Altina Cross Overlord

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

● Ainz Sang Juru Strategi ●


Setting-nya berada di utara Kekaisaran Belgaria, di mana Altina berada-


Bordertown Tuonvell.


Langit tertutupi awan gelap.


Udara dingin membekukan lingkungan sekitar.


Sebagai komandan resimen perbatasan dan juga seorang putri, Altina datang untuk menyambut orang tertentu. Dia memendam harapan besar pada orang ini. Orang ini berasal dari keluarga biasa dengan pangkat militer yang rendah, ada juga rumor yang mengatakan bahwa dia adalah seorang ahli strategi berbakat yang diasingkan ke perbatasan. Mungkin orang ini bisa menjadi ahli strategi untuk Altina.


Situasinya saat ini dapat digambarkan dengan istilah "blokade".


Setelah dikejar dari ibukota kekaisaran oleh para bangsawan dan menjadi komandan resimen perbatasan, bawahannya yang bernama Jerome memandang rendah Altina karena dia hanyalah seorang gadis.


Meskipun prajurit lain menghormatinya dan menyanjungnya sebagai putri ... mereka tetap saja tidak memperlakukannya seperti komandan.


Dan pasukan yang dikerahkan pada benteng di garis depan tidak akan cukup untuk mempengaruhi kekaisaran.


Perbatasan utara ini seperti sangkar bagi seorang Altina.


Karena dia memiliki keinginan untuk menjadi permaisuri, ia membutuhkan seorang ahli strategi untuk memberikan saran padanya, tak peduli apapun yang terjadi.


Meskipun Altina membutuhkannya, dia hanya mendengar orang itu melalui rumor, dan Altina sama sekali belum pernah melihat karakter dan kemampuan orang itu secara langsung.


Untuk mengenal karakternya, Altina menyamar sebagai seorang pengemudi gerobak untuk menjemputnya.


Seseorang yang belum pernah terlihat sebelumnya berdiri di tengah jalan.


Dengan buku yang tergenggam di dadanya, ia tampak seperti seorang pemuda lembut yang bahkan tidak tega membunuh seekor lalat sekalipun. Entah kenapa laki-laki itu mengenakan jubah panjang dan topeng.


Orang itu adalah Overlord of Death, Ainz.


Altina yang tidak tahu apa-apa memasang wajah dengan ekspresi aneh ketika orang itu mendekat.


"Erm .. Kau ... adalah?"


"...... Namaku Ainz."


Sebuah suara yang berat.


Mungkin karena topengnya, sehingga suara orang itu terdengar sedikit teredam.


Pikir Altina, tidak mungkin orang ini, kan?


Mungkin ekspresi Altina yang begitu ragu-ragu terlihat jelas oleh Ainz, sehingga Ainz pun melanjutkan perkataannya.


"Jangan khawatir, mungkin ini sulit dipercaya, tapi aku punya ide bagus tentang apa yang perlu kita lakukan.”


"Hah?"


"Kau mencari strategi yang tepat, kan? Alasannya adalah….yahh, lebih baik kita tidak membicarakannya di sini."


Altina mengalihkan pandangannya kepada orang-orang yang berjalan di jalanan.


Altina membuka mata lebar-lebar karena terkejut. Dia hampir saja membuka rahasia di tempat umum.


Dia mendengar bahwa orang ini cukup hebat, tapi tidak sehebat ini!


"Apakah kau benar-benar dipindahkan ke sini dari ibukota kekaisaran?"


"Ditransfer ... Jika maksudmu adalah, "diasingkan dari dunia ", mungkin itu ada benarnya."



Gerobak kereta melewati Kota Tuonvell


"Panggil saja aku Altina."


Meskipun tak seorang pun memanggilnya dengan nama itu, si gadis masih saja memperkenalkan dirinya dengan nama pendek tersebut di hadapan Ainz.


"Baik."


Ainz mengenalinya sekarang.


Dia kemudian mengamati daerah sekitar sembari masih mengenakan topeng itu.


"... Pemandangan dunia ini terlihat hampir sama."


Kedua sisi jalan itu penuh dengan ladang jagung. Karena sedang musim dingin, semua ladang berwarna cokelat. Pemandangan itu dipisahkan menjadi dua warna yang berbeda, dengan langit malam berwarna abu-abu di atas cakrawala.


Penumpang biasanya duduk di belakang, tapi Altina sedang duduk di kursi tengah sembari mengemudi, sementara Ainz duduk di sisi kanan.


Lebih mudah untuk berkomunikasi dengan posisi seperti ini.


Namun, walaupun Altina melihat ke samping, dia tak bisa melihat ekspresi Ainz karena wajahnya tertutup di balik topeng yang aneh. Tampaknya dia sedang marah, atau mungkin malah sedang menangis.


"Aku pikir, pemandangannya sangat berbeda jika dilihat dari ibukota kekaisaran ... apakah kau berbicara tentang tempat kelahiranmu?"


"Kota tempat aku tinggal penuh dengan gedung pencakar langit, kau bahkan tidak bisa melihat cakrawala di sana.”


"...Gedung pencakar langit?"


"Suatu bangunan seperti menara. Sedangkan tempat yang penuh pemandangan alam terletak lebih dekat pada ... beberapa tempat lainnya.”


"Mm ... Aku pernah mendengar bahwa orang biasa tidak akan memahami apa yang orang-orang pintar bicarakan, dan sepertinya itu benar."


"Yah, aku tidak berbohong.”


Ainz mengangkat bahu.


Sebuah bayangan putih berkelebat di depan mata Altina.


Sudah mulai turun salju.


"Dan ... kita bergegas mengejar waktu, jadi pegangan yang erat dan jangan sampai jatuh!”


"Aku paham, tidak masalah."


Altina melecut kuda agar berlari lebih cepat.


Pada saat itu, kecelakaan terjadi, sehingga mereka tergelincir karena salju. Kereta hampir saja terbalik...


Mereka berhasil mencegah kecelakaan lebih lanjut, namun kaki kuda keselo.


Altina melompat turun dari kursi kemudi, lantas dia menepuk kepala kuda untuk menenangkannya.


"Sepertinya sulit untuk melanjutkan perjalanan ... Namun kita masih mungkin untuk terus bergerak maju ... Tapi jika cedera kaki si kuda semakin memburuk, mungkin kita akan terjatuh lagi."


"Ampun deh, harusnya aku menggunakan "Gate" sejak awal."


Itu adalah mantra dengan kemungkinan gagal 0%, dan tanpa batas jarak. Bagi Ainz yang bisa menggunakan mantra teleportasi tertinggi, insiden seperti ini hanyalah membuang-buang waktu saja, Dia hanya menemani Altina, agar gadis itu memahami dunia ini dengan lebih baik.


Namun tak mungkin Altina bisa memahami mantra seperti itu ...


Ainz turun dari kursi penumpang.


Dia mengulurkan tangan dari jubah hitamnya.


Altina melompat karena kaget.


Dia tampak seperti tulang.


Tulang manusia


Dan itu bukan replika. Rangka tangan memegang tabung tipis, sembari meraih kaki kuda bagian kanan belakang.


Ia menuangkan cairan hijau dari dalam tabung pada daerah kaki kuda yang terluka.


Muncul secercah cahaya putih yang tidak tampak seperti pencahayaan lampu minyak ataupun lampu gas, lantas cahaya aneh tersebut menyelimuti kaki kuda.


Altina mengusap matanya, seakan-akan dia tidak percaya pada pemandangan yang sedang dia saksikan.


Ainz menarik tangannya sekali lagi, kemudian dia masukkan tangannya ke dalam jubah.


"Sekarang sudah sembuh.”


"Huhhh !!"


Seperti yang Ainz katakan, kaki kanan belakang si kuda yang sebelumnya jelas-jelas membengkak, kini telah kembali normal dalam sekejap.


Altina yang masih gelisah mendekat ke Ainz.


"Apa, apa yang kau lakukan!?"


"Tidak ada yang istimewa. Hanya ramuan penyembuhan tingkat rendah. Aku tidak bisa menggunakan sihir penyembuhan. Laju pemulihannya mungkin rendah, tapi itu akan membuat semuanya kembali normal, bahkan hewan yang berada di ambang kematian bisa kembali sehat wal’afiat.”


Ainz mengatakan apa adanya, lantas dia kembali ke kursi pengemudi.


Altina sama sekali tidak bisa memahami apa yang sedang Ainz lakukan.


"... Sihir?"


"Sepertinya hal seperti itu tidak pernah ada di dunia ini.”


"Itu hanya muncul di dalam cerita ... Kau, kau benar-benar bisa menggunakan ... sihir?"


Altina menatap Ainz dengan perpaduan rasa takut dan rasa ingin tahu.


Ainz berkata dengan tenang seolah-olah ia telah kehilangan semua emosinya.


"Hal yang bisa kugunakan adalah ... hmmm?"


"Eh !?"


Altina menoleh kembali.


Dengan tiupan angin yang semakin kuat, salju berubah menjadi badai. Dalam kabut putih ini salju, sekelompok binatang berwarna abu-abu muncul.


Punggung gadis itu mulai menggigil.


"Loup Gris*!"


[Dalam istilah Perancis, Loup Gris adalah sebutan untuk serigala berbulu abu-abu.]


Lima serigala menggeram sembari mengelilingi gerobak, dan mereka membentuk setengah lingkaran.


Ainz berkata dengan tak acuh.


"Hewan-hewan manis ... sudah saatnya untuk pergi kan?"


"Wh, apa yang kau katakan !? Loup Gris adalah binatang buas, bahkan seorang kesatria pun akan kerepotan menghadapi mereka!”


"...... Terus?"


Ainz tidak mengerti sama sekali.


Altina berkata dengan frustrasi.


"Kita akan diserang!"


"Aku paham sekarang! Maaf, aku tidak menyadarinya. Di dunia ini tidak ada sihir ataupun skill prajurit, sehingga hewan liar pun bisa menjadi ancaman. Ngomong-ngomong, dunia ini sepertinya adalah abad pertengahan.”


"Cukup! Berhenti mengatakan hal yang tidak aku mengerti!"


"Baiklah, kita bisa berangkat setelah menyingkirkan binatang-binatang ini."


"... Hah?"


Altina masih saja tidak memahami apa yang pria itu katakan, dan dia hanya bisa tertegun.


Ainz yang tubuhnya tampak begitu rapuh, mengayunkan tangan kanannya dengan santai.


"Dragon Lighting."


Tiba-tiba, naga berbentuk petir menutupi lengan Ainz sampai dengan bahu. Naga itu meluncur pada arah yang ditunjukkan Ainz dengan jarinya.


Terjadi sebuah ledakan sekeras sambaran petir.


Serigala terbesar jatuh lemas ke tanah, lantas berhenti bergerak.



Setelah ledakan itu, serigala lain yang melihat pemimpinnya mati, berlarian dengan panik.


Ainz menarik tangan ke dalam jubahnya sekali lagi.


Ancaman itu telah hilang. Tidak, bagi Ainz itu sama sekali bukan ancaman.


"Apakah ini cukup?"


"Ugh!"


Dengan mata terbelalak, Altina kembali duduk di kursi pengendara, lantas dia meraih jubah Ainz.


"Apa yang telah kau lakukan!"


"... Apa?"


Dia jelas –jelas sedang marah.


Ainz bingung.


Setelah diselamatkan dari bahaya, dia harusnya bersyukur, jadi mengapa dia harus marah.


Apakah aku telah berbuat kesalahan karena aku belum terbiasa dengan dunia ini? Pikir Ainz


Kegelisahannya sama sekali tidak dipahami oleh Altina.


Ainz mengekspresikan perasaannya melalui wajahnya.


Namun ia memakai topeng.


Altina yang meraih jubahnya, menatap jauh ke dalam mata Ainz ...


Mata yang berada di balik topeng yang begitu gelap, seakan-akan ada jurang di sana. Seperti yang sudah diduga, ia bukanlah manusia. Walaupun demikian, fakta tersebut sama sekali tidak mengganggu gadis yang penuh semangat ini.


"Kamu kuat."


"Hmm?"


"Aku tidak begitu paham, tapi jika kau menggunakan sihir, maka kau tidak perlu takut pada kawanan serigala yang hendak mengancam nyawamu, kan!?"


"... benar."


"Lalu, apakah kau harus membunuhnya?"


"Betapa aneh perkataanmu, Loup Gris selalu menyerang manusia. Itu berarti, mereka adalah makhluk berbahaya. Bagi para prajurit yang melindungi tanah ini, mengurangi jumlah mereka adalah tindakan yang terpuji, kan?”


"Loup Gris mungkin memang menyerang manusia, tetapi mereka juga memakan hewan yang merusak ladang. Mereka juga merepotkan para penjahat yang tinggal di hutan. Dengan kata lain, jika kawanan serigala itu terbunuh, maka penjahat akan semakin merajalela.”


"Ah, aku hanya membunuh seekor ...”


"Lagian, itu sangatlah menyedihkan! Ini adalah habitat binatang liar, kau mengerti? Membuat paving di jalan dan budidaya tanah…. itu semua bisa terjadi karena tersedianya lahan. Tidak ada yang menyalahkanmu jika kau membunuh beberapa ekor hewan di pedesaan ataupun kota, tapi jangan membunuh hewan tanpa pandang bulu di hutan!”


"... Hmmm."


Ainz memikirkannya.


Dia mengerti apa yang dimaksudkan oleh gadis kecil ini.


Pikiran gadis itu tidaklah egois.


Tujuannya adalah menyelesaikan misinya di sini, kemudian kembali ke dunia aslinya, yaitu tempat di mana Makam Besar Nazarick berada. Dia tidak bisa membiarkan Altina menghindarinya.


Ainz hendak menjauhkan Altina dari jubahnya.


"Kau tidak bisa memahami logika sederhana ini!?”


"Tidak…"


Dia adalah prajurit level tertinggi dari Yggdrasil DMMO-RPG, dia bahkan bisa menghancurkan tembok tebal hanya dengan sekali pukul. Bahkan Ainz yang kondisinya sedang melemah masih bisa mengangkat gerobak kereta ini hanya dengan menggunakan satu tangan.


Altina tampak lebih kuat dari kebanyakan anak perempuan, tapi Ainz pasti lebih kuat.


Namun, Ainz tak sanggup menampik tangan yang menarik jubahnya dengan erat.


"... Aku mengerti perasaanmu. Mulai sekarang, aku akan menggunakan serangan sihirku dengan hati-hati."


Manusia dan makhluk lain di dunia ini terlalu lemah.


Ainz bisa saja membunuh mereka hanya dengan menggunakan sihir terlemahnya.


Untuk memperlancar proses ini, Ainz harus bersabar dan menahan diri.


Lagipula, dia juga tidak suka membuang-buang Mana.


Altina pun melepaskan jubah Ainz.


Dan tiba-tiba tersenyum.


"Terima kasih atas pengertianmu, dan terima kasih karena telah menyelamatkanku."


"Tidak masalah."


Sejauh ini, Ainz hanya menganggap Altina sebagai gadis kecil biasa, dan dia bahkan tidak punya kesempatan untuk mengamati kecantikan wajah si gadis kecil.


Namun…. Bahkan Ainz yang telah kehilangan hampir seluruh emosi manusianya, masih bisa mengatakan bahwa senyum Altina begitu menarik.


Tentu saja, dalam hal gaya dan kesempurnaan, si gadis kecil masih belum bisa dibandingkan dengan NPC Albedo yang susah payah menjadi anggota Guild-nya.


Dia tidak tertarik dengan keindahan seperti itu, tapi senyum energik yang bersinar terang itu tampaknya sedikit menggerakkan hatinya.


Altina memiringkan kepalanya.


"Hmm? Ada yang salah?"


"... Tidak, tidak ada yang salah. Ayo kita pergi.”


Setelah mendapatkan jawaban Ainz, Altina duduk di sampingnya, lantas dia pun mulai memberikan perintah.


Dia berteriak dan menarik tali kemudi. Kuda yang tadinya terkejut oleh petir dan Loup Gris, kini mulai berjalan perlahan-lahan.


Kembali terdengar suara roda gerobak yang bergulir.


"Ngomong-ngomong… sihir sungguh keren! Kuat dan praktis. Layaknya sebuah meriam!”


"... Aku tidak tahu seberapa kuat meriam di dunia ini, tapi itu pasti tidak bisa dibandingkan dengan sejata nuklir. Bahkan sihir tingkat tertinggi tidak bisa dibandingkan dengannya.”


"Nuklir? Aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan. Di mana kau belajar sihir, Ainz? Apakah kau memiliki seorang guru?”


"Guru…"


Ainz ingat anggota di Guild-nya.


Mereka saling mengajari skill satu sama lain, bertukar informasi, dan menghimpun sejumlah besar poin Exp.


"...... Mereka tidak lagi berada di sekitarku."


"Aku paham ... Maaf karena telah menanyakan itu."


"Tidak masalah, toh itu hanya masa lalu.”


"Dapatkah aku juga menggunakan sihir?"


"Jika kau berprofesi sebagai pelantun mantra, kau akan mempelajarinya dengan cepat jika kau menghimpun banyak poin Exp ... Tapi kau mempunyai wajah mirip Warrior.”


"Tunggu…!? Apakah mempelajari sihir tergantung wajah seseorang!?”


Ainz hanya bercanda, tetapi Altina tampaknya menanggapi dengan serius.


Sihir tidak ada di dunia ini, Altina yang merupakan bagian dari dunia ini tidak akan bisa menggunakan sihir.


"Begitu ya ... Tapi Altina adalah tipe orang yang bertindak sebelum berpikir dengan matang, kan?"


"Betapa kejam perkataanmu. Aku menganggap bahwa diriku adalah tipe orang yang berpikir terlebih dahulu dengan hati-hati sebelum mengambil tindakan.”


"Jika dilihat dari interaksi kita sebelumnya, bagaimana bisa itu disebut berhati-hati? Kau melihat petir yang menyeramkan itu, namun kau tanpa ragu menarik jubahku untuk memberikan protes."


Ini benar-benar membuatnya bertanya-tanya apakah gadis ini memiliki mental yang normal.


Dia benar-benar tipe yang tidak mempertimbangkan konsekuensi.


Altina tersipu.


"Ughhh ..."


"Tapi, itulah sebabnya kau memerlukan seorang ahli strategi ...”


"Bagaimana kau tahu itu?"


"Tentu saja aku tahu. Itu sebabnya aku datang ke dunia ini."


"Jadi ... Kau juga tahu tujuanku ...?"


Terlihat ekspresi gelisah pada wajah Altina.


Ini rahasia kelas satu.


Ainz mengangkat bahu.


"Aku tidak pernah mendengar tentang itu ... Tapi aku bisa menebak apakah tujuanmu. Kau mencari seorang ahli strategi bukan karena ingin bermain catur dengannya.”


Altina menghela napas panjang.


Tidak jelas apakah dia melakukannya karena lega, ataukah karena kecewa.


"... Apakah itu pengetahuan yang berhubungan dengan sihir?"


"Bahkan jika aku jelaskan, kau tidak akan mengerti karena kau berasal dari dunia ini. Lagipula, aku pasti akan membantumu, jadi serahkan segalanya padaku…. Namun keadaannya akan berubah jika kau menolak.”


"Tidak apa-apa. Tujuanku adalah membebaskan warga dari para penguasa yang kejam. Untuk mencapai itu, aku ingin menjadi permaisuri!"


"Tidak ada masalah… Meskipun begitu, aku tidak yakin bahwa kau bisa membebaskan rakyat walaupun kau sudah menjadi permaisuri."



Ainz menepati janjinya.


Ia menghindari penggunaan serangan sihir yang berlebihan.


Benteng Sierk-


Markas Resimen Beilschmidt Border, yang berada di bawah komando Altina.


Namun, itu hanyalah suatu omong kosong, karena komando yang sebenarnya ada di tangan bawahan Altina bernama Jerome.


Putri berusia empat belas tahun Altina hanyalah hiasan yang harus dilindungi.


Ainz mulai berpikir.


"Aku bisa dengan mudah mengalahkan Jendral Jerome ... Tapi akan sulit bagi orang lain untuk mengakui Altina sebagai komandan.”


"Ea, mudah? Mungkin Sir Jerome memang terlihat tidak meyakinkan, tapi dia cukup kuat.”


"Memang, kemampuan dan pengalaman bertarungnya mendekati seorang prajurit sejati. Tapi aku yakin bahwa tanpa Equipment dan Item, dia tidak layak menjadi lawanku. Jika kedua belah pihak mencapai batas tingkat atas, maka sisanya akan tergantung pada kekuatan dan efek buffing mantra.”


"Sihir lagi ...?"


"Jika aku boleh membuat perumpamaan, dia melawanku dengan telanjang, sementara aku menggunakan persenjataan lengkap. Jika aku kalah dalam kondisi seperti itu, maka aku tidak akan layak menjadi seorang Master Guild."


Ainz juga memiliki skill pertahanan kelas atas yang sanggup menetralkan semua serangan fisik.


Dia memiliki kemampuan untuk menetralkan damage akibat serangan senjata tingkat rendah, dan juga serangan sihir.


Walaupun lawan memiliki skill yang sangat baik, ia tidak akan dapat melukai Ainz jika menggunakan senjata yang berasal dari dunia ini.


"Kekuatan mentalnya tampaknya kuat. Mantra serangan agaknya sedikit ... dan periode efeknya tidaklah terlalu lama. Kalau begitu, mari kita gunakan sihir pendukung.”


"Hmmm?"


Ainz berdiri, lantas melantunkan mantra pada Altina.


Kekuatan yang lebih besar.


Peningkatan pertahanan fisik.


Percepatan.


Sembari terbungkus oleh cahaya misterius, wajah Altina tampak bingung.


"Mm ... Sepertinya, jika itu yang terjadi ... maka aku harus menggunakan kekuatanku sendiri ..."


"Karena kau memperkerjakanku sebagai ahli strategi dan bawahan, maka kau harus menganggap sihirku sebagai bagian dari kekuatanmu. Atau, apakah kau ingin menolak semua bantuanku?”


Altina masih saja menunjukkan wajah bingung.


"Ermmm ... apakah tidak masalah bagimu?"


"Tidak masalah. Dan juga, karena adanya perbedaan besar dalam hal keahlian, maka kemungkinan besar lawanmu tidak akan mengalami cidera.”


Dan seperti yang telah diprediksi oleh Ainz, pertarungan itu selesai dalam sekejap, sampai akhirnya semua orang terkejut.


Setelah menerima mantra kelas atas dari Ainz, kekuatan Altina sudah melampaui akal sehat manusia.


Dia membuat Jerome mengerang kesakitan hanya dengan satu hantaman.


"Ugh ... bagaimana bisa? Manusia tidak mungkin melakukan ini!”


"Ya kamu benar. Sihirku tidak dapat ditiru oleh manusia. Nah, karena beberapa alasan, aku tidak bisa menggunakan mantra yang mematikan pada orang lain.”


Pada tempat parade di depan Benteng Sierk-


Ainz meletakkan tangannya pada Altina yang memenangkan pertandingan tersebut, dan dia menyatakan:


"Aku telah memutuskan untuk membantu gadis ini sampai menuju dominasi. Jika kalian para prajurit bersedia untuk membantu kami, maka kami akan menerima kalian dengan senang hati. Jika tidak, silakan tinggalkan benteng ini.”


"Jangan bilang siapa pun boleh meninggalkan tempat ini sesuka hati, Ainz.”


"Hmm? Tetapi tidak ada gunanya membiarkan orang-orang yang tidak sejalan dengan pemikiran kita.”


Jika kita mempertimbangkan semangat dan kekuatan tempur pasukan, maka itu tidak ada hubungannya dengan seberapa besar jumlah prajurit.


Altina mengangkat pedangnya tinggi-tinggi.


"Pokoknya, aku adalah komandan resimen perbatasan ini!"


"Ku ... Apa boleh buat. Karena aku sudah kalah, maka aku akan mengakuimu. Aku tak peduli walaupun kau menang dengan menggunakan sihir yang aneh!”


Tiba-tiba, terdengar suara lonceng yang menandakan adanya serangan musuh.



Yang menyerang Benteng Sierk di bawah lingkupan badai salju adalah bangsa barbar.


Jumlah mereka tak begitu banyak, tetapi mereka mahir dalam serangan menyelinap.


Ainz berdiri di atas dinding benteng.


Altina dan Jerome berada pada sisinya.


"Apa yang harus kita lakukan? Kita bisa menyerang dan menyerbu mereka pada jarak ini."


Mereka sudah terlambat, sehingga orang Barbar telah mencapai dinding, lantas mereka menembaki panah padanya.


Dengan menggunakan sihir Ainz, panah-panah tersebut diblokir oleh dinding yang kasat mata, sehingga daerah itu aman.


Jerome mendengus.


"Hmmp, bisakah kau melakukan sesuatu dengan sihirmu yang meragukan itu?”


"Apakah aku boleh melakukannya?"


"Yah ... Jika ini berlangsung terus, maka kita akan kehilangan banyak tentara, tapi aku ingin menghindari membunuh orang Barbar."


Altina mengatakan dengan ekspresi pasrah.


Jerome menanggapinya dengan ekspresi tak senang.


"Omong kosong! Kita harus membunuh semua orang Barbar itu!”


Karena Ainz bertindak sebagai bawahan putri, maka semua perkataan Altina adalah perintah yang mutlak.


Dengan kelompok Barbar sebagai target.


"Kalau begitu, aku sebisa mungkin tidak akan membunuh mereka."


"Gravity Bound."


Pada suatu batas tertentu, ia menggoyangkan tanah dengan kekuatan gempa bumi.


Sepertinya mereka belum pernah mengalami gempa bumi, sehingga mereka begitu panik.


Mereka berpencar layaknya semut yang kehilangan rumahnya.


Jerome dan tentara-tentaranya tertawa ketika melihat pemandangan ini, tapi Altina tampak gelisah.


"Apakah tidak apa-apa melakukan ini...?"


"Selesai sudah, apa selanjutnya?”



Ketika mereka mendengar bahwa Altina mempekerjakan seorang ahli strategi yang kuat, ibukota kekaisaran mengirimkan para prajurit untuk menyerang Benteng Volks.


Meskipun begitu, akan lebih cepat jika Ainz pergi sendirian-


Inspektur juga ikut bersama mereka, sehingga mereka harus membawa setengah unit untuk menjalani ekspedisi.


Setelah melihat tebing curam dan meriam, Altina mendesah.


"Akan sulit untuk menyerang benteng itu. Benteng Volks memiliki julukan sebagai benteng yang tak akan pernah tertembus….. aku sih barusan mendengar itu dari Jerome kemarin.”


"Jika aku boleh menghancurkannya, maka ..."


"Jika kau melakukannya, tidakkah akan ada banyak korban jiwa?”


"Hmm. Dan kita harus menggunakannya sebagai markas setelah mengambil alih benteng tersebut. Mari kita melakukan cara yang normal, aku akan mengibarkan bendera pada platform meriam sekitar satu jam kemudian. Setelah aku melakukannya, maka kerahkan pasukan untuk menyerang. Jika semua berjalan lancar, maka kita akan menduduki benteng itu dengan mudah.”


"Tunggu…!? Aku, aku juga ingin pergi!”


"Aku tidak keberatan jika kau ikut, toh aku akan melantunkan mantra pertahanan fisik tingkat tinggi."


Setelah Ainz selesai melantunkan mantra, cahaya putih menyelimuti tubuh Altina.


Ainz kemudian melambaikan tangannya dengan ringan.


"Gate."


Mereka tiba-tiba muncul di kantor komandan Benteng Volks.


Serangan terhadap Belgaria sedang berlangsung.


Seorang ksatria berdarah muda bernama Zechmeister menghunuskan pedangnya.


"Kamu siapa!?"


Teriaknya sambil menusukkan pedangnya.


Pedang itu menghujam tubuh Ainz, sehingga Altina pun berteriak.


Bahkan pedang yang terbuat dari baja teknologi terbaru tidak akan memiliki efek sihir apapun. Tentu saja, semua dampak fisik berhasil dinetralkan.


Satu-satunya tantangan bagi Ainz adalah bertarung tanpa membunuh musuh level rendah ini.


"Yah, aku hanya bisa menggunakan ini ketika berada di bawah tekanan."


Ainz menggunakan mantra "Harden" untuk mengubah Zechmeister menjadi patung.


Para petugas staf menjerit.


Di antara mereka, ada seorang pria tua berseragam yang mengambil pentungan baja miliknya.


Rambutnya sudah memutih, tapi matanya tetap tajam.


"Aku adalah komandan Benteng Volks dari Daerah Varden."


"Aku adalah komandan Beilschmidt resimen perbatasan Belgaria, namaku Marie Quatre Argentina!"


"Hmmp. Aku mendengar laporan bahwa Belgaria menyewa seorang raja iblis, tapi aku hanya menganggapnya sebagai lelucon ... Ternyata, itu benar."


"Aku bukanlah seorang raja iblis. Aku hanya tahu beberapa sihir.”


Altina mengangkat pedangnya.


Dan tentu saja, karena efek dari mantra pendukung, dia bisa menang dengan mudah.


Tentara lainnya terkena mantra "Mass Paralysis" dari Ainz, sehingga mereka tak bisa bergerak.


Mereka mengambil alih Benteng Volks jauh lebih cepat daripada yang diharapkan.


Ainz mengambil tongkat dengan aura aneh yang muncul dari jubahnya.


"Dimana selanjutnya? Tidak…. bertarung seperti ini sungguh merepotkan dan tidak efektif. Kalau begitu, mari sekalian kita jatuhkan Ibukota Kerajaan."


"Hmm !? Tapi tentara pertama sedang ...”


"Tak peduli 1 pleton tentara atau 2 pleton tentara, mereka bukan masalah bagiku. Ayo, maju terus!"


Setelah menundukkan Ibukota Kerajaan Belgaria, Altina menjadi permaisuri baru.


Baik itu para bangsawan, rakyat jelata, dan bahkan negara-negara lain, semuanya takut pada permaisuri baru yang mendapatkan kekuatan dari raja iblis.



"Ughhh ... Kau tidak boleh melakukan itu ... Altina!”


Regis berteriak sambil mengangkat kepalanya.


Gadis itu memukul kepala Regis dengan tangannya.


"Kau lah yang tidak boleh melakukannya! Jika kau ingin tidur… tidur saja di ranjang. Kau akan masuk angin kalau tidur di sini!!"


Sepertinya, Regis tertidur ketika membaca buku. Karena ia tidur pada posisi yang aneh, punggungnya sakit.


"Hah ... Aku bermimpi aneh."


"Apakah kamu baik-baik saja? Kita harus meninggalkan ibukota besok, kan?”


"Ahh, aku sudah bersiap-siap. Yahh, tak seorang pun bisa melakukannya dengan begitu mudah ...”


Ada berbagai macam masalah yang menumpuk di ibukota, dan sepertinya, makhluk sakti yang bisa menyelesaikan segala hal dengan menggunakan sihir itu tak pernah muncul.


Meskipun ia merasa putus asa, ia juga merasa lega ...


Altina mengenakan mantel, sembari memberikan senyum kecut.


"Apa yang kau impikan?"


"... Sepertinya aku tadi bermimpi bahwa kau menjadi permaisuri dengan bantuan sihir dari raja iblis."


"Araaaa, kedengarannya menarik. Apa yang didapat dari sihir itu?”


Altina berkata sambil menawarkan secangkir susu hangat.


Regis mengambil cangkir dan menunjukkan buku bersampul hitam berisikan cerita yang barusan dia selesai membacanya.


"Sihir itu cukup kuat untuk mengubah dunia ... Buku ini disebut "Overlord" - "


- Ditulis oleh penulis Altina, Yukiya Murasak