Difference between revisions of "Zero no Tsukaima ~ Indonesian Version:Volume8 Bab1"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
(Created page with "Bab 1 : Akhir Perang tiap Pihak “Bagaimana? Ini adalah penghargaan dari jiwa-jiwa bulu yang gugur.” Guiche, yang sebangga merak, menunjukkan Medali Jiwa Rambut Putihnya...")
 
m
Line 36: Line 36:
   
 
“Namun Musuh tak bergeming! Sihir diperlukan! Saya bangkit dan mulai memantra – Tangan Bumi!”
 
“Namun Musuh tak bergeming! Sihir diperlukan! Saya bangkit dan mulai memantra – Tangan Bumi!”
  +
  +
Karena kau tak disini, seorang guru menyelamatkan kami, dengan bayaran nyawanya. Jika saja aku lebih ahli dalam sihir air…”
  +
Montmorency mengejapkan mata, menginat waktu itu. Dia mulai menyembuhkan Colbert yangterluka oleh panah sihir, tapi meski sihir air digunakan…dia mencapai batas kekuatan hatinya dan pingsan.
  +
Guiche perlahan menundukkan kepala.
  +
Aku, aku akan belajar lebih banyak. Sebagai anggota keluarga Montmorency yang berdiskusi dengan roh air selama beberapa generasi…aku akan meminta tolong untuk berlatih lebih banyak. Jika penyembuhan airku lebih baik…aku mungkin saja menolong guru.
  +
Karena Colbert tak memiliki keluarga, Kirche yang memperhatikan mayatnya. Karena Kirche pulang hingga kini, dia tak disini. Tak jelas apakah dia akan mengubut pengguna unsur api yang mirip di tanah Germania. Si gadis mungil dengan rambut biru pendek juga menghilang.
  +
“Terlebih lagi, bahkan anak itupun kehilangan orang pentingnya. Jadi tolonglah lebih perhatian. Aakah ini benar-benar waktunya bergembira? Bahkan kau seharusnya tak senang.
  +
Guiche teringat.
  +
Ada isu bahwa familiar Louise, Saito, bertarung sendirian melawan tentara Albion sehingga mereka bisa mundur dari Rosais .
  +
Terguncang, Louise bertemu berkali-kali dengan para Jenderal, tapi meski dia membuat keributan, armada yang kabur takkan berbalik untuk si familiar.
  +
Terlebih lagi, para komandan kapal perang menertawakan saja isu tersebut. Mereka piker mustahil satu orangbisa menghentikan satu tentara. Kau takbisa menghentikan 70.000 prajurit sendirian.
  +
Seluruh orang di sekitar Louise terus mengatakan itu.
  +
Dan bahkan bila kau berasumsi dia menghadang tentara 70.000 orang itu – taka da jalan dia masih hidup. Meski menyedihkan, dia harus menyerah…
  +
Namun Louise tak puas dengan pendapat seperti itu dan terus menolaknya. Begitu armada kembali, berita tentara Albion yang menyerah pada Gallia meningkatkan kebingungan ke titik tertinggi. Mereka berhenti khawatir soal isu pemuda yang mengehentikan tentara Albion, mengira itu hanya gigauan orang gila. Lagipula, selain Saito, ada banyak orang hilang dan tewas.
  +
Hasilnya setelah kembali ke Akademi Shir, Louise menjadi sangat depresi dan belm berbicara dengan siapapun. Seaan-akan pikirannya entah dimana, dia menutup diri di kamar asrama dan tak kemana-mana.
  +
Takdir Saito juga bagian dari isu-isu dalam akademi. Bagaimanapun, kini Saito terkenal dalam akademi untuk dua hal: sebagai “familiar legendaris” dan yang “seharusnya diakui untuk segalanya”.
  +
Montmorency, yang juga mendengar isu-su tersebut, khawatir akan Louise yang menutup diri dan belum pernah meninggalkan kamar.
  +
“Setidaknya, aku ingin melipur laranya. Aku akan melakukan kunjungan pelipur untuk saat ini.”
  +
“Kini kau mengatakannya. Montmorency, kau sangat perhatian.”
  +
“Aku tak benar-benar perhatian. Kau tahu, hingga kini, meski kita dalam perang…Meski ini adalah perang, Aku tak pernah bertarung dalam perang hingga kini…”
  +
“Ya.”
  +
“Aaku seperti ‘air’ dalam berbagai bentuk. Aku akan bertarung dengan caraku…aku hanya berharap aku lebih kuat.”
  +
Melalui jendela, Montmorency menegadah ke langit dan berucap.”
  +
“Aku tak bisa membiarkan kesediahan ini ada. Aku takbisa menyembuhkan bila aku meratapi diri sendiri.”

Revision as of 07:23, 20 October 2015

Bab 1 : Akhir Perang tiap Pihak

“Bagaimana? Ini adalah penghargaan dari jiwa-jiwa bulu yang gugur.”

Guiche, yang sebangga merak, menunjukkan Medali Jiwa Rambut Putihnya pada teman-teman sekelasnya.

“Waah,” teman –teman sekelasnya mendesah

“Apa itu bukan rambut putih melainkan bulu-bulu?”

Komen seseorang, wajah Guiche memerah.

“Aah! Jangan bilang begitu! Itu Penghargaan Rambut putih!”

Guiche melnyapu sekilas sudut kelas. Ada Montmorency disana. Meski seluruh teman sekelasknya berkumpul disekitar Guiche, Montmorency malah menyenderkan sikutnya ke meja dan memandang keluar jendela, terlihat tak tertarik. Hey, lihat kesini, aku inigin kau mendengar ceritanya...Guiche merasa sakit sesaat.

“Baguslah...Guiche, kau menepalai pasukan yang menyerbu pertama kali ke kota Saxe-Gotha?”

“Jangan sebut itu,”

Guiche mengangguk bangga. Semua orang memuji teman sekelas mereka yang memiliki sukses militer yang hebat.

“Tak mungkin itu, Guiche. Jujur saja, sebelum ini kami menyangka kau hanya bajingan bermulut besar, tapi kini kami mengakui kesalahn kami sedalam-dalamnya!”

“Hebat!Guiche! Kau luar biasa!”

Guiche menyender ke belakang saat mendengarkannya. Lalu dia menyilangkan kakinya dan mengangkat satu jari, masih sebangga merak.

“Sekarang saya akan menceritakan tentang pertarungan tentara yang gagah berani melawan para orc.”

Aaah, terjadilah geger.

Guiche melirik Montmorency lagi. Dan mendesah sakit. Alasannya karena Montmorency masih membuang muka...mengapa dia melakukan itu...Guiche makin sedih. Dia lalu mengeraskan suaranya lebih keras dari yang diperlukan. ”Saat tembok runtuh, orc-orc datang dari dalam, susul-menyusul! Saat itu, aku dengan tenang mengomandoi bawahanku dari korps senpi. Platuon pertama! Isi! Arah! Tembak!”

Saat mengatakan “Tembak” Guiche mengankat dan menurunkan tongkatnya.

“Namun Musuh tak bergeming! Sihir diperlukan! Saya bangkit dan mulai memantra – Tangan Bumi!”

Karena kau tak disini, seorang guru menyelamatkan kami, dengan bayaran nyawanya. Jika saja aku lebih ahli dalam sihir air…” Montmorency mengejapkan mata, menginat waktu itu. Dia mulai menyembuhkan Colbert yangterluka oleh panah sihir, tapi meski sihir air digunakan…dia mencapai batas kekuatan hatinya dan pingsan. Guiche perlahan menundukkan kepala. Aku, aku akan belajar lebih banyak. Sebagai anggota keluarga Montmorency yang berdiskusi dengan roh air selama beberapa generasi…aku akan meminta tolong untuk berlatih lebih banyak. Jika penyembuhan airku lebih baik…aku mungkin saja menolong guru. Karena Colbert tak memiliki keluarga, Kirche yang memperhatikan mayatnya. Karena Kirche pulang hingga kini, dia tak disini. Tak jelas apakah dia akan mengubut pengguna unsur api yang mirip di tanah Germania. Si gadis mungil dengan rambut biru pendek juga menghilang. “Terlebih lagi, bahkan anak itupun kehilangan orang pentingnya. Jadi tolonglah lebih perhatian. Aakah ini benar-benar waktunya bergembira? Bahkan kau seharusnya tak senang. Guiche teringat. Ada isu bahwa familiar Louise, Saito, bertarung sendirian melawan tentara Albion sehingga mereka bisa mundur dari Rosais . Terguncang, Louise bertemu berkali-kali dengan para Jenderal, tapi meski dia membuat keributan, armada yang kabur takkan berbalik untuk si familiar. Terlebih lagi, para komandan kapal perang menertawakan saja isu tersebut. Mereka piker mustahil satu orangbisa menghentikan satu tentara. Kau takbisa menghentikan 70.000 prajurit sendirian. Seluruh orang di sekitar Louise terus mengatakan itu. Dan bahkan bila kau berasumsi dia menghadang tentara 70.000 orang itu – taka da jalan dia masih hidup. Meski menyedihkan, dia harus menyerah… Namun Louise tak puas dengan pendapat seperti itu dan terus menolaknya. Begitu armada kembali, berita tentara Albion yang menyerah pada Gallia meningkatkan kebingungan ke titik tertinggi. Mereka berhenti khawatir soal isu pemuda yang mengehentikan tentara Albion, mengira itu hanya gigauan orang gila. Lagipula, selain Saito, ada banyak orang hilang dan tewas. Hasilnya setelah kembali ke Akademi Shir, Louise menjadi sangat depresi dan belm berbicara dengan siapapun. Seaan-akan pikirannya entah dimana, dia menutup diri di kamar asrama dan tak kemana-mana. Takdir Saito juga bagian dari isu-isu dalam akademi. Bagaimanapun, kini Saito terkenal dalam akademi untuk dua hal: sebagai “familiar legendaris” dan yang “seharusnya diakui untuk segalanya”. Montmorency, yang juga mendengar isu-su tersebut, khawatir akan Louise yang menutup diri dan belum pernah meninggalkan kamar. “Setidaknya, aku ingin melipur laranya. Aku akan melakukan kunjungan pelipur untuk saat ini.” “Kini kau mengatakannya. Montmorency, kau sangat perhatian.” “Aku tak benar-benar perhatian. Kau tahu, hingga kini, meski kita dalam perang…Meski ini adalah perang, Aku tak pernah bertarung dalam perang hingga kini…” “Ya.” “Aaku seperti ‘air’ dalam berbagai bentuk. Aku akan bertarung dengan caraku…aku hanya berharap aku lebih kuat.” Melalui jendela, Montmorency menegadah ke langit dan berucap.” “Aku tak bisa membiarkan kesediahan ini ada. Aku takbisa menyembuhkan bila aku meratapi diri sendiri.”