Sword Art Online Bahasa Indonesia:The Day Before

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Sehari Sebelumnya/Kemarin[edit]

Sword Art Online The Day Before - 000.jpg

Bagian 1[edit]

Waktu Standar Aincrad, Tahun 2024, Tanggal 23 Oktober, 9 PM.

Aku, swordsman level 96, Kirito, telah melamar Asuna level 94 Fencer, dan dia menerimanya.


Tentu saja ini terjadi di VRMMO bernama Sword Art Online — kejadian di dalam sebuah RPG. Di dunia nyata aku dan Asuna belum pernah bertemu sama sekali, dan yang paling penting aku belum berada pada usia yang diijinkan untuk menikah secara hukum — mungkin Asuna sedikit lagi mencapai umur tersebut dalam hal itu.

Aku tidak tahu permainan apa yang pertama kali menerapkan «Sistem Pernikahan», namun pernikahan diantara sesama karakter sudah populer di dunia MMO, bahkan sejak duapuluh tahun yang lalu. Berbagai macam keuntungan diberikan kepada kedua «pasangan» hampir di semua seri, jadi banyak kejadian dimana perkawinan dilakukan hanya dilakukan untuk tujuan tersebut, dan tentu saja ada pemain yang menikah sebagai bagian dari mereka untuk sungguh-sungguh melakukan 'roleplaying', dan tampaknya ada beberapa pernikahan di dalam game akhirnya menjadi pernikahan di dunia nyata. Tentu saja ini hanya asumsi dari diriku sendiri, tapi aku percaya apabila semua pemain MMO di seluruh dunia diberikan pertanyaan «Apakah anda memiliki pengalaman menikah di game?», mungkin lebih dari setengah akan memberikan jawaban ya.

Namun, meskipun itu sangat disesalkan (aku tidak tahu apa aku harus menggambarkannya seperti itu), aku tidak pernah menikah dengan siapa pun dalam semua MMORPG yang pernah aku mainkan selama ini.

Alasannya adalah —well, mungkin karena kelemahan komunikasi interpersonal-ku, disamping itu aku benar-benar tidak mengerti konsep dari sebuah «Pernikahan dalam Game». Apabila karakter laki-laki, Kirito yang dikendalikan olehku menikah dengan karakter perempuan, Dareko[1], yang dikontrol oleh seorang perempuan, atau seorang laki-laki (bisa saja ini terjadi) yang ada di suatu tempat di dunia ini, apa tidak masalah bagiku untuk mengartikan aku sebagai party permanen dengan Dareko-san? Atau haruskan aku meningkatkan 'roleplaying'-ku untuk mencintai Dareko-san itu? Atau mungkin-aku harus mewaspadai mahluk tertentu yang berada di belakang Dareko-san?

Sejujurnya, bukannya aku tidak pernah punya pengalaman menerima tawaran, "Mau menikah (〃 ^ ▽ ^ 〃)", dari karakter wanita yang terdaftar sebagai teman atau anggota guild dalam game lain yang pernah kumainkan sebelum SAO. Namun, dalam setiap kasus-kasus tersebut, aku akan membeku di depan monitor sambil berkeringat dingin dan akhirnya memberikan jawaban seperti "(´ノω;`)".

Aku terlalu berhati-hati, terlalu analitis, terlalu gugup, bahkan aku pikir begitulah diriku.

Namun, pada dasarnya kenapa aku begitu larut dalam game MMO adalah karena MMO hanyalah dunia sementara. Dibalik setiap dan masing-masing karakter, terdapat pemain yang tidak kita ketahui umur dan jenis kelaminnya. Hasilnya, pasti kita akan bertanya-tanya "Siapa sebenarnya orang ini?". Setiap orang bukanlah diri mereka sendiri, termasuk juga diriku.

Meskipun begitu, bagiku sistem «Pernikahan» ada untuk mengadu langsung anggapan itu. Walaupun pernikahan itu dilakukan didalam game, orang itu akan menjadi sadar diri bila dihubungkan dengan orang tertentu melalui hubungan khusus tersebut. «Orang Tertentu» yang menggerakkan mouse dan mengetik keyboard di dunia nyata.

Karena itu, aku selalu menghindar untuk menjadi permanen partner dengan orang di net game dan tentu saja itu tidak berubah di game kematian ini, Sword Art Online. Tidak, dengan avatar yang menggunakan penampilan asli, menambah lebih banyak alasan untuk menjaga jarak dengan yang lain.

Namun, yang perlahan-lahan membuyarkan, mengecilkan, dan akhirnya menghancurkan kegelisahan —atau lebih tepatnya kecurigaanku, tentu saja adalah Asuna.

Kurang dari dua tahun semenjak dimulainya game kematian ini, meskipun berada di situasi yang berbeda-beda gadis itu tidak pernah menghilang dari pandanganku. Dia adalah anggota party pertama-ku, dan tak lama setelah itu menjadi rekan dalam group clearing meskipun dia telah bergabung dengan guild Knights of Blood. Ada suatu ketika kami menyelidiki kasus pembunuhan aneh bersama-sama dan di waktu lain aku meminta dia untuk memasakkan bahan makanan grade-S. Melalui interaksi bersama Asuna itu aku menyadarinya.

Di dunia ini -dan pastinya di dunia nyata juga, mungkin juga di game MMO non-fulldive yang kumainkan sebelum SAO, bahwa yang menentukan apakah orang-orang yang di hadapanku adalah yang sebenarnya adalah diriku sendiri. Jika aku meninggalkan keraguan dan jarak, mereka hanya akan menjadi sebuah kebohongan. Jika aku memberikan kepercayaan dan kompromi ke dalamnya, mereka akan menjadi sebuah kenyataan.

Sekarang, tepat di hadapanku, ada seorang swordswoman bernama Asuna.

Aku menikmati setiap waktu yang kuhabiskan dengannya. Asuna bertarung, Asuna tertawa, bahkan ketika Asuna marah, menyaksikan setiap dan semua momen tersebut menumbuhkan emosi kuat dalam hatiku. Dia selalu dalam jangkauanku dan jelas dia juga tertarik. Ketika aku melihat Asuna sekarang, aku tidak merenungkan apakah dirinya yang sekarang adalah yang sebenarnya, tidak sedikitpun.

Oleh karena itu, aku melamar Asuna.

Kalau boleh berbicara jujur, bukannya semua keraguanku telah menghilang. Aku masih tidak memiliki keyakinan untuk mengklaim bahwa emosi yang selalu mencari Asuna ini adalah apa yang disebut «Cinta». Aku selalu menjaga jarak dengan keluargaku di dunia nyata, dan semenjak aku datang ke dunia ini aku terus menerus bersikeras mempertahankan 'solo playing'-ku, membuatku bertanya apakah aku memiliki hati untuk mencintai orang lain.

Namun, aku berpikir mungkin aku bisa menemukan jawaban dari keraguan terakhirku bila aku bersama Asuna.

-Dan, dari semua itu adalah «pemahaman pernikahan di SAO» maka aku telah tiba sejauh ini.

Pada topik lain, karena ini benar-benar sebuah pernikahan, meskipun itu terjadi dalam dunia permainan, masih ada aspek materi adat untuk itu. Untuk lebih spesifiknya, apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan rumah baru, boleh dibilang seperti itu.

Secara natural kami akan hidup bersama setelah menikah, dalam hal ini, bahkan sebelum mempertimbangkan tempat pelarianku di gang-gang belakang kota utama Algade di lantai limapuluh, mansion Asuna yang berada di Salemburg, di lantai keenampuluh satu terlalu sempit untuk kita berdua. Belum lagi dengan mengesampingkan masalah area fisiknya, ada keadaan yang memaksa kita tidak dapat hidup bersama di tempat tinggal kita saat ini.

Sub-Leader dari Guild «Knights of the Blood», Asuna sang «Flash» boleh dibilang merupakan pemain yang paling diidolakan di Aincrad saat ini.

Dia hampir selalu di peringkat pertama dalam jajak pendapat popularitas pemain di surat kabar yang diterbitkan oleh broker informasi, bahkan memiliki beberapa klub penggemar dengan toko besar yang menawarkan debut, bukan debut CD, tapi debut RC (Recording Crystal), meskipun sepertinya dia mengusir mereka dengan tusukan rapier-nya.

Rasanya seperti telah bertahun-tahun sejak fase «Gadis Kecil Berkerudung Merah» pada awal game kematian ini ketika dia terus menerus mengenakan cape berkerudungnya, tetapi bila publik mengetahui pernikahan idol seperti itu, bukan tidak mungkin itu akan menjadi berita bagi setiap dan semua surat kabar, semuanya sekaligus.

Banyak fansnya akan mengeluh dan mengerang, dan bisa saja terbentuklah sebuah energi dan terubah menjadi sebuah serangan dengan properti curse, menyebabkan pasangannya, yaitu aku, mengalami kesialan—bahkan jika kita mengesampingkannya, diinterogasi atau hal seperti itu tidak akan mungkin aku dapat menikmati kehidupan sebagai pengantin baru, maka aku akan tetap menyembunyikan kenyataan di balik pernikahan ini semampu yang aku bisa.

Tentu saja, kami banyak mengirimkan pesan kepada teman-teman Asuna, dan sedikit dari teman-temanku, jadi kami tidak berharap berada dalam kerahasiaan dalam waktu yang lama, namun demikian kami tidak berada dalam posisi untuk menikmati bulan madu kami terlalu lama. Baru empat hari berlalu sejak bos lantai Tujuhpuluh empat, «The Gleameyes», berhasil dikalahkan dan membutuhkan beberapa waktu sebelum ruang bos berhasil ditemukan di lantai Tujuhpuluh lima,garisi depan saat ini. Namun baik aku dan Asuna tidak mempunyai pilihan lain untuk berpartisipasi dalam pertempuran boss tersebut, meskipun kami dapat meninggalkan pemetaan labirin di menara tersebut.

Dengan demikian, jika kami bisa memiliki waktu selama sepuluh hari... tidak, dua minggu... sampai hal itu terjadi, maka kami harus segera mencari rumah di mana kami bisa menghabiskan waktu dengan sedikit lebih damai.

Jika kami me-list semua item yang telah kami kumpulkan selama gameplay kami di bagian rahasia surat kabar, mengkonversi hampir semua yang tidak kami butuhkan menjadi Col, kita mungkin hanya bisa membeli satu rumah di dalam area... atau dengan kata lain, di dalam kota. Namun jika kita mendirikan rumah baru kita disitu, akan berakhir dengan broker informasi yang mengetahui hal tersebut di hari yang sama pula. Maka rumah yang ideal bagi kami adalah salah satu rumah yang berada di lantai yang telah diselesaikan dan tidak dipenuhi pemain lain, belum lagi dibangun di tepian dan memiliki luas yang wajar dan tidak begitu menarik perhatian.

Memang sebuah kondisi yang agak sulit, tetapi dalam kenyataannya aku sudah punya firasat unit yang cocok sebelum aku mengusulkannya.

Sudah lebih dari satu setengah tahun sejak lini depan ditempatkan di lantai duapuluh dua Aincrad. Itu adalah lantai rendah namun luas, namun hampir semua daerahnya ditutupi hutan yang mendalam, dataran rumput dan danau yang memiliki topografi indah namun halus, dan terpenting lagi, tidak ada quest penting ataupun Field Boss di sana. Para pemain dari grup clearing mengambil rute langsung menuju labirin dari kota utama, Coral Village, bergegas naik ke menara dengan tingkat kesulitan menengah, mengalahkan boss-nya dalam beberapa hari di bawah rata-rata saat itu. Pada saat ini, satu-satunya pemain yang mengunjungi lantai duapuluh dua kemungkinan adalah para nelayan yang menuju ke berbagai ukuran danau dan dan para pengrajin kayu yang mengumpulkan bahan kayu di hutan.

Sebenarnya,tempat itu adalah tempat yang belum kukunjungi selama lebih dari satu tahun, tapi untuk beberapa alasan pemandangan spektakuler itu tetap berada dalam ingatanku.

Pada hari ketika Boss di lantai duapuluh dua itu dikalahkan, ketika aku berlari sendirian, berusaha untuk menyelesaikan sebanyak mungkin quest yang belum kuselesaikan.

Aku menemukan sebuah jalan sempit di tepi danau biru yang jernih, yang tidak akan ditemukan kecuali benar-benar memperhatikan dari dekat. Tampaknya tidak berhubungan dengan quest tertentu, namun ketika aku mengikuti jalan dan mendaki bukit, aku menemukan sebuah rumah kayu terpisah didirikan di ujungnya, dikelilingi oleh hutan lebat pohon konifer.

Dinding kayu-nya diselumiti lumut di sana-sini, sementara dua atau tiga pancang pohon keluar dari atap, tapi tidak menimbulkan kesan membusuk sama sekali. Sebaliknya, karena bercampur dengan alam sekitarnya, timbul kesan keindahan, seolah-olah itu adalah rumah yang dimiliki oleh salah satu ras Elf.

Perlahan aku membuka gerbang kayunya (karena itu mungkin, maka tidak mungkin rumah itu milik pemain lain), memeriksa interior dengan skill Search milikku (karena rumah itu kosong, bukanlah juga rumah NPC), dan setelah aku mendekati teras di depan, akhirnya aku menemukannya. Sebuah tanda «FOR SALE» dari kayu tergantung di kenop pintu.

Bahkan belum mencapai level 40, aku hanya bisa menunjuk pada harga yang tercantum pada tanda kayu tersebut sembari aku menghitung jumlah digit yang tertera, mendesah, dan meninggalkannya sementara dengan keras kepala melirik kembali lagi dan lagi. Dengan menetapkan mimpi bahwa suatu hari nanti, aku akan membuat item storage-ku dipenuhi cukup col untuk membeli rumah ini.

Pada kenyataannya, ketika aku berada di level 70-an saat lantai lima puluh ditaklukkan, tidak ada yang aku tidak mampu beli jika aku benar-benar menginginkannya. Tapi sebagai salah satu kelompok garis depan, aku tidak bisa memiliki waktu untuk melakukan perjalanan duapuluh menit untuk sampai ke gerbang teleport terdekat sebagai basis aku beroperasi. Pada akhirnya, aku mengambil tempat berlindungku di kota utama lantai lima puluh, Algade, dan akhirnya menghabiskan waktu tidurku di sana hingga beberapa hari lalu.

Benar-benar sudah satu setengah tahun semenjak aku menemukan rumah itu di hutan pada lantai duapuluh dua-

Aku memutuskan untuk melamar Asuna dan ketika aku memikirkan tentang rumah baru, yang segera muncul dalam pikiranku adalah rumah kayu itu. Aku percaya tidak ada pilihan lain yang lebih baik dari ini.

Dalam lamaranku, pertama kali aku mengungkapkan informasi tentang rumah kayu tersebut, menyarankan untuk pindah ke sana dan akhirnya aku berkata, "Mari kita menikah".

Aku percaya bahwa setidaknya sebagian kecil dari alasan di balik mengapa Asuna menjawab "Ya" tanpa ragu adalah berkat perlindungan suci dari rumah itu.


Bagian 2[edit]

Kemudian.

Satu malam telah berlalu setelah lamaran itu, tanggal duapuluh empat Oktober, sekitar setelah pukul 2 pagi. Aku dan Asuna bersama-sama mengunjungi lantai duapuluh dua.

Kami dipanggil ke markas dari Knights of the Blood di Grandum pada lantai limapuluh lima kemarin dan telah menyelesaikan permintaan sementara kami untuk mundur. Meskipun hanya sementara, kami meninggalkan guild dengan cara yang benar, dengan tanda salib merah sebagai lambang guild tidak tercantum lagi pada kursor kami.

Kami keluar dari gerbang teleport di kota utama, Desa Koral, dan saat kami berjalan menuju danau besar di sebelah baratdaya, dengan santai aku bertanya pada Asuna.

"Hei, sudah berapa lama kamu bergabung dengan KoB, Asuna?"

"Coba kuingat-ingat..."

Sambil menggelengkan rambutnya yang coklat, fencer tersebut sedikit memiringkan kepalanya.

"Kalau tidak salah Ketua mengajakku pada bulan Februari tahun lalu, jadi... mungkin sekitar satu-setengah tahun. Tepat setelah pertempuran dengan boss di lantai duapuluh lima berakhir, begitu..."

"Begitu... Jadi KoB dibentuk setelah setengah dari «Force» dihancurkan, bukan begitu?"

Aku melirik ke bagian bawah dari lantai di atasku.

Tiga lantai di atas lantai yang begitu damai ini adalah lantai duapuluh lima dari Aincrad yang akhirnya menjadi pencobaan sesungguhnya dari para pemain di grup clearing, setelah lantai pertama.

Mob yang abnormal kuatnya bila dibandingkan dengan lantai empatpuluh empat, menghambat kemajuan kami tepat setelah meninggalkan kota utama ditambah desain topografi dari field yang serumit labirin; kesulitannya memakan korban bahkan ketika kami sedang dalam perjalanan menuju kota berikutnya. Hampir tidak ada NPC dimana kita dapat memperoleh informasi, di sisi lain banyak terdapat medan perangkap yang berakhir di rawa beracun dan entah bagaimana saat kita berhasil mencapai menara labirin dengan berjalan kaki, para pemain dari grup clearing merasa sudah seperti tidak punya harapan.

Kami mencoba membangkitkan kembali diri kami dengan semua semangat yang bisa kita kumpulkan, dan orang yang memotivasi yang lain adalah pemimpin dari guild, «Aincrad Liberation Corps»—belum bernama «Liberation Force», saat itu-yang bernama Kibaou. Makiannya dalam dialek Kansai yang mengutuk semua orang dengan kata-kata "Kalian Bajingan!", menyadarkan kami semua kembali untuk bertahan.

Namun, itu adalah bagaimana Kibaou, yang pada saat itu dianggap sebagai pemimpin grup clearing, terjebak oleh informasi palsu yang diberikan seseorang pada pertarungan dengan boss lantai duapuluh lima tepat di mukanya. Hanya dengan sekitar empatpuluh orang anggota guild yang bahkan tidak bisa membuat secara menyeluruh grup penyerangan, mereka bergegas masuk ke ruang boss mendahului yang lain. Dan hasilnya, lebih dari setengah «Aincrad Liberation Corps» meninggal... dan anggota utama dari grup clearing, termasuk aku dan Asuna, akhirnya berhasil menyusul mereka, akhirnya kami berhasil menundukkan boss mengerikan tersebut entah bagaimana caranya, meskipun kami tidak lolos tanpa cukup banyak korban.

Namun kebahagiaan dari dicapainya titik kuartal Aincrad terasa begitu kurang dari tiap-tiap orang. Ruang boss dipenuhi oleh teriakan kebencian dari Kibaou, bergema di setiap sudutnya.

Di titik itulah dia berpisah dari grup clearing, membawa serta rekan-rekannya yang masih hidup, ia kembali ke lantai pertama jauh di dasar. Akhirnya, mereka bergabung dengan organisasi yang diperuntukkan untuk membantu pemain lain, «MMO Today», aktif di Kota Awal-dan berasal dari kelompok besar itulah, akhirnya «Force» terbentuk.

"...Seluruh anggota grup clearing pasti berada dalam keadaan putus asa pada saat itu... Yang berjuang di garis depan tiba-tiba berkurang hanya menjadi dua pertiganya dan tidak ada yang tahu siapa pelaku yang menyiapkan perangkap itu, tapi kupikir itulah yang pasti terjadi.... Semua orang begitu suram bahkan pada meeting strategi pertama untuk menghadapi Field Boss di lantai duapuluh enam... tapi, pada saat itulah terbentuk guild baru, KoB, dengan bangga turut serta. Semua anggotanya yang mengenakan equipment khusus berwarna putih dan merah, benar-benar membawa impact, huh..."

Sembari kami berjalan di tepi danau, aku teringat apa yang terjadi saat itu dan berbicara tentang mereka dengan kalimat yang sengaja terhenti-henti. Namun, dia yang ada di sampingku tetap terdiam, jadi aku menoleh sekilas dan anehnya, pipi Asuna menjadi merah dan dengan sengaja melihat ke arah yang lain. Dalam pikiranku aku terkekeh dan melanjutkan, berpura-pura tidak menyadarinya.

"...Terutama sang wakil-ketua yang berdiri di paling depan; kita semua... yah kesampingkan aku dan Klein, bahkan Agil pun terpesona, kamu tahu? Pakaian yang berlawanan dari yang selama ini selalu polos. Korset putih murni tanpa lengan dengan rok mini merah tua dan sepatu putih tinggi yang melengkapi itu semua... pada saat itu juga, bagaimana aku harus mengatakannya ya, hati anggota grup clearing yang saat itu terpecah belah kembali bersatu dan..."

Buakk! Serangan jenis-blunt terbang di bahu kiriku, berhenti sesaat untuk menghasilkan sedikit damage dan menyela kata-kataku. Ketika aku menoleh, sang wakil-ketua wajahnya dipenuhi dengan warna merah sambil tangan kanannya mengepalkan tinju.

"Ya ampun! Jujur, waktu aku benar-benar malu, kamu tahu! Aku berpikir bahwa ketua pasti secara alami akan ada di depan, tapi kemudian dengan tenang seperti biasa, dia bilang dengan wajah yang sangat serius, 'Saya percaya kita bisa mencapai efek yang jauh lebih besar jika Asuna-kun yang berdiri paling depan', jadi dengan putus asa aku pergi ke sana!"

"Ha-Hah...—Aku jadi ingat, equipment itu benar-benar dijahit khusus, kan? Siapa yang mengusulkan desainnya?"

"......Semua anggota guild mengadakan meeting untuk menentukan desainnya berulang-ulang kali tak terhitung banyaknya tanpa memberitahuku sedikitpun. Ketika mereka pertama kali menunjukkannya kepadaku, kutolak dengan 'Aku tidak bisa memakai sesuatu seperti ini!', dan akhirnya diberitahu oleh Daizen-san 'Biaya untuk satu set seperti ini luar biasa mahalnya!' sambil berlinangan airmata, jadi aku tidak punya pilihan selain..."

"...O-Oh begitu."

Tampaknya guild seperti Knights of Blood pun, yang boleh dikatakan terkuat dan terkenal dengan aturan ketat mereka, memiliki kelakuan humor yang cukup antik di awal. Namun, tidak salah lagi bagaimana debut KoB mampu meningkatkan moral seluruh anggota grup clearing waktu itu dan mereka selalu berdiri di garis depan game kematian ini sejak saat itu. -Bahkan pada detik ini pun, kelompok dengan anggota berpakaian merah dan putih itu terus melakukan pertempuran sengit di lantai tujuhpuluh lima yang baru-baru ini saja dibuka...

Aku melirik ke bagian bawah lantai atas sekali lagi. Tampaknya Asuna mampu membaca isi hatiku hanya dengan melihat tindakanku. Sambil dengan lembut memegang tangan kiriku dengan tangan kanannya yang sudah diregangkan, dia berbicara.

"Kamu mengalahkan bos lantai tujuhpuluh empat hampir sendirian, Kirito-kun. Kamu hampir tidak punya dua atau tiga piksel tersisa di HP bar-mu. Meskipun kamu pergi sebentar dari grup clearing, tak ada seorang pun yang akan mengeluh."

"...Kalau alasan untuk istirahatku ini diketahui, mungkin aku akan mendapatkan komplain dari semua orang."

Aku memberikan jawaban yang dipenuhi dengan tawa dan membalas isyarat Asuna tersebut. Wakil-ketua itu menunjukkan ekspresi tidak yakin apakah mau marah atau malu dan aku tertawa kecil.


Setelah sekitar setengah putaran mengitari danau besar tersebut, dengan diameternya sekitar satu kilometer, terlihat pohon cedar Jepang yang dipaksakan-atau setidaknya, pohon konifer yang tampak seperti mereka, yang tumbuh menjulang tinggi. Ketika menatap tajam dari suatu tempat di dekat akar-akar besar tersebut, jalan luas di tepi danau terlihat terbelah menjadi jalan yang lebih kecil, tipis dan sempit menuju ke arah barat daya.

"...Kamu menemukan jalan ini? Seperti biasa kamu benar-benar teliti kalau menemukan rute rahasia seperti ini."

Aku mengganggap kata-kata itu sebagai pujian dan membusungkan dada.

"Bahkan waktu itu aku belum memiliki «Detection Mob» dari Skill Searching-ku, jadi aku menemukan ini hanya dengan mata dan naluri. Nanti kamu bisa melihat rumah itu setelah mendaki bukit itu."

Dengan itu, wajah Asuna berseri-seri penuh dengan kebahagiaan dalam sekejap.

"Aku penasaran rumah itu seperti apa, aku ingin segera melihatnya! Ayo lebih cepat!"

"......Hei, Asuna-san, itu hanyalah sebuah rumah kayu biasa tanpa ada yang aneh, meskipun kamu mengharapkan sebanyak itu, tidak akan ada..."

"Nah, selalu menjadi mimpiku untuk tinggal di rumah kayu sejak aku masih kecil. Aku akan benar-benar, benar-benar dan benar-benar puas jika memiliki kompor Rusia [2] dan sebuah kursi goyang!"

Asuna dengan cepat mendaki bukit itu ketika dia berbicara, membuatku mengejarnya dengan terburu-buru. Kursi goyang bisa saja dibeli dari toko furnitur, tapi untuk sekarang, aku tidak bisa diharapkan untuk mengingat jika di rumah itu ada kompor Rusia atau tidak. Tidak, bukannya tidak mungkin bila rumah itu punya. Alasan kenapa aku menemukan rumah kayu ini hanya dalam satu setengah tahun yang lalu, aku yakini demi hari ini. Jika ini benar-benar adalah sebuah takdir, maka pasti ada kompor Rusia di sana juga.

Sembari berdoa semoga ada cerobong asap di atas atap rumah kayu itu, aku berhasil mendaki bukit itu beberapa detik setelah Asuna. Aku berdiri di samping Asuna yang masih terdiam sembari terus mencari cerobong asap dengan mata terbuka lebar.

——Namun.

Tidak ada di sana.

Bukan cerobong asapnya.

Apa yang membentang di depan mata kita adalah sebuah ruang melingkar yang diselimuti semak hijau, tanpa satu pun objek buatan manusia... dengan kata lain, rumah itu tidak ada.


Bagian 3[edit]

Jadi ini tempat yang salah.

Hal itu adalah penjelasan yang paling masuk akal, jadi aku meminta maaf kepada Asuna dan menuruni bukit, mencari-cari di padang rumput terdekat selama dua jam.

Namun tidak hanya rumah kayu, aku bahkan tidak dapat menemukan percabangan jalan yang mengarah ke jalan kecil yang lain. Mendaki bukit yang pertama kudaki dengan melankolis, sekali lagi aku memandang sekitar.

"......Ada di sini, aku yakin..."

Tak terpikirkan kata-kata itu keluar dari mulutku.

Taman luas yang begitu halus (meskipun hanya lahan kosong tanpa rumah), dimana hutan lebat pohon konifer membentang; terlihat pilar-pilar menjulang tinggi yang menunjang lingkar luar Aincrad di luar rerimbunan pohon dan di ujungnya adalah langit yang membentang tanpa batas. Pemandangan ini masih segar dalam ingatanku meskipun telah berselang satu setengah tahun.

Tapi rumah kayu yang kucari itu tidak ada. Aku ragu bila melakukan ini akan mengubah keadaan, aku mencoba berjalan kepusat dari lahan kosong tersebut, namun rumah tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda sama sekali.

Ketika aku berdiri di sana terpaku kebingungan, suara berderak seseorang melangkah melalui semak terdengar, berhenti tepat di belakangku.

Aku tidak tahan untuk membalik badan. Mari kita pindah kerumah kayu di lantai duapuluh dua, hanya kita berdua, adalah lamaranku kepadanya. Jika rumah kayu itu tidak ada, bukannya lamaran pernikahan ini hanya menjadi sebuah janji kosong saja?

"Asuna... –Aku tidak bohong. Rumah itu benar-benar ada di sini."

Kata-kata itu keluar dengan lemah, dengan kepalaku tertunduk lemas.

Mendekatiku dengan cepat, Asuna menepuk bahuku sebelum ia memegang dan mengangkat wajahku dengan telapak tangannya. Mata cokelat itu tidak berubah sama sekali, tetap berkilauan dengan cahaya lembut.

"Bukankah sudah jelas, aku mempercayaimu."

Dia memberikan pernyataan sederhana itu, melepaskan tangannya dari wajahku, mundur beberapa langkah dan melanjutkan.

"Rumah itu pasti sudah hancur karena kondisi sistem tertentu. Sayang sekali, tapi sungguh, ini benar-benar tempat yang indah, jadi aku senang sekali kamu membawaku kesini."

Dia berputar di atas rumput yang berkilauan zamrud, roknya berkibar. Pemandangan sinar matahari sore yang menyinari rambutnya yang panjang dan pelindung dada peraknya, memantulkan apa yang tergantung di pinggangnya, sarung Rapier yang berkilauan, «Lambent Light», sangat indah digunakan untuk video promosi untuk game ini tanpa perlu melakukan editing apapun.

—Dan aku ragu jika Asuna membaca apa yang aku pikirkan, namun setelah ia berhenti memandang wajahku, ia meraba kantong saku yang ada di pinggangnya lalu berbicara.

"Hei, kita telah datang sejauh ini, jadi ayo ambil beberapa foto untuk memperingati hari ini. Aku telah membawa kristal foto."

"Ah, aah... Ya benar..."

Aku merespon sambil tersenyum, namun karena merasakan sesuatu dari nada bicara serta ekspresiku, tampaknya hal tersebut meninggalkan keprihatinan di wajah Asuna.

"Apakah kamu begitu syok? Karena rumah itu telah menghilang..."

"Eh, tidak, tidak sama sekali, bukan karena itu kok..."

Aku menjaga wajah dan tanganku tetap diam seperti air, namun kegelisahan tidak meninggalkan wajah Asuna. Jika masalah rumah menghilang adalah penyebabnya, tak akan mungkin untuk menghilangkannya dari dalam pikiranku dengan begitu mudah, jadi aku menyerah dan mengangguk.

"Well... aku memikirkan berbagai macam hal dalam pikiranku hari ini. Tapi hal-hal tersebut tak akan berjalan tanpa rumah itu disini, jadi..."

"Oh? Hal seperti apa?"

Hal ini sulit dijelaskan karena sepasang mata yang menatapku dengan sungguh - sungguh, akan tetapi tak ada gunanya malu sekarang ini karena aku telah melamarnya. Setelah mengosongkan tenggorokanku, aku mencoba menjelaskan sistem dengan bijaksana.

"Mari kita mulai. «Pernikahan» dalam SAO cukup sederhana jika kamu mengingat caranya. Menggeser tab Komunikasi dari Main Menu, menekan tombol Pernikahan di bagian bawah dari berbagai macam pilihan undangan lalu arahkan ke anggota lain party... dengan itu, pernikahan telah selesai jika anggota party menekan tombol OK. Tak perlu mengirim dokumen ke kantor pemerintah..."

"Kamu bahkan tak perlu datang dan menyapa ke rumahku, 'Tolong ijinkan aku menikahi putri anda!', huh."

Karena Asuna menyerobot perkataanku, aku tak bisa membayangkan jika berhadapan dengan situasi tersebut (bukan bermaksud menyebut orang yang bisa memerankan peran ayah, ketua KoB, Heathcliff), membuatku tersetrum sampai ke punggungku, menyebabkanku menggigil. Melihat hal tersebut, sang anak perempuan... bukan, Asuna terkikih, jadi setelah mengeringkan tenggorokanku, aku kembali ke topik utama.

"Ba-Bagaimanapun juga! Itu karena proses pernikahan hanya berlangsung sekitar lima detik, well, bagaimana aku mengatakan ini ya, aku ingin membuat pernikahan ini membekas di ingatan Asuna selamanya; itulah yang aku pikirkan. Namun sayangnya, kita tak bisa membuat upacara pernikahan besar, jadi setidaknya, aku berharap untuk membeli rumah baru yang pantas dan membayangkan jika menikah di depan rumah itu adalah hal terbaik, jadi..."

Kurang lebih kalimat terakhir yang aku ucapkan terdengar seperti bisikan sambil aku menatap ke bawah, namun entah bagaimana aku bisa menyelesaikan perkataanku lalu menghela nafas.

Secara tiba - tiba, aku menerima ijakan berkecepatan tinggi yang membuatku goyah pada kakiku. Dampak yang tak diharapkan membuatku terjatuh pada punggungku, diatas rumput, namun tampaknya Asuna tidak berencana mengirim pukulan setelah mendarat di atasku; ia berbaring di dadaku lalu membisikkan sesuatu.

"......Aku senang."

"Eh, tidak, well, itu hanya hal yang aku pikirkan."

"Makanya, aku senang. Setelah semuanya, Kirito-kun telah berfikir sejauh itu dan bekerja keras untuk mencari rumah tersebut untukku."

Ketika aku melihat lebih teliti, tetes air mata mengalir turun dari mata Asuna ketika ia tersenyum tepat dihadapanku. Untuk merespon hal ini, aku menekan dadaku mendekatinya, memeluk tubuh langsingnya dengan kedua tanganku.

Kita tetap berada dalam posisi itu, saling malu satu sama lain selama lebih dari dua menit di padang rumput sambil angin sepoi-sepoi bertiup, suara Asuna menggema di telingaku.

"Ini cukup."

"Eh...?"

"Aku merasa seperti aku telah diberi berkah sekarang ini. Jadi, haruskah kita menyelenggarakan pernikahan di tempat ini dan kita cukupkan untuk pencarian rumah hari ini? Kita bisa mencari sebuah rumah lain waktu."

Memang benar jika cahaya matahari sore yang menyinari lantai bagian atas telah berwarna cukup kekuningan. Malam hari tampaknya akan tiba sekitar sejam atau dua jam lagi.

"Aku pikir... kamu benar juga."

Aku berdiri secara lembut sambil memeluk Asuna dan memeriksa taman hijau yang tumbuh, seolah mengelilingi hutan konifer.

Jika kita tetap mencari rumah itu, kita mungkin bisa menemukan rumah pemain lain yang memenuhi syarat menjadi «sebuah rumah terpisah tanpa monster walaupun berada di area bagian luar, sebuah tempat yang jarang dikunjungi tamu». Hal ini tak seperti kita tak bisa meminta pertolongan Argo si broker [3] informasi. Meskipun dia si «Tikus», ia mungkin tak akan menjual koordinat tempat tinggal kita yang baru, mungkin.

Karena itu, seperti yang Asuna katakan sebelumnya, kita tak perlu memfokuskan mendapat rumah kayu itu. Kebun rumput ini cukup memberi kenangan tersendiri; bahkan jika SAO diselesaikan, kenangan tersebut tetap tersisa dalam diri Asuna—lalu, kenangan jangka panjang untukku akan datang.

......Tetapi.

Itu ya itu, ini ya ini. Sesuatu hal masih kacau dalam pikiranku, sesuatu yang benar-benar tidak berhubungan dengan pernikahan. Jika aku harus mendiskripsikannya, aku akan mengatakannya sebagai sesuatu yang mirip dengan quest yang belum terselesaikan, dengan pemecahan yang masih belum ditemukan meskipun telah mengerahkan segala upaya, hingga quest tersebut tak tersentuh dalam window.

"......Kirito-kun?"

Lamunanku menghilang ketika namaku dipanggil tiba-tiba. Sebelum aku menyadarinya, pikiran, «Aku bisa mengatakan apa yang kamu pikirkan secara tepat», tercermin pada ekspresi Asuna yang berapa dalam pandanganku dan tubuhku menjadi kaku sekali lagi.

"Y-Ya?"

"...Kamu mungkin sedang memikirkan, itu ya itu dan ini ya ini, atau sesuatu seperti itu kan."

Gulp.

Sebuah wajah yang berisi emosi tertentu tampaknya akan terbentuk, karena itu aku berinisiatif untuk membuat sebuah poker face [4].

"Eh, ap-apa sih yang kamu bicarakan?"

"Aku mengerti, kamu tahu. Tentang hasratmu untuk menemukan alasan dibalik hilangnya rumah tersebut yang seharusnya berada disini."

—Dan begitulah, tampaknya aku tak berbakat untuk membuat wajah poker. Menolak hal tersebut lebih lanjut dalam situasi ini akan memperdalam penghinaan yang aku pelajari dengan mudah, jadi aku mengakuinya dengan mengangguk.

"Well, kalau begitu, iya deh... Kamu lihat, ini terlalu aneh, jika rumah milik pemain menghilang dengan sendirinya. Kamu tadi bilang jika hal tersebut disebabkan oleh sistem, tetapi tidak ada GM dalam SAO, jadi itu tak mungkin terjadi jika rumah tersebut dirubuhkan melalui perintah pengaturan. Jika dikatakan menghilangnya rumah tersebut disebabkan program pembersih, tampaknya rumah yang memiliki durability [5] tak terbatas akan membusuk ataupun hancur karena gempa bumi maupun letusan gunung berapi yang terjadi di dalam Aincrad... juga, jika disebabkan penyebab lain yang masuk akal... biar aku jelaskan..."

Aku hampir memasuki mode dugaan ketika aku berbicara, tetapi jari telunjuk Asuna menghentikan mulutku.

"Baiklah, berhenti sebentar! ...Well, kita telah bersama dalam jangka waktu lama. Aku mengerti jika kamu bukanlah orang yang meninggalkan masalah seperti itu sendiri, setidaknya..."

Sebelum Asuna bisa menyelesaikan anggukan ringannya, aku menghentikan sikapnya.

"La-Lalu, aku tahu jika ini adalah waktu istirahat kita yang berharga, tetapi bisakah aku... menyelidikinya sebentar?

Asuna perlahan melunak karena ia tahu akan berakhir seperti ini dan bagaimana masalah ini akan mengubah sudut pandang kedatangan kita kesini, sebelum mengambil nafas dalam-dalam lalu mengatakan hal ini.

"Kamu kuberi waktu hingga malam hari untuk menyelidiki masalah ini!"

Bagian 4[edit]

Diantara daerah tanah lapang yang tak terhitung banyaknya pada setiap lantai di Aincrad, lebih dari sembilan puluh persen memiliki atribut «immortal»[6]. Atribut tersebut berlaku pada benda-benda yang ada di alam, seperti bebatuan dan pohon, begitu pula objek yang diciptakan orang itu, seperti rumah dan tembok kastil, yang melindungi dari tujuan penghancuran oleh pemain-pemain.

Lain halnya desain dalam dungeon, disana terdapat «dinding yang bisa dihancurkan» hingga sekarang, sedangkan «bebatuan yang bisa dihancurkan» dan «pepohonan yang bisa dirobohkan» bisa ditemukan di field [7], meskipun jarang, akan tetapi aku tak pernah mendengar cerita tentang «rumah yang bisa dirubuhkan». Terutama, pada hari seorang pemain membeli sebuah rumah yang mungkin bisa roboh, sebuah lubang besar akan muncul tiba-tiba ketika orang tersebut tertidur, dengan berkumpulnya orang-orang dari guild orange berkumpul disana... bahkan hal-hal yang tak diinginkan bisa saja terjadi. Hal ini tak seperti cerita dalam "Tiga Babi Kecil."

Lalu, aku bisa membayangkan jika menghilangnya rumah pribadi seseorang, rumah kayu yang pernah aku temukan dan kuidamkan, telah dihancurkan oleh pemain.

"...Well, itu hal yang aku yakini."

Setelah mendengar apa yang aku duga sejauh ini, Asuna mengangguk sekali dan melanjutkan.

"Kecuali kalau seseorang telah menemukan sebuah skill extra seperti «Land Speculation» [8], ya itu."

"Ta-Tak ada gunanya melakukan hal seperti itu di tempat seperti ini, kan? Danau di tepi laut yang berada di Salemburg lain cerita lagi."

"Aah, memang benar jika tanah di sisi danau cukup mahal. Harganya tiga kali lipat dari harga ruanganku.... tenang saja, jika kita tidak menemukan rumah itu disini, memiliki rumah disana mungkin bagus juga."

"Ha-Hal itu sedikit... mahal dengan pemasukanku..."

Hanya gurauan, sebuah gurauan, Asuna berkata padaku yang berubah pucat untuk waktu singkat sambil tertawa,.Separuh candaaanya berubah menjadi mode pemimpin grup clearing ketika ia menatap lahan kosong.

"Dalam hal itu, ayo singkirkan kemungkinan jika seseorang telah merubuhkan rumah tersebut....untuk memastikan saja, tapi exterior dan atap dari rumah itu jauh dari jangkauan modifikasi, kan?"

"Eh... apa maksudmu?"

"Dengar, ketika kamu membeli sebuah rumah, kamu mendapat hak Menu Modifikasi sebagai pemiliknya, kan? Kamu bisa memasang dan melepas perabotan dari menu tersebut?"

Setelah memahami apa maksud Asuna, aku mengangguk.

"Aku mengerti... kemungkinan jika pemain lain telah membeli rumah itu, lalu menghilangkan tembok, atap, dan lantai melalui modifikasi untuk membuatnya seperti lahan kosong, huh. Hmm... Aku tak pernah tinggal menetap kecuali di apartemen, jadi aku tak pernah melihat Menu Modifikasi untuk sebuah rumah..."

"Sebenarnya, aku juga sama...Benar, aku akan mencoba bertanya pada Liz."

Asuna membuka Menu Utama miliknya dan dengan terlatih mengetik pesan untuk sahabat karibnya, si pandai besi, Lisbeth.

Liz juga temanku, begitu juga seorang yang menempa pedang tersayangku, Dark Repulser, jadi ia masuk daftar orang-orang yang akan aku berikan informasi tentang pernikahan antara Asuna dan aku, satu diantara beberapa pemain lainnya. Kami berencana mengirim undangan untuk sekitar sepuluh orang, termasuk Liz, setelah kita selesai membeli sebuah rumah dan melakukan pernikahan disini—namun hal itu kini berubah menjadi diskusi tentang masalah tempat tinggal.

Tampaknya Asuna menerima sebuah jawaban dengan cepat dan setelah mata Asuna membaca kata-kata di jendela miliknya, ia mengangguk pendek.

"Tampaknya perabot luar dan atap tak bisa dipindah atau dihilangkan. Merubah warna atau menambahkan objek seperti jendela atau kebun bunga masih mungkin jika kamu memiliki banyak uang..."

"...Aku rasa meskipun jika kamu merubah warnanya, tampaknya tak mungkin kamu membuat rumah tersebut menjadi tembus pandang."

Asuna dan aku telah menyusuri lahan kosong ini sebelumnya, telah dipastikan jika tak ada sedikitpun jejak. Jika ada sebuah rumah tembus pandang disini, kita bisa menyentuh atau menemukannya.

"Jadi... bagaimana tentang pilihan lainnya? Seperti... suatu alat yang menyembunyikan rumah dalam tanah?"

Ketika Asuna mengatakan hal seperti itu dan mencongkel tahan berumput dengan sepatu miliknya, aku tak sengaja tersenyum masam.

"Haha, ini tak seperti markas dari organisasi jahat. Terutama, jika kamu menggali lubang yang cukup besar untuk mengubur sebuah rumah, kamu akan terjatuh ke lantai bawah."

"Eeh, bukannya bagus. Seperti rumah yang ada di the Hobbits."

"Aku ingat jika rumah itu digali melalui bukit... tidak didalam tanah seperti milik para kurcaci? Mengerti, tak ada istana kurcaci yang membentang sejauh sepuluh tingkat,."

"Aku benci tempat itu. Rumah kurcaci begitu basah dan ada begitu banyak monster tipe serangga yang muncul... umumnya, bukankah rumah itu berada dalam gunung"

"Itulah masalah yang ada pada struktur Aincrad, ada batasan pada tanahnya, jadi sebuah labirin RPG bawah tanah tak bisa dibuat."

"Tak apa jika memiliki yang seperti itu kan! ...terlebih lagi, apa kamu tak apa? Saling mengobrol. Aku sendiri menikmatinya, jadi aku tak keberatan."

Mendengar itu dari mulut Asuna, aku berbalik untuk melihat lingkungan luar dari awal. Gumpalan awan menyebar melewati langit berwarna kekuningan. Tampaknya akan segera malam jika kamu menunggu dua jam lagi.

"It-Itu benar, jika rumah itu tidak tembus pandang atau masuk kedalam tanah, selanjutnya mungkin... sebuah rumah bergerak? Nah, jika ada objek seperti itu, pastilah mudah untuk menuju labirin dari kota... jadi aku kira sebuah rumah melayang juga, huh..."

Pada perkataanku yang menyimpang dari sebuah dugaan menjadi sebuah delusi, Asuna menatap langit dengan pandangan bingung.

Di lain sisi, aku menatap kebawah dengan sungguh-sungguh sambil merenungkan masalah ini dengan menyilangkan kedua tanganku.

"Rumah tersebut sepertinya tidak menghilang karena menu modifikasi. Untuk memulainya, itu berarti pemain lain telah membelinya... jadi aku kira hilangnya rumah ini tak ada hubungannya dengan pemain lain..."

"......Hei."

"Itu berarti... seekor boss field yang memiliki kemampuan menghancurkan objek...? Nah, bahkan boss lantai lima puluh enam «GeoCrawler» tak bisa melewati gerbang desa. Jika boss yang tak masuk akal muncul di lantai duapuluh dua, pastilah ada panggilan untuk mengadakan penyerbuan..."

"Hei, ayolah, Kirito-kun."

Karena Asuna menarik-narik jubah lenganku, aku menghentikan dugaanku dan menatapnya.

"...Ada apa?"

"......Itu."

Asuna mengacungkan tangan kanan yang diselimuti sarung tangan putih kesana, jadi aku mengamati menuju arah yang ditunjuk Asuna.

Itu berada disana, berada tepat diatas pohon cedar jepang raksasa, di bagian utara dari lahan kosong.

Melayang tak stabil pada ketinggian yang hampir menyentuh bagian bawah lantai atas, disana ada sebuah rumah— meskipun bagian bawahnya hampir tak terlihat dari bawah karena sudut pandang, tak salah lagi jika itu adalah rumah kayu yang aku cari, melihat dari penampilannya yang tersusun dari beberapa kayu indah.

Meskipun kesenangan dalam menemukan rumah tanpa kesulitan yang berarti, keterkejutan karena rumah itu melayang Sembilan puluh meter diatas kepalaku, meninggalkan kebingungan dalam diriku.

"......Me-Mengapa... rumah itu melayang......"

"......Seperti yang kamu katakan sebelumnya, Kirito-kun, tentang pilihan benteng melayang... kukira tidak seperti itu, huh..."

Mendengar apa yang Asuna katakan, aku memfokuskan pandanganku pada setiap sisi rumah yang tampak kecil dari sini, tapi tampaknya tak ada sesuatu seperti sayap, balon, maupun baling-baling yang terpasang.

Di sisi lain, aku menyadari dua hal baru melalui penglihatanku yang diperkuat skill.

Pertama, ada putaran angin yang tampak seperti kabut panas dibawah rumah tersebut. Rumah kayu tersebut tampaknya diterbangkan sesuatu seperti «tornado pengatur posisi».

Dan yang satunya.

Sebuah wajah muncul dari jendela yang menghadap selatan dengan malu-malu kemudian melambaikan tangannya dengan panik ke arah kita yang berada jauh dibawah; ada seseorang disana.

"Ad-Ada seseorang disana."

Setelah mengatakan itu, Asuna berkomentar "Eh" sebelum ia menyondongkan tubuhnya kedepan.

"K-Kamu benar. ...Kita tak bisa mengenalinya sebagai NPC maupun pemain dari jarak sejauh ini..."

Satu-satunya yang bisa membedakan antara seorang pemain dengan NPC jika dilihat dari penampilan luar «Warna Kursor». Bagaimanapun juga, dengan jarak sejauh ini, warna kursor tersebut tak terlihat.

Aku masih tak tahu mengapa rumah tersebut melayang, tapi jika sosok tersebut bukan seorang NPC, tetapi seorang pemain, tak mungkin kita meninggalkannya sendirian. Setelah semuanya, bahkan jika kemungkinannya satu banding sejuta, HP siapapun pasti akan turun menjadi nol jika terjatuh dari ketinggian itu.

"Ya-Yang mana..."

Itu terjadi ketika Asuna dan aku menarik nafas sambil menatap atas—

Tiba-tiba, tangan yang melambai menarik diri, sebelum akhirnya muncul lagi. Tangan tersebut melepaskan sesuatu yang digenggamnya, sekilas bercahaya karena memantulkan cahaya matahari. Benda tersebut seolah terjatuh menuju lahan kosong tempat kami berdiri.

"Wo.... wo-woah..."

Sebelum aku menyadarinya aku mengambil empat langkah ke kanan lalu tiga langkah cepat kedepan, aku menangkap objek tersebut dengan tanganku. Kemudian Asuna buru-buru mengejarku, kami berdua mengamati benda tersebut lebih dekat.

"Sebuah botol recovery potion [9]... ini sudah digunakan...?"

Aku mengangguk atas perkataan Asuna sebelum menoleh menuju rumah kayu yang melayang di udara sekali lagi, lalu berteriak.

"—Dia seorang pemain!"

Sebuah botol potion yang kering akan pecah dalam waktu sepuluh detik jika ditinggalkan lalu menghilang. Untuk mencegah hal tersebut dan menyimpannya sebagai item «Botol Kosong», botol tersebut harus diletakkan dalam semacam tas, atau setidaknya tempat penyimpanan. Tindakan seperti itu tidak dilakukan oleh seorang NPC, jadi kepemilikan sebuah botol kosong adalah milik seorang pemain yang sedang terjebak dalam rumah melayang tersebut.

"Ki-Kita harus menolong..."

Aku berbicara sambil memegang botol tersebut dengan tangan kananku sebelum Asuan berbicara.

"B-Bagaimana kita melakukannya!?"

"........."

Itu pertanyaan yang masuk akal. Dalam Aincrad, bukan, dalam SAO, kemampuan seorang pemain untuk terbang tidak ada. Jika ada hal semacam itu, seseorang akan mengacuhkan menara labirin dan langsung menuju lantai berikutnya... tidak, mereka pasti akan langsung menuju tujuan utama, lantai keseratus dalam satu kali penerbangan.

Beberapa bulan lalu, aku melakukan percobaan dengan cara memegang ekor naga putih lalu terbang bersama Lisbeth, si pandai besi yang Asuna kirimi pesan sebelumnya, tapi sekarang tak memiliki pilihan untuk melakukannya, tak ada naga pada lantai ini dan yang lebih penting, aku tak ingin melakukan untuk kedua kalinya.

"......U-Untuk sekarang, ayo kita pergi ke bawah rumah itu."

Asuna sempat meragukan saranku, namun langsung mengangguk.

Ketika kami melangkah menuju hutan dari lahan kosong, cabang-cabang pohon yang saling rapat menutupi rumah dari pandangan kami, tetapi aku berjalan lurus kedepan dengan skill yang tidak menjadi bagian dari sistem, «Intuitively Walking Straight» [10]. Di dalam hutan yang tanpa petunjuk arah untuk mataku, hal tersebut benar-benar sangat sulit. Triknya adalah menggerakkan kakimu lebih dulu daripada sistem...yang mana aku pernah jelaskan pada Asuna di lain waktu, meskipun ia bertanya-tanya apa sih yang sebenarnya aku katakan.

Tujuan kami sudah jelas dan setelah berjalan dua sampai tiga menit, sebuah pohon cedar jepang raksasa tampak pada pandangan kita. Pohon ini tak salah lagi adalah pohon yang tumbuh dibawah rumah kayu. Menscan keatas ketika sampai, aku menatap melewati dahan-dahan yang menutupi, untuk memastikan sosok bayangan yang menunggu.

"...Jadi, apa yang bisa kita lakukan? Bahkan jika kita memanjat pohon cedar ini, tampaknya kita tak bisa menjangkau rumah itu, kamu mengerti maksudku kan?"

Sebuah pertanyaan dari Asuna ketika ia melangkah sambil menatap langit lalu aku menjawabnya.

"Aku pikir suatu teriakan akan sampai padanya jika kita berada dibawahnya, tetapi... tampaknya itu juga tak mungkin..."

"Aku mengerti, jika kita bisa saling berbicara, kita bisa mendapat penjelasan atas apa yang terjadi, huh. Mungkin kita seharusnya memanjat pohon itu? Berteriak dari puncak pohon mungkin akan memberikan jarak yang cukup."

"Tetapi, pasti sulit untuk memanjat pohon konifer seperti ini... Tanpa skill «Akrobat», tampaknya akan sangat menyusahkan..."

Kemudian itu terjadi, ketika kita sampai lima meter atau lebih dari pohon cedar raksasa dengan muka menatap atas.

Raungan seekor mob terdengar dari titik buta, membuyarkan ketidaksadaran kita.

"Woof, woof woof woof!!"

Aku secara insting memegang gagang pedang tersayangku, Elucidator, yang tergantung di belakang punggungku, tetapi aku menghentikan gerakanku. Alasannya adalah pemilik raungan tadi adalah binatang berkaki empat dengan panjang empat puluh sentimeter... atau untuk lebih spesifiknya, seekor «anjing».

Bulu panjangnya berwarna pucat, matanya besar dan bundar, dengan pita biru pada ekor berbulunya hingga kaki. Warna kursornya berwarna kuning—sebuah warna untuk NPC, binatang peliharaan milik beast tamers [11], atau mungkin sebuah monster yang sudah menjadi jinak.

"Wah, lucunya!"

Ketika Asuna menunjukkan reaksi gadis seumurnya, ia berjongkok lalu mencoba memegang dengan tangannya, menyebabkanku menahannya dalam kepanikan.

"Tu-Tunggu dulu, tunggu dulu!"

"Mengapa tak boleh, dia sungguh lucu."

"I-Ini mungkin semacam jebakan! Terutama, sungguh aneh jika ada anjing di field . apa yang akan kamu lakukan jika ia berubah menjadi serigala mengerikan atau sesuatu seperti itu begitu kamu menyentuhnya."

"Ya ampun, tak apa kok, lihat, bahkan ekornya berkibas-kibas."

—Dan ketika kami saling pandang, si anjing masih ribut dan menggonggong dihadapan Asuna, seolah meminta "Peluk aku, peluk aku!." Ketika aku merebut dan menggenggam sarung pedang milik Asuna karena Asuna ingin berjongkok lagi, aku mengecek kursor binatang ini sekali lagi. Nama yang ditampilkan adalah «Toto».

"...Toto? itu seharusnya bukan nama seekor spesies... ini nama yang unik bagi anjing ini...?"

"Wah, sungguh nama yang lucu! Sini, sini, Toto!"

"Seperti yang kubilang, kamu tak boleh..."

Ketika aku mencoba menahan Asuna yang sepertinya telah terkena pesona negatif dari si anjing, aku berusaha melihat si anjing, tidak, mata bulat Toto untuk mencari rencana jahat yang mungkin disembunyikan.

Lalu, aku menyadari hal itu, meskipun terlambat. Melayang dua sentimeter diatas kepala bulat si anjing, sebuah tanda «?».

"Hei... sebuah tanda quest [12]!? Tetapi mengappa masih berlangsung...?"

Tampaknya Asuna juga menyadari tanda itu juga, setelah teriakanku, dan tenaga yang Asuna perlihatkan sebelumnya mengecil.

"Kamu benar, ada tanda tanya padanya, huh..."

Jumlah quest yang diberikan pada setiap lantai Aincrad tak terhitung banyaknya. Quest tersebut biasanya diperoleh dari NPC dengan tanda «!» diatas kepala mereka, sementara quest dari NPC yang masih berlangsung bertanda «?».

Dengan kata lain, itu berarti anak anjing ini adalah kunci untuk sebuah quest yang masih berlangsung. Tetapi masalahnya... aku benar-benar tak memiliki ingatan menerima quest yang berhubungan dengan anjing dan itu berlaku juga untuk Asuna, jadi...

"Itu berarti!"

Aku melepas sabuk pedang Asuna karena teriakannya. Si pengguna rapier berputar disekitar lalu menatapku dengan hebat.

"Kita selalu menyelesaikan labirin dan lantai bos, jadi kita tak banyak mengambil sub-quest kan? Itulah mengapa masalah ini berakhir menjadi titik buta di pikiran kita. Semacam fenomena aneh, tak bisa dijelaskan terjadi, penyebabnya pastilah sebuah quest. Seperti... rumah yang melayang di langit!"

"......Aku mengerti."

Aku mengangguk karena penjelasan yang masuk akal tersebut lalu Asuna berputar sekali lagi, menghadap si anak anjing yang masih menggonggong.

"Seperti itulah, jika kita ingin mengetahui penyebab rumah itu melayang... kita tak memiliki pilihan lain selain berhubungan dengan Toto-chan disini! Aku yakin kamu pasti paham maksudku, Kirito-kun!"

Kemudian, dengan percakapan yang masih belum selesai tanpa adanya semangat petualangan dan kemauan untuk berkorban tergantung bagaimana percakapan kami ditafsirkan, Asuna berjongkok tanpa memberiku kesempatan untuk meraihnya lalu Asuna menjangkau kedua tangannya menuju si anjing.

"Woof woof woof!"

Si anjing kecil melompat ke dada Asuna dengan gonggongan gembira, ia menjilati wajah Asuna sambil mengibaskan ekor miliknya.

"Ahaha,geli! Haah, anjing ini sangat lucu! Aku selalu berkeinginan memiliki anak anjing seperti ini!"

—Untungnya, anjing ini tampaknya tak akan berubah menjadi serigala pemakan manusia secara tiba-tiba.

Akan tetapi, apa yang terjadi beberapa detik selanjutnya diluar dugaanku.

Tanpa peringatan apapun, angin kencang berhembus pada kaki kita seolah memutarkan tubuh kita. Kecepatan angin yang begitu hebat dari arah kiri tidak memberikan kami berdua kesempatan untuk berdiri. Secara mengejutkan, kaki kami meninggalkan tanah—dan cukup membuat kami ketakutan karena tak bisa menjangkau tanah sekeras apapun kami mencoba.

"Ki-Kirito-kun!"

Secara insting aku menarik tangan kiri Asuna yang menjulur karena tangan kanannya memeluk Toto.

Dan itulah bagaimana, dua orang dan seekor anjing diterbangkan oleh sebuah tornado. Pemandangan sekitar berputar karena kami pusing sementara mantel milikku berkibar secara menyolok bersamaaan rok mini milik Asuna (sebuah fenomena yang tak akan terjadi karena hembusan angin biasa didalam field), tetapi situasi sekarang ini tak bisa membuatku fokus pada hal tersebut.

"Wa-Waa-Waaah~", Aku berteriak;

"Kyaaaa—", Asuna menjerit;

"Woof woof woof!!", si anak anjing menggonggong senang, dan itulah bagaimana hal ini terjadi.

Kita melambung tinggi keatas, membuat jalan langsung menuju rumah kayu yang menggantung jauh di atas langit.

Bagian 5[edit]

"...Sungguh tak berarti jika kamu sampai datang kesini juga! "

Dan itulah ucapan pertama yang dikatakan pemain yang meminta pertolongan didalam rumah kayu.

Kira-kira Sembilan puluh detik yang lalu—

Asuna, si anjing dan aku telah ditelan oleh tornado kecil dan diterbangkan keatas atap rumah kayu, lalu terhisap kedalam cerobong asap yang terbuka pada sisi pojok rumah tersebut. Dibalik lorong sempit dan gelap adalah ruang tamu dengan kayu sederhana serta dengan penuh keheranan seorang pemain wanita berdiri dihadapan kita yang mendarat dengan ceroboh.

Untuk menyadarkan kepalanya yang diam membeku karena kejadian ini, aku menatapnya dengan sungguh-sungguh si sosok tersebut yang sedang duduk di lantai. Secara mengejutkan, wajahnya adalah wajah orang yang aku kenal sebelumnya, tetapi aku tak memiliki energi untuk mengekspresikan keterkejutanku, aku mencoba mengucapkan beberapa salam.

"Selamat pagi. Lama tidak ketemu."

Dan itulah penjelasan dari respon miliknya.


Karena mengenal satu sama lain, kita pertama-tama harus saling bertukar informasi.

Lalu si pemain wanita tersebut setuju dan menurunkan ketegangan dipundaknya pada saranku, menunjuk pada meja bundar yang sudah disiapkan di lantai ruang tamu dengan tangan kanannya. Setelah Asuna, yang masih memeluk si anjing, aku duduk bersebelahan dengannya, si pemain wanita tersebut juga duduk pada jarak yang cukup jauh pada sisi meja yang berlawanan.

Tampaknya Asuna sudah kembali pada mode biasa pada saat itu lalu menyapa si pemain wanita yang merupakan kenalan kami berdua.

"Sudah lama ya, Argo-san."

"...Hallo, Aa-chan. Dan kamu juga, Ki-bou[13]."

Pola dari tiga pasang kumis ter-cat dengan jelas pada pipi pemain wanita ini yang melambaikan tangannya dengan gesit dengan ekspresi lembut. Nama gadis yang wajahnya ter-cat selama dua tahun, bukan, satu bulan tambahan jika termasuk periode beta tes adalah «Argo si Tikus». Broker informasi paling terkenal dalam Aincrad.

Dia adalah temanku dan Asuna sejak dimulainya permainan ini, ia menjual dan membeli informasi kepada kita tak terhitung banyaknya. Disamping itu, kita sudah saling menyelamatkan dan diselamatkan pada beberapa peristiwa, namun tak ada permusuhan diantara kita. Karenanya, tak masuk akal untuk Argo menunjukkan kewaspadaan seperti apa yang dilakukannya sekarang ini, namun mari kesampingkan hal tersebut dan menuju topik utama pembicaraan.

"——Jadi. Argo, apa yang sebenarnya terjadi?"

Ini adalah pertanyaan yang aku ajukan sambil melambaikan tangan kananku ke sekitar, menunjukkan keseluruhan rumah kayu yang masih melayang dengan tak masuk akal hingga sekarang, lalu kedua mata si broker informasi berkedip-kedip dan rambut berombak pirang keemasannya bergoyang.

"Apa yang kamu tanyakan, Ki-bou, jika kamu sudah datang sejauh ini, kamu seharusnya mengerti kan? Ini sebuah quest, sebuah quest!"

"Ah, aah... well..."

Ketika aku sekilas memandang anak anjing yang tertidur di dada Asuna, tanda ? diatas kepalanya masih ada. Dengan kata lain, semacam quest masih berlangsung, tetapi—

"Tetapi ketimbang menerima sebuah quest, tampaknya kita terseret menjadi satu, kamu tahu maksudku kan..."

Aku berkata seperti itu dan Asuna mengangguk.

"Itu benar. Kita telah tertiup kesini karena membawa anak anjing ini. Bagaimana aku mengatakannya ya... tampaknya aku telah mengambil sebuah quest yang ditingglkan oleh seseorang, itulah yang kurasakan... seperti..."

Mulutnya tiba-tiba tertutup setelah berkata seperti itu dan ia memandangku. Aku dengan segera menyadari apa yang Asuna katakan.

Jika «sebuah quest yang ditinggalkan setengah jalan oleh seseorang» adalah penyebab kita terbawa ke situasi seperti ini, seseorang yang bertanggung jawab tak lain dan tak bukan adalah Argo si Tikus yang ada dihadapan kita.

Argo menundukkan kepalanya karena paham atas maksud pandanganku serta Asuna yang saling kompak, lalu ia berbicara.

"......Aku akan menjelaskan dari awal."

—Baru-baru ini, aku mendapat informasi jika beberapa quest aneh telah berlangsung pada lantai Aincrad bagian bawah. Seperti orge bertopeng yang bangkit lagi dan lagi ketika mereka dikalahkan, atau sebuah jump spinning, kura-kura bernafas api, ataupun wanita undead berbaju putih yang merambat keluar dari jendela pesan terkutuk.

—'Sungguh tak mungkin untuk menerbitkan «Complete Quest Walkthrough Guide Book» [14] jika aku tidak mendapat informasi tentang quest baru seketika. Itulah mengapa, dua hari yang lalu aku datang untuk menyelidiki area barat daya dari lantai ke duapuluh dua ini, dimana ada rumor tentang quest baru dan hal tersebut tak akan berjalan lancar jika aku tidak menemukan titik awal quest tersebut, tetapi ada sedikit kesulitan dengan deskripsi quest tersebut. Ketika aku melangkah kedalam rumah ini tanpa membawa karakter kunci yang diperlukan untuk memulai cerita, rumah ini secara tiba-tiba ditelan oleh tornado, sungguh mengejutkanku!

Dan itulah mengapa selama dua hari setelahnya, aku terjebak dalam rumah melayang ini, menunggu seseorang untuk mereset quest ini.

Ketika penjelasannya sampai pada poin itu, Argo melebarkan tangannya dalam kejengkelan.

«Mereset sebuah quest» adalah tindakan untuk mengembalikan sebuah quest yang ditinggalkan seseorang dalam jangka waktu lama ke titik awal quest tersebut dimulai melalui menu operasi. Ada beberapa quest yang tak bisa dilakukan oleh orang lain pada waktu bersamaan dalam SAO, meskipun beberapa memerlukan persiapan. Tentu saja, pertama-tama kamu harus mendekati NPC yang menjadi titik awal quest tersebut.

Dengan kata lain, jika kita membika tab Quest pada Main Menu ketika kita menyadari tanda ? diatas kepala si anak anjing dibawah pohon cedar, «Toto», tombol reset mungkin berada disana. Akan tetapi, karana kita telah memulai quest, baik aku maupun Asuna tidak bisa mereset quest ini.

"...Well, kurang lebih aku memahami situasi ini sekarang, tetapi... ada beberapa bagian yang masih belum aku pahami. Argo, apa maksud dari 'masalah dengan deskripsi quest' yang tadi kamu katakan?"

Ketika aku mengatakan keraguanku, si broker informasi membuat ekspresi lembut dan mencuri pandang pada Asuna... atau lebih detailnya pada objek kecil yang sedang tertidur dalam pelukan Asuna.

"W-Well, itu... ada hal yang aku bisa sukai dan ada hal yang tak bisa aku sukai..."

"Aah, jadi begitu. Argo-san, kamu tak suka anjing!"

Dan pada saat itu, Asuna benar-benar memandangnya dengan senyum yang menyebabkan tiga pasang kumis di pipi Argo mengecil.

"Aku tak bisa, seperti halnya statusku! Dan Aa-chan, aku juga mendengar kabar jika kamu tak suka dengan mob tipe Astral kan!"

"It-Itu karena mereka itu hantu! Bukannya hal normal jika kita takut pada hantu. Namun kalau anak anjing itu kan lucu. Bagaimana kalau kamu mencoba memeluknya?"

"He-Hentikan! Biarkan dia tertidur!"

—mengesampingkan Argo serta Asuna yang menunjukkan keakraban mereka, aku mencoba merenungkan sesuatu.

Jika Argo (walaupun si «Tikus») takut dengan anjing, fakta bahwa tanda quest masih berlangsung diatas kepala si anak anjing, itu berarti...

"Hahah, aku mengerti, kamu bermaksud untuk memulai quest tersebut, tetapi karena karakter kuncinya seekor anjing, kamu berlari dengan AGI yang kamu miliki lalu setelah kamu memasuki rumah ini, quest yang masih berlangsung membuatmu terbang, kemudian tersangkut karena si anjing tidak bisa memasuki rumah dan membuatmu terjebak didalam sini selama dua hari... begitu kan, huh. Hahaha, tampaknya kamu mendapat pengalaman mengasyikkan, huh. Jika kamu memasukkan pengalamanmu dalam sebuah buku seperti, "Petualangan Argo", di masa depan, buku tersebut pasti laku."

Ketika mendengarkan perkataanku sambil tertawa, si Tikus membuat wajah seperti berkata, "Beneran akan laku?" sebelum ia berteriak.

"'Bukan masalah lucunya, Ki-bou! Dengan hal semacam ini, baik Aa-chan dan kamu juga terjebak disini kan!"

"Jangan membuat hal seperti ini menjadi pertengkaran, yang paling penting, kita harus menggunakan Kristal teleport untuk menuju suatu kota, benar kan?"

Hal itu terjadi ketika aku hampir tertawa lagi setelah menjawab—ekspresi aneh tampak pada wajah Asuna dan Argo pada waktu bersamaan. Mereka saling bertukar pandang dan Asuna mengambil inisiatif untuk membuka mulutnya.

"...Hei, Kirito-kun. Kupikir tak mungkin jika Argo-san melewatkan kesempatan seperti itu."

"Heh?"

"Ini tergantung pada questnya, tetapi ketika quest tersebut berjalan, kebanyakan quest-quest seperti itu melarang untuk berteleportasi, benarkan, Argo-san?

"Tentu dong!"

"......Serius?"

Melihatku mencucurkan keringat dingin, Argo membalas dengan mengangguk dan ekspresinya tampak menunjukkan kekecewaan.

"Well, sebagai pilihan terakhir, mungkin akan berhasil jika melompat keluar jendela lalu berteleport sebelum jatuh ke tanah... aku sih tak ingin mencobanya."

"Aku juga tak ingin mencobanya..."

Aku mengintip keluar menatap langit yang luas dibalik jendela dan menyadari sesuatu.

Ditempat pertama, apa yang sebenarnya terjadi pada quest ini. Jika seseorang menerima quest dari si anak anjing didalam hutan kemudian memasuki rumah kayu secara bersamaan, rumah ini akan diterbangkan tornado kan? Hubungan antara masing-masing bagian cerita terlalu tak masuk akal hingga poin ini. Seseorang yang mengatur administrasi server permainan SAO seharusnya terpisah dari Argus, si pengembang, jadi tampaknya alur cerita quest ini telah ditulis oleh staf dari Argus. Dengan hal itu, sebenarnya siapa yang mengembangkan hal yang tak masuk akal semacam ini? Dan pada saat ini ketika memanggil GM tidak berfungsi, bagaimana caranya kita bisa keluar dari hal semacam ini...?

".....Tunggu, karena aku memikirkannya."

Asuna yang sedang menggaruk-garuk kepala Toto, serta Argo yang sedang melihatnya dengan pandangnan waspada, berbalik begitu mendengar perkataanku.

"Jika alasan mengapa quest ini terhalang karena si anjing... karena Toto ditinggal di tanah, seharusnya itu penyebab quest ini terhalang... —Jadi, bukankah itu berarti quest ini kembali berjalan...?"

"Ah...!"

Argo menjulurkan tangannya dan berlari ke sebelah jendela dengan gerakan berbahaya. Ia menatap ke tanah yang ada dibawah lalu berteriak tiba-tiba.

"Ki-Kita bergerak! Lebih tepatnya, kita hampir mendarat!"

"Su-Sungguh!? Syukurlah, tampaknya kita bisa mendarat sebelum malam tiba."

Asuna juga berbicara dengan nada gembira sambil melihat menuju jendela, tetapi aku tak begitu optimis. Hanya firasat saja.

Membuat rumah terbang adalah pembukaan quest ini. Sebuah cerita yang mulai begitu cepat tampaknya tak akan selesai dengan mudah. Dengan semua kemungkinan, quest ini kelihatannya akan membuat kita untuk mencari sesuatu, atau untuk membantu seseorang... aku yakin pengembangan cerita seperti itu akan terjadi. Pertama-tama, bahkan jika kita berjuang keras untuk menyelesaikan quest ini, tak ada jaminan jika rumah kayu ini akan kembali ke status sebelumnya, status untuk dijual. Jika seperti itu, bisakah aku dan Asuna benar-benar bisa menikah...

"Ugh."

Aku sedikit mengerang dan lalu memandang sosok Argo dari belakang karena ia masih menjaga jarak dari (anjing dalam pelukan) Asuna.

Ia adalah teman lamaku, tetapi aku tak bisa memberitahukan pernikahanku dengan Asuna sebelum itu terjadi. Jika kucing keluar dari dalam karung, sebuah artikel akan muncul dalam surat kabar «Argo Mingguan» dengan penuh hiasan dan aku pasti akan dikutuk oleh semua orang di fans klub Asuna.

Karenanya, sungguh beresiko jika ia bersama terlalu lama dengan kita berdua ketika menyelesaikan quest ini. Tak ada pilihan lain, untuk menyelesaikan quest ini dengan tergesa-gesa lalu berkata "Kerja Bagus!" sebelum si «Tikus» menyadari sesuatu.

Dengan sulit aku berdiri sambil memantapkan pilihanku, bunyi terdengar dari rumah kayu, menandakan sampainya kita pada lokasi yang tidak kita ketahui.

Bagian 6[edit]

"...Nah, karena aku kepikiran, apa sih nama dari quest ini?

Argo membuka jendela miliknya atas pertanyaanku lalu menjawab.

"«Penyihir dari Barat dan Tiga Harta Karun», disini tertulis seperti itu."

"...Sungguh biasa. Dan bagian pendukung ceritanya juga aneh..."

Ini pertama kalinya bagi Argo menginjak tanah dalam dua hari ini, sedangkan lima belas menit bagi Asuna dan aku, apa yang berdiri dihadapan kita adalah karakter kunci selanjutnya seolah tubuh mereka gemetaran karena bergetar.

Akan tetapi, sekali lagi, karakter kunci tersebut bukanlah manusia. Batang tubuhnya bergabung membentuk persilangan batang kayu, itu adalah boneka dengan kepala bulat berserabut—biasa dikenal dengan nama, scarecrow. Meskipun sosoknya lucu, sebenarnya itu adalah monster. Monster monster seperti ini biasa ditemukan di lantai-lantai bertema horor, seekor mob tipe «Scarecrow».

Apa yang menyapa kita bukan hanya si scarecrow. Di sisi kiri adalah satu set armor berlubang, seekor monster tipe «Living Armor». Dan disisi kanan adalah seorang manusia yang memiliki kepala singa, seekor monster tipe «Werelion». Ketiganya tidak memiliki tanda-tanda untuk menyerang. Warna kursornya berwarna kuning dan masih belum aktif.

Seperti yang aku pikirkan, si scarecrow tiba-tiba berbicara.

"Oh, kami telah menunggu kalian!"

Tanda «!» yang melayang diatas kepala si scarecrow berubah menjadi «?», menandakan quest sedang berjalan. Pada waktu yang sama, tanda pada kepala si anak anjing menghilang.

"Menunggu... katamu?"

Aku memberi jawaban dalam selang waktu dan si scarecrow meluncurkan ceramahnya, disertai dengan kepala kerasnya yang bergoyang. Untuk meringkasnya, inti dari perkataannya seperti ini.

—Kami, «Scarecrow», «Tin» dan «Lion», sedang dalam perjalanan untuk menjadi manusia, tetapi ditengah jalan, gadis yang menemani perjalanan kami ditangkap oleh «Penyihir dari Barat». Kami ingin menolongnya, tetapi si penyihir mencuri apa yang ada dalam kepala Scarecrow, permata yang menggantikan jantung milik Tin serta rambut tenguk emas yang mengisi keberanian Lion, jadi kami bertiga tak bisa bertarung. Kemudian, untuk memperoleh pendekar pedang yang bisa bertarung dengan si penyihir bersama kami, kami membuat mantra tornado kepada anjing yang dijaga sang gadis, «Toto», dan mengirimnya keluar tembok.

"Ha, hahah... Aku mengerti..."

Sambil mengangguk, aku menoleh kebelakang.

Berdasarkan peta, kami masih berada di lantai duapuluh dua, di bagian barat laut. Sebuah area yang tertutup oleh tebing curam, sehingga tak bisa dicapai dengan jalan kaki. «wall» yang dikatakan Scarecrow pastilah tebing itu.

Entah bagaimana aku akhirnya memahami pengaturan quest ini, tapi hal tersebut tidak mengubah penilaianku tentang keanehan seluruh cerita quest ini. Dalam SAO dimana sihir tidak ada, bukankah seorang «penyihir» ataupun «mantra tornadol» juga tidak mungkin ada? Disamping itu, kesampingkan si Scarecrow dan si Lion, mengapa armor hidup bernama «Tin»?

—Dan ketika aku memeras otakku akan hal ini, pikiranku tak diragukan lagi memunculkan keraguan, tiba-tiba Asuna mengatakan sesuatu.

"...Aku mengerti. Apa yang diinginkan quest ini."

Dilanjutkan Argo yang juga berkomentar dan mengangguk.

"Aku juga mengerti. Pantas rumah itu melayang."

"Heh? Apa maksud kalian?"

Aku bertanya sambil menoleh kanan dan kiri, lalu Asuna menyeringai sambil mengatakan suatu hal yang tak aku duga.

"Aku kira kamu juga pernah membacanya ketika kamu masih kecil, Kirito-kun. Walaupun sedikit berbeda setiap ceritanya, tetapi quest ini... sebenarnya berasal dari cerita «The Wizard of Oz»!"

"...Ah, aah, Aku mengerti, jadi cerita itu!"

Dan, itulah yang aku ucapkan, namun sejujurnya aku tak bisa mengingat sesuatu tentang cerita itu. Anak perempuan dan anjingnya yang diterbangkan oleh tornado dengan rumah mereka lalu ketika mendarat, mereka menyadari telah berada dalam dunia paralel, dan berpetualang bersama scarecrow, sesosok armor dan singa sebelum akhirnya kembali ke dunia nyata—mungkin ceritanya seperti itu yang aku pikirkan.

Sekarang sudah jelas mengapa si Armor hidup bernama «Tin», namun aku merasa cemas akan hal yang datang nantinya.

"...Jika seperti itu masalahnya, quest ini akan berlangsung sangat lama, huh..."

Asuna seolah membuat ekspresi, "Mengapa?", ketika ia mendengar perkataanku, jadi aku mengangkat bahuku dan melanjtkan penjelasan.

"Well, kamu mengerti kan, jika kamu melihat bagaimana quest ini berjalan, kita harus mencari otak Scarecrow, Jantung Tin serta rambut tenguk si Lion, benar kan? Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mendapatkan..."

Asuna dan Argo bertukar pandang atas gerutuku dan entah mengapa, mereka berdua tersenyum puas.

"Ki-bou, kamu tak mengingat ceritanya kan?"

"Ugh... tidak, well, itulah yang aku pikirkan..."

"Fufu, aku ragu jika kita perlu mengumpulkan item penting. Mari kita lewati hal itu dan langsung menuju istana penyihir!"

"E-Eeeh!?"

Aku juga membayangkan wajah ketiga NPC menunjukkan reaksi "Eeeh" yang sama, menemani teriakanku.

Aku mengecek peta sekali lagi dan melihat tanda emas «!» (tujuan berikutnya) ditampilkan dalam bentuk tiga bagian lingkaran area quest, dengan tanda abu-abu «!» (tujuan akhir, tetapi karena belum dipicu) disamping ketiganya. Berpikir secara normal, bukankah tak berguna jika kamu pergi ke tujuan akhir sebelum menyelesaikan tanda emas yang ada pada tiga tempat itu, tetapi tidak ada tanda keraguan dalam langkah yang diambil Asuna dan Argo.

ketiga monster yang ingin menjadi manusia dan aku mengejar mereka berdua dengan langkah yang tak pasti, setelah mereka berdua berjalan cepat melalui jalanan yang terbuat dari batu bata kuning. Anak anjing yang berada di pergelangan Asuna tampaknya menjadi alasan bagi Argo untuk menjaga sedikit jarak di belakang.

Argo dan aku menyarankan agar Toto ditinggal dalam rumah kayu karena perannya sebagai karakter kunci telah selesai dengan menghilangnya tanda quest diatas kepalanya. Akan tetapi, Asuna tetap memeluk erat si anjing sambil berkomentar "Uu~" dengan mata tertutup, jadi aku tak bisa memaksanya lebih dari itu. Secara pribadi, aku tak memedulikannya, tetapi hal itu tampaknya menjadi tes emosi bagi Argo yang seorang pembenci anjing.

Jika Argo benar-benar seperti itu, pastilah ia adalah orang yang seperti itu karena menyebutkan hal tersebut sebelumnya, tidak terbatas pada roleplay sederhana pada dunia ini sendiri. Argo yang berada di dunia nyata pastinya membenci anjing juga.

Akan tetapi, jika aku berada di posisinya, aku ingin tahu apakah aku bisa menunjukkan diriku—diriku sebenarnya. Akankah aku memaksa mengecek perasaanku, untuk mempertahankan kesan yang aku bangun sepanjang waktu di dunia ini?

Apakah perasaan untuk Asuna dari orang seperti aku benar-benar bisa disebut cinta......?

"......Apa yang kamu pikirkan?"

Aku bertanya pada salah satu NPC quest dalam suara rendah yang berjalan disisiku, si laki-laki singa yang «keberanian» miliknya telah dicuri.

Kebanyakan diantara NPC yang tak terhitung jumlahnya dalam Aincrad memiliki algoritma tak lebih dari siklus pola jawaban yang telah diatur sebelumnya, membuat mereka bisa membuat percakapan dengan para pemain. Jadi, aku sebenarnya tidak mengharapkan sebuah jawaban, tetapi

"...Apakah sesuatu diambil darimu juga?"

Dan si laki-laki singa memberikan sebuah jawaban lemah, membuatku agak… tidak, sedikit terkejut.

"Hmm... well, mungkin seperti itu, huh. Setelah sejauh ini, aku tidak pernah mengingat mencintai seseorang secara sungguh-sungguh sejak aku datang kemari."

Ketika aku terpancing dan menjawab seperti itu, si pria Werelion yang tampak bersemangat dibandingkan mob sejenisnya, ras Werelion yang muncul di dekat lantai empat puluhan, mengangguk dengan ekspresi sedih.

"Aku mengerti. sejujurnya, aku juga tidak memiliki keyakinan. Apakah aku benar - benar memiliki «keberanian» sebelum si penyihir mencuri rambut tenguk milikku."

Si pria singa menundukkan kepalanya dengan sedikit mendesah, menunjukkan ekspresi maaf atas rambut tenguk yang ada di belakang kepalanya, yang mana kini sebagian telah menghilang seakan rambut itu telah digunting.

Ketika mendekatinya dari sudut itu, ada semacam jahitan dalam belakang kepala si Scarecrow, seolah-olah pernah ada air mata yang di tambalan kain kasar tersebut ketika ia mengambil langkah satu demi satu di sisi si pria singa dan lubang besar yang ditutupi perban perekat bisa terlihat dari zirah bagian dada milik Tin ketika ia melangkah kedepan. Semua itu mungkin bekas ketika «Penyihir dari Barat» mencuri benda terpenting dari mereka bertiga.

Tentu saja, aku tak memiliki ingatan atas «hati yang mencintai orang lain» milikku telah dicuri oleh si penyihir. Jika aku kehilangan hal itu disuatu tempat, pastilah itu akan menjadi kesalahanku, menjaga jarak dari orang-orang disekitarku sejak muda... bahkan dari keluargaku sendiri.

Jika seperti itu, aku bertanya-tanya dimana aku bisa memperoleh hati itu. Akankah menemukannya jika aku menikahi Asuna dan hidup bersama dengannya? Tetapi seperti yang pria singa katakan, bagaimana jika sejak awal aku tidak memilikinya...?

Dan, pada saat itu, ketika ia menyadari kegelisahanku, Asuna berbalik menghadapku beberapa meter dari depan. Ia memiringkan kepalanya kesamping sebelum menunjukkan senyuman padaku, senyuman yang tak berbeda dari senyuman lain yang ia biasa berikan padaku. Ia menunjuk dengan tangan kanannya kedepan dan berteriak riang.

"Lihat, Kirito-kun, kamu bisa melihat kastil itu sekarang!"

Argo bertepuk tangan dengan cakar besi yang terequip pada tangannya tanpa delay.

"Jika aku tidak mengetahui tentang quest ini, tempat ini pastilah dungeon yang belum dijelajahi! pasti akan ada banyak peti harta yang belum tersentuh!"

"...Hei, bahkan jika kamu mengatakannya, ini masih berada di lantai duapuluh dua, pastilah tak ada sesuatu yang hebat."

Memotong pengamatan seperti itu tidaklah sepertiku, aku mempercepat langkahku untuk mengejar mereka berdua yang masih menatap kastil yang berada jauh dibalik rimbunnya pepohonan. Kastil itu memiliki jumlah menara panjang yang berlebihan, dengan temboknya yang memiliki warna corak abu-abu kehitaman. Sosok menara yang menodai langit karena warna merahnya sebagai latar belakang memberikan suasana yang cocok bagi «istana milik penyihir».

Quest ini seharusnya dapat diselesaikan jika si penyihir yang mendiami di bagian terdalam terkalahkan, akan tetapi kita tak dapat masuk kedalam istana sekarang, benar kan? Umumnya, jika sub-quests pada masing-masing lokasi belum diselesaikan dan Scarecrow, Tin serta Lion belum memperoleh pikiran, hati, dan semangat mereka kembali, pintu menuju dungeon akhir tak akan terbuka atau si boss tak akan muncul. Tidak, kesampingkan semua itu, bukankah sedikit menyedihkan jika mengacuhkan apa yang mereka bertiga cari...

Bahkan jika aku mempertimbangkan masalah ini, Asuna dan Argo melanjutkan langkah mereka dengan cepat sambil menjaga jarak satu sama lain, dan gerbang istana yang mengerikan hampir terlihat. Pintu gerbang yang tingginya mencapai lima meter benar-benar tertutup, tanpa tanda-tanda akan terbuka seperti yang kuharapkan—

Crack, crack, clank.

Dan diikuti suara tak terkunci yang sungguh jelas, gerbang tersebut secara otomatis terbuka, menyebabkan mulutku juga terbuka. Anak anjing yang digendong Asuna menggonggong, tetapi aku ragu jika penyebabnya adalah terbukanya gerbang tersebut.

Dua pemain perempuan juga mengangguk satu sama lain seolah mereka telah memprediksikannya, tetapi diriku sendiri tak memahaminya.

Bertukar pandang dengan Scarecrow dan kawannya yang kehilangan otak, jantung, dan rambut tenguk, aku mengangkat bahuku dan melangkah melewati pintu gerbang.

Tepat pada saat itu, raungan mengerikan terdengar dan empat monster muncul dalam jarak empat yard dari istana. Kepala macan kumbang hitam diatas tubuh besar, mereka berasal dari ras Werepanther. Si penyihir menggunakan kucing hitam, jadi tak perlu ragu untuk mengatakan jika mereka adalah penjaga tempat ini... mungkin.

"Gyaoooo!"

Si macan kumbang meraung sekali lagi dan pada saat mereka menghunuskan scimitars dengan tepi bergerigi, Scarecrow dan dua lainnya berteriak "Eek" dan meringkuk kebawah. Mereka bukanlah terkena efek negative status «Fear», atau benar-benar ketakutan; aku tidak mengharapkan kemampuan bertarung mereka, akan tetapi, jika mereka akan seperti ini sejak awal, aku khawatir jika kita sampai di pertarungan melawan bos.

Aku menggelengkan kepalaku dengan ringan dan menghunus pedang tercintaku, Elucidator, dari punggungku lalu mengincar kedua Werepanthers yang menerjang di sisi kananku. Aku mengaktifkan serangan satu tebasan, efek sword skill, «Serration Wave», yang jarang ada pada one-handed swords.

Pedang yang diayunkan ke tanah bergetar dengan frekuensi tinggi dan efek cahaya yang mirip dengan pedang menyebar dalam pola radial. Dua dari macan tersebut tertelan oleh cahaya tadi dan terjatuh kedepan. Teknik tadi adalah teknik yang bertujuan untuk menghalangi pergerakan, menyebabkan sedikit damage, akan tetapi karena mereka monster yang muncul pada quest di lantai duapuluh dua. Sebelum mereka bisa menegakkan diri, HP mereka berkurang dan mereka terpotong sebelum akhirnya menghilang..

Dua sisanya dikalahkan Asuna dengan tangan kirinya masih menggendong si anak anjing, serta Argo yang sebenarnya sungguh kuat dalam pertarungan satu lawan satu, ia mengakhiri pertarungan dalam sekejap. Salah satu panther menjatuhkan kunci dengan tanda quest item, jadi kita menggunakan kunci tersebut untuk membuka pintu kecil di sisi pojok istana.

Aku menatap langit lagi sebelum melewati pintu tersebut; langit berwarna keunguan mulai menyatu dengan langit berwarna merah. Sepertinya sekarang ini sekitar satu jam sebelum tengah malam, huh. Istana ini ukurannya cukup besar, jadi tampaknya akan sedikit susah untuk menyelesaikan quest ini sebelum matahari terbenam.

—seolah membaca pikiranku sekali lagi, Asuna menepuk punggungku dan berbicara.

"Jangan khawatir, aku membawa banyak makanan."

Bukan, aku sebenarnya tidak mengkhawatirkan tentang makan malam, akan tetapi yang jadi pikiranku adalah apakah aku bisa menikah denganmu hari ini, Asuna.

Aku tak bisa menjawabnya seperti itu, jadi aku mengangguk saja dalam posisi aneh dan Argo berkata blak-blakan.

"Aku telah menantinya! Aku sebenarnya mendapat rumor jika Aa-chan telah berhasil membuat kecap!"

Sudah berlangsung sekitar sepuluh menit sejak kita menerobos istana milik «Penyihir dari Barat».

Asuna, Argo, Scarecrow, Tin, Lion, si anjing dan aku; party yang berjumlah enam orang + satu binatang telah sampai ke pintu besar yang kami kira sebagai ruangan boss.

Hal tersebut karena kemampuan level bertarung kami telah jauh melampaui batas minimal yang diperlukan untuk menyelesaikan quest ini, akan tetapi yang lebih tak masuk akal adalah kemampuan Argo. Ia melompat ke balkon yang seharusnya diputari karena terlalu tinggi, atau melompat ke pijakan yang cukup sempit dan membuatku ragu-ragu untuk melewati, ia dengan mudah mengambil jalan pintas. Berkatnya, masih ada sejejak warna merah di langit dari jendela kecil yang aku lihat.

"...Haruskah kita makan sebelum melawan bos?"

Asuna bertanya, tampak kagum, sedangkan Argo mengangguk seperti "Kukira boleh". Si Trio monster memiliki ekspresi wajah benarkah-ini-baik-baik-saja, tetapi perwakilan mereka, si Scarecrow, melompat kedepan dan jahitan kecil yang berada di kain kepala yang berfungsi sebagai mulut bergerak.

"...«Penyihir dari Barat» menggunakan berbagai macam sihir mengerikan. Jika saja kepalaku tidak kosong, aku bisa mengingat bagaimana cara kerja sihir tersebut..."

...Seperti yang aku kira, kita seharusnya menyelesaikan masing-masing sub-quest. Itulah apa yang aku pikkirkan, tetapi Asuna menepuk pundak Scarecrow (atau setidaknya, tiang yang berfungsi sebagai pundak), membujuk agar tidak khawatir.

"Tenang saja, jika kalian bertiga menyatukan kekuatan kalian, kita bisa menyelamatkan Do... gadis yang menjadi teman kalian. Nah, ayo pergi."

Menyelesaikan perkataannya, ia berbalik dengan gagah menuju depan dan tanpa ragu mendorong pintu besar tersebut hingga terbuka.

Didalamnya adalah ruangan persegi yang begitu luas dan panjang, memberikan kesan ruangan bos. Ketika kami menginjakkan kaki kami masuk, lilin menyeramkan berwarna hijau yang melekat pada langit-langit menyala. Jarak pandang kita tiba-tiba semakin terang, memungkinkan kita untuk melihat sangkar besar yang diletakkan di dekat tembok yang berada di ujung sisi lain. Gadis yang ditangkap oleh penyihir roboh didalam sangkar—disampingnya, penyihir berpakaian hitam mengaduk panci dengan sendok panjangnya.

"Ooh... jadi itu si penyihir..."

Pikiranku tak sengaja melayang. Serangan sihir umumnya tidak ada dalam SAO, kemudian keyakinan jika penyihir itu juga tidak ada, jadi monster yang didesain seperti itu benar-benar langka.

Sekarang, serangan macam apa yang akan digunakan si nenek? Tepat ketika aku sedang menduga-duga—

Scarecrow berteriak tiba-tiba.

"Oh, Dorothy-san! Dorothy-san akan dijadikan sup jika seperti ini!

Dilanjutkan dengan suara dari gemercing armor milik Tin.

"Dorothy, bahaya, cepat tolong dia!"

Akhirnya, Lion mencoba yang terbaik karena hilangnya rambut tenguk yang tercukur.

"Bertahanlah, Dorothy! Kami akan segera... kami akan...."

Tetapi pada saat itu, rambut tenguk si Lion mengkerut, armor Tin meredam, dan batang milik Scarecrow menjadi bengkok.

Menggantikan ketiga trio yang tiba-tiba terdiam, Asuna, Argo dan Aku melangkah kedepan. Menatap si penyihir yang masih memutar panci besar disisinya, kami bertiga mendekat menarik perhatiannya.

Si penyihir berbaju hitam menaikkan kepalanya dan menatap kesini. Matanya seolah puas karena berubah menjadi warna kuning, ia berguman dengan nada tinggi.

"Maukah kalian meminum sup yang dibuat anak ini? Satu suapan akan membuatmu kembali muda, dua suapan akan memberikanmu kekuatan; sup ini benar-benar enak tahu? Yii-hi-hi-hi."

Jika kita sembrono menyawab "Baiklah", kita mungkin akan mendapat event dimana si gadis yang tampaknya dipanggil Dorothy berakhir mendidih didalam panci, jadi aku meneriakkan jawabanku.

"Tidak! Kami kesini untuk menolong anak itu!"

"Aku mengerti, Aku mengerti, sangat disayangkan. Jika seperti itu..."

Saat itu si penyihir mengambil sesuatu dari dalam panci dengan sendoknya sebelum menghembuskannya dengan hembusan keras.

"...Aku juga akan membuat kalian semua menjadi sup! Yiii~hi-hi!"

Seiring dengan jeritan itu, ia melumurkan isi panci kepada kita. Cairan tersebut berubah menjadi kabut yang terlihat beracun berwarna keunguan, lalu menyelimuti kita semua.

Pada saat itu, ikon berwana hijau menyala dibawah bar HP milikku di ujung pandangan bagian kiri. Kelumpuhan.

"Geh..."

Tidak memiliki waktu untuk mengerang, Asuna, Argo, Scarecrow dan lainnya terjatuh ketanah bersamaan denganku. Bahkan tiga pemain berlevel atas tak bisa menahannya, kita pasti dipaksa masuk ke event kelumpuhan, tetapi itu tidak mengubah bahayanya situasi ini. Aku bergegas mengambil penawar di kantongku, akan tetapi tangan kananku yang biasanya bsa bergerak karena kelumpuhan, kini mati rasa.

"Hi-hi-hi... sekar~raangg, siapa yang ingin direbus terlebih dahulu..."

Sambil melambaikan sendok seolah menggantikan tongkat sihir, si penyihir mendekat seolah dalam gerakan menari. Kejadian ini benar-benar buruk kukira, aku berjuang keras untuk berdiri, tetapi tubuhku benar-benar tak mau bergerak.

"Yihihi, tak berguna, tak berguna. Tak seorangpun bisa mematahkan sihir ini selain raungan si singa."

—Oh, begitu.

Aku mengganti pandanganku ke petunjuk yang diucapkan tadi, entah bagaimana aku bisa menoleh kebelakang. Scarecrow dan Tin banar-benar lumpuh seperti kita, tetapi si Lion tidak memiliki ikon kelumpuhan. Jika ia bisa bergerak dan mengaum sekali saja, kelumpuham kita semua seharusnya bisa sembuh.

Seharusnya, akan tetapi.

Bagus. Lion malah meringkuk dan gemetaran sambil tangannya memegang kepala, rambut tenguknya benar-benar tipis. Hei hei, aku berpikir sebelum akhirnya menyadari.

Ini sungguh tak bisa dihindarkan. «keberaniannya» masih dimiliki si penyihir. Hal ini sungguh tak bisa diterima jika kita menyelesaikan sub-questnya terlebih dahulu, dan memperoleh rambut tenguknya yang menjadi sumber keberaniannya, akan tetapi tak mungkin bagi si Lion untuk berdiri pada keadaab ini. Hal ini seharusnya bisa diprediksi, mengapa Asuna dan Argo berfikir jika kita tak perlu menyelesaikan sub-questnya—

"Woof, woof woof woof!"

Kemudian, gonggongan si anak anjing terdengar, menyela pikiranku.

Tidak berhenti begitu saja. Lion yang menggigil ketakutan berhentil, dan rambut tenguk yang mengkerut masih tetap mengkerut. Mengapa, keberaniannya seharusnya telah hilang.

Berbaring di tanah, aku membuka mataku dan memandang Lion yang perlahan berdiri. Ia masih memiliki wajah sedih, tetapi cahaya bersinar dari kedua bola matanya.

"Aku... Aku datang kesini untuk menolong Dorothy!"

Ia dengan keras meneriakkan kata-kata tersebut dan menghirup udara disekitarnya, membiarkan dadanya membesar—si Lion kemudian merauang keras "garooo!". Seperti yang kukira, raungan yang dikeluarkan si Lion menghilangkan icon kelumpuhanku.

Si penyihir mencoba serangan kelumpuhan untuk kedua kalinya, tetapi Tin serta Scarecrow yang berada di sisi Lion berdiri, menghilangkan kutukan si penyihir. Mungkin karena lelah melafalkan mantra, si penyihir memutar sendok miliknya seolah ia menyerang menuju kita.

Penyihir berbaju hitam dengan topi runcing tak terlihat memiliki skill serangan bagaimanapun kamu melihatnya, tetapi sendok panjang yang ia acungkan diatasnya bersinar merah, sedikit mengejutkanku. Seperti yang kuharapkan dari penghuni dunia ini, tampaknya ia bisa menggunakan sword skill tipe Poleax.

"Kukeeeee——!"

Ia mengayunkan sendoknya ke bahwa dengan jeritan, namun aku dengan mudah menahannya dengan «Vertical Arc» milikku. Aku membalas serangannya, mendorong mundur serangannya, dan Asuna maju kedepan untuk memukul mundur si penyihir.

Aku bertanya-tanya jika ia benar-benar melanjutkan untuk menggendong si anak anjing dengan tangan kirinya dalam situasi seperti ini, akan tetapi, seperti yang kuduga, ia berhasil melancarkan sebuah sword skill. Menerima lima tusukan terus menerus, si penyihir semakin terdorong jauh. Kali ini giliran Argo, gentian menyerangnya tanpa memberi waktu si penyihir untuk menyentuh tanah. Dengan semangat yang melampaui Asuna, ia menyerang dari bawah dan melancarkan serangan skill tipe Wild Dance, menggunakan cakar besi yang ada di kedua tangannya.

Seerti yang kuharapkan dari quest level bos, si penyihir bertahan setelah menerima serangan combo skill pemain level atas karena bar HP miliknya masih tersisa. Ia jatuh ke tanah dengan bunyi gedebuk, namun berdiri kembali dan berlari menuju panci besar yang ada didalam ruangan ini. Kami mengejarnya setelah skill delay kami berakhir, untuk mengantisipasinya menggunakan sihir lain dari sup— tetapi hal itu terjadi sebelum kami bisa.

Si anak anjing, tidak, Toto tiba-tiba melompat dari lengan Asuna dan mengejar penyihir bagaikan peluru, menggigit sepatu hak tinggi miliknya. Kakinya tersangkut, si penyihir mencoba melangkah kedepan dan terguling dengan keras, ia akhirnya terjatuh kedalam panci besar yang sedang mendidih didahului kepalanya.

Dua detik kemudian, efek kematian monster bermunculan dari dalam sup itu.

Setelah dikeluarkan dari dalam kandang, si gadis, Dorothy, mengucapkan rasa terima kasihnya berulang kali kepada kami sambil malu pada binatang peliharaannya, Toto. Tampaknya si gadis akan melanjutkan perjalananya dengan Scarecrow dan kawan-kawan untuk mencari «Emerald City» di dunia ini.

Setelah sebelumnya berpamitan pada Dorothy dan kelompoknya pada rumah kayu, aku dengan enggan menepuk punggung Asuna (karena sekelompok dengan si anak anjing) dan Argo yang senang (karena hilangnya si anak anjing juga) secara bersamaan. Tanda «!» akhir pada rumah kayu akhirnya menghilang. Kita seharusnya bisa mengembalikan posisinya ke awal jika kita memasuki rumah dan menutup pintunya.

"Nah, mari pulang."

Aku menatap langit barat sambil berkata seperti itu; matahari baru saja terbenam di bawah lautan awan.

Bagian 7[edit]

Scarecrow, Tin, serta Lion mencari otak, hati, dan keberanian mereka masing-masing, bahkan dalam cerita aslinya "The Wizard of Oz"—itulah apa yang Asuna katakana padaku dalam perjalanan pulang.

Akan tetapi, mereka tidak mendapatkannya di akhir cerita. Si Wizard of Oz berkata seperti ini di akhir cerita. Untuk menyelamatkan Dorothy, yang ditangkap oleh penyihir, Scarecrow menggunakan kebijaksanaanya, Tin menggunakan emosinya, dan Lion menggunakan keberaniannya. Oleh karenanya, mereka bertiga telah mendapatkan apa yang mereka cari—

"...Jadi seperti itu, huh. Itulah mengapa baik Argo dan kamu tahu jika Lion dan kawan-kawannya akan bertahan tanpa perlu menyelesaikan sub-quests?"

Aku berbicara sambil tersenyum pahit akan tetapi para wanita ini mengangguk bangga, rumah kayu mendarat dengan suara gesekan.

Sebelum keluar. Aku memastikan jika ini adalah lahan kosong di hutan tempat pertama kali aku menemukan rumah ini. Tanpa menunggu Asuna dan aku berdiri, Argo memotong rumput dan berkata dengan senyum puas di wajahnya.

"Terima kasih untuk hari ini atas bantuan kalian berdua. Sebagai gantinya, aku akan menjaga sedikit informasi rahasia dan tak akan menjualnya."

"Hah? Sedikit informasi... apa sih yang kamu maksud?"

"Kamu tahu kan!"

Ia memberikan kedipan mata cepat—

"Aku mengharapkan yang terbaik dari kalian berdua, Ki-bou, Aa-chan!"

Meninggalkan kami yang diam bertanya-tanya, Argo menghilang dari pandangan kita dengan diam-diam seperti ninja.

Sedetik kemudian, Asuna mulai terkikih, membuatku terkikih juga dan mengendurkan ketegangan di wajahku. Karena kami tertawa bersama, aku merasa inilah saat yang tepat, yang tertanam jauh dalam dadaku, kini menghilang tanpa meninggalkan suatu jejak.

—Apa yang aku inginkan, telah ada di genggamanku ketika kau melangkah keluar, aku menginginkannya.

Sword Art Online The Day Before - 070.jpg

Aku ingin Asuna selalu bersamaku dan aku ingin melamarnya. Karenanya, aku telah menemukan apa yang telah hilang. Emosi untuk mencintai orang lain.

"......Asuna."

Setelah memanggil namanya, Asuna menatapku sambil tersenyum.

Aku menatap lurus pada mata berwarna coklat yang berkilau indah karena cahaya dari atas atap rumah kayu, lalu aku membuka Main Menu. Menggerakkan dua tab, aku perlahan menekan jariku pada tombol yang aku cari.

Aku menggeser kebawah pada kata, «Menikah», dan menyentuh nama «Asuna», selanjutnya.

Mata Asuna bergeser karena menyadari jendela kecil yang muncul di hadapannya. Mengangkat tangan kanannya, jari rampingnya dengan lembut membelai jendela itu—

"......Kirito-kun."

Asuna membisikkan kata tersebut tanpa mengalihkan pandangannya padaku dan menekan tombol «YA» .


Kami menemukan system kontrol yang mengatur dunia ini, «Cardinal» beberapa hari kemudian.

Karena «Fungsi Generasi Quest Otomatis» luar biasa yang di pasang oleh Cardinal didalamnya, kami akan mendapat informasi lebih akan hal itu di masa depan.

(Tamat)

Notes[edit]

  1. saya menggunakan bahasa Jepang aslinya, kalau diterjemahkan seorang perempuan
  2. Sebuah jenis oven/tungku unik yang digunakan untuk memasak dan memanaskan. Istilah sebelum diterjemahkan "pechika"
  3. Broker, orang yang menjual suatu informasi
  4. Poker face, ekspresi wajah yang tidak menunjukkan ekspresi apapun
  5. Durability, daya tahan benda dalam SAO
  6. Immortal, atribut benda dalam SAO yang tak bisa dihancurkan
  7. Field, area di diluar dungeon
  8. Land Speculation, penulis tidak tahu maksud dari skill ini, jadi menggunakan bahasa inggrisnya saja
  9. Recovery potion, item yang memulihkan HP pemain
  10. Intuitively Walking Straight, semacam skill berjalan dengan intuisi
  11. Beast Tamer, pemain yang memiliki binatang sebagai partnernya
  12. Quest, semacam event dalam suatu game
  13. panggilan untuk anak nakal
  14. Complete Quest Walkthrough Guide Book, judul buku yang akan diterbitkan Argo