut merahnya ke belakang dan berlutut.


"Salam, Yang Mulia."


"..."


Liam ke 15 hanya mengangguk sebagai jawaban.


Kepala bendahara membuka dekrit kekaisaran dan membacanya atas nama kaisar.


Persyaratan usia untuk Marie Quatre dibebaskan karena garis keturunan kerajaan, dan ia ditunjuk sebagai komandan resimen perbatasan Beilschmidt.


Gelak tawa keluar di antara bangsawan.


Tidak ada seorang pun yang hadir mengetahui apa yang dipikirkan sang putri.


Setelah menyuruh kepala bendahara keluar, kaisar tua bertanya dengan lembut: "... Apa yang kau inginkan sebagai hadiah perpisahan?"


Ini adalah pertanyaan tradisional yang ditanyakan saat keluarga kaisar meninggalkan ibukota. Menurut tradisi, jawabannya adalah 'Kata-kata Yang Mulia memotivasi saya lebih dari hadiah yang kudapat.' Tapi...


Marie Quatre membusungkan dadanya dan berkata: "Tolong berikan saya sebuah pedang dari Kaisar Api."


Kerumunan menjadi gaduh.


Para bangsawan memandang dengan hina.


"Apakah kau tidak tahu sopan santun, dasar pengemis?" Seseorang menghina.


Kaisar mempertimbangkannya sejenak.


"...Kaisar pendiri memiliki 7 pedang. Kau adalah anak ke empatku, jadi aku akan memberikanmu pedang ke 4. Ketika kau kembali ke ibukota, simpan saja kembali di ruang penyimpanan."


Pedang ke 4--


Seorang tentara yang memakai armor membawa masuk sebuah pedang sangat besar bermata dua.


Pedang itu bernama 'Emperor's Thunder Quartet'.


Pedang raksasa itu dibuat sesuai dengan ketinggian kaisar pertama, dengan panjang 26Pa (192cm).


Meskipun Marie Quatre tinggi untuk seorang wanita, pedang itu terlalu tebal dan panjang, membuat perbedaan tingginya menjadi konyol. Balairung dipenuhi dengan tawa menghina dari kaum bangsawan. Sang putri mungkin akan pergi tanpa menyentuh pedang tersebut-- sebagian besar orang berpikir seperti ini.


"Saya berterima kasih... Saya akan meminjam ini... Hya!"


Marie Quatre mengerahkan seluruh tenaganya.


Lantai marmer retak karena tekanan.


Dia mengangkat pedang itu.

Tawa menghina berhenti dan berubah menjadi kejutan.


Sang putri mengangkat pedang yang lebih tinggi darinya.


"... Saya akan mengambil tanggung jawab yang berat ini atas penunjukkan saya."


Dia membungkuk ke arah kaisar tua.


Dia menatap wajah membatu dari pangeran ke 2 dan tatapan kebencian ratu.


Hanya Marie Quatre tahu apa yang dia pikirkan, dunia hanya bisa menebak.


Dia berbalik dan meninggalkan balairung sunyi di belakang.


"Yah, itu adalah inti dari cerita."


Badai salju menggetarkan karavan.


Altina bertanya setelah Regis selesai.


"Tunggu sebentar."


"Hmm?"


"Dari mana julukan Arrow-Sparrow Princess berasal?"


"Ah, bukankah sang putri membawa pedang di pinggangnya?"


"Apakah ada masalah? Tidak ada cara lain, pedang itu terlalu panjang. Pedang itu akan terseret sepanjang lantai jika meletakkannya di punggung."


"Apa Altina melihat dia juga? Apakah sang putri memakai pedangnya seperti itu di benteng Sierck?"


"Eh? Err, ya ... aku telah melihatnya sebelumnya."


"Apa kau berpikir tentang hal itu? Ketika para prajurit dan petani melihat Marie Quatre mungil memakai pedang seperti itu, mereka pikir itu tampak seperti burung pipit yang tertembak oleh panah[7]."


"Apa!?"


Altina membuka mata lebar-lebar, tertegun.


"Sulit untuk mempercantik citra dirinya sekarang. Dia tidak tampil di depan publik dan tidak memiliki pencapaian terkenal. Semua orang telah mengikat julukan Arrow-Sparrow Princess padanya. Aku jauh dari garis depan jadi aku tidak pernah melihatnya."


"Gugugu..."


"Apa kau baik-baik saja, bahumu gemetar... Apa karena dingin?"


"Bukan itu! Aku tidak punya alasan untuk mengeluh padamu, tapi mau bagai mana lagi!"


"Tolong rahasiakan ini darinya. Ini akan menjadi sulit untuk tinggal di sini jika dia membenciku."


"Tenang saja. Dia tidak cukup bodoh untuk membenci seseorang yang kebetulan mengucapkan rumor."


Regis mengangkat bahu.


"Itu akan sangat membantu... Oh ya, kau lapar? Kau belum makan siang, benar?"


"Apa yang kau punya?"


"Aku menyisakan beberapa roti untuk makan saat aku membaca."


Regis membuka tasnya, menggeser pedang dan mengambil roti panggang.


"Meskipun aku lebih suka susu hangat sekarang."


"Apa kau akan membaginya denganku?"


"Aku telah memberitahumu prinsip-prinsipku. Aku tidak akan memaksamu."


"... Aku ingin beberapa."


Regis tersenyum saat ia memotong roti menjadi dua bagian dan memberikan sebagian untuk Altina.


"Ini."


"Terima kasih... Ada berbagai jenis senyuman ternyata."


"Apakah kau mengatakan sesuatu?"


"... Aku telah melihat senyum yang lebih dingin."


"Hmmm~ di mana kau melihat itu?"


"Istana kekaisaran."


Nyam, Altina menggigit roti.


Kuda itu tiba-tiba meringkik. Ini adalah ringkikan mendesak untuk meminta bantuan.


Keduanya melihat ke arah kursi pengemudi.


"Ada sesuatu..."


"Itu!"


Altina menunjuk dengan jarinya. Bagian depan kereta, di mana kaki depan kuda mengarah.


Ada lima bayangan di badai salju.


Sebuah cahaya hitam berkilau di mata keemasannya.


Ada 5 mulut berwarna darah.


Regis merasa seolah-olah iblis mencengkeram hatinya.


"... Serigala."


"Serigala abu-abu (Loup Gris)[8]."


"Api... Kita perlu melempar obor pada mereka. Ah, apakah kau memiliki benda mudah terbakar!?"


"Tenanglah Regis! Tidak mungkin aku memiliki itu."


"Ugh... Kau benar."


"Kuda itu akan berada dalam bahaya jika ini berlangsung."


"Setelah itu kita... Ugugu... Cih !!"


Regis mundur ke kompartemen bagasi di dekat karavan.


Ia mengambil pedangnya dan melompat dari belakang karavan.


Altina menyipitkan matanya dan menghela napas.


"Yah, meskipun ia mengatakan ia akan melindungi warga..."


Tidak peduli seberapa keren ia mengatakan itu, itu adalah hal yang berbeda ketika nyawanya dipertruhkan. Altina tahu ini.


Apakah ia sama? pikir Altina.


Tapi Regis memutar ke depan karavan.


Dia tidak lari.


Dia mengangkat pedangnya dan menghadapke arah serigala terbesar.


"Uguguggu!"


"Apa, apa yang kau lakukan? Bahkan seorang knight[9] akan kesulitan saat menghadapi serigala abu-abu!"


"Aku tahu! Itu sebabnya aku melakukan ini!"


Tangan Regis yang gemetar bukan karena dingin.


Kuda-kudanya seperti seorang pemula.


Tidak, lebih buruk dari itu.


Punggungnya bungkuk dan tidak ada tenaga di pinggulnya, dia tampak seperti akan berbalik dan lari setiap saat.


Bahkan anak kecil yang bermain-main akan memiliki sikap yang lebih tegak.


Altina meraih kepalanya dengan kedua lengannya.


"Bisakah kau menang dengan cara ini!?"


"Haha... Hal ini tidak bisa dibanggakan, tapi aku tidak pernah menang dalam latihan pedang sebelumnya."


"Itu benar-benar bukan hal yang bisa dibanggakan."


"Pergi, Altina... Ambil kuda dan paksa untuk berjalan. Kita akan menjadi makan siang untuk para serigala jika ini berlanjut..."


"Apakah kau serius? Kau akan mati!?"


Sebuah teriakan penuh dengan kesedihan.


Regis tersenyum.


Ini bukanlah senyum untuk menenangkan Altina, atau karena ia memiliki suatu trik. Ini adalah senyum yang datang secara alami.


Bahkan Regis tidak mengerti mengapa itu terjadi.


"Meski begitu... Kematian lebih menyenangkan daripada hidup dalam keburukan."


"Ah!"


Altina ternganga.


Bahkan Regis berpikir itu aneh. Mengapa dia tersenyum? Apakah dia mengejek dirinya yang bodoh? Tidak, itu terlalu negatif. Anggap saja sebagai kemenangan karena berpegang pada prinsip-prinsipmu meskipun dalam situasi yang mengerikan.


"Bahkan aku bisa mengulur beberapa waktu. Para serigala tidak akan menyerang dengan mudah ketika menghadapi musuh yang mendekati mereka daripada melarikan diri. Serigala itu akan mengukur kekuatan lawan dan hanya mendekat ketika ia yakin akan kemenangannya... Ah, eh? Aku berpikir mereka mendekatiku!?"


"Itu benar, kuda-kudamu tampaknya sangat lemah."


Entah kenapa, suara Altina terdengar ceria. Seolah-olah dia tersenyum?


Serigala terbesar mendekat.


Serigala itu membuka rahangnya yang dilapisi dengan taring tajam dan menggeram.


Meskipun jaraknya masih jauh, Regis mengyunkan pedangnya untuk mengintimidasi serigala.


"Hah, hee!!"


Dia terhuyung ke satu sisi karena pedang yang berat.


Ujung pedang menyentuh tanah.


Sebuah suara benturan terdengar. Gagang pedang membentur lutut kiri Regis.


"Ugh!?"


"Terima kasih Regis. Kau telah berhasil melindungi warga. Melindungi pengemudi karavan Altina."


"Eh?"


Regis memutar kepalanya karena nada ceria Altina.


Mata merah Altina bersinar.


Dia mengambil sesuatu benda perak dari bagasi. Benda itu bersinar terang bahkan dalam kegelapan badai salju.


Menyingkirkan batu bata dan kayu, gadis itu mengeluarkan benda tersembunyi di baliknya dengan lengan rampingnya.


Sebuah suara berderik dapat didengar.


Sesuatu yang menakjubkan dan luar biasa terjadi.


Benda itu berat, lebar, tebal dan besar.


Butuh beberapa waktu untuk mengidentifikasi benda itu karena ukurannya yang besar.


Karavan hampir menyembunyikan panjangnya benda itu. Sebuah bongkahan logam terlalu berat bagi manusia untuk dipegang.


Abaikan ukurannya yang sangat besar, benda itu telah dipoles bersih tanpa noda.


Bagian tajamnya yang lebar seperti cermin.


Bibir Regis gemetar.


"... Emperor’s Thunder Quartet."


Altina memegang pedang kaisar di tangan kanannya.


Jubah yang dipakainya berkibar tertiup angin seperti jubah seorang penguasa. Rambut merah menyalanya dikibaskan ke belakang dengan tangan kirinya.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - NCP3.JPG

"Saatnya bagiku untuk melindungimu, Regis. Perhatikan dengan baik."


"Apa...!?"


"Apakah pedang ini hanya sebuah panah besar yang menancap pada burung pipit, atau itu adalah pedang yang dipakai oleh raja!"


Kaki Altina tenggelam ke dalam salju.


Dia menendang salju dan bergerak maju.


Pedang di tangannya melolong saat membelah udara.


"Hahh!!!"


Dia mengayunkan pedang itu ke bawah.


Menghancurkan tanah.


Salju di tanah meledak.


Alih-alih sebuah tebasan, ini lebih mirip seperti tembakan meriam, pikir Regis.


Dia bisa merasakan getaran di tanah.


Para serigala abu-abu mungkin akan mundur.


--Dugaanku benar.


Satu-satunya hal yang terhempas adalah salju, serigala abu-abu telah mundur ke jarak yang aman dan lolos dari kematian.


Altina mengambil roti dari dadanya dan melemparkannya ke serigala-serigala itu.


"Heei!"


Roti itu terlempar dan jatuh di depan para serigala.


"Ini untuk kalian! Cepatlah dan pulang!"


Para serigala dengan hati-hati mengendus roti, memakannya dan lari.


Mereka menghilang ke dalam kabut putih dari badai salju.


Regis melemaskan pinggangnya yang tegang dan terjatuh.


Altina menancapkan pedang ke dalam tanah dan menghap Regis.


"Apa kau terluka?"


"Huff, huff... lutut kiriku sakit."


"Bukankah kau mengenainya dengan pedangmu sendiri?"


"Aku berada dalam mimpi saat itu, jadi aku tidak ingat."


Altina tersenyum canggung.


Regis menggaruk kepalanya.


"Aku terkesan denganmu... Ah, bukan... Yang Mulia Marie Quatre Argentina de Belgaria, putri kerajaan ke 4... Apakah itu benar Yang Mulia?"


"Bukankah sudah terlambat untuk ini?"


"Hah, kau jahat."


Yang dapat Regis lakukan hanyalah mendesah.


Altina tersenyum setelah skemanya berhasil.


"Kau benar-benar tidak tahu?"


"Yah, aku menyadari rambut dan mata merahmu, tapi Altina tampaknya nama panggilan yang terlalu panjang untuk Argentina."


"Ibuku memanggilku seperti itu."


"Argentina adalah nama kampung halaman Claudette Bartholomew. Dan Altina adalah julukan untuk tempat itu..."


"Kenapa kau tidak menyadarinya jika kau tahu itu?"


"Itu terlalu tidak masuk akal, jadi aku menyingkirkannya dari kepalaku. Komandan unit dimana aku dipindahkan ternyata putri kerajaan ke 4. Bagi sorang tuan putri untuk menjemputku dan menyamar sebagai pengemudi karavan terlalu mengejutkan."


"Aku pikir aku akan ketahuan saat berada di toko buku dan gugup untuk sementara waktu."


"Aku memahami perilaku yang mencurigakan dari penjaga toko sekarang. Apakah kau selalu melakukan hal-hal seperti ini?"


"Tidak! Jika aku terus melakukan hal ini, rumor putri bodoh akan menyebar."


"... Kita berada di kota sebelumnya, mungkin berita sudah menyebar... Putri Tukang Antar."


"Itu terdengar lebih baik daripada Arrow-Sparrow Princess."


Dia serius merasa terganggu dengan julukan ini.


Regis memiringkan kepalanya.


"Kau mengatakan bahwa kau tidak selalu melakukan hal seperti ini... Jadi mengapa aku? Apa kau memiliki dendam terhadapku?"


"Dendam?"


"Tidak peduli seberapa positif aku melihat ini, aku telah merendahkan kaisar. Kesampingkan sikapku terhadapmu saat menyamar, mengkritik kaisar adalah kejahatan berat."


"Mengapa kau mengatakan itu jika kau tahu itu kejahatan?"


"Percakapan semacam itu tidak lebih dari sekedar salam dikalangan rakyat biasa."


Hmm, Altina meletakkan tangannya di pinggul dan mengerutkan keningnya.


Setelah menenangkan diri, situasi berubah buruk. Badai masih bertiup sementara suhu akan menurun setelah matahari terbenam.


"Aku tidak ingin kau salah paham. Aku tidak punya dendam terhadapmu dan tidak punya niat menghukummu karena mengkritik kaisar."


"Lalu kenapa?"


"Karena aku mendengar rumor bahwa kau adalah taktisi yang handal."


"Apakah kau berbicara tentangku? Aku pikir itu terlalu berlebihan."


"Aku pikir itu mungkin... aku butuh bantuan orang yang handal... Tidak hanya sekedar handal, tetapi juga orang-orang yang memiliki nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang benar. Aku perlu untuk menyelidiki lebih lanjut."


"Itu sebabnya kau menyamar sebagai pengemudi karavan?"


"Ada hal-hal yang tidak akan diucapkan dihadapan keluarga kekaisaran, benar? Aku ingin mendengarkan pemikiranmu yang sebenarnya, Regis Alric."


"Satu-satunya hal yang kau tahu hari ini adalah bahwa aku tidak memiliki gairah terhadap urusan militer."


"Teknik berpedangmu juga."


Altina bercanda saat Regis menggaruk kepalanya.


Altina tiba-tiba melihat pada kejauhan.


"Ah... Sepertinya dugaanmu benar."


"Apa?"


Altina mendengarkan dengan penuh perhatian.


Regis mengikutinya.


Tak lama setelah itu--


Suara dari sepatu kuda yang berlari di jalan bersalju dapat didengar.


Dia barusan berbicara kepadaku sebelumnya, pendengarannya tajam. Regis terkesan.


"...Ah, tapi mungkinkah mereka bandit atau orang barbar?"


"Aku bisa mendengar armor logam, jadi itu pasti mereka."


"Kau dapat mendengar itu juga?"


Saat ia berbicara, lima penunggang kuda muncul dari arah badai salju.


Ksatria beramor turun didepan Altina.


Mereka berlutut.


"Putri, anda baik-baik saja!?"


Seorang pria botak paruh baya dengan jenggot hitam bertanya.


Altina mengangguk.


"Terima kasih karena menjemputku. Aku baik-baik saja... Tapi kuda itu terluka."


"Saya mengerti! Biarkan kuda saya menarik karavan."


"Ya, aku menyerahkan hal ini padamu."


Kereta kuda kembali beroperasi setelah mengganti kuda.


Kuda yang terluka dipandu kembali dengan tali kekangnya.


Dua tentara mengangkat pedang Altina dan membawanya ke arah kompartemen kargo.


Setelah melirik para prajurit yang melaksanakan tugas mereka, Altina berjalan menuju Regis.


Tangan putihnya meraih Regis yang duduk karena kelelahan.


"Ayo, waktunya untuk pergi."


"Erm... Yang Mulia, putri?"


"Lupakan, sudah terlambat bagimu untuk memanggilku seperti itu."


"Tidak, aku pikir kau benar-benar seorang sopir saat itu..."


"Ini akan membuat buruk suasana hatiku. Kau bilang kau akan memanggil namaku sebelumnya. Apakah kau berbohong?"


"Eh..."


Itu karena kau menyamar sebagai sopir karavan. Tapi Regis tidak bisa mengatakan itu.


Punggung Regis bermandikan keringat dingin.


Dia pikir, diasingkan ke daerah perbatasan adalah hal yang buruk. Tapi dia mungkin telah tiba di tempat yang luar biasa.


Dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah langit.


Regis meraih tangan yang diulurkan kepadanya.


"... Aku pikir aku seseorang yang dapat membaca suasana... Tapi apakah itu benar-benar oke, Altina?"


Tentu saja! suaranya penuh energi saat ia berbicara.


"Selamat datang di resimen perbatasanku. Aku akan mempekerjakanmu dengan keras, Regis Alric!"


Catatan Penerjemah[edit]

  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Bibliofilia
  2. Marquis = gelar kebangsawanan
  3. biasanya kuda yang terluka dan tidak bisa disembuhkan lagi akan dibunuh untuk mengurangi biaya perawatan si kuda.
  4. Itu loh, es yang ada gagang kayunya, bukan cewek loli :v
  5. Kata de dalam bahasa perancis yang sama artinya dengan bahasa inggris "of" yang menunjukkan dia bangsawan. Contoh: Joan de Arc yang artinya Joan dari keluarga Arc. Penambahan de (atau of dalam bahasa inggris) menunjukkan dia bangsawan.
  6. https://en.wikipedia.org/wiki/Waltz_(music)
  7. Arrow-Sparrow berarti “panah” (Arrow) dan “burung pipit” (Sparrow).
  8. Loup Gris = nama serigala abu2 dlm bhsa perancis.
  9. Knight itu semacam gelar kebangsawanan. Gelar ini didapet ketika prajurit dapat promosi kenaikan pangkat biasanya disertai gelar knighthood (chevalier dlm perancis). Pangkat yang militer yang biasanya dapet gelar knight yang terendah dari kapten sampai yang tertinggi jenderal.


Bab 2: Janji Saat Fajar[edit]

Regis sedang tertidur nyenyak.


Sebuah suara memanggilnya dari jarak yang sangat dekat.


Dia tidak tahu apakah itu mimpi atau kenyataan, tapi itu suara seorang gadis.


"Dia benar-benar tidak bangun! Apa dia mati?"


"Fufufu ... Dia mungkin kelelahan. Putri, karena tidak ada tugas yang mendesak, biarkan dia beristirahat."


"... Mu, mau bagaimana lagi."


Beberapa saat kemudian, dia pun terbangun.


Regis terbangun oleh paduan suara teriakan marah.


"Hah!"


"... ugh?"


Regis membuka matanya.


Di depannya terlihat langit-langit yang tak dikenalnya.


Langit-langit itu terbuat dari batu yang melengkung, itu adalah sebuah langit-langit abu-abu tanpa dekorasi.


Sebuah garis melengkung dapat ditarik dari langit-langit ke dinding.


Ini terlihat seperti penjara, pikir Regis dalam keadaan linglung.


Regis sedang berbaring di tempat tidur terdalam pada ruangan tersebut.


Dia bisa menyentuh dinding tak rata jika ia mengulurkan tangan kirinya. Sebuah jendela terpasang di dinding yang dingin dan terbuka.


Sinar matahari bersinar melalui jendela itu.


Sebuah teriakan keras, jantan, dan penuh semangat dapat terdengar dari suatu tempat.


"Hya!"


Itu mungkin suara tentara yang berlatih; suara hembusan angin dari senjata yang terayun dan hentakan kaki juga dapat terdengar.


"... Ah ... Jadi begitu."


Aku dibuang ke Benteng Sierck - Regis kembali mengingat saat pikirannya mulai normal.


Tempat tidur yang lembut terasa seperti surga dibandingkan dengan kursi karavan. Dia senang bisa hidup setelah mengingat kejadian kemarin.


"... Apakah ini pagi hari?"


"Hoh!"


Kebisingan aneh mulai terdengar lagi.


Regis menutup telinganya.


"Apakah... Selalu seperti ini di sini? Alarm yang mengerikan ..."


Dia bangkit dari tempat tidur.


Dia membeku kaku pada saat ia telah mencapai Benteng Sierck tadi malam. Setelah mendapatkan air hangat, ia diperintahkan untuk menggunakan kamar ini - dia tidak bisa mengingat apa pun setelah itu.


Dia mengamati ruangan sekali lagi; ruangan itu cukup luas untuk meletakkan empat tempat tidur dan meja. Sebuah pilar ditempatkan tepat di tengah. 10 orang prajurit biasanya ditempatkan dalam satu ruangan. Seorang bintara (NCO)[1] seperti Regis ditempatkan ke dalam ruangan berisi empat orang.


Tapi hanya ada satu tempat tidur di samping dinding di ruangan ini.


Di samping tempat tidur terdapat meja yang sangat besar. Regis berpikir seseorang telah keliru mengira pangkat dan tingkatnya. Dan di ruangan itu terdapat sebuah rak!


Ruangan itu cukup luas, sehingga dari tempat tidur ke pintu masih cukup untuk mengakomodasi enam rak besar lagi.


Regis bukannya merasa senang, malah merasa gelisah.


"Apakah karena ada kelebihan kamar di pedesaan? Tapi benteng ini kecil dan sempit ... Apakah mereka benar-benar keliru mengira pangkat dan tingkatku?"


Seorang perwira administrasi tingkat kelima terpaut 10 pangkat dari bawah ke atas.


- Field marshal, jenderal, letnan jenderal, mayor jenderal, brigadir jenderal. Ini adalah pangkat-pangkat jenderal.


Perwira dibagi menjadi perwira administrasi dan perwira tempur, perwira adminsistrasi tingkat pertama, tingkat kedua dan tingkat ketiga merupakan perwira komisi.


Kemudian diikuti oleh bintara, dari tingkat 4 sampai 6.


Ini berarti perwira admin tingkat lima hanya berjarak dua pangkat dari bawah.


Untuk prajurit bukan perwira memiliki pangkat kopral dua, prajurit satu dan prajurit. Bahkan seorang prajurit biasa dalam tentara reguler kekaisaran akan menikmati kesejahteraan yang baik dan upah yang cukup. Petani wajib militer yang membentuk milisi dan tentara magang di bawah umur dianggap sebagai tentara sukarela dan tidak dibayar.


Jadi- untuk seorang perwira administrasi dua pangkat dari bawah ditugaskan ke tempat yang luas seperti ini, ini pasti sebuah kesalahan, Regis menyimpulkan demikian.


"Jika aku tidak menemukan seseorang untuk membawaku ke ruanganku yang benar... Ah, siapa komandanku?"


Komandan dari perwira administrasi akan mengajarkan Regis berbagai hal sebagai atasannya.


Regis belum bertemu dengannya.


Regis melepas pakaiannya di dalam ruangan.


Terasa dingin meskipun berada di dalam ruangan pada siang hari. Dia menyadari sekali lagi bahwa ini benar-benar di utara.


Dia mengenakan seragam baru yang diletakkan di atas meja.


Seragam militer Belgaria elegan dengan palet warna hijau, merah dan putih. Tapi seragam resimen perbatasan memiliki desain polos dengan warna hijau gelap hampir hitam sebagai warna dasarnya.


Namun bahannya tebal dan memiliki banyak kantong, sebuah desain yang praktis.


"Hmm, desain seragam dirancang dengan baik, seperti yang diharapkan dari resimen yang berada di posisi paling depan."


Setelah berdandan, ia mendengar teriakan dari segerombolan pria.


"... Sepertinya tidak ada yang datang. Aku pikir aku harus menemukan komandanku sendiri."


Dia meninggalkan ruangan.


Ketika ia membuka pintu, koridor batu membentang di sisi kiri dan kanannya.


Koridor tersebut hampir tidak bisa memuat dua orang yang berjalan berdampingan. Jalan di koridor tersebut sedikit berkelok-kelok, dengan beberapa pintu kayu yang menghiasi dinding.


Dia menuju ke ujung koridor kiri dan memasuki halaman.


"Hei!"


Sebuah paduan suara teriakan terdengar kembali.


Halaman yang dikelilingi oleh bangunan batu adalah tempat berlatih, di mana tanah telah dipadatkan oleh hentakan para tentara. Sekitar 30-an tentara sedang berlatih mengayunkan pedang mereka di sini.


Di depan barisan yang teratur, terdapat seseorang yang berbadan besar dan kekar.


Orang yang terdiri dari otot dan mengayunkan Fauchard[2] dengan keringat di sekujur tubuhnya itu berusia sekitar 40 tahun.


Dia memiliki jenggot hitam tebal dan kepala botak.


Regis merasa sangat kedinginan sehingga ia ingin mengenakan syal, tapi orang ini memamerkan tubuhnya yang penuh bekas luka pertempuran, dan juga memancarkan panas.


Dia tersenyum setelah melihat ke arahnya.


"Ugu, kau sudah bangun, anak muda!"


Benar-benar suara yang keras.


Pemuda-pemuda berotot yang sedang berlatih di depannya juga berteriak "hei!" dan "hah!".


Mereka juga bertelanjang dada, panas dan berkeringat.


Pria botak itu menyodorkan halberd[3] pada Regis.


"Bagus! Ke sini dan ayunkan ini juga! Semangat tempurmu akan meningkat dengan bang! Ayo, ayunkan itu ayunkan itu, buatlah deruan angin! Wahaha!"


Regis mundur dan berkata:


"Tidak, tidak ... Aku seorang perwira admin jadi menggunakan pedang dan tombak itu agak...


Omong-omong, kau adalah ksatria yang membantu kami kemarin kan?"


Pria itu mengangguk setelah Regis bertanya.


"Benar. Aku Evrard de Blanchard, perwira tempur tingkat 1. Aku komandan ksatria resimen Beilschmidt!"


"Aku Regis Auric, perwira admin tingkat 5. Aku berterima kasih atas bantuanmu... Kau benar-benar menyelamatkan kami."


"Wahaha! Aku bertanya-tanya mengapa aku tidak bisa menemukan tuan putri. Jadi dia menyamar sebagai sopir karavan dan menyelinap ke kota. Dan bandit-bandit merajalela akhir-akhir ini. Itu membuatku khawatir."


"Hahaha, aku juga."


Tak disangka bahwa sopir karavan ternyata putri kerajaan.


"Tapi jika itu tuan putri, dia mungkin akan menghabisi bandit-bandit itu!"


"Ah... Dia benar-benar kuat."


"Karena dia adalah seorang dewi!"


Setelah Evrard selesai, ksatria bawahannya mengangguk dan setuju. "Ya! Seorang dewi!"


Regis tidak mengerti apa yang mereka maksud.


"Aku pikir tuan putri adalah putri...?"


"Dia adalah seorang dewi!"


"...Ah, aku ingat ada agama La Victoire di utara."


"Ya! Seorang dewi!"


"Aku mengerti..."


Menyembah berhala dilarang oleh gereja, tetapi pengawasan tidak terlalu ketat di sini di daerah perbatasan. Doktrin pembatasan oleh gereja semakin berkurang pengaruhnya sejauh 100 Li (444 km) dari ibukota.


Dengan cara Altina memegang pedang raksasa dengan tangan yang ramping, tidaklah berlebihan bagi para prajurit untuk menganggapnya sebagai suatu keajaiban suci.


"Dia mengusir serigala abu-abu dengan satu serangan kemarin! Luar biasa! Wahaha ... Uhuk uhuk uhuk!"


Ketika Evrard tertawa begitu keras sehingga ia tersedak, para pemuda ini tersenyum gembira.


"Wahaha!"


Suara yang jantan.


Regis berterima kasih atas bantuan mereka, tapi ia tidak nyaman dengan suasana jantan ini.


"Haha... Aku permisi kalau begitu..."


Evrard menghentikannya dengan teriakan "tunggu!" sesaat Regis akan pergi. Dia memanggul halberd berat dan mendekat dengan langkah berat.


Dia menarik napas perlahan sambil mendekat.


"Aku ingin bertanya hanya untuk berjaga-jaga."


"A, apa itu?"


"Apa kau melakukan sesuatu yang aneh pada tuan putri?"


Tatapan para bawahannya berubah tajam seketika.


Pembuluh darah muncul di kepala botak Evrard.


Regis mundur beberapa langkah.


"Sesuatu yang aneh?"


"Tuan putri tampak berbeda kemarin. Apa yang kau lakukan?"


"Aku tidak melakukan apa-apa ... Hanya mengobrol dengannya."


"Apa yang kalian bicarakan!?"


"Erm, rumor tentang ibukota dan lain-lain ..."


Para pemuda bergumam di antara mereka sendiri. "Dia mengatakan rumor dari ibukota." "Pasti tentang dunia sosial." "Bagi petani, hal itu pasti tentang panen ubi dari beberapa keluarga atau sapi keluarga mana yang telah melahirkan." "Itu bukan rumor." "Sial, orang-orang dari ibukota membuatku kesal." "Ibukota menyebalkan!"


Regis merasa bahwa dia dalam bahaya.


Evrard lebih mendekatkan badannya lagi, sampai-sampai bibir mereka hampir bersentuhan.


"Ugh ~! Tuan Putri bertindak seperti seorang gadis yang baru saja menyelesaikan kencan pertamanya! Apa yang telah kau lakukan padanya, bocah!"


"Tunggu, tunggu! Aku mengatakan padanya tentang sudut pandang ibukota pada putri keempat dan hal-hal tentang politik. Bagaimana mungkin aku bisa mengatakan hal-hal itu pada anak-anak...


Aku tidak membual, tapi aku tidak pernah berpegangan tangan dengan seorang gadis sekali pun!?"


Hening.


Suara gumaman menghilang.


Evrard tersenyum lembut seperti seorang santo yang digambarkan dalam lukisan.


Para ksatria bawahannya menunjukkan ekspresi bagaikan malaikat.


"Yang tabah, anak muda."


"Hal-hal baik akan terjadi satu saat nanti."


"Semangat."


Aku tidak perlu simpati kalian - pikir Regis.


Regis menerima ucapan penyemangat tidak berguna, namun itu membuat hatinya penuh dengan kekalahan, kemudian dia berjalan meninggalkan halaman.


Ia pergi menuju koridor di depan kamarnya dan berjalan ke arah kanan.


Dia mendengar senandung.


"Hmm ?hmm, hmm ~ ?"


"Huh?"


Dia mengintip dari pintu yang terbuka dan melihat sebuah ruangan besar.


Ada delapan meja panjang dan 50 kursi tersusun dalam barisan.


"Ini adalah ruang makan untuk perwira?"


Dinding berbatu memberi kesan kasar, tapi vas bunga yang menghiasi tempat ini membuatnya terlihat elegan.


Seorang pelayan membersihkan meja dengan lap.


Dialah orang yang bersenandung.


Dia mengenakan seragam pelayan dengan dasar merah, dan rambut cokelat diikat di belakangnya. Dia bergoyang mengikuti irama senandungnya.


Dia kira-kira seumuran dengan Regis.


Mata hazel[4] dan senyumnya yang indah meninggalkan kesan yang mendalam. Rambutnya yang indah dan kulit cerahnya benar-benar mempesona ketika ia bekerja.


"Mmm mmm, hmm hmm~? la, lalala ~ pelayan wanita seperti Cinderella mengatakan pada si tikus~? akankah ada pesta di istana malam ini~?"


Dia bernyanyi sekarang.


Tapi nadanya sedikit fals.


Dia berputar-putar dan remah makanan jatuh ke tanah. Apa dia sedang membersihkan atau menari?


Tatapan mata mereka bertemu.


Dia menyadari Regis berdiri di pintu.


Pelayan itu menjadi kaku.


Nyanyiannya berhenti.


Regis merasa suasana menjadi tegang.


"Oh ... lagu yang bagus."


"Eh, benarkah?! Kau tersentuh oleh laguku?"


"Aku tidak mengatakan aku tersentuh..."


"Ini adalah lagu populer yang sedang tren akhir-akhir ini~"


"Oh…, tapi ini adalah pertama kalinya aku mendengarnya... Apakah lagu itu populer di benteng ini?

Atau lagu itu terkenal di jalan-jalan Tuonvell?"


"Salah, lagu itu tren dalam hatiku!"


"Jadi cuma kamu!"


"Aku baru saja memutuskannya."


"Bukankah kau bilang itu tren akhir-akhir ini?"


Sembari mengabaikan balasan Regis, pelayan itu menjelaskan arti lagu tersebut dengan sebuah senyuman.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - NCP4.JPG

"Hufufu ... Ini tentang seorang tuan kejam yang memperlakukan pelayannya dengan buruk. Dan kemudian, seorang nenek dengan kekuatan sihir muncul. Ini benar-benar romantis."


Dia pernah membaca kisah serupa sebelumnya. Regis mengangguk.


"Apakah nenek itu menggunakan sihir untuk membantu si pelayan menghadiri pesta di kastil?"


"Cerita apa itu? Lagu ini tentang si nenek menggunakan mantra tempur untuk mengubah tuan yang jahat menjadi percikan minyak."


"Dimana unsur romantisnya?! Benar-benar penggunaan sihir yang berani. Apakah kau tidak puas dengan perlakuan terhadapmu saat ini?"


Sihir hanya sesuatu dalam dongeng, jadi itu hanya lelucon. Tapi Regis bisa merasakan kegelapan di dalam hati pelayan itu dari kisah ini.


Pelayan tersebut tersenyum datar.


"Ahaha, bukan begitu. Tuan putri adalah anak yang baik. Peperangan memang menakutkan, tetapi kau aman berada di dalam benteng ini. Hanya saja masa depan terlihat agak suram."


Dia adalah seorang pelayan dengan lidah tajam.


Dia mengikuti etika yang tepat dan memperkenalkan dirinya sekali lagi.


"Aku adalah pelayan yang melayani tuan putri, namaku Clarisse. Silakan memanggilku 'hey' atau 'perempuan'."


"Aku tidak akan menggunakan sapaan kasar seperti itu untukmu!? Hah~... Izinkan aku untuk memanggilmu Nona Clarisse. Aku Regis Auric."


"Ya! Aku mendengar banyak tentangmu dari tuan putri."


"Benarkah? Apa yang kau dengar?"


"Membiarkan tuan putri menggunakan satu-satunya selimut yang ada dalam badai salju, dan berbagi rotimu dengannya. Dan menghadapi serigala abu-abu dengan berani, yah hal-hal seperti itu. Aku pikir tindakanmu luar biasa."


"Kau menyanjungku... Ini memalukan. Ada lagi?"


"Kau juga lebih payah dalam berpedang daripada seorang anak kecil, dan pecundang yang menghabiskan semua uangnya untuk membeli buku~"


"Maaf."


Dia seharusnya tidak meneruskan pembicaraan.


Clarisse tersenyum seakan dia tidak punya niat buruk.


"Apakah aku bisa melayanimu? Meskipun aku terlihat seperti ini, aku sebenarnya cukup sibuk. Hanya bercanda."


Dia tidak bermaksud jahat. Mungkin.


"Apakah kau tahu siapa komandanku? Apakah kau pernah mendengarnya?"


"Aku tidak tahu tentang hal-hal seperti itu."


"Kau benar. Kalau begitu Altina ... Ah, bukan ... Bisakah kau memberitahuku di mana tuan putri berada?"


"Fufu ... Aku tahu tentang nama panggilan itu, jadi tidak masalah. Tapi tolong jangan berkata seperti itu jika kau berhadapan dengan orang selain aku ataupun putri."


"Aku mengerti. Sangat sedikit orang yang memiliki izin untuk memanggilnya seperti itu?"


Aku harus berhati-hati pada para ksatria di halaman, pikir Regis.


"Aku pikir dia memberikanku hak istimewa itu ... Orang lain yang boleh berkata begitu.... mungkin ibunya?"


Itu lebih sedikit dari perkiraannya.


Regis merasa bingung, bukannya gembira.


"Lalu… Kenapa?"


"Apakah kau bertanya mengapa tuan putri memiliki sedikit teman? Itu karena karakternya~"


"Betapa jahat lidahmu... Bukan itu yang aku maksud, kenapa dia mengizinkanku untuk memanggilnya dengan panggilan akrabnya? Mungkin aneh bagi keluarga kerajaan untuk ditanya nama mereka, tapi menanyai nama seorang sopir karavan adalah hal yang normal. Aku mungkin bukanlah satu-satunya orang biasa yang berkenalan dengannya... "


Clarisse memiringkan kepalanya.


"Aku tidak tahu apa yang putri pikirkan ... Apakah dia menganggapmu sebagai orang kepercayaannya? Meskipun tampilannya seperti itu, dia berada dalam posisi yang sulit."


"Orang kepercayaan..."


"Ya, tingkat kepercayaan yang sama seperti ibunya..."


"Apakah begitu..."


Regis teringat pertemuannya dengan si gadis berambut merah.


Karena dia membeli buku yang sangat mahal - Altina bertanya apakah dia idiot - apakah itu berhubungan?


Clarisse melambaikan tangannya sambil tersenyum.


"Mah, kau cenderung untuk membuat kesalahan ketika kau masih muda~"


"Kau menyimpulkan kepercayaannya padaku adalah 'kesalahan masa muda'?! Aku tidak bisa membuktikan kalau itu salah, tapi bukankah terlalu dini untuk menilai begitu?"


"Aku bercanda. Karena Tuan Regis bereaksi terhadap semua yang ku katakan. Sepertinya kata-kata itu memiliki dampak yang besar padamu."


"Jangan menggodaku ..."


"Karena kalau aku mengatakannya pada Evrard dan anak buahnya, mereka hanya akan menjawab 'ya, dewi!', Jawaban yang benar-benar tidak jelas."


"Ah, jadi itu yang biasa dilakukan oleh komandan ksatria."


Regis tersenyum pahit saat ia mengingat komandan ksatria yang bertelanjang dada dan berkeringat yang ia temui di halaman.


Kembali pada topik, ia bertanya tentang dimana Altina berada.


Clarisse menatap jam di dinding.


"Dia sedang keluar. Dia akan kembali dalam beberapa saat."


"Keluar dari benteng? Ini terlalu pagi jika ia hendak pergi ke kota. Dia memiliki karakter yang serius sehingga dia mungkin tidak pergi keluar untuk bermain... Apakah dia berburu atau patroli?"


"Mungkin saja. Omong-omong, yang lainnya sudah sarapan, bagaimana denganmu, Tn. Regis?"


"Terima kasih, aku hampir pingsan karena kelaparan."


"Aku mengerti, pasti berat bagimu, lagipula makan siang masih cukup lama."


"Mengapa niatmu untuk menawarkan sarapan menghilang?!"


"Ahaha, mau bagaimana lagi, ini adalah layanan khusus untuk kali ini."


Meskipun Clarisse adalah pelayan yang suka bercanda, dia melaksanakan pekerjaannya dengan cepat, lantas dia pun membawa keluar beberapa makanan dalam waktu singkat.


Menu sarapan berupa roti lembut dan sayuran rebus dengan daging ayam.


Itu adalah makanan mewah karena mereka berada di garis depan.


"Luar biasa ..."


"Silakan menikmati makananmu."


Clarisse melanjutkan tugasnya dengan senyum. Dia bersenandung sambil membersihkan meja dengan kain lap.


Regis menikmati sarapannya dengan santai.


Saat Regis sedang menyelesaikan sarapannya yang kesiangan -


Altina muncul di ruang makan.


"Ara, Regis. Sangat menyenangkan bahwa kau masih hidup."


"Berkat dirimu, aku selamat."


Altina tidak berpakaian seperti seorang sopir karavan atau memakai pedangnya hari ini.


Dia mengenakan gaun one-piece dengan tali, dilengkapi dengan armor minimalis yang berupa sarung tangan dan pelindung bahu.


Dia membawa jas putih bersalju di bawah lengannya, yang diambil oleh si pelayan Clarisse sambil membungkuk.


"Selamat datang kembali putri."


"Terima kasih Clarisse. Bisakah aku meminta teh?"


"Dimengerti."


Clarisse membungkuk lagi dan meninggalkan ruangan dengan tenang.


Yang mengejutkan, dia bertindak seperti pelayan dengan serius.


Altina duduk di seberang Regis.


"Hah, hari ini juga tidak berhasil..."


"Aku mendengar kau berada di luar?"


"Aku berpatroli di jalan-jalan. Beberapa waktu lalu, bandit-bandit yang menargetkan karavan muncul."


"Aku juga mendengar tentang itu saat perjalanan. Semakin kau berada jauh dari pusat kota, maka kemungkinan serangan bandit akan semakin besar."


Memburuknya keamanan di kota adalah salah satu alasan inflasi harga. Hal ini menyebabkan pengiriman gagal dan biaya tambahan untuk menyewa pengawal bersenjata.


"Hal ini menyusahkan bagi para pengembara dan warga."


"Pernahkah kau mendengar desas-desus tentang serangan yang akan dilancarkan oleh orang barbar?"


"Bagaimana situasi yang sebenarnya? Aku tidak bisa menemukan bukti yang relevan di sini, jadi aku juga tidak yakin. Tidak mungkin bagi para prajurit yang ditempatkan di benteng untuk melindungi semua karavan."


"Itu sebabnya komandan sendiri berpatroli sepagi ini. Waktu ketika kau terbangun, terasa dingin."


"Karena semua orang membenci shift ini, sehingga komandan harus memimpin dengan contoh."


"Oh... Mengesankan."


"Aku tidak benar-benar ingin melakukan patroli. Akan lebih baik jika para bandit itu menghilang saja!"


"Aku pikir juga begitu."


Buku-buku akan lebih murah jika kondisi lebih aman.


Altina menggunakan seluruh kosakata umpatan miliknya untuk mengutuk bandit-bandit yang bersembunyi.


Setelah dia selesai, Regis mengganti topik.


"Omong-omong, aku ingin menyapa perwira komandanku ... Siapa kira-kira? Apakah itu sudah diputuskan?"


"Perwira Komandan... Maksudmu pemimpin perwira admin?"


"Ya."


"Tidak ada."


"Tidak ada perwira komisi yang menginginkan aku?"


"Hmm. Selain dirimu, tidak ada perwira admin lain dalam benteng ini."


Regis terduduk kaku karena dia tidak bisa memahami kata-kata yang didengarnya.


Regis mengucapkan beberapa kata setelah beberapa saat.


"... Apa katamu?"


"Resimen ini selalu di bawah komando jenderal Margrave Jerome Jean de Beilschmidt. Dia mengusir semua perwira admin setengah tahun yang lalu."


"Apa yang terjadi? Dapatkah mereka berperang dengan hanya mengandalkan perwira tempur...?


Siapa yang bertanggung jawab atas pembukuan dan suplai? Laporan pertempuran? Pengumpulan pajak dan penyerahan pajak?"


"Bendahara keluarga Margrave yang melakukannya."


Bendahara adalah administrator yang bertugas mengurus harta bangsawan.


Mereka menangani pengumpulan pajak dalam wilayah tuan mereka, serta pembelian dan penjualan barang. Mereka bahkan menangani distribusi gaji bagi pegawai. Mereka sering dditugaskan untuk menangani pekerjaan akuntansi, sehingga tidak ada masalah membiarkan mereka menangani sejumlah besar dokumen.


"Seorang bendaharawan yang luar biasa, seperti yang diharapkan dari keluarga Margrave.


Apakah ia seorang mantan perwira admin?"


Dokumen yang berhubungan dengan militer bersifat unik dan rumit; bahkan Regis menghabiskan dua tahun di akademi militer untuk mempelajari ini.


Saat Regis merasa terkesan...


Altina menggeleng.


"Kami menerima surat keluhan setiap bulan karena kesalahan, dan para inspektor bahkan datang untuk mengaudit kami."


"Apa?! Bagaimana ini bisa... Apakah ini benar-benar Kekaisaran Belgaria?"


"Orang-orang yang ditempatkan di sini adalah tentara pribadi Jerome."


"Aku pikir aku membaca hal itu dalam sebuah buku. Ketika penugasanku ke perbatasan dikonfirmasi, aku mengambil kesempatan untuk menyelidiki banyak hal."


"... Kau benar-benar aneh. Biasanya, kau akan merasa kesal tentang tempat dimana kau dibuang."


"Apakah kau merasa kesal?"


"Aku... Memiliki sebuah tujuan..."


Altina tergagap tidak seperti biasanya.


Regis juga merasakannya kemarin, dia menyembunyikan sesuatu.


Dia tidak mengatakannya karena dia menilai bahwa itu tidak pantas. Regis menghentikan pemikirannya.


"Dari buku-buku dan rumor, aku tahu tentang tindakan berani Jerome... Tapi berita tentang dia mengusir perwira admin tidaklah tersebar luas. Apa yang terjadi?"


"Aku pernah bertanya padanya sebelumnya ... Tapi dia tidak memberitahuku. Karena Jerome tidak menyukaiku."


"Dia tidak menyukaimu?"


Altina mengangguk dengan ekspresi lemah.


"Jika seorang gadis muda menjadi bosmu karena perebutan kekuasaan yang tidak melibatkanmu, maka kau akan tidak menyukai gadis itu juga kan?"


"Jadi itu sebabnya..."


Komandan baru dan komandan lama yang tidak akur adalah kejadian yang biasa terjadi.


Biasanya, komandan lama akan ditugaskan ke unit lain. Tapi Altina adalah seorang pemula sedangkan Benteng Sierck adalah posisi strategis di utara. Mungkin itu bisa terjadi dengan adanya dekrit dari kaisar, tetapi memindahkan Jerome merupakan sebuah langkah yang sangat bodoh.


Altina tampak tidak puas.


"Jika resimen beroperasi secara normal dan melindungi warga, aku tidak punya niat untuk ikut campur..."


"Aku tidak tahu tidak ada perwira administrasi."


"Jerome juga tidak bekerja dengan keras."


Keduanya menghela napas.


Clarisse membawa teko teh porselen putih dan dua cangkir.


Dia meletakkan cangkir dan menuangkan cairan merah bening ke dalamnya.


Aroma teh yang kuat.


"Maaf membuat putri menunggu. Beberapa banyak gula yang kau inginkan?"


Barang-barang itu digunakannya dengan santai, tapi daun teh merah, gula dan porselen merupakan barang kelas tinggi di kekaisaran. Barang-barang itu tidak mungkin merupakan barang yang diberikan oleh militer, sehingga kemungkinan barang itu adalah simpanan pribadi putri.


"Terima kasih Clarisse."


"Sama-sama- bagaimana denganmu Tn. Regis?"


"Kau menyiapkan bagianku juga? Terima kasih."


"Apa yang kau katakan? Aku bertanya tentang rencanamu untuk masa depan."


"Ugh..."


Pelayan itu menusuknya dengan kata-kata tajam sambil memasang wajah tak berdosa.


"Ahaha, itu adalah pertanyaan penting."


Rencana Regis untuk masa depan adalah pertanyaan yang sulit; ia menggaruk kepalanya dan berpikir.


"Erm ~, mengapa Jerome mengusir perwira admin ...? Aku harus memahami hal ini ..."


"Itu bagus, tetapi apakah kau ingin membantu pekerjaanku?"


"Ada yang bisa kubantu?"


Dia ingat Altina mengatakan bahwa dia akan dipekerjakan dengan keras.


"Aku butuh bantuanmu untuk sebuah tugas penting ~ Cari para bandit yang bersembunyi!!"


"Jadi kau telah berpatroli."


"Ya. Baik pedagang dan warga merasa terganggu dengan ini, dan para prajurit juga kerepotan. Bisakah kau memikirkan cara untuk mengatasi ini Regis? Kau seorang taktisi kan?"


"Tidak ... Aku bukan taktisi..."


"Jadi, kau tidak bisa membantuku?"


"Maksudku aku bukan taktisi, tapi aku punya sebuah rencana ... Seberapa banyak prajuirt dan tenggat waktu yang tersedia?"


Altina menunjuk kedua jari telunjuknya, dia pun gelisah dan berkata:


"Untuk tenggat waktu, sesegera mungkin... Para bandit mulai merajalela setengah tahun yang lalu, tetapi mereka tidak meyebabkankan terlalu banyak masalah sehingga tidak perlu terburu-buru. Persoalan sebenarnya adalah pasukan yang tersedia."


"Hanya sebagian kecil yang tersedia?"


"Apakah akan baik-baik saja jika hanya aku yang membantumu?"


"Huh? Apa yang kau katakan...?"


"Aku yakin dengan teknik berpedangku."


"Aku tahu kau kuat, tapi ada banyak bandit. Jika kau berhasil menangkap beberapa, sisanya akan melarikan diri."


"Ugugu... Kau benar."


"Apa kau ingin menangkap mereka semua sendirian?"


"Tidak... Hanya saja sangat sedikit tentara yang mau mendengarkan perintahku."


Dia mengatakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan.


"Kenapa begitu?"


"Mm... Aku bilang Jerome tidak menyukaiku kan?"


Wajah Altina terlihat kesusahan seperti gadis berusia 14 tahun.


Komandan lama yang handal tidak menyukai perintah komandan baru, sehingga sangat sedikit tentara yang mau mengikuti perintah komandan baru.


"Sangat mengejutkan. Aku bertemu komandan ksatria Evrard dan anak buahnya, Mereka tampaknya memujamu kan? Mereka bahkan mengklaim bahwa kau adalah seorang dewi."


Regis ingat. Kelompok di halaman terasa berbahaya.


Altina tersipu.


"Sungguh memalukan disebut sebagai seorang dewi ... Beberapa orang bersedia untuk mendengarkanku. Aku sangat bersyukur."


"Berapa banyak? Bagaimana sisanya?"


"Selain situasi normal, mereka hanya akan mengikuti perintah Jerome di medan perang."


"... Yah, ketika hidupmu dipertaruhkan, perkataan seorang jenderal terkenal lebih dipercaya daripada dewi."


"Benar."


Ada prajurit yang menyukai Altina, tetapi mereka hanya memperlakukan dia seperti seorang putri.


Altina belum mendapatkan kepercayaan mereka sebagai komandan.


Lumrah saja, karena dia belum memiliki prestasi.


"Aku ingat bahwa resimen perbatasan Beilschmidt memiliki 500 kavaleri, 500 tentara artileri dan 2000 infantri."


"Itu ... Kau benar-benar melakukan pekerjaan rumahmu."


"Berapa banyak dari mereka yang bersedia untuk mendengarkan perintahmu? Aku hanya perlu 300 orang untuk melaksanakan rencanaku agar membuahkan hasil."


"Sekitar 300...?"


Altina menjawab dengan nada menyesal.


Regis mengangkat lengannya dan bersandar di atas tempat duduknya.


"... Bukankah kau bilang 'ini resimen perbatasanku' ?"


Regis bertanya dengan takut.


Mata Altina berair.


"Itu ... Meskipun rasanya seperti sebuah gelas kosong sekarang ... Tapi aku akan mencapai sesuatu suatu hari."


"Kau hanya perlu gelar dan upah untuk mengumpulkan tentara. Tapi popularitas hanya akan datang ketika kau menunjukkan kemampuanmu."


"Ketika aku menunjukkan kemampuanku..."


Altina mengulangi kata-katanya seperti seorang murid yang mencerna ajaran gurunya.


Merasa tidak nyaman, Regis pun melanjutkan perkataannya.


"Aku tidak yakin tentang teknik berpedang, tapi aku tahu bahwa kemampuanmu luar biasa. Tapi itu sia-sia jika orang yang bersaing denganmu lebih baik daripada dirimu. Seorang komandan membutuhkan lebih dari sekedar kekuatan tempur... Tapi kekuatan adalah cara sederhana untuk menunjukkan bahwa kau lebih baik dari semua orang."


"Itu berarti Jerome lebih baik dibandingkan denganku?"


"Jelas, dia adalah 'pahlawan di Erstein'."


"Pahlawan?"


Altina memiringkan kepalanya heran.


Tetapi justru Regis lah yang terkejut.


"Kau tidak tahu? Jerome adalah seorang perwira berpangkat jenderal terkenal selama perang melawan negara-negara tetangga."


"Benarkah?"


"Aku tidak melihatnya sendiri sih-"


Clarisse menempatkan cangkir teh di depan Regis untuk menyuruhnya bergegas melanjutkan ceritanya.


Regis meminum teh harum sembari ia menceritakan sejarah Jerome.


"Jerome Jean de Beilschmidt adalah anak tertua dari seorang ksatria."


Ia meraih kemenangan pertamanya di usia 14, dan melengkapi kehidupan aristokratnya. Dia melanjutkan prestasinya dengan serangkaian penghargaan perang.


Di antara penghargaan ini, yang layak disebutkan adalah pertempuran di Erstein melawan negara tetangga Germania Federation.


4 tahun yang lalu-


Untuk menghalau tentara Germania yang berjumlah 20.000 orang yang melintasi perbatasan, kekaisaran mengirim 30.000 tentara untuk mencegat mereka. Tempat pertempuran itu adalah dataran Erstein.


Germania Federation adalah aliansi dari beberapa negara yang lebih kecil di bawah pimpinan kerajaan St. Prussia, mereka secara terus-menerus melakukan perang sipil dan saling menginvasi. Negara-negara anggota aliansi miskin, tapi tentara mereka veteran dan dipersenjatai dengan baik.


Garda depan musuh memiliki 3000 kavaleri berat.


Dengan mengenakan armor kuning yang menyimbolkan kehormatan, mereka membentuk formasi seperti tombak, lantas menyerbu.


Tentara Belgaria merasa terintimidasi oleh pertunjukan kekuatan mereka. Musuh mengincar celah antara tentara dua bangsawan, namun hal itu berubah menjadi sebuah adegan dari para bangsawan berebut untuk keluar dari serbuan- formasi tentara kekaisaran menjadi kacau balau.


Jika musuh menerobos formasi, markas komando akan terbuka dan mudah diserang.


Pasukan utama juga akan menghadapi bahaya diserang dari sisi lain. Jika itu terjadi, para prajurit akan kehilangan pemimpin dan mundur. Tentara Belgaria berada di ambang kekalahan.


Pada saat ini, sebuah unit maju ke arah musuh yang menyerbu dari depan.


Jerome memerintahkan 500 kavaleri dengan gerakan tangannya.


Dan orang yang mempin serbuan adalah sang black knight sendiri.


Orang-orang bertanya-tanya apakah dia mengulur waktu agar markas komando mundur dengan mengorbankan dirinya secara terhormat ... Tapi bukan itu yang terjadi.


Black knight Jerome mengalahkan kavaleri lawan satu persatu.


Dengan pemimpin berani mereka memimpin kavaleri hitam, mereka menghancurkan formasi musuh dan terus menyerbu.


Tentara Germania Federation menarik unit-unit pada sisi sayap mereka untuk bertahan, tetapi mereka tidak dapat bergerak dengan cepat untuk menghentikan serangan kavaleri.


"- Dengan begitu, Sir Jerome menghancurkan unit komando musuh, memimpin pasukan Belgaria menuju kemenangan sebagai 'pahlawan di Erstein'. Sebagai pujian atas tindakannya, ia dipromosikan dari perwira tempur tingkat satu menjadi brigadir jenderal. Itu adalah ketika dia berusia 20 tahun."


"Dia seorang ksatria yang kuat?! Sulit untuk dibayangkan..."


Altina mengerutkan kening dengan ekspresi bingung.


Clarisse berkata tanpa ekspresi.


"Saat ini, ia tidak tampak terlihat seperti itu."


Regis berkomentar.


"Apakah begitu? Kesan apa yang dia berikan di benteng? Aku belum pernah melihat dia sebelumnya, tapi dia cukup populer di kalangan bangsawan wanita sebagai pria elegan dan tampan."


Clarisse diam.


Altina mengerang.


"Hmm ~~ Mungkin lebih baik kau melihatnya sendiri."


"Ugh, sepertinya hidupnya kacau... Kehidupnya tidak terlalu bagus setelah ia menjadi jenderal."


"Apakah sesuatu telah terjadi?"


"Mereka yang dipromosikan karena kemampuannya sering dikucilkan oleh para penguasa yang iri. Para pahlawan lain waspada terhadap Jerome yang diangkat menjadi jenderal dalam waktu kurang dari setengah tahun. Dia dianugerahi gelar bangsawan Margrave dan Wilayah Utara ini... Tapi diusir dari tanah kelahirannya di kekaisaran."


“Hadiah”-nya adalah mengubah nama wilayah tersebut dengan nama keluarga Jerome, yaitu Beilschmidt - tapi itu sebenarnya hanya alat untuk mengucilkan dia.


Setelah ini, nama pahlawan Jerome memudar.


Altina menghabiskan tehnya yang sedikit dingin.


"Aku mengerti ... ini terjadi cukup sering ..."


Mungkin dia melihat beberapa kesamaan dengan situasinya sendiri. Altina termenung sembari menggerakkan jarinya di sepanjang tepi atas cangkir.


"... Kau benar-benar tidak tahu?"


"Ya. Dia mungkin kuat seperti yang aku pikir. Evrard dan yang lain juga tidak memberitahuku tentang Sir Jerome."


Clarisse berkata dengan tenang.


"... Karena semua orang di dalam benteng peduli dengan tuan putri, sehingga mereka akan menghindari mengatakan hal-hal yang mungkin membuatmu marah."


"Ara, apakah semua orang khawatir tentang aku? Hubunganku dengan Jerome tidak baik, tetapi hanya menceritakan kisahnya tidak akan membuatku marah."


"Kau mungkin tidak menyadarinya putri... Tapi para prajurit menganggapmu sebagai tamu penting."


"Itu jahat, Clarisse. Bagaimana pun, mereka tidak akan bertindak sejauh itu.... Mungkin."


"Benarkah? Apa yang baru saja dikatakan Tn. Regis ... Aku mendengarnya dari para prajurit sebelumnya."


"Apa katamu?"


Altina tertegun ketika mendengarkan kalimat mengejutkan yang disampaikan dengan tenang oleh Clarisse.


Pelayan itu tersenyum dan melanjutkan.


"Lagi pula, aku adalah orang yang mudah didekati."


"Apa, itu berarti aku adalah orang yang tidak dapat didekati?"


"Bukan begitu. Putri adalah putri. Bukan yang lain."


"Yah ... Kau benar tapi... Ugugu."


"Tenang saja. Bahkan jika para prajurit di benteng mengucilkanmu, aku akan selalu berada di sisimu. Aku satu-satunya rekanmu, putriku. Tuan putri hanya milikku... Fufufu ~"


Clarisse menghibur sang putri seolah-olah dia melantunkan sebuah mantra sihir.


Meskipun beberapa konteksnya tampak tidak pantas.


Tapi berdasarkan sifatnya, dia mungkin bercanda.


Regis melanjutkan topik.


"Yah, itu saja yang aku tahu tentang Sir Jerome. Wajar saja para prajurit di benteng percaya padanya lebih dari tuan putri. Dia tidak seharusnya memerintah resimen perbatasan, namun divisi."


"Ugh ... aku mengerti. Aku tidak berpikir aku telah mendapatkan kepercayaan lebih darinya. Tapi itu tidak akan lama sampai aku mengubahnya nanti!"


"Itu kalimat bagus untuk diucapkan ketika kalah. Meskipun dalam buku-buku yang aku baca, mereka yang mengatakan itu adalah karakter sampingan..."


Altina memelototinya dengan kesal.


"Itu saja untuk permasalahan otoritas komando. Sekarang, pikirkan cara untuk menangani para bandit."


"Mm ... Aku butuh sejumlah tentara untuk menangkap para bandit. Jika memungkinkan, aku lebih memilih infantri dari pada kavaleri. Oleh karena itu ... aku perlu Sir Jerome memberikan ijin terlebih dahulu."


Regis merenung sembari menundukkan kepalanya.


Baik itu mengusir perwira admin atau hubungannya dengan Altina, Jerome pasti sulit untuk didekati.


Sejujurnya, Regis merasa tertekan.


Altina berdiri dengan semangat.


"Sekarang adalah kesempatan bagus! Mari kita coba berbicara dengan baik pada Sir Jerome. Dia pasti terganggu oleh bandit juga."


"Kau benar-benar antusias."


"Tentu saja! Itu lebih baik daripada depresi sepanjang waktu."


Dia berkata sambil tersenyum.


Altina menarik Regis dan berjalan menuju ruang Jerome pada ruang makan perwira di menara pusat.


Mereka meninggalkan Clarisse yang lanjut melakukan tugas-tugas yang lain.


Langkah kaki mereka bergema di sepanjang koridor, Altina dengan riang mengobrol dengan Regis.


"Kau benar-benar populer."


"Populer dengan siapa?"


"Clarisse. Kau tidak sadar?"


"Apa kau salah paham? Dia terus menggodaku."


"Seseorang hanya akan bercanda dengan orang yang mereka anggap akrab. Ini adalah bukti kau membuatnya senang. Clarisse biasanya pendiam dan tetap di kamarnya sepanjang waktu."


"Pendiam?! Tinggal di kamar sepanjang waktu?!"


"Ya. Tanpa ekspresi, seperti boneka."


"... Apakah orang yang berbicara denganku adalah pelayan yang berbeda dengan nama yang sama? Atau dia bercanda denganmu juga? Aku tidak bisa mempercayai apa pun lagi."


"Ahaha!"


Altina tertawa seperti anak kecil saat ia menaiki tangga spiral.


Mereka menuju ruang Jerome di lantai tiga.


Mereka mencoba mengetuk pintu kayu beberapa kali - tapi tidak ada jawaban. Altina cemberut.


"Orang itu tampaknya sedang keluar."


"Sebagai komandan secara de facto, dia mungkin sibuk."


"Hmm ~ Aku tidak berpikir dia begitu bersemangat menjalankan pekerjaannya... Lupakan. Aku akan menunjukkanmu tempat-tampat di benteng selagi mencari Jerome!"


"Itu akan menjadi bantuan besar."


"Ke sini Regis! Cepat!"


Altina menyuruhnya bergegas.


Mereka menaiki tangga lagi menuju puncak menara.


Napas Regis menjadi terengah-engah.


Lantai atas adalah ruang konferensi berisi sebuah meja hitam.


Baik itu peta wilayah perbatasan yang ditempelkan di dinding, bendera kekaisaran atau lantai batu ...


Ruangan ini memberi kesan suasana perang.


Kondisi meja rapat yang memiliki banyak goresan memperingatkan Regis akan fakta bahwa di sini adalah benteng lini terdepan.


"Sini!"


Altina menyeberangi ruangan dan membuka jendela besar.


Jendela itu terbuka dengan suara “bang”.


Angin bertiup melalui jendela membuat bendera dan peta bergetar.


Altina membiarkan rambutnya berkibar tertiup angin dari jendela. Rambutnya terpapar sinar matahari. Altina menunjuk ke kejauhan.


"Hei, lihat!"


"Hati-hati, aku mungkin menambrakmu dan membuatmu jatuh."


"Yeah, yeah ..."


Regis menuju balkon, angin yang membawa aroma hutan berhembus melalui rambutnya.


Pemandangan hijau membuat Regis terkesima.


Langit biru tak berawan dan pegunungan berselimut salju membentuk sebuah lukisan megah.


Matahari bersinar hangat di seluruh dunia.


Langit dan pegunungan berada dalam jangkauannya, ia merasa seperti burung yang terbang tinggi di langit.


"Luar biasa", kata Regis dengan suara tertahan.


Altina yang tampak puas mengangguk.


"Bukankah ini bagus?"


"Aku akhirnya menemukan sebuah harta karun setelah menantang badai menuju tanah yang jauh ini. Meskipun aku tidak bisa menyimpannya di kantongku, itu tidak akan pernah hilang dari hatiku. Aku dapat mengingat pemandangan langit ini bahkan ketika aku menutup mataku."


"Apa itu?"


"Dikutip dari otobiografi Frenson. Dia adalah seorang pelukis yang sangat aktif dalam kekaisaran, tetapi dia bekerja sebagai pekerja jasa pengiriman karena karyanya tidak terjual ketika dia masih muda. Setelah melewati badai yang kencang, dia terinspirasi oleh langit yang indah saat dia sampai di tempat tujuannya. Keraguan dalam hatinya dan kelelahan tubuhnya lenyap pada saat itu, dan ia mengucapkan kata-kata ini sambil menangis. Setelah itu, ia fokus untuk melukis langit. Tak lama setelah itu, 'langit Frenson' menjadi lukisan yang sangat bernilai tinggi."


"Aku mengerti. Itu berarti kau tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik jika kau tinggal di rumah sepanjang hari."


"Eh? Tidak, ini berbicara tentang bagaimana dia tergerak oleh pemandangan saat itu..."


Dengan mengalihkan pandangannya lebih dekat, ia bisa melihat benteng dengan jelas. Tentu saja karena pos pengamatan ini digunakan bagi komandan untuk memahami situasi pertempuran dan membuat keputusan taktis.


Setengah bagian Benteng Sierck dibangun di atas gunung.


Dari lereng landai sampai ke utara, enam dinding terhubung dengan menara pengamatan.


Di tengah adalah menara pusat untuk komandan dan staf. Regis dan Altina berada di balkon lantai atas gedung ini.


Baik itu blok bintara di timur atau bangunan untuk prajurit di barat, bangunan-bangunan itu berbentuk persegi panjang dan terbuat dari batu.


Sebagian besar tentara tinggal di area barat, mereka menempati banyak ruang dengan 20 bangunan persegi panjang yang terhubung.


Halaman dimana Regis bertemu Evrard terletak di antara menara pusat dan blok timur. Di bagian utara yang paling dekat dengan musuh, terdapat gerbang utama dan alun-alun.


Beberapa tempat tidak bisa dilihat dari posisi ini, tapi gudang makanan, gudang senjata dan kandang kuda berada di selatan benteng, Begitulah Altina menjelaskan.


Regis memfokuskan pandangannya pada pekerjaan konstruksi dinding luar. Tangga kayu didirikan di bagian dinding luar.


"Apakah sedang ada perbaikan dinding di sana?"


"Ya. Republik Varden menyerang tiga bulan yang lalu, dinding rusak akibat tembakan meriam mereka. Biasanya dinding luar baik-baik saja, tetapi sepertinya lawan menggunakan meriam yang sangat kuat kali ini, sehingga dinding sedikit jebol…"


"Meriam yang kuat? Tolong beritahu aku lebih jelas."


"Mm ... Aku baru saja menempati pos-ku saat itu, jadi aku tinggal di dalam kamarku. Aku diberitahu untuk tidak keluar. Jadi aku tidak melihat apa-apa."


"Tapi kau adalah komandan..."


"Ketika aku berdiri dari kursiku, mereka akan mengatakan 'tuan putri, mohon serahkan ini pada kami' lantas aku pun dikawal kembali ke dalam kamar, mau bagaimana lagi!"


"Yah, aku bisa membayangkan itu. Apakah negara-negara tetangga sering menyerang?"


"Kira-kira setiap tiga bulan sekali. Tapi sulit untuk melintasi hutan selama musim dingin, sehingga mereka mungkin tidak akan menyerang saat ini."


Jarak antara Republik Varden dan kekaisaran hanya 30 Li (133 km), tapi ada hutan dengan suku-suku barbar tinggal disana- Regis telah membaca tentang ini dalam sebuah buku.


"Bagaimana dengan orang barbar?"


"Aku belum melihat mereka sebelumnya, tapi aku mendengar mereka memanjat dinding luar ketika mereka menyerang di musim panas, itu adalah pertempuran yang sengit."


"Ugh ..."


Ketika berperang melawan orang barbar yang tidak bersenjata lengkap, situasi mungkin dapat berubah secara tiba-tiba baik menguntungan atau merugikan bagi mereka. Kavaleri kekaisaran sangat unggul di dataran terbuka, akan tetapi pernah terjadi orang-orang barbar melakukan serangan balasan terhadap kavaleri di dalam hutan.


Pernah juga terjadi orang-orang barbar memanjat dinding dengan tangan kosong. Mereka adalah lawan yang tidak bisa kau sepelekan.


Altina berbalik.


"Itu saja. Sudah waktunya kita mengunjungi tempat berikutnya."


"Ah, terima kasih. Kau menunjukkan pemandangan indah."


"Itu bagus. Tapi ke mana orang itu pergi?"


Mereka tidak menemukan Jerome di menara pusat.


Setelah berputar melalui alun-alun dan blok timur, Regis dan Altina menuju bagian selatan benteng.


Mereka pergi ke kandang kuda.


Itu adalah serangkaian bangunan kecil yang dibuat untuk kuda. Kuda kerja dan kuda perang berjumlah 600 yang dipelihara di dalam kandang.


Bau tajam binatang tercium kuat.


"Ini mengejutkanku."


"Kenapa?"


"Kau adalah putri, Altina ... Tapi kau tidak menunjukkan reaksi apapun setelah mencium bau ini."


"Daripada belajar musik dan tari, aku lebih suka kelas berpedang dan nenunggang kuda. Jadi aku bisa mengurus kuda juga."


"Itu mengesankan."


Altina berlari ke salah satu kuda.


"Selamat siang! Bagaimana kakimu? Maaf yang kemarin!"


Kuda kurus itu meringkik sebagai balasan.


Sulit untuk membedakan mereka, tetapi tampaknya itu adalah kuda yang menarik karavan kemarin.


Kaki belakang kanan kuda itu diperban.


Altina membelai kepala kuda saat ia memberi makan kuda itu beberapa sayuran.


Luar biasa. Pemadangan kuda mengunyah makanannya sangat menarik.


"Bukankah dia lucu? Apakah kau ingin mencoba memberinya makan?"


"Lupakan, rasanya kuda itu akan menggigit tanganku juga, jadi jangan..."


"Ahaha, anak ini tidak akan melakukan itu. Kuda itu pintar lho, oke?"


"Jika itu benar, aku adalah tipe orang yang tidak disukai oleh kuda. Mereka terus melemparku dari punggung mereka selama kelas berkuda."


"Eh? Jadi kau tidak bisa menunggang kuda?"


"Ini bukan hal yang bisa dibanggakan. Aku tidak pernah membuat kuda berlari sebelumnya."


"Itu benar-benar sesuatu yang tidak bisa dibanggakan."


Altina mulai tersenyum.


"Kalau begitu, biarkan aku mengajarimu!"


"Aku tidak ingin merepotkanmu."


"Kuda mana yang harus kita pilih? Kuda yang kecil dan baik?"


"Hey hey ... Apakah aku tidak punya pilihan? Aku memiliki hak untuk menolak perintah yang berada di luar kemampuanku. Lagi pula, hirarki dibuat untuk dilanggar..."


Altina pergi ke belakang kandang, mengabaikan protes Regis.


Mereka tiba di tempat yang penuh dengan makanan kuda.


Tiba-tiba, seorang wanita muncul dari balik bayangan.


Dia adalah seseorang yang tidak cocok berada pada tempat seperti kandang kuda. Dia tidak berpakaian militer atau pelayan, tapi mengenakan pakaian petani, dengan keranjang apel. Dia mengalihkan matanya dengan panik saat melihat Altina.


"Ah, putri?"


"Hmm? Siapa kau?"


"Saya ... Anu... Per, permisi!"


Dia melarikan diri terburu-buru setelah berpamitan.


Altina melihatnya pergi dengan diam.


"...Siapa dia? Sepertinya warga sipil dari kota?"


"Apakah dia datang untuk berjualan?"


"Dia membawa sekeranjang apel."


"Ah. Ini masih siang ... Jadi dia bukan pelacur."


Regis keceplosan.


Gadis muda di sampingnya bertanya.


"Apa itu?"


"Eh?"


"Pelacur apa yang kau sebutkan barusan?"


Dia ceroboh. Altina masih di bawah umur.


Tapi tidak juga. Dia bisa menikah pada usia 15, sehingga tidak mengherankan baginya untuk mengetahui hal-hal seperti itu pada umur 14.


Tapi dia adalah keluarga kekaisaran.


Dia mungkin tidak memiliki teman yang "mecurigakan" atau orang dewasa di sekelilingnya.


Mengapa jadi seperti ini! Jika hal ini terus berlangsung, ia akan menjadi orang jahat yang mengajarkan hal-hal tidak berguna pada gadis muda naif- Regis menggigil ketika ia berpikir tentang itu.


Altina mendesaknya:


"Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa, Regis? Ajari aku dengan benar."


"Ugugu ... Itu ... Itu ... berarti pedagang wanita yang bekerja di malam hari..."


"Hmm ~? Benar juga, toko-toko biasa hanya buka pada siang hari."


"Benar."


Saat Regis sedang bercakap-cakap dengan Altina-


Seorang pria yang tampaknya telah bertemu dengan pedagang perempuan tadi, keluar dari tempat wanita itu muncul.


Dia mengenakan pakaian jenderal.


Otot bisa terlihat dari dada yang terbuka karena gaya berpakaiannya yang berantakan. Pria itu berpostur tinggi dengan bahu lebar.


Rambut hitamnya disisir kebelakang dan ia memiliki jenggot pendek. Umurnya sekitar pertengahan 20-an.


Dia memiliki kulit coklat muda dan mata yang tajam.


Meskipun selera setiap orang berbeda, tetapi Regis harus mengakui bahwa secara objektif, dia adalah seorang pria tampan.


Tapi orang ini memiliki sikap pemabuk.


Terdapat sebuah apel di tangan kirinya, dan botol bir di tangan kanan.


Cegukannya berbau alkohol.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - NCP5.JPG


"Eh ... Aku bertanya-tanya siapa itu ... Jadi itu kau, hey gadis kecil."


"Kau tidak ikut serta dalam patroli untuk membeli apel dari pedagang? Seriuslah ketika melaksanakan pekerjaanmu, Sir Jerome!"


Regis yang terkejut tidak membuat suara.


Dia menunjuk pada pria itu dengan jari telunjuknya untuk mengkonfirmasi:


"Maksudmu pemabuk ini adalah Sir Jerome?! Dia Margrave Jerome Jean de Beilschmidt?! Pahlawan di Erstein?!"


Pria itu memiringkan botol di tangannya dan menenggak cairan kuning. Kemudian dia melotot ke arah Regis dengan matanya yang tajam dan keruh.


Fuuu~.... Dan kau adalah?


"Ah, Aku Regis Auric… perwira admin tingkat 5."


"Pergi sana."


"Baik, Aku akan menyiapkan surat pindah. Aku hanya membutuhkan tanda tanganmu."


"Regis?!"


"Hanya bercanda. Penugasanku berada dibawah perintah tuan putri."


Karena Jerome hadir, Regis mengubah caranya memanggil Altina. Meskipun ia barusan keceplosan.


"Jangan, jangan pernah bercanda tentang itu!"


Tak disangka Altina khawatir tentang hal ini.


Regis yang tidak pernah merasakan nilai dirinya, bingung dengan reaksi Altina. Dia menyimpulkan bahwa Altina tidak ingin perwira admin baru pergi.


Juga, ia sedang membantunya mengatasi masalah bandit.


Aku mengerti, itu karena pekerjaan yang dia berikan belum selesai-Regis memikirkannya seperti itu.


"Nah, begitulah situasinya... Sayangnya, aku tidak bisa kembali ke ibukota kekaisaran tanpa izin tuan putri."


"Hmmp ... Tidak ada makanan bagi perwira admin tidak berguna di sini. Pergi dan makan jerami sana."


"Aku punya pertanyaan tentang ini juga ... Bisakah kau memberitahuku mengapa kau mengusir perwira-perwira admin? Aku tidak ingin membuat kesalahan yang sama."


"Jangan pikirkan tindakanku. Itu saja sudah cukup."


"Aku mengerti. Sepertinya bendaharamu yang menangani dokumen sekarang... Dapatkah kau mengalihkannya padaku? Sulit bagi satu orang untuk menangani semua pajak dan pekerjaan akuntansi, jadi aku ingin membantu... "


"Lakukan saja apa yang kau inginkan. Aku akan menggunakan uang itu ketika aku ingin dengan caraku."


Pada titik percakapan ini, Regis mulai memikirkan sesuatu yang menjijikkan.


Atau lebih tepatnya, tindakan Jerome membuat Regis 'menyadari hal ini'.


Altina memiliki ekspresi kosong, dan tidak mampu memahami hal ini.


Regis bertanya dengan serius.


"Maafkan aku... Mungkinkah perwira admin sebelumnya kehilangan pekerjaannya karena penggunaan dari anggaran militer Margrave bentrok dengan pendapatnya?"


"Kukuku ... Begitulah. Aku menggunakan uang itu untuk alkohol dan perjudian, orang itu terus menegurku, jadi aku mengusinya."


"Oh ... ini adalah penggelapan."


Regis melihat ke atas.


Pernyataan kriminal yang sangat berani.


Dia bahkan mungkin akan dieksekusi jika terbukti bersalah di pengadilan militer.


"Apa yang salah dengan itu? Bajingan-bajingan dari negara-negara tetangga dan orang-orang barbar tidak bisa masuk jika benteng ini masih berdiri. Uang tersebut diberikan karena benteng ini masih berdiri kokoh di sini. Jadi, semua penggunaan uang itu terserah padaku."


Dia meneguk bir.


Dan menggigit apel.


Altina menunjukkan wajah bingung.


"Regis ..."


"Ya?"


"Apakah benar bahwa kau dapat menghabiskan anggaran dengan bebas jika kau melindungi kekaisaran? Apa itu benar?"


"Jawabannya tentu saja tidak. - Departemen keuangan kekaisaran menetapkan dana militer 20% dari total anggaran. Karena uang itu dikumpulkan untuk pertahanan kekaisaran, menggunakannya untuk hiburan yang tidak perlu adalah bertentangan dengan perintah."


"Jika kau memikirkannya lagi, maka semuanya sudah jelas. Kaulah yang salah, Sir Jerome."


Altina mengkritik.


Tapi Jerome menyeringai dan menjawab:


"Hmmp, seorang perwira admin dengan pola pikir yang rusak. Bahkan jika kau membeberkan ini, kalian akan mengatakan hal yang sama."


"Bolehkah aku bertanya tentang apa maksudmu?"


"Kukuku ... Kau berencana untuk mengatakan 'beri aku uang dan aku akan tutup mata', benar? Kalian para perwirwa admin semua sama saja."


Jerome tertawa dingin.


Regis melihat ke atas sekali lagi.


"Oh ... Selain penggelapan, bukankah ini intimidasi, ini ... terlalu berlebihan ..."


"Bohong! Kau pasti tidak akan mengatakan ini Regis, ya kan?"


Altina tampak lebih cemas.


Regis pernah dinasehati sebelumnya bahwa orang-orang jujur pasti akan diganggu- tapi ia senang menjadi orang yang jujur. Karena dia bisa menyelesaikan masalah ini tanpa membuat Altina sedih.


Dia mengatakan kepada Sir Jerome dengan jelas:


"Aku tidak tertarik dengan penggelapan."


"Huh? Kau tidak mau uang? Kukuku ... Berhentilah berpura-pura. Ada hal-hal lain yang kau inginkan bukan?"


Ada hal-hal yang Regis inginkan.


Tentu saja.


Tapi itu tidak ada hubungannya dengan penggelapan.


Untuk sesaat, harga buku terlintas di benaknya, tapi ada hal-hal lain juga.


"Aku tidak akan melakukan hal-hal tercela seperti itu. Itu sama seperti menyerah pada hidupku."


"Haha, kau tidak akan berbicara sejujurnya saat gadis kecil ini hadir di sini, kan? Tenang, dia tidak bisa melakukan apa-apa."


"Mu ..."


Altina cemberut, dan menyerehakan pada Regis untuk menyelesaikan masalah ini.


"Aku pikir, aku telah salah paham, Sir Jerome."


"Apa katamu?"


"... Tidak peduli siapapun yang ada di sini. Jika kau tanya alasannya, maka jawabannya adalah: semua orang harus memutuskan cara untuk menjalani hidupnya sendiri."


"Haha, kau meniru pendeta?"


"Tidak, ini adalah masalah keuntungan dan kehilangan sosial - jika seseorang melakukan hal-hal buruk, orang lain akan harus menanggung kesulitan itu. Ini menciptakan perasaan bersalah yang dalam. Mereka yang mendapatkan keuntungan melalui cara-cara terlarang tidak bisa lepas dari rasa bersalah ini. Tidak peduli seberapa baik kehidupanmu, hatimu akan tetap suram. Itu adalah suatu kehidupan yang tragis ... "


Jerome terdiam.


Altina mendengarkan dengan serius.


Regis melanjutkan:


"- Orang-orang yang mendapatkan keuntungan secara jujur dapat menikmati hasil kerja mereka walaupun itu hanya sedikit. Tapi mereka yang melakukan hal-hal buruk akan membawa rasa bersalah ini tidak peduli seberapa mewah gaya hidup mereka. Aku ingin bertanya pada Sir Jerome, yang mendengarkanku dengan sabar, sisi mana yang menurutmu yang akan mendapatkan kebahagiaan sejati? "


"..."


Jerome mengeratkan giginya dengan keras.


Tatapannya menusuk Regis seperti tombak.


Tatapan ini mengingatkan orang pada makhluk mitos yang bisa mengubah manusia menjadi batu hanya dengan satu tatapan.


Seakan jantung Regis telah berhenti berdetak. Dia menahan keinginan untuk melarikan diri dan berdiri tegak.


Altina melotot ke arah Jerome.


"Sir Jerome, bisakah kau menjawabnya?"


"Cih ... Ceramah yang membosankan ini membuat bir terasa hambar."


Dia melemparkan botol itu ke samping.


Pada saat yang sama, ia meraih garpu rumput yang berada dalam tumpukan jerami. Itu alat pertanian seperti garpu, dan dimaksudkan untuk mengatur jerami bagi kuda.


Garpu rumput itu seperti tombak bercabang tiga di tangan Jerome.


Setelah suara angin yang tiba-tiba berlalu.


Apel di udara tertikam di depan mata Regis.


Ujung logam tajam menunjuk ke arah hidung Regis.


"Wah!?"


"Kukuku ... Kau mengatakan banyak kata-kata yang mengesankan, tetapi itu saja!"


Regis hanya bisa bertahan walaupun itu tidak menyelesaikan masalah. Perbedaan dalam kekuatan terlalu besar. Jerome bisa membunuh Regis bahkan tanpa garpu rumput sekalipun.


Punggungnya basah oleh keringat dingin.


- Apakah dia salah menilai Jerome? Meskipun sikap Jerome begitu kasar dan keras, Regis memutuskan untuk memperlakukan dia sebagai seseorang yang bisa diajak berkomunikasi. Tapi itu berdasarkan hanya beberapa kalimat. Jerome seharusnya bukan tipe orang yang menggunakan kekerasan tanpa sebab. Jika demikian, mengapa ia bertindak seperti ini?


Dalam pikirannya, Regis membalik-balik buku-buku yang telah dibacanya.


Dia memiliki beberapa teori, tetapi saat ia bertanya-tanya apa yang harus dilakukan, Altina bergerak.


Gadis itu berdiri di depannya seperti perisai. Tangan kirinya menghalau garpu rumput sambil tangan kanannya bertumpu pada gagang pedangnya.


"Jangan bertindak seperti anak kecil, Sir Jerome! Janganlah menggunakan kekerasan hanya karena kau kalah berargumen."


"Kau pikir aku kalah?! Apa kau memperlakukanku seperti seorang pecundang?!"


Jerome memutar garpu rumputnya.


Suara angin menggema di dalam ruangan.


Ujung yang tajam mengarah pada dada Altina.


Dengan suara berderik, sesuatu yang putih terbang ke udara.


Itu adalah salah satu kancing Altina.


Altina mengerutkan kening.


"Mu ..."


"Kukuku ... begitulah gadis kecil ... Kau akan mati jika ini adalah medan perang.


"Jika kau memiliki niat membunuh, maka sudah pasti......"


"... Huuu."


Keduanya saling menatap, tidak bergerak sepanjang waktu.


"Apa kau mencoba untuk mengintimidasiku dengan trik seperti ini?"


"Hmmp ... Dasar perempuan berisik."


Meskipun Jerome mengintimidasi Altina, ia tidak menyakitinya.


Regis mengamati diam-diam.


- Dia bukan orang yang akan menyakiti seorang gadis kecil karena emosi tinggi. Jika dia memiliki karakter seperti itu, mereka pasti telah saling bertarung. Dia mungkin mengayunkan garpu rumput dengan keras, tapi dia masih berbicara kepada kami dengan kepala dingin.


Jika ia khawatir dengan reputasinya, Jerome akan mencoba untuk menyembunyikan fakta bahwa ia bolos kerja dan mabuk-mabukan pada jam kerja. Jika dia melakukan korupsi, dia akan menutupi penggelapan dana tersebut.


Tapi dia tidak.


Apakah dia tidak peduli tentang apa pun? Mungkin saja ini benar, mengingat keadaan Jerome saat ini ... Tapi kalau dia benar-benar berpikir bahwa ini bukanlah hal yang penting, maka ia sudah mengakhiri pembicaraan ini sejak tadi.


Pasti ada alasan mengapa dia menyebutkan kata “berisik”.


"Apakah kau mengujiku?"


"Cih!"


Jerome menyipitkan matanya.


Regis merumuskan rencananya.


Alih-alih mencari tahu motif Margrave yang sebenarnya, dia malah berpikir bahwa menyelesaikan tujuan utama adalah prioritas. Mereka telah menemukan peluang, tapi belum mengungkapkannya.


Dia menenangkan detak jantung dan napasnya.


"Yang mulia... Aku telah selesai dengan pertanyaanku. Aku mengerti mengapa benteng ini tidak membutuhkan perwira admin."


"Aku mengerti. Aku tidak datang ke sini untuk mendapatkan musuh."


Altina mengangguk.


Jerome tampak terkejut.


"Apa ada sesuatu yang lain? Kau ingin memintaku untuk melakukan sesuatu?"


"Ini tentang para bandit. Aku pikir cara yang kita lakukan sekarang tidaklah efektif. Kita harus mencari cara lain. Oleh karena itu, aku ingin mengaktifkan beberapa tentara."


"Cara lain kau bilang?"


"Itu sebabnya kami mencarimu, Sir Jerome."


"... Keh, tidak ada gunanya."


"Apa yang tidak berguna?"


"Aku tidak tahu cerita apa yang perwira admin itu katakan, tetapi itu hanya teori di atas kertas. Aku bertanya-tanya apa yang akan kau rencanakan, jadi kau ingin menangkap para bandit! Biarkan saja mereka! Para pedagang juga tidak banyak merugi!"


"Apa yang kau katakan? Melindungi warga sipil adalah tugas dari militer!"


"Jangan terus mengomel tentang idealisme, gadis kecil. Para prajurit di benteng tidak mungkin berhasil. Jangan mengeluarkan perintah untuk menyiksa mereka!"


Jerome membuang garpu rumput dan berbalik pergi.


Altina menjauhkan tangannya dari gagang pedang.


Dia tidak menarik pedangnya sampai saat ini . Dia mungkin terintimidasi oleh lawan dan tidak bisa bertindak... Tapi setelah Regis mengamatinya, bukan itu yang sebenarnya terjadi.


Altina menghentikan Jerome yang beranjak pergi.


"Kemana kau pergi?"


"Ke kota. Aku ingin bermain di kasino untuk menyegarkan diri."


"Begitu kah... Kalau begitu perintahkan para prajurit untuk mendengarkan perintahku terlebih dulu."


"Aku menolak. Aku tidak ingin para pasukan menyia-nyiakan usaha mereka."


"Ini bukan usaha yang sia-sia!"


"Kuhahaha! Ini sia-sia, buang-buang waktu! Aku yakin mereka pasti tidak dapat menemukan para bandit!"


"Tidak, tidak mungkin... Aku punya ahli strategi disini!"


Eksptesai Altina semakin berat. Wajah Regis terlihat pucat.


"Hmmp, apa kau menguji perwira admin ini? Kalau begitu aku tidak akan meminjamkanmu pasukan!"


"Jangan memutuskan seenaknya, dengarkan rencananya dulu!"


Jerome akan pergi ke kota jika Regis tinggal diam. Jika semua berjalan buruk, mungkin ini bisa mengakibatkan pertumpahan darah.


Tidak ada cara lain.


Sejujurnya, ia tidak menyukai memainkan peran sebagai taktisi.


- Tapi sudah waktunya untuk bekerja.


Regis terdiam sejauh ini, tapi sekarang dia ikut ambil bagian dalam dialog ini.


"Sir Jerome kehabisan ide, dan dia hanya berjalan-jalan di malam hari. Tapi para prajurit harus berpatroli di malam hari. Mereka begitu menyedihkan."


"Apa yang kau katakan? Aku kehabisan ide? Para prajurit menyedihkan? Kau pikir mereka menyedihkan karena menjadi bawahanku? Kau menghinaku dengan kata-katamu, tolol ... Coba katakan itu lagi, aku akan mematahkan leher tipismu itu. "


Kuda-kuda di kandang juga meringkik gelisah.


Jerome terlihat menakutkan di matanya.


Aura mengintimidasi membuatnya tampak seperti orang yang berbeda.


Apakah ini murka? Niat membunuh? Aura setan?


Pokoknya, Regis sekarang tahu bahwa Jerome hanya bermain-main ketika ia memutar-mutar garpu rumput tadi.


Altina menahan pria yang mendekati Regis.


"Hentikan, Sir Jerome!"


"Hmmp! Ini adalah lini depan. Dua orang mati bukan masalah besar."


"Jika kau serius, Aku juga akan ..."


Regis menegur dirinya sendiri.


- Jangan terintimidasi oleh auranya! Berhenti gemetar!


Teknik berpedang Regis sangatlah buruk, ia juga tidak bisa menunggang kuda dan tidak berguna dalam perkelahian, namun ia tidak boleh takut dan membeku di tempat.


"Sir Jerome ... Aku punya banyak cara untuk menangkap para bandit. Jika kau tidak menggunakan rencana ini dan bersikeras melakukan patroli yang sudah terbukti tidak efektif, bukankah itu berarti prajurit memang menyedihkan?"


"... Hmmp ... Kukuku ... Kau mengklaim bahwa dirimu memiliki metode yang tak ada habisnya?"


"Benar."


Jerome mendekat dengan cepat. Aura berbahaya menghilang secara tiba-tiba - itulah yang Regis rasakan tapi ia dicengkram dengan keras sesaat berikutnya.


"Kau tolol! Apa kau berani bertaruh nyawamu karena kau yakin rencana itu akan berhasil?"


Altina melangkah di antara Regis dan Jerome, kemudian memisahkan mereka.


"Hentikan perilaku kasarmu!"


"Hmmp!"


"Uhuk uhuk..."


Altina memeriksa Regis.


"Apakah kau baik-baik saja?"


"... Sepertinya aku memang bukanlah seorang taktisi yang sanggup memenuhi harapanmu. Tapi tidak ada masalah untuk isu ini. Aku sudah bisa melihat akhirnya."


                                                             ***


Para prajurit berkumpul di alun-alun atas perintah Jerome.


600 tentara telah berkumpul untuk saat ini.


Regis berdiri di depan para prajurit bersama Altina dan Jerome di sampingnya.


"Hmmp ... Apakah ini semua cukup? Tidak ada kavaleri, hanya infantri di sini."


"Ya, misi ini tidak memerlukan kavaleri ... Tapi untuk mengumpulkan pasukan hanya dengan sekali perintah ... Aku belum pernah melihat kedisiplinan, pelatihan dan kekuatan komando seperti ini pada unit dimana aku bertugas."


"Berhenti dengan sanjungan tak berguna, kau menganggap ini terlalu santai. Itu sebabnya perwira admin tidak populer."


"Be, begitu kah?"


Pujian tadi adalah kata-kata tulus dari Regis.


Jerome adalah seorang perwira berpangkat jenderal yang suka mabuk-mabukan pada siang hari dan membiarkan pasukannya patroli tanpa rencana. Regis mengkhawatirkan reputasi Jerome di mata para prajurit, tapi sepertinya itu tidak perlu.


Apakah itu karena ketenarannya dari tindakan heroiknya di masa lalu, atau keterampilan tempurnya yang kuat? Dari cara dia peduli terhadap prajuritnya, Jerome mempertahankan kemampuan komando yang luar biasa.


Altina bergumam lirih.


"Bukankah karena Jerome akan melakukan hal-hal mengerikan sehingga para bawahan tidak lagi mendengarkannya?"


"Haha..."


Itu seperti menjinakkan hewan - pikir Regis, tapi dia tidak menjawab.


Jerome yang menakutkan memelototi mereka.


"Hei, kau mengerti? Kau akan kehilangan nyawamu jika kau mengacaukannya. Aku akan menempatkanmu di posisi paling depan selama serangan orang barbar yang akan datang nanti. Itu adalah posisi kehormatan, jadi korbankan dirimu dengan mulia."


Garda depan dari kelompok penyerang adalah tempat bagi mereka yang percaya diri pada keterampilan tempur mereka.


Para prajurit terkuat akan bentrok dengan musuh terlebih dahulu.


Orang lemah seperti Regis mungkin tidak akan sanggup bersaing dengan kecepatan tim penyerang, lantas jatuh dan terinjak sampai mati.


"Sungguh menakutkan ... Omong-omong, bagaimana jika rencana ini berhasil?"


"Kukuku ... Sungguh berani. Aku akan mengakuimu jika kau berhasil, dan aku juga akan membiarkanmu hidup."


"Hadiah yang sangat menarik."


Dengan demikian - Regis mulai melakukan pengarahan rencana pertempuran untuk para tentara.


Cukup mudah untuk memahami rencana ini.


Regis berpikir bahwa rencana yang terlalu rumit akan gagal sebelum dijalankan. Rencana sederhana adalah taktik terbaik ketika kau menangani prajurit dalam jumlah besar.


Penjelasan usai.


Mereka mestinya mampu memahami.


Tapi para prajurit terlihat kebingungan setelah memahami rencana tersebut.


"Jadi rencananya adalah ... Kami harus meniru karavan?"


"Ya. Lebih tepatnya, adalah untuk menyamarkan diri kita menjadi seperti karavan, bukan meniru mereka."


"Kami tidak pernah mendengar tentang rencana seperti ini sebelumnya!"


"Mari kita berharap bahwa para bandit juga belum pernah mendengar tentang rencana seperti ini. Tolong tarik gerobak dan kereta, kemudian berjalanlah bersama kuda-kuda kalian. Jangan memakai armor lengkap, hanya pakai senjata ringan yang dapat disembunyikan di balik pakaianmu. Itu adalah kerugian selama pertempuran. Tapi itu seharusnya tidak masalah jika lawan adalah para bandit - kalian bisa mengalahkan mereka kan? "


Jerome menjawab pertanyaan Regis dengan keras.


"Pasti! Armor hanya untuk pertunjukan. Aku tidak akan membiarkan kalian kabur bahkan jika kalian harus bertarung dengan tangan kosong. Jika ada yang berani menyebutkan kemungkinan kalah, aku akan mencekik leher mereka dan mengirimnya pulang dalam peti mati. Ayo maju jika kalian ingin mencoba!"


"Ya Pak! Kami pasti menang Pak!!"


Para prajurit menjawab serempak.


Sebuah suara yang sepertinya bisa diandalkan.


Regis tidak pernah merasakan suasana seperti ini selama penugasannya dalam satuan Marquis Tennessee. Para prajurit menghabiskan waktu mereka menjaga ibukota kekaisaran atau kediaman bangsawan, sehingga memberikan kesan penampilan yang elegan.


Tampaknya sebagian besar dari mereka disewa oleh bangsawan lain setelah kematian Marquis.


Apakah mereka bekerja keras di unit baru mereka?


Pikiran Regis melayang ke arah rumah, ia pun menggelengkan kepalanya, kemudian fokus pada tugas di hadapannya.


Dia harus menjelaskan pada mereka perintah secara detil.


"Intinya adalah membuat semua orang terlihat seperti karavan normal. Kita harus mengangkut peti kayu, agar mereka mengira bahwa kita sedang membawa benda-benda berharga. Jika kuda berjalan terlalu cepat, maka itu akan mencurigakan, karena mereka mengira bahwa kita membawa benda ringan. Jadi, tolong isi dengan sesuatu, bahkan batu-batu juga tidak masalah. Letakkan senjata di bagasi. "


Ada beberapa tentara yang lebih mengedepankan reputasi mereka. Ksatria yang merupakan aristokrat tidak hadir, tapi masih ada berbagai macam orang di antara pasukan.


"Tidak dapat diterima! Bukankah ini sama saja dengan meminta kami bertindak seperti pekerja transportasi! Bagaimana bisa bagi kami prajurit yang menyandang kemuliaan kekaisaran dapat menerima ini!?"


"Yah ... Aku tidak memaksa kalian semua untuk berpartisipasi ... Tapi dibandingkan dengan tentara yang berpakaian plente, aku lebih memilih prajurit yang membawa perdamaian dengan menyamarkan diri mereka sendiri. Mana yang kalian pikir lebih memiliki kebanggaan dan kemuliaan?"


"Ugh ... Mu ... Tidak, tapi ..."


"Ini adalah konsep yang sama seperti bersembunyi dan menunggu kesempatan selama penyergapan. Setelah menyembunyikan diri, apakah mulia jika kau mengumumkan namamu dengan lantang?"


Jerome menjawab untuk para prajurit yang terdiam:


"Jangan berani berpikir tentang hal itu. Setiap idiot yang mengekspos dirinya selama penyergapan akan dibungkam olehku. Dengan tombak menembus jantungnya!"


"Aku mengerti, mati tanpa mengetahui sebab adalah tindakan mulia."


Tidak ada lagi protes. Jika Jerome ingin melakukannya, para pasukan tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti.


Altina bertanya:


"Terus? Bagaimana denganku?"


"Hah?"


"Menyamar sebagai sopir karavan lagi?


"... Yang Mulia, rambut dan matamu terlalu menonjol, jadi harap tunggu di sini."


"Apa? Kau ingin aku tinggal di sini?!"


"Ya ... Ah, tidak ..."


"Jadi yang mana?"


"Aku tidak ingin para bandit tahu perubahan rencana kita, jadi tolong lanjutkan patrolimu, tuan putri."


"Eh ... Kau ingin aku melakukan patroli meskipun kau tahu itu sia-sia?"


"Ya. Tolong pertimbangkan itu sebagai patroli rutin untuk menjaga perubahan rahasia. Aku juga tidak ingin warga berpikir bahwa pihak militer bermalas-malasan."


"Ugugu ... aku mengerti ..."


Dia mengerti, tapi Altina merasa depresi karena perannya tidak seperti yang ia harapkan.


Para prajurit menyelesaikan persiapan mereka dan berangkat dari Benteng Sierck.


Dengan ini, beberapa karavan samaran bergulir di jalanan.


Sekitar seminggu kemudian, usaha mereka terbayar.


Meskipun awalnya Jerome skeptis akan rencana pertempuran ini, tak disangka ia ikut menyamar dan bergabung.


Dia mungkin memiliki pertimbangan sendiri.


Dia menyamar sebagai pekerja transportasi, mendorong gerobak yang sarat dengan muatan.


Dan untungnya (bagi kubu lawan tentu saja mereka menganggapnya sebagai suatu kesialan) para bandit menyerang karavannya.


Seperti yang Regis rencaanakan.


Para bandit tampak seperti tentara bayaran yang sedang mengalami masa-masa sulit.


"Kuhaha! Serahkan kargomu! Aku akan membunuhmu dengan cepat jika kau melakukan apa yang kukatakan!"


Para bandit menyeringai.


Sebuah tombak menerjang ke depan.


Tapi ujung tombak dihentikan oleh seorang pria dengan jari-jarinya. Dia tampak seperti seorang pekerja transportasi.


"Melakukan seenaknya sendiri di daerahku ... Dasar kau hama sialan!!"


Para bandit menatap dengan mata terbelalak.


Si pekerja transportasi adalah sang 'pahlawan Erstein', yaitu black knight Jerome.


Para pekerja lainnya menarik pedang mereka dari bagasi.


Pada saat yang sama, seseorang berteriak dengan putus asa.


Itu adalah sebuah pembantaian.


Itu bahkan tidak layak didefinisikan sebagai suatu pertarungan.


Jerome dan anak buahnya kembali dari Tuonvell dengan kemenangan yang disambut sorak-sorai oleh orang-orang kota.


Malam itu-


"Kuhaha! Aku mengizinkannya! Minumlah sampai kau puas, makanlah sampai kau senang!"


Jerome tertawa sembari membawa botol di tangannya.


Para perwira yang memegang kunci berkumpul di ruang makan perwira, dan mereka bersulang.


Altina berpartisipasi juga. Tapi dia tidak memiliki kinerja yang signifikan, sehingga ia duduk di ujung meja. Tapi dia benar-benar senang bahwa rencana tersebut berhasil.


Bagi yang lain, komandan ksatria Evrard hadir. Ia tidak terganggu dengan gelar bangsawannya, bahkan dia memberikan bantuan secara aktif sebagai anggota yang menyamar.


Pesta berlanjut.


Orang-orang kuat itu tertawa, berteriak dan mengobrol.


Para prajurit yang mengambil bagian dalam rencana itu mungkin berbicara tentang eksploitasi mereka di alun-alun.


Sebagai bintara, Regis seharusnya bergabung dengan pesta di alun-alun.


Tapi rencana itu diusulkan olehnya, jadi dia diundang ke ruang makan perwira.


Dan ia duduk di meja milik Jerome dan tim inti. Tapi Regis merasa seperti anak anjing yang tersesat di antara serigala.


Dia merasa tidak nyaman.


Jerome berteriak marah.


"Hei, Regis!!"


"Eh ... Anda memanggilku?"


"Kau adalah satu-satunya yang bernama Regis di resimenku!"


"Ah, Aku mengerti ... Omong-omong, Aku adalah bawahan tuan putri dalam..."


Altina yang duduk di sampingnya mengangguk dengan hati-hati.


"Berisik, diam."


"..."


Seperti biasa, dia mengatakan hal yang tidak masuk akal.


"Hei Regis ... Bagaimana kau bisa merencanakan ini?"


Aku lebih memilih untuk tutup mulut karena kau bertanya, pikiran kekanak-kanakan terlintas di benak Regis. Tapi dia benar-benar akan mati jika dia mengatakan lelucon seperti itu. Dia memutuskan untuk tidak mempertaruhkan hidupnya pada lelucon ini.


"... Karena sebelumnya aku membaca tentang hal itu pada sebuah buku."


"Hah ... Ada sebuah buku tentang cara menangkap bandit?"


"Tidak, Aku belum melihat adanya laporan yang menyatakan penggunaan metode tersebut. Mereka menulis laporan pertempuran, lantas meninggalkannya untuk generasi mendatang. Sepertinya merekalah orang-orang yang berpikir tentang rencana tidak lazim tersebut. Buku yang menginspirasiku adalah tentang bajak laut. Para perompak menyamarkan kapal mereka, sehingga terlihat seperti sebuah kapal dagang. Kapal-kapal lain atau pelabuhan kecil menjadi terlena sebelum akhirnya para perompak menyerang. Ada banyak cerita yang membahas tentang muslihat melalui penyamaran. Itu mungkin adalah cerita yang sudah kuno, tapi hal-hal yang klasik sangatlah..."


"Diam."


"Ugu ..."


Regis sering kali berbicara tentang buku, dan ia terus berceloteh tanpa sadar.


Jerome hanya bisa termenung.


Si pelayan Clarisse meletakkan piring penuh dengan potongan daging tebal.


"..."


Dia benar-benar pendiam sekarang, dan bahkan tidak tersenyum.


Para pria kekar bersorak ketika dia meletakkan piring.


Altina mengatakan "Terima kasih, Clarisse" dan dia membalasnya dengan membungkuk, sebelum akhirnya kembali ke dapur.


Apakah itu seorang pelayan yang hanya berpenampilan mirip seperti Clarisse – Regis pun meragukan matanya sendiri.


Jerome meneguk anggur.


"Hmmp ... Lupakan. Aku akan membalas mereka yang berguna dengan adil. Tidak peduli seberapa banyak dia membuatku kesal. Atau, walaupun ia hanyalah seorang perwira admin."


Regis pikir, dia seharusnya bahagia.


Tapi dia merasa seolah-olah ia sedang diceramahi.


"Hei Regis! Kau tidak hanya memiliki satu trik, kan? Jika kau tidak bisa memikirkan ide-ide lebih banyak, maka kau hanya akan menjadi ayam yang tidak bisa bertelur."


"Ah ... Maksudmu rencana? Memikirkan ide adalah suatu hal yang sangat situasional ..."


"Bisakah ayam bertelur ketika turun salju?"


"Aku berpikir tak seorang pun akan membunuh ayam yang bertelur selama cuaca baik."


"Kuhaha! Sepertinya pemikiranmu cukup ruwet. Baiklah, aku mengakuimu! Kau boleh hidup."


"Begitukah... Terima kasih."


Jerome tidak menggubris Regis setelah itu.


Regis tidak bisa menebak makna di balik kata-katanya.


Namun para perwira yang selama ini mengabaikannya, kini mulai berbicara kepada Regis sambil membawa gelas.


Tapi Altina kehilangan tempatnya di perjamuan, sehingga membuatnya kehilangan muka.


Regis akhirnya kembali ke kamarnya saat fajar.


Dia melepas pakaian, lantas menggantungnya di belakang kursi.


"Ini adalah malam yang sangat panjang."


Regis merasa bahwa rambutnya pun bau. Bau itu mungkin tidak akan hilang tanpa menyekanya dengan kain basah.


"Erm ~ ... baik ... Aku akan mandi setelah bangun ... Lagi pula aku tidak bisa tidur lama-lama dalam keadaan seperti ini."


Dia bergumam pada dirinya sendiri sembari menguap dan berbaring di tempat tidurnya.


Regis menutup matanya.


Dan seseorang segera mengetuk pintu kayu kamarnya. Ketukan Itu tidak begitu keras.


Siapa itu?


Tapi dia benar-benar ingin tidur.


Pintu tidak terkunci; akan lebih mudah jika mereka bersedia untuk masuk sendiri.


Bangun dan membuka pintu, atau melanjutkan tidur? Saat Regis sedang memikirkan ini, suara ketukan mulai lagi.


Dia tidak punya pilihan.


Regis bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu sebelum ketukan ketiga terdengar.


Seorang gadis dengan rambut merah berdiri di depan pintu.


Regis bertanya-tanya apakah dia sedang bermimpi.


Dia mengenakan gaun one piece selama pesta perayaan, tapi armornya dan sarung tangannya tidak dipakai. Jika ia mengetuk sembari memakai peralatannya, maka suara keras akan terdengar.


"... Erm ... Malam Regis. Atau haruskah aku katakan pagi?"


"Altina ... Apa aku bermimpi?"


"Aku pikir tidak. Boleh aku masuk ...?"


Dia melihat ke kedua sisi koridor.


Regis tidak tahu alasan dibalik kunjungannya, tapi dia juga tidak punya alasan untuk mengusirnya. Dengan begitu, Regis mengantarnya masuk.


"Apa yang terjadi? Ini larut malam. Tidak, maksudku pagi."


"Sudah mulai tenang sekarang. Kita bisa bicara nanti jika kau ingin tidur... Karena ini adalah sesuatu yang penting."


"Tidak masalah. Aku tadinya memang mengantuk, tapi kejutan karena kedatanganmu membuatku kembali terjaga."


"Ya, inilah Regis yang seperti biasa. Kau masih saja mengatakan berbagai hal secara rasional, dan berbelit-belit."


"Apakah kau datang untuk memperbaiki sifatku?"


"Bukan itu ... Jika kau mabuk dan mengigau, maka aku akan kesusahan."


"Aku tidak minum banyak sehingga aku baik-baik saja. Apa yang kau maksud dengan sesuatu yang penting?"


"... Regis, kau ingat percakapan kita di karavan waktu itu? Hal-hal yang kita bahas ketika pertama kali bertemu."


"Apa kau ingin menangkapku karena merendahkan kaisar?"


"Aku tidak bercanda, oke?"


Beberapa sinar matahari masuk ke dalam ruangan melalui jendela. Cahaya pagi yang samar terpantul dari mata merahnya, dan itu semakin menegaskan bahwa sikapnya sangatlah serius.


Regis menggeser sebuah kursi ke sisi tempat tidur. Tidak ada kursi untuk tamu di sini, jadi dia mempersilahkan Altina duduk di kursi sementara ia duduk di tempat tidur.


"... Apa ini tidak masalah?"


"Terima kasih."


Mengingat status sosial mereka sebagai putri dan orang biasa, Regis tidak seharusnya duduk di tempat tidur. Tapi Altina tidak membangun hubungan seperti itu dengan Regis. Itu sebabnya dia bahkan tidak membawa pelayan bersamanya pada kunjungan ini.


Seorang wanita menyelinap ke kamar pria - Sebuah kejadian umum pada novel fiksi populer di ibukota kekaisaran. Adegan selanjutnya hanya bisa dilakukan setelah memastikan bahwa tidak ada orang lain di sekitar.


Regis memandang Altina dengan serius.


Altina membelai wajahnya.


"Hmm? Ada apa Regis? Ada sesuatu di wajahku?"


"... Tidak, aku sedang memikirkan sesuatu yang bodoh, aku sedang membuang itu jauh-jauh dari pikiranku."


"Yah, mungkin tebakanmu benar?"


"Apa katamu?!"


"Katakan apa yang kau pikirkan?"


"Tidak, itu ... semacam hal yang ... buruk, dan ... Kau masih di bawah umur ..."


"Ini tidak ada hubungannya dengan usia. Aku serius."


"Ha?!"


"Aku telah memutuskan. Tidak peduli seberapa besar halangannya... Walaupun aku masih belum pantas. Aku masih ingin melakukannya."


"Me, melakukan apa?"


Jantung Regis berdegup tak karuan.


Jantungnya berpacu bagaikan kuda.


Altina bingung, tapi ia tetap melanjutkan kalimatnya.


"Waktu kita berada di karavan yang terhenti, kau mengatakan - bangsawan terus melakukan perang yang tak berarti, menyia-nyiakan hidup dan sumber daya dari warga."


"Jadi aku memang salah ya!! Ya kau benar!! Jadi itu tentang politik. Aku ingat semua yang aku katakan."


"Apakah yang kau katakan tidak benar?"


"Tidak."


Dia akhirnya mengerti apa yang Altina ingin diskusikan dengannya.


Regis menenangkan dirinya, mengangguk dan berfokus pada diskusi.


"Apakah kau masih merasa frustrasi terhadap para bangsawan?"


"Tentu saja. Orang barbar akan ragu-ragu untuk menyerang benteng ini, karena keberadaan Pahlawan Jerome, namun situasi di tempat-tempat lain lebih buruk. Kehilangan wilayah melalui pertempuran, mendapatkannya kembali melalui kampanye perang, dan korban semakin meningkat. Setengah dari teman sekelasku di akademi yang bertugas di garis depan telah tewas saat bertugas. Mereka semua orang hebat... "


Pasti ada sesuatu yang salah dengan arah berkembangnya kekaisaran.


"... Aku juga tidak berpikir bahwa kekaisaran melakukan tindakan yang benar. Keluarga kekaisaran dan bangsawan yang harusnya bekerja untuk membuat bangsa ini lebih baik, malah terlibat dalam perebutan kekuasaan yang menjijikan."


"Benar. Aku merasa lebih baik setelah mendengar itu dari keluarga kekaisaran sepertimu..."


"Eh, mengapa begitu?"


"Di bawah sistem saat ini, sulit bagi aspirasi masyarakat untuk diterapkan dalam kebijakan negara. Beberapa negara tampaknya menggunakan sistem voting nasional untuk menentukan kebijakan penting dari negara mereka..."


"Itu sistem yang menarik... Apakah kau pikir, akan lebih baik bagi kekaisaran untuk mengadopsi sistem ini?"


"Tidak, itu masih terlalu dini. Bagi masyarakat yang tidak memiliki pengetahuan penting pada masalah hukum, militer, dan ekonomi untuk memiliki hak suara, ada kemungkinan tinggi mereka akan menuntun negara ke jalan yang salah. Kau tidak dapat melakukan politik di dalam bar."


"Hal ini meresahkan memang."


"Itu sebabnya jika seseorang dengan status yang tinggi seperti keluarga kekaisaran bersedia untuk membimbing bangsa ke jalan yang benar, masyarakat akan merasa berterima kasih."


"Apa kau benar-benar berpikir begitu?"


"Bagi kebanyakan orang, mereka tak pernah berpikir bahwa keluaraga kekaisaran sepertimu memiliki pendapat demikian."


Bagi Altina, hal-hal seperti itu adalah normal, tapi itu adalah hal langka bagi keluarga kekaisaran. Bagi mereka kalangan atas, mereka biasanya menjauhkan diri dengan rasa superioritas dan menuntut perlakuan istimewa.


"Aku diberitahu oleh ibuku bagaimana kehidupan rakyat biasa."


"Selir kekaisaran Claudette adalah rakyat biasa. Mungkinkah dia telah mengusulkan perbaikan dalam kekaisaran?"


"Tidak, ibuku bukanlah seseorang yang akan memikirkan hal seperti itu. Walaupun dia mengalami hal yang menyedihkan atau kesulitan, ia akan menerima segala sesuatu tanpa keluhan atau ambisi. Dia adalah orang normal yang tidak bergerak untuk keinginannya sendiri."


"Itu memang normal..."


Kekaisaran terbentuk karena sebagian besar warga tidak protes tentang ketimpangan sistem aristokrat.


Altina tampak murung.


Dia mengepalkan tangan di atas lututnya erat-erat.


"Aku ingin mengubah kekaisaran ... Tapi jika ini berlangsung ... Ini akan berakhir tanpa mencapai apa-apa ..."


Dia membisikkan nama pria itu dari mulutnya.


Pangeran kedua Latreille.


"Pendukungnya kuat ... Dalam waktu dekat, pangeran pertama Auguste mungkin akan dipaksa menyerahkan posisinya sebagai putra mahkota."


"Ya, jika perkembangan saat ini terus berlanjut."


"Dan orang itu akan menjadi kaisar. Jika itu terjadi, orang itu akan memutuskan masa depanku ... Orang itu tidak akan membuat kesalahan, dan memberikan setiap kebebasan atau kekuasaan untuk keluarga kekaisaran. Dia pasti akan menikahkanku dengan salah satu klan besar dari faksi ratu."


"... Itu benar-benar mungkin terjadi."


Altina sudah melihat masa depannya sendiri.


Sangat disesalkan, tapi dia mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk mengekspresikan pandangannya tentang situasi kekaisaran saat ini.


"Aku akan menjalani kehidupan seperti penjara sejak saat itu."


Altina mengertakkan giginya.


Dia berharap kekaisaran berubah. Tapi dia akan kehilangan kebebasannya jika Pangeran Latreille berhasil naik takhta.


Regis menggeleng.


"Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Karena aku merasa frustrasi juga... Tapi meskipun demikian, apa yang bisa kita lakukan? Rakyat jelata hanya memiliki gaya hidup rakyat jelata. Hal yang sama berlaku untuk putri keempat."


"Kau benar. Semuanya telah diputuskan oleh orang lain ... Aku tidak bisa melakukan apapun jika aku terus menunggu."


"Ya, memang seperti itu."


"Meskipun demikian ... Aku ingin mengubah kekaisaran. Aku tidak bisa berpangku tangan di sini, sembari menunggu dilemparkan ke dalam sel penjara."


Regis menenangkan semangat Altina.


"Tunggu, Altina ... Latreille menjadi kaisar dan masa depanmu ditentukan oleh arus kuat yang dikenal sebagai kekaisaran. Apakah kau ... berencana untuk melawan arus ini?"


"... Jika diperlukan."


Nadanya tenang tapi semangat masih berkobar di dalam hatinya.


Regis mulai gemetar.


"Itu terlalu sembrono. Terlalu bersemangat kadang-kadang akan membuat pandanganmu menjadi sempit... Kau bisa kehilangan nyawamu karena ini."


Tapi mata merah Altina tidak menunjukkan tanda keraguan.


Ekspresinya memberitahu Regis bahwa ia telah memantapkan dirinya.


"Merevolusi kekaisaran. Itu adalah tujuan yang menopang keinginanku untuk tetap hidup. Jika aku menyerah, itu sama seperti menyerah pada hidupku."


"Ah..."


Regis tersentak.


Dia tidak berharap untuk mendengar kata-kata yang pernah diucapkannya di masa lalu.


Mengapa Altina menganggap Regis sebagai orang kepercayaan?


Regis merasa bahwa ia akhirnya mengerti.


"Aku hanya bisa mewujudkan perasaanku melalui tindakan."


"Jangan memutuskan terlalu cepat, Altina ... Kau harus lebih memikirkannya dengan baik..."


"Aku telah banyak berpikir tentang hal itu. Ada banyak warga yang menderita selama ini. Ada banyak hal yang aku butuhkan untuk merevolusi kekaisaran, namun elemen yang paling penting adalah waktu! Kita tak boleh menyia-nyiakan waktu lagi."


Regis melemaskan bahunya.


Dia tahu dengan jelas bahwa dia tidak bisa menghentikannya.


Dan ia merasa sangat sedih atas hal ini.


"Altina ... Kau benar-benar cerdas ... Kau bisa hidup bahagia jika kau sedikit leboh bodoh. Dengan kecantikan dan garis keturunanmu, pasanganmu akan menuangkan semua cintanya untukmu. Kau dapat terhibur oleh lagu-lagu indah, merasakan anggur yang menakjubkan, menonton opera, mengunjungi bukit di musim semi, sungai di musim panas, hutan di musim gugur dan tinggal di dalam kastil di musim dingin. Kau dapat menghiasi diri dengan perhiasan favoritmu, memakai gaun yang indah, dan menikmati kehidupan seorang bangsawan wanita dengan apa pun yang kau inginkan."


"Tidak peduli seberapa mewah hidupku, Aku tidak bisa lepas dari rasa bersalah atas politik yang mengeksploitasi masyarakat."


"Ha ... aku mengatakan sesuatu seperti itu juga ..."


"Keraguan dalam hatiku terjawab olehmu."


"Aku benar-benar ... yang terburuk. 'Pengetahuan tidak akan membawa kebahagiaan' -. Itu adalah sebuah kalimat dari buku favoritku."


Regis tidak bisa melakukan apapun selain menatapnya.


Kebulatan tekad di wajah Altina begitu indah dan murah hati menunjukkan tekad di hatinya.


"Aku membutuhkan kebijaksanaanmu jika aku menjadi kaisar."


Regis lupa bernapas saat sosok sang putri dengan rambut dan mata merah tua memenuhi pandangannya.


Ini adalah kata-kata yang berat bagi seorang gadis berusia 14 tahun.


Ada banyak kesulitan menunggu jika dia mengambil jalan ini.


Dia tahu tentang ini sejak awal, namun dia masih saja memilih untuk terus maju.


Kaisar pendiri Belgaria telah membangun kerajaan setelah mengalahkan semua suku barbar. Apakah orang-orang disekitarnya merasakan hal yang sama?


Jika tanganku memiliki kekuatan untuk mengubah dunia, Aku ingin memenuhi impiannya - Regis mengungkapkan itu dari lubuk hatinya.


"Tapi ... Altina ... Aku tidak berpikir aku memiliki bakat yang kau harapkan."


"Regis, aku mendengar rumor tentangmu tiga bulan yang lalu."


"Rumor? Apa yang mereka katakan?"


"Seorang ahli strategi yang intelektual dengan wawasan yang luas."


Siapa yang menyebarkan rumor ini?


Regis merasa begitu malu, sehingga membuatnya ingin bersembunyi dalam lubang.


"Rumor adalah hal-hal yang dilebih-lebihkan dari waktu ke waktu. Mereka mungkin keliru."


"Sisi lemah darimu juga tidak masalah. Setelah bertemu dan berbicara denganmu, aku yakin. Aku tidak bermaksud untuk memahami segala sesuatu tentangmu, tapi aku pikir kau bisa dipercaya. Baik itu kemampuanmu, karaktermu atau nilai-nilaimu."


"Itu terlalu sederhana ..."


"Tidak. Aku bahkan berpura-pura menjadi sopir karavan untuk mengetahui perasaanmu yang sebenarnya dan itu membutuhkan banyak usaha."


"Oh, benar."


"Itu sebabnya aku memiliki alasan untuk percaya padamu. Mempercayai orang lain bukanlah sesuatu yang membosankan, kan?"


"Apakah begitu?"


"Iya!"


"Erm ~ ... Tapi ... Tapi ..."


Regis tidak tahu harus berkata apa.


Keduanya terdiam.


Ruangan itu hening.


Keheningan itu dipecahkan oleh suara gedoran pintu.


Sebuah teriakan datang dari luar pada saat yang sama.


"Hei! Regis! Apa kau masih bangun!? Aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu!"


"Jerome mencariku…?!"


"Apa?!"


Wajah Altina berubah menjadi hijau. Dia baru saja membuat pengakuan yang akan mempengaruhi hidupnya sendiri. Segala macam kegelisahan tertumpuk dalam hatinya, tidak mungkin dia bisa segera tenang.


Regis mendekat pada Altina dan berbisik sehingga kata-katanya tidak akan terdengar dari luar.


"... Tenang Altina ... Sekarang sembunyilah."


"... Apakah dia mendengar ... apa yang kita katakan?!"


"... Dia tidak akan mengetuk jika ia dengar."


"... Oh."


"Bukan itu yang harus kau khawatirkan, hal yang lebih berbahaya akan terjadi jika orang lain tahu bahwa kita sedang berduaan pada jam segini."


"... Eh?"


"... Baiklah, tolong bersembunyi untuk saat ini."


"... Sembunyi, sembunyi di mana!? Tidak ada celah di antara rak-rak atau di bawah tempat tidur, yang bisa kugunakan sebagai tempat sembunyi."


"... Di,di mana saja tidak masalah."


Ketukan keras dan teriakkan terdengar lagi.


"Apa kau tidak di dalam!? Hei! Aku masuk oke!?"


"Hyaa ~ tunggu! Tunggu. Aku sedang berganti baju sekarang dan aku telanjang..."


"Hah! Tidak apa-apa. Aku tidak tertarik dengan tubuh kurusmu. Aku masuk!"


Pintu terbuka.


Ketika Jerome masuk, Regis berada di tempat tidur dengan bagian tubuh di bawah dada tertutup selimut.


"Ah ... maaf ... aku mudah malu..."


"Hmmp, terserah. Dengarkan saja, walaupun kau sedang berganti baju atau makan."


"Apakah begitu ... Ugu ..."


Sesuatu menggeliat di bawah selimut.


Kehangatan tubuh disalurkan melalui baju tipis.


"Hah ..."


Dia bisa merasakan hembusan napas.


Regis berbaring di tempat tidur sembari bersimbah keringat dingin.


Altina bersembunyi di bawah selimut.


Mereka sebisa mungkin menghindari kontak fisik, namun posisi itu telah berubah; Altina memeluk Regis dari sisi kiri. Sedangkan Jerome berada di sebelah kanan dari sudut pandangnya.


Altina melakukan ini untuk menyembunyikan dirinya.


Jantung Regis berdebar seperti drum.


Tangan kiri Altina berada pada perut Regis, tangan kanannya di bawah punggung Regis. Kepalanya terbenam pada sisi tubuh Regis. Altina pasti akan ketahuan jika seseorang mencurigai benjolan aneh pada selimut, sehingga Regis membuka sebuah buku besar dan meletakkannya di dadanya.


Meskipun posisi tubuhnya aneh-


Tapi Jerome tidak mengatakan apa-apa tentang benjolan selimut aneh tersebut.


"Dengarkan aku, Regis."


"Baik..."


"Aku tidak menyukaimu. Aku pikir perwira admin semua hanya bisa mengoceh dan tidak berguna."


"Apakah ... Apakah kau akan mengirimku kembali ke ibukota kekaisaran?"


"Walaupun aku ingin melakukannya, kau pasti akan menolaknya sekuat tenaga."


"Karena aku bawahan tuan putri ... Uguu ..."


Kaki Altina berkait dengan kaki Regis. Dia tahu Altina menempel dengan dekat untuk menyembunyikan diri.


Tapi ini tidak baik untuk jantung seorang pria.


Sensasi lembut pahanya disalurkanikan ke paha Regis. Bagian dalam kakinya menempel dekat dengan paha seorang gadis, dan itu adalah sensasi yang Regis tidak pernah rasakan sebelumnya.


Kaki kiri Regis dijepit oleh kaki Altina.


Jantungnya berdetak cepat seperti suatu penyakit. Dia mungkin akan mati karena serangan jantung jika ini terus berlangsung.


- Ini adalah penyebab kematian yang indah ... Tidak tidak, mati seperti ini terlalu menyedihkan!


Regis semakin panik.


Jerome mendekati.


"Ah tunggu Margrave... sabar-"


"Dengarkan baik-baik!"


"Baik."


Bang!! Jerome menghentakkan kaki kanannya ke kursi dengan keras.


"Kau adalah sampah. Tapi kau adalah sampah yang berguna. Dan prinsipku adalah menggunakan semua orang yang berguna, bahkan jika mereka hanya setitik debu."


"Ha ha..."


"Tapi siapa pun yang tidak mendengarkan perintahku, bukanlah bawahanku. Kau mengerti?"


"Itu berarti kau akan marah jika aku tidak mengikuti perintahmu, Margrave. Benar?"


"Ya, Aku marah! Aku sangat kesal! Hanya mendengar kau mengatakan bahwa kau adalah bawahan si gadis kecil itu saja sudah membuatku marah!"


"Erm ... Margrave, kau juga bawahan tuan putri lhooo."


"Ini adalah sesuatu yang tidak bisa kuterima!!"


"Aku rasa begitu."


"Kalau begitu, kau harus meminta izin dari gadis kecil itu untuk berada di bawah komando langsung dariku."


"Oh, aku mengerti ..."


Margrave adalah orang yang melanggar aturan bahkan saat mengenakan seragam militer, dan dia bersedia untuk mengabaikan protokol jika diperlukan.


Jika Jerome menjadi komandan Regis, ia akan dapat memerintah Regis sesuka hatinya. Dan posisi Regis sebagai bawahan Altina akan tetap sama ...


Tapi kenyataan bahwa Jerome dipilih sebagai komandan adalah hal yang penting.


"Kukuku ... Aku ingin kau bekerja dibawahku, Regis."


"Tentang itu..."


Sebagai bentuk protes, gadis di bawah selimut memeluk Regis dengan erat. Regis tahu perasaan Altina - tapi dia akan ketahuan jika dia terus melakukan hal itu!!


Regis memukul kepala mungil Altina dengan pelan, dengan sudut buku dari atas selimut.


Dia mungkin tidak menyakitinya.


Altina menjadi tenang.


Dia berharap ini menenangkannya.


Jerome berbicara terus terang. Dia jarang melakukan hal ini sebelumnya.


"... Dan untukku ... Aku tidak ingin membeku di utara selamanya."


Wajar baginya untuk ingin memberontak.


Tetapi sistem kolosal yang dikenal sebagai kekaisaran bukanlah sesuatu yang manusia biasa bisa lawan.


"Apa kau punya rencana?"


"Tentu saja ... Tidak ... Rencanaku tidak ada hubungannya denganmu. Jangan belagu, dasar perwira admin tingkat 5."


"Yah, kau benar."


"Aku mengatakan bahwa kau dapat berguna, meskipun kau hanya setitik debu. Kau seharusnya bersyukur."


"Aku akan melakukan tugasku dengan cukup baik sesuai dengan gajiku. Untuk perubahan dalam atasan perwira, kau harus meminta tuan putri..."


"Apa kau mengatakan bahwa kau akan memilih putri daripada aku?"


"Yah ... Aku tidak bisa membuat keputusan dengan segera."


"Baiklah kalau begitu, pikirkan tentang hal ini. Sebenarnya ini bukanlah hal yang harus kau pikirkan dengan segera."


Jerome meindahkan kakinya dari kursi dan berjalan menuju pintu.


Regis bertanya serius:


"Jika aku ... menolak tawaran itu, apa yang akan terjadi?"


"Aku adalah seorang pria yang murah hati. Aku akan memberikanmu kematian tanpa rasa sakit."


Setelah mendengar jawaban mengerikan ini, Altina menggigil sembari terus memeluk Regis.


Regis menekan kepala Altina pelan.


"... Seperti itukah ... pahlawan yang murah hati?"


Jerome tersenyum, dia yakin bahwa ia tidak akan ditolak, lantas dia pun pergi.


"Fu ha!"


Altina membuka selimut dan bangkit.


Suhunya terlalu panas dan wajahnya merah.


"Apa kau baik-baik saja?"


"Hah ... hah ... Aku tidak baik-baik saja!"


"Kau, kau terlalu keras."


"Hmmp."


Altina mendekatkan wajahnya.


Dia sekarang naik di atas tubuh Regis di tempat tidur.


Situasi yang menegangkan.


Apa dia tidak menyadari hal ini?


Altina mungkin tidak tahu tentang banyak hal, jadi dia tidak mengerti apa yang dia lakukan.


Regis bisa merasakan berat badan Altina di sekitar perutnya.


Regis lah yang wajahnya memerah karena malu.


"Erm, Altina ... Tolong tenang dan turun dari perutku ..."


"Kau ingin bekerja dibawah perintah Jerome?!"


"Tidak mungkin!"


"Bukankah dia mengatakan dia akan membunuhmu jika kau menolak?"


"Itu hanya sebuah ancaman..."


"Tapi ... kau tidak menolaknya."


"Tidak, karena kau berada di sini ..."


Jerome mungkin mengancam dengan kekerasan jika ia ditolak saat itu. Altina yang bersembunyi di bawah selimut pasti akan ditemukan.


Dia pasti kehilangan ketenangannya sehingga tidak menyadari itu.


Altina meraih baju Regis dengan erat.


Mata merahnya basah.


Air matanya berlinang.


Tidak ada permata yang sebanding dengan keindahan ini - Regis memikirkan sesuatu yang tidak pantas.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - NCP6.JPG

Air mata jatuh dari pipi gadis itu.


"Bantu aku! Aku sangat memerlukanmu!"


"...?!"


Regis tersentak.


Altina menatapnya dengan serius.


Dia bisa merasakan wajahnya memerah.


Sepertinya mereka berdua masih belum tenang - pikir Regis sambil menarik napas dalam-dalam.


Namun dia mencoba berbicara setenang mungkin.


"Dengarkan aku Altina ... Aku tidak menolak tawaran Margrave agar kau tidak ketahuan."


"Ah ... begitu kah. Aku minta maaf."


"Juga, membunuhku jika aku menolak hanyalah ancaman kosong ... Aku mengerti karakternya sekarang."


"Tapi kau bahkan belum tinggal seminggu penuh di benteng ini?"


"Dia adalah orang yang sulit untuk ditangani. Lagi pula dia adalah pria yang spesial."


"Benarkah? Bagaimana denganku?"


"... Untukmu ... Aku belum benar-benar mengerti."


"Apa ini ... Apa kau berbohong?"


"Aku tidak pernah berbohong."


"Yah, tampaknya kau benci berbohong. Kalau begitu jawab aku dengan jujur ... Apa kau bersedia untuk membantuku dengan hal yang kubicarakan tadi?"


Wajahnya menampakkan campuran kegelisahan dan harapan.


Mereka begitu dekat sehingga mereka bisa merasakan napas masing-masing.


Sangat dekat sehingga Regis bisa melihat bayangannya sendiri di mata merah Altina.


Tak seorang pun membutuhkan dia sebelumnya.


Tak seorang pun mengakui dia seperti ini sebelumnya.


Tapi Regis masih tidak percaya diri.


"... Kalau begitu aku akan memberitahumu apa yang benar-benar aku pikirkan ... Apa yang kau lakukan adalah memberontak terhadap sistem kekaisaran. Banyak orang yang berkuasa akan memperlakukanmu sebagai musuh dan menyerangmu. Mereka bahkan akan mengabaikan perintah kaisar dan menekanmu. Bahkan jika kau memiliki hak waris... Abaikan masyarakat, bahkan sebagian besar klan bangsawan tidak akan mendukungmu. "


"Jadi kau tidak akan membantuku dalam hal-hal berbahaya seperti itu?"


"Kebalikannya. Aku ingin membantumu karena itu merupakan mimpi yang sulit diwujudkan."


"Benarkah?!"


Altina yang sedih bersorak.


Regis mulai menahannya.


"Tunggu sebentar. Tapi ... tapi ... menurutku, keahlianku tidaklah berguna bagimu."


"Mengapa? Kau sudah menunjukkan kemampuanmu dengan mengajukan proposal kepada Marquis Tennessee, meyakinkan Jerome, dan menangkap para bandit, kan? Kau memiliki prestasi karena wawasanmu yang begitu luas."


"Aku melakukan semua itu karena kebetulan aku memiliki pengetahuan yang relevan. Aku hanya suka membaca. Aku tidak bisa membantu dalam situasi yang tidak kuketahui ... Kau begitu ambisius, namun kau sangatlah ceroboh jika percaya pada orang yang tidak kompeten sepertiku. Aku memahami kemampuanku, itu sebabnya aku tidak ingin mengambil pekerjaan ini. Bagaimana jika aku gagal dalam masalah yang penting? Hal-hal yang kau rencanakan sangatlah berbahaya, bahkan nyawamu sendiri bisa menjadi taruhan. Tidak ada kesempatan kedua. Kau harus memilih sesuatu setelah memikirkannya dengan kritis dan matang. Aku bersyukur telah bertemu denganmu. Kau mungkin akan bertemu ahli strategi yang sebenarnya suatu hari nanti ... Hanya saja kau kebetulan bertemu denganku di awal... "


Bahu Altina terkulai.


Dahinya menyentuh dahi Regis dengan bunyi lembut.


Regis tersentak.


Bibir mereka begitu dekat.


"Regis ..."


Sebuah suara lemah terdengar.


Apakah dia tertegun karena kekecewaan? Mau bagaimana lagi.


"Altina ...?


"... Apakah kau benar-benar ingin menjadi ahli strategiku?"


"Kesampingkan itu, Aku benar-benar ingin membantumu ... Tapi aku tidak bisa menjamin bahwa aku akan melakukan pekerjaan dengan baik."


Kehangatan tubuh Altina tersalurkan melalui dahi mereka.


Dia merasa bahwa Altina lebih hangat daripada tubuhnya sendiri.


"Nah, bagaimana dengan ini? Walaupun kau tidak percaya pada kemampuanmu sendiri, aku tetap akan percaya padamu. Menyatukan keduanya sama saja dengan membuat seseorang percaya padamu, kan?"


Ini adalah argument yang keliru.


Tapi dibandingkan dengan mempercayai dirinya sendiri, dia lebih bersedia untuk percaya pada Altina.


"... Kau percaya padaku ... Dan aku akan percaya padamu, bukankah itu cukup?"


Altina mendorong dirinya.


Dahi Regis masih merasakan sensasi kehangatan dari sentuhan mereka.


Tapi satu-satunya hal yang terpisah adalah dahi mereka; Tubuh Altina masih duduk di sekitar perut Regis.


"Ya, Aku percaya padaku - Aku ingin mengatakan seperti itu. Tapi aku masih tidak yakin terhadap diriku sendiri.."


"Kenapa?"


Sebuah perubahan mendadak dalam hatinya.


Altina baru saja menyatakan dengan tegas bahwa dia akan menjadi kaisar.


Dari sorot matanya, tidak ada tanda-tanda dia akan menyerah.


Regis bisa merasakan ketetapan hati Altina dari ekspresinya.


"Sir Jerome mengatakan bahwa dia ingin kau bekerja untuknya, kan?"


"Ah..."


Itu adalah satu-satunya hal yang terjadi setelah dia menyatakan itu.


Dia mungkin membandingkan dirinya dengan Jerome.


Memang benar bahwa ada kesenjangan besar pada prestasi mereka.


"Sebagian besar tentara lebih percaya pada Jerome daripada diriku. Tapi aku hanya memintamu untuk percaya padaku -. Bukankah itu adalah suatu permintaan yang terlalu arogan."


"Aku pikir, kemungkinan sukses Sir Jerome lebih besar. Dia mungkin akan bangkit dan kembali ke ibukota kekaisaran."


"Mungkin dia akan menjadi kaisar?"


"Tidak..."


Sulit untuk mengambil alih tahta kekaisaran.


Jerome mungkin kuat, tapi itu tidak berarti pasukannya juga terampil. Divisi pertama yang menjaga ibukota kekaisaran bukan hanya unit yang berisi dengan pasukan elit kekaisaran, tetapi peralatan mereka juga berkualitas tinggi.


Dan yang terpenting, seseorang tidak bisa mendapatkan dukungan dari orang lain hanya dengan kemenangan saja.


Salah satu hal yang paling penting adalah memiliki keadilan di sisimu saat berkampanye untuk perang.


Regis menghentikan jalan pikirannya.


"Tidak, Aku tidak bisa mendukung dia ... Bahkan jika Jerome menjadi diktator, perang masih belum akan berakhir. Meskipun wilayahnya akan tumbuh lebih besar."


Altina setuju.


"Ya. Aku tidak bisa menyerahkan ini pada Sir Jerome. Aku harus mengubah diriku untuk mencapai cita-citaku sendiri."


"Apakah begitu ... kau tidak boleh menyerah..."


Altina merespons tajam pada perkataan Regis.


Dia menganggap serius perkataan Regis, lantas dia pun bertanya:


"Itu kasar! Aku mengatakan itu dengan gugup, sampai-sampai aku kira jantungku akan berhenti! Apa kau berpikir bahwa aku mengatakan itu dengan sembrono, dan aku mudah menyerah!?"


Berat Altina menekan Regis karena dia meregangkan tubuhnya.


Menuju perut Regis.


"Ugh fu!?"


"Minta maaf~"


Altina menggoyangkan tubuhnya saat ia duduk di perut Regis.


Setiap gerakan menyebabkan nyeri di perutnya.


Tempat tidur berderit.


"Aku muntah, muntah, makanan yang ku makan di pesta akan keluar ... Maaf, aku benar-benar minta maaf!!"


"Baik."


Serangan pada perut berhenti.


Dia menghela napas.


"Mendapatkan kepercayaan dari semua orang adalah tanggung jawabku. Itu sudah cukup bagiku untuk mengetahui bagaimana perasaanmu untuk saat ini."


"Aku merasa mau muntah..."


"Bukan perasaan semacam itu."


"... Kau berencana melakukan apa?"


"Seorang ahli strategi tidak dapat menunjukkan keterampilannya tanpa pasukan, benar?"


"Normalnya begitu."


"Serahkan padaku, Aku akan menyelesaikannya."


"Altina ... Aku menentangmu melakukan sesuatu yang berbahaya."


"Apa ini saranmu sebagai ahli strategi? Atau saran dari teman dengan aspirasi yang sama? Atau sebagai teman? Ah, atau mungkin..."


"Erm, yah ... sebagai perwira admin tingkat lima."


"Aku mengerti."


Dia mengulurkan tangannya dan dengan lembut meremas hidung Regis.


"Hmmm?!"


Altina turun dari perut Regis ketika ia melepaskan tangannya dari hidung Regis.


Dia melompat turun dengan lembut seperti seekor kucing.


Sebelum Regis sempat menyadarinya, tiba-tiba Altina sudah berada di dekat pintu.


"Selamat malam Regis."


Saat dia meninggalkan ruangan, senyumnya tampaknya menunjukkan bahwa ia yakin akan sesuatu.


Pintu ditutup.


Ruangan itu hening.


Regis mendorong bagian atas tubuhnya, melepaskan semua ketegangan dan membenamkan tubuhnya ke tempat tidurnya.


Tubuhnya seberat timah.


Kicauan burung terdengar di luar jendela.


Itu tidak begitu berisik, tapi itu mencegah Regis untuk menutup mata.


"Apa-apaan ini..."


Regis memahami situasi resimen perbatasan melalui insiden bandit, dan dia yakin akan satu hal. Masalah mendesak berikutnya adalah pembenahan sistem komando. Dan prioritas utamanya adalah menyelesaikan hubungan yang rumit antara Altina dan Jerome.


Skenario terbaik adalah Jerome mengakui Altina sebagai komandan.


Jika itu terlalu sulit, rencana berikutnya adalah membiarkan Altina menerima perannya sebagai pemimpin dekoratif.


Regis tidak membayangkan kata-katanya akan memacu Altina mengambil jalan untuk menjadi kaisar.


Altina mungkin lebih memilih mati darapa menjadi sebuah vas cantik.


Sebagai seorang perwira admin yang ceroboh, dia masih tidak percaya bahwa dirinya mendapatkan kepercayaan dari kedua pemimpin di benteng ini.


Regis berada pada percabangan dua jalan. Altina dan Jerome yang menginginkan Regis berada pada faksi yang berlawanan.


Regis merasa ingin menangis.


"... Apa ini ... mungkinkah aku adalah pelaku yang membuat hal-hal bertambah buruk? Bagaimana bisa jadi seperti ini? Aku hanya ingin membaca buku-buku ku..."


Itu benar, mari membaca buku.


Dia terlalu terjaga dan tidak akan bisa tidur, tidak peduli berapa lama ia menunggu.


Regis mengambil sebuah buku baru dari rak dan membukanya.


"Membaca memang menyenangkan... Hal ini membuatku melupakan segalanya ..."


Ini seharusnya membuatnya melupakan masalahnya.


Tapi dia menyadari matanya hanya menelerusi teks sementara pikirannya berada di tempat lain.


Regis harus mengambil tanggung jawab dan memperbaiki hubungan antara Altina dan Jerome.


Memiliki seorang komandan dekoratif dan seorang komandan de facto adalah hal yang berbahaya.


"Aku sudah mengatakan ... bahwa aku orang yang tak berguna ..."


Dengan pikiran yang menyedihkan ini, Regis meninggalkan buku terbuka dan tidur seolah-olah dia pingsan.


Catatan Penerjemah=[edit]

  1. Di eropa perwira yang belum memiliki surat penugasan/komisi (commission dlm bhs Inggris) disebut NCO (Non-Commissioned Officer). Bandingannya dengan kemiliteran Indonesia setara dengan bintara. Contoh pangkat bintara dari tertinggi ke rendah: Pembantu Letnan Satu, Pembantu Letnan Dua, Sersan Mayor, Sersan kepala, Sersan satu, dan Sersan dua. Di eropa & US NCO lebih ditugaskan ngurusin tugas administrasi. Yah, di Indonesia juga sih.
  2. https://en.wikipedia.org/wiki/Fauchard
  3. <https://en.wikipedia.org/wiki/Halberd
  4. https://en.wikipedia.org/wiki/Hazel


Bab 3: Ketetapan Hati Altina[edit]

Pada hari dimana Altina menyatakan ia bertujuan untuk menjadi kaisar, situasi berubah tak terduga.


Departemen administrasi militer telah mengeluarkan perintah untuk pengarsipan yang benar dan penyerahan dokumen.


Regis memikirkan hal ini sebagai masalah serius yang dapat membahayakan eksistensi resimen. Tapi si pelaku Jerome tidak terganggu sama sekali.


"Hmmph ... Mengeluh tentang hal-hal sepele seperti kesalahan dokumentasi, mengapa mereka tidak datang dan menjaga benteng ini sendiri? Mungkin tidak ada orang-orang yang ingin datang ke utara."


"Tidak mungkin bagiku untuk memberikan balasan yang terkesan mengejek seperti itu..."


"Jika kau tidak suka, kalau begitu lakukan sesuatu tentang hal itu sendiri."


"Hah ..."


Masalah itu dilimpahkan pada Regis.


Altina tampak khawatir.


"Ketika aku tiba di sini tiga bulan lalu, aku tahu bahwa hal ini tidak bisa terus berlanjut begini. Aku telah melakukan semua yang aku bisa."


"Tapi bukankah situasi masih seburuk..."


"Ara, bukankah aku membawamu kesini? Lagi pula aku meminta pada departemen SDM (Sumber Daya Manusia) militer untuk memindahkanmu kesini."


"Aku mengerti sekarang. Departemen SDM tidak mau memberitahuku ketika aku bertanya kepada mereka tentang tempat dimana aku akan dipindahkan, sekarang aku tahu sebabnya."


Regis pasti akan gelisah dan cemas jika dia tahu bahwa dia adalah satu-satunya perwira admin.


Altina bertanya dengan cemas:


"Apa aku menyusahkanmu?"


"Tidak, dibuang seperti ini sudah menjadi kepastian bagiku, ada garis depan peperangan yang lebih keras di luar sana. Tinggal di sini tidak terlalu buruk ... Meskipun menjadi satu-satunya perwira admin adalah masalah berat."


"Aku pikir, terlalu berat bagimu untuk menangani tugas administrasi sendirian."


"Mau gimana lagi coba? Yah, kita tidak bisa hanya mengabaikan semua masalah ini, aku akan mencobanya."


Dengan begitu, Regis mulai menyelesaikan pekerjaan administrasi.


Dia ingin menjadi berguna jika Altina berhasrat menjadi kaisar. Regis juga memiliki aspirasi untuk mengubah kekaisaran.


Tetapi kenyataannya adalah berat dan dingin seperti salju yang menumpuk di atap. Jika Regis tidak berhati-hati, dia akan terkena dampaknya.


Pekerjaan itu menunggunya untuk perlahan-lahan diselesaikan.


Terkubur dalam tumpukan dokumen setiap hari, Regis tidak menyadari Altina sudah membuat resolusinya.


Satu minggu kemudian, di pagi hari —


Regis merasa ruangan itu terlalu besar ketika dia melihatnya untuk pertama kali, dan dia pun merasa gelisah, curiga bahwa ada sesuatu yang salah. Tapi ruangan itu sekarang penuh kertas, tanpa meninggalkan ruang baginya untuk berjalan.


Bahkan meja yang sebelumnya terasa lapang, kini terasa begitu sempit karena tumpukan kertas di atasnya.


Regis membaca laporan di tangannya.


"... Aku mengerti. Jadi itu alasannya."


Masih ada bagian-bagian yang bermasalah, tapi Regis mulai mengerti.


Dia hampir selesai memeriksa dokumen-dokumen.


Cahaya lilin berkedip-kedip, bayangan dari objek yang diteranginya menari-nari di dinding.


Meskipun lampu minyak adalah penerangan yang umum di kekaisaran, sulit untuk membawanya karena berupa cairan. Jadi lilin lebih sering digunakan di dekat perbatasan.


Regis meraih dokumen berikutnya.


Pada saat itu ada suara ketukan lembut di pintu.


"Hmm? Ah, siapa itu? Pintu tidak dikunci ..."


"Selamat pagi Tuan Regis."


Seorang wanita dengan rambut hitam masuk. Kulitnya cokelat seolah-olah terbakar matahari dan matanya hitam. Dia memakai pakaian pelayan hitam, dan usianya sedikit lebih tua dari Regis.


Dia membungkuk dengan sopan dan memasuki ruangan.


Regis menyapanya.


"Ah Nona Elin. Kau datang lebih pagi hari ini."


"Mereka mendirikan sebuah pasar di jalanan pagi ini, jadi aku berencana untuk mampir dan menyapa. Aku khawatir jika Tuan Regis masih tertidur, tapi kau ternyata sudah bangun."


"Tidak ... Bukan begitu ..."


Dia telah tidur siang singkat, tapi pada dasarnya dia begadang sepanjang malam. Begitulah dia menghabiskan seluruh waktunya seminggu ini.


Elin adalah pelayan yang bekerja di rumah Jerome.


Setelah semua perwira admin diusir dari benteng, bendahrawan keluarga Margrave telah diperintahkan untuk menangani dokumen resimen.


Elin berasal dari luar negeri, tapi dia bergairah tentang belajar dan memahami bahasa Belgaria setelah tiba di kediaman Margrave, sekarang dia bisa membaca dan menulis dalam bahasa Belgaria.


Ada satu orang lagi —


Seorang pemuda berpakaian seperti seorang pelayan masuk. Dia memiliki mata hitam dan kulit coklat seperti Elin.


Dia membawa sebuah peti kayu besar di tangannya.


"Hei, aku membawanya masuk."


Dia melemparkannya ke atas tempat tidur dengan santai dan membersihkan serpihan kayu dari pakaiannya.


Elin menjitak kepala pemuda dengan buku-buku jarinya.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - NCP7.JPG

"Hei Gösta! Dimana sopan santunmu!"


"Sakit~ ... Jangan memukulku kak... Lagi pula ini adalah tugas tentara kan? Mengapa kita harus membantu?! Orang ini juga rakyat biasa, dan hanya perwira admin tingkat kelima, bukan masalah besar jika – sakit oy~!? "


Dia dipukul lagi.


"Apa yang kau katakan, jika kau memperlakukan orang lain tidak sopan, apakah Master Jerome akan dicurigai!? - Aku minta maaf Tuan Regis, tolong jangan marah. Adikku adalah pelayan baru.."


"Aku tidak mempermasalahkannya ..."


"Kak, aku sudah 16 tahun! Aku juga asisten bendahrawan! Aku bukan pelayan baru— "


"Kau diamlah!"


Gösta yang berpakaian seperti seorang pelayan adalah adik laki-laki dari si pelayan Elin, yang saat ini merupakan asisten bendahara keluarga Margrave.


Karena pekerjaan bendahara terlibat dalam segala macam urusan, ia jarang memiliki kesempatan untuk meninggalkan rumah. Dan menjadi penghubung antara bendahara keluarga Margrave dengan Regis adalah salah satu tugas Gösta. Tapi Regis masih tidak tahu mengapa Elin selalu ikut bersamanya.


Regis membaca dokumen yang dibawa oleh Gösta.


"Gösta benar ... Aku bukan majikan Nona Elin atau tamu." Regis berkata sambil mengecek jumlah dokumen.


"Tolong jangan berkata seperti itu. Pekerjaanmu sebagai seorang prajurit adalah kehormatan besar. Bukankah kau melindungi kami?"


"Kak, orang ini adalah seorang perwira admin jadi ia tidak pernah dikerahkan di medan perang."


"Hentikan itu, dasar!"


"Haha ... Itu benar. Sebagai seorang prajurit, aku tidak terampil dalam berpedang dan memegang tombak."


Regis buruk dalam menyikapi pujian.


Tapi Elin menatapnya dengan mata yang penuh gairah.


"Kau terlalu merendah, Tuan Regis ... Aku pikir orang cerdas sepertimu sungguh luar biasa."


Ini adalah sebuah era yang memerlukan kekuatan fisik untuk bertahan hidup. Kebanyakan wanita menilai pria berdasarkan otot-otot mereka, jadi apakah Elin sedikit berbeda? Atau apakah memuji orang lain adalah bagian dari pekerjaannya?


Mungkin yang terakhir ada benarnya — Pikir Regis.


Salah paham karena beberapa kata pujian terlalu memalukan. Fokus pada pekerjaan dan jangan memikirkan hal-hal yang tidak perlu, pikir Regis sambil mengatur dokumen.


"Oke ~ ... tidak ada masalah dengan jumlah halaman. Aku akan memverifikasi isinya nanti, terima kasih. Korespondensi mengenai perbaikan format untuk dokumen yang akan datang ada di sini. Aku telah melampirkannya dalam surat ini, tolong berikan surat ini pada Tuan Mc Clane."


"Baik."


Elin menerima surat itu dengan sopan. Gösta yang mengeluh bahwa itu merepotkan, lagi-lagi dipukul oleh Elin.


Tidak mungkin bagi Regis menyelesaikan semua pekerjaan administrasi untuk resimen seorang diri, sehingga keluarga Margrave tetap membantu mengurus dokumen tersebut. Bendaharawan Mc Clane adalah seorang veteran di bidang perpajakan dan dokumentasi perdagangan. Tidak ada kesalahan pada bagian-bagian itu, dan itu merupakan bantuan besar.


Laporan aksi militer dan bentuk permintaan pasokan memiliki format yang unik khas dokumen militer, sehingga Mc Clane kesulitan menanganinya, dan dia pun ditegur oleh departemen administrasi militer...


Regis memeriksa dokumen-dokumen tersebut sebelum penyerahan dan memperbaiki semua kesalahan dan menangani bagian yang sulit. Setelah berusaha keras, mereka akhirnya dapat menyelesaikan sebagian besar dokumen dengan benar.


"Aku ingin Tuan Mc Clane menangani dokumen-dokumen ini untuk minggu ini. Angka-angka dan hal-hal yang akan ditulis agak banyak."


Regis menempatkan dokumen-dokumen yang akan dia berikan pada Mc Clane ke dalam peti.


"Sebanyak ini? Ini sungguh menyusahkan. Tuan Mc Clane memiliki pekerjaan yang harus dilakukan di rumah juga!?"


"Aku benar-benar berterima kasih. Ini demi Sir Jerome, jadi tolong bantu aku."


"Hmmp! Tidak perlu bagimu untuk mengatakan itu!"


Gösta mengangkat peti saat ia berbicara.


Peti penuh dengan kertas seharusnya sangat berat, tapi Gösta memiliki kekuatan yang tidak proporsional dengan tubuh kurusnya. Pelayan seperti dirinya memang hebat.


Regis memadamkan lilin di mejanya, berjalan dengan hati-hati ke pintu, dan dia pun membukanya. Regis berhati-hati agar jangan sampai menyenggol gunungan kertas di tempat tidurnya.


"... Aku akan mengantar kalian sampai ke kereta kuda. Lagi pula aku memiliki beberapa tugas yang harus kukerjakan di luar."


Gösta tidak menjawab, tapi Elin tersenyum cerah.


"Terima kasih Tuan Regis."


"Aku merasa tidak enak karena mengantarmu adalah satu-satunya hal yang dapat aku lakukan untukmu."


Regis berencana untuk minum kopi di ruang makan.


Kopi adalah minuman umum seperti anggur dan bir, bahkan rakyat jelata bisa membelinya.


Terus terang, dia lebih membutuhkan tidur daripada kopi — Tapi dia harus menyelesaikan beberapa dokumen hari ini untuk memenuhi tenggat waktu, jadi mau bagaimana lagi.


Karena kurir datang secara periodik yang mengirim surat dan dokumen ke ibukota kekaisaran hanya datang sekali dalam dua minggu.


Ia memasuki koridor.


Koridor itu gelap.


Tidak banyak sinar matahari masuk melalui jendela saat ini.


Dinding-dinding batu gelap gulita. Di rumah-rumah bangsawan di ibukota, biasanya terdapat lilin di dinding ...


Regis sudah terbiasa dengan kegelapan ini, dan dia berjalan di sepanjang lorong dengan satu tangan meraba dinding.


Langkah kaki mereka bergema di sepanjang koridor.


"... Apakah kereta kuda diparkir di dekat gerbang selatan?"


"Ya. Akan membutuhkan beberapa upaya untuk mendapatkan izin membuka gerbang utama."


"Betul juga."


Gerbang utama yang mengontrol masuk dan keluarnya tentara membutuhkan banyak orang untuk membuka atau menutupnya. Gerbang selatan di belakang benteng hanya membutuhkan dua penjaga yang bertugas untuk membukanya.


Gerbang selatan cukup besar untuk dilewati kereta kuda, tapi itu lebih dekat jika kau ingin pergi ke kota.


Rumah Jerome terletak di Tuonvell.


Arus orang, barang dan informasi berpusat di sekitar jalan-jalan kota. Tidak mudah untuk mengelola wilayah dari dalam benteng.


Regis dan yang lainnya bertemu pelayan lain ketika mereka keluar dari menara pusat, dan mereka berjalan menuju kereta kuda yang diparkir di halaman belakang.


Pelayan itu memiliki rambut cokelat dan mata hazel, mengenakan pakian pelayan berwarna merah.


Dia sedang mendorong sebuah gerobak penuh dengan karung dari ruang penyimpanan makanan.


Pelayan ini adalah Clarisse.


"..."


Dia membungkuk tanpa ekspresi. Seperti biasa, dia tidak tersenyum atau berbicara banyak ketika ada orang lain di sekitar.


Gösta menegakkan punggungnya sambil memeluk peti.


"Ah!? Nona nona, Nona Clarisse!? Bagaimana bagaimana, bagaimana kabarmu! Pagi yang indah!"


"... Selamat pagi."


"Cu, cuaca sangat bagus hari ini!"


Regis dan Elin yang berada di samping, mengangkat kepala mereka. Langit timur mulai terang, tapi itu agak mendung.


Clarisse hanya menjawab "Ya". Dia tidak mengatakan apa-apa lagi.


Regis bertanya pada Elin dengan lembut.


"... Aku pikir Gösta bertingkah aneh?"


"... Aha, adikku menyukai Nona Clarisse."


"... Eh?"


Meskipun Clarisse adalah seorang pelayan, dia adalah pelayan pribadi tuan putri, sehingga dia memiliki aura di sekelilingnya yang berbeda dari pelayan lainnya. Clarisse juga cantik, rambut dan kulitnya yang indah benar-benar menarik.


Selain itu, dia memiliki payudara seksi yang terlihat jelas, bahkan saat dia memakai celemek.


Tapi dia seperti boneka ketika menghadap Gösta, dan dia tidak mengubah ekspresinya sama sekali. Balasannya hanya berupa "ya" dan "begitu kah".


Perempuan yang cantik tapi memiliki sikap buruk dianggap jelek di era ini. Dibutuhkan waktu, tetapi orang lain akan membencinya seperti mereka membenci kuda liar.


Elin mendesah.


"... Adikku memiliki selera yang unik, dasar orang yang aneh. Ini membuatku khawatir."


"... Yah, ada kecenderungan bahwa selerea mencerminkan kepribadian seseorang."


"Untuk calon suamiku, aku lebih memilih seseorang yang intelektual dan lembut, memiliki pendapatan yang stabil dan tidak memliki pekerjaan yang akan mempertaruhkan nyawanya dalam pertempuran."


"Ugh, aku mengerti ... Memiliki pendapatan yang stabil dan tidak dalam bahaya kematian adalah hal yang baik."


Regis mengangguk.


Elin menatap Regis, mata tak tergoyahkannya penuh dengan gairah.


— Ada apa dengan dia?


Clarisse dengan hormat menundukkan kepalanya.


"Aku masih memiliki tugas yang harus dilakukan, permisi."


"Ah, ahah benar! Maaf telah mengulur-ulur waktumu!"


"..."


Sangat disesalkan, tapi hampir tidak ada kesempatan bagi Clarisse untuk menunjukkan rasa hormatnya karena buruknya kepribadian Gösta.


Setelah menghetikan percakapannya dengan Gösta, Clarisse memandang Regis dengan senyum cerah. Dia tampak seperti orang yang berbeda. Perubahan tiba-tiba dalam kepribadiannya membuat orang lain ragu apakah dia dirasuki oleh peri.


"Selamat pagi Tuan Regis."


"Eh? Ah, pagi."


"Apa kau berencana untuk pergi keluar nanti?"


"Tidak ... Aku hanya mengantar mereka. Aku masih memiliki beberapa dokumen yang harus segera dikerjakan."


"Aku mengerti. Dapatkah aku menyeduh kopi di ruang makan untukmu?"


"Eh? Yah, sebenarnya aku yang seharusnya memintamu..."


Regis kebingungan, dia tidak tahu bagaimana menangani Clarisse yang aneh.


"Hmm fu fu, kau datang pada waktu yang tepat. Kami baru saja menerima biji kopi segar pagi ini. Izinkan aku untuk menyeduh kopi lezat untukmu."


Clarisse menunjuk karung di gerobaknya.


Regis senang bahwa Clarisse bersedia untuk menyeduh kopi untuk dia ...


Tapi tatapan Gösta menusuk padanya. Bahkan Elin cemberut dengan ekspresi menakutkan.


Regis mengerutkan kening dan bertanya pada Clarisse dengan suara rendah:


"... Apa kau melakukan lelucon padaku?"


"Apa yang kau bicarakan?"


Senyum cerah Clarisse tidak berubah, seperti topeng.


Gösta mengeratkan giginya denga keras. Tangannya yang memegang dokumen gemetar, peti yang dipegangnya berderit.


Dia pasti tidak senang.


Regis mengeluarkan keringat dingin.


"... Clarisse, tolong jangan memperburuk lingkungan kerjaku."


"Ara? Aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan Tuan Regis?"


"Kau pasti melakukan ini dengan sengaja."


"Hufufufu ..."


Pada akhirnya, Gösta berlari menuju kereta setelah berteriak "Jangan berpikir bahwa kau telah menang!". Elin tersenyum sambil mengucapkan selamat tinggal pada Regis, tapi matanya sama sekali tidak menunjukkan kebahagiaan.


Kereta kuda melaju dari gerbang selatan.


Regis mengantar mereka keluar dari benteng seperti yang dijanjikan.


"Hah ... Clarisse, jangan bercanda seperti itu. Tanpa bantuan mereka, pekerjaan dalam mengolah dokumen akan tertunda."


"Bukankah kau terpesona oleh Nona Elin?"


"Hmm? Apa maksudmu? Gösta benar-benar menyukai ... yah, bukan bagianku untuk mengatakan itu."


"... Elin terus melirik padamu."


"Huh?"


"Tidak, tidak ada apa-apa. Tuan Regis, kopi saja tidak akan cukup mengisi perutmu. Mereka mengirimkan ham dan keju juga. Apakah kau ingin ham dan keju untuk sarapan?"


"Oh, aku benar-benar berterima kasih."


"Kau memang mau makan."


"Ya."


"Aku akan perlu untuk melakukan tiga kali perjalanan antara gudang makanan dan ruang makan♪"


"Aku tahu akan menjadi seperti ini ... Dasar."


Setelah itu, Regis dan Clarisse mengangkut bahan makanan untuk beberapa orang.


Di kediaman bangsawan, ada banyak pelayan melakukan pekerjaan untuk tuan mereka.


Mereka membuat sarapan sebelum fajar, membersihkan rumah, mencuci dan menyiapkan makan malam.


Tapi tugas di benteng ditangani oleh tentara, jadi hanya ada beberapa pelayan di sini.


Di antara mereka, Clarisse adalah pelayan tuan putri, jadi dia memiliki lebih banyak kebebasan untuk bergerak.


Ketika pelayan lainnya sedang menyiapkan sarapan untuk pasukan, dia sedang mempersiapkan ham untuk Regis dan mengatur potongan keju.


Regis duduk di sudut ruang makan perwira dan memakan sarapannya yang lebih pagi.


"... Apakah aku merepotkan?"


"Ara, mengapa kau mengatakan itu Tuan Regis?"


"Karena ini adalah ruang makan perwira... dan aku adalah seorang perwira non komisi."


"Sudah terlambat untuk itu. Bukankah kau sudah menggunakan tempat ini beberapa kali. Baik putri maupun Margrave tidak mengeluh tentang hal ini. Itu berarti tidak ada yang melarangmu makan di sini."


"Itu bagus ... Tapi meskipun demikian, apakah kau tidak memiliki pekerjaan lain untuk dilakukan Nona Clarisse?"


Regis merasa menyesal sekaligus bersyukur terhadap Clarisse yang mempersiapkan sarapan untuknya selama pagi yang sibuk.


"Pekerjaanku yang sesungguhnya adalah mengurus tuan putri. Jadi aku hanya membantu ketika aku melakukan tugas-tugas lainnya."


Sebagai pelayan pribadi seorang putri, dia lebih mirip sebagai asisten pribadi daripada pelayan.


Regis menarik simpatinya.


Dia membuat tanda salib di bahunya dan meraih keju.


"... Ada kesulitan ketika kau berada dalam posisi seperti itu juga."


"Sangat mengejutkan."Dasar wanita jalang, benar-benar posisi yang menguntungkan disertai begitu banyak kesejahteraan.’' Kau tidak mengejekku sambil berpikir seperti itu?"


"Aku tidak pernah memikirkan hal sejahat itu padamu!? Yah ... kebanyakan orang akan berpikir seperti itu. Itulah mengapa sulit untuk berada di posisi yang menguntungkan. Rasa iri dari orang lain memang mengerikan."


"..."


Clarisse menatapnya.


Wajahnya ditatap sepanjang pagi. Apakah ada tinta di wajahnya?


Regis menunduk dan melihat makanan yang dipegangnya.


"Hmm? Kau ingin makan keju ini?"


"Aku akan memakannya kalau begitu."


Clarisse mengambil keju dari Regis, mencuil sepotong kecil dan memasukkannya ke dalam mulutnya.


Masih banyak keju yang tersisa di piring.


Benar-benar hal yang aneh untuk dilakukan, pikir Regis saat ia mengambil makanan lainnya.


Baik ham dan keju adalah makanan olahan yang dimaksudkan untuk penyimpanan jangka panjang, tapi olahan baru pasti lebih lezat.


Kopi ini terasa lebih enak daripada yang diperkirakannya.


Clarisse bertanya:


"Tuan Regis, apakah itu terlintas dalam pikiranmu?"


"Hmm? Tentang apa?"


Hal yang ia pikirkan seketika adalah tentang Altina.


Apa yang bisa ia lakukan untuk membantunya menjadi kaisar?


Dia telah mengatakan pada Regis, yaitu orang yang tidak memiliki kepercayaan diri untuk menjadi ahli strategi "Jika kau tidak mempercayai dirimu sendiri, maka akulah yang akan mempercayaimu". Dia tidak berencana untuk menjadi seorang ahli strategi karena kata-kata ini...


Tapi dia masih memikirkan apa yang dia bisa lakukan untuk Altina.


"Yah, hanya berpikir tentang hal itu akan sia-sia, aku sendiri tidak benar-benar memahaminya ..."


"Apa kau berencana untuk bertindak?"


"Itu ... Aku tidak berencana untuk mengakhirinya hanya sebagai kata-kata dalam mimpi."


"Aku memahami bahwa kau tidak memiliki kepercayaan diri, tapi aku tidak berpikir kau akan melakukan sesuatu yang begitu sepele, seperti kata-kata yang diucapkan dalam mimpi."


"Tidak, itu adalah hal yang luar biasa, kan? Hal ini dapat mengubah sejarah."


"Apakah itu begitu luar biasa?"


"Pasti. Ini cukup luar biasa untuk mengejutkan seluruh bangsa dan akan dicatat dalam ribuan buku."


"Jadi itu adalah sesuatu yang menakjubkan."


"Ya, aku pikir itu memang luar biasa."


"Upacara pernikahannya Tuan Regis..."


"Itu benar, pernikahan... Huh?!"


Regis menegakkan punggungnya tanpa sadar.


Clarisse menyipitkan matanya.


"Aku hanya bertanya ‘apakah itu terlintas dalam pikiranmu', jadi apa yang kau bicarakan?"


"Oh... sial..."


Dia ceroboh karena Clarisse adalah orang yang dipercaya oleh Altina.


Dia tidak bisa mengatakan apa-apa lagi, dia harus menjaga dirinya sendiri.


"Apakah kau tidak berencana untuk menikah, Tuan Regis?"


"Itu ... aku ... bagaimana mungkin aku bisa menikah."


"Kau adalah orang dewasa ketika kau berusia 15 di kekaisaran. Bukankah kebanyakan orang menikah sebelum usia mereka mencapai 20?"


"Memang, kakak perempuanku menikah di usia 19 ... Ah, aku akan berumur 19 sebentar lagi ... Ini menyusahkan."


"Kau memiliki kakak perempuan?"


"Ya, dia menikah tiga tahun lalu, aku tinggal di kota Luen. Sepertinya dia memiliki dua anak sekarang."


"Sepertinya?"


"Aku belum pernah melihat keponakanku. Kakakku hamil tak lama setelah menikah, dan bepergian jarak jauh sembari membawa anak kecil adalah hal yang berbahaya. Aku bisa pergi ke rumahnya ... Tapi aku bekerja sebagai staf seorang bangsawan waktu itu. Tidak mungkin untukku mengajukan perpanjangan cuti selama magang."


"Para aristokrat sering bepergian bersama pelayan mereka. Aku pikir kau masih akan memiliki kesempatan untuk bertemu mereka bahkan saat penugasanmu. Kota Luen dan ibukota kekaisaran tidak terpisah jauh."


"Ah, itu karena ... Marquis Tennesse cukup tua, sehingga ia hanya berpergian jika diperlukan."


"Aku mengerti."


"Tapi kami saling berkirim surat. Ah, aku berjanji bahwa aku akan mengirim surat ketika aku mencapai benteng ... ini buruk."


"Kau belum mengerimkan surat padanya? Sudah hampir sebulan sejak kau datang ke sini, Tuan Regis..."


"Ini, sudah sekitar setengah bulan ... Aku akan mengirimkan surat hari ini."


"Itu bagus. Orang seperti apa kakak perempuan Tuan Regis?"


Regis mengambil napas dan teringat masa lalunya.


Kakak Regis disebut sebagai seorang wanita lembut dan dewasa ketika dia tenang. Tapi di mata adiknya, dia hanya tenang ketika dia tidur.


"Yah, aku pikir dia adalah tipe orang yang akan mengambil inisiatif sendiri. Tiga tahun yang lalu, aku dan kakakku masih tinggal di dekat ibukota kekaisaran."


"Ya, ketika Tuan Regis masih seorang kadet[1]."


"Ya, kakakku bekerja sebagai pelayan. Suatu hari, seorang pandai besi dari kota Luen mendirikan toko di sebuah pasar terdekat untuk menjual pot dan pisau dapur. Kakakku menikahi orang itu."


"Seorang pelayan dari ibukota kekaisaran dan pandai besi dari Luen ... Mereka tampaknya tidak memiliki banyak kesamaan."


Clarisse tampak tertarik oleh cerita Regis.


Dia mendengarkan dengan tenang dan tidak bercanda sama sekali.


"Kakakku sedang dalam perjalanan ke pasar untuk membeli sepasang gunting jahit setelah mendapatkan instruksi dari majikannya. Dia bertemu pandai besi itu di sana."


"Meski begitu, keduanya hanyalah penjual dan pelanggan. Bukankah hanya sebatas itu hubungan mereka?"


"Normalnya seperti itu ... tapi kakak perempuanku melamar pandai besi itu di sana, saat itu juga."


Mata Clarisse terbelalak.


Kakak Regis memang benar-benar tidak normal.


"Itu mengejutkanku. Pandai besi itu pasti terkejut juga ... Biasanya pria lah yang mengajukan lamaran setelah beberapa kali pertemuan."


"Haha ... Dia memang terkejut. Meskipun perempuan di kekaisaran lebih liberal, dilamar seperti itu oleh perempuan pasti mengejutkan."


"Tapi dia tidak menolaknya kan?"


"Dia curiga, awalnya bertanya-tanya apakah itu sebuah lelucon atau penipuan..."


"Wajar saja."


"Untuk membuktikan identitasnya, kakakku membawa pandai besi itu kembali ke kediaman bangsawan majikannya. Majikannya pasti terkejut juga."


Majikannya mengirim pelayannya untuk membeli gunting jahit, tapi dia malah membawa seorang pandai besi sebagai calon suaminya.


"Tindakannya sungguh tidak terduga."


"Ya, karena dia tidak peduli tentang orang lain setelah ia menetapkan tujuannya."


"Kalian berdua memang saudara kandung."


"... Apa maksudmu, aku masih punya akal sehat, oke? Nah, karena kakakku yang sudah menikah tinggal di kota Luen, pandai besi yang terampil itu menjadi kakak iparku. Aku juga menghadiri pernikahan mereka di kota Luen. Kakak iparku memiliki ruang kerja besar dan lima murid di sana. "


"Aku mengerti... Kehidupannya cukup baik."


"Cara yang digunakannya mungkin sedikit kasar, tapi aku pikir semua orang akan senang jika dilamar."


Clarisse mengangguk.


Dan mengungkapkan perasaannya dengan semangat:


"... Aku menyukaimu ... Tolong nikahi aku, Tuan Regis."


"Aku mengerti sekarang, kau bercanda. Aku yakin."


"Jahat banget. Aku bahkan mengabaikan akal sehat dan melamarmu."


"Memang aneh bagi seorang gadis untuk melamar."


Regis iri pada inisiatif kakaknya.


Clarisse tersenyum dan berkata:


"Itu tergantung pada orangnya. Aku pikir seseorang yang ingin menikah dengan Tuan Regis adalah orang yang tidak memiliki akal sehat."


"Tidak ada seorang pun yang ingin menikah denganku sekarang?! Aku tidak yakin dengan diriku sendiri, tapi asetku tidak begitu rendah ..."


"Kau pikir dirimu seburuk itu?"


"... Masih ada kebutuhan menyimpan uang untuk masa depan."


Regis menghentikan topik ini sambil menghela napas.


Clarisse mengambil keju di piring.


"Kenapa kakakmu tidak mewariskan bahkan sepersepuluh dari semangatnya untuk adiknnya?"


"Bahkan jika kau mengatakan itu..."


"Bagaimana jika kau mengambil inisiatif sesekali?"


"Aku pikir aku cukup antusias tentang pekerjaan administrasiku."


"Tuan putri masih tidur, sudah saatnya untuk membangunkannya."


Clarisse melihat jam di dinding.


Altina selalu bangun pagi, dan dia menyelesaikan sarapan sebelum ruang makan ramai.


"Membangunkan Altina adalah pekerjaanmu. Apa kau berencana untuk membiarkanku masuk ke kamar tuan putri?"


"Aku baru ingat bahwa aku sibuk menangani tugas-tugas lain."


"Kau bilang kau hanya membantu saat melakukan tugas-tugas lain ..."


"Aku mengerti. Aku akan memberitahu semua perwira bahwa sarapan mereka terlambat karena aku harus mempersiapkan sarapan untuk Tuan Regis —"


"Apakah ini rencanamu sejak awal?!"


Regis terus mengeluh, tapi ia mengakui kekalahan, lantas dia berdiri dari tempat duduknya.


Clarisse mengangguk dengan ekspresi puas.


"Tuan putri membutuhkan ciuman dari seorang pangeran untuk bangun. Apa kau ingin mencoba?"


"Kau ingin aku tewas karena hukuman mati? Dan lagi pula, aku hanya rakyat biasa."


"Kalau begitu, tolong membangunkannya dari luar pintu."


"Ah, aku berencana untuk melakukan itu."


"Tolong memanggilnya 'Arurun♪' oke."


"Aku akan dihukum karena merendahkan keluarga kekaisaran!? Apa kau memiliki dendam terhadapku?!"


Regis tampak marah pada Clarisse yang senang, dan dia pun keluar dari ruang makan.


Lantai ketiga dari menara pusat memiliki lebih banyak jendela yang lebih luas daripada di lantai pertama.


Ada sebuah pintu yang dicat hitam dan telah dihiasi.


Ruangan Altina berada di balik pintu ini.


Regis mengetuk.


Tanpa diduga, Altina segera menjawab.


"Ah, maaf aku ketiduran. Kau datang pada saat yang tepat, bisakah kau membantuku?"


Dia memintaku untuk masuk?


Regis ragu-ragu.


Ia berharap untuk menyelesaikan ini tanpa perlu masuk ke dalam kamarnya...


Suara bergema di lorong yang terbuat dari batu. Ruangan Jerome berada pada lantai yang sama.


Regis ingin menghindari rumor tentang dirinya yang mengunjungi kamar tuan putri sendirian. Jika dia hanya berdiam diri sembari mempertimbangkan apakah akan masuk atau tetap di luar, maka itu akan menjadi masalah.


"... Aku tidak punya pilihan."


Dia bergumam pelan dan membuka pintu.


Dia masuk.


Ada tempat tidur besar dan beberapa peti penuh pakaian.


Altina yang membelakangi Regis sembari membelai rambut merahnya dengan tangan kanan.


Kulit leher dan bahunya terlihat, kulitnya begitu putih menyilaukan.


Dia hanya mengenakan pakaian dalamnya.


Sebuah korset yang dipakai oleh bangsawan wanita menutupi kulit dari dadanya sampai ke pinggang.


Bagian belakang korset memiliki desain seperti sepatu, sehingga memerlukan tali untuk mengencangkannya.


Saat Altina sedang mempersiapkan untuk mengencangkan tali, tangan kiri Altina ditempatkan di dadanya untuk menahan korset.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - CP3.JPG

"...!?"


Regis tidak mengerti apa yang terjadi di hadapannya, dan dia hanya bisa diam terpaku di tempat.


Altina berbicara kepada Regis sambil membelakanginya.


"Ini merepotkan, ini terasa lebih ketat. Apakah aku semakin gemuk? Aku pikir aku masih dalam masa pertumbuhan. Pagi ini juga terasa ketat. Tolong bantu aku mengikat tali."


"Tali yang di kor, korset?!"


"...Eh?"


Altina akhirnya menyadari orang yang datang untuk membangunkannya bukanlah seorang pelayan.


Dia berbalik panik dengan mata terbuka lebar.


Altina tampak seolah-olah tersambar petir.


Regis juga tertegun dan tidak bisa berkata-kata. Pikirannya dibanjiri dengan kata-kata seperti “pelecehan” dan “tidak menghormati keluarga kekaisaran”.


"Ah ... tidak, itu ... Aku di sini untuk membangunkanmu ... Aku tidak tahu bahwa ini akan terjadi!"


"HyaaaaLogitechf1f4 (talk)!!"


Jeritan Altina cukup keras untuk menghancurkan gendang telinga.


- Apakah ini akhir bagiku?


Regis menyerah.


Tak lama setelah itu, suara langkah kaki mendekat.


Suara laki-laki terdengar dari luar pintu.


"Apa yang terjadi tuan putri!"


"Apa seorang pencuri menyelinap masuk?! Kami akan membantai dia Yang Mulia!"


Regis hanya bisa melihat masa depannya berubah menjadi daging cincang oleh penjaga kekar. Apakah dia akan ditikam sampai mati, dibuang seperti kerikil atau dibakar hidup-hidup? Jika memungkinkan, ia memilih kematian tanpa rasa sakit. Akan lebih baik jika ia tidak menyeret kakaknya yang tinggal jauh dari sini ke dalam masalah ini.


Altina mengatakan:


"Ma, maaf. Ada serangga merangkak keluar dari pakaian! Serangga besar!"


"Oke! Kami akan menghancurkannya!"


"Tidak! Aku masih berganti pakaian, kalian akan dituntut karena tidak menghormati keluarga kekaisaran, pelecehan, serta menerobos masuk, itu merupakan hal yang buruk, oke?!"


"Berganti pakaian ... Dimengerti! Kami pasti tidak akan masuk!!"


"Ya, perkenankan kami untuk berjaga di luar!"


"Tidak apa-apa! Aku baik-baik saja! Aku akan merasa malu jika kalian berdiri di sana, jadi silahkan kembali ke pos kalian sekarang!"


"... Mengerti."


"Dia, dia sedang berganti pakaian sekarang."


"Ayo cepat kembali."


"Baik."


Suara langkah kaki terdengar semakin pelan dan menjauh.


Regis berubah dari kaget menjadi putus asa, menambahkan kebingungan tentang situasi saat ini, pikirannya membeku.


Dia menatap Altina dan bertanya:


"... Ke, kenapa?"


"Bodoh! Jangan lihat aku!"


"Ah, Maaf."


Regis berbalik dengan panik, dia berencana untuk membuka pintu dan pergi — tapi mungkin ada penjaga di luar jika ia tidak berhati-hati.


Altina bergumam pada dirinya sendiri:


"Aku berteriak tanpa sengaja... Tapi jika diperhatikan, itu adalah kesalahanku karena aku meminta bantuan tanpa memeriksa siapa orangnya."


"Aku tidak tahu kau sedang berganti pakaian."


"Itu benar ... Apa kau ada perlu denganku?"


"Aku diminta oleh Nona Clarisse ... untuk membangunkanmu."


"Ku ... Gadis itu benar-benar ... Dia tahu bahwa aku selalu memintanya untuk membantuku berganti pakaian..."


"Apakah begitu?"


"Yah kadang-kadang. Jika aku terburu-buru atau ketika aku mengenakan korset ... ah, tidak apa-apa! Ini adalah rahasia gadis!"


"... Ah, maksudmu semakin gemuk dan lain-lain."


"Haruskah aku memanggil penjaga?"


"Eh?!"


"Hapus itu dari ingatanmu atau kau akan dihukum mati!"


"Baik Yang Mulia!"


Tidak baik bagi Altina menyalahgunakan wewenangnya untuk hal-hal pribadi, tapi ini adalah pengecualian - rahasia seorang gadis memang menakutkan.


Altina tersipu sambil menutupi dada dan pinggangnya dengan tangan.


"Kenapa kau melihat ke arahku!?"


"Ah wah, maaf! Kita sedang berbicara, jadi aku hanya..."


"Apakah kau benar-benar masuk tanpa memperhatikan!?"


"Aku bersumpah demi Tuhan."


"Kau bahkan tidak menghadiri misa sekalipun setelah ditugaskan ke benteng!"


"... Aku sudah menyapa pendeta kok."


"Hanya menyapa dan kau sudah berani bersumpah kepada Tuhan? Kau diam di sana dan berbalik. Jangan berani berpikir untuk menoleh kesini."


"Baiklah, aku tidak akan menoleh."


Regis memfokuskan pandangannya pada serat pintu kayu.


Dia bisa mendengar suara napas ringan dan gemerisik pakaian di belakangnya.


Fu, fu.


Suara napas yang sedikit tertahan berhenti, dan berubah menjadi suara pakaian yang dipakai.


Suara logam yang berbenturan terdengar, Altina mungkin memakai armor dan pelindung kakinya.


"Oke, kau boleh melihat ke sini sekarang."


"Fu~"


Regis menyeka keringat dinginnya.


Altina memakai gaun yang biasa ia pakai dengan armornya.


Tapi pemandangan Altina memakai pakaian dalamnya yang menggoda tetap tertanam di dalam pikirannya, membuat wajah Regis panas.


Altina terlihat tenang, tapi telinganya masih memerah.


"Fu ah~ ..."


"Ada, ada apa Altina. Apa kau baik-baik saja?"


"Haaah, itu karena kau sangat tidak “peka”."


"Aku tidak bermaksud untuk melihat. Ini adalah, apa yang dikenal sebagai kecelakaan."


"Aku tahu. Jika kau melakukannya dengan sengaja, aku akan membelahmu dengan Thundering sword![2]"


"Aku pikir, alasanku ditebas oleh pedang pusaka akan menjadi alasan yang terburuk sepanjang masa. Tolong ampuni aku."


"Hah ... Aku berencana untuk berbicara padamu hari ini. Tapi sekarang aku merasa malu hanya dengan melihat wajahmu."


"Kau ingin berbicara denganku tentang hal-hal memalukan?"


"Bukan itu!"


"Yah, akan lebih baik bagi kita berdua untuk melupakan hal ini."


"... Aku pikir, aku tidak akan pernah melupakan ini selama sisa hidupku."


"... Maaf."


Setelah wajah memerah mereka mereda, Regis dan Altina berjalan menuju ruang makan meskipun itu sedikit terlambat.


Altina keluar dari kamarnya terlebih dahulu, diikuti oleh Regis yang menyelinap keluar dari ruangan.


Mirip seperti pasangan kawin lari, pikir Regis.


Keduanya akhirnya berjalan melalui lorong.


"Jadi, apa yang kau ingin bicarakan denganku? Kau dapat memberitahuku tanpa perlu melihat wajahku."


"Erm ... Mereka bergegas untuk membantuku waktu itu kan?"


"Hmmm? Ah, maksudmu para tentara?"


"Semua orang memperlakukanku dengan baik. Tapi mereka hanya menganggapku sebagai seorang putri."


"Aku juga berpikir begitu."


"Aku juga mengatakannya malam itu. Menurutku, aku bukanlah seorang komandan yang sebenarnya jika aku tidak memiliki kewenangan untuk memberikan perintah."


"Sangat disayangkan, tapi aku juga merasa seperti itu."


Altina tidak melihat Regis karena malu — itu bukan satu-satunya alasan. Pikirannya juga menerawang jauh.


"Jika aku ingin diakui sebagai komandan resimen ini, aku harus lebih dapat diandalkan daripada ksatria hitam Jerome. Bukankah itu benar?"


"Ah ... Hei, kau berencana untuk melakukan sesuatu? Aku punya perasaan buruk tentang ini."


Altina tidak menjawab pertanyaan Regis.


Dia sedang memikirkan sesuatu.


"Kau pasti akan menentangnya jadi aku tidak akan bilang."


"Altina ... Kau berencana untuk melakukan sesuatu yang tidak kusetujui? Tolong hentikan."


"Tapi itu pasti akan efektif. Karena kau menjamin itu akan bekerja."


"Apakah aku mengatakan sesuatu yang tidak perlu lagi?"


Altina tidak menjawab, dia hanya tersenyum pada Regis untuk meyakinkannya.


Wajahnya tidak memerah bahkan ketika mereka melihat satu sama lain.


Mereka melihat Clarisse duduk dengan santai ketika mereka tiba di ruang makan.


Sebagian besar kursi kosong, ruang makan sepi.


Regis memastikan waktu dengan melihat jam di dinding.


"Ini seharusnya ... jam sarapan sekarang."


Jika jam tidak tidak berfungsi, maka pasti pekerja tidak memperbaikinya.


Semua perwira seharusnya berkumpul di sini pada hari biasa.


Clarisse bangkit dan membungkuk.


"Selamat pagi putri."


"Mm, pagi Clarisse. Kau benar-benar berani."


"Aku mendengar teriakan imut barusan... Apa ada yang terjadi, bisakah kau ceritakan secara detail?"


"Ugugu ... Tidak, tidak ada yang terjadi."


"Apakah begitu."


Clarisse berada di atas angin ketika mereka bersilat lidah.


Altina merubah topik dan bertanya:


"Apakah semua orang tidur larut malam? Atau kita yang terlambat?"


"Sepertinya, kalian lah yang terlambat."


"Apakah sesuatu terjadi?"


Clarisse terlihat bingung sejenak.


Ini adalah perubahan kecil... Tapi jarang melihat dia ragu di hadapan Altina.


"Regu pengintai baru saja kembali."


"Eh?"


"Apakah itu regu pengintai utara?"


Altina mengangguk untuk membalas pertanyaan Regis.


"Ya, untuk benteng ini, regu pengintai akan melakukan pengintaian ke utara. Misi mereka adalah untuk menyelidiki negara-negara tetangga dan orang barbar. Mereka menghabiskan waktu sekitar satu bulan untuk mengintai..."


Di bagian utara wilayah Beilschmidt adalah Varden Duchy[3].


Varden adalah bagian dari federasi Germania, Negara tersebut berada dalam keadaan perang internal atau eksternal yang terus berkelanjutan. Mereka pernah saling berbentrokan dengan resimen Jerome beberapa kali.


Beberapa suku barbar juga berkumpul di hutan di antara kedua negara.


Suku yang lebih kecil berjumlah ratusan, sedangkan yang lebih besar memiliki ribuan orang. Mereka adalah campuran penduduk asli dan warga yang diabaikan oleh kekaisaran dan federasi.


Sebagai resimen perbatasan, mereka harus berhati-hati terhadap kedua kelompok ini. Komandan harus diberitahu tentang laporan pengintaian bahkan jika ia harus meninggalkan hal-hal lain yang mendesak.


Altina menggigit bibirnya.


"... Apakah Sir Jerome menerima laporan ini?"


"Ya, beberapa prajurit datang ke sini mencari dia untuk memberitahu Sir Jerome tentang kepulangan regu pengintai. Mereka pergi ke tempat tinggalnya setelah gagal menemukan dia di sini. Semua perwira berkumpul di alun-alun untuk mendengarkan laporan."


Para prajurit tidak mencari Altina. Mereka bahkan tidak berpura-pura melapor pada komandan yang “salah”.


Sebuah badai kemarahan berkecamuk dalam hati Altina, tapi dia tidak membiarkan hal itu terlihat.


"Aku akan sarapan nanti!"


Dia pergi ke pintu setelah mengatakan itu.


Clarisse membungkuk dalam-dalam di belakangnya.


Regis mengikutinya setelah keluar dari ruang makan dengan tergesa-gesa, dan dia berlari menuju alun-alun.


Ada banyak perwira berkumpul pada alun-alun di depan gerbang utama, dan para tentara melihat dari kejauhan pada lingkaran luar.


Di tengah dinding manusia terdapat Jerome dan lima orang.


Margrave berdiri dengan tangan bersedekap, dan dia mendengarkan laporan.


Orang yang berlutut dengan satu kaki di hadapannya adalah laki-laki berpakaian seperti petualang dengan jubah dan pedang di punggungnya. Kelima orang itu memiliki wajah brewokan dan sangat kurus. Hanya mata mereka yang “hidup”. Mereka adalah regu pengintai, dan orang yang berbicara adalah pemimpin pengintai.


Bir dan kismis diberkan kepada regu pengintai, tetapi mereka tidak mnyentuhnya.


Mereka menghabiskan satu bulan di daerah musuh untuk memberikan laporan ini, mereka sangat serius menjalankan misi selama satu bulan yang sarat dengan kesulitan.


"—begitulah informasi penting dari Varden Duchy."


"Hmm ... Mereka tampaknya sedang mengumpulkan pasukan."


"Aku juga pikir begitu."


"Apakah mereka berencana untuk menyerang kita ... Atau apakah mereka mempersiapkan untuk perang saudara ... Hmm?"


Jerome menatap Altina yang mendekat, lantas dinding manusia terbelah untuk memberikannya ruang.


Regis berhenti ketika sampai di tepi kerumunan. Dia tidak ingin terlihat seperti pengikut yang tak tahu malu, dan mengundang ketidaksenangan dari orang lain.


Regu pengintai melihat Altina dengan ekspresi serius. Altina diremehkan dan dianggap seperti hiasan semata. Laporan pun dimulai sebelum ia tiba. Tapi Altina masihlah komandan resmi walaupun dia belum melakukan apa pun yang layak. Mungkin saja Altina akan menunjukkan sisi buruknya ketika emosinya tak terkendali.


Pemimpin pasukan mengusulkan:


"Nyonya Komandan... Izinkan aku untuk melaporkan lagi-"


"Tidak apa-apa, silahkan lanjutkan laporanmu. Sir Jerome akan menringkas apa yang kau katakan dan melaporkannya kepadaku, benar?"


"Haha, aku melapor pada seorang gadis kecil? Kembali dan makan ham kalkunmu di ruang makan sana."


"... Aku akan menyelesaikan masalah ini denganmu setelah mendengar laporan mereka."


Kata-katanya penuh dengan tekad.


Semangat Altina tidak goyah bahkan ketika menghadapi intimidasi Jerome. Atmosfer terasa seperti ada dua bilah pedang yang beradu dengan bunga api beterbangan.


Para pengintai berani dan kerumunan tersentak oleh adegan ini.


Altina mendesak mereka untuk melanjutkan laporan.


"Ugh ... Berikutnya adalah laporan pengintaian terhadap orang barbar di hutan. Mereka terlibat dalam perang besar antar suku ketika kami melakukan pengintaian."


"Pertikaian sesama orang barbar? Pertempuran-pertempuran kecil antar suku-suku kecil memang umum, tetapi perang besar antar suku jarang terjadi."


"Ya, sebuah koalisi yang setidaknya terdiri tiga kelompok suku juga hadir."


"Orang barbar yang hanya tahu membunuh dan merampok bersatu? Apakah mereka benar-benar barbar?"


"Dari peralatan dan gaya bertarung mereka, mereka sepertinya orang barbar. Ada seorang pria menonjol yang kuat dalam kelompok tersebut yang bergerak seperti monyet. Dia terus menerkam musuh dan mengalahkan mereka, cukup kuat untuk mengubah gelombang pertempuran sorang diri."


"Oh ..."


Jerome tersenyum pada kemungkinan menghadapi lawan yang kuat. Bagian dari karakternya itu mungkin adalah alasan mengapa ia menjadi pahlawan dan mengapa pasukannya memujanya.


Altina mendengarkan dengan tenang. Jika kedua belah pihak bertanya segala macam pertanyaan, laporan tidak bisa dilanjutkan.


Jerome menanyakan beberapa pertanyaan tentang orang barbar, ia tampak khawatir tentang musuh yang seperti monyet itu.


Saat laporan berakhir, Altina akhirnya bertanya:


"... Regu pengintai memiliki dua belas anggota ketika kau memulai misi, benar?"


"Ya."


"Bagaimana cara mereka meninggal?"


"Tiga orang tewas saat melawan orang barbar, dua orang meninggal karena penyakit, satu orang kehilangan pijakan saat melintasi pegunungan dan satu lagi terkubur dalam badai salju."


"Aku mengerti..."


Altina mengangguk dan menutup matanya.


Saat keheningan untuk orang mati.


Para perwira dan pria pada alun-alun tenang tak bergerak, seluruh benteng hening.


Dia membuka matanya sesaat setelah itu.


"... Terima kasih atas laporan pentingmu dan pelayananmu yang gagah berani. Silakan istirahat yang baik untuk saat ini."


"Baik... Yang Mulia ... Ugugu ..."


Kelima orang yang selamat mulai menangis. Mereka teringat rekan-rekan mereka yang tewas dan kesulitan yang mereka alami.


Mereka memberi hormat dan pingsan.


Para prajurit di sekitar mereka menyambut regu pengintai dengan pujian dan rasa syukur.


Laporan pengintaian sangat berharga seperti cahaya yang bersinar dalam kegelapan. Musuh mungkin memilih untuk membangun kekuatan atau menyerang di bawah samaran salju. Kekaisaran akan dapat menyesuaikan patroli dan pertahanan mereka sesuai dengan tindakan musuh.


Jerome berbalik dan berencana untuk kembali ke menara pusat.


"Hmmp ... Hal yang dapat gadis kecil itu lakukan hanyalah memerintahkan untuk mengheningkan cipta."


Altina menjawab: "Berhenti." pada pria yang mengejeknya, dan dia meletakkan tangannya di gagang pedang.


Regis membelalakkan matanya saat ia melihat adegan tersebut terjadi.


Dia mendengar suara logam beradu.


Tanpa memberikan Regis waktu untuk menghentikannya, Altina menarik pedangnya.


"Apa?!"


Regis menjerit putus asa.


Suara gaduh meletus di sekelilingnya, para pasukan terkejut.


Dinding manusia mundur dengan teriakan "Wah!"


Altina berjarak lima langkah dari Jerome. Untuk pahlawan seperti dia, Jerome bisa mendekatinya dengan sekejap.


Karena Altina menunjuk pedangnya ke arah Jerome, tidak mengherankan jika dia akan dibunuh.


Tapi dia tetap tenang meskipun begitu.


"Kau bersikeras untuk tidak mengakuiku tidak peduli apa yang terjadi, Sir Jerome."


"Hei ... Gadis kecil, lawakanmu tidak lucu."


"Aku serius. Sungguh menyebalkan memiliki keluarga kekaisaran bertindak seperti seorang komandan bagimu, bukan? Sudah saatnya untuk menyelesaikan masalah ini."


"Hmmp, tidak ada perlu diselesaikan. Ini adalah resimenku."


"Itu adalah kata-kata yang akan diucapkan dari sebuah negara kecil di dalam federasi Germania. Semua orang di resimen dari prajurit sampai ksatria, dan bahkan kau adalah milik tentara kekaisaran Belgaria, dan berada di bawah perintahku."


"Ya, itu benar. Tapi gadis kecil, kau tidak bisa memimpin pasukan dengan hanya sebuah gelar kosong. Ini bukan istana. Tidak ada prajurit yang akan mendengarkan perintah dari sebuah hiasan dalam keadaan darurat."


"Aku tahu hal ini dengan baik. Aku menyadari ini pada bulan April. Itu sebabnya aku harus membuktikan diriku layak untuk memiliki gelar komandan."


"Kukuku ... Bukankah kau sudah memiliki mandat dari kaisar?"


"Apa kau bercanda?"


Altina mengalihkan padangannya sedikit.


Regis merasakan tatapan Altina pada dirinya.


Dia tidak melihat keraguan atau kegelisahan pada diri Altina, dia tampak santai dan percaya diri.


Pedangnya tak tergoyahkan.


Dia mengalihkan pandanga ke arah pria dihadapannya dan mengumumkan:


"Sir Jerome, aku menantangmu untuk berduel!"


Jika ini adalah mimpi buruk, aku ingin segera bangun- Regis berdoa.


Sekitar sepersepuluh dari pasukan tercengang, sepersepuluh lainnya kaget karena kebingungan, sebagian besar tentara berpikir itu adalah lelucon dan beberapa dari mereka bahkan tertawa.


Bahkan Jerome tidak menganggapnya dengan serius.


"Hei gadis kecil ..."


Tapi tawa mereka berhenti dengan kata-kata Altina berikutnya.


"Jika aku menang, kau akan mengubah caramu memanggilku. Pertama, kau harus mengakui aku sebagai komandan dan mendengarkan instruksiku. Berikutnya, kau akan menjadi jenderal di bawah komandoku dan mengerjakan segala tugas dengan kemampuan terbaikmu. Ini bukan mimpi atau lelucon, jika kau terus memperlakukan ini dengan sikap main-main, aku akan menganggapmu melarikan diri. "


Altina telah mengatakan semuanya, sehingga Jerome tidak bisa terus mengabaikannya.


Senyumnya menghilang dari wajahnya.


Aura mengintimidasi yang dilepaskannya meningkat.


Pasukan merasa takut karena mereka merasakan niat membunuh yang kuat, beberapa bahkan mencoba melarikan diri.


"Cih ... Jangan menyesal gadis kecil. Aku tidak akan menahan diri bahkan jika lawanku adalah kaisar!"


"Aku sudah menduganya. Jika kau adalah orang yang menghormati posisi orang lain, kau akan bersedia untuk bekerja di bawahku tanpa perlu melakukan duel."


"Kau menganggap enteng hal ini. Apakah kau sudah menyiapkan seorang petarung untuk menggantikan posisimu? Satu-satunya ksatria yang mampu menantangku dalam benteng ini mungkin Evrard ..."


Komandan ksatria yang menjadi pusat perhatian memiliki ekspresi bingung.


Dia mungkin bekerja di bawah perintah Jerome, tapi ia juga memperlakukan Altina seperti putri, cucu, atau bahkan dewinya. Dia akan berada dalam dilema jika ia ditugaskan untuk menjadi petarung Altina.


Altina mengayunkan pedangnya.


".. Aku tidak memerlukan seorang petarung. Akulah yang akan berduel denganmu. Aku katakan sekali lagi - aku akan menganggap kau takut jika kau tidak menerima tantanganku!"


"Kukuku ... Baiklah. Kau hanya seorang putri yang kalah dalam perebutan kekuasaan politik. Mungkin kau akan kalah juga di sini."


Altina mengerutkan keningnya dengan kesal.


Putri pecundang adalah salah satu julukan paling kejam yang pernah dia dengar. Ini lebih seperti cemooh daripada nama panggilan.


"Kau akan mengakuiku sebagai komandan jika aku menang?"


"Tentu saja, aku akan mengakuimu sebagai komandan sesungguhnya, bukan hanya gelar kosong. Itu jika kau menang! Jadi ... Apa yang aku dapatkan jika aku menang? Aku adalah komandan resimen ini bahkan tanpa duel .. . Ah, mengembalikan gelar komandan[4] padaku terdengar bagus."


"Kau ingin aku memperlakukan dekrit kekaisaran seperti sepotong sampah, benar?"


"Bisakah kau melakukannya?"


"Bahkan jika aku mengirimkannya, itu akan dicabut oleh pangeran Latreille."


"Hmmp ... Jadi kau tidak bisa memotivasiku untuk mengambil bagian dalam duel."


Altina mengangguk setuju.


Sepertinya ini adalah bagian dari rencananya.


"Aku tahu kau akan mengatakan itu. Duel ini tidak berguna jika tidak ada keuntungan untuk Sir Jerome. Aku telah memikirkan hal ini selama beberapa hari terakhir. 'Menahan diri karena tidak ada gunanya berusaha keras'. Jika pasukan berpikir seperti ini, maka duel tidak akan memiliki nilai."


"Hah ... Maksudmu, kau memiliki perjanjian yang dapat membuatku tertarik?"


"Aku akan menerima gelar kosong sebagai komandan, dan mengembalikan nama baik keluarga Beilschmidt."


"Apa katamu?"


"Kau belum lupa tentang dirimu yang dikucilkan dari panggung utama oleh para jenderal keturunan bangsawan, kan?"


Jerome mengertakkan giginya.


"Gadis kecil ... Kau telah menyinggung sesuatu yang tidak perlu. Jika kau mengusulkan beberapa rencana bodoh, kita tidak perlu berduel. Aku akan tutup mulut di sini sekarang juga! Pikirkan dengan hati-hati sebelum berbicara. Apa perjanjian yang kau akan ajukan?"


Sudah terlambat untuk menghentikan mereka pada atmosfer saat ini.


Secara hipotetis, dapatkah Regis menghentikan duel jika ia melakukan intervensi sekarang? Mustahil.


Melakukan itu hanya akan membuat reputasi Altina jatuh lebih buruk. Seorang komandan yang dilindungi oleh seorang perwira admin tingkat kelima hanya akan menjadi bahan tertawaan.


Yang bisa ia lakukan hanyalah menonton.


Meski begitu, Regis merasa sulit menekan dorongan untuk menghentikan mereka.


Ada sebuah cara bagi seorang wanita untuk menganggap dekrit kekaisaran seperti sampah, meninggalkan masa dinas militer dan meningkatkan status Jerome di antara para bangsawan.


"... Berhenti."


Dia mengucapkan ini dengan lembut di tenggorokannya.


Tentu saja kata-katanya tenggelam oleh suara di sekitarnya, sehingga perkataannya gagal mencapai Altina.


Altina mengarahkan pedangnya ke arah lawan.


Dan berkata kepada si pahlawan dengan mata merah seperti anjing liar:


"Jika kau menang, aku akan menjadi istrimu."


Jerome menjadi kaku.


"... Memang ... Ini adalah perjanjian yang menarik."


"Benar kan?"


Altina tidak lagi seorang putri setelah menikahi seorang bangswan, sehingga rencana Pangeran Latreille untuk menunjuk putri sebagai komandan akan menjadi tidak berarti.


Setelah menikah, gelar bangsawan dari keluarga Beilschmidt akan tetap sama, tapi status mereka pasti akan meningkat.


Secara objektif, Jerome memiliki lebih dari cukup alasan untuk menganggap duel ini dengan serius.


"Hmmp ... Gadis kecil, Kau bukan tipeku, tetapi perjanjian itu sendiri sangat bagus. Bersiaplah untuk diperintah sesuka hatiku, seperti seorang pelayan."


"Tampaknya perjanjian ini dapat diterima olehmu."


"Tentu. Mempertaruhkan kehidupanmu sangatlah menarik. Aku akan menerima duel ini."


Jerome tersenyum seolah-olah dia sudah menang.


Altina menyarungkan pedangnya.


"Kalau begitu duel ini berlaku. Aku akan mengatakan ini hanya untuk berjaga-jaga. Jika kau memiliki kesalahpahaman aneh dan berduel denganku dengan pikiran mesum, maka kepala busukmu akan hancur berserakan di lantai."


"Kau harus memperhatikan masalahmu sendiri gadis kecil. Kau harus memulai pelatihan pengantinmu sekarang."


"Apa?!"


Altina mengertakkan giginya dengan marah.


Itu hanya ejekan tak berarti, tapi Altina memiliki resistansi rendah terhadap masalah ini, jadi itu sangat efektif.


Jerome melemaskan buku-buku jarinya.


"Kapan kau ingin melakukan duel ini? Aku sih tidak masalah, bahkan jika kita melakukan ini sekarang."


"Apa kau bercanda? Aku tidak akan memberikanmu kesempatan untuk mencari alasan. Aku memiliki begitu banyak tuntutan, aku tidak akan meminta berduel dengan segera. Akan ada banyak alasan seperti kau baru bangun, kau minum terlalu banyak tadi malam, atau perbedaan dalam persiapan antara kedua belah pihak. "


"Hmmp ..."


Jerome tahu bahwa resimen telah terbagi menjadi dua kubu, salah satu kubu mendukung dia, dan kubu lainnya mendukung Altina.


Memberi banyak alasan adalah hal yang buruk, terlepas dari hasil duel tersebut.


"Oui, Mari berduel pada siang hari, tiga hari lagi. Tempatnya adalah alun-alun ini."


"Apakah tiga hari cukup?"


"Kau pikir siapa aku?"


"Dimengerti. Juga, aku tidak ingin orang lain berpikir aku merencanakan sesuatu saat melawanmu jadi—"


"Jangan sombong! Seorang gadis kecil berusia 14 tahun tidak akan menang melawanku tidak peduli perangkap apa pun yang kau siapkan!! Aku tidak akan mengeluh dengan hasil duel nanti, jika ada yang mengeluh tentang hasilnya, itu berarti ia mengeluh kepadaku. Aku akan mencekik lehernya dan membungkamnya! "


"... Apakah begitu."


"Aku yang seharusnya memperingatkanmu. Aku tidak akan menahan diri tidak peduli siapapun yang bertarung melawanku. Siapkan tekadmu."


Setelah mengucapkan kata-kata ini, Jerome menaiki tangga menara pusat.


Erangan meletus dari sebagian ksatria. Mereka adalah orang-orang yang memuja Altina sebagai seorang dewi.


Altina yang dihormati oleh mereka, terlihat tenang.


"Aku tidak berencana untuk membunuh bawahanku."


"... Apakah kau berencana untuk menang?"


Regis bertanya pada Altina setelah Jerome memasuki menara. Dia tidak akan merusak reputasi Altina, dengan berbicara padanya pada saat ini.


"Ara Regis, tidak ada orang yang hendak melakukan duel dengan berencana untuk kalah, benar?"


"Cerita putri melakukan duel tanpa harapan kemenangan untuk cinta dan reputasi sepertinya umum di dunia ini ... Aku tidak berpikir kau sebodoh ini, putri ... aku salah tentangmu."


Regis merasa dirinya bertambah tua 10 tahun.


— Menantang 'Pahlawan di Erstein' untuk berduel!!


Dia merasa seperti akan pingsan.


Altina memiliki ekspresi acuh tak acuh.


"Mengatakan aku bodoh terlalu jahat. Apakah tidak mengetahui cerita tersebut sangat memalukan? Cerita tentang duel yang tak bisa mereka menangi itu..."


"Bukan itu maksudku! Aku mengatakan bahwa menantang pahlawan Jerome terlalu bodoh !!"


"Karena tidak ada cara lain. Memenangkan duel dan membuktikan akulah yang terkuat di benteng. Kau mengatakan bahwa kau membutuhkan lebih dari kecakapan bela diri untuk menjadi seorang komandan, tapi lebih mudah bagi orang lain untuk menunjukkan siapa yang lebih kuat melalui kekuatan dan kekuasaan."


"Aku keceplosan lagi ..."


Regis memijat pelipisnya dengan jarinya, ia pasti akan pingsan karena sakit kepala jika ini berlanjut.


Apakah Altina tidak memahami situasi ini? Atau apakah dia memiliki beberapa skema dalam pikirannya?


Dia merasa bahwa Altina terlihat tenang dari sikapnya.


"Kau tidak keceplosan. Aku pikir itu adalah ide yang bagus, Regis."


"... Kau berencana untuk memenangkan duel?"


"Pastinya!"


Altina menjawab sambil membusungkan dadanya.


Catatan Penerjemah[edit]

  1. Jaga2 kalo gk ngerti, kadet = prajurit yang masih dalam pelatihan/akademi militer.
  2. Nama pedangnya Altina.
  3. Duchy adalah sebuah wilayah yang pemimpinnya bergelar Duke. Di Indonesia yang mirip kayak Duchy itu di Solo. Wilayah yang dipimpin Duke => Duchy, King => Kingdom, Emperor => Empire.
  4. Oke mungkin pada bingung jadi akan gue jelasin. Komandan bukan pangkat, tapi kedudukan dalam sebuah unit bukan pangkat, oke? Sebuah regu dipimpin oleh komandan berpangkat sersan. kompi dipimpin oleh komandan berpangkat letnan atau kapten. Resimen atau brigade dipimpin oleh komandan berpangkat brigadir jenderal. Divisi dipimpin oleh komandan berpangkat mayor jenderal. Paham?


Sebelumnya Bab 2: Janji Saat Fajar Kembali ke Halaman Utama Selanjutnya Bab 4: Pedang yang Bergemuruh

</noinclude>


Bab 4: Pedang yang Bergemuruh[edit]

Benteng penuh dengan diskusi tentang duel yang akan datang.


Seperti yang diperkirakan, kebanyakan orang merasa bahwa tidak mungkin bagi Altina untuk mengalahkan Jerome... Jadi, mengapa sang putri menantangnya?


Apakah dia pikir Margrave akan menahan diri jika lawannya adalah keluarga kekaisaran?


Para prajurit saling menceritakan rumor yang mereka dengar.


"Apakah akan menjadi seperti pertunjukan festival dengan Margrave menyerah setelah terkena beberapa serangan? Mereka yang menyerang keluarga kekaisaran akan dihukum mati, kan?"


"Kau berpikir seperti itu karena kau tidak melihat kejadian di alun-alun. Aku hampir kencing ketakutan ketika jenderal marah."


"Hei, apa tuan putri akan baik-baik saja?


"Margrave mengatakan bahwa ia akan menjadikan tuan putri sebagai istrinya, jadi dia mungkin tidak akan membunuhnya, kan?"


"Hehehe ... Cara yang ribet untuk mengusulkan pernikahan!"


"Wahahaha!"


Jika itu adalah duel yang sesungguhnya, Jerome pasti akan menang. Para prajurit bertanya-tanya apakah duel tersebut sunggguhan atau hanya lelucon. Jika itu adalah duel sungguhan, lalu apa yang akan Jerome lakukan kepada sang putri?


Isu tentang tantangan duel dianggap sebagai 'putri kekaisaran akan melawan pahlawan'. Bagaimana Margrave akan menangani ini? Apakah Margrave akan menikahi tuan putri, topik itulah yang menjadi fokus diskusi di antara kerumunan orang.


Regis berkeliling di zona barat dan mendengarkan rumor-rumor yang menyebar di sekitar benteng.


"... Yah, pasti tidak ada seorang pun yang berpikir Altina akan menang."


Sebagian besar tentara berpikir mereka adalah karakter pendukung dengan Margrave dan tuan putri sebagai pemeran utama. Tapi bukan itu masalahnya, para prajurit yang mendiskusikan rumor tersebut secara antusias tampak lebih penting.


Altina menantang Jerome untuk mendapatkan kepercayaan dari para prajurit. Jerome menerima tantangan tersebut karena para pasukan sedang menonton.


Bagaimana pandangan 3000 tentara di resimen tentang masalah ini?


Itulah yang menjadi perhatian Regis sekarang.


Itu tidak disengaja, tapi Regis masih berpikir dia harus mengambil tanggung jawab untuk meyakinkan Altina. Dia ingin membantu, sehingga ia perlu untuk memahami perasaan pasukan tentang hal ini.


Regis kembali ke menara pusat setelah mengelilingi sebagian besar benteng.


Ia mengunjungi ruangan Jerome berikutnya.


Dia merasa gugup, jantungnya berdetak dengan cepat.


Dia mengetuk pintu yang dicat hitam.


"Siapa itu?"


Sebuah suara rendah menjawab dari balik pintu.


Regis menelan ludah.


"...Ini Regis. Ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu, Sir Jerome, dan aku datang untuk menemuimu."


"Hmmp ... itu pasti tentang sesuatu yang membosankan."


"Itu mungkin benar ..."


"Masuk."


Jerome membuka pintu.


Ruang itu sama besar dengan ruangan Regis.


Ruang kerja Jerome berada di ruang sebelah, ada pintu lain di dalam ruang tersebut. Sebuah meja ditempatkan di samping pintu, rak yang berada di sudut ruangan penuh dengan buku-buku tentang hukum dan ekonomi.


Jerome berada di tengah-tengah ruangan, memegang tombak pendek dan berat.


Dia bertelanjang dada dan tubuhnya penuh keringat.


Ujung tombak berbentuk bola berat, tapi Regis terintimidasi oleh aura Jerome.


"..."


"Kukuku ... Apa kau datang ke sini untuk meracuniku atas perintah gadis kecil itu?"


"Jika kau khawatir tentang hal itu, kau harusnya berhati-hati terhadap Nona Clarisse."


"Ah, dia memang menakutkan. Dia mungkin akan benar-benar melakukannya... Dia tampak seperti gadis yang baik tapi kepribadiannya mengerikan. Sayang sekali."


"Aku ingin berbicara denganmu tentang duel..."


"Tidak ada gunanya mengatakan apa pun sekarang."


"...Kau benar."


Regis mendesah. Jika Jerome tidak termotivasi, masih ada beberapa cara yang bisa dia lakukan untuk menghentikan duel. Tapi Jerome tampak bersemangat tentang hal ini.


Sangat bersemangat sehingga ia memulai latihan untuk duel dengan segera.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - NCP8.JPG

"Fu ... Aku tidak sangka dia akan menantang secara terang-terangan. Aku pikir dia akan bermalas-malasan dan mengeluh sampai hari dia akan dinikahkan dengan seorang bangsawan kelas atas, kupikir dia hanya akan menjadi sampah yang akan membuang-buang waktunya setiap hari... Sepertinya aku salah menilai. "


"Jika dia bisa menjalani hidup dengan santai, itu akan membuat hidupku lebih mudah."


"Ada apa denganmu bocah? Kau pikir gadis kecil itu tidak bisa mengalahkanku?"


"Bukan hanya aku, itu adalah kesimpulan di antara semua prajurit resimen. Hanya tuan putri sendiri yang berpikir dia memiliki peluang menang."


Jerome menggeleng.


Dia mengayunkan tombak latihan yang berat sambil memegangnya secara horizontal. Lengan dan otot dadanya bergetar, membuat keringatnya jauh.


"Fu ... Itu salah."


"Maksudmu..."


"Aku tidak menganggap remeh kekuatan gadis kecil itu. Adalah hal bodoh untuk meremehkan seseorang yang bisa memegang pedang besar seperti itu."


"Aku mengerti."


Jerome menganggap duel ini sangat serius; Regis berpikir dan mendesah dalam hatinya.


Regis tidak bisa memahami detail dari kehebatan teknik bela diri, tidak peduli berapa banyak ia mengamatinya.


Pergerakan Jerome memegang tombak latihan terlalu cepat; hanya melihatnya saja, sudah membuat dia kesulitan.


Jerome menusukkan tombak sambil berkata:


"Pedang itu merepotkan ... Pedang atau tombak akan patah jika aku mencoba untuk memblok serangannya. Aku bisa mengganti dengan senjata yang baru di medan perang, tetapi aku akan kalah dalam duel jika senjataku hancur."


"Itu benar."


"Gadis kecil itu mungkin bertujuan untuk melakukan ini ketika dia bilang dia bisa menang. Dia mungkin akan menggunakan Grand Tonerre Quatre."


"Aku mendengar bahwa Sir Jerome memiliki tombak kuat yang mampu menandingi pedang itu?"


"Ya ... Tapi tombak itu hanya bisa dipakai saat berkuda. Sulit untuk menggunakannya dalam pertempuran tanpa menunggang kuda."


"Kau tidak berencana untuk menunggang kudamu?"


"Di alun-alun? Itu menggelikan. Kavaleri harus bertempur di dataran terbuka... Jadi dia berpikir tentang hal ini sangat dalam. Aku tidak dapat menggunakan tombakku atau teknikku. Dan itu bukan teknik penyerangan yang kukuasai. Gadis kecil itu mungkin bisa memenangkan duel ini. "


"Aku tidak berpikir bahwa kerugian yang dimiliknya dapat mengubah hasilnya."


Tidak hanya itu. Regis merasa kesempatan menang Altina memudar.


Regis berpikir bahwa Jerome boleh saja menganggap remeh duel jika Altina menantangnya dengan perbedaan besar dalam hal teknik bertarung. Ini seperti minum alkohol sebelum pertarungan atau hal-hal seperti itu.


Tapi Jerome tidak memberikan kesempatan sama sekali.


Kerugian kecil seperti itu hanya akan membuat lawan semakin waspada.


Tidak jelas apa tujuan Altina, tapi ini adalah strategi yang buruk.


"Hei Regis ... Apa kau berharap aku kalah?"


"Kenapa kau berpikir seperti itu?"


"Kau tidak akan berada di sini jika kau berharap aku menang. Kau akan membahas rumor-rumor dengan gembira bersama para pasukan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan; kau mungkin akan berakhir dengan melakukan pekerjaan administrasi yang kau sukai itu."


"Aku perlu meluruskan 2 hal."


"Apa?"


"Aku berharap untuk menyelesaikan masalah ini dengan damai."


Altina akan satu langkah lebih dekat untuk mewujudkan ambisinya jika dia menang. Tapi dia juga akan lebih dekat dengan bahaya.


Regis merasa bahwa ia harus membantu Altina mengamankan jalan untuk meraih ambisinya meskipun dia gagal menghentikannya.


"Kukuku ... Aku tidak berpikir adanya hal-hal seperti perdamaian di lini depan."


"Hal lain yang ingin aku luruskan ... adalah, aku tidak begitu suka dengan pekerjaan administratif. Kau pikir salah siapa, sehingga aku kekurangan jam tidur akhir-akhir ini!?"


Tanpa sadar, Regis lupa berbicara dengan sopan.


Regis berencana untuk menekan emosinya, tapi dia keceplosan dan mengungkapkan kekesalan yang dipendamnya.


Jerome menatap dengan mata terbuka lebar dan tertawa terbahak-bahak.


"Kuhahaha! Maaf tentang itu!Aku akan mengubah apa yang kukatakan kalau begitu - Aku pasti akan menang dan kau akan terus melakukan pekerjaan administratif yang kau benci untukku!"


"Itu terlalu kejam."


Bahu Regis terkulai.


Jerome merubah nada suaranya dan mengecilkan suaranya.


"Hei Regis ... Kau menyadarinya, kan?"


"... Apakah kau berbicara tentang anggaran?"


Jerome mengangguk diam.


Regis merasakan hawa dingin di lehernya.


Ia menemukan sesuatu setelah memeriksa lembaran dokumen.


"... Alasan sebenarnya kau mengusir perwira admin... adalah membiarkan orang-orang yang dapat menjaga rahasiamu untuk menangani buku akuntansi."

"Begitulah."


"Kenapa kau percaya padaku?"


"Karena ... aku tidak perlu memberitahumu masalah ini."


"Ketika kita pertama kali bertemu, kau mencoba menyuapku, dan kemudian mengancamku dengan garpu rumput. Semua karena ini?"


Sebagian dari anggaran resimen perbatasan Beilschmidt tidak dilaporkan ke departemen administrasi militer. Penggunaan dana tersebut tidak disebutkan dengan jelas.


Tapi jika kau mempertimbangkan keadaan Jerome, kau dapat menebaknya dengan mudah.


Jerome menyeringai.


"Fu ... Masalah itu ditunda karena kau sibuk dengan dokumen-dokumen akhir-akhir ini."


"Apa ini tentang siapa komandanku...?"


"Kau tidak perlu berbicara dengan gadis kecil tentang hal ini. Setelah duel 3 hari lagi, drama membosankan antara aku dan gadis kecil itu akan berakhir. Dan kau akan bekerja di bawahku."


Regis tampak tidak senang.


"Aku tidak cukup berharga bagi Margrave untuk khawatir tentangku."


"Jangan menyanjung dirimu sendiri, kau hanya hadiah pelengkap. Menyingkirkan komandan dengan gelar kosong, klan Beilschmidt menikahi keluarga kekaisaran ... Dan kau adalah apel pelengkap."


"Hah ... Jadi aku adalah apel."


Dirinya mungkin saja sebagai taruhan sampingan, tapi Regis merasa tidak nyaman sebagai subjek motivasi duel ini.


Margrave tidak menganggap remeh duel dengan Altina. Dia sangat bersemangat dan yakin akan menang.


Dia juga memiliki ambisinya sendiri.


Butuh banyak usaha bagi Regis unutk menyembunyikan kekhawatiran di wajahnya.


- Ini akan sulit. Altina, mengapa kau menyatakan tantangan ini?


Ada hal-hal yang perlu dia lakukan tidak peduli apa hasil dari duel 3 hari yang akan datang.


Ketika auditor dikirim ke unit ini dan melihat keadaan buku rekening, akuntan dan para komandan akan ditegur. Bahkan jika si komandan hanya memiliki gelar kosong.


Ini akan meningkatkan ditemukannya kemungkinan rahasia penggelapan.


Setelah kembali dari ruangan Jerome, Regis menyelesaikan sisa dokumen dengan terburu-buru.


Ia menyia-nyiakan beberapa waktunya karena serangan kantuk, tapi ia berhasil menyelesaikan dokumen dan menyegelnya.


Regis keluar dari kamarnya setelah menyelesaikan tugasnya.


Matahari sudah tinggi di langit. Pagi yang berawan, tapi cuaca cukup baik untuk mencairkan salju. Suhu cukup hangat untuk tidak memakai mantel.


Sebuah dinding manusia mengelilingi gerbang selatan.


Kurir periodik berada di sana.


Sebagian besar orang yang menerima surat dengan bahagia adalah para ksatria. Sebagian besar tentara regular buta huruf dan jarang mengirim surat.


"Kereta kuda berangkat~~ "


Sebuah lonceng berdentang keras.


Regis bergegas keluar.


"Tunggu sebentar! Tolong tunggu! Aku akan mendapat masalah jika ini tidak dikirim!"


Kurir periodik datang seminggu sekali.


Regis bergerak ke depan dan menyerahkan sebuah bingkisan kepada kurir yang bingung.


"Apakah ini ... perlu dikirim ke departemen administrasi militer? Bro, bukankah ada kurir lain untuk mengirimkan dokumen militer?"


"Ini adalah dokumen penting, akan terjadi hal buruk jika tidak dikirim. Ini adalah tanggung jawab yang berat, tapi aku mnyerahkan ini padamu."


"Tunggu! Kami adalah kurir sipil, bukan militer! Kau harus mengirimkan utusan untuk menyampaikan sesuatu yang penting seperti ini."


"Sir Jerome tidak suka mengirimkan tentaranya untuk memberikan dokumen, hal itu menyusahkanku."


"Hmm, departemen administrasi militer berada di ibukota, Aku pikir aku bisa mampir."


"Itu sangat membantu."


Regis memberinya koin tembaga Tonie sebagai bayaran.


Si Kurir memasukan bungkusan itu ke kantong pos sambil tersenyum.


Aku akan menganggap uang itu sebagai biaya yang diperlukan, pikir Regis yang kekurangan uang.


Kurir periodik keluar dari gerbang selatan.


Dia akhirnya bisa tidur.


Regis menguap lebar.


Dia mendengar suara cekikikan di dekatnya.


Dia berbalik dan melihat Clarisse yang membawa tumpukan besar cucian mendekatinya.


"Kau tampak agak lelah."


"Ah ... Menangani dokumen memang melelahkan, dan hal-hal yang tidak bisa kuabaikan terus bermunculan."


"Apakah itu tentang tuan putri? Kau tidak perlu khawatir tentang hal itu."


"... Bisakah kau melunagkan sedikit waktumu untukku sekarang?"


"Sungguh aneh bagimu untuk berpikir aku punya waktu."


Clarisse mengangkat sudut bibirnya saat ia membawa sejumlah besar cucian di tangan.


Pakaian dicuci dengan deterjen di ibukota kekaisaran, tetapi mencuci pakaian biasanya dilakukan dengan menggunakan papan cuci tradisional di benteng ini. Deterjen dianggap sebagai barang mewah di sini.


"Aku minta maaf, kau tampak cukup sibuk ... Tapi jarang melihatmu mencuci pada saat ini. Itu biasanya dilakukan pada pagi hari."


"Karena susu tumpah ke taplak meja. Jika aku tidak mencucinya sekarang, itu akan bau nanti."


"Ah, aku mengerti. Apa kau yang menumpahkannya?"


"Tidak, aku kebetulan sedang lengang saat ini. Jika kau tidak keberatan, aku bisa mencuci sambil mengobrol, aku akan mendengarkan apa yang ingin kau katakan."


"Tidak masalah. Biarkan aku membawa setengah dari cucian itu."


Clarisse tersenyum nakal ketika Regis mengulurkan tangannya.


"Apa kau yakin?"


"Tidak peduli seberapa lemah diriku, membantu seorang wanita membawa setengah cuciannya masih sanggup kulakukan."


"Bukan itu yang kumaksud. Ini terkena tumpahan susu lho?"


"Ugh ... Mau bagaimana lagi. Aku akan menyekanya dengan kain basah nanti."


"Fufufu ..."


Clarisse memberikan kain yang sedikit basah kepada Regis. Baunya seperti susu.


Regis berjalan menuju ruang cuci bersama dengan Clarisse.


Bagi pelayan, tugas yang membosankan sekaligus penting adalah memasak dan membersihkan rumah, demikian juga dengan mencuci.


Di sudut wilayah barat, di mana para prajurit berada, ada tempat yang permukaannya sedikit berada, dan lebih rendah dari permukaan tanah.


Salju cair mengalir ke tempat ini melalui pipa, sehingga membanjiri 10 stasiun cuci.


Clarisse menempatkan cucian ke dalam air. Dia membasahinya sebanyak mungkin, sehingga membuat kotoran keluar sebanyak mungkin.


Tangan lembut dan pucatnya menjadi merah segera setelah tercelup ke dalam air es.


"Ugh ..."


"Biarkan aku membantu."


"Aku baik-baik saja. Kau ingin berbicara denganku tentang tuan putri?"


"Benar ... Tapi kau melakukan tugas yang membosankan di depanku, sementara aku hanya berbicara. Itu membuatku tidak nyaman."


"Benar-benar hal yang aneh untuk diucapkan. Memang seperti inilah status sosial."


"Dengan logikamu, maka membantu hal yang aku inginkan adalah perwujudan dari status sosialku. Eh, aku hanya perlu melakukan ini?"


Regis mengambil taplak meja dari tumpukan cucian dan merendamnya ke dalam air, dia meniru apa yang dilakukan oleh Clarisse.


"Wah !?"


Tangannya merasakan sakit akibat air yang membeku.


"Dasar kau ini... keluarkan tanganmu dari air sesekali ketika kau mencuci. Tanganmu akan membeku jika kau merendamnya terlalu lama."


"Ah, begitukah? Apa kau baik-baik saja?"


"Aku sih sudah terbiasa."


"Ooh…"


"Ketika aku mencuci banyak cucian di pagi hari, aku akan menggunakan panci di sana untuk merebus air. Airnya dapat digunakan untuk menghangatkan tanganku, dan itu menghilangkan noda dengan mudah."


Ada panci besar di sudut ruang cuci.


Regis mengerti. Tidaklah mungkin untuk membersihkan begitu banyak cucian tanpa mempersiapkan air hangat. Seorang pemula seperti dia akan kesulitan untuk mencuci satu pakaian.


"Kau tidak merebus air hari ini?"


"Yah, hanya ada sedikit cucian hari ini. Apa hanya itu yang ingin kau bicarakan?"


"Tidak, aku baru akan mulai... Kuh..."


Regis memijat jari-jarinya yang merasa sakit akibat dingin, agar menghangatkan tangannya.


Tapi noda di kain belum mengliang.


Jadi Regis mengulangi 3 langkah, yaitu : menggosok kain, mengeluarkan tangannya dair air, dan menggosok jari-jarinya untuk menghangatkan tangannya.


"Kau baik-baik saja?"


"Ugugu ... Kenapa Altina menyatakan tantangan duel pada saat seperti ini?"


"Tuan putri mungkin tidak berpikir terlalu banyak tentang momennya. Itu pasti sesuatu yang dia pikirkan di pagi hari."


"Itu terlalu gegabah."


Dia akhirnya berhasil menghilangkan bau susu dari taplak meja.


Sebagian besar permukaan taplak meja berubah agak kuning, daerah yang cokelat juga telah berubah menjadi putih.


"Meskipun begitu, tidak akan masalah jika itu adalah ide tuan putri."


"Aku tahu sudah terlambat baginya untuk menyerah... Tapi, sepertinya kau juga tidak bisa berpikir optimis."


"Bukankah kau percaya pada tuan putri, Tn. Regis?"


"Aku tidak punya bakat untuk membedakan kehebatan bela diri seseorang. Tapi jika berpikir secara obyektif, maka Altina tidak mungkin bisa memenangkan duel tersebut. Andaikan saja Sir Jerome adalah seseorang yang akan kalah oleh gadis berusia 14 tahun yang tidak berpengalaman, dia pasti sudah mati di medan perang sejak dulu. "


"Aku mengerti, beberapa orang akan berpikir seperti itu."


"Tolong beritahu aku jika kau memiliki pendapat yang berbeda..."


Clarisse mengambil taplak meja dari air beku.


Suara gemericik air terdengar di ruang cuci.


"Karena tuan putri berkata padaku 'tidak ada masalah'♪"


"Kau hanya malas untuk berpikir. Apa yang kau‘percaya’ dan 'fakta' adalah hal yang berbeda."


"Jadi, apa yang akan kau lakukan?"


"... Mungkin tidak ada langkah yang tepat yang bisa kita ambil."


Setelah menyelesaikan tugas mencuci yang asing baginya, Regis mengucapkan selamat tinggal pada Clarisse dan berjalan menuju kamarnya sendiri.


Apakah langkah goyahnya karena kurang tidur atau terlalu banyak masalah dalam pikirannya?


Dia bisa mendengar suara pedang berayun dari halaman.


Dia pergi dan melihat Altina memegang Fauchard besar di halaman.


Altina mengayunkan Fauchard dengan satu tangan seperti ranting, meskipun kau biasanya membutuhkan dua tangan untuk memegang itu.


- Gadis normal tidak mungkin bisa melakukan itu.


Altina memiliki kekuatan lengan sangat kuat, yang tidak sesuai dengan penampilannya.


Dia mungkin menyadari kehadiran Regis.


Altina tersenyum pada Regis.


"Ara, kau ingin mengayunkan ini juga?"


"Aku tidak ingin dan aku tidak bisa. Aku tidak ingin menyombongkan diri, tapi ..."


"Kau bahkan tidak bisa mengangkatnya?"


"Aku mungkin tidak bisa."


Regis mengangkat bahu sedangkan Altina tersenyum canggung.


Dia mulai mengayunkan fauchard lagi.


"Kau ... Menakjubkan."


"Hanya kekuatan lengan... yang aku kuasai. Aku mengayunkan pedang untuk kepentingan orang dewasa ketika aku masih sangat muda."


"Yah, tidak hanya itu ... Tapi untuk menang melawan Jerome, terus terang ... Maksudku ... Bukankah itu terlalu sulit?"


"Pastinya. Jika dia adalah seseorang yang dapat dikalahkan dengan mudah, musuh-musuh kita tidak akan kesulitan menghadapinya."


"Apakah kau memiliki sebuah rencana? Kau cukup percaya diri untuk menyatakan tantangan."


Regis bertaruh pada peluang tipis ini.


Altina menatapnya dengan ekspresi bingung.


"Rencana apa? Bukankah duel dimenangkan oleh orang yang lebih kuat?"


"Ugh ... Kau benar-benar tidak berpikir apapun... Ada persiapan yang dapat kaulakukan untuk meningkatkan peluangmu menang."


"Hei, aku tidak bodoh."


"Jadi kau sudah berpikir tentang itu!?"


"Tombak akan lebih cepat pada serangan pertama. Setelah memblok itu, aku harus hati-hati terhadap hempasan tubuh karena pedangku berat. Apakah menendang lututnya ketika ia maju adalah tindakan melanggar aturan?"


Regis menundukkan kepalannya.


"Apa... kau berencana untuk melawan dia dengan jujur..."


"Ini tidak akan berarti jika aku tidak melawannya dengan jujur, tujuanku tidaklah untuk menang."


"Eh?"


"Membuktikan bahwa aku lebih kuat adalah tujuanku. Aku tidak akan mendapatkan kepercayaan dari para prajurit jika aku tidak memenangi duel dengan jujur. Dan kepercayaanmu juga."


Altina menyatakan itu dengan tenang.


Regis juga merasa bahwa Altina benar.


"... Tapi dia bukan seseorang yang bisa kaukalahkan tanpa rencana."


"Ini tidak akan berarti walaupun aku menang dengan sebuah rencana."


"Ugh, erm ..."


"Apa kau berpikir tentang sesuatu yang aneh?"


Altina menatap Regis dengan intens.

Regis mengalihkan tatapannya.


"... Ada banyak cara untuk melakukan sesuatu tanpa orang lain sadari,kan? Seperti memantulkan sinar matahari ke matanya dengan benda seperti pecahan kaca, atau beberapa perangkap di tanah."


Setelah mengatakan itu dengan pelan.


Suara hembusan angin terdengar.


Fauchard menghantam tanah di dekat kaki Regis dengan suara bang. Fauchard itu membuat celah yang dalam di tanah.


"Jangan bercanda denganku!"


"Hey, hey Altina!?"


"Ah ... Maaf. Aku terlalu gelisah..."


Aku juga - Regis menjawab gadis itu dan meminta maaf:


"Aku minta maaf, aku tidak bermaksud mengganggumu."


"Yah,aku mengerti."


"Aku mengerti mengapa kau ingin berduel dengan jujur. Tapi tujuan utama bukanlah serangkaian kemenangan. Kita perlu mengambil pintu belakang kadang-kadang."


Seperti yang diperkirakan, ini terlalu kejam untuk gadis berusia 14 tahun.


Sebenarnya, Altina yang merupakan putri ke-4 tidak memiliki kesempatan untuk mewarisi tahta. Satu-satunya cara baginya untuk mengambil alih takhta adalah dengan merebut tahta itu sendiri.


Tetapi Altina memiliki hati yang murni dan jujur, jadi dia tidak akan melalui jalan yang dipenuhi kotoran dan kematian seperti itu.


Hanya jalan yang adil dan bersih tercermin di matanya.


Kalau begitu, Regis lah yang harus menjadi penjahatnya.


Regis mengepalkan tinjunya.


Sepasang tangan putih dan mungil ditempatkan di atas tangan Regis saat ini.

"Eh ...?"


Jari-jari yang sedikit hangat setelah berlatih ayunan tombak membelai kulit Regis.


Altina berada di sisinya sebelum ia menyadarinya.


Altina mengangkat kepalanya untuk melihat Regis, dengan mata merah yang cantik menatapnya.


"Aku tahu kau khawatir padaku. Aku juga memahami bahwa kau tahu tentang banyak hal."


"Ya, aku khawatir tentangmu ... Tapi aku tidak tahu cara hebat apapun yang bisa memenangkanmu..."


"Menurutku, taktik bukanlah hal yang buruk. Tapi kadang-kadang, kita harus menghadapi pertempuran secara langsung."


"... Maksudmu disaat seperti ini?"


"Ya, benar kan?"


Regis menutup matanya.


Dia membalik-balik buku di dalam pikirannya dan mengingat pengetahuan yang relevan.


Tapi dia memutuskan untuk menggunakan pengetahuan itu pada akhirnya.


"Jika aku membantumu memenangkan duel ini dengan skema curang... Kau akan kehilangan jalan kebajikan yang kau tempuh. Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada kehilangan jalanmu, dan menjadi bidak bagi orang lain."


"Eh... Aku tidak benar-benar memahami sesuatu yang begitu dalam, tapi naluriku mengatakan bahwa aku harus bertarung dan menang dengan jujur!"


"Haruskah aku percaya padamu...?"


"Aku akan membuktikan bahwa aku layak kau percayai, tunggu dan lihat saja!"


Altina menyentuhkan tinjunya pada tangan Regis yang dipegangnya.


Regis mengangguk dan memberikan dukungan pada Altina.


Saat ini, bagi Altina menggunakan skema curang untuk menang tidaklah efektif, dan akan memiliki konotasi negatif.


Tapi dia tidak bisa hanya diam dan menonton.


Regis menggosok mata mengantuknya ketika ia muncul di ruang makan perwira.


Tapi orang yang dia cari tidak ada, jadi Regis pergi ke kandang kuda.


Saat ia sedang berkeliling di kandang, orang yang dia cari menyapanya dengn keras.


"Oh, Sir Regis!"


"Kau di sini, Tn. Evrard..."


"Aku mencarimu!"


"Apakah kau ... mencariku untuk berbicara mengenai tuan putri?"


"Hmm? Maksudmu tentang duel? Wahaha! Aku tahu ini akan terjadi cepat atau lambat, tapi aku tidak berpikir gadis kecil itu akan menyatakan tantangan duel pada saat itu! Aku sangat terkejut!"


"Kau tahu itu akan terjadi?"


"Dia ingin melakukan sesuatu untuk mengubah status quo yang canggung ini."


"Eh..."


"Dan satu-satunya cara yang dia bisa pikirkan adalah membuktikannya dengan pedang!"


Regis memeluk kepalanya.


Ini berarti pemikiran Altina tidak berbeda jauh dari komandan ksatria berotak otot ini.


Setidaknya ketika mereka memegang pedang.


Kepalanya sakit.


Tidak, itu adalah alasan yang membuat Altina berpikir bahwa Regis perlu untuk membantunya sebagai ahli strategi.


"Kenapa jadi begini ... Dan pemenang duel sudah dapat ditentukan ..."


"Wahaha! Sir Regis, kata-katamu sungguh berani! Seorang ahli strategi memang hebat!"


"Salah. Aku bukan ahli strategi."


"Oh? bukankah kau mengusulkan rencana yang sangat baik ketika menangkap bandit?"


"Tidak, itu karena... Putri memintaku untuk menjelaskan apa yang aku tahu... aku tidak memiliki kemampuan untuk memikirkan rencana pertempuran."


"Apa yang buruk tentang itu? Menggunakan pengetahuan yang orang lain tidak miliki adalah cara yang baik untuk berkontribusi."


"Hah ..."


Tapi bagaimana jika ia tidak memiliki pengetahuan yang dibutuhkan pada saat genting? Pada saat itu mereka akan membutuhkan ahli strategi yang sesungguhnya dan kebijaksanaannya.


Seperti situasi saat ini.


Plak! Evrard menepuk punggung Regis dengan kuat. Pukulannya membuat kantuk Regis menghilang.


"Itu sakit!?"


"Beberapa nyawa orang selamat berkatmu."


"Ah...?


"Cucuku! Anak itu berada dalam tentara Marquis Thénezay dan selamat ketika mereka dikalahkan."


"Yah, markas komando dihancurkan setelah serangan dadakan, tetapi sebagian besar pasukan kami berhasil melarikan diri. Tapi aku tidak berpikir itu berkatku..."


"Maksudmu orang-orang yang berhasil lolos dari serangan orang-orang barbar?"


"Ya."


"Cucuku bersama denganmu dalam pasukan cadangan ketika kau ditempatkan di bagian belakang unit utama."


"Ah, memang ada pasukan cadangan."


"Pada akhirnya, dia tidak malu karena kekalahan. Dia dipuji karena membantu rekan-rekannya yang dikalahkan untuk melarikan diri."


Regis ingat apa yang telah terjadi.


Itu adalah kenangan yang menyedihkan.


"... Setelah menyadari adanya serangan dadakan, markas terbakar... Jadi aku menyarankan untuk tidak membantu mereka, tapi malah bersiap untuk menyerang... Tapi hanya itu yang bisa kami lakukan."


"Jangan merendah. Markas komando hancur dan tentara utama mundur. Alasan utama tentara tidak terbantai adalah karena pasukan cadangan menghentikan serangan orang barbar atas perintah perwira admin tingkat 5 Regis Auric."


"Aku tidak memerintahkan apa-apa ... Pasukan cadangan memiliki perwira tempur berpangkat tinggi yang memimpin mereka, jadi merekalah orang-orang yang melakukan pekerjaan itu."


"Tapi bukan itu yang dikatakan dalam surat tersebut."


Evrard menyerahkan sepucuk surat.


Regis mengambil surat itu.


Cucu Edward menggunakan bahasa yang luar biasa formal dan menulis apa yang telah dikatakan Evrard.


Bagaimana ia diselamatkan oleh usaha Regis ketika tentara Marquis Thénezay mundur.


Dia juga menyebutkan bagaimana Regis menyelamatkan banyak rekan lainnya.


Ia baru menyadari akhir-akhir ini bahwa Regis harus bertanggung jawab sebagai satu-satunya orang yang selamat dari markas komando, lantas dibuang ke perbatasan.


Dengan begitu--


"Untuk membayar hutang-hutangnya kepada Sir Regis, cucuku secara sukarela bergabung dengan resimen ini. Baik! Ini juga merupakan sebuah cara hidup!"


"Bagaimana bisa! Tingkat keselamatan dari resimen ini sedikit lebih tinggi daripada garis depan lainnya ... Tapi masih 10 kali lebih aman jika kau tinggal di ibukota. Mengapa ia secara sukarela datang ke sini?"


"Cucuku mungkin berpikir tentang melindungimu di tempat yang berbahaya ini."


"... Aku tidak layak."


"Wahahaha! Kau mengatakan hal-hal aneh. Hanya orang itu sendiri yang akan mengerti mengapa mereka bersedia mempertaruhkan hidup mereka!"


Regis merasa pernyataan Evrard mungkin benar.


Tapi Regis tidak berpikir ia telah menyelamatkan banyak nyawa, atau bahwa ia layak dilindungi.


"Tn. Evrard, bisakahkau menerima kenyataan ini? Cucu yang kau sayangi dengan sukarela ditempatkan di tempat yang berbahaya seperti ini?"


"Jika itu yang dia inginkan, aku tidak bisa berbuat apa-apa."


"Apakah aku layak dilindungi olehnya!?"


"Hm ... aku tidak bisa benar-benar menceramahinya."


Evrard tersenyum puas.


Regis memiringkan kepalanya, dia tidak mengerti apa yang Evrard maksud.


"... Maksudmu?"


"Maksudku, jika cucuku meninggal sia-sia karena ketidakcakapanmu, maka aku akan berbicara denganmu tentang tanggung jawab dengan tombakku!"


"Bukankah itu berarti kau marah!?"


"Tidak marah."


"Kalimatmu tidak masuk akal!"


Regis sungguh merasa senang bahwa seseorang dari unit lamanya merasa berterima kasih terhadap dirinya.


Berkat dia, Regis merasa bahwa umurnya semakin pendek secara bertahap.


Kembali pada topik.


"... Mari kita tinggalkan topik ini untuk sementara ... Aku ingin berbicara tentang tuan putri."


"Hmmm?"


"Apa kau pikir tuan putri bisa menang?"


"Akan sangat baik jika dia bisa bertahan 10 pukulan, bukan?"


Evrard menilai bahwa Jerome akan menang dalam 10 serangan.


Sebesar itulah perbedaan mereka dalam kecakapan bela diri.


"... Mungkin ini bertentangan dengan kode etik ksatria ... Tapi bisakah aku memintamu untuk menyelamatkan tuan putri jika dia terdesak?"


"Oh? Beritahu lebih rinci."


3 hari kemudian –


Bel siang akan berdentang.


Banyak tentara sudah berkumpul di alun-alun.


Salju telah turun sejak pagi hari; dan itu akan berubah menjadi badai salju jika angin bertiup.


Tapi kedua pihak tidak berencana untuk menunda duel karena cuaca buruk.


Regis berada di kamar Altina.


Insiden seperti beberapa hari sebelumnya tidak terjadi. Altina sedang menunggu duel dengan tenang. Dia mengenakan pelindung lengan, pelindung lutut dan pelindung dada pada gaun one-piecenya sembari ia duduk di kursi yang didesain elegan.


Cangkir teh ditempatkan di atas meja.


"Kau tidak terlihat sehat, Regis."


"Kau lah yang harus disalahkan jika aku jatuh sakit karena khawatir berlebihan, Altina."


"Bukan kau yang akan berduel, jadi santai sedikit, oke?"


"Apa kau pikir kau bisa menang? Melawan 'Pahlawan Erstein'?"


"Pastinya, aku telah mengatakan ini berkali-kali. Tapi kalian semua tidak akan percaya jika aku tidak membuktikannya."


"Dan membuat pertaruhan yang tidak menguntungkannmu..."


Altina berdiri.


Dia satu kepala lebih pendek daripada Regis, tapi auranya membuatnya cukup tinggi sehingga kau harus mendongak ke arahnya.


"Jika aku tidak berguna di tempat yang damai, bagaimana mungkin aku bisa menjadi kaisar?"


"Kau tidak akan bisa ... Tapi ada sesuatu yang dikenal sebagai manajemen risiko di dunia ini..."


"Ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa kau capai tanpa meraih kemenangan."


"Kau terlalu tergesa-gesa."


"Kau tidak akan percaya apa pun yang aku lakukan."


Altina tersenyum kesepian.


Regis tertegun.


- Haruskah ia percaya bahwa Altina akan menang bahkan jika ia tidak memiliki rekan lainnya?


"Kau akan kehilangan sesuatu yang tak tergantikan jika kau membuat keputusan yang salah ketika didorong oleh emosi. Aku tidak boleh terus gagal di tempat yang sama."


Regis teringat Marquis Thénezay.


Dia mungkin tidak akan pernah lupa bahwa dia tidak mengusulkan rencananya untuk ketiga kalinya. Atau tidak memperhatikan harga diri para bangsawan.


Sangatlah sia-sia jika hanya memiliki pengetahuan saja.


Fakta ini telah terukir dalam hatinya.


"Apakah kau akan menghentikanku? Mungkinkah kau berencana untuk melarikan diri denganku? Itu akan sangat romantis."


"Aku tidak bisa melakukan itu. Aku telah berpikir tentang hal itu sebelumnya, tapi kau cukup kuat untuk membuat Jerome waspada. Melarikan diri denganmu tanpa membuat keributan adalah hal yang mustahil. Dan jika kau adalah tipe orang yang bersedia melarikan diri, maka kau akan menghentikan duel ini sejak awal. "


"Kau benar. Sangat disesalkan bahwa ini tidak romantis sama sekali."


"Meskipun begitu, aku telah berpikir tentang apa yang harus dilakukan jika kau kalah..."


Altina mengerutkan kening.


"Apa rencanamu?"


"Aku akan menahan Jerome, pada saat itu, kau akan melarikan diri dengan seorang ksatria tertentu dari benteng. Tapi aku tidak bisa mengatakan siapa ksatria tersebut...."


Regis telah mempersiapkan dirinya jika Altina marah karena membuat rencana cadangan jika ia dikalahkan. Tapi tanpa diduga Altina malah tertawa.


Dia memegang perutnya sambil tertawa keras.


"Ha, haduh... Ahahaha ... Re, Regis kau benar-benar unik!! Ahahaha! Kau pikir aku pasti akan kalah! Hah ~ tertawanya berakhir di sini saja, oke!?"


"Aku merasa tidak nyaman melakukan hal ini padamu. Tapi hubungan pribadiku dengamu dan penilaian obyektif adalah dua hal yang berbeda. Aku harus membuat persiapan yang memadai untuk skenario terburuk ..."


"Ahahaha, itu benar! Aku pikir kau dibutuhkan olehku karena kau memang orang macam ini. Ini adalah penilaian tenang sebagai seorang ahli strategi."


"Ini bukan penilaian tenang dari seorang ahli strategi. Ini ... ini ... Bagaimana aku harus menjelaskannya?"


Ini akan menjadi tanggung jawab yang terlalu besar bagi seorang perwira admin tingkat 5.


Jadi, apakah sebagai teman Altina?


Sejak kapan dia berteman dengan Altina yang merupakan komandannya? Regis selalu berpikir bahwa Altina selalu menganggapnya sebagai teman, karena ia diizinkan untuk memanggil nama gadis itu dengan panggilan akrabnya, namun itu terlalu bodoh.


Regis merasa bingung dan terdiam.


Altina tertawa begitu keras sehingga bahunya gemetar.


Suara terengah-engah tercampur dalam tawa Altina.


"Ha, ha ... aku pikir aku akan mati karena tertawa sebelum duel. Aku tidak menyangka kau telah membuat persiapan jikalau aku kalah ... Ah ... ini sangat lucu."


"Aku tidak akan membuat banyak alasan. Aku tidak percaya kau akan menang."


Regis mengatakannya sekali lagi.


Altina tidak marah dan hanya mengangguk.


"Aku tahu. Hanya ada satu orang yang percaya pada kemenanganku tanpa ragu."


"Maksudmu Clarisse..."


"Ya. Tapi untuk mencapai tujuanku, seseorang yang tidak begitu mempercayaiku diperlukan juga."


"Apakah orang itu mengacu padaku?"


"Aku memastikan bahwa orang itu adalah kau, setelah kejadian ini. Untuk mendapatkan kepercayaanmu, aku tidak akan kalah dalam duel ini."


Altina menantang Jerome untuk memenangkan kepercayaan dari pasukan di resimen ini.


Termasuk Regis.


"... Dapatkah duel ini dibatalkan karena sikapku?"


"Hmmm ~~, mungkin?"


"Ugh ..."


Kelelahan mentalnya meningkat sebesar 30%.


Altina menggapai dengan tangannya.


Tangannya menyentuh dada kiri Regis, tepat di atas jantung.


"Hmmm?"


"Aku ingin menjadi seorang kaisar ... Jika keinginanku tidak terwujud, aku pasti akan mati. Ahli strategiku juga akan mati."


Tidak peduli tindakan apa yang mereka ambil, Altina pastinya bukan menjadi satu-satunya yang harus bertanggung jawab.


Jantungnya yang berada di bawah telapak Altina mulai berdetak kencang.


Altina belum selesai.


"Mengharapkanmu menjadi ahli strategiku, berarti mengharapkanmu untuk mempertaruhkan nyawamu."


"Benar..."


Regis memahami hal ini.


Itu sebabnya Regis ragu-ragu.


"Karena aku memintamu untuk mempertaruhkan nyawamu, maka adalah normal bagiku untuk mempertaruhkan nyawaku juga. Aku tidak ingin menjadi seorang ratu bodoh yang mengharapkan loyalitas hanya dengan duduk di atas takhta."


Altina menggeser tangannya dari dada Regis ke lehernya, dan kemudian wajahnya.


Tangannya terasa dingin.


"Perhatikan dengan matamu, aku akan membuktikan tekadku padamu ... Dan kau dapat mempertimbangkan tentang masalah yang kubicarakan pada malam itu."


"Jika aku tidak percaya pada diriku sendiri, maka kau lah yang akan mempercayaiku sebagai gantinya. Jadi aku harus percaya padamu, kan?"


Altina mengangguk dan menarik tangannya.


Dan dia meraih pedang besar yang bersandar di dinding.


Dia mencengkeram gagang pedang dengan erat.


"Sudah waktunya."


Altina dan Jerome berdiri berlawanan satu sama lain di tengah kerumunan tentara.


Mereka terpisah sekitar 10 langkah.


Di bawah kaki semua orang adalah salju.


Jarak pandang cukup buruk dan semuanya terlihat putih. Ini adalah badai salju.


Altina mengenakan pelindung lengan dan pelindung lututnya.


Di tangannya adalah Grand Tonerre Quatre.


Itu adalah pedang raksasa yang tidak cocok dengan gadis mungil itu.


Jerome di sisi lain tidak memakai armor apapun, hanya pakaian normal berupa kemeja hitam dengan celana militer. Dia memegang tombak pendek yang digunakan oleh infantri di hutan. Tombak itu panjangnya sekitar 27 Pa (2m), hampir menyamai panjang pedang raksasa Altina.


Regis berdiri di antara dinding manusia yang mengelilingi mereka berdua. Evrard mengenakan armor lengkap berjalan ke sisinya dan berkata:


"Kedua belah pihak terlihat tenang."


"Itu benar ... Bagaimana dengan persiapannya?"


"Tidak masalah, Nona Clarisse menunggu di kereta."


"Terima kasih."


Mereka membicarakan tentang rencana setelah duel berhenti.


Evrard mengelus jenggotnya.


"Margrave telah memikirkan duel ini dengan matang. Dia tidak menggunakan pedang untuk mendapatkan keunggulan dalam kecepatan, atau tombak panjang untuk mendapatkan rentang yang lebih baik. Dia memilih senjata yang tidak memberinya keunggulan apa pun."


"Aku tidak mengerti apa-apa tentang bentrokan antara pedang dan tombak ... Tapi tombak pendek yang digunakan oleh Margrave menempatkan dia di posisi yang kurang menguntungkan?"


"Tombak itu tidak ringan atau panjang, dan akan hancur dengan sebuah serangan dari pedang raksasa itu."


"Dia tidak akan menggunakan ini ... sebagai alasan untuk kekalahannya, kan?"


"Tombak itu telah dipersiapkan olehnya sejak awal; Itu tidak dapat digunakan sebagai alasan kekalahan. Dia bermaksud untuk menggunakannya dengan cara lain."


"Untuk mencegah tuan putri mencari alasan?"


"Ya! Sama seperti tuan putri yang tidak memberikan Margrave setiap celah untuk mencari alasan dengan meberikan segala macam persyaratan dan pengaturan duel 3 hari kemudian. Margrave menggunakan senjata yang merugikan dia untuk membungkam keluhan dari tuan putri -- Mereka mulai. "


"... !!"


Lonceng siang berbunyi seolah-olah mengumumkan awal pertarungan.


Decitan logam yang beradu membahana di alun-alun.


Kebanyakan orang berpikir putri muda akan mengayunkan pedangnya lebih dulu pada Margrave sementara ia berkelit.


"Ora ora ora!!"


Tapi yang berteriak dan menyerang terlebih dahulu adalah Jerome.


Jerome memijak keras salju di bawah kakinya dan menyerang.


Altina tidak bergerak. Atau dia tidak bisa bergerak?


Margrave memperpendek jarak 10 langkah dalam sekejap dan menusukkan tombaknya.


"Hah!"


Apakah duel akan selesai oleh serangan pertama--!! Para prajurit tercengang.


"Serangan semacam ini!!"


Altina menghela napas.


Dan menggunakan badan pedang untuk memblokir ujung tombak.


Jerome mengerang.


Dua potong logam berbenturan dengan suara berderit.


Tombak pendek yang menusuk ke arah bahu gadis itu dibelokkan.


Jerome mendesah.


"Ugh ... Tombak biasa bahkan tidak bisa menggoresnya!"


"Terbuat dari 'Tristei’[1]?"


Regis berkata dengan lembut.


Selama peperangan untuk mendirikan kekaisaran, ada legenda yang menceritakan bahwa pedang-pedang yang kuat terbuat dari perak dan diberikan kepada kaisar api.


Pedang itu mungkin terbuat dari logam alam, sebuah alloy[2] - para peneliti menjelaskan seperti itu. Dalam era ini, bahan yang lebih kuat dari baja dapat dibuat dengan peleburan beberapa jenis logam bersama-sama, dan merupakan pengetahuan yang umum.


Tapi sebuah paduan logam yang dapat menyaingi `Tristei’ belum ditemukan, sehingga beberapa orang percaya pedang tersebut memiliki berkat dari Elf.


Pedang raksasa menjadi perisai melindungi Altina yang mungil.


Setelah serangannya ditangkis, Jerome menarik kembali tombaknya untuk memantapkan dirinya. Kaki gadis itu sudah melompat sebelum itu.


Sebuah bunyi nyaring bergema dalam alun-alun.


"Ugh ..."


Sebuah tendangan kuat mendarat di lutut Jerome.


Postur pria kekar itu goyah.


Gadis itu berteriak:


"Bertarunglah dengan serius, Jerome!"


"Woah!?"


Pedang itu tidak menyentuh tanah ketika diayunkan, tapi salju tersebar oleh hentakannya. Kekuatan pedang itu cukup kuat untuk dapat diraskaan oleh para tentara di sekitar yang menonton.

Jerome berguling di tanah untuk menghindari serangan bagaikan bencana ini.


Tubuh dan tombaknya mungkin akan hancur jika ia memblok serangan tersebut.


Pasukan yang menonton pertarungan menjadi bersemangat karena pemembukaan yang mengejutkan ini.


Pedang sang putri memaksa Margrave untuk bergulir di lantai, sehingga mengotori pakaiannya dengan salju dan lumpur untuk menghindari serangan itu. Tidak ada yang menyangka hal ini.


"... Mungkin, dia bisa menang?"


Tapi kata-kata penuh harapan lirih yang keluar dari dada Regis didorong kembali oleh Evrard.


"Ini hanya awal!"


Jerome masih tersenyum saat ia mengambil kuda-kuda.


"Terlalu naif, gadis kecil. Kau akan menyesal tidak menghabisiku dengan serangan tadi."


"Tujuanku adalah untuk menunjukkan bahwa aku lebih kuat darimu, bukan untuk mencabik-cabik tubuh bawahanku."


"Apa kau bisa menglahkanku sambil menahan diri?"


"Kau mengincar bahuku juga. Apa kau khawatir bahwa kau tidak bisa menikahiku jika aku mati?"


"Kukuku ... Hal itu memang terlintas dalam pikiranku."


"Bertarunglah dengan segenap kekuatanmu!"


"Fu, menarik!"


Mereka berdua kembali saling menyerang.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - CP4.JPG

Jerome menyerang berkali-kali, Altina memblok dengan pedangnya.


Altina memegang bongkahan logam raksasa itu dengan lengan yang ramping bagaikan cabang pohon yang tampak begitu rapuh.


Altina menebas berulang kali sementara Jerome lebih sering menangkis.


Jerome sedang terpojok!?


Teriakan-teriakan terdengar dari para tentara.


Tangan Evrard gemetar.


"Oh ... Tidak disangka bahwa tuan putri sekuat ini ... Dia adalah seorang dewi!"


"Bisakah dia menang?"


"Ugh!! Erm ... Margrave ragu-ragu dalam serangan tusukannya. Dia khawatir jika dia membunuh tuan putri. Hal yang penting adalah, Margrave harus melepaskan kekuatannya ketika pedang itu memblok serangannya, atau tombaknya akan hancur. Sebaliknya, Margrave perlu menangkis dan membelokkan serangan dari pedang tuan putri. "


"Karena tombaknya akan hancur jika dia memblok secara langsung?"


"Benar, Margrave melindungi tombaknya saat menyerang dan bertahan, sehingga tuan putri memiliki keunggulan."


"Jadi mengapa dia tidak bisa menang?"


"Sayangng sekali, tuan putri bukanlah laki-laki."


"Eh? Itu ..."


Saat mereka menonton, situasi Jerome menyerang sementara Altina semakin bertahan.


Jerome masih memiliki banyak energi. Dia memutar-mutar tombaknya dari waktu ke waktu untuk menunjukkan ia menganggap mudah pertarungan ini.


Di sisi lain, Altina kehabisan napas.


Dia kekurangan stamina.


Dia mungkin memiliki kekuatan untuk mengayunkan pedang besar itu, tapi dia tidak bisa menyaingi pahlawan Jerome yang bertubuh kekar dalam pertempuran jangka panjang.


Pedang raksasa menjadi lamban; tidak bisa menyaingi kecepatan tombak pendek.


Secuil bagian dari gaunnya robek oleh ujung tombak.


Jerome masih bertempur dalam pertarungan yang berbahaya, di mana senjatanya akan hancur dengan satu gerakan yang salah, ini seperti berjalan di atas tali tipis. Tapi adegan itu perlahan-lahan berubah menjadi Jerome yang menyudutkan Altina dengan serangannya.


Bagian bahu gaun one-piecenya tertusuk, bahu Altina terlihat.


Darah mengalir dari kulit putihnya.


"Hah… hah..."


"Kau cukup baik, aku pikir kau akan kehabisan stamina lebih awal, gadis kecil."


"Aku tidak akan menyerah hanya karena napasku sedikit terengah-engah."


"Hmmp, aku akan mengakuimu kalau begitu. Tidak banyak orang di benteng ini yang bisa melawanku seperti ini. Dan kau masih muda. Kau mungkin akan menjadi pendekar yang hebat dalam 3 tahun."


"Hah, hah ... mengakuiku sebagai pendekar pedang? Apa otakmu kejepit pintu? Apa yang aku inginkan adalah diakui sebagai komandanmu."


"Para prajurit akan lebih bersedia untuk mendengarkan perintahmu jika kau sekuat ini. Kau tidak setingkat denganku, tapi kau cukup baik untuk menjadi wakil komandan."


"Begitukah ... kalau begitu ... aku tidak bisa menyerah sekarang!"


Altina mengangkat pedangnya.


Dia berlari melalui salju dan menyerang.


Dan mengayunkan pedangnya ke bawah.


"Hyaaa!!"


"Ara ara ... Terlalu serakah hanya akan mengakhirimu lebih cepat."


Pedang itu menghancurkan tanah.


Hamparan salju terpental dari tanah.


Sebuah ledakan keras meletus seperti guntur.


Jerome menghindari serangan itu dan menusuk dengan tombaknya.


"Hah!"


"Hee ...., Hya!"


Altina mengangkat pedang yang tenggelam ke dalam tanah.


Dia membidik tombak yang ditusukkan ke arahnya.


Tepat sebelum pedang hendak menghancurkan tombak, Jerome menarik tubuh dan senjatanya kembali dan mundur.


Itu adalah ayunan tipuan.


Dia menyadari niat Altina.


Serangan yang menggunakan segenap kekuatannya berhasil dihindari, sehingga pijakan Altina mulai goyah.


Jerome tidak melewatkan kesempatan ini dan mengayunkan tombaknya ke arah Altina.


Tidak dapat menghindar, tombak pendek menghantam lengan kiri Altina dan menghempaskannya.


"Ugu!?"


Armor di lengan gadis itu hancur.


Regis membungkuk.


"Altina!?"


Dia tidak bisa menahan teriakannya.


Gadis itu berguling-guling di tanah bersalju dengan keras. Pertandingan sudah berakhir - Pikir semua orang. Tapi tangan Altina tidak melepaskan gagang pedangnya.


Dan dia segera berdiri.


"Hah... hah... hah... hah... hah..."


Mata merah menyala Altina melotot ke arah lawannya.


Darah mengalir keluar dari lengan kirinya, membuat armor dan lengan gaunnya berwana merah.


Lengan kirinya tergantung lemas.


Itu mungkin retak atau mati rasa karena sakit.


Hanya tangan kanannya yang memegang pedang.


Sudah jelas bahwa Altina tidak dapat melanjutkan pertarungan. Tapi tidak terlihat seperti dia akan menyerah.


Jerome menarik dan menancapkan tombaknya ke tanah, dan melemaskan kuda-kudanya. Dia tetap waspada dan bertanya:


"Apa kau masih ingin melanjutkan?"


"Pasti... hah... haha... Aku tidak akan pernah menyerah..."


"Bahkan jika kau hanya memiliki satu lengan lagi?"


"Kau ... ugu ...jika kau hanya kehilangan satu lengan di medan perang ... hah ... Apa kau akan menyerah?"


"Hmmp, semangatmu luar biasa. Tapi apa yang akan kau lakukan setelah menjadi komandaan? Gadis kecil, bisakah kau menanggung nyawa 3000 orang di resimen perbatasan?"


"Hah ... hah ... Kau pikir aku menantangmu tanpa tekad setingkat itu ... Ugu ... Apa kau meremehkanku? Aku bahkan akan menanggung seluruh bangsa ini, lihat saja!"


Altina mengangkat pedang raksasa hanya dengan tangan kanannya.


Tidak hanya Regis yang teringat pada pria legendaris yang memegang pedang Thundering Sword dengan satu tangan ketika melihat postur Altina.


Para prajurit pun menjadi gaduh.


Tapi Jerome tidak memasang kuda-kuda dengan tombak pendeknya.


Dia bertanya sekuat tusukan dari tombaknya -


"Kau pikir ... seorang amatir sepertimu lebih cocok untuk menjadi komandan daripada aku? Ini bukan masalah yang dapat kau selesaikan hanya dengan tekadmu. Aku menanyakan apakah kau memiliki keterampilan yang relevan! Satu kesalahan saja, dan ribuan tentara akan mati sia-sia .Apa kau mengerti!?"


"... Cih!?"


Meskipun rasa sakit dan kelelahan sudah di luar batas tubuhnya, Altina masih waspada secara mental. Tapi ia bingung dengan pertanyaan ini!


Ada keraguan di mata merah gadis itu.


Matanya melirik kerumunan prajurit secara bergantian, lalu terfokus pada satu titik.


Jerome mengikuti tatapan Altina.


Para prajurit yang menonton duel melakukan hal yang sama. Sepasang mata yang tak terhitung jumlahnya menatap pada Regis. Bahkan Edward yang berdiri di sampingnya melakukan hal yang sama.


Regis merasa seolah-olah ia sedang ditimpa oleh tekanan besar.


Dia bisa merasakan beban tatapan semua orang.


Kebisingan di sekitarnya memudar.


Regis meletakkan tangan di atas jantungnya.


Dia hanya bisa mendengar jantungnya berdetak keras.


Mengapa, berubah menjadi seperti ini?


Kenapa.


(- Apakah ini tentang malam itu? Ketika Altina mengatakan dia percaya padaku, dan aku tidak menolaknya. Itu dia! Itu sebabnya ia bekerja begitu keras untuk seseorang yang tak berguna sepertiku!


Aku tidak tahu tentang situasi seperti ini.


Aku tidak mengerti.


Aku tidak pernah membaca tentang ini sebelumnya di buku manapun.


Lihat, aku tidak bisa melakukan sesuatu dengan benar.


Bahkan bernapas saja sulit.


Aku akan pingsan.)


Regis memandang Altina dengan linglung.


Bibir Altina bergerak.


Bibir itu berisik sehingga dia tidak bisa mendengarnya, tapi maksud gerakan bibirnya tercermin jelas di matanya.


Aku. Percaya. Pada. Mu.


Ah,dasar--


"Mau bagaimana lagi, dia adalah tuan putri, tapi benar-benar..."


Regis maju selangkah.


Salju di bawah kakinya mengeluarkan suara.


"... Ini bukan 'kepercayaan'. Kau hanya tidak berpikir logis, dan menaruh harapan tanpa dasar apapun. Mendikte orang lain untuk menantang hal-hal di luar batas kemampuan mereka, hanya akan mengakibatkan tragedi. Contoh seperti ini pernah terjadi ribuan kali dalam sejarah. "


Ada kasus memaksakan cita-cita yang tidak masuk akal kepada orang lain dalam aliran panjang sejarah. Mereka mengambil tantangan yang tidak sesuai dengan bakat mereka, karena cita-cita tersebut, sehingga menghasilkan banyak cerita tragis.


Dengan desahan yang tercampur bersama dengan erangan, dia berkata seakan memaksakan kalimatnya keluar dari mulutnya.


"Ini sangat menyedihkan ... aku harus menghadapi tantangan yang tidak sesuai denganku juga. Aku merasa ingin menangisi kebodohanku. "


Regis melangkah keluar dari kerumunan tentara seorang diri.


Ia pergi ke sisi Altina.


Altina tersenyum dan menjawab dengan suara serak.


"Terima kasih, Regis."


"... Terlalu dini untuk mengatakan itu."


Jerome mengeluarkan niat membunuhnya dan bertanya dengan suara sangat rendah, bagaikan datang dari bawah bumi:


"Apa yang kau lakukan di sini? Kau hanya apel pelengkap yang bergulir di sudut!"


"Aku minta maaf, aku mungkin hanya lalat kecil bagimu Margrave, tetapi seseorang tidak berpikir seperti itu... Mari kita membuat janji, aku akan membantumu. Jika tuan putri memenangi pertarungan ini, aku, Regis Auric akan menjadi ahli strategimu!"


--Ahli strategi!?


Suara tekejut menyebar di antara para tentara.


Setelah kemampuan Regis diakui dengan tertangkapnya puluhan bandit, tidak ada lagi yang memperlakukan dia seperti orang yang tidak berguna.


Beberapa orang mungkin berpikir pangkat perwira admin tingkat 5 terlalu rendah baginya, tapi itu minoritas. Lagi pula orang dengan pangkat tertinggi adalah tuan putri.


Jerome menunjukkan tombaknya ke arah Regis.


"Bisakah kau melakukannya? Kau tidak memiliki tekad, keberanian atau bahkan semangat."


"... Itu benar, aku bahkan tidak percaya pada diriku sendiri. Aku tidak memiliki keyakinan. Namun demikian, ada seseorang yang percaya padaku. Selama dia terus percaya padaku, aku akan mencobanya. "


Regis tidak cukup bodoh untuk menolak posisi ini dengan beberapa alasan setelah membuat deklarasi berani semacam itu.


Dia tidak memiliki motif tersembunyi yang mendorongnya untuk membantu Altina. Tapi dia benar-benar ingin membantunya dari dasar hatinya.


"... Aku akan mengambil peran ini. Yang lebih penting lagi, Sir Jerome, kau berjanji untuk tunduk pada tuan putri dan bekerja di bawahnya jika dia menang. Jadi otoritas perintah yang sebenarnya tidak akan mempengaruhi struktur komando resimen."


"Hmmp, masih saja melemparkan kata-kata sombong seperti biasa. Aku tahu apa yang ingin kau katakan, jadi mundur sana, pertarungan masih berlanjut."


Regis perlahan kembali ke kerumunan.


Jerome mengambil kuda-kuda dengan tombak pendek.


"Waktu istirahat selesai, gadis kecil."


"Apa maksudmu? Aku tidak berniat mengulur waktu untuk beristirahat. Kau lah yang banyak bicara, kau terus mengatakan ini dan itu tentang perintah."


"Benar, perkembangan ini berada di luar perkiraanku ... Secara pribadi, aku lebih suka menyelesaikan ini dengan damai... Tapi pola pikir itu berhenti sekarang. Kau memiliki kemauan, tekad serta seorang ahli strategi, gadis kecil; Aku akan mengakui bahwa kau memiliki potensi untuk menjadi seorang komandaan. Tapi aku juga tidak boleh kalah!"


"Dari awal, apa yang aku ingin tunjukkan bukanlah keinginan atau tekadku ... tapi kekuatanku!"


Keduanya berteriak.


Tekanan dari mereka membuat udara bergetar.


Lengan Altina menggantung lemah bahkan setelah istirahat singkat.


Dia menggunakan tangan kanannya untuk mengayunkan pedang, dan membuat langkah pertama.


"Hyaaa!"


Pedang menebas turun dengan kekuatan yang cukup untuk memotong apa pun, dan dia pun menebaskan pedangnya secara horizontal. Pedang itu mengayun menuju pinggang Jerome.


Sebuah serangan yang sulit untuk diblok atau dihindari.


Jerome mengangguk.


"Itu benar, hanya ini pilihan seranganmu. Kau tidak memiliki banyak stamina tersisa untuk menggunakan pedangmu dengan lincah."


Tebasan itu dapat memotong Margrave menjadi dua.


Tapi Jerome menunjukkan kekuatan melompatnya yang luar biasa - lantas dia melompat untuk menghindari tebasan.


Jika ia membungkuk ke bawah untuk menghindar, Altina mungkin bisa menggunakan berat pedang untuk menyerang ke bawah.


Tapi sulit untuk mengikuti dengan serangan ke atas menggunakan senjata berat tersebut.


Untuk menarik pedangnya kembali setelah serangan yang gagal, Altina pun berbalik. Ini menyebabkan punggungnya tak terlindungi oleh serangan lawan.


Pertandingan berakhir - Sebagian besar orang mungkin berpikir begitu.


Tidak hanya pasukan, bahkan Jerome pun berpikiran sama.


Dia hanya perlu mengarahkan tombaknya ke leher Altina untuk mengakhiri duel. Ketika mereka berpikir tentang itu, sesuatu yang tidak terduga terjadi ...


Altina tidak berhenti setelah berbalik.


"Ahhhh!!"


"Apa!?"


Setelah gagal pada serangan awal, pedang itu berayun satu putaran dan menebas ke arah Jerome sekali lagi.


Dan itu lebih cepat dari sebelumnya.


Pedang itu semakin cepat setelah terakselerasi oleh momentum, dan mendekat ke sisi tubuh Jerome.


Jerome mengertakkan giginya.


"Cih!!"


Dia mencegat dengan tombak pendek di sudut, berusaha menangkis pukulan itu.


Sebuah suara keras akibat bentrokan logam yang tidak pernah terdengar di alun-alun sebelumnya, kini bergema.


Pedang itu meluncur sepanjang tombak pendek, dan dibelokkan menjauh dari Jerome.


Lengan kanan Altina berderak.


Persendiannya sedikit bergeser karena peregangan yang berlebihan.


"Hancurlah..ah!!!!!"


Pedang raksasa itu tidak menghantam tombak.


Pedang itu meluncur di sepanjang tombak.


Setelah benturan yang sangat keras, ujung tombak hancur dan jatuh.


Meski begitu, gagang tombak masih dapat digunakan sebagai senjata.


Altina kehilangan keseimbangan dan jatuh ke tanah.


Wajahnya menghadap tanah.


Salju di tanah terpental.


Jerome mengangkat tombak tanpa ujungnya dengan kedua tangan.


Dia hanya perlu mengayunankan ke bawah dan berhenti sebelum mengenai kepala gadis itu. Hanya itu yang perlu dia lakukan untuk memenangkan duel ini. Tidak perlu untuk mengenai gadis yang berbaring di tanah.


Para prajurit menelan ludah saat mereka menonton.


Pada saat ini --


Tombak pendek yang diangkat di udara patah menjadi dua bagian seperti ranting.


"Apa...?"


Tidak bisa mengatakan apa-apa.


Bukan hanya Jerome, setiap orang yang melihat adegan ini kehilangan suara mereka.


Di tangan Jerome terdapat 2 batang kayu sepanjang pedang pendek. Itu masih bisa digunakan untuk bertarung bahkan dengan kondisi seperti itu.


Tapi tombak itu rusak.


Altina masih tergeletak di salju.


"Fu ... fu .... ugu ..."


Dia berusaha untuk berdiri, tapi ia tidak bisa menggerakkan lengan kirinya dan tangan kanannya, serta dia tidak memiliki kekuatan untuk menopang dirinya.


Kaki dan bahunya gemetar; dia tidak bisa terus memegang pedang berat itu.


Para prajurit menyaksikan tanpa mengeedipkan mata mereka sedetikpun.


Jerome melemparkan tombak yang patah.


"Fu... Senjata yang hancur dalam duel adalah cara yang paling menyedihkan untuk kalah."


Para prajurit menjadi gaduh ketika Jerome mengakui kekalahannya.


Sang jenderal kalah?


“Tuan putri menang?"


Apakah Altina yang sedang berbaring di salju memahami situasi ini?


Evrard meminta Jerome untuk mengkonfirmasi.


"Sir Jerome ... ini adalah kemenangan tuan putri."


"Mennyebalkan."


Komandaan Ksatria menundukkan kepalanya sembari mendengar kata-kata Margrave.


Para pasukan yang mengililingi 2 petarung itu berteriak dan mengerang setelah menyaksikan hasil yang tak terduga. Ada juga beberapa yang bersorak-sorai.


Kebisingan mengguncang seluruh benteng.


Regis bergegas ke sisi Altina.


"Tuan putri, kau telah menang. Tolong berdiri... Sekarang adalah saat yang kritis."


"Ugugu ..."


Altina mengangguk.


Dia telah mengerahkan tenaganya sampai melampaui batas.


Bahu kirinya masih berdarah.


Meski begitu, duel akan menjadi tidak berarti jika dia goyah sekarang.


Altina menopang dirinya untuk bangkit.


"Hah ... Hah ... itu benar ... Jerome yang kalah masih berdiri ... Ugu ... Aku, pemenang yang berbaring di tanah ... akan menjadi bahan tertawaan."


"..."


Regis mengangguk diam.


Dia merasa dadanya memanas karena tekad Altina dan usahanya yang kuat.


Dia tidak terlalu lama untuk memutuskan percaya padanya. Mengekspresikan perasaannya pada adegan klimaks duel juga tidak salah. Percayalah pada gadis ini.


Terus percaya padanya.


Regis menyeka sudut matanya yang memanas.


Altina berdiri. Dia mengulurkan jari kurus dan putihnya ke arah langit.


Ini adalah pengumuman kemenangan yang tenang dan indah.


Kebisingan di sekitar semakin menggila.


Dalam letusan kebisingan yang intens, Altina berbicara dengan Regis yang berdiri di sampingnya.


"Hei..."


"Hmmm?"


Altina meraih bahu Regis dengan tangan kanannya yang gemetar.

Haken no Kouki Altina - Volume 01 - NCP9.JPG

"Bagaimana? Apakau bersedia untuk percaya padaku sekarang?"


Regis mengangguk.


Dia tidak perlu mempertimbangkan lagi.


"... Ya, aku akan percaya padamu. Aku janji."


"Yeah, janji ya."


Altina tersenyum riang.


Ekspresinya bagaikan hari yang cerah di musim semi.


Adrenalin dari keruminan manusia masih terus memuncak, itu seperti sebuah festival tak berujung di alun-alun.


Kekacauan terasa seperti akan berlangsung selamanya.


Tiba-tiba, lonceng berdentang.


Tidak ada yang misterius tentang hal itu.


Dari menara pengawas tertinggi di benteng --


Lonceng yang terletak di menara itu berdentang tanpa henti.


Para prajurit tercengang, tidak mampu memahami apa yang terjadi pada saat itu.


Alun-alun menjadi tenang, dan suara yang datang dari menara pengawas menjadi jelas.


"Serangan musuhLogitechf1f4 (talk)!! Kita di serangLogitechf1f4 (talk)!! Datang dari utara, mereka orang barbar--!!"


Orang barbar menyerang di bawah samaran badai salju.


Kegelisahan menyebar di antara pasukan.


Mereka menatap Jerome dengan segera.


Regis berteriak:


"Margrave!"


Ini adalah saat untuk mengubah hubungan antara mereka berdua. Jika mereka tidak menunjukkan perubahan posisi sekarang, duel Altina dengan mempertaruhkan nyawanya akan menjadi sia-sia.


"... Jangan khawatir ... aku tahu."


Jerome berjalan ke depan Altina.


Dia berlutut di salju.


"Tuan putri, musuh ada dihadapan kita! Tolong beri perintah!"


Para prajurit menonton adegan ini dengan terkejut...


Dan mereka meniru Jerome dan berlutut.


Seperti riak di permukaan air, pasukan berlutut dengan Altina sebagai pusatnya, dan menundukkan kepala mereka.


Para prajurit menyatakan perubahan pemikiran mereka.


Tekad dari gadis muda itu berbuah.


Evrard berada di antara mereka yang berlutut. Dia tersenyum puas.


Altina yang merupakan pusat perhatian merasa kelelahan dan kakinya gemetar. Dia terus meraih bahu Regis karena dia akan jatuh jika ia melepaskan pegangannya.


Regis berbisik di telinga Altina.


Altina mengangguk dan mengeluarkan perintah seperti yang diusulkan oleh Regis:


"Aku memerintahkan Sir Jerome memimpin 100 kavaleri untuk mencegat musuh. Cari tahu jumlah pasukan musuh dan bentuk front pertempuran jika memungkinkan ... Jika kekuatan musuh terlalu besar, kau harus mundur dengan keselamatan pasukan kita sebagai prioritas!"


"Perintah diterima!!"


Sang jenderal berdiri setelah mengangguk.


"Kalian semua, perintah untuk bertempur telah diberikan, persiapkan kuda! Dan ambilkan tombakku! Aku akan mematahkan leher kalian jika kalian terlalu lama!"


Para prajurit bergerak setelah perintah Jerome selesai.


- Ini berhasil.


Sang putri telah menunjukkan posisi barunya pada publik.


Regis menopang punggung goyah Altina dengan tangannya.


"Ayo, tinggal sedikit lagi... sanggupkah kau berjalan sampai ke menara pusat?"


"Ten, tentu saja ..."


Mereka harus menghindari situasi dimana pecundang duel, Jerome, dapat memimpin serangan, sementara putri pemenang malah dipapah oleh tandu.


Ini adalah waktu untuk menunjukkan tekad gigihnya.


Evrard bergegas mendekat.


"Haruskah aku membawa tuan putri ke rumah sakit?"


"Akan memalukan untuk mengunjungi rumah sakit sekarang... Kita akan membawanya ke kamarnya untuk berganti baju sebagai alasan. Tolong panggil dokter ke sana dan obati luka-lukanya di sana."


"Aku mengerti sekarang."


"Ah, jika kita tidak membawa pedang ..."


"Aku akan menyuruh anak buahku untuk mengurus itu."


"Terima kasih - musuh menyerang di bawah samaran badai salju, sehingga jumlah mereka seharusnya terbatas. Kita merespon dengan cepat juga, kita bisa mengusir mereka kembali dengan barisan depan jika berbagai hal berjalan dengan lancar...."


"Apa yang harus aku lakukan?"


"Tn. Edward, tolong buat persiapan sebagai gelombang kedua. Bersiagalah dengan 200 kavaleri."


"Bersiaga? Kita tidak menyerang setelah bersiap?"


"Barisan depan masih belum stabil. Barisan depan mungkin terpaksa mundur, atau bisa berubah menjadi pertempuran kacau... Tolong menyerang setelah memahami situasi. Jika tidak, barisan depan akan bingung."


"Aku mengerti, serahkan ini padaku!"


Evrard mengumpulkan para ksatria.


Perlu mengatur para prajurit infantri untuk gelombang ketiga juga. Adapun untuk pertahanan benteng, tidak perlu memberikan perintah baru.


Terus terang, ia ingin berkonsultasi bersama Jerome yang paham mengenai pengoperasian resimen ini. Tetapi untuk menunjukkan hubungan baru antara Jerome dan tuan putri, dia harus dengan tegas mengerahkan Jerome pada gelombang pertama.


Penilaiannya sangat dipengaruhi oleh politik saat ini.


Keputusan taktis terbaik adalah untuk tinggal dan mempertahankan benteng. Setelah memahami situasi musuh, unit yang dipersiapkan dengan baik dapat dikerahkankan kemudian.


Contoh standar pada buku dan strategi catur tidak dapat digunakan secara membabi buta dalam pertempuran yang sebenarnya.


Barisan depan Jerome menyerbu keluar dari gerbang utama.


Prajurit dengan senjata di tangan bergegas ke stasiun mereka.


Para ksatria diperintahkan untuk membawa pedang raksasa memasuki menara pusat dengan cepat.


Hanya Altina yang terluka parah dan Regis yang menopangnya berjalan perlahan.


Altina berkata dengan lirih:


"Aku baik-baik saja ... jadi ... tolong fokus pada resimen, Regis ..."


Wajahnya tampak mengerikan karena kelelahan, kedinginan dan kehilangan darah.


Regis memaksa menunjukkan senyum percaya diri.


Untuk menenangkan Altina, ia terlalu melebih-lebihkan:


"Tidak masalah, Altina. Aku tahu banyak tentang hal-hal setingkat ini. Serahkan saja padaku."


"... Kau tampak dapat diandalkan."


"Tentu saja."


"Tidak seperti sifatmu sama sekali."


"Ah, errr..."


Dia mengetahuinya dengan mudah.


Regis tampaknya tidak memiliki bakat untuk bersandiwara.


Biarlah, pikir Regis.


"Yah, aku berharap ada cukup waktu untuk memahami pasukan kita. Dan untuk mengirim mereka keluar setelah memahami skala serangan orang barbar... Dan mengerahkan unit Sir Jerome sebelum pasukan di atas gerbang utama menembakkan panah pada musuh, tidak terlalu buruk juga. Aku merasa bahwa kita mampu menangkis serangan dadakan musuh. Ini akan berhasil... Mungkin. "


"Aku mengerti, itu hebat."


"Cukup tentang itu, apakah kau baik-baik saja?"


"Aku baik-baik saja. Aku benar-benar baik-baik saja ... Hey Regis ..."


"Ya?"


"Terima kasih, ketika aku ditanya selama duel ... Kau menyatakan kesediaanmu untuk menerima penunjukkan sebagai ahli strategi ... Itu membuatku benar-benar bahagia."


"Aku harus berterima kasih kepadamu. Aku selalu ingin memberitahumu... Altina, terima kasih karena telah mempercayaiku."


Gerbang utama terbuka dengan suara berat.


Suara terompet yang mengisyaratkan serangan dari gelombang kedua terdengar, para prajurit pun meraung.


Regis dan Altina menyaksikan tentara menyerbu ke medan perang.


Volume 1 tamat


Catatan Penerjemah[edit]

  1. Tristei adalah bahasa Perancis yang berarti “Elf Silver”.
  2. Alloy: campuran dari beberapa logam. Bahasa Indonesia juga make istilah ini dalam kima dan fisika.



Kembali ke Halaman Utama