Sword Art Online Bahasa Indonesia:Volume 2 Chapter 1 Part 1

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Sword Art Online Volume 2 Chapter 1 The Black Swordsman (Aincrad 35th Floor, February 2024)[edit]


Part 1[edit]


Scilica adalah salah satu dari «Beast Tamer[1]» yang langka di SAO, atau mungkin lebih tepatnya “pernah”. Familiar[2] miliknya, simbol dari seorang beast tamer, sudah tidak ada lagi.

Beast Tamer bukanlah class[3] atau skill[4] yang diberikan oleh sistem, melainkan istilah yang digunakan oleh para pemain.

Dalam suatu kejadian yang langka, monster yang agresif menunjukkan ketertarikannya terhadap para pemain. Kalau kalian tidak melewatkan kesempatan itu, kalian bisa berhasil menjinakkan monster tersebut dengan memberikannya sesuatu untuk dimakan. Lalu si monster akan menjadi «Familiar» si pemain dan mengabdi sebagai rekan yang berharga yang membantu si pemain dengan berbagai cara. Para pemain menyebut mereka yang telah berhasil melakukan hal itu sebagai beast tamer disertai campuran pujian dan rasa iri.

Tentu saja, tidak semua monster bisa menjadi familiar; hanya sedikit sekali ragam monster yang bisa. Kondisi untuk memicu terjadinya event[5] tersebut pun tidak jelas, namun satu-satunya syarat yang diyakini semua orang adalah eventnya tidak akan terjadi jika si pemain membunuh terlalu banyak monster jenis itu.

Ini adalah kondisi yang lumayan susah jika kalian pikirkan lagi. Bahkan jika seseorang mencoba untuk mendapatkan seekor familiar dengan menemui monster itu berulang-ulang, monster-monster tersebut bersifat agresif dan sang pemain tidak bisa menghindari pertarungan dengan mereka. Dengan kata lain, jika seseorang berkeinginan untuk menjadi seorang Beast Tamer, mereka harus terus menemui monster yang diinginkan, dan jika eventnya tidak terjadi mereka harus terus kabur. Tidak sulit untuk membayangkan betapa merepotkannya semua hal tersebut.

Kalian bisa bilang Scilica sangat beruntung dalam perkara ini.

Dengan tanpa pengetahuan tentang permasalahan tadi, ia telah memasuki suatu hutan tanpa alasan apapun di lantai yang ia kunjungi hanya karena ia sedang ingin saja. Monster pertama yang ia jumpai tidak menyerangnya, tetapi hanya mendekatinya. Kemudian ia memberikan monster itu sebuah kacang yang ia beli hari sebelumnya tanpa banyak pikir, dan ternyata kacang itu adalah makanan yang disukai oleh si monster.

Monster tersebut adalah seekor «Naga Berbulu». Seluruh tubuhnya dilapisi oleh bulu-bulu biru pucat yang lembut, dan ia memiliki dua bulu yang panjang sebagai ganti dari ekor. Naga kecil tersebut adalah monster yang sangat jarang dijumpai. Mungkin Scilica adalah orang pertama yang berhasil menjinakkannya, karena ia langsung menjadi pusat perhatian saat ia kembali ke kota asalnya «Friben» di lantai delapan dengan si naga kecil menduduki pundaknya. Hari berikutnya, tak terhitung banyaknya pemain yang mencoba untuk menjinakkan Naga Berbulu setelah mendengar informasi dari Scilica, namun tidak ada yang berhasil.

Scilica menamai naga kecil tersebut «Fina». Nama itu sama dengan nama yang ia berikan pada kucing miliknya di dunia nyata.

Monster-monster familiar dikenal memiliki stats[6] yang rendah untuk pertarungan sebenarnya dan Fina bukanlah pengecualian. Tapi sebagai gantinya mereka memiliki sejumlah skill spesial: kemampuan memindai yang memperingatkan sang pemain bahwa ada monster yang mendekat, skill yang sedikit menyembuhkan si pemain, dan sebagainya. Semua skill tersebut lumayan berguna dan menjadikan perburuan sehari-hari jauh lebih mudah. Tapi yang paling menyenangkan Scilica adalah kehangatan dan kenyamanan yang dibawa oleh keberadaan Fina.

AI[7] dari seekor familiar memang tidak begitu hebat. Tentu saja, familiar tidak bisa bicara, dan mereka hanya bisa mengerti beberapa lusin perintah. Tapi bagi Scilica, yang memasuki game tersebut saat dia hanya berusia dua belas dan tengah diliputi rasa takut dan gelisah, Fina adalah penyelamat yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa «Petualangan» Scilica --- yang sebenarnya berarti «Hidup» di sini --- dimulai oleh Fina.

Setelah setahun, Scilica dan Fina telah naik level dengan lancar dan kemampuannya sebagai pemakai pisau sudah cukup baik. Itulah yang membuatnya lumayan terkenal diantara para pemain level pertengahan sebagai salah satu yang terbaik dari mereka.

Tentu saja, dia masih jauh dari para petarung kelas atas yang bertempur di garis depan; tapi di sisi lain, beberapa ratus orang yang bertekad untuk menyelesaikan game ini diantara total tujuh ribu pemain lebih jarang terlihat dibanding para beast tamer. Karena itulah, menjadi terkenal diantara para pemain rata-rata kurang lebih sama dengan menjadi seorang idola di dalam game ini.

Karena pemain perempuan itu agak jarang, apalagi yang seumurannya, tidak butuh waktu lama bagi «Dragon Master Scilica[8]» untuk menjadi pemain terkenal dengan banyak penggemar. Ia menerima banyak sekali undangan dari kelompok dan guild[9] yang menginginkan seorang pemain idola dan bagi Scilica yang baru berusia tiga belas tahun, menjadi terlalu bangga dengan dirinya sendiri sudah tak terhindarkan lagi. Tetapi akhirnya, harga diri itu menyebabkannya melakukan kesalahan yang tidak dapat dia ubah lagi sebesar apapun penyesalannya.

Sebuah pertengkaran karena hal kecil memulai semuanya.

Waktu itu Scilica berada di dalam hutan yang sangat luas di utara lantai tiga puluh lima, dikenal sebagai «Hutan Pengembaraan», dengan kelompok yang ia jumpai dua minggu sebelumnya. Saat itu, garis depan sudah jauh di lantai lima puluh lima, jadi lantai tiga puluh lima sudah terselesaikan. Tapi para petarung kelas atas tidak peduli dengan hal selain menyelesaikan area labirin, jadilah sub-dungeon[10] seperti «Hutan Pengembaraan» populer sebagai target bagi para pemain rata-rata.

Karena kelompok enam orang yang dimasuki Scilica tersusun dari para petarung tangguh, mereka telah bertempur dari pagi dan menemukan item yang lumayan banyak, termasuk beberapa peti harta karun. Tapi ketika matahari mulai terbenam dan mereka semua mulai kehabisan ramuan penyembuh, mereka mulai berjalan pulang ke area tempat tinggal. Seorang pemain wanita yang langsing yang menggunakan tombak lalu mengucapkan sesuatu, mungkin untuk mengatur Scilica.

"Kita akan membagikan item-itemnya begitu sampai. Tapi karena kamu disembuhkan kadalmu, kamu ga akan butuh kristal penyembuhnya kan?"

Scilica merasa tersinggung lalu menyerang balik.

"Kamu bahkan tidak maju ke depan dan cuma berkeliaran di belakang kelompok, jadi kamu juga tidak pakai kristal."

Setelah itu, pertengkaran semakin memanas, dan usaha sang ketua tim, seorang pengguna pedang dan perisai, untuk menghentikannya sama sekali diabaikan. Akhirnya, dalam kemarahan Scilica berkata:

"Aku tidak butuh item-itemnya. Aku tidak akan sekelompok dengan kalian lagi. Lagian banyak orang yang ingin sekelompok denganku!"

Mengabaikan saran sang ketua untuk setidaknya tetap bersama dengan kelompok sampai mereka keluar dari hutan tersebut dan sampai di area tempat tinggal, dia meninggalkan grup itu dan berjalan tanpa arah di sebuah jalur kecil.

Walaupun dia sendirian, dia telah menguasai tujuh puluh persen skill pisaunya dan mempunyai Fina untuk mendukungnya, jadi monster-monster lantai tiga puluh lima bukan masalah baginya. Dia dapat melalui hutan itu dan kembali ke area tempat tinggal tanpa masalah apapun. Itu, kalau dia tidak tersesat.

Bukan tanpa alasan hutan itu dijuluki «Hutan Pengembaraan».

Hutan yang sangat besar itu dipenuhi pohon-pohon besar yng menjulang tinggi dan terbagi menjadi area-area seperti papan catur; satu menit setelah kalian menjejakkan kaki di sebuah area, area itu akan disambungkan oleh warp[11] ke area lain yang sama sekali berbeda secara acak. Jika kalian ingin keluar dari hutan itu, kalian harus melalui setiap area dalam satu menit, atau membeli peta yang mahal dari sebuah toko di area tempat tinggal, yang memeriksa area-area yang tersambung dengan lokasi kalian ketika kalian melewati hutan tersebut.

Tapi satu-satunya orang dengan peta itu hanyalah si ketua. Karena menggunakan kristal teleport di dalam Hutan Pengembaraan justru menteleport[12] kalian ke area lain di hutan bukannya kembali ke kota, Scilica harus mencoba melewati tiap area. Namun berlarian diantara akar pohon yang besar-besar dan mengikuti jalan setapak yang berliku-liku ternyata lebih sulit dari yang ia bayangkan.

Scilica memutuskan untuk terus menuju arah utara, tetapi karena batas waktunya selalu terlewat persis sebelum dia dapat mencapai ujung area tersebut, maka dia selalu berakhir di suatu area tak dikenal lagi dan lagi. Sebentar kemudian dia mendekati batas kesadarannya sebelum pingsan karena kelelahan. Cahaya merah dari matahari terbenam semakin menua dan dia merasa semakin cemas melihat langit menggelap dan peluangnya keluar dari dungeon tersebut makin mengecil.

Akhirnya, Scilica berhenti berlari dan mulai berjalan, berharap dia bisa sampai ke area di ujung hutan secara kebetulan. Tapi keberuntungan tidak berpihak padanya, dan banyak monster yang menyerangnya setiap kali dia tersandung. Bahkan dengan levelnya yang jauh lebih tinggi, saat hari semakin gelap dia bahkan tidak bisa melihat apa yang ada di tanah dengan jelas. Walau dia memiliki Fina untuk menolongnya, dia tidak berhasil keluar dari setiap pertarungan tanpa terluka dan akhirnya dia menghabiskan tidak hanya ramuannya yang tersisa tapi juga ramuan penyembuh darurat miliknya.

Seakan merasakan kegelisahan Scilica, Fina membelai pipi Scilica dengan kepalanya selagi mendengkur di bahunya. Scilica menyesali ketergesaan dan harga dirinya yang telah membuatnya terjebak dalam situasi ini seraya membelai leher panjang partnernya dengan gaya menenangkan.

Sambil berjalan dia bergumam dalam pikirannya:

"Maafkan aku. Aku tak lagi berpikir aku ini istimewa. Jadi tolong biarkan aku keluar dari hutan ini saat aku melakukan warp berikutnya."

Dia melangkah ke zona warp lain sambil berdoa. Setelah gelombang memusingkan yang singkat, yang muncul di hadapannya adalah hutan belantara yang sama dengan yang telah ia lihat di waktu-waktu sebelumnya. Bahkan tidak ada tanda-tanda dataran di kegelapan dibalik pohon-pohon tinggi itu.

Ketika Scilica yang kecewa mulai berjalan lagi, Fina dengan cepat mengangkat kepalanya dan mengeluarkan pekikan tajam. Sebuah peringatan. Scilica segera mengambil pisaunya dan mengarahkannya ke arah yang ditatap Fina dari tadi.

Beberapa detik kemudian, sebuah geraman pelan terdengar dari balik sebuah pohon besar yang tertutup lumut. Begitu Scilica memfokuskan pandangannya, muncul sebuah kursor kuning. Mereka ada beberapa. Dua, bukan... tiga. Nama monsternya «Kera Mabuk». Mereka salah satu monster terkuat di Hutan Pengembaraan. Scilica menggigit bibirnya.

Walaupun begitu---

Mereka tidak seberbahaya itu jika hanya melihat levelnya. Ketika pemain level menengah, seperti Scilica, pergi ke medan perburuan, sudah menjadi akal sehat untuk beberapa level lebih tinggi dari monster yang muncul. Biasanya, level mereka cukup tinggi untuk mengalahkan lima monster sendirian tanpa menggunakan item penyembuh.

Alasannya adalah, tidak seperti para petarung kelas atas di garis depan, pemain-pemain kelas menengah berpetualang untuk mendapatkan coll yang cukup untuk hidup sehari-sehari, untuk mendapatkan cukup experience[13] supaya dapat bertahan di kisaran level rata-rata, dan terakhir untuk menghilangkan kebosanan. Diantara alasan-alasan ini, tidak satupun yang patut untuk mempertaruhkan nyawa kalian untuknya. Bahkan, masih ada sekitar seribu pemain di «Starting City» yang menolak untuk meningkatkan kemungkinan tewas sekecil apapun.

Tapi seseorang butuh penghasilan tetap untuk makan dan tidur. Ditambah lagi, semua pemain MMORPG[14] seperti terkena wabah yang membuat mereka merasa tidak aman jika mereka setidaknya berada di level rata-rata. Karena inilah, setelah satu tahun setengah setelah game ini dimulai, kebanyakan pemain sekarang bepergian ke medan perburuan dengan level yang jauh lebih tinggi untuk menikmati petualangan di dunia ini.

Karenanya, para Kera Mabuk, yang dibanggakan sebagai salah satu dari monster terkuat di lantai tiga puluh lima, bukan benar-benar tantangan bagi Scilica; setidaknya begitulah yang seharusnya.

Scilica mengangkat pisaunya seraya memaksa pikirannya untuk berkonsentrasi. Fina juga melayang naik sebagai persiapan bertarung.

Monster-monster yang muncul dari belakang pohon tersebut merupakan antropoid yang tertutup bulu merah tua. Mereka memegang pentungan kasar di tangan kanannya dan sejenis kundur[15] yang diikat oleh sebuah benang di tangan kirinya.

Begitu kera-kera tersebut mengangkat pentungannya dan memperlihatkan gigi mereka untuk meraung, Scilica menyerbu ke arah kera yang di depan untuk melakukan serangan pertama. Dia berhasil melakukan pukulan telak dan mengurangi HP[16] kera itu lumayan banyak dengan «Rapid Bite», sebuah skill pisau tipe menyerbu kelas menengah, lalu melakukan sebuah combo[17] berkecepatan tinggi yang merupakan salah satu keuntungan terbesar dari menggunakan pisau.

Para Kera Mabuk menggunakan skill-skill gada tingkat rendah, dan walaupun setiap pukulan memiliki kekuatan yang dahsyat, mereka lamban dan tidak memiliki kombo multi-pukulan. Scilica menghujani Kera Mabuk itu dengan serangan lalu mundur sejenak hanya untuk menyerbu lagi untuk memulai penyerangan baru. Setelah melakukannya beberapa kali, HP Kera Mabuk tersebut telah berkurang banyak dalam waktu sebentar. Kadang-kadang, Fina juga menggunakan serangan nafasnya yang seperti gelembung untuk membingungkan musuh.

Tetapi persis sebelum dia akan menggunakan skill keempatnya «Fad Edge» dan membunuh kera pertama...

Seekor lawan baru muncul dari belakangnya, bertukar dengan si kera pertama selama waktu jeda yang singkat. Scilica tidak punya pilihan selain mengganti sasarannya dan mulai menyerang si kera kedua. Si kera pertama lalu mundur dan mengayunkan kundurnya dengan tangan kirinya—

Scilica terkejut begitu dia melihat sekilas bar HP si Kera Mabuk pertama. Bar HP nya terisi kembali dengan kecepatan mengagumkan. Tampaknya kundur tersebut mengandung sejenis cairan penyembuh.

Dia telah menghadapi Kera Mabuk di lantai tiga puluh lima sebelumnya, tetapi waktu itu mereka hanya berdua, dan dia membunuh keduanya sebelum mereka punya kesempatan untuk bertukar, jadi dia tidak mengetahui skill spesial ini. Scilica mengertak giginya dan berkonsentrasi untuk menghabisi si kera kedua dengan benar.

Namun begitu dia mengurangi bar HP si kera ke zona merah dan memperlebar jarak diantara mereka untuk memulai serangan terakhirnya, kera itu bertukar dengan kera lainnya. Kera mabuk yang ketiga. Pada saat itu kera yang pertama sudah hampir mengisi penuh bar HP nya.

Kalau begini terus tidak akan ada akhirnya. Mulut Scilica mengering karena gelisah.

Scilica memang sebenarnya hampir tidak punya pengalaman bertarung solo sama sekali. Walaupun dia mempunyai keuntungan karena perbedaan level yang besar sekali, itu hanyalah angka-angka; kemampuan sebenarnya si pemain adalah hal yang sama sekali berbeda. Kegelisahan yang muncul di pikiran Scilica mulai berubah menjadi rasa bingung. Dia mulai lebih sering meleset, sehingga memberikan ruang untuk lawannya menyerang balik.

Ketika dia berhasil mengurangi sekitar setengah HP kera mabuk ketiga, usahanya untuk terus melakukan combo menyebabkannya terjerembab. Sang kera tidak melewatkan kesempatan itu dan menyerang balik, yang berhasil mendaratkan sebuah pukulan telak.

Gada kayu nya dibuat dengan kasar, namun damage dasar dari beratnya dikombinasikan dengan kekuatan si Kera Mabuk menyebabkan HP Scilica berkurang hampir tiga puluh persen. Rasa takut pun menyerang sekujur tubuhnya.

Fakta bahwa dia telah kehabisan ramuan penyembuh menambah kegugupannya. Nafas Fina memulihkan sekitar sepuluh persen HP nya, namun kemampuan itu bukanlah sesuatu yang bisa Fina gunakan terlalu sering. Bahkan dengan kemampuan itu pun, jika dia terkena serangan seperti itu tiga kali lagi --- dia akan mati.

Mati. Scilica membeku begitu kemungkinan tersebut melintas dalam pikirannya. Tangannya tidak mau terangkat. Kakinya tidak mau bergerak.

Sampai sekarang, bertarung selalu mengasyikkan, tetapi selalu jauh dari bahaya sesungguhnya. Scilica sebelumnya tidak pernah berpikir bahwa bertarung itu terhubung dengan «Kematian» sesungguhnya---

Saat dia berdiri membeku di depan Kera Mabuk yang meraung dan mengangkat pentungannya lagi, Scilica menyadari untuk kali pertama arti sebenarnya dari bertarung dengan monster di SAO. Ini sebuah kontradiksi; SAO adalah sebuah game, tapi di saat yang sama SAO bukanlah sesuatu untuk dimainkan.

Dengan suara tumpul gada yang membelah udara, serangan tersebut membentur Scilica begitu dia berdiri dengan tegar. Dia tidak mampu menerima dampaknya dan roboh ke tanah. HP nya berkurang banyak dan berubah menjadi oranye.

Dia tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Dia bisa melarikan diri. Dia bisa menggunakan kristal teleport. Masih ada pilihan lain yang bisa dia buat, namun dia hanya terpana melihat pentungan itu saat si kera mengangkatnya untuk kali ketiga.

Senjata yang kasar itu mengeluarkan sebuah kilauan merah, dan ketika dia akan menutup matanya secara refleks---

Sebuah sosok kecil melompat ke ruang diantara Scilica dan gada si kera. Sebuah suara yang berat dan menakutkan terdengar. Bulu-bulu biru langit berhamburan seketika begitu bar HP yang kecil itu turun ke angka nol.

Fina menatap Scilica dengan matanya yang bulat dan biru setelah dia jatuh ke lantai. Ia mengeluarkan geraman lemah lalu berhamburan menjadi polygon yang tak terhitung banyaknya. Sebuah bulu ekor yang panjang melayang turun bagai sedang menari.

Sesuatu meletup dalam diri Scilica. Benang yang telah menjaganya sudah menghilang. Sebelum rasa sedih sempat menyeruak, dia merasa marah: marah kepada dirinya sendiri karena tidak dapat bergerak hanya karena telah terkena satu serangan; dan sebelum itu, marah kepada dirinya sendiri karena takabur untuk mencoba melalui hutan itu sendirian hanya karena ia merasa kesal oleh pertengkaran kecil.

Dengan gerakan yang luwes Scilica melangkah mundur, menghindari serangan yang diayunkan ke arahnya oleh si monster. Dia lalu menyerbu dengan sebuah teriakan. Pisau di tangan kanannya berkilau begitu menghujani si kera dengan serangan.

Scilica bahkan tidak mencoba untuk menghindari pentungan kera yang bertukar dengan temannya setelah melihat HP temannya itu berkurang, namun malah menangkisnya dengan tangan kirinya. HP nya berkurang, walaupun tidak sebanyak jika terkena langsung. Tetapi ia mengabaikannya dan mengejar kera ketiga, kera yang telah membunuh Fina.

Scilica memanfaatkan perawakannya yang kecil, menerjang langsung ke arah si kera, dan menusukkan pisaunya ke kera tersebut. Dengan sebuah efek pukulan kritikal yang menyilaukan, HP musuhnya habis tak bersisa. Pertama suara jeritan, lalu suara benda pecah yang terdengar.

Diantara sisa-sisa yang sedang berhamburan, Scilica memalingkan tubuhnya dan menyerbu ke arah sasaran baru. Bar HP nya sudah menjadi berwarna merah yang berarti bahaya, tapi dia sudah tak peduli lagi. Dia hanya melihat musuh yang harus ia bunuh, seakan diperbesar untuk memenuhi pandangan matanya.

Dia bahkan lupa rasa takutnya terhadap kematian dan baru akan mencoba melakukan sebuah serbuan mematikan di bawah gada yang sedang mengayun.

Sebuah cahaya putih bersih memotong kedua Kera Mabuk itu begitu mereka berdiri berdampingan.

Badan kedua kera itu masing-masing terbelah dua dalam sekejap; lalu mereka pecah dan menghilang.

Scilica berdiri dengan lunglai ketika dia melihat seorang pemain pria dibalik pecahan-pecahan yang berhamburan. Dia berambut hitam dan memakai mantel hitam. Dia memang tidak terlalu tinggi, namun aura keberadaan yang luar biasa terpancar dari dirinya. Scilica melangkah mundur begitu dia merasakan rasa takut yang naluriah. Mata mereka bertemu.

Tetapi matanya sunyi dan sedalam kegelapan. Anak laki-laki itu menyarungkan pedang satu tangannya ke dalam sarung pedang di punggungnya dengan bunyi berderang lalu membuka mulutnya.

"Maafkan aku. Aku gagal menyelamatkan temanmu"

Dia kehilangan tenaga begitu mendengarnya. Dia tidak dapat lagi menahan air mata membasahi pipinya. Dia bahkan tidak menghiraukan pisaunya terlepas dari tangannya dan jatuh ke tanah. Segera setelah dia melihat bulu biru langit di tanah, dia langsung berlutut di hadapannya.

Setelah kemarahannya hilang, perasaan sedih dan kehilangan menguasainya. Mereka mewujud dalam bentuk air mati dan bergulir menuruni pipinya tanpa henti.

Familiar tidak diprogram untuk menghentikan serangan sebagai perilaku normalnya. Fina telah menghadang serangan itu dengan kemauannya sendiri --- bisa dibilang itulah hasil dari cintanya terhadap Scilica, yang telah menghabiskan waktu setahun bersamanya.

Sambil mencengkram dirinya sendiri, Scilica bergumam sambil menangis.

"Kumohon... jangan tinggalkan aku sendiri... Fina..."

Namun bulu biru langit itu tidak memberikan jawaban apapun.

Catatan Penerjemah[edit]

  1. Secara harfiah, artinya penjinak binatang buas.
  2. Semacam pengikut, baca Zero no Tsukaima untuk lebih jelasnya.
  3. Artinya profesi atau pekerjaan
  4. Artinya jurus atau kemampuan
  5. Artinya kurang lebih suatu kejadian yang dipicu suatu syarat tertentu, banyak terjadi dalam game.
  6. Maksudnya kemampuan yang dimiliki, misalnya kemampuan bertahan, menyerang, kecerdasan, dll.
  7. Artificial Intelligence alias Kecerdasan Buatan
  8. Scilica si Penguasa Naga
  9. Sejenis organisasi untuk petarung, banyak ada di game online
  10. Arti harfiahnya adalah gua, tapi sebenarnya dungeon itu adalah tempat untuk berburu yang monsternya lebih banyak dari tempat lain dan biasanya ada bosnya
  11. Dalam konteks ini artinya pintu yang memindahkan pemain dari suatu area ke area lain
  12. Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain secara instan
  13. Experience alias pengalaman adalah sejenis parameter/syarat untuk naik level dalam game
  14. Massive Multiplayer Online Role Playing Game, sejenis tipe game online dimana kita bisa bertemu banyak orang lainnya dan berpetualang
  15. http://www.gourdfarmer.com/node/12
  16. HP(Health Point) atau biasa disebut darah di Indonesia adalah ukuran kehidupan sang pemain, kalau habis maka si pemain tersebut mati. Kalau bar HP maksudnya persegi panjang warna hijau yang biasanya ada di pojok atas game berantem.
  17. Serangan berturut-turut yang cepat


Back to Prolog Return to Main Page Forward to Part 2