Oregairu (Indonesia):Jilid 2 Prolog

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Prolog[edit]

Ketika Minggu Emas berakhir, setiap hari mulai terasa lebih panas dari hari sebelumnya. Demikian juga saat para murid dengan terlalu banyak waktu luang membuat kehebohan besar, yang membuat hari-harinya terasa lebih panas dari yang diperlukan. Aku mungkin saja tipe orang yang berkepala dingin, dan keras kepala, tapi aku juga menggelikannya lemah melawan rasa panas. Dan begitulah, dalam pencarianku akan tempat yang sedikit lebih sejuk, aku berpaling ke daerah asing.

Temperatur normal manusia itu 36°C. Mengacu pada angka tersebut, berkumpul dengan orang lain membuat cuacanya lebih terasa seperti di dalam perapian daripada di hari pertengahan musim panas biasa. Bahkan aku tidak mampu menghadapi kelembaban dan temperatur setinggi itu.

Kucing melakukan hal yang sama, kamu tahu? Mereka pergi ke tempat yang terpencil ketika cuacanya panas. Karena keinginanku untuk melindungi diriku dari cuaca panasnya, aku juga menuju ke suatu tempat tanpa keberadaan manusia. Supaya kalian tahu saja, Itu bukan seakan aku merasa tidak nyaman di dalam kelas atau merasa aku tidak menyesuaikan diri atau semacamnya - sama sekali tidak seperti itu.

Ini adalah sebuah tindakan insting - atau, untuk lebih kasarnya, teman-teman sekelasku yang tidak melakukan hal yang sama sudah gagal sebagai makhluk hidup. Mereka berkumpul dalam kelompok karena mereka lemah. Kamu tahu, hanya makhluk lemah yang membentuk kelompok atas insting mereka. Para herbivora bergerombol bersama sehingga mereka dapat mengorbankan salah satu dari mereka ketika mereka diserang oleh para karnivora, dan teman-teman sekelasku itu tidak ada bedanya. Mereka mengunyah rerumputan dengan tampang tidak bersalah di wajah mereka saat teman mereka termangsa.

Jadi, ya. Hewan kuat tidak berkumpul dalam kelompok atau sesuatu semacam itu. Apakah mereka tidak tahu sebuah frasa "serigala penyendiri[1]"? Kucing itu imut dan serigala itu keren. Dengan kata lain, para penyendiri itu imut dan keren.

Selagi pemikiran ngawur itu berlagak penting di dalam kepalaku, aku terus menggerakkan kakiku. Tujuanku : tangga menuju atap. Rutenya dipenuhi dengan meja-meja, jadi seseorang hanya bisa lewat dengan menyelipnya.

Jika itu hari biasanya, maka pintu menuju atap seharusnya dikunci dengan ketat. Tapi hari ini, gemboknya terbuka dan bergelantungan di tempat. Aku rasa bahwa ada beberapa orang dari kelas lain telah datang ke atap untuk pamer dan mempermalukan diri mereka sendiri - kamu tahu kata orang tentang asap, orang-orang bodoh, dan tempat ketinggian[2]?

Dorongan pertamaku pada saat-saat seperti ini adalah memberi mereka pelajaran dengan menyusun tiga meja dan dua kursi untuk menghalangi jalan mereka. Kemampuanku untuk beraksi membuatku menabjubkan seperti biasanya. Betapa jantan. Kyaa. Bercintalah denganku.

Tapi kemudian aku sadar suasananya begitu hening di luar pintu. Sungguh aneh. Sejauh yang kutahu, pria dan wanita riajuu keduanya membenci keheningan. Konsepnya mirip seperti hewan takut dengan api. Mereka menafsirkan keheningan itu membosankan, jadi untuk meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka bukan orang-orang yang membosankan, mereka berbincang dan mengomel serta mengoceh. Di sisi lain, ketika mereka berbicara denganku, mereka menelan kebosanan mereka dan memikatku dengan keheningan. Aku heran apa yang sebenarnya dimaksud dari keheningan itu… tidak, itu tidak seperti yang kalian pikirkan - aku lebih suka orang pendiam.

Dari keheningan yang tentram ini, itu benar-benar terasa seakan tidak ada satupun riajuu itu yang ada di atas sana. Mungkinkah benar-benar tidak ada satu orangpun disana?

Ketika tidak ada orang di sekitarmu, kamu menjadi sangat energetik - itulah apa yang dimaksud dengan menjadi seorang penyendiri. Itulah bagaimana diriku. Itu bukan artinya menjadi pemalu di sekitar orang lain atau sesuatu semacam itu - itu hanyalah rasa pengertian biasa pada orang lain atau dorongan untuk tidak menganggu mereka.

Aku merobohkan barikade yang baru saja kubangun dan meletakkan tanganku pada pintunya. Itu adalah jenis kesenangan yang kudapat ketika aku berkelana ke dalam sebuah bar mie di stasiun untuk pertama kalinya, dan jantungku berdebar-debar seperti ini ketika aku meninggalkan Chiba dan pergi sampai ke sebuah toko buku di Yotsukaido untuk membeli sebuah buku porno. Lihat, itu karena aku seorang penyendiri sehingga aku bisa merasakan kegembiraan seunik ini.

Langit biru nan lebar dan cakrawala tak berujung menantiku di balik pintu ini. Atap sekolah sedang berubah menjadi atap pribadiku di depan mataku ini. Orang-orang kaya ingin memiliki jet pribadi dan pantai pribadi dan sebagainya. Para penyendiri yang memiliki waktu pribadi untuk mereka sendiri selalu menjadi pemenang dalam kehidupan, jadi itu berarti para penyendiri seharusnya memiliki status.

Langitnya sangat luas dan cerah, seakan sedang memberitahuku bahwa suatu hari aku akan mendapatkan kebebasan di dalam dunia yang mengukung ini. Jika aku mendeskripsikannya dengan istilah mahakarya abadi, maka istilah itu akan datang dari sesuatu seperti 'The Shawshank Redemption'.Yaaah… Aku tidak pernah menontonnya, tapi judulnya membuatnya terlihat seperti film semacam itu.[3]

Menatap ke langit yang kabur serta jauh dan menatap ke masa depan itu kira-kira merupakan hal yang sama bagiku. Jadi ini merupakan tempat yang cocok untuk mengisi suatu Formulir Survei Tur Tempat Kerja Prospektif yang kupegang ditanganku. Kunjungan ke tempat kerja bagiku sama seperti tanggal ujian yang sudah diumumkan. Di dalam lembaran kertas itu, aku dengan hati-hati menuliskan karir prospektifku dan tempat kerja yang ingin kubiasakan, bersama dengan alasanku untuk itu. Aku sudah sangat yakin dengan rencana masa depan yang kutanamkan ke dalam diriku, jadi tanganku tidak pernah terlepas dari kertasnya. Bahkan tidak memakan waktu dua menit untuk menuliskannya semua.

…tapi kemudian-

Anginnya bertiup. Itu adalah jenis angin yang memiliki maksud, jenis angin yang menjanjikan sebuah pertemuan yang ditakdirkan setelah sekolah. Selembar kertas dengan impianku tertulis di dalamnya terbang untuk bertemu masa depan seakan itu telah menjadi sebuah pesawat kertas.

Aku mungkin sedang memakai deskripsi yang bermuluk-muluk, tapi aku tentu saja sedang membicarakan tentang kertas yang baru saja kutulisi beberapa saat yang lalu. Oi, lontong kamu, angin, taik kamu.

Seakan sedang mengejekku, kertasnya melayang ke tanah, hanya untuk terbang sekali lagi pas saat kupikir kertasnya sudah berada di dalam gengamanku.

…meh, tidak usah repot. Aku akan mengambil kertas lain dan menulisinya lagi. Motto favoritku adalah "jika itu tidak berhasil ketika kamu mencobanya, menyerah saja", jadi aku tidak segeram itu. Selagi kita membicarakannya, kalian bisa menambahkan "menyerah saja ketika sesuatu menjadi sulit" pada motto itu.

Mengangkat bahu, aku mulai berjalan pergi - dan saat itulah ketika hal itu terjadi.

“Ini punyamu?”

Aku mendengar suara. Aku berhenti, lalu mencari pemilik suara yang sedikit parau dan agak terdengar lesu itu di sekelilingku, tapi tidak ada satu orangpun disekitarku. Sendirian itu normal bagiku, tapi itu bukanlah apa yang kumaksud sekarang ini - aku tidak bisa menemukan jejak orang lain di atap ini.

“Kemana kamu mencari?” Aku mendengar suara itu tertawa mencemooh dari atas.

Jika suara itu ada di atasku, maka aku yakin dari mana itu berasal. Itu berasal dari suatu tempat yang memanjang lebih jauh lagi ke langit daripada atapnya - tangga yang menuju ke tangki air.

Pemilik suara itu sedang bersandar ke tangki air itu, menatap ke bawah kearahku. Selagi dia bermain dengan sebuah mancis ratusan yen yang terlihat murahan di tangannya, mata kami bertemu dan dia dengan sembunyi-sembunyi menyelipkannya kembali ke dalam kantung seragamnya.

Rambut hitam panjangnya jatuh sampai sepanjang punggungnya; pita seragamnya tidak diikat, menampilkan lekukan di dadanya; bagian yang tidak perlu di manset kemejanya dilonggarkan; kaki panjang dan tajamnya terlihat dibuat untuk menendang. Tapi apa yang berkesan padaku adalah mata tak berambisinya, yang memandang termenung ke kejauhan. Kantung di bawah matanya benar-benar berkontribusi pada tampang lemah lesunya.

YahariLoveCom v2-015.png

“Ini punyamu?” gadis itu bertanya dengan nada yang sama seperti sebelumnya.

Aku tidak tahu seberapa tua dia, jadi untuk sementara waktu, aku menutup mulutku dan mengangguk sebagai jawabannya. Kamu tahu, aku harus bertingkah formal jika dia itu senpaiku, tapi jika dia bukan, maka itu akan membuatku malu. Kekuatan sejati menjaga kartunya tetap tersembunyi.

“…tunggu sebentar,” dia menghela, saat dia menaruh tangannya di atas tangga itu dan memanjat turun dengan gesit.

…tapi kemudian-

Anginnya bertiup. Itu adalah jenis angin kuat yang membangunkanmu dari alam bawah sadarmu, jenis angin yang menentukan takdir seseorang. Secarik kain yang berisikan mimpiku diberikan kepada angin istimewa itu seakan membakar dirinya ke dalam memori yang kekal.

Aku mungkin sedang memakai deskripsi yang bermuluk-muluk, tapi singkatnya aku melihat celana dalamnya. Oi, kerja bagus, angin, kamu yang terbaik!

Gadis itu melepaskan gengamannya dari tangganya setelah setengah turun, mendarat dengan pelan dengan kakinya, dan kemudian menyerahkan kertasnya padaku - tapi tidak sebelum dia melihat kertasnya sekilas dulu.

“…apa kamu bodoh?” dia berkata dengan singkat, hampir melemparkan kertasnya padaku.

Persis setelah aku menangkapnya, dia tidak menghabiskan waktu lagi dengan langsung berpaling dan menghilang ke dalam gedung sekolah, tidak melihat ke belakang sekalipun. Aku tertinggal disana sendirian, kehilangan kesempatanku untuk mengatakan "terima kasih" atau "apa yang kamu maksud dengan bodoh?" atau "maaf aku melihat celana dalammu".

Aku memegang kertas yang diambilnya untukku dengan satu tangan dan menggaruk kepalaku dengan tangan yang satu lagi. Pada saat yang bersamaan, lonceng yang menandakan akhir jam istirahat berbunyi dari pengeras suara di atas atap. Menganggap itu sebagai tandanya, aku juga memutar kakiku ke arah pintunya.

Black lace[4], huh…” aku bergugam, menghela dengan baik kepuasan dan kekagetan mendalam.

Aku ingin tahu apakah angin laut musim panas ini akan membawa kata-kata itu ke seluruh dunia.


Mundur ke Ilustrasi Novel Kembali ke Halaman Utama Lanjut ke Formulir Survei Tur Tempat Kerja Prospektif

Catatan Translasi[edit]

<references>

  1. Lone Wolf
  2. Dari Pepatah Jepang yang berbunyi "Hanya asap dan orang bodoh yang suka di tempat yang tinggi.
  3. Judul The Shawshank Redemption dalam bahasa Jepang adalah Shawshank no Sora ni, yang secara harfiah berarti "Langit si Shawshank".
  4. Renda Hitam