Fuyuu Gakuen no Alice and Shirley (Indonesia):Volume 1 Chapter 4

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Ledakan Bintang Shirley[edit]

Part 1[edit]

Mengapa ini terjadi?

Masaki memikirkannya sembari berjalan menempuh jarak pendek dari pemberhentian bis sampai ke pintu gerbang masuk sekolah.

Pandangan orang-orang yang ditujukan padanya terasa menyakitkan.

Ia membawa sebuah payung di tangan kirinya.

Tapi karena itu sebuah payung hitam untuk perempuan dengan banyak rumbai-rumbai, dia tidak membukanya. Alice menggunakannya untuk menahan sinar matahari.

“Hey, Alice… apakah kau tidak mau memegang payung ilusi optikmu?”

“… Aku merasa muram hari ini.”

“Aku baru ingat, bukankah warnanya putih sebelumnya?”

Jika menggunakan ilusi, sangat mudah untuk mengubah penampilan sesuatu seperti ini.

Pagi ini, Alice dan Shirley datang dengan naik bis bersama. Karena mereka tinggal di tempat yang sama, hal ini merupakan hal yang biasa saja untuk dilakukan.

Saat mereka turun dari bis, sebuah payung diberikan kepadanya dengan “… Pegang ini.” Gerbang sekolahnya tidak terlalu jauh, tapi dia kira mungkin tindakan mereka mempunyai semacam maksud jadi dia memegangnya.

Pasti ada maksudnya.

Dari sudut pandang Masaki,tampaknya mereka sangat terkenal.

Bagaimanapun kau melihatnya, dia hanyalah seorang pelayan.

Bahkan hanya memegang payung dari salah satu gadis terkenal di sekolah menarik banyak pandangan negatif. Untuk membuat situasi lebih buruk, gadis lainnya menarik-narik tangan kanannya.

“Masaki, apa yang akan kau makan saat istirahat siang nanti? Hey, aku merekomendasikan Buffet di lantai 53!”

“Hey, Shirley, apakah kau akan melepaskan peganganmu dariku?”

“Nihaha!”

Dia tertawa terbahak-bahak.

Masaki berjalan ke depan, memegang tangan kanan Shirley. Ia membiarkannya tangannya dalam posisi itu dan mempercepat langkahnya.

Alice berjalan pelan sesuai dengan kehendaknya, dan Masaki memegang sebuah payung sambil menarik Shirley ke depan.

“Ah, mirip.”

“Ya?”

“… Apa yang mirip?”

“Seekor anjing besar sedang diajak jalan di daerah sekitar rumahnya. Pria lain melakukannya untuk orang tua dengan sakit punggung, tapi sesaat mereka meninggalkan rumah, anjingnya mulai berlari, menarik keras tali kekangnya.”

“Heh, anjing itu belum didisiplinkan. Jadi bagaimana mungkin kami kelihatan?”

“… Itu seekor anjing yang bodoh.”

Meskipun obrolan seperti ini sedang mengambil tempat, dari titik tempat berdirinya terlihat. Itu seperti mereka terlihat baik-baik saja satu sama lain.

Sesaat mereka mencapai ruang kelas, laki-laki mulai berkumpul disekitar.

“Uh, hey, Kusunoki-san.”

“Huh? Di sekolah ini, kau menambahkan “san” untuk nama laki-laki lain?”

“Tidak… Aku hanya menunjukan sikap hormat.”

“Kau baru saja mengatakan sesuatu yang aneh. Akan baik-baik saja untuk sikapmu tanpa hormat dan seperti biasa. Jika kau suka, kau boleh memanggilku ‘Masaki’.”

“T-tidak, itu terlalu baik! Apakah Kusunoki-san, Sakurazaka-san dan Clockheart-san saling mengenal baik satu sama lain?”

Dia menggunakan sebutan hormat untuk beberapa alas an.

Mereka masih belum kenal satu sama lain dengan baik. Karena dia murid pindahan, itu akan sulit untuk terbiasa dengannya.

“Kita menjadi partner di Breaker. Tapi aku pikir kombinasi dari Alice dan Shirley itu lebih baik.”

“Eh!?”

“Ah… eh, untuk sekarang… hanya itu yang bisa dikatakan…”

Masaki baru saja memanggil nama mereka menggunakan nama depan.

Suara yang lain baru saja bangkit dan jatuh seperti ombak.

“Hey, dia tidak menggunakan ‘san’!” “Apakah dia baru saja memanggilnya ‘Alice’!?” “Tunggu sebentar! Jika Clockheart-san mendengar itu, akankah dia membunuhnya!?” “Kusunoki-kun sakit! Itu benar dia seorang level 7” “Sepertinya dia dan Sakurazaka-san adalah teman kecil, tapi ratunya…” “Jika dia adalah partner ratu… lalu dia adalah rajanya.”

Pada hari itu dia menerima sebutan “Raja.”

Itu benar-benar tidak menyenangkan.

Sejak hobinya adalah membuat manisan, ia telah dijuluki "Patissier" dan "Cookie" sebagai nama hewan peliharaan di sekolah sebelumnya.

Ini adalah kesalahan.

Masaki ingin memiliki seorang teman obrol dengan teman kelas lelakinya. Saat waktu istirahat, dia pergi ke tempat beberapa dari mereka berkumpul.

“Hey, jika ini baik-baik saja dengan kalian, bisakah kita makan siang bersama?”

“Huh? Uh, Raja… di kantin sekolah?”

“Kau bisa menggunakan namaku. Ya, Sakurazaka-san ingin pergi ke prasmanan di lantai 53, tapi aku tidak berpikir kita harus pergi kesana bersama.”

Dia mencoba tidak memanggil nama depannya di depan orang-orang.

Tapi teman kelasnya bimbang.

“Jadi.. Apakah kau tidak pergi bersama Clockheart-san..”

“Ah, Ya, mungkin.”

Shirley mengatakan dia tidak bisa meninggalkannya sendirian, jadi dia bukanlah tipe yang membiarkannya makan sendirian. Masaki juga sama. Karena mereka teman.

Teman kelasnya mengguncang kepala mereka.

“Kita harus menerima sentimen hanya dari Raja! Atau lebih tepatnya yang berlebihan sedikit ... bagaimana aku harus mengatakannya, kita akan dikeluarkan dari sini – benar !?"

Dia meminta persetujuan, jadi semuanya disekitar dia menganggukkan kepala mereka.

“Ya! Makan siang bersama Kucing Neraka ituterlalu berbahaya!” “Hey kau!””Bodoh! Jangan membuat kita terlibat dengan ini! Tolong permisi, Raja. Orang ini seseorang yang bodoh!”

Masaki melambaikan tangannya dengan panik.

Itu sepertinya mereka lebih takut dengan “Kucing Neraka” dari yang Masaki bayangkan.

Dia memberikan senyuman yang paling sopan dan menyenangkan yang dia bisa.

“Haha… M-Maaf. Itu butuh waktu bagi mereka berdua untuk tenang… Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Erm… ayo lakukan ini lain kali.”

Masaki menjatuhkan bahunya saat menduganya. Ini berbeda dari apa yang kubayangkan sebelum aku dipindahkan. Jika temannya dari sekolah mengatakan “Kau dipanggil Raja,” dia mungkin tertawa keluar batas atau khawatir karena menjadi bahan bully.

Dia meninggalkan teman kelasnya dan kembali ke tempat duduknya.

Saat dia duduk untuk menyiapkan pelajaran selanjutnya, Ring Gearnya mulai menyala.

“Apa ini?”

Sebuah layar terbuka.

Sebuah email telah sampai.

“Dapatkah kau datang ke kelas 2808 saat makan siang? Aku ingin berdiskusi denganmu sendirian.”

Pengirimnya adalah – Minamishima Miyako.

Siapa itu? Masaki berpikir sambil memiringkan kepalanya dalam kebingungan.

Dia memikirkannya tentang itu sesaat dan lalu dia mengingat itu adalah seorang gadis dari kelasnya.

Dipagi ini, teman kelasnya memperkenalkan diri mereka kepadanya, tapi dia masih belum bisa mengingat semua namanya.

Bagaimanapun, dia mengingatnya karena dia berbicara dengannya di kelas pertama PE.

Dia duduk sekitar tiga kursi jauh diagonal darinya dan melihat sekeliling ruang kelas.

Saat dia melihatnya, dia membalikan arah.

Dia memiliki sebuah jepit rambut di rambutnya, rambutnya sebahu. Dia memiliki suasana lembut di sekelilingnya.

Dia pasti memiliki Dialect yang kuat untuk masuk ke kelas ini, tapi dia terlihat normal karenanya memungkinkan tidak sadar jika dia melewatinya di kota.

Ekspresinya sedikit muram.

Dia memberikan perasaan seperti dia memiliki sesuatu yang membuatnya masalah.

“Hmm…”

Kemarin, mereka hanya memiliki percakapan singkat satu sama lain, serta diskusi dengan orang lain; ia tidak memiliki sedikit gagasan tentang apa yang sedang terjadi tapi - pesan mungkin dikirim dengan harapan bahwa ia akan dapat diandalkan. Akan dimaafkan baginya untuk membuatnya tenang.

Masaki Mengirim e-mail ke Shirley mengatakan “Aku punya sesuatu yang harus kulakukan saat makan siang. Aku akan sedikit terlambat jadi kau bisa mulai makan tanpaku.”

Part 2[edit]

Istirahat makan siang—

Shirley sangat ingin pergi makan siang bersama, tapi dia menahannya karena dia punya seseorang dengannya.

Sedangkan untuk Alice, dia terlihat seperti tidak peduli tentang apapun pada saat dia menghadap ke lift.

Setelah Masaki melihat mereka masuk ke lift dan pergi ke atas, dia langsung naik lift untuk pergi ke bawah.

Dia turun di lantai ke-28 dan pergi menuju ke kelas dengan tanda 2808.

Lantai ini kebanyakan adalah ruang kelas yang kosong. Sepertinya itu digunakan untuk aktifitas klub setelah sekolah.

“Ah… ini adalah…”

Masaki telah sampai ke kelas 2808

Itu adalah kelas di bagian terdalam pinggir kiri dari koridor – tempatnya dimana seorang pria kurus berdiri menyadarinya.

Langit dan temboknya seharusnya sudah dihancurkan oleh Dialect milik Alice.

Pita kuning dengan tulisan “Dilarang Masuk!” tersangkut di pintu. Bagaimanapun juga salah satu bagian pitanya sedikit robek jadi dia membuka pintunya secara perlahan.

Dimana perempuan yang ingin berbicara dengannya? Pikir Masaki, kecewa.

“Ya, mungkin aku akan mengerti jika aku masuk.”

Dia membuka pintu.

Tidak seorangpun berada disana.

Perlengkapan keamanan sepertinya sudah dikeluarkan dari kelas dan meja yang hancur dan kursinya sudah tidak ada disana. Disana hanya ada reruntuhan dari langit-langit yg terjatuh dan dinding yang sudah dihancurkan menjadi bongkahan dan meja yang terhantam dengan kursi-kursi.

Di tengah reruntuhan ruang kelas, sebuah gelang mengkibas dengan cahaya perak yang terjatuh.

“Apa ini?”

Dia maju dengan hati-hati agar tidak terjatuh ke bawah karena pijakannya yang tidak stabil. Dia mendengar suara retakan dan puing-puing dibwaha kakinya.

Dia mengambil sebuah gelang.

Itu adalah Ring Gear yang memiliki relif dari bentuk bunga.

Sebuah Kristal melekat pada benda itu membuktikan sebuah Partner Contract. Kristalnya berwarna kuning pucat.

“Siapa yang memiliki benda ini?”

“—Minamishima.”

“!?”

Masaki membalikan wajah ke arah suara laki-laki yang dia dengar dari belakangnya.

Ishounuma masuk kedalam. Disana juga ada tiga orang dengan wajah yang pucat.

“Aku meminjam itu sebentar untuk memanggilmu.”

“Aku mengerti. Jadi kau adalah orang yang memanggilku.”

Masaki mengantongi Ring Gear yang baru saja di ambil. Dia akan mengembalikannya nanti. Ini mungkin menjadi sebuah alasan kenapa Minamishima terlihat depresi.

Tentu saja dia akan gelisah saat namanya digunakan untuk mengirim pesan ke orang lain tanpa ijinnya.

“Apakah kau membenci Minsamishima-san?”

“Dia selalu melakukan apa yang aku katakan. Aku memukulnya dengan pelan, dan saat dia mendengar apa yang aku katakan dia mulai menangis.”

“......... Kau!!”

Panas dari bagian hati Masaki mulai naik.

Kemarahannya sampai bulu-bulu yang berada dibelakang lehernya mulai berdiri.

Ishounuma mengejek.

“Sangat disayangkan, gadis itu tidak memanggilmu!”

“Sepertinya kau belum belajar dari kesalahanmu yang kemarin… bahkan jika aku mengatakannya dengan tegas. Kau tidak akan mencermikan tindakanmu…?”

“Ha! Kau Level 7? Kau bahkan tidak kuat sama sekali!”

Pintunya tertutup.

Dia mengunci pintunya dengan kunci.

Ini terlihat sama seperti pada saat ditangga, empat melawan satu. Tapi tiga orang dengannya terlihat sedikit berbeda.

Dia merasa bahwa mereka mencoba bersembunyi di belakang Ishounuma.

“Hey—apakah kaki kalian menjadi gemetar atau sesuatu!?”

“Tapi, Kusunoki-kun Level 7, kan?”

“Aku sedang tidak sehat sekarang, Ishounuma-san… Lelaki itu, bahkan dalam pertarungan juga…”

“Lihatlah ke dinding dan atap-atapnya, Kekuatan Level 6 tidaklah signifikan…”

Ishounuma meraih kelar salah satu dari mereka.

“Apa-apaan? Apakah kau mengatakan kekuatanku tidak berguna!?”

“Ah, tidak, Maksudku fakta bahwa Ishounuma-san Level 6 itu hebat tapi… Itu tidak sama dengan seorang Level 7…”

“Itu tidak sama, huh? Tidak mungkin aku lebih rendah dari mereka!”

“It-itu sakit… Maafkan aku! Maafkan aku!”

Itu betul-betul terlihat sempurna untuk mengintimidasi seseorang.

Masaki melambaikan Ring Gearnya dan mendekatkan diri ke jendela agar dia bisa menghubungi Breaker. Bagaimanapun juga disana ada “x” dimunculkan di tempat sinyal antena. Dia tidak bisa memanggil atau mengirim sebuah pesan juga. Itu seperti terlihat sedang putus.

Itu memungkinkan kalau aplikasi aneh milik Ishounuma bisa melakukan trik seperti ini. Sepertinya suara dan video rekorder juga menjadi macet. Ini seperti saat ditangga di lain hari.

Masaki menggulung jarinya menjadi pukulan.

Dia tidak punya pilihan selain bertarung.

Tapi kali ini musuhnya pasti akan menggunakan Dialect milknya.

Situasinya menjadi sangat buruk.

Masaki melepas kacamatanya dan menaruhnya di kantung dadanya.

Pandangannya menjadi sedikit kabur, tapi dia bisa melakukannya tanpa ragu-ragu.

Ini ketiga kalinya dia akan melawan seorang Globalizer. Pertama kalinya dia terkejut, tapi sekarang dia sudah jauh terbiasa dengan itu.

“Ishounuma, sudah menyerahlah… kau tidak seharusnya terlibat dengan seseorang yang tidak kau sukai. Jika ada sesuatu hal yang tidak kau sukai tentangku, bukankah kau bisa mengatakannya padaku?”

“Ge! Apakah aku berakting seperti orang baik sampai sekarang!? Baiklah, Aku akan membakar keinginanmu! Aku akan membakar semua yang tidak aku suka menjadi abu!!”

FGnAS01 P177.jpg

Ishounuma melempar seorang yang kerahnya sedang dipegang. Dia mengarahkan tangan kanannya kepada Masaki.

“Matiiiii!!”

“Sungguh mudah—“

Dia sudah memprediksi langkahnya. Masaki berlari menuju bagian kirinya, menyelinap keluar ke bagian tangan kanannya.

Tangan manusia tidak mampu membidik dengan cepat saat bergerak di arah bagian belakang.

Sebuah bola api merah panas melayang ke arahnya.

Rambutnya sedikit terbakar.

Sebuah ledakanpun terjadi di belakang Masaki.

Layar monitor besar yang berada di papantulis di ruang kelas terkena serangan serius.

Kekuatannya sangat dahsyat.

Sesuatu seperti peluru tidak bisa dianggap enteng. Sepertinya itu memiliki cukup kekuatan penghancur untuk mengubah mobil menjadi potongan-potongan kecil.

Itu mungkin lebih lemah jika dibandingkan dengan “Ledakan Bintang” milik Shirley, tapi jika itu mengenai orang langsung orang tidak akan bisa tertolong lagi.

“Apa yang kau lakukan Ishounuma?! Menggunakan sesuatu seperti itu terhadap seseorang dalam pertarungan!”

“Ini bukanlah sebuah pertarungan! … Ini adalah hukumanmu!!”

Dia mendekatkan jaraknya.

Kekuatan bola apinya sudah jelas mengancam.

Jika itu mengenainya, dia akan kehilangan hidupnya.

Nyatanya itu memberikan rasa takut dan tegang.

Detak jantungnya bertambah cepat.

Bagaimanapun, jika dia berhenti bergerak dia akan menjadi target yang mudah. Dia harus terus bergerak sehingga dia tidak mati.

Masaki tidak membawa senjata api dengannya. Pada saat ini, itu hanya berat sebelah jika dia tidak bisa mendekat.

“Sepertinya kau terpaku pada Shirley, tapi kenapa kau tidak mencoba mengerti bagaimana cara dia berpikir!? Kau membuat masalah besar tentang Level dan melakukan tindak kejahatan—“

“Ha! Aku bisa melakukan apapun yang kusuka semenjak kau Level 7! Dan, Aku tidak tahan denganmu! Seperti aku tau apa yang ada dalam kepala bodohmu!!”

“Ugh… kau…!!”

“Jangan khawatir. Aku akan segera mengerti! Setelah aku menyelesaikanmu!”

“Tapi apakah kau mampu?!”

Masaki mendekatkan jarak antara mereka dalam tiga langkah.

Ishounuma melempar bola api yang kedua.

Sebuah bola dari api sepanas dari yang sebelumnya melayang.

Itu meleset.

“Sial! Berhentilah bergerak!!”

“Aku berhenti bergerak bahkan sebelum kau menembakan itu. Itu diperlukan konsentrasi sebelum kau melepasnya. Seperti dugaanku, kau bahkan tidak kuat!”

Masaki mendekatkan jaraknya jadi dia bisa mencapainya.

Dan seperti yang dia lakukan, dia melepaskan pukulannya.

Wajah kecil Ishounuma benar-benar berubah dan ia menjulurkan lidahnya.

“Seperti itu!”

Musuhnya memperpanjang tangan kirinya.

Apakah bola api sebelumnya hanya umpan, dan dia akan langsung menembak satu sekarang!? Tangan kiri Ishounuma berada di depan Masaki.

“Bodoh! Ini kemenanganku! Berlututlah didepanku!!”

“Seperti dugaanku, kau sepertinya tidak akan menembakkannya.”

“Apa!?”

“Itu sejauh mana kekuatanmu. Jika itu meledak didepan matamu, kau akan membuat dirimu sendiri dalam bahaya.”

“Apa-apaan!”

“Alice dan Shirley… sepertinya tidak terlihat bisa mengendalikan skala kekuatan dari Dialect mereka. Bahkan jika kau tahu kau bisa membuat kerusakan di sekitar jika kau menggunakan banyak kekuatan, kau tidak bisa mengendalikannya. Itu seharusnya seulit untuk dilakukan.”

“Aku tidak seperti mereka! Aku akan menembakannya!”

“Aku memendekan jarak diantara kita setelah tembakan kedua, dan kekuatannya sama dengan tembakan pertama. Bahkan dalam jarak seperti ini, ledakannya masih sangat berbahaya.”

“UU… gu…”

Tiga orang yang sedang menonton pertarungan Masaki dan Ishounuma yang dekat dengan tembok dari jauh mengeluh.

“Apakah dia serius?” “Bagaimana bisa dia melihat itu?” “Saat peluru seperti bola api melayang dari sisi kepalanya…!?” “Seperti dugaanku, dia seorang Level 7. Ini aneh!!”

Ishounuma mulai bergetar.

“Sial… Aku akan menembaknya… Aku bilang Aku akan menembaknya!”

“Aku akan sedikit berharap jika kau tidak menggunakan Dialectmu. Menyerahlah. Dan tebuslah kesalahan yang kau perbuat.”

“Kau…!!”

Dia sangat marah dan hanya bisa mengeluh seperti hewan saat wajahnya memerah terang.

Pada saat itu—

Terdengar suara gemertak di pintu.

Sepertinya seseorang mencoba membuka dari sisi lainnya. Tapi karena itu terkunci, itu tidak akan terbuka…

Murid yang lain mungkin sudah menyadari sesuatu luar biasa terjadi jika mereka mendengar sebuah ledakan. Atau itu seorang guru?

Itu menjadi tenang setelahnya—

Pintunya diledakan.

Disana ada suara keras dan lalu pintu hancurnya melayang ke udara, mengarah ke seberang ruang kelas dan sampai ke sisi lainnya hampir dihancurkan sepenuhnya.

Kaki pucat keluar dari sisi koridor.

Dengan kata lain, pintunya telah ditendang. Oleh seorang perempuan.

“Masaki, apakah kau selamat?”

Orang yang muncul adalah Shirley.

“Ah… Aku senang kau tidak dekat dengan pintunya.”

“Hm? Ah, itu benar.”

Dia tertawa seperti tidak terjadi sesuatu.

Wajah Ishounuma bergetar.

“Kenapa kau ada disini… Aku tau, Masaki mengatakan kau harus kesini dengan segera, kan!?”

“Tidak, Aku kesini karena diriku sendiri.”

“Aku pikir sesuatu yang berbahaya sedang terjadi. Masaki ceroboh.”

“Itu benar. Setelah kemarin, aku tidak berpikir sesuatu seperti ini akan terjadi hari ini.”

Mungkin perempuan yang berada di belakang Shirley yang menemukan tempat ini.

“… Tanda yang sedang menandai jejak Masaki-kun menghilang disekitar sini.”

Alice mengucapkannya dengan tenang.

Dia mungkin sedikit khawatir.

“Hey, Apakah semudah itu untuk mengetahui lokasi orang lain?”

“… Tergantung dari waktu dan situasinya.”

Di tempat Alice menghindari pertanyaannya, Shirley memberikan jawan.

“Di markas Breaker Aku mengirimkan sebuah permintaan darurat untuk mengawasimu karena perilakumu yang tidak normal.”

“Bukankah itu menyalahgunakan kekuatanmu!?”

Jika mereka tidak menipu seseorang, dan jika itu hanya mereka berdua, mungkin semuanya akan menjadi tambah sulit.

“Ya, kali ini aku selamat.”

“Benarkah? Tapi sepertinya kau terlihat menang?”

Masaki melemaskan pukulannya dan tersenyum.

Tidak penting berapa buruknya Ishounuma, dia tidak mungkin melakukan hal yang buruk dalam situasi ini.

Tiga yang lainnya bersama dia menundukan kepalanya dengan wajah patuh terlihat di muka mereka.

Ini sudah diselesaikan.

Di ruang kelas penuh dengan puing-puing dari langit-langit dan dinding yang dihancurkan, semuanya termasuk layar monitor besar yang sudah dihancurkan.

Shirley di pintu masuk menuju ke belekang dan Alice ada di belakangnya.

Masaki sedang berada di tengah.

Ishounuma sangatlah dekat dengannya. Sampai sekarang, dia diluar kendali dengan Dialectnya, tapi sekarang dia menundukan kepalanya tidak tertolong.

Tiga orang dengan Ishounuma berkumpul bersama dekat pintu di depan ruang kelas. Mereka sudah tidak ingin bertarung dari awal mereka dibawa kesini untuk mengepung Masaki.

Rekorder video dan suara sepertinya macet. Tapi bukti dari Dialect yang sudah digunakan tertinggal.

Selanjutnya, itu akan diselesaikan saat mereka menghubungi Breaker.

Itu seharusnya sudah—diselesaikan.

Ishounuma menyentuh Ring Gear di tangan kirinya. Sebuah layar terbuka.

Disana ada gambar dari sebuah apel dengan malaikat bersayap yang sedang menari—

Apakah kau memakan apel?

Tolong sentuh, jika itu adalah sebuah permohonan.

Tawaan pelan keluar.

Masaki melihat wajah Ishounuma dan mulai merasakan perasaan buruk saat dia melihat matanya yang tidak wajar.

“Apa yang kau lakukan?”

“Aku benar-benar akan membunuhmu… dan setelah itu… Aku akan menyiksa Sakurazaka sampai dia gila dengan marah dan putus asa…”

“Kau masih berbicara seperti itu?”

“Aku akan mulai sekarang!!”

Ishounuma menekan apel yang berada di layar.

Ya! Kau memakan apelnya!

Selamat datang di “kebenaran di dunia”!!

Tubuhnya bergetar.

Masaki bersiap bertahan di situasi yang buruk .

Shirley meneriaki tiga orang ketakutan yang berada ditengah kelas.

“Aku punya perasaan buruk! Pergilah sekarang!”

Laki-laki berteriak dan mencoba membuka pintu di depan ruang kelas sambil mengetarkannya dan membuatnya bergoyang.

“Huh!? Apa yang terjadi?!!” “Hey, cepatlah!!” “Pintunya tidak bisa terbuka!”

Pada subjeknya, pita diletakan di pintu ini dari luar. Pita yang berada di depan pintu belum dipotong.

Ishounuma membungkuk ke belakang sambil mulai berdengung.

Senangnya.

Sepertinya senang.

Temponya.

Dan dia terlihat tenang.

Senyumnya menjadi besar seperti sesuatu yang bagus sedang terjadi.

“Oi, Kusunoki.”

“A-apa?”

Dia merasa tertekan tapi dia tidak akan menerima atas dirinya untuk mundur. Apapun sikap yang dia miliki, Ishounuma tetaplah Ishounuma. Dialectnya adalah bola api, tapi keahliannya adalah jarak jauh. Dia seharusnya aman jika dia bisa berada pada jarak yang bisa dicapai tangannya.

“Apakah kau mungkin berpikir bahwa kau memiliki kesempatan menang?”

“Jangan mengelaknya… saat aku dekat denganmu, itu akan menjadi kemenanganku.”

“Pada saat tadi, Aku tidak bisa menggunakannya di depanku—itulah yang kau katakan.”

“Ya…”

“Lupakan tentang itu. Aku yang tadi itu lemah dan potongan sampah. Sampai waktu yang tadi, benar.”

“Apa yang kau… katakan?”

Masaki langsung mengerti dari sikapnya.

Shirley berteriak.

“Masaki, lari!”

“!?”

Dia melompat ke belakang.

Ishounuma menarik tangannya kembali sampai ke bahu—terpisah lebar saling berhadapan. Dia membuat sebuah bola api dengan kedua tangannya pada waktu yang sama.

Semua orang menonton sampai napas mereka pergi.

Itu meledak.

Ledakan yang baru terjadi sangat besar itu seperti dapat melahap seluruh tubuh.

Masaki terlempar, menerima tegangan dari itu.

“Uaaa!!”

Dia terjatuh ke reruntuhan yang hancur dan merasakan nyeri di bahu dan kakinya.

Shirley meneriaki sesuatu, tapi suara gemuruh membuatnya tidak terdengar.

Tiga laki-laki berteriak.

Itu sebuah keberuntungan bahwa tembok dan atap-atap kelas sudah tidak ada. Jika jaraknya lebih dekat lagi, fiture yang berada di ruangan mungkin akan hancur.

Suara dari tawa keras dapat didengar.

Ishounuma berdiri tanpa luka di tengah ruangan dimana asap ledakan menghilang.

Percaya-diri terlihat di seluruh wajahnya.

“Kuha! Kekuatan itu luar biasa! Bahkan jika aku terkena dalam ledakannyapun aku tidak merasa sakit sama sekali! Sempurna! Sekarang kemampuanku sudah lengkap.”

“Apa-apaan… yang kau maksud?”

Masaki bangkit di antara reruntuhan.

Karena dia diserang dengan cahaya yang mencolok, Bahu dan kakinya menerima pukulan. Seragamnya robek, dan dia juga berdarah.

Shirley bergegas lari kepadanya.

“Apakah kau tidak apa-apa?”

“Aku tidak terluka, tapi baik-baik saja. Selain itu, hati-hati. Dia mulai menggunakan aplikasi aneh lagi barusan. Itu mungkin salah satu efeknya… itu seperti dia menjadi orang yang berbeda.”

“Ya, kuat seperti orang yang berubah! Mungkin seperti Level 7.”

Dia berdiri di depan Masaki untuk melindunginya.

Ishounuma tertawa menghina.

“Apakah aku Level 7 sekarang? Tidak! Aku lebih dari itu! Aku sekarang adalah pengatur dunia ini!!”

Dia mengangkat tangan kanannya dengan berlebihan.

Alice, Orang yang hanya menonton dari pintu masuk selama ini, datang ke kelas.

“… Sesuatu yang menggelikan untuk dikatakan.”

“Apa-apaan?”

Mata Alice dan suaranya terasa dingin.

Shirley juga ikut mengangguk.

“Level tidaklah penting! Hanya seorang yang bodoh yang akan mengatakan dia pengatur atau semacamnya!”

“Terus terang.” Pikir Masaki. Kau hanya mendengar sesuatu seperti “Pengatur dunia” di acara anak-anak.

Alice melanjutkan bicaranya.

“…Sebuah kebohongan yang konyol…. Raja dari dunia ini adalah aku.”

“Eh!?”

Masaki dan Shirley terkaget.

Coba pikirkan itu, Alice adalah orang yang seperti itu. Ini akan menjadi masalah jika dia menganggapnya serius.

Ishounuma menggerakan tangan kanannya mengarahkannya kepada Alice.

“Ha! Jika itu masalahnya, maka Aku akan meledakanmu duluan sebelum Kusunoki!”

“… Apakah kau berharap menantang Raja?”

“Aku sudah berubah. Aku tidak perlu takut dengan Level 7 lagi!”

“… Aku akan mengajari kesombongannya membodohi tempatnya. Berapa banyakpun kau berubah tak sebanding dengan peri-periku.”

Alice mengambil kartu mainan dari kantungnya. Saat dia menyebarkannya suara trompet terdengar.

Dan entah darimana suara jam.

Gachi, gachi, gachi…

Sebuah langkah kaki dengan jumlah yang banyak bisa terdengar. Suara bernada tinggi obrolan, tawaan dan tangisan bertahap meningkatkakan volumenya.

Dan berikutnya decitan dari pintu.

Wonder Carnaval telah dimulai.

Kucing besar muncul keluar entah darimana didepan Alice. Itu adalah Kucing Cheshire dengan senyum lebar.

Kucing dengan panjang 6 meter mulai memukulnya.

Ishounuma memanjangkan tangannya.

“Meledak!”

Bola api yang telah dikeluarkan melempar Kucing Chesire sebelum pukulan kucingnya memukul targetnya.

Kucingnya menjerit dengan merasakan penyiksaan dan menghilang dengan cara yang sama seperti munculnya.

Tidak, hanya wajah senyumnya yang mengambang diudara.

Itu membuka mulutnya.

Ishounuma mengulurkan tangan kirinya dan mengeluarkan bola api lagi.

Ledakan kedua terjadi, dan kali ini kucing Chesire menghilang.

Pada saat itu, kartu prajurit terlah bersiap berbaris di depan Alice.

“Tembakan di tempat.!!!!”

Angsa diangkat seperti sebuah senjata. Kata “Bang,” dijabarkan dengan huruf, terbang keluar dari mulut mereka yang terbuka.

Ishounuma merespon serangannya dengan bola api; bola api dan huruf BANG bertabrakan lalu meledak. Peluru huruf yang tak terhiting jumlahnya ditembak di api meletus yang menyebar.

Ikan terbangpun terbang di sekeliling.

Tikus raksasa sedang merangkak di tanah ke arahnya.

Ledakan yang tak terhitung jumlahnya terjadi sebagai pembalasan terhadap serangan mereka.

“Uoooooooooooooooooooooo----------!!

Ishounuma berteriak.

Itu adalah perjuangan untuk supremasi diantara mereka berdua. Sebuah perang Dialect yang bergesekan.

Bisakah dia mengatasinya? Masaki menjadi cemas dan melihat kea rah Alice.

Dia duduk di kura-kura raksasa dan tentara kartu mengipasi dirinya dengan bulu merak. Jelas saja, karena panasnya api, suhu ruangan naik sedikit lebih tinggi tapi…

“Ap-apakah kau baik-baik saja Alice!?”

“… Apakah aku harus memberi tau mu juga Masaki-kun?”

“Huh?”

“… Menurutmu aku ini siapa?”

“Kalau begitu, bisakah kamu menang?”

“… Tentu saja.”

Alice menunjuk Ishounuma. Mungkin dia punya kartu andalan.

“… Shirley, serang dia.”

“Huh!”

Masaki satu-satunya orang yang bingung saat Shirley meningkatkan suara dan memberinya stamina “Baiklah!!”

“Apa, apa yang akan kau lakukan Shirley?”

“Nihaha, Serahkan saja padaku!”

Dia melakukan gerakan seperti pitcher baseball.

“Satu, duaaa!! Ledakan—Bintang-----!!”

Para peri menyerang dan Ishounuma mencegahnya dengan bola api nya tak henti-hentinya. Di medan perang yang menyilaukan berkedip membuatnya tampak seperti matahari jatuh.

Itu tidak terasa panas.

Dan belum, para peri yang bersentuhan dengan itu padam seketia.

Ishounuma melebarkan tengannya dan membuat bola api sambil berteriak—mereka benar-benar termakan oleh cahaya tanpa mendapatkan hasil apapun dan menghilang.

“Guooo!?”

Sebuah kilatan cahaya datang dari sisi kepala Ishounuma ini yang wajahnya bergetar.

Apakah kepalanya dipenggal!?

Shirley berlari untuk memperdekat jaraknya sebelum cahayanya menghilang.

“Teiiiyaaaa!!”

Sebuah tendangan melayang mengenai sisi Ishounuma.

“Aaaah!?”

Itu mungkin karena dia ringan, tapi gerakan akhir Shirley adalah tendangan kaki dan tendangan lutut. Jadi dia tidak terkejut dengan serangan terakhirnya tapi…

Masaku menatap khawatir.

“Apakah kau mengisinya dengan kilatan cahaya yang kau tembakan?!!”

Alice mengangkat bahunya.

“… Efek Ledakan BIntang adalah keluarnya kilatan cahaya. Waktu keluarnya kilatan cahaya adalah 0.5 detik. Aku tidak mempunyai batas dengan itu dan masih bisa menembaknya berulang-ulang.”

“Apa-apaan!?”

“…Bahkan jika bola apinya sedikit lebih kuat… Itu hanyalah benda kecil. Itulah kebenarannya.”

Masaki ingat dia mengatakan bahwa kekuatan Dialectnya bertambah. Dia kira itu hanya percobaan yang sederhana untuk memprovokasi dia tapi…

“Apakah dia benar-benar melakukan itu? Bahkan jika itu menjadi lebih mudah digunakan pada jarak pendek dengan kekuatan yang bertambah, itu masih tidak lebih hebat dibandingkan Dialect milik Shirley.”

Jadi dia satu-satunya orang yang bisa bergerak melalui cahaya yang dibuat dengan tanpa batas dan memiliki kekuatan penghancur yang berlebihan.

“…Dia tidak sadar akan itu tapi… Itu seperti sesuatu permainan curang.”

“Tentu saja.”

Busa keluar dari mulut ishounuma dan terjatuh.

Shirley menyilangkan tangannya. Berdiri dengan gaya kemenangan yang tidak jelas.

Alice tersenyum.

“…Kuat seperti curang… 667 potonganku.”

“tunggu sebentar, bukankah dia temanmu!?”

“…Pertemanan kita sangatlah indah.”

“Kau, kau benar-benar hancur bukan…”

“Hmph… Raja tidak butuh sesuatu hal yang biasa.”

“Itu mengkhawatirkan.”

Di tepi penglihatannya ia melihat tiga orang gemetar, bersama di sudut kelas.

Mereka sepertinya tidak terlibat terlalu jauh dengan ini. Masaki menghela napas lega.

“Bahkan jika, kau menyelamatkanku… terima kasih. Jika itu hanya aku, Aku tidak mungkin bisa mengalahkan kekuatan Ishounuma. Ini semua berkat Alice dan Shirley.”

“…Itu bukanlah apa-apa… Shirley menang dengan sendirinya.”

“Kau pikir? Shirley memang kuat, tapi itu akan sulit baginya untuk melindungiku dan tiga yang lain dari bola apinya jika sendirian, kan?”

“Hmm… ya mungkin itu benar.”

“Bukankah para peri melindungi mereka dengan bertingkah sebagai tameng?”

“Ah, mereka… Aku tidak tau karena mereka keluar dan bertingkah dengan kemauan mereka.”

“benarkah? Jika keinginanmu tidak tersampaikan pada mereka, bukankah menurutmu akan aneh jika Shirley dan Aku menjadi diserang?”

Alice malu dan memalingkan wajahnya.”

Dia mencoba untuk menyembunyikan wajahnya.

“… Benar. Itu mungkin saja terjadi lain kali. Karena itu berbahaya, aku tidak seharusnya mendekat. Aku tidak bisa menjamin keselamatanku sendiri.”

Masaki tersenyum cerah.

Masaki berhenti berbicara sepertinya dia akan mulai marah.

Dalam pikirannya, Dia berterima kasih sekali lagi.

Shirley mengambil gelang Ishounuma.

Aplikasi jamming tampaknya berhenti dan tranmisinya kembali normal.

Masaki mengambil kacamatanya dari kantong dadanya. Lalu menaruhnya di kepalanya.

Anggota Breaker yang lain dan guru yang tau tentang situasi ini datang berlarian, dan akhirnya situasinya dapat diselesaikan.