Boku wa Tomodachi ga Sukunai:Jilid 3 Telepon Sunyi

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Hari ketiga liburan musim panas.

"Hei, kalian semua. Kenapa kemarin tidak yang datang?"

Aku, yang baru datang ke ruang klub sekitar jam 3, bertanya pada teman seanggota klubku.

Ngomong ngomong, hari ini Yozora dan Sena datang lebih awal dari pada Aku.

"Kodaka-senpai, apakah kamu kesepian karena kamu tidak bisa bertemu Rika?"

Kata cewek yang memakai jubah putih di atas seragam sekolahnya dengan senyuman kecil pada wajahnya.

Shiguma Rika, Anak baru.

Dia kelihatan jenius, walau kamu tak akan mengira bahwa betapa gilanya dia tentang ero doujinshi... terutama bagaimana dia bertingkah seperti orang gila bila berhubungan dengan hal hal tentang mecha x mecha.

Dia adalah salah satu anggota dari Neighbors Club.

Yukimura juga ada di ruangan.

Kobato terlihat seperti seorang hikikomori seperti biasanya, dan Maria tidak ada di sini.

"Aku tidak terlalu kesepian atau semacamnya, hanya membayangkan..."

"Hmph, ada yang harus kukerjakan kemarin."

Kata Yozora dengan tak acuh.

"Ada yang dikerjakan hah... sepertinya tidak bisa diganggu..."

Selanjutnya Sena (yang matanya merah karena lelah untuk beberapa alasan) yang mengatakan sesuatu.

"Aku juga benar benar sibuk kemarin."

"Sibuk?"

"Aku kira Aku akan mencapai ending secepatnya dan lalu pergi ke ruang klub, tapi akhirnya berakhir lebih dari empat jam dari yang aku duga. Itu benar benar moving ending, jadi itu benar benar lengkap. Hanya saja bagian dimana Mikan mencetak goal itu sangat..."

Matanya mulai berair, dan dia terisak isak sedikit.

Aku benar benar tidak yakin, tapi aku kira dia terlalu terbawa pada gamenya sampai dia tidak datang ke sini.

"Aku akan meminjamkan nya untukmu kapan kapan, jadi kamu lebih baik memainkannya Kodaka. Kamu akan menyia-yiakan hidupmu bila tidak memainkannya."

"...Baik, jika Aku ingin."

Kini saat Aku memikirkannya, Aku mendapat Masaru (teman cowoknya protagonis) berhenti di game "Tokimemo" yang dia pinjamkan (membuatku membawanya pulang) itu dan tidak pernah memainkannya lagi.

"Dan juga, theme songnya super bagus. Kita seharusnya membuat lagu itu sebagai lagu kebangsaan! Ketika kamu memulai game lagi setelah menyelesaikannya sekali kamu akan benar benar merasakan betapa tersambungnya itu dengan adegan terakhir, dan-"

"Ng-ngomong ngomong!"

Aku cepat cepat menganti subjek, sejak jika Aku tidak menghentikannya sekarang yang tahu betapa lamanya apa yang akan terus dia bicarakan tentang galge nya.

"Apa."

Sena membuat muka kesal pada wajahnya.

"Hn?"

Yozora melihat kesini juga (dimana dia membuat mimik yang terlihat bahwa dia pikir ocehan Sena sangat menjengkelkan, dan cepat cepat mengambil pemukul lalatnya).

Rika dan Yukimura pun melihat kesini.

"Untuk memastikan tidak ada yang berhenti datang kesini dan menghabiskan waktu ketika tidak ada orang yang datang, Aku pikir kita harus mencari cara untuk kita untuk mengetahui kapan yang lain datang."

"...Hmm. Kamu mungkin benar."

Yozora memberi persetujuannya tentang apa yang aku sarankan.

"Bukan ide yang buruk mengingat itu dari kamu, Kodaka." Kata Sena.

"Jadi, Apa yang harus kita lakukan?"

"Eh? Hmm, Aku tidak begitu yakin..."

Aku belum memikirkan sampai sejauh itu.

"Bagaimana dengan menggunakan sebuah BBS[1] di internet? Kita bisa mendapatkan satu secara gratis, kan?"

Aku memberikan hal yang pertama datang ke kepalaku.

"Ditolak." "Tidak mungkin."

Kata Yozora dan Sena secara bersamaan.

"Kalian bahkan sulit untuk mempertimbangkannya, kenapa kita tidak bisa memakainya?"

Yozora dan Sena membuat mimik yang memperlihatkan kemuakan dari lubuk hati mereka.

"...Itu adalah peraturan pribadi untuk tidak menggunakan internet untuk apapun selain dari mencari sesuatu dan belanja"

Begitukah?"

Itu tidak kuduga, tapi pada waktu yang sama mungkin tidak.

"Itulah bagaimana Aku memakainya sekarang..... Aku tidak akan melakukan itu lagi."

Kata Yozora, dengan muka yang sedih.

"...Aku tidak akan menggangu menanyakan apa yang kamu lakukan dulu."

"...Terima kasih."

Yozora memberikan padaku terima kasih yang tulus.

Dia pasti menyesali apapun yang dilakukannya.

"Aku juga punya pengalaman buruk dengan mereka."

Kata Sena.

"...Ahh... Hanya mengingatnya saja sudah membuatku kesal! Mereka... si sialan 'Yasuo' dan 'Yasuo' dan 'rikiya' dan 'Mai-tan (*´Д`*)HaaHaa'...! Aku benci moderator sialan itu yang mem-banned ku dari fansite satu itu karena dia kira aku juga troll! Orang kaya gitu bagusnya mati aja!"

"...Apa kamu berantem dengan mereka di beberapa BBS atau apa?"

"Ya, para orang bodoh itu menyebut Natsumi tersayangku dan otak berotot bodoh! Gak bakalan ku biarin mereka kabur karena itu! Kau tahu, Natsumi mungkin terlihat seperti itu, tapi sebenarnya dia benar benar lembut!"

Sena menjadi lebih keras dan keras lagi.

Aku tidak mengerti apa yang kamu maksud bila semua yang kamu katakan itu adalah "dia mungkin terlihat seperti itu".

Satu hal yang bisa kukatakan adalah itu adalah seseorang karakter dari sebuah galge.

"Ya, orang orang punya kesenangan dan ketidaksenangan sendiri. Tidak banyak yang bisa kau lakukan tentang itu."

"Haa? Baiklah jika kamu simpan itu sendiri, tapi jika kau menertawakan Natsumi didepan fannya seperti aku, itu sama saja mendeklarasikan perang! Jika seseorang melakukan itu, Semua yang bisa ku lakukan adalah membuat mereka diam dan mengakui betapa bodohnya mereka, atau mencoba mati!"

Ini tidak seperti aku tidak tahu darimana dia bisa seperti itu, tapi dia lebih mudah menjadi marah.

"...Pertarunganku masih belum berakhir dengan para orang bodoh itu... Jika Aku bertemu dengan mereka di dunia nyata Aku akan menghajar mereka semua!"

"La-lagian, BBS tidak jalan,kan?"

Aku menyela Sena yang telah mencapai level kritis.

"Lalu bagaimana dengan itu... nixi. Kita bisa mengirimkan pesan satu sama lain tanpa perlu khawatir,kan?"

nixi adalah jejaring sosial, dan kau bisa menggunakannya untuk menulis sesuatu dimana orang lain bisa membaca dan mengomentarinya... Setidaknya, seperti itulah menurutku.

Sejak kau bisa jaga apa yang kau tulis dari orang orang tertentu, itu adalah pilihan bagus untuk kami gunakan untuk berkomunikasi satu sama lain... Aku pikir.

"Eh, Kodaka kamu juga di nixi? Lalu beri aku invite." Kata Sena.

nixi berjalan pada sebuah sistem invite-only(hanya dengan undangan), dan begitulah kau bisa bergabung jika seorang member mengundang mu.

"Tidak, Aku tidak, tapi..."

"Hmph, gak bakalan Aku ikutan situs itu."

Yozora melihatku ke mata dan memberi sebuah jawaban bahwa itu adalah sebuah kebanggaan.

"Rika juga gak ikut situs itu~"

"Saya juga."

Jawab Rika dan Yukimura.

Itu masuk akal, lagian nixi berdasar pada asumsi kau harus mempunyai teman untuk meng-invite mu..."

"Jadi kita bahkan tidak ikut nixi..."

Sebuah atmosfir yang berat memenuhi ruangan.

"Tapi, kau tahu, nixi bukan satu satunya SNS di sana! Kita hanya mengambil satu yang tidak memerlukan sebuah invite!"

Kataku, tapi kemudian Rika menghentikan ku.

"Tunggu dulu Senpai. Jika Rika menanyakan kenalannya di industri game, Aku pikir kita sebuah invite ke nixi."

"Benarkah? Lalu ayo kita lakukan itu..."

"Itu tidak apa apa bagiku, tapi..."

Kata Rika, dengan kebingungan tertulis pada kepalanya.

"Tapi bukankah lebih baik kita hanya menggunakan HP kita untuk berbicara satu sama lain daripada keluar dari kebiasaan kita untuk menggunakan sesuatu yang lain?"

Yozora, Sena, dan Aku berdiri karena terkejut.

"HP... Apa kau bicara tentang HP?"

Tanyaku, masih tercengang.

"Hah? Umm, ya."

Ide gila dimana HP bisa digunakan untuk apapun selain dari menelepon rumah tidak datang dalam proses pikiran panjangku.

"Aku mengerti, HP... Rika... Kau benar benar jenius... Itu ide yang hebat."

"Yah... Aku bahkan tidak pernah memikirkan melakukan itu... jadi HP bukan hanya untuk mencari toko karaoke... Shiguma Rika... kelihatan Aku tidak punya pilihan selain mengakui kejeniusanmu..."

Boku wa Tomodachi ga Sukunai Vol3 Ch04 Img01.jpg

"...Senang mendengar yang kamu pikir kslau ide ku sangat bagus."

Yozora dan Aku menghujani Rika dengan pujian, menyebutnya seorang jenius atau semacamnya, tapi Rika terlihat sedikit merinding karenanya.

"Ngomong ngomong, kenapa kita tidak mulai bertukar alamat sekarang?"

Rika mengambil sebuah HP dari kantong jas labnya.

Aku mengikutinya dan membuka tasku, mengeluarkan HP yang terkubur didalamnya.

Aku membawanya saat Aku masuk sekolah. Itu tipe lipat yang tidak mempunyai fungsi hebat.

Ngomong ngomong, Kobato dan Aku sudah mempunyai HP sejak dari SD, dan ini sudah ketiga kalinya untukku (Aku membawa kedua kalinya di SMP).

Aku melihat sekilas log panggilan ku, dan semua panggilan dan pesan yang kuterima adalah dari "Rumah" dan semua yang ku kirim adalah ke "Adik".

"Ini, Aku mengambil punyaku juga."

Yozora dengan ragu ragu menunjukan HP nya padaku.

Disana tidak ada ornamen ataupun strap; hanya sebuah HP berwarna hitam.

Ngomong ngomong, kelihatannya HP nya Yozora pun berada di dasar tasnya, jadi cukup memakan waktu untuk mengeluarkannya.

"OK, tolong kirim sinar infra merah mu ke arah sini."

Kata Rika, dan terlihat biasa saja menekan tombol di HP-nya.

"Eh- Si-sinar infra merah???"

Yozora dengan bingung memperhatikan LCD HP-nya, begitu juga denganku.

Apa yang dia bicarakan?

Apakah dia benar benar coba mengatakan bahwa telepon kecil ini bisa menembakan sinar infra merah?

"...Aku rasa Aku pernah dengar orang berbicara tentang bagaimana HP terbaru bisa bertukar data lewat infra merah... Jadi itu memang benar... Mrmm... Di-dimana itu?"

Kata Yozora saat dia mengulung alisnya sambil menekan tombol pada HP-nya.

"Kamu pasti bercanda... Kapan HP bisa secanggih itu..."

Rika melihat ku dan keherananku seperti Aku semacam manusia purba.

"Silahkan."

Orang yang mengatakan itu dan membalikan teleponnya menghadap Rika adalah... Yukimura.

"Yukimura...!?"

"Ah, makasih Yukimura."

Rika dan Yukimura mengarahkan HP mereka satu sama lain sekitar 2 detik dan menarik nya kembali dengan cepat setelahnya.

"Ya. Alamat Yukimura dapat!"

"Saya juga sudah mengkonfirmasikan milik anda."

Kata Rika dan Yukimura.

Sebuah ekspresi yang benar benar terkejut merekah di wajah Yozora.

"Tidak mungkin, kalian sudah selesai...? Secepat itu...?"

"Ya ampun... Anak zaman sekarang memang sesuatu... Aku hampir tidak mengikutinya..."

"Ahh... Jadi ini dunia generasi virtual pada dunia digital yang kita tinggali... Aku mendengar semua layaknya permainan bagi mereka..."

"...Ini pasti apa yang orang artikan pada anak anak yang tidak tahu arti dari kerja keras..."

"...Itu lumayan banyak yang kamu katakan mengingat kamu hanya satu tahun lebih tua dari kami, Senpai..."

Rika membuat muka kasihan pada kami bertiga...

"Orang seperti Aniki yang hanya mengandalkan kekuatannya sendiri tidak perlu memperhatikan benda seperti HP, kan?" Kata Yukimura.

...Sebenarnya disamping si cewek canggih Rika, fakta bahwa bahkan Yukimura bisa dengan mudah menggunakan sinar infra merah lumayan mengangetkan.

Aku pikir dia seorang tipe yang buruk pada teknologi.

Walaupun, sekarang Aku pikir lagi, dia tidak terlihat kebinggungan saat kami semua bermain game "Romancing Saga" itu...

"Ahhhh.... Aku tidak mengerti! Disamping itu, itu aneh bagi orang untuk tahu bagaimana menggunakan mesin ini ketika mereka tidak mempunyai teman! Kodaka! Aku hanya perlu melakukannya dengan normal jadi beritahu alamatmu."

Yozora akhirnya menyerah pada sinar infra merah.

"Baiklah, Aku benar benar yakin itu juga akan lebih cepat bagiku."

Uhh, alamatku ............ Sekitar 30 detik kemudian, Aku mengatur untuk menarik nomor Hp-ku dan alamat email pada layar Hp-ku.

"Ini." Kataku sambil menunjukannya pada Yozora.

"Hm........Ah, terlalu jauh. Mu..."

Yozora dengan ceroboh mencari cari tombol Hp-nya, mencoba memasukan alamatku.

"...Hmmm... Alamat mu benar rumit..."

"Ya, itu karena aku tidak pernah mengubahnya sejak aku membawa Hp pertamaku..."

".....Hm... dimana karakter special..."

.....................

..............

Setelah dua menit penuh, Yozora selesai memasukan alamat e-mail dan nomor teleponku.

"Fuh..."

Yozora mengelap dahinya, dan melepaskan napas panjang setelah baru saja menyelesaikan tugas yang gila susahnya.

"Ba-baiklah... Aku akan mengirimkan mu sesuatu sekarang Kodaka. Sebuah e-mail. Sebuah e-mail menggunakan Hp-ku."

"Ba-baiklah..."

Yozora dengan gugup menekan beberapa tombol dan lalu menekan kirim.

Sekitar sedetik kemudian, kata "Pesan diterima" muncul pada layarku.

Lalu, 2 detik kemudian muncul "Ding di~ng" nada dering bawaanku terputar.

"Aku dapat."

"Kamu dapat!?"

Sebuah e-mail berjudul "E-Mail" dan "E-Mail" tertulis didalan pesannya juga.

Uhh, Aku kira ini adalah alamat e-mail Yozora.

[email protected]

Aku simpan dan memasukan "Mikadzuki Yozora" kedalam kontak ku.

"Ohhh... Alamat pertamaku selain dari anggota keluarga...!"

Ini hampir seperti, semacam peristiwa yang penting atau semacamnya!

Yozora membuat muka terkejut setelah mendengar apa yang barusan ku katakan.

"Aku? Bagaimana dengan orang orang dari sekolahmu sebelumnya...?"

"...Aku tidak pernah menyimpannya. Pada pesta perpisahan ada beberapa orang yang bilang "Bagi alamatmu ya nanti" tapi Aku tidak pernah bertukar alamat dengan seorangpun..."

".........."

Mata Yozora terlihat menggambarkan rasa simpati, dan lalu berbisik,

"Oh, begitu... jadi Aku adalah alamat non-keluarga pertamamu..."

Sebuah senyum lembut merekah pada wajahnya untuk beberapa saat.

Dan lalu dia berkata, dengan jaya unyuk beberapa alasan.

"Ngomong ngomong, Aku bahkan tidak pernah menambahkan alamat keluargaku sebelumnya. Kamu adalah yang paling pertama, Kodaka."

...Aku tidak tahu apa yang kau ingin aku katakan untuk itu, Yozora.

"Muu~. Aku tidak keberatan mengajarkan kalian bagaimana cara menggunakan infra-merah, tapi saat Rika melihat kalian berdua bersenang senang serasa kamilah yang rugi di sini..."

Kata Rika dengan wajah yang terlihat tidak puas. Lalu, tiba tiba,

"Hmph, itu hanya sebuah Hp bodoh."

Kata Sena, yang dari tadi tidak sperti biasa dia dia sampai sekarang, setelah dia mengeluarkan kata kata.

"...? Apa yang membuatmu marah?"

"Aku tidak marah!"

Kata Sena, yang mood nya terlihat jelek.

"Ya udah kalau begitu... Ngomong ngomong, ayo, berikan aku alamatmu juga."

Kata ku, yang hanya membuat Sena lebih marah.

"...dak pu..."

Dia berbisik dengan bibirnya yang mengerut.

"Eh?"

"Aku tidak punya Hp!"

Sena berteriak dari paru parunya, yang mengejutkan Yukimura dan Rika.

"O-oh, jadi kamu tidak punya..."

Sena menatapku dan berkata,

"Asal tahu saja, Aku bukan cemburu sama kalian!! Ini bukan seperti tidak mempunyainya adalah masalah untuk ku, dan bahkan jika aku punya tidak akan membantu, Hp adalah apa yang cewek cewek dungu di kelas ku yang menjengkelkan pakai! Seorang bangsawan sepertiku tidak memerlukan benda seperti itu!"

"...Ah-umm...Ba-baiklah. Ya, ada banyak orang yang bilang bahwa mereka tidak perlu Hp, kan?"

"Tepat sekali! Lupakan Hp, Aku malah tidak perlu telepon biasa. Tak peduli dimanapun mereka atau apa yang mereka lakukan, orang rendahan harusnya berterimakasih menerima suara malaikat dari seorang dewi sepertiku!"

"Uh, itu sedikit..."

Saat Aku mulai berbicara,

Ring ring ring... tiba tiba Hp di tanganku mulai berdering.

"Eh!?"

Aku meraba raba mencari Hp-ku dan melihat nomor yang tidak Aku kenal di layar.

Aku pikir Aku akan menjawabnya.

"...Hallo?"

" 'Ini Aku.' "

Aku mendengar sebuah suara dari telepon dan dari belakangku.

Aku berbalik dan melihat yang ternyata orang yang meneleponku adalah Yozora.

" 'Masukankan nomor ku ke kontakmu.' "

"Ah, ya baik."

Berbicara pada telepon dengan seseorang didepanmu itu sangat aneh.

Yozora terus berbicara denganku di telepon seperti itu.

'Sejak kita baru saja menyetelnya, ayo berbicara di telepon sebentar.'

"Eh... Tentu, Aku pikir."

" 'Bagus. Lalu ayo kita bicarakan tentang makan malam kemarin. Apa yang kamu makan, Kodaka?' "

"Uhh, apa yang kemarin Aku makan..."

Saat Aku berpikir Aku kebetulan melihat Sena lagi, yang terlihat lebih kesal dari sebelumnya sampai ke titik dimana aku hampir bisa melihat urat uratnya keluar.

"Ka-kalian berdua! Siapa peduli apa yang kamu makan kemarin!? Kenapa kalian membicarakan hal seperti itu di telepon!?"

" 'Diam, Daging. Bisakah kau diam ketika orang mencoba bicara di telepon?' "

Kata Yozora, melambaikan tangannya pada Sena untuk menyuruhnya menjauh.

"Khhhhh!"

" 'Masih, Hp ini lumayan berguna. Kita bahkan bisa berbicara saat tidak bersama.' "

"Lalu gunakan saat kalian tidak bersama!!"

Yozora benar benar mengacuhkan Sena dan meneruskan,

" 'Kita bisa biarkan semua tahu ketika kita datang ke klub bersama mereka. Dan juga, ayo bicarakan semua rencana kita lewat e-mail mulai sekarang.' "

"Te-tentu..."

"Ghhhhh..."

Sena terlihat akan meledak.

Yozora terus berbicara juga, tapi sekarang dengan suara lebih pelan sampai kau hampir tidak bisa mendengar nya.

" 'Ngomong ngomong, tentang makan malamku semalam, Aku punya daging. Lebih rincinya lagi, ada kari dengan daging ayam, dan daging nya benar benar empuk dan rasanya enak banget.' "

Dia berhati hati memastikan untuk hanya mengatakan "daging" pada suara normal.

"Uu~... Apa yang kalian bicarakan...!?"

" 'Sesuatu yang tidak ada urusannya denganmu Daging. Toko dimana aku kunjungi tidak hanya mempunyai daging ayam, tapi juga daging babi, daging sapi, dan banyak yang lainnya yang sangat murah Aku pikir kita harus bertemu di sana (di terjemahan bahasa inggris tertulis 'meet=bertemu' dimana kata itu hampir sama pelafalan nya dengan 'meat=daging' , menurut TL mungkin bahasa jepang nya berasal dari kata 'NI KUru=datang' dimana bahasa jepang daging adalah 'Niku'). Aku yakin kamu akan menyukai semua daging yang mereka pu-' "

"Aaaaahh! Diam, berhenti mengatakan daging!!!!"

Sena tiba tiba berteriak, dan mengambil Hp ku.

"Hei!!"

Sena membawa Hp ku pada mulut nya dan berteriak sambil menghirup napas dalam dalam.

"BODOH! TOLOL! GOBLOK!!!"

"Kh!?

Yozora ngeri dan menarik HP dari kupingnya.

Sena menaruh Hp-ku kembali dan berkata pada Yozora "Mati aja sana!" sebelum berlari keluar dari ruang klub.

"..Sialan, Dasar daging..."

Yozora mengakhiri panggilan sambil memegang telinga dengan satu tangannya.

"Kau benar benar tahu apa yang membuat Sena kesal, kan..."

Aku mengakui, Aku agak terkesan karena nya.


Di bis dan kereta yang kunaiki pulang, dan bahkan setelah Aku sampai ke rumah, Aku terus membuka Hp-ku dan melihat daftar kontak ku.

Setelah Sena kabur, Aku bertukar alamat dengan Rika dan Yukimura (Aku bahkan mempelajari bagaimana cara mengunakan sinar infra merah).

Sampai sekarang Aku hanya punya nomor rumah, Hp Kobato, dan telepon tempat kerja Ayah, jadi daftar kontak ku dengan mudah berganda hari ini.

Sial... Aku tidak bisa berhenti tersenyum.

Malam itu, Aku tidur dengan mood yang bagus,

tapi...

Ring ring ring...

Bunyi telepon membangunkanku.

Telepon yang berbunyi bukan Hp-ku, melainkan telepon rumah kami.

Aku mengecek waktu dengan Hp-ku yang kutaruh dekat tempat tidurku, dan melihat kini sudah jam 2 pagi lewat.

"...Siapa sih yang nelpon jam segini..."

Aku berpikir untuk mengabaikannya, tapi aku pikir itu mungkin salah satu kontak Ayah di luar negeri jadi aku bangun untuk menjawabnya.

Aku menuruni tangga sambil mengosok gosok mata ngantuk ku dan mengangkat nya.

"...Hallo, disini Hasegawa."

Ini serasa seperti Aku sedikit lebih pelan dari biasanya.

"H-HAWOO!!"

Sebuah suara yang terdengar seperti orang berbicara memegang gagang telepon tepat di dekat mulutnya dan berteriak sekuat mungkin sampai mereka bisa berdering melewati telingaku.

Aku dengan reflek menarik telepon menjauh dari telingaku dan merinding.

Ap-apa apaan...!?

Saat kupikirkan itu,

Klek!

...Teleponnya ditutup.

"...Apa-apaan ini, telepon jail...?"

Masih kesal dengan orang menyebalkan yang menelepon jail di tengah malam begini, Aku kembali tidur. Biarpun begitu, tepat sebelum aku mulai terlelap, telepon berdering lagi.

Aku mengabaikannya.

Aku bilang itu pada diriku sendiri dan menutup mataku, tapi telepon tidak berhenti berbunyi bahkan setelah 20 detik terlewat.

Oh iya, Aku belum menyetel mesin penjawab.

Terganggu, Aku bangun lagi dan turun tangga untuk mengangkatnya lagi.

"...Hallo."

Bahkan Aku bisa bilang betapa kesalnya suaraku terdengar.

"Eeh!?"

Aku mendengar suara pekikan dari gagang telepon.

Hah, dimana Aku pernah mendengar suara ini sebelumnya...

"...Hallo?"

Tanyaku lagi, dan lalu aku mendengar tegukan seseorang dan berkata,

"A-anu! I-ini Kashiwazaki Sena, a-a-a-a-apa Kodaka, maksudku, Tuan Kodaka ada!?"

Dia benar benar gugup, berbicara secepat yang ia bisa.

"...Eh, Sena?" Tanyaku.

"H-hah? Ini Kodaka?"

"Yap."

Aku bisa mendengar Sena berdesah karena lega melewati telepon.

"Dasar bodoh! Ya ampun, jangan menakutiku seperti itu, dasar bodoh! Suaramu itu menyeramkan bodoh!"

Gak nahan langsung ngeledek ya?

...Ini bahkan benar benar tidak masuk akal.

"Apakah kamu tahu jam berapa sekarang...?"

"H-hei, yang lebih penting, Kodaka!"

Lantur Sena, dengan sempurna mengabaikan keluhan ku.

"Apa jenis Hp uang kamu punya?"

"...Jenis apa? Hanya yang biasa saja..."

Jawabku, tidak yakin apa yang ia tanyakan.

"Itu. Bukan. Yang. Aku. Maksud! Pasti ada nama perusahaan atau nomor serial disitu entah dimana!"

"Eh... Perusahaannya ∀U. Aku tidak tahu jenis apa itu."

"Cari tahu."

"Hahh?"

"Lakuin aja!"

Aku taruh gagang telepon dan kembali ke kamarku dan menyalakan lampu.

Aku mengambil Hp ku, dan menemukan sesuatu yang terlihat seperti nomor model.

"Aah, ini sebuah M61b, kalau tidak salah."

"Sebuah M61b oleh ∀U."

"Iya." Aku bisa mendengar dia sedang menulis sesuatu.

"Baik, Aku memgerti, Sampai jumpa."

Klek!

Memberitahu akhir urusannya dia dengan cepat menutup telepon.

Benar benar...

-)

Keesokan hari.

Baru sebelum tengah hari aku mendapat pesan tak berjudul dari Yozora yang isinya hanya tertulis "Jam 2." Jadi Aku mengirim e-mail pada Yozora, Rika, dan Yukimura. Pesanku sendiri berjudul "Hari ini" yang berisi "Aku akan kesana jam 2 juga."

Setelah menyelasaikan makan siangku, Aku pergi supaya Aku bisa sampai di sana sekitar jam 2.

Ketika Aku di bis, Aku mendapat e-mail dari Rika yang berjudul "Menunggu Telanjang" yang tertulis "Aku akan menunggumu sambil telanjang, Kodaka-senpai♥ Ah, Kamu pasti membayangkan Rika telanjang, kan? Senpai kamu mesum♥"

"... Apa dia bodoh?"

Aku cepat cepat membalas e-mailnya dengan "Bodoh".

Beberapa menit kemudian e-mail lain dari Rika datang.

Judul nya "Bokong"...

Itu tertulis: "Nyomong-ngomong, Yozora-senpai juga benar benar telanjang loh (*丿丿)kya~ Sebagai buktinya, Aku melampirkan sebuah gambar bokong kecil imut Yozora untukmu."

"Ap!"

Aku membiarkan suara keluar dengan mengejutkan, tapi setelah memperhatikan baik baik Aku bisa lihat itu hanya gambar sikutnya.

... Berapa umurnya?12?

Tepat setelah itu, Aku mendapat dari Yozora yang tertulis "Itu hanya tangan Rika." di judulnya dan tanpa ada isinya. Dia pasti gelagapan saat menulisnya. Aku juga mendapat e-mail aneh lainnya dari Rika yang datang hampir bersamaan dengan e-mail Yozora dengan judul "Iyan♥" yang tertulis "Yozora-senpai memukul bokong Rika dengan pemukul lalatnya, Rika tidak bisa menerimanya lagi h-hentikannnn~~♥"

Aku menggirim e-mail pada Yozora yang tertulis "Aku tahu." dan mengabaikan Rika.

Lalu Aku memdapat e-mail lain, yang ini dari laptop Rika, dengan judul "Kebenaran" yang tertulis "Eh?Yozora-senpai, kenapa kamu melepaskan celana dalam Rika? Ahnn~ Aku tidak bisa menerimanya, ini terlalu memalukan! Ahh, jangan menjilatku disanaaaa! Aku tidak bisa berhenti mengelepar setiap kali merasakannya! Yozora-senpai lalu berbisik ke telinga Rika yang mengerang, 'Di sini? Kamu mau itu 'di sini'? Dasar gadis kecil kotor.' Lalu dia dengan lembut meniup telinga Rika yang membuat Rika kehilangan semua kekuatan pada tubuhnya dan (dll)" Aku membaca e-mail bodohnya, tapi bis sudah sampai di sekolah jadi Aku turun tanpa menyelesaikannya.

Hari ini panas sekaili.

Aku memasuki ruang klub, dimana Yozora dan Rika (yang tentunya tidak telanjang) dan Yukimura sedang menunggu.

Yozora terlihat lelah sembari tiduran di sofa.

Yozora menunjuk Rika, dan hanya memalingkan wajahnya padaku sambil berkata,

"Hati hati Kodaka... dia, orang gila..."

Dia benar bisa mengatakan itu.

"Yah, ...Aku sudah tahu itu." Kataku.

Sebagai si gila yang dipertanyakan, dia sedang mengetik dilaptopnya.

Kelihatannya dia sedang menulis sebuah novel.

"Ah, Kodaka-senpai! Rika barusan menemukan bahwa yuri[2] mungkin tidak seburuk itu! Rika pikir dia mungkin akan baik baik saja dengan apapun asalkan itu erotis!"

"Kau benar benar bersemangat ya..."

Aku duduk di sofa, mengasihani Rika yang terlihat akan segera meluncurkan dirinya ke angkasa luar.

"Saya sudah menyiapkan teh."

Yukimura menyuguhkan secangkir teh barley.

"Makasih!"

Terima kasihku ke Yukimura dan dengan senang mengambil minuman darinya.

Gleg gleg... Aku meneguk semua nya dengan sekali teguk.

...Ini tidak dingin atau panas, hanya teh hangat.

"Apakah anda menginginkan nya lagi?"

"Eh? Ya, tentu."

Aku mengambil secangkir teh lain dari Yukimura.

...Ini lebih hangat dari sebelumnya, tapi Aku masih meneguknya habis dengan sangat cepat.

"Ini, Aniki."

"Makasih. Ah! Panas..."

Cangkir teh ketiga sangat panas, dan bukan sesuatu yang bisa Aku teguk sekaligus.

Aku memperhatikan Yukimura, yang memperhatikanku seperti mengharapkan sesuatu.

Dia sebenarnya sedang mencoba meniru bagaimana Mitsunari Ishida yang memberi Hideyoshi Toyotomi secangkir teh hangat, lalu secangkir yang sedikit panas, dan lalu secangkir teh panas yang menenangkan untuk diminum.

"...Anu...Mitsunari itu seorang lelaki yang sangat bijaksana."

"Suatu kehormatan untuk menerima pujian, Aniki."

Aku memuji Yukimura, dan dia senyum termalu.

"...Tapi Aku masih berpikir teh barley dingin itu terbaik. Aku tidak akan membiarkannya pergi."

"Begitukah..."

Yukimura terlihat sedikit muram.

Sambil bersantai dan meminum dengan perlahan teh panas dari Yukimura, pintu ruang klub tiba tiba terbuka.

"He he, jadi kalian sudah datang, rakyat rendahan! Dewi kalian sudah datang!"

Itu Sena yang membuka pintu.

"Ahh,hei." Kataku sambil menghirup teh.

Yukimura bermuka datar, seperti biasa.

Bahkan Yozora, yang biasanya meledeknya, hanya melihat sekilas bisa kubilang dia tidak memperdulikannya.

"Kamu membiarkan udara dingin keluar, bisakah kamu tutup pintunya sekarang?"

Kata Rika dengan dingin, yang masih mengetik pada keyboard dan bahkan tidak melihat Sena, yang Sena menjawab dengan "Ah, maaf..." dan dengan pelan menutup pintu.

"Aku akan tidur sebentar."

Yozora menyilangkan tanggannya dan menutup matanya.

"Uuuu... K-kenapa kalian semua diam saja!?"

Sena menggertakan giginya, kesal, lalu berkata,

"Aku pikir, akankah kalian masih seperti itu setelah kalian melihat ini!? Ini dia, lihat ini Yozora!"

Sena dengan cepat dan memegang sebuah hp yang kupikir itu segel pembungkus Mito Koumon.

"Heh, apa yang kamu pikirkan sekarang? Aku minta ke Papa kemarin dan dia membelikannya untuk ku."

Kata Sena yang terlihat seperti anak kecil yang kegirangan.

"Hmph..."

Yozora membuka matanya, dan lalu menutupnya lagi, tak tertarik.

"Hah, bukankah itu sama seperti punyaku?"

Model Sena cocok dengan yang kupunya. Bahkan warna emas nya sama dengan punyaku.

"O-ohh... benarkah? Be-benar benar serasi!"

Wajah Sena berubah merah.

"Ah, tidak, tidak juga..."

Kau meneleponku malam malam dan menanyakan tentang itu... sebelum aku mengatakan itu,

"...sama dengan punyanya Kodaka?"

Kata Yozora dengan marah, dan melototi Hp Sena.

"Hehe." Kekek Sena yang dia pikir dka baru memenangkan sebuah pertarungan.

"Lagian, ayo bertukar alamat! Ayo, cepat!"

"Eh? Baik..."

Aku mengambil Hp ku.

Yozora mengerang saat dia melihatnya dan mencocokan telepon kami.

Aku sudah siap untuk menggunakan sinar infra merah yang Aku pelajari kemarin.

"Ngomong-ngomong, kamu tahu bagaimana menggunakannya seperti ini?"

"Tentu saja!" Kata Sena terlihat menang dan mengarahkan Hp nya kepadaku.

Kami dengan cepat bertukar alamat.

Sena membuat seringaian yang lebar menyebrangi mukanya saat dia memperhatikan LCD HP nya.

"Haha... Ini Yozora, Aku bahkan akan melakukannya dengan mu."

"Aku tidak perlu alamatmu."

Hei, Aku sudah pergi dan membeli satu jadi beritahu alamatmu!"

"...Segitunya kamu ingin alamatku?"

"Bu-bukannya Aku ingin atau apa, Aku tidak ingin tahu sama sekali, tapi Aku pikir Aku akan biarkan kamu bertukar alamat denganku sejak kita ada di klub yang sama! Kamu harusnya berterima kasih!"

"Aku mengerti, terima kasih. Aku akan lakukan dengan perasaanmu sendiri."

"Aku tidak bisa meneleponmu menggunakan perasaanku sendiri."

Yozora melihat Sena dengan tatapan penuh kejijikan.

"...Hmph, buat muka serakah seperti itu, lihat ini, jika kamu menginginkan nya sampak begitu lalu buktikan padaku."

"Buktikan...? Ah, Aku tidak akan menjilati kaki mu, ngerti~? Uuu~ Baik, lupakan, Yozora bodoh!"

Sena keluar ruangan klub dengan sedikit air mata di wajahnya.

"...Dia cepet banget nyerahnya..."

Bisik Yozora, yang terlihat sedikit sedih.

Setelah Sena pergi, Yozora dan Aku mulai membaca seperti yang selalu kami lakukan.

Sekitar 15 menit kemudian, Aku mendapat pesan di Hp-ku.

...Itu dari Sena.

"Aku akan mengirimi si bodoh Yozora itu spam yang banyak jadi beritahu alamatnya (^_^)"

"...Jadi ini e-mail pertama yang kamu kirim kepadaku...?"

Dan disamping itu, Yozora, yang duduk di sebelahku, mengintip e-mail itu.

"...Si daging bodoh itu..."

Sebuah senyuman tergambar di wajah Yozora.

"...Kodaka, coba kulihat alamat si daging. Aku mungkin sebaiknya memberitahu apa punyaku secara pribadi..."

...Kira kira 30 menit kemudian saat Sena berlari datang ke ruang klub, setengah menangis, berbicara dengan kami tentang sejumlah pesan dari alamat yang tidak diketahui yang terus dia dapat yang berisi "Mati" atau "Kutukan".

Catatan Translator[edit]

  1. BBS (Bulletin Board System) : Sebuah layanan online yang bedasarkan pada software yang berbasis mikrokomputer. Biasanya digunakan untuk meng-upload dan download software dan data, membaca buletin dan berita, bertukar pesan dengan sesama pengguna melalui e-mail atau message board umum
  2. Yuri : percintaan sesama wanita