Difference between revisions of "Sword Art Online Bahasa Indonesia:Jilid 3 Bab 4"

From Baka-Tsuki
Jump to navigation Jump to search
(Created page with "==Bab 4== <noinclude>__NOTOC__</noinclude> Menyaksikan Kirito bertarung, Lyfa dibuat setengah terpana dan setengah kagum. Mereka berada di langit sepanjang wilayah Hutan kuno ...")
 
(progress mencapai 50%, syukur deh.......)
Line 311: Line 311:
   
 
Sambil mengobrol dengan santai, mereka terus bergerak lebih jauh ke dalam banyak belokan dan kelokan di dalam gua. Tak lama kemudian, mereka tak bisa melihat cahaya putih dari pintu masuk lagi.
 
Sambil mengobrol dengan santai, mereka terus bergerak lebih jauh ke dalam banyak belokan dan kelokan di dalam gua. Tak lama kemudian, mereka tak bisa melihat cahaya putih dari pintu masuk lagi.
  +
  +
  +
“Kupikir itu adalah ‘ARLU-DENA-RERE.....’”
  +
  +
Kirito menatap referensi manual ungu berkilauan dan mencoba membisikkan kalimat mantra yang tak familiar.
  +
  +
“Tidak, tidak, membacanya seperti itu tak akan mengaktifkan mantra. Mantra itu bukan hanya pelafalan mekanik, kamu harus memahami tiap tiap «Kekuatan kata» dan mengasosasikannya dengan efek sihir sembari mengingatnya.”
  +
  +
Mendengar pernyataan ini, si pendekar pedang hitam menghela nafas panjang dan menjatuhkan kepalanya.
  +
  +
“Aku tak menyangka akan mempelajari kata kata yang kelihatan seperti bahasa Inggris dalam Game.”
  +
  +
“Akan kuperingatkan kamu, mantra level tinggi setidaknya memiliki dua puluh kata.”
  +
  +
“Aw ayolah, aku lebih suka jadi petarung murni......”
  +
  +
“Sia sia saja menangis! Ayo cepat mulai dari awal lagi!”
  +
  +
Sekitar dua jam mereka berjalan setelah memasuki gua, mereka bertarung dengan orcs lebih dari sepuluh kali dan menang tanpa masalah. Berkat peta yang dibeli di Sylvain, mereka berjalan mengikuti jalan lurus dan bepergian dengan cepat. Menurut peta, seharusnya terdapat danau besar bawah tanah di depan sana, melintasi jembatan di atasnya akan menuntun ke arah kota tambang, Ruger.
  +
  +
Ruger tidak sebesar ibukota bawah tanah Gnome, namun ia memiliki fasilitas yang menghasilkan bijih berkualitas tinggi dan banyak pemain tipe pebisnis serta pandai besi tinggal disana. Mereka tak menemui pemain lain sepanjang jalan. Gua ini bukan tempat perburuan yang bagus. Gua ini cukup besar, namun seperti ketiadaan cahaya matahari atau cahaya bulan, sumber ketahanan penerbangan juga tak mencapai area ini, sehingga sayap mereka tak bisa digunakan.
  +
  +
Pemain Sylph yang ingin menuju ke Aarun untuk berdagang dan piknik biasanya mengambil rute yang lebih jauh dari bagian utara Sylvian, melintasi wilayah Cait Sith di dekat pegunungan. Hidup disana terdapat ras Cait Sith dengan telinga dan ekor kucing mereka. Mereka bisa memakai skill «Taming» dengan memberi makan monster atau binatang, dan selalu menyediakan hewan tunggangan yang sudah dijinakkan ke ibukota Sylph demi menjalin persahabatan, jadi kedua ras itu sudah lama sangat akur. Hubungan diantara Raja dari kedua ras juga sangat bagus, bahkan dikatakan kalau tak lama lagi mereka akan membentuk aliansi.
  +
  +
Karena Lyfa memiliki sejumlah teman Cait Sith, dia berniat untuk memilih rute melalui lintasan utara, namun melewati pegunungan karena Kirito kelihatan buru buru. Jujur saja, masuk ke bagian dalam tanah membuat Lyfa tak nyaman, namun dalam situasi saat ini bergerak sepanjang pegunungan sepertinya tak membawa masalah berarti.
  +
  +
Yang jelas, alasan kenapa Kirito begitu buru buru menuju ke Aarun, dan World Tree, masih misteri bagi Lyfa. Sikap Kirito membuat Lyfa bertanya tanya dengan ketidakpastian di hatinya, namun postur bertarungnya sepertinya sangat cemas.
  +
  +
Ia ingat Kirito menyebutkan kalau ia tengah mencari seseorang. Orang orang yang hilang kontak di dunia nyata dan datang mencari di Game tidaklah aneh. Di papan buletin di depan toko grosir, di sudut pertanyaan, kata ‘mencari seseorang’ tidak ada habisnya. Biasanya itu dilakukan demi balas dendam atau karena ketertarikan cinta, namun tak ada yang pas untuk Kirito. Dan, mencari di Aarun cukup bisa dipahami, tapi kenapa World Tree? Saat ini tempat itu seperti area tak terjamah, biarpun bisa mencapai bagian bawahnya, menuju ke puncak pohon itu nyaris mustahil.
  +
  +
Lyfa berjalan di samping Kirito yang terus berlatih keras dengan kalimat mantra, dan terus berpikir sendiri. Biasanya tak memperhatikan di zona netral sama halnya bunuh diri, namun dalam perjalanan ini karena indera menakutkan Yui, ia akan memperingatkan mereka adanya monster yang mendekat sehingga tak perlu khawatir akan ada serbuan.
  +
  +
Kemudian, setelah beberapa menit, mereka hampir mencapai danau bawah tanah saat Lyfa mendengar suara, itu bukan peringatan Yui, namun lebih seperti suara dering telepon.
  +
  +
Lyfa mengangkat tangannya, menoleh pada Kirito, dan berkata:
  +
  +
“Ah, aku mendapat pesan. Maaf, tolong tunggu sebentar.”
  +
  +
“Oke.”
  +
  +
Lyfa berhenti, di bagian depan tubuhnya di bawah dadanya, ia menekan icon yang ditampilkan. Sebuah jendela muncul dan menunjukkan Pesan Teman. Daftar Teman Lyfa hanya ada satu orang, Recon, ia sudah bisa menebak, jadi bahkan sebelum membaca dia sudah tahu siapa pengirimnya. Itu mungkin isi yang tidak perlu, pikir Lyfa sambil melirik pesan itu, namun—
  +
  +
‘Seperti yang kuduga! Hati hati, S’
  +
  +
Itulah satu satunya hal yang ditulis.
  +
  +
“Apa apaan ini?”
  +
  +
Ujarnya tanpa berpikir. Sama sekali tak masuk akal. Apa yang dia duga? Hati hati dengan apa? Dan apa maksud ‘S’ di bagian akhir? Biarpun Recon mengiriminya pesan, bukankah harus dengan ‘R’, apa ada semacam makna tersembunyi dibaliknya?
  +
  +
“Esu...sa....shi....su......hmmm.”
  +
  +
“Ada apa?”
  +
  +
Lyfa menjelaskannya pada Kirito yang bingung. Kemudian, Yui memunculkan kepalanya dari dalam saku dan berkata:
  +
  +
“Papa, aku mendeteksi respon dari jarak dekat.”
  +
  +
“Monster?”
  +
  +
Tangan Kirito menyentuh gagang pedangnya, namun Yui menggeleng kepalanya.
  +
  +
“Bukan—ada pemain, jumlahnya dua belas.”
  +
  +
“Dua belas?”
  +
  +
Lyfa dibuat diam membisu. Bagi kelompok pemain yang membentuk party bertarung, itu terlalu banyak. Mungkin itu adalah kelompok Sylph yang bergerak dari Sylvian ke Ruger, atau bahkan ke Aarun sebagai karavan dagang.
  +
  +
Memang, sekali dalam sebulan biasanya ada party beranggotakan besar yang berkumpul di ibukota Sylph untuk bepergian dari dan ke area sentral. Biasanya beberapa hari sebelum hari keberangkatan mereka akan memberitahu semua pemain untuk merekrut peserta, namun di pagi ini saat dia melihat papan buletin tak ada apapun yang menulis tentang hal itu.
  +
  +
Berarti itu adalah kelompok tak dikenal, kalau mereka Sylph maka tak akan berbahaya, namun kesempatan kalau mereka adalah kelompok PK dari ras berbeda itu sulit untuk dibayangkan. Lyfa mendapat firasat buruk tentang hal itu, dan menoleh pada Kirito.
  +
  +
“Aku merasakan firasat buruk. Kita harus bersembunyi dan biarkan mereka lewat.”
  +
  +
“Tapi bersembunyi dimana?”
  +
  +
Kirito kebingungan dan melihat ke sekelilingnya. Mereka berada di tengah jalan lebar, tanpa cabang apapun untuk bersembunyi.
  +
  +
“Itu, serahkan padaku.”
  +
  +
Lyfa memegang pergelangan tangan Kirito dan bersembunyi di area berlubang terdekat. Menekan rasa malu oleh kontak fisik yang terlalu dekat, Lyfa mengangkat tangan kirinya untuk pelafalan mantra.
  +
  +
Kemudian cahaya hijau memancar dari kaki ke atas, menyelimuti kedua tubuh. Pandangan mereka sedikit berwarna hijau, namun dari luar mereka akan sama sekali tersembunyi. Lyfa menatap Kirito di sampingnya dan berbisik:
  +
  +
“Bicaralah dengan tenang, kalau kita terlalu berisik maka sihir ini takkan berfungsi.”
  +
  +
“Aku paham. Sihir ini benar benar berguna.”
  +
  +
Kirito mengawasi area mereka bersembunyi, dan terus menerus memindai area. Yui memunculkan kepalanya dan berujar dengan nada rendah:
  +
  +
“Dalam sekitar dua menit kalian akan bisa menemui mereka.”
  +
  +
Mereka berdua membuat diri mereka lebih kecil dan bergerak mendekat ke dinding gua. Setelah detik detik menegangkan, Lyfa mendengar suara langkah kaki mendekat. Bercampur dengan suara armor berat yang berdentingan, yang membuatnya penasaran dan melihat.
  +
  +
Kirito menjulurkan lehernya, menatap ke arah kelompok tak dikenal.
  +
  +
“Apa itu?”
  +
  +
“Apa? Aku tak melihat siapa siapa.”
  +
  +
“Aku tak melihat pemain, tapi mungkin monster? Ada Kelelawar merah kecil.”
  +
  +
“!?”
  +
  +
Lyfa menahan nafasnya sambil melihat ke depan. Di kegelapan di dalam gua, terdapat benda merah beterbangan ke arah mereka. Ini adalah—
  +
  +
“Sial!”
  +
  +
Lyfa tanpa sadar mengutuk keras keras, dan melompat dari tempat persembunyian ke tanah di tengah tengah jalan. Sihir Persembunyian terlepas di saat yang sama dan Kirito juga berdiri dengan kebingungan.
  +
  +
“Hei, hei, apa yang terjadi?”
  +
  +
“Itu sihir Pelacak Jejak Level tinggi! Kita harus menghancurkannya dengan cepat!”
  +
  +
Sambil berteriak keras, Lyfa merentangkan tangannya dan mulai merapal mantra. Setelah mantra yang cukup panjang, ujung jarinya melepaskan sejumlah jarum emerald berkilauan. Viii, bersuara di udara seiring jarum jarum itu menyerbu ke arah targetnya.
  +
  +
Kelelawar yang beterbangan di udara dengan perlahan mencoba menghindari serangan, namun karena ada begitu banyak jarum, ia tertusuk oleh banyak jarum. Ia jatuh ke tanah, terselimuti api merah, dan lenyap. Mengkonfirmasi serangannya, Lyfa menoleh ke arah Kirito dan berteriak:
  +
  +
“Lekas berlari ke arah kota, Kirito-kun!”
  +
  +
“Oh, tak lagi bersembunyi?”
  +
  +
“Musuh akan segera tahu kalau pelacak mereka dihancurkan. Mereka mungkin akan mengirim banyak pelacak, jadi hampir mustahil untuk bersembunyi. Pet sihir itu memiliki banyak properti. Ini artinya party yang mendekat adalah.......”
  +
  +
“Salamander!”
  +
  +
Kirito mengernyit setelah menunjukkan pengetahuannya. Sembari mereka berbicara, suara berderak derak bercampur langkah kaki semakin mendekat. Lyfa berbalik dan melihat cahaya merah dari kejauhan.
  +
  +
“Ayo pergi!”
  +
  +
Mengangguk, keduanya mulai berlari.
  +
  +
Sembari mengecek peta saat berlari, jalan lurus ini akan segera berakhir, dan di depan akan terdapat danau bawah tanah raksasa. Cara untuk melintasi danau adalah melalui jembatan, dan di seberang merupakan pintu masuk ke kota pertambangan, Ruger. Itu adalah kota netral sehingga serangan tak diperbolehkan di dalamnya, tak peduli berapa banyak orang yang mereka miliki, mereka takkan bisa melakukan apa apa.
  +
  +
Namun kenapa ada kelompok besar Salamander disini?
  +
  +
Lyfa menggigit bibirnya. Memakai Pelacak artinya sejak awal bermaksud memburu kita. Setelah meninggalkan Sylvian, karena kekuatan pencari dari Yui, seharusnya mereka tak mungkin punya kesempatan untuk memasang sihir itu. Satu satunya kemungkinan adalah mereka memakai sihir itu selagi kita berada di jalanan Sylvian.
  +
  +
Jumlah Sylph yang bisa menggunakan sihir api itu bukan nol. Tiap tiap ras memiliki bakat atribut sihir tersendiri, angin untuk Sylph, tanah untuk Gnome, dll. Dan atribut mantra yang lain bisa dipelajari melalui latihan keras dan peningkatan skill.
  +
  +
Namun, kelelawar merah yang mereka bunuh bisa mengikuti dan melacak target, dan mencari target yang bersembunyi, adalah sihir level sangat tinggi yang memerlukan skill sihir api yang hampir mustahil untuk diperoleh ras lain selain Salamander. Dengan kata lain—
  +
  +
‘Ada Salamander di Sylvain?’
  +
  +
Lyfa memikirkan itu selagi berlari. Kalau ini benar, tak mudah melakukannya. Meski Sylvian terbuka bagi pengembara dari ras lain, namun karena hubungan sengit dengan Salamander, bea masuk mereka sangat ketat dan dibatasi. Kalau Penjaga NPC yang kuat menemukan Salamander, mereka akan segera menyerang. Melewati semua itu tidaklah mudah.
  +
  +
“Oh, danau!”
  +
  +
Berlari ke kanan di depannya, suara Kirito menginterupsi pikiran Lyfa. Lyfa mengangkat kepalanya dan melihat jalan pegunungan berbatu berubah menjadi jalan batu yang rata di depan sana, ruang menjadi lebih terbuka, dan air hijau gelap danau bersinar dengan cahaya pucat.
  +
  +
Jembatan batu membentang di tengah tengah danau, di seberangnya terdapat gerbang besar yang mencapai atap. Itu adalah kota tambang, pintu Ruger. Sekali melewati pintu itu, kamilah yang menang dalam permainan petak umpet ini.
  +
  +
Ini memberi sedikit ketenangan pikiran bagi Lyfa dan ia melirik dari bahunya. Dari belakang cahaya merah masih ada sejumlah jarak. Karena sudah begini – keduanya berlari pada kecepatan tinggi menuju lintasan batu.
  +
  +
Saat mereka melalui jembatan, temperatur di sekitar mulai jatuh drastis. Mereka menembus udara beraroma air, dan mempercepat lari di atas jembatan.
  +
  +
“Sepertinya kita lolos.”
  +
  +
“Jangan cepat lengah. Ada monster raksasa di dalam air.”
  +
  +
Selagi berbicara dengan Kirito, mereka sampai di tengah jembatan yang merupakan area observasi bundar, dan pada saat itu.
  +
  +
Melewati kepala mereka dalam kegelapan, dari belakang muncul dua titik cahaya berkecepatan tinggi. Itu adalah efek cahaya dan suara yang menunjukkan kalau itu serangan sihir. Itu pasti dari Salamander yang mengejar mereka, namun akurasinya sangat buruk.
  +
  +
Karena itu akan mengenai di depan mereka, mereka hanya perlu melambat. Setelah melambat, cahaya mendarat sekitar sepuluh meter di depan.
  +
  +
Ia meledak seperti yang diduga, Lyfa mengangkat tangannya untuk menutup wajahnya, namun yang terjadi berikutnya sama sekali tak diduga. Humming! Dinding batu besar naik dari jembatan dan memblokir seluruh jalan. Lyfa merengut oleh masalah tak terduga dan bersumpah;
  +
  +
“Ini gawat......”
  +
  +
“Apa?”
  +
  +
Mata Kirito melebar, namun terus berlari maju dan mencabut pedangnya untuk menebas dinding.
  +
  +
“Ah, Kirito-kun!”
  +
  +
‘Sia sia saja’ tak punya waktu untuk keluar dari mulutnya. Pedang Kirito mengenai dinding batu, GOUN! Suara keras datang dari serangan itu dan kekuatan pantulannya membuat Kirito jatuh terduduk di atas jembatan. Dinding batu cokelat itu tak menampakkan goresan sama sekali.
  +
  +
“.....Ternyata percuma.”
  +
  +
Lyfa terbang ke sisi Kirito dan berhenti, sambil mengatakan itu. si pemuda Spriggan berdiri dengan tatapan mencela.
  +
  +
“Seharusnya kamu katakan itu sejak tadi.”
  +
  +
“Kamu terlalu ceroboh. Ini perisai sihir tanah, serangan fisik takkan bisa merusaknya. Hanya sihir dalam jumlah besar yang bisa menghancurkannya........”
  +
  +
“Kita tak punya waktu untuk itu.......”
  +
  +
Mereka berbalik bersamaan, kelompok yang mengenakan armor, bersinar dengan warna darah, tengah mendekat di depan jembatan.
  +
  +
“Terbang mengitarinya......takkan mungkin. Bagaimana kalau menyelam ke dalam danau?”
  +
  +
Lyfa menggeleng kepalanya oleh saran Kirito.
  +
  +
“Tidak bisa. Sudah kukatakan tadi, sepertinya ada monster Naga air berlevel sangat tinggi tinggal di dalam danau. Tanpa bantuan Undine, bertarung di dalam air sama saja bunuh diri.”
  +
  +
“Jadi, tak ada pilihan selain bertarung kan?”
  +
  +
Menoleh pada Kirito yang memegang pedangnya dalam postur anggun, Lyfa menggigit bibirnya dan mengangguk.
  +
  +
“Kita tak punya pilihan.......tapi ini mungkin buruk......sampai Salamander memakai sihir elemen tanah sekuat itu, pasti ada Mage handal dalam kelompok itu.”
  +
  +
Jembatan itu tidak lebar, jadi kondisi terburuk mengalami pengepungan bisa dihindari. Bahkan dengan ini, dua belas lawan dua sama sekali tidak adil, dan penerbangan tidak dimungkinkan di dalam dungeon ini. Keahlian Lyfa dalam pertarungan udara tak bisa dipakai disini.
  +
  +
Itu semua bergantung pada keefektifan bertarung musuh.
  +
  +
.....Tapi kita tak boleh terlalu mengharapkan itu.
  +
  +
Menggumamkan itu dalam hatinya, Lyfa berdiri di samping Kirito dan mencabut katananya. Dengan suara logam berat, musuh yang mendekat mulai terlihat jelas. Di depan terdapat tiga Salamander besar, berdandan dalam armor yang lebih berat dari Salamander yang dia lawan kemarin, tangan kiri memegang tongkat besar atau senjata satu tangan lain, dan tangan kanan dilengkapi perisai logam yang besar.
  +
  +
Melihat ini, Lyfa untuk sesaat hampir kehabisan akal. Didalam ALO tangan yang dominan sama dengan di dunia nyata, jadi pemain bertangan kidal pasti sangat sedikit.
  +
  +
Sebelum Lyfa bisa menyuarakan keraguan itu, Kirito menatapnya dan berkata:
  +
  +
“Tolong jangan salah paham, tapi bisakah kamu menjadi supportku?”
  +
  +
“Eh?”
  +
  +
“Kuharap kamu bisa menyembuhkanku dari belakang. Maka aku bisa bertarung tanpa mempedulikan tubuhku.”
  +
  +
Lyfa menatap pedang bermata dua Kirito. Memang di jembatan sempit ini, tembakan teman akan dimungkinkan dan menghindarinya akan sulit. Menyembuhkan bukan keahliannya, namun Lyfa menganggukkan kepalanya dan mundur tepat di depan dinding batu. Tak ada waktu untuk berdebat.
  +
  +
Kirito membungkuk dan menarik pedangnya dari belakang. Ia mengirim gelombang tekanan ke arah tiga Salamander. Tubuh Kirito tidak besar, jadi dia nyaris tak membuat suara saat bergerak. Matanya bersinar oleh akumulasi energi. Jarak diantara kedua sisi semakin mengecil seiring Lyfa melihatnya—
  +
  +
“—Ha!”
  +
  +
Dalam satu tarikan nafas, kaki kiri Kirito melangkah ke depan, cahaya efek spesial biru muncul seiring ia mengayunkan pedangnya secara horizontal ke arah tentara besar merah. Dengan suara keras udara yang terpotong, jembatan berguncang; itu adalah ayunan pedang terkuat yang Lyfa pernah lihat, namun—
  +
  +
“Eh!?”
  +
  +
Mata Lyfa terbuka lebar karena terkejut. Ketiga Salamander menarik mundur senjata mereka, dan mengarahkan perisai mereka ke depan, menyembunyikan tubuh mereka dibalik dinding perisai.
  +
  +
GANG! Disertai suara keras, pedang Kirito menghantam dinding perisai dalam sekali ayunan dan menyisakan goresan horizontal. Udara berguncang dan gelombang besar menyebar sepanjang danau. Namun para petarung berat itu hanya terdorong mundur, sembari memblokir serangan Kirito.
  +
  +
Lyfa buru buru mengamati HP mereka. Mungkin lebih dari sepuluh persen berkurang, namun itu hanya untuk sesaat, karena tak lama kemudian lafal mantra terdengar dari belakang mereka, dan cahaya biru pucat menutupi ketiga penjaga depan. Itu adalah sihir pemulihan, karena HP mereka pulih dalam sekejap. Kemudian, dari belakang.....
  +
  +
Dari belakang dinding perisai baja yang kuat, banyak bola api merah jingga kemerahan ditembakkan, mengikuti jalur parabol sepanjang udara, dan meledak di posisi Kirito.
  +
  +
Ledakan itu cukup kuat hingga membuat permukaan danau memantulkan pria berbaju hitam yang terselimuti warna merah.
  +
  +
“Kirito-kun!”
  +
  +
Lyfa berteriak dengan keras, hampir dalam keputusasaan. Bar HP Kirito menurun drastis, dan mendekati area kuning peringatan. Tidak, dalam sistem ALO yang seluruhnya berbasis skill, HP meningkat sangat pelan, sehingga cukup ajaib kalau Kirito tak tewas dalam sekejap. Ini semua adalah rangkaian serangan sihir yang intensif. Lyfa segera menyadari hasrat membunuh dari musuh.
  +
  +
Kelompok musuh ini jelas memahami tentang Kirito dan kekuatan serangan fisiknya, jadi mereka memakai cara penanganan semacam ini.
  +
  +
Tiga pelindung dengan armor penuh akan memblokir serangan Kirito, memakai perisai berat untuk pertahanan. Tak peduli sekuat apapun serangan Kirito, kalau ia tak bisa mengenai tubuh mereka secara langsung, mereka takkan bisa dilukai. Sembilan orang yang lain mungkin adalah Mage. Beberapa akan menyembuhkan pelindung garis depan, dan yang lain memakai sihir api untuk menyerang. Ini adalah formasi yang dipakai untuk melawan monster boss dengan serangan fisik yang kuat.
  +
  +
Tapi kenapa ada begitu banyak orang digerakkan untuk menyerang Kirito dan Lyfa?
  +
  +
Meninggalkan keraguannya, Lyfa memulai pelafalan sihir penyembuhannya. Akhirnya api menipis, dan saat tubuh Kirito mulai terlihat, Lyfa memakai mantra penyembuhan level tinggi yang dia miliki. Kemudian bar HP Kirito mulai terisi, namun Lyfa tahu kalau itu takkan bertahan lama.
  +
  +
Kirito juga menyadari taktik musuh. Karena pertarungan jangka panjang itu tidak menguntungkan, ia mengangkat pedangnya dan menyerbu ke arah barisan prajurit berperisai.
  +
  +
“Woo oh!”
  +
  +
Pedang hitamnya membentur perisai, dan percikan cerah berkilapan.
  +
  +
Namun—disini pertarungan berubah menjadi permainan angka.
  +
  +
Serangan yang diberikan oleh Kirito akan disembuhkan oleh para Mage di belakang. Setelah itu, Mage yang lain akan melafalkan sihir serangan dan Kirito dihantam oleh ledakan lagi.
  +
  +
Tak ada ruang untuk skill individual; Lyfa paling membenci gaya bertarung semacam ini. Sekarang pertarungan ditentukan oleh MP Mage dan HP Kirito, yang mana yang habis lebih dulu. Namun hasilnya sudah sangat jelas.
  +
  +
Tak terhitung bola api mulai meluncur dan menghujani Kirito. Ledakan bertubi tubi menghantam Kirito dan tubuh babak belurnya terlempar dan menghajar tanah.
  +
  +
Karena ini adalah Game, tubuh dalam ALO takkan merasakan «sakit», namun menahan ledakan sihir secara langsung bisa memberi dampak buruk. Suara ledakan mengguncang otak, rasa panas membakar kulit, dan dampak itu akan merusak keseimbangan. Efek efek ini akan ditransfer ke realita pada daging si pemain, setelah Log Out semua efek ini masih akan tersisa selama beberapa jam dalam bentuk mual dan pusing.
  +
  +
“Uuu......oooh!”
  +
  +
Namun tak peduli berapa kalipun Kirito dihajar oleh api dia terus berdiri dan mengayunkan pedangnya. Sambil melafalkan mantra penyembuhan, Lyfa tak ingin terus melihatnya kesakitan. Ini adalah Game. Dalam situasi ini, hampir semua orang akan menyerah. Meski kegagalan sangat disesalkan, dibawah aturan yang ditetapkan Game, ini adalah perbedaan kekuatan bertarung yang tak bisa diganggu gugat. Meskipun begitu, mengapa—
  +
  +
Lyfa tak lagi tahan melihat Kirito terus seperti itu, sehingga dia berlari beberapa langkah di belakang Kirito dan berteriak:
  +
  +
“Cukup Kirito-kun! kita hanya perlu terbang beberapa jam dari Sylvain lagi! item yang tercuri dari kita bisa kita beli kembali, tolong menyerahlah!”
  +
  +
Namun Kirito menggeleng kepalanya dan berkata dalam nada tegas.
  +
  +
“Tidak!”
  +
  +
Matanya mencerminkan api merah brilian yang mengelilingi mereka.
  +
  +
“Selagi aku hidup, takkan kubiarkan anggota partyku mati. Aku pasti takkan membiarkan itu!”
  +
  +
Lyfa, kehabisan kata kata, hanya bisa berdiri membisu.
  +
  +
Pada waktu keputusasaan itu, pemain berbeda akan bereaksi dengan beragam cara. Ada orang orang yang akan mentertawakan «Momen ini», ada orang orang yang matanya akan terbuka lebar dan jatuh dalam ketakutan, dan ada juga orang orang yang terus melawan sampai akhir. Namun dalam kasus ini, mereka semua memakai simulasi «kematian». Pengalaman ini tak bisa dihindari dalam memainkan Game VRMMO, dan harus diterima. Kalau tidak takkan bisa «menikmati» permainan «Game» ini.
  +
  +
Namun cahaya di mata tajam Kirito adalah sesuatu yang Lyfa belum pernah lihat sebelumnya. Berusaha keras melawan situasi mustahil, mati matian mencoba mencari cara untuk bertahan hidup, Lyfa merasa terpana. Pada momen ini, Lyfa lupa kalau ini hanyalah Game, sebuah dunia ilusi.
  +
  +
“Woo-ah-ah-ah-ah-ah-ah-ah!!”
  +
  +
Kirito yang berdiri dan berteriak, mengguncang udara dengan suaranya. Saat tembakan api berhenti untuk sesaat, ia tiba tiba menyerbu ke depan, mengabaikan dinding perisai di depannya. Merendahkan pedangnya di tangan kanannya, tangan kiri kosongnya memegang sudut perisai dan mencoba mendorongnya terbuka. Tindakan tak terduga ini mengacaukan garis pertahanan Salamander. Saat dinding pertahanan mereka retak, Kirito memaksakan pedangnya masuk.
  +
  +
Untuk mematahkan dinding pertahanan dengan para Mage di belakangnya adalah sesuatu yang bahkan pemain veteran seperti Lyfa belum pernah lihat sebelumnya. Juga, tindakan itu bahkan bukan serangan, jadi takkan bisa melukai musuh. Namun, karena tindakan edan Kirito, pria yang memegang perisai berteriak dalam kebingungan;
  +
  +
“Sial, apa yang salah dengan orang ini!?”
  +
  +
Pada saat ini, suara kecil mencapai telinga Lyfa.
  +
  +
“Sekarang satu satunya kesempatan!”
  +
  +
Melihat sekelilingnya, entah sejak kapan, Yui menggantung di bahu kanannya.
  +
  +
“Kesempatan?”
  +
  +
“Satu satunya ketidakpastian adalah kondisi mental pemain. Gunakan semua MP-mu yang tersisa, tolong blokir serangan sihir berikutnya!”
  +
  +
“Ta...tapi, bahkan dengan melakukan itu.....”
  +
  +
Seperti menuangkan air di atas batu panas, Lyfa menahan apa yang hendak dia ucapkan. Ia ia melihat dengan serius pada AI yang seharusnya simpel, Yui, dan melihat keteguhan yang sebanding dengan Kirito.
  +
  +
Lyfa menganggukkan kepalanya, dan mengacungkan kedua tangannya ke depan. Mage kelompok musuh sudah melafalkan mantra bola api, namun demi mencocokkan waktu peluncuran, itu terjadi dalam kecepatan cukup lambat. Lyfa melafalkan kalimat mantranya dengan kecepatan tinggi seperti biasa. Kesalahan dalam pelafalan sama artinya kegagalan, ia melafalkan mantranya secepat mungkin, hanya malu pada garis bahaya.
  +
  +
Lyfa menyelesaikan mantranya sedikit lebih cepat dari mereka. Dari tangannya muncul tak terhitung kupu kupu kecil yang beterbangan, mengelilingi tubuh Kirito.
  +
  +
Setelah itu, musuh menyelesaikan mantra mereka juga. Dengan suara melengking, bola api para Mage tertembak ke langit. Api demi api menghantam Kirito, yang mencoba menembus dinding pertahanan.
  +
  +
“Ha!”
  +
  +
Tangan Lyfa yang merentang mengalami tekanan balik dari ledakan, dan ia menggertakkan giginya. Bidang sihir pertahanan di sekitar Kirito hancur oleh ledakan, dan MP-nya jatuh dengan efek suara buk-buk. Potion pemulih MP bahkan takkan bisa memulihkannya dengan cepat. Apa artinya bertahan dari serangan seperti itu, pikir Lyfa, kemudian.
  +
  +
Berdiri di bahu Lyfa, Yui berteriak dengan keras:
  +
  +
“Papa, lakukan sekarang!”
  +
  +
Kirito berkedip kedip dengan agak bingung. Dalam api merah seperti teratai, ia mengangkat pedangnya dan berdiri. Lyfa bisa mendengar suara mantra yang halus. Lyfa mencocokkan fragmen kata kata mantra itu dengan indeks dalam memorinya.
  +
  +
‘Mantra ini.......atribut ilusi!?’
  +
  +
Lyfa menahan nafasnya untuk sesaat – kemudian menggertakkan giginya. Mantra yang Kirito ucapkan adalah sihir ilusi yang membuat pemain nampak seperti monster. Namun sihir itu tak berguna dalam pertarungan sungguhan. Karena bentuknya bergantung pada skill bertarung pemain, biasanya hasilnya adalah monster lemah, tanpa perubahan kemampuan, karena kebanyakan orang menyadari ini hal itu takkan membuat mereka takut.
  +
  +
Lyfa mulai kehilangan MP dengan cepat, hingga hanya 10% tersisa. Ia memutuskan berjudi pada ide Yui, namun nampaknya dadu telah mengkhianati mereka.
  +
  +
Namun, apa boleh buat. Mengetahui «Kekuatan» Game diperlukan untuk mendukung kekayaan pengetahuan. Bagi Kirito yang baru mulai bermain beberapa hari yang lalu, memaintanya memahami tiap tiap kalimat mantra itu terlalu kejam.
  +
  +
Selagi memikirkan ini, Lyfa memusatkan kekuatan terakhirnya untuk melindungi Kirito. Gelombang serangan akhir musuh akhirnya berhenti, tepat saat perisai pertahanan Lyfa menghilang. Pusaran api berputar, dan perlahan musnah—
  +
  +
“Eh!?”
  +
  +
Di dalam dinding api, bergerak sebuah bayangan. Untuk sesaat, Lyfa merasa kalau ia hanya salah lihat. Karena benda itu terlalu besar.
  +
  +
Berdiri di hadapan Salamander adalah raksasa dua kali ukuran mereka. Meragukan pandangannya, itu terlihat seperti raksasa yang membungkuk.
  +
  +
“Kirito-kun, apa itu kamu?”
  +
  +
Dia bertanya dengan tak percaya. Ia tak bisa memikirkan hal hal yang lain. Ini adalah perubahan bentuk Kirito memakai mantra ilusi, namun ukurannya kelewat besar.
  +
  +
Di depan mata Lyfa, bayangan itu melotot. Sosok itu tidak seperti raksasa. Kepalanya seperti kambing, dengan tanduk melengkung memanjang ke belakang kepalanya. Mata bundar bersinarnya berkilau, dan gigi diluar mulutnya menghembuskan api ke udara.
  +
[[Image:Sword_Art_Online_Vol_03_-_239.jpg|thumb]]
  +
  +
Tubuh bagian atasnya sangat berotot dengan kulit berwarna gelap, lengan panjangnya hampir mencapai tanah. Punggungnya memiliki ekor seperti cambuk. Untuk mendekripsikan sosok tak dikenal itu dalam satu kata, hanya «Iblis» yang cocok.
  +
  +
Semua Salamander membeku di tempat. Melihat mereka seolah olah roh mereka dibawa pergi, si Iblis hitam mengangkat kepalanya tinggi tinggi.
  +
  +
“Roarrrrrrr-----------!!”
  +
  +
Raungan seperti halilintar menggema, dan mengguncang seluruh gua. Dari bagian terdalam tubuh, rasa takut muncul secara instingtif.
  +
  +
“Omong kosong! Itu hanya tipuan!”
  +
  +
Salamander di garis depan berteriak sambil mundur beberapa langkah. Dalam sekejap, si Iblis bergerak dengan kecepatan mengerikan. Cakar tangan kanannya merobek dinding perisai yang terbuka, dan jarinya mengoyak tubuh prajurit yang tertutup armor – momen selanjutnya, muncul End Frame, dan si Salamander lenyap.
  +
  +
“Woo ah ah ah!”
  +
  +
Melihat partnernya dibunuh dalam satu hantaman, dua pelindung yang tersisa berteriak bersamaan. Mereka menjatuhkan perisainya, tangan kiri mereka membuang senjata, dan mundur ketakutan.
  +
  +
Dari kelompok Mage, seseorang yang menjadi pemimpin mereka berteriak dalam kemarahan:
  +
  +
“Bodoh, jangan kacaukan formasi! Dia hanya bisa mencapai apa yang dia lihat, kalau kalian menjadi kura kura kalian takkan terluka!”
  +
  +
Namun kata kata itu tak mencapai telinga para prajurit. Si Iblis hitam mengaum dan melompat maju, ia membuka mulut besarnya dan menggigit kepala prajurit di sebelah kanan dan mencengkeram prajurit di sebelah kiri dengan cakar besinya. Ia dengan kejam mengguncang dan merobek robek avatar! Warna merah terus menerus terpercik, hampir sama dengan pertumpahan darah.
  +
  +
Tiga pelindung depan dihancurkan dalam sepuluh detik. Pemimpin mereka pulih dan memerintahkan kelompok Mage, dan mereka mulai merapal mantra. Namun tanpa armor dan hanya mengenakan jubah, kelompok Mage terlalu rapuh dibandingkan para penjaga depan. Dengan nafas memburu, si Iblis yang berdiri jauh lebih mengerikan dari efek sihir ilusi. Kecepatan pelafalan mantra mereka menjadi lebih lamban dari sebelumnya.
  +
  +
Sebelum pelafalan selesai, si Iblis mengangkat tangan kanannya ke arah para Mage dan mengayun secara horizontal. Dua Mage di depan terpukul dan terlempar jauh, mereka berubah menjadi api merah di udara, dan melebur kemudian lenyap. Teriakan dan suara kaca dipecahkan, efek suara bergeretak mengisi udara. Itu diakibatkan oleh lengan raksasa seperti batang pohon yang menghantam dua Salamander lain, yang kemudian lenyap.
  +
  +
Mage level tinggi yang mengenakan jubah armor kualitas tinggi menjadi kebingungan dan salah melafalkan mantranya. Mantra sihirnya menjadi senjata makan tuan dan membakar tangannya dan boom, ia lenyap dalam kabut gelap.
  +
  +
Kirito, dalam wujud Iblisnya, berjalan ke depan dan mengaum lagi. si pemimpin Salamander berteriak ‘Hiii!’ dan mengayunkan tangannya ke samping.
  +
  +
“Mundur! Segera mundur! Semuanya mundur.....”
  +
  +
Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya—
  +
  +
Si Iblis dalam sekejap berjongkok, kemudian melompat ke depan secara signifikan. Mendarat di tengah tengah musuh, mengirimkan gelombang kejut ke seluruh jembatan. Setelah apa yang terjadi, itu tak bisa disebut pertarungan lagi.
  +
  +
Seiring cakar si Iblis mengayun, beberapa End Frame tercipta. Beberapa yang berani mencoba untuk melawan balik dengan tongkat mereka, selagi mengayunkan senjata mereka, gigi si Iblis menggigit kepala mereka, dan mereka kehilangan nyawa dalam sekejap.
  +
  +
Kabur dari badai, si pemimpin mencapai sisi terjauh jembatan. Dengan suara percikan air dia melompat ke danau, dan berenang dengan kecepatan tinggi ke seberang.
  +
  +
Dalam ALO saat jatuh ke air, kalau bobot perlengkapan tak melebihi jumlah tertentu kau tidak akan tenggelam. Beruntungnya Mage memiliki perlengkapan yang sangat ringan, dan tak lama kemudian dia sudah jauh dari jembatan – saat tiba tiba, bayangan besar muncul dari bawahnya.
  +
  +
Tak lama kemudian, pemimpin itu diseret ke dalam air dengan suara percikan. Menyisakan gelembung gelembung kecil, dia tenggelam ke dalam danau, dan sebelum dia menghilang, sejumlah titik cahaya merah buram bisa terlihat.
  +
  +
Si Iblis yang merupakan Kirito sepertinya tak peduli pada kematian pemimpin musuh, ia mencengkeram Mage terakhir yang tak beruntung. Pada tubuh yang berteriak, ia memusatkan kekuatan di tangannya untuk meremas......
  +
  +
Kesadisan adegan ini membuat Lyfa berguncang, pada saat itu dia akhirnya kembali ke akal sehatnya dan berteriak:
  +
  +
“Ah, Kirito-kun! biarkan orang itu hidup!”
  +
  +
‘Itu sangat mengesankan’, selagi Yui mengatakan ucapan tak berdasar itu dari bahunya, Lyfa berjalan mendekat. Si Iblis berhenti dan menoleh, dan dengan suara tak senang melepaskan si Salamander ke udara.
  +
  +
Pria itu jatuh di atas tanah dengan suara berdebum, tubuhnya yang sudah lepas bernafas tersengal sengal. Lyfa datang di depannya, dan mengacungkan pedang panjang di tangan kanannya diantara kaki pria itu. dengan suara logam saat pucuk pedangnya mengenai jembatan, pria itu menggigil.
  +
  +
“Sekarang, beritahu kami siapa yang mengirim kalian!”
  +
  +
Lyfa mencoba menakutinya, namun itu membangkitkan si pria dari shocknya, dengan wajah pucat, dia menggeleng kepalanya.
  +
  +
“Kalau kau mau membunuhku, lakukan saja!”
  +
  +
“Kenapa kau......”
  +
  +
Pada saat itu, si Iblis memandang ke bawah dari atas, kabut hitam mengelilinginya, dan tubuh raksasanya mulai lenyap. Lyfa melihat ke atas, dari pusat kabut, sosok kecil melompat keluar dan mendarat di atas jembatan.
  +
  +
“Oh, amukan bagus.”
  +
  +
Kirito mengguncang kepalanya dan berujar dengan nada santai, sambil menaruh kembali pedang ke punggungnya. Dia berjalan ke arah si pria yang dengan blank membuka mulutnya dan berjongkok di sampingnya, sambil menepuk bahunya.
  +
  +
“Yo, pertarungan bagus.”
  +
  +
“Apa.....?”
  +
  +
Kirito menatap si pria yang masih tercengang, dan dengan nada cerah nan jelas melanjutkan:
  +
  +
“Itu taktik bertarung bagus. Kalau itu hanya aku, aku pasti sudah kalah dengan cepat!”
  +
  +
“Tu.....Tunggu, Kirito-kun......”
  +
  +
“Tak apa, santai saja.”
  +
  +
Oleh ucapan tak senang Lyfa, Kirito berbicara sambil berkedip.
  +
  +
“Baiklah, mari mengobrol tentang item denganmu.”
  +
  +
Kirito membuka jendela trade dan kemudian menunjukkan dan menunjukkan daftar itemnya pada pria itu.
  +
  +
“Ini semua item dan uang yang kudapat dari menghabisi kelompokmu. Aku hanya berpikir, kalau kau mau menjawab pertanyaan kami, mungkin semua ini akan kuberikan buatmu.....”
  +
  +
Mulut si pria itu terbuka lebar dan menutup beberapa kali, kemudian menatap Kirito dengan senyum licik. Dia melihat ke sekelilingnya, mungkin mengkonfirmasi kalau waktu telah habis bagi Salamander yang sudah mati, dan mereka sudah dipindah balik ke «Save Point», lalu dia kembali menatap Kirito.
  +
  +
“Sungguh?”
  +
  +
“Sungguh, sungguh.”
  +
  +
Melihat keduanya tersenyum, Lyfa menghela nafas panjang.
  +
  +
“Laki laki benar benar—“
  +
  +
“Ya, mereka sudah tak tertolong lagi—“
  +
  +
Yui yang duduk di bahunya melontarkan komentar. Kedua wanita itu melontarkan kalimat ketidakpuasan, dimana kedua laki laki saling mengangguk untuk menandai kesuksesan negosiasi.
  +
  +
  +
  +
Si Salamander, sekali mulai berbicara, mengujarkan banyak hal;
  +
  +
“Sore ini, Jitakusu-san, ah, dia adalah pemimpin dari kelompok Mage yang tadi, dia mengontakku dengan e-mail ponsel, aku lagi makan malam jadi aku ingin menolak tapi dia memaksaku berkumpul. Saat aku sampai disana ternyata ada sepuluh orang ingin memburu dua orang, kupikir mereka ingin menindas seseorang, tapi mereka bilang itu adalah orang yang Kagamune-san hadapi kemarin, jadi aku paham.....”
  +
  +
“Siapa itu Kagemune-san?”
  +
  +
“Dia adalah kapten kelompok tombak. Dia adalah pemburu Sylph terkenal, tapi kemarin dia mengalami kekalahan total total yang langka dan mundur. Kalian yang menghabisinya kan!?”
  +
  +
Mendengar tentang perburuan Sylph membuat Lyfa merengut, dia dan Kirito saling bertukar tatap. Dia pasti pemimpin kelompok Salamander yang mereka tendang tadi malam.
  +
  +
“Jadi, kenapa Jitakusu-san itu ingin memburu kami?”
  +
  +
“Perintah sepertinya datang dari pemain berperingkat lebih tinggi dari Jitakusu-san. Katanya kalian sudah ikut campur dalam «Strategi» mereka atau apalah itu.”
  +
  +
“Strategi apa?”
  +
  +
“Para petinggi Salamander nampaknya merencanakan sesuatu. Mereka takkan memberitahu tentara junior sepertiku, tapi aku tahu kalau mereka mengejar hal besar. Hari ini, saat aku pertama Log In, aku melihat beberapa dari mereka terbang ke utara.”
  +
  +
“Utara.......”
  +
  +
Lyfa meletakkan jari di bibirnya, dan berpikir. Ibukota Salamander «Gadan» adalah bagian paling selatan dari Alfheim, kalau terbang lurus ke utara, mereka akan melalui jalur pegunungan yang saat ini tengah kita lintasi. Sedikit ke barat terdapat koridor Ruger, dan di sebelah timur di kaki pegunungan adalah «Lembah Naga». Jalur manapun yang mereka ambil, setelah itu adalah kota pusat Aarun, dan kemudian World Tree.
  +
  +
“Apa mereka ingin menyerbu World Tree?”
  +
  +
Mendengar pertanyaan Lyfa, si pria hanya menggeleng kepalanya.
  +
  +
“Tak mungkin. Kami masih memulihkan diri dari kekalahan total sebelumnya, paling banter kami hanya bisa melengkapi pasukan dengan peralatan berperingkat senjata kuno sehingga kami bisa menyimpan uang. Untuk alasan itu rutinitas normal kami sangat keras. Meskipun begitu kami hanya bisa memperoleh setengah dari jumlah uang yang ditargetkan.”
  +
  +
“Oh?”
  +
  +
“Yah, itu saja yang bisa kukatakan. Apa perjanjian kita tadi masih berlaku?”
  +
  +
Kemudian dia bertanya pada Kirito.
  +
  +
“Aku tak pernah bohong soal perjanjian.”
  +
  +
Si pemuda Spriggan mengoperasikan jendela pertukaran. Si Salamander melihat daftar item yang ditransfer padanya dan menjadi senang sambil menggerakkan jarinya kemana mana.
  +
  +
Lyfa menatap pria itu dengan ekspresi tak percaya dan bertanya;
  +
  +
“Hei kamu, ini semua barang barang kawan kawanmu kan? Apa kamu nggak merasa bersalah?”
  +
  +
Setelah mendengar ini, si pria mengangkat suaranya;
  +
  +
“Kau tak paham apa apa. Orang orang itu suka seenaknya memamerkan item langka mereka, yang membuatku ingin balas dendam pada mereka. Tentu saja aku merasa tak enak kalau merampas semua jatah mereka, mungkin akan kujual semua ini dan membeli rumah.”
  +
  +
‘Aku bisa bersantai selama beberapa hari sebelum kembali ke wilayah Salamander’. Dengan meninggalkan kata kata itu, si Salamander berjalan ke arah ia datang dan kemudian mulai menghilang dari pandangan.
  +
  +
Rasanya situasi hidup dan mati sepuluh menit yang lalu terasa seperti bohongan, Lyfa menatap wajah Kirito yang sudah kembali normal.
  +
  +
“Eh? Apa?”
  +
  +
“Ah, anu......Setan yang membabi buta tadi, itu Kirito-kun kan?”
  +
  +
Mendengar ini, Kirito menengadah sambil menggaruk pipinya.
  +
  +
“Ya, mungkin saja.”
  +
  +
“Mungkin saja? Bukankah itu taktik untuk mengelabui para Salamander dan mengacaukan mereka dengan monster?”
  +
  +
“Nggak, aku nggak berpikir sejauh itu.......kadang kadang itu terjadi padaku. Saat bertarung aku kehilangan kendali, dan tak ingat apa apa.......”
  +
  +
“Woo ah, seram.”
  +
  +
“Yah, tapi aku masih ingat pertarungan tadi. Aku memakai sihir yang Yui sarankan, dan menjadi raksasa. Karena pedangku menghilang, aku harus memakai tanganku.......”
  +
  +
“Juga dengan gigitan yo ~”
  +
  +
Di atas bahunya, Yui menambahkan dengan senang.
  +
  +
“Ah, bicara soal itu. pengalaman menjadi monster itu menyenangkan.”
  +
  +
Melihat Kirito tersenyum dan tertawa, Lyfa tiba tiba ingin mengetahui sesuatu, ia kemudian dengan mantap membuka mulutnya.
  +
  +
“Apa kamu.....mencicipinya? Salamander itu......”
  +
  +
“.....Rasanya seperti rasa BBQ gosong dan tekstur......”
  +
  +
“Waa, cukup, jangan diteruskan!”
  +
  +
Ia mengibaskan tangannya pada Kirito. Tiba tiba tangannya ditangkap.....
  +
  +
“Gaoou!”
  +
  +
Meneriakkan itu, Kirito membuka mulutnya dan menutupnya di jari Lyfa.
  +
  +
“Kyaaaaaa------------!”
  +
  +
Lyfa berteriak, setelah itu suara tonjokan menggema hingga menggetarkan permukaan danau.

Revision as of 08:31, 18 July 2012

Bab 4

Menyaksikan Kirito bertarung, Lyfa dibuat setengah terpana dan setengah kagum.

Mereka berada di langit sepanjang wilayah Hutan kuno di wilayah timur laut Sylph; sedikit lebih jauh dan mereka akan melewati kawasan dataran tinggi. Sylvain sudah berada jauh di belakang mereka sehingga tak peduli sekuat apapun kau membelalakkan matamu, menara giok itu takkan bisa terlihat.

Mereka tengah melaju ke bagian terdalam dari yang disebut zona netral, sehingga monster di area ini sangat kuat dan memiliki level cukup tinggi. Kirito saat ini tengah bertarung dengan tiga kadal bersayap bermata satu «Evil Glancer», secara sekaligus. Kekuatan mereka sebanding dengan monster boss dari dungeon level rendah di wilayah Sylph.

Disamping kekuatan dasar mereka, masalah sejatinya adalah mata besar dan ungu mereka bisa melepaskan serangan «Evil Eye» -- suatu tipe sihir kutukan yang dapat mengurangi kemampuan seorang pemain secara drastis untuk beberapa saat kalau sampai kena. Lyfa tengah mempertahankan jaraknya dan bertindak sebagai peran support. Kapanpun kutukan mengenai Kirito, Lyfa akan memberinya mantra pembalik, namun ia tak paham apa hal itu dibutuhkan atau tidak di atas udara.

Bagi Kirito yang memegang pedang yang sama panjang dengan tubuhnya, pertahanan dan hindaran pedang tidak ada dalam kamusnya; dan seolah untuk menampilkan gaya bertarung gila gilaannya, semua kadal berjatuhan satu demi satu. Kirito sama sekali tak peduli dengan yang namanya serangan jarak jauh dari kadal; karena dia mengayunkan pedang besarnya sambil terus maju, banyak kadal akan terkena oleh tebasan ganasnya, dan terpotong kecil kecil. Dengan kehendak kuat di setiap ayunannya, lima kadal pertama dihabisi dengan ganas. Kadal terakhir mencoba untuk kabur dengan sisa HP 20%. Ia melepaskan teriakan menyedihkan sambil mengungsi ke hutan, namun Lyfa mengangkat tangan kanannya, dan mengaktifkan sihir vakum tipe pengejar. Empat atau lima bilah seperti bumerang dengan cepat mengejar si kadal dan memotongnya kecil kecil. Tak lama kemudian, tubuh si reptil biru itu musnah menjadi poligon cahaya biru, menandakan akhir yang cepat dari pertarungan kelima hari ini.

Sebuah suara metalik besar disertai suara sarungan pedang, Lyfa mengangkat tangannya saat ia melihat Kirito dengan ringan mendekatinya di udara.

“Kerja bagus—“

“Terima kasih untuk dukungannya—“

Mereka saling melambaikan tangan, dan keduanya bertukar senyum.

“Tapi bagaimana bilangnya ya........gaya bertarungmu itu terlalu nekat.”

Mendengar Lyfa mengatakan itu, Kirito menggaruk kepalanya.

“A-Apa iya?”

“Umumnya, akan lebih baik untuk memakai taktik serang dan lari untuk hindaran, tapi kamu hanya menyerang dan menyerang.”

“Tapi kita bisa selesai lebih cepat, bukan?”

“Itu mungkin bekerja dalam situasi dengan monster yang sama seperti hari ini, tapi tidak kalau kamu menemui kelompok monster dengan kombinasi tipe serangan jarak jauh dan jarak dekat. Kalau kita sampai menghadapi party pemain mereka pasti akan memakai sihir sehingga kamu harus hati hati.”

“Sihir—Tak bisakah aku tinggal menghindarinya?”

“Ada banyak tipe sihir jarak jauh;untuk sihir tipe-kekuatan yang bergerak lurus, kamu bisa membaca arahnya dan menghindarinya, tapi itu mustahil untuk sihir tipe pengejar dan tipe area. Seandainya ada Mage yang memakai tipe sihir semacam itu, kamu harus selalu mempertahankan kecepatan tinggi dan waktu pergerakanmu.”

“Hmmm.........sepertinya ada banyak hal untuk diingat.”

Kirito menggaruk kepalanya dengan wajah seperti anak anak yang melihat seperangkat masalah yang sulit dipecahkan.

“Tapi, kalau itu kamu maka kamu pasti bisa memahaminya dengan cepat.....menurutku. Kamu nampaknya memiliki intuisi bagus dan mata tajam. Apa kamu seorang atlet olahraga di dunia nyata?”

“Ng-Nggak, sama sekali tidak.”

“Hmmm.......baiklah, ayo kita terus bergerak.”

“Oke.”

Mereka mengangguk satu sama lain, kemudian mulai mengepakkan sayap mereka dan melanjutkan perjalanan. Di bawah matahari terbenam, padang rumput berwarna keemasan mulai muncul di balik hutan.


Tanpa menemui monster apapun setelah itu, keduanya akhirnya keluar dari Hutan kuno dan memasuki area pegunungan. Tepat saat mereka mencapai batas waktu penerbangan mereka, mereka turun ke sudut padang rumput di kaki gunung.

Saat sol sepatu mereka meluncur di rerumputan selagi mendarat, Lyfa mengangkat kedua tangannya dan meregangkan tubuhnya. Biarpun tubuh asli tak memiliki organ tubuh seperti itu, entah kenapa sayap bisa merasakan kelelahan setelah penerbangan jauh. Beberapa detik kemudian, Kirito juga mendarat dan sama sama meregangkan tubuhnya.

“Fufu, sudah capek?”

“Belum, masih belum.”

“Oke, mari terus berjuang......itulah yang ingin kukatakan, tapi kita harus menunda perjalanan udara untuk sementara.”

Kirito mengangkat alisnya oleh pernyataan Lyfa.

“Eh, kenapa?”

“Apa kamu melihat pegunungan?”

Lyfa menunjuk ke bagian paling ujung dari padang rumput, ke arah gunung yang menjulang dan diselimuti salju.

“Terbang dibatasi oleh ketinggian. Kita tak bisa terbang melebihi tinggi pegunungan, jadi kita harus lewat melalui lorong gua yang terletak di dalam pegunungan. Itu sepertinya adalah tempat paling berbahaya saat bepergian dari wilayah Sylph ke Aarun. Aku sendiri nggak yakin karena ini kali pertama aku disini.”

“Begitu.....lorong itu, apakah panjang?”

“Cukup panjang, tapi ada kota pertambangan netral di tengah tengahnya, dan kita pasti bisa beristirahat disana. Kirito-kun, sampai saat itu apa kamu masih tak apa apa?”

Kirito memanggil jendela menu dengan tangan kirinya, mengecek jam, dan mengangguk.

“Waktu di dunia nyata saat ini jam tujuh malam, aku tak apa apa untuk sekarang.”

“Begitu, maka mari kita coba sedikit lebih lama lagi. kita harus lakukan ‘Rotate Out’ sekali disini.”

“Ro-Rotate?”

“Ah, kita bergiliran untuk log out dan beristirahat. Karena ini adalah zona netral, kita tak bisa log out dalam sekejap. Sehingga, seorang akan log out dimana yang lain akan melindungi avatar saat ia jatuh dalam kondisi tak bernyawa.”

“Begitu, aku paham. Lyfa, tolong pergi lebih dulu.”

“Baiklah, aku menerima tawaran baikmu. Mohon bantuannya selama 20 menit!”

Selesai bicara, Lyfa mengeluarkan jendela menu dan menekan tombol Log Out. Saat dia menyentuh tombol pesan peringatan YES, daratan di sekelilingnya mengalir ke satu titik dan lenyap seketika.


Duduk bersila di atas ranjang setelah bangun, Suguha melepas Amusphere dan melompat dari ranjang. Dengan cepat berlari sepanjang tangga, Suguha mengkonfirmasi kalau lantai pertama kosong. Hari penyuntingan akhir majalah sudah semakin dekat jadi Midori belum pulang ke rumah, dan Kazuto mungkin berada di kamarnya, sehingga lantai pertama nampak sunyi.

Membuka lemari es, Suguha mengambil dua bagel, ham, krim keju, dan sayuran satu demi satu. dengan cepat mengiris roti menjadi dua, ia mengoleskan selapis tipis mustard, menambahkan ham, dan memasukkan sisanya, dan kemudian memindahkan sandwich bagel itu ke piring. Setelah ia menuangkan susu ke dalam panci susu kecil dan menumpangkannya di atas kompor, Suguha menaiki tangga, dan menghadap lantai kedua sambil berteriak:

“Onii-chan, apa kamu ingin makan sesuatu!?”

....Namun tak ada jawaban. Dia pasti tertidur, Lyfa mengangkat bahunya dan kembali ke dapur. Ia menuangkan susu yang sudah mendidih ke cangkir dan membawanya ke meja ruang tamu dengan piring. Setelah sekitar sembilan puluh menit, makan malamnya selesai. Menempatkan piring ke mesin cuci, dia berlari ke kamar mandi. Biarpun itu adalah dunia virtual, kalau kau melakukan pertarungan sengit, tubuh aslimu akan berkeringat karena ketegangannya. Setelah permainan panjang dia mulai merasa lengket kalau dia tak mencuci dan mengganti pakaian.

Sword Art Online Vol 03 - 207.jpg

Suguha melepas pakaiannya dan melompat ke shower dengan kecepatan supersonic, air hangat perlahan menetes melalui kepala shower.

Faktanya, kalau dia bermain VRMMO secara berlebihan sampai mengganggu makan atau mandi, atau kalau dia memesan makanan jadi, Ibunya akan memarahinya, jadi dia mencoba tak mengikuti party berjangka panjang. Namun, kali ini dia tak bisa melakukan itu. Dia mungkin akan bepergian dengan Kirito besok, atau besok lusa kalau situasi memburuk. Mungkin karena kepribadiannya, Suguha tak suka dengan party jangka panjang, saat hari berubah dia akan merasa tak nyaman, namun entah kenapa kali ini hal itu justru tidak terjadi. Dalam hal ini.......

.....Suguha justru merasa senang.

Pikir Suguha sambil menutup matanya dan merasakan sentuhan lembut air hangat di kulitnya.

Membuka matanya, pupil hitam gelapnya menatap balik dari cermin di hadapannya. Di dalamnya, terdapat campuran perasaan senang dan sedikit tak nyaman.

Fisik Suguha yang asli memang sangat besar untuk praktisi kendo, bahkan juga begitu saat dibandingkan dengan roh angin Sylph, Lyfa, dia jelas jelas bertulang besar. Bahu, perut, dan pahanya, kapanpun dia menggerakkan mereka, bentang ototnya sepertinya kelihatan jelas, selain itu dia juga merasa kalau dadanya sudah mulai tumbuh belakangan ini.

Tubuh ini merasakan semua itu, namun jauh di dalam hatiku tumbuh sebuah konflik. Suguha menutup matanya lagi.

.....Bukan berarti Suguha mulai menjadi menyukai dia. Itu juga bukan karena ingin mengajak seseorang berpetualang bersama........hanya saja, terbang di dunia baru sangatlah menyenangkan.

Hal itu digumamkan dalam hatinya, namun itu bukan demi membujuk dirinya sendiri, namun ada kebenaran di dalamnya.

Berpikir kembali, ia juga memiliki perasaan seperti itu setiap hari di masa lalu.

Seiring ia tumbuh makin kuat, sedikit demi sedikit bidang aktivitasnya melebar; hanya terbang di langit dunia yang tak diketahui akan membuat jantungnya berdegup senang. Namun, karena dia diangkat menjadi peran pemain senior utama di dalam wilayah Sylph, pengetahuan dan kewajibannya meningkat secara bersamaan juga. sebelum dia menyadarinya, dia terkubur oleh kebiasaan dari kehidupan sehari harinya. Tugas seperti bertarung demi seluruh ras telah mengekang sayapnya dengan rantai tak terlihat.

Para Pemain yang mengabaikan wilayah mereka dalam ALO disebut «Pelarian», makna Bahasa Inggrisnya yakni «Apostates». Yakni mereka yang membuang kewajiban mereka setelah mendapatkannya, mereka yang dibawah tekanan negara mereka sendiri, sampai sekarang memberi kesan kalau mereka adalah pengkhianat, mungkin memiliki semacam kehormatan di dalam hati mereka.

Dengan pikirannya masih memikirkan semua hal itu, dia dengan cepat membasuh rambut dan tubuhnya kemudian membilas busanya. Melepas handuk mandi dari kait di dinding, ia memakai panel kendali di sampingnya, dan hembusan udara hangat bertiup dari celah di langit langit. Saat rambutnya hampir kering, ia membalut tubuhnya dengan handuk dan menuju ke ruang tamu. Melihat jam, ada kurang dari tiga menit sebelum batas waktu yang disetujui.

Ia membungkus sandwich bagel yang tersisa di atas piring, mengambil secarik kertas dan menulis “Onii-chan, kalau kamu lapar tolong makanlah ini.”, dan meletakkannya di bawah piring.

Kembali ke lantai kedua, ia segera mengenakan piyama, berbaring ke ranjang, dan menaruh helm Amusphere di kepalanya.

Setelah menunggu sejumlah proses koneksi, melalui warna pelangi dari prosedur Log In, Suguha/Lyfa merasakan hembusan angin segar dan mencium aroma menyegarkan.


Dari posisi menunggunya, dan berlutut di atas satu lututnya, Lyfa berdiri dan bertanya.

“Maaf membuatmu menunggu, apa ada monster yang muncul?”

Kirito, yang berbaring di atas rumput dengan benda seperti jerami di mulutnya, melepasnya dan mengangguk.

“Selamat datang kembali. Disini sepi sekali.”

“Apa itu?”

“NPC dari toko grosir berkata kalau ini adalah produk khas di Sylvain.”

“Aku belum pernah dengar ada yang seperti itu.”

Kirito menyerahkan ‘sesuatu’ itu dan Lyfa menerimanya di tangannya. Dia nampak sedikit tegang dan menggigitnya. Dengan sekali nafas, aroma manis dan harum mint mulai muncul di mulutnya.

“Ini giliranku untuk Log Out. Tolong lindungi aku.”

“Ok, nikmati perjalananmu.”

Saat Kirito memanggil jendela menu dan menekan tombol Log Out, tubuhnya secara otomatis kembali ke posisi standby. Lyfa kemudian duduk di sampingnya dan mulai melihat dengan santai pada Surga selagi mengisap jerami mint saat pixie dari saku dada Kirito terbang keluar dan mengejutkannya.

“Whoa! Kamu bisa bergerak meski majikanmu tidak dalam Game!?”

Yui memasang wajah ‘tentu saja’ dan meletakkan tangannya di pinggangnya seraya mengangguk.

“Tentu saja bisa. Aku adalah aku. Dan dia bukan ‘majikan’ku, dia adalah ‘Papa’ku.”

“Meskipun begitu, kenapa kamu memanggil Kirito Papamu? Apa mungkin dia memprogrammu seperti itu?”

“Papa menolongku, tapi dia juga berkata kalau aku anaknya. Jadi dia adalah Papaku.”

“Begitu....”

Sudah pasti, Lyfa tak paham sama sekali.

“Kamu mencintai Papamu?”

Lyfa bertanya dengan santai, dan Yui menatapnya dengan wajah serius.

“Lyfa, apa itu cinta?”

“A-Apa........”

Lyfa tak siap menghadapi pertanyaan tak terduga dan memikirkannya untuk beberapa saat sebelum menjawab dengan nada kering.

“......Itu perasaan ingin tetap bersama. Dan saat kalian bersama, jantungmu akan berdegup kencang, atau kira kira seperti itu.....”

Wajah tersenyum Kazuto mendadak muncul di pikirannya, namun kenapa wajah itu sama dengan wajah istirahat avatar di sampingnya? Lyfa tersedak. Tak yakin sejak kapan perasaannya pada Kirito mulai sama dengan perasaan tersembunyinya pada Kazuto. Lyfa menggeleng kepalanya tanpa berpikir. Yui melihat ia melakukan ini dan memiringkan kepalanya, sambil bertanya:

“Ada apa, Lyfa?”

“Bukan, bukan, bukan, itu bukan apa apa!”

Lyfa berteriak, dan pada saat itu—

“Apanya yang bukan apa apa?”

“Waaah!”

Kirito tiba tiba mengangkat kepalanya dan Lyfa melompat.

“Aku kembali. Apa yang terjadi?”

Kirito melihat wajah gugup Lyfa dan berdiri. Hinggap di bahunya, Yui berkata:

“Selamat datang kembali, Papa. Kami baru mengobrol tentang orang yang dia sukai dan—“

“Hei, itu nggak benar!”

Lyfa buru buru memotong ucapan Yui.

“Kamu cepat sekali kembali. Apa kamu makan sesuatu?”

Lyfa bertanya untuk menyembunyikan rasa malunya.

“Ah ya, keluargaku membuatkan sesuatu untukku.”

“Begitu, baiklah, kita harus lekas berangkat. Kalau kita nggak sampai di Kota pertambangan sebelum hari sudah larut, nanti akan jadi Log Out merepotkan. Ayo, segera terbang ke pintu masuk gua!”

Lyfa menyelesaikan ucapannya dengan cepat dan berdiri. Biarpun Yui dan Kirito tak cukup paham apa yang terjadi, Lyfa tak menunggu mereka untuk menyadari itu dan dengan lembut mengepakkan sayapnya.

“Ah, ya. Mari berangkat!”

Masih tak memahami alasan ekspresi Lyfa, Kirito juga membentangkan sayapnya. Namun tiba tiba, dia menoleh dan melihat ke arah hutan tempat mereka keluar.

“Ada apa?”

“Bukan apa apa.......”

Kirito membalas, meski ia masih menatap ke arah hutan.

“Rasanya ada seseorang yang mengawasi kita. Yui, bisa beritahu kami apa ada orang lain sepanjang area ini?”

“Tidak, tak ada siapapun di sekitar kita.”

Pixie itu menggeleng kepala kecilnya. Namun Kirito masih nampak ragu ragu.

“Perasaan seolah diawasi........apa ada semacam indera keenam dalam Game ini?”

Mendengar Lyfa menanyakan itu, Kirito menggosok dahinya dengan tangan kanannya dan berkata:

“Sulit untuk melakukan itu. kalau ada seseorang mengawasi kita, maka sistem akan memberi kita «Referensi», kamu mungkin hanya melihat aliran data yang tidak biasa kamu lihat, anggap saja begitu.”

“Apa iya?”

“Tapi Yui tak merasakan kehadiran siapa siapa jadi pasti tak ada siapapun.”

“Ah, bisa saja mereka menggunakan «Tracer»”

Lyfa berbisik pada Kirito, yang mengangkat alisnya.

“Apa itu?”

“Itu adalah sihir pelacakan. Biasanya dalam bentuk makhluk sihir kecil yang memberitahu pemain tentang posisi target.”

“Itu mantra yang bagus sekali. Bisakah kamu lepaskan mantra itu dari kita?”

“Kalau aku bisa melihat Tracer-nya maka aku bisa melepasnya, tapi kalau skill sihir si pemakai sihir itu tinggi, jarak yang bisa dia observasi meningkat, jadi menemukannya di daratan luas seperti ini sangat mustahil.”

“Begitu. Mungkin hanya imajinasiku, pokoknya ayo kita lekas berangkat.”

“OK.”

Setelah mengangguk, mereka terbang ke angkasa lagi. bukit putih dari sudut pegunungan tak terlalu jauh, dan di tengah tengah bukit terdapat gua hitam raksasa. Menuju ke lubang gua yang menghembuskan udara dingin sinis dari dalamnya, Lyfa mengepakkan sayapnya lebih cepat dan mempercepat lajunya.

Setelah beberapa menit terbang, keduanya memasuki pintu masuk gua.

Hampir tegak lurus pada batu batu besar, gua itu adalah bentuk persegi raksasa yang memotong wajah bukit. Tinggi dan lebarnya sekitar tiga atau empat kali melebihi Lyfa. Mereka tak tahu ada apa di dalam sana, namun diukir di sekitar pintu masuk gua adalah beberapa desain monster. Bagian teratas lubang terdapat kepala setan yang menjulang keluar, melihat dengan kebencian ke arah mata semua penyusup.

“Gua ini......apa memiliki nama?”

Oleh pertanyaan Kirito, Lyfa menganggukkan kepalanya dan membalas.

“Namanya adalah «Ruger Corridor». Ruger juga menjadi nama dari Kota Pertambangan itu.”

“Whoa, itu seperti cerita yang kutonton di film fantasy.”

Lyfa menatap Kirito dengan pandangan perifernya dan melihatnya tersenyum. Mungkin maksud Kirito adalah buku buku klasik, yang menjadi inspirasi produksi film. Dalam kamar Kazuto, terdapat kotak dengan buku edisi koleksi semacam itu, dan Lyfa sering meminjamnya untuk dibaca tanpa meminta ijin lebih dulu.

“Aku tahu apa yang kamu bicarakan. Untuk melintasi pegunungan, mereka melalui pertambangan bawah tanah, dan diserang oleh setan raksasa. Namun, sayangnya monster tipe-setan tak akan muncul disini.”

“Sayang sekali ya.”

“Ah, tapi gua ini dihuni banyak Orcs. Kalau kamu menganggapnya menarik, kamu bisa mengurus semua makhluk itu.”

Kemudian, keduanya mulai bergerak ke depan ke arah gua.

Terasa sejuk di dalam gua, cahaya dari luar juga sangat tipis, dan perlahan menyelimuti segalanya ke dalam kegelapan. Lebih baik memakai sihir tipe cahaya; pikir Lyfa dan menoleh pada Kirito yang berjalan di sampingnya.

“Oh iya, Kirito-kun, apa kamu melatih skill sihirmu?”

“Ah, hanya sihir dasar ras, tapi aku tak sering memakainya.”

“Menjelajahi gua adalah spesialisasi Spriggan dengan pemakaian cahaya, bahkan lebih efektif dari sihir Mage angin.”

“Hmm, Yui, apa kamu tahu?”

Kirito menggaruk kepalanya dan Yui keluar dari sakunya dan berkata dengan nada menguliahi;

“Papa, aku minta kamu sedikit membaca buku panduan manual. Memakai sihir cahaya itu....”

Yui perlahan melafalkan mantra, dan Kirito mengangkat tangan kanannya dan mengulangi ucapannya. Tangan kanannya memancarkan cahaya abu abu pucat, dan terus menyebar. Saat itu mengenai Lyfa, dia mampu melihat area yang luas disekitar mereka. Mantra itu nampaknya tak memancarkan cahaya; namun memberi penggunanya pandangan-malam.

“Wow, ini sangat praktis sekali. Menjadi Spriggan mungkin ada gunanya juga.”

“Ah, mendengar kamu mengatakan itu membuatku terluka.”

“Hahaha. Tapi serius, kamu setidaknya harus mengingat beberapa mantra sihir yang berguna. Kalau kamu bahkan nggak bisa memakai mantra spesialitas Spriggan dalam situasi hidup dan mati, itu akan memalukan.”

“Woo, ucapan itu bahkan lebih melukaiku.”

Sambil mengobrol dengan santai, mereka terus bergerak lebih jauh ke dalam banyak belokan dan kelokan di dalam gua. Tak lama kemudian, mereka tak bisa melihat cahaya putih dari pintu masuk lagi.


“Kupikir itu adalah ‘ARLU-DENA-RERE.....’”

Kirito menatap referensi manual ungu berkilauan dan mencoba membisikkan kalimat mantra yang tak familiar.

“Tidak, tidak, membacanya seperti itu tak akan mengaktifkan mantra. Mantra itu bukan hanya pelafalan mekanik, kamu harus memahami tiap tiap «Kekuatan kata» dan mengasosasikannya dengan efek sihir sembari mengingatnya.”

Mendengar pernyataan ini, si pendekar pedang hitam menghela nafas panjang dan menjatuhkan kepalanya.

“Aku tak menyangka akan mempelajari kata kata yang kelihatan seperti bahasa Inggris dalam Game.”

“Akan kuperingatkan kamu, mantra level tinggi setidaknya memiliki dua puluh kata.”

“Aw ayolah, aku lebih suka jadi petarung murni......”

“Sia sia saja menangis! Ayo cepat mulai dari awal lagi!”

Sekitar dua jam mereka berjalan setelah memasuki gua, mereka bertarung dengan orcs lebih dari sepuluh kali dan menang tanpa masalah. Berkat peta yang dibeli di Sylvain, mereka berjalan mengikuti jalan lurus dan bepergian dengan cepat. Menurut peta, seharusnya terdapat danau besar bawah tanah di depan sana, melintasi jembatan di atasnya akan menuntun ke arah kota tambang, Ruger.

Ruger tidak sebesar ibukota bawah tanah Gnome, namun ia memiliki fasilitas yang menghasilkan bijih berkualitas tinggi dan banyak pemain tipe pebisnis serta pandai besi tinggal disana. Mereka tak menemui pemain lain sepanjang jalan. Gua ini bukan tempat perburuan yang bagus. Gua ini cukup besar, namun seperti ketiadaan cahaya matahari atau cahaya bulan, sumber ketahanan penerbangan juga tak mencapai area ini, sehingga sayap mereka tak bisa digunakan.

Pemain Sylph yang ingin menuju ke Aarun untuk berdagang dan piknik biasanya mengambil rute yang lebih jauh dari bagian utara Sylvian, melintasi wilayah Cait Sith di dekat pegunungan. Hidup disana terdapat ras Cait Sith dengan telinga dan ekor kucing mereka. Mereka bisa memakai skill «Taming» dengan memberi makan monster atau binatang, dan selalu menyediakan hewan tunggangan yang sudah dijinakkan ke ibukota Sylph demi menjalin persahabatan, jadi kedua ras itu sudah lama sangat akur. Hubungan diantara Raja dari kedua ras juga sangat bagus, bahkan dikatakan kalau tak lama lagi mereka akan membentuk aliansi.

Karena Lyfa memiliki sejumlah teman Cait Sith, dia berniat untuk memilih rute melalui lintasan utara, namun melewati pegunungan karena Kirito kelihatan buru buru. Jujur saja, masuk ke bagian dalam tanah membuat Lyfa tak nyaman, namun dalam situasi saat ini bergerak sepanjang pegunungan sepertinya tak membawa masalah berarti.

Yang jelas, alasan kenapa Kirito begitu buru buru menuju ke Aarun, dan World Tree, masih misteri bagi Lyfa. Sikap Kirito membuat Lyfa bertanya tanya dengan ketidakpastian di hatinya, namun postur bertarungnya sepertinya sangat cemas.

Ia ingat Kirito menyebutkan kalau ia tengah mencari seseorang. Orang orang yang hilang kontak di dunia nyata dan datang mencari di Game tidaklah aneh. Di papan buletin di depan toko grosir, di sudut pertanyaan, kata ‘mencari seseorang’ tidak ada habisnya. Biasanya itu dilakukan demi balas dendam atau karena ketertarikan cinta, namun tak ada yang pas untuk Kirito. Dan, mencari di Aarun cukup bisa dipahami, tapi kenapa World Tree? Saat ini tempat itu seperti area tak terjamah, biarpun bisa mencapai bagian bawahnya, menuju ke puncak pohon itu nyaris mustahil.

Lyfa berjalan di samping Kirito yang terus berlatih keras dengan kalimat mantra, dan terus berpikir sendiri. Biasanya tak memperhatikan di zona netral sama halnya bunuh diri, namun dalam perjalanan ini karena indera menakutkan Yui, ia akan memperingatkan mereka adanya monster yang mendekat sehingga tak perlu khawatir akan ada serbuan.

Kemudian, setelah beberapa menit, mereka hampir mencapai danau bawah tanah saat Lyfa mendengar suara, itu bukan peringatan Yui, namun lebih seperti suara dering telepon.

Lyfa mengangkat tangannya, menoleh pada Kirito, dan berkata:

“Ah, aku mendapat pesan. Maaf, tolong tunggu sebentar.”

“Oke.”

Lyfa berhenti, di bagian depan tubuhnya di bawah dadanya, ia menekan icon yang ditampilkan. Sebuah jendela muncul dan menunjukkan Pesan Teman. Daftar Teman Lyfa hanya ada satu orang, Recon, ia sudah bisa menebak, jadi bahkan sebelum membaca dia sudah tahu siapa pengirimnya. Itu mungkin isi yang tidak perlu, pikir Lyfa sambil melirik pesan itu, namun—

‘Seperti yang kuduga! Hati hati, S’

Itulah satu satunya hal yang ditulis.

“Apa apaan ini?”

Ujarnya tanpa berpikir. Sama sekali tak masuk akal. Apa yang dia duga? Hati hati dengan apa? Dan apa maksud ‘S’ di bagian akhir? Biarpun Recon mengiriminya pesan, bukankah harus dengan ‘R’, apa ada semacam makna tersembunyi dibaliknya?

“Esu...sa....shi....su......hmmm.”

“Ada apa?”

Lyfa menjelaskannya pada Kirito yang bingung. Kemudian, Yui memunculkan kepalanya dari dalam saku dan berkata:

“Papa, aku mendeteksi respon dari jarak dekat.”

“Monster?”

Tangan Kirito menyentuh gagang pedangnya, namun Yui menggeleng kepalanya.

“Bukan—ada pemain, jumlahnya dua belas.”

“Dua belas?”

Lyfa dibuat diam membisu. Bagi kelompok pemain yang membentuk party bertarung, itu terlalu banyak. Mungkin itu adalah kelompok Sylph yang bergerak dari Sylvian ke Ruger, atau bahkan ke Aarun sebagai karavan dagang.

Memang, sekali dalam sebulan biasanya ada party beranggotakan besar yang berkumpul di ibukota Sylph untuk bepergian dari dan ke area sentral. Biasanya beberapa hari sebelum hari keberangkatan mereka akan memberitahu semua pemain untuk merekrut peserta, namun di pagi ini saat dia melihat papan buletin tak ada apapun yang menulis tentang hal itu.

Berarti itu adalah kelompok tak dikenal, kalau mereka Sylph maka tak akan berbahaya, namun kesempatan kalau mereka adalah kelompok PK dari ras berbeda itu sulit untuk dibayangkan. Lyfa mendapat firasat buruk tentang hal itu, dan menoleh pada Kirito.

“Aku merasakan firasat buruk. Kita harus bersembunyi dan biarkan mereka lewat.”

“Tapi bersembunyi dimana?”

Kirito kebingungan dan melihat ke sekelilingnya. Mereka berada di tengah jalan lebar, tanpa cabang apapun untuk bersembunyi.

“Itu, serahkan padaku.”

Lyfa memegang pergelangan tangan Kirito dan bersembunyi di area berlubang terdekat. Menekan rasa malu oleh kontak fisik yang terlalu dekat, Lyfa mengangkat tangan kirinya untuk pelafalan mantra.

Kemudian cahaya hijau memancar dari kaki ke atas, menyelimuti kedua tubuh. Pandangan mereka sedikit berwarna hijau, namun dari luar mereka akan sama sekali tersembunyi. Lyfa menatap Kirito di sampingnya dan berbisik:

“Bicaralah dengan tenang, kalau kita terlalu berisik maka sihir ini takkan berfungsi.”

“Aku paham. Sihir ini benar benar berguna.”

Kirito mengawasi area mereka bersembunyi, dan terus menerus memindai area. Yui memunculkan kepalanya dan berujar dengan nada rendah:

“Dalam sekitar dua menit kalian akan bisa menemui mereka.”

Mereka berdua membuat diri mereka lebih kecil dan bergerak mendekat ke dinding gua. Setelah detik detik menegangkan, Lyfa mendengar suara langkah kaki mendekat. Bercampur dengan suara armor berat yang berdentingan, yang membuatnya penasaran dan melihat.

Kirito menjulurkan lehernya, menatap ke arah kelompok tak dikenal.

“Apa itu?”

“Apa? Aku tak melihat siapa siapa.”

“Aku tak melihat pemain, tapi mungkin monster? Ada Kelelawar merah kecil.”

“!?”

Lyfa menahan nafasnya sambil melihat ke depan. Di kegelapan di dalam gua, terdapat benda merah beterbangan ke arah mereka. Ini adalah—

“Sial!”

Lyfa tanpa sadar mengutuk keras keras, dan melompat dari tempat persembunyian ke tanah di tengah tengah jalan. Sihir Persembunyian terlepas di saat yang sama dan Kirito juga berdiri dengan kebingungan.

“Hei, hei, apa yang terjadi?”

“Itu sihir Pelacak Jejak Level tinggi! Kita harus menghancurkannya dengan cepat!”

Sambil berteriak keras, Lyfa merentangkan tangannya dan mulai merapal mantra. Setelah mantra yang cukup panjang, ujung jarinya melepaskan sejumlah jarum emerald berkilauan. Viii, bersuara di udara seiring jarum jarum itu menyerbu ke arah targetnya.

Kelelawar yang beterbangan di udara dengan perlahan mencoba menghindari serangan, namun karena ada begitu banyak jarum, ia tertusuk oleh banyak jarum. Ia jatuh ke tanah, terselimuti api merah, dan lenyap. Mengkonfirmasi serangannya, Lyfa menoleh ke arah Kirito dan berteriak:

“Lekas berlari ke arah kota, Kirito-kun!”

“Oh, tak lagi bersembunyi?”

“Musuh akan segera tahu kalau pelacak mereka dihancurkan. Mereka mungkin akan mengirim banyak pelacak, jadi hampir mustahil untuk bersembunyi. Pet sihir itu memiliki banyak properti. Ini artinya party yang mendekat adalah.......”

“Salamander!”

Kirito mengernyit setelah menunjukkan pengetahuannya. Sembari mereka berbicara, suara berderak derak bercampur langkah kaki semakin mendekat. Lyfa berbalik dan melihat cahaya merah dari kejauhan.

“Ayo pergi!”

Mengangguk, keduanya mulai berlari.

Sembari mengecek peta saat berlari, jalan lurus ini akan segera berakhir, dan di depan akan terdapat danau bawah tanah raksasa. Cara untuk melintasi danau adalah melalui jembatan, dan di seberang merupakan pintu masuk ke kota pertambangan, Ruger. Itu adalah kota netral sehingga serangan tak diperbolehkan di dalamnya, tak peduli berapa banyak orang yang mereka miliki, mereka takkan bisa melakukan apa apa.

Namun kenapa ada kelompok besar Salamander disini?

Lyfa menggigit bibirnya. Memakai Pelacak artinya sejak awal bermaksud memburu kita. Setelah meninggalkan Sylvian, karena kekuatan pencari dari Yui, seharusnya mereka tak mungkin punya kesempatan untuk memasang sihir itu. Satu satunya kemungkinan adalah mereka memakai sihir itu selagi kita berada di jalanan Sylvian.

Jumlah Sylph yang bisa menggunakan sihir api itu bukan nol. Tiap tiap ras memiliki bakat atribut sihir tersendiri, angin untuk Sylph, tanah untuk Gnome, dll. Dan atribut mantra yang lain bisa dipelajari melalui latihan keras dan peningkatan skill.

Namun, kelelawar merah yang mereka bunuh bisa mengikuti dan melacak target, dan mencari target yang bersembunyi, adalah sihir level sangat tinggi yang memerlukan skill sihir api yang hampir mustahil untuk diperoleh ras lain selain Salamander. Dengan kata lain—

‘Ada Salamander di Sylvain?’

Lyfa memikirkan itu selagi berlari. Kalau ini benar, tak mudah melakukannya. Meski Sylvian terbuka bagi pengembara dari ras lain, namun karena hubungan sengit dengan Salamander, bea masuk mereka sangat ketat dan dibatasi. Kalau Penjaga NPC yang kuat menemukan Salamander, mereka akan segera menyerang. Melewati semua itu tidaklah mudah.

“Oh, danau!”

Berlari ke kanan di depannya, suara Kirito menginterupsi pikiran Lyfa. Lyfa mengangkat kepalanya dan melihat jalan pegunungan berbatu berubah menjadi jalan batu yang rata di depan sana, ruang menjadi lebih terbuka, dan air hijau gelap danau bersinar dengan cahaya pucat.

Jembatan batu membentang di tengah tengah danau, di seberangnya terdapat gerbang besar yang mencapai atap. Itu adalah kota tambang, pintu Ruger. Sekali melewati pintu itu, kamilah yang menang dalam permainan petak umpet ini.

Ini memberi sedikit ketenangan pikiran bagi Lyfa dan ia melirik dari bahunya. Dari belakang cahaya merah masih ada sejumlah jarak. Karena sudah begini – keduanya berlari pada kecepatan tinggi menuju lintasan batu.

Saat mereka melalui jembatan, temperatur di sekitar mulai jatuh drastis. Mereka menembus udara beraroma air, dan mempercepat lari di atas jembatan.

“Sepertinya kita lolos.”

“Jangan cepat lengah. Ada monster raksasa di dalam air.”

Selagi berbicara dengan Kirito, mereka sampai di tengah jembatan yang merupakan area observasi bundar, dan pada saat itu.

Melewati kepala mereka dalam kegelapan, dari belakang muncul dua titik cahaya berkecepatan tinggi. Itu adalah efek cahaya dan suara yang menunjukkan kalau itu serangan sihir. Itu pasti dari Salamander yang mengejar mereka, namun akurasinya sangat buruk.

Karena itu akan mengenai di depan mereka, mereka hanya perlu melambat. Setelah melambat, cahaya mendarat sekitar sepuluh meter di depan.

Ia meledak seperti yang diduga, Lyfa mengangkat tangannya untuk menutup wajahnya, namun yang terjadi berikutnya sama sekali tak diduga. Humming! Dinding batu besar naik dari jembatan dan memblokir seluruh jalan. Lyfa merengut oleh masalah tak terduga dan bersumpah;

“Ini gawat......”

“Apa?”

Mata Kirito melebar, namun terus berlari maju dan mencabut pedangnya untuk menebas dinding.

“Ah, Kirito-kun!”

‘Sia sia saja’ tak punya waktu untuk keluar dari mulutnya. Pedang Kirito mengenai dinding batu, GOUN! Suara keras datang dari serangan itu dan kekuatan pantulannya membuat Kirito jatuh terduduk di atas jembatan. Dinding batu cokelat itu tak menampakkan goresan sama sekali.

“.....Ternyata percuma.”

Lyfa terbang ke sisi Kirito dan berhenti, sambil mengatakan itu. si pemuda Spriggan berdiri dengan tatapan mencela.

“Seharusnya kamu katakan itu sejak tadi.”

“Kamu terlalu ceroboh. Ini perisai sihir tanah, serangan fisik takkan bisa merusaknya. Hanya sihir dalam jumlah besar yang bisa menghancurkannya........”

“Kita tak punya waktu untuk itu.......”

Mereka berbalik bersamaan, kelompok yang mengenakan armor, bersinar dengan warna darah, tengah mendekat di depan jembatan.

“Terbang mengitarinya......takkan mungkin. Bagaimana kalau menyelam ke dalam danau?”

Lyfa menggeleng kepalanya oleh saran Kirito.

“Tidak bisa. Sudah kukatakan tadi, sepertinya ada monster Naga air berlevel sangat tinggi tinggal di dalam danau. Tanpa bantuan Undine, bertarung di dalam air sama saja bunuh diri.”

“Jadi, tak ada pilihan selain bertarung kan?”

Menoleh pada Kirito yang memegang pedangnya dalam postur anggun, Lyfa menggigit bibirnya dan mengangguk.

“Kita tak punya pilihan.......tapi ini mungkin buruk......sampai Salamander memakai sihir elemen tanah sekuat itu, pasti ada Mage handal dalam kelompok itu.”

Jembatan itu tidak lebar, jadi kondisi terburuk mengalami pengepungan bisa dihindari. Bahkan dengan ini, dua belas lawan dua sama sekali tidak adil, dan penerbangan tidak dimungkinkan di dalam dungeon ini. Keahlian Lyfa dalam pertarungan udara tak bisa dipakai disini.

Itu semua bergantung pada keefektifan bertarung musuh.

.....Tapi kita tak boleh terlalu mengharapkan itu.

Menggumamkan itu dalam hatinya, Lyfa berdiri di samping Kirito dan mencabut katananya. Dengan suara logam berat, musuh yang mendekat mulai terlihat jelas. Di depan terdapat tiga Salamander besar, berdandan dalam armor yang lebih berat dari Salamander yang dia lawan kemarin, tangan kiri memegang tongkat besar atau senjata satu tangan lain, dan tangan kanan dilengkapi perisai logam yang besar.

Melihat ini, Lyfa untuk sesaat hampir kehabisan akal. Didalam ALO tangan yang dominan sama dengan di dunia nyata, jadi pemain bertangan kidal pasti sangat sedikit.

Sebelum Lyfa bisa menyuarakan keraguan itu, Kirito menatapnya dan berkata:

“Tolong jangan salah paham, tapi bisakah kamu menjadi supportku?”

“Eh?”

“Kuharap kamu bisa menyembuhkanku dari belakang. Maka aku bisa bertarung tanpa mempedulikan tubuhku.”

Lyfa menatap pedang bermata dua Kirito. Memang di jembatan sempit ini, tembakan teman akan dimungkinkan dan menghindarinya akan sulit. Menyembuhkan bukan keahliannya, namun Lyfa menganggukkan kepalanya dan mundur tepat di depan dinding batu. Tak ada waktu untuk berdebat.

Kirito membungkuk dan menarik pedangnya dari belakang. Ia mengirim gelombang tekanan ke arah tiga Salamander. Tubuh Kirito tidak besar, jadi dia nyaris tak membuat suara saat bergerak. Matanya bersinar oleh akumulasi energi. Jarak diantara kedua sisi semakin mengecil seiring Lyfa melihatnya—

“—Ha!”

Dalam satu tarikan nafas, kaki kiri Kirito melangkah ke depan, cahaya efek spesial biru muncul seiring ia mengayunkan pedangnya secara horizontal ke arah tentara besar merah. Dengan suara keras udara yang terpotong, jembatan berguncang; itu adalah ayunan pedang terkuat yang Lyfa pernah lihat, namun—

“Eh!?”

Mata Lyfa terbuka lebar karena terkejut. Ketiga Salamander menarik mundur senjata mereka, dan mengarahkan perisai mereka ke depan, menyembunyikan tubuh mereka dibalik dinding perisai.

GANG! Disertai suara keras, pedang Kirito menghantam dinding perisai dalam sekali ayunan dan menyisakan goresan horizontal. Udara berguncang dan gelombang besar menyebar sepanjang danau. Namun para petarung berat itu hanya terdorong mundur, sembari memblokir serangan Kirito.

Lyfa buru buru mengamati HP mereka. Mungkin lebih dari sepuluh persen berkurang, namun itu hanya untuk sesaat, karena tak lama kemudian lafal mantra terdengar dari belakang mereka, dan cahaya biru pucat menutupi ketiga penjaga depan. Itu adalah sihir pemulihan, karena HP mereka pulih dalam sekejap. Kemudian, dari belakang.....

Dari belakang dinding perisai baja yang kuat, banyak bola api merah jingga kemerahan ditembakkan, mengikuti jalur parabol sepanjang udara, dan meledak di posisi Kirito.

Ledakan itu cukup kuat hingga membuat permukaan danau memantulkan pria berbaju hitam yang terselimuti warna merah.

“Kirito-kun!”

Lyfa berteriak dengan keras, hampir dalam keputusasaan. Bar HP Kirito menurun drastis, dan mendekati area kuning peringatan. Tidak, dalam sistem ALO yang seluruhnya berbasis skill, HP meningkat sangat pelan, sehingga cukup ajaib kalau Kirito tak tewas dalam sekejap. Ini semua adalah rangkaian serangan sihir yang intensif. Lyfa segera menyadari hasrat membunuh dari musuh.

Kelompok musuh ini jelas memahami tentang Kirito dan kekuatan serangan fisiknya, jadi mereka memakai cara penanganan semacam ini.

Tiga pelindung dengan armor penuh akan memblokir serangan Kirito, memakai perisai berat untuk pertahanan. Tak peduli sekuat apapun serangan Kirito, kalau ia tak bisa mengenai tubuh mereka secara langsung, mereka takkan bisa dilukai. Sembilan orang yang lain mungkin adalah Mage. Beberapa akan menyembuhkan pelindung garis depan, dan yang lain memakai sihir api untuk menyerang. Ini adalah formasi yang dipakai untuk melawan monster boss dengan serangan fisik yang kuat.

Tapi kenapa ada begitu banyak orang digerakkan untuk menyerang Kirito dan Lyfa?

Meninggalkan keraguannya, Lyfa memulai pelafalan sihir penyembuhannya. Akhirnya api menipis, dan saat tubuh Kirito mulai terlihat, Lyfa memakai mantra penyembuhan level tinggi yang dia miliki. Kemudian bar HP Kirito mulai terisi, namun Lyfa tahu kalau itu takkan bertahan lama.

Kirito juga menyadari taktik musuh. Karena pertarungan jangka panjang itu tidak menguntungkan, ia mengangkat pedangnya dan menyerbu ke arah barisan prajurit berperisai.

“Woo oh!”

Pedang hitamnya membentur perisai, dan percikan cerah berkilapan.

Namun—disini pertarungan berubah menjadi permainan angka.

Serangan yang diberikan oleh Kirito akan disembuhkan oleh para Mage di belakang. Setelah itu, Mage yang lain akan melafalkan sihir serangan dan Kirito dihantam oleh ledakan lagi.

Tak ada ruang untuk skill individual; Lyfa paling membenci gaya bertarung semacam ini. Sekarang pertarungan ditentukan oleh MP Mage dan HP Kirito, yang mana yang habis lebih dulu. Namun hasilnya sudah sangat jelas.

Tak terhitung bola api mulai meluncur dan menghujani Kirito. Ledakan bertubi tubi menghantam Kirito dan tubuh babak belurnya terlempar dan menghajar tanah.

Karena ini adalah Game, tubuh dalam ALO takkan merasakan «sakit», namun menahan ledakan sihir secara langsung bisa memberi dampak buruk. Suara ledakan mengguncang otak, rasa panas membakar kulit, dan dampak itu akan merusak keseimbangan. Efek efek ini akan ditransfer ke realita pada daging si pemain, setelah Log Out semua efek ini masih akan tersisa selama beberapa jam dalam bentuk mual dan pusing.

“Uuu......oooh!”

Namun tak peduli berapa kalipun Kirito dihajar oleh api dia terus berdiri dan mengayunkan pedangnya. Sambil melafalkan mantra penyembuhan, Lyfa tak ingin terus melihatnya kesakitan. Ini adalah Game. Dalam situasi ini, hampir semua orang akan menyerah. Meski kegagalan sangat disesalkan, dibawah aturan yang ditetapkan Game, ini adalah perbedaan kekuatan bertarung yang tak bisa diganggu gugat. Meskipun begitu, mengapa—

Lyfa tak lagi tahan melihat Kirito terus seperti itu, sehingga dia berlari beberapa langkah di belakang Kirito dan berteriak:

“Cukup Kirito-kun! kita hanya perlu terbang beberapa jam dari Sylvain lagi! item yang tercuri dari kita bisa kita beli kembali, tolong menyerahlah!”

Namun Kirito menggeleng kepalanya dan berkata dalam nada tegas.

“Tidak!”

Matanya mencerminkan api merah brilian yang mengelilingi mereka.

“Selagi aku hidup, takkan kubiarkan anggota partyku mati. Aku pasti takkan membiarkan itu!”

Lyfa, kehabisan kata kata, hanya bisa berdiri membisu.

Pada waktu keputusasaan itu, pemain berbeda akan bereaksi dengan beragam cara. Ada orang orang yang akan mentertawakan «Momen ini», ada orang orang yang matanya akan terbuka lebar dan jatuh dalam ketakutan, dan ada juga orang orang yang terus melawan sampai akhir. Namun dalam kasus ini, mereka semua memakai simulasi «kematian». Pengalaman ini tak bisa dihindari dalam memainkan Game VRMMO, dan harus diterima. Kalau tidak takkan bisa «menikmati» permainan «Game» ini.

Namun cahaya di mata tajam Kirito adalah sesuatu yang Lyfa belum pernah lihat sebelumnya. Berusaha keras melawan situasi mustahil, mati matian mencoba mencari cara untuk bertahan hidup, Lyfa merasa terpana. Pada momen ini, Lyfa lupa kalau ini hanyalah Game, sebuah dunia ilusi.

“Woo-ah-ah-ah-ah-ah-ah-ah!!”

Kirito yang berdiri dan berteriak, mengguncang udara dengan suaranya. Saat tembakan api berhenti untuk sesaat, ia tiba tiba menyerbu ke depan, mengabaikan dinding perisai di depannya. Merendahkan pedangnya di tangan kanannya, tangan kiri kosongnya memegang sudut perisai dan mencoba mendorongnya terbuka. Tindakan tak terduga ini mengacaukan garis pertahanan Salamander. Saat dinding pertahanan mereka retak, Kirito memaksakan pedangnya masuk.

Untuk mematahkan dinding pertahanan dengan para Mage di belakangnya adalah sesuatu yang bahkan pemain veteran seperti Lyfa belum pernah lihat sebelumnya. Juga, tindakan itu bahkan bukan serangan, jadi takkan bisa melukai musuh. Namun, karena tindakan edan Kirito, pria yang memegang perisai berteriak dalam kebingungan;

“Sial, apa yang salah dengan orang ini!?”

Pada saat ini, suara kecil mencapai telinga Lyfa.

“Sekarang satu satunya kesempatan!”

Melihat sekelilingnya, entah sejak kapan, Yui menggantung di bahu kanannya.

“Kesempatan?”

“Satu satunya ketidakpastian adalah kondisi mental pemain. Gunakan semua MP-mu yang tersisa, tolong blokir serangan sihir berikutnya!”

“Ta...tapi, bahkan dengan melakukan itu.....”

Seperti menuangkan air di atas batu panas, Lyfa menahan apa yang hendak dia ucapkan. Ia ia melihat dengan serius pada AI yang seharusnya simpel, Yui, dan melihat keteguhan yang sebanding dengan Kirito.

Lyfa menganggukkan kepalanya, dan mengacungkan kedua tangannya ke depan. Mage kelompok musuh sudah melafalkan mantra bola api, namun demi mencocokkan waktu peluncuran, itu terjadi dalam kecepatan cukup lambat. Lyfa melafalkan kalimat mantranya dengan kecepatan tinggi seperti biasa. Kesalahan dalam pelafalan sama artinya kegagalan, ia melafalkan mantranya secepat mungkin, hanya malu pada garis bahaya.

Lyfa menyelesaikan mantranya sedikit lebih cepat dari mereka. Dari tangannya muncul tak terhitung kupu kupu kecil yang beterbangan, mengelilingi tubuh Kirito.

Setelah itu, musuh menyelesaikan mantra mereka juga. Dengan suara melengking, bola api para Mage tertembak ke langit. Api demi api menghantam Kirito, yang mencoba menembus dinding pertahanan.

“Ha!”

Tangan Lyfa yang merentang mengalami tekanan balik dari ledakan, dan ia menggertakkan giginya. Bidang sihir pertahanan di sekitar Kirito hancur oleh ledakan, dan MP-nya jatuh dengan efek suara buk-buk. Potion pemulih MP bahkan takkan bisa memulihkannya dengan cepat. Apa artinya bertahan dari serangan seperti itu, pikir Lyfa, kemudian.

Berdiri di bahu Lyfa, Yui berteriak dengan keras:

“Papa, lakukan sekarang!”

Kirito berkedip kedip dengan agak bingung. Dalam api merah seperti teratai, ia mengangkat pedangnya dan berdiri. Lyfa bisa mendengar suara mantra yang halus. Lyfa mencocokkan fragmen kata kata mantra itu dengan indeks dalam memorinya.

‘Mantra ini.......atribut ilusi!?’

Lyfa menahan nafasnya untuk sesaat – kemudian menggertakkan giginya. Mantra yang Kirito ucapkan adalah sihir ilusi yang membuat pemain nampak seperti monster. Namun sihir itu tak berguna dalam pertarungan sungguhan. Karena bentuknya bergantung pada skill bertarung pemain, biasanya hasilnya adalah monster lemah, tanpa perubahan kemampuan, karena kebanyakan orang menyadari ini hal itu takkan membuat mereka takut.

Lyfa mulai kehilangan MP dengan cepat, hingga hanya 10% tersisa. Ia memutuskan berjudi pada ide Yui, namun nampaknya dadu telah mengkhianati mereka.

Namun, apa boleh buat. Mengetahui «Kekuatan» Game diperlukan untuk mendukung kekayaan pengetahuan. Bagi Kirito yang baru mulai bermain beberapa hari yang lalu, memaintanya memahami tiap tiap kalimat mantra itu terlalu kejam.

Selagi memikirkan ini, Lyfa memusatkan kekuatan terakhirnya untuk melindungi Kirito. Gelombang serangan akhir musuh akhirnya berhenti, tepat saat perisai pertahanan Lyfa menghilang. Pusaran api berputar, dan perlahan musnah—

“Eh!?”

Di dalam dinding api, bergerak sebuah bayangan. Untuk sesaat, Lyfa merasa kalau ia hanya salah lihat. Karena benda itu terlalu besar.

Berdiri di hadapan Salamander adalah raksasa dua kali ukuran mereka. Meragukan pandangannya, itu terlihat seperti raksasa yang membungkuk.

“Kirito-kun, apa itu kamu?”

Dia bertanya dengan tak percaya. Ia tak bisa memikirkan hal hal yang lain. Ini adalah perubahan bentuk Kirito memakai mantra ilusi, namun ukurannya kelewat besar.

Di depan mata Lyfa, bayangan itu melotot. Sosok itu tidak seperti raksasa. Kepalanya seperti kambing, dengan tanduk melengkung memanjang ke belakang kepalanya. Mata bundar bersinarnya berkilau, dan gigi diluar mulutnya menghembuskan api ke udara.

Sword Art Online Vol 03 - 239.jpg

Tubuh bagian atasnya sangat berotot dengan kulit berwarna gelap, lengan panjangnya hampir mencapai tanah. Punggungnya memiliki ekor seperti cambuk. Untuk mendekripsikan sosok tak dikenal itu dalam satu kata, hanya «Iblis» yang cocok.

Semua Salamander membeku di tempat. Melihat mereka seolah olah roh mereka dibawa pergi, si Iblis hitam mengangkat kepalanya tinggi tinggi.

“Roarrrrrrr-----------!!”

Raungan seperti halilintar menggema, dan mengguncang seluruh gua. Dari bagian terdalam tubuh, rasa takut muncul secara instingtif.

“Omong kosong! Itu hanya tipuan!”

Salamander di garis depan berteriak sambil mundur beberapa langkah. Dalam sekejap, si Iblis bergerak dengan kecepatan mengerikan. Cakar tangan kanannya merobek dinding perisai yang terbuka, dan jarinya mengoyak tubuh prajurit yang tertutup armor – momen selanjutnya, muncul End Frame, dan si Salamander lenyap.

“Woo ah ah ah!”

Melihat partnernya dibunuh dalam satu hantaman, dua pelindung yang tersisa berteriak bersamaan. Mereka menjatuhkan perisainya, tangan kiri mereka membuang senjata, dan mundur ketakutan.

Dari kelompok Mage, seseorang yang menjadi pemimpin mereka berteriak dalam kemarahan:

“Bodoh, jangan kacaukan formasi! Dia hanya bisa mencapai apa yang dia lihat, kalau kalian menjadi kura kura kalian takkan terluka!”

Namun kata kata itu tak mencapai telinga para prajurit. Si Iblis hitam mengaum dan melompat maju, ia membuka mulut besarnya dan menggigit kepala prajurit di sebelah kanan dan mencengkeram prajurit di sebelah kiri dengan cakar besinya. Ia dengan kejam mengguncang dan merobek robek avatar! Warna merah terus menerus terpercik, hampir sama dengan pertumpahan darah.

Tiga pelindung depan dihancurkan dalam sepuluh detik. Pemimpin mereka pulih dan memerintahkan kelompok Mage, dan mereka mulai merapal mantra. Namun tanpa armor dan hanya mengenakan jubah, kelompok Mage terlalu rapuh dibandingkan para penjaga depan. Dengan nafas memburu, si Iblis yang berdiri jauh lebih mengerikan dari efek sihir ilusi. Kecepatan pelafalan mantra mereka menjadi lebih lamban dari sebelumnya.

Sebelum pelafalan selesai, si Iblis mengangkat tangan kanannya ke arah para Mage dan mengayun secara horizontal. Dua Mage di depan terpukul dan terlempar jauh, mereka berubah menjadi api merah di udara, dan melebur kemudian lenyap. Teriakan dan suara kaca dipecahkan, efek suara bergeretak mengisi udara. Itu diakibatkan oleh lengan raksasa seperti batang pohon yang menghantam dua Salamander lain, yang kemudian lenyap.

Mage level tinggi yang mengenakan jubah armor kualitas tinggi menjadi kebingungan dan salah melafalkan mantranya. Mantra sihirnya menjadi senjata makan tuan dan membakar tangannya dan boom, ia lenyap dalam kabut gelap.

Kirito, dalam wujud Iblisnya, berjalan ke depan dan mengaum lagi. si pemimpin Salamander berteriak ‘Hiii!’ dan mengayunkan tangannya ke samping.

“Mundur! Segera mundur! Semuanya mundur.....”

Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya—

Si Iblis dalam sekejap berjongkok, kemudian melompat ke depan secara signifikan. Mendarat di tengah tengah musuh, mengirimkan gelombang kejut ke seluruh jembatan. Setelah apa yang terjadi, itu tak bisa disebut pertarungan lagi.

Seiring cakar si Iblis mengayun, beberapa End Frame tercipta. Beberapa yang berani mencoba untuk melawan balik dengan tongkat mereka, selagi mengayunkan senjata mereka, gigi si Iblis menggigit kepala mereka, dan mereka kehilangan nyawa dalam sekejap.

Kabur dari badai, si pemimpin mencapai sisi terjauh jembatan. Dengan suara percikan air dia melompat ke danau, dan berenang dengan kecepatan tinggi ke seberang.

Dalam ALO saat jatuh ke air, kalau bobot perlengkapan tak melebihi jumlah tertentu kau tidak akan tenggelam. Beruntungnya Mage memiliki perlengkapan yang sangat ringan, dan tak lama kemudian dia sudah jauh dari jembatan – saat tiba tiba, bayangan besar muncul dari bawahnya.

Tak lama kemudian, pemimpin itu diseret ke dalam air dengan suara percikan. Menyisakan gelembung gelembung kecil, dia tenggelam ke dalam danau, dan sebelum dia menghilang, sejumlah titik cahaya merah buram bisa terlihat.

Si Iblis yang merupakan Kirito sepertinya tak peduli pada kematian pemimpin musuh, ia mencengkeram Mage terakhir yang tak beruntung. Pada tubuh yang berteriak, ia memusatkan kekuatan di tangannya untuk meremas......

Kesadisan adegan ini membuat Lyfa berguncang, pada saat itu dia akhirnya kembali ke akal sehatnya dan berteriak:

“Ah, Kirito-kun! biarkan orang itu hidup!”

‘Itu sangat mengesankan’, selagi Yui mengatakan ucapan tak berdasar itu dari bahunya, Lyfa berjalan mendekat. Si Iblis berhenti dan menoleh, dan dengan suara tak senang melepaskan si Salamander ke udara.

Pria itu jatuh di atas tanah dengan suara berdebum, tubuhnya yang sudah lepas bernafas tersengal sengal. Lyfa datang di depannya, dan mengacungkan pedang panjang di tangan kanannya diantara kaki pria itu. dengan suara logam saat pucuk pedangnya mengenai jembatan, pria itu menggigil.

“Sekarang, beritahu kami siapa yang mengirim kalian!”

Lyfa mencoba menakutinya, namun itu membangkitkan si pria dari shocknya, dengan wajah pucat, dia menggeleng kepalanya.

“Kalau kau mau membunuhku, lakukan saja!”

“Kenapa kau......”

Pada saat itu, si Iblis memandang ke bawah dari atas, kabut hitam mengelilinginya, dan tubuh raksasanya mulai lenyap. Lyfa melihat ke atas, dari pusat kabut, sosok kecil melompat keluar dan mendarat di atas jembatan.

“Oh, amukan bagus.”

Kirito mengguncang kepalanya dan berujar dengan nada santai, sambil menaruh kembali pedang ke punggungnya. Dia berjalan ke arah si pria yang dengan blank membuka mulutnya dan berjongkok di sampingnya, sambil menepuk bahunya.

“Yo, pertarungan bagus.”

“Apa.....?”

Kirito menatap si pria yang masih tercengang, dan dengan nada cerah nan jelas melanjutkan:

“Itu taktik bertarung bagus. Kalau itu hanya aku, aku pasti sudah kalah dengan cepat!”

“Tu.....Tunggu, Kirito-kun......”

“Tak apa, santai saja.”

Oleh ucapan tak senang Lyfa, Kirito berbicara sambil berkedip.

“Baiklah, mari mengobrol tentang item denganmu.”

Kirito membuka jendela trade dan kemudian menunjukkan dan menunjukkan daftar itemnya pada pria itu.

“Ini semua item dan uang yang kudapat dari menghabisi kelompokmu. Aku hanya berpikir, kalau kau mau menjawab pertanyaan kami, mungkin semua ini akan kuberikan buatmu.....”

Mulut si pria itu terbuka lebar dan menutup beberapa kali, kemudian menatap Kirito dengan senyum licik. Dia melihat ke sekelilingnya, mungkin mengkonfirmasi kalau waktu telah habis bagi Salamander yang sudah mati, dan mereka sudah dipindah balik ke «Save Point», lalu dia kembali menatap Kirito.

“Sungguh?”

“Sungguh, sungguh.”

Melihat keduanya tersenyum, Lyfa menghela nafas panjang.

“Laki laki benar benar—“

“Ya, mereka sudah tak tertolong lagi—“

Yui yang duduk di bahunya melontarkan komentar. Kedua wanita itu melontarkan kalimat ketidakpuasan, dimana kedua laki laki saling mengangguk untuk menandai kesuksesan negosiasi.


Si Salamander, sekali mulai berbicara, mengujarkan banyak hal;

“Sore ini, Jitakusu-san, ah, dia adalah pemimpin dari kelompok Mage yang tadi, dia mengontakku dengan e-mail ponsel, aku lagi makan malam jadi aku ingin menolak tapi dia memaksaku berkumpul. Saat aku sampai disana ternyata ada sepuluh orang ingin memburu dua orang, kupikir mereka ingin menindas seseorang, tapi mereka bilang itu adalah orang yang Kagamune-san hadapi kemarin, jadi aku paham.....”

“Siapa itu Kagemune-san?”

“Dia adalah kapten kelompok tombak. Dia adalah pemburu Sylph terkenal, tapi kemarin dia mengalami kekalahan total total yang langka dan mundur. Kalian yang menghabisinya kan!?”

Mendengar tentang perburuan Sylph membuat Lyfa merengut, dia dan Kirito saling bertukar tatap. Dia pasti pemimpin kelompok Salamander yang mereka tendang tadi malam.

“Jadi, kenapa Jitakusu-san itu ingin memburu kami?”

“Perintah sepertinya datang dari pemain berperingkat lebih tinggi dari Jitakusu-san. Katanya kalian sudah ikut campur dalam «Strategi» mereka atau apalah itu.”

“Strategi apa?”

“Para petinggi Salamander nampaknya merencanakan sesuatu. Mereka takkan memberitahu tentara junior sepertiku, tapi aku tahu kalau mereka mengejar hal besar. Hari ini, saat aku pertama Log In, aku melihat beberapa dari mereka terbang ke utara.”

“Utara.......”

Lyfa meletakkan jari di bibirnya, dan berpikir. Ibukota Salamander «Gadan» adalah bagian paling selatan dari Alfheim, kalau terbang lurus ke utara, mereka akan melalui jalur pegunungan yang saat ini tengah kita lintasi. Sedikit ke barat terdapat koridor Ruger, dan di sebelah timur di kaki pegunungan adalah «Lembah Naga». Jalur manapun yang mereka ambil, setelah itu adalah kota pusat Aarun, dan kemudian World Tree.

“Apa mereka ingin menyerbu World Tree?”

Mendengar pertanyaan Lyfa, si pria hanya menggeleng kepalanya.

“Tak mungkin. Kami masih memulihkan diri dari kekalahan total sebelumnya, paling banter kami hanya bisa melengkapi pasukan dengan peralatan berperingkat senjata kuno sehingga kami bisa menyimpan uang. Untuk alasan itu rutinitas normal kami sangat keras. Meskipun begitu kami hanya bisa memperoleh setengah dari jumlah uang yang ditargetkan.”

“Oh?”

“Yah, itu saja yang bisa kukatakan. Apa perjanjian kita tadi masih berlaku?”

Kemudian dia bertanya pada Kirito.

“Aku tak pernah bohong soal perjanjian.”

Si pemuda Spriggan mengoperasikan jendela pertukaran. Si Salamander melihat daftar item yang ditransfer padanya dan menjadi senang sambil menggerakkan jarinya kemana mana.

Lyfa menatap pria itu dengan ekspresi tak percaya dan bertanya;

“Hei kamu, ini semua barang barang kawan kawanmu kan? Apa kamu nggak merasa bersalah?”

Setelah mendengar ini, si pria mengangkat suaranya;

“Kau tak paham apa apa. Orang orang itu suka seenaknya memamerkan item langka mereka, yang membuatku ingin balas dendam pada mereka. Tentu saja aku merasa tak enak kalau merampas semua jatah mereka, mungkin akan kujual semua ini dan membeli rumah.”

‘Aku bisa bersantai selama beberapa hari sebelum kembali ke wilayah Salamander’. Dengan meninggalkan kata kata itu, si Salamander berjalan ke arah ia datang dan kemudian mulai menghilang dari pandangan.

Rasanya situasi hidup dan mati sepuluh menit yang lalu terasa seperti bohongan, Lyfa menatap wajah Kirito yang sudah kembali normal.

“Eh? Apa?”

“Ah, anu......Setan yang membabi buta tadi, itu Kirito-kun kan?”

Mendengar ini, Kirito menengadah sambil menggaruk pipinya.

“Ya, mungkin saja.”

“Mungkin saja? Bukankah itu taktik untuk mengelabui para Salamander dan mengacaukan mereka dengan monster?”

“Nggak, aku nggak berpikir sejauh itu.......kadang kadang itu terjadi padaku. Saat bertarung aku kehilangan kendali, dan tak ingat apa apa.......”

“Woo ah, seram.”

“Yah, tapi aku masih ingat pertarungan tadi. Aku memakai sihir yang Yui sarankan, dan menjadi raksasa. Karena pedangku menghilang, aku harus memakai tanganku.......”

“Juga dengan gigitan yo ~”

Di atas bahunya, Yui menambahkan dengan senang.

“Ah, bicara soal itu. pengalaman menjadi monster itu menyenangkan.”

Melihat Kirito tersenyum dan tertawa, Lyfa tiba tiba ingin mengetahui sesuatu, ia kemudian dengan mantap membuka mulutnya.

“Apa kamu.....mencicipinya? Salamander itu......”

“.....Rasanya seperti rasa BBQ gosong dan tekstur......”

“Waa, cukup, jangan diteruskan!”

Ia mengibaskan tangannya pada Kirito. Tiba tiba tangannya ditangkap.....

“Gaoou!”

Meneriakkan itu, Kirito membuka mulutnya dan menutupnya di jari Lyfa.

“Kyaaaaaa------------!”

Lyfa berteriak, setelah itu suara tonjokan menggema hingga menggetarkan permukaan danau.