Ero Manga Sensei (Bahasa Indonesia):Volume 2 Bab 3

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Bab 3[edit]

EroMangav2 3.jpg

Sepulang sekolah, beberapa hari kemudian, aku bertemu dengan adikku di dalam ruang terkunci.

[Nii... ada apa?]

Seperti biasa, Sagiri masih memakai headphone nya

Disamping baju tidur bermotif bunga yang manis, hari ini dia memakai sweater putih.

Tidak tau kenapa, dia juga sekarang mencoba untuk mengenakan jenis pakaian ini di rumah.

―Aku merasa pakaiannya sekarang jadi semakin terbuka.

Meski aku merasa senang setiap kali kami bertemu, aku merasa hal itu agak tidak bisa dipercaya.

Pertama Elf, terus Megumi.

Apakah karena dia memulai pertemanan? Tapi apa hubungannya dengan pakaiannya?

Ah sudahlah. Lagipula itu bukan sesuatu yang buruk.

"Ah...sebenarnya, ada sesuatu yang ingin kusampaikan."

Aku menyembunyikan tabletku di belakang dan tersenyum.

[Apa itu...akan memakan waktu yang lama?]

"Ah, tidak. Cepat, kok."

[Begitukah? Kalau iya, silahkan duluan.]

"Aku duluan?"

Aku memandanginya.

[...Uh huh.]

Sagiri tersenyum kepadaku:

[...Aku juga punya sesuatu yang ingin kutunjukkan.]

Hoo. Kebetulan.

Adikku akan menunjukkan sesuatu... jantungku berdegupan... aku penasaran hal apa, ya?

Tiba-tiba Sagiri memandangku dengan ekspresi datar:

[...Nii, kamu sedang memikirkan sesuatu yang mesum lagi.]

"Tidak, tentu saja tidak."

[...Tidak, itu bukanlah apa yang kaupikirkan.]

Sagiri cemberut dan memerah.

"Oke. Kalau begitu izinkah aku cerita duluan."

Aku menampakkan tablet di belakangku:

"Jeng jeng~! Lihat!"

[Ah...ini...]

"Ya! Outline novel! Akhirnya aku menyelesaikannya!"

Layar menampilkan outline novel yang sudah selesai.

Aku juga menggunakan ilustrasi dari Eromanga-sensei. Itu kelihatan lumayan cantik.

Ada banyak perubahan di dalamnya, dengan heroine baru, dan isi yang lebih banyak.

Ditambah lagi ada lembaran penjelasan karakter. Itu sudah seperti outline manga.

"Aku sangat yakin soal ini. Ini adalah outline novel pertamaku. Haha ~ semuanya berkat Eromanga-sensei."

Aku menunjukkan itu kepadanya sambil menggaruk hidungku.

Sagiri mengambil tablet dan berkata:

[...Aku tidak kenal orang dengan nama itu.]

Kenapa malah mengatakan itu sekarang? Itu bisa selesai berkat usahamu juga.

Juga terima kasih kepada Elf dan Megumi untuk pengorbanan mereka kepada Eromanga-sensei.

Karena mereka, Eromanga-sensei jadi bersemangat dan bisa menggambar banyak ilustrasi yang manis dan super erotis.

Karena ilustrasi-ilustrasi itu, aku akhirnya bisa melewati Writer's Block ― dan menyelesaikan outline novel ini.

"Sekarang hanya perlu menyerahkan ini kepada editorku, dan menunggu hasilnya!"

Aku sudah menghubungi Kagurazaka-san, dan dia berkata [Selama outline novelmu dapat diterima, kamu bisa segera menerbitkannya]....jika semuanya berjalan dengan baik, kami bisa memulainya dengan segera.

[Bwuuuu....]

Sagiri menelan ludah.

Mungkin karena aku terlalu melebih-lebihkan soal pertemuan dengan editor yang seperti 'pertarungan melawan malaikat maut'.

"Itu adalah outline yang kita buat bersama, jadi aku ingin menunjukkan itu kepadamu sebelum mengirimnya kepada editorku."

[...Aku mengerti. Aku akan melihatnya nanti.]

Sagiri mengangguk dan dengan lembut memeluk tablet itu di dada.

[Ini pasti bisa. Karena kita sudah mencoba melakukan yang terbaik.]

"Kamu benar."

Aku juga jadi emosional.

Karena kami berdua sudah berusaha keras untuk mimpi kami.

Satu langkah pertama selalu membuat orang senang, lebih dari apapun.

"Itu saja yang ingin kukatakan. Apa yang mau kamu tunjukkan?"

[...Um...ini...eh...]

Sagiri meletakkan tablet ke samping dan merangkak ke pojokan, lalu mengambil sebuah kotak kecil, yang terdapat roda dibawahnya.

Aku belum pernah lihat itu waktu terkahir kali aku di sini.

Dengan kata lain, dia membawa itu kemari di saat aku tidak berada dirumah.

"Apa...ini?"

[Pakaian cosplay.]

Sagiri membuka kotak itu.

[Nii... lihatlah ini.]

Dia sedikit memerah, lalu mengeluarkan ―-

Sebuah kamisol putih.

"Ehhhhhh?????"

Aku sangat kaget sampai mengeluarkan jeritan aneh.

Apa, jenis pakaian erotis apa itu? Itu setengah-transparan!

Itulah pemikiran yang terlintas di dalam kepalaku.

Aku dapat membayangkan Sagiri mengenakan pakaian erotis itu.

Remaja yang mengenakan pakaian khusus-dewasa ini, tidak diragukan lagi akan menarik banyak sekali perhatian.

...Bwuuuuu...

"Sa, Sa, Sagiri….ini?"

Dengan suara yang bergetar, aku mencoba untuk bertanya. Sagiri terlihat seperti dia ingin mengatakan 'Apakah ini terlihat bagus?' dan berkata:

[Aku merasa ini sempurna - apa pendapatmu?]

"A, a, apa maksudmu?"

Jawaban apa yang sebaiknya kukatakan? Aku sangat bingung sampai aku tidak tahu bagaimana menjawabnya.

Ini...ini...

"Meski aku setuju bahwa ini terlihat manis...tapi kau tidak bisa memakai itu! Itu terlalu erotis!"

[Eh? Oh?]

Hanya sekarang Sagiri baru merespon.

Dengan cepat dia memerah dan mencoba membantahnya:

[Eh? Eh? Mesum! Nii, nii, nii-san...Kau selalu! Mesum! Pakaian ini hanya sebagai referensi untuk gambarku! Bukan untukku, untuk heroine di novelmu!]

Kelemahan Eroamga-sensei adalah dia hanya dapat menggambar apa yang sudah dilihatnya.

Jadi dapat dipahami bahwa dia akan memerlukan pakaian seperti ini sebagai referensi - tidak, tidak, tidak!

"Kau akan memakai camisole setengah-transparan ini dan akan menghasilkan sebuah gambar dari dirimu, kan?"

[Iya! Tapi jangan katakan itu keras-keras!]

Sagiri mencoba memukulku.

[Aku bukanlah orang mesum! Kau...nii-san, kaulah orang yang membayangkan aku mengenakan ini dan melakukan hal-hal mesum... Kaulah yang mesum!]

"Itu benar kalau aku membayangkanmu mengenakan pakaian ini, tapi aku tidak pernah membayangkan dirimu melakukan hal-hal mesum."

[Kau baru saja mengatakannya!]

"Aku hanya mengulangi perkataanmu!"

Oh sungguh... Adik perempuanku ini.........!

'Pakaian Sagiri' adalah sesuatu yang tidak bisa kukendalikan, jadi aku perlu bertanya.

"Omong-omong, darimana kau mendapatkan sesuatu seperti ini? Apa kau membelinya melalui internet?"

Karena ini adalah kesempatan yang bagus, mari lihat jika ―

[Ibu membeli itu untukku...]

"Ha?...Ibu....?"

[....Ya.]

"...Begitu rupanya."

Tidak mungkin mengakses Amazon dari akhirat. - adalah pikiran yang tiba-tiba muncul di benakku. Yang berarti bahwa dia membeli itu ketika dia masih hidup.

Tapi....tapi....tapi itu malah menjadi lebih aneh!

"Maksudmu bahwa ibumu, seseorang yang hanya sedikit lebih besar darimu, dan sangat cantik dan sopan, rapuh, dan juga yang selalu tersenyum seperti seorang dewi...? Dia membeli pakaian erotis ini? Untukmu? Ketika kau masih dibawah umur?"

[Ya!]

"....Sungguh?"

Aku tidak percaya! Ini sungguh luar biasa!

[Itu, itu benar! Semua ini cocok kepada ibu, jadi mereka seharusnya juga cocok kepadaku ketika aku menjadi dewasa. Dia membelikanku banyak pakaian, dengan ukuran yang berbeda-beda!]

"Banyak pakaian erotis?"

[Ada banyak pakaian non-erotis juga! Seperti baju wool sebelumnya!]

Tidak. Aku sedikit berfikir, pakaian itu juga erotis.

"Uhm....ugh...."

Aku menepuk wajahku.

Sagiri berfikir bahwa aku tidak yakin, dengan cepat dia menambahkan:

[Aku, aku berkata yang sebenarnya. Itu tidak mungkin...]

"Tidak, aku percaya kepadamu. Kau tidak akan berbohong kepadaku. Aku hanya....hanya....sedikit shock. Aku akan baik-baik saja, beri aku waktu semenit."

Ah....ha...sungguh...ini...mungkin saja benar-benar terjadi.

Sekarang, banyak pertanyaanku diwaktu sebelumnya telah terjawab.

Darimana Sagiri mendapatkan pakaian yang begitu banyak?

Kenapa ilustrasi Eromanga-sensei memiliki banyak pakaian erotis?

Dan alasannya? ...Karena ibunya sudah membeli banyak sekali pakaian erotis untuknya.

Karena dia memakai pakaian itu dan membiarkan Sagiri melihatnya.

Ibu....oh ibu....

Itu benar bahwa kau sangat cantik, tapi hobimu itu...

Aku hanya bisa melihat ke langit dan diam-diam menyatakan penyesalanku.

Jika aku salah melakukan itu, ibunya, yang sedang memberkati kami dari surga, mungkin saja mendapatkan masalah karena rahasia-ero dia telah terungkap.

Siapa yang mengira bahwa pekerjaan Sagiri sebagai Eromanga-sensei karena pengaruh yang besar dari ibunya?

Eromanga-sensei sangat ero.

Ibu Eromanga-sensei kurang lebih juga ero.

Akhirnya aku melihat kebenaran dari dunia ini.

Rasa hormatku kepada ayahku meningkat. Benar benar seorang pria, bisa mendapatkan istri seperti ini di dalam kehidupannya.

Diwaktu mendatang, kuharap aku juga bisa mendapatkan istri yang manis dan ero seperti dia.

"― Maaf untuk yang tadi. Aku baik-baik saja."

[...Kau tidak terlihat baik-baik saja dimataku.]

"Sebenarnya, aku masih sedikit terguncang, tapi tidak apa-apa. Mari kembali ke topik utama kita."

[Uhm...oke...Uhuk uhuk.]

Sagiri mengambil camisole dan berkata:

[Aku berencana untuk membuat sebuah karakter berdasarkan dari Elf yang memakai ini - bagaimana menurutmu?]

Dia tertawa dengan riang, sedangkan aku...

"Yah... kupikir warna ini lebih baik akan cocok dengan heroine utama."

[Begtiukah? Aku berencana untuk membiarkan Imouto-chan memakai ini....]

Sagiri menggali isi kotak dan mengambil sesuatu keluar.

[Bagaimana dengan ini?]

"Apa itu?"

Meski...meski aku tahu apa itu pada saat aku melihatnya...tapi... apakah ada sesuatu yang salah dengan mataku?

[Shimakaze-chan[1]! Ini adalah kesukaanku!]

"Ibu melakukan itu lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!!!!!!!"

Aku ingin sekali mengirimkan dokumen protes kepada ibunya di surga karena meninggalkan pakaian cosplay yang sangat berbahaya ini untuknya.

* * * * *

Setelah itu, aku kembali ke ruanganku. Tidak lama kemudian, aku mendapatkan panggilan skype dari Sagiri.

[Aku sudah membaca outline novelnya...itu sangat bagus.]

Pujian yang tinggi.

"Benarkah! Maka aku akan segera mengirimkan itu kepada editorku!"

Penuh dengan keyakinan, dengan cepat aku menambahkan kata "Aku menunggu jawabanmu" ke dalam outline novel, dan mengirim e-mail itu ke editorku. Beberapa menit kemudian, aku mendapat balasan yang isinya 'Datanglah ke dapertemen editorial besok'.

Maka, dihari berikutnya, aku duduk dihadapan editorku.

"................"

"................"

Outline novelku berada diantara kami, suasananya hampir tidak dapat kutahan.

Setelah beberapa salam resmi, Kagurazaka-san mulai membalik halaman outline ku.

Balik. balik. Satu halaman. Halaman lainnya.

Dengan perlahan senyum muncul di wajahnya.

Aku tahu ekspresi ini dengan baik. Dia akan mengatakan 'ditolak' lagi.

Aku hanya menunjukkan outlin novelku... tapi wanita didepanku ini memberikanku perasaan seperti Raja Neraka yang akan mengatakan putusannya.

Hanya melihatnya... dia terlihat seperti Malaikat maut di saat sebelum dia mencabut nyawaku.

'Izumi-sensei ―"

Sang Malaikat maut berkata.

Aku menelan ludah.

Kagurazaka-san meletakkan outline novel.

Melihat tampang tidak senangnya, aku sudah hampir kehilangan semua harapan ―-

"―- Kita bisa memakai ini."

"Eh? Benarkah?"

Kau tidak akan menolaknya?

"Ya. Meski aku sungguh ingin bertanya kenapa kau memutuskan untuk meninggalkan light novelmu yang bertema pertarungan itu, tapi yang ini punya daya tariknya sendiri. Pesona heroine-nya bisa masuk dengan sendirinya kedalam hati para pembacanya. Ditambah lagi, ini adalah proyek kerjasama dari Izumi-sensei dan Eromanga-sensei, akan menjadi hal yang sia-sia untuk menolaknya."

Tiba-tiba Kagurazaka-san membuang ekspresinya yang biasa, dan berkata dengan serius:

"Sebagai editormu, aku menjamin kepadamu bahwa ini akan menjadi sukses."

"Apa... apakah itu..."

"Sebenarnya, kemarin, setelah kau mengirim email, aku sudah berencana untuk menghubungimu..."

"Menghubungiku?"

"Izumi-sensei! Selamat!"

"Maksudmu..."

"Ya! Penerbit berkata mereka sudah siap!"

"Aku lulus...."

Aku mengepalkan tanganku --

"Aku luluuuuuuusssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss!!!!"

Teriakan kebahagiaanku menggema di dapertemen editorial.

Aku lulus! Kau lihat itu Sagiri? Eromanga-sensei!

Apa yang kta lakukan adalah hal yang benar!

"Kau lulus, Izumi-sensei!"

"Terima kasih! Terima kasih banyak!"

Dengan senang aku berjabat tangan dengan editorku, dan juga denagn editor yang lainnya.

Wow wow Prok prok prok

Selamat! Selamat!

Ucapan selamat berlangsung selama beberapa menit.

Menggaruk belakang kepalaku, aku hanya bisa menjawab dengan 'terima kasih banyak' tanpa henti.

"Selamat, Izumi-sensei."

Di saat kehebohan sudah mereda, Kagurazaka-san berkata kembali.

"Ya!"

Sepertinya malaikat maut yang terkutuk hari ini berubah menjadi seorang malaikat.

"Maka, silahkan bersiap untuk menerbitkan itu pada bulan Mei tahun depan."

Eh?

"Eh... apa yang baru saja kau katakan?"

Bulan ini bulan Juni, bukan? Bagaimana bisa novelku dijadwakan untuk terbit dibulan Mei?

"Novel terbaru Izumi-sensei akan diterbitkan dibulan Mei, tahun depan! Hampir setahun berikutnya!"

"............................"

Aku bersumpah bahwa ekspresiku sangat menabjubkan.

Mungkin sebuah ekspresi yang datar, dan kosong.

Kepalaku berputar...apa yang baru saja kudengar? itu terdengar seperti aku paham, tapi kepalaku tetap berusaha menolak untuk memahami kata-kata itu.

Diwaktu yang sama, editorku masih terus menyelamatiku:

"Selamat, Izumi-sensei! Ah~ seperti yang diharapkan dari seorang penulis yang pantang menyerah, sangat bagus! Untuk bisa membuat outline novel baru secepat ini! Penulis sepertimu ini langka! Selamat! Selamat!"

Aku merasa bahwa dia benar-benar menyelamatiku dari dasar hatinya.

Selamat! Novel baru yang lainnya!

Dia benar-benar tidak punya maksud buruk.

"....................."

"Tentu saja naskah yang sudah selesai masih perlu untuk diedit - oh iya, bisakah kita melakukan konsultasi resmi untuk pekerjaan baru ini pada waktu setengah tahun mendatang?"

Sampai saat itu, tidak ada yang bisa dilakukan.

Itu adalah maksud dari perkatannya barusan.

"..................."

Tidak ada pekerjaan berarti pemasukanku menjadi 0.

Pekerjaan sialan ini! Aku bisa menyandang status pengangguran kapan saja!

Tapi... ini... ini bukanlah seperti pengalaman pertamaku...

Ini sudah kualami selama ini. Jika aku mengirimkan itu kepadanya lebih cepat, aku sudah pasti ditolak. Sekarang, aku diterima, tapi aku perlu menunggu satu tahun.

Orang lain mungkin berkata bahwa ini adalah hal yang bagus selama kau bisa menerbitkan itu.

Tapi kami tidak punya tabungan di bank, tidak ada koneksi, dan tidak ada keluarga. Kami hanya hidup dari penghasilanku. Kami akan tamat jika aku kehilangan pekerjaanku.

Ini mengerikan....mengerikan.....mengerikan!!!!

Aku tidak bisa menjadi depresi di sini! Aku perlu melakukan sesuatu!

"Mengenai itu...."

"Hm? Ada apa?"

"Mengenai tanggal terbit novelku, kenapa itu sangat lama?..."

"Karena penulis lainnya juga mencoba berusaha melakukan yang terbaik, jadi tempatmu terdorong mundur jauh kebelakang. Aku tidak bisa menahan tempat itu kosong selamanya."

Sungguh? Tapi dalam kasus ini tidak ada yang dapat kulakukan.

"Tapi... kau berkata bahwa kau akan menyisakan satu tempat untukku?"

"Tempat itu sudah diisi beberapa hari yang lalu."

"Ke, kenapa?"

"Ah, ini sedikit memalukan. beberapa hari setelah aku mengirimkan e-mail itu kepadamu, penulis terkenal yang lain mengambil tempat itu."

"Ugh....."

Tapi kau mengatakan kau menyisakan satu tempat untukku! Aku benar-benar ingin meledak sekarang, tapi aku berusaha untuk bersikap tenang.

Perlu untuk....tenang....tenang....tenang....

Penulis terkenal lainnya mengirim hasil kerjanya ya...

begitukah.... jadi begitu ya...

Ini...sangat susah untuk diterima.

Aku sudah merasa lelah, tapi aku mencoba untuk menanyakan satu pertanyaan lagi:

"Omong-omong, bolehkah aku bertanya siapa penulis terkenal itu?"

"As[2] dari light novel tipe-pertarungan, Muramasa-sensei."

".......Mwu....."

Aku berdiri, menaruh telapak tangaku di kepala, melihat ke atas dan ―-

"Muramasaaaaaaaaaaaaa!!!! Aku tahu!!! Orang sialan itu lagi!!!!!!!!!!!! Aaaaarghhhhhhhhh!!!!"

Di dalam departemen editorial, jeritan kematian dari Izumi Masamune bergema terus dan terus.

* * * * *

[.......Nii-san, kau menganggur lagi?]

"Tidak, jangan gunakan kata itu!"

Aku membantahnya dengan reaksi yang sama seperti ketika Elf berkata kepadaku untuk 'mati'.

"Tolong jangan mengatakan seorang penulis tanpa pekerjaan itu pengangguran."

[Meskipun kau mengatakannya dengan manis, kenyataan tidak akan berubah. Kau tidak punya pekerjaan sekarang....sama sepertiku.]

".....Yah, kau benar."

Sekarang, aku sedang berhadapan dengan adikku - di dalam ruang terkunci.

'Segel' dia sepertinya melemah, dikarenakan fakta bahwa dia mengizinkan aku untuk masuk.

Atau mungkin karena percakapan ini memiliki nilai yang penting untuk kami.

Karena adik perempuanku - Sagiri - yang juga partnerku - Eromanga-sensei.

Karena aku tidak punya novel baru, pendapatan Eromanga-sensei juga menjadi 0.

Dia menaikkan volume suaranya, dan berkata:

[Omong-omong, siapa itu Muramasa-sensei yang kau bicarakan?]

"Senju Muramasa-sensei. Seorang penulis dengan peringkat yang lebih tinggi dariku."

Sagiri melihat ke rak bukunya. Lalu matanya berhenti di novel laris dimusim ini 'Legenda Pedang Iblis Fantasi' .

"Ya, dia adalah penulis dari novel itu."

[Tentu sajaaku tahu itu... tapi, apakah dia hebat?]

"Sangat hebat."

[....Sangat hebat?]

Agar dia bisa lebih mudah memahaminya, aku berfikir sejenak dan berkata:

"Dia bahkan lebih terkenal dari Yamada Elf-sensei disebelah...apa sekarang kau paham?"

[....Sehebat itu?]

Bisa dimengerti kenapa Sagiri terkejut, karena aku membandingkan dia dengan Yamada Elf-sensei, yang novelnya sudah dibuat mejadi anime, dan seseorang yang sepuluh kali lebih terkenal dibandingkan diriku.

Yamada Elf-sensei - penjualannya mencapai satu juta, seseorang yang memegang titel Novelis Terhebat.

Akan tetapi, Muramasa-sensei...pada standar Elf, penjualan dia sudah mencapai puluhan juta, yang membuat dia mendapatkan title Novelis Paling Hebat.

"Kenyataannya, dia berada beberapa level diatasku."

[...Seseorang sehebat itu mengambil tempatmu?]

"Benar. Itu sudah berjalan beberapa lama. Setelah perjuangan yang panjang, outline novel kita berhasil lulus, tapi orang ini..."

Aku meninju lantai.

"Dia sudah mendapatkan sebuah mahakarya, tapi dia tetap saja menulis yang baru. Cepatlah selesaikan 'Legenda Pedang Iblis Fantasi' itu, sialan! Muramasa sialan ini! Itu adalah tempatku! Dia berani menendangku keluar!"

[...Kau seharunya menyalahkan dirimu sendiri sebelum menyalahkan orang lain.]

"Apa?"

Aku meletakkan tangaku yang sakit didadaku...Sagiri...dia mengatakan itu.

"Bukan seperti itu! Kau tahu! Orang ini, orang ini... dia lebih terkenal daripada aku ―- tapi dia selalu mencoba memulai pertarungan denganku!"

[...Mencoba bertarung denganmu? Kapan?]

"Pertama, nama pena kami sangat mirip."

Izumi Masamune. Senju Muramasa.

[....Sekarang kau mengatakan itu, mereka memang sangat mirip.]

"Benar kan? Lalu, gaya penulisan kami hampir sama."

[Keduanya adalah genre pertarungan dengan sedikit komedi...ya, mirip.]

Bahkan suasana di novel kami, nama panggilan karakter kami juga mirip.

Dia menulis di genre yang sama denganku, tapi Muramasa-sensei tidak pernah muncul di acara penghargaan, karenanya aku tidak pernah bertemu dengan dia sebelumnya... singkatnya, dia benar-benar orang asing.

Saat aku membaca bukunya, aku merasa 'buku ini seperi bukuku, itu sangat bagus'.

Mudahnya....itu seperti aku menulis sebuah mahakarya lalu melupakannya, kemudian aku membacanya lagi - seperti itulah.

"Ditambah lagi skill 'menulis cepat' dia juga tinggi. Dan dia juga 'seorang novelis muda yang masih sekolah' seperti aku."

* * * * *

Aku pernah mendengar bahwa 'diantara penulis muda, As-nya adalah Muramasa-sensei.'

"Lihat? Dia benar-benar mencoba menantangku untuk bertarung!"

[Tidak juga....kupikir....atau mungkin....]

"Mungkin?"

[Bertukar?]

"....Adikku yang kusayang...apa yang baru saja kau katakan?"

Aku merasa bahwa aku akan menginjak sebuah ranjau yang besar.

[Jika aku menggunakan pokemon sebagai patokan, dia punya Garchomp, dan kau akan punya Scizor, apa kau paham?]

"Tolong gunakan bahasa yang dapat kumengerti!"

[Maksudku kau tidak bisa mengalahkan Muramasa-sensei, itu saja.]

"Terima kasih banyak untuk penjelasannya yang sangat-mudah-dipahami! Arghhhhh! Sudah cukup!"

Aku menutup telingaku dan mulai berguling dilantai, berteriak.

"Semua orang berkata seperti itu juga! Ketika aku menjual bukuku mereka berkata bahwa aku meniru Muramasa-sensei, bahwa aku hanya seorang peniru! Karena itu aku tidak berani mencari tentang diriku di Google! Jika ini seperti Final Fantasy, Masamune seharunya lebih kuat!!!"

Penyesalah dari sebelumnya datang kembali, dan membuatku kehilangan kekuatan.

Melihatku seperti itu, Sagiri hanya mengatakan:

[....Diam. Nii-san, Aku tidak mau melihatmu seperti itu. Diam.]

"...................."

Aku terdiam.

[....Meskipun itu masih memerlukan waktu yang lama sampai novel itu terbit... *uhuk uhuk*]

Dia terbatuk beberapa kali dan mengganti nada suaranya:

[Kita bisa menerbitkan itu tahun depan kan? Mari anggap itu sebagai langkah pertama kita. Selamat, Izumi-sensei.]

"Eromanga-sensei."

Aku sangat tersentuh. Air mata mulai mengaril di pipiku. Tapi...

Dengan perlahan aku berpaling:

"Sayangnya, kita tidak bisa menunggu sampai tahun depan."

[Mungkinkah karena... kita akan kehabisan uang?]

Suara Sagiri kembali ke nada yang biasa.

[Jika seperti itu, Nii-san. Jangan khawatir.]

Melihatku tertekan, Sagiri berkata dengan nada suara yang lembut, dan keibuan:

[Izinkan aku untuk menjagamu.]

"................."

A...apa yang sebaiknya kukatakan?

Haruskah aku senang karena adikku khawatir terhadap diriku? Atau tertekan karena betapa tidak bergunanya diriku ini ?

[Aku selalu punya persiapan.]

"....Sagiri."

Menjaga adikku yang hikikomori

Dia...juga memikirkan itu ?

[Nii-san, kau juga bekerja di saat kau juga harus sekolah...karena itu, kita jarang bebicara satu sama lain.]

Sagiri memberikan senyuman surga kepadaku:

[Tidak apa jika kau tidak punya pekerjaan. Izinkan aku... izinkan aku memakai ilustrasi H-ku untuk mendapatkan uang.]

Adik perempuan menggunakan ilustrasi H-nya untuk mendapatkan uang untuk kakaknya.

Aku benar-benar malu kepada diriku. Aku juga senang, tapi...

Akan tetapi ―

"Itu...Sagiri...aku mengucapkan terima kasih untuk kepedulianmu, tapi..."

[Tapi?]

"Aku tidak khawatir mengenai uang. Setelah orang tua kita berpisah - aku berjanji kepada bibi kita."

Bibi - adik perempuan dari ayahku.

Penanggung jawab kami sekarang.

"Aku berkata padanya bahwa aku akan mendapatkan uang sebagai seorang novelis, dan memakai uang itu untuk tetap hidup mandiri."

[――――――--]

Mata Sagiri terbuka lebar.

Meskipun... aku tidak ingin mengatakan hal ini kepadanya.

Ini adalah sesuatu yang terjadi setahun sebelumnya, setelah orang tua kami pergi.

Setelah itu, aku berjanji kepada penanggung jawab kami.

Ada lanjutannya, tapi singkatnya, ini adalah apa yang kujanjikan:

1. Jangan menyerah dalam bekerja atau belajar, dapatkan beberapa prestasi.

2. Memikirkan cara untuk memperbaiki situasi Sagiri.

Ini adalah syarat agar aku bisa hidup seperti sekarang ini. Syarat untuk kami agar bisa hidup 'sesuai dengan keinginanku'. Jika aku gagal menjalankannya, kami mungkin akan hidup 'sesuai dengan keinginan bibi kami.'

Sekarang ini, aku tidak bisa untuk berpisah dari Sagiri. Meski bibi kami juga mencoba yang terbaik - dia pasti akan memaksa Sagiri untuk keluar.

Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi. Tidak akan.

Karenanya, dimulai dari tahun kemarin, aku memfokuskan diriku dalam hal pekerjaan dan pelajaran. Sekarang, aku tidak akan membiarkan situasi diriku kembali lagi seperti sebelumnya.

Itulah kenapa aku khawatir.

[...Nii, kau juga berjanji kepada bibi.]

"Kau berkata 'juga'... Jadi kau juga..?"

[Ya. Syarat untuk melanjutkan pekerjaan sebagai seorang ilustrator.]

Aku paham. Sekarang aku ingat. Bagaimana bisa seorang gadis SMP diizinkan bekerja tanpa didampingi oleh orang dewasa?

...Mari lihat...dengan kata lain...Tidak, sekarang tidak apa-apa, aku bisa menanyainya nanti.

"Begitukah? Aku tidak berniat untuk bertanya apa yang kau janjikan... tapi apakah disisimu semuanya baik-baik saja?"

[Ya, tidak masalah.]

"Baiklah kalau begitu ― berarti sekarang masalahnya ada padaku yah."

Menjaga situasiku yang sekarang sebagai seorang novelis.

Jika aku tidak bisa menerbitkan buku dalam setahun - aku bertaruh bahwa itu berarti aku gagal memenuhi persyaratan.

[Apa yang sebaiknya kita lakukan...?]

"Uhm~"

Apa yang akan dilakukan oleh penulis lainnya ?

Aku sukses mempertahankan pekerjaanku selama setahun, tapi sekarang pendapatanku kemabli menjadi 0.

[Bagaimana kalau pindah ke penerbit yang lain? Bisakah kita mempercepat prosesnya?]

Adalah Sagiri yang menyampaikan ide ini.

"Ini... maksudmu... 'pindah kerja'?"

[Ya. Bagaimana ?]

"... AKu belum pernah melakukan itu sebelumnya."

Kenyataannya, aku juga tidak berencana untuk menunggu sampai aku mati. Tapi aku tidak memiliki ide harus melakukan apa.

Normalnya, jika aku kenal seseorang dari penerbit yang lain, aku bisa meminta mereka untuk mengatur pertemuan dengan seorang editor - atau menggunakan koneksiku untuk mendapatkan tempat yang lainnya.

Itu saja yang bisa kupikirkan.

"Aku tidak kenal seorang pun dari penerbit yang lain... apa yang sebaiknya kulakukan..."

Tok tok

"Serahkan saja kepadaku!"

Di saat yang kritis ini, sebuah suara yang familiar datang.

"Wow!?"

[Wah!]

Sagiri dan diriku berpaling ke arah suara itu - balkon.

Disana, dengan tangannya yang menyilang di depan dadanya ada seorang gadis cantik dengan pakaian lolita, Yamada Elf-sensei.

*[―――――――--]*

Ketakutan, cepat-cepat Sagiri berlari ke ranjang dan bersembunyi di dalam selimut.

Meski mereka sudah pernah bermain game bersama-sama seeblumnya, dia masih tetap takut kepada orang asing.

Aku berpaling ke gadis yang baru saja mengendap-endap ke balkon rumahku.

"Kau, bagaimana bisa kau..."

Kupikir dia masih ditahan oleh editornya.

"Aku Yamada Elf! Aku sudah kembali dari dungeon yang gelap!"

Elf sesumbar.

Aku hanya bisa memandanginya dengan bingung.

"Izumi Masamune... apa kau terkejut karena melihatku berada di sini?"

"Kau... sudah menyelesaikan naskahmu?"

"Selesai! Aku ingin cepat-cepat kembali kerumah, jadi aku menulis secepat yang kubisa! Tapi editorku masih membuatku menjadi tahanan rumah! Aku sudah mengatakan kepadamu untuk datang dan menyelamatkanku! Aku bahkan mengirim e-mail! Kenapa kau tidak datang?"

"Kenapa...? Karena aku juga ingin membaca bukumu yang selanjutnya."

"Tuan putri menunggu sang pangeran untuk datang dan menolongnya! Apakah kau tidak mau sebuah ciuman dari tuan putri?"

"Tidak! Siapa itu tuan putri? Ah, Selamat untuk naskahmu."

"Terima kasih - matamu! Ah sungguh! Baiklah, mari kembali ke topik!"

Elf menunjukku dengan satu jarinya:

"Masamune, Eromanga-sensei - sepertinya kalian berdua memerlukan pertolonganku!"

"Apa?"

"Kuh... respon yang lambat sekali! Dengan bantuan dari Yamada Elf sang novelis yang super genius dan cantik, mengirimkan naskahmu ke seorang editor itu gampang sekali!"

"Sungguh, Yang Mulia??"

Dengan cepat aku berlutut didepan Elf dan memegang tangannya.

Mungkin dia masih kesal, mukanya sedikit merah.

"Iya...iya...meski aku hanya bisa menjanjikanmu sebuah kesempatan..."

"Itu sudah cukup Yang Mulia! Terima kasih! Terima kasih banyak...!"

Aku sangat bahagia sampai airmataku mulai mengalir.

"Yang Mulia, hari ini kau terlihat lebih cantik dari biasanya! Kau bersinar!"

"Hei, sudah cukup untuk pujiannya. Jangan memanggilku yang mulia lagi. Benar bahwa aku yang memulai itu, tapi mendengarmu mengatakan itu membuatku merasa jijik."

Kau benar-benar belebihan - tapi kali ini aku akan memaafkanmu.

Aku benar-benar harus berterima kasih kepada Elf untuk saran ini.

Sekarang, aku mempunyai cara untuk kami berdua, kakak dan adik agar bisa hidup bersama.

Dia bisa memintaku melakukan apa saja yang dia inginkan, aku tidak akan keberatan.

"Katakan...Elf-sama. Sebagai balasannya, diantara hatiku dan tubuhku, yang mana yang kau suka?"

"Hentikan, itu menjijikkan!"

Elf melepaskan tanganku.

"............................."

Sepertinya aku tidak bisa meniru gerakan ini dari Megumi.

Tiba tiba, entah mengapa, Sagiri.......

[Hmph hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh―-! Hmppppppppppppppppph――――――――――--!]

Masih sembunyi di dalam selimut, dia mulai memukuli kasur.

"...Sa, Sagiri? Ada apa ?"

[Kau masih perlu untuk bertanya? Idiot! Tidakkan kau sadar apa yang telah kau lakukan?]

Tidak peduli seberapa hebat aku dalam menerjemahkan bahasa 'memukul kasur'nya dia, aku tidak bisa memahami kenapa dia marah.

* * * * *

Keesokan harinya, sepulang sekolah.

Elf dan aku berjalan berdampingan menuju ke penerbit di Iidabashi.

Itu bukanlah seperti aku ingin pergi ke penerbit Fulldrive-nya Elf, -- tapi aku perlu untuk pergi ke penerbitku terlebih dahulu.

Kemarin, setelah Elf menelepon beberapa kali, dia memberikan teleponnya kepadaku.

[Aku memahami keadaanmu. Akan tetapi, sebelum mengirimkan naskahmu, tolong temui editormu yang sekarang terlebih dahulu.]

Tidak ada hal lain yang bsia kulakukan setelah mendengar itu.

Yah, Aku akan berpindah ke penerbit lainnya, adalah hal yang normal kalau aku setidaknya memberitahu Kagurazaka-san.

Yup, benar-benar bisa dimengerti.

Karena aku perlu untuk menerbitkannya secepat mungkin, sekarang aku sedang dalam perjalanan untuk bertemu dengan editorku.

"...Meskipun aku sendiri saja yang pergi sudah cukup, kenapa kau ikut ?"

Pakaianmu terlalu menarik-perhatian.

Omong-omong, hari ini Elf mengenakan pakaian lolita merah yang tidak seperti biasanya. Aku penasaran jika dia memiliki maksud tersembunyi.

Elf berjalan disampingku dan berkata:

"Aku ikut karena aku khawatir kepada dirimu."

"Khawatir, kenapa? Aku hanya pergi untuk menjumpai editorku."

"Aku berfikir bahwa situasinya tidak akan semudah itu - yah, setidaknya itu adalah apa yang dikatakan oleh kakak laki-lakiku."

"Apa? Kakak laki-lakimu? Siapa?"

"Kau berbicara dengannya kemarin. Dia adalah editorku yang sekarang."

"Apa? Orang dengan suara tak berjiwa itu adalah kakakmu?"

"Yup."

"Sungguh? Bagaimana bisa kebetulan seperti ini terjadi? Kakak dan adik bisa bekerja sama...."

"Itu tidaklah spesial. Dan kau tidak berhak mengatakan itu kepadaku."

Hmmm....

Mungkin itu bukanlah sebuah kebetulan. Karena kakak Elf berkerja di Fulldrive, dan Elf datang untuk bekerja disana.

Karena kehidupannya yang benar-benar santai, aku selalu heran orang tua seperti apa yang dimilikinya. Dan kakaknya juga terdengar baik...bagaimana bisa adik perempuannya berubah menjadi seperti ini ?

Namun demikian - meski aku masih memiliki keraguan mengenai keluarga Elf, aku diam. Itu topik yang sensitif, dan aku juga tidak mau orang lain menanyakan hal itu kepadaku.

Tapi dia...dia terus berbicara non-stop tentang apapun yang dia suka.

"Selama aku ada di sini untuk mendukungmu, kau akan baik-baik saja. Cepatlah berterima kasih kepadaku."

"Tentu saja, terima kasih banyak."

Aku merasa sangat lega ketika aku tahu bahwa seseorang khawatir terhadapku.

"Begitukah....bagus! Ah, um... jika kita dapat menyelesaikan ini dengan cepat, bisakah kita singgah ke suatu kafe? Aku mau sepotong kue! Kau harus menemukan satu tempat yang cocok dengan seleraku...Ah, lihat, ada satu didepan kita! Kebetulan! Ah ― tidakkah kau berfikir ini seperti sebuah kencan? Tidakkah kau merasa terhormat? Haha, ini tidak bisa dihindari huh ~ kau masih remaja yang sedang tumbuh! Dapat dipahami bahwa kau akan memikirkan hal-hal lain! Meskipun ini benar-benar bukanlah sebuah kencan, tapi aku akan membiarkanmu membayangkannya seperti itu."

Elf terlihat senang sekali.

Untuk membuang waktu, kami mengunjungi restoran kafe itu.

Di dalam, mereka sedang memutar musik klasik. Perabotannya telihat mewah, sehingga tidak membuat pakaian Elf menjadi pusat perhatian. Semua menunya ditulis dalam bahasa Inggris, dengan harga yang menyakitkan.

Biarkan aku yang membayar. Bagaimana bisa aku membiarkan seorang gadis yang lebih kecil dari adikku untuk membayar?

Aku berencana untuk mengatakannya, tapi...

"...Kau, bukankah kau mengatakan bahwa kau akan men-traktirku?" aku bertanya.

"..........Tidak."

"Sebuah hukuman karena kekurangan uang! Lagipula aku tidak dapat membaca menunya, kau pesanlah apa saja yang kau suka."

"Ha? Novelis seperti apa dirimu itu? Kau berani menyikapi kebaikanku dengan cara ini - omong-omong, aku ini mahir dalam delapan bahasa."

"Sungguh? Sehebat itu?" aku bertanya.

Karena dia mempunya rambut pirang dan mata yang berwarna biru, itu normal jika dia akan fasih dalam bahasa inggris. Tapi aku tidak pernah menyangka dia sehebat ini.

...Apakah ini gadis yang sama dengan yang gagal dalam menjawab pertanyaan matematika SD ?

"...Apakah kau termasuk ke dalam jenis level tinggi, 'wanita kelas atas'?"

"Aha? Kenapa, apa kau penasaran? Ehehe."

Elf menaruh tangan didepan mulutnya dan tertawa.

Tindakan ini, dan temperamen ini, bukanlah sesuatu yang bisa dilatih dalam waktu semalam.

DIa mengangkat satu jarinya, menutup satu mata dan berkata:

"...Itu adalah rahasia para gadis. Jika kau ingin mengetahuinya juga...ehehe, maka tingkatkan hubunganmu denganku."

"Aku masih tidak tahu apa yang harus kulakukan mengenai itu."

"Apa yang kau katakan?"

Beberapa menit kemudian ―

Saat kue tiba, kami sedang bercakap-cakap (kebanyakan Elf yang berbicara).

Tiba-tiba, Elf mengatakan nama yang terlarang:

"Blu-ray Pedang Fantasi musim kedua - aku penasaran seberapa banyak itu akan terjual?"

Pedang Fantasi adalah singkatan, nama tidak resmi dari 'Legenda Fantasi Pedang Iblis' nya Senju Muramasa.

Elf melanjutkan "Omong-omong, menurut pendapatku, itu tidak akan terjual sebagus seperti musim yang pertama, Ditambah lagi, si penulis terlihat sepertinya dia belum terbiasa ―"

Aku berbicara dengan nada tidak sabar:

"Kau memulainya dengan penjualan ya?"

Dan tentang sebuah novel dari penulis yang lainnya.

"Kau pastilah sangat menyukai mereka."

"Huh? Maksudmu kau tidak tertarik?"

"Tidak."

"Tidakkah kau pikir itu menyenangkan untuk membandingkan penjualanmu dengan novelis lainnya?"

"Tidak."

Aku mengulangi jawabanku sebelumnya.

Percuma saja membandingkannya dengan orang itu.

Dari awal, aku tidak tertarik dalam hal perbandingan penjualan, atau yang lainnya.

"Kupikir itu lebih menarik untuk membaca surat penggemarmu."

"Begitukah? Itu jarang. Tapi kupikir bahwa membandingkan penjualan itu memiliki pesonanya tersendiri."

Sekali lagi dia menyatakan dirinya sebagai perwakilan yang sempurna dari seorang novelis.

"Dalam rapat naskah animeku, produser selalu berkata 'Musim ini kelihatannya menjanjikan','Bagus! Kami menyambut novel ini! Penjualannya akan bagus!' atau 'Anime itu payah, sepertinya dibuat oleh sekelompok amatiran atau sesuatu'. "

"Bisakah kau tidak menggangguku dengan cerita dibalik layar itu?"

"Kenapa kau marah? Ah, mungkinkah karena kau termasuk tipe yang 'malu dengan hasil penjualanmu sendiri'? Um, Aku bisa mengerti kenapa - bukanlah hal yang menyenangkan jika kau tetap kalah ketika sedang memainkan game yang paling menarik di dunia."

"Pekerjaan itu seperti permainan" -- seperti yang diharapkan dari Elf.

Seorang novelis memiliki banyak aspek lain yang lebih menarik dan penting daripada pekerjaan mereka.

Mungkin itu tidaklah seperti kalau dia tidak mengerti.

Lalu kenapa dia tetap membicarakan hal-hal yang kubenci?

Tetap saja...adalah hobiku yang baru untuk menggodanya.

"Dalam kasus ini, kau adalah tipe 'tsundere[3] dengan pembacanya', benar kan?"

"A, apa maksudnya itu?"

Aku menunjukkan senyum jahatku kepadanya dan meniru nada bicaranya:

"Jangan salah paham. Aku hanya tertarik kepada hal penjualan dan pujian. Para pembaca dan semua sisanya adalah pelayanku."

Dengan cepat Elf memerah.

"Jangan, jangan mengatakan sesuatu yang aneh! Tsun- tsundere...! Bagaimana bisa aku termasuk kedalam tipe itu! Hanya karena aku seorang novelis yang profesional, aku perlu untuk menjaga jarak yang sesuai dengan pembacaku! Itu bukanlah seperti aku tidak menyukai para pembacaku atau apalah itu! Jangan salah paham!"

Benar-benar permainan yang sangat cantik...

"Oke oke. Sekarang kami sudah tahu seberapa manisnya Yamada Elf-sensei. "

"Apa! Ma...manis..."

Tiba-tiba Elf terdiam, wajahnya memerah.

"Hanya saja, ingatlah..."

Aku menyentuh meja, dan mengatakan:

"Omong-omong, Yamada Elf-sensei, Bagaimana menurutmu mengenai fakta bahwa penjualanmu tidaklah sebagus seperti seseorang lainnya?"

Kenyataannya, tidaklah baik bagiku untuk menanyakan pertanyaan itu.

Kupikir bahwa dia akan menunjukkan sejumlah respon, tapi Elf dengan bosan menjawabnya:

"Hm...sia-sia saja jika membandingkannya dengan orang itu."

"Apa maksudmu?"

"Maksudku bahwa kita tidak perlu membandingakn diri kita dengan dia...dia...bagaimana aku mengatakannya....agak susah dijelaskan dengan kata-kata...lagipula, aku bertaruh bahwa dia tidak merasa senang ketika bekerja, seperti kita. Itu adalah apa yang kurasakan."

"aku tidak yakin jika aku mengerti apa maksudmu...tapi kau terdengar seperti kau sudah pernah bertemu dengan Muramasa-sensei."

"Belum pernah, tapi aku sudah membaca bukunya."

Elf meletakkan tangannya di satu matanya, lalu membuka itu seperti gunting, dan berkata:

"-- Kemampuan Mata Dewaku dapat melihat apa saja di dunia ini. Aku bisa memahami orang seperti apakah dia hanya dari membaca bukunya."

"..................."

Meski kemampuan yang Elf katakan tadi itu omong kosong, aku merasa ada sedikit kebenaran dari kata-katanya tadi.

"Sebagai contoh...Masamune, jika penjualanmu lebih rendari dariku, dan para pembaca mengatakan bahwa novelnya Elf-sensei lebih bagus dari novelmu... "

"Contoh buruk macam apa itu?"

Dengan cepat aku menyanggahnya sebelum dia menyelesaikan perkataannya. Memikirkannya saja sudah membuatku kesal.

"Um ~ dan kemudian?"

"...Kau kesal...kau menolak menerima itu... kau tidak bisa menulis sampai kau memperbaiki itu...kemungkinan..."

Apa sih yang sedang kau bicarakan? Aku hanya bisa memandanginya ―

Elf membungkuk kedepan dan memberikanku senyum yang cerah:

"Jadi kukatakan, aku menyukaimu!"

"........................."

...........................................

Aku dan Elf berkedip.

Wajah kami sangat dekat sampai hidung kami hampir bersentuhan. Kami memerlukan beberapa detik sebelum kami bisa menjawab.

"Ack!"

Elf memerah. Bahkan lehernya berubah menjadi merah.

Dia dengan cepat mundur dan mengibaskan tangannya:

"Aku, aku tidak bermaksud seperti itu!"

"Iya iya......"

"Baru saja...maksudku...aku menemukan bahwa penolakan yang berasal dari lubuk hati seseorang itu sangat menarik!"

Elf menepukkan kedua tangannya dan tertawa:

"Ah ~ kau pasti sangat marah ~ mungkin sampai menggertakkan gigimu, kan? Hanya memikirkan itu saja membuatku ingin tertwa non-stop!"

Kepribadiannya benar-benar sangat bagus.

Mendengar dia berbicara dengan sangat jujur membuatku merasa senang.

"Tapi Muramasa itu - tidak seperti kita! Sama sekali tidak seperti kita! Sejujurnya, orang itu tidak peduli apakah hasil penjualannya tinggi atau tidak, anime-nya terkenal atau tidak. Dia tidak akan membuka kelopak matanya bahkan jika kau menyombong didepan mukanya - percuma saja membandingkan dirimu dengan seseorang yang membosankan seperti itu."

Apapun yang kau lakukan, jangan membandingkan dirimu dengannya - itulah kesimpulan dari Elf.

Dia mengatakan hal seperti itu mengenai seseorang yang bahkan belum bernah dijumpainya, sangat berani.

"Omong-omong, editorku mengatakan bahwa - Muramasa-sensei itu berbeda dengan kita, atau mungkin dia tidak peduli pada dunia ini. Dan dia tidak pernah kelihangan ketenangannya, seperti seorang dewa yang abadi, dan tidak ada seorangpun yang pernah melihatnya marah."

Itu tidak menympang terlalu jauh dari apa yang Elf katakan

Senju Muramasa.

Seseorang yang lebih muda dariku, seseorang yang memiliki hasil penjualan seperti-monster.

Tiga tahun lalu, dia memberikanku sebuah luka mental, karenanya dia menjadi musuh bebuyutan Izumi Masamune.

...Seperti apakah rupa dirinya?

Yah, sia-sia saja memikirkan itu.

Kami tidak pernah bertemu selama tiga tahun, jadi aku bertaruh kami tidak akan pernah bertemu sepanjang hidup kami.

"Oke, ayo pergi."

Sudah hampir waktunya untuk bertemu dengan Kagurazaka-san, karenanya kami keluar dari kafe dan melanjutkan perjalanan kami.

"Setelah kau berbicara dengan editormu, jika semuanya lancar, kau akan menjadi anggota dari Fulldrive seperti aku."

Sebenarnya, para penulis seperti kami tidaklah punya hubungan yang dekat dengan penerbit kami. Itu hanyalah kebiasan kami untuk selalu mendatangi orang yang sama.

Tapi Elf mungkin menganggap semua dari departemen editorial itu sudah menjadi miliknya.

"Jika seperti itu, pastikan kau bergabung kedalam fraksiku. Pastikan untuk mendengarkan seniormu, oke?"

"Aku takut mengenai apa yang akan terjadi jika Elf-senpai yang hebat membuat masalah, jadi izinkan aku untuk menolaknya."

Ketika kami sedang bercakap-cakap, kami tiba di kantor penerbit.

Disitu, kami melihat sesuatu yang tidak dapat dipercaya.

"Wow...lihat."

Aku dan Elf memperhatikan.

Ada seoang gadis berpakaian kimono[4] di pintu masuk. Dia memegang tas di satu tangannya, dan peta di tangan yang lainnya. Kadang-kadang dia melihat keatas dan memandangi bangunan di depannya.

"Wow, pakaian yang benar-benar menarik perhatian."

"Kau tidak berhak mengatakan itu - apa tujuan gadis ini datang kemari?"

Sebelum aku selesai berkata, Elf sudah berjalan kearah dia.

"Hei, apa kau juga datang kemari?"

"!"

Gadis itu tiba-tiba membeku. Mungkin dia terkejut karena seseorang tiba-tiba berbiacara kepadanya dari belakang, Dan....

Thud thud thud Tasnya jatuh ke lantai.

"..Ah."

Gadis berpakaian kimono itu dengan cepat membungkuk dan mengabil barang-barangnya.

"Er... maaf."

"Apa yang kau lakukan?"

Aku tiba tidak lama kemudian, dan kami berdua membantunya mengambil barang-barangnya.

"Hm? Ini..."

Ada banyak buku catatan di dalam tasnya. Besar, kecil, tebal, tipis, sebutkan saja.

Disamping itu, ada setumpuk kertas, seperti referensi atau sejenisnya.

...Apa itu?

Ketika aku mengambil itu, aku menyadari sesuatu.

Semua kertas itu penuh dengan huruf.

Buku catatan itu mungkin juga sama.

Buku...buku catatan itu - mereka semua adalah naskah tulisan-tangan.

"Kau...seorang novelis?"

Elf bertanya.

"!"

Gadis kimono itu dengan cepat mengambil naskah itu kembali dan memengangnya di dadanya.

Kemudian ―

"――――――"

Matanya melebar, dai memandangi kami.

Itu memberikanku kesempatan untuk melihat wajahnya.

Sepasang mata yang besar, dan tajam.

Dan mata itu sedang fokus kearah 'aku'.

"..................."

Dia hanya memandangiku tanpa mengatakan apapun.

...Eh...apa? Ini pertemuan pertama kami, bukan? Kenapa dia melihatku seperti itu? Apa Elf membuatnya takut?

Elf mengulang pertanyaannya:

"...Ada apa? Apa kau seorang novelis?"

".............."

"Hei! Jangan memandanginya terus!"

Aku memukul kepala Elf.

"Jangan tiba-tiba mengeraskan suaramu. Lihat, kau menakutinya -- maaf."

Aku memberinya sebuah senyuman yang lembut, seperti ketika aku menghadapi adikku.

Tidak lama kemudian dia mulai pulih. Dia dengan cepat menggelengkan kepalanya, sedikit memerah.

"...Aku baik-baik saja. Sungguh memalukan. Terima kasih karena sudan membantuku untuk mengambilnya."

Sebuah suara yang sangat keras dan tegas.

Dia terlihat lebih muda dariku...mungkinkah bahwa sebenarnya dia lebih tua dariku?

"Seharusnya kami yang perlu meminta maaf―"

Sebelum aku dapat melanjutkan...

"Ahahaha ~ aku mengerti! Kau adalah seorang pemula yang datang kemari untuk menyerahkan bukumu yang baru bukan? Sebuah peta dan naskah di setiap tangan, tidak salah lagi. "

Elf menyela.

Sebenarnya, aku setuju dengannya.

Novelis yang mengirimkan naskah tulisan-tangan sekarang ini sudah punah. Karena dia kelihatannya tidak mengerti, tidak diragukan lagi gadis ini adalah seorang pemula.

"Kau pasti datang kemari dari pinggiran kota tanpa membuat janji dengan harapan untuk menemui editor yang akan membaca bukumu! Pasti begitu! Kadang-kadang aku bertemu dengan pemula sepertimu! Dengarkan aku, penerbit tidak peduli siapa penulisnya. Aku bertaruh mereka akan langsung menendangmu keluar jika kau masuk kedalam sendirian."

Itulah kenyataannya.

Menjadi seorang novelis tidak memerlukan hal khusus, siapa saja bisa melakukannya. Jujur saja, bahkan anak SD bisa menjadi seorang novelis.

Tapi jika kau ingin mendapat pekerjaan, maka kau memerlukan 'keahlian menulis', 'koneksi' dan 'keahlian komunikasi.'

Kau membuktikan kemampuanmu ' yang sebenarnya' dengan menunjukkan sebuah naskah yang sudah selesai. Dengan menunjukkan sebuah anime yang berdasarkan dari bukumu. Dengan menunjukkan sebuah penghargaan yang kau dapatkan. Dengan menunjukkan ceritamu di internet -- sesuatu seperti itu.

Tanpa itu, kau bahkan tidak akan bisa bermimpi untuk mendapatkan pekerjaan. Dan bahkah jika kau mendapatkan satu, kau tetap bisa menjadi sepertiku, dan memperoleh 'diterbitkan setahun kemudian.

Jadi, meski sangat disayangkan, tapi kesempatan gadis ini mendekati 0.

Di saat aku sedang memikirkan hal-hal itu, Elf melanjutkan:

"Tapi kau beruntung karena bertemu denganku. Izinkan aku untuk menemanimu."

"Hei, hei, dengarkan..."

Kenapa kau terdengar seperti kaulah bosnya? Kau bahkan tidak punya koneksi dengan penerbit ini.

Disamping itu, kami berada di sini untuk membicarakan mengenai 'kepindahanku ke penerbit lain'.

Mendengar Elf mengatakan itu, gadis kimono itu melihat ke gedung, lalu ke arah kami.

"Kalian berdua adalah...novelis?"

"Yup ~"

Elf membusungkan dadanya.

"Jadi...apakah kau...menerbitkan bukumu...di sini?"

"Aku menerbitkan bukuku di penerbit lainnya! Apakah kau tahu Yamada Elf-sensei? Tentu saja kau tahu!"

Kupikir kau sebaiknya membuang itu.

Tentu saja aku tahu! Novelis jenius ― ah, mungkinkah...!

Hm hm, itu adalah aku!

Kau ingin pamer seperti itu, benar kan?

Gadis kimono itu terdiam sesaat lalu dengan perlahan menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak tahu."

".....Eh?"

Aku sangat ingin merekam ekspresi Elf yang sekarang.

"Baru saja...baru saja...apa yang kau katakan?"

Dia mencoba bergantung kepada harapan yg kecil, tapi yang dia dapatkan sebagai balasannya adalah ―

"Aku tidak kenal seseorang dengan nama itu."

"―――"

Elf terlihat sangat terguncang.

"Pfffff!"

Aku tidak bisa menahan tawa dan menepuk punggung Elf:

"Dia berkata dia tidak mengenalmu! Kelihatannya penulis laris tertentu kehilangan semua harga dirinya, ahahahaha!"

"Kuh...diam! Diam!"

Elf memelototiku.

Kemudian dia berpaling ke gadis kimono, dan memasang sikap tenang untuk memperkenalkan dirinya:

"Aku adalah novelis cantik dan super jenius, Yamada Elf! Ingatlah aku dengan baik!"

"..........................."

Gadis lainnya tidak merespon.

"Kuhhhhhh....reaksi yang sangat lambat."

Kau pikir bahwa seluruh dunia mengetahui dirimu?

Imajinasi itu baik, tapi kenyataan selalu kejam.

"Tidak peduli seberapa terkenalnya dirimu, dia tidak tahu ― jadi jangan khawatir."

Gadis kimono mengangguk tanpa mengatakan apapun.

Elf mendekatkan wajahnya ke gadis itu:

"Tidak membaca bukuku itu seperti menyia-nyiakan berkah dari surga! Itu akan dibuat ke dalam anime, dengan alur yang super super super sempurna, kau harus menontonnya! Menontonnya! Kemudian agungkan namaku!"

"Jika sebagus itu maka aku juga ingin membacanya. Bisakah kau mengatakan kepadaku nama novelnya?"

"Api dari Dark Elf[5]! Bagaimana? Keren bukan?"

Elf berkata dengan gembira.

"......."

Gadis lainnya hanya memiringkan kepalanya...dan tiba-tiba menepukkan tangannya.

"Aku juga punya buku itu!"

"Itu artinya kau sudah membacanya! Bagaimana bisa kau tidak mengenal diriku?"

"Karena......"

"Karena apa? Jawab!"

"Oke sudah sudah, ayo jalan."

Aku menyela masuk dengan tujuan untuk melindungi seorang novelis (masa depan) dari Elf.

"Hmmm."

Elf menyilangkan tangannya di dada.

Sedangkan gadis-berpakaian kimono melihat kebawah―

"Karena..."

Dia membisikkan sesuatu.

"―――――――'

Kerongkonganku membeku.

Suaranya sangat kecil, normalnya tidak seorangpun bisa mendengarnya.

Tapi aku sudah terbiasa dengan cara berbicara adikku, jadi itu bukanlah masalah besar.

Barusan...aku mungkin salah mendengar itu...bukan?

Diwaktu yang sama, Elf menepuk dahinya dan membuat kesimpulan:

"Lupakan saja! Tidak peduli seberapa bagusnya sebuah novel, tetap ada orang yang membacanya tanpa memedulikan siapa penulisnya! Maka biarkan aku memberitahumu tentang kehebatanku! Ayo jalan."

Elf pulih dan menarik kami ke pintu masuk.

* * * * *

Jadi, setelah beberapa kehebohan, kami menarik gadis kimono itu kedalam.

Setelah mengambil kartu, kami memasuki elevator.

Pemberhentian kami yang berikutnya adalah lantai ke-14, dimana departemen editorial berada.

Omong-omong, Elf tetap membanggakan dirinya kepada si gadis kimono.

Dia berbicara mengenai bagaimana penjualannya bisa lebih dari dua juta, bagaimana novelnya akan segera dibuat menjadi anime, bahwa dia sudah seperti seorang idol...

"Kau paham? Penjualan adalah daya serang seorang novelis! Punyaku adalah 2,3 juta! Mengagumkan? Mengagumkan bukan? Apakah kau memahami kehebatanku sekarang?"

Sejujurnya, jelas sekali Elf memandang rendah gadis itu.

"Sudah sudah, kau mengganggunya."

"Diamlah, daya serang 220,000! Penjualanku 2 juta, kau harus mendengarkan apapun yang kukatakan, mengerti? Itu kenyataannya bahwa ada lebih dari satu juta penjualan diantara kita, paham!? Ok?"

"............................"

Tolong, bisakan seseorang membuat dia diam...?

Aku tersenyum tipis kearah gadis kimono.

"Maaf, biasanya dia tidak seperti ini... Hari ini dia agak sedikit aneh."

Si gadis menggelengkan kepalanya.

"Aku mendengar sesuatu yang menarik."

"....?"

Apa yang dikatakan gadis ini?

Awalnya kupikir dia adalah gadis yang dewasa, tapi sekarang sepertinya aku salah.

Sejak awal, gadis ini tidak memedulikan omong kosong Elf. Dia terlihat seperti sedang berfikir mengenai sesuatu hal. Bahkan ketika aku berbicara dengannya, aku hanya mendapatkan respon sekali dari tiga kali percobaan.

"....................."

Ketika aku mendapatkan inspirasi, aku juga tidak dapat mendengarkan perkattan orang lain, jadi aku sungguh tidak berhak mengatakan hal itu.

Bahkan aku pernah sekali mengabaikan adikku karena alasan yang sama. Kebiassan burukku ini tidak bisa diobati.

Jadi gadis ini, yang mungkin saja seorang penulis pemula - dia pasti sedang berfikir keras. Sama sepertiku.

Sebuah perasaan intim yang aneh muncul diantara kami berdua.

Pada momen itu, Elf menyela masuk:

"Wow... apa yang kalian berdua lakukan, saling menatap satu sama lain seperti itu? Kau menyukai gadis yang seperti ini? Benar-benar.... "

Tap tap tap tap! Elf terus menekan tombol handphone dia sambil mengejekku.

"Apa yang kau lakukan?"

Aku melihat kearah Elf dan membaca apa yang sedang dia tulis―

[Masamune akan mengambil keuntungan dari seorang penulis pemula.]

Aku memukul kepalanya.

"Itu sakit! Apa yang kau lakukan?"

"Jangan mengarangnya! Apa yang kau tulis?"

[Aku sedang berkencan dengan Izumi Masamune-sensei.]

"Kau idiot! Apa yang akan kau lakukan jika Sagiri melihat ini dan menjadi salah paham?"

"Dia sudah menolakmu, bukan? Apa masalahnya?"

"Masalah yang sangat serius, faktanya! Aku ingin menjaga image diriku sebagai kakaknya tetap utuh!"

"Tidak apa-apa. Kau sudah tidak bisa diobati."

"Tidak, itu salah!"

Omong-omong―

Aku tidak berencana untuk membiarkan gadis kimono ini memperkenalkan dirinya.

Dia terlihat takut, ditambah lagi aku belum memperkenalkan diriku.

Dari hasil yang didapat Elf tadi, aku bisa melihat apa yang akan terjadi jika aku memperkenalkan diriku.

Jika dia berkata 'Izumi Masamune? Siapa itu?' - ah, itu sangat menyakitkan.

Selain itu ―

Ketika Elf menanyakan pertanyaan 'bagaimana bisa kau tidak mengenalku' kepada dia, jawaban yang dia bisikkan...

Dengan suara yang pelan, dan sangat sedih ―--

―karena itu membosankan.

Diam-diam aku memandanginya.

"Maaf membuatmu menunggu ~"

Pada ssat ini, editorku, Kagurazaka-san tiba.

"Aku membaca e-mailmu, kau berkata kau berencana untuk pindah ke penerbit lain, benar kan? Ah, tidak tidak tidak tidak, jangan lakukan itu! Outline yang kau serahkan waktu itu sangat bagus! Masa depannya terlihat cerah! Kita sudah sangat lama bekerja bersama-sama!"

Seperti yang diharapkan dari si Malaikat maut. Dia berencana untuk menghabisiku sebelum aku bisa mengatakan apapun.

"......................."

Aku hanya bisa berdiri disana, tertegun.

Disebelahku, mata Elf juga melebar.

Kagurazaka-san mendekatiku, dan tertawa:

"Maaf, aku masih harus menjumpai sejumlah penulis terkenal lainnya. Jadi ―"

"Aku, aku ...aku juga ingin untuk tetap bekerja di sini!"

Kata-kata ku, yang berasal dari lubuk hatiku keluar.

"Tapi...! Aku...! Jangan persulit aku!"

"Eh? Apakah ada orang yang mempersulitmu?"

"Ada! Kau orangnya! Aku sekarang jadi pengangguran!"

"Tidak benar ~ Aku katakan padamu bahwa kami akan menerbitkan bukumu setahun dari sekarang."

"Ugh... setahun dari sekarang itu tidak bagus! Sudak kukatakan itu di dalam e-mail!"

Tiba-tiba, seseorang menyela:

"Oke oke oke, sudah cukup! Sudah selesai?"

Itu adalah Elf.

"Aku mengikutimu karena aku tahu bahwa situasinya akan menjadi seperti ini. Masamune, biarkan aku yang mengurusnya."

Kemudian, aku menyadari bahwa kalimat sederhana itu datang diwaktu yang benar-benar buruk.

"――――――――――――――――――――――――――-"

Jika dia tidak menyebut namaku... maka 'yang terjadi berikutnya' tidak akan terjadi.

Ada orang lain dengan kami, seseorang yang tetap berdiri disamping tanpa mengatkan apapun, tanpa sedikitpun menarik perhatian. Seseorang yang bahkan aku sendiri juga lupa.

"Eh? Yamada-sensei, kau juga ada di sini?"

Elf mengabaikan sarkasme Kagurazaka-san dan berpaling kearahku:

"Oke? Masamune, sepertinya perasaan terhadap waktu si perempuan tua ini tidak sama seperti kita para remaja. Orang-orang berkata bahwa semakin kau bertambah tua, hidupmu sepertinya juga semakin bertambah pendek. Jadi setahun itu seperti satu kedipan saja bagi perempuan tua ini, tidak seperti setahun bagi kita. Itulah kenapa mereka bisa menyuruhmu untuk menunggu setahun. Singkatnya - campakkan saja dia. Jika kau ikut denganku, kau akan memiliki seorang penulis senior yang cantik dan baik di perusahaan. Novelmu akan diterbitkan segera setelah kau menyelesaikannya. Kau akan memiliki rekan-kerja yang bisa diharapkan untuk membantumu menegosiasikan deadline, membantumu membeli blu-ray anime dengan diskon, dan kau bahkan mungkin akan memiliki seorang pacar yang yang lebih muda."

Terdengar seperti suatu iklan yang mencurigakan.

"...Bagian 'senior yang lebih muda' itu menarik untukku."

Hm...memanggilmu dengan panggilan Elf-senpai huh...

"Di penerbit ini, aku adalah yang paling muda, jadi semua senior dan juniorku lebih tua dariku. Bisa mempunyai 'senior muda' itu seperti mimpi."

"Benar juga, disisiku juga memiliki banyak pekerjaan -- tapi beberapa masih tetap meminta lebih. Ini benar-benar lebih rumit dari kedengarannya."

Sungguh? Dunia benar-benar tidak adil.

"Lagipula, apa yang ingin kukatakan adalah: Tidak peduli apa pilihanmu, pilihanmu yang lainnya tidak akan menghilang begitu saja. Hal yang paling penting untukmu adalah - kau masih mengingat mimpimu, bukan?"

Elf tersenyum lembut.

...Ya. Itu benar

Apa yang ingin kulakukan. Apa yang harus kulakukan.

Apa yang sebenarnya kuimpikan.

Aku hanya perlu untuk mengatakan itu kepada editorku dengan jelas ―

Bukankan karena itu sehingga aku datang kemari?

"Kagurazaka-san."

"hm? Iya?"

"Aku harus menerbitkan novel itu ditahun ini tidak peduli apapun itu."

Itulah kenapa...

" ― Kuharap kau bisa memberikanku jawaban yang serius."

Aku membungkuk dengan sungguh-sungguh.

Aku tahu apa yang kukatakan benar-benar tidak kupikirkan dengan matang, tapi kuharap aku bisa bergantung kepada itu untuk menolongku mendapatkan kesempatan diskusi yang serius dengan seorang dewasa.

"Izumi-sensei. Biarkan aku menyelesaikan perkataanku dulu. Jangan memperlakukanku seperti orang yang jahat."

"Eh?"

"Kemarin, setelah aku membaca e-mailmu, aku juga mencoba memikirkan suatu jalan untuk menolongmu. Akhirnya --"

Eh? Kenapa suasananya tiba-tiba berganti?

"Dan?

"Ahaha, kau bebas berterima kasih kepadaku! Aku punya sebuah kesempatan yang spesial untukmu."

Kagurazaka-san tertawa seperti dia sedang memberkatiku dan dia menunjukkan sesuatu..

"Lihatlah~! Departemen editorial sudah memutuskan untuk mengadakan 'Turnamen Dunia Light Novel'."

Ada setumpuk kertas yang banyak.

"Turnamen Dunia Light Novel[6]?"

Elf dan aku mengulangi itu. Kagurazaka-san tertawa:

"Ya! Dengan tujuan untuk memberikan penulis muda sebuah kesempatan, kami berencana untuk menerbitkan beberapa cerita pendek di dalam sebuah majalah. Lalu para pembaca akan melakukan voting untuk menentukan cerita mana yang akan diterbitkan sebagai sebuah light novel!"


"Bagaimana, Izumi-sensei? Tertarik untuk mencobanya?"

Kagurazaka-san menyerahkan kepadaku tumpukan kertas itu.

Isinya adalah ―

Peraturan Turname Dunia Light Novel

1. Syarat untuk mengikuti: Hanya kepada yang telah memulai debutnya selama dua tahun ini. Tidak memiliki novel apapun yang sudah dibuat kedalam anime.

2. Jumlah peserta: 5 orang.

3. Cerita pendek akan diterbitkan di light novel bulanan Jump dari Juli sampai Oktober.

4. Cerita yang diterbitkan: cerita pendek (kurang dari 60 halaman).

5. Bayaran: ¥2.500 per halaman (minimal 400 kata).

6. Metode seleksi : Sebuah polling pembaca akan memutuskan siapa pemenangnya. Hasilnya akan diumumkan dengan segera di situs web.

7.Catatan untuk editor: Karena waktu kita terbatas, bergegaslah dan pilih seorang peserta.

8. Cerita yang menang bisa diubah menjadi sebuah novel dan diterbitkan dibulan September.

Itulah yang tertulis di halaman pertama. Diikuti dengan lima baris kosong untuk menulis namamu.

Sudah ada tiga nama novelis muda (yang aku kenal) tertulis disana.

Artinya tinggal tersisa dua slot lagi - disamping itu...

"Dikatakan bahwa... cerita yang menang bisa diubah menjadi sebuah novel dan akan diterbitkan dibulan September."

"Ya. Tiga bulan setelah hasilnya keluar, kami bisa menerbitkanya dibulan September. Tentu saja royaltimu akan sama. Sebenarnya, karena ini ditujukan untuk pemula, Izumi-sensei tidak diperbolehkan untuk ikut - tapi aku meminta sebuah pengecualian karena kondisimu."

Cara dia mengatakannya seperti aku berutang budi besar kepadanya untuk ini, tapi aku tidak peduli.

"Singkatnya, aku perlu untuk mengikuti ini dan menang...."

"Benar. Lalu kau bisa 'mendapatkan sebuah prestasi sebagai seorang novelis' seperti yang kau katakan."

Aku mungkin tidak akan bisa meyakinkan bibiku dengan jumlah royalti saja ―

Tapi jika aku bisa mendapatkan sebuah prestasi...

"...Oke!"

Jiwaku segera membara, tanpa ragu aku menulis namaku disitu.

Oke! Itu sudah cukup..! Selama aku menang di sini..aku dapat melanjutkan hidup bersama Sagiri, melanjutkan bekerja dengan Eromanga-sensei.

Kagurazaka-san mengambil kertas yang sudah berisi namaku itu.

"Bagus. Izumi Masamune-sensei sudah memutuskan untuk bergabung dalam Turnamen Dunia LIght Novel! Selamat berjuang!"

"Terima kasih...terima kasih, Kagurazaka-san!"

Aku menggenggam tangan editorku dengan erat.

Omong-omong, Elf memakai kesempatan ini untuk melemparkan tatapan tajam kepadaku:

"Masih terlalu cepat untuk dirayakan! Kau masih punya empat lawan, setidaknya tunggulah sampai kau mengalahkan mereka."

"Siapa peduli! Aku tidak takut terhadap apapun."

Aku tahu bahwa aku bisa melakukannya.

"Karena ini adalah 'langkah pertama dari mimpi kami'."

Ini adalah sesuatu yang Eromanga-sensei dan aku buat, aku menaruh banyak keyakinan di dalamnya.

"Aku akan menang! Pasti!"

"Tidak, kamu tidak akan."

Sebuah suara yang tajam memotong perkataanku.

" ――――-!?"

Elf, Kagurazaka-san, dan aku berpaling kearah si pembicara.

Itu adalah ―

"Izumi Masamune-kun. Mimpimu tidak akan pernah terwujud - tidak, aku tidak akan membiarkan itu menjadi kenyataan."

Si gadis kimono mentapku dengan serius.

Karena dia memiliki penampilan yang cantik, dan sempurna, aku terkejut.

"Kau ―"

"――――"

Dia mengangkat satu tangannya untuk menghentikan perkataan Kagurazaka-san, dan mengambil tumpukan kertas dari tangan Kagurazaka-san.

"Kamu tanya kenapa?"

Dengan dingin dia berkata:

"Karena aku juga akan mengikuti ini -- aku akan menjadi pemenangnya."

Baru sekarang, aku menyadari...

Dia...dia bukanlah seorang pemula yang ingin menjadi seorang novelis.

"Kau...siapa sebenarnya dirimu!"

Mendengar pertanyaanku, dia hanya melihatku sebentar dan menulis namanya sebagai jawabannya.

Dengan kecepatan yang mengagumkan, dia menulis.

Empat kata besar : Senju Muramasa.

"Mimpi kekanak-kanakanmu sedang menghalangi mimpiku. Jadi aku akan menghancurkanmu!"

"――――――――"

Meski aku sangat marah, aku tidan dapat mengatakan apapun.

Alasan kenapa aku mengalami kesusahan untuk menerbitkan apapun.

Orang yang memberikanku luka mental tiga tahun yang lalu, musuh bebuyutan Izumi Masamune.

"Senju Muramasa...."

"Tidak baik memanggilku dengan namaku, Kouhai."

Ero Manga Sensei v02 227.jpg

Mulut Muramasa berubah menjadi bentuk へ, di saat dia memperkenalkan dirinya:

"Panggil aku Muramasa-senpai."

* * * * *

Catatan Penerjemah dan Referensi[edit]

  1. Karakter dari game flash Kantai Collection, Aka Kancolle. | Lebih lanjut
  2. As di sini maksudnya adalah orang yang benar-benar ahli di dalam bidangnya, dapat selalu diandalkan atau diharapkan.
  3. Tsundere: adalah salah satu bentuk proses pengembangan karakter Jepang yang menggambarkan perubahan sikap seseorang yang awalnya dingin dan bahkan kasar terhadap orang lain sebelum perlahan-lahan menunjukkan sisi hangatnya. | Lebih lanjut
  4. Kimono : pakaian tradisional Jepang. Arti harfiah kimono adalah baju atau sesuatu yang dikenakan (ki berarti pakai, dan mono berarti barang). | Lebih Lanjut
  5. Teks inggris : The Flames of Dark Elf
  6. Diambil dari serial Dragon Ball : World_Martial_Arts_Tournament.



Bab 2 Halaman Utama Bab 4