Ero Manga Sensei (Bahasa Indonesia):Volume 3 Bab 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 1[edit]

Eromanga Vol 3-011.jpg

Izumi Masamune, lima belas tahun, Murid kelas tiga SMA. Sekarang aku hidup sebagai murid SMA dan seorang penulis. Nama penaku Izumi Masamune.

Karena banyak alasan, sudah setahun aku hidup bersama adik perempuan hikikomoriku.

Aku harus membantu adik perempuan hikikomoriku-itulah apa yang selalu aku pikirkan.

Tapi sekarang, aku tahu kalau aku terlalu mengkhawatirkannya.

Karena adikku- mata biru, rambut perak yang cantik, Izumi Sagiri adalah seorang ilustrator, Eromanga-sensei.

Karena ternyata, bayaran pekerjaannya lebih baik dari milikku.

Biarkan aku mengurusimu.

Dia juga berpikir sama sepertiku.

Ini bukan mimpimu – ini mimpi kita.

Kami bekerja sama dan bermimpi sama.

Aku jatuh cinta pada pandangan pertama pada adikku. Setelah dia menolakku, perasaan ini semakin membara. Aku makin menyukai Sagiri.

Aku menyukainya setiap siang dan malam.

Aku punya orang yang aku suka.

Tapi Sagiri sudah punya orang yang dia suka.

Jadi aku mencoba untuk manjadi kakaknya, menjaganya, mendukungnya.

....Meskipun terdengar sangat tidak meyakinkan, dan rasanya aku belum bisa apa-apa sekarang...tapi....

Rencana untuk “Membawa Sagiri keluar” masih berlanjut.

Ini jalan agar adik perempuanku bisa bertemu dengan orang yang dia suka.

Lalu aku akan membawamu keluar dari kamarmu untuk menonton anime bersama! Ceritaku, karaktermu, anime kita!

Karena itulah mimpi kami.

Karena bagiku, itulah sesuatu yang paling menyenangkan di dunia.

Kami berdua tertawa bersama tanpa mengkhawatirkan kenangan buruk akan apapun. Aku ingin kami berdua menjadi saudara yang rukun.

* * * * *

Sekarang bulan Agustus, waktunya libur musim panas.

Setelah aku meloloskan diri dari pekerjaan rumah, aku menghabiskan seluruh waktuku untuk menulis tanpa melakukan apapun selain itu. Dan aku tidak melakukan itu di kamarku seperti biasa. Akhir-akhir ini, aku tinggal di departemen editorialku dan terus menerus memperbaharui manuskripku.

Beberapa dari kalian mungkin sudah melupakannya, jadi biarkan aku ingatkan kalian lagi:

Di bulan Juli, aku ikut serta dalam Turnamen Dunia Light Novel dan mendapatkan hak untuk menerbitkan ceritaku. Novel baruku Adik Perempuan Terimut di Dunia direncanakan akan diterbitkan tanggal 10 sepember.

Ooohhhhhhhhhhhhhhhhraaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!! Aku memfokuskan semua tenagaku ke dalam menulis.

Itu cara yang sama dengan yang biasa aku gunakan untuk menulis.

Tapi kali ini, pekerjaan ini “diputuskan bulan Juli, diterbitkan bulan September” waktunya sangat terbatas- yah, meskipun aku berkata begitu, kebanyakan dari kalian mungkin tidak mengerti.

Tapi departemen editorialku biasa mengatur deadline untuk sebuah naskah adalah tiga bulan sebelum diterbitkan, jadi kalian harus mengingat bagaimana kerasnya itu.

Oke, paham?

Jadi, alasan aku akhir-akhir ini begitu sibuk seperti ini adalah:

Jadwal penerbitan novelku direncanakan pada tanggal 20 Juli.

Tapi sekitar 10 hari yang lalu, aku memutuskan untuk memasukan manuskripku untuk mengikuti Turnamen Dunia Light Novel. Lalu aku bertemu dengan editorku, menyerahkan kembali manuskripku yang sudah dirubah. Disusul oleh pertemuan lainnya, edit, periksa, debat, edit lagi, debat lagi....

Dan terus melakukan hal seperti itu sampai kemarin, ketika aku menyelesaikan manuskrip akhirku.

“Selesai. Selesai.”

Ini bukan sebagai sebuah kiasan, karena ketika aku pulang ke rumah, aku merasa sangat kelelahan hingga aku langsung tidur lelap tanpa terganggu. Sekarang, aku harus bangun.

“Huaa....ah....”

Aku melakukan pemanasan ringan sambil menguap.

Jam menunjukan pukul enam sekarang. Aku ingin tidur lagi, tapi...

“Baiklah, ayo bangun”

Sudah beberapa hari aku pergi dan aku mengkhawatirkan adikku. Apa dia ingat makan dengan baik? Apa dia sehat? Apa dia ingat mandi dan menggosok gigi sebelum tidur?

Dan yang paling penting: Aku ingin melihat gadis yang kusuka – wajah Sagiri. Aku ingin memberitahu Eromanga-sensei bahwa “Aku sudah menyelesaikan sebuah novel yang sangat bagus!”

Tentu saja, masih ada banyak masalah yang bisa terjadi sebelum itu di terbitkan, dan aku masih belum bisa bersantai― tapi bagaimanapun, untuk sekarang, aku selesai.

*Bam* langit-langit berguncang.

Hari lain untukku dan adikku dimulai.

“Permintaan sarapan”-nya mengagetkanku. Aku selesai buat makanan, menempatkannya di atas nampan dan mulai menaiki tangga. Hari ini aku membuat chiken salad[1] ditambah telur rebus dan yogurt buah. Selera adikku sangat sederhana, tapi aku memutuskan untuk membuat satu untukku juga. Setelah beberapa hari tanpa apapun selain bento dari toko swalayan, aku ingin makan sesuatu yang lain – belum lagi aku ada keinginan terpendam.

“Sagiri ~ Ini sarapannya.”

Aku mengarah panggilanku ke kamar terlarang.

Normalnya, aku akan menaruhnya di depan pintu dan pergi. Tapi hari ini aku tetapi berdiri disini.

Meskipun aku tahu Sagiri itu benci untuk bertemu orang―

Tapi akhir-akhir ini – kami kadang-kadang bertemu.

Dan Elf. Dan Megumi juga. Mungkin mereka bisa menjadi teman.

Itulah kenapa – ah, aku tidak mengharapkannya.

Aku hanya ingin melihat adikku. Hanya melihatnya sebentar pun tak apa.

“...Itu tidak bagus.”

Sejak setahun yang lalu, kami hampir tidak pernah melakukan percakapan. Dan waktu terakhir kali―

Argh...sialan...aku ingin melihat Sagiri....

Kepalaku jadi sangat pusing karena memikirkan itu, karena adikku.

Tiba-tiba pintu terbuka. Aku benar-benar terkejut.

“―-Eh?”

Eromanga Vol 3-018.jpg

Aku melihat. Kamar terlarang terbuka lebar di hadapanku.

Di depanku gadis cantik mengenakan 'yukata' – Sagiri.

“......................Sudah kuduga.”

Adikku tidak terlihat terkejut melihatku disini.

Mungkinkah dia mengira kalau aku akan ada disini – tidak tidak, sekarang bukan waktunya untuk ini!

“....Sa, Sagiri... Ada apa dengan pakaian itu?”

Melihat gadis yang kusuka memakai yukata membuatku tidak bisa mengendalikan mataku. Aku merasa seperti aku akan mati pada saat ini.

Imutnya! Hanya itulah yang bisa kupikirkan sebelum kepalaku memanas. Aku bahkan berhalusinasi bahwa ada malaikat di sebelah adikku.

Sagiri menunduk dan berbisik:

“.....Ini....Itu....Yukata.......”

Dia sangat imut hingga membuatku serasa membeku.

Aku tidak bisa percaya. Dia terlihat sangat cantik memakai yukata.

Oh iya, Sagiri tidak menggunakan headphonenya seperti biasa, kami mengobrol secara langsung.

Dia diam-diam melihat ke arahku dan berkata:

“....U...u.”

Sepertinya dia ingin mengatakan sesuatu.

Apa yang coba kau katakan? Bagaimana bisa aku mengerti tanpa kau mengatakannya dengan keras?

Aku memberinya nampan yang berisi makanan:

“Kenapa kamu.....memakai yukata?”

“.............”

Sepertinya pertanyaannya "salah". Sagiri....memanyunkan bibir. Dia mengambil nampan dariku dan menaruhnya ke dalam, dan menjawab:

“Soalnya....”

Tapi biarpun aku menunggu, tidak ada yang terjadi. Apa sebegitu sulitnya untuk dia katakan?

Aku berusaha menebak maksud adikku ini.

Mari kita lihat. Yukata. Yukata sama dengan musim panas. Yukata. Musim panas. Sekarang bulan Agustus. Akhir bulan Juli. Musim panas......

“Festival kembang api, ’kan?”

“Eh?”

Mata Sagiri membuka lebar.

Sekarang aku ingat. Sekitar sepuluh hari yang lalu. Ketika mereka mengumumkan hasil dari Turnamen Dunia Light Novel, perfektur Adachi, tepatnya di Arakawa, mengadakan festival kembang api. Aku tidak bisa pergi karena aku sibuk hari itu.

“Apa mungkin...kamu ingin pergi ke festival kembang api?”

Jika memang itu.....itu buruk.

Dia ingin pergi ke festival kembang api, tapi dia tidak bisa pergi keluar....aku telah meninggalkan adik perempuanku sedirian untuk waktu yang lama.......

“Tidak, bukan itu”

Dia dengan cepat menolak ideku.

“Festival kembang api.....juga bisa di lihat di tv....meskipun aku sedikit tertarik dengan yang toko.....”

“Jadi kamu tiba-tiba ingin pergi. Maaf, aku―“

“Tidak! Bukan seperti itu! Jadi...jangan terlalu diperhatikan! Nii-san juga sudah berusaha keras!”

“.....................”

Kenapa.....aku mulai merasa seperti seorang ayah yang tidak bisa datang ke hari kunjungan orang tua ke sekolah anaknya dan malah lagi dihibur oleh anaknya?

Ah, tapi intinya, apa yang Sagiri maksud adalah “Meskipun aku ingin pergi ke festival kembang api, tapi itu bukan alasan kenapa aku memakain yukata ini”. Dia tidak punya alasan untuk berbohong, jadi itu pasti kebenarannya.

“Terus...kenapa?"

“Tidak, bukan apa-apa.”

Sagiri memerah, dia terlihat gelisah.

Sepertinya dia tidak berencana untuk menjawabku. Yah, lupakan itu. Selama aku bisa melihat bagaimana manisnya dia memakai pakaian ini.

Tetap saja, aku masih harus sedikit memikirkan tentang festival kembang api. Ada festival lain bulan ini juga ― tapi akan sulit untuk orang yang tidak bisa keluar. Aku perlu memikirkan sesuatu.

“.....Nii-san, bagaimana menurutmu?" Sagiri melihat kearahku dan bertanya.

Aku tidak bisa membiarkan dia tahu apa yang sedang kupikirkan, dan aku tidak mau bohong, jadi aku menjawab:

“Yah, Aku menurutku kamu terlihat bagus dengan yukata itu.”

“....Begitu ya.”

“Bagaimana bilangnya yah.....”

“Um, um.”

“Kamu terlihat seperti Muramasa-senpai.”

“――――――――――――――――――――――――――――“

Eh?

Kenapa udaranya jadi terasa sedikit dingin?

“........Nii-san, apa yang baru saja kamu katakan. Ulangi lagi.”

“Eh....anu.....”

Mata hampa Sagiri begitu menakutkan! Seperti seorang loli sadis!

“Ma.....maksudku....kamu....terlihat bagus dengan yukata itu....seperti Muramasa-senpai, kamu tau....mungkin tidak, ya, tapi dia biasanya selalu memakai pakaian jenis itu, itu benar-benar bagus! Jadi maksudku, kamu terlihat sepertinya ―“

“Hm~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~!”

Eh? Eh? Kenapa moodnya malah jadi semakin suram?

Aku memuji dengan benar,’kan?

“Lupakan....Nii-san.”

“Ya?”

“Dia menembakmu, 'kan?”

“Ack!”

Dia menceritakan hal yang mengejutkan aku. Perubahan topik yang tiba-tiba ini membuatku lengah.

Ya. Itu terjadi di bulan Juli, mana mungkin aku lupa.

Aku – punya pertemuan dengan nemesis lamaku, si penulis terkenal, Senju Muramasa.

Aku menyukaimu.

Dia menembakku.

Senpai yang lebih muda dariku menembakku.

“Kenapa...kenapa kamu bisa tau tentang itu....”

Itu terjadinya di lantai satu rumah ini – di ruang tamu. Sagiri seharusnya tidak dengar itu.

“Itu....aku tahu. Akan kuberitahu. Karena, dia.... dengan....Nii....”

Dia dengan kesal menunjuk lemari light novel JUMP miliknya dan berkata:

“Dia menembakmu dengan cara yang sama sepertimu juga, ’kan?”

“Um...ya...”

Mungkin Sagiri lebih tau dari siapapun perihal Muramasa-senpai yang menembakku dengan 100 lembar kertas novel. Sama seperti aku menembaknya dengan 300 lembar kertas novel.

Novel Muramasa-senpai mudah sekali untuk dipahami isinya.... siapapun mungkin akan mengerti hanya dengan membacanya.

Lebih spesifiknya, itu termasuk Aku, Sagiri, Elf – dan editorku, Kagurazaka-san juga. Mungkin beberapa orang lain yang membacanya juga akan mengerti.

Kalau dipikir lagi, Muramasa-senpai benar-benar melakukan hal yang tak terduga.

Sungguh, cinta membuat orang gila.

“Dengan membaca itu ― aku tau seberapa besar.....dia menyukaimu....itu sangat jelas....tapi aku tidak tahu jawabanmu.”

“Aku menolaknya.” Aku dengan tenang menjawab: “Aku bilang padanya aku sudah punya orang yang kusuka.”

Itu sama seperti jawaban Sagiri padaku.

“Oh...begitu ya....”

Wajah Sagiri menjadi cerah – lalu dia mendesah.

Reaksi aneh apa ini. Dalam beberapa detik, ekspresinya berubah dua kali.

“Hm....ini tidak seperti aku bertanya karena aku peduli atau apapun....tapi soal ini....”

Sagiri terlihat sedikit emosi, tapi mungkinkah dia adalah tipe orang yang mudah marah? Aku tidak begitu yakin.

“Terus? Apa reaksinya? Ah, ini bukan aku peduli soal itu juga....”

“Dia bilang: Aku mengerti.”

Sama seperti jawabanku pada Sagiri. Sejujurnya kami begitu mirip.

Dari nama pena kami ke gaya kami dalam menulis, style favorit kami. Poin baik dan buruknya hanya beberapa tingkat di atasku, tapi yah, aku tidak bisa lagi meperlakukannya sebagai orang asing.

“....Tidak.”

“Apa?”

Mendengar pertanyaanku, Sagiri melirik ke arahku:

“Aku yakin dia tidak mengerti. Dia bilang begitu tapi sebenarnya berlawanan. Dia sepertimu, jadi ketika situasinya berubah sedikit, hasilnya pun akan berubah juga.....mungkin.”

“Apa maksudmu?”

“Hmm.”

Sagiri tidak menjawabku, hanya melipat tangannya di dadanya.

“Jadi – Nii-san, perasaan apa yang kamu punya padanya?”

“Eh....yah....sebenarnya....aku menyukainya.”

“Apa?”

Sagiri menyempitkan mata imutnya. Dia mengulanginya dalam nada rendah berbahaya:

“....Kamu bilang kamu menolaknya....”

“Ya, aku menolaknya. Tidak mungkin aku pacaran dengannya, kareka aku menyukai orang lain – tapi benar-benar luar biasa ketika seseorang menembakku. Pertama kalinya seseorang memuji novel ku sebagai yang terbaik didunia.....makannya aku sedikit menyukainya.”

Ditembak sangatlah menakjubkan.

Kami menjadi musuh selama tiga tahun, tapi kini tidak lagi.

Sekarang, aku mungkin hanya bisa melihat sisi baiknya. Mungkin aku pun akan memujinya dengan kata-kata yang biasanya aku gunakan untuk adikku.

“Mwu......uuuuu......oh.....”

Sagiri mengeluh, wajahnya memperlihatkan sedikit kebingungan. Tiba-tiba dia menaikan kepalanya dan bertanya:

“........Seberapa besar rasa sukamu?”

“Um....iya juga ya....mungkin....posisi kedua di dunia?”

Bahkan aku terkejut akan betapa besarnya rasa sukaku padanya.

“Lalu....yang paling kamu sukai siapa?”

“Kalau itu....”

“Siapa? Beritahu aku. Sekarang!”

Tekanan darinya, aku tidak punya pilihan tapi menunjuk orang yang paling kusuka yang berada tepat di depanku.

“....Kamu. Kamu orangnya."

“~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~”

Sagiri langsung menutup matanya dan memerah.

Padahal dia yang tanya, aneh, aku sulit bisa mengerti dia.

“I, iiih....! Nii-san...! Kenapa kamu..."

Sagiri menggigil, dia seperti hampir meneteskan air mata.

“Meskipun ditolak, tidak mungkin bisa melupakan perasaan itu dengan cepat!”’

Aku tidak yakin kalau orang lain, tapi itulah yang terjadi padaku.

“Ih, ih, ih......tapi......u.....”

Tinju kecilnya memukul-mukulku, tapi aku tidak merasa sakit.

Entah kenapa, topiknya berubah kearah yang tak terduga.

Oh sialan, ini sangat memalukan.

Aku harus mengembalikan topik ini ke awal:

“Ngomong-ngomong....Sagiri....kenapa kamu memakai yukata?”

“!”

Sagiri membeku untuk sekian detik ――

“BODOH――!“

*Clang clang keng* pintu kamar telarang dibantingnya.

“Oi! Oi! Sagiri! Apa yang terjadi?”

Tidak ada jawaban bagaimana pun aku memangilnya, kali ini, tidak ada apapun yang terjadi.

“.....Apa-apaan tadi itu”

Pada akhirnya – keinginanku, “Ayo sarapan bersama” tidak kuungkap.

Aku ada di sini sebelum kamu! Aku lebih suka novelnya daripada kamu! Aku yang pertama!

Aku tidak bisa mengerti apa maksud Sagiri ketika dia meneriaki kata-kata itu pada Muramasa-senpai.

Setelah menghabiskan sarapanku sendirian, aku pergi keluar untuk jalan-jalan.

Karena aku mendapat sedikit waktu libur, sekarang aku hanya tinggal menunggu hari penerbitan Adik Perempuan Terimut di Dunia pada tanggal 10 September.

“Aku penasaran....bagaimana reaksi para pembaca pada novel baruku.....”

Aku harap mereka menyukainya, mungkin itu akan populer dan cukup untukku meneruskan menulisnya. Mungkin itu akan mewujudkan mimpi kami.

Tidak ada yang bisa kulakukan tentang itu sampai bukuku sampai pada para pembaca.

Menurutku, novel – setelah selesai, masih belum punya ‘kekuatan’ yang cukup. Hanya setelah mencapai para pembacalah, setelah orang mulai menyukainya, kekuatannya akan mulai tumbuh. Kekuatan tersebut sumber paling besarnya adalah dari para pembaca. Yah, meskipun aku berkata begitu, Elf dan Muramasa-senpai juga sangat kuat, mereka spesial.

Karena bukuku belum mencapai para pembaca, aku jadi begitu khawatir.

Akan hebat jika orang menyukainya, tapi bagaimana jika orang malah bosan?

Sudah sangat lama sejak debutku, tapi tubuhku masih gemetaran ketika aku memikirkan tentang hari penerbitan. Ini tidak berubah sejak hari itu.

“...........”

Angin berhembus menerpa wajahku.

Sungai Arakawa membalikkan cahaya matahari. Aku berhenti. Mengambil napas dalam dan menenangkan diri. Seorang pria tua melewatiku dari samping.

“Percuma saja khawatir.”

Dari tempat ini, aku bisa melihat sungai Arakawa. Ini adalah tempat favoritku ketika masih kecil.

Kenanganku bermain disini bersama ayah, berburu kupu-kupu dengan teman-teman, memancing.... dan belajar mengendarai sepeda juga. Sekarang, ini menjadi tempat untuk seorang novelis sepertiku memikirkan tentang cinta...

Kalau dipikir lagi. Banyak hal yang sudah terjadi. Orang tuaku sudah tidak di sini lagi. Dan sekarang aku punya adik perempuan.

Tapi sungai Arakawa tidak pernah berubah.

Ketika aku pelan-pelan mengeluarkan nafas....

“Ah! Ke sini ke sini! Masamune~~~~~~”

Sebuah suara keras memanggilku.

“Uwa!”

Aku melirik ke samping, dan melihat gadis cantik berambut pirang menggunakan seragam pelaut.

Itu Yamada Elf – penulis novel terkenal yang tinggal di sebelah rumahku – bukan?

Biasanya dia selalu menggunakan pakain lolita yang berjumbai, namun hari ini dia mengenakan seragam pelaut. Karena dia tidak sekolah, sepertinya dia lagi bercosplay.

“Hm hm, datang kesini pagi-pagi dan siap-siap untuk berpikir sampai matahari terbenam! Seperti yang diharapkan dari seorang penulis! Bagus!”

“Bodoh, ya?”

Kau mengancurkan imajinasiku!

“Ngomong-ngomong, ada apa dengan pakaian itu?”

“Eh? Ini? Hm hm – bagaimana? Manis bukan? Lebih bagus dari Muramasa, kan?”

Elf membusungkan dadanya, menaruh tangannya di pingganngnya dan berkata begitu.

Jenis pakaian itu sangat populer di sekitar sini, jadi aku sudah sering melihatnya. Jujur saja aku tidak merasakan apapun darinya.

Tetap saja, dia sangat manis. Dia telihat cantik memakai apapun.

“Apa kau ikut kelas tambahan karena banyak bolos sekolah?”

“Tentu saja tidak”

Elf menggemertakan giginya seperti anjing yang marah dan menatap dengan marah padaku:

“Biasanya aku tidak pernah pergi ke sekolah! Jadi aku hanya biasa memakai pakaian ini saat waktu luang. Akan membosankan jika aku bertemu dengan seseorang seumuranku ketika memakai pakaian seperti ini. Terutama ketika orang coba menceramahiku – mubazir untuk tidak memakai seragam imut ini sesekali, 'kan?

“Sekolah sana.”

Elf mengabaikanku dan melanjutkan:

“Jadi sekarang aku menunjukan padamu seragam imutku.”

“......Jadi itu kenapa kau mencariku?”

“Tentu saja tidak. Ketika aku tidak menemukanmu di rumah pagi ini, aku tau kau pasti jalan-jalan kesini. Aku punya banyak bahan omongan!”

Elf menyilangkan tangan di depan dada dan berkata:

“Kau sengaja memutuskan hubungan dariku, kan?"

“Hm....ah!”

Aku mengambil HP dari saku – seperti yang diduga, baterainya habis dan otomatis mati.

“Kau benar. Maaf, aku tinggal sementara di departemen editorial. Kau tahu – dari waktu mereka mengumumkan pemenang.”

“Kau bekerja nonstop sejak hari itu? Dasar.....benar-benar tidak beruntung, padahal aku akan membolehkanmu mengajakku ke festival kembang api! Itu kesempatan untuk melihat yukata punyaku! Festival Arakawa dan Sumida sudah selesai!”

“Maaf, aku akan menggatinya di lain kesempatan, tolong maafkan aku.”

Mata Elf terbuka lebar karena terkejut:

“Apa? Kenapa tiba-tiba sopan begitu? Ini pertma kalinya. Apa kau tiba-tiba menyukai Elf-sensei? Menyukaiku?”

“Mana mungkin.....aku cuma ingin meminta maaf.”

“Iya. Aku mengerti.”

Elf melihatku, mata sepertinya bisa melihat segala hal yang tersembunyi.

“Lupakan saja. Kalau kau ingin menggatinya, aku akan dengan senang hati menerimanya, di samping itu, seseorang memintaku untuk memberitahumu sesuatu.”

“Memberitahuku sesuatu? Dari siapa?”

“Shidou kunimitsu. Seorang penulis lain yang kau kalahkan di Turnamen Dunia Light Novel."

Aku berjalan bersama dengan Elf ketika mengobrol.

Turnamen Dunia Light Novel, ya."

“Yap. Dia mengirimku pesan via Twitter dengan berkata [Karena Elf-sensei punya hubungan yang baik dengan Izumi-sensei, tolong sampaikan pesanku padanya] – seperti itu.”

Karena aku tidak punya Blog ataupun Twitter, sangat sulit untuk mengontak Izumi Masamune.

Sebenarnya, hanya bisa dikontak jika menanyai orang yang kukenal atau departemen editorialku.

.....Itu artinya semuanya harus menghubungi departemen editorialku dulu.

Ah, pokoknya, terima kasih untuk Tweet gila Elf yang isinya: [Aku sedang kencan dengan Izumi-sensei] , Shidou Kunimitsu-sensei bisa menemukan cara untuk menghubungiku.

“Kami kan ada di departemen editorial yang sama, lebih mudah untuk bertanya pada editorku, 'kan....”

“Yah, ini masalah pribadi, jadi mungkin dia ragu untuk tanya.”

“Mungkin.”

Aku bisa mengerti alasannya.

“Tapi aku yakin dia hanya ingin memintamu, Elf-sensei ikut pesta.”

Iya, pasti.

“Bukan, termasuk semua yang berpartisipasi dalam turnamen ini, termasuk aku dan Eromanga-sensei – bisa kita melakukannya di rumahmu?”

“Begitu yah. Silahkan, tidak masalah.”

Meskipun dia punya skill bodoh bernama God Eye. Dia sebenarnya memikrikannya. Siapa sangka ini asalnya dari seorang gadis yang tidak pergi sekolah.

Karena kami berencana mengundang Eromanga-sensei, si orang yang tidak bisa keluar dari kamarnya (tentu saja, ikut via Skype adalah pilihan satu-satunya) jadi kami harus melakukannya di rumahku. Sebuah pesta untuk semua makan dan ngobrol.

Tapi karena Eromanga-sensei adalah adikku, aku harus memikirkan cara menyembunyikan fakta ini. Akan lebih baik bila tidak ada sesuatu yang tidak terduga terjadi.

Ngomong-ngomong, pestanya akan diisi olehku, Elf, Eromanga-sensei, Shidou-sensei, dan Senju Muramasa-senpai juga.

Totalnya lima orang. Setelah cukup perdebatan, kami memutuskan akan mengundang Murasama-senpai.

....Kenapa Shidou-sensei berpikir aku bisa mengundang Muramasa-senpai?

Ngomong-ngomong....

“Apa kita benar-benar akan mengundang mereka?”

“Yap. Apa ada masalah?”

“Tidak....hanya Shidou-sensei ini agak...tidak terduga.”

Pemenang Turnamen Dunia Light Novel akan mendapatkan tempat pertama utuk penerbitan. Jadi dengan kata lain, aku menghalangi jalan Shidou-sensei.

Jika kami bertukar posisi, aku mungkin akan sangat kesal. Tidak mungkin aku akan menikmati pesta. Sebenarnya, aku tidak mengerti apa yang Shidou-sensei pikirkan. Belum lagi kami tidak tau wujud satu sama lain..

“Benar juga.”

Elf mengerti alasanku.

“Tapi akhirnya, [tiga novel dengan voting tertinggi akan di terbitkan].”

“Hah?”

Tunggu....sebentar.

Alasan aku ingin menjadi juara satu di Turnamen Dunia Light Novel adalah ―

Light novel baru Izumi-sensei akan di terbitkan bulan Mei, tahun depan! Kurang dari satu tahun lagi!

Karena penulis lain berusaha dengan keras juga, jadi tempatmu di mundurkan, aku tidak bisa membiarkannya kosong selamanya.

......Aneh. Ada sesuatu yang aneh tentang ini. Ketiganya akan di terbitkan?

Kenapa tiba-tiba banyak tempat kosong? Ini tidak beres.

“[Semua berkat usahaku ~ bisa menerbitkan banyak novel bagus adalah tanggung jawabku.].”

Elf menirukan suara seseorang.

“Aku meniru editormu. Aku bertaruh dia pasti akan mengatakan sesuatu seperti itu.”

“Pasti! Dia pasti akan mengatakan sesuatu seperti itu.”

Sialan, aku tidak terima ini. Meskipun ini bukan sesuatu yang buruk untukku, atau mungkin aku harusnya senang karena novel semuanya akan diterbitkan....tapi....

Karena.....kelihatannya novel Shidou-sensei dan Muramasa-senpai akan terjual laris juga.

Biarpun novel baru Izumi Masamune akan diterbitkan setahun lebih cepat, aku mungkin harus menulis ulang beberapa bagian.....terus aku pun tidak tidak tahu apa-apa soal perubahan tiba-tiba ini....

“Uuuuuuuuuuugggghhhhhhhhh......”

“Cup, cup. Tempat ke dua dan ke tiga akan diterbitkan bulan Desember....dan juga, kau harus yakin kau pantas mendapatkan tempat pertama.”

Kata Elf, mencoba menghiburku.

Karena salah satu kesepakatan antara aku dan bibiku untuk hidup seperti sekarang – adalah mendapatkan prestasi. Jika aku tidak menerbitkan buku dalam setahun, dengan demikian aku gagal sebagai seorang novelis – aku tidak akan diizinkan lagi hidup bersama adik perempuanku.

“Ya.....kau benar....aku harus mencobanya....tetap saja, semoga Shidou-sensei tidak marah padaku.”

“Masih belum sadar? Semua akan baik-baik saja, kok.”

“Tidak, masih ada masalah!”

“Ha? Apaan?” Elf dengan lelah melihat kearahku.

“Itu....anu.....”

“.....Sepuluh.....sembilan......delapan.....tujuh.....”

Dia mulai menghitung mundur sambil menatap aku dengan setengah marah, barangkali supaya aku cepat.

Aku menyusun kata-kata dulu dan menjawab:

“.....Akan memalukan untuk bertemu Muramasa-senpai sekarang! Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan!”

........................................

Hm? Kenapa tiba-tiba jadi sunyi?

Sekarang, aku tidak tahu bagaimana aku harus menunjukan wajahku pada orang yang menyukaiku – orang yang menembakku. Itu sangat memalukan aku tidak berani melihatnya langsung.

Belum lagi aku sudah menolaknya ― memalukan untuk menemuinya.

Dalam skala seratus poin, masihlah mungkin untuk menulis novel yang bernilai satu juta poin.

Itulah sudut yang diambil Muramasa-senpai saat melihatku.

“Mwu....itu lumayan sulit.”

Elf menaruh tangannya di bawah dagu dan menatapku.

“Oi oi.....jangan menatapku seperti itu.”

Aku takut dengan matanya, yang katanya bisa melihat segala hal.

“Bukan, biarkan aku lihat – situasi menjadi seperti ini karena ada hubungannya denganku."

Aku tidak mengerti sedikitpun, tapi Elf terus mendekatkan wajahnya. Sekarang ini jadi sangat dekat hingga kesalah pahaman aneh bisa saja terjadi kapanpun.

“Aku akan tanya padamu satu pertanyaan penting, boleh? Kau- apa yang ingin kau lakukan dengan Muramasa? Bukan, lebih tepatnya, jenis hubungan seperti apa yang kau harapkan antara kalian berdua?”

Pertanyaan itu hampir sama seperti yang Sagiri tanyakan. Tapi kontennya sedikit berbeda, begitu pula dengan maksudnya berbeda pula.

Aku berpikir tentang itu sebelum menjawab:

“...Aku ingin memperbaiki hubungan kami, sampai kami bisa mengobrol bersama, bermain bersama.....tapi.....”

“Dengan kata lain, kau harus bertemu dengannya.”

Elf menyelaku.

“Muramasa mungkin tidak datang karena malu – itu apa yang kau pikirkan,’kan? Kau adalah tipe orang yang telalu memikirkan sesuatu, dasar idiot! Kalau kau tidak tau secara pasti, tanya saja dia secara langsung!”

“....Kau benar-benar mahir dalam hal beginian.”

Ini disebut terus terang atau naif?

Tapi...jika aku harus seperti yang dia bilang....

“Aku berhutang padamu. Akhir-akhir ini aku terlalu banyak berhutang padamu.....terima kasih.”

“Sama-sama...hari ini kau jujur banget, ya?"

Masa? Aku merasa seperti ini setiap hari.

Kemudian, ketika aku memikirkan kembali momen ini, aku tidak merasa ada yang tidak lazim.

“Ada banyak hal yang tidak dapat dihindari ketika aku hidup berdua saja bersama dengan adikku....akan bagus jika Sagiri berhubungan baik dengan tetangga perempuanku.”

Aku sejujurnya berterima kasih padanya, tapi Elf malah memerah dan berpaling.

“.......Apa...... apa....... tiba-tiba...... sangat...... memalukan.... Mungkinkah.... kau sedang.....mencoba.....merayuku....”

“Tidak kok.”

“Ha? Terus...apa?”

“Yah, maksudku....akan bagus jika kau jadi kakakku.”

Tidak seperti biasanya, kali ini aku mengatakan sesuatu yang bukan berasal dari karakterku pada tetanggaku.

Mendengar itu, Elf mendesah, ekspresinya tiba-tiba menggelap.

“Hm. Aku tidak ingin punya adik sepertimu.”

Dia menekan jarinya ke keningku, dan bergumam:

“Bodoh.”

* * * * *

Setelah aku sampai ke rumah, aku mengambil telepon dan menghubungi editorku.

Ini masih pagi, Kagurazaka-san mungkin masih tidur. Aku seharusnya menghubunginya nanti – tapi yah, berdoa saja. Untungnya dia mengangkatnya.

Setelah sedikit sapaan, aku langsung menanyakan hal yang jadi tujuan utamaku:

“Kami berencana mengadakan pesta untuk Turnamen Dunia Light Novel, bisa beritau aku nomor atau alamat email Muramasa-senpai.”

Kagurazaka-san menjawab:

[Muramasa-sensei tidak punya HP ataupun alamat email.]

“Eh?”

Berapa umur senpaiku ini sekarang?

[Oh iya, dia juga tidak memberikan nomor telepon rumahnya.]

“Apa Chiba benar-benar daerah pedalaman sampai mereka tidak punya telepon?”

[Orang-orang Chiba bakal mengeroyokimu kalau kamu bilang begitu. Kalau kamu menghubungi telepon rumahnya mungkin tidak akan dapat jawaban....sebenarnya, lebih sering tidak menggunakan telepon untuk menghubungi Muramasa-sensei.]

“Lalu bagaimana caramu menghubungi dia?”

[Dengan mendatangi rumahnya langsung. Atau mungkin menulis surat.]

Berapa umur senpaiku ini sekarang?

“....Baiklah, aku akan menelepon ke nomor rumahnya....atau kalau sial, aku akan pergi ke rumahnya....”

[Ah, tidak perlu, kok.]

“Ya?”

[Aku akan membiarkanmu berbicara langsung padanya lewat telepon.]

“Um, tunggu! Biarkan aku.......”

Tanpa bisa menyelesaikan omonganku, telepon sudah jadi diam. Lalu suara perempuan lain keluar:

[Eh? Jangan main-main! Mana mungkin.....tidak tidak tidak tidak........]

[Baiklah, hanya dengarkan.....baiklah.....iya!]

Berlalu beberapa detik berisi celotehan ― lalu keheningan – lalu beberapa detik lagi ―

[......Penggantian selesai.]

Suara lain terdengar.

Itu suara perempuan. Dia terdengar panik.

Aku menelan ludah:

“.....Muramasa-senpai?”

[Ya! Ya pak!]

“Kenapa kau pakai....bahasa formal?”

[Karena...karena kamu tiba-tiba menyerangku]

Aku mengagetkannya?

“Aku tidak pernah menyangka kau ada di tempat Kagurazaka-san. Sedang mendiskusikan novel selanjutnya?”

[Eh? Tidak, tidak, kami tidak melakukan itu! Bukan apa-apa!]

Sepertinya dia tidak ingin memberitahuku. Kalau begitu aku sebaiknya jangan bertanya lebih jauh lagi.

“Yah, senpai, sebenarnya ―” Oke, sekarang bukan saatnya untuk basa-basi “Aku berencana mengadakan pesta untuk Turnamen Dunia Light Novel. Jika memungkinkan, maukah kamu datang?”

[―――――――――――]

Dia terdengar kaget. Muramasa-senpai tidak menjawab untuk waktu yang agak lama.

“....Tidak? Um, baiklah. Aku bertanya tiba-tiba ― maaf.”

[Aku akan datang]

Sebelum aku selesai bicara, Muramasa-senpai menyelaku.

“Wah?”

[Bagaimana mungkin aku tidak datang! Sungguh kesempatan yang langka, kamu mengundangku ― aku akan datang meskipun itulah hal terakhir yang bisa aku lakukan!]

“Eh....kau tidak perlu memaksakan diri....kalau begitu, kau akan datang? Aku....um.....”

[Bodoh....]

Muramasa-senpai melanjutkan:

[Biarpun aku di tolak, perasaanku padamu tidak akan berubah...]

“――――――――――――“

Kalimat simpel itu menyentuh bagian terdalam hatiku.

Sungguh....kamu memperkenalkan padaku begitu banyak tentang dirimu, namun kamu belum tau apapun tentangku.

Senju Muramasa.

Nama sebenarnya tidak diketahui, seorang penulis yang masih pergi kesekolah.

Dua novelnya sudah dibuat menjadi anime, dengan penjulan lebih dari 14,000,000.

Tidak tertarik dengan apapun. Hanya menulis novel untuk dirinya sendiri. Mimpinya adalah menulis ‘Light novel terbaik di dunia’. Tapi jika ada suatu perubahan, perasaanya meledak keluar.

Dia menyukaiku. Dia menyukai novelku. Dia adalah senior, tapi dia lebih muda dariku.

Aku tidak tau. Kami hanya baru bertemu tiga kali.”

[Memang. Tapi aku merasa kalian berdua sudah saling kenal. untuk waktu yang lama...]

Tak lama kemudian, Muramasa-senpai berdehem dua kali dan bicara dengan nada sopan:

[Kalau begitu, akan kuulangi―]

[Mohon bantuannya, Kohai.]

“Aku juga. Mohon bantuannya – Senpai.”

Aku tidak tau apa cerita yang dibuatnya.

Tapi sekarang, ini tak apa.

* * * * *

Dua hari kemudian, hari di mana kami mengadakan pesta untuk Turnamen Dunia Light Novel. Aku sudah menyiapkan semuanya di dapur.

Sekarang menjelang siang, waktu yang kami putuskan untuk berkumpul. Semuanya seharusnya ke sini sebentar lagi. Tentu saja, kali ini kami punya persetujuan dari Sagiri– Eromanga-sensei untuk melakukan pesta....

[Aku tidak boleh memalukan Izumi-sensei.]

Meskipun dia bilang begitu, aku tahu dia bersemangat.

Ini mengejutkan – tapi hanya bisa asalkan kau tidak memintanya untuk bertemu secara langsung. Sagiri bukanlah tipe orang yang tidak tertarik untuk bertemu orang lain. Itu kenapa dia mau ikut dengan menggunakan fitur streaming.

Selama Sagiri/Eromanga-sensei senang, pesta ini bisa dianggap sukses.

“Masalah pokoknya sudah OK....seperti yang di harapkan dari ibu, dapur ini sangatlah lengkap.”

Supaya dia terhibur, aku juga harus menyiapkan sesuatu yang lain. Sekarang ini, lebih baik aku rahasiakan dulu.

“Hari ini....akan ada aku, Sagiri, Elf, Muramasa-senpai, dan Shidou-sensei.”

Aku menyiapkan ruang tamu dan menghitung dengan jari.

Elf tinggal di sebelah, dia seharusnya datang ke sini paling awal. Tapi karena dia tidak datang pertama, ada kemungkinan dia akan terlambat. Dia adalah tipe orang yang datang terlalu awal atau terlalu telat.

Dasar cewek pemalas. Dia seorang penulis!

“Muramasa-senpai tinggal sangat jauh....dia mungkin masih dalam perjalanan.”

Elf bilang padaku bilang padaku kalau Muramasa-senpai tinggal di Chiba.

Ngomong-ngomong, ketika aku bertanya pada Elf bagaimana dia bisa tau itu, dia menjawab “Aku bisa tahu dari seragamnya.” Sepertinya dia mengingat setiap seragam di seluruh negeri di dalam otaknya.

Benar-benar hebat. Seperti yang diharapkan dari penulis genre romansaa, sang puteri yang selalu menyerangku.

“Eromanga-sensei ada diatas....tinggal Shidou-sensei.”

Orang seperti apa dia? Berdasarkan idenya untuk pesta ini, dia mungkin tipe orang yang santai.

Ketika aku sedang membayangkannya ―

*Ding dong*

Seseorang datang ke sini.

“Ya~”

Aku mencoba membuat suara yang bersahabat dan membuka pintu. Di depanku adalah―

“Selamat siang.”

Laki-laki muda yang tidak aku kenal.

Dia terlihat lebih tua dariku....mungkin seorang mahasiswa, dia punya rambut coklat panjang, tapi dia terlihat seperti tipe orang yang serius. Di tubuhnya terpasang jaket berwarna cerah.

“Kau...”

“Aku Shidou Kunimitsu. Apa ini rumah Izumi Masamune-sensei?”

“Ah, ya. Itu aku. Aku Izumi Masamune ―“

“Ah, senang berjumpa denganmu, Izumi-sensei.”

“Senang berjumpa denganmu juga ―“

Wah, laki-laki yang sopan.

Mengatakan ini mungkin agak kasar, tapi itulah kesan pertamaku padanya. Hah, akhir-akhir ini aku hanya bertemu dengan orang-orang aneh, jadi aku sudah menyiapkan diri dulu....

“Selamat datang, Shidou-sensei.”

“....Ahaha, bisa hilangkan tidak, jangan pakai [sensei] ?”

Dia tersenyum masam.

“......Oke.”

....Aku mengerti. Soalnya aku sendiri tidak begitu suka dipanggil Izumi-sensei oleh orang lain.

Tentu kemungkinan akan dipanggil begitu, tapi aku suka dipanggil dengan [san] dan memang biasa begitu.

“Kalau begitu kita hilangkan [sensei] untuk kita berdua.”

“Tentu.”

“Silahkan masuk. Yah, yang lain masih belum datang.”

“Permisi.”

Dia melepas sepatu dan dengan hati-hati menaruhnya di depan pintu masuk. Seperti halnya Elf, sepertinya dia belajar sopan santun.

Aku membawanya ke ruang tamu. Dalam perjalan, dia bertanya:

“Perihal cara kita memanggil satu sama lain, apa Izumi-senpai boleh?”

“Yah, aku merasa aneh kalau seseorang yang lebih tua dariku memanggiku [senpai].”

Meskipun aku memanggil Muramasa-senpai seperti itu, tapi karena dia terasa seperti [kakak] aku tidak merasa ada yang aneh.

“Lalu bagaimana dengan Izumi-san?”

“Kau bisa memanggilku dengan nama saja, tak masalah, tidak perlu begitu formal.”

“Memanggil dengan nama itu agak....bagaimana kalau kita bicara seperti ini lagi?”

Kami sampai di ruang tamu di saat percakapan kami.

“Silahkan duduk.”

“Terima kasih, Izumi-kun.”

Pada akhirnya dia memanggilku begitu. Di sofa, dia batuk dan bertanya dengan sedikit malu:

“Teman dekatku selalu memanggilku Shidou. Izumi-kun, kamu bisa memangilku seperti itu jika kamu suka.”

Aku menatapnya dan tertawa:

“Baiklah, Shidou-kun”

Ya. Itu benar. Seperti inilah pertemuan pertama itu seharusnya.

Dibandingkan dengan orang yang nama depannya [Mu] atau [E] .....Akhir-akhir ini aku hampir tidak pernah punya pertemuan normal tanpa pertengkaran.

Elf dan Muramasa-senpai sepertinya masih lama, dan Eromanga-sensei hanya bilang ‘Panggil aku jika ada sesuatu untuk dimakan’. Mereka tidak tahu bagaimana cara kerjasama.

Tanpa ada orang lain, aku duduk dan minum teh dengan Shidou-kun.

“Shidou-kun, kenapa kau memutuskan untuk mengadakan pesta ini?”

“Sederhana saja, aku baru saja memulai debutku dan tidak kenal banyak orang.”

Pengalaman Shidou-kun dimulai dengan memasukan ceritanya ke kontes amatiran, dan membuatnya sampai ke final. Lalu menemukan seorang editor, dan memulai debutnya. Ia tengah belajar di universitas ketika menulis buku ke tiganya, ketika ia mendapat ide baru.

Sedangkan aku – Izumi Masamune berbeda pengalamannya. Aku mendapat hadiah dari sebuah kontes amatir lalu memulai debutku. Aku tidak tau ini hal bagus atau buruk, tapi aku kenal sedikit orang di industri ini.

Misalnya si senior yang memberiku hadiah, orang yang juga memenangkan hadiah yang sama denganku...banyak hadiah.

Kalau dipikir lagi, orang ini lebih baik dariku. Belum lagi aku ini bukan tipe orang yang aktif, jadi aku tidak begitu dekat dengan orang lain.

“Kupikir ini kesempatan bagus. Semuanya yang berpartisipasi dalam turnamen ini semuanya adalah penulis baru, jadi umur kita seharusnya tidak berbeda jauh. Aku ingin kenal Izumi-kun lebih baik lagi.”

“Aku setuju, bagus untuk kenal banyak orang dalam industri ini, ngomong-ngomong, hanya ada lima orang yang datang ke pesta ini, yaitu aku, Shidou-kun, Elf, Muramasa-senpai dan Eromanga-sensei, benar?”

“Ya”

“Ada dua orang lagi yang berpartisipasi dalam turnamen itu, mereka tidak datang?”

Apa ia tidak mengundang mereka? Mendengar itu, Shido-kun merendahkan matanya:

“Aku mengajak mereka – tapi mereka menolak. Mereka menyerah untuk menjadi penulis......”

“Ah....”

Ini wajar. Bahkan aku hampir terpaksa menyerah juga.

Aku bukan satu-satunya yang mempertaruhkan hidupku sebagai penulis ke dalam Turnamen Dunia Light Novel. Dan dari sisi lain, akulah orang yang memutus karir mereka.

“Tetap saja....”

“Aku mengerti! Memang sudah mau bagaimana lagi.”

Aku mencoba tertawa. Percuma saja untuk merasa sedih sekarang – kenyataannya, bersedih hati sama saja menghina mereka yang sudah berusaha sekuat tenaga.

“Ya.”

Mungkin dia menyadari maksudku. Shidou-kun mencoba mengakhiri topik ini.

“Terus lagi, aku ingin bertemu dengan penulis lain yang seumuran. Izumi-kun, apa nanti akan ada orang yang jadi teman kita?"

“......Ada......tapi untuk jadi teman itu beda lagi.”

Mereka semua orang aneh. Haruskah aku membiarkan seorang penulis baru sepertinya bertemu mereka?

“Um, jika aku membuat teman baru aku akan mengenalkannya padamu.”

....Bagus. mungkin dia akan membantuku untuk mendapat teman baru. Karena aku takut ketahuan dan tidak berani bicara tentang ini di sekolah, sekarang ini, selain Tomoe, aku tidak punya seseorang untuk diajak bicara lagi tentang light novel.

Ketika kami mengobrol―

*Ding dong* bel berbunyi.

“Um, mari lihat siapa yang baru datang.”

Aku berdiri. Waktu jalan keluar, dengan cepat kulihat jam yang memberitau kalau waktu sudah banyak terlewati. Dengan kata lain, siapapun yang datang sekarang sudah dianggap sangat terlambat.

“Mereka ini novelis terkenal yang tidak tau tentang tepat waktu.”

Mereka harusnya belajar dari Shidou-kun.

Aku mengeluh sambil membuka pintu.

Eromanga Vol 3-055.jpg

Dua gadis cantik berdiri dihadapanku.

“Masamune-kun, maaf aku terlambat.”

“Ini salah dia! Aku tidak bersalah!”

Si gadis memakai kimono adalah Senju Muramasa-senpai.

Di sebelahnya adalah orang bodoh–Yamada Elf yang memakai yukata. Aku sudah dengar dia berencana memakai ini sebelumnya....

Rambut pirang biasanya tidak pas dikombinasikan dengan yukata.....tapi......ini......

Gadis manis memang punya kelebihan.

Meskipun pemandangan ini sedikit aneh, aku mencoba untuk bertanya:

“Ah, kalian berdua datang bersama?”

“Ya! Aku pergi ke stasiun untuk menjemputnya! Kami banyak ngobrol, dan berencana membeli hadiah bersama ―“

Entah kenapa, mereka berdua jadi dekat.

“Terus ternyata selain uang untuk bayar tiket, dia tidak membawa uang sedikitpun! Kami harus mengambil uang dulu kebank, benar-benar melelahkan!”

“Mau bagaimana lagi. Meskipun bisa kita simpan di dompet buat jaga-jaga, aku belum pernah menggnakan kartu kredit dari sejak lahir."

Muramasa-senpai tiba-tiba menjelaskannya.

Seperti halnya pertemuan pertama kami, jika dia tidak mengatakan apapun orang mungkin berpikir bahwa dia orang yang punya akal pendek. Tapi tekanannya hampir membuatku mati ketika dia menjadi musuhku.

Setelah bertemu beberapa kali, dia mulai menjadi lebih lemah. Seperti bos di game Super Robot War.

Ketika menuntun mereka menuju ruang tamu, aku bilang:

“Muramasa-senpai, kau sangat hati-hati ketika menulis, membuat tiap-tiap kalimatmu sempurna, tapi kau tidak tahu bagimana cara mengambil uang dari ATM di dunia nyata?”

Mendengar itu, Muramasa-senpai malu, berkata:

“.....Pengetahuan dalam buku dan kehidupan nyata adalah dua hal yang berbeda. Aku hampir tidak tau apapun tentangnya.”

Itu tidak dapat disembuhkan. Sepertinya lingkungannya yang terlalu berrbudaya membuatnya ketinggalan jaman.

Perkataan Elf makin memperparahnya:

“Balik sana ke zamanmu, dasar primitif.”

“Aku....aku tahu cara menggunakan komputer.... sedikit.”

Mungkin untuk sekedar membaca web novel. Yah, tentu saja dia harus tahu sedikit.

“Oke-oke, tidak apa. Serius, bank itu penuh dan sesak, tapi kau mengantri sambil menulis novel..... apa kau tau berapa lama kita tunggu di sana? Aku tidak akan pernah mau lagi mengantri denganmu."

Diikuti dua remaja ini, aku akhirnya sampai di ruang tamu. Shidou-kun berdiri dan membungkuk pada dua gadis yang lebih muda darinya.

“Maaf mengganggu.”

“Hm, maaf membuatmu menunggu.”

Elf bertingkah seperti seorang bos yakuza yang bertemu dengan anak buahnya. Di sisi lain, Muramasa-senpai melihat-lihat dan bertanya:

“Siapa dia?”

“Salah satu orang yang berpartisipasi dalam Turnamen Dunia Light Novel, Shodou Kunimitsu-sensei.” Aku menjawab dengan simpel.

“Ada orang dengan nama itu?”

“Ya ada novel yang pengarangnya itu. Kau tahu, seorang cowok penulis tipe healing[2]....”

“Tidak tau”

....Lagi. Dasar....selalu seperti itu dengan sesuatu yang tidak membuatmu tertarik.

“Kesampingkan Eromanga-sensei, semuanya sudah kesini. Sementara itu, ayo kita mulai dengan perkenalan ―--“

“Sebelum itu, kita perlu menentukan posisi duduk kita!”

Elf menyelaku dan menarik paksa lenganku:

“Aku ingin duduk di sebelah Masamune ~�”

  • Pop* tiba-tiba, Muramasa-senpai membuat suara gaduh.

“Apa....Yama-shita-sensei, kamu sangat tidak tau malu.”

“Kau! Bagaimana kau masih tidak ingat namaku! Apa kau tidak mengingat orang yang mengajarimu cara menggunakan ATM?”

“Apa itu ATM?”

“Mesin untuk mengambil uang di baaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaannk!!! Aaaarhh! Kau benar-benar merepotkan!”

Yang paling merepotkan adalah dia bertingkah sangat alami, dengan lancar.

“Bagaimanapun, aku tidak akan menyerahkan posisi ini pada siapapun.”

“Kalau begitu aku akan mengambil sisi lainnya! Boleh, Masamune-kun?”

“To, tolong jangan dekat-dekat denganku, aku malu!”

“Hei! Kenapa kau hanya merasa malu dengan Muramasa? Aku lebih cantik darinya!”

Dengan begitu dua gadis cantik menghimpitku di tengah ―

.....Sialan, aku bisa-bisa pingsan.

Aku tidak mengerti apa yang mereka pikirkan, aku jadi kalang kabut. Terlebih lagi Muramasa-senpai begitu dekat, hatiku berdegup dengan sangat kencang.

Tiba-tiba ―

*Bam bam bam bam bam bam*

Langit-langit bergetar, “Hentikaaaaaaaaaan!!!!” menggema di seisi rumah.

* * * * *

Beberapa menit kemudian ―

Aku memegang tablet dengan Eromanga-sensei di dalam dan duduk di sofa. Di sebelahku, Shidou-kun, yang gelisah. Elf dan Muramasa-senpai duduk di sofa lain.

[Bagus.]

Setelah mengatur tempat duduk, Eromanga-sensei mengangguk (lewat layar).

Biar aku jelaskan. Setelah langit-langit bergetar, aku langsung meluncur ke lantai dua.

Setelah Eromanga-sensei memberiku sebuah earphone, aku menerima perintah [Segera rubah tempat duduk] dan kembali dengan tablet Eromanga-sensei di tangan.

“Ah......haha....itu....”

Setelah melihat semuanya dari awal, Shidou-kun bertanya:

“Barusan....suara apa itu? Apa....perihal Eromanga-sensei?”

[Itu Poltergeist[3]]

“Eh....tapi....”

[Aku bilang itu Poltergeist]

“....Oke.”

Dia bertingkah seakan dia sudah mengerti. Aku harus menyembunyikan kenyataan kalau Eromanga-sensei adalah adikku. Hanya aku dan Elf yang tahu rahasia ini.

Tidak....boleh....

Setelah peristiwa ini, Muramasa-senpai kemungkinan besar menyadari sesuatu. Tapi dia tidak membicarakannya denganku. Berdasarkan kepribadiannya, tidak perlu untuk meminta padanya supaya dijaga rahasia ini.....tapi supaya lebih aman, aku perlu bicara dengannya nanti.

“Tetap saja, Izumi-kun.....benar-benar populer.”

Shidou-kun melihatku, isyarat sebuah senyum terlihat di matanya.

Hm, ini bukan seperti itu.

Barusan....itu bukan sesuatu yang bagus.

*Bam bam bam* langit-langit bergetar lagi.

[Ha? Apa yang kamu katakan? Hal itu tidak ada bagusnya]

Lalu suara yang datar seperti robot keluar dari tablet di dadaku:

[Karena Izumi-sensei sudah punya seseorang yang ia suka, benarkan?]

“Ah....benar.”

[Ha? Ada apa dengan reaksimu? Apa kau memperolokku?]

.....Eromanga-sensei sangat menakutkan....

[Selain orang yang kamu suka, kamu tidak merasakan apapun dari yang lain, kan?]

“Ya.”

*Bam*

[Kurang keras!]

“Iya pak! Aku tidak merasa apapun!”

Sangat menakutkan!

Melihat percakapanku dengan adik perempuanku, Shidou-kun bertanya pada Elf:

“Ada apa dengan mereka? Mereka berdua.....laki-laki, kan?”

“Situasinya agak rumit.”

Apa yang kau katakan.....kau mungkin membuat Shidou-kun berpikir bahwa aku homo.

Selama ini, Muramasa-senpai mulai menulis lagi tanpa peduli dengan sekitarnya.

Karena tidak kuat lagi menahan tekanan Eromanga-sensei, aku menaruh tablet dan berkata:

“Aku akan menyiapkan makanan! Semuanya silahkan memperkenalkan diri masing-masing!”

Mengabaikan panggilan [Jangan kabur kamu] dari tablet, aku menyelamatkan diri ke dapur. Elf mengikutiku.

“Aku akan membantu.”

“....Jika kau disini, kau mau apa kalau mungkin Eromanga-sensei akan marah lagi?”

“Tak apa.”

Elf melambaikan tangannya, mendekatkan mulutnya ke telingaku dan berbisik:

“Omong-omong....apa kau cemburu karena aku berbicara dengan cowok lain? Jangan khawatir ♪, aku hanya mengatakan beberapa kata demi sopan santun, tidak ada yang perlu di cemaskan.”

“Hah?”

Apa yang kau bicarakan? Elf berbalik dan melihat ke sekeliling dapur.

“Hum ~ kau menyiapkan makan malam? Ini terlihat sangat biasa.”

“Aku hanya membuat goreng-gorengan. Aku bisa sendiri, kembalilah ke tempat dudukmu.”

Aku mengambil apron dan memakainya.

Elf berpikir sebentar dan berkata:

“Baiklah. Tapi dapur ini benar-benar lengkap, bahkan lebih bagus dari milikku. Nanti biarkan aku meminjamnya.”

“Asalkan kau membuat bagian buat Sagiri juga.”

Dari segi paras dia tidak terlihat menjanjikan, tapi masakan Elf sangatlah enak.

“Sudah kuduga kau pasti berkata begitu. Ah, ngomong-ngomong, ini hadiah dariku dan Muramasa.”

“Ini......”

“Apa ini cocok? Jangan dikeluarkan sekarang, berikan pada adikmu sebagai kejutan.”

“Terima kasih! Ini! Ini sempurna!”

“Baikah baiklah, Kau terlihat senang! Mudah sekali membuatmu senang.”

Entah kenapa Elf tersenyum masam sebelum meninggalkan dapur.

* * * * *

Kalian ingin tahu apa yang Elf berikan? Tunggulah. Ini waktunya untuk membawa keluar apa yang telah kusiapkan.

Elf menyarankan membuat pesta untuk Turnamen Dunia Light Novel, tapi kami sebenarnya membuat pesta musim panas.

Meskipun aku sedikit tertarik dengan toko itu.

Dengan kata lain, kami menyiapkan makanan yang biasa dijual di toko festival musim panas – semuanya ada (tentu saja kami tidak menyiapkan kembang api) – tapi setidaknya kami merasakan atmosfer musim panas. Dengan begini, meskipun dia tidak meninggalkan kamarnya, Sagiri bisa mendapatkan kenangan musim panas.

Itulah apa yang aku rencanakan.

Yakisoba[4], Ikayaki[5], Takoyaki[6], Jagung bakar, Permen apel, Pisang coklat.....

Makanan yang sama juga dikirim ke kamar terlarang.

“Wah! Keren! Semuanya kelihataan enak!”

“Benar! Apa Masamune-kun yang membuat semua ini sendiri?”

“Meskipun semuanya adalah makanan biasa, tapi....ya sudahlah.”

[Benar......banyak.....]

Semuanya mengomentarinya.

Bahkan Eromanga-sensei sampai melupakan penyamarannya.

Biarlah, bagus asalkan dia senang.

“Masamune! Sebagai tuan rumah, katakanlah sesuatu!”

Jika Elf berkata begitu, ya, aku tidak punya alasan buat menolak. Mari kita mulai dengan sambutan.

“Semuanya, terima kasih sudah datang ke pesta Turnamen Dunia Light Novel ini”

Prok prok prok. Semuanya bertepuk tangan.

“Meskipun kita mungkin menjadi saingan di masa depan, aku harap kita bisa jadi teman. Intinya, aku persingkat saja supaya makanannya tidak jadi dingin – jadi sekarang – bersulang!”

“Bersulang!”

*Cling* kami bersulang bersama.

“Keberuntungan masih memihakku, novelku juga di pilih untuk di terbitkan. Meskipun aku kalah dalam turnamen, aku berencana memperbaikinya nanti. Kuharap semua membacanya.”

“Masamune-kun, selamat atas kemenanganmu. Aku sangat ingin membaca yang versi terbitan.”

“Kau menang karena latihanku! Sujud dan berterima kasihlah padaku!”

[Maaf semuanya, aku tidak bisa ikut bersama. Tapi Izumi-sensei juga sudah menyiapkan makanan yang sama untukku, izinkan aku bergabung via skype.]

Padahal kau ada di atas.

Meskipun pertama agak canggung pada awalnya, tapi sekarang mereka tak apa-apa. Semuanya makan dengan bahagia. Suasana di sini sangat bersahabat.

Beda orang beda juga yang dipikirkan, tapi bagiku, kami teman, bukan musuh. Di industri ini, mungkin kami menyebutnya rekan.

Tentu saja – meski kecil – ada kesempatan suatu saat dua kepentingan orang saling bertentangan satu sama lain. Pertemuanku dengan Elf. Dengan Muramasa-senpai – sebagai contoh.

Tapi di waktu yang sama, banyak penulis yang mencoba untuk melampaui penulis lain, banyak orang menyukai light novel. Karenanya, banyak orang yang menjadi fans.

Jadi tidak ada yang perlu cemburu pada novelis terkenal – pemikiran “Aku tidak ingin mempebaiki hubunganku dengan musuhku” itu hanya akan menyakitimu sendiri.

Itulah kenapa aku berharap semuanya berusaha lebih keras lagi bersama-sama.

Yah, sebagai manusia, akan ada waktu ketika kita menbenci atau cemburu pada orang lain. Bahkan aku sendiri. Aku pernah berpikir “Novelis yang punya nama pena mirip denganku harus mati” atau “Aku tidak akan menerima Muramasa.”

“Ini waktunya untuk memperkenalkan diri.”

Mengikuti saranku, Shidou-kun mengangkat tangannya:

“Biar aku yang pertama. Sepertinya kalian sudah akrab.”

Tidak ada yang menyanggahnya.

Shidou-kun berdehem-dehem dan dengan tenang berkata:

“Namaku Shidou Kunimitsu, aku memulai debutku dua tahun yang lalu. Sekarang, aku kuliah sambil menulis, aku fokus menulis novel bertema masakan.”

“Waktu debutmu, hobimu adalah Berkunjung ke Toko Klontong, itu tipe loli dan kisah romantis. Tapi kau mengirim novel bertema kuliner ke Turnamen Dunia Light Novel – kenapa kau melakukan itu?”

Tanyaku. Ia orangnya begitu rendah hati, dan karena itu, meskipun ia bilang padaku untuk bebas bertanya, aku tidak bisa. Sekarang aku hanya akan bermain aman.

“Aku suka makanan sejak aku masih kecil, terutama yang manis. Setiap kali aku pergi ke toko kelontong, aku beli banyak.....aku selalu berharap suatu hari nanti aku bisa membuat biskuit yang enak dan pai coklat yang bisa anak-anak sukai.”

Semua orang mempunyai mimpinya sendiri, hanya beberapa orang yang mengejarnya sampai akhir – kebanyakan dari kita mengubah mimpi kita berdasarkan kemampuan kita dan kondisi kehidupan yang sebenarnya.

Seperti seseorang yang ingin menjadi mangaka, tapi malah menjadi penulis kisah romantis.

Seseorang yang ingin menjadi pemain baseball profesional, tapi malah menjadi penyedia perlengkapan baseball.

Seseorang yang ingin menjadi penulis, tapi malah menjadi editor.

Tapi tetap saja, seseorang pasti bisa meraih mimpinya.

“Ahaha, jadi pertamanya aku ingin membuat manisan, lalu entah kenapa aku justru jadi neovelis yang menulis novel kuliner.”

Orang seperti Shidou-kun sangat lazim.

“Sekarang, mimpiku adalah suatu hari nanti dapat bekerja sama dengan seorang pengusaha dan menjual karyaku bersama dengan manisanku.”

Menurutku itu mimpi yang hebat. Untuk mencapai itu, dia harus menulis sesuatu yang akan dibuat jadi anime. Meskipun mimpi kami berbeda, kami melalui jalan yang sama.

“Jika kau mencapainya, aku pasti akan membeli beberapa.”

“Terima kasih.”

Malu, Shidou-kun tersenyum dan memberiku bungkusan kecil. Di dalamnya terdapat kue.

“Ini hadiah dariku.”

“Apa.....kau membuatnya sendiri?”

“Ya. Itu mungkin kurang bagus pas untuk dimakan bersama makanan panas, tapi tolong cobalah.”

“Wah, terima kasih.”

Elf pernah mengatakan ‘Penulis kisah romantis bagus dalam memasak’. Sepertinya dia benar.

Jika aku ingin berganti ke kisah romantis, haruskah aku belajar memasak kue? Yah, mungkin kalau ada waktu senggang.

“Baikalah, selanjutnya giliranku!”

Di sebelahku, Elf melompat. Sepertinya dia tidak menunggu siapapun. Dia berdiri dan membuat pose aneh:

“Aku Yamada Elf! Aku novelis perempuan yang super cantik yang bukunya sudah dijadikan anime!”

“Muramasa-senpai lebih terkenal daripadamu.”

“Kau yang di sana! Diamlah!”

Elf menunjukku dan membusungkan dadanya:

“Mimpiku adalah – menulis ultimate light novel – untuk menaklukan dunia ini.”

Dia mengatakan sesuatu seperti bos terakhir di manga anak-anak.

“.......Kepribadian Yamada Elf persis sama dengan yang di internet.”

“Benar benar, aku setuju.”

Aku berbisik-bisik bersama Shidou-kun, orang yang tercengang.

Ngomong-ngomong, Muramasa-senpai memakan Takoyaki sambil menulis, dia tidak mendengarkan apapun.

[Biarkan aku bertanya padamu. Bagaimana kamu akan menaklukan dunia dengan light novel?]

Siapa peduli!? Eromanga-sensei, kenapa kau harus menanyakan itu?

“Selama bukuku terjual di seluruh dunia, mimpiku akan menjadi kenyataan! Asalkan namaku di sanjung-sanjung di seluruh dunia, itu sudah berarti aku menaklukan dunia.”

[Kalau tidak salah, X *Beep*[7] sudah terjual 500,000,000 copy, tapi itu belum menaklukan dunia.]

“Mwwu......”

Itu buku yang punya banyak fans di dunia, tapi itu hampir belum mungkin disebut ‘Menaklukan dunia’.

[Lagipula, jika kau ingin menaklukan dunia dengan buku, paling tidak kau harus mengalahkan “Itu” – light novel terkuat saat ini.]

“Apa maksudmu, “Itu”? Yang punya prediksi kekuatan tempurnya sampai 600,000,000?”

[Berdasarkan pada yang Elf-chan bilang, “Itu” punya 388,000,000,000 kekuatan tempur.]

“Tiga ratus delapan puluh delapan milyar? Tidak dihitung dalam sepuluh ribu lagi?”

Elf benar-benar mengejutkan, dia dapat dengan mudah mengganti dari angka ke bacaan kanji.

“Ah tapi intinya, yang Eromanga-sensei sebut “Itu” adalah buku terkuat di dunia. Aku tidak akan mengatakan namanya, tapi. itu sudah masuk ke rekor dunia. Jika kau menghinanya, hidupmu mungkin dalam bahaya. benarkan?”

[Ya ya.]

Malahan, menyebutnya sebagai light novel saja salah. Memang luar biasa buku paling terkenal di dunia ini.

“Jika yang kalian maksud “Itu” itu "itu", maka itu mungkin benar-benar bisa menaklukan dunia.”

Wah, Shidou-kun, kau mengikuti omong kosong ini.

“.......Kuh.....mwu......mwu......”

Meskipun wajah Elf terguncang dengan “Buku terkuat di dunia”, tapi dia dengan cepat pulih dan menyombongkan diri lagi:

“Lalu target pertamaku adalah menjadi yang terbaik di jepang!”

“Yah, kali ini lebih dapat di percaya.”

“Sekarang ini, targetku adalah mengalahkan [HachiraijinDelapan dewa petir] dari light novel.”

“Apa itu julukan dari Dengeki Bunko?”

Mendengar pertanyaanku, Elf melihat ke sekeliling dan menjawab:

“Mereka menyebutnya reinkarnasi dari delapan dewa petir Jepang, tiap-tiap dari mereka sudah menjual novelnya lebih dari 10,000,000.”

Dia mengatakan omong kosong lagi.

Tapi, entah kenapa Muramasa-senpai berhenti dan mendengarkan.

“Eh, orang yang barusan kau sebutkan, apa novel mereka bagus?”

Sepertinya dia penasaran. Dia ingin menemukan novel untuk dirinya.

“Kau ini kenapa? Kau juga, 'kan, salah satu dari Hachiraijin.”

“Eh?”

Muramasa kaget. Elf menambahkan:

“Mulai sekarang, kau harus memanggil dirimu sebagai salah satu dari mereka. Bagaimana dengan [Kuruizaku Kuroikazuchi no MuramasaMuramasa Sang Amukan Petir Hitam Penghancur]?”

“............”

Muramasa-senpai melihat ke muka Elf, tercengang.

“Hei Elf. Senpai, jangan marah. Tidak perlu memperdulikan julukan aneh itu.”

“Itu tidak aneh.....sungguh, kamu tidak punya jiwa seni. Itu nama yang keren.”

“Keren....?”

Aku ragu bakal ada orang yang berani memperkenalkan dirinya dengan nama itu.

Aku menggoyang-goyangkan kepalaku. Diwaktu yang sama, Elf menengok ke Muramasa-senpai:

“Baiklah, sekarang girilanmu.”

“?”

“Aku bilang ini giliranmu untuk memperkenalkan diri.”

Mendengar itu, Muramasa-senpai sadar. Dia perlahan berdiri, membuat pose seperti dia sedang di lakon dan memperkenalkan:

“Salah satu dari Hachiraijin, Kuruizaku Kuriikazuichi no Muramasa, siap.”

“Kau benar-benar menggunkan nama itu?”

Melihat keterkejutanku, senpai menjawab:

“Ya. Meskipun nama itu terdengar aneh, tapi setelah dipikir baik-baik, terdengar keren juga.”

“Memang, itu benar-benar keren ketika senpai mengatakannya barusan.”

Jadi aku perlu melakukan itu untuk menjadi penulis bestseller seperti Elf dan Muramasa-senpai...harus kupikir baik-baik.

“Tapi tolong, senpai, perkenalkan dirimu seperti biasa. Kau tahu dengan menyebut namamu sebagai Muramasa Sang Amukan Petir Hitam Penghancur dalam pertemuan pertama tidak terdengar bagus, kan?

“Tidak terdengar bagus?”

“Ya.”

Tapi entah kenapa aku merasa Muramasa-senpai tidak akan membuat perkenalan yang bisa lebih baik.

“Jika seperti itu.....”

Dia berdehem dan mengulangi perkenalan dirinya:

“Senju Muramasa, teman Masamune-kun.”

Penulis – novelis atau semacamnya – dia tidak mengatakannya. Gelar seperti itu tidak berarti baginya. Akan tetapi uraianya membuat hatiku berdegup kencang.

Aku tersenyum dan bertanya:

“Senpai, Apa mimpimu?”

“Menulis [Light novel terbaik di dunia] untuk dibaca.”

Dia melihat langsung ke dalam mataku ketika menjawabnya.

........Sekejap menjadi sunyi.

*Bam bam bam* langit-langit bergetar lagi.

“Wah!?”

Kenapa Sagiri marah lagi?

Elf menatap ke tablet di dadaku dan berkata:

“Eromanga-sensei, jangan khawatir. Tidak perlu bersiaga di sekitarnya.”

[Apa maksudmu, Elf-chan?]

“Oi Elf, jangan buat Eromanga-sensei memikirkan yang aneh-aneh.”

“Dengarlah. Oke, sekarang aku akan memberi taumu pengalamanku untuk menulis novel romansa.”

“Ada apa dengan perubahan topik yang sangat cepat ini!”

Muramasa-senpai menatap dengan marah Elf.

Tentu saja dia akan melakukannya, mempertimbangkan topik ini tiba-tiba berganti karenanya.

Elf berteriak “Diam”, mengabaikan Muramasa-senpai dan mengangkat jarinya:

“Clang clang.”

Dia membuat suara seperti acara kuis:

“Pertanyaan: Di dalam novel romansa, untuk dijadikan heroine utama, ada sesuatu yang lebih kuat daripada adik perempuan moe ― apa itu? Masamune-kun, silahkan!”

“Tidak ada sesuatu yang seperti itu!”

“Brr! Salah!”

Elf bergumam “Matilah, dasar siscon” sambil menatapku.

“Petunjuk: ini sesuatu yang Muramasa punya, tapi Yamada Elf tidak akan punya dalam hidupnya. Apa itu?”

“Payudara?”

“Salah!”

Uwah, raungannya keras.

Di sisi lain, Muramasa-senpai memerah, dia menyembunyikan dadanya dengan tangan dan menatapku:

“......Sudah kuduga, kamu tidak tahu bagaimana cara membatasi dirimu.”

Malu, aku memalingkan mata.

“Petunjuk: ini sesuatu yang akan sangat meningkatkan daya tarik seorang perempuan.”

“Petunjuk: seringkali hal ini adalah sesuatu yang hanya muncul ketika novel hampir selesai.”

“Petunjuk: seringkali setelah karakter mendapatkan ini, kesempatan mereka untuk muncul lagi sangatlah kecil.”

“Petunjuk: karena alasan-alasan tersebut, hal ini sangat sulit untuk digunakan dengan benar.....”

“― tunggu sebentar. Jangan dilanjut lagi. Orang jepang adalah bangsa yang sangat baik hati dan bersimpati pada orang lemah, jadi ini mungkin dihitung sebagai sesuatu yang bagus, tapi pada akhirnya ini adalah sesuatu yang hanya untuk peran pembantu. Heroine utama sepertiku adalah pusat ceritanya.”

Elf menatap tabletnya dengan penuh harapan.

[――――――――]

Eromanga-sensei tidak mengatakan apapun, sedangkan aku tidak mengerti sedikitpun.

Muramasa-senpai tertawa dan dengan dingin menjawab:

“Apa maksudmu mengatakan itu? Tidak ada gunanya mencampur adukkan antara fiksi dan kenyataan. Janganlah. Juga, kamu tahu, 'kan, kamu sudah membuat kesalahan besar?”

“Kesalahan apa? Tidak ada kesalahan, kok.”

Jujur saja sangat sulit untuk menyela gadis ketika mereka bicara. Baik aku dan Shidou-kun benar-benar tak berdaya.

“Hm, jadi bagaimana denganmu, Yamada Elf? Semua yang kamu bilang tadi hanyalah bualan.”

Ini pertama kalinya Muramasa-senpai menyebut nama Elf dengan benar.

“Kau bertanya bagaimana denganku? Memang hanya duduk manis dan membuat rencana bukan gayaku, tapi aku tidak bisa memahamimu. Kau ini – bukan seperti ingin dicintai, kau sepertinya ingin sesuatu yang lain.”

“....Apa kamu dengan sengaja membuatku bingung?”

“Mungkin aku sudah kelewatan. Tapi aku sudah tidak seperti itu lagi, itu mengangguku.”

Elf dan Muramasa-senpai saling menatap penuh kemarahan, percikan api bermunculan. Suasana bisa-bisa meledak.

“Wah wah, saatnya giliranku, ya!”

Aku dengan cepat memisah merekam

Beruntung aku memilih waktu yang tepat. Mata semuanya kini fokus padaku, aura sebelumnya benar-benar hilang.

Dasar...bagaimana para gadis bisa marah karena hal sepele?

“Namaku Izumi Masamune, penulis, siswa SMA. Karya terbesarku adalah Reinkarnasi Sang Serigala Perak. Sekarang aku sedang menggarap cerita terbaruku Adik Perempuan Terimut di Dunia ."

Aku mengambil napas dalam-dalam dan melihat pada Eromanga-sensei.

“Aku ingin buku ini menjadi terkenal, melihatnya menjadi anime, lalu menontonnya bersama dengan adik perempuanku – inilah mimpi kami.

Semuanya jadi diam.

Lalu, dimulai dari Muramasa-senpai, semuanya bertepuk tangan. Semuanya menceritakan tentang dirinya, tentang mimpinya.

Aku membiarkan alurnya begini.

“Terakhir giliran Eromanga-sensei.”

[.....Eh?]

Aku menghadapkan tablet ke semuanya, lalu berkata:

“Silahkan, Eromanga-sensei.”

Semuanya melihat padanya dan mulai membujuk:

“Ayo, Eromanga-sensei.”

“Eromanga-sensei ―- aku tertarik padamu....”

“Eromanga-sensei ―- cepatlah! Perlihatkanlah wajahmu!”

Eromanga-sensei! Eromanga-sensei! Eromanga-sensei!

Mendengar nama itu non-stop, reaksi Eromanga-sensei adalah ―

[Aku, aku tidak kenal orang dengan nama itu!]

Jawaban yang selalu sama seperti biasa.

[...................Uuuuuuuu.]

Meskipun dia masih menggunakan topeng, dia pasti merasa malu.

“Baiklah baiklah. Jangan panggil Eromanga-sensei Eromanga-sensei lagi! Tiap kali kau memanggil Eromanga-sensei Eromanga-sensei, Eromanga-sensei akan malu! Bukankah begitu, Eromanga-sensei?”

[Ni,nii-sa, Izumi-sensei kamu malah mengatakannya lebih banyak dari yang lain....]

Heh!

[La, lagipula, aku tidak kenal....orang dengan nama itu] Sagiri mengulanginya lagi: [Juga..... mimpiku..... Izumi-sensei sudah sebutkan tadi.....aanu.....]

Dia bimbang. Karena dia jarang bicara dengan orang lain, Sagiri jadi diam.

[Itu.....itu.....]

Tapi tidak ada seorangpun yang bicara. Kami percaya Sagiri akan mengatakan sesuatu.

Beberapa menit kemudian ――

Elf mencoba bertanya:

“.....Eromanga-sensei, kau pasti punya mimpi juga, 'kan? Apa itu?”

Di layar, Eromanga-sensei berhenti sebentar. Dia menundukan kepala.

Aku tidak bisa menebak ekspresi adikku di balik topengnya.

Dia pelahan mengatakan mimpinya pada kami:

[.....Menjadi.....istri......dari orang yang kusuka.......]

Ini mungkin mimpi terbesar di antara kami.

* * * * *

Malam hari, setelah segalanya selesai dan semuanya pulang. Aku berada di dalam kamar terlarang, di depanku ada adikku.

“Apa kamu.....senang hari ini?”

“......Sedikit.”

Gumam Sagiri. Dia tidak melihatku

“Begitu yah....aku sedikit senang. Semuanya berkumpul bersama, ngobrol bersama, makan bersama....itu menyenangkan. Suara kegembiraan itu...sekarang semuanya sudah pulang....rumah jadi sepi.....”

“...............................”

Sagiri diam-diam melihatku. Merasa malu, aku dengan cepat berdiri.

“Oke, coba lihat ini."

Ayo ke topik utama.

“....Apa.....itu?”

Aku mengeluarkannya dan berkata:

“Mesin pembuat permen kapas. Elf dan Muramasa-senpai membelinya bersama. Kamu ingin merasakan feeling dari festival musim panas, kan?”

“Pemen kapas......wah.....”

Sagiri menatapnya dengan penasaran.

Heh, dia tertarik.

“Kenapa kamu tidak mengeluarkannya tadi?”

“Aku ingin mengejutkanmu. Hehe, apa rencanaku berhasil?”

“....tidak....kok...”

Sagiri memanyunkan bibir dan memalingkan muka.

Aku tersenyum masam dan menjalankan mesin untuk menarik perhatiannya.

“Akan lebih bagus kalau kita membuat permen kapas sendiri. Nih!”

Aku membuka tutupnya dan memasukan gula kedalam.

Lalu menunggu.

Akhirnya ―

“Ini.”

“Wah.”

Pemen kapas seperti awan muncul di tengah mesin.

“Wah....hebat.”

Sagiri meletakan tangannya di lantai untuk menopang dia supaya bisa melihat lebih baik. Mungkin dia kepikiran kalau itu bisa memberinya ide?

“Terus aku gunakan sumpit untuk mengumpulkannya – seperti ini.”

Aku menaruh sumpit di dalam dan memutarnya. Sedikit demi sedikit, permen kapas mengumpul.

“.............................”

Tiba-tiba, aku menyadari Sagiri tengah memperhatikan aku. Aku tersenyum dan bilang padanya:

“Mau coba?”

“Ya.”

Inilah bagaimana dia seharusnya, seperti anak seusianya. Aku dengan senang memberikan sumpit padanya.

“Ini....seperti ini?”

Bisik dia saat menggerakan sumpit.

“Kamu perlu memutarkannya juga ― ya, seperti itu.....”

“Uuuu.....capek......”

“Oke, sini aku saja.”

Banyak dan lebih banyak lagi permen kapas berkumpul. Dan perasaan kesepian di dalam hatiku perlahan menghilang.

Kami terlihat seperti saudara sebagaimana mestinya.

Akhirnya kami selesai. Ini tidak banyak, tapi selesai.

“Wah, selesai.”

“.....Haha, coba lihat.”

Memang biasanya aku menyiapkan makanan dengan hati-hati, tapi dia mungkin suka kalau dengan makanan manis.

Sagiri memberi permen kapas sedikit gigitan.

“.....Ini manis.”

Sebuah senyum nan ayu muncul.

“Masa? Aku juga mau.”

Melihat ini, aku mungkin berekspresi sama dengannya.

“....Ini....Nii-san.”

“Ya?.”

“.....Aaam....”

Dia menyuapiku permen kapas.

“.....Boleh?”


“Ya.”

Dia mengangguk.

“Kalau begitu...”

Aku menyantap sedikit seperti yang dia bilang. Rasa manis menyebar dalam mulutku.

“Manisnya.....”

“Iya, 'kan?”

“......Um.”

Waktu berlalu dengan hening. Aku hanya bertemu Sagiri untuk waktu yang tak lama sebelum orang tuaku meninggal, ini mungkin pertama kalinya kami menghabiskan waktu bersama.

Akhirnya, kami selesai makan. Sagiri dengan perlahan bilang:

“Nii-san......apa kamu kesepian?”

“Eh?”

“.......Beberapa hari sudah berlalu......sejak kamu pergi ke departemen editorial....sejak kamu pulang....kamu terasa aneh.”

“...Ah.”

Ya. Akhir-akhir ini, aku merasa suatu yang aneh.

Meskipun tubuhku terasa normal.....perasaannya masihlah ada.

“....Kesepian? Karena tidak bisa pulang?”

“Bisa jadi.”

Aku mengakui perasaanku. Mungkin aku harus berterima kasih pada suasana yang ringan ini.

“....Aku....tidak bisa meninggalkan Sagiri sendirian dirumah.”

Ini adalah rahasiaku. Rahasiaku yaang memalukan yang tidak pernah aku ceritakan pada orang lain.

“Ibuku – maksudku ibu kandungku....dia mengalami kecelakaan setelah meninggalkan aku di rumah sendirian – dia tidak pernah kembali. Sejak saat itu....aku selalu takut dengan perasaan ini.....”

Aku takut tinggal sendirian di rumah. Aku takut kesepian.

Tapi aku tidak pernah mengatakannya pada siapapun. Aku menyembunyikannya, menguncinya. Aku tidak ingin menyebabkan masalah bagi ayahku.

Tapi.....

Masamune. Kamu tidak akan sendirian lagi. Kita punya keluarga baru.

Aku sadar kalau ayah sudah tahu.

“Jadi ketika aku mendengar aku punya anggota keluarga baru, aku sangat senang.”

“Begitu yah.....ini....kedua kalinya untukmu.”

Ibu, ayah, mama....aku tidak akan pernah bisa lagi bilang “Selamat datang” lagi pada mereka.

“Jadi......meskipun aku tidak menyadarinya....sebenarnya ini lagi jadi semakin buruk....kurasa perasaan itu tidak muncul karena kamu ada dirumah bersamaku.”

Tapi ketika aku meninggalkan rumah, itu muncul.

Aku seperti mayat yang takut berpisah dengan keluargaku lagi. Aku takut aku mungkin tidak bisa melihat mereka lagi – pemikiran itu selalu muncul di kepalaku. Itu sangat sakit.

“Aku benar-benar tidak berguna, aku sudah SMA, namun....”

Tiba-tiba, sesuatu yang hangat menyentuh kepalaku.

Ketika aku sadar itu adalah tangan Sagiri, hatiku jadi berdegup kencang.

“Tidak apa-apa.”

Dia dengan lembut menepuk-nepuk kepalaku.

“Kamu tahu....aku tidak bisa pergi keluar dari kamar. Aku takut dengan banyak hal....aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.... akan tetapi, aku rasa kamu aman saja, jadi yang dikata kamu tadi pasti tidak benar.”

“....ketika aku bilang ‘Kamu tidak perlu memaksakan diri untuk sekolah', itu terdengar seperti aku mengatakannya demi dirimu.....”

Haruskah aku mengatakan ini pada Sagiri?

Ketika Megumi bertanya padaku tentang Sagiri – jawabanku datang dari bagian terdalam hatiku.

Itu tidak bohong. Tapi.....

“.....Tapi aku takut. Aku takut sendirian, jadi aku butuh Sagiri untuk selalu di sisiku.”

....Tapi itu baru separuh. Separuh yang lain sangatlah memalukan, aku tidak bisa mengatakannya dengan keras,

“..............”

Sagiri tidak mengatakan apapun, dia hanya mengelus-ngelus kepalaku.

Beberapa waktu terlewati dengan kesunyian....

“.....Aku mengerti sekarang. Nii-san, kamu ingin punya sebuah keluarga. Sejak ibu kandungmu pergi, lalu ibu barumu, dan kemudian ayahmu juga....kamu sangat, sangat kesepian.”

“....Ya”

Aku setuju. Ini memang benar.

Aku mengangkat kepala dan dengan tegas mengatakan:

“Aku ingin keluarga.”

“Aku...tidak pernah menganggapmmu sebagai keluargaku....aku tidak ingin jadi adikmu.”

Sagiri masih mengulangi kata-kata sebelumnya.

Tapi kali ini, dia tertawa:

“Tapi mau bagaimana lagi. Aku akan menjadi adikmu untuk sementara.”

“Terima kasih.”

Aku sangat senang. Sangat, sangat senang. Namun hatiku sakit jua.

“Ngomong-ngomong....Sagiri....apa menurutmu mimpimu akan segera terwujud?”

Dia menjatuhkan diri ketempat tidurnya dan melihat keatas ―

“Itu masih sangat, sangat lama.”

Itulah apa yang dia katakan.



Eromanga Vol 3-90.jpg

Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Salad yang ditambah dengan ayam sebagai bahan utama.Sampel gambar
  2. Penulis yang bertema dark tapi berakhir happy end seperti Gen Urobochi
  3. Makhluk supernatural, atau hantu, yang dianggap suka membuat suara bising, dan jadi biang suara bising (akibat perusakan suatu benda atau ada benda yang dipindahkan)
  4. Mie goreng yang ditambahi sayur-sayuran, kol, daging, dan bumbu saus uster atau saus yakisoba.
  5. Cumi goreng. Kebanyakan hanya cumi goreng biasa yang dipotong-potong dan ditutupi kecap.
  6. Makanan asal daerah Kansai di Jepang yang berbentuk bola-bola kecil yang dibuat dari adonan tepung terigu yang diisi potongan gurita di dalamnya.
  7. Mungkin maksud Sagiri di sini adalah Barbara Cartland, Danielle Steel, atau Georges Simenon. Ketiga orang tersebut sudah menjual 500 juta copy di seluruh dunia. Masih ada sebenarnya William Shakespeare yang sudah menjual sampai 2 Milyar copy. Dan untuk per-satuannya, novel Don Quixote yang dikarang Miguel De Cervantes sudah terjual sampai 500 juta copy.



Ilustrasi Novel Halaman Utama Bab 2