Boku Wa Tomodachi Ga Sukunai:Jilid1 Anak Buah

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Anak Buah[edit]

“Belakangan ini aku merasa ada yang diam-diam suka ngeliatin aku.......”

Suatu hari di ruang klub setelah jam sekolah, aku menggumam gelisah.

“Fuuu......”

Yozora, seperti sedang melihat sebuah tragedi, menatapku iba dan menghela napas ringan.

“Haa”

Bahkan, Sena, tertawa seperti sedang mengolok-olok ku.

“Sialan......”

Meski sudah kuperkirakan reaksi mereka bakal jadi begini sebelumnya, aku tetap menyesal ngomongin masalah ini dengan mereka.

“Ini beneran!”

“Ohya? Aku percaya kalo gitu.”

Yozora berhenti terlihat simpatik dan sepertinya percaya dengan ucapanku.

“……Aku cuma perlu ngomong kaya gitu supaya kamu percaya?”

“Ya, aku percaya. Aku percaya kalau ‘Kodaka merasa ada orang yang suka ngeliatin dia.’”

Jadi dia ga percaya sama sekali......

“......Ga perduli aku lagi ada di kamar mandi, atau lagi makan, atau cuma lagi jalan di lorong, aku ngerasa ada tatapan aneh entah dari mana.”

“Mungkin itu gara-gara orang lain jadi waspada kalo ada kamu?”

Kubantah tebakan Sena.

“Bukan. Aku udah terbiasa sama orang-orang yang jadi waspada kalo ada ku, jadi aku yakin bukan itu asalnya. Kalau memang iya, biasanya waktu aku ngeliat ke arah mereka, orang yang menatapku bakal lari terbirit-birit.”

“Hidupmu menyedihkan banget.”

“Berisik!”

Aku benar-benar berharap Sena berhenti ngomong kaya gitu, bisa-bisa akupun jadi kasihan sama diriku sendiri.

“Jadi intinya, tatapan-nya itu seperti apa?” Yozora menginterupsi.

“......Intinya......ummmm......Kayanya aku jadi semacam objek observasi. Rasanya agak aneh......Setiap kali aku ngeliat ke arah datangnya tatapan, tatapannya bakal menghilang. Tapi waktu pandanganku kualihkan, sensasi anehnya muncul lagi.”

“Kamu cuma lagi capek, Kodaka.”

“Jangan tiru nada bicara heroine ‘X-Files’!”

“Mungkin itu fenomena gaib?”

“Apa?!”

“Ga tau juga sih, cuma nebak aja. Mungkin itu ulah hantu boss gangster cowok yang mati dua puluh tahun lalu, dia marah karena, entah dari mana,muncul berandalan aneh yang merebut singgasananya yang berharga. ”

“Fuun, ga mungkin ah.”

Balas Yozora kepada Sena.

“Seperti kata Yozora, ga mungkin ada hantu-”

“Sampai 15 tahun yang lalu, sekolah ini cuma dibuka untuk perempuan. Karena itu kalau ada boss gangster yang mati dua puluh tahun lalu, dia bukan laki-laki tapi perempuan.[1]

“Oh iya, bener juga.”

“Siapa yang perduli hantunya boss cowok atau boss cewek! Hantu dan semacamnya itu ga ada!”

Bantahku sekuat tenaga. Sena, terlihat sewot, berpaling padaku dan berkata,

“Terus menurutmu apa? Kamu mau bilang kalo ada orang yang hobi ngeliatin kamu diam-diam dari sudut yang gelap?”

“Hmm......”

Aku belum bisa memikirkan jawaban yang masuk akal.

“......Kalau kupikir lagi, mungkin aja ini ulah berandalan lain. Kalian berdua tahu sesuatu soal ini?”

Bagamanapun ini bukan ulah hantu. Kugunakan kata ‘berandalan lain’ hanya karena kata itu yang melintas di pikiranku, bukan berarti aku juga berandalan.

“Uun......Di sekolah kita, anak-anak pemarah yang ngomong hal kaya ‘anak baru ini menyebalkan, ayo kita kasih dia pelajaran’ itu ga ada. Semua anak anak disini seperti orang dewasa- ternak peliharaan yang terbiasa diberi makan sampai tersedak.”

“Kamu pakai analogi kaya gitu ke temen satu sekolah......?”

Seharusnya kumarahi dia karena perkataannya barusan.

“Kamu gimana Yozora? Punya petunjuk?”

“Tolol. Buat apa aku, perwujudan sikap anti-sosial, tahu tentang rumor yang lagi beredar di sekolah?”

Aku hampir mendapat kesan kalau dia bangga akan hal itu.

“Kalau ini bukan ulah berandalan lain......mungkin ulah prefek?”

“Sekolah ini ga punya prefek- Mereka ga dibutuhkan disini.”

“......Oh. Kalo gitu......pelakunya pasti ‘itu’ kan?......”

“Apa?”

Sena kelihatan sangat terkejut.

Aku berkata ragu-ragu,

 

“......’Itu’......kamu tau kan.....penguntit......”

“…………”

“…………”

Setelah mendengar perkataanku, Yozora dan Sena hening sesaat, dan kemudian-

“Ahahahahahahahahahahahaha! Byahahahhaahahahahahahahahah! Kuhahahahahahahahahahahahahahaha!”

Sena meledak tertawa. Dia tidak berusaha menahannya sama sekali.

“Ahyahyahya, kamu idiot ya?! Kodaka, barusan kamu serius?! Ahyahyaha!Ah, ngapain nguntit berandal vulgar kelas rendahan kaya kamu?! Dan Kodaka, kamu tau ga kalau 90% dari kasus penguntitan punya motif masalah percintaan?? Memang kamu punya masalah percintaan?? Sejak kamu pindah sekolah ke sini, apa kamu punya pengalaman romatis? Coba sebutin satu adegan dari novel romantis apapun yang pernah kamu alami. Aku taruhan pasti ga ada, ya kan bodoooooh!”

“Gu......”

Wajahku panas mendengar ejekan kejam dari Sena.

Tiba-tiba aku melihat ke arah Yozora.

Anak ini pasti, tanpa ragu, mengejekku juga. Tapi yang aku dapatkan malah-

“......”

Dengan tenang Yozora berdiri. Dia menuangkan segelas kopi dan meletakkanya di depanku. Dan di wajahnya, senyum tulus -yang patut dipertanyakan- dan lembut muncul di wajahnya......!?

Aku ga tau apa yang ingin dia sampaikan, aku juga ga tau harus ngomong apa.

“Ini, minum selagi kopinya masih hangat, Kodaka......”

“St, stop......Jangan tiba-tiba jadi terlalu baik padaku......”

Tulus atau tidak, kelemah-lembutan Yozora cukup untuk membuatku berpikir ‘Yozora, kamu kelihatan sangat cantik.’ Tapi kalau itu kukatakan, aku bakal hancur dan mulai menangis. Dibanding serangan verbal langsung dari Sena, serangan mental Yozora masih lebih menyakitkan.

“Fuu, ternyata memang benar. Waktu kamu melihat orang lain yang lebih menyedihkan daripada kamu, kamu akan merasa jauh lebih baik tentang dirimu sendiri.”

“Kamu pasti tahu betul kan kalau simpati bisa lebih menyakitkan daripada perilaku kejam yang terang-terangan!

“Ya, tentu. Itu sudah terukir di hatiku.”

“Itu bahkan jauh lebih kejam!”

Perempuan ini benar-benar tau caranya melukai harga diri orang lain......

“Aah, sudahlah. Aku terlalu terburu-buru menyimpulkan kalau pelakunya itu penguntit! Berhenti mengejekku!”

Aku mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

“Meskipun ga mungkin, tapi masih bisa terjadi kan! Maksudku......Ga terlalu mengagetkan kalau aku bisa mengalami episode romantis dalam hidupku!”

“......Dengan kata lain, cewek yang diam-diam suka Kodaka, bersembunyi disudut yang gelap mengamati setiap gerak-gerik Kodaka?”

Dalam hal menatap, yang Yozora lakukan padaku adalah contoh sempurna dari menatap seseorang.

“......Menurutku orang itu ga melakukannya dari sudut yang gelap. Mungkin aja sih, maksudku itu ga benar-benar mustahil......malah aku harap memang begitu......”

Kayanya aku kelewat percaya diri dengan perkataan barusan. Seperti anjing yang merendahkan ekornya, kurendahkan volume suaraku.

“Kamu ga malu ngomongin khayalan-mu keras-keras?”

“Khayalan....?!”

Aku benar-benar merasa tersinggung dengan ejekan Sena.

“......Lupakan. Aku memang bodoh minta bantuan kalian berdua.”

Kecewa, aku berdiri dan hendak meninggalkan ruangan.

“Tunggu, Kodaka.”

Kata Yozora.

“Aku ga akan mengabaikan masalah anggota klubku. Biarkan aku membantumu menangkap penguntit itu!”

“Gapapa, aku ga terlalu terganggu kok. Malah mungkin aja ini bukan ulah penguntit.”

“Jangan khawatir. Aku lagi ga punya banyak kerjaan kok.”

Jadi masalahku cukup bagus untuk mengisi waktu luangmu ya.

Meski dia sedang dalam mode ‘Yozora cantik’ yang agak menakutkan, aku ga merasa tersinggung dengan ucapannya.

“.......Fuun, kalau Yozora membantu, aku juga ikut. Meski aku ga punya banyak waktu luang.”

Dengan cepat Sena juga ikut menawarkan bantuannya.

....Aku merasa hal yang merepotkan bakal terjadi lagi. Sekali lagi aku menyesal memberitahu mereka tentang insiden ‘tatapan-aneh’.

 

Esok pagi.

Seperti biasa aku tiba di sekolah setengah jam lebih awal. Yozora dan Sena sudah menungguku di pintu masuk.

“Kamu terlambat. Kamu mau kubantu ato ga sih Kodaka?!”

“Berani-beraninya kamu membuatku menunggu.”

Mungkin karena ini masih terlalu pagi, sikap mereka jadi lebih parah dari biasanya.

“....Bukan gitu, tapi tatapan-nya biasa muncul setelah kelas mulai. Kayanya ga ada gunanya datang ke sekolah pagi-pagi. ”

“Apa......?!”

Ucapanku membuat mereka berdua murka.

“Mestinya kamu bilang dari awal!”

“Kamu membuatku menyia-nyiakan satu jam hidupku.....! Dengan perempuan itu!”

“Mestinya aku yang ngomong begitu Daging. Aku berdiri diam dengan sepotong daging mentah bau selama sejam. Benar-benar menjengkelkan.”

Jadi mereka sampai di sini sejam yang lalu, dan berdiri disini tanpa ngomong apapun ke satu sama lain.

Malah dari awal ga ada yang pernah bilang kalo kita bakal ketemu di sini.

“......Yah, pokoknya, maaf ya......”

Mereka ga puas cuma dengan permintaan maaf, tapi cuma itu yang bisa kulakukan.

 

Setelah homeroom selesai, ruang kelas mulai gaduh.

Sena datang ke kelasku dan berkata,

“Ayo.”

“Ya ya.”

“Jangan memerintahku, Daging.”

Yozora dan aku mengikuti Sena keluar dari ruang kelas.

Kami tidak tidak punya tujuan khusus- kami cuma berkeliling sebelum kelas dimulai.

“.....Fumu.....Aku memang merasa sedang diperhatikan.”

“Iya.....Kayanya ini memang bukan cuma perasaan Kodaka aja.”

Sena mengangguk tenang.

“......Aku benci menginterupsi obrolan serius kalian,”

Kataku gugup.

“......Memang benar kita lagi dipandangin, tapi bukan ini yang aku maksud......”

“?”

Yozora dan Sena kelihatan kaget. Mereka belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

“Kita sedang dikelilingi murid-murid yang lain! Kita ga bisa nemuin sumber pandangan-nya kalo ada orang-orang sebanyak ini!”

Yozora di kananku; Sena di kiriku.

Satunya berandalan (meskipun sebenarnya bukan), yang satu cewek cantik dengan rambut hitam panjang yang sangat indah, dan yang satunya lagi cewek cantik berambut pirang bermata biru bagaikan ratu.

Sendirian, salah satu dari kami bakal menarik banyak perhatian; dan sekarang kami ada bertiga, ditambah kondisi aneh yang baru kusebutkan tadi, jadi ada banyak murid yang memandangi kami.

Dengan segini banyaknya pandangan diarahkan pada kami, mustahil bisa menemukan orang yang kami cari.

......Selain itu pandangannya bukan pandangan observasi seperti yang biasa- Aku bisa merasakan kecemburuan dan pandangan menghina datang dari pandangan tersebut.

“Astaga. Kalau memang begitu, buat apa aku mengumumkan ke cowok-cowok di kelasku kalau ‘Aku punya urusan penting hari ini; Aku ga punya waktu dengan makhluk macam kalian.’”

“Jadi itu alasannya!”

......Waktu kudengar baik-baik, aku mendengar ada raungan seperti ‘......Uugh......Sena-sama [TL note: cara memanggil orang yang dimuliakan atau yang punya martabat tinggi]......sudah meninggalkan kita......’ dan ‘Dia punya dua cewek cantik dengannya.’

“Bukan, aku cuma......!”

Aku cepat-cepat berbalik ke arah murid-murid itu untuk memberi penjelasan, tapi mereka buru-buru menundukkan kepala mereka dan lari berhamburan.

“Fumu, jadi itu ya. Teknik yang sering dipakai berandalan kalau ada orang yang ngeliatin mereka- ‘Ngapain lo liat-liat hah?!’ Ini pertama kalinya aku ngelihat langsung.”

Komentar Yozora santai.

......Dan pada hari itu, rumor kalau Kodaka Hasegawa mengambil paksa dua cewek cantik dan menyeret mereka berdua berkeliling sekolah menyebar ke satu sekolah.

 

“Penguntit bajingan......Meski aku ga yakin dia bener-bener ada atau tidak, kalau memang ada akan kutangkap dia......”

Jam sekolah sudah selesai.

Sekarang aku sedang berkeliling di dalam sekolah sambil diam-diam memperhatikan sekelilingku (sendirian, tentu saja).

Aku bisa merasakannya, ada pandangan aneh diantara pandangan penasaran dari murid lain.

Bukannya pandangan itu bisa mencelakaiku. Bisa aja kubiarkan. Tapi berkat orang itu, bertambah lagi rumor jelek tentangku.

Aku benar-benar marah karena hal ini.

......Tapi rasanya kurang masuk akal juga kalau dia yang kusalahkan.

Bisa kurasakan pandangan itu dengan jelas sekarang.

Bercampur dengan pandangan penasaran, pandangan itu dengan tenang mengamatiku.

Ayo kita pergi ke tempat yang lebih sepi.

Aku menaiki tangga ke lantai yang agak terasing yang biasa digunakan sebagai gudang.

Pandangan penasaran mulai menghilang, yang tersisa tinggal pandangan yang kucari.

Aku mencuri pandang ke belakang, dan akhirnya aku bisa melihat ada orang berdiri di sudut gelap.

Aku pura-pura tidak menyadarinya; Aku mempercepat langkahku di lorong sunyi ini.

Ketika sampai di ujung lorong, aku berjalan ke sudut dan bersembunyi di titik buta.

Setelah beberapa detik,

*Don*

“Hya”

Seseorang menabrakku. Dia mengerang lemah dan terjatuh ke lantai.

Jadi ini pelaku yang selama ini membuntutiku, mungkin.

Kuamati wajah orang ini......

“............”

Aku tertegun oleh apa yang barusan kulihat.

Orang ini sangat manis.

Wajahnya punya kombinasi antara keluguan dan kekanak-kanakan.

Tidak seperti wajah Yozora dan Sena yang agak kejam, wajah yang ada di hadapanku ini contoh sempurna dari wajah bishoujo yang sesungguhnya.

Tapi pakaian di bawah wajah tersebut terasa janggal.

......Bishoujo ini, kenapa dia pakai seragam laki-laki?

“......? ???”

Banyak pertanyaan mulai muncul di kepalaku. Pada saat yang sama, dia(perempuan?) berdiri.

Dia(perempuan?) tidak menunjukkan ekspresi, tapi aku bisa merasakan kalau dia(perempuan?) sedikit terkejut.

“Jadi ini ya?”

“......?”

“Jadi ini yang namanya pemerasan?”

“Bukan!”

Entah kenapa, dia(perempuan?) mengatakannya dengan nada yang agak riang; Dengan tegas aku membantahnya.

 

“Nama saya Yukimura Kusunoki. Saya dari kelas 1-1.”

Setelah insiden tadi, aku menuntun penguntit perempuan(?) ini ke ruang Klub Tetangga. Dengan nada lembut, dia(perempuan?) memperkenalkan dirinya.

Dan kemudian dia(perempuan?) mengambil dompet dari tasnya dan, yang mengagetkanku, meletakkannya di tanganku seperti sedang memberikan persembahan.

“?”

“Saya hanya punya 3000 Yen. Tolong ampuni saya.”

“Tidak! Maksudku, apa-apaan nih?!”

Dia pikir aku ini siapa.

“......Yukimura Kusunoki......Namanya kedengaran seperti nama jenderal dari periode Zhan Guo[2].”

Kata Sena.

Sena dan Yozora juga ada di ruang klub. Mereka mengamati perempuan(?) itu dan mengatakan lelucon kejam seperti “Kamu memaksa adik kelasmu pake seragam cowok......Kodaka, fetish unikmu benar-benar menakutkan......” dan “Siapa itu, dompet barumu?”

“Itu benar.”

Perempuan(?) yang memanggil dirinya Yukimura mengangguk ke Sena.

“Merupakan keinginan orangtua saya agar saya tumbuh menjadi pria Jepang sejati seperti Sanada Yukimura. Karena itu mereka memberi saya nama ini.”

“......Pria......Jepang?”

Yozora mengernyitkan dahinya.

“......Ehm. Maaf sebelumnya.....Jangan bilang kamu laki-laki?”

Aku bertanya hati-hati. Yukimura memiringkan kepalanya dan menjawab,

“Seperti yang bisa anda lihat, saya laki-laki.”

“......Tidak, kami tidak bisa melihatnya.”

“?”

Dengan kepalanya yang dimiringkan dan wajahnya yang terlihat kebingungan, Yukimura memikirkan maksud perkataanku. Ekspresinya terlalu imut.

......Yah, memang benar di dunia ini ada laki-laki yang kelihatan seperti perempuan. Kalau dia bilang dia laki-laki, mungkin memang begitu kenyataannya......agak sulit dipercaya aja sih.

“......Masalah gender selesai......Yukimura? Kenapa kamu menguntitku?”

Ketika aku menanyakan hal itu, Yozora dan Sena juga menatap Yukimura.

Yukimura, dengan wajah poker-nya, menjawab pasif,

 

“Sederhana-nya, saya adalah korban bully.”

 

“……Bully……”

Aku mengulangi perkataan Yukimura dan merasa agak sedih.

Bahkan di sekolah swasta Kristen sedamai ini, dimana anak yang kelihatan yang paling berandalan (aku) adalah anak yang jujur, tindakan seperti bully masih ada.

“Di sekolah ini juga ada ya, hal seperti ini......”

“Pastinya. Sekolah tanpa tindakan bully itu tidak ada.”

Tegas Yozora dengan tenang.

......Meski aku tidak benar-benar yakin, tapi aku juga setuju dengan pendapat Yozora.

“Kenapa mesti ada tindakan bully?”

“Karena bully itu asik.”

Balas Yozora seolah-olah itu hal yang sudah jelas.

“......Asik?”

“Kamu bakal tau kalau kamu udah mencobanya, kebanyakan manusia......suka menyerang orang yang ga bisa menyerang balik. Seperti insting primitif. Membunuh serangga untuk sekedar main-main, posting komentar yang memfitnah di anonymous BBS[3], atau mengerjai blog milik orang lain. Dan kalau targetnya salah bicara, atau melakukan sesuatu yang ga sesuai dengan norma yang ada, kamu bisa mengklaim kalau keadilan ada di pihakmu dan kamu bisa mem-bully target sepuasnya. ”

“......Kamu tau banyak soal ini.”

Jawabku sambil mengernyitkan wajahku. Yozora melotot kejam padaku.

“Jangan samakan aku dengan orang-orang kaya gitu.”

Jawab Yozora mengerikan.

Kayanya aku membuat dia sangat marah.

“Ja, jadi kenapa kamu membuntuti Kodaka?”

Mungkin Sena juga menyadari suasananya menjadi tegang; cepat-cepat dia bertanya pada Yukimura.

"Oh iya, kamu bilang kalau kamu menguntitku karena kamu di ‘bully’. Tapi aku ga paham penyebab dan akibat seperti apa yang membuatmu menguntit aku.

Yukimura menjawab,

“Saya ingin menjadi gagah dan keren seperti Kodaka-senpai. Yang saya inginkan hanya belajar bagaimana caranya menjadi pria jantan seperti dia.”

“Gagah dan keren......!?”

Ekspresi keraguan muncul di wajah Sena.

“......Maksudmu berandalan vulgar ini?”

Yukimura mengangguk malu (Ekspresinya manis sekali.)

“Bagaikan angin, anda seperti serigala penyendiri yang langkahnya tidak bisa dihentikan siapapun. Anda adalah model dari pria Jepang sejati.”

“Serigala penyendiri......itu kan gara-gara dia ga punya teman.”

“Berisik.”

Balasku kesal.

“Tidak perduli dengan norma sosial- anda hanya mengikuti cara hidup anda sendiri. Untuk memuaskan nafsu anda yang sangat besar, anda menjarah semua yang ada dalam jangkauan anda. Semua bentuk penentangan akan ditekan secara brutal dan dipaksa menyerah dibawah tahta anda. Dengan kekayaan yang berlimpah dan dikelilingi gadis selir dalam jumlah besar, anda sudah melampaui batas kebajikan dan kejahatan fana. Bahkan dewa-dewa abadi pun takut pada anda. Anda sudah mencapai puncak segala dimensi.”

“Sebentar sebentar?! Ini kan deskripsi tiran Dong Zhuo dari Roman Tiga Kerajaan?! Aku selalu menaati aturan sekolah sampai ke setiap hurufnya. Aku ga pernah mengancam, melirik cewek-cewek, atau melakukan tindak kekerasan ke murid lain!”

Dalam satu tarikan napas aku menyangkal semua pujian(?) Yukimura yang terdengar seperti nyanyian.

Yukimura tertawa lembut.

“Anda tidak perlu merendah.”

“Aku tidak sedang merendahhhhhhhhhh!!”

“Saya sudah memperhatikan kehidupan sehari-hari anda selama beberapa hari ini, dan kesimpulan saya, rumor yang beredar memang benar, Kodaka-senpai adalah pria sejati.”

“Benar darimana?! Kamu buta ya?!”

Ketika kulihat pandangan kagum Yukimura padaku, keringat dingin mulai mengalir.

Dan kemudian Yozora berkata,

“......Dengan kata lain, Yukimura, kamu mau menjadi pria yang gagah supaya kamu tidak dibully?”

“Betul. Sebagai laki-laki, saya ingin menjadi pria yang hebat seperti Kodaka senpai. Bagaimana caranya menjadi orang yang mengagumkan seperti senpai?”

“A, Aku tidak sehebat itu......!”

Pujiannya membuatku sekujur tubuhku merinding.

“Tolong ajari saya. Bagamana caranya menjadi seperti anda?”

Pada saat itu, Sena bertanya,

“Meski kamu bertanya begitu......jadi kamu dibully kaya gimana? Kalau terlalu parah, mestinya kamu ga maksain diri menghadapi mereka sendirian – lapor ke guru mungkin lebih baik.”

“Ya. Singkatnya, saya dijauhi oleh semua teman cowok sekelas.”

Kata Yukimura pasif.

“Dijauhin?”

“Ya. Sebagai contoh, sebelum kelas olahraga, ketika saya akan berganti baju olahraga, semua orang di sekitar saya akan lenyap.”

“......”

......Apa? Kayanya ada yang aneh......

“Atau waktu kami bermain, ketika saya berkeringat banyak dan hendak melepas kaos, semua orang akan menghilang.”

......

“Dan waktu kami bermain dodgeball, tidak ada yang melempar bola ke arah saya.”

......

“Sama halnya ketika saya di SMP. Ketika Karate, tidak ada yang mau menjadi lawan saya.”

......

“Waktu orang lain bilang kalau mereka akan pergi ke suatu tempat dan saya minta ikut dengan mereka, mereka pasti menolak. Waktu saya masuk ke kamar mandi, seringkali semua orang di dalam akan lari keluar.”

......Em, itu bukan bully. Mereka bertingkah gitu gara-gara kamu terlalu mirip perempuan, dan mereka ga tau harus bersikap seperti apa didepanmu.

Bahkan aku sendiri, kalau aku melihat Yukimura masuk ke kamar mandi laki-laki, aku juga bakal malu, meski aku tahu kalau dia laki-laki.

“Hei, itu bukan bully-oww!”

Tanpa peringatan Yozora memukul bagian belakang kepalaku.

“Unun. Sedih sekali. Aku benar-benar simpati padamu sampai-sampai aku mau menangis.”

Kata Yozora, tanpa sedikitpun tanda-tanda simpati di wajahnya.

“Ya. Beberapa hari yang lalu akhirnya saya memberanikan diri dan, di kamar mandi, saya bertanya ke salah satu murid kenapa mereka menjauhi saya. Muka murid itu menjadi merah dan berkata kalau saya kelihatan mirip sekali dengan perempuan. Benar-benar kejam.”

Menurutku muka murid itu merona merah karena malu, bukannya marah......

“Saya diperlakukan seperti ini karena kaya terlihat seperti perempuan. Dengan kata lain, kalau saya menjadi pria jantan, saya tidak akan dibully lagi.”

“Udah kubilang itu bukan bull-”

Yozora memukulku lagi.

“......Kamu ngapain sih Yozora?”

“Diam sebentar Kodaka.”

Yozora berbisik padaku. Kemudian dia berbalik ke arah Yukimura.

“Yukimura Kusunoki. Kamu pantas mendapat pujian karena kamu tidak menundukkan kepala di hapadan rintangan yang besar. Kamu harus berada di sisi Kodaka dan berlatih menjadi seorang pria sejati.”

“Hei?!”

“Terima kasih banyak. Saya akan belajar sekuat tenaga.”

“Bagus sekali. Oh Yukimura, karena Kodaka adalah anggota dari Klub Tetangga, dia akan sering sibuk. Kalau kamu bergabung dengan klub ini, kamu bisa lebih sering mengamati Kodaka dari dekat.”

“Begitu ya. Kalau begitu izinkan saya bergabung.”

“Bagus. Kalu gitu tulis namamu di formulir pendaftaran ini.”

“Ya. Tanda tangan.”

Sarasara-......

Yukimura Kusunoki mengambil formulirnya dari Yozora dan, dengan tulisan tangan yang elegan, dia menulis namanya di sana.

Untuk apa semua ini......

“......Maumu apa sih Yozora? Ini sama aja kaya berbohong......”

Bisikku.

“Kamu terlalu paranoid. Yukimura adalah rekan kita yang menanggung masalah yang sama dengan kita- yaitu masalah hubungan pribadi. Akan sangat baik bagi kita semua kalau kita bisa membantu dia dalam masalahnya.”

“......Dan tujuan sebenarnya?”

“Sayang banget kalau kita membiarkan orang-tolol semenarik ini begitu saja. Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah mengikatnya ke klub ini.”

“......”

“Aku cuma berpikir kalau Klub Tetangga butuh seorang pesuruh. Yah, kalau kamu ga mau, dia bisa kita buang kapan aja.”

“Kamu bener-bener kelewatan!”

“Hebat kan? Sekarang kamu punya anak buah. Akhirnya Kodaka kelihatan seperti berandalan sungguhan.”

“Apanya yang hebat?!”

“Anak buah?”

Yukimura mendengar kata itu dan bereaksi.

“Saya adalah anak buah Kodaka-senpai?”

“Bukan, Yukimura. Tadi cuma bercanda. Lupakan aja.”

“Saya sangat bahagia.”

Senyum bahagia muncul di wajah Yukimura ketika dia mengatakannya.

“......Ha?”

“Sebuah kehormatan bisa menjadi anak buah dari pria sehebat Kodaka-senpai. Izinkan saya melayani anda. Saya akan melakukan apapun untuk Kodaka-senpai.”

“Engga, itu umm... ”

“Ya?”

“Ug......”

Yukimura, dengan mata besarnya yang bersinar, menatapku penuh harap. Sepanjang hidup, belum pernah ada orang yang menatapku seperti ini. Aku ga bisa berkata apa-apa.

“......Yah, kalau gitu, lakukan yang terbaik......”

“Baik. Kodaka-senpai?”

“Ah?”

“Boleh saya panggil anda Aniki?” [TL note: ‘Big bro’, biasa digunakan Yakuza dan berandalan]

“......Lakukan apa maumu.”

Aku mengangguk lemah, dan Yukimura tersenyum manis.

Misinya untuk menjadi lelaki Jepang yang gagah dan keren masih sangat panjang.

 

Pencapaianku hari ini.

Aku mendapat anak buah.

......Tampaknya, melihat dari kejadian hari ini, keinginanku untuk menjalani kehidupan sekolah yang tenang dan normal juga masih sangat panjang.

Boku wa tomodachi ga sukunaiVol1 chp6.jpg

 

 

Saat istirahat makan siang.

Setiap kali kelas selesai dan aku pergi ke kantin untuk membeli makan siang, ruang kelas akan menjadi gaduh.

Akhir-akhir ini aku mendapat kesan seperti itu......

“Aniki.”

Yukimura masuk ke ruang kelas.

Meskipun dia masuk ke ruang kelas senior, dia sama sekali tidak kelihatan takut. Dia berjalan ke arah tempat dudukku.

Uwa, dia punya nyali......

“Aniki. Ini.”

Yukimura datang padaku dan meletakkan barang yang dibawanya ke mejaku.

“......?”

Roti kare, roti yakisoba, cokelat, dan komik.

Di sampul komiknya ada gambar pria berwajah kejam, dengan potongan rambut mirip roti Prancis yang lucu dan memakai seragam lengan panjang.

“Kalau begitu saya permisi dulu, Aniki.”

“Se, sebentar Yukimura! Apaan nih?”

Buru-buru aku memanggil Yukimura yang hendak beranjak pergi.

“Ini makan siang dan komik berandalan Aniki. Boss Yozora mengajari saya kalau membeli makan siang dan komik untuk Aniki adalah tugas seorang anak buah. ”

“Orang itu cuma tau caranya ngomong hal-hal yang ga berguna......!”

Aku melihat sekeliling ruang kelas tapi tidak bisa menemukan Yozora.

“Apa pelayanan saya kurang memuaskan?”

Yukimura menundukkan kepala dan menatapku dengan ekspresi gelisah.

Aku, tentu saja, tidak akan melakukan hal yang akan menyakiti perasaan adik kelas yang sangat lugu ini.

“Eng, enggak kok. Pas banget kamu dateng, aku memang udah laper. Ini...sebentar......bukannya ini ‘Kisah Berandalan Terkuat’? Udah lama aku ingin baca komik ini......beneran.....Aku senang......bahkan buku komik bodoh......ah, bukan, ini buku bagus yang ga perlu banyak mikir......”

Roti ga lebih baik daripada nasi kepal, dan aku ga terlalu suka susu cokelat. Dan sudah jelas, aku sama sekali ga tertarik membaca komik berandalan.

“Saya senang.”

Wajahku tersipu malu melihat senyum manis Yukimura.

Aku harus menenangkan diriku. Dia cowok......!

“......Ah, ah ya. Aku harus membayarnya. Berapa semuanya?”

Yukimura menggelengkan kepalanya,

“Saya tidak akan menerima uang dari Aniki. Pujian dari Aniki adalah hadiah terbaik.”

“Engga bisa, meskipun kamu bilang gapapa!”

“Saya permisi dulu Aniki.”

Setelah menjawabku dengan sopan, dengan cepat Yukimura berjalan keluar kelas.

Ga ada cara lain......Nanti akan kumasukkan uang ke dalam tasnya diam-diam.

Makan siangnya memang oke......Tapi harga komik berandalan-nya akan sedikit melukai isi dompetku......

 

......Hari itu, rumor kalau Kodaka Hasegawa menjadikan adik kelas yang cantik sebagai pesuruhnya menyebar ke satu sekolah.

Memang itu kenyataannya, tapi bukan itu kebenarannya......


Translation Notes[edit]

  1. Di terjemahan bahasa Inggrisnya, Sena menyebut “his prized throne”, yang kemudian dikoreksi Yozora “not ‘his’ prized throne, it would be ‘her’ prized throne”.
  2. Era peperangan Cina di zaman dinasti Qin Lebih detailnya di http://en.wikipedia.org/wiki/Warring_States_period
  3. Bulletin Board System. Lebih detailnya di http://en.wikipedia.org/wiki/Bulletin_board_system


Mundur ke Selamat Datang Di Dunia Galgame Kembali ke Halaman Utama Maju ke Kondisi Rumah Tangga Keluarga Hasegawa