Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid1 Bab05

From Baka-Tsuki
Revision as of 18:37, 11 November 2009 by Obakasan (talk | contribs) (perbaikan link)
Jump to navigation Jump to search

Senin pun datang, dan kelembapan dari musim hujan membuatnya bertahap terasa di sekolah, meningkat sampai titik di mana kami menjadi ember keringat. Jika ada politikus yang membuat janji kampanye untuk memasang sebuah eskalator di jalan bukit, mereka dijamin akan mendapat suaraku saat aku sudah bisa memilih.

Aku sedang duduk di ruang kelas, mengipasi leherku dengan shitajiki/alas tulis sebagai pengganti kipas, ketika bel berbunyi dan Haruhi, yang tidak biasanya, adalah yang terakhir masuk.

Melempar tasnya ke meja, dia berkata, "Aku juga ingin dikipasi."

"Lakukan saja sendiri."

Haruhi, yang berpisah denganku di depan stasiun dua hari yang lalu, menekuk wajahnya menjadi muka asam, menggembungkan pipinya. Saat ketika aku berpikir kalau ekspresinya menjadi semakin imut hari-hari ini, dia kembali menjadi dirinya yang biasa menggerutu hari ini.

"Hei, Suzumiya. Kamu tahu nggak cerita tentang 'Burung Biru Pembawa Kebahagiaan'?"

"Apa itu?"

"Nggak, nggak usah dipikirin, bukan apa-apa."

"Kalau begitu, nggak usah nanya."

Haruhi memberiku tatapan menggerutu dari samping, lalu Okabe-sensei data dan sesi homeroom dimulai.

Di dalam kelas pada hari itu, sebuah aura kekesalan teradiasi ke seluruh sisi dari Haruhi's downer, memancarkan tekanan yang tidak menyenangkan ke punggungku. Tidak pernah rasanya bunyi bel pada akhir hari terasa begitu nyaman. Seperti tikus ladang berlari dari api kebakaran yang menyala-nyala, aku berevakuasi ke ruang klub.

Figur Nagato yang sedang membaca kini menjadi pemandangan yang pasti ada di ruang klub, sampai ke batas kalau dia terlihat seperti ornamen tetap di dalam ruangan.

Dikatakan begitu, aku berbalik dan berkata ke Koizumi Itsuki, yang sudah datang terlebih dahulu.

"Jangan bilang kalau kamu juga punya sesuatu yang ingin dikatakan kepadaku tentang Suzumiya?"

Hanya ada tiga orang di tempat ini. Haruri ada tugas membersihkan hari ini, sedangkan Asahina masih belum datang.

"Ah, berdasarkan reaksi anda, saya kira dua gadis lainya telah melakukan pendekatan kepa da anda."

Koizumi melihat sekilas ke Nagato, yang sibuk membaca bukunya seperti biasa. Aku menyadari nada bicaranya yang tahu segala cukup menyebalkan.

"Mari kita mencari tempat lain untuk bicara. Bisa bermasalah jikalau Suzumiya-san mendengar kita."

Koizumi dan aku pergi menuju kafetaria dan duduk di salah mejanya. Di jalan, Koizumi bahkan membelikan secangkir kopi panas untuk ku. Aku tahu ini aneh untuk dua pria duduk bersama di satu meja kafetaria, tapi itu tidak bisa dihindari.

"Sampai seberapa jauh yang sudah anda ketahui?"

"Kalau Suzumiya itu bukan orang biasa, kukira."

"Ini membuat semuanya menjadi lebih mudah untuk saya. Anda benar."

Apa ini semacam joke? Seluruh ketiga anggota Brigade SOS lainnya telah memberitahuku kalau Suzumiya itu bukan manusia. Apa pemanasan global sangat mendidihkan otak mereka sampai mereka korslet?

"Pertama, beritahu siapa kamu sebenarnya."

Karena sudah ada orang yang mengatakan kalau dirinya alien dan yang satunya penjelajah waktu, aku sudah mempunyai bayangan, jadi aku ikuti.

"Kamu nggak bakal bilang ke aku kalau kamu itu esper kan?"

"Sekarang tidak perlu mengasumsikannya lagi!"

Koizumi mengoyangkan cangkirnya lembut.

"Walau tidak terlalu akurat sekali, anda kurang lebih benar - saya seorang yang bisa anda sebut sebagai esper. Itu benar, saya memiliki kekuatan paranormal."

Aku meminum kopiku dalam diam. Mmm, terlalu manis, dia seharusnya beli dengan gula yang lebih sedikit.

"Saya lebih memilih untuk mendadak tidak pindah ke sekolah ini, tapi telah ada perubahan situasi. Saya tidak mengira kalau kedua gadis itu telah mendekati Suzumiya Haruhi dengan cepat. Sebelumnya, mereka selalu mengawasinya dengan diam-diam."

Berhentilah memperlakukan Haruhi seperti spesies langka!

Menyadari aku jadi cemberut, dia melanjutkan.

"Sekarang tenanglah dahulu. Kami juga berusaha sebaiknya! Kami tidak memiliki maksud untuk menyakiti Suzumiya-san, malahan kami ingin melindunginya dari bahaya."

"Kamu bilang kami? Artinya ada esper lain seperti kamu?"

"Yaa, tidak sebanyak yang anda pikirkan. Karena saya di antara tingkat terendah, saya tidak terlalu tahu banyak, saya hanya tahu kalau kira-kira ada sepuluhan di dunia ini. Semuanya di bawah pengawasan 'Organisasi'."

Hebat, sekarang kita punya sebuah 'Organisasi'!

"Saya tidak tahu terdiri dari apa 'Organisasi' itu, atau berapa banyak anggotannya. Semua sepertinya dijalankan oleh orang penting di atas sana."

".....Jadi, kelompok rahasia ini, 'Organisasi' ini, sebenarnya apa yang dilakukan mereka?"

Koizumi membasahi bibirnya dengan kopi yang telah dingin.

"Seperti yang telah anda duga, 'Organisasi' didirikan tiga tahun yang lalu, dan prioritas mereka adalah mengamati Suzumiya Haruhi. Kalau dikatakan secara langsung, mereka ada hanya untuk mengamati Suzumiya Haruhi. Saya yakin anda telah mengerti sekarang? Saya bukanlah satu-satunya anggota 'Organisasi' yand ada di sekolah ini. Di sini ada sejumlah orang yang telah menyusup sebelum saya; Saya hanyalah dipindahkan sementara di sini untuk membantu mereka."

Aku tiba-tiba teringat wajah Taniguchi. Dia bilang kalau dia dari dulu selalu sekelas dengan Haruhi semenjak SLTP. Mungkinkah dia itu esper seperti Koizumi juga?

"Kamu bercanda kan?"

Koizumi berpura-pura tidak mendengarnya dan melanjutkan,

"Akan tetapi, saya tidak bisa menjamin kalau mereka semuanya berada di sisi Suzumiya-san."

Mengapa semuanya suka dengan Haruhi? Dia hanyalah seseorang yang eksentrik, gadis gila yang membuat masalah bagi orang lain, dan juga tidak disebutkan, dia itu sangatlah egois. Apakah dia itu benar-benar pantas mendapatkan 'Organisasi' untuk menggunakan seluruh sumber dayanya untuk melindunginya? Walau aku harus mengakuinya kalau dia itu menarik dari tampangnya.


"Saya tidak tahu apa yang terjadi tiga tahun yang lalu. Yang saya tahu hanyalah, saya tiba-tiba sadar saya memiliki kekuatan paranormal pada suatu hari tiga tahun yang lalu. Saya benar-benar ketakutan, saya tidak tahu apa yang harus dilakukan. Beruntung untuk saya, itu tidaklah lama sebelum 'Organisasi' mengambil saya, atau saya mungkin sudah bunuh diri karena berpikir ada yang salah dengan otak saya."

Aku sudah berpikir kalau pasti ada yang salah dengan otak mu sejak waktu itu.

"Yaa, itu tidak mustahil. Walau kami lebih takut dengan adanya kemungkinan buruk yang tidak bisa diduga sebelumnya."

Tersenyum akan kekurangannya, Koizumi menyisip cangkirnya yang berisi kopi, dan kemudian memberikan aku tatapan serius.

"Kapan anda pikir dunia ini dimulai keberadaannya?"

Dia menanyakan pertanyaan yang cukup mengejutkan tiba-tiba.

"Bukannya semua dimulai dari Dentuman Besar?"

"Saat ini itulah yang dikatakan. Tetapi, bagi kami ada kemungkinan lain - dunia ini dimulai dari tiga tahun yang lalu."

Aku melihat wajah Koizumi lagi dan lagi. Apa yang dikatakannya telalu absurd sebagai kenyataan.

"Itu mustahil! Aku masih bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi tiga tahun yang lalu. Lagi pula, kedua orangtuaku masih hidup. Aku masih punya tiga jahitan yang kudapat saat jatuh ke selokan waktu masih kecil. Dan bagaimana kamu bisa menjelaskan semua yang kuhafalkan mati-matian dari buku pelajaran sejarah?"

"OK, lalu bagaimana anda bisa yakin kalau semua manusia, termasuk anda, tidak diciptakan dengan ingatan mereka sebelumnya? Kalau ini kasusnya, maka tidak perlu sampai tiga tahun yang lalu. Tidak ada bukti di dunia ini yang membatalkan kalau dunia tidak dimulai dari lima menit yang lalu, dan semua kehidupan dimulai dari sana."

"...."

"Sebagai contoh, coba bayangkan sebuah virtual reality. Otakmu telah dihubungkan dengan kabel listrik, semua yang kau lihat, cium, dan bahkan sentuh sebenarnya dikirimkan melalui sinyal listrik dari kabel ke otakmu, tapi kamu sendiri percaya apa yang kau rasakan itu nyata. Jadi apa yang disebut sebagai dunia nyata itu sebenarnya sangat rapuh."

".... Mari bilang saja kalau aku setuju dengan yang kamu katakan, itu tidak masalah kalau bumi terbentuk tiga tahun yang lalu atau lima menit sebelumnya. Yang jadi masalah, apa hubungan keberadaan 'Organisasi' dengan Haruhi?"

"Pimpinan dari 'Organisasi' percaya kalau sebenarnya dunia ini hanyalah mimpi seseorang. Kami, tidak, seharusnya seluruh dunia ini sendiri sebenanya hanyalan mimpi. Karena hanya sebuah mimpi, bagi orang itu, untuk membuat dan mengubah kenyataan dimana kita berada didalamnya adalah semudah bagaikan memutar jam saja. Dan kami tahu siapa orang itu."

Mungkin karena disebabkan pemilihan kata-katanya, tetapi wajah Koizumi terlihat sungguh dewasa.

"Manusia menyebut siapa yang bisa menciptakan dan menghancurkan dunia ini semaunya sebagai Tuhan."

....Hei, Haruhi! Kamu sudah menjadi tuhan tuh, ya Tuhan!

"Oleh karena itulah 'Organisasi' selalu sangat berhati-hati. Jika Tuhan menjadi tidak puas dengan dunia ini, dia bisa saja melenyapkan dunia yang lama dan menggantinya dengan yang baru. Seperti anak kecil yang tidak puas dengan istana pasirnya dan memutuskan untuk menghancurkannya dan membuat yang baru. Walau kurasa ada banyak konflik yang tidak terselesaikan di dunia ini, tapi masih ada beberapa yang baik yang membuatnya cukup berharga untuk hidup di dalamnya. Karena inilah aku membantu 'Organisasi' melindungi dunia."

"Mengapa kamu tidak pergi dan langsung tanya Haruhi? Bilang kepadanya supaya berhenti menghancurkan dunia, mungkin dia mau mendengarnya."

"Tentu saja, Suzumiya-san tidak mengetahui itu, dia tidak menyadari kekuatannya sendiri. Tugas kami adalah agar dia tidak pernah menyadarinya dan dia menjalani kehidupannya dengan damai."

Koizumi mulai tersenyum kembali setelah mengatakan hal itu.

"Saat sekarang ini, dia masih tuhan yang tidak lengkap, tidak bisa mengontrol dunia ini semaunya. Walau dia belum sepenuhnya berevolusi, kami sudah melihat beberapa tanda-tandanya."

"Bagaimana kamu tahu?"

"Coba pikirkan ini, mengapa esper seperti saya, dan juga orang-orang seperti Asahina Mikuru dan Nagato Yuki ada? Itu karena Suzumiya-san menginginkannya."

Kalau ada seseorang disini yang alien, penjelajah waktu, slider, atau esper, maka datang dan cari saya!

Aku lansung segera mengingat perkenalan diri Haruhi pada awal semester.

"Karena dia masih belum menemukan mereka, dia tidak mampu memanfaatkan seluruh kekuatannya, dia hanya bisa melepaskannya secara tidak sadar dan acak. Tetapi untuk beberapa bulan terakhir ini, Suzumiya-san telah terus-menerus melepaskan kekuatannya melebihi apa yang bisa dipahami manusia. Seperti yang anda tahu, ini menyebabkan Suzumiya-san mendapatkan Asahina Mikuru, Nagato Yuki, dan bahkan juga aku untuk bergabung dengan klubnya."

Apakah itu membuatku sebagai orang luar sendirian?

"Tidak juga. Bagi kami, anda adalah keberadaan yang misterius. Saya telah melakukan banyak pemeriksaan latar belakang tentang anda, saya harap anda tidak keberatan. Dan saya bisa menjamin, anda hanyalah manusia normal biasa tanpa kekuatan spesial apapun."

Haruskan kuanggap itu sebagai pujian, atau seharusnya aku kecewa?

"Saya tidak mengerti juga, tapi nasib dari dunia ini bisa jadi berada di tangan anda. Oleh karena itu, anda harus berhati-hati agar Suzumiya-san tidak merasakan kekecewaan akan dunia ini."

"Karena kamu pikir Haruhi itu tuhan," saranku, "Mengapa tidak kamu culik saja dia, lalu lakukan otopsi padanya dan lihat dari apa otaknya terbuat? Bahkan mungkin saja kamu bisa mempelajari rahasia dari alam semesta!"

"Di sana ada beberapa ektremis di dalam 'Organisasi' yang berpikir sama dengan anda."

Koizumi mengangguk saat menambahkan.

"Tetapi mayoritas masih berpikir kalau yang terbaik adalah membiarkannya saja. Lagi pula, bila tuhan menjadi tidak senang karena hal ini, sebuah bencana bisa dipastikan terjadi. Kami berharap dunia tetap seperti apa adanya, jadi sudah sewajarnya kami berharap Suzumiya-san bisa hidup damai. Kami tidak mendapatkan apapun bila bencana terjadi..."

"...Jadi apa yang harus kita lakukan."

"Itu yang tidak saya ketahui."

"Oh ya, apa yang terjadi dengan dunia bila Haruhi tiba-tiba meninggal?"

"Apakah dunia akan hancur bersamanya? Atau tuhan hanya menjadi tidak ada? Atau ada tuhan yang baru akan menggantikannya? Sebelum itu terjadi tidak ada yang tahu."

Kopi di dalam cangkir kertas telah menjadi dingin. Aku menggesernya ke samping karena aku tidak ingin meminumnya lagi.

"Kamu bilang kamu punya kekuatan paranormal?"

"Yaa, itu tidak terlalu tepat, tapi kurang lebih anda benar."

"Maka tunjukanlah beberapa kekuatanmu, maka aku akan percaya. Misalnya, buat kopi ini menjadi hangat lagi."

Koizumi tersenyum bahagia. Ini pertama kalinya aku melihatnya benar-benar tersenyum.

"Maafkan saya, saya tidak bisa melakukan itu. Kekuatan saya bukanlah sesuatu yang mudah dipahami. Dalam kondisi normal, saya tidak punya kekuatan apapun. Saya haruslah memenuhi beberapa persyaratan sebelum saya bisa menggunakannya, tapi saya percaya anda bisa mendapatkan kesempatan untuk melihatnya pada suatu hari."

"Maaf saya telah mengambil waktu anda, saya kira saya akan pulang ke rumah sekarang." Setelah mengatakan itu, Koizumi pergi dengan senyum.

Aku melihat Koizumi berjalan menjauh sampai dia menghilang, lalu aku berpikir untuk memegang cangkir kertasnya.

Seperti yang sudah kuduga, kopinya tetap dingin.


Saat aku kembali ke ruang klub, aku terdiam akan Asahina yang berdiri di dalam dengan bra dan celana dalamnya.


"..."

Asahina, dengan kostum maid di tangannya, berdiri dengan matanya yang terbuka lebar, melihat ke arah ku yang beku di tempat dengan tangan ku di pegangan pintu. Perlahan mulutnya mulai terbuka saat dia bersiap untuk teriak.

"Maafkan aku."

Sebelum dia punya kesempatan untuk teriak, aku menarik kaki yang ada di dalam ruangan dan menutup pintu secepatnya. Terima kasih akan itu, aku bisa menghindari jeritannya.

Beneran, aku seharusnya mengetuk sebelum masuk. Tidak tunggu, dia seharusnya mengunci pintunya bila dia ingin berganti baju!

Saat aku masih berpikir untuk menyimpan gambaran akan badan putih mulusnya setengah telanjang ke dalam ingatan jangka panjangku, sebuah ketukan halus datang dari sisi lain pintu. "Kamu bisa masuk sekarang...."

"Maaf soal tadi."

"Itu tidak masalah...."

Aku melihat kepala Asahina yang menunduk saat dia membuka pintu dan minta maaf. Dia bersemu dan berkata,

"Maaf, aku selalu menampilkan sisi memalukanku...."

Aku nggak ada masalah sebenarnya.

Dia benar-benar gadis yang cukup penurut, menggunakan kostum maidnya seperti yang dikatakannya.

Dia hanyalah terlalu imut!

Aku takut kalau aku terus menatap Asahina seperti itu, gambar yang baru saja kuperoleh akan bergeser ke sisi yang tidak senonoh. Mengumpulkan semua alasan yang harus kuhadapi pada keinginan yang mengesalkan, aku duduk dengan cepat di kursi komandan dan menyalakan komputer.

Sadar ada yang memperhatikanku, aku mengangkat kepalaku, aku menemukan Nagato Yuki sebenarnya melihatku untuk perubahan. Dia mengangkat kacamatanya sedikit, lalu kembali kepada bukunya. Gerakannya cukup manusiawi.

Aku membuka internet browser dan pergi ke homepage klub, mencoba untuk mengubah sesuatu dari halaman yang selalu tetap, tapi aku tidak tahu darimana harus memulai. Aku mulai berpikir mengedit halaman web hanyalah membuang waktu saja, dan aku akan menuntup jendelanya dan menghembuskan nafas. Tetapi di sini aku bosan seperti mati, aku juga sudah capai dengan Othello, aku butuh sesuatu untuk menghabiskan waktu.

Saat aku bergumam dibawah nafasku dengan tangan tersilang, tiba-tiba seseorang meletakkan secangkir teh hangat di depan ku. Aku langsung menatap ke atas dan menemukan Asahina dalam kostum maidnya tersenyum sambil berdiri dengan nampan di tangannya. Dia benar-benar terlihat seperti maid sungguhan.

"Terima kasih."

Aku baru saja ditraktir secangkir kopi hangat oleh Koizumi, tapi aku masih menerimanya dengan senang hati secangkir teh hangat ini.

Asahina lalu meletakan cangkir lainnya di sisi Nagato, lalu dia duduk disampingnya dan dengan tenang menyisip cangkir tehnya sendiri.


Pada akhirnya, Haruhi tidak pernah datang ke ruang klub pada hari itu.


"Kenapa kamu ngga datang kemaring? Bukannya kamu mau mengadakan evaluasi?"

Seperti biasa, aku berbalik dan bicara ke Haruhi yang dibelakangku sebelum kelas dimulai.

Merebahkan badannya di meja, dengan dagunya di permukaan meja, Haruhi berkata dengan tampang kesal,

"Kamu nyebelin! Aku sudah mengadakan evaluasi sendirian kemarin!"

Aku langsung tahu kalau Haruhi pasti menyusuri ulang tempat-tempat yang ia datangi Sabtu kemarin setelah sekolah.

"Aku takut kalau kelewatan sesuatu, jadi kupikir lebih aman kalau tempatnya kutelusuri ulang."

Aku selalu berpikir hanya detektif yang percaya kalau penjahat selalu kembali ke tempat kejadian, tapi aku salah.

"Panasnya seperti di neraka! Kapan sekolah akan mengganti seragamnya? Aku ingin memakai lengan pendek!"

Mereka tidak akan menggantinya sampai Juni, dan hanya tinggal seminggu lagi sampai Mei berakhir.

"Suzumiya, mungkin aku pernah berkata ini sebelumnya, tapi kupikir sebaiknya kamu berhenti mencari kejadian-kejadian misterius dan cobalah untuk menjalani kehidupan SMU biasa."

Dia akan mengangkat kepalanya dan menggerutu kepadaku... Aku sudah mengantisipasi reaksi seperti itu, tapi Haruhi tetap menempel di meja. Sepertinya dia benar-benar kecapaian.

"Kehidupan SMU biasa? Kehidupan seperti apa itu?"

Dia terdengar tidak tertarik sama sekali.

"Misalnya seperti mencari pacar yang cocok. Kamu mungkin bisa bertemu dengan alien saat berkencan. Itu seperti sekali mendayung dua pulau terlampau, tidak terlalu buruk bukan?"

Aku mulai memikirkan percakapan ku dengan Asahina saat membuat saran seperti itu.

"Lagipula, banyak laki-laki yang rela mengantri untuk mu. Yang kamu perlu lakukan hanyalah menahan perilaku eksentrikmu dan pacarmu akan datang."

"Hmph, tidak masalah aku punya pacar atau tidak! Semua yang disebut cinta hanyalah kebingungan sementara di pikiran, sebuah penyakit mental."

Haruhi berkata kecapaian sambil tiduran di meja dan melihat keluar jendela.

"Sebenarnya, aku pernah memikirkan hal ini dari waktu ke waktu. Aku gadis yang sehat juga, dan badanku punya kebutuhannya sendiri. Tapi aku tidak cukup bodoh untuk mengurusi hal yang merepotkan ini hanya karena kebingungan sesaat. Dan jika aku terlalu sibuk berkencan, bagaimana dengan Brigade SOS? Aku baru saja mendirikannya!"

Secara teknis, itu masih belum berdiri.

"Lalu mengapa tidak membuat klub yang melibatkan sejenis hiburan? Itu pasti akan menarik lebih banyak anggota!"

"Tidak."

Haruhi menolaknya dengan datar.

"Aku mendirikan Brigade SOS karena klub normal lainnya terlalu membosankan, dan aku telah menrekrut gadis imut seperti Asahina dan murid pindahan misterius juga! Mengapa masih tidak ada yang terjadi? Huh, ini sudah waktunya hal aneh terjadi."

Ini pertama kalinya aku melihat Haruhi depersi seperti ini, tapi dia juga imut seperti itu. Untuk gadis imut seperti dia, dia cukup cantik walau sedang tidak tersenyum, sungguh disayangkan, semakin kupikir tentang itu.

Haruhi menghabiskan sisa harinya tertidur nyenyak. Yang ajaib, para guru tidak menyadarinya... Tidak, ini pasti disengaja.


Tapi mulai sekarang ini, hal aneh mulai terjadi pelan-pelan. Karena bukan hal besar pada awalnya, tidak ada yang menyadarinya, tapi aku sudah memikirkannya seharian semenjak awal Homeroom.

Saat aku sedang bercakap-cakap dengan Haruhi, pikiranku melayang ke hal lain. Semuanya dimulai dari notes yang ditinggalkan di rak sepatuku pagi ini.

Notes itu berbunyi,

"Setelah sekolah saat semuanya sudah pergi, datanglah ke kelas 1-5."

Itu jelas-jelas tulisan tangan perempuan.


Ada apa dengan itu semua? Sebuah konferensi darurat diadakan di pikiranku antara opini-opiniku yang berbeda.

Yang pertama, "Ini pernah terjadi sebelumnya," tapi tulisan tangannya berbeda dengan yang di pembatas buku. Nagato, yang mengaku sebagai Living Humanoid Interface untuk alien, memiliki tulisan tangan yang sangat indah bagaikan dicetak, tapi notes ini memberikan kesan tulisan tangan gadis SMU. Lagipula, Nagato tidak terlalu langsung sampai menempelkan notes di rak sepatuku.

Yang kedua, "Mungkinkah Asahina?" Tidak, kalau ini Asahina, dia tidak akan secara asal merobek sepotong kertas dan menuliskan catatan tanpa menyertakan waktunya. Itu benar, bahkan dia akan memasukan surat yang ditulis dengan rapi ke dalam amplop.

Lagipula, itu sudah aneh kalau lokasinya di kelasku. "Mungkinkah Haruhi?" kata yang ketiga. Itu lebih mustahil, kalau itu dia, dia akan langsung menyeretku ke tangga dan mengatakannya langsung kalau dia ingin aku tahu sesuatu.

Berdasarkan alasan yang sama, aku mengeliminasi Koizumi dari perhitunganku juga. Akhirnya, yang keempat berkata, "Mungkinkan surat cinta dari seseorang?" Mari tidak usah mengkhawatirkan diri sendiri apakah ini surat cinta atau tidak, yang pasti aku dipanggil seseorang, dan itu tidak harus dari seorang perempuan.

"Jangan sampai tertipu! Ini sepertinya kerjaannya Taniguchi dan Kunikida." Ya, itu adalah opini yang paling mungkin. Itu bisa saja kalau si idiot Taniguchi untuk melakukan candaan garing, tapi dia seharusnya menuliskan lebih.

Aku berjalan tanpa tujuan di sekitar sekolah saat memikirikan semua ini. Setelah selesai sekolah, Haruhi berkata kalau dia sakit dan pulang ke rumah. Ini kesempatan besar!

Aku memutuskan untuk pergi ke ruang klub terlebih dahulu. Aku bisa gila kalau pergi terlalu cepat ke ruang kelas untuk menunggu orang asing. Lagipula, jika tiba-tiba Taniguchi datang dan berkata, "Yo, kamu masih menunggu? Aku nggak percaya kamu bisa tertipu gara-gara notes kecil begitu, sungguh lugu kamu itu!" Aku akan sangat marah. Pertama habiskan waktu sebentar, pergi dan mengintip ke kelas dan masuk kalau sudah memastikan tidak ada siapa-siapa di sekitarnya. Ya, ini strategi yang sempurna.

Aku datang ke ruang klub dengan keinginanku sendiri. Ini pertama kalinya aku ingat untuk mengetuk.

"Silahkan masuk."

Setelah aku memastikan itu suara Asahina, aku membuka pintunya. Tidak peduli berapa kali pun aku melihatnya, Asahina tetap terlihat sangat menggemaskan dalam kostum maidnya.

"Cukup lama untuk kamu datang, dimana Suzumiya-san?"

Sepertinya dia sedang merebus teh lagi.

"Dia kembali ke rumah, dia terlihat sangat capai. Jika kamu ingin balas dendam, ini saatnya, sekarang dia terlihat sangat lemah."

"Aku tidak akan melakukan hal seperti itu."

Kami duduk berhadapan dan meminum tehnya di dalam ruangan dengan Nagato yang sedang membaca. Kami sepertinya telah kembali menjadi asosiasi tanpa tujuan seperti dahulu.

"Koizumi masih belum datang?"

"Koizumi-kun datang duluan, dia bilang dia ada kerja paruh waktu hari ini, jadi dia pergi duluan."

Kerja paruh waktu seperti apa? Tapi sekarang ini, aku bisa mencoret Koizumi dan Haruhi dengan yakin dari daftar tersangka yang menulis notes tersebut.

Karena kami tidak punya hal yang untuk dilakukan, aku bermain Othello dengan Asahina dan mengobrol dengannya. Setelah menang tiga kali, kami berhenti bermain dan mulai menjelajahi internet untuk membaca berita, dan pada saat itu, Nagato menutup bukunya. Akhir-akhir ini, kami menganggap aksinya sebagai tanda berakhirnya kegiatan klub (walau kami tidak tahu ada kegiatan apa), dan kami mulai membereskan dan pulang.

"Aku harus berganti baju, jadi kamu pergi dulu saja." Mendengar Asahina berkata itu, aku segera keluar ruang klub.

Jam menunjukkan pukul 17.30, seharusnya sudah tidak ada siapa-siapa di ruang kelas, kurasa? Bahkan kalau ini bercandanya Taniguchi, dia sudah pasti pulang setelah bosan menunggu lama. Walau begitu, aku tetap berlari menuju tangga ke lantai teratas, untuk memastikan.

Aku menghirup nafas dalam-dalam di koridor yang sepi. Karena jendela kelas semuanya dilapisi, aku tidak bisa melihat apa yang sedang terjadi di dalam, hanya matahari terbenam telah mewarnai ruang kelas oranye-kemerahan. Aku membuka pintu ruang kelas 1-5 dengan santai dan melongok ke dalam.


Aku tidak terkejut sama sekali kalau ada orang yang menungguku di dalam kelas, tapi aku terkejut saat aku mengetahui siapakah yang menungguku. Berdiri di depan papan tulis adalah seseorang yang sama sekali tidak pernah kuperkirakan sama sekali.

"Kamu terlambat."

Asakura Ryouko tersenyum.

Dia menyisirkan rambut panjang sutranya dan mulai berjalan melewati lorong. Paha mulusnya di bawah rok terlipatnya dan sepatu dalam ruangan putihnya benar-benar menarik perhatian.

Dia berhenti di tengah ruang kelas, dan melambai ke arah ku dengan senyum.

"Masuklah!"

Bagaikan terhisap ke dalam, perbuatannya menyebabkan aku melepaskan pegangan pintu dan berjalan ke arahnya.

"Jadi itu kamu..."

"Ya, terkejut?"

Asakura tersenyum senang, di sisi kanan wajahnya memerah karena tersinari matahari terbenam.

"Kamu mencari ku?"

Aku sengaja bertanya dengan nada kasar, Asakura tertawa pelan dan membalas,

"Tentu aku mencari mu, aku punya sesuatu yang ingin kutanyakan kepadamu."

Wajah putih Asakura sekarang menghadap ke arah ku.

"Pernahkah kamu mendengar pepatah 'Lebih baik melakukannya sekarang dan menyesal kemudian daripada tidak melakukannya sama sekali'? Kamu pikir itu masuk akal?"

"Aku tidak terlalu yakin siapa yang mengatakannya, tapi kukira maknanya masih masuk akal."

"Apabila ada situasi dimana tetap menjaga status quo hanya memperburuk keadaan, dan kamu tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya, apa yang akan kamu lakukan?"

"Memperbaiki apa? Ekonomi?"

Tidak perduli dengan pertanyaanku, Asakura tersenyum dan melanjutkan,

"Bukankah kamu pernah berkata kalau kamu harus melakukannya dahulu dan menghadapi akibatnya kemudian? Karena tidak ada yang akan berubah kalau semuanya tetap seperti ini."

"Hmmm, kupikir begitu."

"Itu yang kumaksud."

Asakura, yang kedua tangannya berada di belakang punggungnya, membungkuk ke depan sedikit.

"Akan tetapi, karena mereka di atas tidak mampu berpikir lateral, mereka ketinggalan dengan perubahan yang cepat dengan kenyataan, aku terpaksa melakukan sesuatu untuk membuatnya mulus. Karena itulah, berada dalam kenyataan ini, aku telah memutuskan untuk beraksi sendiri dan memaksakan beberapa perubahan."

Apa yang sebenarnya ingin kamu katakan? Apakah ini semacam keisengan? Aku melihat sekeliling ruangan, berpikir apakah Taniguchi bersembunyi di dalam lemari memegang peralatan menyapu di belakang, atau apakah dia duduk di bawah meja guru.

"Aku sudah mulai bosan hanya mengamati lingkungan yang tidak berubah, oleh karena itu..."

Aku terlalu sibuk mengamati sekeliling sampai aku tidak terlalu mendengar apa yang dikatakan Asakura.

"Aku harus membunuhmu, dan melihat reaksi semacam apa yang dilakukan oleh Haruhi Suzumiya"

Dalam sekejap, Asakura menunjukan tangan kanannya, sebuah kilatan putih metalik melewati dimana leherku pernah berada.

Tersenyum senang, tangan kanan Asakura memperlihatkan sebuah pisau setajam pisau tentara.

Aku beruntung bisa menghindari serangan pertama. Karena aku sekarang terkujur di lantai, melihat dengan pucat ke arah Asakura. Jika aku terjebak, aku tidak akan bisa kabur! Pikiran ini terlintas di kepalaku, dan aku merangkak mundur seperti belalang.

Mengapa Asakura tidak mengejarku?

...Tidak, tunggu! Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Asakura berusaha menusukku dengan pisau? Tunggu dulu sebentar, apa yang tadi dikatakan Asakura? Dia ingin membunuhku? Membunuhku? Tapi, mengapa!?

"Berhenti bercandanya!"

Aku hanya bisa mengatakan apa yang menjadi kalimat khas ku.

"Itu benar-benar berbahaya! Walau itu hanya pisau bohongan, aku pasti akan ketakutan juga! Singkirkan benda itu segera!"

Aku benar-benar kebingungan. Jika seseorang tahu apa yang terjadi, tolong keluarlah dan jelaskan kepadaku!

"Kamu pikir aku bercanda?" Asakura berkata dengan nada senang, tidak terkesan serius sama sekali. Kalau kupikirkan lagi, seorang gadis SMU tersenyum sambil mengancam nyamamu dengan sebuah pisau benar-benar menakutkan. Jadi sekarang kamu tahu betapa ketakutannya aku.

"Hmph!"

Asakura menepuk-nepukan bahunya dengan sisi belakang pisau.

"Kamu tidak mau menderita? Kamu tidak mau mati? Kematian entitas organik tidak berarti apa-apa bagiku."

Aku perlahan berdiri. Ini pastilah hanya bercanda, aku ketakukan karena aku terlalu serius. Aku terus mengatakan diriku hal ini, karena ini terlalu aneh. Asakura adalah ketua kelas yang serius, yang hanya berkata jika perlu di kelas, dan tidak akan menjadi gila walau sedang menghadapi masalah. Mengapa dia membawa pisau dan berkata kalau dia ingin membunuhku tiba-tiba?

Tapi pisau itu nyata, kalau aku tidak hati-hati aku bisa berdarah kemana-mana.

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan. Ini tidak lucu lagi, OK? Singkirkan benda mengerikan itu segera!"

"Aku tidak bisa melakukan itu," Asakura tersenyum lugu seperti biasa, "Karena aku ingin kamu mati."

Dia memegang pisaunya di samping pinggannya dan mulai berlari ke arahku. Dia cepat! Kali ini aku telah bersiap-siap, karena lama sebelum Asakura berbuat sesuatu, aku telah bersiap untuk kabur melalui pintu - tapi aku berakhir menabrak dinding.

????

Ini aneh, kemana pintu itu pergi? Bahkan jendelany juga hilang! Di situ seharusnya ada jendela di dinding yang menghadap koridor, sekarang hanya ada dinding tebal berwarna abu-abu.

Tidak mungkin!

"Percuma."

Suara Asakura semakin mendekat dari belakang.

"Sekarang aku memegang kontrol di ruang area ini, jadi semua pintu keluar telah ditutup. Sebenarnya cukup mudah, yang perlu kulakukan hanyalah menimpa struktur molekul di bangunan ini pada planet ini dan aku bisa mengubahnya semau ku. Ruangan ini sekarang telah menjadi ruang tertutup, dan tidak ada pintu masuk atau keluar sekarang."

Aku berbalik dan menyadari kalau matahari terbenam juga telah menghilang. Seluruh ruangan di kelilingi oleh dinding beton, menyisakan sebuah lampu putih bersinar dingin di meja.

Ini tidak mungkin!

Siluet Asakura perlahan mendekati ke arah ku.

"Kusarankan kamu berhenti melawan; kamu akan mati pada akhirnya."

"...Siapa sebenarnya kamu?"

Kemanapun aku melihat, ada dinding di sekelilingku. Tidak ada sebuah pintu pun, jendela, apapun! Apakah ada yang salah dengan otakku?

Aku bergerak panik diantara meja, berusaha menjauh dari Asakura sebisaku. Akan tetapi Asakura berjalan lurus ke arahku, menyingkirkan meja dan kursi dengan pikirannya. Dibandingkan dia, jalanku selalu terhalang meja.

Kejar-kejaran ini tidak berlangsung lama, dan pada akhirnya aku terpojok.

Kalau itu masalahnya...

Aku memutuskan untuk mengambil resiko dan melemparkan kursi ke Asakura, tapi kursi tersebut berbalik di udara tepat di depan Asakura, dan terbang ke sisi lain ruangan. Bagaimana mungkin ini terjadi?

"Bukankah kubilang ini percuma? Semua di dalam ruangan ini bergerak menurut keinginan ku."

Tunggu... Tunggu!

Apa yang terjadi disini? Kalau ini bukan bercanda atau keisengan, dan baik aku atau Asakura tidak gila, lalu apa yang terjadi?

Aku harus membunuhmu, dan melihat reaksi semacam apa yang dilakukan oleh Haruhi Suzumiya.

Ryouko: "Aku harus membunuhmu, dan melihat reaksi semacam apa yang dilakukan oleh Haruhi Suzumiya."

Mengapa Haruhi lagi? Haruhi, ampun, apakah kamu menjadi sedikit terlalu populer?

"Seharusnya kulakukan ini dari awal."

Badanku membeku setelah Asakura berkata seperti itu. Kamu nggak bisa melakukan itu! Itu curang!

Kakiku berakar ke lantai seperti pohon, tidak bisa bergerak. Kedua tanganku kaku seperti patung lilin - aku bahkan tidak bisa menggerakkan jari-jariku. Wajahku, yang kaku menghadap ke lantai, bisa melihat sepatu dalam ruangan Asakura perlahan bergerak memasuki ruang lingkup pandanganku.

"Saat kamu mati, Suzumiya Haruhi pasti punya reaksi tertentu. Ini mungkin akan membuat ledakan data raksasa yang darinya bisa kami ambil sesuatu. Ini bisa jadi kesempatan sekali dalam seumur hidup."

Aku tidak peduli sama sekali dengan itu!

"Sekarang matilah."

Aku bisa merasakan Asakura mengangkat pisaunya ke atas. Dari mana dia akan memulainya? Arteri tenggorokan, jantung? Kalau aku tahu bagaimana aku akan mati, setidaknya aku bisa bersiap-siap. Setidaknya biarkan aku menutup mataku... Tidak, aku tidak bisa begitu. A... apa ini!?

Tiba-tiba kurasakan udara bergoyang. Pisaunya mulai jatuh ke arahku...

Pada saat itu, langit-langit mengeluarkan suara retak dengan keras, diikuti jatuhnya pecahan-pecahan. Beberapa jatuh ke kepalaku - itu sakit! Sialan! Aku diliputi oleh debu putih karena banyaknya pecahan yang terus berjatuhan, jadi kupikir Asakura juga putih semua. Aku ingin melihat seperti apa dia terlihat sekarang, tapi aku tidak bisa bergerak... tidak, tunggu! Aku bisa bergerak lagi!

Aku mengangkat kepalaku dan menemukan...!

Asakura yang terkejut - saat dia akan memotong leherku. Berdiri di depanku, memegang pisaunya dengan tangan kosong, adalah figur ramping dari Nagato Yuki.

(Wow, dia bisa menangkap pisau dengan tangan kosong saja.)

"Programmu terlalu dasar." Nagato berkata dengan nada tanpa ekspresi seperti biasa,

"Penguncian data di sekitar langit-langit tidak lengkap. Karena itu aku bisa menemukannya dan masuk."

"Kamu ingin menghalangiku?" Asakura terdengar tenang. "Saat aku membunuh orang ini, Suzumiya Haruhi pasti punya reaksi tertentu. Hanya saat itulah kita bisa mengumpulkan lebih banyak data."

"Kamu seharusnya menjadi cadanganku." Nagata berkata dengan nada seperti membaca mantra, "Pemberontakan semacam ini dilarang; kamu harus mengikuti perintahku."

"Bagaimana kalau aku menolak?"

"Maka aku akan memutuskan data interface-mu."

"Kamu mau mencobanya? Aku punya kelebihan di sini, karena ruang kelas ini berada di ruang lingkup kontrol data miliku."

"Memproses aplikasi untuk pemutusan data interface."

Saat Nagato selesai, pisau di tangannya mulai bersinar terang. Lalu, seperti kubus gula dicelupkan ke secangkir teh, secara perlahan mulai mengkristal dan terurai dan jatuh ke lantai seperti bubuk.

"!!"

Asakura melepaskan pisaunya dan meloncat lima meter menjauh. Melihat kejadian ini, aku tidak bisa apa-apa kecuali menyadari - whoa, keduanya benar-benar bukan manusia.

Membuat jarak dalam sekejab, Asakura mendarat dengan elegan dan melanjutkan senyumnya seperti biasa.

Ruangan di sekitar mulai membengkok - Aku hanya bisa menjelaskannya seperti itu. Asakura, meja, langit-langit, dan lantainya semua bergetar keras; semuanya memiliki bentuk seperti logam cair, walau aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Pada saat aku keheranan bagaimana ruangan ini perlahan diubah menjadi apa yang sepertinya terlihat seperti tombak, sebuah ledakan kristal terjadi di depat tangan Nagato yang terangkat.

Pada detik selanjutnya, ada ledakan kristar terus-menerus di sekitar Nagato, diikuti dengan bubuk yang jatuh ke lantai. Benda seperti tombak dari kristal terbang dari berbagai arah menuju kami dengan kecepatan cahaya. Baru kusadari kemudian, kalau Nagato menghadapi tombak-tombak tersebut dengan kecepatan yang sama."

"Jangan bergerak menjauh."

Nagato menghidari serangan Asakura sambil menarik dasi ku sehingga aku menjadi terjongkok dan tersembunyi di belakangnya.

"Whoa!"

Sebuah benda asing terbang di atas kepalaku dan menghancurkan papan tulis berkeping-keping.

Nagato mendongak ke atas sedikit, dan dalam sekejab banyak potongan es tumbuh dari langit-langit dan jatuh ke kepala Asakura. Asakura bergerak menjauh dengan kecepatan yang tidak bisa diikuti dengan mata telanjang, dan dalam sekejap hutan potongan es terbentuk di lantai.

"Tidak mungkin kamu bisa mengalahkan ku di dalam daerah ruang lingkup ini." Asakura berkata tenang. Dia dan Nagato berdiri terpisah beberapa meter, saat aku hanya bisa menunduk di lantai tanpa harapan, tidak berani berdiri.

Nagato berdiri di depanku dengan kaki sedikit terbuka, dan hanya pada saat itu aku menyadari kalau dia sangat serius sampai menuliskan namanya di sepatu dalam ruangannya. Lalu, bagaikan membaca doa, Nagato bergumam perlahan,

    SELECT serial_code
    FROM database
    WHERE code='data'
    ORDER BY aggressive_combat_data
    HAVING terminate_mode

"Nama target Asakura Ryouko, musuh dikonfirmasi. Memutuskan organic information interface target."

Ruang normal tidak lagi ada di dalam ruangan kelas. Semuanya telah menjadi bentuk-bentuk geometri, terlihat seperti tertekuk atau seperti kerucut. Melihat pemandangan yang tidak mungkin ini seperti memasuki ke dalam wahana horor di taman hiburan, aku menjadi pusing dengan hanya melihat.

"Kamu akan berhenti berfungsi sebelum aku."

Aku tidak tahu darimana suara Asakura berasal dalam keajaiban warna-warni ini.

Whoosh, suara angin merobek melewati udara.

Nagato menendangku keras dengan belakang kakinya.

"Apa yang kamu..."

Sebelum aku bisa menyelesaikan, ada tombak dengan cepat, aku hanya bisa melihatnya sekilas saat melewati ujung hidungku dan menancap ke lantai.

"Ayo kita lihat berapa lama kamu bisa melindunginya. Coba ini!"

Pada detik berikutnya, Nagato berdiri di depan ku, tertusuk oleh kira-kira dua belas benda seperti tombak panjang berwarna coklat.

"..."

Dengan kata lain, Asakura menyerang Nagato dan aku dari beberapa berbagai arah dalam waktu bersamaan. Nagato berhasil mengkristalkan beberapa tombak itu dan menghancurkannya, tapi berusaha menghentikan aku terkena oleh tombak yang tersisa, dia melindungiku dengan badannya. Tapi aku tidak mengetahuinya pada saat itu, karena semuanya terjadi terlalu cepat.

Kacamata Nagato terjatuh dari wajahnya dan memantul pada saat mengenai lantai.

"NAGATO!"

"Kamu tidak perlu bergerak." Nagato berkata tenang, menunjuk ke arah tombak yang menusuk dada dan perutnya. Sebuah kolam darah mulai terbentuk di bawah kakinya.

"Aku baik-baik saja."

Tuhan, bagaimana ini bisa dibilang baik?

Nagato menariki tombak-tombak dari badannya tanpa takut sekali pun. Tombak berdarah itu jatuh ke lantai dengan suara es, dan langsung berubah menjadi meja. Jadi dari itulah tombak itu terbuat!

"Karena cedera seperti itu, kukira kamu sudah tidak bisa menghentikanku sekarang. Ini pukulan penghabisannya!"

Pada ujung lainnya dari ruang bengkok ini, siluet Asakura muncul dan hilang bergantian. Aku hanya bisa melihat senyuman dari wajahnya, dia perlahan mengangkat kedua tangannya - kalau aku tidak salah, tangannya bersinar dari ujung jari-jarinya, dan kemudian memanjang dua kali lipat. Tidak, tidak hanya dua kali lipat...

"Silahkan mati!"

Lengan Asakura terus memanjang, bergoyang seperti sekumpulan tentakel, dan lalu mendekat dari kedua arah. Tidak dapat bergerak, figur mungil Nagato terguncang keras... Pada selanjutnya, wajahku tertutup oleh darah.

Lengan kiri Asakura menikam sisi kanan perut Nagato, sedangkan lengan kanannya menikam dada kiri Nagato, menembus melalui punggungnya dan berhenti pada dinding ruang kelas. Darah muncrat dari mulut Nagato dan turun melewati kedua kaki putihnya, membuang kolam darah di bawahnya semakin melebar.

"Sudah berakhir." Nagato berkata perlahan, lalu memegang tentakel. Tidak ada yang terjadi.

"Apa yang berakhir?" Kata Asakura, terdengar bagaikan dia menang. "Maksudmu tiga tahun kehidupanmu?"

"Bukan." kata Nagato yang terluka parah, bagaikan tidak ada yang terjadi padanya. "Memulai pemutusan data interface."

Hampir sekejap, semuanya di dalam ruang kelas bersinar terang, dan mengkristal lalu terurai pada detik selanjutnya, meja di sampingku juga mulai berubah jadi pasir dan hancur.

"Bagaimana ini mung..."

Pasir kristal terjatuh dari langit-langit tanpa henti, kali ini giliran Asakura yang terkejut.

"Kamu benar-benar luar biasa."

Tombak di badan Nagato juga mulai berubah jadi pasir.

"Membutuhkan beberapa saat untuk bisa menembus programnya. Tapi, semuanya akan berakhir sekarang."

"... Kamu telah menanamkan faktor penghancur sebelum aku menembus tempat ini, bukan? Tidak heran kamu terlihat lemah. Karena kamu telah menyerang datanya sebelumnya..." Asakura berkata lunglai saat kedua lengannya mulai mengkristal.

"Sigh, sungguh disayangkan, pada akhirnya aku hanyalah cadangan. Kupikir ini kesempatan untuk lepas dari jalan buntu ini."

Asakura berubah kembali menjadi teman sekelas normal dan melihat kearahku dengan riang.

"Aku kalah. Hebat kamu bisa selamat. Tapi sebaiknya kamu berhati-hati, Integrated Data Entity tidak bersatu seperti yang kamu pikir, ada beberapa yang seperti aku dengan opini berbeda. Seperti manusia, ada ekstremis seperti aku lain kali. Dan siapa tahu, bahkan mereka yang mengontrol Nagato-san mungkin mengubah pikirannya dan justru berbalik membunuhmu."

Dia sekarang dari dada ke ujung jari kaki tertutupi oleh material kristal yang bersinar.

"Sebelum itu terjadi, ku doakan agar kamu dan Suzumiya-san beruntung. Selamat tinggal."

Berkata begitu, Asakura perlahan terurai menjadi bukit pasir kecil. Dan lalu, bukit kristal kecil yang lebih kecil tetap terurai sampai mereka menghilang.

Di bawah hujan pasir kristal, gadis SMU bernama Asakura Ryouko menghilang dari sekolah ini.

Lalu tiba-tiba terdengar bunyi keras. Aku dengan cepat menemukan Nagato tergeletak di lantai, jadi aku dengan panik berdiri.

"Nagato! Bertahanlah! Aku akan memanggil ambulans!"

"Tidak perlu."

Nagato menatap ke langit-langit dengan mata yang terbuka lebar.

"Kerusakan fisik tidak berarti apa-apa bagiku. Prioritas kita adalah mengembalikan ruang wilayah ini kembali ke keadaan awalnya."

Pasir kristalnya berhenti jatuh.

"Menghilangkan zat kotor, merekonstruksi ruang kelas."

Setelah dia selesai, ruang kelas 1-5 yang familiar kembali muncul di depan mata kami. Bagaikan kaset diputar balik: semua yang ada di ruang kelas kembali seperti sedia kala.

Papan tulis, meja guru, kursi dan meja sisanya tumbuh dari pasir putih dan kembali ke bentuk asalnya seperti yang kulihat sebelum sekolah berakhir hari ini. Aku tidak bisa menjelaskan apa yang terlintas di pikiranku saat itu. Jika aku tidak melihat dengan mataku sendiri, aku akan berpikir kalau semua gambar ini dibuat dengan efek spesial CG termutakhir.

Jendela muncul dari dinding, dengan kaca yang dilapisinya; matahari terbenam kembali muncul di luar, memandikan ku dan Nagato dengan sinar oranye-merahnya. Aku berusaha melihat ke dalam kolong meja ku, semua isinya masih berada di dalamnya, dan semua darah nya terpercik di mukaku kini sudah hilang semua. Sungguh luar biasa. Aku hanya bisa menjelaskannya sebagai sulap!

"Apa kamu benar tidak apa-apa?"

Aku berjongkok di samping Nagato yang masih tergeletak di lantai. Kupikir dia akan punya banyak luka dan lubang di seragamnya setelah ditikam oleh tombak itu, tapi sepertinya semuanya sudah tidak ada lagi sekarang.

"Karena semua kekuatan pemrosesan telah diubah menjadi operasi data, aku hanya membalikan sambungan interface-nya sedikit."

"Apa aku perlu membantu mengangkatmu?"

Yang mengejutkan, Nagato tidak ragu-ragu dan memegang tanganku, pada saat dia mau berdiri -

"Oh!"

Dia tiba-tiba teringat.

"Aku lupa untuk membuat ulang kacamata baru."

"... Sebenarnya kupikir kamu terlihat lebih imut tanpa kacamata. Gadis bermata-empat sebenarnya bukanlah tipeku."

"Apa arti dari 'Gadis bermata-empat'?"

"Bukan apa-apa, hanya komentar bodoh saja."

"Oh begitu."

Sekarang bukan waktunya berkata hal remeh seperti itu. Aku menyesal mengatakan itu. Meski itu berarti aku meninggalkan Nagato di belakang tanpa perasaan, aku seharusnya lari keluar dari ruang kelas segera dengan malu.

"Yo!"

Pintu ruang kelas tiba-tiba terbuka.

"Kulupa~ kulupa sesuatu~"

Sial, memasuki ruang kelas, menggumamkan lagu bodoh, adalah Taniguchi.

Taniguchi mungkin berpikir kalau tidak ada orang lagi di ruang kelas. Saat dia menemukan kami, dia berdiri kaget dengan mulutnya terbuka lebar seperti idiot.

Pada saat itu, aku bermaksud untuk menggendong Nagato, tapi jika kamu baru saja melihat kami saat itu, aku terlihat seperti akan membaringkannya perlahan.

"Aku benar-benar minta maaf." Taniguchi berkata dengan nada serius yang tidak pernah kudengar sebelumnya, dan langsung keluar dari ruang kelas. Aku bahkan tidak sempat mengejarnya.

"Orang yang sangat menarik." Nagato berkata.

Aku mengeluh berat.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Serahkan padaku." Nagato berkata sambil beristirahat di dadaku.

"Manipulasi data adalah keahlianku, aku akan membuat semuanya berpikir kalau Asakura Ryouko telah dipindahkan keluar."

Jadi begitu dia melakukannya!

Sekarang bukan saatnya memikirkan hal remeh seperti itu saat aku baru saja mengalami kejadian luar biasa. Ini bukan masalah aku harus percaya apa yang dikatakan Nagato kemarin dulu, aku tidak berani mengaku kalau aku hanya setengah percaya. Tapi apa yang telah terjadi barusan telah menyebabkan aku menyadari betapa seriusnya masalah sebenarnya. Kupikir aku benar-benar akan mati! Kalau Nagato tidak muncul dari langit-langit, aku sudah pasti dibunuh oleh Asakura. Pengalaman melihat ruang kelas membengkok, lengan Asakura memanjang tidak normal, dan Nagato mengalahkannya telah terukir di dalam pikiranku.

Apakah Nagato berusaha menggunakan ini untuk mengatakan dia itu sebenarnya alien?

Dalam kata lain, bukannya ini membuat aku jadi orang dalam dalam kejadian misterius ini? Seperti yang kukatakan pada awalnya, aku hanya ingin menjadi orang lewat yang kebetulan terlibat dalam kejadian seperti ini, puas dengan hanya sebagai peran pembantu. Tapi kalau seperti ini, aku sudah menjadi protagonisnya! Itu betul, aku punya keinginan agar aku menjadi karakter yang melibatkan invansi alien, tapi kalau aku benar-benar jadi itu, itu meletaknya semuanya dalam pandangan.

Sejujurnya, aku cukup terganggu dengan semuanya itu.

Yang sebenarnya kuinginkan adalah menjadi karakter sampingan yang memberikan saran yang membantu pada saat semuanya menghadapi situasi sulit. Aku tidak mau nyawaku diincar oleh teman sekelasku! Aku punya prinsip sendiri kalau menyangkut hidupku.

Pikiranku sudah melayang kemana-mana untuk beberapa waktu saat aku duduk di ruang kelas berwarna oranye-merah. Aku benar-benar lupa kalau Nagato masih bersandar di dadaku.

A...apa ini semua? Apa yang kupikirkan? Akibat aku terbengong selama ini, aku tidak menyadari kalau Nagato telah menyelesaikan regenerasinya dan telah menatapku tanpa ekspresi untuk beberapa waktu.


Pada hari berikutnya, Asakura Ryouko menghilang dari kelas.

Hasil akhir ini tidak bisa dihindari, tapi hanya aku yang berpikiran seperti itu.

"Hmmm, kupikir ini ada hubungannya dengan pekerjaan ayah Asakura, karena itu dia harus pindah tiba-tiba. Sejujurnya, para guru juga terkejut saat mereka mendengar berita ini pagi tadi. Karena mereka harus keluar negeri, mereka telah terbang kemari."

Saat Okabe-sensei mengumumkan cerita ini, sebagian besar perempuan berteriak terkejut, "Apa?", "Mengapa?", saat para laki-laki juga saling berbicara diantaranya tentang ini. Bahkan para guru terlihat tampak kebingungan. Tidak mengejutkan, gadis dibelakangku tidak bisa diam tentang ini.

Plak! Dia memukul belakang kepalaku dengan tangannya.

"Kyon, ini PASTILAH sebuah kejadian misterius!" Mata Haruhi bersinar terang saat dia mendapat semangatnya seperti biasa.

Apa yang harus kulakukan? Beritahukan sebenarnya?

Sebenarnya, Asakura-san diciptakan oleh entitas asing yang dikenal sebagai Integrated Data Sentient Entity, Nagato-san juga salah satu temannya, tapi karena alasan tertentu, hubungan mereka putus, dan pada akhirnya Asakura-san berusaha untuk membunuhku. Mengapa sampai melibatkan aku, alasannya sebenarnya karena kamu. Tapi, Asakura-san diubah menjadi tumpukan pasir oleh Nagato-san dan menghilang.

Tolong deh! Aku akan ditertawakan habis-habisan kalau aku mengatakan itu, dan aku juga tidak ingin mengatakannya. Aku hanya perlu berpura-pura kalau semuanya yang terjadi kemarin hanyalah ilusi dan membiarkannya seperti itu.

"Pertama murid pindahan misterus masuk, lalu seorang gadis tiba-tiba pindah keluar secara misterius. Pasti ada hal yang mencurigakan yang terjadi!"

Haruskah aku memuji instingnya yang brilian?

"Mungkin ayahnya dipindahkan?"

"Aku tidak percaya alasan bodoh seperti itu."

"Percaya atau tidak, itu alasan terutama seseorang harus pindah sekolah."

"Tapi bukankah ini aneh? Mereka hanya perlu satu hari untuk mendapatkan pemberitahuan pindah kerja lalu langsung pindah. Pekerjaan semacam apa yang dilakukan ayahnya?"

"Mungkin ayah Asakura tidak memberitahukannya sebelumnya..."

"Tidak mungkin. Ini perlu penyelidikan lebih lanjut."

Aku ingin mengatakan kalau pindah tugas hanyalah alasan, mereka harus kabur dalam semalam dari penagih utang setelah meninggalkan setumpuk utang, tapi aku memutuskan tidak melakukannya. Karena hanya akulah yang mengetahui alasan sebenarnya.

"Sebagai anggota Brigade SOS, aku tidak bisa membiarkan kejadian misterius seperti ini tidak diketahui."

Tolong berhenti!

Setelah apa yang terjadi kemarin, aku mengalami perubahan total dalam semalam. Lagi pula, setelah menyaksikan semua kejadian supranatural secara langsung, dan berusaha memberitahukan kepada diriku sendiri kalau semuanya tidak pernah terjadi, aku harus memilih salah satu dari pilihan berikut: Aku berhalusinasi, atau ada yang salah dengan otakku, atau dunia ini sudah cukup aneh, atau aku mengalami mimpi yang sangat panjang.

Lagipula, aku tidak bisa mengakui kalau dunia ini sendiri adalah sebuah virtual reality.

Man! Untuk seseorang yang baru saja berumur 15 tahun, harus menghadapi titik balik dalam hidupnya agak terlalu cepat!

Mengapa anak kelas satu SMU seperti aku harus berurusan dengan pertanyaan filosofis seperti apakah dunia ini ada atau tidak? Itu bukanlah hal yang harus kupikirkan. Tolonh jangan tambah masalahku lagi.

Sekarang aku punya banyak masalah rumit yang harus kuhadapi!

--Nandaka 11:28, 21 July 2007 (PDT)

Back to Bab 4 Return to Halaman Utama Forward to Bab 6