Toaru Majutsu no Index ~ Bahasa Indonesia:Volume3 Chapter2

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Chapter 2: Radio Noise. Level2(Product_Model)[edit]

Part 1[edit]

Hari berikutnya juga diisi les pribadi.

Kelihatan menyedihkan melihat seorang siswa duduk di tengah kelas pada sore hari. Awalnya, Kamijou berpikir, “Ayolah, apa ini sebuah SD di kota yang ditinggalkan penduduknya?” tapi selama pelajaran tambahan itu berlanjut dari tiga hari menjadi empat dan lima hari menjadi enam, cahaya di jiwanya telah menghilang, dan les pribadi itu hanya membuatnya muak.

Tapi pelajaran tambahan itu akan selesai dalam dua hari, termasuk hari ini. Kamijou mungkin bisa merasa tidak semangat bahwa “Liburan musim panas akhirnya dimulai pada tanggal 22 Agustus!?” tapi dia cukup senang hanya dengan keluar dari pelajaran tambahan itu.

Kamijou memandang meja guru di depannya.

Di sana berdiri seorang guru perempuan dengan tinggi 135 cm yang membuatnya terlihat seperti berumur 12 tahun, Tsukuyomi Komoe, yang hanya kelihatan wajahnya di balik meja. Dia sedang berbicara dengan kertas teksnya diletakkan di atas meja, tapi Kamijou bertanya-tanya kenapa dia meletakkan kertasnya di atas meja. Akan lebih mudah untuk dibaca kalau dia memegang kertasnya.

“Jadi untuk eksperimen kartu ESP, bahan kartunya diubah dari resin vinyl menjadi resin ABS, kondisi ini diperlukan dan diberlakukan oleh Amerika pada tahun 1992. Ini adalah sebuah trik agar sidik jari di kartunya memungkinkan untuk menebak kartu apa yang dibalik... Hey, Kamijou-chan, apa kau mendengarkanku?”

“...Iya, Komoe-sensei. Aku dengar, tapi apa hubungannya ini dengan kekuatan psikis?”

Kamijou adalah seorang Level 0. Dengan pemeriksaan dari sebuah mesin tanpa tanding, dia diberi tahu bahwa sekeras apa pun dia berusaha, dia tidak akan bisa membengkokkan satu sendok pun, tapi tidak masuk akal bahwa dia diberi pelajaran tambahan karena dia “lemah”.

Kelihatannya Komoe-sensei mengetahui kontradiksi itu, karena dia berkata,

“Kau tidak boleh menyerah karena kau tidak punya kekuatan. Kalau kau menyerah, hal-hal yang bisa kau peroleh tidak akan kau peroleh. Jadi dengan mempelajari dasar dari kekuatan psikis, kurasa kau bisa mencari jalan untuk menemukan kekuatan milikmu.”

“Sensei?”

“Ya?”

“...Yah, sepertinya kau berusaha keras, tapi hal-hal yang tidak bisa diraih memang tidak akan bisa diraih.”

“Kamijou-chan! Aku tidak bisa mengatakan kalau semua usaha akan menghasilkan kesuksesan, tapi orang-orang yang tidak pernah mencoba tidak akan pernah berhasil! Bahkan peringkat ketiga dari 2.300.000 orang, Misaka Mikoto dari SMP Tokiwadai, pernah menjadi Level 1, tapi dia berusaha keras dan naik hingga menjadi Level 5! Jadi Kamijou-chan juga harus berusaha keras!

“...Seorang elit? Dia? Dia itu seorang gadis yang selalu menendang vending machine!”

“? Kamijou-chan, kau kenal dia?”

“Tidak juga. Yah, kembali ke topik utama, menonton acara di TV dan berkata ‘Lihat siswa SMA itu: mereka seumuran denganmu, tapi coba lihat seberapa aktifnya dia! Dibandingkan dengan dia, coba lihat dirimu, tidakkah kaupikir kau jadi tidak ada harganya?’ Aku bukan tipe orang yang akan termotivasi dengan ceramah seperti itu! Arrrggghhh...”

“Jangan bilang ‘arrrggghhh’ seperti itu padaku! Hal itu membuatku susah!”

“Oke? Jadi kenapa kau kelihatan begitu senang kalau kau merasa susah_”

“Oh, um... Yah, itu karena... um... Karena aku... suka kau...?”

“Buowahh!”

“...Mengajarmu.”

Index v03 065.jpg

“...Oh. Oke, mengajar. Itu membuatku takut... Oh, tunggu! Ayolah! Aku baru saja ingin membelokkan pembicaraan, tapi langsung dikembalikan ke jalur yang benar lagi!”

“Ahaha. Kau terlalu cepat 100 tahun untuk menghadapiku dengan kata-kata. Sekarang, Kamijou-chan, buka halaman 82 bukumu dan baca mengenai kekuatan perlindungan pikiran seorang Psychometer yang digunakan dalam investigasi kriminal.”

Seperti itu, pelajaran tambahan hari ini berlanjut.

Part2[edit]

Dan begitulah, pelajaran tambahan hari itu berakhir.

Saat itu pukul 18.40. Kamijou melewatkan kereta terakhir yang berangkat ketika seluruh siswa seharusnya meninggalkan sekolah, jadi dia sedang dengan santai berjalan melewati distrik perbelanjaan. Demi mencegah pelajar menghabiskan malam di luar, semua kereta dan bus paling akhir di Academy City berangkat pada pukul 18.30. Pemikirannya adalah orang-orang tidak akan keluar larut malam jika sistem transportasi dihentikan.

(Aku tidak yakin apakah harus senang karena tinggal satu hari lagi atau mengeluh karena masih ada satu hari lagi. Bagaimanapun juga, pelajaran tambahan ini sudah berlangsung terlalu lama. Sial. Kalau ini berakhir, aku akan pergi ke pantai!)

Pikir Kamijou pada dirinya sendiri ketika dia pulang sore itu. Tidak kelihatan jika angin sedang berhembus, tapi baling-baling dari kincir angin memang berputar.

“Mh?”

Kamijou menemukan punggung yang kelihatan familier di tengah kerumunan. Punggung milik seorang gadis berambut coklat yang memakai seragam musim panas SMP Tokiwadai. Misaka Mikoto.

Kamijou tidak punya alasan untuk menghindari Mikoto, jadi dia berlari kecil untuk menyusul Mikoto.

“Hei. Apa kau sedang pulang dari pelajaran tambahan juga?”

“Ahn?” respon tidak feminim Mikoto. “Oh, kau.. Aku cukup capek dan aku ingin menyimpan tenagaku yang tersisa, jadi jangan paksa aku mem-biri biri-mu. Jadi apa yang kauinginkan?”

“Tidak ada. Kita kebetulan berada di jalan yang sama, jadi aku cuma berpikir kita bisa jalan bersama.”

“Oh?” Mata Mikoto sedikit memicing. “Kau ‘cuma berpikir’ kau bisa berjalan dengan seorang putri dari Tokiwadai? Heh. Apa kau tahu seperti apa usaha yang dilakukan banyak lelaki untuk berada dalam posisi ini?”

“...Cukup buruk kalau kau menyebut dirimu sendiri sebagai ‘putri dari Tokiwadai’.”

“Aku bercanda, dasar bodoh.” Mikoto menjulurkan lidahnya sedikit. “Apa yang kaupelajari di sekolah lebih penting dari di mana kau bersekolah. Aku yakin kau cukup tua untuk mengetahui paling tidak sebanyak itu.”

“Hmm. Yah, setiap orang punya bidang spesialisasi masing-masing. Omong-omong, adik perempuanmu tidak bersamamu? Aku mau berterima kasih padanya karena membawa minuman kemarin.”

Bulu mata Mikoto berkedut sedikit.

Hanya beberapa milimeter, tapi beberapa milimeter itu terlihat aneh bagi Kamijou.

“Adik perempuanku...? Apa kau menemuinya setelah itu?”

“Yeah...”

(Sial.)

Kamijou mengingat kembali bahwa Mikoto menarik tangan Misaka Imouto dan dengan paksa membawanya pergi dari Kamijou. Apakah dia seharusnya merahasiakan kalau mereka bertemu setelah itu?

Mikoto memicingkan matanya sedikit.

“Apa kau begitu tertariknya dengan adik perempuan ini?”

“Bukan. Aku hanya ingin berterima kasih karena telah membawakan minuman kema-...”

“Jadi kau lebih memilih adikku walaupun kami berdua identik secara visual? Atau kau tidak bisa memilih dan ingin kami berdua?”

“Kubilang bukan! Dari mana kau mendapat pengetahuan seperti itu!!”

Kamijou dan Mikoto berjalan menyusuri jalan utama, melanjutkan perdebatan mereka dalam jalur seperti itu.

Banyak kincir angin yang berbeda berdiri di sepanjang jalan. Kamijou melihat ke atas ke arah baling-baling yang berputar lalu memperhatikan sebuah balon udara mengambang di langit senja. Layar ekshibisi di sisinya menampilkan berita hari itu. Sepertinya, tiga fasilitas riset yang terkait dengan distrofi muskular telah dievakuasi dalam periode dua minggu dan ada kekhawatiran tentang suhu dingin yang intens akan datang ke seluruh kota.

Pembicaraan antara mereka terhenti karena fokus Kamijou teralih ke balon udara itu. Balon udara mungkin terdengar kuno, tapi balon itu menggunakan tenaga matahari untuk memanaskan karbon dioksida dengan menggunakan pemanas untuk daya angkat dan untuk memutar sebuah motor besar untuk daya dorong, jadi balon itu adalah perangkat ekologis yang tidak memerlukan bahan bakar.

Karena usaha yang pasti telah dilakukan dalam pengembangan benda itu, Kamijou bertanya-tanya apakah persediaan minyak dunia akan segera habis. Konsep itu tidak terlalu mengganggunya.

“Aku benci balon udara itu,” gumam Mikoto.

“Ahn? Kenapa?” tanya Kamijou sambil melihat kembali ke arah balon udara. Dia cukup yakin kalau dia pernah mendengar bahwa balon udara itu diterbangkan karena dewan direktur Academy City mengatakan bahwa para pelajar perlu lebih sadar tentang kejadian terbaru.

“...Karena orang-orang mengikuti peraturan yang ditetapkan oleh sebuah mesin,” balas Mikoto diam-diam seolah dia sedang memuntahkan sesuatu yang sangat menjengkelkannya.

Kamijou mengembalikan pandangannya pada Mikoto dengan terkejut. Tidak ada yang aneh di wajahnya. Tidak ada yang aneh sedikit pun. Seolah topeng tanah liat yang hancur telah dibuat ulang ketika dia tidak melihat.

“Kau kenapa? Apa nama benda itu? Um... Tree Diagram[1], ya? Hah, apa kau ini jenis orang yang tidak tahan kalau mesin mengalahkan manusia dalam catur?”

Singkatnya, Tree Diagram adalah super komputer paling pintar di dunia. Komputer itu adalah simulator terhebat yang diciptakan dengan alasan untuk menjadi pembuat prakiraan cuaca yang sempurna.

Prakiraan cuaca mungkin terdengar familier, tapi itu adalah bidang yang hal-hal di dalamnya hanya bisa diprakirakan. Tidak bisa dinyatakan sebagai fakta. Karena pergerakan tiap-tiap partikel udara yang menciptakan “cuaca” sangat kompleks dan terbelit dengan efek kupu-kupu dan teori kekacauan, seseorang bisa mengatakan bahwa ada 80% kesempatan hujan hari berikutnya, tapi tidak ada yang bisa mengatakan bahwa pasti akan hujan pada pukul 09:10:00. Hal itu mulai memasuki ranah mekanika kuantum.

Akan tetapi, Tree Diagram telah memindahkan prakiraan cuaca menjadi prediksi cuaca.

Komputer itu tidak melakukan sesuatu yang rumit. Pada dasarnya, jika komputer itu bisa dengan sempurna memprediksi pergerakan setiap partikel udara di seluruh dunia, hanya ada satu jawaban yang bisa dia capai.

Tree Diagram punya spesifikasi yang cukup gila untuk bisa melakukan itu, tapi beberapa orang punya teori bahwa penggunaannya untuk prakiraan cuaca hanyalah sebuah kedok dan komputer itu punya kegunaan sebenarnya yang lain.

Kebetulan, ada satu aspek yang tidak biasa dari prakiraan cuaca Tree Diagram.

Komputer itu memperhitungkan prakiraan cuaca selama satu bulan sekaligus.

Sebenarnya tidak terlalu masalah karena prakiraannya masih akurat, tapi perhitungan ini masih kelihatan seperti usaha yang tidak diperlukan. Bagaimanapun juga, cuaca bulan depan itu lebih, jauh lebih mungkin meleset dibanding cuaca besok. Jika tujuannya adalah prakiraan cuaca yang akurat, lebih baik jika komputer itu mengulang perhitungannya setiap hari.

Tapi Tree Diagram menggunakan metode yang lebih sulit.

Ada rumor bahwa waktu sisanya digunakan untuk simulasi riset.

Reaksi obat, reaksi fisiologis, reaksi elektris, dan banyak jenis hal lain bisa diperhitungkan oleh Tree Diagram dan beberapa tes bisa dilakukan untuk mengkonfirmasikan jawaban yang diberikan. Bisa menciptakan obat-obatan baru seperti itu terdengar gila. Menurut rumor ini, ada periset yang tidak tahu cara menggunakan tabung percobaan dan yang tidak suka menyentuh tikus lab.

Sebuah super komputer dengan kekuatan sebanyak itu punya banyak musuh. Pendukung supremasi manusia yang benci mesin bisa mencoba meledakkannya dalam serangan teroris kapan saja dan pendukung supremasi AI yang benci manusia mungkin mencoba menyelinap ke dalam area penyimpanan untuk Tree Diagram demi mencuri teknologi yang digunakan.

Demi melindunginya dari musuh eksternal, Tree Diagram sekarang disimpan di tempat di mana tangan manusia tidak bisa menyentuhnya.

Satelit yang diluncurkan oleh Academy City pada dasarnya adalah Tree Diagram.

Fakta bahwa Academy City bisa secara swasta menggunakan teknologi roket yang biasanya hanya diperbolehkan oleh badan nasional menunjukkan seberapa besar pengaruh yang dimiliki Academy City di dunia.

(Yah, fakta bahwa mereka membolehkannya juga menunjukkan seberapa berharga komputer itu.)

Kamijou memandang kosong ke langit senja. Tree Diagram sedang mengorbit di luar atmosfer saat itu dan mungkin akan terus menghitung bahkan jika dunia berakhir.

“Komputer itu adalah otak baja yang melihat umat manusia dari atas, tapi komputer itu tidak bisa berkhianat atau semacamnya. Ini bukan film SF murahan. Sama seperti ATM, komputer itu beroperasi sesuai tombol yang kautekan.”

Tidak peduli seberapa kuat pun superkomputer itu, Tree Diagram hanya bisa beroperasi sesuai apa yang diperintahkan padanya. Sama seperti ATM tidak menghancurkan kehidupan manusia karena mesin memberontak. Mesin itu menghancurkan kehidupan karena tidak digunakan dengan baik.

“...”

Mikoto tidak memberi respon dan melihat ke atas ke langit senja lagi. Kamijou tidak tahu apakah dia sedang melihat balon udara itu atau pandangannya menuju jarak yang lebih jauh dari itu.

“Tree Diagram... Superkomputer terkuat di dunia yang diluncurkan di atas satelit Academy City, Orihime I, untuk menganalisa data cuaca. Sudah dipastikan bahwa tidak ada yang bisa menyusul tingkat teknologinya dalam waktu 25 tahun ke depan,” gumam Mikoto di sela napasnya seperti sedang membaca pamflet Academy City. “Mereka bilang begitu, tapi apa simulator absolut segila itu benar-benar ada?”

“Hah?”

Kamijou melihat balik ke wajah Mikoto, tapi...

“Cuma bercanda! Ah, kurasa aku mulai jadi seorang penyair atau semacamnya. Ah ha ha ha!!”

Mikoto tiba-tiba memukul Kamijou dengan pukulan chop tanpa alasan.

Yang berdiri di depannya memang Misaka Mikoto yang riang, sok pintar, dan egois.

“Ow! Kenapa kaupukul aku begitu!?”

“Kau benar-benar tidak punya mimpi, ya? Bukankah drama pertemanan antara seorang manusia dengan sebuah komputer SF tingkat tinggi berhati manusia kedengaran seperti ada romantismenya!?”

“Dengarkan aku, sialan...”

“Atau bagaimana dengan seorang robot maid tempur?”

“Kubilang dengarkan aku! Dan tidak ada kisah cinta atau hal lain dari drama pertemanan dalam hal-hal seperti itu! Dan apa kau ini benar-benar seorang ‘putri’!? Kupikir seorang putri membaca novel roman dengan secangkir teh di tangan!?”

“Hahn? Tolong hentikan itu. Imej idola dari zaman mana itu? Aku juga manusia, jadi aku membaca manga di toko serba ada tiap Senin dan Rabu.”

“Beli manganya! Membacanya cuma mengganggu saja!”

“Yah, aku harus pergi ke arah ini,” kata Mikoto mengabaikan teriakan Kamijou.

Semangat Mikoto telah berubah setiap saat, tapi lalu dia pergi. Kamijou memandang kosong kepergian Mikoto dengan ekspresi kebingungan di wajahnya.

“...Aku tidak mengerti dia. Apa ini yang kausebut ciri-ciri pubertas? Atau apa dia cuma membenciku?”

Part3[edit]

Tapi kalau begitu, dia tidak bisa mengerti apa yang sedang terjadi di depannya.

(...Itu Mikoto, ‘kan? Apa yang dilakukannya?)

Setelah menyusuri jalan sedikit setelah Mikoto meninggalkannya, dia melihat Mikoto berjongkok di pinggir jalan. Dia berjongkok di samping kotak karton yang berada di bawah kincir angin pembangkit listrik. Tepat ketika otak Kamijou mengirimkan sinyal bahaya karena pemandangan di depannya terasa familier, dia melihat seekor kucing hitam mengintip dari dalam kotak karton itu.

Mikoto sedang mencoba memberi makan kucing itu dengan mendekatkan sebuah roti manis, tapi kucing yang takut itu menekan turun kupingnya dan meringkuk seperti ada yang mengayunkan tinjunya ke kucing itu.

(??? Apa dia begitu membenciku hingga dia sengaja pergi lewat jalan lain demi pergi dariku? Kalau begitu kenapa sekarang dia ada di depanku? Kenapa dia memutar sampai ke depanku?)

Kepala Kamijou penuh pertanyaan, tapi kemudian dia menyadari sesuatu. Di dekat kaki Mikoto yang berjongkok adalah sebuah NV goggles.

Itu bukan Mikoto. Itu adalah Misaka Imouto yang kelihatan sama persis dengan Mikoto.

“...Tanpa kaca mata itu, kau benar-benar tidak bisa membedakan mereka,” gumam Kamijou.

Misaka Imouto tiba-tiba berhenti bergerak sambil memandang kucing hitam itu tanpa emosi. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, dia memutarkan kepalanya seperti sebuah mercusuar untuk melihat ke arah Kamijou.

“Hei. Terima kasih sudah membawakan minuman dan membunuh kutu kemarin.”

“...‘Misaka tidak melakukan itu untuk diberi ucapan terima kasih’, balas Misaka.”

Sedikit rasa jengkel tercampur dalam ketanpaekspresiannya ketika Misaka Imouto mengambil kaca mata infra merahnya dari tanah dan menggantungkannya di dahinya. Dia juga menarik tangannya yang memegang roti manis.

“‘Misaka hanya melepaskan kaca matanya karena dia pernah dengar kalau kucing benci benda bersinar seperti lensa,’ kata Misaka menjelaskan. ‘Apakah dia harus meminta maaf karena membuatmu salah mengira kalau dia adalah Onee-sama?’”

Sambil berbicara, Misaka Imouto entah kenapa menyembunyikan roti manis itu di balik punggungnya tanpa ekspresi.

Walaupun merasa takut sebelumnya, kucing hitam itu mengeong tidak puas.

Kamijou terlihat bingung.

“Kalau aku butuh permintaan maaf hanya untuk hal seperti itu, kurasa ujungnya aku akan meminta setiap orang di dunia untuk mengucapkan permintaan maaf.” Kamijou menghela napas. “Tapi kalau kucing benci dengan lensa, kenapa kau memasang kaca matamu lagi? Apa kau ingin menjaga rasa individualitas?”

Sulit untuk mengetahui kepastiannya karena Imouto memang tidak punya ekspresi dan bertindak sangat tenang, tapi entah kenapa Kamijou merasa seperti dia dengan panik memasang goggles-nya kembali ketika dia tahu seseorang sedang melihatnya.

“‘...Tidak, tidak juga,’ jawab Misaka.”

Dia menjawab dengan cepat, tapi kata-katanya sedikit samar.

Kamijou sekali lagi terlihat bingung. Memang benar melepaskan kaca matanya agar tidak menakuti kucing dan berjongkok sambil mengulurkan roti manis untuk kucing itu kelihatan di luar watak dari Misaka Imouto yang tanpa emosi dan ekspresi, tapi tidak ada alasan untuk menyembunyikan hal ini.

“Jadi kau cukup memberikan roti manis itu ke kucingnya. Kucing itu suka, ‘kan?”

“Bukan... Bukan itu.” Misaka Imouto membatu. “‘Bagaimanapun juga, mustahil bagi Misaka untuk memberi makan kucing ini,’ kata Misaka menyimpulkan. ‘Misaka memiliki cacat yang fatal,’ kata Misaka memberi penjelasan tambahan.”

“Cacat? Jangan mengatakannya seperti itu.”

“‘Tidak, itu adalah istilah yang tepat. Tubuh Misaka terus-menerus menghasilkan medan magnet yang lemah,’ kata Misaka menjelaskan. ‘Tubuh manusia tidak bisa mendeteksinya, tapi sepertinya binatang lain bisa.”

“???”

“Katanya pergerakan aneh binatang yang bertindak sebagai tanda akan terjadi gempa adalah reaksi binatang-binatang itu pada perubahan medan magnet bumi yang disebabkan perubahan di kulit bumi,’ kata Misaka memberi contoh yang mudah dimengerti.

“...Hm. Binatang tidak suka medan magnet dan lari, ‘kan? Jadi apa medan magnetmu membuat binatang membencimu, Misaka Imouto?”

Misaka Umouto terlihat sedikit, sedikit sekali, jengkel.

“‘Hewan-hewan tidak membenci Misaka, hanya sedikit tidak suka saja,’ kata Misaka mengoreksi pernyataanmu.”

“...”

Kamijou merasa sedikit kasihan dengannya, jadi dia memutuskan untuk tidak bercanda lagi. Binatang tidak suka Misaka Imouto karena medan magnet yang dipancarkan tubuhnya dan dia sedang memandang ke kucing yang takut itu dengan mata tanpa ekspresi. Kamijou merasa tidak enak jika mengganggunya, jadi dia memutuskan untuk pergi.

“‘Tunggu,’ kata Misaka memintamu berhenti.”

“Oh! Kau merasakan kalau aku mau pergi hanya dari hawa keberadaanku!”

“‘Dengarkan. Ada seekor kucing hitam di sini,’ kata Misaka sambil menunjuk ke arah kardus. ‘Bagaimana mungkin kau bisa pergi tanpa memberi apa pun pada kucing yang lapar ini?’ tanya Misaka.”

“...Kenapa aku yang harus memberikan makanan ke kucing ini hanya karena kau suka kucing!? Dan yang punya roti manis di tangannya itu kau!”

“‘Bukan, bukan itu. Ada kucing yang terlantar di sini, jadi kenapa kau tidak berpikir untuk memungutnya?’ tanya Misaka sekali lagi. ‘Apa kau tahu bagaimana binatang diperlakukan ketika dipungut oleh pusat kesehatan?’ tanya Misaka sebagai contoh. ‘Pertama, mereka memasukkan binatang itu ke dalam kotak polikarbonat tembus pandang dan menyuntikkan 20 mililiter gas syaraf yang bernama ASD 10 ke dalam...”

“Waa!” teriak Kamijou memotong Misaka Imouto.

Mendengarkan perkataan Imouto ketika kucing yang takut itu melihat Kamijou di mata terasa sangat canggung.

“Kau yang pungut dia! Kau yang menemukannya dan kaulah yang sedang memberinya makanan!”

“‘...Mustahil bagi Misaka untuk memelihara kucing ini,’ jawab Misaka jujur. ‘Misaka tinggal di lingkungan yang sedikit berbeda denganmu,’ kata Misaka memberi alasannya.”

Kamijou menduga peraturan asrama Imouto pasti cukup ketat, tapi kemudian dia ingat kalau asramanya sendiri juga tidak membolehkan hewan peliharaan. Kamijou adalah tipe orang yang tidak punya niat mematuhi peraturan yang dia tidak bisa melihat alasan di balik peraturan itu, jadi terlihat aneh baginya jika Misaka Imouto menyerah memungut kucing itu untuk alasan seperti itu.

Misaka Imouto berjongkok dan hanya memandang mata kucing hitam itu.

Matanya yang tanpa ekspresi mengikuti kucing hitam itu walaupun tahu bahwa kucing itu tidak akan menyukainya.

“...Ahh.”

Kamijou berdiri diam.

Index v03 079.jpg

Dia sudah mengkhawatirkan tentang hal ini ketika dia memungut kucing pertamanya. Dia khawatir bahwa satu kucing akan menyebabkannya memungut kucing kedua dan yang kedua akan menuju yang ketiga dan yang keempat. Tentu saja, keuangan Kamijou tidak cukup baik untuk menciptakan kerajaan binatang.

Kamijou ingin menolak memungut kucing hitam itu, tapi dia punya firasat bahwa Misaka Imouto akan tetap di sana memandangi kucing itu sepanjang malam dan berkelahi dengan orang-orang dari pusat kesehatan jika Kamijou meninggalkannya di sana.

“S-sialan! Kejadian ini persis seperti dengan kucing tiga warna itu!!”

“‘Misaka tidak mengerti apa yang kaukatakan, tapi apa kau berniat memungut kucing hitam ini?’ tanya Misaka. ‘Jika kau tidak memungutnya, pekerja pusat kesehatan akan-...”

“Ya, aku mengerti, aku mengerti. Berhenti memandangku dengan mata tanpa ekspresi itu dan berbicara tentang pusat kesehatan!”

(Kau dan aku memang hidup dalam kemalangan, ya ‘kan?)

Ketika Kamijou memikirkan kucing hitam yang ketakutan itu, dia memungutnya dari dalam kardus.

“Ah, iya! Nama! Ini kucingmu jadi bertanggungjawablah dan berikan dia nama!”

“...Milik Misaka?”

“Yeah, kucing ini milikmu.”

Kamijou melihat ke bawah ke kucing di tangannya dan kucing itu dengan takut memandang balik. Misaka Imouto melihat ke langit senja dengan wajah tanpa ekspresinya seperti biasa.

“Anjing.”

“Hah?”

“Misaka menamai kucing ini Anjing. ...Anjing, padahal kucing. Heh he.”

Ekspresi Misaka Imouto adalah ekspresi seseorang yang teringat lelucon lucu, tapi ekspresinya terlihat sedikit menakutkan.

“...Jangan, um... Tolong berikan nama yang lebih serius dan terhormat agar cocok dengan tipe binatang ini.”

“‘Kalau begitu Tokugawa Ieyasu,’ kata Misaka setelah memikirkan kembali.”

“Itu terlalu terhormat! Tunggu, apa kau ini tipe karakter yang pura-pura berpikir padahal tidak memikirkan apa-apa!?”

“Bagaimana dengan Schrödinger?”

“Jangan! Bahkan walaupun hanya contoh, seorang profesor yang dengan senang hati memikirkan cerita tentang memasukkan kucing ke dalam kotak dan menyemprotkan gas beracun ke dalamnya tidak mungkin menyukai kucing.”

Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk menamai kucing itu nanti. Tapi, Kamijou punya firasat buruk bahwa mereka juga tidak bisa menyetujui sebuah nama nanti dan akhirnya Imouto secara literal memanggil kucing itu “Nanti”.

Part4[edit]

Langit oranye telah berubah warna menjadi ungu.

Kamijou berjalan menyusuri sebuah jalan raya sambil melihat ke arah kucing hitam di tangannya.

Kalau mereka benar-benar akan memelihara hewan, mereka perlu tahu caranya.

(Yah, aku cukup tahu caranya. Tapi Index...)

Kamijou menghela napas sambil menyusuri jalan itu sementara hari terlihat semakin malam. Jika hanya lelucon iseng yang kejam, kau hanya perlu menyingkirkan kekejaman itu, tapi Index melakukannya murni karena kebaikan hatinya, jadi melakukan hal yang sama akan mempunyai efek berlawanan. Karena dia melakukannya karena kebaikan hatinya, dia akan merasa bahwa melakukan seperti yang dilakukannya adalah benar dan tidak akan ragu untuk melanjutkan. Jika Kamijou tidak segera pergi ke toko buku dan membeli buku tentang memelihara kucing, biarawati putih bersih yang tersenyum itu mungkin akan berakhir dengan panggilan Death End.

“‘Ini adalah rute yang berbeda dengan yang kemarin,’ kata Misaka menunjukkan,” kata Misaka Imouto ketika berjalan di sampingnya.

Setiap kali dia melirik ke kucing hitam di lengan Kamijou, dia kelihatan hampir tidak bisa menahan dirinya. Kelihatannya dia sangat sangat ingin mengelus kucing itu, tapi dia memberikan prioritas kepada perasaan takut kucing itu pada medan magnetnya dan menahan diri.

“Oh, aku cuma mau mampir ke suatu tempat sebelum pulang. Ada sebuah buku yang kuinginkan.”

“‘Apa kau sedang menuju toko buku?’ tanya Misaka. ‘Secara geografis, berbelok kanan di persimpangan tadi adalah rute terpendek,’ kata Misaka sambil berbalik.”

“Bukan, aku tidak ingin buku yang baru. Aku menuju ke toko buku bekas di depan sana. Bagaimana cara memelihara kucing tidak berubah. Seratus yen per buku itu harga ideal.”

Kamijou tidak mungkin tahu, tapi pengetahuan dan informasi yang terkait dengan makhluk hidup akan berubah seiring waktu. Mari gunakan latihan baseball sebagai contoh. Sebuah buku sepuluh tahun lalu akan menyuruh seseorang untuk terus melempar dan cukup gunakan nyali untuk menahan rasa sakit agar bisa melempar lebih cepat. Padahal, orang itu akan menghancurkan pundaknya jika dia melakukan itu.

“‘Apa kau ingin membeli buku tentang memelihara kucing?’ tanya Misaka memastikan.”

“Bukan bukunya, tapi lebih ke pengetahuan di dalamnya. Kau kemarin lihat gadis berjubah biarawati dan gadis kuil itu, ‘kan?”

“...” Misaka Imouto melihat wajah Kamijou dengan mata tanpa emosinya. “‘Kuulangi, memperlakukan nyawa kucing dengan ceroboh termasuk tindak kriminal perusakan barang milik,’ kata Misaka memperingatkan.”

“Ah...Eh? Apa, apa kamu marah?”

“‘Misaka tidak marah. Ini bukanlah situasi di mana semuanya akan baik-baik saja selama kau tidak terlibat secara langsung,’ kata Misaka memperingatkan. ‘Jika kau membiarkan mereka berdua melakukan sesuai kehendak mereka walaupun kau tahu apa yang akan mereka lakukan, kau juga turut bertanggung jawab,’ kata Misaka memberikan opini objektifnya.”

“...Maaf. Apa kau marah, Misaka Imouto?”

“‘Misaka tidak marah. Dan tidak semuanya dibolehkan karena tidak dilarang secara hukum,’ kata Misaka menegurmu. ‘Cukup berpikir dengan akal sehat dan...’”

“Ah, aku sudah muak.” Kamijou mengatakannya seolah itu adalah mantras sihir. “Tapi jangan khawatir. Index dan Himegami hanya melakukan itu karena mereka pikir hal itu baik untuk kucingnya. Mereka tidak akan melakukan hal yang jelas-jelas buruk bagi kucingnya seperti memukul atau menyiksanya.”

“‘Dari apa yang Misaka lihat kemarin, pernyataan itu mempunyai kredibilitas hampir mendekati nol,’ respon Misaka. ‘Dan apa yang akan kaulakukan jika buku itu memiliki informasi yang tidak benar? Misaka tahu cara menangani kucing, jadi kau lebih baik meminta nasihatnya tentang car-...”

“Ahhh!” Kamijou tidak membiarkannya menyelesaikan kalimatnya. “Kubilang jangan khawatir! Index dan Himegami hanya melakukan itu karena mereka pikir hal itu baik bagi kucingnya! Mereka tidak akan melakukan hal yang jelas-jelas buruk bagi kucingnya! Seperti memukulnya! Atau menyiksanya!”

“‘...Misaka pikir kau hanya mengatakan hal yang sama kata per kata dengan lebih banyak tenaga di dalamnya,’ kata Misaka menyuarakan pikirannya. ‘Itu bukan inti pembicaraan Misaka. Dia mengatakan bahwa kau seharusnya meminta nasi-...”

“Abhah!” Kamijou menjadi benar-benar tidak bisa dimengerti. “Bubilang bangan bawatir! Bindex dan Bimegami hanya belakukan itu barena mereka bikir hal itu baik buntuk bucingnya! Bereka tidak bakan melakukan bal yang belas-belas buruk bagi bucingnya! Beperti bemukulnya! Batau benyiksanya!

“...(marah)”

“Hah hah...! Ah, itu toko bukunya.”

Mereka sedang berdiri di depan toko buku bekas besar yang merupakan anggota dari rantai toko. Kamijou melihat ke kucing hitam di lengannya dan berpikir sejenak.

“Mh. Setelah kupikir-pikir, aku seharusnya tidak boleh masuk ke toko ini sambil memegang kucing.”

“‘...Itu adalah pernyataan yang sangat ekspositoris, tapi tolong jangan tinggalkan kucing itu dengan Misaka,’ kata Misaka menolak secara preemptif.”

“...Karena medan magnetmu akan membuat kucing ini tidak menyukaimu? Yah, kalau kau bisa melalui penghalang itu, persahabatan sebenarnya akan tumbuh. Makan ini! Ultimate Cat Bomb!”

Kamijou melempar kucing itu pelan ke arah Misaka Imouto yang berdiri di sampingnya (dengan asumsi bahwa dia akan menangkapnya). Tentu saja, refleks kucing itu akan membuatnya mendarat dengan baik walaupun tidak ada yang menangkapnya. Tapi Misaka Imouto dengan refleks menangkapnya (seperti yang sudah diprediksi Kamijou). Itu adalah kebiasaan menyedihkan orang yang cinta binatang.

Misaka Imouto baru saja akan mengeluh, tapi Kamijou sudah masuk ke dalam toko buku bekas itu.

“‘...Sungguh. Apa yang salah dengannya sampai berpikir tidak ada masalah melempar seekora anak kucing?’ tanya Misaka bergumam pada dirinya sendiri.”

Misaka Imouto sekarang sendirian di jalan senja Academy City.

Kucing hitam itu bereaksi pada gelombang elektromagnetik yang dipancarkan tubuhnya dan melihat ke arahnya dengan mata bergetar. Imouto berpikir untuk menurunkan kucingnya ke tanah, tapi kucing itu belum mengakui Kamijou atau dirinya sebagai pemilik. Jika dia melepaskannya di sana, dia punya firasat kalau kucing itu akan lari begitu saja.

Walaupun hanya seekor anak kucing, tidak mungkin seorang manusia bisa menyusul dengan kedua kakinya seorang kucing yang benar-benar berusaha kabur. Hal pertama yang seorang pemilik harus lakukan adalah memberi kucing itu makan dan tempat untuk tidur agar kucing itu merasa aman dan tidak merasakan keperluan untuk kabur.

“‘...Dan dia masih melemparnya,’ kata Misaka sambil menghela napas.

Dia berbicara dengan wajah yang benar-benar tanpa ekspresi. Untungnya, kucing yang dia pegang tidak mengeluarkan cakarnya atau memberontak. Hal ini lebih karena ketakutan dibanding kepatuhan. Memang benar dia ingin menyentuh kucing itu, tapi dia menghela napas lagi karena fakta bahwa menahan diri itu lebih baik daripada melihat kucing itu begitu ketakutan.

Kemudian dia menyadari sesuatu.

Saat itu adalah liburan musim panas, jadi di senja hari Academy City itu, jalanan dipenuhi gadis dan laki-laki yang memakai pakaian kasual. Karena Misaka Imouto memakai seragam sekolah, dia sedikit mencolok.

Tapi, dia tidak semencolok seorang anak laki-laki yang dia lihat.

Kulit dan rambut lelaki itu putih menyeramkan. Kulit dan rambutnya putih, tapi berlawanan dengan imej kesucian yang biasa diberikan warna putih. Warna putih ini adalah warna putih yang sangat kotor. Warna putih busuk itu diperkuat oleh fakta bahwa seluruh baju yang dipakainya berwaran hitam.

Dan matanya.

Matanya merah seperti darah segar, merah seperti api yang terbakar, dan merah seperti dasar neraka.

Dia berada di tengah kerumunan di kejauhan, tapi keberadaan anak itu terlalu jelas. Anak spesial itu tidak melakukan apa-apa. Anak yang berbeda itu memang tidak melakukan apa-apa.

Tapi sekadar fakta bahwa anak yang menyeramkan itu berdiri di jalan yang damai itu sendiri adalah tidak normal.

Dia adalah Accelerator.

Dia adalah Level 5 terkuat di Academy City...bukan, mungkin di seluruh dunia.

Dia memandangi Misaka Imouto dan diam-diam tersenyum.

“...”

Misaka Imouto menurunkan kucing itu ke tanah dalam diam.

Kucing itu akan terbunuh. Kalau kucing itu tetap bersamanya, kucing hitam itu akan terlibat dalam pertempuran dan akan terbunuh. Dia tahu itu, tapi kucing itu tidak mau meninggalkannya. Terus gemetar, kucing itu hanya melihat ke wajahnya sambil mengeong.

Accelerator terus melihati Misaka Imouto dan tersenyum. Senyuman di kejauhan itu sesat, gila, dan aneh. Warna putihnya berpijar, kotor, dan gila.

Sebuah bayangan melintas di pikiran Misaka Imouto.

Bayangan lengan seorang gadis yang putus di malam hari karena Metal Eater miliknya meledak.

Tepat saat itu, keseharian Misaka Imouto berakhir.

Tepat saat itu, neraka untuknya dimulai.

Part5[edit]

Laki-laki dan perempuan membanjiri toko yang berpendingin udara itu.

Rantai pertokoan buku bekas itu mengiklankan kemurahannya dan bahwa membaca di dalam toko diperbolehkan. Kebanyakan orang di dalam toko itu berada di sana karena mau membaca suatu manga tapi tidak cukup ingin untuk membelinya.

“...”

Kamijou berdiri bengong di antara semua itu.

Memang ada buku berjudul “Cara Memelihara Kucing” di rak buku di depannya. Punggung bukunya sudah pudar dan buku itu jadi lebih mudah karenanya, jadi dia tidak ada keluhan tentang itu.

Tapi Kamijou tidak bisa mengerti kenapa sebuah buku berjudul “Cara Memasak Daging Sapi yang Enak” berada tepat di samping “Cara Memelihara Kucing”.

“...Yah, kurasa memang keduanya sama-sama tentang binatang.”

Ketika dia mengedarkan pandangannya lebih jauh ke samping, dia menemukan sebuah buku berjudul “Baru! Sapi-Sapi Ilmiah dari Gedung Peternakan”.

Ada beberapa bangunan di Academy City yang tidak memiliki jendela. Bangunan-bangunan itu disebut dengan bangunan agrikultur dan digunakan untuk menanam sayuran hidroponik dan memelihara hewan untuk diambil dagingnya.

Di dalam bangunan itu terdapat sayuran yang bermandikan sinar ultraviolet, menghirup karbon dioksida yang telah melalui pemurni udara, dan akar-akarnya menyebar di air yang telah dicampurkan berbagai jenis nutrisi. Sepertinya orang-orang dari luar Academy City menganggap semua itu “menjijikkan”. Mereka kelihatannya berpikir bahwa memakan makanan yang diciptakan secara ilmiah tidak baik untukmu.

(...Padahal kebalikannya. Bagaimana mungkin kau bisa memakan sayuran yang tumbuh di tanah yang mungkin tercampur dengan limbah industrial atau entah apalah?)

Perbedaan nilai-nilai kehidupan adalah salah satu dinding yang memisahkan orang-orang di dalam Academy City dan orang-orang di luar kota itu, tapi Kamijou hanya menarik “Cara Memelihara Kucing” dari rak itu tanpa memikirkannya lebih lanjut.


Seorang gadis berlari di lorong di belakang toko buku bekas itu.

Salah satu sepatunya lepas.

Gadis itu merasa kalau berlari dengan hanya sebelah sepatu akan menyusahkan, jadi dia melepaskan sepatu satunya dan terus berlari.

Dengan rambut coklat sebahu, blus putih lengan pendek, sweater musim panas, dan rok berlipat, gadis itu mengingatkan seseorang pada seorang siswi SMP Tokiwadai pada pandangan pertama. Dan seseorang yang lebih familier dengan seorang siswi Tokiwadai akan teringat dengan nama Misaka Mikoto.

Tapi ada dua hal yang tidak cocok dengan seorang siswi SMP.

Yang pertama adalah kaca mata militer di dahinya.

Yang kedua adalah senapan serbu yang dipegangnya dengan tangan kanannya.

Senapan itu terbuat bukan dari baja, tapi dari plastik berlapis. Karena senjata itu dibentuk dengan tipe estetis fungsional seperti yang bisa dilihat pada pesawat tempur, senapan itu kelihatan seperti senjata mainan dari dunia sci-fi. Dan penampilan itu tidak sepenuhnya salah.

Senapan itu, F2000R Toy Soldier, mendeteksi target dengan sinar infra merah dan menggunakan kontrol elektronis untuk mengatur jalur proyektil secara real time untuk memberi peluang terbesar agar peluru mengenainya. Si penembak tidak perlu memikirkan arah angin atau pola menghindar dari targetnya. Jika seseorang membidikkan larasnya sesuai yang “mesin yang berpikir” itu suruh, siapa pun bisa menjadi penembak jitu. Ditambah lagi, senapan itu dibalut dengan karet khusus untuk menyerap benturan dan menggunakan karbon dioksida untuk mengurangi rekoil tembakan sebanyak mungkin. Sementara senapan anti-tank Metal Eater adalah monster yang hanya bisa dipakai orang dewasa yang besar, F2000R dengan rekoil ringannya yang katanya bahkan tidak meretakkan cangkak telur juga adalah monster karena bisa digunakan dengan mudah oleh siswa kelas dua SD.

Akan tetapi, gadis itu tidak punya jalan untuk menangani situasinya, walaupun memegang monster itu di tangannya.

Detak jantungnya yang berpacu, pernapasannya yang sangat tidak teratur, dan pikiran-pikiran yang kacau dan muncul-hilang dengan jelas menunjukkan bahwa dialah yang sedang diburu.

Sebuah figur mendekatinya dari belakang.

Seorang anak laki-laki berkulit putih menuju ke arahnya dari jarak tidak sampai 10 meter.

“Ha ha! Apa-apaan pinggul yang kabur itu? Kenapa kau menggoyangkan pantatmu seperti itu!? Kau memintanya, ya!!”

Gang yang sempit itu lurus dan tidak memiliki benda-benda untuk berlindung dari peluru, tapi “si pemburu” yang tak bersenjata itu dipenuhi hasrat yang gila.

Tanpa berhenti kabur, gadis itu memutar tubuhnya untuk melihat ke belakangnya.

Dia membidikkan laras F2000R miliknya ke arah anak kulit putih bernama Accelerator yang kelihatan seperti membekukan musim panas.

Dia tidak ragu-ragu menarik pelatuknya.

Senapan itu menyerap hentakan dan suara tembakan tanpa suara, jadi hanya suara ledakan yang sangat kecil yang terdengar dari ujung larasnya, seperti suara petasan murahan. Walau begitu, peluru kaliber 5.56 mm dengan akurat ditembakkan ke titik vital anak laki-laki itu.

Atau begitulah yang dia pikirkan.

“...!?”

Tubuh gadis itu membatu karena syok. Peluru 5.56 mm memiliki kekuatan destruktif yang cukup untuk menembus sebuah mobil jika ditembakkan dari sisi mobil, tapi peluru itu dipentalkan ke segala penjuru ketika menyentuh tubuh anak itu. Seolah dia barusan menembakkan pistol murahan ke bagian depan tank.

Dengan suara daging yang hancur, sebuah lubang merah menganga di pundak kanan gadis itu.

Salah satu peluru yang dipentalkan telah menembus tubuhnya.

“...E...Gh!”

Gadis itu terhuyung. Dia segera mencoba meraih dinding, tapi keduak kakinya tersangkut dan kepalanya menghantam dinding yang kotor. Setelah itu, dia merosot ke tanah.

“Ayolah, bagaimana kalau kuberikan teka-teki untuk menghabiskan waktu? Pertanyaan untukmu: Apa yang dilakukan oleh kekuatan Accelerator!?”

Gadis itu mendengar tawa gila. Ketika dia melihat ke atas, dia melihat kaki anak itu turun bersama dengan seluruh berat tubuh untuk menghancurkan tengkoraknya.

“!”

Dia segera berguling di atas tanah yang kotor dan menghindari kaki yang diayunkan ke bawah itu. Dia lalu membidik F2000R ke atas dan menarik pelatuknya.

Dia menembak dalam jarak kosong. Pelurunya kelihatan seperti diserap ke arah mata anak putih itu, tapi tepat ketika peluru itu menyentuh bola matanya yang lembut, peluru itu dipentalkan ke samping.

Anak putih itu bahkan tidak mengedipkan matanya.

Ekspresinya berubah menjadi senyuman yang membuat wajah putih-kotornya terlihat terbakar parah.

Dia mengayunkan tangannya yang putih. Dia mengayunkan tangannya ke atas, tangan yang tidak diketahui mempunyai efek atas.

“...!”

Gadis itu segera melempar F2000R ke wajah anak itu karena senapan itu sudah kosong. Dia tidak merasa kalau serangan itu bisa menjadi pukulan fatal, tapi dia berharap serangan itu bisa memberikan bukaan sesaat yang bisa dia gunakan untuk kabur.

Tapi anak laki-laki itu bahkan tidak bergerak sedikit pun. Tepat saat senapan itu menghantam wajahnya, F2000R pecah berkeping-keping. Seolah senjata itu dikunyah oleh taring-taring tidak kelihatan berukuran raksasa.

Gadis itu tidak punya waktu untuk terdiam terkejut. Dia memutar tubuhnya dan berhasil berguling sejarak satu langkah dari anak itu. Dia mengayunkan tangan kirinya yang masih bisa digerakkan dan mengumpulkan tenaga di sana.

Dia mengeluarkan serangan tombak listrik dari tangannya.

Tombak listrik warna ungu bergerak dengan kecepatan cahaya dan memiliki cukup kekuatan untuk membuat orang pingsan.

Dia tidak merasa itu bisa menjadi pukulan fatal.

Selama serangan itu membuat anak itu teralih cukup lama agar dia bisa kabur, itu cukup.

Tapi, tombak petir yang ditembakkannya ke arah anak itu dipentalkan dan menyambarnya di dadanya sendiri.

“Gah...!?”

Gadis itu terhempas kembali ke tanah dengan hantaman yang terasa seperti dipukul di dadanya dengan palu. Napasnya berhenti dan setiap otot di tubuhnya bergerak tidak teratur.

Bibir gemetar gadis itu berhasil mengeluarkan sepatah kata.

“Re...fleksi...!?”

“Maaf, jawaban itu tidak sepenuhnya salah, tapi masih belum mencapai inti dari apa yang bisa kulakukan!”

Gadis itu mencoba menjauhkan dirinya dari anak itu, tapi tubuhnya tidak mematuhi perintahnya karena serangan listrik yang dia tembakkan sendiri.

“Jawabannya adalah pengubahan vektor! Gerak, panas, listrik.[2] Aku bisa mengubah segala jenis vektor yang menyentuh kulitku. Walau aku memang menyetelnya untuk memantulkan pada keadaan biasa!”

Gadis itu melihat ke atas ke wajah anak laki-laki itu dengan terkejut.

Seluruh 2.3 juta esper di Academy City memang manusia spesial, tapi tidak banyak yang bisa mengalahkan bahkan hanya sebuah pistol dengan kekuatan mereka. Dan jika mereka bisa mengalahkan pistol, kau bisa menggunakan senapan mesin. Jika mereka bisa mengalahkan senapan mesin, kau bisa gunakan tank, pesawat tempur, kapal perang dengan kapal selam, atau sebagai pilihan terakhir, senjata nuklir.

Tidak ada esper yang bisa mengalahkan itu. Bahkan, jauh lebih mudah membeli sebuah pistol dibandingkan mengendalikan otak dan mengubah susunan gen untuk menciptakan kekuatan yang bisa melawan sebuah pistol. Kelihatan absurd menciptakan institusi pengembangan kekuatan psikis raksasa yang “menyelinap” melewati hukum internasional demi menciptakan sesuatu yang sama tingkatnya dengan senjata murahan yang bisa dibeli di supermarket Amerika seharga 30.000 yen.

Itulah kenapa tujuan Academy City bukan untuk menciptakan esper. Esper tidak lebih dari sejenis kertas litmus. Sepertinya yang sesungguhnya penting adalah kenapa esper lahir dan mekanisme apa yang membuat mereka muncul.

Tapi anak di depan matanya berbeda.

Anak itu bisa mengubah semua vektor baik gerak, panas, atau listrik, jadi dia tidak akan terluka bahkan jika terkena pilihan terakhir berupa senjata nuklir secara langsung. Dia hanya akan memantulkan gelombang kejut yang akan meledakkan apa pun, panas yang membakar segalanya, dan neutron dan radiasi yang membunuh makhluk apa pun.

Dia adalah Accelerator, Level 5 terkuat Academy City.

Kata “monster” muncul di pikiran gadis itu. Makhluk berbentuk manusia di depan matanya memiliki kekuatan untuk memusuhi seluruh dunia sendirian dan tetap akan bertahan hidup setelahnya.

Anak itu berjongkok di samping gadis itu.

“Kekuatan Level 5-ku membuatku bisa mengontrol segala jenis vektor.” Anak itu terlihat sangat berbeda, tapi dia berbicara seolah tidak ada apa-apa. “Kalau aku menggunakan kekuatanku, aku bahkan bisa melakukan ini.”

Anak laki-laki itu memasukkan jari telunjuknya yang lentik ke dalam lubang warna merah tua di pundak kanan gadis itu. Seperti seorang anak yang menekan seekor serangga sampai hancur.

“...!!”

Ada suara seperti buah warna merah dşremas dan tubuh gadis itu menegang karena rasa sakit yang intens.

“Sekarang, pertanyaan untuk babak hiburan,” kata Accelerator mengejek. “Sekarang aku menyentuh darahmu. Aku menyentuh aliran darahmu. Sekarang, kalau aku memutarbalikkan vektor itu... Kalau aku memutarbalikkan vektor darahmu, apa yang akan terjadi pada tubuhmu? Jawaban yang benar akan dihadiahi tidur yang nyenyak!”

Ekspresi kosong muncul di wajah gadis itu seolah dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Sesaat setelahnya, rasa sakit yang tak terbayangkan menyerbu seluruh tubuhnya.


“Hah?” kata Kamijou ketika keluar dari toko buku bekas dengan kantung kertas di satu tangannya.

Misaka Imouto tidak ada di sana.

(Mungkin dia marah karena aku memaksanya mengambil kucing itu, jadi dia pergi.)

Hanya kucing itu sendiri yang duduk di atas tanah.

Kamijou mengangkat kucing itu, telinganya diturunkan dan sedikit gemetar. Kamijou melihat sekeliling daerah itu lagi, tapi segala sesuatu di jalan yang diwarnai senja terlihat normal. Banyak anak laki-laki dan perempuan yang memakai baju pribadi berjalan pulang kembali ke asrama masing-masing setelah hari menyenangkan yang melelahkan.

(...?)

Ketika Kamijou melihat sekelilingnya, dia merasakan ada sesuatu dari pemandangan biasa itu. Dia berputar ke belakang dan melihat gang di antara toko buku bekas dan gedung berpenghuni banyak di sebelahnya. Sesuatu dari gang itu menarik perhatiannya.

(Ada apa? Apa yang aneh dengan gang itu?)

Kamijou melihat lebih dekat. Trotoar berubin berjalan di depan ujung masuk gang itu dan sebuah kincir angin berputar di depannya. Ujung masuk ke gang itu pasti sering dibersihkan karena sedkit daun dan sebelah sepatu perempuan terkumpul di sana. Pengubinan trotoar berakhir tepat di ujung masuk ke gang dan tanah di gang itu terbuat dari aspal yang kelihatan sangat seadanya.

...Sebelah sepatu perempuan?

“...?”

Masih menggendong kucing hitam itu, Kamijou mendekati ujung masuk ke gang. Firasat buruk merayap di tubuhnya seperti kaki seribu. Memang benar hanya ada sebelah sepatu seorang gadis di sana. Sepatu kulit kecil warna coklat yang terlihat seperti dibutuhkan untuk sekolah. Sepatu itu bersih dan tidak berdebu, jadi pasti belum lama di sana.

Kamijou memandang ke dalam gang itu.

Matahari sudah tenggelam ke bawah horizon, jadi sinarnya tidak mencapai celah antara bangunan. Kegelapan membuat tempat itu terlihat seperti pintu masuk sebuah gua dan dia tidak bisa melihat apa pun di dalam dengan mengintip dari luar saja.

“...”

Kamijou mengambil satu langkah masuk ke dalam gang.

Dengan satu langkah itu, terasa seperti suhu turun 2 atau 3 derajat. Perasaan bahwa dia telah melangkah ke tempat yang tak dikenal perlahan naik dari kaki ke tubuhnya.

Kamijou terus masuk. Di sana dia menemukan sepatu sebelahnya tergeletak di tanah kotor gang itu. Dia melanjutkan lebih dalam. Firasat buruk itu terus tumbuh. Dia mencoba untuk menjaga kecepatan langkahnya, tapi kakinya terus memcepat. Kamijou sendiri bahkan tidak tahu kenapa dia terburu-buru, tapi napas dan detak jantungnya meningkat kecepatannya seperti kecepatan jatuh dari sebuah bukit.

Lalu Kamijou menyadari ada tanda-tanda bagian dinding yang terkikis. Seolah ada seseorang yang menggores sepanjang beton dengan tongkat logam. Dan bukan hanya satu atau dua tanda goresan. Dinding di kedua sisi dipenuhi tanda itu seperti ada yang mengayunkan sebuah tongkat metal dengan ugal-ugalan.

Kamijou menginjak sesuatu.

Sebuah metal berwarna mirip emas...atau lebih tepatnya, tembaga. Sebuah silinder metal berukuran seperti baterai. Kamijou rasa benda itu mirip dengan selongsong kosong yang hanya pernah dia lihat di film-film. Ada bau asap samar yang tersisa seperti ada yang menembakkan kembang api.

(Apa...?)

Kamijou hampir mengeluarkan suara tanpa sadar, tapi dia menahan rasa itu. Entah kenapa, dia mencoba berjalan diam-diam terus ke dalam. Dengan setiap langkah, dia merasa bahwa udaranya semakin kotor.

Dia terus berjalan, dan menemukan sesuatu tergeletak di atas tanah di depannya dalam kegelapan. Bukan sesuatu, seseorang pingsan di atas tanah. Dia bisa melihat kaki orang itu dari tempat dia berdiri. Dia bisa melihat dua kaki, tapi dia tidak bisa melihat bagian atas tubuhnya seolah sudah ditelan oleh kegelapan. Sesuatu berserakan di sekitar kakinya. Pecahan-pecahan seperti plastik dan per. Mirip seperti sisa-sisa dari sejenis mainan.

“Misaka...?”

Kamijou tidak tahu kenapa nama itu yang keluar pertama. Dia mendekat seperti ingin memotong kegelapan yang menghalangi pandangannya.

Dan di sana dia berada.

Mayat Misaka Imouto terbaring di tanah.

Part6[edit]

Gadis itu terbaring menghadap ke atas seolah sedang memandangi langit ungu yang terlihat di antara gedung.

Lautan darah. Lautan darah sangat luas yang membuat orang bertanya-tanya apakah seorang manusia benar-benar menyimpan darah sebanyak itu. Tidak hanya di tanah. Dinding di kedua sisi juga tercat merah sampai ketinggian mata. Terlihat seperti seseorang telah meremas tubuh manusia untuk mengeluarkan darah sampai tetes terakhir.

Di tengah ledakan warna merah itu terbaring seorang gadis.

Lengan dan kaki yang keluar dari lengan pendek baju dan roknya tercabik-cabik. Kemungkinan besar sama seperti dengan kulit di balik bajunya yang Kamijou tidak bisa lihat. Seragam sekolahnya telah diwarnai sangat merah hingga warna aslinya tidak bisa kelihatan lagi, tapi bajunya sendiri tidak robek.

Tubuhnya seperti dikoyak dari dalam sepanjang jalur pembuluh darah seolah-olah ada seseorang yang memasukkan kawat tipis ke seluruh pembuluhnya lalu dengan paksa mengoyakkan pembuluh darahnya. Tangannya yang tercabik-cabik mengingatkan pada diagram katak yang dibelah. Gadis yang tercabik-cabik itu tidak memiliki apa pun yang bisa disebut “wajah”. Di tempatnya, dia memiliki apa yang kelihatan seperti bunga yang kembang atau telur rebus yang dikupas. Cekungan warna merah tua dengan otot warna pink dan lemak warna kuning yang lembek di dalamnya.

“Uuh... Ahh...”

Melihat pemandangan merah dan ungu di depannya, Kamijou mundur selangkah. Dia pasti mulai menekan lengannya karena kucing hitam di gendongannya mulai mengeong seperti tidak bisa bernapas.

“Ah... Gh...”

Kamijou sudah melihat sejenis neraka di dalam Bimbel Misawa, tapi mayat yang dilihatnya di sana tidak memiliki rasa “darah-dan-daging” karena mayat-mayat itu entah tertutup baju zirah atau diubah menjadi emas cair.

Tapi ini berbeda.

Dia merasakan dorongan untuk muntah seolah-olah dia telah memasukkan jari ke tenggorokannya. Dia berteriak dalam hati, jangan muntah. Dia menggunakan logika baik, berpikir bahwa dia sedang melihat Misaka Imouto dan dia seharusnya tidak muntah ketika melihat Imouto, tapi kemudian dia melihat roknya di sudut pandangannya.

Sesuatu keluar dari dalam roknya, dari antara kakinya.

Benda lembut dan lembek dengan permukaan warna pink dan sedikit warna ungu itu adalah...

“Ugehh!!”

Saat itu, Kamijou tidak bisa lagi menahan dan tubuhnya membungkuk. Rasa asam memenuhi mulutnya lalu isi perutnya keluar dari mulutnya.

Kamijou muntah.

Dia sedang melihat orang yang dia beri senyum dan berbicara dengannya baru sepuluh menit yang lalu. Kenyataan yang aneh itu terasa seperti akan meledakkan gerigi yang menjalankan otaknya.

Dengan suara menjijikkan, muntahannya jatuh ke tanah. Muntahannya menyebar dan bercampur dengan ujung lautan darah, menciptakan pola seperti marmer yang aneh.

Darah.

Akhirnya, Kamijou menyadari bahwa darahnya belum mengering sama sekali. Darah membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk membeku, jadi orang yang telah melakukan itu pada Imouto mungkin masih berada di dekat sana.

Orang yang melakukan hal itu pada Imouto.

Kamijou memucat karena pikirannya sendiri. Jelas-jelas ini bukan terlihat seperti kecelakaan atau bunuh diri. Dia mulai merasa pusing. Satu-satunya kemungkinan yang tersisa adalah sesuatu yang tidak ingin dia pikirkan.

Lalu dia mendengar suara dari arah lebih dalam gang itu.

“!?”

Biasanya, orang akan berpikir kalau itu adalah kucing liar atau semacamnya, tapi lautan darah itu sudah membuat situasi menjadi tidak biasa. Kaki Kamijou secara alami membawanya mundur. Sesuatu yang menakutkan ada di depan dalam kegelapan, terlebih lagi, dia tidak bisa melangkahi Misaka Imouto.

Kamijou mundur beberapa langkah lalu menyadari sesuatu yang keras di kantungnya. Telepon genggamnya. Dia berpikir untuk memanggil bantuan, tapi dia juga berpikir bahaya yang ada di depan akan datang sebelum bantuannya tiba. Bahkan jika dia memanggil bantuan, dia harus lari dari tempat itu lebih dulu, jadi dia berbalik dari Misaka Imouto dan berlari menyusuri gang.

Gang itu lurus, tapi tanah terasa seperti bergetar dan dia terus menabrak dinding. Sambil berlari, dia menekan tombol di ponselnya, tapi jarinya begitu gemetar hingga dia tidak tahu tombol apa yang ditekannya. Mungkin 110, mungkin 119, atau mungkin 117 atau 177. Bagaimanapun juga, dia menekan tombol-tombol itu. Dia mendengar ponselnya berdering beberapa kali lalu mendengar suara klik kecil.

(Akhirnya tersambung!)

Tepat ketika Kamijou merasa senang, dia mulai mendengar nada panggilan elektronik yang dingin.

Kamijou melepaskan ponsel dari telinganya dan melihat ke layarnya.

Tidak ada sinyal. Dia merasa ingin melempar ponselnya ke dinding.

(Ponsel itu ternyata merepotkan.)

Dia mencoba menggunakan ponselnya untuk memanggil bantuan, tapi tidak mendapat sinyal di gang sempit itu. Dia tidak punya pilihan lain, jadi dia keluar dari gang itu dan memanggil 119 kagi di depan toko buku bekas itu.

Dia sendiri tidak yakin apa yang dia katakan.

Dia hanya sekadar meneriakkan sesuatu yang tidak menjelaskan sietuasinya sama sekali dan nomor 119 yang langka tersimpan dalam daftar panggilannya.

Kehidupan seperti biasa terus berjalan di jalan raya itu dan Kamijou ragu ada orang yang akan mempercayainya jika dia memberitahu mereka bahwa ada mayat hancur seorang gadis di dalam gang itu.

“...”

Kamijou menurunkan pandangannya ke ponsel di tangannya.

Dia seharusnya memberi tahu Mikoto apa yang terjadi, tapi dia tidak tahu nomornya. Tidak bisa melakukan bahkan itu saja membuat Kamijou merasa sangat tidak berdaya.


Kucing di tangan Kamijou menguap.

Dia telah menelepon 119, tapi yang datang adalah polisi.

Jam internal tubuhnya tidak bekerja dengan baik, jadi dia tidak tahu sudah berapa lama waktu yang lewat sejak dia menelepon. Dia merasa sudah lebih dari satu jam, tapi dia juga merasa hanya 10 detik.

Melihat ponselnya, sepertinya sudah setengah jam.

Awalnya, Kamijou pikir ponselnya rusak, tapi dia melihat ke atas dan melihat warna ungu langit senja telah berganti menjadi biru langit malam. Dia memandang kosong bintang-bintang yang bersinar.

“...”

Kamijou memandangi dalam diam para polisi yang datang.

Secara teknis mereka bukanlah polisi, tapi Anti-Skill. Mereka bukan esper. Mereka seperti prajurit yang bersenjatakan senjata generasi terbaru. Mereka pasti berpikir bahwa ada kemungkinan itu adalah pembunuhan yang dilakukan oleh esper yang lepas kendali karena sebuah mobil station wagon menepi dan sekitar 10 anggota Anti-Skill keluar. Mereka memakai helm hitam dan pakaian terbuat dari serat khusus yang membuat mereka kelihatan seperti semacam robot. Mereka juga memegang senapan aneh. Perlengkapan mereka seperti mengatakan bahwa mereka lebih memberi prioritas pada menangkap kriminal dibanding melindungi warga sipil.

“...Hei! Hei, kau!”

Ketika Kamijou memandang mereka, salah satu anggota Anti-Skill tiba-tiba berteriak memanggilnya. Awalnya dia kebingungan. Dia hanya menelepon, jadi mereka harusnya tidak tahu seperti apa wajahnya. Tapi kemudian dia menyadari kalau mereka berteriak pada semua orang di daerah itu.

“Oh, aku yang menelepon. Tapi aku menelepon ambulans, bukan polisi.”

“Begitu. Polisi juga pasti dihubungi dalam kasus seperti ini. Kami mungkin cuma tiba lebih dulu.” Pria Anti-Skill itu melihat ke Kamijou. “Apa itu gangnya? Dan akan sangat membantu jika kau menjelaskan apa yang kaulihat di sana.”

Kamijou menutup matanya.

Pemandangan yang dia lihat di gang itu terasa seperti tertempel di balik kelopak matanya.

“...Ada orang yang tewas,” katanya.

Suaranya tenang, dan ini membuatnya jengkel.

“Tubuhnya seperti dikoyak-koyak. ...Aku tidak tahu senjata jenis apa yang digunakan. Mungkin kekuatan psikis jenis tertentu.”

Sesuatu menggelembung di tubuhnya dengan setiap kata yang dia ucapkan.

Perasaan tidak nyaman seakan indranya yang lumpuh mulai kembali.

“Dia kenalanku. Aku baru bertemu dengannya dua hari yang lalu, tapi aku cukup tahu bentuk tubuhnya untuk mengenalinya dari sebuah foto. Ah, tidak. Kenapa aku setenang ini? Pikiranku seharusnya lebih kacau, kenapa aku begini...!”

“Itu cukup,” kata pria itu menggelengkan kepalanya. “Aku yakin kau telah melakukan pilihan yang terbaik. Itulah kenapa kami ada di sini. Kau telah melakukan sesuatu untuknya.”

“...Tapi aku lari.”

“Kau tetap sudah melakukan sesuatu untuk membantu,” kata pria Anti-Skill itu.

Kamijou tahu bahwa pria itu hanya mengatakan itu untuk menghiburnya, tapi itu masih berhasil menjaga kewarasannya. Kamijou berhasil berhenti tepat sebelum dia mencapai kehancuran yang pasti.

“Kami biasanya pergi ke TKP dengan membawa orang yang menemukan TKP bersama kami, tapi apa yang akan kaulakukan? Kami tak akan memaksamu ikut.”

Rasa ngeri menjalar di punggung Kamijou. Pemandangan darah, daging, dan isi perut itu tertempel di balik kelopak matanya dan jarinya seperti tidak bisa merasakan apa-apa.

Walau begitu...

“...Aku ikut,” kata Kamijou perlahan, mengangkat kucingnya.

Dia tidak tahu kenapa, tapi dia tidak mau kabur lagi.


Ketika dia memikirkan bahwa dia akan melihat pemandangan itu lagi, tubuh Kamijou mulai gemetar. Dia gemetar, tapi dia harus kembali ke dalam gang itu. Apa yang telah terjadi di kegelapan sana? Dia harus mengetahuinya.

Kamijou memimpin masuk ke gang itu dan grup Anti-Skill bersenjata bertindak sebagai tamengnya.

(...Hah?)

Tapi, ada sesuatu yang aneh ketika dia melangkah masuk ke lorong itu.

Sepatu yang ada di sana hilang.

Ketika dia pertama masuk ke gang itu, dia melihat sebelah sepatu gadis di ujung masuknya. Dan ada satu sepatu lagi sedikit masuk ke dalam gang.

Kamijou berputar.

Sepatu yang ada di ujung masuk ada di sana.

Tapi, sepatu satunya yang berada sedikit ke dalam gang sudah hilang

(...?)

Kamijou merasakan sesuatu yang berat dalam tubuhnya, tapi grup Anti-Skill terus berjalan. Selanjutnya, mereka seharusnya akan menemukan goresan-goresan di dinding dan selongsong-selongsong peluru. Ya, mereka seharusnya. Tapi selongsongnya sudah hilang. Seperti ada yang telah membersihkan gang itu, tidak satu selongsong pun yang bisa ditemukan di tanah yang kotor. Goresan-goresan di dinding sudah dikikir. Goresannya sendiri tidak bisa dihapus, tapi sepertinya ada orang yang mencoba menyembunyikannya dengan membuat sumber goresan itu mustahil diidentifikasi.

(...Tunggu sebentar.)

Kamijou punya firasat buruk. Dia merasakan tekanan dalam perutnya. Dia ingin berhenti dan berpikir sejenak, tapi grup Anti-Skill terus berjalan. Dia merasa seperti ada serangga yang merayap di balik kulitnya. Sepatu yang hilang, selongsong yang hilang, dan goresan yang disamarkan di dinding. Semuanya terdengar tidak berkaitan, tapi semua itu seperti mengarah pada satu arti seolah-olah kombinasinya menciptakan semacam reaksi kimia.

Kamijou ingin berhenti, tapi dia tidak bisa. Seolah-olah dia ditarik oleh tali yang tak terlihat yang terikat pada grup Anti-Skill, dia berjalan ke depan.

Dan mereka akhirnya tiba.

Napas Kamijou terhenti.

Mereka tiba di tempat pembunuhan di mana Misaka Imouto tadinya terbaring tewas di tengah kubangan darah.

Akan tetapi, mayat itu tidak bisa ditemukan.

Part7[edit]

Bukan hanya tubuhnya saja.

Darah merah yang tadi menutupi tanah dan dinding di kedua sisi hilang sebersih noda yang dihapus dari kaca. Tidak ada daging atau rambut yang tadinya berserakan tersisa. Daerah itu bahkan tidak berbau darah. Bau daging juga sudah hilang. Seolah memang tidak pernah ada mayat di sana yang berarti tidak ada apa pun yang terjadi di sana.

“Eh?”

Awalnya, Kamijou hanya mengeluarkan suara terkejut itu.

Dia berdiri di tempat dan grup Anti-Skill di depannya berbalik ke arahnya.

“Ada apa? Kau melihat sesuatu?”

“Bukan, bukan itu.” Kamijou menunjuk ke tanah. “Di sini. Tubuhnya tadi di sini. Dan seharusnya masih ada di sini.”

“Apa?”

Anggota Anti-Skill mengamati tanahnya, tapi tidak ada setetes pun darah, apalagi mayat, di sana. Bahkan tidak ada tanda-tanda lembab jejak bahwa ada sesuatu yang dilap.

Anggota Anti-Skill saling bertukar pandang. Suasana tidak nyaman menggelayut di udara. Pundak beberapa dari mereka menjadi santai dan beberapa memelototi Kamijou.

“Tunggu sebentar! Tadi benar-benar ada mayat di sini!”

“Oke,” kata salah satu dari mereka sambil melihat Kamijou. “Walaupun kau benar-benar melihat apa yang kaupikir kau lihat, apa kau yakin tempatnya di sini? Ingatanmu mungkin sedikit kacau dan kau salah mengira tempat ini sebagai tempat yang sebenarnya.”

Kata-katanya baik, tapi tidak ada keseriusan di baliknya, seperti minuman bersoda yang sudah kehabisan karbonasinya. Kamijou mendengar kata-kata itu seperti yang digunakan untuk menenangkan orang mabuk yang tak terkendali.

Dia terdiam seribu bahasa karena dia tidak bisa menebak apa yang telah terjadi.

Apakah semuanya hanya ilusi? Kalau memang ilusi, kenapa Misaka Imouto hilang dari depan toko buku bekas itu? Kamijou mengeluarkan ponselnya. Cara tercepat untuk mengetahui apakah itu ilusi atau kenyataan adalah dengan menghubungi Misaka Imouto. Jika teleponnya tersambung, dia bisa tahu bahwa Imouto masih hidup.

Tapi Kamijou tidak tahu nomor ponsel Misaka Imouto.

Karena dia tidak bisa meneleponnya, yang tersisa hanyalah mencoba menjawab pertanyaan ini sendirian.

“...”

Kamijou membatu di tempat itu.

Pemandangan di depan matanya terlihat sangat biasa hingga dia mulai meragukan ingatannya sendiri. Dan Kamijou sebenarnya senang jika meragukan ingatannya sendiri. Jika dia telah melihat ilusi, maka laporannya pada polisi hanya akan jadi omong kosong. Misaka Imouto tetap berjalan di tempat yang berbeda dan akan muncul di depannya setelah ingat dengan kucing itu. Masa depan yang itu jelas yang lebih diinginkannya.

(...Sialan. Apa yang terjadi?)

Dia lebih senang jika Misaka Imouto tidak tewas, tapi dia ragu mencoret kenyataan yang dia lihat sebagai ilusi. Kontradiksi aneh itu menggerogoti hatinya.

“Apa-apaan yang terjadi!?”

Kamijou tidak tahan lagi, jadi dia menerobos grup Anti-Skill dan berlari lebih jauh ke dalam gang. Dia mendengar suara yang menyuruhnya berhenti, tapi dia tidak yakin mereka akan mengejarnya. Anggota Anti-Skill itu mungkin sedang berpikir bahwa dia memberikan laporan itu hanya sebagai lelucon.

Kucing hitam di gendongannya mengeong.

Kamijou berlari menyusuri gang yang sempit itu, tapi dia tidak tahu apa yang sedang dicarinya. Dia tahu bahwa dia sedang mencari sesuatu, tapi dia tidak tahu sedikit pun apa yang dicarinya itu. Mungkin terlihat seperti dia hanya berlari untuk melepaskan diri dari kesedihan aneh yang menyelimutinya.

Dia terus berlari di gang yang gelap dan busuk mendekati simpang tiga. Jalannya bercabang ke kanan dan ke kiri. Jalan ke kanan adalah jalan sempit yang terus menuju ke kegelapan, tapi dia bisa melihat sinar lampu jalan dari jalan sebelah kiri. Kemungkinan besar, jalan itu terhubung dengan jalan raya. Jalan ke kiri itu terlihat seperti pintu keluar sebuah terowongan.

Emosi Kamijou ingin menuju jalan keluar di kiri.

Tapi, keluar dari gang itu terasa seperti dia sudah menyerah, jadi Kamijou berjalan menuju kegelapan di sebelah kanan.

Bagian gang itu lebih lebar dari sebelumnya, jadi kata “jalur” lebih cocok dibandingkan “celah”. Karena tempatnya lebih lebar, ember polietilen, sepeda yang tak digunakan, dan benda-benda lain berserakan. Kotak berisi botol bir yang jatuh, kardus yang sepertinya telah menyerap air, dan sumber cairan lainnya menghasilkan berbagai jenis cairan mengalir di atas tanah, bercampur, dan menghasilkan semacam cairan lengket.

Jejak kaki yang terus menyusuri jalur itu bisa terlihat di cairan lengket.

Kamijou mengikuti jejak kaki itu dengan matanya dan memandang ke dalam kegelapan. Dia mendengar ada yang bergerak di dalam kegelapan.

Ada seseorang di sana.

Dia pikir jantungnya akan hancur oleh keterkejutannya.

Kucing itu berontak kesakitan. Dia mungkin telah meremasnya dengan tangannya lagi.

“Siapa di sana!?” teriak Kamijou.

Orang di dalam kegelapan itu berbalik ketika mendengar suaranya.

Anehnya, orang itu lebih pendek dari Kamijou dan terlihat seperti seorang gadis. Tapi, benda seperti kantung mayat yang diangkat di bahunya memang sedikit menyeramkan. Benar, kantung mayat, sebuah kantung yang digunakan untuk diisi oleh manusia yang paling tidak pingsan. Kantung mayat itu bengkok seperti huruf V terbalik di atas pundak orang itu dan Kamijou rasa dia bisa melihat siluet seorang gadis lemas di dalamnya.

(Apa itu...?)

Siluet itu membuat Kamijou terdiam. Siluet itu terlihat bukan seperti manusia hidup yang dimasukkan, dan lebih seperti bagian manekin yang sudah dilepas-lepas dilemparkan ke dalam. Walau siluet keseluruhannya tumbang, apa yang jelas-jelas merupakan pergelangan tangan, lutut, dan bagian tubuh lain bisa terlihat menekan bahan kantung itu dari dalam.

Lalu Kamijou melihatnya.

Dia melihat orang yang tadinya dia tidak bisa lihat dengan jelas karena kegelapan. Dia melihat orang yang mengangkat kantung mayat yang jelas-jelas berisi seseorang.

Kamijou melihatnya.

Dengan kegelapan yang sudah hilang, dia melihat orang yang berdiri di sana.

Orang itu adalah Misaka Imouto.

“Ap-...?”

Kamijou membatu di depan pemandangan gila itu. Eongan ramah yang dikeluarkan kucing di tangannya terdengar aneh.

Itu jelas-jelas adalah Misaka Imouto.

Dia berambut coklat sebahu dan kaca mata militer ada di dahinya. Dia memakai blus putih lengan pendek, sweater musim panas, dan rok berlipat. Dia berdiri di sana seolah telah dibuat ulang dengan cetakan.

Kamijou tidak mengerti. Dia sama sekali tidak mengerti, tapi...

“‘Misaka minta maaf. Dia berniat kembali ke sana setelah menyelesaikan pekerjaannya,’ kata Misaka dimulai dengan permintaan maaf.”

Pandangan itu, perilaku itu, suasana itu, cara bicaranya...jelas-jelas adalah miliknya.

“Hei, sebentar. Kau Misaka Imouto, ‘kan?”

Jadi apa yang telah dia lihat sebenarnya memang ilusi yang terlihat sangat nyata? Di satu sisi, Kamijou merasa sedikit kecewa, tapi Misaka Imouto berdiri di depannya sama seperti sebelumnya.

Dia kehilangan tenaga di kakinya dan rubuh ke tanah.

“Sial. Apa-apaan yang terjadi?” umpatnya. “Oh, maaf. Mungkin ini akan kedengaran sangat aneh, tapi aku benar-benar pikir ada hal buruk yang terjadi padamu. Tapi kelihatannya kau baik-baik saja. Aku lega.”

“Ada beberapa bagian dari apa yang kaukatakan yang Misaka sulit mengerti...”

(Yah, aku tidak tahu bagaimana dia bisa mengerti itu.)

Kamijou tidak tahu kenapa dia melihat ilusi itu, tapi dia tidak peduli selama Misaka Imouto baik-baik saja.

“‘...tapi Misaka memang benar-benar tewas,’ lapor Misaka.”

Napas Kamijou membeku.

Misaka Imouto ada tepat di depannya, tapi Kamijou dengan terlambat baru mulai bertanya-tanya apakah kantung mayat yang dibawa Imouto di pundaknya itu. Siluet di dalamnya terlihat seperti manekin yang rusak. Konstruksinya terlihat aneh dan sendi-sendinya arahnya aneh.

Dia melihat ke arah kantung itu, bertanya-tanya apa yang ada di dalamnya. Ketika dia melakukan itı, sesuatu mencolok ke tengah pandangannya. Sebuah benda yang keluar dari ritsleting kantung mayatnya. Benda warna coklat keluar dari celah di ujung ritsleting seperti rumput.

Rambut.

Kamijou sangat syok. Rasa ngeri yang aneh menjalari seluruh tubuhnya.

(Apa dia sedang membawa boneka ukuran manusia atau semacamnya?)

Tapi rambut coklat itu terlalu familier. Warnanya, kilaunya, dan segala sesuatunya persis sama dengan rambut milik gadis yang mengangkat kantung mayat itu.

“Tunggu, tunggu. Apa yang sedang kaubawa? Apa yang ada di dalam kantung mayat itu?”

“‘...? Kau tidak tahu?’ tanya Misaka membalas. ‘Karena kau memasuki tempat testing, Misaka pikir kau terkait dengan eksperimen ini, tapi...ya, memang benar bahwa kau tidak terlihat seperti orang yang terlibat dengan eksperimen,’ kata Misaka merespon berdasarkan intuisinya.”

(Eksperimen...?)

Kamijou terdiam karena dia tidak tahu apa yang sedang Misak Imouto bicarakan.

“‘Untuk memastikan, Misaka akan memeriksa dengan kode,’ kata Misaka sambil melakukan sesuai apa yang dikatakannya. ‘ZXC741ASD852QWE963,’ kata Misaka mengetesmu.”

“Apa? Kau bicara tentang apa?”

“‘Karena kau tidak bisa memecahkan kode itu, kau sepertinya memang tidak terkait dengan eksperimen,’ kata Misaka setelah menerima bukti logis yang memperkuat asumsi intuitifnya.”

Perkataan Misaka Imouto terdengar seperti bahasa alien bagi Kamijou.

Dia melihat Imouto dengan ragu.

“‘Kantung mayat ini berisi seorang Sister,’[3] jawab Misaka.”

Suara yang menjawab pertanyaan Kamijou jelas-jelas adalah milik Misaka Imouto.

Akan tetapi, suara bersama langkah kaki itu berasal dari belakang Misaka Imouto.”

Suaranya terdengar seperti berasal lebih dalam lagi di lorong itu.

Tidak ada yang salah dengan indra Kamijou. Dengan lebih banyak lagi suara langkah kaki, seseorang mendekat dari belakang Misaka Imouto.

“‘Misaka minta maaf karena telah meninggalkan kucing hitam itu di sana,’ kata Misaka.”

Orang yang muncul dari kegelapan adalah seorang gadis yang persis seperti Misaka Imouto.

(Apa? Dia terlihat persis dengan Misaka Imoputo...jadi itu Mikoto?)

“‘Tetapi, dia tidak ingin seekor binatang terlibat dalam konflik yang tidak diperlukan,’ kata Misaka menjelaskan tindakannya.”

Akan tetapi, bukan langkah kaki gadis itu saja yang terdengar.

“‘Misaka ingin meminta maaf padamu untuk alasan yang sama,’ kata Misaka sambil membungkukkan kepalanya.”

Ada dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh...sepertinya tidak ada habisnya jumlah langkah kaki.

“‘Sepertinya eksperimen ini membuatmu khawatir,’ kata Misaka sambil-...”

“Tapi kau tidak perlu khawatir...”

“Jadi kau yang memanggil polisi...”

“Itu adalah keputusan yang tepat...”

“‘Apa kucingnya baik-baik saja?’ tanya Misa-...”

“‘Semua Misaka yang ada di sini adalah Misaka,’ kata...”

“Tapi apa yang akan kaulakukan jika Misakalah pembunuhnya?”

“‘Detailnya adalah rahasia, jadi Misaka tidak bisa menjelaskan, tapi tidak ada masalah apa-apa di sini,’ respon Misaka.”

“...Ah?”

Sudah sewajarnya Kamijou mundur ketika Misaka demi Misaka bermunculan dari belakang yang pertama. Punggungnya menabrak sesuatu. Dia berbalik dan menemukan lebih banyak Misaka dengan wajah tanpa ekspresi yang identik.

“Apa...?”

Kamijou terdiam seribu bahasa pada pemandangan itu dan dia mencoba menyusun semua yang telah terjadi dalam pikirannya.

Index v03 117.jpg

Apakah yang dia lihat tadi bukanlah ilusi tapi memang mayat dari salah satu Misaka-Misaka yang identik itu? Dari fakta bahwa Misaka Imouto yang itu sedang membawa mayatnya, mereka sepertinya berusaha menutupinya.

Memang benar bahwa darah bisa dikeringkan dalam semenit dengan koagulan dan panas dari pengering rambut. Lalu mereka bisa membersihkannya semudah minyak tempura yang telah dikeraskan dengan bahan kimia. Dan sidik jari dan reaksi luminol bisa dengan mudah dihapuskan menggunakan bahan kimia.

Tapi Kamijou menemukan sesuatu yang aneh.

Dari awal, sangat aneh bisa ada orang sebanyak itu yang tubuhnya persis sama.

Kembar monozigot, biasa dikenal dengan kembar identik, adalah saudara dengan struktur yang sama pada tingkat genetik, tapi sebenarnya kembar ini tidak seidentik seperti yang biasa ditunjukkan di drama atau novel.

Mari ambil contoh hipotesis berupa seorang pria bernama Tanaka-san. Tanaka-san jelas akan memiliki rasio otot ke lemak yang sangat berbeda tergantung apakah dia berlatih tiap hari demi menjadi pemain baseball atau jika dia hanya makan permen sepanjang hari dan tidak melakukan apa pun.

Dengan perbedaan tidur, olahraga, kebiasaan makan, dan stres, pola hidup seseorang bisa mengubah bentuk tubuhnya bahkan jika mereka itu identik saat lahir. Dan tidak normal bagi dua orang untuk menjaga pola makan, olahraga, dan tidur yang persis sama setelah hidup selama 10 atau 15 tahun.

Gadis-gadis di depan matanya terlalu identik.

Mereka terlihat persis dengan gadis bernama Misaka Mikoto.

Seolah waktu tidurnya diukur dengan jam, jumlah olahraganya diukur dengan mesin, dan porsi makannya diukur dengan timbangan.

Ya, seperti semuanya telah diukur dengan tepat menyamai Misaka Mikoto.

Seolah mereka telah diciptakan seseorang.

“............................................”

Kamijou berputar melihat daerah itu, lalu melihat kembali ke kantung mayat itu.

Sepertinya gadis-gadis itu mengenalnya. Sepertinya mereka mengenal kucing itu. Tapi kalau begitu Kamijou mesti bertanya-tanya siapa gadis yang dia pikir adalah Misaka Imouto. Apa Imouto itu ada di antara mereka atau masih ada lebih banyak Misaka lagi? Atau apakah Misaka Imouto yang berjalan bersamanya tadi adalah yang berada di dalam kantung mayat?

“‘Jangan khawatir,’ jawab Misaka.”

Misaka yang mengangkat kantung mayat berbicara pada Kamijou yang membatu terkejut.

“‘Misaka yang kautemui sebelumnya hari ini adalah Nomor Serial 10032. Dengan kata lain, Misaka yang ini,’ jawab Misaka.” Dia menunjuk dirinya sendiri dengan tangannya yang bebas. “Para Misaka menggunakan kekuatan mereka untuk memanipulasi listrik demi menghubungkan gelombang otak mereka. Misaka-Misaka yang lain hanya berbagi ingatan dengan #10032,’ kata Misaka menjelaskan.”

Menghubungkan gelombang kedengaran mustahil awalnya, tapi mungkin jika mereka adalah anak kembar. Gelombang otak setiap orang berbeda, seperti sidik jari dan sidik suara. Gelombang otak orang lain mengalir masuk ke otakmu hanya akan menghancurkan sel otakmu, tapi jika dua orang yang identik pada tingkat genetik melakukannya...

Tapi Kamijou tidak terlalu peduli dengan itu.

“Siapa kalian?” tanyanya.

“‘Para Misaka adalah Sisters, klon seluler yang diciptakan sebagai model militer produksi masal dari yang Asli, satu dari tujuh Level 5 di Academy City,’ jawab Misaka.”

“Apa yang sedang kalian lakukan?” tanyanya.

“‘Hanya sekadar eksperimen,’ jawab Misaka. ‘Misaka sekali lagi meminta maaf karena membuatmu terlibat dalam eksperimen kali ini,’ kata Misaka sambil membungkukkan kepalanya.

“Apa-...?” Dia mulai bertanya, tapi kemudian menutup mulutnya.

Gadis-gadis yang berdiri di depannya terlalu berbeda dan asing.


Kamijou sendirian bersender di dinding gang itu sambil mengangkat kucing hitam.

Grup para Misaka telah menghilang seolah menyatu dengan kegelapan. Kemungkinan besar mereka membawa mayat itu untuk menghilangkan semua bukti. Dan eksperimen-eksperimen itu akan berlanjut. Dia tidak tahu apa sebenarnya eksperimen itu, tapi Misaka-Misaka itu dibunuh dan dibawa ke suatu tempat tanpa dia tahu.

Istilah “klon seluler” mengembalikan rasa ingin muntah padanya. Punggung buku yang dilihatnya di toko buku bekas mengambang di pikirannya. “Baru! Sapi-Sapi Ilmiah dari Gedung Peternakan”. Dia diingatkan makhluk-makhluk yang hidup di dalam bangunan-bangunan tak berjendela itu, bernapas dengan udara yang terkondisi, minum nutrisi, dan dipelihara hanya untuk dimakan. Dia membayangkan hewan-hewan itu dibelah perutnya, jeroannya ditarik keluar, dagingnya diiris, lalu dibungkus dan didistribusikan ke supermarket dan toko daging di seluruh kota. Dia merasakan rasa asam lambung di tenggorokannya. Dia meragukan dirinya bisa makan daging untuk beberapa lama.

Tapi, ada orang-orang pragmatis yang tidak peduli dengan hal-hal seperti itu. Orang-orang di balik eksperimen ini membunuh manusia sama seperti sapi yang dibunuh, isi perutnya dikeluarkan, dipotong-potong, dan dibungkus, jadi mereka akan melanjutkan eksperimen ini tanpa peduli. Kamijou tidak tahu apa arti di balik dari eksperimen ini dan dia ragu bisa mengerti sesuatu yang semenjijikkan itu walaupun diterangkan padanya. Tapi, dia katakan satu hal dengan pasti. Membiarkan eksperimen itu berlanjut akan menyebabkan banyak manusia yang dibunuh.

(...Eksperimen?)

Kata itu melekat di pikiran Kamijou.

Misaka Imouto menyebutnya sebagai eksperimen, jadi ada fasilitas riset di baliknya? Kalau begitu, penggunaan istilah teknis “klon seluler” menjadi masuk akal. Klon seluler tidak diciptakan seperti bayi biasa. Klon itu diciptakan dari DNA yang diekstrak dari sehelai rambut atau setetes darah.

Tiba-tiba, Kamijou membatu.

Rambut.

Untuk menciptakan klon seluler, diperlukan DNA. Bisa sehelai rambut atau setetes darah, tapi bahan mentah seperti itu diperlukan.

Misaka Imouto telah mengatakan bahwa mereka adalah model militer produksi masal dari Misaka Mikoto.

(Tidak mungkin...)

Kamijou berhenti bernapas. Dia melihat langit berbentuk persegi yang bisa dia lihat di antara gedung, keputusasaan memasuki pikirannya.

(Apa Misaka Mikoto tahu tentang ini?)

Part8[edit]

Hidangan malam itu adalah yakiniku.

Komoe-sensei yang terlihat seperti anak berumur 12 tahun berdiri di dapur, memandangi Set Yakiniku Lux seharga 12000 yen yang dia beli dengan diskon spesial di supermarket. Dia membelinya setengah karena dia akan memberi makan lebih banyak orang dan setengah karena set itu satu tingkat di atas dari Set Yakiniku Hebat yang dia beli sebelumnya.

Bukan tidak biasa bagi Komoe-sensei untuk menghidangkan makan malam untuk beberapa orang. Dia adalah seorang pendidik sampai ke akarnya, jadi dia punya kebiasaan memungut gadis yang kabur dari rumah dan memberinya tempat tinggal sampai dia menemukan apa yang ingin dilakukannya.

(Sudah sebulan sejak Izanami-chan pergi untuk berlatih mendjadi tukan roti. Ketenangan setelahnya memang enak, tapi itu waktu yang lama untuk tinggal sendirian...)

Komoe-sensei mengeluarkan sejumlah kaleng bir dari kulkas untuk membandingkan rasanya.

Dia tidak yakin yakiniku itu masakan khas musim apa. Bagaimanapun juga, dia tinggal di masa ketika setiap jenis makanan bisa didapatkan sepanjang tahun.

Tapi, guru perempuan yang kelihatan berumur 12 tapi bisa merasakan perbedaan rasa antara jenis bir selalu makan yakiniku di musm panas. Dia juga memutuskan untuk menyerahkan pemasakan dagingnya pada orang yang tinggal dengannya tanpa membayar sewa. Perannya malam itu hanya minum bir dan makan daging, jadi dia merasa seperti seorang bangsawan.

Teman sekamar sementaranya, Himegami Aisa, telah selesai menyiapkan panggangan besi di atas meja teh di tengah ruangan dan duduk dalam posisi teratai[4] Posisi teratai mungkin kedengaran tinggi, tapi sebenarnya dia hanya duduk bersila dan bertanya-tanya berapa lama dia harus menunggu sebelum makan.

Komoe-sensei adalah tipe orang yang membumbui daging sebelum memasaknya.

Selera orang berbeda-beda, tapi Komoe-sensei suka mengolesi daging dengan saus tare sebelum dimasak dan menambahkan saus tare lagi setelah masak.

Tentu saja, memasak daging yang telah diolesi saus tare membuat kamar itu dipenuhi bau asap, tapi dia tidak peduli. Kamar itu (entah kenapa) sudah dipenuhi coretan-coretan aneh di lantai tatami dan dinding, lantai tataminya sudah ditebas semacam pedang, noda darah di segala tempat, bekas terbakar di dinding, dan yang terakhir, dinding dan langit-langitnya sudah hancur oleh yang sepertinya adalah senjata sinar. Lubang itu memang sudah ditambal dengan papan, tapi dia praktis sudah bisa mengatakan selamat tinggal pada uang jamşnannya.

(...Uuh. Besok aku akan memastikan Kamijou-chan memberitahuku apa yang terjadi.)

Komoe-sensei menghela napas, tapi dia membawa sepiring besar daging ke meja teh untuk mengembalikan semangatnya. Himegami pasti adalah tipe orang yang mengoleskan banyak saus tare ke daging dan memakannya dengan nasi karena dia telah menyiapkan rice cooker di dekatnya.

“Oke, sekarang panaskan panggangannya. Kau kalah suit, Himegami-chan, jadi kau harus ambil saibashi dan mulai kerja paksa. Sekarang masakkan yakiniku untukku!”

“Oke. Tapi sebelumnya, aku akan ceritakan sebuah cerita seram dari Academy City.

“...Aku bukan tipe orang yang bakal menangis ketika diceritakan tujuh misteri Academy City. Bahkan, aku juga sering dicela bahwa aku adalah salah satu dari tujuh misteri itu.”

Tetapi, urban legend di Academy City bukanlah tipe occult yang melibatkan hantu. Legenda-legenda ini biasanya terkait dengan bagian-bagian tersembunyi dari sains yang menggelikan, seperti UFO.

Banyak dari urban legend di Academy City yang berkaitan dengan Institusi Lima Elemen Distrik Bilangan Imajiner yang juga dikenal sebagai Pengetahuan Primer.

Contohnya, ada rumor bahwa Academy City awalnya adalah sebuah laboratorium. Katanya laboratorium itu dikembangkan dengan rumah perusahaan untuk para personel, fasilitas kesehatan, dan laboratorium yang berkaitan hingga mencapai titik menjadi sebuah kota raksasa.

Akan tetapi, tidak ada yang tahu di mana yang katanya “laboratorium pertama” itu di kota ini.

Tentu saja ada banyak rumor mengenai laboratorium pertama itu. Beberapa darinya mengatakan bahwa laboratorium itu telah hancur puluhan tahun lalu tanpa ada siapa pun yang mengetahui apa sebenarnya laboratorium itu. Beberapa bilang bahwa laboratorium itu tersembunyi jauh di dalam tanah. Beberapa mengatakan bahwa kita melihatnya setiap hari tapi tidak ada yang menyadarinya karena laboratorium itu telah disamarkan menjadi sekolah yang kelihatan biasa-biasa saja. Beberapa rumor mengatakan bahwa ada kekuatan spesial atau teknologi imajiner yang digunakan untuk mengubah ruang di sekitarnya untuk menyembunyikan laboratorium itu.

Legenda-legenda jalanan ini mungkin disebut sebagai “tujuh misteri”, tapi ada ratusan variasi dari rumor-rumor itu dan tidak ada sedikit pun bukti yang substansial.

Laboratorium itu adalah sesuatu yang katanya ada, tapi tidak seorang pun yang menyadarinya.

Institusi Lima Elemen Distrik Bilangan Imajiner dikatakan sebagai distrik yang tidak cocok dengan satu pun angka dari 23 distrik di Academy City.

Dan banyak rumor berbeda tentang teknologi imajiner yang diturunkan dari laboratorium tak terlihat yang dikenal sebagai Distrik Bilangan Imajiner ini.

Katanya ada AI yang mengontrol seluruh etika, militer, dan ekonomi dunia menggunakan internet.

Katanya ada tempat Klon Dolly yang menyimpan DNA para orang besar dan santo dari seluruh dunia dan telah menganalisa bahan genetiknya hingga mereka bisa menciptakan sebanyak apa pun jenius yang diperlukan dengan menekan satu tombol saja.

Ada rumor bahwa sinapsis silikon acak yang digunakan dalam mesin pemroses Tree Diagram hanya bisa dibuat dengan teknologi imajiner dari Distrik Bilangan Imajiner dan karenanya tidak bisa dibuat ulang.

Katanya ada unit Hound Dog[5] yang secara rahasia bekerja mencari Distrik Bilangan Imajiner dan akan menculik siapa pun yang sudah hampir memecahkan misteri itu untuk menyiksa mereka demi informasi.

(Ada rumor juga bahwa riset awet muda abadi telah diselesaikan di Distrik Bilangan Imajiner dan aku adalah satu sampelnya. ...Mengatakan seperti itu sudah keterlaluan. Itu melanggar hak asasiku.)

Komoe-sensei menghela napas sambil memegang bir di satu tangannya.

Di seberang meja teh adalah Himegami yang mengayun-ayunkan kedua tangannya.

“Oke. Sekarang waktunya cerita seramku.”

“Oh, ayolah. Cepat, cepat.”

“Oke. Ini satu cerita. Bagian yang gosong dari yakiniku mengandung karbon aromatik polinukleat. Itu adalah karsinogen.”

“Tunggu, cerita seram yang nyata itu tidak sesuai dengan musim panas sedikit pun!”[6]

“Kau tidak perlu khawatir sekarang. Aku yakin kau sudah makan banyak bagian gosong itu tanpa mengetahuinya.”

“Ini keterlaluan! Apa ini rencana untuk menghilangkan nafsu makanku supaya kau bisa memakan seluruh dagingnya, Himegami-chan!?”

Ketika Komoe-sensei dipermainkan dalam perang psikologis, bel rumah berbunyi.

“Mh. Sepertinya ada tamu. Kemungkinan cuma pemberitahuan keliling, jadi tangani dengan sopan, Himegami-chan. Ketika kau melakukannya, sensei akan tetap di sini memasak dan makan dagingnya.”

Himegami berdiri tanpa suara sambil melihat Komoe-sensei yang jelas kelihatan dalam mood yang buruk. Himegami menuju pintu, tapi tiba-tiba berputar balik.

“Kaleng bir itu terbuat dari aluminum yang merupakan logam beracun. Kalau kau banyak minum, racunnya akan menumpuk di tubuhmu. Itu adalah salah satu alasan runtuhnya Kerajaan Romawi. Mereka terlalu banyak menggunakan peralatan makan dari logam. Heh heh.”

Komoe-sensei kehilangan seluruh nafsu makannya dan terlihat seperti akan segera menangis.

“Dan juga...”

“...Masih ada lagi?”

“Aku yang bertugas memasak daging hari ini. Kau hanya perlu makan dagingnya saja, Komoe-sensei.”

Himegami berdiri di depan pintu dan membungkuk untuk melihat ke luar melalui lubang intip. Penjual koran di daerah itu sedikit ekstrim, jadi dalam kasus terburuk, tidak ada pilihan lain selain membuka pintu sedikit dengan kunci rantai yang masih terpasang dan mengambil “tongkat sihir” yang dikenal sebagai senjata gas elektronik dari samping pintu dan membidiknya melalui celah pintu dan menjawab dengan tembakan full-auto. (Catatan: Benda ini dilarang dijual pada tahun 1993 karena memiliki daya destruktif yang terlalu kuat. Senjata ini dikenal juga sebagai Penghancur Kepala.)

Tapi tidak ada yang terlihat di balik lubang intip.

“?”

Himegami mengambil senjata gas hanya untuk memastikan dan perlahan membuka pintu untuk melihat apakah ada yang berbuat usil. Ketika pintunya membuka, terdengar suara seperti pintu itu menabrak sesuatu dan berhenti.

Himegami melihat ke bawah untuk melihat apakah ada orang yang meletakkan balok di sana.

Seorang biarawati warna putih bersih terbaring di sana. Pintunya telah mengenai kepalanya. Seekor kucing tiga warna membola di samping gadis itu, dengan riang mengayunkan ekornya.

“Aku... Aku lapar.”

Orang yang pingsan dengan tempat tinggal yang tidak diketahui dan tidak memiliki pekerjaan mengatakan sesuatu, tapi Himegami menutup pintunya.

“Hah? Siapa tadi?” tanya Komoe-sensei.

“Tidak ada siapa-siapa,” balas Himegami dengan sangat tenang.

Tapi seseorang mulai menggedor pintu dengan tenaga terakhirnya. Karena dia tidak punya pilihan lain, Himegami membuka pintunya lagi. Biarawati putih itu mengulurkan Sphinx di tangannya seolah mengatakan “paling tidak bawalah kucing ini”. Himegami merasa kasihan pada gadis itu, jadi dia membiarkan Index masuk.

“A-aku sudah menunggu dan menunggu tapi Touma tidak kembali ke kamar. Kurasa aku akan mati kelaparan,” kata biarawati yang lemas itu. Dia sudah duduk di meja teh dan menggenggam saibashi di kepalan tangannya.[7] Himegami merasa bahwa Index memiliki sejenis bakat bisa merasa seperti di rumah sendiri ketika diberi makan oleh orang lain seperti itu. Kucingnya duduk di pangkuan Index dengan mulut terbuka dan mengarah ke langit-langit. Sepertinya itu adalah taktik untuk mengambil serpihan makanan yang Index jatuhkan.

Walau ada tamu tambahan, Set Yakiniku Lux seharga 12000 yen punya banyak daging. Index bahkan tidak tahu cara memegang sumpit dengan benar dan Komoe-sensei suka membantu orang lain, jadi guru tu mengambil inisiatif dan mulai memasak dagingnya.

“Kau bertanya apakah kekuatan psikis itu?” Komoe-senei merespon sambil membalikkan daging di atas panggangan besi.

Index mengangguk kecil sambil memandangi daging yang setengah masak.

“Sederhananya, kekuatan psikis didasarkan pada teori-teori Schrödinger, tapi mungkin kau tidak familier dengan teorinya.”

Komoe-sensei mencoba menggunakan saibashi untuk membuat kedua gadis itu makan wortel juga dan tidak hanya daging, tapi mereka mengacuhkannya.

“Schrödinger?”

“Ya. Schrödinger adalah nama guru mekanika kuantum. Dia meninggalkan cerita kucing Schrödinger. Cerita ini mungkin kedengaran sedikit kejam bagi pecinta binatang, jadi kurasa aku akan mengubahnya sedikit.”

Komoe-sensei meletakkan sayuran di atas daging yang telah selesai dimasak dan meletakkannya di atas piring kecil Index. Index segera menyisihkan sayurannya dan memberikannya pada si kucing, tapi si kucing menolakknya dengan sebuah tinju kucing.

“Ada kotak di sini,” kata Komoe-sensei sambil mengambil sebuah kotak untuk coklat dari lantai dengan tangan satunya. “Sekarang apa yang kaupikir ada di dalamnya, Suster-chan?”

“Mh. Tentu saja coklat. Touma juga punya jenis yang sama di rumah.”

“Tapi kotak ini berisi permen.”

“Kenapa kauletakkan permen di dalamnya...?”

“Jadi, Suster-chan, apa yang ada di dalam kotak ini?”

“Kau barusan bilang ada permen di dalamnya!”

“Iya, tapi kau tidak akan tahu jika kau tidak membukanya. Aku mungkin telah berbohong.”

“...”

“Jadi sekarang ada dua kemungkinan: kemungkinan bahwa yang di dalamnya adalah coklat dan kemungkinan bahwa yang di dalamnya adalah permen. Tentu saja, hanya satu kemungkinan yang benar. Tetapi, jika kita hanya berbicara tentang kemungkinan, kedua kemungkinan itu tercampur aduk.”

Komoe-sensei sedikit mengayunkan kotak coklat itu.

“Kedua kemungkinan itu muncul sebagai satu hasil ketika kotak dibuka untuk memeriksa isi di dalamnya. Aslinya, kotak ini kemungkinan 50% berisi coklat dan kemungkinan 50% berisi permen, tapi setelah kau melihatnya, hal ini berubah menjadi kemungkinan 100% berisi coklat.”

Komoe-sensei membuka kotak itu dan coklat kecil ada di dalamnya.

“Sekarang,” katanya sambil menutup kotak itu lagi. “Kita anggap dua kemungkinannya adalah 50% coklat dan 50% permen, apa yang kaupikirkan ada di dalam kotak ini, Suster-chan?”

“??? Aku tidak terlalu mengerti, tapi aku barusan melihat coklat di dalamnya.”

“Ya. Orang biasa akan memilih kemungkinan 50% berisi coklat pada titik ini.” Komoe-sensei mengayun-ayunkan kotaknya lagi. “Tapi apa yang akan terjadi jika ada orang yang memilih kemungkinan 50% berisi permen?”

“Mhh? Kalau begitu isi kotaknya akan menjadi perm-...”

Suara Index melemah dan dia terlihat telah menyadari sesuatu.

Sebuah fenomena aneh di luar kewajaran akan terjadi.

“Itulah identitas sebenarnya dari kekuatan psikis. Ada banyak kemungkinan di dalam dunia ini. Di antaranya adalah kemungkinan bahwa api bisa keluar dari tangan seseorang dan kemungkinan membaca pikiran orang lain. Karena kemungkinan 1% itu berbeda dari kemungkinan 99% kejadian alami terjadi, hal-hal semacam itu bisa disebut sebagai kekuatan supernatural.” Komoe-sensei memutar-mutar saibashi-nya. “Tapi, ini juga alasan kenapa kekuatan supernatural tidak sepenuhnya mahakuasa. Sebagai contoh, dalam contoh kita tadi ada 50% kemungkinan berisi coklat dan 50% kemungkinan berisi permen, jadi ada kemungkinan 0% kotak itu berisi permen karet. Kekuatan ini tidak bisa digunakan dalam tempat atau kondisi yang tidak memiliki kemungkinan dari awalnya.”

“???”

“Ketika kami menyebut esper, kami merujuk pada orang yang kemampuan melihat realitas 50% coklat melawan 50% permen berbeda dari orang biasa. Sindrom RSPK, biasa disebut sebagai poltergeist,[8] disebabkan oleh anak-anak yang tidak bisa lagi melihat realitas dengan benar karena trauma atau stres berlebih. Eksperimen Ganzfeld yang digunakan dalam pengembangan kekuatan dengan sengaja menutup indra untuk memisahkan seseorang dari realistas yang sebenarnya.” Komoe-sensei terus memutar-mutar saibashi-nya. “Esper yang terpisah dari realitas yang sebenarnya mendapatkan realitas personal yang berbeda dengan yang kita miliki. Hasilnya, mereka bisa mengubah sebuah dunia mikro dengan menggunakan hukum-hukum yang berbeda. Dengan kata lain, mereka mendapatkan kekuatan untuk menghancurkan benda tanpa menyentuh atau melihat kejadian satu tahun ke depan dengan menutup mata.”

Kata-kata Komoe-sensei terdengar seperti bahasa luar Bumi, jadi Index tidak mengerti.

“Pengembangan yang kami jalankan adalah menciptakan realitas personal secara artifisial. Sederhananya, kami menggunakan hal-hal seperti obat-obatan dan sugesti untuk membantu menghasilkan tipe-tipe kerusakan tertentu pada otak.”

Index merasa tertusuk di dada ketika mendengar kata “kerusakan”.

Seorang anak laki-laki selalu mengatakan bahwa dia tidak punya kekuatan. Dan dia mengatakannya dengan santai seolah hal itu memang seharusnya terjadi. Padahal seluruh usaha telah dilakukan di belakangnya.

Index merasa dia tidak bisa menyelamatkan anak itu dari hal itu.

Bukan fakta bahwa anak itu tidak mendapatkan apa pun setelah semua usaha itu. Tapi fakta bahwa dia tidak mendapatkan apa-apa namun menerimanya dengan senyum seolah hal itu memang pantas diterima. Index sama sekali tidak bisa menyelamatkannya dari itu.

“Sebenarnya, tipe seperti Kamijou-chan sangat penting.”

“...? Kau tahu kekuatan Touma?”

“Yah, Kamijou selalu sedikit nakal sejak dia masuk sekolah. Banyak yang sudah terjadi. Iya, banyak. Hee hee. Hee hee hee hee.”

Komoe-sensei meletakkan kedua tangannya ke pipinya dan tubuhnya menggeliat-geliut, sementara Index dan Himegami membatu. Dalam hati mereka berdua, mereka memiliki pikiran yang sama: Lagikah, dasar berengsek?

“Tapi aku pribadi merasa Kamijou-chan dan semua Level 0 lainnya perlu diriset juga.” Komoe-sensei tidak menyadari suasana di ruangan telah berubah. “Dengan pengembangan kekuatan, sebuah kurikulum harusnya bisa membangkitkan kekuatan pada semua orang. Tapi masih ada yang kekuatannya tidak bangkit. Ini berarti masih ada kumpulan hukum-hukum yang kami tidak mengerti, dan itu mungkin adalah kunci menuju SYSTEM.”

“SYSTEM?”

[9]Itu adalah istilah untuk seseorang yang bukan tuhan tapi mencapai keinginan langit. Tujuan kami adalah sesuatu yang berada di atas Level 5. Kita para manusia tidak mengerti kebenaran dunia ini. Tapi, itu membuat semuanya gampang. Jika ada orang yang memiliki status di atas manusia, orang itu akan mengerti jawaban dari Tuhan.”

“...”

Gerakan Index terhenti.

Dia mengenal apa yang barusan didengarnya. Kabbalah memiliki konsep Pohon Sephiroth. Sephiroth adalah diagram dengan 10 tingkat yang memisahkan posisi manusia, malaikat, dan Tuhan. Dan di Pohon Sephiroth itu, posisi penting Tuhan tidak bisa ditemukan.

Ain Soph Aur, Ain Soph, Ain.

000, 00, 0.

Karena wilayah Tuhan tidak bisa dimengerti oleh manusia dan konsep-Nya tidak bisa diekspresikan oleh manusia, posisi-Nya tidak ditunjukkan dalam Pohon Sephiroth.

Tapi, sebuah sistem religius muncul untuk mengambil keuntungan darinya.

Doktrin mereka menyatakan bahwa jika manusia tidak bisa mengerti, mereka hanya perlu mendapatkan tubuh yang melebihi manusia.

Mereka mengklaim bahwa manusia adalah dewa yang masih dalam proses pemurnian, jadi mereka bisa mendapatkan tubuh para dewa dan menggunakan teknik-teknik dewa dengan berlatih. Mereka adalah orang-orang pertama yang menyimpang dari Gereja Kristen dan mereka bahkan dianggap berbahaya oleh Yohanes sang Rasul.

Paham ini dikenal sebagai paham Gnostisisme.

“Ars Magna,” gumam Himegami sambil menyentuh salib besar di dadanya.

Orang yang pernah menggunakan alkimia hingga mencapai Ars Magna kemungkinan besar termauk dalam ideologi itu. Bagaimanapun juga, Ars Magna dalam alkimia bukanlah teknik mengubah timah menjadi emas. Ars Magna adalah menghaluskan jiwa manusia yang sudah tumpul seperti timah menjadi jiwa malaikat yang seperti emas.

Gnostisisme menjadi populer di antara orang-orang yang menyimpang dari jalan yang benar dalam hal gaib karena paham ini melibatkan merebut kekuatan tuhan. Walaupun cara pikir manusia berbeda-beda, semua manusia ingin mencapai tempat yang sama.


Atau...

Langit telah sepenuhnya menjadi biru, warna malam.

(...Oh, apa Index baik-baik saja?)

Kamijou teringat biarawati putih yang (harusnya) menunggu di kamar asramanya.

(Aku tidak yakin dia bisa memasak, jadi dia mungkin sedang berguling-guling di lantai karena kelaparan.)

Dia berpikir untuk meneleponnya, tapi dengan cepat berubah pikiran.

Dia ingat bahwa Index menjadi terlibat dalam pertarungan di Bimbel Misawa minggu sebelumnya karena dia meneleponnya.

“...”

Kamijou berhenti berpikir tentang Index dan kembali fokus pada tugas di tangannya.

Dia sedang menuju asrama SMP Tokiwadai untuk mencari Misaka Mikoto.

Halte bus di Academy City sering menggunakan nama fasilitas sekolah seperti “Universitas Takasaki Distrik 12” atau “Kolam Renang SMA Shizuna Distrik 22”. Tidak terlalu mengejutkan karena semua bus di Academy City adalah bus sekolah.

Untungnya, ada halte bus yang bernama “Asrama SMP Tokiwadai Distrik 7”. Biasanya, semua bus sudah berhenti beroperasi pada jam segitu, tapi jalur ini memiliki bus khusus yang beroperasi pada malam hari untuk murid-murid yang pergi ke bimbingan belajar atau kursus musim panas. Itu adalah salah satu dari banyak keistimewaan sekolah swasta.

“Jadi ini tempatnya.”

Kamijou turun dari bus dengan si kucing hitam di satu tangannya dan melihat ke atas ke arah bangunannya. Gedung-gedung biasa yang terbuat dari beton berjejer di sekelilingnya, tapi gedung tiga tingkat itu sendiri yang terbuat dari batu. Gedung yang terlihat kebarat-baratan seperti terjebak di tengah semua gedung lain dan gedung itu memiliki rasa historis yang aneh seolah asrama dari negara lain dipindahkan dari negeri asalnya dan ditempatkan di sana. Asrama itu tidak memiliki taman atau halaman. Sama seperti gedung lain, asrama itu berdiri tepat di samping trotoar.

Dengan gedung seimpresif itu, Kamijou hampir tertawa melihat cucian menggantung dari jendela seperti asrama biasanya. Si kucing pasti telah melihat cucian yang mengepak-ngepak karena angin karena kucing itu mulai menggerakkan kepalanya sesuai kepakan cucian itu.

Kamijou menuju pintu masuk utama, tapi pintu itu terkunci lebih ketat dari yang dia perkirakan. Dilihat sekilas, pintu itu adalah pintu ganda yang terbuat dari kayu, tapi mungkin sebenarnya terbuat dari bahan serat karbon spesial. Pintu itu mungkin tetap bergeming jika ada truk yang menabraknya.

Gagang pintuny terlihat seperti sebuah sensor dan dia bisa melihat cahaya merah di dalam lubang kunci yang dibuat kelihatan tua. Kamijou menebak sambil lalu bahwa gagang pintu itu mendeteksi sidik jari, memeriksa pola detak jantung dan listrik dalam tubuh seseorang dari kulitnya, dan bahkan mungkin memeriksa kode DNA seseorang dari minyak pada jarinya.

Sejumlah kotak surat berbaris di samping pintu. Kotak surat itu tidak terlalu berbeda dengan kotak koran pada apartemen yang bagus. Dari nama-nama di kotak surat, Mikoto sepertinya berada dalam Kamar 208

Dia tidak punya pilihan selain menggunakan interkom. Persis seperti gedung apartemen yang bagus, interkom itu dipasang dengan tombol-tombol seperti kalkulator yang bisa ditekan dan langsung menyambung dengan nomor kamar yang dituju.

Menghubungi kamar Mikoto harusnya cukup mudah. Dia hanya perlu menekan 208 di interkom itu.

Tapi Kamijou ragu-ragu melakukannya.

Hampir mustahil bahwa Mikoto tidak terlibat sama sekali dengan eksperimen itu. Bagaimanapun juga, sel tubuhnya diperlukan untuk menciptakan klon-klon seluler yang dikenal sebagai Sisters.

Apa yang harus dikatakannya ketika melihat Mikoto?

Dia takut mendengar dari Mikoto sendiri tentang eksperimen menjijikkan yang dengan mudahnya membunuh manusia. Dia takut melihat wajah Mikoto ketika berbicara tentang kebenaran yang tersembunyi itu.

Si kucing mengeong tidak nyaman.

Kamijou mengingat wajahh Mikoto, gadis yang ditemuinya di depan vending machine yang pastinya bukan seorang pemalu.

Apakah itu hanya sebuah akting untuk menyembunyikan kenyataan ini?

Atau apakah dia begitu gila hingga dia bisa bekerja sama dengan eksperimen menjijikkan itu dan mengetahui bahwa para Sisters mati, tapi masih bisa tersenyum seperti itu?

Bagaimanapun, itu bukanlah imej Misaka Mikoto yang Kamijou bangun dalam kepalanya.

Ketika dia menekan tombol interkom, imej itu akan runtuh.

Kamijou sadar bahwa dia takut jika imej tentang Mikoto hancur.

Dia tidak punya alasan nyata.

Hanya karena berjalan pulang dari sekolah bersama Mikoto begitu nyaman baginya.

“...”

Jari Kamijou gemetar ketika dia tetap berpikir untuk menekan tombol-tombol itu. Sekali dia menekan tombol itu, tidak ada jalan kembali. Dia tidak bisa menghapus fakta bahwa dia telah menekan tombolnya. Setelahnya, eksperimen yang sebelumnya tidak diketahuinya akan turun dengan goncangan, seperti roller coaster yang telah sampai di atas bukit pertama.

Kamijou tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Dia masih tidak tahu apakah pilihan yang terbaik ketika dia menekan tombol interkom.

Dia mendengar sedikit suara klik dari tombol plastik yang ditekan.

Dengan sedikit suara statik dari pengeras suara, pintu masuk ke dalam dunia yang abnormal terbuka.

“Oh, um...”

Dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya.

Tapi dia harus mengatakan sesuatu.

“...Ini Kamijou. Apa ini Misaka?”

Beberapa detik keheningan ketika dia menunggu jawaban terasa sangat berat bagi Kamijou. Dia mendengar suara dari interkom. Suara bernapas seseorang di seberang. Kemungkinan besar, Mikoto ada di seberang interkom. Dia pasti rileks karena dia pikir Kamijou tidak tahu apa pun tentang eksperimen itu.

Setelah jeda sedikit, sangat sebentar...

“Oh, Kamijou-san, katamu?” jawab suara yang jauh lebih perlahan yang pasti bukan milik Mikoto.

“Oh, sial. Apa aku salah nomor kamar?”

“Tidak, tidak, kau tidak salah. Apa kau ada perlu dengan onee-sama? Aku adalah teman sekamarnya.”

Suara itu kedengaran familier, dan Kamijou ingat alasannya setelah berpikir sejenak. Dia adalah Shirai Kuroko yang memanggil Mikoto dengan “onee-sama” sore kemarin.

“Oh, begitu. Yah, dari jawabanmu, kurasa Misaka belum pulang...”

“Benar. Tapi dia harusnya segera pulang. Pintu masuk itu berfungsi sebagai keamanan dan menerapkan jam malam,” kata suara perlahan dari interkom. “Jika kau ada perlu dengan onee-sama, aku sarankan kau masuk ke dalam. Kalau tidak, kau mungkin akan melewatkannya.”


Dia mendengar suara interkom terputus dan suara kunci pintu masuk terbuka. Dari sejumlah suara metalik yang terdengar, sepertinya ada sejumlah tipe kunci yang digunakan. Si kucing terlihat terkejut oleh suara yang sedikit brutal itu.

(Haruskah aku...masuk ke dalam?)

Kamijou terlihat tidak yakin, tapi dia benar-benar perlu berbicara dengan Mikoto, jadi dia menerima tawaran teman sekamar Mikoto.

Dia melewati pintu masuk utama dan menemukan aula raksasa. Interiornya terlihat seperti tempat tinggal para bangsawan. Dinding dan langit-langitnya mayoritas putih dan karpet merah tergelar menutupi lantai. Dia pikir itu cuma selera orang kaya baru, tapi dia juga merasa seorang penyusup akan sangat mencolok dalam pewarnaan seperti itu.

Dia tidak yakin apakah penghuninya sopan atau gedung itu memiliki sistem kedap suara yang bagus, tapi area itu diselimuti keheningan yang menenangkan seperti kuil. Kamijou menghiraukan koridor yang memanjang ke kiri dan ke kanan aula depan dan menuju tangga di tengah aula yang menuju ke lantai dua dan tiga. Menurut kotak surat, kamar Mikoto adalah Kamar 208. Kamijou menebak bahwa kamar itu berada di lantai dua.

Dia menaiki tangga dan berjalan menyusuri koridor ke kiri di lantai dua.

Dia segera menemukan Kamar 208. Nomor kamar berwarna emasnya ditunjukkan di atas pintu kayu. Si kucing memandangi pantulannya sendiri pada pintu yang mengkilap itu dan Kamijou merasa bahwa itu mirip dengan pintu kamar hotel. Tapi tidak ada interkom di pintu seperti yang ada dalam hotel.

Kamijou mengetuk pintunya pelan dan sebuah suara menjawabnya.

“Silakan masuk. Pintunya tidak terkunci, jadi kau bisa membukanya sendiri.”

Dia membuka pintu itu dan bagian dalamnya juga seperti kamar hotel. Ada pintu yang kemungkinan besar menuju kamar mandi pribadi tepat di depan pintu dan ada dua ranjang, sebuah meja kecil, dan sebuah kulkas kecil lebih di dalam. Tidak ada yang terlihat seperti lemari, jadi sepertinya semua barang pribadi disimpan di dalam koper raksasa tepat di samping ranjang.

Walaupun berada di kamar sendiri, rambut Shirai Kuroko masih terkuncir dua. Dia masih memakai pakaian musim panas, jadi dia terlihat sedikit tidak alami duduk di atas ranjang.

Shirai pasti tidak terlalu tertarik dengan hewan karena dia tidak melihat kucing hitam di tangan Kamijou

(Tapi...)

Kamijou melihat sekeliling ruangan itu lagi. Walaupun teman sekamarnya telah memberi izin, Kamijou masih merasa canggung berada dalam kamar seorang gadis ketika gadis itu sendiri tidak ada di sana. Melihat tingkahnya, Shirai Kuroko tertawa sedikit.

“Maaf. Kamar ini benar-benar cuma digunakan untuk tidur, jadi kamar ini tidak cocok untuk menyenangkan tamu. Silakan duduk di ranjang itu selagi menunggu onee-sama.”

“...Tidak, aku tidak bisa tidur di ranjangnya tanpa izin.”

“Jangan khawatir. Itu adalah ranjangku.”

“Jadi kenapa kau berguling-guling di ranjang orang lain!? Apa kau ini orang mesum!?”

“Mh. Kau tidak bisa menyebut orang lain mesum begitu saja. Setiap orang memiliki hal-hal yang tidak bisa diberitahukan pada orang lain tapi menganggap hal itu boleh saja dalam hatinya sendiri. Kau tahui seperti memasukkan rekorder gadis yang kausukai ke mulutmu atau mencuri sadel sepedanya.”

“Aku tidak melakukan hal-hal seperti itu! Bagaimana bisa kau membuat perasaan murni seperti itu jadi mesum!? Pertama Mikoto dan sekarang kau! Apa ini wajah sebenarnya dari ‘wanita kelas tinggi’!?”

Walaupun Kamijou berteriak, Kuroko hanya menggembungkan pipinya seperti menolah apa yang barusan dikatakan Kamijou.

(Wow. Kehidupan sekolah Mikoto pasti seperti medan perang.)

Kamijou bersender di dinding.

“Aku tadinya berasumsi bahwa kau adalah adik kelasnya karena kau memanggilnya dengan ‘onee-sama’, tapi kurasa kau adalah teman sekelasnya.”

Si kucing mulai berontak karena ingin memeriksa celah sempit di bawah ranjang, tapi Kamijou tidak membiarkannya kabur dari lengannya.

“Tidak, tidak. Aku memang adik kelas Onee-sama. Aku hanya sekedar memaksa teman sekamar yang sebelumnya pergi...dalam cara yang sepenuhnya legal, tentu saja.”

Wajah Kamijou menegang karena takut dan Kuroko melanjutkan bicaranya.


“...Onee-sama punya banyak musuh. Kurasa itu adalah takdir orang-orang yang memiliki kekuatan besar, tapi tidakkah kaupikir bahwa seorang pengkhianat tidur di kamar yang sama dengannya itu terlalu berat untuknya?”

“...”

Kamijou terdiam dan si kucing berhenti berontak dan melihat ke wajahnya

“Jadi,” kata Kuroko sambil melihat Kamijou, “apakah kau adalah pria yang sering bertengkar dengan Onee-sama itu?”

“?”

Karena Kamijou kehilangan ingatan, dia tidak begitu yakin. Sepertinya Mikoto adalah kenalannya, tapi dia tidak tahu hubungan seperti apa yang ada di antara mereka.

Kuroko melirik wajah penasaran Kamijou dan menghela napasnya.

“...Kalau bukan, tidak apa-apa, tapi aku cuma berharap bisa melihat orang yang telah menyokong Onee-sama.”

“Menyokong?”

“Iya. Dia sendiri mungkin tidak menyadarinya, tapi semua orang tahu bahwa dia dengan bahagia menyebutkan pria ini pada waktu makan, mandi, dan ketika akan tidur.” Kuroko menghela napasnya lagi. “...Dan walau begitu dia punya seseorang yang ingin menjadi rekannya di kamar ini. Wajahnya menunjukkan bahwa itu adalah satu-satunya tempat untuknya di dunia ini. Siapa pun dia, dia telah memberikan kesan yang cukup besar pada Onee-sama.”

Kamijou terus melihat dengan ekspresi bingung ketika Kuroko mulai menjadi sedikit keras kepala.

“...? Tapi apa dia benar-benar orang seperti itu? Bagiku kelihatannya dia selalu berdiri di tengah sebagai pemimpin.”

“Tepat karena itu. Onee-sama biasanya bertindak sebagai pemimpin, jadi dia bisa berdiri di tengah semua orang, tapi dia tidak bisa berbaur dengan semua orang. Dia berdiri paling atas dan mengalahkan musuhnya, tapi dia tidak bisa menghindari membuat lebih banyak musuh di saat yang sama. Apa yang paling penting bagi Onee-sama adalah seseorang yang dia rasa memiliki tingkat yang sama. Paling tidak begitulah aku melihatnya.”

“...”

Kamijou mengingat kembali Mikoto yang ditemuinya sore itu.

Dia egois dan cepat marah, tidak mendengar apa yang Kamijou coba katakan, dan dia langsung mem-biri biri ketika ada yang terjadi. Tapi, Kamijou merasa bahwa pundaknya cukup rileks. Seolah dia sedang meregangkan tubuhnya setelah beban berat yang terus-menerus ada di pundaknya telah diangkat.

Perjalanan usai sekolah dengan Kamijou adalah zona aman bagi Mikoto.

Senyumannya jujur dan hampir tanpa pertahanan.

Tapi...

Apakah itu yang sebenarnya? Apakah berada di samping Kamijou adalah satu-satunya waktu di mana Mikoto tersenyum? Apakah tidak ada kemungkinan bahwa dia hanyalah orang abnormal yang bisa dengan mudah tersenyum dan mengobrol santai dengan Kamijou walau melihat para Sisters dibunuh di depan matanya?

Kamijou memikirkannya sejenak dan merasa ingin muntah.

Index v03 145.jpg

(Kenapa aku tidak bisa percaya padanya?)

“Aku yakin Onee-sama bertindak seperti itu tanpa menyadarinya,” kata Shirai Kuroko sambil sedikit memicingkan matanya.

Suaranya terdengar seperti sedang memimpikan sebuah posisi yang tidak akan pernah diraihnya.

“Ketika dia menyadarinya, dia kemungkinan besar akan malu dan menjadi lebih agresif dari yang diperlukan.”

Napas Kamijou berhenti sesaat.

Dia baru saja memikirkan bahwa Mikoto itu menyeramkan, lalu dia merasa dirinya sendiri itu menyedihkan karena menganggap Mikoto menakutkan. Tapi, dia masih tidak bisa menghentikan dirinya sendiri merasa seperti itu tentang Mikoto. Jika tebakannya benar, berarti Mikoto tahu tentang eksperimen itu dan tahu bahwa para Sisters dibunuh dengan kejam dan walau begitu dia masih bekerja sama dengan eksperimen itu.

Dan dia telah berjalan tersenyum di samping Kamijou walau mengetahui semua itu.

Sebuah metafora aneh muncul di pikiran Kamijou. Dia membayangkan Mikoto melahap makanan yang terletak di meja yang sama dengan organ tubuh yang hancur.

Kamijou tidak ingin berpikir bahwa Mikoto adalah orang seperti itu.

Dia ragu menanyakannya tentang eksperimen itu.

Tapi, dia juga tidak bisa meninggalkan Misaka Imouto dalam situasi itu.

Karena semua itu, Kamijou tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya.

Dan ketika dia memikirkan semua itu, dia mendengar suara langkah kaki mendekat dari koridor di luar kamar. Si kucing hitam melihat ke atas.

Keringat lengket keluar di telapak tangan Kamijou.

(Apa Mikoto sudah kembali!?)

Seharusnya itulah yang Kamijou inginkan, tapi entah kenapa dia diserbu rasa gugup dan tidak nyaman yang sangat intens. Jantungnya berdetak dengan kekuatan dan ketidakberaturan yang aneh.

Kuroko mendengarkan langkah kaki itu sejenak, lalu melompat dari ranjang.

“Oh, tidak. Suara itu sepertinya adalah pengawas asrama yang sedang berpatroli!”

“...Hah?”

Kamijou terbengong oleh komentar yang tidak diperkirakannya itu dan Kuroko mengayun-ayunkan tangannya.

“A-apa yang harus kita lakukan? Jika pengawas asrama menemukanmu, ini akan sangat buruk.”

“Kau kelihatan benar-benar yakin. Apa kau bisa tahu hanya dari suara langkah kakinya?”

“Dia itu cukup berbahaya sampai kau harus bisa mengetahui bahwa yang datang adalah dia hanya dari suara langkah kakinya saja. Dia adalah eksistensi jahat yang memeriksa kamar-kamar orang tanpa peringatan, jadi kau harus bersembunyi di bawah ranjang.”

Kuroko tiba-tiba mulai mendorong kepala Kamijou untuk memaksanya masuk ke bawah ranjang Mikoto. Si kucing mengeong tidak puas.

“Ow! Tunggu, sialan! Aku tidak akan muat di tempat itu!”

“Seorang pria yang berada di asrama Tokiwadai itu tidak normal! Ahh, ini merepotkan, jadi aku akan menteleportasikan kau sa-...hah? Kenapa kekuatanku tidak bekerja padamu!?”

“Oh, mungkin karena tangan kananku. Tangan ka-...ow! Dengarkan aku, sialan!”

Pada akhirnya, Kamijou dan kucingnya dimasukkan ke bawah ranjang seperti barang-barang yang dipaksa masuk ke dalam bagasi mobil. Anehnya, daerah di bawah ranjang sudah dibersihkan dengan baik, jadi tidak ada debu di sana.

(Tapi mereka memakai sepatu di dalam kamar, jadi tidak ada bedanya dengan meletakkan pipiku di tanah di luar!)

Tidak hanya sempit, sesuatu yang lain sudah berada di bawah ranjang itu. Kamijou didorong ke boneka beruang yang hampir setinggi dirinya sendiri.

Tepat ketika Kamijou berpikir untuk mendorong beruang itu darinya, dia mendengar pintu terbuka tanpa satu ketukan pun. Dia mendengar suara wanita yang rendah.

“Shirai. Waktunya makan malam, jadi turunlah ke ruang makan. ...Di mana Misaka? Aku tidak menerima pemberitahuan bahwa dia ada di luar dan teman sekamar juga bertanggung jawab ketika ada yang melanggar jam malam, jadi kuharap kau tidak masalah jika menerima pengurangan poin.”

Sepertinya, yang datang memang benar-benar pengawas asrama.

Kamijou berada dalam situasi yang tanpa harapan, tapi entah kenapa dia lega. Dia lega karena yang masuk ke kamar itu bukanlah Misaka Mikoto.

Dia lalu mendengar Kuroko berbicara.

“Oh, aku yakin dia punya keperluan penting, jadi dia tidak sempat memberikan pemberitahuan. Aku percaya pada Onee-sama, jadi aku tidak bisa menerima pengurangan poin.”

Sepertinya pengawas asrama itu mendorong Kuroko keluar dari kamarnya. Kamijou menunggu dengan tegang di bawah ranjang sebentar. Dia tidak bisa menebak apa yang sedang terjadi ketika berada di bawah ranjang dan tidak akan terlalu mengejutkan jika pengawas asrama itu kembali lagi, jadi dia tidak bisa merangkak keluar dari bawah ranjang begitu saja.

(Hoo...Kurasa akan sulit keluar dari asrama dengan hal-hal seperti ini.)

Kamijou menghela napas lalu melihat boneka beruang yang ada di bawah ranjang bersamanya.

Awalnya dia pikir boneka itu terlihat lebih indah dari apa yang dia pikir Mikoto sukai, tapi ketika dia memperhatikan lebih dekat, dia menemukan satu matanya ditutup dengan penutup mata, perban membaluti seluruh tubuhnya, dan ada jahitan-jahitan seperti pada Frankenstein. Boneka itu lebih terasa funky dibanding indah. Kucing hitam di tangannya memelototi boneka itu.

Tiba-tiba, si kucing mulai memukuli beruang itu dengan kaki depannya.

Walau berada dalam situasi gawat berupa berada di bawah ranjang asrama perempuan, Kamijou mau tidak mau merasa bahwa pukulan kucing itu lucu. Tiba-tiba, dia mendengar suara koyak yang sangat buruk.

“Obwah! J-jangan keluarkan cakarmu, dasar bodoh!”

“Fgyah!” teriak kucing itu ketika Kamijou menariknya. Dia lalu merasakan kain yang koyak dengan tangannya. Dia merasakan ada sesuatu yang keras dalam boneka beruang itu. Seperti ada sesuatu di dalam beruang itu.

Memperhatikan lebih dekat, dia bisa melihat bahwa beberapa jahitan telah dibuat ulang menjadi ritsleting. Boneka itu punya beberapa kantung kecil di atasnya. Dia mengelus beruang itu untuk memeriksa dan merasakan sesuatu yang seperti botol kecil di dalamnya. Mungkin ada parfum yang disembunyikan di dalamnya dan si kucing tidak tahan dengan baunya. Sepertinya Mikoto menggunakan beruang itu untuk menyembunyikan benda-benda yang melanggar peraturan sekolah. Hampir mirip dengan penyelundupan obat-obatan.

Melihat ukuran boneka beruang itu, Mikoto pasti memiliki banyak hal yang tidak ingin ditemukan orang lain. Kamijou menghela napas dan melepaskan tangannya dari beruang itu.

“Hah?”

Lalu dia menyadari sesuatu.

Beruang itu memiliki warna tebal di sekitar lehernya yang terlihat seperti sabuk dan bertuliskan “Killbear”. Kemungkinan besar itu adalah nama beruang itu, tapi bukan itu masalahnya.

Dilihat dari atas, sebuah ritsleting di sekitar lehernya tersembunyi oleh kalung itu. Ritsleting itu sengaja dibuat agar tidak bisa dibuka dengan kalung ketat yang menghalangi. Kalung itu juga memiliki gembok besar yang juga berfungsi sebagai bagian dari hiasan. Ritsleting ini jelas-jelas digunakan berbeda dengan yang lainnya.

Kemungkinan besar, apa yang berada di dalamnya adalah hal yang Mikoto paling tidak ingin dilihat orang lain. Kamijou tidak bermaksud mengintip, tapi ritsleting itu masih setengah terbuka. Sepertinya ada kertas di dalamnya. Sudut sehelai kertas menyembul keluar dari ritsleting yang setengah terbuka. Itu saja. Tidak ada yang lainnya. Kamijou merasa dia bisa dengan mudah mengacuhkannya. Menggali rahasia orang lain itu tidak baik. Tidak baik, tapi di kertas itu terketik tulisan berikut ini.

Tes Nomor 07-15-200507112-A. Menggunakan para Sisters Radio Noise[10] untuk Memindahkan Accelerator Level 5 ke

Kamijou syok berat. Hanya sudut kertas itu yang keluar dari ritsleting, dari dia tidak bisa membaca sisanya. Dia menutup matanya. Kemungkinan besar, tidak ada jalan kembali setelah dia membacanya. Ini adalah kesempatan terakhirnya untuk berbalik.

Kucing itu berdesis menyeramkan untuk mengekspresikan ketidaksukaannya pada parfum itu.

“...”

Kamijou berpikir sejenak dan kemudian membuka matanya.

Jika dia bisa berpura-pura tidak melihat itu, dia sejak awal tidak mungkin berada di tempat itu.

Untuk mengeluarkan kertas itu, dia harus membuka sepenuhnya ritsleting yang setengah terbuka itu. Tapi, kalung tebal dengan gembok menghalangi jalannya. Biasanya, itu akan menjadi masalah besar, tapi ini adalah boneka. Kamijou hanya perlu menekan leher boneka beruang itu dengan keras. Isi boneka yang lembut dengan mudah berubah bentuk dan sebuah celah terbuka antara kalung dan beruangnya. Kamijou memasukkan jarinya ke celah itu dan membuka ritsleting itu.

Dia menemukan sebuah laporan hampir sebanyak 20 halaman di dalamnya. Dari tanggal dan nama file yang tertulis di ujung kertas, sepertinya itu adalah hasil cetakan sebuah file.

“Menggunakan para Sisters Radio Noise untuk Memindahkan Accelerator Level 5 ke Level 6.”

Itu adalah judul laporan itu.

(Level...6)

Kamijou kebingungan. Dia pikir Level tertinggi adalah Level 5.

Dia merangkak keluar dari bawah ranjang dan mulai membaca laporan itu.

Laporan itu tidak sekali pun menyebutkan nama laboratorium atau orang-orang yang terlibat. Seolah dibuat agar tidak ada bukti nyata yang tersisa walaupun laporan itu dibocorkan karena suatu kesalahan.

Laporan itu ditulis dengan sangat teknis, jadi ada banyak kata-kata yang bukan bahasa Jepang. Kamijou menggunakan pengetahuannya sepenuhnya demi mengubahnya menjadi sesuatu yang bisa dia mengerti.

“Academy City memiliki tujuh orang Level 5. Tetapi, perhitungan prediktif dari Tree Diagram telah menyatakan ada satu orang dari mereka yang bisa mencapai Level 6 yang masih belum terlihat. Level 5 yang lain entah tumbuh dalam arah yang lain atau keseimbangan tubuh mereka akan hilang jika dosis ditambahkan.”

Ada daftar yang berisi nama 7 orang esper dengan bermacam-macam grafik, tapi Kamijou melompatinya.

“Satu-satunya orang yang bisa mencapai Level 6 dikenal sebagai Accelerator.”

Accelerator.

Kamijou mengernyit pada kata yang tidak familier itu.

Ada penjelasan tambahan dalam bahasa asing, tapi Kamijou melewatinya karena dia tidak bisa membacanya.

“Accelerator pada kenyataannya adalah Level 5 terkuat Academy City. Menurut perhitungan Tree Diagram, dia akan mencapai Level 6 setelah 250 tahun mengikuti Kurikulum reguler.”

Kamijou membaca baris selanjutnya dengan syok.

Sebagai referensi, dinyatakan bahwa ada beberapa cara agar seseorang bisa tetap aktif selama 250 tahun yang diberikan dalam laporan lain.

“Kami mencari metode yang tidak memerlukan metode-metode 250 tahun itu. Sebagai hasilnya, Tree Diagram membawa kami ke metode yang lain dari Kurikulum yang biasa. Metode ini didasari fakta bahwa penggunaan kekuatan dalam pertempuran sebenarnya mempercepat proses pertumbuhan. Sudah ada banyak laporan tentang orang-orang berkekuatan Telekinesis atau Pyrokinesis mendapatkan peningkatan akurasi, jadi kami akan mengambil keuntungan dari fakta ini. Dengan mempersiapkan medan pertempuran khusus dan membuat pertempuran itu berlangsung dalam skenario yang spesifik, kami bisa mengendalikan arah pertumbuhan yang didapat dari pertempuran.”

Tangan Kamijou membeku.

Pertempuran. Dia merasa kata itu tepat tersambung dengan mayat Sister yang terbaring di gang itu.

“Menurut perhitungan yang dilakukan oleh simulator Tree Diagram, dipastikan bahwa dengan mempersiapkan 128 tipe medan pertempuran dan membunuh Railgun 128 kali akan memindahkan Accelerator menjadi Level 6.”

Kamijou mengenali kata Railgun.

-Kau harusnya lebih bangga dengan fakta bahwa kau telah mengalahkanku, Misaka Mikoto si Railgun.

Kamijou menebak bahwa kata itu pasti mengacu pada Mikoto, tapi dia merasa cara kata itu mengacu padanya tidak terlalu cocok dengan seseorang yang harusnya bekerja sama dengan eksperimen mereka.

Membunuh.

Tangan Kamijou mulai gemetar. Napasnya tidak teratur dan dia bersandar ke dinding karena dia merasa lantai di kakinya bergetar.

“Akan tetapi, kami tentu saja tidak bisa mempersiapkan 128 Railgun karena dia juga seorang Level 5. Saat itulah perhatian kami teralih pada proyek Sisters yang dimaksudkan untuk memproduksi Level 5 secara masal yang kami jalankan di waktu yang sama.”

Jantungnya berdetak aneh. Dia bisa merasakan bahwa suhu tubuhnya telah meninggalkan ujung jarinya. Eongan kucing hitam itu menggoyangkan otaknya seperti lonceng gereja.

“Tentu saja, ada perbedaan spesifikasi antara Railgun yang asli dan para Sister yang diproduksi masal. Kekuatan model produksi masal diperkirakan berada di sekitar Level 3.”

Hati Kamijou memberitahunya bahwa ada yang sangat salah pada tulisan di laporan itu.

“Menurut perhitungan ulang Tree Diagram yang didasarkan pada kriteria-kriteria itu, ditentukan bahwa mempersiapkan 20.000 medan tempur dan 20.000 Sister akan menghasilkan hasil yang sama seperti yang telah dijelaskan di atas.”

Tetapi, orang-orang ini tetap meneruskan dan melakukan hal-hal yang salah berdasarkan kesalahan tadi.

“20.000 tipe medan tempur dan skenario pertempuran dijelaskan dalam laporan lain.”

Kamijou bertanya-tanya apa yang tertulis dalam laporan lain itu.

Dua puluh ribu cara untuk mati. Dengan menyusuri daftar yang berisi nomor Sisters, kau bisa melihat kapan, di mana, dan bagaimana mereka akan mati. Terlalu menjijikkan. Apa yang Kamijou anggap paling menjijikkan bukanlah orang-orang yang membunuh. Tapi fakta bahwa orang-orang yang dibunuh tetap lanjut mengikuti skenario itu.

- ‘...Mustahil bagi Misaka untuk memelihara kucing ini,’ jawab Misaka jujur. ‘Misaka tinggal di lingkungan yang sedikit berbeda denganmu,’ kata Misaka memberi alasannya.

Apa yang dipikirkan Imouto saat itu?

Apa yang dipikirkannya ketika melihat kucing itu dan apa yang dirasakannya ketika dia memberikan kucing itu pada Kamijou?

“Metode menciptakan para Sisters dijalankan sama dengan proyek asli. Sebuah zigot dipersiapkan dari sel yang diambil dari rambut Railgun dan pertumbuhan dipercepat dengan memberikan Zid-02, Riz-13, dan Hel-03.”

Gadis itu berada dalam situasi tanpa harapanç

Apa yang gadis itu pikirkan hingga tidak meminta bantuan?

“Sebagai hasilnya, mereka mendapatkan tubuh usia 14 tahun yang sama seperti Railgun dalam waktu sekitar 14 hari. Karena para klon itu diciptakan dari sel yang sudah menua dan pertumbuhannya dipercepat dengan obat-obatan, ada kemungkinan tinggi bahwa umur mereka akan lebih pendek dibandingkan Railgun. Tetapi, sudah diperkirakan bahwa hal itu tidak cukup ekstrim untuk mempengaruhi spesifikasi mereka selama eksperimen itu.”

Apakah gadis itu berada dalam keputusasaan?

Apakah gadis itu putus asa karena dia telah memutuskan bahwa dia tidak bisa diselamatkan apa pun yang dia pilih atau bagaimanapun kejadian yang terjadi?

“Masalah sebenarnya bukan terletak pada perangkat keras berupa tubuh mereka. Masalah ini terletak pada perangkat lunak sifat mereka. Informasi dasar dalam otak seperti bahasa, gerakan, dan etika terbentuk pada umur 0-6 tahun. Tetapi, para Sisters hanya mempunyai 144 jam untuk itu karena pertumbuhan abnormal mereka. Sulit mengajarkan mereka dengan metode standar. Karena itu, kami telah menggunakan Testament[11] untuk memasukkan semua informasi dasar itu.”

Atau...

Apakah dia percaya bahwa matinya dia di tangan orang lain adalah bagian dari keseharian biasa?

Apakah dia tidak putus asa, tidak menyerah, dan sekadar percaya bahwa itu adalah lingkungan yang normal untuknya?

“9802 eksperimen pertama akan dilaksanakan di dalam, tapi 10198 eksperimen sisanya harus dilakukan di luar ruangan karena permintaan medan tempur. Karena masalah tentang pembuangan tubuh, kami telah memusatkan medan tempur ke satu distrik di Academy City.”

(Persetan dengan itu.)

Kamijou meremas laporan di tangannya.

“Terkutuklah mereka...”

Kamijou tidak tahan. Dia menggertakkan giginya. Tidak peduli seberapa kerasnya kau mencari alasan kenapa membunuh 20.000 orang untuk seorang esper elit itu boleh, kau tidak akan menemukannya.

Tapi, laporan gila ini masih ada di tangan Kamijou.

Kenyataan di depan matanya begitu kejam hingga dia pasti tidak tahan walaupun hanya dalam fiksi.

“...Terkutuklah mereka!”

Seorang gadis diciptakan hanya supaya bisa dibunuh.

Dia adalah kumpulan daging yang dilahirkan dengan mengambil nukleus dari sel seseorang dan menanamnya pada sebuah ovum yang tidak rusak dan kemudian dicampurkan dengan bahan kimia dalam tabung percobaan.

Gadis yang kelihatan berumur 14 tahun telah menghabiskan seluruh hidupnya terpenjara dalam laboratorium dingin di mana dia dipanggil dengan nomor dan bukan nama.

Jadi kenapa?

Bahkan jika Misaka Imouto diciptakan untuk dibunuh, bahkan jika dia diciptakan dari nukleus sel seseorang yang ditanam dalam sebuah ovum, dan bahkan jika dia selalu hidup di dalam laboratorium dingin dan dipanggil dengan nomor, bukan nama...

Dia masihlah orang yang mengulurkan tangannya untuk memungut minuman yang Kamijou jatuhkan.

Dia masihlah orang yang menyingkirkan kutu dari si kucing tiga warna.

Memang tidak terlihat di wajahnya, tapi Misaka Imouto seperti senang bersama kucing hitam itu.

Hal-hal itu mungkin tidak terlihat terlalu spesial. Bagi orang biasa, hal-hal itu tidak berarti apa-apa. Mereka melakukannya tanpa benar-benar memikirkannya dan mereka terlihat seperti tidak ada yang berbeda.

Akan tetapi, itu juga berarti bahwa Misaka Imouto adalah seorang manusia yang bisa melakukan hal biasa seperti orang biasa.

Dia bukan sesuatu yang bisa disebut sebagai hewan eksperimen.

“...Kenapa kau tidak menyadari itu?”

Kamijou menggertakkan giginya.

Si kucing mengeong dan suaranya bergema ke seluruh ruangan yang hening seperti kuburan.

Karena laporan itu disembunyikan di sana dan Misaka Imouto adalah seorang klon yang diciptakan dari sel Mikoto, Mikoto pasti punya kaitan dengan eksperimen itu. Kamijou tidak bisa mengerti bagaimana seseorang bisa setuju dengan eksperimen berdarah yang hanya bisa berhasil dengan membunuh 20.000 orang. Dia mengepalkan tinjunya dengan erat tanpa bermaksud melakukannya.

“Hah?”

Dia lalu menyadari sesuatu yang lain.

Laporan itu adalah hasil print sebuah file Di kiri atas kertas fotokopi itu, tertulis tanggal dan nama file-nya.

Itu sendiri bukanlah masalah.

Tapi, ada dua barcode bersama dengan tanggal dan nama itu. Seperti barcode yang ada di belakang buku dan ada satu barcode yang tepat berada di atas satunya lagi.

“...”

Academy City memiliki berbagai jenis terminal jaringan dan semuanya memiliki tingkat keamanan yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah ponsel adalah Tingkat D, komputer di perpustakaan atau di rumah adalah Tingkat C, terminal informasi yang digunakan para guru adalah Tingkat B, terminal khusus dalam fasilitas riset adalah Tingkat A, dan terminal rahasia yang digunakan oleh dewan direktur adalah Tingkat S.

Semuanya tersambung dengan jaringan yang sama, tapi sebuah terminal Tingkat D tidak bisa mengakses informasi Tingkat C.

Hal ini tidak menciptakan tingkatan kelas atau semacamnya. Ini hanya karena orang-orang yang mengatur jaringan tidak ingin para murid bisa mengakses data tentang ujian akhir atau pemeriksaan kesehatan.

(Tunggu sebentar. Barcode ini...)

Kamijou melihat barcode di kiri atas laporan itu. Dia cukup yakin bahwa barcode yang di atas adalah ID terminal dan barcode yang di bawah adalah ID data yang diakses. Mirip dengan barcode yang ada dalam kotak permen, barcode ini adalah kumpulan garis hitam dan putih dengan barisan angka di bawahnya.

Barcode yang di atas, ID terminal, adalah 415872-C.

Barcode, ID data yang diakses, adalah 385671-A.

(Ini aneh.)

Tingkat dari terminal yang digunakan adalah C, tapi tingkat data yang diakses adalah A. Hal ini harusnya mustahil. Jika Mikoto mendapatkan laporan itu melalui cara yang sah, dia hanya perlu menggunakan terminal Tingkat A di dalam laboratorium.

Itu berarti dia tidak mendapatkan informasi itu melalui cara yang sah.

Hacking. Bukan, Kamijou pikir hal itu disebut dengan cracking jika informasinya hanya dimata-matai dan bukan dihancurkan. Dia tidak tahu terlalu banyak tentang hal-hal seperti itu, tapi itu tidak penting. Yang penting adalah bahwa Mikoto tidak mendapatkan laporan itu dengan cara yang sah.

Dengan kata lain, Mikoto mungkin tidak bekerja sama dengan eksperimen itu.

“...”

Kamijou membaca kembali laporan itu.

Ketika dia membalik-balikkan halamannya, dia tiba-tiba merasa ada sehelai kertas yang lebih tebal dari yang lainnya. Untuk mencari tahu kenapa kertas itu berbeda, Kamijou menariknya keluar dari laporan itu.

Sebuah peta.

Peta itu menunjukkan seluruh Academy City. Peta itu dilipat, tetapi ketika dikembangkan, peta itu sama besarnya dengan sebuah rak buku. Peta itu diselipkan di tengah laporan dan terbuat dari kertas yang sangat tipis, jadi Kamijou tidak menyadarinya hingga saat itu.

Peta itu juga berisi lokasi lorong-lorong dan gedung-gedung, membuatnya cukup detail. Dan ada banyak tanda X yang ditulis dengan spidol merah di berbagai tempat di atas peta itu.

“...?”

Tanda-tanda itu terlihat membawa kabar buruk, tapi peta itu tidak menunjukkan nama bangunan yang ditandai.

Kamijou mengeluarkan ponselnya. Ponselnya memiliki fungsi GPS seperti alat navigasi mobil. Kamijou melihat tanda X di peta dan mencari koordinatnya di ponselnya. Ketika dia memperbesar petanya, nama bangunan terlihat di peta yang ada di ponselnya.

“Institusi Riset Distrofi Muskular Universitas Kanasaki.”

(Distrofi muskular?)

Kamijou bingung. Distrofi muskular adalah satu jenis penyakit yang tak bisa disembuhkan. Secara sederhana, itu adalah penyakit yang menyebabkan kau tidak bisa mengirimkan sinyal ke ototmu dan otot mulai melemah dan melemah karena tidak bisa digerakkan.

Tapi apakah hubungan sebuah institusi riset distrofi muskular dengan laporan itu? Masih kebingungan, Kamijou memeriksa nama-nama bangunan lain yang ditandai X.

“Laboratorium Analisis Patologi Organisasi Mizuho.”

“Pusat Riset Farmasi Ketujuh Farmasi Higuchi.”

Kamijou tidak terlalu familier dengan nama-nama laboratorium itu, tapi kemudian dia mengingat seseuatu. Dia ingat berita yang berjalan di tampilan ekshibisi yang ada di balon udara. Berita itu mengatakan bahwa tiga institusi riset telah dievakuasi dalam waktu dua minggu. Si kucing mengeong tidak puas. Apa yang Mikoto katakan ketika melihat berita itu?

-Aku benci balon udara itu.

Napas Kamijou tercekat di tenggorokannya. Ada peta yang diselipkan di tengah laporan itu, tanda X dengan spidol merah, dan laboratorium yang semuanya meriset penyakit yang sama. Jika kau menggabungkan laporan, eksperimen, dan peta itu, sepertinya peta itu menunjukkan laboratorium-laboratorium yang mengerjakan eksperimen itu. Akan tetapi, apakah arti dari kata “dievakuasi”? Dan apakah arti dari tanda X merah di peta itu?

Kamijou merasa pusing. Dia tidak tahu kenapa. Tapi dia tiba-tiba punya satu pertanyaan dalam kepalanya.

Sekarang sudah cukup larut, jadi kenapa Misaka Mikoto belum kembali ke asramanya?

Di mana dia dan apa yang sedang dilakukannya?

Mungkin bukan apa-apa. Mungkin uap keluar dari kepalanya karena kalah bermain dalam fighting game di sebuah arcade. Tapi, sesuatu membawa kabar buruk. Laboratorium-laboratorium dievakuasi dan tanda X merah di peta itu seperti mengikutinya. Seolah-olah gedung-gedung itu dihancurkan oleh tanda X di peta itu. Dan tanda-tanda itu bukan hitam, bukan biru, bukan lingkaran, dan bukan kotak. Tanda-tanda itu berbentuk X warna merah. Apakah artinya?

Kamijou telah memastikan bahwa laporan itu tidak didapatkan melalui cara yang sah.

Karena itu, dia telah menebak bahwa Mikoto mungkin tidak bekerja sama dengan eksperimen itu.

Bagaimana kalau Mikoto menolak untuk bekerja sama dengan para periset?

Bagaimana jika eksperimen itu tetap dilanjutkan melawan keinginannya dan dia belakangan mengetahuinya?

Apakah tindakan yang akan diambilnya?

Dan jika dia mengambil tindakan untuk menghentikan eksperimen itu...

“Aku mengerti...”

Jika dia bertindak demi Misaka Imouto...bukan, seluruh Sisters...

“Jadi begitu.”

Kamijou tidak tahu pasti apa yang Mikoto coba lakukan, tapi ada satu hal yang bisa dia katakan dengan pasti.

Misaka Mikoto tidak berpikir bahwa eksperimen itu bukanlah apa-apa.

Kamijou tidak tahu alasan apa yang membuatnya tersenyum di depannya untuk menyembunyikan kenyataan itu, tapi Misaka Mikoto tidak berpikir bahwa eksperimen itu bukanlah apa-apa.

Kamijou Touma pasti bisa sepihak dengan Misaka Mikoto.

Dia merasa bahwa menunggu di sini tidak akan membantu sedikit pun. Tidak, bahkan jika menunggu adalah tindakan terbaik, dia tidak tahan menunggu di sana tanpa melakukan apa pun bahkan sedetik lebih lama.

Kamijou memegang kucing itu di tengkuknya dan berlari keluar dari kamar itu. Dia tidak memikirkan kemungkinan bahwa dia akan terlihat. Tanpa peduli jika ada orang yang melihatnya, dia berlari menyusuri lorong, turun dari tangga, dan keluar melalui pintu utama.

Part9[edit]

Membaca laporan itu pasti memakan banyak waktu karena langit sudah sepenuhnya diselimuti kegelapan malam.

Kamijou berlari melalui sebuah distrik perbelanjaan pada malam hari.

Kucing di tangannya mengeluarkan suara eongan yang terdengar mabuk karena tergoyang-goyang.

Sekarang, Kamijou tidak memiliki dasar untuk tindakannya. Dia tidak tahu apa yang Mikoto lakukan, dia tidak tahu di mana Mikoto berada, dan dia tidak tahu apakah dia harus memikirkan tentang itu. Tetapi, situasi kabur tanpa pengetahuan itu membuatnya merasa jauh lebih tidak nyaman. Dia berlari tanpa tahu apa-apa. Seolah dia sedang menenggelamkan dirinya dalam aksi untuk mengeluarkan rasa tidak nyaman itu dari dirinya.

Dia tidak punya tujuan pasti, tapi dia harus mencari. Kontradiksi ini menyebabkannya lari lebih cepat lagi. Dia tidak punya pilihan selain berlari tanpa tujuan untuk mencari Mikoto.

Tapi dia juga lega.

Dia lega bahwa dia jadi bisa khawatir tentang Mikoto lagi.

Kamijou berlari melewati sebuah kerumunan. Baling-baling kincir angin di kejauhan berputar perlahan. Tepat ketika dia mulai berpikir bahwa dia tidak merasakan ada angin, dia tiba-tiba berhenti.

Baling-baling itu berputar walaupun tidak ada angin.

Sebuah kincir anging berputar perlahan sekitar 100 meter jauhnya. Dia menemukan hal itu aneh dan sebuah penjelasan yang memungkinkan masuk ke pikirannya.

Pembangkit listrik sebenarnya adalah motor.[12] Motor memiliki sifat yang menarik. Gulungan sentral yang harusnya berputar ketika listrik digunakan akan menghasilkan listrik ketika diputar secara manual. Dan motor akan berputar ketika diberikan gelombang elektromagnetik yang spesifik. Itulah cara kerja generator microwave terbaru Academy City.

Jika baling-baling, dan karenanya motor, itu berputar tanpa ada angin, maka baling-baling itu pasti sedang bereaksi pada gelombang elektromagnetik yang tidak kelihatan.

(Jika aku pergi ke sana...)

Kamijou membenarkan pegangannya pada si kucing dan memotong kerumunan. Laki-laki dan perempuan di dalam kerumunan memusatkan perhatian mereka pada Kamijou yang mengganggu arus kerumunan itu, tapi dia tidak peduli. Dia tidak punya waktu untuk memedulikan itu.

Awalnya kincir angin itu hanya sedikit bergoyang, membuat susah mengetahui apakah baling-baling itu benar-benar berputar atau tidak. Tetapi, sementara Kamijou berlari menyusuri jalan dan memotong jalan untuk mencapai kincir itu, pergerakan baling-balingnya mulai mencepat. Dan setelah kincir angin yang berputar perlahan itu adalah satu kincir angin yang bergerak sedikit lebih cepat. Dan setelah yang itu ada kincir angin yang bergerak lebih cepat dari sebelumnya.

Seolah dia sedang mendekati pusat ledakan yang tak terlihat.

Kamijou terus berlari.

Dia berlari menuju pinggiran kota yang tak bercahaya itu seolah ditarik oleh kincir angin yang berputar di malam yang tak berangin itu.

Catatan[edit]

  1. lit: Diagram Pohon; seperti dalam cabang sains.
  2. TN: Di sini panas disebut sebagai vektor, mungkin lebih kepada “aliran panas”.
  3. lit: Saudara perempuan
  4. Istilah yoga. www.google.com/search?q=lotus+sitting+position
  5. lit: Anjing Pemburu
  6. Biasanya di musim panas diceritakan cerita hantu.
  7. TN: Index tidak bisa memegang sumpit dengan benar.
  8. Kejadian barang-barang rumahan goyang-goyang karena digoyang hantu.
  9. TN: Setelah ini, harap mengerti bahwa tuhan dan dewa itu tidak dibedakan dalam bahasa Jepang/Inggris. Jadi anggap Tuhan dan dewa itu sama-sama “individu” yang mahakuasa.
  10. lit: Gangguan Radio
  11. lit: Perjanjian; dalam hal ini adalah mesin untuk memasukkan informasi ke dalam otak
  12. TN: Motor di sini berarti dinamo.


Previous Chapter 1 Return to Main Page Forward to Chapter 3