Difference between revisions of "Suzumiya Haruhi ~ Indonesian Version:Jilid1 Bab04"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
m (perbaikan link)
(telah disunting oleh obakasan)
Line 1: Line 1:
  +
'''Bab 4'''
Hal konyol apa pula ini!? Meminta kami untuk bertemu jam sembilan pagi di akhir minggu! Walau begitu, tapi, aku tetap mengayuh sepedaku dengan keras menuju ke stasiun. Aku benar-benar menyedihkan!
 
   
Terletak di tengah kota, Stasiun Kitaguchi berfungsi sebagai jalan kereta penghubung, dan setiap akhir minggu, alun-alun di depan stasiun penuh dengan pemuda yang melihat-lihat. Selain dari pergi ke kota yang lebih besar, di sini tidak terlalu banyak yang bisa dilakukan selain pergi ke mal dekat stasiun. Hal ini selalu mengejutkanku bagaimana orang masih bisa hidup normal di kota ini walau sedikit yang bisa dilakukan.
 
   
Menaruh sepedaku sembarangan di dekat gerbang masuk bank yang tertutup, aku berlari menuju gerbang putar di utara pintu masuk stasiun. Masih ada lima menit lagi sebelum jam sembilan, tetapi yang lainnya sudah datang terlebih dahulu.
 
   
  +
Haruhi membalikkan kepalanya dan berkata.
 
  +
  +
Lelucon apaan nih!? Minta-minta ketemuan jam sembilan pagi pas akhir pekan! Walaupun begitu, tapinya, gue tetap aja ngayuh keras sepeda gue ke stasiun. Gue ga ada harapan banget deh!
  +
  +
Terletak di tengah kota, Stasiun Kitaguchi berfungsi sebagai penghubung penting rel kereta, dan setiap akhir pekan, alun-alun depan stasiun penuh sesak dengan para muda-mudi yang melihat-lihat. Selain pergi ke kota yang lebih besar, tak terlalu banyak yang bisa dilakukan di kota ini selain pergi ke mal dekat stasiun. Selalu memukauku bagaimana orang-orang bisa hidup normal di kota ini dengan begitu sedikit yang bisa dilakukan.
  +
  +
Menaruh sembarangan sepedaku di dekat pintu masuk bank yang tertutup, aku berlari ke pintu putar di gerbang utara stasiun. Masih ada lima menit sebelum jam sembilan, tetapi yang lain sudah pada datang.
  +
  +
Haruhi menolehkan kepalanya dan berkata.
   
 
"Kamu telat! Kamu harus didenda!"
 
"Kamu telat! Kamu harus didenda!"
   
"Tapi kan masih belum jam sembilan."
+
"Tapi kan belum jam sembilan."
   
"Walau kamu tidak datang terlambat, orang terakhir yang datang masih harus dihukum. Itu peraturannya!"
+
"Walau kamu ga datang telat, orang terakhir yang datang masih harus dihukum. Itu aturannya!"
   
"Kok aku tidak pernah tahu tentang peraturan itu?"
+
"Kok bisa gue ga pernah tahu soal aturan itu sebelumnya?"
   
"Karena baru saja kupikirkan!"
+
"Karena baru aja kupikirkan!"
   
Berpakaian T-shirt lengan panjang dan rok denim pendek, Haruhi terlihat sangat gembira.
+
Berpakaian T-shirt lengan panjang dan rok denim pendek, Haruhi terlihat sangat ceria.
   
"Kamu harus mentraktir kita semua minum."
+
"Kamu harus nraktir kita semua minum."
   
Meletakan kedua tangannya di pinggang dengan santai, Haruhi terlihat lebih mudah didekati daripada dia yang biasanya menggerutu terus. Tidak bisa mendebatnya, aku menyetujui perintahnya dengan patuh dan membimbing semuanya ke kafe terdekat.
+
Bertolak pinggang dengan santai, Haruhi terlihat lebih mudah didekati daripada dia yang biasanya cemberut terus. Tak mampu berdebat, dengan patuh kusetujui perintahnya dan membimbing semuanya ke kafe terdekat.
   
Asahina berpakaian dalam gaun one-piece putih tanpa lengan dengan rok sulam biru muda di atasnya. Rambut panjang berombaknya disanggul di belakang kepalanya dengan klip rambut. Setiap kali dia berjalan, rambutnya bergoyang sedikit, membuatnya terlihat imut. Senyumannya memberikan kesan gadis muda terpelajar yang imut. Bahkan tas tangannya terlihat trendi.
+
Asahina-san memakai gaun terusan putih tanpa lengan dengan kaus rajutan biru muda di atasnya. Rambut panjang berombaknya diikat di belakang kepalanya dengan jepit rambut. Setiap kali dia berjalan, rambutnya bergoyang sedikit, membuatnya kelihatan manis. Senyumannya memberikan kesan wanita muda manis berbudaya baik. Bahkan tas tangannya pun kelihatan trendi.
   
Berdiri di sampingku, Koizumi memakai kaus merah muda dengan jaket di atasnya, dan juga mengenakan dasi merah terang, membuatnya terlihat sangat formal. Aku merasa kesal tapi aku harus mengakuinya kalau dia terlihat agak keren, plus dia lebih tinggi dariku.
+
Berdiri di sampingku, Koizumi memakai kemeja pink dengan jaket di atasnya, juga memamerkan dasi merah terang, membuatnya terlihat sangat formal. Aku merasa kesal tapi harus kuakui kalau dia terlihat agak keren, plus dia lebih tinggi dariku.
   
Nagato, seperti biasa, berdiri di belakang mengenakan seragam pelautnya. Walau dia benar-benar melihat dirinya sendiri sebagai anggota Brigade SOS, secara teknis dia masih ikut dengan Klub Literatur. Mendengar dia mengatakan semua hal-hal aneh kepadaku pada malam itu membuatku semakin tertarik dengan ekspresi tenangnya. Di lain pihak, kenapa dia masih mengenakan seragam sekolah bahkan pada akhir minggu?
+
Nagato, seperti biasa, berdiri di belakang mengenakan seragam sailornya. Walaupun dia benar-benar melihat dirinya sendiri sebagai anggota Brigade SOS, secara teknis dia masih anggota Klub Sastra. Mendengarnya mengatakan semua hal-hal aneh kepadaku di malam itu membuatku semakin prihatin dengan ekspresi tenangnya. Omong-omong, kenapa dia masih pakai seragam sekolah bahkan di akhir pekan?
   
Saat Misterus Lima berjalan masuk ke dalam kafe dengan memutarinya dan duduk di kursi masing-masing, seorang pelayan mulai mencatat pesanan kita. Hanya Nagato yang mempelajari menu dengan serius - masih tanpa ekspresi terlihat tentunya - mengambil waktunya untuk memutuskan. Sejujurnya, waktu yang diperlukan dia untuk memutuskan apa yang mau diminum cukup untuk memasak semangkuk ramen!
+
Saat Si Misteri Lima berjalan memasuki kafe dekat bunderan dan duduk di kursi masing-masing, seorang pelayan mulai mencatat pesanan kita. Hanya Nagato yang mempelajari menu dengan serius -- masih tanpa ekspresi terlihat, tentunya -- berlama-lama untuk memutuskan. Sejujurnya, waktu yang diperlukannya untuk memutuskan apa yang mau diminum cukup untuk memasak semangkuk ramen!
   
 
"Teh almond." Katanya pada akhirnya.
 
"Teh almond." Katanya pada akhirnya.
   
Sebenarnya tidak masalah apa yang kamu pesan, karena aku yang membayarnya.
+
Sebenarnya sih ga masalah apa yang kamu pesan, ngomong-ngomong, abisnya kan aku yang bayar.
  +
   
   
Haruhi membuat usul berikut ini:
 
   
   
 
Haruhi membuat usul berikut ini:
 
Haruhi membuat usul berikut ini:
   
Kita akan membentuk dua kelompok. Bila salah satu dari kita menemukan sesuatu yang terlihat misterius, kita akan saling menghubungi masing-masing melalui telepon genggam lalu bertemu kembali untuk mendiskusikan apa yang akan dilakukan selanjutnya. Setelah itu selesai semua, evaluasi<!-- cant find more proper word for debriefing--> akan diadakan untuk membahas dan menyiapkan tindakan selanjutnya.
+
Kami akan dibagi jadi dua kelompok. Bila salah satu dari kami menemukan sesuatu yang terlihat misterius, kami langsung mengontak satu-sama lain dengan HP lalu ketemuan untuk mendiskusikan apa tindakan selanjutnya. Setelah semuanya selesai, tanya-jawab<!-- cant find more proper word for debriefing; debrief tanya-jawab ato wawancara dengan orang yang baru balik dari tugas -- obakasan 25 Nov 2009 --> akan diadakan untuk meninjau dan menyiapkan perkembangan lebih jauh.
   
Itu sudah semuanya.
+
Itu saja.
   
"Sekarang, mari kita menarik undian!"
+
"Sekarang, yuk kita narik undian!"
   
Haruhi mengambil lima buah tusuk gigi dari tempatnya, lalu dengan bolpoin yang dipinjam dari pelayan, dia menandai dua buah tusuk gigi. Dia lalu merapatkan jari-jarinya<!-- novel language, direct translation for this phrase is mengenggam --> di sekeliling tusuk gigi untuk kita ambil.
+
Haruhi mengambil lima tusuk gigi dari tempat tusuk gigi, lalu dengan bolpoin yang dipinjam dari pelayan, dia menandai dua tusuk gigi. Dia lalu membungkuskan jari-jarinya<!-- novel language, direct translation for this phrase is mengenggam; kalo gitu kenapa ga sekalian aja pake kata literalnya, "membungkus" --obakasan 25 Nov 2009 --> ke sekeliling tusuk gigi untuk kita undi.
   
Aku menarik yang ada tandanya; dan begitu pula Asahina yang berkata ketika melihat ke tusuk giginya yang juga ada tanda, "Hmmm, kombinasi yang tidak biasa<!-- 'what' in here is refered to something unusual? -->, huh..."
+
Aku menarik yang ada tandanya; begitu pula Asahina-san, yang berkata sambil melihat ke tusuk gigi bertandanya, "Hmmm, kombinasi yang luar biasa<!-- 'what' in here is refered to something unusual?; bukan. Rasa hebat, keren, luar biasa dll --obakasan 25 Nov 2009 -->, ya..."
   
Untuk suatu alasan, Haruhi menatapku dan Asahina dengan dingin dan lalu berteriak, "Kyon, dengar kamu, ini bukan kencan! Seriuslah, kamu mengerti?"
+
Untuk suatu alasan, Haruhi menatap dingin kepadaku dan Asahina-san, dan lalu menyahut, "Kyon, dengar kamu, ini bukan kencan! Yang serius, kamu ngerti?"
   
"Iya OK!"
+
"OK sudah!"
   
Apakah aku menampakkan pikiranku kepadanya? Meski begitu, ini hebat! Aku menari kegirangan di dalam hati saat aku melihat Asahina melihat tusuk gigi yang bertanda dengan muka bersemu merah. Oh yes!<!-- dont know what is better expression, I(in Indonesian) usually using this too -->
+
Apa gue tadi baru ngeliatin pikiran gue ke dia ya? Apapun itu, ini mantap! Aku menari kegirangan di dalam hati saat aku melihat Asahina-san menatap tusuk gigi bertanda sedang bersemu memerah hebat. Oh yes!<!-- dont know what is better expression, I(in Indonesian) usually using this too; benar cing! --obakasan 25 Nov 2009 -->
   
"Apa yang sebenarnya kita cari-cari?" Koizumi bertanya santai, ketika Nagato meminum tehnya sesuai tata cara.
+
"Apa tepatnya yang kita cari?" Koizumi bertanya santai, sementara Nagato meminum tehnya secara metodis.
   
Menghabiskan tetes terakhir dari es kopinya, Haruhi menyepa rambut di belakang telinganya dengan ringan.
+
Menghabiskan tetes terakhir es kopinya, Haruhi menyibak rambut di belakang telinganya dengan ringan.
   
"Apa saja yang terlihat mencurigakan. Apapun atau siapapun yang terlihat aneh. Juga carilah gerbang yang menuju dimensi lain dan alien yang menyamar sebagai manusia."
+
"Apa aja yang kelihatan mencurigakan. Apapun atau siapapun yang kelihatan aneh. Juga cari gerbang yang menuju dimensi lain dan alien yang nyamar sebagai manusia."
   
Aku hampir menyemburkan teh mint yang sedang kuminum. Anehnya, mengapa Asahina juga memiliki ekspresi yang sama? Tentu saja, Nagato tetap sama seperti biasanya.
+
Hampir kusemburkan teh mint yang sedang kuminum. Aneh, kenapa Asahina-san punya ekspresi yang sama? Tentu aja, Nagato tetap sama seperti biasanya.
   
"Oh begitu." Koizumi berkata.
+
"Oh begitu." Kata Koizumi.
   
Apa kamu yakin kalau kamu benar-benar mengerti?
+
Loe yakin loe beneran ngerti?
   
"Jadi, yang kita perlu lakukan adalah untuk mencari alien, penjelajah waktu dan esper dengan kekuatan supranatural, dan jejak yang mereka tinggalkan di bumi. Aku mengerti sepenuhnya." Kata Koizumi riang.
+
"Jadi, yang kita perlu lakukan adalah mencari alien, penjelajah waktu dan esper dengan kekuatan supranatural, dan jejak yang mereka tinggalkan di bumi. Saya mengerti sepenuhnya." Kata Koizumi riang.
   
"Itu benar! Kamu benar-benar orang yang cepat menangkap, Koizumi! Seperti yang kamu bilang! Kyon, kamu harus belajar darinya!"
+
"Benar! Pintar juga kamu, Koizumi-kun! Seperti yang kamu bilang! Kyon, kamu harus belajar darinya!"
   
Berhenti membuatnya besar kepala! Merasa kesal, aku menatap Koizumi yang hanya tersenyum balik kepadaku dan mengangguk.
+
Berhenti ngasih makan egonya! Merasa kesal, kulihat Koizumi yang hanya tersenyum balik kepadaku dan mengangguk.
   
 
"Baiklah! Ayo jalan!"
 
"Baiklah! Ayo jalan!"
Line 84: Line 90:
   
   
''Ingat, ini bukan kencan! Kalau sampai aku tahu kamu bersenang-senang dengannya, kubunuh kamu! Itulah yang dikatakan Haruhi, yang pergi dengan Koizumi dan Nagato. Kami masing-masing mengarah ke Timur dan Barat. Aku masih tidak mengerti apa yang seharusnya kucari.
 
   
"Apa yang harus kita lakukan?"
 
   
  +
Asahina menatap ke arahku, mendekap tasnya dengan kedua tangannya. Aku ingin pulang tapi tahu kalau itu mustahil. Jadi, aku berpura-pura berpikir sejenak sebelum mengatakan, "Percuma kalau hanya berdiri di sini saja, jadi mari kita berkeliling."
 
  +
''Ingat, ini bukan kencan! Kalau sampai ketahuan kamu senang-senang sama dia, kubunuh kamu!'' Begitulah Haruhi berkata, pergi dengan Koizumi dan Nagato. Kami masing-masing mengarah ke Timur dan Barat. Aku masih tidak mengerti apa yang seharusnya kita cari.
  +
  +
"Kita mesti ngapain ya?"
  +
  +
Asahina-san melihatku, menggenggam tasnya dengan kedua tangannya. Aku ingin pulang tapi tahu kalau itu mustahil. Jadi, aku pura-pura berpikir sejenak sebelum mengatakan, "Percuma cuman berdiri di sini doang, jadi yuk kita keliling-keliling."
   
 
"OK."
 
"OK."
   
Asahina dengan patuh berjalan denganku. Dia sungkan untuk berjalan di sampingku. Setiap kali dia tidak sengaja menabrak bahuku, dia akan tersentak malu-malu. Dia terlihat sangat polos seperti itu. Kami menelusuri jalur sepanjang sungai dan tanpa tujuan ke arah utara. Kalau kami datang sebulan lalu, kami masih bisa menikmati bunga sakura yang mekar, tapi sekarang hanya jalan-jalan di sepanjang sungai biasa.
+
Asahina-san dengan patuh berjalan bersamaku. Dia [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Budaya_Aneh_Orang_Jepang|sungkan saat berjalan di sampingku]]. Setiap kali dia tak sengaja tubrukan dengan bahuku dia akan tersentak mundur malu-malu. Dia terlihat begitu polos seperti itu. Kami menelusuri jalur di pinggir sungai dan tanpa tujuan ke arah utara. Kalau kami datang sebulan lalu, kami masih bisa menikmati bunga sakura yang mekar, tapi sekarang hanya jalan-jalan biasa di sepanjang sungai.
   
Karena ini merupakan tempat populer untuk berjalan-jalan, di sini banyak keluarga dan pasangan yang berjalan. Jika tidak ada yang tahu, mereka akan berpikir kalau kami adalah pasangan muda, dan bukan kelompok yang mencari sesuatu yang misterius.
+
Karena ini tempat populer untuk jalan-jalan, banyak keluarga dan pasangan yang ikutan berjalan. Jika tidak ada yang tahu, mereka akan berpikir kami ini pasangan muda, dan bukan sekelompok yang sedang mencari sesuatu yang misterius.
   
Melihat ke arah sungai, Asahina menggumam pelan sendiri, "Ini pertama kalinya aku mengalami perjalanan seperti ini!"
+
Melihat ke pinggir sungai, Asahina-san bergumam pelan sendiri, "Ini pertama kalinya saya jalan-jalan kayak gini!"
   
  +
"Maksudnya?"
"Apa maksudmu?"
 
   
"...Itu, dengan laki-laki, hanya berdua saja..."
+
"...Itu, dengan cowo, cuma duaan aja..."
   
"Itu benar-benar mengejutkanku. Mungkinkah kamu belum pernah berpergian dengan laki-laki sebelumnya?"
+
"Kaget banget aku. Jangan-jangan kamu belum pernah jalan sama cowo sebelumnya?"
   
 
"Belum..."
 
"Belum..."
   
Aku menghadap ke Asahina yang rambut halusnya terbang oleh angin dan bertanya, "Wow! Tapi di sana banyak laki-laki yang 'menembak'<!-- this is a slang word for confess, I think more proper because kyon is a youngster --> kamu, kan?"
+
Aku menghadap Asahina-san yang rambut lembutnya berkibar ringan oleh angin dan bertanya, "Wow! Tapi bukannya banyak cowo yang nembak<!-- this is a slang word for confess, I think more proper because kyon is a youngster; gw ngilangin kutip satu na --obakasan 26 Nov 2009 --> kamu, kan?"
   
"Um..."
+
"Mm..."
   
Asahina malu-malu menundukan kepalanya. "Tapi, itu tidak bisa berjalan. Aku tidak bisa melibatkan diriku dalam berhubungan dengan siapapun, setidaknya di waktu ini..."
+
Asahina-san malu-malu menundukan kepalanya. "Tapi, itu ga bisa. Saya ga bisa menjalin hubungan dengan siapapun, paling engga jangan sekarang..."
   
Dia terdiam tiba-tiba. Selama aku menunggu dia untuk melanjutkan, tiga pasangan yang bahagia melaluiku.
+
Dia jadi bungkam tiba-tiba. Selama aku menunggu dia melanjutkan, tiga pasangan bahagia melewati.
   
 
"Kyon-kun..."
 
"Kyon-kun..."
   
Aku sedang menghitung jumlah daun yang telah jatuh ke sungai saat Asahina memanggilku.
+
Aku sedang menghitung jumlah dedaunan yang telah jatuh ke sungai saat Asahina-san memanggilku.
   
Asahina melihatku malu-malu, dan lalu, memberanikan dirinya, dia berkata,"Aku punya sesuatu yang ingin kukatakan."
+
Asahina-san melihatku malu-malu bingung, dan lalu, memberanikan diri, dia berkata, "Saya punya sesuatu yang ingin kukatakan."
   
Matanya yang bulat seperti mata rusa menampakan keputusannya yang kuat.
+
Matanya yang bulat, seperti mata rusa menampakan kebulatan tekadnya yang kuat.
   
   
Kami duduk di kursi di antara pohon sakura dan untuk waktu yang lama Asahina tidak berbicara. Dia menundukan kepalanya dan bergumam, "Dari mana aku harus mulai? Aku tidak pandai dalam menjelaskan sesuatu. Mungkin dia tidak akan mempercayaiku."
 
   
Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan mulai berbicara dalam nada yang agak malu-malu. "Aku bukan dari waktu dan jaman ini. Aku orang yang berasal dari masa depan. Aku tidak bisa mengatakan kapan aku sampai di asalku, atau dari bidang temporal yang mana. Aku tidak akan bisa, meskipun aku ingin. Memberitahukan informasi apapun mengenai masa depan dengan siapapun dari masa lalu sangat dilarang - dan oleh karena itu - sebelum aku menaiki mesin waktu aku harus menjalani pengkondisian mental yang ketat. Bila aku bermaksud mengatakan sesuatu yang tidak boleh dikatakan, ingatanku akan informasi tersebut akan disegel."
 
   
Asahina mengambil nafas dalam dan melanjutkan, "Tidak seperti air yang mengalir di sungai, setiap bingkai waktu terbentuk dari bidang datar dua dimensi yang berbeda."
 
   
  +
Kami duduk di kursi taman di antara pepohonan sakura dan untuk waktu yang lama Asahina-san tidak berbicara. Dia menundukan kepalanya dan bergumam, "Darimana saya harus mulai ya? Saya ga pandai ngejelasin sesuatu. Mungkin dia ga bakalan percaya."
"Kamu sudah membingungkanku dari awal."
 
   
  +
Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan mulai berbicara dalam nada yang agak malu-malu. "Saya bukan dari waktu dan jaman ini. Saya orang dari masa depan. Saya ga bisa katakan kapan asal saya, atau dari bidang waktu yang mana. Toh saya ga bakalan bisa, meskipun saya ingin. Ngasih informasi apapun tentang masa depan dengan siapapun dari masa lalu amat dilarang -- dan oleh karena itu -- sebelum saya naik mesin waktu saya harus ngejalanin pengkondisian mental yang ketat. Bila saya berniat bilang sesuatu yang seharusnya ga boleh dikatakan, ingatanku akan informasi tersebut akan disegel."
"Hmmm, bagaimana kalau begini, bayangkan hal tersebut seperti kartun. Saat kita menonton kartun kita melihat karakter di dalamnya bergerak mulus tapi, sebenarnya, mereka semua terbentuk dari sejumlah urutan gambar diam. Mirip dengan itu, waktu juga begitu, versi digital. Tapi jika aku menggunakan urutan gambar sebagai penjelasan mungkin kamu bisa lebih mengerti dengan baik."
 
   
  +
Asahina-san mengambil nafas panjang dan melanjutkan, "Ga kayak air yang mengalir di sungai, tiap bingkai waktu terbentuk dari bidang datar dua dimensi yang berbeda."
"Di antara bingkai waktu yang satu dengan yang lain ada yang disebut garis kesalahan temporal. Mereka benar-benar ada, meski frekuensi garis kesalahan mendekati nol; jadi, tidak ada kebersinambungan antara bingkai waktu yang berbeda. Perjalanan waktu adalah usaha untuk melakukan pergerakan tiga dimensi di antara bidang temporal dua dimensi. Untuk aku yang sudah datang dari masa depan ke bidang temporal ini, itu seperti menambahkan obyek ekstra, digambar ke dalam gambar. Walau aku berusaha mengubah sejarah di jaman ini, hal itu tidak akan berpengaruh ke masa depan, sebab tidak ada kebersinambungan di antara bingkai waktu. Semuanya akan tetap di bidang temporal ini. Itu seperti menambahkan beberapa kata di gambar dari ratusan gambar: cerita keseluruhan tidak akan terpengaruh bukan?"
 
   
  +
"Kamu udah bikin bingung aku dari awal."
"Waktu tidak seperti sungai di sini: setiap momen milik bidang temporal digital. Apa kamu bisa mengikutiku sekarang?"
 
   
  +
"Hmmm, gimana kalau gini, coba bayangin itu tuh kayak kartun. Pas kita nonton kartun kita ngeliat karakternya bergerak mulus tapi, sebenarnya, mereka semua kebentuk dari sejumlah urutan gambar yang diam. Sama halnya, waktu juga begitu, versi digital. Tapi kalo saya pakai urutan [[Suzumiya_Haruhi_%7E_Indonesian_Version:Jilid1_Catatan_dan_Referensi_Penerjemah#Gambar_Diam|gambar diam]] sebagai penggambaran, mungkin kamu bisa lebih ngerti."
Aku ragu apakah akan menaruh tanganku di dahiku, yang kemudian akhirnya kulakukan. Bidang temporal, terdigital. Istilah itu tidak masalah buat ku, tapi, ada apa dengan perjalanan waktu?
 
   
  +
"Di antara satu bingkai waktu dengan yang lainnya ada yang disebut garis retakan temporal. Mereka benar-benar ada lho, meski frekuensi garis retakan mendekati nol; jadi, ga ada kesinambungan antara bingkai waktu yang berbeda. Perjalanan waktu adalah usaha untuk melakukan pergerakan tiga dimensi di antara bidang temporal dua dimensi. Buat saya yang udah datang dari masa depan ke bidang temporal ini, itu kayak nambahin objek ekstra, digambarin ke gambar diam. Kalaupun saya berusaha ngubah sejarah di jaman ini, ga bakalan ngaruh ke masa depan, sebab ga ada kesinambungan di antara bingkai waktu. Semuanya bakalan tetap di bidang temporal ini. Kayak nambahin beberapa kata di satu gambar diam dari ratusan gambar diam: cerita keseluruhannya ga bakalan kepengaruh, kan?"
Asahina melirik sekilas ke jari-jari kaki di sandalnya dan melanjutkan, "biar kukatakan alasan aku datang ke bidang temporal ini..."
 
  +
  +
"Waktu ga kayak sungai disini: setiap momen milik bidang temporal digital tertentu. Kamu ngerti sekarang?"
  +
  +
Aku ragu apakah akan kutaruh tanganku di dahiku, yang kemudian akhirnya kulakukan. Bidang temporal, digital. Istilah ini ga masalah buatku, tapi, ada apa dengan perjalanan waktu?
  +
  +
Asahina-san melirik sekilas ke jari-jari kaki di sandalnya dan melanjutkan, "Biar kukatakan alasan saya datang ke bidang temporal ini..."
   
 
Pasangan dengan anak kecil melewati kami pada saat itu.
 
Pasangan dengan anak kecil melewati kami pada saat itu.
   
"Tiga tahun yang lalu kami mendeteksi terjadinya gempa waktu yang besar. Hmmm, itu seharusnya terjadi sekitar tiga tahun sebelum hari ini, saat Suzumiya-san baru memasuki SLTP. Kami terkejut saat berjalan mundur untuk memeriksanya, karena kamu tidak bisa berjalan lebih lanjut ke masa lalu."
+
"Tiga tahun lalu kami mendeteksi terjadinya gempa waktu yang besar. Hmmm, seharusnya sekitar tiga tahun sebelum hari ini, tepat ketika Suzumiya-san baru masuk SMP. Kami terkejut saat kami melintas mundur buat investigasi, karena kami ga bisa melintas lebih jauh ke masa lalu."
   
Mengapa harus tiga tahun yang lalu lagi?
+
Kenapa mesti tiga tahun yang lalu lagi?
   
"Kami datang ke keputusan kalau di sana ada garis kesalahan temporal yang besar, tapi kami tidak tahu itu hanya muncul pada bingkai waktu tertentu itu saja. Baru ini saja kami mengetahui alasan... maaf, maksudku baru saja untuk jaman aku datang."
+
"Kami menyimpulkan kalo disana ada garis retakan temporal yang amat besar, tapi kami ga tahu kenapa cuman muncul pas bingkai waktu tertentu itu aja. Baru-baru ini aja kami nemu alasan...maaf, maksudku baru-baru aja untuk di jaman saya datang."
   
"...Dan apa alasannya?"
+
"...Dan kenapa tuh?"
   
Penjahatnya nggak mungkin dia kan?
+
Pelakunya ngga mungkin dia, kan?
   
 
"Itu karena Suzumiya-san."
 
"Itu karena Suzumiya-san."
   
Asahina mengucapkan kata yang tidak ingin ku dengar.
+
Asahina-san mengucapkan kata yang tak ingin kudengar.
   
"Dia terletak tepat di tengah dimensi ke-empat. Jangan tanya aku mengapa, karena itu terlarang, jadi aku tidak bisa memberitahumu. Tetapi, kami yakin kalau Suzumiya-san yang telah menghalangi jalur untuk berjalan ke masa lalu."
+
"Dia terletak tepat di tengah-tengah dimensi keempat. Mohon jangan tanya kenapa, karena itu dilarang, jadi saya ga bisa ngasih tau kamu. Namun, kami yakin kalau Suzumiya-sanlah yang udah ngeblok jalur buat ngelintas ke masa lalu."
   
"...Kupikir Haruhi tidak mungkin bisa melakukan hal itu..."
+
"...Kayaknya Haruhi ga bisa ngelakuin itu deh..."
   
"Begitu juga aku. Sejujurnya, ini tidak mungkin manusia normal untuk menganggu bidang temporal. Ini masih misteri yang belum bisa dipecahkan, dan Suzumiya-san sendiri tidak sadar kalau dia adalah sumber dari semua distorsi temporal dan gempa waktu. Aku datang ke sisi Suzumiya-san sehingga aku bisa mengamati dengan dekat semua perubahan baru pada bidang temporal... Aku minta maaf karena tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan hal ini, bilang saja aku yang mengurusi pengamatan."
+
"Tadinya saya kira juga begitu. Jujur aja, mustahil manusia normal ngehalang-halangin bidang-bidang temporal. Ini masih misteri tak terpecahkan, dan Suzumiya-san sendiri ga sadar kalau dia itu sumber dari semua distorsi temporal dan gempa waktu. Saya datang ke sisi Suzumiya-san biar saya bisa ngamatin dari dekat semua perubahan baru di bidang temporal... Maafin saya, saya ga bisa nemuin kata-kata yang tepat buat ngejelasin ini, bilang aja saya ini lagi ngurusin surveillance<!-- tetap bahasa Inggris, nyamain dengan di anime. --obakasan 26 Nov 2009 -->."
   
"....." Aku kehilangkan kata-kata untuk meresponnya.
+
"....." aku terlalu kelu untuk menanggapi.
   
"Kamu tidak mempercayai aku, bukan?"
+
"Kamu ga percaya sama saya, ya?"
   
"Nggak... benar, jadi kenapa kamu bilang semuanya ke aku?"
+
"Ngga...benar, jadi kenapa kamu bilang ini ke aku?"
   
"Karena kamu telah dipilih oleh Suzumiya-san."
+
"Karena kamu udah dipilih sama Suzumiya-san."
   
Asahina berbalik dan menghadap ke arahku.
+
Asahina-san berputar dan menghadapiku.
   
"Aku tidak bisa menjelaskan detailnya. Tapi, kalau aku menebaknya dengan benar, kamu adalah orang yang terpenting bagi Suzumiya-san. Ada alasan untuk setiap perbuatannya."
+
"Saya ga bisa ngejelasin detailnya. Tapi, kalo saya nebaknya benar, kamu itu orang sangat penting bagi Suzumiya-san. Ada alasannya untuk setiap perbuatannya."
   
  +
<!-- sampe sini, si Kyon masih~ juga pake "san" ke Nagato, lol --obakasan 26 Nov 2009 -->
"Jadi Nagato-san dan Koizumi adalah..."
 
  +
"Jadi Nagato-san dan Koizumi..."
   
"Mereka mirip dengan ku, tapi Suzumiya-san masih tidak sadar kalau dialah yang mengumpulkan kami ke sisinya."
+
"Mereka mirip denganku, tapi Suzumiya-san masih ga sadar kalau dialah yang ngumpulin kami ke sisinya."
   
"Jadi kamu tahu apa mereka itu?"
+
"Jadi kamu tahu mereka itu apa?"
   
"Itu informasi khusus."
+
"Itu informasi rahasia."
   
"Apa yang akan terjadi kalau kita hanya meninggalkan Haruhi sendirian?"
+
"Apa yang bakal terjadi kalau kita cuman ninggalin Haruhi sendirian?"
   
"Informasi khusus."
+
"Informasi rahasia."
   
"Karena kamu dari masa depan, seharusnya kamu tahu apa yang akan terjadi selajutnya, bukan?"
+
"Karena kamu dari masa depan, seharusnya kamu tau apa yang bakalan terjadi selanjutnya, kan?"
   
"Informasi khusus."
+
"Informasi rahasia."
   
 
"Apa yang terjadi kalau aku bilang ke Haruhi semua ini?"
 
"Apa yang terjadi kalau aku bilang ke Haruhi semua ini?"
   
"Informasi khusus."
+
"Informasi rahasia."
   
 
"..."
 
"..."
   
"Maafkan aku, aku benar-benar tidak bisa memberitahukan mu. Terutama saat ini, karena aku tidak memiliki hak untuk itu."
+
"Maafkan saya, saya benar-benar ga bisa ngasih tau kamu. Apalagi sekarang-sekarang ini, karena saya ga punya hak untuk itu."
   
Asahina berkata dengan tatapan minta maaf di wajahnya.
+
Kata Asahina-san dengan paras maaf di wajahnya.
   
"Itu tidak masalah meski kamu tidak percaya aku; aku hanya ingin kamu tahu tentang ini."
+
"Ga masalah kalaupun kamu ga percaya sama saya; saya cuman pengen kamu tau soal ini."
   
Aku ingat pernah mendengar hal yang sama dikatakan di dalam apartemen yang tumpul tapi tenang.
+
Aku ingat pernah ngedenger hal yang sama dikatakan di dalam apartemen yang membosankan, yang sepi.
   
"Maafkan aku."
+
"Maafkan saya."
   
Melihatku terdiam, Mata Asahina terlihat depresi dan merah.
+
Melihatku terdiam, Mata Asahina-san terlihat depresi memerah.
   
"Aku sungguh minta maaf, karena tiba-tiba mengatakan semua hal ini kepadamu."
+
"Saya sungguh minta maaf, karena tiba-tiba ngomongin semua ini kepadamu."
   
"Tidak apa-apa, betul..."
+
"Ga papa, beneran..."
   
Pertama ada Nagato yang mengatakan kalau dia itu Living Humanoid Interface yang dibuat oleh alien, sekarang ada Asahina yang mengaku kalau dia berasal dari masa depan. Bagaimana aku mempercayai hal itu? Seseorang, tolonglah aku!
+
Pertama ada Nagato yang ngomong ke gue kalo dia itu Antarmuka Manusia Buatan Hidup yang dibikin alien, sekarang ada Asahina-san yang ngaku kalo dia dari masa depan. Gimana gue bisa percaya begituan? Seseorang, tolongin gue!
   
Saat aku menaruh tanganku di kursi, aku tidak sengaja menyenggol tangan Asahina. Meski aku hanya menyentuh ringan jari-jari mungilnya, Asahina menarik jari-jarinya secepat kilat dan menundukan kepalanya.
+
Saat kutaruh tanganku di kursi, tak sengaja kusenggol tangan Asahina-san. Meskipun aku hanya menyapu ringan jari-jari mungilnya, Asahina-san menarik jari-jarinya secepat kilat dan menundukan kepalanya.
   
 
Kami lalu menatap sungai dalam diam.
 
Kami lalu menatap sungai dalam diam.
   
Waktu berjalan terus.
+
Waktu berlalu.
   
 
"Asahina-san."
 
"Asahina-san."
Line 225: Line 238:
 
"Ya...?"
 
"Ya...?"
   
"Bisa aku anggap misalnya percakapan ini tidak pernah terjadi? Masalah apakah aku percaya kamu atau tidak, dikesampingkan dulu untuk sekarang."
+
"Bisa kuanggap percakapan ini ga pernah terjadi? Masalah apakah aku percaya kamu atau tidak, kita dikesampingkan dulu untuk sekarang."
   
 
"OK."
 
"OK."
   
Sebuah senyum muncul dari wajah Asahina. Itu senyuman yang sangat indah.
+
Sebuah senyum muncul dari wajah Asahina-san. Senyuman yang amat cantik.
   
"Selama semuanya berjalan, ini solusi terbaik. Tolong perlakukan aku seperti biasanya, aku bergantung kepadamu."
+
"Selama semuanya berjalan, ini solusi terbaik. Tolong perlakukan saya seperti biasanya, saya mengandalkanmu."
   
Mengatakan itu, Asahina membungkuk dalam kepadaku. Hey, tidak perlu sampai sebegitunya.
+
Mengatakan itu, Asahina-san membungkuk dalam-dalam kepadaku. Woi, ga perlu lah sampai sebegitunya.
   
"Bisa aku tanya satu hal?"
+
"Bisa kutanya satu hal?"
   
 
"Apa itu?"
 
"Apa itu?"
Line 241: Line 254:
 
"Tolong beritahu umurmu sebenarnya?"
 
"Tolong beritahu umurmu sebenarnya?"
   
  +
"Informasi rahasia~"
"Informasi khusus~"[[Image:Sh_v1_04.jpg|thumb|''"Classified information~"'']]
 
   
Asahina tersenyum nakal.
+
Asahina-san tersenyum nakal.[[Image:Sh_v1_04.jpg|thumb|''"Informasi rahasia~"'']]
   
   
Setelah itu, kami berjalan santai di sekitar jalan-jalan. Meski perintah Haruhi untuk tidak pergi kencan, aku tidak bermaksud untuk menaatinya. Kami pergi melihat-lihat toko fashion di mall, dengan riang makan es krim, dan melihat sekitar kios suvenir di pinggir jalan...hal yang biasa dilakukan pasangan untuk mengisi waktu. Itu akan sempurna kalau kita bisa saling berpegangan tangan.
 
   
Pada saat itu telepon genggamku berbunyi: itu adalah Haruhi.
 
   
"Kita berkumpul lagi pada tengah hari, di stasiun kita bertemu pada pagi ini."
 
   
  +
Sesudah itu, kami jalan-jalan di sekitar jalan. Meski pembelaan Haruhi untuk tidak pergi kencan, aku tidak bermaksud untuk menaatinya. Kami pergi melihat-lihat etalase toko-toko mode di mall, asyik makan es krim, dan lihat-lihat kios suvenir di pinggir jalan...hal yang biasa dilakukan pasangan untuk mengisi waktu luang. Bakalan sempurna kalau aja kita bisa saling pegangan tangan...
Dia langsung menutup setelah mengatakan itu. Melihat jam tanganku, dan itu sudah pukul 11.50. Mana mungkin kita bisa sampai tepat waktu.
 
   
  +
Pada saat ini HPku berdering: Haruhi menelpon.
   
  +
"Kita kumpul lagi pas tengah hari, di stasiun dimana kita ketemuan pagi ini."
"Apakah itu Suzumiya-san? Apa yang dikatakannya?"
 
   
  +
Dia langsung menutup setelah mengatakan itu. Kulihat jam tanganku, dan sudah pukul sebelas lebih limapuluh. Mana mungkin bisa keburu!
"Dia bilang kita harus berkumpul lagi pada tengah hari, jadi kita harus buru-buru!"
 
   
  +
Aku mengenggam tangan Asahina, tahu kalau tidak ada kemungkinan kecuali kami lari, dan kami berlari menuju ke arah stasiun. Apa reaksi Haruhi, bila dia melihat kami berlari bergandengan tangan? Aku berpikir. Kukira dia akan jadi gila.
 
  +
  +
  +
  +
"Tadi itu Suzumiya-san? Dia bilang apa?"
  +
  +
"Dia bilang kita harus kumpul lagi pas tengah hari, jadi mendingan kita buru-buru!"
  +
  +
Kugenggam tangan Asahina-san, tahu bahwa kita tak ada peluang sampai tengah hari kecuali kami lari, dan kami lepas-landas berlari menuju stasiun. Reaksi Haruhi apa ya, kalo dia ngeliat kami lari-lari sambil gandengan tangan? Gue kepengen tau. Kayaknya dia bakalan jadi gila.
   
 
"Jadi, ada hasil?" Haruhi menanyai kami, saat kami sampai.
 
"Jadi, ada hasil?" Haruhi menanyai kami, saat kami sampai.
   
Kami terlambat sepuluh menit, dan itu hal pertama yang dikatakan Haruhi saat dia melihat kami. Dia terlihat agak marah.
+
Kami terlambat sepuluh menit, dan itu hal pertama yang Haruhi katakan saat dia melihat kami. Dia kelihatannya agak marah.
  +
  +
"Kamu nemu sesuatu ga?"
  +
  +
"Ga ada."
  +
  +
"Kamu nyari ga sih? Kamu ga cuman keluyuran saja, ya kan? Kalo Mikuru-chan gimana?"
   
  +
Asahina-san menggelengkan kepalanya.
"Apa kamu menemukan sesuatu?"
 
   
  +
"Terus kalian nemu apaan aja?"
"Tidak ada."
 
   
  +
Haruhi terdiam. Koizumi, berdiri di belakangnya, menggaruk kepalanya, sementara Nagato berdiri tak bergerak.
"Apakah kamu benar-benar mencarinya? Kamu tidak hanya keluyuran saja kan? Bagaimana dengan Mikuru-chan?"
 
   
  +
Setelah sejenak tak seorangpun yang berkata apapun Haruhi hampir-hampir menggeram<!-- growl(meledak) as in angry or growl(berbunyi) as in hunger?; bukan keduanya. Growl itu menggeram, kayak "Grrr" --obakasan 26 Nov 2009 -->, "Kita makan siang dulu terus kita lanjutin abis itu."
Asahina menggelengkan kepalanya.
 
   
  +
Loe masih pengen lanjut!?
"Lalu apa yang telah kalian temukan?"
 
   
Haruhi terdiam. Koizumi, berdiri di belakang, menggaruk kepalanya, ketika Nagato berdiri tanpa bergerak.
 
   
Setelah sejenak tanpa seorangpun yang berkata apapun Haruhi hampir meledak<!-- growl(meledak) as in angry or growl(berbunyi) as in hunger? -->, "Mari kita makan siang dulu baru kita lanjutkan setelah itu."
 
   
Kamu masih mau melanjutkan!?
 
   
   
Ketika kami sedang makan siang di toko burger, Haruhi berkata kalau ini sudah waktunya untuk mengundi lagi dan mengeluarkan beberapa tusuk gigi ekstra yang diambilnya dari kafe tadi pagi. Dia benar-benar siap dengan baik!
+
Ketika kami sedang makan siang di restoran burger, Haruhi berkata kalau ini waktunya mengundi lagi, dan mengeluarkan beberapa tusuk gigi ekstra yang dicolongnya dari kafe sebelumnya tadi pagi. Dia benar-benar sudah sangat siap!
   
 
Koizumi dengan gesit mengambil sebuah tusuk gigi.
 
Koizumi dengan gesit mengambil sebuah tusuk gigi.
   
"Tanpa tanda kembali."
+
"Tiada tanda lagi."
   
  +
Gigi yang putih sekalee<!-- jangan diganti, sengaja nih! --obakasan 26 Nov 2009 -->! Gue ngerasa nih cowo senyam-senyum melulu!
Sungguh gigi yang putih! Aku selalu merasa kalau laki-laki ini selalu tersenyum!
 
   
"Begitu pula aku."
+
"Yang saya juga gitu."
   
Asahina menunjukanku tusuk gigi yang baru diambilnya.
+
Asahina-san menunjukanku tusuk gigi yang baru diambilnya.
   
"Bagaimana dengan Kyon-kun?"
+
"Kalo Kyon-kun gimana?"
   
"Sayangnya, punyaku ada tandanya."
+
"Sayang, punyaku ada tandanya."
   
Haruhi terlihat semakin dan makin kesal dan memaksa Nagato agar segera mengambil tusuk gigi.
+
Haruhi tampaknya semakin dan makin masam dan menggegaskan Nagato menarik tusuk gigi.
   
Pada akhirnya, Nagato dan aku berkelompok bersama, dimana ketiga yang lain dalam kelompok satunya.
+
Pada akhirnya, Nagato dan aku berkelompok bersama, sementara tiga sisanya di kelompok lainnya.
   
 
"..."
 
"..."
   
Haruhi memelototi ke tusuk gigi yang tidak ada tandanya bagai melihat orang yang telah membunuh ayahnya, lalu membalikan pandangannya ke aku dan Nagato, yang sibuk memakan chesseburgernya dan menggerutu.
+
Haruhi memelototi ke tusuk gigi tak bertandanya bagai menatap orang yang telah membunuh ayahnya, lalu menoleh padaku dan Nagato, yang sibuk memakan chesseburgernya, dan mengernyit.
   
''Kenapa kamu sangat marah?''
+
Kenapa loe begitu marah?
   
"Kita akan bertemu di depan stasiun jam 4. Pastikan menemukan sesuatu sebelum itu!"
+
"Kita ketemuan di depan stasiun jam empat. Pastiin nemuin sesuatu sebelum itu!"
   
 
Dia menghabiskan minumannya dalam satu tegukan, setelah mengatakan itu.
 
Dia menghabiskan minumannya dalam satu tegukan, setelah mengatakan itu.
   
   
Kali ini kami pergi ke Selatan dan Utara, dengan kelompokku yang menangani bagian Selatan. Sebelum kita berpisah, Asahina melambaikan salah satu tangan mungilnya ke arah ku. Itu membuatku merasa sangat hangat!
 
   
Sekarang hanya ada aku dan Nagato yang berdiri bengong di depan stasiun yang sibuk.
 
   
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
 
   
  +
Kali ini kami pergi ke Selatan dan Utara, dengan kelompokku yang menangani bagian Selatan. Sebelum kita berpisah, Asahina-san melambaikan salah satu tangan mungilnya ke arahku. Membuatku merasa begitu hangat!
"....." Nagato tidak berkata apa-apa.
 
   
  +
Sekarang hanya ada aku dan Nagato berdiri bengong di depan stasiun yang sibuk.
"...Ayo jalan."
 
   
  +
"Kita ngapain ya sekarang?"
Aku melangkah maju, dan menemukan kalau dia juga mulai mengikuti. Sepertinya aku mulai biasa berjalan-jalan dengannya sekarang.
 
   
  +
"....." Nagato tak berkata apa-apa.
"Nagato, tentang hal yang kau katakan kepadaku kemarin..."
 
  +
  +
"...Yuk jalan."
  +
  +
Aku melangkah maju, dan mendapati kalau dia mulai mengikuti. Tampaknya aku mulai terbiasa bergaul dengannya sekarang.
  +
  +
"Nagato, soal hal yang kau omongin ke aku kemaren-kemaren..."
   
 
"Ada apa dengan itu?"
 
"Ada apa dengan itu?"
   
"Aku mulai mempercayainya sedikit."
+
"Aku mulai percaya dikit."
   
  +
"Begitukah?"
"Apakah begitu?"
 
   
"Yeah."
+
"Ho oh."
   
 
"....."
 
"....."
   
Jadi di bawah atmosfir kosong kami berjalan diam-diam di sekeliling stasiun.
+
Jadi dibawah suasana kosong kami berjalan dengan diam di sekitar stasiun.
   
"Apakah kamu tidak punya pakaian biasa?"
+
"Bukannya kamu punya pakaian kasual?"
   
 
"....."
 
"....."
   
"Apa yang kamu lakukan saat liburan?"
+
"Pas liburan kamu biasanya ngapain?"
   
 
"....."
 
"....."
   
"Apa kamu bahagia sekarang?"
+
"Kamu lagi senang sekarang?"
   
 
"....."
 
"....."
   
Begitulah percakapan kami berlangsung hari itu.
+
Begitulah bagaimana percakapan kami berlangsung di hari itu.
   
Tidak ada gunanya berjalan berkeliling tanpa tujuan jadi aku membawa Nagato ke perpustakaan baru di pinggir laut yang dibangun bersamaan pengembangan tanah untuk stasiun oleh pihak berwenang. Aku belum pernah masuk ke dalam sebelumnya, karena aku jarang meminjam buku. Akan tetapi, kupikir aku bisa beristirahat saat kita sampai di dalam, untuk mendapatkan semua kursi ada orangnya. Orang-orang ini mungkin juga tidak punya tempat lain untuk didatangi di waktu luang mereka. Aku melihat sekilas sekeliling perpustakaan, terlihat agak bingung, ketika Nagato sudah hanyut menuju ke lemari buku bagaikan tidur berjalan. Biarkan dia berbuat semau dia!
+
Tiada gunanya jalan keliling-keliling tanpa tujuan jadi aku membawa Nagato ke perpustakaan baru di pinggir laut yang dibangun bersamaan dengan pihak berwenang membangun lahan untuk stasiun. Aku belum pernah masuk sebelumnya, karena aku jarang pinjam buku. Namun, kupikir aku bisa istirahat saat kita sampai di dalam, hanya untuk mendapati semua kursi sudah diisi. Orang-orang ini mungkin juga tidak punya tempat lain untuk didatangi di waktu luang mereka. Kulihat sekilas sekeliling perpustakaan, tampaknya agak bingung, sementara Nagato sudah hanyut menuju ke lemari buku seolah-olah dia sedang tidur berjalan. Biarin dia mau ngapain aja deh!
   
Aku dahulu sering membaca. Ketika aku masih SD, ibuku dahulu sering memimjam buku bergambar dari bagian anak-anak untuk kubaca. Di sana ada berbagai macam jenis buku, tapi aku ingat semua yang kubaca agak menarik. Entah kenapa, aku tidak bisa mengingat nama-namanya lagi sekarang. Kapan aku berhenti membaca? Kapan membaca menjadi mulai membosankan bagiku?
+
Dulu aku sering membaca. Ketika aku masih SD, dulu ibuku sering memimjam buku bergambar dari bagian buku anak-anak untuk kubaca. Disana ada semua jenis buku, tapi aku ingat semua yang kubaca agak menarik. Namun, aku tak bisa mengingat nama-namanya lagi. Kapan ya gue berhenti baca? Kapan ya baca itu jadi ngebosenin buat gue?
   
Aku mengambil sembarang buku dari lemari buku dan membalik beberapa halaman dengan cepat, sebelum mengembalikannya lagi dan mengambil buku lainnya. Itu membutuhkan selamanya untuk menemukan buku yang menarik di lautan buku ini, jika aku tidak melakukan penelitian. Berpikir seperti itu, aku berkeluyuran di antara lemari buku, tanpa tujuan.
+
Kuambil sembarang buku dari lemari buku dan membolak-balik cepat beberapa halaman, sebelum mengembalikannya lagi dan lalu mengambil buku lainnya. Butuh waktu selamanya buat gue untuk nemu buku menarik di lautan buku ini, kalo gue ga lagi belajar sih. Berpikir seperti itu, aku keluyuran di antara lemari buku, tanpa tujuan.
   
Saat aku menuju untuk mencari Nagato, aku menemukan dia membaca buku tebal di depan lemari buku. Dia benar-benar cinta buku tebal.
+
Saat aku menuju mencari Nagato, kutemukan dia membaca di depan lemari buku yang berbuku hardcover tebal-tebal. Dia emang cinta berat sama buku hardcover tebal!
   
Akhirnya, setelah melihat seorang lelaki membaca korang meninggalkan kursinya, aku pergi dan duduk, membawa novel yang asal kuambil. Mustahil untuk mencoba membaca buku yang tidak pernah ingin kubaca. Sejenak kemudian, aku menemukan diriku semakin mengantuk dan tertidur.
+
Akhirnya, setelah melihat seorang lelaki yang membaca koran meninggalkan kursinya, aku pergi dan duduk, membawa novel yang asal kuambil. Mustahil mencoba baca buku yang tak pernah kuniatkan untuk kubaca. Sejenak kemudian, kudapati diriku semakin mengantuk, dan jatuh tertidur.
   
 
Pada saat itu kantong celanaku tiba-tiba bergetar.
 
Pada saat itu kantong celanaku tiba-tiba bergetar.
   
"WHOA!?"
+
"HUAH!?"
   
Aku meloncat terkejut. Saat aku melihat semuanya mengerutkan keningnya ke arahku, aku ingat kalau aku ada di perpustakaan. Menghapus air liur di wajahku, aku segera keluar dari perpustakaan dan menjawab telepon genggamku, yang di set ke mode getar.
+
Aku loncat terkejut. Ketika kulihat semua orang mengernyit padaku, aku ingat aku ada di perpustakaan. Mengelap iler di wajahku, aku lari keluar perpustakaan dan menjawab telepon genggamku, yang di set ke mode getar.
   
"Kamu idiot! Apa yang sedang kamu lakukan!?"
+
"Kamu idiot! Kamu lagi ngapain aja!?"
   
Suara yang memekakan melintasi telingaku. Terima kasih karenanya aku bangun dari rasa mengantukku.
+
Suara memekakkan meraung menembus telingaku. Berkat itu aku bangun dari rasa kantukku.
   
"Jam berapa kamu pikir sekarang?"
+
"Kamu pikir sekarang jam berapa?"
   
"Sori, aku baru saja bangun barusan!"
+
"Sori, gue baru aja bangun barusan!"
   
"Apa!? Dasar bodoh!"
+
"Apa!? Dasar bego!"
   
  +
Loe tuh dibawah kualifikasi buat manggil gue bego!
''Kamu adalah orang terakhir yang berhak memanggilku bodoh!''
 
   
Aku melihat jam tanganku dan menunjukan kalau sudah jam empat lewat setengah. Dia berkata kalau kita berkumpul lagi jam empat!
+
Kulihat jam tanganku dan sudah jam setengah lima. Dia bilang kalau kita kumpul lagi jam empat!
   
"Segera pindahkan pantatmu<!-- have better expression here? --> ke sini! Aku berikan waktu tiga puluh detik!"
+
"Pindahin pantatmu<!-- have better expression here?; engga, sementara gini dolo aja. Kita kan ga punya novel raw. Tapi akhirnya lucu juga ya, lol --obakasan 27 Nov 2009 --> kesini segera! Aku kasih waktu tiga puluh detik!"
   
  +
Berhenti napa bikin tuntutan yang mustahil buat dipenuhin!
''Berhentilah membuat permintaan yang tidak mungkin dipenuhi!''
 
   
Setelah Haruhi menutup telepon dengan kasar, aku meletakan kembali telepon ku dan kembali ke perpustakaan. Di sana aku menemukan Nagato masih berdiri di situ, membaca yang terlihat seperti ensiklopedi tebal.
+
Setelah Haruhi menutup telepon dengan kasar, kusimpan kembali teleponku di kantungku dan kembali ke perpustakaan. Disana kudapati Nagato masih berdiri di situ, membaca yang tampaknya seperti ensiklopedi tebal.
   
Yang selanjutnya agak rumit. Itu membutuhkan beberapa waktu mencoba mengerakkan Nagato - yang terlihat berakar di tempat - dan kemudian kami harus menuju ke loket untuk mengisi formulir untuk meminjam buku tersebut. Dalam waktu itu aku membiarkan semua panggilan telepon Haruhi.
+
Yang selanjutnya sedikit rumit. Membutuhkan waktu agak lama berusaha mengerakkan Nagato -- yang kelihatannya berakar di tempat -- dan kemudian kami harus pergi ke loket untuk mengisi formulir untuk meminjam buku tersebut. Selama waktu itu aku membiarkan semua panggilan telepon Haruhi.
   
Ketika kami kembali ke stasiun, dengan Nagato membawa buku filosofi tebal seperti barang yang sangat berharga, ditulis oleh penulis asing yang namanya sangat sulit disebut, ketiga orang yang menunggu tersebut mempunyai reaksi yang berbeda-beda. Asahina, terlihat sangat kelelahan, tersenyum dengan nafas lega; Koizumi mengangkat sejenak bahunya seperti idiot; ketika Haruhi berteriak bagaikan dia baru saja meminum sup dingin.
+
Ketika kami kembali ke stasiun, dengan Nagato membawa buku filosofi tebal seperti barang yang begitu berharga, ditulis oleh penulis asing yang namanya sangat sulit disebut, tiga orang yang menunggu tersebut punya reaksi yang berbeda-beda. Asahina-san, terlihat amat kelelahan, tersenyum dengan desahan lega; Koizumi mengangkat bahunya seperti idiot; sementara Haruhi membentak seakan-akan dia baru saja minum sup dingin.
   
 
"Kamu telat; bayar dendanya!"
 
"Kamu telat; bayar dendanya!"
   
''Apa aku harus mentraktir kalian lagi?''
+
Gue harus nraktir kalian lagi?
  +
  +
  +
   
   
Akhirnya, kami mengakhiri kegiatan di luar ruangan hari ini, setelah membuang waktu kami dan uangku.
+
Akhirnya, kami akhiri kegiatan luar-ruangan hari ini, setelah membuang-buang waktu kami dan uangku.
   
"Aku sangat capai! Suzumiya-san berjalan sangat cepat sehingga aku kesulitan mengikutinya." Asahina mengatakan kepadaku saat kami berpisah, dan kemudian dia membisikkan telingaku, "Terima kasih telah mendengarkan apa yang telah kukatakan hari ini." Kemudian dia merendahkan kepalanya dan tersenyum malu-malu.
+
"Saya capek banget! Suzumiya-san jalan cepet banget jadi saya sulit ngikutin." kata Asahina-san padaku saat kami berpisah, dan kemudian dia berbisik di telingaku, "Makasih udah ngedengerin apa yang kuomongin hari ini." Kemudian dia merendahkan kepalanya dan tersenyum malu-malu.
   
''Apakah orang-orang dari masa depan semuanya tersenyum dengan elegan?''
+
Apa semua orang dari masa depan itu senyumnya elegan banget ya?
   
"Sampai jumpa kemudian!" Asahina melampaikan perpisahan dan pergi. Koizumi perlahan menepuk bahuku dan berkata, "Hari sungguh menyenangkan! Bagaimana saya harus mengatakannya? Suzumiya-san benar-benar orang yang sangat menarik. Sangat disayangkan saya tidak bisa bersama anda hari ini, mungkin lain kali."
+
"Kalo gitu, dadah!" Asahina-san melambaikan perpisahan dan pergi. Koizumi perlahan menepuk bahuku dan berkata, "Hari ini menyenangkan! Saya bilangnya mesti bagaimana ya? Suzumiya-san benar-benar orang yang amat menarik. Sangat disayangkan saya tidak bisa bersama anda hari ini, mungkin kali lain."
   
Setelah Koizumi pergi dengan senyum lebarnya yang mengesalkan, aku baru mengetahui Nagato sudah pergi lebih dahulu.
+
Setelah Koizumi pergi dengan serangainya yang menyebalkan, kutemukan Nagato sudah pergi saja.
   
Itu menyisakan Haruhi yang menatap ke arahku.
+
Tinggal Haruhi yang menatapku.
   
"Apa yang telah kamu lakukan seharian ini?"
+
"Kamu ngapain aja seharian ini?"
   
"Hmm, apa yang telah aku lakukan seharian ini?"
+
"Hmm, gue ngapain aja ya seharian ini?"
   
"Kamu nggak bisa seperti itu terus!"
+
"Kamu ngga bisa terus kayak gini!"
   
  +
Kayaknya dia jengkel banget.
''Sepertinya dia benar-benar marah.''
 
   
"Oh ya, bagaimana denganmu? Kamu menemukan sesuatu yang menarik?"
+
"Oh ya, kamu gimana? Kamu nemu sesuatu yang menarik?"
   
Haruhi menggigit bibirnya dan tidak berkata apa-apa. Kalau aku tidak menghentikannya, dia akan terus menggigitnya sampai bibirnya berdarah.
+
Haruhi menggigit bibirnya dan tak berkata apa-apa. Kalau aku tak menghentikannya, dia akan terus menggigitnya sampai bibirnya berdarah.
   
"Yah, tidak mungkin mereka akan sangat ceroboh dan membiarkan kamu menemukan mereka dalam satu hari."
+
"Yah, ga mungkin mereka ceroboh banget dan ngebiarin kamu nemuin mereka dalam satu hari."
   
Melihatku berusaha mencerahkan suasana, Haruhi segera membalikan pandangannya.
+
Melihatku berusaha mencerahkan suasana, Haruhi cepat-cepat memalingkan pandangannya.
   
"Kita akan mengadakan evaluasi lusa, di sekolah."
+
"Kita adakan tanya-jawab lusa, di sekolah."
   
Haruhi berbalik dan berjalan menuju keramaian, tanpa melihat balik.
+
Haruhi berbalik dan berjalan menuju keramaian, tanpa melihat ke belakang.
   
Dengan pikiran akhirnya bisa pulang ke rumah, aku kembali ke bank, hanya untuk menemukan sepeda telah menghilang. Yang menggantikannya hanyalah tanda di tiang lampu yang bertuliskan, "Sepeda anda telah diderek dikarenakan parkir sembarangan tanpa ijin."
+
Dengan pikiran akhirnya bisa pulang ke rumah, aku kembali ke bank, hanya untuk mendapati sepedaku hilang. Menggantikannya adalah tanda di tiang lampu yang bertuliskan, "Sepeda anda telah diderek sebagai hasil parkir tanpa ijin."
   
   
  +
<!-- --[[User:Nandaka|Nandaka]] 08:26, 29 June 2007 (PDT); Jangan munculin ttd! Ttd ok, tapi jangan dimunculin, bisa salah kaprah! Ntar dikira situ lagi yang "bikin" nih bab, dikau kan cuman nejermahin doank. Lagian, kan yang beginian bisa diliat di History page. Zzz bobo de... --obakasan 27 Nov 2009 -->
--[[User:Nandaka|Nandaka]] 08:26, 29 June 2007 (PDT)
 
 
<!-- to anonymous translator, please read the rules/guide first and it's better if you registered so we can talk via talk page, Nandaka-->
 
<!-- to anonymous translator, please read the rules/guide first and it's better if you registered so we can talk via talk page, Nandaka-->
 
<noinclude>
 
<noinclude>

Revision as of 04:22, 28 November 2009

Bab 4



Lelucon apaan nih!? Minta-minta ketemuan jam sembilan pagi pas akhir pekan! Walaupun begitu, tapinya, gue tetap aja ngayuh keras sepeda gue ke stasiun. Gue ga ada harapan banget deh!

Terletak di tengah kota, Stasiun Kitaguchi berfungsi sebagai penghubung penting rel kereta, dan setiap akhir pekan, alun-alun depan stasiun penuh sesak dengan para muda-mudi yang melihat-lihat. Selain pergi ke kota yang lebih besar, tak terlalu banyak yang bisa dilakukan di kota ini selain pergi ke mal dekat stasiun. Selalu memukauku bagaimana orang-orang bisa hidup normal di kota ini dengan begitu sedikit yang bisa dilakukan.

Menaruh sembarangan sepedaku di dekat pintu masuk bank yang tertutup, aku berlari ke pintu putar di gerbang utara stasiun. Masih ada lima menit sebelum jam sembilan, tetapi yang lain sudah pada datang.

Haruhi menolehkan kepalanya dan berkata.

"Kamu telat! Kamu harus didenda!"

"Tapi kan belum jam sembilan."

"Walau kamu ga datang telat, orang terakhir yang datang masih harus dihukum. Itu aturannya!"

"Kok bisa gue ga pernah tahu soal aturan itu sebelumnya?"

"Karena baru aja kupikirkan!"

Berpakaian T-shirt lengan panjang dan rok denim pendek, Haruhi terlihat sangat ceria.

"Kamu harus nraktir kita semua minum."

Bertolak pinggang dengan santai, Haruhi terlihat lebih mudah didekati daripada dia yang biasanya cemberut terus. Tak mampu berdebat, dengan patuh kusetujui perintahnya dan membimbing semuanya ke kafe terdekat.

Asahina-san memakai gaun terusan putih tanpa lengan dengan kaus rajutan biru muda di atasnya. Rambut panjang berombaknya diikat di belakang kepalanya dengan jepit rambut. Setiap kali dia berjalan, rambutnya bergoyang sedikit, membuatnya kelihatan manis. Senyumannya memberikan kesan wanita muda manis berbudaya baik. Bahkan tas tangannya pun kelihatan trendi.

Berdiri di sampingku, Koizumi memakai kemeja pink dengan jaket di atasnya, juga memamerkan dasi merah terang, membuatnya terlihat sangat formal. Aku merasa kesal tapi harus kuakui kalau dia terlihat agak keren, plus dia lebih tinggi dariku.

Nagato, seperti biasa, berdiri di belakang mengenakan seragam sailornya. Walaupun dia benar-benar melihat dirinya sendiri sebagai anggota Brigade SOS, secara teknis dia masih anggota Klub Sastra. Mendengarnya mengatakan semua hal-hal aneh kepadaku di malam itu membuatku semakin prihatin dengan ekspresi tenangnya. Omong-omong, kenapa dia masih pakai seragam sekolah bahkan di akhir pekan?

Saat Si Misteri Lima berjalan memasuki kafe dekat bunderan dan duduk di kursi masing-masing, seorang pelayan mulai mencatat pesanan kita. Hanya Nagato yang mempelajari menu dengan serius -- masih tanpa ekspresi terlihat, tentunya -- berlama-lama untuk memutuskan. Sejujurnya, waktu yang diperlukannya untuk memutuskan apa yang mau diminum cukup untuk memasak semangkuk ramen!

"Teh almond." Katanya pada akhirnya.

Sebenarnya sih ga masalah apa yang kamu pesan, ngomong-ngomong, abisnya kan aku yang bayar.



Haruhi membuat usul berikut ini:

Kami akan dibagi jadi dua kelompok. Bila salah satu dari kami menemukan sesuatu yang terlihat misterius, kami langsung mengontak satu-sama lain dengan HP lalu ketemuan untuk mendiskusikan apa tindakan selanjutnya. Setelah semuanya selesai, tanya-jawab akan diadakan untuk meninjau dan menyiapkan perkembangan lebih jauh.

Itu saja.

"Sekarang, yuk kita narik undian!"

Haruhi mengambil lima tusuk gigi dari tempat tusuk gigi, lalu dengan bolpoin yang dipinjam dari pelayan, dia menandai dua tusuk gigi. Dia lalu membungkuskan jari-jarinya ke sekeliling tusuk gigi untuk kita undi.

Aku menarik yang ada tandanya; begitu pula Asahina-san, yang berkata sambil melihat ke tusuk gigi bertandanya, "Hmmm, kombinasi yang luar biasa, ya..."

Untuk suatu alasan, Haruhi menatap dingin kepadaku dan Asahina-san, dan lalu menyahut, "Kyon, dengar kamu, ini bukan kencan! Yang serius, kamu ngerti?"

"OK sudah!"

Apa gue tadi baru ngeliatin pikiran gue ke dia ya? Apapun itu, ini mantap! Aku menari kegirangan di dalam hati saat aku melihat Asahina-san menatap tusuk gigi bertanda sedang bersemu memerah hebat. Oh yes!

"Apa tepatnya yang kita cari?" Koizumi bertanya santai, sementara Nagato meminum tehnya secara metodis.

Menghabiskan tetes terakhir es kopinya, Haruhi menyibak rambut di belakang telinganya dengan ringan.

"Apa aja yang kelihatan mencurigakan. Apapun atau siapapun yang kelihatan aneh. Juga cari gerbang yang menuju dimensi lain dan alien yang nyamar sebagai manusia."

Hampir kusemburkan teh mint yang sedang kuminum. Aneh, kenapa Asahina-san punya ekspresi yang sama? Tentu aja, Nagato tetap sama seperti biasanya.

"Oh begitu." Kata Koizumi.

Loe yakin loe beneran ngerti?

"Jadi, yang kita perlu lakukan adalah mencari alien, penjelajah waktu dan esper dengan kekuatan supranatural, dan jejak yang mereka tinggalkan di bumi. Saya mengerti sepenuhnya." Kata Koizumi riang.

"Benar! Pintar juga kamu, Koizumi-kun! Seperti yang kamu bilang! Kyon, kamu harus belajar darinya!"

Berhenti ngasih makan egonya! Merasa kesal, kulihat Koizumi yang hanya tersenyum balik kepadaku dan mengangguk.

"Baiklah! Ayo jalan!"

Haruhi menyodorkan tagihannya kepadaku dan melangkah keluar dari kafe.

Walau aku sudah mengatakan ini berkali-kali, aku masih harus mengatakannya lagi:

"Ampun deh."



Ingat, ini bukan kencan! Kalau sampai ketahuan kamu senang-senang sama dia, kubunuh kamu! Begitulah Haruhi berkata, pergi dengan Koizumi dan Nagato. Kami masing-masing mengarah ke Timur dan Barat. Aku masih tidak mengerti apa yang seharusnya kita cari.

"Kita mesti ngapain ya?"

Asahina-san melihatku, menggenggam tasnya dengan kedua tangannya. Aku ingin pulang tapi tahu kalau itu mustahil. Jadi, aku pura-pura berpikir sejenak sebelum mengatakan, "Percuma cuman berdiri di sini doang, jadi yuk kita keliling-keliling."

"OK."

Asahina-san dengan patuh berjalan bersamaku. Dia sungkan saat berjalan di sampingku. Setiap kali dia tak sengaja tubrukan dengan bahuku dia akan tersentak mundur malu-malu. Dia terlihat begitu polos seperti itu. Kami menelusuri jalur di pinggir sungai dan tanpa tujuan ke arah utara. Kalau kami datang sebulan lalu, kami masih bisa menikmati bunga sakura yang mekar, tapi sekarang hanya jalan-jalan biasa di sepanjang sungai.

Karena ini tempat populer untuk jalan-jalan, banyak keluarga dan pasangan yang ikutan berjalan. Jika tidak ada yang tahu, mereka akan berpikir kami ini pasangan muda, dan bukan sekelompok yang sedang mencari sesuatu yang misterius.

Melihat ke pinggir sungai, Asahina-san bergumam pelan sendiri, "Ini pertama kalinya saya jalan-jalan kayak gini!"

"Maksudnya?"

"...Itu, dengan cowo, cuma duaan aja..."

"Kaget banget aku. Jangan-jangan kamu belum pernah jalan sama cowo sebelumnya?"

"Belum..."

Aku menghadap Asahina-san yang rambut lembutnya berkibar ringan oleh angin dan bertanya, "Wow! Tapi bukannya banyak cowo yang nembak kamu, kan?"

"Mm..."

Asahina-san malu-malu menundukan kepalanya. "Tapi, itu ga bisa. Saya ga bisa menjalin hubungan dengan siapapun, paling engga jangan sekarang..."

Dia jadi bungkam tiba-tiba. Selama aku menunggu dia melanjutkan, tiga pasangan bahagia melewati.

"Kyon-kun..."

Aku sedang menghitung jumlah dedaunan yang telah jatuh ke sungai saat Asahina-san memanggilku.

Asahina-san melihatku malu-malu bingung, dan lalu, memberanikan diri, dia berkata, "Saya punya sesuatu yang ingin kukatakan."

Matanya yang bulat, seperti mata rusa menampakan kebulatan tekadnya yang kuat.



Kami duduk di kursi taman di antara pepohonan sakura dan untuk waktu yang lama Asahina-san tidak berbicara. Dia menundukan kepalanya dan bergumam, "Darimana saya harus mulai ya? Saya ga pandai ngejelasin sesuatu. Mungkin dia ga bakalan percaya."

Akhirnya dia mengangkat kepalanya dan mulai berbicara dalam nada yang agak malu-malu. "Saya bukan dari waktu dan jaman ini. Saya orang dari masa depan. Saya ga bisa katakan kapan asal saya, atau dari bidang waktu yang mana. Toh saya ga bakalan bisa, meskipun saya ingin. Ngasih informasi apapun tentang masa depan dengan siapapun dari masa lalu amat dilarang -- dan oleh karena itu -- sebelum saya naik mesin waktu saya harus ngejalanin pengkondisian mental yang ketat. Bila saya berniat bilang sesuatu yang seharusnya ga boleh dikatakan, ingatanku akan informasi tersebut akan disegel."

Asahina-san mengambil nafas panjang dan melanjutkan, "Ga kayak air yang mengalir di sungai, tiap bingkai waktu terbentuk dari bidang datar dua dimensi yang berbeda."

"Kamu udah bikin bingung aku dari awal."

"Hmmm, gimana kalau gini, coba bayangin itu tuh kayak kartun. Pas kita nonton kartun kita ngeliat karakternya bergerak mulus tapi, sebenarnya, mereka semua kebentuk dari sejumlah urutan gambar yang diam. Sama halnya, waktu juga begitu, versi digital. Tapi kalo saya pakai urutan gambar diam sebagai penggambaran, mungkin kamu bisa lebih ngerti."

"Di antara satu bingkai waktu dengan yang lainnya ada yang disebut garis retakan temporal. Mereka benar-benar ada lho, meski frekuensi garis retakan mendekati nol; jadi, ga ada kesinambungan antara bingkai waktu yang berbeda. Perjalanan waktu adalah usaha untuk melakukan pergerakan tiga dimensi di antara bidang temporal dua dimensi. Buat saya yang udah datang dari masa depan ke bidang temporal ini, itu kayak nambahin objek ekstra, digambarin ke gambar diam. Kalaupun saya berusaha ngubah sejarah di jaman ini, ga bakalan ngaruh ke masa depan, sebab ga ada kesinambungan di antara bingkai waktu. Semuanya bakalan tetap di bidang temporal ini. Kayak nambahin beberapa kata di satu gambar diam dari ratusan gambar diam: cerita keseluruhannya ga bakalan kepengaruh, kan?"

"Waktu ga kayak sungai disini: setiap momen milik bidang temporal digital tertentu. Kamu ngerti sekarang?"

Aku ragu apakah akan kutaruh tanganku di dahiku, yang kemudian akhirnya kulakukan. Bidang temporal, digital. Istilah ini ga masalah buatku, tapi, ada apa dengan perjalanan waktu?

Asahina-san melirik sekilas ke jari-jari kaki di sandalnya dan melanjutkan, "Biar kukatakan alasan saya datang ke bidang temporal ini..."

Pasangan dengan anak kecil melewati kami pada saat itu.

"Tiga tahun lalu kami mendeteksi terjadinya gempa waktu yang besar. Hmmm, seharusnya sekitar tiga tahun sebelum hari ini, tepat ketika Suzumiya-san baru masuk SMP. Kami terkejut saat kami melintas mundur buat investigasi, karena kami ga bisa melintas lebih jauh ke masa lalu."

Kenapa mesti tiga tahun yang lalu lagi?

"Kami menyimpulkan kalo disana ada garis retakan temporal yang amat besar, tapi kami ga tahu kenapa cuman muncul pas bingkai waktu tertentu itu aja. Baru-baru ini aja kami nemu alasan...maaf, maksudku baru-baru aja untuk di jaman saya datang."

"...Dan kenapa tuh?"

Pelakunya ngga mungkin dia, kan?

"Itu karena Suzumiya-san."

Asahina-san mengucapkan kata yang tak ingin kudengar.

"Dia terletak tepat di tengah-tengah dimensi keempat. Mohon jangan tanya kenapa, karena itu dilarang, jadi saya ga bisa ngasih tau kamu. Namun, kami yakin kalau Suzumiya-sanlah yang udah ngeblok jalur buat ngelintas ke masa lalu."

"...Kayaknya Haruhi ga bisa ngelakuin itu deh..."

"Tadinya saya kira juga begitu. Jujur aja, mustahil manusia normal ngehalang-halangin bidang-bidang temporal. Ini masih misteri tak terpecahkan, dan Suzumiya-san sendiri ga sadar kalau dia itu sumber dari semua distorsi temporal dan gempa waktu. Saya datang ke sisi Suzumiya-san biar saya bisa ngamatin dari dekat semua perubahan baru di bidang temporal... Maafin saya, saya ga bisa nemuin kata-kata yang tepat buat ngejelasin ini, bilang aja saya ini lagi ngurusin surveillance."

"....." aku terlalu kelu untuk menanggapi.

"Kamu ga percaya sama saya, ya?"

"Ngga...benar, jadi kenapa kamu bilang ini ke aku?"

"Karena kamu udah dipilih sama Suzumiya-san."

Asahina-san berputar dan menghadapiku.

"Saya ga bisa ngejelasin detailnya. Tapi, kalo saya nebaknya benar, kamu itu orang sangat penting bagi Suzumiya-san. Ada alasannya untuk setiap perbuatannya."

"Jadi Nagato-san dan Koizumi..."

"Mereka mirip denganku, tapi Suzumiya-san masih ga sadar kalau dialah yang ngumpulin kami ke sisinya."

"Jadi kamu tahu mereka itu apa?"

"Itu informasi rahasia."

"Apa yang bakal terjadi kalau kita cuman ninggalin Haruhi sendirian?"

"Informasi rahasia."

"Karena kamu dari masa depan, seharusnya kamu tau apa yang bakalan terjadi selanjutnya, kan?"

"Informasi rahasia."

"Apa yang terjadi kalau aku bilang ke Haruhi semua ini?"

"Informasi rahasia."

"..."

"Maafkan saya, saya benar-benar ga bisa ngasih tau kamu. Apalagi sekarang-sekarang ini, karena saya ga punya hak untuk itu."

Kata Asahina-san dengan paras maaf di wajahnya.

"Ga masalah kalaupun kamu ga percaya sama saya; saya cuman pengen kamu tau soal ini."

Aku ingat pernah ngedenger hal yang sama dikatakan di dalam apartemen yang membosankan, yang sepi.

"Maafkan saya."

Melihatku terdiam, Mata Asahina-san terlihat depresi memerah.

"Saya sungguh minta maaf, karena tiba-tiba ngomongin semua ini kepadamu."

"Ga papa, beneran..."

Pertama ada Nagato yang ngomong ke gue kalo dia itu Antarmuka Manusia Buatan Hidup yang dibikin alien, sekarang ada Asahina-san yang ngaku kalo dia dari masa depan. Gimana gue bisa percaya begituan? Seseorang, tolongin gue!

Saat kutaruh tanganku di kursi, tak sengaja kusenggol tangan Asahina-san. Meskipun aku hanya menyapu ringan jari-jari mungilnya, Asahina-san menarik jari-jarinya secepat kilat dan menundukan kepalanya.

Kami lalu menatap sungai dalam diam.

Waktu berlalu.

"Asahina-san."

"Ya...?"

"Bisa kuanggap percakapan ini ga pernah terjadi? Masalah apakah aku percaya kamu atau tidak, kita dikesampingkan dulu untuk sekarang."

"OK."

Sebuah senyum muncul dari wajah Asahina-san. Senyuman yang amat cantik.

"Selama semuanya berjalan, ini solusi terbaik. Tolong perlakukan saya seperti biasanya, saya mengandalkanmu."

Mengatakan itu, Asahina-san membungkuk dalam-dalam kepadaku. Woi, ga perlu lah sampai sebegitunya.

"Bisa kutanya satu hal?"

"Apa itu?"

"Tolong beritahu umurmu sebenarnya?"

"Informasi rahasia~"

Asahina-san tersenyum nakal.

"Informasi rahasia~"



Sesudah itu, kami jalan-jalan di sekitar jalan. Meski pembelaan Haruhi untuk tidak pergi kencan, aku tidak bermaksud untuk menaatinya. Kami pergi melihat-lihat etalase toko-toko mode di mall, asyik makan es krim, dan lihat-lihat kios suvenir di pinggir jalan...hal yang biasa dilakukan pasangan untuk mengisi waktu luang. Bakalan sempurna kalau aja kita bisa saling pegangan tangan...

Pada saat ini HPku berdering: Haruhi menelpon.

"Kita kumpul lagi pas tengah hari, di stasiun dimana kita ketemuan pagi ini."

Dia langsung menutup setelah mengatakan itu. Kulihat jam tanganku, dan sudah pukul sebelas lebih limapuluh. Mana mungkin bisa keburu!



"Tadi itu Suzumiya-san? Dia bilang apa?"

"Dia bilang kita harus kumpul lagi pas tengah hari, jadi mendingan kita buru-buru!"

Kugenggam tangan Asahina-san, tahu bahwa kita tak ada peluang sampai tengah hari kecuali kami lari, dan kami lepas-landas berlari menuju stasiun. Reaksi Haruhi apa ya, kalo dia ngeliat kami lari-lari sambil gandengan tangan? Gue kepengen tau. Kayaknya dia bakalan jadi gila.

"Jadi, ada hasil?" Haruhi menanyai kami, saat kami sampai.

Kami terlambat sepuluh menit, dan itu hal pertama yang Haruhi katakan saat dia melihat kami. Dia kelihatannya agak marah.

"Kamu nemu sesuatu ga?"

"Ga ada."

"Kamu nyari ga sih? Kamu ga cuman keluyuran saja, ya kan? Kalo Mikuru-chan gimana?"

Asahina-san menggelengkan kepalanya.

"Terus kalian nemu apaan aja?"

Haruhi terdiam. Koizumi, berdiri di belakangnya, menggaruk kepalanya, sementara Nagato berdiri tak bergerak.

Setelah sejenak tak seorangpun yang berkata apapun Haruhi hampir-hampir menggeram, "Kita makan siang dulu terus kita lanjutin abis itu."

Loe masih pengen lanjut!?



Ketika kami sedang makan siang di restoran burger, Haruhi berkata kalau ini waktunya mengundi lagi, dan mengeluarkan beberapa tusuk gigi ekstra yang dicolongnya dari kafe sebelumnya tadi pagi. Dia benar-benar sudah sangat siap!

Koizumi dengan gesit mengambil sebuah tusuk gigi.

"Tiada tanda lagi."

Gigi yang putih sekalee! Gue ngerasa nih cowo senyam-senyum melulu!

"Yang saya juga gitu."

Asahina-san menunjukanku tusuk gigi yang baru diambilnya.

"Kalo Kyon-kun gimana?"

"Sayang, punyaku ada tandanya."

Haruhi tampaknya semakin dan makin masam dan menggegaskan Nagato menarik tusuk gigi.

Pada akhirnya, Nagato dan aku berkelompok bersama, sementara tiga sisanya di kelompok lainnya.

"..."

Haruhi memelototi ke tusuk gigi tak bertandanya bagai menatap orang yang telah membunuh ayahnya, lalu menoleh padaku dan Nagato, yang sibuk memakan chesseburgernya, dan mengernyit.

Kenapa loe begitu marah?

"Kita ketemuan di depan stasiun jam empat. Pastiin nemuin sesuatu sebelum itu!"

Dia menghabiskan minumannya dalam satu tegukan, setelah mengatakan itu.



Kali ini kami pergi ke Selatan dan Utara, dengan kelompokku yang menangani bagian Selatan. Sebelum kita berpisah, Asahina-san melambaikan salah satu tangan mungilnya ke arahku. Membuatku merasa begitu hangat!

Sekarang hanya ada aku dan Nagato berdiri bengong di depan stasiun yang sibuk.

"Kita ngapain ya sekarang?"

"....." Nagato tak berkata apa-apa.

"...Yuk jalan."

Aku melangkah maju, dan mendapati kalau dia mulai mengikuti. Tampaknya aku mulai terbiasa bergaul dengannya sekarang.

"Nagato, soal hal yang kau omongin ke aku kemaren-kemaren..."

"Ada apa dengan itu?"

"Aku mulai percaya dikit."

"Begitukah?"

"Ho oh."

"....."

Jadi dibawah suasana kosong kami berjalan dengan diam di sekitar stasiun.

"Bukannya kamu punya pakaian kasual?"

"....."

"Pas liburan kamu biasanya ngapain?"

"....."

"Kamu lagi senang sekarang?"

"....."

Begitulah bagaimana percakapan kami berlangsung di hari itu.

Tiada gunanya jalan keliling-keliling tanpa tujuan jadi aku membawa Nagato ke perpustakaan baru di pinggir laut yang dibangun bersamaan dengan pihak berwenang membangun lahan untuk stasiun. Aku belum pernah masuk sebelumnya, karena aku jarang pinjam buku. Namun, kupikir aku bisa istirahat saat kita sampai di dalam, hanya untuk mendapati semua kursi sudah diisi. Orang-orang ini mungkin juga tidak punya tempat lain untuk didatangi di waktu luang mereka. Kulihat sekilas sekeliling perpustakaan, tampaknya agak bingung, sementara Nagato sudah hanyut menuju ke lemari buku seolah-olah dia sedang tidur berjalan. Biarin dia mau ngapain aja deh!

Dulu aku sering membaca. Ketika aku masih SD, dulu ibuku sering memimjam buku bergambar dari bagian buku anak-anak untuk kubaca. Disana ada semua jenis buku, tapi aku ingat semua yang kubaca agak menarik. Namun, aku tak bisa mengingat nama-namanya lagi. Kapan ya gue berhenti baca? Kapan ya baca itu jadi ngebosenin buat gue?

Kuambil sembarang buku dari lemari buku dan membolak-balik cepat beberapa halaman, sebelum mengembalikannya lagi dan lalu mengambil buku lainnya. Butuh waktu selamanya buat gue untuk nemu buku menarik di lautan buku ini, kalo gue ga lagi belajar sih. Berpikir seperti itu, aku keluyuran di antara lemari buku, tanpa tujuan.

Saat aku menuju mencari Nagato, kutemukan dia membaca di depan lemari buku yang berbuku hardcover tebal-tebal. Dia emang cinta berat sama buku hardcover tebal!

Akhirnya, setelah melihat seorang lelaki yang membaca koran meninggalkan kursinya, aku pergi dan duduk, membawa novel yang asal kuambil. Mustahil mencoba baca buku yang tak pernah kuniatkan untuk kubaca. Sejenak kemudian, kudapati diriku semakin mengantuk, dan jatuh tertidur.

Pada saat itu kantong celanaku tiba-tiba bergetar.

"HUAH!?"

Aku loncat terkejut. Ketika kulihat semua orang mengernyit padaku, aku ingat aku ada di perpustakaan. Mengelap iler di wajahku, aku lari keluar perpustakaan dan menjawab telepon genggamku, yang di set ke mode getar.

"Kamu idiot! Kamu lagi ngapain aja!?"

Suara memekakkan meraung menembus telingaku. Berkat itu aku bangun dari rasa kantukku.

"Kamu pikir sekarang jam berapa?"

"Sori, gue baru aja bangun barusan!"

"Apa!? Dasar bego!"

Loe tuh dibawah kualifikasi buat manggil gue bego!

Kulihat jam tanganku dan sudah jam setengah lima. Dia bilang kalau kita kumpul lagi jam empat!

"Pindahin pantatmu kesini segera! Aku kasih waktu tiga puluh detik!"

Berhenti napa bikin tuntutan yang mustahil buat dipenuhin!

Setelah Haruhi menutup telepon dengan kasar, kusimpan kembali teleponku di kantungku dan kembali ke perpustakaan. Disana kudapati Nagato masih berdiri di situ, membaca yang tampaknya seperti ensiklopedi tebal.

Yang selanjutnya sedikit rumit. Membutuhkan waktu agak lama berusaha mengerakkan Nagato -- yang kelihatannya berakar di tempat -- dan kemudian kami harus pergi ke loket untuk mengisi formulir untuk meminjam buku tersebut. Selama waktu itu aku membiarkan semua panggilan telepon Haruhi.

Ketika kami kembali ke stasiun, dengan Nagato membawa buku filosofi tebal seperti barang yang begitu berharga, ditulis oleh penulis asing yang namanya sangat sulit disebut, tiga orang yang menunggu tersebut punya reaksi yang berbeda-beda. Asahina-san, terlihat amat kelelahan, tersenyum dengan desahan lega; Koizumi mengangkat bahunya seperti idiot; sementara Haruhi membentak seakan-akan dia baru saja minum sup dingin.

"Kamu telat; bayar dendanya!"

Gue harus nraktir kalian lagi?



Akhirnya, kami akhiri kegiatan luar-ruangan hari ini, setelah membuang-buang waktu kami dan uangku.

"Saya capek banget! Suzumiya-san jalan cepet banget jadi saya sulit ngikutin." kata Asahina-san padaku saat kami berpisah, dan kemudian dia berbisik di telingaku, "Makasih udah ngedengerin apa yang kuomongin hari ini." Kemudian dia merendahkan kepalanya dan tersenyum malu-malu.

Apa semua orang dari masa depan itu senyumnya elegan banget ya?

"Kalo gitu, dadah!" Asahina-san melambaikan perpisahan dan pergi. Koizumi perlahan menepuk bahuku dan berkata, "Hari ini menyenangkan! Saya bilangnya mesti bagaimana ya? Suzumiya-san benar-benar orang yang amat menarik. Sangat disayangkan saya tidak bisa bersama anda hari ini, mungkin kali lain."

Setelah Koizumi pergi dengan serangainya yang menyebalkan, kutemukan Nagato sudah pergi saja.

Tinggal Haruhi yang menatapku.

"Kamu ngapain aja seharian ini?"

"Hmm, gue ngapain aja ya seharian ini?"

"Kamu ngga bisa terus kayak gini!"

Kayaknya dia jengkel banget.

"Oh ya, kamu gimana? Kamu nemu sesuatu yang menarik?"

Haruhi menggigit bibirnya dan tak berkata apa-apa. Kalau aku tak menghentikannya, dia akan terus menggigitnya sampai bibirnya berdarah.

"Yah, ga mungkin mereka ceroboh banget dan ngebiarin kamu nemuin mereka dalam satu hari."

Melihatku berusaha mencerahkan suasana, Haruhi cepat-cepat memalingkan pandangannya.

"Kita adakan tanya-jawab lusa, di sekolah."

Haruhi berbalik dan berjalan menuju keramaian, tanpa melihat ke belakang.

Dengan pikiran akhirnya bisa pulang ke rumah, aku kembali ke bank, hanya untuk mendapati sepedaku hilang. Menggantikannya adalah tanda di tiang lampu yang bertuliskan, "Sepeda anda telah diderek sebagai hasil parkir tanpa ijin."


Back to Bab 3 Return to Halaman Utama Forward to Bab 5