Difference between revisions of "Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid2 Bab01"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m (perbaiki link)
(telah disunting oleh obakasan)
Line 3: Line 3:
   
   
Sekolah-sekolah mengadakan kegiatan-kegiatan tertentu dari waktu ke waktu, dan sekolahku mengadakan pertandingan olahraga bulan lalu. Waktu Haruhi mengusulkan agar Brigade SOS berpartisipasi dalam lomba lari estafet antar-klub, salah satu dari sekian banyak pertandingan di hari itu, aku merasa agak ragu. Lebih parah lagi, kami akhirnya mengalahkan Klub Atletik dan Klub Rugby di lari estafet ketika Haruhi mengalahkan pelari di peringkat kedua dengan selisih tiga belas meter!
 
   
Jadi berkat itu, klub kami beralih dari suatu pantangan yang tidak boleh dibicarakan, hanya diobrolkan secara diam-diam (dengan aku sebagai perkecualian), menjadi gosip terkini di sekolah, mengingatkanku pada anak nakal yang iseng menarik tuas alarm kebakaran. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana menghadapi hal ini, tetapi masih ada lagi. Tentu saja Haruhilah yang menjadi pelaku utama dalam peristiwa ini, tetapi Nagato, yang menjadi pelari kedua, sama saja bersalah. Aku tak akan bisa melupakan kecepatannya, yang hanya bisa dideskripsikan sebagai pergerakan seketika. Nagato, kau setidaknya harus memberitahuku sebelum kau melakukannya!
 
   
  +
SMA-SMA menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tertentu dari waktu ke waktu, dan SMAku mengadakan hari olahraga bulan lalu. Ketika Haruhi mengusulkan agar Brigade SOS berpartisipasi dalam lomba lari estafet antar-klub, salah satu dari sekian banyak pertandingan di hari itu, aku merasa agak ragu-ragu. Lebih parah lagi, kami akhirnya benar-benar mengalahkan Klub Atletik dan Klub Rugby di lari estafet, yang mana Haruhi mengalahkan pelari di peringkat kedua dengan jarak seluruh tiga belas kuda!
Waktu aku bertanya pada Nagato tentang sihir macam apa yang dia pakai kali ini, si interface humanoid hidup yang diciptakan alien tanpa emosi menjawab dengan istilah-istilah seperti “penempatan energi”, “dispersi molekul” dan jargon-jargon lain. Tentunya penjelasan seperti itu tidak berarti apa-apa bagiku karena aku sudah memutuskan untuk memahami aspek artistiknya dan meninggalkan aspek ilmiahnya, aspek yang sama sekali tidak kumengerti dan tidak kucoba untuk dimengerti.
 
   
  +
Jadi sebagai hasilnya, klub kami beralih dari tabu tak terucap, hanya didiskusikan dalam bayangan (kecuali aku), jadi ragam terkini di sekolah, mengingatkan pada biang kerok yang menarik alarm kebakaran. Aku bingung total bagaimana menghadapi ini, tapi masih ada lagi. Tentu saja Haruhilah penyebab utama semua ini, tapi Nagato, yang jadi pelari kedua lari estafet, sama saja salahnya. Tak pernah bisa kulupakan kecepatannya, yang hanya bisa dideskripsikan sebagai pergerakan seketika. Nagato, kau seharusnya paling engga ingetin aku dulu sebelum kau ngelakuin itu!
Setelah hari pertandingan olahraga yang menggemparkan itu berakhir, sebulan berlalu dan festival sekolah datang. Jadi pada saat ini, sekolah prefektural yang tidak menonjol ini sedang sibuk mempersiapkan diri menjelang festival... walaupun orang-orang yang benar-benar melakukan sesuatu hanyalah para guru dan anggota panitia penyelenggara dan klub-klub seni, karena inilah satu-satunya kesempatan bagi mereka untuk sedikit merenggangkan otot.
 
   
  +
Ketika kutanyakan pada Nagato sihir macam apa yang dia pakai kali ini, si tabah, Antarmuka Manusia Buatan Hidup bikinan alien menjawab dengan istilah penjelasan seperti "penempatan energi", "dispersi molekul" dan jargon lainnya. Tentunya, penjelasan begitu tiada artinya bagiku, karena aku sudah memutuskan untuk merangkul topik artistik dan meninggalkan topik ilmiah, yang benar-benar kuberi tiada usaha dalam pemahaman atau mencoba memahami.
Omong-omong tentang kontribusi klub-klub di festival, Brigade SOS, yang sampai saat ini belm menjadi klub resmi, tidak diharuskan untuk menyumbangkan atraksi kreatifnya. Sebenarnya, kalau dibolehkan sebagai kontribusi klub, aku tidak berkeberatan untuk menyekap kucing liar di kandang dan memasang tanda bertuliskan “Makhluk Asing Dari Luar Bumi”, lalu menampilkannya seperti atraksi sampingan di sirkus, dan menghasilkan uang. Walaupun kalau kupikir lagi, hal ini tidaklah bijak karena orang-orang yang ridak memiliki rasa humor akan merasa sangat marah sementara orang-orang yang memiliki rasa humor hanya akan mentertawakan saja.
 
   
  +
Setelah hari olahraga yang menggemparkan itu berakhir, sebulan berlalu dan festival sekolah datang. Jadi pada saat ini, sekolah prefektural tak menonjol ini sedang sibuk mempersiapkan diri untuk festival... walau orang yang benar-benar melakukan sesuatu hanyalah para guru dan anggota panitia penyelenggara serta klub-klub seni, karena inilah kesempatan mereka satu-satunya untuk merenggangkan otot-otot mereka.
Atraksi jenis ini tidak memerlukan pertimbangan serius tentang nilai-nilai moral ataupun kesuksesan – bahkan tidak memerlukan suatu usaha yang nyata. Hal inipun berlaku bagi atraksi yang lainnya. Festival sekolah di dunia nyata memang bisa separah ini. Kalau kau mengira aku hanya bercanda, coba saja kunjungi festival sekolah yang manapun. Kau akan menyadari bahwa atraksi semacam itu dianggap sebagai hal yang wajar pada festival sekolah.
 
   
  +
Omong-omong soal kontribusi yang berhubungan dengan klub di festival, Brigade SOS yang belum diakui tidak diharuskan untuk menyajikan atraksi kreatif apapun. Sebetulnya, kalau dibolehkan sebagai kontribusi klub kami, aku takkan keberatan menyekap kucing liar di kandang, memasang tanda menunjukan "Alien Luar Angkasa", dan menampilkannya sebagai atraksi sampingan untuk menghasilkan uang persis seperti di sirkus. Walau kupikir hal ini tidaklah bijak karena orang-orang tanpa rasa humor akan merasa amat tersinggung sementara yang lain dengan rasa humor hanya akan tertawa hina.
Di sisi lain, apa sih yang akan dilakukan kelas I-5, kelasku dan Haruhi, pada hari itu? Ternyata kami akan menyebarkan semacam angket yang bodoh. Aku menganggapnya sebagai alasan agar kami tampak seperti mengerjakan sesuatu untuk festival. Sejak Asakura Ryouko menghilang musim semi ini, kelas kami tidak lagi mempunyai siswa dengan jiwa kepemimpinan. Jadi karena tidak adanya partisipasi siswa, ide yang tidak kreatif ini dimunculkan dengan susah-payah oleh Okabe-sensei pada waktu sesi pertemuan-dengan-wali-kelas yang panjang dan membosankan. Tanpa ada yang berkeberatan atau menolak, usulan ini disetujui, dan sesi pertemuan wali kelas pun berakhir. Tapi angket macam apa? Siapa yang benar-benar tertarik melakukan ini?
 
   
  +
Atraksi semacam ini tak memerlukan pertimbangan serius akan nilai dan sukses -- bahkan tak perlu usaha betulan. Yang sama pun berlaku buat atraksi lainnya. Festival-festival SMA di dunia nyata bisa seberani itu. Kalau kau kira aku hanya bercanda, coba saja kunjungi sekolah apapun yang lagi ada festival. Ketika kau lakukan, kau akan sadar bahwa atraksi semacam itu sedikit banyak memang dianggap ekspektasi biasa dari festival-festival sekolah.
Tidak seorangpun, kukira. Tapi, karena ini sudah ditetapkan, selamat berjuang kawan-kawan!
 
   
  +
Di sisi lain, apa sih yang Kelas I-5, kelasku dan Haruhi, niat lakukan pada hari itu? Ternyata kami akan menyiapkan semacam survei bodoh. Bisa kulihat kalau itu hanya alasan biar kami kelihatan seperti sedang mengerjakan sesuatu untuk festival. Semenjak Asakura Ryouko menghilang musim semi ini, kelas kami tak punya lagi siswa dengan jiwa kepemimpinan. Jadi dikarenakan kurangnya partisipasi siswa, ide tak kreatif ini diungkapkan terus dengan seksama oleh Okabe-sensei saat sesi absensi yang panjang dan membosankan. Tanpa ada yang setuju atau keberatan, usulan ini disetujui dan sesi absensi pun berakhir. Tapi survei macam apa sih? Siapa sih yang benar-benar tertarik melakukan ini?
Begitulah, dengan mengidap sindroma apatis, aku berjalan dengan gontai ke ruang klub.
 
   
  +
Mungkin tak seorangpun, kukira. Tapi karena sudah diputuskan, lanjutkan kerja baiknya kawan-kawan!
Mengapa aku pergi ke sana, katamu?
 
   
  +
Dan jadinya, menderita sindrom apatis, aku berjalan letih ke ruang klub.
Tentunya, karena seorang gadis dominan yang mendatangiku dan mengoceh tanpa henti, “Angket apaan? Ini bodoh sekali!”
 
   
  +
Kenapa, tanyamu?
Dia berkata dengan wajah marah, “Maksudku, dimana serunya? Aku sama sekali tak mengerti!”
 
   
  +
Tentunya, ini karena seorang gadis berkuasa mendatangiku dan mengoceh tanpa henti, "Survei apaan? Bloon banget sih!"
Lalu kenapa kau tidak mengusulkan sesuatu yang lebih baik? Bukankah kau ada di sana juga, menatap Okabe-sensei yang berdiri seperti yang hantu kesepian, tidak tahu harus bagaimana?
 
   
  +
Dia mengatakan ini dengan ekspresi marah pada wajahnya, "Maksudku, mana serunya? Aku sama sekali ga ngerti!"
“Lupakan saja, aku toh tidak pernah berniat mengikuti kegiatan kelas apapun. Tidak menyenangkan beraktivitas dengan anak-anak itu.”
 
   
  +
Terus kenapa loe ga ngusulin yang lebih bagus? Bukannya loe ada disana juga, ngeliat Okabe-sensei berdiri disana kayak hantu kesepian, ga tau musti gimana?
Tapi bukankah kau berkontribusi pada kelas dengan memenangkan semua lomba lari antar kelas di hari pertandingan olahraga? Kukira itu kamu yang mendapat giliran terakhir di lari estafet jarak dekat, sedang, dan jauh. Ataukah ingatanku yang salah?
 
   
  +
"Lupain aja, toh aku ga pernah niat kok gabung sama kegiatan kelas apapun. Ga asik ngadain acara sama anak-anak ini."
“Itu beda.”
 
  +
  +
Tapi bukannya loe berkontribusi ke kelas dengan menangin semua lomba antar kelas pas hari olahraga? Gue kira itu elo yang menang jadi pelari terakhir di lari estafet jarak dekat, sedang, dan jauh. Ato ingatan gue yang salah?
  +
  +
"Itu beda."
   
 
Apanya yang beda?
 
Apanya yang beda?
   
“Festival sekolah adalah festival sekolah, atau dengan kata lain, pesta kampus. Walaupun sekolah umum jarang disebut sebagai kampus, tapi itu tidak penting. Lagipula, bukankah festival sekolah adalah aktivitas paling penting di sepanjang tahun ajaran?
+
"Festival sekolah ya festival sekolah, atau dengan kata lain, pesta kampus. Walau sekolah negeri jarang disebut kampus sih, tapi itu ga penting. Lagian, bukannya festival sekolah itu kegiatan paling penting di sepanjang tahun ajaran?"
   
  +
Begitukah?
Betulkah?
 
   
“Betul sekali!” Dia mengangguk dengan semangat, lalu berputar menghadapku dan mengumumkan hal berikut ini, “Brigade SOS akan melakukan sesuatu yang sangat menarik!
+
"Begitu!" angguknya dengan semangat, lalu menghadapiku dan mengumumkan hal berikut, "Brigade SOS bakalan ngelakuin sesuatu yang menarik banget!"
   
Wajah Suzumiya Haruhi kini bersinar dengan determinasi yang sama seperti Hannibal, yang memutuskan untuk menyeberangi pegunungan Alpen pada Perang Punic Kedua.
+
Wajah Suzumiya Haruhi kini bersinar dengan tatapan tekad yang sama seperti Hannibal, yang memutuskan untuk menyeberangi pegunungan Alpen saat [http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Punisia Perang Punisia Kedua].
   
   
   
Wajahnya boleh bersinar, tapi...
 
   
Enam bulan belakangan, apapun yang Haruhi anggap “menarik” sama sekali tidak menarik bagiku, dan keinginannya berhasil melelahkanku. Setidaknya begitu bagiku dan Asahina, tapi karena kami hanyalah manusia biasa. Dari pandanganku, adalah rahasia umum bahwa Haruhi bukanlah orang normal, sementara Koizumi memiliki pola pikir yang tidak bisa ditemukan pada pikiran orang biasa. Sedangkan Nagato, dia bahkan bukan manusia dari awalnya.
 
   
  +
Bersinar sih bersinar, tapi......
Berkumpul dengan orang-orang ini, bagaimana aku dapat melewati kehidupan sekolah yang luar biasa ini dengan tenang? Aku benar-benar tidak mau terlibat dalam hal-hal konyol lagi. Hanya memikirkannya saja cukup untuk mendorongku menodongkan pistol pada dahiku, atau mengambil dan membakar sel-sel otak yang menyimpan ingatan itu. Meskipun aku tidak tahu apa kira-kira komentar Haruhi tentang itu.
 
   
  +
Enam bulan belakangan, apapun yang Haruhi anggap "menarik" sama sekali tidak menarik bagiku, dan minatnya mengakibatkan aku kelelahan. Setidaknya, begitulah bagiku dan Asahina-san, tapi ini karena kami hanyalah manusia biasa. Dari yang kulihat, semua orang tahu bahwa Haruhi bukanlah orang normal, sementara Koizumi memiliki pola pikir yang tak dimiliki orang biasa. Sedangkan Nagato, dia bahkan bukan manusia dari awalnya.
Mungkin aku terlalu sibuk memikirkan bagaimana caranya menghapus memori-memori masa lalu itu karena aku tidak menangkap apa yang diocehkan gadis menyebalkan yang ada di sebelahku.
 
   
  +
Ngumpul bareng gerombolan ini, gimana gue bisa hidup damai ngelewatin kehidupan sekolah luar biasa gue ini? Gue beneran ga mau terlibat dalam hal-hal konyol lagi. Cuman mikirin ini aja cukup ngedorong gue nodongin pistol ke jidat gue, ato ngeluarin dan ngebakar sel-sel otak yang isinya ingatan itu. Walau gue ga tahu sih apa komentar Haruhi soal itu.
“Hei, Kyon, kau mendengarkan tidak?”
 
   
  +
Mungkin aku terlalu sibuk memikirkan bagaimana caranya menghapus ingatan-ingatan masa lalu karena aku tidak memperhatikan apa yang cewek nyebelin di sebelahku ocehkan.
“Nggak, sampai dimana tadi?”
 
   
  +
"Hei, Kyon, kamu dengerin ga sih?"
“Festival sekolah! Kau seharusnya lebih semangat! Festival sekolah kan hanya setahun sekali!”
 
   
  +
"Ngga, tadi sampe mana?"
“Mungkin benar, tapi kau tidak perlu terlalu memikirkannya.”
 
   
  +
"Festival sekolah! Kamu seharusnya lebih semangat dong! Festival sekolah kan cuman setahun sekali!"
“Tentu saja aku harus memikirkannya! Bukan festival sekolah namanya kalau tidak seru. Harusnya seperti pesta-pesta kampus yang kutahu.”
 
   
  +
"Mungkin itu benar, tapi loe ga harus mikirin banget soal itu."
“Apakah kau melakukan sesuatu yang konyol waktu SMP?”
 
   
  +
"Tentu aja harus kupikirin! Bukan festival sekolah namanya kalo ga seru. Harusnya kayak pesta-pesta kampus yang kutahu."
“Tidak, waktu itu sama sekali tidak seru. Jadi tidak wajar kalau festival sekolah tidak seru juga.”
 
   
  +
"Apa loe ngelakuin sesuatu yang konyol waktu SMP?"
“Jadi apa yang menurutmu menarik?”
 
   
  +
"Engga, waktu itu ga asik sama sekali. Jadi ga masuk akal kalo festival SMA ga asik juga."
“Misalnya hantu betulan yang muncul di rumah hantu; jumlah undakan di tangga sekolah tiba-tiba bertambah; misteri-misteri sekolah bertambah jumlahnya dari tujuh menjadi tiga belas; gaya Afro tiga kali lebih besar dari ukuran normal tiba-tiba muncul di rambut kepala sekolah; gedung sekolah berubah menjadi robot raksasa dan bertempur melawan monster bawah laut; atau bahkan mengapa musim gugur dipenuhi bunga sakura yang mekar...”
 
   
  +
"Terus menurut loe yang menarik itu apa?"
Setelah mendengarkan setengah jalan, aku berhenti memperhatikan ocehan Haruhi, jadi aku lupa apa katanya setelah jumlah tangga. Kalau ada orang yang mendengarkan, tolong beri tahu aku.
 
   
  +
"Kayak hantu betulan muncul di rumah hantu, jumlah anak tangga di tangga tiba-tiba nambah, jumlah misteri sekolah loncat dari tujuh jadi tiga belas, rambut [[Suzumiya_Haruhi_~_Indonesian_Version:Jilid2_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Afro|Afro]] tiga kali ukuran kepala normal muncul di kepala kepala sekolah, sekolah berubah jadi robot raksasa dan bertempur ngelawan monster bawah laut, atau bahkan [[Suzumiya_Haruhi_~_Indonesian_Version:Jilid2_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Bunga_Plum|musim gugur direpresentasikan sebagai bunga plum]]..."
“...Hhh, lupakan saja. Aku ceritakan lebih jauh waktu kita sampai di ruangan klub.”
 
   
  +
Setelah mendengarkan setengah jalan, aku berhenti memperhatikan Haruhi, jadi aku lupa apa yang dikatakan setelah dia menyebutkan jumlah anak tangga di tangga. Kalau ada orang yang mendengarkan, tolong beri tahu aku.
Haruhi melangkah dengan langkah-langkah panjang ke arah ruangan klub, dan sebentar kemudian kami sampai di pintu. Papan nama di atas pintu bertuliskan “Klub Sastra”; di bawahnya ada selembar kertas yang ditempel dengan isolasi, dan bertuliskan “bersama Brigade SOS.”
 
   
  +
"......Hhh, lupain aja. Kuceritain lebih banyak pas kita nyampe di ruang klub."
“Karena kita sudah menempati ruangan ini selama setengah tahun, kukira tidak ada yang keberatan kalau kita mengambil alih ruangan ini untuk kita sendiri.” Haruhi secara sepihak mengumumkan kedaulatannya atas ruangan itu dan awalnya ingin melepas papan nama yang asli, tapi aku mencegahnya. Lagipula, adalah hal penting bagi manusia untuk berhati-hati dalam setiap tindakan mereka.
 
   
  +
Haruhi melangkah lebar menuju ruang klub dengan suasana hati yang buruk, dan sebentar kemudian, kami sampai di pintu. Papan nama di atas pintu bertuliskan "Klub Sastra" dan disolasi dibawah papan namanya ada secarik kertas bercoretkan "dengan Brigade SOS."
Haruhi membuka pintu tanpa mengetuk, dan di dalam ruangan ada seorang peri kecil. Waktu mata kami bertemu, dia tersenyum bagai bunga lili yang sedang merekah.
 
   
  +
"Karena kita tinggal disini udah setengah tahun, kayaknya ga ada yang keberatan deh kalau kita ambil alih ruangan ini buat kita sendiri." Haruhi secara sepihak mendeklarasikan kedaulatannya atas penggunaan ruangan itu dan ingin melepas papan nama yang asli, tapi aku mencegahnya. Lagipula, adalah hal penting bagi manusia untuk menjaga kewaspadaan pada jumlah tertentu dalam tindakan-tindakan mereka.
“Oh... halo.”
 
   
  +
Haruhi membuka pintu tanpa mengetuk, dan berdiri di dalam ada gadis peri. Waktu matanya bertemu denganku, dia tersenyum bagaikan bunga lili merekah.
Yang mengenakan kostum maid dan sedang menyapu ruangan adalah gadis pembuat teh terbaik, kebanggaan Brigade SOS – Asahina Mikuru-san. Seperti biasanya, dia tersenyum manis – senyum yang pantas bagi peri penunggu ruangan klub ini – dan menyambut kedatanganku. Mungkin dia benar-benar peri yang sedang menyamar. Dia terasa lebih mirip dengan peri daripada penjelajah waktu dari masa depan.
 
   
  +
"Oh... halo."
Asahina diseret secara paksa oleh Haruhi pada waktu pendirian Brigade SOS, karena seperti kata Haruhi, “kita membutuhkan maskot.” Lalu atas perintah Haruhi, dia dipaksa mengenakan kostum maid dan sejak saat itu menjadi pelayan resmi Brigade SOS. Setiap hari setelah sekolah dia akan berubah menjadi maid yang sempurna. Ini bukan karena ada sekrup yang lepas di otaknya, tapi lebih karena dia begitu jujur dan tulus, sehingga aku hampir menangis.
 
   
  +
Yang mengenakan kostum maid dan sedang menyapu ruangan dengan sapu adalah gadis teh terbaik, kebanggaan Brigade SOS -- Asahina Mikuru-san. Seperti biasa, dia membawa senyuman manis yang pantas bagi peri yang bersemayam di ruang klub ini dan menyambut kedatanganku. Mungkin dia memang peri dalam penyamaran. Dia rasanya lebih mirip peri daripada penjelajah waktu dari masa depan.
Asahina pernah berpakaian sebagai bunny girl, perawat dan segala macam kostum lainnya untuk Brigade SOS. Namun aku berpikir bahwa kostum maid-lah yang paling cocok dengannya. Sederhananya, ini karena kostum ini tidak mempunyai makna terselubung atau innuendo, oleh karena itu aku berharap dia akan terus begitu. Mungkin aku harus menekankan sesuatu: tingkah laku Haruhi hampir tidak mempunyai makna di dalamnya.
 
   
  +
Asahina-san diseret paksa oleh Haruhi pada waktu pendirian Brigade SOS, seperti Haruhi jelaskan, "Kita butuh maskot." Lalu dibawah tuntutan Haruhi, dia dipaksa mengenakan kostum maid dan sejak saat itu menjadi maid resmi Brigade SOS. Setiap hari sehabis sekolah, dia akan berubah jadi maid sempurna. Ini bukan karena ada sekrup yang longgar di otaknya, tapi lebih karena dia begitu jujur dan begitu tulus sampai-sampai aku hampir menangis.
Namun tingkah lakunya seringkali menjadi pemicu bagi hal lain, hal yang menimbulkan banyak kesusahan bagi kami. Jadi sebenarnya aku merasa akan lebih baik bila tindakannya benar-benar tidak bermakna.
 
   
  +
Asahina-san pernah berpakaian sebagai bunny girl, perawat dan segala macam kostum lainnya untuk Brigade SOS. Namun aku merasa kalau kostum maid yang paling cocok dengannya. Sederhananya, ini karena kostum ini tidak mempunyai makna terselubung atau sindiran, yang karena itu aku berharap dia akan terus begitu. Mungkin aku harus menegaskan sesuatu: tindakan Haruhi jarang-jarang punya makna apapun buat mereka.
Si eksentrik Haruhi jarang sekali melakukan sesuatu dengan benar, atau bisa dibilang dia hanya pernah sekali melakukan hal yang benar, yaitu memilih kostum maid untuk Asahina. Saking cocoknya kostum itu dengannya, penampilannya bisa membuat orang tertegun dan pusing. Inilah satu-satunya tindakan eksentrik Haruhi yang bisa kupuji. Aku tidak tahu dimana dia membelinya dan berapa harganya, tapi Haruhi memiliki selera tersendiri untuk urusan kostum-kostum yang elegan. Walaupun kukira Asahina akan terlihat hebat mengenakan pakaian apapun, persis seperti model profesional. Dan kostum favoritku dari semuanya adalah kostum maid. Pasti kostum ini mempunyai makna tersendiri, karena kostum ini selalu berhasil memuaskan indera penglihatanku.
 
   
  +
Namun tindakannya acap kali jadi pemicu buat hal lain, dan menyusahkan kami semua, jadi aku sebenarnya merasa akan lebih baik bila tindakannya benar-benar tak bermakna.
“Aku akan membuat teh.”
 
   
  +
Si sering eksentrik Haruhi jarang sekali melakukan sesuatu dengan benar, atau aku seharusnya bilang dia hanya pernah sekali melakukan hal yang benar, yaitu memilih kostum maid Asahina-san. Saking cocoknya kostum itu dengannya, cukup untuk bikin orang puyeng. Hanya ini satu-satunya yang bisa kupuji akan tingkah laku eksentrik Haruhi. Aku tak tahu dimana dia membelinya atau berapa harganya, tapi Haruhi memang punya selera soal kostum-kostum elegan. Walau kuyakin Asahina-san akan terlihat kece mengenakan pakaian apapun, seperti model profesional saja. Dan kostum favoritku dari semuanya adalah kostum maid. Pastinya ada semacam maksud dengan kostum ini, karena selalu dapat memuaskan indera penglihatanku.
Asahina berkata dengan suara lembutnya yang menawan. Dia menyimpan sapu di lemari pembersih dan berjalan dengan panik ke arah lemari dapur, mengeluarkan cangkir untuk semua.
 
   
  +
"Akan kubuatkan teh."
Perutku tiba-tiba merasakan sakit yang sangat, dan ketika aku sadar kembali, aku sadar Haruhi baru saja menyikutku.
 
   
  +
Kata Asahina-san dengan suara lembutnya, yang menawan. Dia menyimpan sapu di lemari pembersih dan bergegas menuju lemari dapur, mengeluarkan cangkir semuanya.
“Matamu sekarang telah menyipit sampai setipis garis.”
 
   
  +
Perutku tiba-tiba menderita sakit yang amat sangat, dan ketika aku sadar kembali, kusadari Haruhi telah menyikutku.
Mungkin aku terlalu tergerak oleh gerak-gerik manis Asahina, jadi secara alamiah mataku menyipit sampai hanya menyisakan celah kecil. Aku percaya semua orang akan bereaksi sama setelah melihat Asahina yang manis, elegan dan pemalu.
 
   
  +
"Matamu udah sipit setipis garis tuh sekarang."
Haruhi berjalan menuju meja dengan piramid hitam kecil yang bertuliskan “Komandan”, dan mengeluarkan pita lengan yang juga bertuliskan “Komandan” dari laci, lalu memakainya. Dia kemudian menendang keluar kursi baja dari bawah meja dan mendudukinya, menghadap ke ruangan klub.
 
   
  +
Mungkin aku terlalu tergugah oleh gerak-gerik manis Asahina-san, jadi tentunya mataku menyipit sampai hanya menyisakan celah kecil. Aku yakin semua orang akan sama reaksinya setelah melihat Asahina-san yang menawan, elegan dan pemalu.
Duduk di sudut meja sambil membaca sebuah buku tebal, adalah anggota brigade yang lain.
 
   
  +
Haruhi berjalan menuju meja dengan piramid hitam yang bertuliskan "Komandan", dan mengeluarkan ban lengan yang juga bertuliskan "Komandan" dari laci dan memakainya. Dia kemudian menendang keluar kursi baja dari meja dan mendudukinya, memeriksa ruang klub.
“....”
 
   
  +
Duduk di sudut meja membaca buku tebal adalah anggota brigade yang lain.
Yang sedang duduk penuh konsentrasi dalam membaca bukunya adalah tidak lain dari Nagato Yuki, siswa kelas satu anggota Klub Sastra, yang di mata Haruhi adalah seperti “hadiah langsung dari pengambilalihan ruangan Klub Sastra.”
 
   
  +
"......"
Keberadaannya setipis nitrogen di atmosfer, tapi dari semua siswa kelas satu anggota Brigade, dia adalah yang paling luar biasa. Keluarbiasaannya jauh melebihi Haruhi. Aku sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Haruhi, tapi meskipun aku tahu sedikit tentang Nagato, hal ini malah membuat dia semakin membingungkan. Kalau apa yang dikatakan Nagato benar, berarti anak sekolah mungil berambut pendek yang pendiam dan tanpa ekspresi, emosi dan empati ini bukanlah manusia, melainkan suatu interface humanoid hidup yang diciptakan oleh alien untuk berinteraksi dengan manusia. Hal ini masih terdengar sangat absurd. Tapi karena dia sendiri yang bilang begitu, aku tidak bertanya lebih jauh karena terdengar nyata. Tentu saja, Haruhi tidak tahu-menahu soal ini; Haruhi masih menganggapnya sebagai “anak kutu buku yang agak aneh.”
 
   
  +
Disana, berkonsentrasi penuh membaca bukunya tiada lain tiada bukan adalah Nagato Yuki, anggota kelas satu Klub Sastra, yang bagi Haruhi adalah seperti "hadiah bonus yang didapat dengan menduduki ruang Klub Sastra."
Walaupun secara objektif, mengatakan “agak” di sini terlalu mengecilkan masalah.
 
   
  +
Keberadaannya sama tak kentaranya dengan nitrogen di atmosfer, tapi dari semua anak kelas satu di Brigade dialah yang paling luar biasa. Keluarbiasaannya jauh melebihi Haruhi. Aku sama sekali tidak tahu apa-apa soal Haruhi, namun sementara aku memang tahu sesuatu soal Nagato, ini hanya bikin aku lebih bingung soal dia. Kalau apa yang Nagato katakan itu benar, maka siswi mungil pendiam berambut pendek yang kurang ekspresi, emosi dan empati ini bukanlah manusia melainkan suatu Antarmuka Manusia Buatan Hidup yang diciptakan oleh alien untuk berinteraksi dengan manusia. Kedengarannya masih sangat absurd. Tapi karena dia sendiri yang bilang begitu, aku tak bertanya lebih jauh karena memang kedengarannya nyata. Tentu saja, Haruhi tak tahu-menahu soal ini; Haruhi masih menganggapnya sebagai "kutubuku yang agak aneh."
“Mana Koizumi-kun?”
 
   
  +
Walau secara objektif, "agak" itu meremehkan.
Haruhi memelototi Asahina dengan pandangannya yang tajam. Asahina bergidik sebentar, lalu berkata, “Eh... d..dia belum datang, dia agak terlambat hari ini...”
 
   
  +
"Mana Koizumi-kun?"
Asahina mengeluarkan daun teh dari kalengnya dengan hati-hati dan menempatkannya di teko teh kecil. Aku iseng melihat rak gantung di pojok ruangan klub. Segala macam kostum tergantung di sana, seperti ruang ganti di teater. Dari kiri, ada kostum perawat, kostum bunny girl, kostum maid untuk musim panas, yukata, blus putih, kostum kulit macan tutul, kostum katak dari wol, dan bermacam-macam kostum lain yang tidak jelas.
 
   
  +
Haruhi memelototi Asahina-san dengan pandangan tajamnya. Asahina-san bergidik sebentar, lalu berkata, "Eh... d..dia belum datang, dia agak telat hari ini..."
Selama enam bulan ke belakang, semua kostum ini pernah menyentuh kulit hangat Asahina. Biar kujelaskan lebih jauh, sebetulnya tidak ada alasan sama sekali bagi Asahina untuk memakai kostum-kostum ini, selain untuk memuaskan ego Haruhi. Mungkin dia pernah mengalami suatu trauma di masa lalu? Misalnya tidak mempunyai boneka yang dia inginkan waktu kecil, sehingga sekarang dia melihat Asahina sebagai boneka besar untuk bermain. Berkat hal ini, luka-luka emosi Asahina bertambah seiring bertambahnya hari, sementara indera penglihatanku menjadi terangsang dan menimbulkan kebahagiaan bagiku. Yah, secara umum, kukira tidak banyak orang yang mendapat manfaat dari hal ini, jadi sebaiknya aku tidak berkata apa-apa tentang ini.
 
   
  +
Asahina-san dengan hati-hati mengeluarkan daun teh dari kaleng dan menempatkannya di teko teh kecil. Dengan santai kulihat rak baju dekat pojokan ruang klub. Segala macam kostum tergantung diatasnya, seperti ruang ganti teater. Dari kiri tergantung kostum perawat, kostum bunny girl, kostum maid musim panas, yukata, blus putih, kostum kulit macan tutul, kostum wol boneka katak, dan segala macam kostum tak dikenali lainnya.
“Mikuru-chan, teh!”
 
   
  +
Selama enam bulan ke belakang kostum-kostum ini sudah mendapat rahmat dari kulit hangat Asahina-san. Biar kujelaskan lebih jauh, tiada alasan sama sekali bagi Asahina-san untuk memakai kostum-kostum ini, selain untuk memuaskan ego Haruhi sendiri. Mungkinkah dia menderita semacam trauma di masa lalu? Misalnya tidak mendapat boneka dandan yang dia inginkan waktu masih kecil, sehingga kini dia melihat Asahina-san sebagai boneka besar buat bermain bersama. Berkat ini, luka-luka emosional Asahina-san bertambah seiring bertambahnya hari, sementara indera penglihatanku jadi terangsang sebagai hasilnya, menciptakan rasa bahagia untukku. Hhh, secara keseluruhan, kupikir tak banyak orang yang dapat manfaat dari hal ini, jadi sebaiknya aku tak berkata apa-apa soal ini.
“Oh.. ya! Segera!”
 
   
  +
"Mikuru-chan, teh!"
Asahina dengan terburu-buru menuangkan teh hijau ke dalam cangkir bertuliskan “Haruhi” dan membawanya dengan baki.
 
   
  +
"Oh... ya! Segera!"
Haruhi mengambil cangkir teh, meniup uapnya lalu menyeruput tehnya. Dia lalu berbicara seperti guru merangkai bunga yang mencela muridnya yang malas, “Mikuru-chan, aku ingat pernah memberitahumu sebelumnya. Kau sudah lupa, ya?”
 
   
  +
Asahina-san buru-buru menuangkan teh hijau ke dalam cangkir yang sudah bertanda "Haruhi" dengan spidol, dan membawanya dengan baki.
“Hah?” Asahina memeluk bakinya dengan sedikit takut. “A...ada apa?”
 
   
  +
Haruhi menerima cangkir teh dan meniup uapnya dan menyeruput tehnya. Dia lalu bicara seperti guru merangkai bunga yang mencaci muridnya karena belum cukup tekun, "Mikuru-chan, aku ingat pernah nyuruh kamu sebelumnya. Udah lupa ya?"
Dia memiringkan kepalanya, seperti burung gelatik Jawa yang sedang mengingat-ingat rasa biji-bijian yang dia makan kemarin.
 
  +
  +
"Hah?" Asahina-san memegang bakinya dengan gentar. "A...apa itu?"
  +
  +
Dia memiringkan kepalanya seperti burung [http://id.wikipedia.org/wiki/Gelatik_jawa Gelatik Jawa] yang sedang mengenang rasa biji-bijian yang dia makan kemarin.
   
 
Haruhi menaruh cangkirnya di meja.
 
Haruhi menaruh cangkirnya di meja.
   
“Waktu mengantarkan teh, kau harus tersandung dan menumpahkan cangkir teh secara tidak sengaja, sekali tiap tiga kali! Kau benar-benar tidak mirip seperti maid yang ceroboh!
+
"Pas ngebawain teh, kamu perlu secara ga sengaja numpahin cangkir teh sekali tiap tiga kali! Kamu sama sekali ga keliatan kayak maid ceroboh deh!" [[Image:Sh_v02c01_01.jpg|thumb|''Haruhi: "Pas ngebawain teh, kamu perlu secara ga sengaja numpahin cangkir teh sekali tiap tiga kali! Kamu sama sekali ga keliatan kayak maid ceroboh deh!"'']]
   
  +
"Ah, emm......m...maaf."
[[Image:Sh_v02c01_01.jpg|thumb|''“Waktu mengantarkan teh, kau harus tersandung dan menumpahkan cangkir teh secara tidak sengaja, sekali tiap tiga kali! Kau benar-benar tidak mirip seperti maid yang ceroboh!”'']]
 
“Ah, eh... m...maaf.”
 
   
Asahina mengangkat bahu kecilnya. Ini pertama kalinya aku mendengar aturan semacam itu; memangnya gadis ini benar-benar percaya bahwa maid haruslah ceroboh?
+
Asahina-san mengangkat bahu kecilnya. Ini pertama kalinya gue ngedenger aturan macam begitu; emangnya nih cewek benar-benar percaya kalo maid itu mestinya ceroboh?
   
“Kau mempunyai kesempatan sekarang. Mikuru-chan, gunakanlah Kyon untuk latihan. Waktu membawa teh, pastikan kau menumpahkan teh ke atas kepalanya.
+
"Kamu punya kesempatan sekarang. Mikuru-chan, pake Kyon buat latihan. Pas ngebawain teh, pastiin kamu numpahin teh keatas kepalanya."
   
  +
"Hah?"
“Hah?”
 
   
Asahina berkata demikian, lalu menoleh kepadaku. Aku benar-benar ingin mengebor kepala Haruhi dan mengganti isinya. Sayangnya, aku tidak menemukan apa-apa di dalamnya dan hanya bisa mengeluh.
+
Kata Asahina-san lalu melihat padaku. Aku ingin sekali mengebor kepala Haruhi dan mengganti isinya. Sayangnya, aku takkan menemukan apa-apa di dalamnya dan hanya bisa mengeluh.
   
“Asahina, cuma orang yang otaknya rusak yang bisa memikirkan sesuatu seperti yang dikatakan Haruhi barusan.
+
"Asahina-san, cuma orang yang otaknya rusak aja bisa mikirin sesuatu kayak yang Haruhi omongin barusan."
   
''Jadi teruslah bekerja dengan baik!'' Aku ingin menambahkan itu, tapi kuputuskan tidak jadi akhirnya.
+
''Jadi lanjutkan kerja baiknya!'' ingin kutambahkan itu, tapi kuputuskan tidak jadi akhirnya.
   
Haruhi mendengarnya dan mendelik.
+
Haruhi dengar dan memutar matanya.
   
“Si bodoh yang di sana, aku tidak bercanda! Aku selalu serius.
+
"Si idiot yang disana, aku ga becanda! Aku selalu serius."
   
Berarti masalahnya lebih parah lagi; kau mungkin butuh CT scan. Lagipula, aku ingin tahu apakah jika aku marah padamu karena kau memanggilku bodoh berarti aku tidak punya rasa humor?
+
Berarti lebih parah lagi tuh; loe kali butuh CT scan. Lagian, gue mikir nih kalo marah ke elo gara-gara manggil gue idiot apa berarti gue kurang rasa humor?
   
“Lupakan saja, biar aku memberi contoh. Lalu ikuti apa yang kulakukan, Mikuru-chan.
+
"Udahlah, biar aku demonstrasiin aja. Ntar kamu ikutin apa yang kulakuin, Mikuru-chan."
   
Haruhi melompat dari kursi baja dan menyambar baki dari Asahina yang tergagap. Dia lalu mengangkat teko teh dan mulai menuangkan teh ke dalam cangkir yang bertuliskan namaku.
+
Haruhi lompat dari kursi baja dan menyambar baki dari si gagap Asahina-san. Dia lalu mengangkat teko teh dan mulai menuang teh ke dalam cangkir yang bertuliskan namaku.
   
Selagi aku melihat adegan ini sambil tertegun, Haruhi dengan kasar menaruh cangkir di baki, menumpahkan teh kemana-mana, lalu menatap tempat aku duduk dan mengangguk untuk menandakan dia akan mendatangiku. Aku langsung mengambil cangkirnya.
+
Selagi aku menonton adegan ini tersingkap dengan hening terpana, Haruhi dengan kasar menaruh cangkir di baki, memercikkan teh kemana-mana, lalu menatap ke tempat aku duduk dan mengangguk untuk menandakan dia mau mendatangiku. Segera kuambil cangkirnya.
   
“Hei! Jangan mengganggu!
+
"Hei! Jangan ganggu ah!"
   
Apa maksudmu jangan mengganggu? Orang-orang yang dengan senang hati duduk diam dan menunggu seseorang menumpahkan teh panas ke atas kepala mereka hanyalah orang-orang yang terlalu baik atau sedang berusaha menipu perusahaan asuransi.
+
Maksud loe apa jangan ganggu ah? Orang yang dengan senang hati duduk dan nunggu seseorang numpahin teh panas keatas kepala mereka ya cuman orang yang terlalu baik ato lagi nyoba nipu perusahaan asuransi.
   
Jadi aku berdiri dan meminum teh hijau yang dibuatkan Haruhi untukku sambil berpikir: meskipun berasal dari daun teh yang sama, mengapa teh buatan Asahina terasa sangat berbeda dari buatan Haruhi? Jawaban sudah jelas, bahkan tanpa dipikir. Perbedaannya adalah bahan bernama “cinta”. Jika Asahina adalah mawar putih yang tumbuh liar, maka Haruhi adalah mawar jenis tertentu yang tidak berbunga dan penuh duri; bahkan mungkin tidak berbiji.
+
Dan jadinya aku berdiri dan meminum teh hijau yang Haruhi buatkan untukku sambil berpikir sendiri: kenapa ya walaupun mereka bikin teh dengan daun teh yang sama, teh Asahina-san rasanya beda banget dari buatan Haruhi? Jawaban sudah jelas, bahkan tanpa dipikir. Perbedaannya yaitu bumbu yang disebut "cinta". Kalo Asahina-san itu mawar putih yang mekar di alam liar, maka Haruhi itu mawar jenis spesial yang bahkan ga mekar dan penuh duri; bahkan mungkin ga ada bijinya.
   
Haruhi memandangku dengan pandangan menegur selagi aku meminum teh.
+
Haruhi memandangku dengan teguran selagi kuminum tehku.
   
  +
"Huh."
“Hmph.”
 
   
Dia menyibak rambutnya dengan kasar dan kembali ke tempat duduknya. Mukanya tampak seperti dia baru saja menelan jamu yang pahit.
+
Dia mengibas keras rambutnya dan kembali ke kursinya. Pandangan di wajahnya tampak seolah-olah dia baru saja menelan jamu pahit.
   
Asahina menghela nafas lega dan kembali mengantar teh seperti biasa, menuangkan teh ke cangkir Nagato dan menaruhnya di depan si gadis yang sedang membaca.
+
Asahina-san mendesah lega dan kembali ke mode melayani seperti biasa, menuang teh ke cangkir Nagato dan menaruhnya di depan si cewek yang sedang membaca.
   
Nagato tidak bergerak, matanya tetap terfokus pada buku. Kau harusnya mencoba mengekspresikan semacam rasa terima kasih! Kalau kau adalah Taniguchi, kau mungkin harus menunggu tiga hari untuk bisa meminum teh buatan Asahina.
+
Nagato tak bergerak, menjaga kepalanya terpancang pada buku hardcover. Kau harusnya nyoba ngekspresiin semacam rasa terima kasih kek! Kalo Taniguchi, dia mungkin mau aja nunggu tiga hari sebelum minum teh Asahina-san.
   
...
+
"......"
   
Nagato membalik halaman buku tanpa mengangkat kepala. Karena memang dia biasanya begitu, Asahina tidak terlalu peduli dan mulai mempersiapkan tehnya sendiri.
+
Nagato mengibas halaman tanpa mengangkat kepalanya. Karena dia biasanya begitu, Asahina-san tak terlalu keberatan dan pergi menyiapkan tehnya sendiri.
   
Pada saat itu, anggota kelima datang, walaupun tidak ada yang berkeberatan kalau dia tidak datang.
+
Saat ini, anggota kelima datang, walau takkan ada yang begitu keberatan kalau dia tidak datang.
   
“Maaf, aku terlambat. Pertemuan kelas ternyata lebih lama dari yang kukira.
+
"Maaf, saya tertunda, karena rapat kelas kami ternyata lebih lama dari yang diduga."
   
Yang sedang berdiri di pintu memperlihatkan senyumnya yang mempesona dan tak berbahaya adalah Koizumi Itsuki, siswa pindahan yang misterius. Wajahnya yang tampan, yang tak akan kuperlihatkan pada pacarku seandainya aku punya, tersenyum seperti biasa.
+
Menyingkap senyum mempesona tak berbahayanya dan berdiri dekat pintu adalah Koizumi Itsuki, siswa pindahan misteriusnya Haruhi. Wajah tampannya, yang takkan kukenalkan pada pacarku seandainya aku punya, membawa senyum seperti biasa.
   
“Nampaknya akulah yang terakhir datang. Kalau rapatnya terhambat gara-gara aku, aku mohon maaf dengan tulus. Mungkin lebih baik apabila kita makan dulu?
+
"Tampaknya sayalah yang terakhir datang. Jikalau rapatnya tertunda dikarenakan saya, saya mohon maaf dengan tulus hati. Mungkin akan lebih baik apabila kita makan dulu?"
   
Rapat? Rapat apa? Aku tidak tahu ada rapat.
+
Rapat? Rapat apaan? Gue ga tau ada rapat.
   
  +
"Gue beneran lupa soal itu kalo loe ga bilang."
“Aku pasti lupa kalau kau tidak membicarakannya.”
 
   
Sambil menidurkan kepalanya di meja, Haruhi berkata kepadaku, “Aku sudah memberitahukannya ke semua pada saat istirahat makan siang. Kukira aku bisa memberitahumu kapan saja.
+
Melihat ke bawah meja, Haruhi berkata padaku, "Aku udah ngasih tau ke semua pas istirahat makan siang. Kupikir toh aku bisa ngasih tau kamu kapan aja."
   
Kau punya waktu untuk pergi ke kelas lain, tapi kau tidak berusaha untuk memberitahuku, yang kebetulan duduk tepat di depanmu di kelas yang sama?
+
Loe punya waktu buat pergi ke kelas lain, tapi loe ga mau repot ngasih tau gue, yang kebetulan duduk tepat di depan loe di kelas yang sama?
   
“Apakah itu penting? Toh sama saja. Masalahnya bukan kapan kau menerima pesannya, tapi apa yang kita lakukan sekarang.
+
"Emangnya penting? Toh sama aja. Masalahnya bukan kapan nerima pesannya, tapi lagi ngapain sekarang."
   
Itulah caranya mengurus masalah. Apapun yang dikatakan Haruhi, aku tidak akan merasa lebih baik. Semua orang tahu itu sekarang.
+
Itulah caranya membalikkan masalah. Tak masalah Haruhi bilang apa, aku takkan pernah merasa lebih baik. Semua orang tahu itu sekarang.
   
“Yang lebih penting adalah, kita perlu mendiskusikan apa yang telah kita lakukan dalam waktu dekat!
+
"Yang lebih penting lagi, perlu ngediskusiin apa yang perlu dilakuin segera!"
   
Tolong! Betulkan dulu kalimatmu! Kau bahkan tidak menjelaskan siapa yang harus melakukan apa.
+
Plis deh! Bedain dong mana sekarang mana segera! Loe bahkan ga spesifik siapa yang loe maksud.
   
“Kita semua, tentunya! Ini kan kegiatan Brigade SOS.
+
"Kita semua lah tentunya! Abisnya ini kegiatan Brigade SOS."
   
 
Kegiatan apa?
 
Kegiatan apa?
   
“Bukannya aku baru saja mengatakannya? Kapan lagi kita bisa mengadakan kegiatan selain selama festival sekolah?
+
"Bukannya aku baru bilang? Kapan lagi kita bisa ngadain kegiatan selain pas festival sekolah?"
   
Berarti ini bukan kegiatan klub, tapi kegiatan sekolah. Kalau kau benar-benar ingin membuat festival sekolah lebih hidup, kau harusnya mendaftar menjadi panitia festival. Dengan begitu kau akan punya banyak tugas remeh yang harus kau kerjakan.
+
Kalo gitu ini bukan kegiatan brigade, tapi kegiatan sekolah. Kalau loe pengen banget bikin festival sekolah jadi lebih hidup, maka loe harusnya daftar jadi panitia festival aja. Terus loe bakalan punya banyak kerjaan kasar buat diurus.
   
“Itu tidak ada maknanya sama sekali. Yang kita butuhkan adalah kegiatan dengan gaya Brigade SOS! Perlu kerja keras untuk mengembangkan brigade ini sampai ke keadaan sekarang! Tidak ada orang di sekolah yang tidak tahu siapa kita! Tidakkah kau mengerti?
+
"Ga bakalan bermaknanya sama sekali. Yang kita butuhin itu kegiatan bergaya Brigade SOS! Kita udah kerja keras ngembangin brigade sampe ke keadaan sekarang! Ga ada orang di sekolah yang ga tahu siapa kita! Kamu ngerti ga sih?"
   
Apa sih yang dimaksud dengan kegiatan bergaya Brigade SOS? Mengingat kembali aktivitas Brigade SOS selama enam bulan ke belakang, aku tiba-tiba merasa sedih.
+
Emang apaan gitu kegiatan bergaya Brigade SOS? Mengingat kembali kegiatan-kegiatan yang Brigade SOS telah adakan selama enam bulan ke belakang, tiba-tiba aku merasa melankolis.
   
Kau hanya mengatakan apapun yang muncul di benakmu, mudah bagimu, tapi apakah kau tahu betapa menderitanya aku dan Asahina enam bulan ini? Satu-satunya hal yang bisa dilakukan Koizumi hanyalah tersenyum seperti orang bodoh, sedangkan Nagato tidak banyak membantu, kau harusnya lebih mengasihani orang seperti aku, yang selalu ada di sampingmu. Oh, Asahina mungkin tidak normal juga, tapi karena dia sangat cantik, tidak apa-apa buatku. Karena yang perlu dia lakukan hanyalah berdiri di situ, membiarkan mataku menikmati pemandangan dan mengisi hatiku yang hampa.
+
Loe cuman ngomong apa aja yang tiba-tiba muncul di pikiran loe, gampang sih buat loe, tapi loe tau ga sih segimana menderitanya gue dan Asahina-san selama enam bulan ini? Si Koizumi cuman bisa senyum kayak orang idiot, sedangkan Nagato ga ngasih banyak bantuan, seharusnya loe tuh lebih perhatian dong sama orang kayak gue ini, yang selalu di samping loe terus. Oh, dan Asahina-san mungkin ga normal juga, tapi karena dia manis banget, ga masalah buat gue. Karena semua yang perlu dia lakukan ya cuman berdiri aja di situ dan biarin mata gue nikmatin pemandangan dan membelai lahan tandus di hati daku.<!-- cieeh! Puitis nih yeeh! --obakasan 25 Des 2009 -->
   
“Kita harus melakukan sesuatu yang sesuai dengan harapan orang-orang.
+
"Kita perlu berbuat sesuatu yang cocok sama harapan orang-orang."
   
Demikian Haruhi bergumam, sambil terlihat tertekan. Omong-omong, memangnya siapa yang mengharapkan sesuatu dari Brigade SOS? Nah, itu pertanyaan yang cocok untuk dibuat angket! Brigade SOS bahkan belum berkembang, jumlah anggotanya masih tetap, masih jauh dari meningkat menjadi sebuah Asosiasi. Sementara mempertahankan status quo lebih baik, tapi cepat atau lambat, Kereta Ekspres Haruhi akan anjlok. Hanya ada lima orang penumpang di kereta ini, setidaknya carikan pengganti buatku. Atau mungkin tolong berikan gaji per jam, bahkan 100 yen pun cukup.
+
Gumam Haruhi, kelihatan tak senang. Omong-omong, emangnya siapa coba yang ngarepin sesuatu dari Brigade SOS? Nah itu baru pantas buat survei! Brigade SOS bahkan belum berkembang, jumlah anggotanya masih segitu aja, apalagi dipromosi jadi Asosiasi. Jadi mendingan mempertahankan status quo, tapi cepat atau lambat, Kereta Ekspres Haruhi bakalan keluar rel suatu hari. Cuman ada lima penumpang di kereta ini, paling engga cari gih pengganti buat gue. Ato barangkali kasih aja gue gaji per jam, 100 yen pun bisa-bisa aja.
   
Haruhi menghabiskan tiga puluh detik menghabiskan tehnya, lalu meminta cangkir kedua ke Asahina.
+
Haruhi menghabiskan tiga puluh detik menghabiskan secangkir tehnya, lalu minta Asahina-san untuk cangkir kedua.
   
“Bagaimana denganmu, Mikuru-chan? Punya rencana?
+
"Kamu gimana, Mikuru-chan? Punya rencana?"
   
“Mmm... Kalau kau maksud kelasku... Kami berencana menjual mi dan teh...
+
"Mmm...... Maksudmu kelas kami......kami rencananya jualan mi dan teh......"
   
“Mikuru-chan nampaknya jadi pelayan, kan?
+
"Mikuru-chan barangkali jadi pelayan, kan?"
   
Mata Asahina melebar.
+
Asahina-san membelalak.
   
“Bagaimana kau tahu? Tadinya aku ingin memasak, tapi semua orang ingin aku supaya...
+
"Kok tau? Tadinya saya pengen masak, tapi semuanya pengen saya......"
   
Haruhi terlihat tertarik, matanya seperti mata cerdik yang tidak berniat baik. Pandangannya bergeser ke arah rak baju, memperjelas pikirannya bahwa dia belum pernah memakaikan kostum pelayan pada Asahina.
+
Mata Haruhi sekarang terlihat tertarik, semacam mata licik yang tak berniat baik. Pandangannya melayang ke arah rak baju, membuatnya jelas kalau dia sedang berpikir bahwa dia belum mendandani Asahina-san sebagai pelayan.
   
Kini ekspresi Haruhi nampak penuh pikiran.
+
Ekspresi Haruhi kini penuh akan pemikiran.
   
“Bagaimana dengan kelas Koizumi-kun?
+
"Kelas Koizumi-kun gimana?"
   
 
Koizumi mengangkat alisnya.
 
Koizumi mengangkat alisnya.
   
“Kami memutuskan untuk menampilkan drama, tapi pendapat kelas terpecah. Sebagian orang menginginkan naskah buatan sendiri, sementara yang lain ingin menampilkan drama klasik. Festival sekolah sebentar lagi, tapi kami masih berdebat dengan sengit tentang hal ini. Masih perlu beberapa waktu sampai muncul suatu keputusan.
+
"Kami putuskan untuk mementaskan drama, tapi para pendapat di kelas terpecah. Beberapa ingin naskah original, sementara yang lain ingin drama klasik. Festival sekolah makin dekat tapi kami masih berdebat sengit akan hal itu. Akan agak lama sebelum sesuatunya bisa diputuskan."
   
Ah, kelas yang hidup tentunya jauh lebih baik, walau kadang-kadang merepotkan.
+
Ah, kelas yang hidup jauh lebih baik, walau bisa nyusahin sih.
   
  +
"Hmm."
“Hmm.”
 
   
Pandangan Haruhi kini beralih pada si anggota pendiam.
+
Mata Haruhi kini beralih pada anggota pendiam yang tersisa.
   
  +
"Yuki gimana?"
“Bagaimana dengan Yuki?”
 
   
Si alien yang senang membaca kini mengangkat kepalanya seperti luak yang merasakan datangnya hujan.
+
Si alien yang cinta membaca kini mengangkat kepalanya seperti luak yang merasakan hujan.
   
  +
"Ramalan."
“Ramalan.”
 
   
Dia menjawab tanpa emosi, seperti biasa.
+
Tanggapannya tanpa emosi apapun seperti biasa.
   
  +
"Ramalan?"
“Ramalan?”
 
   
Aku memotong dan bertanya.
+
Aku kini menyela dan bertanya.
   
  +
"Ya."
“Ya.”
 
   
Nagato, yang bahkan wajahnya tidak terlihat seperti sedang bernafas, mengangguk.
+
Nagato, yang wajahnya bahkan tak terlihat sedang bernafas, menganggukkan kepalanya.
   
“Kau yang bertugas meramal?
+
"Kamu yang tanggungjawab ngeramal?"
   
  +
"Ya."
“Ya.”
 
   
Nagato, ahli nujum? Ramalan apa yang akan dia buat? Aku dapat membayangkan Nagato memakai topi runcing hitam, jubah hitam dan membawa-bawa bola kristal, lalu membayangkan suatu adegan dimana dia memberitahu sepasang orang yang berpacaran, “Hubungan kalian berdua akan putus dalam waktu lima puluh delapan hari tiga jam dan lima menit.
+
Dapat kubayangkan Nagato pakai topi runcing hitam, jubah hitam dan bawa-bawa bola kristal, tapi lalu kubayangkan adegan dimana dia meramalkan pasangan, "Kalian berdua akan putus dalam lima puluh delapan hari tiga jam lima menit."
   
Bisakah kau mengarang kebohongan yang lebih baik? Tapi apakah Nagato benar-benar bisa meramal masa depan adalah misteri lain yang tidak akan bisa kuketahui.
+
Bisa ga sih kamu ngeboong yang lebih bagus gitu? Apakah Nagato bisa meramal masa depan adalah misteri lain yang tak bisa kuketahui.
   
Kelas Asahina akan membuka warung makanan, Koizumi akan bermain drama, sedangkan kelas Nagato membuka jasa ramalan? Mengapa kegiatan kelas lain kedengarannya jauh lebih menarik daripada kegiatan angket kelas kami? Oh, ya, bagaimana menurutmu? Bagaimana kalau kita gabungkan semua dan mengadakan drama tentang meramal dalam pesta teh?
+
Kelas Asahina-san buka warung, Koizumi main drama, sedangkan kelas Nagato ngeramal? Kenapa kegiatan kelas-kelas lain kedengarannya jauh lebih seru daripada kegiatan survei kelas kita? Oh iya, menurut loe gimana? Gimana kalo kita gabungin aja semua dan ngadain pementasan drama ramalan pesta teh?
   
“Cukup pembicaraan bodohnya, rapat dimulai sekarang.
+
"Cukup omongan idiotnya, rapat dimulai sekarang."
   
Pendapatku ditendang dengan kasar oleh Haruhi, yang sedang berjalan ke white board. Dia memanjangkan tongkat penunjuk sampai sepanjang antena radio dan memukulkannya pada white board.
+
Pendapatku sebelumnya ditendang kasar oleh Haruhi, yang berjalan ke whiteboard. Dia menarik tongkat penunjuk sampai sepanjang antena radio dan menderanya pada whiteboard.
   
Tidak ada tulisannya di situ, apa yang harusnya kulihat?
+
Ga ada tulisannya itu, loe pengen gue liat apaan?
   
“Akan ada tulisannya sebentar lagi. Mikuru-chan, kau bertugas menulis. Catatlah dengan hati-hati segala perkataanku.
+
"Bentar lagi bakalan ada tulisan. Mikuru-chan, tanggungjawabmu nyatet. Catat hati-hati segala omonganku."
   
Sejak kapan Asahina menjadi notulen? Kukira tidak ada yang tahu, karena Haruhi baru saja memutuskannya tadi.
+
Kapan Asahina-san jadi sekretaris? Aku khawatir tiada yang tahu, karena Haruhi baru saja memutuskannya barusan.
   
Asahina, pembuat teh dan notulen, mengambil spidol white board dan duduk di dekat white board, menatap wajah Haruhi.
+
Asahina-san, gadis teh dan sekretaris, mengambil spidol dan duduk dekat whiteboard, menatap wajah Haruhi.
   
Haruhi berkata dengan nada bergairah, “Brigade SOS akan membuat film!
+
Haruhi berkata dengan nada semangat, "Brigade SOS akan bikin film!"
   
   
   
Aku benar-benar tidak mengerti cara kerja otak Haruhi. Tidak begitu penting, dia memang selalu seperti itu. Tapi kalau begitu ini bukanlah rapat, melainkan kesempatan untuk memamerkan keinginan pribadimu.
 
   
“Bukankah selama ini selalu begitu?” Koizumi berkata dengan lembut, sambil tersenyum dengan tampan, saking tampannya orang akan bergegas ingin menggambarnya. Koizumi membuka mulutnya dengan elegan, “Suzumiya-san mungkin sudah memutuskan apa yang ingin dia lakukan sejak awal, jadi kukira tidak ada hal yang akan didiskusikan. Apakah kau menceritakannya sesuatu yang harusnya tidak kau ceritakan?”
 
   
  +
Benar-benar ga ngerti gue cara kerja otak Haruhi. Emang ga beneran penting sih, dia emang selalu kayak gitu. Tapi kalo gitu ini bukan rapat, tapi malahan kesempatan buat mamerin ide-ide dia sendiri.
Aku tidak ingat bercerita tentang film hari ini. Mungkin dia menonton suatu film kelas C tadi malam, merasa sangat bosan dan sekarang dia mencari jalan untuk melampiaskan rasa frustasinya?
 
   
  +
"Bukankah selama ini memang selalu begitu?" kata Koizumi pelan-pelan padaku, tersenyum begitu ganteng sampai-sampai orang ingin menggambarnya. Koizumi dengan elegan membuka mulutnya, "Suzumiya-san mungkin sudah tahu apa yang dia ingin lakukan sejak awal, jadi saya kira tak banyak untuk didiskusikan. Apakah anda mengatakan padanya sesuatu yang tak seharusnya anda katakan?"
Namun Haruhi yakin pidatonya telah menyentuh seluruh penonton dan terlihat sangat gembira, “Kukira kalian ingin bertanya sekarang?”
 
   
  +
Gue ga ingat cerita-cerita soal film hari ini. Kali dia nonton film jelek kelas C tadi malam dan ngerasa terlalu ngebosenin dan sekarang dia nyari jalan buat ngelampiasin frustasinya?
Aku hanya ingin mempertanyakan cara kerja otakmu.
 
   
  +
Namun Haruhi yakin pidatonya telah menggugah seluruh hadirin dan terlihat amat semangat, "Kuyakin kalian semua punya pertanyaan sekarang?"
“Kalau serial TV tamat, biasanya karakter utamanya mati, tapi bukankah hal itu tidak alami? Kenapa dia harus mati di akhir cerita? Sama sekali tidak logis, jadi aku benci cerita-cerita dimana seseorang mati di akhirnya. Aku tidak akan pernah membuat film semacam itu!”
 
   
  +
Gue cuman punya pertanyaan soal cara kerja otak loe.
Kita sedang membicarakan film atau serial TV?
 
   
  +
"Pas sinetron tamat, mereka biasanya ngakhirinnya dengan pemeran utamanya sekarat, tapi bukannya ga wajar banget tuh? Kenapa dia bakalan mati tepat di endingnya? Ga masuk akal, jadi aku benci cerita-cerita dimana ada orang mati di endingnya. Aku ga bakalan pernah bikin film kayak gitu!"
“Bukankah tadi kubilang kita akan membuat film? Bahkan telinga patung haniwa-pun lebih besar dari telingamu. Ingatlah setiap kata yang baru saja kukatakan.”
 
   
  +
Kita ngomongin film atau sinetron?
Lebih baik aku mengingat-ingat nama setiap stasiun kereta terdekat daripada mengingat-ingat retorika darimu.
 
   
  +
"Bukannya tadi baru kubilang kita mau bikin film? Bahkan kuping patung [http://en.wikipedia.org/wiki/Haniwa haniwa] aja lebih gede dari kupingmu. Pergi sana dan hapalin tiap kata yang baru aja kukatakan."
Asahina, yang tidak kelihatan seperti anggota Klub Kaligrafi, menuliskan kata-kata “Pembuatan Film” dengan elegan di white board. Haruhi menganggukkan kepalanya dengan puas.
 
   
  +
Mendingan gue ngapalin nama-nama stasiun jalur kereta terdekat daripada ngapalin retorika busuk elo.
“Begitulah, kau mengerti sekarang?”
 
   
  +
Asahina-san, yang tidak kelihatan dia sebenarnya anggota Klub Kaligrafi, dengan elegan menuliskan kata-kata "Film Rilis" di whiteboard, Haruhi menganggukkan kepalanya puas.
Haruhi berbicara seperti peramal cuaca ceria yang memperkirakan hujan muson akan berhenti sebentar lagi.
 
   
  +
"Itu aja, kau ngerti sekarang?"
“Apanya?”
 
   
  +
Haruhi berbicara seperti peramal cuaca dengan ceria memperkirakan hujan monsun akan segera berhenti.
Wajar kalau aku bertanya demikian. Aku hanya mengerti “Pembuatan Film”. Dimana dia bisa menemukan studio film yang mau membiayai filmnya? Apakah dia sudah menemukan studio?
 
   
  +
"Apanya?"
Pupil mata Haruhi yang gelap berkilat-kilat selagi dia tersenyum cerah,
 
   
  +
Tanyaku, yang memang wajar tentu saja. Aku hanya mengerti "Film Rilis". Dimana dia niat nyari studio film buat ngebiayain filmnya? Jangan-jangan dia udah nemu studio?
“Kyon, intelegensimu sudah berkurang ya? Tentu saja kita yang akan membuat filmnya. Film ini akan dipertunjukkan di festival sekolah, dengan caption “Brigade SOS Mempersembahkan” di bagian awalnya.
 
   
  +
Namun pupil gelap Haruhi berkilauan selagi dia tersenyum cerah,
“Sejak kapan kita berubah menjadi Klub Film?”
 
   
  +
"Kyon, kepintaran kamu udah merosot ya? Tentu aja ''kita'' akan bikin filmnya. Filmnya bakalan digelar di festival sekolah, dengan judul 'Brigade SOS Mempersembahkan' di awalnya."
“Apa yang kau ocehkan? Kita akan selalu menjadi Brigade SOS! Aku tidak tahu ada Klub Film di sekitar sini.”
 
   
  +
"Kapan kita jadi Kelompok Riset Film?"
Tanpa perasaan, Haruhi mengatakan sesuatu yang mungkin akan membuat marah anak-anak Klub Film kalau mereka mendengarnya.
 
   
  +
"Kamu ngoceh apa sih? Ini akan selalu jadi Brigade SOS! Aku ga ingat ada Kelompok Riset Film di sini-sini."
“Ini sudah diputuskan sejak lama! Tidak ada peninjauan kembali! Permohonan banding selanjutnya akan ditolak!”
 
   
  +
Haruhi tanpa perasaan mengatakan sesuatu yang mungkin akan bikin jengkel anak-anak Kelompok Riset Film kalau mereka mendengarnya.
Karena pemimpin juri Brigade SOS berkata demikian, kukira hal ini tidak akan bisa dibatalkan. Siapa sih sebenarnya yang mendorong Haruhi ke atas tahta komando Brigade SOS? Tidak, tunggu sebentar, kalau dipikir lagi, dia sendirilah yang mengklaim tahta itu untuk dirinya sendiri. Di dunia manapun kau berada, pastilah orang-orang bersuara keras dan megah yang mempunyai ego yang terus melambung. Berkat hal ini, orang-orang seperti aku dan Asahina, yang cenderung mengikuti arus, akan selalu merasa bingung. Inilah konflik dalam realitas yang kejam dan dingin; ini juga hal yang sebenarnya terjadi.
 
   
  +
"Ini sudah diputuskan dari dulu! Ga ada peninjauan kembali! Naik banding akan ditolak!"
Selagi pikiranku menyelam ke dalam pertanyaan filosofis tentang apa yang menjadi persyaratan sebuah masyarakat ideal....
 
   
  +
Karena pimpinan juri Brigade SOS berkata demikian, kukira tak bisa digulingkan? Emangnya siapa sih yang ngedorong Haruhi ke tahta komandan Brigade SOS? Engga, tunggu bentar, coba pikir, dia sendiri yang ngeklaim tahta buat dirinya sendiri. Tak peduli di dunia apapun kau berada, selalu orang-orang ribut dan berlagak hebat yang punya ego terus membumbung. Berkat ini, orang-orang seperti aku dan Asahina-san, yang cenderung ikut arus, akan selalu merasa bingung. Inilah konflik dalam realitas yang kejam dan dingin; ini juga kebenaran.
“Jadi begitu,” kata Koizumi, seolah-olah dia mengerti semuanya. Dia membagi rata senyumnya antara aku dan Haruhi sambil berkata, “Aku mengerti sekarang.”
 
   
  +
Selagi benakku menggali-gali ke dalam pertanyaan filosofis tentang apa yang dianggap sebagai sebuah masyarakat ideal......
Hei, Koizumi, jangan begitu saja menerima bom yang baru saja dijatuhkan Haruhi! Tidakkah kau punya pendapat sendiri tentang hal ini?
 
   
  +
"Jadi begitu toh," kata Koizumi, seolah-olah dia mengerti segalanya. Dia membagi rata senyumnya antara aku dan Haruhi dan berkata, "Saya mengerti sekarang."
Dengan jarinya, Koizumi menyibak belahan rambutnya dengan ringan, “Dari apa yang kulihat, kita akan membuat film sendiri untuk menarik pengunjung agar mau menontonnya. Betulkah begitu?”
 
   
  +
Hei, Koizumi, jangan secara anggun begitu aja nerima bom yang Haruhi baru jatuhin! Bukannya loe punya pendapat sendiri soal ini?
“Tepat!”
 
   
  +
Dengan jarinya Koizumi mengibas belahan rambutnya dengan ringan, "Dari apa yang saya lihat, kita mau membuat film buatan sendiri untuk menarik pengunjung agar mau datang menontonnya. Betulkah begitu?"
Haruhi memukulkan “antena”nya pada white board.
 
   
  +
"Tepat!"
Asahina bergidik, namun masih mempunyai keberanian untuk berkata, “Tapi... kenapa memutuskan membuat film?”
 
   
  +
Haruhi mendera "antena"nya pada whiteboard.
“Tadi malam, aku tidak bisa tidur,” Haruhi memegang antena di depan matanya dan mengayunkannya seperti wiper kaca mobil, “jadi aku menyalakan TV dan, ujung-ujungnya, menonton film yang aneh. Awalnya aku tak tertarik, tapi karena tak ada hal lain yang bisa kukerjakan, aku memutuskan untuk menontonnya juga.”
 
   
  +
Asahina-san bergidik, namun masih mengambil keberanian dan berkata, "Tapi......kenapa mutusin bikin film?"
Tepat seperti dugaanku.
 
   
  +
"Tadi malam, aku ga bisa tidur," Haruhi membawa antena ke depan matanya dan mengayunkannya seperti wiper kaca depan mobil, "jadi kunyalakan TV dan ujung-ujungnya nonton film aneh. Awalnya aku ga tertarik, tapi karena ga ada kerjaan, kuputusin nyoba nonton."
“Film itu membosankan sekali, saking membosankannya aku sangat ingin menelepon saluran internasional dan menjahili si sutradara di rumahnya, jadi aku mendapat ide ini.”
 
   
  +
Tepat kayak dugaan gue.
Ujung tongkat konduktor kini menunjuk pada wajah Asahina yang mungil.
 
   
  +
"Film boring banget, saking ngeboseninnya aku pengen bikin telepon internasional iseng ke rumah sutradaranya; makanya aku dapat ide ini."
“Kalau film semacam itu bisa muncul, berarti aku pasti bisa membuat yang lebih baik dari itu!” Haruhi membusungkan dadanya dengan percaya diri dan berkata, “Itulah mengapa aku ingin mencobanya, apa ada yang ingin kau katakan?”
 
   
  +
Ujung tongkat penunjuk menunjuk pada wajah mungil Asahina-san.
Asahina menggelengkan kepalanya dengan keras, seperti ketakutan. Bahkan jika dia mempunyai pendapat sendiri, Asahina kemungkinan tidak akan mengatakan apa-apa, sementara Koizumi adalah yes-man yang hanya mengangguk-angguk, dan Nagato biasanya juga tidak pernah berbicara, jadi satu-satunya orang yang akan mengatakan sesuatu pastilah aku.
 
   
  +
"Kalau film macam begitu bisa ada, maka aku pasti bisa bikin yang lebih bagus!" Haruhi membusungkan dadanya dengan percaya diri dan berkata, "Makanya aku pengen coba, kamu keberatan?"
“Kau tampaknya sangat ingin menjadi sutradara dan produser film, kami tak berkeberatan, itu pilihanmu dan kau bisa mengejar impianmu seperti yang kau inginkan. Itu berarti kami sekarang bisa maju dan mengejar mimpi kami juga.”
 
   
  +
Asahina-san kuat-kuat menggelengkan kepalanya seakan-akan ketakutan. Kalaupun dia memang punya pendapat, Asahina-san kemungkinan takkan bilang apa-apa, sementara Koizumi adalah pak angguk yang mengangguk-angguk, dan Nagato toh tak pernah ngomong, jadi satu-satunya orang yang bilang sesuatu selalu aku.
“Aku tidak mengerti maksudmu.”
 
   
  +
"Loe kayaknya bertekad jadi sutradara dan produser film, itu sih oke buat kami, itu pilihan loe dan loe bisa kejar tuh impian semau loe. Itu berarti kami sekarang bisa duluan dan ngejar mimpi kami juga."
Bibir Haruhi maju keluar seperti bebek. Dengan sabar aku menjelaskan analisis detailku padanya.
 
   
  +
"Aku ga ngerti maksudmu apa."
“Kau bilang kau ingin membuat film, tapi kami belum berkomentar apapun. Bagaimana jika kami tidak menyukai usul ini? Sebuah film tidak bisa dibuat hanya dengan sutradara seorang diri.”
 
   
  +
Haruhi memajukan bibirnya keluar seperti bebek. Dengan sabar kujelaskan analisis detailku padanya.
“Tenang, aku sudah membuat skenarionya.”
 
   
  +
"Loe bilang loe pengen bikin film, tapi kami ga pernah bilang apa-apa soal itu. Gimana kalo kami ga suka usul ini? Film ga bisa dibuat cuman dengan sutradara aja lho."
“Bukan, bukan itu maksudku....”
 
   
  +
"Tenang, aku udah dapat skenarionya."
“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Kau lakukan saja apa yang kusuruh, jadi jangan khawatir.”
 
   
  +
"Bukan, bukan itu maksud gue......"
Aku sangat khawatir.
 
   
  +
"Ga ada yang perlu dikuatirin. Kau lakuin aja apa yang kusuruh, jadi jangan kuatir."
“Biarkan aku yang melakukan perencanaan, aku akan mengurus semuanya.”
 
   
  +
Gue kuatir banget.
Kini aku lebih khawatir lagi.
 
   
  +
"Biar aku yang bikin perencanaan, akan kuurus semuanya."
“Uhh, kau memang menyebalkan! Aku akan mengerjakan apa yang kubilang akan kukerjakan. Targetnya adalah peringkat pertama dalam polling festival sekolah! Siapa tahu, orang-orang bodoh di OSIS akhirnya akan mengakui Brigade SOS sebagai klub resmi... Tidak! Aku akan ''membuat'' mereka mengakui kita. Untuk mencapai tujuan ini, kita mesti mengarahkan opini publik agar mendukung kita!”
 
   
  +
Gue bahkan lebih kuatir lagi sekarang.
Opini publik dan polling tidak selalu berbanding lurus, lho.
 
   
  +
"Uhh, kamu ngegemesin deh! Aku bakalan maju terus dengan apa yang kubilang bakal perbuat. Targetnya dapat peringkat pertama di polling kegiatan festival sekolah! Kali aja, orang-orang idiot dungu di OSIS mungkin akhirnya ngakuin Brigade SOS sebagai klub resmi......Engga! Aku bakalan ''bikin'' mereka ngakuin kita. Untuk mencapai tujuan ini, kita mesti bawa opini publik ke pihak kita dulu!"
Aku mencoba bertahan,
 
   
  +
Opini publik dan hasil polling ga selalu berbanding lurus satu sama lain, lho.
“Bagaimana dengan biaya produksi?”
 
   
  +
Aku berusaha melawan,
“Kalau maksudmu anggaran, kita punya kok.”
 
   
  +
"Biaya produksi gimana?"
Mana? Aku tidak percaya OSIS akan mau mengucurkan anggaran dana ke organisasi bawah tanah yang beraktivitas secara terbuka ini.
 
   
“Bukankah Klub Sastra punya anggaran juga?”
+
"Kalau kamu ngomong soal anggaran, kita punya kok."
   
  +
Mana? Gue ga yakin OSIS bakalan ngasih anggaran ke organisasi bawah tanah ini yang beraktivitas secara terbuka.
“Itu anggaran dana milik Klub Sastra! Kau tidak bisa memakainya!”
 
   
  +
"Bukannya Klub Sastra dikasih anggaran juga?"
“Tapi Yuki bilang tidak apa-apa.”
 
   
  +
"Itu anggaran milik Klub Sastra! Loe ga bisa pake itu!"
Duh. Aku memandang wajah Nagato, sementara Nagato dalam gerak lambat mengangkat kepalanya untuk menatapku, lalu tanpa berkata apa-apa, dia dengan perlahan bergerak kembali ke bukunya.
 
   
  +
"Tapi Yuki bilang OK kok."
''Bukankah ada orang yang mungkin ingin masuk Klub Sastra?'' Aku tidak bermaksud mengeluarkan pertanyaan ini, karena mungkin saja Nagato sengaja mengatur agar Klub Sastra berada di jurang pembubaran. Dia tampaknya sudah mengetahui apa yang akan dilakukan Haruhi; sangat disayangkan apabila ada orang lain yang ingin bergabung dengan Klub Sastra sekarang. Aku sangat menginginkan ada orang yang mengambil kembali Klub Sastra dari cengkeraman Haruhi.
 
   
  +
Duh ileh. Kupandang wajah Nagato, sementara Nagato dalam gerak lambat mengangkat kepalanya untuk menatapku, lalu tanpa berkata apa-apa, perlahan kembali membaca bukunya.
Haruhi tidak mengetahui apa yang kupikirkan, dan sambil mengayun-ayunkan antenanya dengan gembira, ia berkata, “Semuanya sudah mengerti sekarang? Anggaplah aktivitas ini lebih penting daripada aktivitas kelasmu! Apabila ada yang berpendapat lain, bilang kepadaku setelah festival sekolah, OK? Perintah sutradara adalah mutlak!”
 
   
  +
''Bukannya bakalan ada orang yang ingin masuk Klub Sastra?'' Gue ga niat nanyain ini, karena mungkin aja Nagato sengaja ngatur biar Klub Sastra ada di jurang pembubaran. Dia kayaknya udah tau apa yang Haruhi rencanain; bakalan sayang banget kalo ada orang lain mau gabung dengan Klub Sastra sekarang. Gue pengen banget ada orang yang ngambil alih Klub Sastra dari cengkeraman Haruhi.
Haruhi berpidato penuh gairah, seperti beruang grizzly di kebun binatang yang sedang menggenggam es batu di tengah-tengah musim panas. Lingkugan sekitarnya tidak lagi penting baginya.
 
   
  +
Haruhi tak menyadari apa yang kupikirkan, mengayun-ayunkan antenanya girang, "Semuanya ngerti sekarang? Anggap kegiatan ini lebih penting dari kegiatan kelas kalian! Kalo ada yang berselisih pendapat, mereka bisa bilang ke aku abis festival sekolah, OK? Perintah sutradara adalah mutlak!"
Awalnya dia komandan brigade, kini dia ingin jadi sutradara? Jalur karir mana yang diinginkannya? ... dan jangan katakan kau ingin menjadi Tuhan.
 
   
  +
Deklarasi Haruhi dengan penuh gairah, seperti beruang grizzly di kebun binatang yang sedang berpegangan pada es batu waktu musim panas. Lingkungan sekitar tak lagi penting baginya.
“Hari ini sekian! Aku harus memikirkan pemilihan pemain dan kru serta mencari sponsor. Ada banyak hal yang terlibat dalam pembuatan film.”
 
   
  +
Pertamanya dia komandan brigade, sekarang dia pengen jadi sutradara? Jalur karir mana sih yang dia niat masukin? ......Dan jangan bilang loe pengen jadi Tuhan.
Aku tidak yakin apa saja yang terlibat dalam pembuatan film, tapi apa sih yang dia inginkan? Sponsor?
 
  +
  +
"Hari ini sekian! Abisnya aku perlu mikirin gimana milihin peran dan kru serta nyari sponsor. Ada banyak hal yang diperlukan dalam pembuatan film."
  +
  +
Gue ga yakin bikin film itu perlu apa aja, tapi apa sih yang dia rencanain? Sponsor?
   
 
''Bluk!''
 
''Bluk!''
   
Ada bunyi keras yang menggema di sekeliling ruangan. Aku menoleh dan melihat Nagato menutup bukunya. Bunyi itu kini sudah menjadi aba-aba tak resmi bagi berakhirnya kegiatan Brigade SOS hari itu.
+
Bunyi keras bergaung ke sekeliling ruangan. Aku menoleh dan mendapati Nagato menutup bukunya. Bunyi itu kini sudah jadi aba-aba tak resmi bagi Brigade SOS untuk mengakhiri urusan hari ini.
   
“Kita diskusikan ditelnya besok!
+
"Kita diskusiin rinciannya besok!"
   
Dengan meninggalkan kalimat ini, Haruhi melesat dari ruangan bagai kucing yang mendengar suara kaleng makanan kucing yang sedang dibuka. Kupikir tidak ada lagi ditel yang bisa dijelaskan.
+
Dengan meninggalkan kalimat ini, Haruhi melesat dari ruangan bagai kucing mendengar suara kaleng makanan kucing yang sedang dibuka. Kayaknya ga ada lagi sisa rincian buat dijelasin.
   
“Tapi bukankah tidak apa-apa?
+
"Tapi bukankah tidak apa-apa?"
   
 
Satu-satunya orang yang akan berkata begitu pastilah Koizumi.
 
Satu-satunya orang yang akan berkata begitu pastilah Koizumi.
   
“Asal bukan berburu alien untuk dipamerkan di sirkus, atau menembak jatuh UFO dan memamerkan bagian dalamnya, aku merasa lega.
+
"Asalkan bukan berburu alien untuk pertunjukan sirkus ganjil, atau menembak jatuh UFO dan memamerkan bagian dalamnya, maka saya lega."
   
Dimana aku pernah mendengar hal ini sebelumnya?
+
Dimana gue dengar ini sebelumnya ya?
   
Si esper murah senyum menutup mulutnya sambil tertawa.
+
Si esper yang tersenyum menutup mulutnya dan tertawa.
   
“Lagipula, aku tertarik akan film yang dibuat Suzumiya-san, kurasa aku dapat membayangkan apa yang ada di pikirannya, kurang lebih.
+
"Lagipula, saya agak tertarik pada film apa yang Suzumiya-san sedang buat, saya rasa sedikit-banyak saya dapat membayangkan apa yang ada di pikirannya."
   
Koizumi memandang Asahina, yang sedang membereskan cangkir teh.
+
Koizumi melirik Asahina-san, yang sedang mencuci cangkir teh.
   
“Ini bisa menjadi festival sekolah yang menarik, yang seru.
+
"Ini bisa jadi festival sekolah yang menarik, akan asyik."
   
Terpengaruh oleh Koizumi, mataku juga mengarah pada Asahina. Ketika kami sedang memperhatikan tutup kepalanya yang terayun bersama rambutnya....
+
Terpengaruh oleh Koizumi, mataku juga berputar ke arah Asahina-san. Tepat saat kami sedang menatap tutup kepalanya bergoncang bersama rambutnya......
   
“Ah! Ka... kalian sedang melihat apa?
+
"Ah! Ka... kalian lagi liat apa?"
   
Menyadari ada dua laki-laki berpikiran jorok yang sedang menatapnya, Asahina berhenti bekerja sementara wajahnya memerah.
+
Menyadari dua cowok berpikiran jorok menatapnya, Asahina-san berhenti apa yang sedang dilakukannya dan merona hebat.
   
Aku menjawab dalam hati,
+
Kujawab dalam hati,
   
''Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya berpikir, kostum apa yang akan dibawa Haruhi kali ini?''
+
''Oh engga, bukan apa-apa kok. Aku cuman mikir, kostum apa yang bakalan Haruhi bawa kali ini ya?''
   
Sambil bersiap-siap untuk pulang... atau tepatnya, sambil menaruh bukunya ke dalam tasnya, Nagato berdiri dalam diam dan berjalan ke arah pintu. Apakah Nagato sedang membaca buku tentang ramalan? Karena bukunya berbahasa asing, bahasa yang tidak kumengerti.
+
Bersiap-siap pulang......atau malahan, hanya menaruh bukunya ke dalam tasnya, Nagato berdiri dalam diam dan menuju pintu. Apa Nagato sedang baca buku tentang ramalan ya? Habisnya bukunya ditulis dengan bahasa asing yang ga gue ngerti.
   
“Tapi....” Aku bergumam.
+
"Tapi......" Gumamku.
   
Film, ya.
+
Film......toh?
   
Sejujurnya, aku sedikit tertarik juga, walaupun tentu saja ketertarikanku tidak sedalam Koizumi, mungkin kadar kedalamannya bisa dibandingkan dengan kedalaman habitat plankton yang hidup di lautan landas kontinental.
+
Sejujurnya, aku sedikit tertarik juga, tentu saja ketertarikanku tidak sedalam Koizumi, mungkin hanya sedalam plankton laut itu yang hidup di [[Suzumiya_Haruhi_~_Indonesian_Version:Jilid2_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Landas_Kontinen|landas kontinen]].
   
  +
Barangkali gue seharusnya nanti-nantiin itu kali ya?
Mungkin harusnya aku mencoba menanti-nantikannya?
 
   
Lagipula tidak ada orang lain yang mengharapkan sesuatu dari hal ini.
+
Habisnya ga ada orang lain sih yang ngarepin apapun dari itu.
   
   
   
Kutarik kembali pernyataanku, aku tidak menanti-nanti apapun.
 
   
Karena sepulang sekolah hari berikutnya, aku sudah merasa menderita.
 
   
  +
Gue tarik balik semua yang baru gue omongin, gue ga nanti-nantiin apapun.
<noinclude>
 
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
 
|-
 
| Dipersembahkan oleh: Brigade SOS
 
   
  +
Karena sehabis sekolah esoknya, aku sudah menderita.
Produser Eksekutif/Sutradara/Penulis Skenario: Suzumiya Haruhi
 
   
Pemeran Utama Wanita: Asahina Mikuru
 
   
Pemeran Utama Pria: Koizumi Itsuki
 
   
  +
- Dipersembahkan oleh: Brigade SOS
Pemeran Pembantu: Nagato Yuki
 
  +
- Produser Eksekutif / Sutradara / Penulis Skenario: Suzumiya Haruhi
  +
- Pemeran Utama Wanita: Asahina Mikuru
  +
- Pemeran Utama Pria: Koizumi Itsuki
  +
- Pemeran Pembantu: Nagato Yuki
  +
- Asisten Sutradara / Sinematografi / Penyunting / Peralatan / Pengumpul Informasi / Kerjaan Kasar Lainnya: Kyon
   
Asisten Sutradara/Sinematografi/Penyunting/Peralatan/Pengumpul Informasi/Tugas Remeh Lain: Kyon
 
|-
 
|}
 
</noinclude>
 
   
   
Waktu aku melihat apa yang tertulis di buku catatan itu, hanya satu hal yang ada di pikiranku.
+
Waktu kulihat apa yang tertulis di buku catatan itu, aku hanya berpikir satu hal.
   
“Jadi apa sebenarnya yang harus kulakukan?
+
"Jadi gue sebenarnya ngapain?"
   
“Apa yang tertulis di situ, tentunya.
+
"Apa yang ketulis disitu lah, tentunya."
   
Seperti konduktor orkestra, Haruhi mengayunkan tongkat konduktornya.
+
Seperti tongkat penunjuk orkestra, Haruhi mengayunkan tongkat penunjuknya.
   
“Kau adalah pekerja di belakang layar, seperti yang ditulis di daftar pembagian peran dan kru. Kita punya deretan pemeran yang hebat, kan?
+
"Kamu staf belakang layar, kayak yang di pembagian peran dan kru udah jelasin aja. Kita punya pemeran yang mantap, kan?"
   
“A... apakah aku pemeran utama?
+
"Sa...saya pemeran utamanya?"
   
Asahina bertanya dengan suara yang lembut. Hari ini dia mengenakan seragam sekolah yang biasa dan bukannya kostum maid, karena seperti kata Haruhi dia tidak perlu berganti kostum hari ini. Nampaknya Haruhi hari ini akan membawa Asahina ke suatu tempat.
+
Tanya Asahina-san dengan suara yang lembut. Hari ini dia mengenakan seragam sekolah yang biasanya alih-alih kostum maid, karena Haruhi bilang dia tak perlu ganti kostum. Nampaknya Haruhi akan membawa Asahina-san ke suatu tempat hari ini.
   
“Kalau mungkin, bisakah peranku hanya peran kecil....
+
"Kalo bisa, bisa ga aku cuman meranin peran kecil......"
   
Asahina memohon pada Haruhi dengan wajah sedih.
+
Asahina-san memohon pada Haruhi dengan tatapan sedih.
   
“Tidak, jawab Haruhi. “Aku akan membuat Mikuru-chan menjadi terkenal, lagipula kau kan semacam merek dagang resmi Brigade SOS. Yang harus kau lakukan hanyalah berlatih membagi tanda tangan. Nanti pada malam premiere, fans-mu akan mengantri demi tanda tanganmu.
+
"Engga," jawab Haruhi. "Aku akan bikin Mikuru-chan jadi terkenal, lagian, kamu kan kayak merek dagang resmi brigade kita. Yang perlu kau lakukan cuman latihan bikin tanda tangan aja. Abisnya ntar pas premier film, para fans bakalan ngantri demi tanda tangan kamu."
   
  +
Premier film? Emangnya dimana dia niat ngadain acara begituan?
Premiere? Dimana dia berniat mengadakan event ini?
 
   
Asahina tampaknya tidak terlalu nyaman dengan hal ini.
+
Asahina-san tak kelihatan terlalu nyaman dengan ini.
   
...Tapi aku tidak bisa akting.
+
"......Tapi saya ga bisa akting."
   
“Jangan khawatir, aku akan mengarahkanmu dengan baik.
+
"Jangan kuatir, tak bimbing kamu dengan baik."
   
Dengan ragu-ragu dan takut, Asahina mengangkat kepalanya dan menatapku, dan dengan sedih menurunkan alis matanya.
+
Asahina-san mengangkat kepalanya dengan ragu campur takut dan menatapku, dan dengan sedih menurunkan alis matanya.
   
Hanya ada tiga orang di sini sekarang, karena Nagato dan Koizumi sedang mengikuti rapat kelas untuk aktivitas di festival, sehingga mereka akan terlambat hari ini. Aku tidak pernah berpikir bahwa ada orang yang mau tinggal di sekolah untuk mempersiapkan hal semacam ini; maksudku, yang perlu mereka lakukan hanyalah duduk di sana dan menyelesaikannya. Aku merasa takjub bahwa ada beberapa orang yang serius menanggapi hal itu.
+
Hanya ada kami bertiga disini sekarang. Karena Nagato dan Koizumi sedang ada rapat buat kegiatan festival kelas mereka, mereka akan telat hari ini. Tak pernah kepikiran olehku akan ada orang yang mau tetap di sekolah untuk menyiapkan hal begini; maksudku, yang perlu mereka lakukan hanyalah duduk disana dan biarkan semuanya lewat. Takjub aku ada beberapa orang yang serius soal itu.
   
“Di sisi lain, Yuki dan Koizumi-kun tdak serius tentang hal ini, kata Haruhi, merasa kesal. Tidak tahu bagaimana melampiaskan amarahnya, Haruhi mengacungkan telunjuknya padaku, “Aku dengan jelas sudah mengatakan bahwa aktivitas ini mempunyai prioritas lebih tinggi daripada kegiatan lain. Tapi mereka memilih untuk terlambat agar mereka bisa mengikuti aktivitas kelas. Aku benar-benar harus memberikan peringatan pada mereka.
+
"Ngomong-ngomong, Yuki dan Koizumi-kun ga serius soal ini," kata Haruhi merasa kesal. Tidak tahu bagaimana melampiaskan amarahnya, Haruhi mengacungkan telunjuknya padaku, "Jelas-jelas udah kubilang kalo kegiatan ini prioritasnya lebih tinggi dari yang lain. Tapi mereka milih telat biar mereka bisa ikut kegiatan kelas mereka. Aku beneran harus ngasih mereka peringatan."
   
Mungkin Nagato dan Koizumi-kun mempunyai rasa memiliki yang lebih besar terhadap kelas mereka daripada aku dan Haruhi. Dari perspektif tertentu, sebetulnya keberadaan kami bertiga di sini sekarang lebih tidak tepat.
+
Mungkin Nagato dan Koizumi-kun punya rasa memiliki yang lebih besar terhadap kelas mereka daripada Haruhi dan aku. Dari perspektif tertentu, sebetulnya lebih aneh kami bertiga yang ada disini disaat ini.
   
Tiba-tiba sesuatu hal terpikir olehku.
+
Tiba-tiba aku kepikiran sesuatu.
   
“Asahina-san, bukankah kau harus menghadiri pertemuan kelasmu?
+
"Asahina-san, bukannya kamu harus ikut rapat kelasmu?"
   
“Mm, aku di bagian yang hanya bertanggung jawab melayani pelanggan, jadi yang belum dilakukan hanyalah merancang kostum. Aku masih belum tahu kostum apa yang akan kupakai, tapi aku menanti-nantikannya.
+
"Mm, saya di bagian yang tanggungjawabnya cuman melayani pelanggan, jadi sisanya tinggal ngerancang kostum. Saya masih belum tau kostum apa yang bakalan kupakai, tapi saya nantiinnya."
   
Muka Asahina memerah dan tersenyum, tampaknya dia sudah terbiasa dengan cosplay sekarang. Daripada bermain-main dengan Brigade SOS dan terpaksa memakai bermacam-macam kostum tak jelas tanpa alasan yang jelas pula, bukankah lebih baik baginya untuk memakai sesuatu yang pas untuk acara yang tepat pula? Adalah sangat normal apabila seorang pelayan muncul di kedai mi, jauh lebih normal daripada seorang maid di ruangan Klub Sastra.
+
Asahina-san tersipu dan tersenyum. Sepertinya dia sudah terbiasa bercosplay sekarang. Daripada main-main dengan Brigade SOS dan dipaksa memakai segala macam kostum tak jelas tanpa alasan yang jelas pula, bukankah lebih baik baginya untuk memakai sesuatu yang pas untuk acara yang tepat? Adalah amat normal pelayan muncul di warung mi, jauh lebih normal daripada maid di ruang Klub Sastra.
   
Aku tidak pernah tahu bagaimana caranya Haruhi berhasil memasukkan hal itu dalam topik pembicaraan.
+
Aku tak pernah tahu bagaimana caranya Haruhi berhasil memasukkan hal itu dalam topik pembicaraan.
   
“Jadi, Mikuru-chan, kau ingin berpakaian seperti pelayan? Kenapa tidak kau bilang? Itu menjadikan semuanya mudah, aku akan mencarikan kostum untukmu.
+
"Jadi, Mikuru-chan, kamu pengen dandan jadi pelayan ya? Kenapa kamu ga bilang? Itu bikin masalahnya jadi gampang, aku akan cariin kostum buat kamu."
   
Aku tidak terlalu keberatan kalau kau mengeluarkan perkataan lucu semacam itu, tapi tidakkah kau pikir bahwa orang-orang di ruangan Klub Sastra tidak pantas mengenakan berbagai macam kostum selain dari seragam mereka? Bahkan kostum perawat yang sebelumnya patut dipertanyakan, tapi jika dia harus mengenakan kostum, aku masih berpendapat kostum maid-lah yang terbaik.... Apakah ini obsesi pribadiku, ya?
+
Gue ga terlalu keberatan kalo loe bikin semacam komentar jenaka ini, tapi loe mikir ga sih kalo ga pantes orang-orang di ruang Klub Sastra pake segala macam kostum selain seragam mereka? Bahkan kostum perawat yang sebelumnya aja patut dipertanyakan, kalo dia harus pake kostum, gue masih ngira kostum maid yang paling bagus......Apa ini fetish gue sendiri ya?
   
  +
"Oh, oke."
“Oh, baiklah.”
 
   
 
Haruhi menoleh ke arahku,
 
Haruhi menoleh ke arahku,
   
“Kyon, kau tahu apa hal terpenting dalam membuat film?
+
"Kyon, kau tau apa hal yang paling penting waktu bikin film?"
   
Hmm... Yah, aku berusaha mengingat-ingat tiap adegan film yang berhasil membuatku tergerak dan patut dijadikan referensi. Ketika aku selesai berpikir, aku menjawab dengan percaya diri,
+
Hmm......Yah, aku berusaha mengingat-ingat tiap adegan film yang berhasil menggugahku dan patut dijadikan referensi. Ketika aku selesai berpikir, dengan percaya diri kujawab,
   
“Inovasi dan gairah?
+
"Inovasi dan semangat?"
   
“Bukan hal yang abstrak macam itu!
+
"Bukan hal abstrak macam begitu!"
   
 
Haruhi menolak pemikiranku.
 
Haruhi menolak pemikiranku.
   
“Kamera, tentunya! Bagaimana kita akan melakukan syuting tanpa kamera?
+
"Kamera lah, tentunya! Gimana kita syuting film tanpa salah satunya?"
 
Kau mungkin benar, tapi aku tidak berbicara tentang sesuatu yang pragmatis.... Lupakan saja, ini tidak berarti aku mempunyai banyak ide-ide yang inovatif atau gairah dalam membuat film dan teori film, jadi aku tidak akan membantah.
 
 
“Sudah diputuskan.”
 
 
Haruhi memendekkan tongkat konduktornya dan melemparnya ke meja komandan.
 
   
  +
Loe mungkin benar, tapi gue lagi ga ngomong soal sesuatu yang pragmatis...... Lupain aja, kayak gue punya banyak ide-ide inovatif ato semangat aja buat bikin film dan teori film, jadi gue ga bakalan berdebat.
“Kita sekarang akan mengambil kamera.”
 
   
  +
"Udah diputusin."
Duk! Terdengar suara kursi yang terdorong ke belakang. Aku menoleh dan melihat wajah Asahina yang memucat. Aku tidak bisa menyalahkannya; lagipula, Haruhi dengan liar pernah membajak komputer yang ada di ruangan ini dari Klub Komputer, menggunakan Asahina yang malang sebagai tumbal.
 
   
  +
Haruhi memendekkan tongkat penunjuknya dan melemparnya ke meja komandan.
Rambut coklat Asahina bergetar, lalu dia dengan perlahan membuka bibirnya yang bagaikan bunga ceri dan berkata,
 
   
  +
"Kita sekarang akan pergi dapetin kamera."
“Mm... mmm... Su... Suzumiya-san, aku baru saja ingat, aku harus kembali ke kelas.”
 
   
  +
''Srek!'' Suara kursi terdorong ke belakang bisa didengar. Aku menoleh dan melihat wajah Asahina-san jadi pucat. Tak bisa menyalahkannya; lagipula, Haruhi secara biadab pernah menjarah komputer yang ada di ruangan ini dari Kelompok Riset Komputer, menggunakan Asahina-san yang malang sebagai tumbal.
“Diam.”
 
   
  +
Rambut coklat Asahina-san bergetar, dia dengan perlahan membuka bibir sakuranya dan berkata,
Haruhi memasang ekspresi yang mengerikan. Asahina bergidik dan dengan seketika duduk kembali di kursi. Haruhi kemudian tersenyum dengan lembut.
 
   
  +
"Mm...mmm......Su...Suzumiya-san, saya baru aja ingat, saya harus balik ke ruang kelas."
“Jangan khawatir.”
 
   
  +
"Diam."
Hanya berkata “jangan khawatir” tidak menjamin bahwa hal-hal yang akan membuat khawatir tidak akan terjadi.
 
   
  +
Haruhi memasang ekspresi yang mengerikan. Asahina-san bergidik dan dengan seketika duduk kembali ke kursi merasa letih. Haruhi kemudian tersenyum ramah.
“Kali ini aku tidak akan menggunakan tubuh Mikuru-chan sebagai persembahan, aku hanya membutuhkan bantuanmu kali ini.”
 
   
  +
"Jangan kuatir."
Asahina menatapku dengan mata yang sedih seperti anak sapi yang sedang dinaikkan ke atas truk untuk dikirim ke rumah jagal. Tanpa berteriak dengan keras, aku berkata pada Haruhi,
 
   
  +
Cuman karena loe bilang "jangan kuatir" ga menjamin sesuatu yang pantas dikuatirin ga bakalan kejadian.
“Setidaknya beritahu kami apa yang harus kami bantu! Atau Asahina-san dan aku tidak akan meninggalkan tempat ini.”
 
   
  +
"Kali ini aku ga bakalan pake tubuh Mikuru-chan jadi persembahan, aku cuman butuh bantuanmu kali ini."
Ekspresi Haruhi berkata, “Kenapa sih dua orang ini?”
 
   
  +
Asahina-san menatapku dengan mata sesedih anak sapi yang sedang dikirimkan dengan truk ke rumah jagal. Tanpa teriak keras-keras, aku berkata pada Haruhi,
Dia berkata, “Aku akan mencari sponsor, lebih mudah, kan, kalau aku membawa pemeran utama wanita? Kau ikut juga! Karena kau harus mengangkut peralatan.”
 
   
  +
"Paling engga kasih tau kami loe pengen kami bantuin apaan! Atau Asahina-san dan gue ga bakalan ninggalin tempat ini."
   
  +
Ekspresi Haruhi terbaca, "Kenapa sih orang dua ini?"
   
  +
Katanya, "Aku mau nyari sponsor, lebih gampang ngasih kesan kalo aku bawa serta pemeran utama wanitanya, kan? Kamu juga ikut! Karena kamu harus bawa-bawa peralatan."
'''(Bab 1 selesai)'''
 
   
 
<noinclude>
 
<noinclude>
 
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
 
{| border="1" cellpadding="5" cellspacing="0" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaaaaa solid; padding: 0.2em; border-collapse: collapse;"
 
|-
 
|-
| Kembali ke [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid2_Prolog|Prolog]]
+
| Balik ke [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid2_Prolog|Prolog]]
| Teruskan ke [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version|Halaman Utama]]
+
| Kembali ke [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version|Halaman Utama]]
| Teruskan ke [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid2_Bab02|Bab 2]]
+
| Lanjut ke [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid2_Bab02|Bab 2]]
 
|-
 
|-
 
|}
 
|}

Revision as of 10:19, 26 December 2009

Bab 1



SMA-SMA menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tertentu dari waktu ke waktu, dan SMAku mengadakan hari olahraga bulan lalu. Ketika Haruhi mengusulkan agar Brigade SOS berpartisipasi dalam lomba lari estafet antar-klub, salah satu dari sekian banyak pertandingan di hari itu, aku merasa agak ragu-ragu. Lebih parah lagi, kami akhirnya benar-benar mengalahkan Klub Atletik dan Klub Rugby di lari estafet, yang mana Haruhi mengalahkan pelari di peringkat kedua dengan jarak seluruh tiga belas kuda!

Jadi sebagai hasilnya, klub kami beralih dari tabu tak terucap, hanya didiskusikan dalam bayangan (kecuali aku), jadi ragam terkini di sekolah, mengingatkan pada biang kerok yang menarik alarm kebakaran. Aku bingung total bagaimana menghadapi ini, tapi masih ada lagi. Tentu saja Haruhilah penyebab utama semua ini, tapi Nagato, yang jadi pelari kedua lari estafet, sama saja salahnya. Tak pernah bisa kulupakan kecepatannya, yang hanya bisa dideskripsikan sebagai pergerakan seketika. Nagato, kau seharusnya paling engga ingetin aku dulu sebelum kau ngelakuin itu!

Ketika kutanyakan pada Nagato sihir macam apa yang dia pakai kali ini, si tabah, Antarmuka Manusia Buatan Hidup bikinan alien menjawab dengan istilah penjelasan seperti "penempatan energi", "dispersi molekul" dan jargon lainnya. Tentunya, penjelasan begitu tiada artinya bagiku, karena aku sudah memutuskan untuk merangkul topik artistik dan meninggalkan topik ilmiah, yang benar-benar kuberi tiada usaha dalam pemahaman atau mencoba memahami.

Setelah hari olahraga yang menggemparkan itu berakhir, sebulan berlalu dan festival sekolah datang. Jadi pada saat ini, sekolah prefektural tak menonjol ini sedang sibuk mempersiapkan diri untuk festival... walau orang yang benar-benar melakukan sesuatu hanyalah para guru dan anggota panitia penyelenggara serta klub-klub seni, karena inilah kesempatan mereka satu-satunya untuk merenggangkan otot-otot mereka.

Omong-omong soal kontribusi yang berhubungan dengan klub di festival, Brigade SOS yang belum diakui tidak diharuskan untuk menyajikan atraksi kreatif apapun. Sebetulnya, kalau dibolehkan sebagai kontribusi klub kami, aku takkan keberatan menyekap kucing liar di kandang, memasang tanda menunjukan "Alien Luar Angkasa", dan menampilkannya sebagai atraksi sampingan untuk menghasilkan uang persis seperti di sirkus. Walau kupikir hal ini tidaklah bijak karena orang-orang tanpa rasa humor akan merasa amat tersinggung sementara yang lain dengan rasa humor hanya akan tertawa hina.

Atraksi semacam ini tak memerlukan pertimbangan serius akan nilai dan sukses -- bahkan tak perlu usaha betulan. Yang sama pun berlaku buat atraksi lainnya. Festival-festival SMA di dunia nyata bisa seberani itu. Kalau kau kira aku hanya bercanda, coba saja kunjungi sekolah apapun yang lagi ada festival. Ketika kau lakukan, kau akan sadar bahwa atraksi semacam itu sedikit banyak memang dianggap ekspektasi biasa dari festival-festival sekolah.

Di sisi lain, apa sih yang Kelas I-5, kelasku dan Haruhi, niat lakukan pada hari itu? Ternyata kami akan menyiapkan semacam survei bodoh. Bisa kulihat kalau itu hanya alasan biar kami kelihatan seperti sedang mengerjakan sesuatu untuk festival. Semenjak Asakura Ryouko menghilang musim semi ini, kelas kami tak punya lagi siswa dengan jiwa kepemimpinan. Jadi dikarenakan kurangnya partisipasi siswa, ide tak kreatif ini diungkapkan terus dengan seksama oleh Okabe-sensei saat sesi absensi yang panjang dan membosankan. Tanpa ada yang setuju atau keberatan, usulan ini disetujui dan sesi absensi pun berakhir. Tapi survei macam apa sih? Siapa sih yang benar-benar tertarik melakukan ini?

Mungkin tak seorangpun, kukira. Tapi karena sudah diputuskan, lanjutkan kerja baiknya kawan-kawan!

Dan jadinya, menderita sindrom apatis, aku berjalan letih ke ruang klub.

Kenapa, tanyamu?

Tentunya, ini karena seorang gadis berkuasa mendatangiku dan mengoceh tanpa henti, "Survei apaan? Bloon banget sih!"

Dia mengatakan ini dengan ekspresi marah pada wajahnya, "Maksudku, mana serunya? Aku sama sekali ga ngerti!"

Terus kenapa loe ga ngusulin yang lebih bagus? Bukannya loe ada disana juga, ngeliat Okabe-sensei berdiri disana kayak hantu kesepian, ga tau musti gimana?

"Lupain aja, toh aku ga pernah niat kok gabung sama kegiatan kelas apapun. Ga asik ngadain acara sama anak-anak ini."

Tapi bukannya loe berkontribusi ke kelas dengan menangin semua lomba antar kelas pas hari olahraga? Gue kira itu elo yang menang jadi pelari terakhir di lari estafet jarak dekat, sedang, dan jauh. Ato ingatan gue yang salah?

"Itu beda."

Apanya yang beda?

"Festival sekolah ya festival sekolah, atau dengan kata lain, pesta kampus. Walau sekolah negeri jarang disebut kampus sih, tapi itu ga penting. Lagian, bukannya festival sekolah itu kegiatan paling penting di sepanjang tahun ajaran?"

Begitukah?

"Begitu!" angguknya dengan semangat, lalu menghadapiku dan mengumumkan hal berikut, "Brigade SOS bakalan ngelakuin sesuatu yang menarik banget!"

Wajah Suzumiya Haruhi kini bersinar dengan tatapan tekad yang sama seperti Hannibal, yang memutuskan untuk menyeberangi pegunungan Alpen saat Perang Punisia Kedua.



Bersinar sih bersinar, tapi......

Enam bulan belakangan, apapun yang Haruhi anggap "menarik" sama sekali tidak menarik bagiku, dan minatnya mengakibatkan aku kelelahan. Setidaknya, begitulah bagiku dan Asahina-san, tapi ini karena kami hanyalah manusia biasa. Dari yang kulihat, semua orang tahu bahwa Haruhi bukanlah orang normal, sementara Koizumi memiliki pola pikir yang tak dimiliki orang biasa. Sedangkan Nagato, dia bahkan bukan manusia dari awalnya.

Ngumpul bareng gerombolan ini, gimana gue bisa hidup damai ngelewatin kehidupan sekolah luar biasa gue ini? Gue beneran ga mau terlibat dalam hal-hal konyol lagi. Cuman mikirin ini aja cukup ngedorong gue nodongin pistol ke jidat gue, ato ngeluarin dan ngebakar sel-sel otak yang isinya ingatan itu. Walau gue ga tahu sih apa komentar Haruhi soal itu.

Mungkin aku terlalu sibuk memikirkan bagaimana caranya menghapus ingatan-ingatan masa lalu karena aku tidak memperhatikan apa yang cewek nyebelin di sebelahku ocehkan.

"Hei, Kyon, kamu dengerin ga sih?"

"Ngga, tadi sampe mana?"

"Festival sekolah! Kamu seharusnya lebih semangat dong! Festival sekolah kan cuman setahun sekali!"

"Mungkin itu benar, tapi loe ga harus mikirin banget soal itu."

"Tentu aja harus kupikirin! Bukan festival sekolah namanya kalo ga seru. Harusnya kayak pesta-pesta kampus yang kutahu."

"Apa loe ngelakuin sesuatu yang konyol waktu SMP?"

"Engga, waktu itu ga asik sama sekali. Jadi ga masuk akal kalo festival SMA ga asik juga."

"Terus menurut loe yang menarik itu apa?"

"Kayak hantu betulan muncul di rumah hantu, jumlah anak tangga di tangga tiba-tiba nambah, jumlah misteri sekolah loncat dari tujuh jadi tiga belas, rambut Afro tiga kali ukuran kepala normal muncul di kepala kepala sekolah, sekolah berubah jadi robot raksasa dan bertempur ngelawan monster bawah laut, atau bahkan musim gugur direpresentasikan sebagai bunga plum..."

Setelah mendengarkan setengah jalan, aku berhenti memperhatikan Haruhi, jadi aku lupa apa yang dikatakan setelah dia menyebutkan jumlah anak tangga di tangga. Kalau ada orang yang mendengarkan, tolong beri tahu aku.

"......Hhh, lupain aja. Kuceritain lebih banyak pas kita nyampe di ruang klub."

Haruhi melangkah lebar menuju ruang klub dengan suasana hati yang buruk, dan sebentar kemudian, kami sampai di pintu. Papan nama di atas pintu bertuliskan "Klub Sastra" dan disolasi dibawah papan namanya ada secarik kertas bercoretkan "dengan Brigade SOS."

"Karena kita tinggal disini udah setengah tahun, kayaknya ga ada yang keberatan deh kalau kita ambil alih ruangan ini buat kita sendiri." Haruhi secara sepihak mendeklarasikan kedaulatannya atas penggunaan ruangan itu dan ingin melepas papan nama yang asli, tapi aku mencegahnya. Lagipula, adalah hal penting bagi manusia untuk menjaga kewaspadaan pada jumlah tertentu dalam tindakan-tindakan mereka.

Haruhi membuka pintu tanpa mengetuk, dan berdiri di dalam ada gadis peri. Waktu matanya bertemu denganku, dia tersenyum bagaikan bunga lili merekah.

"Oh... halo."

Yang mengenakan kostum maid dan sedang menyapu ruangan dengan sapu adalah gadis teh terbaik, kebanggaan Brigade SOS -- Asahina Mikuru-san. Seperti biasa, dia membawa senyuman manis yang pantas bagi peri yang bersemayam di ruang klub ini dan menyambut kedatanganku. Mungkin dia memang peri dalam penyamaran. Dia rasanya lebih mirip peri daripada penjelajah waktu dari masa depan.

Asahina-san diseret paksa oleh Haruhi pada waktu pendirian Brigade SOS, seperti Haruhi jelaskan, "Kita butuh maskot." Lalu dibawah tuntutan Haruhi, dia dipaksa mengenakan kostum maid dan sejak saat itu menjadi maid resmi Brigade SOS. Setiap hari sehabis sekolah, dia akan berubah jadi maid sempurna. Ini bukan karena ada sekrup yang longgar di otaknya, tapi lebih karena dia begitu jujur dan begitu tulus sampai-sampai aku hampir menangis.

Asahina-san pernah berpakaian sebagai bunny girl, perawat dan segala macam kostum lainnya untuk Brigade SOS. Namun aku merasa kalau kostum maid yang paling cocok dengannya. Sederhananya, ini karena kostum ini tidak mempunyai makna terselubung atau sindiran, yang karena itu aku berharap dia akan terus begitu. Mungkin aku harus menegaskan sesuatu: tindakan Haruhi jarang-jarang punya makna apapun buat mereka.

Namun tindakannya acap kali jadi pemicu buat hal lain, dan menyusahkan kami semua, jadi aku sebenarnya merasa akan lebih baik bila tindakannya benar-benar tak bermakna.

Si sering eksentrik Haruhi jarang sekali melakukan sesuatu dengan benar, atau aku seharusnya bilang dia hanya pernah sekali melakukan hal yang benar, yaitu memilih kostum maid Asahina-san. Saking cocoknya kostum itu dengannya, cukup untuk bikin orang puyeng. Hanya ini satu-satunya yang bisa kupuji akan tingkah laku eksentrik Haruhi. Aku tak tahu dimana dia membelinya atau berapa harganya, tapi Haruhi memang punya selera soal kostum-kostum elegan. Walau kuyakin Asahina-san akan terlihat kece mengenakan pakaian apapun, seperti model profesional saja. Dan kostum favoritku dari semuanya adalah kostum maid. Pastinya ada semacam maksud dengan kostum ini, karena selalu dapat memuaskan indera penglihatanku.

"Akan kubuatkan teh."

Kata Asahina-san dengan suara lembutnya, yang menawan. Dia menyimpan sapu di lemari pembersih dan bergegas menuju lemari dapur, mengeluarkan cangkir semuanya.

Perutku tiba-tiba menderita sakit yang amat sangat, dan ketika aku sadar kembali, kusadari Haruhi telah menyikutku.

"Matamu udah sipit setipis garis tuh sekarang."

Mungkin aku terlalu tergugah oleh gerak-gerik manis Asahina-san, jadi tentunya mataku menyipit sampai hanya menyisakan celah kecil. Aku yakin semua orang akan sama reaksinya setelah melihat Asahina-san yang menawan, elegan dan pemalu.

Haruhi berjalan menuju meja dengan piramid hitam yang bertuliskan "Komandan", dan mengeluarkan ban lengan yang juga bertuliskan "Komandan" dari laci dan memakainya. Dia kemudian menendang keluar kursi baja dari meja dan mendudukinya, memeriksa ruang klub.

Duduk di sudut meja membaca buku tebal adalah anggota brigade yang lain.

"......"

Disana, berkonsentrasi penuh membaca bukunya tiada lain tiada bukan adalah Nagato Yuki, anggota kelas satu Klub Sastra, yang bagi Haruhi adalah seperti "hadiah bonus yang didapat dengan menduduki ruang Klub Sastra."

Keberadaannya sama tak kentaranya dengan nitrogen di atmosfer, tapi dari semua anak kelas satu di Brigade dialah yang paling luar biasa. Keluarbiasaannya jauh melebihi Haruhi. Aku sama sekali tidak tahu apa-apa soal Haruhi, namun sementara aku memang tahu sesuatu soal Nagato, ini hanya bikin aku lebih bingung soal dia. Kalau apa yang Nagato katakan itu benar, maka siswi mungil pendiam berambut pendek yang kurang ekspresi, emosi dan empati ini bukanlah manusia melainkan suatu Antarmuka Manusia Buatan Hidup yang diciptakan oleh alien untuk berinteraksi dengan manusia. Kedengarannya masih sangat absurd. Tapi karena dia sendiri yang bilang begitu, aku tak bertanya lebih jauh karena memang kedengarannya nyata. Tentu saja, Haruhi tak tahu-menahu soal ini; Haruhi masih menganggapnya sebagai "kutubuku yang agak aneh."

Walau secara objektif, "agak" itu meremehkan.

"Mana Koizumi-kun?"

Haruhi memelototi Asahina-san dengan pandangan tajamnya. Asahina-san bergidik sebentar, lalu berkata, "Eh... d..dia belum datang, dia agak telat hari ini..."

Asahina-san dengan hati-hati mengeluarkan daun teh dari kaleng dan menempatkannya di teko teh kecil. Dengan santai kulihat rak baju dekat pojokan ruang klub. Segala macam kostum tergantung diatasnya, seperti ruang ganti teater. Dari kiri tergantung kostum perawat, kostum bunny girl, kostum maid musim panas, yukata, blus putih, kostum kulit macan tutul, kostum wol boneka katak, dan segala macam kostum tak dikenali lainnya.

Selama enam bulan ke belakang kostum-kostum ini sudah mendapat rahmat dari kulit hangat Asahina-san. Biar kujelaskan lebih jauh, tiada alasan sama sekali bagi Asahina-san untuk memakai kostum-kostum ini, selain untuk memuaskan ego Haruhi sendiri. Mungkinkah dia menderita semacam trauma di masa lalu? Misalnya tidak mendapat boneka dandan yang dia inginkan waktu masih kecil, sehingga kini dia melihat Asahina-san sebagai boneka besar buat bermain bersama. Berkat ini, luka-luka emosional Asahina-san bertambah seiring bertambahnya hari, sementara indera penglihatanku jadi terangsang sebagai hasilnya, menciptakan rasa bahagia untukku. Hhh, secara keseluruhan, kupikir tak banyak orang yang dapat manfaat dari hal ini, jadi sebaiknya aku tak berkata apa-apa soal ini.

"Mikuru-chan, teh!"

"Oh... ya! Segera!"

Asahina-san buru-buru menuangkan teh hijau ke dalam cangkir yang sudah bertanda "Haruhi" dengan spidol, dan membawanya dengan baki.

Haruhi menerima cangkir teh dan meniup uapnya dan menyeruput tehnya. Dia lalu bicara seperti guru merangkai bunga yang mencaci muridnya karena belum cukup tekun, "Mikuru-chan, aku ingat pernah nyuruh kamu sebelumnya. Udah lupa ya?"

"Hah?" Asahina-san memegang bakinya dengan gentar. "A...apa itu?"

Dia memiringkan kepalanya seperti burung Gelatik Jawa yang sedang mengenang rasa biji-bijian yang dia makan kemarin.

Haruhi menaruh cangkirnya di meja.

"Pas ngebawain teh, kamu perlu secara ga sengaja numpahin cangkir teh sekali tiap tiga kali! Kamu sama sekali ga keliatan kayak maid ceroboh deh!"

Haruhi: "Pas ngebawain teh, kamu perlu secara ga sengaja numpahin cangkir teh sekali tiap tiga kali! Kamu sama sekali ga keliatan kayak maid ceroboh deh!"

"Ah, emm......m...maaf."

Asahina-san mengangkat bahu kecilnya. Ini pertama kalinya gue ngedenger aturan macam begitu; emangnya nih cewek benar-benar percaya kalo maid itu mestinya ceroboh?

"Kamu punya kesempatan sekarang. Mikuru-chan, pake Kyon buat latihan. Pas ngebawain teh, pastiin kamu numpahin teh keatas kepalanya."

"Hah?"

Kata Asahina-san lalu melihat padaku. Aku ingin sekali mengebor kepala Haruhi dan mengganti isinya. Sayangnya, aku takkan menemukan apa-apa di dalamnya dan hanya bisa mengeluh.

"Asahina-san, cuma orang yang otaknya rusak aja bisa mikirin sesuatu kayak yang Haruhi omongin barusan."

Jadi lanjutkan kerja baiknya! ingin kutambahkan itu, tapi kuputuskan tidak jadi akhirnya.

Haruhi dengar dan memutar matanya.

"Si idiot yang disana, aku ga becanda! Aku selalu serius."

Berarti lebih parah lagi tuh; loe kali butuh CT scan. Lagian, gue mikir nih kalo marah ke elo gara-gara manggil gue idiot apa berarti gue kurang rasa humor?

"Udahlah, biar aku demonstrasiin aja. Ntar kamu ikutin apa yang kulakuin, Mikuru-chan."

Haruhi lompat dari kursi baja dan menyambar baki dari si gagap Asahina-san. Dia lalu mengangkat teko teh dan mulai menuang teh ke dalam cangkir yang bertuliskan namaku.

Selagi aku menonton adegan ini tersingkap dengan hening terpana, Haruhi dengan kasar menaruh cangkir di baki, memercikkan teh kemana-mana, lalu menatap ke tempat aku duduk dan mengangguk untuk menandakan dia mau mendatangiku. Segera kuambil cangkirnya.

"Hei! Jangan ganggu ah!"

Maksud loe apa jangan ganggu ah? Orang yang dengan senang hati duduk dan nunggu seseorang numpahin teh panas keatas kepala mereka ya cuman orang yang terlalu baik ato lagi nyoba nipu perusahaan asuransi.

Dan jadinya aku berdiri dan meminum teh hijau yang Haruhi buatkan untukku sambil berpikir sendiri: kenapa ya walaupun mereka bikin teh dengan daun teh yang sama, teh Asahina-san rasanya beda banget dari buatan Haruhi? Jawaban sudah jelas, bahkan tanpa dipikir. Perbedaannya yaitu bumbu yang disebut "cinta". Kalo Asahina-san itu mawar putih yang mekar di alam liar, maka Haruhi itu mawar jenis spesial yang bahkan ga mekar dan penuh duri; bahkan mungkin ga ada bijinya.

Haruhi memandangku dengan teguran selagi kuminum tehku.

"Huh."

Dia mengibas keras rambutnya dan kembali ke kursinya. Pandangan di wajahnya tampak seolah-olah dia baru saja menelan jamu pahit.

Asahina-san mendesah lega dan kembali ke mode melayani seperti biasa, menuang teh ke cangkir Nagato dan menaruhnya di depan si cewek yang sedang membaca.

Nagato tak bergerak, menjaga kepalanya terpancang pada buku hardcover. Kau harusnya nyoba ngekspresiin semacam rasa terima kasih kek! Kalo Taniguchi, dia mungkin mau aja nunggu tiga hari sebelum minum teh Asahina-san.

"......"

Nagato mengibas halaman tanpa mengangkat kepalanya. Karena dia biasanya begitu, Asahina-san tak terlalu keberatan dan pergi menyiapkan tehnya sendiri.

Saat ini, anggota kelima datang, walau takkan ada yang begitu keberatan kalau dia tidak datang.

"Maaf, saya tertunda, karena rapat kelas kami ternyata lebih lama dari yang diduga."

Menyingkap senyum mempesona tak berbahayanya dan berdiri dekat pintu adalah Koizumi Itsuki, siswa pindahan misteriusnya Haruhi. Wajah tampannya, yang takkan kukenalkan pada pacarku seandainya aku punya, membawa senyum seperti biasa.

"Tampaknya sayalah yang terakhir datang. Jikalau rapatnya tertunda dikarenakan saya, saya mohon maaf dengan tulus hati. Mungkin akan lebih baik apabila kita makan dulu?"

Rapat? Rapat apaan? Gue ga tau ada rapat.

"Gue beneran lupa soal itu kalo loe ga bilang."

Melihat ke bawah meja, Haruhi berkata padaku, "Aku udah ngasih tau ke semua pas istirahat makan siang. Kupikir toh aku bisa ngasih tau kamu kapan aja."

Loe punya waktu buat pergi ke kelas lain, tapi loe ga mau repot ngasih tau gue, yang kebetulan duduk tepat di depan loe di kelas yang sama?

"Emangnya penting? Toh sama aja. Masalahnya bukan kapan nerima pesannya, tapi lagi ngapain sekarang."

Itulah caranya membalikkan masalah. Tak masalah Haruhi bilang apa, aku takkan pernah merasa lebih baik. Semua orang tahu itu sekarang.

"Yang lebih penting lagi, perlu ngediskusiin apa yang perlu dilakuin segera!"

Plis deh! Bedain dong mana sekarang mana segera! Loe bahkan ga spesifik siapa yang loe maksud.

"Kita semua lah tentunya! Abisnya ini kegiatan Brigade SOS."

Kegiatan apa?

"Bukannya aku baru bilang? Kapan lagi kita bisa ngadain kegiatan selain pas festival sekolah?"

Kalo gitu ini bukan kegiatan brigade, tapi kegiatan sekolah. Kalau loe pengen banget bikin festival sekolah jadi lebih hidup, maka loe harusnya daftar jadi panitia festival aja. Terus loe bakalan punya banyak kerjaan kasar buat diurus.

"Ga bakalan bermaknanya sama sekali. Yang kita butuhin itu kegiatan bergaya Brigade SOS! Kita udah kerja keras ngembangin brigade sampe ke keadaan sekarang! Ga ada orang di sekolah yang ga tahu siapa kita! Kamu ngerti ga sih?"

Emang apaan gitu kegiatan bergaya Brigade SOS? Mengingat kembali kegiatan-kegiatan yang Brigade SOS telah adakan selama enam bulan ke belakang, tiba-tiba aku merasa melankolis.

Loe cuman ngomong apa aja yang tiba-tiba muncul di pikiran loe, gampang sih buat loe, tapi loe tau ga sih segimana menderitanya gue dan Asahina-san selama enam bulan ini? Si Koizumi cuman bisa senyum kayak orang idiot, sedangkan Nagato ga ngasih banyak bantuan, seharusnya loe tuh lebih perhatian dong sama orang kayak gue ini, yang selalu di samping loe terus. Oh, dan Asahina-san mungkin ga normal juga, tapi karena dia manis banget, ga masalah buat gue. Karena semua yang perlu dia lakukan ya cuman berdiri aja di situ dan biarin mata gue nikmatin pemandangan dan membelai lahan tandus di hati daku.

"Kita perlu berbuat sesuatu yang cocok sama harapan orang-orang."

Gumam Haruhi, kelihatan tak senang. Omong-omong, emangnya siapa coba yang ngarepin sesuatu dari Brigade SOS? Nah itu baru pantas buat survei! Brigade SOS bahkan belum berkembang, jumlah anggotanya masih segitu aja, apalagi dipromosi jadi Asosiasi. Jadi mendingan mempertahankan status quo, tapi cepat atau lambat, Kereta Ekspres Haruhi bakalan keluar rel suatu hari. Cuman ada lima penumpang di kereta ini, paling engga cari gih pengganti buat gue. Ato barangkali kasih aja gue gaji per jam, 100 yen pun bisa-bisa aja.

Haruhi menghabiskan tiga puluh detik menghabiskan secangkir tehnya, lalu minta Asahina-san untuk cangkir kedua.

"Kamu gimana, Mikuru-chan? Punya rencana?"

"Mmm...... Maksudmu kelas kami......kami rencananya jualan mi dan teh......"

"Mikuru-chan barangkali jadi pelayan, kan?"

Asahina-san membelalak.

"Kok tau? Tadinya saya pengen masak, tapi semuanya pengen saya......"

Mata Haruhi sekarang terlihat tertarik, semacam mata licik yang tak berniat baik. Pandangannya melayang ke arah rak baju, membuatnya jelas kalau dia sedang berpikir bahwa dia belum mendandani Asahina-san sebagai pelayan.

Ekspresi Haruhi kini penuh akan pemikiran.

"Kelas Koizumi-kun gimana?"

Koizumi mengangkat alisnya.

"Kami putuskan untuk mementaskan drama, tapi para pendapat di kelas terpecah. Beberapa ingin naskah original, sementara yang lain ingin drama klasik. Festival sekolah makin dekat tapi kami masih berdebat sengit akan hal itu. Akan agak lama sebelum sesuatunya bisa diputuskan."

Ah, kelas yang hidup jauh lebih baik, walau bisa nyusahin sih.

"Hmm."

Mata Haruhi kini beralih pada anggota pendiam yang tersisa.

"Yuki gimana?"

Si alien yang cinta membaca kini mengangkat kepalanya seperti luak yang merasakan hujan.

"Ramalan."

Tanggapannya tanpa emosi apapun seperti biasa.

"Ramalan?"

Aku kini menyela dan bertanya.

"Ya."

Nagato, yang wajahnya bahkan tak terlihat sedang bernafas, menganggukkan kepalanya.

"Kamu yang tanggungjawab ngeramal?"

"Ya."

Dapat kubayangkan Nagato pakai topi runcing hitam, jubah hitam dan bawa-bawa bola kristal, tapi lalu kubayangkan adegan dimana dia meramalkan pasangan, "Kalian berdua akan putus dalam lima puluh delapan hari tiga jam lima menit."

Bisa ga sih kamu ngeboong yang lebih bagus gitu? Apakah Nagato bisa meramal masa depan adalah misteri lain yang tak bisa kuketahui.

Kelas Asahina-san buka warung, Koizumi main drama, sedangkan kelas Nagato ngeramal? Kenapa kegiatan kelas-kelas lain kedengarannya jauh lebih seru daripada kegiatan survei kelas kita? Oh iya, menurut loe gimana? Gimana kalo kita gabungin aja semua dan ngadain pementasan drama ramalan pesta teh?

"Cukup omongan idiotnya, rapat dimulai sekarang."

Pendapatku sebelumnya ditendang kasar oleh Haruhi, yang berjalan ke whiteboard. Dia menarik tongkat penunjuk sampai sepanjang antena radio dan menderanya pada whiteboard.

Ga ada tulisannya itu, loe pengen gue liat apaan?

"Bentar lagi bakalan ada tulisan. Mikuru-chan, tanggungjawabmu nyatet. Catat hati-hati segala omonganku."

Kapan Asahina-san jadi sekretaris? Aku khawatir tiada yang tahu, karena Haruhi baru saja memutuskannya barusan.

Asahina-san, gadis teh dan sekretaris, mengambil spidol dan duduk dekat whiteboard, menatap wajah Haruhi.

Haruhi berkata dengan nada semangat, "Brigade SOS akan bikin film!"



Benar-benar ga ngerti gue cara kerja otak Haruhi. Emang ga beneran penting sih, dia emang selalu kayak gitu. Tapi kalo gitu ini bukan rapat, tapi malahan kesempatan buat mamerin ide-ide dia sendiri.

"Bukankah selama ini memang selalu begitu?" kata Koizumi pelan-pelan padaku, tersenyum begitu ganteng sampai-sampai orang ingin menggambarnya. Koizumi dengan elegan membuka mulutnya, "Suzumiya-san mungkin sudah tahu apa yang dia ingin lakukan sejak awal, jadi saya kira tak banyak untuk didiskusikan. Apakah anda mengatakan padanya sesuatu yang tak seharusnya anda katakan?"

Gue ga ingat cerita-cerita soal film hari ini. Kali dia nonton film jelek kelas C tadi malam dan ngerasa terlalu ngebosenin dan sekarang dia nyari jalan buat ngelampiasin frustasinya?

Namun Haruhi yakin pidatonya telah menggugah seluruh hadirin dan terlihat amat semangat, "Kuyakin kalian semua punya pertanyaan sekarang?"

Gue cuman punya pertanyaan soal cara kerja otak loe.

"Pas sinetron tamat, mereka biasanya ngakhirinnya dengan pemeran utamanya sekarat, tapi bukannya ga wajar banget tuh? Kenapa dia bakalan mati tepat di endingnya? Ga masuk akal, jadi aku benci cerita-cerita dimana ada orang mati di endingnya. Aku ga bakalan pernah bikin film kayak gitu!"

Kita ngomongin film atau sinetron?

"Bukannya tadi baru kubilang kita mau bikin film? Bahkan kuping patung haniwa aja lebih gede dari kupingmu. Pergi sana dan hapalin tiap kata yang baru aja kukatakan."

Mendingan gue ngapalin nama-nama stasiun jalur kereta terdekat daripada ngapalin retorika busuk elo.

Asahina-san, yang tidak kelihatan dia sebenarnya anggota Klub Kaligrafi, dengan elegan menuliskan kata-kata "Film Rilis" di whiteboard, Haruhi menganggukkan kepalanya puas.

"Itu aja, kau ngerti sekarang?"

Haruhi berbicara seperti peramal cuaca dengan ceria memperkirakan hujan monsun akan segera berhenti.

"Apanya?"

Tanyaku, yang memang wajar tentu saja. Aku hanya mengerti "Film Rilis". Dimana dia niat nyari studio film buat ngebiayain filmnya? Jangan-jangan dia udah nemu studio?

Namun pupil gelap Haruhi berkilauan selagi dia tersenyum cerah,

"Kyon, kepintaran kamu udah merosot ya? Tentu aja kita akan bikin filmnya. Filmnya bakalan digelar di festival sekolah, dengan judul 'Brigade SOS Mempersembahkan' di awalnya."

"Kapan kita jadi Kelompok Riset Film?"

"Kamu ngoceh apa sih? Ini akan selalu jadi Brigade SOS! Aku ga ingat ada Kelompok Riset Film di sini-sini."

Haruhi tanpa perasaan mengatakan sesuatu yang mungkin akan bikin jengkel anak-anak Kelompok Riset Film kalau mereka mendengarnya.

"Ini sudah diputuskan dari dulu! Ga ada peninjauan kembali! Naik banding akan ditolak!"

Karena pimpinan juri Brigade SOS berkata demikian, kukira tak bisa digulingkan? Emangnya siapa sih yang ngedorong Haruhi ke tahta komandan Brigade SOS? Engga, tunggu bentar, coba pikir, dia sendiri yang ngeklaim tahta buat dirinya sendiri. Tak peduli di dunia apapun kau berada, selalu orang-orang ribut dan berlagak hebat yang punya ego terus membumbung. Berkat ini, orang-orang seperti aku dan Asahina-san, yang cenderung ikut arus, akan selalu merasa bingung. Inilah konflik dalam realitas yang kejam dan dingin; ini juga kebenaran.

Selagi benakku menggali-gali ke dalam pertanyaan filosofis tentang apa yang dianggap sebagai sebuah masyarakat ideal......

"Jadi begitu toh," kata Koizumi, seolah-olah dia mengerti segalanya. Dia membagi rata senyumnya antara aku dan Haruhi dan berkata, "Saya mengerti sekarang."

Hei, Koizumi, jangan secara anggun begitu aja nerima bom yang Haruhi baru jatuhin! Bukannya loe punya pendapat sendiri soal ini?

Dengan jarinya Koizumi mengibas belahan rambutnya dengan ringan, "Dari apa yang saya lihat, kita mau membuat film buatan sendiri untuk menarik pengunjung agar mau datang menontonnya. Betulkah begitu?"

"Tepat!"

Haruhi mendera "antena"nya pada whiteboard.

Asahina-san bergidik, namun masih mengambil keberanian dan berkata, "Tapi......kenapa mutusin bikin film?"

"Tadi malam, aku ga bisa tidur," Haruhi membawa antena ke depan matanya dan mengayunkannya seperti wiper kaca depan mobil, "jadi kunyalakan TV dan ujung-ujungnya nonton film aneh. Awalnya aku ga tertarik, tapi karena ga ada kerjaan, kuputusin nyoba nonton."

Tepat kayak dugaan gue.

"Film boring banget, saking ngeboseninnya aku pengen bikin telepon internasional iseng ke rumah sutradaranya; makanya aku dapat ide ini."

Ujung tongkat penunjuk menunjuk pada wajah mungil Asahina-san.

"Kalau film macam begitu bisa ada, maka aku pasti bisa bikin yang lebih bagus!" Haruhi membusungkan dadanya dengan percaya diri dan berkata, "Makanya aku pengen coba, kamu keberatan?"

Asahina-san kuat-kuat menggelengkan kepalanya seakan-akan ketakutan. Kalaupun dia memang punya pendapat, Asahina-san kemungkinan takkan bilang apa-apa, sementara Koizumi adalah pak angguk yang mengangguk-angguk, dan Nagato toh tak pernah ngomong, jadi satu-satunya orang yang bilang sesuatu selalu aku.

"Loe kayaknya bertekad jadi sutradara dan produser film, itu sih oke buat kami, itu pilihan loe dan loe bisa kejar tuh impian semau loe. Itu berarti kami sekarang bisa duluan dan ngejar mimpi kami juga."

"Aku ga ngerti maksudmu apa."

Haruhi memajukan bibirnya keluar seperti bebek. Dengan sabar kujelaskan analisis detailku padanya.

"Loe bilang loe pengen bikin film, tapi kami ga pernah bilang apa-apa soal itu. Gimana kalo kami ga suka usul ini? Film ga bisa dibuat cuman dengan sutradara aja lho."

"Tenang, aku udah dapat skenarionya."

"Bukan, bukan itu maksud gue......"

"Ga ada yang perlu dikuatirin. Kau lakuin aja apa yang kusuruh, jadi jangan kuatir."

Gue kuatir banget.

"Biar aku yang bikin perencanaan, akan kuurus semuanya."

Gue bahkan lebih kuatir lagi sekarang.

"Uhh, kamu ngegemesin deh! Aku bakalan maju terus dengan apa yang kubilang bakal perbuat. Targetnya dapat peringkat pertama di polling kegiatan festival sekolah! Kali aja, orang-orang idiot dungu di OSIS mungkin akhirnya ngakuin Brigade SOS sebagai klub resmi......Engga! Aku bakalan bikin mereka ngakuin kita. Untuk mencapai tujuan ini, kita mesti bawa opini publik ke pihak kita dulu!"

Opini publik dan hasil polling ga selalu berbanding lurus satu sama lain, lho.

Aku berusaha melawan,

"Biaya produksi gimana?"

"Kalau kamu ngomong soal anggaran, kita punya kok."

Mana? Gue ga yakin OSIS bakalan ngasih anggaran ke organisasi bawah tanah ini yang beraktivitas secara terbuka.

"Bukannya Klub Sastra dikasih anggaran juga?"

"Itu anggaran milik Klub Sastra! Loe ga bisa pake itu!"

"Tapi Yuki bilang OK kok."

Duh ileh. Kupandang wajah Nagato, sementara Nagato dalam gerak lambat mengangkat kepalanya untuk menatapku, lalu tanpa berkata apa-apa, perlahan kembali membaca bukunya.

Bukannya bakalan ada orang yang ingin masuk Klub Sastra? Gue ga niat nanyain ini, karena mungkin aja Nagato sengaja ngatur biar Klub Sastra ada di jurang pembubaran. Dia kayaknya udah tau apa yang Haruhi rencanain; bakalan sayang banget kalo ada orang lain mau gabung dengan Klub Sastra sekarang. Gue pengen banget ada orang yang ngambil alih Klub Sastra dari cengkeraman Haruhi.

Haruhi tak menyadari apa yang kupikirkan, mengayun-ayunkan antenanya girang, "Semuanya ngerti sekarang? Anggap kegiatan ini lebih penting dari kegiatan kelas kalian! Kalo ada yang berselisih pendapat, mereka bisa bilang ke aku abis festival sekolah, OK? Perintah sutradara adalah mutlak!"

Deklarasi Haruhi dengan penuh gairah, seperti beruang grizzly di kebun binatang yang sedang berpegangan pada es batu waktu musim panas. Lingkungan sekitar tak lagi penting baginya.

Pertamanya dia komandan brigade, sekarang dia pengen jadi sutradara? Jalur karir mana sih yang dia niat masukin? ......Dan jangan bilang loe pengen jadi Tuhan.

"Hari ini sekian! Abisnya aku perlu mikirin gimana milihin peran dan kru serta nyari sponsor. Ada banyak hal yang diperlukan dalam pembuatan film."

Gue ga yakin bikin film itu perlu apa aja, tapi apa sih yang dia rencanain? Sponsor?

Bluk!

Bunyi keras bergaung ke sekeliling ruangan. Aku menoleh dan mendapati Nagato menutup bukunya. Bunyi itu kini sudah jadi aba-aba tak resmi bagi Brigade SOS untuk mengakhiri urusan hari ini.

"Kita diskusiin rinciannya besok!"

Dengan meninggalkan kalimat ini, Haruhi melesat dari ruangan bagai kucing mendengar suara kaleng makanan kucing yang sedang dibuka. Kayaknya ga ada lagi sisa rincian buat dijelasin.

"Tapi bukankah tidak apa-apa?"

Satu-satunya orang yang akan berkata begitu pastilah Koizumi.

"Asalkan bukan berburu alien untuk pertunjukan sirkus ganjil, atau menembak jatuh UFO dan memamerkan bagian dalamnya, maka saya lega."

Dimana gue dengar ini sebelumnya ya?

Si esper yang tersenyum menutup mulutnya dan tertawa.

"Lagipula, saya agak tertarik pada film apa yang Suzumiya-san sedang buat, saya rasa sedikit-banyak saya dapat membayangkan apa yang ada di pikirannya."

Koizumi melirik Asahina-san, yang sedang mencuci cangkir teh.

"Ini bisa jadi festival sekolah yang menarik, akan asyik."

Terpengaruh oleh Koizumi, mataku juga berputar ke arah Asahina-san. Tepat saat kami sedang menatap tutup kepalanya bergoncang bersama rambutnya......

"Ah! Ka... kalian lagi liat apa?"

Menyadari dua cowok berpikiran jorok menatapnya, Asahina-san berhenti apa yang sedang dilakukannya dan merona hebat.

Kujawab dalam hati,

Oh engga, bukan apa-apa kok. Aku cuman mikir, kostum apa yang bakalan Haruhi bawa kali ini ya?

Bersiap-siap pulang......atau malahan, hanya menaruh bukunya ke dalam tasnya, Nagato berdiri dalam diam dan menuju pintu. Apa Nagato sedang baca buku tentang ramalan ya? Habisnya bukunya ditulis dengan bahasa asing yang ga gue ngerti.

"Tapi......" Gumamku.

Film......toh?

Sejujurnya, aku sedikit tertarik juga, tentu saja ketertarikanku tidak sedalam Koizumi, mungkin hanya sedalam plankton laut itu yang hidup di landas kontinen.

Barangkali gue seharusnya nanti-nantiin itu kali ya?

Habisnya ga ada orang lain sih yang ngarepin apapun dari itu.



Gue tarik balik semua yang baru gue omongin, gue ga nanti-nantiin apapun.

Karena sehabis sekolah esoknya, aku sudah menderita.


  - Dipersembahkan oleh: Brigade SOS
  - Produser Eksekutif / Sutradara / Penulis Skenario: Suzumiya Haruhi
  - Pemeran Utama Wanita: Asahina Mikuru
  - Pemeran Utama Pria: Koizumi Itsuki
  - Pemeran Pembantu: Nagato Yuki
  - Asisten Sutradara / Sinematografi / Penyunting / Peralatan / Pengumpul Informasi / Kerjaan Kasar Lainnya: Kyon


Waktu kulihat apa yang tertulis di buku catatan itu, aku hanya berpikir satu hal.

"Jadi gue sebenarnya ngapain?"

"Apa yang ketulis disitu lah, tentunya."

Seperti tongkat penunjuk orkestra, Haruhi mengayunkan tongkat penunjuknya.

"Kamu staf belakang layar, kayak yang di pembagian peran dan kru udah jelasin aja. Kita punya pemeran yang mantap, kan?"

"Sa...saya pemeran utamanya?"

Tanya Asahina-san dengan suara yang lembut. Hari ini dia mengenakan seragam sekolah yang biasanya alih-alih kostum maid, karena Haruhi bilang dia tak perlu ganti kostum. Nampaknya Haruhi akan membawa Asahina-san ke suatu tempat hari ini.

"Kalo bisa, bisa ga aku cuman meranin peran kecil......"

Asahina-san memohon pada Haruhi dengan tatapan sedih.

"Engga," jawab Haruhi. "Aku akan bikin Mikuru-chan jadi terkenal, lagian, kamu kan kayak merek dagang resmi brigade kita. Yang perlu kau lakukan cuman latihan bikin tanda tangan aja. Abisnya ntar pas premier film, para fans bakalan ngantri demi tanda tangan kamu."

Premier film? Emangnya dimana dia niat ngadain acara begituan?

Asahina-san tak kelihatan terlalu nyaman dengan ini.

"......Tapi saya ga bisa akting."

"Jangan kuatir, tak bimbing kamu dengan baik."

Asahina-san mengangkat kepalanya dengan ragu campur takut dan menatapku, dan dengan sedih menurunkan alis matanya.

Hanya ada kami bertiga disini sekarang. Karena Nagato dan Koizumi sedang ada rapat buat kegiatan festival kelas mereka, mereka akan telat hari ini. Tak pernah kepikiran olehku akan ada orang yang mau tetap di sekolah untuk menyiapkan hal begini; maksudku, yang perlu mereka lakukan hanyalah duduk disana dan biarkan semuanya lewat. Takjub aku ada beberapa orang yang serius soal itu.

"Ngomong-ngomong, Yuki dan Koizumi-kun ga serius soal ini," kata Haruhi merasa kesal. Tidak tahu bagaimana melampiaskan amarahnya, Haruhi mengacungkan telunjuknya padaku, "Jelas-jelas udah kubilang kalo kegiatan ini prioritasnya lebih tinggi dari yang lain. Tapi mereka milih telat biar mereka bisa ikut kegiatan kelas mereka. Aku beneran harus ngasih mereka peringatan."

Mungkin Nagato dan Koizumi-kun punya rasa memiliki yang lebih besar terhadap kelas mereka daripada Haruhi dan aku. Dari perspektif tertentu, sebetulnya lebih aneh kami bertiga yang ada disini disaat ini.

Tiba-tiba aku kepikiran sesuatu.

"Asahina-san, bukannya kamu harus ikut rapat kelasmu?"

"Mm, saya di bagian yang tanggungjawabnya cuman melayani pelanggan, jadi sisanya tinggal ngerancang kostum. Saya masih belum tau kostum apa yang bakalan kupakai, tapi saya nantiinnya."

Asahina-san tersipu dan tersenyum. Sepertinya dia sudah terbiasa bercosplay sekarang. Daripada main-main dengan Brigade SOS dan dipaksa memakai segala macam kostum tak jelas tanpa alasan yang jelas pula, bukankah lebih baik baginya untuk memakai sesuatu yang pas untuk acara yang tepat? Adalah amat normal pelayan muncul di warung mi, jauh lebih normal daripada maid di ruang Klub Sastra.

Aku tak pernah tahu bagaimana caranya Haruhi berhasil memasukkan hal itu dalam topik pembicaraan.

"Jadi, Mikuru-chan, kamu pengen dandan jadi pelayan ya? Kenapa kamu ga bilang? Itu bikin masalahnya jadi gampang, aku akan cariin kostum buat kamu."

Gue ga terlalu keberatan kalo loe bikin semacam komentar jenaka ini, tapi loe mikir ga sih kalo ga pantes orang-orang di ruang Klub Sastra pake segala macam kostum selain seragam mereka? Bahkan kostum perawat yang sebelumnya aja patut dipertanyakan, kalo dia harus pake kostum, gue masih ngira kostum maid yang paling bagus......Apa ini fetish gue sendiri ya?

"Oh, oke."

Haruhi menoleh ke arahku,

"Kyon, kau tau apa hal yang paling penting waktu bikin film?"

Hmm......Yah, aku berusaha mengingat-ingat tiap adegan film yang berhasil menggugahku dan patut dijadikan referensi. Ketika aku selesai berpikir, dengan percaya diri kujawab,

"Inovasi dan semangat?"

"Bukan hal abstrak macam begitu!"

Haruhi menolak pemikiranku.

"Kamera lah, tentunya! Gimana kita syuting film tanpa salah satunya?"

Loe mungkin benar, tapi gue lagi ga ngomong soal sesuatu yang pragmatis...... Lupain aja, kayak gue punya banyak ide-ide inovatif ato semangat aja buat bikin film dan teori film, jadi gue ga bakalan berdebat.

"Udah diputusin."

Haruhi memendekkan tongkat penunjuknya dan melemparnya ke meja komandan.

"Kita sekarang akan pergi dapetin kamera."

Srek! Suara kursi terdorong ke belakang bisa didengar. Aku menoleh dan melihat wajah Asahina-san jadi pucat. Tak bisa menyalahkannya; lagipula, Haruhi secara biadab pernah menjarah komputer yang ada di ruangan ini dari Kelompok Riset Komputer, menggunakan Asahina-san yang malang sebagai tumbal.

Rambut coklat Asahina-san bergetar, dia dengan perlahan membuka bibir sakuranya dan berkata,

"Mm...mmm......Su...Suzumiya-san, saya baru aja ingat, saya harus balik ke ruang kelas."

"Diam."

Haruhi memasang ekspresi yang mengerikan. Asahina-san bergidik dan dengan seketika duduk kembali ke kursi merasa letih. Haruhi kemudian tersenyum ramah.

"Jangan kuatir."

Cuman karena loe bilang "jangan kuatir" ga menjamin sesuatu yang pantas dikuatirin ga bakalan kejadian.

"Kali ini aku ga bakalan pake tubuh Mikuru-chan jadi persembahan, aku cuman butuh bantuanmu kali ini."

Asahina-san menatapku dengan mata sesedih anak sapi yang sedang dikirimkan dengan truk ke rumah jagal. Tanpa teriak keras-keras, aku berkata pada Haruhi,

"Paling engga kasih tau kami loe pengen kami bantuin apaan! Atau Asahina-san dan gue ga bakalan ninggalin tempat ini."

Ekspresi Haruhi terbaca, "Kenapa sih orang dua ini?"

Katanya, "Aku mau nyari sponsor, lebih gampang ngasih kesan kalo aku bawa serta pemeran utama wanitanya, kan? Kamu juga ikut! Karena kamu harus bawa-bawa peralatan."


Balik ke Prolog Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Bab 2