Boku wa Tomodachi ga Sukunai:Jilid2 Shiguma Rika

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Shiguma Rika[edit]

Ini adalah sesuatu yang terjadi di jam ketiga pada suatu hari.

Aku tengah berjalan, sendiri, sepanjang koridor yang memiliki ruang kelas istimewa seperti Home Economic atau ruang Audio-Visual.

Karena sekarang bukan waktu kelas istimewa, tak ada siapapun di koridor.

Kemarin saat kelas Bahasa Inggris berakhir, Guruku memang mengatakan “Jam ketiga esok hari akan diselenggarakan di ruang kelas Bahasa”.

Sehingga aku, karena aku ingin membuktikan kalau aku bukan berandalan, setelah jam kedua selesai, aku sudah pergi lebih cepat dari siapapun untuk mempersiapkan jam ketiga.

Bahkan meski jam pelajaran sudah hampir selesai, tak ada siswa yang datang kemari. Dan sialnya, aku mendengar bel berbunyi untuk kelas selanjutnya.


Hal semacam itu sering terjadi di masa lalu.

Karena pergantian pelajaran, dan kami harus berganti ruang kelas, namun karena aku adalah penyendiri yang tak punya teman, takkan ada yang memberitahuku—semacam itulah.

Dan selain itu, hal kebalikannya juga sering terjadi. Aku tak tahu kalau aku harus pergi ke ruang kelas lain untuk pelajaran setelahnya, dan akhirnya berbaring tertidur di atas meja tanpa mengetahui apa apa. Hasilnya, semua orang di ruang kelas sudah pergi tanpa meninggalkan jejak.

..........Meski hal itu terjadi berkali kali, aku masih tak bisa menerima realita semacam itu.

Aku,sendirian, berjalan sepanjang koridor.

Aku hanya bisa mendengar suara kakiku.

Dan repotnya, ruang kelas istimewa tak terletak satu lantai dengan ruang kelasku, 2-5, jadi aku harus melintasi sepanjang koridor supaya bisa kembali.

Jarak diantara ruang kelas bahasa di lantai ketiga dan ruang kelas 2-5, tak bisa dianggap jarak dekat.

Melewati ruang kelas bahasa, ruang komputer, dan ruang penyimpanan pakaian, serta yang terlihat seperti ruang referensi, lalu akhirnya sampai ke tangga yang menuju ke lantai kedua.

Setelah melalui banyak tempat yang terlihat seperti ruang referensi, ketika aku akhirnya berdiri disamping ruang sains, pada saat itu—

BANG!

Sesuatu seperti suara ledakan datang dari dalam ruang sains.

“!?”

Aku ketakutan setengah mati, dan mengarahkan perhatianku pada ruang sains.

Apa ada kelas yang sedang melakukan eksperimen?

Tapi kalau eksperimen itu sampai menimbulkan ledakan, bukankah para siswa di dalamnya seharusnya mulai ribut?

Namun, dari dalam ruangan tak ada suara sama sekali.......justru, benar benar sunyi.

Itu artinya, bukan eksperimen yang dilakukan karena ada pelajaran.

Aku merasa terganggu olehnya, jadi aku dengan penasaran membuka pintunya dengan tenang dan mengintip kedalam.

Ruangannya sepi.

“........?”

Aku membuka pintu lebar lebar dan masuk.

Pada saat itu, aroma aneh yang sepertinya sangat tidak enak mendadak menyerbu hidungku.

“........!”

Aku lekas menahan nafasku, menutupi hidung dengan tanganku dan melempar tatapan ke penjuru ruangan.

Kemudian, di meja terbesar dalam ruangan—yang seharusnya menjadi tempat pusat Guru memberikan pelajaran, terdapat seorang gadis terbaring disana.

Diatas meja terdapat sejumlah tabung dan bejana, dan didalamnya terdapat cairan berwarna aneh.

Asap masih mengepul dari dalam bejana.

.........Tapi yang penting bawa keluar gadis itu dulu!

Aku terus menahan nafasku, dan mengambil gadis yang terbaring di lantai, lalu dengan cepat mengeluarkannya dari ruang sains.

Di saat yang sama aku membopongnya, aku sedikit mengamati penampilannya.

Rambut hitamnya diikat di belakang kepalanya,dan disamping seragamnya, ia mengenakan jas lab besar diluarnya. Dia juga mengenakan kacamata.

Wajahnya yang manis, tampak bernafas kecil dengan lembut.

.......Jangan jangan...........dia cuma tertidur?

Tapi aku tak boleh berpikir seperti ini, kalau asap dari bejana itu memang beracun, akan sangat gawat.

Aku harus membawanya ke ruang kesehatan.

Seperti ini, aku membawa si gadis, dan berlari ke arah ruang kesehatan.

Si perawat menerima gadis dengan jas lab bersamanya (menanyakan banyak hal padaku, sepertinya perawat ini curiga kalau aku sudah melakukan sesuatu padanya), dan aku kembali ke ruang kelas, dimana para siswa kelasku sedang mengerjakan Pe-er sepanjang waktu jam kosong.

Sudah setengah jam sejak kelas dimulai.

Aku dengan berat menggerakkan diriku ke kursi, seiring para siswa di kelas melempar tatapan aneh padaku.

Dan ketika aku menemui mata Yozora, ia dengan alami membuang tatapannya.

......Mungkin akan muncul rumor lain, pikirku dengan depresi sambil duduk di kursi, lalu mulai menulis pe-er bahasa Inggrisku.


Setelah jam ketiga dan keempat selesai, sekarang waktunya jam makan siang.

“Aniki, saya bawakan makan siang.”

Yukimura, seperti biasa, memasuki kelasku dan memberiku kue beras, jus, dan manga pari-den.

Semua siswa di kelas sudah terbiasa melihatnya, jadi hampir tak ada seorangpun yang menyadari.

“Makasih, Yukimura.”

“Tidak, tidak, karena bekerja demi Aniki adalah suatu kehormatan.”

Wajah cantik feminin Yukimura tersenyum simpul, kemudian berjalan keluar dari kelas.

Aku membuka kantong kue beras, dan mulai membalik halaman manga pari-den.

<<Legenda dari Berandalan Terkuat>> , Volume 13.

......Meski tema dan ceritanya kelihatan bego banget, isinya cukup menarik, dan sebelum menyadarinya, membaca ini sudah menjadi hobiku.

Aku tengah memakan kue beras sambil membacanya.

Kali ini, Onigawara Godaigo, (Protagonis,yang sangat pemberani dan jiwa lelaki sejatinya telah dilupakan oleh semua siswa SMA zaman sekarang) dengan dua tinju bajanya, menghancurkan seluruh jebakan mematikan musuhnya.

Pada saat itu, di ruang kelas mendadak terdengar keributan kecil.

Seperti waktu pertamakali Yukimura masuk ke kelasku, aku merasakan atmosfir bertekanan tinggi dalam ruang kelas.

.......Aku entah kenapa merasakan firasat buruk, mengangkat kepalaku, aku melihat seorang gadis tengah berdiri di pintu masuk.

Gadis muda dengan rambut kuncir kuda berada disana, dengan jas lab diatas seragam sekolahnya.

Wajahnya nampak kebingungan, dia sepertinya mencari seseorang.

Gadis itu.......

Di saat yang sama aku menyadarinya, dia juga melihatku.

Si gadis sedikit menyipitkan matanya, dan berjalan lurus ke arahku seolah ia tak merasakan tatapan dari para siswa.

Saat ia sampai di hadapanku, dia memberiku tatapan dingin menyelidik.

“......Rambut pirang kering, mata terlihat garang, postur tubuh medium, siswa kelas dua. Seperti yang sensei deskripsikan......”

Si gadis berujar dalam suara kecil.


“Senpai yang sudah membawa Rika ke ruang kesehatan?”

“.....Rika?”

Aku bertanya balik.

“Rika adalah nama Rika, Shiguma Rika. ’Shi’ seperti dalam ‘ambisi’, ’guma’ untuk ‘beruang’, ’Rika’ seperti di ‘sains’. Siswa kelas satu.”

“Ahh begitu, memang aku yang membawamu ke ruang kesehatan.”

Mendengarkan balasanku, gadis muda ini yang baru saja memperkenalkan namanya tiba tiba membungkukkan kepalanya.

“Terima kasih banyak untuk pertolongannya.”


“Uhh......”

Aku sedikit terkejut oleh caranya mengucapkan terima kasih.

“Seseorang harus selalu menebus kebaikan dari orang lain......”

Ini pertamakalinya sesuatu seperti ini terjadi padaku setelah aku pindah ke sekolah ini!

“Senpai?”

Sedikit memiringkan kepalanya, dia menatapku melalui kacamatanya.

Meski jas labnya terlihat aneh, dan dia tak mengenakan make-up, kalau dilihat baik baik, wajahnya sangat manis.

“Ng-Nggak apa apa, jangan terlalu dipikirkan.”

Namun Rika masih menggeleng kepalanya.

“Bukan itu. Tindakan kebaikan harus ditebus secara sebanding, itulah yang tertera dalam hukum perbandingan setara. Equillibrium juga harus berlaku dalam kegiatan sehari hari.....”

.....dia mulai menggumamkan sesuatu yang sama sekali tak aku mengerti.

Sejak awal, dia memberikan semacam kesan.......kesan yang hampir sama dengan Yozora, Sena, Yukimura,dan Kobato. Kurasa menyebutnya ‘kesan orang aneh’ akan sangat cocok.

“Senpai adalah penyelamat Rika, Rika harus menebus senpai dengan sesuatu yang sebanding dengan nyawa.”

“Tidak, tak perlu seserius itu........”

Sebelum aku bisa menyelesaikan ucapanku, aku mendadak berpikir, mungkin menjadi penyelamat bukanlah hal yang buruk.

“Jadi cairan dalam bejana itu memang berbahaya ya?”

Rika menatapku dengan pandangan terperanjat.

“Bukan. Itu hanya gas tidur yang bekerja cepat. Tak memberi efek samping juga, anggap saja kalau itu adalah eksperimen yang sangat aman. Itu adalah salah satu aset paling dibanggakan Rika.”

“.....Berarti aku bukan penyelamat sungguhan kan?”

Rika memikirkan hal itu untuk sejenak.

“Meskipun nyawa Rika tidak dalam bahaya, namun kalau Senpai tak segera membawa Rika ke ruang kesehatan, Rika pasti terus terbaring tidur di sana.”

“Benar......”

“Dan kemudian Rika akan ditemukan oleh para siswa lelaki yang lewat, dan tak mampu menahan hasrat duniawi mereka, mereka akan melakukan hal mengerikan pada Rika selagi Rika masih tertidur, dan kemudian nyawa Rika akan benar benar dalam bahaya.”

“Hal mengerikan?”


“Pemerkosaan.”

“Pe-pemerkosaan!?”

Aku tanpa sadar berteriak, dan aku merasa tatapan semua siswa di kelas mengarah padaku.

“Apa dia bilang perkosa....?”, ”Tak bisa kupercaya.....”, ”Bagaimana gadis itu diperkosa?”

Aku menoleh dan melihat para siswa saling berbisik, dan mereka dengan cepat membuang wajahnya.

“......makin banyak rumor aneh akan tersebar ya......”

“Itu benar, pemerkosaan! Itulah hal yang selalu terjadi di buku yang Rika selalu baca. Para lelaki yang dikendalikan hasrat duniawi mereka akan merobek robek baju Rika, dan kemudian mereka akan bergiliran memasukkan sesuatu kedalam tubuh rapuh Rika.......”

“Tu-Tunggu, sebaiknya kita bicarakan di tempat lain saja!”

Melihat Rika yang terus berbicara terperinci, aku lekas lekas menyetopnya.

“Baik.”


Dibawah tatapan para siswa di kelas, Rika dan aku meninggalkan ruang kelas.

Pada saat inilah aku mengkonfirmasinya, bahwa didepanku terdapat orang aneh.


Kami akhirnya berada di koridor yang kosong.

“.....Kurasa disini sudah tidak apa apa.”

“Hmm benar, itu bukan sesuatu yang bisa kita diskusikan di depan umum.”

Ujar Rika polos.

“Baiklah, melanjutkan percakapan sebelumnya, para laki laki akan......”

“Topik itu berakhir disini!”

Aku berteriak. Rika menatapku dengan terkejut.


“Kalau begitu mari bicara tentang bagaimana Rika harus membalas budi Senpai.”

“Sudah kubilang, kau nggak perlu membalas budi.”

“Tapi Rika nanti merasa bersalah.......apalagi Senpai sudah menyelamatkan keperawanan Rika.......”

Wajah Rika mendadak membara merah.

“Senpai, bagaimana kalau begini......Rika mengetahuinya secara teori, dan juga dari penelitian tentang larva kumbang dan siput sebelumnya, tapi Rika nggak punya pengalaman praktek.....”

“Tunggu tunggu tunggu! Percakapan apa ini!?”

“Sebagai balasan menyelamatkan keperawanan Rika, Rika berpikir kalau memberikan senpai keperawanan Rika itu cukup.”

“Mana mungkin aku menginginkan itu!”

“.....Sebagai gadis, itu adalah pukulan berat.”

Rika menggigit bibir bawahnya.

Huh.

“Apalagi, pria pria kelaparan yang akan melakukan hal semacam itu pada gadis tidur tak ada di sekolah ini.”

“Sungguh? Penelitian Rika mengindikasikan kalau kebanyakan siswa laki laki SMA didominasi oleh tubuh bagian bawah dan sering memiliki pikiran kotor.”

“Bagaimana kamu melakukan penelitian itu?”


Aku tiba tiba menyadari sesuatu.

“......Ngomong ngomong, kenapa kamu ada di ruang sains sendirian saat jam pelajaran?”

Aku memberinya pertanyaan yang sejak tadi menggangguku sejak kembali dari jam pelajaran ketiga.

“Karena Rika mengambil pelajaran di ruang sains.”

Balas Rika.

“.....Itu pertamakalinya aku mendengar hal semacam itu.”

“Disini ada siswa ruang kesehatan kan? Berarti Rika adalah siswa ruang sains.”


Siswa ruang kesehatan—para siswa yang mengambil pelajaran di ruang kesehatan bukannya ruang kelas, terpisah dari siswa siswa kelas mereka. Hal itu cukup diperdebatkan di sekolah, namun aku masih menganggap itu aturan yang baik.

Menjadi bagian kelas dan menerima pelajaran yang sama bersama, semua orang akan menerima fakta itu tanpa ragu. Namun ada juga mereka yang tak mau memikirkan tentang hal itu.

Memanggil mereka ‘lemah’ atau ‘naif’ itu masih simpel, namun mereka mungkin sudah melakukan hal yang benar—bagi mereka mungkin itu adalah bentuk ampunan; bagiku itu adalah sesuatu yang selalu diluar jangkauanku.

“Bagaimana mengatakannya ya........kamu punya banyak fantasi kan.”

“Tolong jangan tatap Rika dengan mata lembut Senpai, bikin malu saja.”

Wajah Rika tersipu malu lagi.

“Ngomong ngomong, apa yang Senpai lakukan di koridor sepanjang jam pelajaran?”

“.....Agak susah menjelaskannya......”

Aku mengutarakan pada Rika tentang aku yang tak punya teman sehingga tak tahu tentang pergantian jam pelajaran. Aku bahkan menjelaskan padanya kalau gara gara mata dan rambutku, aku terus disalahartikan sebagai berandalan.

Siswa ruang kesehatan.........nggak, siswa ruang sains mungkin bisa memahami perasaanku baik baik.

“Emm........tentang rambutmu, bagaimana kalau begini, Senpai?”

Rika bertanya.

“?”

“Rika akan membantu Senpai mengecat kembali rambutnya jadi hitam. Cukup simpel mencampur bahan kimia yang akan mengubah warna rambut tanpa merusak rambut atau kulit kepala.”

“Nggak, ini bukan karena dicat.”

Rika melihatku penuh ketidakpercayaan.

“Itu benar, warna rambutku ini alami, biarpun kelihatan seperti eksperimen pengecatan rambut yang gagal.”

“Serius?”

Rika menatapku, seolah menginspeksi rambutku.

“Ayahmu orang Jepang?”

“Ibuku orang Inggris, Ayah orang Jepang.”

“Ahh, jadi senpai orang blasteran. Rika selalu berpikir kalau semua pria blasteran adalah Bishonen.”

“Jangan bahas itu!”

Ujarku dalam kekecewaan.

Rika mengulurkan tangannya, seolah mencoba menarik rambut di kepalaku.

“Memang alami.......Oh misteri besar dalam kehidupan....”

“Itu pertamakalinya seseorang mengatakan itu tentang rambutku.”

Aku tersenyum pahit.

Melihat Rika penuh rasa penasaran, aku hanya bisa tersenyum.

Pluk!

“Ouw!”

Rika mendadak mencabut tiga helai rambutku.

“Ahh maaf, sebelum Rika menyadarinya Rika sudah mengumpulkan sampel.”

“Sampel untuk menyelesaikan misteri dalam kehidupan?”

Ujarku sambil menekuk alisku.

“Jadi sekarang Rika harus menebus Senpai untuk rambutnya. Rika harus memberi senpai sesuatu yang sebanding karena membantu Rika memecahkan misteri kehidupan. Bagaimana kalau sesuatu tentang asal muasal kehidupan yang dimulai dengan ‘s’ dan diakhiri dengan ‘x’?”

“Sudah kubilang aku nggak butuh balas budi!”

“Jawabannya adalah SOX.”

“Maksudmu Socks (kaos kaki)?”

“Bukan, bukan Socks, SOx seperti dalam Sulfur Oksida.”

“Kenapa kamu mau balas budi dengan gas beracun? Dan apa hubungannya dengan asal muasal kehidupan?”

“Ada yang bilang kalau kehidupan dan kematian sebenarnya sisi berbeda dari koin yang sama......”

“Sudah jelas kamu hanya mengarang cerita itu.”

“Jadi Senpai sadar ya. Sebenarnya maksud Rika SEX, Rika bermaksud menawarkan hal terpentingnya pada Senpai—“

“H-Hal penting.......”

Wajahku terbakar membara.

“Ya, bayi penting Rika.......kumpulan video vertebrata yang kawin. Sekitar 58 jam totalnya, itu sudah lebih dari cukup untuk menyelidiki misteri kehidupan.”

Aku mendesah.

Aku tak pernah mengira kalau sekedar mendengarkan akan sangat melelahkan.


Tak lama kemudian, bel yang menandakan akhir istirahat siang berbunyi.

“Gawat, aku harus kembali.”

Kuucapkan itu buru buru lalu si siswa ruang sains Rika memandangku dengan kecewa.

“Kalau begitu, mari diskusikan tentang masalah balas budi itu lain kali.”

“Sudah kubilang tak apa apa. Sampai jumpa.”

“Ah, Senpai!”

Rika tiba tiba memanggilku, saat aku hendak berbalik pergi.

“hmm?”

“Rika masih belum mengenal namamu.”

“Oh, iya.”

Saling memperkenalkan diri, itu adalah tanda ‘menjadi lebih dekat’ pada seseorang kan? Pikirku seraya menyebutkan namaku.

“Hasegawa Kodaka.”

“Hasegawa Kodaka-senpai ya?”

“Iya.”

Aku benar benar harus kembali ke ruang kelas segera.

“Kodaka-senpai.”

Ujar Rika sambil memainkan rambutnya.

“Ini pertamakalinya Rika jadi tertarik dengan mamalia.”

..........Ekspresinya nampak sangat memikat hati.


“.......Singkat cerita, dia juga salah satu orang yang aneh.”

Sepulang sekolah, aku berada di ruang klub.

Kuceritakan pada Yozora, Sena, dan Yukimura tentang apa yang terjadi dengan siswa kelas satu Shiguma Rika.

......Tentu saja, aku tak menceritakan tentang bagian Rika menawarkan keperawanannya.

“Hmm.......jadi dia memang aneh seperti yang para siswa katakan?”

Ujar Sena setelah mendengarkan ceritaku.

“Kamu kenal dia?”

“Lumayan sih. Supaya dia mau bersekolah disini, papa sudah berkali kali mengunjungi rumahnya.”

“Hah!?...”

Sena menatapku dengan cool dan berkata,

“Biarpun dia belum pernah muncul di Televisi atau majalah, dia sepertinya sangat terkenal di bidangnya, ’Gadis penemu jenius’ Shiguma Rika. Bahkan saat ia masih di Sekolah Dasar, dia membuat segala jenis elektronik, obat obatan, dan perangkat komputer, anggap saja dia berkaitan langsung dengan pertumbuhan industri. Dia sepertinya dirancang sebagai orang sempurna dalam hidupnya, seandainya jenius seperti itu lulus dari sekolah ini, reputasi kita tentu saja akan naik. Karena itu papa menawarinya bersekolah disini tanpa mengikuti pelajaran sama sekali.”

Saat ia bercerita tentang dirinya sebagai siswa ruang sains tadi, aku merasa agak bersimpati padanya. Sepertinya dia sama sekali tak membutuhkan rasa simpatiku.

Bagian mananya yang mirip dengan siswa ruang kesehatan, entahlah.

“Ngomong ngomong, lab tempat kamu menolongnya itu dibangun secara khusus untuknya.”

“Apa??”

“Pikirkan lagi, bukankah kita punya lab kimia, biologi, dan fisika disini? Lab sains baru dibangun tahun ini setelah memodifikasi ruangan yang sudah ada.”

“Kalau dipikir pikir, ruang sains itu memang lebih kecil dari ruang kelas normal......”

“Artinya itu bukan ruang sains, namun ruang yang didesain khusus untuk Shiguma Rika, ruang pribadi untuk Rika.”

Ternyata dia adalah super VIP!

“Apakah cukup bijaksana memberikan siswa perlakuan istimewa begitu?”

“Hah? Jenius mendapat perlakuan istimewa itu alami kan? Mereka seharusnya memberikan ruang pribadi untukku juga.”

Sena mengatakannya dengan nada congkak.

“Kita ini Akademi swasta, jadi mudah untuk membuat perkecualian seperti ini dibanding sekolah negeri. Karena bisa memicu protes dari para siswa, sekolah tak pernah mempublikasikan hal itu.”

“Begitu.....”

“Pokoknya, camkan untuk tidak membuat marah Shiguma Rika. Kalau dia mengatakan hal seperti ‘Aku tak mau datang ke sekolah lagi karena ada berandalan menggangguku......’, kamu akan kena masalah besar.”

Sena menyebutkan kemungkinan mengerikan itu.

“......Sebaiknya aku lupakan ini selagi masih bisa.....”

Ujarku seraya keringat dingin menetes dari alisku.


Klik!

Pintu ruang klub terbuka dan seorang gadis berjalan masuk.

“Ah, Kodaka-senpai ternyata ada disini.”

......Orang itu tiada lain adalah Shiguma Rika, yang tadi sibuk kami diskusikan.

“.....Ada yang bisa kubantu?”

Tanyaku.

“Rika dengar Senpai berada di klub bernama ‘Klub Tetangga’, Rika ingin bergabung juga.”

“BERGABUNG!?” x 3

Yozora, Sena, dan aku berteriak berbarengan.

“Aku juga sudah mengisi formulir keikutsertaannya.”

Rika mengeluarkan selembar formulir dari jas labnya.

“.......Kamu Shiguma Rika kan?”

Ujar Yozora dengan ekspresi tidak senang di wajahnya.

“Ya, nama saya Rika.”

“Klub ini dibentuk untuk tujuan tinggi, agar bisa bergabung kamu harus memenuhi persyaratan berikut.”

......Tidak, kukira kita bukan klub ribet seperti itu.

“Tujuan tinggi maksudnya ‘mendapatkan teman’ kan?”

Yozora nampak gelagapan mendengar balasan Rika.

Aku sendiri juga kaget.

“Bagaimana kamu tahu......”

“Rika melihat poster perekrutan saat Rika sedang lewat. Kalau dibaca secara diagonal dari atas, frasenya terbaca ‘kami mencari teman’, jadi Rika memahami kalau itulah motif klub ini.”

“......Seperti Sena, bahkan kamu bisa menemukan arti tersembunyi dalam poster itu........?”

Ujarku sambil keringat dingin menetes di dahiku lagi.

Poster perekrutan didesain oleh Yozora sendiri, bagi orang normal itu bukanlah apa apa selain tulisan biasa. Hanya seseorang yang tak memiliki teman bisa memahami makna sejatinya........kira kira seperti itu.

Meskipun aku sendiri tak bisa menyadari makna tersembunyi itu, Sena mengejutkanku dengan mampu menemukannya. Hari ini ada orang lain yang berhasil melakukan hal yang sama.

“Jadi Rika benar kan? Bukannya mau pamer, namun Rika bangga karena nggak punya teman.”

“Itu sama saja membanggakan diri.”

Karena dia selalu berada di ruangan Rika, dia tak pernah punya kesempatan menemukan teman, kurasa.

“....Hmm.....kurasa itu memenuhi persyaratan keikutsertaanmu.”

Meski dia sama sekali tidak kelihatan senang, Yozora masih menerima formulir pendaftarannya.

“....Aku paham. Mulai hari ini kamu adalah anggota dari klub Tetangga.”

Mata Rika sedikit menutup sambil tersenyum.

“Ya, dengan ini Rika bisa menemui Kodaka-senpai setiap hari sepulang sekolah. Mari kita lakukan semua hal bersama ya, senpai?”

Ujar Rika sambil tiba tiba bergelayut di tanganku.

“Semua macam hal.........apa yang kamu rencanakan?”

Aku hampir ingin menyibakkan lengannya secara insting,tapi peringatan Sena ‘Jangan membuat marah Shiguma Rika’ berdering kencang di pikiranku. Aku tak punya pilihan selain menerimanya.

“Kalau begitu, semuanya harap bisa akur dengan Rika. Jangan halangi Rika dan Kodaka-senpai~”

Ujar Rika pada Yozora dan yang lainnya sambil masih bergelayut di tanganku.

Dihadapkan pada Rika yang wajahnya berbinar binar, Yozora, Sena, dan Yukimura terlihat sangat tidak senang.

“......Perasaan tak nyaman apa ini di dadaku.”

Melihat wajah tak nyaman Yukimura, aku tak punya pilihan selain membuang tatapanku.

“.....Kamu juga daging, bagaimana bisa kamu memahami poster sampah macam itu?”

“Apa yang anak ini lakukan! Kenapa dia lengket sama Kodaka?”

Yozora dan Sena menggumam lembut dibawah nafas mereka, tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas.

Yang penting,

Klub Tetangga mendapat anggota baru, Shiguma Rika telah bergabung secara resmi.


Mundur ke Takayama Maria Kembali ke Halaman Utama Maju ke Busuk