Ero Manga Sensei (Bahasa Indonesia):Jilid 1 Epilog

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Epilog[edit]

Hari berikutnya tanggal 1 juli. Aku kembali ke kehidupanku yang biasanya.

Status hikimori adikku tidak memperoleh perbaikan apapun.

Tentu saja naskahku tidak akan di publikasikan dalam waktu dekat- tapi entah bagaimana ini berbeda dari sebelumnya.

Disamping dari itu, ada perbedaan lain dengan Izumi Masamune dari sebelumnya.

Aku jadi sadar tentang identitas adiku yang sebenarnya. Aku mengutarakan perasaanku. Aku setuju untuk tetap bekerja dengan Ero manga-sensei dan juga secara perlahan berhasil menghilangkan segel pada 'pintu yang tak pernah terbuka'

Juga tetangga sebelahku adalah best selling author.

"Ha~ jadi, dia membacanya di depanmu"

"yeah. seperti yang sudah kamu katakan. dia mengerti maksudnya"

"Begitukah~ Aku tahu itu. Itu artinya dia telah membuangmu"

"..hey... Apa yang kamu tertawain ?"

"Eheheh~ kamu patut menerimanya"

Kampret ni cewee..!

Sekarang aku sedang duduk di dalam ruang kerja di Crystal Palace. Karna dia sudah tahu apa yang terjadi di awal - awal, aku merasa seperti aku harus memberi tahunya bagaimana itu berakhir.

"Itu semua ringkasan tentangku. Bagaimana dengan kamu?"

"Maksudnya?"

"Naskah milik mu. Bukan yang di pake buat tanding dengan ku. Tapi yang akan di jadiin anime. Deadlinenya bulan lalukan?"

"Ah..Itu..ah"

Elf kembali tenggelam ke dalam kursinya. Meskipun sulit melihatnya di depan komputer, aku bisa tahu kalau dia belem mengetik satu kata pun.

Monitornya menunjukan layar seputih salju.

"Hm- tentu saja, Aku belum menulis apapun."

"Jangan begitu bangga tentang itu! Ini bukan lelucon!"

Naskah untuh anime itu lebih penting dari pada naskah biasa. Bahkan aku tahu kalau tidak semua masalah bisa di hindari.

Publisher dan Perusahaan anime mungkin bakalan mengirim pembunuh untuk menangkapnya sampai ke ujung dunia.

"Bukannya ini sama seperti ketika kamu tanding dengan ku? Kenapa kamu tidak menyelesaikannya duluan ?"

"Karena, Pertandingan untuk Eromanga-sensei itu jauh lebih penting dari pada naskah anime di bukuku."

"Makanya aku nulis itu duluan" – Elf bilang begitu.

…Tentu saja itu Novel yang bagus. Dia benar - benar menuangkan banyak usaha padanya.

Tapi dia menerima kekalahan.

Anyway…Jumlah naskah gadis ini sekarang 0.

Aku tidak tahu seberapa seriusnya dia... tapi batas waktunya itu sungguhan.

…Apa bener ini baik - baik saja ?

"Perutku sakit cuma dengan ngedengrin kamu. cepet gunakan kemampuan kamu 'Memanggil Naskah' (Memanggil Kegelapan)"

"Itu masih dalam tahap pendinginan. Ada beberapa persaratan sebelum aku bisa mnggunakan 'Memanggil Kegelapan' lagi. Setidaknya butuh sebulan dan…."

Kamu gak punya waktu buat nulis secara diam - diam kan?

Kenapa gak jujur aja?

"Jika aku bisa menggunakannya tanpa khawatir, itu bakalan jadi skill tingkat S. Cuma masalah waktu sampai aku bisa mencapai kemampuan itu, tapi bukan sekarang."

"Novelist Yamada Elf-sensei yang Agung, Tak peduli apapun yang kamu bilang, itu sia - sia. Batas waktunya sudah lewat. Apa yang akan kamu lakukan tentang itu?"

"Uh ~ gak ada pilihan lain. Aku benar - benar gak mau menggunakan ini."

Elf bernapas mau gak mau, nutup mata dan berbicara dengan serius:

"Kemampuan tingkat C, 'Lompatan Waktu' – kemampuan untuk membalikan waktu…Mungkin. huh…Jadi sekarang tanggal 32 Mei, Aku berhasil menyelesaikan krisis ini untuk sementara."

Tentu saja enggak.

Beberapa menit kemudian, Elf di lempar ke Neraka. Aku melihat publishing company mengirim seorang pria dengan seragam dan kaca mata menangkap dan melempar greater novelist Kedalam mobil hitam. Aku hanya bisa bergumam pada diriku sendiri "Sangant Menakutkan".

Tapi itu adalah cerita di beberapa menit kemudian. Saat ini, Elf masih tetap berada di depanku.

Dia menanyaiku:

"Lalu? Selanjutnya apa?"

Aku mengingat apa yang terjadi kemarin.

Di balik 'pintu yang tak pernah terbuka', Aku memiliki percakapan dengan Sagiri.

"…Sagiri...Aku punya mimpi."

"Mimpi?"

Aku mengangguk.

"Yes. Mimpi yang sangat besar."

"Bisa ceritakan itu pdaku?"

"Tentu."

Aku berdiri dan tertawa. Bagaimana bisa aku tidak tertawa ketika membicarakan tentang mimpiku.

"Aku ingin mempublikasikan naskah ini. Tentu saja bukan dalam keadaan yang saat ini, Aku berencana untuk menulis ulang, meng-editnya – Sampai peruhaan mengakui ku. Tapi aku akan menjadikan ini Novel, jadi banyak orang yang bisa membacanya, menikmati karakter utamanya dan heroine. Lalu secara perlahan, Aku bisa membangun reputasiku untuk hidup sendiri sebelum itu di jadiin anime! Bagaimana? Luar biasa kan?"

Sagiri tidak pernah meninggalkan Ruangannya.

Bahkan jika iya, Dia milih waktu ketika tidak ada orang.

Aku tidak bisa membuatnya keluar, Atau juga memaksanya. Jika tidak, hatinya akan hancur.

wali kami dan aku paham sampai titik itu – waktu itu, setahun yang lalu.

Ayah dan ibu kandungku tidak akan pernah kembali lagi.

Apa yang harus kulakukan? Aku selalu menanyakan pertanyaan tersebut.

"Itu…Mimpinya Nii-san?"

"Bukan! Itu cuma bagian pertama dari mimpiku!"

Aku membantahnya dengan tegas. Setelah novelku menjadi anime – masih ada sesuatu yang ingin kulakukan.

"Mimpiku lebih dari itu! Sesuatu yang bahkan Lebih Besar! Aku ingin membeli LCD TV ukuran super besar untuk ruang tamu kita! Membeli speaker! Aku juga akan mendapatkan kueh mahal dengan Lilinnya!"

Aku berpaling ke adikku, wajahku beberapa inci darinya, dan secara antusias bilang:

"Lalu akan membawamu keluar untuk menonton anime bersama! Cerita asliku,, Karkter milik mu, Anime kita!"

Aku akhirnya mengerti.

Itulah mimpiku.

"Itu – pastinya akan bagus! Kita pasti akan tertwa bersama! Anime yang bisa membuat ratusan ribu orang tertawa dan menangis bersama - sama! Jika kita bisa menikmati kebahagiaan seperti itu, tidak ada cerita menyedidihkan yang akan menggannggu kita lagi!"

Aku ingin berbagi kebahagiaan terbesarku.

Dengan menggunakan itu, Aku ingin menghancurkan kesedihan yang membuat adikku menangis.

Aku ingin memperlakukan adikku seperti Ame-no-Uzume-no-Mikoto.

Aku sangat menyukai Sagiri ---

Karna aku adalah kakaknya.

"Itulah mimpiku! Aku benar - benar ingin memperoleh itu."

*Cough cough.*

Karna aku terlalu banyak bicara, tenggorokanku menyerah. Air mata bercucuran. Betapa lemahnya aku, tak bisa menyelesaikan mimpiku yang keren. ---

"….Begitukan…kali ini…."

Mendengar mimpiku, Sagiri bergumam sesuatu dan berdiri. Lalu dia mengambil beberapa langkah ke depan pintu.

….Barusan…Sagiri…apakah dia bilang 'kali ini'?

Dengan punggungnya menghadap padaku , Sagiri mengambil headset.

Dia perlahan - lahan memakainya.

Lalu – dia membuka pintu, berjalan keluar dan menghadap ke sekitar.

Ero Manga Sensei v01 357.jpg

"…Kamu…Kamu!"

Tidak mungkin!

Status Hikimorinya tidak bisa diobati gertakan atau ketekunan orang lain.

Saran dokter dari setahun yang lalu masih terngiang di telingaku.

Jadi…Ini…

Seperti mimpi saja.

Tidak seperti biasanya, Sagiri tertawa dengan percaya diri:

[Saat pertama, seperti itu, Izumi-sensei] -- Suaranya berubah menjadi Eromanga-sensei sebelum melanjutkan [Kamu selalu membawa mimpi baru].

Suara yang nostalgia; dimana aku pernah mendengar suara ini sbelumnya?

[Baiklah, Izumi-sensei. Biarkan aku membantumu. bagaimana bisa aku membiarkan mu melakukan sesuatu yang menarik sendirian? Ini bukanlah mimpimu – Ini adalah mimpi kia.]

Ini bukan lagi adikku, Sagiri. Ini adalah partner ku, Eromanga-sensei.

Lalu 'Dia' melempar headset dan berubah lagi menjadi 'Dia'.[1]

  • Bang bang* Dia menginjak- injak lantai dan bilang:

"…Aku lapar."

"………..Haha."

Aku tertawa.

Aku tidak pernah tahu kalau ketika perasaanmu memenuhi hatimu, itu akan berubah seperti ini.

"Okay okay, Aku mengerti. Tunggu bentar."

Ini adalah langkah pertamaku menuju mimpiku.

Aku tidak aka pernah melupakan apa yang terjadi hari ini sepanjang sisa hidupku.

References and Translation Notes[edit]

  1. Yang pertama LK yang kedua PR