Sword Art Online Bahasa Indonesia:Sebuah Tempat Bercahaya Matahari di Musim Dingin

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search

Sebuah Tempat Bercahaya Matahari di Musim Dingin[edit]

New Aincrad Lantai 22

SAO Silica Edition

31 Desember 2025

Ketika fulldiving sambil mengenakan AmuSphere, tampaknya orang akan merasakan sebuah sensasi seperti terjatuh atau sensasi seperti mengambang.

Keiko merasakan sensasi yang kedua. Berbaring di tempat tidurnya dengan pakaian yang nyaman, ia hendak mengucapkan perintah suara «Link Start» dan kesadarannya, sekarang memisahkan diri dari tubuhnya, kemudian tenggelam dalam sensasi seolah-olah ia sedang melayang lurus ke atas. Sebuah pemandangan tak terbatas naik melalui sebentuk bidang, putih murni, disertai prisma-prisma cahaya pelangi yang terjun ke bawah.

Sebelumnya, ketika ia menemukan sebuah sumber terpercaya di internet yang mengatkan bahwa "tipe orang yang mengalami sensasi mengambang merasa bahwa kenyataan hidupnya begitu kejam dan ingin melarikan diri dari itu semua ke dunia virtual", ia akhirnya merenung akan hal itu, meskipun marah atas alasan yang tak berdasar itu. Ia tidak merasa bahwa kenyataan hidupnya suram—atau begitulah pikirnya. Setelah semua yang terjadi, ia telah terpenjara di dunia virtual selama dua tahun ketika ia berusia dua belas tahun, sebelum akhirnya dibebaskan kurang lebih setahun yang lalu.

Dibandingkan dengan tempat yang tak berperasaan itu, di mana hit poin yang tersisa terhubung dengan nyawanya, disini adalah tempat yang damai. Sejak bulan April, ia bahkan mulai menghadiri sekolah yang dibangun untuk korban selamat SAO yang masih di bawah umur dari segi usia, dan telah berteman dengan banyak orang di sana. Memang rasanya agak sedikit canggung saat pulang ke rumah, tapi ia disambut oleh ayahnya yang sebenarnya pendiam, ibunya yang terampil memasak dan suka menyanyi, serta kucing peranakan Munchkinnya, Pina, yang ia pelihara. Di sini, ia bisa membaca kelanjutan dari manga yang ia suka (belum lagi dua tahun berharga sudah ia melewatkan terbitan serinya!) Dan bahkan bisa makan Cheesecake yang sebenarnya. Oleh karena itu, ia tidak punya alasan untuk bilang kenyataan itu kejam atau apapun.

Ia seharusnya tidak begitu ... tapi tetap saja.

Percaya pada tubuhnya yang mengalami sensasi mengambang sementara, Keiko mengingat percekcokan antara ia dengan orangtuanya sekitar sepuluh menit lalu. Lebih jelasnya, ini adalah pertengkaran pertama yang ia alami, sejak kembali dari SAO.

Hari ini tanggal tigapuluh satu Desember, 2025. Malam Tahun Baru. Tiga anggota keluarga Ayano Keiko, bersama dengan ayah dan ibunya, telah berencana untuk mengunjungi kediaman orang tua ayahnya di prefektur Yamanashi, tentu saja si kucing ikut juga. Hal tersebut adalah sesuatu yang telah diputuskan sebulan yang lalu dan pada saat itu Keiko dengan patuh mengangguk mengiyakan ketika ia pertama kali mendengar tentang hal itu.

Namun tepat sebelum waktu keberangkatan, di garasi di rumah, ia akhirnya mengatakan itu. Bahwa ia tidak ingin pergi tidak peduli apapun yang terjadi.

Orangtuanya mencoba dengan lembut membujuknya dengan mengatakan bagaimana kakeknya, nenek dan sepupu laki-lakinya semua menantikan untuk bertemu dengannya, tetapi Keiko tetap bertahan pada sikap keras kepalanya selama puluhan menit, kata-kata mereka perlahan lahan mulai bertambah kasar, sampai akhirnya membuat ayahnya berucap "Kalau begitu lakukan saja apa yang kamu suka" sebelum masuk ke dalam mobil. Ditinggalkan sendirian di rumah, Keiko mengunci pintu masuk, kembali ke kamarnya di lantai dua dan memakai AmuSphere setelah berbaring di tempat tidurnya.

Itulah sebabnya mungkin hanya kali ini dive-nya menjadi sebuah bentuk pelarian. Meskipun begitu, itu tidak masalah. Setidaknya, menangis di dunia Virtual lebih baik daripada di dunia nyata, itu semua akan berakhir tanpa perlu khawatir kalau matanya akan bengkak-bengkak nantinya.

Setelah berubah menjadi karakter Sith Cait miliknya, Silica, tempat Keiko muncul adalah di teras yang mengarah ke sebuah rumah kayu yang dibangun di tepi danau besar, di lantai dua puluh dua di New Aincrad yang mengorbit mengelilingi langit Alfheim. Tampaknya ini adalah awal sebuah sore di tempat tinggal para peri, dengan berlimpahannya kehangatan sinar matahari yang berseri-seri menyinari rumput taman itu.

Ini bukan rumah player miliknya, tapi karena ia terdaftar dalam daftar sub-pemilik, ia bisa leluasa masuk dan keluar di mana saja di dalam lokasi rumah tersebut. Bisa dibilang, ia meminta pertimbangan dua pemilik aslinya, memastikan untuk tidak memulai dalam ruangan, hanya untuk jaga-jaga.

Tak lama setelah Silica dive, secercah cahaya biru muncul tepat di sampingnya, sebelum berubah menjadi bentuk seekor naga kecil.

Meskipun didefinisikan sebagai kecil, itu hanya bila dibandingkan dengan versi yang lebih besar dari mob ras naga, dengan bentangan sayapnya yang lebarnya hampir lebih dari satu meter. Namun, dengan seluruh tubuhnya yang tertutup bulu-bulu halus berwarna biru muda yang serasi dengan dua mata rubi-nya, tidak ada tanda-tanda keganasan dalam penampilan luarnya.

"Kemarilah, Pina."

Saat Silica mengulurkan kedua tangannya, naga kecil, yang memiliki nama yang sama dengan kucing kesayangannya, terjun ke dalam pelukannya disertai sebuah suara "Kururu!". Ia dengan erat memeluk tubuh berbulu itu dan si naga mulai menjilati pipi kanannya dengan lidahnya yang mungil. Pina, dengan AI setingkat familiar, atau dengan kata lain, «Tamed Monsters», tidaklah terlalu pintar, tapi kadang-kadang, ia bereaksi seolah-olah bisa membaca pikiran Silica. Saat ini adalah contohnya, sambil menjilati wajah Silica, Pina terus mengeluarkan suara "kuru ... ruru ..." dari tenggorokannya, seolah-olah menunjukkan keprihatinannya.

"... Terima kasih, aku baik-baik saja sekarang, aku baik-baik saja sekarang,. Setelah bertemu dengamu, Pina."

Sambil membisikkan itu, ia menempatkan Pina yang ringan untuk ukurannya ke kepalanya. Sayap berbulunya menggelitik telinga kucing unik ciri khas ras Cait Sith dan ekor panjangnya melilit lehernya, seperti sebuah selendang.

Diselimuti kehangatan yang sepertinya mustahil untuk objek bergerak dalam dunia virtual, Silica perlahan-lahan merasa menyesal karena telah bercekcok dengan orang tuanya, saat ia melangkah menuju pintu rumah kayu itu.

Setelah menyentuh gagang pintu, sebuah suara klik ringan terdengar, mewakili terbukanya kunci pintu itu. Menariknya terbuka secara perlahan, ia masuk dan berseru, "Selamat sore". Seperti yang telah ia duga, tidak ada jawaban. Ia bisa saja membuka Friend List dari Menu Utama nya untuk memeriksa status login mereka, tapi ia percaya bahwa tidak akan ada siapa pun di sini tanpa perlu memilih melakukan itu. Lagipula, itu adalah malam tahun baru ...

Namun, untuk jaga-jaga, Silica bersopan santun dan mengucapkan salamnya sebelum ia masuk. Menutup pintu, ia menuju ruang utama di sisi kiri lorong.

Saat ia melangkah ke ruang tamu, yang luasnya mustahil untuk sebuah rumah di dunia nyata, atau setidaknya, untuk sebuah bangsal rumah sakit khusus di Tokyo kebanyakan, Pina perlahan terbang dari kepalanya. Alasan familiar ini untuk meninggalkan tuannya tanpa perintah kalau tidak karena ia mendeteksi adanya monster yang mendekat, atau menurunnya nilai hubungan dengan tuannya dikarenakan tidak cukup diberi makan dan merubahnya ke dalam status tidak patuh, bisa juga, ada alasan ketiga yang mungkin ketika menyadari sesuatu di ruangan rumah ini.

Sadar jantung virtualnya berdetak lebih keras, Silica mengejar Pina yang terbang, mengepakkan sayapnya. Ia pergi mengitari kayu besar yang digunakan sebagai pilar dan mengarahkan pandangan matanya ke arah jendela yang menghadap ke selatan.

Di tempat dengan sinar matahari berwarna kuning muda yang jatuh ke atasnya, adalah sebuah kursi goyang. Di atas kursi itu yang bergerak terus-menerus dan lebih lembut tanpa membuat suara apapun, ada seorang Spriggan berambut hitam, berpakaian serba hitam, dengan matanya yang tertutup. Ekspresi tidurnya jauh berbeda dari apa yang ia tunjukkan saat dalam pertempuran, di sini ia menunjukkan tanda-tanda boyish innocence[1]

Pina, yang telah terbang dari kepala Silica, berputar sekali di atas Spriggan sebelum mendarat di dekat perutnya. Melipat sayapnya, melingkarkan kepala dan ekornya sebelum akhirnya jatuh tertidur. Tidak, karena dia seekor familiar, sehingga harusnya itu hanya «terlihat seolah-olah tertidur», tetapi suara "kyururu, kyururu" saat ia bernapas dalam tidurnya bukanlah ilusi.

"... Ya ampun, Pina."

Setelah bergumam begitu, Silica terus berdiri sambil menatap pose tidur orang dan binatang itu. Detak jantungnya perlahan melambat dari tingkatan yang agak cepat tadi dan juga sebentuk ketenangan yang damai segera menyebar dalam diri Silica. Untuk beberapa saat, perasaan menyesal mengalir dalam dirinya ketika ia berlindung dalam kehangatan tadi.

Hal ini berlangsung selama hampir tigapuluh detik sebelum ia kembali ke akal sehatnya dan melihat ke sekelilingnya. Jika ia, pemilik rumah ini, sudah login, itu kemungkinan juga salah satu pemilik lainnya, seorang Healer Undine, atau adiknya di dunia nyata, pendekar pedanng wanita pengguna sihir Sylph, ada di sekitar situ juga, tapi ia tidak menemukan jejak adanya player lainnya. Cait Sith adalah ras yang memiliki kemampuan persepsi paling tinggi di antara sembilan ras, jadi ia seharusnya menyadari jika ada ada orang lain di rumah ini. Tentu saja, itu berbeda jika mantra atau skill untuk bersembunyi digunakan, tapi seharusnya tidak ada alasan untuk bersembunyi di dalam rumah dengan cara itu.

—Memutuskan begitu, Silica masih bingung selama beberapa detik sebelum membawa satu kursi dari meja makan ke sisi kursi goyang. Ia dengan pelan duduk setelah mensejajarkan kursi mereka.

Ia menyandarkan tubuhnya ke kiri dan menatap tajam profil wajah Spriggan yang tidur di depannya.

Dalam hitungan detik, Silica bisa merasakan kelopak matanya yang berat ikut turun. Anak laki-laki yang tertidur di ruangan ini seperti melepaskan semacam kekuatan magis yang menyebabkan kantuk player-player di sekitarnya—atau setidaknya, itulah kesimpulan yang diterima di kalangan teman-temannya. Akan tetapi, ia tidak seharusnya membiarkan dirinya menyerah pada sihir ini. Silica memiliki «Automatically Disconnect When Asleep Function»[2] yang ia set dalam lima belas menit, jadi jika ia jatuh tertidur ia akan segera ter-logout. Akan jadi merepotkan kalau ia harus melalui urutan koneksi login sekali lagi, tapi alasan utamanya adalah ia tak mau menyia-nyiakan waktu berharga yang ada ini. Kesempatan ia bisa berduaan dengan anak laki-laki yang sedang tidur itu —yang pada umumnya-tidak lagi mungkin, tidak lagi sejak malam hari itu ketika mereka bertemu di sebuah kastil mengambang tertentu yang berbeda.

Kalau dipikir-pikir, itu sudah terjadi hampir dua tahun yang lalu.

Ia kehilangan familiarnya, Pina, dan bahkan hidupnya sendiri sudah bagaikan sebuah lilin yang berkedip-kedip dalam deru angin, saat Silica diselamatkan oleh pendekar pedang berpakaian hitam, Kirito.

Ia tidak hanya melindungi Silica, tapi bahkan ia bersedia untuk membantu menghidupkan kembali Pina yang terbunuh. Ia masih ingat hari dimana mereka berpetualang, ketika mereka pergi untuk mengambil barang yang bisa membangkitkan kembali familiar, sampai ke detail-detailnya. Para monster bunga raksasa dengan tentakel tumbuh keluar darinya dan para orange player yang menyerang mereka dalam perjalanan kembali sangatlah menakutkan, kenangan itu semuanya penting baginya.

———Tidak, bukan hari itu saja.

Dengan tangan terangkat ke dadanya yang menggenggam erat satu sama lain, Silica mulai merenungkannya sambil duduk di kursi.

Semua hari-hari ketika mereka berpetualang dan bermain bersama sejak ia pertama kali bertemu Pina memberi kilauan tersendiri dalam kenangannya. Cahayanya begitu terang dan hidup sampai dapat menbuat seluruh waktu yang ia habiskan di dunia nyata terasa suram jika dibandingkan di dunia Virtual. Tentu saja, ia bisa bertemu dengan Pina kapanpun ia ingin jika ia dive ke ALO, dan ia sadar fakta itu seakan sudah menjadi keajaiban dengan sendirinya—setelah semua yang terjadi, Pina seharusnya benar-benar telah menghilang ketika SAO ditamatkan

———tetapi terkadang , ia bertanya-tanya tentang sesuatu.

Tentang bagaimana hal itu akan lebih baik jika sisi ini adalah kenyataan sejati hidupnya.

Sebuah pikiran yang tidak bisa dikatakannya kepada siapa pun, yang pasti tidak bisa dilepaskannya dari bibirnya. Sebuah pikiran yang akan mengkhianati orang tuanya yang khawatir setengah mati pada dirinya selama dua tahun ketika ia terjebak dalam Game Kematian itu dan dengan antusias merayakan saat ia kembali.

Tapi. Tapi tetap———

Air mata yang berkumpul di bawah bulu matanya tanpa ia sadari samar-samar menetes ke sandaran kursi itu.

Mungkin karena mendengar suara itu seorang yang nyaris bisa disebut satu-satunya, Spriggan berambut hitam Kirito dengan lesu membuka matanya. Silica dengan panik berbalik kembali menghadap ke depan sebelum berkedip berkali-kali untuk menghilangkan efek air mata yang tersisa. Ia diam membeku dalam posisi itu selama beberapa detik sebelum ia mendengar suaranya.

"Huh ..., Silica? Kapan kamu sampai kemari?"

Ia malu-malu berpaling ke kiri dan tatapanya bertemu dengan wajah mengantuk Kirito di depannya.

"Se-Selamat sore, Kirito-san. Erm, li ... lima menit lebih sebelumnya atau sekitar itulah, Kurasa."

"Woah, kamu seharusnya membangunkanku."

Bangun dengan ekspresi bingung, Kirito nampaknya baru menyadari Pina di atasnya. Dengan senyum lembut, ia membelai pelan daerah dekat pangkal leher Pina dengan ujung jarinya. Naga kecil itu berguling sementara masih tertidur, menunjukkan perutnya yang warnanya sedikit lebih pucat dari punggungnya dan mengguncang ekornya untuk meminta belaian lagi.

Silica bertukar pandang dengan Kirito sebelum mereka berdua tertawa lembut.

Setelah tawanya usai, kata-kata mengalir dari sela-sela bibirnya, seolah-olah itu hal yang wajar saja.

"... Sebelumnya, aku bertengkar dengan orang tuaku."

Kirito mengangkat alisnya sedikit sebelum dengan tenang bertanya.

"Meskipun itu di malam tahun baru? Atau mungkin karena malam tahun baru?"

"Karena itu Malam Tahun Baru ... kuyakin. Sebenarnya, aku harus pergi ke tempat kakekku di Yamanashi hari ini, tapi ketika kami akan pergi, aku mendahului berkata bahwa aku tidak ingin pergi .. ah,. i-itu sepertinya, kupikir bahwa area berburu yang populer di ALO mungkin kosong pada malam tahun baru, aku tidak jadi pergi untuk alasan seperti itu. "

"Haha, kamu akan kecewa jika itu adalah alasanmu yang sebenarnya. Tampaknya ada banyak player dengan pemikiran yang sama, sehingga kenyataannya area itu tak lebih sepi dari biasanya.."

"... Jadi kamu sudah memeriksanya, ya. Atau lebih tepatnya, Kirito-san, itu alasan kamu berada di sini...?"

Silica menatapnya untuk sesaat dan Spriggan itu menggelengkan kepalanya dengan ekspresi terganggu.

"I-Itu tidak benar. Aku hanya ingin menguji ketajaman «Excaliber» yang aku dapatkan baru-baru ini, atau mungkin menunjukkan itu pada Eugene, jadi itu pastinya tidak———"

"Aku tidak bertanya tentang itu semua, ya ampun."

"A-Aku tahu. Tunggu,. Bukan begitu, kita sedang membicarakan tentang kunjungan rumahmu, Silica."

Kirito dengan santai berdeham, kembali ke ekspresi serius dan menatap lurus pada Silica.

Avatarnya adalah satu-satunya di antara teman-temannya dari periode SAO lama yang memiliki wajah dan figur yang berbeda. Namun, mata hitam legam yang cukup dalam untuk menghisapmu masihlah sama. Ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dan mereka terus saling memandang, sebelum Kirito akhirnya berbicara dengan berbisik.

"... kamu tidak ingin ... bertemu dengan seseorang?"

"Itu benar."

Dia mengangguk pada pikiran terdalamnya, tersembunyi bahkan dari orang tuanya, ketahuan tanpa tanda-tanda akan membuat sebuah keterkejutan.

"Ini bukan hanya satu orang, tapi beberapa. Aku tidak ingin bertemu sepupu laki-lakiku.... aku kembali untuk Festival Bon waktu itu, saat itulah aku bertemu mereka untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, tapi ... malam itu, ketika kita semua anak-anak ditinggalkan sendirian, semua orang ingin mendengar tentang hal itu ... "

"Tentang apa yang terjadi di SAO, ya ..."

"Ya .... aku mengerti mereka tidak memiliki niatan buruk. Jika posisi kami bertukar, aku mungkin bertanya tentang ini dan itu juga ... Tapi. Aku tidak mau. Aku benar-benar tidak ingin membicarakan hal-hal tentang dunia itu. "

"Itu karena ... kenangan-kenangan itu mengerikan? Atau mungkin ..."

Ia memotong kata-katanya, dan Silica kembali menatap wajahnya, kali ini dengan sedikit keterkejutan.

"Kirito-san, ada kalanya kamu sangat bodoh, dan ada kalanya kamu sangat peka, ya."

"Su-Sungguh?"

"Benar .... Seperti yang kamu duga, alasan mengapa aku tidak ingin membicarakan hal itu karena kenangan-kenangan itu benar-benar penting bagiku. Tapi aku tidak ingin orangtuaku tahu apa yang aku pikirkan ... jadi aku bilang pada sepupuku tentang bagaimana menakutkan dunia itu dan betapa senangnya aku ketika aku terbebas darinya, itu semua yang aku bilang. Tetapi ketik aaku terus menerus berbicara, kelihatannya aku menodai sesuatu yang berharga untukku... Jadi,. pada waktu itu, aku memutuskan bahwa aku tidak akan bicara tentang SAO lagi. Tapi kalau aku pergi ke kediaman kakekku, Aku pasti akan bertemu dengan mereka lagi, jadi. ... A. .aku.. "

Ketika Silica tak berbicara lagi, bibirnya gemetar, Kirito mengambil tindakan dengan mengulurkan tangan kanannya untuk menggantikan kata-katanya. Poof, ia meletakkan telapak tangannya ke kepala Silica, dengan lembut mengelus pangkal telinga kucingnya mirip dengan bagaimana ia lakukan sebelumnya pada Pina.

Telinga segitiga dan ekor panjang ciri khas bagi ras Sith Cait mampu merasakan sesuatu melalui semacam mekanisme. Terutama ekor yang menghasilkan suatu stimulus sentakan yang mengalir menuruni tulang belakang sampai ujungnya, sebuah «rasa keanehan» ketika itu dicengkeram kuat-kuat, tetapi di sisi lain, membelai telinga pastinya tidak membawa perasaan yang tidak menyenangkan.

Tampaknya ketegangannya mereda sedikit demi sedikit sambil membenamkan dirinya dalam perasaan senang yang aneh yang tidak ditemukannya di dunia nyata. Dihadapkan dengan Silica yang melonggarkan kekakuan di bahunya dengan mata setengah tertutup, Kirito bertanya tentang suatu hal yang tak terduga.

"Silica, kamu berumur dua belas tahun ketika SAO dimulai, kan?"

"... Ya, itu benar. aku ada di semester kedua kelas enam di sekolah dasar.."

"Begitu ya. Apakah NerveGear milikmu?. Atau mungkin, ayahmu ...?"

"Itu milikku. Bisa dibilang, tidak seperti aku membelinya sendiri atau orang tuaku membelikannya untukku,.. Aku mendapatkannya sebagai hadiah dari majalah. Satu paket dengan software untuk SAO. Ini adalah pertama dan terakhir kalinya aku memenangkan sesuatu yang mahal. "

"Oh! Itu pasti keberuntungan yang luar biasa ... bahkan mungkin lebih beruntung dari aku ketika aku terpilih untuk beta test Ah,. Tidak, aku tidak yakin apakah kamu bisa menyebut itu sebuah keberuntungan, sih ..."

Silica tanpa sengaja tertawa terkikik pada kata-kata yang ia ditambahkan.

"Kalau bisa bilang itu sebuah ketidak beruntungan, itu mungkin menjadi hukuman karena berbohong tentang usiaku ketika aku bermain .... Setidaknya, itulah yang aku sering pikir tepat setelah aku terperangkap di SAO. Akan lebih menyenangkan jika aku tidak memenangkan NerveGear, akan lebih baik jika itu adalah software yang lainnya, seperti itulah ... "

"Aku mengerti ... ———Tapi jika itu yang terjadi, kamu itu hebat, mampu meninggalkan Kota Permulaan. Dan juga hampir semua anak-anak seusiamu hidup bersama-sama tanpa meninggalkan kota.."


"Tidak, benar juga sih ... yang menjadi alasan mengapa aku meninggalkan kota. Setelah semua yang terjadi, sementara aku mengutuk nasibku di sebuah penginapan di sana, di Kota Permulaan, memenangkan NerveGear bisa menjadi kemalangan terburuk di hidupku... jadi aku membuat keputusan untuk benar-benar menemukan sesuatu yang akan membuatku senang telah datang ke dunia ini, dan itulah mengapa aku meninggalkan kota itu jauh lebih lambat dibandingkan Kirito-san dan Asuna-san sekalipun.. "

Setelah mendengar itu, Kirito kembali menatap ke dirinya sendiri sambil mengelus telinga kucing Silica. Di atas kemeja hitamnya, naga kecil biru muda itu tertidur lelap dengan wajah yang menghadap ke atas seperti biasa.

"... Aku senang kau menemukannya."

Ia bergumam, dan Silica mengangguk dengan senyum di wajahnya.

"Ya. Pertemuan dengan Pina adalah ... bukan itu saja. Bertemu Kirito-san, Asuna-san, Liz-san dan yang lainnya, juga berteman dengan kalian semua... Itulah sebabnya, bagiku... kenangan dari dunia itu tak tergantikan. "

Topik berputar kembali ke awal, tapi ia tetap tenang. Tenggelam dalam sensasi anggota badan virtualnya yang dibelai, Silica perlahan merenungkan persoalan yang ia hadapi dan membuka mulutnya.

"Bisa dibilang, itu tidak seperti aku tidak ingin kembali ke dunia nyata. Ini semua berkat Kirito-san dan yang lainnya yang mencoba melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan SAO sehingga aku bisa hidup dalam damai seperti sekarang ini,. Dan aku benar-benar senang tentang hal itu. Tapi ... entah kenapa ... Aku merasa seperti ada sesuatu yang berbeda. Sesuatu di dunia nyata ... rasanya sedikit ... berbeda. Sepupuku yang ingin mendengar tentang SAO juga .... Papa dan Mama yang selalu menatapku dengan tatapan khawatir ... bahkan kucingku, Pina, entah kenapa berbeda ... dari masa lalu ... "

Setelah mengungkapkan semua itu, Silica menyadari apa yang menyebabkan rasa ketidaknyamanan terbesarnya untuk pertama kalinya. Dan itu adalah dirinya sendiri. Orang yang sudah berusia lima belas di tahun ini, Ayano Keiko dari dunia nyata. Dibandingkan dengan avatar yang didapatnya secara harfiah dari era SAO, tubuhnya yang sebenarnya telah tumbuh meski sedikit dan bentuk tubuhnya telah berubah.

Aku mengerti, pikirnya. Ini hal yang alami untuk merasakan ada sesuatu yang berbeda. Setelah semua yang terjadi, aku takut berbagai perubahan di dalam hatiku. Takut waktu di dunia nyata yang terus mengalir dengan cepat. Takut pada hal-hal yang belum terjadi.

"... Aku ... takut, pada sesuatu yang berubah, sesuatu yang menghilang .... suatu hari nanti, saat tibanya waktu dimana ketika aku tidak dapat bertemu Kirito-san, serta yang lainnya, atau Pina di dunia ini lagi ... Jika itu terjadi, aku lebih baik, sekali lagi ...... "

Terjebak di sini. Selamanya. Berharap agar waktu berhenti.

Tapi keinginan itu bukanlah sesuatu yang bisa ia keluarkan dari mulutnya. Pendekar pedang berambut hitam itu tercermin dalam matanya menyelesaikan SAO mempertaruhkan hidupnya dan membebaskan lebih dari enam ribu player, termasuk Silica. Tidak mungkin ia bisa mengatakan bahwa ia ingin menjadi tawanan dari dunia Virtual di hadapannya lagi.

Silica mengalihkan pandangannya ke bawah dan menggigit bibirnya agak keras.

Jari-jari yang mengusap telinganya mendadak berhenti. Tangannya tidak meninggalkannya melainkan, menyelimuti telinga kanannya dengan telapak tangannya dengan nyaman. Inti dari pikirannya terasa seolah-olah mati rasa dan Silica mengendurkan ketegangan di seluruh tubuhnya sekali lagi menanggapi itu, ia mendengar suaranya.

"... Aku senang aku bisa bertemu denganmu di sini dan sekarang ini, Silica. Lain kali juga, dan waktu setelah itu juga; Itu yang akan kupercayai. Itulah mengapa ... terima kasih, Silica. Untuk tetap hidup sampai saat itu kita bertemu di «Forest of Wandering», dua tahun lalu..."

"Eh ......"

Saat ia melirik ke atas pada kata-kata Kirito yang tak terduga, wajah Kirito yang tersenyum tepat di depannya.

Makna dibalik rasa syukur itu perlahan lahan merasuk ke dalam dirinya

Meskipun ia tidak benar-benar mencoba untuk berpikir tentang hal itu, Kirito juga harusnya menderita dari kesulitan dan cobaan yang dialaminya sendiri di hari-hari ini. Mungkin ia mengingat memori pada saat-saat suramnya juga. Dari gadis itu, yang ia temui dan ia selamatkan, jauh di dalam hutan yang tertelan kegelapan malam. Bahwa gadis itu masih hidup, hidup damai di dunia nyata.

Sang waktu masih mengalir untuknya, detik demi detik.

Silica mengangkat kedua tangannya, mengambil tangan kanan Kirito yang menutupi telinga segitiganya dan membawanya ke hadapan wajahnya.

Corak gelap kulitnya, karakteristik untuk Spriggans, memang berbeda dari Kirito dari era SAO. Namun, kehangatannya tetaplah sama. Tangan yang menutupi bahu Silica saat ia menangis di akhir petualangan pada hari itu persis samanya.

Dalam kenyataannya, banyak hal akan berubah, bahkan di dunia Virtual. Berpikir tentang hal itu, itu karena ia meninggalkan Kota Perubahan, menuntut perubahan, Silica yang bisa bertemu Pina, dan lalu, Kirito. Namun, tentu ada hal-hal yang tidak berubah di sana. Hal-hal yang penting pasti tidak akan meninggalkannya.

Itu mungkin juga berlaku untuk dunia nyata. Cara sepupu laki-lakinya dan orang tua memperlakukan Silica yang berbeda dari sebelumnya. Namun, perasaan mereka ... perasaan mereka untuk Silica tetaplah tidak berubah. Dan dengan demikian, ada suatu hal yang tidak akan berubah dalam diri Ayano Keiko, dengan waktu yang mengalir melaluinya suatu hari pada suatu waktu.

Dengan tangan kanan Kirito yang menyelimuti kedua telapak tangannya, Silica mengambil napas panjang dan dalam. Ia membawanya mendekat kearah pandangannya dan kemudian bertanya pada Spriggan yang terlihat agak malu.

"Kirito-san, kamu bebas hari ini?"

"Ku-Kurang lebih ... Aku cukup bebas untuk tidur siang di tempat seperti ini, lagipula Ayah akan datang kembali dari Amerika pada larut malam,. Tapi aku seharusnya bebas sampai saat itu ..."

"Kalau begitu ayo kencan Malam Tahun Baru denganku."

Itu adalah kata-kata yang biasanya takkan pernah berhasil dikatakannya, bahkan jika ia mencoba dengan segala kekuatannya, tapi mungkin karena didukung oleh pikiran "Aku bukan anak kecil lagi", kata-kata itu keluar tanpa kesulitan apapun. Setelah mendengar itu, Kirito membiarkan pandangannya melayang sejenak, tapi segera mengangguk sambil tersenyum.

"Tentu, jika seseorang sepertiku cocok melakukannya. Well,. Akankah kita pergi ke kota utama dari lantai dua puluh lima? Atau dunia yang lebih rendah? Itu harusnya tepat di sekitar wilayah Undine saat ini ..."

"Tidak, mari kita ke Ikebukuro, satu jam dari sekarang!"

"Baiklah, jadi ke Ikebuku ... eh, eeh! Di dunia nyata!??"

"Aku tidak akan membiarkanmu untuk menarik kata-katamu kembali sekarang."

Silica dengan erat mencengkeram tangan Kirito sebelum melepaskannya dan berbicara sambil menyeringai.

"Aku akan pergi ke Yamanashi dengan kereta api setelah itu. Papa dan yang lain pasti khawatir."

Menghadapi itu, Kirito berkedip berkali-kali sebelum ia mengangguk sambil tersenyum.

"Baiklah. Aku akan mengantarmu sampai stasiun Shinjuku setelah itu.."

"Ah, kamu pikir itu sudah cukup, ya kan! Itu hanya empat pemberhentian di Jalur Yamanote, kan!"

"Ini cuma satu kali berhenti jika kamu pergi dengan kereta melalui Jalur Saikyou."

"Kamu mengerikan! Kamu tidak bisa menyebut itu kencan!!"

Mungkin karena keributan yang intensif dari percakapan mereka, Pina terbangun di atas Kirito dan menguap lebar. Gelembung warna-warni melesat keluar dari mulutnya dan beterbangan melalui jendela selatan, terbang jauh, jauh menuju langit yang cemerlang berpendar di bawah sinar matahari.


Catatan Pengarang dan Referensi[edit]

  1. Wajah innocence anak laki-laki, manis, imut, dsb.
  2. fungsi yang dipakai untuk log out dari game ALO ini secara otomatis jika tertidur di dalam game dengan waktu yang sudah ditentukan.