Fate/Zero:Prologue 3~ Indonesian Version

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

1 tahun yang lalu[edit]

Dia dengan cepat menemukan wanita yang dia cari.

Di awal liburan sebuah siang, anak-anak dapat terlihat bermain di taman, diterangi dengan sinar matahari awal musi gugur yang damai, dengan orang-tua mereka mengawasi mereka, dengan senyum. Alun-alun di sekitar air mancur taman itu disesaki oleh orang-orang yang membawa keluarga mereka untuk bersantai.

Bahkan di tengah keramain tersebut, dia tidak kehilangan arahnya.

Tidak peduli betapa padatnya, tidak peduli betapa jauh, dia yakin dia dapat menemukan wanita itu dengan mudah. Walaupun dia tidak tahu bahwa dia bisa bertemu denganya sebulan sekali, walaupun dia sudah memiliki pasangan.

Hanya pada saat dia sudah dekat, wanita di dalam bayangan pohon-pohon baru menyadari kehadirannya.

“- Hey, lama tidak berjumpa.”

“Oh- Kariya-kun.”

Mengeluarkan sebuah senyum yang sopan dan rendah hati, wanita itu mengangkat matanya dari buku yang sedang dibacanya.

Kelelelahan – Melihat dia seperti itu, Kariya merasa terbelenggu oleh kegundahan dan keputusasaan. Sesuatu sepertinya sedang menyiksa wanita itu.

Dia dengan cepat ingin bertanya tentang penyebab masalah itu, supaya dia dapat menggunakan dirinya untuk menemukan jawaban untuk ‘masalah’ itu – tetapi Kariya tidak dapat masuk ke topik itu bahkan jika didasari oleh alasan itu. Dia tidak terlalu dekat sampai-sampai dia dapat mencurahkan kebaikan yang terus terang seperti itu; itu bukan tempat dia.

“Ini sudah berlangsung 3 bulan. Perjalanan kali ini lumayan lama kali ini.”

“Ah… Eh, ya.”

Di dalam mimipi indahnya, senyuman wanita itu pasti muncul. Tapi dia tidak memiliki keberanian untuk melihat dia saat dia berada di depan wanita itu. Ini sudah berlangsung selama 8 tahun, dan Kariya mungkin tidak akan pernah sangup melihat senyuman itu selamanya. Karena wanita itu membuat dia sangat gugup, dia selalu lupa untuk berkata-kata setelah kata perjumpaan, dan kekosongan yang halus muncul. Itu juga terjadi setiap kali.

Untuk mematahkan kekakuan itu, Kariya mencari sesuatu yang dapat ia bicarakan dengan mudah.

- Disana. Bermain di tengah-tengah segerombolan anak kecil di atas rumput, rambut yang dikepang dua menari dengan gembira. Walaupun masih sangat muda, gadis itu sudah menunjukan tanda-tanda wajah cantik yang diwarisi dari ibunya.

“Rin-chan.”

Kariya memanggil, melambaikan tanganya. Begitu dia melihat, gadis yang dia panggil Rin berlari menuju dia dengan senyum yang lebar.

“Selamat datang kembali, paman Kariya! Apa kamu membawa oleh-oleh buatku?”

“Rin, ingat untuk berlaku sopan…”

Gadis kecil itu terlihat tidak mendengar suara malu ibunya. Mata Rin berbinar dengan harapan dan Kariya, memberi senyuman yang sama, mengeluarkan satu dari dua oleh-oleh yang dia bawa dibelakangnya.

“Waaahh, bagus…”

Sebuah bros indah yang terbuat dari berbagai bentuk mutiara mendaparkan hati gadis kecil itu dari pandangan pertama. Walaupun sepertinya itu terlalu mahal untuk gadis seumurnya, Kariya tahu kalau Rin memiliki selera yang lebih dewasa dari umurnya.

“Paman, terima kasih seperti biasanya. Alu akan menyimpanya dengan baik.”

“Ha ha, kalau kamu suka, paman juga senang.”

Dengan lembut mengelus kepala Rin, Kariya mencari seseorang yang akan dia beri oleh-oleh yang dia bawa.

Karena suatu hal, dia tidak dapat menemukan anak itu di taman...

“Hey, dimana Sakura-chan?”

Mendengar pertanyaan Kariya, senyum Rin dengan cepat menghilang.

Wajahnya terlihat seolah-olah ia berhenti berpikir, sebuah wajah anak kecil yang pasrah yang dipaksa untuk menerima sebuah realita.

“Sakura, dia… sudah tidak ada.”

Dengan wajah kosong, Rin memberikan jawaban yang monoton. Lalu, seolah-olah mehindari pertanyaan Kariya, dia berlari balik menuju ke gerombolan anak-anak yang dia sedang bermain dengan sebelumnya.

“…”

Terkejut oleh perkataan Rin yang tidak bisa dimengerti, Kariya melihat ke ibu Rin dengan realisasi yang tiba-tiba. Wanita itu menoleh ke tempat kosong dengan wajah muram.

“Apa itu artinya…?”

“Sakura bukan lagi anakku ataupun adik Rin lagi.”

Nada bicaranya datar, tetapi lebih tegar dibanding suara anaknya Rin.

“Anak itu, sudah pergi ke keluarga Mato.”

Ma – to –

Nama itu, yang terdengar sangat akrab namun menjijikan, dengan paksa merobek hati Kariya.

“Tidak mungkin… Apa yang artinya itu, Aoi-san!?”

“Tidak seharusnya kamu bertanya, ya kan? Terutama kamu, Kariya-kun.”

Menghancurkan hati Kariya, ibu Rin – Tosaka Aoi memberi jawaban yang kasar dan dingin, tidak menoleh sekalipun kepadanya, seolah-olah tidak peduli.

“Tentu saja kamu lebih dari semua orang seharusnya tahu kenapa Mato memerlukan seorang anak dari keturunanmagi untuk meneruskan mereka, ya kan?”

“Bagaimana… bisa kamu… setuju dengan itu?”

“Itu adalah sesuatu yang dia putuskan. Ini adalah keputusan kepala keluarga Tosaka, menyetujui permintaan dari teman lama yang dipersatukan sumpah, Mato… Opiniku tidak diperlukan.”

Untuk alasan itu, ibu dan anak, kakak dan adik, dipisahkan.

Tentu saja dia tidak setuju. Tapi Aoi dan bahkan Rin kecil tahu benar alasan mengapa mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain menerimanya. Itu karena ini adalah apa artinya hidup sebagai seorang magus. Kariya tahu tentang kekejaman takdir dengan sangat baik.

“… Apa kamu tidak apa-apa dengan keputusan itu?”

Aoi membalas dengan senyuman yang pahit terhadap suara Kariya yang tegas.

“Aku sudah siap untuk sesuatu seperti ini pada saat aku memutuskan untuk menikah dan masuk kedalam keluarga Tosaka, saat aku memutuskan untuk menjadi istri seorang magus. Pada saat kamu memasuki keluarga magus, adalah sebuah kesalahan untuk mencari kebahagian sebuah keluarga yang normal.”

Dan, memandang Kariya yang akan berbicara, istri magus itu dengan lembut, namus tegas, menghentikan dia –

“Ini adalah masalah diantara Tosaka dan Mato. Ini bukan urusanmu, yang sudah pergi meninggalkan dunia para magus.”

Dia menyelesaikan dengan anggukan singkat.

Dengan ini, Kariya tidak dapat bergerak lagi. Seperti dia sudah diubah menjadi salah satu pohon di taman itu, dadanya sesak karena kelemahan dan keputusasaan.

Sejak dahulu saat dia masih seorang gadis, lalu saat dia menjadi seorang istri, dan bahkan setelah dia memiliki dua orang anak, perlakuann Aoi kepada Kariya tidak pernah berubah. Tiga tahun lebuh tua dari dia, teman sejak kecil, dia selalu memperlakukan Kariya dengan baik dan tanpa batas, seperti layaknya seorang kakak kepada adiknya.

Ini adalah pertama kalinya dia tengan tegas menggaris-bawahi posisi mereka masing-masing.

“Kalau kamu bertemu dengan Sakura, tolong perlalukan dia dengan baik. Dia selalu sayang denganmu, Kariya-kun.”

Dengan Aoi mengawasi dia, Rin bermain dengan gembira, penuh dengan energi, seolah-olah sperti untuk mengubur kesedihanya.

Seolah-olah kelakuan Rin adalah jawaban yang mendorong balik Kariya yang terbisu di sampingnya, Tosaka Aoi menujukan kepada dia hanya wajah seorang ibu yang damai ditengah-tengah liburan.

Tetapi Kariya tidak tertipu. Tidak mungkin dia tidak bisa melihatnya.

Seorang Tosaka Aoi yang tegas dan damai yang telah menerima takdirnya.

Dia bahkan tidak bisa menutupi sepenuhnya air mata yang membendung di kedua matanya.

※※※※※

Kariya mempercepat jalanya melewati pemandangan tempat kelahirannya yang dia pikir tidak akan pernah dia lihat lagi.

Setiap kali dia kembali ke kota Fuyuki, dia tidak akan pernah menyebrangi jembatan menuju ke Miyama.

Itu sudah berlangsung selama 10 tahun. Tidak seperti area Shinto dimana bisnis berjalan setiap hari, tidak ada yang berubah di daerah ini dimana waktu seperti berhenti.

Jalanan yang sepi berisi dengan kenangan, tapi tidak ada satupun yang indah jika dia berhenti untuk melihat. Mengabaikan kenangan yang tidak berharga itu, Kariya berpikir tentang perbincangannya dengan Aoi sejam yang lalu.

“… Apa kamu setuju dengan ini?”

Jawaban kosong yang Aoi lempar kepadanya sambil membuang pandanganya. Dia tidak pernah menggunakan nada tajam seperti itu beberapa tahun belangan ini.

Jangan mengangkat pandanganmu, jangan menjadi beban… Itu adalah bagaimana dia hidup. Kemarahan, kebencian, Kariya telah meninggalkan semua itu di jalanan kosong Miyama. Setelah membuang kota kelahiranya, Kariya tidak pernah mempermasalahkan apapun. Bahkan sesuatu yang sangat kejam dan buruk adalah sesuatu yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sesuatu yang dia benci di tanah ini.

Itu kenapa – betul. Itu pasti sudah 8 tahun sejak suaranya terakhir kali mengandung perasaan seperti itu.

Saat itu, bukankah pada wanita yang sama Kariya menggunakan nada seperti itu, dengan kata-kata yang sama?

“Apa kamu setuju dengan ini?” – Dia mengeluarkan pertanyaan yang sama pada waktu itu. Menghadap teman masa kecil yang lebih tua semalam sebelum dia menerima nama Tosaka.

Dia tidak pernah lupa. Wajah dia pada saat itu.

Wanita itu menjawab dengan anggukan singkat, seolah-olah menyesal, tapi dengan malu-malu dengan wajah yang merah. Kariya ditaklukan oleh senyuman yang malu-malu itu.

“… Aku sudah siap… Itu adalah sebuah kesalahan untuk mencari kebahagiaan normal sebuah keluarga…”

Jawaban itu adalah sebuah kebohongan.

Hari itu, 8 tahun yang lalu, pada saat dia dilamar oleh magus muda, senyuman dia tanpa ragu menunjukan kepercayaanya kepada kebahagiaan.

Dan karena itu, Kariya menerima sepenuhnya kekalahanya karena dia percaya dengan senyuman itu.

Mungkin, pria yang dinikahi Aoi, pria itu adalah satu-satunya orang yang bisa membuat dia bahagia.

Tapi itu adalah sebuah kesalahan.

Lebih dari yang lainya, Kariya seharusnya menyadari kalau itu adalah kesalahan yang fatal.

Karena dia telah menyadari betapa memuakkan seni magis itu, bukankah Kariya telah menolak takdirnya dan meninggalkan keluarganya? Walaupun begitu, dia bisa memaafkan itu.

Bahkan dengan dia, seseorang yang sudah berbalik badan dan lari dengan ketakutan, tahu betapa menjijikan seni magis… Wanita yang palin penting di hidupnya sudah menyerah, dar semua orang, kepada pria yang paling mirip dengan magus.

Apa yang membakar didalam dada Kariya adalah, penyesalan.

Tidak sekali, tapi dua kali, dia sudah memilih kata yang salah.

Dia tidak seharusnya bertanya, “Apa kamu setuju dengan ini?”, tetapi dia seharusnya mengambil kesimpulan, “Kamu jangan melakukanya.” Dan 8 tahun yang lalu, kalau saja dia mencegah Aoi – mungkin ada sebuah masa depan yang berbeda dari sekarang. Kalau saja dia tidak mengikat dirinya dengan Tosaka pada hari itu, dia pasti akan keluar dari kutukan kematian seorang magus, dan dia akan menjalani hidup yang normal.

Dan hari ini, di hari siang di taman itu, kalau saja dia memberi reaksi yang berbeda terhadap keputusan diantara Tosaka dan Mato, - mungkin itu akan mengejutkan dia. Dia mungkin akan menolak sesuatu yang tidak masuk akal dari orang asing.

Tetapi, dia tidak dapat menyalahkan hanya dirinya sendiri seperti itu. Dia tidak seharusnya menahan air matanya.

Kariya tidak dapat memaafkan ini. Dia yang mengulangi kesalahan yang sama. Sebagai hukumanya, dia kembali ke tempat yang telah dia tinggalkan.

Pasti, ada sebuah jalan menuju pengampunan. Sebuah dunia yang telah ia tinggalkan. Sebuah takdir yang dia telah lari darinya ketakutan.

Tapi sekarang, dia akan menghadapi hal itu.

Kalau dia mengingat satu-satunya wanita di dunia ini yang dia tidak ingin menangis –

Dibawah langit dimana sinar matahari yang terbenam bersinar, dia berhenti di depan sebuah rumah mewah dengan model barat yang menjulang.

Sesudah melompat melewati 10 tahun, Mato Kariya berdiri di depan gerbang rumahnya lagi.

※※※※※


Berawal dari pintu depan, pertengkaran yang kecil namun riskan dengan cepat terbawa ke dalam kediaman Mato dimana Kariya duduk diatas sofa di ruang tamu.

“Aku pikir aku sudah bilang kalau kamu jangan menunjukan mukamu lagi di sini!”

Duduk di hadapan Kariya, seorang tua, yang kecil, yang mengumpatkan kata-kata kasar itu adalah Mato Zoken, kepala keluarga itu. Dia sangat keriput sampai-sampai kepalanya yang botak dan kaki tanganya terlihat seperti mumi, tapi sinar di matanya yang dalam masih menunjukan semangatnya; penampilan dan karakternya membuat dia menjadi seseorang yang tidak biasa dan misterius. Sejujurnya, bahkan Kariya tidak bisa menebak dengan tepat umur kakek tua itu. Daftar unik di dalam silsilah keluarga menunujukan bahwa dia adalah kakak dari ayah Kariya. Tapi bahkan dengan kakek buyutnya, nenek moyang Kariya di generasi ketiga, ada sebuah daftar kakek tua bernama Zoken di dalam silsilah keluarga. Tidak mungkin ada jalan untuk menebak berapa generasi kakek ini telah berkuasa atas keluarga Mato.

Berbicara tentang perbuatan yang memuakkan, dia adalah seorang magus yang bisa dibilang memiliki hidup abadi, mengulur dan mengulur lagi umurnya. Seseorang yang berasal dari awal mula garis keturunan Mato dengan hubungan yang sangat jauh dengan Kariya. Dia adalah hantu sungguhan yang masih tersisa di era ini.

“Aku mendengar sesuatu yang tidak bisa dimaafkan. Sesuatu tentang bagaimana keluarga Mato melakukan perbuatan memalukan yang tidak masuk akal.”

Kariya mengerti bahwa magus di hadapanya ini adalah seseorang yang sangat kuat dengan kekejaman yang tidak tertandingi. Seseorang yang merupakan sebuah wujud dari semua yang dibenci Kariya sampai mendarah daging. Bahkan kalau kakek ini membunuh dia, Kariya tetap membenci dia dengan sangat sampai akhir. Dengan konfrontasi 10 tahun yang lalu, Kariya sudah menghadapi hantu itu dan lari dari keluarga Mato, untuk mendapatkan kebebasanya.

“Aku dengar kamu mengambil anak kedua Tosaka. Apa kamu sebegitu inginnya ingin meneruskan garis keturunan magus keluarga?” Zoken mencibir pada kata-kata tajam Kariya.

"Kamu membahas tentang ini? Tidak ada lagi yang lain? Siapa menuru kamu yang bertanggung jawab atas kejatuhan Mato? Pada akhirnya, anak yang akhirnya didapat Byakuya ternyata tidak mewarisi sirkuit magis. Darah murni kluarga Mato telah lenyap pada generasi ini. Tetapi, lebih dari kakakmu Byakuya, kau adalah satu-satunya yang memiliki dasar seorang magus, Kariya. Kalau saja kamu dengan patuh menerima warisanmu dan mengakses rahasia keluarga Mato, kita tidak akan terdesak oleh peristiwa ini. Dan ini adalah sepenuhnya kesalahanmu…"

Tetapi Kariya, dengan dengusan, mementah balikkan perilaku mengancam kakek itu yang telah berbusa mulutnya karena sangat marahnya.

"Hentikan lawakanmu, vampir. Apa masalahnya dengan kelanjutan garis keturunan Mato? Jangan membuatku tertawa. Tidak akan jadi masalah buatmu bahkan kalau tidak ada lagi generasi baru keluarga Mato. Diskusi ini hanya omong kosong karena kau sendiri akan terus hidup untuk dua ratus atau seribu tahun lagi, eh?"

Seperti yang Kariya duga, Zoken memberikan senyuman yang mencurigakan, seolah-olah kemarahan sebelumnya hanya sebuah kebohongan. Itu adalah senyuman monster memperdulikan emosi manusia bahkan sebagai serpihan.

"Seperti biasa, kamu adalah anak yang kaku. Kamu bicaa dan bertindak apa adanya."

"Terserah, itulaah bagaimana kamu melaih aku. Aku bukan seseorang yang suka untuk berputar-putar."

Suara yang serak keluar dari dalam tenggorakan kakek tua itu, seperti dia tertawa senang.

"Betul. Kamu mungkin akan hidup lebih lama dariku, bahkan lebih dari anak Byakuya. Tetapi, pertanyaannya adalah berapa lama lagi aku akan dapat mengawetkan badan ini dari pembusukan. Bahkan kalau keturunan Mato tidak diperlukan, seorang Mato magus diperlukan. Untuk mendapatkan Cawan itu, tentu saja."

"… Jadi pada akhirnya, itulah tujuanmu?"

Ini berjalan sperti perkiraan Kariya. Itu adalah kehidupan abadi yang kakek tua ini kejar.

Mesin pengabul permintaan yang disebut "Cawan" yang dapat mengabulkan permintaan itu… Apa yang mencekik monster yang tidak dapat mati setelah beatus-ratus tahun adalah harapan yang dipertaruhkan di dalam keajaiban itu.

"Kedatangan 60 tahun sekali siklus terjadi tahun depan. Tapi untuk Perang Cawan Suci yang keempat, Heaven's Feel keempat, tidak akan ada pemain dari keluarga Mato.

Byakuya tidak memiliki prana yang cukup untuk seorang Servant. Dia bahkan tidak memiliki Command Seals.

Tetapi walaupun kita harus berhenti pada perang kali ini, akan ada kesempatan lagi untuk yang selanjutnya dalam 60 tahun. Tidak ada keraguan bahwa magus yang sempurna dapat lahir dari anak gadis keluarga Tosaka ini. Aku punya harapan yang besar untuk wadah yang bagus."

Wajah Tosaka Sakura muncul di balik kelopak mata Kariya.

Anak yang pemalu yang selalu bersembunyi di belakan kakaknya Rin, seorang gadis yang kelihatan pucat.

Seorang anak terlalu muda untuk memanggul takdir kejam seorang magus.

Menelan kemarahanya, Kariya memasang muka tenang.

Pada saat ini di tempat ini, dia disini untuk bernegoisasi dengan Zoken. Tidak ada yang bisa didapat kalau ia memakai emosinya.

"- Kalau ini memang tentang hal itu, kalau kamu menginginkan cawan itu, kamu tidak memerlukan Tosaka Sakura, benar kan?" Zoken memicingkan matanya, curiga dengan arti di balik kata-kata Kariya.

"Kamu, tipuan macam apa yang ada di dalam kepalamu?"

"Sebuah kesepakatan, Mato Zoken. Aku akan membawa nama Mato di Heaven's feel berikutnya. Sebagai balasanya, kau akan membebaskan Tosaka Sakura."

Terkejut hanya dalam satu tarikan nafas, Zoken tertawa mencemooh.

"Kha, jangan bodoh. Orang gagal yang tidak pernah belajar apa-apa ingin menjadi Master seorang Servant dalam setahun?"

"Kamu punya rahasia untuk membuat itu mungkin, benar kan. Dengan menggunakan kemampuan cacing-cacing yang sangat kau banggkan itu, kakek tua."

Kariya langsung melompat ke intinya, melihat ke dalam mata tajam magus tua itu.

"Tanam 'Crest Worms' milikmu kedalam badanku. Kamu bisa melakukan itu, kedalam darah dan daging menjijikan seorang Mato. Kecocokanya pasti jauh lebih tinggi dibandingkan dengan anak dari keluarga lain."

Wajah Zoken berubah kembali dari wajah seorang manusia ke wajah seorng magus, semua ekspresi lenyap seketika.

"Kariya - Apa kamu ingin mati?"

"Jangan bilang kamu kuatir? 'Paman'."

Zoken akhirnya menyadari kalau Kariya serius. Dengan dingin, magus itu menevaluasi Kariya, melihat dia, lalu menarik nafas dalam. "Aku harus bilang kalau aku mengharapkan lebih dari kamu daripada Byakuya. Setelah memperbesar sirkuit magismu dengan Crest worms, kalau kita melatihmu dengan berat selama satu tahun, mungkin Cawan itu akan memilihmu.

… Tapi, aku tidak mengerti. Kenapa kamu mau melakukan hal ini hanya untuk satu gadis kecil?"

"Biarkan keras kepala seorang Mato diurus oleh tangan seorang Mato. Jangan melibatkan orang lain."

"Lagi-lagi dengan dedikasimu yang mengagumkan."

Seperti menikmati ini, Zoken memberikan senyuman yang puas, penuh dengan nafsu setan.

"Tapi, Kariya, kalau tujuanmu tidak ingin melibatkan orang lain bukankah kamu sedikit terlambat?

Tahukah kamu sudah berapa lama gadis keluarga Tosaka telah datan ke dalam keluarga kita?"

Keputusasaan, mendobrak masuk, menyesakkan dada Kariya.

"Kakek tua, maksudmu-"

"Dia menangis dan berteriak-teriak pada tiga hari pertama, tapi pada hari keempat, dia sangat diam. Hari ini, dia dilemparkan kedalam tempat penyimpanan cacing itu pada saat subuh untuk melihat berapa baiknya dia akan bertahan, tapi, ho ho, dia sanggup bertahan selama setengah hari dan masih bernafas. Tahukah kamu, kalau bahan Tosaka itu tidak rusak."

Pundak Kariya gemetar dengan keinginan untuk membunuh melebihi kebencian.

Dia ingin mengangkat leher magus jahanam ini, mencekik dia dengan sekuat tenaga, dan mematahkanya, saat ini juga -

- Kengininan itu adalah kegilaan yang bergejolak di dalam Kariya.

Tapi, Kariya menyadarinya. Walaupun dia sudah sangat kurusnya sampa-sampai terlihat seperti mumi, Zoken adalah seorang magus. Kariya tidak bisa bahkan mencba untuk membunuh dia disini. Dia tidak memiliki bahkan secuil kekuatan yang diperlukan untuk melakukan itu. Untuk menyelamatkan Sakura, tidak ada jalan lain lagi selain bernegoisasi.

Melihat konflik di dalam Kariya dengan jelas, Zoken mengeluarkan tawa yang puas.

"Jadi, apa yang akan kamu lakukan? Gadis kecil itu sudah rusak, dipenuhi dengan cacing dari ujung kepala sampai ujung kaki.

Tapi jika kamu masih ingin untuk menyelamatkan dia, sewajarnya, aku tidak akan berpikir dua kali."

"… Tidak ada masalah. Ayo lakukan."

Kariya berkata dengan nada dingin. Tentu saja dia tidak memiliki cara yang lain lagi.

"Sempurna, sempurna. Kita masih bisa melatihmu seberat mungkin. Tapi, ingat kalau aku akan meneruskan latihan Sakura kalau kamu tidak menunjukan hasil."

Cekikikan, manus tua yang sedang senang itu mencemooh Kariya dan kemarahan dan keputusasaanya.

"Daripada menerima kembali orang gagal yang sudah mengkhianati kami, kemungkinan untuk mendapatkan seorang anak dari ini jauh lebih besar. Aku memilih untuk mendapatkan yang terbaik dari setiap kesempatan satu per satu. Aku sudah menyerah untuk Heaven's Feel kali ini, sejak perang kali ini tidak mungkin dimenangkan.

Tapi. kalau dalam satu dalam satu juta kemungkinan, kamu bisa mendapatkan Cawan itu - Aku setuju. Kalau itu terjadi, pada dasarnya aku tidak membutuhkan gadis dari keluarga Tosaka lagi. Aku sudah mendapatkan tujuan aku melatih anak itu."

"… Kamu tidak sedang menipu? Mato Zoken."

"Kariya, kalau kamu berpikir kamu harus bermuka lima untuk berbicara denganku, coba menahan Crest worms lebih dahulu. Ya, coba menjadi inang cacing-cacing itu selama seminggu pertama. Kalau kam tidak mati, aku baru menganggap kalau kamu serius."

Menyadar pada tongkatnya, menegakkan badanya dengan susah payah, Zoken menoleh ke Kariya dengan senyuman aneh yang penuh dengan kekejian.

"Jadi, ayo kita mulai persiapannya sekarang. Kita akan menyelesaikan perawatan ini besok. Kalau kamu berubah pikiran, lakukan sekarang."

Hanya mengangguk dalam diam, Kariya membuang keraguannya yang terakhir.

Dia akan menjadi alat Zoken begitu dia mengijinkan cacing-cacing itu masuk kedalam tubuhnya. Dengan cara itu, tidak ada cara lagi untuk memberontak melawan magus tua itu. Kalau dia dapat lulus menjadi magus, Kariya dan keluarga Mato pasti mendapatkan Command Seals.

Heaven's feel. Satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkan Tosaka Sakura. Sebuah pilihan yang tidak akan bisa ia raih dengan darah dan dagingya.

Kariya mungkin akan kehilangan nyawanya. Bahkan kalau ia tidak dibunuh oleh master yang lain, tubuh Kariya akan dimakan oleh cacing-cacing dengan membawa Crest worms dalam waktu sesingkat satu tahun, dan ekspektasi hidupnya tidak mungkin lebih dari beberapa tahun. Tapi itu semla tidak penting.

Keputusan Kariya sudah terlambat. Anak Aoi akan hidup dengan damai bersama ibunya kalau saja dia memiliki determinasi yang sama 10 tahun yang lalu. Takdir yang dia tolak telah diberikan ke orang lain, dan jatuh ke tangan seorang gadis yang tidak berdosa. Tidak ada pengampunan untuk itu. Jika ada jalan menuju pengampunan, itu tidak mungkin lebih dar memberikan kembali kehidupan normal yang telah hilang ke anak itu.

Sebagai tambahan, kalau dia berhasil membunuh enam master yang lainnya untuk mendapatkan Cawan itu…

Diantara semua orang yang telah membawa tragedi kepada anak yang bernama Sakura, setidaknya ada satu orang yang dia dapat berikan doa kematian.

"Tosaka, Tokiomi…"

Sebagai kepala salah satu 3 keluarga awal, tidak ada keraguan kalau dia akan menerima Command Seals.

Berbeda dengan rasa bersalahnya kepada Aoi, dan kebenciannya kepada Zoken, ada sebuah kebencian yang luar biasa yang telah terkumpul hingga saat itu.

Emosi gelap balas dendam telah dengan diam membakar di lubuk hati Mato Kariya bagai api neraka.



Back to Prologue: 3 tahun yang lalu Return to Main Page Forward to Act 1 Bagian 1